Anda di halaman 1dari 73

ANALISA SUSUT DAYA DAN ENERGI PADA JARINGAN

DISTRIBUSI PADA GARDU INDUK GIS BARAT PENYULANG


SAMBO MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP 19.0.1 DI PT PLN
( PERSERO ) ULP RIVAI

LAPORAN AKHIR
Disusun untuk memenuhi syarat menyelesaikan pendidikan Diploma III
Program Studi Jurusan Teknik Elektro Program Studi Teknik Listrik

Oleh :

THAHARA BAKTI NASUTION

NIM. 061930311086

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA


PALEMBANG
2022
LEMBAR PERSETUJUAN LAPORAN AKHIR

ANALISA SUSUT DAYA DAN ENERGI PADA JARINGAN


DISTRIBUSI PADA GARDU INDUK GIS BARAT PENYULANG
SAMBO MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP 19.0.1 DI PT PLN
( PERSERO ) ULP RIVAI

Oleh :

THAHARA BAKTI NASUTION

NIM. 061930311086

Menyetujui,
Palembang, juni 2022
Pembimbing I, Pembimbing II,

Herman Yani, S.T., M.Eng. Ir. Markori, M.T.


NIP. 196510011990031006 NIP. 197603022008122001

Mengetahui,
Ketua Jurusan Ketua Program Studi
Teknik Elektro, Teknik Listrik,

Ir. Iskandar Lutfi, M.T. Anton Firmansyah, S.T., M.T.


NIP.196501291991031002 NIP.197509242008121001

ii
IDENTITAS LAPORAN AKHIR

1. a. Judul Laporan Akhir


Analisa Susut Daya dan Energi Pada Jaringan Distribusi Pada Gardu Induk
GIS Barat Penyulang Sambo Menggunakan Software ETAP 19.0.1 Di
PT.PLN ( Persero ) ULP Rivai

b. Bidang Ilmu :Teknik Listrik

2. a. Nama :Thahara Bakti Nasution

b. Jumlah Anggota :1 (satu) orang

3. Alamat Mahasiswa :Jl. Bangka Block C1 No 2 RT/RW 55/22

Komplek Pusri Borang Kelurahan Sako

Kecamatan Sako Kota Palembang

Sumatera Selatan

4. Lokasi Pengambilan Data :PT.PLN (Persero) ULP Rivai

iii
ABSTRAK

ANALISA SUSUT DAYA DAN ENERGI PADA JARINGAN DISTRIBUSI


PADA GARDU INDUK GIS BARAT PENYULANG SAMBO
MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP 19.0.1 DI PT PLN ( PERSERO )
ULP RIVAI

(2022: xiv + 52 Halaman + Daftar Pustaka + Lampiran)


Thahara Bakti Nasution
061930311086
Jurusan Teknik Elektro
Program Studi Teknik
Listrik Politeknik Negeri
Sriwijaya

Dalam pendistribusian energi listrik dari pembangkit hingga sampai ke


konsumen sering ditemui berbagai kendala pada saluran distribusi yang
menyebabkan penurunan kualitas dalam pendistribusian energi tersebut. Masalah
tersebut antara lain timbulnya susut tegangan dan susut daya. Susut tegangan
timbul karena adanya impedansi sepanjang saluran dan besar daya nominal
saluran serta panjang saluran yang selanjutnya menimbulkan susut daya. Pada
penelitian ini, penulis melakukan perhitungan susut daya dan energi pada
Penyulang Sambo. Untuk mendapatkan susut daya dan energy pada jaringan
distribusi di Penyulang Sambo PT PLN ULP Rivai (Persero) dilakukan analisa
menggunakan ETAP 19.0.1 dan perhitungan Manual. Hasil perhitungan secara
manual menunjukkan bahwa susut daya pada siang hari adalah 1,01% dan pada
malam hari adalah 1,17%. Sedangkan dengan simulasi ETAP 19.0.1 menunjukkan
bahwa susut daya pada siang hari 1,04% dan pada malam hari adalah 1,08%.
Merujuk pada SPLN 1:1978 bahwa susut daya yang diizinkan hanya sebesar 2%,
kondisi ini menunjukan bahwa susut daya pada Penyulang Sambo belum melewati
standar yang diizinkan dan untuk itu Penyulan Sambo bisa dikatakan jaringan
yang handal dan optimal.

Kata Kunci: Susut Daya, ETAP 19.0.1

iv
ABSTRACT
ANALYSIS OF POWER AND ENERGY LOSS ON DISTRIBUTION
NETWORKS AT THE WEST GIS SUBSTANCE OF THE SAMBO FEEDER
USING SOFTWARE ETAP 19.0.1 AT PT PLN ( PERSERO ) ULP RIVAI

(2022: xiv + 52 Pages + Reference + Attachment)

Thahara Bakti Nasution


061930311086
Departement of Electrical
Engineering Electrical Engineering
Study Program State Polytechnic of
Sriwijaya

In the distribution of electrical energy from the generator to the consumer,


various obstacles are often encountered in the distribution channel that cause a
decrease in the quality of the energy distribution. These problems include the
emergence of voltage losses and power losses. Voltage losses arise due to the
impedance along the line and the nominal power of the line and the length of the
line which in turn causes power loss. In this study, the authors calculated the
power and energy losses on the Sambo Feeder. To obtain power and energy
losses in the distribution network at the Sambo Feeder PT PLN ULP Rivai
(Persero), an analysis was carried out using ETAP 19.0.1 and manual
calculations. The results of manual calculations show that the power loss during
the day is 1.01% and at night is 1.17%. Meanwhile, the simulation ETAP 19.0.1
shows that the power loss during the day is 1.04% and at night is 1.08%.
Referring to SPLN 1:1978 that the allowable power loss is only 2%, this
condition indicates that the power loss in the Sambo Feeder has not passed the
permitted standard and for that the Sambo Feeding can be said to be a reliable
and optimal network.

Keywords: Power Loss, ETAP 19.0.1

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas segala Rahmat dan
Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan akhir yang berjudul
“ANALISA SUSUT DAYA DAN ENERGI PADA JARINGAN DISTRIBUSI
PAD GARDU INDUK GIS BARAT PENYULANG SAMBO
MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP 19.0.1 DI PT PLN ( PERSERO ) ULP
RIVAI”
Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad
Sallallahu alaihi wassallam beserta keluarga dan para sahabatnya hingga pada
umatnya sampai akhir zaman. Laporan Akhir ini disusun untuk memenuhi
sebagian persyaratan menyelesaikan Pendidikan Diploma III pada Jurusan
Teknik Elektro Program Studi Teknik Listrik di Politeknik Negeri Sriwijaya.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh
pihak yang telah membantu sehingga dapat menambah wawasan dan masukka –
masukkan kepada penulis. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada:
1. Bapak Dr. Ing. Ahmad Taqwa, M.T., selaku Direktur Politeknik
Negeri Sriwijaya.
2. Bapak Ir. Iskandar Lutfi, M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro
Politeknik Sriwijaya.
3. Bapak Destra Andika Pratana ST. MT. selaku Sekretaris Jurusan
Teknik Elektro Politeknik Negeri Sriwijaya.
4. Bapak Anton Firmansyah, S.T., M.T., selaku Ketua Program Studi
Teknik Listrik Politeknik Negeri Sriwijaya.
5. Bapak Herman Yani, S.T., M.Eng. selaku Dosen Pembimbing I dalam
penulisan laporab akhir.
6. Bapak Ir. Markori, M.T. selaku dosen pembimbing II dalam penulisan
laporan akhir
7. Bapak Agus selaku Manager Unit Layanan Pelanggan (ULP) Rivai

vi
Sekaligus sebagai Mentor 1.
8. Bapak Hari Purwadi selaku Supervisor Teknik Unit Layanan
Pelanggan (ULP) Rivai sekaligus sebagai mentor 2.
9. Bapak Muhammad Royhan selaku Staff Teknik Unit Layanan.

10. Bapak Ade Meilan Tri Akbar selaku Pelayan Teknik Unit Layanan
Pelanggan (ULP) Rivai.
11. Teman-teman magang Polsri yang selalu setia membantu dan berbagi
ilmu serta informasi.
12. Semua pihak yang telah membantu dan menyelesaikan penyusunan
laporan Kerja Praktek ini.

Penulis menyadari bahwa Laporan Kerja Praktek ini masih belum


sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk penyempurnaan Laporan Kerja Praktek ini.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan ridho-Nya kepada penulis dan
kepada kita semua, Aamiin.

Palembang, Juli 2022

Thahara Bakti Nasution


061930311086

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................................1
LEMBAR PERSETUJUAN LAPORAN AKHIR....................................................ii
IDENTITAS LAPORAN AKHIR.............................................................................iii
ABSTRAK...................................................................................................................iv
ABSTRACT.................................................................................................................v
KATA PENGANTAR.................................................................................................v
DAFTAR ISI.............................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................xi
DAFTAR TABEL......................................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................2
1.3 Batasan Masalah................................................................................................2
1.4 Tujuan dan Manfaat.........................................................................................2
1.4.1 Tujuan.........................................................................................................2
1.4.2 Manfaat.......................................................................................................3
1.5 Metode Penelitian..............................................................................................3
1.5.1 Metode Literatur..........................................................................................3
1.5.2 Metode Observasi........................................................................................3
1.5.3 Metode Diskusi...........................................................................................4
1.6 Sistematika Penulisan........................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................6
2.1 Konsep Dasar Sistem Distribusi Tenaga Listrik............................................6
2.2 Aspek Perencanaan Jaringan Distribusi.........................................................7
2.3 Konfigurasi Sistem Saluran Distribusi............................................................7
2.4 Saluran Udara Tegangan Menengah.............................................................14
2.4.1 Konsep perencanaan......................................................................14
2.4.2 Proteksi jaringan............................................................................14
2.4.3 Konstruksi SUTM.........................................................................16
2.4.4 Penggunaan tiang..........................................................................17
2.4.5 Area jangkauan pelayanan SUTM............................................................18
2.5 Saluran Kabel Tanah Tegangan Menengah................................................19
2.5.2 Proteksi jaringan........................................................................................20
2.5.3 Konstruksi SKTM.....................................................................................21
2.5.4 Area jangkauan pelayanan SKTM............................................................21
2.6 Macam – Macam Saluran Jaringan Distribusi Primer...............................21
2.6.1 Jaringan penghantar udara (over head line)..............................................21
2.6.2 Jaringan hantaran bawah tanah (under ground line).................................23
2.7 Parameter Listrik Saluran Distribusi...........................................................23
2.7.1 Resistansi saluran (R)................................................................................24
2.7.2 Induktansi saluran (R)...............................................................................24
2.8 Segitiga Daya...................................................................................................26
2.9 Korelasi Susut Tegangan dan Susut Daya Terhadap Standar Jaringan...27
2.10 Perhitungan Perkiraan Kerugian Dana Akibat Rugi-rugi Daya.............29
2.11 Electric Transient and Analysis Program (ETAP)....................................30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN................................................................36
3.1 Metode Penelitian............................................................................................36
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian........................................................................36
3.3 Penyulang Sambo............................................................................................37
3.4 Mapsource Penyulang Sambo........................................................................38
3.5 Mengitung Pendekatan Rugi-Rugi Energi Secara Finansial.......................40
3.6 Tahapan penelitian..........................................................................................41
3.7 Flowchart..........................................................................................................42
BAB IV PEMBAHASAN..........................................................................................43
4.1 Hasil Perhitungan Manual..............................................................................43
4.1.1 Perhitungan nilai tahanan jenis (resitivitas) penghantar...........................43
4.1.2 Perhitungan faktor beban..........................................................................44
4.1.3 Perhitungan nilai faktor susut beban (LLF)..............................................44
4.1.4 Perhitungan reaktansi saluran...................................................................44
4.1.5 Perhitungan kapasitas penyaluran.............................................................46
4.1.6 Perhitungan rata-rata plosses....................................................................48
4.1.7 Perhitungan Wlosses per hari........................................................................48

ix
4.2 Hasil Simulasi ETAP 19.0.1............................................................................48
4.3 Perbandingan Hasil Susut Daya ETAP dan Perhitungan Manual.............49
4.4 Evaluasi Hasil Susut Daya Etap dan Perhitungan Manual.........................51
BAB V KESIMPULAN.............................................................................................52
5.1 Kesimpulan.......................................................................................................52
5.2 Saran.................................................................................................................52
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................53
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................................54

x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pola Sistem Tenaga Listrik
Gambar 2.2 Pola Jaringan Distribusi Dasar
Gambar 2.3 Konfigurasi Tulang Ikan (Fishbone)
Gambar 2.4 Konfugurasi Kluster (Leap Frog)
Gambar 2.5 Jaringan Spindel ( Spindle Configuration )
Gambar 2.6 Konfigurasi Fork
Gambar 2.7 Konfigurasi Spotload (Parallel Spot Configuration)
Gambar 2.8 Konfigurasi Jala-jala (Grid, Mesti)
Gambar 2.9 Konfigurasi Struktur Garpu
Gambar 2.10 Konfigurasi Struktur Bunga
Gambar 2.11 Konfigurasi Struktur Rantai
Gambar 2.12 Monogram Saluran Udara Tegangan Menengah
Gambar 2.13 Konfigurasi Horizontal Konduktor Tiga Fasa
Gambar 2.14 Karakteristik Beban Kapasitif
Gambar 2.15 Karakteristik Beban Induktif
Gambar 2.16 Membuat File Proyek Baru
Gambar 2.17 Lembar Simulasi Load Flow
Gambar 2.18 Hasil Simulasi Load Flow
Gambar 2.19 Hasil Menu Display Option
Gambar 2.20 Menu Alert View
Gambar 2.21 Report Manager
Gambar 3.1 Single Line Diagram Penyulsang Sambo
Gambar 3.2 Mapsource Penyulang Sambo
Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Susut Daya Beban Puncak Mei 2022
Gambar 4.2 Grafik Perbandingan % Susut Daya Beban Puncak Mei 2022

xi
DAFTAR TABEL
Tabel. 3.1 jenis Pengantar Yang Digunakan
Tabel 3.2 Data Beban Puncak Siang dan Malam pada Penyulang Sambo Bulan Mei
2022
Tabel 3.3 Resistansi Penghantar
Tabel 3.4 Jarak Antar Konduktor
Tabel 3.5 Faktor Daya dan Load Factor
Tabel 3.6 Tarif Tenaga listrik (TTL) bersubsidi dan nonsubsidi pada bulan mei 2022
Tabel 4.1 Beban rata – rata dan beban puncak Bulan Mei
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan manual
Tabel 4.3 Hasil Simulasi ETAP 19.0.1
Tabel 4.4 Hasil susut daya simulasi etap dan perhitungan manual

xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Beban Malam…………………………………………………………...54

Lampiran 2 Beban Siang……………………………………………………………………………..…………56

xiii
Politeknik Negeri Sriwijaya

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


PT. PLN (Persero) ULP Rivai adalah penyedia energi listrik untuk wilayah
Rivai dan sekitarnya. Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari PT.
PLN (Persero) ULP Rivai. Dalam pendistribusian energi listrik dari pembangkit
hingga sampai ke konsumen sering ditemui berbagai kendala pada saluran distribusi
yang menyebabkan penurunan kualitas dalam pendistribusian energi tersebut.
Masalah tersebut antara lain timbulnya susut tegangan dan susut daya. Susut tegangan
timbul karena adanya impedansi sepanjang saluran dan besar daya nominal saluran
serta panjang saluran yang selanjutnya menimbulkan susut daya. Pada penelitian ini,
penulis melakukan perhitungan susut daya dan energi pada Penyulang Sambo.
Metode untuk mencari kerugian pada energi listrik yang memperlihatkan
faktor rugi daya pada jaringan dan rugi beban, perlu dihitung untuk mengetahui
kerugian finansial pada konsumen dan menentukan tarif pembayaran konsumen.
Berdasarkan SPLN 72: 1978 dapat didesain sebuah jaringan tegangan
menengah (JTM) dengan kriteria susut tegangan untuk jaringan spindle maksimum 2
% dan rugi tegangan untuk jaringan open loop dan radial maksimum 5 %. Sedangkan
susut daya jaringan maksimum yang dizinkan yaitu 1% maksimum untuk jaringan
spindel dan 2,3 % maksimum untuk jaringan open loop dan radial.
Setelah melakukan perhitungan maka akan didapatkan susut daya dan rugi
energi (rugi kWh) . Faktor penyebab susut daya ada dua yaitu faktor teknis dan non
teknis. Rugi teknis adalah pada penghantar saluran, adanya tahanan dari tahanan dari
penghantar yang dialiri arus sehingga muncul rugi teknisi (I2R) pada jaringan tersebut.
Jaringan distribusi lebih rawan mengalami gangguan jika dibandingkan dengan
jaringan transmisi, hampir 90% berasal dari jaringan distribusi. Hal ini karena
penyaluran energi lisrik ke konsumen dilakukan

1
2

Politeknik Negeri Sriwijaya

secara terus menerus. Penyebab susut daya (losses) bisa diakibatkan oleh beberapa
faktor antara lain kebocoran isolator akibat penurunan tegangan, kelebihan beban,
penurunan tegangan merupakan indikator utama dalam kualitas daya dan memiliki
pengaruh besar pada keadaan normal peralatan listrik. Oleh karena itu, penulis
mengambil judul “ Analisis Susut daya dan Energi Pada Jaringan Distribusi Pada
Gardu GIS Barat Penyulang Sambo Menggunakan Software ETAP 19.0.1 Di
PT.PLN ULP Rivai ”. Dalam penelitian ini membahas perhitungan untuk mengetahui
susut daya dan energi dilakukan dengan menggunakan ETAP 12.6 (Electrical
Transient and Analysis Program). Tujuan dari penelitian ini adalahh untuk
mengetahui hilangnya daya dan energy.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis


merumuskan permasalahan yang dibahas adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui besarnya susut energy yang terjadi pada jaringan distribusi
gardu induk gis barat penyulang sambo.
2. analisa terhadap nilai susut tersebut, melalui metode pengukuran serta
perhitungan hasil dari software ETAP.

1.3 Batasan Masalah

Karena ruang lingkup permasalahan sangat luas, maka dalam pembahasan


laporan akhir ini penulis akan membahas khusus mengenai susut daya dan energi
pada jaringan distribusi gardu induk gis barat penyulang sambo Palembang.

1.4 Tujuan dan Manfaat

1.4.1 Tujuan
Adapun Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam laporan akhir ini
sebagai berikut.
3

Politeknik Negeri Sriwijaya

1. Membahas hilangnya susut daya dan energi pada saat sumber energi listrik
didistribusikan ke konsumen.
2. Mengetahui nilai resistansi dan reaktansi penghantar yang digunakan pada
penyulang sambo 20 kV gardu induk gis barat.
3. Mengetahui perbandingan besarnya nilai susut daya pada penyulang
sambo 20 kV di gardu induk gis barat scara perhitungan manual dan
dengan software etap 19.0.1.

1.4.2 Manfaat
Adapun manfaat yang ingin disampaikan penulis dalam laporan akhir ini
sebagai berikut.
1. Dapat menjelaskan perhitungan rugi-rugi daya pada jaringan distribusi di
gardu induk seduduk putih penyulang camar.
2. Dapat menjelaskan perhitungan susut ( losses ) pada jaringan penghantar 3
fasa.

1.5 Metode Penelitian


Metode penulisan pada laporan akhir ini untuk memperoleh hasil yang
maksimal adalah :

1.5.1 Metode literatur


Mengumpulkan teori – teori dasar dan teori pendukung dari berbagai
sumber dan mempeoleh materi dari buku – buku referensi, situs internet mengenai
hal yang menyangkut pada kajian yang akan dibahas.

1.5.2 Metode observasi


Pengamatan langsung pada objek yang dibahas serta mengumpulkan data –
data sisem kelistrikan mengenai topik yang berhubungan dengan penyusunan
laporan akhir.
4

Politeknik Negeri Sriwijaya

1.5.3 Metode diskusi


Melakukan diskusi mengenai topik yang dibahas dengan dosen pembimbing
yang telah ditetapkan oleh pihak jurusan Teknik Listrik

1.6 Sistematika Penulisan


Penyusunan laporan akhir terbagi dalam lima 5 bab yang membahas
perencanaan sistem kerja teori – teori penunjang dan pengujiannya, baik secara
keseluruhan maupun secara pembagian. Berikut adalah rincian pembagian 5 bab :

BAB I PENDAHULUAN
Menjelaskan secara garis besar latar belakang masalah, tujuan, pembatasan
masalah, metode penulisan yang digunakan, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Menjelaskan tentang tinjauan pustaka yang menjelaskan teori-teori
mengenai susut daya dan energi pada jaringan distribusi, gardu induk, penyulang
dan prosedur penggunaan etap.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


Berisi pembahasan tentang keadaan umum serta prosedur yang digunakan
dalam proses pengambilan dan pengolahan data.

BAB IV PEMBAHASAN
Bab ini membahas perhtiungan susut ( losses ) pada penghantar jaringan 3
fasa, perhitungan perkiraan kerugian dana akibat rugi-rugi daya menggunakan
software etap.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5

Politeknik Negeri Sriwijaya

Pada bab ini memuat kesimpulan dan saran mengenai pokok-pokok penting
yang diperoleh dari penulisan laporan akhir.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Politeknik Negeri Sriwijaya

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Sistem Distribusi Tenaga Listrik


Suatu Sistem Distribusi Tenaga Listrik secara sederhana terdiri atas sistem
pembangkit, sistem transmisi dan Gardu Induk, sistem distribusi serta sistem
sambungan pelayanan. Sistem-sistem ini saling berkaitan dan membentuk suatu
sistem tenaga listrik. Sistem distribusi adalah sistem yang berfungsi
mendistribusikan tenaga listrik kepada para konsumen. Sistem distribusi terbagi 2
bagian yaitu sistem distribusi tegangan menengah (JTM) dan sistem distribusi
tegangan rendah.

Gambar 2.1 Pola Sistem Tenaga Listrik

6
7

Politeknik Negeri Sriwijaya

Sistem Distribusi Tegangan Menengah mempunyai tegangan kerja di atas


1 kV dan setinggi-tingginya 35 kV. Sistem Distribusi Tegangan Rendah
mempunyai tegangan kerja setinggi-tingginya 1 kV. Jaringan Distribusi Tegangan
Menengah berawal dari Gardu Induk/Pusat Listrik pada sistem terpisah/isolated.
Pada beberapa tempat berawal dari pembangkit listrik. Bentuk jaringan dapat
berbentuk radial atau tertutup. Jaringan distribusi Tegangan Rendah berbentuk
radial murni. Sambungan Tenaga Listrik (SLT) adalah bagian paling hilir dari
sistem distribusi tenaga listrik. Pada Sambungan Tenaga Listrik tersambung Alat
Pembatas dan Pengukur (APP) yang selanjutnya menyalurkan tenaga listrik
kepada pemanfaat. Konstruksi keempat sistem tersebut dapat berupa Saluran
Udara atau Saluran Bawah Tanah disesuaikan dengan kebijakan manajemen,
masalah kontinuitas pelayanan, jenis pelanggan, pada beban atas permintaan
khusus dan masalah biaya investasi.

2.2 Aspek Perencanaan Jaringan Distribusi


Jaringan distribusi Tegangan Menengah saluran udara dipakai umumnya
untuk daerah dengan jangkauan luas, daerah padat beban rendah atau daerah-
daerah penyangga antara kota dan desa.
Biaya investasi Saluran Udara relatif murah, mudah dalam
pembangunannya, mudah pada aspek pengoperasian, akan tetapi padat
pemeliharaan. Jaringan Distribusi Menengah saluran bawah tanah dipakai
umumnya untuk daerah padat beban tinggi (beban puncak lebih dari 2,5 MVA/km 2
dengan luas minimal 10 km2) dengan jangkauan terbatas. Biaya investasi mahal,
sulit dalam pembangunan, mudah dalam pengoperasian dan pemeliharaan, tingkat
kontinuitas tinggi. Pada jaringan dengan saluran bawah tanah selalu direncanakan
dalam bentuk “loap” guna menghindari pemadaman (black-out) akibat gangguan.

2.3 Konfigurasi Sistem Saluran Distribusi


Secara umum konfigurasi suatu jaringan tenaga listrik hanya mempunyai 2
8

Politeknik Negeri Sriwijaya

konsep konfigurasi :
1. Jaringan radial
Yaitu jaringan yang hanya mempunyai satu pasokan tenaga listrik, jika
terjadi gangguan akan terjadi “black-out” atau padam pada bagian yang tidak
dapat dipasok.

2. Jaringan bentuk tertutup


Yaitu jaringan yang mempunyai alternatif pasokan tenaga listrik jika terjadi
gangguan. Sehingga bagian yang mengalami pemadaman (black- out) dapat
dikurangi atau bahkan dihindari.

Gambar 2.2 Pola Jaringan Distribusi Dasar

Berdasarkan kedua pola dasar tersebut, dibuat konfigurasi-konfigurasi jaringan sesuai


dengan maksud perencanaannya sebagai berikut :

a. Konfigurasi tulang ikan (fish-bone)


Konfigurasi fishbone ini adalah tipikal konfigurasi dari saluran udaraTegangan
Menengah beroperasi radial. Pengurangan luas pemadaman dilakukan dengan
mengisolasi bagian yang terkena gangguan dengan memakai pemisah Pole Top
Switch (PTS), Air Break Switch (ABSW) dengan koordinasi relai atau dengan sistem
SCADA. Pemutus balik otomatis PBO (Automatic Recloser) dipasang pada saluran
9

Politeknik Negeri Sriwijaya

utama dan saklar seksi otomatis SSO ( Automatic Sectionalizer pada percabangan.
10

Politeknik Negeri Sriwijaya

Gambar 2.3 Konfigurasi Tulang Ikan (Fishbone)

b. Konfigurasi Kluster (Cluster /Leap Frog)


luran udara Tegangan Menengah yang sudah bertipikal sistem tertutup, namun
beroperasi radial (Radial Open Loop) Saluran bagian tengah merupakan penyulang
cadangan dengan luas penampang penghantar.

Gambar 2.4 Konfugurasi Kluster (Leap Frog)

c. Konfigurasi spindel (spindle configuration)


Konfigurasi spindel umumnya dipakai pada saluran kabel bawah tanah. Pada
konfigurasi ini dikenal 2 jenis penyulang yaitu penyulang cadangan (standby atau
express feeder) dan penyulang operasi (working feeder). Penyulang cadangan tidak
dibebani dan berfungsi sebagai back-up supply jika terjadi gangguan pada
penyulang operasi. Untuk konfigurasi 2 penyulang, maka faktor pembebanan
hanya 50.
11

Politeknik Negeri Sriwijaya

Berdasarkan konsep Spindel jumlah penyulang pada 1 spindel adalah 6


penyulang operasi dan 1 penyulang cadangan sehingga faktor pembebanan
konfigurasi spindel penuh adalah 85 %. Ujung-ujung penyulang berakhir pada gardu
yang disebut Gardu Hubung dengan kondisi penyulang operasi “NO” (Normally
Open), kecuali penyulang cadangan dengan kondisi “NC” (Normally Close).

Gambar 2.5 Jaringan Spindel ( Spindle Configuration )

d. Konfigurasi fork
Konfigurasi ini memungkinkan 1 (satu) Gardu Distribusi dipasok dari
penyulang berbeda dengan selang waktu pemadaman sangat singkat (Short Break
Time). Jika penyulang operasi mengalami gangguan, dapat dipasok dari penyulang
cadangan secara efektif dalam waktu sangat singkat dengan menggunakan fasilitas
Automatic Change Over Switch (ACOS). Pencabangan dapat dilakukan dengan
sadapan Tee-Off (TO) dari Saluran Udara atau dari Saluran Kabel tanah melalui
Gardu Distribusi.
12

Politeknik Negeri Sriwijaya

Gambar 2.6 Konfigurasi Fork

e. Konfigurasi spotload (parallel spot configuration)


Konfigurasi yang terdiri sejumlah penyulang beroperasi paralel dari sumber
atau Gardu Induk yang berakhir pada Gardu Distribusi. Konfigurasi ini dipakai jika
beban pelanggan melebihi kemampuan hantar arus penghantar. Salah satu penyulang
berfungsi sebagai penyulang cadangan, guna mempertahankan kontinuitas
penyaluran. Sistem harus dilengkapi dengan rele arah (Directional Relay) pada
Gardu Hubung. Gardu Hubung & Directional Relay

Gambar 2.7 Konfigurasi Spotload (Parallel Spot Configuration)

f. Konfigurasi Jala-Jala (Grid, Mesti)


Konfigurasi jala-jala, memungkinkan pasokan tenaga listrik dari berbagai arah
ke titik beban dan umumnya dipakai pada daerah padat beban tinggi.
13

Politeknik Negeri Sriwijaya

Gambar 2.8 Konfigurasi Jala-jala (Grid, Mesti)

g. Konfigurasi Lain-Lain
Selain dari model konfigurasi jaringan yang umum dikenal sebagaimana diatas,
terdapat beberapa model struktur jaringan yang dapat dipergunakan sebagai
alternatif model-model struktur jaringan.

1. Struktur Garpu dan Bunga


Struktur ini dipakai jika pusat beban berada jauh dari pusat listrik/Gardu
Induk. Jaringan Tegangan Menengah (JTM) berfungsi sebagai pemasok, Gardu
Hubung sebagai Gardu Pembagi, Pemutus Tenaga sebagai pengaman dengan rele
proteksi gangguan fasa-fasa dan fasa-tanah.

Gambar 2.9 Konfigurasi Struktur Garpu


14

Politeknik Negeri Sriwijaya

Gambar 2.10 Konfigurasi Struktur Bunga

2. Struktur Rantai
Struktur ini dipakai pada suatu kawasan yang luas dengan pusat-pusat
beban yang berjauhan satu sama lain. Spot area merupakan daerah pembebanan.

Gambar 2.11 Konfigurasi Struktur Rantai


15

Politeknik Negeri Sriwijaya

2.4 Saluran Saluran Udara Tegangan Menengah


(SUTM) adalah sebagai konstruksi termurah untuk penyaluran tenaga listrik
pada daya yang sama. Konstruksi ini terbanyak digunakan untuk konsumen jaringan
tegangan menengah yang digunakan di Indonesia. Ciri utama jaringan ini adalah
penggunaan penghantar telanjang yang ditopang dengan solator pada tiang
besi/beton.

2.4.1 Konsep perencanaan


Jaringan distribusi tenaga listrik saluran udara ini, terutama untuk distribusi
tenaga listrik yang beroperasi secara radial, dengan jangkauan luas, biaya murah,
dengan keandalan kontunuitas penyaluran minimal tingkat-2. Untuk mengurangi
luasnya dampak pemadaman akibat gangguan dipasang fasilitas-faslitas Pole Top
Switch/Air Break Switch, PBO, SSO, FCO pada posisi tertentu. Pemakaian Saluran
Udara sebagai sistem distribusi daerah perkotaan dapat dilakukan dengan
memperpendek panjang saluran dan didesain menjadi struktur “Radial Open Loop”.
Pemakaian penghantar berisolasi guna mengurangi akibat gangguan tidak menetap
dan pemasangan kawat petir dapat meningkatkan tingkat kontinuitas penyaluran.
Untuk perencanaan di suatu daerah baru, pemilihan PBO, SSO, FCO merupakan satu
kesatuan yang memperhatikan koordinasi proteksi dan optimasi operasi distribusi
dan sistem pembumian transformator Gardu Induk pada jaringan tersebut.
Pada penyulang sistem radial, disisi pangkal harus dipasang PBO dengan
setiap percabangan dipasang pemutus FCO khusus untuk sistem dengan pembumian
langsung. Untuk sistem pembumian dengan tahanan tidak direkomendasikan
penggunaan FCO. Pada sistem jaringan tertutup dengan instalasi garduphi-section,
seluruh pemutus menggunakan SSO.

2.4.2 Proteksi jaringan


Tujuan dari pada suatu sistem proteksi pada Saluran Udara Tegangan
Menengah (SUTM) adalah mengurangi sejauh mungkin pengaruh gangguan pada
16

Politeknik Negeri Sriwijaya

penyaluran tenaga listrik serta memberikan perlindungan yang maksimal bagi


operator, lingkungan dan peralatan dalam hal terjadinya gangguan yang menetap
(permanen).
17

Politeknik Negeri Sriwijaya

Sistem proteksi pada SUTM memakai :

1. Relai hubung tanah dan relai hubung singkat fasa-fasa untuk kemungkinan
gangguan penghantar dengan bumi dan antar penghantar.
2. Pemutus Balik Otomatis PBO (Automatic Recloser), Saklar Seksi Otomatis
SSO (Automatic Sectionaizer). PBO dipasang pada saluran utama,
sementara SSO dipasang pada saluran pencabangan, sedangkan di Gardu
Induk dilengkapi dengan auto reclosing relay.
3. Lightning Arrester (LA) sebagai pelindung kenaikan tegangan
peralatanakibat surja petir. Lightning Arrester dipasang pada tiang
awal/tiang akhir, kabel Tee-Off (TO) pada jaringan dan gardu transformator
serta pada isolator tumpu.
4. Pembumian bagian konduktif terbuka dan bagian konduktif extra pada tiap-
tiap 4 tiang atau pertimbangan lain dengan nilai pentanahan tidak melebihi
10 Ohm.
5. Kawat tanah (shield wire) untuk mengurangi gangguan akibat sambaran
petir langsung. Instalasi kawat tanah dapat dipasang pada SUTM di daerah
padat petir yang terbuka.
6. Penggunaan Fused Cut-Out (FCO) pada jaringan pencabangan.
7. Penggunaan Sela Tanduk (Arcing Horn).

2.4.3 Konstruksi SUTM


Konstruksi jaringan dimulai dari sumber tenaga listrik / Gardu Induk dengan
kabel tanah Tegangan Menengah kearah tiang pertama saluran udara. Tiang pertama
disebut tiang awal, tiang tengah disebut tiang penumpu (line pole) atau tiang
penegang (suspension pole), jika jalur SUTM membelok disebut tiang sudut dan
berakhir pada tiang ujung (end pole).
18

Politeknik Negeri Sriwijaya

Untuk saluran yang sangat panjang dan lurus pada titik-titik tertentu dipasang
tiang peregang. Fungsi tiang peregang adalah untuk mengurangi besarnya tekanan
mekanis pada tiang awal / ujung serta untuk memudahkan operasional dan
pemeliharaan jaringan. Topang tarik (guy wire) dapat dipakai pada tiang sudut dan
tiang ujung tetapi tidak dipasang pada tiang awal. Pada tempat-tempat tertentu jika
sulit memasang guy wire pada tiang akhir atau tiang sudut, dapat dipakai tiang
dengan kekuatan tarik besar.
Isolator digunakan sebagai penumpu dan pemegang penghantar pada tiang,
hanya dipakai 2 jenis isolator yaitu isolator peregang (hang isolator/suspension
isolator) dan isolator penumpu (line-post/pin-post/pin- insulator). Isolator peregang
dipasang pada tiang awal / akhir / sudut. Isolator penumpu dipasang pada tiang
penumpu dan sudut.
Konfigurasi konstruksi (Pole Top Construction) dapat berbentuk vertikal,
horizontal atau delta. Konstruksi sistem pembumian dengan tahanan ( R = 12
Ohm, 40 Ohm dan 500 Ohm) atau dengan multi grounded common netral (solid
grounded) yaitu dengan adanya penghantar netral bersama TM, TR. Isolator
dipasang pada palang (cross arm/bracket/ travers) tahan karat (Galvanized Steel
Profile).
Penghantar Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) ini dapat berupa:
1. A3C (All Alumunium Alloy Conductor)
2. A3C-S (Half insulated A3C, HIC) ; atau full insulated (FIC).
3. Full insulatedA3C twisted (A3C-TC)
Luas penampang penghantar 35 mm2, 50 mm2, 70 mm2, 150 mm2, 240 mm2.

2.4.4 Penggunaan tiang


Saluran udara Tegangan Menengah memakai tiang dengan beban kerja
(working load) 200 daN, 350 daN dan 500 daN, dengan panjang tiang 11 meter, 12
meter, 13 meter dan 14 meter.
19

Politeknik Negeri Sriwijaya

Penggunaan tiang dengan beban kerja tertentu disesuaikan dengan banyaknya sirkuit
perjalur saluran udara, besar penampang penghantar dan posisi/fungsi tiang (tiang
awal, tiang tengah, tiang sudut).

2.4.5 Area jangkauan pelayanan SUTM


Mengingat sifat perencanaannya, jangkauan SUTM dibatasi atas besarnya
jatuh tegangan yaitu pada besaran sadapan/tap changer transformator distribusi.
Dalam hal ini optimalisasi susut energi tidak diperhitungkan.

Gambar 2.12 Monogram Saluran Udara Tegangan Menengah

Keterangan Gambar 2.12


1. Saluran Kabel bawah tanah
2. Tiang Pertama
20

Politeknik Negeri Sriwijaya

3. Saluran Udara
4. Lightning Arrester (LA)
5. Gardu Distribusi portal + FCO + LA
6. Fused Cut Out (FCO)
7. PBO ( automatic recloser)
8. Pole Top Switch/ABSW
9. SSO (Sectionalizer)
10. Gardu Distribusi beton
11. Kawat tanah
12. Guy-Wire
13. Pembumian bagian konduktif terbuka

2.5 Saluran Kabel Tanah Tegangan Menengah


2.5.1 Konsep Perencanaan
Mengingat biaya investasi yang mahal dan keunggulannya dibandingkan
dengan saluran udara tegangan menengah, saluran kabel tanah tegangan menengah
(SKTM) dipakai pada hal-hal khusus :
1. Daerah padat beban tinggi
2. Segi estetika
3. Jenis Pelanggan Kritis
4. Permintaan khusus
Pada tingkat keandalan kontinuitas sedikitnya tingkat-3, kabel tanah digunakan
untuk pemakaian :
1. Kabel Keluar (Opstik kabel dari pembangkit / GI ke tiang SUTM)
2. Kabel Tee-Off dari SUTM ke gardu beton
3. Penyeberangan sungai, jalur kereta api
21

Politeknik Negeri Sriwijaya

Konfigurasi jaringan kabel tanah didesain dalam bentuk “Radial Open Loop”,
sebaiknya dengan sesama kabel tanah. Apabila “loop” dengan hanya 1 (satu)
penyulang, maka pembebanan kabel hanya 50 %. Jika sistem memakai penyulang
cadangan (Express Feeder) dapat dibebani 100 % kapasitas kabel.
Bentuk konfigurasi yang umum adalah :
1. Struktur Spindel, minimal 2 penyulang berbeban dan 1 penyulang cadangan /
tanpa beban.
2. Struktur Kluster.
3. Spotload untuk pelanggan dengan beban lebih besar daripada kapasitas kabel.
4. "Loop" antara 2 penyulang baik dari 1 sumber pembangkit atau dari sumber
yang berbeda (Fork system).

2.5.2 Proteksi Jaringan


Proteksi jaringan kabel tanah hanya dilindungi dari 2 penyebab gangguan,
gangguan fasa-fasa dan gangguan fasa-tanah. Relai terpasang pada kubikel 20 kV di
Gardu Induk, relai tipe arus lebih. Fase-fase dan arus lebih hubung tanah dengan
karakteristik sesuai kebutuhan (IDMT atau Inverse Relay). Jenis kabel yang dipakai
adalah multicore atau single core belted cable dengan copper screen. Cooper screen
pada terminal Gardu Induk dan atau Gardu Distribusi dapat dibumikan atau tidak,
sesuai dengan konsep proteksinya dengan kemampuan dialiri arus listrik 1000
Ampere selama 1 detik. Sambungan kabel dengan saluran udara Tegangan
Menengah dipasang Lightning Arrester untuk melindungi kabel akibat surja petir
dengan nilai arus pengenal 10 kA pada tiang pertama dan ujung serta 5 kA pada tiang
tengah. Tambahan pemakaian fused cut-out dapat dipertimbangkan sesuai kebutuhan.
22

Politeknik Negeri Sriwijaya

Untuk sambungan sistem spot load ditambahkan rele diferensial atau directional
pada Gardu Hubung sisi pelanggan Spotload.

2.5.3 Konstruksi SKTM


Sesuai standar pabrik, kabel tanah pada kondisi tanah (specific thermal
resistivity of soil) 1000 C cm/w dengan kedalaman 70 cm, untuk penggelaran 1
kabel mempunyai Kemampuan Hantar Arus (KHA) 100%. Kemampuan hantar arus
kabel harus dikoreksi jika persyaratan tersebut berubah.
Penggunaan kabel dengan penampang yang lebih besar pada jalur keluar
dari Gardu Induk atau sumber tenaga listrik harus dipertimbangkan. Kabel harus
dilindungi terhadap kemungkinan gangguan mekanis dengan pasir, pipa pelindung,
buis beton atau pelat beton. Jalur jaringan kabel, titik belok dan sambungan kabel
harus diberi tanda guna memudahkan inspeksi,pemeliharaan , ,dll.

2.5.4 Area jangkauan pelayanan SKTM


Pada sistem Spindel, berdasarkan data statistik, laju kegagalan dan tingkat
kontinuitas pelayanan, panjang kabel SKTM hendaknya tidak lebih dari 8 kms. Pada
sistem Radial, jangkauan pelayanan dibatasi oleh persyaratan tegangan pelayanan.

2.6. Macam – Macam Saluran Jaringan Distribusi Primer


Sesuai dengan funginya, maka suatu sistem jaringan distribusi dengan
bagian-bagiannya dapat merupakan bentuk, susunan dan macam yang berbeda-
beda disesuaikan dengan tujuan tertentu. Pelaksanaan pemasangan jaringan
distribusi dibagi menjadi dua macam yaitu hantaran udara dan hantaran bawah
tanah.

2.6.1. Jaringan penghantar udara (over head line)


23

Politeknik Negeri Sriwijaya

Hantaran udara sering juga disebut saluran udara merupakan penghantar


energi listrik, tegangan menengah ataupun tegangan rendah, yang dipasang di atas
tiang listrik di luar bangunan. Bahan yang banyak dipakai untuk kawat penghantar
terdiri atas jenis :
AAAC-S9 : All Alumunium Alloy Conductor Shielded reinforced yaitu
penghantar AAAC yang berselubung polietilen ikat silang (XLPE).
Penghantarnya berupa aluminium paduan yang dipilin bulat tidak
dipadatkan. Isolasi kabel AAACS memiliki ketahanan isolasi
sampai dengan 6 kV, sehingga penghantar jenis ini harus
diperlakukan seperti halnya penghantar udara telanjang.
AAAC8 : All Aluminium Alloy Conductor yaitu penghantar yang terbuat dari
kawat-kawat aluminium yang dipilin, tidak berisolasi dan tidak
berinti.Kabel jenis ini mempunyai ukuran diameter antara 1,50 –
4,50 mm dengan bentuk fisiknya berurat banyak.
AAC1 :All Aluminium Conductor,yaitu kawat penghantar yang seluruhnya
dibuat dari aluminium
ACSR :Aluminium Conductor,Steel-Reinforced,yaitu kawat penghantar
aluminium berinti kawat baja
ACAR :Aluminium Conductor,Alloy Reinforced,yaitu kawat penghantar
aluminium yang diperkuat dengan logam campuran

Keuntungan atau kelebihan berupa :


1. Investasi, atau biaya untuk membangun saluran udara jauh lebih rendah
dibanding dengan kabel tanah, yaitu berbanding sekitar 1 : 5-6, bahkan lebih
tinggi untuk tegangan yang lebih tinggi
2. Kawat untuk daerah yang lahannya merupakan bebatuan, lebih mudah
membuat lubang untuk tiang lsitrik dari pada membuat jalur hubung kabel
tanah.
3. Mudah melakukan pemeliharan pada saluran distribusi
24

Politeknik Negeri Sriwijaya

4. Pembangunan jaringan tidak terlalu sulit.

Kekurangan jaringan hantar udara :


1. Mudah terjadi gangguan pada jaringan.
2. Setiap melakukan pemeliharaan biayanya besar.
3. Tidak mengutamakan keandalan (keandalannya rendah).
4. Pencurian melalui jaringan mudah dilakukan.

2.6.2. Jaringan hantaran bawah tanah ( under ground line )


Untuk daerah kerapatan beban tinggi, seperti pusat kota ataupun pusat
industri pemasangan jaringan hantaran udara akan mengganggu baik dari segi
keamanan maupun dari segi keindahan. Bahan untuk inti kabel dan kabel tanah
pada umumnya terdiri atas tembaga dan aluminium. Sebagai isolasi dipergunakan
bahan- bahan berupa kertas serta perlindungan mekanikal berupa tinta hitam.Untuk
tegangan menengah sering juga dipakai minyak sebagai isolasi.

2.7 Parameter Listrik Saluran Distribusi


Saluran distribusi tenaga listrik adalah merupakan sarana penyaluran tenaga
listrik bagian hilir setelah saluran transmisi yang telah dibangkitkan oleh suatu sistem
pembangkit, mempunyai konstanta-konstanta yang dapat mempengaruhi
karakteristik dalam menyalurkan tenaga listrik. Adapun konstanta- konstanta tersebut
adalah resistansi, induktansi, kapasitansi. Kapasitansi pada saluran distribusi dengan
saluran pendek (short lines < 80 km) nilai kapasitansinya dapat diabaikan. Resistansi
yang timbul pada saluran dihasilkan dari jenis penghantar yang memiliki tahanan
jenis dan besar resistansi pada penghantar tergantung dari jenis material, luas
penampang dan panjang saluran. Resistansi penghantar sangat penting dalam
evaluasi efisiensi distribusi dan studi ekonomis.
25

Politeknik Negeri Sriwijaya

2.7.1 Resistansi saluran (R)


Resistansi dari penghantar saluran distribusi adalah penyebab yang utama dari
rugi daya (losses) pada saluran distribusi. Resistansi dari suatu konduktor (kawat
penghantar) diberikan oleh:
Power Loss dalam konduktor:
power loss dalam konduktor
R= ………………………………………….…..(2.1)
(I )2
Resistansi direct-current ( RDC ) diberikan dengan formula :
l
RDC¿ ρ A ……………………………………………………………..................(2.2)

Dimana :
ρ : resistivity konduktor (Q.m)
l : panjang konduktor (m)
A : cross sectional area (mm2)
Nilai resistivity konduktor pada temperatur 20° C :
 untuk tembaga, ρ = 10,66 Ω.cmil/ft atau = 1,77 x 10-8Ω.m.
 untuk aluminium, ρ = 17 Ω.cmil/ft atau = 2,83 x 10-8Ω.m.
Konduktor pilin 3 strand menyebabkan kenaikan resistansi sebesar 1%. Konduktor
dengan strand terkonsentrasi (concentrically stranded conductors), menyebabkan
kenaikan resistansi 2%. Pengaruh kenaikan temperatur terhadap resistansi dapat
ditentukan dari formula berikut :
R 1 T +t 2
= … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … …(2.3)
R 2 T +t 1

Dimana R1 dan R2 adalah resistansi masing-masing konduktor pada temperatur t1 dan


t2, dan T adalah suatu konstanta yang nilainya sebagai berikut :
T = 234,5 untuk tembaga dengan konduktivitas 100%
T = 241 untuk tembaga dengan konduktivitas 97,3%
T = 228 untuk aluminium dengan konduktivitas 61%.
26

Politeknik Negeri Sriwijaya

2.7.2 Induktansi saluran (L)


Induktansi saluran menggambarkan besarnya fluks magnet T yang
dihasilkan untuk setiap ampere arus dari saluran, atau menggambarkan besarnya
tegangan induksi untuk setiap perubahan arus terhadap waktu. Karena fluks
magnet yang dihasilkan oleh setiap ampere arus sangat tergantung dari konfigurasi
saluran, maka induktansi ditentukan oleh konfigurasi saluran. Induktansi rata-rata
per fasa per satuan panjang untuk saluran tiga fasa dirumuskan sebagai :
Reaktansi saluran (XL) dapat diperoleh setelah melakukan perhitungan induktansi
saluran terlebih dahulu. Untuk menentukan besarnya induktansi saluran pada
jaringan distribusi dapat dihitungdengan menggunakan
persamaan :

...................(2.4)

Dimana D adalah jarak antara konduktor dan r adalah radius masing-masing


konduktor tersebut. Untuk menentukan besarnya jarak antar konduktor pada
jaringan distribusi dapat dihitung dengan persamaan
Untuk menghitung nilai r penghantar menggunakan persamaan :
2
A=π r ……………………………….……………………………………....(2.5)
Maka:
r =√ A /π ………………………………………………………………….... (2.6)

Gambar 2.13 Konfigurasi Horizontal Konduktor Tiga Fasa


27

Politeknik Negeri Sriwijaya

Dari persamaan 2.5 maka dapat dicari nilai reaktansi induktif saluran dengan
menggunakan persamaan 2.6 di bawah ini:
XL = 2.π.f.L…………………….……………………………..(2.7)
dimana:
 XL = Reaktansi induktif saluran (H/km)
 2 = sudut arus bolak-balik
 F = frekuensi sistem (50 Hz)
 L = Induktansi konduktor (H/m)

2.8 Segitiga Daya


Daya semu (S) merupakan resultan dari dua komponen, yaitu daya nyata
(P) dan komponen daya reaktif (Q). Hubungan ini disebut dengan segitiga daya
dan dalam bentuk vektor dapat digambarkan :
28

Politeknik Negeri Sriwijaya

Gambar 2.14 Karakteristik Beban Kapasitif

Gambar 2.15 Karakteristik Beban Induktif

 P = V. I Cos φ………………………………….……………………(2.8)
 Q = V. I Sin φ ………………………………………………………(2.9)
 S = √ ¿ ¿atau S = V. I ……………………………………….(2.10)
 Faktor Daya = Daya Nyata = Cos < φ………………………………(2.11)

2.9 Korelasi Susut Tegangan dan Susut Daya Terhadap Standar Jaringan
Di dalam merencanakan sistem distribusi tenaga listrik sangat diperlukan
adanya kriteria dalam mendesain sebuah Sistem Distribusi Tenaga Listrik, mulai dari
SUTM, Gardu Distribusi (Gardu Trafo Tiang = GTT), SUTR maupun Sambungan
Rumah (SR).
Kriteria yang akan dijadikan patokan adalah :
1. Besaran Susut Tegangan
2. Besaran Susut Daya
3. F aktor Daya (Cos O)
4. Loss Load Factor (LLF)
Sistem Distribusi Tenaga Listrik yang akan ditinjau adalah: Sistem Tegangan
Menengah 20 kV. Untuk membuat kriteria desain akan berpedoman kepada SPLN
29

Politeknik Negeri Sriwijaya

yang ada dan ketentuan - ketentuan lain yang berlaku.


Panjang sebuah Jaringan Tegangan Menengah dapat didesain dengan
mempertimbangkan susut tegangan dan susut daya jaringan. Untuk mendapatkan nilai
rugi tegangan dan rugi daya yang dikehendaki perlu memasukkan parameter -
paramater antara lain :

1. Ukuran (luas penampang) Penghantar

2. Beban Nominal Penghantar

3. Panjang Jaringan

Berdasarkan SPLN 72: 1987 dapat didesain sebuah jaringan tegangan menengah
(JTM) dengan kriteria rugi tegangan sebagai berikut :

1. Susut Tegangan Spindel maksimum 2 %

2. Susut Tegangan Open Loop dan Radial maksimum 5 %

Untuk mendesain jaringan dengan pertimbangan susut jaringan, maka susut jaringan
maksimum yang diizinkan :

1. Susut daya maksimum Spindel maksimum 1 %

2. Susut daya maksimum Open Loop dan Radial maksimum 2,3 %

Dalam pengoperasian Jaringan Listrik Tegangan Menengah, pembebanan


tidak boleh melebihi kemampuan nominal jaringan yang telah direncanakan, sehingga
susut tegangan dan susut daya dapat tercapai. Untuk diujung saluran dan beban
seimbang pada sistem 3 fasa 3 kawat dan 3 fasa 4 kawat, susut tegangan dapat
dihitung dengan formula :

...................(2.12)

dimana :
30

Politeknik Negeri Sriwijaya

 P = Daya Nominal yang tersalur ( MVA )

 R = Resistansi Jaringan ( Q/km )

 X = Reaktansi Jaringan ( Q/km )

 L = Panjang Jaringan ( km )

 Cos θ = 0,85 (0,90) dan sin θ = 0,526 (0,435)

 KV = Tegangan L - L (20kV)

Korelasi rugi daya (losses) terhadap standar jaringan pada saluran dan beban
seimbang pada sistem 3 fasa 3 kawat dan 3 fasa 4 kawat, susut daya dapat dihitung
dengan formula :

ΔP = 3 x I2 x R x L x LLF (watt)……………………………………………(2.13)

dimana :
 I = Arus beban yang mengalir pada Jaringan (A)
 R = Resistansi Jaringan (Ohm/km)
 L = Panjang Jaringan (km)
 LLF = Loss Load Factor

Loss Load Factor sebagai koefisien yang diperhitungkan dalam menghitung rugi
daya sebagai perbandingan antara rugi - rugi daya rata-rata terhadap rugi daya
beban puncak.

LLF = 0,3. LF + 0,7.LF2…………………………………………….………(2.14)

dimana :

LF = Load Factor Sistem Regional

Beban rata−Rata
LF = ………………………………………………………..
Beban puncak
31

Politeknik Negeri Sriwijaya

(2.15)

2.10 Perhitungan Perkiraan Kerugian Dana Akibat Rugi-rugi Daya


Perusahaan pemasok listrik mengalami kerugian yang cukup besar setiap
bulannya karena hilangnya energy akibat rugi0rugi daya. Besaran yang hilang saat
proses pentramisian harus dihitung dan diantisipasi, sehingga besar daya yang hilang
maka dapat dilakukan perhitungan untuk mengetahui energy yang hilang.
Perhitungan dilakukan dengan persamaan :
W = p x t = V x I x t (2.14)
Keterangan :
 W = Energi listrik (Watt.jam)
 P = Daya alat listrik (Watt)
 t = Lama pemakaian (jam)
 V = Tegangan beban (Volt)
 I = Arus yang mengalir ( Ampere )
W
Biaya Listrik = ( ¿ x TDL……………………………………………………
1000
(2.16)
W
Keterangan : = Pemakaian Litrik (kWh)
1000
TDL = Tarif Dasar Listrik

2.11 Electric Transient and Analysis Program (ETAP)


ETAP 19.0.1 adalah suatu Software analisis yang comprehensive untuk
mendesain dan mensimulasikan suatu sistem rangkaian tenaga. Analisis yang
ditawarkan oleh ETAP yang digunakan penulis adalah drop tegangan dan losses
jaringan. ETAP juga bisa memberikan warning terhadap bus - bus yang under voltage
dan over voltage sehingga pengguna bisa mengetahui bus mana yang tidak beroperasi
32

Politeknik Negeri Sriwijaya

optimal. Untuk menganalisa suatu rangkaian diperlukan data rangkaian yang lengkap
dan akurat sehingga hasil perhitungan ETAP bisa dipertanggung jawabkan.
ETAP mengintegrasikan data - data rangkaian tenaga listrik seperti kapasitas
pembangkit, panjang jaringan, resistansi jaringan per km, kapasitas busbar, rating
trafo, impedansi urutan nol, positif dan negatif suatu peralatan listrik seperti trafo,
generator dan penghantar.
ETAP memungkinkan anda untuk bekerja secara langsung dengan diagram satu
garis grafis dan sistem kabel bawah tanah raceway. Program ini telah dirancang
berdasarkan tiga konsep kunci:
1. Virtual reality operasi
Program operasi menyerupai istemoperasi listrik nyata sedekat mungkin.
2. Integrasi total data
ETAP menggabungkan listrik, atribut logis, mekanik dan fisik dari elemen
sistem dalam database yang sama.
3. Kesederhanaan di data entri
ETAP melacak dara rinci untuk setiap alat listrik. Editor data dapat proses
entri data dengan meminta data minimum untuk studi tertentu.

2.11.1 Mempersiapkan plant


Persiapan yang perlu dilakukan dalam analisa/desain dengan bantuan ETAP
adalah:
1. Single line diagram.
2. Data peralatan baik elektris maupun mekanis.
3. Library untuk mempermudah mengedit data.

2.11.2 Membuat proyek baru


Berikut ini merupakan langkah - langkah untuk mebuat proyek baru. Klik
tombol New atau klik menu file lalu akan mncul kotak dialog sebagai berikut.
33

Politeknik Negeri Sriwijaya

Gambar 2.16 Membuat File Proyek Baru

1. Lalu ketik nama di kolom project file. Lalu klik OK.


2. Lalu akan muncul kotak dialog User Information yang berisi data pengguna
software. Isi nama dan deskripsikan proyek yang akan dibuat. Lalu klik OK.
3. File proyek baru telah dibuat dan siap untuk menggambar one line diagram.

2.11.3 Menggambar single line diagram


Menggambar single line diagram dilakukan dengan cara memilih simbol
peralatan listrik pada menu bar disebelah kanan layar. Klik pada simbol, kemudian
arahkan kursor pada media gambar. Untuk menempatkan peralatan pada media
gambar, klik kursor pada media gambar. Untuk mempercepat proses penyusunan
single line diagram, semua komponen dapat diletakkan secara langsung pada media
gambar. Untuk mengetahui kontunuitas antar komponen dapat di cek dengan
Continuty Check pada menu bar utama.

2.11.4 Menjalankan simulasi load flow


34

Politeknik Negeri Sriwijaya

Setelah SLD selesai dibuat, maka bisa diketahui aliran daya satu system
kelistrikan yang telah dibuat dengan melakukan dengan melakukan running load
flow. Langkahnya sebagai berikut.

Gambar 2.17 Lembar Simulasi Load Flow

1. Klik load flow


2. Klik run load flow
35

Politeknik Negeri Sriwijaya

Gambar 2.18 Hasil Simulasi Load Flow

Maka akan didapatkan hasil simulasi yang digunakann dengan huruf berwarna
merah seperti pada gambar di atas, terdapat nilai daya aktif dan daya reaktif ( P +
JQ ) serta presentase tegangan. Kita dapat mengatur nilai apa yang akan ditampilkan
pada simulasi bisa berupa arus, faktor daya, yaitu dengan cara mengubah display
option.
3. Klik display option
36

Politeknik Negeri Sriwijaya

Dipilih yang akan


mati

Gambar 2.19 Hasil Menu Display Option

Kita juga dapat melihat kondisi hasil yang kurang bagus baik itu presentase
tegangan maupun peralatan yang spesifikasinya kurang baik, dalam hal ini bisa
overload dengan menggunakan alert view.
4. Klik alert view
37

Politeknik Negeri Sriwijaya

Gambar 2.20 Menu Alert View

Dari gambar diatas ditunjukkan bahwa CB 6, CB 7, CB 8, mengalami


overload, artinya harus diganti dengan rating CB yang lebih besar. Untuk
menampilkan hasil simulasi loadflow yang lengkap yaitu dengan menggunakan
menu report manager.
5. Klik report manager

Gambar 2.21 Report

Manager

Maka dengan mendapatkan file lengkap hasil simulasi loadflow data


bisa di analisis dari segi tegangan, arus, daya antar bus, losses, dll.
Politeknik Negeri Sriwijaya

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian


Metode yang digunakan dalam menulis laporan ini yaitu dengan metode
refrensi, metode observasi, metode analisis dan metode konsultasi. Metode
refrensi dilakukan dengan pencarian referensi–referensi atau landasan teori yang
akan digunakan untuk menunjang dan mempermudah pembuatan laporan akhir.
Landasan teori yang didapatkan mengenai susut daya, energi dan faktor-faktor
yang menjadi penyebab hilangnya susut daya. Metode dilakukan dengan cara
melakukan pengamatan dan pengumpulan data yang nantinya digunakan sebagai
bahan dalam menghitungan menyusun tugas akhir. Data yang diperoleh berasal
dari PT. PLN (Persero) ULP Rivai. Metode analisis dilakukan dengan cara
menganalisa data yang diperoleh dari proses pengambilan data. Proses ini dapat
mengetahui apakah suatu sistem dapat bekerja dengan baik atau tidak. Dalam
proses ini menggunakan software ETAP 19.0.1 dengan tujuan hanya untuk
membandingkan dari kedua perhitungan tersebut. Metode diskusi dan konsultasi
dilakukan dengan cara melakukan bimbingan baik dengan dosen pembimbing
maupun mentor pada saat dilapangan.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


Dalam Proses perumusan laporan akhir ini dilakukan pada PT. PLN
(Persero) ULP Rivai. Pengambilan data dilakukan selama satu bulan penuh
dengan mencatat tegangan dan arus setiap harinya dan beban puncak yang dicatat
pukul 10.00 dan 19.00 WIB. Untuk mengetahui susut daya dan energi pada
jaringan distribusi pada penyulang sambo digunakan simulasi dengan software
ETAP 19.0.1.

38
39

Politeknik Negeri Sriwijaya

3.3 Penyulang Sambo


Penulis akan membahas secara spesifik tentang evaluasi susut daya dan energi
penyulang sambo. Penyulang sambo ( Saluran Distribusi Tegangan 20 kV ) adalah
Jaringan Tegangan Menengah (JTM) yang berfungsi menyalurkan tenaga listrik
tenaga listrik dari Gardu Induk GIS Barat ke setiap gardu distribusi atau pemakaian
tegangan menengah area Ilir III dengan tegangan menengah 20 kV.

Gambar 3.1 Single Line Diagram Penyulsang Sambo

Panjang saluran Penyulang Sambo adalah 5,42 KMS ( kilometer-sirkuit).


Terdapat sebanyak 18 31buah gardu distribusi di Penyulang Sambo. Dengan
mayoritas pemakaian pelanggan rumah tangga.
Jenis pengantar yang digunakan pada Penyulang Sambo adalah AAAC ( All
Alloys Alumunium Conductor ) 150 mm2 , AAAC-S 150mm2, dan NA2XSEYBY
150 mm2.

Tabel. 3.1 jenis Pengantar Yang Digunakan


N Jenis Pengantar Ukuran (mm2) Panjang Pengantar (Km)
O
1 AAAC 150 4,21
2 AAAC-S 150 1,16
40

Politeknik Negeri Sriwijaya

3 NA2XSEYBY 240 0,05

3.4 Mapsource Penyulang Sambo


Dari panjang penyulang beserta gardu distribusi penyulang Sambo dapat
diukur dengan mapsource. Dimulai dari gardu induk sampai dengan beban paling
ujung penyulang Sambo dapat diukur dengan akurat karena berdasarkan maping gps.

Gambar 3.2 Mapsource Penyulang Sambo

Tabel 3.2 Data Beban Puncak Siang dan Malam pada Penyulang Sambo Bulan Mei
2022
Beban Puncak Penyulang Sambo Bulan Mei 2022
Siang Malam
Tanggal Arus Daya Arus Daya
(A) (MW) (A) (MW)
1 28 0,93 34 1,1
2 25 0,84 33 1,09
3 23 0,78 31 1,06
41

Politeknik Negeri Sriwijaya

4 24 0,81 27 0,9
5 29 0,96 16 0,52
6 33 0,97 29 1
7 28 0,93 30 1,03
8 28 1 33 1,09
9 34 1,1 36 1,16
10 35 1,3 37 1,19
11 34 1,1 37 1,19
12 34 1,1 37 1,19
13 33 1,09 36 1,16
14 31 1,06 35 1,13
15 31 1,06 35 1,13
16 32 1,08 34 1,1
17 29 1 33 1,09
18 35 1,13 36 1,16
19 34 1,0 37 1,19
20 35 1,13 38 1,22
21 30 1,03 16 0,52
22 14 0,45 19 0,6
23 29 0,95 33 1,09
24 31 1,06 33 1,09
25 28 0,93 30 1,03
26 26 0,87 31 1,06
27 32 1,08 34 1,0
28 28 0,93 32 1,08
29 29 0,95 33 1,09
30 31 1,06 35 1,13
42

Politeknik Negeri Sriwijaya

31 31 1,06 34 1,0
Rata -rata 29.80645 1 32.03226 1
Keterangan: Beban puncak terkecil
Beban puncak terbesar

Tabel 3.3 Resistansi Penghantar


No Jenis Luas Resistansi
Penghantar Penampang Penghantar
( mm2) (Ω/km)
1 AAAC (Al) 150 0,225
2 AAAC-S (Al) 150 0,225
3 NA2xSEFGbY (Al) 240 0,270

Tabel 3.4 Jarak Antar Konduktor


NO Konduktor Jarak ( m )
1 Konduktor 1-2 1,2
2 Konduktor 2-3 0,8
3 Konduktor 1-3 2

Tabel 3.5 Faktor Daya dan Load Factor


No Nama Penyulang Cos φ Load Faktor
1 Sambo 0,85 0,9

3.4
3.5 Mengitung Pendekatan Rugi-Rugi Energi Secara Finansial
Hilangnya daya pada saluran distribusi mengakibatkan kerugian finansial bagi
perusahaan pemasok listrik (PLN). Untuk mengetahui kerugian finansial PT. PLN
yang disebabkan oleh adanya rugi-rugi daya dapat dilakukan dengan melihat tariff
43

Politeknik Negeri Sriwijaya

tenaga listrik (TTL) pada Mei tahun 2022 yang ditaksir dengan rata-rata terlampir
seperti pada table berikut :

Tabel 3.6 Tarif Tenaga listrik (TTL) bersubsidi dan nonsubsidi pada bulan mei 2022
Daya Listrik Tarif Listrik
No.
(VA) (Rp./kWh) keterangan
1 450 415
Subsidi
2 900 586
3 900 1352
4 1300 1.444,70
5 2200 1.444,70 Nonsubsidi
6 3500 - 5500 1.444,70
7 6600 - keatas 1.444,70
Rata - rata tariff 1.161,4
44

Politeknik Negeri Sriwijaya

3.6 Tahapan penelitian


Adapun prosedur penelitiann sebagai berikut :
1. Mencari refrensi buku, jurnal, ataupun laporan akhir dari mahasiswa polsri
sebelumnya yang melakukan penelitian dengan objek yang hampir sama.
2. Melakukan proses wawancara pada pihak staff dan karyawan PLN. ULP
Rivai mengenai susut energi, dan rugi-rugi daya.
3. Membuat diagram single line pada software etap dan memasukan data.
Kemudian simulasi single line diaktifkan.
4. Menganalisa hasil perhitungan yang didapat pada software etap.

3.7 Flowchart
45

Politeknik Negeri Sriwijaya


Politeknik Negeri Sriwijaya

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Perhitungan Manual


Perhitungan ini dilakukan secara manual dengan perhitungan dengan rumus-
rumus yang ada.

4.1.1 Perhitungan nilai tahanan jenis (resitivitas) penghantar


Resistansi yang dihitung merupakan nilai resistasnsi pada suhu 75 C yang
diasumsikan suhu pada saat beban puncak dan nilai tahanan T 0 = 228 untuk
alumunium dengan konduktivitas 61%. Menentukan nilai resistansi ini menggunakan
persamaan (2.2).
A. AAAC 150 mm2

( )
R t2 228+75
=
0,225 228+20
248 Rt2 = 303 (0,225)
248 Rt2 = 68,175
Rt2 = 0,274 (Ω/km)
B. AAACS 150 mm2

( )
R t2 228+75
=
0,225 228+20
248 Rt2 = 303 (0,225)
248 Rt2 = 68,175
Rt2 = 0,274 (Ω/km)
C. NA2XSEYBY (AL) 240 mm2

( )
R t2 228+75
=
0,125 228+20
248 Rt2 = 303 (0,125)
248 Rt2 = 37,875
Rt2 = 0,152 (Ω/km)

46
47

Politeknik Negeri Sriwijaya

4.1.2 Perhitungan faktor beban


Untuk perhitungan faktor beban agar dapat menghitung faktor losses pada
saluran digunakan persamaan (2-14)
Data ini rata-rata beban puncak dan beban puncak rata-rata Penyulang Sambo
didapat dari tabel 3.2
Tabel 4.1 Beban rata – rata dan beban puncak Bulan Mei
Penyulang Sambo Arus (A) Daya (MW)
Beban rata – rata 32 1
Beban Puncak 38 1,22

Dimana total faktor beban pada Penyulang Sambo untuk Bulan Mei yakni :
32
Faktor Beban (LF) = = 0,846 => 0,85 %
38

4.1.3 Perhitungan nilai faktor susut beban (LLF)


Perhitungan nilai LLF digunakan sebagai koefisien untuk menghitung susut
daya sebagai perbandingan antara susut daya rata – rata terhadap susut daya beban
puncak. Untuk menghitung LLF menggunakan persamaan (2.13) :
LLF = 0,3 LF + 0,7 (LF)2
= 0,3 x 0,85 + 0,7 (0,85)2
= 0,225 + 0,505
= 0,76

4.1.4 Perhitungan reaktansi saluran


Untuk mendapatkan nilai reaktansi pada saluran maka digunakan persamaan
2.4, 2.5, 2.6 dan 2.7.
a. AAAC 150 mm2

r ¿
√ 150
3,14
= 6,911 mm = 0,06911 m
48

Politeknik Negeri Sriwijaya

D ¿ √3 1,2 x 0,8 x 2=1,242 m


L ¿ ¿10-7
L = (0,5 + 4,6 log 178,713 x 10-7
L = (0,5 + 4,6 (2,252)) x 10-7
L = (0,5 + 10,35) x 10-7
L = 10,85 x 10-7 H/m
L = 10,85 x 10-4 H/km
XL = 2 x 3,14 x 50 x 10,85 x 10-4
XL = 0,3406 Ω/km

b. AAAC-S 150 mm2

r ¿
√ 150
3,14
= 6,911 mm = 0,06911 m

¿ √ 1,2 x 0,8 x 2=1,242 m


3
D
L ¿ ¿10-7
L = (0,5 + 4,6 log 178,713 x 10-7
L = (0,5 + 4,6 (2,252)) x 10-7
L = (0,5 + 10,35) x 10-7
L = 10,85 x 10-7 H/m
L = 10,85 x 10-4 H/km
XL = 2 x 3,14 x 50 x 10,85 x 10-4
XL = 0,3406 Ω/km

c. NA2XSEYFGBY (AL) 240 mm2


Nilai reaktansi adalah 0,098 Ω/km

4.1.5 Perhitungan Kapasitas Penyaluran


Mengambil dari persamaan 2.8 yaitu
49

Politeknik Negeri Sriwijaya

1. Beban Puncak Siang Hari


P = √ 3 V I cos θ
P = 1,73 x 20000 x 35 x 0,85
P = 1.089 KW
2. Beban Puncak Siang Hari
P = √ 3 V I cos θ
P = 1,73 x 20000 x 38 x 0,85
P = 1.117.000 W
P = 1.117 KW

4.1.6 Perhitungan rugi daya rata-rata bulan mei


Rugi daya pada saluran ditentukan dengan menggunakan persamaan 2.12, dan
data pada tabel 3. Yaitu rata – rata beban puncak siang dan malam pada penyulang
sambo pada bulan mei.
A. Beban puncak siang rata - rata
1. AAAC 150 mm2
ΔP = 3 x I2 x R x L x LLF
= 3 x (35)2 x 0,264 x 4,21 x 0,76
= 3104 W

2. AAACS 150 mm2


ΔP = 3 x I2 x R x L x LLF
= 3 x (35)2 x 0,264 x 1,16 x 0,76
= 855 W

3. NA2XSEYBY (AL)
50

Politeknik Negeri Sriwijaya

ΔP = 3 x I2 x R x L x LLF
= 3 x (35)2 x 0,152 x 0,05 x 0,76
= 754,11 W
Total Rugi daya pada beban puncak siang rata – rata adalah 4713 W
PR = Ps – Ploss
= 1130000 – 4713
= 1125 KW
1125000
%= = 1,04 %
1080900

B. Beban puncak malam rata - rata


1. AAAC 150 mm2
ΔP = 3 x I2 x R x L x LLF
= 3 x (38)2 x 0,264 x 4,21 x 0,76
= 3659 W

2. AAACS 150 mm2


ΔP = 3 x I2 x R x L x LLF
= 3 x (38)2 x 0,264 x 1,16 x 0,76
= 1008 W

3. NA2XSEYBY (AL)
ΔP = 3 x I2 x R x L x LLF
= 3 x (38)2 x 0,152 x 0,05 x 0,76
= 444,46 W
Total Rugi daya pada beban puncak siang rata – rata adalah 5111,46 W
51

Politeknik Negeri Sriwijaya

PR = Ps – Ploss
= 1220000 – 5111,46
= 1214 KW
1214000
%= = 1,08 %
1118580

4.1.7 Perhitungan rata-rata plosses


P losses siang+ Plosses Malam 3104+3659
 Rata –rata Plosses AAAC = = = 3381 W
2 2
P losses siang+ Plosses Malam 855+1008
 Rata –rata Plosses AAAC-S = = = 931 W
2 2
P losses siang+ Plosses Malam 754,11+ 444,46
 Rata –rata Plosses NA2XSEYBY = = =
2 2
599W

4.1.8 Perhitungan Wlosses per hari


 Rata –rata Wlosses AAAC = 3381 W x 24 jam = 81,14 kWh
 Rata –rata Wlosses AAAC-S = = 931 Wx 24 jam= 22,34 kWh
 Rata –rata Wlosses NA2XSEYBY = 599 W x 24 jam = 14,37 kW

1.2 Hasil Perhitungan manual


Ini merupakan hasil dari perhitungan manual beban puncak siang dan beban
puncak di malam Penyulang Sambo.

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan manual


No Jenis beban Ploss (kW) %Ploss PR (kW) PS (kW)
1 Beban Puncak Siang 4.7 1.04 1125 1130
2 Beban Puncak Malam 5.1 1.08 1214 1220
52

Politeknik Negeri Sriwijaya

4.3 Hasil Simulasi ETAP 19.0.1


Ini merupakan hasil dari simulasi ETAP 19.0.1 beban puncak siang dan beban
puncak di malam Penyulang Sambo.

Tabel 4.3 Hasil Simulasi ETAP 19.0.1


No Jenis Beban Ploss (kW) %Ploss Pr (Kw) Ps (kW)
1 Beban Puncak Siang 4.6 1,01 446.4 451
2 Beban Puncak Malam 6.0 1,17 503 509

A. Pada beban puncak siang


Pada beban puncak siang terlihat pada data tabel bahwa susut daya yang terjadi
sebesar 4.6 kW
4600
%Ploss = = 1.01 %
451000
Pr = 451 kW – 4.6 kW = 446.4
B. Pada beban puncak ,alam
Pada beban puncak malam terlihat pada data tabel bahwa susut daya yang terjadi
sebesar 6.0 kW.
6000
%Ploss = = 1,17 %
509000
Pr = 509 kW – 6 kW =503 kW

4.4 Perbandingan Hasil Susut Daya ETAP dan Perhitungan Manual


Ini merupakan hasil perbandingan perhitungan manual dan hasil simulasi
ETAP 19.0.1. Terlihat data jenis susut daya dan % susut daya pada beban puncak
siang dan beban puncak malam.

Tabel 4.4 Hasil susut daya simulasi etap dan perhitungan manual
No Jenis ETAP Manual
Siang Malam Siang Malam
53

Politeknik Negeri Sriwijaya

1 Susut Daya 4.6 6.0 4.7 5.1


2 % Susut Daya 1,01 1,17 1,04 1,08

4.4.1 Grafik Perbandingan hasil simulasi ETAP dan Perhitungan Manual Mei 2022

0
ETAP MANUAL

SIANG MALAM Column1

Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Susut Daya Beban Puncak Mei 2022
1.2

1.15

1.1

1.05

0.95

0.9
MANUAL ETAP

SIANG MALAM Column1


54

Politeknik Negeri Sriwijaya

Gambar 4.2 Grafik Perbandingan % Susut Daya Beban Puncak Mei 2022

4.5 Evaluasi Hasil Susut Daya Etap dan Perhitungan Manual


Dari grafik 4.1 terlihat bahwa hasil susut daya didapat yang terjadi saat beban
puncak siang maupun saat beban puncak malam pada Penyulang Sambo dengan
menggunakan simulasi ETAP 19.0.1 mendekati atau sama dengan hasilnya dengan
perhitungan manual. Adapun untuk simulasi dengan ETAP 19.0.1 yaitu untuk beban
puncak siang sebesar 446,4 kW dan untuk beban puncak malam sebesar 503 kW
Sedangkan untuk perhitungan manual hasilnya sebesar 1130 kW pada beban puncak
siang dan hasilnya 1220 kW pada beban puncak malam. Pada grafik 4.2 terlihat untuk
nilai persentase susut daya terhadap beban puncak dengan perhitungan manual yaitu
sebesar 1,04 % untuk beban siang dan 1,08 % untuk beban malam. Sedangkan
dengan simulasi ETAP persentasenya sebesar 1,01 % untuk beban siang dan 1,17 %
untuk beban malam. Dengan merujuk SPLN 1:1978 bahwa susut daya yang diizinkan
hanya sebesar 2%, maka dengan evaluasi ini dapat diketahui bahwa jaringan
distribusi pada Penyulang Sambo bisa dikatakan handal dan optimal dikarenakan
susut daya yang tidak melebihi dari standart susut.
Politeknik Negeri Sriwijaya

BAB V

KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil evaluasi susut daya terhadap penyulang sambo, dapat disimpulkan
bahwa :

1. Parameter – parameter penyebab susut daya diantaranya nilai resistansi, reaktansi,


panjang penghantar yang berpengaruh terhadap nilai susut daya dan faktor daya
beban yang mempengaruhi daya kapasitas penyaluran beban puncak.
2. Untuk penghantar SUTM yaitu AAAC 150 mm2 nilai 0,264 Ω/km dan
resistansinya adalah 0,3406 mH/Km. adapun untuk penghantar SKTM yaitu
NA2XSEYBY (Al) 240 mm2 nilai resistansinya adalah 0,152 Ω/km dan nilai
reaktansinya 0,098 mH/Km.
3. Perbandingan dan hasil susut daya penyulang yang didapat dengan simulasi ETAP
19.0.1 pada beban puncak siang sebesar 446,4 kW dan pada beban puncak malam
sebesar 503 kW sedangkan manual nilainya lebih besar yaitu sebesar 1130 kW
pada beban puncak siang dan pada beban puncak malam adalah 1220 kW.
Adapun nilai persentase susut daya dengan ETAP 19.0.1 yaitu pada beban puncak
siang 1,04 % dan 1,08% pada beban malam. Sedangkan hasil manual yaitu 1,01 %
pada beban puncak siang dan 1,17 % pada beban malam

5.2 Saran

Sebaiknya cukup menggunakan ETAP 19.0.1 karena hasilnya efektif dan pasti
hanya saja butuh ketelitian dalam merangkai dan memasukkan parameter – parameter
pada ETAP 19.0.1

55
56
Politeknik Negeri Sriwijaya

DAFTAR PUSTAKA

1. Cekmas Cekdin dan Taufik Barlian. 2013. Rangkaian Listrik.


Yogyakarta: Andi Yoyakarta.

2. Firmansyah, Anton. 2016. Modul Pelatihan ETAP. Palembang: Tidak


Diterbitkan.

3. Khoiriyah, Siti. Analisa Susut Daya dan Energi Di Gardu Induk Bringin
G-4 Menggunakan Software ETAP 12.6. Dalam
http://eprints.ums.ac.id/60918/4/cek%20siti.pdf diakses pada 21
maret 2022.

4. PT. PLN (Persero). 2012. Desain Kriteria Jaringan Distribusi. Jakarta:


PT. PLN (Persero) Pusat Pelatihan dan Pendidikan.

5. Ratno, dkk. 2010. Kriteria Desain Enjinering Konstruksi Jaringan


Distrubusi Tenaga Listrik. Jakarta: PT. PLN (Persero).

6. Saputra, Eko Marshel. Analisa Susut Tegangan dan Susut Daya Jaringan
Distribusi Tegangan Menengah 20 KV Pada Penyulang Beruang Di
Gardu Induk Bukit Siguntang Menggunakan Software ETAP 12.6.
Dalam http://eprints.polsri.ac.id/3819/ diakses pada 21 maret 2022.
57
Politeknik Negeri Sriwijaya

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Beban Malam
58
Politeknik Negeri Sriwijaya
59
Politeknik Negeri Sriwijaya

Lampiran 2 Beban Siang


60
Politeknik Negeri Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai