Disusun Oleh:
Jeremias Leda, ST., M.Sc.
Mengetahui,
D e k a n Fakultas Teknik, Peneliti,
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak dan oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih yang tulus kepada:
1. Bapak Purnomo, S.T., S.E. selaku Manager PT. PLN (Persero) Sektor Tello
yang telah memberikan ijin pengumpulan data lapangan serta memberikan
pengesahannya terhadap karya tulis ini.
2. Bapak Hamzah, selaku Manager Unit PLTG/U PT. PLN (Persero) Sektor Tello
yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam proses penyusunan karya
tulis ini serta saat pengumpulan data.
3. Bapak Kamaluddin Husain, selaku SPU Harliskon PLTG/U PT. PLN (Persero)
Sektor Tello yang telah menyediakan waktunya untuk menerangkan berbagai
informasi terkait, sehubungan dengan penyusunan karya tulis ini dan juga telah
menyediakan data yang sangat diperlukan.
4. Terima kasih juga kami sampaikan kepada rekan-rekan seprofesi, teman serta
semua pihak yang langsung ataupun tidak langsung memberikan dukungan dan
saran namun tidak dapat kami sebutkan satu per satu.
Seperti kata pepatah, tiada gading yang tak retak, maka penulis sadar bahwa karya tulis
ini pun masih banyak kekurangan. Untuk itu, segala kritik, saran serta koreksi terhadap
penyempurnaannya sangatlah diharapkan.
Akhir kata semoga karya tulis ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.
Penulis/Penyusun
Halaman
COVER
PENGESAHAN 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
ABSTRAK 4
BAB I PENDAHULUAN 5
1.1 Peranan Sistem Ketenagalistrikan 5
1.2 PLTG Ujung Pandang dan Sistem Interkoneksi 7
Sulawesi Selatan
1.3 Batasan Bahasan 7
BAB VI KESIMPULAN 54
6.1 Kesimpulan 54
6.2 Saran-Saran 54
DAFTAR PUSTAKA
Pembangkit Listrik Tenaga Gas atau PLTG tergolong unit yang masa startnya
singkat yaitu sekitar 15-30 menit yang mana umumnya distart tanpa pasokan daya dari luar
karena menggunakan mesin diesel sebagai penggerak awalnya. PLTG didesain untuk
memikul beban puncak atau peak load karena dapat dibebani lebih tinggi 10% dari
ratingnya selama kurang lebih dua jam.
PLTG yang ada pada PT. PLN Sektor Tello Makassar, salah satunya adalah
PLTG General Electric, dengan kapasitas 2 × 45.400 kVA yang mulai beroperasi sejak
tahun 1997. Pembangkit ini menggunakan diesel start engine dengan speed-tronic mark
5 sebagai pengendali kecepatan. Turbin gas dikopel melalui gear-box dengan generator
sinkron 11,5 kV dan daya output disalurkan ke switchyard 150 kV melalui kabel tanah
setelah melewati trafo step-up 11,5 kV / 150 kV.
Untuk melayani keperluan peralatan bantu, PLTG General Electric mempunyai
trafo pemakaian sendiri dengan daya 1.600 kVA, tegangan 11,5kV/380V. Sisi tegangan
tinggi trafo pemakaian sendiri dihubungkan ke switchgear 11,5 kV melalui kabel
berisolasi. Titik bintang sisi tegangan rendah dari tiap unit trafo pemakaian sendiri
ditanahkan langsung. AC power supply untuk start pada kondisi normal dan pada saat
operasi, supply daya untuk start alat-alat bantu diperoleh dari trafo pemakaian sendiri
tersebut. Supply daya diperoleh dari tap trafo tenaga di sisi 11,5 kV dan diturunkan
tegangannya melalui trafo pemakaian sendiri. Pada saat black start/stop, supply daya AC
untuk kontrol alat bantu diperoleh dari busbar 150 kV yang diturunkan tegangannya
melalui trafo daya dan kemudian diturunkan lagi melalui trafo pemakaian sendiri.
Sistem proteksi PLTG General Electric telah menggunakan relay numeric yang
mana dikendalikan oleh microprocessor. Relay numeric/digital yang digunakan adalah
DGP System. DGP system adalah sebuah mikroprosesor yang dikombinasikan dengan
relay digital di mana menggunakan sampling bentuk gelombang dari arus dan tegangan
input untuk keperluan proteksi, control, dan monitoring generator.
Distribusi
APP
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sistem tenaga listrik adalah sekumpulan
pusat pembangkit listrik dan gardu induk atau pusat beban yang satu sama lainnya saling
dihubungkan oleh jaringan transmisi sehingga merupakan suatu kesatuan interkoneksi
sebagaimana tampak pada gambar-2.
PLTA ~
~ PLTU PLTG ~
GI GI
Aliran daya
GI
GI
Beban
PLTD
Beban
GI GI GI GI
Apabila jumlah pelanggan yang harus dilayani adalah jutaan maka daya listrik yang
harus dibangkitkan jumlahnya juga dapat mencapai ribuan mega-Watt. Untuk itu
diperlukan beberapa pusat listrik dan GI untuk melayani kebutuhan pelanggan. Salah satu
pusat listrik yang melayani pelanggan di wilayah kota Makassar dan sekitarnya adalah
Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Ujung Pandang sebagaimana dijelaskan pada sub-
bab berikut ini.
Obyek Tulisan
NOx)
daya LISTRIK
GAN
bumi
ONAL
PLTGU
NGAN
METODE Industri
LANJUT
bakar
RECOVERY) (SPBU,
dan CAIR
gas)
GAS
bakar gas
Jalur yang telah ada sekarang (existing line) pada mata rantai industri energi
berbasis gas alam tidak melibatkan penggunaan gas untuk menghasilkan bahan bakar cair.
Pengolahan gas menjadi bahan bakar cair merupakan alternatif bagi pengembangan ke
depan untuk memberikan solusi jangka pendek bagi kelangkaan bahan bakar hidrokarbon
cair yang dihasilkan dari industri energi berbasis minyak bumi. Penggunaan bahan bakar
yang berasal dari gas alam sebagai pengganti minyak bumi cukup prospektif karena
rentang waktu ketersediaan cadangan gas alam lebih panjang daripada rentang waktu
ketersediaan cadangan minyak bumi. Pengolahan gas alam (sebagian besar terdiri dari
CH4) menjadi senyawa hidrokarbon cair dilakukan dengan polimerisasi.
Pembakaran bahan bakar dalam ruang bakar menghasilkan gas bersuhu tinggi sampai
kira-kira 900 - 1.300 oC dengan tekanan 13 kg/cm2. Gas hasil pembakaran ini kemudian
dialirkan menuju turbine untuk disemprotkan kepada sudu-sudu turbine sehingga energi
gas dikonversikan menjadi energi mekanik pada poros turbin. Energi mekanik pada poros
digunakan untuk memutar generator yang pada akhirnya menghasilkan energi listrik.
Karena pembakaran yang terjadi pada sistem turbin gas mencapai suhu 1.300 oC maka
sudu-sudu turbin dan porosnya perlu didinginkan dengan udara atau hidrogen. Suhu yang
tinggi inilah yang merupakan sebab utama timbul ke-ausan apabila unit PLTG di start-
stop.
2.4 Pendinginan
Ketika men-design turbin gas yang bekerja pada suhu diatas 6500C, akan sangat
baik dan kadang-kadang memang diperlukan untuk menyediakan pendinginan buatan bagi
bagian-bagian mesin yang panas (sudu-sudu bergerak, piringan dan casing). Ada beberapa
metode pendinginan permukaan sudu-sudu turbin yaitu:
Internal liquid cooling
Pendinginan dengan menolak panas yang menuju piringan
Pendinginan udara
Sistem pendinginan pada sudu-sudu turbin dan porosnya dilakukan dengan udara
yang diambil dari kompressor. Untuk keperluan ini ada lubang pendingin pada
sudu-sudu turbin dan poros yang dalam pembuatannya memerlukan teknologi
canggih. Sedangkan pendinginan dengan minyak pelumas dilakukan dengan
system heat exchanger konvensional.
Pendinginan rotor turbin
Kompressor
Kompressor adalah alat yang digunakan untuk mengkompresikan udara dengan jumlah
yang besar untuk keperluan pembakaran, pendinginan dan lain-lain. Compressor yang
digunakan adalah jenis aksial dengan 17 tingkat yang seporos dengan turbine. Untuk
melakukan proses kompresi, kompresor memerlukan tenaga yang sangat besar. Tenaga
untuk memutar compressor adalah sekitar ¾ dari gaya yang dihasilkan oleh turbine.
Karena pembebanan pada PLTG bervariasi maka jumlah udara yang masuk melalui filter
diatur oleh inlet guide vane.
Ruang Bakar
Bagian-bagian yang menunjang proses pembakaran pada ruang bakar antara lain sistem
penyalaan, flame detector dan cross fire tube. Dari hasil pembakaran bahan bakar, gas
panas yang dihasilkan digunakan untuk menggerakkan turbin.
Turbin
Turbin adalah bagian yang terpenting dari perangkat PLTG, turbin merupakan perangkat
yang mengkonversikan energi panas dari hasil pembakaran di ruang bakar yang
bertemperatur dan bertekanan tinggi ke suatu energi yang baru yaitu energi mekanik.
Kecepatan aliran gas panas yang melalui sudu tetap dan sudu gerak adalah momentum
gaya aksial kecepatan mendorong sudu yang disatukan dengan rotor menimbulkan energi
baru yaitu energi mekanik gerak putar poros.
Bantalan
Unit turbin gas menggunakan dua bantalan :
- Journal bearing
- Thrust bearing
Fungsi bagian ini untuk menunjang rotor turbin sebagai penghubung rotor dan stator
turbin.
2.7.3 Generator
2.7.3.1 Prinsip Kerja
Prinsip kerja generator serempak berdasarkan induksi elektromagnetik. Setelah rotor
digerakan pengerak mula maka kutub-kutub pada rotor akan berputar. Jika kumparan
kutub diberi arus searah maka pada permukaan kutub akan timbul medan magnet searah
yang berputar dan kecepatannya sama dengan putaran kutub.
Garis-garis gaya yang berputar akan memotong kumparan jangkar tersebut
sehingga timbul EMF atau GGL atau tegangan induksi. Frekuensi EMF (ggl) mengikuti
persamaan:
P.n
f Hz
120
Dimana:
P = jumlah kutub
n = kecepatan putaran (rpm)
Besarnya tegangan induksi yang ditimbulkan pada kumparan jangkar yang ada pada
stator akan mengikuti persamaan :
E = C.n. Ø
Dimana:
C = konstanta mesin
Ø = fluks medan (weber)
n = kecepatan putaran (rpm)
Sistem penguatan ini termasuk sistem penguatan sendiri, dimana arus penguatan rotor
sendiri di dapat dari generator DC uang dikopel ke poros dengan reduction gear. Dengan
mengatur arus eksitasi maka tegangan stator arus bolak-balik bisa diatur.
Sistem penguatan ini termasuk sistem penguatan terpisah di mana arus pernguatan arus
rotor generator didapat dari generator DC yang digerakkan oleh notor AC yang diberi
oleh suplai oleh sumber tersendiri. Dengan mengatur arus eksitasi maka tegangan stator
arus bolak-balik bisa diatur.
Sistem penguatan ini termasuk sistem penguatan sendiri dimana arus penguatan rotor
generator didapat dari generator AC yang dikopel seporos rotor generator dan
disearahkan melalui rectifier dan langsung dialirkan ke rotor generator melalui sikat.
Permanen magnet generator merupakan generaotr 3 fasa dengan kutub luar. Bila kutub
magnet diputar maka di kumparan stator akan timbul ggl induksi. GGL induksi ini
dimasukkan ke AVR dan disearahkan ke kutub-kutub AC exciter untuk penguatan itu
sendiri. Bila kutub rotor AC exciter diputar maka pada ujung-ujung belitan rotor akan
keluar ggl induksi. AC exciter ini merupakan generator dengan kutub luar. Jadi rotornya
mengeluarkan ggl induksi. GGL induksi ini dialirkan ke rotating reactifier untuk
disearahkan dengan cara berputar dan langsung dialirkan ke rotor generator untuk
penguatan rotor generator itu sendiri. Bila rotor generator itu diputar oleh turbin maka di
stator generator akan timbul ggl induksi bolak-balik . Bila arus excitasi dinaikkan maka
tegangan bolak-balik di stator akan naik juga, tetapi tegangan di stator diatur supaya tetap
oleh AVR. Dengan mengambil setting tegangan stator yang disalurkannya maka tegangan
yang keluar dari generator bisa diatur secara otomatis.
Single-line diagram sistem interkoneksi SulSel dapat dilihat pada gambar 14,
sedangkan single-line diagram pada gambar 15 memperlihatkan PLTG/U/D Tello. PLTG
Ujung Pandang pada Sektor Tello terdiri dari 5 unit dengan data-data sebagai berikut:
1. Unit 1: WestCan
No
. DATA TEKNIK Merk
WESTCAN (W191G)
I TURBIN
Pabrik pembuat Westing house Canada
Type/Model Model W 191 G
Serial Number T - 66 S 6031
Rated Power 14,466 Kw.
Turbin stage 5
Compressor Stage 15
Putaran 4830
Bahan bakar HSD
Tahun operasi 1977
Kontrol Pneumatic/Electrik
II GENERATOR
Type HG 75,5
Putaran 750
Serial number 1 - 66S 60294
Daya 17,019 Kva
Phasa/Frequensi 3 phasa / 50 hz
Tegangan 11,5 Kv
Faktor daya 0.85
Arus 852 Amper
III EXITER
Nomor seri 1 - 66S 6029
Tegangan 119 volt
Arus 539 amper
Putaran 750
VI DIESEL START
Serial number 25-05215
Rating/Rpm 2200
Jumlah silinder 6/I
Buatan Allis Chalmers
Deutch
Model MK 25000
Motor starter Delco Remy
Model 1993924
24V/CW
V CONVERTER
Model F - 11574 TC -1
Jenis/type TWIN DISC
Gambar 15. Single Line Diagram PLTG, PLTU dan PLTD Tello
Proses pembangkitan
Pada saat perintah start dieksekusi maka pada awal mulanya mesin diesel start
bekerja dimana mesin diesel ini seporos dengan turbin generator dan putaran turbin akan
mengikuti putaran mesin diesel start. Hal ini dilakukan, karena jika tidak turbin akan
membutuhkan gaya tekan yang sangat besar dan membutuhkan bahan bakar yang lebih
besar pada awal start. Pada saat yang bersamaan bahan bakar disemprotkan melalui Nozzle
ke dalam ruang bakar dalam bentuk kabut bersama dengan udara, dibakar (diberi
pengapian) oleh busi untuk menghasilkan gas yang bertekanan untuk memutar turbin.
Berputarnya turbin berarti rotor generator juga berputar. Karena rotor berputar, maka
generator mulai menghasilkan output (tegangan dan frekunsi) melalui proses induksi
elektromagnetik.
Ketika putaran turbin melebihi putaran diesel start maka diesel start akan lepas
secara otomatis. Putaran turbin akan terus dinaikkan dengan penambahan bahan bakar
yang diatur secara otomatis, Rotor generator yang seporos dengan turbin akan terus
berputar hingga mencapai putaran ideal untuk menghasilkan tegangan dan frekuensi yang
diinginkan atau siap untuk melakukan sinkronisasi.
Proses sinkronisasi
Untuk pengaturan sinkronisasi, dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan
auto dan manual. Untuk dapat menampilkan prosedur sinkronisasi arahkan kursor pada:
EXIT (click)
SYNCHHRONIZING DISPLAY (click)
Pelaksanaannya adalah :
1. Arahkan kursor pada EXIT (click)
2. SYNCHRONIZING DISPLAY (click). Bila telah dilaksanakan maka akan tampak
sarana penurunan beban hingga pelepasan Circuit Breaker ( Breaker Trip)
3. Untuk penurunan beban lakukan pada Manual Mode, pilih sarana LOWER LOAD,
caranya arahkan kursor pada : LOWER(click) lakukan hingga beban mencapai beban
minimal (0,5 MW), bila telah tercapai lepaskan circuit breaker (breaker trip), caranya
adalah : arahkan kursor pada BREAKER TRIP di MANUAL MODE.
4. BREAKER TRIP (click). Perhatikan signal pada breaker, bila penunjukan breaker
telah terbuka (open) maka proses pelepasan breaker telah selesai, selanjutnya
penyetopan turbin bisa dilaksanakan, bila breaker open tunggu 5 menit untuk
meyetop unit. Caranya :
Arahkan kursor pada :
MAIN DISPLAY (click)
Posisikan stop pada MASTER SELECT, arahkan kursor pada :
STOP (click)-EXECUTE COMMAND (click)
Maka proses penyetopan unit telah tercapai, periksa kembali keadaan
pembangkitan hingga kondisi dalam keadaan aman.
Di bawah ini beberapa fungsi proteksi yang ada pada DGP System :
1. Stator Differential (87G)
2. Current Unbalance (46)
3. Loss of Exicitation (40)
4. Antimotoring (32-1)
5. Time overcurrent with voltage restraint (51V)
6. Stator Ground (64G1)
7. Ground Overcurrent ( 51 GN)
8. Over exicitation (24)
9. Overvoltage (59)
10. Undervoltager (27)
11. Over and Undefrequency (81)
12. Voltage Transformer Fuse Failure (VTFF)
Stator Differential
Fungsi ini menyediakan Proteksi dengan kecepatan tinggi selama terjadi gangguan phasa-
phasa, dan tiga phasa didalam stator generator. Stator differential menggunakan sebuah
produk restraint alogaritma dengan dual slope karakteristik. Stator differential tidak akan
bekerja untuk gangguan berulang pada belitan mesin. Ini juga tidak akan bekerja untuk
ganguan satu fasa ketanah, jika sistem tersebut tidak ditanahkan atau ditanahkan dengan
impedansi yang tinggi. Proteksi terhadap hubung tanah akan berfungsi jika netral dari
mesin ( atau salah satu mesin yang dioperasikan parallel)
Current Unbalance
Di sini ada beberapa kondisi tidak normal pada generator, kondisi tidak normal ini dapat
berupa ketidakseimbangan beban, gangguan pada sistem dan rangkaian terbuka.
Komponen urutan negative (I2) dari arus stator berhubungan langsung dengan kondisi
tidak normal ini dan pengaturan jumlah putaran fluks medan pada mesin. Kekurangan ini
akan menyebabkan pemanasan pada inti rotor. Kemampuan dari mesin untuk bertahan dari
pemanasan yang disebabkan oleh arus yang tidak terbatas (unbalance current). Proteksi
current unbalance dari DGP sistem menyediakan karakteristik waktu operasi yang cepat
sesuai I2² T = K. Sebuah karakteristik linear yang dibuat kira-kira untuk pendinginan
mesin sementara pada kondisi arus yang tidak terbatas ( unbalance current
). Didalamya ditambahkan 46T, DGP sistem juga memasukkan sebuah alarm unbalance
current (46A) yang mana dioperasikan oleh komponen urutan negative (I2) disesuaikan
dengan pick-up dan time delay.
Loss of Excitation
Fungsi ini digunakan untuk mendeteksi kekurangan eksitasi pada mesin sinkron. DGP
sistem memasukkan dua karakteristik mho, untuk mendeteksi mesin, tiap bagian
disesuaikan jangkauan, waktu mati dan pewaktuan. Logika disediakan dalam DGP system
untuk memblok fungsi ini dari adanya tegangan urutan negative ( dideteksi oleh sebuah
Voltage transformer fuse failure condition) dan sebuah eksternal VTFF Digital input DI6.
Eksitasi dapat hilang karena tripnya field breaker, rangkaian terbuka atau hubung singkat
pada belitan medan, kerusakan pada regulator, atau hilangnya sumber untuk meyupplai
belitan medan. Ketika sebuah generator sinkron kehilangan eksitasi, ini cenderung
membuatnya menjadi sebuah generator induksi. Jika ini berlangsung pada kecepatan
normal, beroperasi dengan daya yang berkurang, dan penerimaan daya reaktif (VARS)
dari sistem. Impedansi ini dilihat oleh relay, relay melihat generator bukan sebagai
gangguan tetapi merupakan karakteristik mesin. Aliran daya sebelumnya berkurang akibat
eksitasi. Studi mengindikasi bahwa fungsi dari zona mho dapat diset untuk mendeteksi
kasus kegagalan eksitasi dalam waktu yang singkat. Dan zona kedua dapat mendeteksi
semua kasus kegagalan eksitasi. Setting waktu yang lama dibutuhkan oleh second zone
(40-2) untuk keamanan selama kondisi ayunan daya untuk sistem stabil.
Anti Motoring
Fungsi ini untuk mengatasi terjadinya aliran daya aktif dari sistem ke generator. Kondisi
ini terjadi saat semua atau sebagian prime mover hilang daya putarnya, dan saat itu juga
daya yang dibangkitkan kurang dari daya beban. Daya aktif / nyata akan mulai mengalir ke
dalam generator dari sistem. Motoring power secara khusus membedakan jenis penggerak
mula seperti yang ditunjukkan oleh Tabel di bawah. Untuk spesifikasi penggunaan,
minimum penggerak daya dari generator dapat diperoleh dari supply setiap unit.
DGP system menyediakan sebuah fungsi untuk reverse power (32-1) dan disesuaikan
dengan time delay.
Over Voltage
Fungsi ini untuk mengatasi adanya tegangan lebih pada generator. Tegangan yang berlebih
yang melampaui dari batas maksimum yang diijinkan dapat menyebabkan kerusakan
isolasi dari belitan stator dan berakibat pada hubung singkat antara belitan. Selain itu
overvoltage dapat mengakibatkan terjadinya overspeed dan merusak pengatur tegangan
otomatis (AVR).
Under Voltage
Fungsi ini untuk mendeteksi mengatasi tegangan yang rendah pada output generator.
Apabila generator bekerja pada tegangan yang rendah maka akibat pada beban. Tegangan
yang rendah pada generator akan mengakibatkan daya yang dipasok ke beban berkurang
sehingga merugikan. Apabila generator berada dalam interkoneksi maka akan
mengakibatkan terjadinya aliran daya ke generator.
3.2.3.4. Sumber DC
Sumber DC yang digunakan pada sistem proteksi Generator PLTG GE berasal
dari sebuah batterai dengan tegangan 125 volt.
Tujuan dan sasaran AMDAL adalah untuk menjamin suatu usaha dan kegiatan
pembangunan atau proyek agar dapat berjalan secara sinambung tanpa merusak
lingkungan hidup. Kegiatan AMDAL ini dibuat saat mulai perencanaan proyek, yakni
sebelum pembangunan fisik (bangunan gedung, bendungan, saluran irigasi dan
sebagainya) dilaksanakan. Kegiatan yang akan dilaksanakan ini diperkirakan dapat
memberikan pengaruh terhadap lingkungan hidup di sekitarnya.
Pengaruh terhadap lingkungan hidup yang dimaksudkan di sini adalah pengaruh
dari aspek fisik, kimia, ekologi, sosial ekonomi, social budaya dan kesehatan masyarakat.
Kegiatan AMDAL ini mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999
tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. Secara umum, kegunaan
AMDAL sebagai berikut :
1. Bahan bagi perencanaan pembangunan wilayah
2. Membantu proses pengambilan keputusan tentang kelayakan lingkungan hidup
dari rencana usaha dan/ atau kegiatan.
3. Memberi masukan untuk penyusun desain rinci teknis dari rencana usaha
dan/atau kegiatan.
4. Memberi masukan untuk penyusunan rencana pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup.
5. Memberi informasi bagi masyarakat atas dampak yang ditimbulkan dari suatu
rencana usaha dan/atau kegiatan
Bidang Kesehatan
1. Rumah sakit kelas A
2. Rumah sakit yang setara dengan kelas A atau kelas 1 Rumah sakit
3. Rumah sakit dengan peiayanan spesialisasi lengkap/menyeluruh
4. lndustri Farmasi yang membuat bahan baku obat dengan proses penuh
5. >= 400 kamar
Bidang Pertanian
1. Usaha tambak udang/ikan
2. Pencetakan sawah, pada kawasan hutan
3. Usaha perkebunan tanaman tahunan
4. Usaha pertanian tanaman semusim luas >= 50 ha
5. luas >= 1.000 ha
6. luas >= 1 0.000 ha
7. luas >= 5.000 ha
Bidang PARPOSTEL
1. Hotel
2. Padang Golf
3. Taman Rekreasi
4. Kawasan Pariwisata >= 200 kamar atau luas >= 5 ha
>= 100 ha
Bidang Perindustrian
1. Idustri Semen (yang dibuat melalui produksi klinker)
2. Industri Pulp den Kertas
3. Industri Pupuk Kimia (Sintetis)
4. Industri Petrokimia
5. Industri peleburan baja
6. Industri peleburan timah hitam (Pb)
7. Industri peleburan tembaga (Cu)
8. Industri pembuatan alumina
9. Industri peleburan baja paduan
10. Industri alumunium ingot
11. Industri peleburan pellet & sponge 12.industd pig iron 13.industd fero
alloy Kawasan lndustri
12. Industd galangan kapal produksi
13. Industri Pesawat Terbang
14. Industri kayu lapis terintegrasi lengkap dgn fasilitas penunjangnya,
antara lain industri perekat
15. Industri senjata, munisi dan bahan peledak
16. Industri penghasil pestisida primer
17. Industri Batterai
>= 3.000 DWT
luas >= 3.000 ha
Bidang Perhubungan
1. Pembangunan Jaringan Jalan Kereta Api dan fasilitasnya
2. Pembangunan Sub Way
3. Pelabuhan Kelas 1, 11, 111 beserta fasilitasnya
4. Pelabuhan khusus
5. Reklamasi Pantai luas
6. Pengerukan Laut
7. Daerah Kerja (Kawasan) Pelabuhan
8. Bandar Udara beserta fasilitasnya panjang >= 25 km
>= 25 ha
volume >= 1 00.000 m3
Bidang Perdagangan
1. Pusat Perdagangan/Perbelaniaan relatif terkonsentrasi luas >= 5 ha
atau luas bangunan >= 10.000 m2
Bidang Kehutanan
1. Pembangunan taman safari
2. Pembangunan kebun binatang
3. Hak pengusaha hutan (HPH)
4. Hak pengusahaan hutan sagu
5. Hak pengusahaan hutan tanaman industri (HTI Pengusahaan pariwisata alam di
6. dalam : taman wisata alam, taman buru, taman laut, taman nasional, dan
7. taman hutan raya >= 250 ha
>= 100 ha
Komisioning
Setelah terpasang selanjutnya dilakukan komisioning. Komisioning unit PLTG
merupakan rangkaian dari beberapa kegiatan pemeriksaan dan pengujian atas beberapa
subsistemnya, yaitu:
Komisioning Turbin Gas
Komisioning Generator dan Eksitasi
Komisioning Bay Trafo Generator
Komisioning Unjuk Kerja
Komisioning Instalasi Listrik Bangunan lainnya
Secara umum pelaksanaan komisioning unit pembangkit terbagi dalam beberapa tahap
kegiatan sbb :
Pemeriksaan pendahuluan
Uji individual
Uji sub sistim, meliputi:
Uji sequential interlock
Uji proteksi
Uji kontrol elektrik/pneumatik
Uji jalan sistim
Uji sistim, meliputi:
Uji alat-alat pengaman/Uji jalan tanpa beban
Uji lalan berbeban (loading test)
Uji lepas beban (load rejection test)
Pemeriksaan (inspection)
Uji keandalan (reability test)
Uji unjuk kerja (performance test)
Dalam menilai /mengevaluasi hasil pengujian dalam komisioning, tidak dapat ditentukan
hanya sepihak saja, mengingat banyak variable-variable. Dengan demikian maka harus
ditempuh beberapa kesepakatan antara lain :
Semua pihak harus sepakat mengenai cara penyelesaian yang akan ditempuh bila
terjadi perbedaan pendapat mengenai ketelitian pengamat, kondisi dan metode
pengoperasian serta hasil akhir setiap pengujian.
Semua pihak harus sepakat mengenai rumus yang akan digunakan untuk
menghitung faktor kesalahan untuk mengevaluasi data serta kemungkinan
kesalahan maksimal yang dapat ditoleransi tanpa harus mengulangi pengujian.
Kesepakatan ini sedapat mungkin mencakup jumlah desimal yang digunakan
dalam perhitungan serta kriteria pembulatan desimal.
Dokumen yang harus disiapkan oleh kontraktor dan pemasok/pabrik peralatan dalam
rangka komisioning adalah:
Dokumen kontrak, terutama yang menyangkut spesifikasi teknik dan garansi
Daftar material/peralatan (material lists), diskripsi dan sertifikat uji untuk bagian
atau komponen utama.
Gambar teknik pemasangan dan data instalasi
Diagram logik, diagram garis tunggal, diagram skematis
Kurva unjuk kerja dan kurva koreksi
Instruksi atau buku petunjuk pengoperasian, inspeksi dan pemeliharaan
Instuksi perakitan atau pembongkaran dari peralatan atau bagian peralatan
Instruksi tentang keselamatan (safety instruction)
Daftar suku cadang asli, sebagaimana disebutkan dalam kontrak
Buku-buku standar yang berkaitan dengan instalasi/peralatan yang diuji.
Buku petunjuk pabrikan, tabel ataupun kurva-kurva untuk koreksi perhitungan.
Jadwal komisioning
Prosedur pengujian
Laporan pengujian pabrik
Hasil pemeriksaan, pengujian dan pengukuran yang dilakukan oleh kontraktor dan
pabrikan yang dituangkan dalam blangko atau formulir yang sesuai beserta
evaluasinya.
Data-data lain yang diperlukan untuk pengoperasian dan pemeliharaan unit seperti:
data dan karakteristik peralatan; diskripsi tentang berbagai sistem bahan bakar;
sistim pendinginan; sistem pelumasan; nilai-nilai batas suhu; nilai batas tekanan.
Dokumen-dokumen tersebut harus tersedia sebelum/selama komisioning dilaksanakan.
Foto-1;
Searah Jarum Jam; Papan Nama PLTG Tello,
Papan Nama PLN AP2B TRAGI Tello, PLTG-GE#1 dan PLTG-GE#2
Foto-2;
Dari Kiri; Papan Nama General Electric,
Pemipaan Bahan Bakar & Udara
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari uraian yang telah dijelaskan adalah:
1. Kapasitas daya PLTG General Electric Ujung Pandang adalah 2 × 45,4 MVA pada
tegangan generator 11,5 kV.
2. Daya out generator tersebut disupply ke switchyard 150 kV menggunakan dua
buah transformator daya 11,5 kV / 150 kV, 46 MVA melalui kabel tanah.
3. Sistem proteksi telah menggunakan relay numeric/digital dan interface MMI (Man
Machine Interface) yang dilengkapi dengan DGP Link Software.
4. Pembebanan PLTG General Electric dapat dilakukan baik secara manual maupun
auto. Demikian juga halnya dengan pengoperasian dapat dilakukan secara Local
maupun Remote.
5. Proses sinkronisasi juga dapat dilakukan secara manual maupun auto.
6.2 Saran-Saran
Saran yang dapat diberikan sehubungan dengan kendala-kendala dalam tahap
pelaksanaan pembangunan dan pengoperasiannya adalah sebagai berikut:
1. Penetapan lokasi/lahan pembangunan pembangkit seperti PLTG sebaiknya pada
area kosong sehingga pada saat transportasi peralatan dan pemasangan tidak
mendapat hambatan berarti.
2. Lokasi yang berdampingan seperti halnya PLTU dan PLTG Tello Makassar
menyebabkan reposisi pipa intake PLTU. Oleh karenanya, sebaiknya menjadi
pertimbangan seksama sebelum pelaksanaan pembangunannya.