Anda di halaman 1dari 81

LAPORAN KERJA PRAKTEK

REPAIR AND MAINTENANCE TERHADAP ESTIMASI WAKTU


PEMAKAIAN MECHANICAL SEAL M37G-60 PADA POMPA
SENTRIFUGAL DI PT. INDONESIA POWER
PLTU PANGKALAN SUSU OMU UNIT 1 DAN 2

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk


Menyelesaikan Program S-1

Disusun Oleh:

SUCI INDAH SARI


170120017

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
BUKIT INDAH - LHOKSEUMAWE
2020
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTIK

PT. INDONESIA POWER PLTU PANGKALAN SUSU OMU


Langkat-Sumatera Utara
01 Oktober – 01 November 2020
Repair and maintenance terhadap estimasi waktu pemakaian
mechanical seal m37g-60 pada pompa sentrifugal di pt. Indonesia power
Pltu pangkalan susu omu unit 1 dan 2

DISETUJUI OLEH:
SPV HAR MESIN/MENTOR

Mohammad Gibran Alkahfi AF


NIP : 851033049I
MANAJER ADM MANAJER PEMELIHARAAN

Evendi Saragih Wildanul Hakim


NIP. 6889025K3 NIP : 840922101I

MENGETAHUI:
GENERAL MANAGER
PT. Indonesia Power PLTU PANGKALAN SUSU OMU

Rizqi Priatna
NIP : 760321153I
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

Yang bertanda tangan dibawah ini, pembimbing Kerja Praktik Jurusan


Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Malikussaleh menyatakan bahwa
laporan Kerja Praktik dari:

Nama : Suci Indah Sari


NIM : 170120017
Jurusan : Teknik Mesin
Telah Diperiksa dan dinyatakan sudah selesai melaksanakan kerja praktik
pada tanggal 06 Juli 2020 sampai dengan 06 Agustus 2020 di PT. INL ( Industri
Nabati Lestari ).

Mengetahui, Bukit Indah, 27 April 2021


Ketua Jurusan Teknik Mesin Pembimbing,

Asnawi, S.T., M.Sc Zulfahmi, ST.,MT


Nip. 198002272006041010 Nip. 196811202003121001
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan segala hidayah
dan memberi kesempatan hingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
laporan Kerja Praktik yang berjudul : “repair and maintenance terhadap estimasi
waktu pemakaian mechanical seal m37g-60 pada pompa sentrifugal di PT.
Indonesia power Pltu Pangkalan Susu omu unit 1 dan 2”. Laporan ini disusun
sebagai hasil akhir Kerja Praktik yang dilaksanakan mulai tanggal 1 Oktober 2020
sampai dengan 1 November 2020. Laporan Kerja Praktik ini disusun untuk
memenuhi salah satusyarat pada mata kuliah Kerja Praktik Jurusan Teknik Mesin
Universitas Malikussaleh. Melalui Kerja Praktik ini penulis dapat melihat
langsung dunia pekerjaan yang sebenarnya.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyusunan laporan Kerja Praktik
ini, khususnya kepada :
1. Keluarga yang senantiasa mendoakan saya dan memberi dukungan baik
secara moral maupun material;
2. Bapak Asnawi, S.T., M.Sc selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin;
3. Bapak Zulfahmi, S.T., M.T selaku Dosen Pembimbing Laporan yang telah
memberikan bimbingan dan masukkan dalam penyusunan laporan ini;
4. Bapak Rizqi Priatna selaku General Manager PT Indonesia Power PLTU
Pangkalan Susu OMU;
5. Bapak Evendi Saragih selaku Manager Administrasi PT Indonesia Power
PLTU Pangkalan Susu OMU;
6. Bapak Aryo Baskoro selaku Manager Operasi PT Indonesia Power PLTU
Pangkalan Susu OMU;
7. Bapak Wildanul Hakim selaku Manager Pemeliharaan PT Indonesia
Power PLTU Pangkalan Susu OMU;

i
8. Bapak Mohammad Gibran Alkahfi AF selaku Supervisor Senior HAR
Listrik sekaligus pembimbing atau mentor kerja praktik saya di PT
Indonesia Power PLTU Pangkalan Susu OMU;
9. Bapak Benny Hartono Sihombing/Samsul Anwar Selaku Supervisor Unit
HAR Listrik di PT Indonesia Power PLTU Pangkalan Susu OMU;
10. Bapak Rizky Mulia Harahap Selaku Supervisor BOP HAR Listrik di PT
Indonesia Power PLTU Pangkalan Susu OMU;
11. Bapak Rifky Nur Adlan Selaku Teknisi senior HAR Listrik Boiler di PT
Indonesia Power PLTU Pangkalan Susu OMU;
12. Serta Rekan-Rekan Kerja Praktik Nova Elviana dan Mahesa Ali Hutabarat,
yang selalu memberikan dukungan, semangat, dan canda tawa selama
melaksanakan kerja praktik di PT Indonesia Power PLTU Pangkalan Susu
OMU
Penulis menyadari jika terdapat banyak kekurangan didalam penulisan
laporan ini, maka dari itu penulis mengharapkan sebuah kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata,
semoga laporan ini dapat menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi penulis serta
pembaca pada umumnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Pangkalan Susu, 28 November 2020

Suci Indah Sari


NIM. 170120017

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR GAMBAR iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2 Tujuan Masalah 2
1.3 Rumusan Masalah 2
1.4 Tempat Pelaksana 3
1.5 Metodelogi Penelitian 3
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1 Sejarah Umum Perusahaan 4
2.2 Visi dan Misi 5
2.3 Makna Bentuk dan Warna Logo 7
2.4 Lokasi Perusahaan 9
2.5 Ruang Lingkup Kerja Perusahaan 9
2.5.1 Sistem Distribusi Tenaga Listik 9
2.5.2 Pembangkitan Tenaga Listrik 12
2.5.3 Transmisi Tenaga Listrik 13
2.5.4 Sistem Distribusi Tenaga Listrik 15
2.5.5 Proses Produksi Listrik Pada PLTU Bahan Bakar Batubara 21
2.5.6 Penerapan Keselamatan Kerja 27
2.6 Struktur Organisasi Perusahaan 28
2.7 Tugas Pokok Organisasi 29
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Pengertian Pompa 35
3.2. Klasifikasi pompa secara umu 36

iii
3.2.1. Pompa perpindahan positif (Positive Displacement) 37
3.2.2 Pompa dinamik 37
3.3. Cara kerja pompa sentrifugal 43
3.4 Mechanical Seal 44
3.4.1. Fungsi Mechanical Seal 44
3.4.2. Komponen-komponen Mechanical Seal 47
3.4.3. Cara kerja Mechanical Seal 48
3.4.4. Desain mechanical seal 48
3.4.5 akibat kerusakan pada mechanical seal 48
BAB IV TUGAS KHUSUS
4.1 Analisa estimasi umur pakai (lifetime) 53
4.1.1 Data Hasil Pengecekan umur pakai mechanical seal 53
4.1.2 Visual Check 53
4.1.3 Proses Analisa Kerusakan Mechanical 54
4.2 Penyebab kerusakan mechanical seal 55
4.2.1 Analisa penyebab kerusakan mechanical seal 55
4.2.2 Analisa penyebab dari data visual check 56
4.3 Langkah perbaikan dan perawatan 56
4.3.1 Langkah perbaikan 56
4.3.2 Langkah perawatan 57
4.3.3 Hasil analisa 58
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan 59
5.2. Saran 59
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Data Mengenai PLTU Pangkalan Susu 5


Tabel 3.1 Nama komponen dan material mechanical seal 50
Tabel 3.2 Jenis material untuk digunakan sebagai O-Ring 51
Tabel 3.3 Ketahanan material PTFE terhadap temperatur 51
Tabel 3.4 Jenis material untuk contact face Mechanical Seal
(Primary Ring & Mating Ring) 52

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Visi dan Misi 6


Gambar 2.2 logo indonesia power 8
Gambar 2.3 Lokasi Perusahaan 9
Gambar 2.4 Sistem tenaga listrik 10
Gambar 2.5 Diagram Line Sistem Distribusi Tenaga Listrik 10
Gambar 2.6 Diagram Blok PLTU 13
Gambar 2.7 Model Transmisi tenaga listrik 14
Gambar 2.8 Sistem Transmisi 15
Gambar 2.9 Proses konversi energi pada PLTU 22
Gambar 2.10 Siklus Rankine Ideal PLTU 23
Gambar 2.11 Diagram T-s Siklus Rankine 24
Gambar 2.12 Siklus Rankine Regenerasi dengan Satu Open Feed
Water Heater 24
Gambar 2.13 Proses Produksi Listrik 25
Gambar 2.14 Skema Sistem Pendistribusian Listrik Dari Sumber 26
Gambar 2.15 Struktur Organisasi PT Indonesia Power UJP
Pangkalan Susu 29
Gambar 3.1 pompa 35
Gambar 3.2 Diagram klasifikasi pompa 36
Gambar 3.3 Pompa Sentrifugal (centrifugal pump) 38
Gambar 3.4 Klasifikasi pompa sentrifugal 39
Gambar 3.5 Bagian-bagian Pompa Sentrifugal 40
Gambar 3.6 Bagian-bagian Mechanical Seal 45
Gambar 3.7Koefisien gesek material untuk Face Contact
mechanical seal 53
Gambar 4.1 Proses overhaul pelepasan mechanical seal 54
Gambar 4.2 Multiple spring 55
Gambar 4.3 Sealface 55

vi
Gambar 4.4 Shaft sleeve 56

vii
2

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kebutuhan masyarakat di dunia akan tenaga listrik dari waktu ke waktu
mengalami peningkatan seiring dengan perkembangan zaman. Hal tersebut juga
terjadi pula di Indonesia yang pada saat ini perkembangan tenaga listriknya
mengalami peningkatan yang saat pesat. Hal ini dipengaruhi oleh meningkatnya
permintaan akan tenaga listrik oleh masyarakat publik dan pesatnya
perkembangan industri-industri yang membutuhkan energi listrik dalam skala
besar.
PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) merupakan pembangkit listrik
yang banyak digunakan di Indonesia karena berbagai kelebihan yaitu dapat
dioperasikan dengan berbagai jenis bahan bakar, dapat dibangun dengan kapasitas
yang bervarisasi, dapat dioperasikan dengan berbagai operasi pembebanan, dan
kontinyuitas operasi serta usia pakai yang relatif lama. PLTU batubara memiliki
lima komponen utama yaitu : boiler, turbin uap (steam turbine), pompa,
kondensor dan generator. Komponen tersebut bekerja secara berkaitan untuk
menghasilkan listrik.
Pompa adalah salah satu alat penunjang proses produksi yang memiliki
peran penting terkait dengan fungsinya sebagai alat pemindah fluida cair dengan
cara menaikkan tekanan. Pompa sentrifugal digunakan untuk mensuplai air dari
laut ke bak penampungan kemudian di demineralisasi agar mampu beroperasi
keseluruh mesin-mesin pengolahan. Pada pompa yang sering terjadi yaitu
kebocoran pada komponen Mechanical seal yang disebabkan tingginya tekanan
pada fluida cair maupun life time pada mechanical seal tersebut.
Mechanical seal adalah alat mekanis yang berfungsi untuk melakukan
pengeblockan atau mencegah kebocoran. Alat ini biasa digunakan pada mesin-
mesin berputar seperti pompa. Pengesilan terjadi karena alat mekanis tersebut
memiliki 2 buah komponen muka akhir (end faces) pada posisi 90º terhadap
sumbu poros yang senantiasa kontak satu dengan lainnya karena adanya gaya
3

axial dari pegas/spring. Titik utama pengeblokan dilakukan oleh dua sealfaces
yang permukaannya sangat halus dan rata. Gesekan gerak berputar antara
keduanya meminimalkan terjadinya kebocoran. Satu sealface berputar mengikuti
putaran shaft, satu lagi diam menancap pada suatu dinding yang disebut dengan
Glandplat.
Material dua sealfaces itu biasanya berbeda. Salah satu biasanya bersifat
lunak, biasanya Carbon-Graphite, yang lainnya terbuat dari material yang lebih
keras seperti Silicon-carbide. Pembedaan antara material yang digunakan pada
Stationary sealface dan Rotating sealface adalah untuk mencegah terjadinya
adhesi (gaya tarik menarik antar partikel yang berbeda jenisnya) antara dua buah
sealfaces tersebut. Mechanical seal yang baik akan memiliki umur pakai (life
time) sekurangnya sekitar 3 tahun masa operasi. Tentunya hal ini akan sangat
dipengaruhi oleh kondisi pompa/peralatan yang menggunakan mechanical seal
tersebut serta cara pengoperasiannya. Sedangkan pada operasional pompa sering
terjadi yang namanya keausan,tingginya tekanan pada fluida dan terkontaminasi
oleh kotoran atau partikel lainnya. Oleh karena adanya faktor itu, perlu suatu
upaya repair and maintenance terhadap pemakaian mechanical seal tersebut.
Diharapkan dengan adanya hasil kegiatan Praktek Kerja Lapangan ini,
penulis dapat mempelajari dan mengetahui permasalahan pembangkit tenaga
listrik di PT. Indonesia Power PLTU Pangkalan Susu OMU khususnya cara
perbaikan dan perawatan pada Mechanical Seal pada pompa.

1.2 Tujuan Masalah


Tujuan Utama dari pelaksanaan kerja praktek ini adalah membandingkan
teori-teori yang telah di dapat di masa perkuliahan dengan praktek nyata yang
merupakan gambaran sesungguhnya dalam dunia bisnis yang erat hubungannya
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, adapun tujuan tersebut
sebagai berikut yaitu:
1. Salah satu persyaratan akademik agar dapat menyelesaikan pendidikan
stara 1 pada fakultas teknik Universitas Malikussaleh.
4

2. Membandingkan ilmu yang dipelajari didunia perkuliahan dengan


pelaksanaannya di industri, terutama untuk kegiatan praktek yang telah
dilakukan.
3. Memperoleh pengalaman kerja di industri sebagai persiapan untuk
memasuki dunia kerja yang sebenarnya.
4. Mengetahui proses-proses kerja pada PT. Pembangkit Listrik Tenaga Uap
pangkalan susu dengan bimbingan dari para tenaga kerja propesional.
5. Mengetahui pengaruh kondisi operasional terhadap estimasi waktu
pemakaian mechanical seal pada pompa sentrifugal

1.3 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang diangkat pada laporan kerja praktek ini adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana cara mencegah terjadi nya kebocoran mechanical seal pada
pompa?
2. Bagaimana kondisi operasional apabila terjadi kebocoran mechanical
seal pada pompa?

1.4 Tempat Pelaksana


Kerja praktek ini dilaksanakan di PT. Indonesia Power PLTU Pangkalan
Susu OMU. Langkat – Sumatera Utara, mulai 01 Oktober sampai dengan 01
November 2020.

1.5 Batasan ruang lingkup


Untuk pembatasan ruang lingkup penulisan, maka penulis hanya
membatasi masalah pada perbaikan dan perawatan terhadap umur pemakaian
Mechanical Seal pada pompa sentrifugal di PT. Indonesia power PLTU Pangkalan
Susu.
5

1.6 Metodelogi Penelitian


Metode penelitian yang digunakan dalam pelaksanaan kerja di praktek ini
adalah sebagai berikut :
1. Studi literature yaitu dengan mengambil teori dari buku-buku di
perpustakaan, buku elektronik dan referensi lainnya.
2. Observasi yaitu dengan praktek langsung ke lapangan, pengumpulan data
dengan cara mensurvei dan wawancara langsung dengan pembimbing
serta staff lainnya.
BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Umum Perusahaan

PT. INDONESIA POWER adalah salah satu anak perusahaan listrik milik
PT. PLN (Persero) yang didirikan pada tanggal 03 Oktober 1995 dengannama PT.
PLN Pembangkit TDAYA PERKASA (saenaga Listrik Jawa Bali PT. PLNPJBI)
dan pada tanggal 03 Oktober 2000 PT. PLN PJB I resmi berganti nama menjadi
PT. INDONESIA POWER.
PT. INDONESIA POWER membentuk anak perusahaan PT. COGINDO
DAYA PERKASA (saham 99,9 %) yang bergerak dalam bidang jasa pelayanan
dan menejemen energi dengan penerapan konsep cogeneration dan distributed
generation,juga mempunyai saham 60 % di PT. ARTA DAYA COALINDO yang
bergerak di bidang usaha perdagangan batu bara. Aktifitas kedua anak perusahaan
ini di harapkan dapat lebih menunjang peningkatan dan pendapatan perusahaan di
massa datang.
PT. INDONESIA POWER adalah sebuah perusahaan pembangkit tenaga
listrik yang memiliki 130 unit pembangkit yang terbesar di lokasi- lokasi strategis
di pulau Jawa dan Bali. Unit-unit di kelola dan dioperasikan oleh lima Unit
Pembangkit, yaitu UP Suralaya, UP Saguling, UP Mrica, UP Semarang dan UP
Perak Grati serta tiga Unit Pembangkit dan jasa pembangkitan (UPJP), yaitu UJP
Bali, UJP Kamojang, satu Unit Jasa Pemeliharaan (UJP). Selain itu, Indonesia
Power juga melakukan operasi pemeliharaan di 6 Unit Jasa Pembangkit (UJP)
yaitu UJP PLTU Banten 1 Suralaya, UJP PLTU Banten 2 Labuhan, UJP PLTU
Banten 3 Lontar, UJP PLTU Jabar 2 Pelabuhan Ratu, UJP PLTU Jateng2 Adipala
dan UJP Pangkalan Susu Sumatera Utara.
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Sumatra Utara 2 Pangkalan Susu,
berada di Desa Tanjung Pasir Kec Pangkalan Susu, Kab Langkat, Provinsi
Sumatra Utara. PLTU Pangkalan Susu dengan daya terpasang 2 x 200 MW.

4
PLTU Pangkalan Susu COD (Comersial Operation Date) unit 1 pada 20
Agustus 2015, dan unit 2 pada 14 Juli 2015. Peralatan utama PLTU Pangkalan

5
5

Susu khususnya turbin dan generator dipasok oleh pabrik Tiongkok, Bejing,
Beizhong dengan kontraktor Guandong Power Engineering Corporation (GPEC),
di disign berbahan bakar utama batu bara berkualitas 4200 kcal/KG, dengan
temperatur utama 5350 C dan tekanan 2,75 Mpa pada beban continue 200 MW.

Tabel 2.1 Data Mengenai PLTU Pangkalan Susu

Sumber : PT. PLN (Persero) Unit Induk Pembagunan I UPK Sumatera 2

2.2 Visi dan Misi

A. VISI
Menjadi Perusahaan Energi Terbaik Yang Tumbuh Berkelanjutan.
B. MISI
Menyediakan solusi energy yang andal, inovatif, ramah lingkungan dan
melampaui harapan pelanggan
6

Gambar 2.1 Visi dan Misi

a. Motto
“energy of things”
b. Tujuan
“Terdepan dalam menyediakan energi listrik berbagai jenis pembangkit
dengan kinerja Exellent melalui proses prima oleh SDM profesional yang
menjamin terwujudnya long sustainable company”.
c. The Way We Do Business.
1) Leadership Excellence
2) Business Proses Excellence
3) People excellence
4) Learning organization
5) Customer & supplier relationship
6) Stakeholder & social responsibility
d. The Way We Act
1) Proaktif & pantang menyerah
2) Saling percaya & bekerja sama
3) Fokus pada perbaikan proses & green
7

e. The Way We Think


Tujuan Nilai Perusahaan PT. INDONESIA POWER (IP-HAPPPI).
a. Integritas
Sikap moral yang mewujudkan tekad untuk memberikan yang terbaik kepada
perusahaan.
b. Profesional
Menguasai pengetahuan, keterampilan, dan kode etik sesuai bidang.
c. Harmoni
Serasi. Selaras, seimbang dalam;
- Pengembangan kualitas pribadi
- Hubungan dengan steak holder (pihak terkait)
- Hubungan dengan lingkungan hidup
d. Pelayanan prima
Memberikan pelayanan yang memenuhi kepuasan melebihin harapan
stoke holder.
e. Peduli
Peka - tanggap dan bertindak untuk melayani stake holder serta memelihara
lingkungan selitar.
f. Pembelajar
Terus menerus meningkatkan pengetahuan keterampilan serta kualitas diri
yang mencangkup fisik, mental ,sosial, agama, dan kemudian berbagi orang lain.
g. Inovatif
Terus menerus dan berkesinambungan menghasilkan gagasan baru dalam
usaha melakukan pembaharuan untuk menyempurnakan baik proses maupun
produk dengan tujuan peningkatan kerja.

2.3 Makna Bentuk dan Warna Logo

di dunia Logo mencerminkan identitas dari PT. INDONESIA POWER


sebagai Power Untility Company terbesar.
8

Gambar 2.2 logo indonesia power

1. Bentuk
a. Karena nama yang kuat, indonesia di tampilkan dengan huruf yang
tegas dan kuat. FUTURA BOOK/REGULER dan FUTURA BOLD.
b. Aplikasi kilatan petir pada huruf ’’o’’ melambangkan “TENAGA
LISTRIK” yang merupakan lingkup usaha utama perusahaan.
c. Titik/bulatan merah (red dot) di ujung kilatan petir merupakan simbol
perusahan yang telah lama digunakan semenjak bernama PLN PLB.
Titik merupakan simbol yang di gunakan sebagaian besar materi
kominikasi perusahaan dengan simbol kecil ini, diharapkan indetitas
perusahan dapat langsung terwakili.
2. Warna
a. Merah
Diaplikasikan pada kata indonesia, menunjukan identitas yang kuat dan
kokoh sebagai Pemilik seluruh sumber daya untuk memproduksi tenaga
listrik guna dimanfaatkan di Indonesia, dan juga di luar negeri.
b. Biru
Diaplikasikan pada power, dasar warna biru menggambarkan sifat pintar
dan bijaksana, dengan diaplikasikan dengan kata power makna warna ini
menunjukan produk tenaga listrik yang di hasilkan perusahaan memiliki
ciri;
- Perteknologian tinggi
- Efisien
- Aman
- Ramah lingkungan
9

2.4 Lokasi Perusahaan

PT. INDONESIA POWER PLTU Pangkalan Susu OMU berlokasi di Desa


Tanjung Pasir Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatra
Utara. Sekitar 120 KM (3½ jam dari bandara terdekat-KNIA Medan). Dibangun
diatas area seluas 105 Ha.

Gambar 2.3 Lokasi Perusahaan

2.5 Ruang Lingkup Kerja Perusahaan

2.5.1 Sistem Distribusi Tenaga Listik

Sistem Tenaga Listrik dikatakan sebagai kumpulan/gabungan yang terdiri


dari komponen-komponen atau alat-alat listrik seperti generator, transformator,
saluran transmisi, saluran distribusi dan beban yang saling berhubungan dan
merupakan satu kesatuan sehingga membentuk suatu sistem. Skema alur sistem
tenaga listrik satu kesatuan sehingga membentuk suatu sistem dapat dilihat pada
Gambar 2.5.
10

Gambar 2.4 Sistem tenaga listrik


Didalam dunia kelistrikan sering timbul persoalan-persoalan teknis, dimana
tenaga listrik pada umumnya dibangkitkan pada tempat-tempat tertentu yang jauh
dari kumpulan pelanggan, sedangkan pemakai tenaga listrik atau pelanggan
tenaga listrik tersebar disegala penjuru tempat, dengan demikian maka
penyampaian tenaga listrik dari tempat dibangkitkannya yang disebut pusat tenaga
listrik sampai ke tempat pelanggan memerlukan berbagai penanganan teknis.
Dengan menggunakan blok diagram sistem tenaga listrik dapat dilihat pada
Gambar 2.6

Gambar 2.5 Diagram Line Sistem Distribusi Tenaga Listrik

Saluran tenaga listrik yang menghubungkan pembangkitan dengan gardu


induk (GI) dikatakan sebagai saluran transmisi karena saluran ini memakai
standard tegangan tinggi dikatakan sebagai saluran transmisi tegangan tinggi yang
sering disebut dengan singkatan SUTT. Dilingkungan operasional PLN saluran
transmisi terdapat dua macam nilai tegangan yaitu saluran transmisi yang
bertegangan 70 KV dan saluran transmisi yang bertegangan 150 KV dimana
11

SUTT 150 KV lebih banyak digunakan dari pada SUTT 70 KV. Khusus untuk
tegangan 500 KV dalam Praktik saat ini disebut sebagai tegangan ekstra tinggi.
yang disingkat dengan nama SUTET.
Pada saat ini masih ada beberapa saluran transmisi dengan tegangan 70
KV namun tidak dikembangkan lagi oleh PLN. Saluran transmisi ada yang berupa
saluran udara dan ada pula yang berupa saluran kabel tanah. Karena saluran udara
harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan kabel tanah maka saluran
transmisi PLN kebanyakan berupa saluran udara. Kerugian dari saluran udara
dibandingkan dengan saluran kabel tanah adalah saluran udara mudah terganggu
oleh gangguan yang ditimbulkan dari luar sistemnya, misalnya karena sambaran
petir, terkena ranting pohon, binatang, layangan dan lain sebagainya.
Setelah tenaga listrik disalurkan melalui saluran transmisi maka sampailah
tenaga listrik di Gardu Induk (GI) sebagai pusat beban untuk diturunkan
tegangannya melalui transformator penurun tegangan (step down transfomer)
menjadi tegangan menengah atau yang juga disebut sebagai tegangan distribusi
primer. Tegangan distribusi primer yang dipakai PLN adalah 20 KV, 12 KV dan 6
KV. Kecenderungan saat ini menunjukkan bahwa tegangan distribusi primer PLN
yang berkembang adalah 20 KV.
Jaringan distribusi primer yaitu jaringan tenaga listrik yang keluar dari GI
baik itu berupa saluran kabel tanah, saluran kabel udara atau saluran kawat
terbuka yang menggunakan standard tegangan menengah dikatakan sebagai
Jaringan Tegangan Menengah yang sering disebut dengan singkatan JTM dan
sekarang salurannya masing masing disebut SKTM untuk jaringan tegangan
menengah yang menggunakan saluran kabel tanah, SKUTM untuk jaringan
tegangan menengah yang menggunakan saluran kabel udara dan SUTM untuk
jaringan tegangan menengah yang menggunakan saluran kawat terbuka. Setelah
tenaga listrik disalurkan melalui jaringan distribusi primer maka kemudian tenaga
listrik diturunkan tegangannya dengan menggunakan trafo distribusi (step down
transformer) menjadi tegangan rendah dengan tegangan standar 380/220 Volt atau
220/127 Volt dimana standar tegangan 220/127 Volt pada saat ini tidak
diberlakukan lagi dilingkungan PLN. Tenaga listrik yang menggunakan standard
12

tegangan rendah ini kemudian disalurkan melalui suatu jaringan yang disebut
Jaringan Tegangan Rendah yang sering disebut dengan singkatan JTR.
Sama halnya pada JTM jenis saluran yang dipergunakan pada JTR dapat
menggunakan tiga jenis saluran yaitu SUTR untuk saluran udara tegangan rendah
dengan menggunakan saluran kawat terbuka SKUTR untuk saluran udara
tegangan rendah dengan menggunakan saluran kabel udara yang dikenal dengan
sebutan kabel twisted yang sering disebut dengan singkatan TIC singkatan dari
Twisted Insulation Cable SKTR untuk saluran udara tegangan rendah dengan
menggunakan saluran kabel tanah.
Tenaga listrik dari jaringan tegangan rendah ini untuk selanjutnya
disalurkan ke rumah-rumah pelanggan (konsumen) melalui suatu sarana yang
disebut Sambungan Pelayanan atau Sambungan Rumah yang dapat dipisahkan
menjadi dalam 2 bagian yaitu Sambungan Luar Pelayanan dan Sambungan Masuk
Pelayanan.
Dalam proses bisnis PLN pelanggan-pelanggan yang mempunyai daya
tersambung besar aturannya tidak disambung melalui Jaringan Tegangan Rendah
(JTR) melainkan disambung langsung pada Jaringan Tegangan Menengah (JTM)
dan yang sangat besar disambung pada Jaringan Transmisi Tegangan Tinggi,
tergantung besarnya daya tersambung.

2.5.2 Pembangkitan Tenaga Listrik

Tenaga listrik dibangkitkan oleh generator atau alternator dimana


kumparan medannya atau rotor generator diputar oleh penggerak mula dan
interaksi antara fluksi medan dengan putaran rotor dengan prinsip induksi
menghasilkan gaya gerak listrik dan jika terminal jangkar terhubung dengan
beban akan mengalir arus listrik ke beban sehingga menghasilkan tenaga listrik
sesuai dengan prinsip dasar pembangkitan.
Hasil pembakaran minyak atau batu bara dipakai memanaskan air hingga
menjadi uap sebagai sumber tenaga untuk memutar turbin uap yang dikopel
13

dengan generator dan generator bereksitasi membangkitkan tenaga listrik, adapun


diagram blok PLTU dapat dilihat pada Gambar 2.7.

Gambar 2.6 Diagram Blok PLTU


PLTU dalam sistem pembangkitan yang relatif besar (>1.000 MW) pada
umumnya merupakan Pusat Listrik yang dominan baik secara teknis operasionl
maupun ditinjau dari segi biaya operasi. Dari segi operasionil PLTU paling
banyak kendalanya khususnya dalam kondisi dinamis. Hal ini disebabkan
banyaknya componen dalam PLTU yang harus diatur.
Kendala operasi yang terdapat pada PLTU adalah:
a. Starting Time (waktu yang diperlukan untuk men-stsrt) yang relatif
lama, bisa mencapai 6 sampai 8 jam apabila Stara dilakukan dalam
keadaan dingin.
b. Perubahan daya per satuan waktu (ΔMW per menit) yang terbatas,
Kira-kira 5% per menit.
Hal ini disebabkan karena proses Star maupun perubahan daya dalam
PLTU menyangkut pula berbagai perubahan suhu yang selanjutnya
menyebabkan pemuaian atau pengkerutan. Pemuaian-pemuaian atau
pengerutan-pengerutan sedapat mungkin harus berlangsung merata dan
tidak terlalu cepat untuk menghindarkan tegangan mekanis maupun
pergeseran antara bagian-bagian yang berputar dan bagian-bagian yang
status misalnya antara rotor dan stator.

2.5.3 Transmisi Tenaga Listrik

Transmisi berfungsi menyalurkan arus listrik atau tenaga listrik dari pusat
pembangkit tenaga listrik ke gardu induk sebagai pusat beban . Tegangan terima
di gardu Induk (Vr) adalah selisih vector antara tegangan kirim (Vs) dengan drop
tegangan di sepanjang konduktor transmisi yaitu perkalian arus (I) dengan
14

Impedansi (Z). Impedansi ini merupakan jumlah vektor dari resistensi (R) dan
reaktansi (X) penghantar dimana semakin panjang penghantar maka semakin
besar pula R dan X nya sehingga Z juga semakin besar dan akibatnya drop
tegangan IZ juga semakin besar, dengan demikian Vr kecil.
Tegangan pelayanan diperbolehkan turun s/d 10 % dari V nominal.
Dengan demikian panjang jeringan dibatasi oleh drop tegangan. Model transmisi
tenaga listrik dapat dilihat pada Gambar 2.8.

Gambar 2.7 Model Transmisi tenaga listrik


Agar Vr memenuhi standar maka sebaiknya semakin panjang transmisi, tegangan
transmisi dinaikkan. Output dari Generator di pembangkit (pembangkit besar)
bertegangan sampai dengan tegangan menengah di naikkan tegangannya menjadi
tegangan tinggi (150 kV) atau ekstra tinggi (500 kV) dengan menggunakan Trafo
Step Up tegangan. Transmisi ini diterima oleh Trafo GI (Trafo Step Down) dan
diturunkan dari 150 kV menjadi 20 kV, 500 kV menjadi 150 kV dan ada juga dari
500 kV menjadi 20 kV. Penghantar transmisi terbuat dari ACSR dan isolatornya
terbuat dari porselin dan menaranya konstruksi besi atau baja dan di kota tertentu
menggunakan kabel tanah (150 kV). Transmisi dari Jawa ke Madura dan dari
Jawa ke Bali menggunakan kabel laut 150 kV 50 Hz. Rencananya transmisi
interkoneksi Sumatera (P3B Sumatera) bertegangan 275 kV,50 Hz. Berikut
merupakan sistem transmisi yang dapat dilihat pada Gambar 2.9.
15

Gambar 2.8 Sistem Transmisi


Pada Transmisi 500 kV tidak ada masalah petir karena tegangan transmisi
lebih tinggi dari tagangan petir (345 kV) tapi yang menjadi masalah adalah polusi
tegangan disekitar SUTET dan masalah Switching Surge atau Surja hubung
dimana hal ini diatasi dengan memasang reaktor untuk menyerap kelebihan
tegangan pada system saat terjadi switching .

2.5.4 Sistem Distribusi Tenaga Listrik


Sistem distribusi tenaga listrik merupakan salah satu bagian dari suatu
sistem tenaga listrik yang dimulai dari PMT incoming di gardu induk sampai
dengan alat penghitung dan pembatas (APP) di instalasi konsumen yang berfungsi
untuk menyalurkan dan mendistribusikan tenaga listrik dari gardu induk sebagai
pusat pusat beban ke pelanggan pelanggan secara langsung atau melalui gardu-
gardu distribusi (gardu trafo) dengan mutu yang memadai sesuai stándar
pelayanan yang berlaku dengan demikian sistem distribusi ini menjadi suatu
sistem tersendiri karena unit distribusi ini memiliki komponen peralatan yang
saling berkaitan dalam operasinya untuk menyalurkan tenaga listrik. Dimana
sistem adalah perangkat unsur-unsur yang saling ketergantungan yang disusun
16

untuk mencapai suatu tujuan tertentu dengan menampilkan fungsi yang


ditetapkan.
Dilihat dari tegangannya sistim distribusi pada saat ini dapat dibedakan
dalam 2 macam yaitu:
a. Distribusi Primer, sering disebut Sistem Jaringan Tegangan Menengah
(JTM) dengan tegangan operasi nominal 20 kV/ 11,6 kV.
b. Distribusi Sekunder, sering disebut Sistem Jaringan Tegangan Rendah
(JTR) dengan tegangan operasi nominal 380 / 220 volt.
Sebelumnya nilai tegangan operasional yang dipergunakan dilingkungan PLN
pada level tegangan menengah bervariasi yaitu 6 KV, 12 KV dan 20 KV demikian
juga pada level tegangan rendah yaitu 220/127 volt pada repelita 1 pada tahun
1970 dimulai perubahan tegangan yang kita kenal PTR/PTM hal ini dimaksudkan
untuk meningkatkan keandalan dan menurunkan susut jaringan.
Dilihat dari pentanahan sistemnya sistem distribusi dapat dibedakan
menjadi beberapa macam hal ini disebabkan keterlambatan PLN dalam menguasai
teknologi dan standarisasi sehingga terpaksa mengikuti konsep dan standar
negara–negara pemberi dana dan konsultannya masing masing sedangkan pada
saat tersebut terjadi lonjakan permintaan terhadap tanaga listrik dimana sebelum
repelita pada tahun 1950 pertumbuhan listrik hanya 2.2 % rata-rata dari 504 GWh
menjadi 564 GWh . Pada repelita 1 terdapat kenaikan pertumbuhan produksi
tenaga listrik yang berarti dari 1915 GWh menjadi 3007 GWh dimana ada
kenaikan rata-rata sebesar 11.4 % pada repelita ini pula mulai dilakukan
rehabilitasi dan pembangunan pusat pembangkit tenaga listrik, jaringan transmisi,
jaringan distribusi berikut sarananya sehingga daya terpasang menjadi melonjak
dari 542 MW pada awal repelita menjadi 776 MW pada akhir repelita. Pada
repelita II terdapat pertumbuhan sampai 24 % dari daya terpasang 776 MW
menjadi 2.288 MW dengan produksi dari 3007 GWh menjadi 5723 GWh.
Selain pertumbuhan permintaan yang meningkat tajam pada waktu tersebut
belum adanya perencanaan yang paripurna untuk suatu sistim yang modern maka
sistem yang berkembang menjadi besar secara tambah menambah mejadi
semerawut yang kemudian mulai repelita III mulai ditertibkan dan distandarisasi.
17

Tiga pola utama sistim distribusi 20 kV yang telah ada dan berkembang di
pulau jawa yaitu:
a. Sistem pentanahan netral dengan tahanan tinggi di PLN Distribusi Jawa
Timur.
b. Sistem pentanahan netral langsung sepanjang jaringan di PLN Distribusi
Jateng dan DIY.
c. Sistem pentanahan netral dwengan tahanan rendah yang berlaku di PLN
Distribusi Jawa barat dan PLN Distribusi DKI Jaya.
Dimana masing masing memiliki karakter dan kekhususan tersendiri yang
akan dijadikan sebagai dasar bagi perkembangan sistem distribusi di daerah
daerah yang sedang berkembang.
Dilihat dari pengawatanya dapat kita pisahkan menjadi 2 macam yaitu:
a. Sistem Distribusi 20 kV fasa tiga 3 kawat terdapat pada sistem distribusi
20 kV dengan pentanahan netral tinggi dan pada sistem distribusi 20 kV
dengan pentanahan netral rendah.
b. Sistem Distribusi 20 kV fasa tiga 4 kawat terdapat pada sistem distribusi
20 kV dengan netral pentanahan langsung.
Ketiga macam sistem distribusi 20 kV tersebut memiliki pilosofi yang
berbeda yaitu:
a. Pentanahan dengan tahanan tinggi dimaksudkan untuk memperoleh hasil
yang optimum dengan mengutamakan keselamatan umum sehingga lebih
layak memasuki daerah perkotaan dengan saluran udara.
b. Pentanahan secara langsung dimaksudkan untuik memperoleh hasil
optimum dengan mengutamakan ekonomi sehingga dengan saluran udara
elektrifikasi dapat lebih layak dilaksanakan diluar kota sampai ke daerah
yang terpencil.
c. Pentanahan dengan tahanan rendah dimaksdukan untuk memperoleh hasil
optimum dari kombinasi antara faktor ekonomi dan keselamatan umum
dan layak untuk dipergunakan saluran udara bagi daerah daerah luar kota
maupun kabel bagi daerah pada dalam kota.
18

Ada 3 macam pola sistem distribusi utama yang dianut oleh PT. PLN
(persero) di seluruh Indonesia dan satu pola tambahan untuk sistem yang tidak
lagi dikembangkan oleh PLN. Di PT. PLN untuk koordinasi, investasi, tingkat
pelayanan dan keselamatan dalam rangka pengamanan sistem distribusi, suatu
wilayah atau distribusi hanya diperbolehkan untuk menganut salah satu pola yang
cocok untuk lingkungannya. Jaminan keselamatan, keandalan dan kontinyuitas
penyaluran sulit untuk dipertahankan pada posisi yang optimum dan dalam
pelaksanaanya dilapangan dapat menimbulkan beberapa kesulitan dengan adanya
ketimpangan antara kebutuhan dan ketersediaan biaya investasi dan pemeliharaan
peralatan.
Pola-pola sistem distribusi tersebut adalah:
1) Sistem Distribusi Pola 1
Sistem distribusi pola 1 yaitu sistem distribusi 20 KV fasa tiga 3 kawat
dengan pentanahan netral melalui tahanan tinggi.
Di Indonesia pola sistem distribusi semacam ini petama dikembangkan di
PLN distribusi Jawa Timur dan ciri cirinya dapat di indentifikasi sebagai
berikut:
a. Sistem Jaringan
1. Tegangan nominal: 20 kV.
2. Sistem Pentanahan: Netral Kumparan TM yang dihubungkan
secara bintang dari trafo utama ditanahkan melalui tahanan dengan
nilai 500 ohm (arus hubung singkat ke tanah maksimum 25 A.
3. Konstruksi jaringa: Pada dasarnya adalah saluran udara yang terdiri
dari saluran utama (Main lines): Kawat jenis AAAC 150 mm2 fasa
tiga 3-kawat untuk saluran cabang: kawat AAAC 70 mm2.
4. Sistem pelayanan: radial dengan kemungkinan saluran utama
antara jaringan yang berdekatan dapat saling berhubungan dalam
keadaan darurat.
b. Sistem Pengaman
19

1. Pemutus Beban atau Tenaga (PMB/PMT) Utama dipasang pada


saluran utama di GI sebagai pengaman utama jaringan dan
dilengkapi dengan alat pengaman (Relai).
2. Saklar seksi otomatis (SSO)
Model saklar ini dipergunakan sebagai alat pemutus rangkaian
untuk memisah-misahkan saluran utma dalam beberapa seksi
agar pada keadaan gangguan permanen luas daerah (jaringan)
yang terganggu diusahakan sekecil mungkin, SSO untuk pola
sistem ini akan membuka pada waktu rangkaian tidak
bertegangan dan pada saat rangkaian bertegangan harus mampu
menutup rangkaian dalam keadaan hubung singkat.
3. Pengaman Lebur (Fuse)
Fuse dipasang pada titik percabangan antara saluran utama dan
saluran cabang juga dipasang pada sisi primer (20 kV) trafo
distribusi dengan maksud untuk mengamankan jaringan dan
peralatan yang berada di sebelah hilirnya terhadap gangguan
permanen antar fasa dan tidak untuk mengamankan gangguan
fasa tanah.
2) Sistem Distribusi Pola 2
Sistem Distribusi 20 kV fasa tiga 4 kawat dengan pentanahan netral secara
langsung. Pola sistem ini mulai dikembangkan di Indonesia di PLN
distribusi Jawa tengah dan pola sistem distribusi ini di indentifikasi
sebagai berikut:
a. Sistem Jaringan
1. Tegangan Nominal: 20 kV
2. Sistem Pentanahan: Netral ditanahkan sepanjang jaringan dan
kawat netral dipakai bersama untuk saluran tegangan menengah
dan saluran tegangan rendah dibawahnya.
3. Konstruksi Jaringan: Terdiri dari saluran udara terutama dan
saluran kabel sedang saluran udara terdiri dari saluran utama dan
saluran cabang.
20

4. Sistem pelayanan: radial dengan kemungkinan saluran utama


antara jaringan yang berdekatan dapat saling berhubungan dalam
keadaan darurat.
5. Pelayanan Beban: Fasa tiga 4 kawat: 20 / 11.6 kV, Fasa tunggal: 2
kawat 11,6 kV.
b. Sistem Pengaman
1. Penutup Balik otomatis (PBO)
Alat ini dipasang pada saluran utama Di GI sebagai pengaman
utama jaringan. Pada jaringan yang panjang (> 20 km) yang
dipasang pada ujung GI tidak lagi peka untuk mengindentifikasi
gangguan yang berada jauh pada ujung hilir sehingga untuk
pengamanan terhadap gangguan temporer maupun untuk membagi
jaringan dalam beberapa seksi guna melokalisir daerah yang
terganggu skecil mungkin dipasang PBO ke dua dan ke tiga pada
jarak jarak tertentu sepanjang saluran utama
2. PMB (PMT) dapat dipasang sebagai PBO 1 dimana alat ini perlu
dilengkapai dengan relai–relai.
3. Saklar seksi otomatis (SSO)
Model saklar ini dipergunakan sebagai alat pemutus rangkaian
untuk memisah-misahkan saluran utama dalam beberapa seksi agar
pada keadaan gangguan permanen luas daerah (jaringan) yang
terganggu diusahakan sekecil mungkin, SSO untuk pola 2 ini akan
membuka pada saat rangkaian tidak ada arus dan tidak menutup
kembali. Saklar ini bekerja berdasarkan penginderaan dan hitungan
(account) trip PMT (PBO) arus hubung singkat dengan demikian
saklar ini dipasang apabila dibagian hulu terpasang PMT atau PBO.
4. Pengaman Lebur ( Fuse )
Fuse dipasang pada titik percabangan antara saluran utama dan
saluran cabang juga dipasang pada sisi primer (20 kV) trafo
distribusi sebagi pengaman saluran terhadap gangguan gangguan
21

yang besrsifat permanen koordinasi antar PBO dan alat lainnya


perlu dilakukan.
3) Sistem Distribusi Pola 3
Sistem Distribusi 20 KV fasa tiga 3 kawat dengan pentanahan netral
melalui tahanan rendah. Pola sistem ini mulai dikembangkan di
Indonesia di distribusi Jawa Barat dan DKI Jaya, sekarang meluas
keseluruh wilayah kerja PLN meskipun dibeberpa tempat digunakan
modifikasi. Pola sistem distribusi ini ciri-cirinya dapat di indentifikasi
seperti berikut:
a. Sistem Jaringan
1) Tegangan nominal: 20 kV
2) Sistem Pentanahan: Netral Kumparan TM yang dihubungkan
secara bintang dari trafo utama ditanahkan melalui tahanan
dengan nilai 12 ohm (arus hubung singkat ke tanah maksimum
1000 A ) dan 40 ohm (arus hubung singkat ke tanah maksimum
300 A) untuk sistem SUTM atau sistem campuran.
3) Konstruksi jaringan: Pada dasarnya adalah saluran udara terdiri
dari: Saluran Utama ( Main lines ): Kawat jenis AAAC 150 mm2
fasa tiga 3-kawat untuk saluran cabang: kawat AAAC 70 mm2.

2.5.5 Proses Produksi Listrik Pada PLTU Bahan Bakar Batubara

PLTU adalah jenis pembangkit listrik tenaga termal yang banyak


digunakan, karena efisiensinya tinggi sehingga menghasilkan energi listrik yang
ekonomis. PLTU merupakan mesin konversi energi yang mengubah energi kimia
dalam bahan bakar menjadi energi listrik. PLTU adalah pembangkit tenaga listrik
yang dihasilkan dari eksitasi turbin uap. Pada prinsipnya memproduksi listrik
dengan sistem tenaga uap adalah dengan mengambil energi panas yang
terkandung didalam bahan bakar, untuk memproduksi uap kemudian dipindahkan
ke dalam turbin, uap yang dipindahkan kedalam turbin tersebut akan merubah
energi panas yang diterima menjadi energi mekanis dalam bentuk gerak putar.
22

Gerakan putar ini kemudian dikopel dengan generator yang akhirnya dapat
menghasilkan energi listrik, untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) energi
panas dalam bahan bakar tidak langsung diberikan ke turbin, akan tetapi terlebih
dahulu diberikan ke dalam steam generator atau disebut juga Boiler/Ketel Uap.
Proses konversi energi pada PLTU berlangsung melalui 3 tahapan, yaitu:
1. Energi kimia dalam bahan bakar diubah menjadi energi panas dalam
bentuk uap bertekanan dan temperatur tinggi.
2. Energi panas (uap) diubah menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran.
3. Energi mekanik diubah menjadi energi listrik.
Proses konversi energi pada PLTU dapat dilihat pada Gambar 2.10.

Gambar 2.9 Proses konversi energi pada PLTU


PLTU menggunakan fluida kerja air uap yang bersirkulasi secara tertutup. Siklus
tertutup artinya menggunakan fluida yang sama secara berulang-ulang. Urutan
sirkulasinya secara singkat adalah sebagai berikut:
1. Air diisikan ke boiler hingga mengisi penuh seluruh luas permukaan
pemindah panas. Didalam boiler air ini dipanaskan dengan gas panas
hasil pembakaran bahan bakar dengan udara sehingga berubah menjadi
uap.
2. Uap hasil produksi boiler dengan tekanan dan temperatur tertentu
diarahkan untuk memutar turbin sehingga menghasilkan daya mekanik
berupa putaran.
3. Generator yang dikopel langsung dengan turbin berputar menghasilkan
energi listrik sebagai hasil dari perputaran medan magnet dalam
23

kumparan, sehingga ketika turbin berputar dihasilkan energi listrik dari


terminal output generator.
4. Uap bekas keluar turbin masuk ke kondensor untuk didinginkan dengan
air pendingin agar berubah kembali menjadi air yang disebut air
kondensat. Air kondensat hasil kondensasi uap kemudian digunakan lagi
sebagai air pengisi boiler.
Demikian siklus ini berlangsung terus menerus dan berulang-ulang seperti
yang digambarkan oleh Gambar 2.11.

Gambar 2.10 Siklus Rankine Ideal PLTU


Siklus kerja PLTU yang merupakan siklus tertutup dapat digambarkan
dengan diagram T–s (Temperatur–entropi). Siklus ini adalah penerapan
siklus rankine ideal. Adapun urutan langkahnya dapat dilihat pada Gambar
2.12.
24

Gambar 2.11 Diagram T-s Siklus Rankine

Untuk meningkatkan efisiensi dari sebuah pembangkit, maka diperlukan


modifikasi dari siklus. Modifikasi siklus yang umum digunakan adalah reheat
(pemanasan ulang) dan Regenerasi (regenerative feed water heating). Modifikasi
siklus rankine dengan reheat dapat dilihat pada Gambar 2.13.

Gambar 2.12 Siklus Rankine Regenerasi dengan Satu Open Feed Water Heater

Pada siklus ini, uap dari boiler diekspansikan ke turbin pada tingkat
keadaan 1 menjadi tingkat keadaan 2, pada tingkat keadaan 2 uap dari turbin
dicerat dan dimasukkan kedalam open feed water heater yang digunakan untuk
memanaskan air yang ada di feed water heater, sisa uap diekspansikan kembali ke
turbin pada tingkat keadaan 3, dan uap dari turbin dikondensasikan di kondensor
pada tingkat keadaan 4. Air yang ada di kondensor dipompa ke dalam open
feedwaterheater dan bercampur dengan uap dari ceratan turbin, sehingga air
memiliki peningkatan temperatur.
25

Perbedaan utama antara open feed water heater dan close feed water
heater adalah, pada open feed water heater uap yang memiliki temperatur tinggi
bercampur dengan air dari kondensor yang ada pada feed water heater. Sedangkan
pada close feed water heater uap panas dari turbin tidak tercampur dengan air dari
kondensor yang ada pada feed water heater, karena close feed water heater
memiliki bentuk shell and tube, sehingga hanya terjadi proses perpihanan panas
antara uap ceratan turbin dan air dari kondensor, fluida panas terpisah dengan
fluida dingin. Close feed water heater dalam hal ini bisa disebut sebagai Heat
Exchanger. Proses produksi listrik dapat dilihat pada Gambar 2.14

Gambar 2.13 Proses Produksi Listrik

Untuk menghasilkan energi listrik pada PLTU Batubara ini, awalnya batu
bara yang ditampung dalam bak penampungan dibawa ke dalam mesin pencacah
batubara melalui conveyor belt untuk dipecah menajdi ukuran yang lebih kecil
atau halus, hal ini berguna agar batubara lebih mudah terbakar pada saat di dalam
boiler. Batubara yang telah halus tadi dibawa ke dalam boiler untuk digunakan
sebagai bahan bakar pada proses pembakaran.
Dari proses pembakaran ini akan menghasilkan sisa abu batubara. Abu
yang berukuran relatif besar akan langsung jatuh ke bawah tungku Boiler dan
akan dikumpulkan untuk diangkut ke tempat penyimpanan debu atau abu (Ash
Storage). Sedangkan abu ringan yang berterbangan akan ditangani oleh alat
penangkap debu atau abu (ESP–Electrostatic Precipitator) dan akan dikumpulkan.
26

Asap dan debu-debu yang sangat kecil yang tidak tertangkap oleh ESP kemudian
akan dialirkan melalui cerobong asap untuk dibuang ke udara/ lingkungan luar.
Kembali lagi pada proses pembakaran, pada boiler ini terjadi proses
pemanasan air yang sebelumnya telah dimurnikan agar tidak mudah menimbulkan
korosi (untuk air laut), air tersebut melalui pipa-pipa boiler dan dipanaskan
sehingga akan berubah menjadi uap panas yang bertekanan tinggi. Tetapi karena
kadar air pada uap masih terlalu tinggi, maka kadar air harus dihilangkan terlebih
dahulu melalui superheater sehingga akan berubah menjadi uap kering. Kemudian
uap kering ini dialirkan menuju ke turbin untuk mendorong sudu-sudu turbin
sehingga poros turbin akan berputar. Setelah digunakan untuk memutar turbin,
maka uap kering akan turun kembali ke lantai dasar. Uap tersebut akan
didinginkan di dalam kondensor, dengan menggunakan air pendingin (biasanya
air laut atau air sungai) yang dialirkan melalui pipa-pipa di dalam kondensor akan
mendinginkan uap sehingga kembali menjadi air, kemudian air tersebut dapat
disirkulasikan kembali ke Boiler untuk dipanaskan menjadi uap kembali dan
digunakan untuk memutar turbin.
Kembali lagi pada poros turbin yang berputar, karena poros turbin ini
sudah dihubungkan langsung dengan generator sehingga ketika turbin berputar
maka generator juga akan ikut berputar. Karena generator ikut berputar maka akan
menghasilkan energi listrik yang akan dikirimkan ke trafo untuk dirubah
tegangannya dan kemudian disalurkan melalui saluran transmisi PLN.
Skema sistem pendistribusian listrik dari sumber yaitu PLTU yang
disalurkan ke pengguna dapat dilihat pada Gambar 2.15.

Gambar 2.14 Skema Sistem Pendistribusian Listrik Dari Sumber


27

Tempat pelaksanaan kerja Praktik yaitu di PLTU Pangkalan Susu dibawah


PT. Indonesia Power OMU yang berlokasi di Desa Tanjung Pasir Kec Pangkalan
Susu, Kab Langkat, Provinsi Sumatera Utara. Pelaksanaan Kerja Praktik dalam
waktu 1 bulan dan dimulai pada tanggal 1 Oktober 2020 sampai dengan 1
November 2020.
2.5.6 Penerapan Keselamatan Kerja

Indonesia Power mempunyai komitmen dan kesadaran untuk selalu


meningkatkan budaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Hal ini
dikarenakan, produktivitas pegawai akan meningkat seiring dengan
meningkatnya rasa kenyamanan dan keamanan di lingkungan Perusahaan dengan
mengacu pada:
1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja;

2. Keputusan Direksi Nomor: 41.K/010/IP/2012 tentang Kebijakan


Keselamatan Kerja serta Lingkungan di PT. Indonesia Power;

3. Keputusan Direksi Nomor: 165.K/010/IP/2016 tentang Kebijakan


Keselamatan dan Kesehatan Kerja PLTU Batubara di PT Indonesia Power.

Dalam pelaksanaan K3, Indonesia Power setiap tahunnya menyusun rencana


kegiatan K3 sebagai berikut:
1. Pembangunan pusat pelatihan K3 (fire Safety Academy);

2. Audit Resertifikasi SMK3;

3. Pelatihan dan Workshop K3;

4. Bulan K3 Nasional;

5. Simulasi Tanggap Darurat;

6. Pemantauan dan Pengukuran lingkungan kerja;

7. Pemberian Zero Accident Award;


28

8. Penyediaan wearpark fire resistant bagi operator coal handling

9. Assessment K3 terkait Fire Protection System based on NFPA;

10. Lomba based on NFPA.

FSA (Fire & Safety Academy) merupakan fasilitas pelatihan K3 milik PT


Indonesia Power yang berkonsentrasi pada penanganan keadaan darurat di unit
pembangkit Low Rank Coal. FSA ini menyediakan program pendidikan dan
pelatihan bidang K3 dengan menggunakan miniature peralatan umum yang
ada di pembangkit antara lain simulator room pembangkit, miniature coal
handling, fire ground yang dilengkapi peralatan umum pembangkit seperti
bunker, trafo, smoke chamber, peralatan-peralatan ketenagalistrikan, gedung
workshop dan fasilitas lainnya yang tersedia pada fasilitas FSA.

2.6 Struktur Organisasi Perusahaan


PT Indonesia Power UJP Pangkalan Susu, secara structural puncak
pimpinannya dipegang oleh seorang General Manager yang dibantu oleh Manager
Operasi, Manager Pemeliharaan, Manager Enjiniring, Manager Administrasi.
Secara lengkap struktur organisasinya, diperlihatkan pada bagan di bawah ini.
29

Gambar 2.15 Struktur Organisasi PT Indonesia Power UJP Pangkalan Susu

2.7 Tugas Pokok Organisasi

1. Tugas pokok Bagian Operasi adalah sebagali berikut :


a. Merencanakan, memonitor dan mengendalkan Rencana kerja dan
Anggaran Bagian operasi tahunan dan jangka panjang.
30

b. Menyusun dan mengembangkan sistem prosedur tata kelola


manajemen asset dan basic communication antara asset owner asset
manager, dan asset operator terkait Pengoperasian.
Pembangkit,instalasi peiabuhan, instalasi bahan bakar, instalasi
abu,instalasi alat berat,laboratorium PLTU,K3 dan lingkungan;
c. Mengelola sumber daya dan biaya operasi Pada Bagian Operasi secara
efektif dan Efisien.
d. Menyusun kebutuhan dan mengelola inventory (kualitas dan kuantitas)
energi primer.
e. Merencanakan, menyusun jadwal dan mengendalikan kegiatan
pengoperasian Pembangkit, instalasi bahan bakar, instalasi abu,
instalasi Pelabuhan, instalasi alat berat dan Iaboratorium PLTU untuk
menjamin pencapaian standar dan peningkatan keandalan dan Efisiensi
bagian operasi.
f. Mengelola, memonitor dan mengendalikan eksekusi pengoperasian
pembangkit,instalasi bahan bakar dan instalasi abu ( coal dan ash
handling).
g. Merencanakan,mengidentifikasi,memonitor dan mengendalikan
kegiatan K3 dan Lingkungan di unit bisnis.
h. Merencanakan, memonitor dan mengendalikan kegiatan analisis kimia,
Pemantauan dan Pengelolaan kualitas lingkungan dan laboratorium
unit pembangkit.
i. Membina kompetensi pengoperasian Pembangkit, instalasi bahan
bakar, instalasi abu, instalasi peiabuhan, aiat berat dan laboratorium
PLTU.
j. Mengelola resiko dan K3 bagian operasi.
k. melaksanakan rekomendasi kegiatan task execution (continuous
improvment) Bagian Operasi :
1. Tugas-tugas lain yang diatur dalam perjanjian induk antara PT PLN
(persero) dengan Perusahaan termasuk addendum.
2. Tugas pokok Bagian Pemeliharaan adalah sebagali berikut :
31

a. Merencanakan, memonitor dan mengendalkan Rencana Kerja dan


Anggaran Bagian Pemeliharaan tahunan dan jangka panjang.
b. Menyusun dan mengembangkan system prosedur tatakelola
manajemen aset dan basic communication antara asset owner,aset
manager, dan aset operator terkait kegiatan Pemeliharaan peralatan
pembangkit,inslatasi Pelabuhan, instalasi bahan bakar, instalasi
abu, alat berat, bengkel dan sipil.
c. Mengelola sumber daya dan biaya Pada Bagian Pemeliharaan
secara efektif dan efisien.
d. Merencanakan menyusun jadwal, menganalisa kebutuhan dan
mengendalikan kegiatan Pemeliharaan mesin-mesin Pembangkit
instalasi bahan bakar dan instalasi abu (coal dan ash handling),
instalasi Pelabuhan, alat berat, bengkel dan sipil untuk menjamin
Pencapaian standar dan peningkatan keandalan dan efisiensi
Bagian Pemeilharaan.
e. Merencanakan dan menganalisa Penyiapan kebutuhan
pemeliharaan outage secara optimal.
f. Mengembangkan data base lnventory, daftar riwayat dan realisasi
Pemeliharaan unit Pembangkit.
g. Merencanakan, memonitor dan mengendalikan rencana
stok/material cadang, kebutuhan pengadaan material, yang paling
ekonomis dengan menerapkan system inventory control dan
manajemen material secara baik.
h. Membuat laporan mengenai hasil inspeksi unit pembangkit,
realisasi fisik program pemeIiharaan, Serta realisasi pemakaian
anggaran pemeliharaan dan investasi untuk di jadikan bahan
evaiuasi bagi Peningkatan kualitas pemeiiharaan dan optimalisasi
biaya pemeliharaan pada tahun-tahun mendatang.
i. Membina kompetensi Sumber daya manusia Bagian Pemeliharaan.
j. Mengelola resiko dan K3L Bagian Pemeliharaan.
32

k. Melaksanakan rekomendasi kegiatan Task Execution (continuous


Improvmen) Bagian Pemeliharaan.
3. Tugas pokok Engineering adalah sebagai berikut :
a. Merencanakan, memonitor dan mengendalikan Rencana Kerja dan
Anggaran Unit Bisnis dan Bagian Enjiniring.
b. Menyusun dan mengembangkan system prosedur tata kelola
manajemen asset dan basic communication antara asset owner,
asset manager, dan asset operator terkait kegiatan enjiniring
pembangkit.
c. Mengelola kegiatan rebility management dan efficiency
management.
d. Mengelola sumber daya utuk kegiatan Reliabilty yang meliputi :
1) Audit (assessment) dan prioritas pemeliharaan peralatan
unit pembangkit (MPI dan SERP).
2) Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
3) Root Cause Failure Analysis (RCFA)
4) Failure Defense Task (FDT)
5) Task Execution
e. Merekomendasikan kegiatan Task Execution (Continuous
Improvement) beserta KPI-nya Serta melakukan evaluasi
implementasinya, meliputi :
1) Perbaikan dan perbaikan berkelanjutan sistem Prosedur dan
instruksi kerja Pengeloaan Jasa O&M
2) Perubahan disain dari Peraiatan dan proses produksi.
3) Perubahan task preventive maintenance, task predictive dan
proactive maintenance.
4) Perbaikan kuailtas dan kuantitas ketersediaan material
kegiatan O&M.
5) Overhaul cycle extention Peralatan Pembangkit.
6) Life extention Peralatan pembangkit, termasuk analisis
Cost Benefit.
33

f. Mengelola kegiatan update data pemeliharaan peralatan


pembangkitan untuk keperluan anaIisa keandalan peralatan lebih
lanjut.
g. Mengelola kegiatan Condition based maintenance Peralatan utama,
mengevaiuasi dan membuat Work package program pemeliharaan
serta memberikan rekomendasi.
h. Melaksanakan kajian dan pelayanan teknis enjiniring Penyelesaian
masalah pembangkit.
i. Merencanakan, menganalisa dan mengevaluasi Penyiapan
kebutuhan sistemin formasi guna memenuhi kebutuhan system
informas manajemen yang tepat, akurat serta real time sehingga
menunjang kebutuhan informasi dalam pengamblian keputusan
serta pemantauan kinerja unit Pembangkitan.
j. Mengelola kontrak bisnis Jasa O & M
k. Mengawasi mutu barang dan jasa unit bisnis
l. Mengelola kegiatan monitoring, evaiuasi dan pelaporan kinerja
Serta kondisi Pembangkit
m. Mengelola system manajemen terpadu unit bisnis
n. Membina dan mengelola knowledge management dan inovasi di
unit bisnis.
o. Mengkoordinir kegiatan kajian dan pengelolaan risiko unit bisnis
p. Membina kompetensi enjiniring
q. Mengelola risiko dan K3L dibagian Engineering
r. Tugas-tugas lain yang diatur dalam perjanjian induk antara PT
PLN (PerSero) dengan Perusahaan termasuk addendum.
4. Tugas pokok bagian Administrasi adaiah sebagai berikut :
a. Merencanakan, memonitor dan mengendalikan Rencana Kerja dan
Anggaran bagian Administrasi
b. Melaksanakan analisi Organisasi dan perencanaan SDM tahunan
dan pengadaan tenaga kerja
c. Menyusun dan mengembangkan system Prosedur dan basic
34

communication antara asset owner, asset manager, dan asset


operator terkait kegiatan Bagian Administrasi
d. Menyusun dan mengelola perencanaan suksesi dan pengembangan
kompetensi Pegawai.
e. Mengelola administrasi dan biaya kepegawaian,serta biaya
administrasi unit bisnis
f. Mengelola internalisasi Budaya Perusahaan dan Kepatuhan
terhadap kode etik dan Code Of Conduct GCG Perusahaan
g. Mengelola kegiatan hubungan industrial, kesekretariatan, fasilitas
dan perijinan di unit bisnis
h. Mengkoordinir Penyusunan, melakukan monitoring dan evaluasi
pencapaian target kinerja (Key Performance Indicators) Pegawal
i. Mengelola dan menganalisa anggaran, keuangan dan perpaiakan
unit bisnis
j. Mengelola transaksi keuangan dan menyusun Iaporan keuangan
k. Menyusun rencana dan kegiatan Pengadaan barang dan jasa unit
bisnis serta pengembangan data base pengadaan
l. Menyelenggarakan kegiatan pergudangan serta material handling-
nya untuk semua material miIik unit bisnis
m. Berkoordinasi dengan aset manager dalam mengelola kegiatan
administrasi unlt bisins
n. Mengeilola resiko dan kegiatan K3L bagian Administrasi
o. Tugas-tugas lain yang diatur dalam perjanjian induk antara PT
PLN (Persero) dengan Pe1rusahaan termasuk addendum.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

1.
2.
3.
3.1. Pengertian Pompa
Pompa adalah suatu peralatan mekanis atau mesin yang digunakan untuk
memindahkan fluida cair dari suatu tempat yang bertekanan rendah ke tempat
yang bertekanan tinggi melalui suatu media pipa (saluran) dengan cara
menambahkan energi pada cairan yang dipindahkan dan berlangsung secara
continue (tahara, 2000). Pompa beroperasi dengan prinsip membuat perbedaan
tekanan antara bagian masuk (Suction) dengan bagian keluar (Discharge). Dengan
kata lain, pompa berfungsi mengubah tenaga mekanis dari suatu sumber tenaga
(penggerak) menjadi tenaga mekanis (kecepatan), dimana tenaga ini berguna
untuk mengalirkan cairan dan mengatasi hambatan yang ada sepanjang
pengaliran.
Prinsip kerja dari pompa sentrifugal ini yaitu Pompa digerakkan oleh motor,
daya dari motor diberikan kepada poros pompa untuk memutar impeller yang
dipasangkan pada poros tersebut. Fluida yang ada dalam impeller akan ikut
berputar karena dorongan sudu-sudu. Karena timbulnya gaya sentrifugal, maka zat
cair mengalir dari tengah impeller keluar melalui saluran diantara sudu dan
meninggalkan impeller dengan kecepatan yang tinggi. Zat cair yang keluar dari
impeller dengan kecepatan tinggi ini kemudian mengalir melalui saluran yang
penampangnya makin memebesar (volute/diffuser), sehingga terjadi perubahan
dari head kecepatan menjadi head tekanan. Maka zat cair yang keluar dari flens
keluar pompa head totalnya bertambah besar. Pengisapan terjadi karena setelah
zat cair dilemparkan oleh impeller, ruang diantara sudu-sudu menjadi vakum
sehingga zat cair akan terisap masuk. Selisih energi per satuan berat atau head
total dari zat cair pada flens keluar (tekan) dan flens masuk (isap) disebut head
total pompa.

35
36
36

Gambar 3.1 pompa


Sumber : PLTU pangkalan susu

Pompa sentrifugal adalah jenis pompa tekan dinamis yang mengubah energi
mekanik kedalam energi hidrolik melalui aktivitas sentrifugal (tahara, 2000).
Sedangkan prinsip kerja pompa tekan dinamis adalah dengan mengubah energi
mekanis dari poros menjadi energi fluida, dan energi inilah yang menyebabkan
pertambahan head tekanan, head kecepatan, dan head potensial pada fluida yang
mengalir secara kontinu.
3.2. Klasifikasi pompa secara umum
Diagram klasifikasi pompa secara umum diperlihatkan pada Gambar 3.2:

Gambar 3.2 Diagram klasifikasi pompa


37

3.2.1. Pompa perpindahan positif (Positive Displacement)

Positive Displacement Pump adalah jenis pompa cairan yang di gerakan dari
sisi isap ke sisi tekan oleh variasi mekanis volume rumah pompa, dengan kata lain
menaikan tekanan dengan cara memperkecil ruang volume (sularso dan tahara,
2000). jenis pompa yang dapat dimasukkan kedalam tipe ini adalah pompa
Reciprocating, pompa rotary, dan pompa Diafragma.
Daya dari penggerak di berikan kepada poros pompa untuk memutar
impeller di dalam volute casting (rumah spiral), maka zat cair yang berada di
dalam sudu – sudu ikut berputar. Karena timbul gaya sentrifugal, maka zat cair
mengalir dari tengah impeller keluar melalui saluran diantara susu – sudu
impeller. Disini heat tekanan zat cair menjadi lebih tinggi, demikian pula heat
kecepatan nya bertambah besar karena zat cair mengalami percepatan. Zat cair
yang keluar dari impeller di tampung oleh saluran yang berbentuk volute (spiral)
di sekeliling imp eller dan di salurkan keluar pompa melalui nozzlel
(outlet/discharge). Didalam nozle ini, sebagian head kecepatan aliran di ubah
menjadi head tekanan, jadi impeller pompa berfungsi memberikan kerja kepada
zat cair antara flange hisap dan flange keluar pompa disebut heat total pompa.
Dari uraian di atas, jelas bahwa pompa sentrifugal dapat mengubah energi
mekanik dalam bentuk kerja poros menjadi energi fluida. Energi inilah yang
menyebabkan pertambahan head tekanan, head potensial pada zat cair yang
mengalir secara continue pompa perpindahan positif terbagi menjadi tiga yaitu:
1. Pompa torak
2. Pompa plunyer
3. Pompa membrane
4. Pompa Rotary
5. Pompa diafragma
38

3.2.2 Pompa dinamik

Pompa dinamik terdiri dari satu impeller atau lebih yang dilengkapi dengan
sudu – sudu yang di pasangkan pada poros – poros yang berputar dan menerima
energi dari motor penggerak pompa serta di selubungi dengan sebuah rumah
(casing). Fluida berenergi memasuki impeller secara aksial, kemudian fluida
meninggalkan impeller pada kecepatan yang relatif tinggi dan di kumpulkan
dalam volute atau diffuser terjadi perubahan dari head kecepatan menjadi head
tekanan, yang diikuti dengan penurunan kecepatan. Sesudah proses konversi ini
selesai kemudian fluida keluar dari pompa melalui katup discharge. Pompa
dinamik dapat di bagi dalam beberapa jenis yaitu:
1. Pompa sentrifugal (centrifugal pump)
Pompa sentrifugal adalah suatu pompa yang memindahkan cairan dengan
memanfaatkan gaya sentrifugal yang dihasilkan oleh putaran impeller (sularso dan
tahara,2000). Pompa sentrifugal mengubah energi kecepatan menjadi energi
tekan. Semakin cepat putaran pompanya maka akan semakin tinggi tekanan
(head) dihasilkan. Pompa ini di gerakan oleh motor atau turbin. Daya dari
penggerak diberikan pada poros pompa untuk memutar impeller yang di pasang
pada poros tersebut. Akibat dari putaran impeller yang menimbulkan gaya
sentrifugal, maka zat cair akan mengalir dari tengah impeller keluar diantara dari
sudu–sudu dan meninggalkan impeller dengan kecepatan yang tinggi. Bentuk
Pompa Sentrifugal (centrifugal pump) diperlihatkan pada Gambar 3.3
39

Gambar 3.3 Pompa Sentrifugal (centrifugal pump)

2. Klasifikasi pompa centrifugal

Pompa sentrifugal diklasifikasikan baerdasrkan beberapa kriteria antara lain :


1. Bentuk arah aliran yang terjadi di impeller. Aliran fluida dalam impeler
dapat berupa axial fow, mixed flow atau radial flow.
2. Bentuk kontruksi dari impeller. Impeler yang digunakan dalam pompa
sentrifugal dapat berupa open impeller, semi-open impeller, close impeller.
3. Banyaknya jumlah suction inlet. Beberapa pompa sentrifugal memiliki
suction inlet lebih dari dua buah. Pompa yang yang memiliki satu suction
inlet disebut single-suction pump sedangkan untuk pompa yang memiliki
dua suction inlet disebut double-suction pump.
4. Banyaknya impeller. Pompa sentrifugal khusus memiliki beberapa impeller
bersusun. Pompa yang memiliki satu impeller disebut single-stage pump
sedangkan pompa yang memiliki lebih dari satu impeller disebut multi-stage
pump.
Klasifikasi pompa sentrifugal diperlihatkan pada Gambar 3.4

Pompa sentrifugal

Casing Jumlah stage Letak poros suction Arah

- volute - One stage - Isapan tunggal -Radial flow


- difusser - Multi stage - Isapan ganda -axial flow
- Mixed jenis -mow
volute
Gambar 3.4 Klasifikasi pompa sentrifugal
40

3. Bagian-bagian pompa sentrifugal

Pompa ini terdiri dari Impeller yang dipasang pada sebuah poros berputar
dalam rumah pompa (Casing) atau rumah keong (Volute Casing) serta memiliki
saluran masuk (Suction) dan keluaran (Discharge) fluida. Impeller yang berputar
menimbulkan tekanan dalam air. Pada tengah Impeller, air keluar melalui sudu-
sudu dengan kecepatan yang diakibatkan adanya gaya sentrifugal sehingga arah
aliran yang keluar dari Impeller tegak lurus terhadap aliran yang menuju ke pusat
sudu Impeller.
Bagian-bagian pompa sentrifugal diperlihatkan pada Gambar 3.5

Gambar 3.5 Bagian-bagian Pompa Sentrifugal

Sumber : H. Austin Chruch

a. Rumah Pompa
Rumah Pompa berfungsi sebagai penampung cairan yang terlempar dari
sudu-sudu Impeller untuk merubah atau mengkoversikan energi cairan menjadi
energi tekanan statis. Atau sering disebut juga dengan rumah keong karena
bentuknya yang menyerupai keong.
41

b. Impeller
Impeller merupakan cakram bulat dari logam dengan lintasan untuk aliran
fluida yang sudah terpasang. Impeller biasanya terbuat dari perunggu,
Polikarbonat, besi tuang atau stainlessteel, namun bahan-bahan lain juga
digunakan. Sebagaimana kinerja pompa tergantung pada jenis impellernya, maka
penting untuk mimilih rancangan yang cocok dan mendapatkan impeller dalam
kondisi yang baik.
Jumlah impeller menetukan jumlah tahapan pompa. Pompa satu tahap
memiliki satu impeller dan sangat cocok untuk layanan head (tekanan) rendah.
Pompa dua tahap memiliki dua impeller yang terpasang secara seri untuk layanan
head sedang. Pompa multi-tahap memiliki tiga impeller atau lebih terpasang seri
untuk layanan head yang tinggi. Impeller dapat digolongkan atas dasar: Arah
utama aliran dari sumbu putaran: aliran radial, aliran aksial, aliran
campuran ,Jenis hisapan: hisapan tunggal dan hisapan ganda, Bentuk atau
konstruksi mekanis
c. Poros Pompa (Shaft)
Poros Pompa terbuat dari stainless steel yang berfungsi untuk meneruskan
energi mekanik dari mesin penggerak (Prime Over) kepada Impeller.
d. Inlet
Pipa inlet berbentuk L yang digunakan untuk menaikkan air ke dalam
Impeller dengan menggunakan bantuan dari motor penggerak. Fungsinya sebagai
saluran masuk cairan ke dalam Impeller.
e. Outlet
Pipa Outlet digunakan untuk mengalirkan air dari dalam pompa ke tempat
bak penampungan.
f. Wadah (cashing)
Fungsi utama wadah adalah menutup impeller pada penghisapan dan
pengiriman pada ujung dan sehingga berbentuk tangki tekanan. Tekanan pada
ujung penghisapan dapat sekecil sepersepuluh tekanan atmosfir dan pada ujung
pengiriman dapat dua puluh kali tekanan atmosfir pada pompa satu tahap. Untuk
Pompa multi-tahap perbedaan tekanannya jauh lebih tinggi. Wadah di rancang
42

untuk tahan paling sedikit dua kali tekanan ini untuk menjamin batas keamanan
yang cukup. Fungsi wadah yang kedua adalah memberikan media pendukung dan
bantalan poros untuk batang torak dan impeller. Oleh karena itu wadah pompa
harus dirancang untuk:
1. Memberikan kemudahan mengakses ke seluruh bagian pompa untuk
pemeriksaan, perawatan dan perbaikan.
2. Membuat wadah anti bocor dengan memberikan kotak penjejal.
3. Menghubungkan pipa-pipa hisapan dan pengiriman ke flens secara
langsung.
4. Mudah dipasang dengan mudah ke mesin penggerak (motor listrik) tanpa
kehilangan daya.

Bagian pompa sentrifugal dibagi dua yaitu :


1. Shaft (poros)
Poros berfungsi untuk meneruskan momen punter dari penggerak selama
beroperasi dan tempat kedudukan impeller dan bagian-bagian berputar lainnya.
Poros pada pompa sentrifugal berfungsi untuk meneruskan torsi penggerak pompa
untuk memutar impeller, poros pompa juga dilengkapi dengan shaft sleeve untuk
mencegah poros dari gesekan langsung dengan perapat atau packing.
2. Impeller
Impeller berfungsi untuk mengubah energi mekanis dari pompa menjadi
energy kecepatan pada cairan yang dipompa akan secara kontinyu, sehingga
cairan pada sisi isap secara terus menerusakan masuk mengisi kekosogan akibat
perpindahan dari cairan yang masuk sebelumnya.
3. Bearing
Bearing (bantalan) berfungsi untuk menumpu dan menahan beban dari poros
agar dapat berputar, baik berupa beban radial maupun beban axial. Bearing juga
memungkinkan poros untuk dapat berputar dengan lancer dan tetap pada
tempatnya, sehingga kerugian gesek menjadi kecil.
4. Gasket
43

Digunakan untuk mencegah dan mengurangi bocoran cairan dari casing pompa
melalui poros. Biasanya terbuat dari asbes atau teflon.
5. Shaft Sleeve
Shaft sleeve berfungsi untuk melindungi poros dari erosi, korosi dan keausan
pada stuffing box. Pada pompa multistage dapat sebagai leakage joint, internal
bearing dan interstage atau distance sleever.

6. Wearing Ring

Wearing ring berfungsi untuk memperkecil kebocoran cairan yang melewati


bagian depan impeller maupun bagian belakang impeller, dengan cara
memperkecil celah antara casing  dengan impeller.

7. Casing

Merupakan bagian paling luar dari pompa yang berfungsi sebagai pelindung
elemen yang berputar, tempat kedudukan diffuser (guide vane), inlet dan outlet
nozel serta tempat memberikan arah aliran dari impeller dan mengkonversikan
energi kecepatan cairan menjadi energi dinamis (single stage).

8. Seal ( Perapat)
Perapat digunakan untuk mencegah/mengurangi kebocoran yang terjadi
melalui celah antara shaft dengan casing pompa. Jenis perapat yang biasa
digunakan pada pompa sentrifugal adalah Mechanical Seal dan Gland Packing.

3.3. Cara kerja pompa sentrifugal


Aliran fluida yang radial akan menimbulkan efek sentrifugal dari impeller
di berikan kepada fluida. Jenis pompa sentrifugal atau compresor aliran radial
akan mempunyai head yang tinggi tetapi kapasitas aliran rendah. Pada mesin
aliran radial ini, fluida masuk melalui bagian tengah impeller dalam arah yang
pada dasarnya aksial. Fluida keluar melaui celah–celah antara sudut dan pinggiran
dan meninggalkan bagian luar impeller pada tekanan yang tinggi dan kecepatan
agak tinggi ketika memasuki casing atau volute.Volute akan mengubah heat
44

kinetik yang berupa kecepatan buang tinggi menjadi head terkanan sebelum fluida
meninggalkan pipa keluaran pompa.
Daya dari luar diberikan kepada poros pompa untuk memutarkan impeller
di dalam fluida. Karena adanya dorongan dari sudu-sudu yang berputar fluida
yang ada didalam impeller juga ikut berputar, sehingga menimbulkan gaya
sentrifugal. Karena adanya gaya sentrifugal maka fluidaa mengalir dari tengah
impeller keluar melalui saluran diantara sudu-sudu. Disini head tekanan fluida
menjadi lebih tinggi. Demikian pula dengan head kecepatannya bertambah besar
karena fluida mengalami (spiral) dikeliling impeller dan disalurkan keluar pompa
memelalui nosel. Didalam nosel ini sebagian head kecepatan aliran diubah
menjadi head tekanan.

3.4 Mechanical Seal


Mechanical seal adalah suatu alat mekanis yang berfungsi untuk mencegah
kebocoran fluida dari ruang/wadah yang memiliki poros berputar. Karena alat
mekanis tersebut memiliki 2 buah komponen muka akhir (end faces) pada posisi
90° terhadap sumbu poros yang senantiasa kontak satu dengan yang lainnya,
karena adanya gaya axial dari pegas/spring. Mechanical seal umumnya terpasang
pada bermacam jenis pompa seperti, centrifugal pump, gear pump, screw pump.
Dengan demikian bisa diambil simpulan definisi Mechanical Seal adalah sebuah
alat pengeblok cairan/gas pada suatu rotating equipment.
(Wijaya , 2011) Mechanical seal yang terpasang pada peralatan pompa
desainnya disesuaikan dengan kondisi operasi pompa tersebut biasanya tergantung
dengan faktor-faktor berikut :
a. Tekanan cairan (pressure)
b. Suhu cairan (temperatur)
c. Jenis cairan, Vapour pressure
d. Ukuran poros (shaft size)
e. Kecepatan putaran (Speed/RPM)
Pada kondisi operasi pompa dengan faktor-faktor tertentu dengan
Spesifikasi pada pompa sentrifugal :
45

Model electric motor : JK 133-2-350


Motor power : 200 KW
Motor voltage : 380 V
Head : 720 mH2O
Kapasitas : 65 m³/h
Pressure head : 4472 Pa
Voltage : 6300 V
RPM : 2950 r/min

3.4.1. Fungsi Mechanical Seal


Fungsi dari Mechanical Seal yaitu untuk mencegah terjadinya kebocoran
fluida yang mengalir padanya. Mechanical seal Juga berfungsi se bagai pengganti
Gland Packing yang fungsinya sama untuk mencegah kebocoran Fluida, namun
Gland Packing terlalu sederhana untuk mencegah terjadinya kebocoran dan bila
terjadi kerusakan pada Gland Packing kita harus menggantinya dengan yang baru,
beda halnya dengan Mechanical Seal, kita bisa merekondisi kembali Mechanical
Seal tersebut dengan hanya Misalnya mengganti Seal Face nya saja atau
melapping ulang Seal face nya saja.
Seal Faces adalah bagian paling penting, paling utama dan paling kritis dari
sebuah Mechanical Seal dan merupakan titik primary Sealing. Terbuat dari bahan
Carbon dengan serangkaian teknik pencampuran, atau keramik atau Ni-resist atau
Silicone Carbide atau Tungsten Carbide. Seal Faces berarti ada 2 Sealface. Yang
satu diam dan melekat pada dinding pompa, dan yang lainnya berputar , melekat
pada shaft. Yang berputar biasanya terbuat dari bahan yang lebih lunak.
Kombinasinya bisa berupa Carbon vs Silicone Carbide , Carbon vs Ceramic,
Carbon vs Tungsten Carbide, Silicone Carbide vs Silicone Carbide, Silicone
Carbide vs Tungsten Carbide.
Pada Gambar 3.6 dibawah ini diperlihatkan Bagian-bagian pada Mechanical
seal.
46

Gambar 3.6 Bagian-bagian Mechanical Seal

Terdapat beberapa bagian penyusun mechanical seal ini. Untuk


mempermudah pemahaman mari kita lihat dulu definisi dari tiap komponen :
1. Seal Merupakan bagian yang berfungsi sebagai penghalang masuknya
cairan, baik itu pelumas maupun fluida. Seal banyak di temui pada mesin
seperti paling mudah adalah mesin mobil dan motor.
2. Shaft Merupakan bagian poros pada sebuah alat dan merupakan bagian
utama dari sebuah mesin yang berputar.
3. Shaft Sleeve Adalah sebuah bushing atau adapter memiliki bentuk
selongsong. Bushing ini terpasang pada shaft karena untuk melindungi shaft
akibat pengencangan baut mechanical seal.
4. O-ring Pada awal pembuatannya, o-ring memiliki bentuk bundar yang
memiliki fungsi sebagai seal. Namun karena perkembangan teknologi o-
ring berganti fungsi menjadi alat pengeblok cairan sekunder yang
mempunyai berbagai tipe berdasarkan materialnya.
5. Sealface disebut juga dengan contact face. Merupakan bagian yang
terpenting dalam mechanical seal. Sealface merupakan titik pengeblok
cairan utama. Komponen ini terbuat dari bahan carbon atau silicoe carbide
atau keramik atau ni-resist atau tungsten carbide dengan serangkaian teknik
pencampuran.
47

Setelah memahami bagian-bagian yang menyusun Mechanical Seal, maka


bisa di lanjutkan bahwa Mechanical seal adalah suatu sealing device yang
merupakan kombinasi yang menyatu antara sealface yang diam dan melekat pada
dinding statis casing/ housing pompa / tangki / vessel / kipas.
Sealface yang ada pada shaft yang berputar sering sekali di sebut sebagai
Rotary Face/Primary Ring . sedangkan Sealface yang diam atau dalam kondisi
stasioner sering di sebut sebagai Stationary Face / Mating Ring / Seat.
Dengan demikian diambil simpulan Mechanical Seal adalah Sebuah alat
pengeblok cairan/gas pada suatu rotating equipment, yang terdiri atas :
1. Dua buah Sealface yang bisa aus, dimana salah satu diam dan satunya lagi
berputar, membentuk titik pengeblok primer (primary sealing).
2. Satu atau sekelompok O-ring/Bellows/PTFE Wedge yang merupakan titik
pengeblokan sekunder (Secondary Sealing).
3. Alat pembeban mekanis untuk membuat sealface saling menekan.
4. Acsesoris metal yang diperlukan untuk melengkapi rangkain Mechanical
Seal.

3.4.2. Komponen-komponen Mechanical Seal


Komponen-komponen mechanical seal dikelompokkan menjadi dua bagian
yaitu bagian yang berputar dan bagian yang stasioner :
1. Komponen Berputar
Bagian dari mechanical seal yang berputar, terkoneksi secara langsung ke
poros pompa dan ikut berputar pada saat pompa bekerja. Komponen yang
terhubung langsung dengan shaft adalah rubber bellows (8). Tekanan dari pegas
(6) yang diteruskan oleh torque transmission ring (7), menjaga agar rubber
bellows selalu menempel ke sisi shaft dan ikut berputar.
Pegas (6) berfungsi untuk mentransfer tekanan ke torque transmission ring
sisi atas dan bawah (5 dan 7). Tekanan yang didistribusikan melalui torque
transmission ring sisi atas (5) akan diteruskan ke rotating seal ring (4). Rotating
seal ring adalah komponen mechanical seal yang terpasang dan ikut berputar
48

bersama rubber bellows. Komponen ini bergesekan langsung dengan bagian yang
stasioner.
Sifat rubber bellows yang elastis dan fleksibel secara aksial, berfungsi untuk
mencegah kebocoran fluida kerja di antara shaft (9) dengan rotating seal ring (4).
Tekanan dari pegas serta sifat rubber bellows yang dapat berdeformasi secara
aksial, akan menjaga semua komponen seal saling menekan sehingga tidak terjadi
kebocoran pada saat pompa beroperasi maupun tidak.
2. Komponen Stasioner
Komponen-komponen mechanical seal yang diam terkoneksi dengan
casing/housing pompa (1). Komponen tersebut terdiri atas sebuah
dudukan/stationery seat (3) dan secondary rubber seal (2). Secondary rubber seal
berfungsi untuk mencegah terjadinya kebocoran di antara dudukan dengan casing
pompa. Sedangkan stationery seat menjadi komponen yang bergesekan langsung
dengan rotating seal ring. Oleh karena itu, secondary rubber (karet) seal juga
berfungsi untuk menjaga stationery seat agar tidak berputar mengikuti putaran
rotating seal ring tersebut.
Pada saat pompa bekerja, di antara dua komponen mechanical seal yang
saling bergesekan yakni stationery seal dan rotating seal didesain terbentuk
sebuah lapisan film. Lapisan ini terbentuk dari fluida kerja yang sangat sedikit
jumlahnya keluar melalui sela-sela komponen-komponen mechanical seal.
Lapisan film tersebut berfungsi sebagai pelumas dan secara alami akan menguap
akibat temperatur gesekan yang tinggi. Penguapan tersebut tidak kasat mata, dan
karena jumlahnya yang sangat sedikit maka dapat diabaikan. Namun apabila
komponen-komponen mechanical seal tidak bekerja dengan baik, maka dapat
menimbulkan kebocoran yang lebih besar.

3.4.3. Cara kerja Mechanical Seal


Titik utama pengeblokan dilakukan oleh dua sealfaces yang
permukaannya sangat halus dan rata. Gesekan gerak berputar antara
keduanya meminimalkan terjadinya kebocoran. Satu sealface berputar
mengikuti putaran shaft, satu lagi diam menancap pada suatu dinding yang
49

disebut dengan Glandplate. Meterial dua sealfaces itu biasanya berbeda.Yang


satu biasanya bersifat lunak, biasanya carbon-graphite, yang lainnya terbuat
dari material yang lebih keras seperti silicone-carbide. Pembedaan antara
material yang digunakan pada stationary sealface dan rotating sealface adalah
untuk mencegah terjadinya adhesi antara dua buah sealfaces tersebut. Pada
sealface yang lebih lunak biasanya terdapat ujung yang lebih kecil sehingga sering
dikenal sebagai wear-nose (ujung yang bisa habis atau aus tergesek).

3.4.4. Desain mechanical seal


Umumnya mechanical seal terpasang pada peralatan dengan desain Single
Seal (Seal tunggal), ini adalah desain minimum dari mechanical seal. Namun
demikian banyak peralatan yang memiliki persyaratan kebocoran tertentu dimana
tidak boleh sedikitpun cairan proses yang dipompakan bocor secara bebas ke
atmosfir (atmospheric side), mungkin karena cairan tersebut bersifat toxic
(beracun), flameable (mudah terbakar), carcinogenic (menyebabkan kanker), atau
bisa juga karena alasan keselamatan dan lingkungan (Safety, Health &
Environment) dan sebagainya. Untuk kondisi seperti ini haruslah dipasang
mechanical seal yang lebih handal dalam bentuk double seal (seal ganda) atau
Tandem Seal.

Dalam pengoperasiannya mechanical seal harus tercelup sepenuhnya


(100%) di dalam cairan, ini untuk menghindari kondisi ’dry running’ yang bisa
menyebabkan kerusakan ’end faces’ mechanical seal. Selain itu mechanical
seal harus mendapatkan cairan yang berfungsi untuk pendingin dan
pelumas contact face, biasanya cairan tersebut bisa diperoleh dari discharge
pompa atau cairan yang dipasok dari luar.
Single Seal (seal tunggal) umumnya menggunakan cairan pendingin yang
diperoleh dari discharge pompa, namun di beberapa kasus seal tunggal
beroperasi dengan menggunakan cairan yang dipasok dari luar (external) karena
cairan yang berasal dari discharge pompa kualitasnya kurang bagus
(mengandung partikel, terlalu kental dsb).
50

Double Seal (seal ganda) dan Tandem Seal selalu menggunakan cairan
yang berasal dari luar, biasanya cairan tersebut merupakan cairan yg cocok
untuk mechanical seal. Cairan tersebut ditampung pada tanki kusus (reservoir)
dan dialirkan ke mechanical seal. Dari sisi pemasangan, mechanical seal bisa
dipasang secara internal atau inside mounted yaitu mechanical seal dipasang
di dalam stuffing box pompa atau dipasang secara external atau outside
mounted yaitu mechanical seal dipasang di luar stuffing box pompa.
Namun pada umumnya mechanical seal terpasang secara internal.
Alasan utama mengapa mechanical seal terpasang external adalah untuk
menghindarkan metal parts (komponen logam) mechanical seal mengalami
kontak langsung dengan cairan proses yang pada aplikasi tertentu merupakan
cairan kimia yang sangat korosif.

Untuk kondisi cairan kimia seperti ini mechanical seal harus


menggunakan material yang sangat spesial dan mahal harganya,
misalnya untuk material metal harus menggunakan jenis Titanium atau
Hasteloy C. Sehingga alternatif memasang mechanical seal secara
external akan mampu mengurangi biaya.

Tabel 3.1 Nama komponen dan material mechanical seal


NO NAMA KOMPONEN MATERIAL
1 Mating Ring (Stationary Silicon Carbide (SiC), Tungsten
Face) Carbide (TC), Ceramic (Al2O3)

2 Primary Ring (Rotary Face) Resin Carbon, Antimony Carbon,


Carbide.

3 O-Ring Fluoroelastomer (Viton), NBR,


Perfluoroelastomer

4 Spring 316SS, Hasteloy C, Monel,


Titanium

5 Metal Hardware 316SS, Hasteloy C, Monel,


51

Memilih material yang tepat untuk kondisi operasi yang jelas akan sangat
berpengaruh terhadap kehandalan (reliability) mechanical seal, dan sebaliknya
material yang tidak tepat akan membuat umur pakai mechanical seal
menjadi sangat pendek. Material yang dipilih tidak harus yang paling mahal
namun yang paling sesuai dengan kondisi operasi seperti temperatur cairan,
tekanan (pressure), jenis cairannya apakah merupakan cairan kimia (asam/basa
kuat) dan sebagainya.

Pemilihan material yang tepat untuk O-Ring dan Contact Face


(Primary Ring & Mating Ring) merupakan faktor penentu sebuah mechanical
seal yang baik.

Berikut ini adalah karaketeristik material O-Ring secara lebih detail :


Tabel 3.2 Jenis material untuk digunakan sebagai O-Ring

Tabel 3.3 Ketahanan material PTFE terhadap temperatur


52

PTFE (Poly Tetra Fluoro Ethylene) merupakan material yang sering


digunakan sebagai gasket/O-Ring untuk mechanical seal. Material ini memiliki
ketahanan kimia sangat bagus dan juga baik untuk aplikasi pada cairan yang
temperaturnya tinggi. Tabel 3.4 menampilkan referensi untuk memilih material
yang tepat untuk digunakan sebagai face contact mechanical seal.

Tabel 3.4 Jenis material untuk contact face Mechanical Seal (Primary
Ring & Mating Ring)

Material untuk ‘contact face’ mechanical seal dipilih berdasarkan faktor sebagai
berikut
- Kekerasan (hardness)
- Koefisien gesek (coefficient of friction)
- Ketahanan terhadap kimia (chemical resistance)

Jadi material yang paling cocok digunakan sebagai ‘contact face’ adalah
suatu material yang memiliki kombinasi ketiga karakteristik di atas Face
Contact mechanical seal merupakan komponen yang mudah aus (wearable
part) dari sebuah mechanical seal. Untuk aplikasi standard biasanya dipilih
material Resin Carbon VS Silicon Carbide. Namun untuk aplikasi yang besifat
kusus bisa menggunakan material Silicon Carbide VS Silicon Carbide atau
53

Tungsten Carbide VS Tungsten Carbide, kombinasi material ini disebut


‘hard faces’ (material yang mengutamakan kekerasan), biasanya digunakan
pada aplikasi cairan yang banyak mengandung partikel. Faktor penentu
lainnya dalam memilih material yang cocok sebagai face contact mechanical
seal adalah koefisien gesek (coefficient of friction).

Dari tabel dibawah diketahui bahwa kombinasi material yang memiliki


koefisien gesek paling kecil adalah Carbon Graphite VS Silicon Carbide, yaitu
sebesar 0,015. Dengan pertimbangan ini maka kombinasi material ini paling
banyak digunakan oleh mechanical seal.

Koefisien gesek material dapat dilihat pada Gambar 3.7

Gambar 3.7 Koefisien gesek material untuk Face Contact mechanical seal

3.4.5 Akibat kerusakan mechanical seal

Faktor penyebab kerusakan dan rekomendasi perbaikan yang dilakukan


menunjukkan indikasi kerusakan pada mechanical seal terjadi pada sealface,
Oring, dan shaft seal. Faktor penyebab kerusakan mechanical seal adalah karena
poor lubrication yang membuat temperature naik melebihi batas temperature
54

sistem yang diizinka, Kemudian terjadi overheating, sehingga menyebabkan


pengerasan dan pembakaran. Dikarenakan temperature melebihi batas, sealface
dan O-ring mengalami kerusakan yaitu pada sealface hancur dan O-ring menjadi
hilang nilai elastisitasnya dan putus. Maka dari itu tindakan yang dilakukan
adalah melakukan penggantian sealface, O-ring dan melakukan pengamplasan
halus pada shaft seal karena tidak terjadi crack. Sehingga umur seal seharusnya 7
bulan sampai 2 tahun akibat kerusakan menjadi 4 bulan.
BAB IV
TUGAS KHUSUS

4.1 Analisa estimasi umur pakai (lifetime)


4.1.1 Data Hasil Pengecekan umur pakai mechanical seal
Kerusakan pada mechanical seal salah satuya adalah Umur pakai
Mechanical Seal tersebut relatif pendek, hanya sekitar 7 bulan. Kerusakan
yang sering terjadi adalah O-ring nya mengeras serta contact face aus dan
berwana kemerahan. Dilihat dari kerusakan O-ring yang hangus. Seal flush
menggunakan fluida ex-discharge (fluida yang telah diproses di Impeller)
pompa bertemperatur tinggi yang disirkulasikan ke dalam chamber
melalui orifice dan Cooler. Oleh karena itu temperatur air dari discharge
cukup tinggi 280 °C maka Cooler yang ada diperkirakan tidak mampu
menurunkan temperatur air secara signifikan, sehingga kondisi temperatur
di dalam Seal chamber masih tinggi.
Dari peninjauan yang dilakukan, diketahui masalah apa yang terjadi
pada pompa dan motor tersebut. Salah satu upaya preventive maintenance
yang diakukan pihak PT. Indonesia power PLTU pangkalan susu.

4.1.2 Visual Check


pada Gambar 4.1 pompa sedang mengalami proses overhaul (pemeriksaan)
pada saat penulis dalam proses menjalankan PKL/kerja praktek.

Gambar 4.1 Proses overhaul pelepasan mechanical seal

53
54

4.1.3 Proses Analisa Kerusakan Mechanical Seal

Perubahan warna terhadap rumah spring yang terkotaminasi oleh


sifat fluida yang di handle (carbamat), dan terdapat kotoran-kotoran yang
menempel pada rumah spring yang terkadang menyebabkan korosi.
Perubahan warna multiple spring ditampilkan pada Gambar 4.2

Gambar 4.2 Multiple spring

Pada Gambar 4.3 penyebab carbon retak adalah vibrasi terjadi saat
pompa beroperasi dari faktor temperatur berlebih dan panas yang tinggi,
fluktuasi aliran dan axial floathing, temperatur yang panas saat beroperasi
secara terus menerus dapat mengubah struktur permukaan material carbon.

Gambar 4.3 Sealface


55

Pada Gambar 4.3 sangat jelas terlihat bahwa terjadi crack pada
sealface dan terjadi friction akibat vibrasi yang terjadi pada salah satu
komponen pada mechanical seal akibat dari tidak unbalance nya lagi
poros sehingga gesekan antara permukaan tidak bisa di kontrol dan kurang
nya perawatan pompa tersebut atau faktor usia mechanical seal tersebut.

Gambar 4.4 Shaft sleeve


Pada Gambar 4.4 shaft sleeve telah terjadi aus, penyebab kerusakan
shaft sleeve ialah akibat dari bearing yang unbalance, vibration dan
pelumasan yang kurang di control. Sehingga terjadinya kontak langsung
antara satu komponen-komponen lain yang pada akhirnya menimbulkan
keausan terhadap material.
Mechanical seal digunakan untuk mencegah/mengurangi kebocoran
yang terjadi melalui celah antar shaft dengan casing pompa. Jenis perapat
yang biasa digunakan pada pompa sentrifugal adalah mechanical seal dan
gland packing.

4.2 Penyebab kerusakan mechanical seal


4.2.1 Analisa penyebab kerusakan mechanical seal

Kebocoran Mechanical Seal pada pompa disebabkan oleh


tingginya temperatur fluida yang digunakan untuk melumasi Mechanical
Seal. Fluida yang temperaturnya mencapai ± 280 °C itu adalah fluida yang
dihasilkan oleh proses kerja Impeller. Karena gerakan berputar dari
Impeller maka cairan yang terdapat pada bagian tersebut ikut berputar
56

akibat gaya sentrifugal yang terjadi, air didesak keluar menjauhi pusat, dan
masuk dalam ruangan antara keliling Impeller bagian luar dan rumah
pompa, dan menuju ke saluran keluar (discharger). Fluida tersebut akan
keluar ke saluran discharger dan sebagia fluida mengalir dan masuk
ke Cooler  (pendingin), untuk disirkulasikan atau tempat dimana
pengurangan temperatur yang awalnya tinggi menjadi lebih rendah dari
sebelumnya, kemudian fluida yang disirkulasikan itu di alirkan
ke Mechanical Seal untuk melumasi Mechanical Seal dan untuk
mengurangi gesekan yang terjadi pada komponen Mechanical
Seal yaitu Seal Face  berputar  (Rotating) dan Seal Face yang diam
(Stationary). Karena terjadinya gesekan atau kontak face Mechanical Seal
membutuhkan pelumas untuk mengurangi gesekan yang terjadi pada
kedua Seal Face tersebut. Namun fluida yang disirkulasikan pada Cooler
itu tidak mampu melumasi Mechanical Seal karena tingginya temperatur
menjadikan fluida berupa boiling water (air mendidih). Sedangkan fluida
yang dibutuhkan Mechanical Seal untuk melumasi komponen Mechanical
Seal adalah fluida yang bertemperatur rendah atau dingin. Cooler tidak
mampu menurunkan temperatur fluida dengan signifikan yang diambil
dari discharger tersebut, dan akibanya adalah Seal Face saling bergesekan
dan salah satu Seal Face tersebut akan aus karena kurangnya pelumasan
yang didapat pada Mechanical Seal. Dengan keausan Seal Face maka akan
terjadi kebocoran pada Mechanical Seal.

4.2.2 Analisa penyebab dari data visual check

Dari tampilan yang dapat setelah melakukan visual check, maka


penulis dapat menganalisa penyebab kerusakan pada mechanical seal
yaitu:
1. High temperature pada posisi O-ring packing.
2. High temperature pada posisi rotary face mechanical seal.
3. Fluida proses kotor dan terkontaminasi (COKING).
4. Fluida produk mengalami evaporasi (CRYTALIZING).
57

5. Transfer panas yang terjadi kurang efektif oleh cooling water system.
6. Terjadi kerusakan bearing sehingga terjadi nya vibrasi.

4.3 Langkah perbaikan dan perawatan


4.3.1 Langkah perbaikan
1. Pengambilan permit izin kerja
2. Persiapan peralatan dan material kerja
3. Pastikan power motor listrik dalam posisi off.
4. Uncouple coupling
5. Buka pondasi motor lalu turun kan motor listrik.
6. Buka hub coupling.
7. Buka gearbox housing pompa dan nonaktifkan sealing system drain oli
pompa.
8. Buka impeller.
9. Buka mechanical seal.
10. Bersihkan peralatan.
11. Check dan inspek mechanical seal.
12. Ganti O-ring packing.
13. Ganti mechanical seal.
14. Ganti bearing yang mengalami masalah
15. Langkah pemasangan seperti semula.

4.3.2 Langkah perawatan


Sistem perawatan pada jenis ini menjadi tiga macam yaitu:
1. Routine maintenance
Merupakan perawatan yang dilakukan setiap hari untuk
mempereroleh performa pompa yang optimal. Hal ini dilakukan agar
gejala-gejala kerusakan dapat segera diketahui, agar kerusakan yang akan
berakibat fatal dapat dihindari. Kegiatan yang dilakukan pada saat
melakukan routine maintenance adalah:
a. Pemeriksaan kondisi oli
58

Dalam melakukan pemeriksaan oli tersebut harus sesuai dengan SAE


(Society of Automotive Enginers). Pada pompa ini digunakan oli
MESRAN dengan SAE 10W-40
b. Pemeriksaan temperature fluida.
Temperature pada fluida yang stabil adalah 40-60ºC
c. Pemerikasaan apakah terjadi vibrasi yang terlalu besar.
Untuk melakukan pengukuran terhadap vibrasi yang terjadi pada pompa
adalah vibrometer.
d. Pemeriksaan baut-baut pada sambungan.

2. Predictive maintenance
Merupakan tindakan perawatan yang bersifat pengamanan terhadap
objek dengan melakukan pengukuran-pengukuran tertentu. Kegiatan ini
dilakukan untuk menentukan langkah perawatan yang dilakukan serta
meningkatkan kesiapan untuk melakukan perawatan. Kegiatan yang
dilakukan pada saat predictive maintenance adalah:
a. Pengecekan terhadap temperature pompa.
b. Mengukur tingkat kebisingan pompa.
c. Pengecekan vibrasi pada alat putar.
d. Memprediksi terhadap kerusakan dari pompa tersebut.
3. Preventive maintenance
Preventive maintenance merupakan pekerjaan perawatan yang
sifatnya berupa pencegahan dan dilakukan secara rutin sesuai jadwal yaitu
dilakukan perbulan sekali. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan
kehandalan peralatan dan memperpanjang umur peralatan tersebut. Hal-hal
di lakukan pada saat melakukan preventive maintenance pada pompa
sentrifugal adalah:
a. Tambah/ganti grease coupling
b. Periksa line pompa dan check valve
c. Bersihkan oli filter dan cooler
d. Periksa oli gearbox
59

e. Periksa dan bersihkan suction strainer pompa.


f. Ukur vibrasi sebelum dan sesudah preventive maintenance
g. Periksa aligment/kelurusan poros dengan menggunakan Dial test indikator
h. Bersihkan baut-baut pondasi, mesin dan urea sekitarnya.

4.3.3 Hasil analisa


Hasil survey dilapangan menunjukkan penyebab utama kerusakan
mechanical seal disebabkan oleh fluida produk (air laut) yang di pompa
mengandung pasir, lumpur, dan kotoran-kotoran kecil yang terlewatkan
pada saat proses filterisasi, yang menyumbat saluran pelumas dan
pendingin seal faces mechanical seal, sehingga menyebabkan timbulnya
panas akibatnya carbon sealface cepat mengalami aus ketika beroperasi
pada kondisi kering (dry running). Saat pompa sentrifugal beroperasi pada
musim hujan yang cukup tinggi intensitasnya dapat meningkatkan
perbedaan tekanan antara sisi hisap dengan sisi tekan pompa, yang ikut
meningkatkan tekanan seal face, gaya tekan mechanical seal, dan gaya
total mechanical seal, yang menyebabkan umur pakai mechanical seal
menurun, hanya mencapai 5052 jam, tidak sesuai perhitungan estimasi
umur yang mencapai 10.000 jam.
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari hasil problem statement mengenai
mechanical seal pada high pressure pump adalah sebagai berikut.
1. Kebocoran mechanical seal dapat terjadi akibat faktor kurangnya pelumasan
pada mechanical seal pompa yang menyebabkan adanya gesekan antara
sealface rotating dengan sealface stationary.
2. Kerusakan mechanical seal juga dapat terjadi akibat dari faktor temperatur
berlebih dan panas yang tinggi, fluktasi aliran dan axial floathing, temperatur
yang panas saat beroperasi secara terus menerus dapat mengubah struktur
permukaan material komponen yang berputar.
3. Berdasarkan hasil pengamatan dapat diprediksi bahwa fungsi pemeliharaan
terhadap bearing tidak berjalan sebagamana mestinya, dimana kerusakan
bearing menjadi faktor utama vibrasi pada pompa dan menyebabkan
komponen-komponen lain menjadi unbalance.
4. Langkah perawatan yang dilakukan adalah rountine maintenance, predictive
maintenance dan preventive maintenance.

5.2. Saran
1. Masalah akan selalu ada dalam dunia perindustrian yang meliputi mechanical
error dan human error. Sebagai perencana dirancang suatu alat dan sikap
untuk meminimalisir masalah tersebut dengan cara yang efektif dan efisien
sehingga menimbulkan profit kepada perusahaan.
2. Mengganti komponen-komponen dari alat yang telah rusak sewaktu pabrik
atau system tidak beroperasi.

59
60

3. Perbaikan sistem pengontrolan pada komponen yang tidak berfungsi atau


yang tidak rusak.
4. Maintanance dan repair secara periodik dari kontinu.
5. Melakukan pengecekan secara rutin terhadap alat yang beroperasi.
6. Melakukan pengecekan pelumas terhadap mesin yang beroperasi secara rutin.
7. Melakukan pemasangan peralatan sesuai prosedur.
DAFTAR PUSTAKA

H. Chruch, A. (1986). pompa dan blower sentrifugal .


Haruo Tahara, S. (2000). pompa dan kompresor. PT.paradnya paramit.
Saragih, s. a. (2018). Analisa Pengaruh Jenis Mechanical seal terhadap Unjuk
Kerja Pompa. Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas
Islam Riau.
Tahara, s. (2000). pompa dan kompresor : pemeliharaan, pemakaian, dan
pemilihan.
Universitas malikussaleh, J. (2020). panduan kerja praktek dan tuugas akhir .
Jurusan Teknik Mesin Universitas Malikussaleh.
Wijaya , R. (2011). Landasan Teori Mechanical Seal. PT. Jhon Crane Indonesia.
LAMPIRAN

1. name card mahasiswa PKL (praktek kerja lapangan)

2. filter cleaning pada pompa area clorine room.


3. pengukur tekanan air pada pompa CWP (circulating water pump)
4. vibrator monitor system CWP (circulating water pump)

5. SWRO (seawater Reverse Osmosis)

Anda mungkin juga menyukai