Anda di halaman 1dari 123

ANALISIS KOMPENSASI DAYA REAKTIF DENGAN

MENGGUNAKAN FACTS DEVICES PADA SALURAN


TRANSMISI SISTEM KELISTRIKAN SULAWESI SELATAN

ANALYSIS OF REACTIVE POWER COMPENSATION BY USING FACTS


DEVICES AT THE TRINSMISSION LINE OF SOUTH SULAWESI
ELECTRICAL SYSTEM

MUTMAINNAH

P2700211031

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2013
ANALISIS KOMPENSASI DAYA REAKTIF DENGAN
MENGGUNAKAN FACTS DEVICE PADA SALURAN
TRANSMISI SISTEM KELISTRIKAN SULAWESI SELATAN

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Magister

Program Studi

Teknik Elektro

MUTMAINNAH

P2700211031

kepada

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2013
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Analisis Kompensasi Daya Reaktif Dengan


Menggunakan FACTS Devices Pada Saluran
Transmisi Sistem Kelistrikan Sulawesi Selatan

Nama : Mutmainnah
No. Pokok : P2700211031
Konsentrasi : Teknik Energi Listrik

Menyetujui,
Komisi Penasehat

Ketua Sekretaris

Prof.Dr.Ir.H.Nadjamuddin Harun, MS Prof.Dr. Ir.H. Muhammad Tola,


M.Eng

Ketua Program Studi S2 Teknik Elektro


Pascasarjana Unhas,

Prof. Dr. Ir. H. Salama Manjang, MT

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunianya sehingga penyusunan tesis ini dapat

diselesaikan dengan baik.

Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu syarat kurikuler untuk

mencapai gelar Sarjana Strata Dua pada Jurusan Teknik Elektro Program

Pascasarjana Universitas Hasanuddin. Penulisan tugas akhir ini dilatari

pentingnya analisis besarnya daya reaktif yang diberikan pada saluran

untuk menjaga kestabilan sistem kelistrikan khususnya di Sulawesi

Selatan.

Selama penyusunan tesis ini, penulis banyak mendapat bimbingan

dan masukan dari dosen program studi Teknik Elektro Program

Pascasarjana Universitas Hasanuddin serta bantuan dari berbagai pihak.

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan

penghargaan yang sebesar – besarnya kepada :

1. Orang tua penulis Drs. Rafrin Sinala dan Sumarti T yang telah

merawat dan membesarkan dengan penuh kasih sayang serta

telah memberikan dorongan untuk terus berjuang dan doa hingga

saat ini.

iii
2. Bapak Prof. Dr. Ir. H Nadjamuddin Harun, M.S selaku pembimbing I

dan Bapak Prof. Dr. Ir. Muhammad Tola, M.Eng selaku pembimbing

II yang telah memberikan banyak perhatian dan arahan hingga

selesainya tesis ini.

3. Tim penguji Prof. Dr. Ir. Salama Manjang, MT, Prof. Dr. Ir. Arief,

Dipl. Ing., dan Dr. Eng Syafruddin, ST. M.Eng, Prof. Dr. Ir. Ansar

Suyuti, MT yang telah memberikan saran dan kritik untuk perbaikan

tesis ini.

4. Pihak PT.PLN Persero Wilayah Sulseltrabar dan AP2B sistem

Sulsel yang telah memberikan bantuan untuk kelancaran penelitian

ini.

5. Seluruh dosen pengajar program studi Teknik Elektro Program

Pascasarjana Universitas Hasanuddin yang telah memberi dan

mengajarkan ilmunya yang sangat bermanfaat bagi penulis.

6. Saudara - saudariku tercinta Asmawaty, Mardhiyyah, Khairunnisa,

Aida Mawadda, Muhammad Syaifullah, Khusnul Khatimah,

Nurkhairah, dan Nurizzatul Mu’minah atas semua dukungan dan

kebersamaan selama saya menempuh pendidikan.

7. Seluruh teman – teman kuliah k Sharma Thaha, k Dian, k Amel,k

Dina, Pak Nirwan, Pak Mahyu, Pak Haris, Pak Afip, Pak Ali, Pak

Yadi, Pak Nico, Pak Imran, dan para sahabat Rahma, Rukayya dkk

yang senantiasa memberikan dorongan dan bantuan selama

penyusunan tesis ini.

iv
Semoga amal kebaikan bapak dan ibu serta rekan – rekan sekalian

mendapat pahala dan ganjaran yang setimpal dari Allah SWT, amin.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan tesis

ini masih banyak kekurangan – kekurangan untuk itu penulis dengan

senang hati mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak untuk

kesempurnaan tesis ini.

Akhir kata semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kemajuan

pengetahuan khususnya dibidang Teknik Elektro serta dapat diaplikasikan

untuk meningkatkan kualitas hidup bersama.

Makassar, 16 Juli 2013

Penulis

v
ABSTRAK

MUTMAINNAH. Analisis Kompensasi Daya Reaktif Dengan Menggunakan


FACTS Devices Pada Saluran Transmisi Sistem Kelistrikan Sulawesi
Selatan. (dibimbing oleh Nadjamuddin Harun dan Muhammad Tola)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui letak pemasangan FACTS
devices jenis TCSC yang optimal, besar kompensasi daya reaktif serta
mengetahui kinerja sistem kelistrikan Sulawesi Selatan.
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Sulawesi Selatan, khususnya di PT.
PLN (Persero) Area Penyaluran dan Pengontrolan Beban (AP2B)
SULSELTRABAR. Pada penelitian ini digunakan metode newton-raphson
untuk menghitung aliran daya dan metode fuzzy logic untuk menentukan
lokasi FACTS devices dimana besar tegangan dan rugi – rugi daya
menjadi variabel acuan penentuan lokasi yang tepat.
Dari penelitian ini diketahui bahwa lokasi yang tepat untuk pemasangan
TCSC adalah pada line 19 yaitu antara bus Makale dan bus Palopo dan
line 27 yaitu antara bus Talasa dan Jeneponto. Sebelum pemasangan
TCSC terdapat beberapa bus yang kritis yaitu berada diluar range yang
diizinkan dan terdapat rugi – rugi saluran yang cukup tinggi. Namun
setelah pemasangang TCSC semua tegangan bus pada sistem kelistrikan
Sulawesi Selatan berada pada nilai standar operasional. Kinerja sistem
pun mengalami peningkatan hingga 20%.

vi
ABSTRACT

MUTMAINNAH. Analysis of Reactive Power Compensation by Using


FACTS devices at Trinsmission Line of South Sulawesi Electrical System
(supervised by Nadjamuddin Harun and Muhammad Tola).
This study aims to know optimal location of installing FACTS devices, kind
of TCSC, reactive power compensation, and performance of the electrical
system of South Sulawesi
This study was conducted in South Sulawesi, especially in PT. PLN
(Persero) Area of Load Distribution and Control SULSELTRABAR. In this
study, the Newton-Raphson method is used to calculate power flow and
fuzzy logic method is used to determine the location of FACTS devices,
where voltage and power losses are being reference variable to
determaine the exact location.
From this research, we know that the exact location to install TCSC is on
line 19 between Makale bus and Palopo bus and line 27 between Talasa
bus and Jeneponto bus. Before installing TCSC, there are some critical
buses which have voltage range out of permitted range dan power losses
that are high enough. But after installating TCSC, all of the bus voltages
on the electrical system of South Sulawesi are on the operational standar.
Then the performance of this system also increased by 20%.

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... ii

KATA PENGANTAR .............................................................................. iii

ABSTRAK .............................................................................................. vi

ABSTRACT ............................................................................................ vii

DAFTAR ISI ........................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xi

DAFTAR TABEL .................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xv

DAFTAR SINGKATAN ........................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................... 4

C. Tujuan .......................................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 5

E. Batasan Masalah ......................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 7

A. Study Aliran Beban ....................................................................... 7

B. Prinsip Dasar Kompensasi Daya Reaktif ...................................... 14

C. Kinerja Saluran Transmisi ............................................................ 20

viii
D. FACTS Devices ............................................................................ 22

1. Sejarah Perkembangan Peralatan FACTS Devices ................ 24

2. Thyristor Controlled Series Compensator (TCSC) .................. 32

E. Logika Fuzzy ............................................................................... 34

1. Pengertian logika fuzzy ........................................................... 34

2. Dasar – dasar logika fuzzy ...................................................... 35

3. Fungsi keanggotaan .............................................................. 36

4. Cara kerja logika fuzzy ............................................................ 37

5. Metode mamdani .................................................................... 38

F. Kerangka Pikir ............................................................................. 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 40

A. Desain Penelitian ....................................................................... 40

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 42

C. Sumber Data dan Jenis Penelitian .............................................. 42

D. Instrumen Penelitian ................................................................... 43

E. Metode Analisis Penelitian .......................................................... 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................... 44

A. Gambaran Umum Sistem Kelistrikan Sulawesi Selatatan ........... 44

B. Hasil Penelitian ........................................................................... 50

1. Aliran daya sebelum pemasangan TCSC .............................. 50

2. Penentuan Lokasi FACTS devices ........................................ 59

3. Aliran Daya Setelah Pemasangan TCSC .............................. 66

C. Pembahasan ............................................................................... 70

ix
1. Aliran Daya Sebelum Pemasangan TCSC ............................ 70

2. Lokasi Penempatan TCSC .................................................... 70

3. Aliran Daya Setelah Pemasangan TCSC .............................. 72

4. Analisis Kompensasi Daya Reaktif ........................................ 73

5. Kinerja Sistem Kelistrikan Sulawesi Selatan ......................... 76

BAB V PENUTUP .................................................................................. 80

A. Simpulan ................................................................................ 80

B. Saran ..................................................................................... 81

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 82

LAMPIRAN

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tipikal bus dari sistem tenaga .......................................... 10

Gambar 2.2 Flowchart algoritma analisis aliran daya dengan

metode Newton-Rapshon ................................................. 13

Gambar 2.3 Model sistem transmisi daya ............................................ 15

Gambar 2.4 Sistem transmisi dengan kompensasi shunt (a) model

sederhana (b) Diagram fasa (c) kurva sudut daya ............ 18

Gambar 2.5 Sistem transmisi dengan kompensasi seri. (a) model

sederhana (b) Diagram fasa (c) kurva sudut daya ............ 19

Gambar 2.6 Peralatan FACTS sederhana ............................................ 23

Gambar 2.7 Saluran transmisi dengan peralatan FACTS yang

sedikit lebih kompleks ....................................................... 24

Gambar 2.8 Static VAR Compensator (SVC) ....................................... 25

Gambar 2.9 NGH - SubSynchronous Resonance ................................ 26

Gambar 2.10 Thyristor Controlled Series Capacitor (TCSC) .................. 27

Gambar 2.11. Static Synchronous Condenser (STATCON) .................... 28

Gambar 2.12 Thyristor Controlled Phase angle Regulator (TCPR) ........ 29

Gambar 2.13 Unified Power Flow Controller .......................................... 30

Gambar 2.14 Bagan Pengelompokan FACTS devices........................... 32

Gambar 2.15 Rangkaian sederhana TCSC ........................................... 33

Gambar 2.16 Grafik keanggotaan kurva linear ....................................... 36

xi
Gambar 2.17 Grafik keanggotaan kurva segitiga ................................... 37

Gambar 2.18 Struktur sistem inferensi fuzzy .......................................... 37

Gambar 2.19 Kerangka pikir penelitian .................................................. 39

Gambar 3.1 Flowchart algoritma proses penelitian .............................. 41

Gambar 4.1 Peta sistem kelistrikan Sulawesi Selatan .......................... 45

Gambar 4.2 Main Graphical User Interface (GUI) dari PSAT ............... 51

Gambar 4.3 GUI untuk static report PSAT............................................ 52

Gambar 4.4 Single line diagram sistem kelistrikan Sulawesi

Selatan ............................................................................. 53

Gambar 4.5 Model simulink PSAT sistem kelistrikan Sulawesi

Selatan ............................................................................. 54

Gambar 4.6 Profil tegangan sebelum pemasangan TCSC .................. 58

Gambar 4.7 Aplikasi pada Fuzzy inference system pada Fuzzy

Logic Toolbox ................................................................... 59

Gambar 4.8 Fungsi keanggotaan ‘tegangan’ ................................. 60

Gambar 4.9 Fungsi keanggotaan ‘P losses’ .................................. 61

Gambar 4.10 Fungsi keanggotaan ‘Lokasi FACTS’ ........................ 62

Gambar 4.11 rule viewer. ....................................................................... 63

Gambar 4.12 Profil tegangan setelah pemasangan TCSC. .................... 65

Gambar 4.13 Model simulink sistem kelistrikan Sulawesi Selatan

setelah pemasangan TCSC ............................................. 66

Gambar 4.14 Profil tegangan sebelum dan setelah pemasangan

TCSC ................................................................................ 73

xii
Gambar 4.15 Grafik rugi – rugi daya aktif sebelum dan setelah

pemasangan TCSC .......................................................... 74

Gambar 4.16 Grafik rugi – rugi daya reaktif sebelum dan setelah

pemasangan TCSC .......................................................... 75

Gambar 4.17 Grafik kinerja sistem kelistrikan sebelum dan setelah

pemasangan TCSC .......................................................... 78

xiii
DAFTAR TABEL

Table 4.1 Penomoran bus dan tegangan kerja sistem Sulawesi Selatan 46

Tabel 4.2 Data resistansi, reaktansi, dan admitansi shunt saluran

transmisi.................................................................................. 47

Tabel 4.3 Data pembangkitan dan pembebanan sistem kelistrikan

Sulawesi Selatan saat beban puncak (tanggal 15 April

2013). ...................................................................................... 48

Tabel 4.4 Hasil perhitungan tegangan, sudut tegangan, daya aktif,

dan daya reaktif pembangkitan dan beban pada tiap bus

sebelum pemasangan TCSC .................................................. 55

Tabel 4.5 Hasil aliran daya aktif dan daya reaktif serta rugi – rugi

daya aktif dan reaktif disetiap bus. .......................................... 56

Tabel 4.6 Aturan fuzzy ............................................................................ 63

Tabel 4.7 Hasil daripada proses defuzzyfikasi ........................................ 64

Tabel 4.8 Data pembangkitan dan pembebanan sistem kelistrikan

Sulawesi Selatan saat beban puncak (tanggal 15 April

2013) ....................................................................................... 67

Tabel 4.9 Hasil aliran daya aktif dan daya reaktif serta rugi – rugi

daya aktif dan reaktif disetiap bus. .......................................... 68

Tabel 4.10 Kinerja sistem sebelum pemasangan TCSC .......................... 76

Tabel 4.11 Kinerja sistem setelah pemasangan TCSC............................ 77

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Data Aliran Daya, Tegangan, Dan Rugi – Rugi Daya


Setelah Pemasangan Facst Devices Jenis Tcsc Pada
Sistem Kelistrikan Sulawesi Selatan

Lampiran II : Data Aliran Daya, Tegangan, Dan Rugi – Rugi Daya


Setelah Pemasangan Facst Devices Jenis Tcsc Pada
Sistem Kelistrikan Sulawesi Selatan

Lampiran III : Data Pembangkitan, Aliran Daya, Beban, Impedansi


Penghantar, Data Impedansi Generator, Dan Tipe
Konstruksi Saluran Dari Pt Pln Persero Wilayah
Sulseltrabar

Lampiran IV : Validasi Data Aliran Daya dan Tegangan

xv
DAFTAR SINGKATAN

FACTS Flexible Alternating Current Transmission System

PSAT Power System Analysis Toolbox

STTL Saluran Transmisi Tegangan Listrik

SVC Static Var Compensator

NGH-SSR Narain G. HIngorani-Sub Synchronous Resonance

EPRI Electric Power Research Institute

BPA Bonneville Power Administration

STATCON Synchronous Condenser

GTO Gate Turned-Off

UPFC Unified Power Flow Controller

TCSR Thyristor Controlled Braking Resistor

TCSC Thyristor Controlled Series Capasitor

GUI Graphical User Interface

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu bagian penting dalam sistem tenaga listrik adalah

saluran transmisi yang berfungsi menyalurkan energi listrik dari pusat

pembangkit ke pusat – pusat beban. Pada umumnya pusat pembangkit

berada jauh dari pusat beban sehingga membutuhkan sistem transmisi

yang mampu bekerja secara optimal. Jaringan yang luas menyebabkan

pengoperasian sistem tenaga listrik menjadi lebih rumit [13]. Pertumbuhan

beban yang sangat pesat saat ini dan tidak mampu diimbangi dengan

penambahan dan perbaikan sistem transmisi karena perhitungan

ekonomis menyebabkan banyaknya masalah yang timbul dalam sistem

transmisi seperti drop tegangan yang cukup tinggi, besarnya rugi – rugi

transmisi dan menurunnya stabilitas dan keandalan sistem.

Sama halnya dengan kondisi sistem kelistrikan Sulawesi Selatan

dimana pusat beban berada di bagian selatan yaitu kota Makassar

sedangkan sebagian besar pembangkit berada di bagian utara seperti

pembangkit PLTA Bakaru, PLTG/U Sengkang, PLTA Poso, dll. Hal ini

menyebabkan besarnya rugi – rugi daya dan drop tegangan pada sistem.

Oleh karena itu salah satu langkah penyelesaian yang umum dilakukan

adalah dengan penambahan capasitor bank pada sistem untuk menjaga

stabilitas tegangan dan mengurangi rugi – rugi daya. Selain itu dengan

1
adanya penambahan pembangkit baru seperti PLTA Poso dan PLTA

Jeneponto mengakibatkan kinerja saluran transmisi harus mendapat

perhatian untuk menjaga kontinuitas penyediaan energi listrik kepada

masyarakat.

Kompensator daya reaktif (reactive power compensator) berfungsi

untuk mengontrol daya reaktif pada sistem transmisi daya yang bertujuan

untuk meminimalkan rugi transmisi, memaksimalkan kemampuan

transmisi daya, dan menjamin pasokan tegangan listrik. Menginjeksikan

daya reaktif pada sistem akan menaikkan tegangan, sebaliknya menyerap

daya reaktif akan menurunkan tegangan. Cara tradisional yang murah dan

paling mudah untuk digunakan adalah pemasangan kapasitor shunt.

Fluktuasi tegangan dapat dikontol dengan meng-on dan off kapasitor

shunt ini. Namun kontrol masa depan pada sistem kelistrikan berkembang

dengan sangat cepat dimana salah satunya yang saat ini mulai secara

luas digunakan adalah FACTS Device.

Flexible Alternating Current Transmission System (FACTS)

merupakan salah satu dari kontroler elektronika [6] yang berfungsi

membangkitkan atau menyerap daya reaktif pada sistem tenaga listrik

secara fleksibel, cepat, dan efektif. [7,8,13]. Semenjak diperkenalkan oleh

Hingorani pada tahun 1988, berbagai riset telah dilakukan berkaitan

dengan FACTS devices dengan tinjauan yang berbeda, misalnya riset

tentang load flow akibat penambahan FACTS devices pada line transmisi,

optimal power flow, tinjauan stabilitas dan tinjauan ekonomis [13].

2
Sistem kelistrikan Sulawesi Selatan sendiri sampai saat ini belum

menggunakan FACTS devices. Peralatan yang masih umum digunakan

untuk membatasi drop tegangan yang terjadi pada saluran transmisi

adalah dengan menggunakan kapasitor shunt dan tidak menutup

kemungkinan akan tergantikan dengan FACTS devices. Pada penelitian

ini akan dipusatkan pada penentuan lokasi penempatan FACTS devices

dalam sistem dengan menggunakan metode Fuzzy logic karena lokasi

FACTS devices ini sangat penting untuk mendapatkan hasil kompensasi

yang maksimal serta mengukur tingkat efisiensi dari saluran transmisi

setelah FACTS devices.

Peralatan FACTS devices yang telah banyak diaplikasikan adalah

jenis TCSC (Thyristor Controlled Series Capasitor) yang berfungsi sebagai

pengendali impedansi pada jaringan transmisi. Penggunaan TCSC dapat

meningkatkan kualitas aliran daya serta stabilitas saluran transmisi. Pada

penelitian ini, jenis FACTS devices yang akan diaplikasikan pada sistem

kelistrikan Sulawesi Selatan adalah jenis TCSC ini.

3
B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini

adalah:

1. Bagaimana menentukan kondisi sistem kelistrikan Sulawesi Selatan

sebelum dan setelah pemasangan FACTS deices.

2. Bagaimana menentukan lokasi penempatan FACTS devices yang

tepat untuk mengoptimalkan kompensasi daya reaktif pada sistem

transmisi Sulawesi – Selatan.

3. Bagaimana menentukan kompensasi daya reaktif FACTS devices

pada sistem transmisi Sulawesi – Selatan dalam pengoptimalan

readability dan stabilitas sistem transmisi.

4. Bagaimana menentukan efisiensi saluran transmisi setelah

pemasangan FACTS devices.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :

1. Untuk menentukan kondisi sistem kelistrikan Sulawesi Selatan

sebelum dan setelah pemasangan FACTS deices.

2. Untuk menentukan lokasi penempatan FACTS devices yang tepat

untuk mengoptimalkan kompensasi daya reaktif pada sistem

transmisi Sulawesi – Selatan

4
3. Untuk menentukan kompensasi daya reaktif FACTS devices pada

sistem transmisi Sulawesi – Selatan dalam pengoptimalan

readability dan stabilitas sistem transmisi.

4. Untuk menentukan efisiensi saluran transmisi setelah pemasangan

FACTS devices.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Dapat menjadi salah satu alternative pemecahan masalah

loadibility dan congestion line transmisi pada sistem kelistrikan

Sulawesi – Selatan.

2. Dapat menjadi solusi masalah ketidakstabilan dan kurangnya

keandalan sistem tenaga listrik Sulawesi Selatan akibat

pertumbuhan beban yang sangat cepat dimana tidak sebanding

dengan penambahan dan perbaikan saluran transmisi.

5
E. Batasan Masalah

Adapun yang akan menjadi batasan masalah dalam penelitian ini

adalah :

1. Sistem yang akan diteliti adalah sistem kelistrikan Sulawesi –

Selatan, PT PLN Persero SULESELRABAR.

2. Analisis aliran daya akan dilakukan dengan menggunakan PSAT

(Power System Analysis Toolbox) berbasis MATLAB.

3. Metode penempatan FACTS devices, penentuan jenis dan

kapasitas FACTS devices adalah dengan menggunakan metode

logika fuzzy.

4. Program yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan software MATLAB 7.0 (R2010b).

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Study Aliran Beban

Sistem tenaga listrik merupakan gabungan dari beberapa

generator, transformator, elemen beban pasif dan aktif, dan semua

perlengkapan – perlengkapan lainnya yang diinterkoneksikan satu sama

lain melalui suatu jaringan transmisi antara bus – bus yang jumlahnya

relatif sangat banyak [1].

Studi aliran beban bertujuan untuk mengetahui besar aliran daya

baik daya aktif maupun daya reaktif serta untuk mengetahui besar

tegangan sistem pada terminal atau bus tertentu dan besar frekuensi yang

diijinkan pada batas – batas tertentu [9].

Secara umum tujuan daripada studi aliran beban adalah :

1. Mengetahui besar tegangan dan sudut phasa pada setiap bus.

2. Mengetahui batas kemampuan peralatan yang digunakan dalam

sistem dan mengetahui keefektifan dan efisiensi pemilihan

peralatan yang digunakan.

3. Mengetahui kondisi awal bagi studi – studi selanjutnya seperti studi

hubung singkat, studi rugi – rugi transmisi dan studi stabilitas [8].

Didalam studi aliran daya, pada tiap – tiap bus terdapat 4 macam besaran

yaitu : (1) daya real atau daya aktif P (Watt), (2) daya reaktif Q (Var), (3)

7
harga skalar tegangan | | (Volt), (4) sudut fasa tegangan  dan bus – bus

ini terbagi atas 3 macam yaitu :

a. Slack bus atau swing bus merupakan bus referensi dimana harga

skalar tegangan | | dan sudut fasanya  diketahui. Bus ini

berfungsi untuk mencatu rugi – rugi dan kekurangan daya aktif dan

daya reaktif pada jaringan. Karena berfungsi untuk mengimbangi

aliran daya maka sebaiknya bus yang dipilih untuk bus ini adalah

bus yang berdaya besar.

b. Voltage controlled bus (PV) biasa juga disebut bus generator. Pada

bus ini besar daya real dan harga skalar tegangan | | diketahui.

c. Load bus merupakan bus dimana besar daya real P dan daya

reaktif Q diketahui [1,9].

Pada penelitian ini untuk menghitung aliran beban digunakan

metode Newton-Raphson. Menurut (Cekmas Cekin, 2007) metode newton

memiliki perhitungan lebih baik daripada metode Gauss-Seidel bila untuk

sistem tenaga yang besar karena lebih efisien dan praktis.

1. Persamaan Jaringan [9]

......... (2.1)

[ ] [ ][ ]

Dimana :

n : jumlah total bus

Yii : elemen diagonal matriks admitansi

8
Yij : elemen diluar diagonal matriks admitansi

Vi : tegangan pada bus i

Ii : arus yang mengalir kedalam jaringan pada bus i

Atau

................................................. (2.2)

2. Persamaan Aliran Daya [1]

Aplikasi hukum kirchoff pada bus ini diberikan dalam :

( ) ( ) .............................. (2.3)

( ) ...................... (2.4)

Atau

∑ ∑ ....................................... (2.5)

Daya aktif dan daya reaktif pada bus i adalah :

......................................................................... (2.6)

Atau

................................................................................. (2.7)

Subtitusi untuk Ii pada persamaan (1-7), hasilnya :

∑ ∑ ............................... (2.8)

Dari persamaan diatas formulasi perhitungan dari aliran daya dalam

sistem tenaga listrik harus diselesaikan dengan teknik iterasi.

9
Gambar 2.1 Tipikal bus dari sistem tenaga[cekmas]

3. Metode Newton-Raphson [1]

Dari gambar 1.3 arus yang memasuki bus i dapat dicari dengan

persamaan (2.5) yaitu :

∑ ....................................................................... (2.9)

Persamaan diatas bila ditulis dalam bentuk polar adalah :

∑ | || |  ............................................... (2.10)

Daya kompleks pada bus i adalah :

...................................................................... (2.11)

Pisahkan bagian real dan imajiner

∑ | || || | ( ) ................................ (2.12)

∑ | || || | ( ) .............................. (2.13)

Persamaan 2. 12 – 2. 13 membentuk persamaan Aljabar nonlinear

dengan variabel sendiri. Besarnya setiap variabel dinyatakan dalam

10
satuan perunit dan untuk sudut fasa dinyatakan dalam radian. Persamaan

ini kemudian dikembangkan dari deret Taylor seperti persamaan berikut :

( )
( ) ( ) ( ) ( )

| | | |
|
|
( ) ( ) ( ) ( ) ( )

| | | |
( ) ( ) ( ) ( ) …..(2.14)
( )
| | | |
|
( ) ( )
| ( ) ( )

( ) [ | | | |]
[ ]

Dalam hal ini bus 1 diumpamakan sebagai slack bus. Matriks

Jacobian memberikan perbandingan linear antara perubahan pada sudut

( )
tegangan dan besarnya tegangan Δ| | dengan sedikit perubahan

( ) ( )
pada daya aktif ( ) dan daya reaktif ( ). Dalam bentuk singkat

dapat ditulis seperti berikut :

[ ] [ ][ ] .................................... (2.15)
| |

Banyaknya elemen matriks Jacobian dari persamaan 1-34 ditentukan

dengan (2n – 2 – m) x (2n – 2 – m) dimana n adalah banyaknya bus pada

sistem, sedangkan m adalah banyaknya voltage-controlled buses pada

sistem.

Elemen diagonal dan diagonal luar untuk J1 adalah :

∑ | || || | ( ) ................................. (2.16)

| || || | ( ) ........................ (2.17)

11
Elemen diagonal dan diagonal luar untuk J2 adalah :

| |
| || | ∑ | || | ( ) ..... (2.18)

| |
| || | ( ) ....................... (2.19)

Elemen diagonal dan diabonal luar untuk J3 adalah :

∑ | || || | ( ) ................................ (2.20)

| || || | ( ) ....................... (2.21)

Elemen diagonal dan diagonal luar untuk J4 adalah :

| |
| || | ∑ | || | ( ) ... (2.22)

| |
| || | ( ) ....................... (2.23)

( ) ( )
Harga dari ( ) dan ( ) berbeda antara yang terjadwal dengan nilai

perhitungan, dan ini disebut sisa daya (power residuals) yang diberikan

dengan :

( ) ( )
............................................................... (2.24)

( ) ( )
............................................................... (2.25)

Perhitungan baru untuk sudut fasa dan tegangan bus adalah :

( ) ( ) ( )
.............................................................. (2.26)

( ) ( ) ( )
| | | | ......................................................... (2.27)

12
Gambar 2.2 Flowchart algoritma analisis aliran daya dengan metode
Newton-Rapshon [3]

13
B. Prinsip Dasar Kompensasi Daya Reaktif

Aliran daya aktif dan daya reaktif pada jaringan transmisi tenaga

listrik tidak berkaitan secara langsung satu dengan yang lain karena

masing-masing dipengaruhi dan diatur oleh besaran yang berbeda.

Walaupun pengaruh kompensasi seri akan meningkatkan keduanya.

Pengaturan daya aktif amat erat hubungannya dengan pengaturan

frekuensi, dan daya reaktif dapat diatur melalui pengaturan tegangan.

Frekuensi dan tegangan adalah besaran yang penting dalam penentuan

kualitas catu daya dalam sistem tenaga, sehingga pengaturan daya aktif

dan daya reaktif menjadi penting untuk menunjukkan penampilan sistem

tenaga listrik. Tegangan dan frekuensi pada setiap titik beban diharapkan

konstan dan bebas dari harmonik serta besar faktor daya satu.

Kemampuan sistem tenaga untuk mendekati kondisi ideal di atas

merupakan ukuran kualitas suatu pengiriman daya [2].

Agar efisiensi dan kemampuan operasi sistem tenaga meningkat,

pengaturan tegangan dan daya reaktif harus memenuhi sasaran sebagai

berikut :

- Tegangan yang dipakai pada terminal-terminal peralatan dalam

sistem tersebut harus dalam batas yang diijinkan. Jika

menggunakan tegangan di luar batas kemampuan, akan

mengakibatkan efek yang buruk bagi suatu peralatan.

- Meningkatkan stabilitas sistem sampai mendekati nilai

maksimalnya agar dicapai suatu keadaan yang mendekati ideal.

14
- Mengurangi susut energi I2Xsal untuk memaksimalkan penyaluran

energi pada STTL.

Karena daya reaktif tidak dapat ditransmisikan dalam jarak yang

jauh, maka diperlukan peralatan tambahan untuk mengatasinya. Berkaitan

dengan hal tersebut, selanjutnya akan dibicarakan mengenai teori

kompensasi secara singkat dibawah ini.

Kompensasi artinya proses penggantian kerugian atau cara untuk

mengganti kerugian. Secara sederhana bisa juga diartikan sebagai proses

pengimbangan. Kompensasi pada saluran transmisi tenaga listrik (STTL)

pada dasarnya adalah memasukkan atau menyisipkan dengan sengaja

peralatan penghasil/penyerap daya reaktif pada sistem tenaga listrik [2].

Gambar 2 (a) menunjukkan model sederhana dari sistem transmisi

daya. Dua buah jaringan daya dihubungkan dengan sebuah saluran

transmisi yang dimisalkan tidak mengandung rugi daya (lossless) dan

dinyatakan dengan reaktansi XL. V1/ δ1 dan V2/ δ2 menyatakan phasor

tegangan dari dua buah power grid bus, dengan sudut diantara keduanya

δ = δ1 - δ2. Diagram phasor tegangan dan arus dinyatakan pada gambar

2.3.(b)

Gambar 2.3. Model sistem transmisi daya [7]

15
Besaran arus pada saluran transmisi dinyatakan dengan persamaan

berikut ini :

| |
..................................................... (2.28)

Komponen aktif dan komponen reaktif dari aliran arus pada bus 1, adalah:

dan ....................................... (2.29)

Daya aktif dan reaktif pada bus 1, adalah :

( )
dan ................................. (2.30)

Selanjutnya, hal yang sama komponen aktif dan reaktif dari arus pada bus

2 adalah :

dan ....................................... (2.31)

Daya aktif dan reaktif pada bus 2, adalah :

( )
dan ............................... (2.32)

Dimana :

VL : tegangan pada line transmisi

V1 dan V2 : Tegangan pada bus 1 dan bus 2

δ1 dan δ2 : phasor tegangan bus 1 dan bus 2

δ : perbedaan phasor bus 1 dan bus 2

I : arus line transmisi

Id1 dan Id2 : Arus komponen aktif pada bus 1 dan 2

Iq1 dan Iq2 : Arus komponen reaktif pada bus 1 dan 2

P1 dan P2 : daya aktif pada bus 1 dan bus 2

16
Q1 dan Q2 : daya reaktif pada bus 1 dan bus 2

Dari persamaan (2.28) sampai dengan (2.32) terlihat bahwa untuk

mengontrol daya/ arus aktif dan reaktif dapat dilakukan dengan mengatur

tegangan, sudut fasa dan impedansi dari saluran transmisi.

Pada umumnya kompensasi sistem transmisi dapat dibagi menjadi dua

jenis, yaitu kompensasi shunt dan kompensasi seri.

a. Kompensasi Shunt [7]

Kompensasi reaktif shunt digunakan pada sistem transmisi untuk

mengatur tegangan, memperbaiki kualitas tegangan dan

mempertahankan kestabilan sistem. Selain itu reactor/inductor shunt

digunakan untuk mengurangi over voltage dengan mengkonsumsikan

daya reaktif, sedangkan capasitor shunt digunakan untuk menjaga level

tegangan dengan mengkompensasi daya reaktif pada saluran transmisi.

Model sederhana dari sistem transmisi dengan kompensasi shunt

digambarkan pada gambar 2.4a. Besaran tegangan pada kedua bus

adalah V, dengan sudut fasa δ. Saluran transmisi yang dianggap lossless

dinyatakan dengan reaktansi XL. Pada bagian tengah dari saluran, sebuah

capasitor terhubung secara shunt. Besaran tegangan pada titik

sambungan adalah V.

17
Gambar 2.4. Sistem transmisi dengan kompensasi shunt (a) model

sederhana (b) Diagram fasa (c) kurva sudut daya [7]

Seperti dijelaskan sebelumnya maka daya aktif pada bus 1 dan 2 adalah :

........................................................................ (2.33)

Daya reaktif yang diinjeksikan oleh capasitor untuk mengatur tegangan

pada bagian tengah saluran transmisi adalah :

( ) ............................................................... (2.34)

Dari kurva sudut daya pada gambar 2.4c daya yang ditransmisikan

bertambah secara signifan, dan titik puncaknya bergerak dari sudut δ =

900 sampai δ = 1800. Margin operasi dan kestabilan sistem akan

bertambah dengan adanya kompensator shunt.

18
b. Kompensasi Seri [7]

Kompensasi seri dimaksudkan untuk mengontrol langsung semua

impedansi seri dari saluran transmisi. Berdasarkan rumus (28) sampai

dengan rumus (32), transmisi daya AC ditentukan oleh impedansi reaktif

seri dari saluran transmisi. Suatu sambungan impedansi seri akan

menyebabkan drop tegangan yang berlawanan dengan tegangan saluran

transmisi, sehingga akan mengurangi impedansi seri saluran. Model

sederhana dari saluran transmisi dengan kompensasi seri digambarkan

pada gambar 2.5a. Besaran tegangan dari kedua bus adalah V dan sudut

fasa δ. Saluran transmisi yang dianggap lossless dinyatakan dengan

reaktansi XL. Capasitor yang terkontrol dipasangkan secara seri dengan

saluran transmisi dengan tegangan VC. Diagram fasa tercantum pada

gambar 2.5b.

Gambar 2.5. Sistem transmisi dengan kompensasi seri. (a) model

sederhana (b) Diagram fasa (c) kurva sudut daya [7]

19
Dengan mendefinisikan impedansi C merupakan bagian dari reaktansi

saluran dengan factor kelipatan k, maka :

.................................................................................. (2.35)

Sehingga keseluruhan impedansi seri pada saluran adalah :

( ) ....................................................... (2.36)

Daya aktif yang ditransmisikan adalah :

( )
..................................................................... (2.37)

Daya reaktif yang diberikan oleh kapasitor dapat dihitung sebagai berikut :

( )
( ) ..................................................... (2.38)

Gambar 2.5c menunjukkan kurva sudut fasa, dari kurva tersebut dapat

dilihat bahwa daya aktif yang ditransmisikan akan bertambah dengan

bertambahnya faktor k dimana k adalah derajat kompensasi seri.

C. Kinerja Saluran Transmisi [5]

Kinerja saluran transmisi dapat diukur menggunakan regulasi

tegangan yang didefinisikan sebagai perubahan tegangan pada receiving

end, yang dinyatakan dalam persentase (%) tegangan pada beban penuh

dengan faktor daya tertentu, dimana tegangan pada sending end dalam

keadaan konstan, yang dirumuskan sebagai berikut :

| | | |
( ) ................................ (2.39)
| |

20
Jika persamaan 2.39 dinyatakan dalam bentuk saluran transmisi

pendek, maka :

| | | | | | | | .......................................... (2.40)

sehingga regulasi tegangannya menjadi :

| | | |
( )
| |

| | | |
| |
( )

| | | |
| |
( ) ....... (2.41)

dimana :

| | Besar tegangan receiving end dalam keadaan tanpa beban

| | Besar tegangan pada receiving end dalam keadaan beban

penuh

| | = besar tegangan sending end

| | = besar tegangan receiving end

Selain menggunakan regulasi tegangan, kinerja saluran transmisi

dapat pula diukur menggunakan efisiensi saluran, yang dapat dinyatakan

sebagai berikut :

| |
( ) ........................................... (2.42)
| |

dimana :

| | = besar daya pada receiving (Watt)

| | = besar daya pada sending (Watt)

21
D. FACTS Devices

FACTS (Flexible Alternating Current Transmission systems) sudah

banyak digunakan untuk menangani masalah penyaluran daya. Sebagai

peralatan elektronika daya yang tersusun sendiri, peralatan FACTS sangat

memungkinkan diaplikasikan pada saluran transmisi untuk meningkatkan

kemampuan penyaluran daya saluran. Dengan investasi yang relatif lebih

murah dan waktu pemasangan yang cepat dibandingkan dengan

membangun saluran transmisi baru, aplikasi peralatan FACTS banyak

menjadi pertimbangan utama oleh para perusahaan listrik. Kemampuan

yang dimiliki oleh peralatan FACTS antara lain: meningkatkan kestabilan

transmisi tenaga, memperbaiki nilai tegangan dan keseimbangan daya

reaktif, dan memperbaiki pembagian beban pada saluran parallel [3].

Dalam pemakaiannya, peralatan FACTS mempunyai sejumlah

kelebihan yaitu, dapat mengurangi resiko subsynchronous resonance, dan

mengatur daya dinamik. Dalam interkoneksi, transfer daya yang mengalir

dari satu area ke area lain dipengaruhi oleh impedansi saluran transmisi

ZL. Dengan mengikuti teori ini, peralatan FACTS mempunyai peran yang

sama yang sangat berguna untuk mengoptimalkan aliran daya antar area

dengan bermacam-macam beban dan konfigurasi jaringan. Sehingga

dengan pemanfaatan peralatan ini sangat memungkinkan untuk

melakukan pengaturan daya untuk meminimalkan rugi-rugi dan

menghilangkan kelebihan beban pada saluran transmisi. Dalam suatu

tenaga listrik, daya dinyatakan dengan variabel tegangan dan impedansi.

22
Untuk saluran transmisi, seperti ditunjukkan pada gambar 2.3 nilai

resistansi dianggap sangat kecil dibandingkan dengan nilai reaktansinya

XL, sehingga daya yang disalurkan melalui saluran antara bus 1 dan bus 2

dapat dinyatakan oleh persamaan berikut:

................................................................... (2.43)

Pada Persamaan (2.43), P12 dapat diubah-ubah dengan cara mengontrol

nilai XL dengan sebuah kontroler. Seperti ditunjukkan dalam Gambar 2.6

jenis peralatan FACTS sederhana ini dapat memiliki karakteristik induktif

atau kapasitif Meskipun kombinasi dari kedua tipe dapat menguntungkan

dalam tenaga, namun penalarannya harus dilakukan secara cermat.

Pemodelan peralatan FACTS sederhana dapat digambarkan pada

gambar 2.6 sebagai berikut.

Gambar 2.6. Peralatan FACTS sederhana [3]

Peralatan FACTS sederhana dimodelkan sebagai suatu

serangkaian variabel kapasitansi ideal, tanpa rugi daya. Agar saluran

transmisi tidak overcompensate, nilai maksimal ditetapkan pada 0.8 XL.

Dalam proses desain, peralatan FACTS secara langsung diintegrasikan ke

dalam model saluran transmisi, dan diijinkan memiliki nilai kosong.

23
Peralatan FACTS yang disisipkan ke dalam rangkaian dengan resistansi

dan reaktansi transmisi seperti ditunjukkan dalam gambar 2.7.

Gambar 2.7.Saluran transmisi dengan peralatan FACTS yang sedikit lebih

kompleks [3]

Dengan memodifikasi nilai reaktansi, maka reaktansi tersebut dapat

ditulis sebagai berikut :

( ) ....................................................... (2.42)

Dengan 0 ≤ k ≤ 0.8 dimana X adalah reaktansi FACTS dan k adalah

derajat kompensator.

1. Sejarah Perkembangan Peralatan FACTS Devices [8]

Teknologi Flexible AC Transmission System Controller (FACTS)

merupakan peralatan kontrol aliran daya serbaguna dan fleksibel pada

jaringan transmisi, yang dalam perkembangannya telah mengalami dua

generasi.

Generasi pertama menghasilkan dua jenis peralatan. Alat pertama

diberi nama Static Var Compensator (SVC) yang sudah

diimplementasikan pada jaringan transmisi listrik semenjak pertengahan

tahun 70-an. SVC berfungsi sebagai pemelihara kestabilan kondisi steady

state dan dinamika tegangan dalam batasan yang sudah ditentukan pada

24
jaringan transmisi berjarak jauh dan berbeban tinggi (heavily loaded).

Fungsi SVC diperoleh dengan menggunakan thyristor yang secara cepat

dapat menghubungkan atau memutuskan induktor ataupun kapasitor pada

jaringan transmisi.

Namun kekurangannya, alat ini tidak dapat dipergunakan sebagai

alat pengendali aliran daya listrik aktif (active power) yang sangat vital

dalam sistem jaringan transmisi listrik AC. Lain dari itu, SVC juga didapati

sangat rendah efisiensinya jika terjadi turunnya tegangan dari transmisi

secara drastis. gambar 2.8 dibawah menunjukkan contoh dari topologi

SVC.

Gambar 2.8. Static VAR Compensator (SVC) [8]

Alat berikutnya yang dikembangkan pada generasi pertama diberi

nama NGH-SSR (Narain G. Hingorani – SubSynchronous Resonance)

Damper. Alat ini dirancang untuk mengatasi permasalahan

subsynchronous resonance (SSR) yang ditemukan pada jaringan

transmisi listrik AC. Jaringan transmisi 500kV Southern California Edison

dijadikan tempat pemasangan pertama dari alat ini pada tahun 1980-an

setelah SSR mengakibatkan kerusakan fatal pada salah satu

25
generatornya. NGH-SSR seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.9 juga

terdiri dari thyristor yang dihubungkan dengan induktor dan tahanan

secara seri. Alat inilah yang kemudian menjadi cikal bakal dari salah satu

alat yang dikembangkan dalam generasi kedua FACTS yaitu alat yang

dikenal dengan nama Thyristor Controlled Series Capacitor (TCSC).

Gambar 2.9. NGH - SubSynchronous Resonance [8]

Semakin berkembangnya teknologi dibidang pembuatan thyristor

mendorong terciptanya generasi kedua dari FACTS. Pada generasi kedua

beberapa peralatan FACTS baru telah dikembangkan. Pertama adalah

alat yang diberi nama Thyristor Controlled Series Capacitor (TCSC) yang

berfungsi sebagai pengendali impedansi dari jaringan transmisi. Seperti

diketahui, impedansi sepanjang jaringan transmisi umumnya bersifat

induktif sedangkan yang bersifat resistif hanya berkisar 5 sampai 10

persen.

Ini berarti akan terasa sangat besar manfaatnya apabila kita

mampu mengendalikan impedansi transmisi yang bersifat induktif pada

kondisi stabil (steady state impendance). Hal ini dapat ditempuh dengan

cara penambahan kapasitor dan induktor secara seri. Penghubungan

26
kapasitor secara seri akan berakibat pengurangan impedansi pada

transmisi sedangkan penghubungan induktor secara seri akan berarti

penaikan impedansi pada transmisi yang sama.

Gambar 2.10 menunjukkan contoh dari TCSC yang telah dipasang

pada jaringan transmisi 500kV milik Bonneville Power Administration

(BPA) dinegara bagian Oregon. Studi kasus pemasangan TCSC yang

telah dilaksanakan oleh Electric Power Research Institute (EPRI) pada

satu jaringan transmisi menunjukkan bahwa TCSC berhasil meningkatkan

kuantitas aliran daya (dalam MW) sebanyak 30% dengan sekaligus

menjaga stabilitas sistim jaringan transmisi tersebut.

Gambar 2.10. Thyristor Controlled Series Capacitor (TCSC)[8]

Alat yang kedua diberi nama Static Synchronous Condenser

(STATCON) dan berfungsi sebagai penyedia Volt Amp Reactive (VAR)

untuk menjaga kestabilan tegangan pada jaringan transmisi yang panjang

dan berbeban tinggi (heavily loaded). Pada akhirnya nanti, STATCON

diharapkan untuk dapat menggantikan pemakaian alat Rotating

Synchronous Condensers yang kini umum dipasang. STATCON adalah

alat FACTS pertama yang menggunakan tipe thyristor berbeda dari

27
peralatan FACTS sebelumnya. Jenis thyristor yang dipakai adalah jenis

GTO (Gate Turned-Off).

Pada dasarnya, STATCON adalah alat yang berbasis inverter tiga

fasa yang dihasilkan oleh tegangan satu arah (dc) dari kapasitor seperti

yang diilustrasikan oleh gambar 2.11. Pada gambar tersebut, jika

tegangan V0 lebih tinggi (atau lebih rendah) dari pada tegangan sistem

transmisi V, maka selisih sudut fasa dari kedua tegangan tersebut akan

menentukan jumlah arus listrik yang mengalir serta arus listrik akan

menjadi lead (atau lag). Dengan jalan demikian, maka daya reaktif beserta

arahnya pada sistim transmisi akan dapat dikendalikan secara cepat dan

berkelanjutan (continuous).

Gambar 2.11. Static Synchronous Condenser (STATCON)[8]

Selanjutnya adalah alat FACTS yang disebut TCPR kependekan

dari Thyristor Controlled Phase angle Regulator. Fungsi dari alat ini tidak

lain adalah sebagai pengendali selisih sudut fasa pada tegangan dari

28
kedua ujung jaringan transmisi yang sama. Fungsi tersebut dimungkinkan

dengan cara penyuntikan tegangan secara seri pada jaringan transmisi

listrik. Gambar 2.12 menunjukkan konsep dari TCPR ini. Penambahan

sudut fasa a pada tegangan transmisi V dicapai dengan cara

menambahkan tegangan Vq yang tegak lurus terhadap V. Tegangan Vq

sendiri dihasilkan dari tegangan sekunder dari transformator yang

dihubungkan ke dua fasa dari sistim transmisi tiga fasa ini.

Gambar 2.12. Thyristor Controlled Phase angle Regulator (TCPR) [8]

Alat selanjutnya adalah konsep lain dari pengaturan selisih sudut

fasa seperti pada TCPR. Alat ini diberi nama Unified Power Flow

Controller (UPFC) yang mana perancangannya berbasis inverter dengan

menggunakan thyristor. Sebagaimana diilustrasikan pada gambar 2.13,

pada UPFC, vektor tegangan Vpq yang dihasilkan oleh inverter

disuntikkan secara seri ke jaringan transmisi. Tegangan searah (dc) yang

29
digunakan inverter ini didapatkan dari hasil penyearah (rectification)

tegangan dari transmisi yang sama.

UPFC merupakan alat kendali daya aktif dan daya reaktif secara

terpisah pada transmisi listrik dan dapat dipasang pada ujung pengirim

maupun penerima daya. Lebih penting lagi, UPFC juga merupakan alat

pengendali daya yang sangat fleksibel karena dapat menggunakan salah

satu ataupun kombinasi parameter dasar dari sistim aliran daya yaitu

tegangan transmisi, impedansi transmisi, dan selisih sudut fasa

transmisi. Hal ini merupakan suatu keuntungan karena dengan

pemasangan satu UPFC yang dapat mengendalikan ketiga parameter

tersebut, maka tidak hanya sistim jaringan transmisi akan menjadi lebih

baik, tetapi juga akan menjadi lebih murah dan mudah dalam

pemeliharaan dan pengoperasiannya. Dengan kata lain, pemasangan

satu UPFC akan sama halnya dengan pemasangan alat TCSC,

STATCON dan TCPR secara bersamaan. Studi kasus terhadap UPFC,

baik itu dalam skala besar maupun kecil telah berhasil dilaksanakan.

Gambar 2.13 Unified Power Flow Controller [8]

30
Beberapa peralatan FACTS lainnya yang juga dikembangkan

adalah TCBR, TCSR, dan TCVL. TCBR adalah singkatan dari Thyristor

Controlled Braking Resistor yang dapat menjadi alternatif yang compact

dan murah dari penggunaan Mechanically Switched Braking Resistor yang

saat ini umum digunakan. Pemasangan braking resistor dekat unit

pembangkit sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya percepatan

pada generator setelah terjadinya pemutusan beban (loss of load) pada

transmisi. Direncanakan sebelum tahun 2000 an nanti, alat TCBR ini akan

mencapai tahap penyelesaian. Yang berikutnya adalah TCSR singkatan

dari Thyristor Controlled Series Reactor yang dapat digunakan pada

jaringan transmisi yang membutuhkan pengurangan beban dengan cepat

dan pembatasan dari arus gangguan (fault). Alat ini dapat pula digunakan

bersama TCSC pada jaringan transmisi yang memerlukan kompensasi

induktif seri yang tinggi. Rancangan alat ini telah dilaksanakan pada

pertengahan dekade 90-an. Terakhir adalah Thyristor Controlled Voltage

Limiter berfungsi sebagai pembatas kelebihan tegangan (overvoltage)

selama selang waktu yang relatif cukup lama yang dapat merusak

peralatan pada jaringan transmisi. Sebagaimana halnya dengan TCSR,

rancangan alat ini juga dimulai sekitar pertengahan dekade 90-an.

Untuk lebih jelasnya, pengelompokan FACTS devices dapat dilihat

pada gambar 2.14 berikut :

31
Gambar 2.14 Bagan Pengelompokan FACTS devices [5]

2. Thyristor Controlled Series Compensator (TCSC) [11]

Thyristor Controlled Series Compensator (TCSC) merupakan salah

satu komponen FACTS devices yang telah banyak diaplikasikan pada

sistem jaringan tenaga listrik seperti di Kayenta, Slatt, Brazil, dan China.

Pemasangan TCSC menimbulkan pengaruh pada distribusi aliran daya

reaktif dalam jaringan interkoneksi, sehingga TCSC dapat digunakan

untuk mengendalikan stabilitas tegangan. TCSC memberikan kapasitansi

variabel secara terus menerus yang dikontrol oleh sudut penyalaan TCR

yang dihubungkan paralel dengan fixed capasitor. Adanya perubahan

impedansi pada jaringan memberikan efek peningkatan transfer daya [11]

32
Komponen utama TCSC adalah TCR yang tersusun dari sebuah inductor

yang seri dengan thyristor dan paralel dengan kapasitor. TCSC mampu

mengatur reaktansi saluran transmisi dengan melakukan pengaturan

sudut penyalaan thyristor. Bentuk TCSC ditunjukkan pada gambar 2.15

berikut :

Gambar 2.15 Rangkaian sederhana TCSC [11]

Untuk optimalisasi TCSC secara matematis didefinisikan oleh hubungan

antara sudut tunda penyalaan dan reaktansi seri yang dihasilkan.

Suseptansi ( ) dihitung dengan persamaan berikut :

( ) ................................ (2.43)

................................................. (2.44)

Untuk nilai maka TCSC bersifat induktif, sebaliknya

TCSC bersifat kapasitif. Sudut penyalaan α dapat diatur antara 0 0 hingga

90o sehingga menghasilkan reaktansi minimum dalam region induktif

dan reaktansi maksimum berada dalam daerah kapasitif

didefinisikan sebagai :

........................................... (2.45)

33
............................................................. (2.46)

Nilai – nilai ini dapat dicapai dengan mengatur nilai α pada persamaan

2.43. TCSC memiliki daerah resonansi pada sehingga sudut

penyalaan ini reaktansi induktif dan kapasitif beresonansi. Sudut security

margin harus dijaha disekitar sudut :

.................................... (2.47)

Sehingga limit dan dapat dihitung dengan menggunakan sudut

penyalaan resonansi dan sudut security margin .

......................................................... (2.48)

( ) ...................................................... (2.49)

( ) ...................................................... (2.50)

E. Logika Fuzzy

1. Pengertian logika fuzzy [12]

Konsep tentang logika fuzzy diperkenalkan oleh Prof. Lotfi Astor

Zadeh pada 1962. Menurut T. Sutojo, logika fuzzy adalah metodologi

sistem kontrol pemecahan masalah, yang cocok untuk diimplementasikan

ada sistem, mulai dari sistem yang sederhana, sistem kecil, embedded

system, jaringan PC, multi-channel atau workstation berbasis akuisisi

data, dan sistem kontrol. Metodologi ini dapat diterapkan pada perangkat

keras, perangkat lunak, atau kombinasi keduanya. Dalam logika klasik

dinyatakan bahwa segala sesuatu bersifat biner, yang artinya adalah

hanya mempunyai dua kemungkinan “YA atau TIDAK”, “BENAR atau

34
SALAH”, “BAIK atau BURUK”, dan lain – lain. Oleh karena itu, semua ini

dapat mempunyai nilai keanggotaan 0 atau 1. Akan tetapi, dalam logika

fuzzy memungkinkan nilai keanggotaan berada diantara 0 dan 1. Artinya,

bisa saja suatu keadaan mempunyai dua nilai “YA dan TIDAK”, “BENAR

dan SALAH”, “BAIK dan BURUK” secara bersamaan, namun besar

nilainya tergantung pada bobot keanggotaan yang dimilikinya. Logika

fuzzy dapat digunakan di berbagai bidang, seperti pada sistem diagnosis

penyakit (dalam bidang kedokteran); pemodelan sistem pemasaran, riset

operasi (bidang ekonomi); kendali kualitas air, prediksi adanya gempa

bumi, klasifikasi dan pencocokan pola (dalam bidang teknik).

2. Dasar – dasar logika fuzzy [12]

Dalam logika fuzzy terdapat konsep himpunan fuzzy. Himpunan

fuzzy memiliki 2 atribut, yaitu:

1) Linguistik, yaitu nama suatu kelompok yang mewakili suatu

keadaan tertentu dengan menggunakan bahasa alami, misalnya

drop tegangan dapat dinyatakan dalam rendah, sedang, dan tinggi.

2) Numeris, yaitu suatu nilai yang menunjukkan ukuran dari suatu

variable, misalnya 10, 20, 35, dsb.

Selain itu terdapat beberapa parameter yaitu :

1) Variable fuzzy, yaitu variabel yang akan dibahas dalam suatu

sistem fuzzy, contoh: besar drop tegangan, daya reaktif, rugi – rugi

daya.

35
2) Himpunan fuzzy, yaitu suatu kelompok yang mewakili suatu

keadaan tertentu dalam suatu variabel fuzzy.

3) Semesta pembicaraan, yaitu seluruh nilai yang diizinkan untuk

dioperasikan dalam suatu variabel fuzzy

4) Domain himpunan fuzzy, yaitu seluruh nilai yang diizinkan dalam

semesta pembicaraan dan boleh dioperasikan dalam suatu

himpunan fuzzy.

3. Fungsi keanggotaan [6]

Fungsi keanggotaan adalah grafik yang mewakili besar dari derajat

keanggotaan masing – masing variabel input yang berada dalam interval

antara 0 dan 1. Derajat keanggotaan sebuah variabel x dilambangkan

dengan μ(x). Aturan – aturan menggunakan keanggotaan sebagai faktor

bobot untuk menentukan pengaruhnya pada saat melakukan inferensi

untuk menarik kesimpulan. Ada beberapa fungsi keanggotaan yang sering

digunakan, diantaranya :

1) Grafik keanggotaan kurva linear

1
derajat keanngotaan

0
a domain b

Gambar 2.16. Grafik keanggotaan kurva linear [6]

Keanggotaan :

36
[ ] { ............................................ (2.51)

2) Grafik Keanggotaan kurva segitiga

1
derajat keanngotaan

0 a b c
domain

Gambar 2.17. Grafik keanggotaan kurva segitiga [6]

[ ] { .......................... (2.52)

4. Cara kerja logika fuzzy

MESIN
input FUZZIFIKASI DEFUZZIFIKASI output
INFERENSI

BASIS PENGETAHUAN
FUZZY

Gambar 2.18. Struktur sistem inferensi fuzzy [12]

37
Keterangan :

Fuzzifikasi : proses untuk mengubah input sistem yang mempunyai nilai

tegas menjadi variabel linguistik menggunakan fungsi keanggotaan yang

disimpan dalam basis pengetahuan fuzzy.

Mesin inferensi : proses untuk mengubah input fuzzy menjadi output fuzzy

dengan cara mengikuti aturan – aturan (IF – THEN rules) yang telah

ditetapkan pada basis pengetahuan fuzzy.

Defuzzifikasi : mengubah output fuzzy yang diperoleh dari mesin inferensi

menjadi nilai tegas menggunakan fungsi keanggotaan yang sesuai

dengan saat dilakukan fuzzifikasi.

5. Metode mamdani [12]

Metode mamdani paling sering digunakan dalam aplikasi – aplikasi

karena strukturnya yang sederhana, yaitu menggunakan operasi MIN-

MAX atau MAX-PRODUCT. Untuk menadapatkan output, diperlukan 4

tahapan berikut :

1) Fuzzifikasi

2) Pembentukan basis pengetahuan fuzzy (rule dalam bentuk IF ….

THEN)

3) Aplikasi fungsi implikasi menggunakan fungsi MIN dan komposisi

antar-rule menggunakan fungsi MAX (menghasilkan himpunan

fuzzy baru)

4) Defuzzifikasi menggunakan metode Centroid

38
F. Kerangka Pikir

Adapun kerangka pikir penelitian ini adalah ditunjukkan pada

gambar 2.19 berikut :

Pusat beban dan Pusat pembangkit pada umumnya terpisah dengan jarak yang
cukup panjang sehingga membutuhkan saluran transmisi. Masalah terbesar pada
saluran transmisi adalah besarnya rugi – rugi daya reaktif dan drop tegangan
sehingga tidak memaksimalkan penyaluran daya listrik.

Salah solusi adalah melakukan kompensasi daya reaktif dengan kompensator FACTS
devices pada saluran transmisi untuk mengurangi rugi – rugi daya reaktif dan
menstabilkan tegangan transmisi

Untuk mengoptimalkan kinerja kompensator FACTS devices, lokasi penempatan


kompensator haruslah tepat. Metode yang digunakan untuk penentuan lokasi adalah
dengan menggunakan algoritma fuzzy logic. Simulasi logika fuzzy menggunakan
Fuzzy Logic Toolbox pada software MATLAB 7.0

Menghitung keandalan sistem transmisi yang tidak menggunakan FACTS devices dan
sistem transmisi yang menggunakan FACTS devices lalu membandingkannya. Analisis
aliran daya dengan menggunakan metode newton-raphson dengan simulasi
menggunakan software MATLAB 7.0

Membandingkan kinerja sistem sebelum dan setelah pemasangan FACTS devices

Hasil daripada penelitian ini diharapkan dapat menjadi solusi masalah keandalan
sistem kelistrikan Sulawesi - Selatan

Gambar 2.19. Kerangka pikir penelitian

39
BAB III

METODE PENELITIAN

F. Desain Penelitian

Pada penelitian ini pertama – tama yang dilakukan adalah

mengumpulkan literatur dan melakukan studi pustaka. Kemudian

dilakukan pengambilan data sistem kelistrikan Sulawesi Selatan seperti

data single line transmission, data impedansi, data beban puncak dll.

Setelah melakukan pengumpulan data, kemudian dilakukan analisis aliran

daya dengan menggunakan PSAT (Power System Analysis Toolbox)

dengan menggunakan metode Newton-Raphson. Lalu menentukan lokasi

penempatan TCSC dalam hal ini salah satu jenis FACTS devices.

Kemudian menghitung kembali aliran daya pada sistem dan

membandingkan data hasil perhitungan aliran daya sebelum dan setelah

pemasangan TCSC. Gambar 3.1 berikut memberikan gambaran algoritma

penelitian ini.

40
START

PENGUMPULAN DATA

BACA DATA SISTEM KELISTRIKAN


SULAWESI SELATAN

HITUNG ALIRAN DAYA SEBELUM PEMASANGAN


FACTS DENGAN MENGGUNAKAN PSAT

MENENTUKAN LOKASI FACTS DENGAN


METODE FUZZY LOGIC

HITUNG ALIRAN DAYA SETELAH PEMASANGAN FACTS


DENGAN MENGGUNAKAN PSAT

HITUNG KOMPENSASI DAYA REAKTIF SISTEM


KELISTRIKAN SULAWESI SELATAN

END

Gambar 3.1 Flowchart algoritma proses penelitian

41
G. Lokasi dan Waktu Penelitian

a. Lokasi penelitian

Penelitian yang berjudul Analisis Kompensasi Daya Reaktif

Dengan Menggunakan Facts Devices Pada Saluran Transmisi Sistem

Kelistrikan Sulawesi Selatan dilaksanakan di wilayah Sulawesi Selatan

khususnya pada PT PLN (Persero) Area Penyaluran dan Pengontrolan

Beban SULSELTRABAR dimana hal yang diteliti adalah sistem kelistrikan

Sulawesi Selatan.

b. Waktu pelaksanaan penelitian

Penelitian dan pengumpulan data dilakukan selama 1 bulan

terhitung pada bulan Maret 2013 dan pembuatan simulasi selama 3 bulan

terhitung mulai bulan April sampai dengan Juli 2013.

H. Sumber Data dan Jenis Penelitian

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa

data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data beban

puncak yang terjadi pada sistem kelistrikan Sulawesi Selatan pada bulan

April 2013. Sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh dari

literatur yang berhubungan dengan penelitian ini khususnya tentang

aplikasi FACTS devices yaitu berupa buku – buku literatur, jurnal – jurnal,

dan lain – lain. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang berupa

42
studi literatur, kajian pustaka, analisis dan simulasi aliran daya sebelum

dan sesudah pemasangan TCSC.

I. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan alat bantu berupa perangkat keras

berupa personal computer (PC) atau notebook dan printer dan perangkat

lunak (software) yaitu MATLAB 7.0.0 dimana untuk menghitung aliran

daya digunakan aplikasi Power System Analysis Toolbox (PSAT) dan

untuk menentukan lokasi penempatan TCSC yang tepat digunakan Fuzzy

Logic Toolbox.

J. Metode Analisis Penelitian

Metode analisis dan desain yang dilakukan adalah dikhususkan

pada sistem kelistrikan Sulawesi – Selatan dengan menggunakan data

yang telah ada. Metode yang digunakan adalah dengan pengumpulan

data, perhitungan dan analisis data sebelum dan setelah pemasangan

FACTS devices pada lokasi yang telah ditentukan dengan menggunakan

metode fuzzy logic.

43
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Sistem Kelistrikan Sulawesi Selatan

Sistem kelistrikan Sulawesi Selatan saat ini dipasok dari

pembangkit yang terhubung ke sistem interkoneksi 150kV dan 70kV

Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat (Sulselbar). Selain itu juga terdapat

sistem kecil isolated di pulau – pulau seperti di Selayar, yang dipasok dari

PLTD setempat. Jumlah gardu induk eksisting di Sulsel adalah 28 buah

dengan kapasitas total 1.568 MVA daya mampu pembangkit saat ini

setelah pembangkit PLTU IPP Jeneponto 2 x100 MW, PLTU Barru 2 x

50MW, dan PLTA Poso Sulteng 3 x 65 MW adalah mencapai 1000 MVA

sementara beban puncak pada malam hari mampu mencapai 750 MVA.

Jadi saat ini kondisi kelistrikan Sulselbar cukup baik karena memiliki

cadangan yang cukup besar. Namun dengan penambahan daya berarti

kestabilan sistem transmisi seharusnya mendapat perhatian yang cukup.

Gambar 4.1 berikut merupakan peta sistem kelistrikan Sulawesi Selatan.

44
Gambar 4.1 Peta sistem kelistrikan Sulawesi Selatan

Untuk melakukan evaluasi terhadap jaringan transmisi Sulawesi Selatan,

dibutuhkan data sebagai berikut :

1. Single line diagram jaringan transmisi loop yang berlaku 2013

2. Data resistansi, reaktansi, dan admitansi shunt saluran transmisi.

3. Data admitansi kapasitor sistem Sulawesi Selatan

4. Besar daya aktif dan reaktif beban di tiap bus.

5. Besar daya aktif yang dibangkitkan di bus pembangkitan.

6. Batas tegangan bus yang diizinkan yaitu ± 5%

45
Adapun penomoran bus, data impedansi saluran transmisi, dan

data pembangkitan dan pembebanan sistem kelistrikan Sulawesi Selatan

akan disajikan pada tabel 4.1, 4.2, dan 4.3 berikut :

Table 4.1 Penomoran bus dan tegangan kerja sistem Sulawesi Selatan

NO BUS NAMA BUS TEGANGAN KERJA (KV)


1 BAKARU 150
2 POLEWALI MANDAR 150
3 MAJENE 150
4 PINRANG 150
5 PARE – PARE 150
6 SUPPA 150
7 SIDRAP 150
8 MAKALE 150
9 PALOPO 150
10 SOPPENG 150
11 SENGKANG 150
12 BONE 150
13 BARRU 150
14 PANGKEP 150 150
15 TONASA 70
16 MAROS 70
17 MANDAI 70
18 DAYA 70
19 BOSOWA 150
20 TELLO 150 150
21 BARAWAJA 30
22 BORONGLOE 70
23 PANAKUKKANG 150
24 SUNGGUMINASA 150
25 TANJUNG BUNGA 150
26 TALLO LAMA 150 150
27 BONTOALA 70
28 TALLASA 150
29 JENEPONTO 150

46
Lanjutan tabel 4,1

30 BULUKUMBA 150
31 PGAYA 150
32 LATUPA 150
33 SINJAI 150
34 MAMUJU 150
35 PANGKEP70 70
36 TELLO70 70
37 TALLOLAMA 70 70
38 TELLO 30 30
39 LATUPA 11 11

(Sumber : PT PLN (Persero) Unit Bisnis SULSELTRABAR, 15 April 2013,


pukul 19.30)

Tabel 4.2 Data resistansi, reaktansi, dan admitansi shunt saluran transmisi

NO LINE R X Y/2
1 1-2 0.02627 0.09440 0.00743
2 1-4 0.03076 0.11023 0.01012
3 2-3 0.05261 0.18902 0.00372
4 2-5 0.03663 0.13159 0.01819
5 3 - 34 0.03076 0.11023 0.01012
6 4-5 0.01388 0.04974 0.00670
7 5 - 13 0.02341 0.08290 0.01116
8 5-6 0.00787 0.02826 0.00056
9 7-5 0.02003 0.07198 0.00142
10 7-8 0.06274 0.37753 0.01203
11 8-9 0.03917 0.14076 0.00277
12 9 - 32 0.001433 0.017234 0.01758
13 10 - 11 0.02106 0.12670 0.00402
14 10 - 12 0.04578 0.16306 0.00402
15 10 - 7 0.05643 0.20275 0.00482
16 11 - 7 0.01058 0.07259 0.00342
17 12 - 33 0.04064 0.14603 0.01149
18 13 - 14 0.02419 0.08667 0.01167
19 14 - 19 0.01090 0.03919 0.00493

47
Lanjutan tabel 4.2

20 15 - 35 0.03275 0.06013 0.00005


21 17-18 0.03420 0.06278 0.00019
22 19 - 20 0.01683 0.06049 0.00761
23 21 - 38 0.12292 0.17508 0.00002
24 22 - 36 0.06069 0.11141 0.00034
25 23 - 20 0.04334 0.07958 0.00006
26 24 - 25 0.00707 0.04256 0.00136
27 24 - 28 0.00970 0.06649 0.00314
28 26 - 20 0.00726 0.02600 0.00088
29 27 - 37 0.04046 0.07428 0.00006
30 29 - 30 0.04861 0.17466 0.00344
31 30 - 33 0.03120 0.11211 0.00882

(Sumber : PT PLN (Persero) Unit Bisnis SULSELTRABAR, 15 April 2013,


pukul 19.30)

Tabel 4.3 Data pembangkitan dan pembebanan sistem kelistrikan


Sulawesi Selatan saat beban puncak (tanggal 15 April 2013).

No Beban Generator
Tegangan (pu) Sudut(°)
bus MW MVAR MW MVAR
1 1.000 0.00 4.70 0.20 126.00 9.20
2 0.951 -0.03 13.70 4.00 0.00 0.00
3 1.022 -0.06 8.40 1.90 0.00 0.00
4 1.000 -0.02 20.30 6.10 0.60 0.00
5 0.996 -0.03 16.00 4.60 5.00 2.20
6 0.973 -0.03 0.00 0.00 0.00 0.00
7 0.975 0.07 6.60 22.00 0.00 0.00
8 0.931 0.14 8.10 1.90 0.00 0.00
9 0.967 0.26 21.60 6.40 0.00 0.00
10 0.947 0.10 14.70 4.80 0.00 0.00
11 0.944 0.16 21.60 8.50 222.10 1.60
12 0.977 0.05 14.80 4.00 0.00 0.00
13 1.000 -0.09 7.50 1.60 0.00 0.00
14 0.947 -0.15 18.50 7.00 0.00 0.00
15 1.000 -0.28 52.00 13.50 0.00 0.00

48
Lanjutan tabel 4.3
16 1.000 0.03 16.90 5.00 0.00 0.00
17 0.981 -0.28 17.20 2.90 0.00 0.00
18 0.967 -0.28 24.30 3.40 0.00 0.00
19 0.947 -0.15 23.50 5.40 0.00 0.00
20 0.974 -0.16 43.30 15.60 0.00 0.00
21 0.947 -0.16 0.00 0.00 0.00 0.00
22 0.985 -0.15 0.70 0.00 7.20 0.20
23 1.025 -0.19 36.50 11.10 0.00 0.00
24 0.993 -0.13 20.00 4.60 10.30 2.00
25 0.994 -0.14 40.40 15.50 0.00 0.00
26 0.993 -0.18 43.90 12.70 0.00 0.00
27 1.013 -0.28 0.00 0.00 0.00 0.00
28 0.998 -0.03 15.10 143.00 0.00 0.00
29 0.989 -0.01 13.50 2.60 0.00 0.00
30 1.000 0.01 8.00 1.00 0.00 0.00
31 1.000 0.04 194.70 78.10 0.00 0.00
32 1.016 0.28 6.40 153.00 0.00 0.00
33 1.000 0.02 7.10 6.00 9.50 1.00
34 1.000 -0.08 13.80 3.00 0.00 0.00
35 1.000 -0.25 0.00 0.00 0.00 0.00
36 1.000 -0.15 0.00 0.00 0.00 0.00
37 0.979 -0.26 0.00 0.00 0.00 0.00
38 1.000 -0.16 0.00 0.00 0.00 0.00
39 1.000 0.28 161.90 0.00 0.00 0.00

(Sumber : PT PLN (Persero) Unit Bisnis SULSELTRABAR, 15 April 2013,


pukul 19.30)

49
B. Hasil Penelitian

1. Aliran daya sebelum pemasangan TCSC

Aliran daya pada setiap waktu akan berubah – berubah bergantung

pada besarnya daya beban. Pada penelitian kali ini, untuk menganalisis

aliran daya pada sistem kelistrikan Sulawesi Selatan digunakan data

beban puncak pada hari Senin tanggal 15 April 2013 pada pukul 19.30

dimana besar beban puncak pada saat itu adalah 757.23 MW.

Untuk menganalisa aliran daya sistem kelistrikan Sulawesi Selatan

pada waktu itu digunakan aplikasi Toolbox PSAT (Power System Analysis

Toolbox) yang terdapat pada software MATLAB 7.0.0. Berikut adalah

langkah – langkah menjalankan PSAT :

1) Jalankan program MATLAB lalu pada command window ketikan

‘psat’ maka tampilan PSAT akan muncul seperti pada gambar 4.2.

2) Membuka simulink library pada MATLAB lalu klik file/new/model

kemudian menggambarkan Single line diagram sistem kelistrikan

Sulawesi Selatan seperti pada gambar 4.4 dimana komponen –

komponen yang digunakan dapat diambil pada PSAT Library yang

terdapat pada Main GUI PSAT.

50
Gambar 4.2 Main Graphical User Interface (GUI) dari PSAT

3) Setelah rangkaian aliran daya dan semua data telah diinputkan,

untuk menganalisis aliran daya dapat mengklik ‘power flow’ button

dan hasilnya dapat dilihat pada static report seperti terlihat pada

gambar 4.3. Untuk mendapatkan data sepenuhnya seperti data

aliran daya dalam bentuk Microsoft excel maka dapat disetting

pada Preferences/ Select text viewer.

51
Gambar 4.3 GUI untuk static report PSAT

Untuk membuat simulasi model sistem kelistrikan Sulawesi Selatan

maka dibutuhkan gambar single line diagram sistem kelistrikan Sulawesi

Selatan seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.4 dan gambar model

simulasi sistem kelistrikan Sulawesi Selatan pada PSAT Matlab

ditunjukkan pada gambar 4.5

52
Gambar 4. 4 Single line diagram sistem kelistrikan Sulawesi Selatan

53
Gambar 4.5 Model simulink PSAT sistem kelistrikan Sulawesi Selatan sebelum pemasangan TCSC

Gambar 4.5 Model simulink PSAT sistem kelistrikan Sulawesi Selatan sebelum pemasangan TCSC

54
Hasil simulasi aliran daya sistem kelistrikan Sulawesi Selatan sebelum

pemasangan TCSC ditunjukkan pada tabel 4.4 dan 4.5.

Tabel 4.4 Hasil perhitungan tegangan, sudut tegangan, daya aktif, dan daya
reaktif pembangkitan dan beban pada tiap bus sebelum pemasangan TCSC

phase P gen Q gen P load Q load


Bus V [p.u.]
[p.u.] [p.u.] [p.u.] [p.u.] [p.u.]
24SGMSA 1.000 -0.12611 0.08240 0.35182 0.16000 0.02880
35 PNKEP70 0.951 -0.25453 0.00000 0.00000 0.00000 0.00205
10SPENG 1.022 0.09727 0.00000 0.00000 0.11760 0.02880
11SKANG 1.000 0.15579 1.77680 0.14037 0.17280 0.05100
12BONE 0.996 0.04999 0.00000 0.00000 0.11840 0.02290
13BARRU 0.973 -0.08555 0.11500 0.31548 0.06240 0.01080
14PNKEP 0.975 -0.14701 0.00000 0.00000 0.34880 0.04200
15TNASA 0.931 -0.27981 0.00000 0.00000 0.41600 0.08100
16MAROS 0.967 0.02519 0.00000 0.00000 0.12760 0.03000
17MNDAI 0.947 -0.27901 0.00000 0.00000 0.23760 0.01740
18DAYA 0.944 -0.28098 0.00000 0.00000 0.19440 0.01838
19BSOWA 0.977 -0.15165 0.00000 0.00000 0.18880 0.03240
1BKARU 1.000 0.00000 0.46994 -0.11375 0.03760 0.00120
20TELLO 0.947 -0.16306 0.00000 0.77643 0.34720 0.09480
21BWAJA 1.000 -0.16307 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000
22BRLOE 1.000 -0.14588 0.05760 -0.00972 0.00560 0.00000
23PKANG 0.981 -0.18512 0.00000 0.00000 0.40800 0.06660
25TBUNGA 0.967 -0.13930 0.00000 0.00000 0.32320 0.09300
26TLAMA 0.947 -0.18078 0.00000 0.00000 0.35120 0.07620
27BNTLA 0.974 -0.28255 0.00000 0.00000 0.34800 0.00000
28TLASA 0.947 -0.03296 0.00000 0.99175 0.22080 0.85800
29JNPTO 0.985 -0.01356 0.00000 0.00000 0.10880 0.01500
2PLMAS 1.025 -0.02635 0.00000 0.00000 0.10960 0.02400
30BKMBA 0.993 0.00522 0.00000 0.00000 0.06400 0.00491
32LTUPA 0.994 0.27912 0.00000 0.00000 0.05120 0.91800
33SINJAI 0.993 0.02435 0.07600 0.11464 0.05680 0.03600
34MMUJU 1.013 -0.07623 0.00000 0.01425 0.11040 0.01800
36TELLO70 0.998 -0.15227 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000
37TLAMA70 0.989 -0.25571 0.00000 0.00000 0.00000 0.00886

55
Lanjutan tabel 4.4

38TELLO30 1.000 -0.16306 0.00000 -0.00002 0.00000 0.00000


39LTUPA11 1.000 0.28026 1.84080 0.50093 0.00000 0.00000
3MJENE 1.016 -0.06291 0.00000 0.00000 0.06720 0.01140
31PGAYA 1.000 0.04004 1.55760 -0.17074 0.00000 0.00000
4PRANG 1.000 -0.02018 0.00480 0.04479 0.16240 0.03660
5PPARE 1.000 -0.02527 0.04000 0.51611 0.12800 0.02760
6SUPPA 1.000 -0.02527 0.00000 -0.00028 0.00000 0.00000
7SDRAP 0.979 0.07195 0.00000 0.00000 0.17600 0.05160
8MKALE 1.000 0.13890 0.00000 2.10404 0.06480 0.01140
9PLOPO 1.000 0.25630 0.00000 -2.11974 0.17280 0.03840

Tabel 4.5 Hasil aliran daya aktif dan daya reaktif serta rugi – rugi daya aktif
dan reaktif disetiap bus sebelum pemasangan TCSC

P Flow Q Flow P Loss Q Loss


From Bus To Bus Line
[p.u.] [p.u.] [p.u.] [p.u.]
26TLAMA 20TELLO 1 -0.70449 -0.10329 0.00374 0.01252
14PNKEP 5PPARE 2 -0.33695 0.03821 0.01149 0.03005
25TBUNGA 24SGMSA 3 -0.32320 -0.09300 0.00081 0.00352
9PLOPO 32LTUPA 4 -1.28007 0.43553 0.00263 0.01416
18DAYA 17MNDAI 5 -0.19440 -0.01838 0.00043 0.00026
35 PNKEP70 17MNDAI 6 0.33288 0.04390 0.00045 0.00787
35 PNKEP70 15TNASA 7 0.42279 0.09343 0.00679 0.01243
13BARRU 5PPARE 8 -0.66845 0.20291 0.01135 0.02949
2PLMAS 1BKARU 9 -0.26015 0.06362 0.00190 0.00060
4PRANG 1BKARU 10 -0.16934 0.04404 0.00096 0.00669
5PPARE 4PRANG 11 -0.01157 0.02921 0.00017 0.00664
5PPARE 2PLMAS 12 0.02934 -0.02797 0.00004 0.01816
37TLAMA70 27BNTLA 13 0.35317 0.00943 0.00517 0.00943
6SUPPA 5PPARE 14 0.00000 -0.00028 0.00000 0.00056
5PPARE 7SDRAP 15 -1.13401 0.66913 0.03475 0.12347
3MJENE 34MMUJU 16 0.11082 -0.04087 0.00042 0.00862
7SDRAP 8MKALE 17 -0.67479 0.63229 0.05644 0.02218
3MJENE 2PLMAS 18 -0.17802 0.05227 0.00182 0.00284
8MKALE 9PLOPO 19 -0.79603 2.70275 0.31124 0.10908

56
Lanjutan tabel 4.5

10SPENG 11SKANG 20 -0.44573 0.09804 0.00438 0.02231


7SDRAP 11SKANG 21 -1.13950 -0.06978 0.01438 0.09532
7SDRAP 10SPENG 22 -0.04801 0.02444 0.00178 0.00409
7SDRAP 16MAROS 23 0.51755 -0.09288 0.00356 0.02054
20TELLO 24SGMSA 24 -1.36914 0.22534 0.00741 0.04950
24SGMSA 16MAROS 25 -0.37766 0.12604 0.00874 0.04261
24SGMSA 28TLASA 26 -1.40050 0.27630 0.01977 0.12833
28TLASA 31PGAYA 27 -1.54108 0.28172 0.01652 0.11098
29JNPTO 30BKMBA 28 -0.10880 -0.01500 0.00060 0.00120
30BKMBA 33SINJAI 29 -0.17340 -0.01871 0.00096 0.00531
33SINJAI 12BONE 30 -0.15516 0.06525 0.00118 0.00720
10SPENG 12BONE 31 0.27835 -0.04072 0.00360 0.00883
36TELLO70 22BRLOE 32 -0.05183 0.00969 0.00017 0.00003
20TELLO 23PKANG 33 0.31247 0.07476 0.00447 0.00816
38TELLO30 21BWAJA 34 0.00000 -0.00002 0.00000 0.00002
20TELLO 19BSOWA 35 0.10014 0.09844 0.00345 0.00620
19BSOWA 14PNKEP 36 -0.09211 0.07223 0.00016 0.00412
20TELLO 14PNKEP 37 -0.04708 0.15702 0.00132 0.00087
14PNKEP 13BARRU 38 -0.70820 -0.06709 0.01286 0.03468
26TLAMA 37TLAMA70 39 0.35329 0.02709 0.00013 0.02652
20TELLO 38TELLO30 40 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000
20TELLO 36TELLO70 41 -0.05183 0.01027 0.00000 0.00058
14PNKEP 35 PNKEP70 42 0.75567 0.22112 0.00000 0.08583
32LTUPA 39LTUPA11 43 -1.33391 -0.49663 0.00689 0.00430

Dari data hasil perhitungan aliran daya diatas, terlihat bahwa tegangan

bus berada pada kisaran 0.931 – 1.025 p.u sedangkan seperti diketahui

bahwa tegangan yang diizinkan berada pada kisaran ± 5% yaitu 0.95 – 1.05

p.u. Oleh karena itu terdapat bus yang memiliki tegangan yang tidak sesuai

dengan standar yaitu pada bus Tonasa, Mandai, dan Daya yang nilainya

adalah berturut – turut 0.931 p.u, 0.947 p.u, dan 0.944 p.u, serta terdapat

57
beberapa bus yang mendekati nilai standar interval seperti bus Pangkep 70

(0.951 p.u). Secara lebih jelas grafik bus terhadap tegangan dapat dilihat

pada gambar 4.6. Untuk mengamankan tegangan pada bus – bus tersebut,

maka perlu ditempatkan FACTS devices dimana lokasi penempatan yang

tepat akan ditentukan dengan menggunakan metode Fuzzy Logic dengan

menggunakan Fuzzy Logic Toolbox yang ada pada MATLAB 7.0.0.

Profil Tegangan
1,050
tegangan (p.u)

1,000

0,950

0,900

0,850
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39
BUS

Gambar 4.6 Profil tegangan sebelum pemasangan TCSC

TOTAL GENERATION TOTAL LOAD

Real Power [p.u] : 6.02094 Real Power [p.u] : 5.45800

Reactive Power [p.u] : 3.45635 Reactive Power [p.u] : 2.51087

TOTAL LOSSES

Real Power [p.u] : 0.56294

Reactive Power [p.u] : 0.94548

58
2. Penentuan Lokasi FACTS devices

Agar FACTS devices yang dipasang pada sistem kelistrikan dapat

bekerja maksimal dan efektif memperbaiki kestabilan sistem khususnya

stabilitas tegangan sistem, maka lokasi pemasangan FACTS devices harus

tepat. Pada penelitian ini, untuk menentukan lokasi yang tepat digunakan

metode fuzzy logic dan dengan memanfaatkan Fuzzy Logic Toolbox yang

ada pada software MATLAB 7.0.0. Gambar 4.7 menunjukkan sistem yang

ada dalam Fuzzy Logic Toolbox.

Gambar 4.7 Aplikasi pada Fuzzy inference system pada Fuzzy Logic Toolbox

59
Adapun langkah – langkah penentuan lokasi pemasangan FACTS devices

adalah sebagai berikut :

1) Membership function /Penentuan input dan output

Untuk menentukan input dan output fuzzy maka langkah yang

dilakukan adalah dengan terlebih dahulu menentukan fungsi keanggotaan

μ(x). Adapun yang menjadi variabel penentuan lokasi adalah besar tegangan

V (p.u) dan rugi – rugi daya PLosses (p.u). Fungsi keanggotaan variabel

tegangan V (p.u) ditunjukkan pada gambar 4.8 dan fungsi keanggotaan

PLosses (p.u) ditunjukkan pada gambar 4.9, dan fungsi keanggotaan

output lokasi pada gambar 4.10

a. Fungsi keanggotaan ‘tegangan’

- Rendah : 0.92 – 0.967 p.u

- Normal : 0.953 – 1.033 p.u

- Tinggi : 1.02 – 1.1 p.u

Gambar 4.8 Fungsi keanggotaan ‘tegangan’

60
b. Fungsi Keanggotaan Rugi – rugi daya (PLosses (p.u))

- Rendah : 0 – 25 p.u

- Sedang : 20 – 55 p.u

- Tinggi : 50.3 – 75.3 p.u

- Sangat tinggi : 70 – 100 p.u

Gambar 4.9 Fungsi keanggotaan ‘P losses’

c. Fungsi Keanggotaan “lokasi FACTS”

- Tidak cocok : 0 – 0.5

- Cocok : 0.25 – 0.75

- Sangat cocok : 0.5 – 1.0

61
Gambar 4.10 Fungsi keanggotaan ‘Lokasi FACTS’

2) Fungsi implikasi

Dalam logika fuzzy fungsi implikasi merupakan penentuan aturan fuzzy yang

berhubungan dengan relasi fuzzy. Dalam fungsi implikasi, biasanya

digunakan bentuk berikut :

IF x is A and y is B then z is C

62
Adapun aturan fuzzy yang digunakan dalam penelitian ini adalah sbb :

Tabel : 4. 6 Aturan fuzzy

If Power Loss Then FACTS Placement


No Rules And voltage Suitability
index
1 Rendah Rendah Tidak cocok
2 Rendah Normal Tidak cocok
3 Rendah Sangat tinggi Cocok
4 Sedang Rendah Cocok
5 Sedang Normal Cocok
6 Sedang Sangat tinggi Cocok
7 Tinggi Rendah Sangat Cocok
8 Tinggi Normal Cocok
9 Tinggi Sangat tinggi Sangat Cocok
10 Sangat tinggi Rendah Sangat Cocok
11 Sangat tinggi Normal Sangat Cocok
12 Sangat tinggi Sangat tinggi Sangat Cocok

Secara ringkas aturan ini dapat digambarkan seperti yang terlihat pada

gambar 4.11 dibawah ini.

Gambar 4.11 rule viewer.

63
3) Defuzzyfikasi

Pada defuzzyfikasi menggunakan Centroid. Hasil dari defuzzyfikasi

ditunjukkan pada tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4. 7 Hasil daripada proses defuzzyfikasi


Plosses
From Bus To Bus V[p.u] Lokasi TCSC
[p.u]
26TLAMA 20TELLO 0.01050 0.947 0.25
14PNKEP 5PPARE 0.02722 1.000 0.278
25TBUNGA 24SGMSA 0.00276 1.000 0.283
9PLOPO 32LTUPA 0.01060 1.000 0.25
18DAYA 17MNDAI 0.00050 0.947 0.25
35 PNKEP70 17MNDAI 0.00508 0.947 0.25
35 PNKEP70 15TNASA 0.01289 0.931 0.272
13BARRU 5PPARE 0.02677 1.000 0.25
2PLMAS 1BKARU 0.00116 1.000 0.25
4PRANG 1BKARU -0.00325 1.000 0.25
5PPARE 4PRANG -0.00385 1.000 0.25
5PPARE 2PLMAS -0.01086 1.025 0.25
37TLAMA70 27BNTLA 0.00979 0.974 0.25
6SUPPA 5PPARE -0.00034 1.000 0.25
5PPARE 7SDRAP 0.10188 0.979 0.65
3MJENE 34MMUJU -0.00484 1.013 0.25
7SDRAP 8MKALE 0.05846 1.000 0.65
3MJENE 2PLMAS 0.00316 1.025 0.25
8MKALE 9PLOPO 0.31444 1.000 0.937
10SPENG 11SKANG 0.01689 1.000 0.25
7SDRAP 11SKANG 0.06870 1.000 0.65
7SDRAP 10SPENG -0.00103 1.022 0.25
7SDRAP 16MAROS 0.01517 0.967 0.25
20TELLO 24SGMSA 0.03563 1.000 0.386
24SGMSA 16MAROS 0.03256 0.967 0.346
24SGMSA 28TLASA 0.09282 0.947 0.65
28TLASA 31PGAYA 0.07980 1.000 0.65
29JNPTO 30BKMBA -0.00024 0.993 0.25
30BKMBA 33SINJAI -0.00242 0.993 0.25

64
Lanjutan tabel 4.7

33SINJAI 12BONE -0.00337 0.996 0.25


10SPENG 12BONE 0.00818 0.996 0.25
36TELLO70 22BRLOE 0.00012 1.000 0.25
20TELLO 23PKANG 0.00847 0.981 0.25
38TELLO30 21BWAJA -0.00001 1.000 0.25
20TELLO 19BSOWA -0.00096 0.977 0.25
19BSOWA 14PNKEP -0.00234 0.975 0.25
20TELLO 14PNKEP 0.00054 0.975 0.25
14PNKEP 13BARRU 0.03109 1.000 0.327
26TLAMA 37TLAMA70 0.01602 0.989 0.25
20TELLO 38TELLO30 0.00000 1.000 0.25
20TELLO 36TELLO70 0.00035 0.998 0.25
14PNKEP 35 PNKEP70 0.05150 0.951 0.65
32LTUPA 39LTUPA11 0.00810 1.000 0.25

Dari data hasil defuzzyfikasi diatas terlihat bahwa daerah yang sangat

cocok dan cocok sebagai lokasi penempatan FACT devices adalah line

Palopo - makale (0.937), line Sidrap – Makale (0.65), line Sidrap – Sengkang

(0.65), line Sungguminasa – Talasa (0.65), line Talasa – Pgaya (0.65), line

Pare – Pare – Sidrap (0.65) dan line Pangkep150 – Pangkep70 (0.65)

65
3. Aliran Daya Setelah Pemasangan TCSC

Analisis aliran daya ini menggunakan metode Newton Raphson

dengan menggunakan simulink PSAT, salah satu aplikasi pada MATLAB

7.0.0. Gambar 4.13 menunjukkan sistem kelistrikan Sulawesi Selatan dimana

pada line antara bus Jeneponto dan bus Talasa dan line antara bus Palopo

dan bus Makale dipasangi TCSC sebagai series compensator. Besar

tegangan setiap bus setelah pemasangan TCSC adalah ditunjukkan pada

gambar 4.12 berikut :

Profil tegangan
1,02
Tegangan (p.u)

1,00
0,98
0,96
0,94
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39
BUS

Gambar 4.12 Profil tegangan setelah pemasangan TCSC.

66
Gambar 4.13 Model simulink sistem kelistrikan Sulawesi Selatan setelah pemasangan TCSC

67
Hasil simulasi aliran daya sistem kelistrikan Sulawesi Selatan setelah

pemasangan TCSC ditunjukkan pada tabel 4.4 dan 4.5.

Tabel 4. 8 Data pembangkitan dan pembebanan sistem kelistrikan


Sulawesi Selatan saat beban puncak (tanggal 15 April 2013, pukul 19.30)
setelah pemasangan TCSC

V phase P gen Q gen P load Q load


Bus
[p.u.] [p.u.] [p.u.] [p.u.] [p.u.] [p.u.]
24SGMSA 1.000 -0.08489 0.08240 0.38021 0.16000 0.02880
35 PNKEP70 0.975 -0.21844 0.00000 0.00000 0.00000 0.00065
10SPENG 1.001 0.14587 0.00000 0.00000 0.11760 0.02880
11SKANG 1.000 0.20552 1.77680 0.25209 0.17280 0.05100
12BONE 0.996 0.09840 0.00000 0.00000 0.11840 0.02290
13BARRU 1.000 -0.05396 0.11500 0.25249 0.06240 0.01080
14PNKEP 0.980 -0.11443 0.00000 0.00000 0.14880 0.04200
15TNASA 0.964 -0.24679 0.00000 0.00000 0.41600 0.05000
16MAROS 0.973 0.07419 0.00000 0.00000 0.12760 0.00300
17MNDAI 0.975 -0.21866 0.00000 0.00000 0.13760 0.01740
18DAYA 0.975 -0.21878 0.00000 0.00000 0.19440 0.01975
19BSOWA 0.980 -0.11866 0.00000 0.00000 0.18880 0.03240
1BKARU 1.000 0.00000 0.21663 0.01138 0.03760 0.00120
20TELLO 0.976 -0.12262 0.00000 0.65434 0.34720 0.09480
21BWAJA 1.000 -0.12262 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000
22BRLOE 1.000 -0.10543 0.05760 -0.00972 0.00560 0.00000
23PKANG 0.981 -0.14467 0.00000 0.00000 0.30800 0.06660
25TBUNGA 0.994 -0.09808 0.00000 0.00000 0.32320 0.09300
26TLAMA 0.993 -0.14061 0.00000 0.00000 0.35120 0.07620
27BNTLA 0.988 -0.24303 0.00000 0.00000 0.34800 0.05000
28TLASA 0.981 0.00933 0.00000 0.73987 0.12080 0.85800
29JNPTO 0.985 0.03472 0.00000 0.00000 0.10880 0.01500
2PLMAS 0.994 -0.00450 0.00000 0.00000 0.10960 0.02400
30BKMBA 0.993 0.05350 0.00000 0.00000 0.06400 0.00491
32LTUPA 0.994 0.24637 0.00000 0.00000 0.05120 0.91800
33SINJAI 1.000 0.07263 0.07600 0.11756 0.05680 0.03600
34MMUJU 1.000 -0.05628 0.00000 0.03319 0.11040 0.01800
36TELLO70 0.998 -0.11182 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000

68
Lanjutan tabel 4.8
37TLAMA70 0.998 -0.21476 0.00000 0.00000 0.00000 0.00005
38TELLO30 1.000 -0.12262 0.00000 -0.00002 0.00000 0.00000
39LTUPA11 1.000 0.24751 1.34080 0.50093 0.00000 0.00000
3MJENE 1.007 -0.04234 0.00000 0.00000 0.06720 0.01140
40PGAYA 1.000 0.04883 1.55760 0.03076 0.00000 0.00000
4PRANG 1.000 -0.01394 0.00480 0.17810 0.16240 0.03660
5PPARE 1.000 0.00423 0.04000 0.42423 0.12800 0.02760
6SUPPA 1.000 0.00423 0.00000 -0.00028 0.00000 0.00000
7SDRAP 0.994 0.12287 0.00000 0.00000 0.17600 0.00516
8MKALE 1.000 0.21887 0.00000 -0.84884 0.06480 0.01140
9PLOPO 1.000 0.22355 0.00000 0.47652 0.17280 0.03840

Tabel 4.9 Hasil aliran daya aktif dan daya reaktif serta rugi – rugi daya
aktif dan reaktif disetiap bus.setelah pemasangan TCSC

P Flow Q Flow P Loss Q Loss


From Bus To Bus Line
[p.u.] [p.u.] [p.u.] [p.u.]
26TLAMA 20TELLO 1 -0.70445 -0.06185 0.00368 0.01231
14PNKEP 5PPARE 2 -0.32688 0.04926 0.01082 0.02758
25TBUNGA 24SGMSA 3 -0.32320 -0.09300 0.00081 0.00352
9PLOPO 32LTUPA 4 -1.28007 0.43553 0.00263 0.01416
18DAYA 17MNDAI 5 -0.19440 -0.01975 0.00001 -0.00016
35 PNKEP70 17MNDAI 6 0.33206 0.03660 0.00004 -0.00040
35 PNKEP70 15TNASA 7 0.42219 -0.03869 0.00619 0.01131
13BARRU 5PPARE 8 -0.64554 0.19503 0.01057 0.02672
2PLMAS 1BKARU 9 -0.06131 -0.05395 0.00017 -0.00678
4PRANG 1BKARU 10 -0.11709 0.02850 0.00046 -0.00848
5PPARE 4PRANG 11 0.04261 -0.11895 0.00211 -0.00594
5PPARE 2PLMAS 12 0.23114 -0.16265 0.00282 -0.01706
37TLAMA70 27BNTLA 13 0.35313 -0.04065 0.00513 0.00935
6SUPPA 5PPARE 14 0.00000 -0.00028 0.00000 -0.00056
5PPARE 7SDRAP 15 -1.35556 0.86850 0.02194 0.18527
3MJENE 34MMUJU 16 0.11087 -0.05959 0.00047 -0.00840
7SDRAP 8MKALE 17 -0.92823 0.91989 0.04142 0.05705
3MJENE 2PLMAS 18 -0.17807 0.07099 0.00196 0.00335
8MKALE 9PLOPO 19 -1.10727 0.00259 0.10282 0.00518
10SPENG 11SKANG 20 -0.45498 0.09314 0.00454 0.02329

69
Lanjutan tabel 4.9

7SDRAP 11SKANG 21 -1.12983 -0.17379 0.01464 0.09715


7SDRAP 10SPENG 22 -0.05685 0.01692 0.00215 -0.00391
7SDRAP 16MAROS 23 0.53141 -0.08495 0.00379 0.02217
20TELLO 24SGMSA 24 -1.39754 0.23058 0.00773 0.05163
24SGMSA 16MAROS 25 -0.39031 0.15355 0.00971 0.04942
24SGMSA 28TLASA 26 -1.41656 0.28028 0.02024 0.13139
28TLASA 40PGAYA 27 -1.55760 0.03076 0.00000 0.06152
29JNPTO 30BKMBA 28 -0.10880 -0.01500 0.00060 -0.00120
30BKMBA 33SINJAI 29 -0.17340 -0.01871 0.00096 -0.00531
33SINJAI 12BONE 30 -0.15516 0.06817 0.00120 -0.00713
10SPENG 12BONE 31 0.27838 -0.04350 0.00362 0.00889
36TELLO70 22BRLOE 32 -0.05183 0.00969 0.00017 -0.00003
20TELLO 23PKANG 33 0.31247 0.07476 0.00447 0.00816
38TELLO30 21BWAJA 34 0.00000 -0.00002 0.00000 -0.00002
20TELLO 19BSOWA 35 0.09537 0.05352 0.00208 -0.00671
19BSOWA 14PNKEP 36 -0.09552 0.02784 0.00011 -0.00433
20TELLO 14PNKEP 37 -0.01381 0.11626 0.00069 -0.00318
14PNKEP 13BARRU 38 -0.68628 -0.01563 0.01186 0.03104
26TLAMA 37TLAMA70 39 0.35325 -0.01435 0.00013 0.02635
20TELLO 38TELLO30 40 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000
20TELLO 36TELLO70 41 -0.05183 0.01027 0.00000 0.00058
14PNKEP 35 PNKEP70 42 0.75424 0.07598 0.00000 0.07871
32LTUPA 39LTUPA11 43 -1.33391 -0.49663 0.00689 0.00430
TOTAL GENERATION

Real Power [p.u] : 6.26763

Reactive Power [p.u] :3.19282

TOTAL LOAD

Real Power [p.u] : 5.958

Reactive Power [p.u] :2.32201

TOTAL LOSSES

Real Power [p.u] :0.30963

Reactive Power [p.u] :0.87080

70
C. Pembahasan

1. Aliran Daya Sebelum Pemasangan TCSC

Hasil perhitungan aliran daya sebelum pemasangan TCSC tampak

bahwa tegangan bus – bus pada sistem ini beragam yang berada pada

interval 0.931 p.u - 1.025 p.u. Seperti yang telah dibahas sebelumnya

bahwa interval tegangan yang diizinkan adalah berkisar ± 5% yaitu 0.95 –

1.05 p.u. Jadi bus yang bertegangan diluar range yang diizinkan

merupakan bus yang perlu mendapatkan perhatian karena jika terjadi

gangguan kecil maka dapat menyebabkan trip pada bus tersebut dan

mengurangi stabilitas sistem. Oleh karena itu untuk menjaga kestabilan

tegangan berada pada range yang diizinkan maka disarankan

pemasangan peralatan FACTS devices dimana dalam penelitian ini

digunakan TCSC (Thyristor Controlled Series Capasitor) sebagai

kompensasi daya reaktif yang dapat memperbaiki profil tegangan pada

sistem transmisi. Lokasi penempatan TCSC dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan metode fuzzy logic.

2. Lokasi Penempatan TCSC

Agar FACTS devices yang dipasang pada sistem kelistrikan dapat

bekerja maksimal dan efektif memperbaiki kestabilan sistem khususnya

stabilitas tegangan sistem, maka lokasi pemasangan FACTS devices

harus tepat. Untuk menentukan lokasi yang tepat untuk pemasangan

TCSC maka digunakan metode fuzzy logic. Metode ini dipilih karena

71
program ini mudah dipahami, memiliki toleransi terhadap data – data yang

tidak tetap, dan mampu memodelkan fungsi – fungsi nonlinear yang

kompleks.

Pada proses membership function atau penentuan input dan

output, yang menjadi variabel input dan output adalah sbb :

Input :

- Tegangan V (p.u) : rendah, normal, tinggi

- P Losses : rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi.

Output : Lokasi : tidak cocok, cocok, dan sangat cocok.

Kemudian proses implikasi fuzzy yaitu penentuan aturan fuzzy.

Adapun aturan fuzzy yang dibuat adalah sbb :

1) If (tegangan is rendah) and (PLosses is rendah) then (LokasiFACTS is


tidakcocok)
2) If (tegangan is normal) and (PLosses is rendah) then (LokasiFACTS is
tidakcocok)
3) If (tegangan is tinggi) and (PLosses is rendah) then (LokasiFACTS is
cocok)
4) If (tegangan is rendah) and (PLosses is sedang) then (LokasiFACTS is
cocok)
5) If (tegangan is normal) and (PLosses is sedang) then (LokasiFACTS is
cocok)
6) If (tegangan is tinggi) and (PLosses is sedang) then (LokasiFACTS is
cocok)
7) If (tegangan is rendah) and (PLosses is tinggi) then (LokasiFACTS is
sangatcocok)
8) If (tegangan is normal) and (PLosses is tinggi) then (LokasiFACTS is
cocok)
9) If (tegangan is tinggi) and (PLosses is tinggi) then (LokasiFACTS is
sangatcocok)

72
10) If (tegangan is rendah) and (PLosses is sangat_tinggi) then (LokasiFACTS
is sangatcocok)
11) If (tegangan is normal) and (PLosses is sangat_tinggi) then
(LokasiFACTS is sangatcocok)
12) If (tegangan is tinggi) and (PLosses is sangat_tinggi) then (LokasiFACTS
is sangatcocok)

Dan setelah proses defuzzyfikasi maka diperoleh lokasi yang

sangat cocok untuk pemasangat TCSC yaitu pada line Palopo - makale

(0.937), line Sidrap – Makale (0.65), line Sidrap – Sengkang (0.65), line

Sungguminasa – Talasa (0.65), line Talasa – Pgaya (0.65), line Pare –

Pare – Sidrap (0.65) dan line Pangkep150 – Pangkep70 (0.65). Namun

line yang dipasangi TCSC adalah hanya pada line 19 yaitu antara bus

Makale dan Palopo dan line 27 yaitu antara bus Talasa dan bus

Jeneponto.

3. Aliran Daya Setelah Pemasangan TCSC

Setelah pemasangan TCSC sebagai kompensator seri maka dari

hasil analisis dengan menggunakan MATLAB nampak bahwa besar range

tegangan di tiap – tiap bus pada sistem kelistrikan Sulawesi Selatan

menjadi lebih baik yaitu telah berada pada interval yang diizinkan yaitu

0.964 – 1.007 p.u. Hal ini membuktikan bahwa TCSC merupakan alat

yang mampu memperbaiki profil tegangan serta dengan membandingkan

PLoss sebelum dan sesudah pemasangan TCSC maka rugi – rugi daya

menjadi lebih kecil yaitu rugi – rugi daya aktif sebesar 0.30963 p.u dan

daya reaktif sebesar 0.87080 dimana sebelum pemasangan TCSC besar

73
rugi – rugi daya aktif adalah 0.56294 p.u dan rugi – rugi daya reaktif

adalah 0.94548 p.u.

4. Analisis Kompensasi Daya Reaktif

Dari hasil pengamatan diatas secara grafik dapat terlihat besar

kompensasi daya reaktif yang dilakukan oleh TCSC sehingga dapat

memperbaiki profil tegangan sistem. Gambar 4.14 menunjukkan grafik

profil tegangan sebelum dan sesudah kompensasi.

1,040

1,020

1,000

0,980
Tegangan (p.u)

0,960

0,940

0,920

0,900

0,880
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39
BUS

Gambar 4.14 Profil tegangan sebelum dan setelah pemasangan TCSC

Sedangkan rugi – rugi daya baik itu daya aktif maupun daya reaktif

mengalami penurunan yang cukup signifikan dimana total rugi – rugi daya

74
aktif (Plosses) sebelum pemasangan TCSC adalah 0.56294 p.u dan setelah

pemasangan TCSC adalah 0.30963 p.u. Gambar 4.15 berikut adalah

grafik yang menunjukkan perbandingan rugi – rugi daya aktif sebelum

pemasangan dan setelah pemasangan TCSC.

0,35

0,30

0,25
P Losses (p.u)

0,20

0,15

0,10

0,05

0,00
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41 43
-0,05
Line

NO TCSC BY TCSC

Gambar 4.15 Grafik rugi – rugi daya aktif sebelum dan setelah
pemasangan TCSC

Adapun total rugi –rugi daya reaktif sebelum pemasangan TCSC adalah

0.94548 p.u dan setelah pemasangan adalah sebesar 0. 56294 p.u

75
0,20000

0,15000

0,10000
Q Losses

0,05000

0,00000
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41 43

-0,05000
Line

NO TCSC BY TCSC

Gambar 4.16 Grafik rugi – rugi daya reaktif sebelum dan setelah
pemasangan TCSC

5. Kinerja Sistem Kelistrikan Sulawesi Selatan

Dari hasil penelitian diketahui bahwa kinerja daripada sistem

kelistrikan Sulawesi Selatan sebelum pemasangan TCSC terjadi

peningkatan setelah pemasangan TCSC. Tabel 1 menunjukkan kinerja

sistem sebelum pemasangan TCSC dan tabel 2 menunjukkan kinerja

sistem setelah pemasangan TCSC.

| |
( )
| |

dimana :

| | = besar daya pada receiving (Watt)

| | = besar daya pada sending (Watt)

76
Tabel 4.18 Kinerja sistem sebelum pemasangan TCSC

Line P Flow [p.u.] P Loss [p.u.] Psend kinerja

1 0.70449 0.00374 0.70823 99.47


2 0.33695 0.01149 0.34844 96.70
3 0.32320 0.00081 0.32401 99.75
4 1.28007 0.00263 1.28271 99.79
5 0.19440 0.00043 0.19483 99.78
6 0.33288 0.00045 0.33333 99.86
7 0.42279 0.00679 0.42959 98.42
8 0.66845 0.01135 0.67980 98.33
9 0.26015 0.00190 0.26205 99.27
10 0.16934 0.00096 0.17030 99.44
11 0.01157 0.00017 0.01174 98.59
12 0.02934 0.00004 0.02939 99.85
13 0.35317 0.00517 0.35833 98.56
14 1.13401 0.03475 1.16875 95.00
15 0.11082 0.00042 0.11124 99.62
16 0.67479 0.05644 0.73123 85.00
17 0.17802 0.00182 0.17984 98.99
18 0.79603 0.31124 1.10727 71.89
19 0.44573 0.00438 0.45012 99.03
20 1.13950 0.01438 1.15388 98.75
21 0.04801 0.00178 0.04979 96.43
22 0.51755 0.00356 0.52111 99.32
23 1.36914 0.00741 1.37655 99.46
24 0.37766 0.00874 0.38639 97.74
25 1.40050 0.01977 1.42028 98.61
26 1.54108 0.01652 1.55760 98.94
27 0.10880 0.00060 0.10940 99.45
28 0.17340 0.00096 0.17436 99.45
29 0.15516 0.00118 0.15634 99.24
30 0.27835 0.00360 0.28195 98.72
31 0.05183 0.00017 0.05200 99.67
32 0.31247 0.00447 0.31695 98.59
33 0.10014 0.00345 0.10358 96.67
34 0.09211 0.00016 0.09227 99.83

77
Lanjutan tabel 4.18

35 0.04708 0.00132 0.04840 93.00


36 0.70820 0.01286 0.72105 98.22
37 0.35329 0.00013 0.35342 99.96
38 0.00000 0.00000 0.00000 100.00
39 0.05183 0.00000 0.05183 100.00
40 0.75567 0.00000 0.75567 100.00
41 1.33391 0.00689 1.34080 99.49

Tabel 4.19 Kinerja sistem sebelum pemasangan TCSCGambar 4.17

berikut menunjukkan grafik kinerja sistem kelistrikan Sulawesi Selatan.

Line P Flow [p.u.] P Loss [p.u.] Psend Kinerja

1 0.70445 0.00368 0.70814 99.48


2 0.32688 0.01082 0.33770 96.80
3 0.32320 0.00081 0.32401 99.75
4 1.28007 0.00263 1.28271 99.79
5 0.19440 0.00001 0.19441 99.99
6 0.33206 0.00004 0.33210 99.99
7 0.42219 0.00619 0.42837 98.56
8 0.64554 0.01057 0.65611 98.39
9 0.06131 0.00017 0.06148 99.73
10 0.11709 0.00046 0.11755 99.61
11 0.04261 0.00211 0.04472 95.29
12 0.23114 0.00282 0.23396 98.79
13 0.35313 0.00513 0.35826 98.57
14 1.35556 0.05194 1.40750 96.31
15 0.11087 0.00047 0.11134 99.58
16 0.92823 0.11424 1.04247 89.04
17 0.17807 0.00196 0.18003 98.91
18 1.10727 0.10282 1.21009 91.50
19 0.45498 0.00454 0.45953 99.01
20 1.12983 0.01464 1.14447 98.72
21 0.05685 0.00215 0.05900 96.35

78
Lanjutan tabel 4.19

22 0.53141 0.00379 0.53519 99.29


23 1.39754 0.00773 1.40527 99.45
24 0.39031 0.00971 0.40002 97.57
25 1.41656 0.02024 1.43680 98.59
26 1.55760 0.00000 1.55760 100.00
27 0.10880 0.00060 0.10940 99.45
28 0.17340 0.00096 0.17436 99.45
29 0.15516 0.00120 0.15636 99.23
30 0.27838 0.00362 0.28200 98.72
31 0.05183 0.00017 0.05200 99.67
32 0.31247 0.00447 0.31695 98.59
33 0.09537 0.00208 0.09745 97.86
34 0.09552 0.00011 0.09563 99.88
35 0.01381 0.00069 0.01449 95.27
36 0.68628 0.01186 0.69814 98.30
37 0.35325 0.00013 0.35338 99.96
38 0.00000 0.00000 0.00000 100.00
39 0.05183 0.00000 0.05183 100.00
40 0.75424 0.00000 0.75424 100.00
41 1.33391 0.00689 1.34080 99.49

120,00
100,00
Efisiensi (%)

80,00
60,00
40,00
20,00
0,00
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41
Line

No TCSC By TCSC

Gambar 4. 17 Grafik kinerja sistem kelistrikan sebelum dan setelah


pemasangan TCSC.

79
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah :

1. Berdasarkan hasil simulasi yang dilakukan, kondisi tegangan bus

pada sistem kelistrikan Sulawesi Selatan sebelum pemasangan

FACTS adalah terdapat beberapa bus yang berada dibawah kondisi

yang diizinkan seperti pada bus Tonasa, Mandai, dan Daya yang

nilainya adalah berturut – turut 0.931 p.u, 0.947 p.u, dan 0.944 p.u.

Kondisi bus – bus ini adalah kritis sehingga jika terjadi gangguan kecil

dapat mengganggu stabilitas sistem kelistrikan Sulawesi Selatan.

2. Dari hasil perhitungan dengan metode fuzzy logic dengan

menggunakan Fuzzy Logic Toolbox pada MATLAB maka lokasi yang

cocok untuk pemasangan FACTS adalah pada line Palopo - makale

(0.937), line Sidrap – Makale (0.65), line Sidrap – Sengkang (0.65),

line Sungguminasa – Talasa (0.65), line Talasa – Pgaya (0.65), line

Pare – Pare – Sidrap (0.65) dan line Pangkep150 – Pangkep70 (0.65).

Namun line yang dipasangi TCSC adalah hanya pada line antara bus

Makale dan Palopo dan line antara bus Talasa dan bus Jeneponto.

3. Setelah pemasangan TCSC pada kedua bus tersebut diperoleh profil

tegangan yang sangat baik yaitu 0.964 – 1.007 p.u dimana nilai ini

80
berada pada interval yang diizinkan (0.95 – 1.05 p.u). Sedangkan total

rugi – rugi daya baik daya aktif maupun daya reaktif mengalami

penurunan yang cukup berarti yaitu total rugi – rugi daya aktif (Plosses)

sebelum pemasangan TCSC adalah 0.56294 p.u dan setelah

pemasangan TCSC adalah 0.30963 p.u dan total rugi –rugi daya

reaktif sebelum pemasangan TCSC adalah 0.94548 p.u dan setelah

pemasangan adalah sebesar 0. 87080 p.u.

4. Setelah pemasangan TCSC pada sistem kelistrikan Sulawesi Selatan,

kinerja daripada saluran transmisi utamanya pada bus yang dipasangi

TCSC hingga 20%

B. Saran

1. PT PLN (Persero) wilayah Sulselrabar sebagai pihak penyelenggara

kelistrikan disarankan untuk memasang peralatan TCSC ini untuk

memperbaiki profil tegangan dan mengurangi rugi – rugi daya.

2. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya menghitung nilai ekonomis

daripada penggunaan FACTS ini agar dapat menjadi pertimbangan

bagi pihak yang membutuhkan dalam penggunaannya dalam

memperbaiki sistem kelistrikan yang ada.

81
DAFTAR PUSTAKA

[1] Cekdin, Cekmas. 2007. “Sistem Tenaga Listrik (Contoh Soal dan
penyelesaiannya menggunakan MATLAB)”. Yogyakarta
: Andi Offset.
[2] Hakim Efendi Lukmanul. “Pemanfaatan Teknik Modulasi Lebar Pulsa
(PWM) untuk Kompensasi Seri Terkendali”. Tesis. ITB.
Bandung 2006
[3] Hastanto Ari, Yuningtyastuti, Handoko Susatyo. “Optimasi
Penempatan SVC untuk Memperbaiki Profil Tegangan
Pada Sistem 500 KV Jamali Menggunakan Metode
Particle Swarm Optimization (PSO)”. Jurusan Teknik
Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.2012

[4] Imam Robandi. “Alocation Design For Facts Device On Jaw A-Bali
Interconnected Power System Using Genetic Algorithm
With Mutation”. Vol 17, No.2, Mei 2006 - Majalah IPTEK

[5] Jaya Indra. “Perbaikan Rugi – Rugi Daya pada Jaringan Transmisi
Menggunakan UPPFC untuk Kebutuhan Penerangan
Jalan”. Pascasarjana Unhas. 2013

[6] Leonardo Latupeirissa Hamles, Naba Agus, dan Yudaningtyas.


“Penentuan Kapasitas dan Lokasi Optimaal
Penempatan Kapasitor Bank pada Penyulang Rijali
Ambon Menggunakan Sistem Fuzzy. Jurnal EECCIS
Vol.6, No. 2, Desember 2012

[7] Mohammad Hafidz. “Kompensator Daya Reaktif”. Sekolah Tinggi


Teknik –PLN (STT-PLN)

[8] Naim Kurniawati. “Aplikasi Peralatan Flexible Alternating Current


Transmission Systems (FACTS) pada Sistem Tenaga
Listrik”. Universitas Hasanuddin. 2008

[9] Roseno Makmur Muhammad. “Studi Penentuan Margin Daya Reaktif


Berkenaan dengan Gagal Tegangan Menggunakan
Metode Optimasi Newton” Tesis. Institut Teknologi
Banding. 1996

82
[10] Runaldy Sahputra, Syukriyadin. “Analisis Penempatan Static VAR
Compensator (SVC) pada Sistem Interkoneksi Sumut-
Aceh 150 kv Menggunakan Metode Bus Participation
Factor”. KITEKTRO: Jurnal Online Teknik Elektro.
Maret 2012

[11] Syukriyadin. “Formulasi Optimal Power Flow dengan Konstrain


Kestabilan Tegangan yang Melibatkan TCSC”. Volume
5. No1. Jurusan Teknik Elektro Universitas Syiah Kuala.
2006

[12] T.Sutojo, Mulyanto Edy, Suhartono Vincent. 2010.“Kecerdasan


Buatan”. Semarang. Andi Yogyakarta

[13] Umar, Adi Soeprijanto, Mauridhi Hery Purnomo, “Optimasi


Penempatan Multi FACTS devices pada Sistem
Kelistrikan Sulawesi Selatan Menggunakan Algoritma
Genetika”. Seminar Nasional Aplikasi Teknologi
Informasi 2008 (SNATI 2008) Yogyakarta, 21 Juni 2008

83
LAMPIRAN 1
DATA ALIRAN DAYA, TEGANGAN, DAN RUGI – RUGI
DAYA SEBELUM PEMASANGAN FACTS DEVICES
JENIS TCSC PADA SISTEM KELISTRIKAN SULAWESI
SELATAN

71
P S A T 2.1.6

Author: Federico Milano, (c) 2002-2010


e-mail: Federico.Milano@uclm.es
website: http://www.uclm.es/area/gsee/Web/Federico

File: E:\Menuju MT\program fix\SISTEMnoTCSC.mdl


Date: 25-Jul-2013 01:25:23

NETWORK STATISTICS
Buses: 39
Lines: 38
Transformers: 5
Generators: 17
Loads: 34

SOLUTION STATISTICS
Number of Iterations: 5
Maximum P mismatch [p.u.] 1,385E-14
Maximum Q mismatch [p.u.] 1,90958E-14
Power rate [MVA] 100

POWER FLOW RESULTS


P load
Bus V [p.u.] phase [p.u.] P gen [p.u.] Q gen [p.u.] Q load [p.u.]
[p.u.]
24SGMSA 1,000 -0,12611 0,08240 0,35182 0,16000 0,02880
35 PNKEP70 0,951 -0,25453 0,00000 0,00000 0,00000 0,00205
10SPENG 1,022 0,09727 0,00000 0,00000 0,11760 0,02880
11SKANG 1,000 0,15579 1,77680 0,14037 0,17280 0,05100
12BONE 0,996 0,04999 0,00000 0,00000 0,11840 0,02290
13BARRU 0,973 -0,08555 0,11500 0,31548 0,06240 0,01080
14PNKEP 0,975 -0,14701 0,00000 0,00000 0,34880 0,04200
15TNASA 0,931 -0,27981 0,00000 0,00000 0,41600 0,08100
16MAROS 0,967 0,02519 0,00000 0,00000 0,12760 0,03000
17MNDAI 0,947 -0,27901 0,00000 0,00000 0,23760 0,01740
18DAYA 0,944 -0,28098 0,00000 0,00000 0,19440 0,01838
19BSOWA 0,977 -0,15165 0,00000 0,00000 0,18880 0,03240
1BKARU 1,000 0,00000 0,46994 -0,11375 0,03760 0,00120
20TELLO 0,947 -0,16306 0,00000 0,77643 0,34720 0,09480
21BWAJA 1,000 -0,16307 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000
22BRLOE 1,000 -0,14588 0,05760 -0,00972 0,00560 0,00000
23PKANG 0,981 -0,18512 0,00000 0,00000 0,40800 0,06660
25TBUNGA 0,967 -0,13930 0,00000 0,00000 0,32320 0,09300
26TLAMA 0,947 -0,18078 0,00000 0,00000 0,35120 0,07620
27BNTLA 0,974 -0,28255 0,00000 0,00000 0,34800 0,00000
28TLASA 0,947 -0,03296 0,00000 0,99175 0,22080 0,85800
72
29JNPTO 0,985 -0,01356 0,00000 0,00000 0,10880 0,01500
2PLMAS 1,025 -0,02635 0,00000 0,00000 0,10960 0,02400
30BKMBA 0,993 0,00522 0,00000 0,00000 0,06400 0,00491
32LTUPA 0,994 0,27912 0,00000 0,00000 0,05120 0,91800
33SINJAI 0,993 0,02435 0,07600 0,11464 0,05680 0,03600
34MMUJU 1,013 -0,07623 0,00000 0,01425 0,11040 0,01800
36TELLO70 0,998 -0,15227 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000
37TLAMA70 0,989 -0,25571 0,00000 0,00000 0,00000 0,00886
38TELLO30 1,000 -0,16306 0,00000 -0,00002 0,00000 0,00000
39LTUPA11 1,000 0,28026 1,84080 0,50093 0,00000 0,00000
3MJENE 1,016 -0,06291 0,00000 0,00000 0,06720 0,01140
31PGAYA 1,000 0,04004 1,55760 -0,17074 0,00000 0,00000
4PRANG 1,000 -0,02018 0,00480 0,04479 0,16240 0,03660
5PPARE 1,000 -0,02527 0,04000 0,51611 0,12800 0,02760
6SUPPA 1,000 -0,02527 0,00000 -0,00028 0,00000 0,00000
7SDRAP 0,979 0,07195 0,00000 0,00000 0,17600 0,05160
8MKALE 1,000 0,13890 0,00000 2,10404 0,06480 0,01140
9PLOPO 1,000 0,25630 0,00000 -2,11974 0,17280 0,03840

LINE FLOWS
Q Flow P Loss
From Bus To Bus Line P Flow [p.u.] Q Loss [p.u.]
[p.u.] [p.u.]
26TLAMA 20TELLO 1 -0,70449 -0,10329 0,00374 0,01252
14PNKEP 5PPARE 2 -0,33695 0,03821 0,01149 0,03005
25TBUNGA 24SGMSA 3 -0,32320 -0,09300 0,00081 0,00352
9PLOPO 32LTUPA 4 -1,28007 0,43553 0,00263 0,01416
18DAYA 17MNDAI 5 -0,19440 -0,01838 0,00043 0,00026
35 PNKEP70 17MNDAI 6 0,33288 0,04390 0,00045 0,00787
35 PNKEP70 15TNASA 7 0,42279 0,09343 0,00679 0,01243
13BARRU 5PPARE 8 -0,66845 0,20291 0,01135 0,02949
2PLMAS 1BKARU 9 -0,26015 0,06362 0,00190 -0,00060
4PRANG 1BKARU 10 -0,16934 0,04404 0,00096 -0,00669
5PPARE 4PRANG 11 -0,01157 0,02921 0,00017 -0,00664
5PPARE 2PLMAS 12 0,02934 -0,02797 0,00004 -0,01816
37TLAMA70 27BNTLA 13 0,35317 0,00943 0,00517 0,00943
6SUPPA 5PPARE 14 0,00000 -0,00028 0,00000 -0,00056
5PPARE 7SDRAP 15 -1,13401 0,66913 0,03475 0,12347
3MJENE 34MMUJU 16 0,11082 -0,04087 0,00042 -0,00862
7SDRAP 8MKALE 17 -0,67479 0,63229 0,05644 0,02218
3MJENE 2PLMAS 18 -0,17802 0,05227 0,00182 0,00284
8MKALE 9PLOPO 19 -0,79603 2,70275 0,31124 0,10908
10SPENG 11SKANG 20 -0,44573 0,09804 0,00438 0,02231
7SDRAP 11SKANG 21 -1,13950 -0,06978 0,01438 0,09532
7SDRAP 10SPENG 22 -0,04801 0,02444 0,00178 -0,00409
7SDRAP 16MAROS 23 0,51755 -0,09288 0,00356 0,02054
20TELLO 24SGMSA 24 -1,36914 0,22534 0,00741 0,04950
24SGMSA 16MAROS 25 -0,37766 0,12604 0,00874 0,04261

73
24SGMSA 28TLASA 26 -1,40050 0,27630 0,01977 0,12833
28TLASA 40PGAYA 27 -1,54108 0,28172 0,01652 0,11098
29JNPTO 30BKMBA 28 -0,10880 -0,01500 0,00060 -0,00120
30BKMBA 33SINJAI 29 -0,17340 -0,01871 0,00096 -0,00531
33SINJAI 12BONE 30 -0,15516 0,06525 0,00118 -0,00720
10SPENG 12BONE 31 0,27835 -0,04072 0,00360 0,00883
36TELLO70 22BRLOE 32 -0,05183 0,00969 0,00017 -0,00003
20TELLO 23PKANG 33 0,31247 0,07476 0,00447 0,00816
38TELLO30 21BWAJA 34 0,00000 -0,00002 0,00000 -0,00002
20TELLO 19BSOWA 35 0,10014 0,09844 0,00345 -0,00620
19BSOWA 14PNKEP 36 -0,09211 0,07223 0,00016 -0,00412
20TELLO 14PNKEP 37 -0,04708 0,15702 0,00132 -0,00087
14PNKEP 13BARRU 38 -0,70820 -0,06709 0,01286 0,03468
26TLAMA 37TLAMA70 39 0,35329 0,02709 0,00013 0,02652
20TELLO 38TELLO30 40 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000
20TELLO 36TELLO70 41 -0,05183 0,01027 0,00000 0,00058
35
14PNKEP PNKEP70 42 0,75567 0,22112 0,00000 0,08583
32LTUPA 39LTUPA11 43 -1,33391 -0,49663 0,00689 0,00430

LINE FLOWS
Q Flow P Loss
From Bus To Bus Line P Flow [p.u.] Q Loss [p.u.]
[p.u.] [p.u.]
20TELLO 26TLAMA 1 0,70823 0,11581 0,00374 0,01252
5PPARE 14PNKEP 2 0,34844 -0,00816 0,01149 0,03005
24SGMSA 25TBUNGA 3 0,32401 0,09652 0,00081 0,00352
32LTUPA 9PLOPO 4 1,28271 -0,42137 0,00263 0,01416
17MNDAI 18DAYA 5 0,19483 0,01864 0,00043 0,00026
35
17MNDAI PNKEP70 6 -0,33243 -0,03604 0,00045 0,00787
35
15TNASA PNKEP70 7 -0,41600 -0,08100 0,00679 0,01243
5PPARE 13BARRU 8 0,67980 -0,17343 0,01135 0,02949
1BKARU 2PLMAS 9 0,26205 -0,06422 0,00190 -0,00060
1BKARU 4PRANG 10 0,17030 -0,05073 0,00096 -0,00669
4PRANG 5PPARE 11 0,01174 -0,03585 0,00017 -0,00664
2PLMAS 5PPARE 12 -0,02930 0,00981 0,00004 -0,01816
27BNTLA 37TLAMA70 13 -0,34800 0,00000 0,00517 0,00943
5PPARE 6SUPPA 14 0,00000 -0,00028 0,00000 -0,00056
7SDRAP 5PPARE 15 1,16875 -0,54566 0,03475 0,12347
34MMUJU 3MJENE 16 -0,11040 0,03225 0,00042 -0,00862
8MKALE 7SDRAP 17 0,73123 -0,61011 0,05644 0,02218
2PLMAS 3MJENE 18 0,17984 -0,04943 0,00182 0,00284
9PLOPO 8MKALE 19 1,10727 -2,59367 0,31124 0,10908
11SKANG 10SPENG 20 0,45012 -0,07573 0,00438 0,02231
11SKANG 7SDRAP 21 1,15388 0,16510 0,01438 0,09532
10SPENG 7SDRAP 22 0,04979 -0,02852 0,00178 -0,00409
16MAROS 7SDRAP 23 -0,51399 0,11342 0,00356 0,02054
74
24SGMSA 20TELLO 24 1,37655 -0,17584 0,00741 0,04950
16MAROS 24SGMSA 25 0,38639 -0,08342 0,00874 0,04261
28TLASA 24SGMSA 26 1,42028 -0,14797 0,01977 0,12833
40PGAYA 28TLASA 27 1,55760 -0,17074 0,01652 0,11098
30BKMBA 29JNPTO 28 0,10940 0,01380 0,00060 -0,00120
33SINJAI 30BKMBA 29 0,17436 0,01339 0,00096 -0,00531
12BONE 33SINJAI 30 0,15634 -0,07244 0,00118 -0,00720
12BONE 10SPENG 31 -0,27474 0,04955 0,00360 0,00883
22BRLOE 36TELLO70 32 0,05200 -0,00972 0,00017 -0,00003
23PKANG 20TELLO 33 -0,30800 -0,06660 0,00447 0,00816
21BWAJA 38TELLO30 34 0,00000 0,00000 0,00000 -0,00002
19BSOWA 20TELLO 35 -0,09669 -0,10463 0,00345 -0,00620
14PNKEP 19BSOWA 36 0,09227 -0,07635 0,00016 -0,00412
14PNKEP 20TELLO 37 0,04840 -0,15789 0,00132 -0,00087
13BARRU 14PNKEP 38 0,72105 0,10177 0,01286 0,03468
37TLAMA70 26TLAMA 39 -0,35317 -0,00056 0,00013 0,02652
38TELLO30 20TELLO 40 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000
36TELLO70 20TELLO 41 0,05183 -0,00969 0,00000 0,00058
35 PNKEP70 14PNKEP 42 -0,75567 -0,13528 0,00000 0,08583
39LTUPA11 32LTUPA 43 1,34080 0,50093 0,00689 0,00430

GLOBAL SUMMARY REPORT

TOTAL GENERATION
REAL POWER [p.u.] 6,02094
REACTIVE POWER [p.u.] 3,456356088

TOTAL LOAD
REAL POWER [p.u.] 5,458
REACTIVE POWER [p.u.] 2,510870579

TOTAL
LOSSES
REAL POWER [p.u.] 0,562941635
REACTIVE POWER [p.u.] 0,945485509

75
LAMPIRAN 2
DATA ALIRAN DAYA, TEGANGAN, DAN RUGI – RUGI
DAYA SETELAH PEMASANGAN FACTS DEVICES
JENIS TCSC PADA SISTEM KELISTRIKAN SULAWESI
SELATAN

76
POWER FLOW REPORT

PSAT
2.1.6

Author: Federico Milano, (c) 2002-2010


e-mail: Federico.Milano@uclm.es
website: http://www.uclm.es/area/gsee/Web/Federico

File: E:\Menuju MT\PROGRAM\SISTEMstatcom1.mdl


Date: 25-Jul-2013 08:46:07

NETWORK STATISTICS
Buses: 39
Lines: 38
Transformers: 5
Generators: 17
Loads: 34

SOLUTION STATISTICS
Number of Iterations: 4
Maximum P mismatch [p.u.] 3,83867E-13
Maximum Q mismatch [p.u.] 4,74936E-13
Power rate [MVA] 100

POWER FLOW RESULTS


phase
Bus V [p.u.] P gen [p.u.] Q gen [p.u.] P load [p.u.] Q load [p.u.]
[p.u.]
24SGMSA 1,00000 -0,08489 0,08240 0,35182 0,16000 0,02880
35 PNKEP70 0,97542 -0,21844 0,00000 0,00000 0,00000 0,00205
10SPENG 1,00070 0,14587 0,00000 0,00000 0,11760 0,02880
11SKANG 1,00000 0,20552 1,77680 0,14037 0,17280 0,05100
12BONE 0,99584 0,09840 0,00000 0,00000 0,11840 0,02290
13BARRU 1,00000 -0,05396 0,11500 0,31548 0,06240 0,01080
14PNKEP 0,98035 -0,11443 0,00000 0,00000 0,34880 0,04200
15TNASA 0,96402 -0,24679 0,00000 0,00000 0,41600 0,08100
16MAROS 0,97305 0,07419 0,00000 0,00000 0,12760 0,03000
17MNDAI 0,97527 -0,21866 0,00000 0,00000 0,23760 0,01740
18DAYA 0,97519 -0,21878 0,00000 0,00000 0,19440 0,01838
19BSOWA 0,98049 -0,11866 0,00000 0,00000 0,18880 0,03240
1BKARU 1,00000 0,00000 0,46994 -0,11375 0,03760 0,00120
20TELLO 0,97600 -0,12262 0,00000 0,77643 0,34720 0,09480
21BWAJA 1,00000 -0,12262 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000
22BRLOE 1,00000 -0,10543 0,05760 -0,00972 0,00560 0,00000
23PKANG 0,98074 -0,14467 0,00000 0,00000 0,40800 0,06660
25TBUNGA 0,99366 -0,09808 0,00000 0,00000 0,32320 0,09300
26TLAMA 0,99308 -0,14061 0,00000 0,00000 0,35120 0,07620
27BNTLA 0,98758 -0,24303 0,00000 0,00000 0,34800 0,00000

77
28TLASA 0,98100 0,00933 0,00000 0,99175 0,22080 0,85800
29JNPTO 0,98484 0,03472 0,00000 0,00000 0,10880 0,01500
2PLMAS 0,99359 -0,00450 0,00000 0,00000 0,10960 0,02400
30BKMBA 0,99275 0,05350 0,00000 0,00000 0,06400 0,00491
32LTUPA 0,99444 0,24637 0,00000 0,00000 0,05120 0,91800
33SINJAI 1,00000 0,07263 0,07600 0,11464 0,05680 0,03600
34MMUJU 1,00000 -0,05628 0,00000 0,01425 0,11040 0,01800
36TELLO70 0,99793 -0,11182 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000
37TLAMA70 0,99847 -0,21476 0,00000 0,00000 0,00000 0,00886
38TELLO30 1,00000 -0,12262 0,00000 -0,00002 0,00000 0,00000
39LTUPA11 1,00000 0,24751 1,56080 0,50093 0,00000 0,00000
3MJENE 1,00700 -0,04234 0,00000 0,00000 0,06720 0,01140
40PGAYA 1,00000 0,04883 1,55760 -0,17074 0,00000 0,00000
4PRANG 1,00000 -0,01394 0,00480 0,04479 0,16240 0,03660
5PPARE 1,00000 0,00423 0,06000 0,51611 0,12800 0,02760
6SUPPA 1,00000 0,00423 0,00000 -0,00028 0,00000 0,00000
7SDRAP 0,99400 0,12287 0,00000 0,00000 0,17600 0,05160
8MKALE 1,00000 0,21887 0,00000 2,10404 0,06480 0,01140
9PLOPO 1,00000 0,22355 0,00000 -2,11974 0,17280 0,03840

STATE VARIABLES
x1_Tcsc_1 0,406766228
x2_Tcsc_1 0,406766228
x1_Tcsc_2 0,415725489
x2_Tcsc_2 0,415725489

OTHER ALGEBRAIC VARIABLES


x0_Tcsc_1 0,406766228
pref_Tcsc_1 -1,5576
x0_Tcsc_2 0,415725489
pref_Tcsc_2 -1,107274179

LINE FLOWS
Q Flow
From Bus To Bus Line P Flow [p.u.] P Loss [p.u.] Q Loss [p.u.]
[p.u.]
26TLAMA 20TELLO 1 -0,70445 -0,06185 0,00368 0,01231
14PNKEP 5PPARE 2 -0,32688 0,04926 0,01082 0,02758
25TBUNGA 24SGMSA 3 -0,32320 -0,09300 0,00081 0,00352
9PLOPO 32LTUPA 4 -1,28007 0,43553 0,00263 0,01416
18DAYA 17MNDAI 5 -0,19440 -0,01975 0,00001 -0,00016
35 PNKEP70 17MNDAI 6 0,33206 0,03660 0,00004 -0,00040
35 PNKEP70 15TNASA 7 0,42219 -0,03869 0,00619 0,01131
13BARRU 5PPARE 8 -0,64554 0,19503 0,01057 0,02672
2PLMAS 1BKARU 9 -0,06131 -0,05395 0,00017 -0,00678
4PRANG 1BKARU 10 -0,11709 0,02850 0,00046 -0,00848
5PPARE 4PRANG 11 0,04261 -0,11895 0,00211 -0,00594
5PPARE 2PLMAS 12 0,23114 -0,16265 0,00282 -0,01706
37TLAMA70 27BNTLA 13 0,35313 -0,04065 0,00513 0,00935
78
6SUPPA 5PPARE 14 0,00000 -0,00028 0,00000 -0,00056
5PPARE 7SDRAP 15 -1,35556 0,86850 0,05194 0,18527
3MJENE 34MMUJU 16 0,11087 -0,05959 0,00047 -0,00840
7SDRAP 8MKALE 17 -0,92823 0,91989 0,11424 0,05705
3MJENE 2PLMAS 18 -0,17807 0,07099 0,00196 0,00335
8MKALE 9PLOPO 19 -1,10727 0,00259 0,10282 0,00518
10SPENG 11SKANG 20 -0,45498 0,09314 0,00454 0,02329
7SDRAP 11SKANG 21 -1,12983 -0,17379 0,01464 0,09715
7SDRAP 10SPENG 22 -0,05685 0,01692 0,00215 -0,00391
7SDRAP 16MAROS 23 0,53141 -0,08495 0,00379 0,02217
20TELLO 24SGMSA 24 -1,39754 0,23058 0,00773 0,05163
24SGMSA 16MAROS 25 -0,39031 0,15355 0,00971 0,04942
24SGMSA 28TLASA 26 -1,41656 0,28028 0,02024 0,13139
28TLASA 40PGAYA 27 -1,55760 0,03076 0,00000 0,06152
29JNPTO 30BKMBA 28 -0,10880 -0,01500 0,00060 -0,00120
30BKMBA 33SINJAI 29 -0,17340 -0,01871 0,00096 -0,00531
33SINJAI 12BONE 30 -0,15516 0,06817 0,00120 -0,00713
10SPENG 12BONE 31 0,27838 -0,04350 0,00362 0,00889
36TELLO70 22BRLOE 32 -0,05183 0,00969 0,00017 -0,00003
20TELLO 23PKANG 33 0,31247 0,07476 0,00447 0,00816
38TELLO30 21BWAJA 34 0,00000 -0,00002 0,00000 -0,00002
20TELLO 19BSOWA 35 0,09537 0,05352 0,00208 -0,00671
19BSOWA 14PNKEP 36 -0,09552 0,02784 0,00011 -0,00433
20TELLO 14PNKEP 37 -0,01381 0,11626 0,00069 -0,00318
14PNKEP 13BARRU 38 -0,68628 -0,01563 0,01186 0,03104
26TLAMA 37TLAMA70 39 0,35325 -0,01435 0,00013 0,02635
20TELLO 38TELLO30 40 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000
20TELLO 36TELLO70 41 -0,05183 0,01027 0,00000 0,00058
14PNKEP 35 PNKEP70 42 0,75424 0,07598 0,00000 0,07871
32LTUPA 39LTUPA11 43 -1,33391 -0,49663 0,00689 0,00430

LINE FLOWS
Q Flow
From Bus To Bus Line P Flow [p.u.] P Loss [p.u.] Q Loss [p.u.]
[p.u.]
20TELLO 26TLAMA 1 0,70814 0,07416 0,00368 0,01231
5PPARE 14PNKEP 2 0,33770 -0,02169 0,01082 0,02758
24SGMSA 25TBUNGA 3 0,32401 0,09652 0,00081 0,00352
32LTUPA 9PLOPO 4 1,28271 -0,42137 0,00263 0,01416
17MNDAI 18DAYA 5 0,19441 0,01960 0,00001 -0,00016
17MNDAI 35 PNKEP70 6 -0,33201 -0,03700 0,00004 -0,00040
15TNASA 35 PNKEP70 7 -0,41600 0,05000 0,00619 0,01131
5PPARE 13BARRU 8 0,65611 -0,16830 0,01057 0,02672
1BKARU 2PLMAS 9 0,06148 0,04716 0,00017 -0,00678
1BKARU 4PRANG 10 0,11755 -0,03698 0,00046 -0,00848
4PRANG 5PPARE 11 -0,04051 0,11300 0,00211 -0,00594
2PLMAS 5PPARE 12 -0,22832 0,14559 0,00282 -0,01706
27BNTLA 37TLAMA70 13 -0,34800 0,05000 0,00513 0,00935

79
5PPARE 6SUPPA 14 0,00000 -0,00028 0,00000 -0,00056
7SDRAP 5PPARE 15 1,40750 -0,68323 0,05194 0,18527
34MMUJU 3MJENE 16 -0,11040 0,05119 0,00047 -0,00840
8MKALE 7SDRAP 17 1,04247 -0,86283 0,11424 0,05705
2PLMAS 3MJENE 18 0,18003 -0,06764 0,00196 0,00335
9PLOPO 8MKALE 19 1,10727 0,00259 0,00000 0,00518
11SKANG 10SPENG 20 0,45953 -0,06985 0,00454 0,02329
11SKANG 7SDRAP 21 1,14447 0,27094 0,01464 0,09715
10SPENG 7SDRAP 22 0,05900 -0,02084 0,00215 -0,00391
16MAROS 7SDRAP 23 -0,52762 0,10712 0,00379 0,02217
24SGMSA 20TELLO 24 1,40527 -0,17894 0,00773 0,05163
16MAROS 24SGMSA 25 0,40002 -0,10412 0,00971 0,04942
28TLASA 24SGMSA 26 1,43680 -0,14889 0,02024 0,13139
40PGAYA 28TLASA 27 1,55760 0,03076 0,00000 0,06152
30BKMBA 29JNPTO 28 0,10940 0,01380 0,00060 -0,00120
33SINJAI 30BKMBA 29 0,17436 0,01339 0,00096 -0,00531
12BONE 33SINJAI 30 0,15636 -0,07530 0,00120 -0,00713
12BONE 10SPENG 31 -0,27476 0,05240 0,00362 0,00889
22BRLOE 36TELLO70 32 0,05200 -0,00972 0,00017 -0,00003
23PKANG 20TELLO 33 -0,30800 -0,06660 0,00447 0,00816
21BWAJA 38TELLO30 34 0,00000 0,00000 0,00000 -0,00002
19BSOWA 20TELLO 35 -0,09328 -0,06024 0,00208 -0,00671
14PNKEP 19BSOWA 36 0,09563 -0,03217 0,00011 -0,00433
14PNKEP 20TELLO 37 0,01449 -0,11944 0,00069 -0,00318
13BARRU 14PNKEP 38 0,69814 0,04667 0,01186 0,03104
37TLAMA70 26TLAMA 39 -0,35313 0,04070 0,00013 0,02635
38TELLO30 20TELLO 40 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000
36TELLO70 20TELLO 41 0,05183 -0,00969 0,00000 0,00058
35 PNKEP70 14PNKEP 42 -0,75424 0,00273 0,00000 0,07871
39LTUPA11 32LTUPA 43 1,34080 0,50093 0,00689 0,00430

GLOBAL SUMMARY REPORT

TOTAL GENERATION
REAL POWER [p.u.] 6,26763
REACTIVE POWER [p.u.] 3,19283

TOTAL
LOAD
REAL POWER [p.u.] 5,95800
REACTIVE POWER [p.u.] 2,32202

TOTAL LOSSES
REAL POWER [p.u.] 0,30963
REACTIVE POWER [p.u.] 0,87081

80
LAMPIRAN 3
DATA PEMBANGKIT, ALIRAN DAYA, BEBAN,
IMPEDANSI PENGHANTAR, DATA IMPEDANSI
GENERATOR, DAN TIPE KONSTRUKSI SALURAN
DARI PT PLN PERSERO WILAYAH
SULSELTRABAR

81
82
83
84
85
86
87
88
89
LAMPIRAN 4
VALIDASI ALIRAN DAYA DAN
TEGANGAN PADA SETIAP BUS

90
Tabel 1 Validasi Data Aliran Daya

Hasil MATLAB Data PLN


From Bus To Bus Line P Flow Q Flow P Flow Q Flow
[p.u.] [p.u.] [p.u.] [p.u.]
26TLAMA 20TELLO 1 -0.704 -0.103 -0.708 -0.175
14PNKEP 5PPARE 2 -0.337 0.038 -0.657 0.032
25TBUNGA 24SGMSA 3 -0.323 -0.093 - -
9PLOPO 32LTUPA 4 -1.280 0.436 - -
18DAYA 17MNDAI 5 -0.194 -0.018 -0.188 -0.021
35 PNKEP70 17MNDAI 6 0.333 0.044 - -
35 PNKEP70 15TNASA 7 0.423 0.093 - -
13BARRU 5PPARE 8 -0.668 0.203 - -
2PLMAS 1BKARU 9 -0.260 0.064 - -
4PRANG 1BKARU 10 -0.169 0.044 - -
5PPARE 4PRANG 11 -0.012 0.029 - -
5PPARE 2PLMAS 12 0.029 -0.028 - -
37TLAMA70 27BNTLA 13 0.353 0.009 - -
6SUPPA 5PPARE 14 0.000 0.000 - -
5PPARE 7SDRAP 15 -1.134 0.669 -1.115 0.670
3MJENE 34MMUJU 16 0.111 -0.041 - -
7SDRAP 8MKALE 17 -0.675 0.632 -0.664 0.628
3MJENE 2PLMAS 18 -0.178 0.052 - -
8MKALE 9PLOPO 19 -0.796 2.703 -0.771 2.520
10SPENG 11SKANG 20 -0.446 0.098 -0.452 0.098
7SDRAP 11SKANG 21 -1.140 -0.070 -1.137 -0.058
7SDRAP 10SPENG 22 -0.048 0.024 -0.052 0.035
7SDRAP 16MAROS 23 0.518 -0.093 0.567 -0.960
20TELLO 24SGMSA 24 -1.369 0.225 -1.400 0.217
24SGMSA 16MAROS 25 -0.378 0.126 -0.389 0.116
24SGMSA 28TLASA 26 -1.401 0.276 -1.453 0.283
28TLASA 40PGAYA 27 -1.541 0.282 -1.587 0.522
29JNPTO 30BKMBA 28 -0.109 -0.015 -1.080 -0.006
30BKMBA 33SINJAI 29 -0.173 -0.019 - -
33SINJAI 12BONE 30 -0.155 0.065 - -
10SPENG 12BONE 31 0.278 -0.041 0.578 -0.045
36TELLO70 22BRLOE 32 -0.052 0.010 - -
20TELLO 23PKANG 33 0.312 0.075 0.612 0.173
38TELLO30 21BWAJA 34 0.000 0.000 - -
20TELLO 19BSOWA 35 0.100 0.098 - -
19BSOWA 14PNKEP 36 -0.092 0.072 - -
20TELLO 14PNKEP 37 -0.047 0.157 -0.048 0.121
14PNKEP 13BARRU 38 -0.708 -0.067 - -
26TLAMA 37TLAMA70 39 0.353 0.027 - -

71
20TELLO 38TELLO30 40 0.000 0.000 - -
20TELLO 36TELLO70 41 -0.052 0.010 - -
14PNKEP 35 PNKEP70 42 0.756 0.221 - -
32LTUPA 39LTUPA11 43 -1.334 -0.497 - -

Tabel 2 Validasi Tegangan pada setiap bus

Data
Hasil MATLAB
PLN
Bus
V phase
V [p.u.]
[p.u.] [p.u.]
24SGMSA 1.000 -0.126 143.000
35 PNKEP70 0.951 -0.255 0.000
10SPENG 1.022 0.097 153.000
11SKANG 1.000 0.156 151.000
12BONE 0.996 0.050 149.000
13BARRU 0.973 -0.086 144.000
14PNKEP 0.975 -0.147 142.000
15TNASA 0.931 -0.280 65.800
16MAROS 0.967 0.025 144.600
17MNDAI 0.947 -0.279 67.000
18DAYA 0.944 -0.281 66.000
19BSOWA 0.977 -0.152 146.000
1BKARU 1.000 0.000 153.000
20TELLO 0.947 -0.163 140.000
21BWAJA 1.000 -0.163 70.100
22BRLOE 1.000 -0.146 70.000
23PKANG 0.981 -0.185 148.000
25TBUNGA 0.967 -0.139 141.000
26TLAMA 0.947 -0.181 140.000
27BNTLA 0.974 -0.283 70.000
28TLASA 0.947 -0.033 143.000
29JNPTO 0.985 -0.014 147.000
2PLMAS 1.025 -0.026 153.000
30BKMBA 0.993 0.005 147.000
32LTUPA 0.994 0.279 178.400
33SINJAI 0.993 0.024 148.000
34MMUJU 1.013 -0.076 152.000
36TELLO70 0.998 -0.152 0.000
37TLAMA70 0.989 -0.256 70.000
38TELLO30 1.000 -0.163 30.000
39LTUPA11 1.000 0.280 10.500
3MJENE 1.016 -0.063 152.000
31PGAYA 1.000 0.040 149.000

72
4PRANG 1.000 -0.020 149.000
5PPARE 1.000 -0.025 148.000
6SUPPA 1.000 -0.025 148.000
7SDRAP 0.979 0.072 0.000
8MKALE 1.000 0.139 151.000
9PLOPO 1.000 0.256 0.000

73

Anda mungkin juga menyukai