Oleh
YOAKIM SIMAMORA
NIM. 070402059
Oleh :
YOAKIM SIMAMORA
NIM : 070402059
Tugas Akhir ini diajukan untuk melengkapi salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik
pada
Disetujui Oleh :
Pembimbing Tugas Akhir
Diketahui oleh :
Ketua Departemen Teknik Elektro FT USU
Disetujui Oleh :
Diketahui oleh :
Pada saat sekarang ini tenaga listrik menjadi salah satu kebutuhan utama
bagi manusia. Baik untuk kebutuhan rumah tangga maupun untuk kebutuhan
industri. Tenaga listrik dihasilkan dari pembangkit-pembangkit seperti PLTA,
PLTU, dan PLTD. Kemudian listrik yang dihasilkan tersebut didistribusikan ke
konsumen-konsumen melalui jaringan distribusi.
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat dan rahmat yang telah diberikan-Nya kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Analisis Ketidakseimbangan
Beban Transformator Distribusi Untuk Identifikasi Beban Lebih dan Estimasi
Rugi-Rugi Pada Jaringan Tegangan Rendah”. Penulisan Tugas Akhir ini
merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi dan memperoleh
gelar Sarjana Teknik di Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas
Sumatera Utara.
Tugas Akhir ini penulis persembahkan untuk kedua orang tua yang telah
membesarkan penulis dengan kasih sayang yang tak ternilai harganya, yaitu
Tarinson dan Dameara, saudara kandung penulis, Lolo, Berry, Riston, dan Welly,
atas seluruh perhatian dan dukungannya hingga penulis dapat menyelesaikan
Tugas Akhir ini dengan baik.
Selama masa kuliah sampai masa penyelesaian Tugas Akhir ini, penulis
mendapat dukungan, bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu,
dengan setulus hati penulis hendak menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Ir. Panusur S.M.L. Tobing selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir
yang telah banyak meluangkan waktu dan pikirannya untuk memberikan
bantuan, bimbingan, dan pengarahan kepada penulis selama penyusunan
Tugas Akhir ini. Terima kasih sebesar-besarnya penulis ucapkan untuk Beliau.
2. Bapak Ir. Zulkarnaen Pane selaku Dosen Wali penulis sekaligus Sekretaris
Departemen Teknik Elektro FT USU.
3. Bapak Ir. Suraya Tarmizi Kasim, M.Si dan selaku Ketua Departemen Teknik
Elektro FT USU.
4. Seluruh staf pengajar dan administrasi Departemen Teknik Elektro, Fakultas
Teknik Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini tidak luput dari kesalahan-
kesalahan, baik dari segi tata bahasa maupun dari segi ilmiah. Untuk itu, penulis
akan menerima dengan terbuka segala saran dan kritik yang ditujukan untuk
memperbaiki Tugas Akhir ini. Akhir kata, semoga Tugas Akhir ini bermanfaat
bagi penulis dan pembaca.
Medan, Desember
2013
Penulis,
Yoakim Simamora
ABSTRAK...................................................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.................................................................................vi
DAFTAR TABEL..................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II TRANSFORMATOR
II.1. Umum......................................................................5
II.4.2.1.Hubungan Bintang.........................12
II.4.2.2.Hubungan Delta.............................13
II.4.2.3.Hubungan Zigzag..........................14
II.4.3.1.Hubung Wye-Wye.........................15
II.4.3.2.Hubung Wye-Delta........................16
II.4.3.3.Hubung Delta-Wye.......................17
II.4.3.4.Hubung Delta-Delta.......................17
IV.1. Umum.....................................................................35
IV.2.2.Perhitungan Ketidakseimbangan
Beban.................................................................37
IV.3.1.Data Teknis................................................38
IV.4. Analisa
Data...................................................................................54
5.1. Kesimpulan.........................................................91
5.2. Saran.......................................................................91
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................92
10
Pada saat sekarang ini tenaga listrik menjadi salah satu kebutuhan utama
bagi manusia. Baik untuk kebutuhan rumah tangga maupun untuk kebutuhan
industri. Tenaga listrik dihasilkan dari pembangkit-pembangkit seperti PLTA,
PLTU, dan PLTD. Kemudian listrik yang dihasilkan tersebut didistribusikan ke
konsumen-konsumen melalui jaringan distribusi.
Pada zaman sekarang ini salah satu sumber tenaga yang paling diperlukan
adalah tenaga listrik. Tenaga listrik pada saat ini menjadi salah satu dari
kebutuhan pokok manusia. Dan juga semakin berkembangnya teknologi yang
menggunakan tenaga listrik maka secara tidak langsung manusia tergantung
terhadap tenaga listrik, baik untuk rumah tangga maupun untuk industri. Jadi
manusia memerlukan tenaga listrik baik untuk kebutuhan sehari-hari maupun
untuk bekerja.
11
1. Studi Literatur
Yaitu dengan mempelajari buku literature, buku manual, referensi dari
internet, dan bahan kuliah yang mendukung dan berkaitan dengan Tugas
Akhir ini.
2. Studi Bimbingan
Berupa Tanya jawab dengan dosen pembimbing yang telah di tunjuk oleh
pihak Departemen Teknik Elektro USU mengenai masalah-masalah yang
timbul selama Tugas Akhir ini berlagsung.
3. Studi Lapangan
Yaitu dengan meninjau langsung ke lokasi untuk memperoleh data-data yang
digunakan dalam penyelesaian Tugas Akhir ini dengan menggunaka ETAP
4.0 di PT PLN (Persero) Cabang Medan, Ranting Labuhan
12
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : TRANSFORMATOR
13
14
II.1 UMUM
Transformator merupakan suatu peralatan listrik elektromagnetik statis
yang berfungsi untuk memindahkan dan mengubah daya listrik dari suatu
rangkaian listrik ke rangkaian listrik lainnya dengan frekuensi dan perbandingan
transformasi tertentu melalui suatu gandengan magnet dan bekerja berdasarkan
prinsip induksi elektromagnetik, dimana perbandingan tegangan antara sisi primer
dan sisi sekunder berbanding lurus dengan perbandingan jumlah lilitan dan
berbanding terbalik dengan perbandingan arusnya.
Dalam bidang teknik listrik pemakaian transformator dikelompokkan menjadi :
1. Transformator daya
2. Transformator distribusi
3. Transformator pengukuran; yang terdiri dari transformator arus dan
transformator tegangan.
15
Perlu diingat bahwa hanya tegangan listrik arus bolak-balik yang dapat
ditransformasikan oleh transformator, sedangkan dalam bidang elektronika,
transformator digunakan sebagai gandengan impedansi antara sumber dan beban
untuk menghambat arus searah sambil tetap melakukan arus bolak-balik
rangkaian.
Tujuan utama menggunakan inti pada transformator adalah untuk
mengurangi reluktansi (tahanan magnetis) dari rangkaian magnetis
II.2.1 Keadaan Transformator Tanpa Beban
Bila kumparan primer suatu transformator dihubungkan dengan sumber
tegangan V1 yang sinusoidal, akan mengalirkan arus primer I0 yang juga
sinusoidal dan dengan menganggap belitan N1 reaktif murni. I0 akan tertinggal 90°
dari V1. Arus primer I0 menimbulkan fluks yang sefasa dan juga berbentuk
sinusoidal.
16
(∅ . )
e1 = -N1 ……………………………………………2.4
17
∅
Harga efektif : E1 = ...........................................................2.7
√
E1 = …………………………………...2.8
√
,
E1 = …………………………...2.9
√
, ∅
E1 = ……………………………..2.10
√
E1 = 4,44 N1 f ∅max (Volt)………………………………2.11
Pada rangkaian sekunder, fluks bersama tadi juga menimbulkan :
∅
e2 = - N2 ………………………………...……………………2.12
18
= = a…………………………………………………..2.14
19
Dimana:
I1 = arus pada sisi primer (Ampere)
I'2 = arus yg menghasilkan Φ'2 (Ampere)
I0 = arus penguat (Ampere)
Im = arus pemagnetan (Ampere)
Ic = arus rugi-rugi inti (Ampere)
Untuk menjaga agar fluks tetap tidak berubah sebesar ggm yang dihasilkan
oleh arus pemagnetan IM, maka berlaku hubungan :
N1 IM = N1 I1 – N2 I2 ...................................................................2.17
N1 IM = N1 (IM + I2’) – N2 I2........................................................2.18
N1 I2’ = N2 I2 ...............................................................................2.19
= =…………………………………………..………..2.21
20
21
22
23
Dimana :
VL-L = tegangan line to line (Volt)
Vph = tegangan phasa (Volt)
IL = arus line (Ampere)
Iph = arus phasa (Ampere)
3. Hubungan Zigzag
Transformator zig–zag merupakan transformator dengan tujuan khusus.
Salah satu aplikasinya adalah menyediakan titik netral untuk sistem listrik yang
tidak memiliki titik netral. Pada transformator zig–zag masing–masing lilitan tiga
fasa dibagi menjadi dua bagian dan masing–masing dihubungkan pada kaki yang
berlainan.
24
Vphp = …………………………………………………………...2.34
√
Tegangan phasa primer sebanding dengan tegangan phasa sekunder dan
perbandingan belitan transformator maka, perbandingan antara tegangan primer
dengan tegangan sekunder pada transformator hubungan Y-Y adalah :
√
= …………………………………………………….2.35
√
25
√
= = √ 3 a………………………………….…..2.36
26
= = ……………………………………….……2.37
√ √
= = a ……………………………..……………2.38
27
28
29
30
VR = ………………………2.40
( ) ( )
VR = dalam per unit…………………….2.41
( )
( ) ( )
VR = ( )
x 100%.............................................2.42
Dimana :
31
η= = ∑
…………….………2.43
atau:
η= x 100%..................................................2.44
∑ − = Pcu + Pci
η= …………………………2.45
(I2R2ek + ) = 0
Jadi,
R2ek =
Pi = 2 R2ek = Pcu………………………………….…………2.46
32
∑
Sebagai : η = 1− ∑
…………...….………2.47
∑ ⁄
η=1̶ ∑ ⁄
………………………..2.48
Bila ∑ ⁄ 2 2 = X = konstan
⁄
Maka, η=1̶ =1̶ ⁄
………………………….2.4
33
KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN
34
Pada gambar 3.1 terlihat jelas bahwa arah mengalirnya energy listrik
berawal dari pusat tenaga listrik melalui saluran-saluran transmisi dan distribusi
dan sampai pada instalasi pemakai yang merupakan unsure utilasi.
TR = Tegangan Rendah
TM = Tegangan Menengah
35
GI = Gardu Induk
GD = Gardu Distribusi
Kebanyakan sistem listrik dibangun dengan sistem tiga phasa. Hal tersebut
didasarkan pada alasan-alasan ekonomi dan kestabilan daya pada beban. Alasan
ekonomi dikarenakan dengan sistem tiga phasa, penggunaan penghantar untuk
transmisi menjadi lebih sedikit. Sedangkan alasan kestabilan dikarenakan pada
sistem tiga fase daya mengalir sebagai layaknya tiga buah sistem phasa tunggal,
sehingga untuk peralatan dengan catu tiga phasa, daya sistem akan lebih stabil bila
dibandingkan dengan peralatan dengan sistem satu phasa. Sistem tiga phasa atau
sistem banyak phasa lainnya, secara umum akan memunculkan sistem yang lebih
kompleks, akan tetapi secara prinsip untuk analisa, sistem tetap mudah
dilaksanakan.
Vp
Vr
Vs
Vt
-Vp
36
Vs = V cos (ω t - ) (Volt)……………………...3.2
Vt = V cos ( t + ) (Volt)…………..……….....3.3
Pada gambar 3.2 Terlihat bahwa antara tegangan phasa satu dengan yang lainnya
mempunyai perbedaan phasa sebesar 2/3 atau sebesar 120°. Pada umumnya phasa
dengan sudut phasa 0° disebut dengan phasa R, phasa dengan sudut 120° disebut
dengan phasa S dan phasa dengan sudut 240° disebut dengan phasa T. Perbedaan
sudut phasa tersebut pada pembangkit dimulai dari adanya kumparan yang
masing-masing tersebar secara terpisah dengan jarak 120°
(a) (b)
37
Pada sistem Delta, bila tiga buah beban dengan impedansi yang sama
disambungkan pada sumber tiga phasa, maka arus di dalam ketiga impedansi akan
sama besar tetapi terpisah dengan sudut sebesar°, dan dikenal dengan arus phasa
atau arus beban. Untuk keadaan yang demikian, maka dalam rangkaian akan
berlaku,
Vph = VL (Volt)……………………………..…………3.4
Iph = (Ampere)……………………………………...3.5
√
Vph = √ (Volt)……………..……………………………3.6
Iph = IL (Ampere)……………………………….………..3.7
38
Dari gambar diatas menunjukkan vector diagram arus dalam keadaan tidak
seimbang. Disini terlihat bahwa penjumlahan ketiga vector arusnya (I R IS IT) adalah
tidak sama dengan nol sehingga muncul suatu besaran yaitu arus netral (IT) yang
besarnya bergantung pada seberapa besar factor ketidakseimbangannya.
39
Model ini dibuat dengan asumsi arus pemuatan kapasitif pada saluran
cukup kecil sehingga dapat diabaikan .Dengan demikian besarnya arus di ujung
kirim sama dengan arus di ujung terima. Apabila tegangan dan faktor faktor daya
pada ujung terima berturut-turut adalah V’ dan φ’,maka besarnya daya pada
ujung terima adalah:
P’= 3 [V’] [I] Cos φ’………..…………………………..…………….3.9
Selisih antara P pada persamaan (3.8) dan P’ pada persamaan (3.9) memberikan
susut daya saluran ,yaitu:
Pl = P – P’……………………………………………………...3.10
= 3.[I] Cos φ - 3 [V’] [I] Cos ………………...…...………3.11
= 3 [I] { [V]Cos φ - 3 [V’] [I] Cos φ’}………..………........3.12
Sementara itu dari gambar 3.6 memperlihatkan bahwa :
{ [V]Cos φ - 3 [V’] [I] Cos φ’} = [I] R……………………….3.13
Dengan R adalah tahanan kawat penghantar tiap fasa.Oleh karena itu
persamaan 3.12 berubah menjadi:
Pl = 3 [I]2 R…………………………………………………….3.14
III.5. PENYALURAN DAN SUSUT DAYA PADA KEADAAN ARUS
TIDAK SEIMBANG
Jika [I] adalah besaran arus fasa dalam penyaluran daya sebesar P pada
keadaan seimbang, maka pada penyaluran daya yang sama tetapi tidak seimbang
besarnya arus-arus fasa dapat dinyatakan dengan koefsien a,b dan c adalah
sebagai berikut :
[IR] = a [I]…………………………..………………………………...3.15
[IS] = b [I]………………………………………………………………3.16
40
Dengan IR, IS, dan IT berturut-turut adalah arus fasa R, S dan T. telah
disebutkan diatas bahwa factor daya ketiga fasa dianggap sama walaupun
besarnya arus berbeda. Dengan anggapan seperti ini, besarnya daya yang
disalurkan dapat dinyatakan sebagai :
a + b + c = 3……………………………………………………………3.19
IN = IS + IR + IT……………………………………………………………………………………….3.20
Susut daya saluran adalah jumlah susut pada penghantar fasa dan
penghantar netral adalah :
41
S = P ± jQ (VA) …………………………........……………...........3.27
Dimana :
nbr
Ploss = I
i 1
i
2
.ri ………………………………………………........3.28
nbr
Qkoss = I
i 1
i
2
. xi ……………………………….……………...........3.29
Untuk analisa aliran daya pada sistem tenaga ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, sebagai berikut:
Persamaan aliran daya secara sederhana, untuk sistem yang memiliki 2 rel.
Pada setiap rel memiliki sebuah generator dan beban, walaupun pada keaktifnnya
42
S G 1 PG 1 jQ G 1 S G 2 PG 2 jQ G 2
V1 1 V2 2
S D 1 PD 1 jQ D 1 S D 2 PD 2 jQ D 2
ZS
IˆG1 Î1 Iˆ2 IˆG2
jB jB
Beban 2
yp yp
2 2
Ê1 G1 G2 Ê2
43
1
yS
ZS
Vˆ1 Vˆ2
Iˆ1 RS jX S Iˆ 2
yp yp
S1 S2
Gambar 3.9. rel daya dengan transmisi model π untuk sistem 2 rel
S 2 Vˆ2 Iˆ2 P2 jQ2 P2 jQ2 Vˆ2* Iˆ2 …………… ………… 3.35
*
1
yS
ZS
Iˆ1 Iˆ1 " Iˆ2 " Iˆ 2
Vˆ1 RS jX Vˆ2
Iˆ2 '
S
Iˆ1 '
yp yp
Aliran arus dapat dilihat pada Gambar 3.10, dimana arus pada rel 1 adalah :
44
Iˆ1 Vˆ1 y p Vˆ1 Vˆ2 y S
Dimana:
Iˆ2 Vˆ2 y p Vˆ2 Vˆ1 y S
Dimana:
Y21 adalah admitansi negatif antara rel 2 dengan rel 1 = y S Y12 ...3.43
Dari Persamaan (3.40) dan (3.41) dapat dihasilkan Persamaan dalam bentuk
matrik, yaitu:
45
Persamaan (3.34) hingga (3.45) yang diberikan untuk sistem 2 rel dapat
dijadikan sebagai dasar untuk penyelesaian Persamaan aliran daya sistem n-rel.
Iˆ1
y s12 y s 21
y p12 y p 21
y s13 y s 31
y p13 y p 31
Iˆ1
y s1 n y sn1
y p1 n y pn1
Iˆ1 Vˆ1yP12 Vˆ1yP13 ...Vˆ1yP1n Vˆ1 Vˆ2 yS12 Vˆ1 Vˆ3 yS13... Vˆ1 Vˆn yS1n
46
Dimana:
Y11 yP12 yP13 ... yP1n yS12 yS13 ... yS1n ............................ 3.48
n
Iˆ1 YijVˆj .................................................................................... 3.50
j 1
n
P1 jQ1 Vˆ1* I1 Vˆ1* Y1 jVˆj .............................................................. 3.51
j 1
n
Pi jQi Vˆi* YijVˆ j i 1,2,.....,n ........................... 3.52
j 1
Dimana:
47
y f (x ) ................................................................................................... 3.56
f ( x ) 0 ................................................................................................... 3.57
1 df x0 1 df 2 x0
f ( x ) f x0 x x0 2
x x0 2 ...........
1! dx 2! dx
1 df x0
n
x x0 n 0 .................................................................... 3.58
n! dx n
48
df x0
f ( x ) f x0 x x0 0 ................................................... 3.59
dx
Dari :
f x0
x1 x0 .................................................................................. 3.60
df x0 dx
x (1) x ( 0)
f x( 0 )
.................................................................................
df x( 0) dx
3.61
Oleh karena itu, rumus dapat dikembangkan sampai iterasi terakhir (k+1),
menjadi Persamaan (3.62).
x ( k 1) x ( k )
f x( k )
......................................................................... 3.62
df x( k ) dx
x ( k 1) x ( k )
f x( k )
............................................................................... 3.63
f ' x( k )
Jadi,
x
f x( k )
......................................................................................... 3.64
f ' x( k )
49
50
IV.I UMUM
3. Identifikasi adanya beban lebih pada tiap-tiap trafo pada penyulang KI02
Telah diketahui bahwa daya transformator distribusi bila ditinjau dari sisi
tegangan tinggi (primer) dapat dirumuskan sebagai berikut :
S = √ 3 V I……………………………………..…………..…………….4.1
Dimana :
51
Dengan demikian untuk menghitung arus beban penuh (full load) dapat
menggunakan rumus :
IFL = ………………………………………………………4.2
√
dimana
.
ISC = …………………………………………...……………4.3
% √
Dimana
I% = X 100%...............................................................4.4
Dimana
52
Irata-rata =
Dimana besarnya arus fasa dalam keadaan seimbang (I) sama dengan
besarnya arus rata-rata, maka koefsien a, b dan c diperoleh dengan
a= ………………………………………………………...…………4.5
b= .......................................................................................................4.6
c= .......................................................................................................4.7
{| | | | | |
X 100%.........................................................4.8
53
Feeder KI 02
Posisi Tap 3/5
Fasa 3
Kabel Incoming NYFGBY 95 mm2
Kabel Outgoing TIC 70 mm2
Tegangan Primer L-L (KV) 20
Tegangan Sekunder L-L (Volt) 380
Arus Primer (Amp) 5,8
Arus Sekunder (Amp) 303.9
Jenis Minyak Esso 90
Vektor Group Yzn5
Impedansi (%) 4
Feeder KI 02
Posisi Tap 3/5
Fasa 3
Kabel Incoming NYFGBY 95 mm2
Kabel Outgoing TIC 70 mm2
Tegangan Primer L-L (KV) 20
Tegangan Sekunder L-L (Volt) 380
Arus Primer (Amp) 5
Arus Sekunder (Amp) 243
Jenis Minyak Diala A
54
Feeder KI 02
Posisi Tap 3/5
Fasa 3
Kabel Incoming NYFGBY 95 mm2
Kabel Outgoing TIC 70 mm2
Tegangan Primer L-L (KV) 20
Tegangan Sekunder L-L (Volt) 400
Arus Primer (Amp) 4,6
Arus Sekunder (Amp) 230,9
Jenis Minyak Diala A
Vektor Group Yzn5
Impedansi (%) 4
Temperatur 55
Feeder KI 02
Posisi Tap 3/5
Fasa 3
Kabel Incoming NYFGBY 95 mm2
Kabel Outgoing TIC 70 mm2
Tegangan Primer L-L (KV) 20
Tegangan Sekunder L-L (Volt) 380
Arus Primer (Amp) 4,6
Arus Sekunder (Amp) 243,1
55
Feeder KI 02
Posisi Tap 3/5
Fasa 3
Kabel Incoming NYFGBY 95 mm2
Kabel Outgoing TIC 70 mm2
Tegangan Primer L-L (KV) 20
Tegangan Sekunder L-L (Volt) 400
Arus Primer (Amp) 2,9
Arus Sekunder (Amp) 151,9
Jenis Minyak Mineral
Impedansi (%) 4
Temperatur 55
Feeder KI 02
Posisi Tap 3/5
Fasa 3
Kabel Incoming NYFGBY 95 mm2
Kabel Outgoing TIC 70 mm2
Tegangan Primer L-L (KV) 20
Tegangan Sekunder L-L (Volt) 400
Arus Primer (Amp) 2,9
Arus Sekunder (Amp) 144,3
56
Feeder KI 02
Posisi Tap 3/5
Fasa 3
Kabel Incoming NYFGBY 95 mm2
Kabel Outgoing TIC 70 mm2
Tegangan Primer L-L (KV) 20
Tegangan Sekunder L-L (Volt) 400
Arus Primer (Amp) 3
Arus Sekunder (Amp) 152
Jenis Minyak Diala B
Vektor Group Yzn5
Impedansi (%) 4
Temperatur 55
Feeder KI 02
Posisi Tap 2/3
Fasa 3
Kabel Incoming NYFGBY 95 mm2
Kabel Outgoing TIC 70 mm2
Tegangan Primer L-L (KV) 20
Tegangan Sekunder L-L (Volt) 400
Arus Primer (Amp) 3
57
Feeder KI 02
Posisi Tap 3/3
Fasa 3
Kabel Incoming NYFGBY 95 mm2
Kabel Outgoing TIC 70 mm2
Tegangan Primer L-L (KV) 20
Tegangan Sekunder L-L (Volt) 400
Arus Primer (Amp) 3
Arus Sekunder (Amp) 152
Jenis Minyak Mineral
Vektor Group Yzn5
Impedansi (%) 4
Temperatur 55
Feeder KI 02
Posisi Tap 2/3
Fasa 3
Kabel Incoming NYFGBY 95 mm2
Kabel Outgoing TIC 70 mm2
Tegangan Primer L-L (KV) 20
Tegangan Sekunder L-L (Volt) 400
58
Feeder KI 02
Posisi Tap 2/3
Fasa 3
Kabel Incoming NYFGBY 95 mm2
Kabel Outgoing TIC 70 mm2
Tegangan Primer L-L (KV) 20
Tegangan Sekunder L-L (Volt) 400
Arus Primer (Amp) 3
Arus Sekunder (Amp) 152
Jenis Minyak Mineral
Vektor Group Yzn5
Impedansi (%) 4
Temperatur 55
Feeder KI 02
Posisi Tap 2/3
Fasa 3
Kabel Incoming NYFGBY 95 mm2
Kabel Outgoing TIC 70 mm2
Tegangan Primer L-L (KV) 20
59
Feeder KI 02
Posisi Tap 3/5
Fasa 3
Kabel Incoming NYFGBY 95 mm2
Kabel Outgoing TIC 70 mm2
Tegangan Primer L-L (KV) 20
Tegangan Sekunder L-L (Volt) 400
Arus Primer (Amp) 5
Arus Sekunder (Amp) 243
Jenis Minyak Mineral
Vektor Group Yzn5
Impedansi (%) 4
Temperatur 55
60
Feeder KI 02
Posisi Tap 3/5
Fasa 3
Kabel Incoming NYFGBY 95 mm2
Kabel Outgoing TIC 70 mm2
Tegangan Primer L-L (KV) 20
Tegangan Sekunder L-L (KV) 400
Arus Primer (Amp) 5,8
Arus Sekunder (Amp) 303,9
Jenis Minyak Esso 90
Vektor Group Yzn5
Impedansi (%) 4
Temperatur (c) 55
61
LWBP JURUSAN
(Siang TIMUR 1 BARAT TIMUR 2
Hari)
R (Amp) 25 109 106
S (Amp) 28 66 151
T (Amp) 25 68 168
Tabel 4.17 Data Pembebanan Trafo Distribusi 200 kVA (ML059) Pada
Malam Hari
WBP JURUSAN
(Malam Hari) TIMUR 1 BARAT TIMUR 2
R (Amp) 25 165 84
S (Amp) 32 83 191
T (Amp) 49 119 167
LWBP JURUSAN
(Siang Hari) UTARA SELATAN
R (Amp) 7 72
S (Amp) 7 89
T (Amp) 26 81
WBP JURUSAN
(Malam Hari) UTARA SELATAN
R (Amp) 18 130
S (Amp) 20 140
62
LWBP JURUSAN
(Siang Hari) TIMUR BARAT
R (Amp) 65 88
S (Amp) 70 79
T (Amp) 71 93
WBP JURUSAN
(Malam Hari) TIMUR BARAT
R (Amp) 172 114
S (Amp) 125 120
T (Amp) 77 125
Tabel 4.22 Data Pembebanan Trafo Distribusi 160 kVA (ML354) Pada
Siang Hari
LWBP JURUSAN
(Siang Hari) TIMUR BARAT
R (Amp) 103 100
S (Amp) 120 110
T (Amp) 101 79
WBP JURUSAN
(Malam Hari) TIMUR BARAT
R (Amp) 180 16
63
Tabel 4.24 Data Pembebanan Trafo Distribusi 160 kVA (ML205) Pada
Siang Hari
LWBP JURUSAN
(Siang Hari) TIMUR BARAT
R (Amp) 93 50
S (Amp) 77 41
T (Amp) 82 40
WBP JURUSAN
(Malam Hari) TIMUR BARAT
R (Amp) 114 66
S (Amp) 105 74
T (Amp) 123 97
LWBP JURUSAN
(Siang Hari) TIMUR BARAT
R (Amp) 38 20
S (Amp) 37 27
T (Amp) 48 34
WBP JURUSAN
(Malam Hari) TIMUR BARAT
64
Tabel 4.28 Data Pembebanan Trafo Distribusi 100 kVA (ML215) Pada
Siang Hari
LWBP JURUSAN
(Siang Hari) BARAT TIMUR
R (Amp) 28 10
S (Amp) 45 19
T (Amp) 46 14
WBP JURUSAN
(Malam Hari) BARAT TIMUR
R (Amp) 29 71
S (Amp) 36 77
T (Amp) 30 93
Tabel 4.30 Data Pembebanan Trafo Distribusi 100 kVA (ML216) Pada
Siang Hari
WBP JURUSAN
(Malam Hari) UTARA
R (Amp) 19
S (Amp) 17
T (Amp) 19
WBP JURUSAN
65
Tabel 4.32 Data Pembebanan Trafo Distribusi 100 kVA (ML217) Pada
Siang Hari
LWBP JURUSAN
(Siang Hari) UTARA TIMUR
R (Amp) 2 19
S (Amp) 6 23
T (Amp) 3 27
WBP JURUSAN
(Malam Hari) UTARA TIMUR
R (Amp) 15 58
S (Amp) 20 53
T (Amp) 15 90
Tabel 4.34 Data Pembebanan Trafo Distribusi 100 kVA (ML227) Pada
Siang Hari
LWBP JURUSAN
(Siang Hari) BARAT TIMUR
R (Amp) 89 34
S (Amp) 33 66
T (Amp) 28 60
66
Tabel 4.36 Data Pembebanan Trafo Distribusi 100 kVA (ML282) Pada
Siang Hari
LWBP JURUSAN
(Siang Hari) TIMUR BARAT
R (Amp) 60 9
S (Amp) 74 11
T (Amp) 73 20
WBP JURUSAN
(Malam Hari) TIMUR BARAT
R (Amp) 83 23
S (Amp) 100 33
T (Amp) 86 46
Tabel 4.38 Data Pembebanan Trafo Distribusi 100 kVA (ML297) Pada
Siang Hari
LWBP JURUSAN
(Siang Hari) UTARA SELATAN
R (Amp) 34 4
S (Amp) 55 6
T (Amp) 43 19
67
Tabel 4.40 Data Pembebanan Trafo Distribusi 100 kVA (ML304) Pada
Siang Hari
LWBP JURUSAN
(Siang Hari) BARAT TIMUR
R (Amp) 47 18
S (Amp) 76 13
T (Amp) 48 8
WBP JURUSAN
(Malam Hari) BARAT TIMUR
R (Amp) 89 31
S (Amp) 144 43
T (Amp) 80 15
Tabel 4.42 Data Pembebanan Trafo Distribusi 100 kVA (ML389) Pada
Siang Hari
LWBP JURUSAN
(Siang Hari) BARAT TIMUR
R (Amp) 19 24
S (Amp) 45 17
T (Amp) 33 24
68
Tabel 4.44 Data Pembebanan Trafo Distribusi 100 kVA (T643) Pada
Siang Hari
LWBP JURUSAN
(Siang Hari) TIMUR BARAT
R (Amp) 4 63
S (Amp) 13 91
T (Amp) 41 108
Tabel 4.45 Data Pembebanan Trafo Distribusi 100 kVA (T643) Pada
Malam Hari
WBP JURUSAN
(Malam Hari) TIMUR BARAT
R (Amp) 53 19
S (Amp) 102 30
T (Amp) 145 65
IV.4.1.1. Menentukan Fuse Cut Out, NH Fuse dan Arus Hubung Singkat
1. Untuk menetukan besarnya Fuse Cut Out maka dihitung besarnya arus
jala-jala dengan menggunakan persamaan :
S = √ 3 V.I
69
I=
√ .
I = 7,22 A
Fuse Cut Out yang dipilih sesuai SPLN adalah Fuse Link Type dengan
rating 8 A.
I=
√ .
I = 5,77
Fuse Cut Out yang dipilih sesuai SPLN adalah Fuse Link Type dengan
rating 6 A.
I=
√ .
I = 4,62
Fuse Cut Out yang dipilih sesuai SPLN adalah Fuse Link Type dengan
rating 6A
I=
√ .
70
Fuse Cut Out yang dipilih sesuai SPLN adalah Fuse Link Type dengan
rating 4 A
IFL =
√
IFL =
√ .
IFL = 379, 83
NH Fuse yang dipilih sesuai SPLN adalah NH Fuse dengan rating untuk
jurusan utama
IFL =
√ .
IFL = 303,86
NH Fuse yang dipilih sesuai SPLN adalah NH Fuse dengan rating untuk
jurusan utama
IFL =
√ .
IFL = 243,09
NH Fuse yang dipilih sesuai SPLN adalah NH Fuse dengan rating untuk
jurusan utama
71
IFL =
√ .
IFL = 151,93
NH Fuse yang dipilih sesuai SPLN adalah NH Fuse dengan rating untuk
jurusan utama
ISC =
% √ .
.
ISC =
√ .
ISC = 9,49
.
ISC =
√ .
ISC = 7,59
.
ISC =
√ .
ISC = 6,08
72
ISC = 3,79
∑ IR = 240 A
∑ IS = 242 A
∑ IT = 231 A
a. x 100% = 78,98%
,
b. x 100% = 79,64%
,
c. x 100% = 90.83%
,
, , ,%
=
= 83.15%
∑ IR = 274 A
∑ IS = 306 A
73
a. x 100% = 90,17%
,
b. x 100% = 100,7%
,
c. x 100% = 110,24%
,
, , % ,
=
= 100,37%
∑ IR = 79 A
∑ IS = 96 A
∑ IT = 107 A
a. x 100% = 32,49%
,
b. x 100% = 39,49%
,
74
, , ,
=
= 38,66%
∑ IR = 148 A
∑ IS = 160 A
∑ IT = 208 A
a. x 100% = 60,88%
,
b. x 100% = 65,81%
,
c. x 100% = 85,56%
,
, , ,
=
= 70,755%
75
∑ IS = 149 A
∑ IT = 164 A
a. x 100% = 62,93%
,
b. x 100% = 61,29%
,
c. x 100% = 67,64%
,
, , ,
=
= 63,95%
∑ IR = 286 A
∑ IS = 245 A
∑ IT = 202 A
a. x 100% = 117,65%
,
76
c. x 100% = 83,09%
,
, , ,
=
= 100,78%
∑ IR = 203 A
∑ IS = 230 A
∑ IT = 180 A
a. x 100% = 83,50%
,
b. x 100% = 94,61%
,
c. x 100% = 74,04%
,
, ,% ,
=
77
∑ IR = 196 A
∑ IS = 198 A
∑ IT = 240 A
a. x 100% = 80,62%
,
b. x 100% = 81,45%
,
c. x 100% = 98,72%
,
, , ,
=
= 86,93%
∑ IR = 143 A
∑ IS = 118 A
∑ IT = 122 A
78
b. x 100% = 77,66%
,
c. x 100% = 80,30%
,
, , ,
=
= 84,02%
∑ IR = 180 A
∑ IS = 179 A
∑ IT = 220 A
a. x 100% = 118,47%
,
b. x 100% = 117,81%
,
c. x 100% = 144,80%
,
, , ,
=
79
IR = 240 A
IS = 245 A
IT = 261 A
80
Irata-rata = = 248,66
IR
a= = = 0,96
I ,
IS
b= = = 0,98
I ,
IT
c= = = 1,04
I ,
{| – | | – | | – |}
= x 100%
{| , – | | , – | | , – |}
= x 100% = 3,3%
IR = 274 A
IS = 306 A
IT = 335 A
Irata-rata =
81
IR
a= = = 0,89
I
IS
b= = = 1,00
I
IT
c= = = 1,10
I
{| – | | – | | – |}
= x 100%
{| , – | | , – | | , – |}
= x 100% = 7%
IR = 79 A
IS = 96 A
IT = 107 A
Irata-rata =
82
IR
a= = = 0,84
I
IS
b= = = 1,02
I
IT
c= = = 1,14
I
{| – | | – | | – |}
= x 100%
{| , – | | , – | | , – |}
= x 100% = 10,66%
IR = 148 A
IS = 160 A
IT = 208 A
Irata-rata =
Irata-rata = = 172
83
IS
b= = = 0,93
I
IT
c= = = 1,20
I
{| – | | – | | – |}
= x 100%
{| , – | | , – | | , – |}
= x 100% = 13,66%
IR = 153 A
IS = 149 A
IT = 164 A
Irata-rata =
Irata-rata = = 155,33
IR
a= = = 0,98
I ,
84
IT
c= = = 1,06
I ,
{| – | | – | | – |}
= x 100%
{| , – | | , – | | , – |}
= x 100% = 4,33%
IR = 286 A
IS = 245 A
IT = 202 A
Irata-rata =
Irata-rata = = 244,3
IR
a= = = 1,27
I ,
IS
b= = = 1,01
I ,
85
{| – | | – | | – |}
= x 100%
{| , – | | , – | | , – |}
= x 100% = 12%
IR = 203 A
IS = 230 A
IT = 180 A
Irata-rata =
Irata-rata = = 127,67
IR
a= = = 0,99
I ,
IS
b= = = 1,12
I ,
86
{| – | | – | | – |}
= x 100%
{| , – | | , – | | , – |}
= x 100% = 8,33%
IR = 196 A
IS = 198 A
IT = 240 A
Irata-rata =
Irata-rata = = 193
IR
a= = = 0,92
I
IS
b= = = 0,93
I
IT
c= = = 1,14
I
87
{| – | | – | | – |}
= x 100%
{| , – | | , – | | , – |}
= x 100% = 9,66%
IR = 143 A
IS = 118 A
IT = 122 A
Irata-rata =
Irata-rata = = 127,67
IR
a= = = 1,12
I ,
IS
b= = = 0,92
I ,
IT
c= = = 0,95
I ,
88
{| – | | – | | – |}
= x 100%
{| , – | | , – | | , – |}
= x 100% = 8,33%
IR = 180 A
IS = 179 A
IT = 220 A
Irata-rata =
Irata-rata = = 193
IR
a= = = 0,93
I
IS
b= = = 0,93
I
IT
c= = = 1,13
I
89
{| , – | | , – | | , – |}
= x 100% = 9%
{| – | | – | | – |}
= x 100%
{| , – | | , – | | , – |}
= x 100% = 17%
1 ML059 3.3% 7%
2 ML073 10.66% 13.66%
3 ML238 4.33% 12%
4 ML354 8.33% 9.66%
5 ML205 13.67% 9%
6 ML425 19% 8.6%
7 ML215 4.6% 7%
8 ML216 14% 29%
9 ML217 13% 17%
10 ML227 10.67% 11.33%
11 ML282 30% 9.33%
12 ML297 18.33% 9.33%
13 ML304 13.33% 26.67%
14 ML389 27% 10%
90
S = √ 3 .V.In
S = Daya Semu
V = Tegangan phasa-phasa
Maka ;
250000 = √ 3 .380.In
In =
,
= 379,83 Amp
S = √ 3 .V.In
S = Daya Semu
V = Tegangan phasa-phasa
Maka ;
20000 = √ 3 .380.In
In =
,
91
S = √ 3 .V.In
Maka ;
100000 = √ 3 .380.In
In =
,
= 151,93 Amp
S = √ 3 .V.In
S = Daya Semu
V = Tegangan phasa-phasa
Maka ;
160000 = √ 3 .380.In
In =
,
= 243,09 Amp
92
Arus Arus
No Trafo R S T Nominal Ket
80%
IR>In
1 ML059 240 245 261 243,09 IS>In
IT>In
IR<In
2 ML073 79 96 107 243,09 IS<In
IT<In
IR<In
3 ML238 153 149 164 194,47 IS<In
IT<In
IR>In
4 ML354 203 230 180 194,47 IS>In
IT<In
IR>In
5 ML205 143 118 122 121,54 IS<In
IT>In
IR<In
6 ML425 58 64 82 121,54 IS<In
IT<In
IR<In
7 ML215 38 64 60 121,54 IS<In
IT<In
IR<In
8 ML216 19 17 19 121,54 IS<In
IT<In
IR<In
9 ML217 21 29 20 121,54 IS<In
IT<In
93
Tabel 4.49 Tabel Identifikasi Beban Lebih Trafo Distribusi (Malam Hari)
Arus Arus
No Trafo R S T Nominal Ket
80%
IR>In
1 ML059 274 306 335 243,09 IS>In
IT>In
IR<In
2 ML073 148 160 208 194,47 IS<In
IT>In
3 ML238 286 245 202 194,47 IR>In
94
95
96
97
98
5.1 KESIMPULAN
3. Semakin besar ketidakseimbangan beban suatu trafo, maka trafo tersebut akan
mengalami beban lebih (over load) satu phasa, Hal ini di karenakan semakin
besarnya arus yang mengalir pada salah satu phasa pada trafo tersebut.
4. Berdasarkam hasil simulasi ETAP 4.0 rugi-rigi jaringan tegangan rendah pada
penyulang yang paling besar adalah pada trafo ML059 yaitu sebesar 1,0 kW
dan 13,0 kVAR
5.2 SARAN
1. Trafo distribusi yang bebanya lebih besar 100% sebaiknya diganti dengan
kapasitas trafo yang lebih besar atau dipasang trafo sisip
99
100