Oleh :
RIZKY WAHYUDHA PUTRA
1615031063
i
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KERJA PRAKTIK
Oleh :
RIZKY WAHYUDHA PUTRA
1615031063
Disetujui,
Dosen Pembimbing Kerja Praktik
Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Elektro
ii
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTIK
Oleh :
Mengetahui, Disetujui,
Manager Perawatan Listrik Asisten Manager Perawatan
Listrik Power Supply dan
Distribusi
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktik sesuai pada waktunya di PT.
Bukit Asam (Persero) Tbk. sektor perawatan listrik unit Power Supply dan
Distribusi, Tanjung Enim Sumatra Selatan.
Kerja praktik ini dilakukan oleh penulis sebagai syarat akademis untuk
menyelesaikan mata kuliah wajib program S1 reguler di Jurusan Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas Lampung. Laporan kerja praktik ini membahas
tentang ANALISA RADIUS PROTEKSI SISTEM PENYALUR PETIR
AKTIF BERDASARKAN STANDAR NFC 17 - 102 PADA GUDANG
HANDAK PTBA TANJUNG ENIM SUMATERA SELATAN
.
Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya penulis ucapakan kepada PT. Bukit
Asam (Persero) Tbk. sektor perawatan listrik unit Power Supply dan Distribusi,
Tanjung Enim Sumatra Selatan yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk memahami secara mendalam dan mengaplikasikan ilmu dari teori
perkuliahan pada kondisi nyata dilapangan industri. Selain itu, penulis
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan kerja praktik dari awal sampai dengan selesai. Oleh karena
itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat, rahmat, dan hidayahnya
sehingga dapat menyelesaikan kerja praktik ini dengan lancar.
2. Orang tua serta keluarga penulis yang telah memberikan dukungan moril,
material, dan spiritual.
3. Bapak Prof. Dr. Suharno, M. Sc. sebagai Dekan Fakultas Teknik
Universitas Lampung.
4. Bapak Dr. Herman Halomoan Sinaga, S.T., M.T. selaku Ketua Jurusan
Teknik Elektro Universitas Lampung.
5. Bapak Dr. Henry B.H. Sitorus, S.T., M.T., selaku Sekretaris Jurusan
Teknik Elektro Universitas Lampung.
iv
6. Bapak Sumadi, S. T., M. T., selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan banyak pengarahan dan masukan.
7. Bapak Noer Soedjarwanto, S.T., M.T. selaku Dosen Pembimbing Kerja
Praktik.
8. Bapak serta Ibu Dosen Jurusan Teknik Elektro atas bimbingan dan ilmu
yang telah diberikan selama perkuliahan.
9. Bapak Ichsan Aprideni selaku Manajer Perawatan Listrik PT. Bukit Asam
(Persero) Tbk.
10. Bapak Romianton selaku Asisten Manajer Power Supply dan Distribusi
sekaligus pembimbing lapangan yang telah memberikan pengarahan dan
bimbingannya sehingga laporan ini dapat terselesaikan.
11. Bp. Tami Haryono, Bp. Herman, Bp. Syamsuri, Kak Ali, Kak Darma, Kak
Hadi, Tim Giliran, Tim PT BEM (Bersama Enim Mandiri) dan seluruh
karyawan unit kerja Main Switch Station (MSS) beserta tim yang telah
bersedia membantu dalam hal bimbingan, pengetahuan dan pengalaman.
12. Untuk teman – teman KP seperjuangan di sektor perawatan listrik dari
Universitas Lampung, Universitas Sriwijaya, dan Politeknik Negeri
Malang.
v
DAFTAR ISI
Cover
vi
3.2.2 efek terhadap bangunan.............................................................................28
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
Daftar Tabel
ix
5 PERATURAN KESELAMATAN LISTRIK
x
PRINSIP K3
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1
melakukan Kerja Praktik (KP) di perusahaan PT. Bukit Asam (Persero) Tbk
adalah Analisa Sistem Proteksi Petir Aktif berdasarkan Standar NFC 17 - 102
pada Gudang Handak PTBA Tanjung Enim Sumatera Selatan. Persoalan
tersebut diangkat oleh penulis untuk mengetahui lebih lanjut sistem proteksi
yang ada pada Gudang Penyimpanan Bahan Peledak PT. Bukit Asam
(Persero) Tbk telah memenuhi standar atau belum sehinggga dibutuhkan
optimalisasi pada sistem proteksinya.
2
1.4 Ruang Lingkup Pernulisan Laporan
Adapun ruang lingkup pernulisan laporan ini adalah mengenai Analisa Sistem
Proteksi Non Konvensional pada Gudang Penyimpanan Bahan Peledak PT.
Bukit Asam (Persero) Tbk. Tanjung Enim Sumatera Selatan.
Mengingat luasnya ruang lingkup kerja praktik yang ada di PT. Bukit Asam
(Persero) Tbk serta waktu Kerja Praktik yang singkat dalam mengumpulkan
data, sehingga laporan kerja praktik ini memiliki batasan masalah yang
hanya berfokus pada Analisa Radius Penyalur Petir Aktif berdasarkan Standar
NFC 17 - 102 pada Gudang Penyimpanan Bahan Peledak PT. Bukit Asam
(Persero).
Adapun waktu dan pelaksanaan Kerja Praktik (KP) ini adalah sebagai berikut.
3
bidangnya masing – masing dalam rangka mendapatkan data – data yang
diperlukan.
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang latar belakang, tujuan dan manfaat,
kerja praktik, batasan masalah, metodologi penelitian, dan
sistematika penulisan laporan.
4
BAB IV : PEMBAHASAN
Bab ini berisi pengumpulan data, analisa sistem proteksi penyalur
petir konvensional, dan evaluasi penyalur petir setelah dianalisa.
5
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
PT. Bukit Asam (Persero) Tbk., merupakan suatu Badan Usaha Milik
Negara yang telah resmi berdiri sejak tanggal 2 maret 1981 dengan acuan
peraturan pemerintah No. 42 tahun 1980. Pertambangan batubara Tanjung
Enim diawali dengan penyelidikan dan eksplorasi yang dilakukan oleh
Ir.Manhaat dari Belanda pada tahun 1915- 1919. Operasional
pertambangan pertama dimulai pada tahun 1919 dengan metode
pertambangan terbuka yang berlokasi di TAL (Tambang Air Laya).
Batubara yang berhasil ditambang mampu mencapai 9.700 ton. Batubara
tersebut lalu didistribusikan melalui jalur darat ke Stasiun Kertapati. Pada
perkembangannya, pertambangan batubara Tanjung Enim terus mengalami
perkembangan dan pada tahun 1923 pertambangan dilakukan dengan
metode bawah tanah.
6
Perusahaan Tambang Negara (BUPTAN), kemudian menjadi Badan
Pemimpin Umum (BPU).
Berdasarkan peraturan pemerintah yang bernomor: 86/1961, BPU
Batubara membawahi:
PN. Tambang Batubara Bukit Asam di Tanjung Enim, Sumatera
Selatan.
PN. Tambang Batubara Ombilin di Sumatera Barat.
PN. Tambang Batubara Mahakam di Kalimantan Utara.
Kemudian pada tahun 1968 terdapat Peraturan Pemerintah No. 23/1968,
BPU Batubara dan ketiga PN Tambang Batubara tersebut berpusat di
Tanjung Enim dan Tambang Batubara Bukit Asam menjadi salah satu unit
produksi PN. Batubara. Pada akhir dekade 1960-an, batubara mengalami
masa suram karena bersaing dengan bahan bakar minyak yang lebih murah
dan jumlahnya melimpah sehingga mengakibatkan PN. Tambang Batubara
hampir mengalami kebangkrutan, namun pada tahun 1973 batubara
menjadi komoditi yang mempunyai masa depan cerah setelah terjadinya
krisis energi. Oleh karena itu, pemerintah bertekad untuk memanfaatkan
batubara kembali sebagai sumber energi alternatif dengan tujuan:
Mengintensifkan pengembangan sumber-sumber energi.
Menggeser secara bertahap mono energy economy menjadi poly
energy economy terutama dalam hal batubara dan gas bumi.
Mengintensifkan pemakaian terhadap bahan bakar minyak.
7
c) Pengembangan Angkutan Darat (Perumka).
d) Pengembangan Angkutan Laut (PT. PANN/ PT. Pelayaran Bahtera
Adhiguna).
Tujuan Proyek ini terutama untuk memasok kebutuhan Batu bara bagi
PLTU Suralaya, di Jawa Barat. Selain itu juga untuk memenuhi industri
lainnya baik di dalam maupun luar negeri. Dalam hal ini Perseroan
memiliki 2 unit pertambangan yaitu UPTE, untuk Unit Penambangan
Tanjung Enim, Sumatera Selatan yang dioperasikan dengan sistem
tambang terbuka dan UPO untuk Unit Penambangan Ombilin Sawahlunto,
Sumatera Barat yang dioperasikan dengan sistem tambang terbuka dan
bawah tanah. Selain itu Perseroan mengoperasikan 3 pelabuhan/dermaga
khusus batubara yaitu Pelabuhan Tarahan di Lampung, Dermaga Kertapati
di Sumatera Selatan, dan Dermaga Teluk Bayur di Sumatera Barat.
Dengan dikeluarkannya PP No. 42 Tahun 1980 pada tanggal 15 desember
1980 tentang penyertaan Modal Republik Indonesia untuk mendirikan
Perusahaan Perseroan Tambang Batubara, maka pada tanggal 2 maret
1981 dinyatakan resmi menjadi Tambang Batubara Bukit Asam (Persero)
disingkat PTBA. Pada tanggal 23 desember 2002 Perseroan menjadi
perusahaan republik dengan kode saham “PT.BA” yang telah tercatat pada
bursa efek jakarta dan bursa efek surabaya [1].
8
Tabel 2.1. Sejarah Kepengurusan PT. Bukit Asam (Persero) Tbk.
Tahun Kepengurusan
Tahun 1919-1942 Pemerintah Hindia Belanda
Tahun 1942-1945 Pemerintah Militer Jepang
Tahun 1945-1947 Pemerintah Belanda
Tahun 1947-1949 Pemerintah Republik Indonesia
Tahun 1959-1960 Badan Usaha Perusahaan
Tambang Negara (BUPTAN)
Tahun 1960-1967 Badan Pimpinan Umum (BPU)
Perusahaan Tambang Batubara
Tahun 1968-1980 PN Tambang Batubara
Tahun 1981-sekarang PT. Bukit Asam (Persero) Tbk.
PT. Bukit Asam (Persero) Tbk.,, saat ini sedang mengembangkan beberapa
Site Pertambangan untuk menunjang produksi perusahaan, Site-site
tersebut adalah:
1) Tambang Air Laya (TAL) merupakan site terbesar di PTBA dimana
pengoprasiannya menggunakan teknologi penambangan terbuka
secara berkesinambungan (continous mining) menggunakan Bucket
Wheel Excavator (BWE) dan juga secara konvensional dengan
menggunakan back hoe dan dump truck.
2) Tambang Banko Barat memiliki Pit-1 dan Pit-3 yang dioperasikan
dengan metode konvensional back hoe dan dump truck.
3) Tambang Muara Tiga Besar Utara (MTBU) adalah tambang yang
pengoprasiannya menggunakan metode penambangan konvensional
menggunakan back hoe dan dump truck.
4) Tambang Muara Tiga Besar Selatan (MTBS) adalah bagian dari
Tambang Muara Tiga Besar bagian selatan. Site ini tidak dioperasikan
sementara sejak 2008 hingga saat ini.
2.2 Visi, Misi, dan Nilai-Nilai PT. Bukit Asam (Persero) Tbk.
9
Setiap perusahaan memiliki visi, misi, dan nilai-nilai untuk mencapai suatu
tujuan. Adapun visi dan misi PT. Bukit Asam (Persero) Tbk. sebagai
berikut :
VISI
Menjadikan perusahaan energi kelas dunia yang peduli lingkungan.
MISI
Melakukan pengelolaan sumber energi dengan mengembangkan
kompetensi kerja sama dan keunggulan tenaga kerja agar dapat
memberi nilai maksimal bagi tokoh-tokoh masyarakat dan lingkungan.
NILAI-NILAI
Visioner
Bekerja Cerdas
Integritas
Mengedepankan perilaku percaya, terbuka, positif, jujur, berkomitmen
dan bertanggung jawab.
Inovatif
Selalu bekerja dengan kesungguhan untuk memperoleh terobosan baru
untuk menghasilkan produk dan layanan terbaik dari sebelumnya.
Professional
Melaksanakan semua tugas sesuai dengan kompetensi, dengan
kreativitas, penuh keberanian, komitmen penuh dalam kerjasama
untuk keahlian yang terus-menerus meningkat.
Sadar Biaya dan Lingkungan
Memiliki kesadaran tinggi dalam setiap pengelolaan aktivitas dengan
menjalankan usaha atau asas manfaat yang maksimal dan kepedulian
lingkungan
MAKNA
Mempersembahkan Sumber Energi untuk kehidupan dunia dan bumi
yang lebih baik.
10
KOMITMEN
PTBA berkomitmen mewujudkan visi, misi dan nilai-nilai PTBA dan
terbentuknya budaya sebagai pondasi kesuksesan jangka panjang.[3]
11
2.3 Struktur Organisasi PT. Bukit Asam (Persero) Tbk. Arviyan Arifin
Direktur Utama
FUAD ISKANDAR ZULKARNAIN MEGA SATRIA JOKO PRAMONO SURYO EKO HADIANTO ADIB UBAIDILLAH
FACHROEDDIN Direktur SDM & Umum Direktur Operasi dan Produksi Direktur Niaga
Direktur Keuangan
Direktur Pengembangan Usaha
12
PT. Bukit Asam (Persero) Tbk., memiliki struktur organisasi dan
senantiasa melakukan tinjauan dalam struktur organisasi Perseroan guna
untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja serta sejalan dengan
tuntunan perubahan dan kondisi perusahaan. PT. Bukit Asam (Persero)
Tbk., dipimpin oleh seorang Direktur Utama yang dibantu oleh 5 orang
Direktur, yaitu : Direktur Keuangan, Direktur Operasi dan Produksi,
Direktur Pengembangan Usaha, Direktur Niaga serta Direktur SDM dan
Umum. Selain kelima Direktur tersebut, ada pihak yang bertanggung
jawab langsung kepada Direktur Utama yaitu pengawas intern, sistem
manajemen perusahaan dan sekretaris perusahaan.
13
Asisten Manager Watrik Trouble Shooting Group D
Asisten Manager Watrik CHF Bangko Barat
Asisten Manager Power Supply dan Distribusi Dibawah
kepemimpinan
PT. Bukit Asam (Persero) Tbk. memiliki dua daerah tambang utama yaitu
di Tanjung Enim (Sumatra Selatan) dan Ombilin (Sumatra Barat), selain
dua daerah PT. Bukit Asam memiliki wilayah lain yang berpotensi
batubara dengan total wilayah mencapai 93.772 hektar. Berdasarkan peta
wilayah Tanjung Enim dan keseluruhan pertambangan PT. Bukit Asam
(Persero) Tbk. dapat dilihat pada gambar berikut.
14
Gambar 2.2 Wilayah pertambangan tanjung enim
PT. Bukit Asam (Persero) Tbk. memiliki beberapa wilayah yang berfungsi
untuk menunjang usaha produksi mulai dari penambangan sampai ke
proses penjualan. Persebaran wilayah PT. Bukit Asam (Persero) Tbk.
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.2 Persebaran wilayah PT. Bukit Asam (Persero) Tbk.
Lokasi Luas (Hektar)
Sumatra Selatan 66.414
PT. Bukit Kendi (Tanjung 882
Enim)
Sumatra Barat 2.950
Riau 18.230
Kalimantan Timur 3.238
15
Sumatera Selatan. Berdasarkan peta, lokasi tambang batubara Tanjung
Enim dapat dilihat pada gambar 2.2 Proyek penambangan batubara
merupakan alternatif yang dilakukan pemerintah dalam penghematan
pemakaian bahan bakar minyak dan sumber energi lainnya akibat krisis
energi yang melanda pada tahun 1973. Oleh karena itu, dalam
memaksimalkan penambangan batubara, maka dibentuk proyek
Pengembangan dan Pengangkutan Batubara Bukit Asam Tanjung Enim
dengan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 56 tahun 1990, maka ruang
lingkup PT. Bukit Asam (Persero), Tbk meliputi :
Tambang batubara Bukit Asam yang terdiri dari TAL, MTBU,
Banko Barat Pit 1, Banko Barat Pit 3 Barat, dan Banko Barat Pit 3
Timur dengan alat utamanya yaitu Bucket Wheel Excavator
(BWE), Shovel, dan Truck
Tempat tinggal dan pemukiman untuk menampung ± 3000
karyawan PT. Bukit Asam (Persero), Tbk beserta dengan
keluarganya.
Angkutan kereta api untuk mengangkut batubara dari tambang
Tanjung Enim ke pelabuhan Tarahan, Bandar Lampung.
Unit pertambangan ombilin yang menggunakan sistem
penambangan terbuka dan penambangan bawah tanah.
Pelabuhan Batubara Tarahan, Bandar Lampung.
Pelabuhan Batubara Kertapati, Palembang.
Pelabuhan Batubara Teluk Bayur, Padang.
Bertindak sebagai mitra usaha kontrak kerja sama (KKS) batubara
yang beroperasi di Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, dan
Sumatera Barat.[4]
16
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 PETIR
Petir merupakan fenomena alam yang biasa terjadi saat musim hujan dimana
memunculkan kilatan cahaya sesaat yang menyilaukan. Gejala alam ini
disebabkan karena adanya beda potensial konsentrasi muatan antara awan
yang satu dengan yang lainnya atau antara awan dengan permukaan bumi
pada saat hujan sehingga memicu terjadinya pelepasan muatan listik
(electrical discharge) di atmosfer. Petir dapat dianalogikan sebagai
kondensator raksasa yang mana menyimpan energi listrik sesaat (energy
storage) dan terdiri atas dua lempeng, yaitu lempeng pertama berupa awan
yang bermuatan positif atau negatif, sedangkan lempeng kedua adalah bumi
yang dianggap sebagai netral.
Secara umum proses pelepasan muatan listrik pada saat terjadi petir antara
awan dengan awan maupun awan dengan permukaan bumi sama – sama
menimbulkan gangguan dan kerugian. Petir yang terjadi antara awan dengan
awan menyebabkan gangguan di bidang penerbangan, sedangkan petir yang
terjadi antara awaan dengan permukaan bumi dapat menimbulkan kerusakan
pada gedung tinggi dan peralatannya [9].
17
Secara umum, proses terjadinya sambaran petir dipengaruhi oleh
banyak faktor yang begitu banyak dan tidak pasti,namun terdapat dua
proses yang mendasari terjadinya petir yaitu
1. Proses ionisasi
2. Proses gesekan antara awan
18
Proses terjadinya peluahan awal disebut dengan pilot leader. Peluahan
ini menentukan arah rambat muatan dari awan ke udara diikuti dengan
titik – titik cahaya.
19
leader dengan objek yang disambar (gambar 3.2.b). Setelah itu akan
terjadi sambaran balik (return stroke) dari objek yang berada di bumi
melepas muatan di awan (gamba 3.2.c). Adapun return stroke akan
menempuh lintasan yang sama dengan lintasan turunnya step leader
dengan arah yang berbeda. Kemudian akan terjadi sambaran susulan (
subsequent stroke) dari awan menuju objek sambaran dimana
sambaran susulan ini tidak memiliki percabangan atau disebut juga
dengan dart leader (gambar 3.2.d) dengan kecepatan sambaran 10 kali
lebih cepat dibandingkan dengan sambaran awal (first stroke).
20
c) Ekor gelombang, yaitu bagian belakang puncak. Panjang
gelombangnya adalah T2 yaitu memiliki waktu dari permulaan
sampai 50% pada ekor gelombang
d) Polaritas, merupakan polaritas gelombang petir yang bermuatan
positif atau negatif.
3.1.3 Arus Sambaran Petir
(a) (b)
Gambar 3.4 a. Arus petir polaritas positif dan b. Arus petir polaritas
negatif
21
maka dapat didisain sautu sistem proteksi terhadap sambaran petir.
Adapun parameter – parameter tersebut adalah sebagai berikut [9].
a. Arus puncak petir merupakan impuls petir maksimum yang
menimbulkan tegangan lebih pada objek sambaran petir.
b. Muatan listrik merupakan jumlah muatan arus petir yang
berpindah pada objek sambaran dan menyebabkan peleburan
c. Impuls muatan petir merupakan efek termis berupa panas yang
terjadi pada kawat penghantar
d. Kecuraman maksimum arus impuls petir merupakan laju
kenaikan terhadap waktu yang menyebabkan tegangan induksi
elektromagnetik pada logam yang berada disekita penangkal
petir.
22
Nilai E, a, dan b merupakan konstanta yang jika nilainya diganti maka
akan didapatkan nilai pendekatan gelombang berjalan yang terdiri atas
beberapa macam yaitu:
b) Gelombang eksponensial
23
3.1.5 Frekuensi Sambaran Petir
Merupakan nilai jumlah rata - rata sambaran petir dalam setahun pada
suatu area. Adapun sambaran petir dapat diklasifikasikan menjadi 2
macam yaitu
Nd = Ng.Ae……..............…………………………..………….…(3.2)
Adapun kerepatan petir dipengaruhi oleh faktor guruh rata – rata yang
dintujukkan dengan persamaan sebagai berikut.
Ng = 4.10-2.T1.26 ..............................................................................(3.3)
24
Nd = 4.10-2.T1.26((2(p+l).3h)+(3,14.9h2))………………..………..(3.5)
d +3(hs−h)
Xs = ….……………..……..……….…………...……..
2
(3.6)
Ke
P = panjang gedung (m)
L = lebar gedung (m)
H = tinggi atap gedung (m)
Hs = tinggi atap gedung lain (m)
D = jarak antara gedung
T = hari guruh per tahun
Nd = Jumlah rata-rata frekuensi sambaran petir langsung pertahun
(sambaran/tahun)
T= hari guruh per tahun
Ae = Luas daerah yang masih memiliki angka sambaran petir Nd
(Km2)
Ng = Kerapatan sambaran petir ke tanah (sambaran/Km2/tahun)
Na = Ng . Ag…………………………..….………………...……...(3.7)
Keterangan
Na = nilai frekuensi sambaran petir tidak langsung
Ng = nilai kerapatan kilat
Ag = nilai sambaran petir ke tanah sekitar objek yang menyebabkan
25
adanya penambahan potensial ke objek
26
Petir merupakan fenomena alam yang indah namun juga dapat
membahayakan keselamatan nyawa manusia. Setidaknya telah
banyak kasus sambaran petir yang terjadi dan menelan banyak
korban jiwa. Pada dasarnya tubuh manusia merupakan suatu tahanan
yang memiliki batas toleransi tertentu jika dilalui arus listrik. Jika
arus listrik yang dialirkan pada tubuh manusia diluar batas normal
maka akan memberikan efek yang merugikan pada tubuh. Adapun
organ yang dilalui akan mengalami kejutan (shocking) dan berakibat
kelumpuhan bahkan menyebabkan jantung berhenti.
27
menyebar secara radial didalam tanah. Beberapa sambaran petir
terhadap manusia diantaranya adalah sebagai berikut [9].
1. Sambaran langsung
2. Sambaran tidak langsung
3. Sambaran sentuh
4. Side Flash
5. Tegangan langkah
b. Beban Korosi
Pada saat petir menyambar logam, maka akan terjadi pelelehan
pada objek sambaran akibat terjadinya pelepasan muatan dari
awan petir menuju objek sambaran sehingga memberikan efek
kerusakan. Hal ini tentu saja sangat merugikan objek bangunan
yang banyak menggunakan logam.
c. Beban tegangan lebih
Petir yang menyambar bangunan memberikan efek tegangan
lebih karena adanya induksi dan pergeseran potensial pada
bangunan.
28
3.2.3 Efek terhadap jaringan Listrik
Suatu sistem proteksi petir yang baik hendaknya mampu melindungi objek
yang dilindunginya seperti bangunan, manusia serta peralatan – peralatan
yang terdapat di dalamnya. Oleh karena itu perlunya penaksiran resiko
kerusakan yang disebabkan oleh sambaran petir demi meningkatkan
keandalan sistem proteksi petir tersebut. Penentuan besarnya kebutuhan
29
bangunan akan sistem proteksi tersebut dapat mengacu pada standar IEC
(International Electrotechnical Commision) adalaah suatu organisasi
internasional yang bekerja unttuk penyusunan dan penerbitan standar
internasional dibidang electrotechnology yaitu tentang semua teknologi
listrik, elektronik, dan yang terkait dengannya.
Pada IEC terdapat standar yang membahas tentang pemilihan tingkat proteksi
yang memadai untuk suatu sistem proteksi yaitu satndar 1024-1-1. Standar
IEC 1024-1-1 memproritaskan sistem proteksi sesuai dari frekuensi sambaran
petir secara langsung setiap tahunnya. Nilai tersebut dapat dihitung dengan
persamaan 3.3, dengan daerah proteksi adalah sekitar 3h (h = tinggi
bangunan). Keputusan untuk memasang sistem proteksi berdasarakan
perhitungan Ng dan Nd sebagai berikut [3]:
¿
a) Jika Nd Nc tidak perlu sistem proteksi
¿ Nc
E 1 - ………………………………………………………..……..
Nd
(3.8)
30
bangunan atau gedung dari sambaran petir. Berdasarkan tempatnya sistem
penyalur petir dapat dibagi menjadi dua macam yaitu sistem penyalur petir
berdasarkan jenis terminal udara yang digunakan dapat dibagi menjadi dua
bagian.
Sistem ini dinamakan aktif karna terminal udara bekerja secara aktif
dengancara pelepasan ion ke udara sehingga menuntun petir agar selalu
menyambar terminalnya.
31
bumi sehingga terminal akan menarik ion negatif dari awan
sebelum ion tersebut semakin banyak dan menghasilkan sambaran
petir besar. Metode ini biasa menggunkan radioaktif radium atau
sumber thorium sebagai penghasil ion untuk dihubungkan
kepentanahan.
b. Ionization Corona
Sistem ini menggunakan cara menarik petir untuk menyambar
kepalanya dengan cara memancarkan ion - ion sehingga semakin
dekat dengan kepala maka kerapatan ion semakin besar. Sumbernya
untuk memancarkan ion biasa menggunakan baterai dan area
perlindungannya berupa bola dan daerah radius perlindungan
mencapai 120 m, radius perlindungan ini berubah sesuai umur.
Sistem ini dikenali dengan kepalanya yang dikelilingi 3 bilah
pembangkit beda tegangan dan dipasang pada tiang yang tinggi.
c. Radioaktif
Sistem ini merupakan sistem menarik petir dengan cara saat petir
mengenai elektroda maka muatan negative akan menetralkan
muatan. Sitem ini cocok pada bangunan yang tinggi dan besar, karna
radius perlindungannya sangat besar. Penggunaan sistem ini telah
32
dilarang karna radioaktif yang terpasang pada atas gedung dapat
mengganggu kesehatan, sampai sekarang masih dilarang oleh
BATAN (Badan Tenaga Atom Nasional)
Sistem penyalur petir aktif dan pasif memiliki beberapa perbedaan dalam hal
kekurangan dan kelebihan, berikut ini tabel perbedaan kedua sistem peyalur
petir
33
sambaran petir alat – alat elektronika riskan terkena dampak surya imbas
petir walaupun bangunan telah dilindungi oleh sistem proteksi penyalur
petir eksternal.
Adapun alat – alat yang merupakan sistem penyalur petir internal adalah
sebagai berikut :
1. Arrester : Berfungsi memotong tegangan lebih yang disebabkan oleh
petir.
2. One point earthing system : Berfungsi sebagai terminal pembumian
3. Shielding : berupa konstruksi lantai dan dinding untuk menghilangkan
efek induksi elektromagnetik
4. Penggunaan trafo isolasi Berfungsi mentransformasikan arus petir
yang besar menjadi kecil pada jala – jala.
5. Penggunaan kabel optik sebagai pengganti kabel tembaga yang rentan
terinduksi elektromagnetik akibat sambaran petir pada instalasi listrik.
2. Sistem Proteksi Penyalur Petir Eksternal
34
didisaain sedemikian rupa dan ditempatkan pada lokasi yang telah
ditentukan. Ketika step leader mendekati terminal udara, maka
sambaran petir akan ditangkap dan diteruskan untuk dibumikan.
Posisi penyalur petir vertikal hanya berupa titik pada tampak atas
dan memiliki bidang dasar berbentuk lingkaran yang disebut
sebagai radius proteksi. Setiap penyalur petir memiliki sudut
lindung yang ditentukan oleh jarak sambaran petir dengan
panjangnya yang ditentukan oleh besarnya arus petir.
35
Gambar 3.6 Daerah Proteksi ESET
Dimana
R P (h) = Radius proteksi yang dipengaruhi h
h(m) = Tinggi pemasangan penyalur petir ESEAT yang
diukur dari permukaan bidang yang diproteksi
r(m) = Radius proteksi berdasarkan level proteksi standar
IEC
∆T = Triggering Time
∆m = ∆ T x 106
36
Adapun jenis – jenis konduktor yang biasa digunakan sebagai
konduktor penyalur adalah sebagai berikut.
1. Kawat tembaga BBC ( Bare Cooper Cable )
2. ACSR ( Aluminium Cable Steel Reinforced )
3. AAC ( All Aluminum Cable )
4. Aluminium Pentir berisolasi ( Twisted Wire )
5. Kawat baja yang diberi lapisan tembaga.
6. Kawat baja yang dipakai pada kawat petir dan pentanahaan
1 sampai 4 Tembaga 16
Aluminium 25
Besi 50
37
c. Sistem Pembumian ( Grounding )
38
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada tulisan ini, akan dianalisa system proteksi penyalur petir yang
berlokasi di Gedung Handak PT Bukit Asam (Persero) Tanjung Enim
Sumatera Selatan. Gedung ini merupakan tempat penyimpanan bahan –
bahan peledak yang terdiri dari dinamit, ammonium, dan detonator.
Karena gedung ini tegolong explosive building maka penggunaan
instalasi listrik pada gedung ini dikurangi sehingga diperlukan analisa
lebih lanjut mengenai system proteksi penyalur petir pada bangunan ini.
Gedung penyimpanan bahan peledak ini terdiri dari tiga bangunan yang
masing – masing memiliki data ukuran sebagai berikut.
39
c. Gudang Penyimpanan Detonator
Panjang = 8 m
Lebar = 8 m
Tinggi = 5 m
Sedangkan total luas area termasuk luas bangunan yang akan dipasang
system penyalur petir adalah sebagai berikut.
40
Gambar 4.2 Gudang Penyimpanan Amonium
41
4.1.2 Lokasi Alat Penyalur Petir
Gambar 4.4 Lokasi Penyalur Petir Gudang Handak PTBA tampak atas
Gambar 4.5 Lokasi Penyalur Petir Gudang Handak PTBA tampak depan
42
4.1.3 Detail Alat Penyalur Petir
43
petir (downward streamer) dan terjadilah pelepasan energy. Dengan
adanya pelepasan ion – ion ini membuat zona proteksi yang dihasilkan
oleh penyalur petir ini lebih luas jangkauannya dibandingkan dengan
penyalur petir konvensional. Berikut disajikan data spesifikasi penyalur
petir pada Gudang Handak PT Bukit Asam Tbk Tanjung Enim
Sumatera Selatan.
Pada terminal udara KURN R150 terdiri dari beberapa bagian yaitu
sebagai berikut.
44
Disch Vertical berfungsi membantu Disch Hoizontal menyalurkan
muatan negative untuk didistribusikan ke bumi melalui Head
Copper.
b. Konduktor
Adapun konduktor yang digunakan pada alat penyalur petir KURN
R150 pada Gudang Handak adalah menggunakan Konduktor BC
70 mm.
c. Arde / Pentanahan
Arde / pentanahan hendaklah menggunakan bahan yang bagus
kualitasnya sehingga sambaran petir dapat dialirkan dengan cepat
ke bumi. Pada penyalur petir di Gudang Handak PTBA Tanjung
Enim menggunakan bahan Copper Rod dan Pipa GIV dengan BC
70 mm.
45
4.1.4 Hari Guruh dan IKL
46
Gambar 4.9 Peta IKL (Isokeuranik level)
Data hari guruh pertahun dan IKL (Isokeuranik Level) diperoleh dari
BMKG (Badan Meteorologi dan Geofisika) yang tertera pada SNI
Proteksi Petir tahun 2004, maka pada daerah tersebut dapat diketahui
Hari guruh pertahun = 156
IKL = 42,67
47
resiko ( risk assessment ) pada suatu bangunan yaitu diantaranya
sebagai berikut.
Dari data BMKG nilai rata rata hari guruh pertahun adalah 156
sehingga Ng dapat dihitung sesuai persamaan
Ng = 4.10-2.Td1,25
Ng = 4.10-2.1561,25
Ng = 22,05
4+ 3(8−6)
2
Ae = 2292,36
48
Ae Gudang Penyimpanan Amonium akibat jarak gedung MCC kurang
dari dari 3(hs +h) terhadap gedung Gudang Penyimpanan Dinamit dan
Detonator adalah
4+ 3(6−8) 4+ 3(6−8)
Ae MCC = (20.15) + 6.8 (20 + 15) + 9π82 - -
2 2
Ae = 3748,64
4+ 3(8−6)
2
Ae = 2292,36
Kemudian menghitung nilai Nd, jika Nd < Nc maka tidak perlu sistem
proteksi
¿
Jika Nd Nc (0,1) maka menghitung nilai Efisiensi
Nd = Ng . Ae . 10-6
¿ Nc
E 1-
Nd
Nd Gudang Penyimpanan Dinamit = 0.05
Nd Gudang Penyimpanan Amonium = 0,08
Nd Gudang Penyimpanan Detonator = 0.05
Nd keseluruhan= 0,199
Karna nilai nd Gudang Penyimpanan Dinamit, Amonium, dan
Detonator < nc maka tidak diperlukan proteksi
Sedangakan Nilai keseluruhan nd > nc, maka
E = 50 % (Sesuai tabel maka tergolong Proteksi level IV)
49
Sumatera Selatan dilakukan untuk mengetahui seberapa besa area yang
terlindung dari sambaran petir. Dengan mengacu pada Standar NFC 17
102 : 2011 maka dapat dianalisa radius proteksi yang dihasilkan dari
penyalur petir KURN R150 yang dipasang pada Gudang Handak PT
Bukit Asam Tbk, Tanjung Enim Sumatera Selatan.
50
Sehingga dengan mengacu pada Standar NFC 17 102 : 2011 radius
proteksi petir dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 3.10 yaitu
Tabel 4.2 Radius proteksi penyalur aktif pada Gudang Handak PTBA
NO h (m) r (m) ∆T(µs) ∆(m) R P (h)
1. 7 60 15 15 53.06
2. 7 60 30 30 72.73
3. 7 60 45 45 90.64
4. 7 60 60 60 113.09
Gambar 4.10 Zona Proteksi Penyalur Petir Aktif KURN R150 terhadap
Gudang Handak PTBA
Berdasarkan perhitungan dan gambar 4.7, dapat diketahui bahwa radius
proteksi penyalur petir aktif model KURN R150 tinggi tiang 15 meter
dengan estimasi waktu terjadinya Early Stremer Emission 15 µs, 30 µs,
45 µs, 60 µs dihasilkan radius proteksi secara berturut – turut yaitu 53.06
m, 72.73 m, 90.64 m, 113.09 m sehingga mampu melindungi area
Gudang Handak secara sempurna. radius proteksi dipengaruhi oleh tinggi
51
instalasi penyalur petir aktif dimana berdasarkan standar NFC 17 102 :
2011 yaitu minimal 2 meter dari objek yang dilindungi ,dan pada Gudang
Handak PTBA telah memenuhi standard tinggi instalasi penyalur petir
aktif yaitu setinggi 9 m dari objek yang dilindungi. Radius proteksi
penyalur petir aktif juga dipengaruhi oleh nilai triggering time (∆T)
dalam membentuk upward leader pada point of strike yang diperoleh dari
pengujian di laboratorium uji. Adapun untuk nilai triggering time (∆T)
berdasarkan standar NFC 17 102 : 2011 untuk penyalur petir non
konvensional berbasis Early Streamer Emission adalah 15 µs hingga
maksimal 60 µs. Triggering time (∆T) menentukan seberapa jauh
upward leader naik menuju downward leader (∆) dan inilah yang
mempengaruhi luas zona proteksi yang dibentuk oleh penyalur petir aktif
berbasis Early Streamer Emission .
Pada area Gudang Handak PT Bukit Asam Tbk, Tanjung Enim Sumatera
Selatan menggunakan sistem pentanahan 1 arde. Bahan dari elektroda
pembumian adalah tembaga (Cu) dengan bentuk silinder pejal. Panjang
batang elektroda adalah 2m dengan diameter 95mm dan dibumikan
dengan jarak 1,5 m dari gedung . Hal ini telah memenuhi syarat
52
ketentuan puil 2011 yaitu untuk tembaga yang tidak diproteksi dari
korosi minimal 25mm2 sedangkan menurut Permanker elektroda paling
tidak pada kedalaman 0.5 m.
Dari analisa sistem penyalur petir aktif dengan model KURN R150 yang
digunakan pada Gudang Handak PT Bukit Asam Tbk, Tanjung Enim
Sumatera Selatan dapat diketahui bahwa penyalur petir aktif tersebut dapat
melindungi Gudang Handak PTBA dengan sempurna. Namun masih terdapat
beberapa hal yang perlu untuk dievaluasi dan butuh perencanaan untuk
meningkatkan sistem proteksi petir pada Gudang Handak PTBA.
1. Sistem down conductor pada PT. Bukit Asam (Persero) Tbk. telah
memenuhi syarat SNI, namun untuk menghindari indikasi adanya
pencurian down conductor berbahan tembaga dengan cara memotong
sebagian atau melepas secara keseluruhan, hal ini tentu sangat berbahaya
untuk proteksi penyalur petir, maka perlu diperlukan pengkaijian ulang
terhadap material konduktor penyalur yang digunakan.
53
l
R=
A
Dimana :
RCu = resistansi tembaga
RAl = resistansi alumunium
Dengan estimasi nilai R dan l kedua bahan sama serta luas penampang
tembaga 25 mm2 dan 50 mm2 maka nilai luas penampang alumunium
adalah
l l
Cu = Al
A Cu A Al
A Al = ( A Cu) / Cu
Pada luas penampang tembaga 25 mm2
A Al = (0,0287 . 25 ) /0,0177
A Al = 40,54 mm2
Pada luas penampang tembaga 50 mm2
A Al = (0,0287 . 50 ) /0,0177
A Al = 81,1 mm2
54
Protection Visual Complete Critical Systems
Level Inspection Inspection (year) Complete
(year) Inspection (year)
I and II 1 2 1
III and IV 2 4 1
NOTE Lightning protection systems utilized in applications involving
structures with a risk of explosion should be
visually inspected every 6 months. Electrical testing of the installation
should be performed once a year.
An acceptable exception to the yearly test schedule would be perform
the tests on a 14 to 15 month cycle where it
is considered beneficial to conduct earth resistance testing over
different times of the year to get an indication of
seasonal variations.
55
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Setelah melakukan analisa sistem proteksi penyalur petir aktif pada Gudang
Penyimpanan Bahan Peledak PT Bukit Asam (Persero) Tbk. Tanjung Enim
Sumatera Selatan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1. Sistem proteksi penyalur petir aktif yang digunakan pada Gudang
Penyimpanan Bahan Peledak PT Bukit Asam (Persero) Tbk. Tanjung
Enim Sumatera Selatan dapat melindungi bangunan dan area sekitarnya
dengan sempurna.
2. Radius proteksi yang dihasilkan oleh penyalur petir aktif lebih luas
jangkauannya dibandingkan penyalur petir pasif dimana untuk radius
proteksi yang jangkauannya luas hanya butuh satu penyalur petir aktif
sehingga dinilai lebih efisien dalam hal instalasinya dibanding dengan
penyalur petir pasif yang butuh banyak terminasi udara dalam
memproteksi bangunan dari sambaran petir.
3. Nilai radius proteksi yang dihasilkan oleh penyalur petir aktif
dipengaruhi oleh tinggi pemasangan terminasi udara penyalur petir aktif
tersebut. Semakin tinggi letak terminal udara maka semakin besar area
pelindungan yang dihasilkan oleh penyalur petir.
4. Radius proteksi penyalur petir aktif juga dipengaruhi oleh nilai
triggering time (∆T) dalam membentuk upward leader pada point of
strike yang diperoleh dari pengujian di laboratorium uji. Adapun untuk
nilai triggering time (∆T) berdasarkan standar NFC 17 102 : 2011 untuk
penyalur petir non konvensional berbasis Early Streamer Emission
adalah 15 µs hingga maksimal 60 µs. Triggering time (∆T) menentukan
seberapa jauh upward leader naik menuju downward leader (∆) dan
inilah yang mempengaruhi luas zona proteksi yang dibentuk oleh
penyalur petir aktif berbasis Early Streamer Emission .
56
5.2 SARAN
57
DAFTAR PUSTAKA
58