Anda di halaman 1dari 132

TUGAS AKHIR

STUDI PENGARUH ARUS INRUSH DAN ARUS HUBUNG SINGKAT

TERHADAP PENGAMAN TRANSFORMATOR

(Studi Kasus pada PT.PLN (Persero) Cabang Medan)

Tugas Akhir ini Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Elektro

OLEH :

Edison Sitorus
050402020

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSTAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010

Universitas Sumatera Utara


STUDI PENGARUH ARUS INRUSH DAN ARUS HUBUNG SINGKAT

TERHADAP PENGAMAN TRANSFORMATOR

(Studi Kasus pada PT.PLN (Persero) Cabang Medan)

Oleh :
EDISON SITORUS
050402020
Tugas Akhir ini Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Elektro

Disetujui oleh,
Pembimbing

IR.SUMANTRI ZULKARNAEN
NIP : 1947 0503 1973061 001
Diketahui oleh,
Pelaksana Harian Ketua Departemen Teknik Elektro

PROF.DR.IR. USMAN BAAFAI


NIP.1946 1022 1773021 001

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSTAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Transformator sangat memegang peranan penting dalam penyaluran energi

listrik mulai dari trafo daya pada pembangkit, gardu induk dan juga trafo distribusi

yang biasanya adalah pasangan luar yang ada pada tiang.

Pada saat energize pada transformator mengakibatkan perubahan fluks

seketika pada inti transformator. Perubahan fluks seketika pada inti transformator

akan mengakibatkan timbulnya arus magnetisasi yang dikenal dengan istilah arus

inrush.

Arus inrush ini tergantung pada besar kapasitas trafo. Pada prinsipnya arus

inrush ini tidak membahayakan pada transformator karena waktunya sangat singkat.

Untuk itu perlu dibuat suatu pengamanan dimana pengaman tersebut tidak bekerja

pada saat adanya arus inrush. Akan tetapi pada saat gangguan hubung singkat

pengaman harus bekerja, karena menghasilkan arus gangguan yang besar dan

apabila tidak dihilangkan maka akan dapat merusak peralatan lain.

Dengan pertimbangan ekonomis pengaman pada trafo distribusi yang

digunakan PLN menggunakan fuse (pelebur). Pada prinsipnya adalah sama akan

tetapi penggantian fuse dilakukan secara manual. Untuk itu penting ditinjau

karakteristik fuse yang paling tepat yang dipasang dan pertimbangan – pertimbangan

pemilihan fuse.

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa

yang telah memberikan berkat dan rahmat-Nya sehingga Tugas Akhir ini yang

berjudul “ Studi Pengaruh Arus Inrush dan Arus Hubung Singkat terhadap

Pengaman Transformator ” dapat diselesaikan dengan baik.

Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat bagi penulis untuk memperoleh

gelar Sarjana (Strata 1) di Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Sumatera Utara.

Selama masa pendidikan di kampus sampai masa penyelesaian Tugas Akhir

ini, penulis banyak memperoleh bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk

itu dengan penuh ketulusan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar –

besarnya kepada :

1. Kedua Orang Tua penulis (H. Sitorus dan D. br. Tampubolon), abang saya

(M.Sitorus), adek (Rosdiana, Jungjungan, Maju, Daniel) yang selalu

mendukung dan memberikan kasih sayang yang tak ternilai harganya

sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan hingga saat ini.

2. Hakenia Novita Lubis yang memberikan dukungan penuh kepada penulis.

3. Bapak Ir. Sumantri Zulkarnaen sebagai Dosen Pembimbing Tugas Akhir saya

yang sangat besar bantuannya dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

4. Bapak Ir. Masykur Sjani selaku Dosen Wali penulis selama menyelesaikan

pendidikan di Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Ir.Eddy Warman sebagai Ketua Sidang Tugas akhir saya

6. Bapak Ir. Syamsul Amin sebagai Dosen Penguji Tugas Akhir saya.

7. Bapak Ir. Panusur S.M L.Tobing sebagai Dosen Penguji Tugas akhir saya.

Universitas Sumatera Utara


8. Bapak Ir. Mustafrind Lubis Sebagai Dosen penguji Tugas akhir saya.

9. Bapak Prof. Dr. Ir.Usman Baafai, selaku Pelaksana Tugas Harian Ketua

Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

10. Bapak Rahmad Fauzi ST, MT selaku Sekretaris Departemen Teknik Elektro

Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

11. Seluruh Staf Pengajar dan Pegawai Departemen Teknik Elektro Fakultas

Teknik Universitas Sumatera Utara.

12. Pak Swito, Pak Syamsul, Pak Yudi, Pak Heru, Pak Fery (Staf PLN Cabang

Medan) dan Pak Franciskus dari PT. Morawa Electric Transbuana yang

banyak membantu dalam penulisan Tugas Akhir ini.

13. Teman – teman Elektro 2005 : Kristoper, Colin, Richard, Eko Rinal, Daniel,

Elis, Rainhard, Fritz, Mangiring, Sadak, Windy, Marhon, Lamringan, Fery,

Herman, Rony, Edward, Benni dan teman – teman lain yang tidak dapat

penulis sebutkan satu per satu.

14. Kepada semua pihak yang banyak memberi dukungan kepada penulis yang

tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis sangat menyadari bahwa Tugas Akhir ini tidak luput dari kesalahan –

kesalahan baik dari segi tata bahasa, penulisan bahkan mungkin secara ilmiahnya.

Untuk itu penulis dengan berbesar hati akan selau menerima dengan terbuka segala

saran dan kritik yang nantinya dapat memperbaiki Tugas Akhir ini.

Akhir kata, semoga Tugas Akhir ini akan bermanfaat untuk semua pihak

Medan, Juni 2010

Penulis

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

ABSTRAK……………………………………………………………………………i

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….….ii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………...……iii

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………...….………viii

DAFTAR TABEL…………………………………………………………………...xi

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang………………………….……………………..…..……..1

I.2. Tujuan Penulisan…...……………….……………..……………………..2

I.3. Batasan Masalah ….....……………….……………………….………….3

I.4. Metodologi Penulisan………………………………………………….…3

I.5. Sistematika Penulisan………………….…………………………………4

BAB II TRANSFORMATOR

II.1. Umum…………………………………………………………..……….6

II.2. Konstruksi Transformator……………..………………….…………..…7

II.2.1. Tipe inti ( Core form )…………………………….…..…………7

II.2.2. Tipe cangkang ( Shell form )…………………..………………..8

II.3. Prinsip Kerja Transformator……………………………………...……..9

II.3.1. Keadaan Transformator Tanpa Beban……………….….……..10

II.3.2. Keadaan Berbeban……………………………………….…….11

II.4. Rangkaian Ekivalen Transformator……………………………...…….12

Universitas Sumatera Utara


II.4.1. Pengukuran Beban Nol………………………………...…..12

II.4.2. Pengukuran Hubungan Singkat……………………..……..13

II.5. Operasi Kerja Pararel Transformator………………………….………14

II.6. Rugi – rugi dan Efisiensi………………….………………….………..15

1I.6.1. Rugi tembaga ( Pcu )………………………………………….16

II.6.2. Rugi besi ( Pi ) ………………….…………………….……….16

II.6.3. Efisiensi………………………………………………………..17

II.6.3.1. Perubahaan Efisiensi Terhadap Beban ………...…….18

II.6.3.2.Perubahan Efisiensi Terhadap Factor

Kerja (Cos Ф) Beban…………………………...…...18

II.7. Persamaan Operasional Transformator Ideal………………………….19

II.7.1. Transformator Fasa Satu………….……………………..……..21

II.7.2. Transformator Tiga Fasa……………………………….………21

BAB III ARUS INRUSH, ARUS HUBUNG SINGKAT DAN PENGAMAN

TRANSFORMATOR

III.1. Umum……………………………..……..…………………..………….23

III.2. Arus Inrush…………………………………………………..….………23

III.2.1. Arus Eksitasi……..……….………………………....…………..23

III.2.2. Komponen Magnetisasi…………..…………………….……….23

III.2.3. Fenomena Arus Inrush………………...………...………..…….26

III.2.4. Perhitungan Arus Inrush……………………………….………..29

III.2.5. Komponen Harmonik Arus Inrush pada Transformator………..32

Universitas Sumatera Utara


III.2.6. Lama Terjadinya Arus Inrush…………………………….……..34

III.3. Arus Hubung Singkat…………………………………….…..…………36

III.3.1. Analisa Gangguan Tiga Fasa dengan Metode Thevenin....................39

III.4. Pengaman Pada Transformator ……………………………..……….….41

III.4.1. Pengaman Transformator Distribusi…………………………….42

III.4.2. Pemilihan dan Penggunaan pelebur (sekring) pada Transformator

Distribusi…………………………………………………….….50

BAB IV PERHITUNGAN ARUS INRUSH DAN ARUS HUBUNG SINGKAT

PADA SISI PRIMER DAN SEKUNDER TRANSFORMATOR

IV.1. Umum……………………....…………………………….……..…….63

IV.2. Perhitungan Arus Nominal dan Arus Maksimum Transformator.…...64

IV.3. Perhitungan Besar Arus Inrush Maksimum…………..………………64

IV.4. Lama Terjadinya Arus Inrush dan Definite Time Kerja Fuse………...68

IV.5. Perhitugan Nilai Besar Arus Hubung Singkat 3 fasa pada Kedua

Sisi Trafo Distribusi……………………………………………….….69

IV.5.1. Penyederhanaan Nilai Impedansi Jaringan Distribusi……..…69

IV.5.2. Perhitungan Arus Hubung Singkat pada Sisi Primer

Trafo Distribusi F1..................................................................110

IV.5.3. Perhitugan Besar Arus Hubung Singkat di Sisi Sekunder

Trafo Distribusi F2……………………………………..…….111

IV.6. Analisa Arus Yang Menyebabkan Fuse Bekerja …………………...112

IV.6.1. Saat Terjadi Hubung Singkat di titik F1 ……….…………112

Universitas Sumatera Utara


IV.6.2. Saat Terjadi Hubung Singkat di itik F2….………..………113

IV.6.3. Saat terjadi Hubung Singkat di titik F3……...……...…….114

IV.6.4. Saat terjadi hubung singkat di titik F4……...………….…115

IV.7. Pemilihan Rating Fuse yang digunakan pada Trafo Distribusi……...116

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. Kesimpulan……………………………………….………………...117

V.2. Saran……………………………………………..………...……….117

DAFTAR PUSTAKA…………………………….………………….…...………118

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Konstruksi Transformator Tipe Inti ( core form )…….…………..……7

Gambar 2.2. Konstruksi Lempengan Logam Inti Transformator Bentul L dan U…...8

Gambar 2.3. Transformator Tipe Cangkang ( shell form )………………….……..…8

Gambar 2.4. Konstruksi Lempengan Logam Inti Transformator Bentuk E, I dan F...8

Gambar 2.5. Transformator Tanpa Beban……………………...………..………….10

Gambar 2.6. Transformator dalam Keadaan Berbeban…………...………..……….11

Gambar 2.7. Rangkaian Ekivalen Sebuah Transformator……….…...……………..12

Gambar 2.8. Rangkaian Dua Transformator Paralel……………....………..………14

Gambar 2.9. Blok Diagram Rugi – Rugi pada Transformator………….…………..15

Gambar 2.10. Kurva Perubahan Efisiensi terhadap Faktor Kerja…………...…..….18

Gambar 2.11. Model Transformator 1 Fasa………………….……………..…..…..21

Gambar 2.12. Model Transformator 3 Fasa Terhubung Y dan Delta….….…..……22

Gambar 3.1. Kurva B – H………………………………………..………..………..25

Gambar 3.2. Fluks pada Transformator saat Kondisi Transient………..…..……….28

Gambar 3.3. Arus Inrush Maksimum………………………………..………...……29

Gambar 3.4. Arus Transient pada saat Transformator Energize………..…….…….30

Gambar 3.5. Tegangan dan Komponen Harmonik saat Transformator Energize.....32

Gambar 3.6. Tegangan dan Komponen Harmonik saat Transformator Saturasi.….33

τ (inrush)
Ir ' tr
Gambar 3.7. Grafik Perbandingan terhadap ..……….……..35
Ip(inrush)

Gambar 3.8. Vektor Diagram untuk Komponen Urutan............................................38

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.9. Model Rangkaian Thevenin.........................................................................40

Gambar 3.10. Penempatan Fuse dan Lighthing Arester pada Trafo Tiang………..……43

Gambar 3.11. Karakteristik Arus - Waktu antara Dua Sekring………...……..…….....44

Gambar 3.12. Single Line Pengaman Trafo Distribusi 200kVA…………..……………45

Gambar 3.13 . Tipe Fuse Link untuk Pemasangan Luar……..….……………………...49

Gambar 3.14. Pelebur Jenis Pembatasan Arus……………..………...………..….…….53

Gambar 3.15 . Pelebur Jenis Letupan Kelas 2 Tipe Jatuh…………….……….………..54

Gambar 3.16 . Daerah Kerja Pelebur Primer untuk Mengamankan Trafo Distribusi..…56

Gambar 3.17. Contoh Koordinasi antar Pelebur Primer dan Sekunder.........…..…….....61

Gambar 4.1. Diagram Impedansi Simpul 3…………...………….…….…..…………..70

Gambar 4.2. Diagram Impedansi Simpul 4………………………...…………………..72

Gambar 4.3. Diagram Impedansi Simpul 5…………………………………………….73

Gambar 4.4. Diagram Impedansi Simpul 6…………………………………………….78

Gambar 4.5. Diagram Impedansi Simpul 7………………………………………...…..81

Gambar 4.6. Diagram Impedansi Simpul 8………………………………….…………82

Gambar 4.7. Diagram Impedansi Simpul 9…………………………….………………88

Gambar 4.8. Diagram Impedansi Simpul 10……………………………...……………89

Gambar 4.9. Diagram Impedansi Simpul 12……………………………...……………91

Gambar 4.10. Diagram Impedansi Simpul 13…………………………….……………92

Gambar 4.11. Diagram Impedansi Simpul 14………………………………………….95

Gambar 4.12. Diagram Impedansi dari Simpul 1- 14…………………………………..97

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.13. Diagram Impedansi Simpul 15…….……………………...………103

Gambar 4.14. Diagram Impedansi Simpul 16………..…………………………..104

Gambar 4.15. Diagram Impedansi Simpul 17…………..………….…..…………105

Gambar 4.16. Diagram Impedansi Simpul 14 -17……………………..…………107

Gambar 4.17. Diagram Titik Gangguan F1 dan F2……………………………….108

Gambar 4.18. Rangkaian Thevenin Gangguan F1………………………….……..109

Gambar 4.19. Rangkaian Thevenin Gangguan F2………………………..……….110

Gambar 4.20. Arah Arus Yang Melewati Fuse Saat Terjadi Gangguan F1……….112

Gambar 4.21. Arah Arus Yang Melewati Fuse Saat Terjadi Gangguan F2…….....113

Gambar 4.22. Arah Arus Yang Melewati Fuse Saat Terjadi Gangguan F3…….....114

Gambar 4.23. Arah Arus Yang Melewati Fuse Saat Terjadi Gangguan F4……….115

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Nilai Rugi – Rugi Transformator Distribusi……...…...…………………17

Tabel 3.1. Nilai τ Inrush ( s) untuk Transformator Distribusi…………..…………..34

Tabel 3.2. Speed Ratio Fuse Links…………...…………...………..……………….47

Tabel 3.3. Daftar Batas Pengaman Trafo Distribusi…..…………………………….48

Tabel 3.4. Batas Awal Ketahanan Hubung Singkat Trafo Distribusi…..…....……...57

Tabel 3.5 . Rekomendasi Arus Pengenal 24 kV Jenis Letupan Sebagai Pengaman

Trafo Distribusi di Sisi Primer…...………….………………………….58

Tabel 3.6. Rekomendasi Pemilihan Arus Pengenal Pelebur 24 kV Jenis Letupan

di Sisi primer dan Sekunder…….……....………………………………60

Tabel 3.7. Rekomendasi Pemilihan Arus Pengenal Anak Pelebur 24 kV Jenis

Pembatas Arus………..……………….……..……………….…………62

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN

Lampiran 1. Gambar Satu Garis Penyulang 20 KV Penyulang TI.3 Senangin

Lampiran 2. Letak Trafo pada Gambar Satu Garis Penyulang 20 KV Penyulang

TI.3 Senangin

Lampiran 3. Data Dimensi Jaringan Distribusi 20 KV Penyulang TI.3 Senangin

Lampiran 4. Data Trafo Terpasang Penyulang TI.3 Senangin Rayon Medan Kota

Lampiran 5. Typical Data Transformator Distribusi dan Trafo Tenaga

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Pengoperasian transformator yang handal sangat diperlukan dalam sistem

tenaga listrik. Dimana transformator dilengkapi dengan pengaman – pengaman

sesuai dengan kebutuhan. Untuk Transformator Daya (mempunyai kapasitas besar),

sistem pengamannya lebih kompleks dibandingkan Transformator Distribusi dengan

daya yang kecil. Pengaman Trafo Daya menggunakan relay seperti differensial, arus

lebih, REF dan sebagainya. Akan tetapi pengaman pada Transformator Distribusi

cukup dengan fuse (pelebur) dilengkapi dengan Lighting Arester untuk melindungi

terhadap sambaran petir. Dalam Tugas Akhir ini dibahas pengaman pada

transformator tiang distribusi pada PT. PLN (Rayon Medan kota) dengan kapasitas

400 kVA. Dalam hal ini fuse (pelebur) digunakan sebagai pengamannya.

Bila transformator pertama kali diberi energi akan timbul arus inrush

magnetisasi. Arus ini mempunyai nilai yang sangat besar yaitu 8 sampai 30 kali arus

nominal. Besar arus inruh ini dipengaruhi oleh ukuran inti dari transformator dan

level fluksi yang sudah ada pada inti. Dengan melihat perbandingan arus inrush

terhadap arus nominal dimana nilainya sudah dapat menimbulkan pengaman bekerja

akan tetapi ketahanan pengaman (dalam waktu yang sangat singkat) atau tundaan

waktu kerjanya mengakibatkan pengaman tidak bekerja.

Universitas Sumatera Utara


Dalam Tugas Akhir ini dibahas mengenai perhitungan besar arus inrush agar

dapat dibandingkan dengan arus nominalnya. Perkiraan lama waktu terjadinya arus

inrush juga dibahas pada Tugas Akhir ini. Nilainya juga dibandingkan dengan rating

fuse yang digunakan.

Gangguan pada sistem tenaga listrik juga sangat sering terjadi. Gangguan

tersebut dapat berupa gangguan 1 fasa ke tanah (70%), antar fasa – fasa (15%), 2

fasa ke tanah (10%) dan gangguan 3 fasa.(5%). Meskipun paling jarang terjadi

biasanya gangguan yang mempunyai arus terbesar adalah gangguan 3 fasa. Untuk itu

yang dibahas dalam perhitungan dalam Tugas Akhir saya ini adalah besar nilai

hubung singkat 3 fasa ke tanah. Adapun analisa perhitungannya dengan

menggunakan metode thevenin. Gangguan tiga phasa yang dianalisa adalah di sisi

primer dan sekunder trafo distribusi 400 KVA.

Dalam Tugas Akhir ini perhitungan dilakukan dengan manual. Nilai arus

hubung singkat ini juga nantinya dapat dibandingkan terhadap arus nominal dan arus

inrush.

I.2. Tujuan Penulisan

1. Menentukan rating pengaman yang digunakan pada Transformator

Distribusi agar mengoptimalkan kinerja transformator.

2. Menentukan besar nilai arus inrush dan membandingkan terhadap arus

nominal dan memperkirakan tundaan waktu minimal agar pengaman

bekerja dengan optimal.

3. Menentukan besar nilai arus gangguan simetris (3 fasa ke tanah) dan

menentukan waktu kerja pelebur jika terjadi gangguan 3 fasa.

Universitas Sumatera Utara


I.3. Batasan Masalah

1. Tidak membahas pengaman terhadap sambaran petir (LA).

2. Tidak membahas banyak gelombang arus inrush yang terjadi (hanya

menghitung nilai puncak arus inrush) pada trafo 400 kVA.

3. Pengaman yang dibahas adalah Fuse pada Trafo Distribusi

4. Gangguan yang dibahas dalam perhitungan adalah gangguan 3 fasa ke tanah

(gangguan simetris).

I.4. Metodologi Penulisan

Untuk dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini maka penulis menerapkan

beberapa metode studi diantaranya :

1. Studi Literatur

Yaitu dengan membaca teori - teori yang berkaitan dengan topik Tugas

Akhir ini dari buku - buku referensi baik yang dimiliki oleh penulis atau di

perpustakaan dan juga dari artikel - artikel, jurnal, internet dan lain-lain.

2. Studi Bimbingan

Yaitu dengan melakukan diskusi tentang topik Tugas Akhir ini dengan

dosen pembimbing yang telah ditunjuk oleh pihak jurusan Teknik Elektro

USU dan teman - teman sesama mahasiswa.

3. Studi Lapangan

Yaitu studi kasus di PT. PLN Cab. Medan ( Rayon Medan Kota).

Universitas Sumatera Utara


I.5. Sistematika Penulisan

Tugas Akhir ini disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan tentang gambaran umum mengenai Tugas Akhir

yang memuat latar belakang, penulisan judul, tujuan dan manfaat

penulisan, batasan masalah, metodologi penulisan dan sistematika

penulisan.

BAB II : TRANSFORMATOR

Bab ini berisikan tentang gambaran umum transformator, prinsip

kerja transformator, arus magnetisasi dan karakteristik beban nol

transformator, keadaan trafo terhubung singkat, keadaan

transformator berbeban dan rugi – rugi transformator dan pemodelan

trafo satu fasa dan tiga fasa.

BAB III: ARUS INRUSH, ARUS HUBUNG SINGKAT DAN PENGAMAN

PADA TRANSFORMATOR

Bab ini berisikan tentang pengertian arus inrush, rumus perhitungannya

dan faktor yang mempengaruhinya, perkiraan lama terjadinya arus

inrush, jenis – jenis gangguan hubung singkat dam rumus – rumus

perhitungannya dan jenis - jenis pengaman transformator dan standard

PLN tentang jenis pengaman Transformator Distribusi.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV: PERHITUNGAN ARUS INRUSH DAN ARUS HUBUNG SINGKAT

PADA SISI PRIMER DAN SEKUNDER TRANSFORMATOR

Bab ini berisikan perhitungan rating pengaman (fuse), perhitungan

arus inrush dan membandingkan terhadap arus nominal, perkiraan lama

terjadinya arus inrush dan tundaan waktu minimum pengaman dan

perhitungan besar arus gangguan 3 fasa ke tanah dan pengaruhnya

terhadap pengaman utama dengan memasukkan data – data yang

diperoleh.

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran penulisan Tugas Akhir ini.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TRANSFORMATOR

II.1. Umum

Transformator merupakan komponen yang sangat penting peranannya dalam

sistem ketenagalistrikan. Transformator adalah suatu peralatan listrik

elektromagnetis statis yang berfungsi untuk memindahkan dan mengubah daya

listrik dari suatu rangkaian listrik ke rangkaian listrik lainnya, dengan frekuensi yang

sama dan perbandingan transformasi tertentu melalui suatu gandengan magnet dan

bekerja prinsip kerja induksi elektromagnetis dimana perbandingan tegangan antara

sisi primer dan sisi sekunder berbanding lurus dengan perbandingan jumlah lilitan

dan berbanding terbalik dengan perbandingan arusnya.

Arus yang besar akan menimbulkan rugi yang besar yaitu : P = I 2 R dan

selain itu arus yang besar juga akan membutuhkan penampang kawat atau kabel

yang besar dan ini akan memerlukan biaya yang lebih besar. Penyaluran tenaga

listrik dari pembangkit (generator) ke pemakai (beban) biasanya menempuh jarak

yang jauh. Sehingga untuk mengurangi susut daya yang diakibatkan oleh adanya rugi

- rugi, maka diperlukan Transformator untuk menaikkan dan menurunkan tegangan.

Transformator yang berkapasitas besar yang ada di pusat pembangkit dan di gardu

induk disebut dengan Transformator Daya dan yang biasanya untuk melayani

konsumen dikenal disebut dengan Transformator Distribusi.

Universitas Sumatera Utara


II.2. Konstruksi Transformator

Pada dasarnya transformator terdiri dari kumparan primer dan sekunder yang

dibelitkan pada inti ferromagnetik.

Konstruksi transformator ada dua tipe yaitu tipe inti ( core type ) dan tipe

cangkang ( shell type ). Kedua tipe ini menggunakan inti berlaminasi yang terisolasi

satu sama lainnya, dengan tujuan untuk mengurangi rugi - rugi arus eddy.

II.2.1. Tipe inti ( Core form )

Tipe inti ini dibentuk dari lapisan besi berisolasi berbentuk persegi dan

kumparan transformatornya dibelitkan pada dua sisi persegi. Pada konstruksi tipe

inti, lilitan mengelilingi inti besi seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Konstruksi Transformator Tipe Inti ( core form )

Sedangkan konstruksi intinya umumnya berbentuk huruf L atau huruf U

seperti pada Gambar 2.2.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.2. Konstruksi Lempengan Logam Inti Transformator Bentul L dan U

II.2.2. Tipe cangkang ( Shell form )

Jenis konstruksi transformator yang kedua yaitu tipe cangkang yang dibentuk

dari lapisan inti berisolasi, dan kumparan dibelitkan di pusat inti. Pada transformator

ini, kumparan atau belitan transformator dikelilingi oleh inti.

Gambar 2.3. Transformator Tipe Cangkang ( shell form )

Sedangkan konstruksi intinya umumnya berbentuk huruf E, huruf I atau

huruf F seperti pada Gambar. 2.4.

Gambar 2.4. Konstruksi Lempengan Logam Inti Transformator Bentuk E, I dan F

Universitas Sumatera Utara


II.3. Prinsip Kerja Transformator

Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat mengubah dan

menyalurkan energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian ke

rangkaian listrik yang lain melalui suatu gandengan megnet dan berdasarkan prinsip

induksi elektromagnetik. Transformator digunakan secara luas baik dalam bidang

tenaga listrik maupun elektronika. Penggunaan transformator dalam sistem tenaga

memungkinkan terpilihnya tegangan yang sesuai dan ekonomis untuk tiap - tiap

keperluan misalnya, kebutuhan akan tegangan tinggi dalam pengiriman daya jarak

jauh.

Transformator terdiri atas dua buah kumparan (primer dan sekunder) yang

bersifat induktif. Kedua kumparan ini terpisah secara elektrik namun berhubungan

secara magnetis melalui jalur yang memiliki reluktansi (reluctance ) rendah. Apabila

kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan bolak - balik maka fluks

bolak - balik akan muncul di dalam inti yang dilaminasi, karena kumparan tersebut

membentuk jaringan tertutup maka mengalirlah arus primer. Akibat adanya fluks di

kumparan primer maka di kumparan primer terjadi induksi sendiri (self induction)

dan terjadi pula induksi di kumparan sekunder karena pengaruh induksi dari

kumparan primer atau disebut sebagai induksi bersama (mutual induction) yang

menyebabkan timbulnya fluks magnet di kumparan sekunder, maka mengalirlah arus

sekunder jika rangkaian sekunder dibebani sehingga energi listrik dapat ditransfer

keseluruhan (secara magnetisasi ).


e= N ………………………………………..( 2.1 )
dt

Universitas Sumatera Utara


Dimana : e = gaya gerak listrik ( ggl ) [ volt ]

N = jumlah lilitan


= perubahan fluks magnet
dt

Perlu diingat bahwa hanya tegangan listrik arus bolak - balik yang dapat

ditransformasikan oleh transformator. Sedangkan dalam bidang elektronika,

transformator digunakan sebagai gandengan impedansi antara sumber dan beban

untuk menghambat arus searah sambil tetap melakukan arus bolak - balik antara

rangkaian.

Tujuan utama menggunakan inti pada transformator adalah untuk

mengurangi reluktansi (tahanan magnetis) dari rangkaian magnetis (common

magnetic circuit )

II.3.1. Keadaan Transformator Tanpa Beban

Bila kumparan primer suatu transformator dihubungkan dengan sumber

tegangan V1 yang sinusoidal, akan mengalirkan arus primer Io yang juga sinusoid

dan dengan menganggap belitan N1 reaktif murni. Io akan tertinggal 900 dari V1.

I1

N1 E2 V2
V1 E1 N2

Gambar 2.5. Transformator Tanpa Beban

Universitas Sumatera Utara


Arus primer Io menimbulkan fluks ( Ф ) yang sefasa dan juga berbentuk sinusoid

Ф = Фmax sin ωt ............................................................ … (2.2)

Fluks yang sinusoidal ini akan menghasilkan tegangan. Induksi е1 (Hukum Faraday)

e1 = - N1 ω Фmax cosωt ( Tertinggal 900 dari Ф ) ............... (2.3)

Harga efektif

E1 = 4, 44 N1 f Фmax ......................................................... (2.4)

Bila rugi tahanan dan adanya fluksi adanya fluksi bocor diabaikan akan terdapat

= = = a …………………………………….. (2.5)
E 2 V2 N 2
hubungan
E1 V1 N 1

II.3.2. Keadaan Berbeban

Apabila kumparan sekunder dihubungkan dengan beban ZL, I2 mengalir pada

kumparan sekunder, dimana I2 = V2 / ZL dengan θ2 = faktor kerja beban.

φ1
φ2
φ 2’

I1 I2

N1 E2 V2
V1 E1 N2 Z

Gambar 2.6. Transformator dalam Keadaan Berbeban.

Arus beban I2 ini akan menimbulkan gaya gerak magnet (ggm) N2 I2 yang

cenderung menentang fluks (Ф) bersama yang telah ada akibat arus pemagnetan Im.

Agar fluks bersama itu tidak berubah nilainya, pada kumparan primer harus mengalir

arus I2, yang menentang fluks yang dibangkitkan oleh arus beban I2, sehingga

keseluruhan arus yang mengalir pada kumparan primer menjadi :

I1 = I0 + I2' ........................................................................ (2.6)

Universitas Sumatera Utara


II.4. Rangkaian Ekivalen Transformator

Tidak seluruh fluks yng dihasilkan oleh arus pemagnetan Im merupakan fluks

bersama (ФM), sebagian darinya hanya mencakup kumparan pimer (Ф1) atau

sekunder saja (Ф2) dalam model rangkaian (rangkaian ekivalen ) yang dipakai untuk

menganalisis kerja satu transformator, adanya fluks bocor Ф1 dan Ф2 dengan

mengalami proses transformasi dapat ditunjukkan sebagai reaktansi Xek, sedangkan

rugi tahanan ditunjukan dengan Rek. Dengan demikian model rangkaian dapat

dituliskan seperti Gambar 2.7.

R1 X1 I1 I2 R2 X2
I0
IC IM
V1 E1 E2 V2 ZL
RC XM

Gambar 2.7. Rangkaian Ekivalen Sebuah Transformator.

Parameter transformator yang terdapat pada model rangkaian (rangkaian

ekivalen) Rc, Xm, Rek dan Xek dapat ditentukan besarnya dengan dua macam

pengukuran (test) yaitu pengukuran beban nol dan pengukuran hubungan singkat.

II.4.1. Pengukuran Beban Nol

Dalam keadaan tanpa beban bila kumparan primer dihubungkan dengan

segera tegangan V1, maka hanya I0 yang mengalir dari pengukuran daya yang masuk

( P1) arus I0 dan tegangan V1 akan diperoleh harga :

Universitas Sumatera Utara


V1 2
Rc = ........................................................................... (2.7)
P1

V1 jX m R c
Z0 = = ............................................................................................. (2.8)
P1 R c + jX m

Dengan demikian, dari pengukuran beban nol dapat diketahui harga Rc dan Xm

II.4.2. Pengukuran Hubungan Singkat

Hubungan singkat berarti impedansi beban ZL diperkecil menjadi nol

sehingga hanya impedansi Zek = Rek + j Xek yang membatasi arus. Karena harga

Rek dan Xek ini relatif kecil, harus dijaga agar tegangan masuk ( Vhs ) cukup kecil

sehingga arus yang dihasilkan tidak melebihi arus nominal. Harga Io akan relatif

kecil – kecil bila dibandingkan dengan arus nominal sehingga pada pengukuran ini

dapat diabaikan.

Dengan mengukur tegangan Vhs, arus Ihs dan daya Phs, akan dapat dihitung

parameter :

Rek =
Phs
....................................................................... (2.9)
( I hs ) 2

Vhs
Z ek = = R ek + jX ek .................................................... (2.10)
I hs

X ek = Z 2 ek R 2 ek ......................................................... (2.11)

Universitas Sumatera Utara


II.5. Operasi Kerja Paralel Transformator

Pertambahan beban pada suatu saat menghendaki adanya kerja paralel

diantara transformator. Tujuan utama kerja paralel adalah agar beban yang dipikul

sebanding dengan kemampuan kVA masing – masing transformator, sehingga tidak

terjadi pembebanan lebih dan pemanasan lebih.

Gambar 2.8. Rangkaian Dua Transformator Paralel.

Untuk maksud di atas diperlukan beberapa syarat yaitu :

1. Perbandingan tegangan harus sama.

Jika perbandingan tidak sama, maka tegangan induksi pada kumparan

sekunder masing – masing transformator tidak sama. Perbedaan ini

menyebabkan terjadinya arus pusar pada kumparan sekunder ketika

transformator dibebani. Arus ini menimbulkan panas pada kumparan

sekunder tersebut.

2. Polaritas transformator harus sama.

3. Tegangan impedansi pada keadaan beban penuh harus sama.

Dari rangkaian ekivalen, bisa diketahui :

V1 = I1 Zek + V2' ................................................... (2.12)

Universitas Sumatera Utara


Dua transformator yang diparalelkan dapat digambarkan sebagai berikut :

I1 total = I1A + I1B .................................................................................... (2.13)

Karena

V1 = I1 Zek + V2' ................................................... (2.14)

maka untuk keadaan beban penuh :

V1 – V2' = I1A Z1A = I1B Z1B ................................... (2.15)

Persamaan di atas mengandung arti, agar kedua transformator membagi

beban sesuatu dengan kemampuan kVA – nya sehingga tegangan impedansi pada

keadaan beban penuh kedua transformator tersebut harus sama ( I1A Z1B = I1B Z1B ).

Dengan demikian dapat juga dikatakan bahwa kedua transformator tersebut

mempunyai impedansi per unit ( pu ) yang sama.

II.6. Rugi – Rugi dan Efisiensi

Blok diagram rugi – rugi transformator dapat dilihat pada Gambar 2.9.

Rugi Tembaga Rugi Tembaga

Sumber Kumparan Fluks Kumparan OutP


primer Bersama Sekunder ut

Rugi Besi Histeresis

Dan Eddy Current

Gambar 2.9. Blok Diagram Rugi – Rugi pada Transformator.

Universitas Sumatera Utara


1I.6.1. Rugi Tembaga ( Pcu )

Rugi yang disebabkan arus mengalir pada kawat tembaga dapat ditulis

sebagai berikut :

Pcu = I2 R ......................................................................... (2.16)

Formula ini merupakan perhitungan untuk pendekatan. Karena arus beban

berubah – ubah, rugi tembaga juga tidak konstan bergantung pada beban. Dan perlu

diperhatikan pula resistansi di sini merupakan resistansi AC.

II.6.2. Rugi Besi ( Pi )

Rugi besi terdiri atas :

• Rugi hysteresis, yaitu rugi yang disebabkan fluks bolak – balik pada inti

besi yang dinyatakan sebagai :

Ph = kh . f . Bmaks1.6 watt .................................. (2.17)

Kh = konstanta histeresis

Bmaks = Fluks maksimum ( weber )

• Rugi arus eddy , yaitu rugi yang disebabkan arus pusar pada inti besi.

Dirumuskan sebagai :

Pe = ke f2 B2maks ................................................. (2.18)

Jadi, rugi besi ( rugi inti ) adalah :

Pi = Ph + Pe .......................................................... (2.19)

Universitas Sumatera Utara


Nilai dari rugi – rugi Transformator Distribusi menurut SPLN 50 tahun 1997 dapat

dilihat pada Tabel 2.1.

Rating Rugi tembaga ( Pcu ) Rugi besi ( Pi )


(kVA) (watt) (watt)
25 700 115
50 1100 190
100 1750 320
160 2000 400
200 2850 550
315 3900 770
400 4600 930
680 6500 1300
800 10200 1950
1000 12100 2300
1250 15000 2700
1600 18100 3300

Tabel 2.1. Nilai Rugi – Rugi Transformator Distribusi

II.6.3. Efisiensi

Efisiensi dinyatakan sebagai :

Pout Pout
η= = ............................................... (2.20)
Pin Pout + ∑ rugi

dimana ∑ rugi = Pcu + Pi

Universitas Sumatera Utara


II.6.3.1. Perubahaan Efisiensi terhadap Beban

Perubahaan efisiensi terhadap beban dinyatakan sebagai :

V2 cos φ
η= ............................................... (2.21)
P1
V2 cos φ + I 2 R 2 ek +
I2

Melalui penurunan persamaan di atas bisa dicari nilai efisiensi maksimum untuk

beban tertentu yaitu pada saat rugi tembaga = rugi inti.

II.6.3.2. Perubahan Efisiensi terhadap Factor Kerja (Cos Ф) Beban

Perubahan efisiensi terhadap factor kerja (Cos Ф) beban dapat dinyatakan

sebagai :

X
η =1 ............................................................. (2.22)
cos φ + X

Jika X = ∑ rugi / V 2 I2 = konstan

Hubungan antara efisiensi dengan beban pada Cos Ф bisa dilihat pada Gambar 2.10

Gambar 2.10. Kurva Perubahan Efisiensi terhadap Factor Kerja

Universitas Sumatera Utara


II.7. Persamaan Operasional Transformator Ideal

Arus listrik yang mengalir melalui hantaran, akan menimbulkan medan

magnet pada sekitar lilitan, yang digambarkan sebagai garis - garis fluksi yang

dinyatakan dengan symbol Ф dengan satuan besaran Weber. Besaran kerapatan

medan magnet dinyatakan dengan banyaknya garis - garis fluksi yang melalui suatu

bidang dengan luas tertentu (S) dan dinyatakan dengan simbol B dengan satuan

besaran Weber/m2. Intensitas medan magnet disebut dengan kuat medan magnet dan

dinyatakan dengan besaran fluksi dengan symbol H dalam satuan Ampere/m.

Hubungan antara kerapatan dan intensitas medan magnet adalah sebagai

berikut :

B = µ .H ………………………………..(2.23)

dimana μ adalah permeabilitas media dengan besaran satuan Hendry/m dan sama

dengan μr. μo

- μr adalah permeabilitas relatif dari media.


- μo permeabilitas udara yang mempunyai nilai 4 π x10-7 H/m.

Besaran fluksi Ф yang dikaitkan dengan besaran kerapatan fluksi B

mempunyai hubungan sebagai berikut :

φ = S • B ………………………………(2.24)

Hubungan antara arus listrik I dan kuat medan dinyatakan dengan hukum

Ampere sesuai dengan persamaan sebagai berikut :

∫ H.dl = N • i (ampere – lilitan)...…(2.23)

Universitas Sumatera Utara


Jika permeabilitas media pada persamaan 2.23 bernilai tak terhingga, maka

tidak terdapat sirkulasi medan magnet akibatnya integral kuat medan H di sekeliling

jalur tertutup adalah nol sehingga didapatkan persamaan sebagai berikut :

N 1i1 − N 2 i2 = 0 ………………………..(2.24)

Bila lilitan 1 dihubungkan dengan sumber tegangan dan lilitan 2 terbuka

(tanpa beban) maka akan mengalir arus yang akan menghasilkan tegangan induksi

sebagai akibat dari fluksi yang timbul pada masing - masing lilitan. Arus yang

mengalir pada lilitan 1 pada kondisi tersebut disebut juga sebagai arus eksitasi. Dari

kondisi tersebut, persamaan operasional transformator dapat ditulis sebagai berikut :

N 1i1 = N 2 i2 ……………………………………(2.25)


V1 = N 1 = −e1 ……………………………....(2.26)
dt


V2 = − N 2 = e2 ……………………………..(2.27)
dt

Rasio tegangan transformator dapat diturunkan dari persaman 2.26 dan 2.27

dan diperoleh :

a= =
V2 N 2
………………………………… (2.28)
V1 N 1

dimana k adalah konstanta pengenal dari rasio tegangan transformator :

- Jika N2 > N1 atau a > 1 , maka transformator ini disebut trafo step up.

- Jika N2 < N1 atau a < 1 , maka transformator ini disebut trafo step down

Universitas Sumatera Utara


II.7.1. Transformator Fasa Satu

Dengan mengabaikan rangkaian magnetisasi pada rangkaian ganti

transformator, pemodelan transformator dilakukan dengan pengelompokan

parameter yang dibutuhkan (reaktansi dan induktansi).

Gambar 2.11. Model Transformator 1 Fasa

II.7.2. Transformator Tiga Fasa

Pada prinsipnya transformator tiga fasa sama dengan transformator satu fasa.

Perbedaannya adalah seperti perbedaan listrik satu fasa dengan listrik tiga fasa yaitu

dengan mengenal sistem bintang (Y) dan sistem delta (∆) serta sistem zig – zag.

Transformator tiga fasa ini dikembangkan dengan alasan ekonomis. Untuk

menganalisa trafo daya 3 fasa dilakukan dengan memandang transformator 3 fasa

sebagai trafo 1 fasa. Hanya untuk hasil akhir biasanya parameter tertentu (arus,

Universitas Sumatera Utara


tegangan, daya) transformator tiga fasa dikaitkan dengan nilai 3 (seperti pada

persamaan listrik arus bolak – balik). Gambar di bawah ini adalah pemodelan trafo 3

fasa yang dihubungkan bintang Y dan delta∆.

IB
ICA IAB

IN IC

IBC
IB
IC

Gambar 2.12. Model Transformator 3 Fasa terhubung Y dan Delta

Universitas Sumatera Utara


BAB III

ARUS INRUSH, ARUS HUBUNG SINGKAT DAN PENGAMAN

TRANSFORMATOR DISTRIBUSI

III.1. Umum

Pada saat transformator dihubungkan terhadap suatu sumber tegangan

(energize) akan mengalir arus yang cukup besar dengan periode waktu yang sangat

singkat sampai tercapai kondisi steady state (tunak). Arus awal ini disebut sebagai

arus inrush dan besarnya dapat mencapai 8 sampai 30 kali arus nominal. Arus inrush

ini perlu mendapat perhatian khusus karena pengaruhnya dapat mengganggu

pengoperasian relay/pengaman, tergantung keadaan awal saat transformator tersebut

dihubungkan dan ketahanan pengaman untuk tidak bekerja sampai waktu tertentu.

III.2. Arus Inrush


III2.1 Arus Eksitasi

Arus eksitasi yang timbul pada transformator dalam keadaan tanpa beban

terdiri dari dua komponen, yaitu komponen rugi - rugi dan komponen magnetisasi.

Komponen rugi - rugi hanya tergantung terhadap rugi - rugi operasi tanpa beban,

sedangkan komponen magnetisasi tergantung terhadap jumlah lilitan primer, bentuk

kurva kejenuhan (saturasi) dan kepadatan fluks maksimum yang diizinkan.

III.2.2. Komponen Magnetisasi

Persamaan differensial dari tegangan pada rangkaian transformator

diturunkan sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara



e = Ri + N 1 ………………………………………. (3.1)
dt

Tahanan normal R dan harga arus sesaat I biasanya kecil, dengan sendirinya

harga Ri kecil sehingga dalam pembahasan berikut ini harga tersebut diabaikan dan

persamaan sekarang adalah :


e = N1 ……………………………………….…(3.2)
dt

jika tegangan yang diberikan merupakan gelombang sinus, maka :

e = − 2 E sin (ωt + ϕ ) ………………………………..(3.3)

maka persamaan (3.2) disubstitusikan dengan persamaan (3.3) sehingga didapat

persamaan :


− 2 E sin (ωt + ϕ ) = N 1 ………………......... (3.4)
dt

dari persamaan (3.4) ini sehingga didapatkan harga fluks :

φ= E cos(ωt + ϕ ) + φt ………………………….…….(3.5)
ωN 1
2

cos(ωt + ϕ ) : adalah karakteristik fluks dalam inti transformator pada kondisi


ωN 1
2E
-

steady state (tunak).

- fluks φt : merupakan fluks transient (peralihan) yang besarnya tergantung

pada kondisi awal inti besi (fluks maksimum dan fluks sisa)

ketika menghubungkan transformator kesumber tegangan

(energize). Pada kondisi steady state besar komponen fluks φt

ini sama dengan nol.

Universitas Sumatera Utara


Dari persamaan (3.5) dapat diketahui bahwa fluks normal pada kondisi

steady state merupakan gelombang sinus yang terbelakang 900 terhadap gelombang

sinus tegangan sumber. Jika didalam rangkaian magnet transformator tidak terjadi

kejenuhan, maka arus magnetisasi akan berbanding langsung perubahan fluks, dan

akan menghasilkan gelombang sinusoida arus magnetisasi yang sefasa terhadap

fluks. Dalam keadaan jenuh arus magnetisasi tidak lagi merupakan gelombang

sinusoidal yang murni karena gelombang ini telah dipengaruhi oleh karakteristik

kurva B-H dari rangkaian magnetik.

Gambar 3.1. Kurva B – H

Dari Gambar 3.1 terlihat bahwa meskipun fluks adalah gelombang sinus,

namun gelombang arus terlihat mengandung komponen harmonik yang merupakan

harmonik ketiga. Besarnya arus eksitasi sangat bergantung dari ukuran dan tingkat

tegangan pada transformator.

Universitas Sumatera Utara


III.2.3. Fenomena Arus Inrush

Pada saat transformator dihubungkan terhadap suatu sumber tegangan

(energize) akan mengalir arus yang cukup besar dengan periode waktu yang sangat

singkat sampai tercapai kondisi steady state. Arus awal ini disebut sebagai arus

inrush dan besarnya dapat mencapai 8 sampai 30 kali arus nominal. Arus inrush ini

perlu mendapat perhatian khusus karena pengaruhnya dapat mengganggu

pengoperasian pengaman, tergantung keadaan awal saat transformator tersebut

dihubungkan.

Faktor - faktor yang mempengaruhi besar dan lamanya arus inrush ini antara

lain adalah magnitude tegangan suplay saat energize, flux sisa pada inti trafo dan

impedansi sumber dan impedansi sistem.

Analisa fenomena arus inrush akibat energizing transformator dilakukan

dengan memperhitungkan karakteristik fluks pada rangkaian magnet sehingga dari

padanya dapat diturunkan besar arus yang mungkin terjadi. Seperti telah dijelaskan

pada persamaan 3.5, fluks total pada inti transformator merupakan penjumlahan

antara fluks normal pada kondisi steady state dengan komponen fluks transient.

Melalui persamaan tersebut diharapkan langsung dapat ditentukan besar fluks

transient saat transformator dienergize.

E dari persamaan 3.5. merupakan harga puncak ( φ m )


ωN 1
2
Karena komponen

dari fluks normal pada kondisi tunak (steady state), maka persamaan (3.5) tersebut

dapat ditulis sebagai persamaan berikut :

φ = φ m cos(ωt + ϕ ) + φt ……..……………………………………(3.6)

Universitas Sumatera Utara


Pada saat t = 0 (energize), fluks yang timbul adalah :

φ 0 = −φ m cos ϕ + φt 0 …………………………………………….(3.7)

sudut ϕ tergantung terhadap harga sesaat tegangan, ketika menghubungkan

rangkaian sumber pada transformator (energize).

Bila dihubungkan pada saat titik gelombang tegangan sama dengan nol,

maka sudut ϕ sama dengan nol, sedangkan bila dihubungkan pada saat titik

gelombang tegangan maksimum, maka sudut ϕ sama dengan 900. Dalam kondisi

energize dilakukan saat pada inti tidak ada terdapat fluks magnet sisa dan ketika

gelombang tegangan berada pada posisi maksimum, maka φ 0 dan cos ϕ sama

dengan nol dan akibatnya φt 0 akan juga sama dengan nol. Dalam keadaan seperti ini

tidak terjadi transient dan arus inrush tidak timbul. Namun, bila transformator

dihubungkan pada saat titik gelombang tegangan sama dengan nol, tanpa magnet

sisa, maka :

ϕ = 0 , maka − φ m cos ϕ = −φ m

φ 0 = 0 dan φt 0 = φm ,

harga φt 0 disubtitusikan ke persamaan (3.6) diperoleh harga fluks sebesar :

φ = φ m cos ωt + φt ………………………………………(3.8)

Sedangkan bila penutupan switch terjadi pada saat gelombang tegangan sama

dengan nol dan dalam inti terdapat magnet sisa, maka besarnya fluks yang timbul

adalah :

φ 0 = ±φ R

φt = φ m ± φ R ,

Universitas Sumatera Utara


Harga ini disubstitusikan ke persamaaan (3.8) dan diperoleh harga fluks total

sebesar :

φ = φ m cos ωt + φ m ± φ R ………………………………….(3.9)

Gelombang fluks berdasarkan persamaan (3.9) dapat diplot seperti Gambar 3.2.

Gambar 3.2. Fluks pada Transformator saat Kondisi Transient

Total gelombang fluks terdiri dari gelombang fluks sinusoidal ditambah

gelombang fluks dc sehingga menghasilkan dua kali fluks maksimum. Pada gambar

tersebut fluks transient diasumsikan tidak mengalami perubahan. Jika losses

dipertimbangkan maka fluks transient berkurang sebagai fungsi waktu dan nilai

puncak dari total fluks lebih kecil dari yang terlihat pada gambar tersebut. Pada

gambar yang sama juga diperlihatkan fenomena yang sama untuk transformator

dengan 60% fluks residual dan energize saat tegangan suplay sama dengan nol.

Universitas Sumatera Utara


III.2.4. Perhitungan Arus Inrush

Saat transformator belum dihubungkan, arus exitasi mengalir dari kurva

hysteresis ke nol. Sedangkan kerapatan fluks (Br) ada nilainya dan ini namanya fluks

sisa. Dari gambar 3.3 jika transformator beroperasi, arus eksitasi (i) dan kerapatan

fluks mengalir ke kurva titik – titik. Setelah dienergize (t=0+) fluks harus

ditambahkan terhadap fluks sesaat sebelum dienergize (t =0-). Sebab itu kerapatan

fluks sebagai ganti dari nilai negatif (-Bmp), mulai dari +Br sampai nilai positif

(Br+2Bmp) membawa inti ke titik saturasi.

Gambar 3.3. Arus Inrush Maksimum

Transformator yang memiliki fluks residual sama dengan nol di energize

pada saat tegangan suplay sama dengan nol sehingga fluks yang diperoleh adalah

dua kali harga puncak fluks normal. Untuk setiap harga fluks, karakteristik arus

dihasilkan dari kurva B-H. Dapat dilihat bahwa meskipun besar fluks maksimum

hanya dua kali nilai normalnya, arus melonjak sampai beberapa kali arus eksitasi

normal.

Universitas Sumatera Utara


Nilai arus tersebut akan dicapai akibat tingginya tingkat kejenuhan sudut

dari sirkuit magnet transformator yang dipergunakan. Rugi - rugi (loss) menjadi

penting karena losses dalam transformator dapat mengurangi arus inrush maksimum

dan menurunkan arus eksitasi sampai pada kondisi normal yang keluar setelah

periode waktu tertentu. Rugi - rugi yang dimaksud adalah akibat resistansi rangkaian

suplay dan resistansi rugi - rugi inti transformator.

Gambar 3.4 merupakan arus inrush transformator fasa tunggal yang

dienergize saat gelombang tegangan suplay sama dengan nol.

Gambar 3.4. Arus Transient pada saat Transformator Energize

Pada siklus awal, karakteristik transient akan turun dengan drastis dan setelah

itu pengurangannya lebih lambat. Hal ini disebabkan oleh karena konstanta waktu

R/L pada rangkaian tersebut tidak konstan dan bervariasi sebagai fungsi dari

karakteristik saturasi transformator.

Universitas Sumatera Utara


Untuk menentukan harga puncak arus inrush maka digunakan persamaan

sebagai berikut :

Besar nilai sudut penyalaan adalah :

 Bs − Bmp − Br 
θ1 = k1 cos −1   ………………………………….(3.10)
 Bmp 

Dimana :

k1 : Faktor koreksi sudut sebesar 0.9.

Bs : Kerapatan fluks jenuh (tergantung bahan material inti) (Tesla)

Bmp : Kerapatan fluks maksimum (Tesla)

Br : Kerapatan fluks sisa maksimum(Tesla)

Br = 0,8xBmp (for cold rolled material)

Br = 0,6xBmp (for hot rolled material)

 
Dimana Bmp =   ……………… …………………………(3.11)
E1
 4,44.N 1 . Aw . f 

harga puncak arus inrush pada cicle pertama adalah :

I max =
K 2 .V 2
(1 − cos θ1 ) …………………………………..…..(3.12)
Xs

 N 2 Aw 
Reaktansi udara Xs= µo   x 2 π f……......………………………(3.13)
 hw 

Dimana :

N : Jumlah belitan darimana trafo dienergize(primer)

Aw : Luas yang dibentuk belitan ( πd/4 ) m 2

Hw : Tinggi belitan primer (m)

f : Frekuensi (50hz)

Universitas Sumatera Utara


Energize/switching pada transformator yang menyebabkan terjadinya

perubahan kondisi fluks seketika dan menyebabkan mengalirnya arus magnetisasi

yang besar yang mempunyai bentuk tertentu karena arus magnetisasi tidak dapat

secara langsung mencapai bentuk gelombang normal steady state. Pada saat

pemasukan Transformator berbeban ataupun tanpa beban merupakan perubahan

fluksi seketika sehingga akan terjadi gejala inrush mangnetisasi tersebut, yang

akibatnya ada arus inrush yang nilainya pada sisi primer tidak ekivalen dengan sisi

sekunder, dan pada saat inilah arus inrush terbesar.

III.2.5. Komponen Harmonik Arus Inrush pada Transformator

Seperti yang yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya, arus yang keluar

dari transformator mengandung harmonik ketiga. Harmonik ketiga merupakan

komponen harmonik ganjil yang paling besar, yang nilainya 40 sampai 50% dari

ekivalen gelombang sinus arus yang keluar.

Gambar 3.5. Tegangan dan Komponen Harmonik saat Transformator Energize

Universitas Sumatera Utara


Jika fluks dalam rangkaian magnet transformator adalah sinusoidal, arus yang

keluar akan mengandung komponen harmonik ketiga. Jika komponen ini tidak

mengalir karena transformator atau hubungan sistem, fluks akan mengandung

komponen harmonik ketiga. Fluks yang mempunyai harmonik ketiga ini akan masuk

ke lilitan, menginduksi harmonik ketiga tegangan dalam lilitan transformator.

Harmonik arus menyebabkan peningkatan rugi - rugi tembaga dan rugi - rugi fluks

sedangkan harmonik tegangan menyebabkan peningkatan rugi - rugi inti besi. Selain

itu harmonik pada transformator akan menyebabkan transformator mengalami

saturasi/kejenuhan. Selain arus inrush tersebut dapat menyebabkan kegagalan kerja

proteksi pada Transformator, arus inrush ini juga membawa komponen harmonik.

Gambar 3.6. Tegangan dan Komponen Harmonik saat Transformator Saturasi

Universitas Sumatera Utara


III.2.6. Lama Terjadinya Arus Inrush

Pada instalasi normal transformator, fenomena terjadinya arus inrush harus

diperhatikan untuk memilih sistem proteksi yang tepat. Setelah menghitung nilai

arus inrush maksimum selanjutnya dapat kita tentukan kira – kira berapa lama waktu

terjadinya arus inrush dan berapa lama tundaan waktu minimum untuk kerja relay

saat terjadinya arus inrush tersebut. Dalam menentukan/memperkirakan berapa lama

waktu terjadinya arus inrush pada transformator MV/LV dapat menggunakan Tabel

3.1 yang nantinya akan dipergunakan untuk menentukan waktu tunda minimum

(minimum delay time) untuk menghindari trip/ bekerjanya alat proteksi.

Dari Tabel 3.1 dapat kita lihat bahwa semakin besar kapasitas trafo nilai τ

inrush (s) semakin besar. Akan tetapi untuk mendapatkan perkiraan waktu tunda

minimum selama arus inrush tersebut kita harus membandingkan nilai setting relay

terhadap nilai arus puncak inrush. Selanjutnya nilai perbandingan tersebut kita lihat

pada kurva untuk menentukan tundaan minimum waktu kerja pengaman.

Daya ( KVA) τ inrush ( s)


200 0.15
250 0.18
315 0.2
400 –500 0.25
630 0.26
800-1000 0.3
1250 0.35
1600 0.4
2000 0.4

Tabel 3.1. Nilai τ inrush ( s) untuk Transformator Distribusi

Universitas Sumatera Utara


Apabila nilai setting proteksi adalah Ir’ dan nilai arus inrush maksimum

Ip(inrush) maka hasil nilai perbandingan antara nilai setting proteksi dengan nilai

Ir '
arus inrush maximum dapat dipergunakan untuk mendapatkan nilai
Ip(inrush)

perbandingan minimum waktu tunda alat proteksi terhadap waktu terjadinya

τ (inrush)
tr
τinrush ( s) maka kita lihat titik dari grafik pada Gambar 3.7.

τ (inrush)
Ir ' tr
Gambar 3.7. Grafik perbandingan terhadap
Ip(inrush)

Universitas Sumatera Utara


Ir '
Sebagai contoh apabila kita mendapatkan nilai misalnya bernilai
Ip(inrush)

τ (inrush)
tr
0.1 maka kita akan dapat melihat dari kurva nilai adalah 1.82. Maka nilai

minimum delay time adalah 1.82 x τ inrush ( s).

Apabila transformatornya berkapasitas 200 KVA maka minimum delay time

pengaman adalah 1,82 x 0,15 = 0,273 sekon

III.3. Arus Hubung Singkat

Berdasarkan penyebab gangguan – gangguan pada sistem tenaga listrik dapat

dibagi menjadi dua yaitu :

a. Gangguan Tegangan Lebih

Gangguan tegangan lebih pada umumnya diakibatkan oleh sambaran petir ke

sistem baik langsung maupun tidak langsung. Perubahan arus yang sangat cepat dan

faktor induktansi dari saluran menyebabkan timbulnya tegangan pada saluran.

b. Gangguan Arus Lebih

Gangguan arus lebih ditandai dengan terjadinya kenaikan arus pada saluran

melebihi arus beban maksimum. Arus lebih ini terbagi menjadi arus beban lebih (I>)

dan arus hubung singkat ( I>>). Arus beban lebih terjadi akibat penambahan beban

yang akan menyebabkan kenaikan arus melebihi arus beban maksimum. Kenaikan

arus ini tidak terlalu besar sehingga sistem masih bisa bertahan untuk selang waktu

yang cukup lama. Sedangkan arus hubung singkat mengakibatkan kenaikan arus

yang besar, jadi sedapat mungkin harus segera diatasi. Arus hubung singkat ini

disebabkan oleh gangguan hubung singkat.

Universitas Sumatera Utara


Gangguan hubung singkat bisa saja terjadi di dalam kumparan transformator

dan bisa juga di luar kumparan transformator baik itu simetris juga tidak simetris.

Gangguan hubung singkat mengakibatkan terjadinya arus yang tidak seimbang atau

tidak simetris.

Metoda komponen simetris berguna untuk menentukan besarnya arus

hubung singkat. Jatuh tegangan disebabkan oleh arus dengan urutan tertentu.

Impedansi suatu rangkaian yang hanya mengalir urutan positif disebut dengan istilah

impedansi urutan positif. Begitu pula untuk impedansi urutan negatif dan impedansi

urutan nol.

Tujuan untuk mendapatkan nilai impedansi urutan sistem daya adalah untuk

dapat menunjukan semua aliran arus. Dalam menghitung besarnya arus gangguan

biasanya menggunakan langkah-langkah sebagai berikut yaitu : menentukan

besarnya impedansi urutan positif, negatif dan nol, dimana impedansi urutan nol

digunakan untuk menghitung besarnya arus gangguan tanah.

Untuk analisa gangguan hubung singkat digunakan perhitungan hubung

singkat yang mengacu pada perhitungan arus dan tegangan pada suatu sistem tenaga

listrik pada keadaan gangguan hubung singkat.

Metoda komponen simetris digunakan dalam perhitungan yang berhubungan

dengan keadaan yang tidak seimbang pada jaringan tiga fasa, dan secara khususnya

untuk perhitungan hubung singkat yang tidak seimbang pada jaringan listrik.

Untuk memudahkan perhitungan dan analisa hubung singkat digunakan

komponen - komponen urutan, dimana pada saat terjadi gangguan hubung singkat

komponen fasa tidak seimbang dipisah - pisah menjadi komponen - komponen yang

Universitas Sumatera Utara


seolah - olah seimbang sehingga analisa dan perhitungan menjadi lebih sederhana

dan mudah.

Berikut komponen - komponen urutan yang berguna untuk menganalisa gangguan

hubung singkat pada sistem tiga fasa :

1. Komponen urutan positif, yang terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya

dan berbeda sudut 120° dan mempunyai urutan yang sama dengan fasa

aslinya.

2. Komponen urutan negatif, yang terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya

dan sudut yang berbeda 120° dan mempunyai fasor urutan fasa yang

berlawanan dengan fasa aslinya.

3. Komponen urutan nol, yang terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya dan

berbeda fasa 0°.

Vc1 Va1
Va2

Vb2
Vc2

Vb1

Va0
Vb0
Vc0

Gambar 3.8. Vektor Diagram untuk Komponen Urutan

Universitas Sumatera Utara


Ada 4 kemungkinan gangguan hubung singkat yang terjadi pada

transformator dengan persentasi keseringan terjadinya.

- gangguan 3 fasa 5%

- gangguan fasa-fasa (L – L) 15%

- gangguan Fasa-fasa ketanah (2L-G) 10%

- gangguan satu fasa ketanah (SLG) 70%

Persamaan komponen simetris diatas akan sangat bermanfaat untuk analisis

hubung singkat yang terjadi pada jaringan dengan berbagai bentuk gangguan yang

tidak seimbang misalnya pada saat terjadi hubung singkat ketanah atau hubung

singkat antar fasa.

III.3.1. Analisa Gangguan Tiga Fasa dengan Metode Thevenin

Pada kondisi gangguan Tiga fasa rangkaian urutan hanya terdiri dari

rangkaian urutan positif saja. Analisis gangguan hubung singkat tiga phasa pada

sistem tenaga listrik dpat diselesaikan denga mudah denga teori rangkaian biasa

seperti loop. Tetapi untuk sistem dengan bus yang banyak akan terlalu rumit apabila

diselesaikan dengan teori loop. Untuk itu akan lebih mudah apabila kita

menggunakan metode thevenin.

Penerapan metode thevenin dari suatu jaringan pada prinsipnya adalah

menyederhanakan rangkaian yang rumit tersebut menjadi suatu model rangkaian

thevenin, yang hanya terdiri dari suatu sumber tegangan Thevenin yang dihubungkan

seri terhadap sebuah impedansi Thevenin.

Universitas Sumatera Utara


Z F
Ith

Vth

Gambar 3.9. Model rangkaian Thevenin

Cara untuk mendapatkan Vth dan Z dari rangkaian yang rumit, untuk

menentukan Vth adalah dengan memperhatikan rangkaian thevenin diatas dimana

tidak ada arus yang mengalir melalui Z apabila terminal antara F dan N dibuka (open

circuit), karena itu tidak ada tegangan jatuh pada Z.dengan demikian maka tegangan

Vth adalah tegangan antara titik F-N. Untuk mendapatkan nilai impedansi Z lebih

sulit dimana Z sama dengan impedansi total yang diukur antara titik F dan N apabila

semua tegangan apabila semua tegangan dianggap nol (dihubung singkat).

Biasanya metode untuk menghitung harga Z tersebut adalah dengan

mereduksi rangkaian impedansi seperti :

1. Menjumlahkan impedansi – impedansi yang terhubung seri, misalnya Za

seri terhadap Zb maka Z total adalah Za +Zb

2. Kombinasikan impedansi – impedansi yang terhubung pararel yang

dihubungkan 1. Misalnya Za pararel Zb maka Z total = ZaxZb/Za+Zb

3. Transformasikan dari bentuk delta ke Y dan sebaliknya.

Untuk lebih lengkap dapat dilihat pada analisa data penyederhanaan

impedansi.

Universitas Sumatera Utara


III.4. Pengaman Pada Transformator

Sebaik apapun suatu sistem tenaga listrik dirancang gangguan pasti akan

terjadi pada sistem tenaga tersebut. Gangguan ini dapat merusak peralatan sistem

tenaga sehingga kerja sistem tenaga menjadi terganggu dan dapat mengakibatkan

gagalnya penyaluran daya ke konsumen. Pengaman transformator dipasang untuk

mencegah transformator dari kerusakan akibat gangguan yang terjadi pada

transformator tersebut. Pertimbangan perencanaan harus memperhatikan hal - hal

berikut dalam memasang jenis pengaman, antara lain :

1. Jenis Transformator yang Diamankan

2. Ukuran Transformator

3. Jenis Pendingin

4. Lokasi Pemakaian

5. Prioritas Pelayanan

Untuk memilih proteksi arus lebih pada trafo perlu diperhatikan :

a. Arus magnetisasi inrush, Relay IDMT ( inverse definite minimum time )

yang mempunyai waktu tunda yang cukup . Jika relay sesaat yang digunakan

maka harus diset pada harga yang tinggi.

a. Arus gangguan pada sisi primer dan pada sisi sekunder transformator berbeda

untuk gangguan fasa ke fasa, harga paling rendah dipilih untuk setting relay

arus lebih.

b. Arus beban penuh harus diperhatikan dalam mensetting relay arus lebih.

Universitas Sumatera Utara


c. Setting relay IDMT umumnya 125% dari rating trafo untuk mengatasi

overload.

d. Setting relay arus lebih sesaat pada sisi primer harus lebih tinggi dari arus tak

simetris bila gangguan tiga fasa di sisi sekunder.

III.4.1. Pengaman Transformator Distribusi

Agar suatu sistem distribusi dapat befungsi secara baik, gangguan –

gangguan yang terjadi tiap - tiap bagian harus dapat dideteksi dan dipisahkan dari

sistem lain dalam waktu yang secepatnya. Dengan alasan ekonomi pengaman utama

yang digunakan pada trafo distribusi terdiri atas fuse, dan ligting arester untuk

mengatasi gangguan sambaran petir. Keberhasilan berfungsinya proteksi

memerlukan adanya suatu koordinasi antara berbagai alat proteksi yang dipakai.

Penempatan LA dan fuse pada trafo tiang dapat dilihat pada gambar 3.10.

Fuse (sekring) pada asasnya terdiri atas sepotong kawat atau elemen logam

yang akan mencair bilamana dialiri arus listrik yang besarnya melampaui suatu nilai

tertentu. Besar arus listrik yang akan mengakibatkan mencairnya elemen logam

berbanding terbalik dengan durasi atau lama arus listrik mengalir. Karakteristik arus

- waktu tidak hanya ditentukan oleh jenis logam yang dipakai dan ukuran serta

konfigurasinya. Tetapi juga oleh lingkungan atau pembungkusnya. Yang terakhir ini

selain menentukan lama waktu mencair juga berpengaruh pada lama waktu busur

hapus yang terjadi setelah sekring menjadi cair.

Universitas Sumatera Utara


FUSE CUT OUT

CROSS ARM

LIGHTNING ARRESTER

CROSS ARM

TRAFO DISTRIBUSI

MERK

L.V.C

Gambar 3.10. Penempatan Fuse dan Lighthing Arester pada Trafo Tiang.

Universitas Sumatera Utara


Arus I

ta tb
Waktu t

Gambar 3.11. Karakteristik Arus - Waktu antara Dua Sekring

a. Sekring cepat

b. Sekring lambat

Gambar 3.11 memperlihatkan karakteristik sekring yang memiliki ciri-ciri

yang berbeda. Misalnya pada arus I1 sekring a akan mencair setelah waktu ta detik

sedangkan sekring b setelah tb detik. Jelas tb lebih lama dari ta. Dikatakan bahwa a

merupakan sekring cepat dan b merupakan sekring lambat. Sifat demikian

dinamakan koordinasi dalam suatu sistem.

Misalnya pada suatu saluran terpasang beberapa sekring dalam seri.

Diketahui arus listrik mengalir dari sumber ke arah pemakai. Bila pada atau

berdekatan alat pemakai harus bekerja atau mencair tidak pada yang berdekatan

dengan sumber energi, dengan demikian bagian saluran yang mati akan sekecil

mungkin.

Universitas Sumatera Utara


Contoh Single line pengaman trafo distribusi dapat dilihat pada Gambar 3.12.

Gambar 3.12. Single Line Pengaman Trafo Distribusi 200 kVA

Untuk mengamankan trafo ke sisi jaringan tegangan menengah menggunakan

fuse links CO (Cut Out) dan untuk mengamankan ke jaringan tegangan rendah

menggunakan NH (NT) fuse. Berbagai macam merek dan tipe fuse yang digunakan

pada masa sekarang ini. Berdasarkan karakteristik arus – waktu fuse links terdiri dari

Universitas Sumatera Utara


berbagai macam tipe. Dan kebanyakan merek yang digunakan PT.PLN saat ini

adalah merek Kearney.

1. Tipe K

Fuse links tipe K dikenal dengan fuse yang bekerjanya cepat. Nominal speed

rationya adalah 7. Fuse ini mempunyai setelan waktu kerja yang cepat.

2. Tipe 200 (N)

Fuse links tipe 200(N) termaksud dalam jenis medium speeds fuse dengan

nominal ratio 10. Fuse tipe ini mampu menahan arus yang lebih besar dari tipe K.

3. Tipe QA

Fuse links tipe QA juga termaksud dalam jenis medium speed fuse links

dengan nominal ratio 10. Fuse ini akan memikul rated arus gangguan 100% tanpa

kerusakan dan memberikan koordinasi yang bagus untuk relay dan recloser.

4. Tipe T

Jenis Fuse links tipe T termaksud dalam kelas slow fuse links. Waktu bekerjanya

lebih lambat dari fuse links tipe 200 (N) dan tipe QA dengan nominal ratio fuse 12.

5. Tipe KS

Jenis fuse tipe KS termaksud dalam kelas very slow fuse links. Fuse links tipe

KS menggunakan elemen konstruksi ganda sehingga mampu memikul arus yang

Universitas Sumatera Utara


besar. Waktu bekerjanya lebih lambat dari fuse links tipe T. Fuse ini Nominal ratio

fuse tipe ini adalah 20. Fuse ini cocok untuk line fusing dan proteksi trafo.

6. Tipe X

Jenis fuse links tipe X termaksud dalam kelas Ekstra slow fuse links. Fuse

links ini khusus dirancang untuk proteksi transformator. Fuse ini juga mengunakan

element konstruksi ganda untuk menyediakan karakteristik Arus – waktu yang lebih

teliti. Keenam jenis karakteristik fuse links merek Kearney tersebut dapat digunakan

sesuai dengan kebutuhan koordinasi. Apabila kita membutuhkan kerjanya yang cepat

kita bisa memilih fuse links tipe K dan apabila kita memilih kerja yang lebih lambat

kita bisa menggunakan fuse links tipe lain

Speed Ratio Fuse dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tin Element(S) Dual elelment


Slow T

Designation Fast Medium Slow Very Slow Extra Slow


Type K 200,QA T KS X
Speed ratio 6-8 7-11 10-13 20 32

Tabel 3.2. Speed Ratio Fuse Links

Universitas Sumatera Utara


Untuk mengamankan trafo ke sisi tegangan menengah digunakan fuse links

dan untuk tegangan rendah digunakan NT( NH) fuse. Nilainya disesuaikan dengan

rating arus nominal di kedua sisi. Makin besar nilai nominalnya rating fuse yang

digunakan juga semakin besar. Berbagai rating pengaman (fuse) yang digunakan PT.

PLN pada trafo distribusi dapat dilihat pada Tabel 3.3.

KAPASITAS JTM JTR


NO TRAFO FUSE LINKS NT FUSE UTAMA
(KVA) (A) (A)
1 10 3 25

2 16 3 25
3 25 3 35
4 32 3 50
5 50 3 80
6 100 3 160
7 160 5 250
8 200 6 300
9 250 8 400
10 315 10 500
11 400 15 630
12 600 20 900

Tabel 3.3. Daftar Batas Pengaman Trafo Distribusi

Universitas Sumatera Utara


Kontruksi fuse links dapat dilihat pada gambar 3.13.

Gambar 3.13. Tipe Fuse Link untuk Pemasangan Luar.

a. Fuse Link <10 A

b. Fuse Link antara 10 A ke 100 A

Universitas Sumatera Utara


III.4.2. Pemilihan dan Penggunaan Pelebur (sekring) pada Transformator

Distribusi

Fuse merupakan suatu alat pemutus yang dengan meleburnya bagian dari

komponennya yang telah dirancang khusus dan disesuaikan ukurannya untuk itu,

membuka rangkaian dimana pelebur tersebut terpasang dan akan memutuskan arus

bila arus tersebut melebihi suatu nilai tertentu dalam waktu yang cukup (tertentu).

Sesuai dengan SPLN 64 tahun 1985 dalam pemilihan fuse perlu diperhatikan hal–hal

sebagai berikut :

1. Rating ( angka pengenal )

Rating merupakan angka yang memberikan batasan pada penampilan kerja dan

merupakan dasar dari desain dan pengujian.

2. Arus Perkiraan ( Prosfektif Current )

Merupakan arus yang seharusnya mengalir pada rangkaian bila fuse (pelebur)

diganti dengan penghantar yang impedansinya dapat diabaikan.

3. Arus Pengenal Fuse Links

Merupakan besar arus yang bisa dilewatkan fuse links secara continue tanpa

mengakibatkan kenaikan suhu yang telah ditentukan pada suhu udara keliling

tidak lebih dari 40 derajat.

4. Arus Pemutus Perkiraan (Prospective Breaking Current)

Besarnya arus perkiraan pada saat mulai timbulnya busur dalam pelebur (fuse)

pada saat fuse bekerja.

Universitas Sumatera Utara


5. Kemampuan Pemutusan (Breaking Capacity)

Merupakan nilai arus pemutusan perkiraan yang mampu diputuskan oleh pelebur

pada tegangan yang ditetapkan menurut kondisi kerja dan karakteristik yang

telah ditentukan (A).

6. Arus Terpotong (Cut of Current)

Merupakan Arus sesaat maksimum yang terjadi selama operasi pemutusan

pelebur (fuse) (A).

7. Waktu pra busur/ Leleh (Pre Arcing Time or Melting Time)

Waktu antara permulaan timbulnya arus gangguan yang menyebabkan rusaknya

element pelebur sampai timbulnya busur permulaan (detik).

8. Waktu Busur (Arcing Time)

Merupakan waktu antara timbulnya busur permulaan sampai saat padamnya

busur (detik).

9. Total Waktu Pemutusan ( Clearing Time)

Merupakan waktu mulai timbulnya arus gangguan sampai saat pemutusan arus

gangguan. Atau dapat dikatakan jumlah waktu pra busur dan waktu busur.

10. Karakteristik Waktu/Arus

Kurva yang menggambarkan waktu sebagai fungsi dari nilai efektif dari arus

perkiraan menurut kondisi operasi yang telah ditentukan.

Dalam hal ini dibedakan antara waktu leleh minimum (Pre Arcing) dan waktu

pemutusan total. Bila tidak dikatakan syarat lain maka karakteristik waktu/arus

yang dimaksud berlaku untuk suhu udara keliling 20 derajat celcius.

Universitas Sumatera Utara


11. Arus Lebih

Arus yang timbul akibat adanya hubung singkat pada peralatan yang diamankan.

12. Beban Lebih

Beban/arus lebih yang melebihi nominalnya yang untuk waktu tertentu dapat

diijinkan untuk kepentingan pengusahaan (A).

13. Recovery Voltage

Tegangan yang timbul antara terminal pelebur setelah pemutusan.

14. Tegangan Pulih Transient : Tegangan pulih selama masa transient.

15. Tegangan hubung (Switcing Voltage) : tegangan sesaat maksimum yang timbul

pada terminal pelebur ketika pelebur bekerja.

16. Faktor pelebur (Fusing Factor)

faktorpelebur =
Aruslebur (min)( A)
Aruspengenalfuselinks ( A)

Pada umumnya faktor lebur>1

17. Rasio Lebur (Fusing Ratio) pengaman trafo

RasioLebur =
AruspengenalFuselinks ( A)
ArusBebanPenuhTrafo( A)

18. Ratio Kecepatan (Speed Ratio)

ArusLelehMinimum(t = 0,1 det)


SpeedRatio =
ArusLelehMinimum(t = 300 * det)

Nilai t = 600 * detik untuk arus pengenal fuse links >100A.

19. Fuse Base (Rumah Pelebur)

Bagian tetap dari pelebur yang dilengkapi dengan terminal untuk hubungan

keluar. Rumah pelebur meliputi seluruh bagian – bagian yang perlu diisolasi.

Universitas Sumatera Utara


20. Anak Pelebur (Fuse Links)

Bagian yang dapat diganti – ganti dari pelebur (termaksud elemennya), bila

pelebur telah bekerja.

21. Pemikul Batang Pelebur (Fuse Carier)

Bagian tetap pelebur yang berfungsi sebagai pengikat/pemikul batang pelebur.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.14 dan 3.15.

Gambar 3.14. Pelebur Jenis Pembatasan Arus

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.15 . Pelebur Jenis Letupan Kelas 2 Tipe Jatuh.

Sesuai dengan SPLN 64 : 1984 Ketentuan pengaman Trafo Distribusi adalah sebagai

berikut :

1. Dilihat dari karakteristik waktu – arusnya maka pengamanan untuk Trafo

Distribusi dibatasi oleh dua garis kerja.

1.1 Garis kerja pertama (garis batas ketahanan pelebur) yang merupakan dimana

pelebur primer tidak boleh bekerja, ditentukan oleh beban lebih yang masih harus

dapat ditahan trafo tersebut. Beban atau arus lebih yang dimaksud adalah :

Universitas Sumatera Utara


- Beban lebih (Beban maksimum)

- Arus beban peralihan (cold load pick up)

- Hubung singkat JTR (Jaringan Tegangan Rendah)

- Arus inrush trafo

1.2 Garis kedua (garis batas ketahan trafo) yang merupakan batas ketahanan trafo

dimana fuse (pelebur) harus sudah bekerja/memutus. Gangguan yang dapat

melebihi batas tersebut adalah gangguan hubung singkat disisi primer atau

sekunder trafo.

2. Garis batas ketahanan Trafo distribusi umum ditentukan oleh titik – titik berikut :

- 2 x In selama 100detik – beban lebih

- 3 x In selama10 detik – beban peralihan

- 6 x In selama 1 detik – beban peralihan

- 15 x In selama 0,1 detik – arus inrush trafo

- 25 x In selama 0,01 detik – arus inrush trafo

Dengan catatan apabila sebagian besar beban trafo adalah motor listrik, garis

batas tersebut harus digeser pada titik – titik berikut :

- 3 x In selama 100 detik

- 6 x In selama 10 detik

- 10 x In selama 1 detik

Dimana In = arus pengenal (nominal) trafo

Universitas Sumatera Utara


3. Ketahanan pelebur terhadap surja kilat

Bagi trafo – trafo daya kecil pemilihan pelebur harus memperhatikan ketahanan

terhadap arus surja kilat.

- minimum 74 A selama 0,01 detik untuk surja kilat 2 kA.

- minimum 370 A selama 0,01 detik untuk surja kilat 10 kA.

Gambar 3.16. Daerah Kerja Pelebur Primer untuk Mengamankan Trafo Distribusi

Universitas Sumatera Utara


4. Garis batas ketahanan trafo ditentukan oleh titik – titik berikut :

Untuk arus lebih, hubung singkat pada Jaringan Tegangan Rendah :

- 3 x In selama 300 detik

- 4,75 x In selama 60 detik

- 6,7 x In selama 30 detik

- 11,3 x In selama 10 detik

Hubung singkat pada trafo :

25 x In selama 2 detik* dan garis I 2 .t = 1250

Dimana I =
If (arusgangguan)
dan t = waktu pemutusan maksimum (detik)
Inom

Sesuai SPLN 50 tahun 1982 batas awal ketahanan hubung singkat untuk berbagai

ukuran Trafo Distribusi dapat dilihat pada Tabel 3.4.

Daya (kVA) Z(%) I ( x In) t (detik)


<630 4 25 2
800 4,5 22,22 2,53
1000 5 20 3,125
1250 5,5 18,18 3,78
1600 6 16,67 4,5

Tabel 3.4. Batas Awal Ketahanan Hubung Singkat Trafo Distribusi

5. Arus pengenal pelebur jenis letupan (ekspulsion) tipe H (tahan surja kilat),

T(lambat), K (cepat) menurut publikasi IEC no 282-2 1974 – NEMA untuk

pengaman berbagai daya pengenal transformator, dengan atau tanpa koordinasi

dengan pengaman sisi sekunder dapat dilihat pada Tabel 3.5.

Universitas Sumatera Utara


Pelebur/tipe **) Ratio pelebur
Arus pengenal Inom, pelebur
Trafo distribusi (A) Inom, trafo
Daya Arus
pengenal pengenal minimum maksimum
(KVA) (KVA)
20
Fasa tunggal, kV
3
16 1,3856 2H 2H 1,44
25 2,1651 3,15 H 3,15 H 1,45
30 4,3301 5H 6,3 T 1,15 ; 1,45
Fasa tiga, 20 kV minimum maksimum Inom, pelebur
Inom, trafo
50 1,4434 2H 2H 1,38
100 2,8867 5H 6,3 K ; 6,3 T 1,73 ; 2,18
160 4,6188 6,3 T 8K;8T 1,36 ; 1,73
200 5,7735 6,3 T 10 K ; 10 T 1,091 ; 1,73
250 7,2169 8T 12,5 K ; 12,5 T 1,10 ; 1,73
315 9.0933 10 T 12,5 K ; 12,5 T 1,09 ; 1,37
400 11,5470 12,5 T 16 K ; 16 T 1,08 ; 1,38
500 14,4337 16 T 20 K ; 20 T 1,10 ; 1,38
630 18,1865 20 T 25 K ; 25 T 1,09 ; 1,37
800 23,0940 25 T 31,5 K ; 31,5 T 1,08 ; 1,36
1000 28,8675 31,5 T 40 K ; 40 T 1,09 ; 1,38

Tabel 3.5 . Rekomendasi Arus Pengenal 24 kV Jenis Letupan Sebagai Pengaman


Trafo Distribusi di Sisi Primer
(Pub.IEC no 282-2(1974) NEMA)

Universitas Sumatera Utara


Catatan

*) Bila pada sisi sekunder dipasang pelebur/pengaman yang dikoordinasikan

dengan kerja pelebur sisi primer, maka arus pengenal pelebur pada tabel diatas

akan bergeser naik.

**) Tipe H = pelebur tahan surja petir

Tipe T = pelebur lambat

Tipe K = pelebur cepat

6. Bila diperlukan pelebur jenis pembatas arus (current limiting, HRC) sebagai

pengaman trafo distribusi, mengingat kecilnya ratio kecepatan dari pelebur

jenis ini maka sebaiknya terdapat koordinasi antara pelebur sisi primer dan

pelebur sejenis pada sisi sekunder.

Pelebur sisi primer bertugas untuk menjaga ketahanan trafo terhadap hubung

singkat pada trafo, tetapi tidak meleleh karena arus inrush trafo sedangkan

pelebur sisi sekunder betugas mengamankan trafo dari arus lebih karena

gangguan pada sisi JTR tetapi tidak meleleh karena adanya arus peralihan.

Tabel 3.6 merupakan Rekomendasi pemilihan arus pengenal pelebur 24 kV

jenis letupan (publikaasi IEC 282-2(1970)/NEMA disisi primer berikut pelebur jenis

pembatas arus, publikasi IEC 269-2(1973) di sisi sekunder(230/400 V) disisi

sekunder yang merupakan pasangan yang diserasikan sebagai pengaman trafo

distribusi

Universitas Sumatera Utara


Pelebur primer 24 KV Pelebur
Arus pengenal sekunder
Trafo distribusi (A) (230/400V)
Daya Arus Tipe T Tipe K Arus pengenal(A)
pengenal pengenal min maks min maks min maks
(KVA) (KVA)
20
Fasa tunggal, kV
3
16 1,3856 - - 6,3 6,3 80 100
25 2,1651 6,3 6,3 6,3 6,3 125 125
30 4,3301 10 10 10 16 250 250

Fasa tiga, 20 kV

50 1,4434 - - 6,3 6,3 80 100


100 2,8867 6,3 8 6,3 10 160 200
160 4,6188 10 12,5 10 12,5 250 250
200 5,7735 10 12,5 16 20 315 315
250 7,2169 16 16 16 25 400 400
315 9.0933 20 25 20 31,5 500 500
400 11,5470 25 25 25 40 630 630**)
500 14,4337 25 31,5 31,5 40 800 800
630 18,1865 40 40 40 63 1000 1000
800 23,0940 50 63 50 80 1250*) 1250*)
1000 28,8675 63 63 63 100 1600*) 1600*)

Tabel 3.6. Rekomendasi Pemilihan Arus Pengenal Pelebur 24 kV Jenis Letupan di

sisi Primer dan Sekunder

Catatan :

Pemilihan nilai maksimum pelebur sekunder perlu dikombinasikan dengan nilai


nilai maksimunm pelebur primer
*) diperoleh dengan pelebur paralel
**) koordinasinya dapat dilihat pada gambar 3.17

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.17. Contoh Koordinasi antar Pelebur Primer dan Sekunder untuk
mengamankan Trafo 400 kVA Pasangan Luar
Keterangan :
a. Kurva ketahanan pelebur
b. Kurva leleh minimum pelebur jenis “pembatas arus” (630 A) di sekunder yang
dinyatakan dalam harga primer.
c. Kurva ketahan trafo 400 kVA
d. Kurva leleh minimum pelebur jenis “letupan’ 40 A tipe K di sisi primer

Universitas Sumatera Utara


7. Arus pengenal pelebur jenis pembatas arus menurut berbagai daya pengenal dapat

dilihat pada Tabel 3.7

Trafo distribusi 3 fasa Arus pengenal anak pelebur(A)

Daya Vertor Arus Di primer Di sekunder


pengenal grup pengenal min maks min maks
(kVA) (A)
50 Yzn5 1,4434 6,3 6,3 80 100

100 Yzn5 2,8867 12,5 16 160 200

160 Yzn5 4,6188 16 20 250 250

200 Yzn5 5,7735 16 20 315 315

250 Yzn5 7,2169 20 25 400 400

200 Dyn5 5,7735 16 20 315 315

250 Dyn5 7,2169 20 25 400 400

315 Dyn5 9,0933 20 25 500 500

400 Dyn5 11,4330 25 31,5 630 630

500 Dyn5 14,4330 31,5 40 800 800

630 Dyn5 18,1860 40 50 1000 1000

800 Dyn5 23,0940 50 63 1250 1250

1000 Dyn5 28,8670 63 80 1600 1600

Tabel 3.7. Rekomendasi Pemilihan Arus Pengenal Anak Pelebur

24 kV Jenis Pembatas Arus.

Rujukan Publikasi IEC 282-1(1974), VDE dan UTE (Perancis) di sisi 20 kV,

berikut pelebur jenis pembatasan arus rujukan IEC 269-2 (1973) di sisi sekuder

(230/400) yang diselaraskan sebagai pengaman trafo distribusi.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

PERHITUNGAN ARUS INRUSH DAN ARUS HUBUNG SINGKAT

PADA SISI PRIMER DAN SEKUNDER TRANSFORMATOR

IV.1. Umum

Transformator Distribusi merupakan suatu alat yang memegang peranan

penting dalam sistem distribusi daya listrik. Transformator ini mengubah tegangan

menengah 20 kV ke tegangan rendah 400/230 kV. Saat pertama kali transformator

dihubungkan terhadap suatu sumber tegangan, maka akan mengalir arus yang cukup

besar dengan periode waktu yang sangat singkat. Nilai arus ini sangat besar bisa

mencapai puluhan arus nominalnya. Dan ini yang dinamakan dengan arus inrush.

Gangguan dalam sistem tenaga listrik sering terjadi yang menimbulkan arus

gangguan yang besar juga. Arus ini akan merambat ke peralatan lain apabila tidak

ada proteksi/pengaman peralatan maupun jaringan. Nilai arus gangguan ini juga

tergantung pada lokasi gangguan.

Dalam bab ini besar nilai arus inrush dan arus hubung singkat pada trafo

yang digunakan PT.PLN (Rayon Medan kota) akan dihitung dengan memasukkan

data yang diperoleh. Dalam hal ini kapasitas Trafo Distribusi adalah 400 KVA

(MK 076) yang letaknya dapat dilihat pada lampiran.

Universitas Sumatera Utara


IV.2. Perhitungan Arus Nominal dan Arus Maksimum Transformator

• Data Transformator

Daya : 400KVA, 20kV/400V

Inom primer = = = 11,5 A


kVA 400
V L − L primer 3 20 3

Inomsekunder = = = 577,4 A
kVA 400 x1000
VL − L sekunder 3 400 3

Nilai arus nominal di sisi primer didapat 11,5 A dan disekunder 577,4 A dan Nilai

arus maksimum adalah 1,1 x Inominal.

Maka :

Arus maksimum diprimer 1,1 x 11,5 = 12,65 Ampere

Arus maksimum disekunder 1,1 x 577,4 = 635,14 Ampere

IV.3. Perhitungan Besar Arus Inrush Maksimum

Data Trafo yang diperoleh :

a= = = 0.02
VL −l sekunder 400
VL − L primer 20000

- Diameter inti 20,5 cm maka luas adalah :

Universitas Sumatera Utara


A = 3,14 xr 2

A = 3,14 x0,1025 x0,1025

A = 0,033m 2

- Tinggi belitan hw = 31cm = 0.31 meter

- Jumlah lilitan primer N1 = 1818 belitan

- R primer = 9,678 Ω

r sekunder = 0.00397 Ω (dilihat pada sisi tegangan rendah)

maka dilihat dari sisi tegangan tinggi nilai r adalah :

r=
1
x0.00397
a2
r=
1
x0.00397
(0.02) 2

r = 9,925Ω

Nilai Rtotal = R primer + r sekunder

= 9,678 + 9,925

= 19,603 Ω

Untuk Trafo 400kVA (Z = 4%, X/R = 3.33) maka :

Xprimer = 3,33 x R primer

= 3,33 x 9,678

= 32,23 Ω

- Nilai B maksimum Bmp adalah :

Universitas Sumatera Utara


Bmp =
E1
4,44 xN1 xA. f

V1 − (( I primer xR primer ) + ( I primer xX primer ))


Bmp =
4,44 x1818 x0,033x50

20000 − ((11,5 x9,678) + (11,5 x32,23))


Bmp =
4,44 x1818 x0,033 x50

Bmp =
19518,06
13318,67

Bmp = 1,46Tesla

Nilai Bs (fluks jenuh) adalah 1,7 Tesla

Nilai fluks sisa adalah 0,6 x Bmp = 0,6 x 1,46 tesla = 0,88 Tesla

Maka besar sudut penyalaan θ adalah :

 Bs − Bmp − Br 
θ = k cos −1  
 Bmp 

1,7 − 1,46 − 0,88 


= 0.9 x cos −1  
 1,46 

= 0.9 x cos −1 (−0,44)

= 105 0

Universitas Sumatera Utara


Dengan mengingat 1 radian = 57,30 , maka nilai besar sudut penyalaan θ adalah

= 1,83radian
105
57,3

Nilai puncak arus inrush Io(maks) adalah :

Iomaks =
K 2 .V 2
(1 − cos θ1 )
Xs

 N 2 Aw 
Xs = µo   x 2 π f
 hw 

 (1818) 2 x0,033 
Xs = 4π x 10 −7   x 2 π 50
 0,31 

Xs = 1387584025 x 10 −7

Xs =138,76 Ω

Maka nilai Iomaks adalah :

Iomaks =
1,15 x 20000 2
(1 − cos1,83rad )
138,76

Iomaks =
1,15 x 20000 2
138,76
(
1 − cos105 0 )

Iomaks = 232(1 + 0,26)

Iomaks = 292 Ampere

Karena hubungan di primernya hubungan delta maka nilai arus inrush tiap phasa

adalah : 0,577 x 292 = 168,5 Ampere maka Nilai perbandingan arus inrush terhadap

arus nominal adalah : 168,5/11,5 = 15 kali arus nominal.

Universitas Sumatera Utara


Dari grafik pada gambar 3.16 didapat bahwa fuse yang digunakan harus

mampu menahan arus inrush 15 kali arus nominal selama 0,1 detik.

Artinya kita harus memilih fuse yang mampu menahan arus inrush 15 x nominal

selama 0,1 detik.

IV.4. Lama Terjadinya Arus Inrush dan Perkiraan Definite Time Kerja Fuse.

Dari Tabel 3.1, untuk Transformator Distribusi berkapasitas 400 KVA dapat

dilihat lama waktu terjadinya arus inrush τ inrush ( s) = 0,25 detik.

Maka untuk memperkirakan batas waktu minimum delay time dari fuse :

Nilai rating fuse Ir’ = 15 A

Nilai puncak inrush = 168,5A

τ inrush ( s) = 0,25 detik

= = 0,089
Ir ' 15
maka nilai
Ip(inrush) 168,5

dengan melihat grafik pada gambar 3.7 maka kita akan dapat memperkirakan titik

τ (inrush)
tr
pada adalah kira- kira 2,0.

Maka nilai minimum delay time fuse adalah 2,0 x τ inrush ( s) adalah :

2 x 0,25 = 0,5 detik.

Universitas Sumatera Utara


IV.5. Perhitungan Nilai Besar Arus Hubung Singkat 3 fasa pada Kedua Sisi

Trafo Distribusi

• Untuk Jaringan Tegangan Menengah

Base daya : 100 MVA

Base tegangan : 20 kV

Zbase = = = 4ohm
Vbase 2 L −l (20 x10 3 ) 2
S base 3 phasa 100 x10 6

I base = = = 2886,75 Ampere


S base 3 phasa 100 x10 6
Vbase L _ l 3 x 20 x10 3

• Untuk Jaringan Tegangan Rendah

Base daya : 100 MVA

Base tegangan : 400 Volt

Zbase = = = 1,6 x10 −3 ohm


Vbase 2 L −l (400) 2
S base 3 phasa 100 x10 6

I base = = = 144337,5673 Ampere


S base 3 phasa 100 x10 6
Vbase L _ l 3 x 400

IV.5.1. Penyederhanaan Nilai Impedansi Jaringan Distribusi

One line diagram dapat dilihat pada lampiran 1.

Data dimensi panjang kabel dapat dilihat pada lampiran 2.

Psc di TI 3 = 540 MVA

(20 x10 −3 ) 2
Zsystem = L − L = = 0,74ohm
2
V
Pscnet 540 x10 −6
Zsystem( pu ) = = 0,185 pu
0,74
4

Universitas Sumatera Utara


Penyederhanaan perhitungan impedansinya adalah sebagai berikut :

- Zkabel1−3 = + = 0,3515 + 0,0245 = 0,3760 pu


4,1x0,343 0,25 x0,393
4 4

Simpul 3.
3

Zkabel 3-21x0,5
Zt Z1

Trafo MK146

Zkabel 3-21x0,5

Zkabel 21-99

Trafo Zt
MK 335

Z2

Gambar 4.1. Diagram Impedansi Simpul 3

Zkabel3− 21 = = 0,0074 pu
0,5 x0,15 x0,396
4

Trafo MK146 = 250 KVA, Zt = 4% = 0,04 pu

Nilai Zt dikonversikan dalam 100 MVA

Zt baru = Zt lama x = 0,04 x = 16 pu


MVAbaru 100
MVAlama 0,25

Beban terpasang = 37% x 250 = 92,5 KVA = 0,925 MVA

Maka dapat diperoleh :

Z1 = = = 1,7292ohm
(tegangan, KV L − L ) 0,4 2
MVAbeban 0,0925

Z1 = = 1081,08 pu
1,7292
1,6 x10 −3

Universitas Sumatera Utara


Ztrafo MK146 seri terhadap Z1

Zseri 1 = 16 + 1081,08 = 1097,08pu

 0,5 x0,15 x0,396   0,15 + 0,168 


Zkabel 21−99 =  +  = 0,0137 pu
 4   4 

Trafo MK335 = 400 KVA, Zt = 4% = 0,04 pu

Nilai Zt dikonversikan dalam 100 MVA

Zt baru = Zt lama x = 0,04 x = 10 pu


MVAbaru 100
MVAlama 0,4

Beban terpasang = 70% x 400 = 280 KVA = 0,280 MVA

Z2 = = = 0,5714ohm
(tegangan, KV L − L ) 0,4 2
MVAbeban 0,280

Z2 = = 357,143 pu
0,5714
1,6 x10 −3

Ztrafo MK335 seri terhadap Z2 dan Z kabel 3-21.

Zseri 2 = 10 + 357,143 + 0,0137= 367,156 pu

Rangkaian menjadi :

3
0,0074 pu

1097,08 pu 275,099 pu

367,156 pu

= 275,092 pu
1097,08 x367,156
1097,08 + 357,156
Zpararel =

Zpararel seri dengan Zkabel = 275,092 + 0,0074 = 275,099 pu

Universitas Sumatera Utara


Zkabel3− 4 = = 0,01965 pu
0,2 x0,393
4

Simpul 4.

4 4

Zkabel 4-99 0,1245 pu

4040,1245 pu

Zt MK 525 40 pu

Zbeban 4000 pu

Gambar 4.2. Diagram Impedansi Simpul 4

Zkabel 4−99 = = 0,1245 pu


0,5 x0,996
4

Trafo MK 525 = 100 KVA, Zt = 4% = 0,04 pu

Nilai Zt dikonversikan dalam 100 MVA

Zt baru = Zt lama x = 0,04 x = 40 pu


MVAbaru 100
MVAlama 0,1

Beban terpasang = 25% x 100 = 25 KVA = 0,025 MVA

Z1 = = = 6,4ohm
(tegangan, KV L − L ) 0,4 2
MVAbeban 0,025

Z1 = = 4000 pu
6,4
1,6 x10 −3

Ztrafo MK525 seri terhadap Z beban dan Z kabel 4 – 99 :

Z = 40 + 4000 + 0,01245 = 4040,125 pu

Universitas Sumatera Utara


Zkabel 4−5 = = 0,01965 pu
0,2 x0,393
4

Simpul 5.
5

Zkabel 5-22

Zt Mk140 Zbeban1

Zkabel 22-23

Zkabel 23-39
Zt MK142 Zkabel 23-24
Zbeban2 Zt MK 141 Zkabel 23-99

Zt MK 144

Zt Mk 145
Zt MK143
Zbeban4

ZBeban5

Zbeban 6
Zbeban3

Gambar 4.3. Diagram Impedansi Simpul 5

Zkabel5− 22 = = 0,00983 pu
0,1x0,393
4

- Trafo MK 140 = 315 KVA, Zt = 4 % = 0,04 pu

Nilai Zt dikonversikan dalam 100 MVA

Zt baru = Zt lama x = 0,04 x = 12,7 pu


MVAbaru 100
MVAlama 0,315

Beban terpasang = 55% x 315 = 173,25 KVA = 0,17325 MVA

Z1 = = = 0,923ohm
(tegangan, KV L − L ) 0,4 2
MVAbeban 0,17325

Z1 = = 576,87 pu
0,923
1,6 x10 −3

Universitas Sumatera Utara


Ztrafo MK140 seri terhadap Z beban 1.

Z = 576,87 + 21,7 = 589,57

Zkabel 22− 23 = = 0,05 pu


0,5 x0,393
4

Zkabel 23−99 = = 0,037 pu


0,15 x0,0,996
4

- Trafo MK 141 = 160 KVA, Zt = 4% = 0,04 pu

Nilai Zt dikonversikan dalam 100 MVA

Zt baru = Zt lama x = 0,04 x = 25 pu


MVAbaru 100
MVAlama 0,160

Beban terpasang = 34% x 160 = 54,4 KVA = 0,0544MVA

Z2 = = = 2,941ohm
(tegangan, KV L − L ) 0,4 2
MVAbeban 0,0544

Z2 = = 1838,235 pu
2,941
1,6 x10 −3

Ztrafo MK141,Z kabel 23-99 dan Z beban 2 terhubung seri.

Z = 25 + 0,037 + 1838,235 = 1863,27 pu.

Zkabel 23− 24 = = 0,0073 pu


0,075 x0,393
4

-Trafo MK 142 = 100 KVA, Zt = 4 % = 0,04 pu

Nilai Zt dikonversikan dalam base 100 MVA

Zt baru = Zt lama x = 0,04 x = 40 pu


MVAbaru 100
MVAlama 0,100

Universitas Sumatera Utara


Beban terpasang = 74 % x 100 = 74 KVA = 0,074

Z3 = = = 2,1621ohm
(tegangan, KV L − L ) 0,4 2
MVAbeban 0,074

Z3 = = 1351,35 pu
2,162
1,6 x10 −3

Zt trafo MK142, Z kabel 23-24 dan Z beban 3 terhubung seri.

Z = 40 + 0,0073 + 1351,35 = 1391,35 pu.

Zkabel 23−99 = = 0,037 pu


0,15 x0,996
4

- Trafo MK 143 = 100 KVA, Zt = 4 % = 0,04 pu

Nilai Zt dikonversikan dalam base 100 MVA

Zt baru = Zt lama x = 0,04 x = 40 pu


MVAbaru 100
MVAlama 0,100

Beban terpasang = 30% x 100 = 30 KVA = 0,030 MVA

Z4 = = = 5,333ohm
(tegangan, KV L − L ) 0,4 2
MVAbeban 0,030

Z4 = = 3333,34 pu
5,333
1,6 x10 −3

Zt trafo MK143 dan Z beban 4 terhubung seri.

Z = 3333,34 + 40 = 3373,34 pu.

- Trafo MK 144 = 315 KVA, Zt = 4 % = 0,04 pu

Nilai Zt dikonversikan dalam base 100 MVA

Zt baru = Zt lama x = 0,04 x = 12,7 pu


MVAbaru 100
MVAlama 0,315

Universitas Sumatera Utara


Beban terpasang = 65 % x 315 = 204,75 KVA = 0,20475 MVA

Z5 = = = 0,7814ohm
(tegangan, KV L − L ) 0,4 2
MVAbeban 0,20475

Z5 = = 448,400 pu
0,7814
1,6 x10 −3

Zt trafo MK144 dan Z beban 5 terhubung seri.

Z = 12,7 + 448,400 = 501,100 pu

- Trafo MK 145 = 100 KVA, Zt = 4% = 0,04 pu

Nilai Zt dikonversikan dalam base 100 MVA

Zt baru = Zt lama x = 0,04 x = 40 pu


MVAbaru 100
MVAlama 0,100

Beban terpasang = 17% x 315 = 17 KVA = 0,017 MVA

Z6 = = = 9,411ohm
(tegangan, KV L − L ) 0,4 2
MVAbeban 0,017

Z6 = = 5882,353 pu
9,411
1,6 x10 −3

Zt trafo MK145 dan Z beban 6 terhubung seri.

Z = 40 + 5882,353 = 5922,353 pu.

23
0,037 pu

23
0,037 pu
405,75pu
3373,34 pu

5922,353 pu
501,1 pu

Universitas Sumatera Utara


= + +
1 1 1 1
Zp 3373 501,1 5922,253
Zp = 405,75 pu

Zp seri dengan Z kabel 23-99. = 405,75 + 0,037 = 405,79pu

- Dari simpul 23 ada 3 impedansi pararel :

0,05pu

23
1391,35 pu
1863,27 pu

405,79

= + +
1 1 1 1
Zp 1863,27 1391,35 405,79

Zp = 269,28 pu

Zp seri dengan Z kabel 22 -23 = 269,28 + 0,05 = 269,33 pu

Rangkaian dapat disederhanakan lagi sebagai berikut :


5
5 5
0,00983 pu

0,00983 pu

185,315 pu

589,57 pu
269,33 pu

185,306 pu

Universitas Sumatera Utara


Zp = = 185,306 pu
589,7 x 269,33
589,7 + 269,33

Zp seri terhadap Zkabel 5-22 = 185,306 + 0,00983 = 185,315pu

Zkabel5−6 = = 0,00985 pu
0,1x0,393
4

Simpul 6.

6
Zkabel 6-25

Zt Trafo
Zkabel 25-99 MK138 Z3

Zt Trafo
Zkabel 40-1.99 MK137 Z2
Zt kabel 40-99
Zt Trafo
MK436

Z1

Gambar 4.4. Diagram Impedansi Simpul 6

Zkabel 49−1.99 = = 0,0125 pu


0,05 x0,996
4

- Trafo MK 436 = 200 KVA, Zt = 4 % = 0,04 pu

Nilai Zt dikonversikan dalam base 100 MVA

Zt baru = Zt lama x = 0,04 x = 20 pu


MVAbaru 100
MVAlama 0,200

Beban terpasang = 61 % x 200 = 122 KVA = 0,122 MVA

Universitas Sumatera Utara


Z1 = = = 1,3114ohm
(tegangan, KV L − L ) 0,4 2
MVAbeban 0,122

Z1 = = 819.67 pu
1,3114
1,6 x10 −3

Zt trafo MK436, Z beban 1 Z kabel 40-1.99 terhubung seri.

Z = 20 + 0,0125 + 819,6 7 = 839,68 pu.

Zkabel 49−.99 = = 0,025 pu


0,1x0,996
4

- Trafo MK137 = 200 KVA, Zt = 4 % = 0,04 pu

Nilai Zt dikonversikan dalam base 100 MVA

Zt baru = Zt lama x = 0,04 x = 20 pu


MVAbaru 100
MVAlama 0,200

Beban terpasang = 64% x 200= 128 KVA = 0,128 MVA

Z2 = = = 1,25ohm
(tegangan, KV L − L ) 0,4 2
MVAbeban 0,128

Z2 = = 781,25 pu
1,25
1,6 x10 −3

Zt trafo MK137, Z beban 2 dan Z kabel 40-99 terhubung seri.

Z =20 + 781,25 + 0,025 = 801,275 pu.

839,68 pu 801,275

Universitas Sumatera Utara


Zpararel = = 410 pu
839,68 x801,275
839,68 + 801,275

Zpararel seri dengan Z kabel 25 - 40,

Zseri = 410 + = 410 + 0,037 = 410,0,037 pu


0,15 x0,996
4

Zkabel 25−99 = = 0,025 pu


0,1x0,996
4

- Trafo MK138 = 250 KVA, Zt = 4% = 0,04 pu

Nilai Zt dikonversikan dalam base 100 MVA

Zt baru = Zt lama x = 0,04 x = 16 pu


MVAbaru 100
MVAlama 0,250

Beban terpasang = 107% x 250= 267,5 KVA = 0,2675 MVA

Z3 = = = 0,598ohm
(tegangan, KV L − L ) 0,4 2
MVAbeban 0,2675

Z3 = = 373,8 pu
0,598
1,6 x10 −3

Zt trafo MK138, Z beban 3 dan Z kabel 25-99 terhubung seri.

Z =16 + 373,8 + 0,025 = 389,825 pu

6
6

0,025 pu

389,825 pu 199,853 pu

410,037 pu

Universitas Sumatera Utara


Z= + = 199,83 + 0,0147 = 199,835 pu
410,037 x389,825 0,15 x0,393
410,037 x389,825 4

Zkabel6−7 = = 0,0098 pu
0,1x0,393
4

Simpul 7.

7 7

7
Zkabel 7-99 0,0049 pu

524,320 pu
Zt MK 465 16 pu

Zbeban 526,3157 pu

Gambar 4.5. Diagram Impedansi Simpul 7

Zkabel7 −99 = = 0,0049 pu


0,05 x0,393
4

- Trafo MK 465 = 250 KVA, Zt = 4 % = 0,04 pu

Nilai Zt dikonversikan dalam base 100 MVA

Zt baru = Zt lama x = 0,04 x = 16 pu


MVAbaru 100
MVAlama 0,250

Beban terpasang = 76% x 250= 190 KVA = 0,190 MVA

Z3 = = = 0,8421ohm
(tegangan, KV L − L ) 0,4 2
MVAbeban 0,190

Z3 = = 526,3157 pu
0,8421
1,6 x10 −3

Zt trafo MK465, Z beban dan Z kabel 7-99 terhubung seri.

Universitas Sumatera Utara


Z =16 + 526,3157 + 0,0049 = 542,320 pu

Zkabel7 −8 = = 0,0245 pu
0,25 x0,393
4

Simpul 8. 8

Zkabel 8-8'

Zt Trafo
Z1
MK131
8'
Zkabel 8'-8'’

Zt Trafo
MK130 Z2

8"
Zt kabel 8'-26

Zt Trafo
Zkabel 26-99 MK072 Z3

26
Zkabel 26-28

Zt Trafo
MK129 Z4
28
Zkabel 28-41

41
MK204 Zkabel 41-1.99
Zkabel 41-99

Zt Trafo
Zt Trafo
MK133

Zt Trafo
MK132

Z5 Z6 Z7

Gambar 4.6. Diagram Impedansi Simpul 8

Universitas Sumatera Utara


Zkabel 41−99 = = 0,016 pu
0,5 x0,125
4

- Trafo MK 133 = 200 KVA, Zt = 4 % = 0,04 pu

Nilai Zt dikonversikan dalam base 100 MVA Zt = 20 pu

Beban terpasang = 56% x 200= 112 KVA = 0,112 MVA

Z5 = = = 1,428ohm
(tegangan, KV L − L ) 0,4 2
MVAbeban 0,112

Z5 = = 892,85 pu
1,428
1,6 x10 −3

Z beban 5, Zt trafo MK 133, dan Z kabel 41-99 terhubung seri.

Total Z =892,85 + 20 +0,016 = 912,873 pu

- Trafo MK 132 = 200 KVA, Zt = 4 % = 0,04 pu

Nilai Zt dikonversikan dalam base 100 MVA maka Zt = 20 pu

Beban terpasang = 70 % x 200= 140 KVA = 0,14 MVA

Z6 = = = 1,1428ohm
(tegangan, KV L − L ) 0,4 2
MVAbeban 0,140

Z6 = = 714,28 pu
1,1428
1,6 x10 −3

Z beban 6 dan Zt trafo MK 132 terhubung seri.

Total Z = 714,28 + 20 = 734,28 pu

Zkabel 41−1.99 = = 0,016 pu


0,5 x0,125
4

- Trafo MK 204 = 315 KVA, Zt = 4% = 0,04 pu

Nilai Zt dikonversikan dalam base 100 MVA Zt = 12,7 pu

Universitas Sumatera Utara


Beban terpasang = 77% x 315= 242,55 KVA = 0,24255 MVA

Z7 = = = 0,659ohm
(tegangan, KV L − L ) 0,4 2
MVAbeban 0,24255

Z7 = = 412,28 pu
0,659
1,6 x10 −3

Z beban 7, Zt trafo MK 204, dan Z kabel 41-1.99 terhubung seri.

Total Z = 412,28 +12,7 + 0,016 = 425,00 pu

41

913,87 pu 734,28 pu 425 pu

= + +
1 1 1 1
Zp1 913,87 734,28 425

Zp1 = 207,94 pu

Zkabel 28− 41 = = 0,0058 pu


0,05 x0,583
4

Z p1 dan Z kabel 28 – 41 seri maka Zs1= 207,94 + 0,0058 = 207,9458

- Trafo MK 129 = 400 KVA, Zt = 4% = 0,04 pu

Nilai Zt dikonversikan dalam base 100 MVA Zt = 10 pu

Beban terpasang = 50 % x 400 = 200 KVA = 0,200 MVA

Universitas Sumatera Utara


Z4 = = = 0,8ohm
(tegangan, KV L − L ) 0,4 2
MVAbeban 0,200

Z4 = = 500 pu
0,800
1,6 x10 −3

Z beban 4, Zt trafo MK 129 terhubung seri.

Total Zs2 = 500 +10 = 510 pu

Zs1 dan Zs2 pararel


28

207,9458 pu 510 pu

= +
1 1 1
Zp 2 207,9458 510

Zp 2 = 147,716 pu

Zkabel 26− 28 = = 0,025 pu


0,25 x0,393
4

Zp2 seri terhadap Z kabel 26 -28

Zs3 = 147,716 + 0,025 =147,741pu

Zkabel 26−99 = = 0,0086 pu


0,1x0,8334
4

- Trafo MK 072 = 630 KVA, Zt = 4% = 0,04 pu

Nilai Zt dikonversikan dalam base 100 MVA Zt = 6,35 pu

Beban terpasang = 80% x 630 = 504 KVA = 0,504MVA

Universitas Sumatera Utara


Z3 = = = 0,3174ohm
(tegangan, KV L − L ) 0,4 2
MVAbeban 0,504

Z3 = = 198,412 pu
0,3174
1,6 x10 −3

Z beban 3, Zt trafo MK 072 dan Z kabel 26 - 99 terhubung seri.

Total Zs4 = 198,412 + 6,35 + 0,0086 = 204,7713 pu

Zs3 paparel Zs4

26

= +
1 1 1
Zp3 147,741 204,7713

Zp3 = 85,8214 pu
147,741 pu 204,7713 pu

Zkabel8"−26 = = 0,0074 pu
0,075 x0,0393
4

Zp3 seri terhadap Z kabel 8’’- 26

maka Zs4 = 85,8214 + 0,0074 = 85,828 pu.

- Trafo MK 130 = 250 KVA, Zt = 4% = 0,04 pu

Nilai Zt dikonversikan dalam base 100 MVA Zt = 16 pu

Beban terpasang = 37% x 250 = 92, 50 KVA = 0,0925 MVA

Z2 = = = 1,729ohm
(tegangan, KV L − L ) 0,4 2
MVAbeban 0,0925

Z2 = = 1081,08 pu
1,729
1,6 x10 −3

Universitas Sumatera Utara


Z beban 2, Zt trafo MK 130 terhubung seri.

Zs5 = 1081,08 + 16 = 1097,08 pu.

Zs4 pararel terhadap Zs5

= +
8"
1 1 1
Zp4 85,828 1097,08

Zp4 = 79,600 pu
85,828 pu 1097,08 pu

Zt Trafo Z1
MK131

Zkabel8'−8" = = 0,0037 pu
0,0375 x0,0393 8'
Zkabel 8'-8"

4
Zp4 seri terhadap Z kabel 8’-8”
79,600 pu
maka Zs6 = 79,600 + 0,0037 =79,637 pu.

- Trafo MK 131 = 315 KVA, Zt = 4% = 0,04 pu

Nilai Zt dikonversikan dalam base 100 MVA Zt = 12,7pu

Beban terpasang =105% x 315 = 330 KVA = 0,33 MVA

Z1 = = = 0,485ohm
(tegangan, KV L − L ) 0,4 2
MVAbeban 0,33

Z1 = = 303,125 pu
0,485 315,825 pu
1,6 x10 −3 8'

Z beban 1, Zt trafo MK 131 terhubung seri.


79,673 pu
Zs7 = 303,125 + 12,7 = 315,825 pu.

Zs6 pararel terhadap Zs7

Universitas Sumatera Utara


= +
1 1 1
Zp 5 79,673 315,855

Zp 5 = 66,30 pu

Zkabel8−8' = = 0,0037 pu
0,0375 x0,0393
8
4

Z total dari simpul 8 adalah :

66,3037 pu
Zp5 + Z kabel 8-8’ = 66,33 + 0,0037 = 63,3037

Zkabel8−9 = = 0,0049 pu
0,05 x0,0393
4

Simpul 9.
9 9 9
Zkabel 9-99

0,0125 pu 837,5125 pu

99
Zt Trafo
MK485

25 pu
Zbeban

812,5 pu

Gambar 4.7. Diagram Impedansi Simpul 9

Zkabel9−99 = = 0,0125 pu
0,05 x0,996
4

- Trafo MK 485 = 160 KVA, Zt = 4% = 0,04 pu

Universitas Sumatera Utara


Nilai Zt dikonversikan dalam base 100 MVA maka Zt = 25 pu

Beban terpasang =77% x 160 = 123,2 KVA = 0,1232 MVA

Z1 = = = 1,298ohm
(tegangan, KV L − L ) 0,4 2
MVAbeban 0,1232

Z1 = = 812,5 pu
0.1298
1,6 x10 −3

Z beban 1, Zt trafo MK 485 dan Z kabel 9-99 terhubung seri.

Zseri = 812,5 + 25 + 0,0125 = 837,5125 pu.

Zkabel9−10 = = 0,0084 pu
0,2 x0,168
4

Simpul 10.

10

10
Zkabel 10-10'

10
Zt Trafo
0,00625 pu

MK132b Z1
323,176 pu
10'
734,2857 pu
Zkabel 10-99

589,9087 pu
Zt Trafo
MK134

Z2

Gambar 4.8. Diagram Impedansi Simpul 10

Zkabel10 '−99 = = 0,00625 pu


0,2 x0,125
4

Universitas Sumatera Utara


- Trafo MK 134 = 315 KVA, Zt = 4 % = 0,04 pu

Nilai Zt dikonversikan dalam base 100 MVA maka Zt = 12,7 pu

Beban terpasang = 55% x 315 = 173,25 KVA = 0,17325 MVA

Z2 = = = 0,9235ohm
(tegangan, KV L − L ) 0,4 2
MVAbeban 0,17325

Z2 = = 577,2005 pu
0.9235
1,6 x10 −3

Z beban 2, Zt trafo MK 134 dan Z kabel 10’-99 terhubung seri.

Zs1 = 577,2005 + 12,7 + 0,00625 = 589,9067 pu.

- Trafo MK 132b = 200 KVA, Zt = 4% = 0,04 pu

Nilai Zt dikonversikan dalam base 100 MVA maka Zt = 20 pu

Beban terpasang = 70% x 200 = 140 KVA = 0,140 MVA

Z1 = = = 1,14285ohm
(tegangan, KV L − L ) 0,4 2
MVAbeban 0,140

Z1 = = 714,28 pu
1,14285
1,6 x10 −3

Z beban 1, Zt trafo MK 132b terhubung seri.

Zs2 = 714,28 + 20 = 734,28 pu.

Zs1 pararel Zs1

= +
1 1 1
Zp 589,9067 734,28

Zp = 323,16974 pu

Zp seri terhadap Z kabel 10 – 10’.

Z = 323,9067 + 0,00625 = 323,176 pu

Universitas Sumatera Utara


Zkabel10−11 = = 0,03125 pu
1x0,125
4

Zkabel11−12 = = 0,015625 pu
0,5 x0,125
4

Simpul 12.

12

Zt MK 129 10 pu 510 pu

Zbeban 500 pu

Gambar 4.9. Diagram Impedansi Simpul 12

- Trafo MK 129 = 400KVA, Zt = 4 % = 0,04 pu

Nilai Zt dikonversikan dalam base 100 MVA maka Zt = 10 pu

Beban terpasang = 50% x 400 = 200KVA = 0,200 MVA

Z1 = = = 0,8ohm
(tegangan, KV L − L ) 0,4 2
MVAbeban 0,200

Z1 = = 500 pu
0,8
1,6 x10 −3

Z beban , Zt trafo MK 129 terhubung seri.

Z = 500 +10 = 510 pu.

Universitas Sumatera Utara


Zkabel12−13 = = 0,01965 pu
0,2 x0,393
4

Simpul 13.

13
Zkabel 13-32

13
0,0344 pu
Zt Trafo
Zkabel32-99 MK457 Z1
32
0,0735 12,7 pu 453,5147 pu
Zkabel 32-a

114,8336 pu
0,00415 pu
Zt Trafo
MK078 Z2
a
8 pu 833,3333 pu
Zkabel a-b

0,00415 pu
Zt Trafo
MK025
Z3
b
10 pu 961,5384 pu
Zkabel b-33

0,00415 pu
Zt Trafo
MK024 Z4
33
6,35pu 223,563 pu

Gambar 4.10. Diagram Impedansi Simpul 13

Zkabelb −33 = = 0,00415 pu


0,3 x0,05 x0,996
4

- Trafo MK 024 = 630 KVA, Zt = 4% = 0,04 pu

Nilai Zt dikonversikan dalam base 100 MVA maka Zt = 6,35 pu

Beban terpasang = 71 % x 630 = 447,3 KVA = 0,4473 MVA

Universitas Sumatera Utara


Z4 = = = 0,3577ohm
(tegangan, KV L − L ) 0,4 2
MVAbeban 0,4473

Z4 = = 223,563 pu
0,3577
1,6 x10 −3

Z beban 4 , Zt trafo MK 024, Zkabel b-33 terhubung seri.

Zs1= 223,563 + 6,35 + 0,00415 = 229,955 pu.

- Trafo MK 025 = 400 KVA, Zt = 4% = 0,04 pu

Nilai Zt dikonversikan dalam base 100 MVA maka Zt = 10 pu

Beban terpasang = 26 % x 400 = 104 KVA = 0,104 MVA

Z3 = = = 1,5384ohm
(tegangan, KV L − L ) 0,4 2
MVAbeban 0,104

Z3 = = 961,5384 pu
1,5384
1,6 x10 −3

Z beban 3 , Zt trafo MK 025 terhubung seri.

Zs2= 961,5384 + 10 = 971,5384 pu.

Zs1 pararel Zs2 :

= +
1 1 1
Zp1 229,955 971,5384

Zp1 = 185,9436 pu

Zkabel a −b = = 0,00415 pu
0,3 x0,05 x0,996
4

Zp1 seri dengan Z kabel a-b.

Zs3 = 185,9436 + 0,00415 = 185,9478 pu.

Universitas Sumatera Utara


- Trafo MK 078 = 500 KVA, Zt = 4% = 0,04 pu

Nilai Zt dikonversikan dalam base 100 MVA maka Zt = 8 pu

Beban terpasang = 24 % x 500 = 120 KVA = 0,120 MVA

Z2 = = = 1,3333ohm
(tegangan, KV L − L ) 0,4 2
MVAbeban 0,120

Z2 = = 833,3333 pu
1,3333
1,6 x10 −3

Z beban 2 , Zt trafo MK 078 terhubung seri.

Zs4= 833,3333 + 8 = 841,3333 pu.

Zs3 dan Zs4 pararel :

= +
1 1 1
Zp 2 185,9476 841,3333

Zp 2 = 152,2894 pu

Zkabel32− a = = 0,00415 pu
0,3 x0,05 x0,996
4

Zp2 seri Zkabel 32-a,

Zs5 = 152,2894 + 0,00415 = 152,2936 pu.

Zkabel32−99 = = 0,0735 pu
1,75 x0,168
4

- Trafo MK 457 = 315 KVA, Zt = 4% = 0,04 pu

Nilai Zt dikonversikan dalam base 100 MVA maka Zt = 12,7 pu

Beban terpasang = 70 % x 315 = 220,5 KVA = 0,2205 MVA

Z1 = = = 0,7256ohm
(tegangan, KV L − L ) 0,4 2
MVAbeban 0,2205

Z1 = = 453,5147 pu
0,7256
1,6 x10 −3

Universitas Sumatera Utara


Z beban 1, Zt trafo MK 457, Z kabel 32-99 terhubung seri.

Zs6 = 453,5147 + 12,7 + 0,0735 = 466, 2882 pu

Zs5 pararel Zs6 :

= +
1 1 1
Zp 3 152,2936 466,2882

Zp 3 = 114,8336 pu

Zkabel13−32 = = 0,0344 pu
0,35 x0,393
4

Zp3 seri terhadap Z kabel 13-32.

Z = 114,7992 + 0,0344 = 114,8336

Zkabel13−14 = = 0,0344 pu
0,35 x0,393
4

Simpul 14.

Z beban 1

Zt Trafo
MK075
Zkabel 14-99

14
Ztotal kiri Ztotal kanan
Zkabel 14-1.99

F1

Zt Trafo
MK076
F2

Z beban 2

Gambar 4.11. Diagram Impedansi Simpul 14

Universitas Sumatera Utara


Zkabel14−99 = = 0,0249 pu
0,1x0,996
4

Trafo MK 075 = 400 KVA, Zt = 4 % = 0,04 pu

Nilai Zt dikonversikan dalam base 100 MVA maka Zt = 10 pu

Beban terpasang = 77 % x 400 = 308 KVA = 0,380 MVA

Z1 = = = 0,5194ohm
(tegangan, KV L − L ) 0,4 2
MVAbeban 0,308

Z1 = = 324,6753 pu
0,5194
1,6 x10 −3

Z beban 1, Zt trafo MK 075, Z kabel 14 - 99 terhubung seri.

Z total sisi atas simpul 14 adalah 324,6753 + 10 + 0,0249 = 334,700 pu.

Zkabel14−1.99 = = 0,03735 pu
0,15 x0,996
4

- Trafo MK 076 = 400 KVA, Zt = 4 % = 0,04 pu

Nilai Zt dikonversikan dalam base 100 MVA maka Zt = 10 pu

Beban terpasang = 79 % x 400 = 316 KVA = 0,316 MVA

Z2 = = = 0,5063ohm
(tegangan, KV L − L ) 0,4 2
MVAbeban 0,316

Z2 = = 316,4556 pu
0,5063
1,6 x10 −3

Universitas Sumatera Utara


Z total kiri( dari simpul 1 ke simpul 14)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Gambar 4.12. Diagram Impedansi dari Simpul 1- 14

Simpul 3-4 ditransformasikan dari Delta ke bintang

0,01965 pu
3 4

Z 3−O1 = = 0,00125 pu
0,01965 x 275,099
275,099 + 4040,1245 + 0,01965

Z 4−O1 = = 0,0184 pu
0,01965 x 4040,1245
275,099 + 4040,1245 + 0,01965
275,099
o1 4040,1245 pu

Z O1−O1' = = 257,56 pu
275,099 x 4040,1245
275,099 + 4040,1245 + 0,01965

o1'

Simpul 5-6 ditransformasikan dari Delta ke bintang.

0,00985 pu
5 6

Z 5−O 2 = = 0,0072 pu
0,00985 x541,806
541,806 + 199,853 + 0,00985

Z 6 −O 2 = = 0,0026 pu
0,00985 x199,853
541,806 + 199,853 + 0,00985
541,806 pu
O2 199,853 pu

Z O 2 −O 2' = = 145,9972 pu
541,806 x199,853
541,806 + 199,853 + 0,00985
O2'

Universitas Sumatera Utara


Simpul 7 - 8 ditransformasikan dari Delta ke bintang

Z 7 −O 3 = = 0,0218 pu
0,0245 pu
7 8 0,0245 x542,32
0,0245 + 542,32 + 66,3037

Z 8−O 3 = = 0,00267 pu
0,0245 x 66,3037
03 0,0245 + 542,32 + 66,3037
542,32 pu 66,3037 pu

Z O 3− O 3 ' = = 59,078 pu
542,32 x66,3037
0,0245 + 542,32 + 66,3037

03'

Simpul 9 -10 ditransformasikan dari Delta ke bintang.

0,0084 pu
9 10

Z 9 −O 4 = = 0,0061 pu
0,0084 x837,525
0,0084 + 323,176 + 837,5125

Z10−O 4 = = 0,0023 pu
0,0084 x323,176
837,5125
04 323,176 pu 0,0084 + 323,176 + 837,5125

Z O 4 −O 4 ' = = 233,191 pu
837,5125 x323,176
0,0084 + 323,176 + 837,5125

04'

Universitas Sumatera Utara


Simpul 12 -13 ditransformasikan dari Delta ke bintang.

Z12−O 5 = = 0,016 pu
0,01965 x510
0,01965 + 510 + 114,8336
0,01965
12 13

Z13−O 5 = = 0,0036 pu
0,01965 x114,8336
0,01965 + 510 + 114,8336
510
05 114,8336

Z O 5−O 5 ' = = 93,726 pu


114,8336 x510
0,01965 + 510 + 114,8336

05'

Z total kiri( dari simpul 1 ke simpul 14) dapat digambarkan menjadi :

1 01 02 03 04 05 13
14
145,9972 pu

233,191 pu
257,56 pu

93,726 pu
59,078 pu

01' 02' 03' 04' 05'


Dimana nilai nilai impedansinya adalah :

Z 1−01 = Z 1− 2 + Z 2−3 + Z 3−01

Z 1−01 = 0,3515 + 0,0245 + 0,001125 = 0,37725 pu

Z 01−02 = Z 01− 4 + Z 4−5 + Z 5−02

Z 01−02 = 0,0184 + 0,01965 + 0,0072 = 0,04525 pu

Z 02−03 = Z 02−6 + Z 6−7 + Z 7 −03

Z 02−03 = 0,0026 + 0,00985 + 0,0218 = 0,03425 pu

Universitas Sumatera Utara


Z 03−04 = Z 03−8 + Z 8−9 + Z 0−04

Z 03−04 = 0,00267 + 0,00491 + 0,0061 = 0,01368 pu

Z 04−05 = Z 04−10 + Z 10−11 + Z 11−12 + Z 12−05

Z 04−05 = 0,0023 + 0,03125 + 0,015625 + 0,016 = 0,06518 pu

Z 05−14 = Z 05−13 + Z 3−14

Z 05−14 = 0,0036 + 0,03438 = 0,03798 pu

Simpul 01- 02 ditransformasikan dari Delta ke bintang.

0,04525 pu

Z 01−0 a = = 0,02887 pu
01 02 0,04525 x 257,56
0,04525 + 145,9972 + 257,56

Z 02 −0 a = = 0,01636 pu
0,04525 x145,9972
0a 145,9972 pu 0,04525 + 145,9972 + 257,56
257,56 pu

Z 0 a −0 a ' = = 93,726 pu
257,56 x145,9972
0,04525 + 145,9972 + 257,56

0a’'

Simpul 03 - 04 ditransformasikan dari Delta ke bintang.

0,01368 pu
03
Z 03− 0b = = 0,02276 pu
04
0,01368 x59,078
0,01368 + 233,191 + 59,078

Z 04 − 0b = = 0,01636 pu
0,01368 x 233,191
0b 233,191 pu 0,01368 + 233,191 + 59,078
59,078 pu

Z 0b − 0b ' = = 47,134 pu
59,078 x 233,191
0,01368 + 233,191 + 59,078

0b’'

Universitas Sumatera Utara


Rangkaian Z total kiri ( 1 - 14 ) menjadi :

01 0a 02 03 0b 05
1 14

93,1685 pu

47,134 pu

93,726 pu
0a’ 0b' 05'

Z 0 a − 0b = Z 0 a − 02 + Z 02 − 03 + Z 03− 0b

Z 0 a − 0b = 0,01636 + 0,03425 + 0,00276 = 0,05337 pu

Simpul 0a- 0b ditransformasikan dari Delta ke bintang.


0a 0b

Z 0 a −0 x = = 0,03543 pu
0,05337 x93,1685
0,05337 pu
93,1685 + 47,134 + 0,005337

Z 0b − 0 x = = 0,01792 pu
0,05337 x 47,134
0x 47,134 pu 93,1685 + 47,134 + 0,005337
93,1685 pu

Z 0 x −0 x ' = = 31,288 pu
93,1685 x 47,134
93,1685 + 47,134 + 0,005337

0x’'

Rangkaian Ztotal kiri( 1-14) menjadi :

0a 0x 0b' 05
1 14
93,726 pu
31,288 pu

Universitas Sumatera Utara


Z 0 x − 05 = Z 0 x − 0b + Z 0b − 04 + z 04 − 05

Z 0 x − 05 = 0,01792 + 0,01091 + 0,06518 = 0,09401 pu

Simpul 0x - 05 ditransformasikan dari Delta ke bintang.

0,09401 pu

Z 0 x −0 y = = 0,02351 pu
0x 05
0,09401x31,288
0,09401 + 93,726 + 31,288

Z 05−0 y = = 0,07043 pu
0,09401x 47,134
0y
0,09401 + 93,726 + 31,288
93,726 pu
31,288 pu

Z 0 y −0 y ' = = 23,4397 pu
31,288 x93,726
0,09401 + 93,726 + 31,288
0y’'

Rangkaian Ztotal kiri( 1-14) menjadi :

0a 0x 0b' 05
1 14
0,40612 pu 0,03543 pu 0,02351 pu 0,07043 pu 0,03798 pu
23,4397 pu

Z 1− 0 a = Z 1− 01 + Z 01− 0 a

Z 1− 0 a = 0,37725 + 0,02887 = 0,40612 pu

Z 1− 0b ' = 0,40612 + 0,03543 + 0,02351 = 0,46506 pu

Z 0b '−14 = 0,07043 + 0,03798 = 0,10841 pu

Z system dari Psc Di TI 3 = 0,18518 pu

Universitas Sumatera Utara


Rangkaian impedansi menjadi :

0y Ztotal kiri 14
0,18518 pu 0,46506 pu 0,10841 pu
Ztotal kiri 14

23,4397 pu
0,7411 pu

Ztotal kiri = (0,18518 + 0,46506) x 23,4397 + 0,10841 = 0,7411 pu


(0,18518 + 0,46506) + 23,4397

Simpul 15.

15 15 15
0,00525 pu
Zkabel 15-99

409,528 pu

99
ZtrafoMK BNI

396,825 pu 12,7 pu
Zbeban

Gambar 4.13. Diagram Impedansi Simpul 15

Zkabel14−15 = = 0,0147 pu
0,15 x0,393
4

Universitas Sumatera Utara


Zkabel15−99 = = 0,00252 pu
0,06 x0,168
4

- Trafo MK BNI = 315 KVA, Zt = 4 % = 0,04 pu

Nilai Zt dikonversikan dalam base 100 MVA = 12,7 pu

Beban terpasang = 80% x 315 = 252 KVA = 0,252 MVA

Z= = = 0,63492ohm
(tegangan, KV L − L ) 0,4 2
MVAbeban 0,252

Z= = 396,825 pu
0,93492
1,6 x10 −3

Zt trafo MK BNI, Z beban dan Z kabel 15-99 terhubung seri.

Z =12,7 + 396,825 + 000525 = 409,528 pu

Zkabel15−16 = = 0,0098 pu
0,1x0,393
4

Simpul 16.

16 16 16
486,5213 pu
ZtrafoMK 074

473,8213 pu 12,7 pu
Zbeban

Gambar 4.14. Diagram Impedansi Simpul 16

- Trafo MK 074 = 315 KVA, Zt = 4 % = 0,04 pu

Nilai Zt dikonversikan dalam base 100 MVA = 12,7 pu

Universitas Sumatera Utara


Beban terpasang = 67% x 315 = 211,05 KVA = 0,21105 MVA

Z= = = 0,7581ohm
(tegangan, KV L − L ) 0,4 2
MVAbeban 0,21105

Z= = 473,8213 pu
0,7581
1,6 x10 −3

Zt trafo MK 074, Z beban terhubung seri.

Z =12,7 + 473,8213 = 486,5213 pu

Zkabel116−17 = = 0,00975 pu
0,3 x0,13
4

Simpul 17.

17 17 17
0,0168 pu
Zkabela-b Zkabel17-a

Zt trafo 25
Zbeban 1 932,836 pu
MK 476 pu

187,585
a a
0,034 pu

b b
Zt trafo 10 pu
MK 073

Zbeban 2 223,2143 pu

Gambar 4.15. Diagram Impedansi Simpul 17

Zkabel a −b = = 0,034 pu
0,66 x0,35 x0,583
4

- Trafo MK 073 = 400 KVA, Zt = 4 % = 0,04 pu

Nilai Zt dikonversikan dalam base 100 MVA = 10 pu

Universitas Sumatera Utara


Beban terpasang = 112 % x 400 = 448 KVA = 0,448 MVA

Z2 = = = 0,35714ohm
(tegangan, KV L − L ) 0,4 2
MVAbeban 0,448

Z2 = = 223,2143 pu
0,35714
1,6 x10 −3

Zt trafo MK 073, Z beban 2 dan Z kabel a-b seri.

Zs1 = 223,2143 + 10 = 233,2143 pu

- Trafo MK 476 = 160 KVA, Zt = 4 % = 0,04 pu

Nilai Zt dikonversikan dalam base 100 MVA = 25 pu

Beban terpasang = 67 % x 160 = 107,2KVA = 0,1072 MVA

Z1 = = = 1,4925ohm
(tegangan, KV L − L ) 0,4 2
MVAbeban 0,1072

Z1 = = 932,836 pu
0,35714
1,6 x10 −3

Zt trafo MK 476, Z beban 1 dan seri.

Zs2 = 932,836 + 25 = 957,836 pu

Zs1 pararel Zs2 :

= +
1 1 1
Zp 233,243 957,836

Zp = 187,568 pu

Zkabel17 − a = = 0,0168 pu
0,33 x0,35 x0,583
4

Z =187,568 + 0,0168 = 187,585 pu

Universitas Sumatera Utara


Rangkaian Ztotal kanan (14-17) menjadi :

0,0098 pu 0,0975 pu
0,0147 pu 16
14 15 17

473,8213 pu

187,585 pu
409,528 pu

Gambar 4.16. Diagram Impedansi Simpul 14 -17

Simpul 15-16 ditransformasikan dari Delta ke bintang

0,0098 pu
15 16

Z 15−0 z = = 0,00448 pu
0,0098 x 409,528
0,0098 + 473,8213 + 409,528

Z 16 −0 z = = 0,00532 pu
0,0098 x 473,8213
0,0098 + 473,8213 + 409,528
0z
409,528 pu 473,8213 pu

Z 0 Z −0 Z ' = = 222,3558 pu
409,528 x 473,8213
0,0098 + 473,8213 + 409,528
0z’

Rangkaian menjadi :

0,0147 pu 0,0048 pu 0,00532 pu 0,00975 pu 187,585 pu


14 0z

Arus
222,3558 pu

Universitas Sumatera Utara


0,01918 pu 187,6
14 0z

Arus

222,3558 pu

= +
1 1 1
Zp 187,600 222,3885

Zp = 101,7523 pu

Ztotal kiri = 101,7523 + 0,01918 = 101,7715 pu.

One line diagram dapat disederhanakan seperti gambar 4.17.


Ztotal atas

334,7002 pu

0,7411 pu 101,7715 pu
14

Ztotal kiri Ztotal kanan


0,03735 pu

F1

10
pu F2
316,4556 pu

Gambar 4.17. Diagram Titik Gangguan F1 dan F2

Universitas Sumatera Utara


Dengan menggunakan methode thevenin imperdansi gangguan adalah :

1. Apabila gangguan di titik F1, impedansi gangguan adalah (nilai Z total kiri,

Ztotal kanan, Z total atas) dipararelkan. Nilai Z pararel ini di serikan terhadap

Z kabel 14 -1.99. Nilai Z seri ini di pararelkan terhadap Z seri (trafo 076 dan

Z beban 2).

2. Apabila gangguan di titik F2, impedansi gangguan adalah (nilai Z total kiri, Z

total kanan, Z total atas) dipararelkan. Nilai Z pararel ini di serikan terhadap

Z kabel 14 -1.99 dan Z trafo 076. Nilai Z seri ini di pararelkan terhadap Z

beban 2).

IV.5.2. Gangguan di titik F1 ( Sisi Primer Trafo Distribusi )

= + +
1 1 1 1
Zp 0,7411 334,702 101,7715
Zp = 0,734128 pu

Zp seri dengan Z kabel 1-1.99

Zs1 = 0,734128 + 0,03735 = 0,771478 pu

Ztrafo seri dengan Z beban.

Zs2 = 10 + 316, 4556 pu

Rangkaian theveninnya dapat digambarkan seperti gambar 4.18.

Ith
0,771478 pu
326,4556 pu

Vth Zt+Zbeban Zp +Zkabel 14 -1.99

Gambar 4.18. Rangkaian Thevenin Gangguan F1

Universitas Sumatera Utara


= +
1 1 1
Zth 326,4556 0,771478

Zth = 0,76966 pu

Ith = = = 1,29927 pu
Vth 1
Zth 0,76966

Maka besar arus gangguan tiga fasa maksimum di titik F1 adalah :

Ith x I base = 1,29927 x 2886,75 =3753,28 Ampere.

IV.5.3. Gangguan di titik F2 ( Sisi Sekunder Trafo Distribusi )

= + +
1 1 1 1
Zp 0,7411 334,702 101,7715

Zp = 0,734128 pu

Zp seri dengan Z kabel 1 - 1.99 dan Z trafo.

Zs1 = 0,734128 + 0,03735 + 10 = 10,771478 pu

Zs2 = Z beban trafo = 316, 4556 pu

Rangkaian theveninnya dapat digambarkan seperti gambar 4.19.

Ith
10,771478 pu
316,4556 pu

Vth Zbeban Zp + Zkabel 14 -1.99 + Ztrafo

Gambar 4.19. Rangkaian Thevenin Gangguan F2

Universitas Sumatera Utara


= +
1 1 1
Zth 316,4556 10,771478

Zth = 10,147 pu

Ith = = = 0,0956 pu
Vth 1
Zth 10,147

Maka besar arus gangguan maksimum tiga fasa di titik F2 adalah :

Ith x I base = 0,0956 x 144337,567 = 13798,67 Ampere

Dengan melihat kurva ketahanan trafo terhadap hubung singkat yaitu I 2 .t = 1250

dimana I =
IF (arusgangguan)
dapar diperoleh waktu pemutusan maksimum
I (nom)

apabila terjadi hubung singkat pada sisi sekunder (JTR) :

If = 13798,67

I=
13798,67
577,5

If = 24 x I nominal

I 2 .t = 1250

t=
1250
(24) 2

t = 2,17 det ik

Universitas Sumatera Utara


IV.6. Analisa Arus Yang Menyebabkan Fuse Bekerja Saat Terjadi Gangguan

Dalam hal ini gangguan FI dan F2 di sisi primer 20 KV dan F3 dan F4 di sisi

400 KV. Hal ini dilakukan agar dapat diketahui arus yang melewati fuse tersebut

apabila terjadi gangguan hubung singkat.

IV.6.1. Saat Terjadi Hubung Singkat di titik F1

0,771478 pu FCO Trafo NT fuse 316,4556 pu


F1

if1

Gambar 4.20. Arah Arus Yang Melewati Fuse Saat Terjadi Gangguan F1

Saat terjadi hubung singkat di titik F1 arus yang melalui Fuse CO adalah arus If1.

Dimana If1 = = 3,06 x10 −3 pu


1
316,4556 + 10

- Besar arus yang melalui Fuse CO adalah 0,00306 x 2886,75 = 8,84 Ampere.

- Arus pengenal pelebur primer (15A) lebih besar dari arus gangguan yang

melewati fuse maka fuse tidak bekerja.

- Besar arus yang melalui pelebur sekunder ( NT Fuse ) adalah

0,00306 x 144337,5673 = 442,14 A

- Arus pengenal pelebur sekunder (NT Fuse) lebih besar dari arus gangguan

yang melewati NT fuse maka fuse tidak bekerja.

Universitas Sumatera Utara


IV.6.2. Saat Terjadi Hubung Singkat di titik F2

0,771478 pu FCO Trafo NT fuse 316,4556 pu


F2

if2a if2b

Gambar 4.21. Arah Arus Yang Melewati Fuse Saat Terjadi Gangguan F2

1. Saat terjadi hubung singkat di titik F2 arus yang melalui Fuse CO adalah arus

If2a.

Dimana If 2 a = = 1,2962 pu
1
0,771478

- Besar arus yang melalui Fuse CO adalah 1,2962 x 2886,75 = 3741,84

Ampere.

- Arus pengenal pelebur lebih primer lebih kecil dari arus gangguan yang

melewati Fuse CO maka fuse bekerja.

2. Arus yang melalui NT Fuse adalah arus If2b.

Dimana If 2b = = 3,06 x10 −3 pu


1
316,4556 + 10

- Besar arus yang melalui NT fuse adalah 0,00306 x 144337,5673 = 442,14 A

- Arus pengenal pelebur sekunder lebih besar dari arus gangguan yang

melewati NT fuse maka fuse tidak bekerja.

Universitas Sumatera Utara


IV.6.3.Saat Terjadi Hubung Singkat di titik F3

0,771478 pu FCO Trafo NT fuse 316,4556 pu


F3

if3b
if3a

Gambar 4.22. Arah Arus Yang Melewati Fuse Saat Terjadi Gangguan F3

1. Saat terjadi hubung singkat di titik F3 arus yang melalui fuse FCO adalah arus

If3a.

Dimana If 3a = = 0,09283 pu
1
10,771478

- Besar arus yang melalui Fuse FCO adalah 0,09283 x 2886,75 = 268 Ampere.

- Arus pengenal pelebur lebih kecil dari arus gangguan yang melewatinya

maka Fuse CO bekerja.

2. Arus yang melalui NT Fuse adalah arus If3b.

Dimana If 3b = = 3,16 x10 −3 pu


1
316,4556

- Besar arus yang melalui NT Fuse adalah 0,00316 x 144337,5673 = 456,10 A

- Arus pengenal pelebur sekunder lebih besar dari arus gangguan maka NT

Fuse tidak bekerja.

Universitas Sumatera Utara


IV.6.4.Saat Terjadi Hubung Singkat di titik F4

0,771478 pu FCO Trafo NT fuse 316,4556 pu


F4

if4a if4b

Gambar 4.23. Arah Arus Yang Melewati Fuse Saat Terjadi Gangguan F4

Saat terjadi hubung singkat di titik F4 arus yang melalui Fuse CO adalah arus If4a.

Dimaan If 4 a = = 0,09283 pu
1
10,771478

- Besar arus yang melalui Fuse FCO adalah 0,09283 x 2886,75 = 268 Ampere.

- Arus pengenal pelebur primer lebih kecil dari arus gangguan yang

melewatinya maka Fuse CO bekerja.

- Besar arus yang melalui NT adalah If4a sebesar 0,09283 x 144337,5673 =

13398,86 Ampere

- Arus pengenal pelebur sekunder lebih kecil dari arus gangguan maka NT

fuse bekerja. Akan tetapi pengaman yang lebih duluan bekerja adalah

pengaman yang lebih dekat ke titik gangguan. Maka NT fuse akan bekerja

duluan. Dan apabila terjadi kegagalan proteksi (NT fuse tidak melebur) maka

FCO akan bekerja.

Universitas Sumatera Utara


IV.7. Pemilihan Rating Fuse yang Digunakan pada Trafo Distribusi

Selain mempertimbangkan tundaaan waktu 0.5 detik untuk fuse primer

karena adanya arus inrush 15xInominalnya pemilihan rating fuse perlu diperhatikan.

Dari nilai arus maksimum pada sisi primer (12,65 A) dan sisi sekunder trafo

(635A), maka pada sisi primer seharusnya menggunakan fuse dengan rating

≤12,65A, dan pada sisi sekunder ≤ 635,14.

Maka kita dapat memilih fuse 13 A disisi primer dan 630 A di sisi sekunder.

Akan tetapi karena rating yang banyak tersedia unutk fuse di sisi primer adalah

3,5,6,8,10,15,20 A, maka rating fuse untuk 400 KVA yang dipakai pada sisi primer

adalah 15 Ampere.

Dari standar IEC no 282-2-1974, perbandingan (ratio pelebur) pada sisi

primer untuk trafo 400 kVA adalah minimum 12,5 T dan maksimum 16 T.

Dan yang digunakan PLN :

= = 1,3 T ( fuse yang dipilih tipe lambat )


Inom, pelebur 15
untuk primer
Inom, trafo 11,5

Di sisi sekunder rating fuse yang digunakan PLN adalah :

577,4 ≤ I rating Fuse ≤ 635,14A.

Dalam hal ini arus pengenal Fuse di sisi sekunder yang dipilih adalah 630

Dan ratio pelebur untuk sisi sekunder disini adalah :

= = 1,1 T ( fuse yang dipilih tipe lambat )


Inom, pelebur 630
Inom, trafo 577

Untuk kemampuan pemutusan disesuaikan dengan nilai besar arus hubung singkat

terbesar yang mampu diputuskan pelebur.

Universitas Sumatera Utara


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari penulisan Tugas Akhir ini adalah :

1. Dari perhitungan Arus Inrush didapat nilai arus Inrush untuk Trafo

Distribusi 400 kVA adalah 168,5A atau 15 kali arus nominalnya dan lama

waktu terjadinya arus Inrush adalah 0,25 detik

2. Karena adanya arus Inrush tersebut maka dipilih fuse dengan tundaan waktu

kerja minimal Fuse primer adalah 0,5 detik.

3. Besar Arus Gangguan Tiga phasa maksimum di sisi primer adalah 3753,28 A

4. Besar Arus Gangguan Tiga phasa maksimum di sisi sekunder adalah

13798,67 A

5. Waktu Pemutusan maksimum apabila terjadi hubung singkat pada sisi

sekunder (JTR) adalah 2,17 detik.

6. Besar Arus Gangguan yang melewati fuse (pelebur) akan menentukan

bekerja atau tidaknya pelebur tersebut.

V.2. Saran

Agar kontinuitas pelayanan Sistem Tenaga Listrik semakin bagus, nilai rating

pengaman dan kapasitas pemutusan harus benar – benar diperhatikan untuk

menghindari kegagalan kerja pengaman.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

1. ABB, “ Technical Application Papers MV/LV Transformer substation : theory

and example of short - circuit calculation ” February 2008.

2. Chapman, Stephen J, “ Electric Machinery Fundamentals ”, McGraw-Hill Book

Company, Singapore,1999.

3. Gonen, Turan,, “ Electric Power Distribution Sistem Enginering ” McGraw-

Hill,1987.

4. Jhonson A.A, “ Eletrical Transmision and Distribution Reference Book .” New

York. 1950,

5. Kulkarni S.V, S.A Khapaide “ Transformer Enginering Design and Practice ”

New York , 2005

6. Kasikci,Ismail “ Short Circuit in Power Systems: A Practical Guide to IEC

60909 ” Germany, 2002.

7. Richardson, Donal V, Arthur J.Caisse “ Rotating Electric Machinery and

Transformer Technology ” fourth edition, Prentice – Hall, Inc, 1979.

8. SPLN 64 “ Petunjuk pemilihan dan penggunaan pelebur pada Sistem Distribusi

Tegangan Menengah ”. Jakarta,1985.

9. Stevenson, William D “ Analisis Sistem Tenaga Listrik ” edisi ke empat.

Erlangga. 1996

10. Winder Jr, Jhon J, “ Power Transformer Principles and Aplications ” Marcel

Dekker Inc, New York 2002.

11. Zuhal, “ Dasar Tenaga Listrik ”, Penerbit ITB, Bandung, 1991.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai