PLN (Persero)
SEKTOR PEMBANGKITAN BUKIT ASAM
Oleh :
Joni Saputra
2019311009
1
MOTOR PENGGERAK FAN COOLING TOWER 185 KW DI PT.PLN (Persero)
SEKTOR PEMBANGKITAN BUKIT ASAM
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Untuk Memenuhi Syarat Mata Kuliah Kerja Praktek Pada Program Studi
Teknik Elektro Fakultas Teknik
Menyetujui,
Ketua Program Studi Pembimbing
Teknik Elektro Kerja Praktek,
2
MOTOR PENGGERAK FAN COOLING TOWER 185 KW DI PT.PLN (Persero)
SEKTOR PEMBANGKITAN BUKIT ASAM
JONI SAPUTRA
2019311009
Laporan Kerja Praktek ini telah diterima sebagai salah satu syarat
Untuk memenuhi persyaratan Mata Kuliah Kerja Praktek pada
Program Studi Teknik Elektro
3
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat kesehatan,
kesempatan dan segala sesuatunya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kerja
Praktek ini dengan tepat waktu.
Laporan ini ditulis untuk memenuhi Mata Kuliah Kerja Praktek di Universitas PGRI
Palembang Program Studi Teknik Elektro
Dalam penyusunan Laporan Kerja Praktek ini, penulis mendapat kesulitan dalam
menentukan judul apa yang akan diambil karena keterbatasan data yang ada. Namun dengan
bantuan-Nya, serta bantuan dari referensi yang ada dan didukung penjelasan-penjelasan yang
diberikan oleh pembimbing di PT. PLN(Persero) Sektor Pembangkitan Bukit Asam, akhirnya
penulis dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktek ini dengan judul, ” MOTOR
PENGGERAK FAN COOLING TOWER 28KW DI PT.PLN (Persero) SEKTOR
PEMBANGKITAN BUKIT ASAM”. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besar nya kepada :
Allah SWT atas nikmat yang luar biasa yang telah diberikan kepada saya,
sehingga dapat menyelesaikan kerja praktek ini dalam keadaan yang sehat dan
tanpa kekurangan apapun.
Keluarga yang telah memberikan doa dan dorongan serta semangat, baik
spiritual maupun material selama melakukan kerja praktek.
Bapak Dr. H. Bukman Lian, M.M M.Si Selaku Rektor Universitas PGRI
Palembang
Bapak Adiguna,S.T M.Si Selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas PGRI
Palembang
Ibu Emidiana, S.T M.T Selaku Ketua Program Studi Teknik Elektro Universitas
PGRI Palembang
Ibu Nita Nurdiana, S.T M.T selaku Dosen Pembimbing Kerja Praktek
Universitas PGRI Palembang.
Bapak Saidan Jauhari, S.T Yang Telah Membantu Adminitrasi Selama Kerja
Praktek Berjalan.
4
Bapak Dani Maulana Selaku Supervisor HAR Kelistrikan Yang Telah Menerima
Serta Membimbing Penulis Dalam Melaksanakan Kerja Praktik .
Bapak Hidayat, Bapak Syahrul, Bapak Budi, Bapak Ryan, Bapak Dendi Selaku
Bagian HAR Kelistrikan Yang Telah Membimbing, Memberikan Ilmu Yang
Sangat Banyak Selama Penulis Melaksanakan Kerja Praktik.
Kelompok Kerja Praktek(Joni Saputra , Eko Prayoga , Bayu Rahman Hakim)
yang telah memberikan semangat dan membantu penulis dalam menyelesaikan
Kerja Praktek dan Laporan Kerja Praktek.
Dalam penyusunan laporan Kerja Praktek ini, penulis menyadari laporan ini belum
sempurna mengingat keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh sebab itu
penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun guna
kebaikan bersama dimasa yang akan datang.
Akhirnya penyusun berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi rekan- rekan
mahasiswa Elektro pada khususnya serta para pembaca pada umumnya.
Joni Saputra
5
DAFTAR ISI
COVER 1
DAFTAR Gambar 8
DAFTAR TABEL 9
BAB I PENDAHULUAN 12
1.2 Tujuan 13
3.1 Baterai 18
3.2 Jenis – Jenis Baterai 19
6
3.3 Sistem DC 20-23
BAB IV PEMBAHASAN 25
4.3 Wiring Diagram Sistem DC di PT. PLN (Persero) UPK Bukit Asam 27-28
5.1 Kesimpulan 38
5.2 Saran 38
Lampiran – Lampiran 43
7
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3. 1 Baterai 18
Gambar 3. 4 Rectifier 21
Gambar 3. 5 Transfrlormator 22
Gambar 3. 6 Thyristor 22
Gambar 3. 7 Fuse 23
8
DAFTAR TABEL
9
DAFTAR SINGKATAN
10
SOP Standar Operasional Prosedur
11
BAB I
PENDAHULUAN
Pembangkit listrik tenaga uap atau yang disingkat dengan PLTU adalah
pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar fosil seperti batubara.
Pembangkit ini banyak digunakan di Indonesia karena memiliki berbagai kelebihan
diantaranya dapat dibangun dengan kapasitas yang bervariasi, usia pakai yang
relative lama, dan pengoperasian PLTU dapat dilakukan dengan berbagai macam
operasi pembebanan serta kontinyuitas operasi yang tinggi.
12
Pembangkit listrik tenaga uap memiliki beberapa peralatan utama dan
peralatan penunjang dalam pengoperasiannya. Peralatan utama pada pembangkit
listrik tenaga uap diantaranya adalah generator, boiler, turbin, dan kondesor.
Sedangkan peralatan penunjang secara umum pada pembangkit listrik tenaga uap
diantaranya adalah unit desal, unit demin, unit hydrogen, unit pelayanan batubara,
unit pelayanan abu, dan lain-lain.
Motor listrik adalah alat untuk mengubah energy listrik menjadi energy
mekanik. Energy mekanik digunakan untuk keperluan pada rumah tangga ataupun
industry. Motor listrik merupakan salah satu peralatan pengubah energi listrik
menjadi energi mekanis. Energi mekanis ini dalam penerapannya digunakan
sebagai mesin untuk proses produksi seperti mesin angkat, mesin angkut, mesin
peniup, mesin penghisap dan mesin penggetar.
Salah satu motor listrik yang paling banyak digunakan sebagai penggerak
adalah motor 3 fasa atau motor induksi 3 fasa, karena konstruksinya lebih
sederhana dan perputarannya relatif lebih konstan dengan perubahan beban
dibandingkan dengan motor listrik jenis lain.
Motor induksi 3 fasa yang digunakan sebagai penggerak mesin yang dicatu
oleh sumber listrik 3 fasa dalam pemasangannya harus menempatkan beberapa
peralatan proteksi untuk mengamankan motor dan rangkaian motor dari gangguan
yang akan terjadi saat motor dioperasikan. Penggerak yang dimaksud yaitu untuk
menggerakkan fan pada cooling tower.
Seperti pada motor di PLTU Bukit Asam, motor induksi sangat berperan
untuk berbagai keperluan terutama pada Cooling Tower. Maka dari itu pada
laporan kerja praktek ini penulis akan membahas tentang motor 185KW sebagai
penggerak fan pada cooling tower PLTU Bukit Asam.
1.2 Tujuan
13
3. Bagaimana cara kerja dan ketahanan baterai di pembangkit?
4. Bagaimana cara perawatan baterai di pembangkit?
Batasan masalah pada laporan ini terbatas pada baterai, sistem kerja
baterai, serta pemeliharaan baterai tersebut.
1. Waktu
Pelaksanaan Kerja Praktik dilakukan pada 3 Febuari 2022 – 3 Maret 2022
yang 30 hari kerja dengan hari kerja Senin - Jumat serta waktu kerja 07.30
- 16.00 (Senin - Kamis) dan 07.30 - 16.30 (Jum’at).
2. Tempat
Kerja praktik dilaksanakan di PT. PLN (Persero) UPK Bukit Asam
Tanjung Enim, Sumatera Selatan.
14
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
PT. PLN (Persero) UPK Bukit Asam Tanjung Enim merupakan bagian
dari PLN Unit Induk Pembangkitan Sumatera Bagian Selatan ( UIK SBS ) dan
hanya membidangi pembangkitan dan penyaluran tenaga listrik saja. Secara
keseleruhan PT. PLN ( Persero ) UIK SBS mempunyai wilayah kerja sebagai
berikut:
15
Gambar 2. 1 Logo PLN
16
perusahaan pada tahun 1996, yang mana Perusahaan Umum Listrik Negara
berubah menjadi PT. PLN (Persero) dan dibentuknya PT. PLN (Persero)
Pembangkit dan Penyalur Sumatera Bagian Selatan, maka sejak saat itu
pengelolaan berada dibawah PT. PLN (Persero) Pembangkit dan Penyaluran
Sumatera Bagian Selatan dengan nama PT. PLN (Persero) Kitlur Sumbagsel,
maka sejak tanggal 27 Januari 2005, perusahaan ini berubah menjadi PT. PLN
(Persero) Sektor Pembangkitan Bukit Asam. Dan Sekarang Menjadi PT. PLN
(Persero) UPK Bukit Asam.
2.3.1 Motto
Listrik Untuk Kehidupan Yang Lebih Baik.
2.3.2 Visi
Diakui sebagai Perusahaan Kelas Dunia yang bertumbuh kembang,
unggul, dan terpercaya dengan bertumpu pada potensi insani.
2.3.3 Misi
1. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait,
berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan,
dan pemegang saham.
2. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan
kualitas kehidupan masyarakat.
3. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong
kegiatan ekonomi menjalankan kegiatan usaha yang
berwawasan lingkun
17
2.4 Lokasi Perusahaan
Gambar 2.2 Struktur Organisasi PT. PLN (Persero) UPK Bukit Asam
18
BAB III
TEORI DASAR
19
3.3 Jenis-Jenis Motor Listrik
Klasifikasi motor listrik terbagi menjadi dua jenis, yaitu Motor Arus Belak
Balik (AC) dan Motor Arus Searah (DC). Pembagian Motor tersebut dilat
berdasarkan pasokan input, konstruksi, dan mekanisme operasi.
1 Fasa
Sinkron
Motor
AC
3 Fasa
Induksi
Motor
Listrik
Penguata Seri
n Sendiri
Motor Canpura
DC n
Penguata
n
Shunt
20
3.2.1.1 Motor Sinkron
21
yang stabil (Steady-State)
22
(b)
(a)
Gambar 3.4 (a) Rangkaian Ekuivalen motor sinkron3 phasa
(b) Rangkaian Ekuivalen per phasa
Motor induksi merupakan suatu jenis motor listrik yang menggunakan arus
AC, motor induksi dapat merubah energi listrik menjadi energi gerak dengan
menggunakan medan listrik dan mempunyai slip antara medan stator dan medan
rotor. Motor induksi dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok utama yang
konstruksinya ditunjukkan pada gambar berikut:
23
Gambar 3.5 Kontruksi motor induksi
Konstruksi motor induksi tiga fasa secara umum yang sering digunakan
yaitu terdiri dari stator dan rotor. Stator adalah salah satu bagian dari mesin yang
tidak bergerak ataupun berputar dan letaknya pada bagian luar, Sedangkan rotor
adalah bagian dari mesin yang terletak di dalam, rotor adalah bagian mesin yang
dapat bergerak secara berputar. Konstruksi motor induksi 3 fasa dapat dilihat pada
gambar berikut.
24
3.3.1 Stator
Stator merupakan bagian dari motor yang tidak bergerak atau diam, stator
terletak di bagian luar dan mempunyai fungsi sebagai tempat mengalirkan arus
beban. Stator umumnya terbuat dari besi berbentuk bandar yang dilaminasi dan
mempunyai alur - alur sebagai tempat meletakkan kumparan. Elemen laminat
terbentuk dari beberapa lembaran besi, tiap lembaran-lembaran besi terdapat
beberapa alur dan lubang pengikat yang fungsinya untuk menyatukan inti. Tisp
kumparan tersebar dalam alur yang disebut belitan phasa yang terpisah secara
listrik sebesar 120 untuk setiap motor tiga phasa Tiap-tiap alur pada diisolasi
dengan kertas. Kemudian tumpukan inti dan belitan stator diletakkan dalam
cangkang yang berbentuk silindris. Berikut adalah beberapa jenis lempengan
laminasi ini, lempengan inti yang telah disatukan, dan belitan stator yang telah
dilekatkan pada cangkang luar untuk motor induksi tiga phasa.
3.3.2 Rotor
Rotor merupakan bagian dari mesin yang terletak pada bagian dalam dan
merupakan bagian motor yang berputar Untuk motor induksi memiliki dua jenis
rotor yang sering digunakan yaitu jenis rotor sangkar tupai dan rotor belitan.
25
Kedua jenis rotor tersebut memiliki beberapa laminasi melingkar yang terikat
sangat erat di poros rotor. Berbeda jika kita menggunakan jenis motor yang lebih
besar, karena pada jenis motor yang lebih besar pada bagian alur rotor terdapat
batang rotor yang telah dibenamkan kemudian di las dengan sangat kuat kuat ke
cincin ujung rotor. Penamaan motor induksi sangkar tupai karena motor tersebut
memiliki rotor yang apabila diperhatikan saat tanpa inti rotor, batang rotornya
terlihat seperti kandang tupai. Pada rotor jenis ini tidak pernah diisolasi, karena
pada tegangan rendah batangan dialiri arus yangsangat besar. Motor induksi
dengan rotor sangkar tupai ditunjukkan pada Gambar 3.8
26
menghasilkan tahanan eksternal yang lebih besar dan arus pengasutan yang lebih
kecil dibandingkan rotor sangkar
3.3.3 Tutup (End Plate) Motor
And plate atau tutup rangka mesin pada motor biasanya terdapat 2 buah,
kedua buah tutup tersebut terletak pada bagian sisi sisi motor yang berfungsi
sebagai dudukan bantalan untuk poros motor dan juga titik posisi atau poros
dengan rumah stator. And plate juga berfungsi sebagai pelindung untuk bagian
dalam motor terhadap cunca. Keandalan pergerakan poros suatu motor sangat
dipengaruhi oleh oleh akurasi penempatan dudukan tutup motor terhadap
bantalann dan juga rumah stator.
Bantalan atau yang biasa disebut dengan bearing, adalah bagian motor
listrik yang berfungsi untuk mempercepat pergerakan putaran poros, mengurangi
gesekan pada putaran, dan sebagai penstabil posisi poros terhadap gaya horizontal
dan vertikal poros. Untuk perawatan bearing motor diperlukan pelumas untuk
setiap bearing motor,
27
Gambar 3.10 Bearling pada motor listrik
3.3.5 Kumparan Medan
28
badan stator untuk membantu melepaskan panas yang ditimbulkan oleh motor saat
sedang beroperasi.
a) Ketika motor induksi tiga fasa diberikan suatu tegangan tiga fasa kepada
kumparan stator pada motor maka akan timbul medan putar (flux medan stator)
dan dengan kecepatan motor tersebut.
120 f
ns= P
b) Medan putar stator (flux medan stator) pada motor induksi tiga fasa akan
memotong batang konduktor pada motor.
c) Sehingga pada kumparan motor induksi tiga fasa akan menimbulkan induksi
(GGL.)
3x E2-4,44.f. 2N2.m
d) Dikarenakan kumparan rotor motor induksi tiga fasa merupakan rangkaian
yang tertutup, maka GGL (E) akan menghasilkan arus (1).
e) Ketika terdapat arus di dalam medan magnet maka akan menimbulkan gaya
pada
motor induksi tiga fasa
f) Ketika suatu kopel mula dihasilkan oleh gaya (F) pada rotor motor induksi
cukup besar untuk memikul suntu kopel beban, maka rotor akan berputar searah
dengan medan putar stator motor induksi.
29
g) Tegangan induksi dapat timbul dikarenakan terpotongnya batang induktor atau
rotor oleh medan putar stator (flus medan stator). Yang diartikan agar tegangan
yang terinduksi diperlukan adanya perbedaan relatif antara kecepatan medan putar
stator (fluks medan stator) atau rs dengan kecepatan berputar rotor atau nr.
h) Perbedaan kecepatan antara dan ns dapat disebut dengan slip stan's dinyatakan
dengan:
ms−mr
S= x 100 %
ms
i) Bila nr sama dengan as maka tegangan tidak akan terinduksi dan arus tidak akan
mengalir pada kumparan jangkar atau rotor pada motor, dengan demikian itu tidak
akan dihasilkan kopel. DPada motor induksi tiga fasa kopel motor akan
ditimbulkan apabila nr lebih kecil
daripada ns.
k) Jika dilihat dari cara kerjanya, maka motor tak serempak ini dapat disebut juga
motor
induksi atau motor asinkron
3.5 Proteksi
3.5.1 Pengertian Umum
30
3.5.2 Definisi Sistem Proteksi
Pengertian dari proteksi sistem tenaga listrik adalah sebuah sistem berupa
peralatan yang fungsinya mencegah terjadinya kerusakan pada alat pada sistem
tenaga listrik seperti transformator, generator, jaringan, dan lain sebagainya saat
sistem itu sendri dalam keadaan abnormal
Keadaan aboormal itu sendiri bisa berupa beban lebih, frekuensi sistem
rendah, asinkron, tegangan lebih, hubung singkat, dan lain sebagainya.
a. Menjauhkan maupun menurunkan bahaya terhadap peralatan yang
disebabkan
oleh gangguan (keadaan tidak normal sistem operasi). Semakin cepat
atau laju reaksi alat proteksi yang dipakai, maka akan semakin
minimum efek gangguan yang dapat menyebabkan rusaknya alat.
b. Sedini mungkin membatasi area yang mengalami gangguan menjadi
minimum
c. Menyuguhkan layanan listrik dengan keandalan yang tinggi dan
kualitas listrik yang baik terhadap pemakai.
d. Memproteksi manusia akan bahaya yang dapat dihasilkan oleh listrik.
Pengetahuan tentang arus yang muncul dari bermacam jenis gangguan di
sebuah titik atau tempat adalah suatu hal yang benar-benar pokok terhadap
pengoperasian sistem proteksi secara efisien. Apabila sistem mengalami
gangguan, setiap operator akan memperoleh informasi mengenai gangguan yang
terjadi dan dimohon untuk secepat mungkin memproses circuit breaker (CB) yang
tepat agar menyingkirkan sistem yang sedang mengalami gangguan ataupun
melepaskan pembangkit dari jaringan yang mengalami gangguan. Begitu susah
untuk operator dalam memantau yang dapat terjadi dan memutuskan circuit
breaker (CB) mana yang digunakan dalam mengamankan gangguan itu dengan
pedoman biasa untuk seorang diri.
31
Intisari dari proteksi serta tripping secara otomatis pada circuit yang saling
terikat memiliki 2 fungsi utama:
1. Mengamankan perangkat alat yang mengalami gangguan, supaya bagian lain
bisa berjalan sebagaimana mestinya.
2. Melimitasi kerusakan perangkat alat yang disebabkan oleh panas yang berlebih
(over heating).
Ada beberapa hal yang mesti diperhatikan untuk membuat arus yang
mengalir secara maksimal dan stabil agar aman. Apabila arus yang mengalir telah
melewati batas maksimal yang telah ditetapkan dan tidak adanya proteksi ataupun
apabila proteksi yang tidak layak atau efisien, sehingga kondisi menjadi abnormal
dan menyebabkan rusaknya isolasi. Selain itu, akan mengakibatkan rugi-rugi di
dalam konduktor.
Sebuah proteksi haruslah mampu melenyapkan gangguan dengan tidak
merusak perangkat alat proteksinya. Maka dari itu, dalam memilih perangkat
proteksi harus cocok terhadap daya tampung arus hubung singkat atau yang biasa
disebut dengan breaking capacity. Selain itu, sistem proteksi yang akan digunakan
hendaklah mempunyai kriteria sebagai berikut:
1. Circuit Breaker (CB) mesti mampu dilewati arus nominal yang terus
berlangsung dengan tidak mengalami panas yang lebih (overheating)
2. Beban lebih (overload) yang tidak terlalu besar dengan jarak waktu yang
singkat semestinya tidak membuat perangkat alat beroperasi.
3. Sebuah sistem proteksi mesti tetap beroperasi meskipun pada beban lebih
(overload) yang tidak terlalu besar, maka dari itu bisa mengakibatkan panas
berlebih (overheating) di sirkuit penghantar.
4. Sebuah sistem proteksi mesti membuka rangkaian sesegera mungkin akibat
kerusakan yang diakibatkan oleh arus gangguan yang terjadi
5. Proteksi sebaiknya bisa membuat jarak dengan rangkaian yang mengalami
gangguan dari rangkaian lainnya yang masih bekerja.
Proteksi dari beban lebih (overload) akan beroperasi apabila seluruh
rangkaian listrik diputuskan dahulu sebelum panas berlebih (overheating) muncul.
32
Di posisi ini, beban lebih (overload) bereaksi lumayan lama apabila reaksi dari
Circuit Breaker (CB) dengan fungsi inverse kepada arus kuadrat. Proteksi dari
gangguan hubung singkat akan beroperasi jika breaker lumayan cepat dalam
membuka rangkaian sebelum arus bisa menjangkau yang diakibatkan oleh panas
berlebih (overheating).
Proteksi Generator berfungsi untuk mengatasi kerusakan Generator yang
diakibatkan karena terdapat gangguan pada Generator. Selain itu, pengaman pada
Generator diinginkan ikut serta di dalam pengoperasian kemampuan pemilihan
sistem, sehingga pengaman Generator dapat meminimalisir daerah yang
mengalami gangguan pada Generator.
Tujuan utama memasang proteksi Relay pada Generator yaitu untuk
memberikan keamanan pada perangkat alat, sehingga kerugian yang ditimbulkan
oleh gangguan bisa dijauhi maupun diminimalisir sekecil mungkin, yaitu melalui:
a. Melakukan tindak preventif kerusakan Generator yang diakibatkan oleh
gangguan maupun kondisi abnormal yang dialami oleh Generator.
b. Melakukan pendekatan pada gangguan maupun kondisi abnormal yang bisa
menyebabkan bahaya pada perangkat alat maupun sistem Generator.
c. Menjauhkan komponen sistem Generator yang mengalami gangguan atau
kondisi abnormal sesegera mungkin, sehingga bagian instalasi yang
mengalami gangguan bisa dihilangkan maupun dikurangi sekecil mungkin
dan komponensistem yang lain tetap bekerja.
d. Menyuguhkan mutu pelayanan listrik yang terpercaya dan terbaik kepada
pelanggan.
e. Menyuguhkan alat pengaman cadangan terhadap bagian instalasi lain. 1.
Memberikan jamianan keamanan pada manusia akan bahaya yang mungkin
muncul oleh listrik.
33
merencanakan sistem proteksi yang efisien serta efektif, yakni:
1.Selektivitas dan Diskriminatif
Efisiensi dan keefektifan sebuah sistem proteksi bisa dipantau melalui
kemampuan sistem tersebut dalam menangani komponen yang terganggu
saja.
2. Stabilitas
Sikap yang tetap stabil jika mengalami gangguan yang terjadi di bagain luar
zona yang dilindungi.
3. Kecepatan.
Sistem proteksi harus secepat mungkin membuka bagian yang mengalami
gangguan, sebelum Generator yang terhubung dengan sistem kehilangan
penyelarasan terhadap sistem.
4. Sensitivitas
Kepekaan sistem yang akan bekerja dengan perbandingan besar arus
gangguan yang terjadi. Nilainya bisa dijabarkan dengan arus primer maupun
dalam persentase dari arus sekunder.
5. Pertimbangan Ekonomis
Sistem proteksi lumayan mahal, tetapi perangkat ataupun sistem yang
dipelihara serta jaminan akan berlangsungnya sistem merupakan hal yang
sangat penting. Secara umu, sistem proteksi yang dipakai ada 2 macam,
yaitu sistem proteksi utama atau primer dan sistem proteksi cadangan (back
ap). Harga dari perangkat sistem proteksi tidak dapat melebihi harga dari alat
yang dilindungi.
6. Proteksi Cadangan
Proteksi cadangan (back up) adalah proteksi yang akan beroperasi apabila
proteksi primer atau utama tidak beroperasi Proteksi cadangan ini harus bisa
mandiri layaknya proteksi primer atau utama.
Setiap sistem proteksi primer atau utama berfungsi untuk menjaga daerah
atau tempat sistem dengan daya tertentu. Terdapat probabilitas bahwa sebuah area
34
yang ada tidak memiliki pelindung. Pada saat kejadian seperti itu, sistem proteksi
cadangan (back up) akan memberi sebuah proteksi.
Di dalam sistem distribusi, pengaplikasian sistem cadangan (back up) tidak
terlalu luas seperti pada sistem transmisi. Proteksi ini hanya dapat menjangkau
bagian-bagian yang strategis. Kontrol dari sistem cadangan (back up) akan
mempunyai reaksi yang tidak cepat dan secara umum, akan memutus bagian lebih
banyak daripada yang dibutuhkan dalam menghilangkan bagian yang mengalami
gangguan. Secara general, sistem proteksi terdiri atas 6 komponen, yakni:
35
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Motor Listrik Fan Cooling Tower Tipe JEMAC 355-TS4-6-50
Pada PLTU Bukit Asam memiliki jenis motor yang sama yaitu 6 unit pompa
36
pabrikan
Gambar 4.1 Name Plate Motor Fan Cooling Tower
Tabel 4.1 Sepsifikasi Motor Fan Cooling Tower Tipe JEMAC 355-TS4-6-50
Type JEMAC 355-TS4-6-50
Manufacture 1A1064
IP 55
Cocling IC 6A1A1
Type Of Constuction 1M 1001
Type Rotor SQUIRREL CAGE
Kinetic Energy Constan 0,5 S
Motor Weight 2797
Output 185 KW
Connection Y- Δ
Voltage 6000 V
Cuurent 22
Frequnsy 50 Hz
Speed 1489
Overspeed 1800
Power Factor 0,66
Standard IEC 60034
Inertia 3
Pada PLTU Bukit Asam memilik jenis motor yang sama yaitu 6 unit
pompa pabrikan ALSTHOM jenis F2XA355S4G yang fungsinya juga untuk
memutar fan cooling tower dengan spesifikasi yang sama dengan tabel di atas.
Pada cooling tower unit 3 dan 4 motor tersebut diletakan secara horizontal dan
mengggunakan bantuan gearbox yang terhubung dengan fan cooling tower. Fan
cooling tower berfungsi untuk membuang uap panas dalam proses pendinginan
atau kondensasi air hasil pemanasan air dari boiler yang banyak digunakan pada
PLTU Bukit Asam tetapi daya yang digunakan berbeda-beda tergantung jenis
37
beban yang akan ditanggung oleh motor..
4.2.1 Gangguan yang sering terjadi pada Motor Fan Cooling Tower
1. Phasa Overcurren
38
Pada phasa overcurrent atau dapat disebut juga gangguan arus berlebih pada
fasa dapat terjadi akibat dari arus yang berlebih yang telah melebihi
kemampuan maksimum dari motor
2. Thermal Overload
Thermal overload failure atau dapat disebut juga gangguan panas akibat
beban berlebih sehingga terjadi motor block yang lama kelamaan motor
menjadi panas.
3. Block Rotor Gangguan pada block rotor dapat terjadi akibat dari beban yang
berlebih sehingga rotor terkunci pada saat rotor terkunci atau tidak bergerak
maka arus akan mengalir ke stator sehingga lama kelamaan motor akan
panas. Adapun dampak yang lain yaitu pada rotor, yag mengakibatkan
kerusakan pada bearing motor.
4. Unbalance
Gangguan ketidakseimbangan dapat terjadi ketika salah satu fasa terputus
sehingga terjadi loss phase akibatnya arus mengalir pada 2 fasa sehingga jika
lama kelamaan maka motor dapat terbakar.
5. Exces Long Start
Gangguan pada saat awal waktu start yang panjang, jika pada awal waktu
start motor melebihi batas kemampuan waktu motor maka akan terjadi
kerusakan.
Pada saat melakukan perawatan motor maka ada baiknya dilakukan sesuai
dengan prosedur sehingga pada proses pengerjaan dapat berjalan dengan baik dan
meminimalisir kesalahan.
1. Instruksi keamanan
dalam melakukan perawatan ada baiknya diikuti serta memahami dengan
instruki-instruksi yang diberikan agar penanganan kemungkinan terburuk pada
motor dapat teratasi secara baik dan professional.
39
2. Tindakan pencegahan secara umum Pencegahan dilakukan pada saat melakukan
perawatan pada motor merupakan hal yang mendasar yang harus diketahui
seperti perletakan motor sesuai dengan tempatnya atau memiliki ruang motor
agar kelembapan pada motor induksi tetap terjaga, jika tidak maka akan
menimbulkan embun pada belitan stator yang berdampak mengakibatkan
korosi serta dapat mengganggu performa pada rotor.
3. Pondasi pada motor
Pondasi pada motor mempunyai prosedur agar mampu menahan beban mesin
serta motor dapat tahan terhadap tekanan yang timbul pada pengkopelan dan
reaksi torsi.
4. Instalasi mesin
Secara teknis proses pengerjaan pemasangan pada instalasi mesin sesuai
dengan instruksi maupun pansuan. Panduan dapat diartikan dengan penunjang
agar tidak terjadi kesalahan yang berujung dengan kerusakan. Ada beberapa
yang harus diperhatikan selain proses pengerjaan yaitu, mengenaitempat serta
akses yang cukupsehingga pada proses pengerjaan
berjalan dengan baik
5. Pengawasan pada motor Pada saat starting motor dilakukan pengawasan
sehingga dapat meminimalisir dan mengantisipasi kerusakan serta pada jangka
waktu yang lama.
6. Observasi dan Pemeliharaan
Pengecekan serta pemeliharaan yang dilakukan secara berkala terhadap
gangguan. Menganalima hal-hal yang didapatkan ketika melakukanobservasi.
7. Isolasi Resistansi
Pengecekan pada isolasi hambatan dilakukan rutin sehingga mengetahui nilai dari
isolasi hambatan pada motor.
8. Pemberian minyak pada motor
Proses pemberian minyak pada motor atau pelumas sangatlah penting
Tujuannya untuk menghindari cepatnya waktu korosi dan mempercepat atau
memperlancar kinerja dari motor itu sendiri.
40
9. Melakukan pembersihan Pembersihan pada motor merupakan salah satu factor
terpenting dalam perawatan motor. Tujuannya yaitu agar memastikan
komponen serta filter pada motor tetap terjaga kebersihannya. Adapun proses
ini dilakukan dengan hati-hati agar tidak memperburuk kondisi motor pada
motor.
10, Pembongkaran serta perakitan pada motor
Pembongkaran serta perakitan bertujuan untuk pengecekan komponen dalam
kondisi yang baik atau tidak. Tetapi proses ini haruslah sesuai prosedur agar
tidak memperburuk kinerja pada motor
Pada saat motor menggerakan fan cooling tower, kita harus mengetahui
bahwa motor dalam keadaan hubung bintang/Y ataupun hubung delta. Pada motor
penggerak fan cooling tower PLTU Sektor Pembangkitan Bukit Asam yang
menggunakan motor yang berkapasitas 185 kW. Motor induksi 3 fasa ini bertipe
JEMAC 355-TS4-6-50. Motor ini berfungsi sebagai penggerak fan pada cooling
tower. Motor penggerak fan ini menggunakan hubung Y dikarenakan ketentuan
serta range tegangan yang diberikan ke motor yaitu berkisar 6000V/Y Motor ini
memakai tegangan 6000 V sehingga motor menggunakan hubung Y.
41
BAB V
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
a. Perlunya pedoman secara manual serta pemeliharaan pada tiap motor induksi
42
tiga fasa serta pengetahuan electrical operation dalam memahami mekanisme
pengerjaan pada saat mengantisipasi dilapangan jika terjadi gangguan pada
motor.
b. Pengecekan secara berkala baik pada pelumasan maupun komponen komponen
lainnya untuk menjaga performa motor agar sesuai dengan standar yang
ditentukan
DAFTAR PUSTAKA
[1]PT.PLN(Persero).2006,BukuLaporanHarianKerja HARListrik-TanjungEnim.
[2] Christianto, second Adrian. 2013. Pengoperasian Motor Induksi 3
FasaMenggunakan Sistem Tenaga 1 Fasa. Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma.
[3] Zuhal.1991. Dasar Tenaga Listrik. Bandung: Penerbit ITB.
[4] Siswoyo 2008. TeknikListrikIndustri.Jakarta:
DepartemenPendidikan Nasional.
[5] Sulasno.2001.Analisis SystemTenagaListrikEdiSiKedua Semarang Badan
PenerbitUniversitas Diponegoro.
[6]S.S. Vadhera. 1981. Power System Analysis &Stability. DelhiKhann Publisher.
43
LAMPIRAN