Anda di halaman 1dari 205

RANCANG BANGUN SIMULASI KOORDINASI PMT,

RECLOSER, DAN SECTIONALIZER SEBAGAI


PROTEKSI JARINGAN TEGANGAN MENENGAH
PADA PENYULANG KDS-01 PT PLN (PERSERO) UP3
KUDUS BERBASIS PLC DAN SCADA

Disusun oleh :

1. Amalia Almira Nugraheni 3.39.16.0.04


2. Kresnabayu Adha Prihambodo 3.39.16.0.13
3. Vidiansyah Putra Utama 3.39.16.0.23
4. Yoga Kurniatirta 3.39.16.0.24

PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK


PROGRAM DIII KELAS KERJASAMA PLN-POLINES
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
2019
RANCANG BANGUN SIMULASI KOORDINASI PMT,
RECLOSER, DAN SECTIONALIZER SEBAGAI
PROTEKSI JARINGAN TEGANGAN MENENGAH
PADA PENYULANG KDS-01 PT PLN (PERSERO) UP3
KUDUS BERBASIS PLC DAN SCADA

Tugas akhir/skripsi ini disusun untuk melengkapi sebagian


persyaratan menjadi Ahli Madya/Sarjana Terapan
Disusun oleh :

1. Amalia Almira Nugraheni 3.39.16.0.04


2. Kresnabayu Adha Prihambodo 3.39.16.0.13
3. Vidiansyah Putra Utama 3.39.16.0.23
4. Yoga Kurniatirta 3.39.16.0.24

PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK


PROGRAM DIII KELAS KERJASAMA PLN-POLINES
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
2019

i
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir dengan judul


“RANCANG BANGUN SIMULASI KOORDINASI PMT, RECLOSER, DAN
SECTIONALIZER SEBAGAI PROTEKSI JARINGAN TEGANGAN
MENENGAH PADA PENYULANG KDS-01 PT PLN (PERSERO) UP3 KUDUS
BERBASIS PLC DAN SCADA” yang dibuat untuk melengkapi sebagian
persyaratan menjadi Ahli Madya pada Program Studi Teknik Listrik Jurusan
Teknik Elektro Politeknik Negeri Semarang, sejauh yang saya ketahui bukan
merupakan tiruan atau duplikasi dari tugas akhir yang sudah dipublikasikan dan
atau pernah dipakai untuk mendapatkan gelar Ahli Madya di lingkungan Politeknik
Negeri Semarang maupun di perguruan tinggi atau instansi manapun, kecuali
bagian yang sumber informasinya dicantumkan sebagaimana mestinya.

Semarang, Agustus 2019

Amalia Almira Nugraheni Kresnabayu Adha Prihambodo


NIM. 3.39.16.0.04 NIM. 3.39.16.0.13

Vidiansyah Putra Utama Yoga Kurniatirta


NIM. 3.39.16.0.23 NIM. 3.39.16.0.24

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

Tugas Akhir dengan judul “Rancang Bangun Simulasi Koordinasi PMT, Recloser,
dan Sectionalizer sebagai Proteksi Jaringan Tegangan Menengah pada Penyulang
KDS-01 PT PLN (Persero) UP3 Kudus Berbasis PLC dan SCADA” dibuat untuk
melengkapi sebagian persyaratan menjadi Ahli Madya pada Program Studi Teknik
Listrik, Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Semarang dan disetujui untuk
diajukan dalam sidang ujian tugas akhir.

Semarang, 16 Agustus 2019

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Eko Widiarto, S.T., M.Eng. Yusnan Badruzzaman, S.T., M.Eng.


NIP. 196402141990031001 NIP. 197503132006041001

Mengetahui,
Ketua Program Studi

Yusnan Badruzzaman, S.T., M.Eng.


NIP. 197503132006041001

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Tugas akhir dengan judul “Rancang Bangun Simulasi Koordinansi PMT,


Recloser, dan Sectionalizer sebagai Pengaman Jaringan Tegangan Menengah
pada Penyulang KDS-01 PT PLN (Persero) UP3 Kudus Berbasis PLC dan
SCADA”.
Telah dipertahankan dalam ujian wawancara dan diterima sebagai syarat untuk
menjadi Ahli Madya pada Program Sudi Teknik Listrik, Jurusan Teknik Elektro
Politeknik Negeri Semarang pada tanggal ................

Tim Penguji

Penguji I, Penguji II, Penguji III,

, S.T., M.Eng. , S.T., M.Eng. , S.T., M.Eng.


NIP. 19 NIP. 19 NIP. 19

Ketua. Sekretaris,

Eko Widiarto, S.T., M.Eng. , S.T., M.Eng.


NIP. 196402141990031001 NIP. 19

Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknik Listrik

Yusnan Badruzzaman, S.T., M.Eng.


NIP. 197503132006041001

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, dengan segala rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga Tugas Akhir yang berjudul “Rancang Bangun Koordinasi
PMT, Recloser dan Sectionalizer sebagai Proteksi Jaringan Tegangan
Menengah pada Penyulang KDS-01 PT PLN (Persero) UP3 Kudus Berbasis
PLC dan SCADA” tepat pada waktunya.

Tugas Akhir ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan
Diploma III Program Studi Teknik Listrik Jurusan Teknik Elektro Politeknik
Negeri Semarang. Tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik berkat bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih kepada :

1. Bapak Ir. Supriyadi, M.T. selaku Direktur Politeknik Negeri Semarang.


2. Bapak Dr. Amin Suharjono, S.T., M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro
Politeknik Negeri Semarang.
3. Bapak Yusnan Badruzzaman, S.T.,M.Eng. selaku Ketua Program Studi Teknik
Listrik Politeknik Negeri Semarang.
4. Bapak Eko Widiarto, S.T., M.Eng., selaku Dosen Pembimbing pertama yang
telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan Tugas
Akhir ini.
5. Bapak Yusnan Badruzzaman, S.T., M.Eng., selaku Dosen Pembimbing kedua
yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan Tugas
Akhir ini.
6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen serta staff pegawai Jurusan Teknik Elektro
khususnya Program Studi Teknik Listrik Politeknik Negeri Semarang.
7. Orang Tua penulis yang senantiasa mendukung dan memberikan doa bagi
penulis hingga terselesaikannya Tugas Akhir ini.
8. Seluruh keluarga besar kelas LT-3D yang senantiasa bekerjasama dalam segala
hal selama menuntut ilmu di Politeknik Negeri Semarang termasuk dalam
tugas akhir.
9. Pihak-pihak lain yang telah memberi bantuan baik riil maupun materi.

v
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir ini masih banyak
kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi
sempurnanya Tugas Akhir ini. Besar harapan semoga Tugas Akhir ini dapat
bermanfaat bagi penulis, khususnya pembaca.

Semarang, Agustus 2019

Penulis

vi
ABSTRAK

Jaringan distribusi primer PT PLN (Persero) UP3 Kudus khususnya Rayon Kudus Kota terdiri dari
beberapa penyulang, salah satunya adalah penyulang Kudus 01. Sistem pengaman jaringan pada
penyulang Kudus 01 terdiri dari satu PMT, recloser, dan sectionalizer. Sistem pengaman jaringan
pada penyulang KDS-01 yaitu recloser perlu dilakukan setting ulang karena adanya penyetelan
sectionalizer pada jaringan guna peningkatkan keandalan jaringan KDS-01. Zona kerja High
Current Lockout (HCL) recloser sebelum dipasang sectionalizer adalah melampaui letak
sectionalizer pada jaringan yang berjarak 1,5 km dari recloser. Sehingga apabila terjadi gangguan
di depan sectionalizer dan berada pada zona kerja High Current Lockout (HCL) maka recloser
akan trip dan lockout. Hal ini menyebabkan recloser tidak dapat berkoordinasi dengan
sectionalizer untuk mengamankan jaringan dan meminimalkan daerah padam akibat gangguan..
Oleh karena itu, perlu dilakukannya percobaan simulasi koordinasi antara PMT KDS-01, Recloser
K1-68, dan Sectionalizer K1-117/25 yang meliputi simulasi arus hubung singkat tiga fasa dan satu
fasa ke tanah. Simulasi ini dilakukan dengan ETAP (Electric Transient and Analysis Program),
kemudian membandingkan dengan hasil perhitungan. Hasil ini kemudian dimasukkan ke dalam
modul PLC dan SCADA maka diperoleh sebuah simulasi yang mendekati kondisi yang ada di
lapangan. PLC Master yang dipakai adalah type M221 seri TM221CEE24R dari PT Schneider
Electric.

Kata kunci : PMT, Recloser, Sectionalizer, PLC, SCADA, dan ETAP

vii
ABSTRACT

The primary distribution network of PT PLN (Persero) UP3 Kudus especially Rayon Kudus Kota
consists of several feeders, one of which is Kudus 01 feeder. The network protection system for
Kudus feeder 01 consists of one PMT, recloser, and sectionalizer. The network protection system on
the KDS-01 feeder, the recloser, needs to be reset because of the adjustment of the sectionalizer on
the network to increase the reliability of the KDS-01 network. The work zone of the High Current
Lockout (HCL) recloser before installing the sectionalizer is beyond the location of the sectionalizer
on the network within 1.5 km of the recloser. So if there is interferance in front of the sectionalizer
and is in the High Current Lockout (HCL) work zone, the recloser will trip and lockout. This causes
the recloser to not be able to coordinate with the sectionalizer to secure the network and minimize
the outages due to interference. Therefore, it is necessary to trial a coordinating simulation
experiment between PMT KDS-01, Recloser K1-68, and Sectionalizer K1-117 / 25 which includes
simulations of three phase short circuit current and one phase to ground. This simulation is done
with ETAP (Electric Transient and Analysis Program), then comparing with the calculation results.
These results are then incorporated into the PLC and SCADA modules so a simulation is obtained
that approximates the conditions in the field. The PLC master used is the M221 type TM221CEE24R
series from PT Schneider Electric.

Keywords: PMT, Recloser, Sectionalizer, PLC, SCADA, and ETAP

viii
DAFTAR ISI
halaman
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR ii
HALAMAN PERSETUJUAN iii
HALAMAN PENGESAHAN iv
KATA PENGANTAR v
ABSTRAK vii
ABSTRACT viii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR TABEL xviii
DAFTAR LAMPIRAN xxi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penulisan 3
1.4 Pembatasan Masalah 3
1.5 Metode 4
1.6 Sistematika Penulisan 5
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik 7
2.2 Sistem Jaringan Distribusi 8
2.3 Gangguan Jaringan Distribusi 14
2.4 Sistem Proteksi Jaringan 18
2.4.1 Zona Proteksi Sistem Tenaga Listrik 18
2.4.2 Fungsi Proteksi 19
2.4.3 Pemutus Tenaga (PMT) 19
2.4.4 Penutup Balik Otomatis (PBO) atau Recloser 20
2.4.5 Saklar Seksi Otomatis (SSO) / Sectionalizer 26
2.5 Pengaman pada Penyulang Tegangan Menengah 27
2.6 Koordinasi Kerja Peralatan Pengaman 31
2.7 Teori Arus Hubung Singkat 32

ix
2.7.1 Komponen Simetris 32
2.7.2 Penyelesaian Sistem Tiga Fasa yang Tak Seimbang 34
2.7.3 Operator Komponen Simetris (Operator ‘a’) 34
2.8 Rangkaian Urutan Jaringan Sistem Tenaga Listrik 37
2.8.1 Rangkaian Impedansi Sumber 37
2.8.2 Rangkaian Impedansi Transformator 38
2.8.3 Rangkaian Impedansi Saluran 40
2.9 Sistem Besaran per-Satuan / per-Unit (pu) 40
2.10 Perhitungan Arus Dasar (Ib) dan Impedansi Dasar (Zb) 41
2.11 Mengubah Nilai Besaran per-satuan (pu) 41
2.12 Analisa Gangguan Hubung Singkat pada Sistem Tenaga
Listrik 41
2.13 Teori Setting Rele OCR dan GFR 50
2.13.1 Setting Rele OCR 50
2.13.2 Setting Rele GFR 52
2.14 Software SoMachine 54
2.15 Program ETAP 57
2.16 Programmable Logic Controller (PLC) 58
2.17 Supervisory Control And Data Acquisition (SCADA) 60
2.18 Program Vijeo Citect 62
BAB III DATA, PERENCANAAN DAN PERAKITAN
3.1 Penyulang KDS-01 65
3.1.1 Trafo Tenaga 66
3.1.2 Peralatan Pengaman 67
3.1.3 Penghantar 70
3.1.4 Panjang Jaringan 71
3.1.5 Beban Per-Section Penyulang KDS-01 72
3.1.6 Historis Gangguan 72
3.2 Rancangan Tata Letak dan Pengawatan Simulator 74
3.2.1 Rancangan Tata Letak Simulator 74
3.2.2 Rancangan Pengawatan Simulator 75
3.3 Pemilihan Komponen dan Peralatan pada Simulator 75

x
3.4 Penggunaan Alat dan Bahan Kerja 77
3.5 Perakitan 78
3.6 Pengalamatan Input dan Output PLC 80
3.7 Deskripsi Kerja Simulator 81
3.8 Penggabungan Trainer PLC dan Simulator dengan SCADA
Master 88
3.9 Penggunaan Program PLC dan Tampilan SCADA SoMachine
Basic 88
3.10 Pembuatan Program Vijeo Citect 91
3.11 Perhitungan Arus Hubung Singkat pada Penyulang KDS-01 104
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Kerugian Energi dan Ekonomi 118
4.2 Perhitungan SAIDI dan SAIFI 127
4.3 Evaluasi Zona Proteksi sebelum Resetting 128
4.4 Evaluasi dan Resetting Rele Arus Lebih (OCR) dan Rele
Gangguan Tanah (GFR) 129
4.4.1 Perhitungan setting Rele OCR PMT Outgoing KDS-01 129
4.4.2 Perhitungan setting Rele OCR Recloser K1-68 132
4.4.3 Perhitungan setting Rele Gangguan Tanah (GFR) PMT Outgoing
KDS-01 134
4.4.4 Perhitungan setting Rele Gangguan Tanah (GFR) Recloser K1-68 136
4.5 Koordinasi Pengaman KDS-01 140
4.5.1 Koordinasi Rele OCR PMT KDS-01 dan Recloser K1-68 140
4.5.2 Koordinasi Rele GFR PMT KDS-01 dan Recloser K1-68 142
4.6 Penentuan Besar Arus Hubung Singkat untuk Simulasi 144
4.7 Simulasi Gangguan Hubung Singkat dengan Sofware ETAP 145
4.8 Koordinasi Rele OCR dan GFR menggunakan Software ETAP 150
4.9 Persiapan Pengujian Simulator 153
4.10 Pengujian Alat 153
4.11 Pengujian Program PLC dan Kerja Simulator 154
4.12 Data Hasil Percobaan 179
4.13 Analisa Hasil Percobaan 179

xi
4.14 Perbandingan Arus Hubung Singkat dan Waktu Kerja Peralatan
Proteksi Jaringan Hasil Perhitungan dan Simulasi ETAP 180
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan 185
5.2 Saran 186
DAFTAR PUSTAKA 187
LAMPIRAN

xii
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 2.1 Skema Pusat Listrik yang dihubungkan melalui saluran
Transmisi ke Gardu Induk 8
Gambar 2.2 Sistem Jaringan RadIial 9
Gambar 2.3 Sistem Jaringan Lingkar Terbuka 10
Gambar 2.4 Sistem Jaringan Spindel 11
Gambar 2.5 Sistem Jaringan Tie Line 12
Gambar 2.6 Sistem Jaringan Gugus 13
Gambar 2.7 Sistem Distribusi Sekunder 13
Gambar 2.8 Hubung Singkat Tiga Fasa ke Tanah 15
Gambar 2.9 Hubung Singkat Tiga Fasa 16
Gambar 2.10 Hubung Singkat Satu Fasa ke Tanah 16
Gambar 2.11 Hubung Singkat Dua Fasa 17
Gambar 2.12 Hubung Singkat Dua Fasa ke Tanah 17
Gambar 2.13 One Line Diagram Zona Proteksi 18
Gambar 2.14 PMT 20kV 20
Gambar 2.15 Recloser 21
Gambar 2.16 Rangkaian Rele Penutup Balik 22
Gambar 2.17 Diagram Kerja Fungsi Waktu Rele Penutup Balik Single Shoot 25
Gambar 2.18 Diagram Kerja Fungsi Waktu Multi Shot Reclosing Rele 26
Gambar 2.19 Sectionalizer 27
Gambar 2.20 Diagram Karakteristik Rele Instantaneous 28
Gambar 2.21 Diagram Karakteristik Rele Definite Time 28
Gambar 2.22 Diagram Karakteristik Rele Inverse Time 29
Gambar 2.23 Sistem Sambungan dengan 3 Rele 29
Gambar 2.24 Sistem Sambungan dengan 2 Rele 30
Gambar 2.25 Penyambungan Rele Gangguan Tanah 31
Gambar 2.26 Koordinasi PBO-Sectionalizer 32
Gambar 2.27 Vektor Komponen Urutan Positif 33
Gambar 2.28 Vektor Komponen Urutan Negatif 33
Gambar 2.29 Vektor Komponen Urutan Nol 34

xiii
Gambar 2.30 Tiga Fasa Tidak Seimbang dengan Komponen Simetrinya 34
Gambar 2.31 Diagram Fasor Operator a 35
Gambar 2.32 Diagram Rangkaian Reaktansi Trafo ; 39
Gambar 2.33 Hubung Singkat Satu Fasa-Tanah 42
Gambar 2.34 RPTJU Dihubung Seri 43
Gambar 2.35 Gangguan Hubung Singkat Dua fasa ke Tanah 44
Gambar 2.36 Jaringan Urutan Gangguan Hubung Singkat Dua Fasa ke Tanah 44
Gambar 2.37 Hubung Singkat Dua Fasa (Antar-Fasa) 46
Gambar 2.38 RPTJU Urutan Positif dan Negatif Dihubung Paralel dan RPTJU 47
Gambar 2.39 Gangguan Hubung Singkat Tiga Fasa atau Tiga Fasa ke Tanah
Melalui Impedansi 48
Gambar 2.40 Jaringan Urutan Gangguan Hubung Singkat Tiga Fasa atau Tiga
Fasa ke Tanah Melalui Impedansi 49
Gambar 2.41 Contoh Karakteristik Rele Inverse 51
Gambar 2.42 Contoh Karakteristik Rele Inverse 53
Gambar 2.43 Contoh Ttimer ON 57
Gambar 2.44 PLC 59
Gambar 2.45 PLC Schneider Modicon TM221CE24R 60
Gambar 2.46 Citect Explorer Software Vijeo Citect 62
Gambar 2.47 Citect Project Editor Software Vijeo Citect 63
Gambar 2.48 Citect Graphics Builders Software Vijeo Citect 64
Single Line Diagram Penyulang KDS-01 66
Kubikel PMT KDS-01 68
Recloser K1-68 69
LBS K1-117/25 70
Rancangan Tata Letak Simulator 74
Pembuatan Kontruksi untuk Peletakan Komponen 78
Pemasangan Komponen pada Simulator 79
Proses Pengawatan pada Simulator 79
Penyatuan Bagian Simulator dengan Trainer PLC 80
Flowchart gangguan OCR 1 82
Flowchart gangguan OCR 2 83

xiv
Flowchart gangguan OCR 3 84
Flowchart gangguan GFR 1 85
Flowchart gangguan GFR 2 86
Flowchart gangguan GFR 3 87
Alur kerja trainer PLC dan simulator dengan SCADA Master 88
Icon Software 89
Startup SoMachine Basic 89
Icon Create a New Project 89
Tipe PLC 90
Drag tipe PLC 90
Panel Programming 90
Ladder Diagram 91
Panel Commissioning 91
Icon Vijeo Citect Exploler 91
Pilihan File New Project 92
Menu New Project 92
Menu User 93
Menu Communication 93
Express Communication Wizard 94
I/O Server Baru 94
Create a New I/O Device 94
Tipe I/O 95
Manufacturer I/O Device 95
IP Address 96
Link I/O Devices 96
Communication Finish 96
Menu Tags pada Citect Project Editor 97
Menu Variable Tag 97
Menu Compile 100
Create New Graphics Page 100
Style a New Graphics Page 100
Toolbar Symbol Set 101

xv
Symbol Set Properties 101
Simbol Panel Input Variable Tag 101
Tampilan SCADA Koordinasi PMT, recloser, dan sectionalizer
pada Penyulang KDS-01 102
Create New Page 102
Pop Up untuk kontrol PMT 103
Menghubungkan page pop up ke tampilan utama SCADA 103
Pop Up Kontrol PMT 104
Grafik Arus Hubung Singkat Penyulang KDS-01 117
Zona Proteksi OCR Penyulang KDS-01 sebelum Resetting 129
Zona Proteksi GFR Penyulang KDS-01 sebelum Resetting 129
Zona Proteksi OCR Penyulang KDS-01 setelah Resetting 139
Zona Proteksi GFR Penyulang KDS-01 setelah Resetting 140
Grafik Koordinasi Kerja Rele OCR PMT dan Recloser 142
Koordinasi Rele GFR PMT KDS-01 dan Recloser K1-68 144
Hasil Simulasi Gangguan Arus Hubung Singkat Satu Fasa
Tanah sesuai dengan Titik Gangguan yang telah ditentukan 148
Hasil Simulasi Gangguan Arus Hubung Singkat Satu Fasa
Tanah sesuai dengan Titik Gangguan yang telah ditentukan 149
Koordinasi rele OCR pada Gangguan Hubung Singkat di
titik 90% dari PMT 150
Laporan Analisa Kerja Rele OCR ketika terjadi Hubung Singkat
Tiga Fasa pada titik 90% dari PMT menggunakan software
ETAP 151
Gambar 4.12 Koordinasi rele GFR pada Gangguan Hubung
Singkat di titik 90% dari PMT 152
Laporan Analisa Kerja Rele GFR ketika terjadi Hubung Satu
Fasa Tanah pada titik 90% dari PMT menggunakan software
ETAP 152
Skematik Pengujian Ladder dan Simulator saat Gangguan Tiga
Fasa pada Jarak 45% dari PMT 155

xvi
Skematik Pengujian Ladder dan Simulator saat Gangguan Tiga
Fasa pada Jarak 60% dari PMT 158
Skematik Pengujian Ladder dan Simulator saat Gangguan Tiga
Fasa pada Jarak 90% dari PMT 162
Skematik Pengujian Ladder dan Simulator saat Gangguan Satu
Fasa ke Tanah pada Jarak 45% dari PMT 166
Skematik Pengujian Ladder dan Simulator saat Gangguan Satu
Fasa ke Tanah pada Jarak 60% dari PMT 170
Skematik Pengujian Ladder dan Simulator saat Gangguan Satu
Fasa ke Tanah pada Jarak 90% dari PMT 175
Grafik Perbandingan Arus Hubung Singkat 1 Fasa Tanah 181
Grafik Perbandingan Waktu Kerja Peralatan Pengaman saat
terjadi Arus Hubung Singkat Satu Fasa Tanah 182
Grafik Pebandingan Arus Hubung Singkat Tiga Fasa 183
Grafik Perbandingan Waktu Kerja Peralatan Pengaman saat
terjadi Arus Hubung Singkat Satu Fasa Tanah 184

xvii
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 2.1 Nilai Operator a 35
Tabel 2.2 Diagram Urutan Nol Transformator 39
Tabel 2.3 Informasi dan deskripsi manajer library 55
Tabel 2.4 Deskripsi Namespace Library 56
Tabel 2.5 Fungsi Main Window apalikasi Citect Explorer Software
Vijeo Citect 63
Tabel 2.6 Tabel Fungsi Main Window aplikasi Citect Project
Editor Software Vijeo Citect 63
Tabel 2.7 Fungsi Main Window aplikasi Citect Graphics
Builders Software Vijeo Citect 64
Tabel 3.1 Spesifikasi Transformator Tenaga II Gardu Induk Kudus 67
Tabel 3.2 Setting Relai Proteksi PMT Outgoing Penyulang KDS-01 68
Tabel 3.3 Setting Relai Proteksi Recloser K1-68 69
Tabel 3.4 Kemampuan Hantar Arus Penghantar AAC dan AAAC 71
Tabel 3.5 Impedansi Penghantar AAAC 71
Tabel 3.6 Beban Tiap Fasa Penyulang KDS-01 72
Tabel 3.7 Historis Gangguan pada Recloser K1-68 Tahun 2018 73
Tabel 3.8 Pengalamatan Input PLC 80
Tabel 3.9 Pengalamatan Output PLC 80
Tabel 3.10 Variable Tag 97
Tabel 3.11 Data Jaringan Penyulang KDS-01 104
Tabel 3.12 Data Arus Hubung Singkat Jawa-Bali Semester I
Tahun 2018 105
Tabel 3.13 Data Trafo II Gardu Induk Kudus 106
Tabel 3.14 Impedansi Saluran Urutan Positif, Negatif, dan Nol
Penyulang KDS-01 107
Tabel 3.15 Impedansi Total Jaringan Urutan Positif, Negatif, dan Nol
Penyulang KDS-01 109
Tabel 3.16 Impedansi Total Jaringan Urutan Positif, Negatif, dan Nol
Penyulang KDS-01 dalam satuan (pu) 112

xviii
Tabel 3.17 Arus Hubung Singkat 1 fasa tanah, 2 fasa, dan 3 fasa pada
penyulang KDS-01 116
Tabel 4.1 Data Aset Trip Recloser K1-68 Tahun 2018 118
Tabel 4.2 Kerugian Energi dan Ekonomi PT PLN (Persero) sebelum
pemasangan sectionalizer 124
Tabel 4.3 Kerugian Energi dan Ekonomi PT PLN (Persero) setelah
pemasangan sectionalizer 126
Tabel 4.4 Data Aset Trip PMT KDS-01 Tahun 2018 127
Tabel 4.5 Data Resetting Rele OCR dan GFR PMT KDS-01 secara
perhitungan 138
Tabel 4.6 Data Resetting Rele OCR Recloser K1-68 secara
perhitungan 138
Tabel 4.7 Data Resetting Rele OCR Recloser K1-68 secara
perhitungan 139
Tabel 4.8 Waktu Kerja Rele OCR Hasil Perhitungan (Arus Hubung
Singkat Tiga Fasa) 140
Tabel 4.9 Waktu Kerja Rele GFR Hasil Perhitungan (Arus Hubung
Singkat Satu Fasa Tanah) 142
Tabel 4.10 Besar Arus Hubung Singkat untuk Simulasi 145
Tabel 4.11 Data Setting pada Software ETAP 145
Tabel 4.12 Pengujian Alat 153
Tabel 4.13 Uji Simulasi Gangguan Tiga Fasa pada jarak 45% dari
PMT 155
Tabel 4.14 Uji Simulasi Gangguan Tiga Fasa pada jarak 60% dari
PMT 159
Tabel 4.15 Uji Simulasi Gangguan Tiga Fasa pada jarak 90% dari
PMT 163
Tabel 4.16 Uji Simulasi Gangguan Satu Fasa ke Tanah pada jarak
45% dari PMT 167
Tabel 4.17 Uji Simulasi Gangguan Satu Fasa ke Tanah pada jarak
60% dari PMT 171

xix
Tabel 4.18 Uji Simulasi Gangguan Satu Fasa ke Tanah pada jarak
90% dari PMT 176
Tabel 4.19 Data Hasil Percobaan Gangguan Hubung singkat 3 Fasa 179
Tabel 4.20 Data Hasil Percobaan Gangguan Hubung Singkat 1 Fasa
ke Tanah 179
Tabel 4.21 Perbandingan Arus Hubung Singkat Satu Fasa Tanah 180
Tabel 4.22 Perbandingan Waktu Kerja Arus Hubung Singkat Satu
Fasa Tanah 181
Tabel 4.23 Perbandingan Arus Hubung Singkat Tiga Fasa 183
Tabel 4.24 Perbandingan Waktu Kerja Peralatan Pengaman Saat
Terjadi Hubung Singkat Tiga Fasa 184

xx
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Single Line Diagram Penyulang KDS -01


Lampiran 2 Data Rele PMT Outging KDS-01
Lampiran 3 Data Rele PMT Outgoing Existing KDS-01 dan Recloser Existing
K1-68
Lampiran 4 Data Kesepakatan Bersama Pengelolaan Sistem Proteksi Trafo
Penyulang 20 kV
Lampiran 5 Hasil Simulasi Waktu Kerja Peralatan Pengaman (ETAP)
Lampiran 6 Desain Tata Letak Simulator
Lampiran 7 Pengawatan Simulator
Lampiran 8 Pengawatan PLC MODICON TM221CE24R
Lampiran 9 Tampilan SCADA
Lampiran 10 Ladder Diagram
Lampiran 11 PLC MODICON TM221CE24R
Lampiran 12 Job Sheet

xxi
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pada zaman yang semakin maju saat ini energi listrik menjadi salah satu kebutuhan
vital yang sulit dipisahkan dari kehidupan manusia. Hampir seluruh kegiatan
sehari-hari manusia membutuhkan energi listrik sebagai sumber energi utama
untuk menunjang kegiatan tersebut. Perkembangan teknologi yang pesat juga ikut
mempengaruhi meningkatnya kebutuhan manusia terhadap energi listrik. Oleh
karena itu peningkatan akan kebutuhan energi listrik yang terus meningkat menjadi
tantangan bagi PT PLN (Persero) sebagai perusahaan penyedia energi listrik untuk
dapat menjaga kontinyuitas penyaluran energi listrik kepada pelanggan.

Dalam sistem tenaga listrik, penyaluran energi listrik dari tempat dimana energi
listrik dibangkitkan sampai kepada pelanggan terbagi menjadi tiga bagian utama,
yaitu pembangkitan, transmisi, dan distribusi. Sistem distribusi merupakan salah
satu dari sistem penyaluran energi listrik yang paling dekat dengan pelanggan.
Sistem ini menyalurkan tenaga listrik dari gardu induk atau pusat listrik yang
memasok listrik ke beban melalui Jaringan Tegangan Menengah (JTM) 20 kV serta
Jaringan Tegangan Rendah (JTR) 380 /220 V.

Dalam pendistribusian tenaga listrik, tidak lepas dari adanya gangguan yang tidak
dapat dihindarkan. Sistem distribusi adalah bagian dari sistem tenaga listrik yang
paling banyak mengalami gangguan. Jaringan distribusi pada umumnya lebih
panjang dibanding dengan jaringan transmisi sehingga potensi untuk terkena
gangguan lebih besar, oleh karena itu masalah utama dalam operasi sistem
distribusi adalah mengatasi gangguan. Gangguan pada jaringan distribusi tegangan
menengah berasal dari bermacam-macam sumber. Mulai dari gangguan yang
bersumber dari luar (pohon, binatang, manusia, angin, petir, dan lain-lain) maupun
gangguan yang bersumber dari dalam (kerusakan peralatan atau penghantar).
Gangguan tersebut dapat menyebabkan terganggunya pendistribusian tenaga listrik
kepada pelanggan serta dapat menyebabkan kerusakan pada peralatan listrik.
Untuk mengatasi gangguan pada sistem distribusi tenaga listrik makan dibutuhkan

1
2

sistem proteksi yang dapat mengamankan peralatan di jaringan dari kerusakan dan
juga dapat mengisolasi zona atau section dari gangguan. Peralatan proteksi tersebut
contohnya adalah Pemutus Tenaga (PMT), Recloser, Sectionalizer, Fuse Cut Out
(FCO), dan Lightning Arrester (LA).

Pada jaringan distribusi tenaga listrik sudah terdapat peralatan proteksi utama
(main protection), yaitu recloser. Namun penggunaan recloser belum cukup
optimal dalam mengatasi gangguan karena gangguan yang terjadi di depan recloser
dapat dilokalisir lebih pendek dengan menggunakan sectionalizer (SSO) sehingga
jaringan yang terdampak akibat gangguan dapat diminimalisir. Saklar Seksi
Otomatis (SSO) / Sectionalizer merupakan sebuah peralatan pengaman pada sistem
distribusi tenaga listrik yang pemasangannya bersama-sama dengan recloser
karena bekerja berkoordinasi untuk mengamankan jaringan dan berfungsi sebagai
pengaman cadangan recloser.

Sistem pengaman jaringan pada penyulang Kudus 01 atau disingkat KDS-01 terdiri
dari satu PMT, recloser, dan sectionalizer. Sistem pengaman jaringan pada
penyulang KDS-01 perlu dilakukan setting ulang karena adanya pemasangan
sectionalizer pada jaringan guna peningkatkan keandalan jaringan KDS-01. Zona
kerja High Current Lockout (HCL) recloser sebelum dipasang sectionalizer adalah
melampaui letak sectionalizer pada jaringan yang berjarak 1,5 km dari recloser.
Sehingga apabila terjadi gangguan di depan sectionalizer dan berada pada zona
kerja High Current Lockout (HCL) maka recloser akan trip dan lockout. Hal ini
menyebabkan recloser tidak dapat berkoordinasi dengan sectionalizer untuk
mengamankan jaringan dan meminimalkan daerah padam akibat gangguan.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka Tugas Akhir ini mengambil judul
“Rancang Bangun Simulasi Koordinasi PMT, Recloser dan Sectionalizer
Sebagai Proteksi Jaringan Tegangan Menengah pada Penyulang Kudus 01
PT PLN (Persero) UP3 Kudus”.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, terdapat beberapa rumusan masalah
dalam penulisan Tugas Akhir ini antara lain sebagai berikut :
3

1. Bagaimana perhitungan yang digunakan untuk menentukan setting Over


Current Relay (OCR) dan Ground Fault Relay (GFR) sesuai dengan keadaan
di lapangan?
2. Bagaimana perhitungan arus hubung singkat satu fasa ke tanah, antar fasa
dan tiga fasa pada penyulang KDS-01?
3. Bagaimana koordinasi antara PMT outgoing, recloser dan sectionalizer pada
penyulang KDS-01 setelah dilakukan resetting?

Tujuan Penulisan
Terdapat beberapa tujuan dalam penulisan Tugas Akhir ini, antara lain sebagai
berikut :

1. Memahami cara kerja peralatan pengaman hubung singkat penyulang utama


pada Jaringan Distribusi Tegangan Menengah 20 kV,
2. Memahami settingan koordinasi peralatan pengaman existing pada
penyulang KDS-01,
3. Memahami resetting zona kerja relay pada recloser akibat pemasangan
sectionalizer pada penyulang KDS-01,
4. Memahami koordinasi peralatan pengaman Jaringan Tegangan Menengah
antara PMT outgoing, recloser, dan sectionalizer,
5. Mensimulasikan koordinasi peralatan pengaman setelah dilakukan resetting
pada recloser antara PMT outgoing, recloser, dan sectionalizer pada
penyulang KDS-01 dalam bentuk rancang bangun simulator berbasis PLC
dan SCADA.

Pembatasan Masalah
Dalam pembuatan Tugas Akhir ini untuk menjaga agar topik yang dibahas tidak
keluar dari permasalahan, maka perlu adanya batasan-batasan masalah yang akan
diuraikan, antara lain :
1. Penjelasan mengenai koordinasi PMT outgoing dan recloser sebagai
peralatan pengaman pada penyulang KDS-01 dengan perhitungan secara
teori dan menggunakan Software Distribusi Tenaga Listrik yaitu ETAP
12.6.0,
4

2. Simulasi koordinasi kerja PMT outgoing, recloser, dan sectionalizer akibat


gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah dan tiga fasa menggunakan
simulator,
3. Sistem dan kontrol menggunakan PLC MODICON TM221CE24R dengan
software SoMachine dan Vijeo Citect dalam pembuatan simulasi SCADA.

Metode
Metode yang digunakan pada penyusunan Tugas Akhir ini adalah :
1. Studi Pustaka
Metode ini dilakukan dengan cara mencari data baik dari buku maupun
internet yang berhubungan dengan materi tugas akhir ini, yaitu tentang
koordinasi antara PMT, recloser dan sectionalizer pada suatu penyulang,
2. Wawancara
Metode ini dilakukan dengan cara meminta pengarahan dan petunjuk dari
dosen pembimbing, dosen umum, serta pembimbing dari pihak PT PLN
(Persero),
3. Observasi
Metode ini dilaksanakan dengan melakukan pengamatan langsung ke
lapangan mengenai keadaan jaringan penyulang KDS-01 serta peralatan
proteksi PMT, recloser, dan sectionalizer,
4. Komparatif
Metode ini dilaksanakan dengan cara membandingkan dua kelompok data
atau lebih. Pada Tugas Akhir ini dilakukan dengan cara membandingkan
perhitungan arus hubung singkat secara teori dan dengan aplikasi Software
Distribusi Tenaga Listrik yaitu ETAP 12.6.0,
5. Eksperimen
Metode ini dilaksanakan dengan melakukan percobaan pada software
simulasi dan hardware simulator sehingga mendapatkan hasil simulasi yang
benar.
5

Sistematika Penulisan
Sistematika yang digunakan dalam penyusuanan laporan Tugas Akhir ini adalah
sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan isi keseluruhan pokok informasi tentang latar belakang,
rumusan masalah, tujuan, pembatasan masalah, metode, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Bab ini berisi teori – teori dasar yang mendukung pembuatan tugas akhir,
khususnya teori mengenai sistem distribusi tenaga listrik, gangguan pada sistem
distribusi, peralatan pengaman pada sistem distribusi seperti PMT, recloser dan
sectionalizer, koordinasi kerja PMT dan recloser, koordinasi kerja recloser dan
sectionalizer, teori arus hubung singkat, PLC (Programmable Logic Controller)
dan SCADA (Supervisory Data And Acquisition).

BAB III PERANCANGAN DAN PERAKITAN SIMULATOR


Bab ini menjelaskan mengenai pemilihan penyulang KDS-01, peralatan pengaman
pada penyulang KDS-01, perhitungan besar arus hubung singkat pada penyulang
KDS-01, rancangan tata letak dan pengawatan, penggunaan alat dan bahan,
perakitan simulator koordinasi kerja PMT, recloser dan sectionalizer pada
penyulang KDS-01, pengalamatan input dan output, variable tag, flowchart,
software controller PLC pada laptop menggunakan Aplikasi SoMachine, dan
pembuatan program Vijeo Citect.

BAB IV PEMBAHASAN
Bab ini berisi perhitungan kerugian energi dan ekonomi sebelum dan setelah
pemasangan sectionalizer, evaluasi zona proteksi sebelum dilakukan resetting pada
penyulang KDS-01, evaluasi dan resetting rele OCR dan GFR pada PMT dan
recloser, simulasi distribusi tenaga listrik menggunakan Aplikasi ETAP 12.6,0,
data hasil percobaan, dan analisa hasil percobaan.
6

BAB V PENUTUP
Bab ini berisikan tentang kesimpulan yang diambil dari pembuatan dan penulisan
laporan Tugas Akhir serta saran selama proses pembuatan Tugas Akhir.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB II
LANDASAN TEORI

Sistem Distribusi Tenaga Listrik


Sistem tenaga listrik merupakan suatu rangkaian yang terintegerasi yang terdiri
dari komponen-komponen atau alat-alat listrik seperti generator, transformator,
saluran transmisi, saluran distribusi dan beban yang saling berhubungan dan
merupakan satu kesatuan sehingga membentuk sebuah sistem yang berfungsi untuk
menyalurkan energi listrik dari pusat pembangkit ke konsumen.

Tenaga listrik dibangkitkan dalam pusat-pusat listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG,
PLTP, dan PLTD, kemudian disalurkan melalui saluran transmisi setelah terlebih
dahulu dinaikan tegangannya oleh transformator penaik tegangan (step up
transformator) yang ada di pusat listrik. Hal ini digambarkan oleh gambar 2.1.
Saluran transmisi tegangan tinggi di PLN kebanyakan mempunyai tegangan 66 kV,
150 kV, dan 500 kV. Saluran transmisi ada yang berupa saluran udara dan ada pula
yang berupa kabel tanah. Karena saluran udara harganya jauh lebih murah
dibandingkan dengan kabel tanah maka saluran transmisi PLN kebanyakan berupa
saluran udara. Kerugian dari saluran udara dibandingkan dengan kabel tanah
adalah saluran udara mudah terganggu, misalnya karena terkena petir, terkena
pohon dan lain-lain.

Setelah tenaga listrik disalurkan melalui saluran transmisi maka sampailah tenaga
listrik ke Gardu Induk (GI) untuk diturunkan tegangannya melalui transformator
penurun tegangan (step down transformer) menjadi tegangan menengah atau yang
juga disebut sebagai tegangan distribusi primer. Tegangan distribusi primer yang
dipakai PLN adalah 20 kV, 12 kV, dan 6 kV. Kecenderungan saat ini menunjukkan
bahwa tegangan distribusi primer PLN yang berkembang adalah 20 kV.

7
8

Skema Pusat Listrik yang dihubungkan melalui saluran


Transmisi ke Gardu Induk
(Sumber : Marsudi, Djiteng. 2006. Operasi Sistem Tenaga Listrik. Yogyakarta
Graha Ilmu)

Setelah tenaga listrik disalurkan melalui jaringan distribusi primer maka kemudian
tenaga listrik diturunkan tegangannya dalam gardu-gardu distribusi primer menjadi
tegangan rendah dengan tegangan 380/220 Volt atau 220/127 Volt, kemudian
disalurkan melalui Jaringan Tegangan Rendah untuk selanjutnya disalurkan ke
rumah-rumah pelanggan (konsumen) PLN melalui Sambungan Rumah (SR).
(Marsudi, Djiteng : 2006)

Sistem Jaringan Distribusi


Berdasarkan tegangan sistem distribusi dibagi menjadi 2, yaitu:
Sistem Distribusi Primer
Sistem ditribusi primer digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik dari
gardu induk ke beban. Sistem ini dapat menggunakan saluran udara, kabel
udara, maupun kabel tanah sesuai dengan kondisi lingkungan dan keandalan
yang diinginkan. Saluran distribusi ini direntangkan sepanjang daerah yang
akan di suplai.

Sistem distribusi primer menggunakan beberapa model jaringan distribusi


atau disebut konfigurasi jaringan dalam penyaluran tenaga listrik.
Konfigurasi jaringan pada sistem jaringan distribusi primer dapat
dikelompokkan menjadi beberapa model, yaitu: jaringan radial, jaringan
lingkar terbuka (open loop), dan jaringan spindle, jaringan tie line dan sistem
jaringan gugus/sistem kluster. (Marsudi, Djiteng : 2006)
Jaringan Distribusi Radial
9

Sistem distribusi radial merupakan sistem distribusi yang paling


sederhana. Pada sistem ini terdapat sebuah penyulang yang menyuplai
beberapa gardu distribusi secara radial.

Sistem Jaringan RadIial


(Sumber : Marsudi, Djiteng. 2006. Operasi Sistem Tenaga Listrik.
Yogyakarta : Graha Ilmu)

Keuntungan menggunakan sistem ini yaitu tidak rumit dan dari segi
kehandalan lebih murah dibandingkan dengan sistem lain. Kurangnya
kehandalan disebabkan karena terdapat satu jalur sumber utama yang
menyuplai gardu distribusi, sehingga apabila jalur utama tersebut terjadi
gangguan maka seluruh gardu distribusi akan ikut padam.

Jaringan Distribusi Lingkar Terbuka (Open Loop)


Jaringan tegangan menengah struktur lingkaran terbuka (Open Loop)
dimungkinkan pemasokannya dari beberapa penyulang, sehingga dengan
demikian tingkat kehandalannya relatif lebih baik.
10

Sistem Jaringan Lingkar Terbuka


(Sumber : Marsudi, Djiteng. 2006. Operasi Sistem Tenaga Listrik.
Yogyakarta : Graha Ilmu)

Beban pada jaringan dipasok oleh penyulang secara terpisah atau sistem
terbuka oleh sebuah LBS (Load Break Switch). Keadaan normal LBS
posisi terbuka memisahkan antara dua Gardu Induk. Fungsi tertutup dari
LBS ini digunakan saat terjadi pemeliharaan atau terjadi gangguan pada
jaringan di salah satu penyulang sehingga sebagian beban penyulang yang
terjadi pemeliharaan atau gangguan tidak padam total.

Jaringan Distribusi Spindel


Sistem Spindel adalah suatu pola kombinasi jaringan dari pola Radial dan
Ring. Spindel terdiri dari beberapa penyulang yang tegangannya diberikan
dari Gardu Induk dan tegangan tersebut berakhir pada sebuah Gardu
Hubung (GH).
11

Sistem Jaringan Spindel


(Sumber : Marsudi, Djiteng. 2006. Operasi Sistem Tenaga Listrik.
Yogyakarta : Graha Ilmu)

Jaringan sistem spindel biasanya terdiri dari beberapa penyulang aktif dan
sebuah penyulang cadangan yang akan dihubungkan melalui gardu
hubung. Pola spindel biasanya digunakan pada Jaringan Tegangan
Menengah (JTM) yang menggunakan kabel tanah/saluran kabel tanah
tegangan menengah (SKTM). Namun pada pengoperasiannya sistem
Spindel berfungsi sebagai sistem radial. Di dalam sebuah penyulang aktif
terdiri dari gardu distribusi yang berfungsi untuk mendistribusikan
tegangan kepada konsumen baik konsumen tegangan rendah (TR) atau
tegangan menengah (TM).

Jaringan Distribusi Hantaran Penghubung (Tie Line)


Sistem distribusi ini digunakan untuk pelanggan penting yang tidak boleh
padam (Bandar Udara, Rumah Sakit, Pabrik Tekstil, Kantor Pemerintahan
dan lain-lain).
12

Sistem Jaringan Tie Line


(Sumber : Marsudi, Djiteng. 2006. Operasi Sistem Tenaga Listrik.
Yogyakarta : Graha Ilmu)

Penggunaan sistem hantaran penghubung ini handal dikarenakan beban


ke konsumen dipasok oleh lebih dari satu penyulang atau satu sumber
dengan tambahan Automatic Change Over Switch/Automatic Transfer
Switch sehingga kontinuitas pelayanan tidak terganggu bila terjadi
pekerjaan pemeliharaan atau gangguan jaringan distribusi tenaga listrik.
Secara sistem handal namun memiliki nilai investasi yang besar oleh
karena itu hanya pelanggan tertentu saja yang menggunakan sistem ini.

Sistem Jaringan Gugus atau Kluster


Pada sistem ini banyak digunakan untuk kota besar yang mempunyai
kerapatan beban yang tinggi. Sistem ini terdapat saklar pemutus beban dan
penyulang cadangan. Penyulang cadangan ini berfungsi bila ada gangguan
yang terjadi atau pemeliharaan pada salah satu penyulang konsumen maka
penyulang cadangan inilah yang menggantikan fungsi pasokan tenaga
listrik ke konsumen.
13

Sistem Jaringan Gugus


(Sumber : Marsudi, Djiteng. 2006. Operasi Sistem Tenaga Listrik.
Yogyakarta : Graha Ilmu)

Sistem Distribusi Sekunder


Sistem distribusi sekunder atau jaringan tegangan rendah (JTR) dimulai dari
sisi sekunder trafo distribusi sampai dengan sambungan rumah (SR) pada
pelanggan yang berfungsi untuk mendistribusikan energi listrik dari gardu
distribusi ke pelanggan dengan tegangan operasi yakni tegangan rendah
(380/220 Volt).

Sistem Distribusi Sekunder


(Sumber : Marsudi, Djiteng. 2006. Operasi Sistem Tenaga Listrik.
Yogyakarta : Graha Ilmu)
14

Sistem distribusi sekunder untuk menyalurkan tenaga listrik dari gardu


distribusi ke beban-beban yang ada di konsumen. Pada sistem distribusi
sekunder bentuk saluran yang paling banyak digunakan adalah sistem radial.

Pada sistem kelistrikan pada PLN Distribusi Jawa Tengah menggunakan


jaringan semi loop. Jadi, ketika normal tidak terdapat gangguan akan bekerja
menggunakan sistem jaringan radial, namun ketika terjadi gangguan atau
pemeliharaan beban akan dilimpahkan ke penyulang lain. (Marsudi, Djiteng
:2006)

Gangguan Jaringan Distribusi


Gangguan pada sistem distribusi merupakan suatu keadaan dari suatu sistem
penyaluran tenaga listrik yang menyimpang dari kondisi normal. Pada dasarnya
gangguan yang sering terjadi pada sistem distribusi 20 kV dapat digolongkan
menjadi dua macam yaitu, gangguan dari dalam sistem dan gangguan dari luar
sistem. Gangguan dari dalam sistem dapat berupa kegagalan dari fungsi peralatan
jaringan, kerusakan peralatan jaringan, kerusakan peralatan pemutus beban, dan
kesalahan pada alat pendeteksi. Sedangkan gangguan yang berasal dari luar sistem
disebabkan oleh sentuhan daun / pohon pada penghantar, sambaran petir, manusia,
binatang, cuaca, dan lain-lain. Klasifikasi gangguan yang terjadi pada jaringan
distribusi digolongkan menjadi dua yaitu gangguan temporer dan gangguan
permanen. Macam-macam gangguan dalam jaringan distribusi diantaranya adalah
:
Gangguan Beban Lebih
Beban Lebih dalam jaringan tegangan menengah adalah semua beban yang
menyebabkan pemanasan berlebihan pada SKTM sehingga akan
menyebabkan kerusakan pada isolasi kabel tanah pada saluran. Hal ini
disebabkan karena arus yang mengalir melebihi kemampuan hantar arus dari
peralatan itu sendiri, beban lebih dapat terjadi karena peningkatan pemakaian
tenaga listrik atau adanya manuver di jaringan setelah terjadinya gangguan.
Prinsip kerja rele beban lebih adalah dengan sensor bimetal yang akan
memuai jika terdapat panas yang berlebihan. Gerakan yang diakibatkan
panas akan mengerjakan kontak-kontaknya. Pada SUTM tidak dipasang jenis
15

rele ini karena pemanasan pada kawat udara akan didinginkan secara alamiah
oleh udara. (Firdaus, Akhmad Jamaah.2009)
Gangguan Tegangan Lebih
Gangguan ini terjadi karena adanya kelainan pada sistem tenaga listrik,
antara lain : Tegangan lebih dengan power frekwensi, misal: pembangkit
kehilangan beban yang diakibatkan adanya gangguan pada sisi jaringan,
sehingga over speed pada generator, tegangan lebih ini dapat juga terjadi
adanya gangguan pada pengatur tegangan secara otomatis (Automatic
Voltage Regulator) yang terpasang pada generator. (Wahyudi,
Sarimun.2016)
Gangguan Hubung Singkat
Gangguan hubung singkat merupakan gangguan yang terjadi karena adanya
hubungan langsung fasa dengan fasa atau fasa dengan tanah. Menurut sumber
gangguannya, gangguan hubung singkat dapat dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu hubung singkat simetri dan hubung singkat tidak simetri.
Hubung Singkat Simetri
Hubung singkat simetri merupakan hubung singkat yang terjadi pada
ketiga saluran fasa baik yang berhubungan dengan tanah maupun tidak.
Yang termasuk hubung singkat simetri adalah hubung singkat tiga fasa ke
tanah dan hubung singkat tiga fasa.
a) Hubung Singkat Tiga Fasa Ke Tanah (L-L-L-G)
Gangguan ini terjadi karena ketiga fasa R, S, dan T pada jaringan saling
berhubungan atau menempel disertai dengan hubung antara ketiga fasa
dengan tanah, seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.8
R

Hubung Singkat Tiga Fasa ke Tanah


16

b) Hubung Singkat Tiga Fasa (L-L-L)


Hubung singkat tiga fasa merupakan gangguan yang terjadi karena
ketiga fasa R, S, dan T pada jaringan saling berhubungan atau
menempel, seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.9

Hubung Singkat Tiga Fasa

Hubung Singkat Tidak Simetri


Hubung singkat tidak simetri merupakan hubung singkat yang terjadi pada
salah satu ataupun dua saluran fasa yang terhubung langsung dengan tanah
ataupun yang tidak terhubung langsung dengan tanah. Yang termasuk
hubung singkat tidak simetri adalah hubung singkat satu fasa ke tanah,
hubung singkat dua fasa (antar fasa), dan hubung singkat dua fasa ke
tanah.
a) Hubung Singkat Satu Fasa Ke Tanah (L-G)
Gangguan ini terjadi karena antara salah satu fasa dengan tanah saling
berhubungan atau menempel. Misalnya hubung antara fasa R dengan
tanah, hubung antara fasa S dengan tanah, atau hubung antara fasa T
dengan tanah. Hubung singkat satu fasa ke tanah ditunjukkan pada
gambar 2.10
R R
R
S S
S
T T
T

HS Fasa R - G HS Fasa S – G HS Fasa T - G


Hubung Singkat Satu Fasa ke Tanah
17

b) Hubung Singkat Dua Fasa / Antar Fasa (L-L)


Hubung singkat antar fasa terjadi karena dua fasa pada jaringan saling
berhubungan atau menempel. Misalnya hubung antara fasa R dengan
S, hubung antara fasa S dengan T, atau hubung antara fasa R dengan
T. Hubung singkat dua fasa (antar fasa) ditunjukkan pada gambar 2.11

R R
R

S S S

T T T

HS Fasa R dan S HS Fasa S dan T HS Fasa R dan T


Hubung Singkat Dua Fasa

c) Hubung Singkat Dua Fasa Ke Tanah (L-L-G)


Hubung singkat dua fasa ke tanah terjadi karena antara dua fasa pada
jaringan saling berhubungan atau menempel yang disertai hubungan
dengan tanah. Misalnya hubung singkat fasa R dan S dengan tanah,
hubung singkat fasa S dan T dengan tanah, atau hubung singkat fasa R
dan T dengan tanah. Hubung singkat dua fasa ke tanah ditunjukkan
pada Gambar 2.12
R R R

S S S

T T T

HS Fasa R-S-G HS Fasa S-T-G HS Fasa R-T-G


Hubung Singkat Dua Fasa ke Tanah
18

Sistem Proteksi Jaringan


Sistem tenaga listrik sangat memegang peranan penting dalam semua aspek,
sehingga faktor keamanan pada pusat pembangkit listrik maupun pada jaringan
tegangan menengah sangat diperlukan.

Sistem proteksi tenaga listrik merupakan rangkaian pengaman peralatan listrik dari
generator / pembangkit sampai ke konsumen yangsaling berhubungan dengan
tujuan untuk mengamankan sistem tenaga listrik dari gangguan agar keandalan
tetap terjaga.

Tujuan utama dari proteksi adalah membatasi pengaruh-pengaruh akibat terjadinya


gangguan, memadamkan gangguan serta mengisolir bagian-bagian yang terganggu
tersebut tanpa mengganggu bagian-bagian yang lain. (Wahyudi, Sarimun. 2016)

Zona Proteksi Sistem Tenaga Listrik


Pengaman sistem tenaga listrik biasanya dikelompokkan pada bagian sistem yang
dinamakan zona pengaman / proteksi. Zona pengaman dimaksudkan sebagai daerah
yang menjadi tanggung jawab suatu pola pengamanan, seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 2.13

b d
a c e

One Line Diagram Zona Proteksi


(Sumber : Firdaus, Akhmad Jamaah. 2009. Proteksi Sistem Tenaga Listrik.
Semarang : Politeknik Negeri Semarang)

Keterangan :
a. Zona Pembangkit / Generator
b. Zona Transformator
c. Zona Busbar
d. Zona Transmisi
e. Zona Busbar
Pola pengamanan adalah suatu sistem pengaman yang melindungi peralatan dari
keadaan tidak normal dari suatu sistem tenaga lisrik. Setiap zona memiliki pola
19

pengaman tertentu dan setiap pola mempunyai sistem tertentu, misalnya pola
pengamanan pada transformator tidak sama dengan pola pengamanan pada suatu
transmisi / generator / busbar.

Pembagian zona pengaman secara garis besar meliputi sistem zona pembangkit,
zona busbar, zona transformator tenaga, dan zona transmisi. Zona-zona pengaman
tersebut dirancang sedemikian rupa sehingga over lap (tumpang tindih) untuk zona
yang berdekatan, hal ini dimaksudkan agar tidak ada satu titikpun dalam sistem
tenaga listrik yang tidak mempunyai sistem pengaman. (Firdaus, Akhmad
Jamaah,2009)

Fungsi Proteksi
Untuk melindungi peralatan terhadap gangguan yang terjadi dalam sistem
diperlukan alat-alat pengaman. Alat-alat pengaman mempunyai dua fungsi, yaitu:
Melindungi peralatan terhadap gangguan yang terjadi dalam sistem agar tidak
mengalami kerusakan.
Untuk memenuhi fungsi tersebut peralatan pengaman harus bekerja cepat
agar pengaruh gangguan dapat segera dihilangkan sehingga pemanasan
berlebihan yang timbul akibat arus hubung singkat dapat segera dihentikan
Melokalisir akibat gangguan agar tidak sampai meluas dalam sistem.
Alat pengaman dalam sistem harus dapat dikoordinir satu sama lain, sehingga
hanya alat-alat pengaman yang terdekat dengan tempat gangguan saja yang
bekerja. Secara teknis dikatakan bahwa alat-alat pengaman harus bersifat
selektif.

Pemutus Tenaga (PMT)


Pemutus Tenaga (PMT) atau Circuit Breaker (CB) adalah suatu peralatan pemutus
rangkaian listrik pada suatu sistem tenaga listrik, yang mampu untuk membuka dan
menutup rangkaian listrik pada keadaan normal atau tidak normal yang dilengkapi
dengan media pemadam busur api. (Firdaus, Akhmad Jamaah,2009) Dapat dilihat
bentuk PMT pada gambar 2.14
20

PMT 20kV
(Sumber :Tambunan, Dolly Ansar., 2014. Laporan Akhir. Penggunaan Gas SF6
Pada Pemutus Tenaga (PMT) Penyulang Kurma Di Gardu Induk Boom Baru 20
KV PT PLN (Persero) Palembang. Politeknik Negeri Sriwijaya)

Dalam keadaan tidak normal (gangguan), PMT merupakan sakelar otomatis yang
dapat memutuskan arus gangguan, di mana untuk mengerjakan PMT dalam
keadaan tidak normal ini, digunakan rangkaian trip yang mendapat sinyal dari suatu
rangkaian rele pengaman.
Fungsi utama dari PMT adalah sebagai alat pembuka atau penutup suatu rangkaian
listrik dalam kondisi berbeban, serta mampu membuka atau menutup saat terjadi
arus gangguan (hubung singkat) pada jaringan atau peralatan lain. Busur api yang
timbul pada waktu pemisahan kontak akan dipadamkan oleh suatu media isolasi
yang dipakai oleh PMT tersebut.

Penutup Balik Otomatis (PBO) atau Recloser


Recloser artinya menutup kembali, digunakan untuk mengamankan peralatan
listrik / jaringan SUTM bila terjadi gangguan hubung singkat temporer / sementara
atau permanen. Recloser adalah rangkaian listrik yang terdiri dari pemutus tenaga
yang dilengkapi kotak kontrol elektonik (Electronic Control Box) Recloser, yaitu
suatu peralatan elektronik sebagai kelengkapan Recloser. Dari dalam kotak kontrol
inilah pengaturan (setting) Recloser dapat ditentukan.
21

Recloser
(Sumber: Schneider Electric. 2010. N-Series Three-Phase Recloser. Queensland:
Schneider Rd)

Recloser bekerja secara otomatis yang berguna mengamankan suatu sistem dari
arus lebih yang diakibatkan adanya gangguan hubung singkat. Cara bekerjanya
adalah dengan menutup balik dan membuka secara otomatis yang dapat diatur
selang waktunya, dimana jika terjadi gangguan temporer, Recloser tidak membuka
tetap (lock out), kemudian Recloser akan menutup kembali setelah gangguan itu
hilang. Apabila gangguan bersifat permanen, maka setelah membuka atau menutup
balik sebanyak setting yang telah ditentukan kemudian Recloser akan membuka
tetap (lock out). (SPLN52-31983).
Recloser umumnya mempunyai dua elemen utama, yaitu :
a. Dead Time Element
Berfungsi untuk menentukan selang waktu dari saat PMT trip sampai PMT
diperintah masuk kembali, dan dead time element ini dimaksudkan untuk
memadamkan busur api yang terjadi saat kontak-kontak PMT membuka.
b. Blocking Time Element
Berfungsi untuk memblok elemen “Dead Time Delay” selama beberapa
waktu setelah bekerja memasukkan PMT, blocking time dimaksudkan untuk
memberi kesempatan kepada PMT guna memulihkan tenaganya setelah
habis untuk melakukan suatu siklus auto reclosing.

Recloser akan mulai bekerja saat mendapat tegangan positif dari ground fault rele
(GFR) yaitu ketika rele GFR bekerja memberikan perintah trip ke PMT. Elemen
yang start adalah elemen DT (Dead Time Delay Element). Setelah beberapa waktu
elemen DT menutup kontaknya dan memberi perintah masuk ke PMT dan
mengenergize elemen BT (Blocking Time Delay Element).
22

Elemen DT ini segera membuka rangkaian closing coil PMT sehingga PMT tidah
bisa reclose. Setelah beberapa waktu sesuai settingannya element BT akan reset
yang berarti DT dapat bekerja kembali siap untuk melakukan reclosing lagi.
Cara kerja dari Recloser ialah jika terjadi gangguan temporer, maka rele akan
bekerja menutup kontaknnya dan mengalir arus dc menuju trip coil (TC) maka
PMT/CB trip. Pada waktu yang sama dead time (DT) memperoleh energi dan
bekerja sesuai dengan jangka waktu setelannya. Saat kontak-kontak DT menutup
yang mana kontak pertama memberikan pulsa closing ke closing coil (CC)
sehingga CB menutup kembali. Kontak kedua memberikan energi ke Blocking
Time (BT), dan BT langsung bekerja membuka kontak-kontaknya. Kontak pertama
memutus pulsa closing dan kontak kedua memblok DT. Setelahjangka waktu
setelan BT habis maka akan reset yang berarti DT siap bekerja kembali melakukan
reclosing untuk siklus berikutnya. (Sarimun, Wahyudi. 2016)
PMT
CT

TC CC

C
GFR S
BT2

DT
BT

DT2

+
- DT1 BT1

Rangkaian Rele Penutup Balik


(Sumber : Firdaus, Akhmad Jamaah. 2009. Proteksi Sistem Tenaga Listrik.
Semarang : Politeknik Negeri Semarang)
23

Keterangan :
TC = Trip Coil
CC = Closing Coil
PMT = Pemutus Tenaga/ CB
C = Counter/ Penghitung kerja rele
S = Saklar on-off
DT = Dead Time
BT = Blocking Time

a) Komponen–komponen Recloser
Di dalam Recloser terdapat komponen–komponen pendukungnya yaitu :
1) PMT
PMT adalah bagian dari Recloser yang berhubungan langsung dengan
tegangan menengah 20 kV yang mana PMT tersebut mengadakan interruptor
pada saat pemasukan dan pelepasan beban. PMT Recloser selalu dilengkapi
dengan pemadam busur api seperti menggunakan media minyak, vakum,
atau gas SF6.
2) Kontrol Elektronik
Kontrol elektronik pada Recloser adalah peralatan pengontrol yang mengatur
pemasukan dan pelepasan PMT dimana dari kontrol ini setting Recloser
ditentukan. Kontrol elektronik ini terdiri dari beberapa kelengkapan sebagai
berikut:
1. Baterai
2. Switch untuk pengoperasian
3. Lampu control
4. Reclosing rele

b) Klasifikasi Recloser
1) Recloser menurut jumlah fasanya dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
a. Fasa tunggal
Recloser ini dipergunakan sebagai pengaman saluran fasa tunggal, misalnya
saluran cabang fasa tunggal dari saluran utama fasa tiga.
24

b. Fasa tiga
Fasa tiga umumnya untuk mengamankan saluran tiga fasa terutama pada
saluran utama
2) Recloser menurut media peredam busur apinya dibedakan menjadi tiga
jenis, yaitu:
a. Media minyak
b. Vakum
c. SF6
3) Recloser menurut peralatan pengendalinya dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu:
a. Recloser Hidrolik (Kontrol hidrolik)
Recloser ini menggunakan kumparan penjatuh yang dipasang seri
terhadap beban (seri trip coil). Bila arus yang mengalir pada Recloser
200% dari arus setting-nya, maka kumparan penjatuh akan menarik tuas
yang secara mekanik membuka kontak utama Recloser.
b. Recloser Terkontrol Elektrik
Cara kontrol elektronis lebih fleksibel, lebih mudah diatur dan diuji secara
lebih teliti dibanding Recloser terkontrol hidrolis. Perlengkapan elektrolis
diletakkan dalam kotak yang terpisah. Pengubah karakteristik, tingkat arus
penjatuh, urutan operasi dari Recloser terkontrol elektronis dapat
dilakukandengan mudah tanpa mematikan dan mengeluarkan dari tangki
Recloser.
4) Berdasarkan tipe perintah reclosing ke PMT dapat dibedakan dalam dua
jenis reclosing rele, yaitu :
a. Single Shot Reclosing Rele
Rele ini hanya dapat memberikan perintah reclosing ke PMT satu kali dan
baru dapat melakukan reclosing setelah blocking time berakhir. Bila
terjadi gangguan pada periode blocking time, PMT trip dan mengunci
(lock – out). Diagram fungsi waktu dari Rele Recloser Single Shoot dapat
dilihat pada gambar 2.17 berikut
25

Gangguan

Arus

Masuk
PMT
Keluar

tdo
Relai
tk

td
Dead Time

Pulsa
closing

tb
Blocking
time

Diagram Kerja Fungsi Waktu Rele Penutup Balik Single


Shoot
(Sumber : Firdaus, Akhmad Jamaah. 2009. Proteksi Sistem Tenaga Listrik.
Semarang : Politeknik Negeri Semarang)

b. Multi Shot Reclosing Rele


Rele ini dapat memberikan perintah reclosing ke PMT lebih dari satu kali.
Dead time antar reclosing dapat diatur sama atau berbeda. Bila terjadi
gangguan , rele OCR/GFR memberikan perintah trip ke PMT dan pada
saat yang sama juga meng-energizing reclosing rele. Setelah dead time t1
yang sangat pendek (kurang dari 0,6 detik), rele memberi perintah reclose
ke PMT. Jika gangguan masih ada , PMT akan trip kembali dan reclosing
rele akan melakukan reclose yang kedua setelah dead time t2 yang lebih
lama dari t1 (antara 15- 60 detik). Jika gangguan masih ada, maka PMT
akan trip kembali dan reclosing rele akan melakukan reclose yang ke tiga
setelah dead time t3. Bila gangguannya masih ada dalam periode blocking
tR, maka PMT akan trip dan lock out. Penggunaan multi shot reclosing
harus disesuaikan dengan siklus kerja (duty cycle) dari PMT. (Firdaus,
Akhmad Jamaah,2009)
26

Diagram Kerja Fungsi Waktu Multi Shot Reclosing Rele


(Sumber : Firdaus, Akhmad Jamaah. 2009. Proteksi Sistem Tenaga Listrik.
Semarang : Politeknik Negeri Semarang)

Keterangan gambar :
td1 = dead time dari reclosing pertama
td2 = dead time dari reclosing kedua
td3 = dead time dari reclosing ketiga
tb1 = blocking time dari reclosing pertama
tb2 = blocking time dari reclosing kedua
tb3 = blocking time dari reclosing ketiga

Saklar Seksi Otomatis (SSO) / Sectionalizer


Saklar Seksi Otomatis (SSO) atau Sectionalizer adalah peralatan pengaman yang
dapat memutus rangkaian untuk dapat memisahkan saluran utama dalam beberapa
seksi, agar pada keadaan gangguan permanen, luas daerah jaringan yang harus
dibebaskan di sekitar lokasi gangguan dapat sekecil mungkin. Bila tidak ada
Recloser di sisi sumber maka SSO tidak berfungsi otomatis atau sebagai saklar
biasa.

SSO dikoordinasikan dengan pangaman di sisi sumber (seperti rele Recloser)


untuk mengisolir secara otomatis seksi SUTM yang terganggu. SSO dapat juga
dipakai untuk membuka dan menutup rangkaian dalam keadaan berbeban. Saklar
ini bekerja didasari oleh dua faktor, yaitu merasakan arus gangguan dan hilang
tegangan.

SSO di-setting agar bekerja saat Recloser reclose sebanyak setting dikurangi 1.
Sebagai contoh, terjadi gangguan di titik setelah SSO dan Recloser di-setting untuk
27

reclose sebanyak tiga kali. Maka pada saat Recloser reclose untuk kali kedua, SSO
akan bekerja. (SPLN 52-3:1983)

Sectionalizer
(Sumber : http://www.gobizkorea.com/catalog/product, 2016)

Pengaman pada Penyulang Tegangan Menengah


Pengaman penyulang tegangan menengah adalah pengaman yang terdapat pada
sel-sel tegangan menengah di Gardu Induk. Penyulang tegangan menengah adalah
penyulang tenaga listrik yang berfungsi untuk mendistribusikan tenaga listrik
tegangan menengah yang terdiri dari :
a. Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)
b. Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM)
Adapun rele-rele yang terdapat pada sistem penyulang tegangan menengah untuk
keperluan pengamanan gangguan yang paling umum adalah :

Over Current Rele (OCR)


Rele arus lebih berfungsi untuk mengamankan jaringan terhadap gangguan antar-
fasa (2 atau 3 fasa) dan bekerja pada bermacam arah (tidak membedakan arah arus
gangguan). OCR adalah suatu rele yang bekerja berdasarkan adanya kenaikan arus
yang melebihi nilai pengaman (I setting) tertentu dan dalam jangka waktu tertentu.
OCR mendeteksi besaran arus yang melalui suatu jaringan dengan bantuan trafo
arus. Rele ini digunakan sebagai pengaman utama pada jaringan tegangan
menengah. Rele ini bekerja untuk melindungi peralatan listrik apabila terjadi arus
lebih akibat :
Adanya penambahan beban atau perkembangan beban.
Adanya gangguan hubung singkat di jaringan maupun instalasi listrik.
28

Karakteristik Rele Arus Lebih :


a. Rele Arus Lebih Seketika (Instantaneous)
Disebut rele seketika (instantaneous) jika jangka waktu rele pick up hingga
selesainya kerja membutuhkan waktu sangat pendek / singkat (maksimal 0,1 detik)
dan tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya nilai arus gangguan yang terjadi. Pick up
(Iset) adalah nilai arus minimal yang dapat menyebabkan rele bekerja dan menutup
kontaknya atau sering disebut arus kerja.

Diagram Karakteristik Rele Instantaneous


(Sumber: Firdaus, Akhmad Jamaah. 2009. Proteksi Sistem Tenaga Listrik.
Semarang : Politeknik Negeri Semarang)

b. Rele Arus Lebih Tunda Waktu Tertentu (Definite Time)


Disebut rele arus lebih tunda waktu tertentu jika jangka waktu rele mulai pick up
hingga selesainya kerja rele diperpanjang dengan nilai waktu tertentu dan tidak
tergantung dari besar nilai arus gangguan.

Diagram Karakteristik Rele Definite Time


(Sumber : Firdaus, Akhmad Jamaah. 2009. Proteksi Sistem Tenaga Listrik.
Semarang : Politeknik Negeri Semarang)
29

c. Rele Arus Lebih Tunda Waktu Terbalik (Inverse Time)


Disebut rele arus lebih tunda waktu berbanding terbalik adalah jika jangka waktu
rele mulai pick up hingga selesainya kerja rele diperpanjang dengan nilai waktu
tertentu dan berbanding terbalik dengan besar nilai arus gangguan yang
menggerakkan rele.

Diagram Karakteristik Rele Inverse Time


(Sumber : Firdaus, Akhmad Jamaah. 2009. Proteksi Sistem Tenaga Listrik.
Semarang : Politeknik Negeri Semarang)

Karakteristik rele arus lebih inverse ada empat macam, yaitu:


a) Normal Inverse
b) Very inverse
c) Extremely Inverse
d) Long Time Inverse
Cara penyambungan OCR untuk mengamankan gangguan antar-fasa (2 fasa atau 3
fasa) dapat menggunakan 3 (tiga) atau 2 (dua) buah rele arus lebih.

Sistem Sambungan dengan 3 Rele


(Sumber : Firdaus, Akhmad Jamaah. 2009. Proteksi Sistem Tenaga Listrik.
Semarang : Politeknik Negeri Semarang)
30

Sistem Sambungan dengan 2 Rele


(Sumber : Firdaus, Akhmad Jamaah. 2009. Proteksi Sistem Tenaga Listrik.
Semarang : Politeknik Negeri Semarang)

Pengaman arus lebih dengan menggunakan 2 buah rele sudah cukup untuk
mengatasi gangguan 3 fasa maupun 2 fasa. Jika terjadi gangguan 3 fasa, maka
kedua rele bekerja. Jika terjadi gangguan 2 fasa, maka salah satu atau kedua rele
bekerja.
Misalnya :
Jika fasa yang terganggu adalah R dengan S, maka OCR yang bekerja adalah
OCR pada fasa R.
Jika fasa yang terganggu adalah S dengan T, maka OCR yang bekerja adalah
OCR pada fasa T.
Jika fasa yang terganggu adalah R dengan T, maka OCR yang bekerja adalah
OCR pada kedua fasa.

Ground Fault Rele (GFR)


Rele gangguan tanah adalah rele yang digunakan untuk mengamankan jaringan
dari gangguan 1 fasa ke tanah atau 2 fasa ke tanah. Pada dasarnya rele gangguan
tanah adalah rele arus lebih yang dipergunakan untuk mengamankan gangguan ke
tanah yaitu 1 fasa ke tanah atau 2 fasa ke tanah. Rele ini akan efektif apabila
digunakan pada sistem tenaga listrik dengan pentanahan netral langsung atau
pentanahan netral dengan tahanan rendah.
31

Penyambungan Rele Gangguan Tanah


(Sumber : Firdaus, Akhmad Jamaah. 2009. Proteksi Sistem Tenaga Listrik.
Semarang : Politeknik Negeri Semarang)

Koordinasi Kerja Peralatan Pengaman

Koordinasi PMT dan Recloser


PMT dan Recloser harus dapat mengamankan area yang diamankan apabila terjadi
gangguan. Peralatan ini harus dikoordinasikan untuk memastikan bahwa peralatan
yang difungsikan untuk mengamankan gangguan pada titik gangguan harus
beroperasi terlebih dahulu.

Kegagalan pada proteksi utama harus dapat diatasi, yaitu dengan proteksi cadangan
(back up protection). Proteksi cadangan ini umumnya mempunyai perlambatan
waktu (time delay), hal ini untuk memberikan kesempatan kepada proteksi utama
beroperasi terlebih dahulu, dan jika proteksi utama gagal baru proteksi cadangan
yang akan beroperasi. Dengan demikian hanya bagian yang mengalami gangguan
saja yang dipisahkan atau diisolir dari sistem tersebut. Rele pengaman dengan
kemampuan selektif yang baik dibutuhkan untuk mencapai keandalan sistem yang
tinggi karena tindakan pengaman yang cepat dan tepat akan dapat memperkecil
daerah yang mengalami gangguan menjadi sekecil mungkin. (SPLN 52-3:1983)
Bila terjadi gangguan pada zona antara PMT dan Recloser maka PMT akan
membuka. Jika gangguan pada sisi setelah Recloser maka Recloser akan membuka
untuk yang pertama dan kedua kemudian akan menutup kembali jika Recloser
mendeteksi gangguan sementara dan Recloser akan Lockout bila mendeteksi
gangguan permanen. Jika gangguan pada zona antara PMT dengan Recloser maka
PMT harus trip.
32

Koordinasi Recloser dan Sectionalizer

SSO

Koordinasi PBO-Sectionalizer
(Sumber : SPLN 52-3 : 1983)
Bila terjadi gangguan pada sisi setelah sectionalizer, maka recloser akan bekerja
dengan buka tutup cepat pertama atau sampai kedua untuk menghilangkan
gangguan yang bersifat temporer. Sectionalizer mengindera arus gangguan dan
menghintung banyaknya buka tutup dari recloser (berapa kali arus gangguan
terputus). bila gangguan bersifat permanen, maka sesuai penyetelan hitung dari
sectionalizer, sectionalizer akan membuka pada saat recloser membuka, sebelum
buka tutup terakhir dan mengunci (lock out). Jadi seksi yang terganggu dapat
dibebaskan dengan terbukanya sectionalizer, kemudian sectionalizer masuk dan
terpasang normal kembali (reset). (SPLN 52-3:1983)

Teori Arus Hubung Singkat

Komponen Simetris
Suatu sistem tidak seimbang yang terdiri dari “n” fasor-fasor yang berhubungan
dapat diuraikan menjadi “n” buah sistem dengan fasor-fasor seimbang yang
dinamakan komponen-komponen simetris dari fasor-fasor aslinya.

N buah fasor pada setiap himpunan komponen-komponennya adalah sama panjang,


dan sudut-sudut di antara fasor-fasor yang bersebelahan dalam himpunan itu adalah
sama besarnya. (Sulasno,1993)

Jadi tiga fasor tak seimbang dari suatu sistem tiga fasa dapat diuraikan menjadi tiga
sistem fasor yang seimbang. Himpunan-himpunan seimbang dari komponen-
komponen itu adalah :
33

Komponen urutan positif (Positive Sequence Component)


Terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya, terpisah satu dengan yang lain
dalam fasa sebesar 1200 dan mempunyai urutan fasa sama seperti fasor – fasor
aslinya.
Urutan Positif (1)

Vektor Komponen Urutan Positif


(Sumber : Firdaus, Akhmad Jamaah. 2009. Proteksi Sistem Tenaga Listrik.
Semarang : Politeknik Negeri Semarang)

Komponen urutan negatif (Negative Sequence Component)


Terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya, terpisah satu dengan yang lain
dalam fasa sebesar 1200 dan mempunyai urutan fasa yang berlawanan dengan
fasor – fasor lainnya.
Urutan Negatif (2)

Vektor Komponen Urutan Negatif


(Sumber : Firdaus, Akhmad Jamaah. 2009. Proteksi Sistem Tenaga Listrik.
Semarang : Politeknik Negeri Semarang)

Komponen urutan nol (Zero Sequence Component)


Terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya dan dengan pergeseran fasa nol
antara fasor satu dengan yang lain.
Urutan Nol (0)
34

Vektor Komponen Urutan Nol


(Sumber : Firdaus, Akhmad Jamaah. 2009. Proteksi Sistem Tenaga Listrik.
Semarang: Politeknik Negeri Semarang)

Penyelesaian Sistem Tiga Fasa yang Tak Seimbang

Tiga Fasa Tidak Seimbang dengan Komponen Simetrinya


(Sumber : Firdaus, Akhmad Jamaah. 2009. Proteksi Sistem Tenaga Listrik.
Semarang: Politeknik Negeri Semarang)

Karena setiap fasor yang tidak seimbang merupakan vektor dari komponen-
komponen simetrinya, maka fasor-fasor aslinya dapat dinyatakan dengan :
Va = Va0 + Va1 + Va2 (2.1)
Vb = Vb0 + Vb1 + Vb2 (2.2)
Vc = Vc0 + Vc1 + Vc2 (2.3)
Dari persamaan tersebut dapat disimpulkan bahwa tegangan sistem adalah
penjumlahan anggota-anggota komponen simetrinya.

Operator Komponen Simetris (Operator ‘a’)


Operator ‘a’
Misal :
a = 1<120⁰
= -0,5 + j 0,866
35

Diagram Fasor Operator a


(Sumber : Sarimun, Wahyudi Ir. 2016)

Nilai Operator a
Pangkat/Fungsi Bentuk dalam Kutub Koordinat Kartesian
A 1 120º -0,5 + j0,866

a2 1 240º = 1 -120º -0,5 – j0,866

a3 1 360º = 1 0º 1,0 + j0,0

a4 1 120º -0,5 + j0,866

1 + a = -a2 1 60º 0,5 + j0,866


1–a √3 ∠ -30o 1,5 – j0,866
1 + a = -a 1 -60º 0,5 - j0,866
1 – a2 √3 ∠ 30o 1,5 + j0,866
a–1 √3 ∠ -150o -1,5 + j0,866
a + a2 1 ∠ -180o -1,0 – j 0,0
a –a2 √3 ∠ 90o 0,0+ j 1,732
a2– a √3 ∠ -90o 0,0– j 1,732
a–1 √3 ∠ -150o -1,5– j 0,866
1 + a + a2 0 0º 0 + j0
(Sumber : Sarimun, Wahyudi Ir. 2016. Proteksi sistem distribusi Tenaga Listrik)
Va = Va0 + Va1 + Va2
Vb = Vb0 + Vb1 + Vb2
Vc = Vc0 + Vc1 + Vc2
36

Dengan memasukkan operator a, maka persamaan di atas dapat ditulis sebagai


berikut.
Va = Va0 + Va1 + Va2 (2.4)
Vb = Vb0 + a².Va1 + a.Va2 (2.5)
Vc = Vc0 + a.Va1 + a².Va2 (2.6)

Dalam bentuk matrik dapat ditulis sebagai berikut.


Va 1 1 1 Va0
[Vb] = [1 a2 a ] [Va1 ] (2.7)
Vc 1 a a2 Va2
Sehingga dapat disingkat menjadi : Vabc = A . V012 (2.8)
Vabc = A . V012
𝑉𝑎𝑏𝑐
V012 =
𝐴

V012 = A-1.Vabc (2.9)


1 1 1
A = [1 a2 a ]
1 a a2
1 1 1
1
A-1 = 3 [1 a2 a ]
1 a a2

V012 = A-1.Vabc
Va0 1 1 1 Va
1
[Va1 ] = 3 [1 a2 a ] [Vb] (2.10)
Va2 1 a a2 Vc
Dari persamaan di atas, didapat rumus tinjauan tegangan berikut.
1
Va0 = 3 (Va + Vb + Vc) (2.11)
1
Va1 = 3 (Va + a.Vb + a2 .Vc) (2.12)
1
Va2 = 3 (Va + a2 . Vb + a.Vc) (2.13)

Sedangkan persamaan untuk tinjauan arus sebagai berikut.


1
Ia0 = 3 (Ia + Ib + Ic) (2.14)
1
Ia1 = 3 (Ia + a.Ib + a2 .Ic) (2.15)
1
Ia2 = 3 (Ia + a2 . Ib + a.Ic) (2.16)
37

Rangkaian Urutan Jaringan Sistem Tenaga Listrik

Rangkaian Impedansi Sumber


Impedansi sumber diambil dari arus beban puncak yang mengalir dari sistem
interkoneksi ke gardu induk. Dalam setiap kasus gangguan hubung singkat
diketahui arus hubung singkat pada sisi Tegangan Tinggi (150 kV), maka daya
hubung singkatnya : (Sarimun, Wahyudi. 2012)
MVA HS TT = √3 V. I (2.17)
Keterangan:
MVASC = Daya Hubung Singkat pada sisi tegangan tinggi (MVA)
V = Tegangan pada sisi tegangan tinggi (kV)
I = Arus hubung singkat (kA)
Arus saat beban puncak dimana pasokan daya dari pusat-pusat listrik yang di
interkoneksi masuk ke gardu induk yang ditinjau, selanjutnya dihitung impedansi
hubung singkat (short circuit) :
kV2
XS TT = (2.18)
MVA HS TT

Keterangan:
XS TT = Impedansi sumber tegangan tinggi (Ω)
kV = Tegangan sisi primer trafo tenaga (kV)
MVA HS TT = Daya hubung singkat sisi tegangan tinggi 150 kV (MVA)
Impedansi sumber ini adalah nilai tahanan pada sisi 150 kV, yang mewakili semua
unit pembangkit beroperasi. Adapun impedansi sumber mencakup: impedansi
sumber pembangkit, impedansi trafo tenaga di Pusat Listrik dan Impedansi
Transmisi.
Karena arus gangguan hubung singkat yang akan dihitung adalah ganguan hubung
singkat disisi 20 kV, maka impedansi sumber tersebut harus ditransformasikan
terlebih dahulu ke sisi 20 kV dengan meggunakan persamaan : (Sarimun, Wahyudi.
2012)
MVA HS TT = MVA HS TM
kV TT 2 kV TM 2
=
X S TT X S TM

kVTM 2
X S TM = . X S TT (2.19)
kVTT 2
38

Keterangan:
X S TM = Impedansi sumber di sisi 20 kV (Ω)
X S TT = Impedansi sumber di sisi 150 kV (Ω)
kV TM = Tegangan transformator tenaga sisi tegangan menengah (20 kV)
kv TT = Tegangan transformator tenaga sisi tegangan tinggi (150 kV)

Rangkaian Impedansi Transformator


Pada umumnya impedansi urutan positif transformator sama dengan impedansi
urutan negatif transformator tersebut, yaitu: (Sarimun, Wahyudi. 2012)

Z1 = Z2 = Ztrafo (2.20)

Sedangkan untuk menentukan impedansi urutan nol transformator, terlebih dahulu


harus diketahui data belitan trafo. Pada perhitungan impedansi trafo, yang diambil
adalah nilai reaktansinya, sedangkan nilai tahanannya diabaikan karena harganya
kecil. Untuk menghitung reaktansi trafo, perlu diperhatikan hal-hal berikut:
(Sarimun, Wahyudi. 2012)

a. Untuk trafo tenaga dengan hubungan belitan YnYn atau Δ-Y, di mana kapasitas
belitan delta sama besar dengan kapasitas belitan bintang, maka :
XT0 = ZT0 = XT1. (2.21)
b. Untuk trafo tenaga dengan hubungan belitan Yyd, di mana kapasitas delta
biasanya sepertiga dari kapasitas belitan bintang (belitan yang digunakan untuk
menyalurkan daya), maka nilai reaktansi trafo urutan nol adalah :
XT0 = 3 XT1 (2.22)
c. Untuk trafo tenaga dengan hubungan Y-Y dan tidak mempunyai belitan delta
di dalamnya, maka untuk menghitung XT0 berkisar antara 9 sampai dengan 14
kali XT1.

Perhitungan reaktansi trafo urutan positif dan negatif, dapat dilihat pada persamaan
berikut.
kV²
XT1 = XT2 = ZT1 = ZT2 = Ztrafo (%) . MVA (2.23)
39

Keterangan :
XT1 = Reaktansi trafo urutan positif (Ohm)
XT2 = Reaktansi trafo urutan negatif (Ohm)
XT0 = Reaktansi trafo urutan nol (Ohm)
ZT1 = Impedansi trafo urutan positif (Ohm)
ZT2 = Impedansi trafo urutan negatif (Ohm)
ZT0 = Impedansi trafo urutan nol (Ohm)
kV = Tegangan sisi sekunder trafo (kV)
MVA = Kapasitas daya trafo tenaga (MVA)
Ztrafo (%) = Impedansi trafo (pu)

(a) (b)
Diagram Rangkaian Reaktansi Trafo ;
(a) Urutan Positif dan (b) Urutan Negatif

Diagram Urutan Nol Transformator


No. Hubungan Belitan Rangkaian Urutan Nol

3
40

No. Hubungan Belitan Rangkaian Urutan Nol

(Sumber : Firdaus, Akhmad Jamaah. 2009. Proteksi Sistem Tenaga Listrik.


Semarang: Politeknik Negeri Semarang)

Rangkaian Impedansi Saluran


Untuk perhitungan impedansi penyulang ini bergantung dari besarnya impedansi
per km dari penyulang yang akan dihitung. Besarnya impedansi penyulang
didasarkan dari jenis penghantar, yaitu terbuat dari bahan apa penghantar tersebut,
dan juga tergantung dari besar-kecilnya penampang, serta panjang penghantar yang
digunakan. (Sarimun, Wahyudi. 2012)
Z = (R + jX) ohm/ km (2.24)

Sistem Besaran per-Satuan / per-Unit (pu)


Besaran per-satuan atau besaran per-unit disingkat (pu) merupakan nilai
perbandingan dari nilai sebenarnya suatu besaran terhadap nilai dasarnya. Dengan
menggunakan besaran pu akan lebih memudahkan perhitungan. Karena suatu
besaran pu di kalikan dengan pu hasilnya tetap pu. Untuk mendapatkan suatu nilai
dalam besaran pu dapat menggunakan persamaan berikut : (Sarimun, Wahyudi.
2016)
𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎
𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑢 = (2.25)
𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟
41

Perhitungan Arus Dasar (Ib) dan Impedansi Dasar (Zb)


Dalam perhitungan arus dasar dan impedansi dasar menggunakan data 3 fasa
sebagai berikut : (Firdaus, Akhmad Jamaah. 2009)
𝑘𝑉𝑎 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟
1. Arus Dasar (Ib) = (2.26)
√3𝑘𝑉 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟 𝐿−𝐿
(𝑘𝑉 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟 𝐿−𝐿)2
2. Impedansi dasar (Zb) = 𝑀𝑉𝐴 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟 3 𝑓𝑎𝑠𝑎 (2.27)

Besaran-besaran dasar tersebut adalah arus dasar dan impedansi dasar. PT PLN
menggunakan daya dasar pada sistem sebesar 100 MVA, sedangkan untuk tegangan
dasar didasarkan pada data ratio penyulang KDS-01 pada sisi tegangan menengah
yaitu 20 kV.

Mengubah Nilai Besaran per-satuan (pu)


Cara mengoreksi besaran persatuan dapat mempergunakan rumus sebagai berikut :
𝑘𝑉 2 𝑘𝑉𝐴
Zn (pu) = Zo (pu) [𝑘𝑉𝐵𝑜 ] [𝑘𝑉𝐴𝐵𝑛] (2.28)
𝐵𝑛 𝐵𝑜

Keterangan :
Zn(pu) = Impedansi dalam satuan (pu) dengan besaran dasar baru
Zo(pu) = Impedansi dalam satuan (pu) dengan besaran dasar lama
kVBn = Tegangan dasar (kV) baru
kVBo = Tegangan dasar (kV) lama
kVABn = Daya dasar (kVA) baru
kVABo = Daya dasar (kVA) lama

Analisa Gangguan Hubung Singkat pada Sistem Tenaga Listrik

Gangguan Hubung Singkat Satu Fasa ke Tanah


Untuk diagram rangkaian gangguan satu fasa ke tanah dimana gangguan terjadi
pada fasa a, melalui impedansi Zf. Gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah
melalui impedansi ditunjukkan pada gambar 2.33
42

a
b
c

Ia Ib Ic

Zf

Hubung Singkat Satu Fasa-Tanah


(Sumber : Firdaus, Akhmad Jamaah. 2017. BPKM Mata Kuliah Proteksi.
Semarang: Politeknik Negeri Semarang)

Jika hubung singkat terjadi di fasa a maka :


Ia ≠ 0 Ib = 0 Ic = 0
Va = 0 Vb ≠ 0 Vc ≠ 0
Transformasi arus ke dalam komponen simetri
1
Ia0 = 3 (Ia+ Ib + Ic)
1
= 3 (Ia+ 0 + 0)
1
= 3 Ia

1
Ia1 = 3 (Ia + a . Ib + a2 . Ic)
1
= 3 (Ia + a . 0 + a2 . 0)
1
= 3 Ia

1
Ia2 = 3 (Ia + a2 . Ib + a . Ic)
1
= 3 (Ia + a2 . 0 + a . 0)
1
= 3 Ia
1
Dari perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa Ia0 = Ia1 = Ia2 = Ia sehingga
3

RPTJU dihubung seri.


43

Ia1 = Ia2 = Ia0

RPTJU Dihubung Seri


(Sumber : Firdaus, Akhmad Jamaah. 2017. BPKM Mata Kuliah Proteksi.
Semarang: Politeknik Negeri Semarang)

Persamaan arus – arus hubung singkat komponen simetri


𝐸𝑎
Ia1 = 𝑍1+𝑍2+𝑍0 (2.28)

Ia2 = Ia0 = Ia1 (2.29)

Persamaan arus – arus hubung singkat sistem


Iabc = A . I012
Ia = Ia0 + Ia1 + Ia2 (2.30)
Ib =0 (2.31)
Ic =0 (2.32)

Persamaan tegangan – tegangan komponen simetri


Va1 = Ea - Ia1 . Z1 (2.33)
Va2 = - Ia2 . Z2 (2.34)
Va0 = - Ia0 . Z0 (2.35)

Persamaan tegangan - tegangan hubung singkat sistem sebagai berikut:


Vabc = A . V012
Va = 0 (2.36)
Vb = Va0 + a2 . Va1 + a . Va2 (2.37)
Vc = Va0 + a . Va1 + a2 . Va2 (2.38)
44

Gangguan Hubung Singkat 2 Fasa ke Tanah


Untuk diagram rangkaian gangguan dua fasa (antar fasa) ke tanah dimana gangguan
terjadi pada fasa b dan c, menuju tanah. Gangguan hubung singkat dua fasa (antar
fasa) ke tanah ditunjukkan pada Gambar 2.35

/// ///
Gangguan Hubung Singkat Dua fasa ke Tanah
(Sumber : Firdaus, Akhmad Jamaah. 2017. BPKM Mata Kuliah Proteksi.
Semarang: Politeknik Negeri Semarang)

Jika hubung singkat terjadi di fasa b dan c, keadaan pada gangguan hubung singkat
dapat dinyatakan sebagai berikut :
Va ≠ 0 Vb = 0 Vc = 0
Ia = 0 Ib ≠ 0 Ic ≠ 0
Maka RPTJU (Rangkaian Pengganti Thevenin Jaringan Urutan) untuk gangguan
dua fasa ke tanah, maka rangkaian urutan positif, negatif, dan nol dihubung paralel
seperti pada gambar 3.36 berikut :

Jaringan Urutan Gangguan Hubung Singkat Dua Fasa ke


Tanah
(Sumber : Firdaus, Akhmad Jamaah. 2017. BPKM Mata Kuliah Proteksi.
Semarang: Politeknik Negeri Semarang)
45

Persamaan untuk arus-arus komponen simetri sebagai berikut :

Ea
Ia1 = Z . Z (2.39)
Z1 + 2 0
Z2 +Z0

Z
Ia2 = - Z 0Tot . Ia1 (2.40)
+Z
2 0

Z
Ia0 = - Z 2𝑇𝑜𝑡 . Ia1 (2.41)
+Z
0 2

Persamaan arus-arus hubung singkat sistemnya sebagai berikut :


Ia = 0 (2.42)
Ib = Ia0 + a2. Ia1 + a . Ia2 (2.43)
Ic = Ia0 + a. Ia1 + a2 . Ia2 (2.44)

Persamaan tegangan – tegangan komponen simetri


Va1 = Ea – (Ia1 . Z1) (2.33)
Va2 = Va1 (2.34)
Va0 = Va1 (2.35)

Persamaan tegangan - tegangan hubung singkat sistem sebagai berikut:


Vabc = A . V012
Va = Va0 + Va1 + Va2 (2.36)
Vb = 0 (2.37)
Vc = 0 (2.38)

Gangguan Hubung Singkat Dua Fasa (Antar Fasa)


Untuk diagram rangkaian gangguan dua fasa (antar fasa) dimana gangguan terjadi
pada fasa b dan c, melalui impedansi Zf. Gangguan hubung singkat dua fasa (antar
fasa) melalui impedansi ditunjukkan pada gambar 2.37
46

a
b
c
Ia Ib Ic

Zf
Hubung Singkat Dua Fasa (Antar-Fasa)
(Sumber : Firdaus, Akhmad Jamaah. 2017. BPKM Mata Kuliah Proteksi.
Semarang: Politeknik Negeri Semarang)

Jika fasa yang mengalami gangguan adalah fasa b dan fasa c seperti pada gambar
2.37 diatas maka keadaan pada gangguan hubung singkat semacam ini dapat
dinyatakan sebagai berikut:
Va ≠ 0 Vb = Vc
Ia = 0 Ib ≠ 0 Ic ≠ 0 (Ib = - Ic)
Transformasi arus kedalam komponen simetri
1
Ia0 = 3 (Ia + Ib + Ic)
1
= 3 (0 + Ib - Ib)

=0

1
Ia1 = 3 (Ia + a . Ib + a2 . Ic)
1
= 3 (0 + a . Ib - a2 . Ib)
1
= 3 (a – a2) Ib
𝑎−𝑎2
=( ) Ib
3

1
Ia2 = 3 (Ia + a2 . Ib + a . Ic)
1
= 3 (0 + a2 . Ib - a . Ib)
1
= 3 (a2 – a) Ib
𝑎−𝑎2
= −( ) Ib
3
47

Dari perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa Ia0 = 0 dan Ia2 = Ia1 sehingga
RPTJU urutan nol dihubung sendiri sedangkan RPTJU urutan positif dan negatif
dihubung paralel.
Z1
F1

Ia1
Ea Va1 Zf
1 < 00 N1
Z2
F2

Ia2
Va2
N2
Z0 F0

Ia0
Va0
N0

RPTJU Urutan Positif dan Negatif Dihubung Paralel dan


RPTJU Urutan Nol Dihubung sendiri
(Sumber : Firdaus, Akhmad Jamaah. 2017. BPKM Mata Kuliah Proteksi.
Semarang: Politeknik Negeri Semarang)

Persamaan arus – arus komponen simetri


𝐸𝑎
Ia1 = (2.39)
𝑍1+𝑍2

Ia2 = - Ia1 (2.40)


Ia0 =0 (2.41)

Persamaan arus – arus hubung singkat sistem


Iabc = A . I012
Ia =0 (2.42)
Ib = Ia0 + a2 . Ia1 + a . Ia2 (2.43)
Ic = - Ib (2.44)

Persamaan tegangan – tegangan komponen simetri


Va1 = Ea - Ia1 . Z1 (2.45)
Va2 = Va1 (2.46)
Va0 = 0 (2.47)
48

Persamaan tegangan - tegangan hubung singkat sistem


Vabc = A . V012
Va = Va0 + Va1 + Va2 (2.48)
Vb = Va0 + a2 . Va1 + a . Va2 (2.49)
Vc = Va0 + a . Va1 + a2 . Va2 (2.50)

Gangguan Hubung Singkat 3 Fasa


Pada gangguan tiga fasa melalui impedansi, apabila impedansi pada saluran
maupun impedansi pentanahannya adalah sama, maka dalam hal ini berlaku
penghitungan sebagaimana gangguan tiga fasa simetri, maka baik arus maupun
tegangannya adalah simetri, jadi tidak ada komponen urutan nol maupun negatif.
Ketiga fasa mengalami gangguan dan berhubungan dengan tanah seperti
ditunjukkan pada Gambar 2.40.

a
b
c
Ia Ib Ic
Zf Zf Zf

Zg Ia + Ib + Ic = 3 Ia0

Gangguan Hubung Singkat Tiga Fasa atau Tiga Fasa ke Tanah


Melalui Impedansi
(Sumber : Firdaus, Akhmad Jamaah. 2017. BPKM Mata Kuliah Proteksi.
Semarang: Politeknik Negeri Semarang)

Dari Gambar 2.46 diatas , maka keadaan pada gangguan hubung singkat semacam
ini dapat dinyatakan sebagai berikut :

Va = Vb = Vc = 0
Ia ≠ 0 Ib ≠ 0 Ic ≠ 0

Maka RPTJU (Rangkaian Pengganti Thevenin Jaringan Urutan) untuk gangguan


tiga fasa atau tiga fasa ke tanah, maka rangkaian urutan positif, negatif, dan nol
dihubung sendiri sebagai berikut :
49

Z1
F1

Ia1
Ea Va1 Zf
0
1<0 N1
Z2
F2

Ia2
Va2 Zf
N2
Z0 F0

Ia0
Zf + 3 Zg
Va0
N0

Jaringan Urutan Gangguan Hubung Singkat Tiga Fasa atau Tiga


Fasa ke Tanah Melalui Impedansi
(Sumber : Firdaus, Akhmad Jamaah. 2017. BPKM Mata Kuliah Proteksi.
Semarang: Politeknik Negeri Semarang)

Persamaan untuk arus-arus komponen simetri

Ea
Ia1 = (2.51)
Z1

Ia2 = Ia0 = 0 (2.52)

Persamaan arus-arus hubung singkat sistem


Iabc = A . I012
Ia = Ia1 (2.53)
Ib = a2 . Ia1 (2.54)
Ic = a . Ia1 (2.55)

Persamaan tegangan - tegangan hubung singkat sistem


Vabc = A . V012
Va = 0 (2.56)
Vb = 0 (2.57)
Vc = 0 (2.58)
50

Teori Setting Rele OCR dan GFR

Setting Rele OCR


Untuk mencari arus setting sisi primer (Is) pada OCR dapat digunakan rumus:
Iset = 1,05 s/d 1,3 x Ibeban (2.59)
Di mana :
Iset = Arus setting yang dimasukkan ke rele
Ibeban = Arus beban maksimal
Kemudian dihitung arus setting sisi sekunder (Iset sekunder), dan untuk mencari
arus setting sisi sekunder dapat digunakan rumus :
Iset primer
Iset sekunder = (2.60)
Ratio CT

Untuk mencari Tap (Tap setelan rele) dapat digunakan rumus :


Iset
Tap = Inry (2.61)

Di mana :
Inry = Arus nominal pada rele (arus nominal sekunder trafo arus)
Kemudian dilakukan setting waktu pada rele OCR.
Rele Definite
Penyetelan waktu kerja dilakukan dengan langsung memilih waktu kerja
yang diinginkan.
Rele Inverse
Penyetelan waktu kerja dilakukan dengan memilih time dial (td) atau ada
juga yang menyebut Time Multiple Setting (TMS). TMS dapat diperoleh
jika telah diketahui lebih dahulu :

a) Multiple Plug Setting (MPS), yaitu perbandingan antara besar arus


gangguan dengan arus setting-nya.

Ihs
MPS = (2.62)
Iset

Di mana :
Ihs = arus hubung singkat yang dipandang dari sisi sekunder CT
Iset = arus setting
51

b) Waktu kerja (tk)


c) Karakteristik rele

Hubungan antara MPS, tk dan TMS dapat dilihat pada gambar 2.41 berikut

Contoh Karakteristik Rele Inverse


(Sumber : Firdaus, Akhmad Jamaah. 2017. BPKM Mata Kuliah Proteksi.
Semarang: Politeknik Negeri Semarang)

Jika tidak ditemukan karakteristik rele maka untuk mencari TMS / td


dapat menggunakan rumus pendekatan :

0,14 (𝑡𝑑)
1) Standar Inverse (SI)  tk = (detik) (2.63)
𝐼 0 ʾ02 − 1
13,5 (𝑡𝑑)
2) Very Inverse (VI)  tk = (detik) (2.64)
𝐼−1
80 (𝑡𝑑)
3) Extreme Inverse (EI)  tk = (detik) (2.65)
𝐼²−1
120 (𝑡𝑑)
4) Long Time Inverse (LTI)  tk = (detik) (2.66)
𝐼−1
Ihs
Di mana I = MPS = Is
52

Ihs = Arus hubung singkat yang dipandang dari sisi sekunder CT


(Ampere)
Is = Arus setting dari sisi sekunder CT (Ampere)

Setting Rele GFR


Untuk mencari arus setting sisi primer (Is) pada GFR dapat digunakan rumus:
Iset = 6% s/d 12% x If 1 fasa terkecil (2.67)
Di mana :
Iset = Arus Setting yang dimasukkan ke rele
If 1 fasa terkecil = Arus hubung singkat 1 fasa ke tanah terkecil
Kemudian dihitung arus setting sisi sekunder (Iset sekunder), dan untuk mencari
arus setting sisi sekunder dapat digunakan rumus:
Iset primer
Iset sekunder = (2.68)
Ratio CT

Untuk mencari Tap (Tap setelan rele) dapat digunakan rumus:


Iset
Tap = Inry (2.69)

Di mana :
Inry = Arus Nominal pada Rele (arus nominal sekunder trafo arus)
Kemudian dilakukan setting waktu pada rele GFR.
Rele Definite
Penyetelah waktu kerja dilakukan dengan langsung memilih waktu kerja
yang diinginkan.
Rele Inverse
Penyetelan waktu kerja dilakukan dengan memilih time dial (td) atau ada
juga yang menyebut Time Multiple Setting (TMS). TMS dapat diperoleh
jika telah diketahui lebih dahulu :
a) Multiple Plug Setting (MPS) yaitu perbandingan antara besar arus
gangguan dengan arus setting-nya.
Ihs
MPS = (2.70)
Iset
53

Di mana :
Ihs = Arus hubung singkat yang dipandang dari sisi sekunder CT
(Ampere)
Is = Arus setting dari sisi sekunder CT (Ampere)

b) Waktu kerja (tk)


c) Karakteristik rele

Hubungan antara MPS, tk dan TMS dapat dilihat pada gambar 2.42 berikut

Contoh Karakteristik Rele Inverse


(Sumber : Firdaus, Akhmad Jamaah. 2017. BPKM Mata Kuliah Proteksi.
Semarang: Politeknik Negeri Semarang)

Jika tidak ditemukan karakteristik rele maka untuk mencari TMS / td dapat
menggunakan rumus pendekatan : (Sarimun, Wahyudi. 2012)
54

0,14 (𝑡𝑑)
1) Standar Inverse (SI)  tk = (detik) (2.71)
𝐼 0 ʾ02 − 1
13,5 (𝑡𝑑)
2) Very Inverse (VI)  tk = (detik) (2.72)
𝐼−1
80 (𝑡𝑑)
3) Extreme Inverse (EI)  tk = (detik) (2.73)
𝐼²−1
120 (𝑡𝑑)
4) Long Time Inverse (LTI)  tk = (detik) (2.74)
𝐼−1

Ihs
Di mana I = MPS = Iset

Ihs = Arus hubung singkat yang dipandang dari sisi sekunder CT


(Ampere)
Iset = Arus setting dari sisi sekunder CT (Ampere)

Software SoMachine
Software SoMachine adalah aplikasi yang digunakan untuk melakukian
pemrograman pada PLC (Programmable Logic Controller). Software SoMachine
ini biasanya di gunakan untuk membantu pembangun mesin merancang dan
membangun mesin lebih cepat sertameningkatkan profitabilitas. Mengontrol
otomasi dan proses mesin di suatu pabrik contohnya untuk otomasi (istilah otomasi
ini mudahnya hanya untuk mengontrol mesin 1 atau lebih) biasanya digunakan
untuk interlocking / Sequenching pada suatu mesin.
Pustaka menyediakan item berikut yang dieksekusi dalam sistem runtime
pengontrol :
a. fungsi dan fungsi blok
b. definisi tipe data
c. variabel global
d. variabel sistem
e. objek visualisasi
Manajemen library dalam suatu proyek dilakukan dengan menggunakan Manajer
library untuk keseluruhan proyek atau pustaka khusus kontroler. Instalasi library
dilakukan selama pemasangan elemen-elemen tersebut (perangkat, solusi,
pengontrol) yang Anda pilih untuk dipasang dengan SoMachine Pengelola
Konfigurasi. Untuk library yang ditentukan pengguna, mereka dikelola melalui
55

SoMachine langsung. Di Manajer library, terdapat library yang disertakan dan di


Library Repository, terdapat library yang tersedia:

Informasi dan deskripsi manajer library


Informasi Deskripsi Contoh
Nama Nama dari library Altivar Library (ATV)
Versi Versi dari library 1.0.1.8
Company Penyedia utama atau nama grup Schneider Electric
ditentukan oleh yang utama penyedia
library, seperti yang ditunjukkan pada
Manajer library dan Kotak dialog
library Repository.

Namespaces Namespace standar dari library untuk SEC


mengakses fungsi ibrary.
CATATAN: Praktik terbaik adalah
selalu menggunakan defaultnamespace
sebagai namespace yang digunakan
dalam aplikasi.Jika qualified-access-
onlyterdaftar setelah namespace
standar,ini menunjukkan penggunaan
namespace diaplikasi adalah wajib.
Kategori Kategori (atau kategori) yang dimiliki Devices –
Library ini,seperti yang ditunjukkan di ATV31/ATV312
Library Manager dan Library
Repository kotak dialog.
(Sumber : Manual Book. 2017. SoMachine Functions and Libraries User Guide.
Schneider Electric)

Namespace library adalah simbol yang memungkinkan akses unik ke komponen


library yang dilampirkan(fungsi, fungsi blok, variabel ...). Namespace diperlukan
ketika dua komponendua library berbeda yang digunakan dalam proyek yang sama
memiliki nama yang sama. Penggunaan namespace dalam aplikasi adalah wajib jika
library telah menetapkan atribut yang memenuhi qualified-access-only. Untuk
memastikanakses unik ke komponen yang benar, gunakan nama lengkap
<namespace>. <component> format, termasuk namespace.
56

Deskripsi Namespace Library


Case Deskripsi
Ada fungsi blok GEN di library Util. Namespace library Util adalah Util.
Suatu instance dari blok fungsi GEN dapat dideklarasikan dengan atau
1. tanpa namespace perpustakaan jika nama GEN unik dalam proyek:
MyGenerator: Util.GEN;
atau MyGenerator: GEN;
Fungsi blok GEN telah dibuat dalam proyek. Penggunaan library Util
namespace akan memungkinkan sistem untuk mengakses blok fungsi
GEN dariperpustakaan Util. Tanpa namespace, fungsi proyek akan
2.
memblokir
MyGenerator_Util: Util.GEN;
MyGenerator_Project: GEN;
library lain, juga mengandung blok fungsi yang disebut GEN,
dideklarasikan diproyek dengan namespace NewLib. Penggunaan
namespace menjadiwajib untuk mengidentifikasi fungsi blok GEN yang
3.
benar untuk diakses:
MyGenerator_Util: Util.GEN;
MyGenerator_NewLib: NewLib.GEN;
(Sumber : Manual Book. 2017. SoMachine Functions and Libraries User Guide.
Schneider Electric)

Namespace default ditentukan untuk setiap library.Library Repository adalah editor


yang mengelola pustaka yang dipasang di SoMachine. Library Repository
memungkinkan untuk menginstal atau menghapus library yang ditentukan
pengguna. Library dapat digunakan dalam Proyek SoMachine hanya jika dipasang
di Library Repository. Dengan instalasi SoMachine, satu set pustaka diinstal secara
default. (Manual Book, Schneider.2017)
Perbedaan Antara Fungsi dan Blok Fungsi
fungsi:
POU (Program Organization Unit) adalah yang mengembalikan satu hasil
langsung.
langsung dipanggil dengan namanya (bukan melalui sebuah instance).
57

tidak memiliki status terus-menerus dari satu panggilan ke panggilan lainnya.


dapat digunakan sebagai operand dalam ekspresi lain.
Contoh: operator boolean (AND), penghitungan, konversi (BYTE_TO_INT)

Blok Fungsi
POU (Program Organization Unit) yang mengembalikan satu atau lebih
output.
Perlu dipanggil oleh suatu instance (copy blok fungsi dengan nama dan
variabel khusus).
Setiap instance memiliki status persisten (output dan variabel internal) dari
satu panggilan ke panggilan lainnya dari blok fungsi atau program.
Contoh: pengatur waktu, penghitung
Timer_ON adalah turunan dari blok fungsi TON

Contoh Ttimer ON
(Sumber : Manual Book. 2017. SoMachine Functions and Libraries User Guide.
Schneider Electric)

Program ETAP
ETAP (Electric Transient and Analysis Program) merupakan suatu perangkat lunak
yang mendukung sistem tenaga listrik. Perangkat ini mampu bekerja dalam keadaan
offline untuk simulasi tenaga listrik, online untuk pengelolaan data real-time atau
digunakan untuk mengendalikan sistem secara real-time. Fitur yang terdapat di
dalamnya pun bermacam-macam antara lain fitur yang digunakan untuk
menganalisa pembangkitan tenaga listrik, sistem transmisi maupun sistem
distribusi tenaga listrik.
58

ETAP dapat digunakan untuk membuat proyek sistem tenaga listrik dalam bentuk
diagram satu garis (one line diagram) dan jalur sistem pentanahan untuk berbagai
bentuk analisis, antara lain: aliran daya, hubung singkat, starting motor, trancient
stability, koordinasi rele proteksi dan sistem harmonisasi. Proyek sistem tenaga
listrik memiliki masing-masing elemen rangkaian yang dapat diedit langsung dari
diagram satu garis dan atau jalur sistem pentanahan. Untuk kemudahan hasil
perhitungan analisis dapat ditampilkan pada diagram satu garis.
(Multa,Lesnanto.2013)

Programmable Logic Controller (PLC)


Programmable Logic Controller (PLC) Di dunia industri, sistem otomatis sangat
diminati karena dapat menjamin kualitas produk yang dihasilkan, memperpendek
waktu produksi dan mengurangi biaya untuk kerja manusia. Salah satu pengendali
yang paling populer, khususnya untuk sistem yang bekerja secara sekuensial, ialah
Progammable Logic Controller(PLC) (Wicaksono,2012)
a. Programmable, menunjukkan kemampuan dalam hal memori untuk
menyimpan program yang telah dibuat yang dengan mudah diubah-ubah fungsi
atau kegunaannya.
b. Logic, menunjukkan kemampuan dalam memproses input secara aritmatik
dan logic (ALU), yakni melakukan operasi membandingkan, menjumlahkan,
mengalikan, membagi, mengurangi, negasi, AND, OR, dan lain sebagainya.
c. Controller, menunjukkan kemampuan dalam mengontrol dan mengatur
proses sehingga menghasilkan output yang diinginkan.
PLC ini dirancang untuk menggantikan suatu rangkaian rele sequensial dalam suatu
sistem kontrol. Selain dapat diprogram, alat ini juga dapat dikendalikan, dan
dioperasikan oleh orang yang tidak memiliki pengetahuan di bidang pengoperasian
komputer secara khusus. PLC ini memiliki bahasa pemrograman yang mudah
dipahami dan dapat dioperasikan bila program yang telah dibuat dengan
menggunakan software yang sesuai dengan jenis PLC yang digunakan sudah
dimasukkan. Alat ini bekerja berdasarkan input-input yang ada dan tergantung dari
keadaan pada suatu waktu tertentu yang kemudian akan meng-ON atau meng-OFF
kan output-output. 1 menunjukkan bahwa keadaan yang diharapkan terpenuhi
59

sedangkan 0 berarti keadaan yang diharapkan tidak terpenuhi. PLC juga dapat
diterapkan untuk pengendalian sistem yang memiliki output banyak.

Fungsi dan kegunaan PLC sangat luas. Dalam praktik-nya fungsi PLC dapat dibagi
secara umum dan secara khusus. Secara umum fungsi PLC adalah sebagai berikut.
Sekuensial Control
PLC memproses input sinyal biner menjadi output yang digunakan untuk keperluan
pemrosesan teknik secara berurutan (sekuensial), disini PLC menjaga agar semua
step atau langkah dalam proses sekuensial berlangsung dalam urutan yang tepat.
Monitoring Plant
PLC secara terus menerus memonitor status suatu sistem (misalnya temperatur,
tekanan, tingkat ketinggian) dan mengambil tindakan yang diperlukan sehubungan
dengan proses yang dikontrol (misalnya nilai sudah melebihi batas) atau
menampilkan pesan tersebut pada operator.

Prinsip kerja sebuah PLC adalah menerima sinyal masukan proses yang
dikendalikan lalu melakukan serangkaian instruksi logika terhadap sinyal masukan
tersebut sesuai dengan program yang tersimpan dalam memori lalu menghasilkan
sinyal keluaran untuk mengendalikan aktuator atau peralatan lainnya.

PLC
(Sumber: Bolton, William. 2004. Programmable Logic Controller. Jakarta:
Erlangga)

Schneider Modicon TM221CE24R berbeda dengan PLC lain seperti PLC Omron,
karena PLC ini sudah dilengkapi dengan modbus ethernet yang dapat digunakan
langsung dengan sistem terintegerasi ethernet protokol.
60

PLC Schneider Modicon TM221CE24R


(Sumber : Schneider Electric. 2014. Modicon M221 Logic Control)

Fitur berikut diintegrasikan ke dalam TM221CE24R logic controller:


14 digital inputs
10 digital outputs
2 analog inputs

Supervisory Control And Data Acquisition (SCADA)


Supervisory Control And Data Acquisition (SCADA) ialah sistem yang mengawasi
dan mengendalikan peralatan proses yang tersebar secara geografis. Data
Acquisition adalah proses untuk mengumpulkan semua informasi sistem tenaga
listrik dari RTU’s ke control centre, merubah data-data yang diterima menjadi data-
data rekayasa serta menyimpannya sebagai real time data base. Elemen-elemen
informasi yang terkumpul diatas digunakan untuk menggambarkan keadaan suatu
jaringan sistem tenaga seperti seperti status dan keadaan gardu-gardu induk maupun
status pusat-pusat pembangkit.

Sistem SCADA bertujuan untuk membantu perusahaan listrik mendapatkan sistem


pengoperasian optimum sesuai dengan berbagai kenyataan kekurangan-kekurangan
maupun segala kelebihan yang terdapat pada sistem tenaga listrik tersebut.Dalam
mengelola sistem jaringan distribusi lamanya waktu pemulihan gangguan sering
merupakan kriteria penting yang digunakan untuk menilai kinerja sistem
pengoperasian jaringan dan pelayanan pelanggan.

Pada awalnya pengaturan sistem distribusi tenaga listrik dilaksanakan semata-mata


hanya dengan menerapkan fungsi-fungsi SCADA yang pada dasarnya bertujuan
61

untuk memudahkan para dispatcher melakukan pemantauan dan manuver-manuver


jaringan distribusi jarak jauh dalam rangka pengoperasian optimum. Namun dengan
perkembangan perangkat lunak aplikasi yang pesat pada sistem SCADA distribusi
telah berkembang menuju sistem manajemen distribusi modern dengan berbagai
perangkat yang semakin luas seperti penerapan perankat lunak aliran daya di
jaringan distribusi, penerapan berbagai warna sesuai status jaringan, deteksi
gangguan, pengisoliran dan pemulihan secara otomatis (Wicaksono:2012)

Elemen – Elemen SCADA


Master Station
Master station ialah Stasiun yang melaksanakan telekontrol (telemetering,
telesignal, dan remote control) terhadap remote station.
Media Komunikasi SCADA
Media telekomunikasi ialah media yang menghubungkan antar peralatan untuk
melakukan pertukaran informasi.
Media komunikasi untuk pertukaran data adalah sebagai berikut:
Fiber optics,
Pilot cable,
Radio data.
RTU
Remote Terminal Unit (RTU) ialah Peralatan yang dipantau, atau diperintah dan
dipantau oleh master station. (SPLN S3.001:2008) RTU merupakan unit slave pada
arsitekstur SCADA berbasis mikroprosesor dan bertugas untuk mengambil data
dari peralatan yang terpasang di sebuah plant, kemudian biasanya secara tradisional
mengirimkan data tersebut ke MTU yang berjarak jauh melalui komunikasi yang
digunakan. Memungkinkan juga berkomunikasi secara per to peer dengan RTU
lainnya, dan juga bisa bertindak sebagai stasion rele ke RTU lainnya yang tidak
dapat diakses dari MTU. Kapasitas RTU yang terkecil memiliki kurang dari 10-20
sinyal analog dan digital, yang medium memiliki 100 sinyal digital dan 30-40 input
analog. Untuk kapasitas besar memiliki input/output diatas medium.
Hardware RTU meliputi :
CPU dan Memori
Input Analog/Digital
62

Output Analog/Digital
Counter
Interface Digital Output
Power Supply
Rak RTU, dll.

Program Vijeo Citect


Vijeo citect merupakan salah satu bentuk perangkat lunak yang digunakan untuk
membuat system SCADA. Dalam aplikasi Vijeo Citect ini terdapat tiga aplikasi
yang saling berkaitan yaitu Citect Explorer, Citect Project Editor, dan Citect
Graphics Builders.

Citect Explorer
Citect explorer adalah sebuah aplikasi dari software Vijeo Citect yang digunakan
untuk melihat seluruh project dan mengatur content dari setiap project
software Vijeo Citect.

Citect Explorer Software Vijeo Citect


(Sumber: Manual Book Vijeo Citect)

Fungsi masing-masing menu pada gambar dijelaskan pada tabel 2.5


63

Fungsi Main Window apalikasi Citect Explorer Software Vijeo Citect


Nama Fungsi
Title Bar Memperlihatkan nama file yang telah di save pada Vijeo Citect
Menus Untuk memilih item menu
Toolbars Untuk memilih fungsi yang akan digunakan.
Project List Daftar Project pada software Vijeo Citect
Contents Layar untuk menulis dan mengedit diagram ladder

Citect Project Editor


Citect Project Editor adalah sebuah aplikasi dari software Vijeo Citect yang
digunakan untuk menjalankan project.

Citect Project Editor Software Vijeo Citect


(Sumber: Manual Book Vijeo Citect)

Fungsi masing-masing menu pada gambar dijelaskan pada tabel 2.6

Tabel Fungsi Main Window aplikasi Citect Project


Editor Software Vijeo Citect
Nama Fungsi
Title Bar Memperlihatkan nama file yang telah
di save pada Vijeo Citect
Menus Untuk memilih item menu
Toolbars Untuk memilih fungsi yang akan
digunakan
64

Citect Graphics Builders


Citect Graphics Builders adalah sebuah aplikasi dari software Vijeo Citect yang
digunakan untuk membuat Graphic page.

Citect Graphics Builders Software Vijeo Citect


(Sumber: Manual Book Vijeo Citect)

Fungsi masing-masing menu pada gambar dijelaskan pada tabel 2.7

Fungsi Main Window aplikasi Citect Graphics Builders Software Vijeo


Citect
Nama Fungsi
Title Bar Memperlihatkan nama file yang telah
di save pada vijeo Citect
Menus Untuk memilih item menu
Toolbars Untuk memilih fungsi yang akan
digunakan
65

BAB III
PERANCANGAN DAN PERAKITAN

Pada bab perencanaan dan perakitan simulator ini, meliputi data-data untuk
perhitungan impedansi total jaringan untuk menghitung arus hubung singkat pada
KDS-01 dan proses perakitan simulator.untuk mensimulasikan koordinasi antara
PMT KDS-01, Recloser K1-68 dan Sectionalizer K1-117/25 pada penyulang KDS-
01 saat terjadi gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah dan hubung singkat tiga
fasa. Gangguan tersebut disimulasikan di beberapa titik yaitu diantara PMT KDS-
01 dan Recloser K1-68, diantara Recloser K1-68 dan Sectionalizer K1-117/25 serta
gangguan yang terletak setelah Sectionalizer K1-117/25. Simulator ini dapat
dimonitor dan dikontrol melalui program SCADA.

Penyulang KDS-01
Penyulang Kudus 01 atau disingkat KDS-01 merupakan salah satu penyulang
distibusi tenaga listik yang disuplai dari trafo II Gardu Induk Kudus dengan
kapasitas trafo 60 MVA. Penyulang KDS-01 merupakan wilayah kerja dari PT PLN
(Persero) Unit Layanan Pelanggan (ULP) Kudus Kota.

Penyulang KDS-01 menggunakan sistem distribusi pola 2 yang umumnya


digunakan pada wilayah Jawa Tengah, yaitu menggunakan saluran udara 20 kV tiga
fasa empat kawat dan menggunakan sistem pentanahan secara langsung sepanjang
jaringan. Gambaran penyulang KDS-01 dalam bentuk single line diagram dapat
dilihat pada gambar 3.1
66

Single Line Diagram Penyulang KDS-01

3.1.1 Trafo Tenaga


Pada Gardu Induk Kudus terdapat tiga transformator yang aktif digunakan yaitu
Trafo I, Trafo II, dan Trafo III yang masing-masing berkapasitas 60 MVA.
Penyulang Kudus 01 dilayani oleh Trafo II berkapasitas 60 MVA dengan
penghantar udara.
Spesifikasi Trafo II pada Gardu Induk Kudus yang melayani penyulang Kudus 01
dapat dilihat pada table 3.1 berikut yang didapatkan dari data aset PT PLN (Persero)
UP2D Semarang.
67

Tabel 3.1 Spesifikasi Transformator Tenaga II Gardu Induk Kudus


Gardu Induk Kudus
Trafo Kudus II
Merk Trafo Alsthom
Arus Hubung Singkat 3 Fasa 25,32 kA
Daya Arus Hubung Singkat 150 kV 6577,55 MVA
Kapasitas Trafo 60 MVA
Tegangan Primer 150 kV
Tegangan Sekunder 20 kV
Impedansi Trafo 13 %
Impedansi Urutan Positif / Negatif 0,1344 + j 0,3158 Ω/km
Impedansi Urutan Nol 0,3631 + j 1,6180 Ω/km
I nominal Trafo 1732 A
(Sumber : (Data Aset PT PLN (Persero) UP2D Jateng & DIY) )

3.1.2 Peralatan Pengaman


PMT KDS-01
Merk : Schenider
Type : MICOM P123
Nomor Seri : 36223562
Ratio CT : 800/5
Setting Rele : (Lihat Tabel 3.2)
68

Kubikel PMT KDS-01

Tabel 3.2 Setting Relai Proteksi PMT Outgoing Penyulang KDS-01


Karakteristik OCR Karakteritsik GFR
I> 480 A I0> 200 A
I>> (high set 1) 3440 A I0>> (high set 1) 2600 A
I>>> (high set 2) 7600 A I0>>> (high set 2) 4800 A
Kurva Standard Invers Kurva Standard Invers
TMS 0,16 TMS 0,375
t>> 0,3 t0>> 0,3
t>>> 0,1 s (Instant) t0>>> 0,1 s (Instant)
(Sumber : Data Setting PMT Outgoing PT PLN (Persero) UP2D Jateng & DIY)
69

Recloser K1-68

Recloser K1-68

Tabel 3.3 Setting Relai Proteksi Recloser K1-68


Penyulang KDS-01
No.Tiang K1-68
Merk SCHNEIDER
Karakteristik OCR Karakteristik GFR
I> 400 A I0> 120 A
I>> (HCT) 2120 A I0>> (HCT) 1056 A
I>>> (HCL) 2700 A I0>>> (HCL) 2700 A
Kurva Standard Invers Kurva Standard Invers
Karakteristik OCR Karakteristik GFR
TMS 0,08 TMS 0,2
t>> 0,1 s t0>> 0,1 s
t>>> 0,1 s t0>>> 0,1 s
(Sumber : (Data Setting Recloser PT PLN (Persero) UP2D Jateng & DIY)
70

LBS K1-117/25

LBS K1-117/25

Type : RL-Series
Controller : COOPER FDX
Merk : COPPER
I setting : 690 A
Ratio CT : 600/5
Peredam : Gas SF6
(Sumber : (Data Setting Recloser PT PLN (Persero) UP2D Jateng & DIY)

3.1.3 Penghantar
Penghantar yang digunakan pada penyulang KDS-01 menggunakan penghantar
udara (SUTM). Penyulang KDS-01 menggunakan sistem pola distribusi 2 dalam
pendistribusian tenaga listrik sehingga jenis penghantar yang digunakan pada
penyulang KDS-01 adalah penghantar AAAC (All Aluminium Conductor) dengan
luas pengampang 240 mm2 pada penghantar fasa. Sementara untuk penghantar
netral menggunakan penghantar AAAC dengan luas penampang 150 mm2. Berikut
adalah data besarnya nilai KHA dari penghantar AAC dan AAAC ditunjukkan pada
tabel 3.4 dan nilai impedansi dari penghantar AAAC pada tabel 3.5.
71

Tabel 3.4 Kemampuan Hantar Arus Penghantar AAC dan AAAC


Luas KHA Terus Menerus untuk KHA Terus Menerus untuk
Penampang Penghantar AAC Penghantar AAAC
(mm ) 2 (Ampere) (Ampere)
16 110 105
25 145 135
35 180 170
50 225 210
70 270 255
95 340 320
120 390 365
150 455 425
185 520 490
240 625 585
(Sumber : SPLN 64:1985, Tabel VIII)

Tabel 3.5 Impedansi Penghantar AAAC


Impedansi
Penampang Impedansi
Jari-jari GMR urutan poitif/
Nominal Urat urutan nol
(mm) (mm) negatif
(mm2) (Ω/km)
(Ω/km)
16 2,2563 7 1,6380 2,0161 + j 0,4036 2,1641 + j 1,6911
25 2,8203 7 2,0475 1,2903 + j 0,3895 1,4384 + j 1,6770
35 3,3371 7 2,4227 0,9217 + j 0,3790 1,0697 + j 1,6665
50 3,9886 7 2,8957 0,6452 + j 0,3678 0,7932 + j 1,6553
70 4,7193 7 3,4262 0,4608 + j 0,3572 0,6088 + j 1,6447
95 5,4979 19 4,1647 0,3396 + j 0,3449 0,4876 + j 1,6324
120 6,1791 19 4,6837 0,2688 + j 0,3376 0,4168 + j 1,6251
150 6,9084 19 5,2365 0,2162 + j 0,3305 0,3631 + j 1,6180
185 7,6722 19 5,8155 0,1744 + j 0,3239 0,3224 + j 1,6114
240 8,7386 19 6,6238 0,1344 + j 0,3158 0,2824 + j 1,6033
(Sumber : SPLN 65:1985)

3.1.4 Panjang Jaringan


Dengan melihat single line diagram penyulang KDS-01 pada gambar 3.1 dan
pengambilan data dengan pengukuran secara langsung di lapangan, dapat diketahui
panjang jaringan penyulang KDS-01 dari keluaran Trafo Gardu Induk Kudus
adalah sebagai berikut :
72

a. PMT KDS-01 s.d ABSW K1-2 : 0,15 kms


b. ABSW K1-2 s.d ABSW K1-ZN : 1,7 kms
c. ABSW K1-ZN s.d ABSW K1-61 :1 kms
d. ABSW K1-61 s.d REC K1-68 : 0,65 kms
e. REC K1-68 s.d ABSW K1-69/2 : 0,2 kms
f. ABSW K1-69/2 s.d ABSW K1-69/14 : 0,94 kms
g. ABSW K1-69/14 s.d LBS K1-117/25 : 0,36 kms
h. LBS K1-117/25 s.d ABSW K4-112A/36 : 0,8 kms
i. ABSW K4-112A/36 s.d ABSW K4-112/R : 0,6 kms
Sehingga diperoleh data penjang jaringan dari PMT KDS-01 sampai dengan ujung
penyulang KDS-01 adalah 6,4 kms.

3.1.5 Beban Per-Section Penyulang KDS-01


Data beban per-section bertujuan untuk mengetahui berapa besar penggunaan listrik
pada section yang diukur. Semakin besar nilai beban (Ampere) artinya semakin
besar pula penggunaan listrik pada section tersebut. Data beban per-section
penyulang KDS-01 dapat dilihat pada tabel 3.6
Tabel 3.6 Beban Tiap Fasa Penyulang KDS-01
Beban Tiap Fasa (Ampere)
No. Letak Jenis Peralatan
R S T
1. K1-2 ABSW 214 166 224
2. K1-ZN ABSW 172 133 171
3. K1-61 ABSW 119 97 128
4. K1-68 Recloser 114 91 123
5. K1-69/2 ABSW 67 56 87
6. K1-69/14 ABSW 36 39 69
7. K1-117/25 Sectionalizer 18 20 31
8. K4-112A/36 ABSW 9 10 9

3.1.6 Historis Gangguan


Historis gangguan Recloser K1-68 digunakan sebagai pertimbangan PT PLN
(Persero) UP2D Semarang untuk melakukan pemasangan sectionalizer pada LBS
73

K1-117/25 karena jumlah trip recloser K1-68 sebanyak tujuh kali selama tahun
2018.
Gangguan penyebab Recloser K1-68 reclose dan trip selama Tahun 2018 dapat
dilihat pada tabel 3.7 berikut :
Tabel 3.7 Historis Gangguan pada Recloser K1-68 Tahun 2018
Jenis Jenis Jenis
No. Tanggal Gangguan
Operasi Gangguan Penyebab
1. 22/01/2018 FCO 3∅ putus di pole K1-69/12 Trip 3∅ E3
2. 20/02/2018 Gangguan tidak ditemukan Reclose 1∅G -
Kerangka layang-layang
3. 08/03/2018 mengenai jaringan di pole K1- Reclose 1∅G E4
69/11/5
4. 12/03/2018 Gangguan tidak ditemukan Reclose 1∅G -
5. 21/03/2018 Gangguan tidak ditemukan Reclose 1∅G -
Kera diatas trafo mengenai
6. 27/03/2018 Reclose 1∅G E3
jaringan di pole K4-112U/1
7.01/05/2018 Gangguan tidak ditemukan Reclose 1∅G -
Konduktor terurai di pole K1-
8. 06/05/2018 Trip 2∅ I1
69/13
9. 06/05/2018 Arrester short di pole K1-117/8 Trip 1∅G I2
Konduktor terurai di pole K4-
10. 23/08/2018 Trip 1∅G I1
117/ZA
Pohon sengon mengenai
11. 12/09/2018 Trip 1∅G E1
jaringan di pole K1-69/11/3
Ranting pohon mengenai
12. 16/10/2018 Trip 1∅G E1
jaringan di pole K4-112/R
13. 16/09/2018 FCO putus di K1-112/32 Reclose 1∅G I2
Konduktor terurai di pole K4-
14. 06/11/2018 Trip 2∅ I1
112/T
Ranting pohon mengenai
15. 26/11/2018 Trip 1∅G E1
jaringan di pole K4-112A/30
Jaringan tertimpa ranting pohon
16. 12/12/2018 Trip 2∅ E1
di pole K4-112A/32
(Sumber : Data Gangguan Recloser K1-68 Penyulang KDS-01 PT PLN (Persero)
UP3 Kudus Tahun 2018)

Keterangan Tabel 3.7 :


I1 : Komponen JTM seperti pemutus / pelebur, konektor, kawat, jumper,
ikatan isolator, kabel, kontak sambungan terminal kabel dimana ada
74

unsur pengawasan atas kualitas pemasangan


I2 : Peralatan JTM seperti isolator, cut out, pole switch, lightning arrester
dimana lebih banyak unsur kualitas pabrikan
I3 : Gardu dan lainnya
I4 : Tiang roboh atau kerusakan bagian-bagian tiang listrik dan penyebab
internal lainnya
E1 : Pohon dan lainnya
E2 : Angin kencang, hujan lebat, banjir, tanah longsor, gempa bumi,
kebakaran, dan bencana alam lainnya
E3 : Akibat pekerjaan pihak ke III atau akibat binatang dimana hal itu dapat
dicegah
E4 : Layang-layang / umbul-umbul dan penyebab eksternal lainnya

Rancangan Tata Letak dan Pengawatan Simulator

3.2.1 Rancangan Tata Letak Simulator


Dalam rancangan tata letak simulator, komponen-komponen yang digunakan
diletakkan mendekati dengan kondisi di lapangan agar kinerja simulator dapat
menggambarkan kondisi kerja peralatan di lapangan. Rancangan tata letak
simulator dapat dilihat pada gambar 3.5 berikut.
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

RANCANG BANGUN SIMULASI KOORDINASI


b KELAS LT – 3D

PMT, RECLOSER, DAN SECTIONALIZER SEBAGAI


NAMA ANGGOTA :
c
1. AMALIA ALMIRA NUGRAHENI 3.39.16.0.04
PROTEKSI JARINGAN TEGANGAN MENENGAH 2. KRESNABAYU ADHA PRIHAMBODO 3.39.16.0.13
d PADA PENYULANG KDS – 01 3. VIDIANSYAH PUTRA UTAMA 3.39.16.0.23
PT PLN (PERSERO) UP3 KUDUS 4. YOGA KURNIATIRTA 3.39.16.0.24
e

g
GANGGUAN GANGGUAN GANGGUAN

h
GI KUDUS
TRAFO II
60 MVA
i
40 CM

150 kV/20 kV PMT RECLOSER SSO


k KDS-01 K1-68 K1-117/25

m
ABSW
n K4-112A/25

PMT KDS-01 RECLOSER K1-68 SSO K1-117/25 ABSW K4-112A/25 ARUS GANGGUAN
p POWER PENYULANG
LOCAL LOCAL LOCAL OPEN
ON KDS-04
q

r OFF
REMOTE REMOTE REMOTE CLOSE

s
60 CM
t

u
POLITEKNIK DESAIN TATA LETAK SIMULATOR Digambar: Tim TA

Negeri Semarang Rancangan Tata Letak Simulator


RANCANG BANGUN SIMULASI KOORDINASI PMT, RECLOSER DAN SECTIONALIZER
SEBAGAI PROTEKSI JARINGAN TEGANGAN MENENGAH PADA PENYULANG KDS-01 PT PLN (PERSERO) UP3 KUDUS
No. hal: Jml. hal:
75

3.2.2 Rancangan Pengawatan Simulator


Rancangan pengawatan adalah suatu proses yang dilakukan untuk menghubungkan
antar bagian alat dengan menggunakan kabel sehingga menjadi sebuah rangkaian
simulator. Gambar rancangan pengawatan kontrol pada simulator ini dapat dilihat
pada lampiran 5.

Pemilihan Komponen dan Peralatan pada Simulator


Dalam pembuatan alat simulator ini komponen dan peralatan yang digunakan
adalah :

3.3.1 Lampu Pilot


Pada perancangan simulator ini menggunakan lampu pilot sebanyak 7 buah yang
berfungsi sebagai indikator yang bertujuan untuk memberitahukan suatu output
pada simulator.
a. Merk : FORT AD22-22DS
Arus/Tegangan max : 20 mA / 24 Volt
Ukuran : 22 mm
Jumlah : 3 buah
b. Merk : FORT AD22-16DS
Arus/Tegangan max : 20 mA / 220 Volt
Ukuran : 16 mm
Jumlah : 1 buah
c. Merk : - (pilot lamp nikel)
Arus/Tegangan max : 20 mA / 24 Volt
Ukuran : 10 mm
Jumlah : 3 buah

3.3.2 LED Strip


LED Strip pada perancangan simulator ini digunakan sebagai penggambaran
jaringan pada penyulang sebagai indikator penyaluran tenaga listrik.

3.3.3 Saklar Toggle


Pada perancangan simulator ini menggunakan saklar toggle sebanyak 4 buah.
76

3.3.4 Potensio
Pada perancangan simulator ini menggunakan potensio sebanyak 1 buah yang
berfungsi untuk mengatur besar arus hubung singkat.

3.3.5 Rele
Pada perancangan simulator ini menggunakan 1 buah jenis rele 24 VDC dengan
spesifikasi rele yang digunakan sebagai berikut :
Merk : HUIGANG
Type : HR52H
Coil voltage : 24 VDC
Jumlah kaki :8

3.3.6 Papan Panel Simulator


Setelah merancang rangkaian kontrol dan menentukan komponen kontrol yang
dipakai dan diletakan papan panel Simulator dari akrilik dengan ukuran :
Panjang : 60 cm
Lebar : 40 cm
Tebal Akrilik : 0,5 cm bagian atas dan bawah

3.3.7 Socket dan Plug Banana


Socket banana dan plug banana adalah sebuah pasangan alat yang berfungsi untuk
mengoneksikan sebuah rangkaian listrik sesuai kebutuhan. Dimana socket banana
sebagai terminal penyambungannya, sedangkan plug banana sebagai jack atau
batang sebagai penghantar yang digunakan untuk menghubungkan titik satu dengan
yang lainnya dengan cara memasukkan ke dalam lubang socket tersebut.

3.3.8 PLC (Programable Logic Control)


Pemilihan PLC berdasarkan pada sistem kontrol yang akan dirancang dan
berdasarkan software yang dilengkapi Ethernet sesuai dengan tipe PLC.
Dalam tugas akhir ini digunakan PLC dengan spesifikasi seperti berikut:
Merk : SCHNEIDER
Tipe : MODICON M221
Seri : TM221CE24R
Downloader : Ethernet
77

Jumlah input digital : 14


Jumlah input analog :2
Jumlah output : 10
Sebelum memprogram PLC, harus melakukan konfigurasi terlebih dahulu. Tujuan
konfigurasi yaitu menentukan parameter yang sesuai dengan kemampuan PLC dan
juga sesuai dengan kebutuhan kita, misalnya:
Type PLC yang dipakai
Penggunaan memory
Mode operasi
Port komunikasi yang dipakai

Penggunaan Alat dan Bahan Kerja


Dalam pembuatan simulator kerja PMT, recloser, dan sectionalizer diperlukan
beberapa peralatan mekanis maupun elektris yaitu sebagai berikut:
a. Tang kombinasi
b. Tang potong
c. Obeng (+/-)
d. Kikir
e. Cutter
f. Mesin bor
g. Gergaji besi
h. Solder
i. Amplas

Adapun bahan yang dibutuhkan untuk simulator ini terdiri dari :


a. Akrilik 5 mm
b. Mur baut
c. Kabel penghantar
d. Lampu indikator
e. Pengencang kabel (kabel tis)
f. Toggle switch
g. Potensio
h. PLC to PC Connector
78

i. DC current inject
j. Banana Plug
k. PLC Modicon TM221CE24R

Perakitan
Dalam perakitan simulator meliputi beberapa tahapan, antara lain yaitu :

3.5.1 Pembuatan Kontruksi


Dalam pembuatan bentuk konstruksi didasarkan pada kemudahan dan kefisienan
penggunaan simulator. Bahan yang digunakan pada bagian atas modul Simulator
adalah akrilik berwarna putih dengan ketebalan 5 mm, sedangkan bagian bawahnya
adalah akrilik transparan dengan ketebalan 5 mm. Kemudian pada bagian dalam
akrilik PLC dan Simulator terdapat penyangga-penyangga PLC dan Simulator yaitu
mur, baut serta pelindung pipa pvc kecil yang difungsikan untuk memperkokoh
konstruksi dari akrilik Simulator serta untuk memudahkan dalam proses perbaikan
maupun perawatan.

Pembuatan Kontruksi untuk Peletakan Komponen

3.5.2 Pemasangan Komponen


Dalam pemasangan komponen ditekankan pada kemudahan pengoperasian
komponen yang dipasang. Penghantar pada Simulator diberi perlindungan berupa
Kabel ties untuk kerapian dan mempermudah dalam perawatan.
79

Pemasangan Komponen pada Simulator

3.5.3 Pengawatan
Proses pengawatan dilakukan berdasarkan gambar rancangan pengawatan yang
telah dibuat dengan penekanan pada segi kerapian dan tidak lupa menggunakan
landasan peraturan kelistrikan.

Proses Pengawatan pada Simulator

3.5.4 Penggabungan Bagian Simulator


Proses penggabungan bagian simulator adalah proses penggabungan antara trainer
PLC dengan simulator berdasarkan rancangan sehingga menjadi satu kesatuan alat
untuk simulasi. Proses penyambungan alat disambungkan menggunakan kabel
penghantar yang dilengkapi komponen banana plug.
80

Penyatuan Bagian Simulator dengan Trainer PLC

Pengalamatan Input dan Output PLC


Untuk pengalamatan input dan output pada PLC ditunjukkan pada tabel 3.8 dan
tabel 3.9 berikut ini :
Tabel 3.8 Pengalamatan Input PLC
Alamat Jenis
No. Jenis Keterangan Input
Input Komponen
1. Digital I0.0 Push Button Reset sistem/gangguan
2. Digital I0.1 Push Button Open/close PMT lokal
3. Digital I0.2 Push Button Open/close recloser lokal
4. Digital I0.3 Push Button Reset recloser
5. Digital I0.4 Push Button Open/close SSO lokal
6. Digital I0.8 Saklar Toggle 1 Lokal/remote PMT
7. Digital I0.9 Saklar Toggle 2 Lokal/remote recloser
8. Digital I0.10 Saklar Toggle 3 Lokal/remote SSO
Open/close ABSW k4-
9. Digital I0.11 Saklar Toggle 4
112a/25
10. Digital I0.12 Selector Switch Start gangguan
11. Digital I0.13 Selector Switch Jenis gangguan (OCR/GFR)
12. Analog IW.0 Potensio Arus gangguan
81

Tabel 3.9 Pengalamatan Output PLC


Alamat
No. Jenis Komponen Keterangan
Output
1. Q0.0 Lampu Pilot & LED Strip Indikator & LED Strip PMT KDS-01
2. Q0.1 Lampu Pilot Indikator recloser
3. Q0.2 Lampu Pilot Indikator sectionlaizer
4. Q0.3 Lampu Pilot Indikator ABSW K4-112A/25
5. Q0.4 LED Strip LED Strip penyulang KDS-04
6. Q0.5 Lampu Pilot Kecil Indikator Gangguan 1
7. Q0.6 Lampu Pilot Kecil Indikator Gangguan 2
8. Q0.7 Lampu Pilot Kecil Indikator Gangguan 3
9. Q0.8 LED Strip LED Strip setelah recloser
10. Q0.9 LED Strip LED Strip setelah sectionalizer

Deskripsi Kerja Simulator


Deskripsi kerja ini nantinya akan dilakukan simulasi gangguan hubung singkat pada
jarak 45%, 60 %, dan 90% dari PMT. Gangguan hubung singkat yang akan
disimulasikan pada tiap jarak terdapat dua jenis gangguan yang akan disimulasikan
yaitu satu fasa tanah dan antar fasa.
82

Gangguan OCR 1 (Jarak 45% dari PMT)

Flowchart gangguan OCR 1


83

Gangguan OCR 2 (Jarak 60% dari PMT)

Flowchart gangguan OCR 2


84

Gangguan OCR 3 (Jarak 90% dari PMT)

Flowchart gangguan OCR 3


85

Gangguan GFR 1 (Jarak 45% dari PMT)

Flowchart gangguan GFR 1


86

Gangguan GFR 2 (Jarak 60% dari PMT)

Flowchart gangguan GFR 2


87

Gangguan GFR 3 (Jarak 90% dari PMT)

Flowchart gangguan GFR 3


88

Penggabungan Trainer PLC dan Simulator dengan SCADA Master


Penggabungan antara trainer PLC dan simulator dengan SCADA master
merupakan langkah lanjut yang dimaksudkan agar simulasi koordinasi kerja PMT,
recloser, dan sectionalizer pada penyulang KDS-01 bisa dikontrol dan dimonitor
pada SCADA master (SCADA control room). Pada SCADA master terdiri dari
beberapa peralatan seperti modul PLC master, router/switch hub, PC, dan monitor.
Untuk alur kerja trainer PLC dan simulator dengan SCADA master dapat dilihat
pada gambar 3.16.

SIMULASI KOORDINASI
PMT, RECLOSER, DAN
SSO SEBAGAI
PROTEKSI PADA
PENYULANG KUDUS 01
BERBASIS PLC DAN
SCADA
Alur kerja trainer PLC dan simulator dengan SCADA
Master

Perintah berupa data akan diinput oleh simulator kepada trainer PLC yang nantinya
akan ditransfer kepada PLC master melalui router/switch hub menggunakan kabel
RJ45 dan data akan diproses oleh PLC master. Setelah data diproses, PLC master
akan mentransfer data kepada PC yang nantinya akan ditampilkan oleh TV/monitor.

Penggunaan Program PLC dan Tampilan SCADA SoMachine Basic


Dalam pembuatan program untuk PLC Modicon TM221CE24R ini menggunakan
software SoMachine Basic yang memang khusus untuk pemrograman PLC
Schneider seri Modicon. Pembuatan program ladder dengan Software SoMachine
Basic. Ladder diagram dapat dilihat pada lampiran
a. Untuk memulai program software SoMachine Basic, klik icon SoMachine
Basic pada desktop.
89

Icon Software
b. Akan muncul tampilan startup sperti pada gambar 3.18

Startup SoMachine Basic


c. Setelah itu memilih “Create New Project” untuk membuat program baru.

Icon Create a New Project


90

d. Kemudian memilih tipe PLC yang akan digunakan, yaitu PLC dengan tipe
TM221CE24R.

Tipe PLC
e. Kemudian drag tipe PLC yang telah dipilih.

Drag tipe PLC


f. Meng-klik panel programming untuk memulai membuat program.

Panel Programming
91

g. Pembuatan program dilakukan pada rung sejumlah yang diinginkan.

Ladder Diagram
h. Program yang telah selesai dibuat kemudian di-download dari PC to
Controller. Memilih panel ”Commissioning” untuk memulai proses
download. Setelah proses selesai, program sudah dapat di jalankan ke PLC.

Panel Commissioning

Pembuatan Program Vijeo Citect


Langkah selanjutnya setelah pembuatan program PLC adalah pembuatan tampilan
SCADA, berikut adalah langkah pembuatan tampilan SCADA
Pembuatan tampilan utama SCADA
Membuka Vijeo Citect Exploler. Saat mengaktifkan aplikasi ini, akan
t1erbuka tiga jendela utama yaitu Citect Project Editor, Citect Exploler,
dan Citect Graphic Builder.

Icon Vijeo Citect Exploler


92

Membuka Citect Exploler dengan cara memilih File – New Project.

Pilihan File New Project


Kemudian akan keluar pop up New Project, mengisi nama project yang
akan dibuat. Meng-klik OK.

Menu New Project


Memilih User pada menu System di Citect Editor. Kemudian mengisi
username, password, dan roles sesuai dengan keinginan lalu pilih Replace
Citect Project Editor.
93

Menu User
Menyatukan antara Vijeo Citect dan PLC TM221CE40R dengan cara
memilih jendela Citect Project Editor, memilih communication dan
memilih menu Express Wizard.

Menu Communication
Pilih next pada tampilan menu Express Wizard, lalu pada I/O Server pilih
next.
94

Express Communication Wizard

I/O Server Baru

Meng-klik Next pada pilihan Create a New I/O Device, setelah itu memilih
External I/O Device lalu menekan pilihan Next.

Create a New I/O Device


95

Tipe I/O
Memilih Jenis PLC yang akan digunakan. Karena M221 belum ter-install
maka memilih PLC jenis Twido dan jaringan komunikasi yang akan
digunakan yaitu Modbus/TCP (Ethernet) lalu pilih Next.

Manufacturer I/O Device


Mengisi alamat IP yang digunakan PLC yaitu 10.10.102.100 lalu
memasukan nilai port sebesar 502 dan memilih Line Protocol dengan TCp
lalu meng-klik Next.
96

IP Address
Next pada pilihan apakah akan menambahkan link pada I/O External.

Link I/O Devices


Memilih Finish.

Communication Finish
97

Memasukan Variable Tags yang akan digunakan dalam SCADA. Pada


Citect Project Editor pilih Tags lalu pilih Variable Tags.

Menu Tags pada Citect Project Editor


Mengisi nama Tag pada kolom Tag. Mengisi Address dengan %M atau
%MW yang ada pada program SoMachine. Memilih I/O Device dengan
tipe IODev. Memilih Data Type dengan data tipe Digital atau sesuaai
dengan kebutuhan. Lalu Add.

Menu Variable Tag


Pada Simulator ini, beberapa input dan output yang dimasukan dalam
Variable Tags dapat dilihat dalam tabel 3.10.

Tabel 3.10 Variable Tag


No. Alamat Nama Tag
1 %M300 PMT_LED
2 %M301 RECLOSER_LED
3 %M302 SSO_LED
4 %M203 Absw_k4_112A_25
5 %M204 Penyulang_KDS4
6 %M4 Pb_Close_PMT
7 %M5 Pb_Open_PMT
8 %M9 Pb_Close_REC
9 %M10 Pb_Open_REC
98

No. Alamat Nama Tag


10 %M14 Pb_Close_SSO
11 %M15 Pb_Open_SSO
12 %M203 Pb_Penyulang_KDS4
13 %M1 PMT_Remote
14 %M2 PMT_Local
15 %M6 REC_Remote
16 %M7 REC_Local
17 %M11 SSO_Remote
18 %M12 SSO_Local
19 %M250 OCR_Mode
20 %M251 GFR_Mode
21 %MW110 I_PMT_R
22 %MW112 I_PMT_S
23 %MW114 I_PMT_T
24 %MW120 V_PMT_R
25 %MW122 V_PMT_S
26 %MW124 V_PMT_T
27 %MW154 Fault_PMT_R
28 %MW155 Fault_PMT_S
29 %MW156 Fault_PMT_T
30 %MW160 Jenis
31 %MW162 Jarak
32 %MW130 I_REC_R
33 %MW132 I_REC_S
34 %MW134 I_REC_T
35 %MW136 V_REC_R
36 %MW138 V_REC_S
37 %MW140 V_REC_T
38 %MW164 Fault_REC_R
39 %MW165 Fault_REC_S
40 %MW166 Fault_REC_T
41 %MW142 I_SSO_R
42 %MW144 I_SSO_S
43 %MW146 I_SSO_T
44 %MW148 V_SSO_R
45 %MW150 V_SSO_S
46 %MW152 V_SSO_T
47 %M20 Pb_Reset_Sistem
48 %MW300 T1
49 %MW301 T2
99

No. Alamat Nama Tag


50 %M500 OCR_PMT
51 %M501 GFR_PMT
52 %M502 OCR_REC
53 %M503 GFR_REC
54 %MW302 REC_Counter
55 %M504 Lamp_G1
56 %M505 Lamp_G2
57 %M506 Lamp_G3
58 %M21 Pb_Reset_REC
59 %M509 LockOut_REC_Indctor
60 %MW304 Arus_Potensio
61 %MW161 Jenis_
62 %MW100 Potensio
63 %M260 IND_OCR3
64 %M261 IND_OCR2
65 %M262 IND_OCR1
66 %M263 IND_GFR3
67 %M264 IND_GFR2
68 %M265 IND_GFR1
69 %M200 PMT
70 %M201 REC
71 %M202 SSO
72 %M510 REC_TD
73 %MW305 Time_60s
74 %M270 IND_OCR4
75 %M56 Lamp_G4
76 %M280 IND_GFR4
77 %MW310 TG
78 %MW99 Jenis__
79 %MW0 SET_TG_OCR3
80 %MW1 SET_T1_OCR3
81 %MW2 SET_T60S_OCR3
82 %MW60 SET
100

Meng-compile program dengan cara memilih File lalu Compile.

Menu Compile
Membuka tampilan Citect Graphic Builder lalu membuat gambaran
sistem SCADA yang diinginkan. Pada Citect Graphic Builder pilih File
lalu New kemudian pilih Page. Pilih normal kemudian klik OK.

Create New Graphics Page

Style a New Graphics Page


101

Menggambar objek untuk program SCADA dengan bantuan toolbar


symbol set.

Toolbar Symbol Set


Men-double-click pada objek yang telah dibuat sehingga muncul Symbol
Set Properties. Memilih Insert Tag, lalu memasukan Variable Tag yang
sudah dimasukan. Mengetikkan “=1” agar simbol berubah ketika aktif.

Symbol Set Properties


Memilih panel Input lalu memasukan Variable Tag lagi untuk masing-
masing pilihan. Saat On diisi angka ”=1” dan pada saat Off diisi dengan
angka “=0”. Lalu memilih Apply lalu OK.

Simbol Panel Input Variable Tag


Menyimpan file dengan nama yang diinginkan.
Mengkompile Citct Graphics Builder.
Lalu menekan tombol F5 untuk menjalankan program SCADA.
102

Tampilan SCADA Koordinasi PMT, recloser, dan sectionalizer


pada Penyulang KDS-01

Pembuatan Pop Up untuk kontrol SCADA


Pada pilihan pages, klik pilihan create new page untuk membuat page
baru.

Create New Page

Buat pages tersebut sesuai dengan kontrol yang diinginkan. Sesuaikan


semua variable tags dengan fungsi object kontrol yang telah dibuat.
103

Pop Up untuk kontrol PMT

Setelah itu masuk ke pages tampilan utama SCADA dan hubungkan


Object PMT tersebut ke pages Pop Up kontrol PMT yang telah dibuat tadi,
dengan cara memasukkan input dengan variable tag “PagePopUp(nama
page) “

Menghubungkan page pop up ke tampilan utama


SCADA

Setelah itu Pop up akan tampil pada halaman utama SCADA saat menekan
PMT.
104

Pop Up Kontrol PMT

Perhitungan Arus Hubung Singkat pada Penyulang KDS-01


Perhitungan arus gangguan dalam bab ini adalah arus hubung singkat satu fasa ke
tanah dan tiga fasa agar hasil perhitungan yang diperoleh dapat digunakan sebagai
besarnya nilai arus ganguan untuk simulator dan sekaligus digunakan untuk
mencari waktu kerja dari peralatan pengaman saat melakukan simulasi
menggunakan simulator. Untuk melakukan perhitungan tersebut diperlukan data
jaringan dari penyulang KDS-01.

3.11.1 Data Jaringan Penyulang KDS-01


Data mengenai jaringan penyulang KDS-01 dapat dilihat pada tabel 3.11 berikut :
Tabel 3.11 Data Jaringan Penyulang KDS-01
Gardu Induk (GI) GI Kudus
Trafo GI Trafo II
ST (Daya Trafo GI) 60 MVA
UNT (Ratio Trafo GI) 150/20 kV
IN (Arus Nominal Trafo GI) 1732 Ampere
ZT (Impedansi Trafo GI) 13%
Panjang Jaringan Utama 6,4 kms
Jenis Penghantar (JTM) AAAC
Luas Penampang Penghantar (JTM) 240 mm2
105

Impedansi Urutan Positif dan Negatif Penghantar (JTM) 0,1344 + j 0,3158 Ω/km
Impedansi Urutan Nol Penghantar (JTM) 0,3631 + j 1,6180 Ω/km
Sistem Pentanahan Langsung
(Sumber : Data Aset PT PLN (Persero) UP2D Semarang)

3.11.2 Perhitungan Impedansi Jaringan


a. Perhitungan Impedansi Sumber
Tabel 3.12 Data Arus Hubung Singkat Jawa-Bali Semester I Tahun 2018
Gardu Induk Kudus
Region Jateng & DIY
Tegangan 150 kV
Arus Hubung Singkat 3 Fasa 25,317 kA

Berdasarkan data Arus Hubung Singkat Sistem Jawa-Bali Semester I Tahun


2018 sesuai pada tabel 3.9 di atas, besarnya arus hubung singkat 150 kV 3
fasa untuk GI Kudus adalah 25,317 kA. Sehingga dengan menggunakan
persamaan (2.17), besarnya daya hubung singkat 3 fasa pada sisi tegangan
tinggi 150 kV adalah :
MVA HS TT = √3. V. I
= √3 . 150 kV . 25,317 kA
= 6577,55 MVA
Dengan menggunakan persamaan (2.18), besarnya impedansi sumber di sisi
tegangan tinggi adalah sebagai berikut :
kV2
Xs TT = MVAsc

(1502 ) 𝑘𝑉
= 6577,55 𝑀𝑉𝐴

= j 3,4207 Ω
Karena perhitungan arus hubung singkat berada disisi tegangan menengah
(20kV), maka impedansi sumber disisi tegangan tinggi (150kV) harus
dikonversikan terlebih dahulu ke sisi tegangan menengah menggunakan
persamaan (2.19) sebagai berikut :
106

kVTM 2
XS TM = . Xsc TT
kVTT 2

202
= . j 3,4207
1502
= j 0,060813 Ω
= j 0,0608 Ω
b. Perhitungan Impedansi Trafo
Untuk Trafo II Gardu Induk Kudus, ditunjukkan pada tabel 3.13 sebagai
berikut :
Tabel 3.13 Data Trafo II Gardu Induk Kudus
Kapasitas Trafo 60 MVA
Impedansi Trafo 13 %
Tegangan Primer 150 kV
Tegangan Sekunder 20 kV
Belitan Delta Ynyn

1. Impedansi trafo urutan positif dan negatif


Impedansi trafo tenaga II 60 MVA pada GI Kudus berdasarkan dengan
tabel 3.10 adalah sebesar 13%. Untuk mencari impedansi urutan positif
dan negative (XTI) = (XT2) dapat menggunakan persamaan (2.23) sebagai
berikut :
kV2
XT1 = Ztrafo (%) . MVA
202
= 13% . 60

= j 0,867 Ω
XT1 = j 0,867 Ω
ZT1 = ZT2 = XT1 = XT2 = j 0,867 Ω

2. Impedansi trafo urutan nol


Karena trafo tenaga II GI Pati mempunyai belitan Ynyn, maka
impedansi trafo urutan nol dapat dihitung menggunakan persamaan
(2.21) berikut :
107

XT0 = XT1

= j 0,867 Ω

XT0 = ZT0 = XT1 = j 0,867 Ω

b) Perhitungan Impedansi Saluran


Perhitungan untuk mendapatkan nilai impedansi saluran penyulang KDS-01
dapat didasarkan dengan menggunakan data pada tabel 3.8. Untuk
penghantar fasa pada penyulang KDS-01 menggunakan penghantar AAAC
240 mm2, besar impedansi urutan positif dan negatifnya adalah (0,1344 +
j0,3158) Ω/km. Sedangkan besarnya impedansi urutan nol penghantar AAAC
240 mm2 adalah (0,3930 + j0,9435) Ω/km.
Panjang jaringan dari PMT KDS-01 sampai ujung terjauh adalah 6,4 kms.
Maka, besarnya nilai impedansi saluran urutan positif, negatif, dan nol
adalah:
ZSal 1 = ZSal 2 = (0,1344 + j 0,3158) x 6,4 km
= (0,86016 + j 2,02112) Ω

ZSal 0 = (0,3631 + j 1,6180) x 6,4 km


= (2,3238 + j 10,3552) Ω
Nilai impedansi saluran urutan positif, negatif, dan nol penyulang KDS-01
dapat dilihat pada tabel 3.14 berikut ini.
Tabel 3.14 Impedansi Saluran Urutan Positif, Negatif, dan Nol Penyulang
KDS-01
Panjang
Impedansi Saluran Penyulang KDS-01
Jaringan
Impedansi Urutan Positif
Impedansi Urutan Nol
% kms dan Negatif
()
()
0% 0,00 0,000 + j 0,000 0,000 + j 0,000
5% 0,32 0,043008 + j0,101056 0,1162 + j0,51776

10% 0,64 0,086016 + j0,202112 0,2324 + j1,03552

15% 0,96 0,129024 + j0,303168 0,3486 + j1,55328

20% 1,28 0,172032 + j0,404224 0,4648 + j2,07104


108

Panjang
Impedansi Saluran Penyulang KDS-01
Jaringan
Impedansi Urutan Positif
Impedansi Urutan Nol
% kms dan Negatif
()
()

25% 1,60 0,21504 + j0,50528 0,5810 + j2,5888

30% 1,92 0,258048 + j0,606336 0,6972 + j3,10656

35% 2,24 0,301056 + j0,707392 0,8133 + j3,62432


40% 2,56 0,344064 + j0,808448 0,9295 + j4,14208
45% 2,88 0,387072 + j0,909504 1,0457 + j4,65984
50% 3,20 0,43008 + j1,01056 1,1619 + j5,1776
55% 3,52 0,473088 + j1,111616 1,2781 + j5,69536
60% 3,84 0,516096 + j1,212672 1,3943 + j6,21312
65% 4,16 0,599104 + j1,313728 1,5105 + j6,73088
70% 4,48 0,602112 + j 1,414784 1,6267 + j7,24864
75% 4,80 0,64512 + j1,51584 1,7429 + j7,7664
80% 5,12 0,688128 + j1,616896 1,8591 + j8,28416
85% 5,44 0,731136 + j1,717952 1,9753 + j8,80192
90% 5,76 0,774144 + j1,819008 2,0915 + j9,31968
95% 6,08 0,817152 + j1,920064 2,2076 + j9,83744
100% 6,40 0,86016 + j2,02112 2,3238 + j10,3552

c) Perhitungan Impedansi Total Jaringan

1. Impedansi Total Jaringan Urutan Positif


Impedansi total jaringan urutan positif pada 100% panjang jaringan pada
penyulang KDS-01 adalah :
Z1 Tot= XS TM + ZT1 + ZSal 1
= (j 0,0608 Ω) + (j 0,867 Ω) + (0,86016 + j 2,02112) Ω
= (0,86016 + j2,9486) Ω
109

2. Impedansi Total Jaringan Urutan Negatif


Impedansi total jaringan urutan negatif pada 100% panjang jaringan pada
penyulang KDS-01 adalah :
Z2 TOT = XS TM + ZT2 + ZSAL2
= (j 0,0608 Ω) + (j 0,867 Ω) + (0,86016 + j 2,02112) Ω
= (0,86016 + j2,9486) Ω

3. Impedansi Total Jaringan Urutan Nol


Impedansi total jaringan urutan nol pada 100% panjang jaringan pada
penyulang KDS-01 adalah :

Z0 TOT = XT0 + ZSAL0

= j 0,867 Ω + (2,3238 + j 10,3552) Ω

= (2,3238 + j 11,22187) 

Nilai impedansi total jaringan urutan positif, negatif, dan nol pada
penyulang KDS-01 dilihat pada tabel 3.15

Tabel 3.15 Impedansi Total Jaringan Urutan Positif, Negatif, dan Nol
Penyulang KDS-01

Panjang Jaringan Impedansi Total Jaringan Penyulang KDS-01


Impedansi Total Urutan Impedansi Total
% kms Positif dan Negatif Urutan Nol
() ()
0% 0,00 0,000 + j0,92748 0,000 + j0,866667
5% 0,32 0,043008 + j1,028536 0,1162 + j1,384427

10% 0,64 0,086016 + j1,129592 0,2324 + j1,902187

15% 0,96 0,129024 + j1,230648 0,3486 + j2,419947

20% 1,28 0,172032 + j1,331704 0,4648 + j2,937707

25% 1,60 0,21504 + j1,43276 0,5810 + j3,455467

30% 1,92 0,258048 + j1,533816 0,6972 + j3,973227

35% 2,24 0,301056 + j1,634872 0,8133 + j4,490987

40% 2,56 0,344064 + j1,735928 0,9295 + j5,008747


110

Panjang Jaringan Impedansi Total Jaringan Penyulang KDS-01


Impedansi Total Urutan Impedansi Total
% kms Positif dan Negatif Urutan Nol
() ()

45% 2,88 0,387072 + j1,836984 1,0457 + j5,526507

50% 3,20 0,43008 + j1,93804 1,1619 + j6,044267

55% 3,52 0,473088 + j2,039096 1,2781 + j6,562027

60% 3,84 0,516096 + j2,140152 1,3943 + j7,079787

65% 4,16 0,559104 + j2,241208 1,5105 + j7,597547

70% 4,48 0,602112 + j2,342264 1,6267 + j8,115307

75% 4,80 0,64512 + j2,44332 1,7429 + j8,633067

80% 5,12 0,688128 + j2,544376 1,8591 + j9,150827

85% 5,44 0,731136 + j2,645432 1,9753 + j9,668587

90% 5,76 0,774144 + j2,746488 2,0915 + j10,18635

95% 6,08 0,817152 + j2,847544 2,2076 + j10,70411

100% 6,40 0,86016 + j2,9486 2,3238 + j11,22187

3.11.3 Perhitungan Besaran per-Satuan / per-Unit (pu)


Sebelum menentukan besaran pu, diperlukan besaran-besaran dasar dan sistem
tenaga listriknya. Besaran-besaran dasar tersebut adalah arus dasar dan impedansi
dasar. PT PLN menggunakan daya dasar pada sistem sebesar 100 MVA, sedangkan
untuk tegangan dasar didasarkan pada data ratio penyulang KDS-01 pada sisi
tegangan menengah yaitu 20 kV, maka besarnya arus dan impedansi dasar sistem
sesuai dengan persamaan (2.26) dan persamaan (2.27) adalah:
kVA dasar
Arus Dasar (Ib) =
√3 kV dasar L−L
100.000 kVA
=
√3 . 20 kV

= 2886,751 A
(kV dasar L−L)2
Impedansi Dasar (Zb) = MVA dasar 3 fasa
(20 kV)2
= 100 MVA

= 4Ω
111

Dengan besaran-besaran dasar di atas, dapat dihitung besaran per-unit (pu) untuk
impedansi total urutan positif, negatif, dan nol berikut :

Impedansi Total Jaringan Urutan Positif


Impedansi total jaringan urutan positif pada 100% panjang jaringan dalam
besaran per-unit adalah :

Z1 Tot ()
Z1 Tot (pu) = ZB

(0,86016 + j2,9486) Ω
= 4Ω

= (0,21504 + j 0,73715) pu
Impedansi Total Jaringan Urutan Negatif
Impedansi total jaringan urutan negatif pada 100% panjang jaringan dalam
besaran per-unit adalah :

Z2 Tot ()
Z2 Tot (pu) =
ZB

(0,86016 + j2,9486) Ω
=
4Ω

= (0,21504 + j 0,73715) pu
Impedansi Total Jaringan Urutan Nol
Impedansi total jaringan urutan nol pada 100% panjang jaringan dalam besaran
per-unit adalah :

Z0 Tot ()
Z0 Tot (pu) = ZB

2,3238 + j11,22187 
= 4Ω

= (0,5809 + j 2,805467) pu

Nilai impedansi total jaringan urutan positif, negatif, dan nol dalam besaran
per-unit pada penyulang KDS-01 dilihat pada tabel 3.16
112

Tabel 3.16 Impedansi Total Jaringan Urutan Positif, Negatif, dan Nol
Penyulang KDS-01 dalam satuan (pu)

Panjang
Impedansi Saluran Penyulang KDS-01
Jaringan
Impedansi Total Urutan Impedansi Total Urutan
% kms Positif dan Negatif Nol
(pu) (pu)
0% 0,00 0 + j0,23187 0 + j0,216667

5% 0,32 0,010752 + j0,257134 0,029048 + j0,346107

10% 0,64 0,021504 + j0,282398 0,058096 + j0,475547

15% 0,96 0,032256 + j0,307662 0,087144 + j0,604987

20% 1,28 0,043008 + j0,332926 0,116192 + j0,734427

25% 1,60 0,05376 + j0,35819 0,14524 + j0,863867

30% 1,92 0,064512 + j0,383454 0,174288 + j0,993307

35% 2,24 0,075264 + j0,408718 0,203336 + j1,122747

40% 2,56 0,086016 + j0,433982 0,232384 + j1,252187

45% 2,88 0,096768 + j0,459246 0,261432 + j1,381627

50% 3,20 0,10752 + j0,48451 0,29048 + j1,511067

55% 3,52 0,118272 + j0,509774 0,319528 + j1,640507

60% 3,84 0,129024 + j0,535038 0,348576 + j1,769947

65% 4,16 0,139776 + j0,560302 0,377624 + j1,899387

70% 4,48 0,150528 + j0,585566 0,406672 + j2,028827

75% 4,80 0,16128 + j0,61083 0,43572 + j2,158267

80% 5,12 0,172032 + j0,636094 0,464768 + j2,287707

85% 5,44 0,182784 + j0,661358 0,493816 + j2,417147

90% 5,76 0,193536 + j0,686622 0,522864 + j2,546587

95% 6,08 0,204288 + j0,711886 0,551912 + j2,676027

100% 6,40 0,21504 + j0,73715 0,58096 + j2,805467


113

3.11.4 Perhitungan Arus Hubung Singkat Satu Fasa ke Tanah


Diasumsikan gangguan tanpa melalui impedansi Zf = 0Ω, dan terjadi pada 100%
dari panjang jaringan. Oleh karena itu, impedansi total yang digunakan adalah
impedansi total pada 100% panjang jaringan, maka akan didapat :
Ea
Ia1 =
Z1 + Z2 +Z0
1∠0°
=
(0,21504 + j0,73715) + (0,21504 + j0,73715) + (0,58096 + j2,805467)
1∠0°
=
(1,01104 + j4,279767
1∠0°
=
4,3976 ∠ 76,708°

= 0,227 ∠ -76,71°
= (0,05228 – j 0,2213) pu
Ia2 = Ia0 = Ia1
= (0,05228 – j 0,2213) pu
Besarnya arus gangguan hubung singkat pada sistem dapat dihitung sesuai
persamaan 2.35

Ia = Ia0 + Ia1 + Ia2

= (0,05228 – j 0,2213) + (0,05228 – j 0,2213) + (0,05228 – j 0,2213)

= (0,15684 – j 0,6639) pu

Ib = 0

Ic = 0

Untuk mendapatkan arus gangguan dalam satuan Ampere arus-arus gangguan


dalam satuan pu harus dikalikan dengan arus dasar sistem (IB).
Ia = (0,15684 – j 0,6639) pu . 2886,751 Ampere
= (0,68217 -76,707º) pu . 28826,751 Ampere
= 1969,27 -76,707º Ampere
Ib = 0
Ic = 0
114

3.11.5 Perhitungan Arus Hubung Singkat Antar Fasa


Diasumsikan gangguan tanpa melalui impedansi Zf = 0Ω, dan terjadi pada 100%
dari panjang jaringan. Oleh karena itu, impedansi total yang digunakan adalah
impedansi total pada 100% panjang jaringan, maka akan didapat :
Ea
Ia1 =
Z1 + Z2
1∠0°
=
(0,21504 + j0,73715) + (0,21504 + j0,73715)

1∠0°
=
(0,43008 + j1,4743)
1∠0°
=
(1,5357 ∠ 73,737°)
= (0,6511 ∠ - 73,737º) pu
= (0,1823 - j0,625) pu
Ia2 = - Ia1
= - (0,1823 – j0,625)
= (- 0,1823 + j 0,625) pu
= (0,6511 ∠ 106,26º) pu
Ia0 = 0
Besarnya arus gangguan hubung singkat pada sistem dapat dihitung :
Ia = 0
Ib = Ia0 + a2. Ia1 + a . Ia2
= 0 + (1∠ 240º) . (0,6511 ∠ -73,737º) + (1 ∠120º) . (0,651∠ 106,263º)
= (0,651 ∠ 166,263º) + (0,651 ∠ 226,263º)
= (− 0,632 + j0,1546) + (- 0,4502 - j0,4704)
= - 1,0827 – j0,3178
= (1,128 ∠ -163,737º) pu
Ic = -Ib
= - ( -1,0827 – j0,3158)
= (1,0827 + j0,3158) pu
= (1,1278 ∠ 16,263⁰) pu
Untuk mendapatkan arus gangguan dalam satuan Ampere arus-arus gangguan
dalam satuan pu harus dikalikan dengan arus dasar sistem (IB).
115

Ia = 0
Ib = (1,1278 ∠ -163,737º) . 2886,751 Ampere
= 3255,7 ∠ -163,737º Ampere
= 3256 ∠ -163,737º Ampere
Ic = (1,1278 ∠ 16,263º) 2886,751 Ampere
= 3255,7 ∠ 16,263⁰ Ampere
= 3256 ∠ 16,263⁰ Ampere

3.11.6 Perhitungan Arus Hubung Singkat Tiga Fasa


Diasumsikan gangguan tanpa melalui impedansi Zf = 0Ω, dan terjadi pada 100%
dari panjang jaringan. Oleh karena itu, impedansi total yang digunakan adalah
impedansi total pada 100% panjang jaringan, maka akan didapat :
Ea
Ia1 =
Z1
1∠0°
= (0,21504 + j0,73715)
1∠0°
= (0,767875 ∠ 73,737° )

= 1,30299 ∠ - 73,737º
= (0,3649 – j1,251) pu
Ia2 = Ia0 =0
Besarnya arus gangguan hubung singkat pada sistem dapat dihitung :
Ia = Ia0 + Ia1 + Ia2
= 0 + 0,3649 – j1,251 + 0
= (1,30299 ∠ - 73,737º) pu
Ib = Ia0 + a2. Ia1 + a . Ia2
= 0 + (1∠ 240º) . (1,30229 ∠ - 73,74º) + (1 ∠ 120º) . 0
= (1,30229 ∠ 166,26º) pu
Ic = Ia0 + a. Ia1 + a2 . Ia2
= 0 + (1∠ 120º) . (1,30229 ∠ - 73,74º) + (1 ∠ 240º) . 0
= (1,30229 ∠ 46,26º) pu
Untuk mendapatkan arus gangguan dalam satuan Ampere arus-arus gangguan
dalam satuan pu harus dikalikan dengan arus dasar sistem (IB).
Ia = 1,30299 ∠ - 73,737º . 2886,751 Ampere
116

= 3759,401 ∠ - 73,737º Ampere


Ib = 1,30229 ∠ 166,26º . 2886,751 Ampere
= 3759,401 ∠ 166,26º Ampere
Ic = 1,30229 ∠ 46,26º . 2886,751 Ampere
= 3759,401 ∠ 46,26º Ampere
Nilai arus hubung singkat 1 fasa ke tanah, 2 fasa, dan 3 fasa pada penyulang KDS-
01 dapat dilihat pada tabel 3.16
Tabel 3.17 Arus Hubung Singkat 1 fasa tanah, 2 fasa, dan 3 fasa pada penyulang
KDS-01
Arus Hubung Singkat pada Penyulang KDS-01
Panjang Jaringan
(Ampere)
( km) % L-G L-L L-L-L
0,00 0% 11798 10552 12450
0,32 5% 9803 9714 11217
0,64 10% 8092 8827 10193
0,96 15% 6889 8082 9332
1,28 20% 5998 7447 8599
1,60 25% 5311 6902 7970
1,92 30% 4765 6429 7424
2,24 35% 4320 6016 6946
2,56 40% 3952 5651 6525
2,88 45% 3641 5327 6151
3,20 50% 3376 5037 5817
3,52 55% 3147 4777 5516
3,84 60% 2947 4542 5245
4,16 65% 2770 4329 4999
4,48 70% 2614 4135 4775
4,80 75% 2474 3957 4569
5,12 80% 2349 3794 4381
5,44 85% 2236 3644 4207
5,76 90% 2133 3504 4047
6,08 95% 2039 3376 3898
6,40 100% 1953 3256 3759

Untuk mengetahui grafik hubungan antara besarnya arus hubung singkat penyulang
KDS-01 dengan persentase panjang penyulang, dapat dilihat pada gambar 3.52
117

Arus Gangguan Hubung Singkat Penyulang KDS-01


12000

10000
Arus (Ampere)

8000

6000

4000

2000

0
10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100

Persentase Panjang Penyulang (%)


L-G L-L L-L-L

Grafik Arus Hubung Singkat Penyulang KDS-01

Gambar grafik diatas menunjukkan bahwa semakin jauh persentase jarak arus
gangguan hubuung singkat dari PMT, maka nilai arus gangguan akan semakin
kecil. Nilai arus gangguan yang terbesar diantara ketiga jenis arus gangguan yaitu
arus gangguan hubung singkat tiga fasa.
BAB IV
PEMBAHASAN

Kerugian Energi dan Ekonomi


Perhitungan kerugian energi dan ekonomi dilakukan untuk memperhitungan besar
energi yang terbuang dan kerugian ekonomi yang dialami PT PLN (Persero) akibat
dari trip Recloser K1-68 sebelum dan setelah pemasangan sectionalizer pada LBS
K1-117/25. Perhitugan energi dan ekonomi ini didasarkan pada data historis
gangguan yang menyebabkan Recloser K1-68 trip selama tahun 2018 yang
ditampilkan pada tabel 4.1 berikut :
Tabel 4.1 Data Aset Trip Recloser K1-68 Tahun 2018
Beban Beban
Lama Jumlah Arus
section section Tegangan Rele
No Tanggal Padam Pelanggan Gangguan
3,5-5 km 5-6,4 km (kV) Kerja
(menit) Total (A)
(A) (A)
1. 06-05-2018 31 4426 175,7 34,3 20,1 4701 OCR
2. 23-08-2018 49 4426 78 34 20,3 1938 GFR
3. 12-09-2018 57 4426 23,4 15,6 20,1 2620 GFR
4. 16-10-2018 37 4426 82,4 38,6 20,2 1990 GFR
5. 06-11-2018 50 4426 101,3 33,7 20,2 3270 OCR
6. 26-11-2018 29 4426 53 29 20,1 2064 GFR
7. 12-12-2018 37 4426 185 32 20,3 3410 OCR
(Sumber : Data Aset Recloser Trip Penyulang KDS-01 PT PLN (Persero) UP3
Kudus)
Keterangan :
Warna Biru : Gangguan pada jarak 3,5 – 5 km (antara Recloser K1-68
sampai LBS K1-117/25)
Warna Putih : Gangguan pada jarak 5 – 6,4 km (setelah LBS K1-117/25)
Jarak 3,5 – 5 km : 2 gangguan
Jarak 5 – 6,4 km : 5 gangguan

118
119

Sebelum Pemasangan Sectionalizer


Berdasarkan tabel 3.3 jumlah trip Recloser K1-68 selama tahun 2018 adalah
sebanyak tujuh kali. Dari tabel 4.1 dapat dihitung kerugian energi dan
ekonomi yang dialami PT PLN (Persero) ketika recloser mengalami trip
selama tahun 2018. Besar beban section sebelum pemasangan sectionalizer
adalah pada jarak 3,5 – 5 km ditambah dengan beban section pada jarak 5 -
6,4 km. Kerugian tersebut dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
Data Recloser trip tanggal 06 Mei 2018
P = √3 x VL x IL x cos phi
= √3 x 20,1 kV x 210 A x 0,85
= 6.214,338 kW
= 6,2 MW
Daya hilang sesaat terjadi trip pada Recloser K1-68 adalah 6,2 MW. Maka
kerugian energi per jam sebesar :
E = √3 x VL x IL x cos phi x t
31 menit
E = √3 x 20,1 kV x 210 A x 0,85 x
60

E = √3 x 20,1 kV x 210 A x 0,85 x 0,517 jam


E = 3.210,742 kWh
Sehingga kerugian ekonomi yang dialami PT PLN (Persero) dengan harga
jual listrik per kWh berdasarkan TUL (Tata Usaha Langganan) III-09 PT
PLN (Persero) UP3 Kudus Tahun 2018 sebesar Rp 1.029,05 sebagai berikut:
Kerugian ekonomi = E x harga listrik per-kWh
𝑅𝑝1.029,5
= 3.210,742 𝑘𝑊ℎ 𝑥 𝑘𝑊ℎ

= 𝑅𝑝 3.305.458,43
Untuk kerugian energi dan ekonomi yang dialami PT PLN (Persero) sebelum
pemasangan sectionalizer selama tahun 2018 dapat dilihat pada tabel 4.2
124

Tabel 4.2 Kerugian Energi dan Ekonomi PT PLN (Persero) sebelum


pemasangan sectionalizer

Daya Hilang kWh Hilang Kerugian


No Tanggal
(MW) (kWh) (Rupiah)
1. 06-05-2018 6,2 3.210,742 3.305.458,43
2. 23-08-2018 3,3 2.733,622 2.814.263,73
3. 12-09-2018 1,2 1.096,387 1.128.730,27
4. 16-10-2018 3,6 2.219,048 2.284.510,28
5. 06-11-2018 4,0 3.345,673 3.444.369,98
6. 26-11-2018 2,4 1.172,833 1.207.431,67
7. 12-12-2018 6,5 3.999,317 4.117.296,56
Total Kerugian 27,2 17.777,621 18.302.060,93

Rata-rata kerugian yang dialami PT PLN (Persero) setiap kali recloser trip
pada tahun 2018 adalah sebagai berikut :

𝑅𝑝18.302.060,93
Rata-rata kerugian saat recloser trip =
7
= 𝑅𝑝2.614.580,13
Setelah pemasangan sectionalizer
Berdasarkan tabel data resetting recloser 4.9 diketahui arus gangguan yang
dapat diamankan dari koordinasi Recloser K1-68 dengan LBS K1-117/25
yaitu 2120 A (OCR) dan 1056 A (GFR). Berdasarkan pada tabel 4.1 terdapat
5 gangguan yang memiliki nilai arus gangguan diatas 2120 A (OCR) dan
1056 A (GFR) yang berada di depan LBS K1-117/25. Sehingga gangguan
tersebut dapat diamankan oleh sectionalizer dan menurunkan jumlah trip
recloser K1-68.
Berikut perhitungan kerugian ekonomi yang dialami PT PLN (Persero)
apabila LBS K1-117/25 disetel sebagai sectionalizer, sehingga peralatan yang
akan trip mengamankan ganguan adalah LBS K1-117/25 dengan beban
section pada jarak 5 – 6,4 km (beban di LBS K1-117/25) .
125

Data Recloser K1-68 trip tanggal 23 Agustus 2018


P = √3 x VL x IL x cos phi
= √3 x 20,3 x 34 A x 0,85
= 1.016,142 kW
Daya hilang saat terjadi trip pada LBS K1-68 adalah 1 MW. Maka kerugian
energi per jam sebesar :
E = √3 x VL x IL x cos phi x t
49 menit
E = √3 x 20,3 kV x 34 A x 0,85 x 60

E = √3 x 20,3 kV x 34 A x 0,85 x 0,517 jam


E = 829,85 kWh
Sehingga kerugian ekonomi yang dialami PT PLN (Persero) setelah
penyetingan LBS K1-117/25 menjadi sectionalizer adalah sebagai berikut :
Kerugian ekonomi = E x harga listrik per-kWh
𝑅𝑝1.029,5
= 829,85 𝑘𝑊ℎ 𝑥 𝑘𝑊ℎ

= Rp 854.330,06
Kerugian energi dan ekonomi yang dialami PT PLN (Persero) setelah LBS
disetel sectionalizer akibat gangguan selama tahun 2018 dapat dilihat pada
tabel 4.3 berikut
126

Tabel 4.3 Kerugian Energi dan Ekonomi PT PLN (Persero) setelah


pemasangan sectionalizer

Daya Hilang kWh Hilang Kerugian


No Tanggal
(MW) (kWh) (Rupiah)
1. 06-05-2018 6,2 3.210,742 3.305.458,43
2. 23-08-2018 1.0 829,850 854.330,06
3. 12-09-2018 1,2 1.096,387 1.128.730,27
4. 16-10-2018 1,1 707,895 728.777,66
5. 06-11-2018 1,0 835,179 859.816,80
6. 26-11-2018 0,9 414,782 427.018,52
7. 12-12-2018 1,0 589,761 607.158,94
Total Kerugian 12,3 7.684,595 7.911.290,69

Berdasarkan data tabel 4.3 diatas dapat dihitung energi dan ekonomi yang
terselamatkan sebelum dan setelah dilakukan pemasangan sectionalizer
adalah sebagai berikut :
P terselamatkan = P hilang sebelum pemasangan SSO – P hilang setelah pemasangan SSO
= 27.2 𝑀𝑊 − 12,3 𝑀𝑊
= 14,9 𝑀𝑊
E terselamatkan = E hilang sebelum pemasangan SSO – E hilang setelah pemasangan SSO
= 17.777,621 𝑘𝑊ℎ − 7.684,595 kWh
= 10.093,026 𝑘𝑊ℎ
Dari perhitungan energi yang terselamatkan diatas, dapat diperoleh besar
ekonomi terselamatkan yang diperoleh PT PLN (Persero) akibat pemasangan
sectionalizer sebagai berikut :

Ekonomi terselamatkan = Kerugian ekonomi sebelum – Kerugian ekonomi setelah


= Rp18.302.060,93 − Rp7.911.290,69
= Rp10.390.770,25
Diperoleh perhitungan besar ekonomi terselamatkan yang diperoleh PT PLN
(Persero) akibat pemasangan sectionalizer pada LBS K1-117/25 sebesar Rp
10.390.770,25 .
127

Perhitungan SAIDI dan SAIFI


Perhitungan SAIDI dan SAIFI sebelum dan setelah pemasangan sectionalizer dapat
dihitung berdasarkan data histori trip PMT dan recloser selama tahun 2018. Selain
itu diperlukan data jumlah pelanggan padam. Jumlah pelanggan padam akibat trip
recloser adalah 4426 pelanggan sedangkan akibat trip sectionalizer adalah 2254
pelanggan. Berdasarkan data trip PMT KDS-01 tahun 2018 diketahui PMT
mengalami trip 1 kali selama tahun 2018. Data trip PMT KDS-01 pada tahun 2018
dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut
Tabel 4.4 Data Aset Trip PMT KDS-01 Tahun 2018

Lama Arus
Jumlah Beban Tegangan Rele
No Tanggal Padam Gangguan
Pelanggan (A) (kV) Kerja
(menit) (A)
1 11-07-2018 78 6718 263 20,1 9299 OCR
(Sumber : Data Aset PMT Trip Penyulang KDS-01 PT PLN (Persero) UP3 Kudus)
SAIDI sebelum pemasangan sectionalizer
∑ (𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑚 𝑥 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑚)
SAIDI =
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛 𝑥 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒

= ∑ ((𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑚 𝑃𝑀𝑇 𝑥 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑚) + (𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑚 𝑟𝑒𝑐𝑙𝑜𝑠𝑒𝑟 𝑥 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑚))
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛 𝑥 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒

78 290
∑ (( 𝑗𝑎𝑚 𝑥 6718)+ ( 𝑗𝑎𝑚 𝑥 4426))
60 60
=
6718 𝑥 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
= 4,484 𝑗𝑎𝑚/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
SAIDI setelah pemasangan sectionalizer
∑ (𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑚 𝑥 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑚)
SAIDI =
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛 𝑥 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒
= ∑ ((𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑚 𝑃𝑀𝑇 𝑥 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑚) + (𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑚 𝑟𝑒𝑐𝑙𝑜𝑠𝑒𝑟 𝑥 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑚) + (𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑚 𝑠𝑒𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙𝑖𝑧𝑒𝑟 𝑥 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑚))
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛 𝑥 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒

78 88 202
∑ (( 𝑗𝑎𝑚 𝑥 6718)+ ( 𝑗𝑎𝑚 𝑥 4426)+ ( 𝑗𝑎𝑚 𝑥 2254))
60 60 60
=
6718 𝑥 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
= 3,396 𝑗𝑎𝑚/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
SAIFI sebelum pemasangan sectionalizer
∑ (𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑙𝑖 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑚 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑚)
SAIFI =
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛 𝑥 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒
128

∑ ((𝑘𝑎𝑙𝑖 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑚 𝑃𝑀𝑇 𝑥 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑚)+ (𝑘𝑎𝑙𝑖 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑚 𝑟𝑒𝑐𝑙𝑜𝑠𝑒𝑟 𝑥 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑚))
= 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛 𝑥 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒

∑ ((1 𝑥 6718)+ (7 𝑥 4426))


=
6718 𝑥 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
= 5,616 𝑘𝑎𝑙𝑖/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

SAIFI setelah pemasangan sectionalizer


∑ (𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑙𝑖 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑚 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑚)
SAIFI =
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛 𝑥 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒

∑ ((𝑘𝑎𝑙𝑖 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑚 𝑃𝑀𝑇 𝑥 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑚) + (𝑘𝑎𝑙𝑖 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑚 𝑟𝑒𝑐𝑙𝑜𝑠𝑒𝑟 𝑥 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑚) + (𝑘𝑎𝑙𝑖 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑚 𝑠𝑒𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙𝑖𝑧𝑒𝑟 𝑥 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑚))
= 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛 𝑥 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒

∑ ((1 𝑥 6718)+ (2 𝑥 4426)+ (5 𝑥 2254))


=
6718 𝑥 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
= 3,995 𝑘𝑎𝑙𝑖/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

Evaluasi Zona Proteksi sebelum Resetting


Recloser pada penyulang KDS-01 terletak pada jarak 3,5 kms dari PMT KDS-01.
Menurut data histori gangguan penyulang KDS-01 Tahun 2018, sering terjadi
gangguan pada jarak 3,5 sampai 6,4 kms. Jarak gangguan tersebut masuk ke dalam
zona kerja High Current Lockout Recloser K1-68 sehingga apabila terjadi
gangguan pada jarak 3,5 hingga 6,4 kms, maka recloser akan trip dan lockout.
Akibat dari trip recloser ini tentu merugikan bagi pelanggan karena terputusnya
penyaluran energi listrik maupun bagi PT PLN (Persero) sebagai perusahaan
penyedia energi listrik dari segi ekonomi. Untuk mengatasi permasalahan tersebut
berdasarkan gambar 3.1 single line diagram penyulang KDS-01, LBS K1-117/25
terletak pada jarak 1,5 kms di depan recloser. Penyetelan LBS K1-117/25 sebagai
sectionalizer dapat meminimalisasi daerah padam akibat gangguan pada jarak 5
sampai 6,4 kms sehingga dapat meningkatkan keandalan penyaluran energi listrik
pada penyulang KDS-01.

Zona proteksi KDS-01 sebelum dilakukan resetting akibat penyetelan LBS K1-
117/25 sebagai sectionalizer dapat dilihat pada gambar 4.1 dan gambar 4.2
129

Zona Proteksi OCR Penyulang KDS-01 sebelum Resetting

Zona Proteksi GFR Penyulang KDS-01 sebelum Resetting

Berdasarkan gambar 4.1 zona proteksi HCL OCR sebelum resetting pada recloser
adalah sejauh 6,42 km di depan recloser. Apabila akan dilakukan penyettingan LBS
K1-117/25 menjadi sectionalizer maka perlu dilakukan penyettingan ulang zona
HCL OCR recloser agar dapat berkoordinasi dengan peralatan proteksi yang ada di
depannya.

Evaluasi dan Resetting Rele Arus Lebih (OCR) dan Rele Gangguan
Tanah (GFR)

4.4.1 Perhitungan setting Rele OCR PMT Outgoing KDS-01


Pada penyulang KDS-01, rele arus lebih (OCR) yang terpasang memiliki tiga level
atau zona, yaitu Time Delay (TD) dengan karakteristik invers, Highset 1 (HS1)
130

dengan karakteristik definite, dan Highset 2 (HS2) dengan karakteristik instaneous.


Akan tetapi karena penyulang KDS-01 termasuk penyulang pendek dengan panjang
6,4 kms, maka zona Time Delay (TD) tidak ada hingga 100% panjang penyulang.
Time Delay (OCR Karakteristik Invers)
Untuk menyetel OCR perlu ditentukan nilai arus setting kerja rele (Iset), Time
Multiple Setting (TMS), serta jenis kurva yang digunakan
Menyetel Arus Kerja
Penyetelan arus kerja rele berdasarkan arus nominal pada sisi PMT. PLN
(Persero) APD Jawa Tengah & DIY menetapkan besar I nominal PMT
adalah sebesar 400 A, serta dipilih faktor pengali arus K = 1,2 . Maka
didapatkan perhitungan sebagai berikut :
I set (primer)
I set (primer) = K x IN primer I set (sekunder) = 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 𝐶𝑇
480
= 1,2 x 400 A = 800/5

= 480 A =3A

Menentukan Time Multiple Setting (TMS)


𝐼𝑠𝑐 3∅ 0,02
𝑡 𝑥 [[ ] − 1]
𝐼 𝑠𝑒𝑡
TMS = 0,14

Dimana :

t = (t di recloser + ∆t yang diinginkan) = (0,21+ 0,14) detik = 0,35 detik

ISC 3Ø = Arus gangguan 3 fasa di PMT = 12184 A

I set = 480 A

Maka didapatkan nilai TMS sebagai berikut :

12184 0,02
0,35 𝑥 [[ ] − 1]
480
TMS = 0,14

TMS = 0,16
131

Highset 1 (OCR Karakteristik Definite)


Menyetel Arus Kerja
Penentuan arus kerja berdasarkan nilai nominal dari trafo tenaga yang
terpasang. PT PLN (Persero) APD Jateng & DIY menetapkan pengaturan
highset 1 OCR untuk trafo 60 MVA sebesar 2 x IN Trafo . IN Trafo Daya KDS-
01 adalah 1732 A. Sehingga didapatkan perhitungan sebagai berikut :
𝐼 𝑠𝑒𝑡 (𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟)
Iset (primer) = 2 . IN Trafo Iset (sekunder) = 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 𝐶𝑇
3440 𝐴
= 2 . 1732 A = 800/5

= 3464 A = 21,5 A
Dipilih I set (primer) 3440 A

Menentukan Waktu Kerja


Penentuan waktu kerja dilakukan dengan langsung memilih waktu kerja
yang diinginkan. Dipilih waktu kerja 0,3 detik.

Highset 2 (OCR Karakteristik Instaneous)


Menyetel Arus Kerja
Penentuan arus kerja dapat dilakukan berdasarkan nilai arus nominal dari
trafo tenaga yang terpasang. PT PLN (Persero) APD Jateng & DIY
menetapkan pengaturan highset 2 OCR PMT Outgoing untuk trafo 60
MVA sebesar 4,8 x IN Trafo. IN Trafo Daya KDS-01 adalah 1732 A. Sehingga
didapatkan perhitungan sebagai berikut :
𝐼 𝑠𝑒𝑡 (𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟)
Iset (primer) = 4,8 . IN Trafo Iset (sekunder) = 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 𝐶𝑇
7600 𝐴
= 4,8 . 1732 A = 800/5

= 8313,6 A = 47,5 A
Dipilih Iset (primer) = 7600 A

Menentukan Waktu Kerja


Penentuan waktu kerja untuk rele karakteristik instaneous adalah dengan
waktu kerja cepat 0,05 - 0,1 detik. Dipilih waktu kerja 0,1 detik.
132

4.4.2 Perhitungan setting Rele OCR Recloser K1-68


Pada penyulang KDS-01, rele arus lebih (OCR) yang terpasang memiliki tiga level
atau zona, yaitu Time Delay (TD) dengan karakteristik invers, High Current Trip
(HCT) dan High Current Lockout (HCL) dengan karakteristik instaneous. Apabila
gangguan terletak pada zona HCT, maka recloser akan bekerja dengan kondisi
reclose. Sedangkan apabila gangguan terletak pada zona HCL, maka recloser akan
bekerja dengan kondisi lockout. Karena penyulang KDS-01 termasuk penyulang
pendek dengan panjang 6,4 kms, zona Time Delay (TD) tidak ada hingga 100%
panjang penyulang. Sebelum dilakukan penyetelan LBS K1-117/25 sebagai
sectionalizer, zona HCT juga tidak ada hingga 100% panjang penyulang. Karena
penyetelan tersebut, maka zona HCT masuk ke dalam 100% panjang jaringan
akibat pemendekan zona HCL.

OCR Karakteristik Invers


Untuk mensetting OCR perlu ditentukan nilai arus setting kerja rele (Iset),
Time Multiple Setting (TMS), waktu kerja (tk), serta jenis kurva yang
digunakan.
Menyetel Arus Kerja
Penyetelan arus kerja rele berdasarkan arus nominal pada sisi Recloser. PT
PLN PLN (Persero) UP2D Jateng & DIY menetapkan besar I nominal
recloser adalah sebesar 350 A, serta dipilih faktor pengali arus K = 1,2 .
Maka didapatkan perhitungan sebagai berikut :
I set (primer)
I set (primer) = K x IN primer I set (sekunder) = 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 𝐶𝑇
400
= 1,2 x 350 A = 1000/1

= 420 A = 0,4 A
Dipilih Isett (primer) = 400 A
Menentukan Time Multiple Setting (TMS)
𝐼𝑠𝑐 3∅ 0,02
𝑡 𝑥 [[ ] − 1]
𝐼 𝑠𝑒𝑡
TMS = 0,14
133

Dimana :

t = 0,21 detik

ISC 3Ø = Arus gangguan 3 fasa di recloser = 5534 A

I set = 400 A

Maka didapatkan nilai TMS sebagai berikut :

5534 0,02
0,21 𝑥 [[ ] − 1]
400
TMS = 0,14

TMS = 0,08

High Current Trip (HCT) (OCR Karakteristik Instaneous)


Menyetel Arus Kerja
Penyetalan arus kerja HCL recloser disetel dibawah arus kerja zona
highset 1 PMT Outgoing jika di depan recloser tidak terdapat peralatan
pengalaman lainnya. Penyetelan sectionalizer pada LBS K1-117/25 tidak
mempengaruhi zona HCT yang telah disetel sebesar 2700 A (2,38 km dari
recloser) karena pada zona HCT ini recloser berkerja secara reclose.
Menyetel Waktu Kerja
Waktu kerja pada zona HCT harus lebih kecil dari waktu kerja zona
highset 1 PMT. Hal ini karena zona HCT juga berada pada zona highset 1
PMT. Sehingga apabila terjadi gangguan di depan recloser dan berada di
zona HCT, maka peralatan proteksi yang trip bukanlah PMT melainkan
recloser sebagai pengaman terdekat dengan gangguan. Waktu kerja dipilih
0,1 detik.

High Current Lockout (HCL) (OCR Karakteristik Instaneous)


Menyetel Arus Kerja
Penyetelan arus kerja HCL recloser adalah dibawah zona highset 1 PMT
Outgoing jika tidak terdapat peralatan pengalaman lain di depan recloser.
Penyetelan sectionalizer pada penyulang KDS-01 mempengaruhi zona
HCL yang telah disetel sebesar 2700 A (2,38 km dari recloser) yang
134

melampaui letak sectionalizer (1,5 km dari recloser). Hal ini menyebabkan


recloser dan sectionalizer tidak dapat berkoordinasi untuk mengamankan
daerah yang terkena gangguan. Karena apabila terdapat gangguan di depan
sectionalizer dan masuk pada zona HCL, maka kedua peralatan proteksi
ini akan trip dan recloser dalam kondisi lockout. Oleh karena itu perlu
dilakukan penyetelan ulang zona HCL dengan arus 4450 A (1,5 km dari
recloser).
Menyetel Waktu Kerja
Penentuan waktu kerja untuk rele karakteristik instaneous adalah dengan
waktu kerja cepat 0,05 - 0,1 detik. Dipilih waktu kerja 0,1 detik.

4.4.3 Perhitungan setting Rele GFR PMT Outgoing KDS-01


Pada penyulang KDS-01, rele GFR yang terpasang memiliki tiga level atau zona,
yaitu Time Delay (TD) dengan karakteristik invers, Highset 1 (HS1) dengan
karakteristik definite, dan Highset 2 (HS2) dengan karakteristik instaneous.
Time Delay (GFR Karakteristik Invers)
Untuk menyetel GFR perlu ditentukan nilai arus setting kerja rele (Iset), Time
Multiple Setting (TMS), waktu kerja (tk), serta jenis kurva yang digunakan
Menyetel Arus Kerja
Penyetelan arus kerja rele berdasarkan persamaan (2.63) yaitu 6% - 12%
besar arus hubung singkat 1∅ pada recloser. Dipilih 8% besar arus hubung
singkat 1∅ pada recloser. Maka didapatkan perhitungan sebagai berikut :
I set (primer)
I set (primer) = 8% x I HS 1Ø I set (sekunder) = 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 𝐶𝑇
200
= 0,08 x 3168 A = 800/5

= 253,4 A = 1,25 A
Dipilih Iset (primer) = 200 A
Menentukan Time Multiple Setting (TMS)
𝐼𝑠𝑐 1∅ 0,02
𝑡 𝑥 [[ ] − 1]
𝐼 𝑠𝑒𝑡
TMS = 0,14

Dimana :
135

t = (t di recloser + ∆t yang diinginkan) = (0,414 + 0,204) detik = 0,618 detik

ISC 1Ø = Arus gangguan 1 fasa di PMT = 11798 A

I set = 200 A

Maka didapatkan nilai TMS sebagai berikut :

11798 0,02
0,618 𝑥 [[ ] − 1]
200
TMS = 0,14

= 0,375
Highset 1 (GFR Karakteristik Definite)
Menyetel Arus Kerja
Penentuan arus kerja berdasarkan nilai nominal dari trafo tenaga yang
terpasang. PT PLN (Persero) UP2D Jateng & DIY menetapkan pengaturan
highset 1 GFR untuk trafo 60 MVA sebesar 1,5 x IN Trafo . IN Trafo Daya
KDS-01 adalah 1732 A. Sehingga didapatkan perhitungan sebagai berikut
:
𝐼 𝑠𝑒𝑡 (𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟)
Iset (primer) = 1,5 . IN Trafo Iset (sekunder) = 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 𝐶𝑇
2600 𝐴
= 2 . 1732 A = 800/5

= 2598 A = 16,25 A
Dipilih Iset (primer) = 2500 A

Menentukan Waktu Kerja


Penentuan waktu kerja dilakukan dengan langsung memilih waktu kerja
yang diinginkan. Dipilih waktu kerja 0,3 detik.

Highset 2 (GFR Karakteristik Instaneous)


Menyetel Arus Kerja
Penentuan arus kerja dapat dilakukan berdasarkan nilai arus nominal dari
trafo tenaga yang terpasang. PT PLN (Persero) UP2D Jateng & DIY
menetapkan pengaturan highset 2 GFR PMT Outgoing untuk trafo 60
MVA sebesar 3,5 x IN Trafo. IN Trafo Daya KDS-01 adalah 1732 A. Sehingga
didapatkan perhitungan sebagai berikut :
136

𝐼 𝑠𝑒𝑡 (𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟)
Iset (primer) = 3,3 . IN Trafo Iset (sekunder) = 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 𝐶𝑇
4800 𝐴
= 3,3 . 1732 A = 800/5

= 5715,6 A = 30 A
Dipilih Iset (primer) = 4800 A

Menentukan Waktu Kerja


Penentuan waktu kerja rele untuk karakteristik instaneous adalah dengan
waktu kerja cepat 0,05 - 0,1 detik. Dipilih waktu kerja 0,1 detik.

4.4.4 Perhitungan setting Rele GFR Recloser K1-68


Pada penyulang KDS-01, rele arus lebih (OCR) yang terpasang memiliki tiga level
atau zona, yaitu Time Delay (TD) dengan karakteristik invers, High Current Trip
(HCT) dan High Current Lockout (HCL) dengan karakteristik instaneous. Apabila
gangguan terletak pada zona HCT, maka recloser akan bekerja dengan kondisi
reclose. Sedangkan apabila gangguan terletak pada zona HCL, maka recloser akan
bekerja dengan kondisi lockout. Karena penyulang KDS-01 termasuk penyulang
pendek dengan panjang 6,4 kms, maka zona Time Delay (TD) tidak ada hingga
100% panjang penyulang. Sebelum dilakukan penyetelan sectionalizer zona HCT
juga tidak ada hingga 100% panjang penyulang. Karena penyetelan tersebut, maka
zona HCT dapat masuk ke dalam 100% panjang jaringan akibat pemendekan zona
HCL.
Time Delay (GFR Karakteristik Invers)
Untuk mensetting GFR perlu ditentukan nilai arus setting kerja rele (Iset),
Time Multiple Setting (TMS), serta jenis kurva yang digunakan.
Menyetel Arus Kerja
Penyetelan arus kerja rele berdasarkan pada 6% - 12% besar arus hubung
singkat 1∅ terkecil yaitu pada ujung jaringan. Dipilih 7% besar arus
hubung singkat 1∅ pada recloser. Maka didapatkan perhitungan sebagai
berikut :
137

I set (primer)
I set (primer) = 7% x I HS 1Ø I set (sekunder) = 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 𝐶𝑇
120
= 0,1 x 1953 A = 800/5

= 195,3 A = 0,75 A
Dipilih Iset (primer) = 120 A

Menentukan Time Multiple Setting (TMS)


𝐼𝑠𝑐 1∅ 0,02
𝑡 𝑥 [[ ] − 1]
𝐼 𝑠𝑒𝑡
TMS = 0,14

Dimana :

t = 0,4

ISC 1Ø = Arus gangguan 1 fasa di recloser = 3164 A

I set = 120 A

Maka didapatkan nilai TMS sebagai berikut :

3164 0,02
0,4 𝑥 [[ ] − 1]
120
TMS = 0,14

= 0,2
High Current Trip (GFR karakteristik Definite)
Menyetel Arus Kerja
Penyetelan arus kerja HCL recloser disetting dibawah arus kerja zona
highset 1 PMT Outgoing apabila di depan recloser tidak terdapat peralatan
pengalaman lainnya. Penyetelan sectionalizer pada LBS K1-117/25 tidak
mempengaruhi zona HCT yang telah disetel sebesar 1056 A (4,68 km dari
recloser).
Menyetel Waktu Kerja
Penentuan waktu kerja dilakukan dengan memilih langsung waktu kerja
yang diinginkan. Waktu kerja pada zona HCT harus lebih kecil dari waktu
kerja zona highset 1 PMT. Hal ini karena zona HCT juga berada pada zona
highset 1 PMT. Waktu kerja dipilih 0,1 detik.
138

High Current Lockout (HCL) (OCR Karakteristik Instaneous)


Zona HCL GFR sebelum dilakukan penyetelan sectionalizer adalah sama
seperti HCL OCR yaitu 2700 A (0,87 km dari recloser). Akibat penyetelan
sectionalizer sehingga zona HCL GFR tidak diaktifkan. Hal ini dikarenakan
dengan besar arus yang sama dengan HCL OCR (4450 A), maka rele GFR
akan merasakan besar arus tersebut pada jarak 2,18 km dari PMT (sebelum
recloser).

Berdasarkan perhitungan diatas maka diperoleh setting PMT Outgoing KDS-


01 dan Recloser K1-68 secara perhitungan yang dapat dilihat pada tabel 4.5
dan tabel 4.6 berikut :

Tabel 4.5 Data Resetting Rele OCR dan GFR PMT KDS-01 secara
perhitungan

Karakteristik GFR
Karakteristik OCR
I> (I Nominal) 480 A I0> 200 A
I>> (High Set 1) 3440 A I0>> (High Set 1) 2600 A
I>>> (High Set 2) 7600 A I0>>> (High Set 2) 4800 A
Kurva Standard Invers Kurva Standard Invers
TMS 0,16 TMS 0,375
t>> 0,3 s t0>> 0,3 s
t>>> 0,1 s t0>>> 0,1 s

Tabel 4.6 Data Resetting Rele OCR Recloser K1-68 secara perhitungan

Karakteristik OCR sebelum resetting Karakteristik OCR setelah resetting


I> 400 A I> 400 A
I>> (HCT) 2120 A I>> (HCT) 2120 A
I>>> (HCL) 2700 A I>>> (HCL) 4450 A
Kurva Standard Invers Kurva Standard Invers
TMS 0,08 TMS 0,08
t>> 0,1 s t>> 0,1 s
t>>> 0,1 s t>>> 0,1 s
139

Tabel 4.7 Data Resetting Rele OCR Recloser K1-68 secara perhitungan

Karakteristik GFR sebelum resetting Karakteristik GFR setelah resetting


I0> 120 A I0> 120 A
I0>> (HCT) 1056 A I0>> (HCT) 1056 A
I0>>> (HCL) 2700 A I0>>> (HCL) -
Kurva Standard Invers Kurva Standard Invers
TMS 0,2 TMS 0,2
t0>> 0,1 s t0>> 0,1 s
t0>>> 0,1 s t0>>> 0,1 s

Dari data tabel perhitungan setting rele OCR dan GFR diatas, maka
didapatkan zona kerja rele OCR dan GFR PMT KDS-01 dan Recloser K1-68
setelah dilakukan penyetelan LBS K1-117/25 menjadi SSO yang dapat dilihat
pada gambar 4.3 dan 4.4 berikut

Zona Proteksi OCR Penyulang KDS-01 setelah Resetting


140

Zona Proteksi GFR Penyulang KDS-01 setelah Resetting

Koordinasi Pengaman KDS-01

4.5.1 Koordinasi Rele OCR PMT KDS-01 dan Recloser K1-68


Untuk mengetahui koordinasi OCR PMT Outgoing KDS-01 dan Recloser K1-68
sesuai dengan data pada tabel 4.5, tabel 4.6, dan tabel 4.7 maka didapatkan waktu
kerja untuk rele OCR PMT Outgoing dan Recloser seperti tabel 4.8

Tabel 4.8 Waktu Kerja Rele OCR Hasil Perhitungan (Arus Hubung Singkat Tiga
Fasa)

Panjang Saluran Arus Hubung Waktu Kerja (s)


Singkat Tiga
PMT Zona
% km Fasa Recloser
Outgoing
(Ampere)
0% 0,00 12450 0,1 -
5% 0,32 11217 0,1 -
10% 0,64 10193 0,1 - Highset 2
15% 0,96 9332 0,1 - PMT
20% 1,28 8599 0,1 -
25% 1,60 7970 0,1 -
30% 1,92 7424 0,3 -
35% 2,24 6946 0,3 -
Highset 1
40% 2,56 6525 0,3 -
PMT
45% 2,88 6151 0,3 -
50% 3,20 5817 0,3 -
55% 3,52 5516 0,3 0,1 HCL
60% 3,84 5245 0,3 0,1 Recloser
141

65% 4,16 4999 0,3 0,1


70% 4,48 4775 0,3 0,1
75% 4,80 4569 0,3 0,1
80% 5,12 4381 0,3 0,1
85% 5,44 4207 0,3 0,1
90% 5,76 4047 0,3 0,1 HCT
95% 6,08 3898 0,3 0,1 Recloser
100% 6,40 3759 0,3 0,1

Berdasarkan data tabel 4.8 kerja rele pada OCR PMT dan recloser hanya
karakteristik instaneous dan definite. Hal ini dikarenakan hingga 100 % panjang
penyulang KDS 01 tidak terdapat zona kerja karakteristik invers baik untuk OCR
PMT maupun OCR recloser.

Untuk menganalisis koordinasi rele OCR digunakan gangguan hubung singkat tiga
fasa pada titik terjauh penyulang (6,4 kms). Gangguan hubung singkat berada di
depan LBS K1-117/25. Peralatan proteksi yang akan merasakan arus gangguan
hubung singkat tiga fasa adalah rele OCR recloser sebesar 3759 A pada sisi primer
CT dan 3,759 A pada sisi sekunder CT. Sehingga recloser akan bekerja untuk trip
pada waktu 0,1 sekon setelah rele OCR merasakan arus gangguan. Setelah
dilakukan penyetelan LBS K1-117/25 sebagai sectionalizer, maka LBS K1-117/25
akan merasakan adanya arus gangguan yang telah melampaui nilai arus setting nya
serta merasakan hilang tegangan akibat trip recloser. Sehingga sectionalizer akan
trip dan meminimalisasi daerah yang terganggu dan recloser dapat menutup
kembali. Apabila rele OCR recloser mengalami kegagalan kerja, maka rele OCR
PMT akan trip pada waktu 0,3 detik setelah merasakan arus gangguan sebesar 3759
A pada sisi primer CT dan 23,49 A pada sisi sekunder CT.

Kurva koordinasi kerja rele OCR PMT KDS-01 dan recloser K1-68 dapat dilihat
pada gambar 4.5 berikut.
142

Koordinasi Kerja Rele OCR PMT dan Recloser


6
PMT
5

4
Waktu [sekon]

2 TD
REC

1
Highset 1
TD HCL&HCT Highset 2
0
0 2000 4000 6000 8000 10000

Arus [Ampere]

Grafik Koordinasi Kerja Rele OCR PMT dan Recloser

4.5.2 Koordinasi Rele GFR PMT KDS-01 dan Recloser K1-68


Untuk mengetahui koordinasi OCR PMT Outgoing KDS-01 dan Recloser K1-68
sesuai dengan data pada tabel 4.5 dan tabel 4.6, maka didapatkan waktu kerja untuk
rele OCR PMT Outgoing dan Recloser seperti tabel 4.8

Tabel 4.9 Waktu Kerja Rele GFR Hasil Perhitungan (Arus Hubung Singkat Satu
Fasa Tanah)

Panjang Arus Hubung


Waktu Kerja (s)
Saluran Singkat Satu
Zona
Fasa Tanah PMT
% km Recloser
(Ampere) Outgoing
0% 0,00 12087 0,1 -
5% 0,32 10048 0,1 -
10% 0,64 8285 0,1 -
Highset 2
15% 0,96 7043 0,1 -
PMT
20% 1,28 6121 0,1 -
25% 1,60 5412 0,1 -
30% 1,92 4849 0,1 -
143

35% 2,24 4391 0,3 -


40% 2,56 4012 0,3 - Highset 1
45% 2,88 3694 0,3 - PMT
50% 3,20 3422 0,3 -
55% 3,52 3187 0,3 0,1
60% 3,84 2982 0,3 0,1
65% 4,16 2802 0,3 0,1
70% 4,48 2643 0,3 0,1
75% 4,80 2500 1,013 0,1 HCT
80% 5,12 2372 1,035 0,1 Recloser
85% 5,44 2257 1,057 0,1
90% 5,76 2152 1,079 0,1
95% 6,08 2057 1,100 0,1
100% 6,40 1969 1,122 0,1

Berdasarkan data tabel 4.9 kerja rele GFR PMT adalah rele karakteristik instaneous,
definite, dan invers serta pada rele GFR recloser adalah rele karakteristik
instaneous.

Untuk menganalisis koordinasi rele GFR digunakan gangguan hubung singkat satu
fasa tanah pada titik terjauh penyulang (6,4 kms). Gangguan hubung singkat berada
di depan LBS K1-117/25. Peralatan proteksi yang akan merasakan arus gangguan
hubung singkat tiga fasa ini adalah rele OCR recloser sebesar 1969 A pada sisi
primer CT dan 1,969 A pada sisi sekunder CT. Sehingga recloser akan bekerja
untuk trip pada waktu 0,1 sekon setelah rele GFR merasakan arus gangguan. Setelah
dilakukan penyetelan LBS K1-117/25 sebagai sectionalizer, maka LBS K1-117/25
akan merasakan adanya arus gangguan yang telah melampaui nilai arus setting nya
serta merasakan hilang tegangan akibat trip recloser. Sehingga sectionalizer akan
trip serta meminimalisasi daerah yang terganggu dan recloser dapat menutup
kembali.
Untuk rele GFR PMT dengan karakteristik invers, agar dapat menghitung waktu
kerja rele maka harus mengetahui terlebih dahulu Time Multiple Setting (TMS) atau
144

time delay (td), Multiple Plug Setting (MPS) dan karakteristik rele. Perhitungan
MPS dapat dicari menggunakan rumus sesuai persamaan (2.70) dan waktu kerja
(tk) dengan karakteristik rele Standard Invers sesuai persamaan (2.71) sebagai
berikut :

Ihs 0,14 (𝑡𝑑)


MPS = tk = (sekon)
Iset 𝐼 0 ʾ02 − 1
1969
800/5 0,14 . 0,375
= 200 =
9,845 0 ʾ02 − 1
800/5

= 9,845 Ampere = 1,122 sekon


Apabila rele GFR recloser mengalami kegagalan kerja, maka rele GFR PMT akan
trip pada waktu 1,122 sekon setelah merasakan arus gangguan sebesar 1969 A pada
sisi primer CT dan 12,3 A pada sisi sekunder CT.
Kurva koordinasi kerja rele OCR PMT KDS-01 dan Recloser K1-68 dapat dilihat
pada gambar 4.6 berikut

Koordinasi Kerja Rele GFR PMT dan Recloser


7
PMT
6

5 REC
Waktu [sekon]

4
TD
3

2
TD
1
Highset 1
HCT Highset 2
0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000

Arus [Ampere]

Koordinasi Rele GFR PMT KDS-01 dan Recloser K1-68

Penentuan Besar Arus Hubung Singkat untuk Simulasi


Pada rancang bangun simulator kerja PMT, Recloser, dan Sectionalizer ini akan
mensimulasikan titik-titik ganguan yang terjadi pada penyulang KDS-01 Gardu
145

Induk Kudus. Penentuan besar arus hubung singkat untuk simulasi berdasarkan
jarak yang dikehendaki, dapat dilihat pada tabel 4.10

Tabel 4.10 Besar Arus Hubung Singkat untuk Simulasi

Panjang Jaringan Arus Hubung Singkat


No.
Jarak % kms L-G (Ampere) L-L-L (Ampere)
1. 45 % dari PMT 2,88 3641 6151
2. 60 % dari PMT 3,84 2947 5245
3. 90 % dari PMT 5,76 2133 4047

Simulasi Gangguan Hubung Singkat dengan Sofware ETAP


Melakukan simulasi pada software ETAP bertujuan untuk membandingkan antara
hasil perhitungan secara teori dengan hasil yang didapatkan dari ETAP.

Setelah membuat single line diagram, kemudian setiap komponen penyusun single
line diagram tersebut diisikan data setting yang dibutuhkan sesuai dengan data
spesifikasi yang ada di lapangan. Data setting pada Sofware ETAP dapat dilihat
pada tabel 4.11

Tabel 4.11 Data Setting pada Software ETAP

No Data
1. Standar a. IEC
b. Frekuensi 50 Hz
2. Power Grid Info
a. Connection = 3 Phasa
b. Configuration = Mode Swing
Rating
a. Rated kV
= 150
b. Balanced/Unbalanced
Short Circuit = Balanced
a. kAsc 3∅
b. kAsc 1∅ = 25,317 kA
c. Impedansi Urutan Positif
= 20,368 kA
d. Impedansi Urutan Negatif
e. Impedansi Urutan Nol = 0,21181 + j1,5055
146

= 0,21181 + j1,5055
= 0,64381 + j2,5568
3. Trafo 2 GI Info
Kudus a. Standard = IEC
b. Connection = Shell
Rating
a. Voltage Rating
= 150/20
(Prim./Sec)
b. Type / Class = Liquid-Fill /
ONAN/OFAF
c. Power Rating = 60/60 MVA
(ONAN/OFAF)
= 60 MVA
d. Z Base
Impedance
a. Impedance Positive = 13%
b. Impedance Zero = 13%
c. Typical
= X/R
Grounding
a. Phase Shift
b. Angle = Vector Group
c. Primary =0
d. Secondary = Y Solid
= Y Solid
4. Busbar Tegangan sistem = 20 KV
5. PMT Outgoing Rating
20 kV (High a. Standard = IEC
Voltage Circuit b. Manfacturer = ABB
c. Model
Breaker) = 25HKSA1000
d. Min. Delay
= 0,01 s
6. Rele PMT OCR
Outgoing 20 a. Manufacturer = AREVA
kV (Multi- b. Model = P123
Function
Relay)
147

7. CT PMT a. Standard = IEC


Outgoing 20 b. Ratio = 800 : 5
kV
8. Recloser K1-68 Rating
a. Standard = IEC
b. Manufacturer = Nu-Lec
c. Model
= N27
d. kV
e. Max. Amps = 27 kV
f. Breaking kA = 630 A
g. Break Time
= 12,5 A
= 5 ms
7 Kawat AAAC a. Panjang = 6,4 kms
240 mm2 b. Impedansi saluran
Z1 = Z2
= 0,1344 + j 0,3158 Ω
Z0
= 0,3631 + j 1,6180 Ω
148

4.7.1 Simulasi Gangguan Hubung Singkat Satu Fasa Tanah dengan Software ETAP
Berikut ini gambar 4.7 hasil simulasi gangguan hubung singkat satu fasa tanah menggunakan sofware ETAP 12.6.0 pada titik
sesuai dengan jarak gangguan yang telah ditentukan.

Hasil Simulasi Gangguan Arus Hubung Singkat Satu Fasa Tanah sesuai dengan Titik Gangguan yang telah
ditentukan
149

4.7.2 Simulasi Gangguan Hubung Singkat Tiga Fasa dengan Software ETAP
Berikut ini adalah hasil simulasi gangguan hubung singkat satu fasa tanah menggunakan sofware ETAP 12.6.0 pada titik sesuai
dengan jarak gangguan yang telah ditentukan

Hasil Simulasi Gangguan Arus Hubung Singkat Satu Fasa Tanah sesuai dengan Titik Gangguan yang telah
ditentukan
Besar arus hubung singkat pada titik-titik gangguan yang telah ditentukan
berdasarkan simulasi ETAP dapat dilihat pada gambar 4.9 berikut :

Short Circuit Summary Report ETAP 12.6.0 sesuai Titik


Gangguan

Koordinasi Rele OCR dan GFR menggunakan Software ETAP


Simulasi koordinasi Rele OCR dan GFR menggunakan ETAP perlu dilakukan
untuk mengetahui setting rele OCR dan GFR yang telah dilakukan apakah dapat
berkoordinasi dengan baik atau tidak.

4.8.1 Simulasi Koordinasi Rele OCR pada Lokasi Gangguan 90% dari PMT
Dalam Simulasi koordinasi Rele OCR digunakan contoh lokasi gangguan 90% dari
panjang penyulang untuk mengetahui koordinasi antara PMT, Recloser K1-68, dan
LBS K1-117/25.

Koordinasi rele OCR pada Gangguan Hubung Singkat di titik


90% dari PMT

150
151

Laporan Analisa Kerja Rele OCR ketika terjadi Hubung Singkat


Tiga Fasa pada titik 90% dari PMT menggunakan software ETAP

Berdasarkan gambar 4.10 dan 4.11, gangguan hubung singkat tiga fasa sebesar
4037 Ampere terjadi pada jarak 90% dari PMT maka rele OCR recloser akan
merasakan arus gangguan dan bekerja dengan waktu kerja 0,1 sekon. Saat recloser
mengalami trip pertama, LBS K1-117/25 akan mengalami trip/lockout dengan
selisih waktu 0,01 sekon. Setelah 15 sekon reclose time bekerja, recloser kembali
menutup. Saat recloser menutup kembali, gangguan yang terjadi sebelumnya sudah
tidak dirasakan oleh recloser karena sectionalizer telah membuka sehingga daerah
terganggu dapat diminimalisasi akibat koordinasi ini. Apabila LBS K1-117/25
gagal bekerja maka recloser akan merasakan arus gangguan kembali dan akan
mengalami trip/lockout pada waktu ke 15,2 sekon. Titik gangguan 90% dari PMT
ini juga masih berada pada zona proteksi HS 1 PMT. Sehingga apabila recloser dan
secionalizer tidak dapat mengamankan gangguan maka PMT akan trip setelah 0,3
sekon.
152

4.8.2 Simulasi Koordinasi Rele GFR pada Lokasi Gangguan 90% dari PMT

Koordinasi rele GFR pada Gangguan Hubung Singkat di


titik 90% dari PMT

Laporan Analisa Kerja Rele GFR ketika terjadi Hubung Satu


Fasa Tanah pada titik 90% dari PMT menggunakan software
ETAP

Berdasarkan gambar 4.12 dan gambar 4.13, gangguan hubung singkat satu fasa
tanah sebesar 2136 Ampere terjadi pada jarak 90% dari PMT maka rele GFR
recloser akan merasakan gangguan dan bekerja dengan waktu kerja 0,1 sekon. Saat
recloser mengalami trip pertama LBS K1-117/25 akan mengalami trip/lockout
dengan selisih waktu 0,01 detik setelah trip pertama recloser. Setelah 15 sekon
reclose time bekerja, recloser kembali menutup. Saat recloser menutup kembali,
gangguan sebelumnya sudah tidak dirasakan oleh recloser karena sectionalizer telah
membuka sehingga daerah terganggu dapat diminimalisasi akibat koordinasi ini.
Apabila LBS K1-117/25 gagal bekerja maka recloser akan merasakan arus
153

gangguan kembali dan akan mengalami trip/lockout pada waktu ke 15,2 sekon.
Titik gangguan 90% dari PMT ini juga masih berada pada zona proteksi invers
PMT. Apabila recloser dan sectionalizer tidak dapat mengamankan gangguan maka
PMT yang akan trip setelah waktu 1,082 sekon.

Persiapan Pengujian Simulator


Setelah melakukan perancangan alat pada trainer PLC dan simulator serta
pelengkap koneksinya, maka selanjutnya yaitu tahap pengujian alat. Pengujian alat
ini bertujuan untuk melihat secara langsung cara kerja alat, apakah alat tersebut
telah memenuhi kriteria dan bekerja sesuai dengan apa yang telah direncanakan.
Sehingga apabila hal tersebut belum tercapai atau masih terdapat kendala dan
kekurangan, maka akan dilakukan perbaikan terhadap alat atau program
secepatnya. Persiapan-persiapan yang harus dilakukan sebelum melakukan
pengujian meliputi hardware dan software yaitu:
a. Untuk hardware, mempersiapkan trainer PLC MODICON TM221CE40R
dan simulator beserta perlengkapan yang akan digunakan seperti kabel
konektor.
b. Untuk software, mempersiapkan PC dengan program SoMachine untuk
pemrograman SCADA PLC dan Vijeo Citect untuk mengontrol dan
monitoring PLC.

Pengujian Alat
Simulator yang telah dibuat kemudian diuji sesuai dengan perencanaan awal,
apakah bekerja dengan seharusnya atau tidak. Hasil pengujian simulator dapat
dilihat pada tabel 4.12.
Tabel 4.12 Pengujian Alat

Peralatan yang diuji Pengujian Keterangan


Ketika Push button pada posisi
Menggunakan Ohm NO ditekan maka akan menjadi
Push Button
Meter NC, Ohm meter akan berbunyi
dan menunjukan angka
Menggunakan Ohm Ketika Selector switch pada
Selector Switch
Meter posisi NO diubah maka akan
154

menjadi NC, Ohm meter akan


berbunyi dan menunjukan angka
Ketika Toggle switch pada posisi
Menggunakan Ohm NO diubah maka akan menjadi
Toggle Switch
Meter NC, Ohm meter akan berbunyi
dan menunjukan angka
Ketika Potensiometer diputar
Menggunakan Ohm
Potensiometer maka angka pada Ohm meter
Meter
akan berubah-ubah
Memberikan tegangan Lampu akan menyala
Lampu Tanda DC
24 VDC pada lampu
Memberikan tegangan LED Strip akan menyala
LED Strip 24 VDC pada LED
strip

Pengujian Program PLC dan Kerja Simulator


Setelah dilakukan pengujian alat, maka selanjutnya dapat dilakukan pengujian
program PLC sesuai deskripsi kerja yang telah dibuat untuk mengetahui apakah
cara kerja simulator sudah sesuai dengan yang diinginkan. Pada uji simulator dan
program PLC terdapat 8 macam simulasi yaitu :
Simulasi gangguan tiga fasa pada jarak 45% dari PMT
d) Simulasi gangguan tiga fasa pada jarak 60% dari PMT
e) Simulasi gangguan tiga fasa pada jarak 90% dari PMT
f) Simulasi gangguan satu fasa ke tanah pada jarak 45% dari PMT
g) Simulasi gangguan satu fasa ke tanah pada jarak 60% dari PMT
h) Simulasi gangguan satu fasa ke tanah pada jarak 90% dari PMT
Di bawah ini adalah tabulasi hasil uji coba simulator dan program PLC sesuai
dengan kondisi simulasi diatas.
155

Gangguan Tiga Fasa pada Jarak 45% dari PMT

PMT, RECLOSER, DAN


SECTIONALIZER
MENYALA

Selector Switch
Jenis gangguan
(OCR)

Potensio Posisi 1
(45% dari PMT)

Selector Switch
Start Gangguan

PMT Trip
6 detik

Reset Sistem

Nyalakan PMT
kembali

Skematik Pengujian Ladder dan Simulator saat Gangguan


Tiga Fasa pada Jarak 45% dari PMT

Tabel 4.13 Uji Simulasi Gangguan Tiga Fasa pada jarak 45% dari PMT

Nama Alamat Input


No Percobaan Keterangan
I/O I/O ON OFF
1. Gangguan Selector switch 3
tiga fasa diposisikan OFF, untuk
SW3 %I0.13 √
45% dari memilih jenis gangguan
PMT L-L-L.
Potensiometer pada
AI0 simulator diputar ke
(POT %IW0.0 √ kanan sampai posisi 1,
1) untuk memilih gangguan
pada jarak 45% dari
156

PMT, arus HS sebesar


6151 Ampere akan
muncul pada SCADA.

Indikator OCR1 pada


tampilan SCADA akan
hidup, maka simulasi
siap dilakukan.
Selector switch ke 2
diposisikan ON, untuk
memulai simulasi
gangguan.

Lampu indikator PMT


pada PLC, simulator, dan
SCADA akan mati
dengan waktu tunda 6 s.
Lalu LED strip 1,2,3
pada simulator dan
SCADA akan mati.
SW2 %I0.12 √

I fault pada PMT akan


muncul sebesar 6151
Ampere. Telemetering
beban dan tegangan
PMT, Recloser, dan SSO
akan menjadi 0.

Lampu indikator OCR


PMT pada tampilan
SCADA akan menyala.
Lampu gangguan pada
157

simulator dan indikator


gangguan pada SCADA
akan menyala.

Jarak gangguan dan jenis


gangguan akan muncul
pada SCADA
Selector switch ke 2
diposisikan OFF, untuk
SW2 %IW0.0 √
menghentikan simulasi
gangguan.
Potensiometer pada
simulator diputar ke kiri
AI0 sampai posisi 0, untuk
(POT %IW0.0 √ menghilangkan arus HS.
1)
Indikator OCR1 pada
Reset SCADA akan mati
gangguan Menekan push button 1
2. tiga fasa atau tombol reset pada
45% dari SCADA ke posisi ON
PB0
PMT untuk mereset sistem.
&
%I0.0
Reset
& √ Jenis gangguan, jarak
pada
%M20 gangguan, dan I fault
SCAD
pada SCADA akan
A
hilang. Telemetering
pada SCADA akan
kembali seperti semula.
%I0.1 Menekan push button 2
PB1
& √ atau tombol close PMT
&
%M4 pada SCADA ke posisi
158

PMT ON untuk menyalakan


Close PMT kembali.
SCAD
A Lampu indikator PMT
pada PLC, simulator dan
SCADA akan menyala.

Telemetering akan
kembali seperti semula.
LED strip 1, 2, dan 3
akan kembali menyala.

Gangguan Tiga Fasa pada Jarak 60% dari PMT

PMT, RECLOSER, DAN


SECTIONALIZER
MENYALA

Selector Switch
Jenis gangguan
(OCR)

Potensio Posisi 2
(60% dari PMT)

Selector Switch
Start Gangguan

Recloser Lockout
2 detik

Reset Sistem

Nyalakan
Recloser kembali

Skematik Pengujian Ladder dan Simulator saat Gangguan


Tiga Fasa pada Jarak 60% dari PMT
159

Tabel 4.14 Uji Simulasi Gangguan Tiga Fasa pada jarak 60% dari PMT

Nama Alamat Input


No Percobaan KETERANGAN
I/O I/O ON OFF
1. Gangguan Selector switch 3
tiga fasa diposisikan OFF, untuk
SW3 %I0.13 √
60% dari memilih jenis gangguan
PMT L-L-L.
Potensiometer pada
simulator diputar ke
kanan sampai posisi 2,
untuk memilih gangguan
pada jarak 60% dari
AI0 PMT, arus HS sebesar
(POT %IW0.0 √ 5245 Ampere akan
1) muncul pada SCADA.

Indikator OCR 2 pada


tampilan SCADA akan
hidup, maka simulasi
siap dilakukan.
Selector switch ke 2
diposisikan ON, untuk
memulai simulasi
gangguan.

Lampu indikator
SW2 %I0.12 √
Recloser pada PLC,
simulator, dan SCADA
akan mati dengan waktu
tunda 2 s. Lalu LED strip
2,3 pada simulator dan
SCADA akan mati.
160

I fault pada recloser


akan muncul sebesar
5245 Ampere.
Telemetering beban dan
tegangan Recloser, dan
SSO akan menjadi 0.

Lampu indikator OCR


Recloser pada tampilan
SCADA akan menyala.
Lampu gangguan pada
simulator dan indikator
gangguan pada SCADA
akan menyala.

Jarak gangguan dan jenis


gangguan akan muncul
pada SCADA
2. Reset Selector switch ke 2
gangguan diposisikan OFF, untuk
SW2 %IW0.0 √
tiga fasa menghentikan simulasi
60% dari gangguan.
PMT Potensiometer pada
simulator diputar ke kiri
AI0 sampai posisi 0, untuk
(POT %IW0.0 √ menghilangkan arus HS.
1)
Indikator OCR 2 pada
SCADA akan mati
PB0 %I0.0 Menekan push button 1

& & atau tombol reset pada
161

Reset %M20 SCADA ke posisi ON


pada untuk mereset sistem.
SCAD
A Jenis gangguan, jarak
gangguan, dan I fault
pada SCADA akan
hilang. Telemetering
pada SCADA akan
kembali seperti semula.
Menekan push button 3
atau tombol close
recloser pada SCADA
ke posisi ON untuk
menyalakan recloser
PB2 kembali.
&
%I0.2
Reclose Lampu indikator
& √
r Close recloser pada PLC,
%M9
SCAD simulator dan SCADA
A akan menyala.

Telemetering akan
kembali seperti semula.
LED strip 2 dan 3 akan
kembali menyala.
162

Gangguan Tiga Fasa pada Jarak 90% dari PMT

PMT, RECLOSER, DAN


SECTIONALIZER
MENYALA

Selector Switch
Jenis gangguan
(OCR)

Potensio Posisi 3
(90% dari PMT)

Selector Switch
Start Gangguan

Recloser Trip
2 detik

SSO Trip setelah


Recloser Trip

Recloser close
kembali setelah 10
detik

Reset Sistem

Reset Recloser

Nyalakan SSO
kembali

Skematik Pengujian Ladder dan Simulator saat Gangguan


Tiga Fasa pada Jarak 90% dari PMT
163

Tabel 4.15 Uji Simulasi Gangguan Tiga Fasa pada jarak 90% dari PMT

Nama Alamat Input


No Percobaan Keterangan
I/O I/O ON OFF
1. Gangguan Selector switch 3
tiga fasa diposisikan OFF, untuk
SW3 %I0.13 √
90% dari memilih jenis gangguan
PMT L-L-L.
Potensiometer pada
simulator diputar ke
kanan sampai posisi 3,
untuk memilih gangguan
pada jarak 90% dari
AI0 PMT, arus HS sebesar
(POT %IW0.0 √ 4047 Ampere akan
1) muncul pada SCADA.

Indikator OCR 3 pada


tampilan SCADA akan
hidup, maka simulasi
siap dilakukan.
Selector switch ke 2
diposisikan ON, untuk
memulai simulasi
gangguan.

SW2 %I0.12 √ Lampu indikator


Recloser pada PLC,
simulator, dan SCADA
akan mati/open dengan
waktu tunda 2 s. Lalu
LED strip 2,3 pada
164

simulator dan SCADA


akan mati.

Lalu setelah 2 s recloser


mati/open, SSO akan
mati/open. Setelah
mati/open selama 10 s,
recloser akan
menyala/close kembali,
LED strip 2 akan
menyala kembali.

I fault pada recloser


akan muncul sebesar
4047 Ampere.
Telemetering beban dan
tegangan SSO akan
menjadi 0.

Lampu indikator OCR


Recloser pada tampilan
SCADA akan menyala.
Lampu gangguan pada
simulator dan indikator
gangguan pada SCADA
akan menyala.

Jarak gangguan dan jenis


gangguan akan muncul
pada SCADA
2. Reset Selector switch ke 2
SW2 %IW0.0 √
gangguan diposisikan OFF, untuk
165

tiga fasa menghentikan simulasi


60% dari gangguan.
PMT Potensiometer pada
simulator diputar ke kiri
AI0 sampai posisi 0, untuk
(POT %IW0.0 √ menghilangkan arus HS.
1)
Indikator OCR 3 pada
SCADA akan mati
PB3 Menekan push buton 4
& atau tombol reset
Reset %I0.3 recloser pada SCADA
reclose & √ ke posisi ON untuk
r pada %M21 mereset counter reclose
SCAD pada recloser.
A
Menekan push button 1
atau tombol reset pada
SCADA ke posisi ON
PB0
untuk mereset sistem.
&
%I0.0
Reset
& √ Jenis gangguan, jarak
pada
%M20 gangguan, dan I fault
SCAD
pada SCADA akan
A
hilang. Telemetering
pada SCADA akan
kembali seperti semula.
Menekan push button 5
PB4
%I0.4 atau tombol close SSO
&
& √ pada SCADA ke posisi
SSO
%M14 ON untuk menyalakan
Close
SSO kembali.
166

SCAD
A Lampu indikator SSO
pada PLC, simulator dan
SCADA akan menyala.

Telemetering akan
kembali seperti semula.
LED strip 3 akan
kembali menyala.

Gangguan Satu Fasa ke Tanah pada Jarak 45% dari PMT

PMT, RECLOSER, DAN


SECTIONALIZER
MENYALA

Selector Switch
Jenis gangguan
(GFR)

Potensio Posisi 1
(45% dari PMT)

Selector Switch
Start Gangguan

PMT Trip
6 detik

Reset Sistem

Nyalakan PMT
kembali

Skematik Pengujian Ladder dan Simulator saat Gangguan Satu


Fasa ke Tanah pada Jarak 45% dari PMT
167

Tabel 4.16 Uji Simulasi Gangguan Satu Fasa ke Tanah pada jarak 45% dari PMT

Alamat Input
No Percobaan Nama I/O Keterangan
I/O ON OFF
1. Gangguan Selector switch 3
satu fasa ke diposisikan ON, untuk
SW3 %I0.13 √
tanah 45% memilih jenis gangguan
dari PMT L-G.
Potensiometer pada
simulator diputar ke
kanan sampai posisi 1,
untuk memilih gangguan
pada jarak 45% dari
PMT, arus HS sebesar
AI0 (POT
%IW0.0 √ 3641 Ampere akan
1)
muncul pada SCADA.

Indikator GFR1 pada


tampilan SCADA akan
hidup, maka simulasi
siap dilakukan.
Selector switch ke 2
diposisikan ON, untuk
memulai simulasi
gangguan.

Lampu indikator PMT


SW2 %I0.12 √
pada PLC, simulator, dan
SCADA akan mati
dengan waktu tunda 6 s.
Lalu LED strip 1,2,3
pada simulator dan
SCADA akan mati.
168

I fault pada PMT akan


muncul sebesar 3461
Ampere. Telemetering
beban dan tegangan
PMT, Recloser, dan SSO
akan menjadi 0.

Lampu indikator GFR


PMT pada tampilan
SCADA akan menyala.
Lampu gangguan pada
simulator dan indikator
gangguan pada SCADA
akan menyala.

Jarak gangguan dan jenis


gangguan akan muncul
pada SCADA
2. Reset Selector switch ke 2
gangguan diposisikan OFF, untuk
SW2 %IW0.0 √
tiga fasa menghentikan simulasi
45% dari gangguan.
PMT Potensiometer pada
simulator diputar ke kiri
sampai posisi 0, untuk
AI0
%IW0.0 √ menghilangkan arus HS.
(POT 1)

Indikator GFR1 pada


SCADA akan mati
PB0 %I0.0 Menekan push button 1

& & atau tombol reset pada
169

Reset pada %M20 SCADA ke posisi ON


SCADA untuk mereset sistem.

Jenis gangguan, jarak


gangguan, dan I fault
pada SCADA akan
hilang. Telemetering
pada SCADA akan
kembali seperti semula.
Menekan push button 2
atau tombol close PMT
pada SCADA ke posisi
ON untuk menyalakan
PMT kembali.
PB1
& %I0.1
Lampu indikator PMT
PMT & √
pada PLC, simulator dan
Close %M4
SCADA akan menyala.
SCADA

Telemetering akan
kembali seperti semula.
LED strip 1, 2, dan 3
akan kembali menyala.
170

Gangguan Satu Fasa ke Tanah pada Jarak 60% dari PMT

PMT, RECLOSER, DAN


SECTIONALIZER
MENYALA

Selector Switch
Jenis gangguan
(GFR)

Potensio Posisi 2
(60% dari PMT)

Selector Switch
Start Gangguan

Recloser Trip
2 detik

Recloser close
kembali setelah 10
detik

Recloser Lockout
2 detik

Reset Sistem

Reset Recloser

Nyalakan
Recloser kembali

Skematik Pengujian Ladder dan Simulator saat Gangguan Satu


Fasa ke Tanah pada Jarak 60% dari PMT
171

Tabel 4.17 Uji Simulasi Gangguan Satu Fasa ke Tanah pada jarak 60% dari PMT

Nama Alamat Input


No Percobaan Keterangan
I/O I/O ON OFF
1. Gangguan Selector switch 3
satu fasa ke diposisikan ON, untuk
SW3 %I0.13 √
tanah 60% memilih jenis gangguan
dari PMT L-G.
Potensiometer pada
simulator diputar ke
kanan sampai posisi 2,
untuk memilih gangguan
pada jarak 60% dari
PMT, arus HS sebesar
AI0
%IW0.0 √ 2947 Ampere akan
(POT 1)
muncul pada SCADA.

Indikator OCR2 pada


tampilan SCADA akan
hidup, maka simulasi
siap dilakukan.
Selector switch ke 2
diposisikan ON, untuk
memulai simulasi
gangguan.

SW2 %I0.12 √ Lampu indikator


Recloser pada PLC,
simulator, dan SCADA
akan mati/open dengan
waktu tunda 2 s. Lalu
LED strip 2,3 pada
172

simulator dan SCADA


akan mati.

Setelah recloser
mati/open selama 10 s,
recloser akan
menyala/close kembali
dan counter reclose akan
terhitung 1x, LED strip 2
dan 3 akan menyala
kembali.

Jika masih ada


gangguan, recloser akan
lockout/mati dengan
tunda waktu 2 s. LED
strip 2 dan 3 akan mati.

I fault pada recloser


akan muncul sebesar
2947 Ampere.
Telemetering beban,
tegangan recloser dan
SSO akan menjadi 0.

Lampu indikator GFR


Recloser pada tampilan
SCADA akan menyala.
Lampu gangguan pada
simulator dan indikator
gangguan pada SCADA
akan menyala.
173

Jarak gangguan dan jenis


gangguan akan muncul
pada SCADA
2. Reset Selector switch ke 2
gangguan diposisikan OFF, untuk
SW2 %IW0.0 √
tiga fasa menghentikan simulasi
60% dari gangguan.
PMT Potensiometer pada
simulator diputar ke kiri
sampai posisi 0, untuk
AI0
%IW0.0 √ menghilangkan arus HS.
(POT 1)

Indikator GFR2 pada


SCADA akan mati
PB3 Menekan push buton 4
& atau tombol reset
%I0.3
Reset recloser pada SCADA
& √
recloser ke posisi ON untuk
%M21
pada mereset counter reclose
SCADA pada recloser.
Menekan push button 1
atau tombol reset pada
SCADA ke posisi ON
PB0 untuk mereset sistem.
& %I0.0
Reset & √ Jenis gangguan, jarak
pada %M20 gangguan, dan I fault
SCADA pada SCADA akan
hilang. Telemetering
pada SCADA akan
kembali seperti semula.
174

Menekan push button 3


atau tombol close
Recloser pada SCADA
ke posisi ON untuk
menyalakan Recloser
kembali.
PB2
& %I0.2
Lampu indikator
Recloser & √
Recloser pada PLC,
Close %M9
simulator dan SCADA
SCADA
akan menyala.

Telemetering akan
kembali seperti semula.
LED strip 2 dan 3 akan
kembali menyala.
175

Gangguan Satu Fasa ke Tanah pada Jarak 90% dari PMT

PMT, RECLOSER, DAN


SECTIONALIZER
MENYALA

Selector Switch
Jenis gangguan
(GFR)

Potensio Posisi 3
(90% dari PMT)

Selector Switch
Start Gangguan

Recloser Trip
2 detik

SSO Trip setelah


Recloser Trip

Recloser close
kembali setelah 10
detik

Reset Sistem

Reset Recloser

Nyalakan SSO
kembali

Skematik Pengujian Ladder dan Simulator saat Gangguan Satu


Fasa ke Tanah pada Jarak 90% dari PMT
176

Tabel 4.18 Uji Simulasi Gangguan Satu Fasa ke Tanah pada jarak 90% dari PMT

Nama Alamat Input


No Percobaan Keterangan
I/O I/O ON OFF
1. Gangguan Selector switch 3
satu fasa ke diposisikan ON, untuk
SW3 %I0.13 √
tanah 90% memilih jenis gangguan
dari PMT L-G.
Potensiometer pada
simulator diputar ke
kanan sampai posisi 3,
untuk memilih gangguan
pada jarak 90% dari
PMT, arus HS sebesar
AI0
%IW0.0 √ 2133 Ampere akan
(POT 1)
muncul pada SCADA.

Indikator GFR 3 pada


tampilan SCADA akan
hidup, maka simulasi
siap dilakukan.
Selector switch ke 2
diposisikan ON, untuk
memulai simulasi
gangguan.

SW2 %I0.12 √ Lampu indikator


Recloser pada PLC,
simulator, dan SCADA
akan mati/open dengan
waktu tunda 2 s. Lalu
LED strip 2,3 pada
177

simulator dan SCADA


akan mati.

Lalu setelah 2 s recloser


mati/open, SSO akan
mati/open. Setelah
recloser mati/open
selama 10 s, recloser
akan menyala/close
kembali, LED strip 2
akan menyala kembali.

I fault pada recloser


akan muncul sebesar
2133 Ampere.
Telemetering beban dan
tegangan SSO akan
menjadi 0.

Lampu indikator GFR


Recloser pada tampilan
SCADA akan menyala.
Lampu gangguan pada
simulator dan indikator
gangguan pada SCADA
akan menyala.

Jarak gangguan dan jenis


gangguan akan muncul
pada SCADA
2. Reset Selector switch ke 2
SW2 %IW0.0 √
gangguan diposisikan OFF, untuk
178

tiga fasa menghentikan simulasi


60% dari gangguan.
PMT Potensiometer pada
simulator diputar ke kiri
sampai posisi 0, untuk
AI0
%IW0.0 √ menghilangkan arus HS.
(POT 1)

Indikator GFR3 pada


SCADA akan mati
PB3 Menekan push buton 4
& atau tombol reset
%I0.3
Reset recloser pada SCADA
& √
recloser ke posisi ON untuk
%M21
pada mereset counter reclose
SCADA pada recloser.
Menekan push button 1
atau tombol reset pada
SCADA ke posisi ON
PB0 untuk mereset sistem.
& %I0.0
Reset & √ Jenis gangguan, jarak
pada %M20 gangguan, dan I fault
SCADA pada SCADA akan
hilang. Telemetering
pada SCADA akan
kembali seperti semula.
Menekan push button 5
PB4
atau tombol close SSO
& %I0.4
pada SCADA ke posisi
SSO & √
ON untuk menyalakan
Close %M14
SSO kembali.
SCADA
179

Lampu indikator SSO


pada PLC, simulator dan
SCADA akan menyala.

Telemetering akan
kembali seperti semula.
LED strip 3 akan
kembali menyala.

Data Hasil Percobaan


Dari percobaan menggunakan trainer PLC dan simulator yang telah dilakukan,
dapat dilihat hasil sebagai berikut.
Tabel 4.19 Data Hasil Percobaan Gangguan Hubung singkat 3 Fasa

Panjang Jaringan Arus HS Tiga


Waktu Trip
No Jarak kms Fasa
(sekon)
(Ampere)
1. 45% dari PMT (HS1 PMT) 2,88 6151 6,0
2. 60% dari PMT (HCL Rec) 3,84 5245 2,0
3. 90% dari PMT (HCT Rec) 5,76 4047 2,0

Tabel 4.20 Data Hasil Percobaan Gangguan Hubung Singkat 1 Fasa ke Tanah

Panjang Jaringan Arus HS Satu


Waktu Trip
No Jarak kms Fasa ke Tanah
(sekon)
(Ampere)
1. 45% dari PMT (HS1 PMT) 2,88 3641 6,0
2. 60% dari PMT (HCT Rec) 3,84 2947 2,0
3. 90% dari PMT (HCT Rec) 5,76 2133 2,0

Analisa Hasil Percobaan


Setelah dilakukan percobaan simulasi hubung singkat pada simulator, dari hasil
perhitungan waktu kerja peralatan proteksi jaringan listrik jika digunakan pada
simulator maka waktu kerja alat pengaman yang terjadi akan sangat singkat dan
180

hampir tidak terlihat. Sehingga hasil waktu kerja alat pengaman yang didapat
dikalikan dengan 20 agar dapat terlihat jeda waktu yang ada.
Sebagai contoh, untuk hubung singkat tiga fasa dan satu fasa ke tanah di titik
gangguan setelah PMT (Jarak 45% dari PMT), waktu kerja PMT adalah 0,3 detik,
sehingga :
Waktu kerja PMT (simulator) = waktu kerja sesungguhnya x 20
= 0,3 x 20
= 6 detik
Sedangkan untuk waktu kerja Recloser adalah 0,1 detik untuk hubung singkat tiga
fasa dan satu fasa ke tanah pada jarak gangguan 45% dari PMT.
Waktu kerja Recloser (simulator) = waktu kerja sesungguhnya x 20
= 0,1 x 20
= 2 detik
Dari hasil tersebut, simulator telah diprogram sesuai dengan setting peralatan
proteksi pada penyulang KDS-01 namun lebih diperlama waktunya.

Perbandingan Arus Hubung Singkat dan Waktu Kerja Peralatan


Proteksi Jaringan Hasil Perhitungan dan Simulasi ETAP
Perbandingan Arus Hubung Singkat Satu Fasa Tanah dan Waktu
Kerja Proteksi Jaringan Hasil Perhitungan dan ETAP

Pada tabel 4.21 merupakan perbandingan antara arus hubung singkat satu fasa
tanah. Hasil ini diperoleh berdasarkan tabel 4.19 dan hasil simulasi menggunakan
software ETAP
Tabel 4.21 Perbandingan Arus Hubung Singkat Satu Fasa Tanah

Arus Hubung Singkat


Panjang Jaringan Satu Fasa Tanah
Margin
No (Ampere)
Error (%)
Hasil Hasil
Jarak kms
Perhitungan ETAP
1. 45% dari PMT (HS1 PMT) 2,88 3641 3648 0,19
2. 60% dari PMT (HCT Rec) 3,84 2947 2952 0,17
3. 90% dari PMT (HCT Rec) 5,76 2133 2136 0,14
181

Dari tabel 4.21 apabila dibuat dalam bentuk grafik, maka dapat dilihat pada
gambar 4.20 berikut ini

Perbandingan Arus Hubung Singkat Satu Fasa Tanah


4000 3648

3500
3641 2952
3000
2947 2136
2500
Arus [A]

2000
2133
1500
1000
500
0
2.88 3.84 5.76

Jarak [kms]
Hasil Perhitungan Hasil ETAP

Grafik Perbandingan Arus Hubung Singkat 1 Fasa Tanah

Berdasarkan tabel 4.20 dan grafik pada gambar 4.20, diperoleh nilai arus hubung
singkat hasil simulasi software ETAP mendekati hasil perhitungan, adanya
perbedaan hasil yang tidak sama persis dengan ETAP dikarenakan dalam
perhitungan manual kemungkinan terjadi perbedaan dalam pembulatan angka.
Sedangkan untuk waktu kerja masing-masing peralatan proteksi pada saat terjadi
gangguan hubung singkat satu fasa tanah dari hasil perhitungan degan hasil simulasi
ETAP dapat dilihat pada tabel 4.22.
Tabel 4.22 Perbandingan Waktu Kerja Arus Hubung Singkat Satu Fasa Tanah

Waktu kerja Hubung


Panjang Jaringan Singkat Satu Fasa Tanah Margin
NO (Ampere) Error
Hasil (%)
Jarak kms Hasil ETAP
Perhitungan
1. 45% dari PMT (HS1 PMT) 2,88 0,3 0,3 0
2. 60% dari PMT (HCT Rec) 3,84 0,1 0,1 0
3. 90% dari PMT (HCT Rec) 5,76 0,1 0,1 0
182

Dari tabel 4.22 apabila dibuat dalam bentuk grafik maka dapat dilihat pada
gambar 4.21

Perbandingan Waktu Kerja Hubung Singkat Satu Fasa


Tanah

0.35 0.3

0.3

0.25 0.3
Waktu [s]

0.2

0.15
0.1
0.1
0.1
0.1 0.1
0.05

0
2.88 3.84 5.76
Jarak [kms]
Hasil Perhitungan Hasil ETAP

Grafik Perbandingan Waktu Kerja Peralatan Pengaman saat


terjadi Arus Hubung Singkat Satu Fasa Tanah

Berdasarkan tabel 4.22 dan grafik pada gambar 4.21, diperoleh waktu kerja
peralatan pengaman hasil perhitungan dan simulasi software ETAP adalah sama.

Perbandingan Arus Hubung Singkat Tiga Fasa dan Waktu Kerja


Proteksi Jaringan Hasil Perhitungan dan ETAP

Pada tabel 4.23 merupakan perbandingan antara arus hubung singkat tiga fasa.
Hasil ini diperoleh berdasarkan tabel 4.9 dan hasil simulasi menggunakan software
ETAP
183

Tabel 4.23 Perbandingan Arus Hubung Singkat Tiga Fasa

Arus Hubung Singkat Tiga


Panjang Jaringan Fasa Margin
No (Ampere) Error
Hasil (%)
Jarak kms Hasil ETAP
Perhitungan
1. 45% dari PMT (HS1 PMT) 2,88 6151 6134 -0,28
2. 60% dari PMT (HCT Rec) 3,84 5245 5231 -0,27
3. 90% dari PMT (HCT Rec) 5,76 4047 4037 -0,25

Dari tabel 4.23 apabila dibuat dalam bentuk grafik, maka dapat dilihat pada
gambar 4.22 berikut ini

Perbandingan Arus Hubung Singkat Tiga Fasa


7000 6151

6000
5245
6134
5000 4047
5231
Arus [A]

4000
4037
3000

2000

1000

0
2.88 3.84 5.76

Jarak [kms]
Hasil Perhitungan Hasil ETAP

Grafik Pebandingan Arus Hubung Singkat Tiga Fasa

Berdasarkan tabel 4.22 dan grafik pada gambar 4.22, diperoleh nilai arus hubung
singkat hasil simulasi software ETAP mendekati hasil perhitungan, adanya
perbedaan hasil yang tidak sama persis dengan ETAP dikarenakan dalam
perhitungan manual kemungkinan terjadi perbedaan dalam pembulatan angka.

Sedangkan untuk waktu kerja masing-masing peralatan proteksi pada saat terjadi
gangguan hubung singkat satu fasa tanah dari hasil perhitungan dengan hasil
simulasi ETAP dapat dilihat pada tabel 4.24.
184

Tabel 4.24 Perbandingan Waktu Kerja Peralatan Pengaman Saat Terjadi Hubung
Singkat Tiga Fasa

Waktu kerja Hubung


Panjang Jaringan Singkat Tiga Margin
No (Ampere) Error
Hasil Hasil (%)
Jarak kms
Perhitungan ETAP
1. 45% dari PMT (HS1 PMT) 2,88 0,3 0,3 0
2. 60% dari PMT (HCT Rec) 3,84 0,1 0,1 0
3. 90% dari PMT (HCT Rec) 5,76 0,1 0,1 0

Dari tabel 4.24 apabila dibuat dalam bentuk grafik maka dapat dilihat pada
gambar 4.23

Perbandingan Waktu Kerja Hubung Singkat Tiga Fasa

0.35 0.3

0.3

0.25 0.3
Waktu [s]

0.2

0.15
0.1
0.1
0.1
0.1 0.1
0.05

0
2.88 3.84 5.76
Jarak [kms]
Hasil Perhitungan Hasil ETAP

Grafik Perbandingan Waktu Kerja Peralatan Pengaman saat


terjadi Arus Hubung Singkat Satu Fasa Tanah

Berdasarkan tabel 4.24 dan grafik pada gambar 4.23, diperoleh waktu kerja
peralatan pengaman hasil perhitungan dan simulasi software ETAP adalah sama.
BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
a. Perhitungan yang digunakan untuk menentukan setting rele OCR dan GFR
pada peralatan proteksi penyulang KDS-01 sesuai dengan keadaan lapangan.
b. Perhitungan arus hubung singkat tiga fasa digunakan sebagai dasar untuk
menyetel rele OCR dan arus hubung singkat satu fasa digunakan sebagai dasar
untuk menyetel rele GFR pada peralatan proteksi penyulang KDS-01.
c. Setting koordinasi antara PMT outgoing, Recloser, dan sectionalizer dapat
dilakukan dengan mencari arus hubung singkat, mencari waktu kerja PMT
outgoing pada saat terjadi hubung singkat pada titik letak recloser, mencari
TMS untuk setting rele pada PMT dan recloser, dan menentukan jarak HCT
dan HCL recloser beserta waktu kerja.
d. Koordinasi OCR dan GFR pada PMT dengan recloser pada penyulang KDS-
01 adalah apabila terjadi gangguan hubung singkat tiga fasa maka yang bekerja
adalah rele OCR. Sedangkan untuk gangguan satu fasa ke tanah maka yang
bekerja adalah rele GFR.
e. Recloser K1-68 memiliki kekurangan yaitu nilai setting HCL untuk rele OCR
dan GFR sama sehingga pada saat melakukan setting ulang recloser
menggunakan perhitungan arus hubung singkat secara teori tidak terdapat zona
proteksi HCL untuk rele GFR.
f. Sectionalizer hanya dapat digunakan apabila sebelumnya terdapat peralatan
proteksi yang dilengkapi rele OCR dan GFR seperti recloser, karena
sectionalizer dapat bekerja apabila merasakan arus gangguan yang terjadi dan
meraskan hilang tegangan dari trip-nya recloser. Oleh sebab itu perlu
diperhatikan jumlah reclose dari recloser agar dapat berkoordinasi dengan
baik.
g. Mengubah setting LBS menjadi sectionalizer pada penyulang KDS-01
merupakan salah satu usaha yang dilakukan PT PLN (Persero) UP2D

185
186

Semarang dalam meningkatkan keandalan sistem jaringan tegangan menengah


serta meminimalkan kerugian energi dan ekonomi akibat gangguan hubung
singkat.
h. Pemasangan sectionalizer pada penyulang KDS-01 dapat menurunkan nilai
SAIDI dan SAIFI akibat gangguan dengan nilai SAIDI sebelum pemasangan
sectionalizer 4,484 jam/tahun menjadi 3,396 jam/tahun. Nilai SAIFI sebelum
pemasangan sectionalizer 5,616 kali/tahun menjadi 3,995 kali/tahun.
i. PLC dapat diaplikasikan untuk simulasi koordinasi antara PMT outgoing dan
recloser pada penyulang KDS-01 dalam bentuk rancang bangun simulator
dengan mengatur waktu kerja masing-masing pengaman berdasarkan arus
gangguan yang terjadi. Waktu kerja pengaman ini bisa didapat dengan
menghitung arus hubung singkat terlebih dahulu. Kemudian mencari waktu
kerja pengaman. Sehingga dapat diketahui peralatan yang akan bekerja serta
waktu kerja yang terjadi apabila terjadi gangguan.

5.2 Saran
Berikut ini beberapa saran yang dapat disampaikan :
a. Dalam menentukan jenis PLC yang akan digunakan sebaiknya disesuaikan
dengan jumlah input dan output yang akan digunakan pada simulator. Selain
itu perlu diperhatikan jumlah komponen yang diperlukan untuk pembuatan
simulator.
b. Perlu dipertimbangkan pemilihan recloser yang memiliki keluwesan dalam
melakukan setting agar tidak menimbulkan kendala seperti yang terjadi pada
Recloser K1-68 dimana nilai setting HCL untuk rele OCR dan GFR tidak dapat
berbeda.
187

DAFTAR PUSTAKA

Firdaus, Achmad Jamaah. 2009. Proteksi Sistem Tenaga Listrik. Semarang:


Politeknik Negeri Semarang

Marsudi, Djiteng. 2006. Operasi Sistem Tenaga Listrik. Graha Ilmu : Jakarta

Sarimun, Wahyudi. 2016.Proteksi Sistem Distribusi Tenaga Listrik. Bekasi:


Garamond.

Suhadi. 2008. Teknik Distribusi Tenaga Listrik Jilid 3. Jakarta : Direktorat


Pembinaan Sekolah Mennegah Kejuruan.

Sulasno. 1991. Analisa Sistem Tenaga Listrik. Satya Wacana : Semarang

Wicaksono, Handy. 2011. Dasar Pemrograman SCADA Software dengan


Wonderware In Touch. Yogyakarta : Graha Ilmu.

PT PLN (Persero). 1983. Standar Perusahaan Umum Listrik Negara 52-3:1998


Pola Pengaman Sistem. PT PLN (Persero).

---------. 2008. Standar Perusahaan Umum Listrik Negara S3.001:2008 Peralatan


SCADA Sistem Tenaga Listrik. PT PLN (Persero).

---------. 2010. Buku 5 Standar Konstruksi Jaringan Tegangan Menengah Tenega


Listik. (Lampiran Keputusan Direksi PT PLN (Persero)
No.606.K/DIR/2010 Tgl. 9 Desember 2010). Jakarta : Tim Penulis.

Schneider Electric. 2014. Modicon M221 Logic Controller. France : Schenider


Electric.

---------. 2010. N-Series Three-Phase Recloser. Queensland: Schneider Rd

Tambunan, Dolly Ansar., 2014. Laporan Akhir. Penggunaan Gas SF6 Pada
Pemutus Tenaga (PMT) Penyulang Kurma Di Gardu Induk Boom Baru 20
KV PT PLN (Persero) Palembang. Politeknik Negeri Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai