Anda di halaman 1dari 87

Tugas Akhir

SIMULASI PERANCANGAN ANTENA YAGI UNTUK APLIKASI WLAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan


pendidikan sarjana ( S-1 ) pada Departemen Teknik Elektro

Oleh :

FIRMANTO
NIM : 060402058

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010

Universitas Sumatera Utara


SIMULASI PERANCANGAN ANTENA YAGI UNTUK APLIKASI WLAN

Oleh :

FIRMANTO
06 0402 058

Tugas Akhir ini diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Teknik

Disetujui oleh :

Pembimbing,

Ir. Arman Sani, MT


196311281991031003

Diketahui oleh :

Pelaksana Harian
Ketua Departemen Teknik Elektro FT USU,

Prof. Dr. Ir. Usman S. Baafai


19461022 197302 1 001

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK
Penggunaan teknologi komunikasi dengan menggunakan kabel kini sudah
tergantikan oleh teknologi komunikasi tanpa kabel dimana peran kabel digantikan
oleh frekuensi radio. Teknologi tersebut dinamakan Wireless Local Area Network
(WLAN). Wireless Local Area Network (WLAN) adalah suatu jaringan area lokal
tanpa kabel dimana media transmisinya menggunakan frekuensi radio (RF) dan
infrared (IR), untuk memberi sebuah koneksi jaringan ke seluruh pengguna
dalam area disekitarnya. Namun, keterbatasan jarak merupakan sebuah masalah
yang dihadapi oleh perangkat WLAN ini. Jarak jangkauan sinyalnya relatif
sempit sehingga diperlukan solusi untuk memperluas jarak jangkauan sinyal
tersebut. Untuk itu digunakan antena Yagi yang dipasang pada sisi penerima
sebagai salah satu solusi untuk memecahkan masalah keterbatasan jarak
jangkauan WLAN.
Antena Yagi memiliki 3 komponen utama yaitu sebuah driven element
yang merupakan dipole aktif, sebuah reflektor yang berfungsi untuk
memantulkan pancaran dari driven element dan sebuah direktor yang
memperkuat pola pancar dari driven element.
Dalam Tugas Akhir, antena Yagi yang dirancang dapat diaplikasikan pada
sistem WLAN. Perancangan antena ini menggunakan software simulator Ansoft
Designer HFSS versi 10.0. Hasil dari perancangan ini adalah antena Yagi yang
dapat bekerja pada frekuensi kerja WLAN dan diperoleh nilai VSWR sebesar
1,56 untuk frekuensi 2,46 GHz, pola radiasi unidirectional dan gain sebesar 10,39
dB.

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

yang atas Berkat dan Rahmat yang telah diberikan-Nya penulis memiliki

kemampuan dan ketabahan dalam menghadapi segala cobaan, halangan, dan

rintangan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Tugas Akhir ini penulis persembahkan kepada yang teristimewa yaitu

ayahanda dan ibunda, nenek, adik-adik kandung tercinta yang merupakan bagian

dari hidup penulis yang senantiasa mendukung dan mendoakan dari sejak penulis

lahir hingga sekarang.

Tugas Akhir ini merupakan bagian dari kurikulum yang harus

diselesaikan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan Sarjana

Strata Satu di Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas

Sumatera Utara. Adapun judul Tugas Akhir ini adalah:

PERANCANGAN TEORITIS ANTENA YAGI UNTUK APLIKASI WLAN

Selama penulis menjalani pendidikan di kampus hingga diselesaikannya

Tugas Akhir ini, penulis banyak menerima bantuan, bimbingan, dan dukungan

dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Bapak Ir. Arman sani, MT selaku dosen Pembimbing Tugas Akhir, atas

saran, nasehat, bimbingan dan motivasi dalam menyelesaikan Tugas

Akhir ini.

2. Bapak Ir. T. Ahri Bahriun,M.Sc, selaku Penasehat Akademis penulis, atas

bimbingan dan arahannya dalam menyelesaikan perkuliahan selama ini.

Universitas Sumatera Utara


3. Bapak Prof.Dr.Ir Usman Baafai dan Bapak Rachmad Fauzi ST, MT

selaku Pelaksana Harian Ketua Departemen Teknik Elektro Fakultas

Teknik Universitas Sumatera Utara dan Sekretaris Departemen Teknik

Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

4. Kepada Bapak, Ibu dan adik – adik tercinta dan keluarga dekat yang telah

menghantarkan doa, perhatian, semangat dan segalanya sehingga

penulisan tugas akhir ini dapat terselesaikan.

5. Seluruh staf pengajar yang telah memberi bekal ilmu kepada penulis dan

seluruh pegawai Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik,

Universitas Sumatera Utara atas segala bantuannya.

6. Bapak Ruki Nofianto, S.Pd dan Bapak Ridwan Lesmana yang memberi

masukan dan saran-saran yang sangat membantu penulis dalam

penyelesaian Tugas Akhir.

7. Keluarga Besar Laboratorium Sistem Komputer dan Pengaturan : Bang

Muhfi, Bang Hans, Bang Aris, Salman Alfarisi, Rozi.

8. Teman seperjuangan: Teguh, Balemurli dan Agung Permana, yang

membantu dalam pengerjaan Tugas Akhir.

9. Sahabat-sahabat terbaik di Elektro: Rudolf, Rinaldo, Kristian Silaen,

Budiman Chandra, Thomas, Angga, Sugianto, Hendrik, Juandri, Efandi

(boja), Royen, Helmi, Rahmudin, Demon, Taufik, Iqbal, pingkan, Martua

dan segenap angkatan ’06.

10. Keluarga besar PB elektro USU 2006.

11. Keluarga Besar Ikatan Mahasiswa Teknik Elektro : Fransiskus, Topan,

Polda, John, Gabe dan semua pengurus IMTE 2009 – 2010 yang telah

Universitas Sumatera Utara


memberikan banyak waktu dan keleluasaan pada penulis untuk dapat

menyelesikan Tugas Akhir ini.

12. Keluarga Besar KMB - USU.

13. Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan baik

dari segi materi maupun penyajiannya. Oleh karena itu saran dan kritik dengan

tujuan menyempurnakan dan mengembangkan kajian dalam bidang ini sangat

penulis harapkan.

Akhir kata, Penulis berharap agar Tugas Akhir ini bermanfaat bagi

pembaca dan Penulis.

Medan, Agustus 2010

Penulis

Firmanto
NIM. 060402058

DAFTAR ISI

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK ...................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................ vii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ..........................................................................1

1.2 Rumusan masalah ...................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan .....................................................................................3

1.4 Batasan Masalah .....................................................................................3

1.5 Metodologi Penulisan ..............................................................................3

1.6 Sistematika Penulisan ..............................................................................4

BAB II TEORI DASAR

2.1. Umum ..................................................................... ..................................6

2.2. Gelombang Elektromagnetik .................................... ..................................6

2.3. Pengertian Antena …………………………………………………………………9

2.4 Parameter – Parameter Antena.....................................................................10

2.4.1 Direktivitas Antena .........................................................................10

2.4.2 Gain Antena....................................................................................11

Universitas Sumatera Utara


2.4.3 Pola Radiasi Antena ........................................................................12

2.4.4 Polarisasi Antena ...........................................................................13

2.4.5 Beamwidth Antena .........................................................................14

2.4.6 Bandwidth Antena ..........................................................................15

2.4.7 Impedansi Antena ..........................................................................16

2.4.8 Voltage Standing Wave Ratio ......................................................... 17

2.5 Antena Isotropis ......................................................................................18

2.6 Antena Directional...................................................................................18

2.6.1 Antena Unidirectional........................................................................18

2.6.2 Antena Omnidirectional .................................................................19

2.7 Antena Yagi ............................................................................................21

2.7.1 Driven Elemen, Reflektor dan Direktor ..........................................22

2.7.2 Impedansi Bersama ........................................................................24

2.7.3 Jarak Antar Elemen ........................................................................25

2.7.4 Gain...............................................................................................27

2.8 Material ...................................................................................................27

2.9 Local Area Network ................................................................................28

2.10 Wireless Local Area Network................................................................... 30

2.10.1 Standar WLAN 802.11 ..........................................................................31

BAB III SIMULATOR HFSS

3.1 Umum ..................................................................................................... 37

3.2 Instalasi Ansoft HFSS .............................................................................39

Universitas Sumatera Utara


3.3 Cara Kerja Ansoft HFSS .........................................................................40

3.4 Perancangan Model Dasar pada Ansoft HFSS .........................................41

3.4.1 Inisialisasi Model ...........................................................................42

3.4.2 Menjalankan Hasil Rancangan ......................................................45

3.5 Aplikasi Ansoft HFSS .............................................................................46

BAB IV PERANCANGAN ANTENA YAGI UNTUK APLIKASI

WIRELESS LOCAL AREA NETWORK

4.1 Umum .................................................................................................... 47

4.2 Perancangan Antena Yagi .......................................................................47

4.2.1 Perancangan Panjang Elemen ........................................................49

4.2.2 Perhitungan Jarak antar Elemen ....................................................50

4.3 Perancangan Model Yagi ........................................................................51

4.4 Perancangan Saluran pencatu ..................................................................57

4.5 Perancangan Ruang Batasan ...................................................................58

4.6 Arah Pancaran ........................................................................................59

4.8 Menampilkan Hasil Simulasi ..................................................................61

4.8.1 Antena Yagi 7 Elemen ..................................................................62

4.8.2 Antena Yagi 8 Elemen ..................................................................65

4.8.3 Antena Yagi 9 Elemen ...................................................................67

4.8.4 Antena Yagi 10 Elemen .................................................................69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan .............................................................................................75

Universitas Sumatera Utara


5.2. Saran ....................................................................................................... 75

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................76

LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.1 Antena sebagai pemancar dan penerima.......................................10

Gambar 2.2 Dimensi pola radiasi antena .......................................................12

Gambar 2.3 Ilustrasi Bidang pola radiasi antena ...........................................13

Gambar 2.4 Polarisasi antena ........................................................................14

Gambar 2.5 Beamwidth antena .....................................................................15

Gambar 2.6 Antena Isotropis ........................................................................18

Gambar 2.7 Contoh antena unidirectional .....................................................19

Gambar 2.8 Contoh antena omnidirectional ..................................................20

Gambar 2.9 Dimensi dan kontruksi antena yagi uda .....................................21

Gambar 2.10 Sistem elemen array yang menggunakan 1 buah direktor ..........23

Gambar 2.11 Sistem elemen array yang menggunakan 1 buah reflektor .........24

Gambar 2.12 Grafik yang menunjukkan pengaruh jarak antar elemen terhadap

perolehan gain pada yagi 3 elemen ............................................26

Gambar 2.13 Gain dalam dB pada sebuah antena dipole ½ λ vs jumlah elemen

pada antena Yagi .......................................................................27

Gambar 3.1 Tampilan Ansoft HFSS .............................................................38

Gambar 3.2 Tampilan Awal proses instalasi Ansoft HFSS............................ 39

Gambar 3.3 Diagram alir yang menunjukkan cara pencarian solusi simulator

Ansoft HFSS .............................................................................41

Gambar 3.4 Geometri yang disediakan Ansoft HFSS....................................42

Gambar 3.5 Bentuk balok pada Ansoft HFSS ...............................................42

Gambar 3.6 Property window yang muncul setelah model dibuat .................43

Gambar 3.7 Property window dengan tab attribute .......................................44

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.8 Project Manager window pada Ansoft HFSS ............................ 45

Gambar 3.9 Antena Horn..............................................................................46

Gambar 4.1 Diagram alir perancangan antena Yagi ......................................48

Gambar 4.2 Variabel yang digunakan dalam perancangan Yagi ....................52

Gambar 4.3 Peletakan kordinat pada driven element yang dibuat .................53

Gambar 4.4 Driven element yang merupakan sebuah antena dipole ½ λ.......54

Gambar 4.5 Peletakan koordinat reflektor pada Ansoft HFSS ....................... 55

Gambar 4.6 Sebuah reflektor dan driven element yang dibuat ......................55

Gambar 4.7 Peletakan koordinat direktor pada Ansoft HFSS ........................56

Gambar 4.8 Sebuah reflektor, driven element dan direktor yang dibuat .........56

Gambar 4.9 Model antena Yagi 10 elemen yang dirancang ...........................57

Gambar 4.10 Peletakan koordinat pada saluran pencatu ..................................58

Gambar 4.11 Pembuatan saluran catu pada driven element ............................ 58

Gambar 4.12 Peletakan boundaries pada Ansoft HFSS...................................59

Gambar 4.13 Perancangan antena Yagi 7 elemen............................................63

Gambar 4.14 Grafik VSWR antena Yagi 7 elemen .........................................63

Gambar 4.15 Pola radiasi yang dihasilkan antena Yagi 7 elemen ....................64

Gambar 4.16 Perancangan antena Yagi 8 elemen............................................65

Gambar 4.17 Grafik VSWR antena Yagi 8 elemen .........................................65

Gambar 4.18 Pola radiasi yang dihasilkan antena Yagi 8 elemen ....................66

Gambar 4.19 Perancangan antena Yagi 9 elemen............................................67

Gambar 4.20 Grafik VSWR antena Yagi 9 elemen .........................................67

Gambar 4.21 Pola radiasi yang dihasilkan antena Yagi 9 elemen ....................68

Gambar 4.22 Perancangan antena Yagi 10 elemen..........................................69

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.23 Grafik VSWR antena Yagi 10 elemen .......................................69

Gambar 4.24 Pola radiasi yang dihasilkan antena Yagi 10 elemen .................. 70

DAFTAR TABEL

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.1 Spektrum frekuensi gelombang elektromagnetik ..........................9

Tabel 2.2 Standar – standar WLAN 802.11 ................................................32

Tabel 2.3 Wifi channel ..............................................................................36

Tabel 4.1 Ukuran panjang elemen antena Yagi .........................................50

Tabel 4.2 Jarak antara elemen antena Yagi yang akan dirancang ...............51

Tabel 4.3 Gain hasil simulasi antena Yagi 7 elemen .................................64

Tabel 4.4 Gain hasil simulasi antena Yagi 8 elemen .................................66

Tabel 4.5 Gain hasil simulasi antena Yagi 9 elemen .................................68

Tabel 4.6 Gain hasil simulasi antena Yagi 10 elemen................................70

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK
Penggunaan teknologi komunikasi dengan menggunakan kabel kini sudah
tergantikan oleh teknologi komunikasi tanpa kabel dimana peran kabel digantikan
oleh frekuensi radio. Teknologi tersebut dinamakan Wireless Local Area Network
(WLAN). Wireless Local Area Network (WLAN) adalah suatu jaringan area lokal
tanpa kabel dimana media transmisinya menggunakan frekuensi radio (RF) dan
infrared (IR), untuk memberi sebuah koneksi jaringan ke seluruh pengguna
dalam area disekitarnya. Namun, keterbatasan jarak merupakan sebuah masalah
yang dihadapi oleh perangkat WLAN ini. Jarak jangkauan sinyalnya relatif
sempit sehingga diperlukan solusi untuk memperluas jarak jangkauan sinyal
tersebut. Untuk itu digunakan antena Yagi yang dipasang pada sisi penerima
sebagai salah satu solusi untuk memecahkan masalah keterbatasan jarak
jangkauan WLAN.
Antena Yagi memiliki 3 komponen utama yaitu sebuah driven element
yang merupakan dipole aktif, sebuah reflektor yang berfungsi untuk
memantulkan pancaran dari driven element dan sebuah direktor yang
memperkuat pola pancar dari driven element.
Dalam Tugas Akhir, antena Yagi yang dirancang dapat diaplikasikan pada
sistem WLAN. Perancangan antena ini menggunakan software simulator Ansoft
Designer HFSS versi 10.0. Hasil dari perancangan ini adalah antena Yagi yang
dapat bekerja pada frekuensi kerja WLAN dan diperoleh nilai VSWR sebesar
1,56 untuk frekuensi 2,46 GHz, pola radiasi unidirectional dan gain sebesar 10,39
dB.

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehidupan manusia tidak terlepas dari interaksi antara manusia sebagai

makhluk sosial dengan teknologi sebagai media yang digunakan oleh manusia.

Kemampuan teknologi telah menjawab berbagai tantangan manusia untuk saling

berinteraksi secara real time, dimana keterbatasan jarak, waktu dan ruang

bukanlah penghalang bagi keinginan manusia untuk saling berkomunikasi.

Keinginan manusia untuk menyadari keberadaannya secara relatif dengan

manusia yang lain menjadi obsesi yang tidak berlebihan dengan ditemukannya

komputer. Pada umumnya sebuah personal komputer hanya dapat melayani satu

orang pemakai tunggal saja, tetapi dalam perkembangannya, muncullah konsep

LAN ( Local Area Network ) dimana satu pemakai tunggal dapat melayani

beberapa pemakai dalam waktu yang bersamaan. Pada konsep LAN yang

merupakan sebuah jaringan, terdapat sebuah otak atau pengendali yang disebut

sebagai server dan beberapa pengguna yang disebut terminal yang secara fisik

terhubung oleh kabel. Namun seiring perkembangannya, manusia justru ingin

sesuatu yang lebih praktis dalam koneksi antar komputer. Kehadiran kabel yang

dalam pengkoneksian dinilai merepotkan. Konsep yang digunakan untuk

mengganti kabel adalah dengan menggunakan frekuensi radio. Wireless LAN

(WLAN) menjadi salah satu pilihan yang terbaik. Standarisasi IEEE 802

membentuk standar jaringan WLAN pada tahun 1990, dimana standarisasi ini

telah dikembangkan menjadi standar global peralatan radio dan jaringan yang

Universitas Sumatera Utara


beroperasi pada frekuensi 2,4 GHz. Standar WLAN diawali dengan standar

802.11 yang diperkenalkan pada tahun 1997 oleh IEEE. IEEE 802.11 merupakan

standar untuk produk WLAN yang telah dikenal pengguna jaringan pada

umumnya. Namun konsep WLAN bukannya tanpa kelemahan. Kendala jarak

merupakan salah satu persoalan yang membutuhkan solusi, namun dengan biaya

yang tidak mahal tentunya.

Berbagai jenis antena kini mulai dikembangkan untuk mengikuti

perkembangan teknologi sekarang, yaitu teknologi wireless. Antena Yagi yang

dulunya hanya digunakan sebagai antena penerima siaran televisi dan penerima

radio amatir. Kini dapat digunakan sebagai perangkat penerima WLAN. Selain

memiliki gain antena yang relatif tinggi, unjuk kerjanya yang prima dan

toleransinya terhadapat variasi serta kesalahan konstruksi bila kinerja optimum

bukan suatu tuntutan. Antena Yagi merupakan salah satu antena unidirectional

yang cocok digunakan sebagai penerima WLAN. Maka dari itu, pada Tugas

Akhir ini akan dirancang Antena Yagi yang mampu bekerja pada frekuensi yang

sesuai untuk perangkat WLAN.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa

permasalahan, yaitu:

1. Apa yang dimaksud dengan antena yagi?

2. Bagaimana spesifikasi antena yang diperbolehkan untuk perangkat

WLAN ?

Universitas Sumatera Utara


3. Bagaimana perancangan antena Yagi yang dapat bekerja pada

frekuensi 2,4 – 2,5 GHz untuk aplikasi WLAN ?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk menganalisis

antena Yagi untuk aplikasi WLAN yang bekerja pada frekuensi 2,4 – 2,5 GHz

serta mendapatkan kinerja dari antena tersebut.

1.4 Batasan Masalah

Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas, maka penulis akan

membatasi Tugas Akhir ini dengan hal – hal sebagai berikut :

1. Antena bekerja pada frekuensi kerja WLAN standar IEEE 802.11.

2. Perancangan antena Yagi sebagai penerima sinyal dari perangkat

WLAN IEEE 802.11b/g ( Wifi ).

3. Parameter yang dibahas hanya dimensi antena, VSWR, pola radiasi

dan gain.

4. Pengukuran parameter antena dilakukan dengan menggunakan

perangkat lunak Ansoft HFSS designer versi 10.0.

5. Tidak membahas tentang metode akses pada sistem WLAN

6. Perancangan tidak sampai ke tahap pabrikasi.

1.5 Metodologi Penulisan

Metodologi penulisan yang digunakan oleh penulis pada penulisan Tugas

Akhir ini adalah :

Universitas Sumatera Utara


1. Studi Literatur, yaitu berupa studi kepustakaan dan kajian dari jurnal-

jurnal pendukung baik dalam bentuk hard copy maupun soft copy.

2. Perhitungan

Melakukan perhitungan secara analitik dengan menggunakan

perumusan ilmiah untuk antena Yagi.

3. Perancangan dan Analisis

Dari hasil perhitungan analitik dengan menggunakan perumusan

ilmiah kemudian dilakukan perancangan antena dengan menggunakan

software Ansoft HFSS designer versi 10.0.

1.6 Sistematika Penulisan

Penulisan Tugas Akhir ini disajikan dengan sistematika penulisan sebagai

berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan yang berisikan tentang latar

belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, batasan

masalah, metodologi penulisan, dan sistematika penulisan dari

Tugas Akhir ini.

BAB II TEORI DASAR

Bab ini berisi penjelasan tentang antena secara umum dan

penjelasan mengenai antena Yagi secara khusus.

Universitas Sumatera Utara


BAB III ANSOFT HFSS

Bab ini berisi tentang cara pemasangan Simulator Ansoft HHFSS,

cara kerja Ansoft HFSS, dan pembentukan model dengan

menggunakan Ansoft HFSS.

BAB IV PERANCANGAN ANTENA YAGI UNTUK APLIKASI

WIRELESS LOCAL AREA NETWORK ( WLAN )

Bab ini membahas mengenai perancangan antena Yagi untuk

aplikasi WLAN dan membandingkan hasil yang dicapai melalui

perumusan ilmiah dengan hasil yang dicapai dengan menggunakan

software Ansoft HFSS Designer versi 10.0. serta mengetahui

kinerja dari antena tersebut.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari hasil pembahasan Tugas

Akhir.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TEORI DASAR

2.1 Umum

Komunikasi menjadi bagian terpenting yang dalam kehidupan manusia

yang tidak dapat terpisahkan. Sejak dikemukakan teori elektromagnetik oleh

James Clark maxwel, perkembangan teknologi komunikasi semakin lama

semakin pesat. Setelah itu muncullah antena radio pertama dibuat oleh Heinrich

Hertz yang tujuannya untuk membuktikan keberadaan gelombang

elektromagnetik yang sebelumnya telah diprediksi oleh James Clerk Maxwell.

Pada tahun 1886, Hertz memasang peralatan yang sekarang diketahui sebagai

sistem radio dengan antena dipole sebagai pengirim dan antena loop segi empat

sebagai penerima. Hertz juga bereksperimen dengan antena parabolik

reflektor[5].

Perkembangan antenna yang semakin lama semakin pesat menimbulkan

banyaknya variasi dari antena muncul untuk berbagai aplikasi. Seperti dalam

komunikasi bergerak yang melibatkan pesawat, satelit dan kenderaan darat

antena sangat diperlukan. Antena juga sangat populer digunakan dalam hal

penyiaran dimana terminal pemancar dapat melayani penerima yang tidak

terbatas.

2.2 Gelombang Elektromagnetik

Gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang mempunyai sifat

listrik dan sifat magnet secara bersamaan. Gelombang radio merupakan bagian

Universitas Sumatera Utara


dari gelombang elektromagnetik pada spektrum frekuensi radio. Transmisi

gelombang elektromagnetik di ruang adalah sebagai gelombang transversal.

Spektrum elektromagnetik adalah rentang semua radiasi elektromagnetik

yang mungkin. Spektrum elektromagnetik dapat dijelaskan dalam panjang

gelombang, frekuensi, atau tenaga per foton. Spektrum ini secara langsung

berkaitan (lihat juga tabel 2.1 dan awalan SI):

1. Panjang gelombang dikalikan dengan frekuensi ialah kecepatan

cahaya: 300 Mm/s, yaitu 300 MmHz.

2. Energi dari foton adalah 4.1 feV per Hz, yaitu 4.1μeV/GHz.

3. Panjang gelombang dikalikan dengan energy per foton adalah 1.24

μeVm.

Faraday menyatakan bahwa perubahan medan magnetik menyebabkan

muatan listrik mengalir dalam loop kawat atau ekuivalen dengan bangkitnya

medan listrik. Maxwell mengusulkan proses kebalikan bahwa suatu perubahan

medan listrik akan membangkitkan medan magnetik.

Inti teori Maxwell mengenai gelombang elektromagnetik adalah:

1. Perubahan medan listrik dapat menghasilkan medan magnet.

2. Cahaya termasuk gelombang elektromagnetik. Cepat rambat

gelombang elektromagnetik (c) tergantung dari permitivitas (ε) dan

permeabilitas (μ) zat.

Jika perubahan medan magnetiknya sinusoida maka dibangkitkan medan

listrik yang juga berubah secara sinusoida. Selanjutnya perubahan medan listrik

secara sinusoida ini membangkitkan medan magnetik yang berubah secara

Universitas Sumatera Utara


sinusoida. Demikian seterusnya terjadi proses berantai pembentukan medan

listrik dan medan magnetik yang merambat kesegala arah. Merambatnya medan

listrik dan medan magnetik ke segala arah inilah yang disebut gelombang

elektromagnetik.

Gelombang dikarakteristikkan oleh panjang gelombang dan frekuensi.

Panjang gelombang (λ) memiliki hubungan dengan frekuensi (f) dan kecepatan

(v) yang ditunjukkan pada Persamaan 2.1 :

λ=
c
(2.1)
f

Dimana :

λ = panjang gelombang ( m)

c = cepat rambat cahaya ( m/s )

f = frekuensi ( Hz )

Kecepatan bergantung pada medium. Frekuensi adalah besaran yang lebih

mendasar dan tidak bergantung pada medium. Ketika medium rambat adalah

hampa udara (free space), maka :

c = 3 x 108 m/s

Spektrum frekuensi gelombang elektromagnetik dapat ditunjukkan pada Tabel

2.1.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.1 Spektrum Frekuensi Gelombang Elektromagnetik

Band Panjang
Nama Band Singkatan ITU Frekuensi(f) Gelombang ( λ)

Extremely Low ELF 1 3-30 Hz 100.000km –


Frequency 10.000km
Super Low SLF 2 30-300 Hz 10.000km –
Frequency 1000km
Ultra Low ULF 3 300 – 3000 Hz 1000 km –
Frequency 100 km
Very Low VLF 4 3 – 30 KHz 100 km – 10 km
Frequency
Low Frequency LF 5 30 – 300 KHz 10 km – 1 km
Medium MF 6 300 – 3000 KHz 1 km – 100 m
Frequency
High Frequency HF 7 3 – 30 MHz 100 m – 10 m
Very High VHF 8 30 – 300 MHz 10 m – 1 m
Frequency
Ultra High UHF 9 300 – 3000 MHz 1 m – 100 mm
Frequency
Super High SHF 10 3 – 30 GHz 100 mm – 10 mm
Frequency
Extremely High EHF 11 30 – 300 GHz 10 mm – 1 mm
Frequency

2.3 Pengertian Antena

Antena merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dalam

komunikasi radio. Antena adalah perangkat media yang menyediakan sebuah

sarana untuk memancarkan dan menerima gelombang radio. Dalam kata lain,

antena menyediakan sebuah peralihan sebuah gelombang yang terbimbing dari

transmisi kabel menjadi gelombang ruang bebas. Gambar 2.1 menunjukkan

gambar antena sebagai pemancar dan penerima.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.1 Antena Sebagai Pemancar dan Penerima

2.4 Parameter – Parameter Antena

Parameter – parameter antena digunakan untuk menguji atau mengukur

performa antena yang akan digunakan. Berikut penjelasan beberapa parameter

antena yang sering digunakan yaitu direktivitas antena, gain antena, pola radiasi

antena, polarisasi antena, beamwidth antena, bandwidth antena, impedansi

antena, dan Voltage Standing Wave Ratio (VSWR).

2.4.1 Direktivitas Antena

Pengarahan atau direktivity antena adalah perbandingan antara intensitas

radiasi (daya tiap unit sudut ruang) pada arah tertentu U(θ,Ф) terhadap intensitas

radiasi rata-rata Uo (dari seluruh permukaan) pancaran. Semakin besar

direktivitas maka lebar berkas antena semakin sempit. Dalam penggunaan praktis

yang dimaksud directivity merupakan direktivitas maksimum yaitu pada arah

sumbu pancar (pada arah pancaran maksimal) yang dapat dituliskan pada

Persamaan 2.2.[5]

U 4 ∏U
Direktivitas = D = = (2.2)
Uo Pr ad

Universitas Sumatera Utara


Dimana :

D = Direktivitas

U = Intensitas radiasi ( Watt/ o )

Uo = Intensitas radiasi rata – rata ( Watt/ o )

P rad = Total daya yang dipancarkan ( Watt )

2.4.2 Gain Antena

Gain antena adalah perbandingan logarithmik antara daya antenna

dibandingkan dengan antena dipole ½ λ. Apabila digunakan antena isotropik,

maka gain dinyatakan dalam dBi.

Gain dari sebuah antena adalah kualitas nyala yang besarnya lebih kecil

daripada penguatan antena tersebut yang dapat dinyatakan dengan Persamaan 2.3

Gain = G = k . D (2.3)

Dimana :

k = efisiensi antena, 0≤k≤1

Gain dapat dihitung dengan membandingkan kerapatan daya maksimum

antena yang diukur (Antenna Under Test) dengan antena referensi yang diketahui

gainnya. Maka dapat dituliskan pada Persamaan 2.4 :

P max (antena yang diukur )


G= x G (antena referensi )
P max (antena referensi )
(2.4)

Sebagai referensi biasanya dipakai antena dipole ½λ, antena corong

(horn), dan yang paling sering adalah antena isotropis dengan efisiensi 100%.

Universitas Sumatera Utara


Gain terhadap antena isotropis dinyatakan sebagai Go. Maka dapat dituliskan

pada Persamaan 2.5 :

Go = x G ( antena isotropis berefisiensi 100% ) (2.5)


P max (antena yang diukur )
P max (antena referensi)

Untuk Antena yang berapertur ideal dapat dituliskan persamaan rumus

gain seperti pada Persamaan 2.6.


4πA
G=
λ2
(2.6)

Dimana A adalah apertur dari antena tersebut.

2.4.3 Pola Radiasi Antena

Pola radiasi antena didefenisikan sebagai sebuah fungsi matematika atau

sebuah representasi grafik dari sifat radiasi dari antena sebagai fungsi dari

kordinat ruang . Pola radiasi antena menjelaskan bagaimana antena meradiasikan

energi ke ruang bebas atau bagaimana antena menerima energi. Gambar 2.2

menunjukkan pola radiasi antena dalam dua dimensi dan tiga dimensi.

Dua dimensi tiga dimensi

Gambar 2.2 Dimensi Pola Radiasi Antena

Universitas Sumatera Utara


Dua gambaran pola radiasi yang paling penting adalah pola bidang medan

listrik E dan pola bidang medan magnet H. Pada bidang medan listrik E

merupakan gambaran pola radiasi yang diperoleh dari nilai maksimum

pengarahan radiasi di mana medan listrik E terbentang pada bidang gambar.

Sama halnya dengan pola bidang medan listrik E, pola bidang medan magnet H

merupakan gambaran pola radiasi yang diperoleh dari nilai maksimum

pengarahan radiasi di mana medan magnet H terbentang pada bidang gambar.

Bidang medan listrik E dan bidang medan magnet H saling tegak lurus. Gambar

2.3 menunjukkan koordinat bidang pada pola radiasi, di mana warna ungu

menyatakan bidang medan listrik E dan warna biru menyatakan bidang medan

magnet H.

Gambar 2.3 Ilustrasi Bidang Pola Radiasi Antena

2.4.4 Polarisasi Antena

Polarisasi antena merupakan orientasi perambatan radiasi gelombang

elektromagnetik yang dipancarkan oleh suatu antena di mana arah elemen antena

terhadap permukaan bumi sebagai referensi arah. Dalam jaringan wireless,

Universitas Sumatera Utara


polarisasi dipilih dan digunakan untuk mengoptimalkan penerimaan sinyal yang

diinginkan dan mengurangi derau dan interferensi dari sinyal yang tidak

diinginkan. Gambar 2.4 menunjukkan polarisasi antena. Ada empat macam

polarisasi antena yaitu polarisasi vertikal, polarisasi horizontal, polarisasi

circular, dan polarisasi cross.

Gambar 2.4 Polarisasi Antena

2.4.5 Beamwidth Antena

Beamwitdth adalah besarnya sudut berkas pancaran gelombang frekuensi

radio utama (main lobe) yang dihitung pada titik 3 dB menurun dari puncak lobe

utama. Besarnya beamwidth ditunjukkan pada Persamaan 2.7:

B=
21,1
derajat (2.7)
f .d

Dimana :

B = 3 dB beamwidth (derajat)

f = frekuensi (GHz)

d = diameter antena (m)

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.5 menunjukkan tiga daerah pancaran yaitu lobe utama (main

lobe, nomor 1), lobe sisi samping (side lobe, nomor 2), dan lobe sisi belakang

(back lobe, nomor 3).

Gambar 2.5 Beamwidth Antena

2.4.6 Bandwidth Antena

Bandwidth sebuah antena didefenisikan sebagai jangkauan frekuensi yang

berada dalam performa antena tersebut, dengan berhubungan dengan beberapa

sifat yang sesuai dengan standar yang telah ada.

Adapun bandwidth dapat dinyatakan pada Persamaan 2.8 :

f 2 − f1
BW% = x 100 % (2.8)
fc

Keterangan :
= frekuensi tertinggi
= frekuensi terendah
= frekuensi tengah

Ada beberapa jenis bandwidth di antaranya :

a. Impedance bandwidth, yaitu rentang frekuensi di mana patch antena berada

pada keadaan matching dengan saluran pencatu. Hal ini terjadi karena

Universitas Sumatera Utara


impedansi dari elemen antena bervariasi nilainya tergantung dari nilai

frekuensi. Nilai matching ini dapat dilihat dari return loss dan VSWR. Nilai

return loss dan VSWR yang masih dianggap baik adalah kurang dari -9,54

dB.

b. Pattern bandwidth, yaitu rentang frekuensi di mana bandwidth, sidelobe, atau

gain, yang bervariasi menurut frekuensi memenuhi nilai tertentu. Nilai

tersebut harus ditentukan pada awal perancangan antena agar nilai bandwidth

dapat dicari.

c. Polarization atau axial ratio bandwidth adalah rentang frekuensi di mana

polarisasi (linier atau melingkar) masih terjadi. Nilai axial ratio untuk

polarisasi melingkar adalah kurang dari 3 dB.

2.4.7 Impedansi Antena

Impedansi Antena didefinisikan sebagai perbandingan antara medan

elektrik terhadap medan magnetik pada suatu titik. Menurut Persamaan 2.9,

impedansi antena bisa didefinisikan sebagai perbandingan antara tegangan

terhadap arus pada terminal tersebut.

ZT =
V
(2.9)
I

Dimana :

ZT = impedansi terminal

V = beda potensial terminal

I = arus terminal

Universitas Sumatera Utara


2.4.8 Voltage Standing Wave Ratio (VSWR)

VSWR adalah perbandingan antara amplitudo gelombang berdiri

(standing wave) maksimum (|V|max) dengan minimum (|V|min). Pada saluran

transmisi ada dua komponen gelombang tegangan, yaitu tegangan yang

dikirimkan (V0+) dan tegangan yang direfleksikan (V0-). Perbandingan antara

tegangan yang direfleksikan dengan yang dikirimkan disebut sebagai koefisien

refleksi tegangan ( ).

(2.10)

di mana ZL adalah impedansi beban (load) dan Z0 adalah impedansi saluran

lossless.

Koefisien refleksi tegangan ( ) memiliki nilai kompleks, yang

merepresentasikan besarnya magnitudo dan fasa dari refleksi. Untuk beberapa

kasus yang sederhana, ketika bagian imajiner dari adalah nol, maka :

a. : refleksi negatif maksimum, ketika saluran terhubung singkat

b. : tidak ada refleksi, ketika saluran dalam keadaan matched sempurna.

c. : refleksi positif maksimum, ketika saluran dalam rangkaian terbuka.

Rumus untuk mencari nilai VSWR adalah :

(2.11)

Kondisi yang paling baik adalah ketika VSWR bernilai 1 (S=1) yang

berarti tidak ada refleksi ketika saluran dalam keadaan matching sempurna.

Namun kondisi ini pada praktiknya sulit untuk didapatkan. Oleh karena itu, nilai

standar VSWR yang diijinkan untuk pabrikasi antena adalah VSWR≤2.

2.5 Antena Isotropis

Universitas Sumatera Utara


Antena isotropis merupakan sumber titik yang memancarkan daya ke

segala arah dengan intensitas yang sama, seperti permukaan bola. Karena itu

dikatakan pola radiasi antena isotropis berbentuk bola. Antena ini tidak ada

dalam dunia nyata dan hanya digunakan sebagai dasar untuk merancang dan

menganalisa struktur antena yang lebih kompleks. Gambar 2.6 menunjukkan

gambar antena isotropis.

Gambar 2.6 Antena Isotropis

2.6 Antena Directional

Berdasarkan direktivitasnya, antena directional dibagi menjadi antena

unidirectional dan antena omnidirectional. Antena unidiretional adalah antena

yang memancarkan dan menerima sinyal hanya dari satu arah. Sedangkan antena

omnidirectional adalah antena yang memancarkan dan menerima sinyal dari

segala arah.

2.6.1 Antena Unidirectional

Antena unidirectional memancarkan dan menerima sinyal hanya dari satu

arah. Hal ini ditunjukkan dengan bentuk pola radiasinya yang terarah. Antena

unidirectional mempunyai kemampuan direktivitas yang lebih dibandingkan jenis

Universitas Sumatera Utara


– jenis antena lainnya. Kemampuan direktivitas ini membuat antena ini lebih

banyak digunakan untuk koneksi jarak jauh. Dengan kemampuan direktivitas ini

membuat antena mampu mendengar sinyal yang relatif kecil dan mengirimkan

sinyal lebih jauh. Umumnya antena unidirectional mempunyai spesifikasi gain

tinggi tetapi beamwidth kecil. Hal ini menguntungkan karena kecilnya beamwidth

menyebabkan berkurangnya derau yang masuk ke dalam antena. Semakin kecil

bidang tangkapan (aperture), semakin naik selektivitas antena terhadap sinyal

wireless yang berarti semakin sedikit derau yang ditangkap oleh antena tersebut.

Beberapa macam antena unidirectional antara lain antena Yagi-Uda, antena

parabola, antena helix, antena log-periodic, dan lain – lain. Gambar 2.7

memperlihatkan contoh antena unidirectional.

Gambar 2.7 Contoh Antena Unidirectional

2.6.2 Antena Omnidirectional

Antena omnidirectional memancarkan dan menerima sinyal dari segala

arah dengan daya yang sama. Untuk menghasilkan cakupan area yang luas, gain

antena omnidirectional harus memfokuskan dayanya secara horizontal, dengan

mengabaikan pola pancaran ke atas dan ke bawah. Dengan demikian, keuntungan

Universitas Sumatera Utara


dari antena jenis ini adalah dapat melayani jumlah pengguna yang lebih banyak

dan biasanya digunakan untuk posisi pengguna yang melebar. Kesulitannya

adalah pada pengalokasian frekuensi untuk setiap sel agar tidak terjadi

interferensi. Antena jenis ini biasanya digunakan untuk posisi pelanggan yang

melebar. Direktivitas antena omnidirectional berada dalam arah vertikal. Bentuk

pola radiasi antena omnidirectional digambarkan seperti bentuk kue donat

(doughnut) dengan pusat berimpit. Kebanyakan antena ini mempunyai polarisasi

vertikal, meskipun tersedia juga polarisasi horizontal. Antena omnidirectional

dalam pengukuran sering digunakan sebagai pembanding terhadap antena yang

lebih kompleks contoh antena omnidirectional antara lain antena dipole, antena

Brown, antena coaxial, antena super-turnstile, antena groundplane, antena

collinear, antena slotwave guide, dan lain – lain. Gambar 2.8 memperlihatkan

beberapa contoh antena omnidirectional.

Gambar 2.8 Contoh Antena Omnidirectional

2.7 Antena Yagi

Universitas Sumatera Utara


Sejak ditemukan oleh S. Uda dan H. Yagi di universitas Tohoku pada

tahun 1926, antena Yagi yang lebih tepat disebut antena Yagi – Uda banyak

dibahas secara percobaan dan teori. Antena ini banyak sekali digunakan pada

komunikasi radio amatir, dan kemudian sebagai antena penerima televisi, karena

unjuk kerjanya yang prima dan toleransinya terhadap variasi serta kesalahan

konstruksi bila kinerja optimum bukan suatu tuntutan. Antena Yagi – Uda

merupakan antena susun parasitik dari antena dipole. Antena ini umumnya terdiri

dari sebuah reflektor, sebuah driven element, dan beberapa direktor. Hal ini

bermuara pada berbagai bentuk elemen antena Yagi – Uda seperti yang dapat

dilihat di pasaran. Pada Gambar 2.9 memperlihatkan dimensi serta kontruksi dari

antena yagi.

Gambar 2.9 Dimensi dan kontruksi antena Yagi Uda

Antena Yagi – Uda yang termasuk dalam jenis antena – antena kanal

gelombang berjalan, dalam bentuk bakunya terdiri dari sejumlah antena kawat

dipole yang diletakkan sejajar dalam suatu bidang. Satu diantaranya merupakan

dipole aktif, sedangkan yang lainnya adalah pasif. Satu dari dipole pasif ini

berada dibelakang dipole aktif dan berfungsi sebagai pemantul, dipole pasif

Universitas Sumatera Utara


lainnya terletak di depan dipole aktif sebagai pengarah. Dalam konfigurasi ini

arah depan merupakan arah pancaran antena. Diketahui dari teori – teori dipole

gandeng bahwa dipole pasif akan berfungsi sebagai pemantul bila tahanan

reaktifnya adalah indukitf. Karena itu panjang pemantul lebih besar dari setengah

panjang gelombang. Dipole pasif akan berlaku sebagai pengarah kalau

tahanannya kapasitif, karena itu panjangnya kurang dari setengah panjang

gelombang. Biasanya satu dipole cukup sebagai pemantul karena pemantul

tambahan tidak banyak pengaruhnya terhadap pola pancarantena. Sebaliknya

karena arah pancar antena sesuai dengan kedudukan pengarah, eksitasi intensif

secara seri yang membentuk kanal gelombang berjalan ditunjang oleh jumlah

pengarah, sehingga jumlah pengarahnya antara 2 hingga 12 merupakan hal yang

umum.

2.7.1 Driven Elemen, Reflektor dan Direktor

Sebuah elemen dalam sebuah antena susun mempunyai sebuah radiator

yang memiliki panjang ½λ. Elemen array tersebut tidak selalu memiliki panjang

½ λ karena beberapa tipe dari array memiliki panjang yang disesuaikan /

diinginkan yang menunjukkan elemen tersebut memiliki reaktansi kapasitif atau

reaktansi induktif [1].

Driven Element adalah suatu elemen yang menyediakan daya dari

pemancar, biasanya melalui saluran transmisi. Sebuah elemen parasit adalah

elemen yang memperoleh daya secara sendirinya melalui penggandengan dengan

elemen lain pada array dikarenaan karena jarak antar elemen yang berdekatan

antara elemen[2].

Universitas Sumatera Utara


Driven Element mempunyai panjang ½ λ. Sehingga rumus untuk

menghitung total panjang Driven Element Yagi ditunjukkan pada Persamaan

2.12 sebagai berikut :

L = 0.5 x K x λ (2.12)

Dimana:

L : Panjang Driven Element

K : Velocity Factor ( pada logam 0.95 )

λ : Panjang gelombang (m)

Sebuah elemen parasit pada Gambar 2.10 disebut sebagai pengarah /

direktor ketika pengarah tersebu menghasilkan pola pancar maksimum di

sepanjang garis perpendicular dari driven ke elemen parasit.

Gambar 2.10 Sistem element array yang menggunakan 1 buah direktor.

Ketika radiasi maksimumnya berlawanan arah dengan pengarah / direktor

dari elemen parasit melalui driven elemen seperti pada Gambar 2.11 maka

elemen parasit itu dinamakan reflektor.[1]

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.11 Sistem elemen array yang menggunakan 1 buah elemen

sebagai reflektor.

2.7.2 Impendasi bersama ( mutual impendance )

Jika ada dua buah elemen yang memiliki panjang ½ λ yang saling

berdekatan satu sama lain. Jadi jika berasumsi bahwa daya yang dicatu pada salah

satu elemen yang menyebabkan timbulnya arus. Ini menciptakan medan

elektromagnetik yang menyebabkan terinduksinya tegangan ke elemen kedua

yang menyebabkan arus mengalir di dalamnya pula. Arus yang mengalir pada

elemen ke dua akan menginduksi kembali elemen pertama, yang menyebabkan

penambahan arus yang mengalir pada elemen pertama. Jadi total arus pada

elemen pertama merupakan hasil penjumlahan arus mula – mula dengan arus

yang diinduksikan[2].

Dengan kehadiran elemen kedua, amplituda dan phasa dari arus yang

dihasilkan dari elemen pertama akan berbeda dengan elemen kedua ini yang

dinamakan pengkopelan bersama ( mutual coupling ). Pengkopelan bersama

(mutual coupling ) akan menghasilkan impedansi bersama diantara 2 elemen.

Impendansi bersama memiliki sifat yang reaktif dan resistif.

Universitas Sumatera Utara


Sifat dan besar impendansi feed point dari antena/elemen pertama

tergantung pada amplituda dari arus yang diinduksikan pada antena / elemen

kedua, dan hubungan phasa antara arus sumber dengan arus yang diinduksikan.

Amplituda dan phasa dari arus yang diinduksikan tergantung pada jarak antara

elemen dan pada antena / elemen kedua menyebabkan terjadinya resonansi pada

elemen kedua tersebut.

2.7.3 Jarak antar elemen

Jarak antar elemen sangat mempengaruhi pengkopelan bersama ( mutual

coupling ) antara elemen yang satu dengan elemen yang lain. Untuk saat sekarang

ini belum ada formula khusus untuk merancang antena Yagi terbaik untuk band

manapun. Tetapi dari hasil percobaan para ahli antena amatir didapatkan data –

data yang menunjang untuk merancang antena Yagi. Menurut G.H. Brown gain

terbesar dari sebuah elemen parasit tunggal didapatkan dari penempatan jarak

antara elemen dari 2 buah elemen. Pada gambar 2.12 diperlihatkan sebuah kurva

yang merupakan hasil analisa dari G.H. Brown yang menunjukkan pengaruh

jarak antara elemen parasit terhadap perolehan gain.[1]

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.12 Grafik yang menunjukkan pengaruh jarak antar elemen

terhadap perolehan gain pada yagi 3 elemen.

Pada Gambar 2.12 gain yang diperoleh dengan menentukan jarak elemen

didapatkan apabila elemen parasitnya beresonansi sendiri ( self resonance ). Hal

ini terjadi pada jarak antara elemen 0.1 λ dan 0.25 λ.

Pada operasi reflektor, reflektor bekerja pada frekuensi yang lebih rendah

dari pada frekuensi feed point / driven element ( dengan cara memanjangkan

sedikit lebih panjang daripada panjang driven element ) dan agar memperoleh

gain maksimum, jarak antara elemen dijaga agar tidak melebihi 0.25λ. Syarat

jarak antara reflektor dengan driven element yang diizinkan adalah 0.15λ sampai

0.25 λ.[1]

Direktor / pengarah dikonfigurasi pada frekuensi tinggi ( dengan

memendekkan elemen sedikit lebih pendek daripada driven element ) dan untuk

memperoleh gain maksimum, jarak antara driven element dengan director

diusahakan melebihi 0.1 λ dan tidak melebihi 0.15 λ. Jadi syarat jarak antara

driven element dan director yang diizinkan adalah 0.1 λ sampai 0.15 λ.

2.7.4 Gain

Universitas Sumatera Utara


Perolehan gain pada antena yagi berdasarkan buku Arrl Antenna Book

(1976 ). Perolehan gain yang diperoleh dari banyaknya jumlah elemen pada

antena Yagi seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.13. dimana semakin banyak

elemen pada Yagi semakin besar pula gain yang dihasilkan.

Gambar 2.13 Gain dalam dB pada sebuah antena dipole ½ λ vs jumlah

elemen pada antena Yagi.

2.8 Material

Dalam merancang berbagai jenis antena, maupun peralatan untuk

penyeimbang impedansi memerlukan pemilihan dari material dielektri yang

sesuai.

Banyak desain antena membutuhkan pemilihan bahan dielektrik yang

sesuai. Kekuatan, berat, konstanta dielektrik, loss tangent, dan ketahanan

terhadap kondisi lingkungan adalah parameter utama yang harus diperhatikan .

2.9 Local Area Network (LAN)

Universitas Sumatera Utara


Inovasi di dalam teknologi telekomunikasi berkembang dengan cepat dan

selaras dengan perkembangan karakteristik masyarakat modern yang memiliki

mobilitas tinggi, mencari pelayanan yang fleksibel, mudah dan memuaskan serta

mengejar efisiensi di segala aspek. Perkembangan karakteristik masyarakat yang

seperti ini membuat rekan industri menawarkan jaringan Local Area Network

(LAN).

Local Area Network (LAN) adalah sejumlah komputer yang saling

dihubungkan bersama di dalam satu area tertentu yang tidak begitu luas, seperti

di dalam satu kantor atau gedung.

Jaringan komputer adalah sekelompok komputer otonom yang saling

berhubungan antara satu dengan yang lainnya menggunakan protokol komunikasi

melalui media komunikasi sehingga dapat berbagi informasi, program - program,

penggunaan bersama perangkat keras seperti printer, hard disk, dan sebagainya.

Selain itu jaringan komputer bisa diartikan sebagai kumpulan sejumlah terminal

komunikasi yang berbeda di berbagai lokasi yang terdiri dari lebih satu komputer

yang saling berhubungan.

Jaringan komputer local digunakan untuk menghubungkan simpul yang

berada di daerah yang tidak terlalu jauh dengan radius 100m - 200m, tergantung

jenis kabel penghubung yang digunakan. Kecepatan transfer data pada jaringan

local ini sedah relatif tinggi yaitu antara 1 - 100 Mbps atau sekitar 125.000 -

125.500.000 karakter per detik sehingga sudah dapat mendukung distribusi data

grafis.

Universitas Sumatera Utara


Teknologi jaringan local berkembang dengan pesat dewasa ini sehingga

secara umum jaringan dapat dikelompokkan dalam beberapa kategori

berdasarkan kecepatan transmisi datanya, yaitu :

1. Jaringan komputer berkecepatan rendah

Kecepatan transmisi data pada jaringan ini lebih kecil dari 1 Mbps,

biasanya diterapkan untuk percobaan di laboratorium. Contoh jaringan

ini adalah Apple talk yang dikembangkan oleh Apple Co.

2. Jaringan komputer berkecepatan sedang

Kecepatan transmisi data pada jaringan ini berkisar antara 1 - 20 Mbps

dan biasanya diterapkan untuk lingkungan perkantoran dengan skala kecil

sampai menengah. Adapun contoh teknologi jaringan ini adalah Ethernet

berkecepatan 10 Mbps yang dikembangkan oleh Xeras.

3. Jaringan komputer berkecepatan tinggi

Kecepatan transmisi data pada jaringan ini lebih dari 20 Mbps. Biasanya

diterapkan untuk lingkungan perkantoran dengan skala besar yang

menempati gedung bertingkat atau kawasan. Di samping itu data yang

ditransmisikan tidak hanya berupa teks melainkan juga data grafis.

Adapun teknologi jaringan komputer local untuk kategori ini adalah ATM

dan Fast Ethernet.

4. Jaringan komputer berkecepatan sangat tinggi

Kecepatan transmisi data pada jaringan ini mencapai 1 Gbps. Teknologi

ini digunakan untuk mendukung transmisi data di lingkungan perkantoran

berskala besar dan data yang ditransmisikan meliputi data grafis, audio,

Universitas Sumatera Utara


dan video. Adapun teknologi untuk kategori ini adalah Gigabit Ethernet,

yang kompatibel dengan teknologi Ethernet dan Fast Ethernet.

2.10 Wireless Local Area Network (WLAN)

Wireless Local Area Network (WLAN) merupakan salah satu aplikasi

pengembangan dari wireless yang digunakan untuk komunikasi data. Sesuai

dengan namanya, wireless yang artinya tanpa kabel, WLAN adalah jaringan lokal

yang meliputi daerah satu gedung, satu kantor, satu wilayah, dan sebagainya,

yang tidak menggunakan kabel.

Sistem koneksi WLAN adalah dengan menggunakan gelombang

elektromagnetik untuk mengirim dan menerima data lewat media udara. Dengan

komunikasi jaringan yang menggunakan media tanpa kabel, maka diharapkan

WLAN dapat meminimalisasikan kebutuhan untuk komunikasi menggunakan

kabel, walaupun penggunaan kabel masih tetap ada dalam mendukung aplikasi

WLAN.

Penggunaan WLAN tidak akan mengurangi keuntungan yang telah

diperoleh dari aplikasi yang lebih tradisional yaitu LAN dengan menggunakan

kabel. Hanya saja pada WLAN ini, cara melihat suatu jaringan LAN harus

didefinisikan kembali. Konektivitas antar para pengguna tidak lagi

mempengaruhi pada saat penginstalasian.

Local Area tidak lagi terbatas diukur dengan menggunakan satuan kaki

atau meter, tetapi mil atau kilometer. Infrastrukturnya tidak lagi harus ditanam di

bawah tanah atau berada di balik dinding. Kini infrastrukturnya bias berpindah –

pindah dan berubah sesuai dengan kecepatan atau pertumbuhan perusahaan.

Universitas Sumatera Utara


Selain itu, WLAN sendiri mengkombinasikan hubungan antar data dengan

penggunaan yang aktif bergerak, dan melalui konfigurasi yang sederhana maka

WLAN dapat berpindah – pindah sesuai dengan kebutuhan pengguna.

WLAN sama seperti sebuah kartu Ethernet yang tidak menggunakan

kabel sebagai media penyambungnya, dimana pengguna berhubungan dengan

server melalui modem radio. Salah satu bentuk modem radio yaitu PC card yang

digunakan untuk laptop.

Dengan adanya WLAN ini, maka biaya pengeluaran yang digunakan

untuk membuat suatu infrastruktur jaringan dapat ditekan menjadi lebih rendah

dan mendukung suatu aplikasi jaringan mobile yang menawarkan berbagai

keuntungan dalam hal efisiensi proses, akurasi, dan biaya pengeluaran.

2.10.1 Standar WLAN 802.11

Seiring dengan perkembangan yang semakin pesat, beberapa pabrikan RF

wireless mempunyai metode berbeda dalam mengembangkan frekuensi, skema

encoding, jenis antena, dan protokol jaringan wireless. Banyaknya variasi jenis

tentu saja tidak menguntungkan bagi para pengguna. Untuk itu pada jaringan

wireless ditetapkan standarisasi peralatan wireless yang disebut standarisasi IEEE

802.11. Dengan berkembangnya waktu, implementasi dari standar ini semakin

populer dan meluas. Penambahan ekstensi di belakang 802.11 dipergunakan

untuk mengenali beberapa perbaikan dan tambahan fitur dari standar yang telah

ditentukan oleh 802.11. Dari sekian banyak standar, ada empat jenis standar yang

sering digunakan dan paling dikenal yaitu standar awal 802.11, 802.11a, 802.11b,

dan 802.11g. Tabel 2.2 menunjukkan standar – standar WLAN 802.11.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.2 Standar – Standar WLAN 802.11
Standar dasar WLAN yang mendukung transmisi data 1 Mbps
802.11
hingga 2 Mbps
Standar High Speed WLAN untuk 5 GHz band yang mendukung
802.11a
hingga 54 Mbps
Standar WLAN untuk 2,4 GHz band yang mendukung hingga 11
802.11b
Mbps atau disebut Wi-Fi
Perbaikan dari QoS (Quality of Service) pada semua interface
802.11e
radio IEEE WLAN
Mendefinisikan komunikasi inter-access point untuk
802.11f
memfasilitasi beberapa vendor yang mendistribusikan WLAN
Menetapkan teknik modulasi tambahan untuk 2,4 GHz band,
802.11g
yang dimasukkan untuk menyediakan kecepatan hingga 54 Mbps
Mendefinisikan pengaturan spektrum 5 GHz band yang
802.11h
digunakan di Eropa dan Asia Pasifik
Menyediakan keamanan yang lebih baik. Penentuan alamat
802.11i dimana terdapat kelemahan keamanan pada protokol Autentifikasi
dan Enkripsi
Penambahan pengalamatan pada kanal 4,9 GHz hingga 5 GHz
802.11j
untuk standar 802.11a di Jepang

 Standar Awal 802.11

Standar ini merupakan standar awal untuk WLAN yang diperkenalkan

pada tahun 1997 oleh IEEE. Standar ini beroperasi pada layer fisik yang

menggunakan teknologi penyebaran spektrum Frequency Hopping Spread

Spectrum (FHSS) dan Direct Sequence Spread Spectrum (DSSS) yang beroperasi

pada pita 2,4 GHz dan data rate hingga 2 Mbps. Karena versi ini hanya

Universitas Sumatera Utara


mempunyai data rate maksimum 2 Mbps, versi ini tidak banyal dipergunakan

pada WLAN indoor.

802.11 merupakan standar dasar WLAN yang mendukung transmisi data

1 Mbps hingga 2 Mbps. 802.11a merupakan standar High Speed WLAN untuk 5

GHz band yang mendukung hingga 54 Mbps. 802.11b merupakan standar

WLAN untuk 2,4 GHz band yang mendukung hingga 11 Mbps atau disebut Wi-

Fi. 802.11e merupakan perbaikan dari QoS (Quality of Service) pada semua

interface radio IEEE WLAN. 802.11f mendefinisikan komunikasi inter-access

point untuk memfasilitasi beberapa vendor yang mendistribusikan WLAN.

802.11g menetapkan teknik modulasi tambahan untuk 2,4 GHz band, yang

dimaksudkan untuk menyediakan kecepatan hingga 54 Mbps. 802.11h

mendefinisikan pengaturan spektrum 5 GHz band yang digunakan di Eropa dan

Asia Pasifik. 802.11i menyediakan keamanan yang lebih baik. Penentuan alamat

dimana terdapat kelemahan keamanan pada protokol autentifikasi dan enkripsi.

802.11j merupakan penambahan pengalamatan pada channel 4,9 GHz hingga 5

GHz untuk standar 802.11a di Jepang.

 Standar 802.11a

Pada tahun 1999, IEEE mengeluarkan standar 802.11a yang beroperasi

pada pita 5 GHz. Standar ini menggunakan skema modulasi yang disebut

Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) dengan kecepatan

transmisi data mencapai 54 Mbps. Keuntungan utama dari standar ini adalah

kapasitasnya yang cukup tinggi yang menjadikan standar ini sebagai pilihan yang

Universitas Sumatera Utara


tepat untuk mendukung aplikasi yang membutuhkan performa tinggi, seperti

streaming video. Kekurangan dari standar ini adalah terbatasnya cakupan area

pancarnya karena menggunakan pita frekuensi 5 GHz. Pita ini hanya dapat

mencakup area tidak lebih dari 50 meter pada berbagai fasilitas. Akibatnya

standar ini memerlukan AP yang lebih banyak.

 Standar 802.11b

Pada tahun yang sama ketika IEEE mengeluarkan standar 802.11a, IEEE

juga mengeluarkan standar 802.11b, tepatnya pada bulan Juli 1999. Standar ini

beroperasi pada frekuensi radio dengan bandwidth 97 MHz (frekuensi 2,4 GHz -

2,497 GHz). Standar ini menggunakan metode modulasi DSS dengan kecepatan

transmisi datanya mencapai 11 Mbps. Keuntungan utama dari standar 802.11b

adalah range yang relatif panjang hingga 100 meter pada fasilitas di dalam

gedung. Range ini sangat efektif dipergunakan untuk mengembangkan LAN

secara wireless dibandingkan dengan standar sebelumnya.

Kerugian dari standar ini adalah terbatasnya penggunaan kanal pada pita

frekuensi 2,4 GHz. Standar ini hanya menggunakan tiga buah kanal bila

dibandingkan dengan standar 802.11 yang menggunakan 11 kanal untuk

melakukan konfigurasi AP. Pembatasan ini membuat dukungan standar 802.11b

terhadap performa aplikasi menengah seperti e-mail atau web surfing menjadi

lebih baik. Kerugian lain dari standar ini adalah terdapatnya kemungkinan

interferensi RF dengan peralatan radio yang lain yang dapat mengurangi

performa dari standar.

Universitas Sumatera Utara


 Standar 802.11g

Standar 802.11g dikeluarkan oleh IEEE pada bulan Juni 2003. Standar ini

beroperasi pada frekuensi yang sama seperti pada standar 802.11b yaitu pada pita

2,4 GHz hingga 2,497 GHz. Tetapi standar ini menggunakan teknik modulasi

OFDM yang digunakan pada standar 802.11a. Kombinasi dari fitur ini

menghasilkan infrastruktur yang lebih cepat, lebih murah, serta koneksi yang

lebih luas.

Keunggulan dari standar ini adalah memiliki kompatibilitas dengan

standar 802.11b, dimana kita hanya perlu meng-upgrade AP pada jaringan

802.11b ke standar 802.11g. Tetapi peralatan pada standar 802.11b tidak

memahami transmisi pada peralatan 802.11g karena perbedaan teknik modulasi

pada kedua standar. Sehingga saat peralatan jaringan 802.11b digunakan pada

lingkungan standar 802.11g terdapat berbagai keterbatasan. Kerugian lainnya dari

standar ini adalah adanya interferensi RF karena standar ini menggunakan

frekuensi 2,4 GHz yang sarat dengan interferensi stasiun yang dapat

menyebabkan seluruh jaringan terganggu. Hal ini dapat diatasi dengan

menggunakan cincin (ring) ganda dengan salah satu cincin back-up seperti yang

dipakai pada jaringan ring berteknologi FDDI

2.9.4 Wireless Channel

Jaringan wireless menggunakan konsep yang sama dengan stasiun radio,

dimana saat ini terdapat dua alokasi frekuensi yang digunakan yaitu 2,4 GHz dan

5 GHz yang bisa dianalogikan sebagai frekuensi radio AM dan FM. Frekuensi

2,4 GHz yang digunakan oleh 802.11b/g juga dibagi menjadi channel – channel

seperti pembagian frekuensi untuk stasiun radio.

Universitas Sumatera Utara


Organisasi internasional ITU (International Telecomunication Union)

yang bermarkas di Genewa membaginya menjadi 14 channel namun setiap

negara mempunyai kebijakan tertentu terhadap channel ini. Amerika hanya

mengijinkan penggunakan channel 1-11, Eropa hanya menggunakan 1-13,

sedangkan di Jepang diperbolehkan menggunakan semua channel yang tersedia

yaitu 1-14. Frekuensi channel dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 WiFi Channel

Universitas Sumatera Utara


BAB III

SIMULATOR HFSS

3.1 Umum

HFSS adalah sebuah simulator gelombang elektromagnetik penuh dengan

performa yang baik untuk memodelkan benda secara tiga dimensi yang memiliki

volume yang berubah – ubah. HFSS memadukan simulasi, visualisasi, dan proses

pemodelan kedalam suatu bentuk yang mudah dipepelajari dimana semua

masalah yang berkaitan dengan medan magnetik secara tiga dimensi dapat

diperoleh dengan mudah dan akurat. Ansoft HFSS menerapkan metode Finite

Element Method ( FEM ), adaptive meshing, dan grafik yang bisa memberikan

anda pengetahuan tentang permasalahan Elektromagnetik secara tiga dimensi.

Ansoft HFSS dapat digunakan untuk menghitung parameter seperti S

Parameters, frekuensi resonansi, dan medan. Simulator ini khususnya digunakan

dalam bidang :

a) Package modeling – BGA, QFP, Flip - chip.

b) PCB Board Modeling – Power/Ground plane, Mesh Grid Grounds,

Backplane.

c) Silicon/GaAs – Induktor spiral, dan transformator.

d) EMC/EMI - Shield Enclosures, Coupling, Radiasi medan jauh atau

radiasi medan dekat.

e) Komunikasi Antena – antena Dipole, antena Yagi, antena Mikrostrip,

antena Horn, untuk komunikasi radar, Frequency Selective Surface

(FSS) dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara


f) Konektor – koaksial, SFP/XFP, dan sebagainya.

HFSS merupakan sebuah simulator yang interaktif dimana elemen dasar

mesh-nya adalah tetrahedron. Tetrahedron membuat penyelesaikan persoalan

yang berhubungan dengan bentuk geometri tiga dimensi yang dapat disesuaikan

bentuknya dengan keinginan pengguna, terutama bentuk yang memiliki

kelengkungan dan bentuk yang kompleks.

HFSS merupakan kepanjangan dari High Frequency Structure Simulator.

Dan Ansoft adalah perangkat lunak yang mempelopori penggunaan Finite

Element Method ( FEM ) untuk simulasi medan elektromagnetik dengan

mengimplementasikan teknologi – teknologi seperti tangential vector finite

elements, adaptive meshing , dan Adaptive Lanczos Pade Sweep (ALPS). Adapun

tampilan gambar pada ansoft dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut:

Gambar 3.1 Tampilan Ansoft HFSS

3.2 Instalasi Ansoft HFSS

Universitas Sumatera Utara


Ansoft HFSS memiliki syarat minimum untuk instalasi ke dalam

komputer. Adapun syarat minimum untuk instalasi ansoft adalah :

1. Sistem operasi Windows XP ( 32/64 bit), Windows 2000, atau

Windows server 2003.

2. Komputer ber-pentium ( diusahakan Pentium 4 keatas ).

3. RAM minimum 128 Mb.

4. Memiliki minimum 8 Mb Video Card .

5. Mouse.

6. CD/DVD-ROM.

Adapun cara instalasi dari Ansoft adalah sebagai berikut :

1. Buka folder Ansoft jalankan autorun.exe sehingga akan muncul tampilan

seperti pada Gambar 3.2. lalu akan muncul beberapa opsi. Maka yang

pertama dilakukan adalah memasang libraries (install libraries).lalu ikuti

langkah – langkah yang seterusnya dengan menekan tombol next.dan

pilihlah direktori dimana akan dipasang libraries tersebut.

Gambar 3.2 Tampilan awal Ansoft HFSS

Universitas Sumatera Utara


2. Setelah lakukan pemasangan libraries, maka dilanjutkan dengan

memasang simulator Ansoft HFSS dengan cara menekan install software.

Lalu ikutin perintah – perintah pemasangan perangkat lunak tersebut.

Lalu pilih lokasi untuk pemasangan Ansfot HFSS. Ikuti semua

langkahnya dan proses instalasi dimulai. Dan perangkat lunak siap

digunakan.

3.3 Cara Kerja Ansoft HFSS

Ansoft HFSS adalah program yang sangat interakif dalam menampilkan

model peralatan frekuensi radio secara tiga dimensi yang dibuat. Beberapa

tahapan dalam Ansoft HFSS diantaranya adalah :

1. Membuat parameter dari suatu model – perancangan bidang,

boundries, dan excitation pada model yang dibuat.

2. Menanalisis model – pada tahapan ini model yang telah dibuat akan

dianalisis dengan memasukkan frekuensi yang diinginkan dan

bentangan frekuensi yang diinginkan.

3. Hasil – menampilkan hasil dalam bentuk laporan dua dimensi (

gambar, tabel, grafik ) maupun laporan dalam bentuk tiga dimensi.

4. Penyelesaian loop – proses mendapatkan hasil sepenuhnya otomatis.

Adapun diagram alir dari proses pencarian solusi Ansoft HFSS

ditunjukkan pada Gambar 3.3 berikut :

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.3 diagram alir yang menunjukkan cara pencarian solusi

simulator Ansoft HFSS

3.4 Perancangan dasar model pada Ansoft

Perancangan model pada Ansoft dapat menggunakan bidang dua dimensi

atau tiga dimensi tergantung dari model yang akan dibuat. Semakin kompleks

model yang akan dibuat maka semakin kompleks dan banyak pula bidang yang

digunakan pada Ansoft. Untuk membuat model awal dari model yang diinginkan

maka dilakukan dengan menekan kursor ke arah geometri pada Ansoft HFSS

seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.4.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.4 Geometri yang disediakan oleh simulator Ansoft HFSS

Setelah memilih bidang yang sesuai dengan model yang dibuat, maka

yang dilakukan selanjutnya adalah masukkan beberapa nilai yang sesuai dengan

model yang ingin dibuat. Misalkan membuat model kubus atau balok. Maka

diarahkan kursor ke bentuk balok seperti pada Gambar 3.4 lalu ditekan. Dan pada

bidang kordinat Ansoft HFSS yang akan digambarkan bentuk Bidang tersebut.

Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.5.

Gambar 3.5 Bentuk yang muncul setelah menekan bidang balok pada

Ansoft

3.4.1 Insialisasi model

Yang dimaksud inisialisasi model adalah pemberian nilai awal dalam

angka maupun kordinat dari model yang akan dirancang. Satuan model yang

dibuat dapat diatur dengan cara menekan 3D modeler>units. Setelah model

Universitas Sumatera Utara


dibuat maka akan muncul property window yang memiliki 2 jenis tab seperti

yang ditunjukkan pada Gambar 3.6.

Gambar 3.6 Property window yang keluar setelah model dibuat

Pada tab Command, akan ada beberapa opsi yaitu Coordinate System,

Position, XSize, YSize, dan ZSize. Prinsip dari pengaturan kordinat ini sama

dengan yang dipelajari pada pembuatan grafik pada aplikasi sehari – hari.

Position berfungsi untuk meletakkan model pada kordinat yang diinginkan pada

sumbu x, sumbu y, dan sumbu z. XSize berfungsi untuk memasukkan panjang

garis yang bekerja pada sumbu X dalam artian ini berarti menentukan lebar dari

kubus, Sedangkan YSize untuk memasukan panjang garis yang bekerja pada

sumbu y, begitupula ZSize untuk memasukkan panjang garis yang bekerja pada

sumbu z.

Property window pada Gambar 3.6 hanya muncul ketika akan dibuat

suatu model dalam bentuk kubus atau balok. Jika model lainnya seperti bola atau

tabung yang akan dibuat, maka parameter yang lain akan muncul seperti radius (

diameter ) dan length ( tinggi/panjang model ).

Universitas Sumatera Utara


Pada tab attribute seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.7 terdapat

beberapa opsi yang bisa diatur. Misalkan kolom name berfungsi untuk menamai

model yang dibuat, sedangkan kolom material berisi bahan yang digunakan oleh

model tersebut. Dengan menekan vaccum maka akan muncul beberapa pilihan

material yang dapat disesuaikan dengan keinginan. Color berfungsi untuk

mewarnai model, dan transparent berfungsi untuk membuat model menjadi

transparan. Transparent bisa diatur sesuai dengan keinginan.

Gambar 3.7 Property window dengan tab attribute

Setelah proses inisialisasi model dengan memberikan nilai – nilai dan

besaran pada model maka hal yang perlu dilakukan adalah memasukkan beberapa

pengaturan yang mendukung model yang dibuat. Project manager seperti yang

ditunjukkan pada Gambar 3.8 berisi pengaturan – pengaturan model yang sesuai

dengan yang diinginkan. Segala kondisi perancangan melalui project manager

window dapat dilihat selengkapnya pada e-book penuntun Ansoft HFSS yang

terdapat di dalam CD.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.8 Project Manager window pada Ansoft HFSS

3.4.2 Menjalankan hasil rancangan

Setelah hasil rancangan berhasil dibuat, maka rancangan harus dijalankan.

Untuk mengecek apakah hasil rancangan sudah berjalan dengan baik maka harus

menekan HFSS -> Validation Check. Jika ada yang mengalami kesalahan / error

lakukan pengecekan pada project manager. Setelah rancangan sudah berjalan

dengan baik maka yang harus dilakukan adalah menganalisa rancangan tersebut

dengan cara menekan HFSS – Analyze All. Lalu program akan melakukan

perhitungan terhadap model yang telah buat dengan lama waktu yang tidak

terbatas tergantung dari kerumitan model dan banyaknya jumlah pass ingin

dibuat. Dan setelah selesai dilakukan penganalisaan, hasil program akan

ditunjukkan pada bagian result pada project manager.

3.5 Aplikasi Ansoft HFSS

Universitas Sumatera Utara


Ansoft dapat digunakan untuk berbagai aplikasi antena. Seperti antena

Yagi, antena Dipole, antena Horn, dan sebagainya. Gambar 3.9 memperlihatkan

salah satu dari aplikasi Ansoft HFSS.

Gambar 3.9 Salah satu aplikasi dari Ansoft HFSS yaitu antena Horn

BAB IV

Universitas Sumatera Utara


PERANCANGAN ANTENA YAGI UNTUK APLIKASI WIRELESS

LOCAL AREA NETWORK

4.1 Umum

Pada Tugas Akhir ini akan dirancang sebuah antena Yagi yang mampu

bekerja dan memenuhi spesifikasi sinyal yang digunakan pada sistem wireless

LAN sebagai penguat pada sisi terminal seperti pada laptop, PC, dan PDA yang

dilakukan dengan menggunakan perumusan ilmiah yang ada lalu

membandingkan hasilnya dengan menggunakan simulator antenna Ansoft HFSS

v10.0.

Tahapan perancangan dimulai dari pemilihan bahan yang digunakan

untuk perancangan antena Yagi dan selanjutnya menghitung panjang reflektor,

driven element, dan direktor dan selanjutnya menyusun antena – antena tersebut

ke dengan jarak – jarak tertentu supaya menghasikan gain dan pengarahan yang

sesuai. Hasil dari perhitungan tersebut kemudian disimulasikan dengan simulator

Ansoft HFSS v10.0. Dengan simulator Ansoft HFSS v10.0, dapat diperoleh

parameter – parameter antena yang dihasilkan berupa nilai VSWR, gain antena

dan pola radiasinya.

4.2 Perancangan antena Yagi

Perancangan Yagi melalui beberapa tahapan dalam proses simulasi.

Adapun langkah – langkah perancangan antena Yagi diterangkan pada gambar

4.1 yang berupa diagram alir perancangan antena Yagi dengan menggunakan

Ansoft HFSS.

Universitas Sumatera Utara


mulai

Parameter –
parameter
perancangan

Merancang model

Pengaturan saluran pencatu

Perancangan boundaries

tidak
Pengaturan arah pancaran
( radiation )

Analisis model

Tampilkan hasil

Apakah sesuai dengan


Hasil yang diinginkan?

Ya

Buat kesimpulan

selesai

Gambar 4.1 Diagram Alir perancangan antena Yagi

4.2.1 Perancangan panjang elemen

Antena yang akan dirancang pada Tugas Akhir ini adalah antena Yagi

yang memiliki frekuensi kerja 2.46 GHz ( 2.4 – 2.5 GHz ). Untuk perancangan

Universitas Sumatera Utara


awal digunakan perhitungan panjang gelombang dengan menggunakan

persamaan 2.1 didapatkan panjang gelombang dari antena yang akan dibuat

adalah:

λ=
300.000.000
2.460.000.000

λ = 0.12195 m atau mendekati 122 mm

Setelah didapatkan panjang gelombang, maka selanjutnya adalah

menghitung panjang driven element yang digunakan. Sebagaimana yang telah

dijelaskan pada Bab 2, yaitu pada persamaan 2.12. Dengan menggunakan

perhitungan tersebut didapatkan panjang driven element yang digunakan adalah

57,45 mm.

L = 0.5 x 0.95 x 122 = 57.95 mm

Antena Yagi umumnya terdiri atas 3 buah elemen utama yaitu sebuah

driven element, sebuah reflektor, dan sebuah direktor. Seperti yang sudah

dijelaskan pada bab sebelumnya, reflektor diatur lebih panjang sedikit dari driven

elemen sedangkan direktor diatur sedikit lebih pendek daripada driven elemen.

Jadi, panjang reflektor diatur lebih panjang 5-9 persen lebih panjang daripada

Driven Element sedangkan panjang direktor diatur lebih pendek 5-9 persen lebih

pendek daripada Driven Element .

Pada Tugas Akhir ini, panjang reflektor diatur 7 persen lebih panjang

daripada Driven Element sedangkan panjang direktor pertama diatur 5 persen

lebih panjang daripada Driven Element. Demikian juga pada direktor – direktor

berikutnya yang diset lebih pendek daripada direktor – direktor sebelumnya. Dan

Universitas Sumatera Utara


pada Tugas Akhir ini, antena Yagi yang digunakan menggunakan 10 elemen.

Dengan spesifikasi panjang elemen dituliskan dalam Tabel 4.1 dibawah ini :

Tabel 4.1 Ukuran panjang elemen antena Yagi

Jenis elemen Panjang ( mm )

Reflektor (R) 62,006

Driven Element (DE) 57.95

Direktor 1 (D1) 52,734

Direktor 2 (D2) 50,097

Direktor 3 (D3) 47,592

Direktor 4 (D4) 45,213

Direktor 5 (D5) 42,952

Direktor 6 (D6) 40,804

Direktor 7 (D7) 37,764

Direktor 8 (D8) 36,826

4.2.2 Perhitungan jarak antar elemen

Seperti yang diterangkan pada Bab II, penentuan jarak antara elemen pada

Yagi sangat menentukan sekali perolehan gain yang diperoleh dari antena Yagi

yang akan dibuat. Dengan melihat pada Grafik 2.1 pada Bab II, Pada operasi

reflektor, reflektor bekerja pada frekuensi yang lebih rendah dari pada frekuensi

feed point / driven element ( dengan cara memanjangkan sedikit lebih panjang

daripada panjang driven element ) dan agar memperoleh gain maksimum, jarak

antara elemen dijaga agar tidak melebihi 0.25λ. Syarat jarak antara reflektor

dengan driven element yang diizinkan adalah 0.15λ sampai 0.25 λ.

Universitas Sumatera Utara


Direktor / pengarah diatur pada frekuensi tinggi ( dengan memendekkan

elemen sedikit lebih pendek daripada driven element ) dan untuk memperoleh

gain maksimum, jarak antara driven element dengan director diusahakan melebihi

0.1 λ dan tidak melebihi 0.15 λ. Jadi syarat jarak antara driven element dan

director yang diizinkan adalah 0.1 λ sampai 0.15 λ. Dan jarak antara direktor di

set 0.2 λ untuk memperoleh gain maksimal. Jarak antara elemen antena Yagi

yang akan dibuat dituliskan dalam Tabel 4.2 .

Tabel 4.2 Jarak antara elemen antena Yagi yang akan dirancang

Jenis elemen Panjang ( mm )

R - DE 0,2 λ

DE – D1 0,1 λ

D1 – D2 0,2 λ

D2 – D3 0,2 λ

D3 – D4 0,2 λ

D5 – D6 0,2 λ

D6 – D7 0,2 λ

D8 – D9 0,2 λ

4.3 Perancangan model antena Yagi

Perancangan antena Yagi dilakukan melalui beberapa tahapan. Pada

tahapan awal dimulai dengan memasukkan parameter rancangan antena yang

akan dibuat. Karena perancangan dilakukan dengan menggunakan simulator

Ansoft HFSS maka dimulai dengan menjalankan program HFSS. Lalu parameter

– parameter antena dibuat dengan menekan HFSS lalu pilih Design Properties.

Universitas Sumatera Utara


Dan setelah itu akan muncul sebuah tab local variable. Lalu pilih tombol add dan

masukkan nilai variable yang diinginkan. Variabel yang digunakan dalam

perancangan diperlihatkan pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Variabel yang digunakan dalam perancangan Yagi

Setelah dilakukan pengisian variabel, maka dilakukan perancangan

dengan merancang sebuah driven element, sebuah reflektor, dan 8 buah direktor.

Sebelum melakukan perancangan model antena, pada simulator Ansoft HFSS

dipilih HFSS lalu Solution type lalu pilih Driven Modal. Dan dilakukan

pengaturan terhadap satuan yang digunakan dengan memilih 3D Modeler lalu

pilih unit dan digunakan satuan mm sebagai satuan yang digunakan.

Universitas Sumatera Utara


Setelah itu dilakukan perancangan model antena, adapun langkah – langkah

perancangan antena adalah sebagai berikut :

a. Perancangan driven element

Adapun langkah – langkah perancangan driven element adalah :

1. Pilih menu draw pada bagian kiri atas program lalu pilih cylinder.

2. Akan muncul sebuah kotak yang dinamakan Property Window. Yang

terdiri atas dua buah tab. Pada tab attribute , pada bagian name diberi

nama driven element, lalu klik bagian material, ganti bahan dari

vaccum menjadi copper ( tembaga ). Pada tab command , kordinat

dimasukkan seperti pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3 Peletakkan koordinat pada driven element yang dibuat

Setelah itu terbentuk sebuah sebuah antena dipole ¼λ . karena driven

element merupakan sebuah dipole ½ λ maka harus dibuat sebuah antena

dipole ¼λ yang arahnya berlawanan arah dengan dipole yang telah

dibuat. Dengan cara mengklik menu edit pada HFSS kemudian duplicate

lalu dipilih Around Axis. Lalu akan muncul sebuah kotak yang berisi

beberapa perintah yang harus diisi. Pada bagian axis, dipilih X sedangkan

Universitas Sumatera Utara


pada Angle diisi 180deg dan deg , dan pada bagian total number diisi

menjadi 2. Sehingga akan terbentuk sebuah driven element yang

diperlihatkan pada Gambar 4.4.

Gambar 4.4 driven element yang merupakan sebuah dipole ½λ

3. Pilih warna sesuai dengan keinginan dan kemudian atur transparansi

warnanya.

b. Perancangan reflektor

1. Pilih menu draw pada bagian kiri atas program lalu pilih cylinder.

2. Akan muncul sebuah kotak yang dinamakan Property Window. Yang

terdiri atas 2 buah tab. Pada tab attribute , pada bagian name diberi

nama reflektor, lalu klik bagian material, ganti bahan dari vaccum

menjadi copper ( tembaga ). Pada tab command , kordinat dimasukkan

seperti pada Gambar 4.5.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.5 Peletakkan koordinat reflektor pada Ansoft HFSS

Setelah pengaturan letak reflektor berdasarkan kordinat pada

Gambar 4.4 maka letak reflektor akan membelakangi driven element

dan jarak antara driven element dan reflektor diset 0.2 λ. Sehingga

hasil desain yang didapatkan diperlihatkan pada gambar 4.6.

Gambar 4.6 Sebuah reflektor dan driven element yang dibuat.

3. Pilih warna sesuai dengan keinginan dan kemudian atur transparansi

warnanya.

c. Perancangan direktor

1. Pilih menu draw pada bagian kiri atas program lalu pilih cylinder.

Universitas Sumatera Utara


2. Akan muncul sebuah kotak yang dinamakan Property Window. Yang

terdiri atas 2 buah tab. Pada tab attribute , pada bagian name diberi

nama D1 ( direktor pertama ), lalu klik bagian material, ganti bahan

dari vaccum menjadi copper ( tembaga ). Pada tab command ,

kordinat dimasukkan seperti pada Gambar 4.7.

Gambar 4.7 Peletakkan koordinat direktor pada Ansoft HFSS

Setelah pengaturan letak reflektor berdasarkan kordinat pada

Gambar 4.8 maka letak reflektor akan membelakangi driven element

dan jarak antara driven element dan reflektor diset 0.1 λ. Sehingga

hasil desain yang didapatkan diperlihatkan pada gambar 4.8.

Gambar 4.8 Sebuah direktor, reflektor dan driven element yang

dibuat

Universitas Sumatera Utara


3. Pilih warna sesuai dengan keinginan dan kemudian atur transparansi

warnanya.

4. Hal yang sama dilakukan untuk direktor kedua, ketiga, keempat, dan

seterusnya. Dengan menggunakan acuan letak jarak dan panjang

elemen yang sesuai dengan Tabel 4.1 dan Tabel 4.2.

Setelah semua langkah tersebut dilakukan maka akan dihasilkan model

antena Yagi seperti yang tampak pada Gambar 4.9.

Gambar 4.9 Model Antena Yagi 10 elemen yang dirancang

4.4 Perancangan saluran pencatu ( excitation )

Saluran pencatu diletakkan pada driven element. Adapun langkah

perancangan saluran catu adalah sebagai berikut:

1. Pilih 3D Modeler pada bagian menu kemudian pilih Grid plane lalu

digunakan YZ sebagai grid plane yang digunakan.

2. Pada bagian menu pilih draw lalu rectangle.

3. Dilanjutkan dengan memasukkan kordinat seperti pada Gambar 4.10.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.10 Peletakkan koordinat pada saluran pencatu

4. Kemudian pada Project Manager di bagian excitation, dipilih assign lalu

Lumped Port.

5. Pada tab General, tahanan yang diisi adalah 50 ohm lalu pilih next.

Sedangkan pada tab mode, dipilih new line seperti yang ditunjukkan pada

Gambar 4.11. lalu dibuat arah garis disepanjang persegi yang dibuat.

Gambar 4.11 Pembuatan saluran catu pada driven element

4.5 Perancangan ruang batasan ( Boundaries )

Ruang batasan dimaksudkan agar antena yang dibuat dapat menghasilkan

pola radiasi yang maksimal. Ruang batasan ini juga diibaratkan medium

Universitas Sumatera Utara


penghantaran sinyal seperti udara, ataupun ruang hampa udara. Adapun langkah

– langkah pembuatan boundaries adalah :

1. Pilih menu draw pada bagian kiri atas program lalu pilih cylinder.

2. Akan muncul sebuah kotak yang dinamakan Property Window. Yang

terdiri atas 2 buah tab. Pada tab attribute , pada bagian name diberi nama

vakum, lalu klik bagian material, ganti bahan dari vaccum. Pada tab

command , kordinat dimasukkan seperti pada Gambar 4.12.

Gambar 4.12 Peletekan boundaries pada Ansoft HFSS

3. Lalu pada bagian menu HFSS, dipilih boundaries, lalu dipilih assign, lalu

digunakan radiation dalam boundaries tersebut.

4.6 Arahan pancaran( radiation )

Langkah – langkah menentukan arahan pancaran dalam Ansoft HFSS

adalah sebagai berikut :

1. Pada bagian menu, dipilih HFSS, kemudian dipilih radiation , lalu insert

far field setup, lalu infinite sphere.

2. Setelah itu pilih suduh arah pancaran.

4.7 Analisis Model

Universitas Sumatera Utara


Setelah model antena selesai dibuat langkah selanjutnya adalah

menjalankan simulasinya. Untuk menjalankan simulasi ini langkah selanjutnya

adalah klik menu HFSS kemudian pilih analysis setup, lalu pilih add solution

setup, maka akan muncul solution setup window. Lalu isi nama setup-nya, ikuti

saja yang ada di dalam tab (misalnya setup1, setup2, dan seterusnya), kemudian

isi nilai dari solution frequency menjadi 2,46 GHz. Nilai solution frequency ini

sama untuk tiap setup. Lalu isi nilai maximum number of phases menjadi 20.

Kemudian isi nilai maximum delta S sebesar 0,02 lalu pilih OK.

Selanjutnya klik menu HFSS kemudian pilih analysis setup lalu pilih add

sweep. Pilih solution setup-nya setup1 dan klik tombol OK. Kemudian edit

window sweep-nya, atur sweep type menjadi fast dan atur pula frequency setup

type menjadi linear count. Kemudian atur frekuensi start sebesar 2,2 GHz,

frekuensi stop 2.6 GHz dan buat nilai count menjadi 30. Lalu klik tombol OK.

Setelah itu langkah selanjutnya adalah klik menu HFSS lalu pilih

validation check. Tujuan dari validation check ini adalah untuk memeriksa

apakah model yang akan dibuat sudah layak dan benar untuk dijalankan. Jika

model yang akan dibuat telah layak dan benar untuk dijalankan maka akan

muncul tanda check list berwarna hijau. Tetapi jika belum maka akan muncul

tanda silang berwarna merah. Hal ini menandakan bahwa ada error pada model

yang dibuat. Untuk melihat pesan error gunakan message manager yang ada di

sudut kanan bawah. Ada beberapa hal yang diperiksa pada validation check ini,

yaitu :

• 3D model

• Boundaries and Excitation

Universitas Sumatera Utara


• Mesh Operation

• Analysis Setup

• Optimetrics

• Radiation

Jika ada salah satu dari keenam hal ini yang tidak terpenuhi (dalam hal ini ada

error) maka proses simulasi tidak dapat dilanjutkan.

Setelah melewati validation check, langkah selanjutnya adalah

menganalisis model. Untuk menganalisis model ini caranya adalah dengan

menekan menu HFSS lalu pilih analyze. Proses menganalisis ini berlangsung

sekitar 30 menit.

4.8 Menampilkan hasil simulasi

Setelah proses analisis selesai maka dapat ditampilkan grafik VSWR,

pola radiasi, dan gainnya.

Untuk menampilkan grafik VSWR, caranya adalah dengan menekan

tombol HFSS lalu pilih result dan kemudian pilih create report. Atur report type

menjadi modal S parameter dan atur display set menjadi rectangular plot, lalu

tekan OK. Maka akan muncul window traces. Pada window traces ini atur

solution menjadi setup1:sweep1. Kemudian pada tab Y atur category menjadi

VSWR, atur juga quantity menjadi VSWR(lumpport1), kemudian tekan add trace

lalu tekan done. Maka akan muncul grafik VSWR.

Untuk menampilkan pola radiasi, caranya adalah dengan menekan tombol

HFSS lalu pilih result dan kemudian pilih create report. Atur report type menjadi

Universitas Sumatera Utara


far field dan atur display set menjadi 3D polar plot, lalu tekan OK. Maka akan

muncul window traces. Pada window traces ini atur solution menjadi

setup1:sweep1. Kemudian pada tab Y atur category menjadi directivity, atur juga

quantity menjadi DhirTotal, kemudian tekan add trace lalu tekan done. Maka

akan muncul grafik pola radiasi.

Untuk menampilkan gain, caranya adalah dengan menekan tombol HFSS

lalu pilih result dan kemudian pilih create report. Atur report type menjadi far

field dan atur display set menjadi data table, lalu tekan OK. Maka akan muncul

window traces. Pada window traces ini atur solution menjadi setup1:sweep1.

Kemudian pada tab Y atur category menjadi gain, atur juga quantity menjadi

GainTotal, kemudian tekan add trace lalu tekan done. Maka akan muncul tabel

gain.

Dalam simulasi ini digunakan 4 buah sampel antena Yagi yaitu antena

Yagi yang menggunakan 7 elemen, antena Yagi yang menggunakan 8 elemen,

antena Yagi yang menggunakan 9 elemen dan antena Yagi yang menggunakan 10

elemen.

4.8.1 Antena Yagi 7 elemen

Pada tahap ini antena Yagi menggunakan 7 buah elemen ( 1 buah

reflektor, 1 buah driven element, dan 5 buah direktor ) dengan simulator Ansoft

HFSS v 10.0 maka akan didapatkan hasil sebagai berikut :

1. Model rancangan

Universitas Sumatera Utara


Model rancangan antena Yagi yang dibuat diperlihatkan pada Gambar

4.13 dengan mengacu pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2.

Gambar 4.13 Perancangan Antena yagi menggunakan 7 elemen

2. VSWR

Berdasarkan simulasi yang telah dilakukan, didapatkan nilai VSWR

sebesar 1,29 untuk frekuensi 2,39 GHz, 1.67 untuk frekuensi 2,46 GHz dan 2,12

untuk frekuensi 2,49 GHz seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.14.

Gambar 4.14 Grafik VSWR antena Yagi 7 elemen

Universitas Sumatera Utara


3. Gain

Dari simulasi yang telah dilakukan maka didapat gain seperti yang

diperlihatkan oleh Tabel 4.3. Didapatkan gain sebesar 9.97 dB.

Tabel 4.3 Gain hasil simulasi

4. Pola radiasi

Dari simulasi yang dilakukan maka diperoleh pola radiasi seperti

yang tampak pada Gambar 4.15.

Gambar 4.15 Pola radiasi yang dihasilkan antena Yagi 7 elemen

4.8.2 Antena Yagi 8 elemen

Universitas Sumatera Utara


Pada tahap ini antena Yagi menggunakan 8 buah elemen dimana terdapat

1 buah reflektor, 1 buah driven element, dan 6 buah direktor, dengan simulator

Ansoft HFSS v 10.0 maka akan didapatkan hasil sebagai berikut :

1. Model rancangan

Model rancangan antena Yagi yang dibuat diperlihatkan pada gambar

4.16 dengan mengacu pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2.

Gambar 4.16 Perancangan Antena yagi menggunakan 8 elemen

2. VSWR

Berdasarkan simulasi yang telah dilakukan, didapatkan nilai VSWR

sebesar 1,27 untuk frekuensi 2,39 GHz, 1.57 untuk frekuensi 2,46 GHz dan 1,92

untuk 2,49 GHz seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.17.

Gambar 4.17 Grafik VSWR antena Yagi 8 elemen

3. Gain

Universitas Sumatera Utara


Dari simulasi yang telah dilakukan maka didapat gain seperti yang

diperlihatkan oleh Tabel 4.4. Didapatkan gain 10.04 dB

Tabel 4.4 Gain hasil simulasi

4. Pola radiasi

Dari simulasi yang dilakukan maka diperoleh pola radiasi seperti

yang tampak pada Gambar 4.18.

Gambar 4.18 Pola radiasi yang dihasilkan antena Yagi 8 elemen

4.8.3 Antena Yagi 9 elemen

Universitas Sumatera Utara


Pada tahap ini antena Yagi menggunakan 9 buah elemen dimana terdapat

1 buah reflektor, 1 buah driven element, dan 7 buah direktor, dengan simulator

Ansoft HFSS v 10.0 maka akan didapatkan hasil sebagai berikut :

1. Model rancangan

Model rancangan antena Yagi yang dibuat diperlihatkan pada gambar

4.19 dengan mengacu pada tabel 4.1 dan tabel 4.2.

Gambar 4.19 Perancangan Antena yagi menggunakan 9 elemen

2. VSWR

Berdasarkan simulasi yang telah dilakukan, didapatkan nilai VSWR

sebesar 1,22 untuk frekuensi 2,39 GHz, 1.5 untuk frekuensi 2,46 GHz dan 1,89

untuk 2,49 GHz seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.20.

Gambar 4.20 Grafik VSWR antena Yagi 9 elemen

3. Gain

Universitas Sumatera Utara


Dari simulasi yang telah dilakukan maka didapat gain seperti yang

diperlihatkan oleh Tabel 4.5. Dan didapatkan gain sebesar 10,25 dB.

Tabel 4.5 Gain hasil simulasi

4. Pola radiasi

Dari simulasi yang dilakukan maka diperoleh pola radiasi seperti

yang tampak pada Gambar 4.21.

Gambar 4.21 Pola radiasi yang dihasilkan antena Yagi 9 elemen

4.8.4 Antena Yagi 10 elemen

Universitas Sumatera Utara


Pada tahap ini antena Yagi menggunakan 10 buah elemen dimana

terdapat 1 buah reflektor, 1 buah driven element, dan 8 buah direktor, dengan

simulator Ansoft HFSS v 10.0 maka akan didapatkan hasil sebagai berikut :

1. Model rancangan

Model rancangan antena Yagi yang dibuat diperlihatkan pada gambar

4.22 dengan mengacu pada tabel 4.1 dan tabel 4.2.

Gambar 4.22 Perancangan Antena yagi menggunakan 10 elemen

2. VSWR

Berdasarkan simulasi yang telah dilakukan, didapatkan nilai VSWR

sebesar 1,27 untuk frekuensi 2,40 GHz, 1.56 untuk frekuensi 2,46 GHz, dan 1,95

untuk 2,49 GHz seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.23.

Gambar 4.23 Grafik VSWR antena Yagi 10 elemen

3. Gain

Universitas Sumatera Utara


Dari simulasi yang telah dilakukan maka didapat gain seperti yang

diperlihatkan oleh Tabel 4.6. Dan didapatkan gain sebesar 10.39 dB.

Tabel 4.6 Gain hasil simulasi

4. Pola radiasi

Dari simulasi yang dilakukan maka diperoleh pola radiasi seperti

yang tampak pada Gambar 4.24.

Gambar 4.23 Pola radiasi yang dihasilkan antena Yagi 10 elemen

Universitas Sumatera Utara


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil perancangan antena Yagi yang dilakukan, maka dapat diambil

kesimpulan :

1. Semakin banyak elemen yang digunakan, perolehan gain akan

semakin besar.

2. Gain yang dihasilkan oleh antena Yagi 10 elemen sebesar 10.39 dB.

3. VSWR antena Yagi 10 elemen adalah sebesar 1.56

4. Bila dilihat dari pola radiasi yang dihasilkan, antena Yagi merupakan

antena unidirectional.

5.2 Saran

Beberapa saran yang dapat penulis berikan pada Tugas Akhir ini adalah :

1. Perancangan antena Yagi dapat dilakukan untuk aplikasi lainnya

seperti untuk antena penguat sinyal 3G maupun EV-DO.

2. Perancangan antena Yagi yang menuju tahap pabrikasi dapat

dilakukan untuk membuktikan kebenaran dari teori dan simulasi yang

dibuat.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

1. Arrl.1974.The Arll Antenna Book.Newington: American Radio Relay

League.Hal: 145 - 158

2. Arrl.2000.The ARRL antenna Book 19th edition. Newington : American

Radio Relay League. Hal: 186-190

3. Balanis, Constantine A.2005.Antenna theory, third edition. New Jersey :

Willey Interscience.hal: 577-586

4. Balanis, Constantine A.2008.Modern Antenna Handbook. New Jersey :

Willey Interscience.

5. Kraus, John D.2002. Antennas, Third Edition. New York : McGraw-Hill

Book Company. Hal: 2, 23, 34

6. Ir. Suhana dan Shigeki Shoji. 2004. Buku Pegangan Teknik Telekomunikasi.

Jakarta : Pramadya Paramita. Hal:201-203

7. Yahya Sukri. 20 Juli 2010. Antena Yagi

8. Mulyanta, Edi S., 2003, Pengenalan Protokol Jaringan Komputer, Penerbit

Andi, Yogyakarta

9. Sunarto.6 Juli 2008. Gain antena

http://kambing.ui.ac.id/onnopurbo/orari-diklat/pemula/teknik/antenna-

yagi.pdf

10. Anonim. Okober 2009. Yagi Uda Antenna

http://en.wikipedia.org/wiki/Yagi-Uda_antenna

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai