Oleh
NIM : 140402024
FAKULTAS TEKNIK
MEDAN
2019
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Segala Puji bagi Allah SWT atas limpahan nikmat, berkat dan ridho-
“Studi Sistem Catu Daya Tidak Terputus ( UPS ) Pada Unit Terminal Bandara
Kuala Namu”
Skripsi ini merupakan bagian dari kurikulum yang harus diselesaikan untuk
(Nining S.) yang telah membimbing penulis dengan kasih sayang hingga saat ini,
serta untuk saudara laki-laki penulis (Agung Heri P.) dan saudara perempuan
penulis (Dinda H.) yang telah memberikan semangat kepada penulis serta dukungan
Selama masa kuliah hingga penyelesaian skripsi ini, penulis juga banyak
mendapatkan dukungan maupun bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis
1. Bapak Ir. Eddy Warman, M.T., selaku dosen Pembimbing Skripsi yang
ii
telah banyak memberikan masukan demi perbaikan skripsi ini dan telah
3. Bapak Ir. Surya Hadi, MS, Ph.D., selaku Dosen Penguji Skripsi yang telah
4. Bapak Drs. Hasdari Helmi, M.T., selaku Dosen Penguji Skripsi yang telah
5. Bapak Dr. Fahmi, ST. M.Sc, IPM selaku Ketua Departemen Teknik
Elektro FT – USU: Ade, Wahyu, Fajri, Pra, Arief, Rafli, Soni, Fadlan, dan
skripsi ini.
iii
Fitra, Pamek, Ika, Ridho. Yang telah memberikan dukungan dan motivasi
penulis.
Nawir, Arly, Tondi, Irfan, Alif, luthfi .Yang telah memberikan semangat
kepada penulis.
11. Teman – teman stambuk 2014 yang tidak dapat disebutkan satu per satu
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih belum sempurna
karena masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi isi maupun susunan
bahasanya. Saran dan kritik dari pembaca dengan tujuan menyempurnakan dan
mengembangkan kajian dalam bidang ini sangat penulis harapkan. Akhir kata,
penulis berharap semoga penulisan skripsi ini dapat berguna bagi kita semua dan
iv
ABSTRAK ..................................................................................................... i
LAMPIRAN ............................................................................................... 92
vi
Gambar 2. 22 Diagram blok off line UPS saat kondisi normal (bypass) .............. 30
Gambar 2. 23 Diagram blok off line UPS saat kondisi darurat ............................. 30
vii
ketiga ............................................................................................. 40
viii
Gambar 4. 27 Grafik arus SST VIII dan SST IX pada jam 07.00 WIB ................ 68
Gambar 4. 28 Grafik arus SST VIII dan SST IX pada jam 19.00 WIB ................ 69
Gambar 4. 30 Grafik THD Arus per phasa pada jam 07.00 WIB ......................... 72
Gambar 4. 31 Grafik THD Arus per phasa pada jam 19.00 WIB ......................... 72
Gambar 4. 32 Grafik THD tegangan line-line pada jam 07.00 WIB .................... 74
Gambar 4. 33 Grafik THD tegangan line-netral pada jam 19.00 WIB ................. 74
Gambar 4. 34 Grafik THD tegangan line-netral pada jam 07.00 WIB ................. 75
Gambar 4. 35 Grafik THD tegangan line-netral pada jam 19.00 WIB ................. 75
ix
Tabel 4. 6 Hasil pengukuran tegangan line-line dan tegangan line-netral SST VIII
Tabel 4. 7 Hasil pengukuran arus, frekuensi dan cos phi pada SST VIII dan SST
IX .......................................................................................................... 67
Tabel 4. 8 Hasil pengukuran harmonisa arus pada SST VIII dan SST IX ............ 70
Tabel 4. 9 Hasil pengukuran Harmonisa tegangan pada SST VIII dan SST IX ... 73
Tabel 4. 15 Hasil pengukuran Frekuensi dan Faktor Daya pada UPS .................. 83
xi
PENDAHULUAN
Berdasarkan letak geografis Indonesia yang terdiri dari banyak kepulauan maka sub
sektor transportasi udara menjadi moda transportasi yang cepat dan ekonomis
dibandingkan moda transportasi lain. Bandar udara sebagai tempat untuk mendarat dan
lepas landas pesawat udara, naik turun penumpang dan atau bongkar muat kargodan
menyelenggarakan kegiatan operasi bandara udara yang aman dan lancar maka harus
didukung oleh peralatan penunjang operasi penerbangan yang baik dan terjaga
membutuhkan kondisi catu daya listrik yang handal dan stabil. Ketidak stabilan catu
daya listrik dapat menurunkan unjuk kerja peralatan keselamatan penerbangan yang
tipe jaringan distribusi dan peralatan pendukungnya yang sesuai dengan kondisi dan
Namu. Tetapi pada kenyataannya, PLN sebagai penyedia sumber daya listrik belum
mampu menjaga kontinuitas ketersediaan daya listrik tersebut. Hal ini terlihat dari
alternatif penyediaan sumber daya listrik cadangan untuk digunakan saat terjadi
pemadaman listrik.
Kuala Namu, maka disini diperlukan catu daya yang kontiniu. Apabila beban-beban
berupa alat bantu penerbangan tersebut tidak mendapat catu daya secara normal,
maka hal ini akan mengakibatkan kerugian yang besar dan akan membahayakan
bagi keselamatan penerbangan, maka salah satu upaya yang dilakukan untuk
daya utama mengalami kegagalan adalah dengan menggunakan catu daya tidak
terputus atau Uninterruptible Power Supply (UPS) yang dapat bekerja secara
UPS pada unit terminal bandara Kuala Namu perlu dilaksanakan mengingat bahwa
bandara tersebut merupakan salah satu akses penting untuk menunjang kelancaran
signifikan pada kualitas daya output Uninterruptible Power Supply (UPS) [1]. Perlu
dilakukan pemasangan filter untuk dapat mereduksi nilai gangguan harmonik pada
sistem.
Uninterruptible Power Supply (UPS) memiliki lima jenis sistem konfigurasi. Pada
Uninterruptible Power Supply (UPS)[3]. Pada penelitan ini, dilakukan studi tentang
Uninterruptible Power Supply (UPS) ini meliputi arus, tegangan, frekuensi, faktor
1. Seberapa besar kualitas daya listrik pada panel dan UPS untuk melayani
beban yang dibackup pada sektor unit terminal bandara Kuala Namu.
1. Mengetahui dan menganalisa tingkat kualitas daya dari panel dan UPS
1. Dapat mengetahui kebutuhan energi listrik pada UPS untuk melayani beban
sebagai berikut :
Penulis menyusun proposal penelitian ini dalam tiga bab yang sistem
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini merupakan pendahuluan yang berisikan tentang latar belakang, rumusan
penulisan
Bab ini membahas tentang unit terminal bandara, pengertian UPS, jenis dan prinsip
Bab ini berisi tentang waktu dan tempat penelitian, prosedur pengujian, dan
prosedur penelitian.
Bab ini berisi data data hasil penelitian dan analisis pembahasan berdasarkan hasil
pengolahan data.
Bab ini berisi kesimpulan penulis mengenai pembahasan pada bab-bab sebelumnya
TINJAUAN PUSTAKA
UPS (Uninterruptible Power Supply) adalah suatu alat catu daya dengan
keandalan tinggi yang digunakan untuk mensupply peralatan listrik yang sangat
peka terhadap perubahan (fluktuasi) tegangan maupun frekuensi dengan tidak ada
Untuk itu UPS banyak digunakan untuk mencatu beban – beban (peralatan)
yang vital (kritis) yang memerlukan catu daya kontinu dan stabil baik dalam
c. Sistem komunikasi
d. Sistem mentoring
f. Dll
maka UPS ini harus masih bisa bertahan (beroprasi) menaggung beban sampai batas
waktu tertentu sesuai kapasitas baterai. Dan pada waktu tersebut diharapkan dari
bagian operasi bisa menjalankan generator emergency atau masih bisa mematikan
besar.
harus bekerja cepat adalah UPS atau sistem catu-daya tak terputuskan. UPS harus
bekerja cepat dan mampu memasok beban begitu sumber listrik utama mengalami
gangguan atau pemadaman. Ada banyak jenis UPS telah dikembangkan dan
Walaupun demikian, jenis yang paling banyak digunakan adalah jenis double-
conversion karena energi listrik dikonversikan dua kali (dari AC ke DC dan kembali
dari DC ke AC) untuk melayani bebannya. Untuk memenuhi kebutuhan daya beban
dirasakan beban. Kriteria pemilihan UPS semacam ini biasanya meliputi kapasitas
daya, keandalan, dan lamanya waktu back-up yang diperlukan. Besarnya daya dan
waktu back-up akan langsung menentukan ukuran battery yang diperlukan. Jika
waktu back-up yang dipersyaratkan sangat panjang, baterenya akan sangat besar
dan mahal. Masalah ukuran terutama sangat penting jika kita bicara
aplikasi offshore. Secara umum, ada empat komponen utama dari suatu UPS, yaitu:
Ini merupakan penyimpan energi listrik dalam bentuk energi kimia. Battery
bekerja pada tegangan searah (DC). Ukuran battery ditentukan oleh kapasitas daya
perbedaan rating tegangan peralatan dengan tegangan operasi battery yang tersedia.
Untuk itu perlu pemilihan battery dengan jumlah sel yang memenuhi persyaratan
tegangan sistem. Besarnya jumlah sel maksimum dapat dicari dengan persamaan :
Pada sistem UPS, battery dihubungkan antara rectifier dan inverter melalui
a. Laju pengosongan
ukuran plat, rancangan penyekat dan temperatur. Sistem elektrokimia disini adalah
elektrolit, misalnya KOH pada battery NiCad tidak bereaksi langsung sehingga
difusi pada elektrolit tidak begitu penting. integral Sedangkan 𝐻2 𝑆𝑂4 pada battery
sehingga proses difusi sangatlah penting. Kontruksi,ukuran plat elektroda dan luas
permukaan sentuh serta sistem peletakan akan sangat berpengaruh pada reaksi
kimia ketika battery mengalami pengosongan. Fungsi utama dari penyekat adalah
untuk memisahkan elektroda – elektroda yaitu anoda dengan katoda dan sekaligus
sebagai penyangga. Penyekat harus dapat menjaga kedekatan jarak kedua elektroda
b. Tegangan Battery
V = I x R ..................................................................................................(2.2)
Dengan :
Tegangan akhir pengosongan adalah tegangan minimum yang diijinkan pada saat
dibawah yang diijinkan akan mengakibatkan terbentuknya kristal asam sulfat yang
10
Bila arus pengosongan dinyatakan dalam 𝐼𝑑𝑖 𝑠 dan waktu pengosongan dalam
disusun dengan konfigurasi paralel, seri atau seri – paralel. Konfigurasi paralel dipaki
kapasitas seri dipakai dengan tujuan untuk memperbesar tegangan kerja battery.
paralel.
ke beban) pada UPS saat tegangan Input padam atau ada masalah.
Pada saat UPS mengalami gangguan pada tegangan inputnya, maka UPS
harus memperbaiki gangguan tersebut supaya beban yang di suply oleh UPS aman.
Pada saat input mengalami gangguan seperti turunnya tegangan input yang sangat
ekstrim (di bawah range input dari UPS itu sendiri) atau tegangan input mati, maka
Input dari UPS dianggap tidak ada. Maka UPS akan mengambil sumber listrik dari
11
3. Effesiensi Inverter UPS kita (Offline 50 s/d 75%, Online 85 s/d 95%)
4. Perhitungan ini tidak tepat 100% karena setiap UPS mempunyai effisiensi
yang berbeda-beda.
Untuk mengetahui berapa lama (menit) Battery dapat menyuplai arus listrik ke
Dimana :
Rectifier adalah salah satu alat listrik yang statis yang dapat mengubah daya
listrik arus bolak – balik (AC) menjadi daya listrik arus searah (DC) pada tegangan
12
battery. Pengisian battery oleh rectifier/ battery charger dilakukan dengan metode
Bila sistem pada metode float, maka output DC dari rectifier diatur untuk
untuk pengisian sampai mencapai kapasitas penuh. Bila sistem beroprasi pada
yang diikuti kenaikan arus pengisian battery pada kondisi charged. Pemilihan mode
pengisian battery dilakukan secara otomatis oleh internal circuitry. Komponen yang
biasa digunakan sebagai penyearah adalah dioda. Rangkaian penyearah suplai daya
Dari Gambar 2.1 dapat dilihat bentuk dasar dari rangkaian penyearah
setengah gelombang :
13
berkonduksi, sehingga tidak ada arus yang melalui beban R.Gelombang keluaran
dari penyearah setengah gelombang seperti Gambar 2.2. Tegangan keluaran dari
𝑅 𝐷𝑂 𝑉 𝑅
𝑉𝑜 = (𝑅+𝑟 ) 𝑉𝑖 − (𝑅+𝑟 .............................................................................(2.6)
𝐷 𝐷)
Dimana :
Vi = Tegangan input
Dari Gambar 2.3 dapat dilihat bentuk dasar dari rangkaian penyearah
gelombang penuh:
14
dihubungkan dengan tap tengah untuk memperoleh dua buah tegangan masukan
keluaran dari penyearah gelombang penuh seperti Gambar 2.4, ketika node A
berada pada polaritas positif, D1 akan dicatu maju dan D2 akan dicatu mundur.
Sehingga D1 akan berkonduksi dan arus akan melalui R kemudian kembali menuju
tap tengah pada transformator. Ketika node B berada pada polaritas positif, D2 akan
dicatu maju dan D1 akan dicatu mundur. Sehingga arus yang dikonduksikan oleh
D2 akan mengalir melalui R dan kembali menuju tap tengah pada transformator.
15
𝑅
𝑉𝑜 = [𝑅 +𝑟 ] (𝑉𝑠 − 𝑉𝐷𝑂 ) ...........................................................................(2.7)
𝑡 𝐷 +𝑅
𝑅 𝑉𝑚
𝑉𝐷𝐶 = 2 [𝑅 +𝑟 ] ................................................................................(2.8)
𝑡 𝐷 +𝑅 𝜋
c. Penyearah Jembatan
dari penyearah gelombang penuh. Penyearah ini menggunakan empat buah dioda
Selama setengah siklus positif dari tegangan masukan, Vi bernilai positif dan
arus dikonduksikan melalui dioda D1, Resistor R dan dioda D2. Sementara itu,
dioda D5 dan D4 akan dicatu mundur. Selama setengah siklus negatif, tegangan Vi
akan menjadi negatif, dan diode D5 dan D4 dicatu maju sehingga arus melalui R
dengan arah yang sama pada setengah siklus positif. Pada Gambar 2.6 dapat dilihat
16
3. Inverter
Inverter adalah alat untuk mengkonversikan daya listrik dari bentuk searah
(DC) menjadi bolak-balik (AC). Komponen utama inverter adalah IGBT. Inverter
dikendalikan dengan teknik modulasi lebar pulsa atau PWM (Pulse Width
mendekati sinusoidal. Setiap saat, kebutuhan daya beban dipasok melalui inverter.
Inverter selain untuk UPS juga digunakan antara lain untuk: mengatur kecepatan
motor induksi, catu daya pada pesawat udara, catu daya transmisi tegangan tinggi
arus searah, dan lain-lain. Inverter dapat dibagi menjadi beberapa jenis diantaranya:
a. Inverter Ferroresonant
Inverter Ferroresonant seperti pada Gambar 2.7 terdiri dari sebuah oscillator
teratur dan membatasi arus keluarannya. Efisiensi untuk inverter jenis ini bervariasi
mulai dari 50 hingga 83% tergantung dari beban yang terhubung, sedangkan respon
17
Inverter Delta Magnetic seperti Gambar 2.8, merupakan jenis yang biasa
digunakan pada sistem tiga fasa. Modul inverter A1, B1 dan C1 menghasilkan
120°. Gelombang tersebut dikopel pada sisi primer dari transformator T1 melalui
18
Inverter-fed L/C Tank seperti pada Gambar 2.9, merupakan rangkaian tank
bentuk gelombang variabel yang harus difilter dengan mengatur jaringan induktif-
kapasitif seri dan paralel untuk mengurangi harmonik dan membentuk keluaran
yang sinusoidal.
19
terhadap perubahan beban menjadi lambat (umumnya berada pada interval 150
hingga 200 milidetik) dengan efisiensi sebesar 80%. Inverter jenis ini memerlukan
Inverter Step wave seperti pada Gambar 2.11, merupakan suatu multistep
Kejernihan dari keluaran gelombang sinus yang dihasilkan oleh inverter ini
dicapai dengan menggunakan sebuah power suplai boost dc-to-dc yang diseri
dengan baterai. Gambar 2.12 dan 2.13 menunjukkan dua implementasi yang
20
Respon waktu dari inverter jenis ini adalah sekitar 20 milidetik dengan efisiensi
mencapai 85%.
dengan memvariasikan lebar pulsa. Keluaran yang dihasilkan dari inverter jenis ini
sangat mirip dengan suatu gelombang sinus. Respon waktu pada filter ini mendekati
100 milidetik.
21
menggunakan konversi dc-to-ac melalui modulasi fasa dari dua gelombang persegi
Penguat arus searah (DC Chopper) seperti Gambar 2.16, adalah suatu
searah seperti halnya transformator pada tegangan bolak-balik. Pada UPS yang
digunakan adalah penguat arus searah naik (chopper step up), yang berfungsi untuk
menaikkan tegangan baterai. Ketika tegangan input dalam kondisi abnormal dan
mati. Maka baterai akan mensuplai daya, dengan terlebih dahulu menaikkan
tegangannya pada penguat arus searah biasanya dari 82VDC ke 360 VDC, lalu
22
(connect) atau memutuskan (disconnect) suatu beban dari sumber daya, dibagi
dalam dua bagian utama, yaitu Mechanical Switch (Manual Switch) dan Static
Karena dari kelebihan inilah maka sistem UPS menggunakan static switch
agar pada saat pindahnya pencatuan beban dari catu inverter ke switch hubung
langsung (by pass) tidak terjadi pemutusan, sehingga beban akan memperoleh catu
Maka thyristor TH3 dan TH4 bekerja, dengan jalan memberikan pulsa trigger
pada terminal pintunya terus menerus. Pemberian pulsa panjang pada pintu thyristor
adalah untuk mempertahankan agar thyristor tetap bekerja, karena masing – masing
thyristor mendapat umpan maju (forward bias) dab umpan balik (reverse bias) yang
23
Maka static transfer switch akan memindahkan beban kritis pada posisi
trigger pada pintu thyristor TH3 dan TH4 serta pada saat bersamaan memberikan
pulsa trigger secara terus menerus pada pintu thyristor TH1 dan TH2 perpindahan
tersebut akan berlangsung dalam waktu yang kurang dari 0.02 detik.
manual transfer switch yang berguna untuk melakukan perbaikna atau perawatan
dari salah satu unit UPS. Pengoprasian manual Transfer Switch adalah dengan cara
memindahkan beban kritis dari catu inverter (dalam posisi otomatis) dipindahkan
keposisi hubungan langsung, setelah itu Manual Transfer Switch dapat dioprasikan
untuk mengambil alih tugas static transfer switch guna mencatu daya listrik.
24
Berdasarkan kontruksinya UPS dibagi atas dua bagian yaitu Rotaring UPS
Umumnya menggunakan roda gila (flywheel) yang akan menyimpan energi kinetik
yang diberikan padanya pada saat supply utama terputus, energi kinetik tersimpan.
Inilah yang kemudian diubah menjadi energi listrik dengan generator sebagai
peubah energi.
UPS jenis ini telah lama ditinggalkan karena efesiensi dan keandalannya
sangat rendah sebab ada faktor gesekan dan pengaruh dari luar. Selain itu UPS ini
energi listrik digunakan baterai sedangkan untuk mengubah energi listrik yang
komponen elektronika daya seperti transistor, thyristor, dioda, dan lain – lain.
Pada masa sekarang UPS jenis ini sangat umum digunakan karena efesiensi
dan keandalannya yang tinggi. Hal ini desebabkan karena tidak adanya komponen
(bagian yang bergerak pada UPS jenis ini) dan kontrol elektronik yang digunakan
lebih sensitif, sehingga dapat mendeteksi dan memindahkan beban lebih cepat.
Selain itu kemampuan mensupply daya dapat diatur dengan mengatur kapasitas
25
atas :
supply utama.
dengan kontaktor,
3. Operasi UPS stand by, supply daya dari supply utama dengan fasilitas
6. Operasi paralel 2 buah UPS dimana salah satu beroprasi terus menerus
dan yang lain stand by dan dilenggkapi dangan fasilitas transfer ke supply
7. Operasi beberapa unit UPS dimana sebagian beroprasi tersu menerus dan
Berdasarkan Gambar 2.18, UPS jenis On Line yaitu UPS yang bekerja secara
menyeluruh semua bagiannya disaat UPS dalam kondisi normal (ada input listrik).
Dan jenis ini yang kebanyakan ada dan dipakai saat ini. Karena baik saat normal
26
secara bypass disaat UPS dalam kondisi perawatan atau saat ada gangguan.
Dalam sistem kerjanya, UPS jenis ini memiliki tiga keadaan atau sistem
operasi :
Dalam kondisi normal, UPS bekerja ketika input listrik menyala. Gambar
menjaga tegangannya konstan, dengan pembatasan arus, untuk mengisi baterai dan
27
b. Keadaan Bypass
Jika unit UPS dalam keadaan beban lebih atau terdapat gangguan internal,
aliran arus secara otomatis pindah dari unit rangkaian utama ke rangkaian bypass.
Perpindahan ini terjadi secara otomatis kurang dari empat milidetik dalam
fasa. Waktu perpindahan tidak cukup lama karena akan mengakibatkan interupsi
pada banyak beban. Jika aliran arus pindah ke kondisi bypass karena terjadi beban
lebih dan kondisi beban lebih berakhir dalam beberapa saat, maka aliran arus secara
Jika aliran arus dalam kondisi bypass akibat terjadinya gangguan ( fault
condition ), maka aliran arus harus pindah secara manual dari kondisi bypass ke
kondisi operasi normal, setelah gangguan tersebut diatasi. Biasanya dengan cara
mereset saklar RUN/STOP. Dan ini juga berlaku untuk gangguan-gangguan yang
tidak fatal.
28
gangguan atau mati, maka baterai-baterai UPS segera mensuplai tegangan searah
Proses ini akan terus berlangsung hingga tegangan baterai jatuh (drop).
Ketika ini terjadi, baterai akan menghentikan suplai daya ke beban. Baterai UPS
biasanya sanggup memberikan waktu sekitar tujuh menit waktu backup ( tanpa
tambahan bank baterai). Waktu ini tepat ketika unit UPS beroperasi saat beban
penuh (87% dari nominal kapasitas output). Ketika UPS beroperasi dengan beban
waktu ini tergantung model dan merek UPS, kondisi baterai, tipe beban, temperatur
UPS jenis Off Line, yaitu UPS yang bekerja secara bypass, dimana saat listrik
input dalam keadaan normal, maka bagian inverter tidak bekerja. Sedangkan saat
29
yaitu pada saat transfer switch bekerja. Transfer switch akan bekerja pada saat
listrik utama padam. Proses ini terjadi dalam waktu kurang dari 4 milidetik.
Meskipun demikian untuk peralatan yang sensitif terhadap gangguan listrik, hal ini
yang digunakan. Pada UPS jenis ini beban (output) dari UPS akan mendapatkan
sumber listrik langsung pada saat sumber listrik utama (PLN) ada, baru pada saat
llistrik utama PLN padam beban mendapatkan sumber energi listrik dari UPS.
Sehingga pada saat sumber listrik utama ada, tegangan output akan sangat
bergantung pada input sumber listrik utama PLN. Untuk mengatasi hal ini maka
diakibatkan oleh buruknya sumber listrik utama. Blok diagramnya akan menjadi
Gambar 2. 22 Diagram blok off line UPS saat kondisi normal (bypass)
30
Daya listrik adalah besarnya laju hantaran energi listrik yang terjadi pada
suatu rangkaian listrik. Dalam satuan internasional daya listrik adalah W (Watt)
yang menyatakan besarnya usaha yang dilakukan oleh sumber tegangan untuk
mengalirkan arus listrik tiap satuan waktu J/s (Joule/detik). Berikut ini adalah
𝑊
𝑃= .......................................................................................(2.9)
𝑡
Keterangan :
P = Daya (W)
W = Usaha (J)
t = Waktu (s)
Energi listrik merupakan energi utama yang dibutuhkan suatu perlatan listrik
pemanasan, dsb.Energi yang digunakan oleh suatu peralatan listrik merupakan daya
sebagai berikut :
𝑊 = 𝑃 𝑋 𝑡 .............................................................................................. (2.10)
Dimana :
31
Daya aktif adalah daya yang sesungguhnya dibutuhkan oleh beban. Satuan
daya aktif adalah W (Watt) dan dapat diukur dengan menggunakan alat ukur
listrik Wattmeter. Daya Aktif pada beban yang bersifat resistansi (R), dimana tidak
mengandung induktor grafik gelombang tegangan (V) dan arus se fasa, sehingga
besar daya sebagai perkalian tegangan dan arus menghasilkan dua gelombang yang
keduanya bernilai positif besarnya daya aktif adalah P. Pada Gambar 2.24, sisa
puncak dibagi menjadi dua untuk mengisi celah-celah kosong sehingga kedua
32
Keterangan :
Daya aktif pada beban impedansi (Z), beban impedansi pada suatu rangkaian
disebabkan oleh beban yang bersifat resistansi (R) dan induktansi (L). Maka
dan gelombang arus menghasilkan dua puncak positif yang besar dan dua puncak
negatif yang kecil. Pergeseran sudut fasa bergantung seberapa besar nilai dari
komponen induktor nya. Pada Gambar 2.25 Gelombang tegangan mendahului arus
sebesar φ = 60o.
33
Kerangan :
V = Tegangan (V)
Daya reaktif adalah daya yang dibutuhkan untuk pembentukan medan magnet
atau daya yang ditimbulkan oleh beban yang bersifat induktif. Satuan daya reaktif
adalah VAR (Volt.Amper Reaktif). Untuk menghemat daya reaktif dapat dilakukan
dengan memasang kapasitor pada rangkaian yang memiliki beban bersifat induktif.
Hal serupa sering dilakukan pada pabrik-pabrik yang mengunakan motor banyak
Keterangan :
V = Tegangan (V)
34
Daya semu adalah daya yang dihasilkan dari perkalian tegangan dan arus
listrik. Daya nyata merupakan daya yang diberikan oleh PLN kepada konsumen.
Beban yang bersifat daya semu adalah beban yang bersifat resistansi (R),
contoh : lampu pijar, setrika listrik, kompor listrik dan lain sebagainya. Peralatan
listrik atau beban pada rangkaian listrik yang bersifat resistansi tidak dapat dihemat
adalah 0o dan memiliki nilai faktor daya adalah 1. Berikut ini persamaan daya
semu :
𝑆 = 𝑉 𝑥 𝐼 .............................................................................................. (2.14)
Keterangan :
V = Tegangan (V)
Pada Gambar 2.26, ketiga macam daya tersebut saling berhubungan dan
35
reaktif (Q) berbeda sudut sebesar 90o dari daya aktif. Sedangkan daya semu (S)
adalah hasil penjumlahan secara vektor antara daya aktif dengan daya reaktif. Jika
mengetahui dua dari ketiga daya maka dapat menghitung salah satu daya yang
𝑃2 = 𝑆 2 − 𝑄 2 ..................................................
𝑃 = √𝑆 2 − 𝑄 2 ...................................................................................... (2.15)
Keterangan :
P = Daya aktif
Q = Daya reaktif
S = Daya semu
atau peningkatan kualitas daya. Beberapa permasalahan pada kualitas daya listrik
antara lain :
Penurunan nilai tegangan RMS pada kisaran 10-90% dalam kurun waktu
antara 0,5 siklus hingga kurang dari satu menit. Penyebab kejadian ini antara lain
adanya kenaikan beban atau pengasutan motor kapasitas besar. Gejala ini berakibat
pada terganggunya rangkaian sensing pada komputer dan kontrol, serta terdapat
36
Peningkatan nilai tegangan RMS pada kisaran 110- 180% dalam kurun waktu
antara 0,5 siklus hingga kurang dari satu menit. Penyebab kejadian ini antara lain
kegagalan sistem, switching loads dan switching kapasitor. Akibat dari gejala swell
Transien
Penyimpangan sesaat yang tidak diinginkan dari tegangan suplainya atau arus
beban.
Harmonik
Merupakan distorsi sinusoidal periodik tegangan suplai atau arus beban yang
disebabkan oleh beban non linier. Akibat dari distorsi harmonik adalah overheating
Distorsi Tegangan
sinusoidal, yang tidak merupakan kelipatan bilangan bulat dari frekuensi pasokan
mendasar.
Flicker
Hz.
37
phasa, dimana sudut normal antar phase adalah 120o. Akibat dari
Deviasi frekuensi
Gangguan Transien
yang kurang dari 10 % dalam waktu yang tidak lebih dari 1 menit. Kegagalan dapat
Outage
Gangguan yang memiliki durasi lebih dari satu menit. Akibat dari gejala
Salah satu masalah terbesar dalam aspek kualitas daya adalah kandungan
harmonik pada sistem listrik. Harmonik adalah gangguan yang terjadi pada sistem
distribusi tenaga listrik akibat terjadinya distorsi gelombang arus dan tegangan.
frekuensi dasarnya. Hal ini disebut frekuensi harmonik yang timbul pada bentuk
gelombang aslinya sedangkan bilangan bulat pengali frekuensi dasar disebut angka
38
Hz, maka harmonik keduanya adalah gelombang dengan frekuensi sebesar 100 Hz,
murni atau aslinya sehingga terbentuk gelombang cacat yang merupakan jumlah
magnetik (EMI), dan torsi pulsa pada drives motor AC. Beberapa bentuk
39
∞
𝑓(𝑡) = ∫−∞ 𝐹(𝑆)𝑒 𝑠𝑡 𝑑𝑡............................................................................(2.17)
1 2𝜋
𝐴𝑜 = 2𝜋 ∫0 𝑓(𝑥)𝑑𝑥................................................................................(2.18)
1 2𝜋
𝐴𝑛 = 2𝜋 ∫0 𝑓(𝑥) sin(𝑛𝑥) 𝑑𝑥.................................................................(2.19)
1 2𝜋
𝐵𝑛 = 2𝜋 ∫0 𝑓(𝑥) cos(𝑛𝑥) 𝑑𝑥.................................................................(2.20)
40
𝐴
𝑓(𝑥) = 𝐴𝑜 + ∑∞ 𝑛
1 (𝐵 )............................................................................(2.23)
𝑛
2 2𝜋
𝐻𝑛 = 𝜋 ∫0 𝑓(𝑥) sin(𝑛𝑥) 𝑑𝑥...................................................................(2.24)
n = 1,3,5,7,9,...
Faktor distorsi dapat mengacu baik pada tegangan atau arus. Istilah yang paling
umum digunakan adalah total harmonic distortion (THD) yang dapat dihitung baik
untuk tegangan maupun arus. Nilai distorsi harmonik total (THD) ditentukan
dengan :
√∑𝑛 2
𝑛=2 𝑈 𝑛
𝑇𝐻𝐷 = . 100%.....................................................................(2.26)
𝑈1
komponen harmonik, nilai dibawah standar yang telah ditentukan yaitu standar
41
I SC / I L h 11 11 h 17 17 h 23 23 h 35 35 h THD
V ≤ 69 KV
69 KV < V ≤161 KV
42
METODE PENELITIAN
selama 2 bulan yakni mulai dari bulan Januari 2019 hingga Maret 2019.
Peralatan yang akan digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
Schneider Electric Power Logic (PM-5100) yang sudah terpasang terpasang pada
panel tersebut. Sedangkan pada UPS sudah terpasang alat ukur power meter
tersendiri. Clamp meter UNI-T UT201 digunakan untuk mengukur daya pada beban
UPS.
- Faktor daya
- Frekuensi
43
Rangkaian pengukuran pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1.
44
UPS.
dan THD.
PM-5100
45
Power
Meter UPS
b. Patut diketahui bahwa unit terminal bandara terbagi atas dua zona,
46
f. Percobaan selesai.
3. Pengolahan data
47
START
Tidak
Data Observasi
Sesuai Studi
Ya
Rekomendasi
Peningkatan kerja
Stop
48
Namu, Deli Serdang. Hingga saat ini, deskripsi gedung terminal yang memiliki
lantai 1, lantai megazine, lantai 2 dan juga lantai pier dengan luas bangunan total
118.930 m2, berfungsi sebagai kantor pusat kegiatan penerbangan mulai dari
terminal keberangkatan dan kedatangan, ruang tunggu, pertokoan atau tenant dan
juga pusat kontrol listrik gedung terminal. Terminal Bandara International Kuala
Kuala Namu yang dinaungi oleh PT. Angkasa Pura II, denah bangunan keseluruhan
Gedung Terminal dintunjukkan pada Gambar 4.2 sampai dengan Gambar 4.5.
49
50
Tabel 4.1.
51
Pada prinsipnya catu daya yang digunakan untuk mencatu beban pada unit
terminal bandara Kuala Namu harus mempunyai kualitas yang baik dan kontiniuitas
yang terjamin (tidak pernah terputus), beban seperti ini disebut beban kritis.
Sedangkan untuk beban yang tidak kritis, kontiniuitas masih dapat di toleransi
Berdasarkan Tabel 4.2, energi listrik pada bandara international Kuala Namu
disuplai oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) dengan Kapasitas 2x23 MVA yang
berasal dari dua gardu hubung yang berbeda (Jika salah satu aktif yang satunya lagi
non aktif). Menurut informasi yang didapatkan kedua suplai tersebut bekerja secara
bergantian kurun waktu 6 bulan. Dalam kurun waktu tersebut dilakukan perawatan
52
daya cadangan yang akan stand by jika suplai PLN alami gangguan berupa 5 unit
Generator Diesel atau Genset dengan kapasitas 2000 kVA yang terletak di Pusat
Diesel atau Genset berbahan bakar bensin merupakan back up jika PLN
mengalami gangguan ataupun black out, secara langsung ACOS aktif membuat
Diesel atau Genset Menyala dan Start, selama proses starting diesel atau genset
peralatan vital biasanya di back up oleh UPS sementara waktu. Dimana masing-
53
dinamakan SST (Sub Station), yaitu SST VIII dan SST IX. Pada kondisi normal,
Incoming pada SST adalah tegangan menengah lalu masuk ke trafo step down untuk
tegangan rendah LVMDP (Low Voltage Main Distribution Panel). Dari panel
UPS tersebut yang akan didistribusikan ke UPS yang dapat dilihat pada Gambar 4.6
yang berfungsi untuk mencharge battery yang ada pada perangkat UPS tersebut.
Pada saat kegagal catu daya utama dari PLN gagal (putus) maka UPS akan
bekerja secara otomatis yang mana pada saat terjadi kegagalan dari catuan utama
PLN static switch pada UPS tersebut akan bekerja secara otomatis dalam kurun
waktu 0,02 detik yang mengalirkan catuan daya ke beban. Fungsi dari battery pada
UPS adalah menggantikan catuan daya sementara, karena peran genset akan
54
dinamakan SST (Sub Station), yaitu SST VIII dan SST IX. Incoming pada SST
adalah tegangan menengah lalu masuk ke trafo step down untuk menurunkan
LVMDP (Low Voltage Main Distribution Panel). Pada Gambar 4.7 sampai Gambar
4.19, rincian panel-panel LVMDP masuk ke SDP (Sub Distribution Panel) ataupun
PP (Power Panel) yang pada disuplai masuk ke beban. Total konsumsi daya pada
55
56
57
58
Dari data pada Tabel 4.4 yang diperoleh pembebanan yang dibackup oleh
UPS hanya pada unit elektronik yaitu Sebagai unit terkait yang bertanggung jawab
atas beroperasinya dan perawatan untuk pembebanan lampu pada terminal, server
59
LP UPS/A 5,2
PP-XRAY 2/AP 7
Server Imigrasi 4,8
120 kVA PP-XRAY 34
SST VIII 5
PIER/AP
LP 1 A4P 5
LP 1 A3P 7
80 kVA LP UPS Lt.2 32,5 32.5
PP-XRAY B2/P 13,4
PP-XRAY MZ/BP 13,5
LP1-B4P 11
120 kVA PP-XRAY 74,8
SST IX 13,4
PIER/BP
LP1-B2P 11,1
LP1-B3P 12,4
80 kVA LP UPS MZ 33,0 33,0
Berdasarkan Gambar 4.20, data yang diperoleh battery UPS pada unit
dengan jumlah masing-masing UPS 120kVA yaitu 40 battery dan UPS 80kVA
yaitu 38 battery.
60
Battery Measurement
Sub Charge Stop
UPS Voltage Current Backup
Station Level Voltage
(V) (A) Time
(%) (V)
120 kVA 490 0 22H 33M 100 404
SST VIII
80 kVA 456 0 8H 34M 100 377
120 kVA 490 0 22H 02M 100 390
SST IX
80kVA 456 0 8H 34M 100 377
61
international Kuala Namu yaitu SST VIII dan SST IX. Pengukuran dilakukan pada
panel incoming UPS dan panel outgoing UPS dengan menggunakan alat ukur
Schneider Electric Power Logic (PM-5100) yang terpasang pada panel seperti
ditunjukkan pada Gambar 4.22 dan untuk pengukuran pada UPS sudah terdapat
power meter pada UPS Schneider Galaxy 5500. Pengukuran dilakukan pada jam
07.00 dan 19.00 WIB. Dimana pada waktu tersebut beban rata-rata terjadi.
Pada setiap UPS masing - masing memiliki panel incoming dan panel
62
tegangan line-netral pada masing-masing panel incoming dan outgoing pada jam
Tabel 4. 6 Hasil pengukuran tegangan line-line dan tegangan line-netral SST VIII
dan SST IX
Tegangan (V)
Sub Waktu
Panel U (Line – Line) V (Line – Netral)
Station (WIB)
U12 U23 U31 V1 V2 V3
Incoming 07.00 381 381 378 221 221 220
UPS 120Kva 19.00 396 395 393 228 228 227
Outgoing 07.00 399 399 398 230 230 230
UPS 120kVA 19.00 386 384 382 223 223 221
SST VIII
Incoming 07.00 386 385 383 222 223 221
UPS 80Kva 19.00 394 394 390 226 227 226
Outgoing 07.00 400 400 400 230 230 230
UPS 80kVA 19.00 386 386 386 222 223 222
Incoming 07.00 386 385 382 222 222 221
UPS 120kVA 19.00 394 394 391 227 227 226
Outgoing 07.00 395 396 395 228 229 228
UPS 120kVA 19.00 387 389 386 224 224 223
SST IX
Incoming 07.00 386 385 383 222 222 221
UPS 80kVA 19.00 395 395 392 227 228 227
Outgoing 07.00 398 399 399 230 230 230
UPS 80kVA 19.00 388 387 386 224 223 223
Tegangan (V)
Waktu
U (Line – Line) V (Line – Netral)
(WIB)
U12 U23 U31 V1 V2 V3
07.00 381 381 378 221 221 220
Minimal
19.00 386 384 382 222 223 221
07.00 400 400 400 230 230 230
Maksimal
19.00 396 395 393 228 228 227
07.00 391,75 391,6 391,13 225,63 225,88 225,13
Rata-rata
19.00 390,75 390,5 388,25 225,13 225,38 224,38
63
dilakukan pada masing-masing panel incoming UPS dan panel outgoing UPS dapat
dianalisa bahwa tegangan tertinggi terjadi pada jam 07.00 WIB pada panel
Outgoing UPS 80 KVA SST VIII sebesar 400 V dikarenakan tidak ada beban yang
aktif. Untuk tegangan terendah yang terukur merata pada panel Incoming UPS 120
Peraturan Permen ESDM No. 4 Tahun 2009 tentang Aturan Distribusi Tenaga
tegangan nominal 400V antar fase dan 230 V fase ke netral. Dengan Batas +5%
Dari data tersebut sudah memenuhi toleransi yang diizinkan, namun ketika
tegangan turun ataupun naik hal tersebut tersebut sudah diantisipasi dengan
64
19.00 pada masing-masing panel incoming dan panel outgoing dapat dilihat pada
405
U12
400
395
390
U21
385
380
375 U32
370
Incoming Outgoing Incoming Outgoing Incoming Outgoing Incoming Outgoing
UPS UPS UPS UPS UPS UPS UPS UPS
120kVA 120kVA 80kVA 80kVA 120kVA 120kVA 80kVA 80kVA
SST VIII SST IX
400
395
U12
390
385 U21
380
U32
375
Incoming Outgoing Incoming Outgoing Incoming Outgoing Incoming Outgoing
UPS UPS UPS UPS UPS UPS UPS UPS
120kVA 120kVA 80kVA 80kVA 120kVA 120kVA 80kVA 80kVA
SST VIII SST IX
65
230
228
V1
226
224
222 V2
220
218 V3
216
214
Incoming Outgoing Incoming Outgoing Incoming Outgoing Incoming Outgoing
UPS UPS UPS UPS UPS UPS UPS UPS
120kVA 120kVA 80kVA 80kVA 120kVA 120kVA 80kVA 80kVA
SST VIII SST IX
230
228
226 V1
224
222 V2
220
218 V3
216
Incoming Outgoing Incoming Outgoing Incoming Outgoing Incoming Outgoing
UPS UPS UPS UPS UPS UPS UPS UPS
120kVA 120kVA 80kVA 80kVA 120kVA 120kVA 80kVA 80kVA
SST VIII SST IX
66
masing-masing panel incoming dan outgoing UPS pada jam 07.00 dan 19.00 WIB.
Tabel 4. 7 Hasil pengukuran arus, frekuensi dan cos phi pada SST VIII dan SST IX
Arus (A)
Sub Waktu Freq Cos
Panel
Station (WIB) R S T N (Hz) Phi
67
incoming UPS dan panel outgoing UPS dapat dianalisa bahwa Untuk permasalahan
arus yang terjadi pada sisi netral tidak dibenarkan karena akan menimbulkan
keadaan beban tak seimbang, bahkan dapat merusak peralatan. Namun hal tersebut
dapat diatasi oleh gedung terminal dengan penggunaan tahanan pembumian yang
fungsinya mereduksi arus pada sisi netral. Dari data pengukuran faktor daya yang
dilakukan pada masing-masing panel incoming UPS dan panel outgoing UPS dapat
dianalisa bahwa Faktor daya terendah yang terjadi dimana faktor daya tercatat 0,70
pada panel UPS 80 KVA outgoing SST VIII pada jam 19.00 WIB . Namun hal
tersebut tentu saja menjadi tidak berpengaruh besar dikarenakan jika faktor daya
terpantau rendah dalam kurun waktu tertentu secara langsung kapasitor bank yang
ada pada SST akan aktif untuk meningkatkan faktor daya tersebut dan pada panel
outgoing UPS 80KVA SST VIII pada jam 07.00 WIB tidak dapat dibaca alat ukur
karena tidak ada beban yang aktif pada panel dan jam tersebut.
Pada Gambar 4.27 dan Gambar 4.28 dapat dilihat grafik arus per phasa pada
jam 07.00 dan jam 19.00 pada masing-masing panel incoming dan panel outgoing.
120
100
R
80
60 S
40
20 T
0
Incoming Outgoing Incoming Outgoing Incoming Outgoing Incoming Outgoing N
UPS UPS UPS UPS UPS UPS UPS UPS
120kVA 120kVA 80kVA 80kVA 120kVA 120kVA 80kVA 80kVA
SST VIII SST IX
Gambar 4. 27 Grafik arus SST VIII dan SST IX pada jam 07.00 WIB
68
120
100
R
80
60 S
40
T
20
N
0
Incoming Outgoing Incoming Outgoing Incoming Outgoing Incoming Outgoing
UPS UPS UPS UPS UPS UPS UPS UPS
120kVA 120kVA 80kVA 80kVA 120kVA 120kVA 80kVA 80kVA
SST VIII SST IX
Gambar 4. 28 Grafik arus SST VIII dan SST IX pada jam 19.00 WIB
Pada Gambar 4.29 dapat dilihat grafik cosphi pada masing-masing panel
1,2
Cos
1
Phi
0,8 jam
07.00
0,6
Cos
0,4
Phi
0,2 jam
19.00
0
Incoming Outgoing Incoming Outgoing Incoming Outgoing Incoming Outgoing
UPS UPS UPS UPS UPS UPS UPS UPS
120kVA 120kVA 80kVA 80kVA 120kVA 120kVA 80kVA 80kVA
69
masing-masing panel incoming dan outgoing di jam 07.00 dan 19.00 WIB:
Tabel 4. 8 Hasil pengukuran harmonisa arus pada SST VIII dan SST IX
70
masing panel incoming UPS dan panel outgoing UPS dapat dianalisa bahwa untuk
meninjau THD arus yang terjadi pada panel Outgoing UPS 120KVA SST VIII,
Incoming UPS 120KVA SST VIII, Outgoing UPS 120KVA SST IX, Outgoing UPS
80KVA SST IX arus nominal nya adalah 40-400A . Sedangkan rata-rata harmonisa
arus yang terjadi adalah 15 – 78,5% dari batas yang diizinkan adalah 15% oleh
Untuk meninjau THD arus yang terjadi pada Incoming UPS 120KVA SST
VIII, incoming UPS 80kVA SST IX dan Incoming UPS 120KVA SST IX yang arus
nominalnya adalah 40-400A. Sedangkan rata-rata harmonisa arus yang terjadi 4%-
12% dari batas yang diizinkan 15% oleh sebab itu pada panel tersebut masih dalam
kriteria aman.
Pada pengukuran THD arus dan THD tegangan pada jam 19.00 WIB
cenderung lebih besar, daripada pengukuran THD arus dan THD tegangan pada jam
07.00 WIB dikarenakan banyak beban yang aktif pada malam hari.
71
pada masing-masing panel incoming dan panel outgoing di jam 07.00 dan jam
19.00 WIB.
600
500
R
400
300
S
200
T
100
0 N
Incoming Outgoing Incoming Outgoing Incoming Outgoing Incoming Outgoing
UPS UPS UPS UPS UPS UPS UPS UPS
120kVA 120kVA 80kVA 80kVA 120kVA 120kVA 80kVA 80kVA
SST VIII SST IX
Gambar 4. 30 Grafik THD Arus per phasa pada jam 07.00 WIB
600
500
400 R
300 S
200 T
100
N
0
Incoming Outgoing Incoming Outgoing Incoming Outgoing Incoming Outgoing
UPS UPS UPS UPS UPS UPS UPS UPS
120kVA 120kVA 80kVA 80kVA 120kVA 120kVA 80kVA 80kVA
SST VIII SST IX
Gambar 4. 31 Grafik THD Arus per phasa pada jam 19.00 WIB
72
dan tegangan line-netral pada masing-masing panel incoming dan outgoing di jam
Tabel 4. 9 Hasil pengukuran Harmonisa tegangan pada SST VIII dan SST IX
73
panel incoming UPS dan panel outgoing UPS dapat dianalisa bahwa Untuk nilai
maksimal adalah 8%, maka untukTHD tegangan pada SST VIII dan IX masih
Pada Gambar 4.32 dan Gambar 4.33 dapat dilihat grafik THD tegangan line-
line pada masing-masing panel incoming dan panel outgoing di jam 07.00 dan jam
19.00 WIB.
3
U12
2,5
2 U21
1,5
1 U32
0,5
0
Incoming Outgoing Incoming Outgoing Incoming Outgoing Incoming Outgoing
UPS UPS UPS 80kVA UPS 80kVA UPS UPS UPS 80kVA UPS 80kVA
120kVA 120kVA 120kVA 120kVA
SST VIII SST IX
5 U12
4,5
4
3,5 U21
3
2,5
2 U32
1,5
1
0,5
0
Incoming Outgoing Incoming Outgoing Incoming Outgoing Incoming Outgoing
UPS UPS UPS 80kVA UPS 80kVA UPS UPS UPS 80kVA UPS 80kVA
120kVA 120kVA 120kVA 120kVA
SST VIII SST IX
74
phasa pada masing-masing panel incoming dan panel outgoing di jam 07.00 dan
3
2,5
2 V1
1,5
1 V2
0,5
0 V3
Incoming Outgoing Incoming Outgoing Incoming Outgoing Incoming Outgoing
UPS UPS UPS 80kVA UPS 80kVA UPS UPS UPS 80kVA UPS 80kVA
120kVA 120kVA 120kVA 120kVA
SST VIII SST IX
5
4,5
4
3,5
V1
3
2,5
2
V2
1,5
1
0,5
V3
0
Incoming Outgoing Incoming Outgoing Incoming Outgoing Incoming Outgoing
UPS UPS UPS UPS UPS UPS UPS UPS
120kVA 120kVA 80kVA 80kVA 120kVA 120kVA 80kVA 80kVA
SST VIII SST IX
75
Pengukuran UPS seperti pada Gambar 4.36 masing – masing dari substation
(SST) memiliki UPS dengan kapasitas 80 KVA dan 120 KVA. Alat ukur yang
digunakan sudah tersedia power meter pada UPS Schneider GALAXY 5500 yang
dilakukan saat UPS dalam keadaan normal dan dalam keadaan darurat. Pengukuran
UPS dalam keadaan darurat dilakukan pada malam hari dimana beban yang
dibackup aktif pada malam hari. Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui
kualiatas daya UPS disaat UPS dalam keadaan normal dan dalam keadaan darurat.
76
masing-masing UPS.
Gambar 4.37.
394
392
390
382
380
Normal Darurat Bypass Normal Darurat Bypass Normal Darurat Bypass
U12 U23 U31
77
masing-masing UPS.
dilakukan pada masing-masing UPS dalam keadaan normal maupun darurat tidak
kurang dari standart dasar Peraturan Permen ESDM No. 4 Tahun 2009 tentang
Tegangan 400/230 V merupakan tegangan nominal 400V antar fase dan 230 V fase
ke netral. Dengan Batas +5% maksimal (420 V/241,5 V) dan minimal -10%
(360V/207 V).
78
ketika tegangan turun ataupun naik hal tersebut tersebut sudah diantisipasi dengan
Gambar 4.38.
232
230
228
226 UPS 120kVA SST VIII
UPS 80kVA SST VIII
224
UPS 120kVA SST IX
222 UPS 80kVA SST IX
220
218
Normal Darurat Bypass Normal Darurat Bypass Normal Darurat Bypass
V1 V2 V3
79
UPS.
Arus (A)
Sub
UPS I1 I2 I3
Station
Normal Darurat Bypass Normal Darurat Bypass Normal Darurat Bypass
120
56 55 0 44 54 0 53 55 0
SST kVA
VIII 80
67 59 0 60 59 0 74 58 0
kVA
120
121 116 0 111 118 0 106 117 0
SST kVA
IX 80
65 56 0 71 56 0 66 56 0
kVA
Minimal 56 55 0 33 54 0 53 55 0
Maksimal 121 116 0 111 118 0 106 117 0
Rata-rata 77,25 71,25 0 71,5 71,75 0 74,75 71,5 0
Grafik arus pada masing-masing UPS dapat dilihat pada Gambar 4.39.
140
120
100
80
UPS 120kVA SST VIII
60 UPS 80kVA SST VIII
40 UPS 120kVA SST IX
20 UPS 80kVA SST IX
0
Darurat
Darurat
Darurat
Normal
Normal
Normal
Bypass
Bypass
Bypass
I1 I2 I3
80
masing-masing UPS.
Arus (A)
Sub
UPS In
Station
Normal Darurat Bypass
SST 120 kVA 2 2 0
VIII 80 kVA 1 1 0
SST 120 kVA 2 2 0
IX 80 kVA 1 1 0
Minimal 1 1 0
Maksimal 2 2 0
Rata-rata 1,5 1,5 0
Untuk permasalahan arus yang terjadi pada sisi netral tidak dibenarkan karena akan
maupun pada UPS. Namun hal tersebut dapat diatasi oleh gedung terminal dengan
penggunaan tahanan pembumian yang fungsinya mereduksi arus pada sisi netral.
Arus pada sisi bypass 0 A diakrenakan pengukuran pada bypass dilakukan saat UPS
dalam masa perbaikan. Grafik arus netral pada masing-masing UPS dapat dilihat
2,5
UPS 120kVA SST VIII
2
1,5 UPS 80kVA SST VIII
81
Daya
Sub
UPS P1 (kW) P2 (kW) P3 (kW) P
Station
Normal Darurat Normal Darurat Normal Darurat Tot
120 34
12,7 12,7 9,8 9,8 11,5 11,5
SST kVA
VIII 80 34,3
11,3 11.3 10,5 10,5 12,5 12,5
kVA
120 74,8
26,9 26,9 24,4 24,4 23,5 23,5
SST kVA
IX 80 33
11,3 11,3 11,4 11,4 10,3 10,3
kVA
Minimal 11,3 11,3 9,8 9,8 10,3 10,3 33
Maksimal 26,9 26,9 24,4 24,4 23,5 23,5 74,8
Rata-rata 15,55 15,55 14,025 14,025 14,45 14,45 44,02
Grafik daya pada masing-masing UPS dapat dilihat pada Gambar 4.41.
30
25
20
UPS 120kVA SST VIII
0
Normal Darurat Normal Darurat Normal Darurat
P1 (kW) P2 (kW) P3 (kW)
82
Frekuensi
Sub Faktor
UPS (Hz)
Station Daya
Normal Darurat Bypass
120
50,4 50,4 50,4 0,98
SST kVA
VIII 80
50,4 50,4 50,4 0,70
kVA
120
50,4 50,4 50,4 0,99
SST kVA
IX 80
50,4 50,4 50,4 0,72
kVA
Minimal 50,4 50,4 50,4 0,70
Maksimal 50,4 50,4 50,4 0,99
Raya-rata 50,4 50,4 50,4 0,8475
Dari data pengukuran faktor daya yang terukur pada masing-masing UPS
faktor daya terendah yang terjadi dimana faktor daya tercatat 0,7 pada UPS 80 KVA
SST VIII . Namun hal tersebut tentu saja menjadi tidak berpengaruh besar
dikarenakan jika faktor daya terpantau rendah dalam kurun waktu tertentu secara
langsung kapasitor bank yang ada pada SST akan aktif untuk meningkatkan faktor
daya tersebut. Grafik daya pada masing-masing UPS dapat dilihat pada Gambar
4.42.
1,5
1
UPS 120kVA SST VIII
0,5 UPS 80kVA SST VIII
UPS 120kVA SST IX
0
Faktor Daya
83
𝑃𝑈𝑃𝑆 = S x 𝑐𝑜𝑠𝜑..............................................................................(4.1)
Dimana :
𝑃𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛
%𝑃𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 = 𝑥100% ........................................................(4.2)
𝑃𝑈𝑃𝑆
Untuk UPS 120 kVA SST VIII faktor daya terukur adalah 0,98 dan beban
= 120 x 0,98
= 117,6 kW
𝑃𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛
%𝑃𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 = 𝑥100%
𝑃𝑈𝑃𝑆
34
%𝑃𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 = 𝑥100%
117,6
%𝑃𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 = 28,91%
Untuk UPS 80 kVA SST VIII faktor daya terukur adalah 0,70 dan beban
84
= 80 x 0,70
= 56 kW
𝑃𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛
%𝑃𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 = 𝑥100%
𝑃𝑈𝑃𝑆
34,3
%𝑃𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 = 𝑥100%
56
%𝑃𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 = 61,25%
Untuk UPS 120 kVA SST IX faktor daya terukur adalah 0,99 dan beban
= 120 x 0,99
= 118,8 kW
𝑃𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛
%𝑃𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 = 𝑥100%
𝑃𝑈𝑃𝑆
74,8
%𝑃𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 = 𝑥100%
118,8
%𝑃𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 = 62,96%
Untuk UPS 80 kVA SST IX faktor daya terukur adalah 0,72 dan beban
85
= 57,6 kW
𝑃𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛
%𝑃𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 = 𝑥100%
𝑃𝑈𝑃𝑆
33
%𝑃𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 = 𝑥100%
57,6
%𝑃𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 = 57,29%
Tabel 4. 16 Hasil perhitungan beban maksimum UPS dan jumlah beban pada UPS
Dari data yang didapat pada Tabel 4.16 Perbandingan beban maksimum UPS
dengan jumlah beban yang dibackup UPS belum mencapai 100% sehingga
kapasitas dari UPS masih mencukupi dan memenuhi untuk mensuplai daya listrik
pada unit terminal bandara Kuala Namu dan masih adanya tempat untuk beban
cadangan atau spare yang bakal terpasang untuk perancangan beban selanjutnya.
86
V.1 KESIMPULAN
Studi Catu Daya Tidak Terputus (UPS) Pada Gedung Terminal Bandara Kuala
1. Tegangan line-line yang terukur adalah 378 – 400V dan tegagan line-netral
120kVA SST VIII = 28,91%, %𝑃𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 UPS 80kVA SST VIII = 61,25%,
%𝑃𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 UPS 120kVA SST IX = 62,96% dan %𝑃𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 UPS 120kVA SST
yang dibackup UPS belum mencapai 100% sehingga kapasitas dari UPS
masih mencukupi dan memenuhi untuk mensuplai daya listrik pada unit
terminal bandara Kuala Namu dan masih adanya tempat untuk beban
selanjutnya.
87
oleh karena itu dibutuhkan pemasangan filter pasif di panel tersebut untuk
4. THDv yang terukur adalah 0,29% – 4,7% sedangkan THDu yang terukur
adalah 0,39% - 4,69% dari batas yang diizinkan adalah 5% oleh karena itu
88
Saran dari penulis untuk pengembangan dari Tugas Akhir ini adalah sebagai
berikut :
89
ICIT’02.
[2] Mohd. Khairil Rahmat, Slobodan Jovanovic and Kwok Lun Lo, 2010,
(PECon2010).
[3] Mohd. Khairil Rahmat, Ahmad Zaki Abdul Karim and Mohd. Nadjimi
[4] Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia
Jakarta. 2012
[5] Zuhal. 1988. Dasar Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya. Jakarta:
Gramedia.
[6] Theraja, B.L. & Theraja, A.K., A Text Book of Electrical Technology
90
Engineering. New York USA: CRC Press Taylor & Francis Ltd..
Informatika Bandung.
PT.Prenhallindo
2004.
[12] Sjani, Masykur. 1988. Analisa Sistem Tenaga II.- “harmonisa & filter
Jakarta: Gramedia.
[14] Arrillaga J, and Watson, N.R. Power System Harmonics. John Wiley&Sons,
1985.
[15] IEEE Guide for Application of Shunt Power Capacitors. IEEE Standard
2009.
91
LAMPIRAN A
92
93
94
95
96