Anda di halaman 1dari 84

SKRIPSI

PERHITUNGAN ARUS NETRAL, RUGI-RUGI, DAN EFISIENSI


TRANSFORMATOR DISTRIBUSI 3 FASA 20 kV/ 400 V DI PT. PLN
(PERSERO) RAYON MEDAN TIMUR AKIBAT
KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN

Diajukan untuk memenuhi persyaratan


menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada
Departemen Teknik Elektro Sub Konsentrasi Energi

Oleh :

RIZKY SYAHPUTRA SIREGAR

NIM : 130402002

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Dalam penyaluran energi listrik sering kali dijumpai pembagian beban


yang tidak merata pada setiap fasanya. Ketidakseimbangan beban ini disebabkan
karena waktu penyalaan beban yang tidak serempak, pengkoneksian yang tidak
seimbang pada fasa R, S, T, dan pemasangan beban yang tidak seimbang pada
setiap fasanya. Ketidakseimbangan beban ini dapat mengakibatkan timbulnya arus
pada kawat netral, rugi-rugi, dan turunnya efisiensi transformator distribusi
tersebut. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa ketidakseimbangan
beban menyebabkan arus netral, dan rugi-rugi menjadi besar dimana nilai arus
netral, rugi-rugi PCu dan PN terbesar 96,6 A, 7,67 kW dan 1,157 kW pada
transformator kedua di malam, sedangkan nilai arus netral terkecil sebesar 4,72 A
pada transformator pertama di pagi hari untuk rugi-rugi PCu dan PN terkecil
sebesar 0,034 kW dan 0,004 kW pada transformator pertama di pagi hari, serta
efisiensi dari ketiga transformator tiga fasa distribusi yang diteliti mengalami
penerunan, walaupun penurunan efisiensi dari ketiga transformator tersebut tidak
terlalu besar, dimana efisiensi tertinggi sebesar 98,183 % pada transformator
pertama di pagi hari dan efisiensi terendah sebesar 92,901 % pada transformator
ketiga di malam hari.

Kata kunci: Transformator Distribusi Tiga Fasa; Ketidakseimbangan Beban;


Arus Netral; Rugi-rugi; Efisiensi;

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang. Segala Puji bagi Allah SWT atas limpahan nikmat, berkat dan ridho-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul:

“Perhitungan Arus Netral, Rugi-rugi, dan Efisiensi Transformator Distribusi 3

Fasa 20 kV / 400 V di PT. PLN (Persero) Rayon Medan Timur

Akibat Ketidakseimbangan Beban”

Skripsi ini merupakan bagian dari kurikulum yang harus diselesaikan

untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Sarjana Strata Satu

di Departemen Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara.

Penulis persembahkan skripsi ini kepada Ayah (Melkian Siregar) dan Ibu

(Iryelly) yang telah membimbing penulis dengan kasih sayang hingga saat ini,

serta saudara kandung yang telah memberikan semangat kepada penulis serta

dukungan selama masa studi hingga selesainya skripsi ini.

Selama masa kuliah hingga penyelesaian skripsi ini, penulis juga banyak

mendapatkan dukungan maupun bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis

ingin menyampaikan ucapan rasa terima kasih kepada :

1. Bapak Ir. Raja Harahap, M.T., selaku dosen Pembimbing Skripsi yang

telah banyak meluangkan waktu dan pikirannya untuk selalu memberikan

bantuan, bimbingan, dan pengarahan kepada penulis selama perkuliahan

hingga penyusunan Skripsi ini.

ii

Universitas Sumatera Utara


2. Bapak Ir. Syafruddin HS, M.Sc., Ph.D., selaku Dosen Penguji Skripsi

yang telah banyak memberikan masukan demi perbaikan Skripsi ini dan

telah banyak memberi motivasi , dan arahan selama masa perkuliahan.

3. Bapak Ir. Hendra Zulkarnain, selaku Dosen Penguji Skripsi yang telah

banyak memberikan masukan demi perbaikan Skripsi ini serta senantiasa

memberikan bimbingan selama perkuliahan.

4. Bapak Ir. Surya Tarmizi Kasim, M.Si., selaku Dosen Pembimbing

Akademik yang telah banyak memberikan semangat kepada penulis

untuk bersungguh-sungguh dalam mengerjakan Skripsi ini dan senantiasa

memberikan bimbingan selama perkuliahan.

5. Bapak Dr. Fahmi, S.T, M.Sc., IPM, selaku Ketua Departemen Teknik

Elektro yang telah member masukan-masukan yang membangun kepada

penulis selama perkuliahan.

6. Bapak atau ibu pimpinan PT. PLN (Persero) Rayon Medan Timur yang

telah memberikan saya izin agar saya dapat melakukan penelitian disana.

7. Bapak Rusmadi, bang Ferdy, ibu Kasiana, ibu Hilda, dan pegawai-

pegawai dari PLN Rayon Medan Timur yang telah banyak membantu

dan memberikan masukan penulis selama melakukan penelitian di PT.

PLN (Persero) Rayon Medan Timur.

8. Seluruh staf pengajar dan administrasi Departemen Teknik Elektro,

Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

9. Teman-teman dari DONQUIXOTE GRUP: Shiddiq, Dirga, Fahmi,

Syawal, Harry, Isman, Budi, Hafidh, Rozi, Rizky Tri, Rahmadsyah,

iii

Universitas Sumatera Utara


Irsyaad, dan Handoko yang selalu memberi semangat selama masa

perkuliahan.

10. Teman – teman angkatan 2013 yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulis Skripsi ini masih belum sempurna

karena masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi isi maupun susunan

bahasanya. Saran dan kritik dari pembaca dengan tujuan menyempurnakan dan

mengembangkan kajian dalam bidang ini sangat penulis harapkan. Akhir kata,

penulis berharap semoga penulisan Skripsi ini dapat berguna bagi kita semua dan

hanya kepada Allah SWT-lah penulis menyerahkan diri.

Medan, Agustus 2017

Rizky Syahputra Siregar

iv

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

ABSTRAK .......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 2

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 2

1.4 Batasan Masalah .............................................................................. 2

1.5 Manfaat Penulisan ........................................................................... 3

BAB II DASAR TEORI ............................................................................... 4

2.1 Transformator .......................................................................................... 4

2.2 Konstruksi Transformator ........................................................................ 4

2.2.1 Tipe Inti (Core Form) .................................................................... 5

2.2.2 Tipe Cangkang (Shell Form) ......................................................... 5

2.3 Prinsip Kerja Transformator .................................................................... 6

2.4 Rangkaian Ekivalen Transformator ......................................................... 7

2.5 Transformator Tiga Fasa .......................................................................... 8

Universitas Sumatera Utara


2.5.1 Sistem Hubungan Wye (Y) dan Delta (∆) ..................................... 8

2.5.2 Sistem Hubungan Zig-Zag (Z) ....................................................... 9

2.5.3 Sistem Hubungan Y/∆ .................................................................. 10

2.5.4 Sistem Hubungan ∆/Y .................................................................. 10

2.5.5 Sistem Hubungan Y/Y ................................................................. 11

2.5.6 Sistem Hubungan ∆/∆ .................................................................. 12

2.6 Gardu Distribusi ..................................................................................... 12

2.6.1 Gardu Portal ................................................................................. 13

2.6.2 Gardu Cantol ................................................................................ 14

2.6.3 Gardu Beton ................................................................................. 14

2.6.4 Gardu Kios ................................................................................... 15

2.7 Transformator Distribusi ........................................................................ 16

2.8 Arus Beban Penuh.................................................................................. 20

2.9 Rugi-rugi pada Transformator ............................................................... 21

2.9.1 Rugi-rugi Inti ................................................................................. 22

2.9.2 Rugi Tembaga ............................................................................... 22

2.9.3 Rugi-rugi Akibat Adanya Arus Netral pada Penghantar

Transfomator dan Arus Netral pada Tanah (Grounding) .............. 23

2.10 Ketidakseimbangan Beban................................................................... 24

vi

Universitas Sumatera Utara


2.11 Arus Netral ........................................................................................... 25

2.12 Penyaluran dan Susut Daya pada Transformator ................................. 26

2.13 Faktor Daya .......................................................................................... 27

2.14 Efisiensi pada Transformator ............................................................... 28

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 29

3.1 Studi Literatur ........................................................................................ 29

3.2 Studi Lapangan ...................................................................................... 29

3.3 Studi Bimbingan .................................................................................... 29

3.4 Tempat dan Waktu ................................................................................. 29

3.5 Bahan dan Peralatan ............................................................................... 29

3.6 Variabel yang Diamati ........................................................................... 30

3.7 Prosedur Penelitian ................................................................................ 31

BAB IV ANALISIS DAN HASIL ................................................................ 33

4.1 Data Percobaan ...................................................................................... 33

4.2 Analisa Data ........................................................................................... 36

4.2.1 Analisis Pembebanan Trafo ......................................................... 36

4.2.2 Analisis Ketidakseimbangan Beban ............................................ 39

4.2.3 Analisis Rugi-rugi Daya .............................................................. 46

4.2.4 Analisis Efisiensi ......................................................................... 56

vii

Universitas Sumatera Utara


BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 63

5.1 Kesimpulan .................................................................................... 63

5.2 Saran .............................................................................................. 64

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 65

viii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Konstruksi transformator tipe inti (core form) ......................................... 5

Gambar 2.2 Konstruksi transformator tipe cangkang (shell form) .............................. 5

Gambar 2.3 Rangkaian ekivalen transformator ........................................................... 7

Gambar 2.4 Rangkaian ekivalen transformator dilihat dari sisi primer ....................... 7

Gambar 2.5 Sistem hubungan Y dan ∆ ........................................................................ 9

Gambar 2.6 Sistem hubungan Zig-Zag (Z) .................................................................. 9

Gambar 2.7 Rangkaian transformator 3 fasa hubungan Y/∆ ..................................... 10

Gambar 2.8 Rangkaian transformator 3 fasa hubungan ∆/Y ..................................... 11

Gambar 2.9 Rangkaian transformator 3 fasa hubungan Y/Y ..................................... 11

Gambar 2.10 Rangkaian transformator 3 fasa hubungan ∆/∆ .................................... 12

Gambar 2.11 Gardu portal.......................................................................................... 13

Gambar 2.12 Gardu cantol ......................................................................................... 14

Gambar 2.13 Gardu beton .......................................................................................... 15

Gambar 2.14 Gardu kios ............................................................................................ 15

Gambar 2.15 Gardu kios bertingkat ........................................................................... 16

Gambar 2.16 Inti besi transformator .......................................................................... 17

Gambar 2.17 Kumparan transformator ...................................................................... 18

Gambar 2.18 Minyak transformator ........................................................................... 18

Gambar 2.19 Bushing transformator .......................................................................... 19

Gambar 2.20 Tap changer transformator ................................................................... 19

ix

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.21 Tangki dan konservator transformator ................................................. 20

Gambar 2.22 Kawat tembaga ..................................................................................... 20

Gambar 2.23 (a) Diagram vektor arus dalam keadaan seimbang

(b) Diagram vektor arus dalam keadaan tidak seimbang ..................... 24

Gambar 2.24 Segitiga Daya ....................................................................................... 27

Gambar 3.1 Flowchart prosedur penelitian ............................................................... 31

Gambar 4.1 Kurva ketidakseimbangan beban terhadap IN

trafo pertama pada pagi hari dan malam hari ....................................... 45

Gambar 4.2 Kurva ketidakseimbangan beban terhadap IN

trafo kedua pada pagi hari dan malam hari .......................................... 45

Gambar 4.3 Kurva ketidakseimbangan beban terhadap IN

trafo ketiga pada pagi hari dan malam hari .......................................... 45

Gambar 4.4 Kurva ketidakseimbangan beban terhadap rugi-rugi

trafo pertama pada pagi hari dan malam hari ....................................... 55

Gambar 4.5 Kurva ketidakseimbangan beban terhadap rugi-rugi

trafo kedua pada pagi hari dan malam hari .......................................... 55

Gambar 4.6 Kurva ketidakseimbangan beban terhadap rugi-rugi

trafo ketiga pada pagi hari dan malam hari .......................................... 56

Gambar 4.7 Kurva ketidakseimbangan beban terhadap efisiensi

trafo pertama pada pagi hari ................................................................. 61

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.8 Kurva ketidakseimbangan beban terhadap efisiensi

trafo pertama pada malam hari ............................................................. 61

Gambar 4.9 Kurva ketidakseimbangan beban terhadap efisiensi

trafo kedua pada pagi hari .................................................................... 62

Gambar 4.10 Kurva ketidakseimbangan beban terhadap efisiensi

trafo kedua pada malam hari ................................................................ 62

Gambar 4.11 Kurva ketidakseimbangan beban terhadap efisiensi

trafo ketiga pada pagi hari .................................................................... 62

Gambar 4.12 Kurva ketidakseimbangan beban terhadap efisiensi

trafo ketiga pada malam hari ................................................................ 63

xi

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Nilai rugi-rugi transformator distribusi ..................................................... 23

Tabel 4.1 Hasil pengukuran pada transformator pertama pada pagi hari ................. 33

