Anda di halaman 1dari 65

HASIL SKRIPSI

Perbaikan Jatuh Tegangan Pada Saluran Udara Tegangan Tinggi 70 kV Sistem


Timor Menggunakan Perangkat Lunak ETAP 12.6.

Oleh:
IKA YUNIARTI
1506030077

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
APRIL 2022
LEMBAR PERSETUJUAN

Nama Mahasiswa : Ika Yuniarti


NIM : 1506030077
Judul Skripsi : Perbaikan Jatuh Tegangan Pada Saluran Udara
Tegangan Tinggi 70 kV Sistem Timor
Menggunakan Perangkat Lunak Etap 12.6

Skripsi ini telah diperiksa secara cermat sesuai dengan kaidah ilmiah dan
peraturan akademik yang berlaku dilingkup Universitas Nusa Cendana dan
disetujui untuk disidangkan.

Kupang, 07 Februari 2022

Menyetujui:

Dosen Dosen Pembimbing II,


Pembimbing I,

Frans J. Likadja, ST.


Dr. Sudirman S,ST, MM
MT NIP. 19700305 200112
NIP. 19670211 199903 1 001
1 001

Mengetahui:

Koordinator Program Studi Teknik Elektro,

Don E.D.G.
Pollo, ST, MT
NIP. 1979011
4200312 1 003
MOTTO

“ The best way to get started is to quit talking and begin doing”
“ Cara terbaik untuk memulai adalah untuk diam dan memulai melakuakan”
ABSTRAK

PERBAIKAN JATUH TEGANGAN PADA SALURAN UDARA TEGANGAN


TINGGI 70kV SISTEM TIMOR MENGGUNAKAN
PERANGKAT LUNAK ETAP 12.6.
Ika Yuniarti, Sudirman S. *, Frans J. Likadja **

Proses penyaluran energi listrik pada saluran transmisi 70 kV Sistem Timor


memiliki panjang saluran 232,85 km, panjang saluran tersebut merupakan total panjang
saluran transmisi dari 6 Gardu Induk yaitu Gardu Induk Bolok, Gardu Induk Maulafa,
Gardu Induk Naibonat, Gardu Induk Nonohonis, Gardu Induk Kefamenanu dan Gardu
Induk Atambua yang saling terhubung dan tentunya tidak terlepas dari
gangguan. Penelitian ini dilakukan untuk menghitung nilai jatuh tegangan yang terjadi
pada saluran dan memperbaiki nilai jatuh tegangan menggunakan perangkat lunak
ETAP 12.6.

Berdasarkan simulasi aliran daya yang dilakukan menggunakan ETAP 12.6


pada pukul 19.00 wita jatuh tegangan yang terbesar terjadi pada saluran transmisi
Gardu Induk Naibonat ke Gardu Induk Nonohonis yaitu sebesar 3,1 % sedangkan jatuh
tegangan terkecil terjadi pada saluran transmisi dari Gardu Induk Kefamenanu ke Gardu
Induk Atambua yaitu sebesar 1,2 % dengan total nilai jatuh tegangan sebesar 6,534 kV.

Setelah dilakunya perbaiakan dengan metode perubahan penampang


penghantar pada saluran transmisi sistem Timor yang memunyai jatuh teggangan besar
dapat dilihat bahwa penghantar jenis ACSR Rook dengan luas penampang 318 mm 2
terjadi penurunan jumlah jatuh tegangan secara keseluruhan dari Bolok hingga
Atambua. Perubahan penampang penghantar menjadi jenis ACSR Rook dengan luas
peanamapang 318 mm2 dapat meminimalkan jatuh tegangan sebesar 0,07%. Dimana
dari hasil ini jika dibandingkan dengan sebelum dilakukan perbaikan dengan mengganti
besar luas penampang maka dapat dilihat besar jatuh tegangan mengalami penurunan
yang cukup signifikan dari sebelunya sebesar 9,3% menjadi 0,07%.

Kata kunci : Saluran Transmisi, Jatuh Tegangan, ETAP

* Pembimbing I
** Pembimbing II
ABSTRACT

IMPROVEMENT OF VOLTAGE DROP ON TIMOR SYSTEM 70kV HIGH


VOLTAGE OVERHEAD LINE USING SOFTWARE
ETAP 12.6.
Ika Yuniarti, Sudirman S. *,Frans J. Likadja**

The process of distributing electrical energy on the 70 kV transmission line


The Timor system has a line length of 232.85 km, the length of the line are the total
length of the transmission line from 6 main substations, there are Bolok Substation,
Maulafa Substation, Naibonat Substation, Nonohonis Substation, Substation
Kefamenanu and the Atambua Substation are interconnected and of course cannot be
separated from disturbances. This research was conducted to calculate the value of the
voltage drop that occurs in the line and improve the value of the voltage drop using the
ETAP 12.6 software.

Based on the power flow simulation carried out using ETAP 12.6 at 19.00
WITA the largest voltage drop occurred in the transmission line from the Naibonat
Substation to the Nonohonis Substation, which was 3.1% while the smallest voltage
drop occurred in the transmission line from the Kefamenanu Substation to the
Substation. Atambua is 1.2% with a total voltage drop of 9.3%. After the change in the
cross-section of the conductor in the Timor system transmission line which has a large
voltage drop, it can be seen that the ACSR Rook type conductor with a cross-sectional
area of 318 mm2 has decreased total voltage drop from Bolok to Atambua. Changing the
cross-section of the conductor to the ACSR Rook type with a cross-sectional area of
318 mm2 can minimize the voltage drop by 0.07%. Where from these results, when
compared with before the improvement were made by changing the cross-sectional area,
it can be seen that the voltage drop has decrease be bitsignificant from the previous
9.3% to 0.07%.

Keywords: Transmission Line, Voltage Drop, ETAP

* Advisor I
** Advisor II
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas perkenaan dan berkat-
Nya penulis dapat menyelesaikan penelitan tugas akhir yang bejudul “Perbaikan Jatuh
Teganggan Pada Saluran Udara Tegangan Tinggi Sistem Timor 70 kV
Menggunakan Perangkat Lunak Etap 12.6” dengan baik dan sebagaimana mestinya
sebagai prasyarat memperoleh gelar sarjana teknik pada program studi Teknik Elektro
Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendan.

Tugas akhir ini berisikan hasil yang diperoleh selama penelitan yang
berhubungan dengan judul yang diambil. Dalam penulisan Tugas akhir, penulis melalui
proses yang cukup panjang dan menghadapi berbagai kesulitan yang telah mampu
dilewati dengan baik berkat bantuan berbagai pihak yang telah membantu demi
kelancaran penyelesaian penelitian tugas akhir ini. Oleh karena itu penulis ingin
menyampaikan limpah terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dengan
caranya masing – masing , khususnya :

1. Bapak Dr. Drs. Hery Leo Sianturi, M.Si, selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknik,
Universitas Nusa Cendana.
2. Don E. D. G. Pollo, ST, MT, selaku Koordinator program studi Teknik Elektro yang
telah banyak membantu dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
3. Bapak Dr. Ir. Sudirman S., ST, MT, selaku Pembimbing I, yang telah banyak membantu
menyelesaikan tugas akhir ini dan telah meluangkan waktu dan berbagai ilmu yang
dimiliki.
4. Bapak Frans J. Likadja, ST. MM selaku Pembibing II, yang telah meluangkan waktu
dan berbagai ilmunya dalam rangka membantu kelancaran dalam penyelesaian tugas
akhir ini.
5. Bapak Welem F. Galla, ST, MT, selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran
dan bimbingan demi penyempurnaan tugas akhir ini.
6. Ibu Molina Olivia Odja, ST, MT, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
membantu dan membimbing selama perkuliahan.
7. Bapak dan Ibu Dosen Teknik Elektro, yang telah banyak memberikan ilmu serta
nasihat–nasihat.
8. Manager dan Staf PT.PLN (Persero) Unit Layanan Transmisi dan Gardu Induk (ULTG)
Kupang, yang telah membantu selama penelitian berlangsung.

9. Orang tua, kakak, adik dan keluarga besar yang selalu mendukung dan memberi
nasihat-nasihat yang baik.
10. Sahabat terkasih Adidzan Jawa, SE yang selalu membantu dan memberi dukungan
dalam situasi dan kondisi.
11. Analik Squad (Febra, Eri, Dian, Nia, Sella) yang selalu membantu di segala situasi dan
kondisi.
12. Teman – teman angkatan Analik’15 dan Strom’15 yang telah bersama-sama dari awal
perkuliahan hingga saat ini.
13. Kakak - kakak senior dan adik - adik junior yang telah memberi arahan dan membantu
dari awal perkuliahan hingga dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

Penulis sadar banyak kekurangan dalam penulisan tugas akhir ini baik dalam
tatanan penulisan maupun dalam isi penelitian. Oleh karena itu penulis memohon kritik
dan saran yang membangun dari para pembaca sekalian, guna penyempurnaan Tugas
Akhir ini dikemudian hari. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan
permohonan maaf sebesar - besarnya apabila ada kesalahan dalam penulisan Tugas
Akhir ini.

Kupang, 20 April 2022

Penulis
DAFTAR ISI
Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN.......................................................................................................
ABSTRAK......................................................................................................................iii
ABSTRACT....................................................................................................................iv
KATA PENGANTAR.....................................................................................................v
DAFTAR ISI..................................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................................ix
DAFTAR TABEL............................................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................................xi
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN............................................................................................................1
1.1 Latar belakang.....................................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................
1.3 Batasan Masalah.................................................................................................................
1.4 Tujuan Penelitian................................................................................................................
1.5 Manfaat Penelitian..............................................................................................................
1.6 Sistematika Penulisan.........................................................................................................
1.7 Hippotesis............................................................................................................................
BAB II...............................................................................................................................4
DASAR TEORI...............................................................................................................4
2.1 Penelitian Terdahulu...........................................................................................................
2.2 Kajian Teori........................................................................................................................
BAB III...........................................................................................................................16
METODOLOGI PENELITIAN...................................................................................16
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian...........................................................................................
3.2 Alat dan Bahan Penelitian.................................................................................................
4.1.1 Alat penelitian........................................................................................................16
3.2.1 Bahan Penelilitian..................................................................................................16
3.3 Metode penelitian..............................................................................................................
3.4 Prosedur Penelitian...........................................................................................................
3.4.1 Wawancara.............................................................................................................17
3.4.2 Observasi................................................................................................................17
3.4.3 Studi pustaka..........................................................................................................17
3.4.4 Pemodelan Jaringan Listrik Menggunakan ETAP 12.6.........................................17
vii
3.5 Diagram alur penelitian.....................................................................................................
Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian.......................................................................................
3.6 Diagram Alur Simulasi Sistem Menggunakan ETAP 12.6...............................................
3.7 Analisis Data.....................................................................................................................
BAB IV...........................................................................................................................21
HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................................21
4.1. Gambaran Lokasi Penelitian Sistem Saluran Transmisi 70 kV Sistem Timor.................
4.1.2 Data Saluran...........................................................................................................
4.1.3 Data Beban.............................................................................................................
4.2 Simulasi Aliran Daya Saluran Transmisi 70 kV Sistem Timor........................................
4.2.2 Simulasi Aliran Daya Saluran Transmisi 70 kV Sistem Timor.............................22
4.3 Perbaikan Jatuh Tegangan Saluran Transmisi 70 kV Sistem Timor................................
4.3.2 Pemodelan dan Simulasi Saluran Transmisi 70 kV Sistem Timor dengan
Penghantar ACSR Hawk 240 mm2..................................................................................24
4.3.4 Pemodelan dan Simulasi Saluran Transmisi 70 kV Sistem Timor dengan
Penghantar ACSR Rook 318 mm2...................................................................................26
4.4 Analisis Data.....................................................................................................................
4.4.1 Analisis Jatuh Tegangan kondisi di lapangan dengan kondisi saluran
menggunakan ACSR Hawk 240 mm2.............................................................................27
4.4.2 Analisis Jatuh Tegangan kondisi di lapangan dengan kondisi saluran
menggunakan ACSR Rook 318 mm2..............................................................................28
4.4.3 Perbandingan Jatuh Tegangan saat menggunakan konduktor ACSR Hawk 240
mm2 dengan saat menggunakan konduktor ACSR Rook 318 mm2.................................30
4.5 Perhitungan Jatuh Tegangan.............................................................................................
BAB V.............................................................................................................................33
KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................................33
5.1 Kesimpulan.......................................................................................................................
3. Saran..................................................................................................................................
Daftar Pustaka...............................................................................................................34
LAMPIRAN...................................................................................................................35

viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Ilusi Diagram Satu Garis Sisrem Tenaga Listrik
Gambar 2.2 Toleransi tegangan pelayanan yang diijinakan
Gambar 2.3 Konduktor Jenis ACSR
Gambar 2.4 Konduktor Jenis TACSR1
Gambar 2.5 Bagian bagian ACCC
Gambar 2.6 Elemen-elemen di Etap
Gambar 2.7 Simbol Trafomator 2 kawat di Etap
Gambar 2.8 Simbol Generator di Etap
Gambar 2.9 Simbol beban statis dan dinamis di Etap
Gambar 2.10 Simbol pemutus ranngkaian di Etap
Gambar 2.11 Simbol bus di Etap
Gambar 3.1 Diagram alur penelitian
Gambar 3.2 Diagram alur simulasi sitem menggunakan Etap
Gambar Grafik 4.1 Perbandingan Jatuh Teganggan Kondisi di Lapangan dan Kondisi
Saat Menggunakan ACSR Hawk
Gambar Grafik 4.2 Perbandingan Jatuh Teganggan Kondisi di Lapangan dan Kondisi
Saat Menggunakan ACSR Rook
Gambar Grafik 3.2 Perbandingan Jatuh Tegangan Menggunakan ACSR Hawk dan
ACSR Rook

ix
DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 2.1 Daftar Konduktor yang diperlukan untuk SUTT/SUTET


Tabel 4.1 Nilai Besar Jatuh Tegangan Hasil simulasi pada Pukul 19,00
Tabel 4.2 Besar Jatuh Teganggan Penampang Jenis ACSR Hawk 240 mm2
Tabel 4.3 Besar Nilai Jatuh Tegangan Penamapang Jenis ACSR Rook 318 mm2

x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman

Lampiran A Singel Line Digram Sistem TImor


Lampiran B Tabel Data Sakuran
Lampiran C Tabel Data Beban
Lampiran D Single Line Digram Sistem Timor pukul 19.00 wita
Lampiran E Hasil Simulasi Aliran Daya pada saat Beban Puncak Pukul 19.00 Wita
Lampiran F Singel Line Diagram Metode Perubahana Penampang Penghantar ACSR
Hawk 240 mm2
Lampiran G Hasil Simulasi Perbaikan Jatuh Tegangan dengan metode Perubahan
Penampang Penghantar ACSR Hawk 240 mm2
Lampiran H Singel Line Diagram Metode Perubahana Penampang Penghantar ACSR
Rook 318 mm2 pada saluran yang mempunyai jatuh tegangan besar
Lampiran I Hasil Simulasi Perbaikan Jatuh Tegangan dengan metode Perubahan
Penampang Penghantar ACSR Rook 318 mm 2 pada saluran yang mempunyai jatuh
tegangan besar
Lampiran J Singel Line Diagram Metode Perubahana Penampang Penghantar ACSR
Rook 318 mm2 pada semua saluran
Lampiran K Hasil Simulasi Perbaikan Jatuh Tegangan dengan metode Perubahan
Penampang Penghantar ACSR Rook 318 mm2 pada semua saluran
Lampiran L Data Transmisi Tragi
Lampiran M Tabel Luas Penampang

xi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dalam penyaluran tenaga listrik dari sumber tenaga listrik ke konsumen yang
letaknya berjauhan selalu mengalami terjadinya kerugian berupa rugi-rugi daya dan
jatuh tegangan. Proses penyaluran energi listrik pada saluran transmisi 70 kV Sistem
Timor memiliki panjang saluran 232,85 km, dimana panjang saluran tersebut
merupakan total panjang saluran transmisi dari 6 Gardu Induk (GI) yang saling
terhubung yaitu dari saluran transmisi GI Bolok–Maulafa (14,37 km), GI Maulafa–
Naibonat (35,97 km), GI Naibonat–Nonohonis (62,29 km), GI Nonohonis–Kefamenanu
(45,05 km), dan GI Kefamenanu–Atambua (75,17 km). Saluran tersebut tentunya tidak
terlepas dari beberapa masalah, salah satunya yaitu jatuh tegangan. [1]
Jatuh tegangan pada saluran transmisi adalah selisih antara tegangan pada pangkal
pengirim (sending end) dan tegangana pada ujung penerima (receiving end) tenaga
listrik. pada saluran bolak balik besarnya tergantung dari impendansi dan admintasi
saluran serta pada beban dan faktor daya. Jatuh tegangan realif dinamakan regulasi
tegangan ( voltage regulation). [2]
Yuliana Langoday peneliti terdahulu melakukan penelitian tentang menganalisa
rugi - rugi daya pada saluran trasnmisi 70 kV yang terdapat pada pulau Timor,
dikarenakan saluran transmisi dengan jarak yang cukup jauh yang melalui Gardu Induk
Bolok, Gardu Induk Maulafa, Gardu Induk Naibonat, Gardu Induk Nonohonis, Gardu
Induk Kefamenanu, dan Gardu Induk Atambua, Pada saluran transmisi 70 kV Sistem
Timor, rugi daya terbesar terjadi di sepanjang saluran transmisi antara Gardu Induk
Naibonat dan Gardu Induk Nonohonis sebesar 3,14 % dan jatuh tegangan terbesar
terjadi sepanjang saluran transmisi antara Gardu Induk Naibonat dan Nonohonis sebesar
3,07% nialai ini sebenarnya masi termasuk batas toleransi SPLN tetapi jatuh teggangan
ini dapat diperbaiki agar meningkatkan kualitas energi listrik.
Dari penjelasan penyebab drop tegangan ada beberapa metode untuk memperbaiki
tegangan, sebagai berikut menekan timbulnya rugi daya dengan mengubah ukuran
penghantar keukuran yang lebih besar dan pemeliharaan konduktor dengan tahanan
yang kecil. Memperbaiki faktor daya dengan cara penambahan kapasitor bank. Dengan
metode tersebut, nilai rugi daya dan jatuh tegangan pada jaringan listrik dapat direduksi
simulasi perbaikan jatuh tegangan dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya
dengan melakukan perhitungan secara manual namun cara ini membutuhkan waktu
1
yang sedikit lama dan terkadang hasilnya kurang efisien. ETAP (Electrical Transient
and Analysis Program) merupakan suatu perangkat lunak yang mendukung sistem
tenaga listrik. Dengan kemampuan bisa diketahui berapa besarnya jatuh tegangan yang
terjadi pada saluran transmisi tegangan tinggi, serta mengetahui berapa akurasi
perbandingan antara perhitungan menggunakan software ETAP 12.6.0 dan perhitungan
manual [3].

Berdasarkan uraian diatas, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk
menganalisa perbaikan jatuh tegangan pada saluran trasnmisi 70 kV sistem Timor, Pada
penelitian tugas akhir ini akan mengunakan software ETAP 12. 6 sebagai alat bantu
perangkat lunak untuk simulasi perbaiakan jatuh tegangan pada suatu saluran, maka
penulis berinisiatif untuk mengambil judul tugas akhir Perbaikan Jatuh Tegangan
Pada Saluran Udara Tegangan Tinggi 70 kV Sistem Timor Menggunakan
Perangkat Lunak ETAP 12.6.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan permasalahan
yang akan diamati adalah:
1. Berapa nilai jatuh tegangan yang terjadi di sepanjang saluran transmisi 70 kV Sistem
Timor.
2. Apakah dengan dilakukan perubahan penampang penghantar dapat meminimalkan jatuh
tegangan yang terjadi pada saluran transmisi 70 kV sistem Timor.
1.3 Batasan Masalah
Agar pembahasan tidak meyimpang maka batasan masalah dalam penelitian ini
dilakukan hanya pada titik yang mempunyai jatuh tegangan yang besar dan perbaikan
dilakuakan pada kondisi beban puncak pukul 19.00 Wita dengan melakukan simulasi
pada perangkat lunak ETAP 12.6 dan tidak membahas analisis ekonominya.
1.4 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui besar jatuh tegangan yang terjadi sepanjang saluran transmisi 70 kV
Sistem Timor.
2. Untuk mengetahui apakah dengan dilakukan perubahan penampang penghantar dapat
meminimalkan jatuh tegangan yang terjadi pada saluran transmisi 70 kV sistem Timor.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dilakukannya penelitian ini adalah:

2
1. Menambah pengetahuan tentang perbaikan jatuh tegangan pada saluran transmisi
tegangan tinggi.
2. Sebagai bahan masukkan dan pertimbangan bagi PLN terkhusus Pihak Unit Layanan
Transmisi dan Gardu Induk (ULTG) mengenai perbaikan sistem transmisi dengan
melihat besarnya jatuh tegangan yang terjadi sepanjang saluran transmisi 70 kV Sistem
Timor.
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika Penulisan bertujuan untuk memberikan gambaran umum
mengenai penelitian yang dilakukan dengan rincian sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan,
manfaat penelitian, dan sistematika penulisan Tugas Akhir.
B AB II DASAR TEORI
Bab ini menjelaskan tentang pengetahuan yang menjadikan dasar teori untuk penerapan
penelitian.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi tentang tempat dan waktu penelitian, instrumen penelitian yang
digunakan, alur penelitian, jenis dan sumber data.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang hasil dan analisi penelitian
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran hasil penelitian
1.7 Hippotesis
1. Ada perbedaan jatuh tegangan setelah dilakukan perubahan penghantar.
2. Tidak ada perubahan jatuh tegangan setelah dilakukan perubahan penampang.

3
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Penelitian Terdahulu
Ketersediaan energi listrik yang cukup dan berkualitas merupakan suatu
tuntutan yang harus dipenuhi oleh PT.PLN (persero) sebagai perusahaan penyedia
listrik negara. Penyaluran energi listrik dari pusat pembangkit hingga ke beban
(konsumen) umumnya memiliki jarak saluran yang cukup jauh. Saluran transmisi 70 kV
Sistem Timor terbentang secara vertical dengan sistem double circuit dengan panjang
saluran 232,85 km yang melalui Gardu Induk Bolok, Gardu Induk Maulafa, Gardu
Induk Naibonat, Gardu Induk Nonohonis, Gardu Induk Kefamenanu dan Gardu Induk
Atambua. Saluran yang saling terhubung ini menggunakan dua jenis penghantar yakni
ACSR HAWK 250 mm2 dan ACSR Ostrich 152 mm 2. Penelitian ini dilakukan untuk
menghitung nilai rugi
daya yang terjadi sepanjang Saluran Transmisi 70 kV Sistem Timor dengan
menggunakan software Electrical Transient Analysisi Program (ETAP) 12.6 untuk
kondisi beban pukul 10.00 wita dan pukul 19.00 wita. Hasil penelitian, rugi daya
terbesar terjadi pada saluran tranmsisi Gardu Induk Naibonat – Gardu Induk Nonohonis
pada pukul 10.00 wita sebesar 1,85 % dan pada pukul 19.00 wita sebesar 3,14 %. Rugi
daya terkecil terjadi pada saluran transmisi Gardu Induk Kefamenanu – Gardu Induk
Atambua pada pukul 10.00 wita sebesar 0,67 % dan pada pukul 19.00 wita sebesar 1,12
%. Jatuh tegangan terbesar terjadi pada saluran tranmsisi Gardu Induk Naibonat –
Gardu Induk Nonohonis pada pukul 10.00 wita sebesar 1,08 % dan pada pukul 19.00
wita sebesar 3,07 %. Jatuh tegangan terkecil terjadi pada saluran transmisi Gardu Induk
Kefamenanu – Gardu Induk Atambua pada pukul 10.00 wita sebesar 0,54 % dan pada
pukul 19.00 wita sebesar 1,18 % [1].

2.2 Kajian Teori


2.2.1 Sitem Tenaga Listrik

Suatu sistem tenaga listrik secara umum terdiri dari 3 bagian utama yaitu pusat
pembangkit tenaga listrik, saluran transmisi serta sistem distribusi. Selain itu dalam
beberapa referensi ditambahkan satu bagian lagi yaitu Gardu Induk. Sistem tenaga
listrik dimulai dari pusat pembangkit listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTGU, dan
pembangkit listrik tenaga lainnya yang bertugas memproduksi tenaga listrik. Kemudian
tegangan keluaran dari pembangkit dinaikkan terlebih dahulu menggunakan
4
transformator step-up sebelum disalurkan melalui saluran transmisi 70 kV atau 150 kV.
Setelah melalui saluran transmisi, tenaga listrik masuk ke Gardu Induk (GI) yang
selanjutnya diturunkan tegangannya menggunakan transformator step-down menjadi
tegangan menengah 20 kV. Tegangan 20 kV disebut sebagai tegangan distribusi primer.
Setelah diturunkan menjadi tegangan 20 kV, tenaga listrik keluar dari GI menuju
jaringan distribusi yang sistem konfigurasinya bermacam-macam. Dari saluran
distribusi primer, sebagian tegangan diturunkan kembali melalui transformator step-
down yang terpasang pada gardu-gardu distribusi menjadi tegangan rendah 220/380
volt. Selanjutnya dari jaringan tegangan rendah, listrik didistribusikan kepada konsumen
TR seperti rumah, ruko, dll. Untuk konsumen tegangan tinggi dan menengah, sumber
tenaga listrik langsung diambil dari incoming atau outgoing Gardu Induk [4].

Gambar 2.1 Ilusi Digram satu Garis sistem Tenaga listrik [4]

2.2.2 Pengertian Jatuh Tegangan


Jatuh tegangan pada saluran transmisi adalah selisih antara tegangan pada
pangkal pengirim (sending end) dan tegangana pada ujung penerima (receiving end)
tenaga listrik. pada saluran bolak balik besarnya tergantung dari impendansi dan
admintasi saluran serta pada beban dan faktor daya. Jatuh tegangan realif dinamakan
regulasi tegangan ( voltage regulation) ,dan dinyatakan oleh rumus :

v s −v r
x 100% (2.1)
vr

Dimana Vs = Tegangan pada pangkal pengirim

Vr = tegangan pada pangkal penerima

5
Besarnta batas atas dan bawah ditentukan olrh kebijakan perusahaan kelistrikan .
perhitungan jatuh tegangan praktis pada batas-batas tertentu dengan hanya menghitung
besarnya tahanan masih dapat dipertimbangkan, namun dalam sistem jaringan khusus
pada sistem tegangan tinggi maslah induktansi dan kapasitisnya diperhitungkan karena
nilainya cukup berarti untuk jarak dekat regulasi tegangan tidak berarti ( hanya beberapa
% saja), tetapi untuk jarak jauh dapat mencapai 5-15% [5].

Tegangan jatuh secara umum adalah tegangan yang dugunakan pada beban,
tegangan jatuh ditimbulkan oleh arus yang mengalir melalu tahanan kawat, tegangan
jatuh V pada penghantar semakin besar jika arus I didalam penghantar semakin besar
dan jika tahan penghantar Rℓ semakin besar pula. Tegangan jatuh merupakan
penangung jawab terjadinya kerugian pada penghantar karena dapat menurunkan
tegangan pada beban akibatnya hingga berada dibawah tegangan nominal yang
dibutuhkan.

Gamabar 2.2 Toleransi tegangan pelayanan yang diijinkan.

Sesuai dengan standar tegangan yang ditentukan oleh Permen ESDM No.03
tahun 2017 dan SPLN 1 : 1995 [6] [7]. Tegangan jatuh pada jaringan disebabakan
adanya rugi tegangan akibat hambatan listrik (R) dan reaktansi(X) [8].

2.2.3 Penyebab Drop Tegangan


Penurunan tegangan tersebut tergantung pada dua hal yaitu aliran arus melalui
kabel semakin tinggi arus semakin besar tegangan drop yang kedua impendansi
konduktor semakin besar impendansi,semakin besar tegangan drop, impendansikabel
merupakan fungsi dari ukuran kabel (luas penamapang) dan panjang kabel. Umumnya
produsen kabel akan melampirkan data kabel yang diproduksinya seperti seperti nilai
resitansi kabel dan reaktansi kabel dalam satuan Ω/km.

6
Untuk menghitung jatuh tegangan, diperhitungkan reaktansinya, maupun faktor
dayanya yang tidak sama dengan satu, maka berikut ini akan diuraikan cara
perhitungsnya. Dalam penyerdehanaan perhitungan, diasumsikan beban-bebanya
merupakan beban fasa tiga yang seimbang dan faktor dayanya (cos φ) antara 0,6 s/d
0,85, tegangan dapat dihitung berdasarkan rumus pendekatan hubung sebagai berikut
[8]:

(∆V) = I ( R. Cos φ=X. Sin φ) L (2.2)

Dimana :
∆V = Jatuh Tegangan ( kV)
I = Arus beban (Ampere)
R = Tahanan rangkain (ohm)
X = Reakatansi rangkaian (ohm)
L = Panajang penghantar (m)

2.2.4 Karakterristik Penyaluran Daya

Tenaga listrik disalurkan melalui jaringan trasmisi dari pusat pembangkit yang
disebut pangkal pengirim menuju pusat-pusat beban yang disebut ujung penerima.
Meskipun tenaga listrik disalurkan dengan sistem tiga fasa tetapi semua perhitungan
dilakuakan berdasarkan hubungan satu fasa sistem bintang. Dalam mempelajari
karakteristik penyaluran daya yang meliputi variabel-variabel tegangan, arus, dan hilang
daya dapat dilakuakan dengan menggunakan dua pendekatan yang berbeda yaitu :

a. Rangkaian yang parameter atau konstan-konstanya dikonsentrasikan (lumped),


pendekatan ini digunakan untuk analisis saluran transmisi jarak pendek.
b. Rangkaian yang parameter atau konstan- konstanya didistibusikan sepanjang
saluran transmisi.

Daya listrik didefinisikan sebagai laju hantaran energi listrik dalam sirkuit listrik.
Satuan SI daya listrik adalah watt yang menyatakan banyaknya tenaga listrik yang
mengalir per satuan waktu (joule/detik). Daya listrik dinyatakan dengan persamaan:

𝑃 = 𝑣. 𝑖 (2.3)

7
Dimana,
P = Daya (Watt)
I = Arus (Ampere)
V = Tegangan (Volt)

Dalam sistem tenaga listrik arus bolak balik ,dikenal dengan adanya 3 jenis
daya untuk beban yang mewakili impendansi (Z), yaitu :
1. Daya Aktif (P)
Daya aktif (Active Power) disebut juga daya nyata yaitu daya yang
dibutuhkan oleh beban,stauan daya aktif adalah Watt dinyatakan dengan
persamaan :
P = V.I Cos φ (2.4)
P = 3 VL . IL . Cos φ (2.5)

2. Daya Reaktif (Q)

Daya reaktif adalah daya yang timbul akibat adanya efek industri
elektromagnetik oleh beban yang memounyai nilai induktif (fase arys
tertingal/lagging) atau kapasitif (fase arus mendahului/leading). Satuan daya reaktif
adalah Var yang dinyatakan dengan persamaan :

Q = V .I Sin φ (2.6)

Q = 3 VL. IL . Sin φ (2.7)

3. Daya Semu (S)

Pada beban Impendansi (Z), daya semu adalah daya yang terukur atau
terbaca pada alat ukur. Daya semu adalah penjumlahan daya aktif dan daya reaktif
secara vektoris. Satuan daya ini adalah VA dinytakan dengan persamaan :

VL
VL = : IL = IL (2.8)
√3

Hubungan segitiga :

VL
VL =IL : IL =
√3
8
Segingga dimasukan kedalam persamaan diatas menjadi :

P =√ 3 V L IL Cos φ (2.9)

Sehingga

S = √ P 2+ Q 2 = √ 3 V L (2.10)

Dimana :

P = Daya aktif

Q = Daya Reaktif

S = Daya semu

VL = Tegangan Fasa

IL = Arus Fasa

2.2.5 Memperbaiki Nilai Tegangan


Dari penjelasan penyebab drop tegangan ada beberapa metode untuk memperbaiki
tegangan, sebagai berikut :
1. Menekan timbulnya rugi daya dengan mengubah ukuran penghantar keukuran yang
lebih besar dan pemeliharaan konduktor dengan tahanan yang kecil.
2. Memperbaiki faktor daya dengan cara penambahan kapasitor bank. Dengan metode
tersebut, nilai rugi daya dan jatuh tegangan pada jaringan listrik dapat direduksi [8].

2.2.6 Penghantar Pada Saluran Transmisi


Penghantar adalah zat atau bahan yang mempunyai kemampuan untuk
menghantarkan panas atau arus listrik. Penghanatar sebagai pembawa arus pada sistem
transmisi adalah komponen SUTT/ SUTET yang berfungsi dalan proses penyaluran
arus listrik dari pembangkit ke GI/GITET ke GI/GITET lainya.

Sebagai media pembawa arus pada SUTT/ SUTET dengan kapasitas arus sesuai
spesifikasi atau ratingnya yang direntangkan lewat tiang-tiang SUTT/ SUTET melalui
insulator-insulator sebagai penyekat konduktor dengan tiang. Pada tiang tension,
konduktor dipegang oleh strain clamp/compression dead end clamp, sedangkan pada

9
tiang suspension dipegang oleh suspension clamp. Bahan konduktor yang dipergunakan
untuk saluran energi listrik perlu memiliki sifat sifat sebagai berikut [8]

1. Konduktivitas tinggi Konduktifitas yang baik pada suatu bahan konduktor yaitu
yang memiliki nilai hambatan jenis relatif kecil. Semakin kecilhambatan jenisnya maka
semakin baik nilai konduktifitas bahan. Besar hambatan jenis berbanding terbalik
dengan konduktifitas bahan. Konduktifitas bahan berkaitan dengan daya hantar
panasdan daya hantar listrik. Daya hantar panas menyatakan jumlah panas yang mampu
melewati bahan dalam selang waktu tertentu. Bahan logam merupakan bahan yang
memiliki daya hantar panas yang tinggi sehingga bahan logam cenderung mempunyai
konduktifitas yang tinggi sebagai bahan konduktor. Daya hantar pada listrik
menggambarkan kemampuan bahan konduktor dalam menghantarkan arus listrik. Besar
dari daya hantar listrik konduktor adalah sangat dipengaruhi oleh besar hambatan jenis
yang dimiliki oleh bahan konduktor.
2. Kekuatan tarik mekanik tinggi
Bahan konduktor mempunyai kekuatan mekanis yang tinggi sehingga dapat
menghantarkan panas atau listrik dengan baik. Bahan dengan kekuatan mekanis yang
tinggi memiliki partikel penyusun rapat. Ketika bahan konduktor didekatka dengan
sumber panas atau arus listrik, maka akan terjadi vibrasi atau getaran pada bahan
konduktor. Melalui vibrasi atau getaran ini panas atau arus listrik akan mengalir dari
ujung ke ujung bahan konduktor yang lainnya. Sifat mekanis bahan sangat penting
terutama ketika bahan konduktor berada diatas tanah. Bahan konduktor harus diketahui
sifat mekanisnya karena berhubungan dengan pendistribusian tegangan tinggi pada
saluran arus listrik.
3. Koefisien muai yang rendah
Bahan yang mempunyai koefisien muai kecil tidak akan mudah berubah bentuk, ukuran
atau volume akibat pengaruh dari perubahan temperatur.
4. Ekonomis
Dalam pemilihan kawat konduktor mempertimbangkan aspek ekomoni dengan tetap
mengedepankan kualitas keandalan system penyaluran transmisi.
5. Lentur/ tidak mudah patah
Sifat ini sangat penting digunakan saat terjadi pendistribusian tegangan tinggi. Dengan
modulus elastisitas tinggi maka bahan konduktor tidak akan rentan mengalami
kerusakan akibat tegangan tinggi.

10
Biasanya konduktor pada SUTT/ SUTET merupakan konduktor berkas
(stranded) atau serabut yang dipilin, agar mempunyai kapasitas yang lebih besar
dibanding konduktor pejal dan mempermudah dalam penanganannya [8].

2.2.7 Jenis-Jenis Kawat penghantar


Jenis-jenis kawat penghantar yang bisa digunakan pada saluran trasmisi, antara
lain :
1. Konduktor Jenis Tembaga
Konduktor ini merupakan penghantar yang baik karena memiliki konduktivitas tinggi
dan kekuatan mekanik yang cukup baik.
2. Konduktor Jenis Aluminium
Konduktor dengan bahan aluminium lebih ringan dari pada konduktor jenis tembaga,
konduktivitas dan kekuatan mekaniknya lebih rendah. Jenis- jenis konduktor a;uminium
antar lain :
a. Konduktor ACSR (Aluminium Conductor Steel Reainforced)
Konduktor jenis ini, bagian dalamnya berupa steel yang mempunyai kuat mekanik
tinggi, sedangkan bagian luarnya berupa aluminium yang mempunyai konduktivitas
tinggi. Karena sifat elektron lebih menyukai bagian luar konduktro dari pada bagian
sebelah dalam konduktro, maka pada sebagian besar SUTT maupun SUTET
menggunakan konduktro jenis ACSR. Untuk daerah yang udaranya mengandung
kadar belerang tinggi dipakai jenis ACSR/AS, yaitu konduktro jenis ACSR yang
konduktror steelnya dilapisi dengan aluminium.

Gambar 2.3 Konduktor Jenis ACSR [8]


b. Konduktor jenis TACSR (Thermal Aluminium Conduktror Steel Reinforced)
Pada saluran trasmisi yang mempunyai kapasitas penyalur/beban sistem tinggi
maka dipasang konduktro jenis TACSR. Konduktro jenis ini mempunyai kapasitas

11
lebih besar tetapi berat konduktro tidak mengalami perubahan yang banyak, tapi
berpengaruh terhadap sagging.

Gambar 2.4 Konduktro Jenis TACSR [8]

Table 2.1 Daftar konduktror yang diperlukan untuk SUTT/SUTET

c. Konduktor jenis ACCC ( Aluminium Conductor With Composite Core)

12
Konduktro jenis ini, bagian dalamnya berupa composite yang mempunyai kuat
mekanik tinggi, dikarenakan tidak dari bahan kondukttif, maka bahan ini tidak
mengalami pemuaian saat dibebani arus maupun tegangan. Untuk konduktor jenis
ini tidak mengalami korosi cocok untuk daerah pinggir pantai, sedangakan bagian
luarnya berupa aluminium yang mempunyai konduktivitas tinggi. Konduktor jenis
ini dipilih karena memiliki karakteristik high conduktivity & low sag conduktor.

Gambar 2.5 Bagian bagian ACCC [8]

Keuanggulan Konduktro ACCC:

a. Daya Hantar
Konduktor ACCC dapat menyalurkan arus dua kali lipat dibanding
Konduktor biasa/konvensional. Core/inti yang lebih ringan memungkinkan
penambahan luas almunium sampai 28 % tampa penambahan berat.
b. Mengurangi Losses
Pada kondisi beban sama mengurangi losses 30 sampai 40% dibanding
kondukktor dengan diameter dan berat yang sama.
c. Kekuatan Berat
Hybrid Carbon Composite Core lebih kuat dan lebih ringan dari sreel
core/inti baja..

2.2.3 Kapasitas penghantar

Kapsitas penghantar menyatakan arus maksimum yang diizinkan mengalir


pada penghantar itu sendiri. Kapasitas ini dibatasi oleh temperatur konduktor.
Sedangkan temperatur maksimum yang diizinkan pada konsuktor adalah 90°C untuk
pembebanan kontinyu. Kemampuan hantar arus kawat telanjang dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
13
√ { ( )} π . D ∅
we
Hw+ Hr+
π∅ ❑
I=
R

0,00572
H w=
( ) Dv
0,123
θ
2(273+T + )
2

( )
4 4
273+T + ∅ 273+T

100 100
H r =0,000576

Tahanan konduktor adalah :

R=R 20 [ 1+α (t −20° ) ]

Kenaikan temperatur konduktor :

∅ =t=T (° C)

Dimana,

I = Rating termiskonduktor (A)

Hw = Koefisien disipasi panas konveksi

Hr = Koefisien disipasi panas radiasi (W° C -cm2)

R = Tahanan konduktor pada temperatur t ( ohm/cm)

R20 = Tahanan konduktor pada temperatur 20°

Ф = Kennaikan temperatur konduktor ° C

T = Temperatur sekeliling ° C

We = Energi radiasi matahari (W/cm2) diasumsikan 0,1

ᶯ = koefisien permukaan, diasumsikan 0,1

D = Diameter total Konduktor

V = kecepatan angin (m/detik)

14
α = koefisien temperatur tahanan (1/°C)

t = temperatur konduktor (°C)

Dengan mengamati persamaan diatas maka terlihat bahwa tahanan konduktor


dipengaruhi oleh perubahan temperatur konduktor, sementara besarnya temperatur
konduktor sangat sangat dipengaruhi oleh arus listrik yang megalir pada konduktor
dan perubahan temperatur sekeliling konduktor. Berdasarkan hal ini maka dapat
dinyatakan bahwa besarnya kapasitas penghantar dipengaruhi oleh perubahan
temperatur pada konduktor itu sendiri.

2.2.3 ETAP 12.6

ETAP (Electric Transient and Analysis Program) merupakan suatu perangkat


lunak yang mendukung sistem tenaga listrik. Perangkat ini mampu bekerja dalam
keadaan offline untuk simulasi tenaga listrik, online untuk pengelolaan data real-time
atau digunakan untuk mengendalikan sistem secara real-time. Fitur yang terdapat di
dalamnya pun bermacam-macam antara lain fitur yang digunakan untuk menganalisa
pembangkitan tenaga listrik, sistem transmisi maupun sistem distribusi tenaga listrik.
ETAP ini awalnya dibuat dan dikembangkan untuk meningkatkan kualitas kearnanan
fasiitas nuklir di Amerika Serikat yang selanjutnya dikembangkan menjadi sistem
monitor manajemen energi secara real time, simulasi, kontrol, dan optimasi sistem
tenaga listrik, ETAP dapat digunakan untuk membuat proyek sistem tenaga listrik
dalam bentuk diagram satu garis (one line diagram) dan jalur sistem pentanahan untuk
berbagai bentuk analisis, antara lain: aiiran daya, hubung singkat, starting
motor, trancient stability, koordinasi relay proteksi dan sistem harmonisasi. Proyek
sistem tenaga listrik memiliki masing-masing elemen rangkaian yang dapat diedit
langsung dari diagram satu garis dan atau jalur sistem pentanahan. Untuk kemudahan
hasil perhitungan analisis dapat ditampilkan pada diagram satu garis.

Etap Power Station memungkinkan anda untuk bekerja secara langsung dengan
tampilan gambar single line diagram/diagram satu garis . Program ini dirancang sesuai
dengan tiga konsep utama:
1. Virtual Reality Operasi
Sistem operational yang ada pada program sangat mirip dengan sistem operasi pada
kondisi real nya. Misalnya, ketika Anda membuka atau menutup sebuah sirkuit breaker,

15
menempatkan suatu elemen pada sistem, mengubah status operasi suatu motor, dan
utnuk kondisi de-energized pada suatu elemen dan sub-elemen sistem ditunjukkan pada
gambar single line diagram dengan warna abu-abu.

2. Total Integration Data


Etap Power Station menggabungkan informasi sistem elektrikal, sistem logika, sistem
mekanik, dan data fisik dari suatu elemen yang dimasukkan dalam sistem database yang
sama. Misalnya, untuk elemen subuah kabel, tidak hanya berisikan data kelistrikan dan
tentang dimensi fisik nya, tapi juga memberikan informasi melalui raceways yang di
lewati oleh kabel tersebut. Dengan demikian, data untuk satu kabel dapat digunakan
untuk dalam menganalisa aliran beban (load flow analysis) dan analisa hubung singkat
(short-circuit analysis) yang membutuhkan parameter listrik dan parameter koneksi-
serta perhitungan ampacity derating suatu kabel yang memerlukan data fisik routing.

3. Simplicity in Data Entry


Etap Power Station memiliki data yang detail untuk setiap elemen yang digunakan.
Dengan menggunakan editor data, dapat mempercepat proses entri data suatu elemen.
Data-data yang ada pada program ini telah di masukkan sesuai dengan data-data yang
ada di lapangan untuk berbagai jenis analisa atau desain.
ETAP PowerStation dapat melakukan penggambaran single line diagram secara grafis
dan mengadakan beberapa analisa/studi yakni Load Flow (aliran daya), Short Circuit
(hubung singkat), motor starting, harmonisa, transient stability, protective device
coordination, dan cable derating.

ETAP Power Station juga menyediakan fasilitas Library yang akan mempermudah
desain suatu sistem kelistrikan. Library ini dapat diedit atau dapat ditambahkan dengan
informasi peralatan bila perlu.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam bekerja dengan ETAP Power Station
adalah :
a. One Line Diagram, menunjukkan hubungan antar komponen/peralatan listrik sehingga
membentuk suatu sistem kelistrikan.
b. Library, informasi mengenai semua peralatan yang akan dipakai dalam sistem
kelistrikan. Data elektris maupun mekanis dari peralatan yang detail/lengkap dapat
mempermudah dan memperbaiki hasil simulasi/analisa.
16
c. Standar yang dipakai, biasanya mengacu pada standar IEC atau ANSII, frekuensi
sistem dan metode – metode yang dipakai.
d. Study Case, berisikan parameter – parameter yang berhubungan dengan metode studi
yang akan dilakukan dan format hasil analisa.

1. Elemen AC Proteksi Sistem Tenaga Listrik


Komponen elemen ac pada software power station ETAP dalam bentuk
diagram satu garis ditunjukkan pada Gambar, kecuali elemen-elemen IDs, penghubung
bus dan status. Semua data elemen ac dimasukkan dalam editor yang telah
dipertimbangkan oleh para ahli teknik. Daftar seluruh elemen ac pada software power
station ETAP ada pada AC toolbar.

Gambar 2.6 Elemen-elemen AC di ETAP.


2. Transformator
Transformator 2 kawat sistem distribusi dimasukkan dalam editor power station
software transformator 2 kawat pada power station software ETAP
ditunjukkan Gambar Simbol transformator 2 kawat.

Gamabar 2.7 Simbol transformator 2 kawat di ETAP


3. Generator

17
Generator sinkron sistem distribusi tenaga listrik dimasukkan dalarn editor
power station ETAP berupa rating KV, rating MW, dan mode kerja yang ditampilkan
pada bagian atas informasi editor generator. Simbol generator sinkron pada power
station software ETAP ditunjukkan pada Gambar.

Gamabar 2.8 Simbol Generator di ETAP

4. Load
Beban listrik sistem distribusi tenaga listrik dimasukkan dalarn editor power
stationETAP berupa rated kV dan MVA yang ditampilkan pada bagian atas iriformasi
editor load. Di ETAP terdapat dua macam beban, yaitu beban statis dan beban dinamis.
Simbol generator sirikron pacla power station software ETAP ditunjukkan pada
Gambar.

Gamabar 2.9 Simbol beban statis dan dinamis di ETAP


5. Pemutus Rangkaian
Merupakan sebuah saklar otomatis yang dirancang untuk melindungi sebuah
rangkaian listrik dari kerusakan yang disebabkan oleh kelebihan beban atau hubungan
pendek. Simbol pemutus rangkaian di ETAP ditunjukkan pada gambar.

Gamabar 2.10 Simbol pemutus rangkaian di ETAP


6. Bus
Bus AC atau node sistem distribusi tenaga listrik dimasukkan dalam editor
power station software ETAP. Editor bus sangat membantu untuk pemodelan berbagai
tipe bus dalam sistem tenaga listrik. Generator, motor dan beban statik adalah elemen
yang dapat dihubungkan dengan beberapa bus yang diinginkan. Simbol bus pada power
station software ETAP ditunjukkan Garnbar [9].

Gamabar 2.11 Simbol bus di ETAP

18
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Unit Layanan Transmisi dan Gardu Induk
(ULTG) Kupang PT. PLN (Persero). Waktu penelitian dijadwalkan pada bulan
Desember sampai dengan bulan Maret 2021.

3.2 Alat dan Bahan Penelitian

4.1.1 Alat penelitian


A. Kebutuhan Perangkat Keras
Kebutuhan perangkat keras yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebuah
laptop Asus dengan spesifikasi :
 ProsesorIntel® Core™ i3-7100U CPU @2,40 GHz,
 RAM 4.00 GB,
 Harddisk 1 TB,
 Sistem Operasi Windows 10.
B. Kebutuhan perangkat Lunak
Perangkat lunak yang digunakan untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini adalah Electric
Transient and Analysis Program ( ETAP) 12.6.

3.2.1 Bahan Penelilitian


A. Single Line Diagram Saluran Transmisi Sistem Timor
3.3 Metode penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode kuantitatif berupa
studi kasus mengenai jatuh tegangan pada saluran transmisi sistem Timor dan cara
memperbaikinya menggunakan perangkat lunak Electrical Transient Analysis Program
(ETAP) 12.6. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan
yaitu ,single line diagram, data saluran, data transformator dan data beban, yang
digunakan di jaringan dan beberapa data tambahan yang dibutuhkan dalam
menyelesaikan tugas akhir ini. Kemudian dengan data-data yang dimaksud dihitung
rugi-rugi daya dan jatuh tegangan yang terdapat pada saluran transmisi 70 kV dengan
melakukan simulasi pada software ETAP untuk memasang kapasitor untuk mengurangi
rugi daya dan jatuh tegangan. Hasil dari perhitungan yang dilakukan dengan
menggunakan ETAP 12.6.
19
3.4 Prosedur Penelitian

3.4.1 Wawancara
Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan cara melakukan beberapa
tanya jawab secara langsung tentang masalah yang terkait dengan pihak karyawan
PT.PLN (Persero) yang bertujuan untuk mendapatkan data saluran dan data beban pada
saluran transmisi dan Gardu Induk.

3.4.2 Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data dengan melihat langsung proses
kerja dari obyek yang akan diteliti dan diamati kemudian dicatat secara sistematis sesuai
obyek tersebut.

3.4.3 Studi pustaka


Studi pustaka adalah metode yang digunakan untuk mendapatkan informasi yang
mendukung sesuai dengan masalah-masalah yang akan diangkat. Diantaranya adalah
buku-buku referensi yang mungkin dapat membantu dalam penyelesaian masalah

3.4.4 Pemodelan Jaringan Listrik Menggunakan ETAP 12.6


Pemodelan jaringan merupakan rancangan rangkaian jaringan sesuai single
line diagram yang dibuat secara simulasi dengan menggunakan program ETAP 12.6
sehingga menghasilkan load flow atau aliran daya dan dapat menghitung jatuh tegangan
dan memperbaikinya apabilah terdadi jatuh tegangan tidak sesuai standar yang ada.

20
3.5 Diagram alur penelitian

Mulai

Studi Litelatur

Pengumpulan Data Dari


ULTG PT. PLN (persero)

Pemodelan kondisi eksisiting

Simulasi
Tegangan
n

Tidak
Simulasi Perbaikan Simulasi Simulasi Perbaikan
Menggunakan Perbaikan Menggunakan
Penghantar Jenis Menggunakan Penghantar Jenis
HAWK Penghantar Jenis ROOK dan ROOK

Simulas
i

Hasil Analisis

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian

21
3.6 Diagram Alur Simulasi Sistem Menggunakan ETAP 12.6

Mulai

Menggambar Single Line Diagram Saluran


Transmisi 70 kV Sistem Timor

Input data pembangkit,


data transformator,
Input data
data beban, data bus,
data penghantar
Terjadi Jatuh Tegangan Saat Beban
Puncak

Hasil
Simulasi

Perubahan Penampang
Penghantar

Analisis
Data

Selesai

Gambar 3.2 Diagram Alur Simulasi Sistem Menggunakan ETAP 12.6

22
3.7 Analisis Data
Proses yang digunakan untuk memahami dan menganalisa data yang diperoleh
dari proses pengambilan data dan proses perbaikan jatuh tegangan dengan mengganti
penampang penghantar dengan menggunakan software ETAP 12.6.

23
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Lokasi Penelitian Sistem Saluran Transmisi 70 kV Sistem Timor.


Saluran transmisi 70 kV sistem Timor merupakan saluran transmisi yang
berada di Pulau Timor dengan tegangan operasi sebesar 70 kV yang menghubungkan
enam Gardu Induk (GI) yaitu ; Gardu Induk Bolok, Gardu Induk Maulafa, Gardu Induk
Naibonat, Gardu Induk Nonohonis, Gardu Induk Kefamenanu dan Gardu Induk
Atambua yang terbagi dalam lima Section. Section satu menghubungkan GI Bolok-
Maulafa, section dua menghubungkan GI Maulafa – Naibonat, section tiga
menghubungkan GI Naibonat – Nonohonis, section empat menghubungkan GI
Nonohonis – Kefamenanu, dan section lima menghubungkan GI Kefamenanu –
Atambua. Tegangan listrik 70 kV yang disalurkan pada saluran trasnmisi ini berasal dari
tegangan keluaran yang telah dinaikan menggunkan trafo step-up yang terdapat pada
masing-masing pembangkit listrik yang terdapat di Bolok yakni Pembangkit Listrik
Tenaga Uap ( PLTU ) 2 NTT, Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Independen
Power Plant (IPP) dan Pembangkit Listrik Tenaga Disel (PLTD) Line Marine Vessel
Power Plant (LMVPP) untuk gambar lengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1.

4.1.2 Data Saluran


Saluran transmisi 70 kV Sistem Timor dipasang dengan sistem double circuit
menggunakan penghantar Alluminium Coil Stell Reinfornance (ACSR) jenis Hawk
dengan luas penampang 240 mm2 dan jenis Ostrich dengan luas penampang 152 mm2
serta memiliki konduktor fasa yang terbentang vertikal degan jarak antar fasa 1,5 m
yang terbentang sepanjang saluran dengan jarak 232,85 kmr dari Gardu Induk Bolok
sampai ke Gardu Induk Atambua. Saluran transmisi dari Gardu Induk Bolok ke Gardu
Induk Maulafa terhubung melalui 55 titik tower sepanjang 14,37 km dengan
menggunakan jenis konduktor ACSR Hawk 240 mm2. Selanjutnya saluran transmisi
dari Gardu Induk Maulafa ke Gardu Induk Naibonat terhubung melalui 134 titik tower
sepanjang 35,97 km dengan menggunakan jenis konduktor ACSR OSTRICH 152 mm 2.
Saluran transmisi dari Gardu Induk Naibonat ke Gardu Induk Nonohonis terhubung
melalui 134 titik tower sepanjang 62,29 km dengan menggunakan jenis konduktor
ACSR OSTRICH 152 mm2. Saluran transmisi dari Gardu Induk Nonohonis ke Gardu
Induk Kefamenanu terhubung melalui 159 titik tower sepanjang 45,05 km dengan
24
menggunakan jenis konduktor ACSR OSTRICH 152 mm 2. Saluran transmisi dari Gardu
Induk Kefamenanu ke Gardu Induk Atambua terhubung melalui 290 titik tower
sepanjang 75,17 km dengan menggunakan jenis konduktor Hawk 240 mm 2 untuk tabel
data saluran dapat dilihat pada lampiran 2.
4.1.3 Data Beban
Beban pada lampiran 3 merupakan beban yang diambil dari masing-masing
transformator dari pembankit yang menyuplai daya menuju saluaran transmisi 70 kV
sistem Timor pada bulan Maret terjadi beban puncak yaitu pada pukul 19.00 Wita.
Pada setiap Gardu Induk sepanjang saluran transmisi ini digunakan transformator
dengan UNINDO 20 MVA baik untuk Gardu Induk Bolok, Gardu Induk Maulafa,
Gardu Induk Naibonat, Gardu Induk Nonohonis, Gardu Induk Kefamenanu dan Gardu
Induk Atambua. Namun, pada Gardu Induk Maulafa digunakan lagi tambahan satu
transformator B & D 30 MVA. Data beban yang terjadi saat pukul 19.00 wita pada
tanggal 01 Maret 2019 disetiap Gardu Induk yang terdapat di sepanjang saluran
transmisi yaitu: Gardu Induk Bolok sebesar 20 MW, 8.41 Mvar, dan 22.594 MVA,
Gardu Induk Maulafa trafo I sebesar 16.4 MW, 2.1 Mvar dan 16.534 MVA, untuk trafo
II sebesar 16.5 MW, 2.7 Mvar dan 16.719 MVA, Gardu Induk Naibonat sebesar 4.09
MW, 0.22 Mvar dan 4.096 MVA, Gardu Induk Nonohonis sebesar 6.99 MW, 0.98
Mvar dan 7.058 MVA, Gardu Induk Kefamenanu sebesar 5.59 MW, 1.1 Mvar dan
5.697 MVA. Gardu Induk Atambua sebesar 10.23 MW, 1.49 Mvar, 10.338 MVA untuk
data beban dapat dilihat pada lampiran 3.
4.2 Simulasi Aliran Daya Saluran Transmisi 70 kV Sistem Timor

4.2.2 Simulasi Aliran Daya Saluran Transmisi 70 kV Sistem Timor


Simulasi ini dilakukan berdasarkan kondisi real yang terjadi di lapangan. Pada
kondisi ini, sumber tegangan berasal dari 3 buah pembangkit yang terdapat di Bolok
yaitu: PLTU 2 NTT dengan kapasitas 2 x 16,5 MW, PLTU IPP dengan kapasitas 2 x
18,5 MW dan PLTD LMVPP dengan kapasitas sebesar 6 x 18 MW. Pada simulasi ini,
data beban yang digunakan hanya pada saat beban puncak malam yaitu pada pukul
19.00 wita. Data penghantar yang digunakan juga sesuai dengan kondisi yang terdapat
di lapangan yaitu dengan menggunakan jenis penghantar ACSR Ostrich 152 mm 2 dan
ACSR Hawk 240 mm2 dan jarak penghantar antar Gardu Induk sesuai dengan kondisi di
lapangan.

25
Berdasarkan simulasi aliran daya yang dilakukan menggunakan ETAP 12.6
pada pukul 19.00 wita dapat dilihat tegangan keluaran dari Gardu Induk Bolok–Maulafa
sebesar 68,1 kV, Gardu Induk Maulafa–Naibonat 67,034 kV, Gardu Induk Naibonat-
Nonohonis 65,601 kV, Gardu Induk Nonohonis-Kefamenanu 63,467 kV dan Gardu
Induk Kefamenanu-Atambua 62,394 kV. Sedangkan tegangan terakhir yang di terima
di GI Atambua sebesar 61,566 kV. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa pada
penyaluran daya dari Gardu Induk Bolok hingga Gardu Induk Atambua terjadi jatuh
tegangan, yaitu dimana terdapat selisih atau perbedaan antara tegangan yang dikirim
dengan tegangan yang diterima. Besar nilai jatuh tegangan dari hasil simualasi pada
ETAP dapat dilihat pada lampiran 5.
Tabel 4.1 Nilai Besar Jatuh Tegangan Hasil simulasi pada Pukul 19,00.
Saluran Tegangan Bus %
Daya Kirim
(kVA) Terkirim Terima Tegangan Jatuh
Bolok – Maulafa 26657 97,29 95,76 1,5
Maulafa – Naibonat 14975 95,76 93,72 2
Naibonat – Nonohonis 9345 93,72 90,65 3,1
Nonohonis – Kefamenanu 6216 90,65 89,13 1,5
Kefamenanu – Atambua 3925 89,13 87,95 1,2
Total Jatuh Tegangan 9,3

Pada Tabel 4.1 dapat dilihat besar jatuh tegangan yang paling besar terjadi
pada section 3 yaitu yang menghubungkan Gardu Induk Naibonat dengan Gardu Induk
Nonohonis yaitu sebesar 3% dan yang paling kecil yaitu pada pada section lima yaitu
yang menghubungkan Gardu Induk Kefamenanu dengan Gardu Induk Atambua yaitu
sebesar 1,2 %. Dari hasil simulasi ini dapat dilhat pula bahwa besar tegangan jatuh
untuk Sitem Timor yaitu secara keseluruhan yaitu sbesar 9,3% dimana Gardu Induk
Bolok Sebagai Gardu Induk sumber Pengirim dan Gardu Induk Atambua sebagai Gardu
Induk penerima akhir.

4.3 Perbaikan Jatuh Tegangan Saluran Transmisi 70 kV Sistem Timor


Nilai jatuh tegangan dalam sebuah saluran transmisi ini dipengaruhi oleh besar
penampang konduktor dan panjang saluran terhadap beban daya yang disalurkan. Untuk
mengurangi dan meminimalisir besar jatuh tegangan pada Sistem Transmisi ini
26
dilakukan perbaikan dengan mengganti besar luas penampang konduktor yang
digunakan pada saluran yang ada (eksisiting). Pada perbaikan ini dilakukan dua kali
simulasi perbaikan dengan menggunakan dua jenis konduktor yang memiliki luas
penampang lebih besar dari sebelumnya yaitu ACSR Hawk 240 mm 2 dan ACSR Rook
318 mm2 untuk melihat penurunan nilai jatuh tegangan pada setiap pergantian
konduktor.

4.3.2 Pemodelan dan Simulasi Saluran Transmisi 70 kV Sistem Timor dengan Penghantar
ACSR Hawk 240 mm2
Pada simulasi ini, digunakan data beban yang sama yaitu data beban pada
pukul 19.00 wita. Sumber tegangan juga berasal dari 3 buah pembangkit yang terdapat
di Bolok
yaitu: PLTU 2 NTT dengan kapasitas 2 x 16,5 MW, PLTU IPP dengan kapasitas 2 x
18,5 MW dan PLTD LMVPP dengan kapasitas sebesar 6 x 18 MW. Namun, pada
simulasi ini digunakan jenis penghantar ACSR Hawk 240 mm 2 untuk saluran yang
mempunyai jatuh tegangan besar. Digunakannya penghantar jenis ACSR Hawk 240
mm2 ini untuk melihat terjadinya penurunan jatuh tegangan dari simulasi sebelumnya
gambar dapat dilihat pada lampiran 6.
Berdasarkan simulasi aliran daya yang dilakukan menggunakan ETAP 12.6 pada
pukul 19.00 wita dapat dilihat tegangan keluaran dari Gardu Induk Bolok–Maulafa
sebesar 68,109 kV, Gardu Induk Maulafa–Naibonat 67,042 kV, Gardu Induk Naibonat-
Nonohonis 66,012 kV, Gardu Induk Nonohonis-Kefamenanu 64,727 kV dan Gardu
Induk Kefamenanu-Atambua 64,027 kV. Sedangkan tegangan terakhir yang di terima
di GI Atambua sebesar 63,170 kV. Besar nilai jatuh tegangan dari hasil simualasi pada
ETAP dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Besar Jatuh Tegangan Penampang Jenis ACSR Hawk 240 mm2
Daya Kirim Tegangan Bus %
Saluran
(kVA) Terkirim Diterima Jatuh Teg.
Bolok – Maulafa 26657 97,29 95,76 1,53
Maulafa – Naibonat 14975 95,77 94,47 1,3
Naibonat – Nonohonis 9345 94,47 92,47 2
Nonohonis – Kefamenanu 6216 92,47 91,47 1
Kefamenanu – Atambua 3925 91,47 90,25 1,22

27
Total Jatuh Tegangan 7,05

Pada tabel 4.2 jatuh tegangan pada hasil simulasi yang dilakukan dengan
mengganti jenis konduktor ACSR Hawk 240 mm 2 pada semua saluran mengalami
penurunan. Jumlah jatuh tegangan secara keseluruhan dari Gardu Induk Bolok hingga
Gardu Induk Atambua sebesar 7,05%. Hasil simulasi ini jika dibandingkan dengan hasil
simulasi sebelum dilakukan perbaikan dengan mengganti besar luas penampang maka
dapat dilihat besar jatuh tegangan mengalami penurunan dari sebelunya sebesar 9,3%
menjadi 7,05%.

4.3.3 Pemodelan dan Simulasi Saluran Transmisi 70 kV Sistem Timor dengan mengganti
Penghantar ACSR Rook 318 mm2 pada saluran yang mempunyai jatuh tegangan besar.

Pada simulasi ini, digunakan data beban yang sama yaitu data beban pada
pukul 19.00 wita. Sumber tegangan juga berasal dari 3 buah pembangkit yang terdapat
di Bolok
yaitu: PLTU 2 NTT dengan kapasitas 2 x 16,5 MW, PLTU IPP dengan kapasitas 2 x
18,5 MW dan PLTD LMVPP dengan kapasitas sebesar 6 x 18 MW. Namun, pada
simulasi ini digunakan jenis penghantar ACSR Rook 318 mm2 untuk saluran yang
mempunyai jatuh tegangan besar. Digunakannya penghantar jenis ACSR Rook 318
mm2 ini untuk melihat terjadinya penurunan jatuh tegangan dari simulasi sebelumnya
gambar dapat dilihat pada lampiran.
Berdasarkan simulasi aliran daya yang dilakukan menggunakan ETAP 12.6 pada
pukul 19.00 wita dapat dilihat tegangan keluaran dari Gardu Induk Bolok–Maulafa
sebesar 68,077 kV, Gardu Induk Maulafa–Naibonat 68,063 kV, Gardu Induk Naibonat-
Nonohonis 66,488 kV, Gardu Induk Nonohonis-Kefamenanu 66,496kV dan Gardu
Induk Kefamenanu-Atambua 65,372 kV. Sedangkan tegangan terakhir yang di terima
di GI Atambua sebesar 64,504 kV. Besar nilai jatuh tegangan dari hasil simualasi pada
ETAP dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Besar Jatuh Tegangan Penampang Jenis ACSR Rook 318 mm2
Daya Kirim Tegangan Bus %
Saluran
(kVA) Terkirim Terima Tegangan Jatuh

28
Bolok – Maulafa 26657 97,25 97,23 0,02
Maulafa – Naibonat 14975 97,23 94,98 2,25
Naibonat – Nonohonis 9345 94,98 94,98 0
Nonohonis – Kefamenanu 6216 94,98 93,39 1,59
Kefamenanu – Atambua 3925 93,39 92,15 1,24
Total Jatuh Tegangan 5,1

Pada tabel 4.2 jatuh tegangan pada hasil simulasi yang dilakukan dengan
mengganti jenis konduktor ACSR Rook 318 mm2 pada semua saluran mengalami
penurunan. Jumlah jatuh tegangan secara keseluruhan dari Gardu Induk Bolok hingga
Gardu Induk Atambua sebesar 5,1%. Hasil simulasi ini jika dibandingkan dengan hasil
simulasi sebelum dilakukan perbaikan dengan mengganti besar luas penampang maka
dapat dilihat besar jatuh tegangan mengalami penurunan dari sebelunya sebesar 7,05%
menjadi 5.1 %.

4.3.4 Pemodelan dan Simulasi Saluran Transmisi 70 kV Sistem Timor dengan Penghantar
ACSR Rook 318 mm2
Pada saluran transmisi ini terdapat penghatar konduktor ACSR Ostrich 150
mm2 dan ACSR Hawk 240 mm2, pada perbaikan jatuh teganagn ini penghantar tersebut
digantikan dengan konduktor ACSR Rook 218 mm2, sehingga pada saluran transimi
sistem ini semua saluran penghubung menggunakan konduktor ACSR Rook 318 mm 2
gambar dapa dilihat pada lampiran 7.
Pada single line pada lampiran 7 pengahantar yang digunakan utnuk semua
section merupakan konduktor ACSR Rook dengan luas penampang 318 mm 2. Setelah
melakukan perbaikan dengan mengganti luas p enampang konduktor, dilakukan
simulasi aliran daya kembali dengan data beban yang sama yaitu pada pukul 19.00
WITA pada bulan Maret.
Dari hasil simulasi dengan luas penampang yang baru ini, dapat dilihat terjadi
penurunan jatuh tegangan yang cukup besar pada masing-masing saluran yaitu pada
section satu yaitu dari jatuh tengan 1,5% menjadi 0,03%, section dua dari 2 % menjadi
0,01%, section 3 dari 3,1 % menjadi 0,01 % section 4 dari 1,5% menjadi 0,01% dan
pada section 5 dari 1,2% menjadi 0,01%. Besar nilai jatuh tegangan pada sistem ini
dapat dapat dilihat pada tabel 4.2. Besar Jatuh Tegangan hasil simulasi yang dilakukan
dengan menggunakan ETAP 12.6 dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.3 Besar Nilai Jatuh Tegangan Penampang Jenis ACSR Rook 318 mm2
29
Saluran Daya Kirim Tegangan Bus %
(kVA) Terkirim Diterima Jatuh teg.

Bolok – Maulafa 26657 96,86 96,83 0,03


Maulafa – Naibonat 14975 96,83 96,82 0,01
Naibonat – Nonohonis 9345 96,82 96,81 0,01
Nonohonis – Kefamenanu 6216 96,81 96,8 0,01
Kefamenanu – Atambua 3925 96,80 96,79 0,01
Total Jatuh Tegangan 0,07

Pada Tabel 4.3, jumlah jatuh teganag secara keseluruhan dari Bolok hingga
Atambua sebesar 0,07%. Dimana dari hasil ini jika dibandingkan dengan sebelum
dilakukan perbaikan dengan mengganti besar luas penampang maka dapat dilihat besar
jatuh tegangan mengalami penurunan yang cukup signifikan dari sebelunya sebesar
9,3% menjadi 0,07%. Besar jatuh tegangan ini sangat pesat jika dibandingkan dengan
pergantian sebelumya ke konduktor ACSR Hawk 240 mm2.

4.4 Analisis Data

4.4.1 Analisis Jatuh Tegangan kondisi di lapangan dengan kondisi saluran menggunakan
ACSR Hawk 240 mm2
Berdasarkan data hasil simulasi yang dilakukan dengan menggunakan ETAP 12.6,
pada pukul 19.00 wita terjadi nilai perbedaan jatuh tegangan yang cukup besar antara
simulasi yang dilakukan dengan data saluran yang terdapat di lapangan yang
menggunakan konduktor ACSR Hawk 240 mm2 dan ACSR Ostrich 152 mm2
disepanjang saluran dari Gardu Induk Bolok hingga Gardu Induk Atambua dengan
konduktor yang telah diganti menggunakan jenis ACSR Hawk 240 mm 2 disepanjang
saluran transmisi dari Gardu Induk Bolok hingga ke Gardu Induk Atambua.
Gambar Grafik 4.1 Perbandingan Jatuh Teganggan Kondisi di Lapangan dan Kondisi
Saat Menggunakan ACSR Hawk

Keterangan:
B-M : Bolok-Maulafa
M-N : Maulafa-Naibonat

30
Perbandingan Jatuh Tegangan Kondisi di Lapangan
dan Kondisi Saat Menggunakan ACSR Hawk
3.5 3.1
3
2.5 2 2
Persentase

2 1.22
1.5 1.5
1.5 1.53 1.3
1
1 1.2
0.5
0
B-M M-N N-N N-K K-A
Saluran Transmisi

jatuh tegangan 1 jatuh tegangan 2

N-N : Naibonat-Nonohonis
N-K : Nonohonis-Kefamenanu
K-A : Kefamenanu-Atambua

Berdasarkan gambar grafik , dapat dilihat terjadinya penurunan jatuh tegangan setelah
dilakukannya pergantian konduktor dengan konduktor ACSR Hawk 240 mm 2 pada
semua saluran. Jatuh tegangan yang terdapat pada Gardu Induk Bolok ke Gardu Induk
Maulafa dan dari Gardu Induk Kefamenanu ke Gardu Induk Atambua memiliki nilai
yang sama saat kondisi data sesuai lapangan dengan setelah di lakukannya pergantian
konduktor ACSR Hawk 240 mm2, nilai jatuh tegangan yang sama tersebut dikarenakan
jenis konduktor pada data di lapangan juga mengunakan jenis konduktor ACSR Hawk
240 mm2, sehingga tidak ada perubahan jatuh tegangan. Untuk jatuh tegangan pada
saluran transmisi yang lain terjadi penurunan jatuh tegangan dari Gardu Induk Maulafa
ke Gardu Induk Naibonat dari 2 % menjadi 1.3 %, Gardu Induk Naibonat ke Gardu
Induk Nonohonis dari 3.1 % menjadi 2 %, Gardu Induk Nonohonis ke Gardu Induk
Kefamenanu dari 1.5 % menjadi 1 %. Penurunan jatuh tegangan yang terjadi setelah
dilakukannya pergantian dengan jenis konduktor yang luas penampang lebih besar
berpengaruh pada penurunan jatuh tegangan.

4.4.2 Analisis Jatuh Tegangan kondisi di lapangan dengan kondisi saluran menggunakan
ACSR Rook 318 mm2
Berdasarkan data hasil simulasi yang dilakukan dengan menggunakan ETAP
12.6, pada pukul 19.00 wita terjadi nilai perbedaan jatuh tegangan yang cukup besar
antara simulasi yang dilakukan dengan data saluran dari Gardu Induk Bolok sampai ke
31
Gardu Induk Atambua yang menggunakan jenis konduktor ACSR HAWK 240 mm 2
dengan saluran dari Gardu Induk Bolok sampai Gardu Induk Atambua yang
menggunakan jenis konduktor ACSR Rook 318 mm2. Terjadi perbedaan jatuh tegangan
dimana saat digunakan jenis konduktor ACSR Rook 318 mm 2 , nilai jatuh tegangan
berada pada persentase hingga 0 %.

Perbandingan Jatuh Tegangan Kondisi di Lapangan


dan Kondisi Saat Menggunakan ACSR Rook
3.5 3.1
3
2.5
2
Persentase

2
1.5 1.5
1.5 1.2
1
0.5 0.03 0.01 0.01 0.01 0.01
0
B-M M-N N-N N-K K-A
Saluran Transmisi

jatuh tegangan 1 jatuh tegangan 3

Gambar Grafik 4.2 Perbandingan Jatuh Teganggan Kondisi di Lapangan dan Kondisi
Saat Menggunakan ACSR Rook
Keterangan:
B-M : Bolok-Maulafa
M-N : Maulafa-Naibonat
N-N : Naibonat-Nonohonis
N-K : Nonohonis-Kefamenanu
K-A : Kefamenanu-Atambua

Berdasarkan gambar grafik , dapat dilihat terjadinya penurunan jatuh tegangan


setelah dilakukannya pergantian konduktor dengan konduktor ACSR Rook 318 mm 2
pada semua saluran. Untuk jatuh tegangan pada saluran transmisi yang lain terjadi
penurunan jatuh tegangan dari Gardu Induk Bolok ke Gardu Induk Maulafa dari 1.5 %
menjadi 0.03 %, Gardu Induk Maulafa ke Gardu Induk Naibonat dari 2 % menjadi 0.01
%, Gardu Induk Naibonat ke Gardu Induk Nonohonis dari 3.5 % menjadi 0.01 %,
Gardu Induk Nonohonis ke Gardu Induk Kefamenanu dari 1.5 % menjadi 0.01 %,

32
Gardu Induk Kefamenanu ke Gardu Induk Atambua dari 1.2 % menjadi 0.01 %.
Penurunan jatuh tegangan pada kondisi ini memiliki nilai penurunan yang cukup besar
yang terjadi setelah dilakukannya pergantian dengan jenis konduktor yang luas
penampang lebih besar berpengaruh pada penurunan jatuh tegangan.

4.4.3 Perbandingan Jatuh Tegangan saat menggunakan konduktor ACSR Hawk 240 mm 2
dengan saat menggunakan konduktor ACSR Rook 318 mm2

Perbandingan Jatuh Tegangan Menggunakan ACSR


Hawk dan ACSR Rook

3 2.54
2.5 2
2
Persentase

1.5 1.3 1.22


1
1
0.5 0.03 0.01 0.01 0.01 0.01
0
B-M M-N N-N N-K K-A
Saluran Transmisi

jatuh tegangan 2 jatuh tegangan 3

Gambar Grafik 4.3 Perbandingan Jatuh Tegangan Menggunakan ACSR Hawk


dan ACSR Rook
Keterangan:
B-M : Bolok-Maulafa
M-N : Maulafa-Naibonat
N-N : Naibonat-Nonohonis
N-K : Nonohonis-Kefamenanu
K-A : Kefamenanu-Atambua

Berdasarkan gambar grafik, dapat dilihat perbandingan jatuh tegangan


menggunakan ACSR Hawk dan ACSR Rook dapat dilihat penurunan jatuh tegangan
setelah dilakukannya pergantian konduktor dengan konduktor ACSR Rook 318 mm 2
pada semua saluran sangat signifikan. Penurunan jatuh tegangan yang terjadi setelah
33
dilakukannya pergantian dengan jenis konduktor yang luas penampang lebih besar
berpengaruh pada penurunan jatuh tegangan. Penggantian konduktor dengan jenis
ACSR Rook 318 mm2 ini memiliki jatuh tegangan yang sangat kecil bila dibandingkan
jika menggunakan jenis konduktor ACSR Hawk 240 mm2.

34
4.5 Perhitungan Jatuh Tegangan
 Naibonat – Nonohonis
∆ V =( R . cos φ+ X . sin φ )
Diketahui R = 12,0407
X = 21,0109
φ = 0,99
Vs = 65,601 kV ∟ - 8,13 ̊
= 65,601 Cos (- 8,13) + j.65,601 Sin (-8,13)
= 64,941 + j 9,277
Vr = 63,457 kV ∟ -10,56 ̊
= 63,475 Cos (-10,56 ̊ ) + j 63,475 Sin (-10,56 ̊)
= 62,320 – j 11,955
Vs – Vr = 2,621 + 2,6782

Nilai I =
Vs−Vr
=
√ 2,6212+2,678 2
Vr+ jx √ 12,0407 2+ 21,91092

3,747175603 kV
=
25,0013198712Ω
= 149,879 A
∆V = √ 3. I (R Cos φ + X Sin φ )
= √ 3. 149,879 (12,0407 Cos 0,99 + 21,0109 Sin 0,99)
= 259,5980 ( 12,0389 + 0,2080 )
= 3.125,2743 + 53,9963
= 3.179,2706 Volt
= 3,1792 kV

 Kefamenanu - Atambua

∆ V =( R . cos φ+ X . sin φ )
Diketahui : R = 9,155563
X = 25,3454
φ = 0,97
Vs = 62,349 kV ∟ - 12,25 ̊
35
= 62,394 Cos (- 12.25) + j.62,394 Sin (-12,25)
= 60,973 + j 13,238
Vr = 61,566 kV ∟ -13,67 ̊
= 61,556 Cos (-13,67) + j 61,566 Sin (-13,67 ̊)
= 59,822 – j 14, 14,549
Vs – Vr = 1,151 + 1,311

Nilai I =
Vs−Vr
=
√ 1,1512 +1,3112
Vr+ jx √ 9,155632+ 25,34542

1,7445692878 kV
=
26,9483740114Ω
= 64,7374601 A
∆V = √ 3. I (R Cos φ + X Sin φ )
= √ 3. 64,737 (9,15563 Cos 0,97 + 25,3454 Sin 0,97)
= 112,1277 ( 9,1543 + 0,4290 )
= 1026,4506 + 48,1027
= 1074,5533 Volt
= 1,0745 kV

36
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan simulasi aliran daya yang dilakukan menggunakan ETAP 12.6 pada pukul
19.00 wita jatuh tegangan yang terbesar terjadi pada saluran transmisi dari Gardu Induk
Naibonat ke Gardu Induk Nonohonis yaitu sebesar 3,1 % sedangkan jatuh tegangan
terkecil terjadi pada saluran transmisi dari Gardu Induk Kefamenanu ke Gardu Induk
Atambua yaitu sebesar 1,2 % dengan total nilai jatuh tegangan ssebesar 9,3%.
2. Setelah dilakunya perubahan penampang penghantar pada saluran transmisi sistem
Timor yang memunyai jatuh teggangan besar dapat dilihat bahwa penghantar jenis
ACSR Rook dengan luas penampang 318 mm2 terjadi penurunan jumlah jatuh teganag
secara keseluruhan dari Bolok hingga Atambua. Perubahan penampang penghantar
menjadi jen [8]is ACSR Rook dengan luas peanamapang 318 mm 2 dapat meminimalkan
jatuh tegangan sebesar 0,07%. Dimana dari hasil ini jika dibandingkan dengan sebelum
dilakukan perbaikan dengan mengganti besar luas penampang maka dapat dilihat besar
jatuh tegangan mengalami penurunan yang cukup signifikan dari sebelunya sebesar
9,3% menjadi 0,07%.
3. Saran
Berdasarkan penulisan Tugas Akhir ini, Adapun saran yang diberikan :
1. Seiring dengan pertambahan beban yang terus meningkat dari tahun ke tahun, maka
untuk meningkatkan kualitas daya listrik pada Saluran Transmisi 70 kV Sistem Timor
diperlukan peningkatkan tegangan operasi sistem sehingga dapat meminimalkan nilai
arus beban yang disalurkan.
2. Perubahan penampang penghantar dapat meminimalkan jatuh tegangan namun dilihat
dari segi ekonomis pergantian jenis pengantar yang lebih bebar memerlukan biaya yang
cukup besar.
3. Memasang Thyristor Controlled Series Compensator ( TCSC).

37
Daftar Pustaka

[1] Y. Langoday, Analisis Rugi Daya pada Saluran Transimisi 70 kV Sistem Timor,
Kupang, 2020.

[2] G. Putra, “Analisi perbaikan Teganggan pada Saluran Industri Minyyak lepas Pantai
CNOOC Ltd,” 2014.

[3] Rifal, S. B. Utomo dan M. Haddin, “Analisis Perhitunggan Rugu-Rugi Daya pada
SaluranTransmisi Teggangan Tinggi 150 kV Gardu induk Tambak Lorok- Bawend
dengan menggunakan Etap 12.6.0,” 2019.

[4] W. Stevenson, Analisis SIstem Tenaga Listrik, Erlangga, 1984.

[5] A. Arismunandar dan S. Kuwahara, Buku Pegangan Tenaga Listrik II, Jakarta: PT
Percetakan Penebar Swadaya, 2004.

[6] M. S. D. Mineral, Aturan Jaringan Sistem Tenaga Listrik, Jakarta, 2007.

[7] PT. PLN (persero), SPLN 1 : 1995, Jakarta: PT. Perusahaan Listrik Negara, 1995.

[8] R. R. Yodiawan, “Perbaikan Drop Tegangan Gardu Induk Segor Madu 150 kV
dengan Simulasi Software Digsilent,” 2021.

[9] L. Multa dan dkk, Modul pelatihan Etap, Yogyakarta: Universitas Yoguakarta,
2013.

38
LAMPIRAN

39
Lampiran A Single Line Diagram Sitem Timor

40
Lampiran B Tabel Data Saluran
No. Saluran Transmisi Jenis Panjang Rdc Jumlah
Konduktor Jalur (20ºC) titik
Dari Ke
(KMR) (Ω/km) Tower
1 Bolok Maulafa ACSR 14,37 0,12 55
HAWK
240 mm2
2 Maulafa Naibonat ACSR 35,97 0,19 134
OSTRICH
152 mm2
3 Naibonat Nonohonis ACSR 62,29 0,19 134
OSTRICH
152 mm2
4 Nonohonis Kefamenanu ACSR 45,05 0,19 159
OSTRICH
152 mm2
5 Kefamenanu Atambua ACSR 75,17 0,12 290
HAWK
240 mm2

41
Hari/tanggal Gardu Induk Tranformator Pukul Beban
(WITA) MW Mvar MVA
Jumat,01 Bolok UNINDO 20 19.00 20,97 8,41 22,594
Maret 2019 MVA
Jumat,01 Maulafa UNINDO 20 19.00 16,4 2.1 16,534
Maret 2019 MVA
B & D 30 19.00 16,5 2,7 16,719
MVA
Jumat,01 Naibonat UNINDO 20 19.00 4,09 0,22 4,096
Maret 2019 MVA
Jumat,01 Nonohonis UNINDO 20 19.00 6,99 0,98 7,058
Maret 2019 MVA
Jumat,01 Kefamenanu UNINDO 20 19.00 5,59 1,1 5,697
Maret 2019 MVA
Jumat,01 Atambua UNINDO 20 19.00 10,23 1,49 10,338
Maret 2019 MVA
Lampiran C Tabel Data Beban

Lampiran Single Line Digram saluran transmisi sistem Timor Pukul 19.00 Wita.

42
Lampiran E Hasil Simulasi pada beban puncak Pukul 19.00 Wita.

43
Lampiran F Single Line Diagram Metode Perubahan Penampang Pengahantar
ACSR Hawk 240 mm2

44
45
Lampiran G Hasil Simulasi perbaikan jatuh tegangan dengangan metode
perubahan penampang penghantar ACSR 240 mm2

46
47
Lampiran H Single Line Diagram Saluran Transmisi 70 kV Sistem Timor dengan
mengganti Penghantar ACSR Rook 318 mm2 pada saluran yang mempunyai jatuh
tegangan besar.

48
Lampiran I Simulasi Saluran Transmisi 70 kV Sistem Timor dengan mengganti
Penghantar ACSR Rook 318 mm2 pada saluran yang mempunyai jatuh tegangan
besar.

49
Lampiran J Single line diagram dengangan metode perubahan penampang
pengahantar ACSR Rook dengan luas penampang 318 mm2

50
Lampiran K Hasil Simulasi perbaikan jatuh tegangan dengangan metode
perubahan penampang penghantar ACSR Rook dengan luas penampang 318 mm2

51
Lampiran L Data Transmis Tragi Kupang

52
Lampiran M Tabel Luas Penampang Penghantar

53

Anda mungkin juga menyukai