Anda di halaman 1dari 76

SKRIPSI

ANALISIS PENGENDALIAN MUTU DENGAN METODE


SIX SIGMA PADA PT. SINAR GOWA INDUSTRY DI
MAKASSAR

MUHSIN ZUBAIR DARMADI

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
SKRIPSI

ANALISIS PENGENDALIAN MUTU DENGAN METODE


SIX SIGMA PADA PT. SINAR GOWA INDUSTRY DI
MAKASSAR

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi

Disusun dan diajukan oleh:

MUHSIN ZUBAIR DARMADI


A211 14 510

Kepada:

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018

i
SKRIPSI

ANALISIS PENGENDALIAN MUTU DENGAN METODE


SIX SIGMA PADA PT. SINAR GOWA INDUSTRY DI
MAKASSAR

Disusun dan diajukan oleh

MUHSIN ZUBAIR DARMADI


A211 14 510

Telah diperiksa dan disetujui untuk diseminarkan

Makassar, 8 Oktober 2018

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Nurdin Brasit, SE., M.Si Dr. Sumardi, SE., M.Si
NIP. 19581231 198601 1 008 NIP. 19560505 198503 1 002

Ketua Departemen Manajemen


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Hasanuddin

Dr. Hj. Nurdjanah Hamid, SE.,M.Agr.


NIP. 19600503 198601 2 001

ii
ANALISIS PENGENDALIAN MUTU DENGAN
METODE SIX SIGMA PADA PT. SINAR GOWA
INDUSTRY DI MAKASSAR

Disusun dan diajukan oleh

Muhsin Zubair Darmadi


A211 14 510

telah dipertahankan dalam sidang ujian


skripsi pada tanggal 14 -11 -2018 dan
dinyatakan telah memenuhi syarat kelulusan

Menyetujui, Panitia
Penguji

No. Nama Penguji Jabatan Tanda Tangan


1.Prof. Dr. Nurdin Brasit, SE., M.Si Ketua 1……………..
2.Dr. Sumardi, SE., M.Si Sekretaris 2……………..

3.Prof. Dr. Hj. Siti Haerani, SE., M.Si Anggota 3……………..

4.Dr. Maat Pono, SE., M.Si Anggota 4……………..

5.Dra. Hj. Nursiah Sallatu, MA Anggota 5……………..

Ketua Departemen Manajemen


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Hasanuddin

Dr. Hj. Nurdjanah Hamid, SE.,M.Agr.


NIP. 19600503 198601 2 001

iii
PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Muhsin Zubair Darmadi


NIM : A211 14 510
Jurusan/ Program Studi : Manajemen/ Strata Satu

Dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang berjudul:

ANALISIS PENGENDALIAN MUTU DENGAN METODE SIX


SIGMA PADA PT. SINAR GOWA INDUSTRY DI MAKASSAR

Adalah karya ilmiah saya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya di dalam
naskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang
lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu perguruan tinggi, dan tidak
terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,
kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam
sumber kutipan dan daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat
dibuktikan terdapat unsur-unsur jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas
perbuatan tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku (UU No.20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal 70).

Makassar, 8 Oktober 2018


Yang membuat pernyataan,

Muhsin Zubair Darmadi

iv
PRAKATA

Dengan memanjatkan Rasa Syukur Kepada Allah Swt karena atas limpahan
berkahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang
berjudul: ANALISIS PENGENDALIAN MUTU DENGAN METODE SIX SIGMA
PADA PT. SINAR GOWA INDUSTRY DI MAKASSAR. Skripsi ini ditulis dalam
rangka memenuhi salah satu syarat penyusunan tugas akhir pada Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Jurusan Manajemen Universitas Hasanudin Makassar.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini, antara lain:
1. Allah SWT atas segala limpahan rahmat, anugerah, dan kasih-Nya,
serta segala bantuan yang tidak terhitung jumlahnya sebagai jawaban
dari doa-doa yang terkecil bahkan yang tidak terucap sekalipun.
2. Kedua orang tua, Ahmad S.Pd dan Darlina yang telah memberikan
kasih sayang, motivasi dan selalu mendoakan agar skripsi dapat
terselesaikan dengan baik.
3. Ibu Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu M.A. Selaku Rektor Universitas
Hasanuddin.
4. Bapak Prof. Dr. Abdul Rahman Kadir., SE., M.Si., CIPM. Selaku Dekan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin.
5. Ibu Dr. Hj. Nurdjanah Hamid., SE., M. Agr. Selaku Ketua Departemen
Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin.
6. Bapak Prof. Dr. Nurdin Brasit, SE., M.Si Selaku pembimbing I dan Bapak
Dr. Sumardi, SE., M.Si Selaku pembimbing II, yang telah meluangkan
waktu memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis serta
diskusi hingga terselesaikannya skripsi ini. Terima kasih atas segala ilmu
yang telah diberikan baik sebagai dosen pembimbing maupun dosen
pengajar dikelas.
7. Ibu Prof. Dr. Hj. Siti Haerani, SE., M.Si, Bapak Dr. Maat Pono, SE., M.Si,
dan Ibu Dra. Hj. Nursiah Sallatu, MA yang telah memberikan
pengarahan kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini.
8. Ibu Dr. Fauziah Umar, SE., M.Si. selaku penasehat akademik yang telah
memberikan arahan dan bimbingan selama perkuliahan.
9. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan
ilmu yang sangat bermanfaat dan motivasi kepada penulis selama
menempuh pendidikan.

v
10. Bapak/Ibu Jajaran Staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah
membantu terselesaikannya skripsi ini dan membantu selama proses
perkuliahan. Terkhusus kepada Pak Asmari, Pak Tamsir, Pak Dandu,
Pak Safar, Bu Susi, Pak Arif, dan Pak Bur yang selalu memberikan
bantuan kepada penulis dan kelancaran segala pengurusan berkas
kelengkapan selama perkuliahan.
11. Direktur dan pegawai PT. SINAR GOWA INDUSTRY yang telah
membantu saya dalam proses penelitian sehingga saya mampu
menyelesaikan skripsi ini.
12. Kakak tercinta Muflih Mubarak Darmadi yang rela meminjamkan laptop
selama proses pengerjaan dari tahap proposal hingga skripsi.
13. Terima kasih kepada Dian Haerunnisa yang menemani dan memberi
semangat dalam penulisan skripsi ini.
14. Terima kasih kepada sahabatku yang sejak SMP (Darul dan Satria) yang
telah membantu, memotivasi dan mendengarkan keluh kesah penulis
dalam penyelesaian skripsi.
15. Terima kasih kepada sahabatku yang membersamai sejak SMA (Hilmy,
Ojan, Sigit, Malvin, Rahim) yang memberikan dorongan kepada penulis
agar menyelesaikan skripsi tepat waktu.
16. Teman-teman BRILIANT yang menemani dan berjuang bersama dalam
menyelesaikan skripsi.
17. Keluarga Besar Unit Tenis Lapangan Mahasiswa (UTILMA), Mashur,
Darul, Azwar, Kak Faisal, Dian, Furqan, Aco, Ongky, Teem, JT, Jek,
Waiz, Indra, Awal, Ama, Wawan, dan seluruh adik-adik penerus
UTILMA.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih ada kekurangan
dan masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu dengan kerendahan hati, penulis
terbuka menerima kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Akhir
kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak yang berkepentingan.
Makassar, 8 Oktober 2018

Muhsin Zubair Darmadi

vi
ABSTRAK

ANALISIS PENGENDALIAN MUTU DENGAN METODE SIX SIGMA PADA PT.


SINAR GOWA INDUSTRY DI MAKASSAR

Muhsin Zubair Darmadi


Nurdin Brasit
Sumardi

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pengendalian mutu dengan metode


Six Sigma pada PT. SINAR GOWA INDUSTRY dalam upaya mengurangi tingkat
kecacatan dan memaksimalkan keuntungan. Data yang digunakan dalam
penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder yang berhubungan
dengan proses produksi mie kering. Data primer diperoleh melalui observasi dan
wawancara langsung kepada pihak terkait dalam proses produksi. Data sekunder
diperoleh dari dokumen-dokumen dan laporan yang berkaitan dengan proses
produksi mie kering cap Kepiting. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat
pengendalian mutu pada PT. SINAR GOWA INDUSTRY sudah baik yaitu pada
tingkat 3.60 sigma dengan DPMO (Defect Per Million Opportunity) 18.000.

Kata kunci: Pengendalian mutu, Six Sigma, DPMO.

vii
ABSTRACT

ANALYSIS OF QUALITY CONTROL WITH SIX SIGMA METHOD ON


PT. SINAR GOWA INDUSTRY IN MAKASSAR

Muhsin Zubair Darmadi


Nurdin Brasit
Sumardi

This study aims to improve quality control with the Six Sigma method at PT.
SINAR GOWA INDUSTRY in an effort to reduce the level of disability and
maximize profits. The data used in this study consisted of primary data and
secondary data related to the process of dry noodle production. Primary data is
obtained through observation and direct interviews with related parties in the
production process. Secondary data is obtained from documents and reports
relating to the production process of crab dried noodles. The results of this study
indicate that the level of quality control at PT. SINAR GOWA INDUSTRY is good
at the level of 3.60 sigma with 18.000 DPMO (Defect Per Million Opportunity).

Keywords: Quality control, Six Sigma, DPMO.

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL..............................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................................iii
PERNYATAAN KEASLIAN...................................................................................................iv
PRAKATA...................................................................................................................................v
ABSTRAK...................................................................................................................................vii
ABSTRACT...............................................................................................................................viii
DAFTAR ISI................................................................................................................................ix
DAFTAR TABEL.......................................................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah..........................................................................................4
1.3. Tujuan Penelitian.............................................................................................4
1.4. Manfaat Penelitian..........................................................................................5
1.5. Sistematika Penulisan...................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Mutu......................................................................................................7
2.2 Pengendalian Mutu..........................................................................................9
2.2.1 Pengertian Pengendalian Mutu.......................................................9
2.2.2 Tujuan Pengendalian Mutu 10
2.3 Dimensi Mutu 12
2.4 Biaya Mutu 13
2.5 Total Quality Management (TQM) 16
2.6 Six Sigma 18
2.6.1 Pengertian Six Sigma 18
2.6.2 Istilah Dalam Konsep Six Sigma 19
2.6.3 Tahap-tahap Penerapan Six Sigma 22
2.6.4 Manfaat Six Sigma 23
2.7 Penelitian Terdahulu 24
2.8 Kerangka Pikir 27
2.9 Hipotesis 28

ix
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian .................................................................... 29
3.2 Tempat dan Waktu ......................................................................... 29
3.3 Populasi dan Sampel ..................................................................... 29
3.3.1 Populasi ............................................................................... 29
3.3.2 Sampel ................................................................................. 29
3.4 Jenis dan Sumber Data .................................................................. 31
3.4.1 Jenis Data ............................................................................ 31
3.4.2 Sumber Data ........................................................................ 31
3.5 Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 31
3.5.1 Observasi ............................................................................. 32
3.5.2 Wawancara .......................................................................... 32
3.5.3 Dokumentasi ........................................................................ 32
3.5.4 Penelitian Pustaka (Library Research).................................. 32
3.6 Definisi Operasional ....................................................................... 32
3.7 Metode Analisis .............................................................................. 33
3.7.1 Metode Deskriptif.................................................................. 33
3.7.2 Analisis P-Chart .................................................................... 33
3.7.3 Analisis DPMO dan Tingkat Sigma ....................................... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan ....................................................... 36


4.1.1 Sejarah Berdirinya PT. SINAR GOWA INDUSTRY ............... 36
4.1.2 Visi dan Misi ......................................................................... 37
4.1.3 Struktur Organisasi PT. SINAR GOWA INDUSTRY ............. 38
4.1.4 Sistem Kerja ......................................................................... 39
4.1.5 Aspek Produksi PT. SINAR GOWA INDUSTRY ................... 39
4.1.6 Proses Pembuatan Mie Kering ............................................. 40
4.2 Hasil Penelitian .............................................................................. 41
4.2.1 Kebijakan Mutu PT. SINAR GOWA INDUSTRY ................... 41
4.2.2 Standar Mutu Produk PT. SINAR GOWA INDUSTRY .......... 42
4.2.3 Proses Produksi ................................................................... 42
4.2.4 Analisis DPMO dan Tingkat Sigma ....................................... 43
4.2.5 Keuntungan yang Hilang Akibat Produk Cacat ..................... 47

x
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan 49
5.2 Saran 50

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................52
LAMPIRAN.................................................................................................................................56

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Produksi Mie Kering PT SINAR GOWA INDUSTRY..................................3


Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu.............................................................................................24
Tabel 3.1 Analisis DPMO dan Tingkat Sigma..................................................................35
Tabel 4.1 Syarat Mutu Mi Kering..........................................................................................42
Tabel 4.2 Jumlah Produksi Mie Kering Cap Kepiting PT. SINAR
GOWA INDUSTRY bulan Agustus – September 2018.............................43
Tabel 4.3 Analisis DPMO dan Tingkat Sigma..................................................................46
Tabel 4.4 Manfaat dari Pencapaian Beberapa Tingkat Sigma...................................47

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pikir...................................................................................................28


Gambar 4.1 Logo PT. SINAR GOWA INDUSTRY.........................................................36
Gambar 4.2 Struktur Organisasi PT. SINAR GOWA INDUSTRY..............................38
Gambar 4.3 Proses Pembuatan Mie Kering PT. SINAR GOWA INDUSTRY........41
Gambar 4.4 Diagram P-Chart Produksi Mie Kering Cap Kepiting Bulan Agustus
– September 2018 pada PT. SINAR GOWA INDUSTRY 45

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Konversi DPMO ke Tingkat Sigma...............................................................57


Lampiran 2 Biodata..................................................................................................................61

xiv
BAB I

PENDAHULAN

1.1 Latar Belakang

Pangan adalah kebutuhan dasar bagi manusia, sehingga sangat diperlukan

pemenuhan terhadap konsumsi pangan. Pemenuhan terhadap kebutuhan

pangan, diukur dari konsumsi pangan manusia setiap hari. Hal tersebut dapat

dilihat dari jumlah konsumsi pangan yang harus dipenuhi oleh manusia setiap

hari. Berdasarkan hasil analisis dinamika konsumsi pangan yang merumuskan

komposisi pangan yang ideal yang terdiri dari 56 - 68% dari karbohidrat, 10 –

13% dari protein dan 20–30% dari lemak. Untuk memenuhi kebutuhan

karbohidrat yang sangat banyak diperlukan makanan-makanan yang

mengandung karbohidrat, seperti konsumsi padi-padian, umbi-umbian, maupun

konsumsi lainnya seperti mie.

Mie adalah salah satu makanan berbahan dasar tepung yang dapat menjadi

alternatif pengganti dari nasi untuk menunjang kebutuhan karbohidrat. Mie

sangat digemari dikalangan masyarakat pedesaan maupun perkotaan.

Berdasarkan World Instant Noodles Association (WINA) tingkat permintaan akan

produk mie di Indonesia pada tahun 2016 sebesar 13.010 miliyar unit. Mie terbagi

menjadi tiga jenis, yaitu mie basah, mie kering, dan mie instant. Mie basah

adalah mie yang mengalami proses perebusan setelah tahap pemotongan yang

memiliki kadar air 52%, mie kering adalah mie segar yang dikeringkan hingga

kadar airnya mencapai 8-10%, dan mie instant adalah mie yang dihasilkan dari

proses penggorengan yang kadar airnya mencapai 5-8% (Ritantiyah, 2010).

1
2

Saat ini konsumsi masyarakat terhadap produk mie terus mengalami

peningkatan. Peningkatan tersebut, disebabkan karena konsumsi mie lebih

praktis penyajiannya dibandingkan dengan makanan sejenis yang mengandung

karbohidrat. Dampak yang ditimbulkan dari konsumsi masyarakat mampu

meningkatkan produksi mie, terutama produk mie kering.

Mie kering adalah makanan kering yang berbahan dasar tepung terigu

dengan tambahan bahan makanan lain, serta memiliki kadar air sebesar 8-10%

(Biyumna, 2017). Proses pengeringan dilakukan agar mencapai kadar air

tersebut, sehingga umur simpan mie kering yang lebih panjang dari pada mie

basah. Produk mie kering dapat diolah menjadi berbagai bentuk produk olahan

lainnya.

Untuk dapat menunjang perbaikan ataupun peningkatan kualitas produksi

mie kering dibutuhkan pengendalian mutu (kualitas) mulai dari bahan baku yang

digunakan, proses pembuatan, hingga ke tangan konsumen. Pengendalian mutu

(kualitas) yang dimaksud adalah adalah suatu kegiatan yang tidak hanya fokus

untuk mendeteksi kerusakan, tetapi lebih kepada mencegah kerusakan (Vincent

Gaspersz dalam Putra, 2015). Pencapaian pengendalian mutu (kualitas) dapat

diukur dengan penggunaan alat ukur yaitu Six Sigma.

Menurut Gaspersz dalam Nailah (2014) Six Sigma adalah suatu visi

peningkatan kualitas produk dan jasa ke arah 3,4 tingkat kegagalan per sejuta

kesempatan. Tujuan dari Six Sigma yaitu meningkatan efisiensi proses produksi

yang akan berujung pada kepuasan konsumen akan hasil produksi yang akan

meningkatkan nilai perusahaan. Hal tersebut dapat dicapai dalam Six Sigma

dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure, Analisys, Improve,

Control). Adapaun masalah kegagalan dapat diukur dengan menggunakan

DPMO (Defects Per Million Opportunities). DPMO (Defects Per Million


3

Opportunities) adalah ukuran kegagalan dalam Six Sigma dalam persejuta

kesempatan.

PT. SINAR GOWA INDUSTRY merupakan salah satu perusahaan yang

berkerja pada bisnis produksi minuman seperti, air minum dalam kemasan merek

SG dan minuman berperisa. Perusahaan ini juga memproduksi mie kering dalam

berbagai macam jenis seperti, mie telur, mie kering cap Perahu, mie kering cap

Kepiting, dan mie kering special cap Udang. Perusahaan ini terletak di Jalan

Insinyur Sutami No.88, Bira, Makassar, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90243.

Perusahaan ini didirikan pada tahun 2005.

Salah satu lini bisnis pada PT. SINAR GOWA INDUSTRY adalah mie kering

dengan tingkat produksi perharinya sebagai berikut:

Tabel 1.1 Produksi Mie Kering PT SINAR GOWA INDUSTRY

NO. PRODUK TOTAL PRODUKSI


PERHARI
1 Mie Telur 1.920 ball
2 Mie Kering Cap Perahu 2.996 ball
3 Mie Kering Cap Kepiting 2.997 ball
4 Mie Kering Spesial Cap Udang 2.015 ball

Dengan jumlah produksi tersebut, terkadang ditemukan produk yang cacat

baik disebabkan oleh mesin maupun kondisi mie kering itu sendiri, maka

dianggap penting untuk pangendalian mutu (kualitas) dengan menggunakan Six

Sigma.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka penulis menuangkan

dalam usulan penelitian skripsi yang berjudul “ANALISIS PENGENDALIAN

MUTU DENGAN METODE SIX SIGMA PADA PT. SINAR GOWA INDUSTRY DI

MAKASSAR”.
4

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, sehingga rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Apakah kebijakan pengendalian mutu dan proses produksi di PT. SINAR

GOWA INDUSTRY di Makassar?

2. Berapa nilai sigma yang saat ini dimiliki oleh PT. SINAR GOWA

INDUSTRY di Makassar?

3. Berapa nilai defect per million opportunities (DPMO) yang saat ini dimiliki

oleh PT. SINAR GOWA INDUSTRY di Makassar?

4. Berapa banyak keuntungan yang hilang akibat produk cacat yang

dihasilkan PT. SINAR GOWA INDUSTRY di Makassar?

5. Bagaimana solusi yang tepat dalam mengatasi produk yang cacat pada

PT. SINAR GOWA INDUSTRY di Makassar?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah:

1. Untuk mengetahui kebijakan pengendalian mutu dan proses produksi di

PT. SINAR GOWA INDUSTRY di Makassar.

2. Untuk mengetahui nilai sigma yang saat ini dimiliki oleh PT. SINAR

GOWA INDUSTRY di Makassar.

3. Untuk mengetahui nilai DPMO (Defects Per Million Opportunities) yang

saat ini dimiliki oleh PT. SINAR GOWA INDUSTRY di Makassar.

4. Untuk mengetahui banyaknya keuntungan yang hilang akibat produk

cacat yang dihasilkan PT. SINAR GOWA INDUSTRY di Makassar.

5. Untuk mengetahui solusi yang tepat dalam mengatasi produk yang cacat

pada PT. SINAR GOWA INDUSTRY di Makassar.


5

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan dari tujuan penelitian diatas, maka manfaat dari penelitian ini,

antara lain:

1. Bagi peneliti, penelitian ini berguna untuk mengembangkan pengetahuan

seputar yang diteliti dan mengaplikasikan pengetahuan yang didapatkan

selama proses perkuliahan.

2. Bagi akdemisi, penelitian ini dapat dijadikan referensi dan informasi terkait

dengan pengendalian mutu yang menggunakan metode Six Sigma.

3. Bagi perusahaan, penelitian ini dapat menjadi sebagai masukan untuk

perbaikan mutu kedepannya.

4. Bagi masyarakat umum, memberikan informasi terkait proses produksi

dan kualitas produk dari PT. SINAR GOWA INDUSTRY di Makassar.

1.5 Sistematika Penulisan

Penulisan proposal penelitian ini dibagi menjadi tiga bab, antara lain:

BAB I PENDAHULUAN, bab ini berisikan latar belakang, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, bab ini berisi landasan teori yang berisi

tentang konsep mutu, pengertian dan tujuan pengendalian mutu, dimensi mutu,

biaya mutu, TQM (Total Quality Management), pengertian Six Sigma, istilah

dalam konsep Six Sigma, tahap-tahap penerapan Six Sigma, manfaat Six Sigma,

penelitian terdahulu, kerangka pikir, dan hipotesis.

BAB III METODE PENELITIAN, bab ini berisikan rancangan penelitian,

tempat dan waktu pengumpulan data, jenis dan sumber data, teknik

pengumpulan data, dan metode analisis.


6

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN, bab ini membahas

analisis dalam penelitian serta berisi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang

disebutkan dalam perumusan masalah antara lain gambaran umum perusahaan,

sejarah berdirinya, visi dan misi, struktur organisasi, sistem kerja aspek produksi,

proses pembuatan mie kering, hasil penelitian kebijakan mutu, standar mutu

produk, proses produksi, analisis DPMO dan tingkat sigma, serta keuntungan

yang hilang akibat produk cacat.

BAB V PENUTUP, bab ini inti hasil dalam penelitian dari semua kegiatan

yang dilakukan dalam penelitian ini di jelaskan secara ringkas berisikan

kesimpulan dan saran.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Mutu

Mutu (kualitas) memiliki banyak pengertian tergantung dari para ahli yang

melihat dari sudut pandang mereka masing-masing, seperti pendapat beberapa

para ahli berikut ini:

1. Vincent Gaspersz dalam Tumbel et al. (2016) mendefinisikan:

“Mutu (kualitas) adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi


keinginan atau kebutuhan pelanggan”.

2. Josep Juran dalam Muhaemin (2012) berpendapat bahwa:

"Quality is fitness for use" yang berarti kualitas berkaitan dengan


enaknya barang tersebut digunakan.

3. Crosby dalam Yazid (2013) berpendapat bahwa:

“Quality is conformance to requirement”.

Artinya sesuai dengan yang disyaratkan atau distandarkan. Suatu

produk memiliki kualitas apabila sesuai dengan standar kualitas yang

telah ditentukan. Standar kualitas meliputi bahan baku, proses produksi

dan produk jadi.

4. Menurut American Society For Quality yang dikutip oleh Heizer dan

Render dalam Muhaemin (2012) berpendapat bahwa:

"Quality is the totality of features and characteristic of a product or


service that bears on it's ability to satisfy stated or implied need"

7
8

Artinya, kualitas adalah seluruh bentuk dan ciri produk atau jasa

yang memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan yang jelas

maupun yang tak terlihat.

5. Menurut Hansen dan Mowen dalam Pelawi (2011) berpendapat bahwa:

"Quality is a relative measure of goodness".

Artinya kualitas adalah ukuran relatif suatu kebaikan.

6. Menurut Deming dalam Yazid (2013) berpendapat bahwa:

“Kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar”.

7. Menurut Feigenbaum dalam Yazid (2013) berpendapat bahwa:

“Kualitas adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya (full costumer


satisfaction). Suatu produk dikatakan berkualitas apabila dapat
memberi kepuasan sepenuhnya kepada konsumen, yaitu sesuai
dengan apa yang diharapkan konsumen atas suatu produk”.

8. Menurut Garvin dalam Yazid (2013) berpendapat bahwa:

“Kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan


produk, manusia/tenaga kerja, proses dan tugas, serta lingkungan
yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan atau konsumen”.

Selera atau harapan konsumen pada suatu produk selalu berubah

sehingga kualitas produk juga harus berubah atau disesuaikan. Dengan

perubahan kualitas produk tersebut, diperlukan perubahan atau

peningkatan keterampilan tenaga kerja, perubahan proses produksi dan

tugas, serta perubahan lingkungan perusahaan agar produk dapat

memenuhi atau melebihi harapan konsumen.

Berdasarkan dari beberapa pendapat di atas mengenai definisi dari mutu

(kualitas), maka mutu (kualitas) dapat didefinisikan sebagai suatu standar produk
9

atau jasa yang dapat memberikan kepuasan guna memenuhi kebutuhan dan

keinginan konsumen.

2.2 Pengendalian Mutu

2.2.1 Pengertian Pengandalian Mutu

Berikut beberapa definisi mengenai pengandalian mutu (kualitas), yaitu:

1. Vincent Gaspersz dalam Putra (2015) mendefinisikan pengendalian

mutu (kualitas) adalah:

“Suatu kegiatan yang tidak hanya fokus untuk mendeteksi


kerusakan, tetapi lebih kepada mencegah kerusakan”.

2. Feigenbaum dalam Putra (2015) mendefinisikan pengendalian mutu

(kualitas) adalah:

“Suatu ukuran kinerja produk dan jasa dengan membandingkan


standar dan spesifikasinya, serta adanya tindakan koreksi jika
terjadi penyimpangan”.

3. Fakhri (2010) berpendapat bahwa:

“Pengendalian mutu (kualitas) adalah sebuah teknik atau tindakan


merencanakan dan mempertahankan kepuasan konsumen melalui
kualitas dari suatu produk dan jasa dengan melihat standar produksi
perusahaan”.

4. Menurut Irawan (2014) pengendalian mutu (kualitas) adalah:

“Suatu aktivitas meningkatkan kepuasan dan kepercayaan


pelanggan melalui produk dan jasa yang dihasilkan, bahkan mampu
memperluas cakupan pasar”.

5. Menurut Susetyo (2011):

“Pengendalian mutu (kualitas) merupakan suatu sistem


pengendalian yang dilakukan dari tahap awal suatu proses sampai
produk jadi, dan bahkan sampai pada pendistribusian kepada
konsumen”.
10

6. Menurut Yazid (2013):

“Pengendalian kualitas (quality control)adalah teknik-teknik dan


aktivitas operasional yang digunakan untuk memenuhi persyaratan
kualitas”.

7. Menurut Prawirosentono dalam Fajar (2014):

“Pengendalian mutu adalah kegiatan terpadu mulai dari


pengendalian standar mutu bahan, standar proses produksi, barang
setengah jadi, barang jadi, sampai standar oengiriman produk akhir
ke konsumen agar barang (jasa) yang dihasilkan sesuai dengan
spesifikasi mutu yang direncanakan”.

8. Menurut Ekoanindiyo (2015):

“Pengendalian mutu adalah suatu upaya yang dilakukan untuk


menetapkan dan mencapai standar dengan melakukan
pengawasan, pengujian, pengendalian, dan perbaikan pada bahan
baku dari awal produksi hingga akhir demi mencapai standar yang
diinginkan”.

Berdasarkan beberapa definisi di atas mengenai pengertian pengandalian

mutu (kualitas), maka dapat disimpulkan bahwa pengendalian mutu adalah

aktivitas mempertahankan dan meningkatkan kualitas (mutu) suatu produk dan

jasa berlandaskan standar yang telah ditentukan, serta mencegah terjadinya

penyimpangan guna memberikan kepuasan maksimal kepada konsumen.

2.2.2 Tujuan Pengendalian Mutu

Tujuan dari pengendalian mutu adalah agar hasil akhir produk tetap sesuai

dengan standar (Ariyani, 2007). Adapun menurut Assuari dalam Ekoanindiyo

(2015), berpendapat bahwa tujuan pengendalian mutu adalah sebagai berikut:

1. Agar produk hasil produksi sesuai dengan standar


2. Agar biaya inspeksi dapat diminimalisir
3. Agar biaya biaya mesin dan biaya proses dapat diperkecil
4. Agar biaya produksi dapat diperkecil
11

Menurut Reksohadiprojo dan Sudarmo dalam Ekoanindiyo (2015), tujuan

pengendalian mutu (kualitas) adalah untuk memperbaiki kualitas,

mempertahankan kualitas dan mengurangi jumlah produk yang rusak dalam

kegiatan produksi.

Menurut Muhaemin (2012):

“Tujuan pengendalian kualitas adalah untuk mendapatkan jaminan


bahwa kualitas produk dan jasa yang dihasilkan sesuai dengan standar
kualitas yang telah ditetapkan dengan megeluarkan biaya yang
ekonomis atau serendah mungkin”.

Menurut Elmas (2017):

“Tujuan pengendalian kualitas adalah terdapatnya peningkatan


kepuasan konsumen, proses produksi dapat dilaksanakan dengan biaya
serendah-rendahnya serta sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan”.

Pengendalian kualitas harus dapat mengarahkan kepada beberapa tujuan

secara terpadu, sehingga para konsumen dapat puas mempergunakan produk

atau jasa dari perusahaan. Harga produk atau jasa perusahaan tersebut harus

dapat ditekan serendah-rendahnya serta proses produksinya dapat selesai

sesuai dengan waktu yang telah direncanakan sebelumnya didalam perusahaan

yang bersangkutan. Pengendalian kualitas merupakan suatu kegiatan yang

sering dilakukan disetiap perusahaan. Apabila pengendalian kualitas dilakukan

dengan baik, bagi perusahaan akan menimbulkan tambahan biaya yaitu biaya

pengawasan kualitas, dan tingkat kerusakan produk yang dihasilkan sangat

rendah atau produk rusak yang terjadi sedikit.

Dapat disimpulkan berdasarkan beberapa pendapat di atas mengenai tujuan

dari pengendalian mutu yaitu agar suatu standar dari produk dapat tetap

dipertahankan kualitasnya, meminimalisir biaya-biaya yang digunakan selama

produksi dan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan, serta mempertahankan

atau meningkatkan kepuasan konsumen.


12

2.3 Dimensi Mutu

Mutu produk dan jasa diharapkan mampu memenuhi atau bahkan melebihi

harapan para konsumen. Menurut Hansen dan Mowen dalam Pelawi (2011)

mendeskripsikan harapan konsumen ke dalam delapan dimensi mutu (kualitas),

yaitu:

1. Kinerja (Performance)
Kinerja adalah tingkat baiknya fungsi produksi.

2. Estetika (Aesthetics)
Estetika berkaitan dengan wujud fisik produk serta berhubungan
dengan tampilan fasilitas, peralatan, personalia, dan materi
komunikasi yang berkaitan dengan jasa.

3. Kemudahan Perawatan dan Perbaikan (Serviceability)


Kemudahan perawatan dan perbaikan berhubungan dengan
tingkat kemudahan dalam merawat dan memperbaiki suatu
produk.

4. Keunikan (Features)
Keunikan yang dimaksud adalah ciri khas dari suatu produk yang
berbeda dengan produk sejenis.

5. Reliabilitas (Reability)
Reliabilitas adalah tingkat probabilitas suatu produk atau jasa
dalam menjalankan fungsi dalam jangka waktu tertentu.

6. Durabilitas (Durability)
Durabilitas adalah umur dari manfaat produk tersebut.

7. Tingkat Kesesuaian (Quality of Conformance)


Tingkat kesesuaian adalah apakah tingkatan suatu produk atau
jasa telah memenuhi spesifikasinya.

8. Pemanfaatan (Fitness for use)


Pemanfaatan adalah kesesuaian fungsi-fungsi dari suatu produk
sesuai dengan yang diiklankan. Apabila sebuah produk
mengandung cacat desain yang parah, maka produk tersebut
tidak bisa berfungsi meskipun kesesuaian sesuai dengan
spesifikasinya. Produk yang dikembalikan para pelanggan
seringkali disebabkan oleh adanya masalah dalam dimensi
pemanfaatan ini.

Menurut Garvin dalam Muhaemin (2012) mendeskripsikan delapan dimensi

mutu (kualitas) yang dapat digunakan untuk menganalisis karakteristik kualitas

produk, yaitu:
13

1. Performa (performance)
Berkaitan dengan aspek fungsional dari produk dan merupakan
karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan ketika ingin
membeli suatu produk.

2. Keistimewaan (features)
Merupakan aspek kedua dari performansi yang menambah fungsi
dasar, berkaitan dengan pilihan-pilihan dan pengembangannya.

3. Keandalan (reliability)
Berkaitan dengan kemungkinan suatu produk melaksanakan
fungsinya secara berhasil dalam periode waktu tertentu di bawah
kondisi tertentu.

4. Konformasi (conformance)
Berkaitan dengan tingkat kesesuaian produk terhadap spesifikasi
yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan
pelanggan.

5. Daya tahan (durability)


Merupakan ukuran masa pakai suatu produk. Karakteristik ini
berkaitan dengan daya tahan dari produk itu.

6. Kemampuan pelayanan (serviceability)


Merupakan karakteristik yan berkaitan dengan kecepatan,
keramahan/kesopanan, kompetensi, kemudahan serta akurasi
dalam perbaikan.

7. Estetika (esthetics)
Merupakan karakteristik yang bersifat subjektif sehingga berkaitan
dengan pertimbangan pribadi dan refleksi dari preferensi atau
pilihan individual.

8. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality)


Bersifat subjektif, berkaitan dengan perasaan pelanggan dalam
mengonsumsi produk tersebut.

Berdasarkan penjelasan di atas untuk mempertahankan dan meningkatkan

mutu (kulitas) perlu memperbaiki keseluruhan dari dimensi mutu di atas.

2.4 Biaya Mutu

Menurut Hansen dan mowen dalam Anggriani (2013) mendefiniskan bahwa

biaya mutu (kuaitas) adalah segala biaya yang berkaitan dengan aktivitas

penunjang kualitas, yang dilakukan adanya kemungkinan produk yang buruk

atau telah terdapat produk yang buruk.


14

Menurut JM. Juran dalam Pelawi (2011) mengklasifikasikan biaya kualitas

menjadi empat kelompok, yaitu:

1. Biaya Pencegahan (Prevention Cost)


Biaya pencegahan adalah biaya-biaya yang berkaitan dengan
pencegahan kecacatan produk, pembatasan biaya kegagalan dan
biaya penilaian. Terdapat beberapa biaya yang termasuk biaya
pencegahan, diantaranya:

a. Perencanaan Kualitas (Quality Planning)


Segala biaya yang berkaitan dengan menciptakan dan
menyampaikan rencana-rencana dan sistem kualitas,
pemeriksaan, keandalan dan aktivitas-aktivitas yang
berhubungan, termasuk biaya-biaya untuk menyediakan
seluruh petunjuk dan prosedur yang diperlukan.

b. Tinjauan Produk Baru (New Products Review)


Biaya yang berhubungan dengan pengadaan penawaran
proposal, evaluasi desain-desain baru, pengetesan dan
percobaan memprogram, serta segala kegiatan yang berkaitan
dengan peluncuran produk baru.

c. Pelatihan (Training)
Segala biaya yang berkaitan dengan program pengembangan
dan pelaksanaan program-program pelatihan guna peningkatan
kinerja kualitas.

d. Pengendalian Proses (Quality Control)


Biaya yang berkaitan dengan pengendalian proses dengan
tujuan untuk mencapai kesesuaian penggunaan dan suatu
pembeda yang sulit diterapkan dalam praktek.

e. Perolehan data kualitas dan analisa (Quality data acquisition


and analysis)
Biaya untuk mengolah sistem data kualitas yang bertujuan
untuk mendapatkan data berkelanjutan.

f. Laporan Kualitas (Quality Reporting)


Biaya untuk menggabungkan data kualitas dan dipresentasikan
kepada manajer bagian atas.
g. Proyek-proyek peningkatan (Improvement
Projects) Biaya untuk menerapkan proyek-proyek
unggulan.

2. Biaya Penilaian (Apprasial Cost)


Biaya penilaian adalah segala biaya yang ditujukan untuk
menentukan kondisi produk dan bahan baku. Biaya yang termasuk
dalam biaya penilaian, antara lain:

a. Pemeriksaan bahan baku yang datang (Incoming materials


inspection)
Biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan dengan tujuan
untuk memeriksa dan menguji kesesuaian kualifikasi bahan
15

baku yang dibeli dengan kualifikasi yang tercantum dalam


pesanan.

b. Pemeriksaan dan pengujian (Inspection and test)


Segala biaya yang digunakan untuk memeriksa kesesuaian
produk sepanjang proses desain dan manufaktur, termasuk
melakukan pengujian hingga sampai ke tangan konsumen.

c. Mempertahankan ketelitian dari pengujian peralatan


(Maintaining accuracy of test equipment)
Biaya yang digunakan dalam pelaksanaan dan
mempertahankan peralatan untuk mengukur.

d. Bahan-bahan dan jasa yang terpakai (Materials and services


consumed)
Biaya dari produk yang dikonsumsi dalam uji destruktif, dan
juga biaya dari bahan dan jasa saat pengujian.

e. Evaluasi persediaan (Evaluation of stock)


Biaya yang bertujuan menilai kondisi produk dalam ruang
simpan.

3. Biaya Kegagalan Internal (Internal Failure Cost)


Biaya kegagalan internal adalah segala biaya yang harus
dikeluarkan akbiat ditemukannya produk cacat sebelum diantarkan
ke konsumen. Adapun biaya yang termasuk dalam biaya
kegagalan internal, antara lain:

a. Sisa bahan (Srap)


Suatu kerugian bersih pada tenaga kerja dan bahan akibat
produk cacat yang secara ekonomi tidak dapat diperbaiki atau
digunakan.

b. Pengerjaan ulang (Rework)


Segala biaya untuk perbaikan produk agar dapat digunakan.

c. Pengujian ulang (Retest)


Segala biaya pemeriksaan kembali atas produk yang dikerjakan
ulang.
d. Downtime
Biaya tidak aktifnya fasilitas, peralatan, dan tenaga kerja yang
tidak aktif akibat barang-barang yang cacat.

e. Yield losses
Biaya proses yang lebih rendah yang bisa dicapai melalui
proses pengawasan yang ditingkatkan.

f. Disposition
Biaya yang bertujuan apakah produk yang tidak sesuai dapat
digunakan dan apakah langkah yang diambil untuk produk
tersebut.
16

4. Biaya Kegagalan Eksternal (External Failure Cost)


Biaya kegagal eksternal adalah biaya yang dikeluarkan akibat
adanya produk cacat yang ditemukan setelah barang tiba ditangan
konsumen. Adapun biaya yang termasuk dalam biaya kegagalan
eksternal, antara lain:

a. Penanganan keluhan (Complaint adjustment)


Biaya-biaya yang digunakan untuk menyelidiki dan menanggapi
keluhan-keluhan karena produk yang cacat, instalasi yang
keliru, atau petunjuk yang tidak sesuai saat diberikan kepada
konsumen.

b. Pengembalian produk (Returned material)


Biaya yang berkaitan dengan penggantian produk cacat dan
dikembalikan dari konsumen.

c. Biaya garansi (Warranty charges)


Biaya perbaikan yang telah dijamin garansi.

d. Allowances
Pendapatan-pendapatan yang hilang karena menurunkan
standar produk untuk dijual seperti barang bekas dan untuk
pemberian hadiah yang dibuat untuk pelanggan yang menerima
produk di bawah standar.

2.5 Total Quality Management (TQM)

Total Quality Management menurut Heizer dan Render dalam Rahman

(2015) mendefinisikan sebagai berikut:

“TQM menggambarkan penekanan mutu yang mengacu seluruh


organisasi mulai dari pemasok hingga ke konsumen. TQM juga
menekankan pada komitmen manajemen untuk memiliki keinginan
yang berkesinambungan bagi perusahaan untuk mencapai
kesempurnaan di segala aspek barang dan jasa yang penting bagi
konsumen”.

Total Quality Management (TQM) menurut Deming dalam Gaspersz (2001)

memerlukan perbaikan secara terus-menerus (continuous improvement) yang

dikenal dengan 14 butir prinsip manajmen Deming, antara lain:

1. Ciptakan tujuan yang mantap ke arah perbaikan barang maupun


produk dan jasa, dengan tujuan menjadi lebih kompetitif dan tetap
dalam bisnis serta memberikan lapangan kerja.

2. Adopsikan cara berfikir (filosofi) yang baru. Kita berada dalam era
ekonomi yang baru, karena itu diperlukan transformasi
manajemen
17

untuk menghadapi tantangan dan memahami tanggung jawabnya


serta melakukan kepemimpinan untuk perubahan.

3. Hentikan ketergantungan pada inspeksi massal untuk memperoleh


kualitas. Hilangkan kebutuhan untuk inspeksi massal dengan cara
membangun kualitas ke dalam produk itu sejak awal.

4. Akhiri praktek bisnis dengan hanya bergantung pada harga.


Sebaliknya, meminimumkan biaya total. Bergeraklah menuju
pemasok (supplier) tunggal untuk setiap barang (item) dengan
membina hubungan jangka panjang yang berdasarkan kesetiaan
(loyalty) dan kepercayaan (trust).

5. Tingkatkan perbaikan secara terus-menerus pada sistem produksi


dan pelayanan serta meningkatkan kualitas dan produktivitas dan
dengan demikian secara terus-menerus akan mengurangi biaya.

6. Lembagakan pelatihan kerja.

7. Lembagakan kepemimpinan. Tujuan dan kepemimpinan


seharusnya membantu pekerja, mesin, dan instrumentasi ke arah
hasil kerja yang lebih baik.

8. Hilangkan ketakutan, sehingga setiap orang dapat bekerja secara


efektif untuk perusahaan.

9. Hilangkan hambatan-hambatan di antara departemen. Orang-


orang yang berada dalam bagian riset, desain, penjualan, dan
produksi harus bekerja sama sebagai satu tim untuk
mengantisipasi masalah-masalah dalam produksi dan
penggunaan dari barang dan/atau jasa itu.

10. Hilangkan slogan-slogan, desakan-desakan, dan target-target


kepada pekerja untuk mencapai “kerusakan nol” (zero defect) dan
tingkat produktivitas baru yang lebih tinggi.

11. a. Hilangkan kouta produksi kerja di lantai pabrik. Substitusikan


dengan kepemimpinan.
b. Hilangkan “manajemen serba sasaran” (management by
objective). Hilangkan manajemen berdasarkan angka produksi.
Substitusikan denan kepemimpinan.

12. a. Hilangkan penghalang yang merampok para pekerja dari hak


kebanggaan kerja mereka. Tanggung jawab para pengawas
(supervisor) harus diganti dari angka-angka produksi ke kualitas
produk.
b. Hilangkan penghalang yang merampok orang-orang yang
berada dalam posisi manajemen dan rekayasa dari hak
kebanggaan kerja mereka. Ini berarti menghentikan praktek
sistem penilaian tahunan (annual or merit rating) dan
manajemen serba sasaran serta manajemen berdasarkan pada
angka produksi.
18

13. Lembagakan program pendidikan dan pengembangan diri secara


serius.

14. Gerakkan setiap orang dalam perusahaan untuk mencapai


transformasi di atas. Transformasi menjadi tugas dan tanggung
jawab setiap orang dalam perusahaan itu.

Total Quality Management merupakan suatu pendekatan yang berorientasi

pada pelanggan dan tahap memperkenalkan perubahan dan perbaikan secara

terus-menerus (Sholihah, 2012). Tujuan dari Total Quality Management adalah

menjamin pelanggan puas akan barang dan jasa yang diberikan dan tidak ada

kerugian yang dialami kedua belah pihak (Firdausiyah, 2014).

Total Quality Management (TQM) merupakan suatu konsep manajemen

modern yang berusaha untuk memberikan respon secara tepat terhadap setiap

perubahan yang ada, baik yang didorong oleh kekuatan eksternal maupun

internal organisasi, sehingga dapat disimpulkan dari beberapa pendapat dia ats

bahwa Total Quality Management adalah sistem manajemen yang

mengutamakan kualitas yang berorientasi pada kepuasan pelanggan melalui

perbaikan terus-menerus.

2.6 Six Sigma

2.6.1 Pengertian Six Sigma

Metode Six Sigma sering digunakan oleh perusahaan untuk pengedalian

kualitas produk dengan meminimasi jumlah cacat atau defect. Menurut Gaspersz

dalam Nailah (2014):

“Six Sigma adalah suatu visi peningkatan kualitas produk dan jasa ke
arah 3,4 tingkat kegagalan per sejuta kesempatan”.

Adapun definisi lain tentang Six Sigma adalah sebuah metodologi yang

bertujuan memperbaiki proses sekaligus mengurangi cacat pada produk (Latief,

2009).
19

Menurut Brue dalam Sirine (2017):

“Six Sigma merupakan falsafah manajemen yang berfokus untuk


menghapus cacat dengan cara menekankan pemahaman,
pengukuran, dan perbaikan proses”.

Menurut Pande dalam Sirine (2017):

“Six Sigma adalah suatu metode pengendalian dan peningkatan


produk guna memaksimalkan kesuksesan suatu usaha yang berfokus
kepada kebutuhan pelanggan”.

Six sigma dipandang sebagai pengendali proses produksi yang berfokus

pada pelanggan. Menurut Susetyo (2011) terdapat aspek kunci dalam aplikasi

konsep six sigma, yaitu:

1. Identifikasi pelanggan
2. Identifikasi produk
3. Identifikasi kebutuhan dalam memproduksi produk untuk pelanggan
4. Definisikan proses
5. Hindari kesalahan dalam proses dan hilangkan pemborosan yang ada
6. Tingkatkan proses secara terus-menerus menuju target six sigma

Sehingga dapat disimpulkan bahwa six sigma adalah sebuah metode yang

berfokus pada kebutuhan pelanggan pada peningkatan kualitas produk melalui

sejumlah perbaikan dan juga mengurangi jumlah produk yang cacat saat

produksi yang akan membawa perusahaan menuju kesuksesan.

2.6.2 Istilah dalam Konsep Six Sigma

Gaspersz (2001) mengemukakan bahwa terdapat beberapa istilah yang

berlaku dalam metode six sigma, yaitu:

1. Black Belt. Merupakan pemimpin tim (team leader) yang


bertanggung jawab untuk pengukuran, analysis, peningkatan, dan
pengendalian proses-proses kunci yang mempengaruhi kepuasan
pelanggan dan/atau pertumbuhan produktivitas. Black Belt adalah
orang yang menempati posisi pemimpin penuh waktu (full-time
position) dalam proyek six sigma. Sebelum menjadi Black Belt
orang ini harus mendapat pelatihan dari Master Black Belt atau
konsultan selama kurang lebih 160 jam pelatihan efektif, ditambah
penanganan sebuah proyek six sigma yag berjangka waktu empat
bulan, sistem palatihan yang ditawarkan adalah 5 hari, yaitu:
20

Session One (5 Days)


Understanding Six Sigma
Developing the Language of Six Sigma and Statistics
How to Compute and Apply Basic Statistics
How to Establish and Benchmark Process
Capability Session Two (5 Days)
Understanding the Theory of Sampling and Hypothesis
Testing
How to Apply the Key Statistical Tools for Testing Hypotheses
Understanding the Elements of Successful Application
Planning
How to Apply and Manage the Breakthrough Strategy
How to Identify and Leverage Dominant Sources of Variation
How to Establish Realistic Performance Tolerances
Session Three (5 Days)
Understanding the Basic Principle of Experimentation How to
Design and the Execute Multivariable Experiments How to
Interpret and Communicate the Results of an Experiment

How to Plan and Execute a Variable Search


Study Session Four (5 Days)
Understanding the Basic Concepts of Process Control
How to Construct, Use, and Maintain Charts for Variable Data
How to Construct, Use, and Maintain Charts for Attribute Data
How to Implement and Maintain Precontrol and Positrol Plans
How to Plan and Implement Process Control Systems

2. Green Belt. Serupa dengan Black Belt kecuali posisinya tidak


penuh waktu (not full-time position).

3. Master Black Belt. Guru yang melatih Black Belt, sekaligus


mentor dan/atau konsultan proyek six sigma yang sedang
ditangani oleh Black Belt. Kriteria pemilihan atau kualifikasi dari
seorang Master Black Belt adalah keterampilan analisis kuantitatif
yang sangat kuat dan kemampuan mengajar serta memberikan
konsultasi tentang manajemen proyek yang berhasil

4. Champion. Merupakan individu yang berada pada manajemen ats


(top management) yang memahami six sigma dan bertanggung
jawab untuk keberhasilan six sigma itu. Dalam organisasi besar,
six sigma akan dipimpin oleh individu penuh waktu, high level
champion, seperti seorang Executive Vice-President.

5. Critical-to-Quality (CTQ). Atribut-atribut yang sangat penting


untuk diperhatikan karena berkaitan langsung dengan kebutuhan
dan kepuasan pelanggan. Merupakan elemen dari suatu produk,
proses, atau praktek-praktek yang berdampak langsung pada
kepuasan pelanggan.

6. Defect. Kegagalan untuk memberikan apa yang diinginkan oleh


pelanggan.
21

7. Defects Per Million Opportunities (DPMO). Ukuran kegagalan


dalam six sigma, yang menunjukkan kegagalan per sejuta
kesempatan. Target dari six sigma adalah 3.4 DPMO, harusnya
tidak diinterpretasikan sebagai 3.4 unit output yang cacat dari
sejuta unit output yang diproduksi, tetapi diinterpretasikan sebagai
dalam satu unit produk tunggal terdapat rata-rata kesempatan
untuk gagal dari suatu karakteristik CTQ (Critical-to-Quality)
adalah hanya 3.4 kegagalan per satu juta kesempatan (DPMO).

8. Process Capability. Kemampuan proses untuk memproduksi


atau menyerahkan output sesuai dengan ekspektasi dan
kebutuhan pelanggan. Process Capability sering dinotasikan
sebagai Cp, merupakan suatu ukuran kinerja kritis yang
menunjukkan proses mampu menghasilkan sesuai dengan
spesifikasi produk yang ditetapkan oleh manajemen berdasarkan
kebutuhan dan ekspektasi pelanggan.

9. Variation. Merupakan apa yang pelanggan lihat dan rasakan


dalam proses transaksi antara pemasok dan pelanggan itu.
Semakin kecil variasi akan semakin disukai, karena menunjukkan
konsistensi dalam kualitas. Variasi mengukur suatu perubahan
dalam proses atau praktek-praktek bisnis yang mungkin
mempengaruhi hasil yang diharapkan.

10. Stable Operation. Jaminan konsistensi, proses-proses yang


dapat diperkirakan dan dikendalikan guna meningkatkan apa yang
pelanggan lihat dan rasakan, meningkatkan ekspektasi dan
kebutuhan pelanggan.

11. Design fo Six Sigma (DFSS). Suatu desai untuk memenuhi


kebutuhan pelanggan dan kemampuan proses (proses capability).
DFSS merupakan metodologi sistematik yang menggunakan
peralatan, pelatihan, dan pengukuran untuk memungkinkan
pemasok mendesain produk dan proses yang memenuhi
ekspektasi dan kebutuhan pelanggan, serta dapat diproduksi atau
dioperasikan pada tingkat kualitas six sigma.

12. DMAIC – Define, Measure, Analyze, Improve, and Control.


Merupakan proses untuk peningkatan terus-menerus menuju
target six sigma. DMAIC dilakukan secara sistematik, berdasarkan
ilmu pengetahuan dan fakta (systematic, scientific and fact based).
Proses closed-loop ini (DMAIC) menghilangkan langkah-langkah
proses yang tidak produktif, sering berfokus pada pengukuran-
pengukuran baru, dan menerapkan teknologi untuk peningkatan
kualitas menuju target six sigma.

13. Six Sigma. Suatu visi peningkatan kualitas menuju taget 3.4
kegagalan per sejuta kesempatan (DPMO - Defects Per Million
Opportunities). Untuk setiap transaksi produk (barang dan/atau
jasa). Upaya giat menuju kesempurnaan (zero defect- kegagalan
nol).
22

2.6.3 Tahap-tahap Penerapan Six Sigma

Menurut Gaspersz dalam Susetyo (2011) terdapa tlima tahap dalam

meningkatkan kualitas melalui penerapan Six Sigma yang disebut DMAIC

(Define, Measure, Analyze, Improve, Control). Penjelasan DMAIC antara lain:

a. Define (Definisi)
Define merupakan tahap operasional awal dalam peningkatan
kualitas six sigma, dimana sebelum mendefinisikan proses kunci
beserta pelanggan dalam proyek six sigma perlu mengetahui model
proses SIPOC (Supplier, Input, Process, Output, Costumer).

b. Measure (Pengukuran)
Measure merupakan tahap operasional kedua dalam peningkatan
kualitas six sigma yang aktivitasnya berupa:
1. Menetapkan karakteristik kualitas sesuai kebutuhan spesifik dari
pelanggan. Karakteristik kualitas adalah kunci yang berhubungan
langsung dengan kebutuhan spesifik dari pelanggan, yang
diturunkan secara langsung dari persyaratan-persyaratan output
dan pelayanan.
2. Identifikasi proses dengan grafik pengendali (Batas Pengendali
Atas, Batas Tengah, dan Batas Pengendali Bawah), pada tahap
ini data atribut digunakan untuk mengetahui terkendalinya proses
pada P-Chart.
3. Perhitungan nilai kapabilitas sigma, tahap ini berisikan yaitu
menentukan jumlah unit yang akan diukur, identifikasi
Opportunity, menghitung jumlah cacat (defect), dan menghitung
nilai kapabilitas sigma.
4. Menghitung DPMO (Defects Per Million
Opportunities) c. Analyze (Analisa)
Analyze (Analisa) merupakan tahap operasional ketiga dalam
peningkatan kulitas six sigma, kegiatan dalam tahap ini berupa:
1. Menentukan stabilitas dan kemampuan dari proses
2. Menentukan target kinerja dari karakteristik kualitas kunci (CTQ)
yang akan ditingkatkan dalam proyek six sigma.
3. Mengidentifikasi sumber-sumber penyebab
kecacatan d. Improve (Perbaikan)
Setelah penyebab dari masalah kualitas ditemukan, maka perlu
dilakukan penetapan rencana atau perbaikan peningkatan kualitas.

e. Control (Pengendalian)
Ini adalah tahap operasional terakhir dalam proyek peningkatan
kualitas six sigma. Pada tahap ini hasil-hasil peningkatan kualitas
didokumentasikan dan disebarluaskan, praktek terbaik yang sukses
dalam meningkatkan proses distandarisasikan dan dijadikan
sebagai pedoman kerja standar, serta kepemilikan atau
penanggung jawab proses, yang berarti six sigma berakhir pada
tahap ini.
23

2.6.4 Manfaat Six Sigma

Menurut Pande dalam Sirine (2002), terdapat beberapa manfaat six sigma

bagi perusahaan, yaitu:

1. Menghasilkan sukses berkelanjutan. Cara untuk melanjutkan


pertumbuhan dan tetap menguasai pertumbuhan sebuah pasar
yang aman adalah dengan terus-menerus berinovasi dan membuat
kembali organisasi. Six sigma menciptakan keahlian dan budaya
untuk terus-menerus bangkit kembali.

2. Mengatur tujuan kinerja bagi setiap orang. Dalam sebuah


perusahaan, membuat setiap orang bekerja dalam arah yang sama
dan berfokus pada tujuan bersama. Masing-masing fungsi, unit
bisnis, dan individu mempunyai sasaran dan target yang berbeda-
beda. Sekalipun demikian, ada hal yang dimiliki oleh semua orang di
dalam atau di luar perubahan. Six sigma menggunakan hal tersebut
untuk menciptakan sebuah tujuan yang konsisten.

3. Memperkuat nilai pada pelanggan. Dengan persaingan yang ketat


di setiap industri hanya pengiriman produk dan jasa yang bermutu
atau bebas cacat tidaklah menjamin sukses. Fokus pada pelanggan
pada inti six sigma artinya mempelajari nilai apa yang berarti bagi
para pelanggan dan merencanakan bagaimana mengirimkannya
kepada mereka secara menguntungkan.

4. Mempercepat tingkat perbaikan. Dengan teknologi informasi yang


menentukan kecepatan langkah, harapan pelanggan terhadap
perbaikan semakin nyata. Perusahaan yang tercepat melakukan
perbaikan kemungkinan besar akan memenangkan persaingan.
Dengan meminjam alat-alat dan ide-ide dari banyak disiplin ilmu, six
sigma membantu sebuah perusahaan untuk tidak hanya
meningkatkan kinerja tetapi juga meningkatkan perbaikan.

5. Mempromosikan pembelajaran dan “cross-pollination” Six sigma


merupakan sebuah pendekatan yang dapat meningkatkan dan
mempercepat pengembangan dan penyebaran ide-ide baru di
sebuah organisasi keseluruhan. Orang-orang yang terlatih dengan
keahlian dalam banyak proses serta bagaimana mengelola dan
memperbaiki proses dapat dipindah ke divisi lain dengan
kemampuan untuk menerapkan proses dengan lebih cepat. Ide-ide
mereka dapat dibagikan sehingga kinerja lebih mudah untuk
diperbandingkan.

6. Melakukan perubahan strategi. Memperkenalkan produk baru,


meluncurkan kerjasama baru, dan memasuki pasar baru merupakan
aktivitas-aktivitas bisnis sehari-hari yang biasa dilakukan oleh
perusahaan. Dengan lebih memahami proses dan prosedur
perusahaan akan memberikan kemampuan yang lebih besar untuk
melakukan penyesuaian-penyesuaian kecil ataupun perubahan-
perubahan besar yang dituntut oleh sukses bisnis.
24

2.7 Penelitian Terdahulu

Peningkatan mutu dan mengurangi jumlah produk yang cacat saat produksi

telah banyak dilakukan dengan menggunakan analisis Six Sigma. Analisis Six

Sigma ini juga dapat mengurangi atau mengefisiensikan biaya selama produksi.

Peningkatan mutu tersebut akan berdampak positif bagi perusahaan yang

berfokus pada kepuasan konsumen akan produk yang dihasilkan. Terdapat

beberapa hasil penelitian yang menggunakan metode Six Sigma yang telah

dilakukan oleh beberapa orang atau peneliti yang dijadikan sebagai referensi

guna menunjang penelitian ini, adapun deskripsi beberapa penelitian terdahulu

tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

NO PENULIS TAHUN JUDUL HASIL PENELITIAN


1. Rimantho 2017 Penerapan Konsep yang digunakan
Metode Six adalah DMAIC (Define,
Sigma Pada Measure, Analisys, Improve,
Pengendalian Control). Hasil penelitiannya
Kualitas Air menyatakan bahwa masalah
Bahan Baku yang terjadi terletak pada
Produksi kondisi air yang cenderung
Makanan asam, keruh, dan memeliki
kandungan besi berlebih.
Masalah tersebut
menunjukkan nilai level Six
Sigma sebesar 3,3 dengan
kemungkinan cacat sebesar
34.491 untuk sejuta proses.
Setelah dilakukannya
perbaikan melalui filter yang
dilihat dari diagram pareto dan
diagram fishbone guna
mengetahui tingkat kecacatan
terbesar, nilai Six Sigma
mengalami perbaikan ke arah
4,09 dan kemungkinan
kegagalan proses sebesar
5.526.
2. Kusumawati 2017 Pengendalian Hasil penelitiannya
Kualitas menunjukkan kapabilitas
Proses perusahaan terbilang baik
Pengemasan dilihat dari nilai rata-rata
Gula Dengan DPMO (Defect Per Million
s
25

Pendekatan Opportunities) sebesar 5,1.


Six Sigma Penyebab dari kecacatan
produksi adalah operator
kurang teliti, ketidakstabilan
kecepatan conveyor dan
mesin jet, kondisi kebersihan
mesin, mesin timbang yang
kurang akurat, metode
perawatan, dan pengontrolan
yang belum efektif.
3. Ekawati 2017 Analisa Pada tahap define terdapat 16
Pengendalian jenis CTQ pada produk horn,
Kualitas kemudian pada tahap measure
Produk HORN melalui diagram pareto
PT. MI ditemukan cacat sebesar
Menggunakan 28,46%, nilai DPMO (Defects
Six Sigma. Per Million Opportunities)
Konsep yang sebesar 86,03 dengan nilai
digunakan sigma sebesar 5,28, kemudian
adalah DMAIC pada tahap analisa digunakan
(Define, diagram fishbone, setelah akar
Measure, permasalahan diketahui
Analisys, usulan saran perbaikan
Improve, menggunakan FMEA guna
Control) mengurangi defect pada
produk horn.
4. Safrizal dan 2016 Pengendalian Penelitian ini dilakukan pada
Kualitas UD. Delima Bakery Kabupaten
Muhajir dengan Aceh Timur dan ditemukan
Metode Six DPMO (Defects Per Million
Sigma Opportunities) sebesar 263
dan artinya perusahaan belum
maksimal dalam memproduksi
roti. Nilai Six Sigma sebesar
2,13 menunjukkan sebuah
kerugian yang sangat besar
apabila akibatnya tidak
ditangani yang berasal dari
produk yang gagal produksi
yang menyebabkan
pengeluaran yang tinggi.
5. Fachrur 2017 Perbaikan Penelitian ini menggunakan
Kualitas Wire beberapa perhitungan DPMO
Rod Steel Di (Defects Per Million
PT. Krakatau Opportunities), level sigma,
Steel (Persero) analisa pareto, diagram
Tbk. Cilegon ishikawa, dan borda count
Menggunakan methods. Hasil DPMO sebesar
Pendekatan 899,978, level sigma 4,621,
Six Sigma hasil analisa pareto dengan
defect laps 288,512
disebabkan oleh kerusakan
26

guide dan operator tidak


melakukan adjustment bar.
Rekomendasi yang diberikan
adalah maintenanc harus
e
tetap dijalankan meskipun
tidak produksi, perawatan
kerusakan, melakukan proses
pendampingan dan mentoring
karyawan pada karyawan
baru.
6. Ghiffari 2013 Analisis Six Penelitian ini menggunakan
Sigma Untuk peritungan DPMO (Defects
Mengurangi Per Million Opportunities).
Jumlah Cacat Stasiun kerja sablon
Di Stasiun merupakan stasiun kerja kritis,
Kerja Sablon karena menghasilkan cacat
(Studi Kasus: paling banyak.Jumlah cacat
CV. Miracle) paling banyak terdiri dari cacat
warna leber dan cacat
terkelupas. Sebelum perbaikan
diperoleh nilai sigma sebesar
1,3 sigma dan nilai DPMO
595.370. Biaya yang harus
dikeluarkan untuk cacat dari
stasiun kerja ini sebesar Rp.
417.920. Proses perbaikan
menghasilkan nilai sigma yang
meningkat sebesar 2,05 dan
DPMO menurun sebesar
290.741. Cost of Poor
Qualityakibat cacat pada
stasiun kerja ini menurun
sebesar Rp. 205.042,-.
7. Nailah 2014 Usulan Pada tahap measure
Perbaikan didapatkan nilai DPMO
Untuk sebesar 59.921 dengan nilai
Mengurangi sigma sebesar 3,055. Dari
Jumlah Cacat hasil analisis menggunakan
pada Produk tree diagram ditemukan faktor-
Sandal Eiger faktor penyebab cacat pada
S-101 produk diantaranya cara
Lightspeed pengeleman yang kurang
dengan efektif, kurangnya
Menggunakan pemeriksaan terhadap proses,
Metode Six faktor operator, dan faktor
Sigma lingkungan kerja. Pada tahap
improve dilakukan perbaikan
terhadap proses dan
didapatkan nilai DPMPO
sebesar 11.501 dengan nilai
sigma sebesar 3,789.
Perubahan nilai sigma yang
27

terjadi sebesar 0,734.


Pengendalian dapat dilakukan
dengan cara penggunaan
check sheet dan adanya
pemeriksaan pada setiap
prosesnya agar jumlah cacat
dapat terus berkurang.
Sumber: Data diolah

2.8 Kerangka Pikir

Penelitian ini menggunakan metode Six Sigma yang lebih berfokus pada

analisis DPMO (Defects Per Million Opportunities) dan tingkat sigma. Untuk

memulai penelitian ini dimulai dengan mengidentifikasi kebijakan mutu di PT.

SINAR GOWA INDUSTRY kemudian mengidentifikasi standar mutu produk

dengan melihat spesifikasi mutu yang telah ditetapkan oleh PT. SINAR GOWA

INDUSTRY. Berikutnya mengidentifikasi kebijakan mutu produksi dan standar

mutu produksi yang dilakukan dengan cara mengamati aktivitas proses produksi

mie kering di PT. SINAR GOWA INDUSTRY.

Penelitian ini ditutup dengan penerapan metode Six Sigma yang berfokus

pada analisis DPMO (Defects Per Million Opportunities) pada produk PT. SINAR

GOWA INDUSTRY Hasil dari penerapan yang diperoleh selanjutnya akan

dijadikan rekomendasi kepada PT. SINAR GOWA INDUSTRY guna peningkatan

mutu dalam proses produksinya.


28

PT. SINAR GOWA INDUSTRY

Kebijakan Mutu
PT. SINAR GOWA INDUSTRY

Standar Mutu Produk

Proses Produksi

Analisis Six Sigma:


1. DPMO (Defects Per Million Opportunities)
2. Tingkat Sigma

1. Kesimpulan
2. Saran
3. Rekomendasi

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

2.9 Hipotesis

1. Diduga PT. SINAR GOWA INDUSTRY belum menggunakan Six Sigma

dalam pengendalian mutu.

2. Diduga nilai sigma PT. SINAR GOWA INDUSTRY belum mencapai Six

Sigma.

3. Diduga PT. SINAR GOWA INDUSTRY memiliki nilai DPMO diatas 3,4.

4. Diduga keuntungan yang hilang pada PT. SINAR GOWA INDUSTRY

sebelum menggunakan metode Six Sigma sebesar Rp 9.547.200,

sedangkan jika menggunakan Six Sigma keuntungan yang hilang hanya

Rp 30.600.

5. Diduga proses produksi yang berpedoman pada Six Sigma mampu

mengurangi kecacatan produk pada PT. SINAR GOWA INDUSTRY.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Six Sigma untuk menganalisis

pengendalian mutu pada PT. SINAR GOWA INDUSTRY di Makassar. Penelitian

ini menggunakan data kuantitatif yang ditunjang dengan data kualitatif. Sumber

data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Metode Six Sigma

yang digunakan akan lebih berfokus pada analisis DPMO (Defects Per Million

Opportunities) dan tingkat sigma.

3.2 Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di PT. SINAR GOWA INDUSTRY di Makassar pada

bulan Agustus sampai dengan bulan September 2018.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Menurut Uma Sekaran dalam Yanti (2014) populasi adalah seluruh

kelompok orang, produk, hal atau kejadian yang ingin di investigasi oleh peneliti.

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah produk mie kering cap

Kepiting di PT. SINAR GOWA INDUSTRY di Makassar.

3.3.2 Sampel

Menurut Arikunto dalam Nugraha (2013) sampel adalah sebagian atau

wakil dari populasi yang diteliti. Penelitian ini menggunakan populasi yang

jumlahnya sama dengan tingkat produksi mie kering cap Kepiting di PT. SINAR

29
30

GOWA INDUSTRY selama bulan Mei sampai Juli sebanyak 539.397 ball. Dalam

menentukan jumlah sampel pada penelitian ini digunakan rumus Slovin yaitu:
=
1+( ∙ 2)

Sumber: Supriyanto (2017)

Keterangan:

= Jumlah anggota sampel

N = Jumlah anggota populasi

= Tingkat kesalahan

*Tingkat kesalahan yang digunakan 5% atau 0,05

Maka:
539.397
=
1 + (539.397 ∙ 0,05 ∙ 0,05)
539.397
=

539.397
= 1.349,5

= 399,7 ≈ 400

Berdasarkan hasil perhitungan pengambilan sampel di atas, maka sampel

yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 400 ball. PT. SINAR

GOWA INDUSTRY memproduksi mie kering cap Kepiting dalam 1 ball terdiri dari

5 pcs, sehingga total sampel sebanyak 2000 pcs. Penelitian ini dilakukan selama

20 hari dengan pengambilan sampel 20 ball atau 100 pcs di setiap harinya,

rinciannya sebagai berikut:

1. Pukul 08.00 – 10.00 WITA pengambilan 5 ball atau 25 pcs

2. Pukul 10.00 – 12.00 WITA pengambilan 5 ball atau 25 pcs


31

3. Pukul 13.00 – 15.00 WITA pengambilan 5 ball atau 25 pcs

4. Pukul 15.00 – 17.00 WITA pengambilan 5 ball atau 25 pcs

3.4. Jenis dan Sumber Data

3.4.1 Jenis Data

Jenis data yang digunakan antara lain:

a. Data kuantitatif, data yang diperoleh dalam bentuk angka mengenai

jumlah produksi semen pada suatu periode, dan jumlah produk yang

cacat.

b. Data kualitatif, data yang diperoleh dari pihak perusahaan berupa

informasi lisan atau tulisan dan tidak berbentuk angka, seperti proses

produksi, jenis cacat, dan bahan baku yang digunakan perusahaan.

3.4.2 Sumber Data

Penelitian ini menggunakan sumber data yang berasal dari data primer

dan data sekunder.

a. Data primer adalah data yang didapatkan secara langsung melalui

penelitian dengan cara observasi langsung atau wawancara untuk

mencari informasi seputar produksi.

b. Data sekunder adalah data yang didapatkan secara tidak langsung,

tetapi dapat didapatkan melalui beberapa dokumen atau laporan tertulis

mengenai data yang berkaitan dengan penelitian.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Dalam megumpulkan data penelitian ini menggunakan beberapa metode,

yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi.


32

3.5.1 Observasi

Metode ini dilakukan dengan pangamatan langsung ke lokasi penelitian di

PT. SINAR GOWA INDUSTRY di Makassar untuk mendapatkan data penunjang

penelitian.

3.5.2 Wawancara

Metode ini menggunakan aktivitas Tanya jawab secara langsung kepada

pihak atau orang yang berkaitan langsung dengan objek yang akan diteliti. Pihak

PT. SINAR GOWA INDUSTRY di Makassar yang dimaksud adalah pihak yang

berada pada bagian produksi yang mengetahui keadaan produksi perusahaan,

proses produksi dan jenis-jenis produk yang cacat serta penyebabnya.

3.5.3 Dokumentasi

Metode ini dilakukan dengan cara mengumpulkan dokumen atau arsip

yang berhubungan dengan permasalahan pada produksi.

3.5.4 Penelitian Pustaka (Library Research)

Metode ini berupa serangkaian kegiatan pengumpulan data pustaka,

membaca bukudan mencatat serta mengolah bahan penelitian.

3.6 Definisi Operasional

a. Mutu (kualitas) dapat digambarkan sebagai suatu standar produk yang

dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan.

b. Pengendalian mutu merupakan suatu aktivitas mempertahankan dan

bahkan mengarah ke peningkatkan kualitas produk melalui

meminimalisirkan kecacatan dan segala penyimpangan dalam proses

produksi.
33

c. Six Sigma adalah suatu visi peningkatan kualitas produk dan jasa ke arah

3,4 tingkat kegagalan per sejuta kesempatan.

3.7 Metode Analisis

Pada penelitian ini dimulai dengan menganalisis menggunakan metode

deskriptif, kemudian dilanjutkan dengan analisis P-Chart, analisis DPMO dan

penentuan tingkat sigma.

3.7.1 Metode Deskriptif

Suatu metode yang bertujuan menjelaskan hal seputar penelitian. Sesuai

dengan langkah pada kerangka pikir di atas, penelitian ini mula-mula

mendeskripsikan profil PT. SINAR GOWA INDUSTRY di Makassar disertai

dengan kebijakan mutu serta proses produksinya.

3.7.2 Analisis P-Chart

P-Chart adalah alat yang digunakan untuk mengevaluasi tingkat kecacatan.

Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2006) terdapat langkah-langkah dalam

membuat P-Chart, yaitu:

a. Menghitung Persentase Kerusakan


=

Keterangan:

np : Jumlah gagal dalam sub grup

n : Jumlah yang diperiksa dalam sub

grup sub grup : hari ke-


34

b. Menghitung Garis Pusat (Central Line)


Garis pusat merupakan rata-rata kerusakan ( )

= =∑

Keterangan:

∑np : Jumlah total yang rusak

∑n : Jumlah total yang diperiksa

c. Menghitung batas kendali atas (Upper Control Limit) (1 − )


= + 3 (√ )

Keterangan:
: Rata-rata kerusakan produk

: Total grup/ sampel

d. Menghitung batas kendali bawah (Lower Control Limit) (1 − )


= − 3 (√ )

Keterangan:
: Rata-rata kerusakan produk

: Total grup/ sampel

3.7.3 Analisis DPMO (Defects Per Million Opportunities) dan Tingkat Sigma

Menurut Gasperz (2001) untuk melakukan analisis DPMO (Defect Per

Million Oppurtunities) dan tingkat sigma dapat mengikuti langkah-langkah yang

digambarkan pada table berikut ini:


35

Tabel 3.1 Analisis DPMO dan Tingkat Sigma

Langkah Tindakan Persamaan


1 Proses apa yang ingin …..
diketahui?
Berapa banyak unit transaksi
2 yang dikerjakan melalui …..
proses?
3 Berapa banyak unit transaksi …..
yang OK?
4 Hitung hasil untuk proses yang = (langkah 3) / (langkah 2)
didefinisikan dalam langkah 1
Hitung tingkat cacat
5 (kesalahan) berdasarkan pada = 1 – (langkah 4)
langkah 4
Tentukan banyaknya CTQ = banyaknya karakteristik
6 potensial yang dapat CTQ
mengakibatkan cacat
Hitung tingkat cacat
7 (kesalahan) per karakteristik = (langkah 5) / (langkah 6)
CTQ
8 Hitung DPMO (Defects Per = (langkah 7) x 1.000.000
Million Opportunities)
9 Konversi DPMO (langkah 8) ke …..
dalam nilai sigma (Lampiran 1)
10 Buat kesimpulan …..

Sumber: Gaspersz (2001)


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1 Sejarah Berdirinya PT. SINAR GOWA INDUSTRY

Gambar 4.1 Logo PT. SINAR GOWA INDUSTRY

Tahun 1972, keluarga Charles Picardi mendirikan usaha yang bernama

Sien Goan (Cahaya Kemakmuran) yang beralamat di JL. Veteran Utara No. 106,

Makassar. Beliau memulai usaha bisnis mie dengan sistem manual dengan

menggunakan talang sebagai tempat menjemur mie sampai kering kemudian di

kemas lalu di jual di pasaran. Karena permintaan akan mie kriting bertambah,

pihak pengusaha membeli 1 (satu) unit mesin pabrik mie untuk menambah

kapasitas produksinya dan untuk membuat perusahaan ini semakin besar maka

pada Tahun 2003 berganti nama menjadi UD. & I. Sinar Gowa. 1 (satu) unit

pabrik Pada tahun 2003, belum mampu memenuhi permintaan akan produk mie

kriting, maka Pimpinan UD. & I. Sinar Gowa memindahkan dan mendirikan pabrik

baru di Jalan Ir. Soetami No.88.

Pada Tahun 2005 perusahaan merubah UD. & I. Sinar Gowa menjadi PT.

SINAR GOWA INDUSTRY. Tahun 2008, pengusaha membangun anak

36
37

perusahaan yang diberi nama PT. Sinar Gowa Sukses dengan produk berupa

AMDK SG (Air Minum dalam Kemasan) dan Jopy (minuman berperisa).

Kemudian, pada tahun 2011 pengusaha membentuk usaha distribusi costumer

food, sebagai marketing dan distributor, yang memasarkan produk ke berbagai

daerah.

4.1.2 Visi dan Misi

Sinar Gowa Group merupakan perusahaan yang bergerak dibidang

produksi Makanan, Air Minum dalam Kemasan dan Distribusi yang berdiri sejak

tahun 1970. Sinar Gowa Group memiliki dua anak perusahaan yaitu:

1. PT. SINAR GOWA INDUSTRY yang bergerak dibidang produksi Mie

kering dan produksi Air Minum dalam Kemasan (AMDK).

2. PT. Sinar Gowa Sukses yang bergerak dibidang Pemasaran dan

VISI: Menjadi perusahaan pabrik mie terbesar di Indonesia dan pelopor

produk mie di Indonesia.

MISI: - Melayani pengusaha dan calon pengusaha kuliner, resto, cafe, hotel

dan pengusaha menengah untuk menggunakan produk kami.

- Mencapai visi dengan memiliki anggota team yang memiliki

integritas, disiplin dan ahli dibidangnya.

- Memberdayakan masyarakat sekitar, membuka lapangan

pekerjaan, memberikan pengetahuan kepada masyarakat dan turut

membangun kesejahteraan.
4.1.3 Struktur Organisasi PT. SINAR GOWA INDUSTRY
DIREKTUR

GENERAL MANAGER

MANAGER MANAGER MANAGER


MANAGER DEPT.
AKUNTING & TAX DEPT. FINANCE DEPT. PRODUKSI DEPT. HRD &GA

KASIR MIE AMDK ADMIN SUPERVISOR STAF PO HRD & GA


PRODUKSI ENGEENERING

ADMIN
STAF SDM &
PENGEMBANGAN
STAF TAX
SUPERVISOR SUPERVISOR SUPERVISOR QUALITY
AKUNTING KARYAWAN PRODUKSI PRODUKSI PRODUKSI CONTROL
STAF HI &
MASYARAKAT

STAF LEGAL
TEKNISI OP. BOILER

STAF GENERAL
AFFAIR

KARYAWAN KARYAWAN BATU BARA SECURITY &


CLEANING SERVICE

38
39

4.1.4 Sistem Kerja

Pada bagian produksi PT. SINAR GOWA INDUSTRY memiliki tenaga kerja

tetap sebanyak 54 orang dan tenaga kerja harian sebanyak 136 orang. Proses

produksi dilakukan setiap hari kecuali hari raya atau tanggal merah. Pembagian

waktu produksi sebagai berikut:

Senin – Jumat:

1. Shift 1: Pukul 08.00 WITA – 16.00 WITA

2. Shift 2: Pukul 16.00 WITA – 24.00 WITA

3. Shift 3: Pukul 24.00 WITA – 08.00 WITA

Sabtu:

1. Shift 1: Pukul 08.00 WITA – 15.00 WITA

2. Shift 2: Pukul 15.00 WITA – 22.00 WITA

3. Shift 3: Pukul 22.00 WITA – 05.00 WITA

4.1.5 Aspek Produksi PT. SINAR GOWA INDUSTRY

PT. SINAR GOWA INDUSTRY bergerak pada industri makanan dan

minuman, antara lain menghasilkan produk-produk:

1. Mie kering yang diproduksi berbagai macam merk, yaitu mie telur

ukuran 900 gr, mie kering cap Perahu ukuran 900 gr, mie kering cap

Kepiting ukuran 900 gr, dan mie kering spesial Cap Udang ukuran 300

gr.

2. Air minum dalam kemasan (AMDK) merk “SG” dengan ukuran 220 ml

dan dalam 1 dos berisi 48 pcs.

3. Minuman berperisa (terkandung rasa dari ekstrak buah) dengan merk

“Jopy” rasa mangga dan anggur dengan ukuran 180 ml.


40

4.1.6 Proses Pembuatan Mie Kering

Dalam memproduksi mie kering, PT. SINAR GOWA INDUSTRY memiliki

tahapan mulai dari bahan baku hingga pengemasan, yang dipaparkan sebagai

berikut:

1. Tepung (Flour): Bahan dasar dalam membuat produk mie kering

adalah tepung terigu.

2. Pencampuran (Mixing): Tempat pencampuran antara bahan produksi

yang terdiri dari tepung terigu, soda, kasumba, garam dan air.

3. Bahan Tambahan Lainnya (Other Raw Material): Bahan tambahan

lainnya seperti: soda, kasumba, garam dan air.

4. Pengepresan (Pressing): Tempat membuat mie menjadi pipih.

5. Pembentukan untaian mie (Slitting): Pada tahap ini mie di urai

sehingga berbentuk untaian panjang.

6. Pengukusan (Steaming): Tempat ini digunakan untuk memasak mie.

7. Pemotongan & Pencetakan (Cutting & Folder): Tempat ini bertujuan

untuk memotong menjadi kepingan mie yang belum kering.

8. Pengeringan (Drying): Pada tahap ini menggunakan mesin oven untuk

mengeringkan mie.

9. Pendinginan (Cooling): Pada tahap ini mie di dinginkan menggunakan

kipas.

10. Penataan mie di compeyer (Structuring noodles in compeyer): Pada

tahap ini mie kering ditata dengan rapih sebelum pengemasan.

11. Pengemasan (Packing): Pada tahap ini mie kering di bungkus

menggunakan kemasan plastik.


41

Berikut adalah gambar alur proses pembuatan mie kering PT. SINAR

GOWA INDUSTRY dimulai dari bahan baku hingga tahap akhir yaitu

pengemasan:

Tepung Pengepresan Pengeringan

(Flour) (Pressing) (Drying)

Pembentukan Pendinginan
untaian mie (Cooling)
Pencampuran (Slitting)
(Mixing)
Penataan mie
Pengukusan di compeyer
(Steaming) (Structuring noodles
in compeyer)

Bahan Tambahan Pemotongan & Pengemasan


Lainnya Pencetakan (Packing)
(Other Raw Material) (Cutting & Folder)

Gambar 4.3 Proses Pembuatan Mie Kering PT. SINAR GOWA INDUSTRY

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Kebijakan Mutu PT. SINAR GOWA INDUSTRY

PT. SINAR GOWA INDUSTRY menetapkan beberapa kebijakan mutu

dalam menghasilkan produk, antara lain:

1. PT. SINAR GOWA INDUSTRY berfokus pada kepuasan pelanggan

melalui mutu produk yang dihasilkan.

2. PT. SINAR GOWA INDUSTRY mengembangkan kemampuan Sumber

Daya Manusia melalui pelatihan untuk menciptakan karyawan yang

bermutu.
42

3. PT. SINAR GOWA INDUSTRY menjamin mutu produk melalui

pengawasan proses sesuai dengan SOP (Standar Operasional

Prosedur).

4.2.2 Standar Mutu Produk PT. SINAR GOWA INDUSTRY

Standar mutu produk PT. SINAR GOWA INDUSTRY mengacu pada

Standar Nasional Indonesia (SNI 01-2974-1996) tentang mutu dari produk mie

kering, berikut adalah tabel syarat mutu mie kering:

Tabel 4.1 Syarat Mutu Mi Kering

No. Jenis Uji Satuan Mutu I Mutu II


1. Keadaan:

1.1 Bau - normal normal


1.2 Warna - normal normal
1.3 Rasa - normal normal
2. Air %b/b maks.8 maks.10

3. Protein (N x 6,25) %b/b min. 11 min. 8


4. Bahan Tambahan
Makanan:
4.1 Boraks
4.2 Pewarna tambahan
5 Cemaran logam:

5.1 Timbal (Pb) mg/kg maks. 1,0 maks. 1,0


5.2 Tembaga (Cu) mg/kg maks. 10,0 maks. 10,0
5.3 Seng (Zn) mg/kg maks. 40,0 maks. 40,0
5.4 Raksa (Hg) mg/kg maks. 0,05 maks. 0,05
6. Arsen (As) mg/kg maks 0,5 maks 0,5
7. Cemaran mikroba:
7.1 Angka lempeng total koloni/g 6
maks. 1,0 x 10
6
maks. 1,0 x 10

7.2 E. Coli APM/g maks. 10 maks. 10


7.3 Kapang koloni/g maks. 1,0 x 10 4
maks. 1,0 x 106

Sumber: Standar Nasional Indonesia (SNI), 2014

4.2.3 Proses Produksi

Pada penelitian ini proses produksi yang diamati adalah pada tahap

Pengemasan (Packing).
43

4.2.4 Analisis DPMO dan Tingkat Sigma

Dalam melakukan analisis DPMO (Defects Per Million Opportunities) dan

tingkat sigma diperlukan data produksi PT. SINAR GOWA INDUSTRY. Berikut

data 20 hari produksi mie kering cap Kepiting di PT. SINAR GOWA INDUSTRY

antara bulan Agustus–September 2018:

Tabel 4.2 Jumlah Produksi Mie Kering Cap Kepiting PT. SINAR GOWA

INDUSTRY bulan Agustus – September 2018

Jumlah Jenis Cacat (Pcs) Jumlah


Sampel Produk Proporsi
Tanggal
yang diteliti Mie Kemasan Cacat Produk Cacat
(Pcs) Hancur Rusak (Pcs)
24/08/2018 100 2 1 3 0.03
25/08/2018 100 2 2 4 0.04
27/08/2018 100 3 1 4 0.04
28/08/2018 100 1 0 1 0.01
29/08/2018 100 5 2 7 0.07
30/08/2018 100 2 2 4 0.04
31/08/2018 100 2 0 2 0.02
1/09/2018 100 1 2 3 0.03
3/09/2018 100 0 1 1 0.01
4/09/2018 100 1 3 4 0.04
5/09/2018 100 2 1 3 0.03
6/09/2018 100 2 3 5 0.05
7/09/2018 100 1 1 2 0.02
8/09/2018 100 3 3 6 0.06
10/09/2018 100 2 1 3 0.03
12/09/2018 100 3 1 4 0.04
13/09/2018 100 7 0 7 0.07
14/09/2018 100 1 1 2 0.02
15/09/2018 100 2 2 4 0.04
17/09/2018 100 2 1 3 0.03
Total 2000 44 28 72 -

Sumber: Data diolah


44

Berdasarkan tabel di atas, jenis cacat sering terjadi pada produksi mie

kering cap Kepiting adalah mie hancur sebanyak 44 pcs. Sedangkan jenis cacat

lain berupa kemasan rusak sebanyak 28 pcs. Dari data tersebut dapat dibuat P-

Chart yang dimulai dari menghitung CL (Central Line), UCL (Upper Control Limit),

dan LCL (Lower Control Limit), adapun langkahnya sebagai berikut:

a. Menghitung CL (Central Line) menurut Jay Heizer dan Barry Render

(2006):

= =∑

72
= 2000
= 0.036

b. Menghitung UCL (Upper Control Limit) menurut Jay Heizer dan Barry

Render (2006):
(1 − )
= + 3 (√ )

= 0.036 + 3 (√ 0.036 (1 − 0.036)) = 0.048 2000

c. Menghitung LCL (Lower Control Limit) menurut Jay Heizer dan Barry

Render (2006):
(1 − )
= − 3 (√ )

= 0.036 − 3 (√ 0.036(1 − 0.036)) = 0.024 2000


45

Berdasarkan pada tabel 4.2 tentang jumlah produksi mie kering Cap

Kepiting PT. SINAR GOWA INDUSTRY bulan Agustus – September 2018,

perhitungan CL= 0.036, UCL= 0.048 dan LCL= 0.024, sehingga dapat

digambarkan diagram P-Chart sebagai berikut:

Berdasarkan pada diagram P-Chart (Gambar 4.4) di atas terlihat bahwa

produksi mie kering cap kepiting di PT. SINAR GOWA INDUSTRY menghasilkan

9 titik produk cacat yang berada di luar batas pengendalian dan 11 titik produk

cacat yang berada di dalam batas pengendalian. Hal ini menandakan bahwa

pengendalian mutu pada PT. SINAR GOWA INDUSTRY sudah baik. Proporsi

kecacatan produk selama produksi juga tergolong sedikit, dapat dilihat pada

tabel 4.1 proporsi produk cacat tertinggi adalah 0.07, proporsi produk cacat

terendah adalah 0.01 dan rata-rata proporsi produk cacat adalah 0.036.

Tabel 4.1 juga digunakan sebagai referensi dalam menghitung DPMO

(Defects Per Million Opportunities) dan tingkat sigma, sehingga dapat dihitung

sebagai berikut:
46
Jumlah produk cacat

DPU =
CTQ x Jumlah produksi

72
=
2 x 2000

= 0.018

DPMO = 0.018 x 1.000.000

= 18.000

Setelah diketahuinya nilai DPMO (Defects Per Million Opportunities)

sebesar 18.000 di atas selanjutnya dikonversi ke dalam tingkat sigma pada

Lampiran 1, sehingga tingkat sigma pada PT. SINAR GOWA INDUSTRY berada

pada 3.60 sigma.

Langkah selanjutnya setelah melakukan beberapa perhitungan diatas,

kemudian dapat di konversi dan disesuaikan dengan rumus yang tertera pada

tabel 3.1 tentang analisis DPMO dan tingkat sigma, sebagai berikut:

Tabel 4.3 Analisis DPMO dan Tingkat Sigma

Langkah Tindakan Hasil Perhitungan


1 Proses apa yang ingin diketahui? Pengemasan (Packing)
2 Berapa banyak unit transaksi yang 2000
dikerjakan melalui proses?
3 Berapa banyak unit transaksi yang 1.928
OK?
4 Hitung hasil untuk proses yang 0.964
didefinisikan dalam langkah 1
5 Hitung tingkat cacat (kesalahan) 0.036
berdasarkan pada langkah 4
Tentukan banyaknya CTQ
6 potensial yang dapat 2
mengakibatkan cacat
7 Hitung tingkat cacat (kesalahan) 0.018
per karakteristik CTQ
8 Hitung DPMO (Defects Per Million 18.000
Opportunities)
47

9 Konversi DPMO (langkah 8) ke 3.60


dalam nilai sigma (Lampiran 1)
Buat kesimpulan Kapabilitas sigma adalah
10 3.60 (rata-rata kinerja industri
di Indonesia)
Sumber: Data diolah

Menurut Gaspersz (2001) peningkatan kualitas diukur berdasarkan

persentase COPQ (Cost Of Poor Quality) terhadap penjualan yang digambarkan

pada tabel berikut ini:

Tabel 4.4 Manfaat dari Pencapaian Beberapa Tingkat Sigma

COPQ (Cost Of Poor Quality)


Tingkat DPMO COPQ
Pencapaian Sigma
2-sigma 308.537 (tidak Kompetitif) Tidak dapat dihitung
3-sigma 66.810 25-40% dari penjualan
4-sigma 6.210 (rata-rata industri USA) 15-25% dari penjualan
5-sigma 233 5-15% dari penjualan
6-sigma 3.4 (industri kelas dunia) <1% dari penjualan
Setiap peningkatan atau pergeseran 1-sigma akan memberikan peningkatan
keuntungan sekitar 10%
Sumber: Gaspersz 2001

Berdasarkan pada perhitungan DPMO (Defects Per Million Opportunities)

dan tingkat sigma diatas serta mengacu pada tabel 4.3 dan tabel 4.4, dapat

dikatakan bahwa proses pengendalian mutu produk mie kering cap Kepiting di

PT. SINAR GOWA INDUSTRY sudah baik yaitu berada pada tingkat sigma 3.60,

yang berarti dalam satu juta kali produksi mie kering cap Kepiting hanya terdapat

18.000 produksi yang cacat.

4.2.5 Keuntungan yang Hilang Akibat Produk Cacat

PT. SINAR GOWA INDUSTRY menjual produk mie kering cap Kepiting

dengan harga Rp 10.200/pcs. Berdasarkan pada tabel 4.2 jumlah produk yang
48

cacat selama 20 hari penelitian sebesar 72 pcs , keuntungan yang hilang akibat

produk cacat dapat dihitung sebagai berikut:

Produk cacat x Harga jual

= 72 x 10.200

= Rp 734.400 /20 hari

Berdasarkan perhitungan di atas, hilangnya keuntungan yang dialami PT.

SINAR GOWA INDUSTRY sebesar Rp 734.400 /20 hari akibat dari 72 pcs produk

yang cacat.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengendalian mutu pada PT. SINAR

GOWA INDUSTRY, maka kesimpulannya sebagai berikut:

1. Kebijakan mutu PT. SINAR GOWA INDUSTRY berfokus pada kepuasan

pelanggan melalui mutu produk yang dihasilkan, mengembangkan

kemampuan Sumber Daya Manusia melalui pelatihan untuk menciptakan

karyawan yang bermutu, dan menjamin mutu produk melalui pengawasan

proses sesuai dengan SOP (Standar Operasional Prosedur). Proses

produksi mie kering cap Kepiting di PT. SINAR GOWA INDUSTRY sudah

baik, dilihat dari P-Chart yang proporsi kecacatan produksinya masih

berada dalam batas kendali lebih banyak dari yang diluar batas kendali.

2. Tingkat sigma pada PT. SINAR GOWA INDUSTRY berada pada 3.60

sigma.

3. Nilai DPMO (Defects Per Million Opportunities) PT. SINAR GOWA

INDUSTRY adalah 18.000 yang artinya kemungkinan terjadinya 18.000

kerusakan dalam satu juta kali produksi baik dalam bentuk mie yang

hancur maupun kemasan yang rusak. Meskipun hasil analisis DPMO

(Defects Per Million Opportunities) menunjukkan 18.000 dan tingkat

sigma 3.60 sigma, produksi mie kering cap Kepiting di PT. SINAR GOWA

INDUSTRY sudah tergolong baik, karena pada umumnya tingkatan sigma

perusahaan-perusahaan di Indonesia masih berada pada tingkat 2 sigma

sampai dengan 4 sigma.

49
50

4. Selama proses penelitian terdapatnya produk cacat sebanyak 72 pcs

mengakibatkan hilangnya keuntungan sebesar Rp 734.400 bagi PT.

SINAR GOWA INDUSTRY. Meskipun nominal terbilang cukup kecil bukan

berarti PT. SINAR GOWA INDUSTRY mengabaikannya, hal kecil tersebut

akan menjadi masalah besar kedepannya jika tidak ditindak lanjuti akan

menjadi kerugian besar bagi perusahaan itu sendiri.

5. Solusi yang tepat dalam mengatasi produk yang cacat pada PT. SINAR

GOWA INDUSTRY adalah dengan melakukan perbaikan dan

pengawasan pada setiap kegiatan atau proses produksi.

5.2 Saran

Dari hasil penelitian mengenai pengendalian mutu di PT. SINAR GOWA

INDUSTRY, maka saran-saran yang diberikan penulis adalah sebagai berikut:

1. PT. SINAR GOWA INDUSTRY sebaiknya menggunakan kebijakan mutu

Six Sigma agar dapat mengurangi produk yang cacat. Meskipun

kebijakan mutu yang diterapkan saat ini tergolong sudah baik yaitu 3.60

sigma, tetapi belum mencapai tingkat 6 sigma.

2. Nilai 3.60 sigma yang dimiliki PT.SINAR GOWA INDUSTRY, sehingga

harus terus ditingkatkan ke arah 6 sigma dengan melakukan perbaikan

terus-menerus serta pengawasan selama kegiatan produksi.

3. Nilai DPMO (Defects Per Million Opportunities) PT. SINAR GOWA

INDUSTRY sebesar 18.000 dapat dikurangi melalui mencari penyebab

cacatnya produk, kemudian melakukan perbaikan dan pengawasan pada

setiap proses yang dapat menimbulkan kecacatan pada produk tersebut,

agar mencapai tingkat 6 sigma dengan DPMO (Defects Per Million

Opportunities) hanya 3.4.


51

4. Dengan menggunakan Six Sigma, keuntungan yang hilang dapat

dikurangi dan tidak menutup kemungkinan PT. SINAR GOWA INDUSTRY

tidak akan mengalami kehilangan keuntungan sama sekali.

5. Melalui perbaikan alat-alat atau mesin-mesin dan pengawasan selama

proses produksi mampu mengatasi masalah produksi mie kering yang

cacat di PT. SINAR GOWA INDUSTRY.


52

DAFTAR PUSTAKA

Anggriani, Listianty dan Imanuel Goestaman, S.E.,M.Ak.,Ak.. 2013. PERANAN


ANALISIS BIAYA KUALITAS UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS
PRODUK PADA PT “X” DI SURABAYA.
http://journal.ubaya.ac.id/index.php/jimus/article/download/93/73/. Diakses
pada tanggal 3 Februari 2018 pukul 15.28 WITA

Ariyani, Fitri. 2007. ANALISIS PENGENDALIAN MUTU BALLAST ELEKTRONIK


PADA PT CATUDAYA DATA PRAKARSA BANDUNG.
https://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/432
4/Bab%202.pdf?sequence=7. Diakses pada tanggal 1 Februari 2018
pukul 12.51 WITA.

Ekawati, Ratna dan Riza Andrika Rachman. 2017. ANALISA PENGENDALIAN


KUALITAS PRODUK HORN PT. MI MENGGUNAKAN SIX SIGMA.
https://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jiss/article/download/2059/1592.
Diakses pada tanggal 10 Februari 2018 pukul 19.43 WITA.

Ekoanindiyo, Firman Ardiansyah. 2014. PENGENDALIAN CACAT PRODUK


DENGAN PENDEKATAN SIX SIGMA.
https://www.unisbank.ac.id/ojs/index.php/ft1/article/download/3042/832.
Diakses pada tanggal 1 Februari 2018 pukul 13.29 WITA.

Fachrur, Aditya Rahadian dan Putu Dana Karningsih. 2017. Perbaikan Kualitas
Wire Rod Steel Di PT. Krakatau Steel (persero) Tbk. Cilegon
Menggunakan Pendekatan Six Sigma.
http://journal.trunojoyo.ac.id/jsmb/article/download/3221/2387. Diakses
pada tanggal 10 Februari 2018 pukul 19.59 WITA.

Fajar, M. 2014. ANALISIS PENGENDALIAN MUTU (QUALITY CONTROL) CPO


(CRUDE PALM OIL) PADA PT. BUANA WIRA SUBUR SAKTI DI
KABUPATEN PASER. http://ejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id/site/wp-
content/uploads/2014/06/ejournal%20Fajar%20(06-14-14-02-36-35).pdf.
Diakses pada tanggal 12 Februari 2018 pukul 21.03 WITA.

Fakhri, Fail Al. 2010. ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUKSI DI PT.


MASSCOM GRAHPY DALAM UPAYA MENGENDALIKAN TINGKAT
KERUSAKAN PRODUK MENGGUNAKAN ALAT BANTU STATISTIK.
http://eprints.undip.ac.id/23023/1/Skripsi_Full_Version.pdf. Diakses pada
tanggal 28 Januari 2018 pukul 16.58 WITA.

Firdausiyah, Vita. 2014. Penerapan Total Quality Management pada Bank


Tabungan Negara Syariah Cabang Kota Malang. Undergraduate thesis,
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. http://etheses.uin-
malang.ac.id/308/. Diakses pada tanggal 9 Februari 2018 pukul 14.35
WITA.

Gaspersz, Vincent. 2001. TOTAL QUALITY MANAGEMENT. Jakarta: PT.


Gramedia Pustaka Utama.
53

Ghiffari, Ibrahim, Ambar Harsono dan Abu Bakar. 2013. Analisis Six Sigma Untuk
Mengurangi Jumlah Cacat Di Stasiun Kerja Sablon (Studi Kasus: Cv.
Miracle).
https://jurnalonline.itenas.ac.id/index.php/rekaintegra/article/download/209
/463. Diakses pada tanggal 23 Maret 2018 pukul 19.08 WITA.

Heizer, Jay dan Barry Render. 2006. Manajemen Operasi. Jakarta: Salemba
Empat.

Irawan, Adrian Ogiy. 2014. ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK


AKHIR GULA TEBU PADA PTPN IX PABRIK GULA TASIKMADU.
https://eprints.uns.ac.id/17914/. Diakses pada tanggal 28 Januari 2018
pukul 17.13 WITA.

Kusumawati, Aulia, dan Lailatul Fitriyeni. 2017. Pengendalian Kualitas Proses


Pengemasan Gula Dengan Pendekatan Six Sigma. http://e-
jurnal.lppmunsera.org/index.php/JSMI/article/download/173/234. Diakses
pada tanggal 10 Februari 2018 pukul 19.30 WITA.

Latief, Yusuf dan Retyaning Puji Utami. 2009. PENERAPAN PENDEKATAN


METODE SIX SIGMA DALAM PENJAGAAN KUALITAS PADA PROYEK
KONSTRUKSI.
http://journal.ui.ac.id/technology/journal/article/download/471/253. Diakses
pada tanggal 9 Februari 2018 pukul 14.47 WITA.

Muhaemin, Achmad. 2012. ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK


DENGAN METODE SIX SIGMA PADA HARIAN TRIBUN TIMUR.
http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/1198. Diakses pada
tanggal 24 Januari 2018 pukul 13.20 WITA.

Nailah, Ambar Harsono dan Gita Permata Liansari. 2014. Usulan Perbaikan
Untuk Mengurangi Jumlah Cacat pada Produk Sandal Eiger S-101
Lightspeed dengan Menggunakan Metode Six Sigma.
https://ejurnal.itenas.ac.id/index.php/rekaintegra/article/viewFile/427/592.
Diakses pada tanggal 9 Februari 2018 pukul 14.46 WITA.

Nugraha, Panji Ridiansah. 2013. Pengaruh Self – Esteem Terhadap Motivasi


Bertanding Pada Atlet UKM Sepak Bola Universitas Pendidikan
Indonesia. repository.upi.edu/646/6/S_KOR_0800194_CHAPTER3.pdf.
Diakses pada tanggal 9 Februari 2018 pukul 15.23 WITA.

Pelawi,Trivalita Elaina Sembiring. 2011. PENENTUAN BIAYA KUALITAS


OPTIMAL PADA PT. SENANG KHARISMA TEXTILE. http://e-
journal.uajy.ac.id/1562/3/2EA16250.pdf. Diakses pada tanggal 27 Januari
2018 pukul 15.30 WITA.

Putra, Ricky Ramandika. 2015. Analisis Pengendalian Mutu Dengan


Mengguganakan Metode Statistical Quality Control Untuk Mengurangi
Kecacatan Produk Pada Perusahaan Konveksi CV. Service Geotami
Indonesia, Bandung.
http://repository.unisba.ac.id/bitstream/handle/123456789/2902/06bab2_P
utra_10090310100_skr_2015.pdf?sequence=6&isAllowed=y. Diakses
pada tanggal 28 Januari 2018 pukul 15.38 WITA.
54

Rahman, Rama Andika Thio. 2015. PENGARUH PENERAPAN ISO 9001 : 2008
(SISTEM MANAJEMEN MUTU – SMM) TERHADAP KINERJA
KARYAWAN (Studi Kasus Pada PT. Perkebunan Nusantara VIII
(Persero).
https://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/564
4/Bab%202.pdf?sequence=10. Diakses pada tanggal 9 Februari 2018
pukul 14.10 WITA.

Rimantho, Dino dan Desak Made Mariani. 2017. Penerapan Metode Six Sigma
Pada Pengendalian Kualitas Air Baku Pada Produksi Makanan.
http://journals.ums.ac.id/index.php/jiti/article/viewFile/2283/3180. Diakses
pada tanggal 10 Februari 2018 pukul 18.59 WITA.

Ritantiyah, Luluk. 2010. LAPORAN MAGANG DI PT. TIGA PILAR SEJAHTERA


FOOD, TBK SRAGEN – INDONESIA (QUALITY CONTROL MIE
INSTANT). https://eprints.uns.ac.id/8839/. Diakses pada tanggal 22
Januari 2018 pukul 12.05 WITA.

Safrizal, Muhajir. 2016. Pengendalian Kualitas dengan Metode Six Sigma.


https://fekon.unsam.ac.id/wp-content/uploads/2017/01/10.-Safrizal.pdf.
Diakses pada tanggal 10 Februari 2018 pukul 19.59 WITA.

Sholihah, Mar’atus. 2012. Aplikasi Total Quality Management (TQM) dalam


Upaya Meningkatkan Mutu Pelayanan Jama’ah Haji (Studi Kasus di PT.
Fatimah Zahra Semarang Tahun 2010 - 2011).
http://eprints.walisongo.ac.id/1143/3/081311018_Bab2.pdf. Diakses pada
tanggal 9 Februari 2018 pukul 14.11 WITA.

Sirine, Hani dan Elisabeth Penti Kurniawati. 2017. PENGENDALIAN KUALITAS


MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA (Studi Kasus pada PT Diras
Concept Sukoharjo).
http://journal.uii.ac.id/ajie/article/download/8969/7519. Diakses pada
tanggal 23 Agustus 2018 pukul 10.38 WITA.

Supriyanto, Wahyu dan Rini Iswandiri. 2017. KECENDERUNGAN SIVITAS


AKADEMIKA DALAM MEMILIH SUMBER REFERENSI UNTUK
PENYUSUNAN KARYA TULIS ILMIAH DI PERGURUAN TINGGI.
https://journal.ugm.ac.id/bip/article/download/26074/16613. Diakses pada
tanggal 22 Agustus 2018 pukul 09.35 WITA.

Susetyo, Joko, Winami dan Catur Hartanto. 2011. APLIKASI SIX SIGMA DMIAC
DAN KAIZEN SEBAGAI METODE PENGENDALIAN DAN PERBAIKAN
KUALITAS PRODUK.
http://jurtek.akprind.ac.id/sites/default/files/78_87_joko_susetyo.pdf.
Diakses pada tanggal 9 Februari 2018 pukul 15.04 WITA.

Elmas,Muhammad Syarif Hidayatullah. 2017. PENGENDALIAN KUALITAS


DENGAN MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL QUALITY
CONTROL (SQC) UNTUK MEMINIMUMKAN PRODUK GAGAL PADA
TOKO ROTI BAROKAH BAKERY.
https://media.neliti.com/media/publications/164404-ID-none.pdf. Diakses
pada tanggal 3 Maret 2018 pukul 14.02 WITA.
55

Tumbel, Christy M., Altje L. Tumbel, dan Indrie D. Palandeng. 2016.


PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU DALAM MENINGKATKAN
KINERJA OPERASIONAL KOPERASI SIMPAN PINJAM (STUDI PADA
KOPERASI GLAISTYGIL MANADO).
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jbie/article/view/13087. Diakses
pada tanggal 22 Januari 2018 pukul 14.32 WITA.

Yanti. 2014. ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, RESIKO BISNIS,


PERTUMBUHAN ASSET, LIKUIDITAS DAN UKURAN PERUSAHAAN
TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN JASA YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2009-2012 (Studi
Empiris Pada Perusahaan Jasa Sektor Hotel, Restoran, dan Pariwisata
Yang Terdaftar di BEI). repository.uin-suska.ac.id/5057/4/BAB%20III.pdf.
Diakses pada tanggal 21 Februari 2018 Pukul 13.03 WITA.

Yazid, Agus. 2013. ANALISA PERBAIKAN MESIN HAMADA 700Cda DAN


UPAYA MEMINIMALKAN CACAT PADA PROSES CETAK BUKU
MENGGUNAKAN METODE DMAIC (Studi Kasus di CV. Sumber Jaya
Singopuran Rt/Rw:03/II, Gonilan Surakarta ).
http://eprints.ums.ac.id/24022/3/05._BAB_II.pdf. Diakses pada tanggal 26
Januari 2018 pukul 14.02 WITA.
56
57

Lampiran 1

Konversi DPMO ke Tingkat Sigma

Nilai DPMO Nilai DPMO Nilai DPMO Nilai DPMO


Sigma Sigma Sigma Sigma
0,00 933.193 0,51 838.913 1,02 684.386 1,53 488.033
0,01 931.888 0,52 836.457 1,03 680.822 1,54 484.047
0,02 930.563 0,53 833.977 1,04 677.242 1,55 480.061
0,03 929.219 0,54 831.472 1,05 673.645 1,56 476.078
0,04 927.855 0,55 828.944 1,06 670.031 1,57 472.097
0,05 926.471 0,56 826.391 1,07 666.402 1,58 468.119
0,06 925.066 0,57 823.814 1,08 662.757 1,59 464.144
0,07 923.641 0,58 821.214 1,09 659.097 1,60 460.172
0,08 922.196 0,59 818.589 1,10 655.422 1,61 456.205
0,09 920.730 0,60 815.940 1,11 651.732 1,62 452.242
0,10 919.243 0,61 813.267 1,12 648.027 1,63 448.283
0,11 917.736 0,62 810.570 1,13 644.309 1,64 444.330
0,12 916.207 0,63 807.850 1,14 640.576 1,65 440.382
0,13 914.656 0,64 805.106 1,15 636.831 1,66 436.441
0,14 913.085 0,65 802.338 1,16 633.072 1,67 432.505
0,15 911.492 0,66 799.546 1,17 629.300 1,68 428.576
0,16 909.877 0,67 796.731 1,18 625.516 1,69 424.655
0,17 908.241 0,68 793.892 1,19 621.719 1,70 420.740
0,18 906.582 0,69 791.030 1,20 617.911 1,71 416.834
0,19 904.902 0,70 788.145 1,21 614.092 1,72 412.936
0,20 903.199 0,71 785.236 1,22 610.261 1,73 409.046
0,21 901.475 0,72 782.305 1,23 606.420 1,74 405.165
0,22 899.727 0,73 779.350 1,24 602.568 1,75 401.294
0,23 897.958 0,74 776.373 1,25 598.706 1,76 397.432
0,24 896.165 0,75 773.373 1,26 594.835 1,77 393.580
0,25 894.350 0,76 770.350 1,27 590.954 1,78 389.739
0,26 892.512 0,77 767.305 1,28 587.064 1,79 385.908
0,27 890.651 0,78 764.238 1,29 583.166 1,80 382.089
0,28 888.767 0,79 761.148 1,30 579.260 1,81 378.281
0,29 886.860 0,80 758.036 1,31 575.345 1,82 374.484
0,30 884.930 0,81 754.903 1,32 571.424 1,83 370.700
0,31 882.977 0,82 751.748 1,33 567.495 1,84 366.928
0,32 881.000 0,83 748.571 1,34 563.559 1,85 363.169
0,33 878.999 0,84 745.373 1,35 559.618 1,86 359.424
0,34 876.976 0,85 742.154 1,36 555.670 1,87 355.691
0,35 874.928 0,86 738.914 1,37 551.717 1,88 351.973
0,36 872.857 0,87 735.653 1,38 547.758 1,89 348.268
0,37 870.762 0,88 732.371 1,39 543.795 1,90 344.578
0,38 868.643 0,89 729.069 1,40 539.828 1,91 340.903
0,39 866.500 0,90 725.747 1,41 535.856 1,92 337.243
0,40 864.334 0,91 722.405 1,42 531.881 1,93 333.598
0,41 862.143 0,92 719.043 1,43 527.903 1,94 329.969
0,42 859.929 0,93 715.661 1,44 523.922 1,95 326.355
0,43 857.690 0,94 712.260 1,45 519.939 1,96 322.758
0,44 855.428 0,95 708.840 1,46 515.953 1,97 319.178
0,45 853.141 0,96 705.402 1,47 511.967 1,98 315.614
0,46 850.830 0,97 701.944 1,48 507.978 1,99 312.067
0,47 848.495 0,98 698.468 1,49 503.989 2,00 308.538
0,48 846.136 0,99 694.974 1,50 500.000 2,01 305.026
58

0,49 843.752 1,00 691.462 1,51 496.011 2,02 301.532


0,50 841.345 1,01 687.933 1,52 492.022 2,03 298.056

Nilai DPMO Nilai DPMO Nilai DPMO Nilai DPMO


Sigma Sigma Sigma Sigma
2,04 294.598 2,55 146.859 3,06 59.380 3,57 19.226
2,05 291.160 2,56 144.572 3,07 58.208 3,58 18.763
2,06 287.740 2,57 142.310 3,08 57.053 3,59 18.309
2,07 284.339 2,58 140.071 3,09 55.917 3,60 17.864
2,08 280.957 2,59 137.857 3,10 54.799 3,61 17.429
2,09 277.595 2,60 135.666 3,11 53.699 3,62 17.003
2,10 274.253 2,61 133.500 3,12 52.616 3,63 16.586
2,11 270.931 2,62 131.357 3,13 51.551 3,64 16.177
2,12 267.629 2,63 129.238 3,14 50.503 3,65 15.778
2,13 264.347 2,64 127.143 3,15 49.471 3,66 15.386
2,14 261.086 2,65 125.072 3,16 48.457 3,67 15.003
2,15 257.846 2,66 123.024 3,17 47.460 3,68 14.629
2,16 254.627 2,67 121.001 3,18 46.479 3,69 16.262
2,17 251.429 2,68 119.000 3,19 45.514 3,70 13.903
2,18 248.252 2,69 117.023 3,20 44.565 3,71 13.553
2,19 245.097 2,70 115.070 3,21 43.633 3,72 13.209
2,20 241.964 2,71 113.140 3,22 42.716 3,73 12.874
2,21 238.852 2,72 111.233 3,23 41.815 3,74 12.545
2,22 235.762 2,73 109.349 3,24 40.929 3,75 12.224
2,23 232.695 2,74 107.488 3,25 40.059 3,76 11.911
2,24 229.650 2,75 105.650 3,26 39.204 3,77 11.604
2,25 226.627 2,76 103.835 3,27 38.364 3,78 11.304
2,26 223.627 2,77 102.042 3,28 37.538 3,79 11.011
2,27 220.650 2,78 100.273 3,29 36.727 3,80 10.724
2,28 217.695 2,79 98.525 3,30 35.930 3,81 10.444
2,29 214.764 2,80 96.801 3,31 35.148 3,82 10.170
2,30 211.855 2,81 95.098 3,32 34.379 3,83 9.903
2,31 208.970 2,82 93.418 3,33 33.625 3,84 9.642
2,32 206.108 2,83 91.759 3,34 32.884 3,85 9.387
2,33 203.269 2,84 90.123 3,35 32.157 3,86 9.137
2,34 200.454 2,85 88.508 3,36 31.443 3,87 8.894
2,35 197.662 2,86 86.915 3,37 30.742 3,88 8.656
2,36 194.894 2,87 85.344 3,38 30.054 3,89 8.424
2,37 192.150 2,88 83.793 3,39 29.379 3,90 8.198
2,38 189.430 2,89 82.264 3,40 28.716 3,91 7.976
2,39 186.733 2,90 80.757 3,41 28.067 3,92 7.760
2,40 184.060 2,91 79.270 3,42 27.429 3,93 7.549
2,41 181.411 2,92 77.804 3,43 26.803 3,94 7.344
2,42 178.786 2,93 76.359 3,44 26.190 3,95 7.143
2,43 176.186 2,94 74.934 3,45 25.588 3,96 6.947
2,44 173.609 2,95 73.529 3,46 24.998 3,97 6.756
2,45 171.056 2,96 72.145 3,47 24.419 3,98 6.569
2,46 168.528 2,97 70.781 3,48 23.852 3,99 6.387
2,47 166.023 2,98 69.437 3,49 23.295 4,00 6.210
2,48 163.543 2,99 68.112 3,50 22.750 4,01 6.037
2,49 161.087 3,00 66.807 3,51 22.215 4,02 5.868
2,50 158.655 3,01 65.522 3,52 21.692 4,03 5.703
2,51 156.248 3,02 64.256 3,53 21.178 4,04 5.543
2,52 153.864 3,03 63.008 3,54 20.675 4,05 5.386
59

2,53 151.505 3,04 61.780 3,55 20.182 4,06 5.234


2,54 149.170 3,05 60.571 3,56 19.699 4,07 5.085

Nilai DPMO Nilai DPMO Nilai DPMO Nilai DPMO


Sigma Sigma Sigma Sigma
4,08 4.940 4,59 1.001 5,10 159 5,61 20
4,09 4.799 4,60 968 5,11 153 5,62 19
4,10 4.661 4,61 936 5,12 147 5,63 18
4,11 4.527 4,62 904 5,13 142 5,64 17
4,12 4.397 4,63 874 5,14 136 5,65 17
4,13 4.269 4,64 845 5,15 131 5,66 16
4,14 4.145 4,65 816 5,16 126 5,67 15
4,15 4.025 4,66 789 5,17 121 5,68 15
4,16 3.907 4,67 762 5,18 117 5,69 14
4,17 3.793 4,68 736 5,19 112 5,70 13
4,18 3.681 4,69 711 5,20 108 5,71 13
4,19 3.573 4,70 687 5,21 104 5,72 12
4,20 3.467 4,71 664 5,22 100 5,73 12
4,21 3.364 4,72 641 5,23 96 5,74 11
4,22 3.264 4,73 619 5,24 92 5,75 11
4,23 3.167 4,74 598 5,25 88 5,76 10
4,24 3.072 4,75 577 5,26 85 5,77 10
4,25 2.980 4,76 557 5,27 82 5,78 9
4,26 2.890 4,77 538 5,28 78 5,79 9
4,27 2.803 4,78 519 5,29 75 5,80 9
4,28 2.718 4,79 501 5,30 72 5,81 8
4,29 2.635 4,80 483 5,31 70 5,82 8
4,30 2.555 4,81 467 5,32 67 5,83 7
4,31 2.477 4,82 450 5,33 64 5,84 7
4,32 2.401 4,83 434 5,34 62 5,85 7
4,33 2.327 4,84 419 5,35 59 5,86 7
4,34 2.256 4,85 404 5,36 57 5,87 6
4,35 2.186 4,86 390 5,37 54 5,88 6
4,36 2.118 4,87 376 5,38 52 5,89 6
4,37 2.052 4,88 362 5,39 50 5,90 5
4,38 1.988 4,89 350 5,40 48 5,91 5
4,39 1.926 4,90 337 5,41 46 5,92 5
4,40 1.866 4,91 325 5,42 44 5,93 5
4,41 1.807 4,92 313 5,43 42 5,94 5
4,42 1.750 4,93 302 5,44 41 5,95 4
4,43 1.695 4,94 291 5,45 39 5,96 4
4,44 1.641 4,95 280 5,46 37 5,97 4
4,45 1.589 4,96 270 5,47 36 5,98 4
4,46 1.538 4,97 260 5,48 34 5,99 4
4,47 1.489 4,98 251 5,49 33 6,00 3
4,48 1.441 4,99 242 5,50 32
4,49 1.395 5,00 233 5,51 30
4,50 1.350 5,01 224 5,52 29
4,41 1.306 5,02 216 5,53 28
4,52 1.264 5,03 208 5,54 27
4,53 1.223 5,04 200 5,55 26
4,54 1.183 5,05 193 5,56 25
4,55 1.144 5,06 185 5,57 24
4,56 1.107 5,07 179 5,58 23
60

4,57 1.070 5,08 172 5,59 22


4,58 1.035 5,09 165 5,60 21

Sumber: Gaspersz (2002)


61

Lampiran 2

BIODATA
Identitas Diri
Nama : Muhsin Zubair Darmadi
Tempat, Tanggal Lahir : Ujung Pandang, 21 Agustus 1996
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : JL. Sultan Alauddin III No. 50 Makassar
No. Telp : 08124118944
E-mail : muhsinshared@yahoo.com

Riwayat Pendidikan
Pendidikan Formal:
Tahun 2001-2002 : TK IAIN Alauddin
Tahun 2002-2008 : SD Inpres Jongaya
Tahun 2008-2011 : SMPN 19 Makassar
Tahun 2011-2014 : SMAN 1 Makassar

Pengalaman Organisasi
Tahun 2015 : Unit Tenis Lapangan Mahasiswa (UTILMA)
Universitas Hasanuddin

Demikian biodata ini dibuat dengan sebenar-benarnya.

Makassar, 9 Oktober 2018

Muhsin Zubair Darmadi

Anda mungkin juga menyukai