1
Daftar Isi
Abstrak .................................................................................................................... 1
Daftar Isi.................................................................................................................. 2
II.Isi ......................................................................................................................... 5
III.Penutup ............................................................................................................. 15
A.Kesimpulan .................................................................................................... 15
B.Saran .............................................................................................................. 15
DAFTARGAMBAR..............................................................................................17
2
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang Voltage Stability (Stabilitas Tegangan).
Adapun makalah ilmiah Kendali Sistem Tenaga Listrik ini telah kami
usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak,
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
kami dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena
itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi
pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat
memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah ini dapat diambil
hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.
3
I. PENDAHULUAN
4
II. ISI
5
Kriteria yang menyatakan sistem tenaga memiliki kestabilan tegangan
adalah pada kondisi operasi tertentu dalam sistem, tegangan di bus tertentu akan
mengalami kenaikan tegangan ketika disuntikan daya reaktif pada bus yang sama.
Sedangkan, tegangan sistem tidak stabil jika paling tidak salah satu bus di sistem
tenaga mengalami penurunan tegangan saat disuntukkan daya reaktif pada bus yang
sama. Dengan demikian, maka sistem tenaga listrik memiliki hubungan yang
sebanding antara daya reaktif (Q) dengan tegangan (V) bus saat sistem memiliki
kestabilan tegangan.
6
yang kecil, tetapi jika dalam jaringan yang melewati titik kritis bebannya, kenaikan
beban menyebabkan penurunan tegangan yang cepat dan menyebabkan sistem tiba-
tiba collapse. Oleh sebab itu, analisa kestabilan tegangan penting untuk
mengidentifikasi titik kritis dalam sistem, misalnya titik yang paling dekat terhadap
batas ketabilan tegangan sehingga operator mampu mengambil tindakan untuk
mencegah voltage collapse.
Voltage collpase mulai terjadi pada titik yang paling sensitif dan menyebar
ke titik sensitif yang lain. Titik yang paling sensitif merupakan salah satu titik yang
menunjukkan kondisi berikut:
a) Titik paling kritis
b) Nilai daya reaktif paling kecil
c) Kekurangan daya reaktif paling besar
d) Persentase perubahan tegangan paling tinggi
Keruntuhan tegangan umumnya timbul secara tiba-tiba, setelah gejala
yang timbul selama beberapa menit hingga kadang berjam-jam sebelumnya. Akibat
yang ditimbulkan keruntuhan tegangan seringkali membutuhkan restorasi sistem
yang lama, sementara bagian besar dari pelanggan dalam kondisi tanpa pasokan
untuk jangka waktu restorasi tersebut. Diagram yang menunjukkan proses
terjadinya keruntuhan tegangan pada sistem ditunjukkan pada Gambar 2.12 berikut:
Gambar 1.1 Hubungan Antara Tegangan, Daya Aktif, Dan Daya Reaktif Dari
Beban Terhadap Keruntuhan Beban
7
Gambar 1.1 menunjukkan lintasan tegangan sisi beban dari sistem dua bus
saat daya aktif dan daya reaktif beban berubah. Saat beban sistem bertambah, maka
tegangan akan terus turun hingga suatu titik terjadi keruntuhan tegangan.
Keruntuhan tegangan dapat timbul saat beban berada di luar batas kestabilan
tegangan (yang ditunjukkan oleh kurva tebal PQ). Sehingga, dari Gambar 2.12
tampak bahwa keruntuhan tegangan timbul saat ada penambahan beban aktif dan
reaktif hingga besar tertentu yang menyebabkan sistem berada di luar batas
kestabilan tegangan sistem.
8
gangguan tersebut sangat mempengaruhi kestabilan sistem. Tidak hanya
gangguan, waktu gangguan juga berpengaruh terhadap kestabilan sistem.
Stabilitas akibat gangguan besar adalah kemampuan sistem untuk
mempertahankan tegangan pada batas operasi yang ditentukan akibat terjadi
gangguan yang besifat luas, seperti kesalahan sistem, pelepasan generator,
atau kontingensi pada jaringan. Keadaan tersebut membuat sistem harus
mendapatkan kembali kestabilannya. Berdasarkan waktu kestabilan
tegangan sistem akan kembali dalam waktu cepat atau lama tergantung dari
jenis gangguannya. Klasifikasi stabilitas tegangan berdasarkan periode
kestabilan dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu stabilitas tegangan
jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Rentang waktu
stabilitas tegangan jangka pendek adalah 0 sampai 10 detik, jangka
menengah adalah antara 10 detik sampai 10 menit, sedangkan jangka
panjang lebih dari 10 menit.
Stabilitas jangka pendek biasanya terjadi akibat adanya tanggapan
cepat pengendali tegangan seperti Automatic Voltage Regulator (AVR) atau
Flexible AC Transmission Sistem (FACTS). Sedangkan, stabilitas waktu
panjang melibatkan peralatan yang memiliki tanggapan lambat terhadap
perubahan sistem, seperti On-load Tap Charger (OLTP) atau Delayed
Corrective Control Action.
Komponen dan kendali sistem tenaga tenaga memperangaruhi
kestabilan tegangan berdasarkan lamanya waktu memperoleh kesabilan
kembali diperlihatkan pada Gambar 1.2
9
Gambar 1.2 Komponen Sistem Kendali yang Mempengaruhi Stabilitas
Tegangan
10
Apabila beban pada generator meningkat maka, rotasi rotor akan
melambat, dan sebaliknya, akan semakin cepat apabila beban menurun.
Pada kondisi normal, perubahan sudut rotor akan sedikit mengalami
overshoot, yaitu akan sedikit lebih lambat atau lebih cepat. Pada kondisi
stabil maka osilasi akan tetap terjadi sampai akhirnya berada pada posisi
tertentu untuk kondisi beban yang baru. Apabila rotor berada pada kondisi
tetap yang hanya terjadi dalam waktu yang cepat, maka mesin dapat
dikatakan dalam keadaan stabil, dan osilasi dikatakan memiliki damping
yang baik.
Swing pada kondisi yang telah dijelaskan tersebut biasanya terlalu
cepat untuk direspon oleh governor pada mesin. Bagaimanapun juga, sistem
eksitasi generator yang cepat beraksi (eksiter dan regulasi tegangan pada
generator) akan peka terhadap perubahan tegangan yang menyebabkan
osilasi sudut rotor dan memperkuat atau memperlemah medan generator,
sehingga mempengaruhi kecepatan mesin untuk mencapai kondisi operasi
yang stabil. Kondisi yang telah dijabarkan diatas akan selalu ada pada
sistem tenaga listrik karena beban yang ada akan selalu bertambah dan ada
pula yang hilang, dan semua generator yang terinterkoneksi harus selalu
menyesuaikan energi input, sudut rotor, dan eksitasi agar sesuai dengan
kondisi pada saat itu juga.
d. Stabilitas Transien
Stabilitas transien adalah kemampuan dari suatu sistem tenaga untuk
mempertahankan sinkronisasi setelah megalami gangguan besar yang
bersifat mendadak selama sekitar satu swing (yang pertama) dengan
asumsi bahwa pengatur tegangan otomatis (AVR) dan governor belum
bekerja. Analisis Stabilitas transien menggunakan pendekatan model non
linear. Stabilitas transien merupakan fungsi dari kondisi operasi dan
gangguan.
Kestabilan transien juga dapat didefinisikan sebagai kemampuan
sistem tenaga untuk mencapai kondisi stabil operasi baru yang dapat
diterima setelah sistem mengalami gangguan besar. Kestabilan transien
pada sistem tenaga adalah respon output yang mencapai kondisi operasi
11
steady state yang diizinkan dan sistem yang dapat kembali ke posisi semula
pada saat sistem mengalami gangguan. Kestabilan transien merupakan
fungsi dari kondisi operasi dan gangguan. Situasi yang lebih hebat akan
terjadi bila pembangkitan atau beban besar hilang dari sistem atau terjadi
gangguan pada saluran tranmisi. Pada kasus semacam itu stabilitas transient
harus cukup kuat untuk mempertahankan diri terhadap kejutan (shock) atau
perubahan beban yang relatif besar yang terjadi. Stabilitas transient adalah
kemampuan sistem untuk tetap pada kondisi sinkron (sebelum terjadi aksi
dari kontrol governor) yang mengikuti gangguan pada sistem.
Setelah hilangnya pembangkitan atau beban besar secara tiba-tiba,
keseimbangan antara energi input dan output elektris pada sistem akan
hilang. Jika energi input tidak lagi mencukupi, inersia rotor mesin yang
masih bekerja, pada periode yang singkat akan melambat. Apabila beban
hilang maka energi input pada sistem akan melebihi beban elektris, dan
mesin akan bergerak semakin cepat.
Bermacam-macam faktor mempengaruhi stabilitas sistem, seperti
kekuatan pada jaringan transmisi didalam sistem dan saluran pada sistem
yang berdekatan, karaktristik pada unit pembangkitan, termasuk inersia
pada bagian yang berputar, dan properti elektris seperti reaktansi transient
dan karakteristik saturasi magnetik pada besi stator dan rotor. Faktor penting
lainnya adalah kecepatan dimana saluran atau perlengkapan yang terjadi
gangguan dapat diputus (disconnect ) dan, dengan reclosing otomatis pada
saluran transmisi, yang menentukan seberapa cepat saluran dapat beroperasi
lagi. Sebagaimana pada stabilitas steady-state, kecepatan respon pada
sistem eksitasi generator merupakan faktor yang penting dalam
mempertahankan stabilitas transient. Gangguan pada sistem biasanya
diikuti oleh perubahan tegangan yang cepat pada sistem, dan pemulihan
kembali tegangan dengan cepat menuju ke kondisi normal merupakan hal
yang penting dalam mempertahankan stabilitas.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, stabilitas transient adalah
kemampuan untuk tetap pada kondisi sinkron selama periode terjadinya
gangguan dan sebelum adanya reaksi dari governor. Pada umumnya ayunan
12
pertama pada rotor mesin akan terjadi selama satu detik setelah gangguan,
tetapi waktu yang sebenarnya bergantung pada karakteristik mesin dan
sistem transmisi. Setelah periode ini, governor akan mulai bereaksi,
biasanya sekitar 4 hingga 5 detik, dan stabilitas dinamis akan efektif.
Selama periode peralihan, tegangan terminal, sudut rotor dan frekuensi akan
berubah. Besarnya tegangan kumparan medan akan dipengaruhi oleh:
1. Arus induksi pada kumparan peredam (damper winding) selama
terjadinya perubahan nilai arus pada kumparan jangkar. Konstanta
waktu terjadinya arus ini berkisar antara 0.1 detik dan disebut efek
subtransient.
2. Arus induksi pada kumparan medan selama terjadinya perubahan
mendadak pada arus kumparan jangkar. Kostanta waktu untuk
periode ini berkisar 2 detik dan disebut sebagai efek transient.
Telah kestabilan peralihan bertujuan untuk menentukan apakah
sistem tadi akan tetap dalam keadaan serempak setelah terjadinya gangguan
berat, misalnya gangguan sistem transmisi, perubahan beban yang
mendadak, terputusnya unit pembangkit, atau pemutaran saklar (switching)
saluran. Telaah semacam ini telah dimulai lebih dari 50 tahun yang lalu,
tetapi pada saat itu hanya terbatas pada pada pembahasan masalah dinamis
yang menyangkut tidak lebih dari dua buah mesin. Sistem daya masa kini
jauh lebih luas, ditambah dengan sistem interkoneksi yang rumit dan
melibatkan banyak mesin.
Masalah kestabilan peralihan menyangkut gangguan besar yang
tidak lagi memungkinkan proses kelinieran, sehingga persamaan tidak linier
differensial dan aljabar harus diselesaikan dengan metoda langsung atau
dengan prosedur iterasi. Masalah kestabilan peralihan dapat lebih lanjut
dibagi kedalam kestabilan ayunan pertama (first-swing) dan ayunan
majemuk (multiswing). Kestabilan ayunan pertama didasarkan pada model
generator yang cukup sederhana tanpa memasukkan sistem pengaturannya.
Biasanya periode waktu yang periode waktu yang diselidiki adalah detik
pertama setelah timbulnya gangguan pada sistem. Bila mesin dikatakan
berada dalam kondisi serempak sebelum berakhirnya detik pertama, maka
13
kita katakan sistem ini stabil. Masalah kestabilan ayunan majemuk
mencakup periode telaah yang lebih lama, dan karenanya harus
mempertimbangkan juga pengaruh sistem pengaturan generator terhadap
kinerja mesin didalam periode waktu yang cukup lama. Model model
mesin dengan perincian yang lebih tinggi harus dibuat untuk
menggambarkan kinerjanya dengan tepat.
14
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Stabilitas tegangan pada sitem tenaga listrik sangatlah penting untuk
diperhatikan, karena jika pada suatu sistem tenaga terutama pada sistem tenaga
listrik mengalami ketidakstabilan maka akan mempengaruhi kestabilan dari sistem
tersebut. Salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan dalam sistem tenaga
listrik adalah stabilitas tegangan pada sistem, karena jika stabilitas tegangan
terganggu (mengalami gangguan) maka sistem tenaga listrik tersebut akan
mengalami blackout dan akan mempengaruhi keandalan sistem tersebut.
Stabilitas tegangan pada sistem tenaga listrik dikategorikan dua macam
gangguan, yaitu gangguan besar dan gangguan kecil. Dimana pada setiap gangguan
tersebut juga memiliki dua kriteria periode yang perlu diperhatikan, yaitu gangguan
dalam jangka pendek dan jangka panjang. Gangguan jangka pendek dan jangka
panjang dapat dikategorikan menurut waktu sistem tersebut mengalami ketidak
stabilan.
B. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan Voltage Stability (Stabilitas Tegangan).
Penulis banyak berharap dosen pembimbing maupun pembaca lainnya memberikan
kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini
dan dan penulisan makalah di kesempatan kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
15
DAFTAR PUSTAKA
SUMBER INTERNET
http://sistem-tenaga-listrik.blogspot.co.id/2011/05/stabilitas-sistem-tenaga.html:
Diakses pada 14 Maret 2017
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=6&cad
=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjFwNG8m-
jSAhXGU7wKHfmMA3AQFgg4MAU&url=http%3A%2F%2Fdigilib.unila.ac.id%
2F4905%2F16%2F16-
BAB%2520II.pdf&usg=AFQjCNEs5AeKJ2RLWOvQLheNDFa1uMVIvg: Diakses
pada 14 Maret 2017
SUMBER BUKU
16
Daftar Gambar
Gambar 1.1. Hubungan Antara Tegangan, Daya Aktif, Dan Daya Reaktif Dari Beban
Terhadap Keruntuhan Beban ..................................... Error! Bookmark not defined.
17