Anda di halaman 1dari 83

PT.

PJB UNIT PEMBANGKITAN PAITON


(4 JULI 2022 S/D 4 AGUSTUS 2022)

KERJA PRAKTIK

PEMELIHARAAN MOTOR CONVEYOR 3 KV DAN


INSPEKSI CIRCUIT BREAKER B1 CHCB1-04 PADA
PLTU PAITON UNIT 1 DAN 2

AMANDA ROOSYIDA 0711 19 4000 0041


DIAN NUR FAIZZAH 0711 19 4000 0066
DELLA MANDA PUSPITA 0711 19 4000 0219

DOSEN PEMBIMBING
Feby Agung Pamuji, S.T., M.T., Ph.D.

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNOLOGI ELEKTRO DAN INFORMATIKA CERDAS
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA 2022

i
PT. PJB UNIT PEMBANGKITAN PAITON
(4 JULI 2022 S/D 4 AGUSTUS 2022)

KERJA PRAKTIK

PEMELIHARAAN MOTOR CONVEYOR 3 KV DAN


INSPEKSI CIRCUIT BREAKER B1 CHCB1-04 PADA
PLTU PAITON UNIT 1 DAN 2

AMANDA ROOSYIDA 0711 19 4000 0041


DIAN NUR FAIZZAH 0711 19 4000 0066
DELLA MANDA PUSPITA 0711 19 4000 0219

DOSEN PEMBIMBING
Feby Agung Pamuji, S.T., M.T., Ph.D.

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNOLOGI ELEKTRO DAN INFORMATIKA CERDAS
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA 2022

ii
(Halaman ini sengaja dikosongkan)

i
LEMBAR PENGESAHAN

PEMELIHARAAN MOTOR CONVEYOR 3 KV DAN


INSPEKSI CIRCUIT BREAKER B1 CHCB1-04 PADA
PLTU PAITON UNIT 1 DAN 2
di
PT PJB UNIT PEMBANGKIT PAITON

Laporan Kerja Praktik Ini Disusun untuk Memenuhi Persyaratan


Akademik di Departemen Teknik Elektro FTEIC- ITS

Tempat Pengesahan di : Surabaya


Tanggal : 4 Agustus 2022

Menyetujui,
Dosen Pembimbing,

Feby Agung Pamuji, S.T., M.T., Ph.D.


NIP. 198702062012121002
Departemen Teknik Elektro
Fakultas Teknologi Elektro dan Informatika Cerdas
Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Mengetahui,
Kepala Departemen

Dedet Candra Riawan, ST., M.Eng., Ph.D.


NIP. 197311192000031001

i
(Halaman ini sengaja dikosongkan)

v
LEMBAR PENGESAHAN

PEMELIHARAAN MOTOR CONVEYOR 3 KV DAN


INSPEKSI CIRCUIT BREAKER B1 CHCB1-04 PADA
PLTU PAITON UNIT 1 DAN 2
di
PT PJB UNIT PEMBANGKIT PAITON

Laporan Kerja Praktik Ini Disusun untuk Memenuhi Persyaratan


Akademik di Departemen Teknik Elektro FTEIC- ITS

Tempat Pengesahan di : Paiton, Probolinggo


Tanggal : 4 Agustus 2022

Menyetujui,

Supervisor Senior Pembimbing Kerja Praktik


Pemeliharaan Listrik

Anshar Affandy Hafidz Hikmatullah R.


NID. 9014147ZJY NID. 9115254ZJY

Mengetahui,
Assisten Officer Admin SDM

Misbiantoro
NID. 8810013JA

v
(Halaman ini sengaja dikosongkan)

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena hanya dengan


rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat melaksanakan Kerja
Praktik dan menyelesaikan laporan Kerja Praktik di PT.
Pembangkitan Jawa- Bali Unit Pembangkitan Paiton Unit 1 dan 2
dengan judul “Pemeliharaan Motor Conveyor 3 kV dan Inspeksi
Circuit Breaker B1 CHCB1-04 Pada PLTU Paiton Unit 1 dan 2”.
Kerja Praktik telah dilaksanakan pada tanggal 4 Juli 2022 - 4
Agustus 2022. Penulisan laporan Kerja Praktik ini disusun sebagai
syarat untuk memenuhi mata kuliah Kerja Praktik di Departemen
Teknik Elektro FTEIC- ITS Surabaya.
Dalam pelakasanaan dan penulisan laporan kerja praktik ini,
penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan, arahan, dan
motivasi yang diberikan. Adapun pihak-pihak yang telah
membantu dan membimbing kami dalam pelaksanaan Kerja
Praktik yaitu:
1. Allah SWT. yang dengan rahmat-Nya kami dapat
melaksanakan kerja praktik dengan lancar,
2. Orang tua dan keluarga yang telah mencurahkan doa dan
semangat yang tiada henti,
3. Bapak Dr. Dedet Candra Riawan, ST., M.Eng. selaku Kepala
Departemen Teknik Elektro yang telah memberikan
bimbingannya kepada kami,
4. Feby Agung Pamuji, S.T., M.T., Ph.D. selaku Dosen
Pembimbing di Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga
Departemen Teknik Elektro FTEIC-ITS,
5. Bapak Hafidz Hikmatullah Ramadhan selaku mentor yang
telah banyak memberikan arahan kepada kami,
6. Segenap karyawan di bengkel listrik yang juga ikut serta
membantu dan mendampingi kami selama kerja praktik,
7. Bapak Misbiantoro selaku Assisten Officer Admin Sumber Daya
Manusia,
8. Teman-teman Departemen Teknik Elektro ITS angkatan 2019
yang selalu membagikan informasi kepada kami,
9. Serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu-persatu
yang turut membantu dan memperlancar jalannya Kerja
Praktik ini.

v
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
perancangan dan pembuatan laporan Kerja Praktik ini. Besar
harapan penulis untuk menerima saran dan kritik dari para
pembaca. Semoga buku laporan Kerja Praktik ini dapat
memberikan manfaaat bagi para pembaca, khususnya bagi
penulis sendiri.

Paiton, 4 Agustus 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................viii
DAFTAR ISI...............................................................x
DAFTAR GAMBAR......................................................xii
BAB I PENDAHULUAN...................................................1
1.1. Latar Belakang...............................................1
1.2. Waktu dan Tempat Pelaksanaan..........................2
1.3. Tujuan.........................................................2
1.4. Batasan Masalah.............................................3
1.5. Metodologi Pengumpulan Data............................3
1.6. Sistematika Penulisan.......................................3
BAB II PROFIL PERUSAHAAN PT. PJB UP PAITON UNIT 1 DAN 25
2.1. Sejarah PT. PJB UP Paiton Unit 1 dan 2..................5
2.2. Sejarah PT. PJB UP PAITON................................6
2.3. Deskripsi Umum Perusahaan PT. PJB UP Paiton.........7
2.4. Visi dan Misi Perusahaan PT. PJB UP Paiton.............7
2.5. Struktur Organisasi PT. PJB UP Paiton....................8
2.6. Keselamatan Ketenagalistrikan (K2) di PT PJB UP
Paiton 8
2.7. Kesehatan, Keselamatan Kerja (K3) dan Lingkungan
Bagi Karyawan.......................................................10
BAB III DASAR TEORI..................................................18
3.1. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).................18
3.2. Alur Proses Produksi PLTU Paiton Unit 1 dan 2........19
3.3. Sistem Kelistrikan PLTU Paiton Unit 1 dan 2...........21
3.4. Coal Handling System......................................23
3.5. Pemeliharaan Listrik.......................................27
3.6. Motor Listrik................................................29
3.7. Switchgear..................................................33
3.8. Circuit Breaker.............................................33
BAB IV PEMBAHASAN.................................................36
4.1. Motor Conveyor.............................................36
4.2. Spesifikasi Motor Conveyor...............................38
4.3. Preventive Maintenance...................................38
4.3.1. Pemeliharaan Motor Conveyor.....................38
4.3.1.1. Inspeksi Motor..................................39
4.3.1.2. Cleaning.........................................43

x
4.3.1.3. Inspeksi Greasing...............................43
4.3.1.4. RDC test.........................................45
4.3.1.5. IR (Insulation Resistance) Test...............47
4.3.1.6. PI (Polarization Index).........................48
4.3.2. Inspeksi Circuit Breaker.............................48
4.3.2.1. Pembersihan mekanik breaker...............50
4.3.2.2. Megger Load.....................................50
4.3.2.3. Function Test...................................52
4.4. Corrective Maintenance...................................53
BAB V PENUTUP.......................................................55
5.1 Kesimpulan......................................................55
5.2 Saran.............................................................55
DAFTAR PUSTAKA.....................................................57
LAMPIRAN...............................................................59

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta Sebaran Unit Pembangkit PT. PJB...............6


Gambar 2.2 Struktur Organisasi PT.PJB UP Paiton.................8
Gambar 2.3 Contoh lembar Permit to Work (PTW)...............12
Gambar 2.4 Contoh Pengisian Work Order.........................13
Gambar 2.5 Contoh lembar Instruksi Kerja........................14
Gambar 2.6 Alat pelindung mata dan muka.......................15
Gambar 2.7 Alat pelindung kepala..................................15
Gambar 2.8 Sepatu pengaman.......................................15
Gambar 2.9 Pelindung telinga.......................................16
Gambar 2.10 Perlindungan pernapasan............................16
Gambar 2.11 Sarung tangan dan sarung lengan...................16
Gambar 2.12 Pakaian Kerja..........................................17
Gambar 3.1 Alur proses produksi listrik PLTU Paiton Unit 1 dan 2
............................................................................. 19
Gambar 3.2 Single Line Diagram PLTU Paiton unit 1 dan 2.....21
Gambar 3.4 Ship Unloader...........................................25
Gambar 3.5 Bentuk dasar conveyor.................................26
Gambar 3.6 Macam-macam motor listrik..........................29
Gambar 3.7 Medan putar pada motor 3 fasa......................30
Gambar 3.8 Megger Test.............................................32
Gambar 3.9 Alat dan bahan untuk inspeksi greasing.............33
Gambar 3.10 Switchgear CHCB PLTU Paiton unit 1 dan 2.......33
Gambar 3.11 Vacuum circuit breaker..............................34
Gambar 3.12 Single Line Diagram Kelistrikan CHCB..............35
Gambar 3.13 Wiring circuit breaker................................35
Gambar 4.1 Bagian-bagian motor 3 phasa.........................36
Gambar 4.2 Motor Conveyor pada PLTU Paiton Unit 1 dan 2. . .37
Gambar 4.3 Nameplate motor conveyor PLTU Paiton Unit 1 & 2
............................................................................. 38
Gambar 4.4 Cleaning motor dengan majun........................43
Gambar 4.5 Proses re-greasing Motor..............................45
Gambar 4.6 Contoh Greasing Pada Ball Bearing..................45
Gambar 4.7 Pelaksanaan Pengujian RDC Test.....................46
Gambar 4.8 Pelaksanaan Pengujian IR Test.......................48
Gambar 4.9 Pelaksanaan pembersihan circuit breaker..........50
Gambar 4.10 Pelaksanaan Megger load............................52
Gambar 4.11 Function Test Circuit Breaker.......................52

x
Gambar 4.12 Corrective maintenance pada Circuit Breaker ... 54

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tegangan ukur IR Test....................................31


Tabel 3.2 Nilai minimum IR test berdasarkan IEEE 43...........31
Tabel 4.1 Spesifikasi motor conveyor PLTU Paiton Unit 1 dan 2
............................................................................. 38
Tabel 4.2 Permasalahan dan tindakan pada motor 3KV.........41
Tabel 4.3 Perhitungan standar deviasi nilai hambatan belitan
motor....................................................................46
Tabel 4.4 Minimum nilai PI berdasarkan IEEE std 43-2000......48
Tabel 4.5 Permasalahan dan tindakan pada kerusakan mekanik
circuit breaker..........................................................53

x
(Halaman ini sengaja dikosongkan)

x
BAB I
PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang,


tujuan, dan manfaat dari kerja praktik, batasan dan asumsi yang
digunakan serta sistematika penulisan yang digunakan untuk
menyelesaikan laporan ini.
1.1. Latar Belakang
Pada Era saat ini, perkembangan ilmu pengetahuan
teknologi semakin meluas dan berkembang, sehingga
pengembangan ilmu pengetahuan teknologi sangat dibutuhkan
sebagai sarana untuk peningkatan sumber daya manusia,
perluasan lapangan kerja, serta peningkatan kesejahteraan
rakyat sehingga terjadi peningkatan produktifitas.
Sebagai kaum terpelajar, mahasiswa saat ini tentunya juga
harus memiliki keahlian dalam bidang akademisi baik secara
teori maupun secara praktek di lapangan. Untuk menguasai hal
tersebut, maka mahasiswa perlu mempersiapkan skill dalam
bekerja di lapangan. Untuk mendukung persiapan bekerja di
lapangan secara langsung, mahasiswa juga perlu memahami
teori dasar yang ada pada perkuliahan dan dapat diterapkan
selama praktikum di kampus. Akan tetapi, mahasiswa juga perlu
mempersiapkan skill bekerja di lapangan dengan cara terjun
secara langsung di suatu perusahaan agar mahasiswa
mendapatkan pengalaman kerja lapangan. Hal tersebut
dilakukan untuk mendukung tercapainya tujuan pembelajaran
yang baik untuk perkembangan IPTEK.
Oleh karena itu, Departemen Teknik Elektro Fakultas
Teknologi Elektro dan Informatika Cerdas (FTEIC) Institut
Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, sebagai salah satu
institusi pendidikan yang ada di Indonesia yang berorientasi
pada ilmu pengetahuan dan teknologi, memberi kesempatan
bagi para mahasiswa dan mahasiswinya untuk mengembangkan
diri agar mampu menyesuaikan dengan perkembangan dan
tuntutan dunia industri sekarang ini. Untuk mendukung upaya
tersebut, maka Departemen Teknik Elektro ITS membuat
program kerja praktek dalam kurikulum yang diwajibkan untuk
mahasiswanya. Solusi nyata dalam pengembangan kualitas
pendidikan di bidang

1
perguruan tinggi yaitu mewajibkan mahasiswanya untuk
melaksanakan kerja praktek sebagai salah satu syarat kelulusan
tahap sarjana. Program kerja praktek merupakan salah satu
kurikulum yang wajib ditempuh oleh mahasiswa S1-Teknik
Elektro ITS untuk mencapai learning outcome yang mengacu
pada Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). Metode ini
bertujuan untuk menyandingkan, menyetarakan, dan
mengintegrasikan antara bidang pendidikan dengan bidang
kerja.

1.2. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Kerja Praktik ini dilakukan pada 4 Juli 2022 s.d. 4 Agustus
2022 di PT. Pembangkitan Jawa-Bali Unit Pembangkit Paiton
Unit 1 dan 2.

1.3. Tujuan
Tujuan pelaksanaan Kerja Praktik di PT. PJB UP Paiton ini,
adalah sebagai berikut:
1. Sebagai perwujudan untuk meningkatkan wawasan aplikasi
teknik elektro dalam bidang industri dan memperoleh
pemahaman secara nyata dalam dunia kerja.
2. Membuka dan menciptakan pola berpikir yang berwawasan
bagi mahasiswa dan dunia kerja.
3. Sebagai perwujudan peran serta mahasiswa dalam dunia
industri sebagai kontribusinya pada sistem pendidikan
nasional.
4. Sebagai sarana pembelajaran mahasiswa dalam sosialisasi
pada linkungan dunia kerja.
5. Mengembangkan pengetahuan, sikap, keterampilan, dan
kemampuan profesi melalui penerapan ilmu, latihan kerja,
dan pengamatan teknik yang diterapkan di PT. PJB UP
Paiton.
6. Untuk memenuhi beban satuan kredit semester (SKS) yang
harus ditempuh sebagai salah satu syarat akademis di
Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Elektro dan
Informatika Cerdas, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

2
1.4. Batasan Masalah
Batasan masalah pada kerja praktik ini adalah mengenai
pemeliharaan motor conveyor 3 kV dan inspeksi circuit breaker
B1 CHCB1-04 pada Pltu Paiton unit 1 dan 2 di PT. PJB UP
PAITON.

1.5. Metodologi Pengumpulan Data


Dalam penyusunan laporan ini, penulis melakukan
pengumpulan data dengan beberapa cara antara lain:
1. Studi lapangan (observasi)
Data yang diperoleh penulis dari studi lapangan berasal dari:
a. Pengamatan selama praktik dan dokumentasi.
b. Bimbingan dari instruktur yang membawahi divisi masing-
masing
2. Studi literatur
Studi literatur yang kami lakukan untuk memperoleh data-
data pendukung diperoleh dari:
a. Buku-buku diktat dan dokumen tentang operasi dan
maintenance pembangkit yang terdapat di PT.
Pembangkitan Jawa-Bali Unit 1 dan 2 PLTU Paiton.
b. Mencari informasi dan data-data di Internet yang masih
berkaitan dengan Maintenance.
3. Metode Observasi
Bimbingan dilaksanakan dengan didampingin langsung oleh
mentor atau pembimbing lapangan. Proses yang dilakukan
diantaranya pembimbingan, diskusi dan konsultasi terkait
metode pelaksanaan. Dengan bimbingan ini bertujuan untuk
mendapatkan masukan dan saran agar data dan informasi yang
didapatkan lebih kuat.

1.6. Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan laporan kerja praktik “Pemeliharaan
Motor Conveyor 3 kV dan Inspeksi Circuit Breaker B1 CHCB1-04
Pada PLTU Paiton Unit 1 dan 2” ini terdiri dari 5 bab, yaitu:
1.6.1 BAB I Pendahuluan
Pada bab ini menjelaskan tentang latar belakang,
waktu dan tempat pelaksanaan, tujuan, batasan masalah,
metodologi pengumpulan data, dan sistematika penulisan
laporan.

3
1.6.2 BAB II Profil Perusahaan PT. PJB UP Paiton
Pada bab ini menjelaskan tentang profil perusahaan
PT. Pembangkitan Jawa-Bali Unit 1 dan 2 PLTU Paiton, yang
terdiri dari sejarah perusahaan, deskripsi umum perusahaan,
visi dan misi perusahaan, struktur organisasi perusahaan,
keselamatan ketenagalistrikan, serta kesehatan,
keselamatan kerja dan lingkungan bagi karyawan.
1.6.3 BAB III Dasar Teori
Pada bab ini menunjukkan kajian pustaka tentang
siklus, alur proses produksi, sistem kelistrikan, coal handling
system, pemeliharaan listrik, motor listrik, switchgear, dan
circuit breaker di PT. PJB UP Paiton.
1.6.4 BAB IV Pembahasan
Pada bab ini menjelaskan tentang preventive
maintenance dan motor conveyor yang terdiri dari
spesifikasi motor conveyor beserta pemeliharaannya yang
berupa inspeksi dan cleaning motor, inspeksi greasing, RDC
Test, IR test, PI (polarization index). Selain itu juga
membahas tentang inspeksi circuit breaker yang terdiri dari
pembersihan mekanik breaker, megger load, dan function
test. Selain itu juga membahas tentang preventive
maintenance yang meliputi pembersihan mekanik breaker,
megger load, dan function test.
1.6.5 BAB V Penutup
Pada bab ini menjelaskan tentang kesimpulan dan
saran selama berlangsungnya kerja praktik dari awal
berjalan hingga selesai.

4
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN PT. PJB UP PAITON UNIT 1 DAN 2

2.1. Sejarah PT. PJB UP Paiton Unit 1 dan 2


Sejarah PT. Pembangkitan Jawa Bali berawal ketika
perusahaan listrik dan gas di bentuk pada tahun 1945. Pada
tahun 1965, Perusahaan Listrik Negara dipisah dari Perusahaan
Gas Negara. Pada tahun 1972, PLN menjadi Badan Usaha Milik
Negara dengan status Perusahaan Umum. Pada tahun 1982,
restrukturisasi dimulai di Jawa-Bali dengan pemisahan unit
sesuai fungsinya, sehingga menjadi Unit PLN Distribusi dan Unit
PLN Pembangkitan dan Penyaluran.
Pada tahun 1994, status PLN diubah menjadi Persero dan
pada tahun 1995 dilakukan restrukturisasi di dalam PT. PLN
(Persero) untuk memisahkan misi sosial dan misi komersial
dengan membentuk dua anak perusahaan di bidang
pembangkitan. Pada tanggal 3 Oktober 1995, berdirilah PT.
Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa-Bali II (PLN PJB II) dengan
tujuan untuk menyelenggarakan usaha ketenagalistrikan yang
bermutu tinggi serta handal berdasarkan prinsip industri dan
niaga yang sehat dan efisien. Pada tahun 2000, PLN PJB II
melakukan penyempurnaan organisasi dan mengubah nama
menjadi PT. Pembangkitan Jawa-Bali (PT. PJB).
PT. PJB adalah anak perusahaan PT. PLN (Persero) yang
didirikan pada tanggal 3 Oktober 1995 dengan tujuan untuk
meningkatkan efisiensi dan pelayanan, serta mampu
berkembang secara mandiri dengan menyelenggarakan usaha
ketenagalistrikan berdasarkan prinsip industri dan niaga yang
sehat dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas.
PT. PJB melaksanakan kegiatan usaha sebagai penyediaan
tenaga listrik yang ekonomis, bermutu tinggi dan andal,
melaksanakan pembangunan dan pemasangan pembangkit,
pemeliharaan dan pengoperasian pembangkit, serta usaha-usaha
lain yang berkaitan dengan kegiatan perseroan dalam rangka
memanfaatkan secara maksimal potensi yang dimiliki.
Dalam menjalankan bisnisnya, PT. PJB menerapkan kaidah-
kaidah internasional yang didasarkan pada tiga pilar strategis
yaitu aset management sebagai core competence perusahaan

5
(organization capital), sistem manajemen SDM (human capital),
dan teknologi informasi sebagai business enabler (information
capital readiness). Tiga pilar strategis itu dijabarkan dalam 10
sistem manajemen best practice, yaitu Manajemen Aset,
Manajemen Resiko, Manajemen Mutu ISO 9000, Manajemen
Lingkungan ISO 14000 dan K3 OHSAS 18000, Manajemen Good
Corporate Governance (GCG), Manajemen Teknologi Informasi,
Knowledge Management, Manajemen SDM Berbasis Kompetensi,
Manajemen Baldrige dan Manajemen House Keeping 5S. Berikut
ini adalah peta sebaran PT. PJB unit pembangkit.

Gambar 2.1 Peta Sebaran Unit Pembangkit PT. PJB

2.2. Sejarah PT. PJB UP PAITON


Pada tanggal 15 Maret 1992, terbentuklah Unit
Pembangkitan Paiton berdasarkan surat keputusan direksi PLN
No.030K/023/DIR/1993. Unit Pembangkitan Paiton merupakan
unit kerja yang dikelola oleh PLN Pembangkitan dan Penyaluran
Jawa Bagian Timur dan Bali (PLN KJT dan BALI) Sektor Paiton.
Pada saat terjadi restrukturisasi di PT. PLN pada tahun 1995, PT.
PLN berubah menjadi PT. PLN Pembangkitan Tenaga Listrik
Jawa- Bali I dan PT. PLN Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa-Bali
II. Pada tahun 1997, Sektor Paiton mengubah namanya menjadi
PT. PLN Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa-Bali II Unit
Pembangkitan Paiton.
Berdasarkan surat keputusan No.039K/023/DIR/1998
tentang pemisahan fungsi pemeliharaan dan fungsi operasi PT.
PLN Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa-Bali II Unit
Pembangkitan Paiton, sejak tanggal 3 Juni 1999 Unit
Pembangkitan Paiton
6
mengalami perubahan mengikuti perkembangan organisasi di PT.
PLN PJB II yang fleksibel dan dinamis, sehingga mampu
menghadapi dan menyesuaikan situasi bisnis yang selalu
berubah. Perubahan yang mendasar dari Unit Pembangkitan,
yaitu dipisahkan fungsi operasi dan fungsi pemeliharaan. Dengan
perkembangan organisasi dan kebijaksanaan manajemen, maka
sejak tanggal 3 Oktober 2000, PT. PLN Pembangkitan Tenaga
Listrik Jawa Bali II berubah menjadi PT. Pembangkitan Jawa Bali
(PT. PJB) dengan unit Pembangkitan Paiton sebagai satu unit
pembangkitan utama.
Sesuai dengan program yang dirancang oleh pemerintah
dalam rangka penghematan bahan bakar minyak dan
deversifikasi sumber energi, maka PLTU Paiton telah didesain
untuk menggunakan batubara sebagai bahan bakar utamanya.
Total kapasitas unit 1 dan unit 2 sebesar 2x400 MW yang telah
beroperasi sejak tahun 1993/1994 untuk tahap 1.

2.3. Deskripsi Umum Perusahaan PT. PJB UP Paiton


a. Lokasi = JL. Raya Surabaya Situbondo KM.142
Paiton – Probolinggo 67291, Desa
Binor Kec Paiton Kab. Probolinggo
b. Luas Tanah = ± 476 Ha
c. Kapasitas Terpasang = 2 x 400 MW
d. Kapasitas Netto = 2 x 370 MW
e. Spek. Bahan Bakar = Batu Bara Kalori Rendah
f. Konsumsi Batu Bara = 3.467.500 Ton/Tahun

2.4. Visi dan Misi Perusahaan PT. PJB UP Paiton


Berikut ini merupakan visi dan misi perusahaan PT. PJB UP
Paiton:
Visi
Menjadi perusahaan terdepan dan terpercaya dalam bisnis energi
berkelanjutan di Asia Tenggara
Misi
1. Menjalankan bisnis energi yang inovatif dan kolaboratif,
tumbuh, dan berkelanjutan, serta berwawasan lingkungan.
2. Menjaga tingkat kinerja tertinggi untuk memberikan nilai
tambah bagi para pemangku kepentingan.

7
3. Menarik minat dan mengembangkan talenta terbaik serta
menjalankan organisasi yang agile dan adaptif.

2.5. Struktur Organisasi PT. PJB UP Paiton


Berikut ini merupakan struktur organisasi PT PJB UP Paiton:

Gambar 2.2 Struktur Organisasi PT.PJB UP Paiton

2.6. Keselamatan Ketenagalistrikan (K2) di PT PJB UP Paiton


2.6.1 Pengertian K2
Keselamatan Ketenagalistrikan dapat diartikan
sebagai segala upaya atau langkah-angkah pengamanan
instalasi tenaga listrik dan pengamanan pemanfaat tenaga
listrik untuk mewujudkan kondisi andal bagi instalasi dan
kondisi aman dari bahaya bagi manusia, serta kondisi
akrab lingkungan (ramah lingkungan), dalam arti tidak
merusak lingkungan hidup disekitar instalasi tenaga listrik.
Sebagai upaya untuk mewujudkan “A3” maka
dilakukan:
a) Standarisasi,
b) Penetapan pilar K2,
c) Sertifikasi,
d) Penerapan SOP/IK,
e) Adanya pengawas pekerjaan.
2.6.2 Landasan Hukum K2

8
Landasan hukum dari keselamatan ketenagalistrikan
(K2) antara lain:
1. UU No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
2. UU No.30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan.
3. Keppres No.22 Tahun 1993 tentang Penyakit Yang
Timbul Karena Hubungan Kerja.
4. Kep Menaker No.5/Men/1996 tentang Sistem
Manajemen K3 (SMK3).
5. Kep Direksi No.090.K/DIR/2000 tentang Pedoman
Keselamatan Instalasi.
6. Kep Direksi No.091.K/DIR/2005 tentang Pedoman
Keselamatan Umum.
7. Kep Direksi No.092.K/DIR/2005 tentang Pedoman
Keselamatan Kerja.
Berdasarkan Undang-Undang No. 30 Tahun 2009
tentang Ketenagalistrikan, Keselamatan Ketenagalistrikan
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Setiap kegiatan usaha ketenagalistrikan wajib
memenuhi ketentuan keselamatan ketenagalistrikan.
2. Keselamatan ketenagalistrikan meliputi:
 Standarisasi
 Pengamanan instalasi dan pemanfaatan tenaga
listrik untuk mewujudkan kondisi:
- Andal dan aman bagi instalasi (keselamatan
instalasi),
- Aman dari bahaya bagi manusia dan makhluk
hidup lainnya.
 Tenaga kerja (keselamatan kerja)
 Masyarakat umum (Keselamatan umum)
 Sertifikasi, yang meliputi:
- Sertifikasi layak operasi bagi instalasi
penyediaan tenaga listrik.
- Sertifikasi kesesuaian dengan standar PUIL
untuk instalasi.
- Tanda keselamatan bagi pemanfaat tenaga
listrik (alat kerja/rumah tangga).
- Sertifikasi kompetenso bagi tenaga teknik
kelistrikan.

9
2.6.3 Empat Pilar Keselamatan Ketenagalistrikan (K2)
 Pilar 1 : Keselamatan Kerja
Pilar 1 merupakan usaha untuk mewujudkan keadaan
aman untuk karyawan dari bahaya yang bisa diakibatkan
oleh aktivitas instalasi dan aktivitas ketenagalistrikan
yang lain dari Perusahaan, dengan memberi
pelindungan, penjagaan dan penuntasan pada
berlangsungnya kecelakaan kerja dan penyakit yang
muncul karena jalinan kerja yang menerpa karyawan.
 Pilar 2 : Keselamatan Umum
Pilar 2 merupakan usaha untuk mewujudkan keadaan
aman untuk warga umum dari bahaya yang disebabkan
oleh aktivitas instalasi dan aktivitas ketenagalistrikan
yang lain dari Perusahaan, dengan memberi
pelindungan, penjagaan dan penuntasan pada
berlangsungnya kecelakaan warga umum yang terkait
dengan aktivitas Perusahaan.
 Pilar 3 : Keselamatan Lingkungan
Pilar 3 merupakan usaha untuk mewujudkan keadaan
dekat lingkungan dari instalasi, dengan memberi
pelindungan pada berlangsungnya pencemaran dan atau
penjagaan pada berlangsungnya kerusakan lingkungan
yang disebabkan oleh aktivitas instalasi.
 Pilar 4 : Keselamatan Instalasi
Pilar 4 merupakan usaha untuk mewujudkan keadaan
handal dan aman untuk instalasi dengan memberi
pelindungan, penjagaan dan penyelamatan pada
berlangsungnya masalah dan kerusakan yang
menyebabkan instalasi tidak bisa berperan secara
normal dan atau tidak bisa bekerja.

2.7. Kesehatan, Keselamatan Kerja (K3) dan Lingkungan Bagi


Karyawan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan upaya
untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan aman,
sehingga dapat mengurangi probabilitas kecelakaan
kerja/penyakit akibat kelalaian yang mengakibatkan demotivasi
dan defisiensi produktivitas kerja. Menurut UU Pokok Kesehatan

1
RI No. 9 Th. 1960 Bab I Pasal II, Kesehatan Kerja adalah suatu
kondisi Kesehatan yang bertujuan agar masyarakat pekerja
memperoleh derajat Kesehatan setinggi-tingginya, baik jasmani,
rohani maupun sosial, dengan usaha pencegahan dan
pengobatan terhadap penyakit atau gangguan Kesehatan yang
disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja maupun
penyakit umum.
Menurut Undang – Undang Keselamtan kerja No.1 tahun
1970, tujuan keselamatan kerja adalah untuk:
a. Mencegah dan mengurangi dan memadamkan kebakaran.
b. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.
d. Memberikan keselamatan atau jalan menyelamatkan diri
pada waktu kebakaran atau kejadian lain yang berbahaya.
e. Memberikan pertolongan pada kecelakaan.
f. Memberikan alat–alat perlindungan pada kecelakaan.
g. Memberikan alat–alat perlindungan kepada para pekerja.
h. Mencegah dan mengendalikan timbul dan menyebar luasnya
suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan
angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran.
i. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat
kerja, baik fisik, psikis, peracunan, infeksi dan penularan.
j. Memperoleh penerangan yang cukup sesuai.
k. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik.
l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan kertertiban.
m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja,
lingkungan, cara dan proses kerjanya.
n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang,
binatang, tanaman atau barang.
o. Mencegah sengatan aliran listrik yang berbahaya.
p. Menyelesaikan dan menyempurnakan pengamanan pada
pekerjaan yang kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

2.8 Hal-hal yang Dilakukan Sebelum Memulai Pekerjaan


Sebelum melakukan pekerjaan, pada PT.PJB UP Paiton
memiliki peraturan yang harus dilaksanakan yaitu diantaranya:
1. Mengisi Permit to Work (PTW)
Permit to Work (PTW) mengacu pada sistem manajemen yang
digunakan untuk memastikan bahwa pekerjaan dilakukan dengan
aman dan efisien. Work permit ini mempunyai tujuan untuk
1
menyatakan bahwa kondisi tempat dimana pekerjaan akan
dilakukan sudah safety dan juga diketahui identifikasi bahaya
tahap awal serta tindakan-tindakan pencegahan yang dilakukan
oleh pekerja serta peralatan pekerja yang mereka gunakan.

Gambar 2.3 Contoh lembar Permit to Work (PTW)

2. Mengisi Work Order


Work Order adalah perintah kerja. Secara umum, work order
adalah dokumen tertulis yang di dalamnya berisi perintah suatu
pekerjaan dalam ruang lingkup internal ataupun eksternal
perusahaan pada pelaksana yang memang ditugaskan.

1
Gambar 2.4 Contoh Pengisian Work Order

1
3. Instruksi Kerja (IK)
Instruksi Kerja (IK) adalah sekumpulan langkah yang
dilakukan seseorang guna menyelesaikan pekerjaan secara
aman dan lengkap. Instruksi kerja (IK) digunakan untuk
mendampingi Standar Operating Procedures (SOP),
menjelaskan secara rinci langkah instruksional dalam suatu
kegiatan SOP, dan hanya melibatkan satu unit kerja saja.

Gambar 2.5 Contoh lembar Instruksi Kerja

4. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)


Alat pelindung diri adalah alat yang mempunyai kemampuan
untuk melindungi seseorang dalam bekerja yang fungsinya untuk
mengisolasi tubuh tenaga kerja dari bahaya di tempat kerja.
Alat pelindung yang dipakai oleh tenaga kerja secara langsung
untuk mencegah sebuah kecelakaan yang di sebabkan oleh
berbagai faktor yang ada atau timbul di lingkungan kerja.
A. Perlindungan personal
a) Perlindungan muka dan mata
Berfungsi untuk melindungi muka dan mata dari loncatan
bunga api, loncatan benda-benda kerja, percikan bahan
kimia dan sinar yang bersifat keras.

1
Gambar 2.6 Alat pelindung mata dan muka

b) Topi Pelindung/ Helm


Berfungsi untuk melindungi kepala terhadap bahaya listrik,
mekanik, kimia, panas dan lain lain.

Gambar 2.7 Alat pelindung kepala

c) Sepatu Lars / penyelamat


Berfungsi untuk melindungi kaki terhadap bahaya listrik,
mekanis, panas dan lain-lain.

Gambar 2.8 Sepatu pengaman

1
d) Pelindung Telinga
Berfungsi untuk melindungi pendengaran petugas dari
suara keras yang melampaui batas kekuatan pendengaran.

Gambar 2.9 Pelindung telinga


e) Perlindungan pernapasan
Berfungsi untuk melindungi alat pernafasan petugas
(kerongkongan, paru-paru dan lain-lain) terhadap bahaya
yang ditimbulkan oleh debu, serbuk-serbuk cat, gas
beracun lainnya.

Gambar 2.10 Perlindungan pernapasan

f) Sarung tangan dan sarung lengan


Berfungsi untuk melindungi tangan dan lengan terhadap
bahaya listrik, mekanik, kimia, panas dan lain–lain.

Gambar 2.11 Sarung tangan dan sarung lengan

1
g) Pakaian kerja
Berfungsi untuk melindungi bahan terhadap bahaya listrik,
mekanik, kimia panas dan lain-lain.

Gambar 2.12 Pakaian Kerja

5. Koordinasi dengan Operator Terkait


Koordinasi dengan operator terkait sangat diperlukan
sebelum melakukan pekerjaan, tujuannya untuk berkoordinasi
agar pelaksanaan pekerjaan berjalan sesuai perintah dan arahan
yang benar sehingga pekerjaan yang dilaksanakan berjalan
dengan aman.

1
BAB III
DASAR TEORI

3.1. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)


Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) adalah pembangkit
yang mengandalkan energi kinetik dari uap untuk menghasilkan
energi listrik. PLTU merupakan jenis pembangkit tenaga listrik
yang menggunakan uap sebagai media untuk memutar sudu –
sudu turbin, dimana uap yang digunakan memutar sudu – sudu
tersebut adalah uap kering. PLTU Batu Bara beroperasi pada
siklus Rankine yang dimodifikasi agar mencakup proses
pemanasan lanjut (Super heating), pemanasan air pengisi
ketel/boiler (feed water heating), dan pemanasan kembali uap
keluar turbin tekanan tinggi (steam reheating).
Pada prinsipnya PLTU memproduksi listrik dengan sistem
tenaga uap adalah dengan mengambil energi panas yang
terkandung didalam bahan bakar, untuk memproduksi uap
kemudian dipindahkan ke dalam turbin, uap yang dipindahkan
kedalam turbin tersebut akan merubah energi panas yang
diterima menjadi energi mekanis dalam bentuk gerak putar.
Gerakan putar ini kemudian dikopel dengan generator yang
akhirnya dapat menghasilkan energi listrik, untuk Pembangkit
Listrik Tenaga Uap (PLTU) energi panas dalam bahan bakar tidak
langsung diberikan ke turbin, akan tetapi terlebih dahulu
diberikan ke dalam steam generator atau disebut juga
boiler/ketel uap.
Proses konversi energi pada PLTU berlangsung melalui 3
tahapan, yaitu:
a. Pertama, energi kimia dalam bahan bakar diubah menjadi
energi panas dalam bentuk uap bertekanan dan temperatur
tinggi
b. Kedua, energi panas (uap) diubah menjadi energi mekanik
dalam bentuk putaran.
c. Ketiga, energi mekanik diubah menjadi energi listrik.
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) menggunakan
fluida kerja air uap yang sirkulasinya secara tertutup. Siklus
tertutup ini artinya menggunakan fluida yang sama terus
menerus secara berulang. Urutan sirkulasi secara singkat dapat
dijelaskan sebagai berikut:

1
a. Pada boiler terdapat bagian pemindah panas yang akan
diberikan air hingga seluruh badan penuh. Didalam sini boiler
akan memanaskan air dengan gas panas hasil pembakaran
bahan bakar dengan udar sehingga akan berubah menjadi
uap.
b. Uap yang dihasilkan oleh boiler dengan tekanan dan
temperatur tertentu akan diarahkan langsung untuk memutar
turbin sehingga menghasilkan daya mekanik berupa putaran.
c. Turbin yang dihubungkan langsung dengan generator akan
berputar dan menghasilkan listrik sebagai hasil dari
perputaran medan magnet dan kumparan.
d. Uap bekas keluar turbin akan masuk ke kondensor untuk
didinginkan dengan air pendingin agar berubah kembali
menjadi air. Dimana air kondensar hasil dari kondensasi ini
akan digunakan lagi sebagai air pengisi boiler.
e. Siklus ini akan terus menerus dan berulang.

3.2. Alur Proses Produksi PLTU Paiton Unit 1 dan 2


Secara umum alur proses produksi PLTU Paiton Unit 1 dan 2
dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 3.1 Alur proses produksi listrik PLTU Paiton Unit 1 dan 2

Sumber air yang digunakan dalam proses produksi listrik


PLTU Paiton Unit 1 dan 2 diperoleh dari sumber mata air Desa
Klontong. Sumber mata air tersebut terdapat 6 pompa
dipompakan menuju well water tank yang berkapasitas 5000 KL,
kemudian di pompakan menuju service water tank berkapasitas
12000 KL. Air dari service water tank ini kemudian akan dibagi
1
untuk 3 keperluan yaitu sebagai air untuk fire protection
(pemadam kebakaran), penanganan batu bara dan abu (coal and
ash handling) dan air untuk dikirimkan ke WTP (water treatment
plant) untuk di filter oleh clarifier dan sand filter. Hasil
pengolahan air ini kemudian ditampung oleh clear well. Air
dalam clear well ini akan dibagi untuk 2 keperluan yaitu
sebagian dipompakan oleh portable transfer pump menuju ke
portable tank yang kemudian digunakan untuk keperluan
sanitary di lingkungan kantor PLTU Paiton unit 1 dan 2,
sementara sebagian lagi akan dipompakan oleh filtered transfer
pump untuk melanjutkan lagi proses pengolahan air oleh WTP
untuk menjadi air make-up yang akan digunakan sebagai air
kondensat pada proses pembentukan uap.
Selanjutnya, proses produksi uap terjadi di boiler dan
proses berubahnya fase dari air menjadi uap terjadi tepatnya di
bagian water wall/water tube/evaporator, air kondensat akan
berubah menjadi uap setelah sebelumnya melalui serangkaian
proses pemanasan bertahap LPH (Low Pressure Heater),
Deaerator, HPH (High Pressure Heater), Economizer. Uap yang
dihasilkan di water wall kemudian akan dialirkan melalui steam
drum dan diteruskan menuju Superheater untuk dipanaskan
lebih lanjut hingga mencapai suhu 538°C dan tekanan 169kg/cm 2
uap inilah yang digunakan untuk memutar sudu–sudu turbin uap
yang dikopel dengan generator sehingga generator akan
berputar dan menghasilkan tenaga listrik. Generator pada PLTU
Paiton Unit 1 dan 2 dioperasikan pada putaran 3000 rpm dengan
rating daya output sebesar 473 MVA, frekuensi 50 Hz dan
tegangan 18 kV. Tenaga listrik yang dihasilkan tersebut
kemudian dinaikkan tegangannya oleh Generator Transformer
(GT) 18/500 kV, 473 MVA untuk dialirkan melalui transmisi 500
kV ke GI Krian dan melalui transmisi 150 kV ke GI Probolinggo
dan Situbondo.
Bahan bakar batu bara yang digunakan di PLTU Paiton
disuplai dari tambang batu bara yang ada di Kalimantan, batu
bara ini ditransportasikan dengan kapal tongkang, dari kapal
tongkang batu bara dibongkar muatannya di coal jetty
menggunakan ship unloader (SU) untuk kemudian ditransfer
menggunakan conveyor menuju stockpile, dari stockpile
batubara diteruskan menuju ke silo menggunakan conveyor.
Setelah ditampung di silo, batu bara akan masuk ke
2
pulverizer/mill untuk

2
digiling supaya halus berbentuk serbuk hingga memenuhi
ketentuan yaitu 200 mesh, setelah digiling batubara dikirim ke
ruang bakar (furnace boiler untuk proses pembakaran). Jumlah
batubara yang masuk ke dalam pulverizer/mill diatur oleh coal
feeder. Sisa hasil pembakaran ini adalah berupa abu (ash), ada
dua jenis abu sisa hasil pembakaran dalam boiler yaitu bottom
ash dan fly ash. Fly ash akan ditangkap oleh Electrostatic
Precipitator yang kemudian ditampung di Fly ash Silo, sedangkan
Bottom ash akan dikumpulkan oleh Submerged Scrapper
Conveyor (SSC) kemudian dibawa ke Bottom ash Silo oleh
Bottom Ash Conveyor. Fly Ash Silo dapat digunakan untuk bahan
campuran pembuatan semen, sedangkan Bottom Ash Silo abu
sisa hasil pembakaran ini, akan diangkut oleh truck bak terbuka
dan ditampung sementara di Ash Disposal Area.

3.3. Sistem Kelistrikan PLTU Paiton Unit 1 dan 2


PLTU Paiton Unit 1 dan 2 dengan kapasitas 2 x 400 MW
membangkitkan tenaga listrik untuk disuplai ke dalam grid
JAMALI serta untuk pemakaian sendiri di lingkungan unit
pembangkit. Secara umum alur suplai tenaga listrik yang
dibangkitkan PLTU Paiton unit 1 dan 2 dapat dilihat pada
gambar berikut ini :

Gambar 3.2 Single Line Diagram PLTU Paiton unit 1 dan 2


 Sub Station 150 kV
Sistem tegangan 150 kV disalurkan melalui station
service transformer (SST 1 dan SST 2) masing–masing
150/10 kV, 60 MVA kestation bus SB 1 dan SB 2 untuk
2
pemakaian unit

2
pada waktu start dan juga untuk mensupply
interconection bus A (dari SST 1) dan interconection bus
B (dari SST 2).
 Sistem Tegangan 18 kV
Sistem tegangan 18 kV dihasilkan dari tegangan output
generator unit 1 dan 2 yang disalurkan ke substation 500
kV melalui main/generator transformer (GT, 18/500 kV,
470 MVA).
 Sub Station 500 kV
Tegangan 500 kV yang sudah dinaikkan tegangannya dari
tegangan 18 kV ke 500 kV oleh GT transformer
selanjutnya akan disalurkan melalui SUTT 500 kV Krian 1
dan Krian 2 ke GITET Krian dan disalurkan melalui tie
transformer (TT 1 dan TT 2) masing–masing 500/150 kV,
500 MVA kesubstation 500 kV.
 Sistem Tegangan 10 kV
Sistem tegangan 10 kV adalah sistem tegangan yang
menyuplai beban–beban dengan level tegangan 10 kV.
Beban–beban tersebut terhubung dengan bus 10 kV yaitu
Unit Bus 1A, 1B, 2A, 2B, serta Station Bus 1 dan 2. Unit
Bus disuplai oleh UAT sementara Station Bus disuplai
oleh SST. Untuk menyuplai beban–beban 10 kV, bus–bus
10 kV dihubungkan ke beban oleh switchgear 10 kV.
Switchgear adalah suatu kombinasi dari peralatan–
peralatan seperti Disconnecting Switch, Fuse atau
Circuit Breaker yang digunakan untuk keperluan kontrol,
proteksi maupun isolasi terhadap peralatan–peralatan
listrik lainnya.
 Sistem Tegangan 3 kV
Sistem tegangan 3 kV digunakan untuk menyuplai beban
dengan level tegangan 3 kV. Busbar 3 kV disuplai oleh
Auxiliary Transformer (AT) 1A, 1B, 2A, dan 2B. Auxiliary
Transformer mengambil tegangan masukan dari busbar
10 kV yang kemudian diturunkan tegangannya menjadi 3
kV oleh Auxiliary Transformer. Busbar 3 kV dihubungkan
ke beban oleh Switchgear 3 kV.
 Sistem Tegangan 380 V
Sistem tegangan 380 V digunakan untuk menyuplai
beban– beban dengan level tegangan 380 V. Bus 380 V

2
disuplai

2
oleh Trafo–trafo PDC 10 kV/380 V dan disalurkan melalui
MCC–MCC untuk menyuplai peralatan bantu dengan level
tegangan 380 V. Power Distribution Control (PDC) adalah
suatu panel untuk mendistribusikan listrik ke peralatan–
peralatan di unit pembangkit. Dalam housing PDC
terdapat trafo yang berfungsi untuk menurunkan
tegangan masukan, tegangan keluaran dari trafo ini
kemudian digunakan untuk menyuplai peralatan–
peralatan seperti MCC dan lain–lain. Sedangkan Motor
Control Center (MCC) adalah sebuah panel yang berisi
peralatan–peralatan kontrol motor, biasanya berisi
motor drive, PLC, motor starter metering dan lain–lain.
 Sistem Tegangan 220 VDC
Sistem tegangan 220 VDC disuplai oleh station battery,
sistem tegangan ini menyuplai peralatan–peralatan
emergency, DCS dan UPS. Sebagai contoh :Turbine
Emergency Oil Pump, Generator Emergency Seal Oil
Pump, DC Emergency Lighting, Distributed Control
System dan Uninterruptible Power Supply (UPS) GUTOR.
UPS adalah suatu peralatan listrik yang mampu
memberikan suplai daya back-up/emergency kepada
beban ketika sumber daya utama gagal. Kelebihan UPS
dari peralatan listrik emergency lainnya adalah UPS
mampu menyuplai daya kepada beban dalam waktu
nyaris seketika (near instantaneous) atau tanpa interupsi
ketika sumber utama gagal, sehingga peralatan
terhindar dari kerusakan akibat interupsi/kedip saat
pergantian suplai daya.
 Sistem Tegangan 125 VDC
Sistem tegangan 125 VDC berasal dari station battery,
untuk melayani 10 kV unit switchgear, 3 kV
sweatchgear, semua control panel, control power untuk
GT, UAT dan sebagainya.
3.4. Coal Handling System
Berikut diagram alir coal handling system pada PLTU Paiton
Unit 1 dan 2:

2
Gambar 3.3 Diagram alir coal handling system

Dalam proses pemindahan batu bara, terdapat 3 macam


proses antara lain:
1. Unloading
Proses Unloading merupakan suatu proses pemindahan
batubara dari kapal tongkang dengan menggunakan Ship
Unloader menuju ke Stock Pile (Coal Yard).
2. Loading
Proses Loading merupakan proses pemindahan Batubara
dari Stockpile 1 atau Stockpile 2 menuju ke dalam Silo
dengan menggunakan Conveyor.

2
3. Direct Unloading
Proses Direct unloading merupakan proses pemindahan
batubara dari kapal tongkang menuju ke Stock Pile dan Silo
dengan menggunakan conveyor.
Untuk metode penimbunan batubara PT. PJB UP Paiton
menggunakan penimbunan batu bara dengan Telescopic Chute
yang berfungsi untuk mencurahkan batu bara dari conveyor ke
stockpile area dengan alat semacam belalai (chute) yang dapat
bergerak naik turun.
Peralatan-peralatan yang terdapat pada coal handling system
antara lain:
1. Ship Unloader
Batu bara yang berasal dari kapal tongkang akan dibongkar
oleh ship unloader yang dijalankan secara manual oleh
operator. Terdapat 2 buah ship unloader dari kapal dengan
kapasitas 2 x 1.750 ton/hari. Batu bara kemudian diangkut
oleh conveyor ke silo langsung atau ke stock pile area.

Gambar 3.4 Ship Unloader


2. Belt Conveyor
Belt Conveyor merupakan alat yang berfungsi untuk
mengangkut batu bara yang dibongkar oleh ship unloader
menuju silo. Belt Conveyor ini digerakkan oleh motor–
motor listrik yang terdapat pada salah satu ujung belt
conveyor. Ujung belt conveyor satu dengan lainnya
dipisahkan oleh transfer house. Ada 9 pasang belt
conveyor, yaitu belt conveyor A hingga belt conveyor L,
masing–masing belt conveyor terdiri atas dua jalur, yaitu
jalur 1 dan jalur 2. Bentuk dasar dari conveyor sebagai
berikut:

2
Gambar 3.5 Bentuk dasar conveyor

3. Splitter Gate
Splitter gate berfungsi untuk pemisah jalur pengangkutan
batu bara. Seperti telah diketahui bahwa Belt Conveyor
memiliki 2 buah saluran: saluran 1 dan 2, dimana hanya
salah satu saja yang beroperasi dan satunya dalam keadaan
standby.
4. Transfer House
Transfer House berfungsi untuk memindahkan batu bara
dari satu belt conveyor ke belt conveyor lain, transfer
house yang ada pada PLTU Paiton sebanyak 5 bagian. Selain
itu Transfer House berfungsi untuk mengurangi debu yang
ada pada batu bara. Ada dua komponen dalam transfer
house yang berfungsi untuk mengurangi kandungan debu
dalam batu bara, yaitu :
 Dust Suppresion
Dust Suppresion adalah alat yang berfungsi untuk
mengurangi debu yang tercampur dalam batu bara dengan
cara menyemprotkan air (water sprayer) ke permukaan
batu bara. Dust Suppresion ini terdapat pada setiap transfer
house dan air dispraykan pada tiap ujung perpindahan belt
conveyor.
 Dust Collection
Tidak semua debu yang ada pada batu bara hilang
setelah di spray dengan dust suppresion. Debu yang
berterbangan

2
dalam tripper ditangkap dengan Dust Collection untuk
dialirkan menuju silo.
5. Reclaimer Hopper
Reclaimer Hopper merupakan tempat penampungan batu
bara sementara. Area ini berada pada ruang terbuka dan
terdapat bulldozer untuk memampatkan batu bara agar
udara tidak dapat menempati ruang-ruang di batu bara. Hal
ini dikarenakan jika udara di dalam batu bara mendapat
panas pada siang hari dapat membakar batu bara.
6. Vibrating Feeder
Vibrating Feeder Merupakan Belt Conveyor yang bekerja
dengan cara memberikan vibrasi/getaran yang berfungsi
untuk mengatur flowrate batubara menuju silo.
7. Coal Feeder
Berfungsi untuk mengatur pemasukan batu bara dari
storage bunker menuju ke pulverizer. Di PLTU Paiton coal
feeder terdiri dari 5 unit, dimana 4 unit beroperasi dan 1
unit dalam keadaan stand by dengan tipe gravimetric
feeder.
8. Pulvilizer
Penggilingan batu bara ini didasarkan pada gaya sentrifugal,
dimana rol-rol digantungkan pada engsel-engsel dengan
kecepatan 100-450 putaran/menit. Dalam penggilingan
memerlukan pengimbangan (balancing) yang baik. Kapasitas
penggilingan yang menggunakan rol-rol mencapai 48
ton/jam.
9. Magnetik Separator
Pemisah metal magnetis (magnetic metal separator) yang
digunakan untuk memisahkan potongan besi atau logam
lainnya dari batu bara yang akan dimasukkan dalam
penggilingan agar tidak merusak rol-rol landasannya,
sehingga mampu terhindar dari terjadinya bunga api karena
adanya pergeseran antara potongan-potongan logam
tersebut dengan rol-rol dan landasannya. Sebab timbulnya
bunga api di penggilingan akan menimbulkan bahaya
kebakaran yang lebih besar.

3.5. Pemeliharaan Listrik


Pemeliharaan peralatan listrik adalah serangkaian proses
tindakan untuk mempertahankan kondisi dan meyakinkan bahwa
3
peralatan dapat berfungsi sebagaimana mestinya, sehingga
dapat dicegah terjadinya gangguan yang menyebabkan
kerusakan. Tujuan dilakukannya pemeliharaan peralatan listrik
adalah untuk menjamin kontinuitas penyaluran tenaga listrik
dan menjamin keandalan.
3.5.1 Jenis-Jenis Pemeliharaan
Jenis–jenis pemeliharaan peralatan adalah sebagai berikut:
a. Predictive Maintenance (Conditional Maintenance) adalah
pemeliharaan yang dilakukan dengan cara memprediksi
kondisi suatu peralatan listrik, apakah dan kapan
kemungkinannya peralatan listrik tersebut menuju
kegagalan. Dengan memprediksi kondisi tersebut dapat
diketahui gejala kerusakan secara dini. Cara yang biasa
dipakai adalah memonitor kondisi secara online baik pada
saat peralatan beroperasi atau tidak beroperasi. Untuk ini
diperlukan peralatan dan personil khusus untuk analisa.
Pemeliharaan ini disebut juga pemeliharaan berdasarkan
kondisi (Condition Base Maintenance).
b. Preventive Maintenance (Time Base Maintenance) adalah
kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan untuk mencegah
terjadinya kerusakan peralatan secara tiba-tiba dan untuk
mempertahankan unjuk kerja peralatan yang optimum
sesuai umur teknisnya. Kegiatan ini dilaksanakan secara
berkala dengan berpedoman kepada : Instruction Manual
dari pabrik, standar-standar yang ada (IEC, CIGRE, dll) dan
pengalaman operasi di lapangan. Pemeliharaan ini disebut
juga dengan pemeliharaan berdasarkan waktu (Time Base
Maintenance).
c. Corrective Maintenance adalah pemeliharaan yang
dilakukan secara terencana ketika peralatan listrik
mengalami kelainan atau unjuk kerja rendah pada saat
menjalankan fungsinya dengan tujuan untuk
mengembalikan pada kondisi semula disertai perbaikan dan
penyempurnaan instalasi. Pemeliharaan ini disebut juga
Curative Maintenance, yang bisa berupa Trouble Shooting
atau penggantian part/bagian yang rusak atau kurang
berfungsi yang dilaksanakan dengan terencana.

3
d. Breakdown Maintenance adalah pemeliharaan yang
dilakukan setelah terjadi kerusakan mendadak yang
waktunya tidak tertentu dan sifatnya darurat.

3.6. Motor Listrik


Motor Listrik merupakan motor konversi energi elektro
mekanis. Motor listrik termasuk ke dalam kategori mesin listrik
dinamis dan merupakan sebuah perangkat elektromagnetik yang
mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Energi mekanik
tersebut digunakan untuk memutar impeller pompa, fan atau
blower, conveyor, dan lain-lain di industry dan digunakan juga
pada peralatan listrik rumah tangga seperti mixer, kipas angin,
dan lain-lain. Berdasarkan power inputnya motor dapat
dikelompokkan menjadi 2 jenis yaitu motor listrik arus searah
(DC) dan motor listrik arus bolak balik (AC).

Gambar 3.6 Macam-macam motor listrik

Motor AC/arus bolak-balik menggunakan arus listrik yang


membalikkan arahnya secara teratur pada rentang waktu
tertentu. Motor listrik AC memiliki dua buah bagian dasar yaitu:
stator dan rotor. Stator merupakan bagian yang diam, sedangkan
rotor merupakan bagian yang berputar. Berdasarkan mekanisme
operasinya, Motor AC dapat dikelompokkan menjadi:

3
1. Motor sinkron
2. Motor asinkron/induksi
Sedangkan berdasarkan sumber tegangannya, motor AC
dibagi menjadi:
1. Motor AC 1 phasa
2. Motor AC 3 phasa
Prinsip kerja motor induksi antara lain bila pada ke 3 fasa
belitan tegangan 3 fasa seimbang maka pada inti stator akan
terjadi medan putar, yang mana medan putar tersebut akan
sesuai dengan kecepatan sinkronnya.
Fluks yang berputar di sepanjang inti stator tersebut akan
memotong batang-batang konduktor rotor sehingga timbul GGL
induksi di rotor sebesar 4,44N2f2. Batang rotor terhubung
singkat sehingga akan mengalir arus rotor pada batang-batang
rotor tersebut yang merupakan gaya putar rotor.

Gambar 3.7 Medan putar pada motor 3 fasa

3.6.1 Pemeliharaan Motor Conveyor 3 Fasa


Berikut merupakan beberapa metode pemeliharaan pada
motor conveyor 3 Fasa:
1. RDC Test
Pengukuran DC resistance (RDC) bertujuan untuk
mendapatkan nilai resistansi DC dari belitan dan
membandingkan

3
nilainya untuk masing-masing phasanya, terhadap pengukuran
sebelumnya maupun dengan belitan dari mesin yang sejenis.
Perbedaan nilai resistansi dapat menunjukkan adanya abnormal
pada belitan tersebut.
2. Insulation Resistance Test
Insulation resistance test digunakan untuk mengetahui
tahanan isolasi dari peralatan listrik. Pengujian ini menggunakan
Megger. Untuk pengukuran IR mengunakan seting waktu 1 menit.
Table tegangan ukur dibawah adalah tegangan kerja phase ke
phase untuk motor 3 phase dan phase ke ground untuk motor 1
phase.
Tabel 3.1 Tegangan ukur IR Test
Tegangan Kerja Motor Tegangan Test
<1000 500
1000 – 2500 500 – 1000
2501 – 5000 1000 – 2500
5001 – 12000 2500 – 5000
>12000 5000 – 10000
Hasil pengetesan IR harus diatas nilai minimum
berdasarkan standar IEEE 43 atau berdasakan manual book
peralatan yang diukur.
Tabel 3.2 Nilai minimum IR test berdasarkan IEEE 43
Minimum nilai IR (M) Spesifikasi Motor Listrik
IR = Kv + 1 Untuk semua jenis belitan yang yahun
pembuatannya dibawah tahun 1970-an
atau yang tidak disebutkan
dibawahnya.
IR = 100 Untuk mayoritas belitan AC dan DC
yang tahun pembuatannya diatas
tahun 1970-an (from wound coil).
IR = 5 Untuk kebanyakan mesin random
wound stator coil dan from wound coil
rating dibawah 1 Kv
IR diatas merupakan nilai minimum yang
direkomendasikan, pada saat temperature 40˚C merata disemua
lilitan. Kv merupakan nilai tegangan kerja motor listrik phase–
phase dalam rms.
3. Pengujian Polarity Index (PI)

3
Pengujian Polarity Index (PI) adalah variasi dari pengujian IR,
pengukuran PI dilakukan selama 10 menit, dengan
membandingkan hasil pengukuran tahanan isoalsi menit ke 10
terhadap hasil pengukuran menit pertama, yaitu:
IR10
PI = IR1
Jika hasil pengukuran tahanan isolasi selama 1 menit diatas
5000 MΩ maka hasil perhitungan PI dapat diabaikan (IEEE Std 43-
2000). Jika nilai Pl rendah menandakan kondisi winding kotor,
lembab dsb. Maka perlu dilakukan treatment terlebih dahulu
untuk mendapatkan kondisi winding yang bagus dengan
melakukan cleaning dan atau heating.
4. Megger Test
Tes Megger adalah metode pengujian yang menggunakan
meteran resistansi penguji insulasi yang akan membantu
memverifikasi kondisi insulasi listrik. Kualitas resistansi isolasi
dari sistem kelistrikan menurun seiring waktu, kondisi
lingkungan yaitu suhu, kelembaban, kelembaban dan partikel
debu. Hal ini juga terkena dampak negatif karena adanya
tegangan listrik dan mekanik, sehingga menjadi sangat penting
untuk memeriksa IR (Insulation Resistance) peralatan secara
berkala untuk menghindari tindakan fatal atau sengatan listrik.

Gambar 3.8 Megger Test

5. Inspeksi Greasing
Inspeksi Greasing dilakukan untuk memastikan Greasing
pada bearing dalam kondisi baik. Grase adalah pelumas
berbentuk padat dengan satuan gramEnergi (gE). Untuk
pengecekan yang dilakukan adalah pengecekan DE (body depan
motor) dan NDE (body belakang motor).

3
Gambar 3.9 Alat dan bahan untuk inspeksi greasing

6. Cleaning
Cleaning dilakukan untuk membersihkan body motor dari
debu-debu maupun hal lain yang dapat mengganggu kinerja
motor. Kegiatan cleaning ini dilakukan mingguan.

3.7. Switchgear
Switchgear merupakan peralatan yang berfungsi sebagai
penghubung dan pemutus antara dua sisi dengan tujuan
tertentu. Pada sistem tenaga listrik switchgear dapat diartikan
sebagai komponen-komponen hubung atau pemutus dan
pendukung- pendukungnya dalam satu kesatuan (unit)
terintegrasi. Fungsi switchgear yakni sebagai penghubung dan
pemutus antara sisi sumber tenaga listrik dan sisi beban.

Gambar 3.10 Switchgear CHCB PLTU Paiton unit 1 dan 2


3.8. Circuit Breaker
Circuit Breaker merupakan salah satu peralatan listrik
sebagai pemutus daya yang berguna untuk memutuskan dan

3
menghubungkan rangkaian listrik dalam kondisi terhubung ke
beban secara langsung dan aman, baik pada kondisi normal
maupun saat terdapat gangguan. Jika berdasarkan media
pemutus listrik atau pemadam bunga api, maka jenis Circuit
Breaker dibagi menjadi empat jenis, yaitu:
1. Air Circuit Breaker (ACB), menggunakan media berupa udara.
2. Vacuum Circuit Breaker (VCB), menggunakan media berupa
vakum.
3. Gas Circuit Breaker, menggunakan media berupa gas SF6.
4. Oil Circuit Breaker (OCB), menggunakan media berupa
minyak. Jenis circuit breaker yang digunakan di PLTU Paiton
Unit 1 dan 2 adalah Vacuum Circuit Breaker (VCB). Vacuum
circuit breaker adalah suatu pemutus tenaga (PMT) yang
memanfaatkan ruang hampa untuk mencegah timbulnya busur
api dan isolasi.

Gambar 3.11 Vacuum circuit breaker

3.8.1 Sistem Kelistrikan CHCB


Sistem kelistrikan CHCB dapat dilihat berdasarkan single
line diagram pada Gambar 3.12 yaitu dari power supply 10 kV
masuk ke busbar CH1 dan CH2, kemudian tegangan 10 kV
tersebut disalurkan ke transformator dan akan di step down
menjadi 3 kV. Lalu, tegangan sebesar 3kV tersebut akan
disalurkan ke feeder- feeder pada busbar CHB 1 dan CHB 2. Pada
kedua busbar tersebut terdapat Tie Bus. Tie bus ini akan
mengkoneksikan kedua main buses dan biasanya normally
closed, sehingga ketika salah satu bus bar ada trouble, maka
tegangan bisa disalurankan ke bus bar lainnya dan motor tetap
bisa beroperasi.

3
Gambar 3.12 Single Line Diagram Kelistrikan CHCB

Gambar 3.13 Wiring circuit breaker

3
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. Motor Conveyor


Conveyor merupakan alat yang berfungsi untuk
mengangkut batu bara yang dibongkar oleh ship unloader
menuju silo. Conveyor tersebut digerakkan oleh motor–motor
listrik yang terdapat pada salah satu ujung belt conveyor.Motor
listrik yang digunakan pada belt conveyor tersebut merupakan
motor listrik jenis motor Induksi 3 phasa. Kontruksi motor
induksi 3 phasa secara umum terdiri atas stator dan rotor. Stator
merupakan bagian yang tidak berputar sedangkan rotor
merupakan bagian yang bergerak.

Gambar 4.1 Bagian-bagian motor 3 phasa

Bagian-bagian dari motor induksi tersebut antara lain:


1. Snapring 11. Ball bearing
2. Oil Flinger 12. Equalizing ring
3. Oil Seal 13. Stator
4. Screw plug 14. B-bearing dan shield
5. Bearing dan shield 15. Hex head srew
6. Snap ring 16. V-ring
7. Ball bearing 17. Fan
8. Snap ring 18. Snap ring
9. Rotor 19. Fan guard
10. Nilosring 20. Housing screw

3
Gambar 4.2 Motor Conveyor pada PLTU Paiton Unit 1 dan 2

Penggunaan motor induksi pada conveyor lebih banyak


digunakan karena motor induksi memiliki beberapa kelebihan,
antara lain:
 Mempunyai kontsruksi yang sederhana
 Relatid lebih murah harganya dibandingkan dengan jenis
motor yang lainnya
 Menghasilkan putaran yang konstan
 Mudah perawatannya
 Untuk pengasutan tidak memerlukan motor lain sebagai
penggerak pemula
 Tidak membutuhkan brush (sikat-sikat), sehingga rugi
gesekan bisa dikurangi.
Sedangkan kekurangan dari penggunaan motor induksi
adalah putarannya yang sulit di atur serta arus start atau arus
asut yang cukup tinggi, berkisar antara 5 sampai dengan 6 kali
arus nominal.
Metode starting motor yang digunakan pada moto
conveyor tersebut adalah DOL (Direct On Line). Direct On Line
(DOL) merupakan metode starting langsung dimana sambungan
motor akan dijalankan langsung di switch on ke sumber tegangan
sesuai dengan besar tegangan nominal motor.

4
4.2. Spesifikasi Motor Conveyor
Berikut merupakan spesifikasi motor conveyor yang ada
pada PLTU Paiton Unit 1 dan 2 (2 x 400 MW):
Tabel 4.1 Spesifikasi motor conveyor PLTU Paiton Unit 1 dan 2
Deskripsi Motor Induksi 3 Fasa
Tipe YKK630 – 4TH – W
Tegangan 3000 Volt
Full Load Ampere 74 A
HP 423 HP
Frekuensi 50 Hz
Kecepatan Rotor 1473 r/min
Serial 7144BA – 1
Tahun 1993
Kelas Isolasi F

Gambar 4.3 Nameplate motor conveyor PLTU Paiton Unit 1 & 2

4.3. Preventive Maintenance


Pemeliharaan preventive yang dilakukan meliputi
pemeliharaan motor dan inspeksi circuit breaker.
4.3.1. Pemeliharaan Motor Conveyor
Pemeliharaan motor conveyor 3 kV pada PT. PJB
PLTU Paiton Unit 1 dan 2 secara umum meliputi inspeksi
dan cleaning motor, inspeksi greasing, RDC test, IR Test
dan PI (Polarization Index).

4
4.3.1.1. Inspeksi Motor
1. Peralatan yang Dibutuhkan untuk Inspeksi Motor
Dalam melakukan inspeksi motor alat dan material
yang diperlukan antara lain:
 Tool set  Majun
 Isolasi kertas  Multimeter
 Kunci pass ring 1 set  Sarung tangan
 Kabel rol 50 m 1 rol  Cain blok 1 ton
 Kunci sok 1 set  Masker
 Isolasi scootch 23 & 33  Megger BM 25
 Kunci inggris  Insulation tester
 Lampu halogen  Tracker
2. Tata cara pelaksanaan
Langkah kerja inspeksi motor 3000 Volt antara lain:
a) Membuat Safety Permit / ijin kerja ke K3 dan
operator (CCR), dan minta diisolasi bahwa motor
tersebut aman untuk pemeliharaan.
b) Memastikan bahwa breaker untuk Equiment yang
diperbaiki sudah di OFF dan ditagging.
c) Melepas kabel terminal motor dan beri tanda urutan
Fasanya.
d) Melakukan test megger motor sebelum di inspeksi
dengan injeksi tegangan 2500 Vdc dan mencatat
hasilnya.
e) Mengkoordinasikan dengan pihak mekanik untuk
membuka Mur/Baut pengikat coupling.
f) Membuka baut pondasi motor.
g) Angkat motor dari atas pondasi, jangan lupa tandai
sim motor
h) Melaksanakan Disassembly motor dengan urutan
sebagai berikut:
 Membuka coupling motor dengan menggunakan
tracker, jika berat panaskan dengan temperatur
tertentu.
 Membuka cover fan, Lepas fan dengan 2
pengungkit, jika berat gunakan tracker.

4
 Membuka cover bearing In Board (DE) dan
Outboard (NDE), jangan lupa tandai dengan drip
supaya waktu pemasangan tidak terbalik.
 Mengeluarkan rotor dari dalam motor.
 Melepas bearing Inboard (DE) dan Outboard
(NDE) dengan tracker, jika berat panaskan
dengan temperatur tertentu, kemudian catat no.
bearingnya.
 Membersihkan belitan stator, bila perlu gunakan
electric motor cleaner dan panaskan dengan
lampu halogen.
 Membersihkan semua bagian motor (Fan, cover
fan, cover bearing, rotor dan Frame) dari
kotoran, jika perlu gunakan cairan pembersih
(solar/tinner).
i) Setelah semua bagian motor bersih, selanjutnya
proses Assembly motor. Urutan kerja assembly
motor antara lain:
 Memasang bearing dengan fitting tool, hidroulic
jack, atau pemanasan dengan temperature
tertentu, (misal: lampu, dimasak dengan oli atau
induction heater) sesuaikan dengan kebutuhan.
 Memasukkan rotor kedalam motor.
 Memasang cover bearing In Board (DE) dan
Outboard (NDE), sesuaikan dengan tanda drip
waktu disassembly.
 Memasang fan dan cover fan.
 Memasang coupling, jika susah panasi coupling
dengan temperature tertentu, (misal: lampu,
dimasak dengan oli atau induction heater)
sesuaikan dengan kebutuhan.
 Melakukan test megger setelah motor di inspeksi
dengan injeksi 2500 Vdc, catat hasilnya.
j) Memasang motor ke pondasi dan pasang sim motor
sesuai yang ditandai tadi.
k) Mengencangkan baut pondasi motor.
l) Menyambung kembali power keterminal motor,
sesuaikan dengan urutan fasanya.

4
m) Laporkan bahwa pekerjaan telah selesai dan
koordinasikan dengan pihak Pdm dan operator
untuk test No Load motor.
3. Troubleshooting
Tabel 4.2 Permasalahan dan tindakan pada motor 3KV
Fault Cause Action
Periksa dengan
Tegangan supply drop
Voltmeter
Periksa jika
konduktor rotor
Rotor abnormal
ada yang putus
Motor atau patah
gagal Periksa dengan
start Rotor menyentuh stator
putar manual
Disassembly,
Bearing abnormal periksa part,
repair
Overload Kurangi beban
Tegangan terlalu Periksa tegangan
rendah supply
Akselerasi Periksa jika
terlalu konduktor rotor
Rotor abnormal
lama ada yang putus
atau patah
Overload Kurangi beban
Tukar 2 dari 3
Putaran Tertukarnya fasa fasa pada starter
terbalik tegangan supply atau terminal
motor
Kurangi beban
Overload sampai arus
normal
Motor
Periksa tegangan
overheat
Overcurrent karena supply jika
drop tegangan mungkin
Dinaikkan

4
Periksa tegangan
Iron loss yang berlebih supply jika
karena over voltage mungkin
Diturunkan
Salah satu line putus/ Perbaiki line
koneksi kurang baik supply
Periksa resistansi
Belitan short/ground
koil/rewinding
Bersihkan
Ventilasi tersumbat
ventilasi
Periksa
kerusakan outer
Ball bearing abnormal race dan rolling
element, ganti
bila perlu
Flushing dan
Grease jelek
regreasing
Bearing Isi sampai 40-50
overheat Grease kurang/berlebih % kapasitas
housing
Belt tension berlebih Readjust
Gear bite centering
yang tidak pas
Repair
Shaft deflection
Vibrasi
Periksa adanya
Unbalance secondary konduktor rotor
circuit yang
patah/putus
Noise Resonansi karena
Kencangkan baut
baseplate kendor/lepas
Single plate/ Periksa tegangan
unbalanced voltage supply
Vibrasi Tidak centre Readjust
tinggi Kopling unbalance Repair/replace

4
Balancing total
Beban unbalance
motor-beban
Single phase/voltage Periksa tegangan
unbalance supply
Pondasi motor
Repair
abnormal

4.3.1.2. Cleaning
Cleaning motor merupakan kegiatan preventive
maintenance yaitu dengan contact cleaner spray yang
disemprotkan ke daerah bagian-bagian motor yang
kotor dan di bersihkan menggunakan majun, sehingga
menjadi tidak lembab.

Gambar 4.4 Cleaning motor dengan majun

4.3.1.3. Inspeksi Greasing


Greasing merupakan salah satu bagian penting
dalam pemeliharaan motor listrik. Tujuan dari
dilakukannya re-greasing tersebut yakni untuk
melindungi bearing motor dari adanya korosi yang
dapat merusak motor dan untuk mengurangi keausan
yang disebabkan oleh adanya gesekan. Re-greasing
juga berfungsi sebagai seal atau pelindung terhadap
kontaminan.
Alat dan material yang dibutuhkan dalam
melakukan proses re-greasing ini antara lain:

4
 Grease NLGI-2  Majun
 Grease gun  Sarung tangan
 Masker
Langkah kerja dalam melakukan proses re-greasing
antara lain:
1. Dalam melakukan pekerjaan re-greasing, pastikan
selalu mengutamakan faktor keamanan dan
keselamatan kerja (gunakan APD) dengan lengkap
dan sesuai dengan rambu yang terpasang pada area
kerja.
2. Memastikan type grease yang terdapat dalam grease
gun sesuai dengan grease yang akan ditambahkan
pada motor.
3. Melakukan proses regreasing motor dilakukan hanya
pada saat motor beroperasi.
4. Memastikan terdapat grease fitting pada motor.
5. Membersihkan grease fitting dan sekitar grease fitting
menggunakan kain pembersih (majun).
6. Membuka penutup drain plug.
7. Menghubungkan nozzle grease gun pada grease fitting
motor.
8. Memompakan grease sesuai jumlah yang telah
ditentukan secara perlahan dengan full stroke.
9. Melepaskan nozzle dari grease fitting setelah
penambahan grease selesai.
10. Menghentikan penambahan grease apabila terdapat
grease yang keluar dari grease fitting.
11. Membiarkan grease lama keluar dari drain plug
selama 15 menit.
12. Memeriksa kondisi grease lam, apakah terdapat
kotoran dan air.
13. Memasang kembali penutup drain plug.
14. Membersihkan grease fitting dan area drain plug.

4
Gambar 4.5 Proses re-greasing Motor

Gambar 4.6 Contoh Greasing Pada Ball Bearing

4.3.1.4. RDC test


Metode melakukan RDC test pada motor 3 phasa,
yaitu melepas koneksi terminal motor dan koneksi
phasanya. Lalu mengukur nilai resistansi pada masing
masing belitan R, S, T. alat untuk mengukur DC
Resistance harus memiliki akurasi minimum 1% agar
dapat mengetahui adanya abnormal pada winding.

4
Tujuan dilakukannya RDC Test, yaitu untuk melihat
nilai hambatan pada belitan dengan standar deviasi
2%. Berdasarkan hasil RDC test didapatkan hasil
pengujian: Pengujian pertama : 0,695 Ω
Pengujian kedua : 0,697 Ω
Pengujian ketiga : 0,698 Ω
Besar standar deviasi dapat dihitung menggunakan
persamaan:
∑(X − X)2
s=√
n−1
Besar standar deviasi nya adalah:
Tabel 4.3 Perhitungan standar deviasi nilai hambatan
belitan motor
x x̅ (x −x̅) (x − x̅)2
0,695 0,6967 -0,00167 2,789.10^-06
0,697 0,6967 0,00033 1,089.10^-07
0,698 0,6967 0,00133 1,769.10^-06
Jumlah 4,667.10^-06
4,667.10^−06
S. Deviasi = √
× 100%
(3−1)
S. Deviasi = 0,1527%

Gambar 4.7 Pelaksanaan Pengujian RDC Test

4
4.3.1.5. IR (Insulation Resistance) Test
Langkah kerja pelaksanaan IR Test, yaitu sebagai
berikut:
a) Memastikan bahwa breaker power supply motor
listrik sudah OFF, rack out, dan di tagging.
b) Membuka terminal cover motor listrik.
c) Menandai urutan phasa pada kabel supply dan
terminal motor listrik.
d) Melepaskan kabel supply dari motor listrik dengan
membuka baut terminal.
e) Melakukan pembersihan apabila kondisi terminal
motor kotor.
f) Menyiapkan alat insulation tester.
g) Mengecek baterai apakah dalam kondisi baik.
h) Melakukan mekanikal zero check (dilakukan pada
meger dengan tampilan mengunakan jarum) pada
kondisi megger off, jarum penunjuk harus tepat
berimpit dengan garis skala nol. Bila tidak tepat,
atur pointer zero pada alat ukur.
i) Melakukan elektrikal zero check dengan cara pasang
kabel test pada terminal megger, serta hubung
singkatkan ujung satu dengan yang lain, letakkan
saklar pemilih tegangan inject pada posisi 2500,
Letakkan saklar pemilih waktu inject pada posisi 1
menit. On-kan megger, jarum akan bergerak dan
harus menunjuk tepat keangka nol, bila tidak tepat
atur pointer. Bila dengan pengaturan pointer tidak
berhasil (penunjukan tidak mencapai nol) periksa
(kalibrasi) / ganti batere. Off-kan megger dan
ulangi poin pengecekan elektrikal zero.
j) Memasang kabel test ke terminal motor yang diukur.
k) Memilih tegangan ukur dan waktu pengukuran.
Untuk pengukuran IR mengunakan seting waktu 1
menit.

5
Gambar 4.8 Pelaksanaan Pengujian IR Test

4.3.1.6. PI (Polarization Index)


Pengukuran PI dilakukan selama 10 menit,
dengan membandingkan hasil pengukuran tahanan
isoalsi menit ke 10 terhadap hasil pengukuran menit
pertama, (PI= IR10/IR1). Jika hasil pengukuran tahanan
isolasi selama 1 menit diatas 5000 MΩ maka hasil
perhitungan PI dapat diabaikan (IEEE Std 43-2000).
Hasil pengetesan PI minimum sesuai IEC 60085-01:
1984 dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Tabel 4.4 Minimum nilai PI berdasarkan IEEE std 43-
2000
Thermal Class Rating Minimum P.I
Class A 1.5
Class B 2.0
Class F 2.0
Class H 2.0
Pada saat pengujian menggunakan megger,
pengukuran PI tidak dilakukan, karena menurut hasil IR
testnya, apabila IR test hasilnya bagus, maka tidak
perlu dilakukan pengukuran PI.

4.3.2. Inspeksi Circuit Breaker


Kegiatan inspeksi circuit breaker yang dilakukan antara
lain pembersihan mekanik breaker pemeriksaan/
perbaikan kekencangan baut, function test dan megger
load.

5
Dalam melakukan inspeksi circuit breaker alat dan
material yang diperlukan antara lain:
Alat Material
 Sling kain  Majun
 Multimeter  Silicone gaskot maker
 Tespen  Isolasi scotch 33
 Kunci pas ring  WD40
 Hydraulic Jack 10T  Contact cleaner
 Kunci shock  Oil penetrating
 Kunci inggris  Grease
 Kabel roll  Kertas gosok 1000
 Degraser
 Thinner a special
1. Tata cara pelaksanaan
Langkah kerja pelaksanaan inspeksi circuit
breaker, yaitu sebagai berikut:
a) Memastikan bahwa breaker yang akan diperbaiki
dalam kondisi off, rack out & tagging.
b) Mengeluarkan breaker dengan lifting track dari
kabinetnya.
c) Memeriksa secara visual keserempakan gerakan
ketiga contact secara bersamaan (tekan tombol
mekanik close dan amati tanda merah pada ketiga
contact).
d) Melakukan megger antara contact dengan casing
(jumper ketiga ujung arm contact) catat hasilnya,
setelah selesai lakukan grounding.
e) Menekan tombol mekanik open.
f) Membersihkan dan periksa kekencangan semua
baut, mur pada sistim mekanis penggerak breaker
dengan kunci yang telah disediakan.
g) Membersihkan dan lakukan regreasing breaker
pada bagian yang berputar/bergerak maupun pada
kabinet yang menjadi tumpuan breaker dan
greasing pada kontak breaker.
h) Memasukkan kembali breaker pada kabinet.
i) Memeriksa spring charging, baut pengikat, switch
dan sistim control breaker.

5
j) Memasang power control dan lakukan function test.
k) Melakukan pengukuran tahanan kontak dan tulis
hasilnya.
l) Melakukan tes keserempakan.
m) Menutup cover breaker.

4.3.2.1. Pembersihan mekanik breaker

Gambar 4.9 Pelaksanaan pembersihan circuit breaker

4.3.2.2. Megger Load


1. Peralatan yang Dibutuhkan untuk megger load
Dalam melakukan megger load alat dan material
yang diperlukan antara lain:
 Tool set
 Kunci pass ring 1 set
 Meger type BM 25
 Majun
 Silicone
 Masker
 Kabel Grounding
2. Tata cara pelaksanaan
Langkah kerja pelaksanaan megger load, yaitu :
a) Menyiapkan tool dan alat insulation tester.
b) Membuat safety permit.
c) Mengkoordinasikan dengan operator terkait.
d) Memastikan bahwa breaker power supply motor
listrik sudah OFF, reck out, dan di tagging.
e) Membuka terminal cover motor listrik.

5
f) Menandai urutan phasa pada kabel supply dan
terminal motor listrik.
g) Melepaskan kabel supply dari motor listrik dengan
membuka baut terminal.
h) Melakukan pembersihan apabila kondisi terminal
motor kotor.
i) Menyiapkan alat insulation tester.
j) Mengecek baterai apakah dalam kondisi baik.
k) Melakukan mekanikal zero check (dilakukan pada
meger dengan tampilan mengunakan jarum) pada
kondisi megger off, jarum penunjuk harus tepat
berimpit dengan garis skala nol. Bila tidak tepat,
atur pointer zero pada alat ukur.
l) Melakukan elektrikal zero check dengan cara
pasang kabel test pada terminal megger, serta
hubung singkatkan ujung satu dengan yang lain,
letakkan saklar pemilih tegangan inject pada
posisi 2500 Volt, Letakkan saklar pemilih waktu
inject pada posisi 1 menit. On-kan megger, jarum
akan bergerak dan harus menunjuk tepat keangka
nol, bila tidak tepat atur pointer. Bila dengan
pengaturan pointer tidak berhasil (penunjukan
tidak mencapai nol) periksa (kalibrasi)/ganti
batere. Off-kan megger dan ulangi poin
pengecekan elektrikal zero.
m) Memasang kabel test ke terminal motor yang
diukur.
n) Memilih tegangan ukur dan waktu pengukuran.
o) Meng-On-kan megger, baca tampilan pada
skalanya dan catat.

5
Gambar 4.10 Pelaksanaan Megger load

4.3.2.3. Function Test


Function test berfungsi untuk menguji open -
close circuit breaker secara elektris. Pada saat
melakukan function test, harus dalam posisi rack out.
Posisi rack out adalah posisi ketika circuit breaker
tidak terhubung dengan busbar incoming dan outgoing.

Gambar 4.11 Function Test Circuit Breaker

5
4.4. Corrective Maintenance
Pemeliharaan corrective yang dilakukan yaitu
maintenance motor gagal charging pada circuit breaker CHCB.
Penyebab motor gagal charging pada circuit breaker
tersebut bisa jadi disebabkan karena umur (motor sering
beroperasi). Selain karena umur, penyebab troubleshooting dan
tindakan dilakukan untuk mengatasi permasalah yang terjadi
antara lain:
Tabel 4.5 Permasalahan dan tindakan pada kerusakan
mekanik circuit breaker
Fault Cause Action
Periksa tegangan dan
Tegangan supply tidak
sesuaikan dengan
sesuai
penggunaan.
Motor Periksa kondisi isolasi
charging Kegagalan isolasi motor motor
Periksa dan regangkan
Kabel kendor
kabel
Periksa dan kencangkan
Baut pengikat kendor
baut pengikat
Limit
Periksa dan lakukan
switch
Kerusakan limit switch repair switch/ganti
dengan repair switch.
Periksa dan lakukan
Kerusakan MCB repair MCB/ganti
Loss of dengan MCB baru.
power
MCB masih posisi off

Periksa dan lakukan


Kerusakan spring repair spring/ganti
dengan spring baru.
Mekanik Periksa dan lakukan
charging Kerusakan Absorber penggantian absorber
baru
Kerusakan stoker motor Periksa dan lakukan

5
charging penggantian stoker
motor charging baru
Untuk mengetahui penyebab permasalah motor gagal charging
perlu dilakukan pemeriksaan dan test yang meliputi:
1. Test continuity
2. Test tahanan motor
3. Test tahanan solenoid
Setelah dilakukan inspeksi diketahui bahwa penyebab dari
masalah tersebut yaitu adanya kerusakan switch, kerusakan
absorber dan kerusakan pada stoker motor charging. Setelah
diketahui penyebab dari motor gagal charging tersebut,
dilakukan tindakan penggantian pada absorber spring,
penggantian switch dan penggantian bearing motor charging.

Gambar 4.12 Corrective maintenance pada Circuit


Breaker

5
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan serangkaian kegiatan kerja praktik
pada PT. PJB UP Paiton, maka dapat mengambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
 PLTU Paiton unit 1 dan 2 merupakan pembangkit listrik
tenaga uap yang menggunakan batu bara sebagai bahan
bakar utamanya. Total kapasitas unit 1 dan unit 2 sebesar 2 x
400 MW atau sama dengan 800 MW.
 Pemeliharaan peralatan listrik adalah serangkaian proses
tindakan untuk mempertahankan kondisi dan meyakinkan
bahwa peralatan dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Tujuan dari pemeliharaan yaitu untuk menjaga keamanan
peralatan tinggi, keandalan peralatan tinggi, efisiensi dan
daya yang dihasilkan optimal, memperpanjang umur dari
penggunaan instalasi pembangkitan.
 Berdasarkan sifatnya, pemeliharaan peralatan terdiri dari
Predictive Maintenance (Conditional Maintenance),
Preventive Maintenance (Time Base Maintenance), Corective
Maintenance, Breakdown Maintenance.
 Hal-hal yang dilakukan sebelum memulai pekerjaan yaitu:
menentukan jadwal, mengisi Permit to Work (PTW), mengisi
Work Order (WO), membaca Intruksi Kerja (IK), menggunakan
Alat Pelindung Diri (APD), dan koordinasi dengan operator
terkait.
 Preventive Maintenance pada kerja praktik yang kami
lakukan yaitu meliputi pemeliharaan motor dan inspeksi
circuit breaker. Pemeliharaan motor conveyor 3 kV pada PT.
PJB PLTU Paiton Unit 1 dan 2 secara umum meliputi inspeksi
dan cleaning motor, inspeksi greasing, RDC test, IR Test dan
PI (Polarization Index). Pada inspeksi breaker meliputi
Pembersihan mekanik breaker, pemeriksaan/perbaikan
kekencangan baut, Function test, Megger load.

5.2 Saran
Berikut adalah beberapa saran yang kami ajukan dalam
permasalahan yang terjadi saat melakukan kerja praktik:

5
 Sebaiknya dari perusahaan memfasilitasi pinjaman alat
pelindung diri (APD) untuk perlindungan selama kerja
praktik.
 Sebaiknya untuk sistem kerja praktik selanjutnya,
mahasiswa kerja praktik membuat rencana jadwal
kegiatan harian agar proses pembuatan laporan kerja
praktik lebih optimal.
 Mahasiswa yang kerja praktik sebaiknya kritis dan aktif
bertanya kepada pembimbing ataupun teknisi di PLTU
Paiton sehingga memperoleh ilmu yang baru dan semoga
bermanfaat untuk kedepannya.

5
DAFTAR PUSTAKA

Apa itu Tes Megger dan bagaimana cara menggunakannya -


Testpath. 22 Feb. 2022, https://www.testpath.com/apa-
itu-tes-megger-dan-bagaimana-cara-menggunakannya/.
Cholil, I., Sidik, M. N., Sepini, A. & Achzab, M. N., 2019.
Pelatihan Pemeliharaan MOTOR (MV & LV). Gresik: PT
Pembangkit Jawa - Bali Unit PJB Academy.
Generasi7bintang, 2021. HSSEINDO. [Online] Available at:
https://hsseindo.com/dasar-dasar-pedoman-k2k3/
Pembuatan Pedoman - Universitas Al Azhar
Indonesia."https://bpm.uai.ac.id/wpcontent/uploads/202
0/01/Pedoman-Pembuatan-Instruksi-Kerja-IK-2019.pdf.
Pentingnya Pengujian Tahanan Insulasi dan Pengujian Polarity
Index (PI) - LinkedIn. 19 Des. 2018,
https://id.linkedin.com/pulse/pentingnya-pengujian-
tahanan-insulasi-dan-polarity-siringoringo.
PJB – IMS, 2017. Instruksi Kerja Pengukuran Insulation Resistance
dan Polarity Index. Probolinggo: PT. Pembangkitan Jawa-
Bali.
PJB Integrated Management System, 2013. Instruksi Kerja
Inspeksi Switchgear 3/10 kV. Probolinggo: PT.
Pembangkitan Jawa-Bali.
PJB Integrated Management System, 2016. Instruksi Kerja
Inspeksi Motor 380 V AC. Probolinggo: PT. Pembangkitan
Jawa-Bali.
Standar Operational Prosedur Regreasing - Scribd.
https://id.scribd.com/doc/291293993/Standar-
Operational-Prosedur-Regreasing.
Taruno, D. B., Zamtinah, & Wardhana, A. J. (2019). Instalasi
Listrik Industri. Yogyakarta: UNY Press.
The Institute of Electrical and Electronics Engineers, I. (2000).
IEEE Recommended Practice for Testing Insulation
Resistance of Rotating Machinery. New York: The Institute
of Electrical and Electronics Engineers, Inc.

6
(Halaman ini sengaja dikosongkan)

6
LAMPIRAN

 Dokumentasi Kegiatan Kerja Praktik

6
6
6
6
6
6
6
6

Anda mungkin juga menyukai