Anda di halaman 1dari 109

SKRIPSI

STUDI SISTEM CATU DAYA TIDAK TERPUTUS PADA UNIT

TERMINAL BANDARA KUALA NAMU

Diajukan untuk memenuhi persyaratan

menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada

Departemen Teknik Elektro Sub konsentrasi Teknik Energi Listrik

Oleh

TEGUH DWI PRAKARSA

NIM : 140402024

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK

Untuk meningkatkan keandalan sistem catu-daya, biasanya dilakukan studi


catu daya tentang tingkat cadangan yang menjamin kontinyuitas sistem. Catu daya
pertama yang harus bekerja cepat adalah Uninterruptible Power Supply(UPS) atau
sistem catumdaya tak terputuskan. UPS harus bekerja cepat dan mampu memasok
beban begitu sumber listrik utama mengalami gangguan atau pemadaman.Studi
catu daya UPS dilakukan untuk menentukan dan menghitung kebutuhan energi
listrik pada UPS untuk melayani beban sebagai cadangan pada sektor unit terminal
bandara Kuala Namu, didapat bahwa kualias tegangan yang dihasilkan memenuhi
Peraturan Permen ESDM No. 4 Tahun 2009 dengan batas +5% maksimal (420
V/241,5 V) dan minimal -10% (360V/207 V). THD Arus yang terjadi adalah 15 –
78,5%, THDv yang terukur adalah 0,29% – 4,7% sedangkan THDu yang terukur
adalah 0,39% - 4,69%. Pada perbandingan jumlah beban yang dibackup masing-
masing UPS dengan beban maksimum UPS belum mencapai 100% sehingga
kapasitas dari masing-masing UPS masih mencukupi dan memenuhi untuk
mensuplai daya listrik.

Kata kunci : Catu Daya Tidak Terputus;Harmonisa Catu Daya Tidak


Terputus;Studi Sistem Catu Daya Tidak Terputus.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang. Segala Puji bagi Allah SWT atas limpahan nikmat, berkat dan ridho-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul:

“Studi Sistem Catu Daya Tidak Terputus ( UPS ) Pada Unit Terminal Bandara

Kuala Namu”

Skripsi ini merupakan bagian dari kurikulum yang harus diselesaikan untuk

memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Sarjana Strata Satu di

Departemen Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada Ayah (MHD.Suharto.) dan Ibu

(Nining S.) yang telah membimbing penulis dengan kasih sayang hingga saat ini,

serta untuk saudara laki-laki penulis (Agung Heri P.) dan saudara perempuan

penulis (Dinda H.) yang telah memberikan semangat kepada penulis serta dukungan

selama masa studi hingga selesainya skripsi ini.

Selama masa kuliah hingga penyelesaian skripsi ini, penulis juga banyak

mendapatkan dukungan maupun bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis

ingin menyampaikan ucapan rasa terima kasih kepada :

1. Bapak Ir. Eddy Warman, M.T., selaku dosen Pembimbing Skripsi yang

telah banyak meluangkan waktu dan pikirannya untuk selalu memberikan

bantuan, bimbingan, dan pengarahan kepada penulis selama perkuliahan

hingga penyusunan skripsi ini.

ii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Bapak Ir. Raja Harahap, M.T., selaku dosen pembimbing akademik yang

telah banyak memberikan masukan demi perbaikan skripsi ini dan telah

banyak memberi motivasi , dan arahan selama masa perkuliahan.

3. Bapak Ir. Surya Hadi, MS, Ph.D., selaku Dosen Penguji Skripsi yang telah

banyak memberikan masukan demi perbaikan skripsi ini serta senantiasa

memberikan bimbingan selama perkuliahan.

4. Bapak Drs. Hasdari Helmi, M.T., selaku Dosen Penguji Skripsi yang telah

banyak memberikan masukan demi perbaikan skripsi ini serta senantiasa

memberikan bimbingan selama perkuliahan.

5. Bapak Dr. Fahmi, ST. M.Sc, IPM selaku Ketua Departemen Teknik

Elektro FT – USU, dan Bapak Ir. Arman Sani, MT selaku Sekretaris

Departemen Teknik Elektro FT – USU.

6. Bapak Ir. Riswan Dinzi, MT. Selaku Kepala Laboratorium Konversi

Energi Listrik Departemen Teknik Elektro FT – USU, dan juga Om Isroi,

ST. Selaku Laboran Laboratorium Konversi Energi Listrik Departemen

Teknik Elektro FT – USU.

7. Rekan Asisten Laboratorium Konversi Energi Listrik Departemen Teknik

Elektro FT – USU: Ade, Wahyu, Fajri, Pra, Arief, Rafli, Soni, Fadlan, dan

Abbyu . Yang telah menjadi rekan diskusi penulis dalam pengerjaan

skripsi ini.

8. Seluruh pegawai dan staff PT. ANGKASA PURA II SUMATERA

UTARA yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian dan

membantu selama penelitian.

iii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9. Sahabat terdekat : Riza, Fahmy, Radinal, Dio, Furqon, Ari, Faris, Dimas,

Fitra, Pamek, Ika, Ridho. Yang telah memberikan dukungan dan motivasi

penulis.

10. Teman-teman penulis : Al, Yaumil, Dicky,Rezi ,Mirza, Aldi, Nadir,

Nawir, Arly, Tondi, Irfan, Alif, luthfi .Yang telah memberikan semangat

kepada penulis.

11. Teman – teman stambuk 2014 yang tidak dapat disebutkan satu per satu

dan adik – adik stambuk 2015, 2016, 2017.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih belum sempurna

karena masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi isi maupun susunan

bahasanya. Saran dan kritik dari pembaca dengan tujuan menyempurnakan dan

mengembangkan kajian dalam bidang ini sangat penulis harapkan. Akhir kata,

penulis berharap semoga penulisan skripsi ini dapat berguna bagi kita semua dan

hanya kepada Allah SWT-lah penulis menyerahkan diri.

Medan, Oktober 2019

Teguh Dwi Prakarsa

iv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI

ABSTRAK ..................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................ v

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. vii

DAFTAR TABEL ...................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

I.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1

I.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 4

I.3 Tujuan Penelitian.................................................................................. 4

I.4 Manfaat Penelitian................................................................................ 5

I.5 Batasan Masalah ................................................................................... 5

I.6 Sistematika Penulisan........................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 7

II.1 Sistem Catu Daya Tidak Terputus (UPS) ............................................ 7

II.1.1 Topologi UPS ............................................................................ 8

II.1.2 Jenis – Jenis UPS..................................................................... 25

II.1.3 Pinsip Kerja UPS ..................................................................... 26

II.2 DAYA LISTRIK ................................................................................ 31

II.3 HARMONISA PADA UPS ............................................................... 38

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


II.3.1 Analisis Harmonik................................................................... 40

II.3.2 Faktor distorsi harmonik dan distorsi harmonik total ............. 41

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 43

III.1 Tempat dan Waktu ............................................................................. 43

III.2 Peralatan yang Digunakan .................................................................. 43

III.3 Variabel yang Diamati ....................................................................... 43

III.4 Rangkaian Pengukuran ....................................................................... 44

III.5 Prosedur Penelitian ............................................................................. 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................... 49

IV.1 Profil Terminal Bandara International Kuala Namu .......................... 49

IV.2 Konfigurasi Sistem Kelistrikan Catu Daya pada Gedung Terminal 52

IV.3 Hasil Pengukuran kualitas daya listrik pada UPS ............................. 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 87

V.1 KESIMPULAN .................................................................................. 87

V.2 SARAN .............................................................................................. 89

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 90

LAMPIRAN ............................................................................................... 92

vi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Diagram skematik rangkaian penyearah setengah gelombang ........ 13

Gambar 2. 2 Gelombang masukan dan keluaran penyearah setengah gelombang 14

Gambar 2. 3 Diagram skematik rangkaian penyearah gelombang penuh ............. 15

Gambar 2. 4 Gelombang masukan dan keluaran penyearah gelombang penuh ... 15

Gambar 2. 5 Diagram skematik rangkaian penyearah jembatan........................... 16

Gambar 2. 6 Gelombamg masukan dan keluaran penyearah jembatan ................ 17

Gambar 2. 7 Diagram skematik inverter Ferroresonant ........................................ 18

Gambar 2. 8 Diagram skematik rangkaian inverter delta magnetik...................... 18

Gambar 2. 9 Diagram skematik rangkaian inverter fed L/C tank ......................... 19

Gambar 2. 10 Diagram skematik rangkaian quasi-square ware inverter .............. 19

Gambar 2. 11 Blok diagram rangkaian inverter step-wave................................... 20

Gambar 2. 12 Diagram skematik rangkaian inverter step-wave ........................... 20

Gambar 2. 13 Diagram skematik rangkaian inverter step beserta keluarannya .... 21

Gambar 2. 14 Diagram skematik rangkaian PWM inverter .................................. 21

Gambar 2. 15 UPS statis yang menggunakan carrier modulasi phasa ................. 22

Gambar 2. 16 Rangkaian penguat arus searah ...................................................... 22

Gambar 2. 17 Prinsip kerja saklar bypass ............................................................. 24

Gambar 2. 18 Diagram blok UPS on-line ............................................................. 27

Gambar 2. 19 aliran daya UPS keadaan input normal .......................................... 27

Gambar 2. 20 Aliran daya UPS kondisi bypass .................................................... 28

Gambar 2. 21 Aliran daya UPS kondisi darurat .................................................... 29

Gambar 2. 22 Diagram blok off line UPS saat kondisi normal (bypass) .............. 30

Gambar 2. 23 Diagram blok off line UPS saat kondisi darurat ............................. 30

vii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 2. 24 Gelombang daya aktif pada beban yang bersifat resistansi............ 32

Gambar 2. 25 Gelombang daya aktif dengan beban impedansi ............................ 33

Gambar 2. 26 Segitiga Daya ................................................................................. 35

Gambar 2. 27 Proses pembentukan geloambang yang terdistorsi harmonik ........ 39

Gambar 2. 28 Tampilan gelombang terdistorsi fundamental dengan harmonik

ketiga ............................................................................................. 40

Gambar 2. 29 Contoh keluaran harmonik yang terjadi ......................................... 40

Gambar 3. 1 Rangkaian pengukuran kualitas daya listrik pada panel .................. 44

Gambar 3. 2 Single Line Diagram Sistem UPS .................................................... 45

Gambar 3. 3 Peletakan alat ukur pada panel ......................................................... 45

Gambar 3. 4 Peletakan alat ukur pada UPS .......................................................... 46

Gambar 3. 5 Diagram alir penelitian studi ............................................................ 48

Gambar 4. 1 Gedung Terminal Bandara International Kuala Namu .................... 49

Gambar 4. 2 Gedung Terminal Lantai 1 ............................................................... 50

Gambar 4. 3 Gedung Terminal Lantai Mezzanine ................................................ 50

Gambar 4. 4 Gedung Terminal Lantai 2 ............................................................... 51

Gambar 4. 5 Gedung Terminal Lantai Pier ........................................................... 51

Gambar 4. 6 UPS pada unit terminal .................................................................... 54

Gambar 4. 7 Panel LVMDP A1 Prioriti ................................................................ 55

Gambar 4. 8 Panel LVMDP A1 Non Prioriti ........................................................ 55

Gambar 4. 9 Panel LVMDP A2 Prioriti ................................................................ 56

Gambar 4. 10 Panel LVMDP A2 Non Prioriti ...................................................... 56

Gambar 4. 11 Panel LVMDP A3 Prioriti .............................................................. 56

Gambar 4. 12 Panel LVMDP A3 Non Prioriti ...................................................... 57

viii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 4. 13 Panel LVMDP TENANT A ........................................................... 57

Gambar 4. 14 Panel LVMDP B1 Prioriti .............................................................. 57

Gambar 4. 15 Panel LVMDP B1 Non Prioriti ...................................................... 58

Gambar 4. 16 Panel LVMDP B2 Prioriti .............................................................. 58

Gambar 4. 17 Panel LVMDP B2 Non Prioriti ...................................................... 58

Gambar 4. 18 Panel LVMDP B3 Non Prioriti ...................................................... 59

Gambar 4. 19 Panel LVMDP TENANT B ........................................................... 59

Gambar 4. 20 Battery pada UPS ........................................................................... 60

Gambar 4. 21 Pengukuran kapasitas battery pada UPS ........................................ 61

Gambar 4. 22 Pengukuran kualitas daya pada panel............................................. 62

Gambar 4. 23 Grafik tegangan line-line pada jam 07.00 WIB ............................. 65

Gambar 4. 24 Grafik tegangan line-line pada jam 19.00 WIB ............................. 65

Gambar 4. 25 Grafik tegangan line-netral pada jam 07.00 WIB .......................... 66

Gambar 4. 26 Grafik tegangan line-netral SST IX pada 19.00 WIB .................... 66

Gambar 4. 27 Grafik arus SST VIII dan SST IX pada jam 07.00 WIB ................ 68

Gambar 4. 28 Grafik arus SST VIII dan SST IX pada jam 19.00 WIB ................ 69

Gambar 4. 29 Grafik cos phi ................................................................................. 69

Gambar 4. 30 Grafik THD Arus per phasa pada jam 07.00 WIB ......................... 72

Gambar 4. 31 Grafik THD Arus per phasa pada jam 19.00 WIB ......................... 72

Gambar 4. 32 Grafik THD tegangan line-line pada jam 07.00 WIB .................... 74

Gambar 4. 33 Grafik THD tegangan line-netral pada jam 19.00 WIB ................. 74

Gambar 4. 34 Grafik THD tegangan line-netral pada jam 07.00 WIB ................. 75

Gambar 4. 35 Grafik THD tegangan line-netral pada jam 19.00 WIB ................. 75

Gambar 4. 36 Pengukuran kualitas daya pada UPS .............................................. 76

ix

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 4. 37 Grafik tegangan line-line UPS ....................................................... 77

Gambar 4. 38 Grafik tegangan line-netral UPS .................................................... 79

Gambar 4. 39 Grafik arus pada UPS ..................................................................... 80

Gambar 4. 40 Grafik arus netral pada UPS ........................................................... 81

Gambar 4. 41 Grafik Daya UPS ............................................................................ 82

Gambar 4. 42 Grafik Faktor Daya UPS ................................................................ 83

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Limit Tegangan ................................................................................... 42

Tabel 2. 2 Limit Arus ........................................................................................... 42

Tabel 4. 1 Aktivitas dan fungsi setiap lantai ......................................................... 52

Tabel 4. 2 Suplai Terpasang Bandara International Kuala Namu ......................... 53

Tasel 4. 3 Spesifikasi UPS .................................................................................... 53

Tabel 4. 4 Beban pada UPS................................................................................... 60

Tabel 4. 5 Kapasitas battery pada UPS ................................................................. 61

Tabel 4. 6 Hasil pengukuran tegangan line-line dan tegangan line-netral SST VIII

dan SST IX ........................................................................................... 63

Tabel 4. 7 Hasil pengukuran arus, frekuensi dan cos phi pada SST VIII dan SST

IX .......................................................................................................... 67

Tabel 4. 8 Hasil pengukuran harmonisa arus pada SST VIII dan SST IX ............ 70

Tabel 4. 9 Hasil pengukuran Harmonisa tegangan pada SST VIII dan SST IX ... 73

Tabel 4. 10 Hasil pengukuran Tegangan line-line pada UPS ............................... 77

Tabel 4. 11 Hasil pengukuran Tegangan line-netral pada UPS ............................ 78

Tabel 4. 12 Hasil pengukuran Arus pada UPS ...................................................... 80

Tabel 4. 13 Hasil pengukuran arus netral pada UPS ............................................. 81

Tabel 4. 14 Hasil pengukuran Daya pada UPS ..................................................... 82

Tabel 4. 15 Hasil pengukuran Frekuensi dan Faktor Daya pada UPS .................. 83

Tabel 4. 16 Hasil perhitungan beban maksimum UPS dan jumlah beban

pada UPS ........................................................................................... 86

xi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Subsektor transportasi udara memiliki peran yang sangat penting untuk

menghubungkan daerah-daerah terpencil yang sukar dilalui oleh moda lain.

Berdasarkan letak geografis Indonesia yang terdiri dari banyak kepulauan maka sub

sektor transportasi udara menjadi moda transportasi yang cepat dan ekonomis

dibandingkan moda transportasi lain. Bandar udara sebagai tempat untuk mendarat dan

lepas landas pesawat udara, naik turun penumpang dan atau bongkar muat kargodan

atau pos sangat memperhatikan keselamatan operasi penerbangan. Untuk dapat

menyelenggarakan kegiatan operasi bandara udara yang aman dan lancar maka harus

didukung oleh peralatan penunjang operasi penerbangan yang baik dan terjaga

kontinyuitas operasi dan untuk kerjanya .

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah diikuti pula dengan

perkembangan teknologi peralatan navigasi, komunikasi dan peralatan-peralatan lain

dalam menunjang operasi penerbangan. Peralatan-peralatan tersebut sangat

membutuhkan kondisi catu daya listrik yang handal dan stabil. Ketidak stabilan catu

daya listrik dapat menurunkan unjuk kerja peralatan keselamatan penerbangan yang

pada akhirnya dapat mengganggu operasi penerbangan. Untuk mendukung

pengoperasian peralatan keselamatan penerbangan diperlukan catu daya listrik yang

memiliki kontinyuitas dan stabilitas serta ketersediaan sesuai dengan kebutuhannya,

tipe jaringan distribusi dan peralatan pendukungnya yang sesuai dengan kondisi dan

karakteristik beban. Persyaratan-persyaratan tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kualitas catu daya listrik yang dapat menunjang operasi penerbangan yang aman,

nyaman, cepat dan teratur.

Kebutuhan akan ketersediaan pelayanan sumber daya listrik secara

kontinuitas mutlak dibutuhkan oleh pelayanan penerbangan diBandara Kuala

Namu. Tetapi pada kenyataannya, PLN sebagai penyedia sumber daya listrik belum

mampu menjaga kontinuitas ketersediaan daya listrik tersebut. Hal ini terlihat dari

seringnya pemadaman listrik, karena itu perumahan maupun industri mencari

alternatif penyediaan sumber daya listrik cadangan untuk digunakan saat terjadi

pemadaman listrik.

Salah satu upaya untuk mempertahankan pelayanan penerbangan di Bandara

Kuala Namu, maka disini diperlukan catu daya yang kontiniu. Apabila beban-beban

berupa alat bantu penerbangan tersebut tidak mendapat catu daya secara normal,

maka hal ini akan mengakibatkan kerugian yang besar dan akan membahayakan

bagi keselamatan penerbangan, maka salah satu upaya yang dilakukan untuk

meningkatkan dan mempertahankan pelayanan daya terhadap beban, apabila catu

daya utama mengalami kegagalan adalah dengan menggunakan catu daya tidak

terputus atau Uninterruptible Power Supply (UPS) yang dapat bekerja secara

otomatis jika sumber daya utama mengalami gangguan.

Penggunaan UPS merupakan salah satu prosedur yang penting dalam

meningkatkan dan mempertahankan pelayanan penerbangan. Penelitian tentang

UPS pada unit terminal bandara Kuala Namu perlu dilaksanakan mengingat bahwa

bandara tersebut merupakan salah satu akses penting untuk menunjang kelancaran

prasarana transportasi udara di daerah Sumatera Utara.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pada penelitian sebelumnya, Justus Rubi pada tahun 2002 mengatakan bahwa

Uninterruptible Power Supply (UPS) akan mempengaruhi besar harmonik yang

signifikan pada kualitas daya output Uninterruptible Power Supply (UPS) [1]. Perlu

dilakukan pemasangan filter untuk dapat mereduksi nilai gangguan harmonik pada

sistem.

Pada tahun 2010, Muhammad Khairil melakukan penelitian bahwa

Uninterruptible Power Supply (UPS) memiliki lima jenis sistem konfigurasi. Pada

masing-masing konfigurasi memiliki keandalan yang berbeda. Diantaranya lima

konfigurasi yaitu, konfigurasi capacity, isolated redundant, parallel redundant,

distributed redundant, and system plus system redundant[2]. Selanjutnya pada

tahun 2017, Muhammad Khairil melakukan analisis sensitivitas untuk

menginvestigasi kegagalan sebagai upaya untuk peningkatan keandalan

Uninterruptible Power Supply (UPS)[3]. Pada penelitan ini, dilakukan studi tentang

pengukuran sistem Uninterruptible Power Supply (UPS). Studi pengukuran sistem

Uninterruptible Power Supply (UPS) ini meliputi arus, tegangan, frekuensi, faktor

daya, cos phi dan pembebanan. Parameter-parameter tersebut didapatkan melalui

pengukuran pada sistem UPS di unit terminal bandara Kuala Namu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


I.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah :

1. Seberapa besar kualitas daya listrik pada panel dan UPS untuk melayani

beban yang dibackup pada sektor unit terminal bandara Kuala Namu.

2. Seberapa besar kinerja dari karakteristik UPS untuk melayani tingkat

pembebanan pada sektor unit terminal bandara Kuala Namu.

I.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penulisan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui dan menganalisa tingkat kualitas daya dari panel dan UPS

pada pembebanan di sektor unit terminal bandara Kuala Namu.

2. Menentukan dan menganalisa kinerja dari UPS pada pembebanan di

sektor unit terminal bandara Kuala Namu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


I.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang didapatkan dari penelitian ini adalah :

1. Dapat mengetahui kebutuhan energi listrik pada UPS untuk melayani beban

yang dibackup pada sektor unit terminal bandara Kuala Namu.

2. Memberikan informasi bagi perusahaan terkait besarnya harmonisa yang

dihasilkan UPS di unit terminal bandara Kuala Namu.

3. Dapat dijadikan referensi untuk mengetahui peluang penghematan dan

peningkatan efisiensi energi pada unit terminal bandara Kuala Namu.

I.5 Batasan Masalah

Pembatasan masalah yang dilakukan dalam penulisan penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Pembebasan secara mendalam pada sistem kelistrikan pada keseluruhan

wilayah unit terminal bandara Kuala Namu.

2. Standar harmonisa yang digunakan mengikuti standar IEEE 519-1992.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


I.6 Sistematika Penulisan

Penulis menyusun proposal penelitian ini dalam tiga bab yang sistem

penulisannya teangkum sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan yang berisikan tentang latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah dan sistematika

penulisan

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas tentang unit terminal bandara, pengertian UPS, jenis dan prinsip

kerja, daya listrik serta harmonisa pada UPS .

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisi tentang waktu dan tempat penelitian, prosedur pengujian, dan

prosedur penelitian.

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi data data hasil penelitian dan analisis pembahasan berdasarkan hasil

pengolahan data.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan penulis mengenai pembahasan pada bab-bab sebelumnya

serta saran atau rekomendasi dari penulis mengenai permasalahan di dalam

penulisan Tugas Akhir ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Sistem Catu Daya Tidak Terputus (UPS)

UPS (Uninterruptible Power Supply) adalah suatu alat catu daya dengan

keandalan tinggi yang digunakan untuk mensupply peralatan listrik yang sangat

peka terhadap perubahan (fluktuasi) tegangan maupun frekuensi dengan tidak ada

toleransi terhadap pemutusan catu daya ke peralatan yang ditanggungnya.

Untuk itu UPS banyak digunakan untuk mencatu beban – beban (peralatan)

yang vital (kritis) yang memerlukan catu daya kontinu dan stabil baik dalam

keadaan darurat pada saat terjadi gangguan pada supply utama.

Beban kritis tersebut antara lain :

a. Komputer (data processing instalation)

b. Proses Instrumen (control system)

c. Sistem komunikasi

d. Sistem mentoring

e. Peralatan rumah sakit

f. Dll

Seandainya terjadi gangguan (trouble) pada sistem jaringan listrik utama,

maka UPS ini harus masih bisa bertahan (beroprasi) menaggung beban sampai batas

waktu tertentu sesuai kapasitas baterai. Dan pada waktu tersebut diharapkan dari

bagian operasi bisa menjalankan generator emergency atau masih bisa mematikan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


sistem operasi secara normal sehingga tidak sampai terjadi kerugian yang lebih

besar.

II.1.1 Topologi UPS

Untuk meningkatkan keandalan sistem catu-daya, biasanya dikenal dua

tingkat cadangan yang menjamin kontinyuitas sistem. Cadangan pertama yang

harus bekerja cepat adalah UPS atau sistem catu-daya tak terputuskan. UPS harus

bekerja cepat dan mampu memasok beban begitu sumber listrik utama mengalami

gangguan atau pemadaman. Ada banyak jenis UPS telah dikembangkan dan

digunakan, yaitu UPS jenis off-line, line interactive dan double-conversion.

Walaupun demikian, jenis yang paling banyak digunakan adalah jenis double-

conversion karena energi listrik dikonversikan dua kali (dari AC ke DC dan kembali

dari DC ke AC) untuk melayani bebannya. Untuk memenuhi kebutuhan daya beban

saat sumbernya mengalami pemadaman, digunakan penyimpan energi yang

biasanya berupa batere. Selain menjamin kontinyuitas pelayanan saat terjadi

pemadaman, UPS juga berfungsi untuk memperbaiki kwalitas tegangan yang

dirasakan beban. Kriteria pemilihan UPS semacam ini biasanya meliputi kapasitas

daya, keandalan, dan lamanya waktu back-up yang diperlukan. Besarnya daya dan

waktu back-up akan langsung menentukan ukuran battery yang diperlukan. Jika

waktu back-up yang dipersyaratkan sangat panjang, baterenya akan sangat besar

dan mahal. Masalah ukuran terutama sangat penting jika kita bicara

aplikasi offshore. Secara umum, ada empat komponen utama dari suatu UPS, yaitu:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1. Battery

Ini merupakan penyimpan energi listrik dalam bentuk energi kimia. Battery

bekerja pada tegangan searah (DC). Ukuran battery ditentukan oleh kapasitas daya

dan waktu back-up yang diperlukan.

Dalam pemakaian sehari – hari, sering ditemui permasalahan tentang

perbedaan rating tegangan peralatan dengan tegangan operasi battery yang tersedia.

Untuk itu perlu pemilihan battery dengan jumlah sel yang memenuhi persyaratan

tegangan sistem. Besarnya jumlah sel maksimum dapat dicari dengan persamaan :

𝑡𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑏𝑎𝑡𝑡𝑒𝑟𝑦 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚


𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙 = ..............................(2.1)
𝑡𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑖𝑠𝑖𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟 𝑠𝑒𝑙 (𝑉𝑝𝑐 )

Pada sistem UPS, battery dihubungkan antara rectifier dan inverter melalui

DC link yang dapat digunakan untuk memori-back up atau mempertahankann

kontinuitas pelayanan data inverter apabila output DC dari rectifier mengalami

gangguan. Kemampuan Battery mencatu daya inverter tergantung pada kapasitas

battery dan beban yang dilayani.

Beberapa parameter battery yang sangat perlu diperhatikan pada penyediaan

dan perawatan/pemeliharaan battery agar didapatkan kondisi operasi yang

memuaskan antara lain :

a. Laju pengosongan

Laju pengosongan battery ditentukan oleh sistem elektrokimia, kosntruksi,

ukuran plat, rancangan penyekat dan temperatur. Sistem elektrokimia disini adalah

elektrolit, misalnya KOH pada battery NiCad tidak bereaksi langsung sehingga

difusi pada elektrolit tidak begitu penting. integral Sedangkan 𝐻2 𝑆𝑂4 pada battery

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pb- Asam adalah bagian dari reaksi kimia saat pengosongan maupun pengisian,

sehingga proses difusi sangatlah penting. Kontruksi,ukuran plat elektroda dan luas

permukaan sentuh serta sistem peletakan akan sangat berpengaruh pada reaksi

kimia ketika battery mengalami pengosongan. Fungsi utama dari penyekat adalah

untuk memisahkan elektroda – elektroda yaitu anoda dengan katoda dan sekaligus

sebagai penyangga. Penyekat harus dapat menjaga kedekatan jarak kedua elektroda

tersebut tanpa harus terjadi kontak diantara elektroda-elektroda yang ada.

b. Tegangan Battery

Ada empat pengertian tegangan battery, yaitu tegangan terbuka, tegangan

jepit, tegangan akhir pengosongan dan tegangan mengambang. Tegangan teerbuka

adalah tegangan terminal battery tidak berbeban, besarnya tergantung potensial

relatif (Eo) dari jenis dan konsentrasi elektrolit.

Tegangan jepit adalah tegangan terminal pada saat dibebani, besarnya

tegangan jepit adalah :

V = I x R ..................................................................................................(2.2)

Dengan :

V = Tegangan terbuka tiap sel (Volt)

I = Arus Beban (Ampere)

R = Hambatan dalam sel (ohm)

Tegangan akhir pengosongan adalah tegangan minimum yang diijinkan pada saat

peristiwa pengosongan battery maksimum. Turunnya tegangan pengosongan

dibawah yang diijinkan akan mengakibatkan terbentuknya kristal asam sulfat yang

iijinkan mengakibatkan terbentuknya kristal asal sulfat sehingga menghambat

pengisian. Tegangan mengambang (floating voltage) adalah tegangan penyearah

10

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


yang dihubungkan pada sel (saat operasi mengambang) atau tegangan yang

dibutuhkan untuk menjaga isi battery tetap penuh.

c. Kapasitas dan Konfigurasi Battery

Kapasitas battery adalah kandungan energi yang dapat disimpan dan

dikosongkan dengan temperatur kerja dan tegangan akhir pengosongan tertentu.

Pernyataan energi diberikan sebagai AH (Ampere Hour) dengan asumsi tegangan

pengosongan relatif konstan, sehingga kapasitas energi langsung dengan AH.

Bila arus pengosongan dinyatakan dalam 𝐼𝑑𝑖 𝑠 dan waktu pengosongan dalam

𝑇𝑑𝑖 𝑠 , maka kapasitas energi C adalah :

C = 𝐼𝑑𝑖 𝑠 x 𝑇𝑑𝑖 𝑠 ......................................................................................(2.3)

Untuk mendapatkan kapasitas dan tegangan yang dihendaki battery dapat

disusun dengan konfigurasi paralel, seri atau seri – paralel. Konfigurasi paralel dipaki

dengan tujuan untuk memperoleh kapasitas AH yang lebih besar, sedangkan

kapasitas seri dipakai dengan tujuan untuk memperbesar tegangan kerja battery.

Untuk mencapai tujuan keduanya battery dapat dikonfigurasinya secara seri –

paralel.

Perhitungan waktu backup battery (Lama Battery mensuplay tegangan Listrik

ke beban) pada UPS saat tegangan Input padam atau ada masalah.

Pada saat UPS mengalami gangguan pada tegangan inputnya, maka UPS

harus memperbaiki gangguan tersebut supaya beban yang di suply oleh UPS aman.

Pada saat input mengalami gangguan seperti turunnya tegangan input yang sangat

ekstrim (di bawah range input dari UPS itu sendiri) atau tegangan input mati, maka

Input dari UPS dianggap tidak ada. Maka UPS akan mengambil sumber listrik dari

Battery. Beberapa faktor yang mempengaruhi waktu backup battery :

11

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1. Berapa besar daya beban yang terpasang pada UPS,

2. Berapa banyak dna kapasitas Battery yang terpasang pada UPS,

3. Effesiensi Inverter UPS kita (Offline 50 s/d 75%, Online 85 s/d 95%)

4. Perhitungan ini tidak tepat 100% karena setiap UPS mempunyai effisiensi

yang berbeda-beda.

5. Mengetahui data Discharge Battery yang di gunakan

Untuk mengetahui berapa lama (menit) Battery dapat menyuplai arus listrik ke

beban yaitu dengan cara teoritis sebagai berikut :.


𝑃𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛
𝐼𝑏𝑎𝑡𝑡 = 𝑉𝑛𝑜𝑚
𝑥 𝐸𝑖𝑛𝑣 ...................................................................(2.4)

Dimana :

𝐼𝑏𝑎𝑡𝑡 = Arus Battery (Ampere DC)

𝑃𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 = Daya beban (VA)

𝑉𝑛𝑜𝑚 = Tegangan nominal yang dipakai UPS

𝐸𝑖𝑛𝑣 = Effisiensi Inverter ( 75% untuk online, 85% untuk offline)

2. Rectifier atau charger mengkonversikan daya listrik dari bentuk bolak-balik

(AC) menjadi searah (DC).

Rectifier adalah salah satu alat listrik yang statis yang dapat mengubah daya

listrik arus bolak – balik (AC) menjadi daya listrik arus searah (DC) pada tegangan

yang diinginkan. Rectifier/Battery Charger berfungsi untuk men-charger battery

dan mempertahankan battery tetap apda kondisi charger.

12

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pada kondisi normal, output DC dari rectifier dicatukan dari inverter dan

battery. Pengisian battery oleh rectifier/ battery charger dilakukan dengan metode

“float” atau “recharger”.

Bila sistem pada metode float, maka output DC dari rectifier diatur untuk

mencatu tegangan maksimum ke inverter dan mengalirkan sejumlah arus kebattery

untuk pengisian sampai mencapai kapasitas penuh. Bila sistem beroprasi pada

metode “discharger”, maka output DC dari rectifier akan dinaikkan tegangannya

yang diikuti kenaikan arus pengisian battery pada kondisi charged. Pemilihan mode

pengisian battery dilakukan secara otomatis oleh internal circuitry. Komponen yang

biasa digunakan sebagai penyearah adalah dioda. Rangkaian penyearah suplai daya

dapat dibagi menjadi beberapa rangkaian dasar, diantaranya:

a. Penyearah Setengah Gelombang

Dari Gambar 2.1 dapat dilihat bentuk dasar dari rangkaian penyearah

setengah gelombang :

Gambar 2. 1 Diagram skematik rangkaian penyearah setengah gelombang

Ketika masukan tegangan sinusoidal bernilai positif, diode berkonduksi

sehingga menghasilkan arus pada beban resistor R. Ketika tegangan masukan

13

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


bernilai negatif, diode menjadi dicatu mundur (reversed biased) dan menjadi tidak

berkonduksi, sehingga tidak ada arus yang melalui beban R.Gelombang keluaran

dari penyearah setengah gelombang seperti Gambar 2.2. Tegangan keluaran dari

diode dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut :

Vo = 0, bil Vi < 𝑉𝐷𝑂 ..................................................................................(2.5)

𝑅 𝐷𝑂 𝑉 𝑅
𝑉𝑜 = (𝑅+𝑟 ) 𝑉𝑖 − (𝑅+𝑟 .............................................................................(2.6)
𝐷 𝐷)

Dimana :

Vi = Tegangan input

𝑉𝐷𝑂 = Tegangan maju diode ≈ 0,7 hingga 0,8 V

Gambar 2. 2 Gelombang masukan dan keluaran penyearah setengah gelombang

b. Penyearah Gelombang Penuh

Dari Gambar 2.3 dapat dilihat bentuk dasar dari rangkaian penyearah

gelombang penuh:

14

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 2. 3 Diagram skematik rangkaian penyearah gelombang penuh

Penyearah gelombang penuh terdiri dari dua penyearah setengah gelombang

yang dihubungkan dengan beban R. Kumparan sekunder pada transformator

dihubungkan dengan tap tengah untuk memperoleh dua buah tegangan masukan

yang sama untuk masing – masing penyearah setengah gelombang. Gelombang

keluaran dari penyearah gelombang penuh seperti Gambar 2.4, ketika node A

berada pada polaritas positif, D1 akan dicatu maju dan D2 akan dicatu mundur.

Sehingga D1 akan berkonduksi dan arus akan melalui R kemudian kembali menuju

tap tengah pada transformator. Ketika node B berada pada polaritas positif, D2 akan

dicatu maju dan D1 akan dicatu mundur. Sehingga arus yang dikonduksikan oleh

D2 akan mengalir melalui R dan kembali menuju tap tengah pada transformator.

Gambar 2. 4 Gelombang masukan dan keluaran penyearah gelombang penuh

15

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tegangan keluaran dari penyearah gelombang penuh dapat diperoleh dari

persamaan sebagai berikut :

𝑅
𝑉𝑜 = [𝑅 +𝑟 ] (𝑉𝑠 − 𝑉𝐷𝑂 ) ...........................................................................(2.7)
𝑡 𝐷 +𝑅

Dimana Rt = Resistansi yang berkaitan dengan transformator

𝑅 𝑉𝑚
𝑉𝐷𝐶 = 2 [𝑅 +𝑟 ] ................................................................................(2.8)
𝑡 𝐷 +𝑅 𝜋

Dimana 𝑉𝑚 = Puncak tegangan keluaran

c. Penyearah Jembatan

Penyearah jembatan seperti Gambar 2.5, merupakan implementasi alternatif

dari penyearah gelombang penuh. Penyearah ini menggunakan empat buah dioda

dan tidak membutuhkan transformator tap tengah.

Gambar 2. 5 Diagram skematik rangkaian penyearah jembatan

Selama setengah siklus positif dari tegangan masukan, Vi bernilai positif dan

arus dikonduksikan melalui dioda D1, Resistor R dan dioda D2. Sementara itu,

dioda D5 dan D4 akan dicatu mundur. Selama setengah siklus negatif, tegangan Vi

akan menjadi negatif, dan diode D5 dan D4 dicatu maju sehingga arus melalui R

dengan arah yang sama pada setengah siklus positif. Pada Gambar 2.6 dapat dilihat

gelombang keluaran dari penyearah jenis ini:

16

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 2. 6 Gelombang masukan dan keluaran penyearah jembatan

3. Inverter

Inverter adalah alat untuk mengkonversikan daya listrik dari bentuk searah

(DC) menjadi bolak-balik (AC). Komponen utama inverter adalah IGBT. Inverter

dikendalikan dengan teknik modulasi lebar pulsa atau PWM (Pulse Width

Modulation) agar dihasilkan gelombang tegangan keluaran yang bentuknya

mendekati sinusoidal. Setiap saat, kebutuhan daya beban dipasok melalui inverter.

Inverter selain untuk UPS juga digunakan antara lain untuk: mengatur kecepatan

motor induksi, catu daya pada pesawat udara, catu daya transmisi tegangan tinggi

arus searah, dan lain-lain. Inverter dapat dibagi menjadi beberapa jenis diantaranya:

a. Inverter Ferroresonant

Inverter Ferroresonant seperti pada Gambar 2.7 terdiri dari sebuah oscillator

yang mengontrol SCR switches yang mengumpan transformator ferroresonant dan

filter harmonik. Mode operasi saturasi menghasilkan keluaran tegangan yang

teratur dan membatasi arus keluarannya. Efisiensi untuk inverter jenis ini bervariasi

mulai dari 50 hingga 83% tergantung dari beban yang terhubung, sedangkan respon

waktu dari jenis inverter ini adalah sekitar 20 milidetik.

17

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 2. 7 Diagram skematik inverter Ferroresonant

b. Inverter Delta Magnetic

Inverter Delta Magnetic seperti Gambar 2.8, merupakan jenis yang biasa

digunakan pada sistem tiga fasa. Modul inverter A1, B1 dan C1 menghasilkan

keluaran gelombang persegi yang mengalami pergeseran relatif antarfasa sebesar

120°. Gelombang tersebut dikopel pada sisi primer dari transformator T1 melalui

induktor linear. T1 adalah transformator isolasi tiga fasa konvensional.

Gambar 2. 8 Diagram skematik rangkaian inverter delta magnetik

18

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


c. Inverter-fed L/C Tank

Inverter-fed L/C Tank seperti pada Gambar 2.9, merupakan rangkaian tank

berfungsi untuk merekonstruksi keluaran gelombang sinus pada sistem. Pengaturan

dapat dilakukan dengan memvariasikan kapasitansi atau induktansi untuk

mengontrol resonansi parsial atau faktor daya.

Gambar 2. 9 Diagram skematik rangkaian inverter fed L/C tank

d. Quasi-Square Wave Inverter

Inverter gelombang quasi-square seperti Gambar 2.10, menghasilkan suatu

bentuk gelombang variabel yang harus difilter dengan mengatur jaringan induktif-

kapasitif seri dan paralel untuk mengurangi harmonik dan membentuk keluaran

yang sinusoidal.

Gambar 2. 10 Diagram skematik rangkaian quasi-square ware inverter

19

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Karena pada rangkaian inverter ini terdapat filter, maka respon inverter

terhadap perubahan beban menjadi lambat (umumnya berada pada interval 150

hingga 200 milidetik) dengan efisiensi sebesar 80%. Inverter jenis ini memerlukan

rangkaian pengatur tegangan dan pembatas arus yang menyebabkan terjadinya

kompleksitas rangkaian, sehingga harga inverter jenis ini relatif mahal.

e. Inverter Step Wave

Inverter Step wave seperti pada Gambar 2.11, merupakan suatu multistep

inverter yang mengendalikan suatu transformator gabungan

Gambar 2. 11 Blok diagram rangkaian inverter step-wave

Kejernihan dari keluaran gelombang sinus yang dihasilkan oleh inverter ini

merupakan fungsi dari sejumlah langkah-langkah diskrit. Pengaturan tegangan

dicapai dengan menggunakan sebuah power suplai boost dc-to-dc yang diseri

dengan baterai. Gambar 2.12 dan 2.13 menunjukkan dua implementasi yang

berbeda pada unit satu fasa.

Gambar 2. 12 Diagram skematik rangkaian inverter step-wave

20

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


\

Gambar 2. 13 Diagram skematik rangkaian inverter step beserta keluarannya

Pada kedua gambar tersebut, inverter dikendalikan oleh suatu osilator.

Respon waktu dari inverter jenis ini adalah sekitar 20 milidetik dengan efisiensi

mencapai 85%.

f. Pulse-Width Modulation (PWM) Inverter

Inverter Pulse-Width Modulation (PWM) seperti Gambar 2.14, merupakan

Rangkaian PWM menggabungkan dua inverter yang mengatur tegangan keluaran

dengan memvariasikan lebar pulsa. Keluaran yang dihasilkan dari inverter jenis ini

sangat mirip dengan suatu gelombang sinus. Respon waktu pada filter ini mendekati

100 milidetik.

Gambar 2. 14 Diagram skematik rangkaian PWM inverter

21

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


g. Phase Modulation Inverter

Phase Modulation Inverter seperti Gambar 2.15, merupakan sistem yang

menggunakan konversi dc-to-ac melalui modulasi fasa dari dua gelombang persegi

dengan frekuensi tinggi untuk menghasilkan suatu gelombang keluaran.

Gambar 2. 15 UPS statis yang menggunakan carrier modulasi phasa

4. Penguat Arus Searah (DC Chopper)

Penguat arus searah (DC Chopper) seperti Gambar 2.16, adalah suatu

rangkaian yang berfungsi untuk mengubah (menaikkan atau menurunkan) tegangan

searah seperti halnya transformator pada tegangan bolak-balik. Pada UPS yang

digunakan adalah penguat arus searah naik (chopper step up), yang berfungsi untuk

menaikkan tegangan baterai. Ketika tegangan input dalam kondisi abnormal dan

mati. Maka baterai akan mensuplai daya, dengan terlebih dahulu menaikkan

tegangannya pada penguat arus searah biasanya dari 82VDC ke 360 VDC, lalu

meneruskannya ke inverter (biasa disebut tegangan DC Bus).

Gambar 2. 16 Rangkaian penguat arus searah

22

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5. Static Transfer Switch

Switch adalah suatu peralatan listrik yang berfungsi untuk menghubungkan

(connect) atau memutuskan (disconnect) suatu beban dari sumber daya, dibagi

dalam dua bagian utama, yaitu Mechanical Switch (Manual Switch) dan Static

Switch (Elektronic Switch). Dalam berbagi segi, static switch mempunyai

kelebihan dibandingkan mechanical switch. Keunggulannya adalah :

 Kecepatan rensponse yang tinggi

 Ketelitian pada saat pemindahan

 Bebas dari perawatan rutin (Prevenitive Maintenance Free)

 Tidak menimbulkan suara

 Tidak menimbulkan bunga api

Karena dari kelebihan inilah maka sistem UPS menggunakan static switch

agar pada saat pindahnya pencatuan beban dari catu inverter ke switch hubung

langsung (by pass) tidak terjadi pemutusan, sehingga beban akan memperoleh catu

daya kontiniu. Prinsip kerja static transfer switch sebagai berikut:

a. Saat beban kritis mendapatkan catuan dari inverter.

Maka thyristor TH3 dan TH4 bekerja, dengan jalan memberikan pulsa trigger

pada terminal pintunya terus menerus. Pemberian pulsa panjang pada pintu thyristor

adalah untuk mempertahankan agar thyristor tetap bekerja, karena masing – masing

thyristor mendapat umpan maju (forward bias) dab umpan balik (reverse bias) yang

bergantian dalam satu periode.

23

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


b. Jika terjadi gangguan pada sistem UPS.

Maka static transfer switch akan memindahkan beban kritis pada posisi

hubungan langsung (by pass), dengan memadamkan atau menghentikan pulsa

trigger pada pintu thyristor TH3 dan TH4 serta pada saat bersamaan memberikan

pulsa trigger secara terus menerus pada pintu thyristor TH1 dan TH2 perpindahan

tersebut akan berlangsung dalam waktu yang kurang dari 0.02 detik.

Berdasarkan Gambar 2.17, static transfer switch juga dilengkapi dengan

manual transfer switch yang berguna untuk melakukan perbaikna atau perawatan

dari salah satu unit UPS. Pengoprasian manual Transfer Switch adalah dengan cara

memindahkan beban kritis dari catu inverter (dalam posisi otomatis) dipindahkan

keposisi hubungan langsung, setelah itu Manual Transfer Switch dapat dioprasikan

untuk mengambil alih tugas static transfer switch guna mencatu daya listrik.

Gambar 2. 17 Prinsip kerja saklar bypass

24

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


II.1.2 Jenis – Jenis UPS

Berdasarkan kontruksinya UPS dibagi atas dua bagian yaitu Rotaring UPS

dan Static UPS.

Rotaring UPS menggunakan elemen penyimpan dan peubah yang berputar.

Umumnya menggunakan roda gila (flywheel) yang akan menyimpan energi kinetik

yang diberikan padanya pada saat supply utama terputus, energi kinetik tersimpan.

Inilah yang kemudian diubah menjadi energi listrik dengan generator sebagai

peubah energi.

UPS jenis ini telah lama ditinggalkan karena efesiensi dan keandalannya

sangat rendah sebab ada faktor gesekan dan pengaruh dari luar. Selain itu UPS ini

sangat terbatas kemampuannya dan sulit untuk dikembangkan untuk keperluan

yang akan datang (future expantion).

Static UPS menggunakan komponen – komponen statis untuk menyimpan

dan mengkonversikan energi listrik yang diperlukan. Umumnya seagai penyimpan

energi listrik digunakan baterai sedangkan untuk mengubah energi listrik yang

disimpan ke baterai dan yang akan diteruskan ke beban menggunakan komponen –

komponen elektronika daya seperti transistor, thyristor, dioda, dan lain – lain.

Pada masa sekarang UPS jenis ini sangat umum digunakan karena efesiensi

dan keandalannya yang tinggi. Hal ini desebabkan karena tidak adanya komponen

(bagian yang bergerak pada UPS jenis ini) dan kontrol elektronik yang digunakan

lebih sensitif, sehingga dapat mendeteksi dan memindahkan beban lebih cepat.

Selain itu kemampuan mensupply daya dapat diatur dengan mengatur kapasitas

baterai yang digunakan dan relatif mudah disesuaikan dengan pengembangan

beban. Yang akan dibicarakan adalah jenis – jenis static UPS.

25

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Berdasarkan instalasi dan mode pengoprasian, static UPS ini dibedakan lagi

atas :

1. Operasi UPS terus menerus tanpa fasilitas pemindahan (transfer) ke

supply utama.

2. Operasi UPS terus menerus dengan fasilitas transfer ke supply utama

dengan kontaktor,

3. Operasi UPS stand by, supply daya dari supply utama dengan fasilitas

transfer ke UPS dengan kontaktor

4. Operasi UPS terus menerus dengan fasilitas transfer ke supply utama

secara menual dan otomatis dengan saklar dan static switch.

5. Operasi paralel 2 buah UPS diamna masing – masing UPS menanggung

beban 50% dan dilenggkapi dengan fasilitas transfer ke supply utama

dengan static switch.

6. Operasi paralel 2 buah UPS dimana salah satu beroprasi terus menerus

dan yang lain stand by dan dilenggkapi dangan fasilitas transfer ke supply

utana dengan static switch.

7. Operasi beberapa unit UPS dimana sebagian beroprasi tersu menerus dan

yang lain stand by dan dilengkapi dengan static switch.

II.1.3 Pinsip Kerja UPS

Menurut cara kerja UPS dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

1. UPS jenis On-Line

Berdasarkan Gambar 2.18, UPS jenis On Line yaitu UPS yang bekerja secara

menyeluruh semua bagiannya disaat UPS dalam kondisi normal (ada input listrik).

Dan jenis ini yang kebanyakan ada dan dipakai saat ini. Karena baik saat normal

26

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


maupun darurat ( emergency ) output UPS lebih stabil dan halus. UPS bekerja

secara bypass disaat UPS dalam kondisi perawatan atau saat ada gangguan.

Gambar 2. 18 Diagram blok UPS on-line

Dalam sistem kerjanya, UPS jenis ini memiliki tiga keadaan atau sistem

operasi :

a. Keadaan Input Normal

Dalam kondisi normal, UPS bekerja ketika input listrik menyala. Gambar

2.19, menggambarkan aliran daya ketika UPS dalam kondisi normal.

Gambar 2. 19 aliran daya UPS keadaan input normal

Penyearah pada unit UPS, termasuk rangkaian penguat arus searah,

mengubah input listrik bolak-balik ke listrik searah. Rangkaian penguat( Chopper)

menjaga tegangannya konstan, dengan pembatasan arus, untuk mengisi baterai dan

juga mensuplai tegangan searah dengan besaran tertentu ke bagaian inverter.

Bagian inverter membangkitkan tegangan keluaran sinusoida dengan kualitas baik.

27

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Bagian baterai selalu terpelihara dengan keadaan pengisian yang konstan ketika

UPS dalam kondisi ini.

b. Keadaan Bypass

Jika unit UPS dalam keadaan beban lebih atau terdapat gangguan internal,

aliran arus secara otomatis pindah dari unit rangkaian utama ke rangkaian bypass.

Arah aliran dapat dilihat pada Gambar 2.20.

Perpindahan ini terjadi secara otomatis kurang dari empat milidetik dalam

fasa. Waktu perpindahan tidak cukup lama karena akan mengakibatkan interupsi

pada banyak beban. Jika aliran arus pindah ke kondisi bypass karena terjadi beban

lebih dan kondisi beban lebih berakhir dalam beberapa saat, maka aliran arus secara

otomatis kembali ke keadaan operasi normal.

Gambar 2. 20 Aliran daya UPS kondisi bypass

Jika aliran arus dalam kondisi bypass akibat terjadinya gangguan ( fault

condition ), maka aliran arus harus pindah secara manual dari kondisi bypass ke

kondisi operasi normal, setelah gangguan tersebut diatasi. Biasanya dengan cara

mereset saklar RUN/STOP. Dan ini juga berlaku untuk gangguan-gangguan yang

tidak fatal.

28

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


c. Keadaan Darurat ( Battery Bekerja )

Berdasarkan Gambar 2.21, Ketika daya input arus bolak-balik mengalami

gangguan atau mati, maka baterai-baterai UPS segera mensuplai tegangan searah

ke bagian inverter UPS. Rangkain ini mengkonversinya menjadi tegangan bolak-

balik pada output UPS.

Gambar 2. 21 Aliran daya UPS kondisi darurat

Proses ini akan terus berlangsung hingga tegangan baterai jatuh (drop).

Ketika ini terjadi, baterai akan menghentikan suplai daya ke beban. Baterai UPS

biasanya sanggup memberikan waktu sekitar tujuh menit waktu backup ( tanpa

tambahan bank baterai). Waktu ini tepat ketika unit UPS beroperasi saat beban

penuh (87% dari nominal kapasitas output). Ketika UPS beroperasi dengan beban

setengah penuh, baterai-baterai dapat memberikan 30 menit waktu backup. Besaran

waktu ini tergantung model dan merek UPS, kondisi baterai, tipe beban, temperatur

dan variabel lainnya.

2. UPS Jenis Off-Line

UPS jenis Off Line, yaitu UPS yang bekerja secara bypass, dimana saat listrik

input dalam keadaan normal, maka bagian inverter tidak bekerja. Sedangkan saat

listrik padam, maka inverter bekerja.

29

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pada UPS jenis off Line, outputnya akan mengalami pemutusan sementara

yaitu pada saat transfer switch bekerja. Transfer switch akan bekerja pada saat

listrik utama padam. Proses ini terjadi dalam waktu kurang dari 4 milidetik.

Meskipun demikian untuk peralatan yang sensitif terhadap gangguan listrik, hal ini

akan sangat mungkin dapat mengakibatkan gangguan terhadap sistem peralatan

yang digunakan. Pada UPS jenis ini beban (output) dari UPS akan mendapatkan

sumber listrik langsung pada saat sumber listrik utama (PLN) ada, baru pada saat

llistrik utama PLN padam beban mendapatkan sumber energi listrik dari UPS.

Sehingga pada saat sumber listrik utama ada, tegangan output akan sangat

bergantung pada input sumber listrik utama PLN. Untuk mengatasi hal ini maka

dikembangkanlah metode line interactive untuk mengurangi ganguan yang

diakibatkan oleh buruknya sumber listrik utama. Blok diagramnya akan menjadi

seperti Gambar 2.22 dan Gambar 2.23 dibawah ini :

Gambar 2. 22 Diagram blok off line UPS saat kondisi normal (bypass)

Gambar 2. 23 Diagram blok off line UPS saat kondisi darurat

30

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


II.2 DAYA LISTRIK

Daya listrik adalah besarnya laju hantaran energi listrik yang terjadi pada

suatu rangkaian listrik. Dalam satuan internasional daya listrik adalah W (Watt)

yang menyatakan besarnya usaha yang dilakukan oleh sumber tegangan untuk

mengalirkan arus listrik tiap satuan waktu J/s (Joule/detik). Berikut ini adalah

rumus yang digunakan untuk menghitung daya listrik :

𝑊
𝑃= .......................................................................................(2.9)
𝑡

Keterangan :

P = Daya (W)

W = Usaha (J)

t = Waktu (s)

Energi listrik merupakan energi utama yang dibutuhkan suatu perlatan listrik

untuk melakukan kerja seperti menggerakkan motor, lampu penerangan,

pemanasan, dsb.Energi yang digunakan oleh suatu peralatan listrik merupakan daya

dikalikan dengan waktu pemakaian daya tersebut. Secara matematis di tuliskan

sebagai berikut :

𝑊 = 𝑃 𝑋 𝑡 .............................................................................................. (2.10)

Dimana :

P =Daya listrik (Watt)

t =Waktu selama peralatan digunakan (jam atau hour)

W = Energi listrik yang dikonsumsi peralatan (Watt hour)

31

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Dalam listrik bolak-balik terdapat tiga jenis daya yaitu :

1. Daya Aktif (P)

Daya aktif adalah daya yang sesungguhnya dibutuhkan oleh beban. Satuan

daya aktif adalah W (Watt) dan dapat diukur dengan menggunakan alat ukur

listrik Wattmeter. Daya Aktif pada beban yang bersifat resistansi (R), dimana tidak

mengandung induktor grafik gelombang tegangan (V) dan arus se fasa, sehingga

besar daya sebagai perkalian tegangan dan arus menghasilkan dua gelombang yang

keduanya bernilai positif besarnya daya aktif adalah P. Pada Gambar 2.24, sisa

puncak dibagi menjadi dua untuk mengisi celah-celah kosong sehingga kedua

rongga terisi oleh dua puncak yang mengisinya.

Gambar 2. 24 Gelombang daya aktif pada beban yang bersifat resistansi

Persamaan Daya aktif (P) pada beban yang bersifat resistansi :

32

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


𝑃 = 𝑉 𝑋 𝐼 ............................................................................................... (2.11)

Keterangan :

P = Daya Aktif (W)

Pm = Daya maksimum (W)

Im = Arus listrik maksimum (A)

Vm = Tegangan maksimum (V)

V = Tegangan listrik (V)

I = Arus listrik (A)

Daya aktif pada beban impedansi (Z), beban impedansi pada suatu rangkaian

disebabkan oleh beban yang bersifat resistansi (R) dan induktansi (L). Maka

gelombang mendahului gelombang arus sebesar φ. Perkalian gelombang tegangan

dan gelombang arus menghasilkan dua puncak positif yang besar dan dua puncak

negatif yang kecil. Pergeseran sudut fasa bergantung seberapa besar nilai dari

komponen induktor nya. Pada Gambar 2.25 Gelombang tegangan mendahului arus

sebesar φ = 60o.

Gambar 2. 25 Gelombang daya aktif dengan beban impedansi

33

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Persamaan daya aktif (P) pada beban yang bersifat impedansi :

𝑃 = 𝑉 𝑋 𝐼 𝑋 𝑐𝑜𝑠𝜑 ................................................................................... (2.12)

Kerangan :

P = Daya aktif (W)

V = Tegangan (V)

I = Arus listrik (A)

cos φ = Faktor daya

2. Daya Reaktif (Q)

Daya reaktif adalah daya yang dibutuhkan untuk pembentukan medan magnet

atau daya yang ditimbulkan oleh beban yang bersifat induktif. Satuan daya reaktif

adalah VAR (Volt.Amper Reaktif). Untuk menghemat daya reaktif dapat dilakukan

dengan memasang kapasitor pada rangkaian yang memiliki beban bersifat induktif.

Hal serupa sering dilakukan pada pabrik-pabrik yang mengunakan motor banyak

menggunakan beban berupa motor-motorlistrik.

Persamaan daya reaktif :

𝑄 = 𝑉 𝑥 𝐼 𝑥 𝑠𝑖𝑛𝜑 .................................................................................... (2.13)

Keterangan :

Q = Daya Reaktif (VAR)

V = Tegangan (V)

I = Arus listrik (A)

sin φ = Faktor reaktif

34

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3. Daya Semu (S)

Daya semu adalah daya yang dihasilkan dari perkalian tegangan dan arus

listrik. Daya nyata merupakan daya yang diberikan oleh PLN kepada konsumen.

Satuan daya nyata adalah VA (Volt.Ampere).

Beban yang bersifat daya semu adalah beban yang bersifat resistansi (R),

contoh : lampu pijar, setrika listrik, kompor listrik dan lain sebagainya. Peralatan

listrik atau beban pada rangkaian listrik yang bersifat resistansi tidak dapat dihemat

karena tegangan dan arus listrik se fasa perbedaan sudut fasa

adalah 0o dan memiliki nilai faktor daya adalah 1. Berikut ini persamaan daya

semu :

𝑆 = 𝑉 𝑥 𝐼 .............................................................................................. (2.14)

Keterangan :

S = Daya semu (VA)

V = Tegangan (V)

I = Arus listrik (A)

Pada Gambar 2.26, ketiga macam daya tersebut saling berhubungan dan

diimplementasikan kedalam segitiga daya :

Gambar 2. 26 Segitiga Daya

35

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Daya aktif (P) digambarkan dengan garis horizontal yang lurus. Daya

reaktif (Q) berbeda sudut sebesar 90o dari daya aktif. Sedangkan daya semu (S)

adalah hasil penjumlahan secara vektor antara daya aktif dengan daya reaktif. Jika

mengetahui dua dari ketiga daya maka dapat menghitung salah satu daya yang

belum diketahui dengan menggunakan persamaan berikut :

𝑃2 = 𝑆 2 − 𝑄 2 ..................................................

𝑃 = √𝑆 2 − 𝑄 2 ...................................................................................... (2.15)

Keterangan :

P = Daya aktif

Q = Daya reaktif

S = Daya semu

Identifikasi kualitas daya listrik perlu dilakukan untuk melakukan perbaikan

atau peningkatan kualitas daya. Beberapa permasalahan pada kualitas daya listrik

antara lain :

 Tegangan Turun (Voltage Dip)

Penurunan nilai tegangan RMS pada kisaran 10-90% dalam kurun waktu

antara 0,5 siklus hingga kurang dari satu menit. Penyebab kejadian ini antara lain

adanya kenaikan beban atau pengasutan motor kapasitas besar. Gejala ini berakibat

pada terganggunya rangkaian sensing pada komputer dan kontrol, serta terdapat

beberapa peralatan yang tidak dapat bekerja.

36

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


 Tegangan Swell

Peningkatan nilai tegangan RMS pada kisaran 110- 180% dalam kurun waktu

antara 0,5 siklus hingga kurang dari satu menit. Penyebab kejadian ini antara lain

kegagalan sistem, switching loads dan switching kapasitor. Akibat dari gejala swell

adalah rusaknya peralatan karena kegagalan isolasi.

 Transien

Penyimpangan sesaat yang tidak diinginkan dari tegangan suplainya atau arus

beban.

 Harmonik

Merupakan distorsi sinusoidal periodik tegangan suplai atau arus beban yang

disebabkan oleh beban non linier. Akibat dari distorsi harmonik adalah overheating

pada motor berbeban, gangguan pada relai, dan rusaknya isolasi.

 Distorsi Tegangan

Bentuk gelombang arus mengandung distorsi periodik yang bersifat

sinusoidal, yang tidak merupakan kelipatan bilangan bulat dari frekuensi pasokan

mendasar.

 Flicker

Istilah yang digunakan untuk menggambarkan efek visual variasi tegangan

kecil pada peralatan pecahayaan tegangan listrik.Rentang frekuensi gangguan yang

mempengaruhi perlatan pencahayaan , yang terdeteksi mata manusia adalah 1-30

Hz.

37

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


 Ketidakseimbangan Tegangan

Adanya perbedaan tegangan pada masing-masing phasa pada sisem tiga

phasa, dimana sudut normal antar phase adalah 120o. Akibat dari

ketidakseimbangan tegangan adalah timbul overheating pada perlatan tiga phasa.

 Deviasi frekuensi

Variasi frekuensi dari frekuensi pasokan nominal, di atas atau di bawah

tingkat yang telah ditentukan, biasanya ± 0,1 %.

 Gangguan Transien

Didefinisikan sebagai penurunan tegangan suplai atau arus beban, ke tingkat

yang kurang dari 10 % dalam waktu yang tidak lebih dari 1 menit. Kegagalan dapat

disebabkan oleh kesalahan sistem, kegagalan peralatan sistem atau kerusakan

control dan proteksi.

 Outage

Gangguan yang memiliki durasi lebih dari satu menit. Akibat dari gejala

outage adalah peralatan shutdown atau tidak bekerja.

II.3 HARMONISA PADA UPS

Salah satu masalah terbesar dalam aspek kualitas daya adalah kandungan

harmonik pada sistem listrik. Harmonik adalah gangguan yang terjadi pada sistem

distribusi tenaga listrik akibat terjadinya distorsi gelombang arus dan tegangan.

Pada dasarnya, harmonik adalah gejala pembentukan gelombang-gelombang

dengan frekuensi berbeda yang merupakan perkalian bilangan bulat dengan

frekuensi dasarnya. Hal ini disebut frekuensi harmonik yang timbul pada bentuk

gelombang aslinya sedangkan bilangan bulat pengali frekuensi dasar disebut angka

38

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


urutan harmonik. Misalnya, frekuensi dasar suatu sistem tenaga listrik adalah 50

Hz, maka harmonik keduanya adalah gelombang dengan frekuensi sebesar 100 Hz,

harmonik ketiga adalah gelombang dengan frekuensi sebesar 150 Hz dan

seterusnya. Gelombang-gelombang ini kemudian menumpang pada gelombang

murni atau aslinya sehingga terbentuk gelombang cacat yang merupakan jumlah

antara gelombang murni sesaat dengan gelombang harmoniknya. Pada Gambar

2.17, proses pembentukan yang terdistorsi harmonik.

Gambar 2. 27 Proses pembentukan geloambang yang terdistorsi harmonik

Sumber harmonik arus dan tegangan mempengaruhi rugi daya, interferensi

magnetik (EMI), dan torsi pulsa pada drives motor AC. Beberapa bentuk

gelombang periodik dapat ditampilkan dan diset komponen harmoniknya. Dengan

transformasi Fourier, komponen ini dapat dipecahkan. Frekuensi masing-masing

komponen harmonik adalah suatu pembagian terintegrasi dari pokoknya.

39

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


II.3.1 Analisis Harmonik

Pada Gambar 2.28, memperlihatkan suatu gelombang terdistorsi yang telah

dipisahkan menjadi gelombang fundamental dan komponen harmonik ketiga.

Gambar 2. 28 Tampilan gelombang terdistorsi fundamental dengan


harmonik ketiga
Penguraian gelombang periodik dengan cara tersebut beracuan pada analisis

Fourier seperti ditunjukkan pada persamaan dan Gambar 2.29 berikut :



𝐹(𝑠) = ∫−∞ 𝑓(𝑡)𝑒 −𝑠𝑡 𝑑𝑡..........................................................................(2.16)


𝑓(𝑡) = ∫−∞ 𝐹(𝑆)𝑒 𝑠𝑡 𝑑𝑡............................................................................(2.17)

Gambar 2. 29 Contoh keluaran harmonik yang terjadi

1 2𝜋
𝐴𝑜 = 2𝜋 ∫0 𝑓(𝑥)𝑑𝑥................................................................................(2.18)

1 2𝜋
𝐴𝑛 = 2𝜋 ∫0 𝑓(𝑥) sin(𝑛𝑥) 𝑑𝑥.................................................................(2.19)

1 2𝜋
𝐵𝑛 = 2𝜋 ∫0 𝑓(𝑥) cos(𝑛𝑥) 𝑑𝑥.................................................................(2.20)

|𝐻𝑛 | = (𝐴𝑛 2 + 𝐵𝑛 2 )...............................................................................(2.21)

40

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


𝐵
𝜃𝑛 = tan−1 (𝐴𝑛 )......................................................................................(2.22)
𝑛

𝐴
𝑓(𝑥) = 𝐴𝑜 + ∑∞ 𝑛
1 (𝐵 )............................................................................(2.23)
𝑛

2 2𝜋
𝐻𝑛 = 𝜋 ∫0 𝑓(𝑥) sin(𝑛𝑥) 𝑑𝑥...................................................................(2.24)

n = 1,3,5,7,9,...

II.3.2 Faktor distorsi harmonik dan distorsi harmonik total

Setelah gelombang periodik dipecah menjadi komponen sinusoidalnya,

analisis kuantitatif dari bagian-bagiannya dapat dilakukan. Istilah faktor distorsi

digunakan dalam analisis ini. Faktor distorsi harmonik didefinisikan sebagai :

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑢𝑎𝑑𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑎𝑚𝑝𝑙𝑖𝑡𝑢𝑑𝑜 ℎ𝑎𝑟𝑚𝑜𝑛𝑖𝑘 1/2


𝑑𝑓 = ( ) 100%.....................(2.25)
𝑘𝑢𝑎𝑑𝑟𝑎𝑡 𝑓𝑢𝑛𝑔𝑠𝑖 𝑛𝑜𝑛𝑠𝑖𝑛𝑢𝑠𝑜𝑖𝑑𝑎𝑙

Faktor distorsi dapat mengacu baik pada tegangan atau arus. Istilah yang paling

umum digunakan adalah total harmonic distortion (THD) yang dapat dihitung baik

untuk tegangan maupun arus. Nilai distorsi harmonik total (THD) ditentukan

dengan :

√∑𝑛 2
𝑛=2 𝑈 𝑛
𝑇𝐻𝐷 = . 100%.....................................................................(2.26)
𝑈1

dengan U1 adalah komponen fundamental suatu sinyal dan U2 sampai Un adalah

komponen harmonik, nilai dibawah standar yang telah ditentukan yaitu standar

IEEE 519-1992. (Tabel 2.1 dan 2.2).

41

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 2. 1 Limit Tegangan

Tegangan Distorsi Tegangan Distorsi Tegangan


Pada PCC Individu (%) Total (%)

< 69 kV 3.0 5.0


69.001 kV - 161 kV 1.5 2.5
> 161.001 kV 1.0 1.5

Tabel 2. 2 Limit Arus

I SC / I L h  11 11  h  17 17  h  23 23  h  35 35  h THD

V ≤ 69 KV

<20 4.0 2.0 1.5 0.6 0.3 5.0

20-50 7.0 3.5 2.5 1.0 0.5 8.0

50 -100 10.0 4.5 4.0 1.5 0.7 12.0

100 -1000 12.0 5.5 5.0 2.0 1.0 15.0

>1000 15.0 7.0 6.0 2.5 1.4 20.0

69 KV < V ≤161 KV

<20 2.0 1.0 0.75 0.3 0.15 2.5

20-50 3.5 1.75 1.25 0.5 0.25 4.0

50-100 5.0 2.25 2.0 0.75 0.35 6.0

100-1000 6.0 2.75 2.5 1.0 0.5 7.5

>1000 7.0 3.5 3.0 1.25 0.7 10.0

42

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan pada Gedung Terminal Bandara International Kuala

Namu. Penelitian dilaksanakan selama 1 Bulan dan pengolahan data direncanakan

selama 2 bulan yakni mulai dari bulan Januari 2019 hingga Maret 2019.

III.2 Peralatan yang Digunakan

Peralatan yang akan digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Schneider Electric Power Logic (PM-5100)

2. Clamp meter UNI-T UT201

Pengukuran pada panel incoming dan panel outgoing menggunakan

Schneider Electric Power Logic (PM-5100) yang sudah terpasang terpasang pada

panel tersebut. Sedangkan pada UPS sudah terpasang alat ukur power meter

tersendiri. Clamp meter UNI-T UT201 digunakan untuk mengukur daya pada beban

UPS.

III.3 Variabel yang Diamati

Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah :

1. Besaran besaran listrik pada UPS dan panel

- Arus dan Tegangan

- Faktor daya

- Frekuensi

- Harmonisa (Arus, Tegangan)

43

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


- Daya (aktif, reaktif dan semu)

2. Rekap penggunaan beban dalam harian (selama 1 minggu).

III.4 Rangkaian Pengukuran

Rangkaian pengukuran pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3. 1 Rangkaian pengukuran kualitas daya listrik pada panel

III.5 Prosedur Penelitian

Prosedur dalam melakukan pengukuran pada UPS di unit terminal bandara

international Kuala Namu yaitu :

1. Pengumpulan dan penyusunan data pemakaian energi

Berikut ini data-data yang dibutuhkan dalam penelitian:

a. Dokumentasi Bangunan yang terdiri dari:

1. Denah bangunan gedung tiap lantai Terminal.

2. Diagram satu garis pembebanan UPS di unit terminal Bandara

Kuala Namu ditunjukkan pada Gambar 3.2.

44

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 3. 2 Single Line Diagram Sistem UPS

b. Rekap penggunaan Beban Pada Bangunan Terminal yang dibackup

UPS.

2. Pengukuran parameter pada panel dan UPS

Selanjutnya seperti pada Gambar 3.3 dilakukan pengukuran pada panel

terhadap parameter pengukuran, seperti arus, tegangan, daya, faktor daya

dan THD.

PM-5100

Gambar 3. 3 Peletakan alat ukur pada panel

45

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Selanjutnya seperti pada Gambar 3.4 dilakukan pengukuran pada UPS

terhadap parameter pengukuran, seperti arus, tegangan, daya, faktor daya

dan kapasitas battery

Power
Meter UPS

Gambar 3. 4 Peletakan alat ukur pada UPS

Langkah yang dilakukan sebagai berikut:

a. Mendatangi pusat kontrol perkantoran FLB ( Fasilitas Listrik

Bandara), untuk mendapatkan izin pengukuran.

b. Patut diketahui bahwa unit terminal bandara terbagi atas dua zona,

yaitu: Zona A dan Zona B. Zona A mewakili bagian terminal

Internasional dengan nama kubikel SST VIII sedangkan Zona B

bagian terminal Domestik dengan nama kubikel SST IX.

c. Berikutnya mendatangi Kubikel SST yang letaknya di ujung

Gedung terminal tersebut.

46

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


d. Terdapat 8 panel dan 4 UPS pada masing – masing SST (Sub

Station) yaitu 4 Panel Incoming, 4 Panel Outgoing, 2 UPS 80 kVA

dan 2 UPS 120 kVA.

e. Catat atau rekam data hasil pengukuran.

f. Percobaan selesai.

3. Pengolahan data

Dilakukan analisa terhadap hasil pengukuran maupun data-data lainnya

yang diperoleh melalui hasil pengukuran kemudian bandingkan dengan

standar yang sesuai.

4. Rekomendasi peningkatan efisiensi energi listrik

Selanjutnya dibuat suatu rekomendasi yang berisi saran penghematan

maupun rancangan yang dapat diterapkan oleh pemilik dan pengguna

gedung agar efisiensi peggunaan energi listrik dapat ditingkatkan.

47

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Diagram alir penelitian ditunjukkan pada Gambar 3.5 berikut ini :

START

Pengukuran dan pengujian


data observasi energi dalam 1
bulan

Tidak
Data Observasi

Arus, tegangan, faktor daya,


harmonisa, daya (aktif dan semu)

Sesuai Studi

Ya

Rekomendasi
Peningkatan kerja

Stop

Gambar 3. 5 Diagram alir penelitian studi

48

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV.1 Profil Terminal Bandara International Kuala Namu

Terminal Bandara International Kuala Namu berada di Jalan Bandara Kuala

Namu, Deli Serdang. Hingga saat ini, deskripsi gedung terminal yang memiliki

lantai 1, lantai megazine, lantai 2 dan juga lantai pier dengan luas bangunan total

118.930 m2, berfungsi sebagai kantor pusat kegiatan penerbangan mulai dari

terminal keberangkatan dan kedatangan, ruang tunggu, pertokoan atau tenant dan

juga pusat kontrol listrik gedung terminal. Terminal Bandara International Kuala

Namu ditunjukkan pada Gambar 4.1 berikut.

Gambar 4. 1 Gedung Terminal Bandara International Kuala Namu

Berdasarkan arsip yang diterima dari unit kelistrikan bandara international

Kuala Namu yang dinaungi oleh PT. Angkasa Pura II, denah bangunan keseluruhan

Gedung Terminal dintunjukkan pada Gambar 4.2 sampai dengan Gambar 4.5.

49

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 4. 2 Gedung Terminal Lantai 1

Gambar 4. 3 Gedung Terminal Lantai Mezzanine

50

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 4. 4 Gedung Terminal Lantai 2

Gambar 4. 5 Gedung Terminal Lantai Pier

Fungsi dan aktivitas gedung terminal di setiap lantainya ditunjukkan pada

Tabel 4.1.

51

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 4. 1 Aktivitas dan fungsi setiap lantai

Lantai Aktivitas dan Fungsi


1 Terminal Kedatangan Domestik dan International,
Pusat Perkantoran, Tenant, Baggage Claim Domestik
dan International, Departure / Boarding Lounge,
Kantor Maskapai.
Mezzanine Hotel.
2 Terminal Keberangkatan Domestik dan International,
Check in Area, Tenant.
Pier Ruang Tunggu Keberangkatan, koridor menuju
Garbarata.

IV.2 Konfigurasi Sistem Kelistrikan Catu Daya pada Gedung Terminal

Pada prinsipnya catu daya yang digunakan untuk mencatu beban pada unit

terminal bandara Kuala Namu harus mempunyai kualitas yang baik dan kontiniuitas

yang terjamin (tidak pernah terputus), beban seperti ini disebut beban kritis.

Sedangkan untuk beban yang tidak kritis, kontiniuitas masih dapat di toleransi

(karena tidak berpengaruh terhadap operasional).

a) Daya Listrik Terpasang

Berdasarkan Tabel 4.2, energi listrik pada bandara international Kuala Namu

disuplai oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) dengan Kapasitas 2x23 MVA yang

berasal dari dua gardu hubung yang berbeda (Jika salah satu aktif yang satunya lagi

non aktif). Menurut informasi yang didapatkan kedua suplai tersebut bekerja secara

bergantian kurun waktu 6 bulan. Dalam kurun waktu tersebut dilakukan perawatan

di sisi yang non aktif.

52

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Selain disuplai dari PLN, bandara international Kuala Namu memiliki suplai

daya cadangan yang akan stand by jika suplai PLN alami gangguan berupa 5 unit

Generator Diesel atau Genset dengan kapasitas 2000 kVA yang terletak di Pusat

Listrik Bandara yaitu MPS (Main Power Station).

Tabel 4. 2 Suplai Terpasang Bandara International Kuala Namu

Klasifikasi No/Unit Kapasitas (KVA)

PT.PLN PLN1 23.000


(Persero) PLN2 23.000
DS1 2000
DS2 2000
Diesel DS3 2000
DS4 2000
DS5 2000

Diesel atau Genset berbahan bakar bensin merupakan back up jika PLN

mengalami gangguan ataupun black out, secara langsung ACOS aktif membuat

Diesel atau Genset Menyala dan Start, selama proses starting diesel atau genset

peralatan vital biasanya di back up oleh UPS sementara waktu. Dimana masing-

masing dari spesifikasi UPS dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tasel 4. 3 Spesifikasi UPS

Lokasi Jenis Merk Tahun Kapasitas


Schneider GALAXY 5500 2017 120 KVA
SST VIII
Schneider GALAXY 5500 2017 80 KVA
Schneider GALAXY 5500 2017 120 KVA
SST IX
Schneider GALAXY 5500 2017 80 KVA

53

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pada Gedung Terminal Terdapat 2 Kubikel penyalur listrik utama atau

dinamakan SST (Sub Station), yaitu SST VIII dan SST IX. Pada kondisi normal,

Incoming pada SST adalah tegangan menengah lalu masuk ke trafo step down untuk

menurunkan tegangan, setelah itu outgoingnya masuk ke panel-panel pembagi

tegangan rendah LVMDP (Low Voltage Main Distribution Panel). Dari panel

LVMDP didistribusikan ke Panel Incoming UPS. Keluaran dari panel Incoming

UPS tersebut yang akan didistribusikan ke UPS yang dapat dilihat pada Gambar 4.6

yang berfungsi untuk mencharge battery yang ada pada perangkat UPS tersebut.

Gambar 4. 6 UPS pada unit terminal

Pada saat kegagal catu daya utama dari PLN gagal (putus) maka UPS akan

bekerja secara otomatis yang mana pada saat terjadi kegagalan dari catuan utama

PLN static switch pada UPS tersebut akan bekerja secara otomatis dalam kurun

waktu 0,02 detik yang mengalirkan catuan daya ke beban. Fungsi dari battery pada

UPS adalah menggantikan catuan daya sementara, karena peran genset akan

menjadi catuan cadangan.

54

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


b) Beban Terpasang

Pada Gedung Terminal Terdapat 2 Kubikel penyalur listrik utama atau

dinamakan SST (Sub Station), yaitu SST VIII dan SST IX. Incoming pada SST

adalah tegangan menengah lalu masuk ke trafo step down untuk menurunkan

tegangan, setelah itu outgoingnya masuk ke panel-panel pembagi tegangan rendah

LVMDP (Low Voltage Main Distribution Panel). Pada Gambar 4.7 sampai Gambar

4.19, rincian panel-panel LVMDP masuk ke SDP (Sub Distribution Panel) ataupun

PP (Power Panel) yang pada disuplai masuk ke beban. Total konsumsi daya pada

gedung terminal adalah 25.000 kW.

Gambar 4. 7 Panel LVMDP A1 Prioriti

Gambar 4. 8 Panel LVMDP A1 Non Prioriti

55

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 4. 9 Panel LVMDP A2 Prioriti

Gambar 4. 10 Panel LVMDP A2 Non Prioriti

Gambar 4. 11 Panel LVMDP A3 Prioriti

56

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 4. 12 Panel LVMDP A3 Non Prioriti

Gambar 4. 13 Panel LVMDP TENANT A

Gambar 4. 14 Panel LVMDP B1 Prioriti

57

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 4. 15 Panel LVMDP B1 Non Prioriti

Gambar 4. 16 Panel LVMDP B2 Prioriti

Gambar 4. 17 Panel LVMDP B2 Non Prioriti

58

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 4. 18 Panel LVMDP B3 Non Prioriti

Gambar 4. 19 Panel LVMDP TENANT B

Dari data pada Tabel 4.4 yang diperoleh pembebanan yang dibackup oleh

UPS hanya pada unit elektronik yaitu Sebagai unit terkait yang bertanggung jawab

atas beroperasinya dan perawatan untuk pembebanan lampu pada terminal, server

imigrasi dan X-Ray pengukuran menggunakan Clamp meter UNI-T UT201.

59

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 4. 4 Beban pada UPS

Sub Station UPS Beban Kapasitas (kW) Total Daya (kW)

LP UPS/A 5,2
PP-XRAY 2/AP 7
Server Imigrasi 4,8
120 kVA PP-XRAY 34
SST VIII 5
PIER/AP
LP 1 A4P 5
LP 1 A3P 7
80 kVA LP UPS Lt.2 32,5 32.5
PP-XRAY B2/P 13,4
PP-XRAY MZ/BP 13,5
LP1-B4P 11
120 kVA PP-XRAY 74,8
SST IX 13,4
PIER/BP
LP1-B2P 11,1
LP1-B3P 12,4
80 kVA LP UPS MZ 33,0 33,0

c) Data pengukuran pada Battery UPS

Berdasarkan Gambar 4.20, data yang diperoleh battery UPS pada unit

terminal kuala namu memakai battery ROCKET ESC 150-12FR (12V,150AH)

dengan jumlah masing-masing UPS 120kVA yaitu 40 battery dan UPS 80kVA

yaitu 38 battery.

Gambar 4. 20 Battery pada UPS

60

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pengukuran dari kapasitas battery pada masing-masing UPS dapat dilihat

pada Gambar 4.21.

Gambar 4. 21 Pengukuran kapasitas battery pada UPS

Hasil pengukuran kapasitas battery pada masing-masing UPS dapat dilihat

pada Tabel 4.5

Tabel 4. 5 Kapasitas battery pada UPS

Battery Measurement
Sub Charge Stop
UPS Voltage Current Backup
Station Level Voltage
(V) (A) Time
(%) (V)
120 kVA 490 0 22H 33M 100 404
SST VIII
80 kVA 456 0 8H 34M 100 377
120 kVA 490 0 22H 02M 100 390
SST IX
80kVA 456 0 8H 34M 100 377

61

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


IV.3 Hasil Pengukuran kualitas daya listrik pada UPS

Pengukuran UPS dilakukan pada dua kubikel SST di terminal bandara

international Kuala Namu yaitu SST VIII dan SST IX. Pengukuran dilakukan pada

panel incoming UPS dan panel outgoing UPS dengan menggunakan alat ukur

Schneider Electric Power Logic (PM-5100) yang terpasang pada panel seperti

ditunjukkan pada Gambar 4.22 dan untuk pengukuran pada UPS sudah terdapat

power meter pada UPS Schneider Galaxy 5500. Pengukuran dilakukan pada jam

07.00 dan 19.00 WIB. Dimana pada waktu tersebut beban rata-rata terjadi.

a) Data pengukuran pada panel Incoming dan Outgoing UPS

Pada setiap UPS masing - masing memiliki panel incoming dan panel

outgoing. Panel incoming ini berfungsi untuk penghubung dan proteksi

antara sumber tegangan AC dengan UPS, sedangkan panel panel outgoing

berfungsi sebagai pembagian spesifik arah beban dari sumber tegangan

dan UPS ke beban yang dibackup oleh UPS.

Gambar 4. 22 Pengukuran kualitas daya pada panel

62

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pada data Tabel 4.6 dapat dilihat hasil pengukuran tegangan line-line dan

tegangan line-netral pada masing-masing panel incoming dan outgoing pada jam

07.00 dan 19.00 WIB.

Tabel 4. 6 Hasil pengukuran tegangan line-line dan tegangan line-netral SST VIII
dan SST IX

Tegangan (V)
Sub Waktu
Panel U (Line – Line) V (Line – Netral)
Station (WIB)
U12 U23 U31 V1 V2 V3
Incoming 07.00 381 381 378 221 221 220
UPS 120Kva 19.00 396 395 393 228 228 227
Outgoing 07.00 399 399 398 230 230 230
UPS 120kVA 19.00 386 384 382 223 223 221
SST VIII
Incoming 07.00 386 385 383 222 223 221
UPS 80Kva 19.00 394 394 390 226 227 226
Outgoing 07.00 400 400 400 230 230 230
UPS 80kVA 19.00 386 386 386 222 223 222
Incoming 07.00 386 385 382 222 222 221
UPS 120kVA 19.00 394 394 391 227 227 226
Outgoing 07.00 395 396 395 228 229 228
UPS 120kVA 19.00 387 389 386 224 224 223
SST IX
Incoming 07.00 386 385 383 222 222 221
UPS 80kVA 19.00 395 395 392 227 228 227
Outgoing 07.00 398 399 399 230 230 230
UPS 80kVA 19.00 388 387 386 224 223 223
Tegangan (V)
Waktu
U (Line – Line) V (Line – Netral)
(WIB)
U12 U23 U31 V1 V2 V3
07.00 381 381 378 221 221 220
Minimal
19.00 386 384 382 222 223 221
07.00 400 400 400 230 230 230
Maksimal
19.00 396 395 393 228 228 227
07.00 391,75 391,6 391,13 225,63 225,88 225,13
Rata-rata
19.00 390,75 390,5 388,25 225,13 225,38 224,38

63

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Dari data pengukuran tegangan line-line dan tegangan line-netral yang

dilakukan pada masing-masing panel incoming UPS dan panel outgoing UPS dapat

dianalisa bahwa tegangan tertinggi terjadi pada jam 07.00 WIB pada panel

Outgoing UPS 80 KVA SST VIII sebesar 400 V dikarenakan tidak ada beban yang

aktif. Untuk tegangan terendah yang terukur merata pada panel Incoming UPS 120

KVA SST VIII sebesar 380V.

Untuk masalah toleransi besar tegangan yang diizinkan menurut Dasar

Peraturan Permen ESDM No. 4 Tahun 2009 tentang Aturan Distribusi Tenaga

Listrik. Batasan Titik Sambung untuk Konsumen Tegangan 400/230 V merupakan

tegangan nominal 400V antar fase dan 230 V fase ke netral. Dengan Batas +5%

maksimal (420 V/241,5 V) dan minimal -10% (360V/207 V).

Dari data tersebut sudah memenuhi toleransi yang diizinkan, namun ketika

tegangan turun ataupun naik hal tersebut tersebut sudah diantisipasi dengan

regulator tegangan pada pembebanannya, penstabilan tegangan pada junction box

dan juga spesifikasi peralatan yang lebih dari 380V.

64

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Grafik tegangan line-line dan tegangan line-netral pada jam 07.00 dan jam

19.00 pada masing-masing panel incoming dan panel outgoing dapat dilihat pada

Gambar 4.23 sampai Gambar 4.25.

405
U12
400
395
390
U21
385
380
375 U32
370
Incoming Outgoing Incoming Outgoing Incoming Outgoing Incoming Outgoing
UPS UPS UPS UPS UPS UPS UPS UPS
120kVA 120kVA 80kVA 80kVA 120kVA 120kVA 80kVA 80kVA
SST VIII SST IX

Gambar 4. 23 Grafik tegangan line-line pada jam 07.00 WIB

400

395

U12
390

385 U21

380
U32
375
Incoming Outgoing Incoming Outgoing Incoming Outgoing Incoming Outgoing
UPS UPS UPS UPS UPS UPS UPS UPS
120kVA 120kVA 80kVA 80kVA 120kVA 120kVA 80kVA 80kVA
SST VIII SST IX

Gambar 4. 24 Grafik tegangan line-line pada jam 19.00 WIB

65

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


232

230

228
V1
226

224

222 V2

220

218 V3
216

214
Incoming Outgoing Incoming Outgoing Incoming Outgoing Incoming Outgoing
UPS UPS UPS UPS UPS UPS UPS UPS
120kVA 120kVA 80kVA 80kVA 120kVA 120kVA 80kVA 80kVA
SST VIII SST IX

Gambar 4. 25 Grafik tegangan line-netral pada jam 07.00 WIB

230

228

226 V1

224

222 V2

220

218 V3

216
Incoming Outgoing Incoming Outgoing Incoming Outgoing Incoming Outgoing
UPS UPS UPS UPS UPS UPS UPS UPS
120kVA 120kVA 80kVA 80kVA 120kVA 120kVA 80kVA 80kVA
SST VIII SST IX

Gambar 4. 26 Grafik tegangan line-netral SST IX pada 19.00 WIB

66

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pada Tabel 4.7 dapat dilihat hasil pengukuran arus, frekuensi dan cos phi pada

masing-masing panel incoming dan outgoing UPS pada jam 07.00 dan 19.00 WIB.

Tabel 4. 7 Hasil pengukuran arus, frekuensi dan cos phi pada SST VIII dan SST IX

Arus (A)
Sub Waktu Freq Cos
Panel
Station (WIB) R S T N (Hz) Phi

Incoming 07.00 55 55 55 0 50,21 0,98


UPS 120kVA 19.00 56 55 56 0 50,37 0,97
Outgoing 07.00 45 41 57 38 50,26 0,92
UPS 120kVA 19.00 56 44 55 2 50,31 0,98
SST
VIII Incoming 07.00 22 22 22 22 50,20 0,90
UPS 80kVA 19.00 59 60 59 1 50,41 0,97
Outgoing 07.00 0 0 0 0 50,30
UPS 80kVA 19.00 67 60 64 1 50,31 0,70
Incoming 07.00 104 104 104 1 50,24 0,99
UPS 120kVA 19.00 119 120 119 1 50,35 0,99
Outgoing 07.00 110 68 112 73 50,26 0,95
UPS 120kVA 19.00 121 111 106 2 50,41 0,99
SST
IX Incoming 07.00 20 21 20 1 50,29 0,90
UPS 80kVA 19.00 56 57 57 1 50,37 0,98
Outgoing 07.00 11 4 5 9 50,25 0,75
UPS 80kVA 19.00 65 71 66 1 50,32 0,72
Waktu Arus (A) Freq Cos
(WIB) R S T N (Hz) Phi
07.00 0 0 0 0 50,2 0,75
Minimal
19.00 56 44 55 0 50,31 0,7
07.00 110 104 112 73 50,3 0,99
Maksimal
19.00 121 120 119 2 50,41 0,99
07.00 45,875 39,375 46,875 18 50,25 0,91
Rata-rata
19.00 74,875 72,25 72,73 1,125 50,35 0,91

67

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Dari data pengukuran arus yang dilakukan pada masing-masing panel

incoming UPS dan panel outgoing UPS dapat dianalisa bahwa Untuk permasalahan

arus yang terjadi pada sisi netral tidak dibenarkan karena akan menimbulkan

keadaan beban tak seimbang, bahkan dapat merusak peralatan. Namun hal tersebut

dapat diatasi oleh gedung terminal dengan penggunaan tahanan pembumian yang

fungsinya mereduksi arus pada sisi netral. Dari data pengukuran faktor daya yang

dilakukan pada masing-masing panel incoming UPS dan panel outgoing UPS dapat

dianalisa bahwa Faktor daya terendah yang terjadi dimana faktor daya tercatat 0,70

pada panel UPS 80 KVA outgoing SST VIII pada jam 19.00 WIB . Namun hal

tersebut tentu saja menjadi tidak berpengaruh besar dikarenakan jika faktor daya

terpantau rendah dalam kurun waktu tertentu secara langsung kapasitor bank yang

ada pada SST akan aktif untuk meningkatkan faktor daya tersebut dan pada panel

outgoing UPS 80KVA SST VIII pada jam 07.00 WIB tidak dapat dibaca alat ukur

karena tidak ada beban yang aktif pada panel dan jam tersebut.

Pada Gambar 4.27 dan Gambar 4.28 dapat dilihat grafik arus per phasa pada

jam 07.00 dan jam 19.00 pada masing-masing panel incoming dan panel outgoing.

120
100
R
80
60 S
40
20 T
0
Incoming Outgoing Incoming Outgoing Incoming Outgoing Incoming Outgoing N
UPS UPS UPS UPS UPS UPS UPS UPS
120kVA 120kVA 80kVA 80kVA 120kVA 120kVA 80kVA 80kVA
SST VIII SST IX

Gambar 4. 27 Grafik arus SST VIII dan SST IX pada jam 07.00 WIB

68

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


140

120

100
R
80

60 S

40
T
20
N
0
Incoming Outgoing Incoming Outgoing Incoming Outgoing Incoming Outgoing
UPS UPS UPS UPS UPS UPS UPS UPS
120kVA 120kVA 80kVA 80kVA 120kVA 120kVA 80kVA 80kVA
SST VIII SST IX

Gambar 4. 28 Grafik arus SST VIII dan SST IX pada jam 19.00 WIB

Pada Gambar 4.29 dapat dilihat grafik cosphi pada masing-masing panel

incoming dan panel outgoing jam 07.00 dan 19.00 WIB.

1,2
Cos
1
Phi
0,8 jam
07.00
0,6
Cos
0,4
Phi
0,2 jam
19.00
0
Incoming Outgoing Incoming Outgoing Incoming Outgoing Incoming Outgoing
UPS UPS UPS UPS UPS UPS UPS UPS
120kVA 120kVA 80kVA 80kVA 120kVA 120kVA 80kVA 80kVA

Gambar 4. 29 Grafik cos phi

69

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pada Tabel 4.8 dapat dilihat hasil pengukuran harmonisa arus per phasa pada

masing-masing panel incoming dan outgoing di jam 07.00 dan 19.00 WIB:

Tabel 4. 8 Hasil pengukuran harmonisa arus pada SST VIII dan SST IX

THD Arus (%)


Sub Waktu
Panel
Station (WIB) R S T N

Incoming 07.00 7,09 7,19 6,63 150,02


UPS 120kVA 19.00 10,0 9,65 9,60 154,32
Outgoing 07.00 28,1 36,0 38,5 478,73
SST UPS 120kVA 19.00 60,7 61,5 54,4 100,0
VIII Incoming 07.00 44,0 39,9 39,6 159,56
UPS 80kVA 19.00 13,3 13,1 13,2 565,31
Outgoing 07.00 0,00 0,00 0,00 0,00
UPS 80kVA 19.00 31,2 28,4 26,8 111,12
Incoming 07.00 5,32 4,23 5,77 0,00
UPS 120kVA 19.00 5,95 5,80 5,22 0,00
Outgoing 07.00 24,9 35,9 23,3 142,07
SST UPS 120kVA 19.00 42,3 55,9 30,8 117,25
IX Incoming 07.00 12,8 13,0 12,5 0,00
UPS 80kVA 19.00 8,43 8,18 7,99 0,00
Outgoing 07.00 78,5 72,2 67,4 213,64
UPS 80kVA 19.00 58,2 55,1 59,1 128,33
Waktu THD Arus (%)
(WIB) R S T N
07.00 0 0 0 0
Minimal
19.00 5,95 5,8 5,22 0
07.00 78,5 72,2 67,4 478,73
Maksimal
19.00 60,7 61,5 59,1 565,31
07.00 25,089 26,053 24,213 143
Rata-rata
19.00 28,76 29,704 25,889 147,04

70

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Dari data pengukuran THD arus per phasa yang dilakukan pada masing-

masing panel incoming UPS dan panel outgoing UPS dapat dianalisa bahwa untuk

meninjau THD arus yang terjadi pada panel Outgoing UPS 120KVA SST VIII,

Incoming UPS 120KVA SST VIII, Outgoing UPS 120KVA SST IX, Outgoing UPS

80KVA SST IX arus nominal nya adalah 40-400A . Sedangkan rata-rata harmonisa

arus yang terjadi adalah 15 – 78,5% dari batas yang diizinkan adalah 15% oleh

karena itu dibutuhkan pemasangan filter pasif di panel tersebut.

Untuk meninjau THD arus yang terjadi pada Incoming UPS 120KVA SST

VIII, incoming UPS 80kVA SST IX dan Incoming UPS 120KVA SST IX yang arus

nominalnya adalah 40-400A. Sedangkan rata-rata harmonisa arus yang terjadi 4%-

12% dari batas yang diizinkan 15% oleh sebab itu pada panel tersebut masih dalam

kriteria aman.

Pada pengukuran THD arus dan THD tegangan pada jam 19.00 WIB

cenderung lebih besar, daripada pengukuran THD arus dan THD tegangan pada jam

07.00 WIB dikarenakan banyak beban yang aktif pada malam hari.

71

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pada Gambar 4.30 dan Gambar 4.31 dapat dilihat grafik THD arus per phasa

pada masing-masing panel incoming dan panel outgoing di jam 07.00 dan jam

19.00 WIB.

600

500

R
400

300
S

200
T
100

0 N
Incoming Outgoing Incoming Outgoing Incoming Outgoing Incoming Outgoing
UPS UPS UPS UPS UPS UPS UPS UPS
120kVA 120kVA 80kVA 80kVA 120kVA 120kVA 80kVA 80kVA
SST VIII SST IX

Gambar 4. 30 Grafik THD Arus per phasa pada jam 07.00 WIB

600

500

400 R

300 S

200 T

100
N

0
Incoming Outgoing Incoming Outgoing Incoming Outgoing Incoming Outgoing
UPS UPS UPS UPS UPS UPS UPS UPS
120kVA 120kVA 80kVA 80kVA 120kVA 120kVA 80kVA 80kVA
SST VIII SST IX

Gambar 4. 31 Grafik THD Arus per phasa pada jam 19.00 WIB

72

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pada Tabel 4.9 dapat dilihat hasil pengukuran harmonisa tegangan line-line

dan tegangan line-netral pada masing-masing panel incoming dan outgoing di jam

07.00 dan 19.00 WIB.

Tabel 4. 9 Hasil pengukuran Harmonisa tegangan pada SST VIII dan SST IX

THD Tegangan (%)


Sub Waktu
Panel U (Line – Line) V (Line – Netral)
Station (WIB)
U12 U23 U12 V1 V2 V3
Incoming 07.00 1,80 1,74 1,76 1,80 1,81 1,73
UPS 120kVA 19.00 3,67 3,35 3,43 3,52 3,23 3,34
Outgoing 07.00 0,80 0,81 1,01 0,95 0,96 1,37
SST UPS 120kVA 19.00 0,69 0,77 1,00 1,19 1,43 1,69
VIII Incoming 07.00 2,62 2,46 2,58 2,57 2,58 2,56
UPS 80kVA 19.00 4,69 4,46 4,66 4,68 4,70 4,63
Outgoing 07.00 0,41 0,41 0,44 0,42 0,41 0,43
UPS 80kVA 19.00 1,31 1,63 1,58 1,37 1,73 1,66
Incoming 07.00 1,88 1,80 1,76 1,83 1,91 1,74
UPS 120kVA 19.00 3,21 3,11 3,91 3,12 3,18 3,13
Outgoing 07.00 1,03 0,80 1,00 1,60 1,48 1,33
SST UPS 120kVA 19.00 1,45 0,67 1,42 1,76 1,35 1,53
IX Incoming 07.00 1,40 1,34 1,35 1,65 1,42 1,37
UPS 80kVA 19.00 2,89 2,38 2,59 2,72 3,01 3,03
Outgoing 07.00 0,55 0,54 0,56 0,66 0,53 0,60
UPS 80kVA 19.00 0,34 0,98 0,16 0,73 0,36 0,92
THD Tegangan (%)
Waktu
U (Line – Line) V (Line – Netral)
(WIB)
U12 U23 U12 V1 V2 V3
07.00 0,39 0,4 0,45 0,42 0,41 0,43
Minimal
19.00 0,43 0,8 0,61 0,37 0,63 0,29
07.00 2,62 2,46 2,58 2,57 2,58 2,56
Maksimal
19.00 4,69 4,46 4,66 4,68 4,7 4,63
07.00 1,3 1,218 1,3025 1,435 1,3875 1,3913
Rata-rata
19.00 2,3025 2,305 2,3838 2,4988 2,435 2,5038

73

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Dari data pengukuran THD tegangan yang dilakukan pada masing-masing

panel incoming UPS dan panel outgoing UPS dapat dianalisa bahwa Untuk nilai

THD tegangan menurut standart IEEE untuk tegangan dibawah 1 kV THDv

maksimal adalah 8%, maka untukTHD tegangan pada SST VIII dan IX masih

dalam kategori normal.

Pada Gambar 4.32 dan Gambar 4.33 dapat dilihat grafik THD tegangan line-

line pada masing-masing panel incoming dan panel outgoing di jam 07.00 dan jam

19.00 WIB.

3
U12
2,5
2 U21
1,5
1 U32
0,5
0
Incoming Outgoing Incoming Outgoing Incoming Outgoing Incoming Outgoing
UPS UPS UPS 80kVA UPS 80kVA UPS UPS UPS 80kVA UPS 80kVA
120kVA 120kVA 120kVA 120kVA
SST VIII SST IX

Gambar 4. 32 Grafik THD tegangan line-line pada jam 07.00 WIB

5 U12
4,5
4
3,5 U21
3
2,5
2 U32
1,5
1
0,5
0
Incoming Outgoing Incoming Outgoing Incoming Outgoing Incoming Outgoing
UPS UPS UPS 80kVA UPS 80kVA UPS UPS UPS 80kVA UPS 80kVA
120kVA 120kVA 120kVA 120kVA
SST VIII SST IX

Gambar 4. 33 Grafik THD tegangan line-netral pada jam 19.00 WIB

74

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pada Gambar 4.34 dan Gambar 4.35 dapat dilihat grafik THD tegangan line-

phasa pada masing-masing panel incoming dan panel outgoing di jam 07.00 dan

jam 19.00 WIB.

3
2,5
2 V1
1,5
1 V2
0,5
0 V3
Incoming Outgoing Incoming Outgoing Incoming Outgoing Incoming Outgoing
UPS UPS UPS 80kVA UPS 80kVA UPS UPS UPS 80kVA UPS 80kVA
120kVA 120kVA 120kVA 120kVA
SST VIII SST IX

Gambar 4. 34 Grafik THD tegangan line-netral pada jam 07.00 WIB

5
4,5
4
3,5
V1
3
2,5
2
V2
1,5
1
0,5
V3
0
Incoming Outgoing Incoming Outgoing Incoming Outgoing Incoming Outgoing
UPS UPS UPS UPS UPS UPS UPS UPS
120kVA 120kVA 80kVA 80kVA 120kVA 120kVA 80kVA 80kVA
SST VIII SST IX

Gambar 4. 35 Grafik THD tegangan line-netral pada jam 19.00 WIB

75

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


b) Data pengukuran pada UPS

Pengukuran UPS seperti pada Gambar 4.36 masing – masing dari substation

(SST) memiliki UPS dengan kapasitas 80 KVA dan 120 KVA. Alat ukur yang

digunakan sudah tersedia power meter pada UPS Schneider GALAXY 5500 yang

dilakukan saat UPS dalam keadaan normal dan dalam keadaan darurat. Pengukuran

UPS dalam keadaan darurat dilakukan pada malam hari dimana beban yang

dibackup aktif pada malam hari. Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui

kualiatas daya UPS disaat UPS dalam keadaan normal dan dalam keadaan darurat.

Gambar 4. 36 Pengukuran kualitas daya pada UPS

76

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pada Tabel 4.10 dapat dilihat hasil pengukuran tegangan line-line pada

masing-masing UPS.

Tabel 4. 10 Hasil pengukuran Tegangan line-line pada UPS

Tegangan Line – Line (U)


Sub
UPS U12 U23 U31
Station
Normal Darurat Bypass Normal Darurat Bypass Normal Darurat Bypass
120
388 389 391 387 387 391 387 388 388
SST kVA
VIII 80
386 386 390 387 387 393 385 386 389
kVA
120
387 388 389 388 388 391 386 388 388
SST kVA
IX 80
385 388 389 386 387 392 388 388 390
kVA
Tegangan Line – Line (U)
U12 U23 U31
Normal Darurat Bypass Normal Darurat Bypass Normal Darurat Bypass
Minimal 385 386 389 386 387 391 385 386 388
Maksimal 388 389 391 388 388 393 388 388 390
Rata-rata 386,5 387,75 389,75 387 387,25 391,75 386,5 387,5 388,75

Grafik tegangan line-line pada masing-masing UPS dapat dilihat pada

Gambar 4.37.

394

392

390

388 UPS 120kVA SST VIII


UPS 80kVA SST VIII
386
UPS 120kVA SST IX
384 UPS 80kVA SST IX

382

380
Normal Darurat Bypass Normal Darurat Bypass Normal Darurat Bypass
U12 U23 U31

Gambar 4. 37 Grafik tegangan line-line UPS

77

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pada Tabel 4.11 dapat dilihat hasil pengukuran tegangan line-phasa pada

masing-masing UPS.

Tabel 4. 11 Hasil pengukuran Tegangan line-netral pada UPS

Tegangan Line – Netral (V)


Sub
UPS V1 V2 V3
Station
Normal Darurat Bypass Normal Darurat Bypass Normal Darurat Bypass
120
224 230 225 223 230 225 223 230 224
SST kVA
VIII 80
222 228 225 223 227 227 222 227 224
kVA
120
223 230 224 224 230 226 223 230 224
SST kVA
IX 80
223 228 224 223 228 226 224 228 225
kVA
Tegangan Line – Netral (V)
V1 V2 V3
Normal Darurat Bypass Normal Darurat Bypass Normal Darurat Bypass
Minimal 222 228 224 223 227 225 222 227 224
Maksimal 224 230 225 230 230 227 224 230 224
Rata-rata 223 229 224,5 223,25 228,75 226 223 228,75 224,25

Dari data pengukuran tegangan line-line dan tegangan line-netral yang

dilakukan pada masing-masing UPS dalam keadaan normal maupun darurat tidak

kurang dari standart dasar Peraturan Permen ESDM No. 4 Tahun 2009 tentang

Aturan Distribusi Tenaga Listrik. Batasan Titik Sambung untuk Konsumen

Tegangan 400/230 V merupakan tegangan nominal 400V antar fase dan 230 V fase

ke netral. Dengan Batas +5% maksimal (420 V/241,5 V) dan minimal -10%

(360V/207 V).

78

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Dari data yang6 didapat sudah memenuhi toleransi yang diizinkan, namun

ketika tegangan turun ataupun naik hal tersebut tersebut sudah diantisipasi dengan

regulator tegangan pada pembebanannya, penstabilan tegangan pada junction box

dan juga spesifikasi peralatan yang lebih dari 380V.

Grafik tegangan line-phasa pada masing-masing UPS dapat dilihat pada

Gambar 4.38.

232
230
228
226 UPS 120kVA SST VIII
UPS 80kVA SST VIII
224
UPS 120kVA SST IX
222 UPS 80kVA SST IX
220
218
Normal Darurat Bypass Normal Darurat Bypass Normal Darurat Bypass
V1 V2 V3

Gambar 4. 38 Grafik tegangan line-netral UPS

79

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pada Tabel 4.12 dapat dilihat hasil pengukuran arus pada masing-masing

UPS.

Tabel 4. 12 Hasil pengukuran Arus pada UPS

Arus (A)
Sub
UPS I1 I2 I3
Station
Normal Darurat Bypass Normal Darurat Bypass Normal Darurat Bypass
120
56 55 0 44 54 0 53 55 0
SST kVA
VIII 80
67 59 0 60 59 0 74 58 0
kVA
120
121 116 0 111 118 0 106 117 0
SST kVA
IX 80
65 56 0 71 56 0 66 56 0
kVA
Minimal 56 55 0 33 54 0 53 55 0
Maksimal 121 116 0 111 118 0 106 117 0
Rata-rata 77,25 71,25 0 71,5 71,75 0 74,75 71,5 0

Grafik arus pada masing-masing UPS dapat dilihat pada Gambar 4.39.

140

120

100

80
UPS 120kVA SST VIII
60 UPS 80kVA SST VIII
40 UPS 120kVA SST IX
20 UPS 80kVA SST IX
0
Darurat

Darurat

Darurat
Normal

Normal

Normal
Bypass

Bypass

Bypass

I1 I2 I3

Gambar 4. 39 Grafik arus pada UPS

80

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Sedangkan pada Tabel 4.13 dapat dilihat hasil pengukuran arus netral pada

masing-masing UPS.

Tabel 4. 13 Hasil pengukuran arus netral pada UPS

Arus (A)
Sub
UPS In
Station
Normal Darurat Bypass
SST 120 kVA 2 2 0
VIII 80 kVA 1 1 0
SST 120 kVA 2 2 0
IX 80 kVA 1 1 0
Minimal 1 1 0
Maksimal 2 2 0
Rata-rata 1,5 1,5 0

Dari data pengukuran arus perphasa yang dilakukan pada masing-masing

Untuk permasalahan arus yang terjadi pada sisi netral tidak dibenarkan karena akan

menimbulkan keadaan beban tak seimbang, bahkan dapat merusak peralatan

maupun pada UPS. Namun hal tersebut dapat diatasi oleh gedung terminal dengan

penggunaan tahanan pembumian yang fungsinya mereduksi arus pada sisi netral.

Arus pada sisi bypass 0 A diakrenakan pengukuran pada bypass dilakukan saat UPS

dalam masa perbaikan. Grafik arus netral pada masing-masing UPS dapat dilihat

pada Gambar 4.40.

2,5
UPS 120kVA SST VIII
2
1,5 UPS 80kVA SST VIII

1 UPS 120kVA SST IX


0,5
UPS 80kVA SST IX
0
Normal Darurat Bypass
In

Gambar 4. 40 Grafik arus netral pada UPS

81

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pada Tabel 4.14 dapat dilihat hasil pengukuran daya pada masing-masing

UPS pada kondisi normal dan darurat.

Tabel 4. 14 Hasil pengukuran Daya pada UPS

Daya
Sub
UPS P1 (kW) P2 (kW) P3 (kW) P
Station
Normal Darurat Normal Darurat Normal Darurat Tot
120 34
12,7 12,7 9,8 9,8 11,5 11,5
SST kVA
VIII 80 34,3
11,3 11.3 10,5 10,5 12,5 12,5
kVA
120 74,8
26,9 26,9 24,4 24,4 23,5 23,5
SST kVA
IX 80 33
11,3 11,3 11,4 11,4 10,3 10,3
kVA
Minimal 11,3 11,3 9,8 9,8 10,3 10,3 33
Maksimal 26,9 26,9 24,4 24,4 23,5 23,5 74,8
Rata-rata 15,55 15,55 14,025 14,025 14,45 14,45 44,02

Grafik daya pada masing-masing UPS dapat dilihat pada Gambar 4.41.

30

25

20
UPS 120kVA SST VIII

15 UPS 80kVA SST VIII

UPS 120kVA SST IX


10
UPS 80kVA SST IX

0
Normal Darurat Normal Darurat Normal Darurat
P1 (kW) P2 (kW) P3 (kW)

Gambar 4. 41 Grafik Daya UPS

82

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Sedangkan pada Tabel 4.15 dapat dilihat hasil pengukuran frekuensi dan

faktor daya pada masing-masing UPS.

Tabel 4. 15 Hasil pengukuran Frekuensi dan Faktor Daya pada UPS

Frekuensi
Sub Faktor
UPS (Hz)
Station Daya
Normal Darurat Bypass
120
50,4 50,4 50,4 0,98
SST kVA
VIII 80
50,4 50,4 50,4 0,70
kVA
120
50,4 50,4 50,4 0,99
SST kVA
IX 80
50,4 50,4 50,4 0,72
kVA
Minimal 50,4 50,4 50,4 0,70
Maksimal 50,4 50,4 50,4 0,99
Raya-rata 50,4 50,4 50,4 0,8475

Dari data pengukuran faktor daya yang terukur pada masing-masing UPS

faktor daya terendah yang terjadi dimana faktor daya tercatat 0,7 pada UPS 80 KVA

SST VIII . Namun hal tersebut tentu saja menjadi tidak berpengaruh besar

dikarenakan jika faktor daya terpantau rendah dalam kurun waktu tertentu secara

langsung kapasitor bank yang ada pada SST akan aktif untuk meningkatkan faktor

daya tersebut. Grafik daya pada masing-masing UPS dapat dilihat pada Gambar

4.42.

1,5

1
UPS 120kVA SST VIII
0,5 UPS 80kVA SST VIII
UPS 120kVA SST IX
0
Faktor Daya

Gambar 4. 42 Grafik Faktor Daya UPS

83

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Dari pengukuran daya dan faktor daya masing-masing UPS beban maksimum

yang dapat dibackup UPS adalah

𝑃𝑈𝑃𝑆 = S x 𝑐𝑜𝑠𝜑..............................................................................(4.1)

Dimana :

𝑃𝑈𝑃𝑆 = Beban maksimum UPS (kW)

S = Kapasitas UPS (kVA)

cos φ = Faktor daya

dan untuk mengetahui %𝑃𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 yang dibackup UPS adalah

𝑃𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛
%𝑃𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 = 𝑥100% ........................................................(4.2)
𝑃𝑈𝑃𝑆

 Untuk UPS 120 kVA SST VIII faktor daya terukur adalah 0,98 dan beban

total yang terukurur adalah 34 kW.

Beban maksimum yang dapat dibackup UPS adalah

𝑃𝑈𝑃𝑆 = S x cos phi

= 120 x 0,98

= 117,6 kW

%𝑃𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 yang dibackup UPS adalah

𝑃𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛
%𝑃𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 = 𝑥100%
𝑃𝑈𝑃𝑆

34
%𝑃𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 = 𝑥100%
117,6

%𝑃𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 = 28,91%

 Untuk UPS 80 kVA SST VIII faktor daya terukur adalah 0,70 dan beban

total yang terukurur adalah 34,3 kW.

84

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Beban maksimum yang dapat dibackup UPS adalah

𝑃𝑈𝑃𝑆 = S x cos phi

= 80 x 0,70

= 56 kW

%𝑃𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 yang dibackup UPS adalah

𝑃𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛
%𝑃𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 = 𝑥100%
𝑃𝑈𝑃𝑆

34,3
%𝑃𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 = 𝑥100%
56

%𝑃𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 = 61,25%

 Untuk UPS 120 kVA SST IX faktor daya terukur adalah 0,99 dan beban

total yang terukurur adalah 74,8 kW.

Beban maksimum yang dapat dibackup UPS adalah

𝑃𝑈𝑃𝑆 = S x cos phi

= 120 x 0,99

= 118,8 kW

%𝑃𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 yang dibackup UPS adalah

𝑃𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛
%𝑃𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 = 𝑥100%
𝑃𝑈𝑃𝑆

74,8
%𝑃𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 = 𝑥100%
118,8

%𝑃𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 = 62,96%

 Untuk UPS 80 kVA SST IX faktor daya terukur adalah 0,72 dan beban

total yang terukurur adalah 33 kW.

Beban maksimum yang dapat dibackup UPS adalah

𝑃𝑈𝑃𝑆 = S x cos phi

85

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


= 80 x 0,72

= 57,6 kW

%𝑃𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 yang dibackup UPS adalah

𝑃𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛
%𝑃𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 = 𝑥100%
𝑃𝑈𝑃𝑆

33
%𝑃𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 = 𝑥100%
57,6

%𝑃𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 = 57,29%

Tabel 4. 16 Hasil perhitungan beban maksimum UPS dan jumlah beban pada UPS

Sub Station UPS 𝑃𝑈𝑃𝑆 (kW) 𝑃𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 (kW) %𝑃𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 (%)


120 kVA 117,6 34 28,91
SST VIII
80 kVA 56 34,3 61,25
120 kVA 118,8 74,8 62,96
SST IX
80 kVA 57,6 33 57,29

Dari data yang didapat pada Tabel 4.16 Perbandingan beban maksimum UPS

dengan jumlah beban yang dibackup UPS belum mencapai 100% sehingga

kapasitas dari UPS masih mencukupi dan memenuhi untuk mensuplai daya listrik

pada unit terminal bandara Kuala Namu dan masih adanya tempat untuk beban

cadangan atau spare yang bakal terpasang untuk perancangan beban selanjutnya.

86

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 KESIMPULAN

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka didapat kesimpulan terkait

Studi Catu Daya Tidak Terputus (UPS) Pada Gedung Terminal Bandara Kuala

Namu sebagai berikut :

1. Tegangan line-line yang terukur adalah 378 – 400V dan tegagan line-netral

yang terukur adalah 220-230V. Dengan batas +5% maksimal

(420V/241,5V) dan minimal -10% (360V/207V) oleh karena itu tegangan

sudah memenuhi toleransi yang diizinkan.

2. Kinerja masing-masing UPS melayani beban adalah %𝑃𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 UPS

120kVA SST VIII = 28,91%, %𝑃𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 UPS 80kVA SST VIII = 61,25%,

%𝑃𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 UPS 120kVA SST IX = 62,96% dan %𝑃𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 UPS 120kVA SST

IX = 57,29%. Perbandingan beban maksimum UPS dengan jumlah beban

yang dibackup UPS belum mencapai 100% sehingga kapasitas dari UPS

masih mencukupi dan memenuhi untuk mensuplai daya listrik pada unit

terminal bandara Kuala Namu dan masih adanya tempat untuk beban

cadangan atau spare yang bakal terpasang untuk perancangan beban

selanjutnya.

87

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3. THD arus yang terukur adalah 15% – 78,5% dari batas yang diizinkan 15%

oleh karena itu dibutuhkan pemasangan filter pasif di panel tersebut untuk

mengurangi harmonisa pada panel tersebut.

4. THDv yang terukur adalah 0,29% – 4,7% sedangkan THDu yang terukur

adalah 0,39% - 4,69% dari batas yang diizinkan adalah 5% oleh karena itu

THDv dan THDu masih dalam kondisi aman.

88

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


V.2 SARAN

Saran dari penulis untuk pengembangan dari Tugas Akhir ini adalah sebagai

berikut :

1. Melakukan penelitian mengenai optimasi pemilihan filter yang tepat untuk

mengurangi besar harmonisa.

2. Melakukan penelitian mengenai nilai harmonisa pada software yang serta

membandingkan nilai dengan pengukuran.

89

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

[1] B.Justus Rabi, V.Vivek, R.Arumugam, 2002, “HARMONICS” A Recent

Entrant To Power Quality Problem In Uninterruptible Power Supply , IEEE

ICIT’02.

[2] Mohd. Khairil Rahmat, Slobodan Jovanovic and Kwok Lun Lo, 2010,

Uninterruptible Power Supply (UPS) System Configuration : Reliability

Comparison, IEEE International Conference on Power and Energy

(PECon2010).

[3] Mohd. Khairil Rahmat, Ahmad Zaki Abdul Karim and Mohd. Nadjimi

Mohd. Salleh, 2017, Sensitivity Analysis of the AC Uninterruptible Power

Supply Supply (UPS) Reliability, International Conference on Engineering

Technology and Technopreneurship (ICE2T).

[4] Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia

No.13 Tahun 2012 Tentang Penghematan Pemakaian Tenaga Listrik.

Jakarta. 2012

[5] Zuhal. 1988. Dasar Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya. Jakarta:

Gramedia.

[6] Theraja, B.L. & Theraja, A.K., A Text Book of Electrical Technology

Volume II, New Delhi : S.Chand and Company Ltd., 2001.

90

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


[7] Turan Gönen. 2014. Third Edition Electric Power Distribution

Engineering. New York USA: CRC Press Taylor & Francis Ltd..

[8] Ashari, Mochamad. 2017. Desain Konverter Elektronika Daya. Bandung:

Informatika Bandung.

[9] Malvino, Albert Paul. 2001. Prinsip-Prinsip Elektronika Edisi Kedua.

Terjemahan oleh Hanafi Gunawan. Jakarta:Erlangga.

[10] H. Rashid Muhammad, 1999. Elektronika Daya Jilid 1. Jakarta;

PT.Prenhallindo

[11] Srdjan Skok, Minea Skok, Niksa Vrkic.

“Electrical Performance Test Procedures For Uninterruptible Power

Supplies”. IEEE International Conference on Industrial Technology (ICIT)

2004.

[12] Sjani, Masykur. 1988. Analisa Sistem Tenaga II.- “harmonisa & filter

Jakarta: Gramedia.

[13] Wijaya Mochtar. Dasar-dasar Mesin Listrik. Djambatan. Jakarta, 2001.

[14] Arrillaga J, and Watson, N.R. Power System Harmonics. John Wiley&Sons,

1985.

[15] IEEE Guide for Application of Shunt Power Capacitors. IEEE Standard

1036-1992 International Conference on Renewable Energies PQ, Spain

2009.

91

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN

LAMPIRAN A

Foto hasil pengukuran tegangan pada panel

92

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN B

Hasil pengukuran arus, frekuensi dan faktor daya pada panel

93

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN C

Hasil pengukuran THD tegangan pada panel

94

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN D

Hasil pengukuran THD arus pada panel

95

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN E

Hasil pengukuran pada UPS

96

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai