Disusun oleh :
i
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Tugas Akhir dengan judul “Rancang Bangun Simulasi Koordinasi PMT, Recloser,
dan Sectionalizer sebagai Proteksi Jaringan Tegangan Menengah pada Penyulang
KDS-01 PT PLN (Persero) UP3 Kudus Berbasis PLC dan SCADA” dibuat untuk
melengkapi sebagian persyaratan menjadi Ahli Madya pada Program Studi Teknik
Listrik, Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Semarang dan disetujui untuk
diajukan dalam sidang ujian tugas akhir.
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Mengetahui,
Ketua Program Studi
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Tim Penguji
Ketua. Sekretaris,
Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknik Listrik
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, dengan segala rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga Tugas Akhir yang berjudul “Rancang Bangun Koordinasi
PMT, Recloser dan Sectionalizer sebagai Proteksi Jaringan Tegangan
Menengah pada Penyulang KDS-01 PT PLN (Persero) UP3 Kudus Berbasis
PLC dan SCADA” tepat pada waktunya.
Tugas Akhir ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan
Diploma III Program Studi Teknik Listrik Jurusan Teknik Elektro Politeknik
Negeri Semarang. Tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik berkat bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih kepada :
v
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir ini masih banyak
kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi
sempurnanya Tugas Akhir ini. Besar harapan semoga Tugas Akhir ini dapat
bermanfaat bagi penulis, khususnya pembaca.
Penulis
vi
ABSTRAK
Jaringan distribusi primer PT PLN (Persero) UP3 Kudus khususnya Rayon Kudus Kota terdiri dari
beberapa penyulang, salah satunya adalah penyulang Kudus 01. Sistem pengaman jaringan pada
penyulang Kudus 01 terdiri dari satu PMT, recloser, dan sectionalizer. Sistem pengaman jaringan
pada penyulang KDS-01 yaitu recloser perlu dilakukan setting ulang karena adanya penyetelan
sectionalizer pada jaringan guna peningkatkan keandalan jaringan KDS-01. Zona kerja High
Current Lockout (HCL) recloser sebelum dipasang sectionalizer adalah melampaui letak
sectionalizer pada jaringan yang berjarak 1,5 km dari recloser. Sehingga apabila terjadi gangguan
di depan sectionalizer dan berada pada zona kerja High Current Lockout (HCL) maka recloser
akan trip dan lockout. Hal ini menyebabkan recloser tidak dapat berkoordinasi dengan
sectionalizer untuk mengamankan jaringan dan meminimalkan daerah padam akibat gangguan..
Oleh karena itu, perlu dilakukannya percobaan simulasi koordinasi antara PMT KDS-01, Recloser
K1-68, dan Sectionalizer K1-117/25 yang meliputi simulasi arus hubung singkat tiga fasa dan satu
fasa ke tanah. Simulasi ini dilakukan dengan ETAP (Electric Transient and Analysis Program),
kemudian membandingkan dengan hasil perhitungan. Hasil ini kemudian dimasukkan ke dalam
modul PLC dan SCADA maka diperoleh sebuah simulasi yang mendekati kondisi yang ada di
lapangan. PLC Master yang dipakai adalah type M221 seri TM221CEE24R dari PT Schneider
Electric.
vii
ABSTRACT
The primary distribution network of PT PLN (Persero) UP3 Kudus especially Rayon Kudus Kota
consists of several feeders, one of which is Kudus 01 feeder. The network protection system for
Kudus feeder 01 consists of one PMT, recloser, and sectionalizer. The network protection system on
the KDS-01 feeder, the recloser, needs to be reset because of the adjustment of the sectionalizer on
the network to increase the reliability of the KDS-01 network. The work zone of the High Current
Lockout (HCL) recloser before installing the sectionalizer is beyond the location of the sectionalizer
on the network within 1.5 km of the recloser. So if there is interferance in front of the sectionalizer
and is in the High Current Lockout (HCL) work zone, the recloser will trip and lockout. This causes
the recloser to not be able to coordinate with the sectionalizer to secure the network and minimize
the outages due to interference. Therefore, it is necessary to trial a coordinating simulation
experiment between PMT KDS-01, Recloser K1-68, and Sectionalizer K1-117 / 25 which includes
simulations of three phase short circuit current and one phase to ground. This simulation is done
with ETAP (Electric Transient and Analysis Program), then comparing with the calculation results.
These results are then incorporated into the PLC and SCADA modules so a simulation is obtained
that approximates the conditions in the field. The PLC master used is the M221 type TM221CEE24R
series from PT Schneider Electric.
viii
DAFTAR ISI
halaman
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR ii
HALAMAN PERSETUJUAN iii
HALAMAN PENGESAHAN iv
KATA PENGANTAR v
ABSTRAK vii
ABSTRACT viii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR TABEL xviii
DAFTAR LAMPIRAN xxi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penulisan 3
1.4 Pembatasan Masalah 3
1.5 Metode 4
1.6 Sistematika Penulisan 5
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik 7
2.2 Sistem Jaringan Distribusi 8
2.3 Gangguan Jaringan Distribusi 14
2.4 Sistem Proteksi Jaringan 18
2.4.1 Zona Proteksi Sistem Tenaga Listrik 18
2.4.2 Fungsi Proteksi 19
2.4.3 Pemutus Tenaga (PMT) 19
2.4.4 Penutup Balik Otomatis (PBO) atau Recloser 20
2.4.5 Saklar Seksi Otomatis (SSO) / Sectionalizer 26
2.5 Pengaman pada Penyulang Tegangan Menengah 27
2.6 Koordinasi Kerja Peralatan Pengaman 31
2.7 Teori Arus Hubung Singkat 32
ix
2.7.1 Komponen Simetris 32
2.7.2 Penyelesaian Sistem Tiga Fasa yang Tak Seimbang 34
2.7.3 Operator Komponen Simetris (Operator ‘a’) 34
2.8 Rangkaian Urutan Jaringan Sistem Tenaga Listrik 37
2.8.1 Rangkaian Impedansi Sumber 37
2.8.2 Rangkaian Impedansi Transformator 38
2.8.3 Rangkaian Impedansi Saluran 40
2.9 Sistem Besaran per-Satuan / per-Unit (pu) 40
2.10 Perhitungan Arus Dasar (Ib) dan Impedansi Dasar (Zb) 41
2.11 Mengubah Nilai Besaran per-satuan (pu) 41
2.12 Analisa Gangguan Hubung Singkat pada Sistem Tenaga
Listrik 41
2.13 Teori Setting Rele OCR dan GFR 50
2.13.1 Setting Rele OCR 50
2.13.2 Setting Rele GFR 52
2.14 Software SoMachine 54
2.15 Program ETAP 57
2.16 Programmable Logic Controller (PLC) 58
2.17 Supervisory Control And Data Acquisition (SCADA) 60
2.18 Program Vijeo Citect 62
BAB III DATA, PERENCANAAN DAN PERAKITAN
3.1 Penyulang KDS-01 65
3.1.1 Trafo Tenaga 66
3.1.2 Peralatan Pengaman 67
3.1.3 Penghantar 70
3.1.4 Panjang Jaringan 71
3.1.5 Beban Per-Section Penyulang KDS-01 72
3.1.6 Historis Gangguan 72
3.2 Rancangan Tata Letak dan Pengawatan Simulator 74
3.2.1 Rancangan Tata Letak Simulator 74
3.2.2 Rancangan Pengawatan Simulator 75
3.3 Pemilihan Komponen dan Peralatan pada Simulator 75
x
3.4 Penggunaan Alat dan Bahan Kerja 77
3.5 Perakitan 78
3.6 Pengalamatan Input dan Output PLC 80
3.7 Deskripsi Kerja Simulator 81
3.8 Penggabungan Trainer PLC dan Simulator dengan SCADA
Master 88
3.9 Penggunaan Program PLC dan Tampilan SCADA SoMachine
Basic 88
3.10 Pembuatan Program Vijeo Citect 91
3.11 Perhitungan Arus Hubung Singkat pada Penyulang KDS-01 104
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Kerugian Energi dan Ekonomi 118
4.2 Perhitungan SAIDI dan SAIFI 127
4.3 Evaluasi Zona Proteksi sebelum Resetting 128
4.4 Evaluasi dan Resetting Rele Arus Lebih (OCR) dan Rele
Gangguan Tanah (GFR) 129
4.4.1 Perhitungan setting Rele OCR PMT Outgoing KDS-01 129
4.4.2 Perhitungan setting Rele OCR Recloser K1-68 132
4.4.3 Perhitungan setting Rele Gangguan Tanah (GFR) PMT Outgoing
KDS-01 134
4.4.4 Perhitungan setting Rele Gangguan Tanah (GFR) Recloser K1-68 136
4.5 Koordinasi Pengaman KDS-01 140
4.5.1 Koordinasi Rele OCR PMT KDS-01 dan Recloser K1-68 140
4.5.2 Koordinasi Rele GFR PMT KDS-01 dan Recloser K1-68 142
4.6 Penentuan Besar Arus Hubung Singkat untuk Simulasi 144
4.7 Simulasi Gangguan Hubung Singkat dengan Sofware ETAP 145
4.8 Koordinasi Rele OCR dan GFR menggunakan Software ETAP 150
4.9 Persiapan Pengujian Simulator 153
4.10 Pengujian Alat 153
4.11 Pengujian Program PLC dan Kerja Simulator 154
4.12 Data Hasil Percobaan 179
4.13 Analisa Hasil Percobaan 179
xi
4.14 Perbandingan Arus Hubung Singkat dan Waktu Kerja Peralatan
Proteksi Jaringan Hasil Perhitungan dan Simulasi ETAP 180
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan 185
5.2 Saran 186
DAFTAR PUSTAKA 187
LAMPIRAN
xii
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 2.1 Skema Pusat Listrik yang dihubungkan melalui saluran
Transmisi ke Gardu Induk 8
Gambar 2.2 Sistem Jaringan RadIial 9
Gambar 2.3 Sistem Jaringan Lingkar Terbuka 10
Gambar 2.4 Sistem Jaringan Spindel 11
Gambar 2.5 Sistem Jaringan Tie Line 12
Gambar 2.6 Sistem Jaringan Gugus 13
Gambar 2.7 Sistem Distribusi Sekunder 13
Gambar 2.8 Hubung Singkat Tiga Fasa ke Tanah 15
Gambar 2.9 Hubung Singkat Tiga Fasa 16
Gambar 2.10 Hubung Singkat Satu Fasa ke Tanah 16
Gambar 2.11 Hubung Singkat Dua Fasa 17
Gambar 2.12 Hubung Singkat Dua Fasa ke Tanah 17
Gambar 2.13 One Line Diagram Zona Proteksi 18
Gambar 2.14 PMT 20kV 20
Gambar 2.15 Recloser 21
Gambar 2.16 Rangkaian Rele Penutup Balik 22
Gambar 2.17 Diagram Kerja Fungsi Waktu Rele Penutup Balik Single Shoot 25
Gambar 2.18 Diagram Kerja Fungsi Waktu Multi Shot Reclosing Rele 26
Gambar 2.19 Sectionalizer 27
Gambar 2.20 Diagram Karakteristik Rele Instantaneous 28
Gambar 2.21 Diagram Karakteristik Rele Definite Time 28
Gambar 2.22 Diagram Karakteristik Rele Inverse Time 29
Gambar 2.23 Sistem Sambungan dengan 3 Rele 29
Gambar 2.24 Sistem Sambungan dengan 2 Rele 30
Gambar 2.25 Penyambungan Rele Gangguan Tanah 31
Gambar 2.26 Koordinasi PBO-Sectionalizer 32
Gambar 2.27 Vektor Komponen Urutan Positif 33
Gambar 2.28 Vektor Komponen Urutan Negatif 33
Gambar 2.29 Vektor Komponen Urutan Nol 34
xiii
Gambar 2.30 Tiga Fasa Tidak Seimbang dengan Komponen Simetrinya 34
Gambar 2.31 Diagram Fasor Operator a 35
Gambar 2.32 Diagram Rangkaian Reaktansi Trafo ; 39
Gambar 2.33 Hubung Singkat Satu Fasa-Tanah 42
Gambar 2.34 RPTJU Dihubung Seri 43
Gambar 2.35 Gangguan Hubung Singkat Dua fasa ke Tanah 44
Gambar 2.36 Jaringan Urutan Gangguan Hubung Singkat Dua Fasa ke Tanah 44
Gambar 2.37 Hubung Singkat Dua Fasa (Antar-Fasa) 46
Gambar 2.38 RPTJU Urutan Positif dan Negatif Dihubung Paralel dan RPTJU 47
Gambar 2.39 Gangguan Hubung Singkat Tiga Fasa atau Tiga Fasa ke Tanah
Melalui Impedansi 48
Gambar 2.40 Jaringan Urutan Gangguan Hubung Singkat Tiga Fasa atau Tiga
Fasa ke Tanah Melalui Impedansi 49
Gambar 2.41 Contoh Karakteristik Rele Inverse 51
Gambar 2.42 Contoh Karakteristik Rele Inverse 53
Gambar 2.43 Contoh Ttimer ON 57
Gambar 2.44 PLC 59
Gambar 2.45 PLC Schneider Modicon TM221CE24R 60
Gambar 2.46 Citect Explorer Software Vijeo Citect 62
Gambar 2.47 Citect Project Editor Software Vijeo Citect 63
Gambar 2.48 Citect Graphics Builders Software Vijeo Citect 64
Single Line Diagram Penyulang KDS-01 66
Kubikel PMT KDS-01 68
Recloser K1-68 69
LBS K1-117/25 70
Rancangan Tata Letak Simulator 74
Pembuatan Kontruksi untuk Peletakan Komponen 78
Pemasangan Komponen pada Simulator 79
Proses Pengawatan pada Simulator 79
Penyatuan Bagian Simulator dengan Trainer PLC 80
Flowchart gangguan OCR 1 82
Flowchart gangguan OCR 2 83
xiv
Flowchart gangguan OCR 3 84
Flowchart gangguan GFR 1 85
Flowchart gangguan GFR 2 86
Flowchart gangguan GFR 3 87
Alur kerja trainer PLC dan simulator dengan SCADA Master 88
Icon Software 89
Startup SoMachine Basic 89
Icon Create a New Project 89
Tipe PLC 90
Drag tipe PLC 90
Panel Programming 90
Ladder Diagram 91
Panel Commissioning 91
Icon Vijeo Citect Exploler 91
Pilihan File New Project 92
Menu New Project 92
Menu User 93
Menu Communication 93
Express Communication Wizard 94
I/O Server Baru 94
Create a New I/O Device 94
Tipe I/O 95
Manufacturer I/O Device 95
IP Address 96
Link I/O Devices 96
Communication Finish 96
Menu Tags pada Citect Project Editor 97
Menu Variable Tag 97
Menu Compile 100
Create New Graphics Page 100
Style a New Graphics Page 100
Toolbar Symbol Set 101
xv
Symbol Set Properties 101
Simbol Panel Input Variable Tag 101
Tampilan SCADA Koordinasi PMT, recloser, dan sectionalizer
pada Penyulang KDS-01 102
Create New Page 102
Pop Up untuk kontrol PMT 103
Menghubungkan page pop up ke tampilan utama SCADA 103
Pop Up Kontrol PMT 104
Grafik Arus Hubung Singkat Penyulang KDS-01 117
Zona Proteksi OCR Penyulang KDS-01 sebelum Resetting 129
Zona Proteksi GFR Penyulang KDS-01 sebelum Resetting 129
Zona Proteksi OCR Penyulang KDS-01 setelah Resetting 139
Zona Proteksi GFR Penyulang KDS-01 setelah Resetting 140
Grafik Koordinasi Kerja Rele OCR PMT dan Recloser 142
Koordinasi Rele GFR PMT KDS-01 dan Recloser K1-68 144
Hasil Simulasi Gangguan Arus Hubung Singkat Satu Fasa
Tanah sesuai dengan Titik Gangguan yang telah ditentukan 148
Hasil Simulasi Gangguan Arus Hubung Singkat Satu Fasa
Tanah sesuai dengan Titik Gangguan yang telah ditentukan 149
Koordinasi rele OCR pada Gangguan Hubung Singkat di
titik 90% dari PMT 150
Laporan Analisa Kerja Rele OCR ketika terjadi Hubung Singkat
Tiga Fasa pada titik 90% dari PMT menggunakan software
ETAP 151
Gambar 4.12 Koordinasi rele GFR pada Gangguan Hubung
Singkat di titik 90% dari PMT 152
Laporan Analisa Kerja Rele GFR ketika terjadi Hubung Satu
Fasa Tanah pada titik 90% dari PMT menggunakan software
ETAP 152
Skematik Pengujian Ladder dan Simulator saat Gangguan Tiga
Fasa pada Jarak 45% dari PMT 155
xvi
Skematik Pengujian Ladder dan Simulator saat Gangguan Tiga
Fasa pada Jarak 60% dari PMT 158
Skematik Pengujian Ladder dan Simulator saat Gangguan Tiga
Fasa pada Jarak 90% dari PMT 162
Skematik Pengujian Ladder dan Simulator saat Gangguan Satu
Fasa ke Tanah pada Jarak 45% dari PMT 166
Skematik Pengujian Ladder dan Simulator saat Gangguan Satu
Fasa ke Tanah pada Jarak 60% dari PMT 170
Skematik Pengujian Ladder dan Simulator saat Gangguan Satu
Fasa ke Tanah pada Jarak 90% dari PMT 175
Grafik Perbandingan Arus Hubung Singkat 1 Fasa Tanah 181
Grafik Perbandingan Waktu Kerja Peralatan Pengaman saat
terjadi Arus Hubung Singkat Satu Fasa Tanah 182
Grafik Pebandingan Arus Hubung Singkat Tiga Fasa 183
Grafik Perbandingan Waktu Kerja Peralatan Pengaman saat
terjadi Arus Hubung Singkat Satu Fasa Tanah 184
xvii
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 2.1 Nilai Operator a 35
Tabel 2.2 Diagram Urutan Nol Transformator 39
Tabel 2.3 Informasi dan deskripsi manajer library 55
Tabel 2.4 Deskripsi Namespace Library 56
Tabel 2.5 Fungsi Main Window apalikasi Citect Explorer Software
Vijeo Citect 63
Tabel 2.6 Tabel Fungsi Main Window aplikasi Citect Project
Editor Software Vijeo Citect 63
Tabel 2.7 Fungsi Main Window aplikasi Citect Graphics
Builders Software Vijeo Citect 64
Tabel 3.1 Spesifikasi Transformator Tenaga II Gardu Induk Kudus 67
Tabel 3.2 Setting Relai Proteksi PMT Outgoing Penyulang KDS-01 68
Tabel 3.3 Setting Relai Proteksi Recloser K1-68 69
Tabel 3.4 Kemampuan Hantar Arus Penghantar AAC dan AAAC 71
Tabel 3.5 Impedansi Penghantar AAAC 71
Tabel 3.6 Beban Tiap Fasa Penyulang KDS-01 72
Tabel 3.7 Historis Gangguan pada Recloser K1-68 Tahun 2018 73
Tabel 3.8 Pengalamatan Input PLC 80
Tabel 3.9 Pengalamatan Output PLC 80
Tabel 3.10 Variable Tag 97
Tabel 3.11 Data Jaringan Penyulang KDS-01 104
Tabel 3.12 Data Arus Hubung Singkat Jawa-Bali Semester I
Tahun 2018 105
Tabel 3.13 Data Trafo II Gardu Induk Kudus 106
Tabel 3.14 Impedansi Saluran Urutan Positif, Negatif, dan Nol
Penyulang KDS-01 107
Tabel 3.15 Impedansi Total Jaringan Urutan Positif, Negatif, dan Nol
Penyulang KDS-01 109
Tabel 3.16 Impedansi Total Jaringan Urutan Positif, Negatif, dan Nol
Penyulang KDS-01 dalam satuan (pu) 112
xviii
Tabel 3.17 Arus Hubung Singkat 1 fasa tanah, 2 fasa, dan 3 fasa pada
penyulang KDS-01 116
Tabel 4.1 Data Aset Trip Recloser K1-68 Tahun 2018 118
Tabel 4.2 Kerugian Energi dan Ekonomi PT PLN (Persero) sebelum
pemasangan sectionalizer 124
Tabel 4.3 Kerugian Energi dan Ekonomi PT PLN (Persero) setelah
pemasangan sectionalizer 126
Tabel 4.4 Data Aset Trip PMT KDS-01 Tahun 2018 127
Tabel 4.5 Data Resetting Rele OCR dan GFR PMT KDS-01 secara
perhitungan 138
Tabel 4.6 Data Resetting Rele OCR Recloser K1-68 secara
perhitungan 138
Tabel 4.7 Data Resetting Rele OCR Recloser K1-68 secara
perhitungan 139
Tabel 4.8 Waktu Kerja Rele OCR Hasil Perhitungan (Arus Hubung
Singkat Tiga Fasa) 140
Tabel 4.9 Waktu Kerja Rele GFR Hasil Perhitungan (Arus Hubung
Singkat Satu Fasa Tanah) 142
Tabel 4.10 Besar Arus Hubung Singkat untuk Simulasi 145
Tabel 4.11 Data Setting pada Software ETAP 145
Tabel 4.12 Pengujian Alat 153
Tabel 4.13 Uji Simulasi Gangguan Tiga Fasa pada jarak 45% dari
PMT 155
Tabel 4.14 Uji Simulasi Gangguan Tiga Fasa pada jarak 60% dari
PMT 159
Tabel 4.15 Uji Simulasi Gangguan Tiga Fasa pada jarak 90% dari
PMT 163
Tabel 4.16 Uji Simulasi Gangguan Satu Fasa ke Tanah pada jarak
45% dari PMT 167
Tabel 4.17 Uji Simulasi Gangguan Satu Fasa ke Tanah pada jarak
60% dari PMT 171
xix
Tabel 4.18 Uji Simulasi Gangguan Satu Fasa ke Tanah pada jarak
90% dari PMT 176
Tabel 4.19 Data Hasil Percobaan Gangguan Hubung singkat 3 Fasa 179
Tabel 4.20 Data Hasil Percobaan Gangguan Hubung Singkat 1 Fasa
ke Tanah 179
Tabel 4.21 Perbandingan Arus Hubung Singkat Satu Fasa Tanah 180
Tabel 4.22 Perbandingan Waktu Kerja Arus Hubung Singkat Satu
Fasa Tanah 181
Tabel 4.23 Perbandingan Arus Hubung Singkat Tiga Fasa 183
Tabel 4.24 Perbandingan Waktu Kerja Peralatan Pengaman Saat
Terjadi Hubung Singkat Tiga Fasa 184
xx
DAFTAR LAMPIRAN
xxi
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada zaman yang semakin maju saat ini energi listrik menjadi salah satu kebutuhan
vital yang sulit dipisahkan dari kehidupan manusia. Hampir seluruh kegiatan
sehari-hari manusia membutuhkan energi listrik sebagai sumber energi utama
untuk menunjang kegiatan tersebut. Perkembangan teknologi yang pesat juga ikut
mempengaruhi meningkatnya kebutuhan manusia terhadap energi listrik. Oleh
karena itu peningkatan akan kebutuhan energi listrik yang terus meningkat menjadi
tantangan bagi PT PLN (Persero) sebagai perusahaan penyedia energi listrik untuk
dapat menjaga kontinyuitas penyaluran energi listrik kepada pelanggan.
Dalam sistem tenaga listrik, penyaluran energi listrik dari tempat dimana energi
listrik dibangkitkan sampai kepada pelanggan terbagi menjadi tiga bagian utama,
yaitu pembangkitan, transmisi, dan distribusi. Sistem distribusi merupakan salah
satu dari sistem penyaluran energi listrik yang paling dekat dengan pelanggan.
Sistem ini menyalurkan tenaga listrik dari gardu induk atau pusat listrik yang
memasok listrik ke beban melalui Jaringan Tegangan Menengah (JTM) 20 kV serta
Jaringan Tegangan Rendah (JTR) 380 /220 V.
Dalam pendistribusian tenaga listrik, tidak lepas dari adanya gangguan yang tidak
dapat dihindarkan. Sistem distribusi adalah bagian dari sistem tenaga listrik yang
paling banyak mengalami gangguan. Jaringan distribusi pada umumnya lebih
panjang dibanding dengan jaringan transmisi sehingga potensi untuk terkena
gangguan lebih besar, oleh karena itu masalah utama dalam operasi sistem
distribusi adalah mengatasi gangguan. Gangguan pada jaringan distribusi tegangan
menengah berasal dari bermacam-macam sumber. Mulai dari gangguan yang
bersumber dari luar (pohon, binatang, manusia, angin, petir, dan lain-lain) maupun
gangguan yang bersumber dari dalam (kerusakan peralatan atau penghantar).
Gangguan tersebut dapat menyebabkan terganggunya pendistribusian tenaga listrik
kepada pelanggan serta dapat menyebabkan kerusakan pada peralatan listrik.
Untuk mengatasi gangguan pada sistem distribusi tenaga listrik makan dibutuhkan
1
2
sistem proteksi yang dapat mengamankan peralatan di jaringan dari kerusakan dan
juga dapat mengisolasi zona atau section dari gangguan. Peralatan proteksi tersebut
contohnya adalah Pemutus Tenaga (PMT), Recloser, Sectionalizer, Fuse Cut Out
(FCO), dan Lightning Arrester (LA).
Pada jaringan distribusi tenaga listrik sudah terdapat peralatan proteksi utama
(main protection), yaitu recloser. Namun penggunaan recloser belum cukup
optimal dalam mengatasi gangguan karena gangguan yang terjadi di depan recloser
dapat dilokalisir lebih pendek dengan menggunakan sectionalizer (SSO) sehingga
jaringan yang terdampak akibat gangguan dapat diminimalisir. Saklar Seksi
Otomatis (SSO) / Sectionalizer merupakan sebuah peralatan pengaman pada sistem
distribusi tenaga listrik yang pemasangannya bersama-sama dengan recloser
karena bekerja berkoordinasi untuk mengamankan jaringan dan berfungsi sebagai
pengaman cadangan recloser.
Sistem pengaman jaringan pada penyulang Kudus 01 atau disingkat KDS-01 terdiri
dari satu PMT, recloser, dan sectionalizer. Sistem pengaman jaringan pada
penyulang KDS-01 perlu dilakukan setting ulang karena adanya pemasangan
sectionalizer pada jaringan guna peningkatkan keandalan jaringan KDS-01. Zona
kerja High Current Lockout (HCL) recloser sebelum dipasang sectionalizer adalah
melampaui letak sectionalizer pada jaringan yang berjarak 1,5 km dari recloser.
Sehingga apabila terjadi gangguan di depan sectionalizer dan berada pada zona
kerja High Current Lockout (HCL) maka recloser akan trip dan lockout. Hal ini
menyebabkan recloser tidak dapat berkoordinasi dengan sectionalizer untuk
mengamankan jaringan dan meminimalkan daerah padam akibat gangguan.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka Tugas Akhir ini mengambil judul
“Rancang Bangun Simulasi Koordinasi PMT, Recloser dan Sectionalizer
Sebagai Proteksi Jaringan Tegangan Menengah pada Penyulang Kudus 01
PT PLN (Persero) UP3 Kudus”.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, terdapat beberapa rumusan masalah
dalam penulisan Tugas Akhir ini antara lain sebagai berikut :
3
Tujuan Penulisan
Terdapat beberapa tujuan dalam penulisan Tugas Akhir ini, antara lain sebagai
berikut :
Pembatasan Masalah
Dalam pembuatan Tugas Akhir ini untuk menjaga agar topik yang dibahas tidak
keluar dari permasalahan, maka perlu adanya batasan-batasan masalah yang akan
diuraikan, antara lain :
1. Penjelasan mengenai koordinasi PMT outgoing dan recloser sebagai
peralatan pengaman pada penyulang KDS-01 dengan perhitungan secara
teori dan menggunakan Software Distribusi Tenaga Listrik yaitu ETAP
12.6.0,
4
Metode
Metode yang digunakan pada penyusunan Tugas Akhir ini adalah :
1. Studi Pustaka
Metode ini dilakukan dengan cara mencari data baik dari buku maupun
internet yang berhubungan dengan materi tugas akhir ini, yaitu tentang
koordinasi antara PMT, recloser dan sectionalizer pada suatu penyulang,
2. Wawancara
Metode ini dilakukan dengan cara meminta pengarahan dan petunjuk dari
dosen pembimbing, dosen umum, serta pembimbing dari pihak PT PLN
(Persero),
3. Observasi
Metode ini dilaksanakan dengan melakukan pengamatan langsung ke
lapangan mengenai keadaan jaringan penyulang KDS-01 serta peralatan
proteksi PMT, recloser, dan sectionalizer,
4. Komparatif
Metode ini dilaksanakan dengan cara membandingkan dua kelompok data
atau lebih. Pada Tugas Akhir ini dilakukan dengan cara membandingkan
perhitungan arus hubung singkat secara teori dan dengan aplikasi Software
Distribusi Tenaga Listrik yaitu ETAP 12.6.0,
5. Eksperimen
Metode ini dilaksanakan dengan melakukan percobaan pada software
simulasi dan hardware simulator sehingga mendapatkan hasil simulasi yang
benar.
5
Sistematika Penulisan
Sistematika yang digunakan dalam penyusuanan laporan Tugas Akhir ini adalah
sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan isi keseluruhan pokok informasi tentang latar belakang,
rumusan masalah, tujuan, pembatasan masalah, metode, dan sistematika penulisan.
BAB IV PEMBAHASAN
Bab ini berisi perhitungan kerugian energi dan ekonomi sebelum dan setelah
pemasangan sectionalizer, evaluasi zona proteksi sebelum dilakukan resetting pada
penyulang KDS-01, evaluasi dan resetting rele OCR dan GFR pada PMT dan
recloser, simulasi distribusi tenaga listrik menggunakan Aplikasi ETAP 12.6,0,
data hasil percobaan, dan analisa hasil percobaan.
6
BAB V PENUTUP
Bab ini berisikan tentang kesimpulan yang diambil dari pembuatan dan penulisan
laporan Tugas Akhir serta saran selama proses pembuatan Tugas Akhir.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
LANDASAN TEORI
Tenaga listrik dibangkitkan dalam pusat-pusat listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG,
PLTP, dan PLTD, kemudian disalurkan melalui saluran transmisi setelah terlebih
dahulu dinaikan tegangannya oleh transformator penaik tegangan (step up
transformator) yang ada di pusat listrik. Hal ini digambarkan oleh gambar 2.1.
Saluran transmisi tegangan tinggi di PLN kebanyakan mempunyai tegangan 66 kV,
150 kV, dan 500 kV. Saluran transmisi ada yang berupa saluran udara dan ada pula
yang berupa kabel tanah. Karena saluran udara harganya jauh lebih murah
dibandingkan dengan kabel tanah maka saluran transmisi PLN kebanyakan berupa
saluran udara. Kerugian dari saluran udara dibandingkan dengan kabel tanah
adalah saluran udara mudah terganggu, misalnya karena terkena petir, terkena
pohon dan lain-lain.
Setelah tenaga listrik disalurkan melalui saluran transmisi maka sampailah tenaga
listrik ke Gardu Induk (GI) untuk diturunkan tegangannya melalui transformator
penurun tegangan (step down transformer) menjadi tegangan menengah atau yang
juga disebut sebagai tegangan distribusi primer. Tegangan distribusi primer yang
dipakai PLN adalah 20 kV, 12 kV, dan 6 kV. Kecenderungan saat ini menunjukkan
bahwa tegangan distribusi primer PLN yang berkembang adalah 20 kV.
7
8
Setelah tenaga listrik disalurkan melalui jaringan distribusi primer maka kemudian
tenaga listrik diturunkan tegangannya dalam gardu-gardu distribusi primer menjadi
tegangan rendah dengan tegangan 380/220 Volt atau 220/127 Volt, kemudian
disalurkan melalui Jaringan Tegangan Rendah untuk selanjutnya disalurkan ke
rumah-rumah pelanggan (konsumen) PLN melalui Sambungan Rumah (SR).
(Marsudi, Djiteng : 2006)
Keuntungan menggunakan sistem ini yaitu tidak rumit dan dari segi
kehandalan lebih murah dibandingkan dengan sistem lain. Kurangnya
kehandalan disebabkan karena terdapat satu jalur sumber utama yang
menyuplai gardu distribusi, sehingga apabila jalur utama tersebut terjadi
gangguan maka seluruh gardu distribusi akan ikut padam.
Beban pada jaringan dipasok oleh penyulang secara terpisah atau sistem
terbuka oleh sebuah LBS (Load Break Switch). Keadaan normal LBS
posisi terbuka memisahkan antara dua Gardu Induk. Fungsi tertutup dari
LBS ini digunakan saat terjadi pemeliharaan atau terjadi gangguan pada
jaringan di salah satu penyulang sehingga sebagian beban penyulang yang
terjadi pemeliharaan atau gangguan tidak padam total.
Jaringan sistem spindel biasanya terdiri dari beberapa penyulang aktif dan
sebuah penyulang cadangan yang akan dihubungkan melalui gardu
hubung. Pola spindel biasanya digunakan pada Jaringan Tegangan
Menengah (JTM) yang menggunakan kabel tanah/saluran kabel tanah
tegangan menengah (SKTM). Namun pada pengoperasiannya sistem
Spindel berfungsi sebagai sistem radial. Di dalam sebuah penyulang aktif
terdiri dari gardu distribusi yang berfungsi untuk mendistribusikan
tegangan kepada konsumen baik konsumen tegangan rendah (TR) atau
tegangan menengah (TM).
rele ini karena pemanasan pada kawat udara akan didinginkan secara alamiah
oleh udara. (Firdaus, Akhmad Jamaah.2009)
Gangguan Tegangan Lebih
Gangguan ini terjadi karena adanya kelainan pada sistem tenaga listrik,
antara lain : Tegangan lebih dengan power frekwensi, misal: pembangkit
kehilangan beban yang diakibatkan adanya gangguan pada sisi jaringan,
sehingga over speed pada generator, tegangan lebih ini dapat juga terjadi
adanya gangguan pada pengatur tegangan secara otomatis (Automatic
Voltage Regulator) yang terpasang pada generator. (Wahyudi,
Sarimun.2016)
Gangguan Hubung Singkat
Gangguan hubung singkat merupakan gangguan yang terjadi karena adanya
hubungan langsung fasa dengan fasa atau fasa dengan tanah. Menurut sumber
gangguannya, gangguan hubung singkat dapat dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu hubung singkat simetri dan hubung singkat tidak simetri.
Hubung Singkat Simetri
Hubung singkat simetri merupakan hubung singkat yang terjadi pada
ketiga saluran fasa baik yang berhubungan dengan tanah maupun tidak.
Yang termasuk hubung singkat simetri adalah hubung singkat tiga fasa ke
tanah dan hubung singkat tiga fasa.
a) Hubung Singkat Tiga Fasa Ke Tanah (L-L-L-G)
Gangguan ini terjadi karena ketiga fasa R, S, dan T pada jaringan saling
berhubungan atau menempel disertai dengan hubung antara ketiga fasa
dengan tanah, seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.8
R
R R
R
S S S
T T T
S S S
T T T
Sistem proteksi tenaga listrik merupakan rangkaian pengaman peralatan listrik dari
generator / pembangkit sampai ke konsumen yangsaling berhubungan dengan
tujuan untuk mengamankan sistem tenaga listrik dari gangguan agar keandalan
tetap terjaga.
b d
a c e
Keterangan :
a. Zona Pembangkit / Generator
b. Zona Transformator
c. Zona Busbar
d. Zona Transmisi
e. Zona Busbar
Pola pengamanan adalah suatu sistem pengaman yang melindungi peralatan dari
keadaan tidak normal dari suatu sistem tenaga lisrik. Setiap zona memiliki pola
19
pengaman tertentu dan setiap pola mempunyai sistem tertentu, misalnya pola
pengamanan pada transformator tidak sama dengan pola pengamanan pada suatu
transmisi / generator / busbar.
Pembagian zona pengaman secara garis besar meliputi sistem zona pembangkit,
zona busbar, zona transformator tenaga, dan zona transmisi. Zona-zona pengaman
tersebut dirancang sedemikian rupa sehingga over lap (tumpang tindih) untuk zona
yang berdekatan, hal ini dimaksudkan agar tidak ada satu titikpun dalam sistem
tenaga listrik yang tidak mempunyai sistem pengaman. (Firdaus, Akhmad
Jamaah,2009)
Fungsi Proteksi
Untuk melindungi peralatan terhadap gangguan yang terjadi dalam sistem
diperlukan alat-alat pengaman. Alat-alat pengaman mempunyai dua fungsi, yaitu:
Melindungi peralatan terhadap gangguan yang terjadi dalam sistem agar tidak
mengalami kerusakan.
Untuk memenuhi fungsi tersebut peralatan pengaman harus bekerja cepat
agar pengaruh gangguan dapat segera dihilangkan sehingga pemanasan
berlebihan yang timbul akibat arus hubung singkat dapat segera dihentikan
Melokalisir akibat gangguan agar tidak sampai meluas dalam sistem.
Alat pengaman dalam sistem harus dapat dikoordinir satu sama lain, sehingga
hanya alat-alat pengaman yang terdekat dengan tempat gangguan saja yang
bekerja. Secara teknis dikatakan bahwa alat-alat pengaman harus bersifat
selektif.
PMT 20kV
(Sumber :Tambunan, Dolly Ansar., 2014. Laporan Akhir. Penggunaan Gas SF6
Pada Pemutus Tenaga (PMT) Penyulang Kurma Di Gardu Induk Boom Baru 20
KV PT PLN (Persero) Palembang. Politeknik Negeri Sriwijaya)
Dalam keadaan tidak normal (gangguan), PMT merupakan sakelar otomatis yang
dapat memutuskan arus gangguan, di mana untuk mengerjakan PMT dalam
keadaan tidak normal ini, digunakan rangkaian trip yang mendapat sinyal dari suatu
rangkaian rele pengaman.
Fungsi utama dari PMT adalah sebagai alat pembuka atau penutup suatu rangkaian
listrik dalam kondisi berbeban, serta mampu membuka atau menutup saat terjadi
arus gangguan (hubung singkat) pada jaringan atau peralatan lain. Busur api yang
timbul pada waktu pemisahan kontak akan dipadamkan oleh suatu media isolasi
yang dipakai oleh PMT tersebut.
Recloser
(Sumber: Schneider Electric. 2010. N-Series Three-Phase Recloser. Queensland:
Schneider Rd)
Recloser bekerja secara otomatis yang berguna mengamankan suatu sistem dari
arus lebih yang diakibatkan adanya gangguan hubung singkat. Cara bekerjanya
adalah dengan menutup balik dan membuka secara otomatis yang dapat diatur
selang waktunya, dimana jika terjadi gangguan temporer, Recloser tidak membuka
tetap (lock out), kemudian Recloser akan menutup kembali setelah gangguan itu
hilang. Apabila gangguan bersifat permanen, maka setelah membuka atau menutup
balik sebanyak setting yang telah ditentukan kemudian Recloser akan membuka
tetap (lock out). (SPLN52-31983).
Recloser umumnya mempunyai dua elemen utama, yaitu :
a. Dead Time Element
Berfungsi untuk menentukan selang waktu dari saat PMT trip sampai PMT
diperintah masuk kembali, dan dead time element ini dimaksudkan untuk
memadamkan busur api yang terjadi saat kontak-kontak PMT membuka.
b. Blocking Time Element
Berfungsi untuk memblok elemen “Dead Time Delay” selama beberapa
waktu setelah bekerja memasukkan PMT, blocking time dimaksudkan untuk
memberi kesempatan kepada PMT guna memulihkan tenaganya setelah
habis untuk melakukan suatu siklus auto reclosing.
Recloser akan mulai bekerja saat mendapat tegangan positif dari ground fault rele
(GFR) yaitu ketika rele GFR bekerja memberikan perintah trip ke PMT. Elemen
yang start adalah elemen DT (Dead Time Delay Element). Setelah beberapa waktu
elemen DT menutup kontaknya dan memberi perintah masuk ke PMT dan
mengenergize elemen BT (Blocking Time Delay Element).
22
Elemen DT ini segera membuka rangkaian closing coil PMT sehingga PMT tidah
bisa reclose. Setelah beberapa waktu sesuai settingannya element BT akan reset
yang berarti DT dapat bekerja kembali siap untuk melakukan reclosing lagi.
Cara kerja dari Recloser ialah jika terjadi gangguan temporer, maka rele akan
bekerja menutup kontaknnya dan mengalir arus dc menuju trip coil (TC) maka
PMT/CB trip. Pada waktu yang sama dead time (DT) memperoleh energi dan
bekerja sesuai dengan jangka waktu setelannya. Saat kontak-kontak DT menutup
yang mana kontak pertama memberikan pulsa closing ke closing coil (CC)
sehingga CB menutup kembali. Kontak kedua memberikan energi ke Blocking
Time (BT), dan BT langsung bekerja membuka kontak-kontaknya. Kontak pertama
memutus pulsa closing dan kontak kedua memblok DT. Setelahjangka waktu
setelan BT habis maka akan reset yang berarti DT siap bekerja kembali melakukan
reclosing untuk siklus berikutnya. (Sarimun, Wahyudi. 2016)
PMT
CT
TC CC
C
GFR S
BT2
DT
BT
DT2
+
- DT1 BT1
Keterangan :
TC = Trip Coil
CC = Closing Coil
PMT = Pemutus Tenaga/ CB
C = Counter/ Penghitung kerja rele
S = Saklar on-off
DT = Dead Time
BT = Blocking Time
a) Komponen–komponen Recloser
Di dalam Recloser terdapat komponen–komponen pendukungnya yaitu :
1) PMT
PMT adalah bagian dari Recloser yang berhubungan langsung dengan
tegangan menengah 20 kV yang mana PMT tersebut mengadakan interruptor
pada saat pemasukan dan pelepasan beban. PMT Recloser selalu dilengkapi
dengan pemadam busur api seperti menggunakan media minyak, vakum,
atau gas SF6.
2) Kontrol Elektronik
Kontrol elektronik pada Recloser adalah peralatan pengontrol yang mengatur
pemasukan dan pelepasan PMT dimana dari kontrol ini setting Recloser
ditentukan. Kontrol elektronik ini terdiri dari beberapa kelengkapan sebagai
berikut:
1. Baterai
2. Switch untuk pengoperasian
3. Lampu control
4. Reclosing rele
b) Klasifikasi Recloser
1) Recloser menurut jumlah fasanya dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
a. Fasa tunggal
Recloser ini dipergunakan sebagai pengaman saluran fasa tunggal, misalnya
saluran cabang fasa tunggal dari saluran utama fasa tiga.
24
b. Fasa tiga
Fasa tiga umumnya untuk mengamankan saluran tiga fasa terutama pada
saluran utama
2) Recloser menurut media peredam busur apinya dibedakan menjadi tiga
jenis, yaitu:
a. Media minyak
b. Vakum
c. SF6
3) Recloser menurut peralatan pengendalinya dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu:
a. Recloser Hidrolik (Kontrol hidrolik)
Recloser ini menggunakan kumparan penjatuh yang dipasang seri
terhadap beban (seri trip coil). Bila arus yang mengalir pada Recloser
200% dari arus setting-nya, maka kumparan penjatuh akan menarik tuas
yang secara mekanik membuka kontak utama Recloser.
b. Recloser Terkontrol Elektrik
Cara kontrol elektronis lebih fleksibel, lebih mudah diatur dan diuji secara
lebih teliti dibanding Recloser terkontrol hidrolis. Perlengkapan elektrolis
diletakkan dalam kotak yang terpisah. Pengubah karakteristik, tingkat arus
penjatuh, urutan operasi dari Recloser terkontrol elektronis dapat
dilakukandengan mudah tanpa mematikan dan mengeluarkan dari tangki
Recloser.
4) Berdasarkan tipe perintah reclosing ke PMT dapat dibedakan dalam dua
jenis reclosing rele, yaitu :
a. Single Shot Reclosing Rele
Rele ini hanya dapat memberikan perintah reclosing ke PMT satu kali dan
baru dapat melakukan reclosing setelah blocking time berakhir. Bila
terjadi gangguan pada periode blocking time, PMT trip dan mengunci
(lock – out). Diagram fungsi waktu dari Rele Recloser Single Shoot dapat
dilihat pada gambar 2.17 berikut
25
Gangguan
Arus
Masuk
PMT
Keluar
tdo
Relai
tk
td
Dead Time
Pulsa
closing
tb
Blocking
time
Keterangan gambar :
td1 = dead time dari reclosing pertama
td2 = dead time dari reclosing kedua
td3 = dead time dari reclosing ketiga
tb1 = blocking time dari reclosing pertama
tb2 = blocking time dari reclosing kedua
tb3 = blocking time dari reclosing ketiga
SSO di-setting agar bekerja saat Recloser reclose sebanyak setting dikurangi 1.
Sebagai contoh, terjadi gangguan di titik setelah SSO dan Recloser di-setting untuk
27
reclose sebanyak tiga kali. Maka pada saat Recloser reclose untuk kali kedua, SSO
akan bekerja. (SPLN 52-3:1983)
Sectionalizer
(Sumber : http://www.gobizkorea.com/catalog/product, 2016)
Pengaman arus lebih dengan menggunakan 2 buah rele sudah cukup untuk
mengatasi gangguan 3 fasa maupun 2 fasa. Jika terjadi gangguan 3 fasa, maka
kedua rele bekerja. Jika terjadi gangguan 2 fasa, maka salah satu atau kedua rele
bekerja.
Misalnya :
Jika fasa yang terganggu adalah R dengan S, maka OCR yang bekerja adalah
OCR pada fasa R.
Jika fasa yang terganggu adalah S dengan T, maka OCR yang bekerja adalah
OCR pada fasa T.
Jika fasa yang terganggu adalah R dengan T, maka OCR yang bekerja adalah
OCR pada kedua fasa.
Kegagalan pada proteksi utama harus dapat diatasi, yaitu dengan proteksi cadangan
(back up protection). Proteksi cadangan ini umumnya mempunyai perlambatan
waktu (time delay), hal ini untuk memberikan kesempatan kepada proteksi utama
beroperasi terlebih dahulu, dan jika proteksi utama gagal baru proteksi cadangan
yang akan beroperasi. Dengan demikian hanya bagian yang mengalami gangguan
saja yang dipisahkan atau diisolir dari sistem tersebut. Rele pengaman dengan
kemampuan selektif yang baik dibutuhkan untuk mencapai keandalan sistem yang
tinggi karena tindakan pengaman yang cepat dan tepat akan dapat memperkecil
daerah yang mengalami gangguan menjadi sekecil mungkin. (SPLN 52-3:1983)
Bila terjadi gangguan pada zona antara PMT dan Recloser maka PMT akan
membuka. Jika gangguan pada sisi setelah Recloser maka Recloser akan membuka
untuk yang pertama dan kedua kemudian akan menutup kembali jika Recloser
mendeteksi gangguan sementara dan Recloser akan Lockout bila mendeteksi
gangguan permanen. Jika gangguan pada zona antara PMT dengan Recloser maka
PMT harus trip.
32
SSO
Koordinasi PBO-Sectionalizer
(Sumber : SPLN 52-3 : 1983)
Bila terjadi gangguan pada sisi setelah sectionalizer, maka recloser akan bekerja
dengan buka tutup cepat pertama atau sampai kedua untuk menghilangkan
gangguan yang bersifat temporer. Sectionalizer mengindera arus gangguan dan
menghintung banyaknya buka tutup dari recloser (berapa kali arus gangguan
terputus). bila gangguan bersifat permanen, maka sesuai penyetelan hitung dari
sectionalizer, sectionalizer akan membuka pada saat recloser membuka, sebelum
buka tutup terakhir dan mengunci (lock out). Jadi seksi yang terganggu dapat
dibebaskan dengan terbukanya sectionalizer, kemudian sectionalizer masuk dan
terpasang normal kembali (reset). (SPLN 52-3:1983)
Komponen Simetris
Suatu sistem tidak seimbang yang terdiri dari “n” fasor-fasor yang berhubungan
dapat diuraikan menjadi “n” buah sistem dengan fasor-fasor seimbang yang
dinamakan komponen-komponen simetris dari fasor-fasor aslinya.
Jadi tiga fasor tak seimbang dari suatu sistem tiga fasa dapat diuraikan menjadi tiga
sistem fasor yang seimbang. Himpunan-himpunan seimbang dari komponen-
komponen itu adalah :
33
Karena setiap fasor yang tidak seimbang merupakan vektor dari komponen-
komponen simetrinya, maka fasor-fasor aslinya dapat dinyatakan dengan :
Va = Va0 + Va1 + Va2 (2.1)
Vb = Vb0 + Vb1 + Vb2 (2.2)
Vc = Vc0 + Vc1 + Vc2 (2.3)
Dari persamaan tersebut dapat disimpulkan bahwa tegangan sistem adalah
penjumlahan anggota-anggota komponen simetrinya.
Nilai Operator a
Pangkat/Fungsi Bentuk dalam Kutub Koordinat Kartesian
A 1 120º -0,5 + j0,866
V012 = A-1.Vabc
Va0 1 1 1 Va
1
[Va1 ] = 3 [1 a2 a ] [Vb] (2.10)
Va2 1 a a2 Vc
Dari persamaan di atas, didapat rumus tinjauan tegangan berikut.
1
Va0 = 3 (Va + Vb + Vc) (2.11)
1
Va1 = 3 (Va + a.Vb + a2 .Vc) (2.12)
1
Va2 = 3 (Va + a2 . Vb + a.Vc) (2.13)
Keterangan:
XS TT = Impedansi sumber tegangan tinggi (Ω)
kV = Tegangan sisi primer trafo tenaga (kV)
MVA HS TT = Daya hubung singkat sisi tegangan tinggi 150 kV (MVA)
Impedansi sumber ini adalah nilai tahanan pada sisi 150 kV, yang mewakili semua
unit pembangkit beroperasi. Adapun impedansi sumber mencakup: impedansi
sumber pembangkit, impedansi trafo tenaga di Pusat Listrik dan Impedansi
Transmisi.
Karena arus gangguan hubung singkat yang akan dihitung adalah ganguan hubung
singkat disisi 20 kV, maka impedansi sumber tersebut harus ditransformasikan
terlebih dahulu ke sisi 20 kV dengan meggunakan persamaan : (Sarimun, Wahyudi.
2012)
MVA HS TT = MVA HS TM
kV TT 2 kV TM 2
=
X S TT X S TM
kVTM 2
X S TM = . X S TT (2.19)
kVTT 2
38
Keterangan:
X S TM = Impedansi sumber di sisi 20 kV (Ω)
X S TT = Impedansi sumber di sisi 150 kV (Ω)
kV TM = Tegangan transformator tenaga sisi tegangan menengah (20 kV)
kv TT = Tegangan transformator tenaga sisi tegangan tinggi (150 kV)
Z1 = Z2 = Ztrafo (2.20)
a. Untuk trafo tenaga dengan hubungan belitan YnYn atau Δ-Y, di mana kapasitas
belitan delta sama besar dengan kapasitas belitan bintang, maka :
XT0 = ZT0 = XT1. (2.21)
b. Untuk trafo tenaga dengan hubungan belitan Yyd, di mana kapasitas delta
biasanya sepertiga dari kapasitas belitan bintang (belitan yang digunakan untuk
menyalurkan daya), maka nilai reaktansi trafo urutan nol adalah :
XT0 = 3 XT1 (2.22)
c. Untuk trafo tenaga dengan hubungan Y-Y dan tidak mempunyai belitan delta
di dalamnya, maka untuk menghitung XT0 berkisar antara 9 sampai dengan 14
kali XT1.
Perhitungan reaktansi trafo urutan positif dan negatif, dapat dilihat pada persamaan
berikut.
kV²
XT1 = XT2 = ZT1 = ZT2 = Ztrafo (%) . MVA (2.23)
39
Keterangan :
XT1 = Reaktansi trafo urutan positif (Ohm)
XT2 = Reaktansi trafo urutan negatif (Ohm)
XT0 = Reaktansi trafo urutan nol (Ohm)
ZT1 = Impedansi trafo urutan positif (Ohm)
ZT2 = Impedansi trafo urutan negatif (Ohm)
ZT0 = Impedansi trafo urutan nol (Ohm)
kV = Tegangan sisi sekunder trafo (kV)
MVA = Kapasitas daya trafo tenaga (MVA)
Ztrafo (%) = Impedansi trafo (pu)
(a) (b)
Diagram Rangkaian Reaktansi Trafo ;
(a) Urutan Positif dan (b) Urutan Negatif
3
40
Besaran-besaran dasar tersebut adalah arus dasar dan impedansi dasar. PT PLN
menggunakan daya dasar pada sistem sebesar 100 MVA, sedangkan untuk tegangan
dasar didasarkan pada data ratio penyulang KDS-01 pada sisi tegangan menengah
yaitu 20 kV.
Keterangan :
Zn(pu) = Impedansi dalam satuan (pu) dengan besaran dasar baru
Zo(pu) = Impedansi dalam satuan (pu) dengan besaran dasar lama
kVBn = Tegangan dasar (kV) baru
kVBo = Tegangan dasar (kV) lama
kVABn = Daya dasar (kVA) baru
kVABo = Daya dasar (kVA) lama
a
b
c
Ia Ib Ic
Zf
1
Ia1 = 3 (Ia + a . Ib + a2 . Ic)
1
= 3 (Ia + a . 0 + a2 . 0)
1
= 3 Ia
1
Ia2 = 3 (Ia + a2 . Ib + a . Ic)
1
= 3 (Ia + a2 . 0 + a . 0)
1
= 3 Ia
1
Dari perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa Ia0 = Ia1 = Ia2 = Ia sehingga
3
/// ///
Gangguan Hubung Singkat Dua fasa ke Tanah
(Sumber : Firdaus, Akhmad Jamaah. 2017. BPKM Mata Kuliah Proteksi.
Semarang: Politeknik Negeri Semarang)
Jika hubung singkat terjadi di fasa b dan c, keadaan pada gangguan hubung singkat
dapat dinyatakan sebagai berikut :
Va ≠ 0 Vb = 0 Vc = 0
Ia = 0 Ib ≠ 0 Ic ≠ 0
Maka RPTJU (Rangkaian Pengganti Thevenin Jaringan Urutan) untuk gangguan
dua fasa ke tanah, maka rangkaian urutan positif, negatif, dan nol dihubung paralel
seperti pada gambar 3.36 berikut :
Ea
Ia1 = Z . Z (2.39)
Z1 + 2 0
Z2 +Z0
Z
Ia2 = - Z 0Tot . Ia1 (2.40)
+Z
2 0
Z
Ia0 = - Z 2𝑇𝑜𝑡 . Ia1 (2.41)
+Z
0 2
a
b
c
Ia Ib Ic
Zf
Hubung Singkat Dua Fasa (Antar-Fasa)
(Sumber : Firdaus, Akhmad Jamaah. 2017. BPKM Mata Kuliah Proteksi.
Semarang: Politeknik Negeri Semarang)
Jika fasa yang mengalami gangguan adalah fasa b dan fasa c seperti pada gambar
2.37 diatas maka keadaan pada gangguan hubung singkat semacam ini dapat
dinyatakan sebagai berikut:
Va ≠ 0 Vb = Vc
Ia = 0 Ib ≠ 0 Ic ≠ 0 (Ib = - Ic)
Transformasi arus kedalam komponen simetri
1
Ia0 = 3 (Ia + Ib + Ic)
1
= 3 (0 + Ib - Ib)
=0
1
Ia1 = 3 (Ia + a . Ib + a2 . Ic)
1
= 3 (0 + a . Ib - a2 . Ib)
1
= 3 (a – a2) Ib
𝑎−𝑎2
=( ) Ib
3
1
Ia2 = 3 (Ia + a2 . Ib + a . Ic)
1
= 3 (0 + a2 . Ib - a . Ib)
1
= 3 (a2 – a) Ib
𝑎−𝑎2
= −( ) Ib
3
47
Dari perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa Ia0 = 0 dan Ia2 = Ia1 sehingga
RPTJU urutan nol dihubung sendiri sedangkan RPTJU urutan positif dan negatif
dihubung paralel.
Z1
F1
Ia1
Ea Va1 Zf
1 < 00 N1
Z2
F2
Ia2
Va2
N2
Z0 F0
Ia0
Va0
N0
a
b
c
Ia Ib Ic
Zf Zf Zf
Zg Ia + Ib + Ic = 3 Ia0
Dari Gambar 2.46 diatas , maka keadaan pada gangguan hubung singkat semacam
ini dapat dinyatakan sebagai berikut :
Va = Vb = Vc = 0
Ia ≠ 0 Ib ≠ 0 Ic ≠ 0
Z1
F1
Ia1
Ea Va1 Zf
0
1<0 N1
Z2
F2
Ia2
Va2 Zf
N2
Z0 F0
Ia0
Zf + 3 Zg
Va0
N0
Ea
Ia1 = (2.51)
Z1
Di mana :
Inry = Arus nominal pada rele (arus nominal sekunder trafo arus)
Kemudian dilakukan setting waktu pada rele OCR.
Rele Definite
Penyetelan waktu kerja dilakukan dengan langsung memilih waktu kerja
yang diinginkan.
Rele Inverse
Penyetelan waktu kerja dilakukan dengan memilih time dial (td) atau ada
juga yang menyebut Time Multiple Setting (TMS). TMS dapat diperoleh
jika telah diketahui lebih dahulu :
Ihs
MPS = (2.62)
Iset
Di mana :
Ihs = arus hubung singkat yang dipandang dari sisi sekunder CT
Iset = arus setting
51
Hubungan antara MPS, tk dan TMS dapat dilihat pada gambar 2.41 berikut
0,14 (𝑡𝑑)
1) Standar Inverse (SI) tk = (detik) (2.63)
𝐼 0 ʾ02 − 1
13,5 (𝑡𝑑)
2) Very Inverse (VI) tk = (detik) (2.64)
𝐼−1
80 (𝑡𝑑)
3) Extreme Inverse (EI) tk = (detik) (2.65)
𝐼²−1
120 (𝑡𝑑)
4) Long Time Inverse (LTI) tk = (detik) (2.66)
𝐼−1
Ihs
Di mana I = MPS = Is
52
Di mana :
Inry = Arus Nominal pada Rele (arus nominal sekunder trafo arus)
Kemudian dilakukan setting waktu pada rele GFR.
Rele Definite
Penyetelah waktu kerja dilakukan dengan langsung memilih waktu kerja
yang diinginkan.
Rele Inverse
Penyetelan waktu kerja dilakukan dengan memilih time dial (td) atau ada
juga yang menyebut Time Multiple Setting (TMS). TMS dapat diperoleh
jika telah diketahui lebih dahulu :
a) Multiple Plug Setting (MPS) yaitu perbandingan antara besar arus
gangguan dengan arus setting-nya.
Ihs
MPS = (2.70)
Iset
53
Di mana :
Ihs = Arus hubung singkat yang dipandang dari sisi sekunder CT
(Ampere)
Is = Arus setting dari sisi sekunder CT (Ampere)
Hubungan antara MPS, tk dan TMS dapat dilihat pada gambar 2.42 berikut
Jika tidak ditemukan karakteristik rele maka untuk mencari TMS / td dapat
menggunakan rumus pendekatan : (Sarimun, Wahyudi. 2012)
54
0,14 (𝑡𝑑)
1) Standar Inverse (SI) tk = (detik) (2.71)
𝐼 0 ʾ02 − 1
13,5 (𝑡𝑑)
2) Very Inverse (VI) tk = (detik) (2.72)
𝐼−1
80 (𝑡𝑑)
3) Extreme Inverse (EI) tk = (detik) (2.73)
𝐼²−1
120 (𝑡𝑑)
4) Long Time Inverse (LTI) tk = (detik) (2.74)
𝐼−1
Ihs
Di mana I = MPS = Iset
Software SoMachine
Software SoMachine adalah aplikasi yang digunakan untuk melakukian
pemrograman pada PLC (Programmable Logic Controller). Software SoMachine
ini biasanya di gunakan untuk membantu pembangun mesin merancang dan
membangun mesin lebih cepat sertameningkatkan profitabilitas. Mengontrol
otomasi dan proses mesin di suatu pabrik contohnya untuk otomasi (istilah otomasi
ini mudahnya hanya untuk mengontrol mesin 1 atau lebih) biasanya digunakan
untuk interlocking / Sequenching pada suatu mesin.
Pustaka menyediakan item berikut yang dieksekusi dalam sistem runtime
pengontrol :
a. fungsi dan fungsi blok
b. definisi tipe data
c. variabel global
d. variabel sistem
e. objek visualisasi
Manajemen library dalam suatu proyek dilakukan dengan menggunakan Manajer
library untuk keseluruhan proyek atau pustaka khusus kontroler. Instalasi library
dilakukan selama pemasangan elemen-elemen tersebut (perangkat, solusi,
pengontrol) yang Anda pilih untuk dipasang dengan SoMachine Pengelola
Konfigurasi. Untuk library yang ditentukan pengguna, mereka dikelola melalui
55
Blok Fungsi
POU (Program Organization Unit) yang mengembalikan satu atau lebih
output.
Perlu dipanggil oleh suatu instance (copy blok fungsi dengan nama dan
variabel khusus).
Setiap instance memiliki status persisten (output dan variabel internal) dari
satu panggilan ke panggilan lainnya dari blok fungsi atau program.
Contoh: pengatur waktu, penghitung
Timer_ON adalah turunan dari blok fungsi TON
Contoh Ttimer ON
(Sumber : Manual Book. 2017. SoMachine Functions and Libraries User Guide.
Schneider Electric)
Program ETAP
ETAP (Electric Transient and Analysis Program) merupakan suatu perangkat lunak
yang mendukung sistem tenaga listrik. Perangkat ini mampu bekerja dalam keadaan
offline untuk simulasi tenaga listrik, online untuk pengelolaan data real-time atau
digunakan untuk mengendalikan sistem secara real-time. Fitur yang terdapat di
dalamnya pun bermacam-macam antara lain fitur yang digunakan untuk
menganalisa pembangkitan tenaga listrik, sistem transmisi maupun sistem
distribusi tenaga listrik.
58
ETAP dapat digunakan untuk membuat proyek sistem tenaga listrik dalam bentuk
diagram satu garis (one line diagram) dan jalur sistem pentanahan untuk berbagai
bentuk analisis, antara lain: aliran daya, hubung singkat, starting motor, trancient
stability, koordinasi rele proteksi dan sistem harmonisasi. Proyek sistem tenaga
listrik memiliki masing-masing elemen rangkaian yang dapat diedit langsung dari
diagram satu garis dan atau jalur sistem pentanahan. Untuk kemudahan hasil
perhitungan analisis dapat ditampilkan pada diagram satu garis.
(Multa,Lesnanto.2013)
sedangkan 0 berarti keadaan yang diharapkan tidak terpenuhi. PLC juga dapat
diterapkan untuk pengendalian sistem yang memiliki output banyak.
Fungsi dan kegunaan PLC sangat luas. Dalam praktik-nya fungsi PLC dapat dibagi
secara umum dan secara khusus. Secara umum fungsi PLC adalah sebagai berikut.
Sekuensial Control
PLC memproses input sinyal biner menjadi output yang digunakan untuk keperluan
pemrosesan teknik secara berurutan (sekuensial), disini PLC menjaga agar semua
step atau langkah dalam proses sekuensial berlangsung dalam urutan yang tepat.
Monitoring Plant
PLC secara terus menerus memonitor status suatu sistem (misalnya temperatur,
tekanan, tingkat ketinggian) dan mengambil tindakan yang diperlukan sehubungan
dengan proses yang dikontrol (misalnya nilai sudah melebihi batas) atau
menampilkan pesan tersebut pada operator.
Prinsip kerja sebuah PLC adalah menerima sinyal masukan proses yang
dikendalikan lalu melakukan serangkaian instruksi logika terhadap sinyal masukan
tersebut sesuai dengan program yang tersimpan dalam memori lalu menghasilkan
sinyal keluaran untuk mengendalikan aktuator atau peralatan lainnya.
PLC
(Sumber: Bolton, William. 2004. Programmable Logic Controller. Jakarta:
Erlangga)
Schneider Modicon TM221CE24R berbeda dengan PLC lain seperti PLC Omron,
karena PLC ini sudah dilengkapi dengan modbus ethernet yang dapat digunakan
langsung dengan sistem terintegerasi ethernet protokol.
60
Output Analog/Digital
Counter
Interface Digital Output
Power Supply
Rak RTU, dll.
Citect Explorer
Citect explorer adalah sebuah aplikasi dari software Vijeo Citect yang digunakan
untuk melihat seluruh project dan mengatur content dari setiap project
software Vijeo Citect.
BAB III
PERANCANGAN DAN PERAKITAN
Pada bab perencanaan dan perakitan simulator ini, meliputi data-data untuk
perhitungan impedansi total jaringan untuk menghitung arus hubung singkat pada
KDS-01 dan proses perakitan simulator.untuk mensimulasikan koordinasi antara
PMT KDS-01, Recloser K1-68 dan Sectionalizer K1-117/25 pada penyulang KDS-
01 saat terjadi gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah dan hubung singkat tiga
fasa. Gangguan tersebut disimulasikan di beberapa titik yaitu diantara PMT KDS-
01 dan Recloser K1-68, diantara Recloser K1-68 dan Sectionalizer K1-117/25 serta
gangguan yang terletak setelah Sectionalizer K1-117/25. Simulator ini dapat
dimonitor dan dikontrol melalui program SCADA.
Penyulang KDS-01
Penyulang Kudus 01 atau disingkat KDS-01 merupakan salah satu penyulang
distibusi tenaga listik yang disuplai dari trafo II Gardu Induk Kudus dengan
kapasitas trafo 60 MVA. Penyulang KDS-01 merupakan wilayah kerja dari PT PLN
(Persero) Unit Layanan Pelanggan (ULP) Kudus Kota.
Recloser K1-68
Recloser K1-68
LBS K1-117/25
LBS K1-117/25
Type : RL-Series
Controller : COOPER FDX
Merk : COPPER
I setting : 690 A
Ratio CT : 600/5
Peredam : Gas SF6
(Sumber : (Data Setting Recloser PT PLN (Persero) UP2D Jateng & DIY)
3.1.3 Penghantar
Penghantar yang digunakan pada penyulang KDS-01 menggunakan penghantar
udara (SUTM). Penyulang KDS-01 menggunakan sistem pola distribusi 2 dalam
pendistribusian tenaga listrik sehingga jenis penghantar yang digunakan pada
penyulang KDS-01 adalah penghantar AAAC (All Aluminium Conductor) dengan
luas pengampang 240 mm2 pada penghantar fasa. Sementara untuk penghantar
netral menggunakan penghantar AAAC dengan luas penampang 150 mm2. Berikut
adalah data besarnya nilai KHA dari penghantar AAC dan AAAC ditunjukkan pada
tabel 3.4 dan nilai impedansi dari penghantar AAAC pada tabel 3.5.
71
K1-117/25 karena jumlah trip recloser K1-68 sebanyak tujuh kali selama tahun
2018.
Gangguan penyebab Recloser K1-68 reclose dan trip selama Tahun 2018 dapat
dilihat pada tabel 3.7 berikut :
Tabel 3.7 Historis Gangguan pada Recloser K1-68 Tahun 2018
Jenis Jenis Jenis
No. Tanggal Gangguan
Operasi Gangguan Penyebab
1. 22/01/2018 FCO 3∅ putus di pole K1-69/12 Trip 3∅ E3
2. 20/02/2018 Gangguan tidak ditemukan Reclose 1∅G -
Kerangka layang-layang
3. 08/03/2018 mengenai jaringan di pole K1- Reclose 1∅G E4
69/11/5
4. 12/03/2018 Gangguan tidak ditemukan Reclose 1∅G -
5. 21/03/2018 Gangguan tidak ditemukan Reclose 1∅G -
Kera diatas trafo mengenai
6. 27/03/2018 Reclose 1∅G E3
jaringan di pole K4-112U/1
7.01/05/2018 Gangguan tidak ditemukan Reclose 1∅G -
Konduktor terurai di pole K1-
8. 06/05/2018 Trip 2∅ I1
69/13
9. 06/05/2018 Arrester short di pole K1-117/8 Trip 1∅G I2
Konduktor terurai di pole K4-
10. 23/08/2018 Trip 1∅G I1
117/ZA
Pohon sengon mengenai
11. 12/09/2018 Trip 1∅G E1
jaringan di pole K1-69/11/3
Ranting pohon mengenai
12. 16/10/2018 Trip 1∅G E1
jaringan di pole K4-112/R
13. 16/09/2018 FCO putus di K1-112/32 Reclose 1∅G I2
Konduktor terurai di pole K4-
14. 06/11/2018 Trip 2∅ I1
112/T
Ranting pohon mengenai
15. 26/11/2018 Trip 1∅G E1
jaringan di pole K4-112A/30
Jaringan tertimpa ranting pohon
16. 12/12/2018 Trip 2∅ E1
di pole K4-112A/32
(Sumber : Data Gangguan Recloser K1-68 Penyulang KDS-01 PT PLN (Persero)
UP3 Kudus Tahun 2018)
g
GANGGUAN GANGGUAN GANGGUAN
h
GI KUDUS
TRAFO II
60 MVA
i
40 CM
m
ABSW
n K4-112A/25
PMT KDS-01 RECLOSER K1-68 SSO K1-117/25 ABSW K4-112A/25 ARUS GANGGUAN
p POWER PENYULANG
LOCAL LOCAL LOCAL OPEN
ON KDS-04
q
r OFF
REMOTE REMOTE REMOTE CLOSE
s
60 CM
t
u
POLITEKNIK DESAIN TATA LETAK SIMULATOR Digambar: Tim TA
3.3.4 Potensio
Pada perancangan simulator ini menggunakan potensio sebanyak 1 buah yang
berfungsi untuk mengatur besar arus hubung singkat.
3.3.5 Rele
Pada perancangan simulator ini menggunakan 1 buah jenis rele 24 VDC dengan
spesifikasi rele yang digunakan sebagai berikut :
Merk : HUIGANG
Type : HR52H
Coil voltage : 24 VDC
Jumlah kaki :8
i. DC current inject
j. Banana Plug
k. PLC Modicon TM221CE24R
Perakitan
Dalam perakitan simulator meliputi beberapa tahapan, antara lain yaitu :
3.5.3 Pengawatan
Proses pengawatan dilakukan berdasarkan gambar rancangan pengawatan yang
telah dibuat dengan penekanan pada segi kerapian dan tidak lupa menggunakan
landasan peraturan kelistrikan.
SIMULASI KOORDINASI
PMT, RECLOSER, DAN
SSO SEBAGAI
PROTEKSI PADA
PENYULANG KUDUS 01
BERBASIS PLC DAN
SCADA
Alur kerja trainer PLC dan simulator dengan SCADA
Master
Perintah berupa data akan diinput oleh simulator kepada trainer PLC yang nantinya
akan ditransfer kepada PLC master melalui router/switch hub menggunakan kabel
RJ45 dan data akan diproses oleh PLC master. Setelah data diproses, PLC master
akan mentransfer data kepada PC yang nantinya akan ditampilkan oleh TV/monitor.
Icon Software
b. Akan muncul tampilan startup sperti pada gambar 3.18
d. Kemudian memilih tipe PLC yang akan digunakan, yaitu PLC dengan tipe
TM221CE24R.
Tipe PLC
e. Kemudian drag tipe PLC yang telah dipilih.
Panel Programming
91
Ladder Diagram
h. Program yang telah selesai dibuat kemudian di-download dari PC to
Controller. Memilih panel ”Commissioning” untuk memulai proses
download. Setelah proses selesai, program sudah dapat di jalankan ke PLC.
Panel Commissioning
Menu User
Menyatukan antara Vijeo Citect dan PLC TM221CE40R dengan cara
memilih jendela Citect Project Editor, memilih communication dan
memilih menu Express Wizard.
Menu Communication
Pilih next pada tampilan menu Express Wizard, lalu pada I/O Server pilih
next.
94
Meng-klik Next pada pilihan Create a New I/O Device, setelah itu memilih
External I/O Device lalu menekan pilihan Next.
Tipe I/O
Memilih Jenis PLC yang akan digunakan. Karena M221 belum ter-install
maka memilih PLC jenis Twido dan jaringan komunikasi yang akan
digunakan yaitu Modbus/TCP (Ethernet) lalu pilih Next.
IP Address
Next pada pilihan apakah akan menambahkan link pada I/O External.
Communication Finish
97
Menu Compile
Membuka tampilan Citect Graphic Builder lalu membuat gambaran
sistem SCADA yang diinginkan. Pada Citect Graphic Builder pilih File
lalu New kemudian pilih Page. Pilih normal kemudian klik OK.
Setelah itu Pop up akan tampil pada halaman utama SCADA saat menekan
PMT.
104
Impedansi Urutan Positif dan Negatif Penghantar (JTM) 0,1344 + j 0,3158 Ω/km
Impedansi Urutan Nol Penghantar (JTM) 0,3631 + j 1,6180 Ω/km
Sistem Pentanahan Langsung
(Sumber : Data Aset PT PLN (Persero) UP2D Semarang)
(1502 ) 𝑘𝑉
= 6577,55 𝑀𝑉𝐴
= j 3,4207 Ω
Karena perhitungan arus hubung singkat berada disisi tegangan menengah
(20kV), maka impedansi sumber disisi tegangan tinggi (150kV) harus
dikonversikan terlebih dahulu ke sisi tegangan menengah menggunakan
persamaan (2.19) sebagai berikut :
106
kVTM 2
XS TM = . Xsc TT
kVTT 2
202
= . j 3,4207
1502
= j 0,060813 Ω
= j 0,0608 Ω
b. Perhitungan Impedansi Trafo
Untuk Trafo II Gardu Induk Kudus, ditunjukkan pada tabel 3.13 sebagai
berikut :
Tabel 3.13 Data Trafo II Gardu Induk Kudus
Kapasitas Trafo 60 MVA
Impedansi Trafo 13 %
Tegangan Primer 150 kV
Tegangan Sekunder 20 kV
Belitan Delta Ynyn
= j 0,867 Ω
XT1 = j 0,867 Ω
ZT1 = ZT2 = XT1 = XT2 = j 0,867 Ω
XT0 = XT1
= j 0,867 Ω
Panjang
Impedansi Saluran Penyulang KDS-01
Jaringan
Impedansi Urutan Positif
Impedansi Urutan Nol
% kms dan Negatif
()
()
= (2,3238 + j 11,22187)
Nilai impedansi total jaringan urutan positif, negatif, dan nol pada
penyulang KDS-01 dilihat pada tabel 3.15
Tabel 3.15 Impedansi Total Jaringan Urutan Positif, Negatif, dan Nol
Penyulang KDS-01
= 2886,751 A
(kV dasar L−L)2
Impedansi Dasar (Zb) = MVA dasar 3 fasa
(20 kV)2
= 100 MVA
= 4Ω
111
Dengan besaran-besaran dasar di atas, dapat dihitung besaran per-unit (pu) untuk
impedansi total urutan positif, negatif, dan nol berikut :
Z1 Tot ()
Z1 Tot (pu) = ZB
(0,86016 + j2,9486) Ω
= 4Ω
= (0,21504 + j 0,73715) pu
Impedansi Total Jaringan Urutan Negatif
Impedansi total jaringan urutan negatif pada 100% panjang jaringan dalam
besaran per-unit adalah :
Z2 Tot ()
Z2 Tot (pu) =
ZB
(0,86016 + j2,9486) Ω
=
4Ω
= (0,21504 + j 0,73715) pu
Impedansi Total Jaringan Urutan Nol
Impedansi total jaringan urutan nol pada 100% panjang jaringan dalam besaran
per-unit adalah :
Z0 Tot ()
Z0 Tot (pu) = ZB
2,3238 + j11,22187
= 4Ω
= (0,5809 + j 2,805467) pu
Nilai impedansi total jaringan urutan positif, negatif, dan nol dalam besaran
per-unit pada penyulang KDS-01 dilihat pada tabel 3.16
112
Tabel 3.16 Impedansi Total Jaringan Urutan Positif, Negatif, dan Nol
Penyulang KDS-01 dalam satuan (pu)
Panjang
Impedansi Saluran Penyulang KDS-01
Jaringan
Impedansi Total Urutan Impedansi Total Urutan
% kms Positif dan Negatif Nol
(pu) (pu)
0% 0,00 0 + j0,23187 0 + j0,216667
= 0,227 ∠ -76,71°
= (0,05228 – j 0,2213) pu
Ia2 = Ia0 = Ia1
= (0,05228 – j 0,2213) pu
Besarnya arus gangguan hubung singkat pada sistem dapat dihitung sesuai
persamaan 2.35
= (0,15684 – j 0,6639) pu
Ib = 0
Ic = 0
1∠0°
=
(0,43008 + j1,4743)
1∠0°
=
(1,5357 ∠ 73,737°)
= (0,6511 ∠ - 73,737º) pu
= (0,1823 - j0,625) pu
Ia2 = - Ia1
= - (0,1823 – j0,625)
= (- 0,1823 + j 0,625) pu
= (0,6511 ∠ 106,26º) pu
Ia0 = 0
Besarnya arus gangguan hubung singkat pada sistem dapat dihitung :
Ia = 0
Ib = Ia0 + a2. Ia1 + a . Ia2
= 0 + (1∠ 240º) . (0,6511 ∠ -73,737º) + (1 ∠120º) . (0,651∠ 106,263º)
= (0,651 ∠ 166,263º) + (0,651 ∠ 226,263º)
= (− 0,632 + j0,1546) + (- 0,4502 - j0,4704)
= - 1,0827 – j0,3178
= (1,128 ∠ -163,737º) pu
Ic = -Ib
= - ( -1,0827 – j0,3158)
= (1,0827 + j0,3158) pu
= (1,1278 ∠ 16,263⁰) pu
Untuk mendapatkan arus gangguan dalam satuan Ampere arus-arus gangguan
dalam satuan pu harus dikalikan dengan arus dasar sistem (IB).
115
Ia = 0
Ib = (1,1278 ∠ -163,737º) . 2886,751 Ampere
= 3255,7 ∠ -163,737º Ampere
= 3256 ∠ -163,737º Ampere
Ic = (1,1278 ∠ 16,263º) 2886,751 Ampere
= 3255,7 ∠ 16,263⁰ Ampere
= 3256 ∠ 16,263⁰ Ampere
= 1,30299 ∠ - 73,737º
= (0,3649 – j1,251) pu
Ia2 = Ia0 =0
Besarnya arus gangguan hubung singkat pada sistem dapat dihitung :
Ia = Ia0 + Ia1 + Ia2
= 0 + 0,3649 – j1,251 + 0
= (1,30299 ∠ - 73,737º) pu
Ib = Ia0 + a2. Ia1 + a . Ia2
= 0 + (1∠ 240º) . (1,30229 ∠ - 73,74º) + (1 ∠ 120º) . 0
= (1,30229 ∠ 166,26º) pu
Ic = Ia0 + a. Ia1 + a2 . Ia2
= 0 + (1∠ 120º) . (1,30229 ∠ - 73,74º) + (1 ∠ 240º) . 0
= (1,30229 ∠ 46,26º) pu
Untuk mendapatkan arus gangguan dalam satuan Ampere arus-arus gangguan
dalam satuan pu harus dikalikan dengan arus dasar sistem (IB).
Ia = 1,30299 ∠ - 73,737º . 2886,751 Ampere
116
Untuk mengetahui grafik hubungan antara besarnya arus hubung singkat penyulang
KDS-01 dengan persentase panjang penyulang, dapat dilihat pada gambar 3.52
117
10000
Arus (Ampere)
8000
6000
4000
2000
0
10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100
Gambar grafik diatas menunjukkan bahwa semakin jauh persentase jarak arus
gangguan hubuung singkat dari PMT, maka nilai arus gangguan akan semakin
kecil. Nilai arus gangguan yang terbesar diantara ketiga jenis arus gangguan yaitu
arus gangguan hubung singkat tiga fasa.
BAB IV
PEMBAHASAN
118
119
= 𝑅𝑝 3.305.458,43
Untuk kerugian energi dan ekonomi yang dialami PT PLN (Persero) sebelum
pemasangan sectionalizer selama tahun 2018 dapat dilihat pada tabel 4.2
124
Rata-rata kerugian yang dialami PT PLN (Persero) setiap kali recloser trip
pada tahun 2018 adalah sebagai berikut :
𝑅𝑝18.302.060,93
Rata-rata kerugian saat recloser trip =
7
= 𝑅𝑝2.614.580,13
Setelah pemasangan sectionalizer
Berdasarkan tabel data resetting recloser 4.9 diketahui arus gangguan yang
dapat diamankan dari koordinasi Recloser K1-68 dengan LBS K1-117/25
yaitu 2120 A (OCR) dan 1056 A (GFR). Berdasarkan pada tabel 4.1 terdapat
5 gangguan yang memiliki nilai arus gangguan diatas 2120 A (OCR) dan
1056 A (GFR) yang berada di depan LBS K1-117/25. Sehingga gangguan
tersebut dapat diamankan oleh sectionalizer dan menurunkan jumlah trip
recloser K1-68.
Berikut perhitungan kerugian ekonomi yang dialami PT PLN (Persero)
apabila LBS K1-117/25 disetel sebagai sectionalizer, sehingga peralatan yang
akan trip mengamankan ganguan adalah LBS K1-117/25 dengan beban
section pada jarak 5 – 6,4 km (beban di LBS K1-117/25) .
125
= Rp 854.330,06
Kerugian energi dan ekonomi yang dialami PT PLN (Persero) setelah LBS
disetel sectionalizer akibat gangguan selama tahun 2018 dapat dilihat pada
tabel 4.3 berikut
126
Berdasarkan data tabel 4.3 diatas dapat dihitung energi dan ekonomi yang
terselamatkan sebelum dan setelah dilakukan pemasangan sectionalizer
adalah sebagai berikut :
P terselamatkan = P hilang sebelum pemasangan SSO – P hilang setelah pemasangan SSO
= 27.2 𝑀𝑊 − 12,3 𝑀𝑊
= 14,9 𝑀𝑊
E terselamatkan = E hilang sebelum pemasangan SSO – E hilang setelah pemasangan SSO
= 17.777,621 𝑘𝑊ℎ − 7.684,595 kWh
= 10.093,026 𝑘𝑊ℎ
Dari perhitungan energi yang terselamatkan diatas, dapat diperoleh besar
ekonomi terselamatkan yang diperoleh PT PLN (Persero) akibat pemasangan
sectionalizer sebagai berikut :
Lama Arus
Jumlah Beban Tegangan Rele
No Tanggal Padam Gangguan
Pelanggan (A) (kV) Kerja
(menit) (A)
1 11-07-2018 78 6718 263 20,1 9299 OCR
(Sumber : Data Aset PMT Trip Penyulang KDS-01 PT PLN (Persero) UP3 Kudus)
SAIDI sebelum pemasangan sectionalizer
∑ (𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑚 𝑥 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑚)
SAIDI =
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛 𝑥 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒
= ∑ ((𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑚 𝑃𝑀𝑇 𝑥 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑚) + (𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑚 𝑟𝑒𝑐𝑙𝑜𝑠𝑒𝑟 𝑥 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑚))
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛 𝑥 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒
78 290
∑ (( 𝑗𝑎𝑚 𝑥 6718)+ ( 𝑗𝑎𝑚 𝑥 4426))
60 60
=
6718 𝑥 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
= 4,484 𝑗𝑎𝑚/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
SAIDI setelah pemasangan sectionalizer
∑ (𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑚 𝑥 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑚)
SAIDI =
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛 𝑥 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒
= ∑ ((𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑚 𝑃𝑀𝑇 𝑥 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑚) + (𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑚 𝑟𝑒𝑐𝑙𝑜𝑠𝑒𝑟 𝑥 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑚) + (𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑚 𝑠𝑒𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙𝑖𝑧𝑒𝑟 𝑥 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑚))
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛 𝑥 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒
78 88 202
∑ (( 𝑗𝑎𝑚 𝑥 6718)+ ( 𝑗𝑎𝑚 𝑥 4426)+ ( 𝑗𝑎𝑚 𝑥 2254))
60 60 60
=
6718 𝑥 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
= 3,396 𝑗𝑎𝑚/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
SAIFI sebelum pemasangan sectionalizer
∑ (𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑙𝑖 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑚 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑚)
SAIFI =
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛 𝑥 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒
128
∑ ((𝑘𝑎𝑙𝑖 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑚 𝑃𝑀𝑇 𝑥 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑚)+ (𝑘𝑎𝑙𝑖 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑚 𝑟𝑒𝑐𝑙𝑜𝑠𝑒𝑟 𝑥 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑚))
= 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛 𝑥 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒
∑ ((𝑘𝑎𝑙𝑖 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑚 𝑃𝑀𝑇 𝑥 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑚) + (𝑘𝑎𝑙𝑖 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑚 𝑟𝑒𝑐𝑙𝑜𝑠𝑒𝑟 𝑥 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑚) + (𝑘𝑎𝑙𝑖 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑚 𝑠𝑒𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙𝑖𝑧𝑒𝑟 𝑥 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑚))
= 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛 𝑥 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒
Zona proteksi KDS-01 sebelum dilakukan resetting akibat penyetelan LBS K1-
117/25 sebagai sectionalizer dapat dilihat pada gambar 4.1 dan gambar 4.2
129
Berdasarkan gambar 4.1 zona proteksi HCL OCR sebelum resetting pada recloser
adalah sejauh 6,42 km di depan recloser. Apabila akan dilakukan penyettingan LBS
K1-117/25 menjadi sectionalizer maka perlu dilakukan penyettingan ulang zona
HCL OCR recloser agar dapat berkoordinasi dengan peralatan proteksi yang ada di
depannya.
Evaluasi dan Resetting Rele Arus Lebih (OCR) dan Rele Gangguan
Tanah (GFR)
= 480 A =3A
Dimana :
I set = 480 A
12184 0,02
0,35 𝑥 [[ ] − 1]
480
TMS = 0,14
TMS = 0,16
131
= 3464 A = 21,5 A
Dipilih I set (primer) 3440 A
= 8313,6 A = 47,5 A
Dipilih Iset (primer) = 7600 A
= 420 A = 0,4 A
Dipilih Isett (primer) = 400 A
Menentukan Time Multiple Setting (TMS)
𝐼𝑠𝑐 3∅ 0,02
𝑡 𝑥 [[ ] − 1]
𝐼 𝑠𝑒𝑡
TMS = 0,14
133
Dimana :
t = 0,21 detik
I set = 400 A
5534 0,02
0,21 𝑥 [[ ] − 1]
400
TMS = 0,14
TMS = 0,08
= 253,4 A = 1,25 A
Dipilih Iset (primer) = 200 A
Menentukan Time Multiple Setting (TMS)
𝐼𝑠𝑐 1∅ 0,02
𝑡 𝑥 [[ ] − 1]
𝐼 𝑠𝑒𝑡
TMS = 0,14
Dimana :
135
I set = 200 A
11798 0,02
0,618 𝑥 [[ ] − 1]
200
TMS = 0,14
= 0,375
Highset 1 (GFR Karakteristik Definite)
Menyetel Arus Kerja
Penentuan arus kerja berdasarkan nilai nominal dari trafo tenaga yang
terpasang. PT PLN (Persero) UP2D Jateng & DIY menetapkan pengaturan
highset 1 GFR untuk trafo 60 MVA sebesar 1,5 x IN Trafo . IN Trafo Daya
KDS-01 adalah 1732 A. Sehingga didapatkan perhitungan sebagai berikut
:
𝐼 𝑠𝑒𝑡 (𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟)
Iset (primer) = 1,5 . IN Trafo Iset (sekunder) = 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 𝐶𝑇
2600 𝐴
= 2 . 1732 A = 800/5
= 2598 A = 16,25 A
Dipilih Iset (primer) = 2500 A
𝐼 𝑠𝑒𝑡 (𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟)
Iset (primer) = 3,3 . IN Trafo Iset (sekunder) = 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 𝐶𝑇
4800 𝐴
= 3,3 . 1732 A = 800/5
= 5715,6 A = 30 A
Dipilih Iset (primer) = 4800 A
I set (primer)
I set (primer) = 7% x I HS 1Ø I set (sekunder) = 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 𝐶𝑇
120
= 0,1 x 1953 A = 800/5
= 195,3 A = 0,75 A
Dipilih Iset (primer) = 120 A
Dimana :
t = 0,4
I set = 120 A
3164 0,02
0,4 𝑥 [[ ] − 1]
120
TMS = 0,14
= 0,2
High Current Trip (GFR karakteristik Definite)
Menyetel Arus Kerja
Penyetelan arus kerja HCL recloser disetting dibawah arus kerja zona
highset 1 PMT Outgoing apabila di depan recloser tidak terdapat peralatan
pengalaman lainnya. Penyetelan sectionalizer pada LBS K1-117/25 tidak
mempengaruhi zona HCT yang telah disetel sebesar 1056 A (4,68 km dari
recloser).
Menyetel Waktu Kerja
Penentuan waktu kerja dilakukan dengan memilih langsung waktu kerja
yang diinginkan. Waktu kerja pada zona HCT harus lebih kecil dari waktu
kerja zona highset 1 PMT. Hal ini karena zona HCT juga berada pada zona
highset 1 PMT. Waktu kerja dipilih 0,1 detik.
138
Tabel 4.5 Data Resetting Rele OCR dan GFR PMT KDS-01 secara
perhitungan
Karakteristik GFR
Karakteristik OCR
I> (I Nominal) 480 A I0> 200 A
I>> (High Set 1) 3440 A I0>> (High Set 1) 2600 A
I>>> (High Set 2) 7600 A I0>>> (High Set 2) 4800 A
Kurva Standard Invers Kurva Standard Invers
TMS 0,16 TMS 0,375
t>> 0,3 s t0>> 0,3 s
t>>> 0,1 s t0>>> 0,1 s
Tabel 4.6 Data Resetting Rele OCR Recloser K1-68 secara perhitungan
Tabel 4.7 Data Resetting Rele OCR Recloser K1-68 secara perhitungan
Dari data tabel perhitungan setting rele OCR dan GFR diatas, maka
didapatkan zona kerja rele OCR dan GFR PMT KDS-01 dan Recloser K1-68
setelah dilakukan penyetelan LBS K1-117/25 menjadi SSO yang dapat dilihat
pada gambar 4.3 dan 4.4 berikut
Tabel 4.8 Waktu Kerja Rele OCR Hasil Perhitungan (Arus Hubung Singkat Tiga
Fasa)
Berdasarkan data tabel 4.8 kerja rele pada OCR PMT dan recloser hanya
karakteristik instaneous dan definite. Hal ini dikarenakan hingga 100 % panjang
penyulang KDS 01 tidak terdapat zona kerja karakteristik invers baik untuk OCR
PMT maupun OCR recloser.
Untuk menganalisis koordinasi rele OCR digunakan gangguan hubung singkat tiga
fasa pada titik terjauh penyulang (6,4 kms). Gangguan hubung singkat berada di
depan LBS K1-117/25. Peralatan proteksi yang akan merasakan arus gangguan
hubung singkat tiga fasa adalah rele OCR recloser sebesar 3759 A pada sisi primer
CT dan 3,759 A pada sisi sekunder CT. Sehingga recloser akan bekerja untuk trip
pada waktu 0,1 sekon setelah rele OCR merasakan arus gangguan. Setelah
dilakukan penyetelan LBS K1-117/25 sebagai sectionalizer, maka LBS K1-117/25
akan merasakan adanya arus gangguan yang telah melampaui nilai arus setting nya
serta merasakan hilang tegangan akibat trip recloser. Sehingga sectionalizer akan
trip dan meminimalisasi daerah yang terganggu dan recloser dapat menutup
kembali. Apabila rele OCR recloser mengalami kegagalan kerja, maka rele OCR
PMT akan trip pada waktu 0,3 detik setelah merasakan arus gangguan sebesar 3759
A pada sisi primer CT dan 23,49 A pada sisi sekunder CT.
Kurva koordinasi kerja rele OCR PMT KDS-01 dan recloser K1-68 dapat dilihat
pada gambar 4.5 berikut.
142
4
Waktu [sekon]
2 TD
REC
1
Highset 1
TD HCL&HCT Highset 2
0
0 2000 4000 6000 8000 10000
Arus [Ampere]
Tabel 4.9 Waktu Kerja Rele GFR Hasil Perhitungan (Arus Hubung Singkat Satu
Fasa Tanah)
Berdasarkan data tabel 4.9 kerja rele GFR PMT adalah rele karakteristik instaneous,
definite, dan invers serta pada rele GFR recloser adalah rele karakteristik
instaneous.
Untuk menganalisis koordinasi rele GFR digunakan gangguan hubung singkat satu
fasa tanah pada titik terjauh penyulang (6,4 kms). Gangguan hubung singkat berada
di depan LBS K1-117/25. Peralatan proteksi yang akan merasakan arus gangguan
hubung singkat tiga fasa ini adalah rele OCR recloser sebesar 1969 A pada sisi
primer CT dan 1,969 A pada sisi sekunder CT. Sehingga recloser akan bekerja
untuk trip pada waktu 0,1 sekon setelah rele GFR merasakan arus gangguan. Setelah
dilakukan penyetelan LBS K1-117/25 sebagai sectionalizer, maka LBS K1-117/25
akan merasakan adanya arus gangguan yang telah melampaui nilai arus setting nya
serta merasakan hilang tegangan akibat trip recloser. Sehingga sectionalizer akan
trip serta meminimalisasi daerah yang terganggu dan recloser dapat menutup
kembali.
Untuk rele GFR PMT dengan karakteristik invers, agar dapat menghitung waktu
kerja rele maka harus mengetahui terlebih dahulu Time Multiple Setting (TMS) atau
144
time delay (td), Multiple Plug Setting (MPS) dan karakteristik rele. Perhitungan
MPS dapat dicari menggunakan rumus sesuai persamaan (2.70) dan waktu kerja
(tk) dengan karakteristik rele Standard Invers sesuai persamaan (2.71) sebagai
berikut :
5 REC
Waktu [sekon]
4
TD
3
2
TD
1
Highset 1
HCT Highset 2
0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000
Arus [Ampere]
Induk Kudus. Penentuan besar arus hubung singkat untuk simulasi berdasarkan
jarak yang dikehendaki, dapat dilihat pada tabel 4.10
Setelah membuat single line diagram, kemudian setiap komponen penyusun single
line diagram tersebut diisikan data setting yang dibutuhkan sesuai dengan data
spesifikasi yang ada di lapangan. Data setting pada Sofware ETAP dapat dilihat
pada tabel 4.11
No Data
1. Standar a. IEC
b. Frekuensi 50 Hz
2. Power Grid Info
a. Connection = 3 Phasa
b. Configuration = Mode Swing
Rating
a. Rated kV
= 150
b. Balanced/Unbalanced
Short Circuit = Balanced
a. kAsc 3∅
b. kAsc 1∅ = 25,317 kA
c. Impedansi Urutan Positif
= 20,368 kA
d. Impedansi Urutan Negatif
e. Impedansi Urutan Nol = 0,21181 + j1,5055
146
= 0,21181 + j1,5055
= 0,64381 + j2,5568
3. Trafo 2 GI Info
Kudus a. Standard = IEC
b. Connection = Shell
Rating
a. Voltage Rating
= 150/20
(Prim./Sec)
b. Type / Class = Liquid-Fill /
ONAN/OFAF
c. Power Rating = 60/60 MVA
(ONAN/OFAF)
= 60 MVA
d. Z Base
Impedance
a. Impedance Positive = 13%
b. Impedance Zero = 13%
c. Typical
= X/R
Grounding
a. Phase Shift
b. Angle = Vector Group
c. Primary =0
d. Secondary = Y Solid
= Y Solid
4. Busbar Tegangan sistem = 20 KV
5. PMT Outgoing Rating
20 kV (High a. Standard = IEC
Voltage Circuit b. Manfacturer = ABB
c. Model
Breaker) = 25HKSA1000
d. Min. Delay
= 0,01 s
6. Rele PMT OCR
Outgoing 20 a. Manufacturer = AREVA
kV (Multi- b. Model = P123
Function
Relay)
147
4.7.1 Simulasi Gangguan Hubung Singkat Satu Fasa Tanah dengan Software ETAP
Berikut ini gambar 4.7 hasil simulasi gangguan hubung singkat satu fasa tanah menggunakan sofware ETAP 12.6.0 pada titik
sesuai dengan jarak gangguan yang telah ditentukan.
Hasil Simulasi Gangguan Arus Hubung Singkat Satu Fasa Tanah sesuai dengan Titik Gangguan yang telah
ditentukan
149
4.7.2 Simulasi Gangguan Hubung Singkat Tiga Fasa dengan Software ETAP
Berikut ini adalah hasil simulasi gangguan hubung singkat satu fasa tanah menggunakan sofware ETAP 12.6.0 pada titik sesuai
dengan jarak gangguan yang telah ditentukan
Hasil Simulasi Gangguan Arus Hubung Singkat Satu Fasa Tanah sesuai dengan Titik Gangguan yang telah
ditentukan
Besar arus hubung singkat pada titik-titik gangguan yang telah ditentukan
berdasarkan simulasi ETAP dapat dilihat pada gambar 4.9 berikut :
4.8.1 Simulasi Koordinasi Rele OCR pada Lokasi Gangguan 90% dari PMT
Dalam Simulasi koordinasi Rele OCR digunakan contoh lokasi gangguan 90% dari
panjang penyulang untuk mengetahui koordinasi antara PMT, Recloser K1-68, dan
LBS K1-117/25.
150
151
Berdasarkan gambar 4.10 dan 4.11, gangguan hubung singkat tiga fasa sebesar
4037 Ampere terjadi pada jarak 90% dari PMT maka rele OCR recloser akan
merasakan arus gangguan dan bekerja dengan waktu kerja 0,1 sekon. Saat recloser
mengalami trip pertama, LBS K1-117/25 akan mengalami trip/lockout dengan
selisih waktu 0,01 sekon. Setelah 15 sekon reclose time bekerja, recloser kembali
menutup. Saat recloser menutup kembali, gangguan yang terjadi sebelumnya sudah
tidak dirasakan oleh recloser karena sectionalizer telah membuka sehingga daerah
terganggu dapat diminimalisasi akibat koordinasi ini. Apabila LBS K1-117/25
gagal bekerja maka recloser akan merasakan arus gangguan kembali dan akan
mengalami trip/lockout pada waktu ke 15,2 sekon. Titik gangguan 90% dari PMT
ini juga masih berada pada zona proteksi HS 1 PMT. Sehingga apabila recloser dan
secionalizer tidak dapat mengamankan gangguan maka PMT akan trip setelah 0,3
sekon.
152
4.8.2 Simulasi Koordinasi Rele GFR pada Lokasi Gangguan 90% dari PMT
Berdasarkan gambar 4.12 dan gambar 4.13, gangguan hubung singkat satu fasa
tanah sebesar 2136 Ampere terjadi pada jarak 90% dari PMT maka rele GFR
recloser akan merasakan gangguan dan bekerja dengan waktu kerja 0,1 sekon. Saat
recloser mengalami trip pertama LBS K1-117/25 akan mengalami trip/lockout
dengan selisih waktu 0,01 detik setelah trip pertama recloser. Setelah 15 sekon
reclose time bekerja, recloser kembali menutup. Saat recloser menutup kembali,
gangguan sebelumnya sudah tidak dirasakan oleh recloser karena sectionalizer telah
membuka sehingga daerah terganggu dapat diminimalisasi akibat koordinasi ini.
Apabila LBS K1-117/25 gagal bekerja maka recloser akan merasakan arus
153
gangguan kembali dan akan mengalami trip/lockout pada waktu ke 15,2 sekon.
Titik gangguan 90% dari PMT ini juga masih berada pada zona proteksi invers
PMT. Apabila recloser dan sectionalizer tidak dapat mengamankan gangguan maka
PMT yang akan trip setelah waktu 1,082 sekon.
Pengujian Alat
Simulator yang telah dibuat kemudian diuji sesuai dengan perencanaan awal,
apakah bekerja dengan seharusnya atau tidak. Hasil pengujian simulator dapat
dilihat pada tabel 4.12.
Tabel 4.12 Pengujian Alat
Selector Switch
Jenis gangguan
(OCR)
Potensio Posisi 1
(45% dari PMT)
Selector Switch
Start Gangguan
PMT Trip
6 detik
Reset Sistem
Nyalakan PMT
kembali
Tabel 4.13 Uji Simulasi Gangguan Tiga Fasa pada jarak 45% dari PMT
Telemetering akan
kembali seperti semula.
LED strip 1, 2, dan 3
akan kembali menyala.
Selector Switch
Jenis gangguan
(OCR)
Potensio Posisi 2
(60% dari PMT)
Selector Switch
Start Gangguan
Recloser Lockout
2 detik
Reset Sistem
Nyalakan
Recloser kembali
Tabel 4.14 Uji Simulasi Gangguan Tiga Fasa pada jarak 60% dari PMT
Lampu indikator
SW2 %I0.12 √
Recloser pada PLC,
simulator, dan SCADA
akan mati dengan waktu
tunda 2 s. Lalu LED strip
2,3 pada simulator dan
SCADA akan mati.
160
Telemetering akan
kembali seperti semula.
LED strip 2 dan 3 akan
kembali menyala.
162
Selector Switch
Jenis gangguan
(OCR)
Potensio Posisi 3
(90% dari PMT)
Selector Switch
Start Gangguan
Recloser Trip
2 detik
Recloser close
kembali setelah 10
detik
Reset Sistem
Reset Recloser
Nyalakan SSO
kembali
Tabel 4.15 Uji Simulasi Gangguan Tiga Fasa pada jarak 90% dari PMT
SCAD
A Lampu indikator SSO
pada PLC, simulator dan
SCADA akan menyala.
Telemetering akan
kembali seperti semula.
LED strip 3 akan
kembali menyala.
Selector Switch
Jenis gangguan
(GFR)
Potensio Posisi 1
(45% dari PMT)
Selector Switch
Start Gangguan
PMT Trip
6 detik
Reset Sistem
Nyalakan PMT
kembali
Tabel 4.16 Uji Simulasi Gangguan Satu Fasa ke Tanah pada jarak 45% dari PMT
Alamat Input
No Percobaan Nama I/O Keterangan
I/O ON OFF
1. Gangguan Selector switch 3
satu fasa ke diposisikan ON, untuk
SW3 %I0.13 √
tanah 45% memilih jenis gangguan
dari PMT L-G.
Potensiometer pada
simulator diputar ke
kanan sampai posisi 1,
untuk memilih gangguan
pada jarak 45% dari
PMT, arus HS sebesar
AI0 (POT
%IW0.0 √ 3641 Ampere akan
1)
muncul pada SCADA.
Telemetering akan
kembali seperti semula.
LED strip 1, 2, dan 3
akan kembali menyala.
170
Selector Switch
Jenis gangguan
(GFR)
Potensio Posisi 2
(60% dari PMT)
Selector Switch
Start Gangguan
Recloser Trip
2 detik
Recloser close
kembali setelah 10
detik
Recloser Lockout
2 detik
Reset Sistem
Reset Recloser
Nyalakan
Recloser kembali
Tabel 4.17 Uji Simulasi Gangguan Satu Fasa ke Tanah pada jarak 60% dari PMT
Setelah recloser
mati/open selama 10 s,
recloser akan
menyala/close kembali
dan counter reclose akan
terhitung 1x, LED strip 2
dan 3 akan menyala
kembali.
Telemetering akan
kembali seperti semula.
LED strip 2 dan 3 akan
kembali menyala.
175
Selector Switch
Jenis gangguan
(GFR)
Potensio Posisi 3
(90% dari PMT)
Selector Switch
Start Gangguan
Recloser Trip
2 detik
Recloser close
kembali setelah 10
detik
Reset Sistem
Reset Recloser
Nyalakan SSO
kembali
Tabel 4.18 Uji Simulasi Gangguan Satu Fasa ke Tanah pada jarak 90% dari PMT
Telemetering akan
kembali seperti semula.
LED strip 3 akan
kembali menyala.
Tabel 4.20 Data Hasil Percobaan Gangguan Hubung Singkat 1 Fasa ke Tanah
hampir tidak terlihat. Sehingga hasil waktu kerja alat pengaman yang didapat
dikalikan dengan 20 agar dapat terlihat jeda waktu yang ada.
Sebagai contoh, untuk hubung singkat tiga fasa dan satu fasa ke tanah di titik
gangguan setelah PMT (Jarak 45% dari PMT), waktu kerja PMT adalah 0,3 detik,
sehingga :
Waktu kerja PMT (simulator) = waktu kerja sesungguhnya x 20
= 0,3 x 20
= 6 detik
Sedangkan untuk waktu kerja Recloser adalah 0,1 detik untuk hubung singkat tiga
fasa dan satu fasa ke tanah pada jarak gangguan 45% dari PMT.
Waktu kerja Recloser (simulator) = waktu kerja sesungguhnya x 20
= 0,1 x 20
= 2 detik
Dari hasil tersebut, simulator telah diprogram sesuai dengan setting peralatan
proteksi pada penyulang KDS-01 namun lebih diperlama waktunya.
Pada tabel 4.21 merupakan perbandingan antara arus hubung singkat satu fasa
tanah. Hasil ini diperoleh berdasarkan tabel 4.19 dan hasil simulasi menggunakan
software ETAP
Tabel 4.21 Perbandingan Arus Hubung Singkat Satu Fasa Tanah
Dari tabel 4.21 apabila dibuat dalam bentuk grafik, maka dapat dilihat pada
gambar 4.20 berikut ini
3500
3641 2952
3000
2947 2136
2500
Arus [A]
2000
2133
1500
1000
500
0
2.88 3.84 5.76
Jarak [kms]
Hasil Perhitungan Hasil ETAP
Berdasarkan tabel 4.20 dan grafik pada gambar 4.20, diperoleh nilai arus hubung
singkat hasil simulasi software ETAP mendekati hasil perhitungan, adanya
perbedaan hasil yang tidak sama persis dengan ETAP dikarenakan dalam
perhitungan manual kemungkinan terjadi perbedaan dalam pembulatan angka.
Sedangkan untuk waktu kerja masing-masing peralatan proteksi pada saat terjadi
gangguan hubung singkat satu fasa tanah dari hasil perhitungan degan hasil simulasi
ETAP dapat dilihat pada tabel 4.22.
Tabel 4.22 Perbandingan Waktu Kerja Arus Hubung Singkat Satu Fasa Tanah
Dari tabel 4.22 apabila dibuat dalam bentuk grafik maka dapat dilihat pada
gambar 4.21
0.35 0.3
0.3
0.25 0.3
Waktu [s]
0.2
0.15
0.1
0.1
0.1
0.1 0.1
0.05
0
2.88 3.84 5.76
Jarak [kms]
Hasil Perhitungan Hasil ETAP
Berdasarkan tabel 4.22 dan grafik pada gambar 4.21, diperoleh waktu kerja
peralatan pengaman hasil perhitungan dan simulasi software ETAP adalah sama.
Pada tabel 4.23 merupakan perbandingan antara arus hubung singkat tiga fasa.
Hasil ini diperoleh berdasarkan tabel 4.9 dan hasil simulasi menggunakan software
ETAP
183
Dari tabel 4.23 apabila dibuat dalam bentuk grafik, maka dapat dilihat pada
gambar 4.22 berikut ini
6000
5245
6134
5000 4047
5231
Arus [A]
4000
4037
3000
2000
1000
0
2.88 3.84 5.76
Jarak [kms]
Hasil Perhitungan Hasil ETAP
Berdasarkan tabel 4.22 dan grafik pada gambar 4.22, diperoleh nilai arus hubung
singkat hasil simulasi software ETAP mendekati hasil perhitungan, adanya
perbedaan hasil yang tidak sama persis dengan ETAP dikarenakan dalam
perhitungan manual kemungkinan terjadi perbedaan dalam pembulatan angka.
Sedangkan untuk waktu kerja masing-masing peralatan proteksi pada saat terjadi
gangguan hubung singkat satu fasa tanah dari hasil perhitungan dengan hasil
simulasi ETAP dapat dilihat pada tabel 4.24.
184
Tabel 4.24 Perbandingan Waktu Kerja Peralatan Pengaman Saat Terjadi Hubung
Singkat Tiga Fasa
Dari tabel 4.24 apabila dibuat dalam bentuk grafik maka dapat dilihat pada
gambar 4.23
0.35 0.3
0.3
0.25 0.3
Waktu [s]
0.2
0.15
0.1
0.1
0.1
0.1 0.1
0.05
0
2.88 3.84 5.76
Jarak [kms]
Hasil Perhitungan Hasil ETAP
Berdasarkan tabel 4.24 dan grafik pada gambar 4.23, diperoleh waktu kerja
peralatan pengaman hasil perhitungan dan simulasi software ETAP adalah sama.
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
a. Perhitungan yang digunakan untuk menentukan setting rele OCR dan GFR
pada peralatan proteksi penyulang KDS-01 sesuai dengan keadaan lapangan.
b. Perhitungan arus hubung singkat tiga fasa digunakan sebagai dasar untuk
menyetel rele OCR dan arus hubung singkat satu fasa digunakan sebagai dasar
untuk menyetel rele GFR pada peralatan proteksi penyulang KDS-01.
c. Setting koordinasi antara PMT outgoing, Recloser, dan sectionalizer dapat
dilakukan dengan mencari arus hubung singkat, mencari waktu kerja PMT
outgoing pada saat terjadi hubung singkat pada titik letak recloser, mencari
TMS untuk setting rele pada PMT dan recloser, dan menentukan jarak HCT
dan HCL recloser beserta waktu kerja.
d. Koordinasi OCR dan GFR pada PMT dengan recloser pada penyulang KDS-
01 adalah apabila terjadi gangguan hubung singkat tiga fasa maka yang bekerja
adalah rele OCR. Sedangkan untuk gangguan satu fasa ke tanah maka yang
bekerja adalah rele GFR.
e. Recloser K1-68 memiliki kekurangan yaitu nilai setting HCL untuk rele OCR
dan GFR sama sehingga pada saat melakukan setting ulang recloser
menggunakan perhitungan arus hubung singkat secara teori tidak terdapat zona
proteksi HCL untuk rele GFR.
f. Sectionalizer hanya dapat digunakan apabila sebelumnya terdapat peralatan
proteksi yang dilengkapi rele OCR dan GFR seperti recloser, karena
sectionalizer dapat bekerja apabila merasakan arus gangguan yang terjadi dan
meraskan hilang tegangan dari trip-nya recloser. Oleh sebab itu perlu
diperhatikan jumlah reclose dari recloser agar dapat berkoordinasi dengan
baik.
g. Mengubah setting LBS menjadi sectionalizer pada penyulang KDS-01
merupakan salah satu usaha yang dilakukan PT PLN (Persero) UP2D
185
186
5.2 Saran
Berikut ini beberapa saran yang dapat disampaikan :
a. Dalam menentukan jenis PLC yang akan digunakan sebaiknya disesuaikan
dengan jumlah input dan output yang akan digunakan pada simulator. Selain
itu perlu diperhatikan jumlah komponen yang diperlukan untuk pembuatan
simulator.
b. Perlu dipertimbangkan pemilihan recloser yang memiliki keluwesan dalam
melakukan setting agar tidak menimbulkan kendala seperti yang terjadi pada
Recloser K1-68 dimana nilai setting HCL untuk rele OCR dan GFR tidak dapat
berbeda.
187
DAFTAR PUSTAKA
Marsudi, Djiteng. 2006. Operasi Sistem Tenaga Listrik. Graha Ilmu : Jakarta
Tambunan, Dolly Ansar., 2014. Laporan Akhir. Penggunaan Gas SF6 Pada
Pemutus Tenaga (PMT) Penyulang Kurma Di Gardu Induk Boom Baru 20
KV PT PLN (Persero) Palembang. Politeknik Negeri Sriwijaya