Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 33
5.1. Kesimpulan ........................................................................................................33
5.2. Saran ...................................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 34
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR SINGKATAN
AR = Autorecloser Relay
UPT = Unit Pemeliharaan Transmisi
GI = Gardu Induk
JBB = Jawa Bagian Barat
SUTT = Saluran Udara Tegangan Tinggi
SUTET = Saluran Udara Tegangan Extra Tinggi
CT = Current Transformer
PT = Potensial Transformer
CVT = Capasitor Voltage Transformer
PLC = Power Line Carrier
FO = Fiber Optik
OCR = Over Current Relay
GFR = Ground Fault Relay
PMT = Pemutus Tenaga
SPAR = Single Phase Auto Reclosing
TPAR = Three Phase Auto Reclosing
CBF = Circuit Breaker Failure
DTT = Direct Transfer Trip
SOTF = Switch On To Fault
NO = Normally Open
NC = Normally Close
CB = Circuit Breaker
LL = Live Line
LB = Live Bus
DL = Dead Line
DB = Dead Bus
LED = Light Emitting Diode
SF6 = Sulfur Hexafluoride
AC = Alternating Current
DC = Direct Current
ULTG = Unit Layanan Transmisi dan Gardu Induk
SOP = Standar Operasional Prosedur
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah,
tujuan kerja praktik, metode kerja praktik dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
Bab ini berisi tentang latar belakang berdirinya PT. PLN (Persero), visi dan
misi perusahaan, logo perusahaan, serta struktur organisasi perusahaan.
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang sistem kerja Autorecloser Relay (AR) beserta
fungsinya pada Gardu Induk dan jenis pemeliharaan Autoreclose Relay
(AR) sesuai standard yang berlaku.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang hasil analisa pemeliharaan Autoreclose Relay (AR).
BAB V PENUTUP
Bab ini membahas tentang kesimpulan dalam bekerja praktik serta saran-
saran yang diharapkan dapat membantu dalam menganalisa hasil
pemeliharaan Autorecloser Relay (AR).
BAB II
5
6
1. Visi
Menjadi perusahaan listrik terkemuka se-Asia Tenggara dan #1 pilihan
pelanggan untuk solusi energi.
2. Misi
a. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait,
berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan
pemegang saham.
b. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan
kualitas kehidupan masyarakat.
7
TINJAUAN PUSTAKA
10
11
Pada saluran udara tegangan tinggi dan ekstra tinggi sebagian besar
gangguan bersifat temporer, dimana gangguan tersebut akan hilang (clear) setelah
pembukaan PMT di kedua sisi, sehingga untuk mempertahankan kesinambungan
penyaluran daya dan mempertahankan stabilitas sistem, maka penormalan
gangguan setelah PMT dikedua sisi membuka dapat segera dilakukan dengan
mengoperasikan penutup balik otomatis (auto reclose).
Pengoperasian autorecloser diharapkan dapat meningkatkan availability
(ketersediaan) SUTT / SUTET, hal ini berarti peluang lama dan frekuensi
konsumen terjadi padam dapat dikurangi. Pada kedua proteksi utama, fungsi
penutup balik otomatis harus diaktifkan dengan menggunakan setelan yang sama.
1. Pola AR berdasarkan pemutusan fasa (pole tripping)
a. SPAR (single pole autoreclose) dengan inisiate gangguan 1-fasa tanah
b. TPAR ( three pole autoreclose) dengan inisiate gangguan fasa-fasa
2. Pola AR berdasarkan waktu kerja
a. AR cepat (high speed autoreclose) , dipakai
1) SPAR cepat dengan inisiate gangguan 1-fasa tanah
2) TPAR cepat dengan inisiate gangguan 1-fasa tanah dan atau fasa-fasa
b. AR lambat (low speed autoreclose), dipakai
TPAR lambat dengan inisiate gangguan 1-fasa tanah dan atau fasa-fasa.
Pengoperasian TPAR lambat harus dikontrol oleh relai synchro check atau
relai lain (seperti rele daya) yang dapat berfungsi untuk memastikan bahwa
kondisi sinkron pada PMT yang akan reclose masih terpenuhi.
3. Pola AR berdasarkan jumlah penutupan balik
a. Penutupan balik satu kali (single shot autoreclose)
b. Penutupan balik beberapa kali (multiple shot autoreclose)
4. Pertimbangan faktor teknis dalam pengoperasian AR
a. AR tidak boleh bekerja pada kondisi :
1) PMT dibuka secara manual atau beberapa saat setelah PMT ditutup
secara manual.
2) PMT trip oleh Circuit Breaker Failure (CBF) atau Direct Transfer Trip
(DTT).
3) PMT trip oleh pengaman cadangan (Z2, Z3, OCR/GFR).
13
4) PMT trip oleh Switch On To Fault (SOTF), Bila relai proteksi SUTT
tidak dilengkapi dengan fungsi SOTF, maka perlu ditambahkan sirkit AR
blok untuk menunda fungsi AR setelah PMT dimasukan secara manual.
Lama waktu tunda sirkit AR blok akan ditentukan kemudian.
5) PMT trip oleh out of step protection (bila ada pola out of step trip).
b. AR tidak boleh dioperasikan pada :
1) SKTT
2) SUTT yang tersambung ke trafo dengan sambungan T (Gambar 3.3).
Gangguan yang terjadi di dalam reclaim time akan dianggap sebagai gangguan
yang bersifat permanen.
3. Manual close time
Adalah rentang waktu tunda tertentu diantara penutupan PMT secara
manual oleh operator untuk memblok rangkaian starting autoreclose dari relai
utama (distance relay). Selama rentang waktu tersebut AR tidak aktif (diblok).
4. Pole discrepancy
Pada sistem PMT single pole, terdapat suatu skema kegagalan PMT
(breaker failure) untuk mendeteksi ketertinggalan PMT untuk posisi NO-NC.
Dalam pengertiannya pole discrepancy adalah suatu sistem pendeteksi
keserempakan gerakan PMT single pole agar dapat keluar atau masuk secara
bersamaan. Fungsi ini meyakinkan bahwa tidak ada satu atau dua PMT yang
dalam kondisi terbuka dalam selang waktu yang ditentukan. Jika pada selang
waktu tersebut, ada arus yang mengalir pada 1 atau 2 fasa, tapi tidak pada 3
fasa, CB auxiliary contacts akan memberikan indikasi, dan setelah selang
waktu tersebut terpenuhi maka PMT akan trip 3 fasa. Fungsi pole discrepancy
ini adalah untuk menjaga agar tidak terjadi ketidakstabilan pada fasa-fasa di
sistem. Prinsip kerja pole discrepancy dijelaskan dengan gambar logic berikut:
harus lebih kecil dari waktu kerja GFR penghantar maupun trafo, maka setelan
waktu CB Pole Discrepancy dipilih 1.5 detik.
5. Perhitungan setting sinkro cek
Pada prinsipnya relai cek sinkron berfungsi untuk mengetahui kondisi
sinkron antara dua sistem yang diukur untuk menghubungkan kedua sistem
tersebut. Besaran-besaran yang dibandingkan dan di-setting yaitu :
a. Beda sudut fasa
Perbedaan sudut fasa tegangan antara bus dengan line yang aman dalam
proses penutupan PMT agar tidak terjadi asinkron. Setting sudut fasa yaitu
() : 5° - 15°.
Untuk jaringan yang jauh dari pembangkit dipilih maksimum 15°,
sedangkan pada jaringan yang dekat dengan pembangkit sudut fasa
maksimum adalah 5°
Catatan:
Semakin kecil setelan sudut fasa, maka penutupan PMT untuk proses
sinkron semakin aman, tetapi semakin sulit proses paralel. Untuk
mendapatkan setelan yang paling optimum dalam suatu titik sinkron harus
mengacu kepada hasil studi Bidang Perencanaan Sistem Tenaga Listrik.
b. Beda tegangan
Setelan tegangan harus memenuhi kebutuhan tegangan nominal sistem,
jika tegangan terlalu kecil di bawah nilai nominalnya PMT tidak
direkomendasikan untuk dimasukkan (blok).
Setelan tegangan minimum 80 % Vn sistem.
Setelan selisih tegangan (V) = (5%-10%) Vn.
c. Selisih frekuensi (bagi relai yang tersedia setting f)
Penentuan setelan frekuensi mengacu kepada hubungan antara setelan
waktu dengan setelan sudut fasa dan dinyatakan dalam persamaan:
f = / (180°*t).........................................[3.1]
Contoh :
Setelan waktu kerja : 0.5 detik
Setelan sudut fasa () : 10°
Maka selisih frekuensi (f) : 10/(180° x 0.5)
20
Proses penutupan PMT secara manual atau otomatis (dengan AR), untuk
kebutuhan kirim tegangan (line charging), maka setelan dipilih logic-2 Live
Bus & Dead Line
DL/LB : IN
LL/DB : OUT
Proses penutupan PMT secara manual atau otomatis (dengan AR), untuk
kebutuhan sinkron (pararel), maka setelan dipilih logic-1 Live Bus-Live Line
DL/LB : OUT
LL/DB : OUT
Proses penutupan PMT secara manual atau otomatis (dengan AR), untuk
kebutuhan pengiriman tegangan maupun penerimaan tegangan, maka
setelan dipilih logic-4 Dead Bus & Live Line or Live Bus & Dead Line
DL/LB :IN
LL/DB :IN
BAB IV
22
23
b. Penutupan otomatis tiga fasa dengan gangguan dua fasa atau tiga fasa
dengan cepat.
c. Penutupan otomatis tiga fasa dengan gangguan dua fasa atau tiga fasa
dengan tunda waktu sinkron.
2. Skema bidikan ganda
Salah satu siklus untuk yang pertama tembakan diikuti dengan penundaan
otomatis menutup kembali tiga fase jika perlindungan beroperasi kembali
selama waktu klaim kembali setelah penutupan pertama.
MODE FUNGSI 1 2 3 5 5 6
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan informasi dan data yang telah penulis dapat selama melakukan
kerja praktik di PT. PLN (Persero) UIT JBB UPT Durikosambi ULTG Cikupa
Gardu Induk Teluk Naga tentang pekerjaan resetting autorecloser relay, maka
penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Autorecloser Relay (AR) merupakan relai tambahan dari relai distance yang
mempunyai fungsi cukup penting, jika autorecloser relay gagal bekerja maka
akan mengakibatkan gangguan permanen.
2. Dari hasil inspeksi harian dan bulanan selama bulan Desember 2020 kondisi
panel dan autorecloser relay dalam kondisi normal tanpa anomali.
3. Dalam pekerjaan resetting autorecloser relay didasari oleh seringnya
gangguan permanen fasa-fasa akibat aktivitas masyarakat disekitar SUTT
seperti bermain layang-layang dan menerbangkan balon udara kecil.
4. Hasil dari pekerjaan resetting autoreclose relay diharapkan pada saat gangguan
fasa-fasa PMT dapat menutup kembali sehingga tidak terjadi gangguan
permanen.
5. Penambahan setting TPAR terhadap gangguan 2 fasa dan 3 fasa dengan
deadtime instant, manual reclose time 20 detik dan reclaim time 40 detik.
6. Setting SPAR tetap, dengan deadtime instant, manual reclose time 20 detik dan
reclaim time 40 detik.
5.2. Saran
Karena pekerjaan pengujian yang dilakukan oleh PT. PLN (Persero) erat
kaitannya dengan tegangan listrik maka tetap menjaga keamanan dalam melakukan
pengujian dan lakukan langkah-langkah pekerjaan sesuai dengan standard
operasional prosedur (SOP) yang berlaku.
33
DAFTAR PUSTAKA