Anda di halaman 1dari 6

ASPEK PEMILIHAN MOTOR LISTRIK

Lingkup pembahasan :

 Pendahuluan
 Informasi umum
 Tipe catu daya
 Perancangan elektrik
 Siklus kerja
 Pengecekan pra pengasutan
 Pemasangan
 Penutup/rumah motor
 Perancangan mekanik

I. PENDAHULUAN

Tipe rumah motor :


 TEFC Enclosure ( Rumah motor tidak anti tetesan air ) : LS, LS 250, LS 315 dsb
 Drip proof Enclosure ( Rumah motor anti tetesan air) : PLS, LSP

II. INFOMASI UMUM

II.1. DEFINISI MOTOR

Simbol/kode Keterangan
LS (FLS) Motor TEFC
PLS (LSP) Motor anti tetesan air (Drip proof motor)
56
63
71
: Ukuran rangka ( Frame size )
:
355
400
450
S
M Panjang pak laminasi dan panjang rangka
L
/2 2 kutub
/4 4 kutub
/6 6 kutub
/8 8 kutub
dst -

Contoh : LS 180 L/4 : TEFC- 22 kW- 1500 rpm


PLS 280 S/6 : Drip proof - 75 kW - 1000 rpm - 50 Hz.
II.2. INFORMASI UNTUK PEMESANAN
Untuk menghindari keterlambatan atau kekeliruan permintaan pemesanan, maka perlu
disebutkan secara rinci data teknis dari motor yang akan dipesan, antara lain meliputi :

Data teknis motor yang dipesan ( Contoh isian )


Tipe catu daya (Type of supply) Tiga fase (Three phase)
Tegangan (Voltage) 220/380 V
Frekuensi (Frequency) 50 Hz
Kecepatan-polaritas (Polarity-speed) 3000 rpm
Daya (Power in kW) 30 kW
Tipe rotor (Type of rotor) Sangkar (Squirrel cage)
Klas isolasi (Class of insulation) F
Pemasangan (Mounting) B3
Rumah (Enclosure) IP 55
Siklus kerja (Duty cycle) S1
Arah putaran (Direction of rotation) Anticlockwise (looking from
Suhu (Ambient temperature) DE)
Kopel (coupling) 400 C
Pulley  140

III. TIPE CATU DAYA

III.1. TEGANGAN DAN CATU DAYA

 Motor-motor produksi standard, tertulis 220/380 V biasanya untuk 3 fase 50 Hz.


Apabila digunakan pada 60 Hz, tegangan harus dinaikkan 20%, misal 50 Hz 380 V
 60 Hz 440 V. Daya akan meningkat 20% untuk motor drip proof atau 15%
untuk TEFC.
 Tergantung dari tipe hubungan (connection). Hal ini dapat dilihat di dalam kotak
sambungan, misalnya tegangan catu daya :
 220 V delta
 380 V star
 Dalam pemesanan jika hanya disebutkan satu macam tegangan, misalnya:
 220 V berarti motor tipe 220/380 V.
 380 V frame s.d. 100, berarti motor tipe 220/380 V.
 Untuk frame 112 atau di atasnya, berarti motor tipe 380 V delta.
 Untuk motor yang dioperasikan dengan pengasutan star-delta, tegangan kerja
sebenarnya pada pengasutan dipilih data rendah dari dua data tegangan yang
disebutkan pada pelat nama, misal motor dengan pelat nama :
 380/660 V dapat diasut star-delta dengan tegangan 380 V.
 220/380 V dapat diasut star-delta dengan tegangan 220 V
 Dalam kasus tertentu, dapat dipesan motor khusus dengan catu daya 3 fase
berjangkauan tegangan lebar, misal :
 tegangan 24 s.d. 600 V
 frekuensi tertentu, tergantung daya motor.
Untuk maksud di atas arus motor dapat dihitung berdasar arus pada tegangan 380
V sebagai standard, yaitu :
380
Iv = I380  A
V
V = tegangan kerja yang dipilih
Iv = arus beban penuh dan pengasutan.
I380 = arus pada tegangan kerja 380 V.

2. Hubungan kecepatan dan frekuensi

 Kecepatan sinkron dirumuskan :

120.f
n=  rpm
p

f = frekuensi listrik masuk motor.


p = jumlah kutub

Jumlah kutub Putaran motor n rpm


50 Hz 60 Hz 100 Hz
2 3000 3600 6000
4 1500 1800 3000
6 1000 1200 2000
8 750 900 1500
10 600 720 1200
12 500 600 1000
16 375 450 750

 Hal ini tidak berarti bahwa belitan motor yang dirancang untuk tegangan tertentu
dengan kecepatan 100 rpm 50 Hz, dapat secara otomatis digunakan pada kecepatan
3000 rpm 100 Hz, meskipun secara teori tegangannya sudah tepat. Pengecekan
perlu dilakukan apakah secara rancangan elektrik dan mekanis masih layak
dioperasikan tanpa bahaya.
 Hal yang tak boleh dilupakan bahwa peningkatan frekuensi berlebihan akan
meningkatkan daya yang diserap beban ( misalnya pada pompa sentrifugal, kipas
bahwa daya proporsional dengan media kecepatan dalam pipa).

3. Motor induksi dan variasi kecepatan


Variasi kecepatan motor induksi dapat dilakukan dengan mengatur tegangan masuk
motor, baik dengan pengubah tegangan manual, kendali fase, kendali pengubah
frekuensi maupun mengubah jumlah kutub.

3.1. Kecepatan
Motor standard mempunyai 2; 4; 6 dan 8 kutub. Dengan pesanan dapat dilayani :
Motor kecepatan rendah : dengan 10; 12; 16 dan 24 kutub.
Motor dua kecepatan : motor Dahlander
Motor dua kecepatan dengan dua belitan
Motor tiga kecepatan dengan 1 atau 2 belitan
Catatan : Untuk motor dua kecepatan, daya yang disebutkan di dalam katalog motor
yang bersangkutan adalah daya dengan siklus kerja kontinyu.
Untuk aplikasi khusus misalnya mesin perkakas, pengangkat dan sebagainya dapat
dipesan khusus.

3.2. Daya
Beban penuh dari suatu motor dipandang aman apabila memenuhi persyaratan berikut :
 Variasi catu daya + 5%,
 Variasi frekuensi + 5%.
 Siklus kerja kontinyu (S1).
 Suhu ruang 40 oC.
 Ketinggian maksimum 100 m.
Untuk setiap ketinggian bertambah 1.000 m kurve menunjukkan :
 daya berkurang ( daya beban penuh kali faktor Kp) dan untuk
mempertahankan suhu ruang (kurang dari 40o C).
 Atau menurunkan kondisi ruang (ambient conditions) untuk
mempertahankan beban penuh.
Contoh :
Motor 30 kW pada ketinggian 2.000 m, berarti identik dengan :
P = 30 X 0,94 = 28,2 kW pada < 40o C, atau
P = 30 kW pada < 32o C, atau

0,80 0,85 0,90 0,95 1


4000
Kp
Ketinggian (meter)

3000

2000

1000
15 20 25 30 35 40
Suhu ruang (derajad Celcius)

KURVE Kp VS KETINGGIAN DAN


SUHU RUANG

Motor yang berkaitan dengan ketinggian atau suhu ruang, misalnya motor untuk lift,
motor untuk hoist (pengangkat), motor dengan tipe kerja intermittent (selang-seling),
dan sebagainya.

3.3. Beban lebih


Motor yang dioperasikan dalam kondisi normal, diperkenankan mengalami bebanlebih
asal kenaikan suhu yang diakibatkan beban lebih tidak sampai menyebabkan kerusakan
atau membahayakan belitan. Secara umum dapat dituliskan batas-batas bebanlebih
yang diijinkan :

Lama pembebanan terus-menerus 1 jam 15 menit 2 menit


Koefisien bebanlebih 1 1,07 1,15 1,50
Meskipun demikian data beban lebih tersebut di atas dianjurkan tidak terlalu sering dan
sekurang-kurangnya sudah diikuti pembebanan penuh (full load) sekitar 2 jam, apabila
sela pembebanan penuh kurang dari 2 jam, maka angka koefisien tersebut berlaku pada
lama pembebanan yang lebih pendek.
Perlu diingat bahwa meskipun pembebanan lebih diijinkan, tetapi apabila terjadi terlalu
sering akan menyebabkan penurunan (deterioration) isolasi dan akan memperpendek
umur motor.

3.4. Torsi
Motor induksi digunakan untuk mengubah daya listrik menjadi daya mekanis dalam
wujud putaran poros atau torsi. Torsi yang dihasilkan oleh poros motor sebesar :
HP KW
T =  x 71620 kg.cm. atau T =  x 974 kg.m
RPM RPM

Meskipun poros motor mempunyai torsi, tetapi torsi tersebut harus mengatasi torsi
beban, berarti torsi poros motor harus menyamakan diri dengan torsi yang diperlukan
beban dan harus mampu menghasilkan percepatan (torsi pemercepat) untuk membawa
kembali ke putaran nominal setelah melawan inersia beban. Dari rumus torsi terlihat
bahwa kapasitas torsi poros motor sangat tergantung pada daya motor dan
kecepatannya. Untuk motor-motor populer, torsi dapat dirumuskan dari perbedaan
kecepatan dengan cepat, misalnya :
 motor 750 rpm, torsi pada beban penuh (diukur dalam N.m) sama dengan nilai HP
yang tercantum pada pelat pengenalnya.
 motor 1000 rpm, torsi pada beban penuh (diukur dalam N.m) sama dengan 3/4
nilai HP yang tercantum pada pelat pengenalnya.
 motor 1500 rpm, torsi pada beban penuh (diukur dalam N.m) sama dengan 1/2
nilai HP yang tercantum pada pelat pengenalnya.
 motor 3000 rpm, torsi pada beban penuh (diukur dalam N.m) sama dengan 1/4
nilai HP yang tercantum pada pelat pengenalnya.
 Contoh : motor 3 kW(4HP) 1500 rpm mempunyai torsi beban penuh sebesar
4X1/2 = 2 N.m.

Lama dan kali pengasutan

Setiap kali pengasutan motor harus mengeluarkan :


 energi untuk melawan torsi beban
 kinetik energi untuk melawan enersia motor dan enersia beban (load rotor
motor) menuju putaran nominal.

Lamanya dan banyaknya kali pengasutan dibatasi jangan sampai menyebabkan


kenaikan suhu berlebihan yang merusakkan isolasi. Dianggap normal apabila motor
menerima kali pengasutan 3 s.d. 6 kali @ 5 detik dalam satu jam, atau tergantung
besarnya daya motor. Lama pengasutan dalam detik dirumuskan :
t = waktu pengasutan (detik)
MD 2
N MD = momen girasi kg.m2 yang melawan
2

t=  X  detik putaran poros pada Cacc.


40 10Cacc N = putaran akhir yang ingin dicapai.
Cacc = torsi pemercepat rata-rata (average accelaration torque) kg.m ( torsi rata-rata
yang dikeluarkan motor pada saat motor baru menerima torsi beban), dirumuskan :
ST = torsi pengasutan
ST +2FLT
FLT = torsi beban penuh
Cacc =  kg.m
3
Hubungan Cacc, t , MD2 dapat dilihat pada diagram di bawah.

Contoh : Suatu massa dengan momen girasi MD2 = 37,4 kgm2 dipercepat dengan torsi
Cacc = 1 kgm sampai mencapai kecepatan N = 100 rpm, maka waktu pengasutan
(akselerasi) terbaca t = 10 detik.

Hubungan momen girasi pada suatu beban dengan momen girasi beban penuh :

N’
(MD )N = (MD )N’ . (  )2
2 2

dengan :
(MD2)N = momen girasi pada suatu beban
(MD2)N’ = momen girasi beban penuh
N’ = kecepatan beban penuh
N = kecepatan pada suatu beban

Anda mungkin juga menyukai