Tugas Akhir ini Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Untuk
OLEH :
Edison Sitorus
050402020
FAKULTAS TEKNIK
MEDAN
2010
Oleh :
EDISON SITORUS
050402020
Tugas Akhir ini Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Untuk
Disetujui oleh,
Pembimbing
IR.SUMANTRI ZULKARNAEN
NIP : 1947 0503 1973061 001
Diketahui oleh,
Pelaksana Harian Ketua Departemen Teknik Elektro
FAKULTAS TEKNIK
MEDAN
2010
listrik mulai dari trafo daya pada pembangkit, gardu induk dan juga trafo distribusi
seketika pada inti transformator. Perubahan fluks seketika pada inti transformator
akan mengakibatkan timbulnya arus magnetisasi yang dikenal dengan istilah arus
inrush.
Arus inrush ini tergantung pada besar kapasitas trafo. Pada prinsipnya arus
inrush ini tidak membahayakan pada transformator karena waktunya sangat singkat.
Untuk itu perlu dibuat suatu pengamanan dimana pengaman tersebut tidak bekerja
pada saat adanya arus inrush. Akan tetapi pada saat gangguan hubung singkat
pengaman harus bekerja, karena menghasilkan arus gangguan yang besar dan
digunakan PLN menggunakan fuse (pelebur). Pada prinsipnya adalah sama akan
tetapi penggantian fuse dilakukan secara manual. Untuk itu penting ditinjau
karakteristik fuse yang paling tepat yang dipasang dan pertimbangan – pertimbangan
pemilihan fuse.
yang telah memberikan berkat dan rahmat-Nya sehingga Tugas Akhir ini yang
berjudul “ Studi Pengaruh Arus Inrush dan Arus Hubung Singkat terhadap
Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat bagi penulis untuk memperoleh
Sumatera Utara.
ini, penulis banyak memperoleh bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk
itu dengan penuh ketulusan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar –
besarnya kepada :
1. Kedua Orang Tua penulis (H. Sitorus dan D. br. Tampubolon), abang saya
3. Bapak Ir. Sumantri Zulkarnaen sebagai Dosen Pembimbing Tugas Akhir saya
4. Bapak Ir. Masykur Sjani selaku Dosen Wali penulis selama menyelesaikan
6. Bapak Ir. Syamsul Amin sebagai Dosen Penguji Tugas Akhir saya.
7. Bapak Ir. Panusur S.M L.Tobing sebagai Dosen Penguji Tugas akhir saya.
9. Bapak Prof. Dr. Ir.Usman Baafai, selaku Pelaksana Tugas Harian Ketua
10. Bapak Rahmad Fauzi ST, MT selaku Sekretaris Departemen Teknik Elektro
11. Seluruh Staf Pengajar dan Pegawai Departemen Teknik Elektro Fakultas
12. Pak Swito, Pak Syamsul, Pak Yudi, Pak Heru, Pak Fery (Staf PLN Cabang
Medan) dan Pak Franciskus dari PT. Morawa Electric Transbuana yang
13. Teman – teman Elektro 2005 : Kristoper, Colin, Richard, Eko Rinal, Daniel,
Herman, Rony, Edward, Benni dan teman – teman lain yang tidak dapat
14. Kepada semua pihak yang banyak memberi dukungan kepada penulis yang
Penulis sangat menyadari bahwa Tugas Akhir ini tidak luput dari kesalahan –
kesalahan baik dari segi tata bahasa, penulisan bahkan mungkin secara ilmiahnya.
Untuk itu penulis dengan berbesar hati akan selau menerima dengan terbuka segala
saran dan kritik yang nantinya dapat memperbaiki Tugas Akhir ini.
Akhir kata, semoga Tugas Akhir ini akan bermanfaat untuk semua pihak
Penulis
ABSTRAK……………………………………………………………………………i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….….ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………...……iii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………...….………viii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………………...xi
BAB I PENDAHULUAN
BAB II TRANSFORMATOR
II.1. Umum…………………………………………………………..……….6
II.6.3. Efisiensi………………………………………………………..17
TRANSFORMATOR
III.1. Umum……………………………..……..…………………..………….23
Distribusi…………………………………………………….….50
IV.1. Umum……………………....…………………………….……..…….63
IV.4. Lama Terjadinya Arus Inrush dan Definite Time Kerja Fuse………...68
IV.5. Perhitugan Nilai Besar Arus Hubung Singkat 3 fasa pada Kedua
V.1. Kesimpulan……………………………………….………………...117
V.2. Saran……………………………………………..………...……….117
DAFTAR PUSTAKA…………………………….………………….…...………118
Gambar 2.2. Konstruksi Lempengan Logam Inti Transformator Bentul L dan U…...8
Gambar 2.4. Konstruksi Lempengan Logam Inti Transformator Bentuk E, I dan F...8
τ (inrush)
Ir ' tr
Gambar 3.7. Grafik Perbandingan terhadap ..……….……..35
Ip(inrush)
Gambar 3.10. Penempatan Fuse dan Lighthing Arester pada Trafo Tiang………..……43
Gambar 3.16 . Daerah Kerja Pelebur Primer untuk Mengamankan Trafo Distribusi..…56
Gambar 4.20. Arah Arus Yang Melewati Fuse Saat Terjadi Gangguan F1……….112
Gambar 4.21. Arah Arus Yang Melewati Fuse Saat Terjadi Gangguan F2…….....113
Gambar 4.22. Arah Arus Yang Melewati Fuse Saat Terjadi Gangguan F3…….....114
Gambar 4.23. Arah Arus Yang Melewati Fuse Saat Terjadi Gangguan F4……….115
Pembatas Arus………..……………….……..……………….…………62
TI.3 Senangin
Lampiran 4. Data Trafo Terpasang Penyulang TI.3 Senangin Rayon Medan Kota
PENDAHULUAN
daya yang kecil. Pengaman Trafo Daya menggunakan relay seperti differensial, arus
lebih, REF dan sebagainya. Akan tetapi pengaman pada Transformator Distribusi
cukup dengan fuse (pelebur) dilengkapi dengan Lighting Arester untuk melindungi
terhadap sambaran petir. Dalam Tugas Akhir ini dibahas pengaman pada
transformator tiang distribusi pada PT. PLN (Rayon Medan kota) dengan kapasitas
400 kVA. Dalam hal ini fuse (pelebur) digunakan sebagai pengamannya.
Bila transformator pertama kali diberi energi akan timbul arus inrush
magnetisasi. Arus ini mempunyai nilai yang sangat besar yaitu 8 sampai 30 kali arus
nominal. Besar arus inruh ini dipengaruhi oleh ukuran inti dari transformator dan
level fluksi yang sudah ada pada inti. Dengan melihat perbandingan arus inrush
terhadap arus nominal dimana nilainya sudah dapat menimbulkan pengaman bekerja
akan tetapi ketahanan pengaman (dalam waktu yang sangat singkat) atau tundaan
dapat dibandingkan dengan arus nominalnya. Perkiraan lama waktu terjadinya arus
inrush juga dibahas pada Tugas Akhir ini. Nilainya juga dibandingkan dengan rating
Gangguan pada sistem tenaga listrik juga sangat sering terjadi. Gangguan
tersebut dapat berupa gangguan 1 fasa ke tanah (70%), antar fasa – fasa (15%), 2
fasa ke tanah (10%) dan gangguan 3 fasa.(5%). Meskipun paling jarang terjadi
biasanya gangguan yang mempunyai arus terbesar adalah gangguan 3 fasa. Untuk itu
yang dibahas dalam perhitungan dalam Tugas Akhir saya ini adalah besar nilai
menggunakan metode thevenin. Gangguan tiga phasa yang dianalisa adalah di sisi
Dalam Tugas Akhir ini perhitungan dilakukan dengan manual. Nilai arus
hubung singkat ini juga nantinya dapat dibandingkan terhadap arus nominal dan arus
inrush.
(gangguan simetris).
1. Studi Literatur
Yaitu dengan membaca teori - teori yang berkaitan dengan topik Tugas
Akhir ini dari buku - buku referensi baik yang dimiliki oleh penulis atau di
perpustakaan dan juga dari artikel - artikel, jurnal, internet dan lain-lain.
2. Studi Bimbingan
Yaitu dengan melakukan diskusi tentang topik Tugas Akhir ini dengan
dosen pembimbing yang telah ditunjuk oleh pihak jurusan Teknik Elektro
3. Studi Lapangan
Yaitu studi kasus di PT. PLN Cab. Medan ( Rayon Medan Kota).
BAB I : PENDAHULUAN
penulisan.
BAB II : TRANSFORMATOR
PADA TRANSFORMATOR
diperoleh.
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran penulisan Tugas Akhir ini.
TRANSFORMATOR
II.1. Umum
listrik dari suatu rangkaian listrik ke rangkaian listrik lainnya, dengan frekuensi yang
sama dan perbandingan transformasi tertentu melalui suatu gandengan magnet dan
sisi primer dan sisi sekunder berbanding lurus dengan perbandingan jumlah lilitan
Arus yang besar akan menimbulkan rugi yang besar yaitu : P = I 2 R dan
selain itu arus yang besar juga akan membutuhkan penampang kawat atau kabel
yang besar dan ini akan memerlukan biaya yang lebih besar. Penyaluran tenaga
yang jauh. Sehingga untuk mengurangi susut daya yang diakibatkan oleh adanya rugi
Transformator yang berkapasitas besar yang ada di pusat pembangkit dan di gardu
induk disebut dengan Transformator Daya dan yang biasanya untuk melayani
Pada dasarnya transformator terdiri dari kumparan primer dan sekunder yang
Konstruksi transformator ada dua tipe yaitu tipe inti ( core type ) dan tipe
cangkang ( shell type ). Kedua tipe ini menggunakan inti berlaminasi yang terisolasi
satu sama lainnya, dengan tujuan untuk mengurangi rugi - rugi arus eddy.
Tipe inti ini dibentuk dari lapisan besi berisolasi berbentuk persegi dan
kumparan transformatornya dibelitkan pada dua sisi persegi. Pada konstruksi tipe
inti, lilitan mengelilingi inti besi seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.1.
Jenis konstruksi transformator yang kedua yaitu tipe cangkang yang dibentuk
dari lapisan inti berisolasi, dan kumparan dibelitkan di pusat inti. Pada transformator
menyalurkan energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian ke
rangkaian listrik yang lain melalui suatu gandengan megnet dan berdasarkan prinsip
memungkinkan terpilihnya tegangan yang sesuai dan ekonomis untuk tiap - tiap
keperluan misalnya, kebutuhan akan tegangan tinggi dalam pengiriman daya jarak
jauh.
Transformator terdiri atas dua buah kumparan (primer dan sekunder) yang
bersifat induktif. Kedua kumparan ini terpisah secara elektrik namun berhubungan
secara magnetis melalui jalur yang memiliki reluktansi (reluctance ) rendah. Apabila
kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan bolak - balik maka fluks
bolak - balik akan muncul di dalam inti yang dilaminasi, karena kumparan tersebut
membentuk jaringan tertutup maka mengalirlah arus primer. Akibat adanya fluks di
kumparan primer maka di kumparan primer terjadi induksi sendiri (self induction)
dan terjadi pula induksi di kumparan sekunder karena pengaruh induksi dari
kumparan primer atau disebut sebagai induksi bersama (mutual induction) yang
sekunder jika rangkaian sekunder dibebani sehingga energi listrik dapat ditransfer
dφ
e= N ………………………………………..( 2.1 )
dt
N = jumlah lilitan
dφ
= perubahan fluks magnet
dt
Perlu diingat bahwa hanya tegangan listrik arus bolak - balik yang dapat
untuk menghambat arus searah sambil tetap melakukan arus bolak - balik antara
rangkaian.
magnetic circuit )
tegangan V1 yang sinusoidal, akan mengalirkan arus primer Io yang juga sinusoid
dan dengan menganggap belitan N1 reaktif murni. Io akan tertinggal 900 dari V1.
I1
N1 E2 V2
V1 E1 N2
Fluks yang sinusoidal ini akan menghasilkan tegangan. Induksi е1 (Hukum Faraday)
Harga efektif
Bila rugi tahanan dan adanya fluksi adanya fluksi bocor diabaikan akan terdapat
= = = a …………………………………….. (2.5)
E 2 V2 N 2
hubungan
E1 V1 N 1
φ1
φ2
φ 2’
I1 I2
N1 E2 V2
V1 E1 N2 Z
Arus beban I2 ini akan menimbulkan gaya gerak magnet (ggm) N2 I2 yang
cenderung menentang fluks (Ф) bersama yang telah ada akibat arus pemagnetan Im.
Agar fluks bersama itu tidak berubah nilainya, pada kumparan primer harus mengalir
arus I2, yang menentang fluks yang dibangkitkan oleh arus beban I2, sehingga
Tidak seluruh fluks yng dihasilkan oleh arus pemagnetan Im merupakan fluks
bersama (ФM), sebagian darinya hanya mencakup kumparan pimer (Ф1) atau
sekunder saja (Ф2) dalam model rangkaian (rangkaian ekivalen ) yang dipakai untuk
rugi tahanan ditunjukan dengan Rek. Dengan demikian model rangkaian dapat
R1 X1 I1 I2 R2 X2
I0
IC IM
V1 E1 E2 V2 ZL
RC XM
ekivalen) Rc, Xm, Rek dan Xek dapat ditentukan besarnya dengan dua macam
pengukuran (test) yaitu pengukuran beban nol dan pengukuran hubungan singkat.
segera tegangan V1, maka hanya I0 yang mengalir dari pengukuran daya yang masuk
V1 jX m R c
Z0 = = ............................................................................................. (2.8)
P1 R c + jX m
Dengan demikian, dari pengukuran beban nol dapat diketahui harga Rc dan Xm
sehingga hanya impedansi Zek = Rek + j Xek yang membatasi arus. Karena harga
Rek dan Xek ini relatif kecil, harus dijaga agar tegangan masuk ( Vhs ) cukup kecil
sehingga arus yang dihasilkan tidak melebihi arus nominal. Harga Io akan relatif
kecil – kecil bila dibandingkan dengan arus nominal sehingga pada pengukuran ini
dapat diabaikan.
Dengan mengukur tegangan Vhs, arus Ihs dan daya Phs, akan dapat dihitung
parameter :
Rek =
Phs
....................................................................... (2.9)
( I hs ) 2
Vhs
Z ek = = R ek + jX ek .................................................... (2.10)
I hs
X ek = Z 2 ek R 2 ek ......................................................... (2.11)
diantara transformator. Tujuan utama kerja paralel adalah agar beban yang dipikul
sekunder tersebut.
Karena
beban sesuatu dengan kemampuan kVA – nya sehingga tegangan impedansi pada
keadaan beban penuh kedua transformator tersebut harus sama ( I1A Z1B = I1B Z1B ).
Blok diagram rugi – rugi transformator dapat dilihat pada Gambar 2.9.
Rugi yang disebabkan arus mengalir pada kawat tembaga dapat ditulis
sebagai berikut :
berubah – ubah, rugi tembaga juga tidak konstan bergantung pada beban. Dan perlu
• Rugi hysteresis, yaitu rugi yang disebabkan fluks bolak – balik pada inti
Kh = konstanta histeresis
• Rugi arus eddy , yaitu rugi yang disebabkan arus pusar pada inti besi.
Dirumuskan sebagai :
Pi = Ph + Pe .......................................................... (2.19)
II.6.3. Efisiensi
Pout Pout
η= = ............................................... (2.20)
Pin Pout + ∑ rugi
V2 cos φ
η= ............................................... (2.21)
P1
V2 cos φ + I 2 R 2 ek +
I2
Melalui penurunan persamaan di atas bisa dicari nilai efisiensi maksimum untuk
sebagai :
X
η =1 ............................................................. (2.22)
cos φ + X
Hubungan antara efisiensi dengan beban pada Cos Ф bisa dilihat pada Gambar 2.10
magnet pada sekitar lilitan, yang digambarkan sebagai garis - garis fluksi yang
medan magnet dinyatakan dengan banyaknya garis - garis fluksi yang melalui suatu
bidang dengan luas tertentu (S) dan dinyatakan dengan simbol B dengan satuan
besaran Weber/m2. Intensitas medan magnet disebut dengan kuat medan magnet dan
berikut :
B = µ .H ………………………………..(2.23)
dimana μ adalah permeabilitas media dengan besaran satuan Hendry/m dan sama
dengan μr. μo
φ = S • B ………………………………(2.24)
Hubungan antara arus listrik I dan kuat medan dinyatakan dengan hukum
tidak terdapat sirkulasi medan magnet akibatnya integral kuat medan H di sekeliling
N 1i1 − N 2 i2 = 0 ………………………..(2.24)
(tanpa beban) maka akan mengalir arus yang akan menghasilkan tegangan induksi
sebagai akibat dari fluksi yang timbul pada masing - masing lilitan. Arus yang
mengalir pada lilitan 1 pada kondisi tersebut disebut juga sebagai arus eksitasi. Dari
N 1i1 = N 2 i2 ……………………………………(2.25)
dφ
V1 = N 1 = −e1 ……………………………....(2.26)
dt
dφ
V2 = − N 2 = e2 ……………………………..(2.27)
dt
Rasio tegangan transformator dapat diturunkan dari persaman 2.26 dan 2.27
dan diperoleh :
a= =
V2 N 2
………………………………… (2.28)
V1 N 1
- Jika N2 > N1 atau a > 1 , maka transformator ini disebut trafo step up.
- Jika N2 < N1 atau a < 1 , maka transformator ini disebut trafo step down
Pada prinsipnya transformator tiga fasa sama dengan transformator satu fasa.
Perbedaannya adalah seperti perbedaan listrik satu fasa dengan listrik tiga fasa yaitu
dengan mengenal sistem bintang (Y) dan sistem delta (∆) serta sistem zig – zag.
sebagai trafo 1 fasa. Hanya untuk hasil akhir biasanya parameter tertentu (arus,
persamaan listrik arus bolak – balik). Gambar di bawah ini adalah pemodelan trafo 3
IB
ICA IAB
IN IC
IBC
IB
IC
TRANSFORMATOR DISTRIBUSI
III.1. Umum
(energize) akan mengalir arus yang cukup besar dengan periode waktu yang sangat
singkat sampai tercapai kondisi steady state (tunak). Arus awal ini disebut sebagai
arus inrush dan besarnya dapat mencapai 8 sampai 30 kali arus nominal. Arus inrush
dihubungkan dan ketahanan pengaman untuk tidak bekerja sampai waktu tertentu.
Arus eksitasi yang timbul pada transformator dalam keadaan tanpa beban
terdiri dari dua komponen, yaitu komponen rugi - rugi dan komponen magnetisasi.
Komponen rugi - rugi hanya tergantung terhadap rugi - rugi operasi tanpa beban,
Tahanan normal R dan harga arus sesaat I biasanya kecil, dengan sendirinya
harga Ri kecil sehingga dalam pembahasan berikut ini harga tersebut diabaikan dan
dφ
e = N1 ……………………………………….…(3.2)
dt
persamaan :
dφ
− 2 E sin (ωt + ϕ ) = N 1 ………………......... (3.4)
dt
φ= E cos(ωt + ϕ ) + φt ………………………….…….(3.5)
ωN 1
2
pada kondisi awal inti besi (fluks maksimum dan fluks sisa)
steady state merupakan gelombang sinus yang terbelakang 900 terhadap gelombang
sinus tegangan sumber. Jika didalam rangkaian magnet transformator tidak terjadi
kejenuhan, maka arus magnetisasi akan berbanding langsung perubahan fluks, dan
fluks. Dalam keadaan jenuh arus magnetisasi tidak lagi merupakan gelombang
sinusoidal yang murni karena gelombang ini telah dipengaruhi oleh karakteristik
Dari Gambar 3.1 terlihat bahwa meskipun fluks adalah gelombang sinus,
harmonik ketiga. Besarnya arus eksitasi sangat bergantung dari ukuran dan tingkat
(energize) akan mengalir arus yang cukup besar dengan periode waktu yang sangat
singkat sampai tercapai kondisi steady state. Arus awal ini disebut sebagai arus
inrush dan besarnya dapat mencapai 8 sampai 30 kali arus nominal. Arus inrush ini
dihubungkan.
Faktor - faktor yang mempengaruhi besar dan lamanya arus inrush ini antara
lain adalah magnitude tegangan suplay saat energize, flux sisa pada inti trafo dan
padanya dapat diturunkan besar arus yang mungkin terjadi. Seperti telah dijelaskan
pada persamaan 3.5, fluks total pada inti transformator merupakan penjumlahan
antara fluks normal pada kondisi steady state dengan komponen fluks transient.
dari fluks normal pada kondisi tunak (steady state), maka persamaan (3.5) tersebut
φ = φ m cos(ωt + ϕ ) + φt ……..……………………………………(3.6)
φ 0 = −φ m cos ϕ + φt 0 …………………………………………….(3.7)
Bila dihubungkan pada saat titik gelombang tegangan sama dengan nol,
maka sudut ϕ sama dengan nol, sedangkan bila dihubungkan pada saat titik
gelombang tegangan maksimum, maka sudut ϕ sama dengan 900. Dalam kondisi
energize dilakukan saat pada inti tidak ada terdapat fluks magnet sisa dan ketika
gelombang tegangan berada pada posisi maksimum, maka φ 0 dan cos ϕ sama
dengan nol dan akibatnya φt 0 akan juga sama dengan nol. Dalam keadaan seperti ini
tidak terjadi transient dan arus inrush tidak timbul. Namun, bila transformator
dihubungkan pada saat titik gelombang tegangan sama dengan nol, tanpa magnet
sisa, maka :
ϕ = 0 , maka − φ m cos ϕ = −φ m
φ 0 = 0 dan φt 0 = φm ,
φ = φ m cos ωt + φt ………………………………………(3.8)
Sedangkan bila penutupan switch terjadi pada saat gelombang tegangan sama
dengan nol dan dalam inti terdapat magnet sisa, maka besarnya fluks yang timbul
adalah :
φ 0 = ±φ R
φt = φ m ± φ R ,
sebesar :
φ = φ m cos ωt + φ m ± φ R ………………………………….(3.9)
Gelombang fluks berdasarkan persamaan (3.9) dapat diplot seperti Gambar 3.2.
gelombang fluks dc sehingga menghasilkan dua kali fluks maksimum. Pada gambar
dipertimbangkan maka fluks transient berkurang sebagai fungsi waktu dan nilai
puncak dari total fluks lebih kecil dari yang terlihat pada gambar tersebut. Pada
gambar yang sama juga diperlihatkan fenomena yang sama untuk transformator
dengan 60% fluks residual dan energize saat tegangan suplay sama dengan nol.
hysteresis ke nol. Sedangkan kerapatan fluks (Br) ada nilainya dan ini namanya fluks
sisa. Dari gambar 3.3 jika transformator beroperasi, arus eksitasi (i) dan kerapatan
fluks mengalir ke kurva titik – titik. Setelah dienergize (t=0+) fluks harus
ditambahkan terhadap fluks sesaat sebelum dienergize (t =0-). Sebab itu kerapatan
fluks sebagai ganti dari nilai negatif (-Bmp), mulai dari +Br sampai nilai positif
pada saat tegangan suplay sama dengan nol sehingga fluks yang diperoleh adalah
dua kali harga puncak fluks normal. Untuk setiap harga fluks, karakteristik arus
dihasilkan dari kurva B-H. Dapat dilihat bahwa meskipun besar fluks maksimum
hanya dua kali nilai normalnya, arus melonjak sampai beberapa kali arus eksitasi
normal.
dari sirkuit magnet transformator yang dipergunakan. Rugi - rugi (loss) menjadi
penting karena losses dalam transformator dapat mengurangi arus inrush maksimum
dan menurunkan arus eksitasi sampai pada kondisi normal yang keluar setelah
periode waktu tertentu. Rugi - rugi yang dimaksud adalah akibat resistansi rangkaian
Pada siklus awal, karakteristik transient akan turun dengan drastis dan setelah
itu pengurangannya lebih lambat. Hal ini disebabkan oleh karena konstanta waktu
R/L pada rangkaian tersebut tidak konstan dan bervariasi sebagai fungsi dari
sebagai berikut :
Bs − Bmp − Br
θ1 = k1 cos −1 ………………………………….(3.10)
Bmp
Dimana :
Dimana Bmp = ……………… …………………………(3.11)
E1
4,44.N 1 . Aw . f
I max =
K 2 .V 2
(1 − cos θ1 ) …………………………………..…..(3.12)
Xs
N 2 Aw
Reaktansi udara Xs= µo x 2 π f……......………………………(3.13)
hw
Dimana :
f : Frekuensi (50hz)
yang besar yang mempunyai bentuk tertentu karena arus magnetisasi tidak dapat
secara langsung mencapai bentuk gelombang normal steady state. Pada saat
fluksi seketika sehingga akan terjadi gejala inrush mangnetisasi tersebut, yang
akibatnya ada arus inrush yang nilainya pada sisi primer tidak ekivalen dengan sisi
Seperti yang yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya, arus yang keluar
komponen harmonik ganjil yang paling besar, yang nilainya 40 sampai 50% dari
keluar akan mengandung komponen harmonik ketiga. Jika komponen ini tidak
komponen harmonik ketiga. Fluks yang mempunyai harmonik ketiga ini akan masuk
Harmonik arus menyebabkan peningkatan rugi - rugi tembaga dan rugi - rugi fluks
sedangkan harmonik tegangan menyebabkan peningkatan rugi - rugi inti besi. Selain
proteksi pada Transformator, arus inrush ini juga membawa komponen harmonik.
diperhatikan untuk memilih sistem proteksi yang tepat. Setelah menghitung nilai
arus inrush maksimum selanjutnya dapat kita tentukan kira – kira berapa lama waktu
terjadinya arus inrush dan berapa lama tundaan waktu minimum untuk kerja relay
waktu terjadinya arus inrush pada transformator MV/LV dapat menggunakan Tabel
3.1 yang nantinya akan dipergunakan untuk menentukan waktu tunda minimum
Dari Tabel 3.1 dapat kita lihat bahwa semakin besar kapasitas trafo nilai τ
inrush (s) semakin besar. Akan tetapi untuk mendapatkan perkiraan waktu tunda
minimum selama arus inrush tersebut kita harus membandingkan nilai setting relay
terhadap nilai arus puncak inrush. Selanjutnya nilai perbandingan tersebut kita lihat
Ip(inrush) maka hasil nilai perbandingan antara nilai setting proteksi dengan nilai
Ir '
arus inrush maximum dapat dipergunakan untuk mendapatkan nilai
Ip(inrush)
τ (inrush)
tr
τinrush ( s) maka kita lihat titik dari grafik pada Gambar 3.7.
τ (inrush)
Ir ' tr
Gambar 3.7. Grafik perbandingan terhadap
Ip(inrush)
τ (inrush)
tr
0.1 maka kita akan dapat melihat dari kurva nilai adalah 1.82. Maka nilai
sistem baik langsung maupun tidak langsung. Perubahan arus yang sangat cepat dan
Gangguan arus lebih ditandai dengan terjadinya kenaikan arus pada saluran
melebihi arus beban maksimum. Arus lebih ini terbagi menjadi arus beban lebih (I>)
dan arus hubung singkat ( I>>). Arus beban lebih terjadi akibat penambahan beban
yang akan menyebabkan kenaikan arus melebihi arus beban maksimum. Kenaikan
arus ini tidak terlalu besar sehingga sistem masih bisa bertahan untuk selang waktu
yang cukup lama. Sedangkan arus hubung singkat mengakibatkan kenaikan arus
yang besar, jadi sedapat mungkin harus segera diatasi. Arus hubung singkat ini
dan bisa juga di luar kumparan transformator baik itu simetris juga tidak simetris.
Gangguan hubung singkat mengakibatkan terjadinya arus yang tidak seimbang atau
tidak simetris.
hubung singkat. Jatuh tegangan disebabkan oleh arus dengan urutan tertentu.
Impedansi suatu rangkaian yang hanya mengalir urutan positif disebut dengan istilah
impedansi urutan positif. Begitu pula untuk impedansi urutan negatif dan impedansi
urutan nol.
Tujuan untuk mendapatkan nilai impedansi urutan sistem daya adalah untuk
dapat menunjukan semua aliran arus. Dalam menghitung besarnya arus gangguan
besarnya impedansi urutan positif, negatif dan nol, dimana impedansi urutan nol
singkat yang mengacu pada perhitungan arus dan tegangan pada suatu sistem tenaga
dengan keadaan yang tidak seimbang pada jaringan tiga fasa, dan secara khususnya
untuk perhitungan hubung singkat yang tidak seimbang pada jaringan listrik.
komponen - komponen urutan, dimana pada saat terjadi gangguan hubung singkat
komponen fasa tidak seimbang dipisah - pisah menjadi komponen - komponen yang
dan mudah.
1. Komponen urutan positif, yang terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya
dan berbeda sudut 120° dan mempunyai urutan yang sama dengan fasa
aslinya.
2. Komponen urutan negatif, yang terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya
dan sudut yang berbeda 120° dan mempunyai fasor urutan fasa yang
3. Komponen urutan nol, yang terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya dan
Vc1 Va1
Va2
Vb2
Vc2
Vb1
Va0
Vb0
Vc0
- gangguan 3 fasa 5%
hubung singkat yang terjadi pada jaringan dengan berbagai bentuk gangguan yang
tidak seimbang misalnya pada saat terjadi hubung singkat ketanah atau hubung
Pada kondisi gangguan Tiga fasa rangkaian urutan hanya terdiri dari
rangkaian urutan positif saja. Analisis gangguan hubung singkat tiga phasa pada
sistem tenaga listrik dpat diselesaikan denga mudah denga teori rangkaian biasa
seperti loop. Tetapi untuk sistem dengan bus yang banyak akan terlalu rumit apabila
diselesaikan dengan teori loop. Untuk itu akan lebih mudah apabila kita
thevenin, yang hanya terdiri dari suatu sumber tegangan Thevenin yang dihubungkan
Vth
Cara untuk mendapatkan Vth dan Z dari rangkaian yang rumit, untuk
tidak ada arus yang mengalir melalui Z apabila terminal antara F dan N dibuka (open
circuit), karena itu tidak ada tegangan jatuh pada Z.dengan demikian maka tegangan
Vth adalah tegangan antara titik F-N. Untuk mendapatkan nilai impedansi Z lebih
sulit dimana Z sama dengan impedansi total yang diukur antara titik F dan N apabila
impedansi.
Sebaik apapun suatu sistem tenaga listrik dirancang gangguan pasti akan
terjadi pada sistem tenaga tersebut. Gangguan ini dapat merusak peralatan sistem
tenaga sehingga kerja sistem tenaga menjadi terganggu dan dapat mengakibatkan
2. Ukuran Transformator
3. Jenis Pendingin
4. Lokasi Pemakaian
5. Prioritas Pelayanan
yang mempunyai waktu tunda yang cukup . Jika relay sesaat yang digunakan
a. Arus gangguan pada sisi primer dan pada sisi sekunder transformator berbeda
untuk gangguan fasa ke fasa, harga paling rendah dipilih untuk setting relay
arus lebih.
b. Arus beban penuh harus diperhatikan dalam mensetting relay arus lebih.
overload.
d. Setting relay arus lebih sesaat pada sisi primer harus lebih tinggi dari arus tak
gangguan yang terjadi tiap - tiap bagian harus dapat dideteksi dan dipisahkan dari
sistem lain dalam waktu yang secepatnya. Dengan alasan ekonomi pengaman utama
yang digunakan pada trafo distribusi terdiri atas fuse, dan ligting arester untuk
memerlukan adanya suatu koordinasi antara berbagai alat proteksi yang dipakai.
Penempatan LA dan fuse pada trafo tiang dapat dilihat pada gambar 3.10.
Fuse (sekring) pada asasnya terdiri atas sepotong kawat atau elemen logam
yang akan mencair bilamana dialiri arus listrik yang besarnya melampaui suatu nilai
tertentu. Besar arus listrik yang akan mengakibatkan mencairnya elemen logam
berbanding terbalik dengan durasi atau lama arus listrik mengalir. Karakteristik arus
- waktu tidak hanya ditentukan oleh jenis logam yang dipakai dan ukuran serta
konfigurasinya. Tetapi juga oleh lingkungan atau pembungkusnya. Yang terakhir ini
selain menentukan lama waktu mencair juga berpengaruh pada lama waktu busur
CROSS ARM
LIGHTNING ARRESTER
CROSS ARM
TRAFO DISTRIBUSI
MERK
L.V.C
Gambar 3.10. Penempatan Fuse dan Lighthing Arester pada Trafo Tiang.
ta tb
Waktu t
a. Sekring cepat
b. Sekring lambat
yang berbeda. Misalnya pada arus I1 sekring a akan mencair setelah waktu ta detik
sedangkan sekring b setelah tb detik. Jelas tb lebih lama dari ta. Dikatakan bahwa a
Diketahui arus listrik mengalir dari sumber ke arah pemakai. Bila pada atau
berdekatan alat pemakai harus bekerja atau mencair tidak pada yang berdekatan
dengan sumber energi, dengan demikian bagian saluran yang mati akan sekecil
mungkin.
fuse links CO (Cut Out) dan untuk mengamankan ke jaringan tegangan rendah
menggunakan NH (NT) fuse. Berbagai macam merek dan tipe fuse yang digunakan
pada masa sekarang ini. Berdasarkan karakteristik arus – waktu fuse links terdiri dari
1. Tipe K
Fuse links tipe K dikenal dengan fuse yang bekerjanya cepat. Nominal speed
rationya adalah 7. Fuse ini mempunyai setelan waktu kerja yang cepat.
Fuse links tipe 200(N) termaksud dalam jenis medium speeds fuse dengan
nominal ratio 10. Fuse tipe ini mampu menahan arus yang lebih besar dari tipe K.
3. Tipe QA
Fuse links tipe QA juga termaksud dalam jenis medium speed fuse links
dengan nominal ratio 10. Fuse ini akan memikul rated arus gangguan 100% tanpa
kerusakan dan memberikan koordinasi yang bagus untuk relay dan recloser.
4. Tipe T
Jenis Fuse links tipe T termaksud dalam kelas slow fuse links. Waktu bekerjanya
lebih lambat dari fuse links tipe 200 (N) dan tipe QA dengan nominal ratio fuse 12.
5. Tipe KS
Jenis fuse tipe KS termaksud dalam kelas very slow fuse links. Fuse links tipe
fuse tipe ini adalah 20. Fuse ini cocok untuk line fusing dan proteksi trafo.
6. Tipe X
Jenis fuse links tipe X termaksud dalam kelas Ekstra slow fuse links. Fuse
links ini khusus dirancang untuk proteksi transformator. Fuse ini juga mengunakan
element konstruksi ganda untuk menyediakan karakteristik Arus – waktu yang lebih
teliti. Keenam jenis karakteristik fuse links merek Kearney tersebut dapat digunakan
sesuai dengan kebutuhan koordinasi. Apabila kita membutuhkan kerjanya yang cepat
kita bisa memilih fuse links tipe K dan apabila kita memilih kerja yang lebih lambat
dan untuk tegangan rendah digunakan NT( NH) fuse. Nilainya disesuaikan dengan
rating arus nominal di kedua sisi. Makin besar nilai nominalnya rating fuse yang
digunakan juga semakin besar. Berbagai rating pengaman (fuse) yang digunakan PT.
2 16 3 25
3 25 3 35
4 32 3 50
5 50 3 80
6 100 3 160
7 160 5 250
8 200 6 300
9 250 8 400
10 315 10 500
11 400 15 630
12 600 20 900
Distribusi
Fuse merupakan suatu alat pemutus yang dengan meleburnya bagian dari
komponennya yang telah dirancang khusus dan disesuaikan ukurannya untuk itu,
membuka rangkaian dimana pelebur tersebut terpasang dan akan memutuskan arus
bila arus tersebut melebihi suatu nilai tertentu dalam waktu yang cukup (tertentu).
Sesuai dengan SPLN 64 tahun 1985 dalam pemilihan fuse perlu diperhatikan hal–hal
sebagai berikut :
Rating merupakan angka yang memberikan batasan pada penampilan kerja dan
Merupakan arus yang seharusnya mengalir pada rangkaian bila fuse (pelebur)
Merupakan besar arus yang bisa dilewatkan fuse links secara continue tanpa
mengakibatkan kenaikan suhu yang telah ditentukan pada suhu udara keliling
Besarnya arus perkiraan pada saat mulai timbulnya busur dalam pelebur (fuse)
Merupakan nilai arus pemutusan perkiraan yang mampu diputuskan oleh pelebur
pada tegangan yang ditetapkan menurut kondisi kerja dan karakteristik yang
busur (detik).
Merupakan waktu mulai timbulnya arus gangguan sampai saat pemutusan arus
gangguan. Atau dapat dikatakan jumlah waktu pra busur dan waktu busur.
Kurva yang menggambarkan waktu sebagai fungsi dari nilai efektif dari arus
Dalam hal ini dibedakan antara waktu leleh minimum (Pre Arcing) dan waktu
pemutusan total. Bila tidak dikatakan syarat lain maka karakteristik waktu/arus
Arus yang timbul akibat adanya hubung singkat pada peralatan yang diamankan.
Beban/arus lebih yang melebihi nominalnya yang untuk waktu tertentu dapat
15. Tegangan hubung (Switcing Voltage) : tegangan sesaat maksimum yang timbul
faktorpelebur =
Aruslebur (min)( A)
Aruspengenalfuselinks ( A)
RasioLebur =
AruspengenalFuselinks ( A)
ArusBebanPenuhTrafo( A)
Bagian tetap dari pelebur yang dilengkapi dengan terminal untuk hubungan
keluar. Rumah pelebur meliputi seluruh bagian – bagian yang perlu diisolasi.
Bagian yang dapat diganti – ganti dari pelebur (termaksud elemennya), bila
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.14 dan 3.15.
Sesuai dengan SPLN 64 : 1984 Ketentuan pengaman Trafo Distribusi adalah sebagai
berikut :
1.1 Garis kerja pertama (garis batas ketahanan pelebur) yang merupakan dimana
pelebur primer tidak boleh bekerja, ditentukan oleh beban lebih yang masih harus
dapat ditahan trafo tersebut. Beban atau arus lebih yang dimaksud adalah :
1.2 Garis kedua (garis batas ketahan trafo) yang merupakan batas ketahanan trafo
melebihi batas tersebut adalah gangguan hubung singkat disisi primer atau
sekunder trafo.
2. Garis batas ketahanan Trafo distribusi umum ditentukan oleh titik – titik berikut :
Dengan catatan apabila sebagian besar beban trafo adalah motor listrik, garis
- 6 x In selama 10 detik
- 10 x In selama 1 detik
Bagi trafo – trafo daya kecil pemilihan pelebur harus memperhatikan ketahanan
Gambar 3.16. Daerah Kerja Pelebur Primer untuk Mengamankan Trafo Distribusi
Dimana I =
If (arusgangguan)
dan t = waktu pemutusan maksimum (detik)
Inom
Sesuai SPLN 50 tahun 1982 batas awal ketahanan hubung singkat untuk berbagai
5. Arus pengenal pelebur jenis letupan (ekspulsion) tipe H (tahan surja kilat),
dengan kerja pelebur sisi primer, maka arus pengenal pelebur pada tabel diatas
6. Bila diperlukan pelebur jenis pembatas arus (current limiting, HRC) sebagai
jenis ini maka sebaiknya terdapat koordinasi antara pelebur sisi primer dan
Pelebur sisi primer bertugas untuk menjaga ketahanan trafo terhadap hubung
singkat pada trafo, tetapi tidak meleleh karena arus inrush trafo sedangkan
pelebur sisi sekunder betugas mengamankan trafo dari arus lebih karena
gangguan pada sisi JTR tetapi tidak meleleh karena adanya arus peralihan.
jenis letupan (publikaasi IEC 282-2(1970)/NEMA disisi primer berikut pelebur jenis
distribusi
Fasa tiga, 20 kV
Catatan :
Rujukan Publikasi IEC 282-1(1974), VDE dan UTE (Perancis) di sisi 20 kV,
berikut pelebur jenis pembatasan arus rujukan IEC 269-2 (1973) di sisi sekuder
IV.1. Umum
penting dalam sistem distribusi daya listrik. Transformator ini mengubah tegangan
dihubungkan terhadap suatu sumber tegangan, maka akan mengalir arus yang cukup
besar dengan periode waktu yang sangat singkat. Nilai arus ini sangat besar bisa
mencapai puluhan arus nominalnya. Dan ini yang dinamakan dengan arus inrush.
Gangguan dalam sistem tenaga listrik sering terjadi yang menimbulkan arus
gangguan yang besar juga. Arus ini akan merambat ke peralatan lain apabila tidak
ada proteksi/pengaman peralatan maupun jaringan. Nilai arus gangguan ini juga
Dalam bab ini besar nilai arus inrush dan arus hubung singkat pada trafo
yang digunakan PT.PLN (Rayon Medan kota) akan dihitung dengan memasukkan
data yang diperoleh. Dalam hal ini kapasitas Trafo Distribusi adalah 400 KVA
• Data Transformator
Inomsekunder = = = 577,4 A
kVA 400 x1000
VL − L sekunder 3 400 3
Nilai arus nominal di sisi primer didapat 11,5 A dan disekunder 577,4 A dan Nilai
Maka :
a= = = 0.02
VL −l sekunder 400
VL − L primer 20000
A = 0,033m 2
- R primer = 9,678 Ω
r=
1
x0.00397
a2
r=
1
x0.00397
(0.02) 2
r = 9,925Ω
= 9,678 + 9,925
= 19,603 Ω
= 3,33 x 9,678
= 32,23 Ω
Bmp =
19518,06
13318,67
Bmp = 1,46Tesla
Nilai fluks sisa adalah 0,6 x Bmp = 0,6 x 1,46 tesla = 0,88 Tesla
Bs − Bmp − Br
θ = k cos −1
Bmp
= 105 0
= 1,83radian
105
57,3
Iomaks =
K 2 .V 2
(1 − cos θ1 )
Xs
N 2 Aw
Xs = µo x 2 π f
hw
(1818) 2 x0,033
Xs = 4π x 10 −7 x 2 π 50
0,31
Xs = 1387584025 x 10 −7
Xs =138,76 Ω
Iomaks =
1,15 x 20000 2
(1 − cos1,83rad )
138,76
Iomaks =
1,15 x 20000 2
138,76
(
1 − cos105 0 )
Karena hubungan di primernya hubungan delta maka nilai arus inrush tiap phasa
adalah : 0,577 x 292 = 168,5 Ampere maka Nilai perbandingan arus inrush terhadap
mampu menahan arus inrush 15 kali arus nominal selama 0,1 detik.
Artinya kita harus memilih fuse yang mampu menahan arus inrush 15 x nominal
IV.4. Lama Terjadinya Arus Inrush dan Perkiraan Definite Time Kerja Fuse.
Dari Tabel 3.1, untuk Transformator Distribusi berkapasitas 400 KVA dapat
Maka untuk memperkirakan batas waktu minimum delay time dari fuse :
= = 0,089
Ir ' 15
maka nilai
Ip(inrush) 168,5
dengan melihat grafik pada gambar 3.7 maka kita akan dapat memperkirakan titik
τ (inrush)
tr
pada adalah kira- kira 2,0.
Maka nilai minimum delay time fuse adalah 2,0 x τ inrush ( s) adalah :
Trafo Distribusi
Base tegangan : 20 kV
Zbase = = = 4ohm
Vbase 2 L −l (20 x10 3 ) 2
S base 3 phasa 100 x10 6
(20 x10 −3 ) 2
Zsystem = L − L = = 0,74ohm
2
V
Pscnet 540 x10 −6
Zsystem( pu ) = = 0,185 pu
0,74
4
Simpul 3.
3
Zkabel 3-21x0,5
Zt Z1
Trafo MK146
Zkabel 3-21x0,5
Zkabel 21-99
Trafo Zt
MK 335
Z2
Zkabel3− 21 = = 0,0074 pu
0,5 x0,15 x0,396
4
Z1 = = = 1,7292ohm
(tegangan, KV L − L ) 0,4 2
MVAbeban 0,0925
Z1 = = 1081,08 pu
1,7292
1,6 x10 −3
Z2 = = = 0,5714ohm
(tegangan, KV L − L ) 0,4 2
MVAbeban 0,280
Z2 = = 357,143 pu
0,5714
1,6 x10 −3
Rangkaian menjadi :
3
0,0074 pu
1097,08 pu 275,099 pu
367,156 pu
= 275,092 pu
1097,08 x367,156
1097,08 + 357,156
Zpararel =
Simpul 4.
4 4
4040,1245 pu
Zt MK 525 40 pu
Zbeban 4000 pu
Z1 = = = 6,4ohm
(tegangan, KV L − L ) 0,4 2
MVAbeban 0,025
Z1 = = 4000 pu
6,4
1,6 x10 −3
Simpul 5.
5
Zkabel 5-22
Zt Mk140 Zbeban1
Zkabel 22-23
Zkabel 23-39
Zt MK142 Zkabel 23-24
Zbeban2 Zt MK 141 Zkabel 23-99
Zt MK 144
Zt Mk 145
Zt MK143
Zbeban4
ZBeban5
Zbeban 6
Zbeban3
Zkabel5− 22 = = 0,00983 pu
0,1x0,393
4
Z1 = = = 0,923ohm
(tegangan, KV L − L ) 0,4 2
MVAbeban 0,17325
Z1 = = 576,87 pu
0,923
1,6 x10 −3
Z2 = = = 2,941ohm
(tegangan, KV L − L ) 0,4 2
MVAbeban 0,0544
Z2 = = 1838,235 pu
2,941
1,6 x10 −3
Z3 = = = 2,1621ohm
(tegangan, KV L − L ) 0,4 2
MVAbeban 0,074
Z3 = = 1351,35 pu
2,162
1,6 x10 −3
Z4 = = = 5,333ohm
(tegangan, KV L − L ) 0,4 2
MVAbeban 0,030
Z4 = = 3333,34 pu
5,333
1,6 x10 −3
Z5 = = = 0,7814ohm
(tegangan, KV L − L ) 0,4 2
MVAbeban 0,20475
Z5 = = 448,400 pu
0,7814
1,6 x10 −3
Z6 = = = 9,411ohm
(tegangan, KV L − L ) 0,4 2
MVAbeban 0,017
Z6 = = 5882,353 pu
9,411
1,6 x10 −3
23
0,037 pu
23
0,037 pu
405,75pu
3373,34 pu
5922,353 pu
501,1 pu
0,05pu
23
1391,35 pu
1863,27 pu
405,79
= + +
1 1 1 1
Zp 1863,27 1391,35 405,79
Zp = 269,28 pu
0,00983 pu
185,315 pu
589,57 pu
269,33 pu
185,306 pu
Zkabel5−6 = = 0,00985 pu
0,1x0,393
4
Simpul 6.
6
Zkabel 6-25
Zt Trafo
Zkabel 25-99 MK138 Z3
Zt Trafo
Zkabel 40-1.99 MK137 Z2
Zt kabel 40-99
Zt Trafo
MK436
Z1
Z1 = = 819.67 pu
1,3114
1,6 x10 −3
Z2 = = = 1,25ohm
(tegangan, KV L − L ) 0,4 2
MVAbeban 0,128
Z2 = = 781,25 pu
1,25
1,6 x10 −3
839,68 pu 801,275
Z3 = = = 0,598ohm
(tegangan, KV L − L ) 0,4 2
MVAbeban 0,2675
Z3 = = 373,8 pu
0,598
1,6 x10 −3
6
6
0,025 pu
389,825 pu 199,853 pu
410,037 pu
Zkabel6−7 = = 0,0098 pu
0,1x0,393
4
Simpul 7.
7 7
7
Zkabel 7-99 0,0049 pu
524,320 pu
Zt MK 465 16 pu
Zbeban 526,3157 pu
Z3 = = = 0,8421ohm
(tegangan, KV L − L ) 0,4 2
MVAbeban 0,190
Z3 = = 526,3157 pu
0,8421
1,6 x10 −3
Zkabel7 −8 = = 0,0245 pu
0,25 x0,393
4
Simpul 8. 8
Zkabel 8-8'
Zt Trafo
Z1
MK131
8'
Zkabel 8'-8'’
Zt Trafo
MK130 Z2
8"
Zt kabel 8'-26
Zt Trafo
Zkabel 26-99 MK072 Z3
26
Zkabel 26-28
Zt Trafo
MK129 Z4
28
Zkabel 28-41
41
MK204 Zkabel 41-1.99
Zkabel 41-99
Zt Trafo
Zt Trafo
MK133
Zt Trafo
MK132
Z5 Z6 Z7
Z5 = = = 1,428ohm
(tegangan, KV L − L ) 0,4 2
MVAbeban 0,112
Z5 = = 892,85 pu
1,428
1,6 x10 −3
Z6 = = = 1,1428ohm
(tegangan, KV L − L ) 0,4 2
MVAbeban 0,140
Z6 = = 714,28 pu
1,1428
1,6 x10 −3
Z7 = = = 0,659ohm
(tegangan, KV L − L ) 0,4 2
MVAbeban 0,24255
Z7 = = 412,28 pu
0,659
1,6 x10 −3
41
= + +
1 1 1 1
Zp1 913,87 734,28 425
Zp1 = 207,94 pu
Z4 = = 500 pu
0,800
1,6 x10 −3
207,9458 pu 510 pu
= +
1 1 1
Zp 2 207,9458 510
Zp 2 = 147,716 pu
Z3 = = 198,412 pu
0,3174
1,6 x10 −3
26
= +
1 1 1
Zp3 147,741 204,7713
Zp3 = 85,8214 pu
147,741 pu 204,7713 pu
Zkabel8"−26 = = 0,0074 pu
0,075 x0,0393
4
Z2 = = = 1,729ohm
(tegangan, KV L − L ) 0,4 2
MVAbeban 0,0925
Z2 = = 1081,08 pu
1,729
1,6 x10 −3
= +
8"
1 1 1
Zp4 85,828 1097,08
Zp4 = 79,600 pu
85,828 pu 1097,08 pu
Zt Trafo Z1
MK131
Zkabel8'−8" = = 0,0037 pu
0,0375 x0,0393 8'
Zkabel 8'-8"
4
Zp4 seri terhadap Z kabel 8’-8”
79,600 pu
maka Zs6 = 79,600 + 0,0037 =79,637 pu.
Z1 = = = 0,485ohm
(tegangan, KV L − L ) 0,4 2
MVAbeban 0,33
Z1 = = 303,125 pu
0,485 315,825 pu
1,6 x10 −3 8'
Zp 5 = 66,30 pu
Zkabel8−8' = = 0,0037 pu
0,0375 x0,0393
8
4
66,3037 pu
Zp5 + Z kabel 8-8’ = 66,33 + 0,0037 = 63,3037
Zkabel8−9 = = 0,0049 pu
0,05 x0,0393
4
Simpul 9.
9 9 9
Zkabel 9-99
0,0125 pu 837,5125 pu
99
Zt Trafo
MK485
25 pu
Zbeban
812,5 pu
Zkabel9−99 = = 0,0125 pu
0,05 x0,996
4
Z1 = = = 1,298ohm
(tegangan, KV L − L ) 0,4 2
MVAbeban 0,1232
Z1 = = 812,5 pu
0.1298
1,6 x10 −3
Zkabel9−10 = = 0,0084 pu
0,2 x0,168
4
Simpul 10.
10
10
Zkabel 10-10'
10
Zt Trafo
0,00625 pu
MK132b Z1
323,176 pu
10'
734,2857 pu
Zkabel 10-99
589,9087 pu
Zt Trafo
MK134
Z2
Z2 = = = 0,9235ohm
(tegangan, KV L − L ) 0,4 2
MVAbeban 0,17325
Z2 = = 577,2005 pu
0.9235
1,6 x10 −3
Z1 = = = 1,14285ohm
(tegangan, KV L − L ) 0,4 2
MVAbeban 0,140
Z1 = = 714,28 pu
1,14285
1,6 x10 −3
= +
1 1 1
Zp 589,9067 734,28
Zp = 323,16974 pu
Zkabel11−12 = = 0,015625 pu
0,5 x0,125
4
Simpul 12.
12
Zt MK 129 10 pu 510 pu
Zbeban 500 pu
Z1 = = = 0,8ohm
(tegangan, KV L − L ) 0,4 2
MVAbeban 0,200
Z1 = = 500 pu
0,8
1,6 x10 −3
Simpul 13.
13
Zkabel 13-32
13
0,0344 pu
Zt Trafo
Zkabel32-99 MK457 Z1
32
0,0735 12,7 pu 453,5147 pu
Zkabel 32-a
114,8336 pu
0,00415 pu
Zt Trafo
MK078 Z2
a
8 pu 833,3333 pu
Zkabel a-b
0,00415 pu
Zt Trafo
MK025
Z3
b
10 pu 961,5384 pu
Zkabel b-33
0,00415 pu
Zt Trafo
MK024 Z4
33
6,35pu 223,563 pu
Z4 = = 223,563 pu
0,3577
1,6 x10 −3
Z3 = = = 1,5384ohm
(tegangan, KV L − L ) 0,4 2
MVAbeban 0,104
Z3 = = 961,5384 pu
1,5384
1,6 x10 −3
= +
1 1 1
Zp1 229,955 971,5384
Zp1 = 185,9436 pu
Zkabel a −b = = 0,00415 pu
0,3 x0,05 x0,996
4
Z2 = = = 1,3333ohm
(tegangan, KV L − L ) 0,4 2
MVAbeban 0,120
Z2 = = 833,3333 pu
1,3333
1,6 x10 −3
= +
1 1 1
Zp 2 185,9476 841,3333
Zp 2 = 152,2894 pu
Zkabel32− a = = 0,00415 pu
0,3 x0,05 x0,996
4
Zkabel32−99 = = 0,0735 pu
1,75 x0,168
4
Z1 = = = 0,7256ohm
(tegangan, KV L − L ) 0,4 2
MVAbeban 0,2205
Z1 = = 453,5147 pu
0,7256
1,6 x10 −3
= +
1 1 1
Zp 3 152,2936 466,2882
Zp 3 = 114,8336 pu
Zkabel13−32 = = 0,0344 pu
0,35 x0,393
4
Zkabel13−14 = = 0,0344 pu
0,35 x0,393
4
Simpul 14.
Z beban 1
Zt Trafo
MK075
Zkabel 14-99
14
Ztotal kiri Ztotal kanan
Zkabel 14-1.99
F1
Zt Trafo
MK076
F2
Z beban 2
Z1 = = = 0,5194ohm
(tegangan, KV L − L ) 0,4 2
MVAbeban 0,308
Z1 = = 324,6753 pu
0,5194
1,6 x10 −3
Zkabel14−1.99 = = 0,03735 pu
0,15 x0,996
4
Z2 = = = 0,5063ohm
(tegangan, KV L − L ) 0,4 2
MVAbeban 0,316
Z2 = = 316,4556 pu
0,5063
1,6 x10 −3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
0,01965 pu
3 4
Z 3−O1 = = 0,00125 pu
0,01965 x 275,099
275,099 + 4040,1245 + 0,01965
Z 4−O1 = = 0,0184 pu
0,01965 x 4040,1245
275,099 + 4040,1245 + 0,01965
275,099
o1 4040,1245 pu
Z O1−O1' = = 257,56 pu
275,099 x 4040,1245
275,099 + 4040,1245 + 0,01965
o1'
0,00985 pu
5 6
Z 5−O 2 = = 0,0072 pu
0,00985 x541,806
541,806 + 199,853 + 0,00985
Z 6 −O 2 = = 0,0026 pu
0,00985 x199,853
541,806 + 199,853 + 0,00985
541,806 pu
O2 199,853 pu
Z O 2 −O 2' = = 145,9972 pu
541,806 x199,853
541,806 + 199,853 + 0,00985
O2'
Z 7 −O 3 = = 0,0218 pu
0,0245 pu
7 8 0,0245 x542,32
0,0245 + 542,32 + 66,3037
Z 8−O 3 = = 0,00267 pu
0,0245 x 66,3037
03 0,0245 + 542,32 + 66,3037
542,32 pu 66,3037 pu
Z O 3− O 3 ' = = 59,078 pu
542,32 x66,3037
0,0245 + 542,32 + 66,3037
03'
0,0084 pu
9 10
Z 9 −O 4 = = 0,0061 pu
0,0084 x837,525
0,0084 + 323,176 + 837,5125
Z10−O 4 = = 0,0023 pu
0,0084 x323,176
837,5125
04 323,176 pu 0,0084 + 323,176 + 837,5125
Z O 4 −O 4 ' = = 233,191 pu
837,5125 x323,176
0,0084 + 323,176 + 837,5125
04'
Z12−O 5 = = 0,016 pu
0,01965 x510
0,01965 + 510 + 114,8336
0,01965
12 13
Z13−O 5 = = 0,0036 pu
0,01965 x114,8336
0,01965 + 510 + 114,8336
510
05 114,8336
05'
1 01 02 03 04 05 13
14
145,9972 pu
233,191 pu
257,56 pu
93,726 pu
59,078 pu
0,04525 pu
Z 01−0 a = = 0,02887 pu
01 02 0,04525 x 257,56
0,04525 + 145,9972 + 257,56
Z 02 −0 a = = 0,01636 pu
0,04525 x145,9972
0a 145,9972 pu 0,04525 + 145,9972 + 257,56
257,56 pu
Z 0 a −0 a ' = = 93,726 pu
257,56 x145,9972
0,04525 + 145,9972 + 257,56
0a’'
0,01368 pu
03
Z 03− 0b = = 0,02276 pu
04
0,01368 x59,078
0,01368 + 233,191 + 59,078
Z 04 − 0b = = 0,01636 pu
0,01368 x 233,191
0b 233,191 pu 0,01368 + 233,191 + 59,078
59,078 pu
Z 0b − 0b ' = = 47,134 pu
59,078 x 233,191
0,01368 + 233,191 + 59,078
0b’'
01 0a 02 03 0b 05
1 14
93,1685 pu
47,134 pu
93,726 pu
0a’ 0b' 05'
Z 0 a − 0b = Z 0 a − 02 + Z 02 − 03 + Z 03− 0b
Z 0 a −0 x = = 0,03543 pu
0,05337 x93,1685
0,05337 pu
93,1685 + 47,134 + 0,005337
Z 0b − 0 x = = 0,01792 pu
0,05337 x 47,134
0x 47,134 pu 93,1685 + 47,134 + 0,005337
93,1685 pu
Z 0 x −0 x ' = = 31,288 pu
93,1685 x 47,134
93,1685 + 47,134 + 0,005337
0x’'
0a 0x 0b' 05
1 14
93,726 pu
31,288 pu
0,09401 pu
Z 0 x −0 y = = 0,02351 pu
0x 05
0,09401x31,288
0,09401 + 93,726 + 31,288
Z 05−0 y = = 0,07043 pu
0,09401x 47,134
0y
0,09401 + 93,726 + 31,288
93,726 pu
31,288 pu
Z 0 y −0 y ' = = 23,4397 pu
31,288 x93,726
0,09401 + 93,726 + 31,288
0y’'
0a 0x 0b' 05
1 14
0,40612 pu 0,03543 pu 0,02351 pu 0,07043 pu 0,03798 pu
23,4397 pu
Z 1− 0 a = Z 1− 01 + Z 01− 0 a
0y Ztotal kiri 14
0,18518 pu 0,46506 pu 0,10841 pu
Ztotal kiri 14
23,4397 pu
0,7411 pu
Simpul 15.
15 15 15
0,00525 pu
Zkabel 15-99
409,528 pu
99
ZtrafoMK BNI
396,825 pu 12,7 pu
Zbeban
Zkabel14−15 = = 0,0147 pu
0,15 x0,393
4
Z= = = 0,63492ohm
(tegangan, KV L − L ) 0,4 2
MVAbeban 0,252
Z= = 396,825 pu
0,93492
1,6 x10 −3
Zkabel15−16 = = 0,0098 pu
0,1x0,393
4
Simpul 16.
16 16 16
486,5213 pu
ZtrafoMK 074
473,8213 pu 12,7 pu
Zbeban
Z= = = 0,7581ohm
(tegangan, KV L − L ) 0,4 2
MVAbeban 0,21105
Z= = 473,8213 pu
0,7581
1,6 x10 −3
Zkabel116−17 = = 0,00975 pu
0,3 x0,13
4
Simpul 17.
17 17 17
0,0168 pu
Zkabela-b Zkabel17-a
Zt trafo 25
Zbeban 1 932,836 pu
MK 476 pu
187,585
a a
0,034 pu
b b
Zt trafo 10 pu
MK 073
Zbeban 2 223,2143 pu
Zkabel a −b = = 0,034 pu
0,66 x0,35 x0,583
4
Z2 = = = 0,35714ohm
(tegangan, KV L − L ) 0,4 2
MVAbeban 0,448
Z2 = = 223,2143 pu
0,35714
1,6 x10 −3
Z1 = = = 1,4925ohm
(tegangan, KV L − L ) 0,4 2
MVAbeban 0,1072
Z1 = = 932,836 pu
0,35714
1,6 x10 −3
= +
1 1 1
Zp 233,243 957,836
Zp = 187,568 pu
Zkabel17 − a = = 0,0168 pu
0,33 x0,35 x0,583
4
0,0098 pu 0,0975 pu
0,0147 pu 16
14 15 17
473,8213 pu
187,585 pu
409,528 pu
0,0098 pu
15 16
Z 15−0 z = = 0,00448 pu
0,0098 x 409,528
0,0098 + 473,8213 + 409,528
Z 16 −0 z = = 0,00532 pu
0,0098 x 473,8213
0,0098 + 473,8213 + 409,528
0z
409,528 pu 473,8213 pu
Z 0 Z −0 Z ' = = 222,3558 pu
409,528 x 473,8213
0,0098 + 473,8213 + 409,528
0z’
Rangkaian menjadi :
Arus
222,3558 pu
Arus
222,3558 pu
= +
1 1 1
Zp 187,600 222,3885
Zp = 101,7523 pu
334,7002 pu
0,7411 pu 101,7715 pu
14
F1
10
pu F2
316,4556 pu
1. Apabila gangguan di titik F1, impedansi gangguan adalah (nilai Z total kiri,
Ztotal kanan, Z total atas) dipararelkan. Nilai Z pararel ini di serikan terhadap
Z kabel 14 -1.99. Nilai Z seri ini di pararelkan terhadap Z seri (trafo 076 dan
Z beban 2).
2. Apabila gangguan di titik F2, impedansi gangguan adalah (nilai Z total kiri, Z
total kanan, Z total atas) dipararelkan. Nilai Z pararel ini di serikan terhadap
Z kabel 14 -1.99 dan Z trafo 076. Nilai Z seri ini di pararelkan terhadap Z
beban 2).
= + +
1 1 1 1
Zp 0,7411 334,702 101,7715
Zp = 0,734128 pu
Ith
0,771478 pu
326,4556 pu
Zth = 0,76966 pu
Ith = = = 1,29927 pu
Vth 1
Zth 0,76966
= + +
1 1 1 1
Zp 0,7411 334,702 101,7715
Zp = 0,734128 pu
Ith
10,771478 pu
316,4556 pu
Zth = 10,147 pu
Ith = = = 0,0956 pu
Vth 1
Zth 10,147
Dengan melihat kurva ketahanan trafo terhadap hubung singkat yaitu I 2 .t = 1250
dimana I =
IF (arusgangguan)
dapar diperoleh waktu pemutusan maksimum
I (nom)
If = 13798,67
I=
13798,67
577,5
If = 24 x I nominal
I 2 .t = 1250
t=
1250
(24) 2
t = 2,17 det ik
Dalam hal ini gangguan FI dan F2 di sisi primer 20 KV dan F3 dan F4 di sisi
400 KV. Hal ini dilakukan agar dapat diketahui arus yang melewati fuse tersebut
if1
Gambar 4.20. Arah Arus Yang Melewati Fuse Saat Terjadi Gangguan F1
Saat terjadi hubung singkat di titik F1 arus yang melalui Fuse CO adalah arus If1.
- Besar arus yang melalui Fuse CO adalah 0,00306 x 2886,75 = 8,84 Ampere.
- Arus pengenal pelebur primer (15A) lebih besar dari arus gangguan yang
- Arus pengenal pelebur sekunder (NT Fuse) lebih besar dari arus gangguan
if2a if2b
Gambar 4.21. Arah Arus Yang Melewati Fuse Saat Terjadi Gangguan F2
1. Saat terjadi hubung singkat di titik F2 arus yang melalui Fuse CO adalah arus
If2a.
Dimana If 2 a = = 1,2962 pu
1
0,771478
Ampere.
- Arus pengenal pelebur lebih primer lebih kecil dari arus gangguan yang
- Arus pengenal pelebur sekunder lebih besar dari arus gangguan yang
if3b
if3a
Gambar 4.22. Arah Arus Yang Melewati Fuse Saat Terjadi Gangguan F3
1. Saat terjadi hubung singkat di titik F3 arus yang melalui fuse FCO adalah arus
If3a.
Dimana If 3a = = 0,09283 pu
1
10,771478
- Besar arus yang melalui Fuse FCO adalah 0,09283 x 2886,75 = 268 Ampere.
- Arus pengenal pelebur lebih kecil dari arus gangguan yang melewatinya
- Arus pengenal pelebur sekunder lebih besar dari arus gangguan maka NT
if4a if4b
Gambar 4.23. Arah Arus Yang Melewati Fuse Saat Terjadi Gangguan F4
Saat terjadi hubung singkat di titik F4 arus yang melalui Fuse CO adalah arus If4a.
Dimaan If 4 a = = 0,09283 pu
1
10,771478
- Besar arus yang melalui Fuse FCO adalah 0,09283 x 2886,75 = 268 Ampere.
- Arus pengenal pelebur primer lebih kecil dari arus gangguan yang
13398,86 Ampere
- Arus pengenal pelebur sekunder lebih kecil dari arus gangguan maka NT
fuse bekerja. Akan tetapi pengaman yang lebih duluan bekerja adalah
pengaman yang lebih dekat ke titik gangguan. Maka NT fuse akan bekerja
duluan. Dan apabila terjadi kegagalan proteksi (NT fuse tidak melebur) maka
karena adanya arus inrush 15xInominalnya pemilihan rating fuse perlu diperhatikan.
Dari nilai arus maksimum pada sisi primer (12,65 A) dan sisi sekunder trafo
(635A), maka pada sisi primer seharusnya menggunakan fuse dengan rating
Maka kita dapat memilih fuse 13 A disisi primer dan 630 A di sisi sekunder.
Akan tetapi karena rating yang banyak tersedia unutk fuse di sisi primer adalah
3,5,6,8,10,15,20 A, maka rating fuse untuk 400 KVA yang dipakai pada sisi primer
adalah 15 Ampere.
primer untuk trafo 400 kVA adalah minimum 12,5 T dan maksimum 16 T.
Dalam hal ini arus pengenal Fuse di sisi sekunder yang dipilih adalah 630
Untuk kemampuan pemutusan disesuaikan dengan nilai besar arus hubung singkat
V.1. Kesimpulan
1. Dari perhitungan Arus Inrush didapat nilai arus Inrush untuk Trafo
Distribusi 400 kVA adalah 168,5A atau 15 kali arus nominalnya dan lama
2. Karena adanya arus Inrush tersebut maka dipilih fuse dengan tundaan waktu
3. Besar Arus Gangguan Tiga phasa maksimum di sisi primer adalah 3753,28 A
13798,67 A
V.2. Saran
Agar kontinuitas pelayanan Sistem Tenaga Listrik semakin bagus, nilai rating
Company, Singapore,1999.
Hill,1987.
York. 1950,
Erlangga. 1996
10. Winder Jr, Jhon J, “ Power Transformer Principles and Aplications ” Marcel