Anda di halaman 1dari 107

PENERAPAN DISTRIBUSI WEIBULL DALAM PENENTUAN

LAJU KERUSAKAN DAN PELUANG KEHANDALAN


TURBIN UNIT 1 PT PJB UP BRANTAS
PLTA TULUNGAGUNG

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG

oleh

MOHAMMAD FADHIL LUQMAN


NIM B42130675

PROGRAM STUDI TEKNIK ENERGI TERBARUKAN


JURUSAN TEKNIK
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2017
PENERAPAN DISTRIBUSI WEIBULL DALAM PENENTUAN
LAJU KERUSAKAN DAN PELUANG KEHANDALAN
TURBIN UNIT 1 PT PJB UP BRANTAS
PLTA TULUNGAGUNG

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan (S.ST)
di Program Studi Teknik Energi Terbarukan
Jurusan Teknik

oleh

MOHAMMAD FADHIL LUQMAN


NIM B42130675

PROGRAM STUDI TEKNIK ENERGI TERBARUKAN


JURUSAN TEKNIK
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2017

ii
iii
PRAKATA

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat


limpahan rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua. Sholawat serta salam
semoga senantiasa selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad
SAW beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah menuntun ke jalan yang
terang yaitu agama Islam.
Tulisan ini merupakan laporan hasil kerja praktek penulis yang
dilaksanakan pada 01 Februari – 28 April 2017, bertempat di PT PJB UP
BRANTAS PLTA Tulungagung sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains Terapan (S.ST) di Program Studi Teknik Energi Terbarukan, Jurusan
Teknik.
Penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada:
1. Direktur Politeknik Negeri Jember,
2. Ketua Jurusan Teknik,
3. Ketua Program Studi Teknik Energi Terbarukan,
4. Ibu Yuana Susmiati, S.TP.,M.Si selaku dosen pembimbing PKL,
5. Bapak Gatot Suprihadi selaku kepala PLTA Tulunggagung.,
6. Bapak Teguh Fandi Pradana selaku pembimbing lapang selama PKL,
7. PT PJB UP BRANTAS PLTA Tulungagung atas ijin tempat pelaksanaan PKL,
8. Almamater tercinta Politeknik Negeri Jember,
9. Kedua orang tua beserta keluarga besar penulis,
10. Seluruh pihak yang telah membantu penulis secara langsung maupun tidak
langsung dalam penyusunan laporan ini.
Laporan Praktek Kerja Lapang ini masih kurang sempurna. Oleh karena itu,
segala kritik dan saran senantiasa penulis harapkan demi kesempurnaan laporan ini.
Semoga laporan ini dapat berguna serta memberikan manfaat bagi pembaca.
Jember, 5 Juli 2017

Penulis

iv
RINGKASAN

Penerapan Distribusi Weibull dalam Penentuan Laju Kerusakan dan Peluang


Kehandalan Turbin Unit 1 PT PJB UP BRANTAS PLTA Tulungagung,
Mohammad Fadhil Luqman, NIM B42130675, Tahun 2017, 92 hlm, Teknik,
Politeknik Negeri Jember, Yuana Susmiati,S.TP.,M.Si (Dosen Pembimbing).

Praktek Kerja Lapang (PKL) merupakan suatu kegiatan praktek kerja oleh
mahasiswa pada suatu instansi/industri/perusahaan,yang diharapkan dapat menjadi
sarana pengembangan keahlian dan keterampilan yang belum di dapatkan pada
perguruan tinggi khusunya di bidang pembangkit energi. Sehingga menjadi
pengalaman kerja yang dapat diterapkan nanti pada dunia kerja.
PT.Pembangkit Jawa Bali (PT PJB) unit pembangkitan Brantas (UP
BRANTAS) merupakan salah satu perusahaan pembangkit listrik tenaga air
(PLTA). PT PJB UP Brantas memiliki 12 PLTA dengan total daya terpasang sekitar
275 MW dan mampu memproduksi energi listrik setiap tahun rata-rata 1.033,56
GWh. Salah satunya PLTA Tulungagung yang dioprasikan sebagai PLTA run of
river , besar daya yang dibangkitkan PLTA Tulungagung sebesar 2x 18 MW
dengan tujuan menyuplai kebutuhan listrik daerah Tulungagung, Trenggalek dan
Pacitan. Turbin PLTA Tulungagung telah dioperasikan sejak 1993 hingga saat ini,
semakin lama mesin dioperasikan maka akan banyak penurunan fungsi. Sehingga
perlu dilakukan analisa laju kerusakann dan tingkat kehandalan turbin unit 1 PLTA
Tulungagung.
Dari hasil analisa data work order selama 10 Tahun didapatkan kegagalan
atau ganguan Turbin Unit 1 PLTA Tulungagung sebanyak 35 kali. Dimana dari
kegagalan dan gangguan turbin didapatkan MTBF (Time Between Failure) sebesar
2186 Jam. Dari MTBF tersebut dapat dijadikan parameter untuk menghitung laju
kerusakan dan kehandalan turbin unit 1 PLTA Tulungagung.
Distribusi Weibull yang telah didapatkan melalui software MINITAB 17
mendapatkan p-value 0,250 sehingga dapat dikatakan sesuai dengan aderson
darling test karena p-value lebih dari 0,05 sehingga sebaran data termasuk distrbusi
weibull. Grafik distribusi weibull tersebut menunjukan nilai α atau parameter skala

v
sebesar 4021 dan nilai β atau parameter bentuk sebesar 1,293. Sehingga dari
parameter yang telah didapatkan tersebut dapat dilanjutkan untuk menghitung laju
kerusakan dan tingkat kehandalan turbin Unit 1 PLTA Tulungagung.
Laju kerusakan turbin Unit 1 PLTA Tulunggung mengalami peningkatan
seiring berjalannya waktu. Hal tersebut ditandai dengan tidak adanya kerusakan
pada saat awal turbin bekerja. Kemudian seiring berjalannya waktu kerusakan
turbin mengalami peningkatan. Sehingga laju kerusakan ini termasuk modus usang
yaitu meningkatnya kegagalan mesin seiring dengan berjalannya waktu dan modus
ini dapat digunakan sebagai penentuan kehandalan turbin.
Tingkat kehandalan Turbin Unit 1 PLTA Tulungagung memiliki
kehandalan sebesar 63,461% sehingga kehandalan tersebut dapat ditingkatkan
dengan menggunakan simulasi PM (Preventive Maintenance), dimana pada analisa
ini menggunakan simulasi dengan interval 336 dan 168 jam. Didapatkan setelah
dilakukan simulasi dengan PM (Preventive Maintenance) interval 336 Jam Turbin
Unit 1 PLTA Tulungagung kehandalan meningkat sebesar 13,723 % sedangkan
dilakukannya simulasi dengan PM (Preventive Maintenance) interval 168 jam
kehandalan turbin unit 1 PLTA Tulungagung lebih meningkat sebesar 17,251 %.

vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN
AKADEMIS

Yang bertandatangan dibawah ini :


Nama : Mohammad Fadhil Luqman
NIM : B42130675
Program Studi : D-IV Teknik Energi Terbarukan
Jurusan : Teknik
Demi pengembangan Ilmu Pengetahuan, saya menyetujui untuk memberikan
kepada UPT. Perpustakaan Politeknik Negeri Jember, Hak Bebas Royalti Non
Eksklusif (Non-Exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah berupa Laporan
Praktek Kerja Lapang berjudul :

“ Penerapan Distribusi Weibull dalam Penentuan Laju Kerusakan dan Peluang


Kehandalan Turbin Unit 1 PT PJB UP Brantas PLTA Tulungagung”

Dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif ini, UPT.Perpustakaan Politeknik Negeri


Jember berhak menyimpan, mengalih media atau format, mengelola dalam bentuk
Pangkalan Data (Database), mendistribusikan karya dan menampilkan atau
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa
perlu meminta ijin dari saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis atau pencipta.
Saya bersedia untuk menanggung secara pribadi tanpa melibatkan pihak Politeknik
Negeri Jember atas segala bentuk tuntutan hukum yang timbul karena Pelanggaran
Hak Cipta dalam Karya Ilmiah ini.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Jember
Pada Tanggal : 5 Juli 2017
Yang menyatakan,

Mohammad Fadhil Luqman


NIM.B42130675

vii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL ........................................................................... i
HALAMAN JUDUL ............................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ iii
HALAMAN PRAKATA ........................................................................ iv
HALAMAN RINGKASAN ................................................................... v
HALAMAN PUBLIKASI ...................................................................... vii
HALAMAN DAFTAR ISI ..................................................................... viii
HALAMAN DAFTAR TABEL ............................................................ xii
HALAMAN DAFTAR GAMBAR ........................................................ xiii
HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ..................................................... xv

BAB 1. PENDAHULUAN ..................................................................... 1


1.1 Latar Belakang .................................................................... 1
1.2 Tujuan dan Manfaat ........................................................... 2
1.2.1 Tujuan Umum PKL ....................................................... 2
1.2.2 Tujuan Khusus PKL ..................................................... 2
1.2.3 Manfaat PKL ................................................................. 3
1.3 Lokasi dan Jadwal Kerja ................................................... 3
1.3.1 Lokasi ........................................................................... 3
1.3.2 Jadwal Kerja .................................................................. 3
1.4 Metode Pelaksanaan ........................................................... 3

BAB 2. KEADAAN UMUM PT PJB PLTA TULUNGAGUNG ........ 5


2.1 Sejarah Perusahaan ............................................................ 5
2.1.1 PT Pembangkitan Jawa Bali (PT PJB) .......................... 5
2.1.2 Unit Pembangkitan Brantas (UP Brantas) .................... 6
2.1.3 PLTA Tulungagung ...................................................... 7

viii
2.2 Struktur Organisasi Perusahaan ....................................... 9
2.2.1 Struktur dan Pemegang Saham PT PJB ....................... 9
2.2.2 Struktur Organisasi Unit Pembangkatan Brantas .......... 10
2.2.3 Struktur Organisasi PLTA Tulungagung ..................... 11
2.3 Kondisi Lingkungan Perusahaan ....................................... 15

BAB 3. SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK PT. PJB UP. BRANTAS PLTA


TULUNGAGUNG..................................................................... 18
3.1 Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) .......................... 18
3.2 Prinsip Kerja PLTA Tulungagung Secara Umum ......... 18
3.2.1 Proses Perubahan Energi ............................................. 19
3.2.2 Single Line Diagram .................................................... 20
3.3 Komponen Utama PLTA Tulungagung ........................... 21
3.3.1 Turbin .......................................................................... 21
3.3.2 Generator ...................................................................... 22
3.3.3 Transformator ............................................................. 23
3.4 Komponen Bantu PLTA Tulungagung ............................ 25
3.4.1 Governor ..................................................................... 25
3.4.2 Aotomatic Voltage Regulator (AVR) ........................... 27
3.4.3 Emergency Diesel Generator (EDG) ........................ 27
3.5 Sistem pada PLTA Tulungagung ..................................... 28
3.5.1 Sistem Drainase .......................................................... 28
3.5.2 Sistem Udara Tekan .................................................... 32
3.5.3 Sistem Minyak Tekan .................................................. 34
3.5.4 Sistem Pelumasan ........................................................ 36
3.5.5 Sistem Air Pendingin .................................................. 37
3.6 Kegiatan Pemeliharaan PLTA Tulungagung ................... 40
3.6.1 Pemeliharaan Genset ................................................... 40
3.6.2 Pemeliharaan Baterai ................................................... 41
3.6.3 Pemeliharaan Oil Cooler .............................................. 41
3.6.4 Pemeliharaan Head Tank ............................................ 42

ix
BAB 4. PENERAPAN DISTRIBUSI WEIBULL DALAM PENENTUAN
LAJU KERUSAKAN DAN PELUANG KEHANDALAN TURBIN
UNIT 1 PT.PJB UP. BRANTAS PLTA TULUNGAGUNG . 43
4.1 Pekerjaan Divisi Pemeliharaan .......................................... 43
4.2 Pengertian Turbin ............................................................... 44
4.3 Penggolongan Turbin Air................................................... 44
4.4 Turbin Francis ................................................................... 46
4.5 Komponen Utama Turbin Francis .................................... 49
4.6 Kehandalan .......................................................................... 50
4.6.1 Pengertian Kehandalan ............................................... 50
4.6.2 Distribusi Weibull untuk Menghitung Kehandalan
Dan Laju Kerusakan .................................................. 50
4.7 Preventive Maintenance (Pemeliharaan Pencegahan)...... 51
4.7.1 Pengertian .................................................................... 51
4.7.2 Kehandalan dengan Preventive Maintenance ............ 52
4.8 Blok Diagram Analisa Turbin ........................................... 52

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................. 53


5.1 Data Gangguang atau Kerusakan Turbin Unit 1 PLTA
Tulungagung pada Work Order (WO) ............................ 53
5.2 Distribusi Weibull ............................................................... 55
5.3 Analisa Laju Kerusakan Turbin ...................................... 56
5.4 Analisa Kehandalan Turbin ............................................. 58
5.4.1 Simulasi Peningkatan Peluang Kehandalan Turbin pada
PM 336 Jam ............................................................... 59
5.4.2 Simulasi Peningkatan Peluang Kehandalan Turbin pada
PM 168 Jam ............................................................... 61
5.5 Rekomendasi Tindakan ..................................................... 63

x
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 65
6.1 Kesimpulan ......................................................................... 65
6.2 Saran ................................................................................... 65

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 66


LAMPIRAN ............................................................................................ 67

xi
DAFTAR TABEL

Halaman
2.1 PLTA di UP Brantas .......................................................................... 6

5.1 Time Between Failure Turbin Unit 1 PLTA Tulungagung ................. 53

xii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
2.1 PLTA Tulungagung ........................................................................ 8

2.2 Struktur dan Pemegang Saham PT.PJB .......................................... 10

2.3 Struktur Organisasi UP. Brantas ...................................................... 10

2.4 Struktur Organisasi PLTA Tulungagung ........................................ 12

2.5 Denah Lokasi PLTA Tulungagung ................................................. 16

3.1 Perubahan Energi PLTA Tulungagung ........................................... 19

3.3 Single Line Diagram Distribusi Listrik ........................................... 20

3.3 Runner Turbine ............................................................................... 21

3.4 Generator ......................................................................................... 23

3.5 Transformator ................................................................................. 24

3.6 Governor ......................................................................................... 26

3.7 AVR (Automatic Voltage Regulator) .............................................. 27

3.8 Emergency Diesel Generator (EDG) .............................................. 27

3.9 Trash Boom ..................................................................................... 28

3.10 Intake Building ............................................................................... 29

3.11 Trash Rack ...................................................................................... 29

3.12 Pesawat Pengangkut Sampah(PPS) ............................................... 30

3.13 Kolam Tando .................................................................................. 30

3.14 Intake Gate ..................................................................................... 30

3.15 Surge Tank ..................................................................................... 31

3.16 Penstcok ......................................................................................... 31

xiii
3.17 Spill Way ........................................................................................ 32

3.18 Tail Race ........................................................................................ 32

3.19 Compresor ...................................................................................... 33

3.20 Primary dan Secondary Tank ........................................................ 34

3.21 Presure Tank ................................................................................... 34

3.22 Servo Motor ..................................................................................... 35

3.23 High Presure Oil Pump (HPOP) .................................................... 35

3.24 Skema Sistem Pendingin .................................................................. 38

3.25 Head Tank ....................................................................................... 39

3.26 Main Stainer ................................................................................... 39

3.27 CW Valve......................................................................................... 35

3.28 Sub Stainer ..................................................................................... 40

4.1 Perbandingan Karaktetristik Turbin ................................................ 45

4.2 Turbin Francis Poros Vertikal ........................................................... 47

4.3 Diagram Sistem Utama PLTA Tulungagung .................................... 52

5.1 Probability Plot of TBF Weibull – 95% CI ....................................... 56

5.2 Grafik Laju Kerusakan Turbin Unit 1 PLTA Tulungagung.............. 58

5.3 Grafik Peningkatan Kehandalan Pada PM 336 Jam ........................ 61

5.4 Grafik Peningkatan Kehandalan Pada PM 168 Jam ......................... 63

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1. Surat Keterangan Selesai Praktek Kerja Lapang .................................. 67

2. Rangkuman Kegiatan Harian Praktek Kerja Lapang ............................. 68

3. Daftar Hadir Praktek Kerja Lapang ....................................................... 71

4. Penilaian Praktek Kerja Lapang ........................................................... 74

5. Foto Lampiran Kegiatan Praktek Kerja Lapang ................................... 75

6. Data Perhitungan Laju Kerusakan Turbin Unit 1 PLTA Tulungagung 81

7. Perhitungan Peningkatan Kehandalan Turbin PM 336 Jam ................. 85

8. Perhitungan Peningkatan Kehandalan Turbin PM 336 Jam .................. 89

xv
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) terus berkembang seiring
berkembangnya zaman mendorong terciptanya teknologi-teknologi baru khususnya
pada bidang industri. Dengan terciptanya teknologi baru mengharuskan setiap
individu untuk berinovasi dalam berbagai macam teknologi. Ilmu dan teknologi
didapatkan juga melalui proses pembelajaran seperti perkuliahan yang memberikan
teori-teori, akan tetapi teori terkadang tidak sesuai dengan pengaplikasiannya.
Sehingga diperlukannya implementasi pada dunia kerja untuk mengetahui kondisi
praktek dilapangan sesuai teori yang telah diberikan.
Teknik Energi Terbarukan merupakan salah satu program studi di Politeknik
Negeri Jember yang secara khusus mempelajari pemahaman teori tentang konversi
energi dan diservisifikasi energi. Konversi energi mempelajari tentang bagaimana
merubah suatu energi ke bentuk energi yang lain sedangkan diversifikasi energi
mempelajari bagaimana menciptakan energi baru sebagai energi alternatif untuk
menggantikan energi fosil. Untuk itu diperlukannya Praktek Kerja Lapang (PKL)
untuk mengaplikasikan teori yang telah di dapat pada dunia kerja atau perusahaan.
Praktek Kerja Lapang (PKL) merupakan suatu kegiatan praktek kerja oleh
mahasiswa pada suatu instansi/industri/perusahaan,yang diharapkan dapat menjadi
sarana pengembangan keahlian dan keterampilan yang belum di dapatkan pada
perguruan tinggi. Sehingga menjadi pengalaman kerja yang dapat diterapkan nanti
pada dunia kerja khususnya pada bidang pembangkitan.
PT Pembangkit Jawa Bali (PT PJB) Unit Pembangkitan Brantas (UP
BRANTAS) merupakan salah satu perusahaan Pembangkit Listrik Tenaga Air
(PLTA). PT PJB UP Brantas memiliki 12 PLTA dengan total daya terpasang sekitar
275 MW dan mampu memproduksi energi listrik setiap tahun rata-rata 1.033,56
GWh. Salah satu unit pembangkitan brantas adalah PLTA Tulungagung, yang
dioprasikan sebagai PLTA run of river , besar daya yang dibangkitkan PLTA

1
2

Tulungagung sebesar 2x 18 MW dengan tujuan menyuplai kebutuhan listrik daerah


Tulungagung, Trenggalek dan Pacitan.
Turbin air merupakan salah satu komponen penting pada instalasi
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Turbin air adalah mesin konversi energi
yang mengubah energi kinetik menjadi energi mekanik. Gaya jatuh air yang
mendorong baling-baling menyebabkan turbin berputar, Salah satu jenis turbin
yang banyak digunakan di PLTA yaitu jenis Vertical Francis Turbin (Siregar,
2010).
Turbin unit 1 di PLTA Tulungagung telah beroperasi selama 25 tahun dari
tahun 1993, sehingga semakin lama suatu sistem dioperasikan, maka akan
mengakibatkan penurunan fungsi yang menyebabkan turbin air mengalami banyak
kegagalan fungsi. Oleh karenanya diperlukan suatu analisa laju kerusakan serta
tingkat kehandalan Turbin unit 1 PLTA Tulungagung dan simulasi peluang
kehandalan. Sehingga Turbin unit 1 PLTA Tulungagung dapat beroperasi secara
optimal.

1.2 Tujuan dan Manfaat


Tujuan praktek kerja lapang di PT PJB Unit Pembangkitan Brantas PLTA
Tulungagung dibagi menjadi dua yaitu tujuan khusus dan tujuan umum :
1.2.1 Tujuan Umum PKL
Tujuan umum Praktek Kerja Lapang adalah :
1. Menambah wawasan dan pengetahuan terhadap kegiatan disebuah perusahaan
pembangkit listrik.
2. Memahami secara langsung penerapan keilmuan pada pembangkit listrik
tenaga air (PLTA)
3. Meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang etika profesi disebuah
perusahaan.

1.2.2 Tujuan Khusus PKL


Tujuan khusus Praktek Kerja Lapang adalah :
3

1. Menentukan laju kerusakan turbin unit 1 PLTA Tulungagung menggunakan


pendekatan distribusi weibull
2. Menentukan nilai kehandalan turbin unit 1 PLTA Tulunggaung menggunakan
pendekatan distribusi weibull.
3. Menentukan simulasi penjadwalan preventive maintenance turbin unit 1 PLTA
Tulungagung.

1.2.3 Manfaat Umum PKL


Manfaat yang diperoleh dari praktek kerja lapang :
1. Mendapatkan pengetahuan baru yang belum didapatkan di perguruan tinggi
sesuai dengan disiplin ilmunya.
2. Melatih mahasiswa melakukan pekerjaan lapangan sesuai dengan disiplin
ilmunya.
3. Menambah ilmu pengetahuan mahasiswa tentang penerapan keilmuannya pada
sebuah perusahaan.

1.2.4 Manfaat Khusus PKL


1. Mengetahui nilai laju kerusakan turbin unit 1 PLTA Tulungagung untuk
antisipasi kerusakan dan perbaikan komponen.
2. Mendapatkan nilai kehandalan turbin unit 1 untuk mengetahui kemampuan
untuk tidak terjadi kegagalan kembali.
3. Merekomendasikan simulasi kehandalan dengan preventive maintenance guna
peningkatan kehandalan turbin unit 1 PLTA Tulungagung.

1.3 Lokasi dan Jadwal Kerja


1.3.1 Lokasi
Lokasi Praktek Kerja Lapang di PT. PJB Unit Pembangkitan Brantas PLTA
Tulungagung Dusun Sidem Desa Besole Kecamatan Besuki Kabupaten
Tulungagung.
4

1.3.2 Jadwal Kerja


Jadwal kerja Praktek Kerja Lapang di PT.PJB Unit Pembangkitan Brantas
PLTA Tulungagung dilaksanakan pada 01 Februari - 28 April 2017 dengan jam
kerja senin sampai jum’at dengan batasan waktu kerja pukul 07.30- 16.00.

1.4 Metode Pelaksanaan


1. Metode studi pustaka
Metode ini dilakukan dengan mempelajari manual book yang berada di
perpustakaan serta jurnal ilmiah yang relevan dengan PLTA.
2. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah dengan cara diskusi dengan pembimbing
lapang serta melakukan pengumpulan data Work Order (WO) Turbin Unit 1
PLTA Tulungagung selama 10 tahun terakhir (2008-2017).
3. Metode Observasi
Melakukan pengamatan langsung kelapangan terhadap obyek analisa dengan
didampingi pembimbing lapang.
4. Metode Wawancara
Metode wawancara dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan terhadap
pembimbing lapang serta kepada pihak operasional yang bersangkutan.
BAB 2. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Perusahaan


2.1.1 PT. Pembangkitan Jawa-Bali (PT PJB)
Sejarah PJB bermula sejak tahun 1945, dimana didirikan perusahaan Listrik
dan Gas. Tahun 1965 perusahaan tersebut dibagi menjadi dua, yaitu Perusahaan
Listrik Negara dan Perusahaan Gas Negara Tahun 1972, status PLN menjadi
Perusahaan Umum (Perum). Tahun 1982, PLN dipecah lagi menjadi dua, yaitu Unit
Divisi dan Unit Pembangkit Tenaga Listrik dan transmisi. Tahun 1994, status PLN
menjadi Persero. Setahun kemudian, dilakukan retruktuasi atas PT.PLN (Persero)
dengan pendirian pembangkitan. Restruksi ini dilakukan untuk memisahkan misi
perusahaan atas sosial dan komersial.
Pada tanggal 3 Oktober 1995, PT. PLN (Persero) membentuk 2 (dua) anak
perusahaan untuk mengelola pembangkit listrik yang memasok 2 (dua) anak
perusahaan untuk mengelola pembangkit listrik yang memasok energy listrik di
pulau Jawa dan Bali. Kedua anak perusahaan PLN tersebut adalah PT.PLN
Pembangkit Jawa Bali I (PT.PLN PJB I) yang berkantor pusat di Jakarta dan PT.
PLN Pembangkit Jawa Bali II (PT PLN PJB II) yang berkantor pusat di Surabaya.
Pada tahun 2000, PT.PLN Pembangkitan Jawa Bali II (PT PLN PJB II diubah nama
menjadi PT. Pembangkit Jawa Bali atau singkatnya PT. PJB sedangkan PT.PLN
Pembangkitan Jawa Bali I (PT.PLN PJB I) berubah nama menjadi PT.Indonesia
Power.
PT. PJB memiliki enam unit Pembangkitan (UP) yang tersebar di Jawa
Timur, Jawa Barat dan DKI Jakarta, yaitu UP Gresik, UP paiton, UP Muara Karang,
UP Muara Tawar, UP Cirata dan UP Brantas. Total kapasitas terpasang mencapai
6.977 MW, yang terdiri Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), Pembangkit
Listrik Tenaga Gas (PLTG), Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU)
dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).

5
6

2.1.2 Unit Pembangkitan Brantas (UP Brantas)


Sektor Brantas lahir berdasarkan SK Pemimpin Wilayah XII
No.007/WIL.XII/81 tanggal 17 Juni 1981. PLTA yang dikelola saat itu baru PLTA
Sutami, PLTA Wlingi, dan PLTA Lodoyo. Pada tanggal 1 Agustus 1984, Sektor
Brantas mengelola Unit Transmisi Malang dan Transmisi Kediri.
Pada tahun 1989 terjadi pemisahan wilayah kerja menjadi 2 (dua), yaitu
wilayah kerja pembangkitan. Sektor malang mengelola Transmisi Malang, Bangil
dan Kediri, sedangkan wilayah kerja Sektor Brantas mengelola pembangkitan
antara lain : PLTA Sutami, Selorejo, Medalan dan Siman ditambah dengan
pelimpahan dari Sektor Madiun yaitu PLTA Ngebel, Golang dan Giringan . Tahun
1989 PLTA Sengguruh masuk daerah kerja Sektor Brantas, demikian juga PLTA
Tulungagung pada tahun 1994 masuk daerah Sektor Brantas.
UP Brantas adalah pembangkitan yang memproduksi listrik dari
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dengan total daya terpasang 291 Megawatt
(MW). UP brantas memiliki 12 PLTA termasuk PLTA tulungagung yang baru
beroperasi tahun 1993. PLTA di UP Brantas dapat disajikan pada Tabel 2.1 di
bawah ini.

Tabel 2.1 PLTA di UP Brantas

No PLTA Unit Kapasitas Tahun Operasi


(MW)
1 Sengguruh I 14,5 1989
II 14,5 1989
2 Sutami I 35 1973
Sutami II 35 1973
Sutami III 35 1973
3 Wlingi I 27 1978
Wlingi II 27 1978
4 Ledoyo 4,5 1983
5 Tulungagung I 18 1993
Tulungagung II 18 1993
7

No PLTA Unit Kapasitas Tahun Operasi


(MW)
6 Wonorejo 6,3 2002
7 Selorejo 4,48 1973
8 Mendalan I 5,6 1930
Mendalan a III 5,8 1955
Mendalan (a) IV 5,8 1955
Mendalan (a) V 5,8 1955
9 Siman I 3,6 1955
Siman II 3,6 1955
Siman III 3,6 1955
10 Giringan (b) I 0,9 1955
Giringan (b) II 0,9 1955
Giringan II 1.4 1937
11 Golang I 0,9 1959
Golang II 0,9 1959
Golang III 0,9 1959
12 Ngebel 2,2 1968
Ampel I 5 2010
Gading II 5 2010
(Sumber:http://www.ptpjb.com/2017)

2.1.3 PLTA Tulungagung


PLTA ini berlokasi di sebuah dusun kecil bernama Sidem, jadi wajar bila
sebagian orang mengenalnya sebagai PLTA Sidem. Namun bagi masyarakat
Tulungagung PLTA ini lebih dikenal dengan PLTA Neyama. Pada Massa
pendudukan tentara Jepang (1942-1945) dilaksanakan kerja paksa “Romusha”
berupa pembuatan saluran dan trowongan air Neyama (Gunung Selatan) untuk
mengalirkan kelebihan air DAS kali Brantas di daerah tulungagung ke Samudra
Hindia. Hal ini dilakukan sebagai upaya Jepang untuk mengendalikan banjir.
8

Namun pelaksanaannya terhenti akibat kekalahan Jepang dalam Perang Dunia ke II


Agustus 1945.
Tahun 1955 daerah Tulungagung terkena banjir besar yang menelan banyak
korban dan kejadian itu menimbulkan gagasan pembangunan kembali terowongan
Neyama yang kemudian pada tahun 1955-1961 pembangunan trowongan Neyama
tersebut diteruskan oleh Dinas Pengairan Provinsi Jawa Timur. Selanjutnya pada
tahun 1978 dilakukan proyek drainase parit Tulungagung berupa pembuatan
terowongan Tulungagung Selatan dan saluran drainase parit agung kearah selatan
menuju Samudra Hindia dan dibangunlah PLTA ini sebagai kelanjutan dari
pengembangan proyek drainase Tulungagung guna memanfaatkan kelebihan
sumber daya air yang melimpah untuk kepentingan pembangkit tenaga listrik.
Dibawah ini merupakan gambar tampak depan PLTA Tulungagung yang
ditunjukkan pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 PLTA Tulungagung

PLTA Tulungagung ini memanfaatkan potensi sumber daya air dari daerah
aliran sungai (DAS) kali Ngrowo yang berhilir di Saluran Parit Agung,Saluran Parit
Agung berasal dari salurat parit raya, kalidawir, suplesi dari kali brantas, serta
sungai Parit Agung. Saat ini PLTA Tulungagung berada di bawah naungan
manajemen PT. Pembangkit Jawa Bali – Unit Pembangkitan Brantas. PLTA ini di
desain dengan tipe turbin Francis Vertikal dengan daya maksimum terpasang
9

sebesar 2x18 MW. PLTA ini dioprasikan dengan menerapkan pola run of river.
Energi tahunan rata-rata yang dihasilkan kurang lebih mencapai 184 GWh.
Sejak beroperasi pertama kali pada tahun 1933, PLTA Tulungagung sudah
memiliki peran sebagai pendukung utama jaringan listrik 70 Kv di daerah Jawa
Timur bagian selatan, yang meliputi wilayah Tulungagung, sehingga jika terjadi
gangguan yang mengakibatkan PLTA Tulungagung tidak dapat beroperasi maka
dampaknya akan sangat terasa yaitu berupa penurunan tegangan pada system 70
Kv.

2.2 Struktur Organisasi Perusahaan


2.2.1 Struktur dan Pemegang Saham PT.PJB
Berdasarkan Anggaran Dasar Pasal 4,modal dasar Perusahaan ditetapkan
sebesar Rp12.000.000.000.000,- (dua belas triliun Rupiah) terbagi dalam
24.000.000.000 saham, terdiri atas 1 Saham Seri 1 dan 23.999.999.999 Saham Seri
2, masing-masing saham dengan nilai nominal sebesar Rp500,- (limaratusRupiah).
Modal tersebut telah ditempatkan dengan komposisi sebagai berikut :
1. PT PLN (Persero) sebanyak 1 Saham Seri 1 dan 5.999.999.998 Saham Seri 2
dengan nilai nominal sebesar Rp2.999.999.999.500,- (dua triliun sembilan
ratus sembilan puluh sembilan miliar sembilan ratus sembilan puluh sembilan
juta sembilan ratus sembilan puluh sembilan ribu lima ratus Rupiah).
2. Yayasan Pendidikan dan Kesejahteraan PT PLN (Persero) sebanyak 1 Saham
Seri 2 dengan nilai nominal sebesar Rp500,- (lima ratus Rupiah).
Sebagai salah satu bentuk penyelarasan dengan pengembangan bisnis
perusahaan serta dalam rangka mendukung proses dan dinamika bisnis perusahaan
maka pada tahun 2014 ini telah dilakukan penyesuaian terhadap struktur organisasi
perusahaan. Struktur organisasi PJB ditetapkan dalam SK Nomor
068.K/020/DIR/2014 tentang Organisasi & Tata Kerja PJB dan SK Nomor
069.K/020/DIR/2014 tentang Bagan Susunan Organisasi & Bagan Susunan Jabatan
Kantor Pusat sebagai berikut :
10

Gambar 2.2 Struktur dan Pemegang Saham PT.PJB


(Sumber:http://www.ptpjb.com/2017)

2.2.2 Struktur Organisasi Unit Pembangkitan Brantas (UP. Brantas)

MANAGER
Wakil Manager

SDM & PENGENDALIAN


ORGANISASI KEUANGAN
Anggaran dan keuagan
Adm. Kepegawaian
Akutansi
Pendidikan dan latihan

Umum
Sekertariat arsip dan
korespondensi dan
keamanan

Pengendalian Pengendalian Lingkungan dan


Operasi Pemeliharaan K3
12 PLTA UP Brantas Mesin, Listrik, I & C dan sipil Lingkungan dan K3

Gambar 2.3 Struktur Organisasi UP. Brantas


(Sumber : Dokumen PT.PJB UP Barantas, 2009)
11

2.2.3 Struktur Organisasi PLTA Tulungagung


Dalam sebuah organisasi atau perusahaan pasti adanya suatu visi dan misi
yang ingin dicapai oleh perusahaan tersebut. Adapun visi dan misi PLTA
Tulungagung mengikuti visi dan misi PT.PJB Persero sebagai induk dari PLTA
Tulungagung adalah sebagai berikut.
1) Visi : PT. PJB memiliki visi yaitu menjadi perusahaan tenaga listrik Indonesia
yang terkemuka dengan standart kelas dunia. “To be an Indonesian leading
power generation company with world class standart”
2) Misi :
a) Memproduksi tenaga listrik yang handal dan berdaya saing
b) Meningkatkan kinerja secara berkelanjutan melalui implementasi. Tata
kelola pembangkitan dan sinergi business partner dengan metode best
practice dan ramah lingkungan.
c) Mengembangkan kapasitas dan kapabilitas SDM yang mempunyai
kompetensi teknik dan manejerial yang unggul serta berwawasan bisnis.

PLTA Tulungagung merupakan salah satu organisasi kerja yang


mempunyai struktur organisasi tersusun secara sistematis dan terencana. PLTA
Tulungagung mempunyai kepala PLTA, operator produksi, teknik listrik, teknik
mesin, teknisi kontrol dan Instrumentasi, staf LK3 & safety, staf SDM &
administrasi, dan staf administrasi gudang. Berikut adalah struktur organisasi PLTA
Tulungagung pada gambar 2.4.
12

Kepala PLTA :
Gatot Suprihadi

Operasi Pemeliharaan Administrasi Gudang

Mesin : SDM : UUN TRIS Anas


GRUB A
Supiyan KEUANGAN : UUN TRIS
GRUB B
UMUM : UUN TRIS
GRUB C Sugeng
GRUB D Hariyanto

Listrik : Teguh FP
Kontrol : Ibrahim Fahmi
LK3 : Hadi Suryono

Gambar 2.4.Struktur Organisasi PLTA Tulungagung


(Sumber : Dokumen PLTA Tulungagung 2017)

Berikut ini adalah penjelasa struktur organisasi PLTA Tulungagung beserta


tanggung jawab dan tugas yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Kepala PLTA
Tugas dari kepala PLTA Tulungagung adalah:
a. Bertangung jawab penuh untuk pengoperasian dan pemeliharaan PLTA
Tulungagung.
b. Bertanggung jawab terhadap kepastian pemenuhan kerja kontrak.
c. Menetapkan dan mengarahkan kebijakan pada aktivitas operasi sekaligus
pemeliharaan.
d. Menempatkan sumber daya (pekerja atau karyawan) pada bidang yang sesuai.
e. Bertanggung jawab untuk peningkatan dan implementasi yang efektif
menyangkut sistem manajemen mutu dan lingkungan.
13

2. Operator Produksi
Semua operator produksi baik 0perator produksi A sampai dengan operator
produksi D memiliki uraian kerja yang sama, yaitu bertanggung jawab atas
pengoperasian yang meliputi:
a. Memonitoring Status dan Progres WO.
b. Menyesuaikan operasi unit pembangkit sesuai SOP dan ROH.
c. Pembuatan ILS yang berkualitas.
d. Pelaksanaan FLM PM 7D.
e. Pengembalian feedback FLM PM 7D.
f. Panel dan desk board terawat baik sesuai dengan 5-S.
Selain itu tugas dari operator produksi adalah komunikasi dan koordinasi
jumlah gangguan karena miss komunikasi dan miss koordinasi dengan P3B
masalah pembebanan, dan dengan Perum Jasa Tirta (PJT) masalah elevasi dan
curah hujan, pencatatan pada check list saat start-stop unit yang meliputi:
a. Entry data logsheet ke komputer.
b. Trending data temperator dan konkin operasi tiap bulan.
c. Laporan bulanan perusahaan akurat dan tepat waktu.
3. Teknisi Mesin (Pemeliharaan)
Tugas dari teknisi mesin memiliki uraian seperti berikut:
a. Bertanggung jawab untuk memonitor seluruh peralatan mesin-mesin di PLTA
Tulungagung.
b. Bertanggung jawab untuk perbaikan dan perawatan mesin-mesin di PLTA
Tulungagung.
c. Bertanggung jawab untuk memastikan mesin dalam kondisi baik dan siap
untuk beroperasi.
d. Bertanggung jawab untuk memastikan bahwa pelaksanaan kerja pada
perbaikan dan perawatan sesuai 5-S.
4. Teknisi Kelistrikan (Pemeliharaan)
Tugas dari teknisi listrik adalah :
a. Bertanggung jawab untuk memonitoring seluruh sistem kelistrikan pada PLTA
Tulungagung.
14

b. Bertanggung jawab untuk merencanakan, dan mengorganisasi seluruh sistem


kelistrikan di PLTA Tulungagung untuk memastikan bahwa plant dalam
kondisi siap untuk memenugi kebutuhan konsumen.
c. Bertanggung jawab untuk memastikan bahwa pelaksanaan kerja sesuai dengan
5-S.
5. Teknisi Kontrol dan Instrumen
Tugas dari teknisi kontrol dan instrumen adalah :
a. Bertanggung jawab untuk mengorganisasi dan mengendalikan seluruh
kegiatan perbaikan dan pemeliharaan di PLTA Tulungagung dan untuk
memastikan bahwa plant dalam kondisi siap untuk memenuhi kebutuhan
konsumen.
b. Bertanggung jawab perbaikan dan pemeliharaan sistem kontrol yang ada di
PLTA Tulungagung.
c. Bertanggung jawab untuk memastikan bahwa pelaksanaan pada saat perbaikan
dan perawatan sesuai dengan 5-S.
6. Staf LK3 dan Safety
Tugas dari staf LK3 dan safety adalah :
a. Bertanggung jawab untuk keamanan (safety) semua pekerja plant sesuai 5S
b. Bertanggung jawab untuk melaksanakan keamanan, keselamatan kerja seluruh
karyawan PLTA Tulungagung.
c. Mengatur pengembangan kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
dengan mengacu peraturan pemerintahan dan bertanggung jawab untuk
memastikan pelaksanaan peraturan yang berlaku.
7. Staf SDM dan Administrasi
Tugas dari staf SDM dan administrasi adalah :
a. Mengelola SDM (melayani emelement kesehatan pegawai, mengelola latbang,
dan mengkoordinir kepegawaian).
b. Mengelola keuangan (penyusunan program kerja, hubungan dengan
perbangkan,laporan realisasi pelaksanaan peneriamaan dan pengeluaran,dan
verifikasi keabsahan penerimaan dan pengeluaran
15

8. Staf Administrasi Gudang


Tugas dari staf administrasi gudang adalah :
a. Bertanggung jawab untuk pemenuhan bagian administrasi yang menyangkut
dengan PPA dan OMA.
b. Bertanggung jawab terhadap pemeriksaan atau audit administrasi, akutasi,
pembelian, dan aktivitas gudang di PLTA Tulungagung.
c. Bertanggung jawab untuk memenuhi sistem manejemen mutu dan lingkungan
bersama-sama dengan departemennya.

2.3 Kondisi Lingkungan Perusahaan


PLTA Tulungagung terletak pada dusun kecil bernama Sidem dipinggir
pantai selatan Tulungagung kecamatan Besuki. PLTA Tulungagung merupakan
proyek pusat listrik tenaga air dengan tipe Run Of River dengan memanfaatkan
potensi sumber daya air DAS Kali Ngrowo dan kelebihan air kali Brantas
khususnya dimusim hujan. Dengan tipe pengembangan tersebut, PLTA tidak
memungkinkan untuk dioperasikan sepanjang tahun. Pada musim kemarau debit
inflow yang tersedia untuk PLTA lebih rendah dibandingkan dengan debit rerata
harian yang diperlukan untuk pembangkitan dengan beban minimum, maka PLTA
tidak beroperasi .Berikut ini adalah denah lokasi PLTA Tulungagung pada gambar
2.5
16

Gambar 2.5 Denah Lokasi PLTA Tulungagung


(Sumber : Dokumen PLTA Tulungagung 2017)

Berdasarkan hasil studi water balance dengan model DAS K.Brantas yang
telah mempertimbangkan pioritas peruntukan air, seperti kebutuhan air irigasi pada
DAS K. Ngrowo dan DAS Kali Brantas bagian hilir, kebutuhan domestik dan
pengelontoran untuk daerah Surabaya. Maka air yang tersedia untuk PLTA
Tulungagung dengan kapasitas terpasang 2 x 18 MW akan menghasilkan energi
tahunan rata-rata 184 GWh. PLTA Tulungagung merupakan PLTA satu-satunya di
Asia Tenggara yang aliran air pembuangan langsung di alirkan ke pantai.
Sesuai program dari PT.Pembangkitan Jawa Bali (PT PJB) PLTA
Tulunggagung sangat memperhatikan kesejahteraan dan prasarana dari masyarakat
sekitar. PLTA Tulungagung juga membangun masjid, taman di dekat pantai, jalan
juga mercusuar untuk para nelayan sekitar pantai sidem. PLTA Tulungagung juga
melaksanakan program bantuan laziz, pelatihan dan senam bersama warga setiap
jum’at pagi guna menjalin kerja sama yang baik dengan masyarakat sekitar juga
memberi pengetahuan-pengetahuan untuk pendidikan dan lingkungan.
PT PJB memiliki budaya yang juga diterapkan pada PLTA Tulungagung
yaitu budaya 5S guna menciptakan dan meningkatkan produktifitas, kualitas,
keselamatan, dan mengurangi biaya. Berikut ini adalah budaya 5S yang diterapkan
di PLTA Tulungagung :
17

1. Seiri (Pemilihan atau Ringkas)


Singkirkan barang yang tidak perlu. Buat area kerja menjadi ringkas dengan
hanya menempatkan barang-barang yang diperlukan saja.
2. Seiton (Penataan atau Rapi)
Simpan barang yang masih perlu dengan rapi sesuai dengan tempatnya & atur
agar mudah ditemukan jika dibutuhkan.
3. Seiso (Pembersihan atau resik)
Jaga mesin, peralatan, dan tempat kerja supaya tetap bersih. Membersihkan
berarti memeriksa dan sekaligus pencegahan karena akan diketahui jika ada
keadaan abnormalitas.
4. Seiketsu (Pemantapan atau rawat)
Pelihara hasil yang dicapai pada proses seiri, seiton, dan seiso. Setiap orang
harus tau tanggung jawabnya. Harus ada kesadaran dan aktivitas tetap untuk
memastikan bahwa siklus 5S dipelihara.
5. Shitsuke (Pembiasan atau rajin)
“Stay disciplined doing the above, make it a habit and permanent practice”.
Norma kerja yang benar & produktif harus selalu dipatuhi & dijadikan
kebiasaan.
BAB 3. SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK PT.PJB
UP.BRANTAS PLTA TULUNGAGUNG

3.1 Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)


PLTA adalah suatu pembangkit yang menggunakan energi potensial, energi kinetik
dan energi mekanik dari air untuk menghasilkan energi listrik. Bentuk utama dari
pembangkit jenis ini adalah generator yang dihubungkan dengan turbin yang
kemudian digerakkan oleh energi kinetik yang berasal dari air. Pembangkit listrik
tenaga air tidak membutuhkan bahan bakar karena langsung memanfaat air terjunan
dari sungai yang melalui penstock, beda halnya dengan PLTU biasanya
menggunakan bahan bakar batu bara untuk memaskan boiler ataupun minyak HSD
(High Speed Diesel) sebagai start up awal.

3.2 Prinsip Kerja PLTA Tulungagung Secara Umum


Prinsip Kerja PLTA Tulungagung adalah memanfaatkan aliran sungai Ngrowo
yang mengalir ke Parit Agung. Energi awal yang berupa energi potensial pada air
sungai diubah menjadi energi kinetik,dimana pada proses ini, ketinggian elevasi air
di awal menuju turbin menjadi kunci untuk menentukan besaran tekanan yang
didapat. Tekanan air yang didapatkan dari tinggi jatuhnya air inilah yang digunakan
untuk memutar turbin.
Turbin yang berputar memutar poros yang dikopel menuju rotor generator. Rotor
generator kemudian ikut berputar di dalam stator yang menghasilkan gaya gerak
listrik (GGL) diakibatkan dari perpotongan kutub magnet dengan coil di stator.
Gaya magnet yang dihasilkan disini diatur oleh pengatur tegangan otomatis (AVR),
sehingga tercipta gaya elektromagnetis. Di proses ini, listrik berupa tegangan saat
generator disinkronkan dengan jaringan line transmisi, barulah PLTA dapat
mengeluarkan daya (MW).

18
19

Energi Potensial

Energi Listrik
Energi Kinetik

Energi Mekanik

Gambar 3.1 Perubahan Energi PLTA Tulungagung


(Sumber : PLTA Tulungagung,2017)

3.2.1. Proses Perubahan Energi


1. Energi Potensial
Air merupakan energi potensial berdasarkan perbedaan kedudukannya. Untuk
menentukan energi potensial dapat diperoleh dengan cara menyesuaikan kondisi air
tersebut. Hal yang perlu diperhatikan adalah jumlah air yang tersedia dan
ketinggian dari air yang ada. Dari penjelasan tersebut maka PLTA Tulungagung
mengunakan turbin jenis Francis Vertical untuk mendapatkan energi potensial
dengan banyak air yang tersedia pada ketinggian 20-300 meter, maka akan
mendapatkan energi yang besar dan mampu menggerakkan turbin.
2. Energi Kinetik
Energi kinetik adalah energi yang dipunyai suatu benda bermassa m yang sedang
bergerak dengan kelajuan. Faktor yang memengaruhi energi kinetik massa dan
kelajuan. Maka untuk mendapatkan daya yang besar diperlukan air yang cukup
banyak tersedia dan dengan kelajuan atau bertekanan tinggi (high preasure).
3. Energi Mekanik
Energi mekanik yang menggerakkan poros dengan perantara sudu jalan dalam
rumah turbin. Energi potensial air dengan melalui injector/casing atau yang disebut
juga saluran, mendorong sudu-sudu yang selanjutnya memutar poros turbin. Untuk
20

turbin jenis FRANCIS dengan ketinggian air antara 30-200 meter akan
mendapatkan putaran 100-600 rpm. Dengan poros mendatar maupun vertikal.
Kecepatan turbin PLTA Tulungagung yaitu 375 rpm.
4. Energi Listrik
Energi listrik terjadi akibat adanya perbedaan medan magnit di generator yang
digerakan oleh poros turbin. PLTA Tulungagung menghasilkan Daya Listrik
sebesar 2x18 MW.

3.2.2. Single Line Diagram Distribusi Listrik

Gambar 3.2 Single line diagram distribusi listrik


(Sumber : Dokumen PLTA Tulungagung,2017)
21

Generator unit 1 dan unit 2 saat beroperasi akan menghasilkan output tegangan 11
KV tegangan yang dihasilkan oleh generator masih terlalu kecil untuk disalurkan
ke Gardu Induk maka digunakan Transformator Step-Up 70 KV untuk disinkronkan
dengan bus 70KV GI Trenggalek dan GI Tulungagung. Untuk Pemakaian sendiri
PLTA Tulungagung berasal dari 3 sumber yaitu :
a. PS 1 yang berasal dari output generator 11KV di step down menjadi 0,38 KV
b. PS 2 yang berasal dari BUS 20 KV (PLN Disribusi) di step down menjadi 0,38
KV
c. Dari Emergency Diesel Generator (EDG).

3.3 Komponen Utama PLTA Tulungagung


3.3.1 Turbin
Sebuah alat untuk mengubah energi kinetik menjadi energi putar. Tenaga putar ini
kemudian ditransmisikan melalui poros vertikal ke generator yang terpasang di
turbin yang dikontrol oleh governor hidrolik. Turbin yang digunakan pada
pembangkit Tulungagung adalah jenis turbin francis dengan poros vertikal.

Gambar 3.3 Runner Turbine


(Sumber : Dokumen PLTA Tulungagung,2017)
22

Data Teknis Turbin :


Rate Speed : 375 rpm
Serial Number : MB9 – 097.11
Rate Head : 69,6 M
Rate Output : 19 MW
Year of Comm. : 1993
Produksi : VOEST – ALPINE M. C. E. HYDRO TURBINE AND PLANTS
LINZ – AUSTR

3.3.2 Generator
Generator adalah alat penghasil lisrik dengan cara mengubah energi mekanik
runner yang di couple dengan rotor generator akan menimbulkan gaya gerak listrik
(GGL) akan menghasilkan output tegangan listrik. Didalam generator terdapat 2
bagian utama yaitu Rotor dan Stator.
Rotor merupakan bagian generator yang bergerak (diputar oleh turbin) tersusun dari
lilitan yang mengandung medan magnet diskrit dengan intinya berupa lamel yang
memiliki ketebalan dan pada lilitan terdapat layer isolasi yang terbuat dari asbes,
sedangkan disekeliling rotornya ditutupi oleh isolator yang disebut earth insulation
sedangkan pada rotor terdapat bila kipas sebagai pendingin.
Stator merupakan bagian generator yang tidak bergerak, stator inilah akan timbul
gaya gerak listrik yang merupakan tegangan output generator sebagai akibat adanya
garis gaya dari medan magnet yang memotong batang konduktor pada stator.
Lilitan stator diberi isolasi email yang berfungsi untuk mencegah terjadinya hubung
singkat dengan bodi lilitan. Stator juga dipasang temperature detector yang
berfungsi untuk memberikan data suhu yang timbul untuk mengantisipasi
kerusakan isolasi.
23

Gambar 3.4 Generator


(Sumber : Dokumen PLTA Tulungagung,2017)

Data Teknis Generator :


Merk : ELIN
Power : 20,000 kVA
Active Power : 18,000 kW
Voltage : 11,000 kV
Voltage Tolerance : ±5%
Nominal Current : 1,049.7 A
Power Factor : 0.9
Frequency : 50 Hz
Speed : 375 rpm
Nominal Excitation Current : 832 A
Conection : Paralel Simplex Star
Pole : 16

3.3.3 Transformator
Transformator adalah suatu peralatan listrik statis berfungsi untuk menimbulkan
energi listrik dari sistem primer ke sistem sekunder, dimana pada umumnya disertai
perubahan harga tegangan/arus dengan frekuensi konstan melalui suatu gandengan
magnetic dan berdasarkan induksi elektromagnetik. Oli yang digunakan adalah
jenis Shell Diala ZX 14.
24

Gambar 3.5 Transformator


(Sumber : Dokumen PLTA Tulungagung,2017)

Data Teknis Transformator


Type : DO. 20.000/60
Standart : IEC.76
Rated Frequency : 50 Hz
Winding Insulation : KV HV/L. 1352 A 740 KV
LV L175.C28
Rated Power : 16.000/20.000
16.000/20.000 kVA
Rated Voltage : 1 = 73.500 kV
2 = 70.000- 11.000 kV
3 = 66.500 kV
Rated Current : 132/165 A – 84/1050 A
Tap Changer Type : Sacem ATC. 705
Kind :T
Connection Symbol : YN. d5
Type of Cooling : ONAF
Erial No. Insulation L : L 135 AC. 140 kV
Serial No. : 145219
Year of Manufacture : 1991
25

1. Transformator PS 1 ( Pemakaian Sendiri )


Sebagai pemakaian sendiri untuk keperluan listrik di PLTA Tulungagung.
Tegangannya yang diambilkan dari output tegangan listrik generator 11 KV PLTA
Tulungagung lalu akan di step down menjadi tegangan listrik 380 V untuk
memenuhi kebutuhan listrik di PLTA Tulungagung. Perubahan ini menggunakan
tap changer yang berada di Transformator PS1. Transformator PS1 ini akan
digunakan ketika unit PLTA Tulungagung beroperasi mengeluarkan tegangan
untuk supply tegangan listrik transformator PS1.
2. Transformator PS 2 ( Pemakaian Sendiri )
Sebagai pemakaian sendiri untuk mensuply keperluan listrik di power house PLTA
Tulungagung. Tegangan untuk transformator PS2 berasal dari distribusi PLN 20
KV yang akan di step down menjadi output tegangan 380 KV dari transformator
PS2 untuk memenuhi kebutuhan listrik di power house PLTA Tulungagung.
Perubahan tegangan ini menggunakan tap changer yang berada di transformator
PS2. Transformator ini adalah pilihan keduan dan akan dioperasikan ketika unit
PLTA Tulungagung tidak beroperasi mengeluarkan tegangan maka akan disuplay
oleh jaringan distribusi dari PLN.

3.4 Komponen Bantu PLTA Tulungagung


3.4.1 Governor
Governor berfungsi untuk mengoperasikan turbin. Alat ini menjaga output yang
dihasilkan dengan input yang disediakan (debit air) juga untuk menjaga kesetabilan
putaran/rpm agar didapat output dengan frekuensi yang konstan yaitu 50 Hz atau
dengan kata lain mengatur putaran turbin secara otomatis.
Jenis governor yang digunakan PLTA Tulungagung adalah governor
elektromekanik hidrolik. Governor jenis ini bekerja menggunakan fluida kerja
berupa oli bertekanan. Alat ini sangat sensitif, jadi dalam pembuatan maupun
pemeliharaannya harus memenuhi syarat sebagai speed detecting governor yang
kecepatan putarannya diambilkan dari SSG (Speed Signal Generator). SSG dikopel
langsung dari shaft generator, sehingga kecepatan governor sama dengan kecepatan
SSG atau kecepatan putar turun.
26

Pengaturan frekuensi listrik yang identik dengan kecepatan putar turbin dilakukan
oleh governor melalui pembukaan dan penutupan guide vane pada penambahan
atau pengurangan beban generator.

Gambar 3.6 Governor


(Sumber : Dokumen PLTA Tulungagung,2017)

Bagian - bagian governor


a. Guide vane motor
Fungsinya untuk menempatkan posisi guide vane untuk mengatur aliran air ke
turbin. Posisi servo motor di control oleh guide vane pilot valve.
b. Guide vane pilot valve
Fungsinya untuk mengoperasikan guide vane servo motor dengan mengontrol arah
dan aliran dari pressure oil.
c. Servo Motor Guide Vane
Servo motor adalah peralatan utama untuk mengatur bukaan dan penutupan aliran
air dari sudu (guide vane). Servo motor PLTA Tulungagung adalah tipe double
action cylinder yang berbentuk tabung yang dilengkapi dengan torak dan diberikan
tekanan minyak yang dapat merubah posisi torak karena adanya perubahan volume
minyak bertekanan dalam tabung servo motor. sedangkan tekanan minyak
digunakan untuk membuka atau menutup guide vane dengan melawan tekanan air.
27

3.4.2 Automatic Voltage Regulator ( AVR )


AVR berfungsi untuk mengatur tegangan kerja normal agar konstan, untuk
mengatur besarnya daya reaktif, menekan kenaikan tegangan pada penghubungan
beban, dan menaikan daya stabilitas peralihan.

Gambar 3.7 AVR (Automatic Voltage Regulator


(Sumber : Dokumen PLTA Tulungagung,2017)

3.4.3 Emergency Diesel Generator ( EDG )


EDG berfungsi untuk fasilitas ketiga dari rangkaian pengisi daya 380 Volt untuk
pemakaian sendiri unit pembangkit atau sebagai fasilitas Black Start unit
pembangkit. Rangkaian tahapan pengisian daya pemakaian sendiri adalah:
1. Fasilitas utama yang disediakan oleh trafo PS2 ( 20/0,38 KV ) diperoleh dari
Bus 20 KV distribusi PLN.
2. Fasilitas kedua disediakan oleh trafo PS1 ( 11/0,38 KV ) diperoleh dari
tegangan 11 KV unit pembangkit.

Gambar 3.8 Emergency Diesel Generator ( EDG )


(Sumber : Dokumen PLTA Tulungagung,2017)
28

3.5 Sistem Pada PLTA Tulungagung


3.5.1 Sistem Drainase
Sistem Drainase adalah pembuangan massa air secara alami atau buatan dari
permukaan atau bawah permukaan dari suatu tempat untuk mengendalikan banjir.
Pembuangan ini dapat dilakukan dengan mengalirkan atau mengalihkan air, lain
halnya dengan irigasi yaitu kegiatan atau upaya untuk mengairi pertanian. Drainase
pembangkit listrik tenaga air (PLTA) mengalirkan air dari sungai parit raya menuju
ke spill way hingga dibuang ke laut lepas sebagai pengendali banjir. Saluran
drainase permukaan biasanya berupa parit, sementara untuk bawah tanah disebut
gorong-gorong di bawah tanah.
PLTA Tulungagung memanfaatkan proyek drainase Tulungagung guna
memanfaatkan kelebihan sumber daya air yang melimpah untuk kepentingan
pembangkit tenaga listrik dan dioperasikan dengan menerapkan pola run of river
yang langsung dialirkan ke pensctok.
1. Trash Boom
Trash Boom adalah sebuah penyaring sampah yang mengapung di parit agung
sebelum masuk ke intake.

Gambar 3.9 Trash Boom


(Sumber : Dokumen PLTA Tulungagung,2017)

2. Intake Building
Intake Building merupakan bangunan yang dipakai untuk mengambil air langsung
dari sungai ke saluran penghantar. Intake Building sendiri mempunyai fungsi
sebagai mengatur kebutuhan air yang akan digunakan sebagai energi pembangkit,
29

dapat mengontrol dan mencegah sampah masuk saringan tekan, sampah yang
dimaksud adalah sampah mayor atau sampah yang berukuran besar dan berfungsi
sebagai mengurangi masuknya sedimentasi atau endapan yang akan mempengaruhi
proses pembangkitan di PLTA.

Gambar 3.10 Intake Building


(Sumber : Dokumen PLTA Tulungagung,2017)

3. Trash Rack
Trash Rack adalah sebuah penyaring sampah sebelum masuk ke kolam tando harian
(KTH).

Gambar 3.11 Trash Rack


(Sumber : Dokumen PLTA Tulungagung,2017)

4. Pesawat Pengangkut Sampah (PPS)


Berfungsi sebagai pengangkut sampah yang menyangkut di trash rack, kemudian
diangkat menggunakan rangking menuju conveyor diarahkan menuju ke dump truk
yang kemudian akan dibuang ke TPA.
30

Gambar 3.12 Pesawat Pengangkut Sampah (PPS)


(Sumber : Dokumen PLTA Tulungagung,2017)

5. Kolam Tando
Kolam tando adalah digunakan untuk tando sementara dan sebagai pengendapan
sedimen, sebelum digunakan proses pembangkitan PLTA Tulungagung.

Gambar 3.13 Kolam Tandon


(Sumber : Dokumen PLTA Tulungagung,2017)

6. Intake Gate
Intake Gate adalah pintu atau gerbang yang dipasang dimuka intake building dan
digunakan untuk mengalirkan air dari sungai menuju saluran tekan dan pipa pesat
. Katup yang digunakan di intake gate PLTA Tulungagung adalah type sorong (slide
gate).

Gambar 3.14 Intake Gate


(Sumber : Dokumen PLTA Tulungagung,2017)
31

7. Surge Tank
Sebelum air masuk ke penstock terlebih dahulu melalui surge tank. Surge Tank
berfungsi menyerap arus balik air ( water hammer ) saat debit air pada turbin
berubah, sebagai peredam pukulan air bila mana pembangkit tidak beroperasi
secara tiba-tiba sehingga meninggalkan tekanan balik dan berfungsi untuk
menghilangkan gelembung udara yang berada didalam pipa pesat.

Gambar 3.15 Surge Tank


(Sumber : Dokumen PLTA Tulungagung,2017)

8. Penstock
Penstock atau pipa pesat adalah pipa saluran air yang terbuat dari besi baja
berfungsi untuk mengalirkan air menuju ke turbin PLTA Tulungagung.

Gambar 3.16 Penstock


(Sumber : Dokumen PLTA Tulungagung,2017)
32

9. Spill Way
Sebuah saluran air yang digunakan untuk mengendalikan ketinggian air sungai agar
tidak melampaui ketinggian batas maksimum yang telah ditentukan (melindungi
bahaya banjir).

Gambar 3.17 Spill Way


(Sumber : Dokumen PLTA Tulungagung,2017)

10. Tail Race


Tail Race Berfungsi untuk mengalirkan air yang berasal dari druf tube ke tail race
atau tempat pembuangan air terakhir yang dialirkan ke laut.

Gambar 3.18 Tail Race


(Sumber : Dokumen PLTA Tulungagung,2017)

3.5.2 Sistem Udara Tekan


Sistem udara bertekanan biasanya digunakan untuk radiator yaitu sebagai pendingin
generator . Prinsip kerja sistem ini udara dihisap oleh kompressor dari atmosfer.
Udara tersebut masuk ke Main Air Tank High Pressure dengan tekanan 60 bar.
Kemudian udara dari Main Air Tank High Pressure di alirkan ke Brakes Air Tank
Low Pressure melewati Reduce Valve yang mengurangi tekanan dari 60 bar
menjadi 10 bar. Kompressor ini bekerja berdasarkan tekanan pada Main Air Tank
33

High Pressure (Unit 1 ON 55,5 bar OFF 59,5 bar, Unit 2 ON 55,7 bar OFF 59,9
bar). Peralatan yang mendukung sistem udara tekan dan minyak tekan yaitu:

1. Compressor
Compressor adalah alat yang digunakan untuk mengsasilkan udara yang akan
didistribusikan. Compressor pada PLTA Tulungagung ada 2 yaitu indoor dan
outdoor. Compressor indoor berfungsi menghasilkan udara bertekanan yang
dipakai untuk pengisian udara pada pressure tank dan breaking system, sedangkan
compressor outdoor berfungsi menghasilkan udara bertekanan yang dipakai untuk
mensuplai tekanan PMT GCB trafo.

Gambar 3.19 Compressor


(Sumber : Dokumen PLTA Tulungagung,2017)

2. Air Tank
Air tank merupakan berfungsi untuk menampung udara bertekanan dari
compressor. Air tank terbagi menjadi 2 yaitu primary tank dan secondary tank.
Primary tank berfungsi menampung udara yang berasal dari compresor untuk
disuplai menuju pressure tank, selain itu primary tank juga terdapat saluran menuju
ke secondary tank untuk breake generator akan digunakan ketika unit berhenti
beroperasi untuk menahan generator tetap diam. Dari tabung primary tank sebelum
dialirkan menuju secondary tank tekanan akan diturunkan mengunakan reducer
valve sesuai tekanan kerja masing – masing. Tekanan kerja pada primary tank
mempunyai tekanan kerja sebesar 60 bar untuk di suplai udara ke governor pressure
tank, sedangkan secondary tank mempunyai tekanan kerja sebesar 15 bar untuk
34

brake generator. Selain itu dari primary tank udara bertekanan di reproduksi lagi
dengan reducer valve hingga mencapai 5 bar, yang selanjutnya dialirkan ke
maintenance shaft seal dan sub strainer.

Gambar 3.20 Primery dan Secondary tank


(Sumber : Dokumen PLTA Tulungagung,2017)

3.5.3 Sistem Minyak Tekan


Sistem minyak bertekanan biasanya digunakan untuk menciptakan lapisan film tipis
diantara trush bearing dengan dudukan rotor, sehingga rotor akan terangkat dan
meminimalkan gesekan ketika rotor mulai berputar pada proses start dan stop unit.
Peralatan yang mendukung sistem minyak tekan yaitu:

1. Pressure Tank
Pressure tank berfungsi untuk mempertahankan ketinggian dan tekanan minyak
secara terus menerus baik unit pembangkit beroperasi maupun tidak beroperasi.
Tekanan kerja minyak pada pressure tank adalah 48-55 bar.
Minyak bertekanan ini di gunakan untuk membuka dan menutup inlet valve
membuka dan menutup by pass valve dan untuk menggerakan servo motor.

Gambar 3.21 Pressure Tank


35

2. Servo Motor
Menggunakan oli bertekanan yang berasal dari pressure tank yang didistribusikan
menggunakan pipa kecil menuju ke servo motor guide vane untuk menggerakan
torak yang berada di dalam tabung cylinder servo motor agar guide vane bisa
bergerak membukan dan menutup.

Gambar 3.22 Servo Motor


(Sumber : Dokumen PLTA Tulungagung,2017)

3. High Press Oil Pump (HPOP)


High Press Oil Pump berfungsi untuk memompakan oli bertekanan tinggi dan
sebagai alat bantu untuk mengangkat rotor generator saat starting dan operasi
sampai eksitansi mencapai 75% dari 375 rpm atau sekitar 282 rpm. Jadi saat
mencapai eksitasi 75% HPOP berhenti bekerja dan rotor dari generator melayang.

Gambar 3.23 High Pressure Oil Pump (HPOP)


(Sumber : Dokumen PLTA Tulungagung,2017)
36

3.5.4 Sistem Pelumasan


Sistem pelumasan berfungsi untuk mengurangi gesekan atau keausan, mengurangi
panas atau sebagai media pendingin terhadap peralatan yang dilumasi, mengurangi
korosi, membentuk perapat sehingga kotoran tidak mudah masuk, mengurangi dan
memperkecil kejutan sehingga mengurangi noise dan vibration. Bagian peralatan
yang dilumasi adalah:

1. Generator Upper Thrust Bearing


Sistem pelumasan pada generator upper thrust bearing berfungsi untuk
menghasilkan gaya angkat ke atas (thrust) untuk mengimbangi gaya berat dan axial
thrust pada turbin.
Pada generator upper thrust bearing sistem pelumasannya bersifat sirkulasi artinya
oli akan bersirkulasi menghisap minyak yang bersih dan dingin dan mengeluarkan
minyak yang lebih panas dan lebih kotor dengan efek sentrifugal akibat putaran
poros.
Agar temperatur minyak pelumas pada generator upper thrust bearing tidak
melebihi standar yang telah ditetapkan, maka perlunya suatu sistem pendingin yang
dapat menstabilkan suhu pada minyak pelumas yang juga akan berdampak terhadap
temperatur pada thrust bearing. Sebab jika temperatur pada bearing tinggi, maka
temperatur minyak pelumas pun juga akan tinggi sehingga kehandalan dari minyak
pelumas tidak akan efektif lagi. Oleh sebab itu temperature bearing harus sangat
diperhatikan. Pada generator upper thrust bearing sistem pendingin minyak
pelumas terletak diluar.
2. Generator Lower dan Thrus Bearing Bearing
Pelumasan pada generator upper guide bearing berfungsi untuk memisahkan
bagian permukaan yang dapat bergesekan antara bearing dan shaft sehingga
mengurangi gesekan antara dua permukaan bersinggungan dan memperlambat atau
meminimalisasikan keausan.
Pada generator upper guide bearing, sistem pelumasannya bersifat sirkulasi artinya
oli akan bersirkulasi menghisap minyak yang bersih dan dingin dan mengeluarkan
37

minyak yang lebih panas dan lebih kotor dengan efek sentrifugal akibat putaran
poros.

3. Turbine Guide Bearing


Pelumasan pada turbine upper guide bearing berfungsi untuk memisahkan bagian
permukaan yang dapat bergesekan antara bearing dan shaft sehingga mengurangi
gesekan antara dua permukaan bersinggungan dan memperlambat keausan.
Pelumasan pada turbine guide bearing bersifat tanpa sirkulasi artinya minyak
pelumas yang digunakan pada bagian turbine guide bearing tidak mengalami
sirkulasi. Sedangkan yang bersirkulasi adalah sistem pendinginnya.

3.5.5 Sistem Air Pendinginan (Cooling Water System)


Sistem air pendinginan merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi apabila
unit dalam keadaan starting dan operasi. Pada dasarnya sistem pendinginan yang
dilakukan pada instalasi turbin dan generator dengan media utama air yang awalnya
berasal dari penstock. Dapat dilihat pada gambar 3.24 skema sistem pendingin
sebagai berikut.
38

Gambar 3.24 Skema Sistem Pendingin


(Sumber : Dokumen PLTA Tulungagung,2017)

Alat-alat pendukung system pendingin ialah sebagai berikut :


1. Head tank
head tank berfungsi menurunkan tekanan air yang akan digunakan pada sistim
pendingin yaitu tekanan penstock adalah 8 bar (8 kg/cm2) diturukan menjadi 4 bar
(4 kg/cm2) karena peralatan pendingin PLTA Tulungagung di desain pada tekanan
4 bar (4 kg/cm2). Selain itu head tank digunakan untuk menyaring sampah mayor
seperti bangkai ikan, plastik, kayu dan lain-lain.

Gambar 3.25 head tank


(Sumber : Dokumen PLTA Tulungagung,2017)
39

2. Main Strainer
Main Strainer untuk menyaring kotoran yang sebelumnya sudah disaring di head
tank. Main strainer mampu menyaring sampah berukuran 300 mikro meter.

Gambar 3.26 Main Strainer


(Sumber : Dokumen PLTA Tulungagung,2017)

3. CW Valve
CW Valve berfungsi untuk mengatur membukan atau menutup suplai air kebutuhan
peralatan pada cooling water system yaitu oil upper bearing, oil trusht bearing, oil
lower bearing, turbine bearing, radiator.

Gambar 3.27 CW Valve


(Sumber : Dokumen PLTA Tulungagung,2017)
40

4. Booster Pump dan Sub Strainer


Booster pump berfungsi untuk menaikan tekanan air didalam pipa yang
kemudian dialirkan ke water relay menuju bearing turbine dan shaft seal.
Sedangkan Sub strainer berfungsi untuk penyaringan air berukuran 10 mikro meter.

Boster Pump

Sub Strainer

Gambar 3.28 Sub Strainer


(Sumber : Dokumen PLTA Tulungagung,2017)

5. Water Flow Relay


Water Flow Relay berfungsi sebagai pendeteksi volume air yang mengalir didalam
pipa pendingain.
6. Drainage Pump
Drainage Pump berfungsi memompa air didalam sump pit untuk dipompa menuju
keluar. Pompa ini bekerja secara otomatisyang diatur oleh tinggi elevasi air di
dalam sump pit.

3.6 Kegiatan Pemeliharaan PLTA Tulungagung


3.6.1 Pemeliharaan Genset
Pemeliharaan genset dilakukan seminggu sekali, setiap hari rabu. Pemeliharaan ini
dilakukan oleh operator dari control room. Bahan bakar yang digunakan pada
genset adalah solar. Genset ini bekerja secara otomatis ketika Gardu Induk
mengalami gangguan. Genset berguna untuk menggantikan supply tegangan 0,3
KV pada bus pemakaian sendiri,sehingga peralatan pada PLTA tetap bisa bekerja
atau beroperasi.
Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan yaitu dengan memanaskan mesin genset
kurang lebih 15 menit. Setelah mesin dipanaskan, petugas pemeliharaan akan
41

mencatat hasil pengukuran yang ditujukan pada alat ukur yang terdapat pada ruang
genset. Hasil pengukuran dicatat dalam suatu maintenance book untuk dijadikan
tanda bukti telah dilakukan pemeliharaan pada genset. Pada pemeliharaan genset
yang di pelihara,dicatat,dan diukur adalah :
a. Level air radiator.
b. Fan belt ( yang diperiksa adalah kelenturannya).
c. Level air aki.
d. Level oli dan kondisi oli.
e. Pembersihan sekitar genset.
f. Pemeriksaan sekitar genset.
g. Pemeriksaan bbm (solar).
3.6.2 Pemeliharaan Baterai
Pemeliharaan ini dilakukan secara preventive, dengan jadwal tertentu.
Pemeliharaan pada ruang baterai meliputi pembersihan lantai, lemari, permukaan
baterai, pemeriksaan suhu ruangan, dan mencatat hasil pengukuran tegangan dan
arus per baterai dan keseluruhan baterai.
Untuk baterai yang airnya kurang dari batas permukaan air yang diizinkan, akan
dilakukan penambahan air distilasi. Cara pengisiannya adalah dengan membuka
penutup pada setiap sel baterai yang akan diisikan air destilasi, kemudian
menggunakan corong untuk mempermudah pengisian air pada baterai. Pengisian
air pada baterai dilakukan hingga mencapai batas permukaan air yang diizinkan.
Setelah pengisian sel pada baterai, dan membersikan permukaannya mengunakan
kain majun.
3.6.3 Pemeliharaan Oil Cooler Trust Lower Bearing
Oil Cooler Trust Lower Bearing adalah salah satu pendingin yang digunakan pada
unit generator. Kontruksinya terdiri dari pipa-pipa dan terdapat dua buah tabung
yang bersisikan minyak dan air. Tabung inilah yang nantinya akan dibersihkan. Di
dalam tabung ini terdapat lubang-lubang sebanyak 270 buah. Setiap lubang harus
dibersihkan dari lumpur yang menyumbat. Penyumbatan karena lumpur ini dapat
mengakibatkan panas yang berlebih saat unit sedang beroperasi.
42

Cara membersihkan Oil Cooler Trust Lower Bearing yaitu, pertama yang dilakukan
adalah menutup valve bertekanan, kemudian mengeluarkan air sisanya. Selanjutnya
membuka baut pada setiap valve yang sudah ditutup tadi dan melepas elbow beserta
valvenya, ada dua buah valve pada setiap Oil Cooler Trust Lower Bearing. Setelah
itu membuka cover pada tabungnya dan membersihkan setiap lubang pada setiap
tabung dengan menggunakan stick dari kabel twisted. Selain itu valve dan elbow
tadi juga dibersihkan. Setelah semuanya sudah bersih, langkah selanjutnya adalah
memasangkan kembali, tapi sebelumnya cover tabung dan permukaan valve beserta
elbow harus diolesi dengan menggunakan s untuk menghindari kebocoran dan
menambah daya sekat pada setiap permukaan sambungan. Langkah terakhir adalah
mengencangkan setiap baut yang dilepas tadi.
3.6.4 Pemeliharaan Head Tank
Head tank berfungsi menurunkan tekanan air yang akan digunakan pada sistim
pendingin yaitu tekanan penstock adalah 8 bar (8 kg/cm2) diturunkan menjadi 4 bar
(4 kg/cm2) karena peralatan pendingin PLTA Tulungagung di desain pada tekanan
4 bar (4 kg/cm2). Selain itu head tank digunakan untuk menyaring sampah mayor
seperti bangkai ikan, plastik, kayu dan lain-lain sehingga perlu dilakukannya
pembersihan.
Pembersihan head tank dilakukan sehari sekali oleh operator CCR. Pertama yang
dilakukan ialah menyiapkan ember untuk menampung sampah, kemudian
mengangkat saringan besi pada head headtank. Selanjutnya membersihkan sampah
plastik, kayu, bangkai ikan yang mengganngu jalannya air yang kemudian di
masukkan pada ember penampung sampah. Setelah selesai dibersihkan saringan
besi kembalikan seperti semula.
BAB 4. PENERAPAN DISTRIBUSI WEIBULL DALAM
PENENTUAN LAJU KERUSAKAN DAN PELUANG
KEHANDALAN TURBIN UNIT 1 PT PJB UP
BRANTAS PLTA TULUNGAGUNG

4.1 Pekerjaan Divisi Pemeliharaan


Praktek kerja lapang (PKL) yang dilakukan di PT PJB UP Brantas PLTA
Tulungagung, Penulis ditempatkan pada divisi pemeliharaan. Devisi pemeliharaan
dibagi menjadi 3 bidang yaitu sebagai berikut :

9. Teknisi Mesin (Pemeliharaan)


Tugas dari Teknisi Mesin memiliki uraian seperti berikut:
e. Bertanggung jawab untuk memonitor seluruh peralatan mesin-mesin di PLTA
Tulungagung.
f. Bertanggungjawab untuk perbaikan dan perawatan mesin-mesin di PLTA
Tulungagung.
g. Bertanggungjawab untuk memastikan mesin dalam kondisi baik dan siap untuk
beroperasi.
h. Bertanggungjawab untuk memastikan bahwa pelaksanaan kerja pada
perbaikan dan perawatan sesuai 5-S.
10. Teknisi Kelistrikan
Tugas dari Teknisi Listrik adalah :
d. Bertanggungjawab untuk memonitoring seluruh sistem kelistrikan pada PLTA
Tulungagung.
e. Bertanggungjawab untuk merencanakan, dan mengorganisasi seluruh sistem
kelistrikan di PLTA Tulungagung untuk memastikan bahwa plant dalam
kondisi siap untuk memenugi kebutuhan konsumen.
f. Bertanggungjawab untuk memastikan bahwa pelaksanaan kerja sesuai dengan
5-S.

43
44

11. Teknisi Kontrol dan Instrumen


Tugas dari Teknisi Kontrol dan Instrumen adalah :
d. Bertanggungjawab untuk mengorganisasi dan mengendalikan seluruh kegiatan
perbaikan dan pemeliharaan di PLTA Tulungagung dan untuk memastikan
bahwa plant dalam kondisi siap untuk memenuhi kebutuhan konsumen.
e. Bertanggungjawab perbaikan dan pemeliharaan sistem control yang ada di
PLTA Tulungagung.
f. Bertanggungjawab untuk memastikan bahwa pelaksanaan pada saat perbaikan
dan perawatan sesuai dengan 5-S.

4.2 Pengertian Turbin


Turbin merupakan mesin penggerak dimana fluida yang digunakan
langsung untuk memutar roda turbin. Bagian roda turbin yang berputar dinamakan
rotor (runner) atau roda turbin, sedangkan bagian yang tidak berputar dinamakan
stator atau rumah turbin. Poros diikat pada roda turbin, digunakan untuk memutar
generator listrik. Roda turbin dapat berputar karena adanya gaya yang bekerja pada
sudu, gaya tersebut timbul karena terjadi momentum dari pancaran air kerja yang
keluar dari nosel atau aliran air mengalir diantara sudu. Fluida kerja tersebut
mengalami proses penurunan tekanan dan mengalir secara kontinu. Fluida kerja itu
dapat berupa aliran air, uap air, atau gas. Jika fluida yang digunakan air maka
disebut turbin air (Aris M.dan Wiranto, 1996).
Turbin air merupakan pengembangan dari kincir air yang dipergunakan
orang berabad-abad yang lampau. Penggunaan turbin air yang paling umum adalah
sebagai mesin penggerak untuk pembangkit tenaga listrik , dimana dalam hal ini
poros turbin dihubungkan dengan generator untuk menghasilkan daya listrik. (Aris
M.dan Wiranto, 1996).

4.3 Penggolongan Turbin Air


Menurut H. Grengg, jenis turbin air dapat digolongkan menjadi tiga sesuai
dengan range dari head-nya, yaitu :
1. Turbin dengan head rendah.
45

2. Turbin dengan head medium.


3. Turbin dengan head tinggi.

Gambar 4.1 Perbandingan Karakteristik Turbin


(sumber : http://cr4.globalspec.com/thread/22899/Hydrogen-vapour-pressure-above-20C)

Pada gambar terlihat turbin Kaplan adalah turbin yang beroperasi pada head
yang rendah dengan kapasitas aliran air yang tinggi, atau bahkan beroperasi pada
kapasitas yang sangat rendah. Hal ini karena pada saluran sudu jalan belokannya
hanya sedikit saja. Pada waktu bekerja sudu jalan turbin ini dapat diatur posisinya,
disesuaikan dengan perubahan tinggi air jatuh
Sedangkan Manik I.F,2012 mengatakan menurut cara kerjanya, turbin dapat
dibagi menjadi dua, yakni turbin impuls dan turbin reaksi.

a. Turbin Impuls
Turbin impuls adalah turbin air yang cara kerjanya dengan merubah seluruh
energi air (yang teridiri dari energi potensial-tekanan-kecepatan) yang tersedia
menjadi energi kinetik untuk memutar turbin, sehingga menghasilkan energi puntir
dalam bentuk putaran poros. Atau dengan kata lain, energi potensial air diubah
46

menjadi energi kinetik pada nosel. Contoh turbin impuls adalah turbin Pelton.
Turbin Pelton dipakai untuk tinggi air jatuh yang besar.
Turbin impuls adalah turbin tekanan sama karena aliran air yang ke luar
nosel tekanannya adalah sama dengan tekanan atmosfer di sekitarnya. Semua energi
tinggi tempat, dan tekanan ketika masuk ke sudu jalan turbin diubah menjadi energi
kecepatan pelton turbin.
b. Turbin Reaksi
Turbin reaksi adalah turbin air yang cara bekerjanya dengan merubah
seluruh energi air yang tersedia menjadi energi puntir dalam bentuk putaran. Sudu
pada turbin reaksi mempunyai profil khusus yang menyebabkan terjadinya
penurunan tekanan air selama melalui sudu.
Turbin ini terdiri dari sudu pengarah dan sudu jalan dan kedua sudu tersebut
semuanya terendam di dalam air. Air dialirkan ke dalam sebuah terusan atau
dilewatkan ke dalam sebuah cincin yang berbentuk spiral (rumah keong).
Perubahan energi seluruhnya terjadi di dalam sudu gerak.
Turbin air yang paling banyak digunakan adalah turbin reaksi. Turbin reaksi
digunakan untuk aplikasi turbin dengan head rendah dan medium. Pada turbin
reaksi, letak turbin harus diperhatikan agar tidak terjadi bahaya kavitasi yang terjadi
akibat adanya tekanan absolut yang lebih kecil dari tekanan uap air. Kavitasi dapat
menyebabkan sudu-sudu turbin menjadi berlubang-lubang kecil, sehingga
mengurangi efisiensi turbin yang akhirnya dapat pula merusak sudu turbin. Jika
turbin diletakkan lebih tinggi dari tinggi tekanan isap, maka kavitasi akan terjadi,
sehingga letak turbin harus selalu di bawah tinggi tekanan isap (Hs).

4.4 Turbin Francis


Turbin ini pertama kali dilaksanakan sekitar tahun 1950 oleh orang Amerika
yang bernama James B. francis. Sekarang turbin Francis adalah yang paling banyak
dipaki karena tinggi air jatuh dan kapasitasnya yang paling sering terdapat/atua
sesuai dengan kebtuhannya. Dari hasil penggunaan dan penelitian yang terus
menerus unutk penegembangan selanjutnya turbin francis sekarang sudah bisa
47

digunakan untuk tinggi air jatuh sampai 700 m dengan kapasitas air dan kecepatan
putar yang sudah memenuhi harapan.
Turbin air Francis dianggap sudah bisa dibuat dengan kecepatan air yang
sama tingginya dimana kecepatan putar yang tinggi tersebut menghasilkan
keuntungan terhadap berat dan harga turbin dan generatornya. Tidak ada kerugian
tinggi air jatuh akibat adanya ruang bebas. Penempatan turbin Francis didalam
bangunan bawah tanah adalah mungkin yang baik dan menguntungkan untuk turbin
ini adalah bila tinggi permukaan air bawah sangat berubah-ubah. (Sasongko,2010).
Turbin francis yang digunakan pada PLTA Tulungagung yaitu Turbin
Francis poros vertical. Dengan generator berada diatas turbin dan turbin berada
dibawah tanah. Sebagai gambaran turbin poros vertical dapat di lihat gambar
berikut :

Gambar 4.2. Turbin Francic Poros Vertikal


(sumber :http://usuarios.multimania.es/jrcuenca/English/Turbines/T-4.htm)

Keterangan Gambar :
1. Rumah keong (Thescroll casing)
3. Sudu gerak (Runner)
4. Poros (Shaft)
5. Pipa isap (Draft tube cone)
48

8. Sudu penyangga (Stay vanes)


9. Sudu pengarah (Guide vanes)
12. Tutup atas turbin (Upper cover)
13. Cincin labirin (Sealing box)
14. Bantalan penghantar (Guide bearing)
14a. Blok bantalan (Bracket for the bearing(14))
15. Cincin hantaran (Regulating ring))
17. Tutup turbin bawah atau cincin roda pengarah (Lower cover)
21. Cincin labirin kontra (Replaceable wear and labyrinth rings)
22. Batang pengerak (Link)
23. Tuas (Lever)
24. Tabung blok bantalan bawah (Lower bearing for guide vane)
25. Tabung blok bantalan atas (Upper bearing for guide vane)
26. Bearing for the regulating ring
27. Lantai (Floor)
28. Rotating oil cylinder
29. Pipa kuras (Oil scoop fastened to (14a) and (14) with the opening against the
rotating oil in rotating oil cylinder (28))
Pada dasarnya aliran air sama seperti pada turbin yang poros horizontal
yaitu air masuk melalui pipa (32 gambar 4.2) kemudian masuk ke gatevalve (33),
masuk ke rumah keong (1) selanjutnya melalui gate vane dan runner, dibuang
melalui draft tube cone (5 dan 5a) ke tailrace.

4.5 Komponen Utama Turbin Francis


Manik I.F mengatakan Komponen utama pada Turbin Francis terdiri atas
beberapa bagian diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Sudu Gerak (runner)


Runner merupakan komponen utama dalam turbin Francis. Pada dasarnya
runner pada turbin Francis sama persis seperti pompa Francis, perbedaan
utamanya adalah fungsi dari keduanya. Turbin Francis berfungsi sebagai penyuplai
49

daya dalam hal ini adalah turbin menghasilkan daya karena menurunkan head
tekanan. Sedangkan pada pompa Francis membutuhkan daya untuk menghasilkan
head tekanan yang lebih besar.
2. Guide Vane
Guide vane merupakan komponen yang berperan dalam pengaturan debit
air yang akan masuk ke runner. Hal ini sangat berguna mengingat faktor dari
perubahan debit akan dapat mengatur perubahan beban daya yang akan ditanggung
oleh sebuah PLTA. Rumus dari daya, dari keempat faktor yang dapat
mempengaruhi terhadap perubahan daya, hanya debit (Q) yang T η . Q . H . g . ρ P
dapat dengan mudah diubah-ubah. Sehingga dengan mengatur perubahan dari debit
(Q) akan menyebabkan terjadinya perubahan daya. Perubahan daya berbanding
lurus dengan perubahan debit. Semakin besar debit air yang dialirkan semakin besar
pula kapasitas daya yang dihasilkan. Inilah yang dijadikan dasar pembuatan dari
guide vane, yang bertugas untuk mengatur kapasitas daya dengan cara mengatur
perubahan debit air.
3. Stay Vane
Stay vane adalah alat yang berfungsi untuk mengarahkan aliran menuju ke
guide vane. Air yang berasal dari spiral case akan masuk melalui stay vane. Aliran
yang bagus adalah ketika saluran ini mendapatkan debit yang sama pada seluruh
lingkaran penuh. Stay vane berfungsi pula dalam mengarahkan aliran air menuju
runner.
4. Spiral Case
Spiral case selain berfungsi sebagai meningkatkan kecepatan, berfungsi
pula dalam membagi debit agar dapat terbagi secara merata masuk ke dalam stay
vane. Penampang spiral case dibuat membesar menuju kearah hulu aliran air, sebab
setelah melalui stay vane pada bagian awal air masuk kedalamnya sehingga debit
air untuk masuk ke stay vane berikutnya jumlah debit berkurang hingga pada stay
vane yang terakhir debit akan habis. Dengan demikian akan dihasilkan arus yang
teratur, di dalam setiap lingkaran spiral yang sejajar harus menerima arus yang
sama, hal ini dapat diketahui dengan putaran runner yang sama.
50

4.6 Kehandalan
4.6.1 Pengertian Kehandalan
Kehandalan merupakan kemungkinan dari suatu peralatan untuk melakukan
fungsi atau kerja tanpa adanya kegagalan pada interval waktu tertentu (Khumar
1992 dalam Widyaningsih 2011). Semakin banyak suatu mesin atau sistem
mengalami kegagalan maka tingkat kehandalan akan menurun begitupun
sebaliknya semakin sedikit suatu mesin atau sistem mengalami kegagalan maka
kehandalan akan semakin tinggi. Sistem atau mesin dengan kehandalan yang tinggi
akan mengurangi biaya kegagalan peralatan. Secara umum perhitungan kehandalan
didasarkan pada pertimbangan terhadap modus kegagalan awal yang dapat disebut
sebagai angka kegagalan dini (menurunnya tingkat kegagalan yang akan datang
seiring berjalannya waktu) atau menggunakan modus usang (meningkatnya
kegagalan seiring dengan waktu)(Widyaningsih,2011).
4.6.2 Distribusi Weibull untuk Menghitung Kehandalan dan Laju Kerusakan
Pada analisa ini, distribusi yang digunakan dalam menghitung kehandalan
adalah distribusi weibull Distribusi weibull merupakan distribusi empiris yang
paling banyak digunakan dan hampir muncul pada semua karakteristik kegagalan
dari produk karena mencakup ketiga fase kerusakan yang mungkin terjadi pada
distribusi kerusakan. Pada umumnya, distribusi ini digunakan pada komponen
mekanik atau peralatan pemesinan (Widyaningsih, 2011).
Dua parameter yang digunakan dalam distribusi ini adalah α yang disebut
dengan paremeter skala (scale parameter) dan β yang disebut dengan parameter
bentuk (shape parameter). Fungsi kehandalan yang terdapat dalam distribusi
weibull menurut Ebeling (1997).

t β
R(t) = e−(α) ................................................................................................... (4.1)

Menurut Fikri tanpa tahun, Distribusi weibull juga dapat digunakan dalam
menentukan fungsi laju kerusakan peralatan atau sistem dengan fungsi sebagai
berikut :
51

𝛽 𝑡
𝜆(𝑡) = (𝛼)𝛽−1 ............................................................................................. (4.2)
𝛼

4.7 Preventive Maintenance (Pemeliharaan Pencegahan)


4.7.1 Pengertian
Preventive Maintenance (Pemeliharaan Pencegahan) jenis pemeliharaan ini
biasanya disebut time driven maintenance atau interval based maintenance yang
dilakukan dengan memperhatikan kondisi mesin. Untuk menentukan interval waktu
pelaksanaan PM biasanya digunakan data Mean Time Between Failure (MTBF)
sebagai parameternya. Selanjutnya harus diadakan pemantauan terhadap kondisi
mesin atau peralatan untuk menentukan kondisi mesin dan untuk menetapkan tren
penormalan kondisi mesin yang akan datang. Beberapa pendekatan yang dapat
digunakan untuk meramalkan kecenderungan pada waktu tertentu antara lain:
1. Antisipasi kegagalan dari pengalaman masa lalu. Dibutuhkan data historis
kegagalan mesin dan pengalaman juga intuisi dalam menentukan kemungkinan
terjadinya kegagalan.
2. Distibusi statistik dari data kegagalan. Distribusi kegagalan dan probabilitas
kegagalan dapat diketahui dengan menggunakan analisa statistik.
3. Pendekatan konservatif. Dilakukan dengan melakukan monitoring mesin atau
peralatan setiap bulan atau tiap minggu untuk memastikan mesin atau peralatan
berfungsi dengan baik.
4.7.2 Kehandalan dengan Preventive Maintenance
Peningkatan kehandalan dapat ditempuh dengan preventive maintenance.
Dengan preventive maintenance maka pengaruh wear out mesin atau komponen
dapat dikurangi dan menunjukkan hasil yang cukup signifikan terhadap umur
sistem. Menurut Lewis (1987,p251) dalam widyaningsih (2011),kehandalan pada
saat t dinyatakan sebagai berikut :

Rm(t) = RTn.R(t-nT) Dimana n = 1,2,3,….dst


52

Keterangan :
N = jumlah perawatan
Rm(t) = kehandalan (reability) sytem dengan preventive maintenance
R(T)n = probabilitas kehandalan hingga n selang waktu
R(t-nT) = probabilitas kehandalan untuk waktu t-nT dari tindakan s

4.8 Blog Diagram Analisa Turbin


Berikut ini adalah blok digram keselurahan sistem utama PLTA
Tulungagung yang dapat disajikan pada gambar 4.3 berikut ini.

Intake

Penstock

Turbin

Generator
Intake
Transformator
Intake
r
Jaringan Transmisi

Gambar 4.3. Diagram Sistem Utama PLTA Tulungagung

Analisa penulis ditunjukkan pada garis tebal yaitu turbin. Turbin


PLTA Tulungagung memiliki 2 turbin yaitu unit 1 dan unit 2, analisa penulis
menggunakan data turbin unit 1 dengan mengindentifikasi kegagalan Turbin unit 1
dengan interval 10 tahun kemudian di analisa laju kerusakan dan kehandalan turbin
unit 1 PLTA Tulungagung.
BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Data Gangguan atau kerusakan Turbin Unit 1 PLTA Tulungagung


pada Work Order (WO)
Work Order PLTA Tulungagung yang digunakan dalam analisa ini adalah
data work order dari turbin unit 1, yang menjelaskan kegagalan dan gangguan
turbin unit 1 PLTA Tulungagung. Data gangguan atau kerusakan dibutuhkan untuk
menganalisa tingkat kehandalan dari turbin agar dapat melakukan suatu
pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance). Data kerusakan peralatan
dapat digunakan untuk membuat keputusan, sebagai dasar untuk perencanaan
pemeliharaan.
Data kerusakan Turbin Unit 1 diperoleh dari work order yang berada pada
sistem ellipse PLTA Tulungagung. Sehingga mempermudah untuk melihat riwayat
gangguan atau kerusakannya. Data yang digunakan adalah work order (WO) tahun
2008-2017 dengan rincian nilai TBF pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1 Time Between Failure Turbin Unit 1 PLTA Tulungagung


NO Tanggal Deskripsi TBF (Jam)
1 05/05/2008 Switch Df Pressure S07 macet 0
2 11/08/2008 Instalasi HPOP rembes 2352
3 25/12/2008 Penggantian housing ebonite shaft 3264
4 13/04/2009 Gangguan sudu pengaman patah 2616
5 13/04/2009 Ganguan sudu pengaman 0
6 02/06/2009 Gangguan pressure gauge 1200
7 16/07/2009 Caouting draft tube 1056
8 22/04/2010 Minyak bantalan turbin bocor 6720
9 13/07/2010 Penggantian meter press draft tube 1968
10 17/01/2011 Pengantian limit switch GV posisition 4512
11 25/04/2011 Penggantian ebonite seal 2352
12 08/07/2011 Pengantian runner 1776
13 08/07/2011 Penggantian taper pin guide vane 0

53
54

NO Tanggal Deskripsi TBF (Jam)


14 08/07/2011 Penggantian baut dan mur coopling 0
15 08/07/2011 Penggantian bushing 0
16 08/07/2011 Penggantian pin head cover 0
17 01/11/2011 Penggantian ebonite 2784
18 08/12/2011 Penggantian runner cone 888
19 09/12/2011 Perbaikan spiral casing 24
20 09/12/2011 Perbaikan hed cover bagian bawah 0
21 09/12/2011 Penggantian wearing ring 0
22 09/12/2011 Perbaikan facing plate 0
23 09/12/2011 Perbaikan stay vane 0
24 09/12/2011 Penggantian rad spherical bearing 0
25 09/12/2011 Penggantian Ring freeder arm guide vane 0
26 09/12/2011 Penggantian dudukan regulator ring 0
27 09/12/2011 Penggantian limith swich guide vane 0
28 29/10/2012 Perbaikan discharge ring 7776
29 28/12/2012 Penggantian mud dran valve 1440
30 14/08/2013 Perbaikan guide vane 5880
31 30/12/2013 Pengantian part turbin 3312
32 15/01/2015 Guide vane tidak 0 atau bushing 9168
33 21/08/2015 Penggantian seal rod servomotor GV aus
dan bocor 5232
34 20//09/2016 Saluran pipa so7 mengalami kebuntuan 9480
34 13/03/2017 Terjadi kebocoran pada fleksible hafe 4920
35 13/03/2017 Minyak bertekanan inlet valve 0
(Sumber : Data Work Order(WO) Ellipse PLTA Tulungagung Turbin Unit 1)
55

Setelah didapatkan nilai TBF (Time Between Failure) dari masing-masing


list of work order pada Tabel 5.1 kemudian dicari nilai rata-rata dari TBF tersebut
dengan mengunakan persamaan sebagai berikut.
Total TBF
MTBF =
Jumlah kegagalan
78780
=
36
= 2186 Jam
Dari hasil perhitungan MTBF (Mean Time Between Failure) didapatkan
nilai MTBF sebesar 2186 Jam. Nilai TBF dapat dijadikan parameter dalam
penentuan distribusi Weibull sedangkan nilai MTBF dapat digunakan untuk
memnentukan laju kerusakan dan kehandalan turbin unit 1 PLTA Tulungagung.

5.2 Distribusi Weibull


Distribusi ini digunakan untuk menentukan dua parameter yang digunakan
dalam persamaan kehandalan dengan menentukan parameter α yang disebut dengan
paremeter skala (scale parameter) dan β yang disebut dengan parameter bentuk
(shape parameter). Sehingga dari parameter yang telah ditentukan dapat
dimasukkan dalam penentuan kehandalan turbin unit 1 PLTA Tulungagung.
Dalam penentuan parameter distribusi weibull menggunakan bantuan
software MINITAB 17 untuk mengolah data dari time between failure (TBF) untuk
mencari apakah kumpulan data termasuk distribusi weibull. Dimana keluaran dari
software MINITAB 17 berupa grafik, nilai p-value, nilai α dan nilai β. Jika nilai p-
value lebih besar dari 0,05 berdasarkan Anderson darling test maka menerima H0
(data mengikuti distribusi tertentu) dan jika p-value lebih kecil dari 0,05 maka
menolak H0. Jika menerima H0 maka kumpulan data yang diolah termasuk
distribusi tersebut. Nilai 0,05 merupakan taraf error dalam penentuan jenis
distibusi.
Penentuan distrbusi weibull dalam MINITAB 17 diidentifikasi dengan
menggunakan tool probality plots pada menu graphs. Tool tersebut digunakan
56

untuk mengetahui distribusi yang sesuai dengan sebaran kumpulan data pada nilai-
nilai TBF Turbin Unit 1 PLTA Tulungagung. Disajikan pada gambar 5.1 berikut.

Gambar 5.1 Probability Plot of TBF Weibull – 95% CI

Hasil analisa distribusi weibull pada Gambar 5.1 mendapatkan hasil p-value
0,250 sehingga dapat dikatakan sesuai dengan aderson darling test karena p-value
lebih dari 0,05 sehingga sebaran data termasuk distrbusi weibull. Grafik distribusi
weibull tersebut menunjukan nilai α atau parameter skala sebesar 4021 dan nilai β
atau parameter bentuk sebesar 1,293. Sehingga dari parameter yang telah
didapatkan tersebut dapat dilanjutkan untuk menghitung laju kerusakan dan tingkat
kehandalan turbin Unit 1 PLTA Tulungagung.

5.3 Analisa Laju Kerusakan Turbin


Laju kerusakan dapat menjelaskan tingkat kegagalan atau gangguan turbin
dalam menjalankan fungsinya pada periode waktu tertentu. Penentuan laju
kerusakan dilihat pada modus kegagalan awal yang dapat disebut sebagai angka
kegagalan dini (menurunnya tingkat kegagalan yang akan datang seiring
57

berjalannya waktu) atau menggunakan modus usang (meningkatnya kegagalan


seiring dengan berjalannya waktu).
Hasil analisa distribusi weibull pada Gambar 5.1 mendapatkan nilai α =
4021 dan nilai β = 1,293. Dari data tersebut selanjutnya apabila telah diperoleh
parameter-parameter weibull dari data pengamatan yang diambil, maka parameter
tersebut akan menunjukkan suatu permodelan dari fungsi laju kerusakan komponen
selama periode waktu tertentu. Hasil perhitungan laju kerusakan turbin unit 1 PLTA
Tulunggagung selama 3408 jam dapat disajikan dalam tabel pada lampiran 6
dengan contoh perhitungan laju kerusakan Turbin Unit 1 PLTA Tulungagung pada
MTBF 2186 Jam adalah sebagi berikut :

𝛽 𝑡 𝛽−1
Laju kerusakan λ(t) = ( )
𝛼 𝛼

1,293 2186 1,293−1


= ( )
4021 4021

= 0,000322 . 0,5436460,293

= 0,000268975

Sehingga dari perhitungan tersebut didapatkan nilai laju kerusakan turbin


unit 1 pada MTBF 2186 adalah sebesar 0,000268975. Kemudian dapat dilihat grafik
laju kerusakan turbin unit 1 PLTA Tulungagung pada periode waktu 3408 atau
kurang lebih selama 4 bulan 7 hari dapat disajikan pada gambar 5.2 sebagai berikut.
58

0.00035

0.0003

0.00025
λ

0.0002

0.00015

0.0001

0.00005

0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000
Jam

Gambar 5.2 Grafik Laju kerusakan Turbin Unit 1 PLTA Tulungagung

Dapat dilihat laju kerusakan turbin pada gambar 5.2 menunjukkan grafik
laju kerusakan turbin Unit 1 PLTA Tulunggung mengalami peningkatan seiring
berjalannya waktu. Hal tersebut ditandai dengan tidak adanya kerusakan pada saat
awal turbin bekerja. Kemudian seiring berjalannya waktu kerusakan turbin
mengalami peningkatan. Sehingga laju kerusakan ini termasuk modus usang yaitu
meningkatnya kegagalan mesin seiring dengan berjalannya waktu dan modus ini
dapat digunakan sebagai penentuan kehandalan turbin.

5.4 Analisa Kehandalan Turbin Unit 1 PLTA Tulungagung


Kehandalan turbin dapat menjelaskan kemungkinan dari turbin unit 1
untuk melakukan fungsi atau kerja tanpa adanya kegagalan atau gangguan pada
interval waktu tertentu. Menurut Widyaningsih (2011), mengatakan,Semakin
sedikit tingkat kegagalan atau gangguan maka turbin akan menunjukkan
kehandalan yang tinggi begitupun sebaliknya.
59

Tingkat kehandalan dianalisa dengan menggunakan parameter-parameter


yang telah ditentukan menggunakan distribusi weibull dengan Hasil analisa
distribusi weibull pada Gambar 5.1 mendapatkan nilai α = 4021 dan nilai β = 1,293.
Dari data tersebut selanjutnya apabila telah diperoleh parameter-parameter weibull
dari data pengamatan yang diambil, maka parameter tersebut akan menunjukkan
suatu permodelan dari kehandalan turbin unit 1 selama periode waktu tertentu.
Perhitungan kehandalan turbin unit 1 PLTA Tulungagung pada nilai MTBF
2186 Jam adalah sebesar :
t β
Kehandalan R(t) = e− (α)
2186 1,293
= e− (4021)
= 𝑒 −0,45474507
= 0,63461
= 63,461%
Dari perhitungan kehandalan turbin unit 1 PLTA Tulunggung didapatkan
nilai kehandalan sebesar 63,461%. Sehingga kehandalan turbin unit 1 masih dapat
ditingkatkan kehandalannya dengan melakukan simulasi Preventive Maintenance
(PM) pada interval yang ditentukan. Dalam analisa ini menggunakan interval
Preventive Maintenance sebanyak 336 jam dan 168 jam untuk melihat peningkatan
kehandalan terbaik selama dilakukan preventive maintenance yang akan
ditentukan.

5.4.1 Simulasi Peningkatan Peluang Kehandalan Turbin Pada PM 336 jam


Peluang peningkatan kehandalan turbin unit 1 PLTA Tulungagung dengan
menggunakan nilai waktu kelipatan 24 jam selama kurang lebih 3404 jam (4 bulan
7 hari) sehingga akan didapatkan nilai kehandalan sebelum dan sesudah preventive
maintenance yang disajikan pada lampiran 7 dan dapat dicontohkan perhitungan
kehandalan turbin unit 1 PLTA Tulungagung tingkat kehandalan tanpa preventive
maintenance adalah sebesar 63,461% pada MTBF 2186. Dengan dilakukannya
preventive maintenance dengan selang waktu 14 hari atau 336 Jam pada MTBF
60

yang sama,maka akan didapatkan kemungkinan tingkat kehandalan pada waktu


tindakan 170 jam di preventive maintenance ke 6 (lampiran 7) sebagai berikut.

t−nT β
R(t − nT) = e− ( α
)

170 1,298
= e− (4021)
= 𝑒 0.01673
= 0,98341
= 98,341%
Sehingga perhitungan peluang kehandalan pada sistem turbin unit 1 yang
dilakukan setelah preventive maintenance ke 6 kali pada MTBF 2186 adalah
sebesar.

Rm(t) = R(t)(n) x R(t-nT)


= 78,486% x 98,341 %
= 77,184%

Sedangkan perhitungan kenaikan keandalan pada turbin unit 1 yang


dilakukan setelah preventive maintenance pada MTBF 2186 adalah sebesar.

Kenaikan = Rm(t) – R(t)


= 77,184 % - 63,461%
= 13,723%

Dari hasil diatas sebelum dilakukan preventive maintenance pada MTBF


2186 didapatkan nilai kehandalan sebesar 63,641% sedangkan setelah dilakukan
preventive maintenance mengalami peningkatan sebesar 77,184% meningkat
sebanyak 13,723%. Peningkatan kehandalan turbin unit 1 PLTA Tulungagung pada
interval waktu 3408 atau selama kurang lebih 4 bulan 7 hari dapat dilihat pada
Gambar 5.3.
61

1.2

0.8
Kehandalan

0.6

0.4

0.2

0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500
t
R(t) Rm(t)

Gambar 5.3 Grafik Peningkatan Peluang kehandalan pada PM 336 Jam

Dapat dilihat pada gambar 5.3 Garis dengan simbol segitiga menunjukkan
kehandalan turbin sebelum dilakukannya preventive maintenance R(t) dan garis
dengan simbol bulat menunjukan kehandalan turbin setelah dilakukannya
preventive maintenance Rm(t). Sehingga peluang peningkatan kehandalah setelah
dilakukkannya preventive maintenance (PM) 336 jam atau selama 2 minggu sekali
dapat meningkatan kehandalan pada MTBF 2186 sebesar 13,273%.

5.4.2 Simulasi Peningkatan Peluang Kehandalan Turbin Pada PM 168 jam


Peluang peningkatan kehandalan turbin unit 1 PLTA Tulungagung dengan
menggunakan nilai waktu kelipatan 24 jam selama 3408 jam (4 bulan 7 hari)
sehingga akan didapatkan nilai kehandalan sebelum dan sesudah preventive
maintenance seperti pada lampiran 8 dan dapat dicontohkan perhitungan tingkat
kehandalan turbin unit 1 PLTA Tulungagung tanpa preventive maintenance adalah
62

sebesar 63,461% pada MTBF 2186. Dengan dilakukannya preventive maintenance


dengan selang waktu 7 hari atau 168 Jam pada MTBF yang sama maka akan
didapatkan kemungkinan tingkat kehandalan pada waktu tindakan 2 jam di
preventive maintenance ke 13 (lampiran 8 ) sebagai berikut.
t−nT β
R(t − nT) = e− ( α
)

2 1,298
= e− (4021)
= 𝑒 −5,63𝐸−05
= 0,999946
= 99,9946%
Sehingga perhitungan peluang kehandalan pada sistem turbin unit 1 yang
dilakukan setelah preventive maintenance sebanyak 13 kali pada MTBF 2186
adalah sebesar.
Rm(t) = R(t)(n) x R(t-nT)
= 80,7165% x 99,9946%
= 80,712%
Sedangkan perhitungan kenaikan kehandalan pada sistem turbin unit 1 yang
dilakukan setelah preventive maintenance pada MTBF 2186 adalah sebesar.
Kenaikan = Rm(t) – R(t)
= 80,7122% - 63,461%
= 17,251%
Dari hasil diatas sebelum dilakukan preventive maintenance pada MTBF
2186 didapatkan nilai kehandalan sebesar 63,641% sedangkan setelah dilakukan
preventive maintenance mengalami peningkatan sebesar 80,712% meningkat
sebanyak 17,251%. Peningkatan kehandalan turbin unit 1 PLTA Tulungagung pada
interval waktu 3408 atau selama kurang lebih 4 bulan 7 hari dapat dilihat pada
Gambar 5.4.
63

1.4

1.2

1
Kehandalan

0.8

0.6

0.4

0.2

0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500
jam
R(t) Rm(t)

Gambar 5.4 Grafik Peluang Peningkatan Kehandalan pada PM 168 Jam

Dapat dilihat pada gambar 5.4 Garis dengan symbol silang menunjukkan
kehandalan turbin sebelum dilakukannya preventive maintenance R(t) dan garis
dengan symbol bulat menunjukan kehandalan turbin setelah dilakukannya
preventive maintenance Rm(t). Sehingga peluang peningkatan kehandalan setelah
dilakukkannya preventive maintenance (PM) 168 jam atau selama 1 minggu sekali
dapat meningkatan kehandalan sebesar 17,251% pada MTBF 2186.

5.5 Rekomendasi Tindakan


Setelah dilakukannya simulasi kehandalan turbin unit 1 PLTA Tulungagung
Turbin masih dapat ditingkatkan kehandalannya dengan dilakukannya Preventive
Maintenance (PM) pada interval yang ditentukan. Pada analisa yang telah
dilakukan didapatkan simulasi terbaik dengan melakukan Preventive Maintenance
sebanyak 168 jam atau sebanyak 7 hari sekali dengan didapatkan peluang
peningkatan kehandalan turbin sebesar 17,251% pada MTBF 2186 Jam.
64

Dengan melakukan preventive maintenance yang telah ditentukan maka


turbin akan dapat menjalankan fungsinya dengan peluang kegagalan atau gangguan
yang lebih rendah. Dan Tindakan yang perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya
kegagalan turbin kembali, maka dilakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Memeriksa setiap komponen turbin dengan menilai secara visual.
2. Membersihkan komponen turbin yang memiliki tingkat kegagalan atau
gangguan terbanyak.
3. Mengganti komponen turbin lama yang telah mengalami kegagalan atau
gangguan sebanyak 3 kali kegagalan dengan komponen turbin yang baru.
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktek kerja lapang yang dilakukan dalam analisa laju
kerusakan dan tingkat kehandalan Turbin Unit 1 PLTA Tulungagung dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Laju kerusakan Turbin Unit 1 PLTA Tulungagung mengalami peningkatan
seiring berjalannya waktu dan pada MTBF 2186 didapatkan laju kerusakan
sebesar 0,000268975
2. Tingkat kehandalan Turbin Unit 1 PLTA Tulungagung memiliki kehandalan
sebesar 63,461 %.
3. Setelah dilakukan simulasi dengan PM (Preventive Maintenance) interval 336
Jam Turbin Unit 1 PLTA Tulungagung meningkat sebesar 13,723 % sedangkan
dilakukannya simulasi dengan PM (Preventive Maintenance) interval 168 jam
kehandalan turbin unit 1 PLTA Tulungagung sebesar 17,251 %.

6.2 Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan dari analisa ini adalah:
1. Dari hasil perhitungan nilai kehandalan dan simulasi yang telah dilakukan
maka dapat dijadikan sebagai dasar acuan dalam melakukan PM (Preventive
Maintenance) agar dapat meminimalisir kegagalan-kegagalan yang mungkin
terjadi.
2. Melakukan preventive maintenance dengan memeriksa setiap komponen
turbin dengan menilai secara visual, membersihkan komponen turbin yang
memiliki tingkat kegagalan atau gangguan., mengganti komponen turbin lama
yang telah mengalami kegagalan atau gangguan sebanyak 3 kali kegagalan
dengan komponen turbin yang baru.

65
DAFTAR PUSTAKA

Aries M. dan Wiranto.1996. Penggerak Mula Turbin. Bandung


Dhillon, B. S. 2002. Engineering Maintenance : A Modern Approach. USA : CRC
Press, LCC.
Fikri dan Irvan. Tanpa Tahun. Analisis Kehandalan (Reability) Mesin Produksi
dengan Fungsi Distribusi Weibull.
Manik.I.F. 2012. Rancang Bangun Instalasi Turbin Francis Pada Head 9,29 Meter
Dan Uji Eksperimental Dengan Variasi Bukaan Sudu Pengarah. Skripsi.
Medan : universitas Sumatra Utara.

PLN.PEE. 1993. Pedoman Operasi PLTA Tulungagung. Jakarta : Departemen


Pertambangan dan Energi Perusahaan Umum Listrik Negara Pusat
Pelayanan Enjiniring.
PT.PJB. 2017. Produsen Listrik Terpercaya (http//www.ptpjb.com/2017 Diakses
10 Maret 2017).
Sasongko.T.S dkk.2008. Pengaruh Laju Aliran Massa Terhadap Daya Turbin Air
Francis Pada Sub Unit Plta Jelok Semarang dalam jurnal Jurna Teknologi,
Vol. 1, No. 1, 2008: 9-13

Siregar.H.2010. Analisis Hubungan Antara Daya Dan Produksi Listrik Di Plta


Ir. H. Djuanda Dengan Menggunakan Metode Regresi.Skripsi. Bogor :
Institut Pertanian Bogor.

Widyaningsih, S. A. 2011. Perancangan Penjadwalan pada Mesin Produksi Bahan


Bangunan untuk Meningkatkan Kehandalan Mesin dengan Metode
Reliability Centered Maintenance (RCM). Skripsi. Depok : Universitas
Indonesia.

66
67

LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Keterangan Selesai Praktek Kerja Lapang


68

Lampiran 2. Rangkuman Kegiatan Harian Praktek Kerja Lapang

1. Februari 2017
69

2. Maret 2017
70

3. April 2017
71

Lampiran 3. Daftar Hadir Praktek Kerja Lapang

1. Februari 2017
72

2. Maret 2017
73

3. April 2017
74

Lampiran 4. Penilaian Akhir Praktek Kerja Lapang


75

Lampiran 5. Dokumentasi Kegiatan Praktek Kerja Lapang

1. Morning Meeting PLTA Tulungagung

2. Mengunjungi Intake PLTA


76

3. Pemeliharaan Menara Mercusuar

4. Pemeliharaan Flow Relay SO7


77

5. Pemeliharaan Batrai

6. Pemeliharaan Turbin PLTA


78

7. Pemeliharaan Head Tank

8. Supervisi Dosen Pembimbing di PLTA Tulungagung


79

9. Pemeliharaan Kabel

10. Presentasi Bulanan bersama pembimbing dan penguji


80

11. Presentasi Laporan Akhir


81

Lampiran 6. Data Perhitungan Laju Kerusakan Turbin Unit 1 PLTA


Tulungagung

t β/α t/α β-1 λ


24 0.00032 0.006 0.293 7.17128E-05
48 0.00032 0.0119 0.293 8.78614E-05
72 0.00032 0.0179 0.293 9.89448E-05
96 0.00032 0.0239 0.293 0.000107647
120 0.00032 0.0298 0.293 0.00011492
144 0.00032 0.0358 0.293 0.000121226
168 0.00032 0.0418 0.293 0.000126827
192 0.00032 0.0477 0.293 0.000131887
216 0.00032 0.0537 0.293 0.000136518
240 0.00032 0.0597 0.293 0.000140798
264 0.00032 0.0657 0.293 0.000144785
288 0.00032 0.0716 0.293 0.000148524
312 0.00032 0.0776 0.293 0.000152048
336 0.00032 0.0836 0.293 0.000155386
360 0.00032 0.0895 0.293 0.000158559
384 0.00032 0.0955 0.293 0.000161586
408 0.00032 0.1015 0.293 0.000164482
432 0.00032 0.1074 0.293 0.00016726
456 0.00032 0.1134 0.293 0.00016993
480 0.00032 0.1194 0.293 0.000172504
504 0.00032 0.1253 0.293 0.000174987
528 0.00032 0.1313 0.293 0.000177389
552 0.00032 0.1373 0.293 0.000179714
576 0.00032 0.1432 0.293 0.000181969
600 0.00032 0.1492 0.293 0.000184159
624 0.00032 0.1552 0.293 0.000186287
648 0.00032 0.1612 0.293 0.000188359
672 0.00032 0.1671 0.293 0.000190377
696 0.00032 0.1731 0.293 0.000192344
720 0.00032 0.1791 0.293 0.000194264
744 0.00032 0.185 0.293 0.00019614
768 0.00032 0.191 0.293 0.000197973
792 0.00032 0.197 0.293 0.000199766
816 0.00032 0.2029 0.293 0.000201521
840 0.00032 0.2089 0.293 0.00020324
864 0.00032 0.2149 0.293 0.000204924
82

t β/α t/α β-1 λ


888 0.00032 0.2208 0.293 0.000206576
912 0.00032 0.2268 0.293 0.000208196
936 0.00032 0.2328 0.293 0.000209787
960 0.00032 0.2387 0.293 0.000211349
984 0.00032 0.2447 0.293 0.000212884
1008 0.00032 0.2507 0.293 0.000214392
1032 0.00032 0.2567 0.293 0.000215875
1056 0.00032 0.2626 0.293 0.000217334
1080 0.00032 0.2686 0.293 0.00021877
1104 0.00032 0.2746 0.293 0.000220183
1128 0.00032 0.2805 0.293 0.000221575
1152 0.00032 0.2865 0.293 0.000222946
1176 0.00032 0.2925 0.293 0.000224297
1200 0.00032 0.2984 0.293 0.000225629
1224 0.00032 0.3044 0.293 0.000226942
1248 0.00032 0.3104 0.293 0.000228237
1272 0.00032 0.3163 0.293 0.000229514
1296 0.00032 0.3223 0.293 0.000230775
1320 0.00032 0.3283 0.293 0.000232019
1344 0.00032 0.3342 0.293 0.000233247
1368 0.00032 0.3402 0.293 0.000234459
1392 0.00032 0.3462 0.293 0.000235657
1416 0.00032 0.3522 0.293 0.000236841
1440 0.00032 0.3581 0.293 0.00023801
1464 0.00032 0.3641 0.293 0.000239165
1488 0.00032 0.3701 0.293 0.000240307
1512 0.00032 0.376 0.293 0.000241437
1536 0.00032 0.382 0.293 0.000242553
1560 0.00032 0.388 0.293 0.000243658
1584 0.00032 0.3939 0.293 0.00024475
1608 0.00032 0.3999 0.293 0.000245831
1632 0.00032 0.4059 0.293 0.0002469
1656 0.00032 0.4118 0.293 0.000247959
1680 0.00032 0.4178 0.293 0.000249006
1704 0.00032 0.4238 0.293 0.000250043
1728 0.00032 0.4297 0.293 0.00025107
1752 0.00032 0.4357 0.293 0.000252087
1776 0.00032 0.4417 0.293 0.000253094
1800 0.00032 0.4476 0.293 0.000254091
83

t β/α t/α β-1 λ


1824 0.00032 0.4536 0.293 0.000255079
1848 0.00032 0.4596 0.293 0.000256058
1872 0.00032 0.4656 0.293 0.000257028
1896 0.00032 0.4715 0.293 0.000257989
1920 0.00032 0.4775 0.293 0.000258942
1944 0.00032 0.4835 0.293 0.000259886
1968 0.00032 0.4894 0.293 0.000260822
1992 0.00032 0.4954 0.293 0.00026175
2016 0.00032 0.5014 0.293 0.00026267
2040 0.00032 0.5073 0.293 0.000263582
2064 0.00032 0.5133 0.293 0.000264487
2088 0.00032 0.5193 0.293 0.000265385
2112 0.00032 0.5252 0.293 0.000266275
2136 0.00032 0.5312 0.293 0.000267158
2160 0.00032 0.5372 0.293 0.000268034
2184 0.00032 0.5431 0.293 0.000268903
2186 0.00032 0.5436 0.293 0.000268975
2208 0.00032 0.5491 0.293 0.000269765
2232 0.00032 0.5551 0.293 0.000270621
2256 0.00032 0.5611 0.293 0.000271471
2280 0.00032 0.567 0.293 0.000272314
2304 0.00032 0.573 0.293 0.00027315
2328 0.00032 0.579 0.293 0.000273981
2352 0.00032 0.5849 0.293 0.000274806
2376 0.00032 0.5909 0.293 0.000275624
2400 0.00032 0.5969 0.293 0.000276437
2424 0.00032 0.6028 0.293 0.000277244
2448 0.00032 0.6088 0.293 0.000278046
2472 0.00032 0.6148 0.293 0.000278842
2496 0.00032 0.6207 0.293 0.000279632
2520 0.00032 0.6267 0.293 0.000280417
2544 0.00032 0.6327 0.293 0.000281197
2568 0.00032 0.6386 0.293 0.000281972
2592 0.00032 0.6446 0.293 0.000282742
2616 0.00032 0.6506 0.293 0.000283506
2640 0.00032 0.6566 0.293 0.000284266
2664 0.00032 0.6625 0.293 0.00028502
2688 0.00032 0.6685 0.293 0.00028577
2712 0.00032 0.6745 0.293 0.000286516
84

t β/α t/α β-1 λ


2736 0.00032 0.6804 0.293 0.000287256
2760 0.00032 0.6864 0.293 0.000287992
2784 0.00032 0.6924 0.293 0.000288724
2808 0.00032 0.6983 0.293 0.000289451
2832 0.00032 0.7043 0.293 0.000290174
2856 0.00032 0.7103 0.293 0.000290892
2880 0.00032 0.7162 0.293 0.000291606
2904 0.00032 0.7222 0.293 0.000292316
2928 0.00032 0.7282 0.293 0.000293022
2952 0.00032 0.7341 0.293 0.000293723
2976 0.00032 0.7401 0.293 0.000294421
3000 0.00032 0.7461 0.293 0.000295115
3024 0.00032 0.7521 0.293 0.000295805
3048 0.00032 0.758 0.293 0.000296491
3072 0.00032 0.764 0.293 0.000297173
3096 0.00032 0.77 0.293 0.000297851
3120 0.00032 0.7759 0.293 0.000298526
3144 0.00032 0.7819 0.293 0.000299197
3168 0.00032 0.7879 0.293 0.000299864
3192 0.00032 0.7938 0.293 0.000300528
3216 0.00032 0.7998 0.293 0.000301188
3240 0.00032 0.8058 0.293 0.000301845
3264 0.00032 0.8117 0.293 0.000302499
3288 0.00032 0.8177 0.293 0.000303149
3312 0.00032 0.8237 0.293 0.000303795
3336 0.00032 0.8296 0.293 0.000304439
3360 0.00032 0.8356 0.293 0.000305079
3384 0.00032 0.8416 0.293 0.000305716
3408 0.00032 0.8476 0.293 0.000306349
85

Lampiran 7. Perhitungan Peningkatan Kehandalan Turbin PM 336 Jam

t R(t) n t-nT R(T)^n R(t-nT) Rm(t)


24 0.99867 0 24 1 0.99867 0.9986698
48 0.99674 0 48 1 0.996744 0.9967436
72 0.99451 0 72 1 0.994505 0.9945055
96 0.99204 0 96 1 0.99204 0.9920395
120 0.98939 0 120 1 0.989391 0.9893913
144 0.98659 0 144 1 0.98659 0.98659
168 0.98366 0 168 1 0.983656 0.9836564
192 0.98061 0 192 1 0.980606 0.9806064
216 0.97745 0 216 1 0.977452 0.9774523
240 0.97420 0 240 1 0.974204 0.9742043
264 0.97087 0 264 1 0.970871 0.9708709
288 0.96746 0 288 1 0.967459 0.9674593
312 0.96398 0 312 1 0.963976 0.9639757
336 0.96043 1 0 0.96043 1 0.96043
360 0.95681 1 24 0.96043 0.99867 0.9591524
384 0.95314 1 48 0.96043 0.996744 0.9573025
408 0.94942 1 72 0.96043 0.994505 0.9551529
432 0.94565 1 96 0.96043 0.99204 0.9527845
456 0.94183 1 120 0.96043 0.989391 0.9502411
480 0.93797 1 144 0.96043 0.98659 0.9475506
504 0.93407 1 168 0.96043 0.983656 0.9447331
528 0.93012 1 192 0.96043 0.980606 0.9418038
552 0.92615 1 216 0.96043 0.977452 0.9387745
576 0.92214 1 240 0.96043 0.974204 0.9356551
600 0.91809 1 264 0.96043 0.970871 0.9324536
624 0.91402 1 288 0.96043 0.967459 0.929177
648 0.90992 1 312 0.96043 0.963976 0.9258312
672 0.90579 2 0 0.92243 1 0.92243
696 0.90164 2 24 0.92243 0.99867 0.921203
720 0.89747 2 48 0.92243 0.996744 0.9194262
744 0.89328 2 72 0.92243 0.994505 0.9173617
768 0.88906 2 96 0.92243 0.99204 0.915087
792 0.88483 2 120 0.92243 0.989391 0.9126442
816 0.88058 2 144 0.92243 0.98659 0.9100602
840 0.87631 2 168 0.92243 0.983656 0.9073542
864 0.87203 2 192 0.92243 0.980606 0.9045407
888 0.86773 2 216 0.92243 0.977452 0.9016313
912 0.86342 2 240 0.92243 0.974204 0.8986353
936 0.85910 2 264 0.92243 0.970871 0.8955605
86

t R(t) n t-nT R(T)^n R(t-nT) Rm(t)


960 0.85477 2 288 0.92243 0.967459 0.8924135
984 0.85043 2 312 0.92243 0.963976 0.8892001
1008 0.84608 3 0 0.88593 1 0.88593
1032 0.84173 3 24 0.88593 0.99867 0.8847515
1056 0.83736 3 48 0.88593 0.996744 0.8830451
1080 0.83299 3 72 0.88593 0.994505 0.8810622
1104 0.82862 3 96 0.88593 0.99204 0.8788776
1128 0.82423 3 120 0.88593 0.989391 0.8765314
1152 0.81985 3 144 0.88593 0.98659 0.8740496
1176 0.81546 3 168 0.88593 0.983656 0.8714507
1200 0.81107 3 192 0.88593 0.980606 0.8687486
1224 0.80668 3 216 0.88593 0.977452 0.8659543
1248 0.80228 3 240 0.88593 0.974204 0.8630769
1272 0.79789 3 264 0.88593 0.970871 0.8601237
1296 0.79349 3 288 0.88593 0.967459 0.8571012
1320 0.78910 3 312 0.88593 0.963976 0.854015
1344 0.78471 4 0 0.85087 1 0.85087
1368 0.78031 4 24 0.85087 0.99867 0.8497382
1392 0.77592 4 48 0.85087 0.996744 0.8480993
1416 0.77154 4 72 0.85087 0.994505 0.8461949
1440 0.76715 4 96 0.85087 0.99204 0.8440967
1464 0.76277 4 120 0.85087 0.989391 0.8418433
1488 0.75840 4 144 0.85087 0.98659 0.8394598
1512 0.75403 4 168 0.85087 0.983656 0.8369637
1536 0.74966 4 192 0.85087 0.980606 0.8343686
1560 0.74530 4 216 0.85087 0.977452 0.8316849
1584 0.74094 4 240 0.85087 0.974204 0.8289213
1608 0.73659 4 264 0.85087 0.970871 0.826085
1632 0.73225 4 288 0.85087 0.967459 0.8231821
1656 0.72791 4 312 0.85087 0.963976 0.820218
1680 0.72359 5 0 0.8172 1 0.8172
1704 0.71927 5 24 0.8172 0.99867 0.816113
1728 0.71495 5 48 0.8172 0.996744 0.8145389
1752 0.71065 5 72 0.8172 0.994505 0.8127099
1776 0.70636 5 96 0.8172 0.99204 0.8106947
1800 0.70207 5 120 0.8172 0.989391 0.8085305
1824 0.69779 5 144 0.8172 0.98659 0.8062413
1848 0.69353 5 168 0.8172 0.983656 0.803844
1872 0.68927 5 192 0.8172 0.980606 0.8013515
1896 0.68502 5 216 0.8172 0.977452 0.798774
1920 0.68079 5 240 0.8172 0.974204 0.7961198
87

t R(t) n t-nT R(T)^n R(t-nT) Rm(t)


1944 0.67656 5 264 0.8172 0.970871 0.7933957
1968 0.67235 5 288 0.8172 0.967459 0.7906078
1992 0.66814 5 312 0.8172 0.963976 0.787761
2016 0.66395 6 0 0.78486 1 0.78486
2040 0.65977 6 24 0.78486 0.99867 0.783816
2064 0.65560 6 48 0.78486 0.996744 0.7823042
2088 0.65145 6 72 0.78486 0.994505 0.7805476
2112 0.64731 6 96 0.78486 0.99204 0.7786122
2136 0.64318 6 120 0.78486 0.989391 0.7765336
2160 0.63906 6 144 0.78486 0.98659 0.774335
2184 0.63495 6 168 0.78486 0.983656 0.7720326
2186 0.63461 6 170 0.78486 0.983406 0.7718364
2208 0.63086 6 192 0.78486 0.980606 0.7696387
2232 0.62679 6 216 0.78486 0.977452 0.7671632
2256 0.62272 6 240 0.78486 0.974204 0.764614
2280 0.61867 6 264 0.78486 0.970871 0.7619978
2304 0.61463 6 288 0.78486 0.967459 0.7593201
2328 0.61061 6 312 0.78486 0.963976 0.756586
2352 0.60660 7 0 0.75381 1 0.75381
2376 0.60261 7 24 0.75381 0.99867 0.7528073
2400 0.59863 7 48 0.75381 0.996744 0.7513553
2424 0.59467 7 72 0.75381 0.994505 0.7496682
2448 0.59072 7 96 0.75381 0.99204 0.7478093
2472 0.58678 7 120 0.75381 0.989391 0.745813
2496 0.58286 7 144 0.75381 0.98659 0.7437014
2520 0.57896 7 168 0.75381 0.983656 0.74149
2544 0.57507 7 192 0.75381 0.980606 0.7391909
2568 0.57120 7 216 0.75381 0.977452 0.7368133
2592 0.56734 7 240 0.75381 0.974204 0.734365
2616 0.56350 7 264 0.75381 0.970871 0.7318522
2640 0.55967 7 288 0.75381 0.967459 0.7292805
2664 0.55586 7 312 0.75381 0.963976 0.7266545
2688 0.55207 8 0 0.72398 1 0.72398
2712 0.54829 8 24 0.72398 0.99867 0.723017
2736 0.54453 8 48 0.72398 0.996744 0.7216225
2760 0.54078 8 72 0.72398 0.994505 0.7200021
2784 0.53705 8 96 0.72398 0.99204 0.7182168
2808 0.53334 8 120 0.72398 0.989391 0.7162995
2832 0.52964 8 144 0.72398 0.98659 0.7142714
2856 0.52596 8 168 0.72398 0.983656 0.7121476
2880 0.52230 8 192 0.72398 0.980606 0.7099394
88

t R(t) n t-nT R(T)^n R(t-nT) Rm(t)


2904 0.51865 8 216 0.72398 0.977452 0.7076559
2928 0.51502 8 240 0.72398 0.974204 0.7053045
2952 0.51141 8 264 0.72398 0.970871 0.7028911
2976 0.50781 8 288 0.72398 0.967459 0.7004212
3000 0.50423 8 312 0.72398 0.963976 0.6978991
3024 0.50067 9 0 0.69533 1 0.69533
3048 0.49712 9 24 0.69533 0.99867 0.6944051
3072 0.49359 9 48 0.69533 0.996744 0.6930658
3096 0.49008 9 72 0.69533 0.994505 0.6915095
3120 0.48659 9 96 0.69533 0.99204 0.6897949
3144 0.48311 9 120 0.69533 0.989391 0.6879534
3168 0.47965 9 144 0.69533 0.98659 0.6860056
3192 0.47621 9 168 0.69533 0.983656 0.6839658
3216 0.47278 9 192 0.69533 0.980606 0.681845
3240 0.46937 9 216 0.69533 0.977452 0.6796519
3264 0.46598 9 240 0.69533 0.974204 0.6773935
3288 0.46260 9 264 0.69533 0.970871 0.6750757
3312 0.45925 9 288 0.69533 0.967459 0.6727035
3336 0.45591 9 312 0.69533 0.963976 0.6702812
3360 0.45258 10 0 0.66782 1 0.66782
3384 0.44928 10 24 0.66782 0.99867 0.6669317
3408 0.44599 10 48 0.66782 0.996744 0.6656453
89

Lampiran 8. Perhitungan Peningkatan Kehandalan PM 168 Jam

t R(t) n (t-nT) R(T)^n R(t-nT) Rm(t)


24 0.99867 0 24 1 0.99867 0.99867
48 0.996744 0 48 1 0.996744 0.996744
72 0.994505 0 72 1 0.994505 0.994505
96 0.99204 0 96 1 0.99204 0.99204
120 0.989391 0 120 1 0.989391 0.989391
144 0.98659 0 144 1 0.98659 0.98659
168 0.983656 1 0 0.983656 1 0.983656
192 0.980606 1 24 0.983656 0.99867 0.982348
216 0.977452 1 48 0.983656 0.996744 0.980453
240 0.974204 1 72 0.983656 0.994505 0.978251
264 0.970871 1 96 0.983656 0.99204 0.975826
288 0.967459 1 120 0.983656 0.989391 0.973221
312 0.963976 1 144 0.983656 0.98659 0.970465
336 0.960426 2 0 0.967579 1 0.967579
360 0.956814 2 24 0.967579 0.99867 0.966292
384 0.953145 2 48 0.967579 0.996744 0.964428
408 0.949422 2 72 0.967579 0.994505 0.962263
432 0.94565 2 96 0.967579 0.99204 0.959877
456 0.941831 2 120 0.967579 0.989391 0.957314
480 0.937969 2 144 0.967579 0.98659 0.954604
504 0.934066 3 0 0.951765 1 0.951765
528 0.930124 3 24 0.951765 0.99867 0.950499
552 0.926147 3 48 0.951765 0.996744 0.948666
576 0.922136 3 72 0.951765 0.994505 0.946535
600 0.918093 3 96 0.951765 0.99204 0.944189
624 0.914021 3 120 0.951765 0.989391 0.941668
648 0.909921 3 144 0.951765 0.98659 0.939002
672 0.905794 4 0 0.936209 1 0.936209
696 0.901644 4 24 0.936209 0.99867 0.934964
720 0.897471 4 48 0.936209 0.996744 0.93316
744 0.893276 4 72 0.936209 0.994505 0.931065
768 0.889061 4 96 0.936209 0.99204 0.928756
792 0.884828 4 120 0.936209 0.989391 0.926277
816 0.880577 4 144 0.936209 0.98659 0.923654
840 0.87631 5 0 0.920908 1 0.920908
864 0.872029 5 24 0.920908 0.99867 0.919683
888 0.867733 5 48 0.920908 0.996744 0.917909
912 0.863425 5 72 0.920908 0.994505 0.915848
936 0.859105 5 96 0.920908 0.99204 0.913577
90

t R(t) n t-nT R(T)^n R(t-nT) Rm(t)


960 0.854774 5 120 0.920908 0.989391 0.911138
984 0.850434 5 144 0.920908 0.98659 0.908559
1008 0.846084 6 0 0.905857 1 0.905857
1032 0.841727 6 24 0.905857 0.99867 0.904652
1056 0.837363 6 48 0.905857 0.996744 0.902907
1080 0.832992 6 72 0.905857 0.994505 0.90088
1104 0.828616 6 96 0.905857 0.99204 0.898646
1128 0.824235 6 120 0.905857 0.989391 0.896247
1152 0.81985 6 144 0.905857 0.98659 0.893709
1176 0.815461 7 0 0.891051 1 0.891051
1200 0.81107 7 24 0.891051 0.99867 0.889866
1224 0.806678 7 48 0.891051 0.996744 0.888149
1248 0.802283 7 72 0.891051 0.994505 0.886155
1272 0.797888 7 96 0.891051 0.99204 0.883958
1296 0.793493 7 120 0.891051 0.989391 0.881598
1320 0.789099 7 144 0.891051 0.98659 0.879102
1344 0.784706 8 0 0.876488 1 0.876488
1368 0.780314 8 24 0.876488 0.99867 0.875322
1392 0.775924 8 48 0.876488 0.996744 0.873634
1416 0.771537 8 72 0.876488 0.994505 0.871672
1440 0.767153 8 96 0.876488 0.99204 0.869511
1464 0.762773 8 120 0.876488 0.989391 0.86719
1488 0.758397 8 144 0.876488 0.98659 0.864734
1512 0.754025 9 0 0.862163 1 0.862163
1536 0.749658 9 24 0.862163 0.99867 0.861016
1560 0.745297 9 48 0.862163 0.996744 0.859355
1584 0.740942 9 72 0.862163 0.994505 0.857426
1608 0.736593 9 96 0.862163 0.99204 0.8553
1632 0.73225 9 120 0.862163 0.989391 0.853017
1656 0.727915 9 144 0.862163 0.98659 0.850601
1680 0.723587 10 0 0.848071 1 0.848071
1704 0.719266 10 24 0.848071 0.99867 0.846943
1728 0.714954 10 48 0.848071 0.996744 0.845309
1752 0.71065 10 72 0.848071 0.994505 0.843411
1776 0.706355 10 96 0.848071 0.99204 0.84132
1800 0.702069 10 120 0.848071 0.989391 0.839074
1824 0.697793 10 144 0.848071 0.98659 0.836698
1848 0.693526 11 0 0.834211 1 0.834211
1872 0.689269 11 24 0.834211 0.99867 0.833101
1896 0.685022 11 48 0.834211 0.996744 0.831495
1920 0.680786 11 72 0.834211 0.994505 0.829627
91

t R(t) n t-nT R(T)^n R(t-nT) Rm(t)


1944 0.676561 11 96 0.834211 0.99204 0.82757
1968 0.672346 11 120 0.834211 0.989391 0.825361
1992 0.668143 11 144 0.834211 0.98659 0.823024
2016 0.663952 12 0 0.820576 1 0.820576
2040 0.659772 12 24 0.820576 0.99867 0.819484
2064 0.655605 12 48 0.820576 0.996744 0.817904
2088 0.651449 12 72 0.820576 0.994505 0.816067
2112 0.647306 12 96 0.820576 0.99204 0.814044
2136 0.643176 12 120 0.820576 0.989391 0.811871
2160 0.639058 12 144 0.820576 0.98659 0.809572
2184 0.634954 13 0 0.807165 1 0.807165
2186 0.634613 13 2 0.807165 0.999946 0.807122
2208 0.630863 13 24 0.807165 0.99867 0.806091
2232 0.626785 13 48 0.807165 0.996744 0.804537
2256 0.622721 13 72 0.807165 0.994505 0.80273
2280 0.618671 13 96 0.807165 0.99204 0.80074
2304 0.614634 13 120 0.807165 0.989391 0.798602
2328 0.610612 13 144 0.807165 0.98659 0.796341
2352 0.606604 14 0 0.793972 1 0.793972
2376 0.602611 14 24 0.793972 0.99867 0.792916
2400 0.598632 14 48 0.793972 0.996744 0.791387
2424 0.594668 14 72 0.793972 0.994505 0.789609
2448 0.590718 14 96 0.793972 0.99204 0.787652
2472 0.586784 14 120 0.793972 0.989391 0.785549
2496 0.582865 14 144 0.793972 0.98659 0.783325
2520 0.57896 15 0 0.780996 1 0.780996
2544 0.575072 15 24 0.780996 0.99867 0.779957
2568 0.571198 15 48 0.780996 0.996744 0.778453
2592 0.567341 15 72 0.780996 0.994505 0.776705
2616 0.563499 15 96 0.780996 0.99204 0.774779
2640 0.559673 15 120 0.780996 0.989391 0.772711
2664 0.555862 15 144 0.780996 0.98659 0.770523
2688 0.552068 16 0 0.768231 1 0.768231
2712 0.54829 16 24 0.768231 0.99867 0.767209
2736 0.544527 16 48 0.768231 0.996744 0.765729
2760 0.540781 16 72 0.768231 0.994505 0.76401
2784 0.537052 16 96 0.768231 0.99204 0.762116
2808 0.533339 16 120 0.768231 0.989391 0.760081
2832 0.529642 16 144 0.768231 0.98659 0.757929
2856 0.525962 17 0 0.755675 1 0.755675
2880 0.522298 17 24 0.755675 0.99867 0.75467
92

t R(t) n t-nT R(T)^n R(t-nT) Rm(t)


2904 0.518651 17 48 0.755675 0.996744 0.753214
2928 0.515021 17 72 0.755675 0.994505 0.751523
2952 0.511407 17 96 0.755675 0.99204 0.749659
2976 0.507811 17 120 0.755675 0.989391 0.747658
3000 0.504231 17 144 0.755675 0.98659 0.745541
3024 0.500668 18 0 0.743324 1 0.743324
3048 0.497122 18 24 0.743324 0.99867 0.742335
3072 0.493593 18 48 0.743324 0.996744 0.740903
3096 0.490081 18 72 0.743324 0.994505 0.73924
3120 0.486586 18 96 0.743324 0.99204 0.737407
3144 0.483109 18 120 0.743324 0.989391 0.735438
3168 0.479648 18 144 0.743324 0.98659 0.733356
3192 0.476205 19 0 0.731176 1 0.731176
3216 0.472779 19 24 0.731176 0.99867 0.730203
3240 0.46937 19 48 0.731176 0.996744 0.728795
3264 0.465978 19 72 0.731176 0.994505 0.727159
3288 0.462604 19 96 0.731176 0.99204 0.725355
3312 0.459247 19 120 0.731176 0.989391 0.723419
3336 0.455907 19 144 0.731176 0.98659 0.721371
3360 0.452585 20 0 0.719225 1 0.719225
3384 0.44928 20 24 0.719225 0.99867 0.718268
3408 0.445992 20 48 0.719225 0.996744 0.716883

Anda mungkin juga menyukai