Anda di halaman 1dari 128

BAB

SATU
LATAR BELAKANG UMUM

Pengembangan sumber energi untuk memperoleh kerja yang berguna adalah kunci
dari kemajuan industri yang penting untuk peningkatan taraf hidup yang berkesinam-
bungan bagi rakyat di mana pun mereka berada. Bagaimana menemukan sumber energi
baru, mendapatkan s u n ~ b e renergi yang pada dasarnya tidak akan pernah habis untuk
masa mendatang, menyediakan energi di mana saja diperlukan, dan mengubah energi
dari satu ke lain bentuk serta menggunakannya tanpa menimbulkan pencemaran yang
akan merusak lingkungan hidup kita, adalah beberapa dari tantangan-tantangan ter-
besar yang dihadapi dunia pada masa kini. Sistem tenaga listrik adalah salah satu dari
alat-alat untuk mengubah dan memindahkan energi yang mempunyai peranan penting
dalam menghadapi tantangan-tantangan tersebut. Dilihat dari berbagai standar, indus-
tri tenaga listrik adalah yang terbesar di dunia. Diperlukan insinyur-insinyur yang ter-
latih dengan baik untuk mengembangkan dan menerapkan kemajuan yang didapat dari
ilmu pengetahuan guna memecahkan problema industri tenaga listrik dan melnastikan
adanya keterandalan yang tinggi dari sistem tersebut, yang disertai pula dengan
perhatian yang mendalam akan hal-ha1 yang menyangkut perlindungan ekologi.
Suatu sistem tenaga listrik terdiri dari tiga bagian utama: pusat pembangkit listrik,
saluran transmisi, dan sistem distribusi. Pemakaian energi yang diberikan kepada para
pelanggan dari perusahaan yang mengoperasikannya bukanlah menjadi tanggung jawab
perusahaan tersebut, dan karenanya tidak akan dibahas dalam buku ini. Saluran trans-
misi merupakan rantai penghubung antara pusat pembangkit listrik dan sistem distri-
busi dan melalui hubungan-hubungan antar-sistem dapat pula menuju ke dstem-sistem
tenaga yang lain. Suatu sistem distribusi menghubungkan semua beban yang terpisah
satu dengan yang lain kepada saluran transmisi. Hal ini terjadi pada stasiun pembantu
(substation) di mana juga dilaksanakan transformasi tegangan dan fungsi-fungsi pemu-
tusan dan penghubungan beban (switching).
Tujuan buku ini adalah memberikan suatu metode analisis, dan perhatian yang
terbesar akan diberikan kepada saluran transmisi dan pengoperasian suatu sistem. Kita
tidak akan membahas sistem dlstribusj atau pun aspek-aspek lain dari pusal-pusat pem-
bangkit listrik, terkecuali hal-ha1 yang nienyangkut karakteristik elektris dari generator.
2 4 nalisis Sir t ~ n zT e n a g a 1,istrik

1 . 1 PERTUMBUHAN SISTEM TENAGA LlSTRlK


Perkembangan sistem arus bolak-balik (a.c. system) dimulai di Amerika Serikat pada
tahun 1885, ketika George Westinghouse membeli patent-patent Amerika yang meli-
puti sistem transmisi arus bolak-balik yang dikernbangkan oleh L. Gaulard dan J.D.
Gibbs dari Paris. William Stanley, soerang rekan usaha Westinghouse yang terdahulu,
menguji transformator-transformator di laboratoriumnya di Great Barrington, Mas-
sachusetts. Di sana, pada musim dingin tahun 1885-1 886, Stanley memasang sistem
distribusi a.c. percobaan yang pertama yang memberikan tenaga listrik kepada 150
buah lampu di dalam kota. Saluran transmisi a.c. yang pertama di Amerika dioperasi-
kan pada tahun 1890 untuk membawa listrik yang dibangkitkan dengan tenaga air, se-
jauh 13 mil dari Willamette Falls ke Portland, Oregon.
Saluran-saluran transmisi yang pertarna hanyalah berfasa tunggal, dan dayanya bia-
sanya hanya dipakai untuk penerangan saja. Bahkan motor-motor yang pertama pun
juga berfasa tunggal. Tetapi pada tanggal 16 Mei 1888, Nikola Tesla menyampaikan
suatu makalah yang menggambarkan motor induksi dan serempak (synchronous) yang
berfasa ganda. Kelebihan motor berfasa banyak segera menjadi jelas, dan suatu sistem
distribusi a.c. berfasa ganda diperagakan kepada umum di Columbian Exposition di
Chicago pada tahun 1893. Sejak itu, transmisi tenaga listrik dengan arus bolak-balik,
terutama arus bolak-balik berfasa tiga, secara berangsur-angsur menggantikan sistem
arus searah (d.c. system). Pada bulan Januari 1894, di Amerika terdapat lima pusat
pembangkit tenaga listrik berfasa banyak, di mana satu di antaranya berfasa ganda
sedangkan lainnya berfasa tiga. Transmisi tenaga listrik di Amerika Serikat hampir
seluruhnya dilakukan dengan arus bolak-balik. Sistem a.c. segera diterima oleh masya-
rakat karena adanya transformator, yang telah memungkinkan transmisi tenaga listrik
pada tegangan yang lebih tinggi dari tegangan pada waktu pembangkitan atau pemakai-
ahnya. Hal ini sangat menguntungkan karena dapat memperbesar kapasitas transmisi.
Pada sistem transmisi d.c., generator a.c. mencatu (supply) sistem tersebut melalui
sebuah transformator dan penyearah (rectifier) elektronik. Sebuah pembalik (inverter)
elektronik mengubah arus searah menjadi arus bolak-balik di ujung lain dari sistem itu,
sehingga tegangan dapat diturunkan dengan sebuah transformator. Dengan menem-
patkan penyearah dan pembalik bersama-sama di kedua ujung suatu sistem transmisi,
tenaga listrik dapat dipindahkan ke arah mana pun. Perhitungan-perhitungan ekonomis
telah memperlihatkan bahwa saluran transmisi d.c. di atas tiang (overhead) tidak akan
menguntungkan di Amerika Serikat untuk jarak yang kurang dari 350 mil. Di Eropa,
di mana saluran-saluran transmisinya jauh lebih panjang daripada dl Amerika, saluran
transmisi d.c. digunakan di beberapa tempat, baik untuk pemasangan di bawah tanah
maupun di atas tiang. Di California, tenaga hidro yang besar dipindahkan dari Pasifik
Barat-Laut ke bagian selatan California melalui saluran-saluran a.c. 500-kV di
sepanjang pantai, sedangkan untuk daerah pedalaman lewat Nevada digunakan arus
searah (d.c.) dengan tegangan antar-kawat sebesar 800-kV.
Catatan statistik memperlihatkan bahwa di antara tahun 1920 hingga permulaan
dasawarsa 1970-1980 terdapat laju pertambahan yang hampir tetap dari kapasitas
pembangkitan terpasang dan produksi tenaga tahunan. Setiap dasawarsa, angka-angka
menunjukkan kenaikan hampir dua kali lipat. Kemudian angka pertumbuhan menjadi
berubah-ubah dan sukar diduga, tetapi pada umumnya menjadi agak lambat.
Pada awal penggunaan transmisi a.c. di Amerika Serikat, tegangan kerja meningkat
dengan cepat. Pada tahun 1890, sistem Williamette-Portland beroperasi dengan tegang-
an 3300 V. Pada tahun 1907, suatu sistem beroperasi dengan menggunakan tegangan
100 kV. Tegangan naik lagi menjadi 150 kV pada tahun 1913, 220 kV tahun 1923,
244 kV tahun 1926, dan 287 kV pada sistem transmisi dari Hoover Dam ke Los
Angeles, yang mulai beroperasi pada tahun 1936. Sistem dengan 345 kV dimulai pada
tahun 1953, sedangkan sistem pertama dengan 500 kV mulai beroperasi 1965. Empat
tahun kemudian, yaitu pada tahun 1969, sistem pertama yang bertegangan 765 kV
mulai dioperasikan.
Sampai tahun 1917, sistem listrik biasanya beke rja sebagai unit-unit (satuan) yang
berdisi sendiri karena biasanya suatu sistem dimulai sebagai sistem yang terisolasi, dan
baru kemudian berkembang secara bertahap, sehingga meliputi seluruh negara. Permin-
taan akan unit-unit tenaga yang besar dan keterandalan (reliability) yang lebih tinggi
mendorong diadakannya sambungan antara sistem-sistem yang berdekatan. Secara eko-
nomis sambungan tersebut menguntungkan karena diperlukan lebih sedikit mesin se-
bagai cadangan untuk menampung beban puncak (kapasitas cadangan), dan lebih
sedikit pula mesin yang hams berjalan tanpa beban yang diperlukan untuk menampung
lonjakan beban yang tiba-tiba dan tak terduga (cadangan berputar atau spinning
reserve). Pengurangan jumlah mesin ini dimungkinkan karena suatu perusahaan dapat
meminta bantuan kepada perusahaan yang berdekatan untuk mendapatkan tambahan
tenaga. Sambungan antar-sistem, atau yang biasa disebut interkoneksi (interconnec-
tion), juga memungkinkan suatu perusahaan untuk mengambil keuntungan dari sum-
ber tenaga yang paling murah. Dalam perioda-perioda tertentu bahkan mungkin sekali
lebih murah bagi suatu perusahaan untuk membeli tenaga yang diperlukannya daripada
memakai dari yang dibangkitkannya sendiri. Interkoneksi sudah demikian berkem-
bangnya sehingga pertukaran tenaga antar-sistem dari perusahaan-perusahaan yang ber-
beda sudah menjadi suatu kebiasaan. Pada musim kering yang luar biasa dan sangat
parah misalnya, sistem yang menggantungkan sebagian besar dari produksinya pada
tenaga air masih tetap dapat memberikan pelayanan yang tidak terputus-putus, berkat
tambahan tenaga yang didapatnya dari sistem lain melalui interkoneksi.
Sambungan antar-sistem sudah tentu menimbulkan pula beberapa masalah bam,
tetapi semuanya sudah dapat diatasi dengan memuaskan. Interkoneksi memperbesar
arus yang mengalir jika terjadi hubungan singkat di salah satu sistem, dan ini memerlu-
kan pemasangan pemutus-arus yang dapat memutuskan arus yang lebih besar. Ganggu-
an yang disebabkan oleh hubungan singkat pada suatu sistem dapat menjalar pada
sistem-sistem lain yang terhubung jika tidak tersedia rilei (relay) dan pemutus-rangkai-
an (circuit breaker) yang memadai pada titik interkoneksi. Pada sistem interkoneksi,
bukan hanya frekuensi nominalnya saja yang hams sama, tetapi generator-generator
serempak dari suatu sistem juga hams seirama dan selangkah dengan generator-genera-
tor serempak dari semua sistem yang tersambung.
Perencanaan pengoperasian, perbaikan, dan perluasan suatu sistem tenaga memer-
lukan studi tentang beban, perhitungan gangguan, perencanaan cara-cara untuk melin-
dungi sistem tersebut dari bahaya petir dan gelombang arus pada waktu pemutusan
dan penyambungan (switching surges) serta hubungan singkat, dan juga studi tentang
kestabilan sistem tersebut. Suatu persoalan yang penting dalam pengoperasian sistem
yang efisien ialah bagaimana tenaga total yang diperlukan setiap saatnya seharusnya
dibagi-bagi pada beberapa pusat tenaga dan pada unit-unit di dalam masing-masing
pusat tenaga tersebut. Dalam bab ini kita akan membahas sifat umum dari problema
semacam ini setelah uraian singkat mengenai produksi tenaga serta transmisi dan distri-
businya. Kita akan melihat betapa besarnya sumbangan yang telah diberikan oleh
komputer kepada perencanaan dan pengoperasian sistem tenaga.

1.2 PKODUKSI TENAGA


Sebagian besar dari tenaga listrik di Amerika Serikat dibangkitkan oleh pusat listrik
tenaga uap. Tenaga air hanya mencapai kurang dari 20% dari seluruh tenaga yang di-
A tralrsls Sis ten7 Tettaga Listrik
4

bangkitkan, dan persentase in1 akan makin berkurang lagi karena hampir semua sumber
tenaga air yang tersedia sudah dikembangkan. Turbin gas hanya dipakai dalam jumlah
yang terbatas dan pada periode yang singkat yaitu ketika sistem sedang melayani
beban puncak.
Bahan bakar yang paling banyak dipakai pada pusat listrik tenaga uap ialah batu-
bara. Pusat listrik tenaga nuklir yang menggunakan uranium sebagai bahan bakar terus
meningkat jumlahnya, tetapi pembangunannya selalu larnbat dan tidak pasti karena
kesukaran dalam pengumpulan dana untuk biaya pembanguiiannya yang meningkat
dengan tajam, persyaratan keselamatan yang terus diperketat sehingga sering memerlu-
kan desain ulang, tantangan dari rnasyarakat akan pengoperasian pusat listrik sernacam
ini, dan ditambah lagi dengan kelambatan dalam me~nperoleliizinnya.
Dalam periode tahun 1970 dan 1972 banyak pusat listrik yang diubah agar dapat
memakai bahan bakar minyak. Tetapi dihadapkan pada harga ininyak yang terus me-
lonjak, dan perlunya mengurangi ketergantungan pada minyak dari luar negeri, per..
ubahan kembali dari minyak ke batubara sudah sering terjadi di mana saja kondisinya
memungkinkan.
Meskipun sumber uraniunl itu terbatas, reaktor "fast breeder" telah banyak sekali
menambali energi yang didapat dari uranium di Eropa. Di Amerika Serikat, reaktor
semacam itu telah dilarang. Fusi nuklir (nuclear fusion) adalah harapan utama kita
untuk masa mendatang, tetapi suatu proses fusi nuklir yang terkendali pada tingkat
komersil belum bisa kita harapkan terlaksana sebelum tahun 2000. Itu pun kalau
proses ini akan pernah terlaksana. Meskipun demikian, orang telah mentargetkan
bahwa pada tahun tersebut prototip pertama dari reaktor fusi terkendali sudah dapat
diperagakan. Ini berarti bahwa sistem tenaga listrik harus terus turnbuti dan ber-
kembang, dan akhirnnya ~nenganibil alih pemakaian ba'han bakar secara langsung.
Mungkin sekali bahwa untuk inasa yang akan datang mobil-mobil listrik akan lebih
banyak dipakai sehingga bahan bakar yang didapat dari fosil (termasuk bensin dan gas
yang dihasilkan dari batubara) dapat dicadangkan untuk pemakaian pada kapal terbang
dan truk jarak jauh.
Di Amerika Serikat dan beberapa negara lain, ada juga pemakaian energi geother-
mal (panas bumi) dalam bentuk uap panas bertekanan tinggi yang keluar dari tanah.
Energi matahari (solar energy) yang sekarang ini terutania hanya dipakai untuk mema-
naskan air secara langsung, untuk peinakaian di rumah-rumah, nantinya tentu akan
menjadi lebih praktis dengan adanya riset tentang sel fotovoltaik yang secara langsung
mengubah sinar matahari nienjadi listrik. Kemajuan yang besar telah dicapai dalam
meningkatkan efisiensi dan menekan harga sel tersebut tetapi perjalanan menuju sukses
masih jauh. Kincir angin yang menggerakkan generator dioperasikan juga dibeberapa
tempat untuk mensuplai sebagian kecil dari tenaga yang dihasilkan oleh sistem tenaga
listrik. Usaha-usaha untuk menghasilkan tenaga dari pasang-surut dan geloiiibang laut
sudah pula dirintis. Suatu bentuk energi solar yang tidak langsung ialah alkohol yang
didapat dari tumbuh-tumbuhan dan dicampur dengan bensin sehingga menghasilkan
bahan bakar yang dapat dipakai untuk mobil. Gas sintetis yang dibuat dari sampah dan
lain-lain buangan kotoran adalah suatu bentuk lain lagi dari cnergi matahari yang tidak
langsung.
Akhirnya, dalam menghas~lkanenergi dengan cara yang niana pun, masalali per-
lindungan lingkungan harus selalu diperhatikan dengan baik. Pencemaran udara sudah
banyak dan sering dirasakan oleh penduduk negara-negara industr~.Pencemaran termal
(panas) memang belum begitu terasa, tetapi air pendingin untuk reaktor nuklir sangat
penting, dan ini berarti penambahan biaya yang tidak sedikit untuk pembangunannya.
Pendinginan dengan air sungai dapat meningkatkan suhu air sedemikian rupa sehingga
1.4 STUD1 BEBAN
Studi beban ialah penentuan atau perhitungan tegangan, arus, daya, dan faktor daya
atau daya reaktif yang terdapat pada berbagai titik dalam suatu jaringan listrik pada
keadaan pengoperasian normal, baik yang sedang berjalan maupun yang diharapkan
akan terjadi di masa yang akan datang. Studi beban sangat penting dalam perencanaan
pengembangan suatu sistem untuk masa yang akan datang, karena pengoperasian yang
baik dari sistem tersebut banyak tergantung pada diketahuinya efek interkoneksi
dengan sistem tenaga yang lain, beban yang baru, stasiun pembangkit baru, serta salur-
an transmisi baru, sebelum semuanya itu dipasang.
Sebelum komputer digital besar dikembangkan, studi aliran beban dilakukan pada
papan hitung a x . yang memberikan model berfasa tunggal dalam skala kecil dari sistem
yang sebenarnya. yaitu dengan saling menghubungkan beberapa elemen rangkaian dan
sumber tegangan. Pekerjaan melaksanakan hubungan, pengaturannya, serta pembacaan
data-data yang didapat sangat melelahkan dan memerlukan banyak waktu. Pada masa
kini komputer digital dapat dengan cepat memberikan jawaban atas studi aliran-beban
untuk sistem yang kompleks sekalipun. Misalnya, suatu program komputer dapat
dengan mudah menangani lebih dari 1500 buah rel, 2500 saluran transmisi, 500 buah
transformator dengan perubahan sadapan dalam keadaan dibebani, dan 25 buah trans-
formator penggeser-fasa (phase-shifting transformers). Hasil-hasil yang lengkap dicetak
dengan cepat dan ekonomis.
Para perencana sistem melibatkan dirinya dalam studi sistem tenaga yang akan ada
dan diperlukan pada masa 10 tahun atau 20 tahun yang akan datang. Untuk memba-
ngun sebuah pusat tenaga nuklir yang baru misalnya, sejak dimulainya perencanaan
hingga dialirkannya tenaga lewat saluran transmisi, orang dapat saja memerlukan
waktu lebih dari 1 0 tahun. Suatu perusahaan pembangkit tenaga jauh-jauh sebelum
memulai usahanya sudah harus mengetahui masalah-masalah yang berhubungan dengan
lokasi pusat itu dan cara pengaturan saluran-saluran transmisi yang sebaik-baiknya
untuk menyampaikan tenaga yang dihasilkan ke pusat-pusat beban yang memerlukan-
nya, yang mungkin sekali belum ada pada saat perencanaan sudah harus dibuat.
Pada Bab 8 kita akan melihat bagaimana studi aliran-beban dikerjakan pada kom-
puter. Gambar 8.2 adalah sebuah hasil-cetak (printout) komputer dari aliran-beban
sebuah sistem kecil yang akan kita pelajari.

1.5 OPERAS1 EKONOMIS SISTEM TENAGA


Banyak orang mengira bahwa dalam industri tenaga listrik tidak ada persaingan. Perki-
raan ini tirnbul karena setiap perusahaan listrik beroperasi di suatu daerah geografis
yang tidak dilayani oleh perusahaan-perusahaan lain. Tetapi persaingan sebenarnya te-
tap ada, yaitu dalam ha1 menarik industri-industri baru ke suatu daerah. Tarif listrik
yang murah adalah faktor yang penting dalam pemilihan lokasi suatu industri. Memang
peranan tarif listrik akan berkurang pada saat di mana harga-harga naik dengan cepat
dan tarif tenaga listrik tidak menentu, dibandingkan dengan peranannya pada waktu
yang stabil kondisi ekonominya. Tetapi adanya peraturan pemerintah tentang tarif
listrik akan tetap rnendorong perusahaan-perusahaan tersebut untuk beroperasi se-
ekonomis mungkin, dan mendapatkan keuntungan yang memadai agar mampu meng-
atasi biaya produksi yang terus meningkat.
Yang dimaksud dengan operasi ekonomis ialah proses pembagian atau penjatahan
beban total pada suatu sistem kepada masing-masing pusat pembangkitnya, sedemikian
rupa sehingga seluruh pusat pembangkit pada suatu sistem dikontrol terus-menerus
Lurar Helakurtg Urntcrl; 7

oleh komputer pada saat terjadi perubahan beban, sehingga pembangkitan tenaga
dapat dilakukan dengan cara yang paling ekonomis.

1.6 PERHITUNCAN GANGGUAN


Setiap kesalahan dalam suatu rangkaian yang rnenyebabkan terganggunya aliran arus
yang normal disebut gangguan. Sebagian besar dari gangguan-gangguan yang terjadi
pada saluran transmisi bertegangan 115 kV atau lebih disebabkan oleh petir, yang
rnengakibatkan terjadinya percikan bunga api (flashover) pada isolator. Tegangan
tinggi yang ada di antara penghantar dan rnenara atau tiang penyangga yang diketa-
nahkan (grounded) rnenyebabkan terjadinya ionisasi. Ini rnemberikan jalan bagi muat-
an listrik yang diinduksi (diirnbas) oleh petir untuk mengalir ke tanah. Dengan terben-
tuknya jalur ionisasi ini, impedansi ke tanah menjadi rendah. Ini memungkinkan rneng-
alirnya arus fasa dari penghantar ke tanah dan rnelalui tanah menuju "netralV-nya
transformator atau generator yang diketanahkan, sehingga terjadilah rangkaian yang
tertutup. Gangguan langsung dari fasa ke fasa tanpa melalui tanah jarang terjadi.
Dengan membuka pemutus-rangkaian, dan dengan demikian rnengisolasi bagian saluran
yang terjganggu dari keseluruhan sistem, aliran arus lewat jalur ionisasi akan terputus
dan ini memungkinkan terjadinya de-ionisasi. Setelah proses de-ionisasi dibiarkan ber-
jalan selama kira-kira 20 siklus, pernutus-rangkaian biasanya dapat ditutup kembali
tanpa menimbulkan percikan ulang. Dari pengalaman pengoperasian saluran transmisi
diketahui bahwa "ultra high speed reclosing breakers" (pemutus yang rnenutup kern-
bali dengan kecepatan sangat tinggi) dapat rnenutup kernbali dengan baik setelah ter-
jadinya gangguan yang berrnacam ragam. Pada kasus di mana penutupan kernbali tidak
berhasil dengan baik, ternyata bahwa sebagian besar dari kegagalan ini disebabkan oleh
kesalahan lain yang permanen, di rnana penutupan kembali tetap tidak akan mungkin
terjadi rneskipun interval antara pembukaan dan penutupan diperpanjang terus. Kesa-
lahan permanen dapat disebabkan oleh saluran yang terhubung ke tanah, rangkaian
isolator yang pecah karena sesuatu beban, rnisalnya beban es, kerusakan pada menara,
dan karena tidak berfungsinya alat penangkal petir. An&a-angka pengalarnan rnenun-
jukkan bahwa kira-kira 70% dan 80% dari gangguan saluran transmisi adalah gang-
guan tunggal dari saluran ke tanah, yang terjadi karena flashover dari satu saluran saja
ke rnenara dan tanah. Gangguan yang paling jarang terjadi, yaitu hanya kira-kira 5%,
adalah gangguan yang rnelibatkan sekaligus tiga fasa dan disebut gangguan tiga fasa.
Gangguan jenis lain pada saluran transmisi adalah gangguan antara satu saluran dengan
saluran lainnya tanpa melibatkan tanah, dan gangguan antara dua saluran dan tanah.
Kecuali gangguan tiga-fasa, sernua gangguan tersebut di atas bersifat tidak simetris dan
menyebabkan ketidakseirnbangan di antara fasa-fasa.
Arus yang mengalir di berbagai bagian dari suatu sistem tenaga segera setelah ter-
jadinya suatu gangguan berbeda dengan arus yang mengalir beberapa siklus kemudian,
yaitu sesaat sebelum pernutus-rangkaian bereaksi dan rnernutuskan hubungan saluran
pada kedua belah titik gangguan. Kedua arus tersebut di atas jauh pula berbeda dengan
arus yang akan rnengalir dalam kondisi keadaan-tetap (steady state), yaitu jika ganggu-
an tidak diisolasi dari keseluruhan sistern dengan beroperasinya pernutus rangkaian.
Pemilihan yang tepat dari pemutus-rangkaian yang akan dipakai bergantung pada dua
hal, yaitu besarnya arus segera setelah terjadinya gangguan dan besarnya arus yang
harus diputuskannya. Perhitungan gangguan terdiri dari penentuan besarnya arus yang
mengalir di berbagai lokasi pada suatu sistern untuk berrnacam-macam jenis gangguan.
Data yang diperoleh dari perhitungan ini digunakan juga untuk rnenentukan penyetel-
&I (setting) ~ i l e(rehy)
i yang mengatur pemutus rangkaian.
,. -.
Analisis S i s t e n ~Tenaga Listrik

Pada bab-bab yang berikut kita akan mempelajari cara menghitung yang praktis,
yaitu analisis dengan komponen-komponen simetris. Dengan cara ini perhitungan
gangguan-tidak-simetris menjadi hampir seinudah perhitungan gangguan tiga-fasa,
Sekali lagi akan terlihat betapa pentingnya komputer digital dalani ~nelakukanperhi-
tungan tersebut. Kita akan pelajari pula operasi-operasi dasar yang akan diperlukan
oleh program komputer.

1.7 PERLINDUNGAN SISTEM


Gangguan dapat menimbulkan kerusakan besar pada sistem tenaga. Banyak sekali
studi, pengembangan alat, dan desain sistem perlindungan yang telah dibuat, sehingga
pencegahan kerusakan pada saluran transmisi dan peralatan lain serta cara-cara pemu-
tusan arus pada saat ada gangguan selalu mengalami perbaikan.
Kita akan membahas problema peralihan (transient) pada saluran transmisi untuk
suatu kasus yang disederhanakan. Studi ini akan ~nembawakita pada masalah bagai-
mana penangkal-surja (surge arrester) melindungi peralatan-peralatan seperti transfor-
mator, rel-re1 sentral dan stasiun-stasiun pembantu terhadap surja tegangan yang sangat
tinggj yang disebabkan oleh petir, dan oleh switching pada saluran EHV dan UHV.
Gangguan yang disebabkan oleh surja biasanya berlangsung sangat singkat sehingga
jika ada pemutus-rangkaian yang membuka, sesudah beberapa siklus pemutus itu akan
menutup kembali secara otornatis dan keadaan kembali normal. Jika penangkal tidak
terlibat atau gangguannya bersifat permanen, bagian yang terganggu harus diputuskan
agar keseluruhan siste~nlainnya dapat tetap bekerja dengan normal.
Bekerjanya pemutus rangkaian diatur oleh rilei (relay) yang juga mengindera
(sense) adanya gangguan. Dalam penggunaan rilei, daerah yang dilindungi dibagi-bagi
sehingga dapat ditentukan dengan pasti bagian mana dari sjstem yang dilindungi ole11
masing-masing rilei. Sebuah rilei juga akan membantu rilei lain di daerah yang berde-
katan yang terkena gangguan, jika rilei yang tersebut dibelakang ini tidak dapat be-
reaksi dengan baik. Pada Bab 13 kita akan membahas karakteristik beberapa jenis rilei
yang penting, dan akan kita lihat juga beberapa contoh soal mengenai penggunaan dan
koordinasi rilei.

1.8 STUD1 KESTABILAN


Arus yang mengalir pada sebuah generator a.c. atau motor sere~npaktergantung pada
besarnya tegangan yang dibangkitkannya (atau tegangan-dalam), pada sudut-fasa
tegangan-dalam (internal) relatif terhadap sudut fasa tegangan-dalam pada semua mesin
lain yang ada pada sistem, dan pada karakteristik jaringan dan beban. Sebagai contoh,
kita ambil dua buah generator a.c. yang bekerja paralel tanpa hubungan rangkaian luar
apapun. Jika besar dan fasa tegangan-dalamnya sama, tidak akan ada arus yang meng-
alir lewat kedua generator tersebut. Jika tegangan-tegangan-dalamnya sama besar tetapi
berbeda fasanya, selisih kedua tegangan itu bukanlah nol, dan tergantung dari besarnya
selisih tegangan dan impedansi rangkaian, suatu arus akan mengalir. Salah satu mesin
akan mencatu daya kepada mesin yang lain, sehingga yang tersebut terakhir ini bukan-
nya bekerja sebagai genera tor, tetapi malahan sebagai motor.
Sudut fasa tegangan-dalam tergantung pada posisi-relatif rotor-rotor mesin. Jika
keadaan serempak dari generator-generator pada suatu sistem tidak dipelihara, sudut
fasa dari tegangan-dalamnya akan selalu berubah-ubah satu terhadap yang lainnya, dan
keadaan ini tidak akan meinungkinkan pengoperasian yang baik.
Sudut fasa tegangan-dalam pada mesin-mesin serempak dapat tetap konstan hanya
jika kecepatan semua mesin juga tetap konstan, yaitu sama dengan kecepatan yang se-
Latav Belakang Omurn 9

suai dengan frekuensi fasor acuan. Jika beban pada salah satu generator atau pada kese-
luruhan sistem berubah, arus yang mengalir pada generator atau pada keseluruhan
sistem juga berubah. Jika perubahan arus tidak menyebabkan perubahan pada besar-
nya tegangan-dalam dari mesin, sudut fasa tegangan-dalarn harus berubah. Jadi perubah-
an sesaat pada kecepatan diperlukan untuk mendapatkan pengaturan sudut fasa tegang-
an yang satu terhadap yang lain, karena sudut fasa ditentukan oleh posisi relatif rotor-
rotornya. Jika mesin-mesin sudah menyesuaikan diri masing-masing pada sudut fasa
yang baru, atau jrka suatu gangguan yang mengakibatkan perubahan sesaat pada kece-
patan sudah ditiadakan, mesin-mesin tersebut harus kembali beroperasi pada kecepatan
serernpak. Jika salah satu mesin tidak tetap serempak dengan keseluruhan sistem, ter-
jadilah arus sirkulasi (circulating current) yang besar. Dalam suatu sistem yang diran-
cang dengan baik. beroperasinya rilei dan pemutus-arils akan melepaskan mesin ini dari
keseluruhan sistem. Masalah kestabilan adalali masalah pemeliharaan keadaan serem-
pak dari generator-generator dan motor-motor dalam suatu sistem.
Studi kestabilan terbagi dalanl studi untuk kondisi keadaan-tetap (steady-state)
dan kondisi peralihan. Selalu ada suatu batas tertentu bagi besarnya daya yang dapat
dihasilkan ole11 sebuah generator a.c., dan dari besarnya beban yang dapat dipikul oleh
sebuah motor serempak. Jika masukan niekanis kepada suatu generator atau beban
mekanis pada suatu motor melebihi batas tersebut di atas, akan terjadilah ketidaksta-
bilan. Batas inilah yang dinamakan batas kestabilan. Suatu batas daya akan dicapai,
juga dengan perubahan yang terjadi dengan berangsur-angsur. Gangguan pada suatu
sistem, yang disebabkan oleh beban-beban yang dihubungkan dengan seketika (men-
dadak), atau oleh terjadinya gangguan lain, atau oleh hilangnya penguatan di dalam
medan sebuah generator, dan oleh switching, dapat menyebabkan hilangnya keadaan
serempak, meskipun perubahan yang diakibatkan oleh gangguan tersebut tidak mele-
bihi batas kestabilan, yaitu yang dicapai dengan perubahan yang berangsur-angsur.
Batas kestabilarl peralihan ialah batas daya di mana titik ketidakstabilan dicapai
dengan perubal~ankondisi sistem yang mendadak, sedangkan batas kestabilan keadaan-
tetap ialah yang dicapai dengan perubahan yang berangsur-angsur.
Untunglali bahwa para insinyur telah menemukan metode-metode untuk memper-
baiki kestabilan dan memperkirakan batas-batas kestabilan, baik untuk kondisi keada-
an-tetap maupun peralihan. Studi kestabilan untuk sistem dua-mesin yang akan kita
pelajari memang tidak sesulit studi untuk sistem bermesin banyak, tetapi banyak sekali
metode perbaikan kestabilan yang dapat diterangkan dengan studi untuk dua-mesin.
Banyak sekali keuntungan yang didapat dari penggunaan komputer digital dalam mem-
buat perkiraan data-data kestabilan suatu sistem yang kompleks.

1.9 INSINY U K SISTEM TEN AGA


Bab ini telah melicoba memberikan gambaran tentang sejarah perkembangan dasar dari
sistern-sistem tenaga listrik dan beberapa studi analitis yang penting dalam perencanaan
pengoperasian, perbaikan, dan pengembangan suatu sisteni tenaga yang modern. Se-
orang insinyur slstcrn tenaga harus menguasai dengan baik metode-metode untuk niem-
buat studi beban. analisis gangguan, dan studi kestabilan serta prinsip-prinsip operasi
ekonomis kare~iastudi tersebut berpengaruh besar sekali terliadap desain dan peng-
operasian sistem dan pemilihan perlengkapan untuk pengaturannya. Sebelum kita
dapat mempelajari prob1em.a ini dengan lebih terperinci, kita liarus pelajari dulu
konsep-konsep clasar yang berhubungan dengan sistern-sistem tenaga agar kita dapat
memahami bagaimana konsep-konsep dasar ini rnenipengaruhi problema yang lebih
besar.
1.10 BACAAN TAMBAHAN
Footnote-footnote dalam buku ini memberikan sumber-sumber informasi lebih lanjut
tentang berbagai topik yang akan dibahas. Pembaca juga diajurkan untuk mempelajari
buku-buku yang terdaftar di bawah ini, di mana dibicarakan pokok masalah-masalah
yang sama seperti pada buku ini, meskipun di sana-sini ditambah dengan topik-topik
lain atau diperdalam.
Elgerd- 0.I., "Electric Energy Systems Theory: An Introduction," 2d. ed., McGraw-
Hill Book Company, New York, 1982.
Gross, C. A., "Power System Analysis," John Wiley & Sons, New York, 1979.
Neuenswander, J. R., "Modern Power Systems," Intext Educational Publishers, New
York, 1971.
Weedy, B. M., "Electric Power Systems," 3d., John Wiley & Sons Ltd., London, 1979.
BAB
DUA
KONSEP DASAR

Seorang insinyur sistem tenaga bukan hanya bertugas untuk menangani pengoperasian
normal dari suatu sistem, tetapi dia jug0 bertanggungjawab dalam menanggulangi
keadaan-keadaan tidak normal yang mungkin terjadi. Karena itu dia harus paham
benar akan rangkaian a.c. keadaan-tetap, terutama rangkaian tiga-fasa. Tujuan bab ini
ialah mengulangi beberapa pengertian dasar dari rangkaian semacam itu, menentukan
notasi-notasi yang akan dipakai dalam buku ini, dan memperkenalkan cara menyata-
kan nilai tegangan, arus, impedansi, dan daya dalam "satuan" atau dalam "per unit".

2.1 PENDAHULUAN
Tegangan pada re1 suatu sistem tenaga dapat kita anggap berbentuk sinusoida murni
dan berfrekuensi konstan. Dalam mengembangkan sebagian besar teori dalam buku ini
kita akan menggunakan representasi fasor dari tegangan dan arus sinusoida, dan kita
akan memakai huruf besar V dan I untuk menyatakan fasor-fasor ini (bila perlu dengan
subskrip yang sesuai). Garis-garis vertikal di kiri-kanan Vdan I, seperti (1/1 dan Ill,me-
nyatakan "besarm-nya fasor tersebut. Huruf kecil menyatakan nilai sesaat (instanta-
neous). Untuk menyatakan tegangan yang dibangkitkan (emf atau electomotive force)
akan digunakan huruf E sebagai ganti V , untuk memperjelas perbedaan antara emf dan
selisih potensjal biasa antara dua titik.
Jika tegangan dan arus dinyatakan sebagai fungsi dari waktu, seperti
r . = 141,4 cos (c1)t + 30")
dan
i = 7.07 cos cvt

nilai maksimumnya berturut-turut tentulah Vmak = 141,4 V dan Imaks ='7,07 A.


Garis-garis vertikal tidak diperlukan lagi karena subskrip maks pada V dan I sudah me-
nunjukkan nilai maksimum. Yang dimaksud dengan istilah "besar" (magnitude) ialah
nilai rms (root-mean-square),, yang sama dengan nilai maksimum dibagi dengan fi.
Jadi, untuk persamaan v dan i yang tertulis di atas,
(VI = 100 V dan 111 = S A
12 A rrulisis Sisterrz Tenaga Listrik

Ini adalah nilai yang terbaca pada jenis voltmeter dan amperemeter yang biasa. Istilah
lain untuk nilai rms ialah nilai efektif(effective value). Daya rata-rata yang terpakai
pada sebuah tahanan ialah 1 1 1 ~ ~ .
Untuk menyatakan besaran-besaran ini sebagai fasor harus dipilih suatu referensi
(pedoman). Jika arus dipilih sebagai fasor referensi. maka

dan tegangan yang nlendahului fasor referensi dengan 30" adalah


V = 100/30" = 86,6 + 150 V
Sadah tentu kita boleh saja memilih fasor yang lain daripada tegangan atau arus seba-
gai fasor referensi dan dalam ha1 ini tentu saja persamaan-persamaan fasor akan mema-
kai sudut yang berbeda.
Dalam diagram rangkaian seringkali sangat ~nemudahkanjika kita memakai tanda
polaritas dalam bentuk tanda plus dan minus untuk menunjukkan terminal yang di-
anggap positif jika kita sedang membicarakan suatu tegangan. Suatu tanda panah
dalam diagram men~lnjukkanarah yang dianggap positif untuk aliran arus. Dalam eki-
valer! fasa-tunggal (single-phase equivalent) dari suatu rangkaian tiga-fasa subkrip-tung-
gal (single-subscript notation) biasanya sudah cukup, tetapi notasi subskrip-ganda
biasanya lebih sederhana untuk pengolahan ketiga fasa sekaligus.

2.2 NOTASI SUBSKRIP-TUNCGAL


Gambar 2.1 menunjukan suatu rangkaian ac dengan sebuah emf yang digambarkan se-
bagai lingkaran. Eg adalah emf, dan tegangan antara titik a dan o digambarkan sebagai
Vt.Arus yang mengalir dalam rangkaian adalah I L dan tegangan pada Z L adalah V L .
Untuk memberikan spesifikasi fasor pada tegangan ini masih diperlukan tanda dan +
-, yaitu tanda polaritas, dan sebuah panah yang menunjukkan arah arus.
Di dalam suatu rangkaian a.c., terminal yang ditandai + adalah positif terhadap
terminal yang ditandai - untuk setengah siklus tegangan dan negatif selama setengah
siklus berikutnya. Kita tnenandai terminal agar dapat mengatakan bahwa tegangan
di antaranya adalah positif untuk setiap saat ketika terminal yang ditandai plus benar-
benar berada pada potensial yang lebih tinggi daripada terminal yang ditandai minus.
Misalnya pada Gambar 2.1 tegangan sesaat v, adalah positif jika terminal dengan tanda
plus benar-benar sedang berada pada potensial yang lebih tinggi daripada terminal
dengan tanda minus. Pada setengah siklus berikutnya, terminal dengan tanda plus
sesungguhnya adalall negatif, dan V , jadi juga negatif. Beberapa penulis menggunakari
panah, tetapi di dalam persetujuan seperti yang telah dijelaskan di atas, masih perlu
diterangkan apakah panah-panah diarahkan pada terminal dengan tanda plus atau
pada terminal dengan tanda minus.
Panah arus mempunyai fungsi yang serupa. Dalam ha1 ini subkript adalah L , se-
benarnya tidak diperlukan kecuali jika ada arus lain yang mengalir. Jelas pula bahwa
dalani huatu rangkaian a.c. arah aliran arus yang sebenarnya berbalik setiap setengah
siklus. I':inah menunjuk ke arah yang akan disebut positif untuk aliran arus. Ketika
arus setxnarnya sedang rnengalir berlawanan dengan arah panali, maka arus itu adalah
negatif. Jadi arus fasor adalah

clan

Karcna beberapa simpul (nodes) dalam rangkaian sudah ditandai dengan huruf-
huruf, icgangan-tegangan dapat ditulis dengan subskrip-subskrip berhuruf-tunggal yang
menyatakan simpul yang tegangannya diberikan terhadap suatu simpul (node) refe-
rensi. Dalam Gambar 2.1, tegangan-sesaat v, dan tegangan fasor Va menyatakan
tegangan pada simpul a terhadap simpul referensi o , dan ua positif jika a berada pada
potensial yang lebih tinggi dari o. Jadi

2.3 NOTASI SUBSKRIP-GANDA


Penggunaan tanda polaritas untuk tegangan dan panah arah untuk arus dapat dihindari
dengan notasi subskrip-ganda. Dengan menggunakan sistem subskrip-ganda, pengertian
tentang rangkaian tiga-fasa dapat lebih diperjelas. Peraturan yang harus diikuti sangat
sederhana.
Dalam menggambarkan suatu arus, urutan subskrip yang ditambahkan pada lam-
bang arus tersebut sudah menjelaskan arah aliran arus, jika arus itu dianggap positif.
Pada Gambar 2.1, panah yang menunjukkan dari a ke b memberikan arah positif untuk
arus IL yang tergambar dengan panah tersebut. Arus sesaat iL positifjika arus tersebut
benar-bcnar mengalir dari a ke b, dan dalam notasi subskrip-ganda, arus ini dinyatakan
dengan l a b . Arus iUbsama dcngan -ib,.
Dalam notasi subskrip-ganda, huruf subskrip pada suatu tegangan menunjukkan
titik (si~~ipul) rangkaian yang dl antaranya terdapat tegangan tersebut. Kita akan meng-
ikuti peraturan yang menyatakan bahwa subskrip pertama menunjukkan tegangan titik
tersebut terhadap titik yang dinyatakan oleh subskrip yang kedua. Ini berarti bahwa
tegangan sesaat vab pada Z A dalaln Gambar 2.1 adalah tegangan pada titik a terhadap
titik b. dan bahwa vab positif selama setengah siklus ketika a berada pada potensial
yang lebih tinggi dari b. Dengan demikian tegangan fasornya adalah Vab,dan

di mana Z A adalah impedansi kompleks yang dilalui oleh arus Iab yang mengalir antara
titik-titik a dan b, dan impedansi tersebut dapat juga disebut Zab.
Dengan membalikkan urutan subskrip suatu arus atau tegangan terjadilah suatu
arus atau tegangan yang berbeda fasa 180" terhadap yang asli. Jadi,

Hubungan antara notasi subskrip-tunggal dan subskrip-ganda untuk rangkaian


pada Gambar 2.1 dapat disimpulkan sebagai berikut:
V, - I , = I.' 0" V,=Vh=Vho
1, /''h

Dalam penulisan hukum tegangan Kirchhoff, urutan subskrip sesuai dengan urut-
an titik-titik yang kita jumpai ketika mengelilingi lingkaran tertutup pada rangkaian
tersebut. Pada Gambar 2.1,

V,, + ,:I + 5" = 0 12.4)


Titik-titik n dan o sebenarnya sama saja dalam rangkaian ini, dan n dipakai juga untuk
menjelaskan jalannya rangkaian dengan lebih tepat. Dengan menggantikan V,, dengan
- Va, dan mengingat bahwa Vab = IabZA, maka

- V," + I,,%, + 16" = 0 (2.5)


dan

2.4 DAYA PADA RANCK(21AN A.C. BEKE ASA 1 UNGGrIL


Meskipun teori dasar dari transmisi energi menggambarkan pemindahan energi sebagai
interaksi medan listrik dan magnit, insinyur sistem-tenaga hampir selalu lebih berke-
pentingan untuk menyatakan kecepatan (rate) berubahnya energi terhadap waktu
(yang sebenarnya adalah definisi daya) dalam bentuk tegangan dan arus. Satuan (unit)
daya adalah watt. Daya dalam watt yang diserap oleh suatu beban pada setiap saat
sama dengan jatuh-tegangan (voltage drop) pada beban tersebut dalam volt dikalikan
dengan arus yang mengalir lewat beban dalam ampere. Jika terminal-terminal beban di-
gambarkan sebagai a dan n , dan jika tegangan dan arus dinyatakan dengan

L.,,, = Vhaks C < I + "3 t dan [on = Irnaks


COS ( ~ -f 0)
maka daya sesaat adalah

Sudut 9 dalam persamaan-persamaan di atas adalah positif untuk arus yang tertinggal
(lagging) terhadap tegangan dan negatif untuk' arus yang mendahului (leading) tegang-
an. Suatu nilai p yang positif rnenunjukkan kecepatan berubahnya energi yang di-
serap oleh bagian sistem di antara titik-titik a dan n. Sudah tentu daya sesaat adalah.
positif jika v, dan ,i kedua-duanya positif dan akan menjadi negatif jika ,v dan i,,
berlawanan tandanya. Hal ini diperjelas oleh Gambar 2.2. Daya positif yang dihitung
dari ,v ,i terjadi jika arus mengalir searah dengan jatuh-tegangan (voltage drop), dan
akan sama dengan kecepatan berpindahnya energi ke beban. Sebaliknya, daya negatif
yang dihitung dari van ian terjadi jika arus mengalir searah dengan naik-tegangan (vol-
tage rise) dan ini berarti bahwa energi sedang berpindah dari beban ke dalam sistem, di
mana beban tersebut dihubungkan. Jika ,v dan ian sama fasanya, seperti halnya pada
beban yang resistif murni, daya sesaat tidak akan pernah negatif. Jika arus dan tegang-
an berbeda fasa sebesar 90°, seperti halnya dalam elemen rangkaian ideal yang induktif
murni atau kapasitif murni, daya sesaat akan mempunyai setengah siklus positif dan
setengah siklus negatif yang sama besar, sehingga nilai rata-ratanya adalah nol.
K onsep Dasar

(;ambar 2.2. Arus, tegangan, dan daya digambarkan terhadap waktu.

Dengan menggunakan kesamaan trigonometrik, Persamaan (2.7) dapat diubah


menjadi
.
I'
Lkaksimaks
2
cos 0 ( 1 + cos 201) + vmaksrmaks
, -
L
sln O sin 2tot
(2.8

di mana Vmaks Imaks/2dapat diganti dengan perkalian I VanI [IanI atau / Vl 111.
Cara lain untuk melihat persamaan daya sesaat adalah dengan memperhatikan
komponen arus yang sefasa dengan van dan yang berbeda fasa 90' dengan van.Gambar
2 . 3 ~memperlihatkan suatu rangkaian paralel dan Gambar 2.3b adalah diagram fasor-
nya. Komponen ian yang sefasa dengan van adalah i R , dan dalam Gambar 2.3b ter-
lihat bahwa lIR1 = IZanI cos 8 . Jika nilai maksimum ian adalah Imah, maka nilai maksi-
mum iR adalah Imaks cos 8. Arus sesaat iR harus sefasa dengan v,,.
Untuk v, = Vmakscos a t ,
iK = I-
makS cos 0 cos
- tot (2.9)
maks t,

Demikian pula komponen ia, yang ketinggalan 90' dari van adalah ix, yang nilai mak-
sin 8. Karena ix harus ketinggalan 90' dari van,maka
sirnumnya adalah Zmaks
ix = Imaks sin O sin c!,t (2.10)
---
maks~,
Kernudian

-
- Vmakszrnaks
- COS 0 ( 1 $ COS 2t0t) (2.1 1)
3

yang adalah sama dengan daya sesaat pada tahanan dan sama pula dengan bagian perta-
ma dari Persamaan (2.8). Gambar 2.4 memperlihatkan u,iR yang digambar terhadap,t.

Gambar 2.3. liangkaian RL paralel


aT/x
n
f-
t',!,

X ---- I 011
van

dan diagram i ,I \ornya. (a) (b)


Gambar 2.4. Tegangan, arus yang sefasa dengan tegangan, dan dayanya digambar terhadap waktu.

Demikian pula,
c,, ix= vmakSImaks
sin 6 sin at cos ot

- vmakslmaks sin 0 sin 2tut


2

yang sama dengan daya sesaat pada induktansi dan sama pula dengan bagian kedua dari
Persamaan (2.8). Gambar 2.5 memperlihatkan van, ix, dan perkaliannya digambar
terhadap t.
Jika Persamaan (2.8) diteliti lebih lanjut, akan terlihat bahwa bagian pertama di
mana terdapat cos 0 akan selalu positif dan nilai rata-ratanya adalah

P = vmakslmaks cos 0
2

atau, dengan memasukkan nilai-nilai rms dari tegangan dan arus,

P adalah kuantitas daya, jika maksud perkataan "daya" tersebut tidak diubah oleh
suatu kata sifat yang akan memberinya identitas lain. P, atau daya rata-rata, juga
disebut daya nyata (real power). Satuan dasar dari daya, baik sesaat maupuri rata-rata,
adalah watt. Tetapi karena watt adalah satuan yang terlalu kecil untuk kuantitas sistem
tenaga, maka P biasanya diukur dalam kilowatt atau megawatt.
Cosinus sudut fasa 0 di antara tegangan dan arus dinamakan faktor daya (power
factor). Suatu rangkaian induktif dikatakan mempunyai "faktor daya yang tertinggal"
(lagging power factor), dan rangkaian kapasitif dikatakan mempunyai "faktor daya

Cambar 2.5. Tegangan, arus yang tertinggal9O0 dari tegangan, dan dayanya digambar terhadap
waktu.
yang mendahului" (leading power factor). Dengan perkataan lain, istilah-istilah faktor
daya yang ketinggalan dan mendahului berturut-turut menunjukkan apakah arus ter-
sebut tertinggal dari atau mendahului tegangan yang t'erpasang.
Bagian kedua dari Persamaan (2.8), di mana terdapat sin 19,selalu berubah-ubah
dari positif ke negatif dan sebaliknya, dan nilai rata-ratanya adalah nol. Komponen
dari daya sesaat p ini dinamakan daya reaktif sesaat (instantaneous reactive power)
dan menggambarkan energi yang berganti-ganti mengalir menuju ke beban dan keluar
dari beban. Nilai maksimum dari daya yang selalu berubah-ubah ini, yang dituliskan
dengan Q, dinaniakan daya reaktif atau daya voltampere yang akan sangat berguna
dalam melukiskan bekerjanya suatu sistem tenaga. Hal ini akan menjadi semakin jelas
dalam pembahasan-pembahasan selanjutnya. Daya reaktif adalah

atau

Akar dari jurnlah kuadrat P dan Q sama dengan perkalian l yl dan IIi,karena

Tentu saja P dan Q mernpunyai satuan dimensi yang sama, tetapi biasanya satuan
untuk Q dinyatakan dengan vars (yang berarti voltampere reaktif). Satuan yang lebih
praktis untuk Q adalah kilovars atau megavars.
Pada suatu rangkaian seri yang sederhana d i mana Z sama dengan R jX,kita +
dapat mengganti I I I 1 Z 1 dengan 1 V I dalam Persamaan (2.14) dan (2.16) untuk
mendapatkan
P = 11 1 2 . I%I cos 0 (2.18)

dan
Q = /!I2. IZ/ sin 0

Kemudian dengan mengingat bahwa R = I Z I cos 8 dan X = 1 Z I sin 8, kita men-


dapatkan
I-' = I I ILR dan Q - I 1 I2X (2.20)
seperti yang sudali kita perkirakan.
Persamaan (2.14), dan (2.16) memberikan metode lain untuk menghitung faktor
daya karena kitalihat bahwa Q/P = tan 8. Karena itu faktor daya adalah

cos 0 = cos tan 1 Q


I'
atau dari Persamaan (2.14) dan (2.17)

Jika daya sesaat dalam Persamaan (2.18) berupa daya pada rangkaian yang hampir
seluruhnya kapasitif sedangkan tegangan yang terpasang sama, 8 akan menjadi negatif,
sehingga sin 8 dan Q juga negatif. Jika rangkaian-rangkaian kapasitif dan induktif di-
hubungkan paralel, daya reaktif sesaat untuk rangkaian RL akan berbeda fasa 180'
dengan daya reaktif sesaat untuk rangkaian RC. Daya reaktif netto adalah selisih antara
Q untuk rangkaian RL dan Q untuk rangkaian RC. Nilai positif diberikan pada Q un-
tuk beban induktif dan nilai negatif untuk beban kapasitif.
Insinyur sistem tenaga biasanya menganggap sebuah kapasitor sebagai generator
daya reaktif positif, dan bukannya sebagai suatu beban yang memerlukan daya reaktif
negatif. Konsep ini sangat masuk akal, karena sebuah kapasitor yang menarik Q negatif
dan terpasang paralel dengan sebuah beban induktif akan mengurangi Q yang seharus-
nya disuplai seluruhnya oleh sistem kepada beban induktif. Dengan kata 1ain;kapasitor
mencatu Q yang diperlukan oleh beban induktif. Hal ini sama saja dengan menganggap
sebuah kapasitor sebagai suatu alat yang memberikan arus yang ketinggalan (lagging)
dan bukannya sebagai alat yang menarik arus yang mendahului (leading), seperti diper-
lihatkan dalam Gambar 2.6. Jadi, sebuah kapasitor variabel yang terpasang paralel pada
suatu beban induktif dapat diatur sedemikian rupa sehingga arus yang mendahului
pada kapasitor menjadi tepat sama besar dengan komponen arus pada beban induktif
yang tertingga190° terhadap tegangan. Jadi arus total sefasa dengan tegangan. Rangkai-
an induktif masih memerlukan daya reaktif positif, tetapi daya reaktif nettonya nol.
Inilah alasannya mengapa insinyur sistem tenaga lebih suka mengganggap kapasitor se-
bagai pencatu daya reaktif kepada beban induktif. Jika tidak disebutkan positif atau
negatif. maka yang dimaksudkan adalah daya reaktif positif.

2.5 IIAYA KOMPLEKS


Jika persamaan fasor untuk tegangan dan arus diketahui, perhitungan untuk daya
nyata dan reaktif dapat dilakukan dengan mudah dalam bentuk kompleks. Jika tegang-
an pada suatu beban atau pada bagian dari suatu rangkaian dan arus ke beban atau
bagian tersebut dinyatakan dengan V = 1VIk dan I = IIilP,maka hasil perkalian
tegangan dan "conjugate" dari arus adalah

Kuantitas ini; yang juga disebut daya kompleks, biasanya ditulis sebagai S. Dalam ben-
tuk kompleks menjadi

Karena a-0 merupakan sudut fasa antara tegangan dan arus, jadi sama dengan 0 dalam
persamaan-persamaan terdahulu, maka

Daya reaktif Q akan menjadi positif jika sudut fasa a - di antara tegangan dan arus
adalah positif, yaitu jika a > 0,yang juga berarti bahwa arusnya tertinggal (lagging)
terhadap tegangan. Sebaliknya, Q akan menjadi negatif untuk 0 > a,yang berarti juga
bahwa arus mendahului terhadap tegangan. Ini sesuai dengan pemilihan tanda positif
untuk daya reaktif dari suatu rangkaian induktif dan tanda negatif untuk daya reaktif

I
- I

n
----L

i, r
L-..-l
Z L J
Cambar 2.6 Kapasitor sebagai olerncn r.iiigkaian
pasif yang menarik arus yang mendahului (0)dan I mendahulu; V I tertinggal 90'
sebagai generator yang mencatu arus yany !crting- dengan 90 dari V

gal ( b ) . (a) (b)


dari suatu rangkaian kapasitif. Untuk mendapatkan tanda yang benar bagi Q ! diperlu-
kan perllitungan S sebagai VZ*, dan bukannya V*Z, karena yang tersebut belakangan
ini akan mernbalikkan tanda untuk Q.

2.6 SF GI'I'ICA DAYA


Persamaan (2.23) menggunakan suatu metoda grafis untuk mendapatkan P keseluruh-
an, Q , dan sudut fasa untuk beberapa beban yang dihubungkan paralel, karena cos 0
a d a ~ a hPIIS[. Segitiga daya dapat digambar untuk suatu beban induktif. seperti terlihat
pada Garnbar 2.7. Untuk beberapa beban yang dihubungkan paralel, P total adalah
jumlah daya rata-rata dari selnua beban, yang harus digambar pada surnbu mendatar
untuk analisis grafis. Untuk beban induktif, Q digambarkan vertikal ke atas karena ber-
tanda positif. Suatu beban kapasitif akan mempunyai daya reaktif negatif, dan karena-
nya Q digambarkan vertikal ke bawah. Gambar 2.8 melukiskan segitiga daya yang di-
susun dari P I , Q l , dan S1 untuk suatu beban tertinggal dengan sudut fasa 8 , dikom-
binasikan dengan segitiga daya yang disusun dari P 2 , Q 2 , dan S 2 , yang merupakan
beban kapasitif dengan e2 yang negatif. Kedua beban yang dihubungkan paralel ini
+
menghasilkan suatu segitiga dengan sisi-sisi P I P 2 , dan Q l + Q2 dan hipotenusa S R .
Sudut fasa antara tegangan dan arus yang dicatu ke beban kornbinasi adalah €IR.

2.7 ,ii,%tt ALlKAN IPAYA


Hubungan antara P, Q, dan tegangan re1 V, atau tegangan yang dibangkitkan E, sehu-
bungan dengan tanda P dan Q adalah penting dalam pernbahasan aliran daya dalam
suatu sistem. Masalahnya menyangkut arah aliran daya, yaitu apakah daya dibangkit-
kan atau diserap jika tegangan dan arus sudah ditetapkan.
Masalah pengiriman daya kepada suatu rangkaiangtau penyerapan daya dari suatu
rangkaian tidaklah begitu sulit untuk sistern d.c Marilah kita lihat hubungan arus dan
tegangan yang terlihat pada Gambar 2.9, di mana arus d.c I mengalir melalui sebuah
baterai. Jika I = 10 A, dan E = 100 V, maka baterai sedang diisi (charged) deqgan
laju pengisian 1000 W. Sebaliknya, dengan panah tetap menunjuk arah yang sama, arus

C;anil!.. Z.X. Seg~tigtttl;r)a tin-


PI'
tuk 1'::lxrn kornbinasi. Perhati-
kan: ( ; :idalah negatif'. PI+ P2 = P,
E
<;ambar 2.9. Penyajian d c (dc r e p l . e ~ ~ r i f ; ~ t idnri
o n ) p c n ~ i s i a nmuatan.
batcre jika E dan I kedua-duanya po..~fi!' :!tau negatif. Ll+-

mungkin saja menjadi I = -10 A. Maka arah konversional dari arus ialah berlawarlan
dengan arah panah, dan baterai sedang melepaskan muatannya (dis-charging) jadi
menyerahkan energi, dan hasil kali E dan I adalah -1000 W. Dengan menggarnbarkan
I mengalir melalui baterai dari terminal positif ke terminal negatif (Gambar 2.9), ber-
arti baterai sedang diisi. Tapi ha1 ini benar-benar demikian hanya jika E dan I positif
sehingga daya yang dihitung sebagai hasil kali E dan I juga positif. Dengan hubungan
antara E dan I semacam ini, sudah jelas bahwa tanda positif untuk daya diberikan
kepada pengisian baterai.
Jika arah panah untuk I dalam Gambar 2.9 dibalik, pelepasan muatan dari baterai
dinyatakan dengan tanda positif untuk I dan untuk daya. Jadi diagram rangkaianlah
yang menentukan apakah tanda positif untuk daya berarti pengisian atau pelepasan
muatan dari sebuah baterai. Penjelasan ini ~nungkindirasakan kurang perlu, tetapi ha1
ini justru memberikan latar belakang yang kuat untuk dapat menginterpretasil~inper-
sarnaan-persarnaan rangkaian a.c. dengan benar.
Gambar 2.10 memperlihatkan sebuah sumber tegangan ideal (besarnya konstan,
frekuensinya konstan, dan impedansinya nol) untuk suatu sistem a.c. Seperti biasa,
tanda-tanda polaritas menunjukkau terminal yang positif selama setengah siklus di
mana tegangan sesaatnya positif. Sudah tentu terminal yang ditandai positif tcrsebut
sebenarnya bertegangdn negatif selama setengah siklus berikutnya di niana tcgangan sc-
saatnya negatif. Demikian pula, panah menunjukkan arah'arus selama setengah siklus
di mana arusnya positif.
Garnbar 2.10a menunjukkan sebuall generator, karena arus positif mengalir ke-
luar dari terminal yang ditandai positif. Tetapi terminal ini bisa saja menjadi negatif
pada waktu arus mengalir keluar darinya. Pendekatan yang baik untuk memahami per-
soalan ini ialah dengan menguraikaiz fasor I ke dalam kornponen yang sejajar dengan
fasor E dan komponen yang berbeda fasa 90" dengan E. Hasil perkalian [El dan besar-
nya komponen I yang sejajar dengan sunlbu E adalah P. Hasil perkalian [El dan besar-
nya komponen I yang berbeda fasa 90" dengan E adalah Q. Jika komponen I yang
sejajar dengan sumbu E rnempunyai fasa yang sama dengan E, dayanya adalall daya
yang dibangkitkan (generated power) dan dicatu (delivered) ke dalam sistem, karena
komponen arus ini selalu rnengalir keluar dari terminal bertanda positif jika terminal
itu benar-benar sedang positif (dan rnenuju ke terminal tersebut pada saat terminal
sedang negatif). P, yaitu bagian yang nyata dari EI*, adalah positif.
Jika komponen arus yang sejajar dengan sumbu E negatif (berbeda fasa 180"
dengan E), maka dayanya diserap dan keadaan ini adalah keadaan untuk motor. P,
yaitu bagian yang nyata dari EI*, adalah negatif.
Hubungan tegangan dan arus dapat saja menjadi seperti terlihat pada Gambar 2.10b,
yang menunjukkan sebuah motor. Tetapi daya rata-rata yang diserap hanya akan ter-
jadi jika kornponen fasor I yang sejajar dengan sumbu fasor E sama fasanya dengan E
(dan bukannya berbeda fasa 180" dengan E), sehingga komponen arus ini akan selalu

Ganlbar 2.10. Keprcsentasi rangkaiiin ,I. , ; ; ~ l - r scbuah cmt'dan arus yang nrelukiskikan tanda-tanda
polaritas.
Konsep Dasar

Gambar 2.1 1. Emf ac yang dihubungkan pada (a) elemen


induktif murni dan ( b ) elemen kapasitif murni. (a) (b)

Diagram rangkaian Dihitung dari EI*

-
E
+ -I Jika P +, emf mensuplai daya
Jika P -, emf menyerap daya
Jika Q +, emf mensuplai daya reaktif ( I tertinggal dari .El
Diperkirakan keadaan generator Jika Q -, emf menyerap daya reaktif (I mendahuluiE)

Jika P +, emf menyerap daya


Jika P -, emf mensuplai daya
Jika Q +, emf menyerap daya reaktif (I tertinggal dariE)
Diperkirakan keadaan motor Jika Q -, emf mensuplai daya reaktif(I mendahului E )

searah dengan jatuh-potensial (the drop in potential). Dalam kasus ini, P, bagian yang
nyata dari EI* adalah positif. P yang negatif dalam kasus ini akan menunjukkan daya
yang dibangkitkan.
Untuk menentukan tanda Q, Gambar 2.1 1 akan sangat membantu. Pada Gambar
2.1 la, daya reaktif positif yang sama dengan 1II2xdisuplai kepada induktor karena
induktor menarik Q yang positif. I tertinggal 90' dari E, dan Q , yaitu bagian khayal
(imaginary) dari EI*, adalah positif. Pada Gambar 2.1 1b, Q negatif harus disuplai ke-
pada kapasitor dari rangkaian, atau sumber emf E menerima Q positif dari kapasitor.
I mendahului E dengan 90°.
Jika arah panah pada Gambar 2.1 l a dibalik, I akan mendahului 90' terhadap E
dan bagian khayal dari EI* akan menjadi negatif. Kita dapat menganggap bahwa induk-
tor bukannya menyerap Q positif, tetapi mensuplai Q negatif. Tabel 2.1 memberikan
ringkasan dari hubungan-hubungan yang telah dijelaskan.

Contoh 2.1. Dua buah sumber tegangan ideal berupa mesin 1 dan 2 dihubungkan
seperti terlihat pada Gambar 2.12. Jika E l = 100@ V . E2 = 100/30' V , dan
Z = 0 + j5 a , lentukanlah (a) apakah masing-masing mesin membangkitkan atau
menyerap daya dan berapa besarnya daya tersebut, (b) apakah masing-masing me-
sin menerima atau mensuplai daya reaktif dan berapa besarnya daya tersebut, dan
(c)P dan Q yang diserap oleh impedansi.
Analisis Sistem Tenaga Listrik

E, I* = 100(- 10 +j2,68)= - 1000 + j268


E,I* =.(86,6 +j50)(-10 +j2,68)
= -866+j232-j500- 134= -1OOO-j268
II I2X = 1 0 , 3 5 ~ x5 = 536 var

Dapat diharapkan bahwa mesin 1 adalah sebuah generator karena arah arus dan
tanda-tanda polaritasnya. Karena P negatif dan Q positif, mesin menyerap energi de-
ngan laju sebesar 1000 W dan mencatu daya reaktif sebesar 268 var. Jadi mesin ini se-
benarnya adalah sebuah motor.
Demikian pula mesin 2, yang diharapkan merupakan sebuah motor, ternyata
mempunyai P negatif dan Q negatif. Karena itu mesin ini membangkitkan energi de-
ngan laju sebesar 1000 W dan mencatu daya reaktif sebesar 268 var. Jadi mesin ini
sebenarnya adalah sebuah generator.
Terlihat pula bahwa daya reaktif yang dicatu adalah 268 + 268 atau 536 var,
yaitu yang diperlukan oleh reaktansi induktif sebesar 5 a.Karena impedansi ini adalah
reaktif murni, tidak ada P yang diserapnya, dan seluruh P yang dibangkitkan oleh
mesin 2 dipindahkan ke mesin 1.

2.8 TEGANGAN DAN ARUS PADA RANGKAIAN


TIGA-FASA YANG SEIMBANG
Sistem tenaga listrik biasanya disuplai oleh generator berfasa-tiga. Biasanya generator
mensuplai beban-beban berfasa-tiga yang seimbang, yang berarti bahwa pada ketiga
fasa tersebut terdapat beban yang identik. Beban untuk penerangan dan motor kecil
sudah tentu hanya berfasa-tunggal, tetapi sistem distribusi telah dirancang sedemikian
rupa sehingga dalam keseluruhannya, fasa-fasa tersebut praktis seimbang. Gambar 2.13
memperlihatkan sebuah generator dengan hubungan-Y yang netralnya ditandai o , yang

Gambar 2.13. Diagram rangkaian dari sebuah generator dengan hubungan-Y yang terhubung pada
beban-Y yang seimbang.
K onsep Damr 23

mensuplai suatu beban yang juga dengan hubungan-Y dan seimbang serta netralnya
ditandai n. Dalam membicarakan rangkaian ini kita menganggap bahwa impedansi dari
hubungan antara terminal-terminal generator dan beban, dan juga impedansi dari
hubungan langsung antara o dan n , dapat diabaikan.
Rangkaian ekivalen dari generator berfasa-tiga terdiri dari sebuah emf di masing-
masing fasanya, yang digambarkan sebagai lingkaran-lingkaran. Masing-masing emf ter-
hubung seri dengan impedansi Z g yang terdiri dari sebuah tahanan dan sebuah reaktansi
induktif. Titik-titik a', b' dan c' adalah fiktif karena sebenarnya emf yang dibangkitkan
tidak mungkin dipisahkan dari impedansi masing-masing fasa. Terminal pada mesin
tersebut adalah titik-titik a, b, dan c. Rangkaian ekivalen ini akan kita bahas kembali
pada bab mendatang. Pada generator, emf Eato Eblo, Ecto sama besarnya tetapi bei-
selisih fasa 120" satu terhadap yang lain. Jika besarnya masing-masing 100 V dengan
Eato diambil sebagai referensi, maka

asalkan urutan fasanya adalah abc, yang berarti bahwa Eago mendahului 120' terhadap
Eblo, dan E b f o sendiri mendahului lagi 120" terhadap Eclo. Diagram rangkaian tidak
memberikan indikasi apa pun tentang urutan fasa, tetapi Gambar 2.14 memperlihatkan
emf-emf ini dengan urutan fasa abc.
Pada terminal generator (dan dalam ha1 ini juga pada beban), tegangan-tegangan
terminal ke netral adalah
vao= E a . ,
- I'," zg
Go= Eb'o - I b n Z g
KO= E C . 0 - IC" Zg

Karena o dan n berada pada potensial yang sama maka Vao V b o , dan Vco berturut-
turut sama dengan Van, V b n , dan Vcn, dan arus saluran (yang sama juga dengan
arus fasa untuk suatu konfigurasi-Y) adalah

Karena Earo, E b f o dan Ecfo sama besarnya dan berbeda fasa 120" satu terhadap
yang lain, sedangkan impedansi yang terlihat dari emf-emf tadi adalah identik, maka
arus-arusnya juga akan sama besarnya dan berbeda fasa 120" satu terhadap yang lain.
Hal ini pasti juga berlaku bagi Van, V b n , dan Vcn. Dalam kasus semacam ini, kita

Gambar 2.14 Diagram fasor dari emf untuk rangkaian yang


terlihat pada Gambar 2.13.
Analisis Sistem Tenaga Listrik

Gambar 2.15 Diagram fasor dari arus-arus pada beban tiga-


fasa yang seimbang: (a) semua fasor digambar mulai dari
suatu titik bersama; ( b ) penjumlahan fasor membentuk segi-
tiga tertutup.
y (aJ
1,
(br

Gambar 2.16. Tegangan-tegangan pada


rangkaian tiga-fasa seimbang: (a) tegang-
an-tegangan terhadap netral; ( b ) hubung-
an antara suatu tegangan saluran dan te-
gangan-tegangan ke netral. (a)

katakan bahwa semua tegangan dan arusnya seimbang. Gambar 2 . 1 5 ~memperlihatkan


tiga arus saluran dari suatu sistem yang seimbang. Dalam Gambar 2.1 5b terlihat bahwa
penjumlahan arus-arus ini merupakan sebuah segitiga yacg tertutup. Jelaslah bahwa
jumlahnya menjadi sama dengan nol. Karena itu, I, pada hubungan antara netral-netral
generator dan beban seperti terlihat pada Gambar 2.13 juga harus sama dengan nol.
Kemudian hubungan antara n dan o boleh berupa impedansi apa pun, bahkan terbuka
sekali pun, dan n dan o akan tetap berada pada potensial yang sama.
Jika bebannya tidak seimbang, jumlah arusnya tidak akan sama dengan nol, dan
suatu arus akan mengalir di antara o dan n . Untuk kondisi tidak-seimbang, dan tidak
adanya hubungan impedansi nol, o dan n tidak akan berada pada potensial yang sama.
Tegangan-tegangan antar-saluran (line-to-line voltages) adalah V a b , V b e , dan V , .
Dengan mengikuti jalan dari a ke b lewat n di dalam rangkaian pada Gambar 2.13, kita
dapatkan

Meskipun Eato, dan Van tidak sefasa, kita dapat saja memilih untuk menggunakan Vm ,
dan bukannya Earo, sebagai pedoman untuk menentukan tegangan. Maka pada
Gambar 2 . 1 6 ~terlihat sebuah diagram fasor dari tegangan-tegangan terhadap netral,
dan Gambar 2.16b melukiskan bagaimana Vab didapatkan. Besarnya Vab adalah

I = 2[Va,1 cos 30'

Seperti suatu fasor, Vab mendahului 30' terhadap Van,dan karena itu

Tegangan-tegangan antar-s'iluran lainnya didapatkan dengan cara yang sama. dan


Gambar 2.17 memperlihatkan ~eluruhtegangan antar-saluran dan saluran-ke-netral.
Kenyataan bahwa besarnya tegangan antar-saluran dari suatu rangkaian tiga-fasa yang
Konsep Dusar

Gambar 2.1 7 Diagram fasor dari tegangan-tegangan


pada rangkaian tiga-fasa yang seimbang.

seimbang selalu sama dengan & kali besarnya tegangan saluran- netral adalah sangal
penting.
Gambar 2.1 8 adalah suatu cara lain untuk menggambarkan tegangan antar-saluran
dan tegangan saluran-ke-netral. Fasor-fasor tegangan antar-saluran digambarkan se-
demikian sehingga membentuk segitiga tertutup, dengan orientasi yang sesuai dengan
pedoman yang dipilih, yang dalam ha1 ini adalah Van. Titik-titik sudut dari segitiga
tersebut ditandai sedemikian rupa sehingga masing-masing fasor mulai dan berakhir
pada titik-titik sudut yang sesuai dengan urutan subskrip tegangan fasor itu. Fasor-
fasor tegangan saluran-ke-netral digambarkan menuju titik tengah segitiga. Jika sudah
sekali dimengerti, diagram fasor ini akan merupakan cara yang paling sederhana untuk
menentukan berbagai tegangan.
Jika segitiga itu diputar menurut arah jarum jam dengan titik n sebagai sumbu-
putar, maka titik-titik sudut a, b, dan c akan bergerak yang satu mengikuti yang lain
menurut suatu urutan tertentu. Urutan ini menunjukkan urutan fasa (phase sequence).
Kita akan lihat nanti suatu contoh tentang pentingnya urutan fasa jika kita membicara-
kan komponen simetris sebagai suatu alat untuk menganalisis gangguan tidak-seimbang
pada sistem tenaga.
Suatu diagram arus dapat digarnbar secara terpisah untuk melukiskan hubungan
masing-masing arus yang semestinya terhadap tegangan fasanya.

Contoh 2.2 Dalam suatu rangkaian tiga-fasa yang seimbang, tegangan Vab adalah
173,7/0" V. Tentukanlah seluruh tegangan dan arus dalam suatu beban yang ter-
hubung-Y dengan Z L = 1 OmO
n. Misalkanlah bahwa urutan fasanya adalah abc.
JAWAHAN. Diagram fasor dari tegangan-tegangan dilukiskan seperti terlihat da-
lam Gambar 2.1 9, dan dari sini dapat ditentukan bahwa
Analisis Sistem Tenaga Listrik

Gambar 2.19 Diagram fasor dari tegangan-tegangan


untuk Contoh 2.2.

Gambax 2.20 Diagram fasor dari arus-arus


untuk Contoh 2.2.

Masing-masing arus tertinggal 20' terhadap tegangan pada impedansi beban,


dan besarnya masing-masing arus adalah 10 A. Gambar 2.20 adalah diagram fasor
dari arus-arus
1, = 101- 50' A lbn= 10& A I,, = 1 0 m A

Beban-beban yang seimbang sering dihubungkan dalam konfigurasi A, seperti ter-


lihat pada Gambar 2.2 1. Kami persilahkan pembaca untuk membuktikan bahwa besar-
nya sebuah arus-saluran seperti I, misalnya adalah sama dengan 4 kali besarnya arus-
fasa seperti Jab, dan bahwa I, tertinggal 30" terhadap Iab jika urutan fasanya adalah
abc.
Untuk memecahkan soal-soal dalam rangkaian tiga-fasa yang seimbang, sebenarnya
tidak perlu kita bekerja dengan seluruh diagram rangkaian tiga-fasa seperti dalam Gam-

Gambar 2.21 Diagram rangkaian dari beban tiga-fasa


yang dihubungkan secara -A.
Konsep Dasar

Gambar 2.22. Satu fasa dari rangkaian Gambar 2.13.

bar 2.13. Untuk pekerjaan ini sudah cukup jika kita misalkan adanya suatu hubungan
netral dengan impedansi no1 yang dilalui oleh jumlah arus-arus tiga-fasa, di mana untuk
kondisi seirnbang, jumlah arus-arus tersebut juga nol. Selanjutnya jawaban s o d diper-
oleh dengan menerapkan hukum tegangan Kirchhoffs sepanjang suatu jalur tertutup di
mana termasuk di dalarnnya sebuah fasa dan netral. Jalur tertutup semacam ini diperli-
hatkan dalam Gambar 2.22. Rangkaian ini adalah ekivalen fasa-tunggaluntuk rangkaian
pada Garnbar 2.13. Perhitungan yang dibuat untuk jalur ini kemudian diperluas untuk
keseluruhaq rangkaian tiga-fasa, dengan mengingat pula bahwa arus-arus di kedua-fasa
yang lain sama besarnya dengan arus dari fasa yang sudah dihitung, tetapi fasanya ber-
geser dengan 120" dan 240". Tidak menjadi masalah apakah beban seimbang yang di-
tetapkan oleh tegangan antar-saluran, daya total, dan faktor daya itu dihubungkan
secara A atau Y, karena untuk keperluan perhitungan, hubungan A selalu dapat diganti
dengan hubungan ekivalennya dalam konfigurasi-Y. Impedansi masing-masing fasa
pada ekivalen-Y adalah sepertiga dari impedansi pada masing-masing fasa untuk
hubungan -A yang digantikannya.

Contoh 2.3 Tegangan terminal dari sebuah beban terhubung-Y yang terdiri dari
tiga impedansi yang sama sebesar 20/30° S?, adalah 4,4 kV antar-saluran. Impe-
dansi pada masing-masing saluran dari ketiga saluran yang menghubungkan beban
ke re1 dari sebuah substantion adalah Z L = 1,4/75"52. Tentukanlah tegangan
antar-saluran pada re1 substation.

JAWABAN:Besarnya tegangan ke netral pada beban adalah 4400/&= 2540 V


Jika V m , yaitu tegangan pada beban, dipilih sebagai referensi, maka

V; = 2540,@ V dan Ian = m~


2540,&
= 127,0/- A

Tegangan saluran-ke-netral pada substation adalah

Gambar 2.23. Diagram rangkaian dengar,


nilai-nilai untuk Contoh 2.3.
28 Analisis Sistem Tenaga Listrik

dan besarnya tegangan pada re1 substation adalah

Gambar 2.23 memperlihatkan rangkaian dan kuantitas-kuantitas yang dibicarakan.

2.9 DAYA PADA RANGKAIAN TIGA-FASA YANG SEIMBANG


Total daya yang diberikan oleh sebuah generator tiga-fasa atau yang diserap suatu
beban tiga-fasa dapat diperoleh dengan mudah dengan menjumlahkan daya pada ketiga
fasanya. Pada suatu rangkaian yang seimbang, ini sama saja dengan 3 kali daya pada
fasa yang mana juga, karena daya pada semua fasa adalah sama.
Jika besarnya tegangan ke netral V p untuk suatu beban yang terhubung-Y adalah

Vp = I Van( = I& I = 1 KnI (2.29)


dan jika besarnya arus fasa Ip untuk suatu beban yang terhubung-Y adalah
I p = ( I a n=) Jlbn( = IlcnI (2.30)

maka daya tiga-fasa total adalah


P = 3VpIpcos 0,

di mana O p adalah sudut dengan mana arus fasa tertinggal terhadap tegangan fasa, jadi
sama dengan sudut dari impedansi di masing-masing fasa. Jika VL dan IL berturut-
turut adalah besarnya tegangan antar-saluran dan arus saluran, maka

v~= 3
vi
dan Ip=Ii,

dan dengan mensubstitusikan ke Persamaan (2.31), diperoleh


P = J3 v1,I , cos 8,
Total vars adalah
Q = 3V,Ip sin 0,
Q = d'3 V ~ I sin
, 0,

dan voltampere dari beban adalah

Persamaan-persamaan (2.33), (2.35), dan (2,36) adalah persamaan-persamaan yang


biasa dipakai untuk menghitungp, Q, dan IS1 pada jaringan (network) tiga-fasa yang
seimbang, karena kuantitas yang biasanya diketahui adalah tegangan antar-saluran, arus
kawat, dan faktor daya atau cos O p . Jika kita berbicara tentang sistem tiga-fasa, maka
yang dimaksud adalah kondisi seimbang kecuali jika dinyatakan sebaliknya; dan istilah
tegangan, arus, dan daya berturut-turut berarti tegangan antar-saluran, arus saluran,
dan daya total untuk keseluruhan tiga-fasa, jika tidak ada perincian sebsliknya.
Jika bebannya dihubungkan secara -A, tegangan pada inasing-masing impedansi
adalah tegangan antar-saluran, darl arus yang mengalir lewat masing-masing impedansi
sama dengan besarnya arus saluran dibagi a,atau
Konsep Dasar 29

Daya tiga-fasa total adalah


P = 3 v, I, cos 0,

dan dengan mengsubstitusikan nilai V p dan Ip dari Persamaan (2.37) ke dalam Persa-
maan (2.38), diperoleh

yang ternyata identik dengan Persamaan (2.33). Karena itu Persamaan (2.35) dan
(2.36) juga berlaku tanpa memandang apakah bebannya dihubungkan secara -A atau Y.

2.10 KUANTITAS PER UNIT


Saluran transmisi tenaga dioperasikan pada tingkat tegangan di mana kilovolt merupa-
kan unit yang sangat memudahkan untuk menyatakan tegangan. Karena besarnya daya
yang harus disalurkan, kilowatt atau megawatt dan kilovolt-ampere atau megavolt-
ampere adalah istilah-istilah yang sudah biasa dipakai. Tetapi, kuantitas-kuantitas ter-
sebut di atas bersama-sama dengan ampere dan ohm sering juga dinyatakan sebagai
suatu persentase atau per unit dari suatu nilai dasar atau refererlsi yang ditentukan
(specified) untuk masing-masing. Misalnya, jika sebagai tegangan dasar dipilih 120 kV,
maka tegangan-tegangan sebesar 108, 120, dan 126 kV berturut-turut menjadi 0,90,
1,00, dan 1,05 per unit, atau 90, 100, dan 105%. Definisi nilai per unit untuk suatu
kuantitas ialah perbandingan kuantitas tersebut terhadap nilai dasarnya yang dinyata-
kan dalam desimal. Perbandingan (ratio) dalam persentase adalah 100 kali nilai dalam
per unit. Kedua metode perhitungan tersebut, baik dengan persentase maupun dengan
per unit, lebih sederhana menggunakan langsung nilai-nilai ampere, ohm, dan volt yang
sebenarnya. Metpde per unit mempunyai sedikit kelebihan dari metode persentase,
karena hasil perkalian dari dua kuantitas yang dinyatakan dalam per unit sudah
langsung diperoleh dalam per unit juga, sedangkan hasil perkalian dari dua kuantitas
yang dinyatakan dalam persentase masih harus dibagi dengan 100 untuk mendapatkan
hasil dalam persentase.
Tegangan, arus, kilovoltampere dan impedansi mempunyai hubungan sedemikian
rupa sehingga pemilihan nilai dasar untuk dua saja dari kuantitas-kuantitas tersebut
sudah dengan sendirinya menentukan nilai dasar untuk kedua kuantitas yang lainnya.
Jika nilai dasar dari arus dan tegangan sudah dipilih, maka nilai dasar dari impedansi
dan kilovoltampere dapat ditentukan. Impedansi dasar adalah impedansi yang akan
menimbulkan jatuh-tegangan (voltage drop) padanya sendiri sebesar tegangan dasar
jika arus yang mengalirinya sama dengan arus dasar. Kilovoltampere dasar pada sistem
fasa-tunggal adalah hasil perkalian dari tegangan dasar dalam kilovolt dan arus dasar
dalam ampere. Biasanya megavoltampere dasar dan tegangan dasar dalam kilovolt ada-
lah kuantitas yang dipilih untuk menentukan dasar atau referensi. Jadi untuk sistem
fasa tunggal atau sistem tiga-fasa di mana istilah arus berarti arus saluran, istilah tegang-
an berarti tegangan ke netral, dan istilah kilovoltampere berarti kilovoltampere per
fasa, berlaku rumus-rumus berikut ini untuk hubungan bermacam-macam kuantitas:
dasar kVA1+
Arus dasar, A = -
tegangan dasar, kVLN
tegangan dasar, V,
Impedansi dasar =
arus dasar, A
(tegangan dasar, kVLN)' x 1000
Impedansi dasar = (2.42)
dasar kVA,+
Analisis Sistem Tenaga Listrik

(tegangan dasar, kVL,)2


Impedansi dasar =
dasar MVA1,
Daya dasar, kW14 = dasar kVA1, (2.44)
Daya dasar, MW14 = dasar MVA1, (2.45)
Impedansi per-unit dari - impedansi sebenarnya, 0
- (2.46)
suatu elemen rangkaian impedansi dasar, R

Dalam persamaan-persamaan di atas, subkrip 14 dan LN berturut-turut menunjukkan


"per fasa" dan "saluran-ke-netral", untuk persamaan-persamaan yang berlaku bagi
rangkaian tiga-fasa. Jika persamaan-persamaan tersebut dipakai untuk rangkaian ber-
fasa-tunggal, kVLN berarti tegangan pada saluran berfasa-tunggal, atau tegangan salur-
an-ke-tanah jika salah satu salurannya diketanahkan.
Karena soal-soal rangkaian tiga-fasa dipecahkan sebagai suatu saluran tunggal de-
ngan suatu pengembalian netral (neutral return), dasar-dasar untuk kuantitas pada dia-
gram impedansi adalah kilovoltampere per fasa dan kilovolt dari saluran-ke netral.
Data-data biasanya diberikan sebagai kilovoltampere total tiga-fasa atau megavoltam-
pere dan kilovolt antar-saluran. Karena kebiasaan dalam menyatakan tegangan antar-
saluran dan kilovoltampere total atau megavoltampere total seperti tersebut di atas,
mungkin terjadi kesimpangsiuran dalam hubungan antara nilai per-unit dari tegangan
saluran dan nilai per-unit dari tegangan fasa. Meskipun tegangan saluran dapat saja dipi-
lih sebagai dasar, untuk rangkaian berfasa-tunggaljawaban yang diperlukan adalah tetap
tegangan ke netral. Tegangan dasar ke netral adalah tegangan dasar antar-saluran dibagi
dengan fi.Karena ini adalah juga perbandingan antara tegangan antar-saluran dan
tegangan saluran-ke-netral dari sistem tiga-fasa yang seimbang, nilai per-unit dan suatu
tegangan saluran-ke-netral dengan tegangan saluran-ke-rzetralsebagai dasar sama dengan
nilai per unit tegangan antar-saluran pada titik yang sama dengan tegangan antar-salur-
an sebagai dasar jika sistemnya seimbang. Demikian pula, kilovoltampere tiga-fasa ada-
lah tiga kali dari kilovoltampere per fasa, dan kilovoltampere dasar tiga-fasa adalah juga
tiga kali dari kilovoltampere dasar per fasa. Karena itu, nilai per unit dari kilovolt-
ampere tiga-fasa dengan dasar kilovoltampere tiga-fasa identik dengan nilai per unit
dari kilovoltampere per fasa dengan dasar kilovoltampere per fasa.
Suatu contoh dengan angka-angka akan memperjelas hubungan-hubungan yang
baru saja dibicarakan. Misalnya, jika

kVA3@dasar =30.000 kVA


dan
kVLL dasar = 120 kV

di mana subskrip 34 dan LL berturut-turut berarti "tiga-fasa" dan "antar-saluran,"


maka
30.000
kVA,@dasar = - =l0.000 kVA
3
dan
120
kVLN dasar =
Jj = 69)2 kv
Konsep Dasar 31

Untuk tegangan antar-saluran yang sebenarnya sebesar 108 kV, tegangan saluran-ke-
netral adalah 1 0 8 / a = 62,3 kV, dan
108 62,3
Tegangan per-unit = - = - = 0,90
120 69,2

Untuk daya tiga-fasa total sebesar 18.000 kW, daya per fasa adalah 6000 kW, dan
18.000 = ----
6000 = 0,6
Daya per-unit =
30.000 10.000

Sudah tentu, nilai megawatt dan megavoltampere dapat saja menggantikan nilai
kilowatt dan kilovoltampere untuk seluruh pembahasan di atas. Jika tidak dinyatakan
lain, suatu nilai dasar tegangan dalam suatu sistem tiga-fasa adalah tegangan antar-salur-
an, dan suatu nilai dasar kilovoltampere atau megavoltampere adalah nilai dasar untuk
total tiga-fasa.
1mpedansi.dasar dan arus dasar dapat langsung dihitung dari nilai-nilai tiga-fasa
untuk kilovolt dasar dan kilovoltampere dasar. Jika kita mengartikan bahwa kilovolt-
ampere dasar dan tegangan dasar dalam kilovolt b e r t u r u t - m t sama dengan kilovolt-
ampere dasar untuk total tiga-fasa dan tegangan dasar antar-saluran, maka kita peroleh
kVA3@dasar
Arus dasar, A =-
,,h x tegangan dasar, kVLL

dan dari Persamaan (2.42)

(tegangan dasar, kvLL 1,/3)~ x 1000


Impedansi dasar = -- (2.48)
kVA3@/3dasar
it -gangan dasar, kvLL)*x 1000
Impedansi dasar = --
kVA3@dasar
(tegangan dasar, kVLJ2
Impedansi dasar =
MVA3@dasar

Kecuali perbedaan pada subskripnya, Persamaan-persamaan (2.42) dan (2,43) berturut-


turut identik dengan Persamaan-persamaan (2.49) dan (2.50). Subskrip telah kita pakai
dalam Persamaan-persamaan di atas agar dapat menekankan perbedaan antara cara be-
kerja dengan kuantitas tiga-fasa dan kuantitas per fasa. Kita dapat memakai persamaan-
persamaan ini tanpa subskrip, tetapi kita harus (1) menggunakan kilovolt antar-saluran
dengan kilovoltampere atau megavoltampere tiga-fasa, dan (2) menggunakan kilovolt
saluran-ke-netral dengan kilovoltampere atau megavoltampere per fasa. Persamaan
(2.40) memberikan arus dasar untuk sistem berfasa-tunggal atau untuk sistem tiga-fasa
di mana dasar-dasarnya ditetapkan dalam kilovoltampere per fasa dan kilovolt ke
netral. Persamaan (2.47) memberikan arus dasar untuk sistem tiga-fasa di mana dasar-
dasarnya ditetapkan dalam kilovoltampere total untuk ketiga-fasa dan dalam kilovolt-
antar-saluran.

Contoh 2.4 Carilah jawaban dari Contoh 2.3 dengan cara kerja per unit dan de-
ngan dasar 4,4 kV, 127 A sehingga baik besarnya tegangan maupun besarnya arus
menjadi 1,O per unit. Dalam contoh ini ditentukan arus, dan bukannya kilovolt-
ampere, karena kuantitas yang disebut belakangan ini tidak masuk ke dalam per-
masalahan.
Analisis Sistem Tenaga Lishik

JAWABAN
: Impedansi dasar adalah

dan karena itu besarnya impedansi beban adalah juga 1,O per unit. Impedansi
kawat adalah
1, 4 m 0
Z = = 0,07/75O per unit
20

VM = 1,o@ + 1,0/-30° x 0,07/75O


= l,OLQO+ 0,07/45O

= 1,0495 + j0,0495 = 1,051/2,70~Per unit

4400
v,,, = 1,os 1 x -
Js = 2670 V,
- atau 2,67 kV

Jika soal yang harus dipecahkan menjadi lebih kompleks dan terutama jika me-
nyangkut transformator, keuntungan dari perhitungan dalam per unit akan menjadi
lebih jelas.

2.1 1 MENGUBAH DASAR KUANTITAS PER-UNIT


Kadang-kadang impedansi per-unit untuk suatu komponen dari suatu sistem dinyata-
kan menurut dasar yang berbeda dengan dasar yang dipilih untuk bagian dari sistem di
mana komponen tersebut berada. Karena semua impedansi dalam bagian mana pun
dari suatu sistem harus dinyatakan dengan dasar impedansi yang sama, maka dalam
perhitungannya kita perlu mempunyai cara untuk dapat mengubah impedansi per-unit
dari suatu dasar ke dasar yang lain. Dengan mensubstitusikan impedansi dasar yang
diberikan dalam Persamaan (2.42) atau (2.49) ke dalam Persamaan (2.46) kita peroleh
Irnpedansi per-unit dari suatu elemen rangkaian

(impedansi sebenarnya, a ) x (kVA dasar)


- (2.51)
(tegangan dasar, k ~ ) *x 1.000

Rumus di atas memperlihatkan bahwa impedansi per-unit berbanding lurus dengan


kilovoltampere dasar dan berbanding terbalik dengan kuadrat tegangan dasar. Karena
itu, untuk mengubah dari impedansi per-unit menurut suatu dasar yang diberikan men-
jadi impedansi per-unit menurut suatu dasar yang baru, dapat dipakai persamaan ber-
ikut:

Zbaruper-unit = Zdiberikan
per-unit
i
kvdiberikan d a ~ a r
kVbaru dasar
kVAbaru dasar
kVA diberikan dasar
Konsep Dasar 33

Persamaan ini tidak ada sangkut pautnya dengan transfer nilai-ohm suatu impedansi
dari satu sisi ke sisi yang lain pada sebuah transformator. Persamaan ini sangat berguna
untuk mengubah suatu impedansi per-unit yang diberikan menurut suatu dasar terten-
tu ke suatu dasar yang baru.
Tetapi, selain dengan menggunakan Persamaan 2.52, perubahan dasar dapat juga
diperoleh dengan mengubah nilai per-unit menurut suatu dasar menjadi nilai-ohm dan
membaginya dengan impedansi dasar yang baru.

Contoh 2.5 XI' adalah reaktansi sebuah generator yang diketahui sama dengan
0,25 per unit didasarkan atas peringkat (rating) yang tertera pada pelat-nama
generator tersebut, yaitu 18 kV, 500 MVA. Dasar untuk perhitungannya adalah
20 kV, I 0 0 MVA. Hitungan X" dengan dasar yang baru.

JAWABAN : Dari Persamaan (2.52) kita dapat

xf'= 0,25(:) '(g) = 0,0405 per unit

atau dengan mengubah nilai yang diketahui ke dalam ohm dan membaginya de-
ngan impedansi dasar yang baru,

X" = 0,25(182/50) = 0,0405 per unit


202/100

Tahanan dan reaktansi suatu mesin dalam persentase atau per-unit biasanya diberi-
kan oleh pabriknya. Untuk ini yang diambil sebagai dasar adalah kilovoltampere rating
dan kilovolt rating mesin tersebut. Daftar-daftar A.4 dan A.5 dalam Appendiks mem-
berikan nilai-nilai reaktansi yang sering dijumpai untuk generator dan transformator.
Kita akan membicarakan kuantitas per-unit leblh lanjut pada Bab 6 dalam hubungan-
nya dengan studi tentang transformator.

SOALSOAL
2.1 Jika IJ = 141,4 sin ( w t + 30°)V dan i = 11,31 cos ( a t - 30°)A, hitunglah untuk masing-
masing (a) nilai maksimum, (b) nilai rms, dan (a) rumus fasor dalam bentuk polar dan rektangular
dengan memilih tegangan sebagai dasar. Apakah rangkaian itu induktif atau kapasitif?
2.2' Jika rangkaian pada Soal 2.1 terdiri dari sebuah elemen resistif murni dan sebuah elemen
reaktif murni, hitunglah R dan X, (a) jika elemen-elemen tersebut terhubung seri dan (b) jika ele-
men-elemen tersebut terhubung paralel.
2.3 Dalarn suatu rangkaian berfasa-tunggal, V, = 120/4S0 V dan V b = 100/-15" V terhadap
suatu simpul referensi o. Carilah Vb, dalam bentuk polar.
2.4 Suatu tegangan ac berfasa-tunggal sebesar 240 V terpasang pada suatu rangkaian seri yang im-
pedansinya adalah 10/60°52. Hitunglah R, X , P, Q dan faktor daya dari rangkaian tersebut.
2.5 Jika suatu kapasitor dihubungkan paralel dengan rangkaian pada Soal 2.4 dan jika kapasitor
ini mencatu 1250 var, hitunglah P dan Q yang dicatu oleh sumber tegangan 240 V, dan hitunglah
pula faktor daya yang dihasilkannya.
2.6 Suatu beban induktif berfasa-tunggal menarik 10 MW dengan faktor daya 0,6 tertinggal. Gam-
barlah segitiga daya dan tentukan daya reaktif dari sebuah kapasitor yang hams dihubungkan
paralel dengan beban tersebut untuk menaikkan faktor dayanya menjadi 0,85.
2.7 Sebuah motor induksi berfasa-tunggal beroperasi dengan beban yang sangat ringan untuk .set
bagian besar dari tiaptiap hari dan menarik 10 A dari jaringan, Disarankan penggunaan suatu alat
untuk "meningkatkan efisiensi" motor itu. Dalam suatu peragaan, alat tersebut dihubungkan
paralel dengan motor yang tidak dibebani dan arus yang ditarik dari jaringan turun menjadi 8 A.
34 Analisis Sistem Tenaga Lisnik

Jika dua buah dari alat tersebut dihubungkan paralel dengan motor, arus yang ditarik turun lagi
menjadi 6 A. Alat sederhana apakah yang dapat menyebabkan penurunan arus ini? Sebutkanlah
keuntungan-keuntungan alat ini. Apakah alat ini juga menaikkan efisiensi motor? (Ingatlah bahwa
suatu motor induksi menarik arus yang tertinggal).
2.8 Jika impedansi antara mesin-mesin 1 dan 2 pada Contoh 2.1 adalah Z = 0-j5 sl, tentukanlah
(a) apakah masing-masing mesin membangkitkan atau menyerap daya, (b) apakah masing-masing
mesin menerima atau mencatu daya reaktor positif dan berapa besarnya, dan (c) nilai P dan Q yang
diserap oleh impedansi tersebut.
2.9 Ulangilah Soal 2.8 jika Z = 5 + j O a.
2.10 Suatu sumber tegangan Ean = - 120/210° V dan arus y ang mengalir lewat sumber tersebu t
adalah In, = lo&" A. Carilah nilai P dan Q dan jelaskan apakah sumber tersebut memberikan
atau menerimanya.
2.1 1 Carilah jawaban dari Contoh 2.1 jika E = 1 0 0 b V dan E2 = 120/30" V. Bandingkanlah
hasilnya dengan Contoh 2.1 dan buatlah beberapa kesimpulan tentang pengaruh perubahan besar-
nya E2 d a h m rangkaian itu.
2.12 Tiga buah impedansi yang identik sebesar 10/-15"sl dihubungkan-Y ke tegangan-tegangan
saluran tiga-fasa yang seimbang sebesar 208V. Tentukanlah semua tegangan saluran, tegangan fasa
dan arus sebagai fasor dalam bentuk polar dengan Vca sebagai referensi dan urutan fasanya abc.
2.13 Dalam suatu sistem tiga-fasa yang seimbang, impedansi yang dihubungkan-Y adalah rZ.
Jika V b , = 416& V, tentukanlah I,, dalam bentuk polar.
2.14 Terminal-terminal dari suatu sumber tiga-fasa ditandai dengan a, b, dan c. Di antara dua ter-
minal yang mana pun, sebuah voltmeter mengukur 115 V. Sebuah tahanan 100 n dan sebuah kapa-
sitor 100 a (pada frekuensi sumber tegangan) dihubungkan seri dari a ke b dengan tahanan terhu-
bung pada a. Titik hubung antara kedua elemen tersebut ditandai dengan n. Tentukanlah secara
grafik pembacaan voltmeter antara c dan n jika urutan fasanya adalah abc dan jika urutan fasanya
acb.
2.15 Tentukanlah arus yang ditarik dari saluran 440-V tiga-fasa oleh sebuah motor tiga-fasa 15-hp
yang beroperasi pada beban penuh, efisiensi 9076, dan faktor daya 80% tertinggal. Hitunglah nilai
P dan Q yang ditarik dari saluran itu.
2.16 Jika ketiga saluran yang nienghubungkan motor pada Soal 2.15 ke suatu re1 masing-masing
mempunyai impedansi 0,3 + j1,O sl, hitunglah tegangan antar-saluran pada re1 yang mencatu
440 V pada motor.
v" 2.17 Suatu beban-A seimbang yang terdiri dari tahanan-tahanan rnurni sebesar 15 sl per fasa di-
+
hubungkan paralel dengan suatu beban-Y seimbang yang mempunyai impedansi fasa 8 j6 n. Ke-
tiga saluran yang menghubungkan kombinasi beban tersebut di atas ke suatu sumber tiga-fasa
110-V mempunyai impedansi identik yaitu masing-masing 2 + j5 n. Hitunglah arus yang ditarik
dari sumber dan tegangan saluran pada kombinasi beban.
, 2.18 Suatu beban tiga-fasa mcnarik 250 kV dengan faktor daya 0,707 tertinggal dari saluran
440-V. Paralel dengan beban ini terpasang sebuah kunipulan kapasitor yang menarik 60 kVA. Hi-
tunglah atus total dan faktor daya resultannya.
2.19 Sebuah motor tiga-fasa menarik 20 kVA dengan faktor daya 0,707 dari sebuah sumber 220-V.
Tentukanlah rating kilovoltarnpere dari kapasitor-kdpasitor untuk membuat faktor daya kombinasi-
nya menjadi 0,90 tertinggal, dan tentukanlah juga arus saluran sebelum dan sesudah pcnambahan
kapasitor.
2.20 Sebuah mesin "dragline" pada suatu tambang batu-bara "open-pit" menggunakan 0,92 MVA
dengan faktor daya 0,8 tertinggal pada waktu mesin menggali batu-bara. Pada waktu sekop mesin
yang sudah terisi meninggalkan dinding tampang, mesin itu "membangkitkan" (memberikan
kepada sistem listrik) 0,10 MVA dengan faktor daya 0,s mendahului. Pada akhir perioda "penggali-
an," perubahan besarnya arus dapat menyebabkan bekerjanya rele-rele pengaman yang terbuat dari
rangkaian keadaan-solid. Karena itu perubahan besarnya arus perlu dibuat seminimal mungkin. Per-
timbangkanlah penempatan kapasitor-kapasitor pada terminal-terminal mesin dan tentukanlah
besarnya koreksi kapasitif (dalan~kvar) yang diperlukan untuk menghilangkan perubahan besarnya
arus keadaan-tetap. Mesin itu mendapat tenaga dari sumber 36,s kV tiga-fasa. Mulailah jawaban
dengan memisalkan Q sebagai megavars total tiga-fasa dari kapasitor-kapasitor yang dihubungkan
pada terminal-terminal mesin, dan tuliskan rumus-rumus untuk besarnya arus saluran yang ditarik
Konsep Dasav 35

oleh mesin dengan Q sebagai faktornya, baik untuk operasi "pengalian" maupun "pembangkitan"
2.21 Sebuah generator (yang dapat digambarkan sebagai suatu emf yang terhubung seri dengan
sebuah reaktansi i n d u k t q mempunyai rating 500 MVA, 22 kV. Kumparan-kumparannya yang ter-
hubung-Y mempunyai reaktansi 1,l per unit. Hitunglah nilai ohm dari reaktansi dasarnya.
2.22 Generator pada Soa12.21 berada dalam suatu rangkaian di mana dasar-dasamya ditetapkan se-
bagai 100 MVA, 20 kV. Bertolak dari nilai per-unit yang diberikan dalam Soal 2.21, tentukanlah
nilai per-unit dari reaktansi kumparan dengan dasar yang tersebut di atas.
2.23 Gambariah rangkaian ekivalen fasa-tunggal untuk motor (suatu emf yang terhubung seri
dengan reaktansi induktif )Z , dan hubungannya ke suplai tegangan yang dibicarakan dalam Soal-
soal 2.15 dan 2.16. Tunjukkanlah pada diagram nilai-nilai per-unit dari impedansi saluran dan
tegangan pada terminal motor dengan 20 kVA, 440 V sebagai dasar. Kemudian dengan mengguna-
kan nilai-nilai per-unit, hitunglah tegangan suplai dalam per-unit dan akhirnya ubahlah nilai per-
unit dari tegangan suplai ke dalam volt.
BAB

MODEL SISTEM

Pada tahap pembicaraan kita tentang sistem tenaga sekarang ini, kita telah selesai me-
nurunkan model rangkaian saluran transmisi dan telah mempelajari beberapa perhi-
tungan tegangan, arus dan daya pada saluran. Dalam bab ini kita akan mengembang-
kan model rangkaian untuk mesin serempak (synchronous machine) dan transformator
tenaga.
Mesin serempak sebagai suatu generator ac yang digerakkan oleh sebuah turbin
adalah suatu alat yang mengubah energi mekanis menjadi energi listrik. Sebaliknya se-
bagai motor, mesin mengubah energi listrik menjadi energi mekanis. Kita terutama me-
naruh minat pada generator serempak, tetapi mesin serempak akan kita bahas juga de-
ngan singkat. Di dalam industri motor induksi lebih banyak dipakai daripada motor se-
rempak, tetapi pembahasannya adalah di luar tujuan buku ini. Kita tidak dapat mem-
bahas mesin serempak dengan sepenuhnya, tetapi banyak buku mengenai mesin-mesin
ac yang memberikan analisis yang cukup banyak mengenai generator motor, dan trans-
formatort Penanganan kita tentang mesin serempak akan meinungkinkan kita untuk
mempunyai cukup keyakinan akan kebenaran rangkaian ekivalen untuk memahami
studi lebih lanjut tentang peranan generator dalarn sistem tenaga, dan akan merupakan
ringkasan-ulangan bagi mereka yang sebelumnya telah mempelajari masalah ini.
Transformator merupakan penghubung antara generator dan saluran transmisi dan
antara saluran transmisi dengan sistem distribusi yang mengirimkan tenaga melalui be-
berapa transformator lagi pada beban dari sistem. Seperti halnya dengan mesin serem-
pak, pembahasan kita tentang transformator tidak akan terlalu luas, tetapi cukup
memberi kita model rangkaian yang sesuai untuk studi lebih lanjut.
Kemudian akan kita lihat bagaimana diagram segaris (one-line diagram) melukis-
kan gabungan dari model-model komponen dalam membentuk suatu sistem yang leng-
kap, dan kita akan pelajari lebih lanjut penggunaan kuantitas per satuan dalam perhi-
tungan sistem.

1- Llntuk pembicaraanyang lebih terinci tentang rnesin serernpak dan transformator, lihatlah salal~
satu dari buku-buku mengenai mesin list& seperti A. E. Fitzgerald, C. Kiysley, Jr., dan A. Kusko,
Electric Machinery, 3d ed., McGraw-Hill Book Company, New York, 1971, atau L. W. Matsch,
Elektromagnetic and Electromechanical Machines, 2d ed., IEP, New York, 1977.
Analisis Sistem Tenaga Listrik

6.1 KONSTRUKSI MESIN SEREMPAK


Kedua bagian utama sebuah mesin serempak adalah susunan ferromagnetik. Bagian
yang diam, yang pada dasarnya adalah sebuah silinder kosong dinamakan stator atau
jangkar (armature) dan mempunyai parit-parit (slots) memanjang yang didalamnya ter-
dapat lilitan kumparan stator. Lilitan ini membawa arus yang diberikan pada suatu be-
ban listrik atau sistem oleh sebuah generator, atau arus yang diterima dari sebuah sum-
ber ac oleh suatu motor. Rotor adalah bagian dari mesin yang dipasang pada poros
dan berputar di dalam stator yang kosong. Lilitan pada rotor dinamakan lilitan me-
dan (field winding) dan dicatu dengan arus dc. Mmf (magnetomotive force) yang sangat
tinggi yang dihasilkan oleh arus dalam lilitan medan ini bercampur dengan mmf yang
dihasilkan oleh arus dalam lilitan stator. Fluks resultan pada celah udara antara stator
rotor membangkitkan tegangan dalam kumparan lilitan stator dan menyebabkan ter-
jadinya momen-putar (torque) antara stator dan rotor. Gambar 6.1 memperlihatkan
pemasukan rotor silinder berkutub-empat ke dalam stator sebuah generator 1525-MVA.
Arus dc dicatu pada lilitan medan oleh sebuah dinamo-medan (exciter = penguat)
yang dapat berupa sebuah generator yang terpasang pada poros atau sebuah sumber dc
tersendiri yang dihubungkan pada lilitan medan melalui sikat (brush = borstel) pada ge-
lang-gelang-seret (slip-rings). Generator ac yang besar biasanya mempunyai penguat
yang terdiri dari sebuah sumber ac dengan perata arus solid-state.
Jika mesin itu sebuah generator, porosnya digerakkan oleh sebuah penggerak-mula
(prime mover) yang biasanya berupa turbin uap atau turbin air. Momen-putar elektro-
magnetis yang dibangkitkan di dalam generator ketika generator tersebut memberikan

Gambar 6.1 Foto yang memperliliatka~lpemasukan rotor silinder berkqtub-empat ke dalam sta-
tor sebuah generator 1525-MVA. (Dcngan seizin Utility Power Corporation, Wisconsin).
Model Sistem 123

daya adalah berlawanan dengan momen-putar dari penggerak-mula. Beda antara ke-
dua momen-putar ini adalah yang disebabkan oleh rugi di dalam teras-besi (iron eore)
dan karena gesekan. Di dalam sebuah motor momen-putar yang dhasilkan di dalam
mesin dikurangi dengan rugi teras-besi dan gesekan, diteruskan pada poros yang meng-
gerakkan beban mekanis.
Gambar 6.2 menunjukkan sebuah generator tiga-fasa yang sangat sederhana. Lilit-
an medan digambarkan hanya sebagai sebuah kumparan. Generator pada gambar ini di-
sebut sebuah mesin berkutub-nonsalien (nonsalient pole machine, salient = menjulang,
menonjol), karena rotornya berbentuk silinder. Rotor pada Gambar 6.1 adalah dari
jenis silinder. Pada mesin yang sebenarnya kumparan mempunyai lilitan yang besar
jumlahnya tersebar di dalam parit di sekeliling rotor. Medan magnet kuat yang ditim-
bulkan menggandeng kumparan stator untuk mengimbas tegangan pada lilitan stator
ketika poros diputar oleh penggerak-mula.
Penampang stator diperlihatkan dalam Gambar 6.2. Sisi-sisi yang berhadapan dari
sebuah kumparan, yang hampir berbentuk persegi-panjang, terletak di dalam parit a
dan a' yang terpisah sejauh 180'. Kumparan yang sama terdapat juga pada parit b dan
b', dan c dan c'. Sisi-sisi kumparan dalam parit a, b, dan c terpisah sejauh 120'. Peng-
hantar yang ditunjukkan dalam parit-parit terlihat sebagai suatu kumparan dengan satu
lilitan saja, tetapi kumparan semacam ini sebenarnya dapat mempunyai banyak lilitan
dan biasanya terhubung seri dengan kumparan yang identik pada parit-parit yang ber-
sebelahan untuk membentuk suatu gulungan yang mempunyai ujung-ujung yang ditan-
dai a dan a'. Gulungan-gulungan yang ditandai b dan b' serta c dan c' adalah sama se-
perti gulungan a-a' kecuali dalam letaknya yang berbeda-beda di sekeliling stator.
Gambar 6.3 memperlihatkan sebuah mesin berkutub-salien (salient-pole machine)
yang mempunyai empat buah kutub. Sisi-sisi yang berhadapan dari sebuah kumparan
stator terpisah sejauh 90'. Jadi ada dua buah kumparan untuk masing-masing fasa. Sisi-
sisi kumparan a, b, dan c dari kumparan yang berdekatan terpisah sejauh 60'. Kedua
kumparan dari sebuah fasa boleh dihubungkan seri atau paralei.
Meskipun tidak ditunjukkan dalam Gambar 6.3 mesin berkutub-salien biasanya
mempunyai gulungan peredam (damper windings) yang terdiri dari batang tembaga

Air gap ed
d /Stator
Kumparan gulungan
medan dc

Rotor mmf lilitan

Gambar 6.2. Generator ac tiga-fasa yang


sederhana. memperlihatkan pandangan
ujung dari rotor silinder berkutubdua Gambar 6.3. Penampang stator dan rotor
dan penampang stator. berkutub-salien yang sederhana.
124 Analisis Sisfem Tenaga Listrik

yang terhubung-singkat melalui. permukaan kutub yang sama dengan bagian dari se-
buah gulungan "sangkar tupai" ("squirrel cage") dari sebuah motor induksi. (Istilah
"squirrel cage" berarti "stator hubungan-singkat"). Kegunaan dari gulungan peredam
itu ialah untuk mengurangi osilasi (oscillation = getaran) mekanis dari rotor di sekitar
kecepatan serempaknya, yang ditentukan oleh jumlah kutub pada mesin dan frekuensi
dari sistem ke mana mesin tersebut dihubungkan. Hal ini akan segera kita lihat.
Dalam mesin dua-kutub, satu perioda (cycle) tegangan dibangkitkan untuk setiap
perputaran dari rotor yang berkutub-dua. Dalam mesin berkutub-empat, dua perioda
dibangkitkan pada masing-masing kumparan untuk setiap putaran. Karena jumlah pe-
rioda per putaran sama dengan jumlah pasangan kutub, frekuensi dari tegangan yang di-
bangkitkan adalah

di mana P adalah banyaknya kutub dan N adalah kecepatan rotor dalam putaran per
menit (revolutions per minute).
Karena satu perioda tegangan (360' dari gelombang tegangan) dibangkitkan setiap
sepasang kutub melewati suatu kumparan, kita harus membedakan antara derajat lis-
trik yang dipakai untuk menyatakan tegangan dan arus, dan derajat mekanis untuk
menyatakan kedudukan dari rotor. Dalam sebuah mesin berkutub-dua derajat listrik
dan mekanis adalah sama. Dalam sebuah mesin berkutub-empat, dua periode atau 720
derajat listrik dihasilkan per putaran dari 360 derajat mekanis. Dalam setiap mesin
jumlah derajat listrik sama dengan P/2 kali jumlah derajat mekanis.
Dengan rancangan rotor yang tepat dan dengan distribusi yang baik dari gulungan
stator di sekeliling jangkar, akan dapat dibangkitkan tegangan sinusoida yang sangat
murni. Tegangan ini dinamakan tegangan yang dibangkitkan tanpa-beban atau tegang-
an yang dibangkitkan saja. Untuk analisis kita pada bagian yang akan datang kita akan
menganggap bahwa mmf yang dihasilkan oleh rotor terbagi secara sinusoida.
Jika ujung-ujung gulungan tersebut dihubungkan satu dengan yang lain dan ti-
tik hubungnya dinamakan o , tegangan yang dibangkitkan (ditandai sebagai Eao,
Ebo, dan E,, agar sesuai dengan notasi yang telah ditetapkan dalam Bab 2) terpisah
satu dengan yang lain sejauh 120 derajat listrik.

6.2 REAKSI JANGKAR DALAM MESIN SEREMPAK


Jika suatu beban tiga-fasa yang seimbang dihubungkan ke sebuah generator tiga-fasa,
arus-arus tiga-fasa yang seimbang akan mengalir dalam fasa gulungan stator. Arus sta-
tor ini akan menimbulkan mmf tambahan yang perlu kita selidiki. Kita perhatikan
dulu mmf yang dihasilkan oleh masing-masing dari ketiga gulungan yang dipisahkan
sejauh 120° di sekeliling sebuah mesin berkutub-dua seperti dalam Gambar 6.2. Kita
akan menetapkan juga sebuah mesin rotor-silinder, sekali lagi seperti pada Gambar 6.2,
sehingga semua jalur fluks pada celah udara mesin pada dasarnya akan mempunyai re-
luktansi yang sama.
Karena kita boleh memilih t sama dengan no1 bila ia sedang berada pada nilai mak-
simum, arus tiga-fasa yang seimbang itu dapat dinyatakan dengan persamaan

I, = I , cos tot
I ,= I , cos (wr - 120")
i, = I , cos (wt - 240")
Model Sistem 125

di mana w adalah dalam derajat listrik per detik. Untuk mesin berkutub-dua w
adalah juga kecepatan sudut rotor dalam derajat mekanis per detik. Kita akan memisal-
kan bahwa arah positif yang dipilih untuk arus ialah ke arah pengamat dalam penghan-
tar a pada Gambar 6.2, dan pengandaian yang sama dibuat pula untuk arus-arus pada
penghantar b dan c.
Posisi di sekeliling jangkar akan ditetapkan oleh pergeseran sudut (angular dis-
placement) Od yang diukur dari sumbu kumparan a seperti dalam Gambar 6.2. Kete-
rangan d diguriakan untuk membedakan sudut pergeseran Od dari sudut 0 yang telah
biasu kita gunakan untuk menyatakan fasa waktu antara tegangan dan arus. Kita ingat
kenibali bahwa mmf di sekeliling jangkar yang ditimbulkan oleh arus jangkar pada
setiap fasa harus merupakan suatu fungsi dari pergeseran Bd dan waktu t. MMf yang
disebabkan oleh arus pada fasa a akan kita nyatakan sebagai.F,(O,, t).Karena mmf ini
dihasilkan oleh i,, mmf tersebut haruslah merupakan suatu fungs'i sinusoida dari wak-
tu yang sefasa dengan i,.
Distribusi rnmf di sekeliling stator yang disebabkan ole11 arus stator tidak ber-
bentuk sinusoida. Di dalam mesin yang sesungguhnya setiap kumparan n~enduduki
beberapa parit dan distribusi mmf hampir berbentuk segitiga. Tetapi dalam analisis
y'ang akan kita buat, seperti sudah menjadi kebiasaan, hanya akan diperhitungkan har-
rnonik dasar (fundamental harmonic) dari gelombang segitiga tersebut.
Dengan memisalkan distribusi mmf berbentuk sinusoida, garis tebal dalam Cambar
6.4 menunjukkan mmf dari fasa a di sekeliling stator sebagai fungsi dari Od pada t = 0;
y a i t ~ketika
~ i, berada pada nilai maksimumnya. Pada saat ini distribusi.F, di sekeliling
stator dinyatakan dengan
.Fo(O,,0) = . Y , cos 0,
(6.5)
di rnana iV7, adalah nilai maksimum dari .Fa.
Untuk beberapa nilai t yang lain dari nol, garis-garis terputus pada Gambar 6.4 me-
nunjukkan distribusi .Fadi sekeliling stator. Kita lihat bahwa nilai maksimum .% ada-

Gambar 6.4. Distribusi mmf di sekeliling stator yang dibangkitkan oleh arus pada fasa a dari gene-
rator pada Gambar 6.2 untuk bermacarn-macam nilai wt jika i, dinyatakan dengan Persamaan (6.2).
126 Analisis Sistem Tenaga Listrik

-
lah 0.5.Fm jika a t = 60' karena pada saat itu i, sama dengan 0.5 I , dari Persalnaan
(6.2). Pada posisi tetap Od = 45 0,.Ya berubah-ubah secara sinusoida di antara nilai-nilai
yang ditunjukkan oleh titik a dan b pada Gambar 6.4. Pada Od = 90°.Fa selalu nol.
Jadi untuk menerangkan baik perubahan dengan waktu maupun perubahan dengan
tempat dari .Fa,dan karena .Faberada dalam fasa waktu yang sama dengan i,, kita da-
Pat
F,(Od, t ) = .Fmx cos 8, x cos o t (6.6)
-*- ---
karena karena
kedudukan perubahan
jangkar waktu

Demikian juga untuk fasa b dan c


.F,(O,, t ) = Pmcos (8, - 120") cos (wt - 120") (6.7)

dan
.Fc( O d . t)'= Srn
cos (Od - 240') cos (at - 240') (6.8)

Jumlah ketiga rnmf ini adalah mrnf resultan ,Fa,yang dinamakan rnmf reaksi jangkar
(armature reaction). Dengan menggunakan identitas trigonometris
cos a cos b = f cos (a - B ) + f cos (a + B ) (6.9)
dan dengan mengingat kembali bahwa jumlah ketiga suku sinusoida dengan besar yang
sama dan tergeser fasanya dengan 120' dan 240" adalah sama dengan nol, kita peroleh
.Yo, + 9,+ .F,
= .Fa = t.Fmcos (8, - tot) (6.10)
Persamaan (6.10) melukiskan sebuah gelombang rnmf yang berjalan di sekeliling
stator dengan arah Od yang meningkat. Untuk seorang pengamat yang bergerak bersa-
ma titik mana pun pada gelombang, rnmf adalah konstan dan
0, - w t = suatu konstanta (6.11)
dari mana kita dapatkan

Persamaan (6.12) menunjukkan pada kita bahwa rnmf reaksi jangkar berputar di
sekeliling stator dengan kecepatan sudut (angularvelocity) o yang sama dengan kece-
patan sudut rotor. Karena itu rnmf ini adalah diam (stationary) terhadap rnmf yang di-
hasilkan oleh lilitan dc rotor. Jumlah (net) fluks pada celah udara di antara stator dan
rotor dihasilkan oleh resultan dari kedua mrnf tersebut di atas.
Jika kejenuhan (saturation) kita abaikan, dan kita ingat kembali bahwa kita se-
dang membahas sebuah mesin ber-rotor silinder, kita dapat meneliti sendiri-sendiri fluks
yang dihasilkan oleh masing-masing rnmf ini dan berbicara tentang @f yang dihasilkan
oleh arus dc dalam rotor dan @,, yang dihasilkan oleh reaksi jangkar. Jika suatu fluks
yang mempunyai distribusi sinusoida berputar di sekeliling stator, gandengan fluks
maksimum dengan sebuah kumparan terjadi jika arah rnmf yang menyebabkan fluks
sama dengan sumbu kumparan, tetapi kecepatan perubahan gandengan fluks pada
saat itu adalah nol. Demikian juga jika rotor telah berputar 90' gandengan fluks men-
jadi nol, tetapi kecepatan perubahannya adalah maksimum. Jadi tegangan yang diim-
bas dalam sebuah kumparan berbeda fasa 90" dengan gandengan fluks. Dengan meng-
gunakan hukum Lenz dan mengingat juga arah-arah yang dianggap positif untuk arus
Model Sistern 127

di dalam kumparan dan untuk mmf dalam Gambar 6.2 kita dapat menunjukkan bahwa
tegangan imbas adalah tertinggal dan bukannya mendahului mmf.

6.3 MODEL RANGKAIAN MESIN SEREMPAK


Untuk menggambar diagram fasor untuk fasa a kita bayangkan komponen masing-ma-
sing dari fluks pada sumbu kumparan a; yaitu di mana Od sama dengan nol. Fluks
rotor Gf adalah satu-satunya yang perlu diperhitungkan jika arus stator sama dengan
nol. Fluks Gf ini membangkitkan tegangan tanpa-beban Eao yang akan kita nyatakan di
sini dengan E f . Fluks @ , yang disebabkan oleh mmf reaksi jangkar 9,adalah berfasa
sama dengan ia (pada Bd = 0 ) seperti dapat terlihat dengan membandingkan Persamaan
(6.2) dan (6.1 0) dan mengingat bahwa cos at = cos (- wt). Jumlah Gf dan Gar, dengan
mengabaikan kejenuhan, adalah Gr, fluks resultan yang membangkitkan tegangan Er
pada lilitan-lilitan kumparan yang menyusun fasa a. Diagram fasor untuk fasa a diper-
lihatkan dalarn Gambar 6.5. Tegangan Ef dan Ear tertingga190° terhadap fluks Gf dan
Gar yang membangkitkannya. Fluks resultan Gr adalah fluks pada celah udara mesin
dan membangkitkan Er pada stator. Diagram yang sama dapat dibuat untuk masing-
masing fasa.
Dalam Gambar 6.5 terutarna perlu kita perhatikan bahwa Ear tertinggal dari la
dengan 90'. Besarnya Ear ditentukan oleh yang pada gilirannya sebanding dengan
Val karena @,,disebabkan oleh arus stator. Jadi kita dapat menentukan suatu reaktansi
induktif Xar sedemikian sehingga

Persarnaan (6.13) rnendefinisikan Ear sedemikian sehingga sudut fasanya terhadap I,


sudah benar. Jadi tegangan yang dibangkitkan pada fasa a oleh fluks pada celah-udara
adalah Er di nlana

Tegangan yang dibangkitkan pada masing-masing fasa oleh fluks resultan melebihi
tegangan terminal fasa V , sebesar jatuh-tegangan yang disebabkan ole11 arus stator kali
reaktansi kebocoran (leakage reactance) Xl dari Lilitan, jika tahanan diabaikan. Jika
tegangan terminal adalah V t ,maka

Garnbar 6.5. Diagram fasor yang menunjukkan hu-


bungan waktu dari komponen fluks pada sumbu
kumparan a ( B d = 0) dan tegangan dan arus fasaa
dari generator pada Gambar 6.2. Diagram yang sa-
ma dapat dibuat untuk fasa b dan c dan berlaku
untuk semua generator dengan rotor silinder.
.-.
--.
128 Analisis Sistem Tenaga Listrik

Hasil-kali IaXl menjelaskan adanya jatuh-tegangan yang disebabkan oleh bagian dari
fluks (yang dihasilkan oleh arus stator) yang tidak melewati celah-udara mesin. Jadi
dari Persamaan (6.14) dan (6.15)
v, = -4 - -
j1aXav
.- -
- ~ 1.-a X i
dibangkitkan karena reaksi karena reaktansi
(6.16)

pada keadaan jangkar kebocoran jangkar


tanpa beban
atau

di mana X , , yang disebut reaktansi serempak (synchronous reactance), adalah sama


+
dengan Xar X I . Jika tahanan stator Ra perlu diperhitungkan, Persamaan (6.17) men-
jadi

Ra biasanya jauh lebih kecil dari X, sehingga pengabaiannya tidak berpengaruh besar
di sini, di mana kita terutama berminat pada pendekatan kualitatif.
Sekarang kita sudah mempunyai suatu hubungan yang memungkinkan kita untuk
membuat representasi generator dengan rangkaian ekivalen yang sederhana tetapi sa-
ngat berguna seperti terlihat dalam Gambar 6.6 yang sesuai dengan Persamaan (6.18).
Jika amb bar 6.5 kita teliti akan terungkap suatu ha1 yang sangat penting tentang
generator serempak. Jika arus I, tertinggal terhadap tegangan yang dibangkitkan pada
keadaan tanpa beban El- dengan 90°, langsung dikurangi dari +,
dan 6, menjadi
jauh berkurang. Sebaliknya, jika arus rotor mendahului tegangan tanpa-beban dengan
90°, Gar langsung ditambahkan pada @f,dan ,$I akan banyak bertambah. Hubungan
antara Ef,Ear, dan E , untuk kedua kasus di atas ditunjukkan dalam Gambar 6.7. Jika
suatu beban yang sangat induktif dipasangkan pada sebuah generator, tegangan termi-
nal akan menjadi jauh di bawah tegangan terminal tanpa-beban. Sebaliknya suatu be-
ban kapasitif akan menyebabkan tegangan terminal meningkat jauh di atas nilai tanpa-

-
bebannya. Hasil-hasil ini cukup mendukung kebenaran diagram fasor dan rangkaian
ekivalen kita.
x,
x A--,
XI R,
I
4+ &+

-
Gambar 6.6. Rangkaian ekivalen sebuah
generator ac.
.
-1-

Gambar 6.7. Diagram fasor yang menunjukkan hubungan antara Ef dan Ear jika arus yang diberi-
kan oleh generator ( a ) tertinggal dari Ef dengan 90" dan (b) mendahului Ef dengan 90'.
Model Sistem 129

Dalam menurunkan teori ini kita telah membatasi diri pada pembahasan mesin
dua-kutub. Teori ini berlaku juga dengan baik untuk mesin berkutub-banyak, tetapi
penurunannya akan menjadi agak rumit, karena kita harus selalu mengingat perbedaan
antara derajat listrik dan derajat mekanis.
Prinsip-prinsip yang telah kita bicarakan dapat diperluas sehingga meliputi pula
motor serempak. Rangkaian ekivalen untuk motor adalah identik dengan rangkaian eki-
valen untuk generator kecuali arah arus I, yang diperlihatkan terbalik. Tegangan
yang dibangkitkan pada generator dan motor sering dinyatakan dengan notasi sub-
skrip-tunggal berturut-turut sebagai Eg dan Em, sebagai gantiEf, terutama bila kedua-
nya berada dalam satu rangkaian yang sama seperti dalam Gambar 6.8, di mana persa-
maannya adalah

dan

Reaktansi serempak untuk generator dan motor berturut-turut adalah Xg dank,, dan
tahanan stator diabaikan.
Pada waktu kita mempelajari kesalahan-kesalahan pada mesin serempak dalam Bab
10 akan kita lihat bahwa arus yang mengalir sesaat setelah terjadinya kesalahan berbe-
da dengan arus dalam keadaan tetap (steady state). Sebagai ganti reaktansi serempak
X,, kita menggunakan reaktansi subtransien (subtransient reactance) X" atau reaktansi
-
transien (transient reactance) X ' dalam model mesin serempak untuk perhitungan
kesalahan, Reaktansi ini akan dipakai pada beberapa soal sebelum kita mempelajari-
nya dengan lebih mendalam pada Bab 10.
Seandainya yang telah kita bahas adalah mesin berkutub-salien, maka kita sudah
harus memperhitungkan perbedaan antara jalur fluks yang langsung ke dalam per-
mukaan kutub (dinamakan sumbu langsung = direct axis) dan jalur antara kutub (di-
namakan sumbu reaktif = quadrature axis). Untuk melakukan ini, arus stator dibagi
menjadi dua komponen. Komponen pertama berbeda fasa 90' dengan tegangan yang
dibangkitkan pada keadaan tanpa beban Ef,sedangkan komponen kedua adalah sefasa
dengan EP Komponen pertama menghasilkan mmf yang fluksnya menyebabkan jatuh-
tegangan yang dihitung sebagai hasil perkalian dari arus dan apa yang dinamakan reak-
tansi serempak sumbu-langsung X d . Komponen yang lain sefasa dengan Ef dan meng-
hasilkan mmf dan fluks yang menyebabkan jatuh-tegangan yang dihitung sebagai hasil
kali dari komponen arus ini dan reaktansi serempak sumbu-reaktif Xq.
Daftar A.4 pada Apendiks memberikan nilai per satuan berbagai reaktansi un-
tuk mesin serempak. Seperti terlihat dari dafta;, nilai Xd dan Xq pada mesin dengan
rotor-silinder pada dasarnya adalah sama. Karena itu kita tidak perlu memperhitung-
kan Xd dan Xq secara terpisah dalam pembicaraan kita tentang reaksi jangkar, tetapi
sudah cukup jika kita sebutkan saja reaktansi serempak X,. Untuk menyederhanakan
pekerjaan, kita akan terus memisalkan bahwa semua mesin serempak mempunyai rotor
silinder. Teori dua-reaksi yang membicarakan reaktansi sumbu-langsung dan sumbu-

Gambar 6 8 . Diagram
- -
rangkaian untuk sebuah -generator I-
dan motor. I, adalah arus yang diberikan oleh generator I I
dan diterima oleh motor. Generator Motor
130 Analisis Sistem Tenaga Listrik

reaktif dapat dipelajari hampir dari semua buku-buku tentang mesin ac. Tabel A.4
juga memberikan nilai fd dan x:.

6.4 PENGARUH PENGUATAN MESIN SEREMPAK


Pengubahan penguatan atau eksitasi (excitation) mesin serempak adalah faktor yang
penting dalam pengaturan aliran daya reaktif. Tetapi pertama-tama akan kita tinjau
sebuah generator yang terminalnya dihubungkan ke suatu sistem daya yang sangat
besar, bahkan sedemikian besarnya sehingga tegangan V , pada terminal generator tidak
akan berubah karena adanya perubahan eksitasi generator. Re1 tempat generator ter-
sebu t dihubungkan kadang-kadang disebu t sebagai re1 yang takterhingga (infinite bus),
yang berarti bahwa tegangannya akan tetap konstan dan tidak akan terjadi perubahan
frekuensi meskipun ada perubahan yang dilakukan pada masukan daya (power input)
atau eksitasi medan mesin serempak yang dihubungkan padanya. Jika kita putus-
kan untuk mempertahankan suatu masukan daya tertentu dari generator ke sistem,
-
I Vt I I Ia I cos 0 akan tetap konstan sementara kita mengubah-ubah eksitasi medan
dc untuk mengubah I Eg I . Maka untuk suatu nilai I Eg I yang tinggi dan yang ren-
dah, diagram-diagram fasor generator diperlihatkan dalam Gambar 6.9. Sudut 6 di-
namakan sudut momen (torque angle) atau sudut daya (power angle) dari mesin itu.
Eksitasi atau penguatan wajar (normal exitation) didefinisikan sebagai penguatan yang
untuknya berlaku persamaan

Untuk keadaan pada Gambar 6.0a generator terlalu diperkuat (overexcited) dan men-
catu arus tertinggal ke sistem. Mesin itu dapat juga dipandang sebagai menarik arus
mendahului dari sistem. Seperti sebuah kapasitor generator ini mencatu daya reaktif ke
sistem. Gambar 6.9b adalah untuk sebuah generator yang kurang diperkuat (under
excited) yang mencatu arus mendahului ke sistem, atau dapat juga dianggap sebagai
rnenarik arus tertinggal dari sistem. Generator yang kurang diperkuat menarik daya
reaktif dari sistem. Peristiwa ini dapat diterangkan dengan nimf reaksi jangkar. Misal-
nya, ketika generator terlalu diperkuat, generator itu harus memberikan arus tertinggal
karena arus tertinggal n~enghasilkan suatu mmf yang berlawanan untuk mengurangi
penguatan yang berlebihan.
Kita lihat juga dalam Gambar 6.9 bahwa Eg mendahului V,. Hal ini selalu derniki-
kian untuk generator dan memang diperlukan untuk memenuhi Persamaan (6.19).
Gambar 6.10 menunjukkan motor serempak yang terlalu diperkuat dan yang ku-
rang diperkuat, menarik daya yang sama pada tegangan terminal yang sama pula. Mo-

(a) Generator yang terlalu diperkuat ( b ) Generator yang kurang diperkuat

Gambar 6.9. Diagram fasor dari generator yang (a) terlalu diperkuat dan ( b ) kurang diperkuat. I ,
adalah arus yang diberikan oleh generator.
Model Sistenz

(a) Motor yang terlalu diperkuat ( b ) Motor yang kurang diperkuat

Gambar 6.10. Diagram fasor dari motor yang (a) terlalu diperkuat dan ( b )kurang diperkuat. I,
adalah arus yang ditarik oleh motor.

tor yang terlalu diperkuat menarik arus mendahului dan berlaku seperti suatu rangkai-
an kapasitif j ~ k adilihat dari jaringan ke mana motor itu memberikan daya reaktif.
Motor yang kurang diperkuat menarik arus tertinggal, menyerap daya reaktif, dan ber-
laku seperti rangkaian induktif jika dilihat dari jaringan. Kita lihat dari Garnbar 6.10
bahwa Em tertinggal dari Vt agar dapat memenuhi Persamaan (6.20), dan ha1 ini selalu
benar untuk sebuah motor serempak. Singkatnya, Gambar 6.9 dan 6.1 0 menunjukkan
pada kita bahwa generator dan motor yang terlalu diperkuat mencatu daya reaktif
pada sistem sedangkan generator dan motor yang kurang diperkuat menyerap daya
reaktif dari sistem.

6.5 TRANSFORMATOR IDEAL


Kita sekarang sudah mempunyai model-model untuk saluran transmisi dan mesin se-
rempak, dan tibalah waktunya bagi kita sekarang untuk membahas transformator-
yang terdiri dari dua kumparan atau lebih yang ditempatkan sedemikian sehingga
kumparan tersebut digandengkan oleh fluks yang sama. Dalam sebuah transformator
daya kumparan ditempatkan pada sebuah teras besi (iron core) yang membatasi jalur
fluks sehingga hampir seluruh fluks yang menggandeng salah satu kumparan menggan-
deng pula seluruh kumparan lainnya. Beberapa kumparan dapat dihubungkan seri
atau paralel untuk membentuk suatu gulungan, yang kumparannya dapat ditumpuk
(stacked) pada teras dengan diselang-seling oleh kumparan-kumparan dari gulungan
atau gulungan lainnya.
Gambar 6.1 1 adalah foto sebuah transformator tiga-fasa yang menaikkan tegangan
generator pada sebuah pusat listrik tenaga nuklir ke tegangan saluran transmisi. Trans-
formator itu mempunyai rating 750 MVA 525/22,8 kV.
Gambar 6.12 menunjukkan bagaimana dua gulungan dapat ditempatkan pada se-
buah teras besi untuk membentuk sebuah transformator berfasa-tunggal yang biasa di-
namakan jenis kulit kerang (shell type). Banyaknya lilitan dalam sebuah gulungan da-
pat berkisar antara beberapa ratus sampai beberapa ribu.
Kita akan mulai analisis kita dengan memisalkan bahwa fluks di dalam teras beru-
bah-ubah menurut bentuk sinusoida dan bahwa transformatornya adalah ideal, yang
berarti bahwa permeabilitas p dari teras adalah takterhingga (infinite) dan tahanan gu-
lungan nol. Dengan permeabilitas teras yang takterhingga seluruh fluks terkumng (con-
fined) pada teras dan karena itu menggandeng semua lilitan dari kedua gulungan. Te-
gangan e yang diimbas pada masing-masing gulungan oleh fluks yang berubah-ubah
juga tegangan terminal v dari gulungan karena tahanan gulungan adalah nol.
132 Analisis Sistem Tenaga Listrik

Gambar 6.1 1. Foto dari transformator tiga-fasa dengan r a t i ~ g750 MVA 525/22,8 kV. (Dengan sei-
zin Duke Power Company).

Dapat kita lihat dari hubungan gulungan dalam Gambar 6.12 bahwa tegangan e l
dan e2 yang diirnbas oleh fluks yang berubah-ubah adalah sefasa jika keduanya didefi-
nisikan dengan tanda-tanda polaritas + dan - seperti yang ditunjukkan. Kemudian dari
hukurn Faraday kita dapatkan

dan

Jalur fluks
,

'-------------.I i----_______4 i
Gambar 6.12. Transformator dua-gulungan.
Model Sisrem 133

di niana q'~ adalah nilai sesaat (instantaneous) dari fluks dan N 1 dan N2 adalah jumlah
lilitan (turns) pada gulungan 1 dan 2, seperti ditunjukkan dalam Gambar 6.12. Karena
kita sudah memisalkan perubahan fluks menurut bentuk sinusoida, kita dapat beralih
ke bentuk fasor sesudah membagi Persamaan (6.22) dengan Persamaan (6.23) yang
rrierighasilkan

Biasanya kita tidak tahu arah gulungan kumparan transformator. Suatu cara untuk
mrmberikan keterangan tentang gulungan ialah dengan menempatkan sebuah titik
pada ujung setiap gulungan sedemikian sehingga senlua ujung-ujung gulungan yang ber-
titik adalah positif pada waktu yang sama; yang berarti bahwa jatuh-tegangan dari
uiung yang ditandai titik ke ujung yang tidak ditandai untuk seniua gulungan adalah
set'asa. Titik-titik yang diperlihatkan pada transforrnator dua-gulungandalam Gambar
6 . ! 2 adalah sesuai dengan perjanjian ini. Kita lihat juga bahwa hasil yang sama dapat
diperuleh dengan niene~npatkantitik-titik sedemikian sehingga arus yang mengalir dari
iijung bertitik ke ujung yang tanpa titik dari masing-niasing gulungan menghasilkan
suatu rnmf (niagnetomotive force) dengan arah yang sarna di dalam rangkaian magne-
t i \ . Garnbar 6.13 adalah representasj skenia sebuah transformator dan memberikan ke-
tct:ingan yang sarna tentang transforinator tessebut seperti yang diberikan oleh Garn-
~ L I I .6.12.

LJntuk mendapatkan huburlgan antara alus i l dan i2 dalarn gulungan kita gunakan
111ikurnAmpere yang menyatakan bahwa rnmf di sekeliling jalur tertutup adalah

di rnana i adalah arus yang terliput oleh integral garis dari kuat niedan H di sekeliling
jalur. Dalam menerapkan hukum tersebut di sekeliling masing-masing jalur fluks tertu-
tup yang diperlihatkan oleh garis terputus-putus dalam Gambar 6.1 2, i l diliput N 1 kali
dan arus i2 dillput N 2 kali. Tetapi, N , i l dan N2i2 menghasilkan mmf yang berlawanan
ar ahnya dan

Tanda minus akan berubah menjadi plus jika kita telah memilih arah yang berlawanan
untuk i2. Integral kuat medan H d i sekeliling jalur tertutup adalah no1 jika permeabili-
tas takterhingga. Jadi setelah beralih ke bentuk fasor kita dapatkan
Nl I , - N 2 1 2= 0
J adi

Gambar 6.13. Representasr skema transformator dua gulungan.


134 Analisis Sistem Tenaga Lishik

dan I , dan I2 adalah sefasa. Perhatikanlah bahwa I l dan I2 sefasa jika kita memilih
arus yang positif sebagai arus yang memasuki ujung bertitik dari sebuah gulungan dan
meninggalkan ujung bertitik dari gulungan yang lain. Jika arah yang dipilih untuk salah
satu arus dibalik, keduanya akan berbeda fasa 180'.
Dari Persamaan (6.28)

dan dalam transformator yang ideal I , harus sama dengan no1 jika I , nol.
Gulungan yang pada ujung-ujungnya dapat dihubungkan suatu impedansi atau
beban lain dinamakan gulungan sekunder (secondary winding) dan setiap elemen rang-
kaian yang dihubungkan pada gulungan ini disebutkan berada pada sisi sekunder dari
transformator itu. Demikian pula, gulungan yang menghadap ke arah sumber energi di-
namakan gulungan primer (primary winding) pada sisi primer. Dalam suatu sistem te-
naga energi sering mengalir dalam kedua arah melalui transformator dan sebutan pri-
mer dan sekunder kehilangan artinya. Tetapi istilah-istilah tersebut sudah biasa dipa-
kai, dan karenanya akan kita pakai juga selama tidak menirnbulkan kekacauan.
Jika suatu impedansi Z 2 dihubungkan pada gulungan 2 dari rangkaian Gambar
6.12 atau 6.13,maka

tetapi setelah menggantikan V 2 dan I2 dengan nilai-nilai yang ditentukan dari Persa-
maan (6.24) dan (6.28)

dan impedansi yang terukur pada kedua ujung gulungan primer adalah

Jadi impedansi yang terhubung pada sisi sekunder dikembalikan ke sisi primer dengan
mengalikan impedansi pada sisi primer transformator itu dengan kuadrat perbandingan
tegangan primer dan sekunder.
Kita harus perhatikan juga bahwa V , I 1 dan V212 adalah sama seperti terlihat dari
persarnaan berikut ini, yang sekali lagi menggunakan Persamaan (6.24) dan (6.28)

dan dengan jalan yang serupa


vll: = V21f

jadi masukan voltampere dan daya kompleks ke gulungan primer sama dengan keluar-
an (output) dengan kuantitas yang sama dari gulungan sekunder karena kita sedang
membicarakan sebuah transformator yang ideal.

Contoh 6.1. Jika N 1 = 2000 dan N 2 = 500 dalam rangkaian Gambar 6.13 dan
jika V 1 = 1 2 0 0 s V dan Il = 5/-30' A dengan suatu impedansi Z , terhubung
pada gulungan 2, carilah V 2 ,1 2 , dafi Z 2 dan impedansi 2: yang didefinisikan se-
bagai nilai Z 2 yang dikembalikan ke sisi primer transformator.
Model Sistem

atau

6.6 RANGKAIAN EKIVALEN TRANSFORMATOR PRAKTIS


Transformator ideal adalah langkah pertama kita untuk mempelajari transformator
praktis atau nyata di mana (1) perineabilitas tidak tak-terhingga, (2) terdapat tahanan
gulungan, (3) rugi-rugi terjadi di dalam teras besi yang disebabkan oleh perubahan-peru-
balian arah fluks secara periodik, da11 (4) keseluruhan fluks yang menggandeng salah
satu gulungan tidak menggandeng pula gulungan-gulungan yang lain.
Jika tegangan sinusoida dikenakan pada sebuah gulungan transforrnator pada
teras besi dengan gulungan sekunder terbuka, suatu arus kecil akan mengalir dalam gu-
lungall primer sedemikian sehingga dalarn sebuah transformator yang dirancang dengan
baik, kerapatan fluks maksirnum B, terjadi pada lutut dari lengkap B-H (B-H curve)
atau lengkung kejenuhan (saturation curve) transformator. Arus ini dinamakan arus
magnct (magnetizing current). Rugi-rugi pada besi terjadi, pertama-tama karena kenya-
taan hal~waperubahan periodik pada arah fluks d i dalam besi memerlukan energi
yang disebarkan sebagai panas dan disebut nrgi histeresis (hysteresis loss). Rugi ke-
dua clisebabkan oleh fakta bahwa arus berkeliling (circulating currents) diirnbas di da-
lam bcsi karena fluks yang berubah-ubah, dan arus-arus ini menimbulkan suatu rugi
1 1
1 R di dalam besi y ang disebut rugi arus-kisar (eddy-cutrent loss; arus-kisar = arus
Foucoult). Rugi histeresis dapat dikurangi dengan pemakaian teras yang terbuat dari
baja carnpuran dengan kualitas tinggi tertentu. Rugi arus-kisar dikurangi dengan mem-
buat teras dari lapisan lembararl baja (laminated sheets of steel). Dengan sekunder ter-
buka. rangkaian primer transforrnator merupakan suatu induktansi yang sangat ting-
gi karena teras besi. Arusnya tertinggal dari tegangan yang dikenakan sejauh kurang
sedikit dari 90°, dan kornponen arus yang sefasa dengan tegangan itulah yang menye-
babkan rugi energi dalam teras. Di dalanl rangkaian ekivalennya arus-magnet 1,diper-
hitungkan dengan menambahkan suseptarisi induktif BL yang diparalel dengan kon-
duktansi G.
Pada transforrnator praktis dua-guhingan, sejumlah fluks yang rnenggandeng gu-
lungan primer tidak menggandeng sekundernya. Besarnya fluks ini sebanding dengan
arus primer dan nienyebabkan jatuh tegangan yang dapat diperhitungkan dengan me-
nempatkan suatu reaktansi induktif x l,yang dinamakan reaktansi bocor (leakage reac-
tance), dalarn hubungan seri dengan gulungan primer transforrnator ideal. Reaktansi
bocor x, yang serupa harus pula ditambahkan pada gulungan sekunder untuk memper-
hitungkan tegangan yang disebabkan oleh fluks yang menggandeng gulungan sekunder
136 Analisis Sistem Tenaga Listrik

tetapi tidak menggandeng primernya. Jika selanjutnya kita perhitungkan juga tahanan
r, dan r2 dari gulungan-gulungan, maka kita dapatkan model transformator seperti di-
perlihatkan dalam Gambar 6.14. Di dalam model ini transformator ideal merupakan
suatu rantai penghubung antara parameter-parameter rangkaian r l , x l , G, dan BL yang
ditambahkan pada ~ i s i ' ~ r i m transformator
er dan rz dan x2 yang ditambahkan pada sisi
sekunder.
Transformator ideal dapat ditiadakan dari rangkaian ekivalen jika kita mengemba-
likan semua kuantitas ke sisi tegangan tinggi atau tegangan rendah dari transformator.
Misalnya, jika semua tegangan, arus, dan impedansi pada Gambar 6.14 kita kembalikan
kerangkaian primer dari transformator yang mempunyai N 1 lilitan, dan untuk penye-
derhanaan kita misalkan pula bahwa a = N 1 / N 2 ,maka kita dapatkan rangkaian pada
Gambar 6.15. Ams magnet yang jauh lebih kecil daripada arus beban biasanya sering
kita abaikan saja. Untuk lebih menyederhanakan rangkaian kita misalkan pula

dan

untuk mendapatkan rangkaian ekivalen seperti pada Gambar 6.16. Semua impedansi
dan tegangan pada bagian rangkaian yang dihubungkan.pada terminal sekunder seka-
rang harus dikembalikan ke sisi primer.

Contoh 6.2. Sebuah transformator berfasa-tunggal mempunyai 2000 lilitan pada


gulungan primer dan 500 lilitan pada sekundernya. Tahanan gulungan adalah r l =
2,O n dan r2 = 0,125 n. Reaktansi bocor adalah x l = 8,O n dan xz = 0,50 n.
Beban tahanan Z2 adalah 12 n. Jika tegangan yang dikenakan pada terminal gu-
lungan primer 1200 V . carilah V2 dan regulasi tegangan. Abaikanlah arus magnet.

Ideal

Gambar 6.14. Rangkaian ekivalen transformator yang menggunakan konsep transformator ideal.

- 1 I 1- Gambar 6.16. Rangkaian ekivalen


Gambar 6.15. Rangkaian ekivalen transformator transformator dengan arus magnet
dengan jalur untuk arus magnet. diabaikan.
Model Sistem

JAWABAN :

Z; = 12 x (4)' = 192 R
Rangkaian ekivalen diperlihatkan pada Gambar 6.1 7

120014 - 292,9
Regulasi tegangan = = 0,0242 atau 2,42%
292,9

Meskipun arus magnet dapat diabaikan seperti pada Contoh 6.2 untuk kebanyak-
an perhitungan sistem-tenaga, G dan BL dapat dihitung untuk rangkaian ekivalen de-
ngan pengujian rangkaian terbuka (open-circuit test). Tegangan rating dikenakan pada
gulungan primer dengan gulungan-gulungan lain dibiarkan terbuka. Impedansi yang di-
ukur pada terminal gulungan ini yang reaktansi bocornya r , d a n x , adalah

Z =r, + j x , + G +1j ~ ,

dart karena rl dan xl sangat kecil dibandingkan dengan impedansi yang diukur, G dan
BL dapat ditentukan dengan cara ini.
Parameter R dan X dari transformator dua-gulungan ditentukan dengan pengujian
hubungan-singkat (short-circuit test), di mana impedansi diukur pada terminal suatu
gulungan sementara gulungan yang lain terhubung-singkat. Tegangan yang dikenakan
adalah secukupnya saja untuk mengedarkan arus yang diizinkan (rated current). Kare-
na tegangan yang diperlukan hanya kecil saja, arus magnet menjadi tidak berarti dan
impedansi yang diukur pada dasarnya adalah sama dengan R + jX.

6.7 AUTOTRANSFORMATOR
Autotransformator berbeda dengan transformator biasa karena kecuali digandengkan
oleh fluks bersamanya, gulungan auto transformator juga terhubung satu dengan yang
lain secara listrik. Kita akan selidiki auto transformator dengan menghubungkan gu-

1200 V

Gambar 6.17. Rangkaian untuk Contoh 6.2. .-


Analisis Sisrem Tenaga Lislrik

Gambar 6.18. Diagram skema sebuah transformator ideal yang dihubungkan (a) dengan cara
yang biasa dan ( b ) sebagai sebuah auto transformator.

lungan sebuah transformator ideal secara listrik. Gambar 6.18a adalah diagram skema
sebuah transformator ideal, dan Gambar 6.18b menunjukkan bagainlana gulungan-gu-
lungannya dihubungkan secara listrik untuk membentuk sebuah auto transformator.
Gulungan-gulungan di sini diperlihatkkan sedemikian sehingga tegangannya saling me-
nambah, meskipun hubungannya dapat saja dibuat sedemikian sehingga tegangannya
saling bertentangan. Kerugian terbesar dari auto transformator ialai~hilangnya pemi-
sahan listrik antara gulungan, tetapi contoh berikut ini akan memperagakan pening-
katan rating daya yang diperolel-I.

Contoh 6.3. Sebuah transformator berfasa-tunggal 30 kVA dengan rating 2401


120 V dihubungkan sebagai sebuah auto transformator seperti ditunjukkan dalam
Gambar 6.18b. Tegangan rating dikenakan pada gulungan tegangan-rendah trans-
formator. Anggaplah bahwa transformator itu ideal dan bebannya adalah sedemi-
kian sehingga arus rating 1111dan 1121, mengalir pada gulungan. Tentukanlal.
( V z I dan kilo~loltampereyang diperbolehkan (rating kilovoltampere) dari auto
transformator.

Arah yang dipilih untuk arus positif dalam mendefinisikan I, dan I 2 dalam
hubungannya dengan ujung-ujung yang diberi titik menunjukkan bahwa arus-arus
sefasa. Jadi arus rnasukan adalah

kVA-masukan adalah
375 x 120 x lo-' = 45 kVA
kVA-keluaran adalah
125 x 360 x lo-' = 45 kVA
Model Sisrern 139

Dari contoh ini terlihat bahwa auto transformator memberikan perbandingan te-
gangan yang lebih besar daripada transformator biasa dan menyalurkan kilovoltampere
yang lebih besar pula antara kedua sisi transformator itu. Jadi sebuah auto transforma-
tor memungkinkan rating yang lebih tinggi untuk biaya yang sama. Bekerjanya juga
lebih efisien karena rugi-rugi tetap sama seperti untuk hubungan yang biasa. Tetapi,
hilangnya pemisahan listrik antara sisi-sisi tegangan tinggi dan tegangan rendah pada
auto transformator biasanya merupakan faktor yang menentukan untuk memilih hu-
bungan yang biasa pada kebanyakan penggunaan. Pada sistem tenaga auto transfor-
mator tiga-fasa sering dipakai untuk mengadakan sedikit penyesuaian pada tegangan
rel.

6.8 IMPEDANSI PER SATUAN PADA RANGKAIAN


TRANSFORMATOR BERFASA-TUNGGAL

Nilai ohm dari resistansi dan reaktansi bocor sebuah transformator tergantung dari
apakah nilai tersebut diukur pada sisi tegangan tinggi atau sisi tegangan rendah trans-
formator. Jika nilai-nilai tadi dinyatakan dalam per satuan, kilovoltampere-dasar diarti-
kan sebagai rating kilovoltampere dari transformator. Tegangan-dasar diartikan sebagai
tegangan rating pada gulungan tegangan-rendah jika nilai ohm resistansi dan reaktansi
bocor semua dikembalikan pada sisi tegangan-rendah transformator, dan sebagai te-
gangan rating pada gulungan tegangan-tinggi jika nilai-nilai tersebut dikembalikan pada
sisi tegangan-tinggi transformator. Impedansi per satuan sebuah transformator akan sela-
lu sama tanpa memandang apakah penentuannya didasarkan pada nilai-ohm yang dikem-
balikan pada sisi tegangan-tinggi atau tegangan-rendah transformator itu. Hal ini akan
diperllhatkan dalam contoh berikut.

Contoh 6.4. Sebuah transformator berfasa-tunggal mempunyai rating 1101440 V,


2,s kVA. Reaktansi bocor yang diukur dari sisi tegangan-rendah adalah 0.06a.
Tentukanlah reaktansi bocor dalam per unit.

0,1102x loo0
Impedansi dasar tegangan-rendah = = 4,84 fl
2.5
Dalam per satuan
X = -
0,06
= 0,0124 per satuan
4,84

Jika reaktansi bocor telah diukur pada sisi tegangan-rendah, nilainya menjadi

0,440' x 1000 = 77,5


Impedansi dasar tegangan-tinggi =
2,5

Dalam per sa tuan


x = 0,96
- - - 0,0124 per satuan
77,5
140 Analisis Sistem Tenaga Listrik

Keuntungan besar dalam mengerjakan perhitungan per satuan diperoleh dengan


pemilihan yang tepat dari bermacam-macam dasar untuk rangkaian-rangkaian yang di-
hubungkan satu sama lain melalui sebuah transformator. Untuk mendapatkan keun-
tungan ini pada sistem fasa-tunggal, dasar tegangan untuk rangkaian yang dihubungkan
melalui transformator itu harus mempunyai perbandingan yang sama seperti perban-
dingan lilitan dari gulungan transformator. Dengan pemilihan dasar-dasar tegangan se-
macam itu dan dasar kilovoltampere yang sama, nilai per satuan suatu impedansi yang
dinyatakan menurut dasar yang dipilih untuk sisinya sendiri pada transformator akan
sama dengan nilai per satuannya yang dibalikkan ke sisi yang lain dari transforniator
dan dinyatakan menurut dasar dari sisi yang lain tersebut.
Jadi transformator itu direpresentasikan dengan lengkap oleh impedansi (R + jX)-
rlya dalam per satuan jika arus magnet diabaikan. Tidak terjadi perubahan tegangan per
satuan jika sistem ini digunakan, dan arus juga akan mempunyai nilai per satuan yang
sama pada kedua sisi transformator jika arus magnet diabaikan.

Contoh 6.5. Tiga baglan sebuah sistem listrik fasa-tunggal ditunjukkan dengan A,
B, dan C dan dihubungkan satu dengan yang lain melalui transforrnator, seperti
terlihat pada Gambar 6.19, Transformator tersebut mempunyai rating sebagai ber-
ikut:
A-B 10.000 k VA, 13811 3,8 kV, reaktansi bocor 10%
B-C 10.000 kVA, 138169 kV, reaktansi bocor 8%

Jika untuk dasar rangkaian B dipilih 10.000 kVA, 138 kV, carilah impedansi per
satuan dari beban resistif 300-a pada rangkaian C yang dibalikkan ke rangkaian C ,
B, dan A. Gambarlah diagram impedansi denganmengabaikan arus magnet, resis-
tansi transformator, dan impedansi saluran. Tentukanlah regulasi tegangan jika te-
gangan pada beban 66 kV dan dimisalkan bahwa masukan tegangan pada rangkai-
an A tetap konstan.

Tegangan dasar untuk rangkaian A = 0,l x 138 = 13,8 kV

Tegangan dasar untuk rangkaian C= 0,s x 138 = 69 kV

69* x lo00
Impedansi dasar rangkaian C = = 476 R
i0.m

300 = 0,63 per satuan


Impedansi per unit dari beban dalam rangkaian C = -
476

A-B B-C

Gambar 6.19. Rangkaian untuk Contoh 6 5


Model Sistem

Karena pemilihan dasar pada bermacam-macam bagian sistem ditentukan dari


perbandingan lilitan transformator, impedansi per satuan dari beban yang dikem-
balikan ke bagian mana pun dari sistem akan sama. Ini dapat dibuktikan sebagai
berikut :
138' x loo0
Impedansi dasar rangkaian B = -- - = 1900 R
10.000
Irnpedansi beban terhadap rangkaian B = 300 x 2' = 1200 R
1200
Impedansi per satuan beban terhadap B = -- = 0,63 per satuan
1900

Impedansi dasar rangkaian A = 13,8' --m-


loo0 = 19 R
x

Impedansi beban terhadap A = 300 x 2' x 0,12 = 12 R


12
1rnpedansi.per unit beban terhadap A =- = 0,63 per satuan
19

Gambar 6.20 adalah diagram impedansi yang diminta dengan impedansi yang
ditandai dalam per satuan.
Perhitungan regulasi berjalan sebagai berikut:
66 -
Tegangan pada beban = - - 0,957 + j O per satuan
69
0,957 + j0 = 1,52 + j O per satuan
Arus beban =
0,63 +j 0
Masukan tegangan = (1,52 + j0)@0,10 + j0,08) + 0,957
+
= 0,957 j0,274 = 0,995 per satuan

Karena itu,
0,995 - 0,957
Regulasi = x 100 = 3,97%
0,957
Karena keuntungan seperti yang telah ditunjukkan sebelumnya, prinsip yang di-
ikuti pada contoh di atas dalam memilih dasar untuk bermacam-macam bagian dari sis-
tem selalu dipakai dalam menyelesaikan hitungan-hitungan dengan per satuan atau de-
ngan persen. Dasar kilovoltampere harus selalu sama di semua bagian-bagian dari sis-
tem, clan pemilihan kilovolt dasar pada satu bagian dari sistem menentukan kilovolt
dasar yang harus diberikan pada bagian-bagian lain dari sistem, sesuai dengan perban-
dingan lilitan transformator. Dengan mengikuti prinsip penentuan kilovolt dasar ini,
kita dapat menggabungkan dalam sebuah diagram-impedansi per satuan yang ditentu-
kan dalani bagian-bagian lain dari sistem.

Gambitr 6.20. Diagram impedansi untuk


Conto!\ 6.5. Impedansi ditandai dalarr~per
142 Analisis Sistem Tenaga Listrik

6.9 TRANSFORMATOR TIGA-FASA


Tiga buah transformator fasa-tunggal yang identik dapat dihubungkan demikian se-
hingga ketiga gulungan dengan suatu tegangan nominal dihubungkan-A dan ketiga gu-
lungan dengan tegangan nominal yang lain dihubungkan-Y sehingga membentuk suatu
transformator tiga-fasa. Transformator semacam ini disebutkan sebagai terhubung Y-A
atau A-Y. Kemungkinan hubungan-hubungan lain adalah Y-Y dan A-A. Jika ketiga
transformator fasa-tunggal tersebut masing-masing mempunyai tiga gulungan (primer,
sekunder, dan tertier), dua pasang gulungan mungkin dihubungkan-Y dan satu pasang
A atau dapat juga dua pasang terhubung-A dan satu pasang terhubung-Y. Selain meng-
gunakan tiga buah transformator fasa-tunggal yang identik, bentuk yang lebih umum
ialah sebuah transformator tiga-fasa yang ketiga fasanya terdapat pada sebuah struktur
besi. Teori untuk transformator tiga-fasa adalah sama saja dengan teori untuk gabung-
an tiga-fasa dari transformator fasa-tunggal.
Marilah kita tinjau sebuah contoh numerik dari sebuah transformator Y-Y yang
tersusun dari tiga buah transformator fasa-tunggal masing-masing dengan rating 25
MVA. 38,1/3,81 kV. Maka rating sebagai sebuah transformator tiga-fasa adalah 7 5
MVA, 66/6,6 kV (d3 x 38,l = 66). Gambar 6,21 memperlihatkan transformator itu
dengan suatu beban resistif seimbang sebesar 0,6 52 per fasa pada sisi tegangan-rendah-
nya. Gulungan-gulungan pada primer dan sekunder yang digambar dengan arah sejajar
terletak pada transformator fasa-tunggal yang sama. Karena rangkaian ini seimbang dan
kita juga memisalkan tegangan tiga-fasa yang seimbang, maka netral dari beban dan
netral dari gulungan tegangan-rendah berada pada potensial yang sama. Karena itu ma-
sing-masing tahanan 0,6 52 dapat dipandang sebagai terhubung langsung pada sebuah
gulungan 3,81-kV baik jika netral tersebut dihubungkan ataupun tidak dihubungkan.
Pada sisi tegangan-tinggi impedansi yang diukur dari saluran ke netral adalah

Gambar 6.22a memperlihatkan ketiga buah transformator yang sama terhubung


Y-A pada beban resistif yang sama pula yaitu 0,6 Lt per fasa. Jika kita hanya memen-
tingkan besarnya tegangan pada terminal tegangan-rendah, transformator Y-A 'dapat
digantikan dengan sebuah gabungan transformator Y-Y yang mempunyai perbanding-
an lilitan untuk masing-masing transformator (atau untuk masing-masing pasang gu-
lungan fasa sebuah transformator tiga-fasa) sebesar 38,1/2,2 kV seperti terlihat pada
Gambar 6.223, Transformator pada Gambar 6.221~dan b adalah ekivalen iika kita tidak
berkepentingan dengan pergeseran fasa. Seperti akan kita lihat dalarn Bab 11, terjadi
suatu pergeseran fasa (phase shift) antara tegangan pada sisi-sisi transformator Y-A,

Gambar 6.21. 'Transformator Y-Y dengan tegangan nominal 66/6,6 kV.


Model Sistem 143

Gambar 6.22. Transformator dari Gambar 6.21 (a) dihubungkan Y-A dan ( b ) digantikan dengan
sebuah transformator Y-Y dengan perbandingan tegangan antar-saluran yang sama seperti transfor-
mator Y -A.

tetapi ha1 ini belum perlu kita bahas di sini. Gambar 6.223 menunjukkan pada kita
bahwa dilihat dari sisi tegangan-tinggi transformator, resistansi pada masing-masing
fasa beban adalah

Di sini faktor perkaliannya adalah kuadrat dari perbandingan tegangan antar-saluran


dan bukannya kuadrat dari perbandingan lilitan dari masing-masing gulungan transfor-
mat01 Y-A.
Pembicaraan ini membawa kita pada kesimpulan bahwa untuk memindahkan nilai
ohm impedansi dari tingkat tegangan pada satu sisi transformator tiga-fasa ke tingkat
tegangan pada sisi yang lain, faktor perkaliannya adalah kuadrat dari perbandingan te-
gangan antar saluran tanpa memandang apakah hubungan transformator itu Y-Y atau
Y-A. Karena itu dalam perhitungan per satuan untuk transforrnator dalam rangkaian
tiga-fasa, kita mengikuti prinsip yang sailla yang telah diken~bangkanuntuk rangkaian
fasa-tunggal dan perlu juga bahwa tegangan dasar pada kedua sisi transformator mem-
punvai perbandingan yang sama seperti tegangan antar-saluran nominal pada kedua sisi
transformator. Dasar kVA adalah salila untuk masing-masing sisi.

Contoh 6.6. Tiga tl.ansfonnator dengan rating 25 MVA, 38,1/3,81 kV dihubung-


kan Y-A seperti terlihat dalam Ga~nbal-0.22a dengan beban seilnbang berupa tig:i
talianan dari 0,6-G, yarlg dihubungkan-Y. Pilihlah 75 MVA, 66 kV sebagai dasa~
ulltuk sisi tegangan-tinggi transformator dan tentukanlah dasar untuk sisi tegang-
144 Analisis Sistem Tenaga Listrik

an-rendah. Tentukanlah resistansi per satuan dari beban dengan dasar seperti un-
tuk sisi tegangan-rendah. Kemudian tentukanlah resistansi beban RL terhadap sisi
tegangan-tinggi dan nilai per satuan resistansi ini atas dasar yang telah dipilih.

JAWABAN: Rating dari transformator sebagai suatu gabungan tiga-fasa adalah


75 MVA, 66Y/3,81 A kV. Jadi dasar untuk sisi tegangan-rendah adalah 75 MVA,
3,81 kV.
Impedansi dasar pada sisi tegangan rendah adalah

dan pada sisi tegangan rendah

R - 0'6 = 3,10 per satuan


- 0,1935

lmpedansi dasar pada sisi tegangan tinggi adalah

dan kita sudah lihat bahwa resistansi per fasa terhadap sisi tegangan-tinggi adalah
180 a . Jadi
180
-
R , = -- 3,10 per satuan
58,l

Resistansi R dan reaktansi bocor X sebuah transformator tiga-fasa diukur dengan


pengujian hubungan-singkat seperti telah dibicarakan untuk transformator fasa-tung-
gal. Dalam suatu rangkaian ekivalen tiga-fasa R dan X dihubungkan dalam masing-
masing saluran pada sebuah transformator ideal tiga-fasa. Karena R dan X akan mem-
punyai nilai per satuan yang sama, baik pada sisi tegangan rendah maupun pada sisi te-
gangan-tinggi transformator, rangkaian ekivalen fasa-tunggal akan menggambarkan
transformator sebagai impedansi R + jX dalam per satuan tanpa transformator ideal
jika semua kuantitas pada rangkaian diberikan dalarn per satuan dengan pemilihan da-
sar yang benar.
Daftar A.5 dalam Apendiks rnemberikan nilai-nilai khas impedansi transformator
yang pada dasarnya sama dengan reaktansi bocor karena resistansi biasanya adalah
kurang dari 0,01 per satuan

Contoh 6.7. Sebuah transformator tiga-fasa mempunyai rating 400 MVA, 220Y/
22A kV. Impedansi hubungan-singkat yang diukur pada sisi tegangan-rendah
transformator adalah 0,12152 dan karena resistansi yang rendah nilai ini dapat
dianggap sama dengan reaktarisi bocor. Tentukanlah reaktansi per satuan trans-
formator dan nilai yang harus dipakai untuk mereprese~~tasikan transformator ini
dalam suatu sistem yang dasarnya pada sisi tegangan-tinggi transformator adalah
1OOMVA, 230 kV.

: Dengan dasarnya sendiri reaktar~sitransformator adalah


JAWABAN
0,121
= 0,lO per satuan
(2212 1400
Model Sistem

Dengan dasar yang dipilih reaktansi menjadi

220
0,1(-)
'-
loo
= 0,0228 per satuan
230 400

6.10 LMPEDANSI PER-SATUAN DARI TRANSFORMATOR


TIGA-KUMPARAN
Kumparan (gulungan) primer dan sekunder sebuah transformator dua-kumparan selalu
mempunyai rating kilovoltampere yang sama, tetapi ketiga kumparan sebuah transfor-
mator tiga-kumparan dapat mempunyai rating kilovoltampere yang berbeda. Impedan-
si masing-masing kumparan dari sebuah transformator tiga-kumparan dapat diberikan
dalam persen atau per satuan dengan dasar rating kumparan itu sendiri, atau pengujian
dapat dilakukan untuk menentukan impedansi. Tetapi dalam setiap hal, semua impe-
dansi harus dinyatakan atas dasar kilovoltampere yang sama.
Tiga irnpedansi dapat diukur dengan pengujian hubung-singkat standar, yaitu:
= impedansi bocor yang diukur pada kumparan primer dengan sekunder terhu-
bung-singkat dan tersier terbuka.
= impedansi bocor yang diukur pada kumparan primer dengan tersier terhubung-
singkat dan sekunder terbuka.
Z, = impedansi bocor yang diukur pada sekunder dengan tersier terhubung-singkat
dan primer terbuka.
Jika ketika impedansi tersebut yang diukur dalam ohm adalah terhadap tegangan pada
salah satu kumparan, impedansi masing-masing kumparan yang terpisah terhadap kum-
paran yang sama itu dihubungkan dengan impedansi terukur sebagai berikut:
z,, = z, + z,
z,, = z,+ z,
z,,
= z,+ z,
di maria Z Zs, dan Z, adalah impedansi-impedansi kumparan primer, sekunder, dan
P.
tersier terhadap rangkaian primer jika Z p , Zpt,dan ZSt adalah impedansi yang terukur
terhadap rangkaian primer. Dengan menyelesaikan Persamaan (6.38) secara serentak
kita dapatkan.

z,= +(Z,, + zPI - Za,)

Z, = gz,, + z,,- Z,,)


z,= $(Z,,+ z,, - Z,)
Impeclansi' ketiga kumparan itu dihubungkan secara bintang untuk merefresen-
tasikan i'lngkaian ekivalen fasa-tunggal untuk transformator tiga kumparan dengan
arus m a g l e t diabaikan, seperti terl~hatpada Gambar 6.23. Titrk bersarna pada gambar
itu adalL1hkhayal dan tidak ada hubungannya dengan netral sistem. Titik p, s dan t di-
hubungh.ln ke bagian-bagian diagram impedansi yangmelukiskan bagian-bagian sistem
yang d~l~ubungkan ke kumparan primer. sekunder, darl tersier dari transformator ter-
sebut. Karena nilai ohm impedansi tersebut harus dinyatakan terhadap tegangan yang
sama, pengubahan (convers~on)ke unpedansi per satuan memerlukan dasar kilovolt
Analisis Sistem Tenaga Listrik

Gambar 6.23. rangkaian ekivalen sebuah transformator ti-


ga-kumparan. Titik-titik p, s, dan t menghubungkan rang-
kaian transformator ke rangkaian ekivalen yang melukis- s
kan bagian sistem yang dihubungkan kekumparan-kum-
paran primer, sekunder, dan tersier. t

ampere yang sama untuk ketiga rangkaian itu, dan memerlukan dasar-dasar tegangan
pada ketiga rangkaian tersebut yang perbandingannya sama seperti perbandingan te-
gangan antara-saluran nominal pada ketiga rangkaian transformator itu.

Contoh 6.8. Rating tiga-fasa sebuah transformator tiga-kumparan adalah


Primer Dihubungkan-Y, 66 kV, 15 MVA
Sekunder Dihubungkan-Y, 13,2 kV, 10,O MVA
Tersier Dihubungkan-A, 2,3 kV, 5 MVA
Dengan mengabaikan resistansi, impedansi-impedansi bocor adalah
Zps = 7% dengan dasar 15-MVA 66-kV
Z p , = 9% dengan dasar 15-MVA 66-kV
Z,, = 8% dengan dasar 10,O-MVA 13,2-kV

Carilah impedansi per unit dari rangkaian ekivalen yang dihubungkan secara bin-
tang dengan dasar 15 MVA, 6 6 kV pada rangkaian primer.

JAWABAN: Dengan suatu dasar 15-MVA, 66 kV pada rangkaian primer, dasar-


dasar yang sesuai untuk impedansi per satuan dari rangkaian ekivalen adalah 15-
MVA, 6 6 kV untuk kuantitas rangkaian-primer, 15 MVA, 13,2 kV untuk kuanti-
tas rangkaian sekunder, 15 MVA, 2,3 kV untuk kuantitas rangkaian tersier.
Zp, dan Z p t diukur dalam rangkaian primer dan karena itu sudah dinyatakan
dengan dasar yang sesuai untuk rangkaian ekivalennya. Untuk Z S t ,tidak diperlu-
kan perubahan dasar tegangan. Perubahan yang diperlukan ialah untuk kVA dasar
untuk Zs, dan dilakukan sebagai berikut:
z,, = 8% x 15/10 = 12%

Dalam per satuan dengan dasar yang ditentukan

Lp= i(j0,07 + j0,09 - j0,12) = j0,02 per satuan


= i(j0,07 + j0,12
Z;, - jO,09) = jO,O5 per satuan
%, = f(j0,09 + j0,12 - j0,07) = j0,07 per satuan

Contoh 6.9. Sebuah sumber tegangan-konstan (ril tak-t erhingga) rnencatu suatu
beban resistif murni sebesar 5-MW 2,3-kV dan sebuah motor serempak 7,5-MVA
13,2-kV yang niempunyai reaktansi subperalihan (subtransient reachtance) X" =
Model Sistem 147

20%. Sumber itu dihubungkan ke kumparan primer dari transformator tiga-kum-


paran yang diuraikan dalam Contoh 6.8. Motor dan beban resistif tersebut dihu-
bungkan ke sekunder dan tersier transformator itu. Gambarlah diagram impedansi
sistem dan tunjukkan impedansi per satuan dengan dasar 66 kV, 15 MVA pada
rangkaian primer.

JAWABAN : Sumber tegangan-konstan dapat direpresentasikan dengan sebuah gene-


rator yang tidak mempunyai irnpedansi dalam (internal impedance).
Resistansi beban adalah 1,O prr satuan atas dasar 5 MVA, 2,3 kV pada rang-
kaian tersier. Dinyatakan dengan dasar 15 MVA 2,3-kV resistansi beban adalah
15
R = b,OX-- - 3,O per satuan
5
Dengan mengubah reaktansi motor ke dasar 15 MVA, 13,2 kV dihasilkan
15
X' = 0,20 = 0,40 per satuan

Gambar 6.24 adalah diagram reaktansi yang diminta

Gambar 6.24. Diagram impedansi untuk Contoh 6.9.

6.1 1 DIAGRAM SEGARIS


Sekarang kita sudah mempunyai model-model rangkaian untuk saluran transmisi, me-
sin serempak, dan transformator. Selanjutnya akan kita lihat bagaimana melukiskan
suatu rakitan komponen-komponen ini untuk membuat model suatu sistem yang leng-
kap. Karena sistem tiga-fasa yang seimbang selalu diselesaikan sebagai suatu rangkaian
fasa-tunggal yang terdiri dari salah satu dari ketiga salurannya dan suatu jalur kembali
netral, jarang diperlukan untuk menunjukkan lebih dari satu fasa dan sebuah jalur
kembali bila nlelukiskan diagram rangkaian itu. Bahkan diagram semacam ini masih
sering disederhanakan lebih lanjut dengan mcnghilangkan rangkaian pelengkap melalui
netralnya dan dengan menunjukkan bagian-bagian komponen dengan lambang standar
yang menggantikan rangkaian ekivalennya. Parameter rangkaian tidak ditunjukkan,
dan sebuah saluran transniisi dilukiskan sebagai satu garis saja di antara kedua ujung-
ujungnya. Diagram sistem listrik yang disederhanakan seniacani ini disebut diagram se-
galls (one-line diagram). Dengan suatu garis tunggal dan lanibang standar, diagrarn ini
menunjukkan saluran transniisi dan pcralatan-peralatan yang bcrhubungan dari suatu
sisicm listrik.
Kegunaan diagram segaris ini ialah untuk memberikan keterangan-keterangan yang
penting tentang sistem dalarn bentuk yang ringkas. Pentingnya berbagai ciri suatu sis-
148 Analisis Sistem Tenaga Listrik

tem berbeda menurut masalah yang ditinjau, dan banyaknya keterangan yang dima-
sukkan dalam diagram tergantung pada maksud diagram tersebut dibuat. Misalnya, le-
tak pemutus-rangkaian dan relai adalah tidak penting dalam mengerjakan suatu studi
beban. Pemutus dan Rile] tidak diperlihatkan jika fungsi utama diagram itu adalah un-
tuk memberikan keterangan untuk studi semacam i t ~ Sebaliknya,
. penentuan kestabil-
an suatu sistem dalam keadaan peralihan yang disebabkan oleh suatu gangguan ter-
gantung pada kecepatan relai-felai dan pemutus rangkaian itu bekerja untuk memisaah-
kan bagian sistem yang mengalami gangguan. Karena itu keterangan mengenai pemu-
tus-rangkaian menjadi sangat penting. Kadang-kadang diagram segaris memberikan ke-
terangan rr.engenai transformator arus dan transformator potensial yang menghubung-
kan relai-relai ke sistem atau yang dipasang untuk keperluan pengukuran. Keterangan
yang didapat dari suatu diagram segaris dapat diharapkan berubah-ubah menurut ma-
salah yang sedang ditangai dan sesuai dengan praktek atau kebiasaan perusahaan tert-
tentu yang menyediakan diagram itu.
Lembaga Standar Nasional Amerika (American National Standard Institute -
ANSI) dan Lembaga Insinyur Listrik dan Elektronika (Institute of Electrical and Elec-
tronics Engineers) telah menerbitkan suatu himpunan lambang standar untuk diagram
1istrik.S Tidak semua penulis mengikuti lambang-lambang ini dengan tetap, terutama
dalam menyatakan transformator. Gambar 6.25 memperlihatkan beberapa lambang
yang biasa dipakai. Lambang dasar untuk suatu mesin atau jangkar yang berputar ada-
lah sebuah lingkaran, tetapi banyak sekali penyesuaian lambang dasar ini dapat diper-
oleh sehingga setiap mesin listrik berputar yang sering dipakai dapat ditunjukkan. Un-
tuk seorang yang tidak selalu bekerja dengan diagram-diagram segaris, adalah lebih jelas
untuk menunjukkan suatu mesin tertentu dengan lambang dasarnya yang diikuti de-
ngan keterangan tentang jenis dan ratingnya.
Adalah penting untuk mengetahui letak titik-titik di mana suatu sistem dihubung-
kan ke tanah supaya kita dapat menghitung banyaknya arus yangmengalir jika terjadi
suatu gangguan tidak simetris yang melibatkan tanah. Lambang standar untuk menun-
jukkan suatu Y tiga-fasa dengan netral yang ditanahkan dengan langsung diperlihatkan
dalam Gambar 6.25 Jika suatu tahanan (resistor) atau reaktor diselipkan di antara

Pemutus-rangkaian daya,
Mesin atau jangkar
berputar (dasar) 0 minyak atau cairan lain
u
Transformator daya A t Pemutus-rangkaian udara -
n -
dua-kumparan k Hubungan delta tiga kawat,
tiga fasa A
Transformator daya
tiga-kumparan +It Ye (wye) tiga-fasa,
netral tak ditanahkan 7''
Sekering (fuse) -u3-
Transformator arus Ye tiga-fasa,
-FR-
netral ditanahkan %
Transforniator potensial -4 atau 36-
Ammeter dan Voltmeter -@- -0-
Gambar 6.25. Lambang-lainbang peralatan.

t Lihat Graphic Symbols for Electrical and Electronics Diagrams, IEEE Std 3 15.- 1975
Model Sistem 149

4
Beban A

Gambar 6.26. Diagram segaris suatu sistem listrik.

netral Y dan tanah untuk membatasi aliran arus ke tanah pada waktu ada gangguan,
lambang-lambang yang sesuai untuk resistansi atau induktansi dapat ditambahkan pada
lambang standar untuk Y yang ditanahkan. Kebanyakan netral transformator dalam
sistem transmisi selalu ditznahkan dengan langsung. Netral generator biasanya ditanah-
kan melalui resistansi yang cukup tinggi dan kadang-kadang melalui kumparan induk-
tansi.
Gambar 6.26 adalah diagram segaris suatu sistem daya yang sangat sederhana. Dua
generator, yang satu ditanahkan melalui sebuah reaktor dan yang satu lagi melalui se-
buah resistor, dihubungkan ke sebuah re1 dan melalui sebuah transformator peningkat
tegangan (step-up transformasi) ke saluran transmisi. Sebuah generator yang lain,
yang ditanahkan melalui sebuah reaktor, dihubungkan ke sebuah re1 dan melalui se-
buah transformator pada ujung yang lain dari saluran transmisi itu. Sebuah beban dihu-
bungkan ke masing-masing ref. Pada diagram itu keterangan mengenai beban, rating
generator,transformator, dan reaktansi bermacam-macam komponen rangkaian sering
juga diberikan.

6. f 2 DIAGRAM IMPEDANSI DAN DIAGRAM REAKTANSI


Untuk dapat menghitung prestasi suatu sistem dalam keadaan berbeban atau terjadi-
nya suatugangguan, diagram segaris digunakan untuk menggambar rangkaian ekivalen
fasa-tunggal dari sistem tersebut. Gambar 6.27 menggabungkan rangkaian-rangkaian
ekivalen dari berbagai komponen yang diperlihatkan dalam Gambar 6.26 untuk mem-
bentuk diagram impedansi sistem. Jika diinginkan untuk melakukan studi beban, be-
ban tertinggal A dan B dilukiskan dengan resistansi dan reaktansi induktif dalam hu-
bungan seri. Diagram impedansi tidak memasukkan impedansi pembatas arus yang di-
tunjukkan pada diagram segaris di antara netral generator dan tanah karena dalam ke-
adaan seimbang tidak ada arus yang mengalir dalam tanah dan netral generator berada
pada potensial yang sama dengan netral sistem. Karena arus magnet suatu transforma-

u--/J-v---
Generator Beban Transformator Saluran transmisi Transformlator Beban Gene-
1 dan 2 A R rator
T, T2 3

Gambar 6.27. Diagram impedansi yang berhubungan dengan diagram segaris dari Gambar 6.26.
150 Analisis Sistem Tenaga Listrik

tor biasanya tidak berarti dibandingkan dengan arus beban penuh, admitansi shunt
biasanya diabaikan dalam rangkaian ekivalen transformator.
Seperti telah disebutkan terdahulu, resistansi sering diabaikan dalam perhitungan
gangguan, juga dalam program komputer digital. Tentu saja pengabaian resistansi akan
menimbulkan sedikit kesalahan, tetapi hasilnya masih tetap memuaskan karena reak-
tansi induktif suatu sistem jauh lebih besar daripada resistansinya. Resistansi dan reak-
tansi induktif tidak dijumlahkan secara langsung, dan impedansi tidak akan jauh ber-
beda dengan reaktansi induktif jika resistansinya kecil. Beban-beban yang tidak me-
nyangkut mesin-mesin yang terputar sangat kecil pengaruhnya terhadap arus saluran
total pada waktu ada gangguan dan karena itu biasanya diabaikan. Tetapi beban yang
berupa motor serempak selalu dimasukkan dalam perhitungan gangguan karena emf
yang dibangkitkan besar sumbangannya pada arus hubung-singkat. Diagram itu harus
memperhitungkan motor induksi sebagai sebuah emf yang dibangkitkan dalam hu-
bungan seri dengan suatu reaktansi induktif jika diagram tersebut dimaksudkan untuk
menentukan arus yang timbul segera setelah terjadinya suatu gangguan. Motor induksi
diabaikan dalam perhitungan arus beberapa periode setelah terjadinya gangguan ka-
rena arus yang diberikan oleh sebuah motor induksi hilang dengan cepat setelah motor
tersebut dihubung-singkat.
Jika kita memutuskan untuk menyederhanakan perhitungan arus gangguan
dengan'mengabaikan semua beban statis, semua resistansi, arus magnet masing-masing
transformator, dan kapasitansi saluran transrnisi, diagram impedansi itu menjadi dia-
gram reaktansi seperti pada Gambar 6.28. Penyederhanaan ini hanya berlaku untuk
perhitungan-perhitungan gangguan dan tidak berlaku untuk studi aliran-beban, yang
merupakan pokok pembahasan kita dalam Bab 8. Penyederhanaan semacam ini tidak
diperlukan jika tersedia sebuah komputer.
Diagram-diagram ~mpedansidan Kealctansi yang dibicarakandr sin1 kadang-kadang
disebut juga diagram urutan-posrtif (positive-sequence diagram) karena diagram terse-
but menunjukkan impedansi terhadap arus seimbang dalam suatu sistem tiga-fasa
yang simetris. Betapa pentingnya sebutan ini akan menjadi jelas jika kita mempelajari
Bab 11 nanti.
Jika data sudah diberikan dengan diagram segaris kita dapat menuliskan nilai reak-
tansi pada Gambar 6.28. jika kita mau menunjukkan nilai ohm, seluruhnya harus di-
berikan dengan berpedoman pada tingkat tegangan yang sama, seperti misalnya sisi
saluran transmisi dari transformator. Tetapi seperti telah kita simpulkan, jika dasar un-
tuk bermacam-macam bagian suatu rangkaian yang dihubungkan oleh sebuah transfor-
mator telah ditentukan sebagaimana mestinya, nilai impedansi per satuan yang ditentu-
kan dibagiannya sendiri dalam sistem itu adalah sama seperti jika ditentukan pada
bagian lain. Karena itu kita hanya perlu menghitung masing-masing impedansi atas da-
sar bagiannya sendiri dalam rangkaian. Keuntungan besar pada penggunaan nilai per
satuan ialah bahwa trdak diperlukan perhitungan lagi jika suatu impedansi dipindahkan
dari satu sisi ke sisi yang lain dari sebuah transformator.

Rel netral

Gambar 6.28. Diagram reaktansi yang disesuaikan dari Gambar 6.27 dcngan mengabailcan semua
beban, resistansi, dan adrnitansi shunt.
Model Sisrem 151

Hal-ha1 berikut ini perlu selalu diperhatikan:


1. Suatu kilovolt dasar dan kilovoltampere dasar dipilih pada bagian sistem. Nilai-
nilai dasar untuk suatu sistem tiga-fasa diartikan sebagai kilovolt antar-saluran dan
kilovolt-ampere atau megavoltampere tiga-fasa.
2. Pada bagian-bagian lain dari sistem, yaitu pada sisi lain dari transformator, kilo-
volt dasar untuk masing-masing bagian ditentukan menurut perbandingan tegang-
an antar-saluran transformator. Kilovoltampere dasar adalah sama di semua bagian
sistem. Akan sangat memudahkan jika kilovolt dasar masing-masing bagian sistem
ditunjukkan pula pada diagram segaris.
3. Keterangan yang tersedia tentang impedansi transformator tiga-fasa biasanya ada-
lah dalam per satuan atau persen atas dasar yang ditentukan menurut rating trans-
formator.
4. Untuk tiga buah transformator fasa-tunggal yang dihubungkan sebagai suatu satu-
an tiga-fasa, rating tiga-fasanya ditentukan dari rating fasa-tunggal masing-masing
transformator. Impedansi dalam persen untuk satuan tiga-fasa adalah sama dengan
impedansi dalam persen untuk masing-masing transformator itu sendiri.
5. Impedansi per satuan yang diberikan atas dasar yang lain daripada yang ditentu-
kan untuk bagian dari sistem di mana elemen itu berada hams diubah ke dasar
yang semestinya menurut Persamaan (2.52).

CONTOH 6.10. Sebuah generator tiga-fasa 2 0 kV, 300 MVA mempunyai reaktan-
si sub-peralihan sebesar 20%. Generator itu mencatu beberapa motor serempak
melalui saluran transmisi sepanjang 64-km (40-mi) yang mempunyai transformator
pada kedua ujungnya, seperti diperlihatkan pada diagram segaris dari Gambar
6.29. Motor yang semuanya mempunyai rating 13,2 kV, dilukiskan sebagai dua
buah motor ekivalen saja. Netral dari salah satu motor tersebut, M I , dihubungkan
ke tanah melalui reaktansi. Netral dari motor kedua, M 2 , tidak dihubungkan ke
tanah (suatu keadaan yang tidak biasa). Masukan nominal untuk M I dan M 2
berturut-turut adalah 200 MVA dan 100 MVA. Untuk kedua motor itu X" = 20%.
Transformator tiga-fasa T I mempunyai rating 350 MVA, 230120 kV dengan reak-
tansi bocor sebesar 10%. Transformator T 2 terdiri dari tiga buah transformator
fasa-tunggal masing-masing dengan rating 127113,2 kV, 100 MVA dengan reak-
tansi bocor sebesar 10%. Reaktansi seri saluran transmisi adalah 0,5 n / k m . Gam-
barlah diagram reaktansi dengan semua reaktansi yang ditunjukkan dalam per-
aturan. Pilihlah rating generator sebagai dasar pada rangkaian generator.

JAWABAN : Rating tiga-fasa transformator T2 adalah

Gambar 6.29. Diagram segaris untuk Contoh 6.10


152 Analisis Sistem Tenaga Listrik

dan perbandingan tegangan antar-salurannya adalah


x 127/13,2 = 220/13,2 kV
Suatu dasar dari 300 MVA, 20 kV pada rangkaian generator memerlukan dasar
300 MVA di semua bagian sistem dan dasar-dasar tegangan sebagai berikut:
Pada saluran transmisi: 230 kV (karena TI mempunyai rating 230120 kV)
13,2
Pada rangkaian motor: 230 -- 13;8 kV
220

Dasar-dasar ini diperlihatkan di antara tanda kurung pada diagram-segaris Gambar


6.29. Reaktansi transformat~r yang diubah ke dasar yang semestinya adalah
300
Transformator Tl : X = 0 , l x -- - 0,0857 per satuan
350
Transformator T2: X = 0,l = 0,09 15 per satuan

Irnpedansi dasar saluran transmisi adalah

dan reaktansi saluran adalah


0,5 x 6 4
= 0,18 15 per satuan
176,3
2
300 13,2 = 0,2745 per satuan
Reaktansi motor M I = 0,2

Reaktansi motor Mz = 0,2 ) - ( g)


= 0,5490 per satuan

Gambar 6.30 adalah diagram reaktansi yang diminta.

Contoh 6.1 1. Jika motor M1 dan M2 pada Contoh 6.10 berturut-turut mempu-
nyai masukan 120 dan 60 MW pada 13,2 kV, dan keduanya beke j a dengan faktor
daya sama dengan satu, carilah tegangan pada terminal generator.
JAWABAN
: Bersama-sama kedua motor menyerap 180 MW, atau
180
- - - 0,6 per satuan
300

Gambar 6.30. Diagram reaktansi untuk Cantoh 6.10. Reaktansi dinyatakan dalam per satuan
dengan dasar yang ditentukan.
Model Sistem

Karena itu dengan V dan I pada motor dalam per satuan


I V I . 11) = 0,6 per satuan.
dan karena
v = 13;8=
3'2 0 , 9 5 6 5 E per satuan

I = 0'6 = 0 , 6 2 7 3 s per satuan


0,9565
Pada generator
V = 0,9565 + O,6273(jO,O915 + j0,1815 + j0,0857)
= 0,9565 +j0,2250 = 0,9826113,2' per satuan
Tegangan terminal generator adalah
0,9826 x 20 = 19,65 kV

6.13 KEUNTUNGAN-KEUNTUNGAN PERHITUNGAN PER SATUAN


Membuat perhitungan sistem listrik dalam nilai per satuan sangat menyederhanakan
pekerjaan. Dari pengalamannya sendiri barulah seseorang dapat benar-benar menghar-
gai nilai metode per satuan ini. Beberapa keuntungan dari metode ini dapat disimpul-
kan dengan singkat seperti di bawah ini.
1. Pabrik biasanya memberikan impedansi sebuah peralatan dalam persen atau per
satuan dengan rating yang tertera pada papan-nama sebagai dasar.
2. Impedansi per satuan mesin yang sejenis tetapi dengan rating yang jauh berbeda
biasanya terletak dalam suatu batas-batas nilai yang sempit, meskipun nilainya da-
lam ohm berbeda besar untuk mesin-mesin dengan rating yang berbeda. Oleh ka-
rena itu, jika impedansi sebuah mesin tidak diketahui dengan pasti, pada umum-
nya masih mungkin untuk memilih sebuah impedansi per satuan dari daftar nilai
rata-rata yang telah tersedia, dan hasilnya tidak akan jauh menyimpang dari kebe-
naran. Pengalaman kerja dengan nilai per satuan akan membiasakan kita dengan
nilai-nilai impedansi per satuan yang tepat untuk berbagai macam peralatan.
3. Bila impedansi dalam ohm diberikan pada suatu rangkaian ekivalen, setiap impe-
dansi harus didasarkan pada rangkaian yang sama dengan mengalikan nilai itu de-
ngan kuadrat perbandingan tegangan rating pada kedua sisi transformator yang
menghubungkan rangkaian pedoman dengan rangkaian yang mengandung impe-
dansi tersebut. Impedansi per satuan, jika sudah sekali dinyatakan dalam dasar
yang benar, adalah sama menurut sisi yang mana pun dari transformator.
4. Cara menghubungkan transformator dalarn rangkaian tiga-fasa tidak mempenga-
ruhi impedansi per satuan rangkaian ekivalennya, meskipun hubungan transforma-
tor itu memang menentukan hubungan antara dasar tegangan pada kedua sisi
transformator tersebut.

6.14 RINGKASAN
Rangkaian ekivalen yang disederhanakan untuk generator serempak dan transformator
yang telah diperkenalkan daiam bab ini adalah penting sekali bagi pembahasan kita se-
lanjutnya dalam buku ini.
154 Analisis Sistem Tcnaga Listrik

Kita telah melihat bahwa generator serempak akan memberikan daya reaktif yang
lebih besar pada sistern yang terhubung padanya jika penguatan (exitation) ditingkat-
kan. Sebaliknya, jika penguatan diperkecil day2 reaktif yang diberikan juga akan ber-
kurang, dan pada keadaan kurang diperkuat generator akan menyerap daya reaktif dari
sistem. Analisis ini telah dibuat dengan memisalkan sebuah generator yang mencatu
suatu sistem yang sedemikian besarnya sehingga tegangan terminal tetap konstan. Da-
lam Bab 8 kita akan memperluas analisis ini untuk sebuah generator yang mencatu sua-
tu sistem yang direpresentasikan oleh ekivalen Thevenin-nya.
Perhitungan per satuan akan kita gunakan hampir terus menerus dalam bab-bab
yang berikut. Kita telah melihat bagaimana transforrnator dihilangkan dalam rangkaian
ekivalen dengan menggunakan perhitungan per satuan. Penting untuk diingat bahwa
akar tiga tidak masuk ke dalam perhitungan per satuan yang rinci karena spesifikasi
suatu tegangan antar-saluran dasar dan tegangan saluran ke-netral dasar saling berhu-
bungan dengan faktor akar tiga.
Pengertian tentang pemilihan dasar yang tepat pada bermacam-macarn bagian
suatu rangkaian yang dihubungkan oleh transformator dan perhitungan parameter da-
lam per satuan dengan dasar yang ditentukan untuk bagian rangkaian di mana parame-
ter itu berada, adalah pokok-pokok yang harus diingat dalarn pembuatan suatu rang-
kaian ekivalen dari suatu diagram segaris.

SOAL-SOAL
6.1' Tunjukkanlah langkah-langkah yang harus diambil agar jumlah ketiga mnlf yang dinyatakan
dalam Persamaan (6.6) sampai dengan (6.8) dapat dipersamakan dengan gelombang be jalan mmf
yang diberikan dalam Persamaan (6.10).
6.2 Tentukanlah kecepatan tertinggi untuk pemutaran dua buah generator yang terpasang pada
poros yang sama sehingga frekuensi salah satu generator adalah 60 Hz dan frekuensi generator yang
lainnya 25 HZ. Berapakah kutub yang dimiliki oleh masing-masing mesin?
6.3 Reaktansi serempak sebuah generator adalah 1,O per satuan, dan reaktansi bocor jangkarnya
0 , l per satuan. Tegangan ke netral fasa a pada re1 suatu sistem yang besar tempat generator itu ter-
hubung adalah 1,0@O per satuan, dan generator memberikan suatu arus I, yang sama dengan
l , O m O per satuan. Abaikanlah resistansi gulungan, dan carilah (a) jatuh tegangan pada mesin yang
disebabkan oleh reaksi jangkar, ( b ) tegangan ke netral Eg dari fasa a generator itu pada keadaan
tanpa beban dan ( c ) nilai-nilai per satuan dari P dan Q yang diberikan pada rel.
6.4 Selesaikanlah bagian (a) dan ( c ) dari Soa16.3 untuk I, = 1.0/30" per satuan dan bandingkan-
lah hasil kedua soal ini.
6.5 Untuk suatu arus stator tertentu dalam sebuah generator serempak, mmf yang disebabkan
oleh arus medan adalah dua kali sebesar yang disebabkan oleh reaksi jangkar. Abaikanlah kejenuh-
an dan carilah perbandingan antara tegangan E,. yang dibangkitkan oleh fluks celah-udara dan te-
gangan generator pada keadaan tanpa beban (a) jika arus stator I, sefasa dengan E,, ( b )jika later-
tinggal9O0 terhadap E,, den ( c )jika I, mendahului E, dengan 90'.
6.6 Sebuah transformator fasa-tunggal mempunyai rating 4401220 V, 5,O kVA. Jika sisi tegangan-
rendah dihubung-singkat dan 35 V dikenakan pada sisi tegangan-tinggi, arus nominal (rated) menga-
lir pada kumparan dan masukan daya adalah 100 W. Tentukanlah resistansi dan reaktansi kumpar-
an tegangan-tinggi dan rendah jika rugi daya dan perbandingan antara reaktansi dan resistansi pada
kedua kumparan adalah sama.
J 6 . 7 Sebuah transforma\rur fasaltunggal dengan rating 30 kVA, 1200/120 V dihubungkan 5ebagai
sebuah auto transformator untuk mencatu 1320 V dari suatu re1 1200-V.
( a ) Gambarlah suatu diagram hubungan transformator yang memperlihatkan tanda-tanda
polaritas apda kumparan dan arah-arah yang dipilih sebagai positif untuk arus di masing-masing
kumparan sehingga arus akan menjadi sefasa.
( b ) Tunjukkanlah pada diagram nilai-nilai arus nominal pada kumparan , dan pada masukan
dan terminal keluar.
Model Sistem 155

(c) Tentukanlah kilovoltampere nominal dari unit sebagai sebuah auto transformator.
(d) Jika efisiensi transformator ini yang dihubungkan utuk kerja 1200j120-v pada beban
nominal dan faktor daya satu adalah 97%, tentukanlah efisiensinya, sebagai sebuah auto transfor-
mator dengan arus nominal pada kumparannya yang bekerja pada tegangan nominal untuk men-
catu suatu beban denga faktor daya satu.
'' 6.8 Selesaikanlah Soa16.7 jika transformator itu mencatu 1080 V dari suatu re1 1200-V.
6.9 Suatu beban resistif 8000 kW yang terhubung-A di hubungkan pada sisi tegangan-rendah yang
terhubung-A dari sebuah transformator Y-A dengan rating 10.000kVA, 138/13,8 kV. Hitunglah
resistansi beban dalam ohm pada masing-masing fasa jika diukur antara saluran dan netral pada sisi
tegangan tinggi transformator. Abaikanlah impedansi transformator dan misalkan bahwa tegangan
nominal dikenakan pada primer dari transformator.
6.10 Selesaikanlah soa16.7 jika tahanan yang sama dihubungkan kembali dalam susunan Y.
6.1 1 Tiga buah transformator masing-masing dengan rating 5 kVA, 220 V pada sisi sekunder di-
hubungkan A-A dan mencatu suatu beban resistif murni sebesar 15 kW pada 220 V. Suatu perubah-
an yang dilakukan mengurangi beban menjadi 10 kW, dan masih tetap resistif murni. Seseorang
menyarankan bahwa karena beban tinggal dua-pertiga dari semula, sebuah transformator dapat dile-
paskan dan sistem dapat dioperasikan dengan cara A-terbuka. Tegangan tiga-fasa seimbang masih
akan dicatu pada beban karena dua buah tegangan salurannya (jadi juga tegangan ketiga) tidak akan
berubah.
Untuk menyelidiki saran ini lebih lanjut
(a) Carilah masing-masing arus saluran (besar dan sudutnya) dengan beban 10 kW dan transforma-
tor antara a dan c dilepaskan. (Misalkan Vab = 220/00 V, dan urutannya a b c ).
( b ) Carilah kilovoltamvere yang diberikan oleh masing-masing transformator yang masih tertinggal.
(c) Batasan apakah yang harus dikenakan pada beban untuk pengoperasianA -terbuka transforma-
tor ini?
(d) Carilah alasannya mengapa nilai kilovoltampere masing-masing transformator mempunyai
suatu komponen Q sedangkan bebannya adalah resistif murni.

6.12 Sebuah transformator dengan rating 200 MVA, 345Y/20,5 A kV menghubungkan suatu beban
dengan rating 180 MVA, 22,5 kV, faktor daya 0,8 tertinggal pada saluran transmisi. Tentukaniah
(a) rating masing-masing dari tiga buah transformator fasa-tunggal yang jika dihubungkan dengan
tepat akan jadi ekivalen dengan transformator tiga-fasa itu dan ( b ) impedansi kompleks beban da-
lam per satuan pada diagram impedansi jika dasar pada saluran transmisi adalah 100 MVA, 345 kV.
6.13 Sebuah generator 120 MVA, 19,5 kV mempunyai X, = 1,s per satuan dan dihubungkan pada
saluran oleh sebuah transformator dengan rating 150 MVA, 230Y118 A kV dan X = O,1 per satuan.
Jika dasar yang akan dipakai pada perhitungan adalah 100 MVA, 230 kV untuk saluran transmisi,
hitunglah nilai per satuan yang akan dipakai untuk reaktansi transformator dan generator.
6.14 Rating tiga-fasa sebuah transformator adalah 5000 kVA, 115113,2 kV, dan impedansinya
0,007 + j0,075 per satuan. Transformator ini dihubungkan pada saluran transmisi yang impedansi-
nya adalah 0,02 + j0,lO persatuan dengan dasar 10 MVA, 13,2 kV. Saluran mencatu suatu beban
tiga fasa dengan rating 3400 kW, 13,2 kV, dengan faktor daya tertinggal0,85. Jika tegangan pada
sisi tegangan tinggi tetap 115 kV ketika beban pada ujung saluran d i lepaskan, hitunglah regulasi
tegangan pada beban Bekejalah dengan per satuan dan pilihlah sebagai dasar 10 MVA, 13,2 kV
pada beban.

6.15 Diagram segaris suatu sistem tenaga yang tidak dibebani diperlihatkan dalam Gambar 6.31.
Reaktansi kedua bagian saluran transmisi ditunjukkan pada diagram. Generator dan transformator
mempunyai rating sebagai berikut:
Generator 1: 20 MVA, 1 3 3 kV, X" = 0,20 per satuan
Generator 2: 30 MVA, 18 kV, X" = 0,20 per satuan
Generator 3: 30 MVA, 20 kV, X u = 0,20 per satuan
Transformator T I : 25 MVA, 220Y/13.8~kV,X = 10%
Transformator T2 : Satuan fasa-tunggal masing-masing dengan rating 10 MVA, 127118 kV, X = 10%
Transformator T 3 : 35 MVA, 220Y/22Y kV, X = 10%

C;a~r~barlah diagram impedansi dengan semua rcaktansi diberikan dalam per satuan dan dengan
hur~rf-hurufuntuk menunjukkan titik-titik yang ada hubungannya dengan diagram segaris. pilih-
lah scbagai dasar 50 MVA, 13.8 kV pada rangkaian generator I.
156 Analisis Sistem Tenaga Listrik

c
;loo Zn& + , .<- , TZ
%
&b

@ Gambar 6.31. Diagram segaris untuk Soal6.15.

6.16 Gambarlah diagram impedansi untuk sistem tenaga yang diperlihatkan dalam Gambar 6.32.
Tunjukkanlah impedansi dalam per satuan. Abaikanlah resistansi, dan gunakan dasar 5 0 kVA,
138 kV pada saluran 40-0. Rating dari generator, motor dan transformator adalah:
Generator 1: 20 MVA, 18 kV, X" = 20%
Generator 2: 20 MVA, 18 kV, X" = 20%
Motor serempak 3: 30 MVA, 13.8 kV, X" = 20%
Transformator Y-Y tiga-fasa: 20 MVA, 138Y120Y kV, X = 10%
Transformator Y-A tiga-fasa: 15 MVA, 138Y120A kV, X = 10%

Gambar 6.32. Diagram segaris untuk Soal 6.16.

6.17 Jika tegangan pada re1 C dalam Soal 6.16 adalah 13,2 kV ketika motor menarik 24 MW de-
ngan faktor daya 0,8 mendahului, hitunglah tegangan pada re1 A dan B. Misakan bahwa kedua
generator membagi beban dengan sama berat. Berikan jawabannya dalam volt dan dalam per-satuan
dengan dasar yang dipilih untuk Soal 6.16. Carilah tegangan pada A dan B jika pemutus rangkaian
yang menghubungkan generator 1 dan re1 A terbuka sedangkan motor menarik 12 MW pada 13,2
kV dengan faktor daya 0.8 mendahului. Semua pemutus-rangkaian yang lain tetap tertutup.
BAB
TUJUH
PERHITUNGAN JARINGAN

Perkembangan besar yang terus-menerus komputer digital yang berkecepatan tinggi


telah membawa suafu perubahan pada perbandingan pentingnya berbagai teknik pe-
nyelesaian masalah jaringan yang luas. Penyelesaian dengan komputer digital telgan-
tung pada persamaan jaringan. Oleh karena itu bagi seorang insinyur sistem tenaga,
penting sekali untuk memahami rumusan persamaan-persamaan yang menjadi dasar
program komputer yang dipakai untuk mendapatkan suatu penyelesaian soal.
Bab ini tidak dimaksudkan sebagai suatu kupasan yang lengkap dan terperinci ten-
tang persamaan jaringan, tetapi akan memberikan pembahasan dan membentangkan
nietoda analisis yang sangat penting dan menentukan dalam program penyelesaian
dengan komputer.
Hal yang penting dalam bab ini terutama ialah diperkenalkannya admitansi re1 dan
matriks impedansi yang ternyata akan sangat berguna dalam pembahasan-pembahasan
selanjutnya.

7.1 KESETARAAN SUMBER


Suatu prosedur yang sangat membantu dalam beberapa masalah pada analisis jaringan
adalah penggantian (substitution) suatu sumber arus konstan dalam hubungan paralel
dengan impedansi untuk suatu emf konstan dan impedansi seri. Kedua bagian dari
Gambar 7.1 melukiskan rangkaian-rangkaian itu. Kedua sumber dengan masing-masing
impedansinya yang sesuai dihubungkan pada suatu jaringan berkutub-dua (two-ter-
minal network) yang mempunyai suatu impedansi masukan Z L . Untuk sementara be-

Gambar 7.1. Rangkaian-rangkaian yang


melukiskan kesetaraan sumber. (b)
158 Analisis Sistem Tenaga Lisrn'k

ban itu boleh dianggap sebagai suatu jaringan pasif; yang berarti bahwa setiap emf-
dalam pada jaringan beban dimisalkan terhubung-singkat dan setiap sumber arus dalam
keadaan terbuka.
Untuk rangkaian yang mempunyai emf k o ~ s t a nEg dan impedansi seri Zg,tegang-
an pada beban adalah

di mana IL adalah arus beban. Untuk rangkaian yang mempunyai suatu sumber arus
konstan Is dengan impedansi shunt Z p , tegangan pada beban adalah .

VL = ( I , - IL)Zp= I s Z p - I L Z P (7.2)
Kedua sumber dengan masing-masing impedansinya akan menjadi setara (ekivalen) jika
tegangan VL dalam kedua rangkaian tersebut sama. Sudah tentu, nilai-nilai VL yang
sama akan berarti arus beban yang sama pula untuk beban-beban yang identik.
Dengan membandingkan Persamaan-persamaan (7.1) dan (7.2) terlihat bahwa V L
pada kedua rangkaian akan menjadi identik dan karena itu emf dan impedansi serinya
dapat dipertukarkan dengan sumber arus dan impedansi shunt-nya, asal

dan

Hubungan ini menunjukkan bahwa suatu sumber arus konstan dan impedansi shuntnya
dapat digantikan dengan suatu emf konstan dan impedansi serinya, jika emf itu sama
dengan hasil-kali arus konstan dengan impedansi shunt dan jika impedansi seri sama
(valence of sources) yang dihubungkan pada jala-jala pasif. Dengan meninjau prinsip
superposisi, kita dapat membuktikan bahwa ha1 yang sama berlaku juga jika keluaran-
nya (output) merupakan suatu jaringan aktif, yaitu jaringan yang mengandung sumber
tegangan dan arus. Untuk menentukan sumbangan dari catu daya. Jika jaringan keluar-
an adalah aktif, prinsip superposisi mengharuskan kita untuk menghubung-singkatkan
semua emf pada jaringan keluaran dan menggantikan sumber-sumber arusnya dengan
rangkaian terbuka, sementara impedansi-impedansinya tetap seperti semula. Jadi bagi
komponen arus dari sumber yang dipertukarkan itu keluarannya merupakan suatu ja-
ringan pasif. Untuk menentukan komponen-komponen arus yang disebabkan oleh
sumber dalam jaringan beban, sumber catu emf dihubung-singkat dalam suatu keadaan
dan sumber arusnya dibuka dalam keadaan yang lain. Jadi hanya Zg atau Z p ekivalen-
nya saja yang terhubung pada masukan beban, untuk menentukan pengaruh sumber-
sumber dalam jaringan beban tanpa memandang sumber jenis mana yang mencatu.
Jadi dalam menerapkan superposisi, komponen-komponen yang diberikan oleh sumber
pada jaringan beban tidak tergantung pada jenis catu daya selama impedansi seri emf-
nya sama dengan impedansi shunt sumber arus konstan itu. Karena itu ha1 yang sama
untuk kesetaraan tetap berlaku baik untuk jaringan beban aktif maupun pasif.

7.2 PERSAMAAN-PEgSAMAAN SIMPUL


Titik-titik sambungan yang terbentuk jika dua buah elemen murni (R, L, atau C, atau
suatu sumber tegangan atau arus ideal) dihubungkan satu sama lain pada ujung-ujung-
nya dinamakan simpul-simpul (nodes). Perumusan yang sistematis dari persamaan-
Perhitungan Jaringan 159

yang ditentukan pada simpul-simpul suatu rangkaian dengan menerapkan hukum arus
Kirchhoff adalah dasar yang sangat berguna untuk beberapa penyelesaian masalah sis-
tem-tenaga dengan komputer. Biasanya masalah menjadi lebih mudah jika yang di-
tinjau hanya simpul-simpul di mana terhubung lebih dari dua elemen. Titik sambungan
semacam ini dinamakan simpul-simpul besar (major nodes).
Untuk dapat mempelajari beberapa ciri persamaan simpul, kita akan mulai dengan
diagram segaris suatu sistem sederhana seperti ditunjukkan dalam Gambar 7.2. Genera-
tor dihubungkan pada rel-re1 tegangan-tinggi l dan 3 melalui transformator dan men-
catu suatu beban motor serempak pada re1 2. Untuk keperluan analisis, semua mesin
pada setiap re1 diperlakukan sebagai satu mesin saja dan dilukiskan sebagai satu emf
dan reaktansi seri. Diagram reaktansi, dengan reaktansi-reaktansi yang diberikan dalam
per satuan, ditunjukkan dalam Gambar 7.3. Simpul-simpul ditunjukkan dengan titik,
tetapi nomor-nomor hanya diberikan pada simpul-simpul besar. Jika rangkaian itu di-
gambar kembali dengan emf dan impedansi seri yang menghubungkannya ke simpul-
simpul besar digantikan dengan sumber arus ekivalen dan admitansi shunt ekivalen,
hasilnya adalah rangkaian pada Gambar 7.4. Nilai admitansi diperlihatkan dalam per-
satuan menggantikan nilai impedansi.
Notasi subskrip tunggal akan dipakai untuk menunjukkan tegangan masing-masing
re1 terhadap netral yang diambil sebagai simpul pedoman 0 (reference node). Dengan
menerapkan hukum arus Kirchhoff pada simpul 1, yaitu menyamakan arus dari sum-
ber yang menuju simpul tersebut dengan arus yang meninggalkannya, didapat

Gambar 7.3. Diagram reaktansi untuk sis-


Gambar 7.2. Diagram segaris suatu sistem tem pada Gambar 7.2. Nilai-nilai reaktansi
sederhana. diberikan dalam per satuan.

Gambar 7.4. Rangkaian dari Gambar 7 . 3 dengan sumber arus


menggantikan sumber tegangan ekivalen. Nilai-nilai admitansi
diperlihatkan dalam per satuan.
160 Analisis Sistem Tenaga Listrik

1, = v l x +(vl - v3)yf+ (vl- v4)Yd (7.5)


dan untuk simpul4

Dengan mengatur kembali persamaan-persamaan ini diperoleh

0 = - vl Yd - v2/,Y, - v3Y, + v4(Yd + Ye + Y,) (7.8)

Persamaan-persamaan yang serupa dapat dibentuk untuk simpul-simpul 2 dan 3 , dan


keempat persamaan tersebut dapat diselesaikan dengan serentak untuk tegangan-tegang-
an V , , V Z ,V J ,dan Vq. Semua arus cabang dapat ditentukan jika tegangan-tegangan
ini diketahui, dan denga-n demikian banyaknya persarnaan simpul yang diperlukan ada-
lah sama dengan banyaknya simpul dalam jaringan itu dikurangi satu. Suatu persamaan
simpul yang dibentuk untuk simpul pedoman tidak akan menghasilkan keterangan le-
bih lanjut. Dengan perkataan lain, banyaknya persamaan simpul yang berdiri bebas
adalah kurang satu dari banyaknya simpul.
Kita belum menuliskan kedua persamaan yang lain karena kita sudah dapat meli-
hat bagaimana seharusnya merumuskan persamaan simpul dalam notasi standar. Dalam
Persamaan (7.7) dan (7.8) nampak bahwa arus yang mengalir ke jaringan dari sumber
arus yang terhubung pada suatu simpul dipersamakan dengan jumlah beberapa hasil-
kali. Pada setiap hasil-kali suatu simpul merupakan tegangan pada simpul itu dikalikan
dengan jumlah semua admitansi yang berujung pada simpul itu. Hasil-kali ini memberi-
kan juga arus yang mengalir meninggalkan simpul itu jika tegangan pada setiap simpul
yang lain adalah nol. Setiap hasil-kali yang lain sama dengan negatif, tegangan pada
simpul yang lain dikalikan dengan admitansi yang terhubung di antara simpul yang lain
itu dan simpul di mana persamaan itu dirumuskan. Misalnya, pada simpul 1 suatu hasil-
kali ialah - V j Yf,yang memberikan arus yang mengalir meninggalkan simpul 1 jika
semua tegangan-tegangan simpul adalah no1 kecuali tegangan pada simpul3.
Bentuk standar untuk keempat persamaan yang berdiri bebas itu dalam matriks
adalah

Simetri persamaan-persamaan dalam bentuk ini membuatnya mudah untuk diingat,


dan kemungkinan perluasannya untuk jumlah sirnpul yang berapapun banyaknya men-
jadi jelas pula bagi kita. Urutan subskrip-subskrip Y adalah sesuai dengan sebab-akibat;
yaitu, subskrip pertama adalah untuk simpul di mana arus itu dirumuskan, dan sub-
skrip kedua adalah antuk tegangan yang menyebabkan komponen arus itu. Matriks
Y ditunjukkan dengan Y,,, (Ybus) dan dinamakan matriks admitansi re1.t Matriks ini
sirnetris terhadap diagonal utamanya. Admitansi-admitansi Y,,, Y z z ,Y33, dan Y44 di-
namakan admitansi sendiri (self-admittance) pada simpul-simpul itu, dan masing-ma-
sing sama dengan jumlah semua admitansi yang berujung pada simpul yang ditandai
dengan subskrip yang berulang. Admitansi yang lain adalah admitansi bersama (mutual
admittance) simpul-simpul itu, dan masing-masing sama dengan jumlah negatif semua

t Huruf tebal (boldface) digunakan di rnana satu huruf menunjukkan sebuah matriks.
Perhitungun Jaringun 161

admitansi yang dihubungkan langsung antara simpul yang disebutkan menurut sub-
skrip gandanya. Untuk jaringan pada Gambar 7.4 admitansi bersama Yl adalah sama
dengan - Y f Beberapa penulis menamakan admitansi sendiri dan bersama suatu sim-
pul sebagai admitansi titik-penggerak (driving-point admittance) dan admitansi pemin-
dah (transfer admittance) simpul tersebut.
Rumus umum untuk arus sumber yang mengalir menuju simpul k suatu jaringan
yang mengandung N buah simpul bebas, yaitu N buah re1 selain netral, adalah

Satu persamaan semacam itu harus dituliskan untuk masing-masing N buah re1 di mana
fegangan jaringannya tidak diketahui. Jika tegangan pada suatu simpul sudah di-
tetapkan, persamaan untuk simpul itu tidak ditulis. Misalnya, jika besar dan sudut fasa
tegangan pada dua dari rel-re1 tegangan-tinggi dalam contoh telah ditetapkan, hanya di-
perlukan dua persamaan. Persamaan-persamaan simpul hanya akan ditulis untuk kedua
re1 yang lain di mana tegangan-tegangannya masih belum diketahui. Suatu emf dan
impedansi seri yang telah diketahui tidak perlu digantikan dengan sumber arus ekiva-
lennya jika sebuah ujung elemen emf itu dihubungkan ke simpul pedoman, karena
dengan demikian simpul yang memisahkan emf dan impedansi serinya itu adalah sim-
pul yang telah diketahui tegangannya.

Contoh 7.1. Tulislah dalam bentuk matriks persamaan-persamaan simpul yang


perlu untuk menyelesaikan tegangan pada rel-re1 yang diberi nomor dalam Gambar
7.4. Jaringannya adalah ekivalen dengan yang dalam Gambar 7.3. Emf yang diper-
lihatkan dalarn Gambar 7.3 adalahEa = 1 ,5e0Eb,= 1 3 1 - 36,87O dan E, = 1,5/0",
sernuanya dalam per satuan.

JAWABAN: Sumber arus adalah


1,5&
11 = - = 1,2/ - 90" = 0 - j1,20 per satuan
11325
1,5/ -36,87O
Iz = - = 1,2/- 126,87' = - 0,72 - j0,96 per satuan
j1,25

Admitansi sendiri dalam per satuan adalah


Y 1 = - j5,O - j4,O - j0,8 = - j9,8
Y z z = - j5,O-j2,5 - j0,8 = - j8,3
YS3 = - j4,O - j2,5 - j8,O - jO,8 = - jl5,3
Y44 = -j5,0-j5,O-j8,0= -j18,0

dan admitansi bersama dalam per satuan adalah


Ylz = YZ1 = 0 Y Z 3= Y3Z = + j2,5
Y 1 3 = Y31 = + j4,O Y Z 4= Y42 = + j5,O
Y I 4 = YqI = + j5,O Y34= Y43 = + j8,O
162 Analisis Sistem Tenaga Listrik

[:
Persamaan simpul dalam bentuk matriks adalah
-0,72 ; j l 9 2 0 ] = [ j 9 , 8 /O,O
-j0,96

-j1,20 j4,O
-j8,3
j0,O

j2,5 -j15,3
j2,5
j4,O

j8,O
i5,o j5,O j8,O -j18,0

Matriks bujursangkar di atas kita kenal kembali sebagai matriks admitansi re1 YW1.

Contoh 7.2. Selesaikanlah persamaan-persamaan simpul dari contoh terdahulu


untuk lnendapatkan tegangan-tegangan re1 dengan membalikkan (inverting) ma-
triks admitansi rel.

JAWABAN : Dengan lebih dulu mengalikan kedua sisi persamaan matriks pada
Contoh 7.1 dengan kebalikan (inverse) dari matriks admitansi re1 (ditentukan de-
ngan menggunakan program standar pada sebuah komputer digital), dihasilkan

Matriks bujursangkar di atas yang didapat dengan membalikkan matriks admitansi


re1 dinarnakan matriks irnpedansi re1 Z,,,. Dengan melaksanakan perkalian matriks
yang ditunjukkan, diperoleh

dan karena itu tegangan simpul adalah

V , = 1,4111 -j0,2668 = 1,436 1- 10,71° per satuan


V2 = 1,3830 - j0,3508 = 1,427 1- 14,24O per satuan
V3 = 1,4059 - j0,2824 = 1,434 1- 11,36O per satuan
V , = 1,4009 - j0,2971 = 1,432 1- 11,97O per satuan

7.3 PENYEKATAN MATRIKS


Suatu metoda manipulasi matriks yang banyak gunanya, yang disebut penyekatan
(partitioning), ialah pengenalan kembali berbagai bagian suatu matriks sebagai sub-
matriks yang diperlakukan sebagai unsur-unsur tunggal dalam penerapan aturan yang
biasa untuk perkalian dan penambahan. Misalnya, kita andaikan suatu matriks 3 X 3 A,
di mana
Perhitungan Jaringan 163

Matriks ini disekat menjadi empat submatriks oleh garis terputus-putus mendatar dan
tegak. Matriks itu dapat dituliskan sebagai

di mana submatriksnya adalah

Untuk memperlihatkan langkah-langkah dalam perkaiian matriks dalam suku-suku


submatriks, kita andaikan bahwa A dipasca-kalikan (post-multiplied) dengan matriks
lain B untuk membentuk hasil-kali C, di mana

B= (7.13)

Dengan penyekatan seperti yang ditunjukkan,

di mana submatriksnya adalah

Maka hasilkalinya adalah

,=, =I D E
F G 11 ]H
J

Submatriks itu diperlakukan sebagai unsur-unsur tunggal untuk memperoleh

Hasil-kali ini akhirnya ditentukan dengan melakukan perkalian dan penjumlahan sub-
matriks yang ditunjukkan itu.
Jika C disusun dari submatriks M dan N sehingga

perbandingan dengan Persamaan (7.16) menunjukkan


M=DH+EJ (7.18)
N = FH + GJ (7.19)
Jika kita hanya ingin mendapatkan submatriks N, penyekatan itu menunjukkan bahwa
164 Analisis Sistem Tenaga Listrik

Matriks yang akan diperkalikan harus dapat digabungkan sejak awalnya. Setiap
+
garis penyekat tegak antara kolom r dan r 1 pada faktor pertama memerlukan suatu
+
garis penyekat mendatar antara baris r dan r 1 pada faktor yang kedua agar subma-
triks tersebut dapat diperkalikan. Garis-garis penyekat mendatar dapat ditarik antara
setiap baris pada faktor pertama, dan garis-garis penyekat tegak di antara setiap kolom
pada yang kedua, atau dihilangkaxl pada salah satu atau keduanya. Sebuah contoh yang
menerapkan penyekatan matriks akan diberikan pada akhir bagian berikut ini.

7.4 PENGHAPUSAN SIMPUL DENGAN AWABAR MATRIKS


Simpul-simpul dapat dihapuskan dengan manipulasi matriks pada persamaan simpul
standar. Tetapi, hanya simpul-simpul di mana arus tidak masuk atau meninggalkan
jaringan saja yang dapat dihapuskan.
Persamaan simpul standar dalam notasi matriks dinyatakan sebagai
I = yre1 " (7.2 1 )

di mana I dan V adalah matriks kolom dan Y,l adalah matriks bujursangkar sirnetris.
Matriks kolom harus diatur sedemikian sehingga unsur yang bersesuaian dengan sim-
pul yang akan dihapuskan berada pada baris bawah matriks tersebut. Unsur matriks
admitansi bujursangkar juga ditempatkan sesuai dengan ha1 ini. Matriks kolom disekat
sedemikian sehingga unsur yang berhubungan dengan simpul yang akan dihapuskan
terpisah- dari unsur-unsur yang lain. Matriks admitansi disekat sedemikian sehingga
unsur yang ditandai hanya dengan simpul yang akan dihapuskan terpisah dari unsur-
unsur lainnya oleh garis mendatar dan tegak. Bila disekat nienurut aturan tersebut,
di atas, Persamaan (7.21) menjadi

di mana Ix adalah submatriks yang terdiri dari arus yang memasuki simpul yang akan
dihapuskan dan Vx adalah submatriks yang terdiri dari tegangan simpul tersebut.
Tentu saja setiap unsur dalam Ix sama dengan nol, karena jika tidak simpul itu tidak
dapat dihapuskan. Admitansi sendiri dan bersama, yang membentuk K adalah yang di-
tandai hanya dengan simp< yang akan tetap ada. M terdiri dari admitansi sendiri dan
bersama yang ditandai hanya dengan simpul yang akan dihapuskan. M ini adalah se-
buah matriks bujursangkar yang ordenya sama seperti banyaknya simpul yang akan
dihapuskan. L dan transposenya L T hanya terdiri dari adn~itansi-admitansibersama
yang dimiliki oleh simpul yang akan tertinggal dan simpul yang akan dihapuskan.
Dengan melakukan perkalian seperti yang ditunjukkan dalani Persamaan (7.22),
didapat
I,, = KV, + LV,
dan
I, = LTV, + MV,
Karena semua elemen Ix adalah nol, dengan mengurangi L ~ dari V ~kedua sisi Persa-
maan (7.24) dan mengalikan kedua sisi tersebut dengan kebalikan dari M (dinyatakan
'
dengan M- ), diperoleh
Perhitu ngan Jaringan 165

Dengan memasukkan rumus untuk Vx ini ke dalam Persamaan (7.23) didapat

yang sebenarnya adalah persamaan simpul yang mempunyai matriks admitansi


Y r e l = K - L M - 1L T (7.27)

Matriks admitansi ini memungkinkan kita untuk membuat rangkaian di mana sirnpul-
sirnpul yang tidak dikehendaki dihapuskan, seperti yang akan kita lihat dalam contoh
berikut .

Contoh 7.3. Jika generator dan transformator pada re1 3 dihilangkan dari rangkai-
an Gambar 7.3, hapuskanlah simpul3 dan 4 dengan prosedur aljabar-matriks yang
baru saja diuraikan, berikanlah rangkaian ekivalen dengan simpul ini dihapuskan,
dan carilah daya kompleks yang dipindahkan ke dalam atau ke luar jaringan pada
simpul 1 dan 2. Carilah juga tegangan pada simpul 1.

JAWABAN: Matriks admitansi re1 dari rangkaian yang disekat untuk penghapusan
s i n t ~ u l 3dan 4 adalah

Kebalikan submatriks pada posisi kanan bawah adalah

Kemudiari

Perneriksaan matriks ini menunjukkan bahwa admitansi antara kedua re1 1 dan 2
yang masih tertinggal adalah - j4,0736, dan kebalikannya adalah impedansi per
satuan antara rel-re1 tersebut. Admitansi antara masing-masing re1 ini dan re1 pe-
doman adalah

-14,8736 - ( - j4,0736) = - 10,800 per satuan

Rangkaian yang dlhasilkan terlihat pada Cambar 7.Sa. Jika sumber arus diubah
menjadi sumber emf ekivalennya, rangkaian dengan impedansi dalam per satuan
adalah seperti terlihat pada Gambar 7.Sb. Maka arusnya adalah
Analisis Sisrem Tenago Listrik

Gambar 7.5. Rangkaian Gambar 7.3 tanpa sumber pada sirnpul 3 (a) dengan sumber arus eki-
valen dan ( b ) dengan sumber tegangan aslipada simpul 1 dan 2.

= 0,3278 - j0,1093 = 0,3455/- 18,44 per satuan

Daya ke luar dari sumber a adalah


1 , 5 g 0 X 0,34551 18,44O = 0,492 + j0,164 per satuan
Dan daya masuk ke dalam sumber b adalah
1,5/-36.87' X 0,3455f18.44~ = 0,492 - j0,164 per satuan

Perhatikanlah bahwa voltampere reaktif dalam rangkaian sama dengan


( 0 , 3 4 5 5 ) ~X 2,7455 = 0,328 = 0,164 + 0,164
Tegangan pada simpul 1 adalah
1,SO - j1.,25(0,3278 - j0.1093) = 1,363 - j0,410 per satuan

Pada rangkaian yang sederhana dalam contoh ini, penghapusan simpul dapat juga
dicapai dengan transformasi Y-A dan dengan melakukan penggabungan impedansi seri
dan paralel. Metoda penyekatan matriks adalah suatu metoda umum yang lebih sesuai
untuk penyelesaian dengan komputer. Tetapi, untuk penghapusan suatu jumlah simpul
yang besar, matriks M yang kebalikannya harus dicari juga akan besar.
Pembalikan suatu matriks dapat dihindarkan dengan menghapuskan setiap kali
satu sirnpul saja, dan prosesnya menjadi sangat sederhana. Simpul yang akan dihapus-
kan haruslah yang bernorrlor paling tinggi, dan penomoran kembali mungkin diperlu-
kan. Matriks M menjadi berunsur tunggal dan M-' adalah kebalikan dari unsur terse-
but. Matriks admitansi asli yang disekat menjadi matriks K, L, LT, dan M adalah
Perh itungan Jaringan 167

dan menurut Persamaan (7.27), matriks (n - 1) x (n - 1) yang direduksikan adalah

dan setelah manipulasi matriks yang ditunjukkan ini selesai, unsur pada baris k dan
kolom j dari matriks (n - 1 ) x (n - 1) yang dihasilkan akan menjadi

-
Ykj (baru) = ykj (asli)

Setiap unsur pada matriks asli K harus dirubah. Jika kita bandingkan Persamaan
(7.28) dan Persamaan (7.30) akan kita lihat cara untuk meneruskannya. Kita harus
mengalikan unsur pada kolom terakhir dan baris yang sama seperti unsur yang sedang
dirubah, dengan unsur pada baris terakhir dan kolom yang sama seperti unsur yang se-
dang dirubah. Hasil-kali ini kemudian kita bagi dengan Y n , dan hasilnya dikurangkan
dari unsur yang sedang dirubah. Contoh berikut ini akan melukiskan prosedur yang se-
derhana.

Contoh 7.4. Lakukanlah penghapusan simpul Contoh 7.3 dengan mula-mula


menghapuskan simpul4 kemudian menghapuskan simpul3.
JAWABAN: Seperti pada Contoh 7 . 3 matriks asli yang sekarang disekat untuk
penghapusan sebuah simpul adalah

Untuk merubah unsur j2,S pada baris 3 kolom 2, kurangkanlah dari unsur tersebut
hasil-kali unsur-unsur yang berada dalam segi-empat yang dibagi dengan unsur di
sudut kanan bawah. Kita dapatkan unsur yang dirubah tersebut

Demikian pula, unsur baru pada baris 1 , kolom 1 adalah

Unsur-unsur lain ditemukan dengan cara yang sama menghasilkan


168 Analisis Sistem Tenaga Listrik

Dengan mereduksikan matriks di atas untuk menghapuskan simpul3, dihasilkan

yang ternyata identik dengan matriks yang didapatkan dengan metoda penyekatan
matriks di mana dua buah simpul dihapuskan sekaligus.

7.5 ADMITANSI REL DAN MATRIKS IMPEDANSI


Pada Contoh 7.2 kita telah membalikkan matriks impedansi re1 Yrel dan menamakan
matriks yang dihasilkan matriks impedansi re1 Zrel.Menurut definisi

Z re, = YG1' (7.31)

dan untuk suatu jaringan dengan tiga buah simpul yang berdiri bebas

Karena Y,, simetris terhadap diagonal utamanya, Zrel juga harus simetris dengan cara
yang sama .
Unsur-unsur impedansi Zrel pada diagonal utama dinamakan impedansi titik peng-
gerak (driving-point impedance) simpul-simpul, dan unsur-unsur di luar diagonal ter-
sebut dinamakan impedansi pemindah (transfer impedance) simpu2-simpul itu.
Matriks admitansi re1 tidak perlu ditentukan untuk dapat memperoleh ZreI, dan
di bagian lain dari bab ini akan kita lihat bagaimana Zrel dapat dirumuskan secara
langsung.
Matriks impedansi re1 adalah penting dan berguna sekali dalam membuat perhi-
tungan gangguan seperti yang akan kita pelajari nanti. Untuk dapat memahami pen-
tingnya bermacam-macam impedansi pada matriks tersebut secara fisik, kita akan
membandingkannya dengan admitansi simpul. Hal ini dapat kita lakukan dengan mu-
dah dengan melihat persamaan pada suatu simpul tertentu. Misalnya, mulai dengan
persamaan simpul yang dinyatakan sebagai

I = Y,,, v (7.33)
pada simpul2 dari tiga simpul yang berdiri bebas, kita mempunyai

Jika V1 dan V , dibuat sama dengan no1 dengan menghubung-singkatkan simpul 1 dan
3 ke simpul pedoman dan arus I2 diinjeksikan pada simpul 2, admitansi-sendiri pada
simpul 2 adalah

Jadi admitansi-sendiri suatu simpul tertentu dapat diukur dengan menghubungkan


semua simpul yang lain pada simpul pedoman dan kenludian menemukan perbanding-
an arus yang diinjeksikan pada simpul tersebut dan tegangan yang ditimbulkan pada
simpul itu juga. Gambar 7.6 melukiskan metoda ini untuk suatu jaringan reaktif
Perhitungun Juringan

Gambar 7.6. Rangkaian untuk meng-


ukur Y , , , Y , , , dan Y,, .

dengan tiga simpul. Jelaslah bahwa hasilnya adalah ekivalen dengan penambahan se-
mua admitansi yang terhubung langsung pada simpul, seperti prosedur yang telah kita
ikuti hingga saat ini.
Gainbar 7.6 juga dapat melukiskan admitansi bersama. Pada simpul 1 dengan
menguraikan Persamaan (7.33) didapatkan persamaan

dan dari sini terlihat bahwa

Jadi ad~nitansibersama diukur dengan menghubungkan singkat semua simpul kecuali


simpul 2 pada simpul pedoman dan menyuntikkan suatu arus I2 pada simpul2, seperti
ditunjukkan dalam Gambar 7.6. Dengan demikian Y12 adalah perbandingan arus
negatif yang meninggalkan jaringan dalam hubungan singkat pada simpul 1 dan te-
gangan V 2 . Arus negatif yang meninggalkan simpul 1 telah kita pergunakan karena
I , didefinisikan sebagai arus yang memasuki jaringan. Admitansi yang dihasilkan
adalah negatif dari admitansi yang terhubung .langsung antara simpul-simpul 1 dan 2,
seperti yang dapat kita harapkan.
Kita telah mempelajari secara terperinci admitansi simpul agar perbedaannya ter-
hadap matriks impedansi re1 dapat dilihat dengan jelas.
Persamaan (7.33) kita selesaikan dengan memprakalikan kedua sisi-sisinya dengan
Y
,
; = Zrel untuk memperoleh

dan kita harus in at jika bekerja dengan Z m I bahwa V dan I adalah berturut-turut ma-
B
triks kolom dari $egangan simpulRdan '&us yang memasuki simpul-simpulf3ari sumber
arus. Dengan menguraikan Persamaan (7.38), untuk suatu jaringan dengan tiga simpul
bebas, kita dapatkan
v] = z l l I l Z12I2 + z1313 (7.39)
v 2 =z211, + z 2 2 I 2 $- z 2 3 1 3 (7.40)
V3 = Z 3 , 1 , + Z 3 2 i 2+ 23313 (7.41)

Dari Persamaan (7.40) kita lihat bahwa impedansi titik-penggerak Zz2 ditentukan
dengan membuka hubungan sumber arus pada simpul 1 dan 3 dan diinjeksikan arus
I2 pzda simpul2. Kemudian
170 Analisis Sistem Tenaga Lishik

Gambar 7.7 menunjukkan rangkaian yang telah diuraikan. Karena Zz2 didefinisikan
dengan membuka sumber arus yang terhubung pada simpul yang lain sedangkan Yzz
didapatkan dengan menghubung-singkatkan simpul yang lain itu, kita tidak dapat
mengharapkan adanya suatu hubungan terbalik (reciprocal) antara kedua kuantitas ini.
Gambar 7.7 juga memungkinkan kita untuk mengukur beberapa impedansi pemin-
dah, karena kita lihat dari Persamaan (7.39) bahwa dengan sumber arus Il dan I3
dibuka

z , , =3I
I z ,,=,,=o
dan dari Persamaan (7.4 1)

Jadi kita dapat mengukur impedansi pemindah Z l z dan Z 3 2 dengan menyuntikkan


arus pada simpul 2 dan mendapatkan perbandingan dari V l dan V 3 terhadap I2 de-
ngan sumber-sumber terbuka pada semua simpul kecuali simpul 2. Kita catat pula
bahwa suatu admitansi bersama diukur dengan semua simpul dihubung-singkatkan
kecuali satu, dan bahwa suatu impedansi pemindah diukur dengan semua sumber ter-
buka kecuali satu.
Persamaan (7.39) menunjukkan pada kita bahwa jika kita suntikkan arus ke sim-
pul 1 dengan sumber-sumber arus 2 dan 3 terbuka, satu-satunya impedansi yang dialiri
arus II adalah ZII. Dalam keadaan yang sama Persamaan (7.40) dan (7.41) menunjuk-
kan bahwa Il menyebabkan tegangan re1 2 dan 3 yang dinyatakan dengan

V,=I,Z,, dan V3 =lIz31 (7.43)


Kita tidak dapat menyusun suatu rangkaian pasif yang secara fisik dapat dibuat dengan
impedansi-impedansi gandengan ini, tetapi penting bagi kita untuk menyadari makna
kesimpulan dari pembahasan yang baru saja kita selesaikan, karena Z,,, kadang-kadang
dipakai pada studi-studi aliran-beban dan sangat berguna dalam perhitungan gangguan,
seperti yang akan kita lihat kemudian.

Contoh 7.5. Sebuah kapasitor yang mempunyai reaktansi '5,o per Satuari dihu-
bungkan pada simpul4 dalam rangkaian dari Contoh-contoh 7.1 dan 7.2 Emf-emf
E , , E b , dan E, tetap sama seperti dalam contoh-contoh tersebut. Hitunglah arus
yang ditarik oleh kapasitor.

JAWABAN: Rangkaian Ekivalen Thevenin di belakang simpul4 mempunyai emf


sebesar
E,, = 1,4321-1 1,97'

mengukur Z , , , Z , , , Z,, . 1 + -
- -1 + -
Perhitungan Jaringan 171

yang merupakan tegangan pada simpul 4 sebelum kapasitor dihubungkan dan


sama dengan tegangan V4 yang didapat dalam Contoh 7.2.
Untuk mendapatkan impedansi emf Thevenin dihubung-singkatkan atau
sumber arus dibuka, dan impedansi antara simpul4 dan sirnpul pedoman harus di-
tentukan. Dari V = ZreII kita dapatkan pada simpul4

Dengan emf terhubung-singkat (atau dengan emf dan impedansi serinya digantikan
oleh sumber arus ekivalen dan admitansi shunt digantikan dengan sumbdr arus
terbuka), tidak ada arus yang memasuki rangkaian dari sumber pada simpul 1,2,
dan 3. Perbandingan antara suatu tegangan yang dikenakan pada sirnpul 4 terha-
dap arus yang mengalir karenanya ke dalam jaringan adalah Z44, dan impedansi ini
telah kita ketahui karena ZIel telah dihitung dalam Contoh 7.2. Dengan menunjuk
pada contoh tersebut kita dapatkan

Arus yang ditarik oleh kapasitor adalah

IC -
- 1,4321-1 1.97" = 0,3 16178.03~per satuan
j0,4733 - j5,O

Contoh 7.6. Jika suatu arus sebesar -0,316678,03~ per satuan disuntikkan ke
dalam jaringan pada simpul 4 dari Contoh 7.1, 7.2 dan 7.3, hitunglah tegangan-
tegangan yang dihasilkan pada simpul l , 2 , 3 , dah 4.

JAWABAN : Dengan emf aslinya terhubung-singkat, tegangan pada simpul-simpul


yang hanya disebabkan oleh arus yang disuntikkan dapat dihitung dengan menggu-
nakan matriks impedansi re1 yang telah didapat dari Persamaan 7.2. Impedansi-
impedansi yang diminta berada pada kolom 4 dari Zrel. Dari V = ZreII,tegangan-
tegangan dengan semua emf terhubung-singkat adalah

Dengan superposisi, tegangan yang dihasilkan ditentukan dengan menarnbahkan


tegangan yang disebabkan oleh arus yang disuntikkan dengan emf terhubung-
singkat dan tegangan simpul yang telah didapatkan dalam Contoh 7.2. Tegangan
simpul yang baru adalah

V, = 1,436/-10,71° + 0,1309/-11.97° = 1,567/-10.81' per satuan


V2 = 1,427/-14.2' + 0,1304/-11,97° = 1,557/-14.04' per satuan
V3 = 1,434~-11.4' + 0,1337/-11,97' = 1,568/-1 1,41° per satuan
V4 = 1,432/-11,97O + 0 , 1 4 9 6 ~ 1 1 , 9 7=~ 1,582/-11,97° per satuan

Karena perubahan tegangan yang disebabkan oleh arus suntikan semuanya ber-
sudut sama, sedangkan sudut ini hanya sedikit bedanya dari sudut pada tegangan asli-
172 Analisis Sistem Tenaga Lishik

nya, suatu pendekatan akan memberikan penyelesaian yang cukup memuaskan. Per-
ubahan besarnya tegangan pada suatu re1 kira-kira sama dengan hasil-kali besarnya arus
per satuan dan besarnya impedansi yang sesuai. Jika nilai-nilai ini ditambahkan pada
besarnya tegangan-tegangan baru. Pendekatan ini berlaku karena jaringannya adalah
reaktif murni, tetapi pendekatan ini juga memberikan perkiraan yang baik bila re-
aktansi jauh lebih besar dari resistansinya, seperti yang biasanya banyak dijumpai.
Kedua contoh terakhir melukiskan pentingnya matriks impedansi re1 dan secara
kebetulan menunjukkan bagaimana penambahan sebuah kapasitor pada suatu re1 akan
menyebabkan kenaikan pada tegangan-tegangan rel. Pengandaian bahwa sudut sumber
tegangan dan sumber arus tetap konstan setelah penambahan kapasitor pada suatu re1
tidak akan sepenuhnya berlaku jika kita meninjau operasi suatu sistem tenaga. Kita
akan membahas lagi tentang kapasitor dalam Bab 8 dan akan kita lihat sebuah contoh
penggunaan program aliran-beban komputer untuk menghitung pengaruh yang ditim-
bulkan oleh kapasitor.

7.6 PERUBAHAN SUATU MATRIKS IMPEDANSI REL


YANG SUDAH ADA
Karena Zrel merupakan alat yang sangat penting dalam analisis sistem-tenaga, sekarang
akan kita selidiki bagaimana suatu Zrel yang sudah ada dapat dirubah untuk menam-
bah rel-re1 baru atau menghubungkan saluran-saluran kepada rel-re1 yang telah terpa-
sang. Sudah tentu kita dapat saja membuat Yrel baru dan membalikkannya, tetapi
metoda langsung untuk mengubah Zrel ada juga tersedia dan ini jauh leblh sederhana
daripada suatu pembalikan matriks, bahkan juga untuk suatu jumlah re1 yang kecil
saja. Lagi pula jika kita tahu bagaimana merubah Zrel maka kita akan tahu pula bagai-
mana membangunnya dengan 1angsung.t
Kita mengenal kembali beberapa jenis perubahan-perubahan yang menyangkut pe-
nambahan suatu cabang yang mempunyai impedansi Zb gada suatu jaringan yang Zrel
aslinya diketahui dan dikenal sebagai Za,li, suatu matriks n x n.
Di dalam analisis rel-re1 yang sudah ada akan dapat dikenal dari angka-angka atau
huruf-huruf h, i, j, dan k. Huruf p menandai suatu re1 baru yang akan ditambahkan
pada jaringan dan merubah ZaSli menjadi suatu matriks (n + 1) x (n + 1). Empat buah
kasus akan kita bahas bersarna.
K ~ s u s1: Menambahkan Z b dari suatu re1 barn p pada re1 pedoman. Penambahan
re1 baru p yang dihubungkan pada re1 pedoman melalui Z b tanpa adanya suatu hu-
bungan ke re1 yang mana pun dari jaringan aslinya tidak akan merubah tegangan re1 asli
jika suatu arus Ip diinjeksikan pada re1 yang baru. Tegangan V p pada re1 baru sama de-
ngan IpZb. Jadi
- -
V' l
v2
. -
-
V"
.-- - - -.
- "P- -0

f Lihat H. E. Brown, Solutions o f Large Networks by Matrix Methods, John Wiley & Sons, Inc.,
New York, 1975.
Perhitungan Jaringan 173

Kita perhatikan bahwa matriks kolom arus dikalikan dengan &,I baru tidak akan
merubah tegangan dari jaringan asli dan akan menghasilkan tegangan yang benar pada

b u s 2 ; ' ~ e m b a h k a nZ b dun matu re1 barn p pada


ada. ~ h d a h a sebuah
n re1 baru p yang dlhubungkan
yang sudah ada dengan I p disuntikkan pada re1 p akan menyebabkan arus yang mema-
suki jaringan asli pada re1 k menjadi jumlah Ik yang dis~intikkanpada re1 k ditambah
arus Ip yang mengalir melalui Z b seperti ditunjukkan dalam Gambar 7.8.
Arus I p yang mengalir ke dalam re1 k akan meningkatkan V k asli dengan tegangan
sebesar IpZkk; jadi

dan V p akan menjadi lebih besar dari V k yang baru dengan selisih tegangan sebesar
I p Z b . Jadi

dan

Sekarang kita lihat bahwa baris baru yang harus ditambahkan pada Zasli agar dapat
memperoleh V p adalah

Karena ZreIharus berupa sebuah matriks bujursangkar di sekeliling diagonal utamanya,


kita harus menambahkan sebuah kolom baru yang merupakan transpose dari baris
yang baru. Kolom baru memberikan kenaikan semua tegangan re1 yang disebabkan
oleh Ip . Persamaan matriksnya adalah

@ la --
Ik+IP
Jaringan asli
dengan rel
k dan re1
pedoman
J- dikeluarkan
Gambar 7.8. Penambahan re1 baru p yang di- Zh
hubungkan melalui impedansi Z h pada re1 k I
yang sudah ada. la
174 Analisis Sistern Tenaga Lishik

Perhatikanlah bahwa unsur-unsur n pertama dari baris baru adalah unsur-unsur baris k
dari ZaSli dan bahwa unsur-unsur n pertama dari kolom baru adalah unsur-unsur kolom.
k dari Z , ~ .

K ~ s u s3 : Menambahkan Z b dari suatu re1 k yang sudah ada ke re1 pedoman.


Untuk melihat bagaimana merubah Z(a,li) dengan menghubungkan suatu impedansi
Z b dari sebuah re1 k yang sudah ada pada re1 pedoman, kita akan tambahkan sebuah
re1 barn p yang dihubungkan melalui Z b ke re1 k . Kemudian re1 p kita hubung-singkat
ke re1 pedoman dengan membuat V, sama dengan no1 untuk menghasilkan persamaan
matriks yang sama seperti Persamaan (7.48) kecuali bahwa V p adalah nol. Jadi untuk
perubahannya, kita mulai dengan membuat sebuah baris baru dan kolom baru seperti
+
pada kasus 2, tetapi kemudian kita hilangkan baris yang lie (n 1) dan kolom yang ke
(n + 1); ha1 ini mungkin karena adanya no1 dalam matriks kolom tegangan. Kita guna-
kan metoda yang telah dikembangkan dalam Persamaan (7.28) hingga (7.30) untuk
mendapatkan masing-masing unsur Zhi dalam matriks baru di mana
L

K ~ s u s4: Menambahkan Zb di antara dua buah re1 j dan k yang sudah ada.
Untuk menambah Sebuah impedansi cabang Zb di antara r e l j dan k yang sudah terpa-
sang, kita selidiki Gambar 7.9 yang memperlihatkan rel-re1 ini dikeluarkan dari jaringan
aslinya. Arus Ib diperlihatkan mengalir melalui Zb dari re1 k ke re1 j. Sekarang kita tu-
liskan beberapa persamaan untuk tegangan simpul.

Kita masih memerlukan satu persamaan lagi karena Ib tidak diketahui. Jadi kita tulis-
kan
vk- 5 =Ibzb (7.54)
atau
5- vk
o=Ibzb+

dan dengan memasukkan rumus V j dan Vk yang diberikan oleh Persamaan (7.52) dan
(7.53) ke dalam Persamaan (7.55) kita peroleh

0 1, - I, +I6 Jaringan asli


dengan
re1 j, k dan
I* &, re1 pedo-
man dike-

Gambar 7.9. Penamballan impedatrsi Lb di


0 Ik
- - Ik-Ih
luarkan
I
antara re1j dan k yang sudah ada
Perhiht ngan Jaringan 175

Dengan mengumpulkan koefisien-koefis&db.&gnnmenamakan


.A/. jumlahnya Zbb,
I.,-
' ... ..
kita dapatkan /' ...,
-.
Czbb= zb + zjj+ zkk
~
- 2zjk -,,,:
- -- - -
3
(7.57)

Dengan melihat Persamaan (7.5 1) hingga (7.53) dan (7.56) dapat kita tuliskan per-
samaan matriks sebagai berikut

Kolom baru adalah kolom j dikurangi kolom k dari Zadi dengan Z b b pada baris yang
ke (n + 1). Baris baru adalah transpose dari kolom baru.
Dengan menghilangkan baris (n + 1) dan kolom (n + 1) dari matriks bujursangkar
dari Persamaan (7.58) dengan cara yang sama seperti yang terdahulu, kita lihat bahwa
masing-masing unsur Zhi dalam matriks baru adalah

Kita tidak perlu membahas kasus di mana dimasukkan dua buah re1 baru yang di-
hubungkan oleh Z b , karena kita selalu dapat menghubungkan salah satu dari rel-re1
barn ini melalui suatu impedansi pada suatu re1 yang sudah ada atau pada re1 pedoman
sebelum menambahkan re1 baru yang kedua.

Contoh 7.7. Rubahlah matriks impedansi re1 pada Contoh 7.2 untuk menghitung
hubungan sebuah kapasitor yang mempunyai reaktansi 5,O per satuan di antara re1
4 dan re1 pedoman dari rangkaian dalam Gambar 7.4. Kemudian carilah V4 de-
ngan menggunakan impedansi matriks yang b a r ~dan sumber arus dalam Con-
toh 7.2. Bandingkanlah nilai V4 ini dengan yang didapatkan dalam Contoh 7.6.

JAWABAN: Kita gunakan Persamaan (7.48) dan kita kenal kembali bahwa Zasli
adalah matriks 4 x 4 dari Contoh 7.2, bahwa subskrip k = 4 , dan bahwa ib=
- j5.0 per satuan dan kita dapatkan

Suku-suku pada baris dan kolom kelima diperoleh dengan mengulangi baris dan
kolom keempat dari ZaSlidan memperhatikan bahwa
176 Analisis Sistern Tenaga Listrik

Kemudian dengan menghilangkan baris dan kolom kelima kita dapatkan untuk
Zrel(bsru)dari Persamaan (7.49).

dan unsur-unsur lainnya dengan cara yang sama untuk memberikan

=
10,4084 j0,4407 10,4575
10,5248 10,4308 10,4557
10,4308 10,4954 10,4674
10,4557 10,4674 10,5228
I
Matriks kolom arus dengan Zre1 baru dikalikan untuk mendapatkan tegangan re1
baru adalah sama seperti dalam Contoh 7.2. Jadi
V4 = jO,4575(-j1,20) + j0,4557(-0,72 - jO,96) + jO,4674(-j1,20)
= 1,5474 - 10,3281 = 1,5821-1 1.97' per satuan

seperti yang telah didapatkan dalam Contoh 7.6.

7.7 PENENTUAN MATRIKS IMPEDANSI REL SECARA LANGSUNG


Kita telah melihat bagaimana menentukan Zrel dengan mula-mula mendapatkan Yrel
dan kemudian membalikkannya. Tetapi perumusan Z,, secara langsung adalah suatu
proses yang singkat pada komputer dan lebih sederhana daripada membalikkan Yml
untuk suatu jaringan yang besar.
Sebagai permulaan kita mempunyai daftar impedansi yang menunjukkan juga
pada re1 yang mana impedansi-impedansi tersebut dihubungkan. Kita mulai dengan
menuliskan persamaan untuk suatu re1 yang terhubung pada re1 pedoman melalui suatu
impedansi 2, sebagai

dan ini dapat dianggap sebagai suatu persamaan matriks di mana masing-masing dari
ketiga matriks mempunyai satu baris dan satu kolom. Sekarang kita boleh menambah-
kan sebuah re1 baru yang dihubungkan pada re1 pertama atau pada re1 pedoman. Misal-
nya, jika re1 kedua dihubungkan pada re1 pedoman melalui Z b kita mempunyai persa-
maan matriks

dan selanjutnya kita teruskan merubah matriks kita dengan menambahkan rel-re1 yang
lain menurut prosedur yang telah diuraikan dengan bagian 7.6. Biasanya rel-re1 suatu
jaringan harus diberi nomor kembali yang sesuai dengan urutan penambahannya pada
Z,! pada waktu susunannya dibuat.
Perhitungan Jaringan

. .

Gambar 7.10. Jaringan untuk Contoh 7.8. Re1 pedoman

Contoh 7.8. Tentukanlah Z1, untuk jaringan yang diperlihatkan dalam Gambar
7.10 di mana impedansi diberikan dalam per satuan. Pertahankanlah ketiga sim-
pulnya.

JAWABAN:Kita mulai dengan menetapkan re1 1 dengan impedansinya yang menu-


ju ke re1 pedoman dan menuliskan

Jadi kita mempunyai matriks impedansi re1 1 x 1

Untuk menentukan re1 2 dengan impedansinya ke re1 1 kita ikuti Persamaan


(7.48) untuk rnenuliskan

Suku j1,4 di atas adalah jumlah dari j1,2 dan j0,2. Unsur j1,2 pada baris dan ko-
lom baru adalah pengulangan unsur baris 1 dan kolom 1 pada matriks yang sedang
diubah.
Re1 3 dengan impedansi yang menghubungkannya pada re1 1 ditetapkan de-
ngan menuliskan

Karena simpul 1 adalah simpul yang dihubungkan ke simpul 3 yang baru, maka
suku j1,5 di atas adalah jumlah matriks Z1 yang diubah dan irnpedansi cabang'Zb
yang dihubungkan pada re1 1 dari re1 3. Unsur-unsur lain dari baris dan k o h m
baru adalah pengulangan baris 1 dan kolom 1 dari matriks yang diubah, karena
simpul baru terhubung pada re1 1.
Jika sekarang kita putuskan untuk menambahkan irnpedaisi Z b ;= j1.5 antara
re1 3 dan re1 pedoman, kita ikuti Persamaan (7.48) untuk menghubungkan sebuah
re1 baru 4 melalui Zb dan kita dapatkan matriks impedansi
178 Analisis Sistem Tenaga Listrik

di mana j3,O di atas adalah jumlah dari Z 3 3 + Z b Unsur yang lain dalam baris dan
kolom baru adalah pengulangan baris 3 clan kolom 3 matriks yang diubah karena
re1 3 adalah re1 yang kita hubungkan pada re1 pedoman melalui Z b .
Sekarang kita hilangkan baris 4 dan kolbm 4. Beberapa unsur-unsur dari rna-
triks baru pada Persamaan (7.49) adalah

Jika semua unsur telah ditetapkan kita mempunyai

Akhirnya kita tambahkan impedansi Z b = j0,15 antara re1 2 dan 3. Jika kita
buat j dan k dalam Persamaan (7.58) berturut-turut sama dengan 2 dan 3, kita da-
patkan unsur untuk baris 4 dan kolom 4.

dan dari Persarnaan (7.57)

Jadi kita tuliskan

dan dari Persamaan (7.59) kita dapatkan

Zrel(baru) =
j0,658 1 j0,6290
10,7548 j0,6774
10,6774 j0,7137

dan ini adalah matriks impedansi re1 yang ditentukan.


1
Prosedur ini adalah sederhana bagi sebuah komputer yang mula-mula harus
menentukan perubahan tipe yang terbawa serta oleh setiap penambahan impedan-
si. Tetapi pengerjaannya harus mengikuti suatu urutan sedemikian sehingga kita
cegah hubungan impedansi antara dua buah re1 baru.
Perhitungan Jaringan 179

Bagi yang berminat dapat pula dilakukan pemeriksaan terhadap nilai-nilai


impedansi ZreI dengan perhitungan jaringan dari bagian 7.5.

Contoh 7.9. Carilah Z l dari rangkaian pada Contoh 7.8 dengan menentukan
impedansi yang diukur antara simpul 1 dan re1 pedoman jika arus yang diinjek-
sikan pada simpul2 dan 3 adalah nol.

: Persamaan yang berhubungan dengan Persamaan (7.42) .adalah


JAWABAN

Kita mengenal kembali dua jalur sejajar antara simpul 1 dan 3 dalain rangkaian
pada Gambar 7.10 dengan impedansi yang dihasilkan adalah

Impedansi yang terhubung seri dengan j1,5 ini adalah sejajar dengan j1,2 dan
menghasilkan

yang identik dengan nilai yang didapat dalam Contoh 7.8.


Meskipun metoda reduksi jaringan dari Contoh 7.9 kelihatannya leblh seder-
hana dibandingkan dengan metoda lain untuk membentuk Z,, sebenarnya ha1 ini
tidaklafi-demikian karena diperlukan reduksi jaringan yang berbeda untuk menen-
tukan nilai masing-masing unsur matriks. Pada Contoh 7.9 misalnya, reduksi ja-
ringan untuk mendapatkan Z22 zdalah lebih sukar daripada yang untuk mendapat-
kan Zl Komputer digital dapat melakukan suatu reduksi jaringan dengan peng-
hapusan simpul, tetapi komputer itu harus mengulangi proses yang saina untuk
setiap simpul.

7.8 RINGKASAN
Kesetaraan sumber dan persamaan simpul telah dibicarakan secara singkat dalam bab
ini untuk memberikan latar belakang yang penting untuk memahami matriks admitansi
re1 yang merupakan dasar dari kebanyakan studi aliran-beban. Penyekatan matriks te-
lah pula dibahas karena kegunaannya dalam metoda penghapusan-simpul.
Matriks impedansi re1 lebih disukai oleh sementara insinyur untuk studi aliran-
beban, tetapi kegunaannya yang terbesar adalah dalam perhitungan gangguan yang
akan kita bicarakan kemudian.
Pengubahan Zrel telah dibicarakan untuk memperlihatkan kesederhanaan perhi-
tungan untuk penambahan atau pengurangan saluran transmisi tanpa harus membalik-
kan Yre1 setiap kali perubahan dilakukan. Perumusan ZreI secara langsung merupakan
proses yang dapat diprogram dengan cara yang ringkas dan langsung.
Analisis Sistem Tenaga Listrik

SOALSOAL
7.1 Tuliskanlah kedua persamaan simpul seperti pada Persanaan (7.5) dan (7.6) yang diperlukan
untuk mendapatkan tegangan pada simpul 1 dan 2 dari rangkaian pada Gambar 7.11 tanpa me-
rubah sumber emf menjadi sumber arus. Kemudian tuliskan persamaan itu dalam bentuk standar
sesudah merubah sumber emf menjadi sumber arus.
7.2 Carilah tegangan pada simpul 1 dan 2 dari rangkaian Gambar 7.11 dengan menyelesaikan
persamaan yang ditetapkan dalam Soal 7.1.
7.3 Hapuskanlah sekaligus simpul 3 dan 4 dari jaringan Gambar 7.12 dengan menggunakan meto-
da penyekatan yang dipakai dalam Contoh 7.3 untuk mendapatkan matriks admitansi YIel 2 X 2
yang dihasilkan. Gambarlah rangkaian yang sesuai dengan matriks yang dihasilkan dan tunjukkan-'
lah dalarn rangkaian tersebut nilai-nilai parameternya. Dapatkanlah V , dan V , dengan pembalikan
matriks.
7.4 Hapuskanlah simpul 3 dan 4 dari jaringan Gambar 7.12 untuk mendapatkan rnatriks admitansi
2 X 2 yang dihasilkan dengan pertama-tama menghapuskan simpul 4 dan kemudian simpul 3 se-
perti dalam Contoh 7.4.

Gambar 7.1 1. Rangkaian il,2s


untuk Soal 7.1 dan 7.2. Ni-
lai-nilai yang ditunjukkan Ed =1B
adalah tegangan dan impe-
dansi dalam per satuan. 0

Gambar 7.12. Rangkaian untuk Soal-soa17.3 dan 7.4. Nilai-nilai yang ditunjukkan adalah arus dan
admitansi dalam per satuan.

7.5 Rubahlah Zrel yang diberikan dalam Contoh 7.2 untuk rangkaian.pada Gambar 7.4 dengan
menambahkan sebuah simpul baru yang dihubungkan pada re1 4 melalui suatu impedansi sebesar
j1,2 per satuan.
7.6 Rubahlah Zrel yang diberikan dalam Contoh 7.2 dengan menambahkan suatu cabang yang
mempunyai impedansi sebesarjl,2 per satuan antara simpul4 dan re1 pedoman dari rangkaian pada
Gambar 7.4.
7.7 Tentukanlah impedansi pada baris pertama Z1, untuk rangkaian pada Gambar 7.4 tetapi de-
ngan impedansi antara re1 3 dan re1 pedoman ditiadakan, dengan merubah Z,,I yang didapat dalam
Contoh 7.2. Kemudian dengan sumber m s yang terhubung hanya pada re1 1 dan 2, dapatkanlah
tegangan pada re1 1 dan bandingkan nilai ini dengan yang didapat dalam Contoh 7.3.
7.8 Rubahlah Zrel yang diberikan dalarn Contoh 7.2 dengan meniadakan impedansi yang ter-
hubung antara simpul2 dan 3 dari jaringan pada Gambar 7.4.

7.9 Hitunglah Zrel untuk jaringan pada Gambar 7.13 dengan proses penentuan langsung seperti
yang telah dibicarakan dibagian 7.7.
7.10 Untuk jaringan reaktansi pada Gambar 7.14 carilah (a) Zrel dengan perurnusan langsung atau
dengan pembalikan YreI, ( b ) tegangan pada masing-masing rel, ( c ) arus yang ditarik oleh kapasi'tor
Perhitungan Jaringan

Gambar 7.13. Rangkaian untuk Soal 7.9. Nilai-nilai


yang ditunjukkan adalah reaktansi dalam per satuan.
L
Rel pedoman

Gambar 7.14. Rangkaian untuk 1,28&


Soal7.10. Tegangan dan impedan-
si diberikan dalam per satuan.

yang mempunyai suatu reaktansi sebesar 5'0 per satuan dan terhubung antara re1 3 dan netral, (d)
perubahan dalam tegangan pada masing-masing re1 ketika kapasitor tersebut dihubungkan pada re1
3, dan (e) tegangan pada masing-masing re1 setelah kapasitor itu terhubung. Besar dan sudut dari se-
tiap tegangan yang dibangkitkan dapat dianggap tetap konstan.
BAB
DELAPAN
PENYELESAIAN DAN
PENGATURAN ALIRAN BEBAN

Betapa pentingnya studi aliran beban dalam merencanakan perluasan sistem tenaga dan
dalam menentukan operasi terbaik untuk sistem yang telah ada sudah kita bicarakan
dalam Bab 1. Keterangan utama yang diperoleh dari suatu studi aliran beban adalah
besar dan sudut fasa tegangan pada setiap re1 dan daya nyata dan reaktif yang mengalir
pada setiap saluran. Tetapi m a s h banyak keterangan tambahan berharga lainnya yang
diberikan oleh hasil-cetakan (printout) penyelesaian program komputer yang diguna-
kan oleh perusahaan listrik. Hampir semua ha1 tersebut akan dikemukakan dalam
pembicaraan kita tentang studi aliran beban dalam bab ini, yang juga akan membahas
prinsip pengaturan aliran beban.
Kita akan mempelajari dua dari metoda yang menjadi dasar bagi penyelesaian
masalah-masalah aliran beban. Manfaat yang besar dari komputer digital untuk meran-
cang dan mengoperasikan sistem tenaga akan menjadi jelas.

8.1 DATA UNTUK STUD1 ALIRAN REBAN


Baik admitansi sendiri dan admitansi bersama yang membentuk matriks admitansi re1
Yr,l maupun impedansi titik-penggerak dan impedansi pemindah yang membentuk
Zr,l dapat digunakan untuk penyelesaian masalah aliran daya. Kita akan membatasi
studi kita pada metoda yang menggunakan admitansi saja. Titik tolak dalam mendapat-
kan data yang harus diberikan pada komputer ialah diagram segaris sistem. Nilai impe-
dansi seri dan admitansi shunt pada saluran transmisi diperlukan juga agar komputer
dapat menentukan semua unsur Yrel dan Z,,,. Keterangan penting lainnya meliputi
ranting dan irnpedansi transformator, rating kapasitor shunt dan setelan sadapan
transformator (transformer tap setting).
Kondisi kerja harus selalu ditentukan untuk setiap studi. Kecuali pada salah satu
rel, daya nyata bersih (net) yang memasuki jaringan pada setiap re1 harus ditentukan.
Daya yang diserap oleh suatu beban adalah masukan daya negatif ke dalam sistem.
Masukan daya lainnya adalah dari generator dan daya positif atau negatif yang masuk
melalui interkoneksi. Di samping itu, pada re1 ini baik aliran bersih daya reaktif ke
jaringan maupun besarnya tegangan harus ditentukan; jadi, pada setiap re1 harus di-
ambil suatu keputusan apakah besarnya tegangan atau aliran daya reaktifnya yang
akan dipertahankan. Biasanya yang dilakukan adalah menentukan daya reaktif pada re1
beban dan besarnya tegangan pada re1 generator, meskipun kadang-kadang daya reaktif
ditentukan untuk generator. Dalam program komputer digital disediakan kemungkinan
pada perhitungan untuk menganggap bahwa tegangan pada re1 dipertahankan konstan
hanya selama pembangkitan daya reaktif berada pada batas-batas yang telah ditentu-
kan.
Re1 satu yang mana aliran daya nyatanya tidak ditentukan disebut re1 berayun
(swing bus), dan biasanya berupa suatu re1 di mana dihubungkan sebuah generator.
Sudah jelas bahwa aliran daya bersih ke dalam sistem tidak dapat ditetapkan sebelum-
nya pada setiap re1 karena kehilangan aliran daya di dalam sistem tidak diketahui sebe-
lum studi itu selesai. Generator pada re1 berayun mencatu selisih antara daya nyata ter-
tentu ke dalam sistem pada re1 yang lain dengan keluaran (output) sistem total ditam-
bah kehilangan aliran daya. Baik besarnya tegangan maupun sudut tegangan ditentu-
kan pada re1 berayun. Daya nyata dan reaktif pada re1 ini ditentukan oleh komputer
sebagai bagian penyelesaiannya.

n.2 METODA GAUSS--SEIDEL


Dalam mendapatkan suatu penyelesaian yang resmi untuk aliran bebas dalam suatu sis-
tem daya timbul kerumitan yang disebabkan oleh perbedaan jenis data yang ditentu-
kan bagi bermacam-macam jenis rel. Meskipun perumusan persamaan yang cukup tidak
begitu sulit, bentuk penyelesaiannya yang tertutup adalah tidak praktis. Penyelesaian
digital untuk masalah aliran beban yang akan kita bahas pada saat ini, akan mengikuti
suatu proses ulangan (iterative process) dengan menetapkan nilai-nilai perkiraan untuk
tegangan re1 yang tidak diketahui dan menghitung suatu nilai baru untuk setiap te-
gangan re1 dari nilai-nilai perkiraan pada rel-re1 yang lain, daya nyata yang ditentukan,
dan daya reaktif yang ditentukan atau besarnya tegangan. Jadi diperoleh suatu him-
punan baru nilai tegangan untuk setiap re1 dan terus digunakan untuk menghitung satu
lagi himpunan tegangan re]. Setiap perhitungan suatu himpunan baru tegangan itu di-
namakan iterasi (iteration). Proses iterasi ini diulang terus hingga perubahan yang ter-
jadi pada setiap re1 kurang dari suatu nilai minimum yang telah ditentukan.
Pertama-tama akan kita pelajari penyelesaian yang didasarkan pada pernyataan
tegangan suatu re1 sebagai fungsi daya nyata dan daya reaktif yang disampaikan ke
suatu re1 dari generator atau yang dicatu pada beban yang dihubungkan pada re1 itu.
Tegangan yang diperkirakan atau yang telah dihitung sebelumnya pada rel-re1 yang
lain, dan admitansi sendiri dan bersama dari simpulnya. Penurunan persamaan dasar-
nya dimulai dengan suatu rumusan simpul dari persamaan jaringan. Kita akan menu-
runkan persamaan untuk suatu sistem empat-rel, dan persamaan umumnya akan kita
tuliskan kemudian. Dengan re1 berayun ditetapkan sebagai nomor 1, perhitungan di-
mulai dengan re1 2. Jika P2 dan Q2 adalah daya nyata dan reaktif yang direncanakan
untuk memasuki sistem pada re1 2,
I,!: = I-', + lQ2
ti:lrl mana I 2 dinyatakan sebagai

dan dengan admitansi sendiri dan bersama simpul sebagai sukunya, serta generator dan
beban diabaikan karena arus yang masuk ke dalam setiap simpul telah dinyatakan se-
perti pada Persamaan (8.2), maka
184 A rzulisis Sistem Tenaga Listrik

Dengan menyelesaikan untuk V 2 didapat

Persamaan (8.4) memberikan nilai yang telah dikoreksi untuk V2 berdasarkan Pz dan
Q2 yang telah direncanakan bila nilai yang semula diperkirakan dimasukkan sebagai
ganti pernyataan tegangan pada ruas kanan persamaan itu. Nilai yang dihitung untuk
V2 tidak akan sesuai dengan nilai perkiraan untuk V,*. Dengan memasukkan nilai-
tasrif (conjugate) dari nilai V 2 yang telah dihitung sebagai~antiV; rlalam Persamaan
(8.4) untuk menghitung suatu nilai yang lain dari V2, persesuaian akan tercapai dengan
tingkat ketepatan yang baik setelah beberapa iterasi, dan akan merupakan nilai V2
yang benar dengan tegangan yang diperkirakan tanpa memandang daya pada rel-re1
yang lain. Tetapi nilai ini bukan merupakan penyelesaian untuk V2 bagi keadaan aliran
beban yang telah ditetapkan, karena tegangan di mana perhitungan V2 ini didasarkan
adalah nilai tegangan perkiraan pada rel-re1 yang lain, sedangkan tegangan yang sesung-
guhnya belum diketahui. Dianjurkan untuk membuat dua buah perhitungan V2 ber-
turut-turut (yang kedua adalah sama seperti yang pertama kecuali untuk pembetulan
pada G )untuk setiap re1 sebelum meneruskan dengan re1 berikutnya.
Setelah tegangan yang dibetulkan diperoleh pada setiap rel, nilai ini dipakai lagi
untuk menghitung tegangan yang dibetulkan pada re1 berikutnya. Proses inf diulangi
untuk setiap re1 berturut-turut untuk seluruh jaringan (kecuali pada re1 berayun) untuk
menyelesaikan iterasi pertama. Kemudian keseluruhan proses ini dilakukan lagi ber-
ulang-ulang sehingga besarnya pembetulan tegangan pada setiap re1 kurang dari suatu
indeks ketepatan yang sebelumnya telah ditetapkan.
Proses pemecahan persamaan aljabar linier semacam ini dikenal sebagai metoda
iterasi Gauss - Seidel. Jika himpunan yang sama dari nilai tegangan digunakan untuk
suatu iterasi lengkap (bukannya dengan langsung memasukkan setiap nilai baru yang
diperoleh untuk menghitung tegangan pada re1 berikutnya), maka proses itu disebut
metoda iterasi Gauss.
Konvergensi pada suatu penyelesaian yang salah mungkin terjadi jika tegangan
aslinya sangat jauh berbeda dengan nilai yang benar. Konvergensi yang salah ini biasa-
nya dapat dihindarkan jika nilai aslinya mempunyai besar yang pantas dan fasanya
tidak berbeda terlalu jauh. Setiap penyelesaian yang tidak diinginkan biasanya dapat
Jiketahui dengan mudah melalui pemeriksaan hasilnya karena tegangan sistem biasa-
nya tidak mempunyai daerah fasa yang lebih lebar dari 45" dan selisih antara dua re1
yang berdekatan kurang dari 10" dan malahan sering kali sangat kecil.
Untuk keseluruhan N buah rel, tegangan yang dihitung pada setiap re1 k di mana
Pk dan Qkdiberikan adalah

di mana n # k. Nilai tegangan pada ruas kanan persamaan itu adalah nilai hitungan ter-
baru untuk rel-re1 yang bersesuaian (atau tegangan perkiraan jika belum dilakukan
iterasi pada re1 tersebut).
Pengalaman dengan metoda Gauss-Seidel dalam penyelesaian soal aliran dqya
telah menunjukkan bahwa diperlukan iterasi dalam jumlah yang agak banyak sebelum
pembetulan tegangan berada di dalam indeks ketepatan yang dapat diterima, jika
tegangan yang dibetulkan pada suatu re1 hanya-menggantikan nilai terbaik terakhir
sementara perhitungan berjalan dari re1 ke rel. Jumlah iterasi yang diperlukan dapat
banyak dikurangi jika pembetulan tegangan pada setiap re1 dikalikan dulu dengan
Penyelesaran dun Penganrran Allrarz Beban &%--%
kt1 -
- >( 185
'r L C ( ! t
- G,$
\ f 4 5 8
membawa te-
beberapa konstanta yang meningkatkan besarnya pembetulan untu
gangan lebih tepat pada nilai yang didekatinya. Pengali-pengali (multipliers) yang mem-
berikan konvergensi lebih baik ini dinamakan faktor percepatan (acceleration factors).
Selisih antara tegangan yang baru saja dihitung dan tegangan terdahulu terbaik pada re1
dikalikan dengan faktor percepatan yang sesuai untuk mendapatkan pembetulan yang
lebih baik untuk ditambahkan pada nilai yang terdahulu. Faktor percepatan untuk
unsur nyata pembetulan dapat berbeda dengan faktor untuk unsur khayal. Untuk
setiap sistem terdapat nilai optimum untuk faktor percepatan, dan pemilihan faktor
yang salah dapat mengakibatkan konvergensi yang kurang cepat atau tidak mungkin
sama-sekali. Suatu pilihan yang biasanya baik untuk unsur nyata dan khayal ialah nilai
faktor percepatan sebesar 1,6. Studi-studi dapat dibuat untuk menentukan pilihan
yang terbaik untuk suatu sistem tertentu.
Pada suatu re1 di mana diberikan besarnya tegangan dan bukannya daya reaktif,
unsur nyata dan khayal tegaigan untuk setiap iterasi didapatkan dengan pertama-tama-
menghltung suatu nilai daya
--
reaktif. Dari Persamaan (8.5)
---

di mana n f k. Jika kita buat n sama dengan k .-7( a, 7 )

di mana Im berarti "bagian khayal" (imaginary part of).


Daya reaktif Qk dihitung dengan Persamaan (8.8) untuk nilai tegangan sebelum-
nya pada rel-rel, dan nilai Qk ini dimasukkan ke dalam Persamaan (8.5) untuk men-
dapatkan suatu Vk baru. Unsur Vk baru itu kemudian dikalikan dengan perbandingan
dari Persamaan (8.5). Hasilnya adalah tegangan kompleks yang telah dibetulkan dari
besar yang ditentukan.

8.3 METODA NEWTON-RAPHSON


Uraian deret Taylor untuk suatu fungsi dengan dua variabel atau lebih adalah dasar
metoda Newton-Raphson dalam penyelesaian soal-soal aliran beban. Studi kita
tentang metoda ini akan dimulai dengan suatu pembicaraan tentang penyelesaian suatu
soal yang hanya menyangkut dua persamaan dan dua variabel. Kemudian akan kita li-
hat bagaimana memperluas analisa ini untuk penyelesaian persamaan-persamaan aliran
beban.
Marilah kita tinjau persamaan suatu fungsi dengan dua variabel x, dan x2 yang
sama dengan suatu konstanta K 1 yang dinyatakan sebagai

dan persamaan kedua

di mana K , dan K2 adalah konstanta-konstanta.


Kemudian kita perkirakan jawaban persamaan ini sebagai x 1(O) dan x2("). Tanda-
tanda (0)menunjukkan bahwa nilai-nilai ini adalah perkiraan pertama. Kita tetapkan
186 :I iidisis Si.vrc'rn T r r r u ~ uI. i.r trik

pula bahwa & I (O) dan Axz (O) adalah nilai-nilai yang hams ditambahkan pada x1 (O)
dan xz(O) untuk mendapatkan penyelesaian yang benar. Jadi dapat kita tuliskan

Persoalan kita sekarang tinggal menyelesaian untuk A x z (O) dan A x z (O), yang akan kita
lakukan dengan menguraikan Persamaan-persamaan (8.1 1) dan (8.1 2) dalam deret Tay-
lor untuk memberikan

di mana turunan parsial (partial derivatives) dengan orde lebih dari satu dalam deret
suku-suku uraian telah diabaikan. Suku [af, 13x11 menunjukkan bahwa turunan
parsial dihitung untuk nilai-nilai xl(0) dan x2(O). Suku-suku lain semacam itu di-
hitung dengan cara yang sama.
Jika turunan parsial dengan orde lebih dari satu kita abaikan, Persamaan (8.13)
dan (8.14) dapat kita tuliskan kembali dalam bentuk matriks. Jadi kita mempunyai

di mana matriks bujursangkar turunan parsial itu dinamakan J "jacobian" atau dalam
ha1 ini J(O) untuk menunjukkan bahwa perkiraan pertama xl(0) dan x2(0) telah di-
gunakan untuk menghitung nilai turunan parsial dalam angka. Kita perhatikan bahwa
f l (x, (O), x2(O) adalah nilai yang dihitung dari K1 untuk nilai perkiraan x1(O) dan
xz(O), tetapi nilai K , yang dihitung ini bukanlah nilai yang ditetapkan oleh Persamaan
(8.9) kecuali jika nilai perkiraan x1( O ) dan x2(" kita adalah benar. Jika kita tentukan
MI(O) sebagai nilai K1 yang ditetapkan dikurangi dengan nilai K 1 yang dihitung,
dan mendefinisikan AK2(0) dengan cara yang sama, kita peroleh

Jadi dengan mendapatkan kebalikan (inverse) jacobian, kita dapat menentukan Ax1(O)
dan Ax2(0). Tetapi karena uraian deret telah kita potong, penambahan nilai-nilai ini
pada perkiraan pertama kita tidak memberikan jawaban yang benar dan kita harus
mencoba lagi dengan memisalkan perkiraan baru xl ('1 dan x2( 2 ) di mana

dan mengulangi proses itu lagi sehingga pembetulan menjadi sedemikian kecilnya se-
hingga dapat memenuhi persyaratan indeks ketelitian yang telah dipilih.
Untuk menerapkan metoda Newton-Raphson pada penyelesaian persamaan aliran
beban kita dapat memilih untuk menyatakan tegangan re1 dan admitansi saluran dalam
bentuk polar atau bentuk siku-siku. Jika kita pilih bentuk polar dan kita uraikan Per-
i'i . ,~ l c s a i a ndan Pengaturarz '4lrran Heban

samaan (8.7) ke dalam unsur nyata dan khayalnya dengan

kita mempunyai
I.

P,-jQ,= /L;V,I;,,//0,,+6,-b, (8. I ? )


n= 1

Jadi
\

I', =
n= 1
/ V, V', Y,, / cos (tl,, + 6, - h k ) (X.IX)

dan

Seperti pada metoda Gauss-Seidel re1 berayun diabaikan dari penyelesaian iterasi
untuk menentukan tegangan, karena baik besar tegangan maupun sudut tegang-
an pada re1 tersebut telah ditentukan. Jika untuk sementara kita tunda pembahasan
rel-re1 dengan pengaturan-tegangan, kita dapat menentukan P dan Q pada semua re1
kecuali re1 berayun dan memperkirakan besar dan sudut tegangan pada setiap re1 ke-
cuali re1 berayun di mana besar dan sudut tegangan sudah ditetapkan. Nilai-nilai kons-
tan P dan Q yang ditetapkan adalah sesuai dengan konstanta K dalam Persamaan
( 8 . 5 ) . Nilai perkiraan besar dan sudut tegangan bersesuaian pula dengan nilai per-
kiraan x , dan x 2 ddam Persamaan (8.15). Kita gunakan nilai perkiraan ini untuk
menghitung nilai Pk dan Q k dari Persamaan (8.18) dan (8.19) dan mendefinisikan
,%Pk= Pk, ,,,, - Pk, c l l c

yang bersesuaian dengan nilai AK dari Bersamaan (8.16). Subskrip "spec" berarti
"yang ditetapkan" (specified) sedangkan "calc" berarti "yang dihitung" (calculated).
Jacobian terdiri dari turunan parsial P dan Q terhadap masing-masing variabel
dalam Persamaan (8.18) dan (8.19). Unsur-unsur matriks kolom A6k(0) dan A I Vk
bersesuaian dengan Axl(0) dan Ax2 (0) dan merupakan koreksi yang harus ditambah-
kan pada perkiraan semula a k ( 0 ) dan I Vk I ( O ) untuk mendapatkan nilai baru bagi per-
hitungan APk(l) dan AQk(l).
Untuk penyederhanaannya akan kita tuliskan persamaan matriks untuk suatu sis-
tern yang terdiri hanya dari tiga buah rel. Jika re1 berayun adalah nomor 1, perhitung-
an kita mulai pada re1 2 karena besar dan sudut tegangan sudah ditentukan pada re1
berayun. Dalam bentuk matriks
188 A nalisis Sisrem Tenaga Listrik

Tanda yang biasanya menunjukkan nomor dari iterasi telah ditiadakan dalam Persama-
an (8.20) karena sudah tentu, nomor-nomor tersebut berubah pada setiap iterasi.
Unsur Jacobian diperoleh dengan membuat turunan parsial dari rumus untuk Pk dan
Qk dan memasukkan ke dalamnya tegangan-tegangan yang diperkirakan untuk iterasi
pertama atau yang diperhitungkan dalam iterasi yang terdahulu dan terakhir. Jacobian
itu telah disekat untuk memperjelas adanya bermacam-macam jenis umum turunan
parsial yang muncul pada masing-masing submatriks. Misalnya, dari Persamaan 8.18
kita dapatkan
(7Pk
= - I VkV, Yk,( sin (0," + 6, - h,)
38"

di mana n # k dan

nfk

Dalam penjumlahan di atas, jelas bahwa n # k karena 6k akan hilang dari Persamaan
(8.17) jika n = k. Bentuk umum yang serupa dari turunan parsial dapat diperoleh dari
Persamaan (8.18) dan (8.19) untuk menghitung unsur-ussur pada submatriks yang
lain.
Persamaan (8.20) dan persamaan serupa yang menyangkut rel-re1 yang lebih ba-
nyak diselesaikan dengan membalikkan jacobian. Nilai yang didapatkan untuk A6k
dan A I Vk ( ditambahkan pada nilai terdahulu dari besar dan sudut tegangan untuk
mendapatkan nilai baru untuk f$t,),,, dan Q&fial,, untuk memulai iterasi berikutnya.
Proses ini diulangi hingga indeks ketepatan yang diterapkan pada kuantitas di kedua
matriks kolom telah terpenuhi. Tetapi untuk mencapai konvergensi perkiraan pertama
tentang tegangan harus cukup mendekati kenyataan. Untunglah bahwa untuk pekerja-
an sistem tenaga ha1 ini jarang merupakan problema yang sulit.
Rel-re1 dengan tegangan yang diatur dapat diperhitungkan dengan mudah. Karena
pada re1 semacam itu besarnya tegangan konstan, kolom diferensial parsial terhadap
besar tegangan re1 itu dlhilangkan dalam jacobian. Pada tahap ini kita tidak berminat
pada nilai Q dari re1 itu, jadi kita hilangkan pula baris diferensial parsial dari Q untuk
re1 dengan pengaturan tegangan itu. Nilai Q pada re1 itu dapat ditentukan setelah kon-
vergensi dari Persamaan (8.19)t.
Seperti telah dicatat sebelum ini, metoda Newton-Raphson dapat juga dipakai
bila persamaannya dinyatakan dalam bentuk siku-siku. Kita telah memilih untuk
mengembangkan persamaan itu dalam bentuk polar karena jacobian memberikan ke-
terangan yang penting, sedangkan ha1 ini tidak terdapat pada bentuk polar. Misalnya,
ketergantungan Pk pada dan Qk pada I Vk I dapat langsung terlihat pada jacobian
dalam bentuk polar. Nanti pada bagian 8.10 akan kita lihat bagaimana transformator
pengatur tegangan pada saluran transmisi pada prinsipnya mempengaruhi pemindahan
Q dalam sistem sedangkan transformator penggeser-fasa (phase-shifting transformers)
pada prinsipnya mempengaruhi pemindahan P.

t Untuk penjelasan yang lebih terperinci tentang metoda Newton-Raphson dan contoh-contoh
dengan angka yang bagus sekali yang dilakukan hingga didapatkannya suatu penyelesaian konver-
gen baik dengan metoda Gauss-Seidel maupun Newton-Raphson, lihatlah G. W. Stagg and A. H.
El-Abiad, Computer Methods in Power System Analysis, chaps. 7 and 8, McGraw-Hill Book Com-
pany, New York, 1968.
Penyelesaian clan Pengafuran Aliran Behan 189

Contoh 8.1. Gambar 8.1 menunjukkan diagram segaris suatu sistem daya yang
sangat sederhana. Generator dihubungkan pada rel-re1 1 dan 3. Beban-beban di-
tunjukkan pada rel-re1 2 , 4 , dan 5. Nilai-nilai dasar untuk sistem adalah 100 MVA,
138 kV pada saluran-saluran tegangan-tinggi yang ditinjau di sini. Tabel 8.1 mem-
berikan impedansi enam saluran yang dikenali dengan rel-re1 di mana ujung-ujung
irnpedansi tersebut tersambung. Megavar pengisian yang tertulis dalam daftar dan
yang disebabkan oleh kapasitansi tersebar (distributed-capasitance) pada saluran-
saluran akan diabaikan saja dalam contoh ini, tetapi akan dibicarakan dalam ba-
gian 8.4 dan dimasukkan dalam perhitungan dengan komputer untuk sistem i t ~ .
Tabel 8.2 memberikan nilai P, Q, dan V pada masing-masing rel. Karena nilai P
dan Q dalam Persamaan (8.18) dan (8.19) adalah positif untuk masukan daya
nyata dan voltampere reaktif induktif ke dalam jaringan pada masing-masing rel,
nilai bersih P dan Q untuk persamaan ini adalah negatif pada rel-re1 2, 4, dan 5.
Q yang dibangkitkan tidak ditentukan bila besar tegangannya konstan. Dalam
kolom tegangan nilai untuk re1 beban adalah perkiraan asli. Nilai terdaftar dari
besar dan sudut tegangan dibuat tetap konstan pada re1 berayun, dan besar tegang-
an terdaftar tetap konstan pada re1 3. Suatu studi aliran beban akan dilakukan
dengan metoda Newton-Raphson dan dengan menggunakan bentuk polar dari per-
samaan untuk l? dan Q. Tentukanlah banyaknya baris dan kolom dalam jacobian.

0
Pine

I
. I I

16
Maple
0

<;ambar 8.1. Diagram segaris


iintuk Contoh 8.1. (Rel-re1 di- @
iandai dengan nama-nama po-
iron dalam bahasa Inggris).

Tabel 8.1

Soluran, Patjanlr
antar- R X R X Mvar
re1 km mi Q f2 per unit per unit pew-

1-2 64,4 40 8 32 0,042 0,168 4.1


1-5 48,3 30 6 24 0,031 0,126 3.1
48,3 30 6 24 0,031 0,126 3.1
128.7 80 16 64 0,084 . 0,336 8.2
3-5 80,s 50 10 40 0,053 0,210 5.1
4-5 963 60 12 48 0,063 0,252 6.1

t Pada 138 kV.


Hitunglah hP, (" dan nilai unsur kedua dalam baris pertama dari Jacobian dengan
menggunakan nilai yang ditetapkan atau perkiraan permulaan dari tegangan;
tegangan.
JAWABAN: Karena re1 berayun tidak memerlukan suatu baris dan kolom jaco-
bian, sebuah matriks 8 x 8 diperlukan jika P dan Q ditentukan untuk keempat
rel-re1 yang masih tersisa. Tetapi besarnya tegangan telah ditentukan pada re1 3
(dibuat konstan), dan jacobian akan berupa sebuah matriks 7 x 7.
Agar dapat menghitung P,(O) untuk tegangan-perkiraan dan nilai tegangan-
tetap dari Tabel 8.2 kita hanya memerlukan admitansi

Pembangkitan Beban

Re1 P, MW Q, Mvar P, MW Q, Mvac V, per unit Keterangan

1,04,Q0 Re1 berayun


1,0Oa0 Re1 beban
(induktif)
1,02&O Besar tegangan
konstan
1,OO&O Re1 beban
(induktif)
1 ,oo&~ Re1 beban
(induktif)

dan Y2,, yang (karena tidak ada admitansi lain yang berujung pada re1 2) dapat
dinyatakan dengan

Dari Persamaan (8.18) karena YZ4 dan Y25 adalah no1 dan karena nilai-nilai
a ~ a l 6 , ( ~ ) = 6=~6 3( (~o)) = 0 , m a k a

P ' j ' = l YZ 1 cos OZ1 - 1 V Lv2 YZ 1 1 COS 02,


-
1.; V2 Y,, 1 cos O,, + 1 V2V, Y23 I cos tlZ3
= ( ] , O X 1 , 0 4 - 1 , O x 1,O)I Y2, I c o s ~ ~ ~
- (190 x 1,o- 1,o x 1,02) ( Y23 I c o s ~ ~ ~
= 0,04 X 5,7747 cos 104,04O + 0,02 X 7,7067 cos 103,82"
= 0,0560 - 0,0368 = - 0,0928 per satuan

Daya yang direncanakan masuk ke dalam jaringa~pada re1 2 adalah


11.5
- 1,15 per satuan
100
Jadi
AP$') = - 1,15 - ( - - 0,0928) = - 1,0572 per satuan

Untuk mendapatkan aP2/a63 kita gunakan Persamaan (8.21) dan kita peroleh

= 1,O X 1,02 x 7,067 sin 103,8? = - 7,6333 per satuan

Metoda Newton-Raphson dapat diringkaskan dalam langkah-langkah sebagai


berikut :
1. Tentukanlah nilai-nilai Pk,calcdan Qk,calc Y ang mengalir ke dalam sistem pada se-
tiap re1 untuk nilai yang ditentukan atau perkiraan dari besar dan sudut tegangan
untuk iterasi pertama atau tegangan yang ditentukan paling akhir untuk iterasi
berikutnya.
2. Hitunglah A P pada setiap rel.
3. Hitunglah nilai-nilai untuk jacobian dengan menggunakan nilai-nilai perkiraan atau
yang ditentukan dari besar dan sudut tegangan dalam persamaan untuk turunan
parsial yang ditentukan dengan diferensiasi Persamaan (8.18 ) dan (8.19).
4. Balikkanlah jacobian itu dan hitung koreksi-koreksi tegangan Ask dan A1 Vkl
pada setiap rel.
5. Hitunglah nilai baru dari tik dan I Vk I dengan menambahkan A6k dan A I Vk I
pada nilai sebelumnya.
6. Kembalilah ke langkah 1 dan ulangi proses itu dengan menggunakan nilai untuk
besar dan sudut tegangan yang ditentukan paling akhir sehingga semua nilai A?'
dan AQ atau semua nilai A6 dan A I V I lebih kecil dari suatu indeks ketepatan
yang telah dipilih.
P dan Q pada re1 berayun dan Q pada rel-re1 dengan tegangan diatur dapat diten-
tukan dari Persamaan (8.18) dan (8.19). Aliran pada saluran dapat ditentukan dari per-
bedaan tegangan rel.
Banyaknya iterasi yang diperlukan oleh metoda Newton-Raphson yang menggu-
nakan admitansi re1 praktis tidak tergantung pada banyaknya rel. Waktu yang diperlu-
kan untuk metoda Gauss-~eidel'jadmitansi rel) meningkat hampir sebandingdengan
banyaknya rel. Sebaliknya, penghitungan unsur jacobian memakan waktu yang cukup
lama, dan waktu yang diperlukan untuk tiap iterasi pada metoda Newton-Raphson
adalah lebih panjang. Keuntungan dalam waktu komputer yang lebih pendek untuk
suatu penyelesaian dengan ketelitian yang sama menyebabkan bahwa metoda New-
ton-Raphson lebih banyak dipilih untuk semua sistem, kecuali yang sangat kecil.

8.4 STUD1 ALIRAN BEBAN DENGAN KOMPUTER DIGITAL


Perubahan listrik menggunakan program yang dibuat dengan teliti untuk melakukan
studi aliran beban. Suatu program yang khas sanggup menangani sistem dengan lebih
dari 2000 rel, 3000 saluran, dan 500 buah transformator. Sudah tentu program ini
mash dapat diperluas untuk sistem yang lebih besar lagi, asal saja fasilitas komputer
yang digunakan cukup besarnya.
Data yang diberikan pada komputer hams berisi nilai angka seperti dalam Tabel
8.1 dan 8.2 dan suatu petunjuk apakah re1 itu merupakan suatu re1 berayun, suatu
re1 yang diregulasikan (regulated) di mana besarnya tegangan dibuat konstan dengan
192 Analisis Sistem Tenaga Listrik

membangkitkan daya reaktif Q, atau suatu re1 dengan nilai P dan Q yang telah diten-
tukan. Di mana nilai-nilai tersebut tidak akan dibuat konstan, kuantitas-kuantitas yang
diberikan dalam daftar diartikan sebagai perkiraan pertama. Biasanya batasan (limits)
pembangkitan P dan Q harus ditetapkan juga, dan demikian pula dengan batasan kilo-
voltampere saluran. Jika tidak ada ketentuan lain, program-program biasanya menetap-
kan 100 MVA sebagai dasar.
Pengisian saluran total (total line charging) dalam megavars yang ditentukan untuk
setiap saluran telah memperhitungkan kapasitansi shunt dan sama dengan 4 kali te-
gangan saluran nominal dalam kilovolt dikalikan dengan Ichg,seperti didefinisikan da-
lam Persamaan (4.24) dan (4.25), dan dibagi dengan l o 3 . Ini adalah sama dengan
dm VI
( VI2 di mana ( adalah tegangan antar saluran nominal dalam kilovolt, dan C,
adalah kapasitansi saluran ke netral dalam farad untuk seluruh panjang saluran. Pro-
gram komputer menciptakan suatu representasi n-nominal dari saluran dengan jalan
membagi dua sama besar kapasitansi yang dihitung dari nilai megavars pengisian yang
diberikan, di antara kedua ujung-ujung saluran. Untuk suatu saluran yang panjang,
komputer dapat diprogram untuk menghitung n ekivalen untuk kapasitansi yang terse-
bar merata di sepanjang saluran.

8.5 KETERANGAN YANG DIDAPAT DARI STUD1 ALIRAN BEBAN


Keterangan yang didapat dari penyelesaian aliran beban secara digital merupakan suatu
petunjuk tentang betapa besarnya sumbangan yang telah diberikan oleh komputer
digital pada kesanggupan insinyur sistem tenaga untuk mendapatkan informasi kerja
sistem yang belum dibangun, dan untuk menganalisis pengaruh perubahan pada sistem
yang sudah ada. Pembicaraan berikut ini bukannya dirnaksudkan untuk membuat
daftar semua informasi yang dapat diperoleh, tetapi diharapkan bahwa dari pembicara-
an tersebut akan timbul suatu pengertian yang mendalam tentang betapa pentingnya
komputer digital dalam teknik sistem tenaga listrik.
Hasil-cetak (printout) penyelesaian yang diberikan oleh komputer terdiri dari be-
berapa kolom daftar. Keterangan yang terpenting untuk pertama ditinjau biasanya
ialah daftar yang memberikan masing-masing nomor dan nama saluran, besarnya te-
gangan re1 dalam per satuan dan sudut-fasanya, pembangkitan dan beban pada setiap
re1 dalam megawatt dan megavar, pengisian saluran (line charging), dan megavar dari
kapasitor-kapasitor statis atau reaktor-reaktor pada rel. Menyertai keterangan tentang
re1 terdapat pula aliran megawatt dan megavar dari re1 tersebut melalui masing-masing
saluran transmisi yang terhubung pada re1 itu. Keseluruhan pembangkitan dan beban
sistem terdaftar dalam megawatt dan megavar. Susunan kolom-kolom daftar yang baru
saja dilukiskan ini diperlihatkan dalam Gambar 8.2 untuk sistem dengan lima re1 dari
Contoh 8.1.
Dalam pengoperasian sistem tenaga, setiap jatuh tegangan yang berarti pada pri-
mer sebuah transformator yang disebabkan oleh suatu perubahan beban mungkin me-
nyebabkan dikehendakinya perubahan setelan sadapan (tap setting) pada transfor-
mator yang dilengkapi dengan sadapan yang dapat diatur, agar tegangan yang seharus-
nya pada beban dapat dipertahankan. Di mana telah ditetapkan sebuah transformator
dengan sadapan yang dapat dirubah untuk menjaga agar tegangan pada suatu re1 tetap
berada dalam batas toleransi yang telah ditentukan, tegangan itu diperiksa dulu sebe-
lum konvergensi selesai. Jika tegangan keluar dari batasan yang ditentukan, program
akan menyebabkan komputer melakukan serangkaian iterasi-iterasi baru dengan per-
ubahan satu-langkah pada setelan sadapan yang sesuai. Proses ini diulangi sebanyak
yang diperlukan untuk membuat penyelesaiannya sesuai dengan kondisi yang diingin-
kan. Setelah sadapan diberikan dalam daftar hasil-hasil.
SAVt THL T R C F S PnWEk COPPANY - L O A D FLOW S T U D Y FATE 04/26/79 TIME '00.00.12
RLP(r11T JF P O W E R FLU* CAlCULnTIi'NS
X-----,-----,,------------------
FltW AkEA
H U S - 1,
A T A -------------------------------X------
X--bFrrLRATIUtI-rX ~----L[IAO----X CAP/HEAC 10
3 llERATIUNbr
L IN E -
S W I N G 8US I S
F L O k --------
1.

BUY NAME VOL T ' i ANGLE t4 W MVAR H PlVAH YVAR G 11S NAME Mk MVAR TAP

2 ELM 44.59 35.65


4 OAK 40.66 18.06
5 PINE 24.95 16.58
-*---------------------------.-----.-------
3 MAPLt -38.74 -18,9O
5 PIttE -31.25 -11.09

I En:!:!
4 OAK

Gambar 8.2. Penyelesaian komputer digital untuk aliran beban pada sistem dalam Contoh 8.1. Dasarnya ialah 100 MVA.
Suatu sistem dapat dibagi menjadi beberapa daerah, atau suatu studi dapat meli-
puti sistem beberapa perusahaan yang masing-masing ditentukan sebagai daerah-daerah
yang berbeda. Program komputer akan memeriksa aliran antara daerah-daerah itu, dan
penyimpangan aliran yang telah ditentukan akan di atasi dengan menimbulkan per-
ubahan pembangkitan yang sesuai pada suatu generator yang dipilih pada masing-
masing daerah. Dalam operasi sistem yang sebenarnya pertukaran daya antar daerah
selalu dimonitor untuk menentukan apakah suatu daerah tertentu menghasilkan sejum-
lah daya yang akan menghasilkan pertukaran yang diinginkan.
Di antara keterangan-keterangan lain yang dapat diperoleh ialah suatu daftar se-
mua re1 di mana besar tegangannya adalah di atas 1,05 dan di bawah 0,95, atau di luar
batas-batas lain yang dapat ditentukan. Juga dapat diperoleh suatu daftar pembebanan
saluran dalam megavoltampere. Hasil-cetak juga akan memberikan daftar rugi keselu-
ruhan dalam megawatt ( I I l 2 R ) dan megavar ( ( I l 2 X) pada sistem serta ketidaksera-
sian (mismatch) P dan Q pada setiap rel. Ketidakserasian adalah suatu petunjuk ten-
tang ketepatan penyelesaian dan adalah selisih antara P (dan biasanya juga Q) yang
masuk ke dalam dan meninggalkan masing-masing rel.

8.6 HASIL-HASIL lI:\LAM ANGKA


Studi aliran beban untuk sistem yang dilukiskan dalam Contoh 8.1 untuk mana Gam-
bar 8.2 adalah hasil-cetaknya, dikerjakan pada suatu program yang dibuat untuk Phila-
delphia Electric Company dan kemudian telah dirubah. Dalam pengerjaannya diperlu-
kan tiga iterasi Newton-Raphson. Studi yang sama besarnya dan dikerjakan de-
ngan menggunakan program-program yang lain juga memerlukan tiga iterasi Newton-
Raphson, tetapi dengan metoda Gauss-Seidel diperlukan 22 iterasi untuk mendapat-
kan indeks ketepatan yang sama. Gambar 8.2 harus diperiksa lebih lanjut untuk men-
dapatkan lebih banyak keterangan dan agar tidak hanya berupa daftar hasil-asil saja.
Misalnya, rugi megawatt dalam setiap saluran dapat diperoleh dengan membandingkan
nilai P dan Q pada kedua ujung saluran itu. Sebagai contoh kita lihat bahwa 95,68 MW
mengalir dari re1 1 ke dalam saluran 1-5 dan 92,59 MW mengalir ke dalam re1 5 dari
saluran itu. Jelaslah bahwa rugi ( I l2 R pada saluran adalah 3,09 MW. Pada halaman
lain dari hasil-cetak yang tidak diberikan di sini, kehilangan ( I I R dari sistem terdaf-
tar sebesar 9,67 MW.
Keterangan-keterangan diberikan oleh Gambar 8.2 dapat diperagakan pada suatu
diagram yang memperlihatkan seluruh sistem. Garnbar 8.3 menunjukkan sebagian saja
dari diagram semacam itu yaitu pada re1 2.

Gambar 8.3. Aliran P dan Q , 8 r t l : ~re1 2


untuk
sistem dalam Contoh 8.1. Angka-angka di
samping panah menunjukkan diran P dan (!
-
aliran M W
aliran Mvar
--tt
dalam megawatt dan megavd: Tegangan re1
diberikan dalanl per satuan. Ke beban
i<,tniar~
dun l'engaturarr 4lirtirl NcRor7 195

8 PENGATURAN DAYA MASUK K E DALAM JARINGAN


Kita telah mempelajari beberapa sifat mesin serempak dalam Bab 6. Dan telah
kita kembangkan pula prinsip-prinsip bahwa suatu generator yang terlalu diperkuat
(overexcited) mencatu daya reaktif Q pada suatu sistem sedangkan suatu generator
yang kurang diperkuat (underexcited) menyerap daya reaktif Q dari sistem. Jadi kita
sudah mengerti bagaimana penguat (exciter) mengatur aliran daya reaktif antara gene-
rator dan sistem.
Sekarang kita alihkan perhatian kita pada daya nyata P. Kita misalkan bahwa se-
buah generator mencatu suatu sistem yang besar dan memberikan daya dalam keadaan
tetap (stable) sedemikian sehingga terjadi suatu sudut 6 antara V,, tegangan pada re1
sistem, dan Eg,tegangan mesin yang dibangkitkan. Jika Eg mendahului V",kita dapat-
kan diagram phasor dari Gambar 8.4a yang identik dengan Gambar 6 . 9 ~Jika
. masukan
daya pada generator ditingkatkan dengan membuka lebih besar katup-katup yang dila-
I
lui uap (atau air) yang menuju suatu turbin, sementara EgI tetap konstan, kecepatan
rotor akan mulai bertambah dan sudut antara Eg dan V , akan bertambah pula. Membe-
sarnya 6 mengakibatkan I, yang lebih besar pula dan 0 yang leblh rendah, seperti da-
pat dilihat dengan membandingkan Gambar 8.4a dan 8.4b. Karena itu generator akan
memberikan daya yang lebih besar pada jaringan, dan masukan penggerak-mula (prime
mover) akan sama lagi dengan hasil ke luar (output) ke jaringan jika kehilangan daya
diabaikan. Keseimbangan akan didapat kembali pada kecepatan yang bersesuaian de-
ngan frekuensi re1 tak terhingga dengan 6 yang lebih besar. Gambar 8 . 4 telah dibuat
untuk penguatan medan dc yang sama dan karena itu juga untuk IEg I yang sama se-
perti dalam Gambar 8.4,tetapi daya keluar yang sama dengan I Vtl I I, I cos 0 ada- e

lah lebih besar untuk keadaan dalam Gambar 8.4b, dan peningkatan 6 telah menyebab-
kan generator memberikan daya tambahan pada jaringan.
Ketergantungan daya pada sudut daya ditunjukkan juga oleh sebuah persamaan
yang memberikan P 4- jQ yang dicatu oleh sebuah generator dengan 6 sebagai suku-
sukunya. Jika

di mana V , dan Eg dinyatakan dalam volt ke netral atau dalam per satuan, maka

(k~mbar8.4. Diagram Pasor sebuah generator yang rnempunyai nilai dan i V f / konstan untiri.
( u ! sudut 6 yang kecil dan ( b ) sudut fi yang lebih bcsar untuk menunjukkan kcnaikan daya yang ( 1 1 .
; - , ' . i E : ~jika
n 6 nie~nbesar.
196 A tlalisis Sistern Tenagu Lisrrik

dan

Karena itu

Bagian nyata dari Persamaan (9.13) adalah ,

dan bagian khayal dari Persarnaan (9.13) adalah

-
- I vYl- ( 1 E cos 0 -- I V,I)

Jika volt menggantikan nilai per satuan untuk V , dan Eg dalam Persamaan (8.26)
dan (8.27), kita harus berhati-hati untuk memperhatikan bahwa V , dan E, adalah
tegangan dari saluran ke netral dan P dan Q adalah kuantitas-kuantitas per fasa. Tetapi,
nilai tegangan antar-saluran yang dimasukkan untuk V , dan Eg akan menghasilkan nilai
tiga-fasa total untuk P dan Q. P dan Q per satuan dari Persamaan (8.26) dan (8.27)
harus dikalikan dengan megavoltampere tiga-fasa dasar atau megavoltampere dasar per
fasa, tergantung pada apakah yang dikehendaki daya tiga-fasa total atau daya per fasa.
Persamaan (8.26) menunjukkan dengan sangat jelas ketergantungan dari daya yang
dipindahkan ke jaringan pada sudut daya 6 jika I Eg I dan I V , I konstan. Tetapi jika P
dan V, konstan, Persamaan (8.26) menunjukkan bahwa 6 harus berkurang jika EgI I
bertambah dengan meningkatnya penguatan medan dc (dc field excitation). Dalam
Persamaan (8.27) dengan P konstan, baik suatu peningkatan dalam Eg( maupun I
penurunan dalam 6 berarti bahwa Q akan meningkat jika sudah positif atau berkurang
besarnya dan barangkali menjadi positif jika Q negatif sebelum peningkatan penguatan
medan. Hal ini sesuai dengan kesimpulan yang didapat pada bagian 6.4.
Persamaan (8.26) dapat diartikan sebagai daya yang dipindahkan dari satu re1 da-
lam suatu jaringan ke re1 yang lain melalui suatu reaktansi X yang menghubungkan ke-
dua re1 tersebut. Jika tegangan re1 adalah V , dan V 2 dan 6 adalah sudut dengan mana
V 1 mendahului V 2 ,maka

Demikian pula dari Persamaan (8.27), Q yang diterima pada re1 2 adalah
Persamaan yang diturunkan dalam bagian 5.8 untuk mengembangkan diagram lingkar-
an adalah lebih umum daripada Persamaan (8.28) dan (8.29) karena yang disebutkan
terdahulu itu memperhitungkan juga resistansi dan kapasitansi. Tetapi Persamaan
(5.59) dan (5.60) adalah identik dengan Persamaan (8.28) dan (8.29) jika parameter
yang ditinjau hanyalah induktansi.
Dari Persamaan (8.28) dan (8.29) kita lihat bahwa suatu kenaikan 6 menyebabkan
perubahan yang lebih besar pada P daripada pada Q jika 6 kecil. Perbedaan itu dapat
diterangkan jika kita ingat kembali bahwa sin 6 akan banyak berubah sedangkan cos 6
berubah sedikit saja dengan perubahan 6 jika 6 lebih kecil dari 10 atau 15'.

8.8 SPESIFIKASI TEGANGAN REL


Pada Bab 6 dan bagian 8.7 kita telah membahas generator serempak dilihat dari sudut
pencatuan daya pada suatu re1 yang tak terhingga. Kita telah mempelajari pula pengaruh
penguatan generator dan sudut daya jika tegangan terminal generator tetap konstan.
Tetapi pada studi aliran beban dengan menggunakan komputer digital kita dapatkan
bahwa diperlukan juga spesifikasi besarnya tegangan atau daya reaktif pada setiap re1
kecuali re1 berayun. Pada re1 berayun ini diberikan spesifikasi besar dan sudut tegang-
an. Meskipun komputer dengan mudah dapat memberikan kepada kita hasil untuk
keseluruhan sistem berupa spesifikasi bermacam-macam besar tegangan pada rel-re1
tertentu, barangkali ada juga manfaatnya jika kita pelajari apa yang sebenarnya terjadi
pada suatu kasus yang sangat sederhana.
Jika kita melakukan suatu studi aliran beban dengan menggunakan sebuah kompu-
ter, biasanya diberikan spesifikasi besarnya tegangan pada re1 di mana te rjadi pem-
banglutan. Pada re1 semacam ini daya nyata P yang dicatu oleh generator juga dibe-
rikan. Daya reaktif Q kemudian ditentukan oleh komputer dalam penyelesaian soal-
nya. Karena itu, tujuan kita sekarang ialah menyelidiki pengaruh besarnya tegangan re1
yang diberikan pada nilai Q yang diberikan oleh generator pada jaringan tenaga.
Gambar 8.5 menunjukkan sebuah generator yang dilukiskan dengan rangkaian eki-
valennya, di mana resistansinya yang relatif kecil telah diabaikan untuk mendapat sua-
tu analisis yang sederhana. Sistem tenaganya digambarkan sebagai tegangan ekivalen
Thevenin Em yang terhubung seri dengan impedansi Thevenin X t h , di mana resistansi
juga telah diabaikan. Setiap beban lokal pada re1 dirnasukkan ke dalam ekivalen Theve-
nin. Untuk daya konstan yang diberikan oleh generator, elemen I yang sefasa de-
ngan Eth juga harus tetap konstan. Tegangan yang dispesifikasikan pada re1 adalah
I VtI , dan

Diagram phasor untuk rangkaian Garnbar 8.5 ditunjukkan dalam Gambar 8.6 untuk
tiga buah sudut fasa yang berbeda-beda antara Eth dan I. Tetapi dalam ketiga keadaan
tersebut, unsur I yang sefasa dengan Eth adalah konstan.

Gambar 8.5. Generator d e n ~ a ntcgangan-dalarn kg dl- E~ Et h


hubungkan pada suatu sisteln tenaga yang digambar-
kan sci~:igaickivalen Thevenin-nya. I I
Gambar 8.6. i)lagram phasor sebuah generator
yang mencatit daya yang sama pada suatu sis-
nllai tegangan re1 V t yang ber-
tem dengan ti$$,+
beda.

Gambar 8.6 memperlihatkan bahwa peningkatan besarnya tegangan re1 V , dengan


I
masukan daya yang konstan pada re1 memerlukan suatu Egl yang lebih besar, dan
I
sudah tentu EgI yang lebih besar diperoleh dengan meningkatkan penguatan pada
kumparan medan dc dari generator. Peningkatan tegangan re1 dengan meningkatkan
I /
Eg menyebabkan arus menjadi lebih tertinggal, seperti dapat dilihat dari Gambar 8.6
dan seperti kita harapkan juga dari pembicaraan kita mengenai generator serempak.
Jika kita sedang melakukan studi aliran beban, peningkatan tegangan yang dispesifika-
sikan pada re1 generator berarti bahwa generator yang mencatu re1 akan meningkatkan
hasil keluar daya reaktifnya kepada rel. Dipandang dari sudut pengoperasian sistem,
kita sebenarnya mengatur tegangan re1 dan pembangkitan Q dengan penyetelan pe-
nguatan generator.
Karena kita telah merepresentasikan sistem dengan ekivalen Thevenin-nya, kita
memisalkan bahwa semua nilai Eg dan Em pada sistem tetap konstan baik besarnya
maupun sudutnya. Pengandaian ini tidak sepenuhnya benar dalam keadaan operasi
yang sesunggul~nya.Bila suatu perubahan dilakukan pada penguatan salah satu genera-
tor, perubahan yang lain dapat dibuat ditempat lain dalam sistem. Sebuah contoh yang
akan memerlukan perubahan pada Eg dari generator atau motor pada rel-re1 yang lain
adalah spesifikasi untuk mempertahankan tegangan konstan pada rel-re1 tersebut. Pro-
gram komputer menangani semua keadaan semacarn itu yang timbul. Tetapi peng-
andaian kita tentang nilai Eg dan Em yang konstan pada sistem, kecuali bila kita mela-
kukan suatu perubahan, adalah sangat berguna untuk melukiskan pengaruh perubahan
besarnya tegangan pada suatu re1 tertentu.

Contoh 8.2. Sebuah generator mencatu suatu sistem yang besar yang dapat dire-
presentasikan dengan rangkaian ekivalen Thevenin-nya, yang terdiri dari sebuah
generator dengan suatu tegangan Eth dalam hubungan seri dengan Zth = j0,2 per
satuan. Tegangan pada terminal generator adalah V , = 0,97~0Oper satuan pada
saat memberikan suatu arus sebesar 0,8 - j0,2 per satuan. Reaktansi serem-
i'i :, , .,ic,.~uiun
d u n I'rrrgut~trurl :lliruu 14c.11un
199

pak generator adalah 1,O per satuan. Tentukanlah P dan Q yang mengalir ke
dalam sistem pada terminal generator dan hitung Eg (a) untuk keadaan yang
diuraikan di atas dan ( b ) jika V , ,'I = 1,O per satuan ketika generator membe-
rikan daya P yang sama pada sistem. Misalkan bahwa sistem itu sedemikian besar-
nya sehingga Eth tidak dipengaruhi oleh perubahan pada ( Vt . Tetapi re1 pada I
terminal generator bukannya suatu re1 tak terhingga, karena Z , , tidak sama de-
ngan nol.

~ A W A B A N :(a) Dari generator ke dalam sistem


P + jQ = 0,97(O.X + j0,7) = 0,776 + 10,194 per satuan
I.111
FX == 0.07 + jI(0.8 10.2 j
== 1.17 + 10.8 = 1.42,L'3Qu per Eatuan
I
( b ) Untuk mendapatkan P dan Q bila V,I = 1,O kita harus mencari sudut fasa
dari V , sebagai berikut:
El,,:= 0.07 j0,7(0,8 j0,2)
= 0.93 j0, 16 = 0,q441'-'=6" per satuari

Sudut fasa V , ditentukan dengan mencari sudut 6 antara V, dan Eth untuk V,I I
=. 1,O dan P = 0,776. Dari Persamaan (8.28)

( V , mendahului Eth sebesar sudut ini). Karena itu,

= 0.850 i 74 3"
r

dan
Kg = 1.0 - ~ 0 , 0 0 5+ jI(O.775 j0.350)
= 1.3.50i- 10,770 1,55 L 7"2
i ' O .- per
. satualt

Pada terininal-terminal generator ke dalam sistem


P + jQ= I,OjOJG x 0,850/24,3"
-
~

i74,0° = 0.770 + 10.346 per satuan


0.850 L-

Contoh ini rnembuktikan kebenaran jalan pikiran kita bahwa menentukan te-
gangan terminal yang lebih tinggi pada suatu re1 sistem di mana suatu generator di-
hubungkan akan menghasilkan suatu daya reaktif yang lebih beSar yang diberikan
kepada sistem oleh generator dan memerlukan tegangan yang dibangkitkan yang
lebih besar yang diperoleh dengan meningkatkan penguatan medan dc pada gene-
rator. Dalam contoh ini Q meningkat dari 0,194 menjadi 0,346 per satuan sedang-
I
kan E g ( hams diperbesar dari 1,42 menjadi 1,55 per satuan.

8.9 BANGKU KAPASITOR


Suatu cara lain yang sangat penting untuk pengaturan tegangan re1 ialah penempatan
bangku kapistor shunt (shunt capacitor bank) pada rel-re1 baik pada tingkat transmisi
maupun distribusi, di sepanjang saluran atau pada stasiun pembantu dan beban. Pada
dasarnya kapasitor adalah suatu alat untuk mencatu var pada titik pemasangannya.
Bangku kapasitor dapat dihubungkan secara tetap, tetapi sebagai pengatur tegangan
dapat juga dihubungkan dan diputuskan dari sistem melalui suatu sakelar sesuai dengan
pembahan pada permintaan beban. Penghubungan dan pemutusan (switching) ini
dapat diatur dengan tangan atau secara otomatis baik dengan jam waktu atau sebagai,
respons terhadap permintaan tegangan atau daya-reaktif. Jika terhubung paralel de-
ngan beban yang mempunyai faktor daya tertinggal, kapasitor mempakan sumber dari
sebagian atau barangkali selumh daya reaktif beban. Jadi kapasitor memperkecil ams
saluran yang diperlukan untuk mencatu beban dan mengurangi jatuh tegangan pada
saluran, sementara faktor daya diperbaiki. Karena kapasitor mengurangi kebutuhan
reaktif pada generator, hasil keluar daya-nyata yang tersedia bertambah besar. Pem-
baca yang menginginkannya dapat melihat lagi pengaruh faktor daya pada regulasi
tegangan dengan berpedoman pada Gambar 5.5.
Dalam program komputer aliran beban, besamya tegangan hanya dapat ditentu-
kan jika ada suatu sumber pembangkit daya reaktif. Karena itu pada rel-re1 beban, di
mana tidak terdapat generator, bangku kapasitor dapat dianggap tersedia, dan kompu-
ter akan menetapkan nilai Q yang diperlukan.
Jika pada suatu simpul tertentu dipasang kapasitor-kapasitor, kenaikan tegangan
pada simpul dapat ditentukan dengan dalil Thevenin-nya pada simpul di mana akan
dipasang kapasitor dengan menutup sakelar. Resistansi pada rangkaian ekivalen itu di-
perlihatkan, tetapi nilainya selalu jauh lebih kecil daripada reaktansi induktif. Dengan
sakelar terbuka tegangan simpul V , sama dengan tegangan Thevenin Eth. Bila sakelar
ditutup, arus yang ditarik oleh kapasitor adalah

Diagram phasor diperlihatkan dalam Gambar 8.8. Kenaikan Vt yang disebabkan oleh
I I
penambahan kapasitor hampir sama dengan Zc Xth jika kita misalkan bahwa Eth
tetap tidak berubah karena Eth dan V , adalah identik sebelum penambahan kapasitor.
Diagram phasor ini bertujuan untuk menerangkan kenaikan tegangan pada re1 di mana
kapasitor itu terpasang. Contoh 7.6 telah diperkenalkan sebagai suatu bagian dari studi
kita tentang Z,,; dan contoh ini perlu dibahas kembali karena dengan ini ditunjukkan
bagaimana perubahan besarnya tegangan karena penambahan kapasitor dapat dihitung
pada semua re1 suatu sistem di mana tidak terdapat rel-re1 yang diatur dan beban disaji-
kan sebagai impedansi.
Di sini kita memisalkan kembali bahwa nilai Eg dan Em pada sistem tetap konstan.
Seperti yang telah diuraikan dalam bagian 8.8, pengandaian ini tidak sepenuhnya
benar, tetapi cukup memberikan perkiraan yang baik tentang kenaikan tegangan re1
karena penambahan kapasitor, kecuali pada rel-re1 di mana tegangannya dijaga
konstan. Jika kapasitor itu ditambahkan pada suatu re1 beban yang jauh dari setiap
pembangkitan, perkiraan ini juga cukup baik untuk rel-re1 yang dekat darinya.
Penyclrsaian d u n Pengaturan A liran Beban

Gambar 8.8. Diagram phasor rangkaian Gambar 8.7. Rangkaian yang menunjukkan
pada Gambar 8.7 dengan kapasitor terhu- sebuah kapasitor yang akan dihubungkan
bung. Sebelum dihubungkannya kapasitor melalui sakelar S pada suatu sistem yang di-
V t = 1'rlt sajikan dalam bentuk ekivalen Thevenin-nya.

Hasil-cetak aliran beban digital dalam Gambar 8.2 menunjukkan suatu tegangan
sebesar 0,920 per ~ a t u a npada re1 4. Program aliran beban yang sama dapat digunakan
untuk menentukan banyaknya daya reaktif yang hams dicatu oleh kapasitor pada re1
ini untuk menaikkan tegangan ke setiap nilai yang ditetapkan. Prosedurnya adalah me-
nentukan re1 4 sebagai suatu re1 yang diatur yang akan dipertahankan pada suatu
tegangan tertentu dan dengan sebuah generator pada re1 itu hanya dicatu daya reaktif
saja. Jika kehilangan daya generator diabaikan, generator semacam ini adalah ekivalen
dengan suatu motor serempak tanpa kehilangan daya tidak dibebani, dan terlalu diper-
h a t , yang dikenal sebagai suatu kondensor sserempak (synchronous condenser). Kom-
puter menentukan banyaknya daya reaktif yang diperlukan, yang dapat diberikan ke-
pada sistem baik dengan kapasitor statis maupun dengan suatu kondensor serempak.
Jika tegangan pada re1 4 ditetapkan sebesar 0,950 per satuan, pembangkitan daya
reaktif yang diperlukan didapatkan sama dengan 15,3 kvar. Masukan daya reaktif pada
re1 4 ini juga menaikkan tegangan re1 5 dari 0,968 menjadi 0,976 per satuan. Pada re1
2, satu-satunya re1 lain yang tidak diatur, tegangannya tidak berubah karena re1 terse-
but terpisah dari re1 4 oleh rel-re1 1 dan 3 yang diatur.
Aliran daya nyata dan reaktif yang ditentukan oleh komputer untuk saluran-salur-
an yang terhubung pada re1 4 dengan atau tanpa tambahan kapasitor diperlihatkan da-
lam Gambar 8.9. Jatuh tegangan pada saluran-saluran dari re1 3 dan 5 ke re1 4 berku-
rang dengan dicatunya daya reaktif pada re1 4 karena daya reaktif yang menalgir dalam
saluran ini berkurang. Kenaikan tegangan pada re1 4 yang diperoleh dengan pemasang-
an kapasitor pada re1 itu menyebabkan daya reaktif yang mencapai re1 4 melalui ke-

To bus 5 Ke re1 3 Ke re1 5 Ke re1 3

-
Allran MW

Allran M V A R
Beban -t-- ~eban
@ Kapasitor atau
kondensator
Serempak
(a) (b)

Gambar 8.9. Aliran P dan Q pada re1 4 dalanl sistem pada Contoh 8.1 ( a ) seperti yang diperoleh
dari studi aliran beban yang asli dan (b) dengan kapasitor tambahan pada re1 itu untuk menaikkan
tegangdn menjadi 0,950 per satuan.
202 Anulisis Sistem 7'enagu Listrik

dua saluran transmisi itu terbagi antara kedua saluran tersebut untuk mendapatkan
jatuh tegangan yang diperlukan pada masing-masing saluran.

8.10 PENGATURAN DENGAN TRANSFORMATOR


Transformator memberikan suatu sarana tambahan untuk mengatur aliran daya baik
nyata maupun reaktif. Konsep kita yang biasa tentang fungsi transformator dalam sua-
tu sistem daya ialah sebagai pengubah dari suatu tingkat tegangan ke tingkat tegangan
yang lain, seperti bila sebuah transformator mengubah tegangan suatu generator men-
jadi tegangan saluran transmisi. Tetapi transformator-transformator yang memberikan
kemungkinan sedikit penyetelan pada besarnya tegangan, biasanya dalam daerah seki-
tar k lo%, dan yang lain menggeser sudut fasa tegangan saluran merupakan komponen
yang penting dalam suatu sistem daya. Beberapa transformator mengatur baik besar-
nya maupun sudut fasanya.
Hampir semua transformator menyediakan sadapan pada kumparan untuk menye-
tel perbandingan transformasi dengan mengubah sadapan itu pada saat transformator
tidak bertenaga. Suatu perubahan sadapan dapat dilakukan juga pada saat transforma-
tor bertenaga, dan transformator semacam itu disebut transformatorpengubah sadap-
pan beban (load-tap-changing - LTC transformers) atau transformator pengu bah sa-
dapan dalam keadaan berbeban (tap-changing-under-load - TCUL transformers).
Pengubahan sadapan ini terjadi secara otomatis dan dike rjakan oleh motor yang mem-
berikan reaksi- pada rel-re1 yang disetel untuk menahan tegangan pada tingkat yang
telah ditentukan. Rangkaian khusus memungkinkan dilaksanakannya perubahan ini
tanpa memutuskan arusnya.
Suatu jenis transformator yang dirancang untuk pengaturan yang kecil saja pada
tegangan, dan bukannya untuk mengubah tingkat tegangan, dinamakan transfomuztor
regulasi (regulating transformer). Gambar 8.10 menunjukkan suatu transformator regu-
lasi untuk pengaturan besar tegangan, dan Gambar 8.1 1 adalah suatu transformator re-
gulasi untuk pengaturan sudut fasa. Diagram phasor pada Gambar 8.12 dapat memban-
tu menjelaskan tentang pergeseran sudut fasa. Masing-masing dari ketiga kumparan

Transformator-
transformator

Gambar 8.10. 7 r~nsforrnatorreyulasi untuk pengaturan besar tegangan.


Pen 1 tlesaian dan F'enga turan A liran Nehan

Gambar 8.11. Transformator regulasi untuk pengaturan sudut fasa. Kumparan-hmparan yang di-
lukis sejajar satu dengan yang lain digulung pada inti besi yang sama.

di mana sadapan-sadapan dibuat terletak pada inti magnetis yang sama seperti untuk
kumparan fasanya, yang tegangannya berbeda fasa 90' dengan tegangan dari netral ke
titik yang terhubung ke tengah-tengah kumparan yang mempunyai sadapan. Misalnya,
tegangan ke netral Vm bertambah dengan suatu komponen AVm yang sefasa atau ber-
beda fasa 180' dengan Vbc. Garnbar 8.1 2 memperlihatkan bagaimana ketiga tegangan
saluran digeser sudut fasanya dengan sedikit sekali perubahan pada besarnya.
Prosedur untuk menentukan YE, dan Z, dalam per satuan untuk suatu jaringan
yang mengandung sebuah transformator regulasi adalah sama seperti prosedur untuk
memperhitungkan setiap transformator yang perbandingan lilitannya berbeda dengan
perbandingan yang digunakan untuk memilih perbandingan tegangan dasar pada ke-
dua sisi transformator itu. Transformator semacam ini, yang akan kita selidiki seka-
rang, dikatakan mempunyai suatu perbandingan lilitan yang tidak-nominal(off-nomi-
nu1 turns ratio).
Jika kita mempunyai dua re1 yang dihubungkan oleh sebuah transformator, dan
jika perbandingan tegangan antar-saluran pada transformator sama seperti perbanding-
an tegangan dasar pada kedua re1 itu, rangkaian rekivalen (dengan arus magnetisasi di-
abaikan) hanya akan berupa irnpedansi transformator dalam persatuan atas dasar yang
dipilih yang dihubungkan di antara kedua re1 tersebut. Gambar 8 . 1 3 ~adalah suatu di-
agram segaris untuk dua buah transformator yang terhubung paralel. Kita misalkan
bahwa salah'satu dari transformator itu mempunyai perbandingan tegangan lln, yang

Van

Ganilrar 8.12. Diagram phasor untuk transformator


regui.lsi yang ditunjukkan oleh Gambar 8.1 1 .
204 Analisis Sistem Ter~agaListrik

juga mempakan perbandingan tegangan pada transformator yang satu lagi adalah
1/n1. Rangkaian ekivalennya menjadi seperti ditunjukkan dalam Gambar 8.13b. Kita
memerlukan transformator ideal (tanpa impedansi) dengan perbandingan l l a dalam
diagram reaktansi per satuan untuk mengurus'perbandingan lilitan tidak nominal pada
transformator kedua karena tegangan dasar telah ditentukan dengan perbandingan
lilitan pada transformator pertama.
Jika kita mempunyai sebuah transformator regulasi (dan bukannya LTC, yang
mengubah tingkat tegangan dan sekaligus juga menyediakan kemungkinan mengubah
sadapan), Gambar 8.13b dapat diartikan sebagai dua saluran transrnisi yang terhubung
paralel dengan sebuah transformator regulasi pada salah satu saluran itu.
Jelaslah bahwa persoalan kita adalah untuk mendapatkan admitansi simpul pada
Gambar 8.14, yang merupakan representasi LTC yang lebih terperinci dengan suatu
perbandingan lilitan I/nf atau suatu transformator regulasi dengan perbandingan trans-
formasi l/a. Admitansi Y dalam gambar adalah kebalikan impedansi per satuan trans-
formator i t ~ Karena
. admitansi Y diperlihatkan pada sisi transformator ideal yang ter-
dekat pada simpul 1, sisi pengaruh sadapan (atau sisi yang bersesuaian dengan n')
adalah yang terdekat dengan simpul2. Penentuan ini penting dalam penggunaan persa-
maan-persamaan yang akan diturunkan. Jika kita meninjau suatu transformator dengan
perbandingan lilitan tidak nominal, a adalah perbandingan nl/n. Jika kita mempunyai
sebuah transformator regulasi, a dapat berupa bilangan nyata atau khayal, misalnya
1.02 untuk suatu peningkatan besar sebanyak 2% atau untuk suatu pergeseran
3' per fasa.
Gambar 8.14 telah diberi tanda-tanda untuk memperlihatkan arus-ams II dan I2
yang memasuki kedua simpul itu, dan tegangannya adalah V , dan V2 terhadap simpul
pedoman. Rumus kompldcs untuk daya yang memasuki transformator ideal dari arah
simpul 1 adalah

ideal
(b)

Gambar 8.13. Transformator-transformator dengan perbandingan lilitan yang berbeda yang terhu-
bung paraiel: (a) diagram ~ c g ~ r i(sh; ) diagram reaktansi dalarn per satuan. Perbandingan lilitan l l a
sama dengan nln'.

Transformator

Gambar 8.14. Diagram rt,,ikt~nsiper satuan


yang lebih terperinci untuk transformator pada
Gambar 8 . 1 3 h , yang perb,indingan lilitannya
adalah 1/a. -
-
Penyelrjrc~iond a n Pengaturan Aliran Beban 205

dan ke dalam transformator dari simpul 2


S2 = V21f

Karena kita telah memisalkan bahwa kita mempunyai suatu transformator ideal tanpa
kehilangan daya, daya yang masuk ke dalam transformator dari simpul 1 hams sama
dengan daya yang keluar dari transformator melalui simpul 2, sehingga

dan

Arus I , dapat dinyatakan dengan

atau

Dengan memasukkan - a*12 sebagai ganti I , dan menyelesaikannya untuk Z2 dihasil-


kan

Dengan membandingkan Persamaan-persarnaan (8.37) dan (8.38), dan karena aa* =


la l 2 admitansi sirnpul itu adalah
Y
I;, = Y y
22 - la12
(8.39)
Y Y
yl, = - - Y2, = - -*
u U

Gambar 8.15. Rangkaian yang rnernpunyai adrnitansi


simpul d a r i Pcrsamaan (8.39) asalkan a nyata.

n-ekivalen yang bersesuaian dengan nilai admitansi simpul ini hanya dapat dipero-
oleh jika a nyata, sehingga Y 2 , = Y a . Jika transformator itu mengubah besar, dan
tidak menggeser fasa, maka rangkaiannya adalah seperti pada Gambar 8.15. Rangkaian
ini tak dapat dilaksanakan jika Y mempunyai suatu komponen nyata, yang akan me-
merlukan suatu resistan negatif dalam rangkaian. Tetapi faktor yang penting adalah
bahwa tegangan, penggeser fasa, dan yang mempunyai perbandingan lilitan tidak nomi-
nal. dalam perhitungan untuk memperoleh Yeldan Zel.

Contoh 8.3. Dua buah transformator dihubungkan paralel untuk mencatu suatu
impedansi ke netral per fasa sebesar 0,8 + j0,6 per satuan pada suatu tegangan se-
besar V2 = l,ODO per satuan. Transformator T, mempunyai suatu perbandingan
206 Analisis Sisrem Tenaga Listrik

tegangan yang sama dengan perbandingan tegangan dasar pada kedua sisi-sisi trans-
formator i t ~ Transformator
. ini mempunyai suatu impedansi sebesar jO,l per satu-
an menurut dasar yang sesuai. Transforrnator kedua T b mempunyai suatu pening-
katan terhadap beban 1,05 kali sebesar yang pada T, (kumparan sekunder pada sa-
dapan 1,05), dan irnpedansinya adalah j0,l per satuan dengan dasar rangkaian
pada sisi tegangan-rendahnya. Gambar 8.16 menunjukkan rangkaian ekivalen de-
ngan transformator Tb disajikan sebagai impedansinya dan merupakan sebuah
transformator ideal. Tentukanlah daya kompleks yang dikirimkan pada beban me-
lalui masing-masing transformator.

Untuk menentukan arus pada masing-masing transformator kita perlu mendapat-


kan V 1 dari persamaan
= v,y2, + v 2 y22
di mana admitansi simpulnya adalah kombinasi paralel kedua transformator ter-
sebut. Untuk transformator T, saja,

Untuk transformator Tb saja,

Untuk kedua transformator tersebut dalam hubungan paralel


Y2,= j10+ j9,52 = j19,52
YZ2= - j l 0 - j9,07 = - j19,07

Gambar 8.16. Kanykilian u n t u k C o n t o h 8.3. Nilai-nilai t l a l ; ~ nper


~ satuan.
e s o Pen,qonrvurl
: l c ~ ~ ~ ~ c l dun ia~~ AIrriin I3ebu11

Maka, dari persamaan sirnpul untuk 1 2 ,


-0,8 + j0,6 (11 9,52) - j19,07 X 1 ,O
=
I., = 1.008 f j0,041
1', L'2 ; 0.008 + 10.041

Oleh karena itu


I - ( - Lr2)(--110) = 0,41 -- j0,08

Dari persamaan (8.35) arus ke dalam re1 2 dari transformator Tb adalah I,*/,*
dan dari Gambar 8.16 arus ini adalah -(IT a + 1 2 ) ,yang memberikan

Daya kompleksnya adalah

Syh = V z l ; n- = 0,41 + j 0 , 0 8 per satuan

a*
- 0,39 + j0,52 per satuan

Suatu penyelesaian pendekatan untuk persoalan ini didapatkan dengan mengingat


kembali bahwa Garnbar 8-17 dengan sakelar S tertutup juga merupakan suatu rangkaian
ekivalen untuk persoalan ini jika tegangan AV, yang terletak padacabang rangkaian eki-
valen transformator Tb, sama dengan a - 1 dalam per satuan. Dengan perkataan lain, jika
T, memberikan suatu perbandingan tegangan 5% lebih tinggi daripada T b , a sama de-
ngan 1,05 dan AV sama dengan 0,05 per satuan. Sejauh kita dapat mengatakan bahwa
arus yang ditimbulkan oleh AV berputar sepanjang rangkaian tertutup yang ditun-
jukkan dengan ICirc dengan sakelar S terbuka, dan bahwa dengan S tertutup tidak
ada bagian arus tersebut yang mengalir melalui impedansi beban karena impedansi ter-
sebut jauh lebih besar daripada irnpedansi transformator, maka dapat pula kita meng-
gunakan prinsip superposisi. Jadi,

Dengan AV terhubung-singkat arus pada masing-masing jalur adalah setengah arus be-
ban, atau 0,4 -j0,3. Kemudian dengan menggabungkannya dengan ams putar diperoleh

f,;tn,bar 8.17. Suaru rangkaian ydng ckivalen cieng:in r a n g k a ~ a npada Gambar 8.16 bila S diturup.
Analisis Sistenz Tenaga Listrik

sehingga
STa = 0,40 + j0,05 per satuan

dan
SQ = 0,40 + j0,55 per satuan

Meskipun merupakan pendekatan saja, nilai ini adalah sedemikian dekatnya dengan
nilai yang didapatkan semula sehingga metoda ini sering dipergunakan karena keseder-
hanaannya.
Contoh ini menunjukkan bahwa transformator dengan setelan sadapan yang lebih
tinggi mencatu hampir semua daya reaktif pada beban. Daya nyata terbagi sama besar
antara transformator-transformator itu. Karena kedua transformator mempunyai impe-
dansi yang sama, sebenarnya keduanya akan membagi dua sama besar daya nyata dan
reaktif kalau saja perbandingan lilitannya sama. Dalam ha1 itu keduanya akan dapat di-
lukisan dengan reaktansi per satuan sebesar j0,l di antara kedua re1 dan akan menga-
lirkan arus yang sama. Bila dua transformator dihubungkan paralel, kita dapat meru-
bah pembagian daya reaktif di antara keduanya dengan menyetel perbandingan besar
tegangan. Bila dua transformator dihubungkan paralel, kita dapat merubah pembagian
daya reaktif di antara keduanya dengan menyetel perbandingan besar tegangannya.
Bila dua transformator yang diparalel dengan kilovoltampere yang sama tidak membagi
dua sama rata kilovoltamperenya karena impedansi~yayang berbeda, kilovoltampere
itu dapat lebih dipersamakan dengan menyetel perbandingan-perbandingan besar
tegangannya dengan pengubahan sadapan.
Jika suatu saluran transrnisi tertentu pada suatu sistem mengalirkan suatu daya re-
aktif yang terlalu kecil atau terlalu besar, sebuah transformator regulasi untuk menye-
tel besar tegangan dapat disediakan pada salah satu ujung saluran itu untuk membuat-
nya agar mengirimkan suatu daya reaktif yang lebih besar atau lebih kecil. Kita dapat
menyelidiki ha1 ini dengan pertolongan ciri pengubahan-sadapan otomatis dalam pro-
gram aliran beban pada suatu komputer digital. Misalnya, kita dapat menaikkan te-
gangan pada re1 4 dari Contoh 8.1 dengan menyisipkan sebuah transformator regulasi-
besar pada saluran antara re1 5 dan re1 4 pada re1 4, dan kita perintahkan komputer
untuk memandangnya sebagai sebuah LTC dengan setelan sadapan untuk memperta-
hankan tegangan re1 pada kira-kira 0,950 per satuan. Di antara setelan sadapan ter-
dapat suatu langkah tertentu, dan tegangannya tidak akan selalu tepat 0,950 per
satuan. Hasil-hasil yang dicapai pada re1 4 ini ditunjukkan dalam diagram segaris Gam-
bar 8.18. Suatu reaktansi per satuan sebesar 0,08 telah dirnisalkan untuk LTC itu.
Bila tegangan re1 4 dinaikkan oleh LTC pada saluran 5-4, jatuh tegangan pada sa-
luran 3-4 hams berkurang dan kita harapkan ha1 ini dapat dilakukan dengan suatu pe-
ngurangan aliran daya reaktif melalui saluran itu dengan sedikit saja perubahan pada
daya nyatanya. Dengan membandingkan Gambar 8.18 dan Gambar 8.9a kita lihat
bahwa Q yang mengalir ke dalam re1 4 melalui saluran 3-4 berkurang dari 18,90 menja-
di 12,26 Mvar tanpa banyak perubahan pada P. Untuk mencatu 30 Mvar yang diperlu-
kan oleh beban, 17,71 Mvar sekarang mengalir ke dalam re1 4 melalui saluran dari re1 5
dan LTC itu. Penambahan megavar pada saluran itu menyebabkan tegangan pada sisi
tegangan-rendah LTC menjadi sangat rendah, tetapi transformator menaikkan tegang-
annya menjadi0,946per satuan pada re1 4 dengan memilih setelan sadapan yang sesuai.
Tegangan pada re1 5 jauh dari rilainya yang semula sebesar 0,968 per satuan men-
jadi 0,962 per satuan. Sebagai perbandingan, kita perhatikan dalam bagian 8.9 bahwa
tegangan pada re1 5 naik menjadi 0,976 per satuan jika ditambahkan kapasitor pada
Per1 :.eiesaiun d u n Pengaturan Aliran Beban

Gambar 8.18. Aliran P dan Q pada re1 4 30


-
Aliran M W
Aiiran M V A R
+
sistcl~id a l a n ~Gambaf 8.1 bila sebuah trans-
forniator regulasi pada saluran 5-4 pada re1
4 n~enaikkanV , n~enjadi0.946 per satuan. Beban

re1 4. Alasan untuk turunnya tegangan pada re1 5 dalarn ha1 yang sekarang ini adalah
karena naiknya daya .reaktif yang dicatu pada re1 4 dari re1 5 telah menyebabkan
suatu kenaikan pada daya reaktif yang harus diberikan pada re1 5 dari rel-re1 dengan
tegangan diatur 1 dan 3.
Untuk menentukan pengaruh transformator penggeser-fasa kita hanya memerlu-
kan a yang kornpleks dengan suatu besar sama dengan 1 dalam Persamaan (8.39).

Contoh 8.4. Ulangi Contoh 8.3 tetapi sekarang Tb mengandung sebuah transfor-
nlator yang mempunyai perbandingan lilitan yang sama seperti T, dan sebuah
transformator regulasi dengan pergeseran fasa sebesar 3' (a = = l,OEO).
lmpedansi kedua komponen Tb adalah j0,l per satuan dengan dasar T,.

JAWABAN: Untuk transformator T, saja, seperti dalam Contoh 8.3,

dan untuk transformator Tb

Dengan menggabungkan kedua transforrnator itu dalam hubungan paralel didapat

Dengan mengikuti prosedur dalam Contoh 8.3, kita mempunyai


,'j
Ib
= 0,13 + j0,30 per s;tl u a n

Seperti dalam Contoh 8.3, kita dapat memperoleh suatu penyelesaian pendekatan
dengan menyisipkan suatu sumber tegangan A V dalam hubungan seri dengan im-
pedansi transformator Tb.Tegangan per satuan yang sesuai adalah

a I i .0/3'
- -- I , 0 l --
u0 = (2 sin 1 ,jO),&l
5"
2:.- :I 0.0524/~9°

Jadi

s ~ a
;
0,138 + 10,307 per satuan
s ~ b
0,662 + 10,293 per satuan

Sekali lagi nilai pendekatannya sangat dekat dengan nilai yang diperoleh terdahulu.

Contoh di atas rnenunjukkan bahwa transformator penggeser-fasa sangat berguna


untuk mengatur banyaknya aliran daya nyata tetapi kecil pengaruhnya pada aliran
daya reaktif. Kedua Contoh 8.3 dan 8.4 melukiskan dua saluran transmisi paralel de-
ngan sebuah transformator regulasi pada salah saluran tersebut. Misalnya, Persamaan
(8.39) akan berlaku untuk suatu saluran transmisi yang mempunyai sebuah transfor-
mator regulasi atau transformator dengan perbandingan-lilitan-tidak-nominal pada sa-
lah satu ujungnya dan dengan admitansi shunt dan impedansi transformator diabaikan
atau dimasukkan dalam impedansi seri dari saluran. Dalam ha1 itu, Y dari Persamaan
(8.39) akan berupa kebalikan dari impedansi saluran dalam per satuan. Dalam suatu
studi aliran beban dengan komputer digital suatu transformator pada ujung saluran da-
pat diperhitungkan dengan menambahkan sebuah re1 sehingga transformator itu terhu-
bung langsung pada re1 dikedua sisinya.
Gambar 8.19 menunjukkan aliran daya nyata dan reaktif dan tegangan pada re1 4
dalam sistem pada Contoh 8.1 bila sebuah transformator penggeser-fasa ditempatkan
pada saluran 5-4 pada re1 4. Data masukan pada komputer menetapkan suatu pergeser-
an sebesar 3' di antara kedua sisi transformator itu. Hasilnya adalah suatu pergeseran
daya nyata dari saluran 3-4 ke saluran 5-4, seperti yang dapat kita harapkan dari pem-
bicaraan kita tentang transformator atau saluran transmisi yang dihubungkan paralel.
Dalam hal ini kedua saluran yang sedang dibandingkan tidak paralel dan terdapat suatu
perubahan yang berarti (kira-kira setengah kali sebesar perubahan dalam P) dalam daya
reaktif saluran ke dalam re1 4. Perubahan dalam Q ini sesuai dengan Persamaan (8.29)
meskipun kita tidak mengabaikan resistansi dan telah diterangkan dengan pengurangan
dalam 6 antara rel-re1 3 dan 4 yang meningkatkan Q sepanjang saluran tersebut.
Penyeit, rr,it, d u n I'enga rrrron Aliron Behati

Ke re1 3

121,61
37,291 b8.38
V=0,918/-9,1"
Gambar 8.19. Aliran P dan (! pada re1 4 dari
@ Aliran M W
-----t
sistern 11 (;ambar 8.1 bila sebuah transforma- 701 t 3 0 Aliran MVAR
tor pad;, baluran 5-4 pada re1 4 ~nenyebabkan +
suatu pr.;ycseran fasa 3' di antara ternlin:~l- T
terrnind!r!>::. Beban

8.1 1 KINGKASAN
Di samping membahas bagaimana studi-studi aliran beban dilakukan pada sebuah kom-
puter, bab ini telah pula menyajikan beberapa ~ n e t o d apengaturan tegangan dan aliran
daya dilihat dari segi pengertian bagaimana pengaturan ini dapat dilakukan. Studi alir-
an beban pada sebuah komputer adalah cara yang terbaik untuk memperoleh jawaban-
jawaban kuantitatif tentang pengaruh operasi-operasi pengaturan tertentu.
Analisis pengaruh penguatan generator serempak yang dihubungkan pada suatu re1
yang niernpunyai tegangan konstan seperti telah dibahas dalam Bab 6 telah pula diper-
luas untuk sebuah generator yang mencatu suatu sistem dan disajikan sebagai ekivalen
Thevenin-nya.
Bila kita lihat pemasangan kapasitor pada beban, tampak bahwa daya reaktif yang
diberikan oleh kapasitor itu menyebabkan tegangan pada beban meningkat. Karena
peningkatan penguatan generator serempak menyebabkan adanya masukan daya reak-
tif ke sistem, pengaruhnya adalah sama seperti penarnbahan kapasitor dan akan menye-
babkan naiknya tegangan pada re1 generator, kecuali bila sistem itu sangat besar.
Karena besar tegangan dan daya nyata generator yang diberikan biasanya ditetap-
kan (specified) untuk suatu studi aliran beban, telah kita teliti bagaimana penguatan
generator harus diubah-ubah guna memenuhi tegangan re1 yang telah ditetapkan untuk
P yang konstan dari generator. Akhirnya telah kita turunkan rumus-rumus untuk P dan
I
Q dari generator dengan ( V,( , Egl , dan sudut daya 6 sebagai suku-sukunya untuk
rnemperlihatkan ketergantungan daya nyata pada 6.
Telah diperiksa pula hasii-hasil pemasangan paralel dua buah transformator bila
perbandingan besar tegangannya berbeda atau bila salah satu transformator tersebut
memberikan suatu pergeseran fasa. Persamaan (8.39) memberikan pada kita admitansi
simpul rangkaian ekivalen untuk transformator semacam itu. Telah diberikan contoh
untuk menunjukkan bahwa transformator LTC yang mengatur besar tegangan dan
transformator regulasi jenis penggeser fasa dan besar dapat mengatijr aliran daya nyata
dan reaktif pada saluran transmisi.

8.1 Hitunglah Ak'.,(O) untuk meneruskan Contoh 8.1.


8.2 Tentukanlah nilai unsur ( a P , / a 6 , ) pada kolom ketiga dan baris kedua dari jacobian untuk
iterasi pertama dalam meneruskan Cdntoh 8.1.
212 Analisis Sisrem Tenaga Lisnik

8.3 Hitunglah unsur pada kolom ketiga dan baris ketiga dari jacobian pada Contoh 8.1 untuk ite-
rasi pertama.
8.4 Hitunglah untuk iterasi pertama unsur pada kolom keenam dan baris ketiga dari jacobian pada
Contoh 8.1.
8.5 Gambarlah sebuah diagram seperti dalam Gambar 8.3 untuk re1 3 pada sistem dalam Contoh
8.1 dari keterangan yang diberikan oleh hasil-cetak aliran daya dalam Gambar 8.2. Berapakah keti-
dakserasian (mismatch) megawatt dan megavar yang terlihat pada re1 ini?
8.6 Salinlah Gambar 8.20 dan tunjukkan pada gambar itu untuk Contoh 8.1 nilai-nilai dari
(a) P dan Q yang keluar dari re1 5 pada saluran 5 4 .
(b) Q yang dicatu oleh kapasitansi tetap dari n nominal saluran 5-4 pada re1 5. (Ingatlah bahwa ni-
lai Q ini berubah-ubah sesuai dengan I V, 1').
(c) P dan Q pada kedua ujung bagian seri dari n nominal saluran.
(d) Q yang dicatu oleh kapasitansi tetap dari n nominal saluran 5 4 pada re1 4.
(e) P dan Q ke dalam re1 4 pada saluran 5 4 .

Gambar 8.20. Diagraril ilntuk Soal 8.6.

8.7 Sebagai bagian dari penyelesaian aliran beban dari Contoh 8.1 komputer memberikan rugi sa-
luran total sebesar 9,67 MW. Bagaimanakah hasil ini dibandingkan dengan jumlah kehilangan daya
yang dapat diperoleh dari pencatatan aliran beban dari setiap saluran sendiri-sendiri?
8.8 Pengaruh penguatan medan yang telah dibicarakan dalam bagian 6.4 sekarang dapat dihitung.
Tinjaulah sebuah generator yang mempunyai reaktansi serempak sebesar 1,O per satuan dan terhu-
bung ke suatu sistem yang besar. Resistansi dapat diabaikan. Jika tegangan re1 adalah 1 , 0 E per
satuan dan generator itu mencatu arus sebesar 0,8 per satuan dengan faktordaya 0,8 tertinggal pa-
da rel, hitunglah besar dan sudut tegangan dalam keadaan tanpa-beban Eg dari generator dan P dan
Q yang diberikan pada re]. Kemudian carilah sudut 6 antara Eg dan tegangan rel, arus I,, dan Q
yang diberikan pada re1 oleh generator jika keluaran daya generator tetap konstan tetapi penguatan
generator (a) diturunkan sehingga ( Eg I menjadi 15% lebih kecil dan (b) dinaikkan sehingga 1 Eg I
menjadi 15% lebih besar. Berapa persenkah perubahan pada Q dengan penurunan dan kenaikan
1, Eg I itu? Apakah hasil soal ini sesuai dengan kesimpulan yang dicapai dalam bagian 6.4?
8.9 Suatu sistem. daya di mana dihubungkan sebuah generator pada suatu re1 tertentu dapat disaji-
kan sebagai tegangan Thevenin Eth = 0 , 9 k 0 per satuandalam hubungan seridenganZth =0,25/900
per satuan. Bila dihubungkan pada sistem ini, Eg dari generator adalah 1,4/300 per satuan. Reak-
tansi serempak generator dengan dasar sistem itu adalah 1,O per satuan. (a) Hitunglah tegangan re1
Vt dan P dan Q yang dipindahkan ke dalam sistem pada re]; (b) jika tegangan re1 akan dinaikkan
menjadi 1 V t I = 1,O per satuan untuk P yang sama yang dipindahkan ke sistem, hitunglah nilai Eg
yang diperlukan dan nilai Q yang dipindahkan ke sistem pada re]. Misalkanlah bahwa emf yang lain
dalam sistem tidak berubah besar dan sudutnya; yang berarti bahwa Eth dan Zth konstan.
8.10 Dalam Soal 7.10 tegangan pada ketiga re1 dihitung sebelum dan sesudah pemasangan sebuah
kapasitor dari netral ke re1 3. Tentukanlah P dan Q yang memasuki atau meninggalkan re1 3 lewat
saluran transmisi, melalui reaktansi yang terhubung antara re1 dan netral, dan dari kapasitor sebe-
lum dan sesudah kapasitor. Misalkan bahwa tegangan yang dibangkitkan tetap konstan besar dan
sudutnya. Gambarlah diagram seperti dalam Gambar 8.9 untuk menunjukkan nilai yang telah dihi-
tung.
8.11 Gambar 8.9 menunjukkan bahwa 15,3 Mvar harus dicatu oleh suatu bangku kapasitor pada
re1 4 dalam sistem 60-Hz dari Contoh 8.1 untuk menaikkan tegangan re1 menjadi 0,950 per satuan.
Jika tegangan dasar adalah 139 kV, hitunglah kapasitansi pada setiap fasa jika kapasitornya (a) di-
hubungkan secara Y dan ( b ) dihubungkan secara A
812 Dua buah re1 a dan b dihubungkan satu dengan yang lain melalui impedansi X I = 0,l dan
X2 = 0,2 per satuan yang paralel. Re1 b adalah suatu re1 beban yang mencatu arusZ= 1,O /O
Penyelesaian dan Pengaturan AIiran Beban 213

per satuan. Tegangan re1 b adalah V b = 1,0/' per satuan. Hitunglah P dan Q ke dalam re1 b
melalui masing-masing cabang paralel itu (a) dalam rangkaian yang telah dilukiskan, (b) jika se-
buah transformator regulasi dihubungkan pada re1 b dalarn saluran dengan reaktansi yang lebih
tinggi untuk memberikan suatu peningkatan sebesar 3% pada besar tegangan ke arah beban
(a = 1,03), dan (c) jika transformator regulasi memajukan fasa dengan 2" (a = dn'"). Gunakan
metoda arus-putar untuk bagian-bagian (b) dan (c), dan misalkan Va disetel sedemikian sehingga
Vb tetap konstan untuk setiap bagian dari soal. Gambar 8.21 adalah diagram segaris yang me-
nunjukkan re1 a dan b pada sistem dengan transformator regulasi pada tempatnya. Abaikanlah
impedansi transformator itu.
8.13 Dua reaktansi X I = 0,08 dan X2 = 0,12 per satuan terhubung paralel di antara dua rela dan
b pada suatu sistem daya. Jika Va = 1,05/10" dan Vb = 1,0@ per satuan, berapakah seharusnya
perbandingan lilitan transformator regulasi yang akan disisipkan dalam hubungan seri dengan X2
pada re1 b sehingga tidak ada var yang mengalir ke dalam re1 b dari cabang dengan reaktansi X I ?
Gunakanlah metoda arus-putar, dan abaikan reaktansi transformator regulasi. P dan Q beban serta
Vb tetap konstan.
8.14 Dua buah transformator masing-masing dengan rating 115Y13,2A kV bekerja paralel untuk
mencatu sebuah beban sebesar 35 MVA, 13,2 kV dengan faktor daya 0,8 tertinggal. Transformator
1 mernpunyai rating 20 MVA dengan X = 0,09 per satuan, sedangkan transformator 2 ratingnya 15
MVA dengan X = 0,07 per satuan. Hitunglah besarnya arus yang mengalir melalui masing-masing
transformator dalam per satuan, keluaran megavoltampere masing-masing transformator, dan batas-
an megavoltampere beban total sehingga tidak ada transformator-transformator tersebut yang dibe-
bani-lebih (overloaded). Jika sadapan pada transformator 1 d i ~ e t e 1 ' ~ a d111
a kV untuk membe-
rikan suatu peningkatan tegangan sebesar 3,6% ke arah sisi tegangan-rendah dari transformator
itu dibandingkan dengan transformator 2, yang tetap pada sadapan 115 kV, hitunglah keluaran
megavoltampere masing-masing transformator untuk beban total asli sebesar 35 MVA, dan mega-
voltampere maksimum dari beban total yang tidak akan membebani-lebih transformator-trans-
formator itu. Gunakanlah sebagai dasar 35 MVA, 13,2 kV pada sisi tegangan-rendah. Metode arus-
putar sudah cukup memuaskan untuk soal ini
8.15 Jika impedansi beban pada re1 b dari rangkaian yang diuraikan dalam Soal 8.12 adalah
0,866 + j0,5 per satuan, dan jika Va = 1,04& per satuan (tegangan Vb dan arus beban tidak dite-
tapkan lagi), hitunglah Vb untuk keadaan-keadaan yang telah diberikan dalam bagian-bagian (a),
(b), dan (c) dari Soal 8.12. Dapatkanlah juga P dan Q yang masuk ke dalam re1 b melalui masing-
masing cabang paralel untuk ketiga keadaan tersebut di atas. Persamaan (8.39) harus dipakai dalam
soal ini, dan impedansi beban dapat dimasukkan ke dalam Yzz pada persamaan admitansi simpul
dari rangkaian keseluruhannya.

Gambar 8.21. Rangkaian untuk Soa18.12.

Anda mungkin juga menyukai