Oleh
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2021
ANALISIS PEMELIHARAAN GARDU DISTRIBUSI 20 KV DENGAN
MENGGUNAKAN METODE CONDITION BASED MAINTENANCE
(CBM) DI PT.PLN (PERSERO) ULP KOTA METRO
Oleh
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2021
Judul Laporan : Analisis Pemeliharaan Gardu Distribusi 20 Kv
Dengan Menggunakan Metode Condition Based
Maintenance (CBM) di PT.PLN (Persero) ULP
Kota Metro
Jurusan : Fisika
Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Jurusan Fisika Dosen Pembimbing
FMIPA Universitas Lampung
Gurum Ahmad Pauzi, S.Si., M.T. Donni Kis Apriyanto, S.Si., M.Sc.
NIP.198010102005011002 NIP.198804032019031005
i
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh :
Laporan Praktik Kerja Lapangan Ini Telah Diperiksa dan Dinyatakan Memenuhi
Persyaratan
Menyetujui,
Pembimbing Lapangan
Wawan Satriawan
ii
ANALISIS PEMELIHARAAN GARDU DISTRIBUSI 20 KV DENGAN
MENGGUNAKAN METODE CONDITION BASED MAINTENANCE
(CBM) DI PT.PLN (PERSERO) ULP KOTA METRO
Oleh
ABSTRAK
iii
MAINTENANCE ANALYSIS OF 20 KV DISTRIBUTION GARDU USING
CONDITION BASED MAINTENANCE (CBM) METHOD AT PT PLN
(PERSERO) ULP KOTA METRO
By
ABSTRACT
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala rahmat dan karunia yang diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Kota Metro.
v
5. Bapak Arif Surtono, M.Si., M.Eng. selaku Dosen Pembimbing Akademik.
6. Pak Niken, Pak Dwi, Pak angga, serta semua staff selaku pembimbing
serta teman – teman satu angkatan Fisika 2018 yang telah memberikan
laporan ini karena keterbatasan wawasan dan pengetahuan. Untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak agar dapat
menjadi lebih baik di masa yang akan datang. Semoga laporan ini bermanfaat bagi
para pembaca dan memberikan kontribusi yang baik untuk segala bentuk kasus
vi
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN JURUSAN ............................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN PT.PLN (PERSERO) ULP KOTA METRO ..... ii
ABSTRAK ........................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... v
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... ix
DAFTAR TABEL................................................................................................ xii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 3
1.3 Tujuan Praktik Kerja Lapangan .............................................................. 3
1.3.1 Tujuan Umum ................................................................................ 3
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................................... 4
1.4 Manfaat Praktik Kerja Lapangan ............................................................ 4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Tenaga Listrik ............................................................................. 5
2.2 Gardu Distribusi ...................................................................................... 6
2.3 Transformator (Trafo) ............................................................................. 10
2.4 Konfigurasi Jaringan Distribusi .............................................................. 16
2.5 Pemeliharaan Gardu Distribusi ............................................................... 21
2.6 Metode Pemeliharaan Gardu Distribusi .................................................. 22
vii
III. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
3.1 Sejarah Berdirinya PT. PLN (Persero) ULP Kota Metro........................ 26
3.2 Visi, Misi dan Pedoman Perusahaan ....................................................... 28
3.2.1 Visi PT.PLN (Persero) ULP Kota Metro ....................................... 28
3.2.2 Misi PT.PLN (Persero) ULP Kota Metro ...................................... 29
3.2.3 Pedoman Perusahaan ..................................................................... 29
3.3 Lokasi PT.PLN (Persero) ULP Kota Metro ............................................ 30
3.4 Struktur Organisasi ................................................................................. 31
3.5 Manajemen Organisasi............................................................................ 31
3.5.1 Manager ......................................................................................... 31
3.5.2 Asisten Manager Jaringan .............................................................. 32
3.5.3 Supervisor Transaksi Energi Listrik .............................................. 33
3.5.4 Supervisor Pelayanan Pelanggan ................................................... 33
3.5.5 Supervisor Administrasi Umum .................................................... 34
3.5.6 Supervisor PDKB (pekerjaan dalam keadaan bertegangan ........... 35
IV. METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN
4.1 Waktu dan Tempat Praktik Kerja Lapangan ........................................... 36
4.2 Kegiatan Praktik Kerja Lapangan ........................................................... 36
4.3 Metode Pengambilan Data ...................................................................... 37
4.4 Pengamatan yang Dilakukan Selama Praktik Kerja Lapangan ............... 38
4.5 Diagram Alir ........................................................................................... 38
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Pengamatan.................................................................................... 41
5.2 Pembahasan............................................................................................. 42
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ............................................................................................. 62
6.2 Saran..... .................................................................................................. 63
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Gardu Beton ..................................................................................... 8
Gambar 3.1 Peta lokasi PT.PLN (Persero) ULP Kota Metro .............................. 30
Gambar 3.2 Struktur organisasi PT.PLN (Persero) ULP Kota Metro ................. 31
ix
Gambar 4.2 Contoh surat perintah kerja .............................................................. 40
x
Gambar 5.24 Tapping trafo di sk123 ................................................................... 55
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Rencana Kerja PKL .............................................................................. 35
Tabel 5.2 Nilai beban sebelum dan sesudah pemerataan beban ........................... 41
xii
1
I. PENDAHULUAN
serba listrik saat ini, maka kebutuhan akan energi listrik mengalami peningkatan.
semakin dibutuhkan. Oleh karena itu, dengan terjadinya gangguan suplai listrik ke
kerusakan agar perlengkapan tersebut tetap dalam kondisi yang prima sesuai
gardu terdiri dari beberapa macam yaitu gardu transmisi, gardu distribusi dan
2
gardu traksi. Pada PLN ULP terdapat gardu distribusi, gardu distribusi ini
konsumen, setiap peralatan yang ada pada gardu distribusi mempunyai lifetime
pemeriksaan yang dilakukan secara rutin ke setiap gardu atau istilah lainnya
(CBM) menjadi begitu sangat penting karena jika gardu distribusi dalam keadaan
atau kondisi yang bagus akan membuat distribusi tenaga listrik ke para konsumen
kontinuitas dan pelayanan listrik terhadap pelanggan. Oleh karena itu dilakukan
peralatan – peralatan (CBM) dalam gardu distribusi atau berdasarkan hasil temuan
1. Apa saja kegiatan yang dilakukan dalam hal pemeliharaan gardu distribusi
20 kV ?
Universitas Lampung.
ilmu pengetahuan.
d. Memenuhi salah satu syarat akademik pada jenjang strata 1 (S1) jurusan
a. Mengetahui kegiatan apa saja yang dilakukan dalam hal pemeliharaan gardu
Sistem tenaga listrik adalah sekumpulan pusat listrik dan gardu induk
(pusat beban) yang satu dengan yang lain dihubungkan oleh jaringan transmisi
dan distribusi sehingga merupakan sebuah satu kesatuan yang terkoneksi. Suatu
sistem tenaga listrik terdiri dari tiga bagian utama, yaitu : pusat pembangkit listrik,
semua beban yang terpisah satu dengan yang lain pada saluran transmisi. Hal ini
pembangkit listrik dan sistem distribusi, dan melalui hubungan antar sistem dapat
pula menuju ke sistem tenaga yang lain. Suatu sistem distribusi menghubungkan
semua beban-beban yang terpisah antara satu dengan yang lainnya menggunakan
tertentu tidak dapat ditetapkan dengan pasti, karena kemampuan ini masih
sistem tersebut tetap berjalan serempak satu terhadap yang lain. Kebanyakan
6
faktor- faktor ini masih tergantung pula pada panjangnya saluran Pada sistem
beberapa variabel yang tidak diketahui. Pada tahap awal dilakukan penomoran bus
terhadap sistem yang akan dianalisis. Bus-bus yang terhubung dengan generator
diberi nomor terlebih dahulu setelah itu penomoran bus dilanjutkan pada bus-bus
beban, bus yang memiliki kapasitas pembangkit terbesar di pilih sebagai slack bus
dan diberi nomor 1, untuk bus lain yang terhubung ke generator diberi nomor 3
sebagai bus pembangkit (Abadi dan Syafi’i, 2015 ; Soeroso dkk., 2016).
Gardu Distribusi tenaga listrik adalah suatu bangunan gardu listrik yang
kebutuhan tenaga listrik bagi pelanggan baik dengan tegangan Menengah (TM 20
yang digunakan pada gardu distribusi tergantung pada jumlah beban yang
akan dilayani dan luas daerah pelayanan beban. Bisa berupa transformator
satu fasa dan bisa juga berupa transformator tiga fasa (Syafaruddin, 2019).
transformator tiga fasa dengan kapasitas yang cukup besar. Jaringan tegangan
rendah ditarik dari sisi sekunder transformator untuk kemudian disalurkan kepada
konsumen. Sistem tiga fasa tersedia untuk seluruh daerah pelayanan distribusi,
terhadap maksud dan tujuan penggunaannya yang kadang kala harus disesuaikan
1. Gardu pasangan luar dimana semua instalasi listriknya tahan air (gardu portal
2. Gardu pasangan dalam dimana instalasinya tidak kedap air (gardu beton atau
gardu kios)
1. Gardu pelanggan umum (daya < 197 kV) dengan kapasitas trafo distribusi /
2. Gardu pelanggan khusus (daya > 200 kV) dengan langganan TM/TM/TM atau
1. Gardu Beton
Gardu beton adalah gardu distribusi yang terbuat dari tembok dengan atap di
cor dari semen (Soeroso dkk,. 2016). Komponen utama instalasi yaitu
sipil yang dirancang, di bangun dan difungsikan dengan konstruksi pasangan batu
dan beton.
Pada Gardu Beton, karena seluruh peralatan berada dalam ruang tertutup,
atau Right of Way (ROW) dari tegangan sentuh. Menurut standar, pengaturan tata-
letak peralatan pada gardu beton pelanggan umum atau pelanggan khusus adalah :
PHB-TR ditempatkan pada sisi masuk sebelah kiri atau sebelah kanan, Jarak
antara PHB-TM dengan dinding sebelah kiri kanan tidak kurang dari 1 meter,
Jarak bagian belakang PHB atau badan transformator dengan dinding gardu
2. Gardu Portal
Gardu Portal adalah gardu listrik tipe terbuka (out-door) dengan memakai
dipergunakan untuk Gardu Distribusi jenis ini dapat berupa tiang besi
3. Gardu Cantol
Gardu cantol, transformator yang terpasang adalah jenis CSP (Completely Self
4. Gardu Kios
Gardu Kios, kotak tempat peralatan listrik terbuat dari bahan besi. Gardu kios
5. Gardu Hubung
berfungsi sebagai sarana manuver pengendali beban listrik jika terjadi gangguan
rangkaian saklar beban (Load Break switch – LBS) (Pabla dan hadi, 1991).
tegangan sehingga tenaga listrik dapat didistribusikan secara meluas dan berfungsi
Trafo terdiri atas inti besi, kumparan primer, dan kumparan sekunder.
kumparan primer, dan terminal output terdapat pada kumparan sekunder. Secara
umum trafo memiliki dua jenis yaitu step up untuk menaikan tegangan dan step
11
down untuk menurunkan tegangan. Jenis transformator yang lainnya adalah Trafo
Trafo Step-Up adalah untuk menaikkan tegangan listrik. Ciri dari Trafo
Step-Up adalah memiliki jumlah lilitan sekunder yang lebih banyak dibandingkan
lilitan primer. Kita bisa melihat contoh penggunaan Trafo Step-Up ini pada
dihasilkan dari generator listrik. Ciri lain dari Trafo Step-Up adalah tegangan
Kuat arus primernya lebih besar dibandingkan kuat arus pada lilitan sekundernya.
dibandingkan lilitan sekunder. Contoh lainnya adalah pada alat adaptor untuk
mengubah tegangan bolak-balik (AC) menjadi tegangan searah (DC). Ciri lain
trafo step-down adalah tegangan listrik pada lilitan primer lebih besar
dibandingkan tegangan pada lilitan sekunder. Kuat arus primernya lebih besar
perlengkapan indicator, alat ukur, relai, dan alat sinkronisasi. Ada dua jenis trafo
tegangan, yaitu :
Gambar 2.5. Prinsip kerja trafo ini sama dengan trafo daya.Meskipun demikian,
1. Kapasitasnya kecil (10-150 VA), karena bebannya hanya alat-alat ukur, rele,
2. Galat faktor transformasi dan sudut fasa tegangan primer dengan tegangan
100√3 V.
Trafo tegangan yang salah satu terminalnya dibumikan disebut trafo tegangan
kutub tunggal, sedangkan trafo tegangan yang kedua terminalnya diisolir dari
Gambar 2.6 Trafo Tegangan Kutub Tunggal dan Ganda (Tobing, 2003)
Oleh karena itu, trafo dua kutub hanya digunakan untuk tegangan pengenal
sampai 30 kV, sedang trafo kutub tunggal dipergunakan untuk tegangan tinggi.
Jenis konstruksi trafo tegangan induktif tergantung kepada nilai tegangan operasi
dan tempat instalasi. Rancangan trafo kutub tunggal isolasi minyak kertas terdiri
dari jenis tangki logam dan jenis kerangka isolasi. Pada jenis pertama, badan aktif
trafo tegangan dimasukkan dalam bejana baja dan dilengkapi dengan bushing
kedua, badan aktif trafo semua dibungkus dengan porselin (Gambar 2.7.c),
biasanya digunakan untuk tegangan yang lebih besar dari 66 kV. Pemilihan
rancangan ini bergantung pada susunan bahan aktif trafo (inti dan belitan). Dilihat
dari segi pemakaian tempat, jenis kerangka isolasi adalah lebih baik karena
konstruksinya lebih kecil. Sangat berbeda dengan jenis tangki logam yang harus
Trafo tegangan kutub tunggal yang dipasang pada jaringan tiga fasa, selain
digunakan untuk mendeteksi arus gangguan tanah. Belitan tambahan dari ketiga
trafo unit trafo tegangan dihubungkan seri seperti ditunjukkan pada Gambar 2.8.
Trafo tegangan ini terdiri dari rangkaian seri 2 (dua) kapasitor atau lebih yang
berfungsi sebagai pembagi tegangan dari tegangan tinggi ke tegangan rendah pada
menggunakan trafo tegangan yang lebih rendah agar diperoleh tegangan sekunder.
kapasitor gulung dielektrik kertas minyak dihubungkan seri dan disusun dalam
merupakan terminal untuk alat komunikasi. Trafo tegangan kapasitif lebih murah
dari trafo tegangan magnetik untuk tegangan 110 kV dan di atasnya, terutama
Trafo Daya adalah suatu alat listrik statis yang berfungsi merubah tegangan
guna penyaluran daya listrik dari suatu rangkaian ke rangkaian yang lain melalui
daya digunakan untuk merubah tegangan dari tegangan tinggi ke tegangan rendah
16
transformator untuk merubah tegangan ini diperoleh karena dua macam lilitan
yaitu lilitan primer dan lilitan sekunder, sehingga perbandingan jumlah lilitan
dalam penyaluran daya listrik, oleh karena itu trafo harus diamankan untuk
mencegah kerusakan akibat gangguan, baik gangguan yang terjadi di dalam trafo
itu sendiri maupun gangguan yang terjadi di luar trafo yang dapat mengakibatkan
Sistem distribusi merupakan salah satu sistem dalam sistem tenaga listrik
energi listrik, terutama pemakai energi listrik tegangan menengah dan tegangan
rendah. Suatu sistem distribusi menghubungkan semua beban yang terpisah satu
dengan yang lain dengan saluran transmisi. Hal ini terjadi pada gardu induk
SUTM terdapat percabangan yang dibentuk di dalam Gardu Distribusi atau Gardu
Tiang. Sementara jaringan SKTM relatif lebih pendek dan berada di dalam kota
besar dengan jumlah gangguan yang relatif sedikit, bila terjadi gangguan itu
1. Sistem jaringan distribusi primer dan bisa disebut juga Jaringan Tegangan
distribusi sekunder bentuk saluran yang paling banyak digunakan adalah sistem
radial. Sistem ini dapat menggunakan kabel yang berisolasi maupun konduktor
tanpa isolasi. Sistem ini biasanya disebut sistem tegangan rendah yang langsung
Jaringan Distribusi Tegangan Rendah adalah bagian hilir dari suatu sistem
tenaga listrik. Melalui jaringan distribusi ini disalurkan tenaga listrik kepada para
menghubungkan semua beban dengan gardu induk (GI). Hal ini terjadi pada gardu
1. Jaringan Radial
ketitik sumber, dengan biayanya relatif murah. Pada struktur radial tidak ada
alternatif pasokan, oleh sebab itu tingkat keandalannya relatif rendah. Radial
ganda adalah langkah dalam usaha meningkatkan keandalan jaringan, hal ini
terutama bila rute dari sirkuit tersebut berlainan satu sama lain.
ini pada dasarnya diupayakan pasokan dayanya tidak satu arah, walaupun pada
memungkinkan alternatif lain dalam pemasokan sumber energi listrik dari dua
cara. Cara ini digunakan untuk mengurangi lama pemutusan daya yang
keandalan sistem ini lebih baik dari pada sistem radia.l ( Indra dkk., 2019).
membentuk ring, seperti pada Gambar 2.11 yang memungkinkan titik beban
terlayani dari dua arah saluran, sehingga kontinuitas pelayanan lebih terjamin
serta kualitas dayanya menjadi lebih baik, karena jatuh tegangan dan rugi daya
Gambar 2.11 Konfigurasi Jaringan Loop atau Ring (Indra dkk., 2019)
3. Jaringan Spindel
Jaringan spindel merupakan gabungan dari sistem radial dan loop sehingga
memiliki keandalan sistem yang tinggi dan ekonomis. Namun jaringan ini
20
kabel tanah tegangan menengah. Pada struktur spindel ini selalu ada penyulang
gardu induk dengan gardu hubung dan dimaksud untuk menjaga kelangsungan
pemasokan tenaga listrik pada pelanggan, bila terjadi gangguan pada suatu
4. Jaringan Anyaman
anyaman memungkinkan pasokan tenaga listrik dari berbagai arah ke titik beban.
5. Jaringan Spotload
Terdiri sejumlah penyulang beroperasi paralel dari sumber atau gardu induk
yang berakhir pada gardu distribusi. Jaringan ini dipakai jika beban pelanggan
dan fasilitas serta mengadakan perbaikan atau penyesuaian dan mengganti yang
maka semakin baik pula keandalan penyaluran tenaga listriknya yang ditandai
Pemeliharaan gardu distribusi atau yang biasa disebut revisi yaitu kegiatan
pemeliharaan yang dilakukan terhadap gardu distribusi, baik bagian sipil gardu
(bangunan gardu) dan bagian elektris gardu (komponen gardu sebagai peralatan
beroperasi dengan aman (safe) bagi manusia dan lingkungannya, andal (reliable),
22
kesiapan (availability) tinggi, unjuk kerja (performance) baik, umur (live time)
sesuai desain, waktu pemeliharaan (down time) efektif dan biaya pemeliharaan
(cost) efisien atau ekonomis. Selain itu ada faktor diluar teknis, tujuan
100 %
tahun
Garis hijau menunjukkan umur gardu distribusi dilakukan pemeliharaan dan garis
merah tanpa dilakukan pemeliharaan. Pada grafik tersebut terlihat bahwa gardu
distribusi yang dilakukan pemeliharaan dapat menghasilkan angka umur atau live
time yang lebih lama dari pada yang tidak dilakukan pemeliharaan.
(Chandra, 2009).
pada laporan hasil inspeksi atau sebuah program perawatan yang rekomendasi
kondisi baik atau buruknya peralatan yang akan dipelihara. Jika kondisi peralatan
Tujuan dari CBM antara lain adalah mengenali karakteristik peralatan, agar
tahapan yaitu :
menyimpan data atau informasi yang berguna sesuai dengan yang dibutuhkan
untuk keperluan CBM. Tahap ini merupakan tahap paling dasar dalam
pelaksanaan program CBM untuk proses diagnosis dan prognosis kegagalan alat.
Data yang dikumpulkan dalam program CBM dapat dikategorikan ke dalam dua
jenis utama yaitu data kejadian atau disebut data perawatan dan data pengukuran
kondisi. Data kejadian yaitu berupa data apa yang terjadi (kerusakan,
Tahap awal dalam pemrosesan data adalah pembersihan data. Tahap ini
penting, terutama untuk data kejadian yang biasanya dimasukkan secara manual,
selalu mengandung error. Untuk data pengukuran kondisi, data error disebabkan
oleh kesalahan sensor. Dalam kasus ini, pemisahan kesalahan sensor merupakan
Keputusan yang cukup dan tepat akan penting sekali dalam pengambilan tindakan
prognosis tidak berhasil dalam memperkirakan kegagalan, dan kegagalan itu telah
misalnya teknisi yang kurang cermat dalam memasang kembali komponen yang
mengalami kerusakan sebelum tiba waktu perawatan. Selain itu kondisi peralatan
yang masih baik dan menurut jadwal harus sudah diganti atau diperbaiki akan
jaringan distribusi yang bersifat mesh. Jaringan distribusi mesh adalah jaringan
distribusi yang mengkombinasikan jaringan radial dan ring. Sistem ini lebih baik
dari sistem-sistem yang lain serta dapat diandalkan, digunakan jika daerah yang
PT. PLN (Persero) ULP Kota Metro berdiri pada April 2004. Kantor
cabang yang saat ini dikomandani oleh Eko Wahyudi ini membawahi 3 kabupaten
atau Kota, terdiri dari Kabupaten Lampung Tengah, Lampung Timur, dan Kota
Metro. Jumlah pelanggan yang dikelola cabang ini sebanyak 340.000. sementara
aset kelistrikan terpasang yang dikelolanya, meliputi JTM sepanjang lebih dari
2.766 Kms, JTR yang membentang sejauh 3.910 Kms dan 1.645 gardu distribusi.
jumlah pelanggan yang dikelola oleh cabang ini menembus angka paling besar.
Perusahaan Listrik Negara (PLN) merupakan Badan Usaha Milik Negara yang
bergerak dibidang kelistrikan. PLN didirikan pada tahun 1945 sebagai perusahaan
jawatan dan gas, namun pada tahun 1994 PLN berubah menjadi perusahaan
dinamakan kwh meter. Kwh meter merupakan alat ukur milik PLN yang
pelanggan, dan sebagai titik transaksi penjualan listrik antara PT. PLN (Persero)
dengan pelanggan. Jumlah pelanggan reguler PT. PLN (Persero) area Metro per
Maret 2014 sebanyak 459.866 pelanggan dan pelanggan LPB sebanyak 226.942.
Keandalan kwh meter akan mempengaruhi penjualan listrik, dengan kwh meter
27
yang akurat maka energi listrik yang digunakan oleh pelanggan akan terukur
dengan akurat. Namun dari data langganan yang perlu diperhatikan, banyak
ditemukan kwh meter yang buram, tua, atau pun mogok. Hal-hal tersebut dapat
Peneraan kwh meter memiliki tujuan untuk mengukur tingkat kesalahan kwh
meter yang diuji berdasarkan kelasnya. Peneraan kwh meter juga dapat berfungsi
segmen pelanggan yang relatif unik, yakni pelanggan curah. Pelanggan curah
adalah para konsumen listrik yang tidak menerima pasokan listrik langsung dari
PLN, tetapi melalui sebuah koperasi yang disebut dengan KLP (Koperasi Listrik
Pedesaan). Proses kerjanya adalah KLP membeli listrik curah dari PLN yang
kemudian dijual dan disalurkan sendiri oleh KLP membeli listrik curah dari PLN
yang kemudian dijual dan disalurkan sendiri oleh KLP ini. Saat ini sebanyak
6.000 pelanggan telah ditangkap oleh KLP. Catatan penting lain dari area Metro
memperoleh predikat the brach of the year. Di tahun 2006 lalu, PLN area Metro
Lampung. Tak hanya itu, unit pelayanan dibawahnya yakni PLN ranting Kota
Visi PT.PLN (Persero) ULP Kota Metro yaitu diakui sebagai perusahaan
b. Tumbuh kembang :
c. Unggul :
d. Terpercaya :
e. Potensi Insani :
29
kehidupan masyarakat.
a. Saling Percaya
1. Saling menghargai
2. Beritikad baik
3. Transparan
b. Integritas
3. Keteladanan
c. Peduli
4. Pembelajar
30
7. Berinovasi
Imopuro, Kecamatan Metro Pusat, Provinsi Lampung yang berada di tengah pusat
kota.
Gambar 3.1 adalah peta lokasi PT.PLN (Persero) ULP Kota Metro,
terletak di pusat kota metro, jarak dari Bandar lampung sekitar 45 km. Sebelah
utara masjid Taqwa Metro, sebelah barat dan selatan Chandra Metro, dan sebelah
MANAGER
EKO WAHYUDI
AN KIN
(Analyst Kinerja)
BASONI
PP TE TEKNIK K3L
(Pelayanan (Transaksi Energi) (Keselamatan,
Pelanggan) Kesehatan dan
MUHAMMAD MUHAMMAD WAWAN Lingkungan)
ZUHAIRI FARADILA WINDA
RUSYIDI SATRIAWAN
ANGGA SAPUTRA
RENALDHI ILHAM
BUDI P ROMADON
PT. PLN (Persero) ULP Kota Metro memiliki tugas pokok dan fungsi
masing.
3.5.1 Manajer
jaringan distribusi tenaga listrik dan mengelola transaksi energy serta mengelola
dengan mutu dan keandalan untuk mencapai target kinerja unit Hasil atau Output
a. Tugas Pokok
a. Tugas Pokok
a. Tugas pokok
transaksi.
a. Tugas pokok
34
bisnis.
langganan.
a. Tugas Pokok
administrasi.
35
a. Tugas Pokok
PDKB.
peralatan PDKB.
IV. METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN
sampai 08 Maret 2021 yang bertempat di PT.PLN (Persero) ULP Kota Metro
yang beralamat di Jl. Ade Irma Suryani, Imopuro, Kec. Metro Pusat, Kota
2 X X
3 X X X X
4 X X
37
a. Wawancara
dan lebih memahami kegiatan yang dilakukan dalam hal pemeliharaan gardu
b. Observasi
adalah agar penulis memahami cara kerja serta metode dalam pemeliharaan gardu
distribusi 20 kV.
c. Studi Literatur
perpustakaan Universitas Lampung dan taman baca fisika, buku pedoman, dan
jurnal.
d. Dokumentasi
dan kegiatan yang berguna dalam penyusunan laporan praktik kerja lapangan.
38
Pada Gambar 4.1 yaitu diagram alir dari pemeliharaan gardu distribusi,
hal pertama yang dilakukan yaitu survei lapangan atau melakukan pengecekan
kerusakan apa yang dialami kepada tim pengolah data, proses selanjutnya
membuat surat perintah kerja yang dilakukan oleh tim pengolah data. Gambar
PT.PLN (Persero) ulp Kota Metro periode tanggal 11 Februari sampai 28 Februari
5.2. Pembahasan
penyesuaian tap trafo, dan perbaikan trafo rembes atau bocor. Berdasarkan data
5.1, dapat dilihat sebelum dilakukannya pemerataan beban nilai phasa R sebesar
93,5 ± 10-5 Ampere, phasa S sebesar 39,2 ± 10-5 Ampere, dan phasa T sebesar
100
93,5 ± 10-5
90
80
70
63,5 ± 10-5
60
50
40 39,2 ± 10-5
30
20
10
0
R (Ampere) S (Ampere) T (Ampere)
70 65,3 ±10-5
65,6 ± 10-5
60
50 50 ± 10-5
40
30
20
10
0
R (Ampere) S (Ampere) T (Ampere)
5.2, dapat dilihat sesudah dilakukannya pemerataan beban nilai phasa R sebesar
65,6 ± 10-5 Ampere, phasa S sebesar 50 ± 10-5 Ampere, dan phasa T sebesar 65,3
9:3:6 dengan sesudah pemerataan beban sebesar 6:5:6. Apabila terdapat selisih
yang cukup besar antara beban phasa R,S, T maka akan mengakibatkan
netral tersebut, karena perbandingan 3 phasa R,S,T yang ideal yaitu 1:1:1 atau
dapat dikatakan nilai tiga phasa tersebut bernilai sama besar. Jika hal itu dibiarkan
maka akan menyebabkan suatu kerusakan pada trafo. Cara yang digunakan dalam
disetiap penghantar phasa pada beban berupa sambungan rumah (SR) dan beban
lainya seperti lampu penerangan jalan, dari jaringan phasa yang besar ke
karena berdasarkan jumlah gardu distribusi yang kabelnya mengalami korosi atau
jumlah gardu distribusi yang belum memiliki alat penangkal binatang (apkuk dan
kentang) , penyeimbangan beban gardu sebanyak 5 kali karena jumlah trafo yang
karena jumlah trafo yang mengalami kondisi overload dan underload sebanyak 3
yang mengalami kerusakan, penyesuain tap trafo sebanyak 1 kali karena hanya
satu trafo yang memiliki tegangan sekunder yang lebih kecil dari pada tegangan
primernya, perbaikan trafo bocor sebanyak 1 kali karena hanya ada satu kondisi
Gambar 5.6.
FCO (Fuse Cut Out) di gardu mt243 pada penyulang betook ditunjukkan pada
Gambar 5.4, penyulang betok terletak di sekitar RS.Ahmad Yani Kota metro
sampai Banjarejo.
FCO (Fuse Cut Out) di gardu mt308 pada penyulang sepat ditunjukkan pada
Gambar 5.5, penyulang sepat terletak di sekitar Jl. Ade Irma Suryani sampai
FCO (Fuse Cut Out) di gardu m89 pada penyulang seluang ditunjukkan pada
47
terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan ditunjukkan pada Gambar 5.7 sampai
Gambar 5.16.
apkuk di gardu sk233 pada penyulang strawberry ditunjukkan pada Gambar 5.7,
apkuk di gardu sk76 pada penyulang strawberry ditunjukkan pada Gambar 5.8,
48
apkuk di gardu sk115 pada penyulang arwana ditunjukkan pada Gambar 5.9,
Lampung Timur.
apkuk di gardu sk207 pada penyulang seluang ditunjukkan pada Gambar 5.10,
kentang (kejut tegangan) di gardu sk230 pada penyulang nila ditunjukan pada
Lampung Timur.
50
apkuk di gardu sk154 pada penyulang strawberry ditunjukkan pada Gambar 5.13,
kentang (kejut tegangan) di gardu tm5 sk81 pada penyulang nila ditunjukkan pada
Lampung Timur.
51
apkuk di gardu tm10 sk53 pada penyulang strawberry ditunjukkan pada Gambar
beberapa kegiatan yang dilakukan ditunjukkan pada Gambar 5.17 dan Gambar
5.18.
52
gardu mt350 dan mt130 pada penyulang betook ditunjukkan pada Gambar 5.17,
gardu bh50, bh47 dan bh08 pada penyulang bawal ditunjukkan pada Gambar
Timur.
kegiatan yang dilakukan ditunjukkan pada Gambar 5.19 sampai Gambar 5.21.
53
Lampung Timur.
beberapa kegiatan yang dilakukan ditunjukkan pada Gambar 5.22 dan Gambar
5.23.
ngepong rst mt378 pada penyulang seluang ditunjukkan pada Gambar 5.22,
Gambar 5.23, penyulang betok terletak di sekitar RS.Ahmad Yani Kota metro.
Tengah.
gardu distribusi berada pada saluran bebas, jadi tentunya tidak akan terlepas dari
kepada tim pengolah data untuk kemudian dibuat surat perintah kerja, dan
selanjutnya akan diberikan surat perintah kerja tersebut kepada tim harsus
Penggantian jumper gardu ini meliputi penggantian sikuan Fuse Cut Out
(FCO), Fuse Cut Out (FCO) merupakan alat pemutus rangkaian listrik pada
jaringan distribusi. Fuse Cut Out berfungsi sebagai pengaman pada sistem,
dengan cara membatasi tegangan lebih maupun arus lebih yang mengalir pada
sistem tersebut, dan mengalirkannya ke tanah. Fuse Cut Out juga berperan dalam
melindungi gangguan fisik dari luar, terutama untuk saluran udara, misalnya
karena sambaran petir. Gambar 5.26 adalah gambar dari alat FCO.
jumper dengan kabel berisolasi pada sikuan out FCO, berikut ini adalah kabel
Kabel jumper sikuan FCO (Fuse Cut Out) pada Gambar 5.27 ditunjukkan pada 3
buah kabel yang mengarah ke bawah, penggantian jumper kabel FCO ke kabel
Dengan dipasangnya kabel berisolasi maka akan lebih fleksibel dan lebih aman.
pemasangan alat apkuk dan pemasangan alat kentang (kejut tegangan). Apkuk
adalah alat penghalang binatang yang terbuat dari serabut tembaga kabel bekas.
Tujuan dipasangnya apkuk ini adalah untuk menghalangi binatang yang ingin
merusak atau mengganggu suatu sistem jaringan pada gardu distribusi, dengan
59
adanya akuk maka binatang yang ingin mendekati trafo serta gardu akan terhalang
karena adanya apkuk pada kabel SUTR (saluran udara tegangan rendah).
Gambar 5.29 adalah alat kentang (kejut tegangan). Kentang (kejut tegangan)
adalah alat yang terbuat dari pipa paralon yang dilapisi seng di bagian sisinya.
Setelah kentang dipasang maka akan disalurkan energi listrik ke kentang agar
yaitu untuk menghalangi binatang yang ingin merusak atau mengganggu suatu
sistem jaringan pada gardu distribusi, dengan terhubungnya kentang ke arus listrik
maka binatang yang mendekat ke kentang akan mengalami suatu sengatan listrik
upaya untuk mengefisienkan gardu distribusi sehingga arus yang mengalir bisa
sepenuhnya diserap oleh pelanggan dan untuk mengurangi besarnya arus netral
dan perbedaan arus di antara 3 phasa yang terjadi. Pada sisi sekunder
transformator terdiri dari tiga phasa yaitu R, S, T dan satu N (netral). Apabila
terdapat selisih yang cukup besar antara beban phasa R,S, T maka akan
arus netral tersebut, karena perbandingan 3 phasa R,S,T yang ideal yaitu 1:1:1
atau dapat dikatakan nilai tiga phasa tersebut bernilai sama besar. Jika hal itu
dibiarkan maka akan menyebabkan suatu kerusakan pada trafo. Cara yang
dan pemindahan disetiap penghantar phasa pada beban berupa sambungan rumah
(SR) dan beban lainya seperti lampu penerangan jalan, dari jaringan phasa yang
besar ke penghantar fasa yang lebih kecil. Gambar 5.30 adalah hasil pengukuran
Nilai phasa R,S,T pada jurusan A sebelum pemerataan beban berturut-turut yaitu
93,5 ± 10-5 A, 39,20 ± 10-5 A dan 63,50 ± 10-5 A. Gambar 5.31 adalah hasil
Nilai phasa R,S,T setelah pemerataan beban berturut-turut yaitu 65,6 ± 10-5 A,
trafo karena trafo mengalami suatu kondisi yang overload atau underload.
Kondisi trafo overload yaitu kondisi disaat persentase beban trafo melebihi 80 %.
Sedangkan kondisi trafo underload yaitu kondisi disaat persentase beban trafo
kurang dari 35 %. Kegiatan selanjutnya yaitu perbaikan pada trafo bagian sekun
ngepong RST serta tapping pada tap trafo, juga dilakukan perbaikan pada trafo
yang mengalami suatu kondisi rembes atau oli pada trafo bocor. Tapping trafo
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
hanya dilakukan satu kali tetapi dilakukan pengulangan pengukuran agar nilai
Abadi, Akbar. dan Syafi’i. (2015). Analisa Perbaikan Profil Tegangan Sistem
Tenaga Listrik Sumbar Menggunakan Kapasitor bank dan Tap
Transformator. Jurnal Nasional Teknik Elektro. Universitas Andalas. Vol 4.
No 2. Hal 158-164.
Badaruddin. dan Budi Wirawan. (2014). Setting Koordinasi Over Current Relay
pada Trafo 60 MVA 150/20 KV dan Penyulang 20 KV. Jurnal Nasional
Teknik Elektro. Universitas Mercu Buana. Vol 18. No 3. Hal 134-140.
Hidayat, Syarif., Supridi, L., dan Nurun. (2018). Penyeimbangan Beban Pada
Jaringan Tegangan Rendah Gardu Distribusi CD 33 Penyulang Sawah Di
PT PLN (Persero) Area Bintaro. Jurnal Sutet. STT-PLN. Vol 8. No 1. Hal
21-27.
Husodo, Budi Yanto. dan Arditya Perdana Akbar. (2018). Penerapan Metode
Minim Padam Untuk Pemeliharaan Gardu Distribusi 20 kV Di PT PLN
Area Bulungan (KL224). Jurnal Nasional Teknik Elektro. Universitas
Mercu Buana. Vol 9. No 3. Hal 159-162.
Indra, Ade., Abrar, T., dan Usaha Situmeang. (2019). Analisis Profil Tegangan
dan Rugi Daya Jaringan Distribusi 20 kV PT PLN (Persero) Rayon Siak Sri
Indrapura dengan Beroperasinya PLTMG Rawa Minyak. Jurnal Energi.
Universitas Lancang Kuning Pekanbaru. Vol 4. No 1. Hal 25-31.
Indrayani, Nita. (2018). Perancangan Software Berbasis Web untuk Preventif
Maintenance Gardu Trafo Tiang (GTT) di PT.PLN Persero. Jurnal Teknik
Elektro. Politeknik Negeri Malang. Vol 2. No 2. Hal 1-12.
Pabla, A. dan Abdul, H. (1991). Sistem Distribusi Daya Listrik. Jakarta: Erlangga.
Pasra, Nurmiati., Andi, M., dan Muhammad Oka. (2018). Analisa Efek Korona
pada Sistem Distribusi Tenaga Listrik 20 kV pada Gardu Beton. Jurnal
Ilmiah Sutet. STT-PLN. Vol 8. No 2. Hal 103-113.
Soeroso, Bambang., Yaulie, R., dan Lily Patras. (2016). Identifikasi Gardu
Distribusi Tenaga Listrik Di Kota Manado Berbasis Sistem Informasi
Geografis. Jurnal Teknik Elektro dan Komputer. Universitas Sam Ratulangi.
Vol 5. No 1. Hal 1-7.