Anda di halaman 1dari 116

ANALISA KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN TRANSFORMATOR

DISTRIBUSI PADA JF0066 DI PT. PLN (PERSERO)


ULP MUARA SABAK JAMBI

Laporan Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan


Pendidikan Diploma III Pada Jurusan Teknik Elektro
Program Studi Teknik Listrik

Oleh :

EDWIN JULIAN
062030310962

PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2023
ANALISA KETIDAK SEIMBANGAN BEBAN TRANSFORMATOR
DISTRIBUSI PADA JF0066 DI PT. PLN (PERSERO) ULP MUARA
SABAK JAMBI

Oleh :

EDWIN JULIAN

062030310962

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Sutan Marsus, S.ST., M.T Andri Suyadi, S.ST., M.T


NIP.196509301993031002 NIP.196510091990031002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Ketua Program Studi


Teknik Elektro Teknik Listrik

Ir. Iskandar Lutfi, M.T. Anton Firmansyah, S.T.,M.T.


NIP. 196501291991031002 NIP. 197509242008121001
MOTTO

“HIDUP INI ADA 2 PILIHAN, TIDUR UNTUK MEMIMPIKAN IMPIAN


ATAU BANGUN UNTUK MENGEJAR IMPIAN”

Puji syukur kepada Allah SWT. Tuhan semesta alam yang telah memberikan
kekuatan, kemudahan dan berbagai macam kenikmatan kepada saya sehingga
terselesaikannya laporan akhir ini. Dengan penuh rasa syukur dan bangga, laporan
akhir ini kupersembahkan kepada:

1. Kedua orang tuaku. Terima kasih atas limpahan kasih sayang, perhatian,
nasihat, do’a, dan restu serta dukungan materil yang tak pernah berhenti.
2. Saudaraku, Muhammad Fatra, Adinda Anisa Putri, Darun Nafis dan Putra
Muhammad yang telah memberikan dukungan, do’a dan bantuannya.
Tetaplah menjadi saudaraku yang selalu mendukung, memberikan
ketenagan dan memberikan semangat kepadaku dalam setiap perjalananku.
3. Pembimbing 1 dan Pembimbing 2. Sutan Marsus, S.ST., M.T dan Andri
Suyadi S.ST., M.T. yang telah sabar membimbing saya. Saya ingin
mengucapkan terima kasih karena telah membantu dan membimbing saya
mungkin tanpa mereka saya tidak dapat menyelesaikan laporan ini.
4. Manager dan Supervisor PT. PLN (Persero) ULP Muara Sabak yang telah
memberikan saya kesempatan magang dan pengambilan data laporan akhir
saya.
5. Teman – teman sekelas saya yaitu kelas 6LN yang telah membantu dan
mengingatkan penulisan laporan ini.
6. Rekan saya, Rinaldi, Muhammad Vidi, Muhammad Lazuardi, yang telah
membantu saya dalam proses penyusunan laporan ini.
7. Almamater Politeknik Negeri Sriwijaya, Terima kasih atas 3 tahun
kebersamaan dan ilmu yang telah diberikan selama ini.

iii
ABSTRAK

ANALISA KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN TRANSFORMATOR


DISTRIBUSI PADA JF0066 DI PT. PLN (PERSERO) ULP MUARA
SABAK JAMBI

Edwin Julian
062030310962
Jurusan Teknik Elektro
Program Studi Teknik Listrik
Politeknik Negeri Sriwijaya
Gardu distribusi JF 0066 adalah gardu yang mengubah tegangan menengah
ke tegangan rendah, serta menyalurkan energi listrik menuju ke pelanggan di daerah
muara sabak, jambi. Pada gardu ini diharapkan menyuplai beban-beban rumah
tangga tanpa adanya gangguan. Adanya gangguan seperti ketidakseimbangan beban
dalam sistem tenaga listrik dapat menimbulkan masalah seperti rusaknya peralatan
listrik dan timbulnya pemadaman listrik, yang mana dapat menimbulkan kerugian
karena tenaga listrik mengalami losses. Karenanya masalah yang timbul seperti ini
dibutuhkan suatu studi analisis untuk mengetahui besarnya ketidakseimbangan
beban yang akan terjadi sekaligus mereduksi akibat yang di timbulnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan beban sebelum
dilakukan pemerataan beban, dan mengetahui nilai losses pada netral. Berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa beban tertinggi terjadi
Ketika saat malam hari pada jurusan B sebesar 126,4 A, dengan arus pada netral
sebesar 54,3 A. Dan jurusan D sebesar 28,7 watt dengan arus pada netral 34,5A.
sedangkan untuk nilai losses pada netral sebelum diseimbangkan sebesar 2,737 watt
dengan persentasi losses sebesar 04,02% dan Ketika sudah diseimbangkan sebesar
2,737 watt dengan persentase losses pada netral sebesar 04,02%. Pengaruh akibat
dari ketidakseimbangan beban ialah efisiensi transformator yang menurun yang
mana itu akibat dari panas berlebih pada tranformator, dan arus yang mengalir pada
netral.
Kata Kunci : tranformator,ketidakseimbangan beban, losses.

iv
ABSTRACT
ANALYSIS OF LOAD UNBALANCE OF DISTRIBUTION
TRANSFORMERS AT JF001 SHOP AT PT. PLN (PERSERO) ULP
MUARA SABAK JAMBI
(xiii + 80 Pages + 14 Tables + 44 Pictures + Attachment, Sept, 2020)

Edwin Julian
062030310962
Department of Electrical Engineering
Study Program Technic Electricity
State Polytechnic of Sriwijaya

The JF 0066 distribution substation is a substation that converts medium


voltage to low voltage, as well as delivers electrical energy to customers in the
estuary area of sabak, jambi. At this substation, it is expected to supply household
expenses without any interruption. The existence of disturbances such as load
imbalances in the electric power system can cause problems such as damage to
electrical equipment and the emergence of power outages, which can cause losses
because electric power has losses. Therefore, problems that arise like this require
an analytical study to determine the magnitude of the load imbalance that will occur
while reducing the consequences that arise.
This study aims to determine the difference in load before load equalization
is carried out, and find out the value of losses at neutral. Based on the results of the
research that has been done, it is known that the highest load occurs at night in
department B amounting to 126.4 A, with a current in neutral of 54.3 A. And
department D amouting to 28.7 watts with a current in neutral 34.5A. While for the
value of losses in neutral before being balanced at 2,737 watts with a percetage of
losses of 04.02% and when it has been balanced at 2,737 watts with a percentage
of losses in neutral 04.02%. The effect of load imbalance is that the efficiency of
the transformer decreases which is the result of oberheating in the transformer, and
the current flowing in neutral.
Keywords: tranformator,load imbalance, losses.

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktek ini
tepat waktu. Adapun judul dari Laporan Akhir ini adalah “ANALISA
KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI PADA
JF0066 DI PT. PLN (PERSERO) ULP MUARA SABAK JAMBI.

Dalam penyusunan dan pembuatan laporan akhir ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak hingga dapat terselesaikannya laporan ini mulai dari pengumpulan
data sampai proses penyusunan laporan. Untuk itu penulis mengucapkan banyak
terimakasih kepada:

Bapak Dr. Ing. Ahmad Taqwa, M.T., selaku Direktur Politeknik Negeri Sriwijaya.

1. Bapak Ir. Iskandar Lutfi, M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro
Politeknik Negeri Sriwijaya.
2. Bapak Desta Andika Pratama, S.T., M.T., selaku Sekretaris Jurusan Teknik
Elektro Politeknik Negeri Sriwijaya.
3. Bapak Anton Firmansyah, S.T., M.T., selaku Ketua Program Studi Teknik
Listrik Politeknik Negeri Sriwijaya.
4. Bapak Sutan Marsus, S.ST., M.T selaku Pembimbing Laporan Akhir di
Politeknik Negeri Sriwijaya.
5. Bapak Teddy Triadi selaku Manager di PT. PLN (Persero) ULP Muara Sabak
sekaligus sebagai mentor 1.
6. Bapak Iwan sulianto selaku Supervisor Teknik PT. PLN (Persero) ULP
Muara Sabak sekaligus mentor 2.
7. Kepada bapak Wididio selaku Supervisor di PT. PLN (Persero) Muara Sabak
selaku pemotivator.
8. Kak Kevin Nigel S. selaku Staff Teknik PT. PLN (Persero) ULP Muara Sabak
sekaligus sebagai pendamping dan pemotivasi.

vi
9. Seluruh anggota yantek di PT. PLN (Persero) ULP Muara Sabak yang
mendampingi kegiatan lapangan
10. Kedua orang tua dan semua anggota keluarga kami yang selalu memberikan
dukungan moril maupun materil.
11. Muhammad Fatra, Dilesa Puja Susanti, Arisna Defayani, Darun Nafis, Putra
Muhammad selaku teman yang membantu pembuatan laporan saya.
12. Muhammad Lazuardi selaku rekan kerja Praktek di ULP Muara Sabak.
13. Muhammad Ridho, Nandito Prabowo, Irza Fahdiar, Adinda Anisyah Putri
selaku teman sekaligus saudara yang memberikan masukan.
14. Adik – adik kelas 4 LN Polsri angkatan 2021
15. Teman – Teman seperjuangan 6 LN Polsri Angkatan 2020
Penulis menyadari bahwa Laporan Kerja Praktek ini masih belum
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk penyempurnaan Laporan Akhir ini. Semoga Allah SWT
senantiasa memberikan ridho-Nya kepada penulis dan kepada kita semua,
Aamiin.

Palembang, Agustus 2023

Penulis

vii
DAFTAR ISI
MOTTO ................................................................................................................ iii

ABSTRAK ............................................................................................................ iv

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL............................................................................................... xvi

LAMPIRAN ....................................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Tujuan Penulisan ........................................................................................... 2

1.2 Manfaat ......................................................................................................... 2

1.3 Rumusan Masalah.......................................................................................... 2

1.4 Pembatasan Masalah...................................................................................... 2

1.5 Metodologi Penulisan .................................................................................... 2

1.6 Sistematika Penulisan .................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 5

2.1 Pengertian Sistem Distribusi Tenaga Listrik ................................................ 5

2.2 Pengelompokan Jaringan Tenaga Listrik....................................................... 6

2.2.1 Bagian Pembangkit (Generator) ................................................................. 6

2.2.2 Bagian Penyaluran (Transmisi) .................................................................. 6

2.2.3 Bagian Distribusi Primer ............................................................................ 6

2.2.4 Bagian Distribusi Sekunder ........................................................................ 7

2.3 Jaringan Sistem Distribusi Primer ................................................................. 7

2.4 Jaringan Sistem Distribusi Sekunder ............................................................. 8

2.5 Macam Macam Beban.................................................................................... 9

viii
2.5.1 Beban Resistif ............................................................................................. 9

2.5.2 Beban Induktif .......................................................................................... 10

2.5.3 Beban Kapasitif ........................................................................................ 11

2.6 Tipe – Tipe Jaringan Distribusi ................................................................... 12

2.6.1 Sistem Radial ............................................................................................ 12

2.6.2 Sistem Ring/Loop ..................................................................................... 13

2.6.3 Sistem Spindel .......................................................................................... 14

2.6.4 Sistem Mesh.............................................................................................. 14

2.7 Macam-Macam Gardu Distribusi ................................................................ 15

2.7.1 Gardu Distribusi........................................................................................ 15

2.7.2 Gardu Beton .............................................................................................. 16

2.7.3 Gardu Portal .............................................................................................. 16

2.7.4 Gardu Cantol............................................................................................. 17

2.7.5 Gardu Kiost ............................................................................................... 17

2.7.6 Gardu Mobil.............................................................................................. 18

2.7.7 Gardu Hubung .......................................................................................... 18

2.8 Transformator .............................................................................................. 19

2.9 Transpormator Distribusi ............................................................................. 20

2.10 Ketidakseimbangan Beban ........................................................................ 21

2.11 Pola Pembebanan Transformator ............................................................... 23

2.12 Perhitungan Pembebanan Transformator Pada Setiap Jurusan ................. 24

2.12.1 Persentase Pembebanan Trafo ............................................................... 24

2.13 Up-Rating Transformator .......................................................................... 25

2.14 Daya Listrik ............................................................................................... 26

2.14.1 Daya Aktif .............................................................................................. 26

ix
2.14.2 Daya Reaktif ......................................................................................... 27

2.14.3 Daya Semu ........................................................................................... 28

2.14.4 Segitiga Daya ....................................................................................... 28

2.15 Losses (rugi-rugi) Akibat Adanya Arus Netral pada Penghantar Netral
Transformator .............................................................................................. 29

2.16 Komponen Utama Gardu Portal ............................................................. 30

2.16.1 FCO (Fuse Cut Out) ............................................................................. 30

2.16.2 LA (Lightning Arrester) ....................................................................... 31

2.16.3 Trafo Distribusi .................................................................................... 31

2.16.4 Panel Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB TR) ............................... 32

2.16.5 Saklar Utama ........................................................................................ 32

2.16.6 NH Fuse ............................................................................................... 33

2.16.7 Busbar (Rel Tembaga).......................................................................... 33

2.16.8 Sistem Pentanahan (Grounding) .......................................................... 34

2.17 Efisiensi Trafo ......................................................................................... 34

BAB III Metodologi Penelitian .......................................................................... 36

3.1 Gardu JF0066 ............................................................................................ 36

3.2 SpesifikasiTrafo pada Gardu JF0066 ........................................................ 36

3.2.1 Nameplate pada Gardu JF0066 .............................................................. 36

3.3 SOP Penyeimbangan Beban ...................................................................... 38

3.4 Metode Penelitian ...................................................................................... 39

3.4.1 Studi Literatur......................................................................................... 39

3.4.2 Observasi Lapangan ............................................................................... 39

3.4.3 Pengumpulan Data ................................................................................. 39

3.4.4 Analisi Sistem......................................................................................... 40

x
3.4.5 Fokus Penelitian ........................................................................................ 40

3.5 Tempat dan Waktu Pelaksanaan .................................................................. 40

3.6 Peralatan Bantu ............................................................................................ 40

3.7 Prosedur Penelitian ...................................................................................... 40

3.8 Langkah Kerja Penelitian ............................................................................ 41

3.8.1 Langkah Kerja .......................................................................................... 41

3.9 Data Pengukuran Beban Siang Sebelum Diseimbangkan ........................... 42

3.10 Data Pengukuran Beban Malam Sebelum Diseimbangkan ....................... 44

3.11 Data Pengukuran Beban Siang Setelah Diseimbangkan ........................... 47

3.12 Data Pengukuran Beban Malam Setelah Diseimbangkan ......................... 49

3.13 Flowchart Diagram.................................................................................... 52

BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................... 53

4.1 Pembahasan ........................................................................................... 53

4.2 Perhitungan Siang Hari Sebelum Diseimbangkan ................................ 53

4.2.1 Perhitungan Beban Puncak .................................................................... 53

4.2.2 Perhitungan Pada tiap Fasa ................................................................... 54

4.2.3 Perhitungan Beban Pada Trafo ............................................................... 54

4.2.4 perhitungan Ketidakseimbangan Beban Trafo ....................................... 55

4.2.5 Perhitungan Ketidakseimbangan Beban Perfasa .................................... 55

4.2.6 Persentase Ketidakseimbangan Beban .................................................. 56

4.2.7 Perhitungan Rugi – rugi Daya Pada Netral ............................................ 57

4.2.8 Efisiensi Transformator .......................................................................... 58

4.3 Perhitungan Beban Malam Hari Sebelum Diseimbangkan ................... 59

4.3.1 Perhitungan Beban Puncak..................................................................... 59

4.3.2 Perhitungan Pada Tiap Fasa ................................................................... 59

xi
4.3.3 Perhitungan beban Pada Trafo .............................................................. 60

4.3.4 Perhitungan Ketidakseimbangan Beban Trafo ....................................... 60

4.3.5 Perhitungan Ketidakseimbangan Beban Perfasa .................................... 60

4.3.6 Persentase Ketidakseimbangan Beban .................................................. 61

4.3.7 Perhitungan Rugi – rugi Daya Pada Netral ............................................ 62

4.3.8 Efisiensi Transformator .......................................................................... 64

4.4 Perhitungan Beban Siang Hari Setelah Diseimbangkan ........................ 65

4.4.1 Perhitungan Beban puncak .................................................................... 66

4.4.2 Perhitungan Pada tiap Fasa .................................................................... 66

4.4.3 Perhitungan Beban pada Trafo ................................................................ 67

4.4.4 Perhitungan Ketidakseimbangan Beban Trafo ........................................ 67

4.4.5 Perhitungan Ketidakseimbangan Beban Perfasa .................................... 67

4.4.6 Persentase Ketidakseimbangan Beban ................................................... 68

4.4.7 Perhitungan Rugi – rugi Daya pada Netral............................................. 69

4.4.8 Efisiensi Transformator .......................................................................... 70

4.5 Perhitungan Beban Malam Hari Setelah Diseimbangkan ..................... 72

4.5.1 Perhitungan Beban puncak .................................................................... 72

4.5.2 Perhitungan Pada tiap Fasa .................................................................... 72

4.5.3 Perhitungan Beban pada Trafo ................................................................ 73

4.5.4 Perhitungan Ketidakseimbangan Beban Trafo ........................................ 73

4.5.5 Perhitungan Ketidakseimbangan Beban Perfasa .................................... 73

4.5.6 Persentase Ketidakseimbangan Beban ................................................... 74

4.5.7 Perhitungan Rugi – rugi Daya pada Netral............................................. 75

4.5.8 Efisiensi Transformator .......................................................................... 76

4.6 Analisa ................................................................................................... 78

xii
4.6.1 Beban Sebelum Diseimbangkan............................................................. 78

4.6.2 Beban Setelah Diseimbangkan ................................................................ 79

4.6.3 Ketidakseimbangan Beban Sebelum Diseimbangkan .............................. 79

4.6.4 Ketidakseimbangan Beban Setelah Diseimbangkan ................................ 80

4.6.5 Rugi – rugi Daya Sebelum Diseimbangkan ............................................. 80

4.6.6 Rugi – rugi Daya Setelah Diseimbangkan ............................................... 81

4.6.7 Efisiensi Sebelum Diseimbangkan .......................................................... 81

4.6.8 Efisiensi Setelah Diseimbangkan ............................................................. 82

BAB V Kesimpulan dan Saran ......................................................................... 83

5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 84

5.2 Saran ....................................................................................................... 85

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 86

LAMPIRAN ......................................................................................................... 88

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Line Diagram sistem tegangan tenaga listrik .................................... 5

Gambar 2.2 Sistem Tenaga Listrik........................................................................ 7

Gambar 2.3 Bagian Sistem Distribusi Primer ........................................................ 8

Gambar 2.4 Bagian Sistem Distribusi Sekunder ................................................... 9

Gambar 2.5 Beban Resistif ................................................................................. 10

Gambar 2.6 Beban Induktif ................................................................................. 10

Gambar 2.7 Beban Kapasitif ............................................................................... 11

Gambar 2.8 Sistem Radial................................................................................... 13

Gambar 2.9 Sistem Loop/Ring............................................................................ 14

Gambar 2.10 Sistem Spindel ................................................................................. 14

Gambar 2.11 Gambar Mesh ................................................................................. 15

Gambar 2.12 Gardu Beton ................................................................................... 16

Gambar 2.13 Gardu Portal dan Diagram Satu Garis Gardu Portal ...................... 16

Gambar 2.14 Gardu Cantol ................................................................................... 17

Gambar 2.15 Gardu Kiost dan Mobil Deteksi ..................................................... 18

Gambar 2.16 Gardu Mobil ................................................................................... 18

Gambar 2.17 Gardu Hubung ................................................................................ 19

Gambar 2.18 Transformator Tipe Cangkang ....................................................... 20

Gambar 2.19 Transformator Tipe Inti .................................................................. 20

Gambar 2.20 Vektor Diagram Arus ..................................................................... 21

Gambar 2.21 Segitiga Daya ................................................................................. 21

Gambar 2.22 Fuse Link dan Cut Out ................................................................... 30

Gambar 2.23 Lightning arrester .......................................................................... 31

xiv
Gambar 2.24 Transformator Distribusi ................................................................ 31

Gambar 2.25 PHB TR .......................................................................................... 32

Gambar 2.26 Saklar Utama .................................................................................. 32

Gambar 2.27 NH Fuse ......................................................................................... 33

Gambar 2.28 Busbar............................................................................................. 34

Gambar 3.1 Nameplate Trafo pada Grdu JF0066 ................................................ 35

Gambar 3.2 Single Line dari Penyulang Sepat .................................................... 36

Gambar 3.3 Data Pengukuran Siang Beban R Jurusan B .................................... 41

Gambar 3.4 Data Pengukuran Siang Beban S Jurusan B ..................................... 41

Gambar 3.5 Data Pengukuran Siang Beban T Jurusan B..................................... 41

Gambar 3.6 Data Pengukuran Siang Beban N Jurusan B .................................... 42

Gambar 3.7 Data Pengukuran Siang Beban R Jurusan D .................................... 42

Gambar 3.8 Data Pengukuran Siang Beban S Jurusan D..................................... 42

Gambar 3.9 Data Pengukuran Siang Beban T Jurusan D .................................... 43

Gambar 3.10 Data Pengukuran Siang Beban N Jurusan D .................................. 43

Gambar 3.11 Data Pengukuran Malam Beban R Jurusan B ................................ 43

Gambar 3.12 Data Pengukuran Malam Beban S Jurusan B................................. 44

Gambar 3.13 Data Pengukuran Malam Beban T Jurusan B ................................ 44

Gambar 3.14 Data Pengukuran Malam Beban N Jurusan B ................................ 44

Gambar 3.15 Data Pengukuran Malam Beban R Jurusan D ................................ 45

Gambar 3.16 Data Pengukuran Malam Beban S Jurusan D ................................ 45

Gambar 3.17 Data Pengukuran Malam Beban T Jurusan D ................................ 45

Gambar 3.18 Data Pengukuran Malam Beban N Jurusan D ................................ 46

Gambar 3.19 Data Pengukuran Siang Beban R Jurusan B .................................. 46

Gambar 3.20 Data Pengukuran Siang Beban S Jurusan B ................................... 46

xv
Gambar 3.21 Data Pengukuran Siang Beban T Jurusan B................................... 47

Gambar 3.22 Data Pengukuran Siang Beban R Jurusan D .................................. 47

Gambar 3.23 Data Pengukuran Siang Beban S Jurusan D................................... 47

Gambar 3.24 Data Pengukuran Siang Beban T Jurusan D .................................. 48

Gambar 3.25 Data Pengukuran Malam Beban R Jurusan B ................................ 48

Gambar 3.26 Data Pengukuran Malam Beban S Jurusan B................................. 48

Gambar 3.27 Data Pengukuran Malam Beban T Jurusan B ................................ 49

Gambar 3.28 Data Pengukuran Malam Beban R Jurusan B ................................ 49

Gambar 3.29 Data pengukuran Malam Beban R Jurusan D ................................ 50

Gambar 3.30 Data Pengukuran Malam Beban S Jurusan D ................................ 50

Gambar 3.31 Data Pengukuran Malam Beban T jurusan D................................. 50

Gambar 3.32 Data Pengukuran Malam Beban N jurusan D ................................ 50

Gambar 3.33 Flowchart Diagram ........................................................................ 51

xvi
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Spesifikasi Trafo pada Gardu JF0066 ................................................... 36

Tabel 4.1 Data Pengukuran Beban Siang Hari .................................................... 52

Tabel 4.2 Data Pengukuran Beban Malam Hari .................................................. 59

Tabel 4.3 Data Pengukuran Beban Siang Hari..................................................... 65

Tabel 4.4 Data Pengukuran Beban Malam Hari .................................................. 72

Tabel 4.5 Data Beban Sebelum Diseimbangkan .................................................. 78

Tabel 4.6 Data Beban Sebelum Diseimbangkan .................................................. 78

Tabel 4.7 Data Beban Setelah Diseimbangkan .................................................... 79

Tabel 4.8 Data Beban Setelah Diseimbangkan ................................................... 79

Tabel 4.9 Data Ketidakseimbangan Beban Sebelum Diseimbangkan ................. 79

Tabel 4.10 Data Ketidakseimbangan Beban Sebelum Diseimbangkan ................ 79

Tabel 4.11 Data Ketidakseimbangan Beban Setelah Diseimbangkan .................. 80

Tabel 4.12 Data Ketidakseimbangan Beban Setelah Diseimbangkan .................. 80

Tabel 4.13 Data Ketidakseimbangan Rugi Netral Sebelum Diseimbangkan ....... 80

Tabel 4.14 Data Ketidakseimbangan Rugi Netral Sebelum Diseimbangkan ....... 80

Tabel 4.15 Data Ketidakseimbangan Rugi Netral Setelah Diseimbangkan .......... 81

Tabel 4.16 Data Ketidakseimbangan Rugi Netral Setelah Diseimbangkan.......... 81

Tabel 4.17 Data Efisiensi Trafo Sebelum Diseimbangkan ................................... 81

Tabel 4.18 Data Efisiensi Trafo Sebelum Diseimbangkan ................................... 81

Tabel 4.19 Data Efisiensi Trafo Setelah Diseimbangkan ..................................... 82

Tabel 4.20 Data Efisiensi Trafo Setelah Diseimbangkan ..................................... 82

xvii
LAMPIRAN

Lampiran 1 Proses Kegiatan

Lampiran 2 Lembar Rekomendasi Ujian Laporan Akhir

Lampiran 3 Lembar Kesepakatan Bimbingan Laporan Akhir Pembimbing 1

Lampiran 4 Lembar Kesepakatan Bimbingan Laporan Akhir Pembimbing 2

Lampiran 5 Lembar Konsultasi Bimbingan Laporan Akhir Pembimbing 1

Lampiran 6 Lembar Konsultasi Bimbingan Laporan Akhir Pembimbing 1

Lampiran 7 Data Gardu JF0066

xviii
Politeknik Negeri Sriwijaya

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara keempat yang memiliki penduduk terbanyak di


dunia. Kebutuhan penduduk di indonesia seiring dengan zaman terus meningkat,
begitu juga dengan meningkatnya kebutuhan energi listrik di indonesia. Pada
zaman sekarang apalagi di musim pandemi saat ini, energi listrik merupakan
kebutuhan utama bagi keberlangsungan aktivitas manusia. Mulai dari aktivitas
dirumah, aktivitas perkuliahan, bahkan aktivitas industri yang sangat
memerlukan tenaga listrik. Hal ini disebabkan karena tenaga listrik mudah untuk
disalurkan dan mudah untuk di ubah ke energi lain. Penyediaan tenaga listrik
yang stabil dan terus menerus (kontinyu) merupakan syarat mutlak yang harus di
penuhi dalam tenaga listrik. PT. PLN (Persero) adalah Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) yang bergerak di bidang jasa penyedia listrik untuk masyarakat.
Namun dalam memenuhi kebutuhan tenaga listrik tersebut, sering terjadi
pembagian-pembagian beban yang pada awal nya merata tetapi karena
ketidakserempakan waktu penyalaan beban-beban tersebut maka menimbulkan
ketidakseimbangan beban yang berdampak pada penyediaan tenaga listrik.
Selain ketidakserempakan pemakaian beban, pengkoneksiaan yang tidak
seimbang pada fasa R, S, dan T juga merupakan factor lain yang mempengaruhi.
Fonomena arus netral pada trafo distribusi sering sekali terjadi di PT. PLN
(Persero) ULP Muara Sabak Jambi, arus netral ini dapat timbul di karenakan
terjadinya ketidakseimbangan beban yang dapat menimbulkan losses (Rugi-
rugi) oleh sebab itu penulis membuat judul Analisa ketidakseimbangan beban
transformator distribusi pada JF0066 di PT. PLN (Persero) ULP Muara Sabak
Jambi.

1
2

Politeknik Negeri Sriwijaya

1.1 Tujuan Penulisan

terjadinya Adapun tujuan penulisan tugas akhir ini adalah:


1. Mengetahui Rugi – rugi (losses).
2. Mengetahui kenapa terjadinya ketidakseimbangan beban.
3. Mengetahui kapan beban puncak.

1.2 Manfaat

Adapun Manfaat dalam tugas akhir ini adalah:


1. Dapat menghitung rugi – rugi (losses) beban.
2. Dapat mengetahui terjadinya beban yang tidak seimbang.
3. Dapat mengetahui kapan itu beban puncak.

1.3 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam tugas akhir ini adalah:


1. Bagaimana cara menghitung rugi – rugi (losses) beban.
2. Bagaimana cara mengetahui terjadinya beban yang tidak seimbang.
3. Bagaimana cara mengetahui kapan itu beban puncak.

1.4 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari pembahasan yang meluas, maka penulis


membatasipermasalahannya yaitu sebagai berikut:
1. Menganalisa dampak dari ketidakseimbangan beban
2. Tidak membahas teknis pemasangan
3. Membahas ketidakseimbangan beban
4. Membahas analisa pengaruh ketidakseimbangan beban

1.5 Metodologi Penulisan

a. Studi literatur
Mengumpulkan teori – teori dasar dan teori pendukung dari berbagai
sumber dan memperoleh materi dari buku – buku referensi yang berada
3

Politeknik Negeri Sriwijaya

di perpustakaan kampus, situs internet maupun di PT. PLN (Persero)


Jambi yang menyangkut pada kajian yang akan di bahas.
b. Metode Observasi

Melakukan pengamatan langsung pada objek yang dibahas serta


mengumpulkan data – data sistem kelistrikan mengenai topik yang
berhubungan dengan penyusunan laporan akhir.
c. Metode diskusi

Melakukan diskusi mengenai topik yang dibahas dengan dosen


pembimbing yang telat ditetapkan oleh pihak Jurusan Teknik Elektro
program Studi D3 Teknik Listrik Politeknik Negeri Sriwijaya, serta pihak
pihak yang terkait dengan penyusunan laporan akhir ini.

1.6 Sistematika Penulisan


Penyusunan laporan akhir ini terdiri dari beberapa bagian saling berkaitan
danmengacu pada petunjuk penulisan laporan. Terbagi dalam 5 BAB yang
membahas sistem kerja teori – teori penunjang dan pengujiannya, baik
seluruh maupun sebagian. Berikut adalah rincian pembagian 5 BAB:
BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini menjelaskan secara garis besar latar belakang masalah dari penulisan
laporan akhir, perumusan masalah, tujuan dan manfaat, pembatasan masalah,
metode penulisan yang digunakan, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini menjelaskan tentang teori – teori pendukung mengenai


ketidakseimbang beban trafo dan rumus untuk mencari rugi – rugi (losses) pada
diPT. PLN (persero) Jambi.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi tentang keadaan umum serta prosedur yang digunakan dalam proses
pengambilan dan pengolahan data.
4

Politeknik Negeri Sriwijaya

BAB IV PEMBAHASAN

Pada bab ini menguraikan tentang cara mengetahui beban tidak seimbang dan
caramenghitung rugi – rugi daya pada transformator distribusi 20 KV di PT. PLN
(persero) Jambi.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran yang mengenai pokok – pokok
penting yang diperoleh dari penulisan laporan akhir.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
Politeknik Negeri Sriwijaya

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sistem Distribusi Tenaga Listrik1

Sistem Distribusi berfungsi sebagai penyalur energi listrik dari sumber


pembangkitan energi hingga sampai ke pelanggan atan konsumen. Adapun fungsi
utama dari sistem distribusi tenaga listik yakni:
a. Membagikan atau mendistribusikan energi listrik ke beberapa tempat
atau kepada konsumen.
b. Merupakan sistem tenaga listrik yang mempunyai hubungan langsung
kepadapara pelanggan atau konsumen.
Dengan menaikkan tegangan listrik, maka kerugian-kerugian daya listrik
pada saluran transmisi akan semakin minimal. Dari saluran transmisi, tegangan
akan diturunkan menjadi 20 KV dengan tafo penurun tegangan yang terdapat pada
gardu induk distribusi, kemudian dengan menggunakan sistem tegangan tersebut,
penyaluran tenaga daya listrik selanjutnya dilakukan oleh saluran distribusi utama
atau primer. Dari saluran distribusi utama atau primer ini, maka gardu distribusi
akan mengambil tegangan listrik untuk kemudian diturunkan tegangan nya
denganmenggunakan trafo distibusi menjadi suatu sistem tegangan rendah, yaitu
220/380 V yang selanjutnya akan disalurkan oleh jaringan distribusi sekunder
kepadapelanggan-pelanggan atau konsumen.

Gambar 2.1 Line Diagram sistem tegangan tenaga listrik.

1
Syufrijal, Readysal Monantun, Jaringan Distribusi Tenaga Listrik, Kementrian Pendidikan Dasar
Menengah dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2014, hlm. 15.

5
6

Politeknik Negeri Sriwijaya

2.2 Pengelompokan Jaringan Tenaga Listrik

Pengelompokan jaringan tenaga listrik serta pembatasan-pembatasannya di


lakukan seperti pada gambar di atas:
2.2.1 Bagian Pembangkit (Generator)

Pembangkit listrik bekerja dengan mengubah energi potensial menjadi


energi mekanik yang dimana energi mekanik ini akan digunakan untuk
menghasilkan energi listrik. Jadi generator ini berfungsi untuk mengubah energi
potensial. Energi potensial ini menggerakan turbin yang dimana turbin ini akan
menghasilkan energi mekanik. Energi mekanik ini akan digunakan untuk
menghasilkan energi listrik.
2.2.2 Bagian Penyaluran (Transmisi)

Sistem Transmisi ini merupakan penyaluran energi listrik dari suatu tempat
ke tempat yang lainnya atau dari pembangkit listrik ke Gardu induk. Sebelum
energi listrik disalurkan, hal pertama yang dilakukan adalah menaikkan tegangan
yang di suplay dari generator menjadi 70 KV, 150 KV dan 500 KV. Karena
tegangan pada generator hanya mengeluarkan tegangan yang berkisar 6,6 KV –
24 KV. Tujuan untuk menaikan suplay tegangan ini bertujuan untuk mengurangi
rugi – rugi daya pada saluran transmisi dan juga untuk mengimbangi jauhnya jarak
saluran transmisi karena semakin panjang kabel maka tegangan akan semakin
susut. Energi listrik ini di transmisikan melalui SUTT (Saluran Utama Tegangan
Tinggi) dan SUTET (Saluran Utama Tegangan Extra Tinggi).
2.2.3 Bagian Distribusi Primer

Distribusi primer ini disalurkan dari gardu induk (GI) di sisi sekunder trafo
daya ke gardu distribusi (sisi primer) atau dari gardu induk langsung ke konsumen
tegangan menengah 20 KV yang dimana tegangan ini diturunkan terlebih dahulu
ke 20 KV melalui transformator step down. Contoh dari konsumen ini adalah
Rumah Sakit, Mall, dan lain-lain.
7

Politeknik Negeri Sriwijaya

2.2.4 Bagian Distribusi Sekunder

Distribusi sekunder ini di salurkan dari gardu induk (sisi sekunder trafo
distribusi) ke konsumen tegangan rendah. Energi ini disalurkan melalui
penyulang – penyulang yang berupa saluran udara tegangan rendah (SUTR) atau
Saluran Kabel Tegangan Rendah (SKTR). Penyulang ini biasanya terletak pada
dekat gardu induk yang dimana dari penyulang ini akan masuk ke jurusan listrik
setempat atau akan masuk ke kubikel. Fungsi gardu distribusi ini untuk
menurunkan tegangan daridistribusi primer menuju ke distribusi sekunder dengan
tegangan 220/380 Volt.

Gambar 2.2 Sistem Tenaga Listrik.

2.3 Jaringan Sistem Distribusi Primer

Sistem jaringan distribusi primer atau sering disebut jaringan distribusi


tegangan menengah (JDTM) terletak diantara gardu induk dengan gardu pembagi
(kubikel), yang memiliki tegangan sistem lebih dari tegangan terpakai untuk
konsumen. Standar tegangan untuk jaringan distribusi primer ini adalah 6 kV, 10
kV dan 20 kV (sesuai standar PLN). Sistem distribusi primer ini dibagi menjadi:
8

Politeknik Negeri Sriwijaya

a. Transformator daya, berfungsi untuk menaikkan dan menurunkan


tegangan
b. Pemutus Tegangan, berfungsi sebagai pengaman yaitu pemutus daya
c. Penghantar, berfungsi sebagai penghubung daya atau penyaluran daya
d. Gardu Hubung, berfungsi untuk menyalurkan daya ke gardu
distribusi tanpamengubah mengubah tegangan.

e. Gardu Distribusi, berfungsi untuk menurunkan tegangan 20 kV


menjaditegangan 220/380V.

Gambar 2.3 Bagian sistem distribusi primer

2.4 Jaringan sistem distribusi Sekunder

Sistem jaringan distribusi sekunder atau sering disebut jaringan distribusi


tegangan rendah (JDTM), merupakan jaringan yang berfungsi sebagai penyalur
energi listrik dari gardu pembagi (kubikel) ke pusat beban (konsumen tenaga
listrik). Besarnya standar tegangan jaringan untuk jaringan distribusi sekunder ini
adalah 127/220 Volt pada sistem lama, dan 220/380 Volt pada sistem baru untuk
perumahan, serta 440/550 Volt untuk keperluan industri.
9

Politeknik Negeri Sriwijaya

Gambar 2.4 Bagian sistem distribusi sekunder


Dari tata letaknya, dapat diketahui ialah diketahui bahwa sistem ini ialah
sitem yang berhubungan langsung dengan konsumen, sehingga sistem ini
memiliki fungsi menerima dan mengirimkan sumber listrik dari transformator
distribusi ke konsumen. Penyaluran daya listrik pada jaringan sekunder dapat
dibedakan menjadi dua yaitu;

a. SUTR ( Saluran Udara Tegangan Rendah ) merupakan jenis penghantar


yang digunakan tanpa isolasi, seperti AAAC (All Aluminium Alloy
Conductor ), dan ACSR ( Aluminum Conductors Steel Reinforced ).
b. SKTUR (Saluran Kabel Udara Tegangan Rendah) merupakan jenis
penghantar yang dipakai dengan isolasi seperti kabel LVTC (Low Voltage
Twisted Cable).

2.5 Macam – macam beban2

Macam – macam beban listrik antara lain :


2.5.1 Beban Resistif
Beban Resistif adalah sebuah peralatan listrik yang didalamnya terdapat
komponen yang bekerja dengan sistem resistansi. Jadi, jenis beban ini hanya
mengonsumsi daya aktif. Beban resistif tidak akan mengakibatkan perubahan pada
faktor daya, sehingga memiliki nilai cos phi yang tetap.

2
Jumadi, Analisis Pengaruh Jenis Beban Listrik Terhadap Kinerja Pemutus Daya Listrik di Gedung
Cyber Jakarta, dalam Jurnal Energi dan Kelistrikan, Vol. 7, No. 2, Juni – Desember, 108.
10

Politeknik Negeri Sriwijaya

Gambar 2.5 Gambar Beban Resistif


Adapun rumus daya pada beban resistif yaitu :
P = V x I ………………………………………………………………….(2.1)
Keterangan
P = Daya (Watt)
V = Tegangan (Volt)
I = Arus (Ampere)
2.5.2 Beban Induktif
Beban induktif adalah alat listrik yang menggunakan beban induktif biasanya
beroperasi dengan prinsip kerja induksi. Tidak hanya itu saja, alat listrik yang
menggunakan beban induktif juga memakai kawat penghantar. Umumnya kawat
ini dililitkan pada bagian inti kumparan untuk menghambat laju arus pada rangkaian
instalasi listrik. Karakteristik lain dari alat yag menggunakan beban induktif yakni
adanya daya harmonik yang dihasilkan. Daya ini nantinya bisa menyerap daya aktif
sekaligus daya reaktif dalam rangkaian. Akhirnya daya cosphi pada rangkaian
listrik juga akan mengalami penurunan.

Gambar 2.6 Beban Induktif


11

Politeknik Negeri Sriwijaya

Maka rumus untuk beban induktif satu fasa yaitu :


P = V x I x Cosphi ………………………………………………………….(2.2)
Dimana :
P = Daya (Watt)
V = Tegangan (Volt)
I = Arus (Ampere)
Coshphi = Faktor daya dengan nilai <1
Rumus untuk beban induktif 3 fasa yaitu :
P = V x I x Coshphi x √𝟑……………………..…………………………….(2.3)
Dimana :
P = Daya (Watt)
V = Tegangan (Volt)
I = Arus (Ampere)
Coshphi = Faktor daya dengan nilai <1
2.5.3 Beban kapasitif
Beban Resistif adalah alat-alat listrik yang bekerja dengan beban kapasitif
biasanya memiliki kemampuan kapasitansi. Bisa dikatakan kapasitansi yakni
tingkat kemampuan penyerapan energi listrik sementara. Jadi nantinya daya aktif
akan diserap dan sebaliknya daya reaktif ini akan dihilangkan.

Gambar 2.7 Beban Kapasitif


12

Politeknik Negeri Sriwijaya

Maka rumus untuk beban kapasitif satu fasa yaitu :


P = V x I x Cosphi …..…………………………………………………….(2.4)
Dimana :
P = Daya (Watt)
V = Tegangan (Volt)
I = Arus (Ampere)
Coshphi = Faktor daya dengan nilai <1
Rumus untuk beban kapasitif 3 fasa yaitu :
P = V x I x Coshphi x √𝟑…………………………………………………(2.5)
Dimana :
P = Daya (Watt)
V = Tegangan (Volt)
I = Arus (Ampere)
Coshphi = Faktor daya dengan nilai <1
Sehingga alat-alat yang berkerja dengan sistem ini memang biasanya
digunakan untuk memperbaiki faktor daya. Namun tentunya dalam kapasitas
tertentu, justru alat yang beroperasi dengan beban kapasitif juga berfungsi untuk
memperkecil nilai cosphi.
2.6 Tipe – Tipe Jaringan Distribusi3

Ada beberapa tipe – tipe jaringan distribusi, antara lain


2.6.1 Sistem Radial
Merupakan jaringan distribusi primer yang sederhana dan murah biaya
investasinya. Pada jaringan ini arus yang paling besar adalah yang paling dekat
dengan Gardu Induk. Tipe ini dalam penyaluran energi listrik kurang handal karena
bila terjadi gangguan pada penyulang maka akan menyebabkan terjadinya
pemadaman pada penyulang tersebut.
Kelebihan:
a. Lebih Murah Biaya investasinya
b. Lebih sederhana pengendalian dan sistemnya

3
https://iaeeta.org/2017/09/29/tipe-tipe-jaringan-distribusi-listrik/, (diakses 15 juni 2022)
13

Politeknik Negeri Sriwijaya

Kekurangan:
a. Kuliatan listrik yang kurang baik.
b. Jika mengalami gangguan pada satu titik maka semua titik yang lain akan
padam.

Gambar 2.8 Sistem Radial


2.6.2 Sistem Ring/Loop
Tipe ini merupakan jaringan distribusi primer, gabungan dari dua tipe
Jaringan radial dimana ujung kedua jaringan dipasang PMT. Pada keadaan normal
tipe ini bekerja secara radial dan pada saat terjadinya gangguan PMT dapat
dioperasikan sehingga gangguan dapat terlokalisir. Tipe ini lebih handal dalam
penyaluran tenaga listrik dibandingkan tipe radial namun biaya investasinya lebih
mahal.
Kelebihan:
a. Kualitas listrik lebih baik/handal
b. Jika mengalami gangguan pada satu titik maka titik yang lain dapat di aliri
arus listrik dari PMT yang lain.
Kekurangan:
a. Lebih Mahal biaya investasinya.
b. Lebih rumit pengendalian dan sistemnya.
14

Politeknik Negeri Sriwijaya

Gambar 2.9 Sistem Loop/Ring


2.6.3 Sistem Spindel
Jaringan ini merupakan jaringan distribusi primer gabungan dari struktur
radial yang ujung – ujungnya dapat disatukan pada gardu hubung dan terdapat
penyulang express. Penyulang express (express feeder) ini harus selalu dalam
keadaan bertegangan dan siap terus menerus untuk menjamin bekerjanya sistem
dalam menyalurkan energi listrik ke beban pada saat terjadi gangguan atau
pemeliharaan. Dalam keadaan normal tipe ini beroperasi secara radial.

Gambar 2.10 Sistem Spindel


2.6.4 Sistem Mesh
Struktur jaringan distribusi ini dibentuk dari beberapa Gardu Induk yang
saling berhubungan sehingga daya beban disuplai oleh lebih dari satu gardu induk
dibandingkan dengan dua tipe sebelumnya, tipe ini lebih handal dan biaya
investasinya lebih mahal.
15

Politeknik Negeri Sriwijaya

Gambar 2.11 Gambar Mesh

2.7 Macam – macam gardu distribusi4

2.7.1 Gardu Distribusi

Gardu distribusi merupakan bangunan instalasi yang terdiri atas peralatan


seperti, pemutus, pengaman, penghubung dan trafo distribusi yang digunakan untuk
menyalurkan tenaga listrik yang dibutuhkan konsumen. Perlatan ini berfungsi untuk
menunjang pencapaian penyaluran tenaga listrik untuk menjamin kontinuitas dan
mutu yang tinggi serta keselamatan bagi makhluk hidup. Gardu distribusi
memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Menyalurkan tenaga listrik ke konsumen tegangan rendah
b. Sebagai papan hubung bagi tegangan rendah (PHB TR)
Pada gardu Distribusi biasanya digunakan trafo distribusi yang fungsinya
untuk menurunkan tegangan listrik dari jaringan distribusi tegangan tinggi menjadi
tegangan rendah yang terpakai pada jaringan distribusi tegangan rendah (step down
transformator). misalkan tegangan 20 KV menjadi tegangan 380 Volt atau 220 Volt.
Sedangkan trafo yang digunakan untuk menaikan tegangan energi listrik atau
transformator (step up), biasanya digunakan ketika pusat pembangkit tenaga listrik
supaya tegangan yang di distribusikan pada satu jaringan panjang dan tidak
mengalami penurunan tegangan energi listrik yang berarti tidak melebihi ketentuan
kelebihan tegangan yang diperkenankan adalah 5% dari tegangannya yang semula.

4
Wahyudi Sarimun, Buku Saku Pelayanan Teknik, Depok : Garamond, 2014, hal. 34
16

Politeknik Negeri Sriwijaya

2.7.2 Gardu Beton

Gardu Beton adalah gardu distribusi yang terbuat dari tembok dengan atap
yang cor dari semen, gardu ini memiliki komponen berupa trafo dan alat
proteksi/pengaman pada gardu tersebut. Gardu beton ini memiliki PIEL BANJIR
yang berfungsi untuk mengetahui batas ketinggian air disekitar lingkungan gardu
distribusi.

Gambar 2.12 Gardu Beton


2.7.3 Gardu Portal
Gardu Portal pada umumnya digunakan dengan penghantar saluran udara
teganga menengah (SUTM). Kapasitas trafo pada gardu distribusi ini adalah 100
kVA, 250 kVA, 315 kVA dan 400 kVA dengan trafo yang kedap air.
Pemasangan trafo ini harus dilengkapi dengan NH FUSE (pengaman pada
trafo sisi TM), Arrester = 24 kV, 5 kA atau 10 kA, Pembumian yang harus (<3
Ω), dan PHB TR yang harus dipasang pada gardu distribusi.

Gambar 2.13 Gardu Portal dan diagram satu garis gardu portal
17

Politeknik Negeri Sriwijaya

2.7.4 Gardu Cantol

Pada gardu distribusi tipe cantol, trafo tenaga yang terpasang adalah trafo
tenaga dengan daya <100 kVA (3 fasa atau 1 fasa). Trafo tenaga terpasang adalah
jenis CSP (completely self protected transformer) yaitu peralatan switching dan
proteksinya sudah terpasang lengkap dalam tangki trafo tenaga. Perlengkapan
perlindungan trafo tenaga tambahan LA (lightining arrester) dipasang terpisah
dengan penghantar pentanahannya yang dihubung langsung dengan beban
transformator. Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB TR) dengan
maksimal 2 jurusan dengan saklar pemisah pada sisi masuk dan sisi pengaman
lebur(type NH) sebagai pengaman jurusan.

Gambar 2.14 Gardu Cantol


2.7.5 Gardu Kiost
Gardu tipe ini adalah bangunan prefabricated terbuat dari kontruksi baja,
fiberglass atau kombinasi nya, yang dapat di rangkai di lokasi rencana
pembangunan gardu distribusi. Terdapat beberapa jenis konstruksi, yaitu kiost
kompak, kiost modular, dan kios bertingkat. Gardu kiost, umumnya dipergunakan
untuk pasokan listrik yang bersifat sementara.

Mobil deteksi adalah mobil yang berisi peralatan deteksi untuk mencari titik
gangguan di saluran kabel bawah tanah yang mempergunakan tegangan DC 50kV.
Pekerjaan deteksi adalah pekerjaan yang mengusut titik gangguan di saluran
kabeltegangan menengah, dimana tegangan impuls diperoleh dari mobil deteksi
dengantegangan DC 50 kV yang ditempatkan di gardu Induk atau gardu tengah
(sistem spidle), untuk mengubah titik gangguan ada petugas yang memonitor di
jaringandengan alat penangkap impuls.
18

Politeknik Negeri Sriwijaya

Gambar 2.15 Gardu kiost dan mobil deteksi

2.7.6 Gardu Mobil

Pemakaian gardu mobil ini bersifat sementara, hanya untuk mengatasi


adanyapemadaman listrik karena adanya kerusakan pada gardu distribusi (trafo
tenaga, kubikel, dan lain-lain). Pasokan listriknya mempergunakan tegangan
rendah 220 – 380 Volt.

Gambar 2.16 Gardu mobil


2.7.7 Gardu hubung

Pemakaian gardu hubung dipergunakan untuk jaringan kabel tanah yang


mempergunakan sistem spidle atau jaringan udara. Khusus jaringan ini udara
(SUTM) sebaiknya kubikel keluar di lengkapi dengan pengaman OCR dan GFR
dan pasokannya tenaga listrik, sebagai cadangan jaringan bila SUTM terjadi
gangguan hubung singkat dapat manuver ke pasokan tenaga listrik lain atau
jaringan lain. Gardu hubung ini juga sering di sebut dengan kubikel. Kubikel
19

Politeknik Negeri Sriwijaya

adalah unit peralatan listrik yang dipasang pada gardu distribusi, yang bersifat
sebagai pembagi, pemutus, penghubung dan proteksi sistem instalasi listrik
tegangan menengah 20 kV. Kubikel 20 kV dipasang dalam ruangan gardu
distribusi listrik atau GH.

Gambar 2.17 Gardu Hubung

2.8 Transformator

Transformator adalah suatu peralatan listrik elektromagnetik statis yang


berfungsi untuk memindahkan dan mengubah daya listrik dari suatu rangkain
listrik ke rangakain listrik lainnya, dengan frekuensi yang sama melalui suatu
gandenganmagnet berdasarkan prinsip induksi elektromagnetis
Pada umumnya transformator terdiri atas sebuah inti, yang terbuat dari besi
berlapis dan dua buah kumparan, yaitu kumparan sisi primer dan kumparan sisi
sekunder. Rasio perubahan tegangan tergantung pada kedua kumparan itu.
Biasanya kumparan terbuat dari kawat tembaga yang dibelit di seputar kaki inti
transformator. Berdasarkan letak kumparan terhadap inti, transformator terdiri
dari dua macam kontruksi, yaitu tipe inti (core type) dan type cangkang (shell
type). Kedua tipe ini menggunakan inti berlaminasi yang terisolasi satu sama
lainnya dengan tujuan untuk mengurangi rugi – rugi.
20

Politeknik Negeri Sriwijaya

Gambar 2.18 Transformator tipe cangkang.

Gambar 2.19 Transformator tipe inti


.

2.9 Transformator distribusi

Transformator distribusi adalah salah satu peralatan yang memiliki peran


penting dalam sistem distribusi tenaga listrik. Tegangan menengah pada direduksi
menjadi tegangan rendah oleh transformator distribusi. Pada umumnya
transformator distribusi yang digunakan adalah transfomator step-down 20
kV/400
V. 380 V merupakan tegangan antara fasa pada sistem jaringan tegangan rendah.
Untuk mengurangi terjadinya rugi dropvoltage, maka tegangan pada rak dibuat
diatas 380 V sehingga tegangan pelanggan yang berada di ujung saluran tidak
lebihkecil dari 380 V.
Kontinuitas penyaluran tenaga listrik akan terganggu akibat kerusakan pada
transformator sehigga akan menyebabkan pemutusan atau pemadaman dalam
penyaluran energi listrik. Pemadaman merupakan suatu kegiatan
yangmenyebabkan biaya – biaya pembangkitan akan meningkat tergantung biaya
21

Politeknik Negeri Sriwijaya

kwh yang tidak tejual. Pemeliharaan rating trafo distribusi harus disesuaikan
dengan kebutuhan yang ada agar nilai jatuh tegangan yang jika penempatannya
kurang baik berpengaruh pada konsumen.

2.10 Ketidakseimbangan Beban5

Ketidakseimbangan adalah suatu keadaan yang terjadi apabila salah satu atau
semua fasa pada transformator mengalami perbedaan. Perbedaan ini bisa dilihat
dari besarnya vektor arus/tegangan dan sudut dari masing-masing fasa tersebut.
Yang dimaksud dengan keadaan seimbang adalah suatu keadaan di mana:
a. Ketiga vektor arus / tegangan sama besar.
b. Ketiga vektor saling membentuk sudut 120º satu sama lain.

Sedangkan yang dimaksud dengan keadaan tidak seimbang adalah keadaan di


mana salah satu atau kedua syarat keadaan seimbang tidak terpenuhi.
Kemungkinan keadaan tidak seimbang ada 3 yaitu:
a. Ketiga vektor sama besar tetapi tidak membentuk sudut 120º satu sama lain.
b. Ketiga vektor tidak sama besar tetapi membentuk sudut 120º satu sama lain.
c. Ketiga vektor tidak sama besar dan tidak membentuk sudut 120º satu sama

Gambar 2.20 Vektor Diagram Arus

5
Julius Sentosa Setiadji dkk., Pengaruh Ketidakseimbangan Beban Terhadap Arus Netral dan
Losses Pada Trafo Distribusi, dalam Jurnal Teknik Elektro, Vol. 6, No. 1, Maret 2006: 68-73
22

Politeknik Negeri Sriwijaya

Pada gambar diatas di sebelah kiri menunjukkan diagram vektor arus dalam
keadaan seimbang. Disini terlihat bahwa penjumlahan ketiga vektor arusnya (IR,
IS, IT) adalah sama dengan nol sehingga tidak muncul arus netral (IN). Gambar
2.13 sebelah kanan menunjukkan vektor diagram arus yang tidak seimbang.
Disini terlihat bahwa penjumlahan ketiga vektor arusnya (IR, IS, IT) tidak sama
dengan nol sehingga muncul sebuah besaran yaitu arus netral (IN) yang besarnya
bergantung dari beberapa besar faktor ketidakseimbangannya.
Misalnya daya sebesar P disalurkan melalui suatu saluran dengan
penghantar netral. Apabila pada penyaluran daya ini arus-arus fasa dalam keadaan
seimbang, maka besarnya daya dapat dinyatakan sebagai berikut :
P = 3 . Vp . Ip . cos ϕ

Dimana :

P = daya transformator 3
fasa (W)Vp = tegangan fasa-netral
(Volt) cos ϕ = faktor daya

Jika [I] adalah besaran arus fasa dalam penyaluran daya sebesar P pada
keadaan seimbang, maka pada penyaluran daya yang sama tetapi dengan keadaan
tak seimbang besarnya arus-arus fasa dapat dinyatakan dengan koefisien a, b dan
csebagai berikut :
[IR] = a Ampere

[IS] = b Ampere

[IT] = c Ampere

Dengan IR , IS dan IT berturut-turut adalah arus di fasa R, S dan T. Bila faktor


daya di ketiga fasa dianggap sama walaupun besarnya arus berbeda, besarnya
dayayang disalurkan dapat dinyatakan sebagai :
23

Politeknik Negeri Sriwijaya

p = (a+b+c).Vp.Ip.cos ϕ

Apabila kedua persamaan daya diatasmenyatakan daya yang besarnya


sama,maka dari kedua persamaan itu dapat diperoleh persyaratan untuk koefisien
a, b, dan c yaitu :
a+b+c=3

Dimana pada keadaan seimbang, nilai a = b = c = 1.

Koefisien a, b, dan c dapat diketahui besarnya, dimana besarnya arus phasa


dalam keadaan seimbang (I) sama besarnya dengan arus rata-rata (Irata-rata)
dapatdirumuskan sebagai berikut.

𝑰𝑹+𝑰𝑺+𝑰𝑻
Irata – rata =
𝟑
𝑰𝑹
IR = a x Irata – rata’ maka a =
𝑰𝒓𝒂𝒕𝒂−𝒓𝒂𝒕𝒂

𝑰𝑺
IS = b x Irata – rata’ maka b =
𝑰𝒓𝒂𝒕𝒂−𝒓𝒂𝒕𝒂

𝑰𝑻
IT = c x Irata – rata’ maka c =
𝑰𝒓𝒂𝒕𝒂−𝒓𝒂𝒕𝒂

Pada keadaan seimbang besarnya koefisein a, b dan c adalah 1, dengan


demikian rata – rata ketidakseimbangan beban dalam (%) adalah
{|𝒂−𝟏|+|𝒃−𝟏|+|𝒄−𝟏}
%𝐊𝐞𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤𝐬𝐞𝐢𝐦𝐛𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐁𝐞𝐛𝐚𝐧 = x100%
𝟑

2.11 Pola Pembebanan Transformator

Transformator overload apabila beban transformator melebihi dari


kapasitas transformator (name plate) atau arus nominal (In). Untuk menghindari
terjadinya kerugian dan pemanasan trafo distribusi, maka pembebanan trafo
maksimum 80%dari kapasitas trafo. Pembebanan trafo yang melebihi 80% dapat
mengganggu kontinyuitas penyaluran energi listrik. Selain itu, efisiensi trafo akan
rendah karenarugi rugi trafo semakin meningkat.
24

Politeknik Negeri Sriwijaya

Untuk mengetahui arus pada sisi primer (Ip), dapat menggunakan persamaan:
𝑺
IP =
√𝟑.𝑽

Dimana:
Ip = Arus pada sisi primer (A)
S = Daya transformator (kVA)
V = Tegangan primer (20kV)
Untuk mengetahui arus pada sisi sekunder (Is), dapat menggunakan
persamaan:

𝑺
IS =
√𝟑.𝒗

Dimana:
Is= Arus pada sisi sekunder (A)
S = Daya transformator (kVA)
V = Tegangan primer (400V)

2.12 Perhitungan Pembebanan Transformator Pada Setiap Jurusan

Pembebanan transformator pada setiap jurusan dapat dihitung dengan


persamaan daya semu sebagai berikut:
𝐒 = 𝐕. 𝐈1
Dimana:
S= Daya Semu (kVA)
V= Tegangan (V)
I1= Arus jurusan yang akan dihitung (A)
2.12.1 Persentase Pembebanan Trafo

Menentukan daya transformator dari sisi tegangan tinggi (primer) dapat


ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
𝐒 = √𝟑. 𝐕. 𝐈 (𝐕𝐀)
Dimana:
S = Daya transformator (KVA)
V = Tegangan primer transformator (V)
25

Politeknik Negeri Sriwijaya

I = Arus (A)
Sehingga, untuk menghitung arus beban penuh (full load) dapat
menggunakan persamaan sebagai berikut:
𝑺
IFL=
√𝟑.𝑽

Iideal = 80% x IFL

Dimana:

IFL =Arus beban penuh (A)

S = Daya pengenal transformator (kVA)

Vl-l =Tegangan sekunder transformator (V)


Dalam menghitung persentase pembebanan suatu transformator dapat
diketahui dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
(𝑽𝒑𝒉𝒂𝒔𝒂 𝒙 𝑰 𝒑𝒉𝒂𝒔𝒂)
%pembebanan = X100%
𝑫𝒂𝒚𝒂 𝑻𝒓𝒂𝒏𝒔𝒇𝒐𝒓𝒎𝒂𝒕𝒐𝒓/𝟑

√𝟑𝑿 𝑽𝑳 𝑿 𝑰𝑳
%pembebanan = X100%
𝑫𝒂𝒚𝒂 𝑻𝒓𝒂𝒏𝒔𝒇𝒐𝒓𝒎𝒂𝒕𝒐𝒓

(𝑽𝑹𝑵 𝒙 𝑰𝑹)+(𝑽𝑺𝑵 𝒙 𝑰𝑺)+(𝑽𝑻𝑵 𝒙 𝑰𝑻)


%pembebanan = X100%
𝑫𝒂𝒚𝒂 𝑻𝒓𝒂𝒏𝒔𝒇𝒐𝒓𝒎𝒂𝒕𝒐𝒓

2.13 Up-Rating Transformator

Dalam mengatasi beban berlebih pada transformator, salah satunya ialah


dengan meningkatkan kapasitas dari transformator tersebut atau sering dikenal
dengan up-rating transformator. Dengan melakukan up-rating transformator
maka dapat memenuhi kebutuhan daya listrik yang setiap tahunnya mengalami
kenaikan sesuai dengan kondisi daerah tersebut. Syarat dalam melakukan up-
rating transformator ialah bila kapasitas beban telah melebihi kapasitas daya dari
transformator, atau mengalami pembebanan sebesar 80% (overblast) hingga
sebesar atau lebih dari 100% (overload).
26

Politeknik Negeri Sriwijaya

Pemilihan kapasitas transformator distribusi didasarkan pada beban yang


akan dilayani Diusahakan presentasi pembebanan transformator distribusi berada
pada range 40% - 80%. Untuk menentukan rating trafo yang akan dipasang maka
dapat menggunakan persamaan sebagai berikut:
𝑰𝒎𝒂𝒙 𝟑𝟖𝟎
S= x √𝟑 x 𝟏𝟎𝟎𝟎
𝟎,𝟖

Dimana;
S = Daya Pengenal Transformator (KVA).
Imax = Arus beban maksimum yang di tanggung oleh trafo.
0,8 = Standar pembebanan pada tranformator 80%.
380= Tegangan 3 phase

2.14 Daya Listrik6

Daya listrik merupakan energi listrik yang dihasilkan oleh sumber listrik
atau yang diserap oleh peralatan listrik persatuan waktu dalam rangkaian arus
listrik. Secara garis besar daya listrik dapat dibedakan menjadi tiga yaitu daya
aktif, daya reaktif, dan daya semu.
2.14.1 Daya Aktif

Daya aktif merupakan daya listrik yang digunakan atau diubah oleh suatu
peralatan listrik menjadi bentuk lain persatuan waktu, misalnya: energi panas,
mekanik, cahaya, dan sebagainya. Besarnya daya aktif yang digunakan oleh
peralatan listrik biasanya tercantum dalam name plate alat tersebut. Menurut
(Muhaimin, 1995:128) daya aktif sering disebut juga daya efektif yang
dinyatakandengan huruf P, dan dinyatakan dalam Watt (W).
Daya aktif yang digunakan oleh peralatan listrik satu fasa adalah:
𝐏 = 𝐕. 𝐈. 𝐜𝐨𝐬𝛟
Daya aktif yang digunakan oleh peralatan listrik tiga fasa adalah:

𝐏 = √𝟑. V.I.𝐜𝐨𝐬𝛟

6
https://www.teknikelektro.com/2020/06/memahami-segitiga-daya.html?m=1 (diakses Pada 25
juni 2022).
27

Politeknik Negeri Sriwijaya

Dimana:
P = Daya Aktif (Watt).

I = Arus Line (A)

V = Tegangan fasa (V)


cos ϕ = Faktor daya beban

2.14.2 Daya Reaktif

Daya reaktif merupakan energi yang diperlukan oleh peralatan listrik yang
bekerja berdasarkan sistem elektromagnetik, yaitu untuk pembentukan medan
elektromagnetiknya. Satuan daya reaktif yang dilambangkan dengan huruf (Q)
didefinisikan sebagai VAR (Volt Ampere Reaktif).
Daya reaktif untuk sistem satu fasa adalah:
𝐐 = 𝐕. 𝐈 𝐬𝐢𝐧 𝛟.
Daya reaktif untuk sistem tiga fasa adalah:

𝐐 = √𝟑. 𝐕.𝐈. 𝐬𝐢𝐧 𝛟


Dimana:
Q = Daya Reaktif Line (V)
I = Arus Line (A)
V = Tegangan fasa (V)
sin ϕ = Faktor daya beban
Daya reaktif untuk sistem tiga fasa adalah:

𝐐 = √𝟑. 𝐕.𝐈. 𝐬𝐢𝐧 𝛟


Dimana:
Q = Daya Reaktif Line (V)
I = Arus Line (A)
V = Tegangan fasa (V)
sin ϕ = Faktor daya beban
28

Politeknik Negeri Sriwijaya

Daya reaktif untuk sistem tiga fasa adalah:

𝐐 = √𝟑. 𝐕.𝐈. 𝐬𝐢𝐧 𝛟


Dimana:
Q = Daya Reaktif Line (V)
I = Arus Line (A)
V = Tegangan fasa (V)
sin ϕ = Faktor daya beban
2.14.3 Daya Semu

Daya semu merupakan daya yang diperoleh dari hasil perkalian arus dan
tegangan tanpa tergantung dari sudut fasanya. Daya semu juga disebut daya
kompleks yang merupakan penjumlahan dari daya aktif dan daya reaktif secara
vektor. Daya yang dibangkitkan pada sumber pembangkit listrik adalah daya semu
dengan satuan VA (Volt Ampere).
Menurut (Muhaimin, 1995:131) secara sistematis dapat ditulis sebagai
berikut:Daya Semu untuk sistem satu fasa adalah:
𝐒 = 𝐕. 𝐈
Daya Semu untuk sistem tiga fasa adalah:

𝐒 = √𝟑. 𝐕.𝐈
Dimana:
S = Daya Semu (VA).
V = Tegangan Line (V).
I = Arus Line (A).
2.14.4 Segitiga Daya

Segitiga daya merupakan segitiga yang menggambarkan hubungan


matematika antara tipe – tipe daya yang berbeda (Daya Aktif, Daya Reaktif, dan
Daya Semu).

Gambar 2.21 Segitiga Daya


29

Politeknik Negeri Sriwijaya

Daya aktif (P) digambarkan dengan garis horizontal yang lurus. Daya reaktif

(Q) bebeda sudut sebesar 900 dari daya aktif. Sedangkan daya semu (S) adalah
hasil penjumlahan secara vektor atara daya aktif dengan daya reaktif. Jika
mengetahui dua dari ketiga daya maka dapat menghitung salah satu daya yang
belum diketahui.

2.15 Losses (rugi-rugi) Akibat Adanya Arus Netral pada Penghantar


Netral Transformator7
Sebagai akibat dari ketidakseimbangan beban antara tiap-tiap fasa pada sisi
sekunder trafo (fasa R, fasa S,fasa T) mengalirlah arus di netral trafo. Arus yang
mengalir pada penghantar netral trafo ini menyebabkan losses (rugi-rugi). Losses
pada penghantar netral trafo ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
PN = IN2.RN

dimana:

PN = losses pada penghantar netral trafo (watt)

IN = arus yang mengalir pada netral trafo (A)

RN = tahanan penghantar netral trafo (Ω)


Sedangkan losses yang diakibatkan karena arus netral yang mengalir ke
tanah (ground) dapat dihitung dengan perumusan sebagai berikut :
PG = IG2.RG

dimana:
PG = losses akibat arus netral yang mengalir ketanah (watt)
IG = arus netral yang mengalir ke tanah (A)
RG = tahanan pembumian netral trafo (Ω)

7
Markus Dwiyanto Tobi Sogen, Analisa Pengaruh Ketidakseimbangan Beban Terhadap arus
Netral dan Losses Pada Transformator Distribusi Di PT. PLN (Persero) Area Sorong, Dalam
Jurnal Elektro luceat, Vol. 4, No. 1, Juli 2018:1
30

Politeknik Negeri Sriwijaya

2.16 Komponen Utama Gardu Portal8


Adapun komponen utama dari Gardu Portal antara lain:
2.16.1 FCO (Fuse Cut Out)
Fuse cut out adalah pengaman paling sederhana dibandingkan dengan alat
pengaman lainnya, namun kelemahan dari pengaman jenis ini adalah penggunaan
terbatas pada daya yang kecil. Fungsi Fuse Cut Out ini adalah untuk mengamankan
jaringan tegangan menengah dari gangguan hubung singkat antar fasa maupun fasa
tanah, sedangkan FCO yang dipasang di atas trafo berfungsi untuk mengamanan
gangguan hubung singkat pada trafo. Didalam FCO ini terdapat Fuse Link, Fuse
Link adalah kawat pemutus sejenis skring yang digunakan paada pemutus Jaringan
Tegangan Menengah (JTM). Fuse Link ini dipasang dalam tabung CO (Cut Out)
yang berfungsi sebagai pemutus jika ada arus yang melebihi kapasitas ukuran fuse
link. Untuk ukuran fuse link yang dipasang ditentukan dari beban tegangan yang
ada, dengan rumus:
𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑟𝑎𝑓𝑜
I = 𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑇𝑀 𝑥 1,73………………………………………………………….(2.6)

Dimana:
I = Arus
Daya Trafo = Daya pengenal pada trafo
Tegangan TM = 20 KV

Gambar 2.22 Fuse Link dan Cut out

8
Suparmono dkk., Studi Pemeliharaan Komponen Utama Pada Gardu Distribusi tipe Portal di PT.
PLN (Persero) Rayon Medan Baru, dalam jurnal RELE (Rekayasa Elektrikal dan Energi ), vol. 4,
No. 1, Juli 2021, Hal. 42
31

Politeknik Negeri Sriwijaya

2.16.2 LA (Lightning Arrester)


Lightning Arrester adalah suatu alat bagi pelindung suatu sistem tenaga
listrik terhadap surja petir. Alat pelindung terhadap surja petir ini berfungsi sebagai
untu melindungi peralatan sistem tenaga listrik dengan cara membatasi surja
tegangan lebih yang datang dan mengalirkannya ke tanah.

Gambar 2.23 Lightning Arrester


2.16.3 Trafo Distribusi
Transformator distribusi adalah salah satu peralatan yang memiliki peran
penting dalam sistem distribusi tenaga listrik. Tegangan menengah pada direduksi
menjadi tegangan rendah oleh transformator distribusi. Pada umumnya
transformator distribusi yang digunakan adalah transfomator step-down 20 kV/400
V. Tegangan 20 KV ini untuk sisi Primer dan tegangan 400 V ini untuk sisi
sekunder. Daya pengenal trafo ini biasanya di pergunakan mulai dari 50 kVa – 400
kVa sesuai dengan kebutuhan pembangunan gardu.

Gambar 2.24 Transformator Distribusi


32

Politeknik Negeri Sriwijaya

2.16.4 Panel Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB TR)


PHB TR adalah sebuah panel listrik yang ada di gardu distribusi dan
merupakan tempat percabangan sirkit utama yang akan terbagi beberapa jurusan
kemudian diteruskan ke pelanggan/konsumen. Jumlah kelompok / jurusan
ditentukan berdasarkan banyaknya pelanggan yang ada di daerah tersebut. PHB TR
yang berada di perkotaan memiliki banyak percabangan (jurusan) dibandingkan
PHB TR perdesaan, biasanya jumlah jurusan pada PHB TR ini berjumlah 1 – 4
Jurusan. Fungsi utama pada PHB TR ini adalah sebagai penghubung antara output
transformator menujuke sistem tenaga listrik melalui kabel jurusan.

Gambar 2.25 PHB TR


2.16.5 Saklar Utama
Saklar utama berfungsi untuk menghubungkan dan memutuskan aliran
listrik dari output transformator menuju busbar (untuk pembagian jurusan) yang
nantinya akan diteruskan ke jaringan tegangan rendah. Saklar utama ini berbentuk
seperti tuas (pegangan) yang dapat di operasikan dengan cara mengarahkannya ke
kiri atau ke kanan.

Gambar 2.26 Saklar Utama


33

Politeknik Negeri Sriwijaya

2.16.6 NH Fuse
NH Fuse merupakan alat proteksi (Pengaman) yang ada di dalam PHB TR.
Nh fuse ini akan bekerja dengan cara melebur apabila nilai arus melewati batas
maksimum NH Fuse yang terpasang. Akibat adanya gangguan. Apabila NH Fuse
melebur makaaliran listrik yang terhubung Ke JTR akan terputus. Berikut rumus
untuk mencari NH FUSE:
𝑃
𝐼 = 𝑉 𝑥 √3

………………………………………………………………………(2.7)
Dimana :
P = Daya Trafo (VA)
V = Tegangan (V)

Gambar 2.27 NH Fuse


2.16.7 Busbar (Rel Tembaga)
Rel Tembaga pada PHB TR berfungsi untuk menghubungkan sirkit utama
(saklar utama) ke beberapa jurusan. Ada 3 rel tembaga untuk fasa dan 1 rel untuk
netral. Output dari saklar utama di hubungkan dengan rel tembaga (Busbar) ini.
34

Politeknik Negeri Sriwijaya

Gambar 2.28 Busbar


2.16.8 Sistem Pentanahan (Grounding)
PHB TR dilengkapi dengan terminal pentanahan yang dihubungkan dengan
sistem pentanahan yang telah terpasang baik. Selain itu ada sistem pentanhan yang
terhubung ke body panel sehingga arus listrik yang bocor ke body diteruskan ke
tanah/bumi. Pembumian pada gardu distribusi terdapat 3 pembumian. Pembumian
pada Lightning arrester dengan tahanan isolasi 2,5 Ω, pembumian pada Trafo
dengan tahanan isolasi 2,5 Ω dan pembumian pada body trafo dengan tahanan
isolasi 5 Ω.

2.17 Efisiensi Trafo9

Untuk setiap mesin atau peralatan listrik, efisiensi ditentukan oleh besarnya
rugi – rugi yang selama operasi normal. Efisiensi dari mesin – mesin
berputar/bergerak umumnya antara 50-60 %. Karena ada rugi gerak dan rugi angin.
Transformator tidak memiliki bagian yang bergerak/berputar, maka rugi – rugi ini
tidak muncul.
Efisiensi transformator adalah perbandingan antara daya output dengan daya
input. Berikut cara mencari efisiensi trafo:

9
Darsono dkk., Analisis Efisiensi Trafo Frekuensi tinggi Pada Sumber Tegangan Tinggi Cockcroft
Walton MBE Lateks, Ganendra Journal Of Nuclear Science and Technology, Vol. 17, No. 2, Juli
2014: 101-110
35

Politeknik Negeri Sriwijaya

𝑷𝒐𝒖𝒕
ɳ = 𝒙𝟏𝟎𝟎%
𝑷𝒊𝒏

Pin = Pout + Rugi – rugi


Jadi:
𝑷𝒐𝒖𝒕
ɳ = 𝑷𝒐𝒖𝒕+𝑹𝒖𝒈𝒊 𝒅𝒂𝒚𝒂 𝒙𝟏𝟎𝟎%

Dimana:
ɳ = Efisiensi
Pout = Daya Keluar (Watt)
Pin = Daya Masuk (Watt)
Politeknik Negeri Sriwijaya

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Gardu JF0066

Gardu JF0066 adalah gardu portal yang terletak pada penyulang sepat di
jurusan nibung. Gardu portal ini berada di jalan sultan thaha. Gardu ini memiliki
panjang 107meter dengan menggunakan kabel AAAC, JF0066 ini memiliki daya
pengenal sebesar 100 KVA dengan 2 jurusan.

3.2 Spesifikasi Trafo pada Gardu JF0066


3.2.1 Nameplate pada Gardu JF0066 :

Gambar 3.1 Nameplate trafo pada gardu JF0066

36
37

Politeknik Negeri Sriwijaya

3.2.2 Tabel Spesifikasi Tranformator pada Gardu JF0066


Tabel 3.1 Spesifikasi Trafo pada Gardu JF0066
Merk Starlite
Transformator 3 Fasa
Dibuat tahun 2011
Daya nominal 100 KVA
Frekuensi 50 Hz
Tegangan 20 KV/400 V
Arus nominal 2,89 A/144,3 A
Tegangan hubung 4.0 %
singkat
Jenis minyak Mineral
Pendinginan ONAN
Vektor grup Yzn5

3.2.3 Single Lane Diagram Penyulang Sepat

Gambar 3.2 Single line dari penyulang sepat


38

Politeknik Negeri Sriwijaya

3.3 SOP Penyeimbangan Beban


1. PERALATAN KERJA
1. Test Pen
2. Tangga
3. Lampu Penerangan
4. Tool Kit
5. Tang Ampere
6. Phase Sequencial Meter
2. PERALATAN BANTU
1. Kendaraan Operasional
2. Radio Komunikasi
3. PERALATAN K3
1. Helm Pengaman
2. Sepatu Tahan Pukul
3. Sarung Tangan
4. Pakaian Kerja
5. Kelengkapan P3K
4. LANGKAH KERJA
1. Pengawas mengabil formulir penyeimbangan beban gardu distribusi.
2. Pengawas mengambil kunci gardu dengan mengisi formulir peminjaman
kunci gardu dan menuju ke lokasi pekerjaan.
3. Pengawas memberi pengarahan urutan pelaksanaan kerja kepada
petugas dan mengecek pemakaian peralatan K2, dilanjutkan dengan doa
bersama.
4. Petugas melakukan survey data beban pelanggan di lokasi gardu tersebut
dan mengecek SR pelanggan berada di phasa mana.
5. Pengawas melakukan perhitungan dan perencanaan pemindahan beban.
6. Beri tanda pada JTR dan SR yang akan dipindahkan.
7. Pengawas mengukur beban trafo induk tiap jurusan secara bersamaan.
8. Pengawas memonitor pelaksanaan pekerjaan petugas dengan cara
memantau beban yang terlihat dari tang ampere, apakah sudah seimbang
39

Politeknik Negeri Sriwijaya

atau belum dengan cara berkomunikasi dengan petugas menggunakan


radio komunikasi.
9. Lakukan pengukuran ulang pada malam harinya pasca penyeimbangan
beban dilakukan pada jam yang relatif sama ketika dilakukan pengukuran
beban malam pertama.

3.4 Metode Penelitian


Laporan ini menggunakan metode observasi dan metode kuantitatif.
Metode Observasi dilakukan dengan turun kelapangan bertujuan untuk
mengamati objek yang diteliti agar mengetahui kondisi yang terjadi, sedangkan
metode penelitian dengan data berupa angka-angka dan analisis statistik
merupakan metode kuantitatif. Pengambilan data dilakukan dari bulan Agustus-
September 2022 dengan mencatat hasil dari data ketidakseimbangan trafo.
Berdasarkan hal ini, pengamatan akan dilakukan pada Area kerja PT.PLN
(Persero) ULP Muara Sabak. Jambi.
Berdasarkan permasalahan yang telah dijabarkan, maka tahapan ini
penelitian dapat diuraikan sebagai berikut:
3.4.1. Studi Literatur
Tahap ini dimulai dengan pencarian landasan-landasan teori yang diperoleh
dari berbagai buku, jurnal dan lain-lain. Tujuan studi literatur adalah untuk
melengkapi konsep dan teori sehingga memiliki landasan dan keilmuan yang
sistematis dan tepat.
3.4.2 Observasi Lapangan
Pada tahap ini dilakukan pengamatan di lapangan tempat peneliti
melakukan penelitian secara langsung. Tempat penelitian berada di wilayah kerja
PLN ULP Muara Sabak, Jambi.
3.4.3 Pengumpulan Data
Salah satu proses pengumpulan data dengan melakukan wawancara petugas
Yantek (Pelayanan Teknik) apa yang membuat trafo menjadi tidak seimbang dan
bagaimana cara untuk mengurangi ketidakseimbangan tersebut. Selain itu
40

Politeknik Negeri Sriwijaya

pengumpulan data juga dilakukan di kantor PT. PLN (Persero) ULP Muara Sabak,
Jambi.
3.4.4 Analisis Sistem
Data yang diperoleh dalam proses penelitian diolah, dianalisa dan dievaluasi
untuk mendapatkan hasil penelitian yang sesuai kebutuhan yang diinginkan.
3.4.5 Fokus Penelitian
Fokus penelitian pada Tugas akhir ini adalah upaya untuk mengurangi
ketidakseimbangan pada trafo dan menghitung ketidakseimbangan trafo tersebut
pada PT PLN (PERSERO) ULP Muara Sabak, Jambi.

3.5 Tempat dan Waktu Pelaksanaan


Kegiatan ini dilakukan di ULP Muara Sabak pada bagian Teknik, waktu
pelaksanaan pada bulan Agustus 2022 sampai dengan September 2022.

3.6 Peralatan Bantu


Pada saat melakukan perhitungan rugi-rugi daya yang disebabkan trafo di
PT. PLN (Persero) ULP Muara Sabak membutuhkan peralatan-peralatan yang
digunakan dalam pengambilan data pengolahan data peralatan tersebut antara
lain.
a. Laptop, suatu peralatan yang sangat penting dalam pembuatan laporan akhir
ini. Mulai dari pengetikan laporan, ataupun pembuatan tabel semua nya
menggunakan berbagai aplikasi pendukung yang terdapat di laptop.
b. Kalkulator, suatu peralatan yang digunakan sebagai alat bantu hitung dalam
melakukan perhitungan pada laporan akhir ini.
c. Printer, peralatan yang digunakan untuk mencetak laporan akhir.

3.7 Prosedur Penelitian


Secara garis besar proses penelitian analisa ketidakseimbangan beban
transformator distribusi di PT. PLN(Persero) ULP Muara Sabak, Jambi dilakukan
sebagai berikut:
41

Politeknik Negeri Sriwijaya

a. Mengunjungi kantor Unit Pelayanan Pelanggan PLN Kenten dimana sebagai


tempat pengambilan data pada laporan ini.
b. Menemui Supervisor bagian Teknik untuk meminta izin melakukan kegiatan
pengambilan data ketidakseimbangan pada gardu JF0066 pada jurusan Sepat.
c. Setelah melakukan pengambilan data ketidakseimbangan pada gardu JF0066
pada jurusan Sepat selanjutnya melakukan wawancara petugas maupun Staff
pada PT. PLN (Persero) ULP Muara Sabak yang bertugas memeratakan
beban pada trafo tersebut.
d. Selanjutnya mengelola data yang telah didapatkan dengan cara menganalisa
data- data yang didapatkan dari observasi data dan hasil wawancara di PT.
PLN (Persero) ULP Muara sabak, Jambi

3.8 Langkah Kerja Penelitian


3.8.1 Langkah kerja
Langkah-langkah yang penulis gunakan dalam penulisan laporan akhir
adalah sebagai berikut:
• Tahap Persiapan
• Tahap Pengumpulan Data
• Tahap Pengolahan Data
• Tahap Penyusunan dan Penulisan Laporan Akhir
• Tahap Penggandaan Laporan Akhir
42

Politeknik Negeri Sriwijaya

3.9 Data Pengukuran Beban Siang Sebelum Diseimbangkan


Berikut data pengukuran beban siang sebelum diseimbangkan.

Gambar 3.3 Data pengukuran siang beban R jurusan B

Gambar 3.4 Data pengukuran siang beban S jurusan B

Gambar 3.5 Data pengukuran siang beban T jurusan B


43

Politeknik Negeri Sriwijaya

Gambar 3.6 Data pengukuran siang beban N jurusan B

Gambar 3.7 Data pengukuran siang beban R jurusan D

Gambar 3.8 Data pengukuran siang beban S jurusan D


44

Politeknik Negeri Sriwijaya

Gambar 3.9 Data pengukuran siang beban T jurusan D

Gambar 3.10 Data pengukuran siang beban N jurusan D

3.10 Data Pengukuran Beban Malam Sebelum Diseimbangkan


Berikut data pengukuran beban malam sebelum diseimbangkan.

Gambar 3.11 Data pengukuran malam beban R jurusan B


45

Politeknik Negeri Sriwijaya

Gambar 3.12 Data pengukuran malam beban S jurusan B

Gambar 3.13 Data pengukuran malam beban T jurusan B

Gambar 3.14 Data pengukuran malam beban N jurusan B


46

Politeknik Negeri Sriwijaya

Gambar 3.15 Data pengukuran malam beban R jurusan D

Gambar 3.16 Data pengukuran malam beban S jurusan D

Gambar 3.17 Data pengukuran malam beban T jurusan D


47

Politeknik Negeri Sriwijaya

Gambar 3.18 Data pengukuran malam beban N jurusan D

3.11 Data Pengukuran Beban Siang Setelah Diseimbangkan


Berikut data pengukuran beban siang setelah diseimbangkan.

Gambar 3.19 Data pengukuran siang beban R jurusan B

Gambar 3.20 Data pengukuran siang beban S jurusan B


48

Politeknik Negeri Sriwijaya

Gambar 3.21 Data pengukuran siang beban T jurusan B

Gambar 3.22 Data pengukuran siang beban R jurusan D

Gambar 3.23 Data pengukuran siang beban S jurusan D


49

Politeknik Negeri Sriwijaya

Gambar 3.24 Data pengukuran siang beban T jurusan D

3.12 Data Pengukuran Beban Malam Setelah Diseimbangkan


Berikut data pengukuran beban malam setelah diseimbangkan.

Gambar 3.25 Data pengukuran malam beban R jurusan B

Gambar 3.26 Data pengukuran malam beban S jurusan B


50

Politeknik Negeri Sriwijaya

Gambar 3.27 Data pengukuran malam beban T jurusan B

Gambar 3.28 Data pengukuran malam beban N jurusan B

Gambar 3.29 Data pengukuran malam beban R jurusan D


51

Politeknik Negeri Sriwijaya

Gambar 3.30 Data pengukuran malam beban S jurusan D

Gambar 3.31 Data pengukuran malam beban T jurusan D

Gambar 3.32 Data pengukuran malam beban N jurusan D


52

Politeknik Negeri Sriwijaya

3.13 Flowchart Diagram

Prosedur dari penelitian ini dapat dilihat dengan diagram aliran berikut:

Mulai

Survey Lokasi

Pengumpulan Data

Data

Tidak Lengkap

ya

Menghitung dan Menganalisa


Ketidakseimbangan beban

Kesimpulan
dan Saran

Selesai

Gambar 3.33 Flowchart Diagram


Politeknik Negeri Sriwijaya

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan

Dalam menganalisa data yang didapat dari PT. PLN (Persero) ULP Muara
Sabak Jambi ini dilakukan perhitungan secara manual karena persamaan
matematis yang digunakaan hanya persamaan sederhana yang bisa diselesaikan
dengan cara manual tanpa menggunakan metode tertentu. Penulis mengambil data
pada gardu JF0066 dengan melakukan 4 kali pengukuran yaitu siang hari sebelum
diseimbangkan, malam hari sebelum diseimbangkan, siang hari setelah
diseimbangkan dan malam hari yang telah diseimbangkan. Berikut perhitungan
atau pembahasan pada ketidakseimbangan gardu JF0066 dengan spesifikasi
sesuai dengan tabel 3.1

4.2 Perhitungan Siang Hari Sebelum Diseimbangkan

Sebelum dilakukannya perhitungan, perlunya pengambilan data pada siang


hari, kegiatan ini dilakukan pada tanggal 23 September 2022 pada pukul 10.00
WIB. Berikut data Pengukuran pada siang hari sebelum diseimbangkan.
Tabel 4.1 Data Pengukuran Beban Siang Hari
Arus Jurusan A Jurusan B Jurusan C Jurusan D
Induk (A)
R 88,4 A - 59,3 A - 26,7 A
S 143,9 A - 114,3 A - 36,5 A
T 86,1 A - 56,5 A - 12,6 A
N 65,4 A - 46,9 A - 17,5 A
Setelah data diambil, barulah kita dapat menganalisa ketidakseimbangan trafo
pada JF0066.
4.2.1 Perhitungan Beban Puncak
Dalam menganilisa beban puncak ini perlu diketahui terlebih dahulu arus
beban penuh dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
𝑠
IFL =
√3 𝑥 𝑉

IIdeal = 80% x IFL

53
54

Politeknik Negeri Sriwijaya

100.000 𝑉𝐴
IFL =
√3 𝑥 400 𝑉

= 144,508 A
IIdeal = 80% x 144,508 A
= 115,606 A
4.2.2 Perhitungan pada Tiap Fasa
Dalam menghitung persentase pembebanan pada transformator JF0066 dapat
menggunakan persamaan sebagai berikut:
Jurusan B Jurusan D Beban Induk
𝐼𝑝ℎ 𝐼𝑝ℎ 𝐼𝑝ℎ
%bR = IFL x100 % %bR = IFL x100 % %bR = IFL x100 %
59,3 A 26,7 A 88,4 A
= 144,508 𝐴 𝑥100 % = 144,508 𝐴 𝑥100 % = 144,508 𝐴 𝑥100 %

= 0,4103 x 100 % = 0,0001847 x 100 % = 0,6117 x 100 %


= 41,03 % = 18,47 % = 61,17%
𝐼𝑝ℎ 𝐼𝑝ℎ 𝐼𝑝ℎ
%bS = IFL x100 % %bS = IFL x100 % %bS = x100 %
IFL
114,3 A 36,5 A 143,9 A
= 144,508 𝐴 𝑥100 % = 144,508 𝐴 𝑥100 % = 144,508 𝐴 𝑥100 %

= 0,7909 x 100 % = 0,2525 x 100 % = 0,9957 x 100 %


= 79,09 % = 25,25% = 99,57%
𝐼𝑝ℎ 𝐼𝑝ℎ 𝐼𝑝ℎ
%bT = IFL x100 % %bT = IFL x100 % %bT = IFL x100 %
56,5 𝐴 12,6 𝐴 86,1 𝐴
= 144,508 A x100 % = 144,508 A x100 % = 144,508 A x100 %

= 0,3909 x 100% = 0,0871 x 100% = 0,5958 x 100%


= 39,09 % = 8,71% = 59,58%
4.2.3 Perhitungan Beban Pada Trafo
Dalam menghitung persentase beban penuh pada transformator JF0066 dapat
menggunakan persamaan sebagai berikut:
Pembebanan Fasa pada trafo JF0066:
Jurusan B Jurusan D Beban Induk
(%𝑏𝑅+%𝑏𝑆+%𝑏𝑇) (%𝑏𝑅+%𝑏𝑆+%𝑏𝑇) (%𝑏𝑅+%𝑏𝑆+%𝑏𝑇)
= = =
3 3 3
41.09%+79,09%+39,09% 18,47%+25,25%+8,71% 61.17%+99.57%+59,58%
= = =
3 3 3
55

Politeknik Negeri Sriwijaya

159,21 % 52,43 % 220,32 %


= 3
= 53,07% = 3
= 17,47% = 3
= 73,44%

4.2.4 Perhitungan Ketidakseimbangan Beban Trafo


Untuk menghitung arus rata – rata ketidakseimbangan, dapat menggunakan
rumus sebagai berikut:
Jurusan B Jurusan D Beban Induk
𝐼𝑅+𝐼𝑆+𝐼𝑇 𝐼𝑅+𝐼𝑆+𝐼𝑇 𝐼𝑅+𝐼𝑆+𝐼𝑇
IRata – Rata = IRata – Rata = IRata – Rata =
3 3 3
59,3 𝐴 +114,3 𝐴+56,5 𝐴 26,7 𝐴 +36,5 𝐴+12,6 𝐴 88,4 𝐴 +143,9 𝐴+86,1 𝐴
= = =
3 3 3

= 76,7 A = 25,26 A = 106,13 A


4.2.5 Perhitungan Ketidakseimbangan Beban Perfasa
Untuk menghitung arus ketidakseimbangan perfasa dapat menggunakan
rumus sebagai berikut:
Jurusan B
𝐼𝑅 59,3 𝐴
a = 𝐼𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 76,7 𝐴 = 0,77 A
𝐼𝑆 114,3 𝐴
b = 𝐼𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = = 1,49 A
76,7 𝐴
𝐼𝑇 56,5 𝐴
c = 𝐼𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 76,7 𝐴 = 1,73 A

Jurusan D
𝐼𝑅 26,7 𝐴
a= = = 1,05 A
𝐼𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 25,26 𝐴
𝐼𝑆 36,5 𝐴
b = 𝐼𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 25,26 𝐴 = 1,44 A
𝐼𝑇 12,6 𝐴
c = 𝐼𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 25,26 𝐴 = 0,49 A

Beban Induk
𝐼𝑅 88.4 𝐴
a = 𝐼𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 106,13 𝐴 = 0,83 A
𝐼𝑆 143,9 𝐴
b = 𝐼𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 106,13 𝐴 = 1,35 A
𝐼𝑇 86,1 𝐴
c = 𝐼𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 106,13 𝐴 = 0,81 A
56

Politeknik Negeri Sriwijaya

4.2.6 Persentase Ketidakaseimbangan Beban


Untuk mengetahui persentase ketidakseimbangan beban dapat menggunakan
rumus sebagai berikut:
Jurusan B
(|a − 1| + |b − 1| + |𝑐 − 1|)
= x100%
3
(|0,77 − 1| + |1,49 − 1| + |0,73 − 1|)
= x100%
3
(|−0,23| + |0,49| + |−0,27|)
= x100%
3
0,99
= x100%
3
= 33%
Jurusan D
(|a − 1| + |b − 1| + |𝑐 − 1|)
= x100%
3
(|1,05 − 1| + |1,44 − 1| + |0,49 − 1|)
= x100%
3
(|0,05| + |0,44| + |−0,51|)
= x100%
3
1,00
= x100%
3
= 33%
Beban Induk
(|a − 1| + |b − 1| + |𝑐 − 1|)
= x100%
3
(|0,83 − 1| + |1,35 − 1| + |0,81 − 1|)
= x100%
3
(|−0,17| + |0,35| + |−0,19|)
= x100%
3
0,71
= x100%
3
= 23%
57

Politeknik Negeri Sriwijaya

4.2.7 Perhitungan Rugi – rugi Daya pada Netral


Untuk mengetahui rugi – rugi Netral pada transformator JF0066 dapat
menggunakan rumus sebagai berikut:
Jurusan B
PN = IN2 x RN
= 46,92 A x 1,80 Ω
= 2.199,61 A x 1,80 Ω
= 3.959,29 Watt = 3 KW
P = S x Cos π x % Pembebanan
= 100.000 VA x 0,85 x 80%
= 68.000 Watt = 68 KW
Jadi Pembebanan arus yang mengalir pada netral adalah:
PN 3.959,29 W
x 100% = 𝑥 100%
P 68.000 W

= 0,058 x 100%
= 5,8 %
Jurusan D
PN = IN2 x RN
= 17,52 A x 1,80 Ω
= 551,25 A x 1,80 Ω
= 992,25 Watt
P = S x Cos π x % Pembebanan
= 100.000 VA x 0,85 x 80%
= 68.000 Watt = 68 KW
Jadi Pembebanan arus yang mengalir pada netral adalah:
PN 992,25 W
x 100% = 𝑥 100%
P 68.000 W

= 0,014 x 100%
= 1,4 %
58

Politeknik Negeri Sriwijaya

Beban Induk
PN = IN2 x RN
= 65,42 A x 1,80 Ω
= 7.698,88A x 1,80 Ω
= 13.857,99 Watt = 3 KW
P = S x Cos π x % Pembebanan
= 100.000 VA x 0,85 x 80%
= 68.000 Watt = 68 KW
Jadi Pembebanan arus yang mengalir pada netral adalah:
PN 13.857,99 W
x 100% = 𝑥 100%
P 68.000 W

= 0,2037 x 100%
= 20,37 %
4.2.8 Efisiensi Transformator
Untuk mengetahui efisiensi transformator pada JF0066 dapat menggunakan
perhitungan sebagai berikut:
Jurusan B
Pout
ɳ= 𝑥 100%
Pin

Pout = (a + b + c) V. I. Cos π
= (0,77 A + 1,49 A + 0,73 A) x 380 V x 114,3 A x 0,85
= 2,99 A x 380 V x 114,3 A x 0,85
= 110.387 Watt = 110 KW
Jadi
Pout
ɳ= 𝑥 100%
Pin
Pout
ɳ = Pout+ Rugi Daya 𝑥 100%
110.387 W
ɳ = 110.387 W+ 3,959 W 𝑥 100%
110.387 W
ɳ = 114.346 W 𝑥 100%

ɳ = 0,9653 x 100%
ɳ = 96,53 %
59

Politeknik Negeri Sriwijaya

Jurusan D
Pout
ɳ= 𝑥 100%
Pin

Pout = (a + b + c) V. I. Cos π
= (1,05 A + 1,44 A + 0,49 A) x 380 V x 36,5 A x 0,85
= 2,98 A x 380 V x 36,5 A x 0,85
= 35.132 Watt = 35 KW
Jadi
Pout
ɳ= 𝑥 100%
Pin
Pout
ɳ= 𝑥 100%
Pout+ Rugi Daya
35.132 W
ɳ = 35.132 W+ 992,25 W 𝑥 100%
35.132 W
ɳ = 36.124 W 𝑥 100%

ɳ = 0,9725 x 100%
ɳ = 97,25 %
Beban Induk
Pout
ɳ= 𝑥 100%
Pin

Pout = (a + b + c) V. I. Cos π
= (0,83 A + 1,35 A + 0,81 A) x 380 V x 143,9 A x 0,85
= 2,99 A x 380 V x 143,9 A x 0,85
= 531,368 Watt = 531 KW
Jadi
Pout
ɳ= 𝑥 100%
Pin
Pout
ɳ= 𝑥 100%
Pout+ Rugi Daya
531,368 W
ɳ = 531,368 W+ 24,944 W 𝑥 100%
531,368 W
ɳ = 556,312 W 𝑥 100%

ɳ = 0,9551 x 100%
ɳ = 95,51 %
60

Politeknik Negeri Sriwijaya

4.3 Perhitungan Beban Malam Hari Sebelum Diseimbangkan

Sebelum dilakukannya perhitungan, perlunya pengambilan data pada malam


hari, kegiatan ini dilakukan pada tanggal 22 September 2022 pada pukul 20.00
WIB. Berikut data Pengukuran pada malam hari sebelum diseimbangkan.
Tabel 4.2 Data Pengukuran Beban Malam Hari
Arus Jurusan A Jurusan B Jurusan C Jurusan D
Induk (A)
R 131,5 A - 73,8 A - 14,5 A
S 172,6 A - 126,4 A - 27,1 A
T 12,2 A - 81,3 A - 28,7 A
N 88,8 A - 54,3 A - 34,5 A

4.3.1 Perhitungan Beban Puncak


Dalam menganilisa beban puncak ini perlu diketahui terlebih dahulu arus
beban penuh dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
𝑠
IFL =
√3 𝑥 𝑉

IIdeal = 80% x IFL


100.000 𝑉𝐴
IFL =
√3 𝑥 400 𝑉

= 144,508 A
IIdeal = 80% x 144,508 A
= 115,606 A
4.3.2 Perhitungan pada Tiap Fasa
Dalam menghitung persentase pembebanan pada transformator JF0066 dapat
menggunakan persamaan sebagai berikut:
Jurusan B Jurusan D Beban Induk
𝐼𝑝ℎ 𝐼𝑝ℎ 𝐼𝑝ℎ
%bR = IFL x100 % %bR = IFL x100 % %bR = IFL x100 %
73,8 A 14,5 A 131,5 A
= 144,508 𝐴 𝑥100 % = 144,508 𝐴 𝑥100 % = 144,508 𝐴 𝑥100 %

= 0,5106 x 100 % = 0,1003 x 100 % = 0,9099 x 100 %


= 51,06 % = 10,03 % = 90,99 %
61

Politeknik Negeri Sriwijaya

𝐼𝑝ℎ 𝐼𝑝ℎ 𝐼𝑝ℎ


%bS = IFL x100 % %bS = IFL x100 % %bS = IFL
x100 %
126,4 A 27,1 A 172,6 A
= 144,508 𝐴 𝑥100 % = 144,508 𝐴 𝑥100 % = 144,508 𝐴 𝑥100 %

= 0,8746 x 100 % = 0,1875 x 100 % = 119,43 %


= 87,46 % = 18,75%
𝐼𝑝ℎ 𝐼𝑝ℎ 𝐼𝑝ℎ
%bT = IFL x100 % %bT = IFL x100 % %bT = IFL x100 %
81,3 𝐴 28,7 𝐴 112,2𝐴
= 144,508 A x100 % = 144,508 A x100 % = 144,508 A x100 %

= 0,5625 x 100% = 0,1986 x 100% = 0,7764 x 100%


= 56,25 % = 19,86 % = 77,64 %
4.3.3 Perhitungan Beban Pada Trafo
Dalam menghitung persentase beban penuh pada transformator JF0066 dapat
menggunakan persamaan sebagai berikut:
Pembebanan Fasa pada trafo JF0066:
Jurusan B Jurusan D Beban Induk
(%𝑏𝑅+%𝑏𝑆+%𝑏𝑇) (%𝑏𝑅+%𝑏𝑆+%𝑏𝑇) (%𝑏𝑅+%𝑏𝑆+%𝑏𝑇)
= = =
3 3 3
51,06%+87,46%+56,25% 10,03%+18,75%+19,86% 90,99%+19,43%+77,64%
= = =
3 3 3
194,77 % 48,64 % 188,06 %
= = 64,92% = = 16,21% = = 62,68%
3 3 3

4.3.4 Perhitungan Ketidakseimbangan Beban Trafo


Untuk menghitung arus rata – rata ketidakseimbangan, dapat menggunakan
rumus sebagai berikut:
Jurusan B Jurusan D Beban Induk
𝐼𝑅+𝐼𝑆+𝐼𝑇 𝐼𝑅+𝐼𝑆+𝐼𝑇 𝐼𝑅+𝐼𝑆+𝐼𝑇
IRata – Rata = 3
IRata – Rata = 3
IRata – Rata = 3
73,8 𝐴 +126,4 𝐴+81,3 𝐴 14,5 𝐴 + 27,1 𝐴 + 28,7 𝐴 131,5 𝐴 +172,6 𝐴+112,2 𝐴
= = =
3 3 3

= 93,83 A = 23,43 A = 138,76 A


4.3.5 Perhitungan Ketidakseimbangan Beban Perfasa
Untuk menghitung arus ketidakseimbangan perfasa dapat menggunakan
rumus sebagai berikut:
62

Politeknik Negeri Sriwijaya

Jurusan B
𝐼𝑅 73,8 𝐴
a = 𝐼𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 93,83 𝐴 = 0,78 A
𝐼𝑆 126,4 𝐴
b = 𝐼𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 93,83 𝐴 = 1,34 A
𝐼𝑇 81,3 𝐴
c = 𝐼𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 93,83 𝐴 = 0,86 A

Jurusan D
𝐼𝑅 14,5 𝐴
a = 𝐼𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 23,43 𝐴 = 0,61 A
𝐼𝑆 27,1 𝐴
b = 𝐼𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 23,43 𝐴 = 1,15 A
𝐼𝑇 28,7 𝐴
c = 𝐼𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 23,43 𝐴 = 1,22 A

Beban Induk
𝐼𝑅 131,5 𝐴
a = 𝐼𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 138,76 𝐴 = 0,94 A
𝐼𝑆 172,6 𝐴
b= = = 1,24 A
𝐼𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 138,76 𝐴
𝐼𝑇 112,2 𝐴
c = 𝐼𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 138,78 𝐴 = 0,80 A

4.3.6 Persentase Ketidakaseimbangan Beban


Untuk mengetahui persentase ketidakseimbangan beban dapat menggunakan
rumus sebagai berikut:
Jurusan B
(|a − 1| + |b − 1| + |𝑐 − 1|)
= x100%
3
(|0,78 − 1| + |1,34 − 1| + |0,86 − 1|)
= x100%
3
(|−0,22| + |0,34| + |−0,14|)
= x100%
3
0,7
= x100%
3
= 23,33 %
63

Politeknik Negeri Sriwijaya

Jurusan D
(|a − 1| + |b − 1| + |𝑐 − 1|)
= x100%
3
(|0,61 − 1| + |1,15 − 1| + |1,22 − 1|)
= x100%
3
(|−0,39| + |0,15| + |0,22|)
= x100%
3
0,76
= x100%
3
= 25,33 %
Beban Induk
(|a − 1| + |b − 1| + |𝑐 − 1|)
= x100%
3
(|−0,94 − 1| + |1,24 − 1| + |0,80 − 1|)
= x100%
3
(|−0,06| + |0,24| + |−0,21|)
= x100%
3
0,51
= x100%
3
= 17 %
4.3.7 Perhitungan Rugi – rugi Daya pada Netral
Untuk mengetahui rugi – rugi Netral pada transformator JF0066 dapat
menggunakan rumus sebagai berikut:
Jurusan B
PN = IN2 x RN
= 54,32 A x 1,80 Ω
= 2.948,49 A x 1,80 Ω
= 5.307,282 Watt = 5 KW
P = S x Cos π x % Pembebanan
= 100.000 VA x 0,85 x 80%
= 68.000 Watt = 68 KW
Jadi Pembebanan arus yang mengalir pada netral adalah:
PN 5.307,282 W
x 100% = 𝑥 100%
P 68.000 W
64

Politeknik Negeri Sriwijaya

= 0,078 x 100%
= 7,8 %
Jurusan D
PN = IN2 x RN
= 34,52 A x 1,80 Ω
= 1.190,25 A x 1,80 Ω
= 2.142,45 Watt = 2 KW
P = S x Cos π x % Pembebanan
= 100.000 VA x 0,85 x 80%
= 68.000 Watt = 68 KW
Jadi Pembebanan arus yang mengalir pada netral adalah:
PN 2.142,45 W
P
x 100% = 68.000 W
𝑥 100%

= 0,031 x 100%
= 3,1 %
Beban Induk
PN = IN2 x RN
= 88,82 A x 1,80 Ω
= 7.885,44 A x 1,80 Ω
= 14.193,79 Watt = 14 KW
P = S x Cos π x % Pembebanan
= 100.000 VA x 0,85 x 80%
= 68.000 Watt = 68 KW
Jadi Pembebanan arus yang mengalir pada netral adalah:
PN 14.193,79 W
x 100% = 𝑥 100%
P 68.000 W

= 0,2087 x 100%
= 20,87 %
65

Politeknik Negeri Sriwijaya

4.3.8 Efisiensi Transformator


Untuk mengetahui efisiensi transformator pada JF0066 dapat menggunakan
perhitungan sebagai berikut:
Jurusan B
Pout
ɳ= 𝑥 100%
Pin

Pout = (a + b + c) V. I. Cos π
= (0,78 A + 1,34 A + 0,86 A)
= 2,99 A x 380 V x 126,4 A x 0,85
= 121.665,05 Watt = 121 KW
Jadi
Pout
ɳ= 𝑥 100%
Pin
Pout
ɳ= 𝑥 100%
Pout+ Rugi Daya
121.665,05 W
ɳ = 121.665,05 W+ 5.307,282 W 𝑥 100%
121.665,05 W
ɳ = 126.972,33 W 𝑥 100%

ɳ = 0,9582 x 100%
ɳ = 95,85 %
Jurusan D
Pout
ɳ= 𝑥 100%
Pin

Pout = (a + b + c) V. I. Cos π
= (0,61 A + 1,15 A + 1,22 A)
= 2,99 A x 380 V x 28,7 A x 0,85
= 27.624,89 Watt = 27 KW
Jadi
Pout
ɳ= 𝑥 100%
Pin
Pout
ɳ = Pout+ Rugi Daya 𝑥 100%
27.624,89 W
ɳ = 27.624,89 W+ 2.142,45 W 𝑥 100%
27.624,89 W
ɳ = 29.767,34 W 𝑥 100%
66

Politeknik Negeri Sriwijaya

ɳ = 0,9280 x 100%
ɳ = 92,80 %
Beban Induk
Pout
ɳ= 𝑥 100%
Pin

Pout = (a + b + c) V. I. Cos π
= (0,94 A + 1,24 A + 0,80 A)
= 2,98 A x 380 V x 172,6 A x 0,85
= 166.134,40 Watt = 166 KW
Jadi
Pout
ɳ= Pin
𝑥 100%
Pout
ɳ = Pout+ Rugi Daya 𝑥 100%
166.134,40 W
ɳ = 166.134,40 W+ 14.193,79 W 𝑥 100%
166.134,40 W
ɳ = 180.328,194 W 𝑥 100%

ɳ = 0,9212 x 100%
ɳ = 92,12 %
Jadi dari perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa beban puncak terdapat
di pengukuran malam hari hal ini di sebabkan karena mayoritas penduduk pada
JF0066 adalah seorang pekerja di kantoran atau bekerja di luar rumah. Berikut data
setelah pemerataan beban dilakukan.
4.4 Perhitungan Beban Siang Hari Setelah Diseimbangkan

Sebelum dilakukannya perhitungan, perlunya pengambilan data pada siang


hari, kegiatan ini dilakukan pada tanggal 26 September 2022 pada pukul 11.00
WIB. Berikut data Pengukuran pada siang hari setelah diseimbangkan.
Tabel 4.3 Data Pengukuran Beban Siang Hari
Arus Jurusan A Jurusan B Jurusan C Jurusan D
Induk (A)
R 141.5 A - 94,7 A - 28,9 A
S 87,0 A - 77,8 A - 22,6 A
T 117,5 A - 60,1 A - 18,6 A
N 49,1 A - 27 A - 15 A
67

Politeknik Negeri Sriwijaya

4.4.1 Perhitungan Beban Puncak


Dalam menganilisa beban puncak ini perlu diketahui terlebih dahulu arus
beban penuh dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
𝑠
IFL =
√3 𝑥 𝑉

IIdeal = 80% x IFL


100.000 𝑉𝐴
IFL =
√3 𝑥 400 𝑉

= 144,508 A
IIdeal = 80% x 144,508 A
= 115,606 A
4.4.2 Perhitungan pada Tiap Fasa
Dalam menghitung persentase pembebanan pada transformator JF0066 dapat
menggunakan persamaan sebagai berikut:
Jurusan B Jurusan D Beban Induk
𝐼𝑝ℎ 𝐼𝑝ℎ 𝐼𝑝ℎ
%bR = IFL x100 % %bR = IFL x100 % %bR = IFL x100 %
77,8 A 28,9 A 141,5 A
= 144,508 𝐴 𝑥100 % = 144,508 𝐴 𝑥100 % = 144,508 𝐴 𝑥100 %

= 0,6553 x 100 % = 0,1999 x 100 % = 0,9791 x 100 %


= 65,53 % = 19,99 % = 97,01 %

𝐼𝑝ℎ 𝐼𝑝ℎ 𝐼𝑝ℎ


%bS = IFL x100 % %bS = IFL x100 % %bS = x100 %
IFL
77,8 A 22,6 A 87,0 A
= 𝑥100 % = 𝑥100 % = 𝑥100 %
144,508 𝐴 144,508 𝐴 144,508 𝐴

= 0,5383 x 100 % = 0,1563 x 100 % = 0,6020 x 100%


= 53,83 % = 15,63 % = 60,20 %
𝐼𝑝ℎ 𝐼𝑝ℎ 𝐼𝑝ℎ
%bT = IFL x100 % %bT = IFL x100 % %bT = IFL x100 %
60,1 𝐴 18,6 𝐴 117,5 𝐴
= 144,508 A x100 % = 144,508 A x100 % = 144,508 A x100 %

= 0,4158 x 100% = 0,1287 x 100% = 0,8131 x 100%


= 41,58 % = 12,87 % = 81,31 %
68

Politeknik Negeri Sriwijaya

4.4.3 Perhitungan Beban Pada Trafo


Dalam menghitung persentase beban penuh pada transformator JF0066 dapat
menggunakan persamaan sebagai berikut:
Pembebanan Fasa pada trafo JF0066:
Jurusan B Jurusan D Beban Induk
(%𝑏𝑅+%𝑏𝑆+%𝑏𝑇) (%𝑏𝑅+%𝑏𝑆+%𝑏𝑇) (%𝑏𝑅+%𝑏𝑆+%𝑏𝑇)
= = =
3 3 3
65,53%+53,83%+41,58% 19,99%+15,65%+12,87% 97,91%+60,20%+81,31%
= = =
3 3 3
160,94 % 48,49 % 239,42 %
= = 53,64 % = = 16,16 % = = 79,80 %
3 3 3

4.4.4 Perhitungan Ketidakseimbangan Beban Trafo


Untuk menghitung arus rata – rata ketidakseimbangan, dapat menggunakan
rumus sebagai berikut:
Jurusan B Jurusan D Beban Induk
𝐼𝑅+𝐼𝑆+𝐼𝑇 𝐼𝑅+𝐼𝑆+𝐼𝑇 𝐼𝑅+𝐼𝑆+𝐼𝑇
IRata – Rata = IRata – Rata = IRata – Rata =
3 3 3
94,7 𝐴 +77,8 𝐴+60,1 𝐴 28,9 𝐴 + 22,6 𝐴 + 18,6 𝐴 141,5 𝐴 +87,0 𝐴+117,5 𝐴
= = =
3 3 3

= 77,53 A = 23,36 A = 115,33 A


4.4.5 Perhitungan Ketidakseimbangan Beban Perfasa
Untuk menghitung arus ketidakseimbangan perfasa dapat menggunakan
rumus sebagai berikut:
Jurusan B
𝐼𝑅 94,7 𝐴
a = 𝐼𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 77,53 𝐴 = 1,21 A
𝐼𝑆 77,8 𝐴
b= = = 1,003 A
𝐼𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 77,53 𝐴
𝐼𝑇 60,1 𝐴
c= = = 0,77 A
𝐼𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 77,53 𝐴

Jurusan D
𝐼𝑅 28,9 𝐴
a = 𝐼𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 23,36 𝐴 = 1,23 A
𝐼𝑆 22,6 𝐴
b = 𝐼𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 23,36 𝐴 = 0,96 A
𝐼𝑇 18,6 𝐴
c = 𝐼𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 23,36 𝐴 = 0,79 A
69

Politeknik Negeri Sriwijaya

Beban Induk
𝐼𝑅 141,5 𝐴
a = 𝐼𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 115,33 𝐴 = 1,23 A
𝐼𝑆 87,0 𝐴
b = 𝐼𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 115,33 𝐴 = 0,76 A
𝐼𝑇 117,5 𝐴
c = 𝐼𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 115,33 𝐴 = 1,02 A

4.4.6 Persentase Ketidakaseimbangan Beban


Untuk mengetahui persentase ketidakseimbangan beban dapat menggunakan
rumus sebagai berikut:
Jurusan B
(|a − 1| + |b − 1| + |𝑐 − 1|)
= x100%
3
(|1,21 − 1| + |1,003 − 1| + |0,77 − 1|)
= x100%
3
(|−0,21| + |0,003| + |−0,23|)
= x100%
3
0,443
= x100%
3
= 14,76 %
Jurusan D
(|a − 1| + |b − 1| + |𝑐 − 1|)
= x100%
3
(|1,23 − 1| + |0,96 − 1| + |0,79 − 1|)
= x100%
3
(|0,23| + |−0,04| + |−0,21|)
= x100%
3
0,48
= x100%
3
= 16 %
Beban Induk
(|a − 1| + |b − 1| + |𝑐 − 1|)
= x100%
3
(|1,23 − 1| + |0,76 − 1| + |1,02 − 1|)
= x100%
3
70

Politeknik Negeri Sriwijaya

(|0,23| + |0,24| + |1,02|)


= x100%
3
0,49
= x100%
3

= 16 %
4.4.7 Perhitungan Rugi – rugi Daya pada Netral
Untuk mengetahui rugi – rugi Netral pada transformator JF0066 dapat
menggunakan rumus sebagai berikut:
Jurusan B
PN = IN2 x RN
= 272 A x 1,80 Ω
= 729 A x 1,80 Ω
= 1.312,2 Watt = 1 KW
P = S x Cos π x % Pembebanan
= 100.000 VA x 0,85 x 80%
= 68.000 Watt = 68 KW
Jadi Pembebanan arus yang mengalir pada netral adalah:
PN 1.312,2 W
x 100% = 𝑥 100%
P 68.000 W

= 0,019 x 100%
= 1,9 %
Jurusan D
PN = IN2 x RN
= 152 A x 1,80 Ω
= 225 A x 1,80 Ω
= 405 Watt
P = S x Cos π x % Pembebanan
= 100.000 VA x 0,85 x 80%
= 68.000 Watt = 68 KW
Jadi Pembebanan arus yang mengalir pada netral adalah:
PN 405 W
x 100% = 68.000 W 𝑥 100%
P

= 0,059 x 100% = 0,59 %


71

Politeknik Negeri Sriwijaya

Beban Induk
PN = IN2 x RN
= 49,12 A x 1,80 Ω
= 2.410,81 A x 1,80 Ω
= 4.339,45 Watt = 4 KW
P = S x Cos π x % Pembebanan
= 100.000 VA x 0,85 x 80%
= 68.000 Watt = 68 KW
Jadi Pembebanan arus yang mengalir pada netral adalah:
PN 4.339,45 W
x 100% = 𝑥 100%
P 68.000 W

= 0,063 x 100%
= 6,3 %
4.4.8 Efisiensi Transformator
Untuk mengetahui efisiensi transformator pada JF0066 dapat menggunakan
perhitungan sebagai berikut:
Jurusan B
Pout
ɳ= 𝑥 100%
Pin

Pout = (a + b + c) V. I. Cos π
= (0,21 A + 0,003 A + 0,23 A)
= 0,443 A x 380 V x 94,7 A x 0,85
= 13.550,52 Watt = 13 KW
Jadi
Pout
ɳ= 𝑥 100%
Pin
Pout
ɳ = Pout+ Rugi Daya 𝑥 100%
13.550 W
ɳ = 13.550 𝑥 100%
W+ 1.312 W
13.55 W
ɳ = 14.862 W 𝑥 100%

ɳ = 0,9117 x 100%
ɳ = 91,17 %
72

Politeknik Negeri Sriwijaya

Jurusan D
Pout
ɳ= 𝑥 100%
Pin

Pout = (a + b + c) V. I. Cos π
= (0,23 A + 0,04 A + 0,21 A)
= 0,48 A x 380 V x 28,9 A x 0,85
= 4.480,65 Watt = 4 KW
Jadi
Pout
ɳ= 𝑥 100%
Pin
Pout
ɳ= 𝑥 100%
Pout+ Rugi Daya
4.480,65 W
ɳ = 4.480,65 W+405 W 𝑥 100%
4.480,65 W
ɳ = 48.885,65 W 𝑥 100%

ɳ = 0,9171 x 100%
ɳ = 91,71 %

Beban Induk
Pout
ɳ= 𝑥 100%
Pin

Pout = (a + b + c) V. I. Cos π
= (0,23 A + 0,24 A + 0,02 A)
= 0,49 A x 380 V x 141,5 A x 0,85
= 22.395,205 Watt = 22 KW
Jadi
Pout
ɳ= Pin
𝑥 100%
Pout
ɳ = Pout+ Rugi Daya 𝑥 100%
22.395,205 W
ɳ = 22.395,205 W+ 4.339,45 W 𝑥 100%
22.395,205 W
ɳ = 26.734,655 W 𝑥 100%

ɳ = 0,8376 x 100%
ɳ = 83,76 %
73

Politeknik Negeri Sriwijaya

4.5 Perhitungan Beban Malam Hari Setelah Diseimbangkan

Sebelum dilakukannya perhitungan, perlunya pengambilan data pada malam


hari, kegiatan ini dilakukan pada tanggal 26 September 2022 pada pukul 21.00
WIB. Berikut data Pengukuran pada siang hari sebelum diseimbangkan.
Tabel 4.4 Data Pengukuran Beban Siang Hari
Arus Jurusan A Jurusan B Jurusan C Jurusan D
Induk (A)
R 124,0 A - 119,9 A - 17,6 A
S 125,6 A - 94,3 A - 34,5 A
T 134,7 A - 89,3 A - 29,1 A
N 81,1 A - 39,0 A - 31,5

4.5.1 Perhitungan Beban Puncak


Dalam menganilisa beban puncak ini perlu diketahui terlebih dahulu arus
beban penuh dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
𝑠
IFL =
√3 𝑥 𝑉

IIdeal = 80% x IFL


100.000 𝑉𝐴
IFL =
√3 𝑥 400 𝑉

= 144,508 A
IIdeal = 80% x 144,508 A
= 115,606 A
4.5.2 Perhitungan pada Tiap Fasa
Dalam menghitung persentase pembebanan pada transformator JF0066 dapat
menggunakan persamaan sebagai berikut:
Jurusan B Jurusan D Beban Induk
𝐼𝑝ℎ 𝐼𝑝ℎ 𝐼𝑝ℎ
%bR = IFL x100 % %bR = IFL x100 % %bR = IFL x100 %
119,9 A 17,6A 124 A
= 144,508 𝐴 𝑥100 % = 144,508 𝐴 𝑥100 % = 144,508 𝐴 𝑥100 %

= 0,8297 x 100 % = 0,1217 x 100 % = 0,8580 x 100 %


= 82,97 % = 12,17 % = 85,80 %
𝐼𝑝ℎ 𝐼𝑝ℎ 𝐼𝑝ℎ
%bS = IFL x100 % %bS = IFL x100 % %bS = x100 %
IFL
94,3 A 34,5 A 125,6 A
= 144,508 𝐴 𝑥100 % = 144,508 𝐴 𝑥100 % = 144,508 𝐴 𝑥100 %
74

Politeknik Negeri Sriwijaya

= 0,6525 x 100 % = 0,2387 x 100 % = 0,8691 x 100%


= 65,25 % = 23,87 % = 86,91 %
𝐼𝑝ℎ 𝐼𝑝ℎ 𝐼𝑝ℎ
%bT = IFL x100 % %bT = IFL x100 % %bT = IFL x100 %
89,3 𝐴 29,1 𝐴 134,7 𝐴
= 144,508 A x100 % = 144,508 A x100 % = 144,508 A x100 %

= 0,6179 x 100% = 0,2073 x 100% = 0,9321 x 100%


= 61,79 % = 20,13 % = 93,21 %
4.5.3 Perhitungan Beban Pada Trafo
Dalam menghitung persentase beban penuh pada transformator JF0066 dapat
menggunakan persamaan sebagai berikut:
Pembebanan Fasa pada trafo JF0066:
Jurusan B Jurusan D Beban Induk
(%𝑏𝑅+%𝑏𝑆+%𝑏𝑇) (%𝑏𝑅+%𝑏𝑆+%𝑏𝑇) (%𝑏𝑅+%𝑏𝑆+%𝑏𝑇)
= = =
3 3 3
82,97%+65,25%+61,79% 12,17%+23,87%+20,13% 85,80%+86,91%+93,21%
= = =
3 3 3
210,01 % 56,17 % 256,92 %
= = 70 % = = 18,72 % = = 88,64 %
3 3 3

4.5.4 Perhitungan Ketidakseimbangan Beban Trafo


Untuk menghitung arus rata – rata ketidakseimbangan, dapat menggunakan
rumus sebagai berikut:
Jurusan B Jurusan D Beban Induk
𝐼𝑅+𝐼𝑆+𝐼𝑇 𝐼𝑅+𝐼𝑆+𝐼𝑇 𝐼𝑅+𝐼𝑆+𝐼𝑇
IRata – Rata = IRata – Rata = IRata – Rata =
3 3 3
119,9 𝐴 +94,3 𝐴+89,3 𝐴 17,6 𝐴 + 34,5 𝐴 + 29,1 𝐴 124,0 𝐴 +125,6 𝐴+134,7 𝐴
= = =
3 3 3

= 101,16 A = 27,06 A = 128,1 A


4.5.5 Perhitungan Ketidakseimbangan Beban Perfasa
Untuk menghitung arus ketidakseimbangan perfasa dapat menggunakan
rumus sebagai berikut:
Jurusan B
𝐼𝑅 119,9 𝐴
a = 𝐼𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 101,16 𝐴 = 1,18 A
𝐼𝑆 94,3 𝐴
b = 𝐼𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 101,16 𝐴 = 0,93 A
75

Politeknik Negeri Sriwijaya

𝐼𝑇 89,3 𝐴
c = 𝐼𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 101,16 𝐴 = 0,88 A

Jurusan D
𝐼𝑅 17,6 𝐴
a = 𝐼𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 61,8 𝐴 = 0,65 A
𝐼𝑆 34,5 𝐴
b = 𝐼𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 61,8 𝐴 = 1,27 A
𝐼𝑇 29,1 𝐴
c = 𝐼𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 61,8 𝐴 = 1,07 A

Beban Induk
𝐼𝑅 124,0 𝐴
a = 𝐼𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 128,1 𝐴 = 0,96A
𝐼𝑆 125,6 𝐴
b = 𝐼𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 128,1 𝐴 = 0,98 A
𝐼𝑇 134,7𝐴
c= = = 1,05 A
𝐼𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 128,1 𝐴

4.5.6 Persentase Ketidakaseimbangan Beban


Untuk mengetahui persentase ketidakseimbangan beban dapat menggunakan
rumus sebagai berikut:
Jurusan B
(|a − 1| + |b − 1| + |𝑐 − 1|)
= x100%
3
(|1,18 − 1| + |0,93 − 1| + |0,88 − 1|)
= x100%
3
(|0,18 − 1| + |−0,07| + |−0,121|)
= x100%
3
0,37
= x100%
3
= 12,33 %
Jurusan D
(|a − 1| + |b − 1| + |𝑐 − 1|)
= x100%
3
(|0,65 − 1| + |1,27 − 1| + |1,07 − 1|)
= x100%
3
(|−0,35| + |0,27| + |0,07|)
= x100%
3
0,69
= 3
x100%
76

Politeknik Negeri Sriwijaya

= 23 %
Beban Induk
(|a − 1| + |b − 1| + |𝑐 − 1|)
= x100%
3
(|0,96 − 1| + |0,98 − 1| + |1,05 − 1|)
= x100%
3
(|−0,04| + |−0,02| + |0,05|)
= x100%
3
0,11
= x100%
3
= 3,66 %
4.5.7 Perhitungan Rugi – rugi Daya pada Netral
Untuk mengetahui rugi – rugi Netral pada transformator JF0066 dapat
menggunakan rumus sebagai berikut:
Jurusan B
PN = IN2 x RN
= 39,02 A x 1,80 Ω
= 1.521 A x 1,80 Ω
= 2.737,8 Watt = 2 KW
P = S x Cos π x % Pembebanan
= 100.000 VA x 0,85 x 80%
= 68.000 Watt = 68 KW
Jadi Pembebanan arus yang mengalir pada netral adalah:
PN 2.737.8 W
x 100% = 𝑥 100%
P 68.000 W

= 0,0402 x 100%
= 4,02 %
Jurusan D
PN = IN2 x RN
= 31,52 A x 1,80 Ω
= 992,25 A x 1,80 Ω
= 1.786,05 Watt
P = S x Cos π x % Pembebanan
77

Politeknik Negeri Sriwijaya

= 100.000 VA x 0,85 x 80%


= 68.000 Watt = 68 KW
Jadi Pembebanan arus yang mengalir pada netral adalah:
PN 1.786,05W
x 100% = 𝑥 100%
P 68.000 W

= 0,0262 x 100%
= 2,62 %
Beban Induk
PN = IN2 x RN
= 81,82 A x 1,80 Ω
= 6.691,24 A x 1,80 Ω
= 12.004,23 Watt = 12 KW
P = S x Cos π x % Pembebanan
= 100.000 VA x 0,85 x 80%
= 68.000 Watt = 68 KW
Jadi Pembebanan arus yang mengalir pada netral adalah:
PN 12.004,23 W
x 100% = 𝑥 100%
P 68.000 W

= 0,1771 x 100%
= 17,71 %
4.5.8 Efisiensi Transformator
Untuk mengetahui efisiensi transformator pada JF0066 dapat menggunakan
perhitungan sebagai berikut:
Jurusan B
Pout
ɳ= 𝑥 100%
Pin

Pout = (a + b + c) V. I. Cos π
= (1,18 A + 0,93 A + 0,88 A)
= 2,99 A x 380 x 119,9 x 0,85
= 1.157,958 Watt = 1 KW
Jadi
Pout
ɳ= 𝑥 100%
Pin
78

Politeknik Negeri Sriwijaya

Pout
ɳ = Pout+ Rugi Daya 𝑥 100%
1.157,958 W
ɳ = 1.157,958 W+ 2.733,8 W
𝑥 100%
1.157,958 W
ɳ= 𝑥 100%
3.891,758 W

ɳ = 0,2975 x 100%
ɳ = 29,75 %

Jurusan D
Pout
ɳ= 𝑥 100%
Pin

Pout = (a + b + c) V. I. Cos π
= (0,65 A + 1,27 A + 1,09 A)
= (2,99A) x 380 V x 126,4 A x 0,85
= 1.220,733 Watt = 1 KW
Jadi
Pout
ɳ= 𝑥 100%
Pin
Pout
ɳ = Pout+ Rugi Daya 𝑥 100%
1.220,733 W
ɳ = 1.220,733 W+1.786,05 W 𝑥 100%
1.220,733 W
ɳ= 𝑥 100%
3.006,783W

ɳ = 0,4059 x 100%
ɳ = 40,59 %

Beban Induk
Pout
ɳ= 𝑥 100%
Pin

Pout = (a + b + c) V. I. Cos π
= (0,96 A + 0,98 A + 1,05 A)
= (2,99 A) x 380 V x 134,7 A x 0,85
= 130.089,21 Watt
Jadi
79

Politeknik Negeri Sriwijaya

Pout
ɳ= Pin
𝑥 100%
Pout
ɳ = Pout+ Rugi Daya 𝑥 100%
1.30.089,21 W
ɳ= 𝑥 100%
1.30.089,21 W+ 12.004,23 W
1.30.089,21 W
ɳ= 𝑥 100%
142.093,44 W

ɳ = 0,9155 x 100%
ɳ = 91,55 %

4.6 Analisa

Dari analisis yang dilakukan, didapatkan hasil bahwa trafo yang ada di ULP
Muara Sabak jambi dalam keadaan yang tidak seimbang. Hal ini dapat diketahui
berdasarkan hasil pengukuran arus pada masing-masing fasa berbeda, maka beban
dalam keadaan tidak seimbang. Hal ini merujuk pada tabel 4.6 dan 4.7 Dimana arus
yang mengalir masing-masing fasa berbeda. Dan terjadi perubahan setelah beban
masing-masing fasa di seimbangkan. Hal ini dapat di lihat pada tabel 4.6 dan 4.7
Dimana arus yang mengalir masing – masing fasa mendekati sama.
4.6.1 Beban Sebelum di Seimbangkan
Jurusan B
Tabel 4.5 Data Beban Sebelum Diseimbangkan
Waktu Ir (A) Is (A) It (A) I rata-rata Persentase %
Siang 59,3 A 114,3 A 56,5 A 76,7 A 53,07 %
Malam 73,8 A 126,4 A 81,3 A 93,83 A 64,92 %

Jurusan D
Tabel 4.6 Data Beban Sebelum Diseimbangkan
Waktu Ir (A) Is (A) It (A) I rata-rata Persentase %
Siang 26,7 A 36,5 A 12,6 A 25,26 A 17,47 %
Malam 14,5 A 27,1 A 28,7 A 23,43 A 16,21 %
80

Politeknik Negeri Sriwijaya

4.6.2 Beban Setelah di Seimbangkan


Jurusan B
Tabel 4.7 Data Beban Setelah Diseimbangkan
I rata- Persentase
Waktu Ir (A) Is (A) It (A)
rata %
Siang 94,7A 77,8 A 60,1 A 77,53 A 53,64%
Malam 119,9 A 94,3 A 89,3 A 101,1 A 70,00%

Jurusan D
Tabel 4.8 Data Beban Setelah Diseimbangkan Jurusan D
I rata- Persentase
Waktu Ir (A) Is (A) It (A)
rata %
Siang 28,9A 22,6 A 18,6 A 23,36 A 16,16%
Malam 17,6 A 34,5 A 29,1 A 27,06 A 18,72%

Dari tabel 4.5 sampai 4.8 Menunjukkan bahwa arus yang mengalir pada fasa
R, S, dan T berbeda baik itu siang hari dan malam hari. Berdasarkan ini dapat
dikatakan bahwa beban trafo dalam keadaan seimbang, dan tidak seimbangan
terbesar terjadi saat malam hari. Dan setelah di seimbangkan, dapat di lihat bahwa
arus yang mengalir pada masing-masing fasa mendekati sama, baik di siang hari
maupun malam hari.
4.6.3 Ketidakseimbangan Beban Sebelum di Seimbangkan
Jurusan B
Tabel 4.9 Data Ketidakseimbangan Beban Sebelum Diseimbangkan
Waktu a b c Persentase %
Siang 0,77 A 1,49 A 0,73 A 33 %
Malam 0,78 A 1,34 A 0,86 A 23%
Jurusan D
Tabel 4.10 Data Ketidakseimbangan Beban Sebelum Diseimbangkan
Waktu a b c Persentase %
Siang 1,05 A 1,44 A 0,49 A 33 %
Malam 0,61 A 1,15 A 1,22 A 17%
81

Politeknik Negeri Sriwijaya

4.6.4 Ketidakseimbangan Beban Setelah di Seimbangkan


Jurusan B
Tabel 4.11 Data Ketidakseimbangan Beban Setelah Diseimbangkan
Waktu a b c Persentase %
Siang 1,21 A 1,003 A 0,77 A 14 %
Malam 1,18 A 0,93 A 0,88 A 12%
Jurusan D
Tabel 4.12 Data Ketidakseimbangan Beban Setelah Diseimbangkan
Waktu a b c Persentase %
Siang 1,23 A 0,96 A 0,79 A 16 %
Malam 0,65 A 1,27 A 1,07 A 23%

Dari tabel 4.9 sampai tabel 4.12 Menunjukkan bahwa perbandingan


ketidakseimbangan terdapat perbedaan persentase antara beban sebelum di
seimbangkan dan beban setelah di seimbangkan. Dapat dilihat persentase
ketidakseimbangan yang terbesar terjadi saat sebelum diseimbangkan pada jurusan
B di siang hari, sebesar 33%. Ketika sudah diseimbangkan dapat dilihat terjadinya
penurunan yang cukup besar, dan penurunan tersebut terjadi pada siang hari,
sebesar 14 %. Dan jurusan D sebelum diseimbangkan pada siang hari, sebesar 33%.
Ketika sudah diseimbangkan dapat dilihat terjadinya penurunan, sebesar 16 %
4.6.5 Rugi-Rugi Daya Sebelum di Seimbangkan
Jurusan B
Tabel 4.13 Data Ketidakseimbangan Rugi Netral Sebelum Diseimbangkan
Persentase
Waktu Rn (Ω) In (A) Pn (KW)
%
Siang 1,80 46,9 3.959 05,82 %
Malam 1,80 39,0 2.737 04,02 %

Jurusan D
Tabel 4.14 Data Ketidakseimbangan Rugi Netral Sebelum Diseimbangkan
Persentase
Waktu Rn (Ω) In (A) Pn (KW)
%
Siang 1,80 17,5 992,23 01,45 %
Malam 1,80 31,5 1.786 02,62 %
82

Politeknik Negeri Sriwijaya

4.6.6 Rugi-Rugi Daya Setelah di Seimbangkan


Jurusan B
Tabel 4.15 Data Ketidakseimbangan Rugi Netral Setelah Diseimbangkan
Persentase
Waktu Rn (Ω) In (A) Pn (KW)
%
Siang 1,80 27 1.312 01,92 %
Malam 1,80 39,0 2.737 04,02 %

Jurusan D
Tabel 4.16 Data Ketidakseimbangan Rugi Netral Setelah Diseimbangkan
Persentase
Waktu Rn (Ω) In (A) Pn (KW)
%
Siang 1,80 15 405 0,59 %
Malam 1,80 31,5 1.786 02,62 %

Dari tabel 4.13 sampai 4.16 Terlihat bahwa rugi-rugi daya lebih besar terjadi
pada malam hari pada jurusan B yaitu 2.737 kw, dan jurusan D pada malam hari
sebesar 1.786 kw, hal ini terjadi karena pemakaian beban lebih banyak terjadi pada
malam hari dan ketidakseimbangan beban juga lebih besar terjadi pada malam hari
sehingga menyebabkan arus mengalir di penghantar netral trafo lebih besar. Jadi
dapat dikatakan bahwa semakin besar arus yang mengalir pada netral trafo akan
menyebabkan semakin besar daya dan semakin besar pula rugi-rugi daya. Dan ini
membaik ketika beban sudah di seimbangkan, yang mana hasilnya mendekati sama.
4.6.7 Efisiensi Sebelum di Seimbangkan
Jurusan B
Tabel 4.17 Data Efisiensi Trafo Sebelum Diseimbangkan
Waktu Pin(KW) Pout(KW) Persentase %
Siang 144,346 110,387 96,53%
Malam 126,972 121,665 95,82%
Jurusan D
Tabel 4.18 Data Efisiensi Trafo Sebelum Diseimbangkan
Waktu Pin(KW) Pout(KW) Persentase %
Siang 36,124 35,132 97,25%
Malam 29,767 27,624 92,80%
83

Politeknik Negeri Sriwijaya

4.6.8 Efisiensi Setelah di Seimbangkan


Jurusan B
Tabel 4.19 Data Efisiensi Trafo Setelah Diseimbangkan
Waktu Pin(KW) Pout(KW) Persentase %
Siang 14,862 13,550 91,17%
Malam 3,891 1,157 29,75%

Jurusan D
Tabel 4.20 Data Efisiensi Trafo Setelah Diseimbangkan
Waktu Pin(KW) Pout(KW) Persentase %
Siang 4,885 4,480 91,71%
Malam 3,006 1,220 40,59%

Dari tabel 4.17 sampai tabel 4.20 Menunjukkan bahwa perbandingan


Efisiensi Tranformator terdapat perbedaan persentase antara beban sebelum di
seimbangkan dan beban setelah di seimbangkan. Dapat dilihat persentase Efisiensi
Terendah terjadi saat sebelum diseimbangkan pada siang hari yaitu sebesar 96,53%.
Ketika sudah diseimbangkan dapat dilihat terjadinya penurunan yang cukup besar,
dan penurunan terjadi pada siang hari yaitu 91,71%.
Politeknik Negeri Sriwijaya

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:


1. Dari data yang sudah di dapat , beban siang sebelum di seimbangkan jurusan
B sebesar IR = 59,3 A, IS = 114,3 A, IT = 56,5 A dan N = 46,9 A. Dan beban
siang sebelum di seimbangkan jurusan D sebesar IR = 26,7 A, IS = 36,5 A, IT
= 12,6 A dan N = 17,5 A. Beban Malam sebelum diseimbangkan jurusan B
sebesar IR = 73,8 A, IS = 126,4 A, IT = 81,3 A dan N = 54,3 A. beban malam
sebelum di seimbangkan jurusan D sebesar IR = 14,5 A, IS = 27,1 A, IT = 28,7
A N = 34,5 A. Disini terlihat beban malam adalah beban puncak sebelum
diseimbangkan, setelah dilakukan pemerataan beban dapatlah beban siang
jurusan B sebesar IR = 94,7 A, IS = 77,8 A, IT = 60,1 A dan N = 27 A. beban
siang setelah di seimbangkan jurusan D sebesar IR = 28,9 A, IS = 22,6 A, IT =
18,6 A dan N = 15 A. Dan beban Malam jurusan B sebesar IR = 119,9 A, IS =
94,3 A, IT = 89,3 A dan N = 39,0 A. Beban malam jurusan D sebesar IR = 17,6
A, IS = 34,5 A, IT = 29,1 A dan N = 31,5 A
2. Dari data yang sudah didapat, losses pada netral yang mengalir sebelum
diseimbangkan di siang hari di jurusan B sebesar 3.959 Watt dengan persentase
losses pada netral sebesar 05,82% dan di jurusan D sebesar 992,23 watt dengan
persentase 01,45%. losses pada netral yang mengalir di malam hari pada
jurusan B sebesar 2.737 Watt dengan persentase losses pada netral sebesar
04,02%. Dan jurusan D sebesar 1,786 watt dengan persentase losses pada netral
sebesar 02.62% losses pada netral yang mengalir setelah diseimbangkan di
siang hari pada jurusan B sebesar 1,312 Watt dengan persentase losses pada
netral sebesar 01,92%, dan pada jurusan D sebesar 4,05 watt dengan persentase
sebasar 0,59%. losses pada netral yang mengalir setelah diseimbangkan di
malam hari pada jurusan B sebesar 2,737 Watt dengan persentase losses pada
netral sebesar 01,92%. Dan pada jurusan D sebesar 1,786 watt dengan
persentase losses pada netral sebesar 02,62%. Dari data di atas dapat dilihat
losses pada netral sebelum diseimbangkan di siang hari lebih besar di

84
85

Politeknik Negeri Sriwijaya

bandingkan dengan malam hal ini dikarenakan perbedaan beban antar fasa
sangat besar. Ketika diseimbangkan dapat dilihat penurunan yang signifikan
dari persentase losses pada netral, hal ini dapat terjadi dikarenakan perbedaan
antar fasa sangat keci
3. Pengaruh akibat dari ketidakseimbangan beban ialah efisiensi transformator
yang menurun sebesar 97,25% yang mana itu terjadi pada malam hari, panas
berlebih pada transformator, dan arus yang mengalir pada netral
86

Politeknik Negeri Sriwijaya

5.2 Saran

Berdasarkan hasil pembahasan, penulis menyarankan sebagai berikut:


1. Pada saat melakukan pemerataan beban usahakan netral dibawah 20 A sesuai
dengan SPLN.
2. Untuk menjaga keseimbangan beban, perlunya dilakukan inspeksi dan
maintenance beban di setiap trafo agar meminimalisir ketidakseimbangan
beban dan kerusakan pada transformator.
Politeknik Negeri Sriwijaya

DAFTAR PUSTAKA

Darsono dkk., (2014). Analisis Efisiensi Trafo Frekuensi tinggi Pada Sumber
Tegangan Tinggi Cockcroft Walton MBE Lateks, Ganendra Journal Of
Nuclear Science and Technology, 17(2), : 101-110.
Duri, A. dkk., (2020). Pengaruh Ketidakseimbangan Beban Terhadap
Pembebanan Dan Efisiensi Transformator Pada Gardu Distribusi Pt. Pln
(Persero) Ulp Sungguminasa (Doctoral Dissertation, Universitas Negeri
Makassar).
Firdaus S. P. dan Dini Fauziah. (2021). Penyeimbangan Beban Gardu Distribusi Pt.
Pln Tarakan (Kalimantan). Prosiding Seminar Nasional Energi,
Telekomunikasi dan Otomasi, 316-322.
Iaeeta.org. (2017,29 September). Tipe-Tipe Jaringan Distribusi Listrik. Diakses
pada 15 Juni 2022, dari https://iaeeta.org/2017/09/29/tipe-tipe-jaringan-
distribusi-listrik/
Jumaidi dan Juara M. T. (2015). Analisis Pengaruh Jenis Beban Listrik Terhadap
Kinerja Pemutus Daya Listrik Di Gedung Cyber Jakarta. Energi &
Kelistrikan, 7(2), 108-117.
Kongah, D. dkk., (2014). Analisis Pembebanan Transformator Gardu Selatan
Kampus Universitas Tadulako. Mektrik, 1(1), 11-19.
Latupeirissa, H. L. (2017). Pengaruh Ketidakseimbangan Beban Terhadap Arus
Netral dan Losses Daya Pada Trafo Distribusi. Jurnal Simetrik, 7(2). 16-22.
Markus D. T. S. (2018). Analisa Pengaruh Ketidakseimbangan Beban Terhadap
arus Netral dan Losses Pada Transformator Distribusi Di PT. PLN (Persero)
Area Sorong. Jurnal Elektro Luceat, 4(1), 1.
MT, Wahyudi Sarimun. N. (2014). Buku Saku Pelayanan Teknik. Depok:
Garamond.
Patilima, M. (2022). Pengaruh Ketidakseimbangan Beban Terhadap Losses dan
Pembebanan Transformator Distribusi. Jurnal Electrichsan, 11(01), 20-28.
Ridhianto, E. S. (2021). Analisa Ketidak Seibangan Beban Terhadap Arus Netral
Dan Losses Pada Transformator Gedung Puslabfor Polri Sentul. Tugas Akhir,
Jakarta: Universitas Mercu Buana.
Politeknik Negeri Sriwijaya

Samsurizal, S. dan Benyamin Hadinoto. (2020). Studi Analisis Dampak Overload


Transformator Terhadap Kualitas Daya Di PT. PLN (Persero) Up3 Pondok
Gede. Kilat, 9(1), 136-142.
Setiadji, J. S. dkk., (2006). Pengaruh Ketidakseimbangan Beban Terhadap Arus
Netral dan Losses pada Trafo Distribusi. Jurnal Teknik Elektro, 6(1), 68-73.
Sogen, M. D. T., & ST, M. (2018). Analisis Pengaruh Ketidakseimbangan Beban
Terhadap Arus Netral Dan Losses Pada Transformator Distribusi Di Pt Pln
(Persero) Area Sorong. Jurnal Electro Luceat, 4(1). 1-10.
Suparmono, S. dkk., (2021). Studi Pemeliharaan Komponen Utama Pada Gardu
Distribusi Tipe Portal di PT. PLN (PERSERO) Rayon Medan Baru. RELE
(Rekayasa Elektrikal dan Energi): Jurnal Teknik Elektro, 4(1), 42-47.
Syufrijal dan Readysal M. (2014). Jaringan Distribusi Tenaga Listrik. Kementrian
Pendidikan Dasar Menengah dan Kebudayaan Republik Indonesia
Teknikelektro.com. (2020, Juni). Memahami Segitiga Daya. Diakses pada 25 Juni
2022, dari https://www.teknikelektro.com/2020/06/memahami-segitiga-
daya.html?m=1
Wirajaya. I. P. A. dkk., (2019). Studi Analisa Pengaruh Total Harmonic Distortion
(THD) terhadap Rugi-Rugi, Efisiensi, dan Kapasitas Kerja Transformator
pada Penyulang Kerobokan. Jurnal Spektrum, 6(2), 121-129.
LAMPIRAN

1. Proses Kegiatan

Trafo Distribusi JF0066

PHB TR JF0066

Proses Pemerataan Beban


Proses Pengecekkan PHB TR

Proses Pengecekkan Beban


2. Lembar Rekomendasi Ujian Laporan Akhir
3. Lembar Kesepakatan Bimbingan Laporan Akhir Pembimbing 1
4. Lembar Kesepakatan Bimbingan Laporan Akhir Pembimbing 2
5. Lembar Konsultasi Bimbingan Laporan Akhir Pembimbing 1
6. Lembar Konsultasi Bimbingan Laporan Akhir Pembimbing 2
7. Surat Izin Pengambilan Data
8. Surat Balasan Dari PLN
9. Data Gardu JF0066

Anda mungkin juga menyukai