Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN

PRAKTIK KERJA LAPANGAN


DI PT. LENTERA BUMI NUSANTARA

ANALSISI PENGARUH VARIASI KECEPATAN PUTAR ROTOR


TERHADAP EFISIENSI PMSG 12S8P

Disusun oleh:
Nama : Agung
NIM : 5301416045
Jurusan/Prodi : Teknik Elektro/ PTE

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN 2019
1
2
ABSTRAK

Agung

ANALSISI PENGARUH VARIASI KECEPATAN PUTAR ROTOR


TERHADAP EFISIENSI PMSG 12S8P
PT. LENTERA BUMI NUSANTARA
Pendidikan Teknik Elektro - Jurusan Teknik Elektro

Universitas Negeri Semarang

Tahun 2019

Generator adalah salah satu jenis mesin listrik yang digunakan sebagai alat pembangkit
energi listrik dengan cara menkonversikan energi mekanik menjadi energi listrik. Generator
sinkron yang ditinjau adalah generator sinkron 129.2 MVA, 13.8 kV. Pengoperasian
generator dituntut suatu kestabilan agar kinerja generator menjadi optimal. Kestabilan
generator dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu beban, arus eksitasi, faktor daya,
jumlah putaran generator, dan lain sebagainya. Perubahan besar tegangan terminal akibat
dihubungkan ke beban akan menyebabkan ketidakstabilan generator. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengkaji dan melihat aliran daya yang terjadi pada simulasi generator
simuling yang telah dirancang dengan memvariasikan beban. Dimana beban yang
digunakan yaitu beban resistif. Pada awalnya akan mengkaji tentang input dari generator
sinkron yang digunakan pada simulink yang telah dimodel. Input dari generator terbagi atas
dua inputan yaitu daya mekanik dan sistem eksitasi. Pada daya mekanik, inputan yang
diharapkan pada generator sebesar 0.75. dan sedangkan untuk inputan tegangan dari
sistem eksitasi sebesar 5.5. selanjutnya parameter pada blok generator diatur sesuai
dengan data yang telah didapatkan pada suatu pembangkit. Keluaran generator berupa
arus dan tegangan, dimana untuk melihat keluaran tegangan dan arus dilakukan variasi
beban. Beban yang digunakan adalah beban resistif, dimana beban yang digunakan yaitu
15 MW, 16 MW, 17 MW, 18 MW dan 19 MW. Bila beban 15 MW nilai arusnya sebesar 1988
A, beban 16 MW arusnya sebesar 2051 A, beban 17 MW arusnya sebesar 2108 A, beban 18
MW besar arusnya 2197 A dan nilai keluaran arus 19 MW sebesar 2203 A. Sedangkan untuk
tegangan hasil keluarannya tetap atau konstan walaupun beban yang digunakan semakin
besar. Setelah nilai arus dan tegangan didapatkan, kemudian akan dilihat keluaran daya
dengan memvariasikan beban. Dari variasi beban yang dilakukan, didapatkan nilai daya
yang semakin besar jika beban yang digunakan semakin besar. Dapat dilihat pada hasil
keluaran berikut ini. Dimana beban sebesar 15 MW daya yang didapatkan 80.50 MW,
beban 16 MW dayanya 89.42 MW, daya yang berbeban 17 MW besar dayanya 96.68,
beban 18 MW besar dayanya 102.6 MW dan untuk beban sebesar 19 MW daya yang
didapatkan 107.3 MW.

Kata kunci: generator sinkron tiga fasa, aliran daya, variasi beban

.
3
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan YME, karena atas berkat dan limpahan rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan kerja praktik di PT. Lentera Bumi Nusantara dengan
tepat waktu. Selama satu bulan pelaksanaan Kerja Praktik ini, penulis banyak
mendapatkan manfaat serta menambah pengetahuan dan wawasan diluar
perkuliahan. Kerja Praktik dilaksanakan pada tanggal 2 Januari 2019 hingga 28
Februari 2019 ini berjudul “Analsisi Pengaruh Variasi Kecepatan Terhadap
Efisiensi PMSG 12S8P”.
Laporan ini disusun sebagai bentuk dokumentasi dan hasil akhir dari proses Kerja
Praktik yang telah dilaksanakan. Laporan ini juga diajukan sebagai syarat kelulusan
mata kuliah Kerja Praktik. Dalam melaksanakan proses Kerja Praktik dan
penyusunan laporan ini, penulis menyadari bahwa tidak akan dapat menyelesaikan
semuanya dengan baik tanpa bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada
banyak pihak di antaranya:
1. Kedua Orang Tua dan seluruh keluarga yang telah memberikan bantuan
baik material maupun moral, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Praktik Kerja Lapangan ini dengan baik.
2. Ibu Ir Ulfah Mediaty Arief, M.T., IPM. selaku Ketua Jurusan Teknik
Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang, yang telah
mengizinkan penulis untuk Praktik Kerja Lapangan di PT Lentera Bumi
Nusantara.
3. Ibu Dra. Dwi Purwanti, Aht, M.S selaku Dosen Wali yang membimbing dan
mengarahkan dalam menempuh pendidikan program studi sarjana
pendidikan penulis.

4
4. Bapak Drs. Agus Murnomo, M.T selaku Dosen Pembimbing, yang telah
membimbing penulis dalam penyelesaian pembuatan Laporan Praktik Kerja
Lapangan di PT Lentera Bumi Nusantara.
5. Bang Ricky Elson selaku owner PT Lentera Bumi Nusantara yang berkenan
membimbing dan mengarahkan penulis untuk banyak belajar di Lentera
Bumi Nusantara.
6. Seluruh Tim Lentera Bumi Nusantara yang telah membantu penulis untuk
belajar banyak di LBN sehingga Laporan Praktik Kerja Lapangan ini
tersusun dengan baik.
7. Semua pihak yang tidak sempat penulis tuliskan, yang telah ikut
berpartisipasi hingga Laporan ini selesai dan tersusun dengan baik.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak


kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, dikarenakan keterbatasan kemampuan
yang penulis miliki. Oleh karena itu, kritik dan saran yang dapat menambah
wawasan sangat penulis harapkan.

Akhir kata penulis mohon maaf apabila dalam penulisan terdapat kata-kata yang
kurang tepat, penulis berharap Laporan Kerja Praktik ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan semua pihak.

semarang, 20 Mei 2019

Penulis

5
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ii
ABSTRAK iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI vi
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR TABEL x
BAB I. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan Kerja Praktik 2
1.3 Batasan Masalah 3
1.4 Metode Pengumpulan Data 3
1.5 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja Praktik 3
1.6 Sistematika Penulisan 5
1.7 Manfaat Kerja Praktik 4
BAB II. PROFIL PERUSAHAAN 6
2.1 Sejarah Perusahaan 7
2.2 Struktur Perusahaan 8
2.3 Hak dan Wewenang 9
2.4 Lokasi Perusahaan 10
2.5 Kesehatan dan Keselamatan Kerja 11
2.6 Etika Profesi 11
BAB III. DASAR TEORI 13
3.1 Turbin Angin 13
3.1.1 Prinsip Kerja Turbin Angin 14
3.1.2 Tipe Turbin Angin 15
3.1.3 Turbin Angin TSD 500 16
3.2 Komponen Sistem Turbin Angin 18
6
3.2.1 Blade / Bilah 18
3.2.2 Generator 20
3.3 Komponen Pendukung 22
3.3.1 Fin 22
3.3.2 Controller 22
3.3.3 Data Logger 26
3.3.4 Baterai 27
3.3.5 Inverter 29
BAB IV. PEMBAHASAN 30
4.1 Pemodelan PMSG 12S8P 30
4.2 Karakteristik Bahan 31
4.3 Rangkaian Elektronis 34
4.4 Finite Element Method (FEM) 36
4.5 Analisis Simulasi Variasi Pembebanan di Berbagai Kecepatan Terhadap Nilai
Output dari Generator. 40
BAB V. PENUTUP 47
5.1 Kesimpulan 47
5.2 Saran 47
DAFTAR PUSTAKA 48

7
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur perusahaan PT. Lentera Bumi Nusantara 8


