Anda di halaman 1dari 81

ANALISIS PEMELIHARAAN GARDU DISTRIBUSI 20 KV DENGAN

MENGGUNAKAN METODE CONDITION BASED MAINTENANCE


(CBM) DI PT.PLN (PERSERO) ULP KOTA METRO

(Laporan Praktik Kerja Lapangan)

Oleh

I Made Agus Rianta

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2021
ANALISIS PEMELIHARAAN GARDU DISTRIBUSI 20 KV DENGAN
MENGGUNAKAN METODE CONDITION BASED MAINTENANCE
(CBM) DI PT.PLN (PERSERO) ULP KOTA METRO

(Laporan Praktik Kerja Lapangan)

Oleh

I Made Agus Rianta

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Menempuh Mata Kuliah Praktik Kerja Lapangan

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2021
Judul Laporan : Analisis Pemeliharaan Gardu Distribusi 20 Kv
Dengan Menggunakan Metode Condition Based
Maintenance (CBM) di PT.PLN (Persero) ULP
Kota Metro

Nama Mahasiswa : I Made Agus Rianta

Nomor Pokok Mahasiswa : 1817041044

Jurusan : Fisika

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Bandar Lampung, 1 Juni 2021

Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Jurusan Fisika Dosen Pembimbing
FMIPA Universitas Lampung

Gurum Ahmad Pauzi, S.Si., M.T. Donni Kis Apriyanto, S.Si., M.Sc.
NIP.198010102005011002 NIP.198804032019031005

i
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN


DI PT.PLN (PERSERO) ULP KOTA METRO

Laporan ini disusun untuk memenuhi persyaratan


Mata Kuliah Praktik Kerja Lapangan
Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Lampung

Oleh :

I Made Agus Rianta


1817041044

Laporan Praktik Kerja Lapangan Ini Telah Diperiksa dan Dinyatakan Memenuhi
Persyaratan

Metro, 22 Maret 2021

Menyetujui,
Pembimbing Lapangan

Wawan Satriawan

ii
ANALISIS PEMELIHARAAN GARDU DISTRIBUSI 20 KV DENGAN
MENGGUNAKAN METODE CONDITION BASED MAINTENANCE
(CBM) DI PT.PLN (PERSERO) ULP KOTA METRO

Oleh

I Made Agus Rianta

ABSTRAK

Pemeliharaan gardu distribusi sangat penting karena akan meningkatkan


keandalan jaringan distribusi, kontinuitas dan pelayanan listrik kepada pelanggan.
Praktik Kerja Lapangan ini bertujuan untuk menganalisis nilai perbandingan 3
phasa R, S, dan T sebelum pemeliharaan pemerataan beban dengan sesudah
pemerataan beban. Metode yang digunakan yaitu Condition Based Maintenance
(CBM), dimulai dengan survei lapangan untuk mengetahui kondisi dari peralatan
gardu distribusi kemudian melaporkan ke tim harsus (pemeliharaan khusus) untuk
dilakukannya proses pemeliharaan gardu distribusi. Berdasarkan hasil pengamatan
yang dilakukan, kegiatan pemeliharaan gardu distribusi meliputi Penggantian
sikuan FCO, penambahan alat penghalang binatang (apkuk dan kentang),
pemerataan beban gardu, penggantian trafo, perbaikan sekun ngepong, tapping
trafo dan Perbaikan trafo rembes atau bocor. Nilai beban 3 phasa R, S, dan T
sebelum pemeliharaan sebesar 93,5 ± 10-5 A, 39,2 ± 10-5 A dan 63,5 ± 10-5 A
dengan nilai perbandingan sebesar 9:3:6 sedangkan sesudah pemeliharaan nilai
beban 3 phasa R, S, dan T sebesar 65,6 ± 10-5 A, 50 ± 10-5 A, dan 65,3 ± 10-5 A
dengan nilai perbandingan sebesar 6:5:6

Kata Kunci : Condition Based Maintenance (CBM), Gardu Distribusi,


Pemeliharaan

iii
MAINTENANCE ANALYSIS OF 20 KV DISTRIBUTION GARDU USING
CONDITION BASED MAINTENANCE (CBM) METHOD AT PT PLN
(PERSERO) ULP KOTA METRO

By

I Made Agus Rianta

ABSTRACT

Maintenance of distribution substations is very important because it will increase


the reliability of the distribution network, continuity, and electricity service to
customers. This Field Work Practice aims to analyze the value of the ratio of 3
phases R, S, and T before the maintenance of load equalization and afterload
equalization. The method used is Condition Based Maintenance (CBM), starting
with a field survey to determine the condition of the distribution substation
equipment then reporting to the special maintenance team for the distribution
substation maintenance process. Based on the results of the observations carried
out, the distribution substation maintenance activities include replacement of the
FCO elbow, the addition of animal barrier devices (apkuk and potatoes),
equalization of substation loads, transformer replacement, repair of the ngepong
schooner, transformer tapping, and repair of leaky or leaky transformers. The
values of 3 phases R, S, and T before maintenance are 93.5 ± 10-5 A, 39.2 ± 10-5
A, and 63.5 ± 10-5 A with a ratio value of 9: 3: 6 while after maintenance the load
values of 3 phases R, S, and T are 65.6 ± 10-5 A, 50 ± 10-5 A, and 65.3 ± 10-5 A
with a ratio value of 6: 5: 6.

Keywords : Condition Based Maintenance (CBM), Distribution Gardu,


Maintenance

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas

segala rahmat dan karunia yang diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan

laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang bertempat di PT.PLN(Persero) ULP

Kota Metro.

Laporan Praktik Kerja Lapangan dengan judul “Analisis Pemeliharaan

Gardu Distribusi 20 kV Dengan Menggunakan Metode Condition Based

Maintenance (CBM) Di PT.PLN (Persero) ULP Kota Metro“ ini merupakan

syarat untuk memenuhi salah satu mata kuliah wajib di Universitas

Lampung.Selama penulisan laporan ini, penulis banyak menerima bantuan dan

dukungan sehingga dapat menyelesaikan laporan.Oleh karena itu, penulis

mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Wawan Satriawan pembimbing utama PKL di PT.PLN (Persero)

ULP Kota Metro.

2. Bapak Donni Kis Apriyanto, S.Si.,M.Sc. selaku Dosen Pembimbing PKL

di Jurusan Fisika FMIPA Universitas Lampung.

3. Bapak Gurum Ahmad Pauzi, S.Si.,M.T. selaku Ketua Jurusan Fisika

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

4. Bapak Agus Riyanto, M.Sc. Selaku Koordinator PKL di Jurusan Fisika

FMIPA Universitas Lampung.

v
5. Bapak Arif Surtono, M.Si., M.Eng. selaku Dosen Pembimbing Akademik.

6. Pak Niken, Pak Dwi, Pak angga, serta semua staff selaku pembimbing

lapangan yang bersedia meluangkan waktunya dalam mengerakan dan

membimbing selama PKL diPT.PLN (Persero) ULP Kota Metro.

7. Mas Dedi,Mas Riyan,Mas Febri,dan Mas Budi yang telah memberikan

suatu arahan saat turun ke lapangan.

8. Teman – Teman satu kelompok PKL di PT.PLN (Persero) ULP Kota

Metro yaitu Intan Widyaningrum, Juana Santika, Herlambang Sihombing

serta teman – teman satu angkatan Fisika 2018 yang telah memberikan

suatu semangat dan dorongan dalam menyelesaikan laporan ini.

Penulis menyadari akan adanya kekurangan-kekurangan dalam penulisan

laporan ini karena keterbatasan wawasan dan pengetahuan. Untuk itu kami

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak agar dapat

menjadi lebih baik di masa yang akan datang. Semoga laporan ini bermanfaat bagi

para pembaca dan memberikan kontribusi yang baik untuk segala bentuk kasus

yang terkait dengan bahan tersebut.

Bandar Lampung, 22 Maret 2021


Penulis

I Made Agus Rianta

vi
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN JURUSAN ............................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN PT.PLN (PERSERO) ULP KOTA METRO ..... ii
ABSTRAK ........................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... v
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... ix
DAFTAR TABEL................................................................................................ xii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 3
1.3 Tujuan Praktik Kerja Lapangan .............................................................. 3
1.3.1 Tujuan Umum ................................................................................ 3
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................................... 4
1.4 Manfaat Praktik Kerja Lapangan ............................................................ 4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Tenaga Listrik ............................................................................. 5
2.2 Gardu Distribusi ...................................................................................... 6
2.3 Transformator (Trafo) ............................................................................. 10
2.4 Konfigurasi Jaringan Distribusi .............................................................. 16
2.5 Pemeliharaan Gardu Distribusi ............................................................... 21
2.6 Metode Pemeliharaan Gardu Distribusi .................................................. 22

vii
III. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
3.1 Sejarah Berdirinya PT. PLN (Persero) ULP Kota Metro........................ 26
3.2 Visi, Misi dan Pedoman Perusahaan ....................................................... 28
3.2.1 Visi PT.PLN (Persero) ULP Kota Metro ....................................... 28
3.2.2 Misi PT.PLN (Persero) ULP Kota Metro ...................................... 29
3.2.3 Pedoman Perusahaan ..................................................................... 29
3.3 Lokasi PT.PLN (Persero) ULP Kota Metro ............................................ 30
3.4 Struktur Organisasi ................................................................................. 31
3.5 Manajemen Organisasi............................................................................ 31
3.5.1 Manager ......................................................................................... 31
3.5.2 Asisten Manager Jaringan .............................................................. 32
3.5.3 Supervisor Transaksi Energi Listrik .............................................. 33
3.5.4 Supervisor Pelayanan Pelanggan ................................................... 33
3.5.5 Supervisor Administrasi Umum .................................................... 34
3.5.6 Supervisor PDKB (pekerjaan dalam keadaan bertegangan ........... 35
IV. METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN
4.1 Waktu dan Tempat Praktik Kerja Lapangan ........................................... 36
4.2 Kegiatan Praktik Kerja Lapangan ........................................................... 36
4.3 Metode Pengambilan Data ...................................................................... 37
4.4 Pengamatan yang Dilakukan Selama Praktik Kerja Lapangan ............... 38
4.5 Diagram Alir ........................................................................................... 38
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Pengamatan.................................................................................... 41
5.2 Pembahasan............................................................................................. 42
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ............................................................................................. 62
6.2 Saran..... .................................................................................................. 63
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

viii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Gardu Beton ..................................................................................... 8

Gambar 2.2 Gardu Portal ..................................................................................... 9

Gambar 2.3 Gardu Cantol.................................................................................... 9

Gambar 2.4 Gardu Kios ....................................................................................... 10

Gambar 2.5 Trafo Tegangan Magnetik ............................................................... 12

Gambar 2.6 Trafo Tegangan Kutub Tunggal dan ganda ..................................... 13

Gambar 2.7 Konstruksi Badan Trafo Tegangan .................................................. 14

Gambar 2.8 Rangkaian Belitan Tambahan Trafo Kutub Tunggal....................... 14

Gambar 2.9 Konstruksi Trafo Tegangan Kapasitif ............................................. 15

Gambar 2.10 Konfigurasi Jaringan Radial .......................................................... 18

Gambar 2.11 Konfigurasi Jaringan Loop atau Ring ............................................ 19

Gambar 2.12 Konfigurasi Jaringan Spindel ........................................................ 20

Gambar 2.13 Konfigurasi Jaringan Anyaman ..................................................... 20

Gambar 2.14 Konfigurasi Jaringan Spotload ...................................................... 21

Gambar 2.15 Grafik Umur Pemeliharaan ............................................................ 22

Gambar 3.1 Peta lokasi PT.PLN (Persero) ULP Kota Metro .............................. 30

Gambar 3.2 Struktur organisasi PT.PLN (Persero) ULP Kota Metro ................. 31

Gambar 4.1 Diagram alir pemeliharaan gardu distribusi .................................... 39

ix
Gambar 4.2 Contoh surat perintah kerja .............................................................. 40

Gambar 5.1 Nilai beban 3 phasa sebelum pemerataan beban ............................. 43

Gambar 5.2 Nilai beban 3 phasa sesudah pemerataan beban .............................. 43

Gambar 5.3 Grafik jenis kegiatan pemeliharaan gardu distribusi ....................... 44

Gambar 5.4 Penggantian sikuan out FCO di mt243 ............................................ 45

Gambar 5.5 Penggantian sikuan out FCO di mt308 ............................................ 46

Gambar 5.6 Penggantian sikuan out FCO di m89 ............................................... 46

Gambar 5.7 Penambahan apkuk di sk223 ........................................................... 47

Gambar 5.8 Pemasangan apkuk di sk76 .............................................................. 47

Gambar 5.9 Pemasangan apkuk di sk115 ............................................................ 48

Gambar 5.10 Pemasangan apkuk di sk207 .......................................................... 48

Gambar 5.11 Pemasangan kentang (kejut tegangan) di sk51 .............................. 49

Gambar 5.12 Pemasangan kentang (kejut tegangan) di sk230 ............................ 49

Gambar 5.13 Pemasangan apkuk di sk154 .......................................................... 50

Gambar 5.14 Pemasangan kentang (kejut tegangan) di tm5 sk81....................... 50

Gambar 5.15 Pemasangan kentang (kejut tegangan) di sk39 .............................. 51

Gambar 5.16 Penambahan apkuk di tm10 sk53 .................................................. 51

Gambar 5.17 Bagi beban di mt350 dan mt130 .................................................... 52

Gambar 5.18 Bagi beban di bh50, bh47 dan bh08 .............................................. 52

Gambar 5.19 Penggantian trafo di mk58 ............................................................. 53

Gambar 5.20 Penggantian trafo di mk44 ............................................................. 53

Gambar 5.21 Penggantian trafo sk123 ke sk205 ................................................. 54

Gambar 5.22 Perbaikan sekun ngepong rst mt378 .............................................. 54

Gambar 5.23 Penggantian sekun ngepong di mt301 ........................................... 55

x
Gambar 5.24 Tapping trafo di sk123 ................................................................... 55

Gambar 5.25 Perbaikan oli rembes bushing kendur di mt308 ............................ 56

Gambar 5.26 Alat FCO (Fuse Cut Out) .............................................................. 57

Gambar 5.27 Jumper sikuan FCO (Fuse Cut Out) .............................................. 58

Gambar 5.28 Apkuk ............................................................................................ 58

Gambar 5.29 Kentang (kejut tegangan) ............................................................... 59

Gambar 5.30 Nilai phasa R, S, T sebelum pemerataan beban............................. 60

Gambar 5.31 Nilai phasa R, S, T setelah pemerataan beban ............................... 60

xi
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 4.1 Rencana Kerja PKL .............................................................................. 35

Tabel 5.1 Pemeliharaan gardu distribusi 20 kV ................................................... 40

Tabel 5.2 Nilai beban sebelum dan sesudah pemerataan beban ........................... 41

xii
1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan semakin berkembangnya sektor perindustrian dan

meningkatnya jumlah pelanggan rumah tangga dengan menggunakan peralatan

serba listrik saat ini, maka kebutuhan akan energi listrik mengalami peningkatan.

Hal ini mengakibatkan ketergantungan masyarakat terhadap energi listrik semakin

besar sehingga keinginan terhadap keandalan dan kontinuitas penyaluran listrik

semakin dibutuhkan. Oleh karena itu, dengan terjadinya gangguan suplai listrik ke

pelanggan baik disengaja maupun tidak disengaja akan menimbulkan kerugian

bagi masyarakat maupun pihak perusahaan.

Gangguan suplai listrik dapat dicegah dengan dilakukan pemeliharaan dan

perbaikan pada jaringan distribusi, semua jaringan distribusi memerlukan

pemeliharaan dan perbaikan, baik secara berkala maupun mendadak karena

gangguan serta kerusakan yang menyebabkan terhentinya aliran listrik ke

konsumen. Perawatan dan pemeliharaan perlengkapan jaringan distribusi yang

rutin bertujuan untuk mengatasi penurunan efisiensi dan mencegah terjadinya

kerusakan agar perlengkapan tersebut tetap dalam kondisi yang prima sesuai

fungsinya. Salah satu perlengkapan dalam jaringan distribusi adalah gardu.

Gardu merupakan salah satu komponen penting dalam bidang kelistrikan,

gardu terdiri dari beberapa macam yaitu gardu transmisi, gardu distribusi dan
2

gardu traksi. Pada PLN ULP terdapat gardu distribusi, gardu distribusi ini

digunakan untuk menurunkan tegangan listrik yang tinggi menjadi tegangan

listrik rendah sehingga cocok untuk didistribusikan ke pelanggan. Gardu distribusi

ini menampung peralatan-peralatn listrik untuk penyaluran tenaga listrik ke

konsumen, setiap peralatan yang ada pada gardu distribusi mempunyai lifetime

tersendiri sehingga perlu diadakan pemeliharaan untuk mempertahankan lifetime

peralatan listrik tersebut.

Pemeliharaan gardu distribusi berdasarkan kondisi gardu hasil

pemeriksaan yang dilakukan secara rutin ke setiap gardu atau istilah lainnya

pemeliharaan metode condition based maintenance (CBM). Pemeliharaan metode

condition based maintenance (CBM) lebih baik dibandingkan dengan

pemeliharaan dengan metode lainnya karena prediksi kondisi komponen gardu

distribusi diketahui lebih dini, sehingga rencana pemeliharaan lebih efektif.

Pemeliharaan gardu distribusi dengan metode condition based maintenance

(CBM) menjadi begitu sangat penting karena jika gardu distribusi dalam keadaan

atau kondisi yang bagus akan membuat distribusi tenaga listrik ke para konsumen

menjadi optimal. Pemeliharaan juga untuk meningkatkan keandalan jaringan,

kontinuitas dan pelayanan listrik terhadap pelanggan. Oleh karena itu dilakukan

pemeliharaan gardu distribusi dengan menggunakan metode berdasarkan kondisi

peralatan – peralatan (CBM) dalam gardu distribusi atau berdasarkan hasil temuan

dari tim inspeksi di lapangan.


3

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari Praktek Kerja Lapangan ini antara lain :

1. Apa saja kegiatan yang dilakukan dalam hal pemeliharaan gardu distribusi

20 kV ?

2. Bagaimana tahapan pemeliharaan gardu distribusi dengan menggunakan

metode condition based maintenance (CBM) ?

3. Bagaimana perbandingan antara 3 phasa R, S, dan T sebelum pemerataan

beban dengan sesudah pemerataan beban ?

1.3 Tujuan Praktik Kerja Lapangan

1.3.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan umum Praktek Kerja Lapangan ini sebagai berikut:

a. Memperkenalkan kepada masyarakat umum dan lingkungan kerja mengenai

jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam (FMIPA)

Universitas Lampung.

b. Melatih kemampuan bersosialisasi mahasiswa terhadap lingkungan

masyarakat dan lingkungan kerja yang sebenarnya.

c. Mendapatkan pengalaman di lapangan yang berguna untuk mengembangkan

ilmu pengetahuan.

d. Memenuhi salah satu syarat akademik pada jenjang strata 1 (S1) jurusan

Fisika FMIPA Universitas Lampung.


4

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan umum Praktek Kerja Lapangan ini sebagai berikut:

a. Mengetahui kegiatan apa saja yang dilakukan dalam hal pemeliharaan gardu

distribusi 20 kV dengan metode condition based maintenance.

b. Mengetahui tahapan dalam proses pemeliharaan gardu distribusi dengan

menggunakan metode condition based maintenance.

c Mengetahui perbandingan antara 3 phasa R, S, dan T sebelum pemerataan

beban dengan sesudah pemerataan beban.

1.4 Manfaat Praktik Kerja Lapangan

Adapun manfaat Praktek Kerja Lapangan ini antara lain:

1. Mengetahui berbagai jenis kegiatan yang dilakukan dalam hal

pemeliharaan gardu distribusi.

2. Mengetahui tahapan dalam proses pemeliharaan gardu distribusi dengan

menggunakan metode condition based maintenance.

3. Mengetahui perbandingan antara 3 phasa R, S, dan T sebelum pemerataan

beban dengan sesudah pemerataan beban.


5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Tegangan Listrik

Sistem tenaga listrik adalah sekumpulan pusat listrik dan gardu induk

(pusat beban) yang satu dengan yang lain dihubungkan oleh jaringan transmisi

dan distribusi sehingga merupakan sebuah satu kesatuan yang terkoneksi. Suatu

sistem tenaga listrik terdiri dari tiga bagian utama, yaitu : pusat pembangkit listrik,

saluran transmisi, dan sistem distribusi. Suatu sistem distribusi menghubungkan

semua beban yang terpisah satu dengan yang lain pada saluran transmisi. Hal ini

terjadi pada gardu-gardu induk (substation) yang dilakukan transformasi tegangan

dan fungsi-fungsi pemutusan (breaker) dan penghubung beban (switching).

Saluran-saluran transmisi merupakan rantai penghubung antara pusat-pusat

pembangkit listrik dan sistem distribusi, dan melalui hubungan antar sistem dapat

pula menuju ke sistem tenaga yang lain. Suatu sistem distribusi menghubungkan

semua beban-beban yang terpisah antara satu dengan yang lainnya menggunakan

saluran transmisi. Kemampuan transmisi dari suatu saluran dengan tegangan

tertentu tidak dapat ditetapkan dengan pasti, karena kemampuan ini masih

bergantung lagi pada batasan-batasan (limit) termal dari penghantar, jatuh

tegangan (voltage drop) yang diperbolehkan, keandalan, dan persyaratan-

persyaratan kestabilan sistem (system stability), yaitu bahwa mesin-mesin pada

sistem tersebut tetap berjalan serempak satu terhadap yang lain. Kebanyakan
6

faktor- faktor ini masih tergantung pula pada panjangnya saluran Pada sistem

multi-bus, penyelesaian aliran daya dengan metode persamaan aliran daya.

Metode yang digunakan adalah Metode Newton-Raphson. Secara luas digunakan

untuk permasalahan persamaan non-linear. Penyelesaian Persamaan ini

menggunakan permasalahan yang linear dengan solusi pendekatan. Metode ini

dapat diaplikasikan untuk satu persamaan atau beberapa Persamaan dengan

beberapa variabel yang tidak diketahui. Pada tahap awal dilakukan penomoran bus

terhadap sistem yang akan dianalisis. Bus-bus yang terhubung dengan generator

diberi nomor terlebih dahulu setelah itu penomoran bus dilanjutkan pada bus-bus

beban, bus yang memiliki kapasitas pembangkit terbesar di pilih sebagai slack bus

dan diberi nomor 1, untuk bus lain yang terhubung ke generator diberi nomor 3

sebagai bus pembangkit (Abadi dan Syafi’i, 2015 ; Soeroso dkk., 2016).

2.2 Gardu Distribusi

Gardu Distribusi tenaga listrik adalah suatu bangunan gardu listrik yang

dipasok dengan tegangan menengah 20 kV dari saluran kabel tegangan menengah

atau saluran udara tegangan menengah. Terdiri dari Instalasi Perlengkapan

Hubung Bagi Tegangan Menengah (PHB-TM), Transformator Distribusi (TD)

dan Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB-TR) untuk memasok

kebutuhan tenaga listrik bagi pelanggan baik dengan tegangan Menengah (TM 20

kV) maupun Tegangan Rendah (TR 220/330V) (Soeroso dkk., 2016).

Gardu distribusi digunakan untuk merubah tegangan listrik dari jaringan

distribusi primer menjadi tegangan terpakai yang digunakan untuk konsumen

dan disebut sebagai jaringan distribusi sekunder. Kapasitas transformator


7

yang digunakan pada gardu distribusi tergantung pada jumlah beban yang

akan dilayani dan luas daerah pelayanan beban. Bisa berupa transformator

satu fasa dan bisa juga berupa transformator tiga fasa (Syafaruddin, 2019).

Fungsi gardu distribusi menurunkan tegangan pelayanan yang lebih tinggi

menjadi tegangan pelayanan yang lebih rendah. Penyaluran daya dengan

menggunakan gardu distribusi menggunakan sistem tiga fasa untuk jaringan

tegangan menengah (JTM) dan jaringan tegangan rendah (JTR) dengan

transformator tiga fasa dengan kapasitas yang cukup besar. Jaringan tegangan

rendah ditarik dari sisi sekunder transformator untuk kemudian disalurkan kepada

konsumen. Sistem tiga fasa tersedia untuk seluruh daerah pelayanan distribusi,

walaupun sebagian besar konsumen mendapat pelayanan distribusi tenaga listrik

satu fasa. Konstruksi gardu distribusi dirancang berdasarkan optimalisasi biaya

terhadap maksud dan tujuan penggunaannya yang kadang kala harus disesuaikan

dengan peraturan pemda setempat. Pembangunan gardu distribusi terdiri dari :

1. Gardu pasangan luar dimana semua instalasi listriknya tahan air (gardu portal

atau gardu cantol)

2. Gardu pasangan dalam dimana instalasinya tidak kedap air (gardu beton atau

gardu kios)

Berdasarkan jenis penggunaannya gardu distribusi dibedakan menjadi :

1. Gardu pelanggan umum (daya < 197 kV) dengan kapasitas trafo distribusi /

tenaga yang terpasang di gardu distribusi 50 kV s/d 1000 kV.

2. Gardu pelanggan khusus (daya > 200 kV) dengan langganan TM/TM/TM atau

TM/TM/TR atau TM/TR/T (Hidayat dkk., 2018).


8

Berdasarkan konstruksinya terdapat lima macam jenis gardu distribusi yaitu :

1. Gardu Beton

Gardu beton adalah gardu distribusi yang terbuat dari tembok dengan atap di

cor dari semen (Soeroso dkk,. 2016). Komponen utama instalasi yaitu

transformator dan peralatan switching atau proteksi, terangkai di dalam bangunan

sipil yang dirancang, di bangun dan difungsikan dengan konstruksi pasangan batu

dan beton.

Gambar 2.1 Gardu Beton (Pasra dkk., 2018)

Pada Gardu Beton, karena seluruh peralatan berada dalam ruang tertutup,

bangunan gardu secara keseluruhan tidak dipersyaratkan ruang bebas hambatan

atau Right of Way (ROW) dari tegangan sentuh. Menurut standar, pengaturan tata-

letak peralatan pada gardu beton pelanggan umum atau pelanggan khusus adalah :

PHB-TR ditempatkan pada sisi masuk sebelah kiri atau sebelah kanan, Jarak

antara PHB-TM dengan dinding sebelah kiri kanan tidak kurang dari 1 meter,

Jarak bagian belakang PHB atau badan transformator dengan dinding gardu

minimal 60 cm (Pasra dkk., 2018).

2. Gardu Portal

Gardu Portal adalah gardu listrik tipe terbuka (out-door) dengan memakai

konstruksi dua tiang atau lebih. Tempat kedudukan transformator sekurang

kurangnya 3 meter di atas tanah dan ditambahkan platform sebagai fasilitas


9

kemudahan kerja teknisi operasi dan pemeliharaan. Umumnya konfigurasi gardu

tiang yang dicatu dari SUTM adalah T section dengan peralatan

pengaman Fuse Cut Out (FCO) sebagai pengaman hubungan singkat

transformator dan Lightning Arrester (LA) sebagai sarana pencegahan

naiknya tegangan pada transformator akibat surja petir. Tiang yang

dipergunakan untuk Gardu Distribusi jenis ini dapat berupa tiang besi

ataupun tiang beton berkekuatan beban kerja sekurang-kurangnya 500 dan

dengan panjang 11 atau 12 meter (Widiatmika dkk., 2018).

Gambar 2.2 Gardu Portal (Pasra dkk., 2018)

3. Gardu Cantol

Gardu cantol, transformator yang terpasang adalah jenis CSP (Completely Self

Protected Transformer) yaitu peralatan switching dan proteksinya sudah terpasang

lengkap dalam tangki transformator.

Gambar 2.3 Gardu Cantol (Pasra dkk., 2018)


10

4. Gardu Kios

Gardu Kios, kotak tempat peralatan listrik terbuat dari bahan besi. Gardu kios

bukan merupakan gardu permanen tetapi hanya merupakan gardu sementara..

Gambar 2.4 Gardu Kios (Pasra dkk., 2018)

5. Gardu Hubung

Gardu Hubung disingkat GH atau Switching Subtation adalah gardu yang

berfungsi sebagai sarana manuver pengendali beban listrik jika terjadi gangguan

aliran listrik, program pelaksanaan pemeliharaan atau untuk maksud

mempertahankan kontinuitas pelayanan. Isi dari instalasi Gardu Hubung adalah

rangkaian saklar beban (Load Break switch – LBS) (Pabla dan hadi, 1991).

2.3 Transformator (Trafo)

Transformator atau yang sering di sebut trafo adalah komponen elektronik

yang dapat menghubungkan jaringan listrik yang mempunyai berbagai macam

tegangan sehingga tenaga listrik dapat didistribusikan secara meluas dan berfungsi

untuk mengubah (menaikkan/menurunkan) tegangan listrik bolak-balik (AC).

Trafo terdiri atas inti besi, kumparan primer, dan kumparan sekunder.

Transformator memiliki dua terminal yaitu, terminal input terdapat pada

kumparan primer, dan terminal output terdapat pada kumparan sekunder. Secara

umum trafo memiliki dua jenis yaitu step up untuk menaikan tegangan dan step
11

down untuk menurunkan tegangan. Jenis transformator yang lainnya adalah Trafo

Tegangan, dan Trafo Daya.

Trafo Step-Up adalah untuk menaikkan tegangan listrik. Ciri dari Trafo

Step-Up adalah memiliki jumlah lilitan sekunder yang lebih banyak dibandingkan

lilitan primer. Kita bisa melihat contoh penggunaan Trafo Step-Up ini pada

pembangkit tenaga listrik. Fungsinya adalah untuk menaikan tegangan yang

dihasilkan dari generator listrik. Ciri lain dari Trafo Step-Up adalah tegangan

primer memiliki tegangan yang lebih sedikit dibandingkan tegangan sekunder.

Kuat arus primernya lebih besar dibandingkan kuat arus pada lilitan sekundernya.

Trafo Step-Down Mempunyai lilitan primer yang lebih banyak

dibandingkan lilitan sekunder. Contoh lainnya adalah pada alat adaptor untuk

mengubah tegangan bolak-balik (AC) menjadi tegangan searah (DC). Ciri lain

trafo step-down adalah tegangan listrik pada lilitan primer lebih besar

dibandingkan tegangan pada lilitan sekunder. Kuat arus primernya lebih besar

dibandingkan kuat arus sekunder (Rumimper dkk., 2016).

Trafo Tegangan adalah trafo satu fasa step-down yang

mentransformasikan tegangan system ke suatu tegangan rendah yang layak untuk

perlengkapan indicator, alat ukur, relai, dan alat sinkronisasi. Ada dua jenis trafo

tegangan, yaitu :

a. Trafo Tegangan Magnetik (TTM)

Konstruksi dan rangkaian Trafo Tegangan Magnetik ditunjukkan pada

Gambar 2.5. Prinsip kerja trafo ini sama dengan trafo daya.Meskipun demikian,

rancangannya berbeda dalam beberapa hal,yaitu :


12

1. Kapasitasnya kecil (10-150 VA), karena bebannya hanya alat-alat ukur, rele,

dan indicator yang konsumsi dayanya kecil.

2. Galat faktor transformasi dan sudut fasa tegangan primer dengan tegangan

sekunder dirancang lebih kecil untuk mengurangi kesalahan pengukuran.

3. Salah satu terminal tegangan tingginya selalu dibumikan.

4. Tegangan pengenal sekunder trafo tegangan biasanya adalah 100 V atau

100√3 V.

Gambar 2.5 Trafo Tegangan Magnetik (Tobing, 2003)


13

Trafo tegangan yang salah satu terminalnya dibumikan disebut trafo tegangan

kutub tunggal, sedangkan trafo tegangan yang kedua terminalnya diisolir dari

bumi disebut trafo tegangan kutub ganda.

Gambar 2.6 Trafo Tegangan Kutub Tunggal dan Ganda (Tobing, 2003)

Oleh karena itu, trafo dua kutub hanya digunakan untuk tegangan pengenal

sampai 30 kV, sedang trafo kutub tunggal dipergunakan untuk tegangan tinggi.

Jenis konstruksi trafo tegangan induktif tergantung kepada nilai tegangan operasi

dan tempat instalasi. Rancangan trafo kutub tunggal isolasi minyak kertas terdiri

dari jenis tangki logam dan jenis kerangka isolasi. Pada jenis pertama, badan aktif

trafo tegangan dimasukkan dalam bejana baja dan dilengkapi dengan bushing

untuk melewatkan tegangan tinggi ke terminalnya (Gambar 2.7.b). Pada jenis

kedua, badan aktif trafo semua dibungkus dengan porselin (Gambar 2.7.c),

biasanya digunakan untuk tegangan yang lebih besar dari 66 kV. Pemilihan

rancangan ini bergantung pada susunan bahan aktif trafo (inti dan belitan). Dilihat

dari segi pemakaian tempat, jenis kerangka isolasi adalah lebih baik karena

konstruksinya lebih kecil. Sangat berbeda dengan jenis tangki logam yang harus

menggunakan kerangka porselen dengan diameter yang lebih besar.


14

Gambar 2.7 Konstruksi Badan Trafo Tegangan (Tobing, 2003)

Trafo tegangan kutub tunggal yang dipasang pada jaringan tiga fasa, selain

belitan pengukuran, biasanya dilengkapi lagi dengan belitan tambahan yang

digunakan untuk mendeteksi arus gangguan tanah. Belitan tambahan dari ketiga

trafo unit trafo tegangan dihubungkan seri seperti ditunjukkan pada Gambar 2.8.

Gambar 2.8 Rangkaian Belitan Tambahan Trafo Kutub Tunggal


(Tobing, 2003)

b. Trafo Tegangan Kapasitif

Trafo tegangan ini terdiri dari rangkaian seri 2 (dua) kapasitor atau lebih yang

berfungsi sebagai pembagi tegangan dari tegangan tinggi ke tegangan rendah pada

primer, selanjutnya tegangan pada suatu kapasitor ditransformasikan


15

menggunakan trafo tegangan yang lebih rendah agar diperoleh tegangan sekunder.

Rancangan trafo tegangan tinggi ditunjukkan pada Gambar 2.9. Beberapa

kapasitor gulung dielektrik kertas minyak dihubungkan seri dan disusun dalam

kerangka porselen ramping. Terminal K dapat dihubungkan dengan alat

komunikasi yang sinyalnya menumpang pada kawat jaringan system.

Gambar 2.9 Konstruksi Trafo Tegangan Kapasitif (Tobing, 2003)

Keterangan dari Gambar 2.9 yaitu Ct merupakan kapasitor tegangan tinggi,

C1 merupakan kapasitor tegangan rendah, L merupakan induktor kompensasi, P

merupakan kumparan primer, V merupakan kumparan sekunder untuk

pengukuran, G merupakan kumparan sekunder untuk relay arus tanah, dan K

merupakan terminal untuk alat komunikasi. Trafo tegangan kapasitif lebih murah

dari trafo tegangan magnetik untuk tegangan 110 kV dan di atasnya, terutama

sekali jika digunakan bersamaan dengan alat komunikasi (Tobing, 2003).

Trafo Daya adalah suatu alat listrik statis yang berfungsi merubah tegangan

guna penyaluran daya listrik dari suatu rangkaian ke rangkaian yang lain melalui

gandengan magnet berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik. Transformator

daya digunakan untuk merubah tegangan dari tegangan tinggi ke tegangan rendah
16

begitupun sebaliknya agar didapatkan penyaluran daya yang efisien. Kemampuan

transformator untuk merubah tegangan ini diperoleh karena dua macam lilitan

yaitu lilitan primer dan lilitan sekunder, sehingga perbandingan jumlah lilitan

dengan langsung menetapkan perbandingan tegangan dan dengan terbalik

menetapkan perbandingan arusnya. Transformator daya berfungsi sangat penting

dalam penyaluran daya listrik, oleh karena itu trafo harus diamankan untuk

mencegah kerusakan akibat gangguan, baik gangguan yang terjadi di dalam trafo

itu sendiri maupun gangguan yang terjadi di luar trafo yang dapat mengakibatkan

kerusakan pada trafo tersebut (Badaruddin dan wirawan, 2014).

2.4 Konfigurasi Jaringan Distribusi

Sistem distribusi merupakan salah satu sistem dalam sistem tenaga listrik

yang mempunyai peran penting karena berhubungan langsung dengan pemakai

energi listrik, terutama pemakai energi listrik tegangan menengah dan tegangan

rendah. Suatu sistem distribusi menghubungkan semua beban yang terpisah satu

dengan yang lain dengan saluran transmisi. Hal ini terjadi pada gardu induk

(substation) dimana juga dilaksanakan transformasi tegangan dan fungsi-fungsi

pemutusan dan penghubungan beban (switching) (Naibaho dan Sukma, 2017).

Sistem distribusi 20 kV melalui suatu proses keluaran dari Trafo Daya

dikumpulkan pada busbar 20 kV di kubikel di Gardu Induk untuk kemudian

didistribusikan melalui beberapa Penyulang 20 kV ke konsumen dengan jaringan

berupa Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) atau Saluran Kabel

Tegangan Menengah (SKTM). Khusus SUTM, jaringan bisa ditarik sepanjang

puluhan sampai ratusan km termasuk percabangannya dan biasanya ada di luar


17

kota besar. Seperti diketahui, apalagi di Indonesia, jaringan dengan konduktor

telanjang yang digelar di udara bebas banyak mengandung resiko terjadi

gangguan hubung singkat fasa-fasa atau satu fasa-tanah. Sepanjang jaringan

SUTM terdapat percabangan yang dibentuk di dalam Gardu Distribusi atau Gardu

Tiang. Sementara jaringan SKTM relatif lebih pendek dan berada di dalam kota

besar dengan jumlah gangguan yang relatif sedikit, bila terjadi gangguan itu

biasanya pada sambungan yang akan merupakan gangguan permanen.

(Rikumahu dkk., 2019).

Sistem distribusi ini dapat dikelompokkan kedalam dua tingkat, yaitu :

1. Sistem jaringan distribusi primer dan bisa disebut juga Jaringan Tegangan

Menengah (JTM). Pada pendistribusian tenaga listrik di suatu kawasan,

penggunaan sistem Tegangan Menengah sebagai jaringan utama adalah upaya

utama menghindari rugi-rugi penyaluran (losses) dengan kualitas persyaratan

tegangan yang harus dipenuhi PT PLN (Persero).

2. Sistem jaringan distribusi sekunder dan biasa disebut Jaringan Tegangan

Rendah (JTR). Sistem distribusi sekunder digunakan untuk menyalurkan tenaga

listrik dari gardu distribusi ke beban-beban yang ada di konsumen.Pada sistem

distribusi sekunder bentuk saluran yang paling banyak digunakan adalah sistem

radial. Sistem ini dapat menggunakan kabel yang berisolasi maupun konduktor

tanpa isolasi. Sistem ini biasanya disebut sistem tegangan rendah yang langsung

akan dihubungkan kepada konsumen (Indrayani, 2018).

Jaringan Distribusi Tegangan Rendah adalah bagian hilir dari suatu sistem

tenaga listrik. Melalui jaringan distribusi ini disalurkan tenaga listrik kepada para

konsumen atau pelanggan listrik. Jaringan tegangan rendah berfungsi untuk


18

menyalurkan tenaga listrik dari Gardu Distribusi ke konsumen tegangan rendah

yang digunakan PT PLN (Persero) adalah 220/380 V. Suatu sistem distribusi

menghubungkan semua beban dengan gardu induk (GI). Hal ini terjadi pada gardu

induk (substation) dimana juga dilaksanakan transformasi tegangan dan fungsi-

fungsi pemutusan dan penghubungan beban (switching) (Rolianda dkk., 2020).

Terdapat lima macam konfigurasi jaringan distribusi yaitu :

1. Jaringan Radial

Bentuk jaringan yang paling sederhana yang menghubungkan beban – beban

ketitik sumber, dengan biayanya relatif murah. Pada struktur radial tidak ada

alternatif pasokan, oleh sebab itu tingkat keandalannya relatif rendah. Radial

ganda adalah langkah dalam usaha meningkatkan keandalan jaringan, hal ini

terutama bila rute dari sirkuit tersebut berlainan satu sama lain.

Gambar 2.10 Konfigurasi Jaringan Radial (Indra dkk., 2019)

Langkah lainnya untuk mempertinggi tingkat keandalan dari struktur radial

ini pada dasarnya diupayakan pasokan dayanya tidak satu arah, walaupun pada

pengoperasiannya dilaksanakan secara radial.

2. Jaringan Loop atau Ring

Sistem jaringan distribusi Loop adalah bentuk konfigurasi jaringan yang


19

memungkinkan alternatif lain dalam pemasokan sumber energi listrik dari dua

cara. Cara ini digunakan untuk mengurangi lama pemutusan daya yang

disebabkan oleh gangguan dengan menyambung kedua ujung saluran, sehingga

keandalan sistem ini lebih baik dari pada sistem radia.l ( Indra dkk., 2019).

Jaringan ini merupakan bentuk tertutup. Susunan rangkaian saluran

membentuk ring, seperti pada Gambar 2.11 yang memungkinkan titik beban

terlayani dari dua arah saluran, sehingga kontinuitas pelayanan lebih terjamin

serta kualitas dayanya menjadi lebih baik, karena jatuh tegangan dan rugi daya

pada saluran menjadi lebih kecil.

Gambar 2.11 Konfigurasi Jaringan Loop atau Ring (Indra dkk., 2019)

3. Jaringan Spindel

Sistem jaringan distribusi Spindel adalah bentuk konfigurasi yang telah

dikembangkan dari bentuk konfigurasi jaringan distribusi sistem radial dan

bentuk konfigurasi jaringan distribusi sistem loop (Indra dkk., 2019).

Jaringan spindel merupakan gabungan dari sistem radial dan loop sehingga

memiliki keandalan sistem yang tinggi dan ekonomis. Namun jaringan ini
20

biasanya diterapkan pada jaringan tegangan menengah yang menggunakan saluran

kabel tanah tegangan menengah. Pada struktur spindel ini selalu ada penyulang

cadangan khusus, sebutannya penyulang ekspres. Penyulang ekspres ini tidak

mencatu gardu-gardu distribusi, tetapi merupakan penyulang penghubung antara

gardu induk dengan gardu hubung dan dimaksud untuk menjaga kelangsungan

pemasokan tenaga listrik pada pelanggan, bila terjadi gangguan pada suatu

penyulang yang memasok gardu-gardu distribusi.

Gambar 2.12 Konfigurasi Jaringan Spindel ( Indra dkk., 2019)

4. Jaringan Anyaman

Jaringan Anyaman merupakan jaringan yang strukturnya kompleks, dimana

kelangsungan penyaluran dan kualitas pelayanan sangat diutamakan. Jaringan

anyaman memungkinkan pasokan tenaga listrik dari berbagai arah ke titik beban.

Gambar 2.13 Konfigurasi Jaringan Anyaman ( Indra dkk., 2019)


21

5. Jaringan Spotload

Terdiri sejumlah penyulang beroperasi paralel dari sumber atau gardu induk

yang berakhir pada gardu distribusi. Jaringan ini dipakai jika beban pelanggan

melebihi kemampuan hantar arus penghantar.

Gambar 2.14 Konfigurasi Jaringan Spotload ( Indra dkk., 2019).

Salah satu penyulang berfungsi sebagai penyulang cadangan.

(Pasra dan Ruswandi,2016).

2.5 Pemeliharaan Gardu Distribusi

Pemeliharaan adalah kegiatan untuk menjaga atau memelihara peralatan

dan fasilitas serta mengadakan perbaikan atau penyesuaian dan mengganti yang

peralatan diperlukan sehingga terdapat suatu keadaan operasi produksi yang

memuaskan. Semakin baik penyaluran tenaga listrik yang diterima konsumen

maka semakin baik pula keandalan penyaluran tenaga listriknya yang ditandai

dengan bertambahnya tingkat kepuasan yang dirasakan oleh konsumen.

Pemeliharaan gardu distribusi atau yang biasa disebut revisi yaitu kegiatan

pemeliharaan yang dilakukan terhadap gardu distribusi, baik bagian sipil gardu

(bangunan gardu) dan bagian elektris gardu (komponen gardu sebagai peralatan

penyaluran distribusi). Tujuan pemeliharaan yaitu agar instalasi jaringan distribusi

beroperasi dengan aman (safe) bagi manusia dan lingkungannya, andal (reliable),
22

kesiapan (availability) tinggi, unjuk kerja (performance) baik, umur (live time)

sesuai desain, waktu pemeliharaan (down time) efektif dan biaya pemeliharaan

(cost) efisien atau ekonomis. Selain itu ada faktor diluar teknis, tujuan

pemeliharaan adalah mendapatkan simpati serta kepuasan pelanggan dalam

pelayanan tenaga listrik.

100 %

tahun

Gambar 2.15 Grafik Umur Pemeliharaan

Grafik pada Gambar 2.15 menjelaskan perbandingan antara umur gardu

distribusi yang dilakukan pemeliharaan dengan tanpa dilakukan pemeliharaan.

Garis hijau menunjukkan umur gardu distribusi dilakukan pemeliharaan dan garis

merah tanpa dilakukan pemeliharaan. Pada grafik tersebut terlihat bahwa gardu

distribusi yang dilakukan pemeliharaan dapat menghasilkan angka umur atau live

time yang lebih lama dari pada yang tidak dilakukan pemeliharaan.

(Chandra, 2009).

2.6 Metode Pemeliharaan Gardu Distribusi

Berdasarkan metodenya ada dua jenis pemeliharaan gardu distribusi yaitu

Condition Base Maintenance (CBM) dan Time Base Maintenance (TBM).

Condition Base Maintenance (CBM) atau pemeliharaan berdasarkan kondisi yaitu

suatu manajemen pelaksanaan pemeliharaan yang dilakukan dengan mengacu

pada laporan hasil inspeksi atau sebuah program perawatan yang rekomendasi

keputusan perawatannya didasarkan pada pengumpulan informasi dari kondisi


23

pengukuran suatu plant. Penjadwalan kegiatan pemeliharaan ini didasarkan pada

kondisi baik atau buruknya peralatan yang akan dipelihara. Jika kondisi peralatan

sudah memasuki fase rawan gangguan, maka akan dilakukan penjadwalan

pelaksanaan pemeliharaan dengan urutan prioritas mulai dari yang terburuk.

Tujuan dari CBM antara lain adalah mengenali karakteristik peralatan, agar

pemeliharaan focus pada komponen kritis, agar periode pemeliharaan disesuaikan

kebutuhan dan memperpanjang umur peralatan. Metode CBM mempunyai 3

tahapan yaitu :

1. Tahap akuisisi data (pengumpulan informasi)

Akuisisi data merupakan sebuah proses untuk mengumpulkan dan

menyimpan data atau informasi yang berguna sesuai dengan yang dibutuhkan

untuk keperluan CBM. Tahap ini merupakan tahap paling dasar dalam

pelaksanaan program CBM untuk proses diagnosis dan prognosis kegagalan alat.

Data yang dikumpulkan dalam program CBM dapat dikategorikan ke dalam dua

jenis utama yaitu data kejadian atau disebut data perawatan dan data pengukuran

kondisi. Data kejadian yaitu berupa data apa yang terjadi (kerusakan,

penginstallasian, pemeriksaan) dan data apa yang dilakukan (perbaikan,

preventive perawatan, penggantian minyak).

2. Tahap pemrosesan data

Tahap awal dalam pemrosesan data adalah pembersihan data. Tahap ini

penting, terutama untuk data kejadian yang biasanya dimasukkan secara manual,

selalu mengandung error. Untuk data pengukuran kondisi, data error disebabkan

oleh kesalahan sensor. Dalam kasus ini, pemisahan kesalahan sensor merupakan

cara terbaik yang dapat dilakukan.


24

3. Tahap pembuatan keputusan perawatan

Tahap berikutnya pada program CBM adalah pembuatan keputusan perawatan.

Keputusan yang cukup dan tepat akan penting sekali dalam pengambilan tindakan

perawatan. Teknik pengambilan keputusan perawatan dalam CBM dapat

digolongkan ke dalam dua kategori utama yaitu prognosis dan diagnosis.

Prognosis yaitu proses pendeteksian, pengisolasian, dan pengidentifikasian

setelah kegagalan itu terjadi. Diagnosis merupakan kegiatan analisis berikutnya

setelah kegiatan prognosis dilakukan. Diagnosis dibutuhkan ketika kegiatan

prognosis tidak berhasil dalam memperkirakan kegagalan, dan kegagalan itu telah

terjadi (Sarimun, 2011 ; Kumayasari dkk., 2016).

Time Base Maintenance (TBM) atau pemeliharaan berdasarkan waktu

yaitu suatu manajemen pelaksanaan pemeliharaan yang dilakukan secara rutin

terjadwal tanpa melihat bagaimana kondisi peralatan yang akan dipelihara.

Rentang waktu perawatan ditentukan berdasarkan pengalaman, data masa lalu

atau rekomendasi dari pabrik pembuat alat yang bersangkutan. Kekurangannya,

jika rentang waktu pemeliharaan terlalu pendek akan mengganggu aktivitas

penyaluran tenaga listrik dan dapat meningkatkan kesalahan yang timbul,

misalnya teknisi yang kurang cermat dalam memasang kembali komponen yang

dipelihara serta kemungkinan adanya kontaminan yang masuk ke dalam system.

Jika rentang waktu perawatan terlalu panjang kemungkinan peralatan akan

mengalami kerusakan sebelum tiba waktu perawatan. Selain itu kondisi peralatan

yang masih baik dan menurut jadwal harus sudah diganti atau diperbaiki akan

menimbulkan kerugian (Sarimun, 2011).


25

Metode lainnya berupa sistem padam, minim padam dilakukan pada

jaringan distribusi yang bersifat mesh. Jaringan distribusi mesh adalah jaringan

distribusi yang mengkombinasikan jaringan radial dan ring. Sistem ini lebih baik

dari sistem-sistem yang lain serta dapat diandalkan, digunakan jika daerah yang

akan dilayani memiliki tingkat kepadatan konsumen yang sangat tinggi.

(Husodo dan Akbar, 2018).


26

III. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

3.1 Sejarah Berdirinya PT.PLN (Persero) ULP Kota Metro

PT. PLN (Persero) ULP Kota Metro berdiri pada April 2004. Kantor

cabang yang saat ini dikomandani oleh Eko Wahyudi ini membawahi 3 kabupaten

atau Kota, terdiri dari Kabupaten Lampung Tengah, Lampung Timur, dan Kota

Metro. Jumlah pelanggan yang dikelola cabang ini sebanyak 340.000. sementara

aset kelistrikan terpasang yang dikelolanya, meliputi JTM sepanjang lebih dari

2.766 Kms, JTR yang membentang sejauh 3.910 Kms dan 1.645 gardu distribusi.

Dibandingkan dengan cabang Tanjung Karang dan cabang Kotabumi, maka

jumlah pelanggan yang dikelola oleh cabang ini menembus angka paling besar.

Perusahaan Listrik Negara (PLN) merupakan Badan Usaha Milik Negara yang

bergerak dibidang kelistrikan. PLN didirikan pada tahun 1945 sebagai perusahaan

jawatan dan gas, namun pada tahun 1994 PLN berubah menjadi perusahaan

perseroan. PLN dalam melakukan transaksi bisnisnya, menggunakan alat yang

dinamakan kwh meter. Kwh meter merupakan alat ukur milik PLN yang

dititipkan ditempat pelanggan dan berfungsi untuk mengukur pemakaian listrik

pelanggan, dan sebagai titik transaksi penjualan listrik antara PT. PLN (Persero)

dengan pelanggan. Jumlah pelanggan reguler PT. PLN (Persero) area Metro per

Maret 2014 sebanyak 459.866 pelanggan dan pelanggan LPB sebanyak 226.942.

Keandalan kwh meter akan mempengaruhi penjualan listrik, dengan kwh meter
27

yang akurat maka energi listrik yang digunakan oleh pelanggan akan terukur

dengan akurat. Namun dari data langganan yang perlu diperhatikan, banyak

ditemukan kwh meter yang buram, tua, atau pun mogok. Hal-hal tersebut dapat

mempengaruhi keakuratan kwh meter, sehingga perlu dilakukan peneraan.

Peneraan kwh meter memiliki tujuan untuk mengukur tingkat kesalahan kwh

meter yang diuji berdasarkan kelasnya. Peneraan kwh meter juga dapat berfungsi

mengurangi susut. Dalam hal pengelolaan pelanggan, Cabang Metro memiliki

segmen pelanggan yang relatif unik, yakni pelanggan curah. Pelanggan curah

adalah para konsumen listrik yang tidak menerima pasokan listrik langsung dari

PLN, tetapi melalui sebuah koperasi yang disebut dengan KLP (Koperasi Listrik

Pedesaan). Proses kerjanya adalah KLP membeli listrik curah dari PLN yang

kemudian dijual dan disalurkan sendiri oleh KLP membeli listrik curah dari PLN

yang kemudian dijual dan disalurkan sendiri oleh KLP ini. Saat ini sebanyak

6.000 pelanggan telah ditangkap oleh KLP. Catatan penting lain dari area Metro

ini adalah keberhasilannya dalam pengelolaan pelanggan dengan baik sehingga

memperoleh predikat the brach of the year. Di tahun 2006 lalu, PLN area Metro

menyabet predikat sebagai kantor cabang terbaik di lingkungan PLN wilayah

Lampung. Tak hanya itu, unit pelayanan dibawahnya yakni PLN ranting Kota

Metro pun dinobatkan sebagai kantor runting terbaik.


28

3.2 Visi, Misi dan Pedoman Perusahaan

3.2.1 Visi PT.PLN (Persero) ULP Kota Metro

Visi PT.PLN (Persero) ULP Kota Metro yaitu diakui sebagai perusahaan

kelas dunia yang bertumbuh-kembang, unggul dan terpercaya dengan bertumpu

pada potensi insani.

a. Perusahaan kelas dunia:

1. Merupakan barometer standar kualitas pelayanan dunia.

2. Memiliki cakrawala pemikiran yang mutakhir.

3. Terdepan dalam pemanfaatan teknologi.

4. Haus akan kesempurnaan kerja dan perilaku.

5. Merupakan perusahaan idaman bagi pencari kerja.

b. Tumbuh kembang :

1. Mampu mengantisipasi berbagai peluang dan tantangan usaha.

2. Konsisten dalam pengembangan standar kinerja.

c. Unggul :

1. Terbaik, terkemuka dan mutakhir dalam bisnis kelistrikan.

2. Fokus dalam usaha mengoptimalkan potensi insani.

3. Peningkatan kualitas input, proses dan output.

4. Produk dan jasa pelayanan secara berkesinambungan.

d. Terpercaya :

1. Memegang teguh etika bisnis.

2. Konsisten memenuhi standar layanan yang dijanjikan.

3. Menjadi perusahaan favorit para pihak yang berkepentingan.

e. Potensi Insani :
29

1. Berorientasi pada pemenuhan standar etika dan kualitas.

2. Kompeten, professional dan berpengalaman.

3.2.2 Misi PT.PLN (Persero) ULP Kota Metro

Misi PT.PLN (Persero) ULP Kota Metro adalah sebagai berikut :

1. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi

pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham.

2. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas

kehidupan masyarakat.

3. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi.

4. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.

3.2.3 Pedoman Perusahaan

a. Saling Percaya

1. Saling menghargai

2. Beritikad baik

3. Transparan

b. Integritas

1. Jujur dan menjaga komitmen

2. Taat aturan dan bertanggung jawab

3. Keteladanan

c. Peduli

1. Proaktif dan saling membantu

2. Member yang terbaik

3. Menjaga citra perusahaan

4. Pembelajar
30

5. Belajar berkelanjutan dan beradaptasi

6. Berbagi pengetahuan dan pengalaman

7. Berinovasi

3.3 Lokasi PT.PLN (Persero) ULP Kota Metro

PT PLN ULP Metro berlokasi di Jalan Ade Irma Suryani, Kelurahan

Imopuro, Kecamatan Metro Pusat, Provinsi Lampung yang berada di tengah pusat

kota.

Gambar 3.1 Peta lokasi PT.PLN (Persero) ULP Kota Metro

Gambar 3.1 adalah peta lokasi PT.PLN (Persero) ULP Kota Metro,

terletak di pusat kota metro, jarak dari Bandar lampung sekitar 45 km. Sebelah

utara masjid Taqwa Metro, sebelah barat dan selatan Chandra Metro, dan sebelah

timur Kantor Perpustakan Metro.


31

3.4 Struktur Organisasi

MANAGER

EKO WAHYUDI

AN KIN
(Analyst Kinerja)

BASONI

PP TE TEKNIK K3L
(Pelayanan (Transaksi Energi) (Keselamatan,
Pelanggan) Kesehatan dan
MUHAMMAD MUHAMMAD WAWAN Lingkungan)
ZUHAIRI FARADILA WINDA
RUSYIDI SATRIAWAN

ANGGA SAPUTRA

EKA ARIYANTO LAILA INDAH

RENALDHI ILHAM
BUDI P ROMADON

Gambar 3.2 Struktur organisasi PT.PLN (Persero) ULP Kota Metro

3.5 Manajemen Organisasi

PT. PLN (Persero) ULP Kota Metro memiliki tugas pokok dan fungsi

sebagai pelayanan di bidang kelistrikan, sesuai dengan struktur organisasi masing-

masing.

3.5.1 Manajer

Bertanggung jawab atas koordinasi pengelolaan operasi dan pemeliharaan

jaringan distribusi tenaga listrik dan mengelola transaksi energy serta mengelola

niaga dan pelayanan pelanggan. Administrasi keuangan, Administrasi perbekalan,

serta mengelola Sumber Daya Manusia (SDM) sesuai dengan kewenangannya


32

dalam rangka meningkatkan pelayanan ketenagalistrikan secara efisien dan efektif

dengan mutu dan keandalan untuk mencapai target kinerja unit Hasil atau Output

Laporan pengusahaan area.

a. Tugas Pokok

1. Mengkoordinasi program kerja dan anggaran sebagai pedoman kerja

untuk mencapai kinerja unit.

2. Mengoptimalkan RPK unit sebagai bahan penyusunan RKAP untuk

menentukan arah pencapaian target kinerja.

3. Mengkoordinir pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM) secara

optimal untuk mencapai kinerja Unit.

4. Mengevaluasi pelaksanaan pedoman keselamatan ketenagalistrikan

(k2) dan k3 untuk keselamatan dan keamanan pegawai dalam bekerja.

5.Mengevaluasi perkiraan kebutuhan energi listrik dan pendapatan penjualan

tenaga listrik (bottom-up load forecast) untuk merencanakan pengusahaan

ketenagalistrikan di Unit yang dipimpinnya.

6.Mengoptimalkan operasi dan pemeliharaan jaringan distribusi untuk

mempertahankan keandalan pasokan energi tenaga listrik.

3.5.2 Asisten Manajer Jaringan

Bertanggung jawab atas rencana dan pelaksanaan operasi dan

pemeliharaan jaringan distribusi, bekerja dalam keadaan Bertegangan (PDKB)

dan Pembangkitan Tenaga Listrik Mikro Hidro (PLTMH) untuk menjamin

mutu dan keandalan jaringan distribusi.

a. Tugas Pokok

1. Menyusun Program Rencana Kerja (PRK) untuk kegiatan operasi dan


33

pemeliharaan jaringan distribusi.

2. Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan operasi dan pemeliharaan

jaringan distribusi, PDKB,serta PLTMH.

3. Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan anggaran operasi dan

pemeliharaan jaringan distribusi.

4. Melakukan analisis dan evaluasi kinerja operasi dan pemeliharaan jaringan

distribusi termasuk PDKB.

3.5.3 Suvervisor Transaksi Energi Listrik

Bertanggung jawab atas kegiatan pemeliharaan meter transaksi untuk

akurasi pengukuran pemakaian energi listrik.

a. Tugas pokok

1. Memonitor program pemeliharaan meter transaksi yang disebabkan oleh

meter rusak, buram, macet dan tua.

2. Memonitor pelaksanaan pemasangan dan pemeliharaan AMR.

3. Merencanakan kebutuhan kwh meter untuk pemeliharaan.

4. Memonitor pelaksanaan hasil peneraan metrologi secara berkala.

5. Menyiapkan data pendukung RKAP untuk kebutuhan pemeliharaan meter

transaksi.

6. Memonitor manajemen segel APP.

3.5.4 Supervisor Pelayanan Pelanggan

Bertanggung jawab atas terlaksananya kegiatan fungsi pelanggan,

administrasi pelanggan, dan pengelolaan pendapatan untuk meningkatkan

kepuasan pelanggan dan penanganan pendapatan.

a. Tugas pokok
34

1. Melaksanakan dan mensupervisi fungsi Pelayanan Pelanggan sesuai proses

bisnis.

2. Melaksanakan kunjungan pelanggan potensial (TM/TT).

3. Menyiapkan rencana tingkat mutu pelayanan secara periodic dan

menindaklanjuti pencapaian TMP.

4. Memonitor mutu data induk langganan dan memeliharaan arsip induk

langganan.

5. Memonitor laporan penagihan lain-lain (multi guna,P2TL,BP).

6. Memonitor dan mensupervisi pengendalian piutang pelanggan.

3.5.5 Supervisor Administrasi Umum

Bertanggung jawab atas proses administrasi SDM, kegiatan

kesekretariatan, proses akuntansi dan keuangan untuk menjamin

terpenuhinyatertib administrasi yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

a. Tugas Pokok

1. Melaksanakan pengelolaan tenaga kerja.

2. Melaksanakan pengelolaan K3.

3. Melaksanakan investigasi kejadian kecelakaan kerja, kebakaran,

kebanjiran dan musibah lain terkait dengan K3.

4. Melaksanakan pengelolaan sarana kerja dan administrasi perkantoran.

5. Melaksanakan pengolahan fungsi keuangan dan akuntansi.

6. Melakukan fungsi kehumasan.

7. Menyiapkan data pendukung RKAP untuk bagian pelayanan dan

administrasi.
35

3.5.6 Supervisior PDKB (Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan)

Bertanggung Jawab dalam mengelola pekerjaan PDKB untuk

meningkatkan keandalan, keamanan, mutu dan efisiensi jaringan distribusi.

a. Tugas Pokok

1. Merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pekerjaan PDKB

2. Mengendalikan pelaksanaan pekerjaan PDKB sesuai dengan SOP.

3. Mengusulkan Surat Perintah Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan

(SP2B) dan Surat Penunjukan Pengawasan Pekerjaan Dalam Keadaan

Bertegangan (SP3B) Kepada Kepala Operasi.

4. Melaksanakan inventarisasi dan mengusulkan peremajaan peralatan

PDKB.

5. Monitoring masa berlaku dan mengusulkan sertifikat baik uji

peralatan PDKB.
IV. METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN

4.1 Waktu dan Tempat Praktik Kerja Lapangan

Praktik Kerja Lapangan ini dilaksanakan pada tanggal 08 Februari

sampai 08 Maret 2021 yang bertempat di PT.PLN (Persero) ULP Kota Metro

yang beralamat di Jl. Ade Irma Suryani, Imopuro, Kec. Metro Pusat, Kota

Metro, Lampung 34125.

4.2 Kegiatan Praktik Kerja Lapangan

Kegiatan praktik kerja lapangan di PT.PLN (Persero) ULP Kota Metro

ditunjukkan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Kegiatan PKL

pekan Pengenalan survei Pengambilan Analisis Penyelesaian Persentase


ke- Instansi Lapangan Data Data Laporan
1 X X

2 X X

3 X X X X

4 X X
37

4.3 Metode Pengambilan Data

Metode pengambilan data yang dilakukan pada Praktik Kerja Lapangan

di PT.PLN (Persero) ULP Kota Metro adalah sebagai berikut:

a. Wawancara

Wawancara dilakukan kepada supervisor teknik, koordinator teknik

lapangan, pembimbing lapangan, dan karyawan perencanaan perawatan dan

inspeksi. Proses wawancara ini dilakukan untuk menambah wawasan penulis

mengenai metode yang digunakan untuk pemeliharaan gardu distribusi 20 kV

dan lebih memahami kegiatan yang dilakukan dalam hal pemeliharaan gardu

distribusi pada PLN ULP Kota Metro.

b. Observasi

Observasi ini dilakukan melalui kunjungan langsung ke lapangan dan

mengamati proses pemeliharaan gardu distribusi. Tujuan dilakukannya observasi

adalah agar penulis memahami cara kerja serta metode dalam pemeliharaan gardu

distribusi 20 kV.

c. Studi Literatur

Studi pustaka dilakukan dengan cara melakukan penelusuran ke

perpustakaan Universitas Lampung dan taman baca fisika, buku pedoman, dan

jurnal.

d. Dokumentasi

Metode dokumentasi ini dilakukan untuk mendokumentasikan data-data

dan kegiatan yang berguna dalam penyusunan laporan praktik kerja lapangan.
38

4.4 Pengamatan yang Dilakukan Selama Praktik Kerja Lapangan

Dalam melaksanakan praktik kerja lapangan, terdapat beberapa hal

yang difokuskan untuk dipelajari diantaranya sebagai berikut:

a. Mempelajari proses yang dilakukan dalam pemeliharaan gardu distribusi.

b. Mempelajari kegiatan apa saja yang dilakukan dalam kegiatan

pemeliharaan gardu distribusi dengan metode condition base maintenance.

c. Mempelajari tahapan yang dilakukan dalam pemeliharaan gardu distribusi

dengan menggunakan metode condition base maintenance.

4.5 Diagram Alir

Pada pengamatan ini dilakukan proses dari pengamatan di PT.PLN

(Persero) ULP Kota Metro, tentang analisis pemeliharaan gardu distribusi 20 kV

dengan menggunakan metode condition base maintenance. Dapat dilihat dari

diagram alir pada Gambar 4.1.


39

Gambar 4.1 Diagram alir pemeliharaan gardu distribusi


40

Pada Gambar 4.1 yaitu diagram alir dari pemeliharaan gardu distribusi,

hal pertama yang dilakukan yaitu survei lapangan atau melakukan pengecekan

ke lapangan, jika adanya suatu kerusakan maka memberikan informasi

kerusakan apa yang dialami kepada tim pengolah data, proses selanjutnya

membuat surat perintah kerja yang dilakukan oleh tim pengolah data. Gambar

4.2 adalah salah satu contoh surat perintah kerja.

Gambar 4.2 Contoh surat perintah kerja

Setelah disetujuinya surat perintah kerja maka selanjutnya yaitu

memberitahukan kepada tim harsus (pemeliharaan khusus) untuk dilakukannya

suatu pemeliharaan gardu distribusi.


V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Pengamatan

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan saat turun ke lapangan di

PT.PLN (Persero) ulp Kota Metro periode tanggal 11 Februari sampai 28 Februari

diperoleh hasil pengamatan sebagai berikut.

Tabel 5.1. Pemeliharaan gardu distribusi 20 kV

No Pemeliharaan gardu distribusi Kegiatan Penyulang Lokasi


1 Penggantian jumper gardu penggantian sikuan out
FCO Betook mt243
penggantian sikuan out
FCO Sepat mt308
penggantian sikuan out
FCO Seluang m89
2 Pemasangan serabut A3C pada penambahan apkuk strawberry sk223
SUTR pemasangan apkuk strawberry sk76
pemasangan apkuk Arwana sk115
pemasangan apkuk Seluang sk207
pemasangan ketang strawberry sk51
pemasangan ketang Nila sk230
pemasangan apkuk strawberry tm3 sk154
pemasangan kentang Nila tm5 sk81
pemasangan kentang strawberry sk39
penambahan apkuk strawberry tm10 sk53
3 Penyeimbangan beban gardu membagi beban Betook mt350
membagi beban Betook mt130
membagi beban Bawal bh50
42

membagi beban Bawal bh47


membagi beban Bawal bh08
4 Penggantian trafo rotasi trafo Seluang mk58
rotasi trafo Seluang mk44
rotasi trafo sk123 ke strawberry sk123,sk205
205
5 Perbaikan schoon-schoon perbaikan sekun Seluang mt378
ngepong rst
penggantian sekun Betook mt301
ngepong
6 Penyesuaian tap trafo Tapping Strawberry sk123
7 Perbaikan trafo rembes atau penggantian sekun Betook mt301
bocor ngepong

Tabel 5.2 Nilai beban sebelum dan sesudah pemerataan beban

Phasa Nilai Beban Sebelum Pemerataan Nilai Beban Sesudah Pemerataan


R 93,5 ± 10-5 A 65,6 ± 10-5 A
S 39,2 ± 10-5 A 50 ± 10-5 A
T 63,5 ± 10-5 A 65,3 ± 10-5 A

5.2. Pembahasan

Pemeliharaan gardu distribusi 20 kV ditunjukkan pada Tabel 5.1, dalam

pemeliharaan gardu distribusi terdapat berbagai macam kegiatan yang dilakukan,

yaitu penggantian jumper gardu, pemasangan serabut A3C pada SUTR,

penyeimbangan beban gardu, penggantian trafo, perbaikan schoon-schoon,

penyesuaian tap trafo, dan perbaikan trafo rembes atau bocor. Berdasarkan data

yang diperoleh akan dilakukan suatu analisis yaitu sebagai berikut.

Nilai beban 3 phasa sebelum pemerataan beban ditunjukkan pada Gambar

5.1, dapat dilihat sebelum dilakukannya pemerataan beban nilai phasa R sebesar

93,5 ± 10-5 Ampere, phasa S sebesar 39,2 ± 10-5 Ampere, dan phasa T sebesar

63,5 ± 10-5 Ampere. Berdasarkan bentuk diagramnya sangat memiliki perbedaan


43

yang sangat signifikan di antara 3 phasa R, S dan T. Nilai perbandingan yang

dihasilkan antara 3 phasa R, S, dan T sebesar 9:3:6.

100
93,5 ± 10-5
90
80
70
63,5 ± 10-5
60
50
40 39,2 ± 10-5
30
20
10
0
R (Ampere) S (Ampere) T (Ampere)

Gambar 5.1 Nilai beban 3 phasa sebelum pemerataan beban

70 65,3 ±10-5
65,6 ± 10-5
60

50 50 ± 10-5

40

30

20

10

0
R (Ampere) S (Ampere) T (Ampere)

Gambar 5.2 Nilai beban 3 phasa sesudah pemerataan beban

Nilai beban 3 phasa sesudah pemerataan beban ditunjukkan pada Gambar

5.2, dapat dilihat sesudah dilakukannya pemerataan beban nilai phasa R sebesar

65,6 ± 10-5 Ampere, phasa S sebesar 50 ± 10-5 Ampere, dan phasa T sebesar 65,3

± 10-5 Ampere. Berdasarkan bentuk diagramnya tidak memiliki perbedaan yang


44

begitu signifikan di antara 3 phasa R, S dan T. Nilai perbandingan yang dihasilkan

antara 3 phasa R, S, dan T sebesar 6:5:6. Maka dapat dianalisis nilai

perbandingannya diantara 3 phasa R, S dan T mengalami penurunan perbedaan

sebelum dengan sesudah pemerataan beban. Sebelum pemerataan beban sebesar

9:3:6 dengan sesudah pemerataan beban sebesar 6:5:6. Apabila terdapat selisih

yang cukup besar antara beban phasa R,S, T maka akan mengakibatkan

munculnya arus pada penghantar netral (arus netral), semakin besar

ketidakseimbangan beban maka akan mengakibatkan semakin besar pula arus

netral tersebut, karena perbandingan 3 phasa R,S,T yang ideal yaitu 1:1:1 atau

dapat dikatakan nilai tiga phasa tersebut bernilai sama besar. Jika hal itu dibiarkan

maka akan menyebabkan suatu kerusakan pada trafo. Cara yang digunakan dalam

hal pemerataan beban yaitu perbaikan sambungan konduktor dan pemindahan

disetiap penghantar phasa pada beban berupa sambungan rumah (SR) dan beban

lainya seperti lampu penerangan jalan, dari jaringan phasa yang besar ke

penghantar phasa yang lebih kecil.

Gambar 5.3 Grafik jenis kegiatan pemeliharaan gardu distribusi


45

Grafik jenis kegiatan pemeliharaan gardu distribusi berdasarkan jumlah

kegiatannya ditunjukkan pada Gambar 5.3. Berdasarkan Grafik Gambar 5.3

tersebut pemeliharaan penggantian jumper gardu dilakukan sebanyak 3 kali

karena berdasarkan jumlah gardu distribusi yang kabelnya mengalami korosi atau

terjadi pemburukan tahanan kontak jumper konduktor putus jatuh ketanah,

pemasangan serabut A3C sebanyak 10 kali karena jumlah tersebut berdasarkan

jumlah gardu distribusi yang belum memiliki alat penangkal binatang (apkuk dan

kentang) , penyeimbangan beban gardu sebanyak 5 kali karena jumlah trafo yang

mengalami kelebihan beban sebanyak 5 trafo, penggantian trafo sebanyak 3 kali

karena jumlah trafo yang mengalami kondisi overload dan underload sebanyak 3

trafo, perbaikan schoon-schoon sebanyak 2 kali karena sebanyak 2 schoon trafo

yang mengalami kerusakan, penyesuain tap trafo sebanyak 1 kali karena hanya

satu trafo yang memiliki tegangan sekunder yang lebih kecil dari pada tegangan

primernya, perbaikan trafo bocor sebanyak 1 kali karena hanya ada satu kondisi

trafo yang bocor.

Pada pemeliharaan gardu distribusi pergantian jumper gardu terdapat

beberapa kegiatan yang dilakukan ditunjukkan pada Gambar 5.4 sampai

Gambar 5.6.

Gambar 5.4 Penggantian sikuan out FCO di mt243


46

Kegiatan pemeliharaan gardu distribusi dalam hal penggantian sikuan

FCO (Fuse Cut Out) di gardu mt243 pada penyulang betook ditunjukkan pada

Gambar 5.4, penyulang betok terletak di sekitar RS.Ahmad Yani Kota metro

sampai Banjarejo.

Gambar 5.5 Penggantian sikuan out FCO di mt308

Kegiatan pemeliharaan gardu distribusi dalam hal penggantian sikuan

FCO (Fuse Cut Out) di gardu mt308 pada penyulang sepat ditunjukkan pada

Gambar 5.5, penyulang sepat terletak di sekitar Jl. Ade Irma Suryani sampai

Yosodadi Kota Metro.

Gambar 5.6 Penggantian sikuan out FCO di m89

Kegiatan pemeliharaan gardu distribusi dalam hal penggantian sikuan

FCO (Fuse Cut Out) di gardu m89 pada penyulang seluang ditunjukkan pada
47

Gambar 5.6, penyulang seluang terletak di sekitar daerah Mulyojati, Ganjar

Agung sampai Simbarwaringin Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah.

Pemeliharaan gardu distribusi Pemasangan serabut A3C pada SUTR

terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan ditunjukkan pada Gambar 5.7 sampai

Gambar 5.16.

Gambar 5.7 Penambahan apkuk di sk223

Kegiatan pemeliharaan gardu distribusi dalam hal penambahan 1 buah

apkuk di gardu sk233 pada penyulang strawberry ditunjukkan pada Gambar 5.7,

penyulang strawberry terletak di sekitar muara jaya kecamatan sukadana

Kabupaten Lampung Tengah.

Gambar 5.8 Pemasangan apkuk di sk76

Kegiatan pemeliharaan gardu distribusi dalam hal pemasangan 1 buah

apkuk di gardu sk76 pada penyulang strawberry ditunjukkan pada Gambar 5.8,
48

penyulang strawberry terletak di sekitar muara jaya kecamatan sukadana

Kabupaten Lampung Tengah.

Gambar 5.9 Pemasangan apkuk di sk115

Kegiatan pemeliharaan gardu distribusi dalam hal pemasangan 2 buah

apkuk di gardu sk115 pada penyulang arwana ditunjukkan pada Gambar 5.9,

penyulang arwana terletak di sekitar muara jaya kecamatan batanghari Kabupaten

Lampung Timur.

Gambar 5.10 Pemasangan apkuk di sk207

Kegiatan pemeliharaan gardu distribusi dalam hal pemasangan 2 buah

apkuk di gardu sk207 pada penyulang seluang ditunjukkan pada Gambar 5.10,

penyulang seluang terletak di sekitar 16 C Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah.


49

Gambar 5.11 Pemasangan kentang (kejut tegangan) di sk51

Kegiatan pemeliharaan gardu distribusi dalam hal pemasangan 7 buah

kentang (kejut tegangan) di gardu sk51 pada penyulang strawberry ditunjukkan

pada Gambar 5.11, penyulang strawberry terletak di sekitar muara jaya

kecamatan sukadana Kabupaten Lampung Timur.

Gambar 5.12 Pemasangan kentang (kejut tegangan) di sk230

Kegiatan pemeliharaan gardu distribusi dalam hal pemasangan 5 buah

kentang (kejut tegangan) di gardu sk230 pada penyulang nila ditunjukan pada

Gambar 5.12, penyulang nila terletak di Kecamatan Sekampung, Kabupaten

Lampung Timur.
50

Gambar 5.13 Pemasangan apkuk di sk154

Kegiatan pemeliharaan gardu distribusi dalam hal pemasangan 2 buah

apkuk di gardu sk154 pada penyulang strawberry ditunjukkan pada Gambar 5.13,

penyulang strawberry terletak di sekitar muara jaya kecamatan sukadana

Kabupaten Lampung Timur.

Gambar 5.14 Pemasangan kentang (kejut tegangan) di tm5 sk81

Kegiatan pemeliharaan gardu distribusi dalam hal pemasangan 4 buah

kentang (kejut tegangan) di gardu tm5 sk81 pada penyulang nila ditunjukkan pada

Gambar 5.14, penyulang nila terletak di Kecamatan Sekampung, Kabupaten

Lampung Timur.
51

Gambar 5.15 Pemasangan kentang (kejut tegangan) di sk39

Kegiatan pemeliharaan gardu distribusi dalam hal pemasangan 5 buah

kentang (kejut tegangan) di gardu sk39 pada penyulang strawberry ditunjukkan

pada Gambar 5.15, penyulang strawberry terletak di sekitar muara jaya

kecamatan sukadana Kabupaten Lampung Timur.

Gambar 5.16 Penambahan apkuk di tm10 sk53

Kegiatan pemeliharaan gardu distribusi dalam hal pemasangan 1 buah

apkuk di gardu tm10 sk53 pada penyulang strawberry ditunjukkan pada Gambar

5.16, penyulang strawberry terletak di sekitar muara jaya kecamatan sukadana

Kabupaten Lampung Timur.

Pemeliharaan gardu distribusi Penyeimbangan beban gardu terdapat

beberapa kegiatan yang dilakukan ditunjukkan pada Gambar 5.17 dan Gambar

5.18.
52

Gambar 5.17 Bagi beban di mt350 dan mt130

Kegiatan pemeliharaan gardu distribusi dalam hal pembagian beban di

gardu mt350 dan mt130 pada penyulang betook ditunjukkan pada Gambar 5.17,

penyulang betok terletak di sekitar RS.Ahmad Yani Kota metro.

Gambar 5.18 Bagi beban di bh50, bh47 dan bh08

Kegiatan pemeliharaan gardu distribusi dalam hal pembagian beban di

gardu bh50, bh47 dan bh08 pada penyulang bawal ditunjukkan pada Gambar

5.18, penyulang bawal terletak di Kecamatan Batanghari, Kabupaten Lampung

Timur.

Pemeliharaan gardu distribusi penggantian trafo terdapat beberapa

kegiatan yang dilakukan ditunjukkan pada Gambar 5.19 sampai Gambar 5.21.
53

Gambar 5.19 Penggantian trafo di mk58

Kegiatan pemeliharaan gardu distribusi dalam hal rotasi trafo di mk58

pada penyulang seluang ditunjukkan pada Gambar 5.19, penyulang seluang

terletak di sekitar 16 C Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah.

Gambar 5.20 Penggantian trafo di mk44

Kegiatan pemeliharaan gardu distribusi dalam hal rotasi trafo di mk44

pada penyulang seluang ditunjukkan pada Gambar 5.20, penyulang seluang

terletak di sekitar 16 C Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah.


54

Gambar 5.21 Penggantian trafo sk123 ke sk205

Kegiatan pemeliharaan gardu distribusi dalam hal rotasi trafo sk123 ke

sk205 pada penyulang strawberry ditunjukkan pada Gambar 5.21, penyulang

strawberry terletak di sekitar muara jaya kecamatan sukadana Kabupaten

Lampung Timur.

Pemeliharaan gardu distribusi perbaikan schoon - schoon terdapat

beberapa kegiatan yang dilakukan ditunjukkan pada Gambar 5.22 dan Gambar

5.23.

Gambar 5.22 Perbaikan sekun ngepong rst mt378

Kegiatan pemeliharaan gardu distribusi dalam hal perbaikan sekun

ngepong rst mt378 pada penyulang seluang ditunjukkan pada Gambar 5.22,

penyulang seluang terletak di sekitar 16 C Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah.


55

Gambar 5.23 Penggantian sekun ngepong di mt301

Kegiatan pemeliharaan gardu distribusi dalam hal penggantian sekun

ngepong di mt301 UM Kampus 3 pada penyulang betook ditunjukkan pada

Gambar 5.23, penyulang betok terletak di sekitar RS.Ahmad Yani Kota metro.

Pemeliharaan gardu distribusi penyesuaian tap trafo terdapat beberapa

kegiatan yang dilakukan ditunjukkan pada Gambar 5.24.

Gambar 5.24 Tapping trafo di sk123

Kegiatan pemeliharaan gardu distribusi dalam hal tapping trafo di sk123

pada penyulang strawberry ditunjukkan pada Gambar 5.24, penyulang strawberry

terletak di sekitar muara jaya kecamatan sukadana Kabupaten Lampung Timur.

Pemeliharaan gardu distribusi Perbaikan trafo rembes atau bocor terdapat

beberapa kegiatan yang dilakukan ditunjukkan pada Gambar 5.25.


56

Gambar 5.25 Perbaikan oli rembes bushing kendur di mt308

Kegiatan pemeliharaan gardu distribusi dalam hal perbaikan oli rembes

bushing kendur di mt308 pada penyulang seluang ditunjukkan pada Gambar

5.25, penyulang seluang terletak di sekitar 16 C Trimurjo Kabupaten Lampung

Tengah.

Pemeliharaan gardu distribusi perlu dilakukan karena pada umumnya

gardu distribusi berada pada saluran bebas, jadi tentunya tidak akan terlepas dari

gangguan bahkan kerusakan pada jaringan distribusi. Metode yang digunakan

dalam hal pemeliharaan gardu distribusi yaitu Metode Condition Based

Maintenance. Metode Condition Based Maintenance merupakan suatu metode

pemeliharaan berdasarkan hasil laporan tim inspeksi hasil survey di lapangan.

Pemeliharaannya berdasarkan kondisi atau peralatan gardu distribusi yang akan

dipelihara. Proses pemeliharaannya dimulai dengan melakukan survey lapangan

untuk mengecek kondisi suatu peralatan gardu distribusi, kemudian melaporkan

kepada tim pengolah data untuk kemudian dibuat surat perintah kerja, dan

selanjutnya akan diberikan surat perintah kerja tersebut kepada tim harsus

(pemeliharaan khusus) untuk dilakukannya pemeliharaan.

Ada beberapa kegiatan yang dilakukan dalam hal pemeliharaan gardu

distribusi menggunakan metode Condition Base Maintenance di pln Area Metro


57

yaitu penggantian jumper gardu, Pemasangan serabut A3C pada SUTR,

penyeimbangan beban gardu, penggantian trafo, perbaikan schoon-schoon,

penyesuaian tap trafo, dan perbaikan trafo rembes atau bocor.

Penggantian jumper gardu ini meliputi penggantian sikuan Fuse Cut Out

(FCO), Fuse Cut Out (FCO) merupakan alat pemutus rangkaian listrik pada

jaringan distribusi. Fuse Cut Out berfungsi sebagai pengaman pada sistem,

dengan cara membatasi tegangan lebih maupun arus lebih yang mengalir pada

sistem tersebut, dan mengalirkannya ke tanah. Fuse Cut Out juga berperan dalam

melindungi gangguan fisik dari luar, terutama untuk saluran udara, misalnya

karena sambaran petir. Gambar 5.26 adalah gambar dari alat FCO.

Gambar 5.26 Alat FCO (Fuse Cut Out)

Hal yang dilakukan dalam pemeliharaan gardu distribusi yaitu penggantian

jumper dengan kabel berisolasi pada sikuan out FCO, berikut ini adalah kabel

jumper sikuan FCO.


58

Gambar 5.27 Jumper sikuan FCO (Fuse Cut Out)

Kabel jumper sikuan FCO (Fuse Cut Out) pada Gambar 5.27 ditunjukkan pada 3

buah kabel yang mengarah ke bawah, penggantian jumper kabel FCO ke kabel

berisolasi ini bertujuan untuk meminimalisir terjadinya suatu konsleting listrik.

Dengan dipasangnya kabel berisolasi maka akan lebih fleksibel dan lebih aman.

Selanjutnya yaitu Pemasangan serabut A3C pada SUTR yang meliputi

pemasangan alat apkuk dan pemasangan alat kentang (kejut tegangan). Apkuk

adalah alat penghalang binatang yang terbuat dari serabut tembaga kabel bekas.

Gambar 5.28 adalah alat apkuk.

Gambar 5.28 Apkuk

Tujuan dipasangnya apkuk ini adalah untuk menghalangi binatang yang ingin

merusak atau mengganggu suatu sistem jaringan pada gardu distribusi, dengan
59

adanya akuk maka binatang yang ingin mendekati trafo serta gardu akan terhalang

karena adanya apkuk pada kabel SUTR (saluran udara tegangan rendah).

Gambar 5.29 Kentang (kejut tegangan)

Gambar 5.29 adalah alat kentang (kejut tegangan). Kentang (kejut tegangan)

adalah alat yang terbuat dari pipa paralon yang dilapisi seng di bagian sisinya.

Setelah kentang dipasang maka akan disalurkan energi listrik ke kentang agar

memberikan suatu tegangan atau sengatan listrik, tujuan dipasangnya kentang

yaitu untuk menghalangi binatang yang ingin merusak atau mengganggu suatu

sistem jaringan pada gardu distribusi, dengan terhubungnya kentang ke arus listrik

maka binatang yang mendekat ke kentang akan mengalami suatu sengatan listrik

atau kejut tegangan.

Kegiatan pemerataan beban gardu, pemerataan beban merupakan suatu

upaya untuk mengefisienkan gardu distribusi sehingga arus yang mengalir bisa

sepenuhnya diserap oleh pelanggan dan untuk mengurangi besarnya arus netral

dan perbedaan arus di antara 3 phasa yang terjadi. Pada sisi sekunder

transformator terdiri dari tiga phasa yaitu R, S, T dan satu N (netral). Apabila

terdapat selisih yang cukup besar antara beban phasa R,S, T maka akan

mengakibatkan munculnya arus pada penghantar netral (arus netral), semakin

besar ketidakseimbangan beban maka akan mengakibatkan semakin besar pula


60

arus netral tersebut, karena perbandingan 3 phasa R,S,T yang ideal yaitu 1:1:1

atau dapat dikatakan nilai tiga phasa tersebut bernilai sama besar. Jika hal itu

dibiarkan maka akan menyebabkan suatu kerusakan pada trafo. Cara yang

digunakan dalam hal pemerataan beban yaitu perbaikan sambungan konduktor

dan pemindahan disetiap penghantar phasa pada beban berupa sambungan rumah

(SR) dan beban lainya seperti lampu penerangan jalan, dari jaringan phasa yang

besar ke penghantar fasa yang lebih kecil. Gambar 5.30 adalah hasil pengukuran

tiga phasa R,S,T sebelum dilakukannya pemerataan beban.

Gambar 5.30 Nilai phasa R,S,T sebelum pemerataan beban

Nilai phasa R,S,T pada jurusan A sebelum pemerataan beban berturut-turut yaitu

93,5 ± 10-5 A, 39,20 ± 10-5 A dan 63,50 ± 10-5 A. Gambar 5.31 adalah hasil

pengukuran phasa R,S,T setelah pemerataan beban.

Gambar 5.31 Nilai phasa R,S,T setelah pemerataan beban


61

Nilai phasa R,S,T setelah pemerataan beban berturut-turut yaitu 65,6 ± 10-5 A,

50± 10-5 A dan 65,3 ± 10-5 A.

Kegiatan penggantian trafo, penggantian trafo adalah kegiatan penggantian

trafo karena trafo mengalami suatu kondisi yang overload atau underload.

Kondisi trafo overload yaitu kondisi disaat persentase beban trafo melebihi 80 %.

Sedangkan kondisi trafo underload yaitu kondisi disaat persentase beban trafo

kurang dari 35 %. Kegiatan selanjutnya yaitu perbaikan pada trafo bagian sekun

ngepong RST serta tapping pada tap trafo, juga dilakukan perbaikan pada trafo

yang mengalami suatu kondisi rembes atau oli pada trafo bocor. Tapping trafo

merupakan suatu proses perubah perbandingan transformasi untuk mendapatkan

tegangan operasi sekunder yang lebih baik dari tegangan primer.


VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :

1 Pemeliharaan gardu distribusi meliputi penggantian jumper gardu,

pemasangan serabut A3C pada SUTR, penyeimbangan beban gardu,

penggantian trafo, perbaikan schoon-schoon, penyesuaian tap trafo dan

perbaikan trafo rembes atau bocor.

2. Proses pemeliharaan gardu distribusi dimulai dengan meninjau atau

mensurvei ke lapangan oleh tim inspeksi, kemudian melaporkan jenis

kerusakan untuk dibuat surat perintah kerja untuk dilakukan pemeliharaan

oleh tim harsus (pemeliharaan khusus).

3. Perbandingan nilai 3 phasa R, S, dan T sebelum pemerataan beban

mengalami dengan sesudah pemerataan beban mengalami penurunan

selisih diantara 3 phasa, dari sebelum pemerataan beban sebesar 9:3:6

setelah pemerataan beban menjadi 6:5:6.


63

6.2 Saran

Sebaiknya dalam melakukan suatu pengukuran tegangan beban trafo tidak

hanya dilakukan satu kali tetapi dilakukan pengulangan pengukuran agar nilai

yang dihasilkan lebih akurat.


DAFTAR PUSTAKA

Abadi, Akbar. dan Syafi’i. (2015). Analisa Perbaikan Profil Tegangan Sistem
Tenaga Listrik Sumbar Menggunakan Kapasitor bank dan Tap
Transformator. Jurnal Nasional Teknik Elektro. Universitas Andalas. Vol 4.
No 2. Hal 158-164.

Badaruddin. dan Budi Wirawan. (2014). Setting Koordinasi Over Current Relay
pada Trafo 60 MVA 150/20 KV dan Penyulang 20 KV. Jurnal Nasional
Teknik Elektro. Universitas Mercu Buana. Vol 18. No 3. Hal 134-140.

Chandra, Rahmat Adi. (2009). Teknik Pemeliharaan Gardu Distribusi. Jakarta:


PT.PLN (Persero) Pusat Pendidikan dan Pelatihan.

Hidayat, Syarif., Supridi, L., dan Nurun. (2018). Penyeimbangan Beban Pada
Jaringan Tegangan Rendah Gardu Distribusi CD 33 Penyulang Sawah Di
PT PLN (Persero) Area Bintaro. Jurnal Sutet. STT-PLN. Vol 8. No 1. Hal
21-27.

Husodo, Budi Yanto. dan Arditya Perdana Akbar. (2018). Penerapan Metode
Minim Padam Untuk Pemeliharaan Gardu Distribusi 20 kV Di PT PLN
Area Bulungan (KL224). Jurnal Nasional Teknik Elektro. Universitas
Mercu Buana. Vol 9. No 3. Hal 159-162.

Indra, Ade., Abrar, T., dan Usaha Situmeang. (2019). Analisis Profil Tegangan
dan Rugi Daya Jaringan Distribusi 20 kV PT PLN (Persero) Rayon Siak Sri
Indrapura dengan Beroperasinya PLTMG Rawa Minyak. Jurnal Energi.
Universitas Lancang Kuning Pekanbaru. Vol 4. No 1. Hal 25-31.
Indrayani, Nita. (2018). Perancangan Software Berbasis Web untuk Preventif
Maintenance Gardu Trafo Tiang (GTT) di PT.PLN Persero. Jurnal Teknik
Elektro. Politeknik Negeri Malang. Vol 2. No 2. Hal 1-12.

Kumayasari, Magdalena Feby., Katherin, I., dan Yaumar. (2016). Penerapan


Condition Based Maintenance untuk Menentukan Waktu Perawatan Sistem
Pengendalian Temperatur pada Thermal Oxidizer di Conocophillips
Indonesia. Jurnal Teknik. Institut Teknologi Sepuluh November. Vol 4. No
1. Hal 1-9.

Naibaho, Rizky Jefry., dan Dian, S. (2017). Peningkatan Kualitas Jaringan


Distribusi Tegangan Menengah Dengan Optimasi Konfigurasi. Jurnal
Teknik Elektro. Universitas Riau. Vol 4. No 1. Hal 1-6.

Pabla, A. dan Abdul, H. (1991). Sistem Distribusi Daya Listrik. Jakarta: Erlangga.

Pasra, N. dan Ruswandi, P. (2016). Pelaksanaan Manajemen Gardu Distribusi.


Jurnal Sutet. STT-PLN. Vol 6. No 2. Hal 9-21.

Pasra, Nurmiati., Andi, M., dan Muhammad Oka. (2018). Analisa Efek Korona
pada Sistem Distribusi Tenaga Listrik 20 kV pada Gardu Beton. Jurnal
Ilmiah Sutet. STT-PLN. Vol 8. No 2. Hal 103-113.

Rikumahu, Jacob., Denny, R., dan Marselin Jamlaay. (2019). Perancangan


Peningkatan Keandalan Sistem Tenaga Listrik pada Gardu Hubung Poka
Kota Ambon. Jurnal Simetrik. Politeknik Negeri Ambon. Vol 9. No 1. Hal
171-178.

Rolianda, Reza., Salahuddin., dan Badriana. (2020). Konfigurasi Ulang Jaringan


Distribusi 20 kV menggunakan Metode Newton Raphson. Jurnal Energi
Elektrik. Universitas Malikussaleh. Vol 9. No 2. Hal 1-7.

Rumimper, Reynold., Sherwin, S., dan Dringhuzen Mamahit. (2016). Rancang


Bangun Alat Pengontrol Lampu dengan Bluetooth Berbasis Android. Jurnal
Teknik Elektro. Universitas Sam Ratulangi. Vol 5. No 3. Hal 24-33.
Sarimun, wahyudi. (2011). Buku Saku Pelayanan Teknik. Depok: Garamond.

Soeroso, Bambang., Yaulie, R., dan Lily Patras. (2016). Identifikasi Gardu
Distribusi Tenaga Listrik Di Kota Manado Berbasis Sistem Informasi
Geografis. Jurnal Teknik Elektro dan Komputer. Universitas Sam Ratulangi.
Vol 5. No 1. Hal 1-7.

Syafaruddin, Yusran. (2019). Pelatihan Pemeliharaan Sistem Distribusi Tenaga


Listrik pada Tenaga Kerja Perusahaan Bidang Ketenagalistrikan. Jurnal
Teknologi Terapan untuk Pengabdian Masyarakat. Universitas Hasanuddin.
Vol 2. No 2. Hal 45-50.

Tobing, Bonggas L. (2003). Peralatan Tegangan Tinggi. Jakarta: Gramedia


Pustaka Utama.

Widiatmika, Wahyudi., Arta, W., dan Nyoman Setiawan. (2018). Analisis


Penambahan Transformator Sisipan untuk Mengatasi Overload pada
Transformator DB0244 di Penyulang Sebelanga. Jurnal Spektrum.
Universitas Udayana. Vol 5. No 2. Hal 19-25.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai