Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Operasi Sistem Tenaga
Listrik yang diampu oleh
Dian Budhi Santoso, S.T., M.Eng.
Disusun Oleh:
Alfabil Arsy Akbar 1910631160004
Muhammad Yogi Ardiansyah 1910631160027
R Muhammad Revian F S 1910631160136
Surya Dhamma S 1910631160147
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas limpahan
nikmat sehat baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran. Tidak lupa juga kami
berterima kasih karena telah diberikan kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah dari Mata Kuliah Operasi Sistem Tenaga Listrik dengan
judul “Generator, Transmisi dan Subtransmisi” dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dian Budhi Santoso, S.T.,
M.Eng. sebagai dosen pengampu Mata Kuliah Operasi Sistem Tenaga Listrik ini.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah
ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
prinsip induksi hingga generator induksi tiga fasa yang digunakan secara luas
dalam sistem tenaga listrik saat ini.
Transmisi adalah proses pengiriman energi listrik dari pusat pembangkit
ke pusat beban melalui jaringan saluran transmisi yang terdiri dari kabel dan
menara transmisi. Seiring dengan perkembangan industri tenaga listrik,
kebutuhan akan transmisi energi listrik meningkat dengan pesat. Pada awalnya,
transmisi energi listrik menggunakan sistem arus searah (DC), seperti yang
digunakan oleh sistem penerangan pertama di New York City oleh Thomas
Edison. Namun, kemudian ditemukan bahwa transmisi arus bolak-balik (AC)
memiliki banyak keuntungan, termasuk kemampuan untuk mentransmisikan
energi listrik dengan jarak yang lebih jauh dan mengurangi kerugian daya.
Penemuan ini dipelopori oleh Nikola Tesla, dan sistem transmisi AC yang
efisien dan handal menjadi standar dalam industri tenaga listrik.
Subtransmisi adalah bagian dari sistem tenaga listrik yang bertanggung
jawab untuk mentransmisikan energi listrik dari pusat transmisi ke pusat
distribusi yang lebih kecil. Dalam sistem tenaga listrik, subtransmisi memiliki
peran penting dalam mendistribusikan listrik ke daerah-daerah yang lebih
terpencil atau terpencil yang terletak di luar pusat-pusat populasi utama. Sistem
subtransmisi menggunakan saluran transmisi dengan tegangan yang lebih
rendah daripada transmisi utama, namun masih lebih tinggi daripada saluran
distribusi yang langsung terhubung ke rumah-rumah dan bangunan-bangunan.
Penggunaan tegangan yang lebih tinggi pada subtransmisi memungkinkan
transfer daya yang efisien dalam jarak yang cukup jauh sebelum dikurangi
menjadi tegangan distribusi yang lebih rendah untuk digunakan oleh
konsumen. Perkembangan sistem transmisi dan subtransmisi sangat penting
dalam menyediakan akses universal terhadap listrik, mengurangi kerugian daya
selama transmisi, dan mengoptimalkan efisiensi sistem tenaga listrik secara
keseluruhan. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan energi dan pertumbuhan
infrastruktur, pengembangan teknologi transmisi dan subtransmisi terus
berlanjut untuk menjawab tantangan energi masa depan.
2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang terurai diatas maka penulis membuat rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apa peran generator dalam menghasilkan energi listrik?
2. Bagaimana proses transmisi energi listrik dari pusat pembangkit ke pusat
beban?
3. Apa peran subtransmisi dalam sistem tenaga listrik, khususnya dalam
mendistribusikan energi listrik?
4. Mengapa perkembangan teknologi transmisi dan subtransmisi sangat
penting dalam menyediakan akses universal terhadap listrik?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui prinsip kerja Generator.
2. Mengetahui bagian-bagian generator.
3. Mengetahui apa itu Transmisi.
4. Mengetahui cara kerja saluran Transmisi.
5. Mengetahui fungsi dari Subtransmisi.
3
BAB II
PEMBAHASAN
∆
𝑒=𝑁 (2.1)
∆
Keterangan:
e = GGL induksi yang dibangkitkan (volt)
N = Banyaknya jumlah lilitan
∆Φ = Perubahan fluksimagnetik (Webber)
∆t = Perubahan waktu (detik)
4
2.2 Bagian Utama Generator
Pada generator umumnya ada bagian yang diam (stator) dan ada bagian
yang berputar (rotor). Untuk generator Leybold yang termasuk stator adalah
badan, magnet, sikat-sikat. Sedangkan rotornya adalah jangkar dan lilitannya
[3].
2.2.1 Rotor
Rotor terdiri atas badan rotor, lilitannya dan jangkar. Badan rotor
berfungsi sebagai bagian dari tempat mengalirmya fluks magnet yang
dihasilkan kutub-kutub magnet, karena itu badan rotor dibuat dari bahan
ferromagnetik. Selain itu badan rotor ini berfungsi untuk meletakkan alat-alat
tertentu. Pada rotor juga terdapat terminal box yang merupakan tempat-tempat
ujung-ujung lilitan dan lilitan jangkar. Jangkar yang umum digunakan
berbentuk silinder yang diberi alur-alur pada permukaannya untuk melilitkan
kumparan-kumparan tempat terbentuknya ggl induksi. Jangkar dibuat dari
bahan ferromagnetik, agar lilitan jangkar terletak dalam daerah yang induksi
magnetnya besar supaya ggl induksi yang terbentuk dapat bertambah besar [3].
2.2.2 Stator
Stator adalah bagian yang tidak bergerak (diam). Bagian ini tersusun dari
plat-plat baja yang mempunyai alur-alur sebagai tempat meletakkan kumparan
stator. Lilitan stator berfungsi sebagai tempat terjadinya GGL induksi. Rangka
stator Rangka stator terbuat dari baja cor. Rangka stator merupakan tempat dari
bagian-bagian generator yang lain [1].
5
2.3.1. Generator DC
Generator DC membalik arah arus saat tegangan negatif, menggunakan
mekanisme cincin-belah, sehingga hasilnya jadi siklus positif-nol-positif-nol
(DC) [4]. Tegangan yang dihasilkan setiap generator sifat arusnya adalah bolak
balik. Tegangan hanya bisa menjadi searah setelah disearahkan. Penyearah itu
biasa disebut komutator. Komutator berfungsi seperti saklar mekanis atau
penyearah untuk secara otomatis mengubah tegangan ac yang dibangkitkan
menjadi tegangan dc. Peristiwa penyearahan disebut komutasi. Komutasi
adalah proses pembalikan arah arus pada kumparan jangkar pada saat segmen
komutator pada kumparan terhubung melewati dibawah sikat [3].
2.3.2. Generator AC
Generator AC ini adalah sejenis motor DC tetapi telah dimodifikasi
dengan cara menambahkan jumlah lilitan didalamnya [5]. Tegangan yang
dibangkitkan pada generator sinkron bersumber pada prinsip
kerja induksi elektro magnetik. Putaran rotor generator dalam medan magnet
listrik hendak memunculkan fluks magnet yang berbalik. Putaran rotor hendak
memunculkan tegangan imbas pada kawat gulungan stator. Pada saat rotor
digerakan dengan penggerak utama, kutub- kutub pada rotor hendak berbalik.
Bila kumparan kutub diberi arus searah hingga pada permukaan kutub hendak
mencuat medan magnet searah yang berbalik serta kecepatannya sama dengan
kecepatan kutub yang menginduksi lilitan stator [1].
6
mekanik yang cara kerjanya berbanding terbalik dengan prinsip kerja
generator. Prinsip kerja dari generator adalah mendongkrak muatan listrik
untuk berjalan melalui sebuah jalur listrik terluar, namun generator ini tidak
dapat menciptakan tenaga listrik yang sudah berada pada kabel belitannya.
7
dan gangguan alam lainnya. Selain itu saluran bawah tanah lebih estetis karena
tidak menggangu pemandangan dan terlihat rapih. Akan tetapi dari segi
investasi saluran bawah tanah lebih besar dibandingkan dengan saluran udara.
Selain itu perbaikannya juga lebih sulit jika terjadi gangguan hubung singkat,
kabel putus, dan lain-lain.
Berdasarkan jenis arus yang digunakan, saluran transmisi dibedakan atas
saluran transmisi arus bolak-balik (alternating current) dan saluran transmisi
arus searah (direct current). Dalam sistem AC, penaikan dan penurunan
tegangan transmisi dapat mudah dilakukan yaitu dengan menggunakan
transformator. Dalam sistem transmisi AC ada yang menggunakan satu fase
dan tiga fase. Akan tetapi persoalan ekonominya harus diperhitungkan.
Penyaluran tenaga listrik dengan sistem DC dapat dianggap ekonomis jika
jarak saluran udara yang sangat jauh (di atas 400 km) atau untuk saluran bawah
tanah yang lebih dari 50 km. Hal ini disebabkan biaya peralatan pengubah AC
ke DC atau sebaliknya (converter dan inverter equipment) sangat mahal [7].
𝑅=𝜌 (2.2)
𝜌 = Resitivitas (Ω)
𝑅 = Resistan arus searah (Ω)
𝑙 = Panjang konduktor (m)
8
𝐴 = Luas penampang (m2)
2. Induktansi (L)
𝑙= (2.4)
𝑋 = 2. 𝜋. 𝑓. 𝐿 (2.5)
3. Kapasitansi (C)
,
𝐶= (2.6)
𝐺𝑀𝐷 = 𝑟 √𝑛 (2.7)
1
𝑋 =
2. 𝜋. 𝑓. 𝐶
C = Kapasitas
𝐺𝑀𝐷 = Geometri Mean Distance (cm)
𝑟 = Jari-jari penghantar
2.8 Subtransmisi
Jaringan subtransmisi berfungsi menyalurkan daya listrik dari sumber
daya besar menuju ke gardu induk (GI) yang terletak di daerah beban. Jaringan
subtransmisi biasanya menggunakan tegangan tinggi dalam penyaluran
tegangannya. Hal ini dilakukan untuk berbagai alasan efisiensi, diantaranya
adalah penggunaan penampang penghantar menjadi efisien, karena arus yang
mengalir akan menjadi lebih kecil ketika tegangan tinggi diterapkan [9].
Namun jaringan subtransmisi belum tentu ada di seluruh sistem
distribusi, karena jaringan subtransmisi merupakan jaringan dengan tegangan
9
peralihan. Seandainya pada jaringan transmisi tegangan yang dipakai adalah
500 kV, maka setelah masuk GI tegangan menjadi 150 kV (belum termasuk
tegangan distribusi). Sehingga jaringan ini dinamakan subtransmisi karena
masih bertegangan tinggi [10].
Kabel subtransmisi konstruksinya dapat berupa saluran udara terbuka
(overhead open-wire construction) atau kabel bawah tanah. Tegangan untai
tersebut bervariasi dari 12,47 kV hingga 245 kV. Sebagian besar sistem
subtransmisi menggunakan tingkat tegangan 69 kV, 115 kV, dan 138 kV.
Desain sistem subtransmisi bervariasi dari sistem radial sederhana hingga
jaringan subtransmisi yang luas. Pertimbangan utama yang mempengaruhi
desain sistem subtransmisi adalah faktor biaya dan keandalannya.
10
Gambar 2. Diagram Satu Garis Subtransmisi Tipe Radial yang Dimodifikasi
11
Karena kebutuhan keandalan pelayanan yang lebih tinggi, maka sistem
subtransmisi didesain berupa untai loop seperti terlihat pada Gambar 3. Dalam
desain ini sebuah untai tunggal yang bermula dari bulk power source langsung
manuju sejumlah gardu induk dan kembali ke bus yang sama [7].
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berikut ini kesimpulan yang dapat kami ambil dari bahasan kali ini,
yaitu:
13
6. Saluran transmisi dapat berkonstruksi sebagai saluran udara
(overhead lines) atau saluran bawah tanah (underground cable).
Saluran udara menggunakan penghantar yang digantungkan pada
menara transmisi, sedangkan saluran bawah tanah menggunakan
kabel yang ditanam di bawah tanah.
3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, penulis
bersedia menerima kritik dan saran yang positif dari pembaca. Penulis akan
menerima kritik dan saran tersebut sebagai bahan pertimbangan yang
memperbaiki makalah ini di kemudian hari. Penulis berharap makalah
berikutnya dapat diselesaikan dengan hasil yang lebih baik lagi dengan sumber
yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggungjawabkan.
14
DAFTAR PUSTAKA
[4] M. Hassan, Zamzami, dan N. Safitri, “Analisa Sistem Kerja Black Start pada
Generator Emergency 1.008 kW Di PT. Sewatama Sumbagut 2 Peaker
Powerplant 250 MW,” J. TEKTRO, vol. 7, no. 1, hal. 98–103, 2023.
[9] M. Rodiyan, “Studi Rugi Tegangan pada Penyulang Banteng di Gardu Induk
Bukit Siguntang PT.PLN (PERSERO) WS2JB,” Politeknik Negeri
Sriwijaya, 2015.
15
LAMPIRAN
16