Anda di halaman 1dari 72

LAPORAN KERJA PRAKTEK

SISTEM PENGAMANAN GARDU DISTRIBUSI UNI

PENYULANG RENI PLN ULP PANGANDARAN

Oleh :

Nama : Faqih Subyakto

NPM : 177002073

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SILIWANGI

TASIKMALAYA

JANUARI, 2021
PENGESAHAAN LAPORAN KERJA PRAKTEK

SISTEM PENGAMANAN GARDU DISTRIBUSI UNI

PENYULANG RENI PLN ULP PANGANDARAN

KERJA PRAKTEK

Oleh:

FAQIH SUBYAKTO

NPM. 177002073

Menyetujui
Tasikmalaya, 20 Januari 2021

Pembimbing KP, Pembimbing Lapangan,

Andri Ulus Rahayu S.T.,M.T. Egi Kusmiprayogi


NIP. 198904032018031001 NIP. 9110057L

Mengetahui,
Ketua Program Studi
Teknik Elektro

Nurul Hiron., M.Eng


NIDN. 04111087504

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Kerja Praktek yang berjudul “SISTEM PENGAMANAN GARDU
DISTRIBUSI UNI PENYULANG RENI PLN ULP PANGANDARAN”. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan Ridho-Nya sehingga penulis bisa
menyelesaikan Kegiatan dan Laporan Kerja Praktek ini.
2. Kedua Orang Tua yang selalu memberikan dukungan baik secara moril
ataupun materil serta doa yang senantiasa mengantarkan penulis hingga
menyelsaikan Kerja Praktek ini.
3. Bapak (Madruji) selaku Manager PT. PLN (Persero) ULP Pangandaran
yang telah memberikan kesempatan Kerja Praktek di Perusahaan ini.
4. Bapak (Egi Kusmiprayogi) selaku Supervisor Teknik PT. PLN (Persero)
ULP Pangandaran sekaligus pembimbing lapangan yang telah membantu
menyelesaikan kerja praktek ini.
5. (Andri Ulus Rahayu) selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan
bimbingan, motivasi, petunjuk, dan arahan kepada penulis dalam
Kegiatan juga penyusunan Laporan ini
6. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
Laporan Kerja Praktek ini.
Semoga segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis dibalas dengan
pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Aminn.

Tasikmalaya, Januari 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

COVER............................................................................................................................... i

PENGESAHAAN LAPORAN KERJA PRAKTEK .......................................................... ii

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... iii

DAFTAR ISI .................................................................................................................... iv

ABSTRAK......................................................................................................................... v

Judul Kerja praktek : ......................................................................................................... vi

Tema Kerja Praktek : ...................................................................................................... vi

Tempat dan lokasi Kerja Praktek : .................................................................................... vi

Dosen Pembimbing Kerja Praktek : ............................................................................... vi

LOGBOOK KERJA PRAKTEK .......................................................................................1

LANDASAN TEORI .......................................................................................................37

KESIMPULAN................................................................................................................62

DOKUMENTASI ............................................................................................................63

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................65

iv
ABSTRAK

Kerja Praktek ini dilaksanakan di PT. PLN (Persero) ULP


PANGANDARAN dengan tema “Sistem Pengamanan gardu distribusi” dan judul
“SISTEM PENGAMANAN GARDU DISTRIBUSI UNI PENYULANG RENI
PLN ULP PANGANDARAN”. Cakupan kerja praktek yang dilakukan meliputi
kegiatan pemeliharaan distribusi dan pelayanan teknik.Fungsi pengamanan gardu
distribusi adalah agar menjaga gardu distribusi tetap bekerja secara optimal,
gardu distribusi uni merupakan jenis gardu pasang dalam yang terdiri dari
komponen-komponen pengaman yaitu kubikel/PHB-TM, panel tegangan
rendah/PHB-TR. Pemilihan komponen pengamanan gardu distribusi mempunyai
perhitungan tersendiri agar pengamanannya optimal sehingga tidak menggangu
kinerja dari gardu distribusi dalam mensuplai energi listrik ke masyarakat.

Kata Kunci : sistem pengamanan, gardu pasang dalam, gardu distribusi.

v
Judul Kerja praktek :

SISTEM PENGAMANAN GARDU DISTRIBUSI UNI PENYULANG RENI

PLN ULP PANGANDARAN

Tema Kerja Praktek :

PENGAMANAN GARDU DISTRIBUSI

Tempat dan lokasi Kerja Praktek :

Tempat KP : PT. PLN (Persero) ULP Pangandaran

Lokasi KP : Jl. Banjar - Pangandaran, Babakan, Pangandaran, Kab. Pangandaran,

Babakan, Pangandaran, Jawa Barat 46396

Dosen Pembimbing Kerja Praktek :

Andri Ulus Rahayu S.T.,M.T.

Pembimbing Lapangan Kerja Praktek :

Egi Kusmiprayogi

vi
LOGBOOK KERJA PRAKTEK

Sistem Pengamanan Gardu Distribusi UNI Penyulang RENI PLN ULP


Judul:
Pangandaran
Nama: Faqih Subyakto

NPM: 177002073

Prodi: Teknik Elektro

Ttd
Hari ke Tanggal Item Kegiatan Pembimbing
lapangan

- Pengenalan perusahaan
1. 9/11/2020 - Pengarahan dari Manager PLN
ULP Pangandaran
Kesimpulan :

Pengenalan perusahaan

⚫ PT. PLN (Persero) ULP pangandaran yang beralamat di jalan Banjar -


Pangandaran, Babakan, Pangandaran, Kab. Pangandaran, Babakan,
Pangandaran, Jawa Barat 46396 merupakan unit dari PT. PLN (Persero)
UP3 TASIKMALAYA. Di perusahaan ini mahasiswa yang melakukan kerja
praktek ditempatkan pada bagian teknik dimana Sesuai dengan fakultas dan
jurusan mahasiswa disesuaikan proyeksi jabatan di bagian teknik dengan
cukupan pekerjaan meliputi pelayanan teknik dan pemeliharaan distribusi,
diterangkan preses bisnis PLN secara keseluruhan dan proses bisnis PLN
dibagian teknik
⚫ Pengarahan yang di berikan dari manager supaya mahasiswa yang
melaksananakan kp di siplin dan aktif mencari informasi yang ada di PT.
PLN(Persero) ULP pangandaran.
⚫ Pengenalan Pegawai di bagian Teknik dan mitra kerja yang terlibat langsung

1
dengan bagian teknik.

- Pemeliharaan Gabungan di
Kecamatan Cigugur, dan
2. 10/11/2020
sebagian kecamatan cijulang.

Kesimpulan :

Pemeliharaan gabungan ini merupakan pemeliharaan yang melibatkan semua


vendor di bagian teknik yaitu Hardis ( pemeliharaan distribusi) dan yantek
(pelayanan teknik), kegiatan yang di lakukan yaitu Row dan perbaikan kontruksi

- ROW

(Right of way ) Jarak aman adalah jarak antara bagian aktif/fase dari jaringan
terhadap benda-benda disekelilingnya baik secara mekanis atau elektromagnetis
yang tidak memberikan pengaruh membahayakan. Secara rinci Jarak aman
jaringan terhadap bangunan lain dapat dilihat pada tabel dibawah. Khusus
terhadap jaringan telekomunikasi, jarak aman minimal adalah 1 m baik vertikal
atau horizontal. Bila dibawah JTM terdapat JTR, jarak minimal antara JTM
dengan kabel JTR dibawahnya minimal 120 cm.

Tabel 1

2
Gambar 1 ROW

- Perbaikan Kontruksi

3
Gambar 2

Memperbaiki kabel SUTM dari tiang lam yaitu tiang kotak ke bulat dengan
tinggi di sesuaikan dengan keterangan di atas yaitu 12 meter.

4
- diskusi tentang sistem
3. 11/11/2020 Jaringan distribusi pln ULP
pangandaran.
Kesimpulan :

Jaringan distribus di pln ULP pangandaran terdiri dari 10 penyulang yaitu.

10 penyulang
PNJG, PATO, PNTR, PECU, RSUP, CGGR, KRNI, BHIU, JUPO, RENI.

- Diskusi tentang kontruksi


4. 12/11/2020 jaringan listrik tegangan
menengah di Pln.
Kesimpulan :

Konstruksi jaringan Tenaga Listrik Tegangan Menengah dapat dikelompokkan


menjadi 3 macam konstruksi sebagai berikut :

1. Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM).

Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) adalah sebagai konstruksi termurah


untuk penyaluran tenaga listrik pada daya yang sama. Konstruksi ini terbanyak
digunakan untuk konsumen jaringan Tegangan Menengah yang digunakan di
Indonesia. Ciri utama jaringan ini adalah penggunaan penghantar telanjang yang
ditopang dengan isolator pada tiang besi/beton. Penggunaan penghantar
telanjang, dengan sendirinya harus diperhatikan faktor yang terkait dengan
keselamatan ketenagalistrikan seperti jarak aman minimum yang harus dipenuhi
penghantar bertegangan 20 kV tersebut antar Fase atau dengan bangunan atau
dengan tanaman atau dengan jangkauan manusia.

5
Gambar 3

2. Saluran Kabel Udara Tegangan Menengah (SKUTM)

Untuk lebih meningkatkan keamanan dan keandalan penyaluran tenaga listrik,


penggunaan penghantar telanjang atau penghantar berisolasi setengah pada
konstruksi jaringan Saluran Udara Tegangan Menengah 20 kV, dapat juga
digantikan dengan konstruksi penghantar berisolasi penuh yang dipilin. Isolasi
penghantar tiap Fase tidak perlu di lindungi dengan pelindung mekanis. Berat
kabel pilin menjadi pertimbangan terhadap pemilihan kekuatan beban kerja tiang
beton penopangnnya.

Gambar 4

3. Saluran Kabel Tanah Tegangan Menengah (SKTM)

Konstruksi SKTM ini adalah konstruksi yan aman dan andal untuk
mendistribusikan tenaga listrik Tegangan Menengah, tetapi relatif lebih mahal
untuk penyaluran daya yang sama. Keadaan ini dimungkinkan dengan konstruksi
isolasi penghantar per Fase dan pelindung mekanis yang dipersyaratkan. Pada
rentang biaya yang diperlukan, konstruksi ditanam langsung adalah termurah bila
dibandingkan dengan penggunaan konduit atau bahkan tunneling (terowongan
beton).

6
Gambar 5

KOMPONEN UTAMA KONSTRUKSI SUTM

1. Penghantar

1.1 Penghantar Telanjang (BC : Bare Conductor)

Konduktor dengan bahan utama tembaga(Cu) atau alluminium (Al) yang di pilin
bulat padat , sesuai SPLN 42 -10 : 1986 dan SPLN 74 : 1987 Pilihan konduktor
penghantar telanjang yang memenuhi pada dekade ini adalah AAC atau AAAC.
Sebagai akibat tingginya harga tembaga dunia, saat ini belum memungkinkan
penggunaan penghantar berbahan tembaga sebagai pilihan yang baik.

1.2 Penghantar Berisolasi Setengah AAAC-S (half insulated single core)

Konduktor dengan bahan utama aluminium ini diisolasi dengan material XLPE
(croslink polyetilene langsung), dengan batas tegangan 6 kV dan harus
memenuhi SPLN No 43-5-6 tahun 1995.

1.3 Penghantar Berisolasi Penuh (Three single core)

Gambar 6

7
2. Isolator

Pada jaringan SUTM, Isolator pengaman penghantar bertegangan dengan tiang


penopang/travers dibedakan untuk jenis konstruksinya adalah :

2.1 Isolator Tumpu

Gambar 7

2.2 Isolator Tarik

Gambar 8

3. Peralatan switching

Pada percabangan atau pengalokasian seksi pada jaringan SUTM untuk maksud
kemudahan operasional harus dipasang Pemutus Beban (Load Break Switch :
LBS), selain LBS dapat juga dipasangkan Fused Cut-Out (FCO).

8
Gambar 9

4. Tiang

4.1 Tiang Kayu

SPLN 115 : 1995 berisikan tentang Tiang Kayu untuk jaringan distribusi,
kekuatan, ketinggian dan pengawetan kayu sehingga pada beberapa wilayah
pengusahaan PT PLN Persero bila suplai kayu memungkinkan, dapat digunakan
sebagai tiang penopang penghantar penghantar SUTM.

4.2 Tiang Besi

Adalah jenis tiang terbuat dari pipa besi yang disambungkan hingga diperoleh
kekuatan beban tertentu sesuai kebutuhan. Walaupun lebih mahal, pilihan tiang
besi untuk area/wilayah tertentu masih diijinkan karena bobotnya lebih ringan
dibandingkan dengan tiang beton. Pilihan utama juga dimungkinkan bilamana
total biaya material dan transportasi lebih murah dibandingkan dengan tiang
beton akibat diwilayah tersebut belum ada pabrik tiang beton.

4.3 Tiang Beton

Untuk kekuatan sama, pilihan tiang jenis ini dianjurkan digunakan di seluruh
PLN karena lebih murah dibandingkan dengan jenis konstruksi tiang lainnya
termasuk terhadap kemungkinan penggunaan konstruksi rangkaian besi profil.

KONSTRUKSI SUTM

1. Ruang Bebas (Right Of Way) dan Jarak Aman (Safety Distance)

Jarak aman adalah jarak antara bagian aktif/fase dari jaringan terhadap benda-
benda disekelilingnya baik secara mekanis atau elektromagnetis yang tidak
memberikan pengaruh membahayakan. Secara rinci Jarak aman jaringan
terhadap bangunan lain dapat dilihat pada tabel Khusus terhadap jaringan
telekomunikasi, jarak aman minimal adalah 1 m baik vertikal atau horizontal.
Bila dibawah JTM terdapat JTR, jarak minimal antara JTM dengan kabel JTR
dibawahnya minimal 120 cm

9
Gambar 10

2. Spesifikasi Konstruksi SUTM

Secara rinci standar konstruksi Saluran Udara Tegangan Menengah sebagai


berikut :

2.1. Konstruksi SUTM sistem 3 Kawat

2.1.1. Konstruksi SUTM Sirkit Tunggal

a). Konstruksi tiang Penumpu (Line Pole) dan kelengkapannya

Konstruksi ini dipasang untuk lintasan jaringan SUTM 0° - 15° dengan 3 buah
isolator tumpu dan 1 buah cross arm UNP 10 x 2000.

b). Konstruksi tiang Sudut Kecil dengan sudut 15° s/d 30° dan
kelengkapannya

Konstruksi ini dipasang untuk jaringan SUTM dengan sudut 15°- 30° dengan 6
buah isolator tumpu, 2 buah cross arm UNP 10 x 2200.

c). Konstruksi tiang sudut besar dengan sudut lintasan 30°- 60° dan
kelengkapannya

Konstruksi ini memakai 6 set isolator tarik, 3 buah isolator tumpu dan 2 buah
cross arm UNP 10 x 2200.

d). Konstruksi tiang sudut besar dengan sudut lintasan 60°- 90° dan
kelengkapannya

Konstruksi ini memakai 6 set isolator tarik, 1 buah isolator tumpu dan 4 buah
cross arm UNP 10 x 2000.

10
e). Konstruksi tiang awal (Riser Pole) dan kelengkapannya

Konstruksi tiang awal ini dipasang pada awal jaringan dimana terdapat kabel
naik dari gardu induk/pusat listrik. Pada tiang ini terpasang 3 set isolator tarik, 2
buah cross arm UNP 10 x 2000, lightning arrester, pipa galvanis pelindung kabel
diameter 4 inci, dan instalasi pembumian. Kekuatan tiang disesuaikan dengan
besarnya penampang penghantar yang digunakan.

f). Konstruksi tiang Peregang (Tension Pole) dan kelengkapannya

Konstruksi tiang peregang ini di pasang pada tiap-tiap 10 gawang jaringan.


Kekuatan tiang (Working Load) sama dengan kekuatan tiang awal atau tiang
dengan kekuatan tiang lebih kecil namun harus di tambah 2 set konstruksi
Topang tarik dengan arah berlawanan. Pada konstruksi ini terpasang 6 set isolator
tarik, 3 buah isolator tumpu dan 2 buah cross arm UNP 10 x 2000.

g). Konstruksi tiang pencabangan ( Tee- Off Pole)

Konstruksi ini adalah gabungan antara konstruksi tiang penumpu dan tiang awal
tanpa lightning arrester, kabel naik, namun di tambah dengan 1 buah isolator
tumpu dan 1 set Topang tarik, jika tidak memungkinkan penggantian tiang
dengan kekuatan tarik yang lebih besar.

h). Konstruksi saklar tiang (Pole Switch)

Konstruksi ini di pasang untuk maksud - maksud manuver jaringan atau


pemeliharaan . Terdapat 2 jenis saklar tiang Pole Top Switch yang hanya
berfungsi sebagai pemisah. Pole Top Load Break Switch yang berfungsi sebagai
pemutus beban. Konstruksi ini memakai tiang dengan kekuatan tarik sekurang-
kurangnya 350 daN. Semua BKT harus di bumikan.

i). Konstruksi Pembumian.

Bagian-bagian yang harus dibumikan adalah Bagian Konduktif Terbuka


konstruksi tiang untuk setiap 3 gawang dan instalasi lightning arrester.
Konstruksi ini memakai penghantar pembumian jenis tembaga, bimetal joint,
penghantar alumunium dan elektroda pembumian.

j). Konstruksi tiang akhir (End Pole)

11
Konstruksi tiang akhir ini sebagaimana konstruksi tiang awal dengan atau tanpa
kabel naik. Tiang yang di pakai dengan kekuatan tarik sesuai penampang
penghantar atau dengan kekuatan tarik lebih kecil di tambah konstruksi topang
tarik.

k). Konstruksi penopang tiang

Terdapat 3 macam konstruksi penopang tiang yang dipakai :

- Topang tarik ( Down Guy Wire / Trekskur)

- Topang tekan (Strut Pole / Drukskur)

- Kontramast (Span Guy Wire)

KONSTRUKSI SKUTM

1. Penggunaan SKUTM

Saluran kabel udara Tegangan Menengah adalah saluran udara Tegangan


Menengah yang menggunakan kabel sebagai sarana penghantar.

Terdapat dua jenis kabel yang dipakai :

• Kabel udara dengan ketahanan isolator 6 kV / half insulated – AAAC – S yang


berukuran 150 mm² dan 70 mm².

• Kabel udara dengan ketahanan isolator penuh / 24 kV / Fasa – Fasa ) dari jenis
NFA2XSEY – T, berukuran ( 3 x 150 A1 + 90 SE ) dan 9 3 x 70 A1 + 70 SE ).

2. Konstruksi Kabel Udara AAAC – 5

Konstruksi Jaringan yang memakai Penghantar AAAC – S sama dengan AAA –


C murni. Hal yang perlu diperhatikan adalah apabila melakukan penggantian
AAAC menjadi AAAC – S, mengingat beban massa jaringan bertambah 37 %.
Perlu diprtimbangkan pemasangan penopang tiang / Guy wire pada tiang – tiang
sudut dan tiang akhir.

3. Konstruksi Kabel Udara Twisted

Mengingat berat massa kabel ini, kekuatan tiang untuk SKUTM memakai tiang

12
350 daN.

Jenis konstruksinya terbagi atas fungsi tiang pada jaringan.

a) Konstruksi Tiang Awal

Pada konstrtuksi ini digunakan kotak ujung ( Cable Terminator ) dan Lightning
Arrester 10 kA dengan kekuatan tiang awal sekurang – kurangnya 500 daN.
Dead End Clamp / Strain Clamp dengan kelengkapannya sebagai penarik
pemikul / Messenger SKUTM. Nilai tahanan pembumian Lightning Arrester
tidak melebihi 1 ohm.

b) Konstruksi Tiang Penumpu ( Live Role )

Tiang penumpu memakai konstruksi Line Role dengan Suspension Clamp dan
Suspension Bracket dan kelengkapannya. Tiang penumpu dapat berfungsi
sebagai tiang sudut dengan dan besarnya sudut lintasan 0° - 15°.

c) Konstruksi Tiang Sudut Kecil ( 15° s/d 30° )

Pada konstruksi ini pada sudut lintasan 15° s/d 30° digunakan dua buah
Suspension Clamp pada komponen tambahan, Yoke. Komponen pelengkapnya
sama dengan konstruksi tiang penumpu dan penopang tiang 9 Guy Wire ).

d) Konstruksi Tiang Sudut Sedang ( 30° s/d 45°)

Dua buah Suspension Clamp, satu buah Yoke tetap digunaka, namun ditambah
satu buah Yoke berbentuk segi tiga yang digantung Pole Bracket.

e) Konstruksi Tiang Sudut Besar ( 45° s/d 90°)

Untuk sudut lintasan antara 45° s/d 90° harus memakai konstruksi Double Dead
End yaitu dua konstruksi pada tiang awal.

f) Konstruksi Tiang Akhir

Konstruksi tiang akhir sama dengan tiang awal. Kabel diterminasi dengan
dihubungkan ke Lightning Arrester 10 KA. Kekuatan tiang akhir sekurang –
kurangnya 500 daN.

g) Konstruksi Tiang Peregang dan Sambungan Kabel

Tiang peregang ( Tension Pole ) memakai dua jenis konstruksi Dead End
sebagaimana pada tiang awal dan tiang akhir. Kekuatan tiang yang dipakai sama

13
dengan kekuatan tiang awal dan akhir. Konstruksi tiang peregang dapat
digunakan sebagai titik sambung antara dua penghantar SKUTM. Bulusan /
kotak sambung kabel ditopang sedemikian rupa sehingga tidak menahan beban
mekanis dan pada posisii lurus. Pada titik sambungan kabel Twisted TM diberi
cadangan sekurang – kurangnya 3 meter sebagai penghantar pada gawang
jaringan.

h) Konstruksi Sambungan Antara SUTM dan SKUTM pada Kabel Twisted

Sambungan antara SUTM dan SKUTM kabel Twisted harus memakai kotak
ujung / Cable Terminator pada kabel Twisted dan Lightning Wrrester 10 KA.
Posisi kotak ujung kabel harus tegak lurus dan tahanan Pembumian Lightning
Arrester tidak melebihi 1 ohm.

i) Konstruksi Tiang Pencabangan

Untuk SKUTM yang menggunakan kabel AAAC – S / half in Sulated ketentuan


konstruksi sama dengan SUTM yang menggunakan AAAC. Pada SKUTM yang
menggunakan kabel Twisted, sadapan pencabangan harus dilengkapi dengan
Lightning Arrester 10 KA.

j) Ikatan AAAC – S pada Isolator Tumpu

Mengingat AAAC – S adalah kabel, maka efek Transformator terhubung singkat


akan timbul pada ikatan kabel / bending wire dan Isolator, sehingga kabel dapat
putus. Perlu diperbaiki metode pengikatan kawat pengikat / Bending Wire pada
Isolator tumpu ini.

4. Ruang Bebas dan Jarak Aman

Ruang Bebas ( Right of Way ) dan jarak aman ( Safety Clearence) pada
konstruksi SKUTM harus tetap memenuhi syarat keamanan lingkungan dan
keandalan. SKUTM yang menggunakan kabel Twisted, jarak aman sekurang –
kurangnya 60 cm, dan ROW kabel tidak boleh bersentuhan dengan pohon /
bangunan. Pada titik sambungan SKUTM kabel Twisted dan SUTM AAAC,
jarak aman sama dengan ketentuan pada SUTM AAAC.

5. Konstruksi Saklar Tiang dan Peralatan Proteksi

Setiap pemakaian saklar tiang harus dilengkapi dengan Lightning Arrester 10 KA


pada kedua sisi saklar. Demikian juga pada konstruksi yang memakai peralatan

14
proteksi ( pemutus balik / Recloser jarak seksi otomatis / Sectionalized ). Semua
bagian konduktif terbuka harus di bumikan dapat menjadi satu dengan
Penghantar Pembumian Lightning Arrester.

KONSTRUKSI SKTM

1 Jarak Aman Konstruksi SKTM

Karena menyangkut fasilitas PEMDA seperti jalan raya, trotoar atau instalasi
pengguna lainnya (telekom/PAM), dikawasan perkotaan pekerjaan konstruksi
SKTM untuk sistem distribusi harus dilaksanakan dengan ketentuan/seijin
PEMDA setempat. Sebagaimana ditetapkan dalam SNI 04-0225-2000 tentang
Peraturan Umum Instalasi Listrik, Jarak aman antara instalasi bawah tanah lain
ditetapkan sebagai berikut :

15
Bila saat instalasi kondisi lapangan tidak memungkinkan untuk pemenuhan jarak
aman tersebut diatas, pelaksanaan akhir harus ditambahkan penguatan struktur
pelindung dan dengan sepengetahuan PEMDA.

Jenis Konstruksi SKTM bawah tanah pada garis besarnya dibedakan atas sistem

16
tanam langsung (direct buried cable) menggunakan pipa saluran/ducting atau
terowongan (tunneling cable). Dasar pemilihan jenis konstruksi ini secara ringkas
dapat dilihat sebagai berikut.

Pemilihan jenis konstruksi ini harus sesuai dengan kemampuan financial


perusahaan dan kebutuhan.Untuk perolehan biaya pengusahaan lebih murah,
penerapan terowongan dapat saja bersama utilitas prasarana lain dibawah
koordinasi PEMDA.

Dengan pertimbangan optimasi biaya perusahaan, pada pedoman standar


konstruksi SKTM ini diutamakan sistem tanam langsung untuk diterapkan di PT
PLN Persero.

2. Konstruksi SKTM Tanam Langsung

2.1 Konstruksi Tanam Langsung di halaman rumput/taman/tanah biasa

Konstruksi lubang galian untuk perletakan kabel harus cukup, sekurang-


kurangnya 0,40 m yang harus disesuaikan dengan banyak kabel yang akan
diletakkan didalam galian tersebut seperti dinyatakan dalam tabel berikut ini.
Perletakan kabel pada satu lubang galian ditetapkan maksimum 7 kabel. Lebih
dari itu, direkomendasikan menggunakan jalur galian yang berbeda atau
membangun terowongan kabel.

17
Sebelum kabel diletakan pada galian, untuk mengantisipasi dissipasi panas dan
kelenturan, galian harus di lapisi pasir setebal 10 cm terlebih dulu; demikian juga
setelah diletakan untuk kemudian ditutup dengan batu pengaman dengan tebal 6
cm. Batu pengaman yang berwujud lempengan beton harus diberi tanda PLN 20
kV. Untuk peletakan lebih dari 1 kabel, diantara kabel juga harus disekat dengan
batu pengaman setebal 6 cm. Saat konstruksi harus diperhatikan struktur tanah
setempat, bilamana diperlukan dindingnya perlu ditopang, agar tepinya terhindar
dari longsor.

2.2 Konstruksi SKTM Tanam Langsung di bawah Trotoar atau Jalan


Lingkungan.

Konstruksi SKTM dibawah trotoar berbeda dengan dibawah tanah biasa atau
taman.Sebelum SKTM digelar, harus memperhitungkan konstruksi trotoar,
sehingga kedalaman galian disesuaikan menurut tabel

Pada konstruksi jalan lingkungan dengan kedalaman galian yang sama, sebagai
antisipasi akibat beban untuk mencegah terjadinya deformasi kabel TM yang
berpengaruh dan beresiko terhadap kerusakan kabel, maka seluruh galian diisi
dengan pasir urug. Struktur jalan lingkungan harus dikembalikan sesuai kondisi

18
semula.

2.2.1 Konstruksi SKTM Persilangan (Crossing) Jalan

Pada situasi memungkinkan dan seijin PEMDA setempat, persilangan jalan


dilaksanakan dengan cara pemotongan aspal, penggalian dan instalasi kabel.
Kabel persilangan harus diletakkan dalam pipa beton atau pipa PVC dengan
diameter lebih besar dari 4 inchi. Dalam hal jumlah kabel yang menyeberang
jalan lebih dari satu, maka antara pipa kabel TM harus di beri sekat plat beton
setebal 6 cm. Pengembalian konstruksi jalan setelah instalasi Pipa dan kabel TM
harus dilakukan pemadatan jalan dengan stamper agar dikemudian haritidak
terjadi penurunan permukaan jalan akibat crossing SKTM tersebut. Minimal 1
bulan setelah pemulihan konstruksi jalan bekas persilangan jalan SKTM harus
diperiksa ulang untuk mengetahui kondisi aspal jalan tersebut.

Gambar 11

Dalam hal pemotongan jalan tidak dijinkan atau tidak memungkinkan oleh
PEMDA, pelaksanaan crossing harus dilakukan dengan membuat bor atau
terowongan melintang jalan. Pembuatan sistem bor atau terowongan dapat
dengan cara manual atau mesin. Segera setelah pekerjaan bor selesai segera
dilakukan pemasangan pipa besi minimal 6 Inci untuk pelintasan kabel TM.
Kedalaman persilangan untuk jalan raya ini minimal sama dengan untuk jalan
kereta api, kecuali bila ditetapkan khusus oleh PEMDA/PJKA .

3. Konstruksi SKTM Persilangan Sungai

Untuk bentangan sungai lebih dari 50 m, crossing sungai lebih effektif dengan
menggunakan penggelaran SUTM diatas sungai. Periksa konstruksi tiang ujung
SKTM – transisi dengan SUTM Crossing. Konstruksi tiang beton SUTM
Crossing harus dipastikan berada sekurang-kurangnya 2 m dari sisi kering sungai

19
(perhatikan kemungkinan siklus banjir 10 tahunan) dan kekuatan minimal 500
daN. Ketinggian tiang beton yang diperlukan, disesuaikan dengan jarak aman
SUTM terhadap muka sungai.

- Perbaikan Tegangan drop di


5. 13/11/2020 jaringan tegangan rendah
cimerak
Kesimpulan :

Menanggapi laporan dari warga masyarakat di daerah cimerak bahwa di daerah


tersebut mengalami drop tegangan karena jalur kabel 1 phase yang ke arah
daerah tersebut mengalami drop tegangan hingga 170 volt akibatnya
mempengaruhi beban yaitu lampu di daerah tersebut tidak bekerja dengan baik (
spanneng),

Gambar 12

solusinya yaitu mengganti jalur satu fasa ke jalur yang tegangannya masih baik.

- Pemerataan beban dan mutasi


6. 16/09/2020 trafo distribusi dari gardu tiang
ke gardu tembok di Hotel UNI.

20
Kesimpulan:

Karena trafo distribusi tiang mengalami overload yaitu pemakaiannya hampir


mendekati 80% kapasitas trafo dan untuk mengantisipasi pemakaian di hari libur/
weekend maka di lakukanlah mutasi trafo dari gardu tiang ke gardu tembok di
hotel UNI.

Gambar 13

Gambar 14

21
Gambar 15

Gambar 16

22
Gambar 17

- Pemindahan trafo distribusi


dari tiang lama ke tiang baru
7. 17/09/2020
dan perbaikan kontruksi di desa
cibenda
Kesimpulan :
Dalam rangka upgrading dari tiang lama bentuk H ke tiang baru dengan bentuk
bulat
Merupakan program upgrading dari PLN mengingat tiang2 Pln yang lama sudah
mulai keropos dan ini merupkan tindak lanjut dari investasi gardu.

Gambar 18

23
- Pemilharaan jaringan SUTM
kecamatan cimerak, desa
8. 18/09/2020 kertaharja, kampung pandan
wangi desa kertamukti.
- Mengganti fuse cute out
Kesimpulan :

Fuse Cut Out (FCO) merupakan sebuah alat pemutus rangkaian listrik yang
berbeban pada jaringan distribusi yang bekerja denga cara meleburkan bagian
dari komponennya (fuse link) yang telah dirancang khusus dan disesuaikan
dengan ukurannya itu. Disamping itu FCO merupakan peralatan proteksi yang
bekerja apabila terjadi gangguan arus lebih. Alat ini akan memutuskan rangkaian
listrik yang satu dengan yang lain apabila dilewati arus yang melewati kapasitas
kerjanya. Prinsip kerjanya adalah ketika terjadi gangguan arus maka fuse pada
cut out akan putus, dan tabung ini akan lepas dari pegangan atas, dan
menggantung di udara, sehingga tidak ada arus yang mengalir ke sistem.

Mengganti fuse cut out

Gambar 19

24
Gambar 20

9. 19/09/2020 - Tidak ada kegiatan

Kesimpulan :

- kegiatan simulasi kebakaran bagi


10. 20/09/2020 pegawai PLN dan juga vendor dan
satpam
Kesimpulan :

Program ini merupkan program PLN yang di koordinis oleh bagian K3 agar
supaya pegawai PLN dan satpam PLN (persero) Pangandaran mengetahui cara
menggunakan alat pemadam kebakaran dengan baik sebagai bentuk kewaspadaan
terhadap kebakaran.

25
Gambar 21

Gambar 22

- Investigasi gardu
11. 23/09/2020 - Mengganti kunci phb-tr
- Memasang isolator stay

Kesimpulan :

Investigasi gardu rutin dilakukan untuk mengecek jika ada permasalahan di


jaringan distribusi dan temuan-temuan di lapangan oleh hardis dapat di

26
tindaklanjuti oleh bagian teknik apalagi untuk daerah pangandaran masih dalam
proses

upgrading kontruksi tiang lama ke tiang yang baru.Mengganti kunci phb-tr


dilakukan untuk mengunci phb-tr supaya tidak ada yang merusak atau merubah
kabel di phb-tr.Isolator stay sangat penting untuk melindungi dari gangguan
akibat hubung singkat, biasanya di pasang di bagian penyangga tiang.

Gambar 23

- Mutasi trafo distribusi dari 250


KVA ke 315 KVA di hotel
12. 24/09/2020 arnawa
- perbaikan dalam keadaan
bertegangan.
Kesimpulan :

1. Mutasi trafo dilakukan karena penyebabnya adalah beban di gardu tersebut


semakin bertambah karena beban hotel dan lingkungan tersebut padat, untuk
standarisasi beban trafo harus kurang dari 80% kapasitas trafo, dan untuk

27
mengantisipasi beban malam dan beban siang lalu beban weekand karena hotel
arnawa pemakaian beban di weekand nya besar.

Gambar 24

Perhitungan batas beban 80% adalah sebagai berikut

Apabila sebuah transformator tiga phasa memiliki kapasitas tertentu,


misalkan 1000 kVA dengan tegangan sisi LV adalah 380 V. Berarti berdasarkan
rumus , S = √3 x V x I, arus maksimum yang bisa dialirkannya adalah :
• S = √3 x V x I
• I = S / ( √3 x V )
• I = 1000 kVA / (( √3 x 380 )
• I = 1519 A
Dari hasil perhitungan diatas, transformator dibebani 100% pada arus sebesar
1519 A. Akan tetapi, maksimal pembebanan trafo yang baik adalah pada batas
80% dari nominal arus maksimum.
Maka untuk arus batas maksimal pembebanan trafo adalah 1215.2 Ampere.
2. Untuk PDKB (Pekerjaan dalam keadaan bertegangan)
Ada hal2 yang harus diperhatikan dalam pekerjaan yaitu K3 harus di perhatikan
karena ketika mutasi trafo yaitu jarak pekerja dengan kabel distribusi harus lebih
dari 20 cm agar menghindari hal2 yang tidak di inginkan.

28
- Pemindahan kabel tegangan
13. 25/09/2020 menengah ke tiang baru karena
terlalu pendek.
Kesimpulan :

- Diskusi dengan pembimbing


14. 26/09/2020 lapangan mengenai Tema kerja
praktek.
Kesimpulan :

Kegiatan ini saya menjelaskan tentang laporan kp yang dibatasi hanya pelaporan
saja tidak perlu ada analisa sesuai dengan pedoman yang berlaku dan saya
mengajukan tema berjudul sistem keamanan gardu distribusi.

- Pemeliharaan distribusi di
15. 27/09/2020 daerah majingklak kecamatan
kalipucang.
Kesimpulan :

Pemeliharaan distribusi di daerah majingklak berdasarkan temuan dari inspeksi


lapangan yang di lakukan team dari hardis (pemeliharaan distribusi), maka di
tindaklanjuti oleh bagian teknik yaitu kegiatan pembenahan kontruksi penghantar
dari tihang listrik yang lama ke penghantar tihang listrik yang baru.

16. 30/09/2020 - Mengerjakan laporan kp

Kesimpulan :

Mendapatkan tema yaitu gardu distribusi tipe tembok dan menentukan object
penelitian yaitu sisem proteksi pada gardu induk.

29
- Pemadaman di desa legok jawa
kecamatan cimerak
17. 1/12/2020
- Pekerjaan :mutasi trafo Gardu
KPBL
Keismpulan :

Di dalam kegiatan pekerjaan pemeliharaan distribusi dan pelayanan teknik ada 2


cara yaitu dengan pemadaman dengan waktu yang di tentukan oleh PLN dan
bekerja tanpa pemadaman atau pekerjaan dalam keadaan bertegangan (PDKB).

Sedangkan untuk pekerjaan mutasi trafo di kecamatan cimerak ini kegiatannya


dilakukan pemadaman maksimal 3 jam.

Mutasi trafo dilakukan karena penyebabnya adalah beban di gardu tersebut


semakin bertambah karena dan lingkungan tersebut padat, untuk standarisasi
beban trafo harus kurang dari 80% kapasitas trafo, dan untuk mengantisipasi
beban malam dan beban siang

- Berdiskusi dengan pembimbing


mengenai tema dan di lanjut
18. 2/12/2020 dengan judul kp yaitu sistem
pengamanan gardu distribusi
UNI.
Kesimpulan :

Berdiskusi mengenai judul kerja praktek yaitu menentukan judul kerja praktek
yaitu “sistem pengamanan gardu distribusi uni penyulang reni pln ulp
pangandaran ”

30
-Tidak ada kegiatan di lapangan
19 3/12/2020
-Mengerjakan laporan

Kesimpulan :

Mengerjakan laporan yaitu LOOK BOOK.

-Tidak ada kegiatan lapangan


20. 4/12/2020
-Mengerjakan laporan

Kesimpulan :

Melanjutkan laporan yaitu mengerjakan look book dan landasan teori yaitu teori
gardu distribus

- Menyelesaikan laporan kp dan


21. 7/09/2020 diskusi dengan pembimbing
lapangan.
Kesimpulan :

- survei tempat yang akan


pemeliharaan di daerah
22. 8/09/2020 purbahayu (Melakukan
Pekerjaan Pelayanan Teknik
(Melakukan Dinas Gangguan).
Kesimpulan :

Menanggapi laporan dari warga terkait tiang listrik yang terlalu dekat dengan
perumahan warga di desa purbahayu dan berkoordinasi dengan pejabat daerah
setempat mengenai pemeliharaan taing listrik karena dakan ada pemadaman di
daerah tersebut.

31
- Diskusi dengan bidang P2TL
23. 9/10/2020
tentang cara kerja MCB

Kesimpulan :

Cara kerja MCB

Pengertian Dasar MCB

Secara umum MCB adalah sebuah saklar listrik otomatis yang dirancang untuk
melindungi instalasi listrik, termasuk beban, kabel atau penghantar dari
kerusakan yang disebabkan oleh arus lebih (overload) atau hubungan pendek
(short circuit). Fungsi dasarnya adalah untuk memutus aliran arus setelah
komponen relay proteksi MCB tersebut mendeteksi adanya kondisi abnormal
atau gangguan.

1. Beban Lebih (Overload)

Fungsi perlindungan beban lebih (overload) berkerja berdasarkan prinsip bahwa


strip bimetal melengkung dengan kenaikan suhu yang disebabkan oleh arus lebih
besar daripada kemampuan daya hantar circuit breakernya. Strip bimetal ini akan
lurus bila kondisi arus yang melewati dibawah kemampuan trip circuit breaker,
atau bisa dikatakan kondisi strip bimetal ini masih dingin.

Pada saat arus yang melewati strip bimetal ini nilainya di atas kemampuan daya
hantar circuit breaker, maka panas ini akan membuat strip bimetal ini
melengkung. Dengan membukanya contact antara incoming dan outgoing
terminal, fungsi perlindungan beban lebih ini berkerja (OFF).

2. Short Circuit Protection

Hubungan pendek (short circuit) bisa terjadi bila penghantar phase tersentuh
dengan sesama penghantar phase, penghantar netral ataupun grounding. Ketika
hubungan pendek, arus besar akan mengalir melalui kumparan induksi, dan
medan magnet yang dihasilkan sangat kuat hingga mencapai ribuan kali lipat dari

32
arus nominal. Sehingga saklar ini terdorong untuk membuka contact antara
terminal incoming dan outgoing.

Gambar 25

- Melakukan Pekerjaan
Pemeliharaan Distribusi
24. 10/10/2020
(Peninggian tiang, mengganti
jenis penghantar)
Kesimpulan :

Mengamati dan membatu pekerjaan Tim Pemeliharaan Distribusi pada saat


melakukan penggantian penghantar satu gawang SUTM yang sebelumnya
menggunakan penghantar tak berisolasi menjadi penghantar berisolasi
dikarenakan terdapat pembangunan bangunan baru sehingga harus merubah
konstruksi SUTM karena terlalu dekat dengan atap bangunan.

- Melakukan Pekerjaan
25. 11/10/2020 Pelayanan Teknik (Melakukan
Dinas Gangguan)

33
Kesimpulan :

Pelayanan teknik dinas gangguan ini yaitu masyarakat yang mengajukan


permintaan pemasangan listrik sambung baru, mengganti daya listrik,
pemasangan layanan sementara dan juga masalah atau gangguan yang dialami
pelanggan maka pelayanan teknik dinas gangguan ini datang untuk meperbaiki
atau keinginan pelanggan.

- Melakukan Pekerjaan
Pemeliharaan Distribusi
26. 14/10/2020
(Melakukan Penyeimbangan
Beban)
Kesimpulan :

Mengukur beban konsumen terpasang dari masing-masing jurusan pada PHB-TR


gardu , dan melakukan pemerataan beban pada jurusan yang memiliki nilai arus
tidak seimbang pada setiap fasa nya dengan cara memindahkan koneksi beberapa
konsumen dari fasa yang nilai arusnya besar kepada fasa yang nilai arusnya lebih
kecil sehingga nilai beban yang terpasang pada setiap fasa lebih seimbang.

- Melakukan Pekerjaan
Pemeliharaan Distribusi
27. 15/10/2020
(Merubah konstruksi tiang, dan
memasang stay)
Kesimpulan :

Kegiatan ini dilakukan di daeran Panjalu, Kab. Ciamis. Perubahan konstruksi


tiang dilakukan dengan merubah yang awalnya menggunakan konstruksi 1B
menjadi 4B. Kemudian di pasang stay pada tiang agar posisi tiang seimbang dan
aman dari tarikan penghantar.

34
Gambar 26

28. 16/10/2020 - Tidak ada kegiatan

Kesimpulan :

29. 17/10/2020 - Tidak ada kegiatan

Kesimpulan :

35
30. 18/10/2020 - Tidak ada kegiatan

Kesimpulan :

36
LANDASAN TEORI
TEORI
1. Gardu Distribusi tenaga listrik
Pengertian umum Gardu Distribusi tenaga listrik yang paling dikenal
adalah suatu bangunan gardu listrik berisi atau terdiri dari instalasi
Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Menengah (PHB-TM),
Transformator Distribusi (TD) dan Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan
Rendah (PHB-TR) untuk memasok kebutuhan tenaga listrik bagi para
pelanggan baik dengan Tegangan Menengah (TM 20 kV) maupun
Tegangan Rendah (TR 220/380V). Konstruksi Gardu distribusi dirancang
berdasarkan optimalisasi biaya terhadap maksud dan tujuan
penggunaannya yang kadang kala harus disesuaikan dengan peraturan
Pemda setempat.

37
2. Macam-Macam Gardu Distribusi

Secara garis besar gardu distribusi dibedakan atas :


a. Jenis pemasangannya :
a) Gardu pasangan luar : Gardu Portal, Gardu Cantol
b) Gardu pasangan dalam : Gardu Beton, Gardu Kios
b. Jenis Konstruksinya :
a) Gardu Beton (bangunan sipil : batu, beton)
b) Gardu Tiang : Gardu Portal dan Gardu Cantol
c) Gardu Kios
c. Jenis Penggunaannya :
a) Gardu Pelanggan Umum
b) Gardu Pelanggan Khusus

1. Gardu Portal
Umumnya konfigurasi Gardu Tiang yang dicatu dari SUTM adalah
T section dengan peralatan pengaman Pengaman Lebur Cut-Out
(FCO) sebagai pengaman hubung singkat transformator dengan
elemen pelebur (pengaman lebur link type expulsion) dan Lightning
Arrester (LA) sebagai sarana pencegah naiknya tegangan pada
transformator akibat surja petir.

Gambar 27

Untuk Gardu Tiang pada sistem jaringan lingkaran terbuka (open-


loop), seperti pada sistem distribusi dengan saluran kabel bawah
tanah, konfigurasi peralatan adalah π section dimana transformator

38
distribusi dapat di catu dari arah berbeda yaitu posisi Incoming
Outgoing atau dapat sebaliknya.

Gambar 28
2. Gardu Cantol
Pada Gardu Distribusi tipe cantol, transformator yang terpasang
adalah transformator dengan daya ≤ 100 kVA Fase 3 atau Fase 1.
Transformator terpasang adalah jenis CSP (Completely Self
Protected Transformer) yaitu peralatan switching dan proteksinya
sudah terpasang lengkap dalam tangki transformator.

Gambar 29
Perlengkapan perlindungan transformator tambahan LA (Lightning
Arrester) dipasang terpisah dengan Penghantar pembumiannya yang
dihubung langsung dengan badan transformator. Perlengkapan
Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB-TR) maksimum 2 jurusan
dengan saklar pemisah pada sisi masuk dan pengaman lebur (type
NH, NT) sebagai pengaman jurusan. Semua Bagian Konduktif
Terbuka (BKT) dan Bagian Konduktif Ekstra (BKE) dihubungkan
dengan pembumian sisi Tegangan Rendah.

39
3. Gardu Beton

Gambar 30
Seluruh komponen utama instalasi yaitu transformator dan
peralatan switching/proteksi, terangkai didalam bangunan sipil yang
dirancang, dibangun dan difungsikan dengan konstruksi pasangan
batu dan beton (masonrywall building). Konstruksi ini dimaksudkan
untuk pemenuhan persyaratan terbaik bagi keselamatan
ketenagalistrikan.
4. Gardu Kios

Gambar 31
Gardu tipe ini adalah bangunan prefabricated terbuat dari konstruksi
baja, fiberglass atau kombinasinya, yang dapat dirangkai di lokasi
rencana pembangunan gardu distribusi. Terdapat beberapa jenis
konstruksi, yaitu Kios Kompak, Kios Modular dan Kios Bertingkat.
5. Gardu Pelanggan Umum
Umumnya konfigurasi peralatan Gardu Pelanggan Umum adalah π
section, sama halnya seperti dengan Gardu Tiang yang dicatu dari
SKTM.

40
Gambar 32
Karena keterbatasan lokasi dan pertimbangan keandalan yang
dibutuhkan, dapat saja konfigurasi gardu berupa T section dengan
catu daya disuplai PHB-TM gardu terdekat yang sering disebut
dengan Gardu Antena.Untuk tingkat keandalan yang dituntut lebih
dari Gardu Pelanggan Umum biasa, maka gardu dipasok oleh
SKTM lebih dari satu penyulang sehingga jumlah saklar hubung
lebih dari satu dan dapat digerakan secara Otomatis (ACOS
utomatic Change Over Switch) atau secara remote control.
6. Gardu Pelanggan Khusus
Gardu ini dirancang dan dibangun untuk sambungan tenaga listrik
bagi pelanggan berdaya besar. Selain komponen utama peralatan
hubung dan proteksi, gardu ini di lengkapi dengan alat-alat ukur
yang dipersyaratkan.Untuk pelanggan dengan daya lebih dari 197
kVA, komponen utama gardu distribusi adalah peralatan PHB-TM,
proteksi dan pengukuran Tegangan Menengah. Transformator
penurun tegangan berada di sisi pelanggan atau diluar area
kepemilikan dan tanggung jawab PT PLN (Persero).
Pada umumnya, Gardu Pelanggan Khusus ini dapat juga dilengkapi
dengan transformator untuk melayani pelanggan umum.

41
Gambar 33
7. Gardu Hubung
Gardu Hubung disingkat GH atau Switching Subtation adalah gardu
yang berfungsi sebagai sarana manuver pengendali beban listrik
jika terjadi gangguan aliran listrik, program pelaksanaan
pemeliharaan atau untuk maksud mempertahankan kountinuitas
pelayanan.
Isi dari instalasi Gardu Hubung adalah rangkaian saklar beban
(Load Break switch – LBS),dan atau pemutus tenaga yang
terhubung paralel. Gardu Hubung juga dapat dilengkapi sarana
pemutus tenaga pembatas beban pelanggan khusus Tegangan
Menengah.
Konstruksi Gardu Hubung sama dengan Gardu Distribusi tipe
beton. Pada ruang dalam Gardu Hubung dapat dilengkapi dengan
ruang untuk Gardu Distribusi yang terpisah dan ruang untuk sarana
pelayanan kontrol jarak jauh.
Ruang untuk sarana pelayanan kontrol jarak jauh dapat berada pada
ruang yang sama dengan ruang Gardu Hubung, namun terpisah
dengan ruang Gardu Distribusinya.
Berdasarkan kebutuhannya Gardu Hubung dibagi menjadi:

42
•Gardu Hubung untuk 7 buah sel kubikel.
•Gardu Hubung untuk ( 7 + 7 ) buah sel kubikel.
•Gardu Hubung untuk ( 7 + 7 +7 + 7 ) buah sel kubikel.
Pengunaan kelompok – kelompok sel tersebut bergantung atas
sistem yang digunakan pada suatu daerah operasional, misalnya
Spindel, Spotload, Fork, Bunga, dan lain – lain.
Spesifikasi teknis sel – sel kubikel Gardu Hubung sama dengan
spesifikasi teknis Gardu Distribusi, kecuali kemungkinan
kemampuan Arus Nominalnya yang bisa berbeda.

43
3. Single Line Gardu Distribusi Uni

Gardu distribusi Uni berdasarkan jenis penggunaanya merupakan gardu


pelanggan umum dan berdasarkan jenis pemasangannya merupakan gardu
pasangan dalam yang dicatu dari loop sistem SKTM (Saluran Kabel
Tegangan Menengah).

Gardu pelanggan umum dengan 1 (satu) buah trafo distribusi adalah : LBS,
LBS, PB – type 1A.

Keterangan:

1. Terdapat 2 kubikel LBS sebagai incoming (Penyulang reni dari RSBD),


outgoing (penyulang reni arah BAS) dan 1 kubikel TP Transformator
protektion/ PB (pemutus beban). ( PHB-TM)

2. Trafo distribusi 630 KVA

3. PHB-TR 4 Jurusan.

44
4. Cara Kerja Komponen Dan Spesifikasi Komponen Pengamanan Gardu
Distribusi Uni pelanggan umum Tipe 1A.
1.1 TRAFO
Transformator atau sering disebut trafo adalah peralatan yang berfungsi
untuk menaikkan atau menurunkan tegangan.Transformator terdiri dari
sebuah inti besi (core) dan dua buah lilitan yang biasa disebut lilitan primer
dan lilitan sekunder dengan perbandingan.
Ns / Np = Ip / Is = Vs / Vp
Keterangan:
Ns = Lilitan sekunder transformator
Np = Lilitan primer transformator
Is = Arus sekunder transformator
Ip = Arus primer transformator
Vp = Tegangan primer transformator
Vs = Tegangan sekunder transformator

Gambar 34
Pada sistem distribusi listrik yang ada di Indonesia, tegangan dibangkitkan
pada pembangkit listrik sebesar 13,8 KV. Lalu tegangan dinaikkan untuk
disalurkan ke jalur transmisi listrik sebesar 150 KV.Tegangan pada jalur
transmisi yaitu sebesar 150 KV ini diturunkan kembali untuk
didistribusikan ke jalur distribusi listrik sebesar 20 KV.
Tegangan 20 KV ini disalurkan ke konsumen industri dan konsumen rumah
tangga. Untuk konsumen rumah tangga tegangan 20 KV ini diturunkan

45
kembali ke 380 V untuk pemakaian rumah tangga yaitu 220 Volt AC yang
didapat dari tegangan 1 phase to netral dari 380 VAC.
Spesifikasi Trafo Distribusi

Gambar 35
Keterangan Trafo.
1. Merk trafo B&D
2. Daya trafo 630 KVA
3. Berat total trafo 3160 KG
4. Tegangan Primer 20 kv
5. Tegangan Sekunder 400 volt
6. Frequency 50 hz

4.2 KUBIKEL/PHB-TM.
Kubikel 20 Kv adalah seperangkat peralatan listrik yang dipasang pada
gardu distribusi yang berfungsi sebagai pembagi, pemutus, penghubung
pengontrol dan proteksi sistem penyaluran tenaga listrik tegangan 20 kv,
kubikel 20 Kv biasa terpasang pada gardu distribusi atau gardu hubung
yang berupa beton maupun kios.
Berdasarkan fungsi dan nama peralatan yang terpasang kubikel dibedakan
menjadi beberapa jenis yaitu :
1. Kubikel Pemutus Tenaga ( PMT = CB )
2. Kubikel PMS ( Pemisah )
3. Kubikel LBS ( Load Break Sswitch )
4. Kubikel CB Out Metering ( PMT CB )
5. Kubikel TP ( Transformer Protection)

46
6. Kubikel PT ( Potential Transformer )
7. Kubikel B1 ( Terminal Out Going )
1. Komposisi Kubikel Tergantung Pada Sifat Pelayanan Gardu
Ada tiga jenis pelayanan gardu distribusi, yaitu :
A. Pelanggan umum TR
B. Pelanggan khusus TM
C. Pelanggan campuran TM dan TR
Untuk tipe gardu pelanggan umum dengan satu buah trafo distribusi adalah
gardu Type 1.A : LBS, LBS, TP

47
Gambar 36
2. Kubikel LBS
Terdapat 2 kubikel LBS incoming dan outgoing
2.1 Kubikel incoming

Gambar 37
2.2 Kubikel outgoing

Gambar 38

48
Gambar 39

Fungsi kubikel LBS adalah Berfungsi untuk membuka dan menutup aliran
listrik dalam keadaan berbeban atau tidak.
Kubikel LBS terdiri dari :
a. Ur = tegangan kerja maksimum = 20kV
b. Ik = arus breaking capacity = 16 kA
c. Irf dan Irb = pembatas utama = 630 A
d. Up = dapat bekerja pada tegangan maksimum 125 kV

2.3 Kubikel TP/PB


Terdapat 1 kubikel TP
Fungsi kubikel TP adalah Berfungsi sebagai alat pengaman transformator
distribusi, dikenal juga dengan istilah kubikel PB (Pemutus Beban) didalam
kubikel ini terdapat pms dan transformator tegangan yang menurunkan
tegangan dari 20.000 Volt menjadi 100 Volt untuk mensuplai tegangan
pada alat ukur kwh kubikel ini kadang kala disebut juga dengan istilah
kubikel VT (Voltage Transformer). handle kubikel TP harus selalu dalam
keadaan masuk dan tersegel. Untuk pengamanan trafo tegangan terhadap
gangguan hubung singkat maka dipasanglah fuse TM 31.5 A.

49
Gambar 40
Spesifikasi Kubikel TP/PB.
1. Ur = tegangan kerja maksimum = 24 kV
2. Ik = arus breaking capacity = 16 kA
3. Irf dan Irb = pembatas utama = 630 A
4. Up = dapat bekerja pada tegangan maksimum= 125 kV
Breaking nya 1 second.

50
Gambar 41
Berfungsi sebagai alat pengaman transformator distribusi, dikenal juga
dengan istilah kubikel PB (Pemutus Beban) kubikel ini berisi lbs dan fuse
pengaman trafo dengan ukuran beragam dari 25A, 32 A, 43 A tergantung
kapasitas trafo yang akan diamankan
Ada dua jenis kubikel TP yaitu :
A. Kubikel TP dilengkapi shunt trip, jika fuse tm putus ada pin pada fuse
yang menggerakkan mekanik untuk melepas LBS.
B. Tidak dilengkapi shunt trip, jika fuse tm putus LBS tidak membuka
sehingga trafo masih mendapat gangguan dari fuse lain yang tidak putus
Simbol Diagram Kubikel TP.

51
Gambar 42

BAGIAN - BAGIAN DARI KONSTRUKSI KUBIKEL


1. Kompartemen
2. Rel / Busbar
3. Kotak Pemutus
4. Pemisah Hubung Tanah
5. Terminal Penghubung
6. Fuse Holder
7. Mekanik Kubikel
8. Lampu Indikator
9. Pemanas (Heater)
10.Handle Kubikel (Tuas Operasi)

Kompartemen
Merupakan rumah dari terminal penghubung, LBS, PMT, PMS, Fuse,
Trafo ukur, (CT, PT) peralatan mekanis dan instalasi tegangan rendah,
sehingga tidak membahayakan operator terhadap adanya sentuhan
langsung ke bagian - bagian yang bertegangan berupa lemari / kotak
terbuat pelat baja, terbagi menjadi 2 (dua) bagian, bagian atas untuk busbar
dan bagian bawah untuk penyambungan dengan terminasi kabel komponen
bagian bawah, pada bagian depan berupa pintu yang dapat dibuka tetapi

52
bisa dilakukan apabila tegangan sudah dibebaskan dan terminasi kabel
sudah ditanahkan.

Gambar 43
Rel / Busbar
Sebagai rel penghubung antara kubikel yang satu dengan lainnya, posisi rel
umumnya terletak pada bagian atas kubikel, pada kubikel type RMU (Ring
Main Unit) rel 20 kV terdapat dalam tabung SF 6 vacum bentuk rel ada
yang bulat ada yang pipih.
Busbar harus dari bahan tembaga atau aluminium. Busbar aluinium harus
dilapisi timah pada titik sambungan busbar. Busbar dapat dilapis karet
silikon atau bahan EPDM (heat shrink insulation material) untuk
memenuhi ketahanan tingkat isolasinya. Bahan pelapis tersebut yang
dipakai tidak bisa terbakar dan bila dari bahan yang dapat terbakar tetapi
api dapat cepat mati dengan sendirinya (selfextinguishing).
Isolator tonggak dapat dibuat dari bahan porselin atau isolasi lain yang
tidak mudah terbakar. Isolator porselin berdasarkan rekomendasi IEC 168.
Jarak rambat tidak boleh kurang dari 320 mm. Isolator sintetis harus bebas
dari cacat permukaan seperti rongga-rongga (fold blow holes) dan
sebagainya, yang dapat mengganggu operasi isolator selanjutnya ( sesuai
rekomendasi IEC 660 ).

53
Gambar 44

Kontak Pemutus
Sebagai pemutus / penghubung aliran listrik kontak pemutus terdiri dari
dua bagian yaitu kontak gerak (moving contact) dan kontak tetap (fixed
contact) sebagai peredam busur api pada kubikel jenis LBS atau PMT
digunakan media minyak, gas SF6, vacum atau dengan hembusan udara,
selain itu memperkecil terjadinya busur api dilakukan dengan pembukaan
dan penutupan kontak pemutus secara cepat secara mekanis.

Sirkuit Pembumian
Semua bagian logam PHB yang bukan merupakan bagian sirkuit utama
atau sirkuit bantu dan yang dapat bermuatan sehingga membahayakan
harus dihubungkan ke penghantar pembumian . Penghantar tersebut terbuat
dari tembaga dan mampu mengalirkan arus sebesar 12,5 kA selama 1 detik
tanpa menjadi rusak.
Kepadatan arus di sirkuit pembumian tidak boleh melampaui 200 A/mm2
dengan luas penampang penghantar tidak kurang dari 30 mm2 Pada setiap
ujung penghantar disambung dengan instalasi sistem pembumian
pembumian melalui baut berukuran M12. Penghantar pembumian
ditempatkan sedemikian sehingga tidak merintangi tangan untuk mencapai
terminal kabel. Selungkup kompartemen sekurang-kurangnya harus
terselubung di satu titik dengan penghantar bumi. Kontinuitas pembumian

54
antara badan kompartemen dan sekat atau tutup diyakinkan melalui
pemasangan baut dan mur atau cara lain yang dapat diandalkan.
Kontinuitas pembumian antara bagian bergerak yang berengsel dengan luas
penampang tidak kurang dari 30 mm2 suatu penguat ditambahkan pada pita
tersebut untuk melindungi anyaman pita terhadap tegangan mekanis yang
tidak semestinya.

Pemisah Hubung Tanah (Pemisah Tanah)


Untuk mengamankan kubikel pada saat tidak bertegangan dengan
menghubungkan terminal kabel ketanah (grounding), sehingga bila ada
personil yang bekerja pada kubikel tersebut terhindar terhadap adanya
kesalahan operasi yang menyebabkan kabel terisi tegangan.
PMS tanah ini biasanya mempunyai sistem interlock dengan pintu kubikel
dan mekanik LBS pintu tidak bisa dibuka jika PMS tanah belum masuk,
LBS tidak bisa masuk sebelum PMS tanah dibuka.
Posisi buka atau tutup ke tiga pisau sakelar pembumian harus dapat
diperiksa melalui lubang pengamatan terdapat pada PHB. Sebagai alternatif
pisau-pisau sakelar pembumian dapat dipasang indikator untuk
menentukan posisi buka atau tutup. Indikator tersebut harus sesuai dengan
posisi sebenarnya dari pisau-pisau sakelar pembumian tersebut.
Sakelar pembumian dan penghubung singkat harus mempunyai kapasitas
penyambungan 31,5 kA (puncak), nilai ini dapat dikurangi sehingga 2,5 kA
jika rangkaian diamankan dengan pengaman beban jenis HRC. Sakelar
pembumian umumnya memeiliki kapasitas penyambungan 5,8 kA. Sakelar
pembumian harus dioperasikan manual secara terpisah.

Terminal Penghubung
Untuk menghubungkan bagian-bagian kubikel yang bertegangan satu
dengan yang lainnya, ada beberapa terminal antara lain :
a.Terminal busbar, tempat dudukan busbar
b.Terminal kabel, tempat menghubungkan kabel incoming dan out going

55
c.Terminal PT, tempat menyambung transformator tegangan untuk
pengukuran
d.Terminal CT, tempat menyambungkan transformator arus untuk
pengukuran

Fuse Holder
Untuk menempatkan fuse pengaman trafo pada kubikel PB atau kubikel PT

Gambar 45

Mekanik Kubikel
Berfungsi untuk menggerakkan dan merubah posisi membuka / menutup
kontak LBS PMT dan PMS maupun pemisah hubung tanah dibuat
sedemikian rupa, sehingga pada waktu membuka dan menutup kontak
pemutus berlangsung dengan cepat.

Lampu Indikator
Untuk menandai adanya tegangan (20 kV) pada sisi kabel, baik berasal dari
sisi lain kabel tersebut atau berasal dari busbar sebagai akibat alat hubung
dimasukkan, lampu indikator menyala dikarenakan adanya arus kapasitip
yang dihasilkan oleh kapasitor pembagi tegangan.
Kubikel jenis PMT lampu indikator digunakan nuntuk menandai posisi
alathubungnya dengan 2 ( dua ) warna yang berbeda untuk posisi masuk
atau keluar. Sumber listrik untuk lampu indikator berasal daris sumber arus

56
searah ( DC ) yang dihubungkan dengan kontak bantu yang bekerja
serempak dengan kerja poros penggerak alat-hubung utama.

Pemanas (Heater)
Untuk memanaskan ruang terminal kabel agar kelembabannya terjaga.
keadaan ini diharapkan dapat mengurangi efek c
orona pada terminal kubikel tersebut, besarnya tegangan heater 220 V
sumber tegangan berasal dari trafo distribusi.

Handle Kubikel
Untuk menggerakkan mekanik kubikel, yaitu membuka atau menutup
posisi kontak hubung : PMT, PMS, LBS, pemisah tanah (grounding) atau
pengisian pegas untuk energi membuka / menutup kontak hubung, pada
satu kubikel, jumlah handle yang tersedia bisa satu macam atau lebih.

4.3 PHB-TR.

Gambar 46

Yang dimaksud dengan PHB TR adalah Perlengkapan Hubung Bagi yang


dipasang pada sisi TR atau sisi sekunder Trafo sebuah gardu Distribusi

57
baik Gardu beton, Gardu kios, Gardu portal maupun Gardu cantol. Adapun
PHB TR yang banyak kita jumpai adalah PHB TR yang ada pada Gardu
Trafo Tiang (GTT).
PHB TR yang terpasang pada Gardu Trafo distribusi berbentuk lemari besi yang
didalamnya terdapat komponen-komponen antara lain :
1. Rak TR
2. Saklar Utama
3. NH Fuse Utama
4. Rel Tembaga
5. NH Fuse jurusan
6. Isolator penumpu Rel
7. Sirkuit Pengukuran
8. Alat ukur Ampere & Volt meter
9. Trafo Arus (CT)
10. Sistem Pembumian
11. Lampu Kontrol / Indikator.

Fungsi PHB TR
Fungsi atau kegunaan PHB TR adalah sebagai penghubung dan pembagi atau
pendistribusian tenaga listrik dari out put trafo sisi tegangan rendah TR ke Rel
pembagi dan diteruskan ke Jaringan Tegangan Rendah (JTR) melalui kabel jurusan
(Opstyg Cable) yang diamankan oleh NH Fuse jurusan masing-masing.
Untuk kepentingan efisiensi dan penekanan susut jaringan (loses) saat ini banyak unit
PLN yang mengambil kebijaksanaan untuk melepas atau tidak memfungsikan
rangkaian pengukuran maupun rangkaian kontrolnya, hal ini dimaksudkan agar tidak
banyak energi listrik yang mengalir ke alat ukur maupun kontrol terbuang untuk
keperluan kontrol dan pengukuran secara terus menerus, sedangkan untuk mengetahui
besarnya beban maupun tegangan, dilakukan pengukuran pada saat di perlukan saja
dan bisa menggunakan peralatan ukur portable seperti AVO atau Tang Ampere saja.

Konstruksi PHB TR
Menurut Konstruksinya PHB TR dibagi menjadi 2 (dua) macam konstruksi yaitu :
1. Konstruksi PHB TR 2 Jurusan
2. Konstruksi PHB TR 4 Jurusan

58
Kontruksi PHB-TR di gardu distribusi UNI adalah kontruksi PHB-TR 4 jurusan

Gambar 47

Gambar 48

59
Gambar 49

Gambar 50
Contoh menghitung arus NH fuse untuk beban trafo
1. Kapasitas Trafo = 630 kva
2. Tegangan = 20 kv / 231-400
3. Jumlah jurusan = 4 jurusan
4. In = 630.000 volt amp / √3 x 400 volt = 909.3533487 amp

60
5. arus tiap jurusan = 909.3533487 / 4 = 227.338
5. KHA NH-Fuse dipilih = 227.338 x 0,8 = 181.87 A (beban 80%)
Di bulatkan menjadi NH FUSE = 250 A
Faktor kali 0,8 adalah faktor keamanan untuk beban trafo.
KET : √3 hasilnya adalah 1,732
tegangan yang maksimal = fhase-netral = 231 volt
= fhase-fhase = 400 volt
Singkatan NH adalah
N = NIEDER SPANNUNG = tegangan rendah
H = HOCH LEISTUNG = arus besar
Jadi NH fuse di pergunakan untuk tegangan rendah degan arus besar

61
KESIMPULAN

Dari hasil kegiatan kerja praktek yang telah dilaksanakan disimpulkan bahwa :
1. Di PT. PLN (Persero) ULP Pangandaran penulis di proyeksikan jabatan di
bagian Teknik. Pada bagian teknik ini terdapat kegiatan Pemeliharaan
Distribusi dan Pelayanan Teknik
2. Pekerjaan yang dilakukan di bagian Hardist (pemeliharaan distribusi)
melakukan pekerjaan preventif ( pemeliharaan terencana) dan yantek
melakukan pekerjaan korektif (setelah terjadi gangguan ).
3. Dari kegiatan kerja praktek yang penulis lakukan pada tanggal 16/09/2020
yaitu mutasi gardu distribusi UNI di hotel uni penulis mendapatkan bahwa
sistem pengaman gardu pasangan luar dan dalam terdapat perbedaan salah
satunya pengaman trafo primer dari jaringan distribusi ke trafo, maka
penulis mengambil judul yaitu sistem pengaman gardu distribusi uni
penyulang reni pln ulp pangandaran agar penulis dan pembaca laporan ini
mengetahui spesifikasi dan kegunaan dari masing-masing komponen
pengamanan.
4. Sistem pengamanan gardu distribusi UNI merupakan sistem pengamanan
gardu pasangan dalam yang terdiri dari kubikel sebagai perlengkapan
hubung bagi tegangan menengah (PHB-TM) terdapat MV Fuse sebagai alat
proteksi di sisi tegangan menengah dan PHB-TR Yang di dalamnya terdapat
NH-FUSE sebagai pengamanan disisi tegangan rendah.

62
DOKUMENTASI

63
64
DAFTAR PUSTAKA

[1] PT. PLN, “PT. PLN (PERSERO) Pusat Pendidikan dan Pelatihan,” pp.
1–22, 1980, [Online]. Available:
https://www.coursehero.com/file/58821957/PUSDIKLAT-
PENGENALAN-KUBIKELpdf/.
[2] PT. PLN, “PT. PLN (PERSERO) Pusat Pendidikan dan Pelatihan,” vol.
1, pp. 29–65, 1980, [Online]. Available:
https://www.coursehero.com/u/file/59518245/83138841-1-1-Komponen-
JTMdoc.

[3] T. K. Wijaya, “Analisa Gangguan Peralatan Proteksi (Sole Fuse) 20 Kv


Pada Gardu Distribusi Tongkang Kabil Pln Batam,” Sigma Tek., vol. 2,
no. 1, p. 32, 2019, doi: 10.33373/sigma.v2i1.1807.

[4] A. Haris and H. B. Agtriadi, “Analisis Sistem Penentuan Lokasi


Gangguan Jaringan Distribusi Listrik Terintegrasi Google Map,” J. Ilm.
FIFO, vol. 9, no. 1, p. 1, 2017, doi: 10.22441/fifo.v9i1.1436.

[5] A. Gaffar, A. Agussalim, and D. Arisandi, “Analisis Gangguan Hubung


Singkat Pada Jaringan Distribusi 20 Kv Di Gardu Induk Panakkukang,”
J. Teknol. Elekterika, vol. 14, no. 2, p. 156, 2017, doi:
10.31963/elekterika.v14i2.1221.

[6] N. 605. k/DIR/201. Lampiran Keputusan Direksi PT. PLN (Persero),


“Buku 4 Standar konstruksi gardu distribusi dan gardu hubung tenaga
listrik,” PT PLN, p. 4, 2010.

Anda mungkin juga menyukai