Gambar 2.2 Lokasi PT. Lentera Bumi Nusantar 11
Gambar 3.1 Skema konversi energi angin ke energi mekanik oleh turbin angin 13
Gambar 3.2 Wiring Diagram 14
Gambar 3.3 Efisiensi Turbin Angin Berdasarkan Tipenya 15
Gambar 3.4 Karakteristik TSD 500 17
Gambar 3.5 Bagian Bilah 19
Gambar 3.6 Prinsip Kerja Generator 20
Gambar 3.7 Hasil Simulasi Perancangan Generator Pada Software 21
Gambar 3.8 Contoh Fin 22
Gambar 3.9 Contoh Controller 23
Gambar 3.10 Simulasi Rangkaian Controller 23
Gambar 3.11 Blok Diagram Controller TSD 500 25
Gambar 3.12 Contoh Data Logger 26
Gambar 3.13 Contoh Hasil Pengukuran Tegangan dan Arus 27
Gambar 3.14 Contoh Sistem Baterai 28
Gambar 3.15 Baterai Pada Sistem TSD Kapasitas 2V 800Ah. 28
Gambar 3.16 Baterai Pada Sistem TSD Kapasitas 12V 100Ah. 29
Gambar 3.17 Contoh Inverter 29
Gambar 4.1 Model PMSG 12Slot 8Pole 30
Gambar 4.2 Ukuran Komponen-Komponen dalam Generator 31
Gambar 4.3 Kurva Karakteristik B-H Carpenter : Silicon Steel 32
Gambar 4.4 Pembuatan Belitan 35
Gambar 4.5 Rangkaian Elektronis Generator 36
Gambar 4.6 Hasil Pengaturan proses Meshing 37
Gambar 4.7 Hasil Pengaturan meshing pada Celah Udara 38
Gambar 4.8 Bagian yang Berputar 38
Gambar 4.9 Input Kecepatan Putar 39
Gambar 4.10 Pengaturan Solver 39
8
Gambar 4.11 Aliran Medan Magnet 40
Gambar 4.12 Hasil Tegangan Output 41
Gambar 4.13 Grafik Tegangan terhadap kecepatan 42
Gambar 4.14 Grafik Arus Terhadap Kecepatan 43
Gambar 4.15 Grafik Daya Output Terhadap Kecepatan 43
Gambar 4.16 Grafik Torsi Terhadap Kecepatan 44
Gambar 4.17 Grafik Daya Input Terhadap Kecepatan 45
Gambar 4.18 Grafik Efisiensi Terhadap Kecepatan 46

9
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Jenis Bahan Komponen Generator 31


Tabel 4.2 Karakteristik Carpenter : Silicon Steel pada 20oC 32
Tabel 4.3 Karakteristik NdFeB : Neodymium Iron Boron 20oC 33
Tabel 4.4 Karakteristik Copper : 5,77e7 Siemens/meter pada 20oC 34
Tabel 4.5 Ukuran Meshing Komponen-Komponen 37
Tabel 4.6 Rumus Pengolahan Data 41

10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Listrik memiliki peran penting dalam kehidupan sehari-hari. Selain untuk
kebutuhan rumah tangga, listrik juga berperan dalam menggerakkan roda
perekonomian negara. Kebutuhan listrik yang sangat besar di Indonesia, belum
diimbangi dengan ketersediaan pasokan listrik serta rasio elektrifikasi yang
terbilang rendah di beberapa daerah di Indonesia. Per 2018 rasio elektrifikasi
nasional telah mencapai angka 98,08%. Rasio elektrifikasi ini sudah meningkat
dibanding tahun sebelumnya yang bernilai 94,91%. Namun, jika dilihat per
provinsi, masih terdapat 3 buah provinsi yang rasio elektrifikasinya masih di bawah
80%. Realisasi elektrifikasi masih rendah dikarenakan akses daerah yang sulit
membuat mahalnya pembangunan infrastruktur pembangkit listrik dan jaringan
listrik.

Permasalahan lain yang timbul adalah penggunaan energi fosil untuk


membangkitkan listrik memiliki ketergantungan pada batubara yang
ketersediaannya semakin menipis. Selain itu dari penggunaan energi fosil memiliki
dampak negatif pada lingkungan berupa polusi udara yang mana akan menambah
dampak dari global warming.

Energi terbarukan menjadi alternatif untuk mengatasi hal tersebut dan diharapkan
bisa menggantikan penggunaan energi fosil untuk menghasilkan listrik.
Permasalahan yang sering timbul dari penggunaan energi terbarukan adalah bahwa
biaya investasi yang dikeluarkan untuk membangun pembangkit dengan energi
terbarukan tidak sebanding dengan jumlah energi yang dihasilkan. Salah satu
penyebabnya adalah efisiensi mesin yang belum optimal untuk pemanfaatan energi
terbarukan. Oleh karena itu dibutuhkan pengembangan mesin generator yang dapat
mengoptimalkan energi terbarukan. Salah satu contoh energi terbarukan yang
berpotensi dikembangkan di Indonesia adalah energi angin.

11
Dengan memaksimalkan potensi penggunaan energi angin, masyarakat yang
tinggal di daerah terpencil pun bisa merasakan memanfaatkan listrik. Untuk itu
perlu dikembangkan generator skala kecil diharapkan mampu menjadi pemasok
energy listrik di daerah terpencil.

Energi angin dapat dikonversikan menjadi energi listrik menggunakan generator.


Energi gerak angin akan memutar bilah kincir angin yang dikopel dengan generator
sehingga terjadi proses konversi energi pada generator.

Kerja Praktik ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi pembebanan dan
RPM pada generator untuk mengetahui efisiensi terbaik.

1.2 Tujuan Kerja Praktik


Tujuan dari kerja praktik di PT. Lentera Bumi Nusantara dapat dijabarkan
menjadi tujuan umum dan tujuan khusus.

1.2.1 Tujuan Umum


a. Memenuhi salah satu syarat mata kuliah praktik kerja lapangan.
b. Mengetahui pengembangan ilmu dan teknologi kelistrikan dan
mengaplikasikan ilmu-ilmu yang diperoleh di perkuliahan ke lapangan.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui mengenai perkembangan energi terbarukan khususnya
energi angin
b. Mengetahui tentang pembangkit listrik tenaga bayu di PT. Lentera Bumi
Nusantara
c. Mengetahui cara perancangan generator dalam PLTB sekala kecil
1.3 Batasan Masalah
a. Pemilihan bentuk model generator BLDC berdasarkan modul materi
yang disediakan pihak LBN.
b. Pemodelan menggunakan Software MagNet.
1.4 Metode Pengumpulan Data
Kerja praktik pada PT. Lentera Bumi Nusantara dilaksanakaan dengan beberapa
metode seperti:
12
a. Metode studi literatur dan pustaka
Mencari informasi melalui buku-buku referensi serta pedoman penggunaan alat dan
data-data yang diberikan oleh pembimbing kerja praktik yang dapat mendukung
penelitian.
b. Metode observasi
Mengamati dan mengikuti kegiatan workshop pemodelan generator yang dilakukan
oleh tim di PT. Lentera Bumi Nusantara.
c. Metode wawancara
Melakukan wawancara dengan cara mengadakan tanya jawab dan diskusi langsung
dengan narasumber yaitu pembimbing maupun tim Lentera Bumi Nusantara.
1.5 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja Praktik
Kerja praktik dilaksanakan pada waktu dan tempat sebagai berikut:

Tempat : PT. Lentera Bumi Nusantara


Jl. Raya Ciheras, Kp. Sindang Asih RT. 02/RW. 02 Dusun Lembur Tengah, Desa
Ciheras Kec. Cipatujah, Tasikmalaya.
Waktu : 2 Januari sampai dengan 28 Feruari 2019

1.6 Sistematika Penulisan


BAB I : PENDAHULUAN
Berisi latar belakang, tujuan, batasan masalah, metode
pengumpulan data, waktu dan pelaksanaan, sistematika
penulisan dan manfaat kerja praktik.
BAB II : PROFIL PERUSAHAAN
Bab ini berisi tentang profil perusahaan empat kerja
praktik yakni PT. Lentera Bumi Nusantara
BAB III : DASAR TEORI
Bab ini berisi teori-teori dasar yang digunakan dalam
perancangan generator BLDC
BAB IV : PEMBAHASAN

13
Bab ini berisikan analisis dan pembahasan proses,
perancangan model generator serta berbagai tahap dan
hasil simulasi
BAB V : PENUTUP
Berisi kesimpulan dan saran.

1.7 Manfaat Kerja Praktik

Manfaat yang diharapkan oleh pihak perusahaan dan mahasiswa dari


berlangsungnya kerja praktik di PT. Lentera Bumi Nusantara antara lain :

a. Bagi Mahasiswa
• Mengetahui kinerja dari kincir angin
• Mengetahui proses perancangan kincir angin
• Dapat melakukan pemodelan dari generator BLDC
b. Bagi Universitas Negeri Semàrang
• Memberikan kesempatan menjalin kerja sama dalam melakukan
penelitian tentang pemanfaatan energi angin sebagai sumber listrik dan
desain permanent magnet synchrounous generator
c. Bagi Perusahaan
• Menyebarluaskan informasi tentang perusahaan
• Mengiklankan produk kepada mahasiswa yang melakukan kerja praktik

14
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Perusahaan

PT. Lentera Bumi Nusantara merupakan perusahaan yang bergerak di


berbagai sektor penting, berbasis pada pengembangan teknologi dan pemberdayaan
masyarakat. PT. Lentera Bumi Nusantara memiliki pandangan bahwa energi,
pangan, dan air bersih merupakan tiga kebutuhan utama yang menopang dunia.
Oleh karena itu semua penelitian, pengembangan, dan perdagangan perusahaan ini
berfokus pada tiga hal tersebut.
Pada tahun 2011, Ricky Elson membuat komunitas bernama Lentera Angin
Nusantara atau LAN, yang merupakan embrio dari LBN. Bersama dengan beberapa
pemuda saat itu, dia menjadi penggerak berdirinya LAN yang berpusat di Desa
Ciheras, Tasikmalaya. Visi dari gerakan socio technopreneurship ini adalah untuk
memberi cahaya pada setiap tempat terpencil di Nusantara dengan menggunakan
pemanfaatan teknologi energi baru terbarukan (EBT).
Lentera Angin Nusantara menjadi perusahaan resmi pada tahun 2013 dan mulai
mengimplementasikan produk utamanya, turbin angin 500W “Sky Dancer”, di
empat desa di kepulauan Sumba, Nusa Tenggara Timur. Pada tahun yang sama,
LAN yang telah menguasai inti pengetahuan dari motor elektrik dan generator,
mulai mengekspansi dengan membuat kerjasama penelitian dan pengembangan
(Litbang) turbin angin dengan Perusahaan Listrik Negara (PLN). Selain itu, LAN
juga mulai mengembangkan pengetahuan tentang mobil listrik di Indonesia dengan
beberapat pihak lain.
Di tahun 2014 LAN menambah ruang belajar dan perpustakaan yang biasa dikenal
dengan “Learning Room dan Library”. Di Learning room inilah tempat
dilaksanakannya kegiatan belajar, kuliah bersama, dan diskusi. Selain itu, ada ruang
Workshop yang menjadi tempat penelitian kincir angin, berupa baterai station yang
mencakup kontroller, data logger, panel box, baterai, inverter, dan KWh meter
berada.

15
Pada tahun 2015, setelah mendapatkan aspirasi untuk memberikan keuntungan
sosial dan ekonomi dengan dampak yang lebih besar melalui pengembangan
masyarakat, Lentera Bumi Nusantara (LBN) pun didirikan. LBN menjadi
perusahaan utama dengan empat divisi utama tambahan, Lentera Agri Nusantara
(LAgN), Lentera Nano Nusantara (LNN), Lentera EV Nusantara (LEVN), divisi
CSR yaitu Ciheras University (Cihuy), dan satu divisi yang telah dibentuk sat awal-
awal pendirian di site Ciheras yaitu Lentera Angin Nusantara (LAN). LBN juga
memiliki tambahan divisi pendukung yaitu Management of Technology (MoT).
Visi PT. Lentera Bumi Nusantara adalah “Memberikan solusi teknogi pemanfaatan
Energi, Pangan, dan Air untuk bersama membangun Nusantara. LBN percaya
bahwa kita mampu membuat air, angin, dan apa yang ada di bumi pertiwi mampu
untuk menghidupi bangsa kita sendiri.
Dengan slogan “Membangun Diri, Membangun Negeri”, PT. Lentera Bumi
Nusantara memiliki beberapa misi, yaitu:
a. Penguasaan Teknologi
Melakukan penelitian dan pengembangan untuk penguasaan teknologi.
b. Penelitian dan Pengembangan
Mengembangkan teknologi agar lebih efisien, ramah lingkungan, berdampak, dan
berkelanjutan.
c. Implementasi Solusi
Mengimplementasikan teknologi untuk membantu menyelesaikan permasalahan
energi, pangan, dan air.
d. Transfer Ilmu dan Teknologi
Melakukan proses transfer teknologi untuk pengembangan sumber daya manusia,
baik kepada masyarakat setempat atau mahasiswa KP/kunjungan.

16
2.2 Struktur Perusahaan

PT. Lentera Bumi Nusantara merupakan perusahaan utama yang


membawahi beberapa divisi. PT. Lentera Bumi Nusantara memiliki struktur
perusahaan sebagaimana tertera pada Gambar dibawah.

Gambar 2.1. Struktur perusahaan PT. Lentera Bumi Nusantara

Divisi-divisi pada PT. Lentera Bumi Nusantara memiliki penjelasan sebagai


berikut:
1. Lentera Angin Nusantara
2. Divisi yang bergerak pada bidang penguasaan, penerapan, dan
pengembangan teknologi pemanfaatan energi baru terbarukan untuk
aplikasi di daerah tertinggal.
3. Lentera Agri Nusantara
4. Divisi yang bergerak dalam pemanfaatan potensi dan pengembangan
teknologi pertanian, pertenakan, dan perikanan serta pemberdayaan
masyarakat.
5. Lentera EV Nusantara
6. Divisi yang bergerak di bidang pengembangan teknologi kendaraan
berpenggerak motor listrik.
7. Lentera Nano Nusantara
8. Divisi yang bergerak di bidang penelitian dan pengembangan aplikasi nano
teknologi untuk pengolahan air dan pangan.
9. Ciheras University
17
10. Sebuah kampus universal di mana siapa saja khususnya anak muda dapat
belajar dan berkarya dengan orientasi untuk mengenali permasalahan di
masyarakat dan menemukan solusinya. Cihuy ini merupakan bentuk
tanggung jawab korporat dari PT. Lentera Bumi Nusantara untuk kemajuan
negeri dan penerus bangsa. Ciheras University menerima mahasiswa dari
seluruh Indonesia baik untuk keperluan kerja praktik (KP), tugas akhir
(TA), atau kunjungan belajar dengan studi kasus pembelajaran dari kegiatan
bisnis PT. Lentera Bumi Nusantara.
a. Management of Technology
Divisi khusus yang menangani manajemen teknologi, startup, commerce, produk
kreatif, dan komunitas di bawah naungan PT. Lentera Bumi Nusantara. Stuktur dari
divisi ini terbagi menjadi empat bagian, yaitu technology (Lentera Tech Center dan
Lentera i-farm), commerce (Toko Lentera), creative (Cerita Ciheras dan Buku &
Merchandise), dan community (Lentera Brotherhood dan Lentera Kopi).
2.3 Hak dan Wewenang

Berdasarkan stuktur organisasi pada gambar 2.2 terdapat beberapa


pembagian tugas di PT. Lentera Bumi Nusantara. Pembagian tugas berdasarkan
jabatan yakni:
a. Direktur
b. Direktur merupakan pimpinan dari perusahaan. Direktur memiliki tugas
untuk mengarahkan dan memberikan perintah kepada divisi lain dengan
tujuan untuk mencapai visi perusahaan. Direktur juga bertugas membuat
kebijakankebijakan yang dirasa perlu demi stabilitas dan pengembangan
perusahaan.
c. Administrasi Bagian
d. administrasi bertugas mengurus segala hal yang berkaitan dengan
administrasi perusahaan. Bagian administrasi melaksanakan tugas-tugas
kesekretariatan, tugas-tugas administrasi, dan juga tugas-tugas keuangan.
e. Divisi Riset dan Pengembangan
f. Divisi riset dan pengembangan bertugas meneliti dan mengembangkan
produk-produk baru dan yang telah ada. Divisi ini merupakan ujung tombak
18
jangka panjang perusahaan karena perlu adanya inovasi secara kontinyu
bagi perusahaan dalam pengadaan produknya.
g. Divisi Sumber Daya dan Manusia (SDM)
h. Divisi SDM merupakan divisi yang bertanggung jawab terhadap kualitas
sumber daya manusia di perushaan. Divisi ini perlu mengadakan
peningkatan dan pengembangan kemampuan tiap-tiap personel di
perusahaan demi meningkatnya kualitas perusahaan dan tercapainya tujuan
perusahaan.
i. Divisi Engineering
j. Divisi ini merupakan divisi yang melakukan produksi dan pengerjaan
berbagai produk di perusahaan.
k. Teknisi Lapangan
l. Teknisi lapangan merupakan personel atau anggota yang bertugas untuk
melakukan produksi atau pekerjaan terhadap suatu produk tertentu di
perusahaan.
m. Divisi Hubungan Masyarakat (Humas)
n. Divisi ini merupakan penentu penampilan perusahaan di publik. Divisi
humas bertugas membentuk berbagai hubungan antara perusahaan dengan
pihak lain yang bertujuan untuk memberikan keuntungan terhadap
perusahaan
2.4 Lokasi Perusahaan
Site penelitian PT. Lentera Bumi Nusantara terletak di Jalan Raya Ciheras,

Kampung Sindang Asih RT 02 RW 02, Dusun Lembur Tengah, Desa Ciheras,

Kecamatan Cipatujah, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.

Untuk lebih jelasnya, lokasi PT. Lentera Bumi Nusantara dapat disajikan pada
gambar berikut ini.
Lokasi PT. Lentera Bumi Nusantara terletak di dekat Pantai Ciheras, seperti yang
ditandai.

19
Gambar 2.2 Lokasi PT. Lentera Bumi Nusantara dengan peta digita.

2.5 Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Hal-hal terkait Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di PT. Lentera Bumi
Nusantara masih juah dari standar semestinya. Seragam yang digunakan di LBN
berupa pakaian bebas. Untuk Standar prosedur untuk keselamatan saat
menggunakan beberapa peralatan berupa prosedur penggunaan. Sedangkan untuk
perlengkapan keamanan yang tersedia, berupa perlengkapan keamanan untuk
pemasangan bilah pada tiang turbin angin.
2.6 Etika Profesi
Etika profesi yang dijunjung di PT. Lentera Bumi Nusantara adalah
mengerjakan sesuatu dengan sungguh-sungguh. Seperti yang dikatakan oleh
Nagamori Shigenobu, pemilik perusahaan Nidec Corporation yang perkataannya
terpampang pada dinding learning room yaitu, “Sugu Yaru (Segera kerjakan).
Kanarazu Yaru (Pastikan kerjakan dengan benar). Dekiru Made Yaru (Kerjakan
hingga tuntas)”.
Kegiatan wajib yang ada di LBN adalah briefing setiap pukul delapan pagi dan
evaluasi setiap pukul delapan malam. Pada saat briefing tiap-tiap tim memaparkan
rencana yang akan dilaksanakan pada hari itu. Dan pada saat evaluasi tiap-tiap tim
menyampaikan hasil yang telah dicapai berdasarkan rencana pagi hari dan juga
kendala-kendala yang didapat beserta solusinya. Manfaat dari kegiatan briefing dan
evaluasi ini adalah melatih bekerja secara terstruktur.
20
BAB III
DASAR TEORI
3.1 Turbin Angin
Turbin angin merupakan alat untuk mengkorvesikan energi angin menjadi
energi mekanik. (Pwind) , ini merupakan hasil dari setengah kali massa jenis udara
(ρ) dengan luas penampang cangkupan dari turbin angin (A) dan pangkat tiga dari
kecepatan anginnya (V3). Jadi hanya sedikit selisih kecepatan anginnya, maka
perbedaan energi yang di hasilkannya dapat lebih besar kelipatannya. Misalnya,
bila jari-jari turbin yang digunakan sebesar 1 meter, dan desitas udaranya 1,225
maka pada kecepatan angin 3m/s energinya 52W dan pada kecepatan angin 6m/s
energinya jauh lebih besar yaitu 415W. Inilah yang dinamakan energi angin (Pwind).
Setiap sistem memiliki tingkat efisiensi kerja dan hampir tidak ada sistem yang
mampu bekerja secara sempurna, seperti turbin angin ini. Oleh karena itu, untuk
mendapatkan energi mekanik dari hasil turbin maka perlu perhitungkan juga nilai
efisiensi turbin (Cp). Nilai efisiensi ini sudah ditentukan dari awal mula sistem
turbin angin ini didesain. Energi mekanik dari turbin ini berupa kecepatan bilah
turbin (ɷ) dan torsinya T (besar gaya yang diberikan pada suatu panjang lengan
beban)

Gambar 3.1 Skema konversi energi angin ke energi mekanik oleh turbin angin
(Sumber: e-book LBN Pengenalan Teknologi Pemanfaatan Energi Angin)
3.1.1 Prinsip Kerja Turbin Angin

21
a. Energi Kinetik
Kecepatan angin yang dihasilkan oleh energi angin mendorong bilah / kincir
angin, sehingga bilah / kincir angin berputar.
b. Energi Mekanik
Energi yang dihasilkan oleh putaran bilah / blade, sehingga memutar generator.
c. Energi Listrik
Energi yang dihasilkan oleh putaran generator, dan selanjutnya diteruskan ke
controller, data logger, panel box, dan baterai.

Gambar 3.2 Wiring Diagram

(Sumber : PT Lentera Bumi Nusantara)

22
3.1.2 Tipe Turbin Angin
Adapun beberapa tipe turbin angin yang ada di dunia berdasarkan tingkat
efisiensinya diantara lain :

a. Tipe Holland (Belanda)


b. Tipe Savonius
c. Tipe Darius
d. Tipe Linear
e. Tipe 3 blade propeller
f. Tipe multi blade

Gambar 3.3 Efisiensi Turbin Angin Berdasarkan Tipenya

(Sumber: e-book LBN Pengenalan Teknologi Pemanfaatan Energi Angin)


Semakin tinggi efisiensi turbin angin, semakin maksimal pula turbin tersebut
mengkonversi energi yang didapatnya. Tipe turbin yang memiliki efisiensi paling
tinggi adalah tipe 3 blade propeller (Cp mendekati 45%) dan tipe savonius dan
Holland efisiensinya terendah. Tipe 2 dan 3 blade propeller saat ini banyak
dijumpai pada produk-produk komersil.

23
PT Lentera Bumi Nusantara menggunakan turbin angin tipe 3 blade propeller
karena memiiki tingkat efisiensi paling tinggi. Semakin besar tingkat efisiensinya
maka semakin besar juga kemampuan suatu turbin untuk mengambil energi yang
didapatnya. TSR merupakan perbandingan kecepatan ujung blade terhadap angin,
maka semakin besar TSR akan semakin besar putarannya.
3.1.3 Turbin Angin TSD 500
Bagian utama dari turbin angin berupa generator, blade, cone, fin dan ekor.
The Sky Dancer (TSD) 500 ini merupakan turbin angin horizontal dengan 3 blade
propeller yang memiliki tingkat efisiensi 40%. Turbin ini mulai berputar pada
kecepatan angin 2.5 m/s dan mulai memproduksi listrik pada kecepatan angin 3 m/s.
daya maksimal yang mampu dihasilkan oleh turbin adalah 500 Wattpeak (Wp) pada
kecepatan angin 12 m/s dan di atasnya. Turbin ini dapat bertahan sampai pada
kecepatan angin 33 m/s. PT Lentera Bumi Nusantara menggunakan 5 buah turbin
The Sky Dancer 500.
Blade turbin menggunakan bahan kayu pinus. Selain kualitasnya yang ringan dan
kuat, bahan ini mudah ditemui di Indonesia (untuk pengembangan produksi lokal)
dan juga harganya yang relative terjangkau dibandingkan dengan bahan lainnya.
Turbin angin TSD 500 dipasang pada ketinggian 4 hingga 6 meter di atsa
permukaan tanah. Inilah yang membuat proses instalasi turbin mudah dipelajari dan
lebih aman.

Gambar 3.4 Karakteristik TSD 500

(Sumber: e-book LBN Pengenalan Teknologi Pemanfaatan Energi Angin)


24
Perbedaan mendasar antara The Sky Dancer dengan turbin lain terletak pada
generatornya. Tipe generator 3 fasa magnet permanen yang digunakan pada turbin
ini memiliki teknologi cogging-less. Cogging merupakan suatu hentakan (torsi
yang berlawanan dengan arah putar turbin) saat memutar rotor yang mengakibatkan
rotor sulit sekali diputar dengan tangan hal ini mengurangi efisien kerja turbin,
menimbulkan getaran dan bunyi yang mengganggu. Seandainya angin dalam
kecepatan rendah maka turbin akan sangat sulit berputar. Cogging terjadi karena
adanya perbedaan permeabilitas antara magnet dengan material non-magnet.
Dengan adanya teknologi cogging-less ini maka rotor dapat diputar tanpa hambatan
(sangat mulus, dengan tangan sekalipun) dan turbin angin ini mampu berputar pada
kecepatan angin rendah.

Teknologi lainnya yang berperan dalam TSD 500 ini adalah teknologi furling.
Teknologi ini dimaksudkan sebagai sistem pengaman generator dan baterai. Bila
kecepatan angin diatas kecepatan maksimum daya tahan wind turbin, maka turbin
angin akan secara otomatis mengerem/berhenti berputar dengan cara menghindar
dari arah datangnya angin. Ekor turbin seakan menari untuk mengarahkan badan
turbin menghindar dari arah datangnya angin dan turbin pun berhenti berputar.
Apabila kecepatan sudah kembali ke kecepatan rata-rata, maka ekor turbin akan
mengarahkan kembali badannya ke arah angin datang. Oleh karena itulah turbin ini
memiliki nama The Sky Dancer (Sang Penari Langit).

3.2 Komponen Sistem Turbin Angin


3.2.1 Blade / Bilah
Bilah merupakan bagian penting dalam suatu sistem turbin angin sebagai
komponen yang berinteraksi langsung dengan angin. Secara umum terdiri dari 2
tipe yaitu horizontal axis wind turbine (HAWT) dan vertical axis wind turbine
(VAWT). Kedua tipe ini dapat disesuaikan dengan orang yang ingin
mengimplementasikannya dan kemampuannya dalam mewujudkan. Untuk tipe

25
vertical pembuatannya jauh lebih sulit dibandingkan horizontal dan tergantung pada
keterampilan pembuatnya.
The Sky Dancer merupakan turbin angin tipe HAWT dengan 3 blade propeller yang
memiliki nilai Cp 40% yang berarti mampu mengambil 40% dari total energi angin
yang diterimanya (energi per luas sapuan blade) mejadi energi mekanik.

Gambar 3.5 Bagian Bilah


(Sumber : e-book Windpower Workshop – Hugh Piggot)

26
3.2.2 Generator
Generator merupakan alat konversi energi mekanik menjadi energi listrik.
Generator mengubah torsi (T) dan kecepatan putar rotor (ɷ) yang diterimanya dari
blade menjadi nilai tegangan (V) dan arus (I). Generator ini berupa listrik AC 3fasa.

Gambar 3.6 Prinsip Kerja Generator


(Sumber: e-book LBN Pengenalan Teknologi Pemanfaatan Energi Angin)

Ilmu – ilmu yang terkait dalam perancangan generator di antara lain :


1. Prinsip Konversi Energi
Elektromagnetik dan Electric machinery
2. Prinsip Torsi dan Rotasi
Mekanika
3. Material
Jenis magnet yang digunakan, material konduktor untuk core, material isolator
untuk lapisan luar.
Perancangan generator harus disesuaikan dengan karakter titik putaran blade
sehingga proses konversi energi mekanik menjadi energi listriknya memiliki
27
efisiensi yang tinggi. Generator yang digunakan PT. Lentera Bumi Nusantara
adalah Permanent Magnet Synchronous Generator (PMSG).

Secara umum generator Permanent Magnet Synchronous Generator (PMSG)


memiliki medan magnet yang dihasilkan oleh magnet permanen pada rotor. Pada
kondisi diam medan magnet yang dihasilkan oleh magnet prmanent tersebut sudah
menginduksi kumparan pada stator tetapi belum menghasilkan arus. Berdasarkan
hukum Faraday, arus hanya akan timbul apabila terdapat perubahan medan magnet..
Ketika generator diputar oleh tenaga penggeraknya maka rotor akan berputar dan
menyebabkan adanya perubahan medan magnet sehingga timbul arus pada
kumparan stator.

Gambar 3.7 Hasil Simulasi Perancangan Generator Pada Software


(Sumber: e-book LBN Pengenalan Teknologi Pemanfaatan Energi Angin)
3.3 Komponen Pendukung
3.3.1 Fin
Ekor turbin angin yang berfungsi mengarahkan turbin angin menghadap
arah angin. Ukuran ekor perlu disesuaikan dengan turbin angin sehingga mampu

28
mendorong badan turbin kea rah angin. Sang penari langit memiliki sirip ekor yang
terbuat dari bahan fiber dan batang ekornya terbuat dari besi.

Gambar 3.8 Contoh Fin


(Sumber: e-book LBN Pengenalan Teknologi Pemanfaatan Energi Angin)
3.3.2 Controller
Controller berperan sebagai alat konversi energi listrik dari AC menjadi DC
dan pengatur sistem tegangan masukan yang fluktuatif dari generator untuk
distabilkan sebelum disimpan ke baterai.

Gambar 3.9 Contoh Controller


(Sumber: e-book LBN Pengenalan Teknologi Pemanfaatan Energi Angin)

29
Maximum Power Point Tracker (MPPT) adalah suatu rangkaian DC yang
mengoptimalisasikan keluaran daya dari generator sebelum dialirkan untuk
disimpan ke baterai. Regulator tegangan (Cut Off tegangan maksimal 130 V)
melindungin komponen-komponen yang ada di dalam controller dari aliran arus
tinggi. Controller dapat secara otomatis menghentikan pengecasan saat baterai
penuh.

Gambar 3.10 Simulasi Rangkaian Controller


(Sumber: e-book LBN Pengenalan Teknologi Pemanfaatan Energi Angin)
Pada controller, rectifier berperan dalam mengkonversikan tegangan AC menjadi
DC sehingga sesuai dengan media penyimpanan listrik, yaitu baterai DC. Hasil dari
rectifier ini kemudian diolah oleh sistem MPPT dengan bantuan tansformer dan
mosfet yang mengkonversi DS power untuk dipecah-pecahkan menjadi tegangan
DC yang lebih kecil dan arus yang disesuaikan sehingga cocok dengan kapasitas
baterai. Misalnya saja, tegangan dan arus AC dari sumber awalnya bernilai 1V dan
3 A (P=V.I , maka nilai powernya 480 W) dialirkan ke controller untuk dikonversi
menjadi listrik DC yang sesuai dengan kapasitas baterai, maka tegangan dan
arusnya menjadi 24 V dan 20 A (P=480 W).
Pada sistem PLTB (Pembangkit Listrik Tenaga Bayu) di PT. Lentera Bumi
Nusantara menggunakan controller TSD 500. Controller tersebut secara umum

30
berperan sebagai pengkonversi tegangan listrik AC menjadi tegangan listrik DC
dan juga sebagai penstabil tegangan output controller (tegangan pengisian baterai).
Untuk dapat beroperasi, controller TSD 500 mempunyai batas minimal tegangan
input sebesaar 36 V dan batas maksimal sebesar 180 V. fungsi lain dari controller
ini yaitu untuk membatasi arus pengisian baterai dan akan menghentikan proses
pengisian ketika baterai sudah penuh.

Gambar 3.11 Blok Diagram Controller TSD 500


(Sumber: e-book Modul Controller Versi 2.0 Tim LBN)
Pertama, dari generator 3 fasa kemudian ke rectifier 3 fasa dan voltage detektor
dimana output voltage detektor diolah microcontroller untuk logika penyalaan
relay. Selanjutnya relay 3 fasa ke rectifier untuk diubah tegangan AC ke DC
kemudian diolah oleh Buck Converter untuk menstabilkan tegangan pengisian dan
blocking diode untuk memblok arus balik. Kemudian terdapat sensor arus dan
tegangan yang outputnya diolah ke mikro untuk feedback kontrol dari buck
31
converter. Kemudian dari sensor ke baterai,dari baterai ke regulator 12v untuk
supply driver mosfet dan relay dari regulator 12v ke regulator 5 v untuk supply
mikcrocontroller. Dapat diliat diatas bahwa microcontroller memberi perintah ke
driver relay untuk kontrol relay dan ke driver mosfet berupa pwm untuk switching
mosfet pada buck converter.
3.3.3 Data Logger
Data Logger berperan sebagai media penyimpanan data, tegangan dan arus dari
controller akan melewati DL untuk direkam setelah itu tegangan dan arus ini
kembali dialirkan kembali menuju baterai. Rekaman data disimpan di dalam SD
card dalam format excel seperti waktu perekaman data dalam detik, tegangan, arus,
kecepatan angin, dan arah angin.

Gambar 3.12 Contoh Data Logger


(Sumber: e-book LBN Pengenalan Teknologi Pemanfaatan Energi Angin)
Keilmuan terkait mengenai data logger ini diantara lain sensor, PIC Programming,
sistem digital, dan elektronika. Berikut merupakan hasil pengukuran turbin angin
harian berupa nilai tegangan dan arus, serta daya yang dihasilkan oleh satu sistem
turbin.

32
Gambar 3.13 Contoh Hasil Pengukuran Tegangan dan Arus
(Sumber: e-book LBN Pengenalan Teknologi Pemanfaatan Energi Angin)
Data tegangan (V) dan arus (I) digunakan untuk menghitung daya yang dihasilkan
(P=V.I), serta masukan arus dan tegangan saat turbin dalam kecepatan angin
tertentu. Melalui data V dan I juga diketahui kondisi baterai penuh atau tidaknya
serta kualitas baterai.
3.3.4 Baterai
Baterai berperan sebagai media penyimpanan energi listrik. Pada baterai
terjadi reaksi elektrokimia charging dan discharging. Proses charging ini bekerja
saat baterai berfungsi sebagai beban dan sumber energinya dari generator,
sementara itu proses discharging adalah ketika baterai menjadi sumber energi untuk
pengisian beban lainnya (misalkan lampu).

33
Gambar 3.14 Contoh Sistem Baterai
(Sumber: e-book LBN Pengenalan Teknologi Pemanfaatan Energi Angin)
Pada sistem TSD 500, baterai yang digunakan adalah baterai jenis deep cycle gel
dan terdapat 2 macam, yaitu baterai dengan kapasitas 12 V / 100Ah dan 2 V / 800
Ah. Hal ini ditujukan berdasarkan kebutuhan penggunaannya.

Gambar 3.15 Baterai Pada Sistem TSD Kapasitas 2V 800Ah.


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

34
Gambar 3.16 Baterai Pada Sistem TSD Kapasitas 12V 100Ah.
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

3.3.5 Inverter
Inverter berfungsi sebagai alat konversi listrik DC dari baterai (12 V / 24 V)
menjadi listrik AC 220 V, sehingga bisa digunakan untuk peralatan listrik AC,
seperti peralatan rumah tangga sehari-hari yaitu lampu, televisi, kulkas, dll.

Gambar 3.17 Contoh Inverter


(Sumber: e-book LBN Pengenalan Teknologi Pemanfaatan Energi Angin)

35
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pemodelan PMSG 12S8P
Pemodelan merupakan proses awal dalam suatu perancangan. Pada
perancangan generator sinkron permanen magnet ini menggunakan software
berbasis finite element method (FEM). Generator sinkron permanen magnet yang
di modelkan memiliki inner rotor 12 slot dan 8 pole.

AIR BOX
STATOR

ROTOR

KUMPARAN
PERMANENT (COIL)
MAGNET

Gambar 4.1 Model PMSG 12Slot 8Pole

Komponen dari generator terdiri dari Rotor, Permanen magnet, Stator, celah udara,
stator dan kumparan (coil) dan ruang udara (air box) ketebalan masing-masing
komponen sama yaitu 40mm. Dimana yang letak dari dari setiap komponen
tersebut ditunjukan oleh Gambar 4.1. sedangkan untuk jenis bahan dapat dilihat
pada Tabel 4.1 dan ukuran daripada komponen tersebut dapat dilihat pada Gambar
4.2.

36
Komponen Bahan
Stator Carpenter : Silicon steel
Kumparan Copper : 5,77e7 Siemens/meter

Celah Udara AIR

Permanen Magnet NdFeB : Neodymium Iron Boron

Rotor Carpenter : Silicon steel


Ruang udara AIR

Table 4.1 Jenis Bahan Komponen Generator


4.2 Karakteristik Bahan
Bahan yang digunakan pada komponen Stator dan Rotor adalah Carpenter :
Silicon Steel karena memiliki nilai medan magnet (B) pada titik saat saturasi yang
cukup tinggi. Seperti yang ditunjukkan pada Kurva B-H pada gambar 4.3.

Electric Conductivity Relative Permittivity Mass Density (kg/m3)


(seimens/m)

0 1 7600

Tabel 4.2 Karakteristik Carpenter : Silicon Steel pada 20oC

37
KURVA B-H
2,5

1,5

0,5

0
H
119

248
124
131
139
151
168
197

345
517
790

4.171

77.925
1.203
1.835
2.784

6.257
9.689
15.875
26.611
41.741
59.319

96.906
115.976
Gambar 4.3 Kurva Karakteristik B-H Carpenter : Silicon Steel
Gradien garis yang besar pada H kecil juga merupakan keuntungan karena B yang
diperoleh cukup besar walaupun H masih kecil. Nilai B juga relatif stabil pada
setiap nilai H.
Bahan yang digunakan pada Komponen Permanen Magnet yaitu NdFeB :
Neodymium Iron Boron, bahan ini dipilih karena memiliki sifat kemagnetan yang
tinggi, seperti ditunjukkan pada Tabel 4.3 dari database MagNet.
Relative Permeability 1,1

Coercivity (Amps/m) -827600

Demagnetization (Tesla) 0

Resistivity (ohms.m) 1.5e-006

Relative Permittivity 1

Thermal Conductivity (W/m.C) 9

Thermal Heat Capacity (J/kg.C) 460

Mass Density (kg/m3) 7390

38
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa Relative permeability cukup tinggi, yaitu 1,1
serta demagnetization yang sangat kecil dituliskan 0 pada software MagNet artinya
permanen magnet ini dapat tahan lama dengan kekuatan magnet yang tetap tinggi.
Permanen magnet ini juga mudah didapatkan di pasaran karena banyak digunakan.
Celah udara dibuat diantara stator dan rotor yang memisahkan bagian bergerak dan
tidak bergerak sekaligus sebagai tempat mengalirnya fluks magnet dari permanen
magnet di rotor ke kumparan di stator. Bahan yang digunakan untuk celah udara ini
adalah AIR yang merupakan udara pada keadaan suhu 20 Celsius. Pada pembuatan
celah udara ini, dibagi menjadi empat bagian yang fungsinya untuk menambah
akurasi saat meshing dan solving. Ruang udara juga menggunakan bahan yang sama
dengan celah udara, dimana ruang udara ini sebagai penunjuk bahwa simulasi
generator dilakukan di udara seperti realitasnya.
Kumparan di stator menggunakan bahan Copper : 5,77e7 Siemens/meter, bahan ini
dipilih karena memiliki sifat penghantar listrik yang baik. Database software
MagNet seperti pada Tabel 4.4
Relative Permeability 1

Coercivity (Amps/m) 0

Conductivity (siemens/meter) 57700000

Conductivity (%IACS) 99,5

Relative Permittivity 1

Thermal Conductivity (W/m.C) 386

Thermal Heat Capacity (J/kg.C) 383,1

Mass Density (kg/m3) 8954

39
TTabel 4.4 Karakteristik Copper : 5,77e7 Siemens/meter pada 20oC

pada Tabel diatas menunjukkan bahan Copper memiliki sifat konduktivitas sebesar
57700000 siemens/meter atau 99,5 %IACS.
4.3 Rangkaian Elektronis
Setelah membuat komponen kumparan maka selanjutnya adalah membuat
belitannya. Seluruh 12 belitan dibuat dengan cara yang sama sehingga akan
diperoleh belitan yang diberi nama Coil#1 sampai Coil#12. Hasil pembuatan belitan
akan terlihat seperti Gambar 4.4 dimana gambar kiri sebelum dibuat belitan
sedangkan gambar kanan yang sudah dibuat belitannya. Tanda x menunjukkan arah
belitan masuk ke dalam dan tanda titik menunjukkan arah keluar sehingga belitan
yang dibuat ini berlawanan jarum jam. Jumlah belitan yang digunakan dalam
simulasi ini adalah sebanyak 12 belitan (Coil).

Gambar 4.4 Pembuatan Belitan

40
Generator yang akan dibuat menghasilkan keluaran 3 fase, sedangkan dalam
pembuatan belitan terdapat 12 buah, maka belitan harus saling disambungkan.
Penyambungan dilakukan sehingga diperoleh 3 fase yang masing-masing fasenya
berjarak 120o. Pada penyambungan belitan harus diperhatikan terdapat sudut
mekanis dan sudut elektronis. Sudut mekanis ditunjukkan oleh sudut pergerakan
rotor, sedangkan sudut elektronis adalah sudut gelombang output yang dihasilkan.
Hubungan kedua sudut ini dipengaruhi oleh jumlah pasang kutub magnet, sudut
elektronis sama dengan jumlah pasang magnet dikali sudut mekanis.
Pada generator 12 slot 8 pole terdapat 4 pasang magnet sehingga 1o mekanis sama
dengan 4o elektronis. Masing-masing slot terpisah 30o mekanis setara dengan 120o
elektronis, sehingga agar diperoleh 3 fase penyambungan belitannya adalah
Fase U : Coil#1, Coil#4, Coil#7, Coil#10;
Fase V : Coil#2, Coil#5, Coil#8, Coil#11;
Fase W : Coil#3, Coil#6, Coil#9, Coil#12;

41
Gambar 4.5 Rangkaian Elektronis Generator
Pada rangkaian diatas terdapat sumber arus yang terpasang, fungsinya hanyalah
untuk mengukur tegangan karena pada setiap komponen yang dipasang secara
default terdapat alat ukur, pada sumber arus terdapat pengukur tegangan. Tegangan
yang diukur adalah tegangan antar fasenya.
4.4 Finite Element Method (FEM)
Software MagNet merupakan software yang berbasis finite element method
(FEM) dalam perhitungannya. FEM merupakan salah satu metode numeris untuk
menyelesaikan permasalahan seperti analisis struktural, perpindahan panas, aliran
fluida, perpindahan massa dan potensial elektromagnet. Dalam penyelesaiannya,
metode ini akan membagi bagian besar menjadi kecil-kecil hingga tak terhingga
yang disebut finite element. Kemudian setiap bagian kecil tersebut akan
diselesaikan dan dirangkai kembali menjadi penyelesaian yang utuh. Beberapa
besaran yang dapat dihitung oleh software MagNet adalah medan magnet (B), fluks
magnet (ɸ), intensitas medan magnet (H), rapat arus (J) dan medan listrik (E).
Pada FEM yang perlu diperhatikan adalah proses meshing yaitu pembagian
permasalahan besar menjadi bagian-bagian kecil untuk diselesaikan. Semakin kecil
pembagiannya maka semakin akurat hasil perhitungannya, namun bagian-bagian
kecil ini jumlahnya terbatas sehingga hasilnya tetap tidak bisa sama persis dengan
penyelesaian analitis. Pada perancangan ini bentuk meshing akan berbentuk seperti
Gambar 4.6,

42
Gambar 4.6 Hasil Pengaturan proses Meshing

Ukuran Meshing (Maximum Element Size)


Komponen
(mm)
Rotor 1
Stator 1
Permanen Magnet 1
Ruang udara (AIR BOX) 3
Tabel 4.5 Ukuran Meshing Komponen-Komponen
Untuk Komponen Celah Udara akan diatur meshing nya dengan lebih teliti, karena
pada bagian ini sangat penting untuk diatur meshing nya sebaik mungkin karena
pada Komponen ini Fluks magnet berpindah dari Rotor Menuju Stator dan juga
Komponen ini sebagai pemisah antara bagian yang bergerak dan bagian yang diam
pada generator. Hasil pengaturan meshing pada Celah Udara ditunjukkan oleh
Gambar 4.7.

43
Gambar 4.7 Hasil Pengaturan meshing pada Celah Udara
selanjutnya sebelum melakukan simulasi adalah menyeleksi bagian yang bergerak.
Sebagaimana yang kita tahu, pada gernerator bagian yang bergerak adalah rotor.
Rotor terdiri dari permanen magnet dan setengah dari celah udara yang
menghubungkan antara stator dengan rotor. Bagian yang berwarna putih pada
Gambar 4.8 adalah bagian-bagian yang dipilih untuk bergerak

Bagian yang berputar

Gambar 4.8 Bagian yang Berputar

Gambar 4.9 Input Kecepatan Putar

44
Gambar diatas adalah cara memasukkan input kecepatan 1000 rpm. Kecepatan
1000 rpm tersebut dikonversi menjadi 6000 Deg/s. Waktu yang dibutuhkan untuk
satu putaran (360 o) adalah sebesar 360/6000 = 0,06s
Langkah selanjutnya adalah pengaturan solver yang akan menyelesaikan
perhitungan,

Gambar 4.10 pengaturan Solver


Pengaturan dilakukan pada waktu start, waktu stop dan step seperti ditunjukkan
oleh Gambar 4.10. Waktu start dan waktu stop menentukan berapa lama simulasi
dilakukan, diambil dari 0s sampai 0,03s artinya dengan kecepatan 6000deg/s maka
bergerak sejauh 180 o atau setengah putaran. Step merupakan waktu pengambilan
data, dipilih 0,0001667s artinya setiap data akan diambil setiap bergerak 1 derajat,

45
4.5 Analisis Simulasi Variasi Pembebanan di Berbagai Kecepatan Terhadap
Nilai Output dari Generator
Simulasi dilakukan menggunakan software magnet yang berbasis Finite
element method, metode solving yang digunakan adalah metode Transient 2D With
Motion yang sudah terdapat didalam settingan software magnet sendiri.
Perhitungan ini dilakukan pada setiap titik mesh yang dibuat sehingga lama waktu
atau durasi solving tergantung pada jumlah mesh, dimana jumlah mesh sendiri
menentukan akurasi dan keakuratan data yang didapatkan.
Setelah proses solving selesai software magnet akan menampilkan hasil
perhitungan medan magnet (B) dalam bentuk visualisasi gambar yang bergerak
sehingga dapat dilihat proses aliran medan magnet (B) tersebut seperti pada Gambar
4.11.

Gambar 4.11 Aliran Medan Magnet

Gradasi warna yang ditunjukkan pada gambar menunjukkan nilai medan magnet di
titik tersebut, medan magnet terbesar ditandai dengan warna merah sampai medan
magnet terkecil ditandai warna putih. Warna lainnya memiliki nilai medan magnet
diantara rentang tersebut, yang detailnya dapat dilihat pada indeks di samping
gambar. Sedangkan garis-garis menunjukkan lintasan fluks magnet, terlihat bahwa
fluks magnet mengalir dari kutub utara menuju ke kutub selatan yang lintasannya
melalui stator. Fluks magnet yang mengalir di stator inilah yang akan menimbulkan

46
arus listrik pada belitan yang ada di stator. Pada tab result dari software magnet ini
juga didapatkan hasil tegangan output, arus dan torsi dari waktu start sampai waktu
stop pada saat solving yang dilakukan seperti Gambar 4.12.

Gambar 4.12 Hasil Tegangan Output


Simulasi yang kami lakukan pada PMSG 12Slot8Pole adalah sebanyak 36 kali
dengan 36 variasi simulasi yang berbeda. Variasinya berupa kecepatan (rpm) dan
beban (ohm). Variasi kecepatannya yaitu 500 rpm, 1000 rpm, 2000 rpm, 3000 rpm,
4000 rpm dan 5000 rpm. Tiap-tiap kecepatan divariasikan dengan enam beban yaitu
10 ohm, 20 ohm, 30 ohm, 40 ohm, 50 ohm dan 100 ohm.

Kemudian data yang didapatkan dari simulasi pada software magnet yang berupa
tegangan, arus dan torsi diolah dengan menggunakan software MS Excel, dari hasil
penggolahan data tersebut akan didapatkan nilai daya input, daya output, dan
efisiensi dari Generator sinkron permanen magnet (PMSG) 12Slot8Pole. Rumus
yang dipakai dalam mencari nilai tersebut seperti pada tabel 4.6.

DAYA INPUT DAYA OUTPUT EFISIENSI

Tabel 4.6 Rumus Pengolahan Data

47
Tegangan (Kecepatan)
500

400

300

200

100

0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000

10 ohm 20 ohm 30 ohm 40 ohm 50 Ohm 100 Ohm

Gambar 4.13 Grafik Tegangan terhadap kecepatan

Pada gambar diatas merupakan grafik hubungan antara tegangan terhadap


kecepatan putar generator di berbagai pembebanan (ohm), dari grafik tersebut dapat
dilihat bahwa semakin besar kecepatan putar (rpm) dan pembebanan (ohm) dari
generator maka tegangan yang didapatkan juga akan semakin besar.
Hal ini sesuai dengan rumus

Eo = c.n. ɸ.

Dimana,

Eo = Tegangan Output

c = konstanta mesin

n = kecepatan putaran (rpm)

ɸ = fluks yang dihasilkan oleh magnet pada rotor (konstan)

48
Arus (Kecepatan)
35

30

25

20

15

10

0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000

10 ohm 20 ohm 30 ohm 40 ohm 50 Ohm 100 Ohm

Gambar 4.14 Grafik Arus Terhadap Kecepatan


Gambar diatas merupakan grafik hubungan antara arus terhadap kecepatan putar
generator diberbagai pembebanan (ohm), dari grafik ini dapat dilihat bahwa arus
akan semakin besar saat kecepatan putar (rpm) semakin tinggi, akan tetapi arus
semakin kecil ketika pembebanan(ohm) pada generator semakin besar. Hal ini
sesuai dengan rumus fundamental I = V/R.

P Output(kecepatan)
10000
9000
8000
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000

10 ohm 20 ohm 30 ohm 40 ohm 50 Ohm 100 Ohm

Gambar 4.15 Grafik Daya Output Terhadap Kecepatan

49
Pada gambar diatas merupakan grafik hubungan antara Daya Output yang
dihasilkan generator terhadap kecepatan putar generator, dapat di lihat bahwa daya
output yang dihasilkan akan semakin besar pada saat kecepatan semakin tinggi dan
pembebanan (ohm) semakin kecil. Hal ini sesuai dengan rumus.

P = Eo.I

P = (c.n. ɸ)² / R

Dimana,
Eo = Tegangan Output
c = konstanta mesin
n = kecepatan putaran (rpm)
ɸ = fluks yang dihasilkan oleh magnet pada rotor (konstan)
I = arus (Ampere)
R = pembebanan (ohm)

Torsi(Kecepatan)
25

20

15

10

0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000

10 ohm 20 ohm 30 ohm 40 ohm 50 Ohm 100 Ohm

Gambar 4.16 Grafik Torsi Terhadap Kecepatan

50
Pada gambar diatas merupakan grafik perbandingan antara Torsi terhadap
kecepatan putar generator , dapat dilihat dari grafik yang didapatkan Torsi akan
semakin besar apabila Pembebanan(ohm) yang diberikan pada generator semakin
kecil, dan juga nilai torsi akan semakin besar apabila kecepatan putar (rpm)
generator semakin tinggi. Akan tetapi pada saat kecepatan putar mencapai
kecepatan tertentu nilai torsi akan mengalami saturasi atau cenderung stabil tanpa
ada peningkatan signifikan pada saat kecepatan ditambah lagi.

P Input(Kecepatan)
12000

10000

8000

6000

4000

2000

0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000

10 ohm 20 ohm 30 ohm 40 ohm 50 Ohm 100 Ohm

Gambar 4.17 Grafik Daya Input Terhadap Kecepatan


Pada gambar diatas menunjukan grafik hubungan antara daya input terhadap
kecepatan putar (rpm) dari generator. Dapat dilihat dari grafik yang dihasilkan
tersebut nilai daya input semakin besar apabila kecepatan putar (rpm) generator
semakin tinggi dan semakin kecil pembebanan (ohm) maka nilai daya input akan
semakin besar.

51
Efisiensi (Kecepatan)
1
0,95
0,9
0,85
0,8
0,75
0,7
0,65
0,6
0,55
0,5
0,45
0,4
0,35
0,3
0,25
0,2
0,15
0,1
0,05
0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000

10 ohm 20 ohm 30 ohm 40 ohm 50 Ohm 100 Ohm

Gambar 4.18 Grafik Efisiensi Generator terhadap Kecepatan

Pada gambar diatas merupakan grafik efisiensi generator terhadap kecepatan putar
generator diberbagai pembebanan (ohm), , dari grafik yang dihasilkan ini dapat
dilihat bahwa nilai efisiensi cenderung stabil atau tetap disetiap kecepatannya, akan
tetapi efisiensi dari generator akan semakin tinggi apabila pembebanan(ohm) yang
diberikan semakin kecil.
Dari data efisiensi yang didapat kan dari simulasi yang dilakukan ini, dapat
digunakan untuk menentukan pembebanan yang tepat terhadap generator yang akan
digunakan pada sebuah pembangkit listrik tenaga angin atau kincir angin dengan
mempertimbangkan Kecepatan rata-rata angin, daya yang akan diserap generator,
torsi dan tentunya masih banyak lagi hal-hal yang perlu diperhatikan dan dianalisa
dalam mendesain sebuah generator. Bisa berdasarkan variasi jenis material bahan,
variasi model dari generator itu sendiri, variasi jumlah slot dan pole, variasi
umbrella dan lain sebagainya.

52
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Untuk mendapatkan hasil yang akurat dalam perhitungan di software
MagNet maka memerlukan mesh yang sangat kecil. Hal yang sangat
perlu diperhatikan keakuratannya ada bagian yang mengalirkan energi
sehingga tingkat keerroran di bagian tersebut harus seminimal mungkin
2. Nilai arus pada generator berbading lurus dengan kecepatan putar
generator
3. Nilai daya output berbading lurus dengan kecepatan putar generator
4. Nilai tegangan generator berbanding lurus dengan kecepatan putar
generator
5. Nilai torsi generator tertinggi terdapat pada kecepatan putar generator
1000 RPM
6. Daya input generator berbanding lurus dengan kecepatan putar
generator
7. Efisiensi generator memiliki nilai tertinggi pada kecepatan 500 RPM

5.2 Saran

Saat melakukan simulasi perlu diperhatikan bagian-bagian yang harus memiliki


perhitungan yang cermat dalam hal ini adalah bagian yang mengalirkan energi.
Pada pemodelan lebih lanjut software MagNet memiliki batasan dalam membentuk
geometri sehingga dapat digunakan software lain seperti AutoCad yang mana nanti
dikonversikan ke MagNet untuk mengetahui bagaimana aliran fluks bekerja. Dan
juga dalam pelaksanaannya dibutuhkan perangkat keras atau laptop yang memiliki
spesifikasi yang tinggi.

53
DAFTAR PUSTAKA

J. R Hendershot Jr and TJE Miller, 1994, Design of Brushless Permanent-Magnet


Motor, Ohio, Magna Physics Publishing and Claredon Press

T. Kenjo and S. Nagamori, 1984, Permanent-Magnet and Brushless DC Motors,


Kanagawa, Claredon Press

Hanselman, Duane. 2003. Brushless Permanent Magnet Motor Second Edition.


University of Maine Orono, ME. Magna Physics Publishing

54

Anda mungkin juga menyukai