Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

SISTEM TRANSMISI DAN DISTRIBUSI II


PERALATAN TEGANGAN TINGGI
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Transmisi dan Distribusi II
Dosen Pembimbing : Wiwik P.W. S.T., M.Eng

Disusun oleh :
Afiffudin

(3.22.14.3.01)

Dinda Aisyah Fajar Islam

(3.22.14.3.07)

Muhammad Tamam Rosyadi

(3.22.14.3.13)

Rizki Faijur Rohman

(3.22.14.3.17)

Kelas KE-3D

PROGRAM STUDI TEKNIK KONVERSI ENERGI


JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
2017

DAFTAR ISI
Halaman Sampul .................................................................................... i
Daftar Isi ................................................................................................. ii
Daftar Gambar ........................................................................................ iv
Kata Pengantar ....................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................................
1.2 Perumusan Masalah .........................................................................
1.3 Tujuan ...............................................................................................
1.4 Sistematika Penulisan .......................................................................

1
1
1
2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sistem Tegangan Tinggi ................................................. 3
2.2 Jenis-jenis Peralatan Tegangan Tinggi ............................................. 4
2.2.1 Cirucuit Breaker ......................................................................... 4
2.2.2 Arrester .............................................................................................................. 9
2.2.3 Isolator Tegangan Tinggi ........................................................................ 15
2.2.4 Trafo .......................................................................................................21
2.2.5 Bahan Konduktor......................................................................... 25
2.2.6 Kapasitor Tegangan Tinggi.......................................................... 38
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan....................................................................................... 33
3.2 Saran.................................................................................................. 33
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Circuit Breaker ........................................................................

Gambar 2. Oil Circuit Breaker ..................................................................

Gambar 3. SF6 Gas Circuit Breakers ........................................................

Gambar 4. Vacuum Circuit Breaker ...........................................................

Gambar 5. Live Tank dan Dead Tank CB ..................................................

Gambar 6. Trafo Arus ................................................................................

25

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini, yang
berjudul Peralatan Sistem Tegangan Tinggi guna memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Transmisi dan Distribusi II. Shalawat dan salam, penulis haturkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah mengajarkan Al Quran dan As sunnah
sebagi pedoman hidup bagi umat manusia. Semoga kita semua memperoleh
syafaat beliau di hari kiamat.
Penulisan laporan ini banyak mendapatkan bantuan, bimbingan, dorongan,
doa, kritik serta saran dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis menyampaikan
terimaksih kepada pihak-pihak di bawah ini:
1. Wiwik P.W., S.T., M.Eng., selaku Dosen Pembimbing mata kuliah Transmisi
dan Distribusi II yang telah memberikan bimbingan kepada kami dalam
menyusun makalah ini dengan baik dan benar.
2. Rekan-rekan kelas KE-3D yang telah memberikan dukungan semangat selama
proses pembuatan makalah.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah
ini, oleh sebab itu kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan. Akhirnya
penulis berharap semoga penulisan makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
penulis serta bagi para pembaca.
Semarang, 03 Januari 2017

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Tegangan tinggi dalam dunia teknik tenaga listrik (electric power
engineering) ialah semua tegangan yang dianggap cukup tinggi oleh para tenisi
listrik dalam suatu sistem. Tegangan tinggi utamanya banyak digunakan dalam
sistem penyaluran energi listrik dari pusat pembangkitan energi listrik ke
konsumen ( sistem transmisi dan distribusi). Saat ini tegangan pada transmisi yang
diterapkan di Indonesia adalah 70kV dan 150kV untuk Saluran Udara Tegangan
Tinggi (SUTT), serta untuk Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET)
500kV, sedangkan tegangan distribusi 20kV. Sistem transmisi dan distribusi
tenaga listrik merupakan urat nadi sektor ketenagalistrikan untuk pengiriman
energi listrik dari pusat pembangkit ke pusat-pusat beban, sehingga keandalan
sistem transmisi dan distribusi harus mendapat perhatian untuk menjaga
kontinuitas pelayanan. Untuk bisa mencapai keandalan suatu sistem tegangan
tinggi tersebutsalah satu faktor penunjangnya adanya pengetahuan yang
mendalam mengenai perlatan-peralatan tegsngan tinggi dan karakteristiknya
khususnya oleh para teknisi listrik tegagan tinggi.
Mengigat sistem tegangan ini tinggi merupakan salah satu elemen terpenting
dalam suatu sistem ketenaga listrikan, dimana dalam sistem tegangan tinggi
tersebut terdapat peralatan-peralatan khusus sistem tegangan tinggi, maka dalam
makalah ini akan dipelajari mengenai peralatan-peralatan pada sistem tegangan
tinggi.
1.2 Perumusan Masalah
Perumusan masalah makalah ini hanya meliputi pengertian sistem tegangan
tinggi, jenis-jenis peralatan sistem tegangan tinggi dan spesifikasi peralatan sistem
tegangan tinggi.

1.3 Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini yaitu sebagai bahan pembelajaran perkuliahan
sistem transmisi dan distribusi II yang berkaitan dengan peralatan tegangan tinggi
meliputi pengertian tegangan tinggi, jenis-jenis peralatan sistem tegangan tinggi
spesifikasi peralatan sistem tegangan tinggi.
1.4 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini terbagi dalam 3 bab yang meliputi
sebagai berikut :
1. BAB I Pendahuluan
Bab yang pertama ini akan dibahas sekilas mengenai sistem tegangan tinggi
baik meliputi pengertian maupun jenis dari tegangan tinggi itu sendiri, pada
bab ini pula tujuan dari makalah yang dibuat akan dicantumkan dan batasanbatasan masalah yang akan diangkat untuk pembahasan maupun tidak.
2. BAB II Pembahasan
Bab kedua ini merupakan bab yang akan menjelaskan isi dan maksud
makalah ini dibuat, beberapa sub bab akan membahas mengenai peralatan
tegangan tinggi sesuai dengan rumusan masalah dan batasan masalah yang
dikehendaki.
3. BAB III Penutup
Bab ini merupakan bab yang berisikan kesimpulan dari makalah ini dan
kritik dan saran berkaitan dengan laporan ini.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sistem Tegangan Tinggi


Sistem tegangan tinggi adalah semua tegangan yang diangap cukup tinggi
oleh para teknisi listrik sehingga di perlukan pengujian dan penggukuran dengan
tegangan tinggi yang semuanya bersifat khusus dan memerlukan teknik-teknik
tertentu (subyektif), atau dimana gejala-gejala tegangan tinggi mulai terjadi
(obyektif).
Tegangan Tinggi ini diklasifikasikan dalam berapa tingkatan yaitu :
Tegangan Tinggi/High Voltage (H V) : 30 kV, 66 kV, 70 kV, & 150 kV
Tegangan Extra Tinggi / Extra High Voltage (E H V): 220 kV, 500 kV, &
765 kV
Tegangan Ultra Tinggi / Ultra High Voltage (UHT) : > 765 kV
Beberapa fungsi dan kegunaan yang dicakup dalam bidang teknik tegangan
tinggi adalah persoalanpersoalan pokok sebagai berikut:
a. Teknik pembangkit dan pengujian tegangan tinggi, termasuk antara lain
klasifikasi pengujian HV dalam laboratorium, pembangkit dan pengujian
dengan tegangan AC pembangkitan dan pengujian dengan tegangan DC,
pembangkit dan pengujian dengan tegangan impuls.
b. Koordinasi isolasi yang menyangkut persoalan-persoalan koordinasi isolasi
antara peralatan listrik di satu pihak dan alat-alat pelindung di lain pihak.
c. Beberapa gejala tegangan tinggi, dimana antara lain akan dibahas soal-soal
korona

(corona),

gangguan

radio

(radio

interfence), gangguan

televise (television interference) dan gangguan berisik (audible noise).


d. Beberapa komponen peralatan tegangan tinggi, misalnnya isolator, bahanbahan dielectric, bushing, dan sebagainnya.
e. Instrumentasi tegangan tinggi , misalnnya osilograf dan meter-meter khusus
untuk pengukuran tegangan tinggi.
f. Surja hubung yang berhubungan dengan naiknnya tegangan sejalan dengan
kenaikan tenaga yang harus disalurkan, memegang peranan yang menentukan
dalam penetapan isolasi.
Peralatan Tegangan Tinggi adalah berbagai macam peralatan khusus yang
mampu bekerja dan mempunyai daya tahan terhadap tegangan tinggi yang dapat
menahan tingginya tegangan yang akan diterapkan ke peralatan tersebut.
2.2 Jenis-Jenis Peralatan Tegangan Tinggi
2.2.1 Circuit Breaker

Circuit breaker (CB) atau Pemutus Daya (PMT) adalah peralatan


pada sistem tenaga listrik yang berfungsi untuk memutuskan hubungan
antara sisi sumber tenaga listrik dan sisi beban yang dapat bekerja secara
otomatis ketika terjadi gangguan atau secara manual ketika dilakukan
perawatan atau perbaikan.

Gambar 1. Circuit Breaker


Sumber : Peralatan Tegangan Tinggi, 2003

Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu PMT agar dapat


melakukan hal-hal diatas, adalah sebagai berikut:
Mampu menyalurkan arus maksimum sistem secara terus-menerus.
Mampu memutuskan dan menutup jaringan dalam keadaan berbeban
maupun terhubung singkat tanpa menimbulkan kerusakan pada pemutus
tenaga itu sendiri.
Dapat memutuskan arus hubung singkat dengan kecepatan tinggi agar arus
hubung singkat tidak sampai merusak peralatan sistem, membuat sistem
kehilangan kestabilan, dan merusak pemutus tenaga itu sendiri.
1) Klasifikasi High Volage Circuit Breaker berdasarkan media
pemadam busur api :
a. Air-Magnetic Air Quenching

Breaker jenis ini pertama kali digunakan pada tahun 1900-an dan
digunakan pada tegangan menengah sampai 15 kV. Breaker ini memutus
arus dengan cara menarik busur api ke dalam dan menyalurkannya ke
medan magnet dan membuat aliran udara naik lalu memadamkannya.
Breaker jenis ini digunakan pada industi dan instalasi listrik pada tahun
1960-an. Contoh yang cukup terkenal adalah GE atau Westinghouse Magnablast breaker yang masih digunakan di sejumlah instalasi. Breaker ini sudah
tidak diproduksi lagi.
b. Oil Circuit Breakers
OCB adalah alat pengaman listrik (CB) yang berguna untuk pengaman
dari percikan api yang timbul akibat gangguan. Oil Circuit Breaker (OCB)
bekerja ketika ada busur api terjadi, maka minyak pada OCB berubah
menjadi uap minyak dan busur api akan dikelilingi oleh gelembung
gelembung uap minyak tersebut

Gambar 2. Oil Circuit Breaker


Sumber : http://www.kelistrikanku.com/2016/04/11-alat-pengaman-listrik-circuitbreaker.html

c. Air-Blast Breakers
Air-blast breaker digunakan di Eropa dari tahun 1930-an untuk
tegangan menengah dan tegangan tinggi, tetapi digunakan pada waktu yang
5

singkat di Amerika Utara (hanya sampai tahun 1950-an) karena munculnya


gas SF6 circuit breaker. Semua Air-blast circuit breaker bekerja
berdasarkan prinsip udara bertekanan tinggi, yaitu 200 psi disemburkan
melalui nozzle dan melewati busur api dengan kecepatan tinggi. Air-blast
breaker telah diciptakan untuk tegangan sistem mencapai 800 kV, dan
digunakan untuk pengembangan sistem 500 kV. Karena bekerja dengan baik
di suhu rendah, breaker ini sering digunakan di daerah lintang utara.
d. SF6 Gas Circuit Breaker
SF6 Breaker diciptakan pada tahun 1960 an dan dengan cepat menjadi
pilihan untuk daerah-daerah dengan sistem tegangan menengah dan
tegangan tinggi. Breaker ini menggunakan gas SF6 untuk memadamkan
busur api, memiliki sifat dielektrik yang baik terhadap udara, dan breaker
ini memiliki desain ekonomis yang lebih unggul pada konstruksi dan
ukuran. Nilai tegangan untuk satu kepala pemutus terbatas sampai 245 kV,
oleh karena itu digunakan lebih dari satu kepala yang dirangkai seri untuk
penggunaan pada tegangan yang lebih tinggi. Pengembangan pertama SF6
breaker adalah double-pressure breaker meniru prinsip kerja air-blast
breaker. Lalu konstruksi ini digantikan oleh puffer breaker. Gas SF6
melewati dan tertahan di ruang kontak pada tekanan gas sekitar 60-70 psi
(3-5 kali dari tekanan atmosfer). Ketika kontak lepas, piston memampatkan
gas dan meledakkan gas bersama busur api, mengembalikan gas ke sirkulasi
loop tertutup di dalam breaker.
Breaker SF6 lebih diunggulkan dan digunakan pada tegangan tinggi dan
tegangan ekstra tinggi, dan pemakain yang luas pada tegangan medium.

Gambar 3. SF6 Gas Circuit Breakers


Sumber : http://www.kelistrikanku.com/2016/04/11-alat-pengaman-listrik-circuit-breaker.html

e. Vacuum Circuit Breaker


Breaker jenis ini terdiri dari tabung vakum yang terbuat dari bahan
tembaga dan kromium yang memiliki kekuatan dielektrik yang baik.
Pergerakan kontak dan pemisahannya sangat kecil, yang membuat operasi
breaker dan kemampuan breaker sangat cepat dalam memadamkan busur
api.
Kemampuan Vacuum breaker memutus arus gangguan mirip dengan
SF6 breaker yang tersedia untuk tegangan menengah sampai 35kV dan
25kV satu fasa untuk switchgear, circuit breaker, dan MCC (Motor Control
Center). Sepasang tabung dipasang untuk traksi elektrik. Saklar vacuum
sebagai saklar pemutus beban terdiri atas sepasang tabung vacuum yang
dapat mencapai hingga 245 kV.

Gambar 4. Vacuum Circuit Breaker


Sumber : http://www.kelistrikanku.com/2016/04/11-alat-pengaman-listrik-circuitbreaker.html

2) Klasifikasi Circuit Breaker Berdasarkan Lokasi Pemasangannya


a. Indoor Circuit Breaker
Indoor Circuit Breaker adalah CB yang terpasang di dalam ruangan.
Medium isolasinya untuk tegangan tinggi biasanya berupa gas misalnya
GIS.
b. Outdoor Circuit Breaker
Outdoor Circuit Breaker adalah CB yang terpasang di luar ruangan.
Medium isolasinya adalah udara terbuka yang diperoleh dengan mengatur
jarak antar celah.
3) Klasifikasi Circuit Breaker berdasarkan desain eksternal
a. Live-Tank CB
Sistem tegangan sangat tinggi biasanya dipasang beberapa CB secara
seri. Tangki diisi dengan gas dan pada saat CB dibuka, gas akan keluar
melalui nozzle ke udara luar. Karena gas keluar melalui CB yang berfungsi
sebagai nozzle maka busur api akan terpadamkan dalam waktu yang singkat
sehingga pada saat arus atau tegangan mencapai titik nol, aliran listrik akan
8

putus sama sekali. Masalah yang sering dihadapi pada isolator untuk
mensupport live-tank ini adalah polusi dan tegangan tembus permukaan
menjadi turun. Biasanya diperlukan panjang permukaan sekitar 2,5
3,5cm/kV dari tegangan line. Untuk beberapa CB yang dipasang seri,
distribusi tergangan tergantung dari harga relatif dari kapasitansi antara CBCB tersebut.

Gambar 5. Live Tank dan Dead Tank CB


a. CB dengan tangki bertegangan (live-tank CB)
b. CB dengan tangki tak bertegangan
(dead tank CB)
Sumber :
https://www.scribd.com/document_downloads/direct/34480557?
extension=pdf
b. Dead-Tank CB
CB ketika membuka, katub gas terbuka untuk beberapa cycle sehingga
gas dengan tekanan tinggi turun melalui pipa dan nozzel pemutus masuk ke
dalam tangki utama. Tekanan pada tangki utama mungkin akan naik sedikit
tetapi ini dikembalikan lagi ke keadaan normal dengan memompa gas
masuk ke dalam penyimpanan bertekanan tinggi (high pressure reservoir).
Biasanya tekanan pada reservoir 200 lb/m dan pada tangki utama = 30 ini
untuk bahan isolasi SF6.
Keuntungan sistem dead-tank antara lain:

Suara pada saat pemutus arus kurang karena sistem tertutup rapat.

Dibandingkan dengan live-tank dimana gas yang keluar mungkin masih

cukup panas maka sistem dead-tank memerlukan tempat yang lebih.


Gas yang dibuang ke udara hampir tidak ada (kecuali bocor).
Distribusi tegangan untuk sistem dead-tank biasanya lebih baik karena
dalam sistem ini semua CB terletak berdekatan sehingga kapasitansi
antara mereka dapat dibuat cukup tinggi.

2.2.2

Arrester
Penyaluran energi listrik pada jaringan transmisi dan distribusi tidak lepas

dari adanya gangguan yang dapat mengganggu proses penyaluran energi listrik,
baik itu gangguan dari dalam atau gangguan dari luar. Untuk itu diperlukan alatalat proteksi untuk memproteksinya. Salah satu gangguan dari luar yang
menyebabkan kegagalan pada peralatan di jaringan transimisi yaitu sambaran
petir.
Peralatan yang biasa digunakan untuk memproteksi gangguan akibat
sambaran petir di sebut Lightning Arrester. Alat ini biasanya dipasang pada gardugardu induk dan juga dijaringan-jaringan transmisi. Yang berfungsi untuk
melindungi peralatan-peralatan di gardu induk dan jaringan-jaringan transmisi
dari tegangan surja (baik surja hubung maupun surja petir) dan pengaruh follow
current.
1) Prinsip Kerja Lightening Arrester
Prinsip kerja arrester yaitu membentuk jalan yang mudah dilalui oleh petir,
sehingga tidak timbul tegangan lebih yang tinggi pada peralatan. Pada kondisi
normal, arrester berlaku sebagai isolasi tetapi bila timbul surja, arrester berlaku
sebagai konduktor yang berfungsi melewatkan aliran arus yang tinggi ke tanah.
Setelah itu hilang arrester harus dengan cepat kembali menjadi isolator. Dua unsur
arrester ini terdiri atas :

Sela api (spark gap)


Tahanan kran (valve resistor).
Keduanya dihubungkan secara seri. Batas atas dan bawah dari tegangan
percikan ditentukan oleh tegangan sistem maksimum dan oleh tingkat isolasi
peralatan yang dilindungi. Sering kali masalah ini dapat dipecahkan hanya dengan
menerapkan caracara khusus pengaturan tegangan (voltage control) oleh karena
itu sebenarnya arrester terdiri dari tiga unsur diantaranya yaitu :
10

Sela api (spark gap)


Tahanan kran (valve resistor)
Tahanan katup dan system pengaturan atau pembagian tegangan (grounding
system)
Arrester jika hanya melindungi isolasi terhadap bahaya kerusakan karena

gangguan dengan tidak memperdulikan akibatnya terhadap pelayanan, maka


cukup dipakai sela batang yang memungkinkan terjadinya percikkan pada waktu
tegangannya mencapai keadaan bahaya.
Tegangan sistem bolakbalik pada

keadaan

bahaya

akan

tetap

mempertahankan busur api sampai pemutus bebannya dibuka. Dengan


menyambung sela api ini dengan sebuah tahanan, maka mungkin apinya dapat
dipadamkan. Tetapi bila tahanannya mempunyai harga tetap, maka jatuh
tegangannya menjadi besar sekali sehingga maksud untuk meniadakan tegangan
lebih tidak terlaksana, dengan akibat bahwa maksud melindungi isolasi pun gagal.
Oleh sebab itu dipakailah tahanan kran (valve resistor), yang mempunyai sifat
khusus bahwa tahanannya kecil sekali bila tegangannya dan arusnya besar. Proses
pengecilan tahanan berlangsung cepat sekali yaitu selama tegangan lebih
mencapai harga puncaknya. Tegangan lebih dalam hal ini mengakibatkan
penurunan drastis dari pada tahanan sehingga jatuh tegangannya dibatasi
meskipun arusnya besar.
Tegangan lebih jika pada posisi habis dan tinggal tegangan normal,
tahanannya naik lagi sehingga arus susulannya dibatasi kirakira 50 Ampere. Arus
susulan ini akhirnya dimatikan oleh sela api pada waktu tegangan sistemnya
mencapai titik nol yang pertama sehingga alat ini bertindak sebagai sebuah kran
yang menutup arus, dari sini didapatkan nama tahanan kran.
Arrester modern mempunyai pemandangan arus susulan yang cukup besar
(200300 A) dilakukan dengan bantuan medan magnet. Dalam hal ini, maka baik
amplitude maupun lamanya arus susulan dapat dikurangi dan pemadamannya
dapat dilakukan sebelum tegangan sistem mencapai harga nol. Dapat ditambahkan
bahwa arus susulan tidak selalu terjadi tiap kali arrester bekerja, ada tidaknya
tergantung dari saat terjadinya tegangan lebih. Hal ini dapat dimengerti karena
arus susulan itu justru dipadamkan pada arus nol yang pertama atau sebelumnya.
2) Syarat Pemasangan Lightening Arrester

11

Sebelum melakukan instalasi lightening arrester, ada beberapa persyaratan


yang harus dipenuhi, diantaranya:
Tegangan percikan (sparkover voltage) dan tegangan pelepasannya
(discharge voltage), yaitu tegangan pada terminalnya pada waktu pelepasan
harus cukup rendah, sehingga dapat mengamankan isolasi peralatan.
Tegangan percikan disebut juga tegangan gagal sela (gap breakdown voltage)
sedangkan tegangan pelepasan disebut juga tegangan sisa (residual voltage)
atau jatuh tegangan (voltage drop) Jatuh tegangan pada arrester = I x R .

Dimana : I = arus arrester maksimum (A) dan R = tahanan arrester (Ohm)


Arrester harus mampu memutuskan arus dinamik dan dapat bekerja terus
seperti semula. Batas dari tegangan sistem dimana arus susulan ini masih

mungkin, disebut tegangan dasar (rated voltage) dari arrester.


3) Karakteristik Arrester
Arrester dipakai untuk melindungi peralatan sistem tenaga listrik maka perlu
diketahui karakteristiknya sehingga arrester dapat digunakan dengan baik didalam
pemakaiannya. Arrester mempunyai tiga karakteristik dasar yang penting dalam
pemakaiannya yaitu tegangan rated 50 c/s yang tidak boleh dilampaui. Ia
mempunyai karakteristik yang dibatasi oleh tegangan (voltage limiting) bila
dilalui oleh berbagai macam arus petir. Sebagaimana diketahui bahwa arrester
adalah suatu peralatan tegangan yang mempunyai tegangan ratingnya. Maka
jelaslah bahwa ia tidak boleh dikenakan tegangan yang melebihi rating ini, maka
didalam keadaan normal maupun dalam keadaan abnormal. Oleh karena itu dalam
menjalankan fungsinya ia menanggung tegangan sistem normal dan tegangan
lebih transiens c/s. Karakteristik pembatasan tegangan impuls dari arrester adalah
harga yang dapat ditahan oleh terminal ketika melewatkan arusarus tertentu dan
harga ini berubah dengan singkat baik sebelum arus mengalir maupun mulai
bekerja. Untuk batas termis ialah kemampuan untuk mengalirkan arus surja dalam
waktu yang lama atau terjadi berulangulang tanpa menaikkan suhunya.
Meskipun kemampuan arrester untuk menyalurkan arus sudah mencapai nilai
65000100.000 A, tetapi kemampuannya untuk melewatkan surja hubung
terutama bila saluran menjadi panjang dan berisi tenaga besar yang masih rendah.
Tekanan stress pada isolasi agar dapat dibuat serendah mungkin, suatu sistem
perlindungan tegangan lebih perlu memenuhi persyaratan sebagai berikut :

12

Dapat melepas tegangan lebih ketanah tanpa menyebabkan hubung singkat ke

tanah (saturated ground fault)


Dapat memutuskan arus susulan
Mempunyai tingkat perlindungan (protection level) yang rendah, artinya

tegangan percikan sela dan tegangan pelepasannya rendah


4) Pemilihan Arrester
Faktor-faktor yang harus diperhatikan ketika memilih arrester yang sesuai
dengan keperluan tertentu antara lain sebagai berikut :
Kebutuhan perlindungan : ini berhubungan dengan kekuatan isolasi dari alat

yang harus dilindungi dan karakteristik impuls dari arrester.


Tegangan sistem : ialah tegangan maksimum yang mungkin timbul pada

jepitan arrester
Arus hubung singkat sistem : ini hanya diperlukan pada arrester jenis

ekspulsi.
Jenis arrester : apakah arrester jenis gardu, jenis saluran, atau jenis distribusi.
Factor kondisi luar : apakah normal atau tidak normal (2000 meter atau lebih
di atas permukaan laut), temperatur

dan kelembaban yang tinggi serta

pengotoran.
Faktor ekonomi : faktor ekonomi ialah perbandingan antara ongkos
pemeliharaan dan kerusakan bila tidak ada arrester, atau dipasang arrester

yang lebih rendah mutunya.


Untuk tegangan 69 kV dan lebih tinggi dipakai jenis gardu, sedangkan untuk
tegangan 23 kV sampai 69 kV salah satu jenis di atas dapat dipakai,
tergantung pada segi ekonomisnya.
5) Jenis Jenis Lightening Arrester
Adapun jenis-jenis arrester di kelompokan menjadi dua yaitu sebagai

berikut:
a. Arrester jenis ekspulsi atau tabung pelindung
Aresster jenis ini pada dasarnya terdiri dari sela percik yang berada dalam
tabung serat dan sela percik yang berada diluar diudara atau disebut juga sela seri
lihat pada gambar. Bila ada tegangan surja yang tinggi sampai pada jepitan
arrester kedua sela percik, yang diluar dan yang berada didalam tabung serat,
tembus seketika dan membentuk jalan penghantar dalam bentuk busur api. Jadi
arrester menjadi konduktor dengan impedansi rendah dan melalukan surja arus
dan arus daya sistem bersamasama. Panas yang timbul karena mengalirnya arus
petir menguapkan sedikit bahan tabung serat, sehingga gas yang ditimbulkannya

13

menyembur pada api dan mematikannya pada waktu arus susulan melewati titik
nolnya.
Arus susulan dalam arrester jenis ini dapat mencapai harga yang tinggi sekali
tetapi lamanya tidak lebih dari 1 (satu) atau 2 (dua) gelombang, dan biasannya
kurang dari setengah gelombang. Jadi tidak menimbulkan gangguan. Arrester
jenis ekspulasi ini mempunyai karakteristik voltwaktu yang lebih baik dari sela
batang dan dapat memutuskan arus susulan. Tetapi tegangan percik impulsnya
lebih tinggi dari arrester jenis katup. Tambahan lagi kemampuan untuk
memutuskan arus susulan tergantung dari tingkat arus hubung singkat dari sistem
pada titik dimana arrester itu dipasang. Dengan demikian perlindungan dengan
arrester jenis ini dipandang tidak memadai untuk perlindungan transformator
daya, kecuali untuk sistem distribusi. Arrester jenis ini banyak juga digunakan
pada saluran transmisi untuk membatasi besar surja yang memasuki gardu induk.
Dalam penggunaan yang terakhir ini arrester jenis ini sering disebut sebagai
tabung pelindung.

b. Arrester jenis katup


Arrester jenis katup ini terdiri dari sela pecik terbagi atau sela seri yang
terhubung dengan elemen tahanan yang menpunyai karakteristik tidak linier.
Tegangan frekuensi dasar tidak dapat menimbulkan tembus pada sela seri. Apabila
sela seri tembus pada saat tibanya suatu surja yang cukup tinggi, alat tersebut
menjadi pengahantar. Sela seri itu tidak bias memutuskan arus susulan. Dalam hal
ini dibantu oleh tak linier yang mempunyai karakteristik tahanan kecil untuk arus
besar dan tahanan besar untuk arus susulan dari frekuensi dasar terlihat pada
karakteristik Volt Ampere. Adapun arrester jenis katup ini dibagi dalam tiga jenis
yaitu :
Arrester katup jenis gardu (station)
Arrester katup jenis gardu ini adalah jenis yang paling effisien dan juga
paling mahal. Perkataan gardu disini berhubungan dengan pemakaiannya secara
umum pada gardu induk besar. Umumnya dipakai untuk melindungi alatalat

14

yang mahal pada rangkaianrangkaian mulai dari 2400 Volt sampai 287 kV dan
tinggi.
Arrester katup jenis saluran (intermediate)
Arrester jenis saluran ini lebih murah dari arrester jenis gardu. Kata saluran
disini bukanlah berarti untuk saluran transmisi. Seperti arrester jenis gardu,
arrester jenis saluran ini dipakai untuk melindungi transformator dan pemutus
daya serta dipakai pada sistem tegangan 15 kV sampai 69 kV.
Arrester katup jenis distribusi untuk mesinmesin (distribution)
Arrester jenis gardu ini khusus untuk melindungi mesinmesin berputar.
Pemakaiannya untuk tegangan 2,4 kV sampai 15 kV. Arrester jenis distribusi ini
khusus melindungi mesinmesin berputar seperti diatas dan juga melindungi
transformator dengan pendingin udara tanpa minyak. Arrester jenis ini dipakai
pada peralatan dengan tegangan 120 Volt sampai 750 Volt. Arrester ini bisa
dipasang pada bangunan gedung atau di dekat alat yang perlu dilindungi misalnya
pada komputer. Alat yang dilindungi perlu tidak saja dilindungi terhadap
sambaran petir secara langsung, tetapi juga terhadap sambaran tidak langsung
yang menimbulkan induksi.
2.2.3

Isolator Tegangan Tinggi

Sistem penyaluran daya listrik dari pembangkit listrik ke konsumen perlu


digunakan tegangan tinggi untuk mengurangi rugi-rugi daya di sepanjang saluran.
Pada saluran transmisi dan distribusi, masalah isolasi harus lebih diperhatikan
karena tegangan yang digunakan cukup tinggi. Beberapa persyaratan penting yang
harus dimiliki suatu isolator adalah:

Mempunyai kekuatan mekanik yang tinggi.


Memiliki kekuatan dielektrik yang tinggi.
Mempunyai nilai resistivitas yang tinggi untuk memperkecil arus bocor

yang terjadi.
Tidak mudah keropos dan tahan terhadap masuknya gas-gas ataupun cairan-

cairan ke dalam bahan isolator.


Tidak dipengaruhi oleh perubahan suhu.

1) Bahan-bahan Isolator
a.

Isolator Porselen

15

Porselen berasal dari tanah liat yang mengandung aluminium silikat,


kemudian aluminium silikat ini direaksikan dengan plastik kaolin, felspar, kwarsa
dan campuran ini dipanaskan pada tempat pembakaran dengan suhu yang diatur.
Komposisi bahan bakunya adalah: 50% tanah liat, 25% felspar, 25% kwarsa.
Isolator yang dihasilkan harus keras, permukaannya halus / licin dan bebas dari
sifat perembesan. Kehalusan bahan pada permukaan akan membebaskan isolator
dari jejak air. Sifat menyerap pada bahan isolator akan menurunkan kekuatan
dielektrik, dan adanya kotoran ataupun gelembung udara di dalam bahan isolator
juga akan mengakibatkan penurunan kekuatan dielektrik.
Bahan isolasi Jika diproduksi pada suhu yang rendah maka sifat mekaniknya
akan menjadi lebih baik, tetapi bahan tersebut bersifat menyerap air dan ketika
bahan tersebut digunakan, kondisinya mungkin akan memburuk. Sebaliknya jika
bahan isolasi diproduksi pada suhu yang lebih tinggi, sifat menyerapnya akan
berkurang, tetapi bahan isolasi tersebut menjadi rapuh. Jadi di dalam membuat
isolator perlu dirancang sedemikian rupa antara kekuatan dielektrik, sifat
rembesan terhadap air dan suhu tempat pengeringannya. Secara mekanis isolator
porselen memiliki kekuatan dielektrik 60.000 V/cm, tekanan dan kuat
regangannya adalah 70.000 kg/cm2 dan 500 kg/cm2.
b.

Isolator Gelas
Gelas sering kali digunakan sebagai bahan isolasi. Gelas diproduksi dengan

proses penguatan yaitu dipanaskan dulu lalu didinginkan. Isolator yang terbuat
dari bahan gelas ini memiliki beberapa keuntungan sebagai berikut :

Kekuatan dielektriknya tinggi kira-kira 140 kV/cm


Dengan pemanasan yang tepat akan diperoleh resistivitas yang tinggi.
Koefisien muai panasnya rendah.
Kekuatan dielektriknya tinggi, sehingga isolator gelas memiliki bentuk yang

lebih sederhana, bahkan dapat digunakan satu lapis sebagai bahan isolator.
Bersifat transparan (lebih jelas dibandingkan porselen), sehingga sedikit
cacat, ketakmurnian gelembung udara, retak-retak, kotoran-kotoran yang lain

dapat dideteksi dengan mudah dan bersifat homogen.


Daya rentanganya lebih besar dari porselen.
Lebih murah dari pada porselen
Kelemahan dari isolator gelas antara lain :

16

Uap-uap air mudah mengembun di sepanjang permukaan isolator, sehingga


hal ini dapat menyebabkan penumpukan kotoran-kotoran pada permukaan

isolator dan mempercepat terjadinya arus bocor.


Pada tegangan yang lebih tinggi, gelas tidak dapat dituang (casting) dalam
bentuk atau model yang tidak beraturan, karena pendingin yang tidak teratur
akan menyebabkan terjadinya kegentingan-kegentingan didalam isolator dan

keadaan ini dapat mempercepat terjadinya arus bocor.


c. Isolator Steatite
Steatite adalah magnesium silikat dan dijumpai pada berbagai bagian dari
oksida magnesium dengan silikat. Daya rentang dari isolator steatite jauh lebih
besar dibandingkan dengan isolator porselen, dan dapat menguntungkan jika
digunakan

pada keadaan dimana isolator mengalami regangan sempurna

misalnya ketika jaringan saluran transmisi mengalami belokan tajam.

2)

Klasifikasi Isolator Transmisi Hantaran Udara


Isolator transmisi hantaran udara diklasifikasi menurut penggunaan dan

konstruksinya menjadi isolator gantung (suspension), jenis pasak (pin-type), jenis


batang panjang (long-rod) dan jenis pos-saluran (line post). Gandengan isolator
gantung pada umumnya dipakai pada saluran transmisi tegangan tinggi, sedang
isolator batang panjang dipakai ditempat-tempat dimana pengotoran udara karena
garam dan debu banyak terjadi. Kedua jenis yang lain dapat dipakai pada saluran
transmisi yang relatip rendah (kurang dari 22-33 kV).
Isolator gantung dikenal dua jenis, yakni clevis type dan ball-and-socket type,
yang masing-masing terbuat dari porselen dengan tutup (cap) dari besi tempaan
(malleable iron), yang keduanya diikatkan pada porselennya dengan semen
berkualitas baik.
Keuntungan-keuntungan dari isolator gantung antara lain:

Setiap unit dirancang untuk tegangan 11kV sehingga dengan menghubungkan


beberapa buah isolator secara seri, maka sederetan isolator tersebut dapat
digunakan untuk setiap tegangan yang diinginkan.

17

Bila didalam deretan isolator yang telah dihubungkan tersebut salah satu
isolator rusak, maka proses penggantiannya lebih mudah dan harganya relatif

lebih murah.
Tekanan mekanis pada rangkaian isolator akan berkurang karena tempat

pengikat kawat penghantarnya fleksibel.


Apabila deretan isolator tersebut digantungkan pada menara yang terbuat dari
baja maka konduktor tegangan tinggi hanya sedikit berpengaruh terhadap
sambaran kilat, karena penghantar kawat tersebut posisinya lebih rendah dari
pada lengan menara yang ditanahkan dan mempunyai sifat sebagai penangkal

petir.
Jika beban yang diberikan pada transmisi bertambah, maka potensial jaringan
yang ada dapat diperbesar lagi dengan menambahkan sejumlah deretan atau
rangkaian isolator.
Isolator jenis pasak dan jenis pos-saluran terbuat dari porselen, yang bagian

bawahnya diberi tutup (thimble, cap) besi cor yang disemenkan pada porselen
serta pasak baja yang disekrupkan padanya. Karena jenis ini dipakai secara
sendirian (tidak dalam gandengan) serta kekuatan mekanisnya rendah, maka tidak
dibuat dalam ukuran-ukuran yang besar.
Jenis batang-panjang mempunyai sedikit bagian logam sehingga tidak mudah
menjadi rusak. Oleh karena rusuknya yang sederhana maka ia mudah tercuci oleh
hujan, sehingga jenis ini sesuai sekali untuk penggunaan pada tempat-tempat yang
banyak dikotori garam dan debu
3) Sifat Isolator
Isolator terdiri dari badan porselen yang diapit oleh elektroda-elektroda.
Dengan demikian maka isolator terdiri dari sejumlah kapasitansi. Nilai kapasitansi
ini akan semakin besar oleh timbulnya lapisan yang menghantarkan listrik karena
kelembaban udara, debu dan bahan-bahan lainnya yang melekat pada permukaan
isolator. Pada jaringan transmisi isolator yang paling dekat dengan konduktor
tegangan tinggi akan memikul tegangan yang terbesar. Dengan memasang busur
tanduk (arching horn), maka distribusi tegangan diperbaiki dan tegangan pada
isolator yang paling dekat dengan kawat fasa akan berkurang.
Kegagalan listrik pada isolator dapat disebabkan oleh adanya rongga-rongga
kecil pada dielektrik padat (porselen) atau disebabkan terjadinya flashover di
sepanjang permukaan isolator. Rongga-rongga kecil pada isolator ditimbulkan
karena isolator dibuat kurang sempurna pada saat pembuatan, dengan demikian
18

karakteristik listrik dari isolator tersebut kurang baik. Rongga kecil pada isolator
lama-kelamaan

akan

menyebabkan

kerusakan

mekanik

pada

isolator.

Terjadinya flashover menyebabkan kerusakan pada isolator oleh karena panas


yang dihasilkan busur di sepanjang permukaan isolator. Oleh sebab itu isolator
harus dibuat sedemikian rupa sehingga tegangan pada rongga kecil lebih tinggi
dari pada tegangan yang menyebabkan flashover.
a. Mekanis
Isolator disamping harus memenuhi persyaratan listrik diatas harus memiliki
kekuatan mekanis, guna memikul beban mekanis penghantar yang diisolasinya.
Porselen, sebagai bagian utama isolator, mempunyai sifat sebagai besi cor, dengan
kuat-tekan (compressive strength) yang besar dan kuat tarik (tensile strength) yang
lebih kecil. Kuat-tariknya biasanya 400-900 kg/cm2, sedangkan kuat tekannya 10
kali lebih besar.
b. Sifat Thermal
Peralatan dan instalasi pencatu listrik biasanya timbul panas, yang terjadi
karena adanya rugi-rugi ohmik pada konduktor, rugi-rugi dielektrik pada bahan
isolasi, rugi-rugi magnetisasi dan rugi-rugi arus Eddy pada inti besi. Jika
dibandingkan dengan bahan logam, bahan isolasi mempunyai stabilitas thermal
yang sangat rendah, sehingga kenaikan suhu yang diijinkan pada bahan isolasi
menjadi patokan dalam menentukan batas suhu kerja dari peralatan. Selama
tekanan terus berlangsung pada kondisi operasi statis, panas dibangkitkan akibat
rugi-rugi yang seharusnya disebarkan ke medium sekitarnya. Ada tiga jenis
mekanisme perpindahan panas, yaitu konduksi, konveksi dan radiasi.
Rugi-rugi panas dapat dipindahkan dengan cepat dari suatu peralatan maka
dibutuhkan bahan yang mempunyai konduktivitas panas yang baik. Kebutuhan ini
dapat dipenuhi dengan baik jika digunakan bahan isolasi kristal, karena susunan
kisi-kisi atomnya teratur dan jarak antar atom yang kecil, sehingga perpindahan
atom dapat berlangsung dengan baik.
c. Sifat Kimia
Bahan isolasi apabila didalamnya terdapat zat asing, maka hal tersebut dapat
menyebabkan perubahan sifat kimia bahan isolasi tersebut. Hanya bahan
anorganik seperti gelas dan bahan keramik padat yang kedap terhadap zat-zat lain
di sekitarnya. Bahan isolasi organik menyerap uap air secara difusi. Sehingga sifat
19

dielektrik dan listriknya memburuk. Kecepatan difusi tergantung kepada struktur


bahan dan gaya tarik-menarik molekul bahan dengan molekul zat asing.
Penyerapan air menyebabkan perubahan dimensi (menggelembung) dan
kerusakan elektroda. Sehingga diharapkan bahan isolasi pasangan luar harus
memiliki kemampuan menyerap air yang rendah untuk mencegah pengurangan
kekuatan dielektrik.

4.

Kegagalan pada Isolator


Beberapa hal yang menyebabkan kegagalan pada suatu isolator adalah :
a.

Keretakan Isolator
Penyebab utama pecahnya atau retaknya suatu isolator adalah tekanan

yang

dihasilkan

didalam

bahan

porselen

yang

diakibatkan

oleh

ketidakseragaman pemuaian dan penyusutan yang terdapat dalam bahan


semen, baja, dan porselen yang disebabkan oleh musim panas, dingin,
kekeringan dan kelembaban atau akibat adanya pemanasan pada isolator
tersebut. Untuk menghindari keretakan pada isolator tersebut, maka telah
dilakukan beberapa perbaikan dalam desain pembuatannya, yakni dengan
cara menempatkan sejenis pelindung yang kecil diantara lapisan terluar dari
porselen dengan pasak baja sehingga pemuaiannya dapat terlaksana secara
merata.
b.

Ketidakmurnian Bahan Isolator


Bahan dasar jika yang digunakan untuk pembuatan isolator tersebut amat

buruk, hal tersebut akan menimbulkan kebocoran pada isolator sehingga


isolator tidak baik untuk pemakaian yang kontinyu.
c.

Sifat Penyerapan Bahan Yang Digunakan Dalam Pembuatan Isolator


Bahan porselen jika yang digunakan dalam pembuatan isolator

dipabrikasi pada suhu rendah, maka hal ini akan mengakibatkan kekeroposan
pada isolator tersebut dan dengan alasan ini maka isolator akan menyerap
embun dari lapisan udara atau semen. Kebocoran arus akan dimulai dari

20

isolator tersebut yang akan menyebabkan kegagalan sebagai akibat dari


pemakaian bahan yang digunakan dalam pembuatan isolator.
d.

Bahan Pelapis Isolator Yang Kurang Baik


Bahan isolator apabila tidak benar-benar dilapisi pelapis yang baik

sebagaimana mestinya, maka air akan mudah merembes yang dapat


menyebabkan menempelnya debu pada permukaan isolator tersebut yang
dapat bersifat sebagai penghantar dan mereduksikan jarak lompatan bunga api
listrik.

e.

Lompatan Bunga Api Listrik (Flashover)


Kawat pada isolator apabila terjadi lompatan bunga api (flashover) ke

kawat yang lain, maka hal tersebut akan menimbulkan pemanasan yang
berlebihan pada isolator dan dapat menyebabkan pecahnya isolator tersebut.
f. Tekanan Mekanis
Kawat-kawat penghantar pada suatu pemasangan jaringan saat ditarik,
maka isolator akan mengalami tekanan mekanis, sehingga bila bahan
digunakan kurang baik, maka hal ini dapat menyebabkan kerusakan atau
pecahnya isolator.
g.

Terjadinya Hubung Singkat


Gangguan alam seperti kumpulan burung yang hinggap atau pepohonan

yang mengena pada kawat penghantar maupun isolator terkadang dapat


mengakibatkan terjadinya arus hubung singkat, kondisi ini merupakan
penyebab terjadinya kegagalan dari suatu isolator. Keadaan seperti ini hanya
mungkin terjadi bila jarak antar konduktor lebih kecil dari standar yang telah
ditentukan.
2.2.4

Trafo

Trafo atau pula dikenal transformer adalah suatu alat listrik yang dapat
memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke
rangkaian listrik yang lain, melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan
prinsip induksi elektromagnetik

21

1)

Transformator tenaga / daya


Transformator tenaga adalah suatu peralatan tenaga listrik yang berfungsi
untuk menyalurkan tenaga/daya listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah
atau sebaliknya (mentransformasikan tegangan) dengan frekuensi sama.
Sistem operasi pada transformator-transformator tenaga umumnya ditanahkan
pada titik netralnya sesuai dengan kebutuhan untuk sistem pengamanan atau
proteksi. Sebagai contoh transformator 150/70 kV ditanahkan secara langsung di
sisi netral 150 kV, dan transformator 70/20 kV ditanahkan dengan tahanan di sisi
netral 20 kV nya. Bagian utama transformator adalah :
a. Electromagnetic Circuit (Inti besi)
Inti besi digunakan sebagai media mengalirnya flux yang timbul akibat
induksi arus bolak balik pada kumparan yang mengelilingi inti besi sehingga
dapat menginduksi kembali ke kumparan yang lain. Dibentuk dari lempengan
lempengan besi tipis berisolasi dengan maksud untuk mengurangi Eddy current
yang merupakan arus sirkulasi pada inti besi hasil induksi medan magnet. Arus
tersebut akan mengakibatkan rugi-rugi (losses).
b. Current Carrying Circuit (Winding)
Belitan terdiri dari batang tembaga berisolasi yang mengelilingi inti besi,
dimana saat arus bolak balik mengalir pada belitan tembaga tersebut, inti besi
akan terinduksi dan menimbulkan flux magnetik.
c. Bushing
Bushing merupakan sarana penghubung antara belitan dengan jaringan luar.
Bushing terdiri dari sebuah konduktor yang diselubungi oleh isolator. Isolator
tersebut berfungsi sebagai penyekat antara konduktor bushing dengan body main
tank trafo.
d. Pendingin
Suhu pada trafo yang sedang beroperasi akan dipengaruhi oleh kualitas
tegangan jaringan, rugi-rugi pada trafo itu sendiri dan suhu lingkungan. Suhu
operasi yang tinggi akan mengakibatkan rusaknya isolasi kertas pada trafo. Oleh
karena itu pendinginan yang efektif sangat diperlukan.

22

Minyak isolasi trafo selain merupakan media isolasi juga berfungsi sebagai
pendingin. Pada saat minyak bersirkulasi, panas yang berasal dari belitan akan
dibawa oleh minyak sesuai jalur sirkulasinya dan akan didinginkan pada sirip
sirip radiator. Adapun proses pendinginan ini dapat dibantu oleh adanya kipas dan
pompa sirkulasi guna meningkatkan efisiensi pendinginan.
e. Oil Preservation & Expansion (Konservator)
Trafo ketika terjadi kenaikan pada suhu operasinya, maka minyak isolasi akan
memuai sehingga volumenya bertambah. Sebaliknya saat terjadi penurunan suhu
operasi, maka minyak akan menyusut dan volume minyak akan turun.
Konservator digunakan untuk menampung minyak pada saat trafo mengalami
kenaikan suhu.
Kenaikan dan penurunan volume minyak di konservator akibat pemuaian dan
penyusutan minyak, biasanya diimbangi dengan penambahan dan pengurangan
volume udara di dalam konservator. Penambahan atau pembuangan udara di
dalam konservator akan berhubungan dengan udara luar. Agar minyak isolasi trafo
tidak terkontaminasi oleh kelembaban dan oksigen dari luar (untuk tipe
konservator tanpa rubber bag), maka udara yang akan masuk kedalam
konservator akan difilter melalui silicagel sehingga kandungan uap air dapat
diminimalkan.
Minyak trafo harus dihindarkan dari udara luar agar tidak terjadi berhubungan
secara langsung antara minyak trafo dengan udara luar, maka saat ini konservator
dirancang dengan menggunakan breather bag / rubber bag, yaitu sejenis balon
karet yang dipasang di dalam tangki konservator.
Silicagel sendiri memiliki batasan kemampuan untuk menyerap kandungan
uap air sehingga pada periode tertentu silicagel tersebut harus dipanaskan bahkan
perlu dilakukan penggantian. Dehydrating Breather merupakan teknologi yang
berfungsi untuk mempermudah pemeliharaan silicagel, dimana terdapat
pemanasan otomatis ketika silicagel mencapai kejenuhan tertentu.
f. Dielectric (Minyak Isolasi Trafo & Isolasi Kertas) Minyak Isolasi trafo
Minyak isolasi pada trafo berfungsi sebagai media isolasi, pendingin dan
pelindung belitan dari oksidasi. Minyak isolasi trafo merupakan minyak mineral
yang secara umum terbagi menjadi tiga jenis, yaitu parafinik, napthanik dan

23

aromatik. Antara ketiga jenis minyak dasar tersebut tidak boleh dilakukan
pencampuran karena memiliki sifat fisik maupun kimia yang berbeda.
g. Kertas isolasi trafo
Isolasi kertas berfungsi sebagai isolasi, pemberi jarak, dan memiliki
kemampuan mekanis.
h. Tap Changer
Kestabilan tegangan dalam suatu jaringan merupakan salah satu hal yang
dinilai sebagai kualitas tegangan. Trafo dituntut memiliki nilai tegangan output
yang stabil sedangkan besarnya tegangan input tidak selalu sama. Dengan
mengubah banyaknya belitan sehingga dapat merubah ratio antara belitan primer
dan sekunder dan dengan demikian tegangan output / sekunder pun dapat
disesuaikan dengan kebutuhan sistem berapapun tegangan input / primernya.
Penyesuaian ratio belitan ini disebut tap changer. Proses perubahan ratio belitan
ini dapat dilakukan pada saat trafo sedang berbeban (On load tap changer) atau
saat trafo tidak berbeban (Off Circuit tap changer / De Energize Tap Charger).
i. Neutral Grounding Resistor (NGR)
Metode pentanahan salah satunya yaitu dengan menggunakan NGR. NGR
adalah sebuah tahanan yang dipasang serial dengan neutral sekunder pada trafo
sebelum terhubung ke ground / tanah. Tujuan dipasangnya NGR adalah untuk
mengontrol besarnya arus gangguan yang mengalir dari sisi neutral ke tanah.
2) Trafo Instrumentasi
Trafo Instrumentasi tegangan menengah adalah trafo yang digunakan untuk
merubah besaran arus bolak-balik atau tegangan bolak-balik yang sangat besar ke
level tegangan bolak-balik atau arus bolak-balik yang kecil, sehingga bisa
digunakan atau dihubungkan dengan alat ukur atau proteksi yang menggunakan
arus bolak-balik atau tegangan bolak-balik rendah.
Tegangan menengah yang dimaksud disini adalah tingkat tegangan dari 720V
sampai dengan tingkat tegangan 36 MV atau 36 kV. Adapun fungsi dari trafo
instrumnetasi tegangan menengah antara lain :
Mentransformasikan arus atau tegangan yang bernilai besar atau tinggi
menjadi arus atau tegangan yang bernilai kecil atau rendah sehingga mudah
ditangani oleh peralatan ukur atau proteksi.

24

Sebagai alat pengaman untuk memisahkan tegangan tinggi yang sangat


berbahaya di sisi primer dengan tegangan yang lebih rendah disisi sekunder.
Trafo instrumentasi memiliki kemampuan insulasi yang sangat tinggi

tergantung kepada spesifikasinya.


Nilai ekonomis yang sangat tinggi. Dengan menggunakan trafo instrumentasi,
maka bisa ditentukan standarisasi untuk penggunaan alat ukur atau proteksi
yang lebih bernilai ekonomis.
Trafo instrumentasi terbagi menjadi 2, yaitu trafo arus (Current Transformer)

dan trafo tegangan (Voltage Transformer).


Trafo Arus (Current Transformer) adalah sebuah trafo yang digunakan untuk
mengkonversi arus bolak-balik yang nilainya puluhan hingga Ribuan ampere yang
mengalir disisi primer, menjadi hanya 1 atau 5 Ampere disisi kumparan sekunder.
Trafo tersebut digunakan untuk aplikasi pengukuran dan juga perlindungan /
proteksi. CT juga dapat dibuat dengan nilai arus sekunder yang tidak sesuai
dengan standard, dan disesuaikan dengan kebutuhan pengguna.

Gambar 6. Trafo Arus


Sumber : Teknik Tenaga Listrik, 2010

Trafo Tegangan (Voltage Transformer) adalah sebuah trafo yang digunakan


untuk mengkonversi tegangan bolak-balik yang bernilai ribuan hingga puluhan
ribu volt menjadi hanya puluhan atau ratusan volt saja pada sisi kumparan
sekundernya. Sama seperti trafo arus, trafo tegangan juga digunakan untuk
pengukuran dan perlindungan / proteksi. Trafo tegangan fasa tunggal (single
phase) terdiri dari 2 jenis, yaitu trafo tegangan kutub tunggal dan trafo tegangan
kutub ganda. Trafo tegangan kutub tunggal (single pole) adalah sebuah trafo
tegangan yang satu kutubnya dihubungkan pada jaringan tegangan tinggi, dan

25

kutub lainnya di hubungkan dengan sistem pembumian. Trafo tegangan kutub


ganda (double Pole) adalah sebuah trafo tegangan yang kedua kutubnya
dihubungkan pada jaringan tegangan tinggi.
2.2.5

Bahan konduktor
Bahan konduktor yang digunakan untuk saluran energi listrik perlu

memiliki sifat sifat sebagai berikut :


Konduktivitas tinggi
Kekuatan tarik mekanikal tinggi
Titik berat
Biaya rendah
Tidak mudah patah
Konduktor jenis Tembaga (Bare copper : BC ) merupakan penghantar yang
baik karena memiliki konduktivitas tinggi dan kekuatan mekanikalnya cukup
baik. Namun karena harganya mahal maka konduktor jenis tembaga rawan
pencurian. Aluminium harganya lebih rendah dan lebih ringan namun
konduktivitas dan kekuatan mekanikalnya lebih rendah dibanding tembaga.
SUTT maupun SUTET pada umumnya menggunakan Almunium Conductorn
Steel Reinforced (ACSR). Bagian dalam kawat berupa steel yang mempunyai kuat
mekanik tinggi, sedangkan bagian luarnya mempunyai konduktifitas tinggi.
Karena sifat elektron lebih menyukai bagian luar kawat daripada bagian sebelah
dalam kawat maka ACSR cocok dipakai pada SUTT / SUTET. Untuk daerah yang
udaranya mengandung kadar belerang tinggi dipakai jenis ACSR / AS, yaitu
kawat steelnya dilapisi dengan almunium.
Saluran transmisi yang perlu dinaikkan kapasitas penyalurannya namun
SUTT tersebut berada didaerah yang rawan longsor, maka dipasang konduktor
jenis TACSR (Thermal Almunium Conductor Steel Reinforced) yang mempunyai
kapasitas besar tetapi berat kawat tidak mengalami perubahan yang banyak.
Konduktor pada SUTT / SUTET merupakan kawat berkas (stranded) atau serabut
yang dipilin, agar mempunyai kapasitas yang lebih besar dibanding kawat pejal.
Sistem arus putar pada keluaran dari generator berupa tiga fasa, setiap fasa
mempunyai sudut pergerseran fasa 120. Pada SUTT dikenal fasa R, S dan T yang
urutan fasanya selalu R diatas, S ditengah dan T dibawah. Namun pada SUTET
urutan fasa tidak selalu berurutan karena selain panjang, karakter SUTET banyak
dipengaruhi oleh faktor kapasitansi dari bumi maupun konfigurasi yang tidak

26

selalu vertikal. Guna keseimbangan impendansi penyaluran maka setiap 100 km


dilakukan transposisi letak kawat fasa. Penampang dan jumlah konduktor
disesuaikan dengan kapasitas daya yang akan disalurkan, sedangkan jarak antar
kawat fasa maupun kawat berkas disesuaikan dengan tegangan operasinya. Jika
kawat terlalu kecil maka kawat akan panas dan rugi transmisi akan besar. Pada
tegangan yang tinggi (SUTET) penampang kawat, jumlah kawat maupun jarak
antara kawat berkas mempengaruhi besarnya korona yang ditengarai dengan
bunyi desis atau berisik. Jarak kawat antar fasa SUTT 70 kV idealnya adalah 3 m,
SUTT = 6 meter dan SUTET = 12 meter. Hal ini karena menghindari terjadinya
efek ayunan yang dapat menimbulkan flashover antar fasa.
Perlengkapan atau fitting kawat penghantar adalah Spacer vibration damper.
Untuk keperluan perbaikan dipasang repair sleeve maupun armor rod.
Sambungan kawat disebut mid span joint. Repair sleeve adalah selongsong
almunium yang terbelah menjadi dua bagian dan dapat ditangkapkan pada kawat
penghantar, berfungsi untuk memperbaiki konduktifitas kawat yang rantas, Cara
pemasangannya dipress dengan hidrolik tekanan tinggi
Bola Pengaman, adalah rambu peringatan terhadap lalu lintas udara, berfungsi
untuk memberi tanda kepada pilot pesawat terbang bahwa terdapat kawat
transmisi. Bola pengaman dipasang pada ground wire pada setiap jarak 50 m
hingga 75 meter sekitar lapangan/bandar udara.
Lampu Aviasi adalah rambu peringatan berupa lampu terhadap lalu lintas
udara, berfungsi untuk memberi tanda kepada pilot pesawat terbang bahwa
terdapat kawat transmisi. Jenis lampu aviasi adalah sebagai berikut.
Lampu aviasi yang terpasang pada tower dengan supply dari Jaringan

tegangan rendah
Lampu aviasi yang terpasang pada kawat penghantar dengan sistem induksi
dari kawat penghantar
Arching Horn adalah suatu peralatan yang dipasang pada sisi dingin (tower)

dari rencengan isolator. Adapun Fungsi arcing horn antara lain:


Media pelepasan busur api dari tegangan lebih antara sisi dingin dan panas

(kawat penghantar)
Pada jarak yang diinginkan berguna untuk memotong tegangan lebih bila
terjadi sambaran petir, switching, gangguan, sehingga dapat mengamankan
peralatan yang lebih mahal di Gardu Induk (Trafo) Media semacam arcing
horn yang terpasang pada sisi panas (kawat penghantar) adalah Guarding
27

ring : berbentuk oval, mempunyai peran ganda yaitu sebagai arcing horn
maupun pendistribusi tegangan pada beberapa isolator sisi panas. Umumnya
dipasang di setiap tower tension maupun suspension sepanjang transmisi,
arcing ring berbentuk lingkaran, mempunyai peran ganda yaitu sebagai
arcing horn maupun pendistribusi tegangan pada beberapa isolator sisi panas.
Pada umumnya peralatan ini hanya terpasang di tower dead end dan gantry
GI.
Kawat Tanah atau Earth wire (kawat petir / kawat tanah) adalah media untuk
melindungi kawat fasa dari sambaran petir. Kawat ini dipasang di atas kawat fasa
dengan sudut perlindungan yang sekecil mungkin, karena dianggap petir
menyambar dari atas kawat. Namun jika petir menyambar dari samping maka
dapat mengakibatkan kawat fasa tersambar dan dapat mengakibatkan terjadinya
gangguan. Kawat pada tower tension dipegang oleh tension clamp, sedangkan
pada tower suspension dipegang oleh suspension clamp. Pada tension clamp
dipasang kawat jumper yang menghubungkannya pada tower agar arus petir dapat
dibuang ke tanah lewat tower. Untuk keperluan perbaikan mutu pentanahan maka
dari kawat jumper ini ditambahkan kawat lagi menuju ketanah yang kemudian
dihubungkan dengan kawat pentanahan.
Bahan ground wire terbuat dari besi galvanis, maupun yang sudah dilapisi
dengan almunium. Pada SUTET yang dibangun mulai tahun 1990-an, didalam
ground wire difungsikan fibre optic untuk keperluan telemetri, teleproteksi
maupun telekomunikasi yang dikenal dengan Optic Ground Wire (OGW),
sehingga mempunyai beberapa fungsi.
Jumlah Kawat Tanah paling tidak ada satu buah diatas kawat fasa, namun
umumnya di setiap tower dipasang dua buah. Pemasangan yang hanya satu buah
untuk dua penghantar akan membuat sudut perlindungan menjadi besar sehingga
kawat fasa mudah tersambar petir. Jarak antara kawat tanah dengan kawat fasa di
tower adalah sebesar jarak antar kawat fasa, namun pada daerah tengah gawangan
dapat mencapai 120% dari jarak tersebut.

2.2.6 Kapasitor Tegangan Tinggi

28

Kapasitor tegangan tinggi seperti halnya resistor tegangan tinggi yang juga
dapat digunakan untuk mencuplik tegangan sehingga tegangan dari kapasitor
dapat diukur dengan menggunakan Digital Measuring Instrument (DMI).

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tegangan tinggi adalah suatu tegangan yang dianggap tingi oleh suatu
sistem. Tegangan tinggi sering dipakai dalam sistem penyaluran tenaga listrik dari
pusat pembangkitan energi listrik ke konsumen. Dalam sistem yang mengandung
tegangan tinggi terdapat peralatan-peralatan peralatan tegangan tinggi. Peralatanperalatan tegangan tinggi antara lain :
1. Peralatan Proteksi , terdiri atas Circuit Breaker dan Arrester.
2. Trafo tegangan tinggi , terdiri atas trafo daya dan trafo instrumen. Dimana
trafo instrumen dibagi menjadi dua yaitu trafo arus dan trafo tegangan.
3. Konduktor tegangan tinggi
4. Isolator tegangan tinggi
5. Kapasitor tegangan tinggi
Peralatan-peralatan tegangan tinggi tersebut memiliki karakteristik dan cara
penanganan yang berbeda pula.
3.2 Saran
Makalah yang bermutu tinggi harus didukung oleh sumber referensi yang
berkualitas dan bermutu tinggi. Selain itu perlu pula konsep yang matang dan
pengetahuan akan metode penulisan yang sesuai standar. Dalam pembuatan
makalah yang serupa, ke depannya perlu penyempurnaan konsep yang tersusun
rapih agar tercipta makalah yang mudah dipahami oleh semua lapisan akademik
khususnya di Indonesia.

29

DAFTAR PUSTAKA
. 02 januari 2016. Alat Pengaman Listrik Circuit Breaker. Tersedia
januari : http://www.kelistrikanku.com/2016/04/11-alat-pengaman-listrikcircuit-breaker.html, 02 Januari 2016
. Isolator, Universitas Sumatera Utara, tersedia :
https://www.scribd.com/document_downloads/direct/34480557?
extension=pdf&ft=1483348394&lt=1483352004&user_id=273923297&ua
hk=7keradCh0+LT+kKkRkoSrzduA4Q, 02 Juni 2016
Ariawan, Putu Rusdi, 2010, Implementasi Bahan Isolasi Gas pd Circuit Breaker
(CB) dan Transformator Arus (CT), Universitas Udayana
Paraisu, dkk., 2013, Analisa Rating Lightning Arrester Pada Jaringan Transmisi
70 kV Tomohon-Teling, e-Jurnal Teknik Elektro dan Komputer (2013).
ejournal.unsrat.ac.id/index.php/elekdankom/article/download/918/735, 02
Januari 2016
Prayoga, Aditya, dkk., 2010, Transformer, Universitas Indonesia, tersedia :
staff.ui.ac.id/system/files/users/chairul.hudaya/material/transformerpaper.p
df, 02 Januari 2016
Tobing, Bonggas L, 2003, Peralatan Tegangan Tinggi. Jakarta : Penerbit PT
Gramedia Pustaka Utama

30

Anda mungkin juga menyukai