Tabel 4.2 Hasil pengukuran pada transformator pertama pada malam hari ............. 34

Tabel 4.3 Hasil pengukuran pada transformator kedua pada pagi hari ..................... 34

Tabel 4.4 Hasil pengukuran pada transformator kedua pada malam hari ................. 35

Tabel 4.5 Hasil pengukuran pada transformator ketiga pada pagi hari..................... 35

Tabel 4.6 Hasil pengukuran pada transformator ketiga pada malam hari................. 36

Tabel 4.7 Nilai presentase pembebanan trafo merek SINTRA 50 kVA ................... 38

Tabel 4.8 Nilai presentase pembebanan trafo merek STARLITE 160 kVA............. 38

Tabel 4.9 Nilai presentase pembebanan trafo merek tp TRAFINDO 100 kVA ........ 39

Tabel 4.10 Nilai presentase ketidakseimbangan beban

pada trafo merek SINTRA 50 kVA ......................................................... 43

Tabel 4.11 Nilai presentase ketidakseimbangan beban

pada trafo merek tp STARLITE 160 kVA ............................................... 44

Tabel 4.12 Nilai presentase ketidakseimbangan beban

pada trafo merek tp TRAFINDO 100 kVA.............................................. 44

Tabel 4.13 Nilai rugi-rugi PCu dan PN

pada trafo merek SINDRA 50 kVA ......................................................... 53

Tabel 4.14 Nilai rugi-rugi PCu dan PN

pada trafo merek STARLITE 160 kVA ................................................... 53

Tabel 4.15 Nilai rugi-rugi PCu dan PN

pada trafo merek tp TRAFINDO 100 kVA.............................................. 54

xii

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.16 Nilai efisiensi pada trafo merek SINTRA 50 kVA .................................. 59

Tabel 4.17 Nilai efisiensi pada trafo merek STARLITE 160 kVA............................ 59

Tabel 4.18 Nilai efisiensi pada trafo merek tp TRAFINDO 100 kVA ...................... 60

xiii

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada saat ini, kebutuhan energi listrik sangatlah banyak bagi umat
manusia. Energi listrik banyak digunakan baik di dalam industri maupun rumah
tangga. Oleh karena itu, penyediaan listrik yang stabil dan kontinu adalah hal
paling utama yang harus selalu dijaga sehingga dapat memenuhi kebutuhan listrik.
Dalam penyaluran energi listrik pada jaringan tegangan rendah, salah satu
peralatan utama yang digunakan adalah Transformator Distribusi 3 Fasa. Trafo
distribusi ini berfungsi untuk menurunkan tegangan sehingga tegangan tersebut
dapat dipakai dengan aman oleh konsumen pada jaringan tegangan rendah seperti
rumah tangga, lampu jalan, sekolah, dan lain-lain.
Dalam penyaluran energi listrik sering kali dijumpai pembagian beban
yang tidak merata pada setiap fasanya. Ketidakseimbangan beban ini disebabkan
karena waktu penyalaan beban yang tidak serempak, pengkoneksian yang tidak
seimbang pada fasa R, S, T, dan pemasangan beban yang tidak seimbang pada
setiap fasanya. Ketidakseimbangan beban ini dapat mengakibatkan timbulnya arus
pada kawat netral, rugi-rugi, dan turunnya efisiensi trafo distribusi tersebut. Jika
ketidakseimbangan beban ini dibiarkan, maka dapat menimbulkan kerugian besar
dari PLN.
Untuk mengetahui besarnya pengaruh ketidakseimbangan beban terhadap
transformator distribusi 3 fasa, maka dalam penulisan skripsi ini akan dilakukan
studi kasus dan analisis di PT. PLN (Persero) Rayon Medan Timur.

Universitas Sumatera Utara


1.2 Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari skripsi ini, yaitu :


1. Bagaimana pengaruh ketidakseimbangan beban terhadap arus netral pada
transformator distribusi 3 fasa di PT. PLN (Persero) Rayon Medan
Timur.
2. Bagaimana pengaruh ketidakseimbangan beban terhadap rugi-rugi pada
transformator distribusi 3 fasa di PT. PLN (Persero) Rayon Medan
Timur.
3. Bagaimana pengaruh ketidakseimbangan beban terhadap efisiensi pada
transformator distribusi 3 fasa di PT. PLN (Persero) Rayon Medan
Timur.

1.3 Tujuan

Adapun tujuan penulisan dari tugas akhir ini adalah :


1. Untuk menganalisis seberapa besar dampak yang diakibatkan
ketidakseimbangan beban terhadap arus netral pada transformator
distribusi 3 fasa di PT. PLN (Persero) Rayon Medan Timur.
2. Untuk menganalisis seberapa besar dampak yang diakibatkan
ketidakseimbangan beban terhadap rugi-rugi pada transformator
distribusi 3 fasa di PT. PLN (Persero) Rayon Medan Timur.
3. Untuk menganalisis seberapa besar dampak yang diakibatkan
ketidakseimbangan beban terhadap efisiensi pada transformator distribusi
3 fasa di PT. PLN (Persero) Rayon Medan Timur.

1.4 Batasan Masalah

Agar materi dalam skripsi ini lebih terarah dan mendapatkan hasil yang
sesuai, maka penulis membuat beberapa batasan masalah yaitu:
1. Hanya membahas pengaruh ketidakseimbangan beban terhadap rugi-rugi,
arus netral, dan efisiensi pada transformator 3 fasa di PT. PLN (Persero)
Rayon Medan Timur.

Universitas Sumatera Utara


2. Rugi-rugi yang dibahas dalam penelitian ini adalah rugi-rugi tembaga,
rugi-rugi inti, dan rugi-rugi akibat arus netral pada transformator.
3. Trafo distribusi 3 fasa yang diteliti sebanyak 3 trafo yang berada di
wilayah PT. PLN (Persero) Rayon Medan Timur.
4. Tidak membahas tentang harmonisa.
5. Tidak membahas tentang jenis pembebanan.

1.5 Manfaat

Adapun manfaat dari skripsi ini, yaitu :


1. Mengetahui seberapa besar dampak ketidakseimbangan beban pada
ketiga transformator distribusi 3 fasa.
2. Mengetahui kinerja transformator distribusi 3 fasa tersebut dalam
melayani beban.
3. Memberi masukan agar lebih teliti dalam pemasangan beban pada
transformator distribusi 3 tersebut.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

DASAR TEORI

2.1 Transformator
Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan
mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik
yang lain, melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi
elektromagnetik. Pada umumnya transformator terdiri dari atas sebuah inti, yang
terbuat dari besi berlapis, dan dua buah kumparan, yaitu kumparan primer dan
sekunder.
Transformator digunakan secara luas baik dalam bidang sistem tenaga
listrik maupun elektronika. Penggunaan transformator dalam sistem tenaga
memungkinkan terpilihnya tegangan yang sesuai dan ekonomis untuk tiap-tiap
keperluan misalnya, kebutuhan akan tegangan tinggi dalam pengiriman daya jarak
jauh. Penggunaan transformator yang sangat sederhana dan andal adalah salah
satu alasan penting dalam pemakaiannya dalam penyaluran tenaga listrik arus
bolak-balik, karena arus bolak–balik sangat banyak dipergunakan untuk
pembangkitan dan penyaluran tenaga listrik. Pada penyaluran tenaga listrik arus
bolak-balik terjadi kerugian energi sebesar I2 R watt. Kerugian ini akan banyak
berkurang apabila tegangan dinaikkan setinggi mungkin dimana tegangan
dinaikkan oleh transformator yang ada di dekat pusat pembangkit. Kemudian di
bagian distribusi, tegangan tadi akan diturunkan oleh transformator distribusi
sehingga tegangannya dapat dipakai dengan aman oleh konsumen.

2.2 Konstruksi Transformator

Pada dasarnya transformator terdiri dari kumparan primer dan sekunder


yang dibelitkan pada inti ferromagnetik. Berdasarkan letak kumparan terhadap
inti, transformator terdiri dari dua macam konstruksi, yaitu tipe inti (core type)
dan tipe cangkang (shell type). Kedua tipe inimenggunakan inti berlaminasi yang
terisolasi satu sama lainnya, dengan tujuan untuk mengurangi rugi-rugi eddy
current.

Universitas Sumatera Utara


2.2.1 Tipe Inti (Core Form)
Tipe inti ini dibentuk dari lapisan besi berisolasi berbentuk persegi dan
kumparan transformatornya dibelitkan pada dua sisi persegi. Pada konstruksi tipe
inti, lilitan mengelilingi inti besi yang disebut dengan kumparan, seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Konstruksi transformator tipe inti (core form)

2.2.2 Tipe Cangkang (Shell form)


Jenis kontruksi transformator yang kedua yaitu tipe cangkang yang di
bentuk dari lapisan inti berisolasi, dan kumparan dibelitkan di pusat inti, dapat
dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Transformator tipe cangkang (shell form)

Universitas Sumatera Utara


2.3 Prinsip Kerja Transformator
Transformator terdiri atas dua buah kumparan (primer dan sekunder) yang
bersifat induktif. Kedua kumparan ini terpisah secara elektris namun berhubungan
secara magnetis melalui jalur yang memiliki reluktansi (reluctance) rendah.
Apabila kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik
maka fluks bolak-balik akan muncul di dalam inti yang dilaminasi, karena
kumparan tersebut membentuk jaringan tertutup maka mengalirlah arus primer.
Akibat adanya fluks di kumparan primer maka di kumparan primer terjadi induksi
(self induction) dan terjadi pula induksi di kumparan sekunder karena pengaruh
induksi dari kumparan primer atau disebut sebagai induksi bersama (mutual
induction) yang menyebabkan timbulnya fluks magnet di kumparan sekunder,
maka mengalirlah arus sekunder jikarangkaian sekunder dibebani, sehingga energi
listrik dapat ditransfer keseluruhan (secara magnetisasi) [13].

d∅
e= − N Volt ............................................................... (2.1)
dt

Dimana : e = gaya gerak listrik (Volt)


N = jumlah lilitan (turn)
𝑑∅
= perubahan fluks magnet (weber sec)
𝑑𝑡

Perlu diingat bahwa hanya tegangan listrik arus bolak-balik yang dapat
ditransformasikan oleh transformator, sedangkan dalam bidang elektronika,
transformator digunakan sebagai gandengan impedansi antara sumber dan beban
untuk menghambat arus searah sambil tetap melakukan atau mengalirkan arus
bolak-balik antara rangkaian. Tujuan utama menggunakan inti pada transformator
adalah untuk mengurangi reluktansi (tahanan magnetis) dari rangkaian magnetis
(common magnetic circuit).

Universitas Sumatera Utara


2.4 Rangkaian Ekivalen Transformator
Transformator dapat dimodelkan dengan rangkaian elektrik ekivalen.
Gambar rangkaian ekivalen sebuah transformator dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Rangkaian ekivalen transformator


Dari rangkaian tranformator ideal di atas, apabila semua nilai parameter
sekunder dinyatakan pada sisi rangkaian primer, harganya perlu dikalikan dengan
faktor a2. Berikut model rangkaian ekivalen sebuah transformator jika dilihat dari
sisi primer.

Gambar 2.4 Rangkaian ekivalen transformator dilihat dari sisi primer

Keterangan :
I1 = Arus pada sisi primer (A) I2 = Arus pada sisi sekunder (A)
V1 = Tegangan pada sisi primer (V) V2 = Tegangan pada sisi sekunder (V)
R1 = Hambatan pada sisi primer (Ω) R2 = Hambatan pada sisi sekunder (Ω)
X1 = Reaktansi pada sisi primer (Ω) X2 = Reaktansi pada sisi sekunder (Ω)
IC = Arus pada inti besi (A)
IM = Arus pemagnetan (A)
XM = Reaktansi pemagnetan (Ω)
RC = Hambatan inti besi (Ω)

Universitas Sumatera Utara


2.5 Transformator Tiga Fasa
Tiga transformator satu fasa yang dapat dihubungkan menjadi
transformator tiga fasa dengan salah satu cara dari berbagai cara menghubungkan
belitan transformator. Pada tiga buah transformator satu fasa yang dipakai sebagai
transformator tiga fasa, kumparan primer dari setiap transformator dihubungkan
dengan kumparan sekunder transformatornya. Perlu diketahui bahwa pada
transformator tiga fasa ini besar tegangan antar fasa (VL−L ) dan daya transformator
(kVA) tidak tergantung dari hubungan belitannya, tetapi tegangan fasa netral
(VL−N ) serta arus dari masing-masing transformator tergantung pada hubungan
belitannya. Ada beberapa jenis hubungan belitan yang terdapat pada transformator
tiga fasa ini.
Hubungan Y/Δ atau Δ/Y biasa digunakan untuk menurunkan tegangan dari
tegangan tinggi ke tegangan menengah atau rendah ataupun sebaliknya. Hal ini
bertujuan, agar pada sisi tegangan tingginya apabila akan dibumikan telah tersedia
saluran netralnya. Dapat dibuktikan bahwa hubungan belitan ini adalah hubungan
yang paling banyak dipergunakan di lapangan.
Hubungan Δ/Δ adalah salah satu jenis hubungan belitan yang tidak ada
pergeseran fasa. Keuntungannya yaitu salah satu belitan transformator dapat
dipindahkan apabila terjadi kerusakan atau apabila akan dilakukan perawatan,
sementara dua yang tertinggal dapat terus beroperasi sebagai transformator 3 fasa
dengan rating kVA yang turun sampai dengan 57,7% dari bank yang asli.
Hubungan ini dikenal sebagai hubungan belitan open-delta. Hubungan Y/Y paling
jarang digunakan karena kesukaran dalam gejala arus penalaan dan harmonisa.

2.5.1 Sistem Hubungan Wye (Y) dan Delta (Δ)

Sistem Y merupakan sistem sambungan pada sistem tiga fasa yang


menggunakan empat kawat, yaitu fasa R, S, T dan N. Sistem sambungan tersebut
akan menyerupai huruf Y yang memiliki empat titik sambungan, yaitu pada ujung
– ujung huruf dan pada titik pertemuan antara tiga garis pembentuk huruf. Sistem
Y dapat dilihat seperti pada Gambar 2.5 (a) berikut ini :

Universitas Sumatera Utara


(a) (b)

Gambar 2.5 Sistem hubungan Y dan sistem Δ

Sistem hubungan atau sambungan Y sering juga disebut sebagai


hubungan bintang. Sedangkan pada sistem yang lain disebut sebagai sistem Δ
hanya menggunakan phasa R, S dan T untuk hubungan dari sumber ke beban,
sebagaimana Gambar 2.5 (b) di atas. Tegangan efektif antara fasa adalah 380 V
dan tegangan efektif fasa dengan netral adalah 220 V.

2.5.2 Sistem Hubungan Zig–Zag (Z)


Hubungan zig – zag adalah hubungan bintang dari kumparan –
kumparan fasa suatu transformator fasa banyak, dimana tiap kumparan fasa
dibentuk dari bagian – bagian yang mempunyai tegangan imbas yang fasanya
bergeser. Pada sistem ini juga hanya menggunakan phasa R, S dan T. Sistem
hubungan zig – zag dapat dilihat pada Gambar 2.6 berikut ini :

Gambar 2.6 Sistem hubungan Zig - Zag (Z)


Sistem transformator hubungan zig-zag ini biasa digunakan dalam
distribusi tenaga listrik dapat digunakan sistem bintang. Supaya dapat bekerja

Universitas Sumatera Utara


dengan baik maka salah satu syarat yang diperlukan adalah setiap fasa bebannya
sama, akan tetapi hal ini sering kali sulit untuk dipenuhi. Untuk itu lilitan
sekunder dibuat dalam hubungan interconnected (zig-zag).

2.5.3 Sistem Hubungan Y/Δ


Transformator hubungan ini belitan primernya terhubung secara wye
dan belitan sekundernya terhubung secara delta. Rangkaian transformator
hubungan Y/Δ dapat dilihat pada Gambar 2.7.

Gambar 2.7 Rangkaian transformator 3 fasa hubungan Y/Δ

Pada hubungan ini, tegangan kawat ke kawat primer sebanding dengan


3 tegangan phasa primer dan tegangan kawat ke kawat sekunder sama dengan
tegangan phasa sekunder, sehingga diperoleh perbandingan tegangan.
Perbandingan tegangan pada hubungan ini adalah :

𝑉𝐴𝐵 3𝑉ɸ𝑃
= = 3𝑎 ............................................................. (2.2)
𝑉𝑎𝑏 𝑉ɸ𝑆

Hubungan ini lebih stabil dan tidak ada masalah dengan beban tidak
seimbang dan harmonisa [2].

2.5.4 Sistem Hubungan Δ/Y

Transformator hubungan ini belitan primernya terhubung secara wye


dan belitan sekundernya terhubung secara delta. Rangkaian transformator
hubungan Δ/Y dapat dilihat pada Gambar 2.8.

10

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.8 Rangkaian transformator 3 fasa hubungan Δ/Y

Pada hubungan ini, tegangan kawat ke kawat primer sama dengan


tegangan phasa primer, dan tegangan kawat ke kawat sekunder sebanding dengan
3 tegangan fasa sekunder. Maka perbandingan tegangan pada hubungan ini
adalah :

𝑉𝐴𝐵 𝑉ɸ𝑃 𝑎
= = ...........................................................…....(2.3)
𝑉𝑎𝑏 3𝑉ɸ𝑆 3

Hubungan ini memberikan keuntungan yang sama dan beda phasa yang
sama seperti pada hubungan Y/Δ [2].

2.5.5 Sistem Hubungan Y/Y

Transformator hubungan ini belitan primernya terhubung secara


wyedan belitan sekundernya terhubung secara wye. Rangkaian transformator
hubungan Y/Y dapat dilihat pada Gambar 2.9.

Gambar 2.9 Rangkaian transformator 3 fasa hubungan Y/Y

Pada hubungan ini, tegangan kawat ke kawat primer sama dengan 3


tegangan phasa primer, dan tegangan kawat ke kawat sekunder sebanding dengan

11

Universitas Sumatera Utara


3 tegangan fasa sekunder. Maka perbandingan tegangan pada hubungan ini
adalah :

𝑉𝐴𝐵 3𝑉ɸ𝑃
= = 𝑎.........................................................…...(2.4)
𝑉𝑎𝑏 3𝑉ɸ𝑆

Hubungan Y/Y ini jika beban transformator tidak seimbang maka


tegangan pada phasa transformator tidak seimbang [2].

2.5.6 Sistem Hubungan Δ/Δ

Transformator hubungan ini belitan primernya terhubung secara delta


dan belitan sekundernya terhubung secara delta. Rangkaian transformator
hubungan Δ/Δ dapat dilihat pada Gambar 2.10.

Gambar 2.10 Rangkaian transformator 3 fasa hubungan Δ/Δ

Pada hubungan ini, tegangan kawat ke kawat primer sama dengan


tegangan fasa primer, dan tegangan kawat ke kawat sekunder sama dengan
tegangan fasa sekunder. Maka perbandingan tegangan pada hubungan ini adalah :

𝑉𝐴𝐵 𝑉ɸ𝑃
= = 𝑎 ............................................................….(2.5)
𝑉𝑎𝑏 𝑉ɸ𝑆

2.6 Gardu Distribusi

Pengertian umum Gardu Distribusi tenaga listrik yang paling dikenal


adalah suatu bangunan gardu listrik berisi atau terdiri dari instalasi Perlengkapan
Hubung Bagi Tegangan Menengah (PHB-TM), Transformator Distribusi (TD)
dan Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB-TR) untuk memasok

12

Universitas Sumatera Utara


kebutuhan tenaga listrik bagi para pelanggan baik dengan Tegangan Menengah
(TM 20 kV) maupun Tegangan Rendah (TR 220 V/ 380 V). Konstruksi Gardu
distribusi dirancang berdasarkan optimalisasi biaya terhadap maksud dan tujuan
penggunaannya yang kadang kala harus disesuaikan dengan peraturan Pemda
setempat. Gardu distribusi dibedakan atas dua macam, yaitu:
a. Berdasarkan pemasangan dibagi menjadi 2 macam, yaitu:
 Gardu pasangan luar: gardu portal dan gardu cantol
 Gardu pasangan dalam: gardu beton dan gardu kios
b. Berdasarkan konstruksinya dibagi menjadi 3, yaitu:
 Gardu beton
 Gardu tiang: gardu portal dan gardu cantol
 Gardu kios

2.6.1 Gardu Portal


Umumnya konfigurasi Gardu Tiang yang dicatu dari SUTM adalah T
section dengan peralatan pengaman Pengaman Lebur Cut-Out (FCO) sebagai
pengaman hubung singkat transformator dengan elemen pelebur (pengaman lebur
link type expulsion) dan Lightning Arrester (LA) sebagai sarana pencegah naiknya
tegangan pada transformator akibat surja petir.

Gambar 2.11 Gardu portal

13

Universitas Sumatera Utara


2.6.2 Gardu Cantol
Pada Gardu Distribusi tipe cantol, transformator yang terpasang adalah
transformator dengan daya ≤ 100 kVA 3 fasa atau 1 fasa. Transformator terpasang
adalah jenis CSP (Completely Self Protected Transformer) yaitu peralatan
switching dan proteksinya sudah terpasang lengkap dalam tangki transformator.

Gambar 2.12 Gardu cantol


Perlengkapan perlindungan transformator tambahan LA (Lightning
Arrester) dipasang terpisah dengan penghantar pembumiannya yang dihubung
langsung dengan badan transformator. Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan
Rendah (PHB-TR) maksimum 2 jurusan dengan saklar pemisah pada sisi masuk
dan pengaman lebur (type NH, NT) sebagai pengaman jurusan. Semua Bagian
Konduktif Terbuka (BKT) dan Bagian Konduktif Ekstra (BKE) dihubungkan
dengan pembumian sisi tegangan rendah.

2.6.3 Gardu Beton


Seluruh komponen utama instalasi yaitu transformator dan peralatan
switching/proteksi, terangkai didalam bangunan sipil yang dirancang, dibangun
dan difungsikan dengan konstruksi pasangan batu dan beton (masonrywall
building). Konstruksi ini dimaksudkan untuk pemenuhan persyaratan terbaik bagi
keselamatan ketenagalistrikan.

14

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.13 Gardu beton
2.6.4 Gardu Kios
Gardu tipe ini adalah bangunan prefabricated terbuat dari konstruksi
baja, fiberglass atau kombinasinya, yang dapat dirangkai di lokasi rencana
pembangunan gardu distribusi. Terdapat beberapa jenis konstruksi, yaitu kios
kompak, kios modular, dan kios bertingkat.

Gambar 2.14 Gardu kios


Gardu ini dibangun pada tempat-tempat yang tidak diperbolehkan
membangun gardu beton. Karena sifat mobilitasnya, maka kapasitas transformator
distribusi yang terpasang terbatas. Kapasitas maksimum adalah 400 kVA, dengan
4 jurusan Tegangan Rendah. Khusus untuk kios kompak, seluruh instalasi
komponen utama gardu sudah dirangkai selengkapnya di pabrik, sehingga dapat
langsung diangkut kelokasi dan disambungkan pada sistem distribusi yang sudah
ada untuk difungsikan sesuai tujuannya.

15

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.15 Gardu kios bertingkat

2.7 Transformator Distribusi


Transformator distribusi adalah transformator yang berfungsi untuk
menurunkan tegangan utama dari sistem distribusi listrik dengan tujuan agar
tegangan tersebut dapat digunakan konsumen dengan aman. Pada umumnya
transformator distribusi yang digunakanadalah transformator step-down 20
kV/380 V. Pada sistem jaringan rendah tegangan fasa ke fasa sebesar 380 V.
Karena di sepanjang saluran selalu ada tegangan jatuh, maka pada tegangan
rendahnya dibuat diatas 380 V sehingga dapat mengurangi tegangan jatuh. Pada
umumnya, transformator distribusi 3 fasa paling banyak digunakan karena tidak
memerlukan ruangan yang besar, lebih murah, serta pemeliharaannya lebih mudah
dan murah.
Transformator distribusi yang terpasang pada tiang dapat dikategorikan
menjadi :

1. Conventional transformers
2. Completely self-protecting ( CSP ) transformers
3. Completely self-protecting for secondary banking ( CSPB ) transformers
Conventional transformers tidak memiliki peralatan proteksi terintegrasi
terhadap petir, gangguan, dan beban lebih sebagai bagian dari trafo. Oleh karena
itu dibutuhkan fuse cut out untuk menghubungkan conventional transformers

16

Universitas Sumatera Utara


dengan jaringan distribusi primer. Lightning arrester juga perlu ditambahkan untuk
trafo jenis ini.
Completely self-protecting (CSP) transformers memiliki peralatan proteksi
terintegrasi terhadap petir, beban lebih, dan hubung singkat. Lightning Arrester
terpasang langsung pada tangki trafo sebagai proteksi terhadap petir. Untuk
proteksi terhadap beban lebih, digunakan fuse yang dipasang di dalam tangki.
Fuse ini disebut weak link. Proteksi trafo terhadap gangguan internal
menggunakan hubungan proteksi internal yang dipasang antara belitan primer
dengan bushing primer.
Completely self-protecting for secondary banking ( CSPB ) transformers
mirip dengan CSP transformers, tetapi pada trafo jenis ini terdapat sebuah circuit
breaker pada sisi sekunder, circuit breaker ini akan membuka sebelum weak link
melebur. Berikut adalah konstruksi dari transformator distribusi 3 fasa, antara
lain:
1. Inti Besi/Kernel
Inti besi berfungsi untuk membangkitkan dan mempermudah jalan fluks
yang timbul akibat adanya arus listrik dalam belitan atau kumparan trafo. Bahan
inti tersebut terbuat dari lempengan-lempengan baja tipis mengurangi panas
(sebagai rugi-rugi besi) yang diakibatkan oleh arus eddy (eddy current).

Gambar 2.16 Inti besi transformator


2. Kumparan Trafo
Kumparan Trafo Kumparan trafo terdiri dari beberapa lilitan kawat
berisolasi membentuk kumparan, dan kumparan tersebut diisolasi, baik terhadap
inti besi maupun terhadap kumparan lain dengan menggunakan isolasi padat
seperti karton, pertinax dan lain-lain. Terdapat dua kumparan pada inti tersebut
yaitu kumparan primer dan kumparan sekunder. Jika kumparan primer
dihubungkan dengan tegangan atau arus bolak-balik maka pada kumparan

17

Universitas Sumatera Utara


tersebut timbul fluks yang menimbulkan induksi tegangan, bila pada rangkaian
sekunder ditutup (rangkaian beban) maka mengalir arus pada kumparan tersebut.
Sehingga pada kumparan ini berfungsi sebagai alat transformasi tegangan dan
arus.

Gambar 2.17 Kumparan transformator


3. Media pendingin
Khusus jenis trafo tenaga tipe basah, kumparan-kumparan dan intinya
direndam dalam minyak-trafo, terutama trafo-trafo tenaga yang berkapasitas
besar, karena minyak trafo mempunyai sifat sebagai media pemindah panas dan
bersifat pula sebagai isolasi (tegangan tembus tinggi) sehingga berfungsi sebagai
media pendingin dan isolasi

Gambar 2.18 Minyak transformator


4. Bushing
Merupakan penghubung antara kumparan trafo ke jaringan luar. Bushing
adalah sebuah konduktor yang diselubungi oleh isolator, yang sekaligus berfungsi
sebagai penyekat antara konduktor tersebut dengan tangki trafo.

18

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.19 Bushing transformtor
5. Tap Changer
Kualitas operasi tenaga listrik jika tegangannya nominal sesuai
ketentuan, tapi pada saat operasi terjadi penurunan tegangan sehingga kualitasnya
menurun untuk itu perlu alat pengatur tegangan agar tegangan selalu pada kondisi
terbaik, konstan dan kontinu. Untuk itu transformator dirancang sedemikian rupa
sehingga perubahan tegangan pada salah satu sisi input berubah tetapi sisi
outputnya tetap. Alat ini disebut sebagai sadapan pengatur tegangan tanpa terjadi
pemutusan beban maka disebut Tap Changer. Pada umumnya tap charger
tersambung pada sisi primer dan jumlahnya tergantung pada perancang dan
perubahan sistem tegangan pada jaringan.

Gambar 2.20 Tap changer transformator


6. Tangki dan konservator (khusus pada trafo tipe basah)
Pada umumnya bagian-bagian dari trafo yang terendam minyak trafo
yang ditempatkan di dalam tangki baja. Tangki trafo-trafo distribusi umumnya
dilengkapi dengan sirip-sirip pendingin (cooling fin) yang berfungsi memperluas
permukaan dinding tangki, sehingga penyaluran panas minyak pada saat konveksi

19

Universitas Sumatera Utara


menjadi semakin baik dan efektif untuk menampung pemuaian minyak trafo,
tangki dilengkapi dengan konservator.

Gambar 2.21 Tangki dan konservator transformator


7. Kawat Tembaga
Kawat tembaga digunakan sebagai lilitan pada transformator baik untuk
lilitan primer maupun pada lilitan sekunder. Untuk transformator penaik tegangan
(step up) jumlah lilitan pada sekundernya lebih banyak dari pada jumlah lilitan
primernya. Sedangkan pada transformator penurun tegangan (step down) jumlah
lilitan primernya lebih banyak dari pada jumlah lilitan sekundernya. Lilitan primer
adalah bagian yang dihubungkan dengan sumber tegangan, sedangkan lilitan
sekundernya adalah lilitan yang dihubungkan pada rangkaian beban (load).

Gambar 2.22 Kawat tembaga

2.8 Arus Beban Penuh


Bila ditinjau dari sisi tegangan tinggi daya pada transformator distribusi
dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
S = 3 . V. I .............................................................................................(2.6)

20

Universitas Sumatera Utara


dimana:
S = Daya Transformator (kVA)
V = Tegangan Sisi Sekunder Transformator (kV)
I = Arus Jala-jala (A)
Untuk menghitung arus beban penuh (full load), maka dapat menggunakan
persamaan berikut :
S
IFL = ...............................................................................................(2.7)
3V

dimana:
IFL = Arus Beban Penuh (A)
S = Daya Transformator (kVA)
V = Tegangan Sisi Sekunder Transformator (kV)
Dengan demikian untuk menghitung persentase pembebanannya adalah
sebagai berikut :
I ph
%b= x 100 % .............................................................................(2.8)
I FL

dimana:
% b = Persentase Pembebanan (%)
Iph = Arus Fasa (A)
IFL = Arus Beban Penuh (A)

2.9 Rugi-rugi pada Transformator


Pada umumnya energi listrik yang dimasukkan ke transformator tidak
sama dengan energi listrik yang dikeluarkan dari transformator tersebut. Hal ini
dikarenakan adanya rugi-rugi yaitu adanya pada transformator tersebut. Rugi-rugi
daya dapat dibagi menjadi dua yaitu rugi inti (Pi) dan rugi tembaga (Pcu) [3] [13].
Selain rugi inti dan rugi tembaga, ada lagi rugi-rugi yang menyebabkan
berkurangnya efisiensi trafo, yaitu rugi-rugi akibat arus netral pada transformator
(Pn) dan rugi-rugi akibat arus netral yang mengalir ke tanah (PG).

21

Universitas Sumatera Utara


2.9.1 Rugi-rugi Inti
Rugi-rugi inti (Pi) dapat digolongkan kepada dua bagian yaitu rugi
histeresis dan rugi eddy current. Adapun persamaan untuk mencari rugi inti, yaitu
[2, 6, 12, 13]:
Pi = Ph + Pe .......................................................................................(2.9)
dimana :
Pi = rugi inti (watt)
Ph = rugi histeresis
Pe = rugi eddy current
Rugi histeresis (Ph), yaitu rugi yang disebabkan fluks bolak – balik pada
inti besi yang dinyatakan sebagai [2, 6, 12, 13]:
Ph = K h . f. Bɳ maks ............................................................................(2.10)
dimana :
K h = konstanta histeresis
f = frekuensi (Hz)
Bmaks = kerapatan fluks maksimum (weber)
Rugi eddy current (Pe), yaitu rugi yang disebabkan arus pusar pada inti
besi yang persamaannya dinyatakan sebagai berikut [2, 6, 12, 13]:
Pe = K e . f 2 . Bɳ maks ..........................................................................(2.11)
dimana :
K e = konstanta eddy current
f = frekuensi (Hz)
Bmaks = kerapatan fluks maksimum (weber)

2.9.2 Rugi Tembaga


Rugi-rugi tembaga disebabkan arus mengalir pada kawat tembaga
yang terjadi pada kumparan sekunder. Persamaan untuk mencari rugi tembaga
dapat ditulis sebagai berikut [2 ,6, 12, 13]:
Pcu = i2 . R........................................................................................(2.12)
dimana:
I = Arus pada penghantar (A)
R = Tahanan penghantar (Ω)

22

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan SPLN 50 tahun 1997, berbagai nilai dari rugi-rugi
transformator distribusi dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut :
Tabel 2.1 Nilai rugi-rugi Transformator Distribusi

KVA Pi(Watt) PCu (Watt)

25 75 700
50 150 1100
100 300 1750
160 400 2000
200 550 2850
315 770 3900
400 930 4600
680 1300 6500
800 1950 10200
1000 2300 12100
1250 2700 15000
1600 3300 18100

2.9.3 Rugi-rugi Akibat Arus Netral Pada Transformator dan Arus


Netral pada Tanah (Grounding)
Sebagai akibat dari ketidakseimbangan beban antara tiap-tiap fasa pada
sisi sekunder trafo (fasa R, fasa S dan fasa T) mengalirlah arus di netral trafo.
Arus yang mengalir pada penghantar netral trafo ini menyebabkan rugi-rugi. Dan
rugi-rugi pada penghantar netral dapat dirumuskan sebagai berikut [5, 9, 10]:
PN = IN 2 . R N ......................................................................................(2.13)
dimana :
PN = Rugi-rugi yang timbul pada penghantar netral (watt)
IN = Arus yang mengalir melalui kawat netral (A)
R N = Tahanan pada kawat netral (Ω)
Sedangkan rugi-rugi karena adanya arus netral yang mengalir ke tanah
dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut [5, 9, 10]:
PG = IG 2 . R G .......................................................................................(2.14)

23

Universitas Sumatera Utara


dimana :
PG = Rugi-rugi akibat arus netral yang mengalir ke tanah (watt)
IG = Arus netral yang mengalir ke tanah (A)
R G = Tahanan pembumian netral trafo (Ω)

2.10 Ketidakseimbangan Beban


Yang dimaksud dengan keadaan seimbang adalah suatu keadaan di mana :
1. Ketiga vektor arus / tegangan sama besar.
2. Ketiga vektor saling membentuk sudut 120˚ antara satu vektor dengan
vektor lainnya.
Sedangkan ketidakseimbangan beban adalah suatu keadaan dimana satu
atau dua syarat dari beban seimbang tidak terpenuhi. Ada tiga kemungkinan
keadaan beban tidak seimbang, yaitu:
1. Ketiga vektor sama besar tetapi tidak membentuk sudut 120˚
satu sama lain
2. Ketiga vektor tidak sama besar tetapi membentuk sudut 120˚ satu sama
lain.
3. Ketiga vektor tidak sama besar dan tidak membentuk sudut 120˚ satu sama
lain.
Adapun gambar diagram vektor arus dalam keadaan seimbang dan tidak
seimbang dapat digambarkan sebagai berikut.

(a) (b)
Gambar 2.23 (a) Diagram vektor arus dalam keadaan seimbang
(b) Diagram vektor arus dalam keadaan tidak seimbang
Pada Gambar 2.23 (a) menunjukkan bahwa penjumlahan ketiga vektor
arus (IR , IS , IT ) adalah sama dengan nol sehingga tidak muncul arus netral (IN ).

24

Universitas Sumatera Utara


Sedangkan pada Gambar 2.23 (b) menunjukkan bahwa penjumlahan ketiga vektor
arus (IR , IS , IT ) tidak sama dengan nol sehingga muncul sebuah besaran yaitu arus
netral (IN ) yang besarnya bergantung pada besar faktor ketidakseimbangannya
[11].

2.11 Arus Netral


Arus netral dalam sistem distribusi tenaga listrik dikenal sebagai arus yang
mengalir pada kawat netral di sistem distribusi tegangan rendah tiga fasa empat
kawat. Arus netral ini muncul jika :
1. Kondisi beban tidak seimbang
2. Karena adanya arus harmonisa akibat beban non-linear
Arus yang mengalir pada kawat netral yang merupakan arus bolak-balik
untuk sistem distribusi tiga fasa empat kawat adalah penjumlahan vektor dari
ketiga arus fasa dalam komponen simetris. Untuk arus tiga fasa dari suatu sistem
yang tidak seimbang dapat juga diselesaikan dengan menggunakan metode
komponen simetris. Dengan menggunakan notasi-notasi yang sama seperti pada
tegangan akan didapatkan persamaan-persamaan untuk arus-arus fasanya sebagai
berikut :
Ia = I1 + I2 + I0 .......................................................................................(2.15)
Ib = a2 I1 + aI2 + I0 .................................................................................(2.16)
Ic = aI1 + a2 I2 + I0 .................................................................................(2.17)
dimana :
I1 = Arus urutan positif (A) Ia = Arus pada fasa a (A)
I2 = Arus urutan negatif (A) Ib = Arus pada fasa b (A)
I0 = Arus urutan nol (A) Ic = Arus pada fasa c (A)
Dengan tiga langkah yang telah dijabarkan dalam menentukan tegangan
urutan positif, urutan negatif, dan urutan nol terdahulu, maka arus-arus urutan
juga dapat ditentukan dengan cara yang sama, sehingga kita dapatkan juga:
1
I1 = 3 (Ia + a Ib + a2 Ic).........................................................................(2.18)
1
I2 = (Ia + a2 Ib + a Ic)........................................................................(2.19)
3
1
I0 = 3 Ia + Ib + Ic …............................................................................(2.20)

25

Universitas Sumatera Utara


dimana :
I1 = Arus urutan positif (A) Ia = Arus pada fasa a (A)
I2 = Arus urutan negatif (A) Ib = Arus pada fasa b (A)
I0 = Arus urutan nol (A) Ic = Arus pada fasa c (A)
Di sini terlihat bahwa arus urutan nol (I0 ) adalah merupakan sepertiga dari
arus netral atau sebaliknya akan menjadi nol jika dalam sistem tiga fasa empat
kawat. Dalam sistem tiga fasa empat kawat ini jumlah arus saluran sama dengan
arus netral yang kembali lewat kawat netral, menjadi :
IN = Ia + Ib + Ic .....................................................................................(2.21)
dimana :
IN = Arus netral (A)
Ia = Arus pada fasa a (A)
Ib = Arus pada fasa b (A)
Ic = Arus pada fasa c (A)
Dengan mensubstitusikan persamaan (2.20) ke (2.21) maka diperoleh :
IN = 3I0 ...................................................................................................(2.22)
dimana :
IN = Arus netral (A)
I0 = Arus urutan nol (A)
Dalam sistem tiga fasa empat kawat ini jumlah arus dalam saluran sama
dengan arus netral yang kembali lewat kawat netral. Jika arus-arus fasanya
seimbang maka arus netralnya akan bernilai nol, tapi jika arus-arus fasanya tidak
seimbang, maka akan ada arus yang mengalir di kawat netral sistem (arus netral
akan mempunyai nilai dalam arti tidak nol) [11].

2.12 Penyaluran dan Susut Daya Pada Transformator


Misalkan daya sebesar P disalurkan melalui suatu saluran dengan
penghantar netral. Apabila pada penyaluran daya ini arus-arus fasa dalam keadaan
seimbang, maka besarnya daya dapat dinyatakan sebagai berikut [5, 9, 10]:
P = 3.V.I.cos 𝜑........................................................................................(2.23)
Daya yang sampai ujung terima akan lebih kecil dari P karena terjadi
penyusutan dalam saluran. Jika (I) adalah besaran arus fasa dalam penyaluran

26

Universitas Sumatera Utara


daya sebesar P pada keadaan seimbang, maka pada penyaluran daya yang sama
tetapi dengan keadaan tak seimbang besarnya arus-arus fasa dapat dinyatakan
dengan koefisien a, b dan c sebagai berikut [5, 9, 10] :
IR = a. I....................................................................................................(2.24)
IS = b. I....................................................................................................(2.25)
IT = c. I....................................................................................................(2.26)
Dengan IR , IS , dan IT berturut-turut adalah arus di fasa. Bila faktor daya di
ketiga fasa dianggap sama walaupun besarnya arus berbeda, besarnya daya yang
disalurkan dapat dinyatakan sebagai [5, 9, 10]:
P = a + b + c V. I. cos 𝜑.....................................................................(2.27)
Apabila persamaan (2.27) dan persamaan (2.23) menyatakan daya yang
besarnya sama, maka dari kedua persamaan itu dapat diperoleh persyaratan untuk
koefisien a, b, dan c yaitu [5, 9, 10]:
a + b + c = 3 ........................... ............................................................(2.28)
Dimana pada keadaan seimbang, nilai a = b = c = 1. Dengan demikian,
rata-rata ketidakseimbangan beban dalam (%), yaitu [5, 9, 10]:
a−1 + b−1 +|c−1|
% ketidakseimbangan beban = x 100%.......................(2.29)
3

2.13 Faktor Daya


Faktor daya (Cos φ) dapat didefinisikan sebagai rasio perbandingan antara
daya aktif (Watt) dan daya semu (VA) yang digunakan dalam listrik arus bolak-
balik (AC) atau beda sudut fasa antara V dan I yang biasanya dinyatakan dalam
cos φ. Berdasarkan pengertian tersebut, faktor daya (cos φ) dapat dirumuskan
sebagai berikut :
P
cos φ = .................................................................................(2.30)
S
Untuk penjelasan tentang daya-daya dapat dilihat pada segitiga daya
berikut ini :

Gambar 2.24 Segitiga daya

27

Universitas Sumatera Utara


Daya aktif (Active Power) adalah daya yang terpakai untuk melakukan
energi sebenarnya. Satuan daya aktif adalah Watt. Adapun persamaan untuk
mencari daya aktif sebagai berikut :
P = V.I.Cos φ................................................................................(2.31)

Daya reaktif adalah jumlah daya yang diperlukan untuk pembentukan


medan magnet. Dari pembentukan medan magnet maka akan terbentuk fluks
medan magnet. Contoh daya yang menimbulkan daya reaktif adalah
transformator, motor, dan lain – lain. Satuan daya reaktif adalah Var.
Q = V.I.Sin φ ...............................................................................(2.32)

Daya semu merupakan daya listrik yang melalui suatu penghantar


transmisi atau distribusi. Daya ini merupakan hasil perkalian antara tegangan dan
arus yang melalui penghantar. Adapun persamaan untuk mencari daya semu
sebagai berikut :
S = V.I .........................................................................................(2.33)

2.14 Efisiensi pada Transformator


Untuk setiap mesin atau peralatan listrik, efisiensi ditentukan oleh
besarnya rugi-rugi yang selama operasi normal. Untuk mencari besarnya efisiensi
pada transformator, maka dapat digunakan persamaan sebagai berikut [2,13]:
P out
ɳ= x 100% ....................................................................................(2.34)
P in

Pin = Pout + rugi − rugi.....................................................................(2.35)

Dengan mensubstitusikan persamaan (2.35) ke dalam persamaan (2.34),


maka diperoleh persamaan berikut untuk mencari efisiensi transformator [2,13]:
P out
ɳ=P x 100% .................................................................(2.36)
out + rugi −rugi

28

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Studi Literatur

Studi literatur berkaitan dengan studi kepustakaan dan kajian dari berbagai
sumber pustaka yang relevan dan mendukung serta membaca teori – teori yang
berkaitan dalam penulisan Skripsi ini.

3.2 Studi Lapangan

Studi lapangan berkaitan dengan melaksanakan pengambilan data ukur


yang dibutuhkan pada beberapa transformator distribusi di sisi tegangan rendah
(sisi sekunder) di PT. PLN (Persero) Rayon Medan Timur.

3.3 Studi Bimbingan

Studi bimbingan dengan melakukan diskusi tentang topik skripsi dengan


dosen pembimbing yang telah ditunjuk oleh pihak Departemen Teknik Elektro
USU, dengan dosen – dosen bidang Konversi Energi Listrik, asisten Laboratorium
Konversi Energi Listrik dan teman – teman sesama mahasiswa.

3.4 Tempat dan Waktu


Penelitian dilaksanakan di PT. PLN (Persero) Rayon Medan Timur jalan
Durung No. 149 A Medan Sumatera Utara. Lama penelitian selama 8 (delapan)
hari.

3.5 Bahan dan Peralatan


Dalam penelitian ini bahan dan peralatan yang digunakan untuk penelitian
adalah sebagai berikut:
1. Transformator distribusi 3 fasa 100 kVA, 20 kV/ 400 V
2. Transformator distribusi 3 fasa 160 kVA, 20 kV/ 400 V
3. Transformator distribusi 3 fasa 50 kVA, 20 kV/ 400V
4. Tang ampere meter

29

Universitas Sumatera Utara


3.6 Variabel yang Diamati
Variabel-variabel yang diamati dalam penelitian ini meliputi:
1. Arus full load
2. Arus rata-rata
3. persen (%) pembebanan pada trafo distribusi 3 fasa
4. ketidakseimbangan beban dan rata-rata ketidakseimbangan beban
dalam (%)
5. Rugi-rugi tembaga, dan rugi-rugi akibat adanya arus netral pada
transformator
6. Efisiensi

30

Universitas Sumatera Utara


3.7 Prosedur Penelitian

Mulai

Mempersiapkan Bahan
dan Peralatan

Pengambilan Data

Melakukan Perhitungan

Menampilkan Hasil Pengukuran


dan Perhitungan

Selesai

Gambar 3.1 Flowchart prosedur penelitian

Berdasarkan flowchart prosedur penelitian pada gambar 3.1, langkah-


langkah

penelitian adalah sebagai berikut:

1. Pengambilan Data
Adapun data-data yang diambil dalam penelitian ini guna menyelesaikan
skripsi ini, yaitu:
1. Arus pada fasa R, S, T, dan penghantar netral

31

Universitas Sumatera Utara


2. Tegangan pada fasa R, S, dan T
3. Besar tahanan pada penghantar tiap-tiap fasa, dan penghantar netral
4. Spesifikasi transformator distribusi 3 fasa

2. Melakukan Perhitungan
Setelah memperoleh data-data yang diperlukan selanjutnya dilakukan
perhitungan untuk mendapatkan variabel-variabel yang diteliti. Adapun
variabel-variabel yang dihitung yaitu:
1. Arus full load
2. Arus rata-rata
3. persen (%) pembebanan pada trafo distribusi 3 fasa
4. ketidakseimbangan beban dan rata-rata ketidakseimbangan beban
dalam (%)
5. Rugi-rugi tembaga, dan rugi-rugi akibat adanya arus netral pada
transformator
6. Efisiensi

3. Menampilkan Hasil Pengukuran dan Perhitungan


Setelah memperoleh variabel-variabel yang dicari dalam penelitian ini,
data-data pengukuran dan variabel-variabel tersebut ditampilkan dalam
bentuk tabel dan grafik.

32

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

ANALISIS DAN HASIL

4.1 Data Percobaan

Dalam melakukan penelitian di PT. PLN (Persero) Rayon Medan Timur


ada tiga buah transformator distribusi 3 fasa yang dianalisis yang mana lokasi
ketiga transformator tersebut berada di dekat kantor wilayah PT. PLN (Persero)
Rayon Medan Timur itu sendiri. Waktu penelitian dilakukan pada pagi hari (pukul
10.30-11.30) dan malam hari (pukul 19.30-20.30). Berikut ini adalah data-data
dari ketiga transformator distribusi 3 fasa tersebut.

 Data transformator pertama SINTRA


Kode gardu distribusi : MT 807
Daya : 50 kVA
Rating tegangan : 20 kV / 400 V
Jenis kabel ketiga fasa: NYY 95 mm2 dengan R = 0,193 Ω/Km
Jenis kabel netral: NYY 95 mm2 dengan R = 0,193 Ω/Km
Cos phi : 0,85

Tabel 4.1 Hasil pengukuran pada transfomator pertama pada pagi hari

Hari VR (V) VS (V) VT (V) IR (A) IS (A) IT (A) IN (A)

1 400 400 400 9,14 6,22 7,63 4,72

2 407 407 407 8,94 15,37 11,61 5,01

3 405 405 405 12,7 7,91 8,15 5,62

4 407 407 407 11,8 4,48 9,13 6,79

5 406 406 406 14 11,61 6,71 6,93

6 413 413 413 7,23 15,10 13,57 7,23

7 402 402 402 13,46 6,08 12,41 7,76

8 404 404 404 14,24 5,83 9,11 9,39

33

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.2 Hasil pengukuran pada transfomator pertama pada malam hari

Hari VR (V) VS (V) VT (V) IR (A) IS (A) IT (A) IN (A)

1 397 401 402 21,3 12,4 9,8 9,4

2 406 406 406 11,57 17,03 15,97 4,89

3 406 406 406 11,47 17,22 12,97 4,96

4 408 408 408 17,8 15,41 10,06 5,15

5 407 407 407 20,7 13,28 13,65 5,31

6 404 404 404 19,8 17,97 10,17 6,72

7 407 407 407 7,63 16,99 15,04 7,81

8 407 407 407 19,8 7,52 15,32 7,92

 Data transformator kedua STARLITE


Kode gardu distribusi : MT 186
Daya : 160 kVA
Rating tegangan : 20 kV / 400 V
Jenis kabel setiap fasa : NYY 150 mm2 dengan R = 0,124 Ω/km
Jenis kabel netral: NYY 150 mm2 dengan R = 0,124 Ω/km
Cos phi : 0,85

Tabel 4.3 Hasil pengukuran pada transfomator kedua pada pagi hari

Hari VR (V) VS (V) VT (V) IR (A) IS (A) IT (A) IN (A)

1 400 400 400 76,7 48,1 97,3 49,7

2 416 416 416 83,5 65 80,6 30,2

3 425 425 425 107,6 91,3 66,8 50,5

4 417 417 417 101,5 78,6 62,7 45,8

5 415 415 415 87,9 56,5 51,5 32

6 415 415 415 75,3 57,3 110 47,3

7 413 413 413 72 49 101,6 50,8

8 418 418 418 60 52,4 103,3 51,5

34

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.4 Hasil pengukuran pada transfomator kedua pada malam hari

Hari VR (V) VS (V) VT (V) IR (A) IS (A) IT (A) IN (A)

1 406 410 405 124,4 97,5 192,2 96,6


2 417 417 417 111,1 87,8 121,3 44,6
3 418 418 418 88,1 112,4 122,5 49,6
4 418 418 418 85,2 111,5 120,7 47,8
5 420 420 420 160,5 118,6 100,2 66,7
6 417 417 417 135,4 88,8 152,9 56,2
7 418 418 418 108,6 81,2 144,6 70,5
8 414 414 414 129,5 75,8 141,3 70,3

 Data transformator ketiga tp TRAFINDO


Kode gardu distribusi : MT 851
Daya : 100 kVA
Rating tegangan : 20 kV / 400 V
Jenis kabel setiap fasa : NYY 95 mm2 dengan R = 0,193 Ω/km
Jenis kabel netral: NYY 95 mm2 dengan R = 0,193 Ω/km
Cos phi : 0,85

Tabel 4.5 Hasil pengukuran pada transfomator ketiga pada pagi hari

Hari VR (V) VS (V) VT (V) IR (A) IS (A) IT (A) IN (A)

1 399 399 399 61,9 99,4 42,6 51


2 400 400 400 55,2 72,7 60,4 25,6
3 402 402 402 83 78,7 50,1 31
4 400 400 400 93,7 81,5 53,2 33,5
5 403 403 403 104,3 80,7 54,4 52,7
6 400 400 400 96,6 85,8 51,7 35
7 400 400 400 93,1 60,6 47,6 46,3
8 407 407 407 113 64,6 41,6 60,5

35

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.6 Hasil pengukuran pada transfomator ketiga pada malam hari

Hari VR (V) VS (V) VT (V) IR (A) IS (A) IT (A) IN (A)

1 395 398 399 94,4 73,3 53,6 42,2

2 401 401 401 117,1 78,8 66,6 35,3

3 402 402 402 135,5 79,8 76,1 56,9

4 407 407 407 122,2 90,4 52,4 63,2

5 403 403 403 114,9 75,6 52,4 47,9

6 402 402 402 111,5 71,4 51,3 52,2

7 403 403 403 113,1 73,5 50,9 48,7

8 398 398 398 155,5 81,6 64,1 61,8

4.2 Analisis Data

4.2.1 Analisis Pembebanan Trafo


Untuk mengetahui besar beban puncak pada ketiga transformator, maka
dicari dulu arus beban penuh dengan menggunakan persamaan (2.6) kemudian
untuk mencari pembebanan transformator menggunakan persamaan (2.8). Berikut
analisis beban puncak untuk ketiga transformator distribusi 3 fasa pada waktu
pagi dan malam hari.
 Transformator pertama (SINTRA 50 kVA)
S
IFL =
3V
50.000 50.000
IFL = = = 72,17 A
3 400 692,8
9,14 + 6,22 + 7,63
Irata −rata pagi = = 7,663 A
3
21,3 + 12,4 + 9,8
Irata −rata malam = = 14,5 A
3
Untuk persentase pembebanan transformator pertama pada saat pagi hari
dan malam hari :
Iph
%b= x 100 %
IFL

36

Universitas Sumatera Utara


7,663
%bpagi hari = x 100 % = 10,617 %
72,17
14,5
%bmalam hari = x 100 % = 20,091 %
72,17
Dari hasil analisis diatas, maka pembebanan terbesar pada transformator
distribusi 3 fasa pertama sebesar 20.091 % yang terjadi di malam hari.

 Transformator kedua (STARLITE 160 kVA)


S
IFL =
3V
160.000 160.000
IFL = = = 230,946 A
3 400 692,8
76,7 + 48,1 + 97,3
Irata −rata pagi = = 74,03 A
3
124,4 + 97,5 + 192,2
Irata −rata malam = = 138,03 A
3
Untuk persentase pembebanan transformator kedua pada saat pagi hari dan
malam hari :
Iph
%b= x 100 %
IFL
74,03
%bpagi hari = x 100 % = 32.055 %
230,946
138,03
%bmalam hari = x 100 % = 59,767 %
230,946
Dari hasil analisis diatas, maka pembebanan terbesar pada transformator
distribusi 3 fasa kedua sebesar 59,767 % yang terjadi di malam hari.

 Trafo ketiga (tp TRAFINDO 100 kVA)


S
IFL =
3V
100.000 100.000
IFL = = = 144,341 A
3 400 692,8
61,9 + 99,4 + 42,6
Irata −rata pagi = = 67,967 A
3
94,4 + 73,7 + 53,6
Irata −rata malam = = 73.9 A
3

37

Universitas Sumatera Utara


Untuk persentase pembebanan transformator ketiga pada saat pagi hari dan
malam hari :
Iph
%b= x 100 %
IFL
67,967
%bpagi hari = x 100 % = 47.087 %
144,341
73.9
%bmalam hari = x 100 % = 51,198 %
144,341
Dari hasil analisis diatas, maka pembebanan terbesar pada transformator
distribusi 3 fasa ketiga sebesar 51,198 % yang terjadi di malam hari. Dengan
menggunakan persamaan yang sama pada sub bab ini, maka diperoleh % b untuk
hari ke 2 sampai 8 untuk ketiga transformator yang dapat dilihat pada Tabel 4.7,
4.8, dan 4.9.
Tabel 4.7 Nilai persentase pembebanan trafo
pada transformator merek SINTRA 50 kVA

Hari % bpagi hari % bmalam hari


2 16,585 20,584
3 13,282 19,232
4 11,736 19,98
5 14,923 21,989
6 16,571 22,142
7 14,756 18,317
8 13,468 19,689

Tabel 4.8 Nilai persentase pembebanan trafo


pada transformator merek STARLITE 160 kVA

Hari % bpagi hari % bmalam hari


2 33,064 46,214
3 38,346 46,621
4 35,042 45,811
5 28,275 54,744
6 35,012 54,428

38

Universitas Sumatera Utara


Hari % bpagi hari % bmalam hari
7 32,128 48,262
8 31,132 50,024

Tabel 4.9 Nilai persentase pembebanan trafo


pada transformator merek tp TRAFINDO 100 kVA

Hari % bpagi hari % bmalam hari


2 43,459 56,39
3 48,911 67,292
4 52,743 61,202
5 55,285 56,089
6 54,059 54,08
7 46,487 54,84
8 50,616 69,557

4.2.2 Analisis Ketidakseimbangan Beban


Untuk menganalisis besar ketidakseimbangan beban pada ketiga
transformator distribusi 3 fasa di waktu pagi hari dan malam hari, maka
digunakan persamaan (2.24), (2.25), (2.26), dan (2.29). Berikut analisis
ketidakseimbangan beban untuk ketiga transformator distribusi 3 fasa pada waktu
pagi dan malam hari.
 Transformator pertama (SINTRA 50 kVA)
a) Ketidakseimbangan beban pada pagi hari.
 IR = a. I
IR
a=
I
9,14
a= = 1,192
7,663
 IS = b. I
IS
b=
I
6,22
b= = 0,811
7,663

39

Universitas Sumatera Utara


 IT = c. I
IT
c=
I
7,63
c= = 0,995
7,663
Pada keadaan beban seimbang, nilai a, b, dan c adalah 1. Dengan demikian
rata-rata ketidakseimbangan beban (%) pada pagi hari adalah :
a−1 + b−1 +|c−1|
% ketidakseimbangan beban = x 100%
3
1,192−1 + 0,811−1 +|0,995−1|
% ketidakseimbangan beban = x 100%
3
% ketidakseimbangan beban = 12,867 %

b) Ketidakseimbangan beban pada malam hari.


 IR = a. I
IR
a=
I
21,3
a= = 1,468
14,5
 IS = b. I
IS
b=
I
12,4
b= = 0,855
14,5
 IT = c. I
IT
c=
I
9,8
c= = 0,675
14,5
Pada keadaan beban seimbang, nilai a, b, dan c adalah 1. Dengan demikian
rata-rata ketidakseimbangan beban (%) pada malam hari adalah :
a−1 + b−1 +|c−1|
% ketidakseimbangan beban = x 100%
3
1,468−1 + 0,855−1 +|0,675−1|
% ketidakseimbangan beban = x 100%
3
% ketidakseimbangan beban = 31,267 %

40

Universitas Sumatera Utara


 Trafo kedua (STARLITE 160 kVA)
a) Ketidakseimbangan beban pada pagi hari.
 IR = a. I
IR
a=
I
76,7
a= = 1,036
74,03
 IS = b. I
IS
b=
I
48,1
b= = 0,649
74,03
 IT = c. I
IT
c=
I
97,3
c= = 1,314
74,03
Pada keadaan beban seimbang, nilai a, b, dan c adalah 1. Dengan demikian
rata-rata ketidakseimbangan beban (%) pada pagi hari adalah :
a−1 + b−1 +|c−1|
% ketidakseimbangan beban = x 100%
3
1,036−1 + 0,649−1 +|1,314−1|
% ketidakseimbangan beban = x 100%
3
% ketidakseimbangan beban = 23,367 %

b) Ketidakseimbangan beban pada malam hari.


 IR = a. I
IR
a=
I
124,4
a= = 0,901
138,03
 IS = b. I
IS
b=
I
97,5
b= = 0,706
138,03

41

Universitas Sumatera Utara


 IT = c. I
IT
c=
I
192,2
c= = 1,392
138,03
Pada keadaan beban seimbang, nilai a, b, dan c adalah 1. Dengan demikian
rata-rata ketidakseimbangan beban (%) pada malam hari adalah :
a−1 + b−1 +|c−1|
% ketidakseimbangan beban = x 100%
3
0,901−1 + 0,706−1 +|1,392−1|
% ketidakseimbangan beban = x 100%
3
% ketidakseimbangan beban = 26,167 %

 Transformator ketiga (tp TRAFINDO 100 kVA)


a) Ketidakseimbangan beban pada pagi hari.
 IR = a. I
IR
a=
I
61,92
a= = 0,911
67,967
 IS = b. I
IS
b=
I
99,4
b= = 1,462
67,967
 IT = c. I
IT
c=
I
42,6
c= = 0,626
67,967
Pada keadaan beban seimbang, nilai a, b, dan c adalah 1. Dengan demikian
rata-rata ketidakseimbangan beban (%) pada pagi hari adalah :
a−1 + b−1 +|c−1|
% ketidakseimbangan beban = x 100%
3
0,911−1 + 1,462−1 +|0,626−1|
% ketidakseimbangan beban = x 100%
3

42

Universitas Sumatera Utara


% ketidakseimbangan beban = 30,83 %

b) Ketidakseimbangan beban pada malam hari.


 IR = a. I
IR
a=
I
94,4
a= = 1,277
73,9
 IS = b. I
IS
b=
I
73,7
b= = 0,997
73,9
 IT = c. I
IT
c=
I
53,6
c= = 0,725
73,9
Pada keadaan beban seimbang, nilai a, b, dan c adalah 1. Dengan demikian
rata-rata ketidakseimbangan beban (%) pada malam hari adalah :
a−1 + b−1 +|c−1|
% ketidakseimbangan beban = x 100%
3
1,277−1 + 0,997−1 +|0,725−1|
% ketidakseimbangan beban = x 100%
3
% ketidakseimbangan beban = 18,5 %

Dengan menggunakan persamaan yang sama pada sub bab ini, maka
diperoleh persentase ketidakseimbangan beban untuk hari ke 2 sampai 8 untuk
ketiga transformator yang dapat dilihat pada Tabel 4.10, 4.11, dan 4.12.

43

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.10 nilai persentase ketidakseimbangan beban trafo
pada transformator merek SINTRA 50 kVA

Ketidakseimbangan Ketidakseimbangan
Hari
beban pada pagi (%) beban pada malam (%)
2 18,96 14,73
3 21,633 16
4 24,733 20,167
5 25,1 20,267
6 26,4 24,233
7 28,6 27,967
8 30,967 28,7

Tabel 4.11 nilai persentase ketidakseimbangan beban trafo


pada transformator merek STARLITE 160 kVA

Ketidakseimbangan Ketidakseimbangan
Hari
beban pada pagi (%) beban pada malam (%)
2 9,9 11,8
3 16,33 12,067
4 17 12,93
5 23,1 17,967
6 24,03 19,567
7 24,63 19,833
8 29,13 22,9

Tabel 4.12 nilai persentase ketidakseimbangan beban trafo


pada transformator merek tp TRAFINDO 100 kVA
Ketidakseimbangan Ketidakseimbangan
Hari
beban pada pagi (%) beban pada malam (%)
2 10.567 21.73
3 18.433 26.367
4 20.3 27.1

44

Universitas Sumatera Utara


Ketidakseimbangan Ketidakseimbangan
Hari
beban pada pagi (%) beban pada malam (%)
5 21.23 27.967
6 22.467 28.567
7 25.83 28.6
8 36.43 36.6
Berikut adalah kurva pengaruh ketidakseimbangan beban terhadap arus
netral untuk ketiga transformator yang dapat dilihat pada gambar-gambar berikut.

Ketidakseimbangan beban vs IN
10
9
8
7
6
IN (A)

5 pagi
4
3 malam
2
1
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32
Ketidakseimbangan beban (%)

Gambar 4.1 Kurva ketidakseimbangan beban terhadap IN


trafo pertama pada pagi hari dan malam hari

Ketidakseimbangan beban vs IN
100
90
80
IN (A)

70
pagi
60
malam
50
40
30
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32
Ketidakseimbangan beban (%)

Gambar 4.2 Kurva ketidakseimbangan beban terhadap IN


trafo kedua pada pagi hari dan malam hari

45

Universitas Sumatera Utara


Ketidakseimbangan beban vs IN
65
60
55
50
IN (A) 45 pagi
40
35 malam
30
25
20
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Ketidakseimbangan beban (%)

Gambar 4.3 Kurva ketidakseimbangan beban terhadap IN


trafo ketiga pada pagi hari dan malam hari

4.2.3 Analisis Rugi-rugi Daya


Pada penelitian ini rugi-rugi yang diteliti dari ketiga transformator
distribusi 3 fasa yang ada di PT. PLN (Persero) Rayon Medan Timur adalah rugi-
rugi tembaga dan rugi-rugi akibat adanya arus netral yang mengalir di penghantar
netral. Untuk mencari rugi-rugi tersebut digunakan persamaan (2.12) dan (2.13).
Berikut analisa rugi-rugi pada ketiga transformator distribusi 3 fasa di PT. PLN
(Persero) Rayon Medan Timur.
 Transformator pertama (SINTRA 50 kVA)
a) Rugi-rugi tembaga pada pagi hari.
Pcu R = iR 2 . R
= (9,14)2 . 0,193
= 16,123 Watt
= 0,016 kW
Pcu S = iS 2 . R
= (6,22)2 . 0,193
= 7,466 Watt
= 0,007 kW
Pcu T = iT 2 . R
= (7,63)2 . 0,193
= 11,235 Watt = 0,011 kW

46

Universitas Sumatera Utara


Maka, total dari rugi-rugi tembaga (Pcu ) pada transformator pertama pada
pagi hari adalah.
Pcu Tot = Pcu R + Pcu S + Pcu T
= 0,016 + 0,007 + 0,011
= 0,034 kW

b) Rugi-rugi tembaga pada malam hari.


Pcu R = iR 2 . R
= (21,3)2 . 0,193
= 87,562 Watt
= 0,087 kW
Pcu S = iS 2 . R
= (12,4)2 . 0,193
= 29,675 Watt
= 0,029 kW
Pcu T = iT 2 . R
= (9,8)2 . 0,193
= 18,535 Watt
= 0,018 kW
Maka, total dari rugi-rugi tembaga (Pcu ) pada transformator pertama pada
malam hari adalah.
Pcu Tot = Pcu R + Pcu S + Pcu T
= 0,087 + 0,029 + 0,018
= 0,134 kW

c) Rugi-rugi akibat adanya arus netral di penghantar netral pada pagi hari.
PN = iN 2 . R
= (4,72)2 . 0,193
= 4,299 Watt
= 0,004 kW

47

Universitas Sumatera Utara


Untuk mencari daya aktif transformator digunakan persamaan berikut
dengan cos φ sebesar 0,85 berdasarkan standar dari PLN, dimana daya aktif
trafonya.
P = S. cos φ
= 50 . 0,85
= 42,5 kW
Sehingga persentase rugi-rugi akibat adanya arus netral di penghantar
netral transformator pada pagi hari adalah.
PN
%PN = x 100%
P
0,004
= x 100%
42,5
= 0,009 %
d) Rugi-rugi akibat adanya arus netral di penghantar netral pada malam
hari.
PN = iN 2 . R
= (9,4)2 . 0,193
= 17,063 Watt
= 0,017 kW
Sehingga persentase rugi-rugi akibat adanya arus netral di penghantar
netral transformator pada malam hari adalah.
PN
%PN = x 100%
P
0,017
= x 100%
42,5
= 0,04 %

 Transformator kedua (STARLITE 160 kVA)


a) Rugi-rugi tembaga pada pagi hari.
Pcu R = iR 2 . R
= (76,7)2 . 0,124
= 729,478 Watt
= 0,729 kW

48

Universitas Sumatera Utara


Pcu S = iS 2 . R
= (48,1)2 . 0,124
= 286,887 Watt
= 0,286 kW
Pcu T = iT 2 . R
= (97,3)2 . 0,124
= 1173,943 Watt
= 1,173 kW
Maka, total dari rugi-rugi tembaga (Pcu ) pada transformator kedua pada pagi
hari adalah.
Pcu Tot = Pcu R + Pcu S + Pcu T
= 0,729 + 0,286 + 1,173 = 2,188 kW

b) Rugi-rugi tembaga pada malam hari.


Pcu R = iR 2 . R
= (124,4)2 . 0,124
= 1918,944 Watt
= 1,918 kW
Pcu S = iS 2 . R
= (97,5)2 . 0,124
= 1178,775 Watt
= 1,178 kW
Pcu T = iT 2 . R
= (192,2)2 . 0,124
= 4580,664 Watt
= 4,58 kW
Maka, total dari rugi-rugi tembaga (Pcu ) pada transformator kedua pada
malam hari adalah.
Pcu Tot = Pcu R + Pcu S + Pcu T
= 1,918 + 1,178 + 4,58
= 7,67 kW

49

Universitas Sumatera Utara


c) Rugi-rugi akibat adanya arus netral di penghantar netral pada pagi hari.
PN = iN 2 . R
= (49,7)2 . 0,124
= 306,291 Watt
= 0,306 kW
Untuk mencari daya aktif transformator digunakan persamaan berikut
dengan cos φ sebesar 0,85 berdasarkan standar dari PLN, dimana daya aktif
transfomatornya.
P = S. cos φ
= 160 . 0,85
= 136 kW
Sehingga persentase rugi-rugi akibat adanya arus netral di penghantar
netral transformator pada pagi hari adalah.
PN
%PN = x 100%
P
0,306
= x 100%
136
= 0,225 %

d) Rugi-rugi akibat adanya arus netral di penghantar netral pada malam


hari.
PN = iN 2 . R
= (96,6)2 . 0,124
= 1157,113 Watt
= 1,157 kW
Sehingga persentase rugi-rugi akibat adanya arus netral di penghantar
netral transformator pada malam hari adalah.
PN
%PN = x 100%
P
1,157
= x 100%
136
= 0,85 %

50

Universitas Sumatera Utara


 Transformator ketiga (tp TRAFINDO 100 kVA)
a) Rugi-rugi tembaga pada pagi hari.
Pcu R = iR 2 . R
= (61,9)2 . 0,193
= 739,5 Watt
= 0,739 kW
Pcu S = iS 2 . R
= (99,4)2 . 0,193
= 1906,909 Watt
= 1,906 kW
Pcu T = iT 2 . R
= (42,6)2 . 0,193
= 350,248 Watt = 0,35 kW
Maka, total dari rugi-rugi tembaga (Pcu ) pada transformator ketiga pada pagi
hari adalah.
Pcu Tot = Pcu R + Pcu S + Pcu T
= 0,739 + 1,906 + 0,35
= 2,995 kW

b) Rugi-rugi tembaga pada malam hari.


Pcu R = iR 2 . R
= (94,4)2 . 0,193
= 1719,892 Watt
= 1,719 kW
Pcu S = iS 2 . R
= (73,7)2 . 0,193
= 1048,316 Watt
= 1,048 kW
Pcu T = iT 2 . R
= (53,6)2 . 0,193
= 554,481 Watt = 0,554 kW

51

Universitas Sumatera Utara


Maka, total dari rugi-rugi tembaga (Pcu ) pada transformator ketiga pada
malam hari adalah.
Pcu Tot = Pcu R + Pcu S + Pcu T
= 1,719 + 1,048 + 0,554
= 3,321 kW

c) Rugi-rugi akibat adanya arus netral di penghantar netral pada pagi hari.
PN = iN 2 . R
= (51)2 . 0,193
= 501,993 Watt
= 0,501 kW

Untuk mencari daya aktif transformator digunakan persamaan berikut


dengan cos φ sebesar 0,85 berdasarkan standar dari PLN, dimana daya aktif
trafonya.
P = S. cos φ
= 100 . 0,85
= 85 kW
Sehingga persentase rugi-rugi akibat adanya arus netral di penghantar
netral transformator pada pagi hari adalah.
PN
%PN = x 100%
P
0,501
= x 100%
85
= 0,589 %

d) Rugi-rugi akibat adanya arus netral di penghantar netral pada malam


hari.
PN = iN 2 . R
= (42,2)2 . 0,193
= 343,702 Watt
= 0,343 kW

52

Universitas Sumatera Utara


Sehingga persentase rugi-rugi akibat adanya arus netral di penghantar
netral transformator pada malam hari adalah.
PN
%PN = x 100%
P
0,343
= x 100%
85
= 0,403%
Dengan menggunakan persamaan yang sama pada sub bab ini, maka
diperoleh rugi-rugi Pcu dan PN untuk hari ke 2 sampai 8 untuk ketiga transformator
yang dapat dilihat pada Tabel 4.13, 4.14, dan 4.15.
Tabel 4.13 Nilai rugi-rugi PCu dan PN pada trafo merek SINTRA 50 kVA

PcuR PcuS PcuT Pcu Tot PN


Hari Waktu % PN
(kW) (kW) (kW) (kW) (kW)
Pagi 0,015 0,045 0,026 0,086 0,004 0,009
2
Malam 0,0258 0,055 0,049 0,1298 0,0046 0,0108
Pagi 0,031 0,012 0,013 0,056 0,006 0,014
3
Malam 0,0253 0,057 0,032 0,1143 0,0047 0,011
Pagi 0,026 0,003 0,016 0,045 0,008 0,018
4
Malam 0,061 0,0458 0,019 0,1258 0,0051 0,012
Pagi 0,037 0,026 0,008 0,071 0,009 0,021
5
Malam 0,082 0,034 0,036 0,152 0,0054 0,0127
Pagi 0,01 0,044 0,035 0,089 0,01 0,023
6
Malam 0,075 0,062 0,019 0,156 0,008 0,018
Pagi 0,034 0,007 0,029 0,07 0,011 0,025
7
Malam 0,011 0,055 0,043 0,109 0,0117 0,027
Pagi 0,039 0,006 0,016 0,061 0,017 0,04
8
Malam 0,075 0,0109 0,0452 0,1311 0,012 0,028

53

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.14 Nilai rugi-rugi PCu dan PN pada trafo merek STARLITE 160 kVA

PcuR PcuS PcuT Pcu Tot PN


Hari Waktu % PN
(kW) (kW) (kW) (kW) (kW)
Pagi 0,864 0,523 0,805 2,192 0,113 0,083
2
Malam 1,53 0,955 1,824 4,309 0,246 0,18
Pagi 1,435 1,033 0,553 3,021 0,316 0,232
3
Malam 0,962 1,566 1,86 4,388 0,305 0,224
Pagi 1,435 1,033 0,553 3,021 0,316 0,232
4
Malam 0,9 1,541 1,806 4,247 0,283 0,208
Pagi 1,277 0,766 0,487 2,53 0,26 0,191
5
Malam 3,194 1,744 1,244 6,182 0,551 0,405
Pagi 0,703 0,407 1,5 2,61 0,277 0,203
6
Malam 2,273 0,977 2,898 6,148 0,391 0,287
Pagi 0,642 0,297 1,279 2,218 0,319 0,234
7
Malam 1,462 0,817 2,592 4,871 0,616 0,452
Pagi 0,446 0,34 1,323 2,109 0,328 0,241
8
Malam 2,079 0,712 2,475 5,266 0,612 0,45

Tabel 4.15 Nilai rugi-rugi Pcu dan PN pada trafo merek tp TRAFINDO 100 kVA
PcuR PcuS PcuT Pcu Tot PN
Hari Waktu % PN
(kW) (kW) (kW) (kW) (kW)
Pagi 0,588 1,02 0,704 2,312 0,126 0,148
2
Malam 2,646 1,198 0,856 4,7 0,24 0,282
Pagi 1,329 1,195 0,484 3,008 0,185 0,217
3
Malam 3,543 1,229 1,117 5,889 0,624 0,734
Pagi 1,694 1,281 0,546 3,521 0,216 0,25
4
Malam 2,882 1,577 0,529 4,988 0,77 0,905
Pagi 2,099 1,256 0,571 3,926 0,536 0,63
5
Malam 2,547 1,103 0,529 4,179 0,442 0,52
Pagi 1,801 1,4207 0,515 3,7367 0,236 0,277
6
Malam 2,399 0,983 0,507 3,889 0,525 0,617

54

Universitas Sumatera Utara


PcuR PcuS PcuT Pcu Tot PN
Hari Waktu % PN
(kW) (kW) (kW) (kW) (kW)
Pagi 0,588 1,02 0,704 2,312 0,126 0,148
7
Malam 2,468 1,042 0,5002 4,0102 0,457 0,537
Pagi 1,672 0,708 0,437 2,817 0,413 0,485
8
Malam 4,666 1,285 0,793 6,744 0,737 0,867
Berikut adalah kurva pengaruh ketidakseimbangan beban terhadap rugi-
rugi untuk ketiga transformator yang dapat dilihat pada gambar-gambar berikut.

Ketidakseimbangan beban vs rugi-rugi


0.4

0.3
Rugi-rugi (kW)

0.2 pagi
malam
0.1

0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32
Ketidakseimbangan beban (%)

Gambar 4.4 Kurva ketidakseimbangan beban terhadap rugi-rugi


transformator pertama pada pagi hari dan malam hari

Ketidakseimbangan beban vs rugi-rugi


10
9
8
Rugi-rugi (kW)

7
6
5 pagi
4
malam
3
2
1
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32
Ketidakseimbangan beban (%)

Gambar 4.5 Kurva ketidakseimbangan beban terhadap rugi-rugi


transformator kedua pada pagi hari dan malam hari

55

Universitas Sumatera Utara


Ketidakseimbangan beban vs rugi-rugi
10

Rugi-rugi (kW) 8

6
pagi
4
malam

0
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Ketidakseimbangan beban (%)

Gambar 4.6 Kurva ketidakseimbangan beban terhadap rugi-rugi


transformator ketiga pada pagi hari dan malam hari

4.2.4 Analisis Efisiensi


Untuk mencari efisiensi dari ketiga transformator distribusi 3 fasa yang
ada di PT. PLN (Persero) Rayon Medan Timur, maka persamaan yang digunakan
adalah persamaan (2.36). Berikut analisa untuk ketiga transformator tersebut.
 Transformator pertama (SINTRA 50 kVA)
a) Pada pagi hari
Pout = a + b + c V. I. cos φ
= 1,192 + 0,811 + 0,995 400.7,663.0,85
= 7811,049 Watt
= 7,811 kW
Sehingga, efisiensi transformator pertama di pagi hari adalah:
P out
ɳ= x 100%
P in
7,811
=P x 100%
out +P N +P Cu Tot +P inti

7,811
= x 100%
7,811 + 0,004 + 0,034 + 0,15
= 97,649 %

56

Universitas Sumatera Utara


b) Pada malam hari
Pout = a + b + c V. I. cos φ
= 1,468 + 0,855 + 0,675 402.14,5.0,85
= 14854,04 Watt
= 14,854 kW
Sehingga, efisiensi transformator pertama di malam hari adalah:
P out
ɳ= x 100%
P in
14,854
=P x 100%
out +P N +P Cu Tot +P inti

14,854
= x 100%
14,854 + 0,017 + 0,134 + 0,15
= 98,013 %

 Transformator kedua (STARLITE 160 kVA)


a) Pada pagi hari
Pout = a + b + c V. I. cos φ
= 1,036 + 0,649 + 1,314 400.74,03.0,85
= 75485,429 Watt
= 75,485 kW
Sehingga, efisiensi transformator kedua di pagi hari adalah:
P out
ɳ= x 100%
P in
75,485
=P x 100%
out +P N +P Cu Tot +P inti

75,485
= x 100%
75,485 + 0,306 + 2,188 + 0,4
= 96,307 %

b) Pada malam hari


Pout = a + b + c V. I. cos φ
= 0,901 + 0,706 + 1,392 410.138,03.0,85
= 144262,261 Watt
= 144,262 kW

57

Universitas Sumatera Utara


Sehingga, efisiensi transformator kedua di malam hari adalah:
P out
ɳ= x 100%
P in
144,262
=P x 100%
out +P N +P Cu Tot +P inti

144,262
= x 100%
144,262 + 1,157 + 7,67 + 0,4
= 93,988 %

 Transformator ketiga (tp TRAFINDO 100 kVA)


a) Pada pagi hari
Pout = a + b + c V. I. cos φ
= 0,94 + 1,462 + 0,626 399.67,967.0,85
= 69129,973 Watt
= 69,129 kW
Sehingga, efisiensi transformator ketiga di pagi hari adalah:
P out
ɳ= x 100%
P in
69,129
=P x 100%
out +P N +P Cu Tot +P inti

69,129
= x 100%
69,129 + 0,501 + 2,995 + 0,3
= 94,794 %

b) Pada malam hari


Pout = a + b + c V. I. cos φ
= 1,277 + 0,997 + 0,725 399.73,9.0,85
= 75164,491 Watt
= 75,164 kW
Sehingga, efisiensi transformator ketiga di malam hari adalah:
P out
ɳ= x 100%
P in
75,164
=P x 100%
out +P N +P Cu Tot +P inti

75,164
= x 100%
75,164 + 0,343 + 3,321 + 0,3

58

Universitas Sumatera Utara


= 94,99 %
Dengan menggunakan persamaan yang sama pada sub bab ini, maka
diperoleh efisiensi untuk hari ke 2 sampai 8 pada ketiga trafo yang dapat dilihat
pada Tabel 4.16, 4.17, dan 4.18.
Tabel 4.16 Nilai efisiensi pada transformator merek SINTRA 50 kVA

Pout Pin ɳ
Hari Waktu
(kW) (kW) (%)
Pagi 12,418 12,658 98,103
2
Malam 15,37 15,654 98,183
Pagi 9,896 10,108 97,902
3
Malam 14,369 14,638 98,162
Pagi 8,784 8,987 97,741
4
Malam 14,997 15,277 98,17
Pagi 11,146 11,376 97,978
5
Malam 16,47 16,777 98,167
Pagi 12,595 12,844 98,061
6
Malam 16,457 16,771 98,127
Pagi 10,91 11,141 97,926
7
Malam 13,715 13,985 98,069
Pagi 10,016 10,244 97,774
8
Malam 11,287 11,58 97,468

Tabel 4.17 Nilai efisiensi pada transformator merek STARLITE 160 kVA

Pout Pin ɳ
Hari Waktu
(kW) (kW) (%)
Pagi 80,975 83,68 96,767
2
Malam 113,415 118,37 95,813
Pagi 95,912 99,649 96,249
3
Malam 114,688 119,781 95,748
Pagi 86,028 89,218 96,424
4
Malam 112,697 117,627 95,808

59

Universitas Sumatera Utara


Pout Pin ɳ
Hari Waktu
(kW) (kW) (%)
Pagi 69,08 71,282 96,904
5
Malam 135,361 142,494 94,994
Pagi 85,541 88,828 96,229
6
Malam 113,618 140,557 95,063
Pagi 78,117 81,054 96,441
7
Malam 118,765 124,652 95,277
Pagi 76,587 79,424 96,416
8
Malam 121,802 128,08 95,098

Tabel 4.18 Nilai efisiensi pada trafo merek tp TRAFINDO 100 kVA

Pout Pin ɳ
Hari Waktu
(kW) (kW) (%)

Pagi 63,993 66,431 96,33


2
Malam 89,450 94,69 94,462
Pagi 73,119 76,612 95,44
3
Malam 99,708 106,521 93,604
Pagi 77,393 81,43 95,042
4
Malam 91,653 97,711 93,8
Pagi 81,979 86,741 94,51
5
Malam 83,17 88,091 94,413
Pagi 79,537 83,809 94,901
6
Malam 79,992 84,706 94,43
Pagi 68,419 71,949 95,093
7
Malam 81,321 86,088 94,46
Pagi 75,8 80,408 94,269
8
Malam 101,828 109,609 92,901
Berikut adalah kurva pengaruh ketidakseimbangan beban terhadap
efisiensi untuk ketiga transformator yang dapat dilihat pada gambar-gambar
berikut.

60

Universitas Sumatera Utara


Ketidakseimbangan beban vs Efisiensi
98.2
98

Efisiensi (%)
97.8
97.6
97.4
97.2
97
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32
Ketidakseimbangan beban (%)

Gambar 4.7 Kurva ketidakseimbangan beban terhadap efisiensi


pada transformator pertama pada pagi hari

Ketidakseimbangan beban vs Efisiensi


98.4
98.2
Efisiensi (%)

98
97.8
97.6
97.4
97.2
97
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32
Ketidakseimbangan beban (%)

Gambar 4.8 Kurva ketidakseimbangan beban terhadap efisiensi


pada transformator pertama pada malam hari

Ketidakseimbangan beban vs Efisiensi


97
96.9
96.8
96.7
Efisiensi (%)

96.6
96.5
96.4
96.3
96.2
96.1
96
0 8 16 24 32
Ketidakseimbangan beban (%)

Gambar 4.9 Kurva ketidakseimbangan beban terhadap efisiensi


pada transformator kedua pada pagi hari

61

Universitas Sumatera Utara


Ketidakseimbangan beban vs Efisiensi
96
95.5
Efisiensi (%) 95
94.5
94
93.5
93
0 8 16 24 32
Ketidakseimbangan beban (%)

Gambar 4.10 Kurva ketidakseimbangan beban terhadap efisiensi


pada transformator kedua pada malam hari

Ketidakseimbangan beban vs Efisiensi


96.5

96
Efisiensi (%)

95.5

95

94.5

94
0 8 16 24 32 40
Ketidakseimbangan beban (%)

Gambar 4.11 Kurva ketidakseimbangan beban terhadap efisiensi


pada transformator ketiga pada pagi hari

Ketidakseimbangan beban vs Efisiensi


95

94.5
Efisiensi (%)

94

93.5

93

92.5
0 8 16 24 32 40
Ketidakseimbangan beban (%)

Gambar 4.12 Kurva ketidakseimbangan beban terhadap efisiensi


pada transformator ketiga pada malam hari

62

Universitas Sumatera Utara


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis pada penelitian ini, maka


diperoleh beberapa kesimpulan, yaitu sebagai berikut:

1. Adanya ketidakseimbangan beban pada transformator pertama, kedua, dan


ketiga di rayon medan timur mengakibatkan efisiensi dari ketiga
transformator berkurang tetapi dampaknya tidak terlalu besar, dimana
efisiensi terendah sebesar 92,901 % pada trafo ketiga di malam hari,
sedangkan efisiensi tertinggi sebesar 98,183 % pada trafo pertama di pagi
hari.
2. Adanya ketidakseimbangan beban pada trafo pertama, kedua, dan ketiga di
rayon medan timur menyebabkan timbulnya arus netral yang kecil untuk
transformator pertama, tetapi menimbulkan arus netral yang besar pada
transformator kedua dan ketiga, dimana IN tertinggi sebesar 96,6 A pada
trafo pertama di malam hari, sedangkan IN terendah sebesar 4,72 A di pagi
hari.
3. Adanya ketidakseimbangan beban pada transformator pertama, kedua, dan
ketiga di rayon medan timur menyebabkan rugi-rugi transformator
semakin besar, dimana PCu dan PN tertinggi sebesar 7,67 kW dan 1,157 kW
pada transformator kedua di malam hari, sedangkan PCu dan PN terendah
sebesar 0,034 kW dan 0,004 kW pada transformator pertama di pagi hari.

63

Universitas Sumatera Utara


5.2. Saran

Adapun saran daripenulissebagaipengembangandariskripsi ini, yaitu sebagai

berikut:

1. Penulis berharap agar penelitian selanjutnya diaplikasikan untuk

transformator distribusi 3 fasa tegangan menengah atau gardu induk.

2. Penulis juga mengimbau agar penelitian selanjutnya membahas pengaruh

ketidakseimbangan beban terhadap alat proteksi pada transformator

distribusi 3 fasa.

64

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

[1] Athul, M.V, Preetha, P.K, P.S., Chandramohanan Nair, 2015, “Analysis of

Star-Star-Delta_Utilized Transformer under Balanced and Unbalanced

Load Condition”, IEEE-PSEC-0619.

[2] Chapman Stephen J, “Electric Machinery Fundamentals”, Third Edition Mc

Graw Hill Companies, New York, 1999.

[3] Egwaile, J.O, Onohaebi, S.O, Ike, S.A, Maret 2013, “Evaluation Of

Distribution System Losses Due To Unbalanced Load In Transformers

A Case Study Of Guinness 15 MVA, 33/11 KV, Injection Substation And

Its Associated 11/0.415 kv Transformers In Benin City, Nigeria”,

IJERT Vol. 2 Issue 3.

[4] Faiz, Jawad, Bashir Mahdi Ebrahimi, dan Mahmoud Ghofrani, April 2010

“Mixed Derating of Distribution Transformer Under Unbalanced Supply

Voltage and Nonlinear Load Condition Using TSFEM”, IEEE Vol. 25

No. 2.

[5] Kadir, Abdul, 2000, “Distribusi Dan Utilisasi Tenaga Listrik ”, Penerbit

Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta.

[6] Kadir, Abdul, 2010, “ Transformator ”, Edisi Ketiga, Penerbit Universitas

Indonesia (UI-Press), Jakarta.

[7] Kelompok Kerja Standar Konstruksi Distribusi Jaringan Tenaga Listrik dan

Pusat Penelitian Sains dan Teknologi Universitas Indonesia, 2010,

“Standar Konstruksi Gardu Distribusi dan Gardu Hubung Tenaga

Listrik”, Buku 4, Penerbit PT. PLN (Persero), Jakarta.

[8] Linsley, Trevon, 2004, “Instalasi Listrik Tingkat Lanjut”, Edisi Ketiga,

Erlangga, Jakarta.

65

Universitas Sumatera Utara


[9] Sibarani, Randi F, “Pengaruh Arus Netral Terhadap Rugi-Rugi Beban Pada

Transformator Distribusi PLN Rayon Johor Medan”, Tugas Akhir

Jurusan Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara, 2015.

[10] Simamora, Yoakim, “Analisis Ketidakseimbangan Beban Transformator

Distribusi Untuk Idenstifikasi Beban Lebih Dan Estimasi Rugi-Rugi

Pada Jaringan Tegangan Rendah”, Tugas Akhir Jurusan Teknik

Elektro, Universitas Sumatera Utara, 2014.

[11] Stevenson, Jr, William D, 1983, “Analisis Sistem Tenaga Listrik”, Edisi

Keempat, Penerbit Erlangga, Jakarta.

[12] Sumanto, MA, Drs., 1997, “Teori Transformator”, Penerbit Andi Offset,

Yogyakarta.

[13] Zuhal. 2015, “Dasar Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya”, Edisi

Kelima, Penerbit Gramedia, Jakarta.

66

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai