Oleh:
OKTAFIANUS ZEBUA
NIM : 060402023
Oleh
Oktafianus Zebua
NIM : 060402023
Disetujui oleh:
Dosen Pembimbing,
Diketahui oleh:
Ketua Departemen Teknik Elektro FT USU,
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus atas kasih dan penyertaan-
Nya yang begitu besar dalam kehidupan penulis termasuk dalam menyelesaikan Tugas
Tugas Akhir ini merupakan bagian dari kurikulum yang harus diselesaikan untuk
Akhir ini, penulis banyak menerima bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai
pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih yang tulus dan
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Ir. Bonggas L. Tobing sebagai Dosen Pembimbing Tugas Akhir penulis
yang sangat besar bantuannya dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini dan sebagai
2. Bapak Ir. S. Tarmizi Kasim, M,Si sebagai Ketua Departemen Teknik Elektro
penulis Elfi dan adik penulis Marliani dan Berkat yang memberi dukungan,
semangat dan doanya kepada penulis dengan segala pengorbanan dan kasih
6. Teman baik saya Folda atas segala dukungan maupun bantuannya dan Bonar.
7. Teman-teman stambuk 2006 yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu
8. Adik-adik stambuk 2009 (Ade, Alfin dll.) dan 2010 (Ando dan Doni) atas
dukungan doanya.
10. Teman- teman seperjuangan dan satu kos dari Jl. Tarigan No. 2b (Mindo dll).
Penulis meyadari bahwa Tugas Akhir ini masih banyak kekurangannya. Kritik
dan saran dari pembaca untuk menyempurnakan Tugas Akhir ini sangat penulis
harapkan.
Akhir kata semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Oktafianus Zebua
Salah satu alat ukur untuk mengukur tegangan tinggi adalah elektroda bola-bola.
Alat ukur ini mudah didapat karena harganya murah. Tembus listrik pada sela elektroda
bola-bola yang disusun secara vertikal dipengaruhi oleh ketinggian elektroda bola-bola
di atas permukaan tanah. Dalam Tugas Akhir ini akan dilihat kesalahan pengukuran
sebagai fungsi jarak elektroda bola-bola di atas permukaan tanah. Informasi tentang
kesalahan ini dapat menjadi acuan dalam menentukan ketinggian elektroda bola-bola di
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
ABSTRAK.........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................vi
DAFTAR TABEL............................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
I.1Latar Belakang..................................................................................................1
III.1 Pendahuluan..................................................................................................15
IV.1 Pendahuluan..................................................................................................30
V.1Kesimpulan.......................................................................................................42
V.2 Saran.............................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
4.3 Kurva hubungan jarak ketinggian alat ukur EBB dengan kesalahan ukur..........37
2.2 Tegangan puncak lewat denyar ac, tegangan impuls negative ( 50% untuk
satuelektrodaditanahkan……………………………………………………………9
4.4 Tegangan tembus pada ketinggian tertentu alat ukur EBB....................( Lampiran)
Salah satu alat ukur untuk mengukur tegangan tinggi adalah elektroda bola-bola.
Alat ukur ini mudah didapat karena harganya murah. Tembus listrik pada sela elektroda
bola-bola yang disusun secara vertikal dipengaruhi oleh ketinggian elektroda bola-bola
di atas permukaan tanah. Dalam Tugas Akhir ini akan dilihat kesalahan pengukuran
sebagai fungsi jarak elektroda bola-bola di atas permukaan tanah. Informasi tentang
kesalahan ini dapat menjadi acuan dalam menentukan ketinggian elektroda bola-bola di
Tegangan tinggi dapat diukur dengan menggunakan alat ukur elektroda bola-bola.
Alat ukur ini terdiri dari dua elektroda bola yang berdiameter sama dan terbuat dari
tembaga atau kuningan yang permukaannya halus. Elektroda bola-bola ini dapat
disusun secara vertikal atau horizontal. Kedua elektroda bola-bola disusun seporos.
Untuk susunan vertikal, salah satu elektroda bola-bola digantung dengan menggunakan
isolator. Elektroda bola yang digantung dihubungkan ke terminal tegangan tinggi yang
akan diukur dan elektroda ini disebut elektroda bola tegangan tinggi. Elektroda bola
yang lain disangga oleh konduktor yang terhubung ke tanah dan elektroda ini disebut
Terjadinya tembus listrik pada sela elektroda bola-bola diawali dengan adanya
medan listrik di sela elektroda bola-bola yang kekuatannya melebihi kekuatan dielektrik
udara pada sela elektroda bola-bola. Medan listrik di antara elektroda bola-bola
medan listrik pada sela elektroda bola-bola adalah tanah. Oleh karena itu, ketinggian
antara sela elektroda bola-bola. Dengan demikian ketinggian elektroda bola-bola di atas
Adapun tujuan utama penelitian ini adalah mengamati pengaruh jarak ketinggian
alat ukur elektroda bola-bola di atas permukan tanah terhadap kesalahan pengukuran
tegangan tinggi.
Penelitian ini bermanfaat untuk menetapkan ketinggian alat ukur elektroda bola-
bola di atas permukaan tanah saat mengukur tegangan tinggi tertentu, yang
cm sampai 200 cm. Elektroda bola-bola yang menjadi objek penelitian adalah elektroda
bola-bola yang tersedia di laboratorium Tegangan Tinggi USU, yaitu elektroda bola-bola
Dilihat dari susunannya, alat ukur tegangan tinggi elektroda bola-bola dibagi dua
jenis yaitu susunan vertikal dan horizontal. Dalam hal ini yang akan diteliti adalah
Ada tiga jenis tegangan yang dapat diukur dengan elektroda bola-bola, yaitu
tegangan tinggi AC, DC dan impuls. Jenis tegangan yang akan diukur dalam penelitian
bola-bola di atas permukaan tanah dapat divariasikan untuk jarak sela elektroda bola-
bola tertentu dan diukur tegangan tembus elektroda bola-bola pada ketinggian di atas
permukaan tanah tertentu. Dengan demikian diperoleh data tegangan tembus elektroda
Alat ukur trafo tegangan dipasang di terminal trafo uji. Sehingga alat ukur trafo
tegangan mengukur tegangan yang dibangkitkan trafo uji pada saat tembus listrik di
antara sela elektroda bola-bola. Alat ukur trafo tegangan dalam pembahasan selanjutnya
disebut alat ukur PT. Dengan demikian diperoleh data hasil pengukuran alat ukur PT.
Setelah itu, dihitung kesalahan hasil pengukuran alat ukur elektroda bola-bola terhadap
hasil pengukuran alat ukur PT. Kemudian, dihitung kesalahan pengukuran alat ukur
Selanjutnya dibuat kurva yang menampilkan hubungan antara ketinggian alat ukur
elektroda bola-bola terhadap kesalahan pengukuran alat ukur standar. Akhirnya, dibuat
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisikan tentang latar belakang, tujuan dan manfaat penelitian,
ELEKTRODA BOLA-BOLA
elektroda bola-bola.
PENGUKURAN
Bab ini menyimpulkan hasil pengolahan data dan saran untuk rekan-rekan
yang akan melakukan penelitaan tentang lanjutan judul Tugas Akhir ini.
II.1 Pendahuluan
Percikan di sela elektroda bola-bola yang diisolasi oleh dielektrik udara dapat
digunakan untuk mengukur amplitudo (puncak) tegangan di atas 10 kV. Peralihan yang
cepat di sela elektroda bola-bola yang awalnya sebagai dielektrik ke keadaan konduksi
yang tinggi dapat menentukan level tegangan. Pemanfaatan sela elektroda bola-bola
untuk pengukuran tegangan tinggi hanya dapat digunakan jika mengikuti aturan-aturan
dan petunjuk yang telah ditetapkan. Sumber tegangan tinggi harus mampu menyalurkan
arus saat terjadi hubung singkat di antara sela meskipun arus dibatasi oleh resistor.
Pemanfaatan percikan pada sela untuk mengukur tegangan tinggi dapat dianggap akurat
karena telah dipertimbangkan dengan ukuran dasar yang diakui dalam keakuratan
terbatas. Pemanfaatan sela elektroda bola-bola untuk pengukuran tegangan tinggi sering
untuk pengukuran rutin. Tetapi, alat ukur ini sangat sensitif terhadap medan
Sela terdapat di antara dua elektroda bola-bola yang terpisah dengan jarak yang
dibatasi. Jarak sela di antara elektroda bola-bola menentukan pengukuran nilai puncak
tegangan DC, AC dan impuls. Sela elektroda bola-bola mampu merespon nilai puncak
tegangan dalam durasi ( ≥ 1− 3 μs). Dua standar pengaturan sela di antara elektroda bola-
Gambar 2.1 dan 2.2 menunjukkan jarak ruang di sekitar elektroda bola-bola.
Objek yang diijinkan ada di sekitar elektroda bola- bola adalah dinding, langit-langit
tertinggi, tangki transformator, generator impuls. Pada susunan vertikal elektroda bola
yang dihubungkan ke terminal tegangan tinggi disebut elektroda bola tegangan tinggi
elektroda bola tegangan rendah. Elektroda bola tegangan tinggi digantung oleh elektroda
berbentuk silinder dan elektroda bola tegangan rendahnya disangga oleh elektroda yang
terhubung ke tanah.
ketinggian titik percik di atas tanah dan jarak bebas elektoda bola tegangan tinggi dari
objek luar.
Batasan jarak sela dibatasi oleh distribusi medan pada sela yang harus tetap
halus dan lengkungannya merata. Bahannya terbuat dari tembaga, kuningan atau
aluminium. Standar diameter elektroda bola mulai dari 2, 5, 6, 6,25, 10, 12,5, 15, 20, 25,
50, 75, 100, 150, dan 200 cm. Diameter elektroda bola tidak lebih 2 persen dari nilai
nominalnya. Permukaan elektroda bola dijaga bersih dan kering, tidak boleh digosok dan
berdebu, tidak boleh kena pernis, cat, minyak, atau lapisan lainnya. Jika terlalu banyak
pengukuran bersama tingkat internasional pada periode 1920 sampai 1955 sebagai nilai
(temperature 20̊C, tek anan udara 101,3 kPa atau 760 mmHg). Jenis dan polaritas
bola, tegangan percik adalah fungsi tidak linier terhadap jarak sela. Hal ini dikarenakan
perubahan distribusi medan listrik yang tidak homogen terhadap tembus listrik. Setelah
semua kondisi di atas telah dipenuhi, maka diameter elektroda bola dan jarak sela
percikan tegangan puncak yang nilainya mendekati nilai nominal ditunjukkan dalam
Table 2.2.
Tegangan puncak lewat denyar AC, tegangan impuls negative (50 % untuk pengujian impuls),
tegangan switching negative dan tegangan dc, dengan satu elektroda ditanahkan
Kesalahan hasil pengukuran tegangan DC yang jarak selanya lebih kecil dari 0,4D
diperkirakan ± 5 persen.
Kesalahan hasil pengukuran tegangan AC dan impuls untuk jarak sela di atas
0,5D diperkirakan ± 3 persen. Tabel 2.2 tidak valid untuk mengukur tegangan impuls di
bawah 10 kV dan jarak sela lebih kecil dari 0,05D. Untuk jarak sela lebih besar dari
Sebuah tahanan peredam dipasang di antara terminal trafo uji dan elektroda
berbentuk silinder dengan jarak minimal dua kali lebih panjang dari diameter elektroda
osilasi yang tidak diinginkan ketika terjadi tembus listrik pada sela karena dapat
impuls). Besar tahanan peredam ini di antara 0,1 sampai 1 MΩ untuk tegangan AC
frekuensi daya dan tegangan DC. Untuk tegangan frekuensi yang lebih tinggi yaitu
tegangan impuls, drop tegangan akan meningkat pada tahanan peredam. Oleh karena itu,
nilai tahanan peredam tidak lebih dari 500 Ω ( induktansi lebih kecil dari 30 μH).
Umumnya, rapat udara selama pengukuran tidak tetap setiap saat sehingga
Vt = δ Vs (2.1)
Di mana Vs adalah nilai dalam tabel standar dan k d adalah faktor koreksi rapat
udara. Faktor koreksi δ dinyatakan dalam Tabel 2.3, merupakan fungsi tidak linier.
δ
Relatif Koreksi
0.7 0.72
0.75 0.77
0.8 0.82
0.85 0.86
0.9 0.91
0.95 0.95
1 1
1.05 1.05
1.1 1.09
1.15 1.13
Persamaan 2.2.
p ( 273 + t o )
δ = =
pTo
p o ( 273 + t ) poT
δ = 0,386
p
( 273 + t )
(2.2)
t o = 20˚C.
III.1 Pendahuluan
Saat pengukuran tegangan dengan elektroda bola-bola, pada saat jarak sela
tertentu (s) terjadi tembus listrik pada elektroda bola-bola, maka tegangan yang diukur
elektroda bola-bola sama dengan tegangan tembus elektroda bola-bola pada saat jarak
selanya sama dengan (s). Oleh karena itu, hasil ukur elektroda bola-bola ditetapkan
setelah terjadi tembus listrik di antara elektroda bola-bola. Peristiwa tembus listrik
terjadi ketika kuat medan listrik di sela elektroda bola-bola lebih besar dari pada
kekuatan dielektrik udara. Kuat medan listrik dipengaruhi oleh distribusi medan listrik di
antara elektroda bola-bola. Distribusi medan listrik tersebut dipengaruhi oleh dimensi
dan objek sekitar elektroda bola-bola. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa objek di
Berikut ini akan dijelaskan tentang medan listrik, kerapatan fluks listrik,
distribusi medan listrik, kuat medan listrik di antara elektroda bola-bola, pengaruh objek
sekitar terhadap tembus listrik elektroda bola-bola dan pengaruh tanah terhadap tegangan
Jika di dalam suatu ruangan terdapat muatan titik Q1 seperti ditunjukkan pada
Q1
Gambar 3.1. Muatan Titik Q1
r
A B
F Q2
Q1
Besarnya gaya tersebut adalah berbanding lurus dengan perkalian antara muatan Q1 dan
Q2 dan berbanding terbalik dengan jarak kwadrat kedua muatan seperti dinyatakan pada
Persamaan 3.1.
F=
4πε 0ε r r 2
Q1Q 2
(3.1)
Jika kedua muatan berpolaritas sama, maka gaya yang terjadi pada kedua muatan adalah
tolak menolak. Jika kedua muatan berlawanan polaritas maka gaya yang terjadi adalah
tarik menarik.
Telah disebutkan bahwa Q2 mengalami gaya pada setiap titik di sekitar muatan
Q1. Oleh karena itu, Q2 dinyatakan berada dalam suatu medan listrik yang diakibatkan
Q1. Jika Q2 berada pada titik B dan di titik itu Q2 mengalami gaya, maka pada titik B itu
E =
F2
Q2
E=
4πε 0ε r r 2
Q1
(3.2)
Di setiap titik di sekitar Q1 ada kuat medan listrik, sehingga di ruangan di sekitar Q1
dinyatakan ada medan listrik. Adanya medan listrik di suatu ruangan dapat dinyatakan
garis medan adalah sama dengan arah garis singgung pada titik tersebut seperti
EL2
EL6 EL9
EL7
EL1 EL8
Garis medan yang ditimbulkan muatan titik ditunjukkan seperti pada Gambar 3.4.
Jika dua muatan titik berbeda polaritas dan terletak berdampingan maka garis medan
Jika dua muatan titik sama polaritas terletak berdampingan maka garis medan adalah
+
+
Banyaknya garis medan yang menembus tegak lurus suatu permukaan disebut
fluks listrik (ψ ). Fluks sama dengan banyaknya muatan yang dilingkupi permukaan
yaitu:
ψ = Q (C) (3.3)
Apabila suatu batang kaca bermuatan listrik didekatkan kepada sebuah bola
logam yang ringan, maka bola logam tertarik ke batang kaca sampai menyentuhnya.
batang kaca. Setelah muatan keduanya sama maka mereka tolak menolak. Kejadian
Kejadian ini dapat terjadi pada dua bola logam berjari-jari a dan b. Di mana, bola
logam yang berjari-jari b lebih besar dari pada bola logam berjari-jari a. Bola logam
berjari-jari b disusun oleh dua belahan bola logam yang dapat digabungkan dengan erat.
Kedua bola logam dipasang konsentris. Bola logam berjari-jari a disebut bola dalam dan
bola logam berjari b disebut bola luar. Antara bola dalam dan luar diisi dengan bahan
dielektrik. Dengan membuka bagian bola luar dan menghilangkan muatannya dengan
menghubungkannya ke bumi, bola dalam diisi dengan muatan listrik yang besarnya
diketahui. Kemudian bagian bola luar dipasang dengan erat. Jika bagian bola luar dibuka
lagi dan diperiksa besar muatannya maka didapati muatan total pada bola luar sama
Fluks listik yang ditimbulkan oleh muatan Q tersebar serbasama pada permukaan
ψ
bola dalam seluas 4πa 2 m2. Kerapatan fluks pada permukaan ini adalah
4πa 2
.
Gambar 3.7. Fluks Listrik Di Antara Bola Sepusat Konsentris Yang Bermuatan
Sehingga besar kerapatan fluks di permukaan bola dalam dengan r = a sama dengan:
4πa 2
Q
Da = (3.4)
dan besar kerapatan fluks di permukaan bola luar dengan r = b sama dengan:
4πb 2
Q
Db = (3.5)
4πr 2
Q
D= (3.6)
Jumlah muatan di dalam permukaan bola yang ditembus oleh fluks listrik adalah sama
dengan jumlah fluks total yang keluar dari permukaan tertutup tersebut sebagaimana
Q = ∫ D. dS (3.7)
E=
4πε 0 r 2
Q
(3.8)
atau
Q = 4πε o r 2 E (3.9)
D= ε 0ε r E (3.10)
Dari Persamaan 3.10 disimpulkan bahwa rapat fluks D berbanding lurus dengan
kuat medan listrik E.
menyalurkan tegangan tinggi adalah seperti ditunjukkan pada Gambar 3.8. Arah medan
listrik tegak lurus terhadap permukaan elektroda bola-bola. Fluks yang terdistribusi
_ __ __
(a). Fluks Listrik Di Antara Elektroda Bola-Bola (b). Rapat Fluks Listrik Di Antara Elektroda Bola-Bola
Gambar 3.8. Distribusi Medan Listrik Di Antara Elektroda Bola-Bola
bola-bola, maka rapat fluks listrik yang menembus permukaan A sama dengan jumlah
fluks yang menembus permukaan tersebut dibagi luas permukaan itu juga. Misalkan
jumlah fluksnya yang menembus permukaan A adalah 5, maka rapat fluks yang tegak
5
D=
A
Berdasarkan Persamaan 3.10, rapat fluks sebanding dengan kuat medan listrik.
Oleh karena itu, rapat fluks listrik mempengaruhi kuat medan listrik pada titik-titik di
permukaan A.
menggunakan metode grafik dua dimensi. Metode ini dilakukan dengan menggambar
2. Kuat medan listrik dan kerapatan fluks keduanya tegak lurus pada
permukaan sepotensial.
komponen tangensial.
4. Garis fluks listrik mulai dan berakhir pada muatan. Garis tersebut mulai
Gambar garis fluks di antara elektroda bola-bola ditunjukkan pada Gambar 3.9.
PERBATASAN
KONDUKTOR
PERMUKAAN
SEPOTENSIAL
B’
A’
A1 ΔL
n
A
B
t
L
GARIS FLUKS
Δ
PERBATASAN
KONDUKTOR
∆ψ
E=
ε∆Lt
(3.11)
Jarak antara A ke A1 adalah ΔLn dan misalkan pertambahan potensial antara kedua
permukaan tersebut ∆V ,
∆V
E=
∆Ln
(3.12)
Maka dalam membuat sketsa, harus dipenuhi syarat-syarat berikut ini: Mediumnya
serba sama ( ε tetap); jumlah fluks pertabung tetap ( ∆ψ ) dan pertambahan tegangan
antara bidang sepotensialnya tetap ( ∆V ). Supaya memenuhi ketiga syarat tersebut maka:
∆Lt ∆ψ
= konstan =
∆Ln ε∆V
(3.13)
Persoalan dua dimensi yang potensialnya tidak berubah terhadap koordinat z dan
sangkar yang bersisi h. Sebagian daerah ini digambarkan pada Gambar 3.10.
V2
b x
V3 c V0 a V1
h d
V4
h
Gambar 3.10. Bagian suatu daerah medan potensial dua dimensi yang dibagi-bagi menjadi
beberapa bujursangkar besisi h.
Jika daerahnya bermuatan bebas dan berisi dielektrk serbasama, maka ∇.D = 0
∂E x ∂E y
+ =0
∂x ∂y
Operasi gradien menghasilkan:
∂ 2 Ex ∂ E y
+ =0
2
∂x 2 ∂y 2
Harga aproksimasi untuk turunan parsial ini dapat diperoleh dari potensial yang
diketahui, karena
∂V V 1−V 2
=
∂x
a
h
dan
∂V V 0−V 3
=
∂x
c
h
∂x c h h2
∂ 2V V1 −V 0−V0 + V3
=
∂y 2 c h2
∂ 2V ∂V V1 + V2 + V3 + V4 − 4V0
+ = =0
∂x 2
∂y 2
h2
atau
V0 = 1
4 (V1 + V2 + V3 + V4 )
listrik di antara elektroda bola-bola. Akibatnya distribusi medan listrik tidak homogen.
Dengan metode grafik dua dimensi, perbedaan distribusi fluks tanpa dan jika sebuah
Gambar 3.11.
0,5 cm
x ΔL2
10 cm B1
C pB2
x ΔL1
10 cm
A1 p A2
Elektroda ( plat)
(a). Fluks Listrik Menuju Garis Simetris (b). Sebagian Fluks Listrik Menuju Lempengan Elektroda
Gambar 3.11. Fluks Listrik Di Antara Bola-Plat-Bola
Pada Gambar 3.11 (a), jumlah fluks pada tabung A2-C yang panjangnya ΔL1 adalah Δѱ 1.
Pada Gambar 3.11 (b), jumlah fluks pada tabung B2-C yang panjangnya ΔL2 adalah Δѱ 2.
∆ψ 1
Ex =
ε∆L1
dan pada Gambar 3.11 (b) adalah
∆ψ 2
Ex =
ε∆L2
Gambar 3.11 (b) lebih besar dari kuat medan pada Gambar 3.11 (b).
Peta medan untuk menghitung potensial di titik p seperti ditunjukkan pada Gambar 3.12.
V= 0
p
V= 0
V=31,7 kV
V= 0
Kuat medan listrik di titik p pada Gambar 3.11 (a) sama dengan:
∆V( A→ A1 )
E=
∆L( A→ A1 )
∆L( A→ A! ) pada sketsa adalah 26 mm. Jika, elektroda bola tegangan tinggi berdiameter 1
cm, sela 0.5 cm dan diberi tegangan 31,7 kV maka besar potensial dari titik A sampai ke
titik A1 sama dengan besar potensial di titik p pada Gambar 3.12 yaitu :
∆V = (31,7 + 0 + 0 + 0)
1
4
∆V = 7,925kV
Kuat medan listrik di titik p pada Gambar 3.11 (b) sama dengan:
∆V( B → B! )
E= =
∆L( B → B! )
∆L( B → B! ) pada sketsa adalah adalah 31 mm. Besar potensial dari titik B sampai ke titik B1
sama dengan:
∆V = (31,7 + 0 + 0 + 0)
1
4
∆V = 7,925kV
Eb = = 25,5
7,925 kV
−3
0,31x10 cm
Kuat medan listrik di titik p pada Gambar 3.11 (a) dan (b) di atas adalah berbeda. Jika
Eudara 30 kV/cm, maka udara di antara elektroda bola-bola pada Gambar 3.11 (a) tembus
listrik. Tetapi pada Gambar 3.11 (b) tidak tembus listrik karena Eb < Eudara. Oleh karena
itu, supaya susunan elektoda bola-bola pada Gambar 3.11 (b) tembus listrik maka
Jadi, kuat medan listrik di antara elektroda bola-bola ditentukan oleh distribusi
medan listrik. Distribusi medan listrik dipengaruhi oleh dimensi elektoda bola-bola dan
objek sekitarnya.
Salah satu objek yang mempengaruhi distribusi medan listrik di antara elektroda
bola-bola adalah tanah. Tanah adalah elektroda bertegangan rendah. Pada tanah terdapat
yang terdistribusi dari elektroda bola tegangan tinggi menuju ke tanah. Distribusi medan
distribusi medan listrik yang menuju tanah. Keadaan ini berpengaruh terhadap rapat
fluks di dekat permukaan elektroda bola tegangan rendah seperti ditunjukkan pada
Gambar 3.14.
ψ2
V
A
ψ1
A ht
hr
(a). Elektroda Bola Pada Ketinggian hr (Kasus 1) (b). Elektroda Bola Pada Ketinggian ht (Kasus 2)
Gambar 3.14. Rapat Fluks Listrik Dekat Elektroda Bola Tegangan Rendah
hr di atas permukaan tanah. Sedangkan pada Gambar 3.14 (b) elektroda bola tegangan
tinggi digantung pada ketinggian ht di atas permukaan tanah. Ketinggian ht lebih besar
dari pada hr. Misalkan suatu permukaan A ditempatkan di antara kedua elektroda bola-
ψ1
Kasus 1:
D1 =
A
ψ2
Kasus 2:
D2 =
A
Fluks listrik yang menembus permukaan A pada kasus 1 lebih banyak daripada yang
D1 > D2
Karena E ≈ D, maka kuat medan listrik pada titik-titik di permukaan A kasus 1 lebih
besar dari kuat medan listrik pada titik-titik di permukaan A kasus 2, oleh karena itu
tegangan tembus elektroda bola-bola pada kasus 1 lebih rendah dari tegangan tembus
IV.1 Pendahuluan
Kesalahan pengukuran sama dengan selisih antara hasil pengukuran dengan nilai
Hu − Ha
g= x100% (4.1)
Ha
di mana:
g = kesalahan.
Hu = nilai hasil ukur alat ukur.
Ha = nilai dengan alat ukur standar.
Nilai yang dianggap benar pada pengukuran kesalahan alat ukur elektroda bola
bola adalah nilai yang ditunjukkan oleh alat ukur standar. Karena alat ukur standar
harganya mahal, maka digunakan alat ukur yang kesalahannya lebih rendah dari
kesalahan alat ukur elektroda bola-bola yang tersedia di laboratorium tegangan tinggi.
Alat ukur tersebut adalah trafo tegangan (PT). Kesalahan trafo tegangan terhadap alat
Jika elektroda bola-bola tembus listrik, maka tegangan pada keluaran trafo uji dapat
diperkirakan. Telah dibahas pada Bab III bahwa tegangan tembus di antara elektroda
bola-bola dipengaruhi oleh objek sekitar elektroda bola-bola tersebut. Pada Gambar 4.1
EB TT
Titik tengah sela
Alat ukur EBB
elektroda bola- x2
bola
EB TR
EB TT
h2
Titik tengah sela
elektroda bola- x1
bola
h1
EB TR
T T
(a). Alat Ukur EBB Pada Ketinggian h1 (b). Alat Ukur EBB Pada Ketinggian h2
(Kasus 1) (Kasus 2)
Gambar 4.1. Ketinggian Alat Ukur Elektroda Bola-Bola Di Atas Permukaan Tanah
Ketinggian alat ukur elektroda bola-bola di atas permukaan tanah diukur vertikal
dari titik tengah sela elektroda bola-bola sampai permukaan tanah. Pada Gambar 4.1 (a),
titik tengah sela elektroda bola-bola adalah x1 dan ketinggian alat ukur elektroda bola-
bola di atas permukaan tanah adalah h1. Sedangkan pada Gambar 4.1 (b) titik tengah sela
elektroda bola-bola adalah x2 dan ketinggian alat ukur elektroda bola-bola di atas
permukaan tanah adalah h2. Ketinggian h2 lebih besar dari pada h1. Jika hasil ukur pada
kasus 1 sama dengan Hu1 dan pada kasus 2 sama dengan Hu2, maka galat pada masing-
H u1 − H a
g1 = x100%
Ha
Kasus 2:
H u2 − H a
g2 = x100 %
Ha
di mana:
Hu1= nilai hasil ukur tegangan tembus menurut alat ukur elektroda bola-bola
pada ketinggian h1.
Hu2= nilai hasil ukur tegangan tembus menurut alat ukur elektroda bola-bola
pada ketinggian h2.
Dengan demikian dapat diperoleh besar galat sebagai fungsi dari ketinggian alat ukur
g = f ( h)
sendiri mempunyai kesalahan terhadap alat ukur standar. Kesalahan terhadap standar
alat ukur PT sama dengan y dan nilai hasil ukur alat ukur standar sama dengan z maka
a− y
g EBB- PT = x100
y
g
a = EBB − PT y + y
100
(4.2)
y−z
g PT -S = x100
z
g
y = PT − S z + z
100 (4.3)
Kesalahan alat ukur elektroda bola-bola terhadap alat ukur standar adalah
a−z
g EBB- S = x100 (4.4)
z
g PT − S g
a= z + z + PT − S z + z
g EBB − PT
100 100 100
g
a = EBB − PT 2 PT − S + EBB − PT + PT − S + 1 z
xg g g
100 100 100 (4.5)
g EBB − PT xg PT − S g EBB − PT g PT − S
+ + + 1 z − z
a−z
= x100 =
2
100 100 100
g EBB- S x100
z z
Maka Persamaan untuk menghitung kesalahan alat ukur elektroda bola-bola terhadap
g EBB- S = + g EBB − PT + g PT − S %
g EBB − PT xg PT − S
(4.6)
100 2
sebagai berikut:
Tiang penyangga
(Plastik)
Batang besi TT
Saklar utama Saklar
Autotrafo sekunder EB TT
x Titik tengah sela
S1 S2 EBB
EB TR
PT
Batang besi TR Terminal
EB TR
220 V, 50 Hz V1 V
Tahanan peredam h divariasikan
Elektroda
ke tanah
Voltmeter
50 cm
1. Alat ukur elektroda bola-bola disusun vertikal di atas lantai. Jarak sela elektroda
3. Posisi lengan autotrafo diatur hingga posisi nol kemudian saklar utama (S1)
ditutup.
5. Input tegangan TU dinaikkan secara bertahap sampai terjadi percikan pada sela
6. Saklar utama (S1) dan saklar sekunder (S2) dibuka. Prosedur di atas diulang
alat ukur elektroda bola-bola di atas dudukan yang tingginya 5 cm, 10 cm, 15 cm,
Jarak sela pada saat pengujian adalah 1 cm. Menurut Tabel elektroda bola-bola
tembus listrik pada keadaan udara standar adalah, VS = 31.7 kV. Faktor koreksi ( δ ) saat
penelitian, yaitu:
δ = 0,386
p
273 + T
Vt = δ Vs
Di mana:
Ha = Vs= nilai tegangan standar.
Hu = Vt= nilai tegangan terukur.
Hasilnya pengolahan data diberikan pada Tabel 4.1.
Setelah itu, dihitung kesalahan alat ukur elektroda bola-bola terhadap alat ukur PT
Vt − VPT
g= x100%
VPT
Dihitung rata-rata kesalahan pada setiap ketinggian. Hasil perhitungan dinyatakan pada
Tabel 4.1 sampai Tabel 4.2.
Tabel 4.1
Kesalahan Pengukuran Menggunakan Elektroda Bola-Bola Berdiameter 5 cm Dan Sela 1 cm Pada
Ketinggian Tertentu Terhadap Alat Ukur PT
h = 10.5 cm h = 35.5cm
No δ V EB (kV) VPT (kV) gEB-PT(%) No δ V EB (kV) VPT (kV) gEB-PT(%)
1 0.9738 31.162 25.48 18.233 1 0.9809 31.39 27.82 11.373
2 0.9745 31.184 25.87 17.041 2 0.9805 31.38 27.56 12.1734
3 0.9745 31.184 25.48 18.291 3 0.9809 31.39 27.69 11.7872
4 0.9745 31.184 26.13 16.207 4 0.9809 31.39 27.95 10.9589
5 0.9745 31.184 25.22 19.125 5 0.9809 31.39 27.95 10.9589
6 0.9748 31.194 24.18 22.484 6 0.9807 31.38 28.21 10.102
h = 15.5 cm h= 40.5 cm
No δ V EB (kV) VPT (kV) gEB-PT(%) No δ V EB (kV) VPT (kV) gEB-PT(%)
1 0.9769 31.261 25.74 17.66 1 0.9799 31.36 27.82 11.2883
2 0.9769 31.26 26.39 15.579 2 0.9797 31.35 27.95 10.8453
3 0.9772 31.27 27.43 12.28 3 0.9797 31.35 28.08 10.4306
4 0.9772 31.27 27.56 11.864 4 0.9797 31.35 28.34 9.60128
5 0.9772 31.27 27.56 11.864 5 0.9794 31.34 28.08 10.402
6 0.9772 31.27 27.82 11.033 6 0.9794 31.34 28.21 9.98724
7 0.9772 31.27 27.43 12.28 7 0.9794 31.34 28.21 9.98724
8 0.9772 31.27 27.43 12.28 8 0.9794 31.34 28.34 9.57243
9 0.9773 31.27 27.69 11.449 9 0.9794 31.34 28.21 9.98724
10 0.9773 31.27 27.69 11.449 10 0.9792 31.33 28.21 9.95851
Rata-rata 12.774 Rata-rata 10.206
h = 20.5 cm h= 45.5 cm
No δ V EB (kV) VPT (kV) gEB-PT(%) No δ V EB (kV) VPT (kV) gEB-PT(%)
1 0.9805 31.38 27.43 12.588 1 0.9789 31.32 28.99 7.43934
2 0.9803 31.37 27.56 12.145 2 0.9787 31.32 28.47 9.09962
3 0.9803 31.37 27.69 11.731 3 0.9785 31.31 28.99 7.40977
4 0.9804 31.37 27.82 11.317 4 0.9783 31.31 28.99 7.40977
5 0.9804 31.37 27.82 11.317 5 0.9782 31.3 28.99 7.38019
6 0.9807 31.38 27.95 10.931 6 0.9782 31.3 28.86 7.79553
7 0.9807 31.38 27.95 10.931 7 0.9782 31.3 29.25 6.54952
8 0.9804 31.37 27.56 12.145 8 0.9782 31.3 29.38 6.13419
9 0.9804 31.37 27.69 11.731 9 0.9782 31.3 29.51 5.71885
10 0.9804 31.37 27.69 11.731 10 0.9782 31.3 29.38 6.13419
hhhhhhhhhhh=
h = 25.5 cm h= 50.5 cm
No δ V EB (kV) VPT (kV) gEB-PT(%) No δ V EB (kV) VPT (kV) gEB-PT(%)
1 0.9763 31.24 27.17 13.028 1 0.9789 31.32 28.99 7.43934
2 0.9766 31.25 26.91 13.888 2 0.9787 31.32 29.77 4.94891
3 0.9763 31.24 27.04 13.444 3 0.9785 31.31 29.64 5.33376
4 0.9763 31.24 27.43 12.196 4 0.9783 31.31 30.29 3.25775
5 0.9763 31.24 27.04 13.444 5 0.9782 31.3 30.29 3.22684
6 0.9763 31.24 27.3 12.612 6 0.9782 31.3 30.16 3.64217
7 0.9763 31.24 27.43 12.196 7 0.9782 31.3 29.77 4.88818
8 0.9763 31.24 27.56 11.78 8 0.9782 31.3 30.42 2.8115
9 0.9763 31.24 27.3 12.612 9 0.9782 31.3 29.51 5.71885
10 0.9763 31.24 27.43 12.196 10 0.9782 31.3 30.68 1.98083
Rata-rata 12.74 Rata-rata 4.32481
h = 30.5 cm h= 55.5 cm
No δ V EB (kV) VPT (kV) gEB-PT(%) No δ V EB (kV) VPT (kV) gEB-PT(%)
1 0.9783 31.3 26.78 14.441 1 0.9728 31.13 30.42 2.28076
2 0.9783 31.3 26.65 14.856 2 0.9729 31.13 27.95 10.2152
3 0.9783 31.3 26.91 14.026 3 0.9729 31.13 29.8 4.27241
4 0.9783 31.3 28.34 9.4569 4 0.9729 31.13 29.8 4.27241
5 0.9783 31.31 27.56 11.977 5 0.9729 31.13 28.6 8.12721
6 0.9783 31.31 28.21 9.901 6 0.9729 31.13 28.47 8.54481
7 0.9783 31.31 27.56 11.977 7 0.9728 31.13 28.86 7.292
8 0.9783 31.31 26.91 14.053 8 0.9728 31.13 28.6 8.12721
9 0.9783 31.31 28.34 9.4858 9 0.9725 31.12 27.43 11.8573
10 0.9783 31.31 27.04 13.638 10 0.9725 31.12 29.45 5.36632
Rata-rata 12.381 Rata-rata 7.03557
h = 12.3 cm
h = 37.3 cm
No δ V EB (kV) VPT (kV) gEB-PT(%) No δ V EB (kV) VPT (kV) gEB-PT(%)
1 0.971 31.07 24.96 19.6653 1 0.96789 30.97 28.08 9.33161
2 0.971 31.07 25.09 19.2469 2 0.96744 30.96 28.08 9.30233
3 0.971 31.07 25.87 16.7364 3 0.96744 30.96 28.21 8.88243
4 0.971 31.07 26.39 15.0628 4 0.96744 30.96 28.34 8.46253
5 0.971 31.07 26.39 15.0628 5 0.96776 30.97 28.34 8.49209
6 0.971 31.07 26.13 15.8996 6 0.96776 30.97 28.08 9.33161
7 0.971 31.07 26.39 15.0628 7 0.96776 30.97 28.47 8.07233
8 0.971 31.07 25.48 17.9916 8 0.96776 30.97 27.56 11.0107
9 0.971 31.07 26.52 14.6444 9 0.96776 30.97 27.95 9.75137
10 0.971 31.07 26.52 14.6444 10 0.96776 30.97 28.34 8.49209
Rata-rata 16.4017 Rata-rata 9.1129
h = 17.3 cm
h = 42.3 cm
No δ V EB (kV) VPT (kV) gEB-PT(%) No δ V EB (kV) VPT (kV) gEB-PT(%)
1 0.9713 31.08 26.52 14.6718 1 0.97582 30.93 25.35 18.0407
2 0.9713 31.08 27.82 10.4891 2 0.97549 30.92 29.51 4.56016
3 0.9713 31.08 26.78 13.8353 3 0.97516 30.91 28.6 7.47331
4 0.9713 31.08 25.87 16.7632 4 0.97516 30.91 29.51 4.52928
5 0.9713 31.08 27.69 10.9073 5 0.97484 30.9 29.9 3.23625
6 0.9713 31.08 25.74 17.1815 6 0.97484 30.9 30.03 2.81553
7 0.9713 31.08 27.43 11.7439 7 0.97257 30.83 30.29 1.75154
8 0.9713 31.08 27.95 10.0708 8 0.97077 30.77 30.03 2.40494
9 0.9713 31.08 26.91 13.417 9 0.97032 30.76 30.03 2.37321
10 0.9713 31.08 27.69 10.9073 10 0.97032 30.76 30.03 2.37321
Rata-rata
h = 22.3 cm h = 47.3 cm
h = 27.3 cm h = 52.3 cm
No δ V EB (kV) VPT (kV) gEB-PT(%) No δ V EB (kV) VPT (kV) gEB-PT(%)
1 0.971 31.07 27.56 11.2971 1 0.97019 30.76 31.07 1.0078
2 0.9707 31.06 27.43 11.6871 2 0.96987 30.74 30.03 2.30969
3 0.9707 31.06 27.3 12.1056 3 0.96955 30.73 31.07 1.10641
4 0.9707 31.06 27.56 11.2685 4 0.96955 30.73 30.68 0.16271
5 0.9707 31.06 27.56 11.2685 5 0.96955 30.73 31.07 1.10641
6 0.9706 31.06 27.56 11.2685 6 0.96923 30.72 31.07 1.13932
7 0.9706 31.06 27.56 11.2685 7 0.96923 30.72 31.07 1.13932
8 0.9706 31.06 27.43 11.6871 8 0.96923 30.72 30.94 0.71615
9 0.9706 31.06 27.43 11.6871 9 0.96923 30.72 31.07 1.13932
10 0.9706 31.06 27.69 10.85 10 0.96923 30.72 30.68 0.13021
Rata-rata Rata-rata
11.5042 0.48521
h = 32.3 cm h = 57.3 cm
Hubungan jarak ketinggian alat ukur elektroda bola-bola di atas permukaan tanah
D = 5 cm S = 1 cm D=10 cm S = 1 cm
Kesalahan alat ukur elektroda bola-bola terhadap alat ukur standar dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:
g EB-S = + g EB-PT + g PT -S %
g EB-PT xg PT -S
100
Di mana:
g EB-S = nilai kesalahan alat ukur elektroda bola-bola terhadap alat ukur standar.
g EB-PT = nilai kesalahan alat ukur elektroda bola-bola terhadap alat ukur PT.
D= 5 cm D= 10 cm
h (cm) g EB-PT(%) g PT-S(%) g EB-S (%) h (cm) g EB-PT(%) g PT-S(%) g EB-S (%)
10.5 17.0096 0.5 17.4246 12.3 16.4017 0.5 16.81967
15.5 12.7739 0.5 13.21 17.3 12.9987 0.5 13.43372
20.5 11.6565 0.5 12.0983 22.3 11.5042 0.5 11.94669
25.5 12.7396 0.5 13.1759 27.3 11.4388 0.5 11.88159
30.5 12.3811 0.5 12.8192 32.3 8.38842 0.5 8.84648
35.5 10.8118 0.5 11.2578 37.3 9.1129 0.5 9.56734
40.5 10.206 0.5 10.655 42.3 4.95582 0.5 5.431037
45.5 7.1071 0.5 7.57156 47.3 3.03777 0.5 3.52258
50.5 4.32481 0.5 4.80319 52.3 0.47521 0.5 0.972837
55.5 7.03557 0.5 7.50039 57.3 -3.8352 0.5 3.31607
Berdasarkan data pada Tabel 4.4 dibuat kurva yang menyatakan hubungan h (cm)
Gambar 4.3. Kurva Hubungan Jarak Ketinggian Alat Ukur Elektroda Bola-Bola Dengan Kesalahan
Ukur
V.1 Kesimpulan
V. 2 Saran
bola pada ketinggian lebih besar dari 70.5 cm untuk elektroda bola-bola berdiameter 5
Jakarta 2002
3. Naidu, M. S., “ High Voltage Engineering ” Tata Mc Graw Hill Publishing, 1983
1984
distributions along surface of silicone rubber polymer insulators using finite element
(WASET), 2009
8. Rakosh Das Begamudre., “ Extra high voltage ” New Age International (P) Ltd.
Publishers, 2006
Tabel 1.
Tegangan Tembus Pada Berbagai Ketinggian Alat Ukkur EBB
D= 5 cm S= 1 cm
h = 10.5 cm h = 35.5 cm
No T (˚C) P (mmHg) Vp (kV) No T (˚C) P (mmHg) Vp (kV)
1 26.5 755.6 19.6 1 25.1 757.5 21.4
2 26.3 755.6 19.9 2 25.2 757.5 21.2
3 26.3 755.6 19.6 3 25.4 758.3 21.3
4 26.3 755.6 20.1 4 25.4 758.3 21.5
5 26.3 755.6 19.4 5 25.4 758.3 21.5
6 26.2 755.6 18.6 6 25.5 758.4 21.7
7 26.2 755.7 20.5 7 25.5 758.3 21.8
8 26.2 755.7 20.4 8 25.5 758.3 21.6
9 26.2 755.7 20.5 9 25.6 758.3 21.7
10 26.2 755.7 20.5 10 25.6 758.3 21.6
h = 15.5 cm h = 40.5 cm
No T (˚C) P (mmHg) Vp (kV) No T (˚C) P (mmHg) Vp (kV)
1 25.8 756.2 19.8 1 25.8 758.5 21.4
2 25.8 756.2 20.3 2 25.8 758.4 21.5
3 25.7 756.2 21.1 3 25.8 758.4 21.6
4 25.7 756.2 21.2 4 25.8 758.4 21.8
5 25.7 756.2 21.2 5 25.9 758.4 21.6
6 25.7 756.2 21.4 6 25.9 758.4 21.7
7 25.7 756.2 21.1 7 25.9 758.4 21.7
8 25.7 756.2 21.1 8 25.9 758.4 21.8
9 25.7 756.3 21.3 9 25.9 758.4 21.7
10 25.7 756.3 21.3 10 26 758.5 21.7
h = 20, 5 cm h = 45.5 cm
h = 25.5 cm h = 50.5 cm
No T (˚C) P (mmHg) Vp (kV) No T (˚C) P (mmHg) Vp (kV)
1 25.9 756 20.9 1 26.1 758.5 22.3
2 25.8 756 20.7 2 26.2 758.6 21.9
3 25.9 756 20.8 3 26.2 758.5 22.3
4 25.9 756 21.1 4 26.3 758.6 22.3
5 25.9 756 20.8 5 26.3 758.5 22.3
6 25.9 756 21 6 26.3 758.5 22.2
7 25.9 756 21.1 7 26.3 758.5 22.5
8 25.9 756 21.2 8 26.3 758.5 22.6
9 25.9 756 21 9 26.3 758.5 22.7
10 25.9 756 21.1 10 26.3 758.5 22.6
Lanjutan Tabel 1
Tabel 2
Tegangan Tembus Pada Berbagai Ketinggian Alat Ukkur EBB
D = 10 cm S = 1 cm
h = 12.3 cm h = 37.3 cm
No T (˚C) P (mmHg) Vp (kV) No T (˚C) P (mmHg) Vp (kV)
1 27.6 756.2 19.2 1 27.9 754.5 21.6
2 27.6 756.2 19.3 2 28 754.4 21.6
3 27.6 756.2 19.9 3 28 754.4 21.7
4 27.6 756.2 20.3 4 28 754.4 21.8
5 27.6 756.2 20.3 5 27.9 754.4 21.8
h = 17.3 cm h = 42.3 cm
No T (˚C) P (mmHg) Vp (kV) No T (˚C) P (mmHg) Vp (kV)
1 27.4 755.9 20.4 1 26.8 757.9 19.5
2 27.4 755.9 21.4 2 26.9 757.9 22.7
Lanjutan Tabel 2
No T (˚C) P (mmHg) Vp (kV) No T (˚C) P (mmHg) Vp (kV)
3 27.4 755.9 20.6 3 27 757.9 22
4 27.4 755.9 19.9 4 27 757.9 22.7
5 27.4 755.9 21.3 5 27.1 757.9 23
6 27.4 755.9 19.8 6 27.1 757.9 23.1
7 27.4 755.9 21.1 7 27.8 757.9 23.3
8 27.4 755.9 21.5 8 28 757 23.1
9 27.4 755.9 20.7 9 28.1 756.9 23.1
10 27.4 755.9 21.3 10 28.1 756.9 23.1
h = 22.3 cm h = 47.3 cm
No T (˚C) P (mmHg) Vp (kV) No T (˚C) P (mmHg) Vp (kV)
1 27.4 755.7 21.2 1 27.9 756.9 19.9
2 27.5 755.7 21.1 2 27.8 756.9 22.7
3 27.5 755.7 21 3 27.9 756.9 23
4 27.5 755.7 21.2 4 27.9 756.9 23.1
5 27.5 755.7 21.2 5 28 756.8 22.9
6 27.5 755.6 21.2 6 28.1 756.8 23.7
7 27.5 755.6 21.2 7 28.1 756.8 23.6
8 27.5 755.6 21.1 8 28.1 756.9 23.1
9 27.5 755.6 21.1 9 28.1 756.8 23.9
10 27.5 755.6 21.3 10 28.1 756.8 23.6
h = 32.3 cm h = 57.3 cm
No T (˚C) P (mmHg) Vp (kV) No T (˚C) P (mmHg) Vp (kV)
1 27.4 755.7 21.2 1 29.2 756.4 24.4
2 27.5 755.7 21.1 2 29.2 756.4 24.5
3 27.5 755.7 21 3 29.3 756.4 24.5
4 27.5 755.7 21.2 4 29.3 756.4 24.4
5 27.5 755.7 21.2 5 29.3 756.3 24.4
6 27.5 755.6 21.2 6 29.4 756.3 24.4
7 27.5 755.6 21.2 7 29.4 756.2 24.5
8 27.5 755.6 21.1 8 29.4 756.2 24.6
9 27.5 755.6 21.1 9 29.4 756.2 24.4
10 27.5 755.6 21.3 10 29.4 756.2 24.4