Anda di halaman 1dari 101

TUGAS AKHIR

ANALISIS KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN


TRANSFORMATOR DISTRIBUSI UNTUK IDENTIFIKASI
BEBAN LEBIH DAN ESTIMASI RUGI-RUGI PADA
JARINGAN TEGANGAN RENDAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam


menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada
Departemen Teknik Elektro Konsentrasi Energi Elektrik

Oleh
YOAKIM SIMAMORA

NIM. 070402059

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013

Universitas Sumatera Utara


ANALISIS KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN TRANSFORMATOR
DISTRIBUSI UNTUK IDENTIFIKASI BEBAN LEBIH DAN ESTIMASI
RUGI-RUGI PADA JARINGAN TEGANGAN RENDAH

Oleh :
YOAKIM SIMAMORA
NIM : 070402059
Tugas Akhir ini diajukan untuk melengkapi salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik
pada

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN

Sidang pada tanggal 18 bulan Desember tahun 2013 di depan penguji :

1) Ir. M. Zulfin, MT : Ketua Penguji : ………………


2) Naemah Mubarakah, ST. MT : Anggota Penguji : ………………

Disetujui Oleh :
Pembimbing Tugas Akhir

(Ir. Panusur S.M.L. Tobing)


NIP : 19491123 197603 1 001

Diketahui oleh :
Ketua Departemen Teknik Elektro FT USU

(Ir. Surya Tarmizi Kasim, M.Si)


NIP : 19540531 198601 1 002

Universitas Sumatera Utara


ANALISIS KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN TRANSFORMATOR
DISTRIBUSI UNTUK IDENTIFIKASI BEBAN LEBIH DAN ESTIMASI
RUGI-RUGI PADA JARINGAN TEGANGAN RENDAH
Oleh :
YOAKIM SIMAMORA
NIM : 070402059
Tugas Akhir ini diajukan untuk melengkapi salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik
pada

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN

Sidang pada tanggal 18 bulan Desember tahun 2013 di depan penguji

1) Ir. M. Zulfin, MT : Ketua Penguji

2) Naemah Mubarakah, ST. MT : Anggota Penguji

Disetujui Oleh :

Pembimbing Tugas Akhir

(Ir. Panusur S.M.L. Tobing)

NIP : 19491123 197603 1001

Diketahui oleh :

Ketua Departemen Teknik Elektro FT USU

(Ir. Surya Tarmizi Kasim, M.Si)

NIP : 19540531 198601 1 002

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Pada saat sekarang ini tenaga listrik menjadi salah satu kebutuhan utama
bagi manusia. Baik untuk kebutuhan rumah tangga maupun untuk kebutuhan
industri. Tenaga listrik dihasilkan dari pembangkit-pembangkit seperti PLTA,
PLTU, dan PLTD. Kemudian listrik yang dihasilkan tersebut didistribusikan ke
konsumen-konsumen melalui jaringan distribusi.

Ketidakseimbangan beban pada suatu sistem distribusi tenaga listrik selalu


terjadi dan penyebab ketidakseimbangan tersebut adalah pada beban-beban satu
fasa pada pelanggan jaringan tegangan rendah.

Pada tugas akhir ini akan membahas pembebanan transformtor distribusi,


serta ketidakseimbangan beban untuk identifikasi beban lebih, dan estimasi
perhitungan rugi-rugi sepanjang jaringan tegangan rendah dengan simulasi ETAP
4.0.

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat dan rahmat yang telah diberikan-Nya kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Analisis Ketidakseimbangan
Beban Transformator Distribusi Untuk Identifikasi Beban Lebih dan Estimasi
Rugi-Rugi Pada Jaringan Tegangan Rendah”. Penulisan Tugas Akhir ini
merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi dan memperoleh
gelar Sarjana Teknik di Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas
Sumatera Utara.

Tugas Akhir ini penulis persembahkan untuk kedua orang tua yang telah
membesarkan penulis dengan kasih sayang yang tak ternilai harganya, yaitu
Tarinson dan Dameara, saudara kandung penulis, Lolo, Berry, Riston, dan Welly,
atas seluruh perhatian dan dukungannya hingga penulis dapat menyelesaikan
Tugas Akhir ini dengan baik.

Selama masa kuliah sampai masa penyelesaian Tugas Akhir ini, penulis
mendapat dukungan, bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu,
dengan setulus hati penulis hendak menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Ir. Panusur S.M.L. Tobing selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir
yang telah banyak meluangkan waktu dan pikirannya untuk memberikan
bantuan, bimbingan, dan pengarahan kepada penulis selama penyusunan
Tugas Akhir ini. Terima kasih sebesar-besarnya penulis ucapkan untuk Beliau.
2. Bapak Ir. Zulkarnaen Pane selaku Dosen Wali penulis sekaligus Sekretaris
Departemen Teknik Elektro FT USU.
3. Bapak Ir. Suraya Tarmizi Kasim, M.Si dan selaku Ketua Departemen Teknik
Elektro FT USU.
4. Seluruh staf pengajar dan administrasi Departemen Teknik Elektro, Fakultas
Teknik Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara


5. Bapak Tarinson, selaku ayah penulis yang telah memberikan data yang cukup
bagi penulis untuk melakukan riset beserta waktu luangnya bagi penulis untuk
berdiskusi.
6. Teman-teman stambuk 2007: Asyer, Leonardo Siregar, Hotbe, Lamhot, Fuad,
dan teman-teman 2007 lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Nama-nama kalian akan selalu tertanam dalam hati ini.
7. Semua abang-kakak senior dan adik-adik junior yang telah mau berbagi
pengalaman dan motivasi kepada penulis.
8. Semua orang yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, penulis ucapkan
terima kasih banyak.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini tidak luput dari kesalahan-
kesalahan, baik dari segi tata bahasa maupun dari segi ilmiah. Untuk itu, penulis
akan menerima dengan terbuka segala saran dan kritik yang ditujukan untuk
memperbaiki Tugas Akhir ini. Akhir kata, semoga Tugas Akhir ini bermanfaat
bagi penulis dan pembaca.

Medan, Desember
2013
Penulis,

Yoakim Simamora

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

ABSTRAK...................................................................................................i

KATA PENGANTAR................................................................................ii

DAFTAR ISI..............................................................................................iv

DAFTAR GAMBAR.................................................................................vi

DAFTAR TABEL..................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang.........................................................1

I.2. Tujuan dan Manfaat Penulisan................................2

I.3. Batasan Masalah.......................................................2

I.4. Metode Penulisan.....................................................2

I.5. Sistematika Penulisan..............................................3

BAB II TRANSFORMATOR

II.1. Umum......................................................................5

II.2. Prinsip Kerja Transformator....................................5

II.2.1.Keadaan Transformator Tanpa Beban............6

II.2.2.Keadaan Transformator Berbeban..................9

II.3. Rugi-Rugi Pada Transformator..............................10

II.4. Konstruksi Transformator......................................11

Universitas Sumatera Utara


II.4.1.Konstryksi Transformator Tiga
Phasa..................................11

II.4.2.Hubungan Transformator Tiga


Phasa..................................12

II.4.2.1.Hubungan Bintang.........................12

II.4.2.2.Hubungan Delta.............................13

II.4.2.3.Hubungan Zigzag..........................14

II.4.3.Jenis-Jenis Hubungan Transformator Tiga 14

II.4.3.1.Hubung Wye-Wye.........................15

II.4.3.2.Hubung Wye-Delta........................16

II.4.3.3.Hubung Delta-Wye.......................17

II.4.3.4.Hubung Delta-Delta.......................17

II.5. Transformator Distribusi........................................18

II.6. Spesifikasi Umum Tegangan Transformator


Distribusi..........................................................19

II.7. Spesifikasi Teganfan Sekunder Transformator


Distribusi...........................................................19

II.8. Spesifikasi Umum Penyadapan Transformator


Distribusi..........................................................20

II.9. Spesifikasi Umum Rugi-Rugi


Transformator....................................................20

II.10. Regulasi Tegangan Transformator


Distribusi..............................................................21

II.11. Efisiensi Transformator


Distribusi..........................................................22

Universitas Sumatera Utara


BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN

III.1. Sistem Distribusi....................................................25

III.2. Sistem Tiga Phasa.................................................27

III.2.1Sistem Y dan Delta.......................................28

III.3. Ketidakseimbangan Beban....................................29

III.3.1.Pengertian Beban Tidak Seimbang............29

III.4. Arus Netral akibat Beban Tidak Seimbang...........31

III.5. Penyaluran Daya Pada Keadaan Arus Seimbang...32

III.6. Penyaluran Daya Pada Keadaan Arus Tidak


Seimbang..........................................................33

III.7. Rugi-Rugi Pada Sistem Distribusi........................33

BAB IV ANALISIS KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN UNTUK


IDENTIFIKASI BEBAN LEBIH ESTIMASI RUGI-
RUGI JARINGAN TEGANGAN RENDAH

IV.1. Umum.....................................................................35

IV.2. Persamaan Yang Digunakan Dalam


Perhitungan........................................................................35

IV.2.1.Perhitungan Arus Beban Penuh dan Arus Hubung


Singkat...........................................................................35

IV.2.2.Perhitungan Ketidakseimbangan
Beban.................................................................37

Universitas Sumatera Utara


IV.3. Data Teknis Trafo
Distribusi......................................................................38

IV.3.1.Data Teknis................................................38

IV.3.2.Data Pembebanan Trafo Distribusi.............46

IV.4. Analisa
Data...................................................................................54

IV.4.1.Analisa Pembebanan Trafo Distribusi .......54

IV.4.2.Analisa Ketidakseimbangan Beban Pada


Transformator Distribusi....................................66

IV.4.3.Identifikasi Adanya Beban


Lebih.................................................................79

IV.4.4.Analisa Rugi-Rugi Pada Jaringan Tegangan


Rendah....................................................................83

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan.........................................................91

5.2. Saran.......................................................................91

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................92

10

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Pada saat sekarang ini tenaga listrik menjadi salah satu kebutuhan utama
bagi manusia. Baik untuk kebutuhan rumah tangga maupun untuk kebutuhan
industri. Tenaga listrik dihasilkan dari pembangkit-pembangkit seperti PLTA,
PLTU, dan PLTD. Kemudian listrik yang dihasilkan tersebut didistribusikan ke
konsumen-konsumen melalui jaringan distribusi.

Ketidakseimbangan beban pada suatu sistem distribusi tenaga listrik selalu


terjadi dan penyebab ketidakseimbangan tersebut adalah pada beban-beban satu
fasa pada pelanggan jaringan tegangan rendah.

Pada tugas akhir ini akan membahas pembebanan transformtor distribusi,


serta ketidakseimbangan beban untuk identifikasi beban lebih, dan estimasi
perhitungan rugi-rugi sepanjang jaringan tegangan rendah dengan simulasi ETAP
4.0.

Universitas Sumatera Utara


BAB I
PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Pada zaman sekarang ini salah satu sumber tenaga yang paling diperlukan
adalah tenaga listrik. Tenaga listrik pada saat ini menjadi salah satu dari
kebutuhan pokok manusia. Dan juga semakin berkembangnya teknologi yang
menggunakan tenaga listrik maka secara tidak langsung manusia tergantung
terhadap tenaga listrik, baik untuk rumah tangga maupun untuk industri. Jadi
manusia memerlukan tenaga listrik baik untuk kebutuhan sehari-hari maupun
untuk bekerja.

Di dalam suatu industri tentunya sangat bergantung pada kehandalan dan


efisiensi sistem kelistrikan pada industri tersebut. Salah satu persyaratan
keandalan sistem penyaluran tenaga listrik yang harus dipenuhi untuk pelayanan
kepada konsumen adalah kualitas tegangan yang baik dan stabil, karena meskipun
kelangsungan catu daya dapat diandalkan, namun belum mungkin untuk
mempertahankan tegangan tetap pada sistem distribusi karena tegangan jatuh akan
terjadi di semua bagian sistem dan akan berubah dengan adanya perubahan beban.

Dalam menjaga stabilitas sistem tenaga listrik, kualitas daya merupakan


hal yang penting. Untuk menjaga stabilitas tersebut perlu diperhatikan
pembebanan pada transformator distribusi. Dimana dalam analisa pembebanan
tersebut bertujuan untuk mengidentifikasi beban lebih akibat beban tidak
seimbang.

I.2 TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN

Adapun tujuan penulisan tugas akhir ini adalah


Memberikan uraian tentang analisis ketidakseimbangan beban
transformator distribusi untuk identifikasi beban lebih
Laporan Tugas Akhir ini diharapkan bermanfaat untuk :

11

Universitas Sumatera Utara


Memberikan informasi kepada penulis dan pembaca mengenai analisis
pembebanan transformator distribusi untuk identifikasi beban lebih akibat beban
tidak seimbang.

I.3 BATASAN MASALAH


Agar tujuan penulisan tugas akhir ini sesuai yang diharapkan, serta terarah
pada judul dan bidang yang telah disebutkan di atas, maka penulis membatasi
masalah yang akan dibahas,
1. Tidak membahas arus netral akibat ketidakseimbangan beban.
2. Tidak membahas jenis pembebanan.
3. Membahas tentang ketidakseimbangan beban transformator distribusi
4. Menganalisa pembebanan pada trafo distribusi dan identifikasi beban
lebih akibat beban tidak seimbang
5. Menganalisa rugi-rugi pada jaringan tegangan rendah menggunakan
ETAP 4.0

I.4 METODE PENULISAN

Metode yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah:

1. Studi Literatur
Yaitu dengan mempelajari buku literature, buku manual, referensi dari
internet, dan bahan kuliah yang mendukung dan berkaitan dengan Tugas
Akhir ini.
2. Studi Bimbingan
Berupa Tanya jawab dengan dosen pembimbing yang telah di tunjuk oleh
pihak Departemen Teknik Elektro USU mengenai masalah-masalah yang
timbul selama Tugas Akhir ini berlagsung.
3. Studi Lapangan
Yaitu dengan meninjau langsung ke lokasi untuk memperoleh data-data yang
digunakan dalam penyelesaian Tugas Akhir ini dengan menggunaka ETAP
4.0 di PT PLN (Persero) Cabang Medan, Ranting Labuhan

12

Universitas Sumatera Utara


I.5 SISTEMATIKA PENULISAN
Penulisan Tugas Akhir ini disajikan dengan sistematika penulisan sebagai
berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan yang berisikan tentang


latar belakang masalah, tujuan penulisan, batasan masalah,
metode penulisan, dan sistematika penulisan dari Tugas
akhir ini.

BAB II : TRANSFORMATOR

Bab ini membahas Transformator secara umum, prinsip


kerja transformator, rugi-rugi pada transformator,
konstruksi transformator, transformator, perhitungan arus
beban penuh, dan arus hubung singkat

BAB III : KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN

Bab ini membahas mengenai sistem distribusi secara


umum, sistem tiga phasa, ketidakseimbangan beban dan
losses pada jaringan distribusi

BAB IV : ANALISIS KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN UNTUK


IDENTIFIKASI BEBAN LEBIH DAN ESTIMASI RUGI-
RUGI JARINGAN TEGANGAN RENDAH.

Bab ini membahas mengenai parameter-parameter yang


digunakan dalam analisa, data teknis dan pembebanan trafo
distribusi, analisa pembebanan trafo distribusi, besarnya
ketidakseimbangan beban,dan mengidentifikasi beban
lebih, serta memperkirakan rugi-rugi yang terjadi pada
jaringan tegangan rendah dengan simulasi ETAP 4.0

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

13

Universitas Sumatera Utara


Bab ini berisi kesimpulan dari analisa Tugas Akhir ini dan
saran dari penulis

14

Universitas Sumatera Utara


BAB II
TRANSFORMATOR

II.1 UMUM
Transformator merupakan suatu peralatan listrik elektromagnetik statis
yang berfungsi untuk memindahkan dan mengubah daya listrik dari suatu
rangkaian listrik ke rangkaian listrik lainnya dengan frekuensi dan perbandingan
transformasi tertentu melalui suatu gandengan magnet dan bekerja berdasarkan
prinsip induksi elektromagnetik, dimana perbandingan tegangan antara sisi primer
dan sisi sekunder berbanding lurus dengan perbandingan jumlah lilitan dan
berbanding terbalik dengan perbandingan arusnya.
Dalam bidang teknik listrik pemakaian transformator dikelompokkan menjadi :
1. Transformator daya
2. Transformator distribusi
3. Transformator pengukuran; yang terdiri dari transformator arus dan
transformator tegangan.

II. 2 PRINSIP KERJA TRANSFORMATOR


Transformator terdiri atas dua buah kumparan (primer dan sekunder) yang
bersifat induktif. Kedua kumparan ini terpisah secara elektris namun berhubungan
secara magnetis melalui jalur yang memiliki reluktansi rendah. Apabila kumparan
primer dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik maka fluks bolak-balik
akan muncul di dalam inti yang dilaminasi, karena kumparan tersebut membentuk
rangkaian tertutup maka mengalirlah arus primer. Akibat adanya fluks di
kumparan primer maka di kumparan primer terjadi induksi (self induction) dan
terjadi pula induksi di kumparan sekunder karena pengaruh induksi dari kumparan
primer atau disebut sebagai induksi bersama yang menyebabkan timbulnya fluks
magnet di kumparan sekunder, maka mengalirlah arus sekunder jika rangkaian
sekunder di bebani, sehingga energy listrik dapat ditransfer keseluruhan (secara
magnetisasi)

e = (-) N (Volt),,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,2.1

15

Universitas Sumatera Utara


Dimana ; e = gaya gerak listrik
N = Jumlah lilitan (turn)

= perubahan fluks magnet (weber/sec)

Perlu diingat bahwa hanya tegangan listrik arus bolak-balik yang dapat
ditransformasikan oleh transformator, sedangkan dalam bidang elektronika,
transformator digunakan sebagai gandengan impedansi antara sumber dan beban
untuk menghambat arus searah sambil tetap melakukan arus bolak-balik
rangkaian.
Tujuan utama menggunakan inti pada transformator adalah untuk
mengurangi reluktansi (tahanan magnetis) dari rangkaian magnetis
II.2.1 Keadaan Transformator Tanpa Beban
Bila kumparan primer suatu transformator dihubungkan dengan sumber
tegangan V1 yang sinusoidal, akan mengalirkan arus primer I0 yang juga
sinusoidal dan dengan menganggap belitan N1 reaktif murni. I0 akan tertinggal 90°
dari V1. Arus primer I0 menimbulkan fluks yang sefasa dan juga berbentuk
sinusoidal.

Gambar 2.1 Transformator Dalam Keadaan Tanpa Beban

Gambar 2.2 Rangkaian Ekivalen Dalam Keadaan Tanpa Beban

16

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.3 Gambar Vektor Transformator Dalam Keadaan Tanpa Beban

Gambar 2.4 Gambar Gelombang IO tertinggal 90° Dari V1

∅= ∅max sin t (weber)………………………………………………………….2.2

Fluks yang sinusoidal ini akan menghasilkan tegangan induksi e 1 (Hukum


faraday):

e1 = - N1 ……………………………………..……..……………….2.3

(∅ . )
e1 = -N1 ……………………………………………2.4

e1 = -N1 ∅ cos t (Volt) ………………………..……………....2.5


e1 = N1 ∅maks sin( - 90)………………………………….…………2.6

17

Universitas Sumatera Utara


Dimana : e1 = gaya gerak listrik ( Volt)
N1 = jumlah belitan sisi primer (turn)
= kecepatan sudut putar (rad/sec)
∅ = fluks magnetic (weber) N1 ∅maks

Gambar 2.5 Gambar Gelombang e1 Tertinggal 90° dari ∅


Harga efektif : E1 = ...........................................................2.7

E1 = …………………………………...2.8

,
E1 = …………………………...2.9

, ∅
E1 = ……………………………..2.10

E1 = 4,44 N1 f ∅max (Volt)………………………………2.11
Pada rangkaian sekunder, fluks bersama tadi juga menimbulkan :

e2 = - N2 ………………………………...……………………2.12

e2 = N2 ∅maks cos t (Volt)


Harga Efektifnya ;

18

Universitas Sumatera Utara


E2 = 4,44 N2 f ∅maks (Volt)……………………………………..2.13
Sehingga perbandingan antara rangkaian primer dan sekunder adalah :

= = a…………………………………………………..2.14

Dimana : E1 = ggl induksi sisi primer (Volt)


E2 = ggl induksi sisi sekunder (Volt)
N1 = Junlah belitan sisi primer (turn)
N2 = Jumlah belitan sisi primer (Volt)
a = factor transformasi

II.2.2 Keadaan Transformator Berbeban


Apabila kumparan sekunder dihubungkan dengan beban Z L, I2 mengalir

pada kumparan sekunder, dimana I2 =

Gambar 2.6 Transformator Dalam Keadaan Berbeban

Gambar 2.7 Rangkaian Ekivalen Transformator Dalam Keadaan Berbeban


Arus beban I2 ini akan menimbulkan gaya gerak magnet (ggm) N2 I2 yang
cenderung menentang fluks (Ф) bersama yang telah ada akibat arus pemagnetan.

19

Universitas Sumatera Utara


Agar fluks bersama itu tidak berubah nilainya, pada kumparan primer harus
mengalir arus I2', yang menentang fluks yang dibangkitkan oleh arus beban I2,
hingga keseluruhan arus yang mengalir pada kumparan primer menjadi:
I1 = I0 + I2’ (Ampere)...............................................................................2.15
Bila komponen arus rugi inti (Ic) diabaikan, maka I0 = Im , sehingga :
I1 = Im + I2’ (Ampere) ............................................................................2.16

Dimana:
I1 = arus pada sisi primer (Ampere)
I'2 = arus yg menghasilkan Φ'2 (Ampere)
I0 = arus penguat (Ampere)
Im = arus pemagnetan (Ampere)
Ic = arus rugi-rugi inti (Ampere)
Untuk menjaga agar fluks tetap tidak berubah sebesar ggm yang dihasilkan
oleh arus pemagnetan IM, maka berlaku hubungan :
N1 IM = N1 I1 – N2 I2 ...................................................................2.17
N1 IM = N1 (IM + I2’) – N2 I2........................................................2.18
N1 I2’ = N2 I2 ...............................................................................2.19

Karena IM dianggap kecil, maka I2’ = I1. Sehingga :


N1 I1 = N2 I2.................................................................................2.20

= =…………………………………………..………..2.21

II.3 RUGI-RUGI PADA TRANSFORMATOR

Gambar 2.8 Blok Diagram Rugi – Rugi Pada Transformator

20

Universitas Sumatera Utara


II.3.1 Rugi Tembaga (Pcu)
Rugi yang disebabkan arus mengalir pada kawat tembaga yang terjadi
pada kumparan sekunder dapat ditulis sebagai berikut :
Pcu = I2 R (Watt) ............................................................2.22
Formula ini merupakan perhitungan untuk pendekatan. Karena arus beban
berubah–ubah, rugi tembaga juga tidak konstan bergantung pada beban. Dan perlu
diperhatikan pula resistansi disini merupakan resistansi AC.
II.3.2 Rugi Besi (Pi)
Rugi besi terdiri atas :
a) Rugi histerisis (Ph), yaitu rugi yang disebabkan fluks bolak –
balik pada inti besi yang dinyatakan sebagai :
Ph = kh f Bmaks1.6 (watt).........................................................2.23
Kh = konstanta
Bmaks = Fluks maksimum (weber)
b) Rugi arus eddy (Pe) , yaitu rugi yang disebabkan arus pusar pada
inti besi dinyatakan sebagai :
Pe = ke f2 B2maks (Watt) .............................................................2.24
Kh = konstanta
Bmaks = Fluks maksimum ( weber )
Jadi, rugi besi ( rugi inti ) adalah :
Pi = Ph + Pe (Watt) .................................................................2.25

II.4 KONSTRUKSI TRANSFORMATOR


II.4.1 Konstruksi Transformator Tiga Phasa
Untuk mengurangi kerugian yang disebabkan oleh arus pusar di dalam inti,
rangkaian magnetik itu biasanya terdiri dari setumpuk laminasi tipis. Untuk
konstruksi tipe inti dapat dilihat pada Gambar 2.9.

21

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.9 Konstruksi Transformator Tiga Fasa
Salah satu jenis konstruksi yang biasa dipergunakan yaitu tipe cangkang
diperlihatkan pada Gambar 2.10 :

Gambar 2.10 Transformator Tiga Fasa Tipe Cangkang


Dalam jenis inti (core type) kumparan dililitkan disekitar dua kaki inti
magnetik persegi. Dalam jenis cangkang (shell type) kumparan dililitkan sekitar
kaki tengah dari inti berkaki tiga dengan laminasi silikon-steel. Umumnya
digunakan untuk transformator yang bekerja pada frekuensi dibawah beberapa
ratus Hz. Silikon-steel memiliki sifat-sifat yang dikehendaki yaitu murah, rugi inti
rendah dan permeabilitas tinggi pada rapat fluks tinggi. Inti transformator yang
dipergunakan dalam rangkaian komunikasi pada frekuensi tinggi dan tingkat
energi rendah, kadang-kadang dibuat dari campuran tepung ferromagnetik yang
dimanfaatkan sebagai permalloy.

II.4.2 Hubungan Trabsformator Tiga Phasa


Secara umum ada tiga macam jenis hubungan pada transformator tiga phasa yaitu
:
1. Hubungan Bintang (Y)
Hubungan bintang ialah hubungan transformator tiga fasa, dimana ujung-
ujung awal atau akhir lilitan disatukan. Titik dimana tempat penyatuan dari ujung-

22

Universitas Sumatera Utara


ujung lilitan merupakan titik netral. Arus transformator tiga phasa dengan
kumparan yang dihubungkan bintang yaitu; IA, IB, IC masing-masing berbeda
120°.

Gambar 2.11 Transformator Tiga Phasa Hubungan Bintang


Dari gambar 2.11 diperoleh bahwa :
IA = IB = IC = IL........................................................................................2.26
IL = Iph....................................................................................................2.27
VAB = VBC = VCA = VL-L.........................................................................2.28
VL-L = √ 3 Vph.........................................................................................2.29
Dimana :
VL-L = tegangan line to line (Volt)
Vph = tegangan phasa (Volt)
IL = arus line (Ampere)
Iph = arus phasa (Ampere)

2. Hubungan Segitiga/ Delta (Δ)


Hubungan segitiga adalah suatu hubungan transformator tiga fasa, dimana
cara penyambungannya ialah ujung akhir lilitan fasa pertama disambung dengan
ujung mula lilitan fasa kedua, akhir fasa kedua dengan ujung mula fasa ketiga dan
akhir fasa ketiga dengan ujung mula fasa pertama. Tegangan transformator tiga
phasa dengan kumparan yang dihubungkan segitiga yaitu; VA, VB, VC masing-
masing berbeda 120°.

Gambar 2.12 Transformator tiga phasa hubungan segitiga/delta.

23

Universitas Sumatera Utara


Dari gambar 2.12 diperoleh bahwa :
IA = IB = IC = IL........................................................................................2.30
IL = √ 3 Iph..............................................................................................2.31
VAB = VBC = VCA = VL-L........................................................................2.32
VL-L = Vph...............................................................................................2.33

Dimana :
VL-L = tegangan line to line (Volt)
Vph = tegangan phasa (Volt)
IL = arus line (Ampere)
Iph = arus phasa (Ampere)

3. Hubungan Zigzag
Transformator zig–zag merupakan transformator dengan tujuan khusus.
Salah satu aplikasinya adalah menyediakan titik netral untuk sistem listrik yang
tidak memiliki titik netral. Pada transformator zig–zag masing–masing lilitan tiga
fasa dibagi menjadi dua bagian dan masing–masing dihubungkan pada kaki yang
berlainan.

Gambar 2.13 Transformator Tiga Phasa Hubungan Zig-Zag

II.4.3 Jenis-Jenis Hubungan Transformator Tiga Phasa

24

Universitas Sumatera Utara


Dalam pelaksanaanya, tiga buah lilitan phasa pada sisi primer dan sisi
sekunder dapat dihubungkan dalam bermacam-macam hubungan, seperti bintang
dan segitiga, dengan kombinasi Y-Y, Y-Δ, Δ-Y, Δ-Δ, bahkan untuk kasus tertentu
liltan sekunder dapat dihubungakan secara berliku-liku (zig-zag), sehingga
diperoleh kombinasi Δ-Z, dan Y-Z. Hubungan zig-zag merupakan sambungan
bintang istimewa, hubungan ini digunakan untuk mengantisipasi kejadian yang
mungkin terjadi apabila dihubungkan secara bintang dengan beban phasanya tidak
seimbang. Di bawah ini pembahasan hubungan transformator tiga phasa secara
umum :

1. Hubungan Wye-wye (Y-Y)


Pada hubungan bintang-bintang, rasio tegangan fasa-fasa (L-L) pada
primer dan sekunder adalah sama dengan rasio setiap trafo. Sehingga, tejadi
pergeseran fasa sebesar 30° antara tegangan fasa-netral (L-N) dan tegangan fasa-
fasa (L-L) pada sisi primer dan sekundernya.
Hubungan bintang-bintang ini akan sangat baik hanya jika pada kondisi
beban seimbang. Karena, pada kondisi beban seimbang menyebabkan arus netral
(IN) akan sama dengan nol. Dan apabila terjadi kondisi tidak seimbang maka akan
ada arus netral yang kemudian dapat menyebabkan timbulnya rugi-rugi.
Hubungan Y-Y pada transformator tiga phasa dapat dilihat pada Gambar
2.14. Pada hubungan Y-Y, tegangan masing-masing primer phasa adalah :

Vphp = …………………………………………………………...2.34

Tegangan phasa primer sebanding dengan tegangan phasa sekunder dan
perbandingan belitan transformator maka, perbandingan antara tegangan primer
dengan tegangan sekunder pada transformator hubungan Y-Y adalah :


= …………………………………………………….2.35

25

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.14 Transformator 3 phasa hubungan Y-Y

2. Hubungan Wye-delta (Y-Δ)


Transformator hubungan Y-Δ, digunakan pada saluran transmisi sebagai
penaik tegangan. Rasio antara sekunder dan primer tegangan fasa-fasa adalah
1/√3 kali rasio setiap trafo. Terjadi sudut 30° antara tegangan fasa-fasa antara
primer dan sekunder yang berarti bahwa trafo Y-Δ tidak bisa diparalelkan dengan
trafo Y-Y atau trafo Δ-Δ. Hubungan transformator Y-Δ dapat dilihat pada Gambar
2.15. Pada hubungan ini tegangan kawat ke kawat primer sebanding dengan
tegangan phasa primer (VLP = √ 3 Vphp), dan tegangan kawat ke kawat sekunder
sama dengan tegangan phasa (VLS = Vphs) sehingga di peroleh perbandingan
tegangan pada hubungan Y-Δ adalah :


= = √ 3 a………………………………….…..2.36

26

Universitas Sumatera Utara


Gambar2.15 Transformator 3 phasa hubungan Y-Δ.

3. Hubungan Delta-wye (Δ-Y)


Transformator hubungan Δ-Y, digunakan untuk menurunkan tegangan dari
tegangan transmisi ke tegangan rendah. Transformator hubungan Δ-Y dapat
dilihat pada Gambar 2.16. Pada hubungan Δ-Y, tegangan kawat ke kawat primer
sama dengan tegangan phasa primer (VLP = Vphp), dan tegangan sisi sekundernya
(VLS = √ 3 Vphs), maka perbandingan hubungan Δ-Y adalah :

= = ……………………………………….……2.37
√ √

Gambar 2.16 Transformator 3 phasa hubungan Δ-Y.

4. Hubungan Delta - delta (Δ-Δ)


Pada transformator hubungan Δ-Δ, tegangan kawat ke kawat dan
tegangan phasa sama untuk sisi primer dan sekunder transformator (V RS =
VST = VTR = VLN), maka perbandingan tegangannya adalah :

= = a ……………………………..……………2.38

Sedangkan arus pada transformator hubungan Δ-Δ adalah :


IL = √ 3 Ip ……………………………………………………....2.39
Dimana :

27

Universitas Sumatera Utara


IL = arus line to line
IP = arus phasa

Gambar 2.17 Transformator 3 phasa hubungan Δ-Δ.

II.5 TRANSFORMATOR DISTRIBUSI

Transformator distribusi merupakan alat yang memegang peran penting


dalam sistem distribusi.Transformator distribusi mengubah tegangan menengah
menjadi tegangan rendah. Transformator distribusi yang umum digunakan adalah
transformator step-down 20KV/400V. Tegangan fasa ke fasa sistem jaringan
tegangan rendah adalah 380V. Karena terjadi drop tegangan, maka pada rak
tegangan rendah dibuat di atas 380V agar tegangan pada ujung penerima tidak
lebih kecil dari 380V.
Pada kumparan primer akan mengalir arus jika kumparan primer
dihubungkan ke sumber tegangan bolak-balik, sehingga pada inti tansformator
yang terbuat dari bahan ferromagnet akan terbentuk sejumlah garis-garis gaya
magnet (fluks = Ф).Karena arus yang mengalir merupakan arus bolak-balik, maka
fluks yang terbentuk pada inti akan mempunyai arah dan jumlah yang berubah-
ubah. Jika arus yang mengalir berbentuk sinusoidal, maka fluks yang terjadi akan

28

Universitas Sumatera Utara


berbentuk sinusoidal pula. Karena fluks tersebut mengalir melalui inti yang mana
pada inti tersebut terdapat belitan primer dan sekunder, maka pada belitan primer
dan sekunder tersebut akan timbul ggl (gaya gerak listrik) induksi, tetapi arah ggl
induksi primer berlawanan dengan arah ggl induksi sekunder. Sedangkan
frekuensi masing-masing tegangan sama dengan frekuensi sumbernya.

II.6 SPESIFIKASI UMUM TEGANGAN PRIMER TRANSFORMATOR


DISTRIBUSI
Tegangan primer sesuai dengan tegangan nominal sistem pada jaringan
tegangan menengah (JTM) yang berlaku di lingkungan ketenagalistrikan yaitu 6
KV dan 20 KV. Dengan demikian ada dua macam transformator distribusi yang
dibedakan oleh tegangan primernya, yaitu :
a. Transformator distribusi bertegangan primer 6 KV
b. Transformator distribusi bertegangan primer 20 KV
Catatan:
Pada sistem distribusi tiga phasa, 4 kawat, maka pada transformator phasa
tunggal yang dipasang tentunya mempunyai tegangan pengenal, misalnya
untuk 20 KV yaitu : √ = 12 kV.

II. 7 SPESIFIKASI TEGANGAN SEKUNDER TRANSFORMATOR


DISTRIBUSI
Tegangan sekunder ditetapkan tanpa disesuaikan dengan tegangan nominal
sistem jaringan tegangan rendah (JTR) yang berlaku dilingkungan PLN (127 V &
220 V) untuk sitem phasa tunggal dan 127/220 V dan 220/380 V untuk sistem tiga
phasa, yaitu 133/231 V dan 231/ 400 V (pada keadaan tanpa beban). Dengan
demikian ada empat macam transformator distribusi yang dibedakan oleh
tegangan sekundernya, yaitu :
a. Transformator distribusi bertegangan sekunder 133/231 V
b. Transformator distribusi bertegangan sekunder 231/400 V
c. Transformator distribusi bertegangan sekumder 133/231 V dan
231/400 V yang dapat digunakan secara serentak
Catatan :

29

Universitas Sumatera Utara


Bilamana dipakai tidak serentak maka dengan bertegangan sekunder
231/400 V daya transformator tetap 100% daya pengenal, sedang
tegangan sekunder 133/231 V dayanya hanya 75% daya pengenal
d. Transformator distribusi bertegangan sekunder 133/231 V yang
digunakan terpisah.

II. 8 SPESIFIKASI UMUM PENYADAPAN (TAPING)


TRANSFORMATOR DISTRIBUSI
Ada tiga macam penyadapan tanpa beban (STB), yaitu :
a. Sadapan tanpa beban tiga langkah : 21 ; 20 ; 19 kV
b. Sadapan tanpa beban lima langkah : 22 ; 21 ; 20 ; 19 ; 18 kV
c. Sadapan tanpa beban lima langkah : 21 ; 20,5 ; 20 ; 19,5 ; 19 kV
Penyadapan dilakukan dengan pengubah sadapan (komutator) pada
keadan tanpa beban pada sisi primer
Catatan :
Nilai-nilai tegangan sadapan, khususnya penyadapan utama (principle
tapping), adalah nilai-nilai yang bersesuaian dengan besaran-besaran
pengenal.

II. 9 SPESIFIKASI UMUM RUGI-RUGI TRANSFORMATOR


DISTRIBUSI
Berbagai nilai dari rugi-rugi transformator distribusi menurut SPLN 50
tahun 1997 dapat dilihat pada table 3.1 berikut ini :

KVA Rating Rugi Besi (Watt) Rugi Tembaga (Watt)


25 115 700
50 190 1100
100 320 1750
160 400 2000
200 550 2850
315 770 3900
400 930 4600

30

Universitas Sumatera Utara


680 1300 6500

Table 3.1 Spesifikasi Umum Rugi_rugi Transformator Distribusi

II.10 REGULASI TEGANGAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI

Regulasi tegangan transformator didefenisikan sebagai perubahan pada


tegangan terminal sekunder transformator yang dinyatakan dalam persentase (atau
dalam per unit) terhadap tegangan nominal sekunder pada saat berbeban dengan
factor daya yang dapat berkurang hingga nol.

Jika V2 adalah tegangan terminal sekunder untuk setiap beban E2 adalah


tegangan terminal sekunder pada saat tanpa beban. Dan dengan beban tertentu dan
factor daya tertentu, maka regulasi tegangan transformator dapat dirumuskan
sebagai berikut :

VR = ………………………2.40

Tegangan nominal sekunder transformator adalah sama dengan tegangan


terminal transformator pada saat berbeban yaitu V2 jadi persamaan di atas dapat
dituliskan sebagai berikut :

( ) ( )
VR = dalam per unit…………………….2.41
( )

( ) ( )
VR = ( )
x 100%.............................................2.42

Dimana :

Vs (NL) = Tegangan terminal sekunder pada saat tanpa beban (Volt)

Vs (FL) = Tegangan terminal sekunder untuk setiap beban (Volt)

VR = Regulasi tegangan transformator (%)

31

Universitas Sumatera Utara


II.11 EFISIENSI TRANSFORMATOR DISTRIBUSI

Efisiensi dinyatakan sebagai :

η= = ∑
…………….………2.43

atau:

η= x 100%..................................................2.44

dimana : Pout = Daya keluaran (Watt)

Pin = Daya masukan (Watt)

∑ − = Pcu + Pci

Pcu = Rugi tembaga (Watt)

Pi = Rugi inti (Watt)

1. Perubahan efisiensi terhadap beban

Perubahab efisiensi terhadap beban dinyatakan sebagai

η= …………………………2.45

agar η maksimum, maka

(I2R2ek + ) = 0

Jadi,

R2ek =

Pi = 2 R2ek = Pcu………………………………….…………2.46

Artinya, untuk beban tertentu, efisiensi maksimun terjadi ketika rugi


tembaga = rugi inti.

32

Universitas Sumatera Utara


2. Perubahan efisiensi terhadap factor daya (Cos ) beban

Perubahan efisiensi terhadap factor daya (Cos ) beban dapat


dinyatakan


Sebagai : η = 1− ∑
…………...….………2.47

∑ ⁄
η=1̶ ∑ ⁄
………………………..2.48

Bila ∑ ⁄ 2 2 = X = konstan


Maka, η=1̶ =1̶ ⁄
………………………….2.4

33

Universitas Sumatera Utara


BAB III

KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN

III.1 SISTEM DISTRIBUSI

Awalnya tenaga listrik dihasilkan di pusat-pusat pembangkit listrik sepeti PLTA,


PLTU, PLTG, PLTGU, PLTP, dan PLTD dan yang lainnya, dengan tegangan yang
pada umumnya merupakan tegangan menengah (TM) 6, 11, 20 kV. Pada umumnya
pusat pembangkit tenaga listrik berada jauh dari pengguna tenaga listrik, untuk
menyalurkan tenaga listrik dari pembangkit , maka diperlukan penggunaan
tegangan tinggi (TT) yaitu 70 kV, 150 kV, atau tegangan ekstra tinggi (TET) yaitu
500 kV untuk Jawa dan 275 kV untuk Sumut. Tegangan yang lebih tinggi
diperoleh dengan transformator penaik tegangan (step up transformator) akan
menjadi lebih kecil, ketika tegangan tinggi diterapkan
Setelah saluran transmisi mendekati pusat pemakaian tenaga listrik, yang dapat
merupakan suatu daerah industri atau suatu kota. Tegangan melalui gardu induk
(GI) diturunkan menjadi tegangan menengah (TM) 20 kV. Setiap gardu induk
(GI) sesungguhnya merupakan pusat beban untuk suatu daerah pelanggan tertentu,
bebannya berubah-ubah sepanjang waktu sehingga daya yang dibangkitkan dalam
pusat-pusat listrik harus selalu berubah. Perubahan daya yang dilakukan di pusat
pembangkit bertujuan untuk mempertahankan tenaga listrik tetap pada frekuensi
50 Hz. Proses perubahan ini dikoordinasikan dengan pusat pengaturan beban.
Tegangan menengah dari gardu induk (GI) ini melalui saluran distribusi primer,
untuk disalurkan ke gardu-gardu distribusi (GD) atau pemakaian tegangan
menengah (TM). Dari saluran disribusi primer, tegangan menengah (TM)
diturunkan menjadi tegangan rendah (TR) 220 v/380v melalui gardu distribusi
(GD). Tegangan rendah dari gardu distribusi disalurkan melalui saluran tegangan
rendah ke konsumen tegangan rendah.

34

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.1 Sistem Tenaga Listrik

Pada gambar 3.1 terlihat jelas bahwa arah mengalirnya energy listrik
berawal dari pusat tenaga listrik melalui saluran-saluran transmisi dan distribusi
dan sampai pada instalasi pemakai yang merupakan unsure utilasi.

Keterangan Gambar 3.1

TR = Tegangan Rendah

TM = Tegangan Menengah

35

Universitas Sumatera Utara


TT = Tegangan Tinggi

TET = Tegangan Ekstra Tinggi

GI = Gardu Induk

GD = Gardu Distribusi

III.2. SISTEM TIGA PHASA

Kebanyakan sistem listrik dibangun dengan sistem tiga phasa. Hal tersebut
didasarkan pada alasan-alasan ekonomi dan kestabilan daya pada beban. Alasan
ekonomi dikarenakan dengan sistem tiga phasa, penggunaan penghantar untuk
transmisi menjadi lebih sedikit. Sedangkan alasan kestabilan dikarenakan pada
sistem tiga fase daya mengalir sebagai layaknya tiga buah sistem phasa tunggal,
sehingga untuk peralatan dengan catu tiga phasa, daya sistem akan lebih stabil bila
dibandingkan dengan peralatan dengan sistem satu phasa. Sistem tiga phasa atau
sistem banyak phasa lainnya, secara umum akan memunculkan sistem yang lebih
kompleks, akan tetapi secara prinsip untuk analisa, sistem tetap mudah
dilaksanakan.

Sedangkan bentuk gelombang dari sistem tiga phasa yang


merupakan fungsi waktu ditunjukkan pada Gambar 3.2 dibawah ini :

Vp

Vr

Vs

Vt

-Vp

Gambar 3.2 Bentuk Gelombang Pada Sistem Tiga Phasa

36

Universitas Sumatera Utara


Vr = V cos t (Volt)……………………..…..….3.1

Vs = V cos (ω t - ) (Volt)……………………...3.2

Vt = V cos ( t + ) (Volt)…………..……….....3.3

Pada gambar 3.2 Terlihat bahwa antara tegangan phasa satu dengan yang lainnya
mempunyai perbedaan phasa sebesar 2/3 atau sebesar 120°. Pada umumnya phasa
dengan sudut phasa 0° disebut dengan phasa R, phasa dengan sudut 120° disebut
dengan phasa S dan phasa dengan sudut 240° disebut dengan phasa T. Perbedaan
sudut phasa tersebut pada pembangkit dimulai dari adanya kumparan yang
masing-masing tersebar secara terpisah dengan jarak 120°

III.2.1 Sistem Y dan Delta

Sistem Y merupakan sistem sambungan pada sistem tiga phasa yang


menggunakan empat kawat, yaitu fase R, S, T dan N. Sistem sambungan tersebut
akan menyerupai huruf Y, yang memiliki empat titik sambungan yaitu pada
ujung-ujung huruf dan pada titik pertemuan antara tiga garis pembentuk huruf.
Sistem Y dapat digambarkan dengan skema pada gambar 3.3.

(a) (b)

Gambar 3.3 Sitem Y dan Sistem Delta

37

Universitas Sumatera Utara


Sistem hubungan atau sambungan Y sering juga disebut sebagai hubungan
bintang, sedangkan pada sistem yang lain yang disebut delta, hanya menggunakan
phasa R, S dan T untuk hubungan dari sumber ke beban terlihat pada Gambar 3.3.
tegangan efektif antar phasa umumnya 380 V dan tegangan efektif fasa netral
adalah 220 V.

Pada sistem Delta, bila tiga buah beban dengan impedansi yang sama
disambungkan pada sumber tiga phasa, maka arus di dalam ketiga impedansi akan
sama besar tetapi terpisah dengan sudut sebesar°, dan dikenal dengan arus phasa
atau arus beban. Untuk keadaan yang demikian, maka dalam rangkaian akan
berlaku,

Vph = VL (Volt)……………………………..…………3.4

Iph = (Ampere)……………………………………...3.5

Untuk sumber dan beban yang tersambung bintang atau Y, hubungan


antara besaran listriknya adalah sebagai berikut :

Vph = √ (Volt)……………..……………………………3.6

Iph = IL (Ampere)……………………………….………..3.7

III.3. KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN

III.3.1 Pengertian Beban Tidak Seimbang


Yang dimaksud dengan keadaan seimbang adalah suatu keadaan dimana
a. Ketiga veltor arus/tegangan adalah sama besar

b. Ketiga vector saling membentuk sudut 120° satu sama lain


Seperti pada gambar 3.4 di bawah ini :

38

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.4 Vektor Diagram Arus Keadaan Seimbang

Dari gambar diatas menunjukkan vector diagram dalam keadaan


setimbang. Disini terlihat bahwa penjumlahan ketiga vector arusnya (IR IS IT)
adalah sama dengan nol sehingga tidak muncul arus netral.

Sedangkan yang dimaksud dengan keadaan tidak seimbang adalah


keadaan dimana salah satu atau kedua syarat keadaan seimbang tidak terpenuhi
Seperti yang terlihat pada Gambar 3.5 di bawah ini :

Gambar 3.5 Vektor Diagram Arus Keadaan Tidak Seimbang

Dari gambar diatas menunjukkan vector diagram arus dalam keadaan tidak
seimbang. Disini terlihat bahwa penjumlahan ketiga vector arusnya (I R IS IT) adalah
tidak sama dengan nol sehingga muncul suatu besaran yaitu arus netral (IT) yang
besarnya bergantung pada seberapa besar factor ketidakseimbangannya.

III.4. PENYALURAN DAN SUSUT DAYA PADA KEADAAN ARUS


SEIMBANG

Misalkan daya sebesar P disalurkan melalui suatu saluran dengan


penghantar netral.Apabila pada penyaluran daya ini arus-arus fasa dalam keadaan
seimbang,maka besarnya daya dapat dinyatakan sebagai berikut:
P = 3.[V][I]Cos φ…………………………………….(3.8)
Daya yang sampai pada ujung terima akan lebih kecil dari P karena terjadi
penyusutan dalam saluran. Penyusutan daya ini dapat diterangkan dengan
menggunakan diagram fasor tegangan saluran model fasa tunggal seperti terlihat
pada gambar 3.6 di bawah ini:

39

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.6 Diagram Fasor Tegangan Saluran Daya Model Fasa Tunggal

Model ini dibuat dengan asumsi arus pemuatan kapasitif pada saluran
cukup kecil sehingga dapat diabaikan .Dengan demikian besarnya arus di ujung
kirim sama dengan arus di ujung terima. Apabila tegangan dan faktor faktor daya
pada ujung terima berturut-turut adalah V’ dan φ’,maka besarnya daya pada
ujung terima adalah:
P’= 3 [V’] [I] Cos φ’………..…………………………..…………….3.9
Selisih antara P pada persamaan (3.8) dan P’ pada persamaan (3.9) memberikan
susut daya saluran ,yaitu:
Pl = P – P’……………………………………………………...3.10
= 3.[I] Cos φ - 3 [V’] [I] Cos ………………...…...………3.11
= 3 [I] { [V]Cos φ - 3 [V’] [I] Cos φ’}………..………........3.12
Sementara itu dari gambar 3.6 memperlihatkan bahwa :
{ [V]Cos φ - 3 [V’] [I] Cos φ’} = [I] R……………………….3.13
Dengan R adalah tahanan kawat penghantar tiap fasa.Oleh karena itu
persamaan 3.12 berubah menjadi:
Pl = 3 [I]2 R…………………………………………………….3.14
III.5. PENYALURAN DAN SUSUT DAYA PADA KEADAAN ARUS
TIDAK SEIMBANG

Jika [I] adalah besaran arus fasa dalam penyaluran daya sebesar P pada
keadaan seimbang, maka pada penyaluran daya yang sama tetapi tidak seimbang
besarnya arus-arus fasa dapat dinyatakan dengan koefsien a,b dan c adalah
sebagai berikut :

[IR] = a [I]…………………………..………………………………...3.15

[IS] = b [I]………………………………………………………………3.16

40

Universitas Sumatera Utara


[IT] = c [I]………………………………………………………………3.17

Dengan IR, IS, dan IT berturut-turut adalah arus fasa R, S dan T. telah
disebutkan diatas bahwa factor daya ketiga fasa dianggap sama walaupun
besarnya arus berbeda. Dengan anggapan seperti ini, besarnya daya yang
disalurkan dapat dinyatakan sebagai :

P = 3 (a + b + c) [I] cos ………………………………………………3.18

Apabila persamaan 3.20 dan persamaan IN = 3Iao menyatakan daya yang


besarnya sama, maka dari kedua persamaan tersebut dapat diperoleh persyratan
koefisien a,b, dan c adalah

a + b + c = 3……………………………………………………………3.19

dengan anggapan yang sama, arus yang mengalir di penghantar netral


dapat dinyatakan sebagai :

IN = IS + IR + IT……………………………………………………………………………………….3.20

= [I] { a + b cos (-120) + j.bsin(-120) + c cos(-120) + j.csin(120)…3.21

= [I] {a – (b + c) / 2 + j.(c - b)/ 2}……..…………………………..3.22

Susut daya saluran adalah jumlah susut pada penghantar fasa dan
penghantar netral adalah :

Pl ‘ = { [IR]2 + [IS]2 + [IT]2 } + [IN]2.RN………………...……..……….………..…3.23

= (a2 +b2 +c2) [I]2 R + (a2+b2+c2-ab-ac-bc) [IN]2.RN……………………..3.24

Dengan RN adalah adalah tahanan penghantar netral.


Apabila persamaan 3.11 disubsitusikan ke persamaan 3.17 maka akan
diperoleh
Pl ‘= {9-2(ab + ac + bc)}. [I]2 R + {9-3(ab + ac + bc)}.[IN]2.R……….......3.25
Persamaan 3.26 ini adalah persamaan susut daya saluran untuk saluran
dengan penghantar netral. Apabila tidak ada penghantar netral maka suku kedua
ruas kanan akan hilang sehingga susut daya akan menjadi:

41

Universitas Sumatera Utara


Pl ‘= {9-2(ab + ac + bc)}. [I]2 R…………………………………..…..3.26

III.6. RUGI-RUGI PADA SISTEM DISTRIBUSI


Rugi-rugi daya listrik pada sistem distribusi dipengaruhi beberapa faktor
yang antara lain faktor konfigurasi dari sistem jaringan distribusi, transformator,
kapasitor, isolasi dan rugi – rugi daya listrik dikategorikan 2 (dua ) bagian yaitu
rugi-rugi daya aktif dan daya reaktif seperti Persamaan di bawah ini.

S = P ± jQ (VA) …………………………........……………...........3.27

Dimana :

P = Rugi-rugi daya aktif (watt)

Q = Rugi-rugi daya reaktif (VAR)

S = Daya semu (VA)

Rugi-rugi daya listrik tersebut di atas ( VA ) akan mempengaruhi tegangan


kerja sistem dan besarnya rugi-rugi daya dinyatakankan dengan:

nbr
Ploss = I
i 1
i
2
.ri ………………………………………………........3.28

nbr
Qkoss = I
i 1
i
2
. xi ……………………………….……………...........3.29

III.7. ANALISA ALIRAN DAYA PADA SISTEM TENAGA

Untuk analisa aliran daya pada sistem tenaga ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, sebagai berikut:

a. Persamaan Aliran Daya


b. Metode Aliran Daya
III.7.1. Persamaan aliran daya

Persamaan aliran daya secara sederhana, untuk sistem yang memiliki 2 rel.
Pada setiap rel memiliki sebuah generator dan beban, walaupun pada keaktifnnya

42

Universitas Sumatera Utara


tidak semua rel memiliki generator. Penghantar menghubungkan antara rel 1
dengan rel 2. Pada setiap rel memiliki 6 besaran elektris yang terdiri dari : P D, PG,
QD, QG, V, dan δ.

S G 1  PG 1  jQ G 1 S G 2  PG 2  jQ G 2

V1  1 V2  2

S D 1  PD 1  jQ D 1 S D 2  PD 2  jQ D 2

Gambar 3.7. Diagram Satu Garis sistem 2 rel

Pada Gambar 3.7 dapat dihasilkan Persamaan aliran daya dengan


menggunakan diagram impedansi. Pada Gambar 3.8 merupakan diagram
impedansi dimana generator sinkron direpresentasikan sebagai sumber yang
memiliki reaktansi dan transmisi model π (phi). Beban diasumsikan memiliki
impedansi konstan dan daya konstan pada diagram impedansi.

ZS
IˆG1 Î1 Iˆ2 IˆG2

IˆD1 V̂1 RS jXS V̂2


IˆD2
jXG1 jXG2
Beban 1

jB jB
Beban 2

yp yp
2 2
Ê1 G1 G2 Ê2

Gambar 3.8. Diagram impedansi sistem 2 rel

Besar daya pada rel 1 dan rel 2 adalah

S1  S G1  S D1  PG1  PD1   j QG1  QD1  ................................................ 3.30

S 2  SG 2  S D2  PG 2  PD2   jQG 2  QD2  ............................................. 3.31

43

Universitas Sumatera Utara


Pada Gambar 3.9 merupakan penyederhanaan dari Gambar 3.7 menjadi
daya rel (rel daya) untuk masing-masing rel dimana dalam hal ini tujuannya
adalah untuk memudahkan analisa perhitungan aliran daya pada sistem tenaga
listrik seperti yang dinyatakan pada gambar dibawah ini.

1
yS 
ZS
Vˆ1 Vˆ2

Iˆ1 RS jX S Iˆ 2

yp yp
S1 S2

Gambar 3.9. rel daya dengan transmisi model π untuk sistem 2 rel

Besarnya arus yang diinjeksikan pada rel 1 dan rel 2 adalah :

Iˆ1  IˆG1  IˆD1 ..................................................................................... 3.32

Iˆ2  IˆG 2  IˆD 2 .......................................................................................3.33

Semua besaran adalah diasumsikan dalam sistem per-unit, sehingga :

S1  Vˆ1 Iˆ1  P1  jQ1  P1  jQ1   Vˆ1* Iˆ1 ………….……………….. 3.34


*

S 2  Vˆ2 Iˆ2  P2  jQ2  P2  jQ2   Vˆ2* Iˆ2 …………… ………… 3.35
*

1
yS 
ZS
Iˆ1 Iˆ1 " Iˆ2 " Iˆ 2

Vˆ1 RS jX Vˆ2
Iˆ2 '
S
Iˆ1 '

yp yp

Gambar 3.10. Aliran arus pada rangkaian ekivalen

Aliran arus dapat dilihat pada Gambar 3.10, dimana arus pada rel 1 adalah :

44

Universitas Sumatera Utara


Iˆ1  Iˆ1  Iˆ1

 
Iˆ1  Vˆ1 y p  Vˆ1  Vˆ2 y S

Iˆ1   y p  y S Vˆ1   y S Vˆ2 ……………………...………………… 3.36

Iˆ1  Y11Vˆ1  Y12Vˆ2 ……………………….……………………… 3.37

Dimana:

Y11 adalah jumlah admitansi terhubung pada rel 1 = y P  y S ….… 3.38

Y12 adalah admitansi negatif antara rel 1 dengan rel 2 =  y S …… 3.39

Untuk aliran arus pada rel 2 adalah :

Iˆ2  Iˆ2  Iˆ2

 
Iˆ2  Vˆ2 y p  Vˆ2  Vˆ1 y S

Iˆ2   y S Vˆ1  y p  y S Vˆ2 ………………………...………………. 3.40

Iˆ1  Y21Vˆ1  Y22Vˆ2 ………………………………...…………………. 3.41

Dimana:

Y22 adalah jumlah admitansi terhubung pada rel 2 = y P  y S …….. 3.42

Y21 adalah admitansi negatif antara rel 2 dengan rel 1 =  y S  Y12 ...3.43

Dari Persamaan (3.40) dan (3.41) dapat dihasilkan Persamaan dalam bentuk
matrik, yaitu:

 Iˆ1   Y11 Y12  Vˆ1 


ˆ      ˆ  ........................................................................ 3.44
 I 2  Y21 Y22  V2 

Sehingga notasi matrik dari Persamaan (3.44) dapat dibuat menjadi:

45

Universitas Sumatera Utara


Iˆbus  YbusVˆbus ...................................................................................... 3.45

Persamaan (3.34) hingga (3.45) yang diberikan untuk sistem 2 rel dapat
dijadikan sebagai dasar untuk penyelesaian Persamaan aliran daya sistem n-rel.

Gambar 3.11.a menunjukkan sistem dengan jumlah n-rel dimana rel 1


terhubung dengan rel lainya. Gambar 311.b menunjukkan model transmisi untuk
sistem n-rel.

Iˆ1

Gambar 3.11.a. sistem n-rel

y s12 y s 21

y p12 y p 21
y s13 y s 31

y p13 y p 31
Iˆ1

y s1 n y sn1

y p1 n y pn1

Gambar 3.11.b. model transmisi π untuk sistem n-rel

Persamaan yang dihasilkan dari Gambar 3.11.b adalah:

  
Iˆ1 Vˆ1yP12 Vˆ1yP13 ...Vˆ1yP1n  Vˆ1 Vˆ2 yS12  Vˆ1 Vˆ3 yS13... Vˆ1 Vˆn yS1n   

46

Universitas Sumatera Utara


Iˆ1 yP12yP13...yP1n yS12yS13...yS1nVˆn yS12Vˆ2 yS13Vˆ3 ...yS1nVˆn.3.46

Iˆ1  Y11Vˆ1  Y12Vˆ2  Y13Vˆ3  ...  Y1nVˆn ................................................. 3.47

Dimana:

Y11  yP12  yP13  ...  yP1n  yS12  yS13  ...  yS1n ............................ 3.48

= jumlah semua admitansi yang dihubungkan dengan rel 1

Y12   yS12;Y13   yS13;Y1n   yS1n ..................................................3.49

Persamaan (3.49) dapat disubstitusikan ke Persamaan (3.37) menjadi


Persamaan (3.50), yaitu:

n
Iˆ1  YijVˆj .................................................................................... 3.50
j 1

n
P1  jQ1  Vˆ1* I1  Vˆ1* Y1 jVˆj .............................................................. 3.51
j 1

n
Pi  jQi  Vˆi* YijVˆ j i  1,2,.....,n ........................... 3.52
j 1

Persamaan (3.52) merupakan representasi Persamaan aliran daya yang


nonlinear. Untuk sistem n-rel, seperti Persamaan (3.44) dapat dihasilkan dari
Persamaan (3.53), yaitu:

 Iˆ1  Y11 Y12 ... Y1n Vˆ1 


ˆ    
I2   Y 21 Y 22 ... Y 2n Vˆ2 
................................................ 3.53
:  : : ... :  : 
    
Iˆn  Y n1 Y n2 ... Y nn Vˆn 

Notasi matrik dari Persamaan (3.53) adalah :

I bus  YbusVbus ........................................................................ 3.54

Dimana:

47

Universitas Sumatera Utara


Y 11 Y 12 ... Y 1n 
Y Y 22 ... Y 2n 
Ybus   21  matrik rel admitansi.......................... 3.55
 : : ... : 
 
Y n1 Y n2 ... Y nn 

III.7.2. Metode aliran daya

Pada sistem multi-rel, penyelesaian aliran daya adalah dengan membentuk


Persamaan aliran daya pada sistem. Metode yang digunakan pada umumnya
dalam penyelesaian aliran daya, yaitu metode : Newton-Raphson, Gauss-Seidel,
dan Fast Decoupled. Tetapi metode yang dibahas pada Tesis ini adalah dengan
metode “ Newton-Raphson”.

III.7.2.1. Metode Newton-Raphson

Dalam metode Newton-Raphson secara luas digunakan untuk


permasalahan Persamaan non-linear. Penyelesaian Persamaan ini menggunakan
permasalahan yang linear dengan solusi pendekatan. Metode ini dapat
diaplikasikan untuk satu Persamaan atau beberapa Persamaan dengan beberapa
Variabel yang tidak diketahui .

Untuk Persamaan non-linear yang diasumsikan memiliki sebuah Variabel


seperti Persamaan (3.56).

y  f (x ) ................................................................................................... 3.56

Persamaan (3.56) dapat diselesaikan dengan membuat Persamaan menjadi


Persamaan (3.57) yakni sebagai berikut:

f ( x )  0 ................................................................................................... 3.57

Menggunakan deret taylor Persamaan (3.57) dapat dijabarkan menjadi


Persamaan (3.58).

1 df x0  1 df 2 x0 
f ( x )  f  x0    x  x0   2
x  x0 2  ...........
1! dx 2! dx
1 df x0 
n
 x  x0 n  0 .................................................................... 3.58
n! dx n

48

Universitas Sumatera Utara


Turunan pertama dari Persamaan (3.58) diabaikan, dengan pendekatan
linear maka menghasilkan Persamaan (3.59)

df  x0 
f ( x )  f  x0    x  x0   0 ................................................... 3.59
dx

Dari :

f  x0 
x1  x0  .................................................................................. 3.60
df x0  dx

Bagaimana pun, untuk mengatasi kesalahan notasi, maka Persamaan (3.60)


dapat diulang seperti Persamaan (3.61).

x (1)  x ( 0) 
 
f x( 0 )
.................................................................................
 
df x( 0) dx
3.61

Dimana : x(0) = Pendekatan perkiraan

X(1) = pendekatan pertama

Oleh karena itu, rumus dapat dikembangkan sampai iterasi terakhir (k+1),
menjadi Persamaan (3.62).

x ( k 1)  x ( k ) 
 
f x( k )
......................................................................... 3.62
 
df x( k ) dx

x ( k 1)  x ( k ) 
 
f x( k )
............................................................................... 3.63
 
f ' x( k )

Jadi,

x  
 
f x( k )
......................................................................................... 3.64
 
f ' x( k )

 x  x ( k 1)  x ( k ) ....................................................................................... 3.65

49

Universitas Sumatera Utara


Metode Newton-Raphson secara grafik dapat dilihat pada Gambar 3.12
yang merupakan ilustrasi dari metode Newton-Raphson.

Gambar 3.12. Ilustrasi metode Newton-Raphson

Pada Gambar 3.12 dapat dilihat kurva garis melengkung diasumsikan


grafik Persamaan y  F ( x ) . Nilai x0 pada garis x merupakan nilai perkiraan
awal kemudian dilakukan dengan nilai perkiraan kedua hingga perkiraan ketiga.

50

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

ANALISIS PEMBEBANAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI DAN


IDENTIFIKASI BEBAN LEBIH AKIBAT BEBAN TIDAK SEIMBANG

IV.I UMUM

Transformator distribusi merupakan suatu alat yang memegang peranan


penting dalam system distribusi daya listrik. Transformator distribusi digunakan
untuk membagi/menyalurkan arus atau sinergi listrik dengan tegangan distribusi
supaya jumlah energy yang hilang sia-sia diperjalanan tidak terlalu banyak.

Setelah memperoleh data-data yang dibutuhkan, penulis melakukan


beberapa analisa, yaitu,

1. Analisa pembebanan pada tiap-tiap transformator distribusi

2. Analisa ketidakseimbangan beban pada tiap-tiap trafo

3. Identifikasi adanya beban lebih pada tiap-tiap trafo pada penyulang KI02

4. Estimasi rugi-rugi jaringan tegangan rendah pada penyulang KI02

IV.2 PERSAMAAN-PERSAMAAN YANG DIGUNAKAN DALAM


PERHITUNGAN

Persamaan-persamaan yang dugunakan untuk menganalisa pembebanan


transformator distibusi untuk identifikasi beban lebih akibat beban tidak seimbang
adalah sebagai berikut :

IV.2.1 Perhitungan Arus Beban Penuh dan Arus Hubung Singkat

Telah diketahui bahwa daya transformator distribusi bila ditinjau dari sisi
tegangan tinggi (primer) dapat dirumuskan sebagai berikut :

S = √ 3 V I……………………………………..…………..…………….4.1

Dimana :

S = daya transformator (kVA)

51

Universitas Sumatera Utara


V = tegangan sisi primer trnsformator (kV)

I = arus jala-jala (A)

Dengan demikian untuk menghitung arus beban penuh (full load) dapat
menggunakan rumus :

IFL = ………………………………………………………4.2

dimana

IFL = arus beban penuh (A)

S = daya transformator (kVA)

V = tegangan sisi sekunder transformator (kV)

Sedangkan untuk menghitung arus hubung singkat pada transformator digunakan


rumus

.
ISC = …………………………………………...……………4.3
% √

Dimana

ISC = arus hubung singkat (A)

S = daya transformator (kVA)

V = tegangan sisi sekunder transformator (kV)

%Z = persen impedansi transformator

Dengan demikian untuk menghitung persentase pembebanan nya adalah

I% = X 100%...............................................................4.4

Dimana

52

Universitas Sumatera Utara


IFASA = arus fasa (A)

IFL = arus beban penuh (A)

IV.2.2 Perhitungan Ketidakseimbangan Beban

Irata-rata =

Dimana besarnya arus fasa dalam keadaan seimbang (I) sama dengan
besarnya arus rata-rata, maka koefsien a, b dan c diperoleh dengan

a= ………………………………………………………...…………4.5

b= .......................................................................................................4.6

c= .......................................................................................................4.7

Pada keadaan seimbang, besarnya koefsien a, b dan c adalah 1. Dengan


demikian rata-rata ketidakseimbangan beban (dalam %) adalah:

{| | | | | |
X 100%.........................................................4.8

53

Universitas Sumatera Utara


IV.3 DATA TEKNIS TRANSFORMATOR DISTRIBUSI

IV.3.1 Data Teknis Trafo

Tabel 4.1 Trafo Distribusi 200 kVA (ML059)

Feeder KI 02
Posisi Tap 3/5
Fasa 3
Kabel Incoming NYFGBY 95 mm2
Kabel Outgoing TIC 70 mm2
Tegangan Primer L-L (KV) 20
Tegangan Sekunder L-L (Volt) 380
Arus Primer (Amp) 5,8
Arus Sekunder (Amp) 303.9
Jenis Minyak Esso 90
Vektor Group Yzn5
Impedansi (%) 4

Tabel 4.2 Trafo Distibusi 160 kVA (ML073)

Feeder KI 02
Posisi Tap 3/5
Fasa 3
Kabel Incoming NYFGBY 95 mm2
Kabel Outgoing TIC 70 mm2
Tegangan Primer L-L (KV) 20
Tegangan Sekunder L-L (Volt) 380
Arus Primer (Amp) 5
Arus Sekunder (Amp) 243
Jenis Minyak Diala A

54

Universitas Sumatera Utara


Vektor Group Yzn5
Impedansi (%) 4
Temperatur 55

Tabel 4.3 Trafo Distibusi 160 kVA (ML238)

Feeder KI 02
Posisi Tap 3/5
Fasa 3
Kabel Incoming NYFGBY 95 mm2
Kabel Outgoing TIC 70 mm2
Tegangan Primer L-L (KV) 20
Tegangan Sekunder L-L (Volt) 400
Arus Primer (Amp) 4,6
Arus Sekunder (Amp) 230,9
Jenis Minyak Diala A
Vektor Group Yzn5
Impedansi (%) 4
Temperatur 55

Tabel 4.4 Trafo Distibusi 160 kVA (ML354)

Feeder KI 02
Posisi Tap 3/5
Fasa 3
Kabel Incoming NYFGBY 95 mm2
Kabel Outgoing TIC 70 mm2
Tegangan Primer L-L (KV) 20
Tegangan Sekunder L-L (Volt) 380
Arus Primer (Amp) 4,6
Arus Sekunder (Amp) 243,1

55

Universitas Sumatera Utara


Jenis Minyak Esso 90
Vektor Group Yzn5
Impedansi (%) 4
Temperatur 55

Tabel 4.5 Trafo Distibusi 100 kVA (ML215)

Feeder KI 02
Posisi Tap 3/5
Fasa 3
Kabel Incoming NYFGBY 95 mm2
Kabel Outgoing TIC 70 mm2
Tegangan Primer L-L (KV) 20
Tegangan Sekunder L-L (Volt) 400
Arus Primer (Amp) 2,9
Arus Sekunder (Amp) 151,9
Jenis Minyak Mineral
Impedansi (%) 4
Temperatur 55

Tabel 4.6 Trafo Distibusi 100 kVA (ML216)

Feeder KI 02
Posisi Tap 3/5
Fasa 3
Kabel Incoming NYFGBY 95 mm2
Kabel Outgoing TIC 70 mm2
Tegangan Primer L-L (KV) 20
Tegangan Sekunder L-L (Volt) 400
Arus Primer (Amp) 2,9
Arus Sekunder (Amp) 144,3

56

Universitas Sumatera Utara


Jenis Minyak Esso 90
Vektor Group Dyn5
Impedansi (%) 4

Tabel 4.7 Trafo Distibusi 100 kVA (ML217)

Feeder KI 02
Posisi Tap 3/5
Fasa 3
Kabel Incoming NYFGBY 95 mm2
Kabel Outgoing TIC 70 mm2
Tegangan Primer L-L (KV) 20
Tegangan Sekunder L-L (Volt) 400
Arus Primer (Amp) 3
Arus Sekunder (Amp) 152
Jenis Minyak Diala B
Vektor Group Yzn5
Impedansi (%) 4
Temperatur 55

Tabel 4.8 Trafo Distibusi 100 kVA (ML227)

Feeder KI 02
Posisi Tap 2/3
Fasa 3
Kabel Incoming NYFGBY 95 mm2
Kabel Outgoing TIC 70 mm2
Tegangan Primer L-L (KV) 20
Tegangan Sekunder L-L (Volt) 400
Arus Primer (Amp) 3

57

Universitas Sumatera Utara


Arus Sekunder (Amp) 152
Jenis Minyak Diala B
Vektor Group Yzn5
Impedansi (%) 4
Temperatur 55

Tabel 4.9 Trafo Distibusi 100 kVA (ML282)

Feeder KI 02
Posisi Tap 3/3
Fasa 3
Kabel Incoming NYFGBY 95 mm2
Kabel Outgoing TIC 70 mm2
Tegangan Primer L-L (KV) 20
Tegangan Sekunder L-L (Volt) 400
Arus Primer (Amp) 3
Arus Sekunder (Amp) 152
Jenis Minyak Mineral
Vektor Group Yzn5
Impedansi (%) 4
Temperatur 55

Tabel 4.10 Trafo Distibusi 100 kVA (ML297)

Feeder KI 02
Posisi Tap 2/3
Fasa 3
Kabel Incoming NYFGBY 95 mm2
Kabel Outgoing TIC 70 mm2
Tegangan Primer L-L (KV) 20
Tegangan Sekunder L-L (Volt) 400

58

Universitas Sumatera Utara


Arus Primer (Amp) 2,9
Arus Sekunder (Amp) 151,9
Jenis Minyak Diala B
Vektor Group Yzn5
Impedansi (%) 4
Temperatur 55

Tabel 4.11 Trafo Distibusi 100 kVA (ML304)

Feeder KI 02
Posisi Tap 2/3
Fasa 3
Kabel Incoming NYFGBY 95 mm2
Kabel Outgoing TIC 70 mm2
Tegangan Primer L-L (KV) 20
Tegangan Sekunder L-L (Volt) 400
Arus Primer (Amp) 3
Arus Sekunder (Amp) 152
Jenis Minyak Mineral
Vektor Group Yzn5
Impedansi (%) 4
Temperatur 55

Tabel 4.12 Trafo Distibusi 100 kVA (ML389)

Feeder KI 02
Posisi Tap 2/3
Fasa 3
Kabel Incoming NYFGBY 95 mm2
Kabel Outgoing TIC 70 mm2
Tegangan Primer L-L (KV) 20

59

Universitas Sumatera Utara


Tegangan Sekunder L-L (Volt) 400
Arus Primer (Amp) 3
Arus Sekunder (Amp) 152
Jenis Minyak Mineral
Vektor Group Yzn5
Impedansi (%) 4
Temperatur 55

Tabel 4.13 Trafo Distibusi 10 kVA (ML205)

Feeder KI 02
Posisi Tap 3/5
Fasa 3
Kabel Incoming NYFGBY 95 mm2
Kabel Outgoing TIC 70 mm2
Tegangan Primer L-L (KV) 20
Tegangan Sekunder L-L (Volt) 400
Arus Primer (Amp) 5
Arus Sekunder (Amp) 243
Jenis Minyak Mineral
Vektor Group Yzn5
Impedansi (%) 4
Temperatur 55

Tabel 4.14 Trafo Distibusi 100 kVA (ML425)

Kode Gardu – No Trafo ML108-1


Feeder PP04
Posisi Tap 3/5
Fasa 3
Kabel Incoming NYFGBY 95 mm2

60

Universitas Sumatera Utara


Kabel Outgoing TIC 70 mm2
Tegangan Primer L-L (KV) 20
Tegangan Sekunder L-L (Volt) 400
Arus Primer (Amp) 3
Arus Sekunder (Amp) 152
Jenis Minyak Diala A
Vektor Group Yzn5
Impedansi (%) 4
Temperatur 55

Tabel 4.15 Trafo Distribusi 100 kVA (TI643)

Feeder KI 02
Posisi Tap 3/5
Fasa 3
Kabel Incoming NYFGBY 95 mm2
Kabel Outgoing TIC 70 mm2
Tegangan Primer L-L (KV) 20
Tegangan Sekunder L-L (KV) 400
Arus Primer (Amp) 5,8
Arus Sekunder (Amp) 303,9
Jenis Minyak Esso 90
Vektor Group Yzn5
Impedansi (%) 4
Temperatur (c) 55

61

Universitas Sumatera Utara


IV.3.2 Data Pembebanan Trafo Distrbusi

1. Trafo Distribusi 200 kVA (ML059)

Tabel 4.16 Data Pembebanan Trafo Distribusi 200 kVA (ML059)


Pada Siang Hari

LWBP JURUSAN
(Siang TIMUR 1 BARAT TIMUR 2
Hari)
R (Amp) 25 109 106
S (Amp) 28 66 151
T (Amp) 25 68 168

Tabel 4.17 Data Pembebanan Trafo Distribusi 200 kVA (ML059) Pada
Malam Hari

WBP JURUSAN
(Malam Hari) TIMUR 1 BARAT TIMUR 2
R (Amp) 25 165 84
S (Amp) 32 83 191
T (Amp) 49 119 167

2. Trafo Distribusi 160 kVA (ML073)

Tabel 4.18 Data Pembebanan Trafo Distribusi 160 kVA (ML073)


Pada Siang Hari

LWBP JURUSAN
(Siang Hari) UTARA SELATAN
R (Amp) 7 72
S (Amp) 7 89
T (Amp) 26 81

Tabel 4.19 Data Pembebanan Trafo Distribusi 160 kVA (ML073)


Malam Hari

WBP JURUSAN
(Malam Hari) UTARA SELATAN
R (Amp) 18 130
S (Amp) 20 140

62

Universitas Sumatera Utara


T (Amp) 64 144

3. Trafo Distribusi 160 kVA (ML238)

Tabel 4.20 Data Pembebanan Trafo Distribusi 160 kVA(ml238) Pada


Siang Hari

LWBP JURUSAN
(Siang Hari) TIMUR BARAT
R (Amp) 65 88
S (Amp) 70 79
T (Amp) 71 93

Tabel 4.21 Data Pembebanan Trafo Distribusi 160 kVA (ML238)


Pada Malam Hari

WBP JURUSAN
(Malam Hari) TIMUR BARAT
R (Amp) 172 114
S (Amp) 125 120
T (Amp) 77 125

4. Trafo Distribusi 160 kVA (ML354)

Tabel 4.22 Data Pembebanan Trafo Distribusi 160 kVA (ML354) Pada
Siang Hari

LWBP JURUSAN
(Siang Hari) TIMUR BARAT
R (Amp) 103 100
S (Amp) 120 110
T (Amp) 101 79

Tabel 4.23 Data Pembebanan Trafo Distribusi 160 kVA (ML354)


Pada Malam Hari

WBP JURUSAN
(Malam Hari) TIMUR BARAT
R (Amp) 180 16

63

Universitas Sumatera Utara


S (Amp) 180 18
T (Amp) 232 8

5. Trafo Distribusi 100 kVA (ML205)

Tabel 4.24 Data Pembebanan Trafo Distribusi 160 kVA (ML205) Pada
Siang Hari

LWBP JURUSAN
(Siang Hari) TIMUR BARAT
R (Amp) 93 50
S (Amp) 77 41
T (Amp) 82 40

Tabel 4.25 Data Pembebanan Trafo Distribusi 160 kVA (ML205)


Pada Malam Hari

WBP JURUSAN
(Malam Hari) TIMUR BARAT
R (Amp) 114 66
S (Amp) 105 74
T (Amp) 123 97

6. Trafo Distribusi 100 kVA (ML425)

Tabel 4.26 Data Pembebanan Trafo Distribusi 100 kVA (ML425)Pada


Siang Hari

LWBP JURUSAN
(Siang Hari) TIMUR BARAT
R (Amp) 38 20
S (Amp) 37 27
T (Amp) 48 34

Tabel 4.27 Data Pembebanan Trafo Distribusi 100 kVA (ML425)Pada


Malam Hari

WBP JURUSAN
(Malam Hari) TIMUR BARAT

64

Universitas Sumatera Utara


R (Amp) 90 49
S (Amp) 88 57
T (Amp) 106 65

7. Trafo Distribusi 100 kVA (ML215)

Tabel 4.28 Data Pembebanan Trafo Distribusi 100 kVA (ML215) Pada
Siang Hari

LWBP JURUSAN
(Siang Hari) BARAT TIMUR
R (Amp) 28 10
S (Amp) 45 19
T (Amp) 46 14

Tabel 4.29 Data Pembebanan Trafo Distribusi 100 kVA (ML215)


Pada Malam Hari

WBP JURUSAN
(Malam Hari) BARAT TIMUR
R (Amp) 29 71
S (Amp) 36 77
T (Amp) 30 93

8. Trafo Distribusi 100 kVA (ML216)

Tabel 4.30 Data Pembebanan Trafo Distribusi 100 kVA (ML216) Pada
Siang Hari

WBP JURUSAN
(Malam Hari) UTARA
R (Amp) 19
S (Amp) 17
T (Amp) 19

Tabel 4.31 Data Pembebanan Trafo Distribusi 100 kVA (ML216)


Pada Malam Hari

WBP JURUSAN

65

Universitas Sumatera Utara


(Malam Hari) UTARA
R (Amp) 41
S (Amp) 28
T (Amp) 63

9. Trafo Distribusi 100 kVA (ML217)

Tabel 4.32 Data Pembebanan Trafo Distribusi 100 kVA (ML217) Pada
Siang Hari

LWBP JURUSAN
(Siang Hari) UTARA TIMUR
R (Amp) 2 19
S (Amp) 6 23
T (Amp) 3 27

Tabel 4.33 Data Pembebanan Trafo Distribusi 100 kVA (ML217)


Pada Malam Hari

WBP JURUSAN
(Malam Hari) UTARA TIMUR
R (Amp) 15 58
S (Amp) 20 53
T (Amp) 15 90

10. Trafo Distribusi 100 kVA (ML227)

Tabel 4.34 Data Pembebanan Trafo Distribusi 100 kVA (ML227) Pada
Siang Hari

LWBP JURUSAN
(Siang Hari) BARAT TIMUR
R (Amp) 89 34
S (Amp) 33 66
T (Amp) 28 60

Tabel 4.35 Data Pembebanan Trafo Distribusi 100 kVA (ML227)


Pada Malam Hari

66

Universitas Sumatera Utara


WBP JURUSAN
(Malam Hari) BARAT TIMUR
R (Amp) 85 68
S (Amp) 70 122
T (Amp) 43 107

11. Trafo Distribusi 100 kVA (ML282)

Tabel 4.36 Data Pembebanan Trafo Distribusi 100 kVA (ML282) Pada
Siang Hari

LWBP JURUSAN
(Siang Hari) TIMUR BARAT
R (Amp) 60 9
S (Amp) 74 11
T (Amp) 73 20

Tabel 4.37 Data Pembebanan Trafo Distribusi 100 kVA (ML282)


Pada Malam Hari

WBP JURUSAN
(Malam Hari) TIMUR BARAT
R (Amp) 83 23
S (Amp) 100 33
T (Amp) 86 46

12. Trafo Distribusi 100 kVA (ML297)

Tabel 4.38 Data Pembebanan Trafo Distribusi 100 kVA (ML297) Pada
Siang Hari

LWBP JURUSAN
(Siang Hari) UTARA SELATAN
R (Amp) 34 4
S (Amp) 55 6
T (Amp) 43 19

Tabel 4.39 Data Pembebanan Trafo Distribusi 100 kVA (ML297)


Pada Malam Hari

67

Universitas Sumatera Utara


WBP JURUSAN
(Malam Hari) UTARA SELATAN
R (Amp) 77 6
S (Amp) 93 13
T (Amp) 75 28

13. Trafo Distribusi 100 kVA (ML304)

Tabel 4.40 Data Pembebanan Trafo Distribusi 100 kVA (ML304) Pada
Siang Hari

LWBP JURUSAN
(Siang Hari) BARAT TIMUR
R (Amp) 47 18
S (Amp) 76 13
T (Amp) 48 8

Tabel 4.41 Data Pembebanan Trafo Distribusi 100 kVA (ML304)


Pada Malam Hari

WBP JURUSAN
(Malam Hari) BARAT TIMUR
R (Amp) 89 31
S (Amp) 144 43
T (Amp) 80 15

14. Trafo Distribusi 100 kVA (ML389)

Tabel 4.42 Data Pembebanan Trafo Distribusi 100 kVA (ML389) Pada
Siang Hari

LWBP JURUSAN
(Siang Hari) BARAT TIMUR
R (Amp) 19 24
S (Amp) 45 17
T (Amp) 33 24

Tabel 4.43 Data Pembebanan Trafo Distribusi 100 kVA (ML389)


Pada Malam Hari

68

Universitas Sumatera Utara


WBP JURUSAN
(Malam Hari) BARAT TIMUR
R (Amp) 70 53
S (Amp) 99 61
T (Amp) 73 52

15. Trafo Distribusi 100 kVA di Jl. Pasar I

Tabel 4.44 Data Pembebanan Trafo Distribusi 100 kVA (T643) Pada
Siang Hari

LWBP JURUSAN
(Siang Hari) TIMUR BARAT
R (Amp) 4 63
S (Amp) 13 91
T (Amp) 41 108

Tabel 4.45 Data Pembebanan Trafo Distribusi 100 kVA (T643) Pada
Malam Hari

WBP JURUSAN
(Malam Hari) TIMUR BARAT
R (Amp) 53 19
S (Amp) 102 30
T (Amp) 145 65

IV.4 ANALISA DATA

IV.4.1 Analisa Pembebanan Trafo Distribusi

IV.4.1.1. Menentukan Fuse Cut Out, NH Fuse dan Arus Hubung Singkat

1. Untuk menetukan besarnya Fuse Cut Out maka dihitung besarnya arus
jala-jala dengan menggunakan persamaan :

S = √ 3 V.I

a. Untuk S = 250 kVA

69

Universitas Sumatera Utara


250 kVA = √ 3 20.I

I=
√ .

I = 7,22 A

Fuse Cut Out yang dipilih sesuai SPLN adalah Fuse Link Type dengan
rating 8 A.

b. Untuk S = 200 kVA

200 kVA = √ 3 20.I

I=
√ .

I = 5,77

Fuse Cut Out yang dipilih sesuai SPLN adalah Fuse Link Type dengan
rating 6 A.

c. Untuk S = 160 kVA

160 kVA = √ 3 20.I

I=
√ .

I = 4,62

Fuse Cut Out yang dipilih sesuai SPLN adalah Fuse Link Type dengan
rating 6A

d. Untuk S = 100 kVA

100 kVA = √ 3 20.I

I=
√ .

70

Universitas Sumatera Utara


I = 2,89

Fuse Cut Out yang dipilih sesuai SPLN adalah Fuse Link Type dengan
rating 4 A

2. Untuk menentukan besarnya NH Fuse, maka harus dihitumg besarnya


arus beban penuh (full load) dengan menggunakan persamaan :

IFL =

a. Untuk S = 250 kVA

IFL =
√ .

IFL = 379, 83

NH Fuse yang dipilih sesuai SPLN adalah NH Fuse dengan rating untuk
jurusan utama

b. Untuk S = 200 kVA

IFL =
√ .

IFL = 303,86

NH Fuse yang dipilih sesuai SPLN adalah NH Fuse dengan rating untuk
jurusan utama

c. Untuk S = 160 kVA

IFL =
√ .

IFL = 243,09

NH Fuse yang dipilih sesuai SPLN adalah NH Fuse dengan rating untuk
jurusan utama

71

Universitas Sumatera Utara


d. Untuk S = 100 kVA

IFL =
√ .

IFL = 151,93

NH Fuse yang dipilih sesuai SPLN adalah NH Fuse dengan rating untuk
jurusan utama

3. Besarnya arus hubung singkat dapat dihitung dengan menggunakan


persamaan:

ISC =
% √ .

a. Untuk S = 250 kVA

.
ISC =
√ .

ISC = 9,49

b. Untuk S = 200 kVA

.
ISC =
√ .

ISC = 7,59

c. Untuk S = 160 kVA

.
ISC =
√ .

ISC = 6,08

d. Untuk S = 100 kVA

72

Universitas Sumatera Utara


.
ISC =
√ .

ISC = 3,79

4. Menetukan Persenatase Pembebanan Trafo Distribusi

4.1 Trafo Distribusi 200 kVA (ML059)

Pengukuran Siang Hari :

∑ IR = 240 A

∑ IS = 242 A

∑ IT = 231 A

Persentase pembebanannya adalah I% = x 100%

a. x 100% = 78,98%
,

b. x 100% = 79,64%
,

c. x 100% = 90.83%
,

Jadi rata-rata pembebanannya adalah

, , ,%
=

= 83.15%

Pengukuran Malam Hari :

∑ IR = 274 A

∑ IS = 306 A

73

Universitas Sumatera Utara


∑ IT = 335 A

Persentase pembebanannya adalah I% = x 100%

a. x 100% = 90,17%
,

b. x 100% = 100,7%
,

c. x 100% = 110,24%
,

Jadi rata-rata pembebanannya adalah

, , % ,
=

= 100,37%

4.2 Trafo Distribusi 160 kVA (ML073)

Pengukuran Siang Hari :

∑ IR = 79 A

∑ IS = 96 A

∑ IT = 107 A

Persentase pembebanannya adalah I% = x 100%

a. x 100% = 32,49%
,

b. x 100% = 39,49%
,

74

Universitas Sumatera Utara


c. x 100% = 44,01%
,

Jadi rata-rata pembebanannya adalah

, , ,
=

= 38,66%

Pengukuran Malam Hari :

∑ IR = 148 A

∑ IS = 160 A

∑ IT = 208 A

Persentase pembebanannya adalah I% = x 100%

a. x 100% = 60,88%
,

b. x 100% = 65,81%
,

c. x 100% = 85,56%
,

Jadi rata-rata pembebanannya adalah

, , ,
=

= 70,755%

4.3 Trafo Distribusi 160 kVA (ML238)

Pengukuran Siang Hari :

75

Universitas Sumatera Utara


∑ IR = 153 A

∑ IS = 149 A

∑ IT = 164 A

Persentase pembebanannya adalah I% = x 100%

a. x 100% = 62,93%
,

b. x 100% = 61,29%
,

c. x 100% = 67,64%
,

Jadi rata-rata pembebanannya adalah

, , ,
=

= 63,95%

Pengukuran Malam Hari :

∑ IR = 286 A

∑ IS = 245 A

∑ IT = 202 A

Persentase pembebanannya adalah I% = x 100%

a. x 100% = 117,65%
,

76

Universitas Sumatera Utara


b. x 100% = 100,78%
,

c. x 100% = 83,09%
,

Jadi rata-rata pembebanannya adalah

, , ,
=

= 100,78%

4.4 Trafo Distribusi 160 kVA (ML354)

Pengukuran Siang Hari :

∑ IR = 203 A

∑ IS = 230 A

∑ IT = 180 A

Persentase pembebanannya adalah I% = x 100%

a. x 100% = 83,50%
,

b. x 100% = 94,61%
,

c. x 100% = 74,04%
,

Jadi rata-rata pembebanannya adalah

, ,% ,
=

77

Universitas Sumatera Utara


= 84,05%

Pengukuran Malam Hari :

∑ IR = 196 A

∑ IS = 198 A

∑ IT = 240 A

Persentase pembebanannya adalah I% = x 100%

a. x 100% = 80,62%
,

b. x 100% = 81,45%
,

c. x 100% = 98,72%
,

Jadi rata-rata pembebanannya adalah

, , ,
=

= 86,93%

4.5 Trafo Distribusi 100 kVA (ML205)

Pengukuran Siang Hari :

∑ IR = 143 A

∑ IS = 118 A

∑ IT = 122 A

Persentase pembebanannya adalah I% = x 100%

78

Universitas Sumatera Utara


a. x 100% = 94,122%
,

b. x 100% = 77,66%
,

c. x 100% = 80,30%
,

Jadi rata-rata pembebanannya adalah

, , ,
=

= 84,02%

Pengukuran Malam Hari :

∑ IR = 180 A

∑ IS = 179 A

∑ IT = 220 A

Persentase pembebanannya adalah I% = x 100%

a. x 100% = 118,47%
,

b. x 100% = 117,81%
,

c. x 100% = 144,80%
,

Jadi rata-rata pembebanannya adalah

, , ,
=

79

Universitas Sumatera Utara


= 127,02%

Table 4.46 Tabel Persentase Pembebanan Trafo Distribusi Penyulang KI02

No TRAFO LWBP WBP

1 ML059 83,5% 100,37%


2 ML073 38.66% 70.75%
3 ML238 63.95% 100.50%
4 ML354 84.05% 86.93%
5 ML205 84,02% 127,02%
6 ML425 44.75% 99.82%
7 ML215 35.52% 73.71%
8 ML216 35.52% 73.71%
9 ML217 17.54% 55.06%
10 ML227 60,33% 108.59%
11 ML282 54.18% 81.39
12 ML297 35.10% 64.06%
13 ML304 46.06% 88.19%
14 ML389 35.56% 89.72%
15 T643 35.09% 45.41%

IV.4.2. Analisa Ketidakseimbangan Beban Pada Trafo Distribusi

1. Trafo Distribusi 200 kVA (ML059)

a. Pengukuran Siang Hari

IR = 240 A

IS = 245 A

IT = 261 A

Dari data pengukuran dapat dicari arus rata-rata yaitu :

80

Universitas Sumatera Utara


Irata-rata =

Irata-rata = = 248,66

Dengan demikian koefsien a, b dan c diperoleh sebagai berikut:

IR
a= = = 0,96
I ,

IS
b= = = 0,98
I ,

IT
c= = = 1,04
I ,

Pada keadaan seimbang, besarnya koefsien a, b dan c adalah 1,


dengan demikian rata-rata ketidakseimbangan beban (%) adalah

{| – | | – | | – |}
= x 100%

{| , – | | , – | | , – |}
= x 100% = 3,3%

b. Pengukuran Malam Hari

IR = 274 A

IS = 306 A

IT = 335 A

Dari data pengukuran dapat dicari arus rata-rata yaitu :

Irata-rata =

81

Universitas Sumatera Utara


Irata-rata = = 305

Dengan demikian koefsien a, b dan c diperoleh sebagai berikut:

IR
a= = = 0,89
I

IS
b= = = 1,00
I

IT
c= = = 1,10
I

Pada keadaan seimbang, besarnya koefsien a, b dan c adalah 1,


dengan demikian rata-rata ketidakseimbangan beban (%) adalah

{| – | | – | | – |}
= x 100%

{| , – | | , – | | , – |}
= x 100% = 7%

2. Trafo Distribusi 160 kVA (ML073)

a. Jurusan Outgoing Utara

Pengukuran Siang Hari

IR = 79 A

IS = 96 A

IT = 107 A

Dari data pengukuran dapat dicari arus rata-rata yaitu :

Irata-rata =

82

Universitas Sumatera Utara


Irata-rata = = 94

Dengan demikian koefsien a, b dan c diperoleh sebagai berikut:

IR
a= = = 0,84
I

IS
b= = = 1,02
I

IT
c= = = 1,14
I

Pada keadaan seimbang, besarnya koefsien a, b dan c adalah 1,


dengan demikian rata-rata ketidakseimbangan beban (%) adalah

{| – | | – | | – |}
= x 100%

{| , – | | , – | | , – |}
= x 100% = 10,66%

b. Pengukuran Malam Hari

IR = 148 A

IS = 160 A

IT = 208 A

Dari data pengukuran dapat dicari arus rata-rata yaitu :

Irata-rata =

Irata-rata = = 172

Dengan demikian koefsien a, b dan c diperoleh sebagai berikut:

83

Universitas Sumatera Utara


IR
a= = = 0,86
I

IS
b= = = 0,93
I

IT
c= = = 1,20
I

Pada keadaan seimbang, besarnya koefsien a, b dan c adalah 1,


dengan demikian rata-rata ketidakseimbangan beban (%) adalah

{| – | | – | | – |}
= x 100%

{| , – | | , – | | , – |}
= x 100% = 13,66%

3. Trafo Distribusi 160 kVA (ML238)

a. Pengukuran Siang Hari

IR = 153 A

IS = 149 A

IT = 164 A

Dari data pengukuran dapat dicari arus rata-rata yaitu :

Irata-rata =

Irata-rata = = 155,33

Dengan demikian koefsien a, b dan c diperoleh sebagai berikut:

IR
a= = = 0,98
I ,

84

Universitas Sumatera Utara


IS
b= = = 0,95
I ,

IT
c= = = 1,06
I ,

Pada keadaan seimbang, besarnya koefsien a, b dan c adalah 1,


dengan demikian rata-rata ketidakseimbangan beban (%) adalah

{| – | | – | | – |}
= x 100%

{| , – | | , – | | , – |}
= x 100% = 4,33%

b. Pengukuran Malam Hari

IR = 286 A

IS = 245 A

IT = 202 A

Dari data pengukuran dapat dicari arus rata-rata yaitu :

Irata-rata =

Irata-rata = = 244,3

Dengan demikian koefsien a, b dan c diperoleh sebagai berikut:

IR
a= = = 1,27
I ,

IS
b= = = 1,01
I ,

85

Universitas Sumatera Utara


IT
c= = = 0,82
I ,

Pada keadaan seimbang, besarnya koefsien a, b dan c adalah 1,


dengan demikian rata-rata ketidakseimbangan beban (%) adalah

{| – | | – | | – |}
= x 100%

{| , – | | , – | | , – |}
= x 100% = 12%

4. Trafo Distribusi 160 kVA (ML354)

a. Pengukuran Siang Hari

IR = 203 A

IS = 230 A

IT = 180 A

Dari data pengukuran dapat dicari arus rata-rata yaitu :

Irata-rata =

Irata-rata = = 127,67

Dengan demikian koefsien a, b dan c diperoleh sebagai berikut:

IR
a= = = 0,99
I ,

IS
b= = = 1,12
I ,

86

Universitas Sumatera Utara


IT
c= = = 0,88
I ,

Pada keadaan seimbang, besarnya koefsien a, b dan c adalah 1,


dengan demikian rata-rata ketidakseimbangan beban (%) adalah

{| – | | – | | – |}
= x 100%

{| , – | | , – | | , – |}
= x 100% = 8,33%

b. Pengukuran Malam Hari

IR = 196 A

IS = 198 A

IT = 240 A

Dari data pengukuran dapat dicari arus rata-rata yaitu :

Irata-rata =

Irata-rata = = 193

Dengan demikian koefsien a, b dan c diperoleh sebagai berikut:

IR
a= = = 0,92
I

IS
b= = = 0,93
I

IT
c= = = 1,14
I

87

Universitas Sumatera Utara


Pada keadaan seimbang, besarnya koefsien a, b dan c adalah 1,
dengan demikian rata-rata ketidakseimbangan beban (%) adalah

{| – | | – | | – |}
= x 100%

{| , – | | , – | | , – |}
= x 100% = 9,66%

5. Trafo Distribusi 100 kVA (ML205)

a. Pengukuran Siang Hari

IR = 143 A

IS = 118 A

IT = 122 A

Dari data pengukuran dapat dicari arus rata-rata yaitu :

Irata-rata =

Irata-rata = = 127,67

Dengan demikian koefsien a, b dan c diperoleh sebagai berikut:

IR
a= = = 1,12
I ,

IS
b= = = 0,92
I ,

IT
c= = = 0,95
I ,

88

Universitas Sumatera Utara


Pada keadaan seimbang, besarnya koefsien a, b dan c adalah 1,
dengan demikian rata-rata ketidakseimbangan beban (%) adalah

{| – | | – | | – |}
= x 100%

{| , – | | , – | | , – |}
= x 100% = 8,33%

b. Pengukuran Malam Hari

IR = 180 A

IS = 179 A

IT = 220 A

Dari data pengukuran dapat dicari arus rata-rata yaitu :

Irata-rata =

Irata-rata = = 193

Dengan demikian koefsien a, b dan c diperoleh sebagai berikut:

IR
a= = = 0,93
I

IS
b= = = 0,93
I

IT
c= = = 1,13
I

Pada keadaan seimbang, besarnya koefsien a, b dan c adalah 1,


dengan demikian rata-rata ketidakseimbangan beban (%) adalah

89

Universitas Sumatera Utara


{| – | | – | | – |}
= x 100%

{| , – | | , – | | , – |}
= x 100% = 9%

Pada keadaan seimbang, besarnya koefsien a, b dan c adalah 1,


dengan demikian rata-rata ketidakseimbangan beban (%) adalah

{| – | | – | | – |}
= x 100%

{| , – | | , – | | , – |}
= x 100% = 17%

Tabel 4.47 Tabel Persentase Ketidakseimbangan Beban Trafo Distribusi


Penyulang KI02

No TRAFO LWBP WBP

1 ML059 3.3% 7%
2 ML073 10.66% 13.66%
3 ML238 4.33% 12%
4 ML354 8.33% 9.66%
5 ML205 13.67% 9%
6 ML425 19% 8.6%
7 ML215 4.6% 7%
8 ML216 14% 29%
9 ML217 13% 17%
10 ML227 10.67% 11.33%
11 ML282 30% 9.33%
12 ML297 18.33% 9.33%
13 ML304 13.33% 26.67%
14 ML389 27% 10%

90

Universitas Sumatera Utara


15 T643 27% 35%

IV.4.3 Identifikasi Adanya Beban Lebih

Untuk mengidentifikasi adanya beban lebih pada tiap-tiap phasa


trafo distribusi maka harus dibandingkan dengan arus nominal dari trafo
dengan arus perphasanya. Untuk menghitung arus nominal digunakan cara
seperti ini

1. Trafo dengan daya 250 kVA, arus nominalnya

S = √ 3 .V.In

S = Daya Semu

V = Tegangan phasa-phasa

Maka ;

250000 = √ 3 .380.In

In =
,

= 379,83 Amp

2. Trafo dengan daya 200 kVA, arus nominalnya

S = √ 3 .V.In

S = Daya Semu

V = Tegangan phasa-phasa

Maka ;

20000 = √ 3 .380.In

In =
,

91

Universitas Sumatera Utara


= 303,86 Amp

3. Trafo dengan daya 100 kVA arus nominalnya,

S = √ 3 .V.In

S = Daya Semu (VA)

V = Tegangan phasa-phasa (V)

Maka ;

100000 = √ 3 .380.In

In =
,

= 151,93 Amp

4. Trafo ML354-1, Trafo ML238-1 dengan Daya 160 kVA, arus


nominalnya

S = √ 3 .V.In

S = Daya Semu

V = Tegangan phasa-phasa

Maka ;

160000 = √ 3 .380.In

In =
,

= 243,09 Amp

Setelah diperoleh nilai arus nominal maka penulis membandingkannya


dengan arus tiap-tiap phasa pada trafo distribusi. Apabila arus perphasa lebih
besar daripada 80% dari nilai arus nominal, maka telah terjadi beban lebih pada
phasa tersebut.

92

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.48 Tabel Identifikasi Beban Lebih Trafo Distribusi (Siang Hari)

Arus Arus
No Trafo R S T Nominal Ket
80%
IR>In
1 ML059 240 245 261 243,09 IS>In
IT>In
IR<In
2 ML073 79 96 107 243,09 IS<In
IT<In
IR<In
3 ML238 153 149 164 194,47 IS<In
IT<In
IR>In
4 ML354 203 230 180 194,47 IS>In
IT<In
IR>In
5 ML205 143 118 122 121,54 IS<In
IT>In
IR<In
6 ML425 58 64 82 121,54 IS<In
IT<In
IR<In
7 ML215 38 64 60 121,54 IS<In
IT<In
IR<In
8 ML216 19 17 19 121,54 IS<In
IT<In
IR<In
9 ML217 21 29 20 121,54 IS<In
IT<In

93

Universitas Sumatera Utara


IR>In
10 ML227 123 99 88 121,54 IS<In
IT<In
IR<In
11 ML282 69 85 93 121,54 IS<In
IT<In
IR<In
12 ML297 38 61 61 121,54 IS<In
IT<In
IR<In
13 ML304 65 89 56 121,54 IS<In
IT<In
IR<In
14 ML389 43 62 57 121,54 IS<In
IT<In
IR<In
15 T643 67 104 149 121,54 IS<In
IT>In

Tabel 4.49 Tabel Identifikasi Beban Lebih Trafo Distribusi (Malam Hari)

Arus Arus
No Trafo R S T Nominal Ket
80%
IR>In
1 ML059 274 306 335 243,09 IS>In
IT>In
IR<In
2 ML073 148 160 208 194,47 IS<In
IT>In
3 ML238 286 245 202 194,47 IR>In

94

Universitas Sumatera Utara


IS>In
IT>In
IR>In
4 ML354 196 198 240 194,47 IS>In
IT>In
IR>In
5 ML205 180 179 220 121,54 IS>In
IT>In
IR>In
6 ML425 139 145 171 121,54 IS>In
IT>In
IR<In
7 ML215 100 113 123 121,54 IS<In
IT>In
IR<In
8 ML216 41 28 63 121,54 IS<In
IT<In
IR<In
9 ML217 73 73 69 121,54 IS<In
IT<In
IR>In
19 ML227 101 126 99 121,54 IS>In
IT>In
IR<In
11 ML282 106 133 132 121,54 IS>In
IT>In
IR<In
12 ML297 83 106 103 121,54 IS<In
IT<In
IR<In
13 ML304 120 187 95 121,54 IS>In
IT<In

95

Universitas Sumatera Utara


IR>In
14 ML389 123 160 125 121,54 IS>In
IT>In
IR<In
15 T643 72 132 210 121,54 IS<In
IT<In

96

Universitas Sumatera Utara


IV.4.4. Analisa Rugi-Rugi Pada Jaringan Tegangan Rendah

Setelah menganalisa adanya beban lebih pada trafo, maka penulis


menganalisa besarnya rugi-rugi pada jaringan tegangan rendah dengan
menggunakan. Untuk menganalisa besarnya rugi-rugi pada jaringan tegangan
rendah penulis menggunakan program ETAP 4.0.

IV.4.4.1. Simulasi Pada Trafo ML059

Setelah mengetahui adanya beban lebih pada trafo ML059, maka


dilakukan simulasi menggunakan program ETAP 4.0. Tabel berikut menunjukan
rugi-rugi pada trafo ML059.

Tabel 4.50. Hasil Simulasi Pada Trafo ML059

TRAFO DAYA LOSSES


(KVA) LWBP WBP
ML059 200 kW kVAR kW kVAR
1,0 9,0 1,0 13,0

IV.4.4.2. Simulasi Pada Trafo ML238

Setelah mengetahui adanya beban lebih pada trafo ML238, maka


dilakukan simulasi menggunakan program ETAP 4.0. Tabel berikut menunjukan
rugi-rugi pada trafo ML238.

Tabel 4.51. Hasil Simulasi Pada Trafo ML238

TRAFO DAYA LOSSES


(KVA) LWBP WBP
ML238 160 kW kVAR kW kVAR
1,0 5,0 3,0 11,0

97

Universitas Sumatera Utara


IV.4.4.3. Simulasi Pada Trafo ML205

Setelah mengetahui adanya beban lebih pada trafo ML205, maka


dilakukan simulasi menggunakan program ETAP 4.0. Tabel berikut menunjukan
rugi-rugi pada trafo ML205.

Tabel 4.52. Hasil Simulasi Pada Trafo ML205

TRAFO DAYA LOSSES


(KVA) LWBP WBP
ML205 100 kW kVAR kW kVAR
2,0 5,0 4,0 10,0

98

Universitas Sumatera Utara


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

1. Persentase pembebanan tertinggi adalah transformator 100 kVA (ML227) pada


malam hari yaitu sebesar 127,02%

2. Dari Hasil Identifikasi Beban Lebih, ada 4 transformator distribusi berbeban


lebih sepanjang penyulang atau feder KI 02

3. Semakin besar ketidakseimbangan beban suatu trafo, maka trafo tersebut akan
mengalami beban lebih (over load) satu phasa, Hal ini di karenakan semakin
besarnya arus yang mengalir pada salah satu phasa pada trafo tersebut.

4. Berdasarkam hasil simulasi ETAP 4.0 rugi-rigi jaringan tegangan rendah pada
penyulang yang paling besar adalah pada trafo ML059 yaitu sebesar 1,0 kW
dan 13,0 kVAR

5.2 SARAN

1. Trafo distribusi yang bebanya lebih besar 100% sebaiknya diganti dengan
kapasitas trafo yang lebih besar atau dipasang trafo sisip

2. Agar besarnya ketidakseimbangan beban berkurang, maka kepada PLN Cabang


Medan Ranting Labuhan agar melakukan pemeriksaan secara berkala beban
tiap-tiap trafo distribusi.

99

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA
1. Chapman S.J, “Electric Machinery Fundamental”, McGaw-Hill Book
Company, 1985.
2. Das, J.C. “Power System Analisis-Short Circuit and Harmonics”. Marcel
Dekker,Inc, 2002.
3. Gonen, Turan, “Modern Power System”. John Wiley and Sons,Inc.,
Canada.1988.
4. Hadi, Abdul, “Sistem Distribusi Daya Listrik”, Edisi Ketiga, Penerbit
Erlangga, Jakarta, 1994.
5. Kadir, Abdul, “Distribusi Dan Utilisasi Tenaga Listrik”, Penerbit Universitas
Indonesia (UI-Press), Jakarta, 2000.
6. Wijaya,Mochtar,S.T, “ Dasar-Dasar Mesin Listrik ” Penerbit Djambatan
7. Saadat, Hadi, Power “System Analysis, Second Edition”. McGraw-Hill,2004
8. Standar PLN 50 “Spesifikasi Umum Rugi-Rugi Transformator Distribusi”
Jakarta,1997.
9. Standar PLN 64 “ Petunjuk Pemilihan dan Penggunaan Pelebur Pada
Sistem Distribusi Tegangan Menengah” ,Jakarta,1985.
10. Stevenson, Jr,William D, “Analisis Sistem Tenaga Listrik”, Edisi Keempat,
Penerbit Erlangga, Jakarta, 1983.
11. Zuhal, “Dasar Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya”, Edisi
Kelima , Penerbit Gramedia, Jakarta, 1995 .

100

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai