Disusun oleh:
Deminggus Kurnia Putra
1710951038
Pembimbing:
Dr. Darwison, MT
NIP. 196409141995121001
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2020
PT PLN (Persero) Jurusan Teknik Elektro
UI P3B Sumatera UPT Padang Fakultas Teknik
ULTG Pariaman GI PIP Universitas Andalas
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah swt. karena atas kemurahan hati, petunjuk, rahmat serta
hikmat-Nya sehingga Laporan Kerja Praktek ini dapat selesai. Kerja Praktek merupakan
salah satu mata kuliah wajib di Jurusan Teknik Elektro Universitas Andalas. Laporan
Kerja Praktek ini disusun sebagai laporan hasil Kerja Praktek yang telah dilaksanakan
dari tanggal 26 Agustus 2020 sampai 6 Oktober 2020 di PT PLN (Persero) Gardu
Induk PIP dengan judul “JENIS PENTANAHAN YANG TERPASANG PADA
TRAFO DAYA #I 30 MVA DI GARDU INDUK PIP”.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa dan ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian Laporan Kerja Praktek
ini.Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Kepada kedua orang tua saya yang selalu mendoakan dan mendukung setia
p langkah yang penulis tempuh dalam pendidikan.
2. Bapak Dr.Eng.Muhammad Ilhamdi Rusydi,MT selaku ketua Jurusan
Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas yang telah memberikan izin
melakukan kerja praktek.
3. Bapak Dr. Darwison,MT selaku Dosen Pembimbing di Jurusan Teknik Ele
ktro Universitas Andalas..
4. Bapak Muzar selaku Manager Tragi Pariaman yang telah memberikan
kesempatan untuk melakukan kerja praktek di Gardu Induk PIP.
5. Bapak Sunoko Abi Ardyansah selaku Supervisor dan Pembimbing lapanga
n yang telah memberikan pengarahan dan bantuan selama penulis menjalan
i kerja praktek.
6. Seluruh staf dan karyawan di PT PLN (Persero) Gardu Induk PIP.
7. Rekan-rekan KP di PT PLN (Persero) Gardu Induk PIP serta rekan-rekan J
urusan Teknik Elektro.
Penulis juga menyadari bahwa laporan Kerja Praktek ini masih terdapat kekurangan kare
na keterbatasan pengetahuan dan wawasan yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis
PT PLN (Persero) Jurusan Teknik Elektro
UI P3B Sumatera UPT Padang Fakultas Teknik
ULTG Pariaman GI PIP Universitas Andalas
mengharapkan saran dan kritikan yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan la
poran ini. Semoga Laporan Kerja Praktek ini dapat memberikan manfaat bagi penulis da
n pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................1
Bab I Pendahuluan................................................................................................................2
1.1 Latar Belakang................................................................................................................2
1.2 Tujuan.............................................................................................................................3
1.2.1 Bagi Mahasiswa...........................................................................................................4
1.2.2 Bagi Institusi Pendidikan.............................................................................................4
1.2.3 Bagi perusahaan...........................................................................................................4
1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja Praktek..............................................................4
1.4 Batasan Masalah.............................................................................................................4
1.5 Metodologi Pengumpulan Data......................................................................................4
1.6 Sistematika Penulisan.....................................................................................................5
Bab II Tinjauan Umum UI P3B Sumatera............................................................................7
2.1 Sejarah berdirinya PT PLN (Persero) UI P3B UPT Padang...........................................7
2.2 Visi, Misi, Motto, dan Tugas UI P3B Sumatera...........................................................10
2.2.1 Visi.............................................................................................................................10
2.2.2 Misi............................................................................................................................10
2.2.3 Motto..........................................................................................................................10
2.2.4 Tugas UI P3B Sumatera............................................................................................11
2.3 Tata Nilai/ Budaya Perusahaan.....................................................................................11
2.4 Struktur Organisasi UI P3B Sumatera..........................................................................12
2.5 Struktur Organisasi PT PLN (Persero) UI P3B Sumatera UPT Padang.......................12
2.5.1 Struktur Organisasi UPT Padang...............................................................................12
2.5.2 Tugas Pokok..............................................................................................................13
2.5.3 Peta Wilayah Kerja UPT Padang...............................................................................15
Bab III Tinjauan Umum Gardu Induk PIP.........................................................................16
3.1 Pengertian Umum Gardu Induk....................................................................................16
3.2 Klasifikasi Gardu Induk................................................................................................16
3.2.1 Menurut Tegangan.....................................................................................................17
3.2.2 Menurut Pelayanan....................................................................................................17
3.2.3 Menurut Penempatan peralatan.................................................................................17
PT PLN (Persero) Jurusan Teknik Elektro
UI P3B Sumatera UPT Padang Fakultas Teknik
ULTG Pariaman GI PIP Universitas Andalas
BAB V PENUTUP.............................................................................................................53
5.1 Kesimpulan...................................................................................................................53
5.2 Saran.............................................................................................................................53
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................54
DOKUMENTASI SELAMA KERJA PRAKTIK..............................................................55
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Peta Wilayah Kerja UPT Padang 1
Gambar 4.5 Rangkaian Pengganti Pentanahan Titik Netral dengan Kumparan Petersen................42
1
Bab I
Pendahuluan
Listrik adalah sumber tenaga paling utama yang dibutuhkan manusia untuk
mencukupi kebutuhan kehidupannya. Pada zaman yang semakin maju maka
kebutuhan akan sumber energi listik otomatis akan terus meningkat dari tahun ke
tahun, sehingga pihak penyedia tenaga listrik dituntut untuk dapat memenuhi
kebutuhan manusia akan tenaga listrik.
Gardu Induk adalah sebuah sistem dari tenaga listrik yang memiliki fungsi utama
untuk mendistribusikan aliran daya listrik dari saluran transmisi ke saluran
transmisi lainnya dan kemudian disalurkan ke konsumen.Gardu Induk merupakan
bagian dari sistem penyaluran (transmisi) tenaga listrik, yang mana gardu induk
2
mempunyai peranan penting dalam menyalurkan beban kepada konsumen.Gardu
induk berfungsi sebagai tempat untuk mentrasnformasikan daya listrik yaitu dari
tegangan tinggi ke tegangan yang lebih rendah.Dalam gardu induk bagian yang
bertugas untuk mentransformasikan daya listrik adalah tansformator daya.
Transformator daya merupakan suatu peralatan yang sangat vital yang berfungsi
menyalurkan daya listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau
sebaliknya[7]. Adanya gangguan yang terjadi pada transformator dapat
menghambat proses penyaluran energi listrik ke konsumen. Oleh karena itu,jenis
pentanahan yang sesuai sangat dibutuhkan untuk melindungi transformator dari
gangguan.
1.2 Tujuan
Ada beberapa tujuan dalam kerja kerja praktek ini, yaitu :
1. Mahasiswa dapat mengetahui peralatan-peralatan yang ada pada Gardu
Induk.
2. Mahasiswa dapat memahami tentang pentanahan pada transformator .
3. Mahasiswa dapat memahami jenis pentanahan yang dipakai pada
transformator.
4. Mahasiswa dapat mengetahui kegunaan dari pentanahan pada transformator.
4
yang akurat, jelas, dan baik, yaitu:
1. Metode Observasi
Melakukan pengamatan langsung terhadap perangkat-perangkat yang
digunakan pada sistem Gardu Induk, mempelajari single line dan wiring
diagram sistem proteksi yang berasal dari buku operasional dan
maintenance peralatan di Gardu Induk PIP.
2. Metode Wawancara
Melakukan tanya jawab dan diskusi dengan pembimbing lapangan dan staf
teknisi untuk memperoleh gambaran dan penjelasan mengenai peralatan
yang dipelajari di lapangan. Disamping itu guna mengantisipasi
kemungkinan kesalahan yang mungkin terjadi dalam pengolahan data untuk
penulisan.
3. Metode Literatur
Melakukan studi dari buku – buku dan literatur yang terdapat pada Gardu
Induk PIP serta buku – buku penunjang lain yang berhubungan dengan
bidang kerja praktek yang dijalankan serta mencari referensi lain di internet.
5
Bab ini membahas mengenai jenis pentanahan yang digunakan pada Gardu
Induk PIP khususnya pada Trafo Daya #I 30 MVA. Pada bab ini akan
dijelaskan tentang jenis pentanahan ,kegunaan dari jenis pentanahan,serta
komponen pentanahan tersebut.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan tentang pembahasan yang dibahas dan saran.
6
Bab II
Pada tahun 1952 didirikan sistem kelistrikan pertama di Kota Padang yaitu
Pembangkit listrik tenaga diesel Simpang Haru yang pada awalnya memiliki
daya terpasang 2 x 772 kW yang saat itu dikelola oleh PLN cabang Padang.
Kemudian PLTD Simpang Haru terus menambah pembangkit diantaranya:
1. Satu unit Diesel 2 x 1 MW (1963)
2. Satu unit Diesel 1 x 900 kW (1968)
3. Satu unit Diesel 1 x 1240 kW (1973)
4. Satu unit Diesel 1 x 2430 kW (1975)
5. Dua unit Diesel 2 x 2520 kW (1977)
6. Dua unit Diesel 2 x 4040 kW (1978)
7. Pembangkit Listrik Tenaga Gas Padang Luar Alsthom I, II 2 x 23.5 kW
(1982)
Pada tahun 1972 peraturan pemerintah No.18/1972 menyatakan bahwa
Perusahaan Listrik berubah menjadi Perusahaan Umum (Perum). Pada tahun
l983 berdiri PLN sektor Padang dan kemudian dilakukan pemindahan
pengelolaan PLTD Simpang Haru yang semula dibawah PLN cabang Padang
menjadi aset PLN sektor Padang dibawah PLN wilayah I, dan sebagai kepala
PLN sektor Padang pertama adalah Ir. Abimanyu Suyoso.
Pada tanggal 12 Maret 1983 PLTG Pauh Limo, Alsthom I, II mulai beroperasi
bersamaan dengan SUTM 20 kV antara Pauh Limo – PLTD Simpang Haru
SUTM 20 kV Pauh Limo – Indarung (khusus untuk pelayanan PT. Semen
Padang).
Pada tanggal 26 Mei 1983 Presiden Soeharto meresmikan instalasi peralatan
pembangkit dan penyaluran energi listrik PLN (Persero) sektor Padang.
Kemudian pada tanggal 14 September 1983 SUTT 150 kV Pauh Limo
7
Ombilin/Salak beserta GI Solok dan GI Ombilin/Salak diresmikan.
Pada Juli 1988 GI Indarung 150 kV mulai dioperasikan. Pada tanggal 26
Desember 1990 dilakukan penggantian kepala PLN sektor Padang dari Ir.
Abimanyu Suyoso kepada Ir. Suharso. Pada 1993 dilakukan penambahan
PLTG sebanyak dua unit dengan kapasitas 30 MW per unit di Pauh Limo.
Peraturan pemerintah No. 23/1994 tanggal 16 Juni 1994 tentang pengalihan
Perusahaan Umum Listrik Negara menjadi PT PLN (Persero) dengan akta
notaris Sutjipto, S.H No. 169 tanggal 30 Juni 1994 di Jakarta mengubah bentuk
perusahaan PLN menjadi sebuah persero yang sebelumnya merupakan
perusahaan umum.
Pada tanggal 5 Agustus 1994 dilaksanakan penambahan satu unit Alsthom
PLTG Pauh Limo dengan kapasitas 21,3 MW dan pengoperasian unit General
Electric I & II dengan daya terpasang 2 x 34 MW. Pada tahun 1995 kantor PT
PLN (Persero) sektor Padang di pindahkan dari komplek PLTG Pauh Limo ke
kantor baru Jl. By Pass km 6 Lubuk Begalung Padang.
Tanggal 16 April 1995 kepala PT PLN (Persero) sektor Padang diganti dari
Bapak Ir. Suharso kepada Ir. Purwako berdasarkan surat keputusan direksi PT
PLN (Persero) Pusat No.005.K/023/DIR/1994 tanggal 12 Februari 1994
tentang perubahan struktur organisasi PT PLN (Persero) wilayah I Sumbar
Riau Padang Pola VII kelas II.
Kemudian sejak bulan November 1996 PLN sektor Padang yang semula
menginduk pada PLN wilayah I yang berkedudukan di Padang selanjutnya
menginduk ke PLN Pembangkitan dan Penyaluran Sumatera Bagian
Selatan setelah dibentuknya dua organisasi baru di wilayah Sumatera, PT PLN
(Persero) Kitlur Sumatera bagian Utara berkedudukan di Medan dan PT PLN
(Persero) Kitlur Sumatera bagian Selatan berkedudukan di Palembang.
Pada 1997 dibangun Gardu Induk Padang Industrial Park yang terinterkoneksi
dengan Gardu Induk Pauh Limo dan Gardu Induk Lubuk Alung. Selanjutnya,
pada tahun 2000 Gardu Induk PIP diresmikan untuk operasi melayani
kebutuhan industri dan penerangan sekitar wilayah PIP dengan daya terpasang
20 MVA.
Instalasi yang dikelola PT PLN (Persero) sektor Padang ini, pada awal
8
berdirinya terdiri dari 10 unit PLTD (Simpang Haru) dengan total daya
terpasang 15,50 MW. Selanjutnya instalasi pembangkitan dan penyaluran
yang semula dikelola cabang Padang diserahkan pengelolaannya ke PLN
sektor Padang dengan unit asuh:
1. Unit PLTD Simpang Haru
2. Unit PLTG Pauh Limo
3. Unit TRAGI Padang
4. Unit TRAGI Solok
Kemudian PT PLN (Persero) sektor Padang yang semula menginduk ke PT
PLN (Persero) Kitlur Sumbagsel pecah menjadi P3B Sumatera UPT Padang
berdasarkan SK. Direksi No.021.K/010/DIR/2015 tanggal 27 Januari 2005
tentang organisasi PT PLN (Persero) penyaluran dan pusat pengatur beban
sumatera unit pelayanan transmisi padang yang diberlakukan tanggal 1 Mei
2005 yang diikuti dengan perubahan nama unit TRAGI Padang menjadi unit
TRAGI PIP. Sehingga unit asuh yang berada dibawah PT PLN (Persero) P3B
Sumatera Unit Pelaksana Transmisi Padang adalah:
1. TRAGI PIP
2. TRAGI Solok
3. TRAGI Padang Luar
4. TRAGI Payakumbuh
5. TRAGI Kiliran Jao
6. TRAGI Garuda Sakti
Pada bulan April 2005 terjadi penyatuan PT PLN (Persero) Kitlur Sumbagsel
dengan PT PLN (Persero) Kitlur Sumbagut menjadi P3BS (Penyaluran dan
Pusat Pengaturan Beban Sumatera) yang berlokasi di Jl.S Parman Padang
(Ulak Karang). Dengan berdirinya P3BS ini maka P3BS mempunyai 6 UPT
dan 3 UPB, yaitu:
1. UPT Aceh
2. UPT Pematang Siantar
3. UPT Padang
4. UPT Palembang
5. UPT Bengkulu
9
6. UPT Tanjung Karang
Pada tahun 2009 -2016 bertambah 2 UPT yakni:
1. UPT Pekanbaru
2. UPT Jambi
Adapun UPB di wilayah Sumatera terdiri atas:
1. Sumbagut (Sumatera bagian utara)
2. Sumbagteng (Sumatera bagian tengah)
3. Sumbagsel (Sumatera bagian selatan )
2.2.1 Visi
“Diakui sebagai pengelola penyaluran dan pengatur beban sistem tenaga
listrik dengan tingkat pelayanan setara kelas dunia yang bertumbuh
kembang, unggul, dan terpercaya dengan bertumpu pada insani”.
2.2.2 Misi
1. Mengelola operasi sistem tenaga listrik secara andal
2. Melakukan dan mengelola penyaluran tenaga listrik tegangan tinggi
secara efisien, andal dan akrab lingkungan
3. Mengelola transaksi tenga listrik secara kompetitif, transparan dan adil
4. Mengelola pemiliharaan instansi sistem transmisi tenga listrik Sumatera
2.2.3 Motto
“Kesinambungan Penyaluran Listrik untuk Sumatera (Continuity of
Electricity for Sumatera)”.
Budaya 5R
Ringkas, rapi, resik, rawat, rajin (5R) merupakan budaya tentang
bagaimana seseorang memperlakukan tempat kerjanya agar tertata rapi,
bersih dan tertib, sehingga kemudahan bekerja dapat diciptakan. Dengan
demikian 4 sasaran pokok industri, yaitu efisiensi, produktivitas, kualitas,
dan keselamatan kerja dapat dicapai.
10
Ringkas
Mengatur segala sesuatu dan memilah sesuatu dengan aturan atau
prinsip tertentu.
Rapi
Menyimpan barang di tempat yang tepat atau dalam tata letak yang
benar.
Resik
Membersihkan tempat kerja dari kotoran, debu, kertas, dan semua
barang yang tidak diperlukan
Rawat
Memelihara dan menjaga aset serta tempat kerja untuk menjaga
kesinambungan aktifitas kerja.
Rajin
Mengembangkan kebiasaan postif di tempat kerja.
11
b. Integritas
Sikap moral yang mewujudkan tekad untuk memberikan yang terbaik
kepada perusahaan.
c. Peduli
Tanggap, perhatian, dan peka terhadap kepentingan serta kebutuhan
pelanggan, pemasok, dan mitra kerja serta ikut memelihara lingkungan
sekitar.
d. Pembelajar
Terus-menerus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta kualitas
diri yang mencakup fisik, mental, sosial, agama,dan kemudian berbagi
dengan orang lain.
12
3) Manajer Bagian PDKB:
a) Supervisor PDKB Gardu Induk
b) Supervisor PDKB Jaringan
4) Manajer Keuangan dan Administrasi membawahi :
a) Supervisor Administrasi dan Umum
b) Supervisor Keuangan dan Akuntansi
5) Manager UPT juga membawahi:
a) Pejabat Perencana Pengadaan
b) Pejabat Pelaksana Pengadaan
c) Pejabat Pelaksana K3 dan Keamanan
d) Pejabat Pelaksana Lingkungan
2. M a n a g e r ULTG yang terdiri dari:
1) M a n a g e r ULTG Padang
2) M a n a g e r ULTG Pariaman
3) M a n a g e r ULTG Bukittinggi
4) M a n a g e r ULTG Payakumbuh
5) M a n a g e r ULTG Kiliran Jao
Dimana masing-masing M a n a g e r ULTG membawahi:
1. Supervisor Pemeliharaan Jaringan/ Operasi
2. Supervisor Pemeliharaan Gardu Induk
3. Supervisor Pemeliharaan Proteksi, Meter, dan Otomasi
4. Supervisor Jaringan dan Gardu Induk
5. Pejabat Pelaksana K3L
13
tenaga listrik yang optimum kepada konsumen untuk mencapai Visi
dan Misi perusahaan PLN.
Visi antara lain :
1) Mempertahankan posisi sebagai market leader
2) Mewujudkan perusahaan sejajar kelas dunia
3) SDM yang professional
4) Aktivasi usaha akrab lingkungan
Misi antara lain:
1) Memberikan kontribusi dalam pembangunan sosial
2) Melakukan usaha sesuai kaidah ekonomi sehat
3) Menjaga kualitas produk
4) Memuaskan pelanggan
2. Tugas khusus
a) Tugas Supervisor:
1) Mengkoordinir tugas- tugas operator dan pengawas line.
2) Mengkoordinir tugas satpam dan cleaning service untuk menjaga
keamanan dan kebersihan lingkungan.
3) Pemeriksaan checklist harian yang telah diisi oleh operator Gardu
Induk dan pengawas line.
4) Melaporkan secara tertulis hasil pemeliharaan rutin
bulanan/mingguan/ harian.
5) Melaporkan secara lisan dan tertulis bila kondisi instalasi tidak
normal.
b) Tugas Operator:
1) Menandatangani serah terima tugas operasi sesuai format
lampiran.
2) Mengisi Log Sheet data Pengusahaan sesuai format lampiran
3) Mematikan bunyi sirine/ horn.
4) Mengamati secara menyeluruh perubahan pada panel kontrol, dan
indikasi pada lemari proteksi.
5) Melaksanakan SOP Gardu Induk yang berlaku.
6) Membebaskan peralatan Gardu Induk yang terganggu dan
14
tegangan ( jika memungkinkan).
7) Melakukan Evakuasi (meninggalkan tempat)untuk
menyelamatkan diri.
8) Melaksanakan manuver pembebasan dan pemberian tegangan jika
ada pemeliharaan maupun gangguan.
Gambar diatas merupakan peta wilayah kerja Unit Pembagi Tegangan kota
padang.
15
Bab III
16
3.2.1 Menurut Tegangan
a. Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi (GITET) 275 kV, 500 kV.
b. Gardu Induk Tegangan Tinggi (GI) 150 kV dan 70 kV.
17
d. Gardu Induk pasang bawah tanah (underground substation)
Pada Gardu Induk jenis ini hampir semua peralatannya terpasang dalam
bangunan bawah tanah. Hanya alat pendinginan biasanya berada diatas tanah,
dan peralatan-peralatan yang tidak memungkinkan untuk di tempatkan di
bangunan bawah tanah. Gardu Induk jenis ini umumnya berada dipusat kota,
karena tanah yang tidak memadai.
e. Gardu Induk mobil (mobile substation)
Peralatan Gardu Induk jenis ini diletakkan diatas trailler hingga dapat
dipindahkan ketempat yang membutuhkan, biasanya di pakai dalam keadaan
darurat dan sementara waktu guna pencegahan beban lebih berskala dan
guna pemakaian sementara ditempat pembangunan.
f. Gardu Satuan dan Gardu Jenis Peti
Gardu satuan adalah gardu pasangan luar yang dipakai sebagai lawan (ganti)
transformator tiga-fasa dan sebagai lemari gardu distribusi. Gardu jenis peti
adalah gardu distribusi untuk tegangan dan kapasitas yang relatif rendah dan
sama sekali tidak dijaga. Ini dipakai untuk desa-desa pertanian atau nelayan
dengan kebutuhan listrik kecil.
18
b. Gardu Induk GIS (Gas Insulated Switchgear)
Gardu Induk yang menggunakan gas SF6 sebagai isolasi antara bagian yang
bertegangan yang satu dengan bagian lain yang bertegangan, maupun antara
bagian yang bertegangan dengan bagian yang tidak bertegangan.
20
Gambar 3.4. Single line diagram Gardu Induk single busbar
Gambar 3.5. Single line diagram Gardu Induk sistem double busbar
21
Gambar 3.6. Single line diagram sistem one half busbar
b. Sistem 20 kV
Sistem 20 kV diperoleh setelah mentransformasikan tegangan 150 kV dari
jaringan transmisi dengan menggunakan trafo 2x30 MVA yang terdapat pada
Gardu PIP. Selanjutnya sistem ini digunakan pada sistem jaringan distribusi
primer dan untuk pemakaian sendiri melalui beberapa penyulang yang terdapat
pada GI PIP. Penyulang 20 kV yang terdapat pada GI PIP terdiri dari 8
penyulang, yaitu:
• Trafo Daya #I
1) Penyulang Bumi Kasai
22
2) Penyulang Industri
3) Penyulang Kunango Jantan
4) Penyulang Aia Pacah
5) Penyulang Pasia Nan Tigo
c. Sistem 380 V AC
Tegangan 380 V AC merupakan tegangan tiga fasa yang diperoleh dengan
mentransformasikan tegangan 20 kV pada sisi trafo distribusi (trafo ps).
Tegangan 380 V AC digunakan pada peralatan-peralatan yang membutuhkan
supply daya tiga fasa seperti untuk rectifier dan peralatan-peralatan lainnya.
d. Sistem 220 V AC
Tegangan 220 V AC merupakan tegangan satu fasa dari tegangan 380 V AC.
Tegangan ini digunakan pada peralatan-peralatan seperti komputer, AC
pendingin, kulkas dan peralatan-peralatan lainnya.
e. Sistem 110 V DC
Tegangan 110 V DC diperoleh melalui rectifier dan battery. Tegangan ini
umumnya digunakan sebagai supply relay-relay proteksi yang terdapat pada
ruang kontrol Gardu Induk. Jika tidak ada gangguan pada sistem kelistrikan di
gardu induk, tegangan ini diperoleh melalui rectifier. Namun jika terjadi
gangguan yang mengharuskan melakukan pemadaman maka tegangan diperoleh
melalui battery sehingga supply daya untuk beberapa peralatan proteksi pada
gardu induk tetap mengalir.
f. Sistem 48 V DC
Tegangan 48 V DC merupakan tegangan satu fasa yang digunakan pada peralatan
komunikasi radio, SCADA dan lainnya.
23
3.4 Peralatan Utama Gardu Induk PIP
Berdasarkan fungsinya trafo daya dapat dibagi atas dua jenis, yaitu:
Trafo step down pada dasarnya digunakan pada gardu induk dan gardu
distribusi untuk mentransformasikan energi listrik dari tegangan transmisi ke
tegangan distribusi primer.
a. Inti besi
Berfungsi untuk jalan fluks yang ditimbulkan oleh arus listrik yang melalui
kumparan. Dibuat dari lempengan-lempengan besi tipis yang ditimbulkan
oleh Eddy Current.
24
b. Kumparan
c. Minyak trafo
Berfungsi sebagai media pemindah panas trafo (pendingin) serta berfungsi
sebagai isolasi.
Pada umumnya bagian dari trafo yang terendam minyak trafo berada dalam
tangki. Untuk menampung pemuaian minyak trafo, tangki dilengkapi dengan
konservator.
e. Bushing
Pada Trafo Daya juga terdapat beberapa peralatan bantu trafo, antara lain:
a. Pendingin
Sistem pendingin digunakan untuk mengurangi kenaikan suhu trafo yang
berlebihan, sehingga dapat menyalurkan panas keluar trafo. Adapun media
yang dipakai pada sistem pendingin dapat berupa minyak (oil) dan udara
(air), sedangkan dalam pengalirannya dapat dilakukan secara alami (natural)
dan paksa (force).
b. Tap Changer
c. Silica Gel
d. Indikator
Merupakan alat deteksi suhu trafo. Indikator yang ada berupa suhu minyak,
suhu kumparan, level minyak, sistem pendingin, dan kedudukan tap changer.
e. Peralatan Proteksi
Merupakan pengaman trafo dari gangguan yang mungkin terjadi. Agar hal
tersebut dapat diminimalisir, dipasanglah alat pengaman berupa relay seperti
relay diferensial, Buchholz, relay tangki dan hubung tanah, relay thermos,
relay tekanan lebih, relay jansen, relay arus lebih, dan arrester.
a. Relay Buchholz
b. Relay Tekanan
Digunakan untuk mendeteksi perubahan tekanan yang mendadak di dalam
tangki konversator.
c. Relay Diferensial
Dipakai untuk mengamankan hubungan trafo dari hubung singkat antar fasa
karena adanya perbedaan hubungan trafo sisi tegangan tinggi dan sisi
tegangan rendah.
e. Relay Thermis
26
Digunakan untuk mengamankan isolasi akibat panas yang tinggi dalam trafo.
f. Arrester
Digunakan untuk mengamankan peralatan Gardu Induk terhadap tegangan
lebih abnormal yang bersifat kejutan.
27
Suatu pemutus tenaga dikatakan bekerja normal jika memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:
a. Mampu menyalurkan arus maksimum sistem secara terus-menerus
b.Mampu memutuskan dan menutup jaringan dalam keadaan berbeban maupun
terhubung singkat tanpa menimbulkan kerusakan pada pemutus tenaga itu
sendiri.
c. Dapat memutuskan arus hubung singkat dengan kecepatan tinggi agar tidak
sampai merusak peralatan sistem.
28
a. Menurut fungsinya:
1) Pemisah tanah
2) Pemisah peralatan
b. Menurut Penempatannya:
1) Pemisah Penghantar
2) Pemisah bus
3) Pemisah seksi (GI dengan 1-1/5 PMT)
4) Pemisah tanah
c. Menurut gerakan lengan:
1) Pemisah engsel
2) Pemisah putar
3) Pemisah siku
4) Pemisah luncur
5) Pemisah pantograph
d. Tenaga penggerak:
1) Dengan spring/pegas
2) Dengan pneumatic
3) Dengan hidrolik
30
b. Transformator Tegangan
Transformator tegangan adalah peralatan pada Gardu Induk yang berfungsi untuk
mentransformasikan tegangan pada jaringan transmisi ataupun distribusi ke tegangan
yang lebih resndah untukkeperluan pengukuran dan proteksi.Transformator tegangan
juga dapat diklasifikasikan berdasarkan konstruksinya dan berdasarkan
pemasangannya.
31
3.4.5 Lightning Arrester
Lightning arrester adalah peralatan yang berfungsi untuk melindungi atau
mengamankan peralatan listrik dari bahaya gangguan tegangan lebik baik yang
disebabkan oleh surja petir (Lightning Surge) maupun surja hubung (Switching
Surge). Pada kondisi normal arrester akan bersifat sebagai isolator namun ketika
terjadi gangguan maka arrester akan bersifat sebagai pengalir arus ke tanah.
32
lainnya,menghubungkan tranformator-transformator tenaga dan peralatan–
peralatan listrik lainya untuk menerima dan menyalurkan tenaga listrik. Sistem rel
pada dasarnya dibedakan menjadi 3 macam,yaitu :
1. Sistem Rel Tunggal
Sistem ini adalah yang paling sederhana dan murah serta biasa dipakai untuk
Gardu Induk kecil dan sedang. Kelemahan pada sistem ini adalah apabila
terjadi gangguan pada rel, maka pelayanan atau penyaluran tenaga akan
terputus sama sekali.
2. Sistem Rel Ganda
Pada sistem ini memakai dua rel dan biasanya juga dipasang PMT Kopel (CB
Coupling) untuk menghubungkan kedua rel tersebut. Sistem rel ganda
umumnya keandalan yang tinggi.
3. Sistem Rel Gelang
Sistem ini merupakan pengembangan dari sistem rel tunggal. Pada sistem ini
dilengkapi dengan PMT section. Hal ini diperlukan agar penyaluran tenaga
listrik tidak terganggu seluruhnya.
3.4.7 Cubicle
Cubicle atau lemari hubung adalah suatu perlengkapan atau peralatan listrik yang
berfungsi sebagai pengendali,penghubung dan pelindung serta membagi tenaga
listrik dari sumber tenaga listrik, Kubikel istilah umum yang mencangkup
peralatan switching dan kombinasinya dengan peralatan kontrol, pengukuran,
proteksi dan peralatan pengatur. Peralatan tersebut dirakit dan saling terkait
dengan perlengkapan, selungkup dan penyangga.
Adapun fungsi kubikel, antara lain:
1. Mengendalikan sirkuit yang dilakukan oleh saklar utama
2. Melindungi sirkuit yang dilakukan oleh fase/pelebur
3. Membagi sirkuit dilakuan oleh pembagian jurusan/kelompok (busbar)
33
Gambar 3.13 Cubicle Gardu Induk PIP
Panel DC/AC gardu induk adalah alat listrik yang berupa lemari pembagi. Didalam
panel DC/AC terpasang sakelar kecil atau fuse-fuse sebagai pembagi beban dan
pengaman dari instalasi yang terpasang pada gardu induk.
34
Gambar 3.14. Panel ACDB/DCDB Pada Gardu Induk PIP
3.4.11 Rectifier
Rectifier digunakan untuk mengkonversikan tegangan AC ke tegangan DC untuk
supply baterai dan beban.Setiap gardu listrik memiliki rectifier. Dimana fungsi
rectifier tersebut adalah untuk memberikan supply tegangan DC kepada perangat
lain yang membutuhkan tegangan DC Di dalam rectifier terdapat sebuah battery,
yang berfungsi untuk menyimpan tegangan DC.Untuk itu rectifier harus
disesuaikan kapasitasnya dengan kapasitas battery yang terpasang.
35
3.4.12 Battery
Suatu Gardu Induk dituntut selalu harus memiliki kendalan dan stabilitas
tinggi.Battery digunakan untuk menyediakan back up tegangan DC ketika
supply listrik tegangan AC dari trafo pemakaian sendiri atau generator
mati,sehingga peralatan-peralatan seperti relay proteksi,panel kontrol dapat
tetap menyala.
36
3.5 Single Line Diagram Gardu Induk PIP
37
Bab IV
4.1 Pentanahan
4.1.1 Pengertian
Definisi pentanahan (Grounding), berdasarkan IEEE dictionary (standard
100), adalah melakukan koneksi, baik disengaja atau tidak disengaja,
sirkuit listrik atau peralatan ke bumi, atau ke bodi konduksi yang
ditempatkan di bumi[2]. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan
potensial bumi pada konduktor yang terhubung dan mengalirkan arus tanah
menuju dan dari bumi.Pada sistem tenaga listrik, Sistem pentanahan
merupakan salah satu bentuk sistem yang terintegrasi pada sistem
ketenagalistrikan dan dimasudkan untuk keamanan sistem secara
keseluruhan dari gangguan yang memungkinkan terjadinya kerusakan pada
peralatan sehingga berakibat pada putusnya kontinuitas pelayanan daya
kepada konsumen (merugikan pelanggan atau konsumen listrik).
Gangguan yang sering terjadi ialah gangguan hubung-singkat (short-
circuit). Besar dari arus hubung-singkat ini tergantung dari jenis dan sifat
gangguan, kapasitas dari sumber daya, konfigurasi dari sistem, metoda
hubungan netral dari trafo,jarak gangguan dari unit pembangkit, lamanya
hubung-singkat, dan kecepatan beraksi dari alat-alat pengaman. Gangguan
hubung-singkat tidak hanya dapat merusak peralatan atau elemen-elemen
sirkuit, tetapi juga dapat menyebabkan jatuhnya tegangan dan frekuensi
sistem sehingga kerja paralel dari unit-unit pembangkit menjadi
terganggu[1].
38
4.1.2 Tujuan Pentanahan
Tujuan pentanahan suatu system tenaga listrik secara umum adalah:
1. Mencegah timbulnya busur tanah akibat dari arus gangguan yang besar
(>5A)
3. Memproteksi peralatan
Pada saat sistem tenaga listrik masih dalam skala kecil, gangguan hubung
singkat ke tanah pada instalasi tenaga listrik tidak merupakan suatu masalah
yang besar. Hal ini dikarenakan bila terjadi gangguan hubung singkat fasa ke
tanah arus gangguan masih relatif kecil (lebih kecil dari 5A), sehingga busur
listrik yang timbul pada kontak-kontak antara fasa yang terganggu dan tanah
masih dapat padam sendiri. Tetapi dengan semakin berkembangnya sistem
tenaga listrik baik dalam ukuran jarak (panjang) maupun tegangan, maka bila
39
terjadi gangguan fasa ke tanah arus gangguan yang timbul akan besar dan busur
listrik tidak dapat lagi padam dengan sendirinya [9].
Terdapat beberapa metoda pentanahan titik netral pada sistem tenagga listrik
yang digunakan adalah sebagai berikut :
Dengan memilih harga tahanan yang tepat, arus gangguan ketanah dapat
dibatasi sehingga harganya hampir sama bila gangguan terjadi disegala
tempat didalam sistem bila tidak terdapat titik pentanahan lainnya. Dalam
menentukan nilai tahanan pentanahan akan menentukan besarnya arus
gangguan tanah [9]
41
3.Pentanahan Titik Netral Melalui Kumparan Petersen
42
4.Transformator Pentanahan
Bila pada suatu sistem tenaga listrik tidak terdapat titik netral, sedangkan
sistem itu harus diketanahkan,maka sistem itu dapat ditanahkan dengan
menambahkan Transformator Pentanahan(grounding transformer), contoh
gambar pemasangan Trafo Pentanahan seperti ditunjukkan pada gambar 4.6
berikut :
Transformator pentanahan itu dapat terdiri dari transformator Zig – zag atau
transformator bintang segitiga (Y-Δ).Trafo pentanahan yang paling umum
digunakan adalah transformator zig-zag tanpa belitan sekunder [9].
43
gangguan. Dimana arus gangguan yang mengalir ke bagian peralatan dan ke
piranti pentanahan dapat diketanahkan.
Tahanan Jenis
No Jenis Tanah
[Ω.m]
1 Tanah rawa 40
44
Harga tahanan jenis tanah pada kedalaman yang terbatas sangat bergantung
dengan keadaan cuaca. Biasanya tahanan tanah juga bergantung dari tingginya
permukaan tanah dari permukaan air konstan. Metode untuk mengurangi
tahanan jenis tanah akibat pengaruh musim, dilakukan dengan menanamkan
elektroda pentanahan sampai mencapai kedalaman di mana terdapat air tanah
yang konstan[6].
45
mudah dicapai. Sambungan hantaran penghubung ini dengan elektroda harus
kuat secara mekanis dan menjamin hubungan listrik dengan baik misalnya
dengan menggunakan penyambungan las, klem, atau baut kunci yang mudah
lepas. Klem pada elektroda harus menggunakan baut dengan diameter
minimal 10mm2. Selain faktor diatas yang perlu diperhatikan juga adalah
sambungan antar penghantar penghubung dan elektroda pentanahan tersebut
juga harus dilindungi dari korosi sehingga daya tahan untuk sistem
pentanahannya bisa lama terjamin.
46
1. Resistansi elektroda pentanahan harus lebih kecil dari pada harga yang
direkomendasikan.
Jenis pentanahan ini yang paling banyak digunakan, karena mempunyai banyak
keuntungan apabila dibandingkan dengan menggunakan elektroda bentuk lain.
Adapun keuntungan dari elektroda ini adalah:
1. Harganya cukup murah dan juga mudah didapat (tersedia dengan banyak).
48
4.5.4 NGR (Neutral Grounding Resistance)
Pada sistem kelistrikan, umumnya trafo daya pada Gardu Induk dilengkapi
dengan NGR (Neutral Grounding Resistance) dengan nilai resistansi
permanen yang berfungsi untuk membatasi arus gangguan tanah. Pada bagian
sekunder transformator terdapat netral grounding resistance yang dipasang
serial dengan netral sekunder pada transformator sebelum terhubung ke
ground / tanah yang berfungsi untuk memperkecil arus gangguan.
NGR adalah sebuah tahanan yang dipasang serial dengan neutral sekunder
pada transformator sebelum terhubung ke ground/tanah. Tujuan dipasangnya
NGR adalah untuk mengontrol besarnya arus gangguan yang mengalir dari
sisi neutral ke tanah. Hal ini terkait dengan pola pengamanan trafo tenaga
disisi sekunder (Sistem Distribusi).NGR juga tahanan yang dipasang antara
titik netral trafo dengan pentanahan, dimana berfungsi untuk memperkecil
arus gangguan.Neutral grounding resistance berfungsi sebagai pembatas arus
dalam saluran netral trafo. Agar NGR dapat berfungsi sesuai desainnya perlu
dipastikan bahwa nilai tahanan dari NGR tersebut sesuai dengan
spesifikasinya dan tidak mengalami kerusakan.
Penggunaan NGR dengan jenis rendah maupun tinggi tergantung dari desain
sub sistem tenaga listrik, pada dasarnya semakin besar nilai NGR-nya maka
arus gangguan phasa ke tanahnya semakin kecil.
49
Gambar 4.9 Pentanahan Langsung dan Pentanahan melalui NGR
Fungsi dari NGR adalah untuk menghambat atau membatasi arus hubung
singkat satu fasa ketanah, sehingga nilainya dibawah arus Nominal Trafo.
1. NGR Liquid
Resistornya menggunakan larutan air murni yang ditampung di dalam
bejana dan ditambahkan garam (NaCl) untuk mendapatkan nilai resistansi
yang diinginkan.
2. NGR Solid
NGR jenis solid terbuat dari Stainless Steel, FeCrAl, Cast Iron, Copper
Nickel atau Nichrome yang diatur sesuai nilai tahanannya.
50
Gambar 4.11 NGR Jenis Solid
Tipe : 9735282602
Tegangan Nominal : 20 kV
Resistansi : 40 Ohm
Arus : 300 A
51
Serial : 3415/14/0007
Berat : 480 kg
52
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Adapun saran- saran yang dapat penulis berikan adalah sebagai berikut :
1. Kerjasama dan kekompakkan tim cukup baik selama ini dapat dan
mudah -mudahan dapat ditingkatkan lagi.
2. Karena banyak peralatan yang ada ,diharapkan untuk memperbanyak
mencari tau fungsi dan cara kerja peralatan baik dari internet,wawancara
dan dari SOP yang ada.
53
3. Memperbanyak membaca SOP yang ada akan sangat baik untuk
mengetahui pengoperasion dan penanganan masalah yang terjadi pada
peralatan.
54
DAFTAR PUSTAKA
1. Aldi, Rinaldi. 2013. Sistem Proteksi pada Transformator.http://tekniklistrikumum.
blogspot.com /2013 /11/sistem-proteksi-padatransformator.html diakses pada 28
Januari 2020.
5. Rahmadhani, Citra & Ervianto, Edy. Studi perancangan sistem pembumian gardu
induk 150/20 KV di Gardu Induk Garuda sakti. Jurusan Teknik Elektro,
Universitas Riau
7. Suyamto. Taufik & Kudus, Idrus Abdul. Evaluasi dan perencanaan grounding
untuk penangkal petir gedung siklotron. Pusat Sains Dan Teknologi Akselerator,
Badan Tenaga Nuklir Nasional, Babarsari Yogyakarta
55
DOKUMENTASI SELAMA KERJA PRAKTIK
56