Anda di halaman 1dari 17

ABSTRAK

Stabilitas tegangan pada sistem tenaga listrik akan mempengaruhi


keandalan pada suatu sistem. Dimana stabilitas tegangan akan berdampak pada
kestabilan sistem tenaga yang sedang berjalan. Stabilitas tegangan dapat
didefinisikan sebagai kemampuan sistem tenaga untuk menjaga nilai tegangan pada
batas operasi yang ditentukan di semua bus pada sistem tenaga, saat sistem berada
pada kondisi normal dan tidak normal akibat terjadi gangguan. Pada makalah ini
akan membahas tentang definisi stabilitas tegangan (voltage stability) dan macam-
macam gangguan pada stabilitas tegangan pada suatu sistem tenaga listrik.
Turunnya stabilitas tegagan pada sistem akan mempengaruhi kinerja pada suatu
sistem jaringan listrik. Dampak yang terjadi pada tidak stabilnya tegangan pada
sistem tenaga listrik akan merugikan konsumen dalam penggunaannya. Gangguan
stabilitas tegangan memiliki dua tipe yang perlu diperhatikan, antara lain stabilitas
tegangan gangguan besar dan stabilitas tegangan gangguan kecil. Pada dua kategori
gangguan tersebut juga memiliki dua tipe, yaitu jangka panjang dan jangka pendek.
Dalam periode gangguan jangka panjang dan jangka pendek dapat ditentukan
dengan lamanya sistem tenaga listrik mengalami gangguan.

1
Daftar Isi

Abstrak .................................................................................................................... 1

Daftar Isi.................................................................................................................. 2

Kata Pengantar ........................................................................................................ 3

I.Pendahuluan ......................................................... Error! Bookmark not defined.

II.Isi ......................................................................................................................... 5

A.Stabilitas Tegangan Pada Sistem Tenaga Listrik ............................................ 5

B.Indeks Stabilitas Tegangan .............................................................................. 6

C.Keruntuhan Tegangan (Voltage collapse) ....................................................... 6

D.Penyebab Ketidakstabilan Tegangan di Sistem Tenaga Listrik ...................... 8

III.Penutup ............................................................................................................. 15

A.Kesimpulan .................................................................................................... 15

B.Saran .............................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 16

DAFTARGAMBAR..............................................................................................17

2
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang Voltage Stability (Stabilitas Tegangan).
Adapun makalah ilmiah Kendali Sistem Tenaga Listrik ini telah kami
usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak,
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
kami dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena
itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi
pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat
memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah ini dapat diambil
hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.

3
I. PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang

Permasalahan utama yang terjadi di sistem tenaga (sistem kendalai tenaga


listrik) adalah operasi sinkron antara tegangan, frekuensi, dan sudut fasa. Operasi
ini akan menyatakan keserempakan kerja mesin mesin sinkron di jaringan dalam
rentang waktu tertentu. Dalam jaringan tenaga listrik sistem interkoneksi
merupakan hal yang umum dijumpai karena pemanfaatan interkoneksi di jaringan
akan meningkatkan keandalan dan dapat memperbesar suplai daya yang dihasilkan.
Namun, permasalahan yang mungkin muncul pada sistem interkoneksi adalah
ketidaksamaan tegangan, frekuensi, dan sudut fasa, sehingga sistem tenaga listrik
tidak dapat berjalan serempak atau mengalami ketidakstabilan.
Kestabilan sistem merupakan bagian yang perlu untuk dijaga dalam operasi
sistem tenaga. Stabilitas sistem tenaga didefinikan sebagai kemampuan sistem
tenaga yang memungkinkan sistem tersebut untuk tetap berada pada kondisi dalam
batas operasi yang diinginkan pada keadaan normal atau abnormal di sistem tenaga.

I.II Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan voltage stability (stabilitas tegangan)
2. Bagaimana penyebab ketidak stabilan tegangan pada sistem tenaga listrik
3. Macam-macam gangguan pada stabilitas tegangan

I.III Tujuan Penulisan


1. Mengetahui definisi dari stabilitas tegangan pada sistem tenaga lsitrik
2. Mengetahui penyebab ketidak stabilan tegangan pada sistem tenaga listrik
3. Menjelaskan beberapa tipe gangguan pada stabilitas tegangan

4
II. ISI

STABILITAS TEGANGAN (Voltage Stability)

A. Stabilitas Tegangan Pada Sistem Tenaga Listrik


Salah satu faktor pada kestabilan sistem tenaga adalah stabilitas tegangan.
Stabilitas tegangan ialah kemampuan sistem tenaga untuk menjaga nilai tegangan
pada batas operasi yang ditentukan di semua bus pada sistem tenaga, saat sistem
berada pada kondisi normal dan tidak normal akibat terjadi gangguan. Sistem
mengalami kondisi tidak stabil ketika terjadi gangguan, perubahan beban, dan
perubahan kondisi pada sistem.
Berikut defenisi yang berhubungan dengan stabilitas tegangan berdasarkan
Conseil International des Grands Rseaux lectriques (CIGRE):
Suatu sistem yang beroperasi pada keadaan tertentu dan mengalami
gangguan dikatakan voltage stabil jika tegangan dekat beban mendekati nilai
keseimbangan setelah gangguan.
Suatu sistem yang beroperasi pada keadan tertentu dan mengalami
gangguan dikatakan voltage collapse jika tegangan keseimbangan setelah gangguan
dibawah batas yang dizinkan. Voltage collapse akan menyebabkan blackout total
atau sebagian.
Ketidakstabilan tegangan adalah tidak adanya stabilitas tegangan, dan
menghasilkan penurunan progresif tegangan (atau kenaikan).
Stabilitas tegangan ini telah menjadi perhatian khusus dalam banyak sistem
tenaga, khusunya pada jaringan distribusi yang lemah dengan feeder yang panjang
dan beban padat. Kestabilan tegangan merujuk pada kemampuan sistem kelistrikan
untuk menjaga tegangan bernilai tetap pada semua bus dalam sistem setelah
mengalami gangguan dari kondisi operasi awalnya. Sistem berada pada kondisi
ketidak stabilan tegangan saat ada gangguan, kenaikan beban, atau perubahan
kondisi sistem yang menyebabkan penurunan tegangan secara cepat dan tidak
terkontrol. Penyebab utama yang menyebabkan ketidakstabilan tegangan adalah
ketidak mampuan sistem untuk memenuhi permintaan daya reaktif.

5
Kriteria yang menyatakan sistem tenaga memiliki kestabilan tegangan
adalah pada kondisi operasi tertentu dalam sistem, tegangan di bus tertentu akan
mengalami kenaikan tegangan ketika disuntikan daya reaktif pada bus yang sama.
Sedangkan, tegangan sistem tidak stabil jika paling tidak salah satu bus di sistem
tenaga mengalami penurunan tegangan saat disuntukkan daya reaktif pada bus yang
sama. Dengan demikian, maka sistem tenaga listrik memiliki hubungan yang
sebanding antara daya reaktif (Q) dengan tegangan (V) bus saat sistem memiliki
kestabilan tegangan.

B. Indeks Stabilitas Tegangan


Indeks stabilitas tegangan (VSI) merupakan solusi numerik yang membantu
operator untuk memonitor system atau bus yang sering mengalami voltage collapse
atau mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya voltage collapse. Manfaat
menentukan nilai VSI adalah menemukan titik beban atau bus yang paling sensitif
dalam jaringan. Pada sistem distribusi radial, memperkenalkan indeks kestabilan
tegangan (voltage stability index) pada semua titik dari sistem. Tujuan dari indeks
kestabilan tegangan ini adalah untuk menunjukkan kerentanan suatu titik dalam
sistem untuk mengalami keruntuhan tegangan (votage collapse).

C. Keruntuhan Tegangan (Voltage Collapse)


Keruntuhan tegangan (voltage collapse) adalah sebuah kondisi saat proses
ketidakstabilan tegangan mengarah pada turunnya profil tegangan hingga nilai yang
sangat rendah pada bagian yang luas dalam sistem. Ketidakstabilan ini umumnya
timbul oleh karakteristik beban dan kenaikan beban secara bertahap maupun
mendadak hingga tidak dapat disuplai lagi oleh sistem. Ciri dari keruntuhan
tegangan adalah penurunan magnitude tegangan secara lambat dari suatu bus dalam
sistem tenaga kemudian penurunan secara tiba-tiba dari magnitude tegangan pada
bus tersebut.
Voltage collapse merupakan fenomena dalam ketidakstabilan tegangan
yang dapat terjadi dalam jaringan transmisi atau distribusi dalam kondisi beban
penuh, sehingga tegangan menurun terus hingga membuat sistem blackout. Dalam
kondisi operasi normal, kenaikan beban yang kecil menyebabkan drop tegangan

6
yang kecil, tetapi jika dalam jaringan yang melewati titik kritis bebannya, kenaikan
beban menyebabkan penurunan tegangan yang cepat dan menyebabkan sistem tiba-
tiba collapse. Oleh sebab itu, analisa kestabilan tegangan penting untuk
mengidentifikasi titik kritis dalam sistem, misalnya titik yang paling dekat terhadap
batas ketabilan tegangan sehingga operator mampu mengambil tindakan untuk
mencegah voltage collapse.
Voltage collpase mulai terjadi pada titik yang paling sensitif dan menyebar
ke titik sensitif yang lain. Titik yang paling sensitif merupakan salah satu titik yang
menunjukkan kondisi berikut:
a) Titik paling kritis
b) Nilai daya reaktif paling kecil
c) Kekurangan daya reaktif paling besar
d) Persentase perubahan tegangan paling tinggi
Keruntuhan tegangan umumnya timbul secara tiba-tiba, setelah gejala
yang timbul selama beberapa menit hingga kadang berjam-jam sebelumnya. Akibat
yang ditimbulkan keruntuhan tegangan seringkali membutuhkan restorasi sistem
yang lama, sementara bagian besar dari pelanggan dalam kondisi tanpa pasokan
untuk jangka waktu restorasi tersebut. Diagram yang menunjukkan proses
terjadinya keruntuhan tegangan pada sistem ditunjukkan pada Gambar 2.12 berikut:

Gambar 1.1 Hubungan Antara Tegangan, Daya Aktif, Dan Daya Reaktif Dari
Beban Terhadap Keruntuhan Beban

7
Gambar 1.1 menunjukkan lintasan tegangan sisi beban dari sistem dua bus
saat daya aktif dan daya reaktif beban berubah. Saat beban sistem bertambah, maka
tegangan akan terus turun hingga suatu titik terjadi keruntuhan tegangan.
Keruntuhan tegangan dapat timbul saat beban berada di luar batas kestabilan
tegangan (yang ditunjukkan oleh kurva tebal PQ). Sehingga, dari Gambar 2.12
tampak bahwa keruntuhan tegangan timbul saat ada penambahan beban aktif dan
reaktif hingga besar tertentu yang menyebabkan sistem berada di luar batas
kestabilan tegangan sistem.

D. Penyebab Ketidakstabilan Tegangan di Sistem Tenaga Listrik


Sistem tenaga merupakan sistem yang dinamis, dimana selalu terjadi
perubahan di dalam sistem tersebut dalam selang waktu tertentu. Peristiwa
gangguan gangguan, seperti gangguan satu fasa ke tanah, dua fasa ke tanah, tiga
fasa, antar fasa, pelepasan beban, dan putus saluran dapat mempengaruhi
kestabilan sistem. Kondisi ini dapat menimbulkan osilasi pada sistem sehingga
mempengaruhi kestabilan tegangan sistem.
Stabilitas tegangan terbagi menjadi dua, yaitu stabilitas tegangan akibat gangguan
yang kecil dan akibat gangguan yang luas.
a. Gangguan Kecil
Merupakan satu dari elemen sistem dinamik yang dapat dianalisis
menggunakan persamaan linear (Analisis sinyal kecil). Gangguan kecil
yang terjadi berupa perubahan beban pada sisi beban atau pembangkit
secara acak, pelan dan bertingkat. Jatuh (trip) yang dialami oleh jaring
tenaga listrik dianggap sebagai gangguan kecil jika pengaruhnya terhadap
aliran daya sebelum gangguan pada aliran itu tidak signifikan, Stabilitas
tegangan akibat gangguan kecil ini terjadi akibat gangguan yang kecil atau
bersifat lokal, seperti perubahan kenaikan beban di sistem.
b. Gangguan Besar
Gangguan ini bersifat mendadak, yakni gangguan yang
menghasilkan kejutan tegangan tiba tiba pada tegangan bus. Gangguan
besar ini harus secepatnya dihilangkan, jika tidak dihilangkan secepatnya,

8
gangguan tersebut sangat mempengaruhi kestabilan sistem. Tidak hanya
gangguan, waktu gangguan juga berpengaruh terhadap kestabilan sistem.
Stabilitas akibat gangguan besar adalah kemampuan sistem untuk
mempertahankan tegangan pada batas operasi yang ditentukan akibat terjadi
gangguan yang besifat luas, seperti kesalahan sistem, pelepasan generator,
atau kontingensi pada jaringan. Keadaan tersebut membuat sistem harus
mendapatkan kembali kestabilannya. Berdasarkan waktu kestabilan
tegangan sistem akan kembali dalam waktu cepat atau lama tergantung dari
jenis gangguannya. Klasifikasi stabilitas tegangan berdasarkan periode
kestabilan dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu stabilitas tegangan
jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Rentang waktu
stabilitas tegangan jangka pendek adalah 0 sampai 10 detik, jangka
menengah adalah antara 10 detik sampai 10 menit, sedangkan jangka
panjang lebih dari 10 menit.
Stabilitas jangka pendek biasanya terjadi akibat adanya tanggapan
cepat pengendali tegangan seperti Automatic Voltage Regulator (AVR) atau
Flexible AC Transmission Sistem (FACTS). Sedangkan, stabilitas waktu
panjang melibatkan peralatan yang memiliki tanggapan lambat terhadap
perubahan sistem, seperti On-load Tap Charger (OLTP) atau Delayed
Corrective Control Action.
Komponen dan kendali sistem tenaga tenaga memperangaruhi
kestabilan tegangan berdasarkan lamanya waktu memperoleh kesabilan
kembali diperlihatkan pada Gambar 1.2

9
Gambar 1.2 Komponen Sistem Kendali yang Mempengaruhi Stabilitas
Tegangan

c. Stabilitas Steady State


Stabilitas Steady State adalah kemampuan dari suatu sistem tenaga
untuk mempertahankan sinkronisasi antara mesin mesin dalam sistem,
setelah mengalami gangguan kecil. Analisis stabilitas steady-state
menggunakan pendekatan model linear. Stabilitas steady-state pada sistem
tenaga dapat disebut sebagai kestabilan sinyal kecil (small signal stability).
Stabilitas steady state merupakan sebuah fungsi dari kondisi operasi.
Stabilitas steady state juga dapat didefinisikan sebagai kemampuan sistem
tenaga listrik untuk tetap menjaga sinkronisasi diantara mesin dalam sistem
dan saluran external apabila terjadi perubahan beban baik secara normal
ataupun lambat. Stabilitas steady state bergantung kepada batas-batas
transmisi dan kapasitas pembangkitan dan efektifitas perangkat kontrol
otomatis, terutama untuk regulasi tegangan automatis (AVR) pada
generator. Pernyataan diatas juga berlaku untuk kestabilan transient dan
dinamik.

10
Apabila beban pada generator meningkat maka, rotasi rotor akan
melambat, dan sebaliknya, akan semakin cepat apabila beban menurun.
Pada kondisi normal, perubahan sudut rotor akan sedikit mengalami
overshoot, yaitu akan sedikit lebih lambat atau lebih cepat. Pada kondisi
stabil maka osilasi akan tetap terjadi sampai akhirnya berada pada posisi
tertentu untuk kondisi beban yang baru. Apabila rotor berada pada kondisi
tetap yang hanya terjadi dalam waktu yang cepat, maka mesin dapat
dikatakan dalam keadaan stabil, dan osilasi dikatakan memiliki damping
yang baik.
Swing pada kondisi yang telah dijelaskan tersebut biasanya terlalu
cepat untuk direspon oleh governor pada mesin. Bagaimanapun juga, sistem
eksitasi generator yang cepat beraksi (eksiter dan regulasi tegangan pada
generator) akan peka terhadap perubahan tegangan yang menyebabkan
osilasi sudut rotor dan memperkuat atau memperlemah medan generator,
sehingga mempengaruhi kecepatan mesin untuk mencapai kondisi operasi
yang stabil. Kondisi yang telah dijabarkan diatas akan selalu ada pada
sistem tenaga listrik karena beban yang ada akan selalu bertambah dan ada
pula yang hilang, dan semua generator yang terinterkoneksi harus selalu
menyesuaikan energi input, sudut rotor, dan eksitasi agar sesuai dengan
kondisi pada saat itu juga.
d. Stabilitas Transien
Stabilitas transien adalah kemampuan dari suatu sistem tenaga untuk
mempertahankan sinkronisasi setelah megalami gangguan besar yang
bersifat mendadak selama sekitar satu swing (yang pertama) dengan
asumsi bahwa pengatur tegangan otomatis (AVR) dan governor belum
bekerja. Analisis Stabilitas transien menggunakan pendekatan model non
linear. Stabilitas transien merupakan fungsi dari kondisi operasi dan
gangguan.
Kestabilan transien juga dapat didefinisikan sebagai kemampuan
sistem tenaga untuk mencapai kondisi stabil operasi baru yang dapat
diterima setelah sistem mengalami gangguan besar. Kestabilan transien
pada sistem tenaga adalah respon output yang mencapai kondisi operasi

11
steady state yang diizinkan dan sistem yang dapat kembali ke posisi semula
pada saat sistem mengalami gangguan. Kestabilan transien merupakan
fungsi dari kondisi operasi dan gangguan. Situasi yang lebih hebat akan
terjadi bila pembangkitan atau beban besar hilang dari sistem atau terjadi
gangguan pada saluran tranmisi. Pada kasus semacam itu stabilitas transient
harus cukup kuat untuk mempertahankan diri terhadap kejutan (shock) atau
perubahan beban yang relatif besar yang terjadi. Stabilitas transient adalah
kemampuan sistem untuk tetap pada kondisi sinkron (sebelum terjadi aksi
dari kontrol governor) yang mengikuti gangguan pada sistem.
Setelah hilangnya pembangkitan atau beban besar secara tiba-tiba,
keseimbangan antara energi input dan output elektris pada sistem akan
hilang. Jika energi input tidak lagi mencukupi, inersia rotor mesin yang
masih bekerja, pada periode yang singkat akan melambat. Apabila beban
hilang maka energi input pada sistem akan melebihi beban elektris, dan
mesin akan bergerak semakin cepat.
Bermacam-macam faktor mempengaruhi stabilitas sistem, seperti
kekuatan pada jaringan transmisi didalam sistem dan saluran pada sistem
yang berdekatan, karaktristik pada unit pembangkitan, termasuk inersia
pada bagian yang berputar, dan properti elektris seperti reaktansi transient
dan karakteristik saturasi magnetik pada besi stator dan rotor. Faktor penting
lainnya adalah kecepatan dimana saluran atau perlengkapan yang terjadi
gangguan dapat diputus (disconnect ) dan, dengan reclosing otomatis pada
saluran transmisi, yang menentukan seberapa cepat saluran dapat beroperasi
lagi. Sebagaimana pada stabilitas steady-state, kecepatan respon pada
sistem eksitasi generator merupakan faktor yang penting dalam
mempertahankan stabilitas transient. Gangguan pada sistem biasanya
diikuti oleh perubahan tegangan yang cepat pada sistem, dan pemulihan
kembali tegangan dengan cepat menuju ke kondisi normal merupakan hal
yang penting dalam mempertahankan stabilitas.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, stabilitas transient adalah
kemampuan untuk tetap pada kondisi sinkron selama periode terjadinya
gangguan dan sebelum adanya reaksi dari governor. Pada umumnya ayunan

12
pertama pada rotor mesin akan terjadi selama satu detik setelah gangguan,
tetapi waktu yang sebenarnya bergantung pada karakteristik mesin dan
sistem transmisi. Setelah periode ini, governor akan mulai bereaksi,
biasanya sekitar 4 hingga 5 detik, dan stabilitas dinamis akan efektif.
Selama periode peralihan, tegangan terminal, sudut rotor dan frekuensi akan
berubah. Besarnya tegangan kumparan medan akan dipengaruhi oleh:
1. Arus induksi pada kumparan peredam (damper winding) selama
terjadinya perubahan nilai arus pada kumparan jangkar. Konstanta
waktu terjadinya arus ini berkisar antara 0.1 detik dan disebut efek
subtransient.
2. Arus induksi pada kumparan medan selama terjadinya perubahan
mendadak pada arus kumparan jangkar. Kostanta waktu untuk
periode ini berkisar 2 detik dan disebut sebagai efek transient.
Telah kestabilan peralihan bertujuan untuk menentukan apakah
sistem tadi akan tetap dalam keadaan serempak setelah terjadinya gangguan
berat, misalnya gangguan sistem transmisi, perubahan beban yang
mendadak, terputusnya unit pembangkit, atau pemutaran saklar (switching)
saluran. Telaah semacam ini telah dimulai lebih dari 50 tahun yang lalu,
tetapi pada saat itu hanya terbatas pada pada pembahasan masalah dinamis
yang menyangkut tidak lebih dari dua buah mesin. Sistem daya masa kini
jauh lebih luas, ditambah dengan sistem interkoneksi yang rumit dan
melibatkan banyak mesin.
Masalah kestabilan peralihan menyangkut gangguan besar yang
tidak lagi memungkinkan proses kelinieran, sehingga persamaan tidak linier
differensial dan aljabar harus diselesaikan dengan metoda langsung atau
dengan prosedur iterasi. Masalah kestabilan peralihan dapat lebih lanjut
dibagi kedalam kestabilan ayunan pertama (first-swing) dan ayunan
majemuk (multiswing). Kestabilan ayunan pertama didasarkan pada model
generator yang cukup sederhana tanpa memasukkan sistem pengaturannya.
Biasanya periode waktu yang periode waktu yang diselidiki adalah detik
pertama setelah timbulnya gangguan pada sistem. Bila mesin dikatakan
berada dalam kondisi serempak sebelum berakhirnya detik pertama, maka

13
kita katakan sistem ini stabil. Masalah kestabilan ayunan majemuk
mencakup periode telaah yang lebih lama, dan karenanya harus
mempertimbangkan juga pengaruh sistem pengaturan generator terhadap
kinerja mesin didalam periode waktu yang cukup lama. Model model
mesin dengan perincian yang lebih tinggi harus dibuat untuk
menggambarkan kinerjanya dengan tepat.

14
III. PENUTUP

A. Kesimpulan
Stabilitas tegangan pada sitem tenaga listrik sangatlah penting untuk
diperhatikan, karena jika pada suatu sistem tenaga terutama pada sistem tenaga
listrik mengalami ketidakstabilan maka akan mempengaruhi kestabilan dari sistem
tersebut. Salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan dalam sistem tenaga
listrik adalah stabilitas tegangan pada sistem, karena jika stabilitas tegangan
terganggu (mengalami gangguan) maka sistem tenaga listrik tersebut akan
mengalami blackout dan akan mempengaruhi keandalan sistem tersebut.
Stabilitas tegangan pada sistem tenaga listrik dikategorikan dua macam
gangguan, yaitu gangguan besar dan gangguan kecil. Dimana pada setiap gangguan
tersebut juga memiliki dua kriteria periode yang perlu diperhatikan, yaitu gangguan
dalam jangka pendek dan jangka panjang. Gangguan jangka pendek dan jangka
panjang dapat dikategorikan menurut waktu sistem tersebut mengalami ketidak
stabilan.
B. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan Voltage Stability (Stabilitas Tegangan).
Penulis banyak berharap dosen pembimbing maupun pembaca lainnya memberikan
kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini
dan dan penulisan makalah di kesempatan kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

15
DAFTAR PUSTAKA

SUMBER INTERNET
http://sistem-tenaga-listrik.blogspot.co.id/2011/05/stabilitas-sistem-tenaga.html:
Diakses pada 14 Maret 2017
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=6&cad
=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjFwNG8m-
jSAhXGU7wKHfmMA3AQFgg4MAU&url=http%3A%2F%2Fdigilib.unila.ac.id%
2F4905%2F16%2F16-
BAB%2520II.pdf&usg=AFQjCNEs5AeKJ2RLWOvQLheNDFa1uMVIvg: Diakses
pada 14 Maret 2017

SUMBER BUKU

Kothari D P, Nagrath I J. 2003. Modern Power System Analysis Third Edition.


New Delhi : Professor, Centre of Energy Studies Deputy Director (Admin).

16
Daftar Gambar

Gambar 1.1. Hubungan Antara Tegangan, Daya Aktif, Dan Daya Reaktif Dari Beban
Terhadap Keruntuhan Beban ..................................... Error! Bookmark not defined.

Gambar 1.2. Komponen Sistem Kendali yang Mempengaruhi Stabilitas Tegangan


................................................................................ Error! Bookmark not defined.

17

Anda mungkin juga menyukai