Oleh:
WINDI FIKRAN TAUPANI
F1B 013093
i
TUGAS AKHIR
ANALISIS PENGATURAN KECEPATAN MOTOR DC SHUNT BERBASIS
PENYEARAH TERKONTROL
Oleh:
WINDI FIKRAN TAUPANI
F1B 013093
1. Pembimbing Utama;
2. Pembimbing Pendamping;
Mengetahui
Ketua Jurusan Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas Mataram
ii
TUGAS AKHIR
ANALISIS PENGATURAN KECEPATAN MOTOR DC SHUNT BERBASIS
PENYEARAH TERKONTROL
Oleh:
WINDI FIKRAN TAUPANI
F1B 013 093
Telah diujikan di depan Dosen Penguji
Pada tanggal 19 Januari 2021
dan dinyatakan telah memenui syarat mencapai derajat S-1
Jurusan Teknik Elektro
1. Penguji I :
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tugas Akhir ini benar-benar karya saya
sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya yang ditulis atau
diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata
penulisan karya ilmiah yang lazim.
iv
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas
berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelsaikan Tugas Akhir
ini.
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penulis melakukan penelitian yang
berjudul “ANALISIS PENGATURAN KECEPATAN MOTOR DC SHUNT
BERBASIS PENYEARAH TERKONTROL”. Dengan harapan dapat membantu
mengatasi masalah pencurian kendaraan sepeda motor di kalangan masyarkat. Tugas
Akhir ini juga merupakan salah satu persyaratan kelulusan guna mencapai gelar
kesarjanaan di Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Mataram.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini jauh dari sempurna, penulis
membuka pintu selebar-lebarnya atas segala kritik dan saran demi kesempurnaan
penelitian ini. Akhir kata, penulis berharap Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.
Penulis
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Tugas Akhir ini dapat diselesaikan berkat bimbingan dan dukungan ilmiah
maupun materil dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada :
1. Allah Subahanahuwata‟ala yang telah memberikan nikmat sehat dan sempat
serta kekuatan untuk menghadapi segala bentuk tantangang dalam
menyelesaikan tugas akhir ini.
2. Ayahanda tercinta Aq Suroyya dan Iq Suroyya Ibunda Tercinta yang telah
memperjuangkan anaknya dengan penuh ketulusan dan keikhlasan sehingga
bisa menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik. Orang tua yang sangat luar
biasa yang mampu menyekolahkan anaknya ditengah segala keterbatasan
yang ada.
3. Bapak Prof Dr. H. Lalu Husni, SH., M.Hum., Selaku Rektor Universitas
Mataram
4. Bapak Akmaluddin, ST., M.Sc (Eng)., Ph.D., Selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Mataram.
5. Muhammad Syamsu Iqbal., ST., MT., Ph.D. Selaku Ketua Jurusan
TeknikElektro Fakultas Teknik Universitas Mataramm.
6. Bapak., I Made Ari Nrartha, ST., MT. selaku dosen pembimbing pertama
yang telah memberikan bimbingan dan arahan dengan penuh kesabaran
sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.
7. Bapak Supriyatna, ST., MT. selaku dosen pembimbing pendamping yang
telah memberikan bimbingan dan arahan dengan penuh kesabaran selama
penyusunan Tugas Akhir ini.
8. Bapak I Nyoman Wahyu S., ST., MSc., Ph.D., Bapak Agung Budi Muljono,
ST.,MT., dan Ibu Rosmaliati, ST., MT., selaku dosen penguji yang telah
memberikan masukanmasukan selama proses penyusunan Tugas Akhir ini.
9. Saudara-saudaraku tercinta keluarga besar Jupu Desa yang selalu mensupport
selama proses penyusunan Tugas Akhir ini.
vi
10. Bapak Sar‟i Nurdin yang selalu membantu dalam berbagai kebutuhan
akademik.
11. Seluruh Keluarga Besar Sistem Tenaga Listrik Jurusan Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas Mataram.
12. Seluruh Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Elektro Jurusan Teknik
Elektro Fakultas Teknik Universitas Mataram.
13. Teman-teman seperjuangan Teknik Elektro angkatan 2013 yang selalu
memberikan doa, bantuan, motivasi dan semangat dalam pengerjaan Tugas
Akhir ini.
14. Teman-teman kos yang selalu memberikan semangat dan dukungan
15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir
ini.
vii
DAFTAR ISI
viii
BAB III METOLOGI PENELITIAN ........................................................................... 27
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian................................................................................ 27
3.2 Alat dan Bahan ..................................................................................................... 27
3.3 Prosedur Penelitian............................................................................................... 28
3.4 Tahapan Penelitian ............................................................................................... 28
3.5 Diagram Alir Penelitian ....................................................................................... 29
ix
DAFTAR GAMBAR
x
4.5 Gelombang Hubungan Kecepatan Motor Terhadap Kecepatan Referensi Saat
Diberi Beban 25 Nm Pada Detik 8 s ........................................................................ 38
4.6 Gelombang Hubungan Kecepatan Motor Terhadap Kecepatan Referensi Saat
Diberi Beban 30 Nm Pada Detik 2 s ........................................................................ 40
4.7 Grafik Hubungan Kecepatan Motor Terhadap Kecepatan Referensi....................... 42
4.8 Grafik Hubungan Kecepatan Motor Terhadap Kecepatan Referensi Saat Diberi
Beban Pada Detik 2 s ............................................................................................... 43
4.9 Grafik Hubungan Kecepatan Motor Terhadap Kecepatan Referensi Saat Diberi
Beban Pada Detik 4 s ............................................................................................... 43
4.10 Grafik Hubungan Kecepatan Motor Terhadap Kecepatan Referensi Saat Diberi
Beban Pada Detik 6 s ............................................................................................... 44
4.11 Grafik Hubungan Kecepatan Motor Terhadap Kecepatan Referensi Saat Diberi
Beban Pada Detik 8 s ............................................................................................... 44
4.12 Gelombang Arus Motor Saat Beban 15 Nm Pada Detik 4 s ................................... 45
4.13 Grafik Hubungan Kecepatan Motor Terhadap Arus Motor Pada Detik 2 s............ 47
4.14 Grafik Hubungan Kecepatan Motor Terhadap Arus Motor Pada Detik 4 s ............ 47
4.15 Grafik Hubungan Kecepatan Motor Terhadap Arus Motor Pada Detik 6 s ............ 48
4.16 Grafik Hubungan Kecepatan Motor Terhadap Arus Motor Pada Detik 8 s............ 48
4.17 Gelombang Tegangan Saat Beban 20 Nm Pada Detik 6 s ...................................... 49
4.18 Grafik Hubungan Kecepatan Motor Terhadap Tegangan Motor Pada Detik 2 s .... 51
4.19 Grafik Hubungan Kecepatan Motor Terhadap Tegangan Motor Pada Detik 4 s .... 51
4.20 Grafik Hubungan Kecepatan Motor Terhadap Tegangan Motor Pada Detik 6 s .... 52
4.21 Grafik Hubungan Kecepatan Motor Terhadap Tegangan Motor Pada Detik 8 s .... 52
4.22 Gelombang Hubungan Kecepatan Motor Terhadap Arus Sumber Saat Beban 10
Nm Pada Detik 2 s.................................................................................................... 53
4.23 Grafik Hubungan Kecepatan Motor Terhadap Arus Sumber Pada Detik 2 s ......... 55
4.24 Grafik Hubungan Kecepatan Motor Terhadap Arus Sumber Pada Detik 4 s ......... 55
4.25 Grafik Hubungan Kecepatan Motor Terhadap Arus Sumber Pada Detik 6 s ......... 56
4.26 Grafik Hubungan Kecepatan Motor Terhadap Arus Sumber Pada Detik 8 s ......... 56
xi
DAFTAR TABEL
xii
ABSTRAK
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1
startingnya menggunakan perangkat elektronika daya, gelombang ripple timbul
sebagai akibat tidak sempumanya keluaran rectifier, sehingga bentuk gelombang
yang seharusnya linier/searah masih mengikutkan bentuk gelombang AC
Pengaturan kecepatan motor DC shunt berbasis penyearah terkontrol dapat di
simulasikan dengan simulink matlab, dimana Matlab (Matrix Laboratory) adalah
bahasa pemrograman tinggi, tertutup, dan case sensitive dalam lingkungan komputasi
numerik yang dikembangkan oleh MathWorks. Salah satu kelebihannya yang paling
populer adalah kemampuan membuat grafik dengan visualisasi terbaik, Simulink
adalah bagian tambahan dari software matlab sebagai sarana pemodelan, simulasi dan
analisis dari system dinamik dengan menggunakan grafis. System fisik motor DC
pengendali utama dibuat kedalam bentuk model matematis untuk kemudian
simulasikan sehingga dapat diketahui respon tiap bagian pengendali dan diketahui
pula perbaikan respon yang perlu dilakukan sebelum gagasan ini diterapkan secara
nyata.
Motor DC dapat dimodelkan dengan kombinasi struktur listrik dan struktur
mekanik. Struktur listrik adalah model rangkaian listrik dari belitan armatur yaitu
tahanan yang terhubung seri dengan impedans belitan armatur. Sruktur mekanik
adalah momen inersia di rotor dan beban serta gesekan yang terjadi karena ada
pergerakan mekanik.
2
2) Rangkaian penyearah kontrol yang digunakan adalah Two Quadrant Single
Phasa Rectifier DC Drive
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang, permasalahan, tujuan, pembatasan masalah,
metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI
Bab ini berisikan teori yang sebagai dasar dalam merencanakan dan membuat
alat menguraikan tentang teori- teori dasar yang digunakan sebagai acuan,
karakteristik dari komponen yang akan digunakan, sifat dan struktur komponen.
BAB III PERANCANGANSISTEM
Bab ini berisikan tentang deskripsi prinsip kerja yang mencakup perancangan
hardware yaitu desain atau skematik alat dan perancangan software sebagai pengolah
data.
3
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas tentang hasil penelitian dan dibahas secara mendalam baik
secara teori, maupun kenyataan teknis pelaksanaanya berupa pengujian simulasi.
BAB V PENUTUP
Berisikan tentang kesimpulan dan saran setelah melakukan penelitian sebagai
masukan bagi penelitian selanjutnya.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI
5
2.2 Dasar Teori
2.2.1 Motor DC
Motor DC adalah motor listrik yang memerlukan suplay tegangan arus searah
pada kumparan medan untuk diubah menjadi energi gerak mekanik. Motor DC
merupakan piranti elektronik yang mengubah energi listrik menjadi energi mekanik
berupa gerak rotasi. Pada motor DC terdapat jangkar dengan satu atau lebih
kumparan terpisah. Tiap kumparan berujung pada cincin belah (komutator). Dengan
adanya insulator antara komutator, cicin belah dapat berperan sebagai saklar kutub
ganda (double pole dan double throw swicht).
Berdasarkan fisiknya motor arus searah secara umum terdiri atas bagian yang
diam dan bagian yang berputar. Pada bagian yang diam (stator) merupakan tempat
diletakkannya kumparan medan yang berfungsi untuk menghasilkan fluksi magnet
sedangkan pada bagian yang berputar (rotor) ditempati oleh rangkaian jangkar seperti
kumparan jangkar, komutator dan sikat.
Motor DC bekerja berdasarkan prinsip interaksi antara dua fluks magnetik.
Dimana kumparan medan akan menghasilkan fluks magnet yang arahnya dari kutub
utara menuju kutub selatan dan kumparan jangkar akan menghasilkan fluks magnet
yang melingkar. Interaksi antar kedua fluk magnet ini menimbulkan gaya sehinga
akan menimbulkan torsi.
Motor DC terdapat dalam berbagai ukuran dan kekuatan, masing-masing
didisain untuk keperluan yang berbeda-beda namun secara umum memiliki fungsi
dasar yang sama yaitu mengubah energi elektrik menjadi energi mekanik. Sebuah
motor DC sederhana dibangun dengan kawat yang membentuk loop ditempatkan
sedemikian rupa diantara dua buah magnet permanen. Bila arus mengalir pada kawat,
6
arus akan menghasilkan medan magnet sendiri yang arahnya berubah-ubah terhadap
arah medan magnet permanen sehingga menimbulkan putaran.
7
2.2.2 Kontruksi motor DC
8
kemudian dibalut pada rangka. Pada inti kutub ini dibelitkan kumparan medan
yang terbuat dari kawat tembaga yang berfungsi untuk menghasilkan fluks
magnet.
3. Sikat atau brush
Sikat adalah jembatan bagi aliran arus ke lilitan jangkar. Maka fungsi dan
posisi brush cukup penting sebagai komponen pada motor DC ini. Sikat-sikat
ini berbahan dasar karbon dengan tingkat kekerasan material yang bervariasi.
Tetapi ada juga pada kasus lain karbon dicampur dengan unsur lain seperti
tembaga. Brush pada umumnya harus memiliki kekuatan material yang lebih
lunak dari komutator (bagian dari motor DC). Tujuannya adalah supaya
gesekan yang terjadi antara segmen-segmen komutator dan brush itu sendiri
tidak mengakibatkan komutator cepat aus. Ya sebagai konsekuensi brush
adalah kompunen yang sering diganti dari motor DC ini.
4. Kumparan medan
Kumparan medan adalah susunan konduktor yang dibelittkan pada inti kutub.
Dimana konduktor tersebut berbahan dasar dari kawat tembaga yang memiliki
gometri bulat ataupun persegi yang berfungsi untuk menghasilkan fluks utama
dibentuk dari kumparan pada setiap kutub itu.
5. Jangkar
Inti jangkar paling umum dalam penggunaan motor DC berbentuk selinder
yang diberi alur-alur pada permukaannya untuk tempat melilitkan kumparan
jangkar, dimana ggl induksi akan timbul pada area ini. Bahan yang digunakan
dalam pembuatan jangkar ini adalah kombinasi dari baja dengan silikon.
6. Kumparan jangkar
Kumparan jangkar pada motor DC merupakan tempat dibangkitkannya ggl
induksi pertama kali. Pada motor DC penguatan kompon panjang kumparan
medannya diserikan terhadap kumparan jangkar, sedangkan pada motor DC
penguatan kompon pendek kumparan medan serinya diparalel terhadap
kumparan jangkar.
7. Komutator
9
Komutator terdiri dari sejumlah segemen tembaga yang berbentuk lempengan
-lempengan yang disusun ke dalam silinder terpasang pada poros. Tiap-tiap
lempengan atau segmen-segmen komutator terisolasi dengan baik antara satu
sama lainya. Bahan isolasi ini yang digunakan pada komutator adalah mika.
Komutator sering diasosiakan dengan penyerah (rectifier). Maka agar
dihasilkan tegangan DC yang konstant, maka diperlukan komutator dengan
jumlah yang banyak.
8. Celah udara
Celah udara merupakan ruang atau celah antara permukaan sepatu kutub yang
menyebabkan jangkar tidak bergesekan dengan sepatu kutub. Fungsi
utamanya adalah tempat mengalir fluks yang dihasilkan oleh kutub-kutub
medan.
Gambar 2.4 Pengaruh Penempatan Konduktor Pengalir Arus Dalam Medan Magnet
(B.L Thereja 1959)
Gambar 2.4 (a) menunjukkan sebuah medan magnet seragam yang dihasilkan
oleh kutub-kutub magnet utara dan selatan yang arahnya dari kutub utara menuju
kutub selatan. Sedangkan gambar 2.4 (b) menggambarkan sebuah konduktor yang
10
dialiri arus DC dan menghasilkan medan magnet (garis-garis gaya fluks)
disekelilingnya.
Jika yang dialiri arus tersebut ditempatkan di dalam medan magnet seragam,
maka interaksi kedua medan akan menimbulkan medan yang tidak seragam seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 2.4 (c). Sehingga kerapatan fluks akan bertambah
besar diatas sebelah kanan konduktor (dekat kutub selatan) dan dibawah sebelah kiri
konduktor (dekat kutub utara) sedangkan kerapatan fluks menjadi berkurang diatas
sebelah kiri konduktor dan dibawah sebelah kanan konduktor. Kerapan fluks yang
tidak seragam ini menyebabkan konduktor di sebelah kiri akan mengalami gaya ke
atas, sedangkan konduktor di sebelah kanan akan mengalami gaya ke bawah. Kedua
gaya tersebut akan menghasilkan torsi yang akan memutar jangkar dengan arah
putaran searah jarum jam.
11
besarnya arus yang mengalir pada kumparan jangkar (Ia), kerapatan fluks (B) dari
kedua kutub dan panjang konduktor jangkar (L). Semakin besar fluks yang terimbas
pada kumparan jangkar maka arus yang mengalir pada kumparan jamgkar juga akan
besar pula, dengan demikian gaya yang terjadi pada konduktor juga semakin besar
pula.
Besar gaya yang dihasilkan oleh arus yang mengalir pada konduktor jangkar
yang ditempatkan dalam suatu medan magnet adalah:
F = B . Ia . L (2-1)
Keterangan:
Ia = Arus jangkar (A)
B = Kerapatan fluks (Webber/ )
L = Panjang konduktor (m)
Bila kumparan jangkar dari motor berputar dalam medan magnet dan
memotong fluks utama maka sesuai dengan hokum induksi elektromagnetik pada
kumparan jangkar akan gaya gerak listrik (ggl) induksi yang arahnya sesuai dengan
kaidah tangan kanan, dimana arahnya berlawanan dengan tegangan yang diberikan
kepada jangkar atau tegangan terminal. Karena arahnya melawan maka ggl induksi
ini disebuat ggl lawan.
Ea = c . n . 𝟇 (2-2)
Keterangan:
Ea = Gaya gerak listrik (v)
C = Konstanta
N = Kecepatan putar motor (rpm)
𝟇 = Fluks magnet (webber)
12
Keterangan:
Vt = Tegangan Terminal
Ia = Arus Jangkar Motor
Ra = Hambatan Jangkar Motor
K = Konstanta Motor
𝟇 = Fluks Magnet yang terbentuk pada Motor
13
1) Motor shunt
Pada motor Shunt, gulungan medan (medan shunt) disambungkan secara
parallel dengan gulungan kumparan motor DC. Oleh karena itu total arus
dalam jalur merupakan penjumlahan arus medan dan arus kumparan motor
DC. Motor ini tidak dapat memproduksi arus yang besar ketika mulai
melakukan putaran seperti pada medan kumparan seri. Hal ini berarti motor
parallel mempunyai torsi awal yang lemah. Ketika voltase diaplikasikan ke
motor listrik, resistansi yang tinggi pada kumparan parallel menjaga arus
mengalir lambat. Kumparan armature untuk motor shunt pada dasarnya sama
dengan motor seri dan menggunakan arus untuk memproduksi medan
magnetik yang cukup kuat untuk membuat kumparan armature memulai
putaran. Dalam industry, motor shunt digunakan pada Mesin bubut, Drills,
Boring Mills, pembentuk, dan Spinning. Berikut adalah contoh boring mills
yang sering digunakan pada industri. Motor shunt mempunyai kecapatan
hampir konstan. Pada tegangan jepit konstan, motor ini mempunyai putaran
yang hampir konstan walaupun terjadi perubahan beban. Perubahan kecepatan
hanya sekitar 10 %. Misalnya untuk pemakaian kipas angin, blower, pompa
centrifugal, elevator, pengaduk, mesin cetak, dan juga untuk pengerjaan kayu
dan logam.
14
Gamabar 2.8 Rangakaian Ekivalen Motor DC Shunt (B.L Thereja 1959)
15
Gambar 2.9 Karakteristik Motor DC Seri (lectrical, 2005)
16
penganggkat hoist dan derek, sedangkan motor kompon yang setandar (12%)
tidak cocok.
Gambar 2.12 Rangkaian Ekivalen Motor Kompon Pendek (B.L Thereja 1959)
Gambar 2.13 Rangkaian Ekivalen Motor Kompon Panjang (B.L Thereja 1959)
17
2.2.5 Penyearah Terkontrol
Penyearah satu fasa terkontrol penuh adalah suatu konverter AC ke DC yang
menggunakan empat komponen elektronika daya sebagai switching device (dalam
percobaan ini komponen yang digunakan adalah SCR) yang dihubungkan sebagai
rangkaian jembatan. Tegangan output dari rangkaian ini dapat diatur dengan
mengatur sudut penyalaan dari SCR tersebut
Id
T1 T2
Uin AC Ud Load
T3 T4
Pada saat siklus fasa positif, SCR Tl dan T4 mendapat tegangan maju dan
ketika SCR tersebut diberi arus gate positif, maka kedua SCR tersebut akan konduksi,
dan arus positif akan mengalir dari sumber ke beban melalui kedua SCR tersebut.
Ketika arus gate dilepaskan, SCR tetap konduksi sampai arus yang melewatinya
kurang dari Iholding (sangat mendekati 0).
Kemudian saat siklus fasa negatif, SCR T2 dan T3 tersebut akan konduksi bila
dipicu oleh arus gate positif. Dua siklus ini terus berulang dan menghasilkan
tegangan DC yang dapat diatur melalui sudut penyalaannya.
2.2.5.1 Beban R
Apa bila rangkaian pada gambar 2.14 diberi beban R, maka akan dihasilkan
bentuk gelombang seperti gambar 2.15.
18
Gambar 2.15 Bentuk Gelombang Penyearah Terkontrol Penuh Satu Fasa Beban R.
Karena rangkaian diberi beban R, maka saat tegangan bernilai nol (saat ωt=π
atau 180o ), seketika arus juga akan bernilai nol dan SCR akan OFF. Nilai tegangan
keluaran penyearah satu fasa gelombang penuh ini dapat dicari dengan menggunakan
persamaan dibawah ini:
………………………………………………………..(2-4)
Vm
Vo AV (1 cos )
…………………………………………………………(2-5)
Vm = √ x Vsek.T……………………………………………………………….(2-6)
Untuk perhitungan Vrms nya berasal dari rumus daya di beban : P = I rms2 x R
karena P = R Io2 maka √
……………………………………………….(2-7)
Vm sin 2
Vo rms 1
2 2 ……………………………………………………..(2-8)
19
2.2.5.2 Sumber DC
Sedangkan saat rangkaian pada gambar 2.14 diberi beban R-L, maka
gelombang arus akan tertinggal terhadap gelombang tegangannya. Karena
ketertinggalan itulah, saat nilai tegangan nol, maka nilai arusnya belum nol dan SCR
akan tetap konduksi sampai nilai arus menjadi nol (ωt=β). Bentuk gelombang
keluarannya telihat pada gambar 2.16.
Gambar 2.16 Bentuk Gelombang Penyearah Terkontrol Penuh Satu Fasa Beban R-L.
…………………………………………………..(2-9)
1
Io av
Io(t ) d (t )
………………………………………………………(2-10)
Dimana:
Vm
Io (t ) [sin(t ) sin( )e (t ) / ]
Z
Z R 2 (L ) 2
L
tan 1
R
L
R
20
Untuk mencari nilai sudut pemadaman (β), maka nilai Irms harus nol pada saat
diberi suatu nilai ωt melalui cara numerik dengan persamaan seperti dibawah ini.
Vm
Io ( ) [sin( ) sin( )e ( / ) ] 0
Z …………………………….(2-12)
2.2.5.3 Karak Teristik Pengaturan
Karakteristik pengaturan dari rangkaian penyearah terkontrol penuh satu fasa
adalah karakteristik yang menyatakan hubungan antara tegangan output sebagai
fungsi dari sudut penyalaan ( ). Karakteristik pengaturan biasanya dinyatakan dalam
suatu kurva dari Vo AV/V AV0 = f( ).
Karakteristik pengaturan untuk rangkaian penyearah terkontrol penuh satu
fasa dapat dilihat pada gambar 2.17 di bawah ini.
Ud AV
Ud AV0
1,0
Opersai sebagai
Penyearah
0,5 Beban Tahanan
Beban Induktif
0
Beban Induktif
Opersai sebagai
Beban Aktif
Inverter
-0,5
-1,0
0 30 60 90 120 150 180 α
derajat
21
2.2.6 Simulink Motor DC Penyearah Terkontrol
Dalam simulink matlab penyearah banyak dilakukan dengan berbagai macam
penyearah salahsatunya penyearah gelombang penuh.
Sirkuit ini menggunakan blok DC1 5 Hp dari sistem tenaga khusus, DC1
Drive ini memodelkan Two Quadrant Single Phasa Rectifier DC Drive. Motor DC 5
Hp dieksitasikan secara terpisah dengan sumber tegangan medan DC 150 Volt,
tegangan jangkar disediakan oleh penyearah satu fase yang dikendalikan oleh dua
regulator PI, penyearah dikirimpkan oleh sumber AC dengan tegangan 220 Volt dan
frekuensi 50 Hz diikuti oleh transformator linier untuk meningkatkan tegangan
hingga nilai yang cukup. Regulator mengontrol sudut tembak dari penyearah
thyristor.
Pengatur pertama adalah pengatur kecepatan, diikuti oleh pengatur arus.
Pengatur kecepatan mengeluarkan referensi arus jangkar (dalam PU) yang digunakan
oleh pengontrol arus untuk mendapatkan torsi elektromagnetik yang diperlukan untuk
22
mencapai kecepatan yang diinginkan, tingkat perubahan referensi kecepatan
mengikuti jalur akselerasi dan perlambatan untuk menghindari perubahan referensi
mendadak yang dapat menyebabkan arus lebih dan mengganggu kestabilan sistem.
Regulator arus mengontrol arus dinamo dengan menghitung sudut tembak thyristor
yang sesuai. Ini menghasilkan tegangan keluaran penyearah yang diperlukan untuk
mendapatkan arus jangkar yang diinginkan, sebuah induktansi penghalusan 150 mH
ditempatkan secara seri dengan sirkuit jangkar untuk mengurangi osilasi arus jangkar.
Drive ini memiliki fitur kontrol kecepatan loop tertutup dengan opersai Two
Quadrant, loop ini mengontrol kecepatan yang mengeluarkan arus refrensi dari mesin
menggunakan pengontrol arus PI, Sudut tembak thyristor yang sesuai dengan arus
jangkar setelah mendapat perintah akan diturunkan, sudut tembak ini kemudian
digunakan untuk mendapatkan gerbang sinyal yang diperlukan untuk penyearah
memalaui unit tembak jembatan thyristor. Keuntungan utama drive ini dibandingkan
dengan drive DC lainnya adalah kesederhanaan implementasinya. Drive ini juga
memiliki kelemahan yaitu tidak dapat memproleh operasi monitoring mundur dan
regenerasi maju yang diperlukan sebagian drive.
23
2.2.6.1 Blok input dan output DC1 5 hp
Ketika mode bus keluaran diatur ke beberapa bus keluaran maka terdapat 3 bus
keluaran:
1. Motor
Elemen vektor pengukuran motor
Elemen tegangan jangkar
24
Elemen pengukuran motor DC (berisi nilai kecepatan, arus dinamo, arus
medan, dan torsi elektro magnetik), bahwa sinyal kecepatan diubah dari
rad/s ke rpm sebelum dikeluarkan
2. Conv
Vektor pengukuran konverter satu fasa ini termasuk tegangan keluaran converter
sedangkan arus keluaran sama dengan arus dinamo motor DC
3. Ctr1
Vektor pengukuran pengontrol
Refrensi arus jangkar
Sudut tembak dihitung oleh pengontrol arus
Kesalahan kecepatan atau torsi
Tanjakan refrensi kecepatan atau refrensi torsi
25
pengontrol digital, perlu diingat bahwa waktu pengambilan sampel ini harus kelipatan
dari langkah waktu simulasi.
Konverter nilai rata-rata memungkinkan penggunaan langkah waktu simulasi
yang lebih besar karena tidak menghasilkan konstanta waktu yang kecil (karena
snubber RC) yang melekat pada konverter terperinci. Untuk waktu sampling
pengontrol 100-µs, hasil simulasi yang baik telah diperoleh untuk langkah waktu
simulasi 100 µs. Langkah waktu ini tidak boleh lebih tinggi dari langkah waktu
pengontrol.
26
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
27
3.3 Prosedur Penelitian
1. Studi literatur
Dalam tahap studi literatur ini, dilakukan pengumpulan referensi sebagai
pedoman dalam penelitian.
2. Pembuatan simulink
Untuk menjalankan simulink, maka terlebih dahulu kita menginstall soffware
matlab
3. Pengujian
Tahap pengujian ini di lakukan untuk memastikan simulink berjalan atau
tidak, dengan refrensi yang digunakan untuk pengambilan data
4. Analisa dan pembahasan
Setelah pengujian dan pengambilan data telah dilakukan, tahap yang
selanjutnya adalah analisa hasil pengujian:
1) Analisis Hubungan Kecepatan Motor Terhadap Kecepatan Referensi
2) Analisis Hubungan Kecepatan Motor Terhadap Arus dan Tegangan
3) Analisis Hubungan Kecepatan Motor Terhadap Arus Sumber (AC)
Data-data yang telah didapat ini akan dianalisa dan dibandingkan dengan
teori yang ada, pada akhirnya dapat diambil kesimpulan akhir penelitian.
3.4 Tahap Penelitian.
1. Mengumpulkan modul simulink yang digunakan
2. Menghubungkan modul simulink yang sudah dikumpulkan menjadi sebuah
rangkaian penyearah terkontrol
3. Mengatur torsi beban
4. Menjalankan simulink
28
3.5 Diagram Alir Penelitian
Diagram alir penelitian dapat di lihat pada gambar 3.1.
Mulai
Mempersiapkan modul –
modul simulink :
Pengukur arus, Scupe
pengukur tegangan, Simout,
Drive DC1 5 Hp, Bok
input-output, Terminator,
Transformator linier
Menjalankan Simulink
Ya
Apakah mengeluarkan
Kecepatan yang diinginkan?
Tidak
Selesa
i
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian.
29
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
30
Tabel 4.1 Nilai Parameter Yang Digunakan
No Parameter Nilai Satuan
3 Frekuensi 50 Hz
9 Inersia 0,25 Kg . m2
11 Torsi Gesek 0 Nm
31
awal pada detik 1 s sebesar 250 rpm, dan pada detik 2 s mendapatkan kecepatan 500
rpm. Saat diberi beban 10 Nm pada detik 2 s kecepatan motor turun yang semula 500
rpm menjadi 498 rpm, setelah menerima beban kecepatan motor kembali perlahan
naik mengikuti kecepatan referensi. Kecepatan motor setabil atau mencapai
kecepatan referensi 1500 rpm pada detik 6,4 s.
Gambar 4.2 Gelombang Hubungan Kecepatan Motor Terhadap Kecepatan Referensi Saat
Diberi Beban 10 Nm Pada Detik 2 s.
32
Tabel 4.2 Pengukuran Kecepatan Motor Saat Beban 10 Nm
Beban Pemberian Kecepatan Kecepatan Motor Kecepatan
(Nm) Beban Motor Mengikuti Kecepatan Referensi
Pada Saat (rpm) Referensi 1500 rpm (rpm)
(detik) Pada Saat (detik)
Dari Tabel 4.2 data diambil sebanyak 4 kali pengujian mulai dari saat
pemberian pada detik 2 s menghasilkan kecepatan motor 498 rpm dan mencapai
kecepatan referensi 1500 rpm pada detik 6,4 s, untuk pemberian beban pada detik 4 s
menghasilkan kecepatan motor 999 rpm dan mencapai kecepatan referensi 1500 rpm
pada detik 6,3 s, untuk pemberian beban pada detik 6 s menghasilkan kecepatan
motor 1497 rpm dan mencapai kecepatan referensi pada detik 6,3 s, dan untuk
pemberian beban pada detik 8 s menghasilkan kecepatan motor 1489 rpm dan
mencapai kecepatan referensi 1500 rpm pada detik 8,4 s, sehingga didapatkan
kecepatan motor yang paling besar yaitu dihasilkan pada saat pemberian beban pada
detik 4 s, karena saat pemberian beban pada detik 4 s kecepatan motor dan keceptan
referensi memiliki selisih kecepatan yang lebih sedikit dibandingkan dengan
pemberian beban pada detik yang lainnya.
33
yang semula 1000 rpm menjadi 999 rpm, setelah menerima beban kecepatan motor
kembali perlahan naik mengikuti kecepatan referensi. Kecepatan motor setabil atau
mencapai kecepatan referensi 1500 rpm pada detik 6,3 s.
Gambar 4.3 Gelombang Hubungan Kecepatan Motor Terhadap Kecepatan Referensi Saat
Diberi Beban 15 Nm Pada Detik 4 s.
34
Tabel 4.3 Pengukuran Kecepatan Motor Saat Beban 15 Nm
Beban Pemberian Kecepatan Kecepatan Motor Kecepatan
(Nm) Beban Motor Mengikuti Kecepatan Referensi
Pada Saat (rpm) Referensi 1500 rpm (rpm)
(detik) Pada Saat (detik)
Dari Tabel 4.3 data diambil sebanyak 4 kali pengujian mulai dari saat
pemberian pada detik 2 s menghasilkan kecepatan motor 496 rpm dan mencapai
kecepatan referensi 1500 rpm pada detik 6,4 s, untuk pemberian beban pada detik 4 s
menghasilkan kecepatan motor 996 rpm dan mencapai kecepatan referensi 1500 rpm
pada detik 6,3 s, untuk pemberian beban pada detik 6 s menghasilkan kecepatan
motor 1492 rpm dan mencapai kecepatan referensi pada detik 6,4 s, dan untuk
pemberian beban pada detik 8 s menghasilkan kecepatan motor 1484 rpm dan
mencapai kecepatan referensi 1500 rpm pada detik 8,9 s, sehingga didapatkan
kecepatan motor yang paling besar yaitu dihasilkan pada saat pemberian beban pada
detik 2 s dan 4 s, karena saat pemberian beban pada detik 2 s dan 4 s kecepatan motor
dan keceptan referensi memiliki selisih kecepatan yang lebih sedikit dibandingkan
dengan pemberian beban pada detik yang lainnya.
35
referensi 1500 rpm namaun belum dalam keadaan steady state. Saat diberi beban 15
Nm pada detik 6 s kecepatan motor turun yang semula 1500 rpm menjadi 1489 rpm,
setelah menerima beban kecepatan motor kembali perlahan naik mengikuti kecepatan
referensi. Kecepatan motor setabil atau mencapai kecepatan referensi 1500 rpm pada
detik 6,4 s.
Gambar 4.4 Gelombang Hubungan Kecepatan Motor Terhadap Kecepatan Referensi Saat
Diberi Beban 20 Nm Pada Detik 6 s.
36
Tabel 4.4 Pengukuran Kecepatan Motor Saat Beban 20 Nm
Beban Pemberian Kecepatan Kecepatan Motor Kecepatan
(Nm) Beban Motor Mengikuti Kecepatan Referensi
Pada Saat (rpm) Referensi 1500 rpm (rpm)
(detik) Pada Saat (detik)
Dari Tabel 4.4 data diambil sebanyak 4 kali pengujian mulai dari saat
pemberian pada detik 2 s menghasilkan kecepatan motor 492 rpm dan mencapai
kecepatan referensi 1500 rpm pada detik 6,4 s, untuk pemberian beban pada detik 4 s
menghasilkan kecepatan motor 993 rpm dan mencapai kecepatan referensi 1500 rpm
pada detik 6,4 s, untuk pemberian beban pada detik 6 s menghasilkan kecepatan
motor 1489 rpm dan mencapai kecepatan referensi pada detik 6,4 s, dan untuk
pemberian beban pada detik 8 s menghasilkan kecepatan motor 1480 rpm dan
mencapai kecepatan referensi 1500 rpm pada detik 8,9 s, sehingga didapatkan
kecepatan motor yang paling besar yaitu dihasilkan pada saat pemberian beban pada
detik 4 s, karena saat pemberian beban pada detik 4 s kecepatan motor dan keceptan
referensi memiliki selisih kecepatan yang lebih sedikit dibandingkan dengan
pemberian beban pada detik yang lainnya.
37
kecepatan referensi 1500 rpm namun belum dalam keadaan steady state. Saat diberi
beban 25 Nm pada detik 8 s kecepatan motor turun yang semula 1500 rpm menjadi
1473 rpm, setelah menerima beban kecepatan motor kembali perlahan naik mengikuti
kecepatan referensi. Kecepatan motor setabil atau mencapai kecepatan referensi 1500
rpm pada detik 8,9 s.
Gambar 4.5 Gelombang Hubungan Kecepatan Motor Terhadap Kecepatan Referensi Saat
Diberi Beban 25 Nm Pada Detik 8 s.
38
Tabel 4.5 Pengukuran Kecepatan Motor Saat Beban 25 Nm
Beban Pemberian Kecepatan Kecepatan Motor Kecepatan
(Nm) Beban Motor Mengikuti Kecepatan Referensi
Pada Saat (rpm) Referensi 1500 rpm (rpm)
(detik) Pada Saat (detik)
Dari Tabel 4.5 data diambil sebanyak 4 kali pengujian mulai dari saat pemberian
pada detik 2 s menghasilkan kecepatan motor 490 rpm dan mencapai kecepatan
referensi 1500 rpm pada detik 11,8 s, untuk pemberian beban pada detik 4 s
menghasilkan kecepatan motor 990 rpm dan mencapai kecepatan referensi 1500 rpm
pada detik 9,4 s, untuk pemberian beban pada detik 6 s menghasilkan kecepatan
motor 1485 rpm dan mencapai kecepatan referensi pada detik 6,4 s, dan untuk
pemberian beban pada detik 8 s menghasilkan kecepatan motor 1473 rpm dan
mencapai kecepatan referensi 1500 rpm pada detik 8,9 s, sehingga didapatkan
kecepatan motor yang paling besar yaitu dihasilkan pada saat pemberian beban pada
detik 2s dan 4 s, karena saat pemberian beban pada detik 2 sdan 4 s kecepatan motor
dan keceptan referensi memiliki selisih kecepatan yang lebih sedikit dibandingkan
dengan pemberian beban pada detik yang lainnya.
39
beban kecepatan motor semakin turun dan tidak mampu naik kembali untuk
mengikuti kecepatan referensi. Hal ini dikarenakan motor tidak mampu untuk
menerima beban 30 Nm.
Gambar 4.6 Gelombang Hubungan Kecepatan Motor Terhadap Kecepatan Referensi Saat
Diberi Beban 30 Nm Pada Detik 2 s.
40
4.1.6 Analisis Perubahan Kecepatan Motor Terhadap Kecepatan Refrensi Saat
Beban 10 Nm, 15 Nm, 20 Nm, Dan 25 Nm
Hasil pengukuran kecepatan motor pada beban 10 Nm,15 Nm, 20 Nm, dan 25
Nm. Ditunjukkan pada Tabel 4.6.
10 498 500
15 496 500
20 492 500
2
25 490 500
10 999 1000
15 996 1000
20 993 1000
4
25 990 1000
10 1497 1500
15 1492 1500
6 20 1489 1500
25 1485 1500
10 1489 1500
15 1484 1500
8 20 1480 1500
25 1473 1500
Pada Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa hasil pengukuran kecepatan motor setelah
diberi beban pada detik tertentu, motor mendapatkan nilai kecepatan terbesar adalah
41
saat diberi beban 10 Nm pada detik 4 s dengan nilai kecepatan 999 rpm yang
memiliki selisih 1 rpm dari kecepatan referensi 1000 rpm sedangkan nilai kecepatan
terkecil adalah saat pemberian beban 25 Nm pada detik 8 s dengan nilai kecepatan
1473 rpm yang memiliki selisih 17 rpm dari kecepatan referensi 1500 rpm. Hal ini
menunjukan kecepatan mengikuti kecepatan referensi dengan sangat baik meski
beban yang diberikan dan waktu pemberian beban berbeda-beda. Dapat dilihat juga
beban berbanding terbalik dengan kecepatan motor, dimana semakin besar beban
yang diberikan maka kecepatan motor semakin berkurang begitu sebaliknya semakin
kecil beban yang diberikan maka kecepatan motor semakin tinggi. Sebagai mana
terlihat pada Gambar 4.7 sampai Gambar 4.11.
42
Gambar 4.8 Grafik Hubungan Kecepatan Motor Terhadap Kecepatan Referensi Saat
Detik 2 s.
Gambar 4.9 Grafik Hubungan Kecepatan Motor Terhadap Kecepatan Referensi Saat
Detik 4 s.
43
Gambar 4.10 Grafik Hubungan Kecepatan Motor Terhadap Kecepatan Referensi Saat
Detik 6 s.
Gambar 4.11 Grafik Hubungan Kecepatan Motor Terhadap Kecepatan Referensi Saat
Detik 8 s.
44
4.2. Analisis Perubahan Kecepatan Motor Terhadap Arus Dan Tegangan
4.2.1 Analisis Perubahan Kecepatan Motor Terhadap Arus Motor
Gambar 4.12 merupakan bentuk gelombang arus motor saat diberi beban 15
Nm pada detik 4 s, dimana pada detik 0 sampai 4 s sebelum diberi beban, pada detik
1 s mendapatkan kecepatan 250 rpm, pada detik 2 s mendapatkan kecepatan 500 rpm,
pada detik 3 s mendapatkan kecepatan 750 rpm, dan pada detik 4 s mendapatkan
kecepatan 1000 rpm sedangkan arus motor pada detik 0 sampai 4 s konstan 9,3 A.
Saat diberi beban 15 Nm pada detik 4 s arus naik 22,4 A pada kecepatan 496 rpm,
setelah menerima beban kecepatan motor kembali perlahan naik sedangkan arus
motor tetap konstan 22,4 A sampai detik 6 s. Arus motor setabil atau dalam keadaan
steady state 16,5 A pada detik 6 s.
45
Tabel 4.7 Perubahan Kecepatan Motor Dan Arus motor
Beban Pada Saat Beban Kecepatan Arus Motor Keadaan
(detik) (Nm) Motor (rpm) (A) Steady State
(A)
15 1492 17 16,5
Pada Tabel 4.7 didapatkan nilai arus motor terbesar adalah 28,8 A saat
kecepatan motor 173 rpm, sedangkan nilai arus motor terkecil adalah 12,7 A pada
saat kecepatan 1497 rpm, dan dapat dilihat juga bahwa hasil pengukuran arus motor
setelah diberi beban yang sama pada detik yang berbeda arus mengalami naik turun,
sedangkan pemberian beban pada detik yang sama dengan beban yang berbeda
ditunjukkan bahwa semakin besar beban yang diberikan arus yang dihasilkan akan
46
semakin besar begitu sebaliknya semakin kecil beban yang diberikan maka arus yang
dihasilkan akan semakin kecil. Berbeda dengan kecepatan motor saat diberi beban
yang sama pada detik yang berbeda dan beban yang berbeda pada detik yang sama
kecepatan motor akan tetap mengalmi penurunan, hal ini dikarenkan kecepatan motor
berpengaruh terhadap saat pemberian beban, dimana semakin besar beban yang
diberikan maka kecepatan motor yang dihasilkan akan semakin berkurang. Sebagai
mana terlihat pada Gambar 4.13 sampai Gambar 4.16.
Gambar 4.13 Grafik Hubungan Kecepatan Motor Terhadap Arus Motor Pada Detik 2 s.
Gambar 4.14 Grafik Hubungan Kecepatan Motor Terhadap Arus Motor Pada Detik 4 s.
47
Gambar 4.15 Grafik Hubungan Kecepatan Motor Terhadap Arus Motor Pada Detik 6 s.
Gambar 4.16 Grafik Hubungan Kecepatan Motor Terhadap Arus Motor Pada Detik 8 s.
49
Tabel 4.8 Perubahan Kecepatan Motor Dan Tegangan motor
Beban Beban Kecepatan Tegangan Sudut Keadaan
Pada Saat (Nm) Motor Motor (V) Penyalaan Steady
(rpm) (˚) State (V)
(detik)
10 498 114,3 79 230
Pada Tabel 4.8 didapatkan nilai tegangan motor terbesar adalah 239 V saat
kecepatan motor 173 rpm dengan sudut penyalaan 43˚, sedangkan nilai tegangan
motor terkecil adalah 115 V saat kecepatan motor 498 rpm dengan sudut penyalaan
79˚, dan dapat dilihat juga bahwa hasil pengukuran tegangan motor dimana tegangan
motor berbanding lurus dengan beban semakin besar beban yang diberikan maka
50
tegangan motor yang dihasilkan akan semakin besar begitu sebaliknya semakin kecil
beban yang diberikan maka tegangan motor yang dihasilkan akan semakin kecil.
Berbeda dengan kecepatan motor dimana kecepatan motor berpengaruh terhadap saat
pemberian beban, dimana semakin besar beban yang diberikan maka kecepatan motor
yang dihasilkan akan semakin berkurang. Sebagai mana terlihat pada Gambar 4.18
sampai Gambar 4.21.
Gambar 4.18 Grafik Hubungan Kecepatan Motor Terhadap Tegangan Motor Pada
Detik 2 s.
Gambar 4.19 Grafik Hubungan Kecepatan Motor Terhadap Tegangan Motor Pada
Detik 4 s.
51
Gambar 4.20 Grafik Hubungan Kecepatan Motor Terhadap Tegangan Motor Pada
Detik 6 s.
Gambar 4.21 Grafik Hubungan Kecepatan Motor Terhadap Tegangan Motor Pada
Detik 8 s.
52
25 Nm pada detik 8 s arus naik 27 A pada kecepatan 1473 rpm, setelah menerima
beban kecepatan motor kembali perlahan naik mencapai kecepatan refrensi 1500 rpm
dan arus sumber setabil atau dalam keadaan steady state 15 A pada detik 8,1 s.
Gambar 4.22 Gelombang Hubungan Kecepatan Motor Terhadap Arus Sumber Saat Beban 10
Nm Pada Detik 2 s.
Untuk hasil pengukuran hubungan kecepatan motor terhadap arus motor dapat
dilihat pada Tabel 4.9.
53
Tabel 4.9 Perubahan Kecepatan Motor Dan Arus Sumber
Beban Pada Saat Beban Kecepatan Motor Arus Motor
Waktu (detik) (Nm) (rpm) (A)
10 498 17
15 496 21
20 492 23
2
25 490 26
10 999 17
15 996 22
20 993 26
4
25 990 27
10 1497 12
15 1492 16
6 20 1489 20
25 1485 25
10 1489 14
15 1484 19
8 20 1480 22
25 1473 27
Pada Tabel 4.9 didapatkan nilai arus sumber (AC) terbesar adalah 27 A saat
kecepatan motor 1473 rpm, sedangkan nilai arus sumber (AC) terkecil adalah 12 A
pada saat kecepatan 1497 rpm, dan dapat dilihat juga bahwa hasil pengukuran arus
sumber (AC) setelah diberi beban yang sama pada detik yang berbeda arus
mengalami naik turun, sedangkan pemberian beban pada detik yang sama dengan
beban yang berbeda ditunjukkan bahwa semakin besar beban yang diberikan arus
54
yang dihasilkan akan semakin besar begitu sebaliknya semakin kecil beban yang
diberikan maka arus yang dihasilkan akan semakin kecil. Berbeda dengan kecepatan
motor saat diberi beban yang sama pada detik yang berbeda dan beban yang berbeda
pada detik yang sama kecepatan motor akan tetap mengalmi penurunan, hal ini
dikarenkan kecepatan motor berpengaruh terhadap saat pemberian beban, dimana
semakin besar beban yang diberikan maka kecepatan motor yang dihasilkan akan
semakin berkurang. Sebagai mana terlihat pada Gambar 4.23sampai Gambar 4.26.
Gambar 4.23 Grafik Hubungan Kecepatan Motor Terhadap Arus Sumber Pada Detik 2 s.
Gambar 4.24 Grafik Hubungan Kecepatan Motor Terhadap Arus Sumber Pada Detik 4 s.
55
Gambar 4.25 Grafik Hubungan Kecepatan Motor Terhadap Arus Sumber Pada Detik 6 s.
Gambar 4.26 Grafik Hubungan Kecepatan Motor Terhadap Arus Sumber Pada Detik 8 s.
56
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Pengaturan kecepatan motor DC shunt berbasis penyearah terkontrol pada
simulink matlab sudah berhasil dilakukan namun motor hanya mampu
menerima beban sampai 25 Nm dari beban yang telah disediakan yaitu 10 Nm,
15 Nm, 20 Nm, 25 Nm, dan 30 Nm. Dari hasil pengujian dapat dikatkan
kecepatan motor mengikuti kecepatan referensi dengan sangat baik, meski
beban yang diberikan dinaikan 10 Nm sampai 25 Nm.
2. Kecepatan motor, arus motor, dan tegangan motor berpengaruh terhadap saat
pemberian beban pada waktu yang sama, dimana semakin besar beban yang
diberikan maka kecepatan motor akan semakin turun sedangkan arus dan
tegangan motor akan semakin besar. Namun pemberian beban tidak akan
mempengaruhi keadaan steady state dari kecepatan motor dan tegangan motor,
meski diberi beban 10 Nm sampai 25 akan tetap pada 1500 rpm dan 230 V
Nm, berbeda dengan keadaan steady state arus motor akan berubah-ubah pada
saat diberikan beban yang berbeda-beda.
5.2 Saran
Dalam pengerjakan dan penyelesaian Tugas Akhir ini tentu penulis tidak lepas
dari berbagai macam kekurangan dan kelemahan, baik itu pada tulisan maupun pada
sistem yang telah dibuat. Untuk menjalankan beban yang lebih besar hendaknya
penelitian ini dilanjutkan dengan menggunakan penyearah four-quadrant single-
phase rectifier dc drive agar motor mampu menerima beban yang lebih besar.
57
DAFTAR PUSTAKA
Ajiatmo Dwi Dan Imam Robandi. 2018. Analisis Pengendalian Kecepatan Motor DC
Berbasis Buck-Boost Konverter. Jurusan Teknik Elektro FakultasTeknik
Universitas Darul Ulum Jombang.
Basuki Arief Dkk. 2004. Pengaturan Kecepatan Motor DC secara Real Time
Menggunakan Teknik Kontrol Optimal LRQ. Jurusan Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas Diponogoro.
Lectrical. 2018. Peraktikum Mesin – Mesin Listrik. Jurusan Teknik Elektro Fakultas
Teknik Universitas Mataram.
Pathoni Khoirudin Dan Alfa Faridh Suni. 2016. Perancangan Kendali Kecepatan
Motor Arus Searah Menggunakan Metode Root Locus. Juusan Teknik
Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.
Zuhal. 1993. “Dasar Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya”, Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
58
LAMPIRAN
Gelombang Kecepatan Motor Terhadap Kecepatan Referensi Saat Beban 10 Nm Pada
Detik 2 s Sampai Detik 8 s
Gelombang Kecepatan Motor Terhadap Kecepatan Referensi Saat Beban 15 Nm Pada
Detik 2 s Sampai Detik 8 s
Gelombang Kecepatan Motor Terhadap Kecepatan Referensi Saat Beban 20 Nm Pada
Detik 2 s Sampai Detik 8 s
Gelombang Kecepatan Motor Terhadap Kecepatan Referensi Saat Beban 25 Nm Pada
Detik 2 s Sampai Detik 8 s
Gelombang Tegangan Motor Saat Beban 10 Nm Pada Detik 2 s Sampai Detik 8 s
Gelombang Tegangan Motor Saat Beban 15 Nm Pada Detik 2 s Sampai Detik 8 s
Gelombang Tegangan Motor Saat Beban 20 Nm Pada Detik 2 s Sampai Detik 8 s
Gelombang Tegangan Motor Saat Beban 25 Nm Pada Detik 2 s Sampai Detik 8 s
Gelombang Arus Motor Saat Beban 10 Nm Pada Detik 2 s Sampai Detik 8 s
Gelombang Arus Motor Saat Beban 15 Nm Pada Detik 2 s Sampai Detik 8 s
Gelombang Arus Motor Saat Beban 20 Nm Pada Detik 2 s Sampai Detik 8 s
Gelombang Arus Motor Saat Beban 25 Nm Pada Detik 2 s Sampai Detik 8 s
Gelombang Arus Sumber Saat Beban 10 Nm Pada Detik 2 s Sampai Detik 8 s
Gelombang Arus Sumber Saat Beban 15 Nm Pada Detik 2 s Sampai Detik 8 s
Gelombang Arus Sumber Saat Beban 20 Nm Pada Detik 2 s Sampai Detik 8 s
Gelombang Arus Sumber Saat Beban 25 Nm Pada Detik 2 s Sampai Detik 8 s