Anda di halaman 1dari 55

Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Ujung Pandang

Program Studi Teknik Elektro Universitas Atma Jaya Makassar

Disusun Oleh:
Jeremias Leda, ST., M.Sc.

Makassar, Oktober 2010


HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Penelitian : Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG)


Ujung Pandang

2. Bidang Penelitian : Teknik Elektro


3. Peneliti
a. Nama Lengkap : Jeremias Leda, S.T., M.Sc.
b. Jenis Kelamin :L
c. NIP / NIDN : - / 09 14 05 72 03
d. Disiplin Ilmu : Teknik Elektro
e. Pangkat/Golongan : Penata Muda Tkt.I / III c
f. Jabatan Fungsional : Lektor
g. Fakultas / Jurusan : Teknik / Teknik Elektro
h. Alamat : Jln. Tj.Alang 23, Makassar 90244
i. Telp/Fax : 0411 871038 / 0411 870294
j. Alamat Rumah : Jln. Baji Ateka II/21, Makassar 90134
k. Telp/Fax/email : +62 8194104009/0411 870294/
j.leda@ymail.com

Makassar, 23 Oktober 2010

Mengetahui,
D e k a n Fakultas Teknik, Peneliti,

N. Tri S. Saptadi, SKom. MT. MM. Jeremias Leda, S.T., M.Sc.


NIDN: 09 07 06 75 02 NIDN: 09 14 05 72 03

Kepala Perpustakaan, Ketua LPPM,

Natalia Manafe, S.Sos. Kunradus Kampo, SE., M.Si.


NIDN: 09 26 11 61 02

Program Studi Teknik Elektro | Universitas Atma Jaya Makassar 1


KATA PENGANTAR

Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak dan oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih yang tulus kepada:

1. Bapak Purnomo, S.T., S.E. selaku Manager PT. PLN (Persero) Sektor Tello
yang telah memberikan ijin pengumpulan data lapangan serta memberikan
pengesahannya terhadap karya tulis ini.
2. Bapak Hamzah, selaku Manager Unit PLTG/U PT. PLN (Persero) Sektor Tello
yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam proses penyusunan karya
tulis ini serta saat pengumpulan data.
3. Bapak Kamaluddin Husain, selaku SPU Harliskon PLTG/U PT. PLN (Persero)
Sektor Tello yang telah menyediakan waktunya untuk menerangkan berbagai
informasi terkait, sehubungan dengan penyusunan karya tulis ini dan juga telah
menyediakan data yang sangat diperlukan.
4. Terima kasih juga kami sampaikan kepada rekan-rekan seprofesi, teman serta
semua pihak yang langsung ataupun tidak langsung memberikan dukungan dan
saran namun tidak dapat kami sebutkan satu per satu.

Seperti kata pepatah, tiada gading yang tak retak, maka penulis sadar bahwa karya tulis
ini pun masih banyak kekurangan. Untuk itu, segala kritik, saran serta koreksi terhadap
penyempurnaannya sangatlah diharapkan.

Akhir kata semoga karya tulis ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

Makassar, 23 Oktober 2010

Penulis/Penyusun

Program Studi Teknik Elektro | Universitas Atma Jaya Makassar 2


DAFTAR ISI

Halaman
COVER
PENGESAHAN 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
ABSTRAK 4

BAB I PENDAHULUAN 5
1.1 Peranan Sistem Ketenagalistrikan 5
1.2 PLTG Ujung Pandang dan Sistem Interkoneksi 7
Sulawesi Selatan
1.3 Batasan Bahasan 7

BAB II LANDASAN TEORITIS 8


2.1 Minyak dan Gas Alam Indonesia 8
2.2 Prinsip Kerja PLTG 8
2.3 Operasi PLTG 9
2.4 Pendinginan 10
2.5 Keunggulan dan Kelemahan PLTG 10
2.6 Perencanaan Teknik PLTG 11
2.7 Bagian-bagian Utama 11

BAB III DATA TEKNIS 18


3.1 Data Lapangan 18
3.2 Operasi Kelistrikan PLTG General Electric

BAB IV PELAKSANAAN PEMBANGUNAN 38


4.1 Analisis Mengenai Dampak Lingkungan 38
4.2 Pekerjaan Persiapan, Pelaksanaan dan Komisioning 43
4.3 Pengoperasian dan Syarat-syarat Teknis 47
4.4 Kendala-Kendala 48

BAB V INFORMASI DALAM GAMBAR 49

BAB VI KESIMPULAN 54
6.1 Kesimpulan 54
6.2 Saran-Saran 54

DAFTAR PUSTAKA

Program Studi Teknik Elektro | Universitas Atma Jaya Makassar 3


ABSTRAK

Pembangkit Listrik Tenaga Gas atau PLTG tergolong unit yang masa startnya
singkat yaitu sekitar 15-30 menit yang mana umumnya distart tanpa pasokan daya dari luar
karena menggunakan mesin diesel sebagai penggerak awalnya. PLTG didesain untuk
memikul beban puncak atau peak load karena dapat dibebani lebih tinggi 10% dari
ratingnya selama kurang lebih dua jam.
PLTG yang ada pada PT. PLN Sektor Tello Makassar, salah satunya adalah
PLTG General Electric, dengan kapasitas 2 × 45.400 kVA yang mulai beroperasi sejak
tahun 1997. Pembangkit ini menggunakan diesel start engine dengan speed-tronic mark
5 sebagai pengendali kecepatan. Turbin gas dikopel melalui gear-box dengan generator
sinkron 11,5 kV dan daya output disalurkan ke switchyard 150 kV melalui kabel tanah
setelah melewati trafo step-up 11,5 kV / 150 kV.
Untuk melayani keperluan peralatan bantu, PLTG General Electric mempunyai
trafo pemakaian sendiri dengan daya 1.600 kVA, tegangan 11,5kV/380V. Sisi tegangan
tinggi trafo pemakaian sendiri dihubungkan ke switchgear 11,5 kV melalui kabel
berisolasi. Titik bintang sisi tegangan rendah dari tiap unit trafo pemakaian sendiri
ditanahkan langsung. AC power supply untuk start pada kondisi normal dan pada saat
operasi, supply daya untuk start alat-alat bantu diperoleh dari trafo pemakaian sendiri
tersebut. Supply daya diperoleh dari tap trafo tenaga di sisi 11,5 kV dan diturunkan
tegangannya melalui trafo pemakaian sendiri. Pada saat black start/stop, supply daya AC
untuk kontrol alat bantu diperoleh dari busbar 150 kV yang diturunkan tegangannya
melalui trafo daya dan kemudian diturunkan lagi melalui trafo pemakaian sendiri.
Sistem proteksi PLTG General Electric telah menggunakan relay numeric yang
mana dikendalikan oleh microprocessor. Relay numeric/digital yang digunakan adalah
DGP System. DGP system adalah sebuah mikroprosesor yang dikombinasikan dengan
relay digital di mana menggunakan sampling bentuk gelombang dari arus dan tegangan
input untuk keperluan proteksi, control, dan monitoring generator.

Program Studi Teknik Elektro | Universitas Atma Jaya Makassar 4


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Peranan Sistem Ketenagalistrikan


Sistem ketenagalistrikan dapatlah dipergunakan sebagai indikator pertumbuhan
ekonomi. Produk Domestik Bruto (PDB) sebagai indikator pertumbuhan ekonomi pada
dasarnya berkaitan erat dengan penyediaan tenaga listrik, sedangkan konsumsi listrik
dalam kWh per kapita menyatakan tingkat industrialisasi yang telah dicapai.
Kondisi ketenagalistrikan di Indonesia ditandai oleh dua hal pokok yang sangat
menonjol yaitu pertama, konsumsi tenaga listrik per kapita masih rendah. Pada tahun
1990/1991 konsumsi tenaga listrik baru mencapai 260 kWh per kapita, dibandingkan
dengan Malaysia 1.067 kWh per kapita, Thailand 514 kWh per kapita dan Jepang 3.500
kWh per kapita. Kedua, pertumbuhan permintaan yang relatif tinggi. Hal ini dapat
diketahui melalui pertumbuhan daya terpasang dan produksi tenaga listrik PLN yang
rata-rata mencapai 14,5% per tahun. Kedua hal pokok tersebut menyebabkan besarnya
kebutuhan akan dana investasi untuk pembangunan ketenagalistrikan di Indonesia.
Seirama dengan perkembangan kebutuhan tenaga listrik oleh pelanggan, sistem
tenaga listrik di Indonesia berkembang pula mengikuti irama perkembangan pemakaian
tenaga listrik yang dilayaninya. Tenaga listrik dibangkitkan oleh pusat-pusat listrik seperti
PLTA, PLTU, PLTG, PLTP dan PLTD, kemudian disalurkan melalui saluran transmisi
setelah terlebih dahulu dinaikkan tegangannya oleh transformator penaik tegangan yang
ada di pusat-pusat listrik.
Saluran transmisi tegangan tinggi di Indonesia, umumnya mempunyai tegangan
66 kV, 150 kV dan 500 kV. Khusus 500 kV, dalam praktek saat ini disebut tegangan
ekstra tinggi. Masih ada beberapa saluran transmisi tegangan 30 kV, namun sudah tidak
dikembangkan lagi oleh PLN. Karena saluran udara harganya lebih murah dibandingkan
dengan kabel tanah maka saluran transmisi PLN kebanyakan berupa saluran udara.
Namun, kerugian saluran udara adalah mudah terganggu misalnya terkena sambaran petir,
pohon tumbang dan lain-lain.
Setelah disalurkan melalui saluran transmisi maka sampailah tenaga listrik ke
Gardu Induk (GI) untuk diturunkan tegangannya melalui transformator penurun tegangan,
menjadi tegangan menengah atau yang disebut tegangan distribusi primer. Tegangan
distribusi primer yang dipakai PLN adalah 20 kV, 12 kV dan 6 kV. Saat ini tegangan
distribusi primer PLN yang berkembang adalah 20 kV. Jaringan setelah keluar dari GI
disebut jaringan distribusi sedangkan jaringan antara pusat listrik dan GI biasa disebut
jaringan transmisi.
Tenaga listrik yang disalurkan setelah melewati jaringan distribusi primer maka
kemudian diturunkan lagi tegangannya dalam gardu-gardu distribusi menjadi tegangan
rendah dengan tegangan 380/220 Volt untuk disalurkan melalui jaringan tegangan rendah
untuk kemudian disalurkan ke rumah pelanggan, sebagaimana ditunjukkan pada gambar-
1 pada halaman berikut.
Rekening listrik pelanggan tergantung dari daya tersambung dan pemakaian kWH,
oleh karena itu PLN memasang pembatas daya dan kWH meter. Instalasi PLN pada
umumnya hanya sampai pada kWH meter tersebut.Setelah melalui kWH meter, tenaga
listrik kemudian memasuki instalasi rumah milik pelanggan, yang langsung dapat
dipergunakan untuk menjalankan peralatan listrik misalnya lampu, setrika, lemari es, TV,
radio dan lain-lain.

Program Studi Teknik Elektro | Universitas Atma Jaya Makassar 5


Selain rumah tinggal, pelanggan PLN juga adalah pabrik, kantor, institusi, lembaga
dan lain sebagainya. Nampak bahwa besar kecilnya konsumsi tenaga listrik ditentukan
sepenuhnya oleh pelanggan, yaitu tergantung bagaimana pelanggan menggunakan alat-
alat listriknya. PLN kemudian harus menyesuaikan daya listrik yang dibangkitkan dari
waktu ke waktu.

Pusat Listrik Saluran Transmisi Gardu Induk Jaringan Distribusi

Distribusi

APP

Gambar-1. Proses Penyediaan Tenaga Listrik

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sistem tenaga listrik adalah sekumpulan
pusat pembangkit listrik dan gardu induk atau pusat beban yang satu sama lainnya saling
dihubungkan oleh jaringan transmisi sehingga merupakan suatu kesatuan interkoneksi
sebagaimana tampak pada gambar-2.

PLTA ~

~ PLTU PLTG ~
GI GI

Aliran daya
GI
GI
Beban

PLTD
Beban

Aliran daya Aliran daya

GI GI GI GI

Beban Beban Beban Beban

Gambar-2. Interkoneksi Sistem Tenaga Listrik

Apabila jumlah pelanggan yang harus dilayani adalah jutaan maka daya listrik yang
harus dibangkitkan jumlahnya juga dapat mencapai ribuan mega-Watt. Untuk itu
diperlukan beberapa pusat listrik dan GI untuk melayani kebutuhan pelanggan. Salah satu
pusat listrik yang melayani pelanggan di wilayah kota Makassar dan sekitarnya adalah
Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Ujung Pandang sebagaimana dijelaskan pada sub-
bab berikut ini.

Program Studi Teknik Elektro | Universitas Atma Jaya Makassar 6


1.2 PLTG - Ujung Pandang Dan Sistem Interkoneksi Sulawesi Selatan
Sistem kelistrikan Sulawesi Selatan saat ini merupakan sistem ring, yang terdiri
beberapa pusat pembangkit, gardu induk dan jaringan transmisi yang saling berhubungan
dengan tegangan kerja 30 kV, 70 kV dan 150 kV. PT PLN Sulawesi Selatan memiliki
beberapa pembangkit yang beroperasi untuk menyuplai tersedianya pasokan daya listri
bagi konsumen.
Adapun topologi pembangkit utama sistem Sulawesi Selatan tersebut terdiri dari
milik PLN yaitu PLTA Bakaru dengan daya 2 × 63 MW, Tello (D/U/G) 132 MW dan
PLTA Bilibili 20 MW, serta milik swasta yaitu PLTGU Sengkang 3 × 65 MW, PLTD
Suppa 62 MW, PLTD sewa Tello 10 MW, sebagaimana nampak pada gambar berikut:

Obyek Tulisan

Gambar-3. Topologi Sistem Interkoneksi Sulawesi Selatan

1.3 Batasan Bahasan


PLTG Ujung Pandang terdiri dari beberapa unit yaitu PLTG WestCan dengan
kapasitas 14.5 kVA, Alsthom1 berkapasitas 26.7 kVA dan Alsthom2 dengan kapasitas
25.125 kVA serta GE berkapasitas 2×45.400 kVA. Makalah ini menguraikan detail
PLTG GE (General Electric) berikut kontrol dan proteksinya.

Program Studi Teknik Elektro | Universitas Atma Jaya Makassar 7


BAB II
LANDASAN TEORITIS

2.1 Minyak dan Gas Alam Indonesia


Energi minyak masih merupakan sumber daya utama yang dipergunakan oleh
pusat pembangkit, terutama sebagai bahan bakar pada pembangkit listrik tenaga uap,
tenaga diesel dan tenaga gas. Ketergantungan pada bahan bakar minyak juga disebabkan
antara lain oleh struktur geografis Indonesia yang terdiri dari banyak pulau.
Sementara itu, potensi gas alam Indonesia sekitar 38,2 triliun CF dan sebagian
besar terletak di Kalimantan. Disamping batubara dan minyak bumi, gas alam merupakan
sumber energi primer yang sangat berperan pada waktu-waktu mendatang.

Tabel 1. Potensi Gas Alam Indonesia


Lokasi Potensi (CF)
Sumatera 3.5
Jawa 6.4
Kalimantan 9.1
Pulau lainnya 19.2
Total 38.2

CF: cubic feet, satuan isi untuk gas alam.


(Diambil dari; Zuhal, Ketenagalistrikan Indonesia, 1995)

2.1.1 Mata rantai industri energi berbasis minyak bumi.


Industri energi berbasis minyak bumi meliputi semua aktivitas industri yang terkait
dengan penambangan minyak bumi dan pengolahannya menjadi berbagai macam produk
baik yang terkait bahan bakar maupun non bahan bakar.
Industri hulu dalam hal ini meliputi semua aktivitas industri yang terkait dengan
eksplorasi dan penambangan minyak bumi yang menghasilkan minyah mentah. Industri
menengah meliputi semua aktivitas yang terkait dengan pengolahan minyak mentah
menjadi berbagai produk final baik bahan bakar maupun non bahan bakar. Sedangkan
industri hilir meliputi semua aktivitas yang mempersiapkan produk dalam bentuk final
sehingga siap dikonsumsi penggunanya (misalnya SPBU, industri pengisian tabung gas
LPG dan sebagainya). Sementara itu, industri pendukung meliputi aktivitas transportasi
atau distribusi dan aktivitas-aktivitas terkait pembangunan sarana dan prasarana serta
jasa-jasa yang diperlukan dalam rangka membentuk mata rantai industri terkait.
Gambar-4 memperlihatkan mata rantai industri energi berbasis minyak bumi dari
hulu hingga hilir, yang memperlihatkan dua jalur (line) industri energi berbasis minyak
bumi. Yang pertama adalah jalur sekarang (existing line) sedangkan yang kedua adalah
jalur lanjut (advanced line). Jalur sekarang dimulai dari eksplorasi dan penambangan
minyak dengan cara yang telah dilakukan sekarang (metode penambangan konvensional
dengan pengeboran biasa maupun dibantu dengan pemompaan). Jalur ini dilanjutkan ke
semua jalur industri menengah dan hilir yang terdapat pada gambar tersebut.
Metode penambangan konvensional pada umumnya hanya mampu untuk
mengambil sekitar 40% dari semua potensi minyak bumi yang terkandung dalam sebagian
besar reservoar. Sementara itu penemuan reservoar minyak baru semakin sulit. Hal ini
mendorong penerapan teknologi penambangan minyak (enhanced oil recovery)

Program Studi Teknik Elektro | Universitas Atma Jaya Makassar 8


untuk mengambil sisa-sisa cadangan minyak bumi yang tidak terambil dengan cara
penambangan konvensional.
Teknologi penambangan minyak lanjut meliputi berbagai cara seperti injeksi uap,
injeksi surfaktan, penggunaan gelombang suara ultrasonik atau kombinasi dari berbagai
metode ini. Injeksi uap membutuhkan energi kalor untuk menghasilkan uap bertekatan
tinggi yang akan diinjeksikan ke revervoar. Disamping itu diperlukan energi listrik untuk
menggerakkan peralatan mekanik dan elektrik terkait proses ini. Energi kalor dan listrik
ini bisa diperoleh dari reaksi nuklir, konversi sumber daya energi terbarukan menjadi kalor
maupun pembakaran bahan bakar konvensional.
Pada proses injeksi surfaktan, disamping diperlukan material surfaktan juga
diperlukas energi terkait dengan proses injeksinya. Penggunaan gelombang suara
ultrsonik membutuhkan energi untuk mengoperasikan pembangkit gelombang suara.
Dengan demikian jalur lanjut (advanced line) adalah berupa penambangan dengan
metode lanjut (enhanced oil recovery). Jalur berikutnya terkait dengan jalur industri
menengah dan hilir tidak berbeda dengan pada metode penambangan konvensional.
Industri Hulu Industri menengah Industri Hilir

NOx)

daya LISTRIK
GAN
bumi
ONAL
PLTGU
NGAN

METODE Industri
LANJUT
bakar
RECOVERY) (SPBU,
dan CAIR
gas)

atau sumber CAIR berbasis


untuk non NON
karbon /
atau lainnya dan

GAS
bakar gas

Gambar-4. Mata rantai industri energi berbasis minyak bumi.

2.1.2 Mata rantai industri energi berbasis gas alam


Industri energi berbasis gas alam meliputi semua aktivitas industri yang terkait
dengan penambangan gas alam dan pengolahannya menjadi berbagai macam produk baik
yang terkait bahan bakar (energi) maupun non bahan bakar (non energi).
Industri hulu dalam hal ini meliputi semua aktivitas industri yang terkait dengan
eksplorasi dan penambangan gas alam. Industri menengah meliputi semua aktivitas yang
terkait dengan pengolahan gas alam menjadi berbagai produk final baik bahan bakar

Program Studi Teknik Elektro | Universitas Atma Jaya Makassar 9


maupun non bahan bakar. Sedangkan industri hilir meliputi semua aktivitas yang
mempersiapkan produk dalam bentuk final sehingga siap dikonsumsi penggunanya.
Sementara itu, industri pendukung meliputi aktivitas transportasi atau distribusi dan
aktivitas-aktivitas terkait pembangunan sarana dan prasarana serta jasa-jasa yang
diperlukan dalam rangka membentuk mata rantai industri terkait.
Gambar-5 memperlihatkan mata rantai industri energi berbasis gas alam dari hulu
hingga hilir.

Gambar-5. Mata rantai industri energi berbasis gas bumi

Jalur yang telah ada sekarang (existing line) pada mata rantai industri energi
berbasis gas alam tidak melibatkan penggunaan gas untuk menghasilkan bahan bakar cair.
Pengolahan gas menjadi bahan bakar cair merupakan alternatif bagi pengembangan ke
depan untuk memberikan solusi jangka pendek bagi kelangkaan bahan bakar hidrokarbon
cair yang dihasilkan dari industri energi berbasis minyak bumi. Penggunaan bahan bakar
yang berasal dari gas alam sebagai pengganti minyak bumi cukup prospektif karena
rentang waktu ketersediaan cadangan gas alam lebih panjang daripada rentang waktu
ketersediaan cadangan minyak bumi. Pengolahan gas alam (sebagian besar terdiri dari
CH4) menjadi senyawa hidrokarbon cair dilakukan dengan polimerisasi.

2.2 Prinsip Kerja PLTG


Pembangkitan adalah proses produksi tenaga listrik yang dilakukan dalam pusat-
pusat tenaga listrik atau sentral-sentral dengan menggunakan generator. PLTG adalah
salah satu jenis pembangkit listrik yang menggunakan turbin sebagai prime mover-nya
dengan gas sebagai fluida kerjanya. Dibandingkan dengan pembangkit listrik lainnya,

Program Studi Teknik Elektro | Universitas Atma Jaya Makassar 10


turbin gas merupakan pembangkit sederhana yang terdiri atas empat komponen utama
yaitu kompresor, ruang bakar, turbin gas dan generator.
Seperti juga PLTD, PLTG atau turbin gas merupakan mesin dengan proses
pengoperasian dalam (internal combustion). Bahan bakar berupa minyak atau gas alam
dibakar di dalam ruang pembakaran (combustor). Udara yang memasuki kompresor
setelah mengalami tekanan bersama-sama dengan bahan bakar disemprotkan ke ruang
pembakaran untuk melakukan proses pembakaran. Gas panas ini berfungsi sebagai fluida
kerja yang memutar roda turbin bersudu yang terkopel dengan generator sinkron
kemudian mengubah energi mekanis menjadi energi listrik (Lihat Gambar-3).
PLTG merupakan mesin bebas getaran, tidak terdapat bagian mesin yang bergerak
translasi (bolak-balik). Temperatur turbin gas (900 - 1.300 °C) jauh lebih tinggi dari pada
jenis turbin yang lain. Efesiensi konversi thermalnya mencapai 20%-30%. PLTG berfungsi
memikul beban puncak karena membutuhkan bahan bakar yang sangat besar dengan biaya
mahal ( biaya investasi rendah tapi biaya operasi tinggi).
Pada gambar-3 berikut, diperlihatkan konsep dasar pembangkitan dengan sistem
PLTG. Udara masuk ke dalam kompressor untuk dinaikkan tekanannya menjadi kurang
lebih 13 kg/cm2 kemudian udara tekan tersebut dialirkan menuju ruang bakar. Apabila
digunakan BBG (Bahan Bakar Gas) maka gas dapat langsung dicampur dengan udara
tekan tadi untuk dibakar. Tetapi bila digunakan BBM (Bahan Bakar Minyak), maka
BBM tersebut harus dijadikan kabut terlebih dahulu baru dicampur dengan udara tekan
untuk selanjutnya dibakar. Teknik mencampur bahan bakar dengan udara dalam ruang
bakar sangat berpengaruh pada efisiensi pembakaran.

Gambar-6 Prinsip Kerja PLTG

Pembakaran bahan bakar dalam ruang bakar menghasilkan gas bersuhu tinggi sampai
kira-kira 900 - 1.300 oC dengan tekanan 13 kg/cm2. Gas hasil pembakaran ini kemudian
dialirkan menuju turbine untuk disemprotkan kepada sudu-sudu turbine sehingga energi
gas dikonversikan menjadi energi mekanik pada poros turbin. Energi mekanik pada poros
digunakan untuk memutar generator yang pada akhirnya menghasilkan energi listrik.
Karena pembakaran yang terjadi pada sistem turbin gas mencapai suhu 1.300 oC maka
sudu-sudu turbin dan porosnya perlu didinginkan dengan udara atau hidrogen. Suhu yang
tinggi inilah yang merupakan sebab utama timbul ke-ausan apabila unit PLTG di start-
stop.

Program Studi Teknik Elektro | Universitas Atma Jaya Makassar 11


2.3 Operasi PLTG
Secara garis besar urutan kerja dari proses operasi PLTG adalah sebagai berikut:
1. Proses starting
Pada proses start awal untuk memutar turbin menggunakan mesin diesel sampai
putaran poros turbine/compressor mencapai putaran 3.400 rpm maka secara
otomatis diesel dilepas dan akan berhenti.
2. Proses kompressi
Udara dari luar kemudian dihisap melalui air inlet oleh kompresor dan masuk ke
ruang bakar dengan cara dikabutkan bersama bahan bakar lewat nozzle secara
terus menerus dengan kecepatan tinggi.
3. Transformasi energi thermis ke mekanik
Kemudian udara dan bahan bakar dikabutkan ke dalam ruang bakar diberi
pengapian (ignition) oleh busi (spark plug) pada saat permulaan pembakaran.
Pembakaran seterusnya terjadi terus menerus dan hasil pembakarannya berupa
gas bertemperatur dan bertekanan tinggi dialirkan ke dalam cakram melalui sudu-
sudu yang kemudian diubah menjadi tenaga mekanis pada perputaran porosnya.
4. Transformasi energi mekanik ke energi listrik.
Poros turbin berputar hingga 5.100 rpm, yang sekaligus memutar poros generator
sehingga menghasilkan tenaga listrik. Putaran turbin 5.100 rpm diturunkan oleh
load gear menjadi 3.000 rpm, dan kecepatan putaran turbin ini digunakan untuk
memutar generator.
5. Udara luar yang dihisap masuk compressor, kemudian dimanfaatkan hingga pada
sisi keluarannya menghasilkan tekanan yang cukup tinggi. Bersama dengan udara
yang yang bertekanan tinggi, bahan bakar dikabutkan secara terus menerus dan
hasil dari pembakaran tersebut dengan suatu kecepatan yang tinggi mengalir
dengan perantaraan transition piece menuju nozzle dan sudu - sudu turbin dan
pada akhirnya keluar melalui exhaust dan dibuang ke udara bebas.

2.4 Pendinginan
Ketika men-design turbin gas yang bekerja pada suhu diatas 6500C, akan sangat
baik dan kadang-kadang memang diperlukan untuk menyediakan pendinginan buatan bagi
bagian-bagian mesin yang panas (sudu-sudu bergerak, piringan dan casing). Ada beberapa
metode pendinginan permukaan sudu-sudu turbin yaitu:
 Internal liquid cooling
 Pendinginan dengan menolak panas yang menuju piringan
 Pendinginan udara
Sistem pendinginan pada sudu-sudu turbin dan porosnya dilakukan dengan udara
yang diambil dari kompressor. Untuk keperluan ini ada lubang pendingin pada
sudu-sudu turbin dan poros yang dalam pembuatannya memerlukan teknologi
canggih. Sedangkan pendinginan dengan minyak pelumas dilakukan dengan
system heat exchanger konvensional.
 Pendinginan rotor turbin

Program Studi Teknik Elektro | Universitas Atma Jaya Makassar 12


2.5 Keunggulan Dan Kelemahan PLTG
Dari segi operasi, unit PLTG tergolong unit yang masa startnya singkat yaitu
sekitar 15 ~ 30 menit dan umumnya dapat distart tanpa pasokan daya listrik dari luar,
karena menggunakan mesin diesel sebagai penggerak awalnya. (Diesel engine motor
start). Dari segi pemeliharaan, unit PLTG mempunyai selang waktu pemeliharaan (time
between overhaul) yang pendek yaitu sekitar 4000 ~ 5000 jam operasi. Selain ukuran jam
operasi juga dapat dipakai jumlah start-stop sebagai acuan dalam penentuan waktu
overhaul. Jadi walaupun belum mencapai 5000 jam operasi tetapi telah mencapai 300 kali
start-stop maka unit PLTG tersebut sudah harus di-inspeksi untuk pemeliharaan. Dalam
proses inspeksi, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah bagian-bagian yang terkena aliran
gas hasil pembakaran yang suhunya bisa mencapai 1.300 oC seperti ruang bakar, saluran
gas panas (hot-gas-path) dan juga sudu-sudu turbin. Bagian-bagian ini umumnya
mengalami kerusakan (retak) sehingga perlu dilas atau diganti bila perlu.
Proses start-stop akan mempercepat proses kerusakan (keretakan) karena proses
start-stop menyebabkan proses pemuaian dan pengerutan yang tidak kecil pada bagian-
bagian yang disebutkan di atas. Hal ini disebabkan sewaktu unit PLTG dingin suhunya
sama dengan suhu ruangan yaitu sekitar 30 oC namun pada saat beroperasi suhunya dapat
mencapai hingga 1.300 oC, demikian pula sebaliknya. Pada saat unit PLTG shut- down,
porosnya harus tetap diputar secara perlahan untuk menghindari terjadinya
pembengkokan pada poros hingga suhunya dianggap cukup aman untuk itu.
Dengan memperhatikan buku petunjuk dari pabrik, ada unit PLTG boleh dibebani
lebih tinggi 10% dari ratingnya untuk waktu 2 jam yang diistilahkan sebagai Peak
Operation. Pengoperasian dalam kondisi seperti ini perlu diperhitungkan sebagai proses
pemendekan selang waktu inspeksi dan pemeliharaan karena peak operation ini
menambah keausan yang terjadi pada turbin sebagai akibat kenaikan suhu operasi.
Dari segi aspek lingkungan, yang perlu mendapat perhatian adalah masalah
kebisingan, jangan sampai melebihi ambang batas yang diizinkan. Masalah lainnya adalah
masalah kebocoran instalasi bahan bakar yang perlu mendapat perhatian khususnya dari
bahaya kebakaran.
Unit PLTG umumnya merupakan unit pembangkit dengan efisiensi yang paling
rendah, yaitu sekitar 15 ~ 25 % saja. Sementara ini sedang dikembangkan penggunaan
Aero Derivative Gas Turbine yaitu turbin gas pesawat terbang yang dimodifikasi menjadi
turbin penggerak generator. Hal ini dilakukan karena untuk daya output yang sama
diperoleh dimensi yang lebih kecil.

2.6 Perencanaan Teknik PLTG


Perencanaan Teknik PLTG lebih banyak mengikut pada standard produk dari pabrik
dibanding dengan Perencanaan Teknik pembangkit lainnya, karena umumnya unit PLTG
berbentuk compact system dengan ukuran standard dari 1 MW hingga 120 MW. Namun
demikian masih ada beberapa hal yang perlu direncanakan antara lain :
1. Bahan bakar yang akan digunakan apakah gas atau minyak, bagaimana supply dan
transportasinya.
2. Instalasi penyimpanan bahan bakar, khususnya dalam hal kebocoran dan kebakaran.
3. Pondasi unit pembangkit.
4. Instalasi tegangan tinggi dan tegangan rendah serta battery.
5. Starting method, black start atau perlu electric feeding dari luar.

Program Studi Teknik Elektro | Universitas Atma Jaya Makassar 13


2.7 Bagian-bagian Utama
2.7.1 Turbin Gas
Komponen-komponen utama pada suatu turbin gas meliputi: Saluran udara masuk,
Compressor, Ruang bakar, Turbin, Saluran gas buang dan Bantalan.

Saluran Udara Masuk


Udara pada pembakaran turbine gas diambil dari udara luar (ambient), sebelum udara
dihisap dan masuk, compressor haruslah dijaga kelembaban dan kebersihan udaranya dari
debu-debu. Sebab kelembaban yang tinggi memungkinkan udara menjadi basah, sehingga
mengandung bintik-bintik air yang akan menimbulkan korosi pada permukaan sudu- sudu
compressor. Untuk menghindari hal-hal tersebut maka pada saluran udara masuk
dilengkapi dengan saringan- saringan penangkap bintik-bintik air dan debu.

Kompressor
Kompressor adalah alat yang digunakan untuk mengkompresikan udara dengan jumlah
yang besar untuk keperluan pembakaran, pendinginan dan lain-lain. Compressor yang
digunakan adalah jenis aksial dengan 17 tingkat yang seporos dengan turbine. Untuk
melakukan proses kompresi, kompresor memerlukan tenaga yang sangat besar. Tenaga
untuk memutar compressor adalah sekitar ¾ dari gaya yang dihasilkan oleh turbine.
Karena pembebanan pada PLTG bervariasi maka jumlah udara yang masuk melalui filter
diatur oleh inlet guide vane.

Ruang Bakar
Bagian-bagian yang menunjang proses pembakaran pada ruang bakar antara lain sistem
penyalaan, flame detector dan cross fire tube. Dari hasil pembakaran bahan bakar, gas
panas yang dihasilkan digunakan untuk menggerakkan turbin.

Turbin
Turbin adalah bagian yang terpenting dari perangkat PLTG, turbin merupakan perangkat
yang mengkonversikan energi panas dari hasil pembakaran di ruang bakar yang
bertemperatur dan bertekanan tinggi ke suatu energi yang baru yaitu energi mekanik.
Kecepatan aliran gas panas yang melalui sudu tetap dan sudu gerak adalah momentum
gaya aksial kecepatan mendorong sudu yang disatukan dengan rotor menimbulkan energi
baru yaitu energi mekanik gerak putar poros.

Saluran gas buang


Saluran gas buang adalah suatu bagian dari sistem turbine, dimana gas yang telah
dipergunakan untuk memutar poros turbin dan kemudian dibuang pada atmosfer udara.
Rangka saluran gas buang dipasang pada bagian turbine shell dan diperkuat dengan baut.
Pada rangka ini terdapat silinder - silinder luar dan dalam. Pada bagian luar dan dalam
terdapat diffuser, dimana aliran gas bekas menjadi radial.

Bantalan
Unit turbin gas menggunakan dua bantalan :
- Journal bearing
- Thrust bearing
Fungsi bagian ini untuk menunjang rotor turbin sebagai penghubung rotor dan stator
turbin.

Program Studi Teknik Elektro | Universitas Atma Jaya Makassar 14


2.7.2 Siklus Turbin Gas
Sesuai dengan teori, bahwa turbine gas mengikuti siklus Brayton,. Pada siklus
yang sederhana, proses pembakaran atau proses pembuangan gas bekas terjadi pada
tekanan konstan sedangkan proses kompresi dan expansi terjadi secara kontinyu. Gambar
pada halaman berikut menunjukkan proses secara sistematis dan berlangsung kontinue.

Gambar 7. Bagian-bagian Utama Sebuah Turbin Gas

Dari siklus Brayton dapat dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut :


Pada titik 1 udara dihisap masuk kedalam compressor supaya terjadi pemampatan udara
sehingga udara tersebut bertekanan tinggi. Udara bertekanan tinggi tersebut dialirkan ke
titik 2 dan dicampur dengan bahan bakar di dalam ruang bakar (Combustion chamber).
Hasil dari pembakaran tersebut gas panas yang bertekanan tinggi dialirkan ke titik 3,
untuk selanjutnya menuju turbin dan memutar rotor turbin, kemudian gas panas tersebut
dikeluarkan ke titik 4 (exhaust).

Program Studi Teknik Elektro | Universitas Atma Jaya Makassar 15


Gambar-8. Siklus Turbin Gas

2.7.3 Generator
2.7.3.1 Prinsip Kerja
Prinsip kerja generator serempak berdasarkan induksi elektromagnetik. Setelah rotor
digerakan pengerak mula maka kutub-kutub pada rotor akan berputar. Jika kumparan
kutub diberi arus searah maka pada permukaan kutub akan timbul medan magnet searah
yang berputar dan kecepatannya sama dengan putaran kutub.
Garis-garis gaya yang berputar akan memotong kumparan jangkar tersebut
sehingga timbul EMF atau GGL atau tegangan induksi. Frekuensi EMF (ggl) mengikuti
persamaan:
P.n
f Hz
120
Dimana:
P = jumlah kutub
n = kecepatan putaran (rpm)

Besarnya tegangan induksi yang ditimbulkan pada kumparan jangkar yang ada pada
stator akan mengikuti persamaan :
E = C.n. Ø
Dimana:
C = konstanta mesin
Ø = fluks medan (weber)
n = kecepatan putaran (rpm)

2.7.3.2 Konstruksi Generator


Konstruksi generator sinkron terdiri dari :
1. Stator adalah bagian dari generator yang diam dan berbentuk silinder
2. Rotor adalah bagian dari generator yang berputar dan berbentuk silinder.
3. Celah udara adalah ruangan antara rotor dan stator.
Program Studi Teknik Elektro | Universitas Atma Jaya Makassar 16
Konstruksi stator terdiri dari :
1. Kerangka atau gandar dari besi tuang untuk menyangga inti jangkar.
2. Inti jangkar dari besi lunak/baja silikon.
3. Alur/parit/slot dan gigi tempat meletakkan belitan (kumparan) berbentuk alur
terbuka dan setengah tertutup.
4. Belitan jangkar terbuat dari tembaga yang diletakkan pada alur.

Konstruksi rotor terdiri dari dua jenis :


1. Jenis kutub menonjol (salient pole) untuk generator dengan kecepatan rendah dan
medium. Kutub menonjol terdiri dari inti kutub, badan kutub dan sepatu kutub.
Belitan medan dililitkan pada badan kutub juga dipasang belitan peredam (damper
winding). Belitan kutub dari tembaga, badan kutub dan sepatu kutub dari besi
lunak.
2. Jenis kutub silinder untuk generator dengan kecepatan tinggi, terdiri dari alur- alur
yang dipasang kumparan medan juga ada gigi alur dan gigi tersebut terbagi atas
pasangan kutub.
Kumparan kutub dari dua macam kutub tersebut dihubungkan dengan cincin
geser untuk memberikan tegangan arus searah sebagai penguat medan, tegangan
arus searah tersebut dari sumbernya melalui sikat dan diberikan ke cincin geser.

Gambar 9. Bagian-bagian Utama Generator

2.7.3.3 Sistem Penguatan/Eksitasi


Secara umum exciter Generator AC ada beberapa jenis yaitu:

Direct Couple Exciter

Gambar 10. Model Direct Couple Exciter

Program Studi Teknik Elektro | Universitas Atma Jaya Makassar 17


Sistem ini termasuk sistem penguatan poros, di mana arus penguatan rotor didapat dari
generator arus searah yang dikopel seporos dengan rotor generator. Biasa dipakai
generator shunt. Dengan mengatur arus eksitasinya maka tegangan stator arus bolak-
balik bisa diatur. Bila arus eksitasi naik maka tegangan generator naik dan sebaliknya.

Reduction Gear Excitation

Gambar 11. Model Reduction Gear Excitation

Sistem penguatan ini termasuk sistem penguatan sendiri, dimana arus penguatan rotor
sendiri di dapat dari generator DC uang dikopel ke poros dengan reduction gear. Dengan
mengatur arus eksitasi maka tegangan stator arus bolak-balik bisa diatur.

Motor Generator Excitation

Gambar 12. Model Motor Generator Excitation

Sistem penguatan ini termasuk sistem penguatan terpisah di mana arus pernguatan arus
rotor generator didapat dari generator DC yang digerakkan oleh notor AC yang diberi
oleh suplai oleh sumber tersendiri. Dengan mengatur arus eksitasi maka tegangan stator
arus bolak-balik bisa diatur.

Program Studi Teknik Elektro | Universitas Atma Jaya Makassar 18


AC Excitation

Gambar 13. Model AC Ecitation

Sistem penguatan ini termasuk sistem penguatan sendiri dimana arus penguatan rotor
generator didapat dari generator AC yang dikopel seporos rotor generator dan
disearahkan melalui rectifier dan langsung dialirkan ke rotor generator melalui sikat.
Permanen magnet generator merupakan generaotr 3 fasa dengan kutub luar. Bila kutub
magnet diputar maka di kumparan stator akan timbul ggl induksi. GGL induksi ini
dimasukkan ke AVR dan disearahkan ke kutub-kutub AC exciter untuk penguatan itu
sendiri. Bila kutub rotor AC exciter diputar maka pada ujung-ujung belitan rotor akan
keluar ggl induksi. AC exciter ini merupakan generator dengan kutub luar. Jadi rotornya
mengeluarkan ggl induksi. GGL induksi ini dialirkan ke rotating reactifier untuk
disearahkan dengan cara berputar dan langsung dialirkan ke rotor generator untuk
penguatan rotor generator itu sendiri. Bila rotor generator itu diputar oleh turbin maka di
stator generator akan timbul ggl induksi bolak-balik . Bila arus excitasi dinaikkan maka
tegangan bolak-balik di stator akan naik juga, tetapi tegangan di stator diatur supaya tetap
oleh AVR. Dengan mengambil setting tegangan stator yang disalurkannya maka tegangan
yang keluar dari generator bisa diatur secara otomatis.

2.7.3.4 Pengaturan Tegangan


Pada umumnya beban generator tidak konstan. Hal ini menyebabkan tegangan
pembangkit juga berubah besarnya. Agar tegangan pada pembangkit mengikuti
perubahan beban luar maka tegangan generator harus diatur. Pengaturan tersebut pada
prinsipnya dengan mengatur besar kecilnya arus penguat generator. Untuk mengatur
tegangan generator (dengan arus penguat) secara otomatis dapat dilakukan dengan
pengatur tegangan otomatis.
Pengatur tegangan otomatis (Automatic Voltage Regulator , AVR ) dibagi
menurut cara kerjanya , yaitu jenis kontinue (continue duty) dan jenis terputus
(intermittent duty). Jenis pertama digunakan untuk mengatur tegangan dalam batas variasi
yang kecil tetapi tidak ada untuk harga tertentu, jenis kedua untuk mengatur tegangan
pada harga tertentu dalam batas toleransi tertentu pula . Selain jenis-jenis di atas, ada pula
jenis tanpa kontak , jenis yang menggunakan tahanan secara langsung atau tidak langsung,
dan jenis vibrasi. Jenis tanpa kontak dapat bekerja secara kontinu tanpa menggunakan
kontak (mekanis), atau operasi mekanisnya dilakukan dengan menggunakan penguat
magnetis (magnetic amplifier), penguat berputar (rotating amplifier), semikonduktor. Jenis
yang menggunakan tahanan secara langsung disebut juga jenis berkontak banyak
(multicontact type); di sini tahanan yang dipasang dalam rangkaian medan dari penguat
(medan) diatur langsung oleh isyarat control. Pada jenis yang tidak menggunakan tahanan
langsung, tahanan yang dipasang pada rangkaian medan diatur dengan perantara motor
pengatur atau suatu mekanisme hidrolik . Jenis

Program Studi Teknik Elektro | Universitas Atma Jaya Makassar 19


vibrasi menggunakan kontaktor untuk mengatur tegangan pada harga rata-rata yang
konstan dengan menghubungkan atau memutuskan (on-off operation) sebagian atau
seluruh tahanan yang terhubung pada rangkaian medan.

2.7.3.5. Pengaturan Frekuensi


Tujuan pengaturan frekuensi adalah untuk mempertahankan agar pembangkitan
daya aktif selalu sama dengan beban. Untuk mempertahankan frekuensi dalam batas
toleransi yang diperbolehkan, penyediaan/pembangkitan daya aktif dalam sistem harus
sesuai dengan kebutuhan pelanggan atas daya aktif, harus selalu sesuai dengan beban daya
aktif. Pengaturan ini dilakukan dengan menambah atau mengurangi jumlah energi primer
(bahan bakar), dan dilakukan pada governor. Alat yang mengontrol kondisi ini adalah LFC
(Load Frekuensi Control). Kekurangan alat ini adalah tidak dapat mengembalikan
frekuensi ke kondisi normalnya, hanya membuatnya stabil pada frekuensi tertentu. Untuk
itu digunakan AGC (Automatic Generation Control). Alat ini terdapat pada MARK V,
dalam bentuk logic.

2.7.3.6 Pengaturan Daya Reaktif (VAR)


Tujuan dari pengaturan daya reaktif adalah untuk memenuhi kebutuhan akan
daya reaktif dari sistem. Daya reaktif diperlukan guna memperbaiki cos Ø dari sistem
serta mengurangi loses dari sistem. Pengaturan daya reaktif diatur melalui arus eksitasi
dengan menaikkan tegangan sumber eksitasi.

2.7.3.7 Paralel Generator


Tujuan paralel generator adalah untuk melayani beban yang berkembang (memperbesar
kapasitas daya yang dibangkitkan) dan menjaga kontinuitas pelayanan apabila ada mesin
(generator) yang harus dihentikan (misal untuk reparasi).

Syarat paralel generator:


 Tegangan sama
 Frekuensi sama
 Phasa sama
 Urutan phasa sama
Untuk sinkronisasi dipasang peralatan:
 Lampu test sinkronisasi peralatan
 Voltmeter Differensial
 Sinkronoskop
 Frekuensimeter Differential
 Relay sinkron

Program Studi Teknik Elektro | Universitas Atma Jaya Makassar 20


BAB III
DATA TEKNIS
3.1 Data Lapangan

Single-line diagram sistem interkoneksi SulSel dapat dilihat pada gambar 14,
sedangkan single-line diagram pada gambar 15 memperlihatkan PLTG/U/D Tello. PLTG
Ujung Pandang pada Sektor Tello terdiri dari 5 unit dengan data-data sebagai berikut:
1. Unit 1: WestCan
No
. DATA TEKNIK Merk
WESTCAN (W191G)
I TURBIN
Pabrik pembuat Westing house Canada
Type/Model Model W 191 G
Serial Number T - 66 S 6031
Rated Power 14,466 Kw.
Turbin stage 5
Compressor Stage 15
Putaran 4830
Bahan bakar HSD
Tahun operasi 1977
Kontrol Pneumatic/Electrik
II GENERATOR
Type HG 75,5
Putaran 750
Serial number 1 - 66S 60294
Daya 17,019 Kva
Phasa/Frequensi 3 phasa / 50 hz
Tegangan 11,5 Kv
Faktor daya 0.85
Arus 852 Amper
III EXITER
Nomor seri 1 - 66S 6029
Tegangan 119 volt
Arus 539 amper
Putaran 750
VI DIESEL START
Serial number 25-05215
Rating/Rpm 2200
Jumlah silinder 6/I
Buatan Allis Chalmers
Deutch
Model MK 25000
Motor starter Delco Remy
Model 1993924
24V/CW
V CONVERTER
Model F - 11574 TC -1
Jenis/type TWIN DISC

Sumber: PT. PLN Sektor Tello

Program Studi Teknik Elektro | Universitas Atma Jaya Makassar 21


2. Unit 2 & 3: Alsthom I dan II
No
. DATA TEKNIK Merk
ALSTHOM I (5001P) ALSTHOM II (5001P)
I TURBIN
Pabrik pembuat Alsthom Atlantique Alsthom Atlantique
Type/Model TURCO 181/PG 5341 P TURCO 119/ PG 5341 P
Serial Number 411727 244549
Rated Power 21.350 Kw 20.100 kw
Turbin stage 2 2
Compressor Stage 17 17
Putaran 5100 5100
Bahan bakar HSD HSD
Tahun operasi 1982 1977
Kontrol Speed Tronic Speed Tronic
II GENERATOR
Type T.174-160 T.190-240
Putaran 3000 3000
Serial number 411711 410340
Daya 25,125 Kw 25,125 Kw
Phasa/Frequensi 3 phasa / 50 hz 3 phasa / 50 hz
Tegangan 11 Kv 11 Kv
Faktor daya 0.8 0.8
Arus 1401 A 1320 A
III EXITER
Nomor seri 411721 -
Tegangan 189 Volt 173 Volt
Arus 514 A 410 A
Putaran 3000 3000
VI DIESEL START
Serial number 12VA62292 12VA43945
Rating/Rpm 2200 2200
Jumlah silinder 12V 12V
Buatan Massaro Detroit Power Central DV
Diesel Allison Detroit
Model 7123-7000 7123-7000
Motor starter Techno Techno
12V / 80A 12V / 80A
Serial 15867
V CONVERTER
Model VOITH 4-SGE-2015-1
Jenis/type E 5,5 wht TWIN DISC

Sumber: PT. PLN Sektor Tello

Program Studi Teknik Elektro | Universitas Atma Jaya Makassar 22


3. Unit 4 & 5: General Electric (GE): GE I dan GE II
No
. DATA TEKNIK Merk
GE I (MS 6001 B) GE II (MS 6001 P)
I TURBIN
Pabrik pembuat General Electric General Electric
Type/Model MS 6001 B MS 6001 B
Serial Number 296850 296851
Rated Power 33,440 Kw 33,440 Kw
Turbin stage 3 3
Compressor Stage 17 17
Putaran 5100 5100
Bahan bakar HSD HSD
Tahun operasi Agustus 1997 September 1997
Kontrol Speed Tronic Mark V Speed Tronic Mark V
II GENERATOR
Type 6A3 6A3
Putaran 3000 3000
Serial number 446 x 020 446 x 040
Daya 45.400 Kw 45.400 Kw
Phasa/Frequensi 3 phasa / 50 hz 3 phasa / 50 hz
Tegangan 11,5 Kv 11,5 Kv
Faktor daya 0.8 0.8
Arus 2279 2279
III EXITER
Nomor seri 195406573 195407673
Tegangan 125 Volt 125 Volt
Arus 756 A 756 A
Putaran 3000 3000
VI DIESEL START
Serial number 08VF 168992 08VF 168992
Rating/Rpm 710HP/2300 710HP/2300
Jumlah silinder 8V 8V
Buatan William Detroit William Detroit
Diesel Allison Diesel Allison
Model - -
Motor starter Techno starter Techno starter
Model ST-169D-3 Model ST-169D-3
V CONVERTER
Model 4-SGE-2015-1 4-SGE-2015-1
Jenis/type TWIN DISC TWIN DISC

Sumber: PT. PLN Sektor Tello

Program Studi Teknik Elektro | Universitas Atma Jaya Makassar 23


Gardu Induk Tello

Gambar 14. Single Line Diagram Sistem Interkoneksi Sulawesi Selatan

Program Studi Teknik Elektro | Universitas Atma Jaya Makassar 24


PLTG General Electric 1 & 2

Gambar 15. Single Line Diagram PLTG, PLTU dan PLTD Tello

Program Studi Teknik Elektro | Universitas Atma Jaya Makassar 25


Spesifikasi teknis trafo pemakaian sendiri adalah:
Daya output : 1600 kVA
Tegangan input : 11,55 kV
Tegangan output : 380 Volt
Arus Primer : 80,33 A
Arus sekunder : 2430,95 A
Jumlah Phasa :3
Frekuensi : 50 Hz
Impedansi :6%
BIL : HV LI95 AC 38/LI AC3
Vektor Group : DYn-5
Pendinginan : ONAN
Standard : IEC-76
Oil : 1240 Liter
Berat Total : 4965 Kg
Tahun Pembuatan : 1997
Pabrikan : PT. Trafindo Perkasa

Spesifikasi teknis trafo daya PLTG GE adalah:


Daya output : 46 MVA
Jumlah phasa :3
Frekuensi : 50 Hz
Tegangan Primer : 150 KV
Tegangan sekunder : 11,5 KV
Arus Primer : 356 A
Arus sekunder : 928,8 A
Vektor group : YnD-11
Tegangan impedansi : 12 %
Type pendinginan : ONAN/ONAF
Berat Minyak : 8,3 T
Berat total : 34,1 T
Temperatur ijin belitan : 50°C
Temperatur ijin minyak : 55ºC
Pabrikan : TAKAOKA

Spesifikasi teknis Circuit Breaker 150 kV:


Type designation : S1-170 F1
Rated Voltage : 170 kV
Rated lightning impulse withstand : 750 kV
Frequency : 50 Hz
Rated normal current : 3150 A
Rated duration of short circuit : 3 Sec.
Rated SC of breaking current : 40 kA
First pole to clear factor : 1.5
SF6 pressure : 0,68 MPa
Closing and Opening devices : 110 Vdc
Temperature class : -30 0C …. +40 0C.
Pabrikan : AEG Made in Germany

Program Studi Teknik Elektro | Universitas Atma Jaya Makassar 26


Spesifikasi teknis Disconnecting Switch 150 kV:
Type : THR5 LG
Rated Voltage : 170 kV
Rated Withstand : 750 kV
Rated normal current : 1250 A
Rated SC of breaking current : 1 Sec.
Standard : IEC – 129 – 1984
Date 1996
Pabrikan : TAKAOKA Electric MF6 Co.LTD.

3.2. Operasi Kelistrikan PLTG General Electric


3.2.1 Umum
Pembangkit Listrik Tenaga Gas General Electric terdiri dari dua unit yaitu GE 1
dan GE2. Mesin PLTG dikopel langsung dengan generator sinkron 3 phasa berkutub dua
salient. Daya output generator sinkron adalah 2 × 45,4 MVA, tegangan 11,5 kV. Titik
bintang generator dihubungkan ke sistem pentanahan neutral resistance. Daya output
generator tersebut dihubungkan dengan kabel berisolasi ke switchgear 11,5 kV yang
terdiri dari CB generator dan trafo pemakaian sendiri.
Untuk mensuplai daya ke switch yard 150 kV outdoor, switchgear 11,5 kV
dihubungkan dengan kabel tanah ke trafo step up tegangan 11,5/150 kV. Sisi tegangan
tinggi dari trafo step up tersebut dihubungkan dengan switch yard 150 kV outdoor melalui
saluran kabel tanah berisolasi. Titik bintang sisi tegangan tinggi dihubungkan ke tanah
langsung.
Untuk keperluan peralatan bantu, PLTG GE mempunyai trafo pemakaian sendiri
dengan daya 1.600 kVA, tegangan 11,5kV/380V. Sisi tegangan tinggi trafo pemakaian
sendiri dihubungkan ke switchgear 11,5 kV melalui kabel berisolasi. Titik bintang sisi
tegangan rendah dari tiap unit trafo pemakaian sendiri ditanahkan langsung. AC power
supply untuk start pada kondisi normal dan pada saat operasi, supply daya untuk start alat-
alat bantu diperoleh dari trafo pemakaian sendiri. Supply daya tersebut diperoleh dari tap
trafo tenaga di sisi 11,5 kV dan diturunkan tegangannya melalui trafo pemakaian sendiri.
Pada saat stop/start, supply daya AC untuk control alat Bantu diperoleh dari
busbar 150 kV yang diturunkan tegangannya melalui trafo daya dan kemudian
diturunkan lagi melalui trafo pemakaian sendiri 1600 kVA.

3.2.2 Standard Operating Procedure (SOP)

Persiapan Sebelum Start


1. Periksa bahan bakar Diesel start.
2. Periksa L.O diesel start.
3. Periksa L.O Reservoir tangki.
4. Perikasa Level air radiator.
5. Periksa Level L.O compressor udara tangki.
6. Periksa Level air compressor udara tangki.
7. Periksa tekanan tangki compressor ±6 kg/cm
8. Periksa bahan bakar tangki harian.

Program Studi Teknik Elektro | Universitas Atma Jaya Makassar 27


Prosedur Start
a. Pastikan alat-alat bantu dan alat-alat proteksi dalam keadaan siap (ready to start)
tampilkan pada layar monitor pada posisi Start Up/Permissives caranya arahkan
kursor pada:
Exit (click)
Start Up/Permissives (click)
b. Untuk memposisikan unit pada signal Ready to Start, arahkan kursor pada:
Main Display (click)
Posisikan Auto pada Master Select, arahkan kursor pada Auto (click).
Tampilkan kembali Start Up Permissives untuk memastikan siap untuk start (ready
to start), caranya lakukan pada uraian nomor satu di atas.
c. Apabila signal telah siap untuk start (ready to start), arahkan kursor pada :
Main Display (click)
Posisi start pada Master Control, arahkan kursor pada : Start (click)-Execute
Command (click).

Proses pembangkitan
Pada saat perintah start dieksekusi maka pada awal mulanya mesin diesel start
bekerja dimana mesin diesel ini seporos dengan turbin generator dan putaran turbin akan
mengikuti putaran mesin diesel start. Hal ini dilakukan, karena jika tidak turbin akan
membutuhkan gaya tekan yang sangat besar dan membutuhkan bahan bakar yang lebih
besar pada awal start. Pada saat yang bersamaan bahan bakar disemprotkan melalui Nozzle
ke dalam ruang bakar dalam bentuk kabut bersama dengan udara, dibakar (diberi
pengapian) oleh busi untuk menghasilkan gas yang bertekanan untuk memutar turbin.
Berputarnya turbin berarti rotor generator juga berputar. Karena rotor berputar, maka
generator mulai menghasilkan output (tegangan dan frekunsi) melalui proses induksi
elektromagnetik.
Ketika putaran turbin melebihi putaran diesel start maka diesel start akan lepas
secara otomatis. Putaran turbin akan terus dinaikkan dengan penambahan bahan bakar
yang diatur secara otomatis, Rotor generator yang seporos dengan turbin akan terus
berputar hingga mencapai putaran ideal untuk menghasilkan tegangan dan frekuensi yang
diinginkan atau siap untuk melakukan sinkronisasi.

Proses sinkronisasi
Untuk pengaturan sinkronisasi, dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan
auto dan manual. Untuk dapat menampilkan prosedur sinkronisasi arahkan kursor pada:
EXIT (click)
SYNCHHRONIZING DISPLAY (click)

Akan tampak pada layar sinkronisasi.


Sinkronisasi secara AUTO
 Posisikan auto sync. Pada sync. Mode, caranya arahkan kursor : AUTO
SYNC (click)
 EXECUTE COMMAND (click). Bila telah dilaksanakan maka proses
sinkronisasi akan berjalan secara auto, ditandai dengan masuknya CB
generator (breaker close) antara jam 11.55-12.05.
 Atur beban sesuai kebutuhan secara bertahap. Bila dalam keadaan mendesak
/ Emergency, pengatur beban dapat diatur sesuai laju perubahan frekuensi.

Program Studi Teknik Elektro | Universitas Atma Jaya Makassar 28


 Atur tegangan, power factor (cos Ø), daya reaktif (MVAR), sesuai dengan
batas yang ditetapkan.
 Untuk pengaturan beban dan tegangan dilakukan pada MANUAL MODE
atau pada SPEED / LOAD CONTROL, dengan mengarahkan kursor pada
pengaturan RAISE atau LOWER. Caranya arahkan kursor pada RAISE
(click) untuk menaikkan beban atau LOWER (click) untuk menurunkan
beban.
 Bila sinkronisasi dan pengaturan beban telah selesai, posisikan kembali
SYNC. MODE pada posisi OFF. Caranya arahkan kursor pada SYNC. OFF
(click) - EXECUTE COMMAND (click)
 Untuk dapat memantau lebih jelas kondisi system pembangkitan tampilkan
kembali layar pada posisi MAIN DISPLAY (click).
Sinkronisasi secara MANUAL
Sinkronisasi secara manual dapat dilaksanakan pada dua tempat, yakni pada
Remote Control dan pada Panel Generator (local).

Prosedur stop unit


Untuk prosedur penyetopan unit langkah yang dilakukan dengan menurunkan
beban secara bertahap sampai pada beban minimal (0,5 MW) diikuti dengan pelepasan
Circuit Breaker (Breaker Trip), bila telah tercapai penyetopan dapat dilaksanakan, dengan
memberikan sinyal stop pada turbin.

Pelaksanaannya adalah :
1. Arahkan kursor pada EXIT (click)
2. SYNCHRONIZING DISPLAY (click). Bila telah dilaksanakan maka akan tampak
sarana penurunan beban hingga pelepasan Circuit Breaker ( Breaker Trip)
3. Untuk penurunan beban lakukan pada Manual Mode, pilih sarana LOWER LOAD,
caranya arahkan kursor pada : LOWER(click) lakukan hingga beban mencapai beban
minimal (0,5 MW), bila telah tercapai lepaskan circuit breaker (breaker trip), caranya
adalah : arahkan kursor pada BREAKER TRIP di MANUAL MODE.
4. BREAKER TRIP (click). Perhatikan signal pada breaker, bila penunjukan breaker
telah terbuka (open) maka proses pelepasan breaker telah selesai, selanjutnya
penyetopan turbin bisa dilaksanakan, bila breaker open tunggu 5 menit untuk
meyetop unit. Caranya :
Arahkan kursor pada :
 MAIN DISPLAY (click)
 Posisikan stop pada MASTER SELECT, arahkan kursor pada :
 STOP (click)-EXECUTE COMMAND (click)
Maka proses penyetopan unit telah tercapai, periksa kembali keadaan
pembangkitan hingga kondisi dalam keadaan aman.

Normal load operation (pembebanan)


Pembebanan generator setelah synchronizing dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
1. Pembebanan secara Manual (Manual Loading)
Pembebanan Manual dapat dilakukan dengan menekan SPEED SP
RAISE/SPEED SP LOWER pada <I> CRT Main Display. Dapat juga dilakukan
dengan cara mengatur governor control switch ( 70 R4/Cs) pada generator control
panel. Untuk menaikan beban dilakukan dengan memutar switch ke

Program Studi Teknik Elektro | Universitas Atma Jaya Makassar 29


kanan, dan sebaliknya untuk menurunkan beban dilakukan dengan memutar
switch ke kiri.
Pengaturan beban dengan menggunakan governor control switch ( 70R4/ CS),
untuk menaikan beban lebih besar dari 25 % full load tidak dapat dilakukan dalam
satu menit.
2. Pembebanan secara AUTO ( Automatic Loading )
Pada awal start jika tidak ada pilihan pembebanan, unit akan dibebani dengan
SPINNING RESERVE load point. Dimana SPINNING RESERVE load point
adalah sedikit lebih besar dari tidak ada beban,yaitu 8 % dari beban dasar.
Pada intermediate load point, PRE-SELECTED load, dan temperatur control load
point BASE dan PEAK dapat dipilih setiap saat setelah sinyal start diberikan.
Pemilihan akan ditampilkan pada <I> CRT. Pembebanan unit sesuai dengan pilihan
pembebanan yang telah dipilih.
PRESELECTED LOAD adalah titik beban yang lebih besar dari SPINNING
RESERVE dan kurang dari BASE, sekitar 50 %.

Pengoperasian secara remote ( remote operation )


Untuk memindahkan control turbin dari control compartemen ke lokasi peralatan
remote. Pilih REMOTE pada <I>CRT Main Display. Dengan kondisi ini, start turbin;
automatially synhronized, dan pembebanan dapat dilakukan secara remote.
Jika dilakukan synchronisasi secara manual dari remote control, maka selector
switch ( 43 S ) pada panel generator control harus diposisikan pada OFF/REMOTE.

Shutdown and cool down


1. Normal Shutdown
Normal Shutdown dapat dilakukan dengan memilih STOP pada <I>CRT Main
Display. Prosedur shutdown akan mengikuti secara automatic melalui pengurangan
beban generator, perubahan kecepatan turbin, penutupan bahan bakar pada bagian-
bagian kecepatan dan initial dari pada cooldown sequence yang pada akhirnya mesin
stop.
2. Emergency shutdown
Emergency dilakukan dengan menekan tombol Emergency Stop. Emergency
shutdown dapat dilakukan dengan cara mekanik yaitu dengan mendorong / menekan
manual emergency trip valve yang terletak pada gauge cabinet assembly, atau manual
trip button pada overspeed trip mekanik yang terletak di samping accessory gear.
3. Cooldown
Setelah dilakukan shutdown, maka rotor harus tetap berputar selama masa
pendinginan. Perputaran rotor turbin diperlukan gunanya adalah untuk mencegah
lendutan rotor, resultant rubbing dan imbalance dan dihubungkan dengan kerusakan
lain yang mungkin terjadi jika peralatan bantu start tanpa berhenti tanpa pendinginan
terlebih dahulu. Turbin dapat dioperasikan dan dibebani setiap saat selama siklus
pendinginan.
Siklus pendinginan dapat dilakukan menggunakan bagian-bagian starting yang mana
hal ini dilakukan pada operasi cranking speed. Pada unit-unit yang mempunyai
electromotor sebagai starting device, operator harus memperhatikan petunjuk lamanya
motor dapat beroperasi tanpa overheating.

Program Studi Teknik Elektro | Universitas Atma Jaya Makassar 30


Peralatan yang diperlukan untuk putaran selama cooling down pada MS 5000 dan MS
6001 adalah hydraulic ratchet yang dihubungkan dengan peralatan torque converter.
Ratchet berputar sekali setiap 3 menit dan memutar rotor 47 derajat.
Waktu minimum yang diperlukan untuk pendinginan turbine tergantung pada ambient
temperature turbine. Faktor lain seperti udara langsung dan kelembaban udara di luar
dan air drafts di dalam instalasi, dapat juga mempengaruhi waktu yang diperlukan
untuk coolingdown.
Rotor harus tetap berputar selama 24 jam sejak shutdown, untuk meyakinkan
keamanan minimum dari rubs dan unbalance pada kondisi subsequent starting. GE
Company, merekomendasikan bahwa pengoperasian putaran rotor terus menerus
selama 48 jam setelah shutdown untuk memperoleh pendinginan rotor yang merata.
4. Black Start Operation
PLTG GE mempunyai fasilitas black start yang dapat dioperasikan dalam kondisi
blackout atau tidak ada sumber tegangan AC dari luar.
Supply tegangan untuk peralatan control diperoleh dari sumber tegangan DC battery.
Ignition atau pengapian dan internal AC control, diperoleh dari tegangan DC yang
dikonversi menjadi tegangan AC oleh inverter
Ketika turbine distart, DC Emergency Lub Oil beroperasi untuk mensupply
pelumasan hingga Accessory gear mendrive main oil lub pump. Pompa emergency
jalan terus sampai accelerating speed signal (14HA) menyala, yaitu pada kecepatan
putaran 95%. Pompa emergency kemudian akan shutdown jika lube oil pressure
switgh (63QL) menunjukkan tekanan yang cukup.
Dalam pengoperasian black start juga dibutuhkan tambahan 88HR DC hydraulic
ratghet pump assembly. Bagian ini diperlukan untuk mengontrol tekanan oli dalam
menjalankan clutch dan rathet assembly.
Untuk bahan bakar mesin, tekanan yang disupply ke turbine didrive oleh fuel oil
pump diperoleh dari fuel forwading pump AC/DC.
Motor DC akan menjalankan pompa sampai tegangan AC diperoleh untuk
menjalankan motor AC. Kebutuhan tekanan bahan bakar yang tinggi dapat dicukupi
oleh nomalnya accessory gear driven fuel pump.

3.2.3 SISTEM PROTEKSI PLTG GE


Filosofi dasar dari sistem proteksi adalah bagaimana melindungi sistem tenaga
listrik dari ekses gangguan yang terjadi pada sistem dengan cara memisahkan gangguan
tersebut dari sistem lainnya dengan cepat dan tepat. Kualitas sistem proteksi yang
diinginkan adalah yang cepat,sensitif,selektif dan andal. Cepat berarti, reaksi sistem
proteksi tersebut harus secepat mungkin memisahkan daerah yang terganggu dari sistem
lainnya, tanpa menimbulkan hal-hal lain yang menimbulkan bentuk gangguan baru pada
sistem. Sensitif berarti, sistem proteksi tersebut bereaksi terhadap gangguan yang
bagaimanapun kecilnya selama gangguan tersebut termasuk dalam tugasnya. Selektif
berarti, sistem proteksi tersebut harus bereaksi dengan tepat, sehingga yang dipisahkan
dari sistem hanya bagian yang terganggu, tanpa menyebabkan bagian lain yang tidak
seharusnya terpisah dari sistem turut dipisahkan dari sistem.
Andal berarti, sistem proteksi tersebut akan bekerja sesuai apa yang diharapkan, dimana
keandalan dapat mengacu pada konsep”security”atau”dependability”.
Keandalan dengan konsep security berarti, suatu kepastian bahwa sistem proteksi
tidak akan salah operasi, yang berarti sistem proteksi tidak akan bereaksi terhadap

Program Studi Teknik Elektro | Universitas Atma Jaya Makassar 31


gangguan yang bukan diperuntukkan kepadanya bagaimanapun besarnya gangguan
tersebut, sedangkan keandalan dengan konsep dependability berarti suatu kepastian
bahwa sistem proteksi pasti bereaksi untuk kondisi yang dirasakan sebagai kondisi
gangguan.
Dalam banyak sistem kedua hal di atas tidak mungkin kedua duanya dipenuhi
100%, sehingga banyak sistem yang merupakan sistem kompromi antar keduannya.
Kesederhanaan, dimana digunakan peralatan dan rangkaian yang sederhana akan
tetapi tujuan tercapai. Ekonomis, dimana dengan biaya yang minimum dapat dicapai
fungsi proteksi yang maksimum

3.2.3.1 Alat Sensor


Alat sensor berfungsi untuk mendeteksi perubahan parameter pada sistem dari
peralatan yang diproteksi. Alat sensor ini berupa VT (voltage transformer) dan CT
(current transformer).

3.2.3.2 Relay Proteksi


Pada PLTG GE relay proteksi yang digunakan adalah relay numeric yang mana
dikendalikan oleh sebuah microprocessor. Relay numeric atau relay digital yang
digunakan adalah DGP System. DGP system adalah sebuah mikroprosesor yang
dikombinasikan dengan relay digital di mana menggunakan sampling bentuk gelombang
dari arus dan tegangan input untuk keperluan proteksi, control, dan memonitor generator.
Sampling tadi digunakan untuk menghitung arus dan phasa tegangan yang mana
digunakan untuk fungsi alogaritma proteksi. DGP System menggunakan interface MMI
(Man Machine Interface) dan DGP LINK software komunikasi yang sesuai dengan GE
digital relay system.

Di bawah ini beberapa fungsi proteksi yang ada pada DGP System :
1. Stator Differential (87G)
2. Current Unbalance (46)
3. Loss of Exicitation (40)
4. Antimotoring (32-1)
5. Time overcurrent with voltage restraint (51V)
6. Stator Ground (64G1)
7. Ground Overcurrent ( 51 GN)
8. Over exicitation (24)
9. Overvoltage (59)
10. Undervoltager (27)
11. Over and Undefrequency (81)
12. Voltage Transformer Fuse Failure (VTFF)

Stator Differential
Fungsi ini menyediakan Proteksi dengan kecepatan tinggi selama terjadi gangguan phasa-
phasa, dan tiga phasa didalam stator generator. Stator differential menggunakan sebuah
produk restraint alogaritma dengan dual slope karakteristik. Stator differential tidak akan
bekerja untuk gangguan berulang pada belitan mesin. Ini juga tidak akan bekerja untuk
ganguan satu fasa ketanah, jika sistem tersebut tidak ditanahkan atau ditanahkan dengan
impedansi yang tinggi. Proteksi terhadap hubung tanah akan berfungsi jika netral dari
mesin ( atau salah satu mesin yang dioperasikan parallel)

Program Studi Teknik Elektro | Universitas Atma Jaya Makassar 32


ditanahkan. Sebuah bagian kecil dari belitan sampai titik netral tidak dapat diproteksi,
jumlah gangguan sangat ditentukan dari tegangan yang dapat menyebabkan arus pick-up
minimum yang mengalir sampai titik netral dan impedansi pentanahan. Peralatan
pembatas arus pada rangkaian netral tanah akan meningkatkan impedansi netral dan akan
menurunkan fungsi proteksi gangguan tanah.

Current Unbalance
Di sini ada beberapa kondisi tidak normal pada generator, kondisi tidak normal ini dapat
berupa ketidakseimbangan beban, gangguan pada sistem dan rangkaian terbuka.
Komponen urutan negative (I2) dari arus stator berhubungan langsung dengan kondisi
tidak normal ini dan pengaturan jumlah putaran fluks medan pada mesin. Kekurangan ini
akan menyebabkan pemanasan pada inti rotor. Kemampuan dari mesin untuk bertahan dari
pemanasan yang disebabkan oleh arus yang tidak terbatas (unbalance current). Proteksi
current unbalance dari DGP sistem menyediakan karakteristik waktu operasi yang cepat
sesuai I2² T = K. Sebuah karakteristik linear yang dibuat kira-kira untuk pendinginan
mesin sementara pada kondisi arus yang tidak terbatas ( unbalance current
). Didalamya ditambahkan 46T, DGP sistem juga memasukkan sebuah alarm unbalance
current (46A) yang mana dioperasikan oleh komponen urutan negative (I2) disesuaikan
dengan pick-up dan time delay.

Loss of Excitation
Fungsi ini digunakan untuk mendeteksi kekurangan eksitasi pada mesin sinkron. DGP
sistem memasukkan dua karakteristik mho, untuk mendeteksi mesin, tiap bagian
disesuaikan jangkauan, waktu mati dan pewaktuan. Logika disediakan dalam DGP system
untuk memblok fungsi ini dari adanya tegangan urutan negative ( dideteksi oleh sebuah
Voltage transformer fuse failure condition) dan sebuah eksternal VTFF Digital input DI6.
Eksitasi dapat hilang karena tripnya field breaker, rangkaian terbuka atau hubung singkat
pada belitan medan, kerusakan pada regulator, atau hilangnya sumber untuk meyupplai
belitan medan. Ketika sebuah generator sinkron kehilangan eksitasi, ini cenderung
membuatnya menjadi sebuah generator induksi. Jika ini berlangsung pada kecepatan
normal, beroperasi dengan daya yang berkurang, dan penerimaan daya reaktif (VARS)
dari sistem. Impedansi ini dilihat oleh relay, relay melihat generator bukan sebagai
gangguan tetapi merupakan karakteristik mesin. Aliran daya sebelumnya berkurang akibat
eksitasi. Studi mengindikasi bahwa fungsi dari zona mho dapat diset untuk mendeteksi
kasus kegagalan eksitasi dalam waktu yang singkat. Dan zona kedua dapat mendeteksi
semua kasus kegagalan eksitasi. Setting waktu yang lama dibutuhkan oleh second zone
(40-2) untuk keamanan selama kondisi ayunan daya untuk sistem stabil.

Anti Motoring
Fungsi ini untuk mengatasi terjadinya aliran daya aktif dari sistem ke generator. Kondisi
ini terjadi saat semua atau sebagian prime mover hilang daya putarnya, dan saat itu juga
daya yang dibangkitkan kurang dari daya beban. Daya aktif / nyata akan mulai mengalir ke
dalam generator dari sistem. Motoring power secara khusus membedakan jenis penggerak
mula seperti yang ditunjukkan oleh Tabel di bawah. Untuk spesifikasi penggunaan,
minimum penggerak daya dari generator dapat diperoleh dari supply setiap unit.

Program Studi Teknik Elektro | Universitas Atma Jaya Makassar 33


Tabel 2. Nilai Daya Penggerak Berdasarkan Penggerak mulanya
Penggerak daya dalam percent
Jenis penggerak mula
dari unit rating
Gas turbine 10 – 100
Diesel 15 – 25
Hydraulic turbine 2 – 100
Steam turbine 0,5 – 4

DGP system menyediakan sebuah fungsi untuk reverse power (32-1) dan disesuaikan
dengan time delay.

Time overcurrent with voltage restraint (51V)


Sebuah sistem harus dapat dilindungi dari gangguan, untuk itu time overcurrent with
voltage restraint yang terdapat pada DGP sistem berfungsi untuk sebagai back up
protection.

Stator Ground (64G1)


Fungsi ini untuk mendeteksi adanya gangguan stator ground fault dengan sebuah
impedansi ground yang tinggi pada generator. Pada keadaan normal netral dari belitan
stator mempunyai potensial tertutup terhadap ground.

Ground Overcurrent ( 51 GN)


Fungsi ini untuk mengatasi adanya arus lebih yang terjadi akibat adanya hubung singkat
pada generator. Prinsip kerja dari Ground over current sama dengan prinsip kerja
overcurrent relay.

Over exicitation (24)


Fungsi ini untuk mengatasi arus eksitasi yang berlebih pada rotor, eksitasi yang lebih
pada generator dapat menaikkan temperatur pada belitan stator akibat arus yang besar
sehingga dapat merusak belitan rotor.

Over Voltage
Fungsi ini untuk mengatasi adanya tegangan lebih pada generator. Tegangan yang berlebih
yang melampaui dari batas maksimum yang diijinkan dapat menyebabkan kerusakan
isolasi dari belitan stator dan berakibat pada hubung singkat antara belitan. Selain itu
overvoltage dapat mengakibatkan terjadinya overspeed dan merusak pengatur tegangan
otomatis (AVR).

Under Voltage
Fungsi ini untuk mendeteksi mengatasi tegangan yang rendah pada output generator.
Apabila generator bekerja pada tegangan yang rendah maka akibat pada beban. Tegangan
yang rendah pada generator akan mengakibatkan daya yang dipasok ke beban berkurang
sehingga merugikan. Apabila generator berada dalam interkoneksi maka akan
mengakibatkan terjadinya aliran daya ke generator.

Program Studi Teknik Elektro | Universitas Atma Jaya Makassar 34


Over and Under Frequency
Fungsi ini untuk mendeteksi frekuensi generator, under frequensi dapat meyebabkan
membukanya CB sehingga perlu dideteksi, untuk mengatasinya dengan dilakukan dengan
menyeimbangkan beban dengan daya yang dibangkitkan. Over frequency dapat
meyebabkan over speed, overvoltage sehingga dapat membahayakan generator.

Voltage Transformer Fuse Failure (VTFF)


Fungsi ini dapat operate untuk semua Partial loss dari tegangan AC yang disebabkan satu
atau lebih blown fuses, jika tegangan AC hilang negative squence voltage detektor akan
pickup dan positive squence detector akan akan drop out.

3.2.3.3 Circuit Breaker (CB)


Circuit breaker berfungsi sebagai switch atau saklar yang memutuskan dan
menghubungkan peralatan yang diproteksi dari sistem. Circuit breaker bekerja
berdasarkan perintah dari relay.

3.2.3.4. Sumber DC
Sumber DC yang digunakan pada sistem proteksi Generator PLTG GE berasal
dari sebuah batterai dengan tegangan 125 volt.

3.2.3.5 Gangguan pada Generator


Gangguan pada generator dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Gangguan Listrik (electric fault)
2. Gangguan Mekanis/Panas (mechanical thermal fault)
3. Gangguan Sistem (system fault)

Gangguan Listrik (electrical fault)


Jenis gangguan ini adalah gangguan yang timbul dan terjadi akibat gangguan pada
bagian listrik dari generator. Gangguan ini meliputi :
a. Hubung singkat tiga fasa
b. Hubung singkat dua fasa
c. Hubung singkat belitan stator ke tanah ( Stator ground fault )
Kerusakan pada gangguan dua fasa dapat diperbaiki dengan menyambung (laping)
atau mengganti sebagian dari konduktor, tetapi kerusakan akibat gangguan satu
fasa ketanah yang bunga api dan merusak isolasi serta inti besi. Kerusakan ini
sangat fatal dan memerlukan perbaikan total.
d. Hubung singkat belitan rotor hubung tanah (rotor ground fault)
Jika terjadi hubungsingkat satu titik ketanah belum memberikan pengaruh terhadap
roror, namun jika hubung singkat ketanah terjadi pada dua titik maka akan seolah-
olah hubung sinkat antara dua belitan. Pengaruh dari hubung singkat dua titik
adalah :
 Gaya tarik rotor menjadi tidak seimbang sehingga putarannya menjadi berayun
 Mempercepat kerusakan bantalan.
 Bisa menyebabkan gesekan antara rotor dan stator, yang menyebabkan pemanasan
pada bagian yang bergesek, sehingga dapat meyebabkan sifat isolasi dari belitan
stator berubah. Dan selanjutnya mentebabkan hubungsingkat antara belitan atau
hung tanah pada stator.

Program Studi Teknik Elektro | Universitas Atma Jaya Makassar 35


e. Kehilangan arus eksitasi (loss excitation)
Hilangnya arus eksitasi dapat menyebabkan putaran mesin menjadi naik dan
mengubah fungsi generator sinkron menjadi generator induksi. Kondisi ini akan
menyebabkan pemanasan lebih pada rotor akibat arus induksi yang bersirkulasi
pada rotor.
f. Tegangan lebih (overvoltage)
Tegangan yang berlebih yang melampaui dari batas maksimum yang diijinkan
dapat menyebabkan kerusakan isolasi sari belitan stator dan berakibat pada
hubung singkat antara belitan. Selain itu overvoltage dapat mengakibatkan
terjadinya overspeed dan merusak pengatur tegangan otomatis (AVR).

Gangguan mekanis/panas (mechanical or thermal fault)


Jenis-jenis gangguan mekanis atau panas adalah :
a. Generator berfungsi sebagai motor
Motoring adalah peristiwa berubahnya fungsi generator menjadi motor akibat
adanya daya balik (reverse power)
Daya balik (reverse power) terjadi akibat turunnya daya masukan dari penggerak
utama (prime mover). Sehingga torka listrik lebih besar dari torka mekanik, hal ini
mengakibatkan terjadi perubahan bentuk dari sudu-sudu turbin (kavitasi sudu-
sudu turbin).
b. Pemanasan lebih pada stator
Pemanasan lebih pada stator meyebabkan :
 Kerusakan laminasi
 Kendornya bagian-bagian tertentu pada generator seperti pasak-pasak stator
(stator wedges), terminal /ujung belitan dan sebagainya.
c. Kesalahan paralel
Kesalahan dalam memparalelkan generator karena syarat-syarat paralel tidak
terpenuhi mengakibatkan kerusakan pada bagian poros dan kopling generator dan
penggerak utama karena terjadinya momen puntir.
d. Gangguan pada pendingin stator
Gangguan pada pendingin stator (pendingin dengan media udara, hydrogen atau
air) menyebabkan kenaikan suhu belitan stator dan berakibat pada isolasi belitan.

Gangguan sistem (system fault)


Gangguan pada system yang berakibat pada generator yaitu :
a. Terjadinya pelepasan beban secara mendadak ;
Terjadinya gangguan hubung singkat baik itu tiga fasa, dua fasa, dua fasa
ketanah, satu fasa ketanah dan open circuit menyebabkan bekerjanya relay
proteksi dan berakibat pada pelepasan beban. Pelepasan beban mengakibatkan
daya yang dibangkitkan lebih besar dari daya yang beban, akibatnya torka
mekanik lebih besar dari torka listrik sehingga frekuensi dan tegangan generator
menjadi naik.

b. Lepas sinkron (loss of syncronization)


Apabila kondisi pada point a. berlanjut terus maka akan mengakibatkan ketidak
stabilan sistem. Hal ini mengakibat stress pada belitan generator dan gaya punter
yang berfluktuasi dan beresonansi, sehingga akan merusak turbine dari generator.
Pada kondisi ini Generator harus dilepas dari sistem.

Program Studi Teknik Elektro | Universitas Atma Jaya Makassar 36


BAB IV
PELAKSANAAN PEMBANGUNAN

4.1. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan


AMDAL atau Analisis Mengenai Dampak Lingkungan adalah kajian mengenai
dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada
lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan suatu usaha dan/atau kegiatan.

Gambar-16. Setiap Pembangunan Harus Memiliki Amdal

Tujuan dan sasaran AMDAL adalah untuk menjamin suatu usaha dan kegiatan
pembangunan atau proyek agar dapat berjalan secara sinambung tanpa merusak
lingkungan hidup. Kegiatan AMDAL ini dibuat saat mulai perencanaan proyek, yakni
sebelum pembangunan fisik (bangunan gedung, bendungan, saluran irigasi dan
sebagainya) dilaksanakan. Kegiatan yang akan dilaksanakan ini diperkirakan dapat
memberikan pengaruh terhadap lingkungan hidup di sekitarnya.
Pengaruh terhadap lingkungan hidup yang dimaksudkan di sini adalah pengaruh
dari aspek fisik, kimia, ekologi, sosial ekonomi, social budaya dan kesehatan masyarakat.
Kegiatan AMDAL ini mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999
tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. Secara umum, kegunaan
AMDAL sebagai berikut :
1. Bahan bagi perencanaan pembangunan wilayah
2. Membantu proses pengambilan keputusan tentang kelayakan lingkungan hidup
dari rencana usaha dan/ atau kegiatan.
3. Memberi masukan untuk penyusun desain rinci teknis dari rencana usaha
dan/atau kegiatan.
4. Memberi masukan untuk penyusunan rencana pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup.
5. Memberi informasi bagi masyarakat atas dampak yang ditimbulkan dari suatu
rencana usaha dan/atau kegiatan

Program Studi Teknik Elektro | Universitas Atma Jaya Makassar 37


Kegiatan AMDAL merupakan prasyarat yang harus dipenuhi dalam mengembangkan
usaha yang berdampak luas pada masyarakat. Dengan demikian AMDAL bagi
pemerintah daerah dimanfaatkan untuk bahan perencanaan pembangunan wilayah. Lewat
kegiatan AMDAL maka pemerintah daerah memiliki bahan yang cukup dalam membantu
masyarakat dalam rangka memutuskan rencana usaha dan menjamin keberlanjutan usaha
yang akan dikembangkan.
Kegiatan AMDAL melibatkan 4 dokumen, yakni :
a. Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup
( KA-ANDAL)
b. Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)
c. Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)
d. Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup ( RPL)
Keempat dokumen inilah yang nantinya akan dinilai layak atau tidaknya suatu proyek
dilaksanakan. Tujuan akhir dari kegiatan AMDAL ini adalah memberikan alternatif solusi
dalam mengurangi dampak negatif dari lingkungan. Dengan demikian lewat kegiatan
AMDAL pemerintah daerah dan pusat memiliki cukup sumber informasi dalam mengambil
keputusan boleh tidaknya dikembangkan usaha atau proyek di tempat itu.
Dokumen analisis mengenai dampak lingkungan di atas dibuat sebelum kegiatan
proyek dimulai, sehingga tekanannya pada aspek perencanaan. Butir-butir perencanaan
memuat aspek yang sifatnya preventif, yakni analisis mengenai dampak lingkungan dari
segi konsep. Sebagai gambaran misalnya apabila dalam suatu lokasi akan didirikan suatu
industri yang menggunakan mesin-mesin besar sehingga dimungkinkan menghasilkan
polusi kebisingan bunyi. Dari segi perencanaan perlu dilakukan analisis, meliputi
pemakaian teknologi yang dapat mengurangi gejala polusi kebisingan yang mengganggu
dan membahayakan masyarakat di sekitar lokasi tersebut.
Dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
Penentuan kriteria wajib AMDAL, saat ini, Indonesia menggunakan/menerapkan
penapisan 1 langkah dengan menggunakan daftar kegiatan wajib AMDAL (one step
scoping by pre request list). Daftar kegiatan wajib AMDAL dapat dilihat di Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006
Apabila kegiatan tidak tercantum dalam peraturan tersebut, maka wajib menyusun
UKL-UPL, sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86
Tahun 2002. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup (UPL) adalah upaya yang dilakukan dalam pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup oleh penanggung jawab dan atau kegiatan yang tidak
wajib melakukan AMDAL (Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86
tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan
Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup).
Proses dan prosedur UKL-UPL tidak dilakukan seperti AMDAL tetapi dengan
menggunakan formulir isian yang berisi :
a. Identitas pemrakarsa
b. Rencana Usaha dan/atau kegiatan
c. Dampak Lingkungan yang akan terjadi
d. Program pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
e. Tanda tangan dan cap

Program Studi Teknik Elektro | Universitas Atma Jaya Makassar 38


Penyusunan AMDAL menggunakan Pedoman Penyusunan AMDAL sesuai dengan
Permen LH NO. 08/2006.
Kewenangan Penilaian didasarkan oleh Permen LH no. 05/2008.

DAFTAR KEGIATAN WAJIB AMDAL


Bidang Pertambangan dan Energi
1. Luas wilayah pertambangan umum tahap exploitasi Produksi
2. Batubara
3. Bijih Primer
4. Bijih Sekunder
5. Bahan galian bukan logam atau bahan galian golongan C Bahan galian
6. radioakif, termasuk pengolahan, penam- bangan dan pemurnian
7. Transmisi
8. PLTD/PLTG/PLTU/PLTGU
9. PLTA semua jenis dan ukuran kecuali PLTM den jenis aliran langsung
10. PLTP
11. Pusat Listrik dari jenis lain
12. Eksploitasi Minyak/Gas Bumi
13. Pengolahan (Kilang)
14. Transmisi Minyak/Gas Bumi >= 200 ha dan atau
>= 200.000 ton/tahun
>= 60.000 ton/tahun
>= 100.000 ton/tahun
>= 300.000 m3/tahun
> 150 KV
>= 100 MW
>= 55 MW
>= 5 MW
>= 25 km

Bidang Kesehatan
1. Rumah sakit kelas A
2. Rumah sakit yang setara dengan kelas A atau kelas 1 Rumah sakit
3. Rumah sakit dengan peiayanan spesialisasi lengkap/menyeluruh
4. lndustri Farmasi yang membuat bahan baku obat dengan proses penuh
5. >= 400 kamar

Bidang Pekerjaan Umum


1. Pembangunan Bendung atau Waduk
2. Pengembangan Daerah lrigasi
3. Pengembangan Daerah Rawa Pasang Surut/Lebak Pengamanan pantai, dikota
besar
4. Perbaikan sungai. dikota besar
5. Kanalisasi/Kanal Banjir dikota besar
6. Kanalisasi selain no.6 (pantai, rawa, atau lainnya) Pernbangunaan jalan
tol dan jalan layang
7. Pembangunan jalan raya

Program Studi Teknik Elektro | Universitas Atma Jaya Makassar 39


8. Pembangunan dan peningkatan jalan dengan pelebaran di luar daerah milik
jalan kota besar dan metropolitan yang berfungsi arteri atau kolektor
9. Pengolahan sampah dengan incinerator
10. Pembuangan sampah dengan sistem control landfill dan sanitary landfill
11. Pembuangan sampah dengan sistem open dumping Pembuangan sistem drainase
dengan saluran di saluran primer kota metropolitan den besar
12. Air Limbah:
13. Pembangunan IPAL untuk pemukimanPembangunan sistem sewerage
14. Pengambilan air dari danau, sungai, mata air, atau sumber air lainnya
15. Pembangunan perumahan den pemukiman umum Peremajaan kota
16. Gedung bertingkat/apartemen tinggi >= 15 m atau luas genangan >= 100 ha
luas yang di airi
a. >= 2.000 ha
b. luas >= 5.000 ha
c. >= 500.000 penduduk
d. >= 500.000 penduduk
e. panjang >= 5 km atau lebar >= 20 M
f. panjang >= 25 km atau lebar >= 50 M
g. panjang > 25 km
h. panjang > 5 km atau luas >= 5 ha
i. >= 800 ton/ha
j. >= 800 ton/ha
k. >= 80 ton/ha
l. panjang >= 5 km
m. luas >= 50 ha
n. pelayanan >= 2.500 ha
o. debit >= 60 m
p. luas >= 200 ha
q. luas >= 5 ha
r. tinggi >= 60 m

Bidang Pertanian
1. Usaha tambak udang/ikan
2. Pencetakan sawah, pada kawasan hutan
3. Usaha perkebunan tanaman tahunan
4. Usaha pertanian tanaman semusim luas >= 50 ha
5. luas >= 1.000 ha
6. luas >= 1 0.000 ha
7. luas >= 5.000 ha

Bidang PARPOSTEL
1. Hotel
2. Padang Golf
3. Taman Rekreasi
4. Kawasan Pariwisata >= 200 kamar atau luas >= 5 ha
>= 100 ha

Program Studi Teknik Elektro | Universitas Atma Jaya Makassar 40


Bidang Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan
1. Rencana kegiatan pembangunan pemukiman transmigrasi
2. Jenis Transmigrasi Umum
3. Usaha pokok Tanarnan pangan den atau perkebunan
4. Lingkup studi : SKP

Bidang Perindustrian
1. Idustri Semen (yang dibuat melalui produksi klinker)
2. Industri Pulp den Kertas
3. Industri Pupuk Kimia (Sintetis)
4. Industri Petrokimia
5. Industri peleburan baja
6. Industri peleburan timah hitam (Pb)
7. Industri peleburan tembaga (Cu)
8. Industri pembuatan alumina
9. Industri peleburan baja paduan
10. Industri alumunium ingot
11. Industri peleburan pellet & sponge 12.industd pig iron 13.industd fero
alloy Kawasan lndustri
12. Industd galangan kapal produksi
13. Industri Pesawat Terbang
14. Industri kayu lapis terintegrasi lengkap dgn fasilitas penunjangnya,
antara lain industri perekat
15. Industri senjata, munisi dan bahan peledak
16. Industri penghasil pestisida primer
17. Industri Batterai
>= 3.000 DWT
luas >= 3.000 ha

Bidang Perhubungan
1. Pembangunan Jaringan Jalan Kereta Api dan fasilitasnya
2. Pembangunan Sub Way
3. Pelabuhan Kelas 1, 11, 111 beserta fasilitasnya
4. Pelabuhan khusus
5. Reklamasi Pantai luas
6. Pengerukan Laut
7. Daerah Kerja (Kawasan) Pelabuhan
8. Bandar Udara beserta fasilitasnya panjang >= 25 km
>= 25 ha
volume >= 1 00.000 m3

Bidang Perdagangan
1. Pusat Perdagangan/Perbelaniaan relatif terkonsentrasi luas >= 5 ha
atau luas bangunan >= 10.000 m2

Bidang Pertahanan Dan Keamanan


1. Pembangunan Gudang Munisi
2. Gudang Pusat Munisi dan Gudang Munisi Daerah Pembangunan Pangkalan

Program Studi Teknik Elektro | Universitas Atma Jaya Makassar 41


3. Angkatan Laut
4. Pembangunan Pangkalan Angkatan Udara
5. Pusat Latihan Tempur/Lapangan tembak senjata
a. kelas A. B, C
b. kelas A, B, C atau yang setara
c. luas >= 10.000 ha

Bidang Pengembangan Tenaga Nuklir


1. Pembangunan dan pengoperasian Reaktor Nuklir Reaktor Daya
2. Reaktor Penelitian Pembangunan dan Pengoperasian instalasi Nuklir Non
3. Reaktor :
4. Fabrikasi bahan bakar Nuklir
5. Pengelolaan Limbah Radioaktif
6. Radiator aktivitas sumber
7. Produksi Radioisotop untuk semua instalasi >= 1 00 KWt
a. produksi >= 50 elemen bakar/tahun
b. semua instansi
c. >= 1.850 TBq (5.000 Ci)

Bidang Kehutanan
1. Pembangunan taman safari
2. Pembangunan kebun binatang
3. Hak pengusaha hutan (HPH)
4. Hak pengusahaan hutan sagu
5. Hak pengusahaan hutan tanaman industri (HTI Pengusahaan pariwisata alam di
6. dalam : taman wisata alam, taman buru, taman laut, taman nasional, dan
7. taman hutan raya >= 250 ha
>= 100 ha

Bidang Pengendalian Bahan Berbahaya & Beracun


Pembangunan Fasilitas Pengolah Limbah B-3

Bidang Kegiatan Terpadu/Multisektor


Usaha atau Kegiatan yang terdiri dari lebih dari satu kegiatan wajib AMDAL yang
saling terkait dan melibatkan kewenangan lebih dari satu instansi yang bertanggung jawab
serta berada dalam satu kesatuan hamparan ekosistem.

4.2. Pekerjaan Persiapan, Pelaksanaan dan Komisioning


 Persiapan
Pekerjaan persiapan meliputi:
1. Persiapan lokasi pekerjaan
2. Mobilisasi ManPower, Alat Kerja Utama dan Alat Pendukung
3. Pekerjaan Sipil/Pondasi
 Pelaksanaan
Pelaksanaan pekerjaan atau pemasangan (erection) PLTG tergantung dari
bagaimana unit turbin dan generator ditransport. Kedua unit tersebut dapat ditransport
dari pabrik dalam keadaan terkopel (satu set), namun dapat juga terpisah.

Program Studi Teknik Elektro | Universitas Atma Jaya Makassar 42


Pada saat pemasangan, yang paling membutuhkan perhatian adalah levelling atau
in-lining. Untuk kebutuhan tersebut pondasi harus benar-benar dipersiapkan sesuai
ukuran atau template anchor yang diberikan pabrik. Ketelitian pemasangan biasanya
ditentukan dengan presisi yang sangat tinggi (toleransinya dalam skala/orde mikron).
Apabila ditransport satu set atau turbin dan generator terkopel, maka pekerjaan
levelling dilakukan serentak. Bagian yang terkopel perlu diperhatikan ekstra agar dapat
in-line. Namun apabila ditransport terpisah maka setelah didudukkan pada pondasinya
masing-masing, turbin dan generator lalu dikopel. Diperlukan teknik tertentu agar hasil
penyambungan/kopel benar-benar in-line.

 Komisioning
Setelah terpasang selanjutnya dilakukan komisioning. Komisioning unit PLTG
merupakan rangkaian dari beberapa kegiatan pemeriksaan dan pengujian atas beberapa
subsistemnya, yaitu:
Komisioning Turbin Gas
Komisioning Generator dan Eksitasi
Komisioning Bay Trafo Generator
Komisioning Unjuk Kerja
Komisioning Instalasi Listrik Bangunan lainnya

Secara umum pelaksanaan komisioning unit pembangkit terbagi dalam beberapa tahap
kegiatan sbb :
Pemeriksaan pendahuluan
Uji individual
Uji sub sistim, meliputi:
Uji sequential interlock
Uji proteksi
Uji kontrol elektrik/pneumatik
Uji jalan sistim
Uji sistim, meliputi:
Uji alat-alat pengaman/Uji jalan tanpa beban
Uji lalan berbeban (loading test)
Uji lepas beban (load rejection test)
Pemeriksaan (inspection)
Uji keandalan (reability test)
Uji unjuk kerja (performance test)

Dalam menilai /mengevaluasi hasil pengujian dalam komisioning, tidak dapat ditentukan
hanya sepihak saja, mengingat banyak variable-variable. Dengan demikian maka harus
ditempuh beberapa kesepakatan antara lain :
Semua pihak harus sepakat mengenai cara penyelesaian yang akan ditempuh bila
terjadi perbedaan pendapat mengenai ketelitian pengamat, kondisi dan metode
pengoperasian serta hasil akhir setiap pengujian.
Semua pihak harus sepakat mengenai rumus yang akan digunakan untuk
menghitung faktor kesalahan untuk mengevaluasi data serta kemungkinan
kesalahan maksimal yang dapat ditoleransi tanpa harus mengulangi pengujian.
Kesepakatan ini sedapat mungkin mencakup jumlah desimal yang digunakan
dalam perhitungan serta kriteria pembulatan desimal.

Program Studi Teknik Elektro | Universitas Atma Jaya Makassar 43


Semua pihak harus sepakat mengenai hal-hal yang dapat membatalkan pengujian.
Dalam hal kegiatan pemeriksaan, perlu dicapai kesepakatan mengenai sejauh
mana hasil pemeriksaan bersama dapat mengijinkan kontraktqr untuk dapat
melaksanakan pekerjaan tahap berikutnya.
Semua pihak harus sepakat mengenai besaran-besaran ataupun batasan-batasan
yang digunakan untuk menentukan bahwa peralatan berhasil baik dalam
pengujian akan komisioning.
Semua pihak harus sepakat mengenai standard yarig digunakan yang berkaitan
dengan komisioning, atau mengacu pada buku petunjuk pabrik (instruction
manual)

Dokumen yang harus disiapkan oleh kontraktor dan pemasok/pabrik peralatan dalam
rangka komisioning adalah:
Dokumen kontrak, terutama yang menyangkut spesifikasi teknik dan garansi
Daftar material/peralatan (material lists), diskripsi dan sertifikat uji untuk bagian
atau komponen utama.
Gambar teknik pemasangan dan data instalasi
Diagram logik, diagram garis tunggal, diagram skematis
Kurva unjuk kerja dan kurva koreksi
Instruksi atau buku petunjuk pengoperasian, inspeksi dan pemeliharaan
Instuksi perakitan atau pembongkaran dari peralatan atau bagian peralatan
Instruksi tentang keselamatan (safety instruction)
Daftar suku cadang asli, sebagaimana disebutkan dalam kontrak
Buku-buku standar yang berkaitan dengan instalasi/peralatan yang diuji.
Buku petunjuk pabrikan, tabel ataupun kurva-kurva untuk koreksi perhitungan.
Jadwal komisioning
Prosedur pengujian
Laporan pengujian pabrik
Hasil pemeriksaan, pengujian dan pengukuran yang dilakukan oleh kontraktor dan
pabrikan yang dituangkan dalam blangko atau formulir yang sesuai beserta
evaluasinya.
Data-data lain yang diperlukan untuk pengoperasian dan pemeliharaan unit seperti:
data dan karakteristik peralatan; diskripsi tentang berbagai sistem bahan bakar;
sistim pendinginan; sistem pelumasan; nilai-nilai batas suhu; nilai batas tekanan.
Dokumen-dokumen tersebut harus tersedia sebelum/selama komisioning dilaksanakan.

Komisioning Turbin Gas


Merupakan rangkaian kegiatan yang terus menerus, dimulai sejak saat pemasangan
selesai (Construction essentially complete) sampai saat "Serah terima" (taking over)
dengan tujuan membawa sistem dari kondisi non aktif ke kondisi aktif dengan
melaksanakan kegiatan pemeriksaan, pembersihan, uji individu, uji subsistem dan uji sistem
untuk pembuktian terhadap persyaratan kontrak ataupun keamanan dan keandalan
operasi.

Program Studi Teknik Elektro | Universitas Atma Jaya Makassar 44


Hasil pengujian dapat dinyatakan dalam contoh tabel berikut ini:

No Mata Uji Prosedur Uji Kriteria Hasil Uji


1 Pengukuran Output Berdasarkan Berdasarkan
Output daya turbin kontrak No. kontrak No. _
Output daya listrik bersih dan Standar dan Standar
Output daya mekanis bersih serta referensi serta referensi
2 Pengukuran input panas yg disepakati. yg disepakati.
Pengukuran nilai panas
terendah bahan bakar
Pengukuran konsumsi BB
Pengukuran kerapatan
Pengukuran temperatur BB
3 Pengukuran temperatur
Masukan kompresor
Keluaran turbin
4 Pengukuran tekanan
Tekanan statis
Tekanan masukan
Tekanan kekuaran
Tekanan barometer
5 Pengukuran kelembaban
6 Pengukuran/perhitungan
Efisiensi thermal

Komisioning Generator dan Eksitasi


Generator dan eksitasi adalah bagian dari sistem kelistrikan yang sangat vital dari
suatu sistem pembangkitan tenaga listrik. Alat inilah yang mengubah tenaga mekanis
menjadi tenaga listrik. Keadaan beroperasi suatu generator ditentukan mulai dari
perencanaan yang baik, termasuk pemilihan spesifikasi desain, pomasangan, pengujian,
pengoperasian dan pemeliharaan. Pengujian adalah suatu tahap proses dari rangkaian
tahap proses, mulai dari pembangunan sampai dengan serah terima suatu instalasi.

Hasil pengujian dapat dinyatakan dalam contoh tabel berikut ini:


No Mata Uji Prosedur Uji Kriteria Hasil Uji
1 Uji Sinkronisasi Berdasarkan Berdasarkan
Rangkaian pengawatan PT kontrak No. kontrak No.
Generator dan PT Bus dan Standar dan Standar
Pemeriksanaan putaran serta referensi serta
Pemeriksaan arus surja yg disepakati. referensi yg
2 Load test disepakati.
Load limit test
Change over test
Shut down test
3 Uji lepas beban
4 Uji keandalan unit

Program Studi Teknik Elektro | Universitas Atma Jaya Makassar 45


Komisioning Bay Trafo Generator
Bay trafo generator bagian dari sistem pembangkit tenaga listrik yang berfungsi
menaikkan tegangan generator sebelum daya listrik ditransmisikan. Dengan demikian
perlu juga dilakukan pengujian.

Komisioning Unjuk Kerja


Setelah seluruh pengujian individu, subsistem maupun sistem dilakukan, maka
pengujian yang terakhir yaitu pengujian unjuk kerja. Dalam pengujian yang lalu belum
melakukan pengujian yang berkaitan dengan performance. Hal ini belum cukup.
Peralatan yang dijalankan bukan asal beroperasi saja, namun bagaimana unit
pembangkit tersebut dapat menghasilkan efisiensi yang maksimum.
Prosedur uji ini digunakan dalam rangka serah terima dari pihak pembuat kepada
pemesan yang diperlukan dalam serah terima tersebut adalah prosedur untuk
menentukan efisiensi teknis, dengan cara melakukan pengukuran-pengukuran secara
langsung yang membandingkan antara energi panas yang diperlukan terhadap energi
yang dihasilkan, bewserta sejumlah kerugian-kerugian yang terdapat pada proses
pembakaran dan sisa-sisa pembakarannya.
Dalam hal tidak meyakinkan dilakukan pengukuran-pengukuran secara langsung
terhadap energi panas yang dibutuhkan atau energi yang dihasilkan dengan ketelitian
yang diharapkan, maka diberikan pedoman-pedoman untuk mengevaluasi efisiensi
dengan metode pengukuran-pengukuran panas.

Komisioning Instalasi Listrik Bangunan Lainnya


Instalasi listrik yang dimaksud adalah instalasi listrik untuk penerangan dan instalasi
daya untuk menunjang kegiatan pembangkitan. Instalasi ini terpasang pada bangunan
utama pembangkit listrik dan bangunan lainnya yang ada pada pusat pembangkit seperti
bangunan untuk kantor, bengkel, gudang, dll. Instalasi listrik penunjang ini juga harus
aman dan andal agar tidak mengganggu proses pembangkitan.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka kebenaran pemasangan perlu diperiksa sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.

4.3 Pengoperasian Dan Syarat-Syarat Teknis


PLTG merupakan mesin bebas getaran, tidak terdapat bagian mesin yang bergerak
translasi (bolak-balik). Temperatur turbine gas (1.000°C) jauh lebih tinggi dari pada jenis
turbine yang lain. Efesiensi konversi thermalnya mencapai 20%-30%. PLTG berfungsi
memikul beban puncak karena membutuhkan bahan bakar yang sangat besar (biaya
investasi rendah tapi biaya operasi tinggi).
Sebelum dioperasikan, instalasi PLTG harus sudah memenuhi kriteria atau tolok
ukur yang digunakan untuk menilai atau mengevaluasi hasil-hasil uji instalasi PLTG yaitu:
Ketentuan-ketentuan pada kontrak terutama yang menyangkut spesifikasi peralatan
dan yang menyangkut garansi.
Standar yang berlaku dan telah disepakati oleh kedua pihak.
Sertifikat pengujian pabrik
Ketentuan-ketentuan dari pabrik penjualnya yang telah disepakati oleh kedua pihak.

Program Studi Teknik Elektro | Universitas Atma Jaya Makassar 46


4.4 Kendala-Kendala
Kendala-kendala yang terjadi pada saat pemasangan PLTGU Ujung Pandang adalah
Lokasi PLTG yang berdampingan dengan PLTU yaitu:
 Pipa intake PLTU harus direposisi arahnya karena pada lokasi pipa tersebut
mengganggu pembangunan pondasi PLTG.
 Peralatan angkat (handling equipment) sulit ditempatkan pada posisi yang
ideal karena berdampingan dengan PLTU.

Program Studi Teknik Elektro | Universitas Atma Jaya Makassar 47


BAB V
INFORMASI DALAM GAMBAR

Foto-1;
Searah Jarum Jam; Papan Nama PLTG Tello,
Papan Nama PLN AP2B TRAGI Tello, PLTG-GE#1 dan PLTG-GE#2

Foto-2;
Dari Kiri; Papan Nama General Electric,
Pemipaan Bahan Bakar & Udara

Program Studi Teknik Elektro | Universitas Atma Jaya Makassar 48


Foto-3; Tangki Bahan Bakar

Foto-4; Switchyard 150 kV

Program Studi Teknik Elektro | Universitas Atma Jaya Makassar 49


Foto-5; Switchyard 30 kV dan Switchyard 70 kV

Foto-6; Ruang Remote Control PLTG GE#1 dan GE#2

Program Studi Teknik Elektro | Universitas Atma Jaya Makassar 50


Foto-7; Ruang Generator dan Ruang Turbin

Foto-8; Ruang Local Control Turbin dan Generator

Program Studi Teknik Elektro | Universitas Atma Jaya Makassar 51


Foto-9; Motor Compressor

Foto-10; Trafo Daya 46 MW, 11,5kV/150kV

Program Studi Teknik Elektro | Universitas Atma Jaya Makassar 52


BAB VI
KESIMPULAN

6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari uraian yang telah dijelaskan adalah:
1. Kapasitas daya PLTG General Electric Ujung Pandang adalah 2 × 45,4 MVA pada
tegangan generator 11,5 kV.
2. Daya out generator tersebut disupply ke switchyard 150 kV menggunakan dua
buah transformator daya 11,5 kV / 150 kV, 46 MVA melalui kabel tanah.
3. Sistem proteksi telah menggunakan relay numeric/digital dan interface MMI (Man
Machine Interface) yang dilengkapi dengan DGP Link Software.
4. Pembebanan PLTG General Electric dapat dilakukan baik secara manual maupun
auto. Demikian juga halnya dengan pengoperasian dapat dilakukan secara Local
maupun Remote.
5. Proses sinkronisasi juga dapat dilakukan secara manual maupun auto.

6.2 Saran-Saran
Saran yang dapat diberikan sehubungan dengan kendala-kendala dalam tahap
pelaksanaan pembangunan dan pengoperasiannya adalah sebagai berikut:
1. Penetapan lokasi/lahan pembangunan pembangkit seperti PLTG sebaiknya pada
area kosong sehingga pada saat transportasi peralatan dan pemasangan tidak
mendapat hambatan berarti.
2. Lokasi yang berdampingan seperti halnya PLTU dan PLTG Tello Makassar
menyebabkan reposisi pipa intake PLTU. Oleh karenanya, sebaiknya menjadi
pertimbangan seksama sebelum pelaksanaan pembangunannya.

Program Studi Teknik Elektro | Universitas Atma Jaya Makassar 53


DAFTAR PUSTAKA

Francis H. Raven, 1995. Automatic Control Engineering. Penerbit McGraw-Hill


International Edition, Singapore.
Imam Robandi, 2006. Desain Sistem Tenaga Modern, Optimisasi, Logika Fuzzy &
Algoritma Genetika. Penerbit ANDI, Yogyakarta.
Katsuhiko Ogata, 1985, alih bahasa Ir. Edi Laksono. Teknik Kontrol Automatik (Sistem
Pengaturan). Jilid 1, Penerbit ERLANGGA.
Katsuhiko Ogata, 1985, alih bahasa Ir. Edi Laksono. Teknik Kontrol Automatik (Sistem
Pengaturan). Jilid 2, Penerbit ERLANGGA.
Michael I. Callanan, 2005. Electrical Systems. Penerbit American Technical Publisher,
Inc. USA.
Robert H. Miller dan James H. Malinowski, 1994. Power System Operation. Penerbit
McGraw-Hill Co. Singapore.
Stanley M. Shinners, 1998. Advanced Modern Control System Theory and Design.
Penerbit John Wiley & Sons, Inc.USA.
W. Bolton, 1998. Control Engineering 2nd Edition. Penerbit Addison Wesley Longman
Publishing, New York.
William D. Stanley, John R. Hackworth, Richard L. Jones, 2007. Fundamentals of
Electrical Engineering and Technology. Penerbit Thomson Learning, Inc. USA.
William D. Stevenson, Jr., 1990, alih bahasa Ir. Kamal Idris. Analisis Sistem Tenaga
Listrik. Penerbit ERLANGGA.
Zuhal, 1988. Dasar Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya. Penerbit PT.
Gramedia, Jakarta.

Program Studi Teknik Elektro | Universitas Atma Jaya Makassar 54

Anda mungkin juga menyukai