oleh
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan (S.ST)
di Program Studi Teknik Energi Terbarukan
Jurusan Teknik
oleh
ii
iii
PRAKATA
Penulis
iv
RINGKASAN
Praktek Kerja Lapang (PKL) merupakan suatu kegiatan praktek kerja oleh
mahasiswa pada suatu instansi/industri/perusahaan,yang diharapkan dapat menjadi
sarana pengembangan keahlian dan keterampilan yang belum di dapatkan pada
perguruan tinggi khusunya di bidang pembangkit energi. Sehingga menjadi
pengalaman kerja yang dapat diterapkan nanti pada dunia kerja.
PT.Pembangkit Jawa Bali (PT PJB) unit pembangkitan Brantas (UP
BRANTAS) merupakan salah satu perusahaan pembangkit listrik tenaga air
(PLTA). PT PJB UP Brantas memiliki 12 PLTA dengan total daya terpasang sekitar
275 MW dan mampu memproduksi energi listrik setiap tahun rata-rata 1.033,56
GWh. Salah satunya PLTA Tulungagung yang dioprasikan sebagai PLTA run of
river , besar daya yang dibangkitkan PLTA Tulungagung sebesar 2x 18 MW
dengan tujuan menyuplai kebutuhan listrik daerah Tulungagung, Trenggalek dan
Pacitan. Turbin PLTA Tulungagung telah dioperasikan sejak 1993 hingga saat ini,
semakin lama mesin dioperasikan maka akan banyak penurunan fungsi. Sehingga
perlu dilakukan analisa laju kerusakann dan tingkat kehandalan turbin unit 1 PLTA
Tulungagung.
Dari hasil analisa data work order selama 10 Tahun didapatkan kegagalan
atau ganguan Turbin Unit 1 PLTA Tulungagung sebanyak 35 kali. Dimana dari
kegagalan dan gangguan turbin didapatkan MTBF (Time Between Failure) sebesar
2186 Jam. Dari MTBF tersebut dapat dijadikan parameter untuk menghitung laju
kerusakan dan kehandalan turbin unit 1 PLTA Tulungagung.
Distribusi Weibull yang telah didapatkan melalui software MINITAB 17
mendapatkan p-value 0,250 sehingga dapat dikatakan sesuai dengan aderson
darling test karena p-value lebih dari 0,05 sehingga sebaran data termasuk distrbusi
weibull. Grafik distribusi weibull tersebut menunjukan nilai α atau parameter skala
v
sebesar 4021 dan nilai β atau parameter bentuk sebesar 1,293. Sehingga dari
parameter yang telah didapatkan tersebut dapat dilanjutkan untuk menghitung laju
kerusakan dan tingkat kehandalan turbin Unit 1 PLTA Tulungagung.
Laju kerusakan turbin Unit 1 PLTA Tulunggung mengalami peningkatan
seiring berjalannya waktu. Hal tersebut ditandai dengan tidak adanya kerusakan
pada saat awal turbin bekerja. Kemudian seiring berjalannya waktu kerusakan
turbin mengalami peningkatan. Sehingga laju kerusakan ini termasuk modus usang
yaitu meningkatnya kegagalan mesin seiring dengan berjalannya waktu dan modus
ini dapat digunakan sebagai penentuan kehandalan turbin.
Tingkat kehandalan Turbin Unit 1 PLTA Tulungagung memiliki
kehandalan sebesar 63,461% sehingga kehandalan tersebut dapat ditingkatkan
dengan menggunakan simulasi PM (Preventive Maintenance), dimana pada analisa
ini menggunakan simulasi dengan interval 336 dan 168 jam. Didapatkan setelah
dilakukan simulasi dengan PM (Preventive Maintenance) interval 336 Jam Turbin
Unit 1 PLTA Tulungagung kehandalan meningkat sebesar 13,723 % sedangkan
dilakukannya simulasi dengan PM (Preventive Maintenance) interval 168 jam
kehandalan turbin unit 1 PLTA Tulungagung lebih meningkat sebesar 17,251 %.
vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN
AKADEMIS
Dibuat di : Jember
Pada Tanggal : 5 Juli 2017
Yang menyatakan,
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ........................................................................... i
HALAMAN JUDUL ............................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ iii
HALAMAN PRAKATA ........................................................................ iv
HALAMAN RINGKASAN ................................................................... v
HALAMAN PUBLIKASI ...................................................................... vii
HALAMAN DAFTAR ISI ..................................................................... viii
HALAMAN DAFTAR TABEL ............................................................ xii
HALAMAN DAFTAR GAMBAR ........................................................ xiii
HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ..................................................... xv
viii
2.2 Struktur Organisasi Perusahaan ....................................... 9
2.2.1 Struktur dan Pemegang Saham PT PJB ....................... 9
2.2.2 Struktur Organisasi Unit Pembangkatan Brantas .......... 10
2.2.3 Struktur Organisasi PLTA Tulungagung ..................... 11
2.3 Kondisi Lingkungan Perusahaan ....................................... 15
ix
BAB 4. PENERAPAN DISTRIBUSI WEIBULL DALAM PENENTUAN
LAJU KERUSAKAN DAN PELUANG KEHANDALAN TURBIN
UNIT 1 PT.PJB UP. BRANTAS PLTA TULUNGAGUNG . 43
4.1 Pekerjaan Divisi Pemeliharaan .......................................... 43
4.2 Pengertian Turbin ............................................................... 44
4.3 Penggolongan Turbin Air................................................... 44
4.4 Turbin Francis ................................................................... 46
4.5 Komponen Utama Turbin Francis .................................... 49
4.6 Kehandalan .......................................................................... 50
4.6.1 Pengertian Kehandalan ............................................... 50
4.6.2 Distribusi Weibull untuk Menghitung Kehandalan
Dan Laju Kerusakan .................................................. 50
4.7 Preventive Maintenance (Pemeliharaan Pencegahan)...... 51
4.7.1 Pengertian .................................................................... 51
4.7.2 Kehandalan dengan Preventive Maintenance ............ 52
4.8 Blok Diagram Analisa Turbin ........................................... 52
x
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 65
6.1 Kesimpulan ......................................................................... 65
6.2 Saran ................................................................................... 65
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
2.1 PLTA di UP Brantas .......................................................................... 6
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1 PLTA Tulungagung ........................................................................ 8
xiii
3.17 Spill Way ........................................................................................ 32
3.27 CW Valve......................................................................................... 35
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Surat Keterangan Selesai Praktek Kerja Lapang .................................. 67
xv
BAB 1. PENDAHULUAN
1
2
5
6
PLTA Tulungagung ini memanfaatkan potensi sumber daya air dari daerah
aliran sungai (DAS) kali Ngrowo yang berhilir di Saluran Parit Agung,Saluran Parit
Agung berasal dari salurat parit raya, kalidawir, suplesi dari kali brantas, serta
sungai Parit Agung. Saat ini PLTA Tulungagung berada di bawah naungan
manajemen PT. Pembangkit Jawa Bali – Unit Pembangkitan Brantas. PLTA ini di
desain dengan tipe turbin Francis Vertikal dengan daya maksimum terpasang
9
sebesar 2x18 MW. PLTA ini dioprasikan dengan menerapkan pola run of river.
Energi tahunan rata-rata yang dihasilkan kurang lebih mencapai 184 GWh.
Sejak beroperasi pertama kali pada tahun 1933, PLTA Tulungagung sudah
memiliki peran sebagai pendukung utama jaringan listrik 70 Kv di daerah Jawa
Timur bagian selatan, yang meliputi wilayah Tulungagung, sehingga jika terjadi
gangguan yang mengakibatkan PLTA Tulungagung tidak dapat beroperasi maka
dampaknya akan sangat terasa yaitu berupa penurunan tegangan pada system 70
Kv.
MANAGER
Wakil Manager
Umum
Sekertariat arsip dan
korespondensi dan
keamanan
Kepala PLTA :
Gatot Suprihadi
Listrik : Teguh FP
Kontrol : Ibrahim Fahmi
LK3 : Hadi Suryono
1. Kepala PLTA
Tugas dari kepala PLTA Tulungagung adalah:
a. Bertangung jawab penuh untuk pengoperasian dan pemeliharaan PLTA
Tulungagung.
b. Bertanggung jawab terhadap kepastian pemenuhan kerja kontrak.
c. Menetapkan dan mengarahkan kebijakan pada aktivitas operasi sekaligus
pemeliharaan.
d. Menempatkan sumber daya (pekerja atau karyawan) pada bidang yang sesuai.
e. Bertanggung jawab untuk peningkatan dan implementasi yang efektif
menyangkut sistem manajemen mutu dan lingkungan.
13
2. Operator Produksi
Semua operator produksi baik 0perator produksi A sampai dengan operator
produksi D memiliki uraian kerja yang sama, yaitu bertanggung jawab atas
pengoperasian yang meliputi:
a. Memonitoring Status dan Progres WO.
b. Menyesuaikan operasi unit pembangkit sesuai SOP dan ROH.
c. Pembuatan ILS yang berkualitas.
d. Pelaksanaan FLM PM 7D.
e. Pengembalian feedback FLM PM 7D.
f. Panel dan desk board terawat baik sesuai dengan 5-S.
Selain itu tugas dari operator produksi adalah komunikasi dan koordinasi
jumlah gangguan karena miss komunikasi dan miss koordinasi dengan P3B
masalah pembebanan, dan dengan Perum Jasa Tirta (PJT) masalah elevasi dan
curah hujan, pencatatan pada check list saat start-stop unit yang meliputi:
a. Entry data logsheet ke komputer.
b. Trending data temperator dan konkin operasi tiap bulan.
c. Laporan bulanan perusahaan akurat dan tepat waktu.
3. Teknisi Mesin (Pemeliharaan)
Tugas dari teknisi mesin memiliki uraian seperti berikut:
a. Bertanggung jawab untuk memonitor seluruh peralatan mesin-mesin di PLTA
Tulungagung.
b. Bertanggung jawab untuk perbaikan dan perawatan mesin-mesin di PLTA
Tulungagung.
c. Bertanggung jawab untuk memastikan mesin dalam kondisi baik dan siap
untuk beroperasi.
d. Bertanggung jawab untuk memastikan bahwa pelaksanaan kerja pada
perbaikan dan perawatan sesuai 5-S.
4. Teknisi Kelistrikan (Pemeliharaan)
Tugas dari teknisi listrik adalah :
a. Bertanggung jawab untuk memonitoring seluruh sistem kelistrikan pada PLTA
Tulungagung.
14
Berdasarkan hasil studi water balance dengan model DAS K.Brantas yang
telah mempertimbangkan pioritas peruntukan air, seperti kebutuhan air irigasi pada
DAS K. Ngrowo dan DAS Kali Brantas bagian hilir, kebutuhan domestik dan
pengelontoran untuk daerah Surabaya. Maka air yang tersedia untuk PLTA
Tulungagung dengan kapasitas terpasang 2 x 18 MW akan menghasilkan energi
tahunan rata-rata 184 GWh. PLTA Tulungagung merupakan PLTA satu-satunya di
Asia Tenggara yang aliran air pembuangan langsung di alirkan ke pantai.
Sesuai program dari PT.Pembangkitan Jawa Bali (PT PJB) PLTA
Tulunggagung sangat memperhatikan kesejahteraan dan prasarana dari masyarakat
sekitar. PLTA Tulungagung juga membangun masjid, taman di dekat pantai, jalan
juga mercusuar untuk para nelayan sekitar pantai sidem. PLTA Tulungagung juga
melaksanakan program bantuan laziz, pelatihan dan senam bersama warga setiap
jum’at pagi guna menjalin kerja sama yang baik dengan masyarakat sekitar juga
memberi pengetahuan-pengetahuan untuk pendidikan dan lingkungan.
PT PJB memiliki budaya yang juga diterapkan pada PLTA Tulungagung
yaitu budaya 5S guna menciptakan dan meningkatkan produktifitas, kualitas,
keselamatan, dan mengurangi biaya. Berikut ini adalah budaya 5S yang diterapkan
di PLTA Tulungagung :
17
18
19
Energi Potensial
Energi Listrik
Energi Kinetik
Energi Mekanik
turbin jenis FRANCIS dengan ketinggian air antara 30-200 meter akan
mendapatkan putaran 100-600 rpm. Dengan poros mendatar maupun vertikal.
Kecepatan turbin PLTA Tulungagung yaitu 375 rpm.
4. Energi Listrik
Energi listrik terjadi akibat adanya perbedaan medan magnit di generator yang
digerakan oleh poros turbin. PLTA Tulungagung menghasilkan Daya Listrik
sebesar 2x18 MW.
Generator unit 1 dan unit 2 saat beroperasi akan menghasilkan output tegangan 11
KV tegangan yang dihasilkan oleh generator masih terlalu kecil untuk disalurkan
ke Gardu Induk maka digunakan Transformator Step-Up 70 KV untuk disinkronkan
dengan bus 70KV GI Trenggalek dan GI Tulungagung. Untuk Pemakaian sendiri
PLTA Tulungagung berasal dari 3 sumber yaitu :
a. PS 1 yang berasal dari output generator 11KV di step down menjadi 0,38 KV
b. PS 2 yang berasal dari BUS 20 KV (PLN Disribusi) di step down menjadi 0,38
KV
c. Dari Emergency Diesel Generator (EDG).
3.3.2 Generator
Generator adalah alat penghasil lisrik dengan cara mengubah energi mekanik
runner yang di couple dengan rotor generator akan menimbulkan gaya gerak listrik
(GGL) akan menghasilkan output tegangan listrik. Didalam generator terdapat 2
bagian utama yaitu Rotor dan Stator.
Rotor merupakan bagian generator yang bergerak (diputar oleh turbin) tersusun dari
lilitan yang mengandung medan magnet diskrit dengan intinya berupa lamel yang
memiliki ketebalan dan pada lilitan terdapat layer isolasi yang terbuat dari asbes,
sedangkan disekeliling rotornya ditutupi oleh isolator yang disebut earth insulation
sedangkan pada rotor terdapat bila kipas sebagai pendingin.
Stator merupakan bagian generator yang tidak bergerak, stator inilah akan timbul
gaya gerak listrik yang merupakan tegangan output generator sebagai akibat adanya
garis gaya dari medan magnet yang memotong batang konduktor pada stator.
Lilitan stator diberi isolasi email yang berfungsi untuk mencegah terjadinya hubung
singkat dengan bodi lilitan. Stator juga dipasang temperature detector yang
berfungsi untuk memberikan data suhu yang timbul untuk mengantisipasi
kerusakan isolasi.
23
3.3.3 Transformator
Transformator adalah suatu peralatan listrik statis berfungsi untuk menimbulkan
energi listrik dari sistem primer ke sistem sekunder, dimana pada umumnya disertai
perubahan harga tegangan/arus dengan frekuensi konstan melalui suatu gandengan
magnetic dan berdasarkan induksi elektromagnetik. Oli yang digunakan adalah
jenis Shell Diala ZX 14.
24
Pengaturan frekuensi listrik yang identik dengan kecepatan putar turbin dilakukan
oleh governor melalui pembukaan dan penutupan guide vane pada penambahan
atau pengurangan beban generator.
2. Intake Building
Intake Building merupakan bangunan yang dipakai untuk mengambil air langsung
dari sungai ke saluran penghantar. Intake Building sendiri mempunyai fungsi
sebagai mengatur kebutuhan air yang akan digunakan sebagai energi pembangkit,
29
dapat mengontrol dan mencegah sampah masuk saringan tekan, sampah yang
dimaksud adalah sampah mayor atau sampah yang berukuran besar dan berfungsi
sebagai mengurangi masuknya sedimentasi atau endapan yang akan mempengaruhi
proses pembangkitan di PLTA.
3. Trash Rack
Trash Rack adalah sebuah penyaring sampah sebelum masuk ke kolam tando harian
(KTH).
5. Kolam Tando
Kolam tando adalah digunakan untuk tando sementara dan sebagai pengendapan
sedimen, sebelum digunakan proses pembangkitan PLTA Tulungagung.
6. Intake Gate
Intake Gate adalah pintu atau gerbang yang dipasang dimuka intake building dan
digunakan untuk mengalirkan air dari sungai menuju saluran tekan dan pipa pesat
. Katup yang digunakan di intake gate PLTA Tulungagung adalah type sorong (slide
gate).
7. Surge Tank
Sebelum air masuk ke penstock terlebih dahulu melalui surge tank. Surge Tank
berfungsi menyerap arus balik air ( water hammer ) saat debit air pada turbin
berubah, sebagai peredam pukulan air bila mana pembangkit tidak beroperasi
secara tiba-tiba sehingga meninggalkan tekanan balik dan berfungsi untuk
menghilangkan gelembung udara yang berada didalam pipa pesat.
8. Penstock
Penstock atau pipa pesat adalah pipa saluran air yang terbuat dari besi baja
berfungsi untuk mengalirkan air menuju ke turbin PLTA Tulungagung.
9. Spill Way
Sebuah saluran air yang digunakan untuk mengendalikan ketinggian air sungai agar
tidak melampaui ketinggian batas maksimum yang telah ditentukan (melindungi
bahaya banjir).
High Pressure (Unit 1 ON 55,5 bar OFF 59,5 bar, Unit 2 ON 55,7 bar OFF 59,9
bar). Peralatan yang mendukung sistem udara tekan dan minyak tekan yaitu:
1. Compressor
Compressor adalah alat yang digunakan untuk mengsasilkan udara yang akan
didistribusikan. Compressor pada PLTA Tulungagung ada 2 yaitu indoor dan
outdoor. Compressor indoor berfungsi menghasilkan udara bertekanan yang
dipakai untuk pengisian udara pada pressure tank dan breaking system, sedangkan
compressor outdoor berfungsi menghasilkan udara bertekanan yang dipakai untuk
mensuplai tekanan PMT GCB trafo.
2. Air Tank
Air tank merupakan berfungsi untuk menampung udara bertekanan dari
compressor. Air tank terbagi menjadi 2 yaitu primary tank dan secondary tank.
Primary tank berfungsi menampung udara yang berasal dari compresor untuk
disuplai menuju pressure tank, selain itu primary tank juga terdapat saluran menuju
ke secondary tank untuk breake generator akan digunakan ketika unit berhenti
beroperasi untuk menahan generator tetap diam. Dari tabung primary tank sebelum
dialirkan menuju secondary tank tekanan akan diturunkan mengunakan reducer
valve sesuai tekanan kerja masing – masing. Tekanan kerja pada primary tank
mempunyai tekanan kerja sebesar 60 bar untuk di suplai udara ke governor pressure
tank, sedangkan secondary tank mempunyai tekanan kerja sebesar 15 bar untuk
34
brake generator. Selain itu dari primary tank udara bertekanan di reproduksi lagi
dengan reducer valve hingga mencapai 5 bar, yang selanjutnya dialirkan ke
maintenance shaft seal dan sub strainer.
1. Pressure Tank
Pressure tank berfungsi untuk mempertahankan ketinggian dan tekanan minyak
secara terus menerus baik unit pembangkit beroperasi maupun tidak beroperasi.
Tekanan kerja minyak pada pressure tank adalah 48-55 bar.
Minyak bertekanan ini di gunakan untuk membuka dan menutup inlet valve
membuka dan menutup by pass valve dan untuk menggerakan servo motor.
2. Servo Motor
Menggunakan oli bertekanan yang berasal dari pressure tank yang didistribusikan
menggunakan pipa kecil menuju ke servo motor guide vane untuk menggerakan
torak yang berada di dalam tabung cylinder servo motor agar guide vane bisa
bergerak membukan dan menutup.
minyak yang lebih panas dan lebih kotor dengan efek sentrifugal akibat putaran
poros.
2. Main Strainer
Main Strainer untuk menyaring kotoran yang sebelumnya sudah disaring di head
tank. Main strainer mampu menyaring sampah berukuran 300 mikro meter.
3. CW Valve
CW Valve berfungsi untuk mengatur membukan atau menutup suplai air kebutuhan
peralatan pada cooling water system yaitu oil upper bearing, oil trusht bearing, oil
lower bearing, turbine bearing, radiator.
Boster Pump
Sub Strainer
mencatat hasil pengukuran yang ditujukan pada alat ukur yang terdapat pada ruang
genset. Hasil pengukuran dicatat dalam suatu maintenance book untuk dijadikan
tanda bukti telah dilakukan pemeliharaan pada genset. Pada pemeliharaan genset
yang di pelihara,dicatat,dan diukur adalah :
a. Level air radiator.
b. Fan belt ( yang diperiksa adalah kelenturannya).
c. Level air aki.
d. Level oli dan kondisi oli.
e. Pembersihan sekitar genset.
f. Pemeriksaan sekitar genset.
g. Pemeriksaan bbm (solar).
3.6.2 Pemeliharaan Baterai
Pemeliharaan ini dilakukan secara preventive, dengan jadwal tertentu.
Pemeliharaan pada ruang baterai meliputi pembersihan lantai, lemari, permukaan
baterai, pemeriksaan suhu ruangan, dan mencatat hasil pengukuran tegangan dan
arus per baterai dan keseluruhan baterai.
Untuk baterai yang airnya kurang dari batas permukaan air yang diizinkan, akan
dilakukan penambahan air distilasi. Cara pengisiannya adalah dengan membuka
penutup pada setiap sel baterai yang akan diisikan air destilasi, kemudian
menggunakan corong untuk mempermudah pengisian air pada baterai. Pengisian
air pada baterai dilakukan hingga mencapai batas permukaan air yang diizinkan.
Setelah pengisian sel pada baterai, dan membersikan permukaannya mengunakan
kain majun.
3.6.3 Pemeliharaan Oil Cooler Trust Lower Bearing
Oil Cooler Trust Lower Bearing adalah salah satu pendingin yang digunakan pada
unit generator. Kontruksinya terdiri dari pipa-pipa dan terdapat dua buah tabung
yang bersisikan minyak dan air. Tabung inilah yang nantinya akan dibersihkan. Di
dalam tabung ini terdapat lubang-lubang sebanyak 270 buah. Setiap lubang harus
dibersihkan dari lumpur yang menyumbat. Penyumbatan karena lumpur ini dapat
mengakibatkan panas yang berlebih saat unit sedang beroperasi.
42
Cara membersihkan Oil Cooler Trust Lower Bearing yaitu, pertama yang dilakukan
adalah menutup valve bertekanan, kemudian mengeluarkan air sisanya. Selanjutnya
membuka baut pada setiap valve yang sudah ditutup tadi dan melepas elbow beserta
valvenya, ada dua buah valve pada setiap Oil Cooler Trust Lower Bearing. Setelah
itu membuka cover pada tabungnya dan membersihkan setiap lubang pada setiap
tabung dengan menggunakan stick dari kabel twisted. Selain itu valve dan elbow
tadi juga dibersihkan. Setelah semuanya sudah bersih, langkah selanjutnya adalah
memasangkan kembali, tapi sebelumnya cover tabung dan permukaan valve beserta
elbow harus diolesi dengan menggunakan s untuk menghindari kebocoran dan
menambah daya sekat pada setiap permukaan sambungan. Langkah terakhir adalah
mengencangkan setiap baut yang dilepas tadi.
3.6.4 Pemeliharaan Head Tank
Head tank berfungsi menurunkan tekanan air yang akan digunakan pada sistim
pendingin yaitu tekanan penstock adalah 8 bar (8 kg/cm2) diturunkan menjadi 4 bar
(4 kg/cm2) karena peralatan pendingin PLTA Tulungagung di desain pada tekanan
4 bar (4 kg/cm2). Selain itu head tank digunakan untuk menyaring sampah mayor
seperti bangkai ikan, plastik, kayu dan lain-lain sehingga perlu dilakukannya
pembersihan.
Pembersihan head tank dilakukan sehari sekali oleh operator CCR. Pertama yang
dilakukan ialah menyiapkan ember untuk menampung sampah, kemudian
mengangkat saringan besi pada head headtank. Selanjutnya membersihkan sampah
plastik, kayu, bangkai ikan yang mengganngu jalannya air yang kemudian di
masukkan pada ember penampung sampah. Setelah selesai dibersihkan saringan
besi kembalikan seperti semula.
BAB 4. PENERAPAN DISTRIBUSI WEIBULL DALAM
PENENTUAN LAJU KERUSAKAN DAN PELUANG
KEHANDALAN TURBIN UNIT 1 PT PJB UP
BRANTAS PLTA TULUNGAGUNG
43
44
Pada gambar terlihat turbin Kaplan adalah turbin yang beroperasi pada head
yang rendah dengan kapasitas aliran air yang tinggi, atau bahkan beroperasi pada
kapasitas yang sangat rendah. Hal ini karena pada saluran sudu jalan belokannya
hanya sedikit saja. Pada waktu bekerja sudu jalan turbin ini dapat diatur posisinya,
disesuaikan dengan perubahan tinggi air jatuh
Sedangkan Manik I.F,2012 mengatakan menurut cara kerjanya, turbin dapat
dibagi menjadi dua, yakni turbin impuls dan turbin reaksi.
a. Turbin Impuls
Turbin impuls adalah turbin air yang cara kerjanya dengan merubah seluruh
energi air (yang teridiri dari energi potensial-tekanan-kecepatan) yang tersedia
menjadi energi kinetik untuk memutar turbin, sehingga menghasilkan energi puntir
dalam bentuk putaran poros. Atau dengan kata lain, energi potensial air diubah
46
menjadi energi kinetik pada nosel. Contoh turbin impuls adalah turbin Pelton.
Turbin Pelton dipakai untuk tinggi air jatuh yang besar.
Turbin impuls adalah turbin tekanan sama karena aliran air yang ke luar
nosel tekanannya adalah sama dengan tekanan atmosfer di sekitarnya. Semua energi
tinggi tempat, dan tekanan ketika masuk ke sudu jalan turbin diubah menjadi energi
kecepatan pelton turbin.
b. Turbin Reaksi
Turbin reaksi adalah turbin air yang cara bekerjanya dengan merubah
seluruh energi air yang tersedia menjadi energi puntir dalam bentuk putaran. Sudu
pada turbin reaksi mempunyai profil khusus yang menyebabkan terjadinya
penurunan tekanan air selama melalui sudu.
Turbin ini terdiri dari sudu pengarah dan sudu jalan dan kedua sudu tersebut
semuanya terendam di dalam air. Air dialirkan ke dalam sebuah terusan atau
dilewatkan ke dalam sebuah cincin yang berbentuk spiral (rumah keong).
Perubahan energi seluruhnya terjadi di dalam sudu gerak.
Turbin air yang paling banyak digunakan adalah turbin reaksi. Turbin reaksi
digunakan untuk aplikasi turbin dengan head rendah dan medium. Pada turbin
reaksi, letak turbin harus diperhatikan agar tidak terjadi bahaya kavitasi yang terjadi
akibat adanya tekanan absolut yang lebih kecil dari tekanan uap air. Kavitasi dapat
menyebabkan sudu-sudu turbin menjadi berlubang-lubang kecil, sehingga
mengurangi efisiensi turbin yang akhirnya dapat pula merusak sudu turbin. Jika
turbin diletakkan lebih tinggi dari tinggi tekanan isap, maka kavitasi akan terjadi,
sehingga letak turbin harus selalu di bawah tinggi tekanan isap (Hs).
digunakan untuk tinggi air jatuh sampai 700 m dengan kapasitas air dan kecepatan
putar yang sudah memenuhi harapan.
Turbin air Francis dianggap sudah bisa dibuat dengan kecepatan air yang
sama tingginya dimana kecepatan putar yang tinggi tersebut menghasilkan
keuntungan terhadap berat dan harga turbin dan generatornya. Tidak ada kerugian
tinggi air jatuh akibat adanya ruang bebas. Penempatan turbin Francis didalam
bangunan bawah tanah adalah mungkin yang baik dan menguntungkan untuk turbin
ini adalah bila tinggi permukaan air bawah sangat berubah-ubah. (Sasongko,2010).
Turbin francis yang digunakan pada PLTA Tulungagung yaitu Turbin
Francis poros vertical. Dengan generator berada diatas turbin dan turbin berada
dibawah tanah. Sebagai gambaran turbin poros vertical dapat di lihat gambar
berikut :
Keterangan Gambar :
1. Rumah keong (Thescroll casing)
3. Sudu gerak (Runner)
4. Poros (Shaft)
5. Pipa isap (Draft tube cone)
48
daya dalam hal ini adalah turbin menghasilkan daya karena menurunkan head
tekanan. Sedangkan pada pompa Francis membutuhkan daya untuk menghasilkan
head tekanan yang lebih besar.
2. Guide Vane
Guide vane merupakan komponen yang berperan dalam pengaturan debit
air yang akan masuk ke runner. Hal ini sangat berguna mengingat faktor dari
perubahan debit akan dapat mengatur perubahan beban daya yang akan ditanggung
oleh sebuah PLTA. Rumus dari daya, dari keempat faktor yang dapat
mempengaruhi terhadap perubahan daya, hanya debit (Q) yang T η . Q . H . g . ρ P
dapat dengan mudah diubah-ubah. Sehingga dengan mengatur perubahan dari debit
(Q) akan menyebabkan terjadinya perubahan daya. Perubahan daya berbanding
lurus dengan perubahan debit. Semakin besar debit air yang dialirkan semakin besar
pula kapasitas daya yang dihasilkan. Inilah yang dijadikan dasar pembuatan dari
guide vane, yang bertugas untuk mengatur kapasitas daya dengan cara mengatur
perubahan debit air.
3. Stay Vane
Stay vane adalah alat yang berfungsi untuk mengarahkan aliran menuju ke
guide vane. Air yang berasal dari spiral case akan masuk melalui stay vane. Aliran
yang bagus adalah ketika saluran ini mendapatkan debit yang sama pada seluruh
lingkaran penuh. Stay vane berfungsi pula dalam mengarahkan aliran air menuju
runner.
4. Spiral Case
Spiral case selain berfungsi sebagai meningkatkan kecepatan, berfungsi
pula dalam membagi debit agar dapat terbagi secara merata masuk ke dalam stay
vane. Penampang spiral case dibuat membesar menuju kearah hulu aliran air, sebab
setelah melalui stay vane pada bagian awal air masuk kedalamnya sehingga debit
air untuk masuk ke stay vane berikutnya jumlah debit berkurang hingga pada stay
vane yang terakhir debit akan habis. Dengan demikian akan dihasilkan arus yang
teratur, di dalam setiap lingkaran spiral yang sejajar harus menerima arus yang
sama, hal ini dapat diketahui dengan putaran runner yang sama.
50
4.6 Kehandalan
4.6.1 Pengertian Kehandalan
Kehandalan merupakan kemungkinan dari suatu peralatan untuk melakukan
fungsi atau kerja tanpa adanya kegagalan pada interval waktu tertentu (Khumar
1992 dalam Widyaningsih 2011). Semakin banyak suatu mesin atau sistem
mengalami kegagalan maka tingkat kehandalan akan menurun begitupun
sebaliknya semakin sedikit suatu mesin atau sistem mengalami kegagalan maka
kehandalan akan semakin tinggi. Sistem atau mesin dengan kehandalan yang tinggi
akan mengurangi biaya kegagalan peralatan. Secara umum perhitungan kehandalan
didasarkan pada pertimbangan terhadap modus kegagalan awal yang dapat disebut
sebagai angka kegagalan dini (menurunnya tingkat kegagalan yang akan datang
seiring berjalannya waktu) atau menggunakan modus usang (meningkatnya
kegagalan seiring dengan waktu)(Widyaningsih,2011).
4.6.2 Distribusi Weibull untuk Menghitung Kehandalan dan Laju Kerusakan
Pada analisa ini, distribusi yang digunakan dalam menghitung kehandalan
adalah distribusi weibull Distribusi weibull merupakan distribusi empiris yang
paling banyak digunakan dan hampir muncul pada semua karakteristik kegagalan
dari produk karena mencakup ketiga fase kerusakan yang mungkin terjadi pada
distribusi kerusakan. Pada umumnya, distribusi ini digunakan pada komponen
mekanik atau peralatan pemesinan (Widyaningsih, 2011).
Dua parameter yang digunakan dalam distribusi ini adalah α yang disebut
dengan paremeter skala (scale parameter) dan β yang disebut dengan parameter
bentuk (shape parameter). Fungsi kehandalan yang terdapat dalam distribusi
weibull menurut Ebeling (1997).
t β
R(t) = e−(α) ................................................................................................... (4.1)
Menurut Fikri tanpa tahun, Distribusi weibull juga dapat digunakan dalam
menentukan fungsi laju kerusakan peralatan atau sistem dengan fungsi sebagai
berikut :
51
𝛽 𝑡
𝜆(𝑡) = (𝛼)𝛽−1 ............................................................................................. (4.2)
𝛼
Keterangan :
N = jumlah perawatan
Rm(t) = kehandalan (reability) sytem dengan preventive maintenance
R(T)n = probabilitas kehandalan hingga n selang waktu
R(t-nT) = probabilitas kehandalan untuk waktu t-nT dari tindakan s
Intake
Penstock
Turbin
Generator
Intake
Transformator
Intake
r
Jaringan Transmisi
53
54
untuk mengetahui distribusi yang sesuai dengan sebaran kumpulan data pada nilai-
nilai TBF Turbin Unit 1 PLTA Tulungagung. Disajikan pada gambar 5.1 berikut.
Hasil analisa distribusi weibull pada Gambar 5.1 mendapatkan hasil p-value
0,250 sehingga dapat dikatakan sesuai dengan aderson darling test karena p-value
lebih dari 0,05 sehingga sebaran data termasuk distrbusi weibull. Grafik distribusi
weibull tersebut menunjukan nilai α atau parameter skala sebesar 4021 dan nilai β
atau parameter bentuk sebesar 1,293. Sehingga dari parameter yang telah
didapatkan tersebut dapat dilanjutkan untuk menghitung laju kerusakan dan tingkat
kehandalan turbin Unit 1 PLTA Tulungagung.
𝛽 𝑡 𝛽−1
Laju kerusakan λ(t) = ( )
𝛼 𝛼
= 0,000322 . 0,5436460,293
= 0,000268975
0.00035
0.0003
0.00025
λ
0.0002
0.00015
0.0001
0.00005
0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000
Jam
Dapat dilihat laju kerusakan turbin pada gambar 5.2 menunjukkan grafik
laju kerusakan turbin Unit 1 PLTA Tulunggung mengalami peningkatan seiring
berjalannya waktu. Hal tersebut ditandai dengan tidak adanya kerusakan pada saat
awal turbin bekerja. Kemudian seiring berjalannya waktu kerusakan turbin
mengalami peningkatan. Sehingga laju kerusakan ini termasuk modus usang yaitu
meningkatnya kegagalan mesin seiring dengan berjalannya waktu dan modus ini
dapat digunakan sebagai penentuan kehandalan turbin.
t−nT β
R(t − nT) = e− ( α
)
170 1,298
= e− (4021)
= 𝑒 0.01673
= 0,98341
= 98,341%
Sehingga perhitungan peluang kehandalan pada sistem turbin unit 1 yang
dilakukan setelah preventive maintenance ke 6 kali pada MTBF 2186 adalah
sebesar.
1.2
0.8
Kehandalan
0.6
0.4
0.2
0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500
t
R(t) Rm(t)
Dapat dilihat pada gambar 5.3 Garis dengan simbol segitiga menunjukkan
kehandalan turbin sebelum dilakukannya preventive maintenance R(t) dan garis
dengan simbol bulat menunjukan kehandalan turbin setelah dilakukannya
preventive maintenance Rm(t). Sehingga peluang peningkatan kehandalah setelah
dilakukkannya preventive maintenance (PM) 336 jam atau selama 2 minggu sekali
dapat meningkatan kehandalan pada MTBF 2186 sebesar 13,273%.
2 1,298
= e− (4021)
= 𝑒 −5,63𝐸−05
= 0,999946
= 99,9946%
Sehingga perhitungan peluang kehandalan pada sistem turbin unit 1 yang
dilakukan setelah preventive maintenance sebanyak 13 kali pada MTBF 2186
adalah sebesar.
Rm(t) = R(t)(n) x R(t-nT)
= 80,7165% x 99,9946%
= 80,712%
Sedangkan perhitungan kenaikan kehandalan pada sistem turbin unit 1 yang
dilakukan setelah preventive maintenance pada MTBF 2186 adalah sebesar.
Kenaikan = Rm(t) – R(t)
= 80,7122% - 63,461%
= 17,251%
Dari hasil diatas sebelum dilakukan preventive maintenance pada MTBF
2186 didapatkan nilai kehandalan sebesar 63,641% sedangkan setelah dilakukan
preventive maintenance mengalami peningkatan sebesar 80,712% meningkat
sebanyak 17,251%. Peningkatan kehandalan turbin unit 1 PLTA Tulungagung pada
interval waktu 3408 atau selama kurang lebih 4 bulan 7 hari dapat dilihat pada
Gambar 5.4.
63
1.4
1.2
1
Kehandalan
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500
jam
R(t) Rm(t)
Dapat dilihat pada gambar 5.4 Garis dengan symbol silang menunjukkan
kehandalan turbin sebelum dilakukannya preventive maintenance R(t) dan garis
dengan symbol bulat menunjukan kehandalan turbin setelah dilakukannya
preventive maintenance Rm(t). Sehingga peluang peningkatan kehandalan setelah
dilakukkannya preventive maintenance (PM) 168 jam atau selama 1 minggu sekali
dapat meningkatan kehandalan sebesar 17,251% pada MTBF 2186.
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktek kerja lapang yang dilakukan dalam analisa laju
kerusakan dan tingkat kehandalan Turbin Unit 1 PLTA Tulungagung dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Laju kerusakan Turbin Unit 1 PLTA Tulungagung mengalami peningkatan
seiring berjalannya waktu dan pada MTBF 2186 didapatkan laju kerusakan
sebesar 0,000268975
2. Tingkat kehandalan Turbin Unit 1 PLTA Tulungagung memiliki kehandalan
sebesar 63,461 %.
3. Setelah dilakukan simulasi dengan PM (Preventive Maintenance) interval 336
Jam Turbin Unit 1 PLTA Tulungagung meningkat sebesar 13,723 % sedangkan
dilakukannya simulasi dengan PM (Preventive Maintenance) interval 168 jam
kehandalan turbin unit 1 PLTA Tulungagung sebesar 17,251 %.
6.2 Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan dari analisa ini adalah:
1. Dari hasil perhitungan nilai kehandalan dan simulasi yang telah dilakukan
maka dapat dijadikan sebagai dasar acuan dalam melakukan PM (Preventive
Maintenance) agar dapat meminimalisir kegagalan-kegagalan yang mungkin
terjadi.
2. Melakukan preventive maintenance dengan memeriksa setiap komponen
turbin dengan menilai secara visual, membersihkan komponen turbin yang
memiliki tingkat kegagalan atau gangguan., mengganti komponen turbin lama
yang telah mengalami kegagalan atau gangguan sebanyak 3 kali kegagalan
dengan komponen turbin yang baru.
65
DAFTAR PUSTAKA
66
67
LAMPIRAN
1. Februari 2017
69
2. Maret 2017
70
3. April 2017
71
1. Februari 2017
72
2. Maret 2017
73
3. April 2017
74
5. Pemeliharaan Batrai
9. Pemeliharaan Kabel