Disusun oleh:
Indah Tri Cahyaningsih 21060116120012
Rio Pangestu 21060116120015
Arifuddin Jatmika 21060116120017
Hanest Simon Toga S 21060116120036
Ridwan Ismail Shaleh 21060116120042
Abisyai Surya P 21060116140134
ii
KATA PENGANTAR
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR GAMBAR
v
Gambar 27 LA (Lightning Arrester) ................................................................ 20
Gambar 28 Busbar ............................................................................................. 21
Gambar 29 Trafo ............................................................................................... 22
Gambar 30 CB (Circuit Breaker) atau PMT (Pemutus) ................................... 23
Gambar 31 CVT (Capasitor Voltage Transformer) ........................................... 24
Gambar 32 PMS (Pemisah) ............................................................................... 25
Gambar 33 Wave Trape................................................................................. .... 26
Gambar 34 Gedung Kontrol/Penyulang........................................................ .... 28
Gambar 35 Bateray........................................................................................ .... 31
Gambar 36 Rectifier....................................................................................... ... 32
Gambar 37 Annusiator.................................................................................. .... 33
vi
DAFTAR TABEL
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
I.2 Tujuan
Tujuan dari Studi Lapangan antara lain:
1. Mendapatkan pengetahuan mengenai single line diagram dan
peralatan yang berada di GI Ungaran 150 KV melalui pengamatan
secara langsung di lapangan.
2. Mengasah keterampilan dan kemampuan mahasiswa, terutama kerja
sama, komunikasi lisan dan tulisan melalui keterlibatan langsung di
lapangan.
BAB II PEMBAHASAN
Berisi informasi dasar mengenai penjelasan single line diagram
secara rinci, dan juga penjelasan serta fungsi peralatan yang digunakan pada
GI Ungaran 150 KV Semarang.
2
BAB III PENUTUP
Berisi kesimpulan dan saran yang diperoleh dari penulisan makalah
ini.
3
BAB II PEMBAHASAN
4
Bagian kutub tunggal di gambarkan dengan simbol – simbol yang
mewakili bentuk dari fungsi setiap perlatan yang tersedia, seperti pada Tabel
1.
5
Berikut ini adalah tampilan single line diagram pada GI Ungaran
150 KV Semarang :
Dapat dilihat pada Gambar 2.2 pada single line diagram GI Ungaran
150 KV Semarang terdapat 2 busbar. GI Ungaran 150 kv terkoneksi dengan
GI – GI yang ada yaitu Pudak payung, Tambak lorok, Mranggen, Bawen,
Jelok, Weleri dan GITET 500kv.
Dari IBT yang melalui busbar akan menuju ke jalur GI ungaran 150
kv. Ada 2 busbar di tiap jalur trafo daya pada GI dan GI mempunyai 2 trafo
daya. Dari busbar sebelum trafo daya ada PMS, PMS, trafo arus yang
dilewati jalur dan diamankan denga LA. Keluaran dari trafo daya pada GI
ungaran 150 kv akan di distribusikan menjadi beberapa feeder. Jumlah
keseluruhan feeder pada GI Ungaran 150 kv ada 9 feeder dengan 1
cadangan.
Pada keluaran 20kV terdapat kopel yang bersifat normally open
yang nantinya akan disambungkan jika ada masalah pada sumber trafo yang
mengirimkan dayanya ke busbar, sebagai keandalan.
6
A. Komponen pada GI 150 kV
Berikut adalah penjelasan dari masing-masing komponen yang ada di
single line diagram:
Ada beberapa jenis konfigurasi busbar yang digunakan saat ini, antara
lain:
Sistem cincin atau ring
7
Busbar tunggal atau single bar
8
Busbar satu setengah atau one half busbar
Namun dalam single line diagram ini digunakan jenis busbar ganda
atau double busbar, dikarenakan sistem ini sangat umum. Hampir semua
gardu induk menggunakan sistem ini karena sangat efektif untuk
mengurangi pemadaman beban pada saat melakukan perubahan.
2. Disconnecting Switch
9
3. Circuit Breaker atau Pemutus
10
dari trafo 60 MVA adalah 630 A sehingga PMT yang dipakai sudah
sesuai.
4. Current Transformator
Gambar 10 CT
Gambar 11 DS Line
11
6. Potential Transformator
Gambar 12 PT
8. Wave Trap
12
9. Capacitor Voltage Transformer
13
Gambar 17 Trafo Daya
12. SKTM
Gambar 18 SKTM
14
B. Komponen Pada Sistem Gardu Induk 20 kV
Berikut adalah penjelasan dari masing-masing komponen GI 20 kV yang
ada di single line diagram:
1. Busbar atau Rel
Pada sistem ini semua trafo, generator dan fedder yang ada pada
system dihubungkan kebusbar. Rel daya tunggal adalah sistem rel daya
yang paling sederhana karena hanya menggunakan satu rel daya saja.
Semua rangkaian baik saluran masuk ataupun saluran keluar
disambungkan dengan rel tersebut melalui pemutus daya dan saklar
pemisah.. Komponen rel busbar antara lain :
3. Konduktor ( AAAC, HAL, THAL, BC, HDCC ).
4. Insulator string dan fitting ( insulator, tension clamp, suspension
clamp, socket eye, anchor sagkle, spacer ).
2. Disconnecting Switch
Disconnecting switch (DS) adalah perlatan pemisah, yang berfungsi
untuk memisahkan rangkaian listrik dalam keadaan tidak berbeban.
Kerena DS hanya dapat dioperasikan pada saat kondisi tdak berbeban,
maka yang harus dioperasikan terlebih dahulu adalah CB. Setelah
rangkaian diputus oleh CB, baru DS dioperasikan.
· Dalam GI, DS terpasang di :
Transformator bay (TR Bay)
Transmission Line Bay (TL Bay)
Busbar
Bus Couple
15
3. Circuit Breaker atau Pemutus
16
2000 A sehingga PMT sudah sesuai. Dari 1 trafo dibagi tegangan 20 kv
nya menjadi 8 jalur, karena ada 8 jalur maka nilai arusnya tersebut dibagi
8 sehingga akan didapatkan arus yang mengalir pada tiap – tiap jalur.
1732 A dibagi 8 adalah 216,5 A dan PMT yang terpasang pada tiap jalur
dari trafo 60 MVA adalah 630 A sehingga PMT yang dipakai sudah
sesuai.
13. Current Transformator
Gambar 21 CT
Gambar 22 PT
17
15. Disconnecting Earth Switch
18
tegangan lebih akibat sambaran petir (ligthning surge) maupun oleh surja
hubung (switching surge).
19
2.3 Peralatan Tegangan Tinggi pada GI Ungaran 150 KV
Peralatan tegangan tinggi yang digunakan pada GI Ungaran 150 KV
Semarang adalah sebagai berikut:
1. LA (Lightning Arrester)
20
Lightning arrester dan berfungsi sebagai pengaman instalasi
(peralatan listrik pada instalasi gardu \ induk) dari gangguan tegangan
lebih akibat sambaran petir (ligthning surge) maupun oleh surja hubung
( switching surge).
2. Busbar
Gambar 28 Busbar
Busbar atau rel adalah titik pertemuan atau hubung trafo trafo
tenaga, SUTT, SKTT dan peraltan listrik lainnya untuk menerima dan
menyalurkan tenaga listrik atau daya listrik.
Pada GI Ungaran 150 KV ini menggunakan sistem double busbar
karena sangat efektif untuk mengurangi pemadaman beban pada saat
melakukan perubahan.
21
3. Transformator
Gambar 29 Trafo
22
4. CB (Circuit Breaker) atau PMT (Pemutus)
23
5. CVT (Capasitor Voltage Transformer)
24
impedensi dan drain coil terlebih dahulu. Terminal TFH harus
diketanahkan pada setiap kawat phasa yang tidak dipergunakan untuk
PLC, agar tidak terjadi kebocoran tegangan kapasitif yang akan timbul
bila terminal tersebut terbuka (open circuit). Bila CVT akan
dipergunakan untuk keperluan PLC, maka terminal TFH dilepas dari
pentanahannya dan dihubungkan dengan peralatan pengaman (drain
coil) dan LMU. Pengaman Pengaman CVT juga diperlukan diperlukan
untuk mengamankan mengamankan transformator perantara dengan
memasang peralatan pengaman tegangan lebih Fs, untuk
menghilangkan tegangan lebih ke tanah, yang mungkin timbul dari
elemen kondensator. Ditinjau dari sistem PLC, kapasitor kopling
mempunyai tugas utama untuk meneruskan frekuensi tinggi dari
terminal PLC ke SUTT.
6. PMS (Pemisah)
25
Menurut gerakan lengannya pemisah dapat dibedakan menjadi:
1. Pemisah Putar
2. Pemisah Engsel
3. Pemisah Siku
7. Wave Trap
Istilah lain yang dipakai untuk menyebut alat ini adalah Band Trap,
Line Trap, Blocking Coil. Wave trap digunakan untuk melakukan
sinyal informasi dari terminal PLC ke saluran saluran udara tegangan
tegangan tinggi, maka sangat diharapkan diharapkan agar saluran
saluran transmisi tersebut tampak seperti dua buah terminal komunikasi,
seperti yang sering ditemui pada saluran komunikasi biasa. Keadaan ini
sangat dibutuhkan oleh semua jenis sistem komunikasi yang selalui
menggunakan medium perambatan, apakah udara, kabel dan atau
saluran udara tegangan tinggi. Karena sistem PLC ini menggunakan
saluran udara tegangan tinggi sebagai media perambatannya, maka
keadaan atau kondisi saluran harus dijaga agar komunikasi ini tidak
dipengaruhi oleh kondisi‐kondisi kesalahan atau perubahan yang terjadi
pada sisi tegangan tingginya. Untuk mempertahankan agar saluran
transmisi tersebut betul‐betul dapat berfungsi sebagai antenna dengan
26
tanpa adanya rugi‐rugi sinyal perambatan, maka wave trap dipasang
secara seri antara saluran transmisi dengan peralatan gardu induk.
Tugas utama wave trap adalah untuk memblok memblok sedemikian
sedemikian rupa sehingga sehingga frekuensi tinggi yang membawa
informasi, baik yang dipancarkan dari terminal PLC maupun yang
diterima dari terminal PLC lawannya, tidak disalurkan/mengalir
disalurkan/mengalir ke peralatan peralatan gardu induk. Untuk dapat
melaksanakan tugas tersebut, maka impedensi wave trap harus dapat
melakukan frekuensi rendah antara 50‐60 Hz yang membawa arus
listrik untuk keperluan sistem tenaga listrik. Dengan demikian wave trap
harus mempunyai sifat berimpedansi rendah terhadap frekuensi jala‐jala
50 Hz dan berimpedansi tinggi terhadap frekuensi tinggi yang membawa
sinyal informasi. Karena pemasangan wave trap adalah secara seri
dengan sistem tenaga listrik, maka wave trap harus mampu mengalirkan
arus listrik yang sesuai dengan kemampuan dari penghantar / konduktor
terhadap harga maksimum dari arus yang diijinkan.
Wave trap juga harus tahan terhadap tekanan‐tekanan, baik berupa
panas, maupun mekanis yang ditimbulkan karena mengalirnya arus
kerja yang cukup besar atau karena adanya arus hubung singkat yang
mungkin terhadi pada sisi tegangan tingginya. Pada dasarnya wave trap
adalah suatu rangkaian resonansi parallel, yang terdiri dari tiga macam
komponen yaitu komponen utama, arrester, dan tuning unit.
27
8. Gedung Kontrol/ Penyulang
28
komunikasi antara Master Station (MS) dengan setiap Remote Terminal
Unit (RTU) dilakukan melalui media yang bisa berupa fiber optik, PLC
(Power Line Carrier Carrier), atau melalui melalui radio, dimana dalam
hal ini data dikirimkan dengan protokol tertentu (biasanya tergantung
vendor SCADA yang dipakai) misalnya Indactic 33, IEC‐60870, dll.
Sistim ini banyak dipakai di lapangan produksi minyak dan gas,
Jaringan Listrik Tegangan Tinggi (Power Distribution) dan beberapa
aplikasi sejenis dimana sistem dengan konfigurasi seperti ini dipakai
untuk memonitor dan mengontrol areal produksi yang tersebar di area
yang cukup luas. Istilah SCADA, DCS (Distribution Control System),
FCS dan PLC (Programmable Logic Control) saat ini sudah menjadi
agak kabur karena aplikasi yang saling tumpang tindih . walaupun
demikian kita masih bisa membedakan dari arsitekturnya yang serupa
tapi tak sama.
Sesuai dengan rancang bangun awalnya, DCS lebih berfungsi untuk
aplikasi kontrol proses, sedangkan SCADA lebih berfungsi baik untuk
aplikasi seperti istilah diterangkan di atas. Yang dimaksud dengan
Supervisory Control atau Master Terminal Unit (MTU) adalah kendali
yang dilakukan diatas kendali lokal atau Remote Terminal Unit (RTU),
sebagai ilustrasi, pada suatu ladang minyak dan gas (Oil dan Gas Field)
ada beberapa sumur minyak (Oil Well) yang berproduksi. Hasil minyak
mentah (Crude Oil) dari masing‐masing sumur produksi tersebut
tersebut dikumpulkan dikumpulkan di stasiun stasiun pengumpul
pengumpul atau Gathering Gathering Station Station (GS) dimana
proses lanjutan terhadap minyak mentah yang terkumpul tersebut
dilakukan. Biasanya pada masing‐masing sumur minyak produksi
terpasang suatu sistem (RTU) yang memonitor dan mengontrol
beberapa kondisi dari sumur minyak produksi tersebut.
Kendali lokal dilakukan pada masing‐masing product on well dan
supervisory control yang berada di stasiun pengumpul, melakukan
control dan monitoring kepada semua production well yang ada di
bawah supervisi. Jika salah satu production well mengalami gangguan,
dan statsiun pengumpul pengumpul tetap harus memberikan
memberikan dengan production production rate tertentu tertentu, maka
29
supervisory control akan melakukan koordinasi pada production well
lainnya agar jumlah produksi bisa tetap dipertahankan. Pada umumnya
jarak antara RTU dengan MTU cukup jauh sehingga diperlukan media
komunikasi antara keduanya. Cara yang paling umum dipakai adalah
Komunikasi Radio (Radio Communication) dan Komunikasi Serat
Optik (Optical Fiber Communication).
Pada sistem tenaga listrik, media komunikasi yang dipergunakan
adalah Power Line Communication (PLC), Radio Data, Serat Optik dan
kabel pilot. Pemilihan Pemilihan media komunikasi komunikasi sangat
bergantung bergantung kepada jarak antar site, media yang telah ada dan
penting tidaknya suatu titik (gardu). Pengaturan sistem tenaga listrik
yang komplek, sangat bergantung kepada SCADA. Tanpa adanya
sistem SCADA, sistem tenaga listrik dapat diibaratkan seperti seorang
pilot membawa kendaraan tanpa adanya alat instrumen dihadapannya.
Pengaturan Pengaturan sistem tenaga listrik listrik dapat dilakukan
dilakukan secara manual ataupun ataupun otomatis.
Pada sistem tenaga listrik, media komunikasi yang dipergunakan
adalah Power Line Communication (PLC), Radio Data, Serat Optik dan
kabel pilot. Pemilihan Pemilihan media komunikasi komunikasi sangat
bergantung bergantung kepada jarak antar site, media yang telah ada dan
penting tidaknya suatu titik (gardu). Pengaturan sistem tenaga listrik
yang komplek, sangat bergantung kepada SCADA. Tanpa adanya
sistem SCADA, sistem tenaga listrik dapat diibaratkan seperti seorang
pilot membawa kendaraan tanpa adanya alat instrumen dihadapannya.
Pengaturan Pengaturan sistem tenaga listrik listrik dapat dilakukan
dilakukan secara manual ataupun ataupun otomatis.
Pada pengaturan secara manual, operator mengatur pembebanan
pembangkit dengan melihat status peralatan listrik yang mungkin
dioperasikan misalnya Circuit Breaker (CB) , beban suatu pembangkit
beban trafo, beban suatu transmisi atau kabel dan mengubah
pembebanan sesuai dengan frekuensi sistem tenaga listrik. Pengaturan
secara otomatis dilakukan dengan aplikasi Automatic Generating
Control (AGC) atau Load Frequency Control (LFC) yang mengatur
30
pembebanan pembangkit berdasar setting setting yang dihitung dihitung
terhadap terhadap simpangan simpangan frekuensi.
9. Battery
Gambar 35 Battery
31
10. Rectifier
Gambar 36 Rectifier
32
11. Rele Proteksi dan Annunsiator
33
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
1. Dari kunjungan yang telah dilaksanakan dapat diketahui bahwa gardu induk
Ungaran 150 KV terhubung dengan GI disekitar semarang seperti GI
Bawen, GI BSB dll.
2. Terdapat dua buah busbar dimana tiap busbar terdapat transformator
sebesar 60 MVA.
3. GI Ungaran 150 KV memiliki konfigurasi Satu Setengah Busbar/Breaker
atau One Half Busbar.
4. Sumber Suplay GI ungaran dari Pembangkit Tanjung Jati A dan B yang
juga masuk dalam sistem Interkoneksi.
b. Saran
Dalam melakukan dokumentasi hendaknya menggunakan kamera yang
beresolusi tinggi serta mengambil gambar dengan urutan yang sesuai dengan
kondisi lapangan yang sesungguhnya.
34
DAFTAR PUSTAKA
[1] http://www.unhas.ac.id/tahir/BAHANKULIAH/ELIN/SCADA/SCADA.pdf
[2]TLM Academy. Pembelajaran Pembidangan Prajabtan SMK/SLTA- Bidang Operasi dan
Pemeliharaan Transmisi dan GI. Semarang: PT. PLN (Persero) Udiklat
[3]http://switchyard-electric.blogspot.co.id/2011/04/konsep-dasar-gardu-induk.html
35
LAMPIRAN
36
37