KERJA PRAKTIK
DOSEN PEMBIMBING
Feby Agung Pamuji, S.T., M.T., Ph.D.
i
PT. PJB UNIT PEMBANGKITAN PAITON
(4 JULI 2022 S/D 4 AGUSTUS 2022)
KERJA PRAKTIK
DOSEN PEMBIMBING
Feby Agung Pamuji, S.T., M.T., Ph.D.
ii
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
i
LEMBAR PENGESAHAN
Menyetujui,
Dosen Pembimbing,
Mengetahui,
Kepala Departemen
i
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
v
LEMBAR PENGESAHAN
Menyetujui,
Mengetahui,
Assisten Officer Admin SDM
Misbiantoro
NID. 8810013JA
v
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
v
KATA PENGANTAR
v
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
perancangan dan pembuatan laporan Kerja Praktik ini. Besar
harapan penulis untuk menerima saran dan kritik dari para
pembaca. Semoga buku laporan Kerja Praktik ini dapat
memberikan manfaaat bagi para pembaca, khususnya bagi
penulis sendiri.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................viii
DAFTAR ISI...............................................................x
DAFTAR GAMBAR......................................................xii
BAB I PENDAHULUAN...................................................1
1.1. Latar Belakang...............................................1
1.2. Waktu dan Tempat Pelaksanaan..........................2
1.3. Tujuan.........................................................2
1.4. Batasan Masalah.............................................3
1.5. Metodologi Pengumpulan Data............................3
1.6. Sistematika Penulisan.......................................3
BAB II PROFIL PERUSAHAAN PT. PJB UP PAITON UNIT 1 DAN 25
2.1. Sejarah PT. PJB UP Paiton Unit 1 dan 2..................5
2.2. Sejarah PT. PJB UP PAITON................................6
2.3. Deskripsi Umum Perusahaan PT. PJB UP Paiton.........7
2.4. Visi dan Misi Perusahaan PT. PJB UP Paiton.............7
2.5. Struktur Organisasi PT. PJB UP Paiton....................8
2.6. Keselamatan Ketenagalistrikan (K2) di PT PJB UP
Paiton 8
2.7. Kesehatan, Keselamatan Kerja (K3) dan Lingkungan
Bagi Karyawan.......................................................10
BAB III DASAR TEORI..................................................18
3.1. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).................18
3.2. Alur Proses Produksi PLTU Paiton Unit 1 dan 2........19
3.3. Sistem Kelistrikan PLTU Paiton Unit 1 dan 2...........21
3.4. Coal Handling System......................................23
3.5. Pemeliharaan Listrik.......................................27
3.6. Motor Listrik................................................29
3.7. Switchgear..................................................33
3.8. Circuit Breaker.............................................33
BAB IV PEMBAHASAN.................................................36
4.1. Motor Conveyor.............................................36
4.2. Spesifikasi Motor Conveyor...............................38
4.3. Preventive Maintenance...................................38
4.3.1. Pemeliharaan Motor Conveyor.....................38
4.3.1.1. Inspeksi Motor..................................39
4.3.1.2. Cleaning.........................................43
x
4.3.1.3. Inspeksi Greasing...............................43
4.3.1.4. RDC test.........................................45
4.3.1.5. IR (Insulation Resistance) Test...............47
4.3.1.6. PI (Polarization Index).........................48
4.3.2. Inspeksi Circuit Breaker.............................48
4.3.2.1. Pembersihan mekanik breaker...............50
4.3.2.2. Megger Load.....................................50
4.3.2.3. Function Test...................................52
4.4. Corrective Maintenance...................................53
BAB V PENUTUP.......................................................55
5.1 Kesimpulan......................................................55
5.2 Saran.............................................................55
DAFTAR PUSTAKA.....................................................57
LAMPIRAN...............................................................59
x
DAFTAR GAMBAR
x
Gambar 4.12 Corrective maintenance pada Circuit Breaker ... 54
DAFTAR TABEL
x
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
x
BAB I
PENDAHULUAN
1
perguruan tinggi yaitu mewajibkan mahasiswanya untuk
melaksanakan kerja praktek sebagai salah satu syarat kelulusan
tahap sarjana. Program kerja praktek merupakan salah satu
kurikulum yang wajib ditempuh oleh mahasiswa S1-Teknik
Elektro ITS untuk mencapai learning outcome yang mengacu
pada Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). Metode ini
bertujuan untuk menyandingkan, menyetarakan, dan
mengintegrasikan antara bidang pendidikan dengan bidang
kerja.
1.3. Tujuan
Tujuan pelaksanaan Kerja Praktik di PT. PJB UP Paiton ini,
adalah sebagai berikut:
1. Sebagai perwujudan untuk meningkatkan wawasan aplikasi
teknik elektro dalam bidang industri dan memperoleh
pemahaman secara nyata dalam dunia kerja.
2. Membuka dan menciptakan pola berpikir yang berwawasan
bagi mahasiswa dan dunia kerja.
3. Sebagai perwujudan peran serta mahasiswa dalam dunia
industri sebagai kontribusinya pada sistem pendidikan
nasional.
4. Sebagai sarana pembelajaran mahasiswa dalam sosialisasi
pada linkungan dunia kerja.
5. Mengembangkan pengetahuan, sikap, keterampilan, dan
kemampuan profesi melalui penerapan ilmu, latihan kerja,
dan pengamatan teknik yang diterapkan di PT. PJB UP
Paiton.
6. Untuk memenuhi beban satuan kredit semester (SKS) yang
harus ditempuh sebagai salah satu syarat akademis di
Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Elektro dan
Informatika Cerdas, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
2
1.4. Batasan Masalah
Batasan masalah pada kerja praktik ini adalah mengenai
pemeliharaan motor conveyor 3 kV dan inspeksi circuit breaker
B1 CHCB1-04 pada Pltu Paiton unit 1 dan 2 di PT. PJB UP
PAITON.
3
1.6.2 BAB II Profil Perusahaan PT. PJB UP Paiton
Pada bab ini menjelaskan tentang profil perusahaan
PT. Pembangkitan Jawa-Bali Unit 1 dan 2 PLTU Paiton, yang
terdiri dari sejarah perusahaan, deskripsi umum perusahaan,
visi dan misi perusahaan, struktur organisasi perusahaan,
keselamatan ketenagalistrikan, serta kesehatan,
keselamatan kerja dan lingkungan bagi karyawan.
1.6.3 BAB III Dasar Teori
Pada bab ini menunjukkan kajian pustaka tentang
siklus, alur proses produksi, sistem kelistrikan, coal handling
system, pemeliharaan listrik, motor listrik, switchgear, dan
circuit breaker di PT. PJB UP Paiton.
1.6.4 BAB IV Pembahasan
Pada bab ini menjelaskan tentang preventive
maintenance dan motor conveyor yang terdiri dari
spesifikasi motor conveyor beserta pemeliharaannya yang
berupa inspeksi dan cleaning motor, inspeksi greasing, RDC
Test, IR test, PI (polarization index). Selain itu juga
membahas tentang inspeksi circuit breaker yang terdiri dari
pembersihan mekanik breaker, megger load, dan function
test. Selain itu juga membahas tentang preventive
maintenance yang meliputi pembersihan mekanik breaker,
megger load, dan function test.
1.6.5 BAB V Penutup
Pada bab ini menjelaskan tentang kesimpulan dan
saran selama berlangsungnya kerja praktik dari awal
berjalan hingga selesai.
4
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN PT. PJB UP PAITON UNIT 1 DAN 2
5
(organization capital), sistem manajemen SDM (human capital),
dan teknologi informasi sebagai business enabler (information
capital readiness). Tiga pilar strategis itu dijabarkan dalam 10
sistem manajemen best practice, yaitu Manajemen Aset,
Manajemen Resiko, Manajemen Mutu ISO 9000, Manajemen
Lingkungan ISO 14000 dan K3 OHSAS 18000, Manajemen Good
Corporate Governance (GCG), Manajemen Teknologi Informasi,
Knowledge Management, Manajemen SDM Berbasis Kompetensi,
Manajemen Baldrige dan Manajemen House Keeping 5S. Berikut
ini adalah peta sebaran PT. PJB unit pembangkit.
7
3. Menarik minat dan mengembangkan talenta terbaik serta
menjalankan organisasi yang agile dan adaptif.
8
Landasan hukum dari keselamatan ketenagalistrikan
(K2) antara lain:
1. UU No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
2. UU No.30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan.
3. Keppres No.22 Tahun 1993 tentang Penyakit Yang
Timbul Karena Hubungan Kerja.
4. Kep Menaker No.5/Men/1996 tentang Sistem
Manajemen K3 (SMK3).
5. Kep Direksi No.090.K/DIR/2000 tentang Pedoman
Keselamatan Instalasi.
6. Kep Direksi No.091.K/DIR/2005 tentang Pedoman
Keselamatan Umum.
7. Kep Direksi No.092.K/DIR/2005 tentang Pedoman
Keselamatan Kerja.
Berdasarkan Undang-Undang No. 30 Tahun 2009
tentang Ketenagalistrikan, Keselamatan Ketenagalistrikan
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Setiap kegiatan usaha ketenagalistrikan wajib
memenuhi ketentuan keselamatan ketenagalistrikan.
2. Keselamatan ketenagalistrikan meliputi:
Standarisasi
Pengamanan instalasi dan pemanfaatan tenaga
listrik untuk mewujudkan kondisi:
- Andal dan aman bagi instalasi (keselamatan
instalasi),
- Aman dari bahaya bagi manusia dan makhluk
hidup lainnya.
Tenaga kerja (keselamatan kerja)
Masyarakat umum (Keselamatan umum)
Sertifikasi, yang meliputi:
- Sertifikasi layak operasi bagi instalasi
penyediaan tenaga listrik.
- Sertifikasi kesesuaian dengan standar PUIL
untuk instalasi.
- Tanda keselamatan bagi pemanfaat tenaga
listrik (alat kerja/rumah tangga).
- Sertifikasi kompetenso bagi tenaga teknik
kelistrikan.
9
2.6.3 Empat Pilar Keselamatan Ketenagalistrikan (K2)
Pilar 1 : Keselamatan Kerja
Pilar 1 merupakan usaha untuk mewujudkan keadaan
aman untuk karyawan dari bahaya yang bisa diakibatkan
oleh aktivitas instalasi dan aktivitas ketenagalistrikan
yang lain dari Perusahaan, dengan memberi
pelindungan, penjagaan dan penuntasan pada
berlangsungnya kecelakaan kerja dan penyakit yang
muncul karena jalinan kerja yang menerpa karyawan.
Pilar 2 : Keselamatan Umum
Pilar 2 merupakan usaha untuk mewujudkan keadaan
aman untuk warga umum dari bahaya yang disebabkan
oleh aktivitas instalasi dan aktivitas ketenagalistrikan
yang lain dari Perusahaan, dengan memberi
pelindungan, penjagaan dan penuntasan pada
berlangsungnya kecelakaan warga umum yang terkait
dengan aktivitas Perusahaan.
Pilar 3 : Keselamatan Lingkungan
Pilar 3 merupakan usaha untuk mewujudkan keadaan
dekat lingkungan dari instalasi, dengan memberi
pelindungan pada berlangsungnya pencemaran dan atau
penjagaan pada berlangsungnya kerusakan lingkungan
yang disebabkan oleh aktivitas instalasi.
Pilar 4 : Keselamatan Instalasi
Pilar 4 merupakan usaha untuk mewujudkan keadaan
handal dan aman untuk instalasi dengan memberi
pelindungan, penjagaan dan penyelamatan pada
berlangsungnya masalah dan kerusakan yang
menyebabkan instalasi tidak bisa berperan secara
normal dan atau tidak bisa bekerja.
1
RI No. 9 Th. 1960 Bab I Pasal II, Kesehatan Kerja adalah suatu
kondisi Kesehatan yang bertujuan agar masyarakat pekerja
memperoleh derajat Kesehatan setinggi-tingginya, baik jasmani,
rohani maupun sosial, dengan usaha pencegahan dan
pengobatan terhadap penyakit atau gangguan Kesehatan yang
disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja maupun
penyakit umum.
Menurut Undang – Undang Keselamtan kerja No.1 tahun
1970, tujuan keselamatan kerja adalah untuk:
a. Mencegah dan mengurangi dan memadamkan kebakaran.
b. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.
d. Memberikan keselamatan atau jalan menyelamatkan diri
pada waktu kebakaran atau kejadian lain yang berbahaya.
e. Memberikan pertolongan pada kecelakaan.
f. Memberikan alat–alat perlindungan pada kecelakaan.
g. Memberikan alat–alat perlindungan kepada para pekerja.
h. Mencegah dan mengendalikan timbul dan menyebar luasnya
suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan
angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran.
i. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat
kerja, baik fisik, psikis, peracunan, infeksi dan penularan.
j. Memperoleh penerangan yang cukup sesuai.
k. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik.
l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan kertertiban.
m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja,
lingkungan, cara dan proses kerjanya.
n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang,
binatang, tanaman atau barang.
o. Mencegah sengatan aliran listrik yang berbahaya.
p. Menyelesaikan dan menyempurnakan pengamanan pada
pekerjaan yang kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
1
Gambar 2.4 Contoh Pengisian Work Order
1
3. Instruksi Kerja (IK)
Instruksi Kerja (IK) adalah sekumpulan langkah yang
dilakukan seseorang guna menyelesaikan pekerjaan secara
aman dan lengkap. Instruksi kerja (IK) digunakan untuk
mendampingi Standar Operating Procedures (SOP),
menjelaskan secara rinci langkah instruksional dalam suatu
kegiatan SOP, dan hanya melibatkan satu unit kerja saja.
1
Gambar 2.6 Alat pelindung mata dan muka
1
d) Pelindung Telinga
Berfungsi untuk melindungi pendengaran petugas dari
suara keras yang melampaui batas kekuatan pendengaran.
1
g) Pakaian kerja
Berfungsi untuk melindungi bahan terhadap bahaya listrik,
mekanik, kimia panas dan lain-lain.
1
BAB III
DASAR TEORI
1
a. Pada boiler terdapat bagian pemindah panas yang akan
diberikan air hingga seluruh badan penuh. Didalam sini boiler
akan memanaskan air dengan gas panas hasil pembakaran
bahan bakar dengan udar sehingga akan berubah menjadi
uap.
b. Uap yang dihasilkan oleh boiler dengan tekanan dan
temperatur tertentu akan diarahkan langsung untuk memutar
turbin sehingga menghasilkan daya mekanik berupa putaran.
c. Turbin yang dihubungkan langsung dengan generator akan
berputar dan menghasilkan listrik sebagai hasil dari
perputaran medan magnet dan kumparan.
d. Uap bekas keluar turbin akan masuk ke kondensor untuk
didinginkan dengan air pendingin agar berubah kembali
menjadi air. Dimana air kondensar hasil dari kondensasi ini
akan digunakan lagi sebagai air pengisi boiler.
e. Siklus ini akan terus menerus dan berulang.
Gambar 3.1 Alur proses produksi listrik PLTU Paiton Unit 1 dan 2
2
digiling supaya halus berbentuk serbuk hingga memenuhi
ketentuan yaitu 200 mesh, setelah digiling batubara dikirim ke
ruang bakar (furnace boiler untuk proses pembakaran). Jumlah
batubara yang masuk ke dalam pulverizer/mill diatur oleh coal
feeder. Sisa hasil pembakaran ini adalah berupa abu (ash), ada
dua jenis abu sisa hasil pembakaran dalam boiler yaitu bottom
ash dan fly ash. Fly ash akan ditangkap oleh Electrostatic
Precipitator yang kemudian ditampung di Fly ash Silo, sedangkan
Bottom ash akan dikumpulkan oleh Submerged Scrapper
Conveyor (SSC) kemudian dibawa ke Bottom ash Silo oleh
Bottom Ash Conveyor. Fly Ash Silo dapat digunakan untuk bahan
campuran pembuatan semen, sedangkan Bottom Ash Silo abu
sisa hasil pembakaran ini, akan diangkut oleh truck bak terbuka
dan ditampung sementara di Ash Disposal Area.
2
pada waktu start dan juga untuk mensupply
interconection bus A (dari SST 1) dan interconection bus
B (dari SST 2).
Sistem Tegangan 18 kV
Sistem tegangan 18 kV dihasilkan dari tegangan output
generator unit 1 dan 2 yang disalurkan ke substation 500
kV melalui main/generator transformer (GT, 18/500 kV,
470 MVA).
Sub Station 500 kV
Tegangan 500 kV yang sudah dinaikkan tegangannya dari
tegangan 18 kV ke 500 kV oleh GT transformer
selanjutnya akan disalurkan melalui SUTT 500 kV Krian 1
dan Krian 2 ke GITET Krian dan disalurkan melalui tie
transformer (TT 1 dan TT 2) masing–masing 500/150 kV,
500 MVA kesubstation 500 kV.
Sistem Tegangan 10 kV
Sistem tegangan 10 kV adalah sistem tegangan yang
menyuplai beban–beban dengan level tegangan 10 kV.
Beban–beban tersebut terhubung dengan bus 10 kV yaitu
Unit Bus 1A, 1B, 2A, 2B, serta Station Bus 1 dan 2. Unit
Bus disuplai oleh UAT sementara Station Bus disuplai
oleh SST. Untuk menyuplai beban–beban 10 kV, bus–bus
10 kV dihubungkan ke beban oleh switchgear 10 kV.
Switchgear adalah suatu kombinasi dari peralatan–
peralatan seperti Disconnecting Switch, Fuse atau
Circuit Breaker yang digunakan untuk keperluan kontrol,
proteksi maupun isolasi terhadap peralatan–peralatan
listrik lainnya.
Sistem Tegangan 3 kV
Sistem tegangan 3 kV digunakan untuk menyuplai beban
dengan level tegangan 3 kV. Busbar 3 kV disuplai oleh
Auxiliary Transformer (AT) 1A, 1B, 2A, dan 2B. Auxiliary
Transformer mengambil tegangan masukan dari busbar
10 kV yang kemudian diturunkan tegangannya menjadi 3
kV oleh Auxiliary Transformer. Busbar 3 kV dihubungkan
ke beban oleh Switchgear 3 kV.
Sistem Tegangan 380 V
Sistem tegangan 380 V digunakan untuk menyuplai
beban– beban dengan level tegangan 380 V. Bus 380 V
2
disuplai
2
oleh Trafo–trafo PDC 10 kV/380 V dan disalurkan melalui
MCC–MCC untuk menyuplai peralatan bantu dengan level
tegangan 380 V. Power Distribution Control (PDC) adalah
suatu panel untuk mendistribusikan listrik ke peralatan–
peralatan di unit pembangkit. Dalam housing PDC
terdapat trafo yang berfungsi untuk menurunkan
tegangan masukan, tegangan keluaran dari trafo ini
kemudian digunakan untuk menyuplai peralatan–
peralatan seperti MCC dan lain–lain. Sedangkan Motor
Control Center (MCC) adalah sebuah panel yang berisi
peralatan–peralatan kontrol motor, biasanya berisi
motor drive, PLC, motor starter metering dan lain–lain.
Sistem Tegangan 220 VDC
Sistem tegangan 220 VDC disuplai oleh station battery,
sistem tegangan ini menyuplai peralatan–peralatan
emergency, DCS dan UPS. Sebagai contoh :Turbine
Emergency Oil Pump, Generator Emergency Seal Oil
Pump, DC Emergency Lighting, Distributed Control
System dan Uninterruptible Power Supply (UPS) GUTOR.
UPS adalah suatu peralatan listrik yang mampu
memberikan suplai daya back-up/emergency kepada
beban ketika sumber daya utama gagal. Kelebihan UPS
dari peralatan listrik emergency lainnya adalah UPS
mampu menyuplai daya kepada beban dalam waktu
nyaris seketika (near instantaneous) atau tanpa interupsi
ketika sumber utama gagal, sehingga peralatan
terhindar dari kerusakan akibat interupsi/kedip saat
pergantian suplai daya.
Sistem Tegangan 125 VDC
Sistem tegangan 125 VDC berasal dari station battery,
untuk melayani 10 kV unit switchgear, 3 kV
sweatchgear, semua control panel, control power untuk
GT, UAT dan sebagainya.
3.4. Coal Handling System
Berikut diagram alir coal handling system pada PLTU Paiton
Unit 1 dan 2:
2
Gambar 3.3 Diagram alir coal handling system
2
3. Direct Unloading
Proses Direct unloading merupakan proses pemindahan
batubara dari kapal tongkang menuju ke Stock Pile dan Silo
dengan menggunakan conveyor.
Untuk metode penimbunan batubara PT. PJB UP Paiton
menggunakan penimbunan batu bara dengan Telescopic Chute
yang berfungsi untuk mencurahkan batu bara dari conveyor ke
stockpile area dengan alat semacam belalai (chute) yang dapat
bergerak naik turun.
Peralatan-peralatan yang terdapat pada coal handling system
antara lain:
1. Ship Unloader
Batu bara yang berasal dari kapal tongkang akan dibongkar
oleh ship unloader yang dijalankan secara manual oleh
operator. Terdapat 2 buah ship unloader dari kapal dengan
kapasitas 2 x 1.750 ton/hari. Batu bara kemudian diangkut
oleh conveyor ke silo langsung atau ke stock pile area.
2
Gambar 3.5 Bentuk dasar conveyor
3. Splitter Gate
Splitter gate berfungsi untuk pemisah jalur pengangkutan
batu bara. Seperti telah diketahui bahwa Belt Conveyor
memiliki 2 buah saluran: saluran 1 dan 2, dimana hanya
salah satu saja yang beroperasi dan satunya dalam keadaan
standby.
4. Transfer House
Transfer House berfungsi untuk memindahkan batu bara
dari satu belt conveyor ke belt conveyor lain, transfer
house yang ada pada PLTU Paiton sebanyak 5 bagian. Selain
itu Transfer House berfungsi untuk mengurangi debu yang
ada pada batu bara. Ada dua komponen dalam transfer
house yang berfungsi untuk mengurangi kandungan debu
dalam batu bara, yaitu :
Dust Suppresion
Dust Suppresion adalah alat yang berfungsi untuk
mengurangi debu yang tercampur dalam batu bara dengan
cara menyemprotkan air (water sprayer) ke permukaan
batu bara. Dust Suppresion ini terdapat pada setiap transfer
house dan air dispraykan pada tiap ujung perpindahan belt
conveyor.
Dust Collection
Tidak semua debu yang ada pada batu bara hilang
setelah di spray dengan dust suppresion. Debu yang
berterbangan
2
dalam tripper ditangkap dengan Dust Collection untuk
dialirkan menuju silo.
5. Reclaimer Hopper
Reclaimer Hopper merupakan tempat penampungan batu
bara sementara. Area ini berada pada ruang terbuka dan
terdapat bulldozer untuk memampatkan batu bara agar
udara tidak dapat menempati ruang-ruang di batu bara. Hal
ini dikarenakan jika udara di dalam batu bara mendapat
panas pada siang hari dapat membakar batu bara.
6. Vibrating Feeder
Vibrating Feeder Merupakan Belt Conveyor yang bekerja
dengan cara memberikan vibrasi/getaran yang berfungsi
untuk mengatur flowrate batubara menuju silo.
7. Coal Feeder
Berfungsi untuk mengatur pemasukan batu bara dari
storage bunker menuju ke pulverizer. Di PLTU Paiton coal
feeder terdiri dari 5 unit, dimana 4 unit beroperasi dan 1
unit dalam keadaan stand by dengan tipe gravimetric
feeder.
8. Pulvilizer
Penggilingan batu bara ini didasarkan pada gaya sentrifugal,
dimana rol-rol digantungkan pada engsel-engsel dengan
kecepatan 100-450 putaran/menit. Dalam penggilingan
memerlukan pengimbangan (balancing) yang baik. Kapasitas
penggilingan yang menggunakan rol-rol mencapai 48
ton/jam.
9. Magnetik Separator
Pemisah metal magnetis (magnetic metal separator) yang
digunakan untuk memisahkan potongan besi atau logam
lainnya dari batu bara yang akan dimasukkan dalam
penggilingan agar tidak merusak rol-rol landasannya,
sehingga mampu terhindar dari terjadinya bunga api karena
adanya pergeseran antara potongan-potongan logam
tersebut dengan rol-rol dan landasannya. Sebab timbulnya
bunga api di penggilingan akan menimbulkan bahaya
kebakaran yang lebih besar.
3
d. Breakdown Maintenance adalah pemeliharaan yang
dilakukan setelah terjadi kerusakan mendadak yang
waktunya tidak tertentu dan sifatnya darurat.
3
1. Motor sinkron
2. Motor asinkron/induksi
Sedangkan berdasarkan sumber tegangannya, motor AC
dibagi menjadi:
1. Motor AC 1 phasa
2. Motor AC 3 phasa
Prinsip kerja motor induksi antara lain bila pada ke 3 fasa
belitan tegangan 3 fasa seimbang maka pada inti stator akan
terjadi medan putar, yang mana medan putar tersebut akan
sesuai dengan kecepatan sinkronnya.
Fluks yang berputar di sepanjang inti stator tersebut akan
memotong batang-batang konduktor rotor sehingga timbul GGL
induksi di rotor sebesar 4,44N2f2. Batang rotor terhubung
singkat sehingga akan mengalir arus rotor pada batang-batang
rotor tersebut yang merupakan gaya putar rotor.
3
nilainya untuk masing-masing phasanya, terhadap pengukuran
sebelumnya maupun dengan belitan dari mesin yang sejenis.
Perbedaan nilai resistansi dapat menunjukkan adanya abnormal
pada belitan tersebut.
2. Insulation Resistance Test
Insulation resistance test digunakan untuk mengetahui
tahanan isolasi dari peralatan listrik. Pengujian ini menggunakan
Megger. Untuk pengukuran IR mengunakan seting waktu 1 menit.
Table tegangan ukur dibawah adalah tegangan kerja phase ke
phase untuk motor 3 phase dan phase ke ground untuk motor 1
phase.
Tabel 3.1 Tegangan ukur IR Test
Tegangan Kerja Motor Tegangan Test
<1000 500
1000 – 2500 500 – 1000
2501 – 5000 1000 – 2500
5001 – 12000 2500 – 5000
>12000 5000 – 10000
Hasil pengetesan IR harus diatas nilai minimum
berdasarkan standar IEEE 43 atau berdasakan manual book
peralatan yang diukur.
Tabel 3.2 Nilai minimum IR test berdasarkan IEEE 43
Minimum nilai IR (M) Spesifikasi Motor Listrik
IR = Kv + 1 Untuk semua jenis belitan yang yahun
pembuatannya dibawah tahun 1970-an
atau yang tidak disebutkan
dibawahnya.
IR = 100 Untuk mayoritas belitan AC dan DC
yang tahun pembuatannya diatas
tahun 1970-an (from wound coil).
IR = 5 Untuk kebanyakan mesin random
wound stator coil dan from wound coil
rating dibawah 1 Kv
IR diatas merupakan nilai minimum yang
direkomendasikan, pada saat temperature 40˚C merata disemua
lilitan. Kv merupakan nilai tegangan kerja motor listrik phase–
phase dalam rms.
3. Pengujian Polarity Index (PI)
3
Pengujian Polarity Index (PI) adalah variasi dari pengujian IR,
pengukuran PI dilakukan selama 10 menit, dengan
membandingkan hasil pengukuran tahanan isoalsi menit ke 10
terhadap hasil pengukuran menit pertama, yaitu:
IR10
PI = IR1
Jika hasil pengukuran tahanan isolasi selama 1 menit diatas
5000 MΩ maka hasil perhitungan PI dapat diabaikan (IEEE Std 43-
2000). Jika nilai Pl rendah menandakan kondisi winding kotor,
lembab dsb. Maka perlu dilakukan treatment terlebih dahulu
untuk mendapatkan kondisi winding yang bagus dengan
melakukan cleaning dan atau heating.
4. Megger Test
Tes Megger adalah metode pengujian yang menggunakan
meteran resistansi penguji insulasi yang akan membantu
memverifikasi kondisi insulasi listrik. Kualitas resistansi isolasi
dari sistem kelistrikan menurun seiring waktu, kondisi
lingkungan yaitu suhu, kelembaban, kelembaban dan partikel
debu. Hal ini juga terkena dampak negatif karena adanya
tegangan listrik dan mekanik, sehingga menjadi sangat penting
untuk memeriksa IR (Insulation Resistance) peralatan secara
berkala untuk menghindari tindakan fatal atau sengatan listrik.
5. Inspeksi Greasing
Inspeksi Greasing dilakukan untuk memastikan Greasing
pada bearing dalam kondisi baik. Grase adalah pelumas
berbentuk padat dengan satuan gramEnergi (gE). Untuk
pengecekan yang dilakukan adalah pengecekan DE (body depan
motor) dan NDE (body belakang motor).
3
Gambar 3.9 Alat dan bahan untuk inspeksi greasing
6. Cleaning
Cleaning dilakukan untuk membersihkan body motor dari
debu-debu maupun hal lain yang dapat mengganggu kinerja
motor. Kegiatan cleaning ini dilakukan mingguan.
3.7. Switchgear
Switchgear merupakan peralatan yang berfungsi sebagai
penghubung dan pemutus antara dua sisi dengan tujuan
tertentu. Pada sistem tenaga listrik switchgear dapat diartikan
sebagai komponen-komponen hubung atau pemutus dan
pendukung- pendukungnya dalam satu kesatuan (unit)
terintegrasi. Fungsi switchgear yakni sebagai penghubung dan
pemutus antara sisi sumber tenaga listrik dan sisi beban.
3
menghubungkan rangkaian listrik dalam kondisi terhubung ke
beban secara langsung dan aman, baik pada kondisi normal
maupun saat terdapat gangguan. Jika berdasarkan media
pemutus listrik atau pemadam bunga api, maka jenis Circuit
Breaker dibagi menjadi empat jenis, yaitu:
1. Air Circuit Breaker (ACB), menggunakan media berupa udara.
2. Vacuum Circuit Breaker (VCB), menggunakan media berupa
vakum.
3. Gas Circuit Breaker, menggunakan media berupa gas SF6.
4. Oil Circuit Breaker (OCB), menggunakan media berupa
minyak. Jenis circuit breaker yang digunakan di PLTU Paiton
Unit 1 dan 2 adalah Vacuum Circuit Breaker (VCB). Vacuum
circuit breaker adalah suatu pemutus tenaga (PMT) yang
memanfaatkan ruang hampa untuk mencegah timbulnya busur
api dan isolasi.
3
Gambar 3.12 Single Line Diagram Kelistrikan CHCB
3
BAB IV
PEMBAHASAN
3
Gambar 4.2 Motor Conveyor pada PLTU Paiton Unit 1 dan 2
4
4.2. Spesifikasi Motor Conveyor
Berikut merupakan spesifikasi motor conveyor yang ada
pada PLTU Paiton Unit 1 dan 2 (2 x 400 MW):
Tabel 4.1 Spesifikasi motor conveyor PLTU Paiton Unit 1 dan 2
Deskripsi Motor Induksi 3 Fasa
Tipe YKK630 – 4TH – W
Tegangan 3000 Volt
Full Load Ampere 74 A
HP 423 HP
Frekuensi 50 Hz
Kecepatan Rotor 1473 r/min
Serial 7144BA – 1
Tahun 1993
Kelas Isolasi F
4
4.3.1.1. Inspeksi Motor
1. Peralatan yang Dibutuhkan untuk Inspeksi Motor
Dalam melakukan inspeksi motor alat dan material
yang diperlukan antara lain:
Tool set Majun
Isolasi kertas Multimeter
Kunci pass ring 1 set Sarung tangan
Kabel rol 50 m 1 rol Cain blok 1 ton
Kunci sok 1 set Masker
Isolasi scootch 23 & 33 Megger BM 25
Kunci inggris Insulation tester
Lampu halogen Tracker
2. Tata cara pelaksanaan
Langkah kerja inspeksi motor 3000 Volt antara lain:
a) Membuat Safety Permit / ijin kerja ke K3 dan
operator (CCR), dan minta diisolasi bahwa motor
tersebut aman untuk pemeliharaan.
b) Memastikan bahwa breaker untuk Equiment yang
diperbaiki sudah di OFF dan ditagging.
c) Melepas kabel terminal motor dan beri tanda urutan
Fasanya.
d) Melakukan test megger motor sebelum di inspeksi
dengan injeksi tegangan 2500 Vdc dan mencatat
hasilnya.
e) Mengkoordinasikan dengan pihak mekanik untuk
membuka Mur/Baut pengikat coupling.
f) Membuka baut pondasi motor.
g) Angkat motor dari atas pondasi, jangan lupa tandai
sim motor
h) Melaksanakan Disassembly motor dengan urutan
sebagai berikut:
Membuka coupling motor dengan menggunakan
tracker, jika berat panaskan dengan temperatur
tertentu.
Membuka cover fan, Lepas fan dengan 2
pengungkit, jika berat gunakan tracker.
4
Membuka cover bearing In Board (DE) dan
Outboard (NDE), jangan lupa tandai dengan drip
supaya waktu pemasangan tidak terbalik.
Mengeluarkan rotor dari dalam motor.
Melepas bearing Inboard (DE) dan Outboard
(NDE) dengan tracker, jika berat panaskan
dengan temperatur tertentu, kemudian catat no.
bearingnya.
Membersihkan belitan stator, bila perlu gunakan
electric motor cleaner dan panaskan dengan
lampu halogen.
Membersihkan semua bagian motor (Fan, cover
fan, cover bearing, rotor dan Frame) dari
kotoran, jika perlu gunakan cairan pembersih
(solar/tinner).
i) Setelah semua bagian motor bersih, selanjutnya
proses Assembly motor. Urutan kerja assembly
motor antara lain:
Memasang bearing dengan fitting tool, hidroulic
jack, atau pemanasan dengan temperature
tertentu, (misal: lampu, dimasak dengan oli atau
induction heater) sesuaikan dengan kebutuhan.
Memasukkan rotor kedalam motor.
Memasang cover bearing In Board (DE) dan
Outboard (NDE), sesuaikan dengan tanda drip
waktu disassembly.
Memasang fan dan cover fan.
Memasang coupling, jika susah panasi coupling
dengan temperature tertentu, (misal: lampu,
dimasak dengan oli atau induction heater)
sesuaikan dengan kebutuhan.
Melakukan test megger setelah motor di inspeksi
dengan injeksi 2500 Vdc, catat hasilnya.
j) Memasang motor ke pondasi dan pasang sim motor
sesuai yang ditandai tadi.
k) Mengencangkan baut pondasi motor.
l) Menyambung kembali power keterminal motor,
sesuaikan dengan urutan fasanya.
4
m) Laporkan bahwa pekerjaan telah selesai dan
koordinasikan dengan pihak Pdm dan operator
untuk test No Load motor.
3. Troubleshooting
Tabel 4.2 Permasalahan dan tindakan pada motor 3KV
Fault Cause Action
Periksa dengan
Tegangan supply drop
Voltmeter
Periksa jika
konduktor rotor
Rotor abnormal
ada yang putus
Motor atau patah
gagal Periksa dengan
start Rotor menyentuh stator
putar manual
Disassembly,
Bearing abnormal periksa part,
repair
Overload Kurangi beban
Tegangan terlalu Periksa tegangan
rendah supply
Akselerasi Periksa jika
terlalu konduktor rotor
Rotor abnormal
lama ada yang putus
atau patah
Overload Kurangi beban
Tukar 2 dari 3
Putaran Tertukarnya fasa fasa pada starter
terbalik tegangan supply atau terminal
motor
Kurangi beban
Overload sampai arus
normal
Motor
Periksa tegangan
overheat
Overcurrent karena supply jika
drop tegangan mungkin
Dinaikkan
4
Periksa tegangan
Iron loss yang berlebih supply jika
karena over voltage mungkin
Diturunkan
Salah satu line putus/ Perbaiki line
koneksi kurang baik supply
Periksa resistansi
Belitan short/ground
koil/rewinding
Bersihkan
Ventilasi tersumbat
ventilasi
Periksa
kerusakan outer
Ball bearing abnormal race dan rolling
element, ganti
bila perlu
Flushing dan
Grease jelek
regreasing
Bearing Isi sampai 40-50
overheat Grease kurang/berlebih % kapasitas
housing
Belt tension berlebih Readjust
Gear bite centering
yang tidak pas
Repair
Shaft deflection
Vibrasi
Periksa adanya
Unbalance secondary konduktor rotor
circuit yang
patah/putus
Noise Resonansi karena
Kencangkan baut
baseplate kendor/lepas
Single plate/ Periksa tegangan
unbalanced voltage supply
Vibrasi Tidak centre Readjust
tinggi Kopling unbalance Repair/replace
4
Balancing total
Beban unbalance
motor-beban
Single phase/voltage Periksa tegangan
unbalance supply
Pondasi motor
Repair
abnormal
4.3.1.2. Cleaning
Cleaning motor merupakan kegiatan preventive
maintenance yaitu dengan contact cleaner spray yang
disemprotkan ke daerah bagian-bagian motor yang
kotor dan di bersihkan menggunakan majun, sehingga
menjadi tidak lembab.
4
Grease NLGI-2 Majun
Grease gun Sarung tangan
Masker
Langkah kerja dalam melakukan proses re-greasing
antara lain:
1. Dalam melakukan pekerjaan re-greasing, pastikan
selalu mengutamakan faktor keamanan dan
keselamatan kerja (gunakan APD) dengan lengkap
dan sesuai dengan rambu yang terpasang pada area
kerja.
2. Memastikan type grease yang terdapat dalam grease
gun sesuai dengan grease yang akan ditambahkan
pada motor.
3. Melakukan proses regreasing motor dilakukan hanya
pada saat motor beroperasi.
4. Memastikan terdapat grease fitting pada motor.
5. Membersihkan grease fitting dan sekitar grease fitting
menggunakan kain pembersih (majun).
6. Membuka penutup drain plug.
7. Menghubungkan nozzle grease gun pada grease fitting
motor.
8. Memompakan grease sesuai jumlah yang telah
ditentukan secara perlahan dengan full stroke.
9. Melepaskan nozzle dari grease fitting setelah
penambahan grease selesai.
10. Menghentikan penambahan grease apabila terdapat
grease yang keluar dari grease fitting.
11. Membiarkan grease lama keluar dari drain plug
selama 15 menit.
12. Memeriksa kondisi grease lam, apakah terdapat
kotoran dan air.
13. Memasang kembali penutup drain plug.
14. Membersihkan grease fitting dan area drain plug.
4
Gambar 4.5 Proses re-greasing Motor
4
Tujuan dilakukannya RDC Test, yaitu untuk melihat
nilai hambatan pada belitan dengan standar deviasi
2%. Berdasarkan hasil RDC test didapatkan hasil
pengujian: Pengujian pertama : 0,695 Ω
Pengujian kedua : 0,697 Ω
Pengujian ketiga : 0,698 Ω
Besar standar deviasi dapat dihitung menggunakan
persamaan:
∑(X − X)2
s=√
n−1
Besar standar deviasi nya adalah:
Tabel 4.3 Perhitungan standar deviasi nilai hambatan
belitan motor
x x̅ (x −x̅) (x − x̅)2
0,695 0,6967 -0,00167 2,789.10^-06
0,697 0,6967 0,00033 1,089.10^-07
0,698 0,6967 0,00133 1,769.10^-06
Jumlah 4,667.10^-06
4,667.10^−06
S. Deviasi = √
× 100%
(3−1)
S. Deviasi = 0,1527%
4
4.3.1.5. IR (Insulation Resistance) Test
Langkah kerja pelaksanaan IR Test, yaitu sebagai
berikut:
a) Memastikan bahwa breaker power supply motor
listrik sudah OFF, rack out, dan di tagging.
b) Membuka terminal cover motor listrik.
c) Menandai urutan phasa pada kabel supply dan
terminal motor listrik.
d) Melepaskan kabel supply dari motor listrik dengan
membuka baut terminal.
e) Melakukan pembersihan apabila kondisi terminal
motor kotor.
f) Menyiapkan alat insulation tester.
g) Mengecek baterai apakah dalam kondisi baik.
h) Melakukan mekanikal zero check (dilakukan pada
meger dengan tampilan mengunakan jarum) pada
kondisi megger off, jarum penunjuk harus tepat
berimpit dengan garis skala nol. Bila tidak tepat,
atur pointer zero pada alat ukur.
i) Melakukan elektrikal zero check dengan cara pasang
kabel test pada terminal megger, serta hubung
singkatkan ujung satu dengan yang lain, letakkan
saklar pemilih tegangan inject pada posisi 2500,
Letakkan saklar pemilih waktu inject pada posisi 1
menit. On-kan megger, jarum akan bergerak dan
harus menunjuk tepat keangka nol, bila tidak tepat
atur pointer. Bila dengan pengaturan pointer tidak
berhasil (penunjukan tidak mencapai nol) periksa
(kalibrasi) / ganti batere. Off-kan megger dan
ulangi poin pengecekan elektrikal zero.
j) Memasang kabel test ke terminal motor yang diukur.
k) Memilih tegangan ukur dan waktu pengukuran.
Untuk pengukuran IR mengunakan seting waktu 1
menit.
5
Gambar 4.8 Pelaksanaan Pengujian IR Test
5
Dalam melakukan inspeksi circuit breaker alat dan
material yang diperlukan antara lain:
Alat Material
Sling kain Majun
Multimeter Silicone gaskot maker
Tespen Isolasi scotch 33
Kunci pas ring WD40
Hydraulic Jack 10T Contact cleaner
Kunci shock Oil penetrating
Kunci inggris Grease
Kabel roll Kertas gosok 1000
Degraser
Thinner a special
1. Tata cara pelaksanaan
Langkah kerja pelaksanaan inspeksi circuit
breaker, yaitu sebagai berikut:
a) Memastikan bahwa breaker yang akan diperbaiki
dalam kondisi off, rack out & tagging.
b) Mengeluarkan breaker dengan lifting track dari
kabinetnya.
c) Memeriksa secara visual keserempakan gerakan
ketiga contact secara bersamaan (tekan tombol
mekanik close dan amati tanda merah pada ketiga
contact).
d) Melakukan megger antara contact dengan casing
(jumper ketiga ujung arm contact) catat hasilnya,
setelah selesai lakukan grounding.
e) Menekan tombol mekanik open.
f) Membersihkan dan periksa kekencangan semua
baut, mur pada sistim mekanis penggerak breaker
dengan kunci yang telah disediakan.
g) Membersihkan dan lakukan regreasing breaker
pada bagian yang berputar/bergerak maupun pada
kabinet yang menjadi tumpuan breaker dan
greasing pada kontak breaker.
h) Memasukkan kembali breaker pada kabinet.
i) Memeriksa spring charging, baut pengikat, switch
dan sistim control breaker.
5
j) Memasang power control dan lakukan function test.
k) Melakukan pengukuran tahanan kontak dan tulis
hasilnya.
l) Melakukan tes keserempakan.
m) Menutup cover breaker.
5
f) Menandai urutan phasa pada kabel supply dan
terminal motor listrik.
g) Melepaskan kabel supply dari motor listrik dengan
membuka baut terminal.
h) Melakukan pembersihan apabila kondisi terminal
motor kotor.
i) Menyiapkan alat insulation tester.
j) Mengecek baterai apakah dalam kondisi baik.
k) Melakukan mekanikal zero check (dilakukan pada
meger dengan tampilan mengunakan jarum) pada
kondisi megger off, jarum penunjuk harus tepat
berimpit dengan garis skala nol. Bila tidak tepat,
atur pointer zero pada alat ukur.
l) Melakukan elektrikal zero check dengan cara
pasang kabel test pada terminal megger, serta
hubung singkatkan ujung satu dengan yang lain,
letakkan saklar pemilih tegangan inject pada
posisi 2500 Volt, Letakkan saklar pemilih waktu
inject pada posisi 1 menit. On-kan megger, jarum
akan bergerak dan harus menunjuk tepat keangka
nol, bila tidak tepat atur pointer. Bila dengan
pengaturan pointer tidak berhasil (penunjukan
tidak mencapai nol) periksa (kalibrasi)/ganti
batere. Off-kan megger dan ulangi poin
pengecekan elektrikal zero.
m) Memasang kabel test ke terminal motor yang
diukur.
n) Memilih tegangan ukur dan waktu pengukuran.
o) Meng-On-kan megger, baca tampilan pada
skalanya dan catat.
5
Gambar 4.10 Pelaksanaan Megger load
5
4.4. Corrective Maintenance
Pemeliharaan corrective yang dilakukan yaitu
maintenance motor gagal charging pada circuit breaker CHCB.
Penyebab motor gagal charging pada circuit breaker
tersebut bisa jadi disebabkan karena umur (motor sering
beroperasi). Selain karena umur, penyebab troubleshooting dan
tindakan dilakukan untuk mengatasi permasalah yang terjadi
antara lain:
Tabel 4.5 Permasalahan dan tindakan pada kerusakan
mekanik circuit breaker
Fault Cause Action
Periksa tegangan dan
Tegangan supply tidak
sesuaikan dengan
sesuai
penggunaan.
Motor Periksa kondisi isolasi
charging Kegagalan isolasi motor motor
Periksa dan regangkan
Kabel kendor
kabel
Periksa dan kencangkan
Baut pengikat kendor
baut pengikat
Limit
Periksa dan lakukan
switch
Kerusakan limit switch repair switch/ganti
dengan repair switch.
Periksa dan lakukan
Kerusakan MCB repair MCB/ganti
Loss of dengan MCB baru.
power
MCB masih posisi off
5
charging penggantian stoker
motor charging baru
Untuk mengetahui penyebab permasalah motor gagal charging
perlu dilakukan pemeriksaan dan test yang meliputi:
1. Test continuity
2. Test tahanan motor
3. Test tahanan solenoid
Setelah dilakukan inspeksi diketahui bahwa penyebab dari
masalah tersebut yaitu adanya kerusakan switch, kerusakan
absorber dan kerusakan pada stoker motor charging. Setelah
diketahui penyebab dari motor gagal charging tersebut,
dilakukan tindakan penggantian pada absorber spring,
penggantian switch dan penggantian bearing motor charging.
5
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan serangkaian kegiatan kerja praktik
pada PT. PJB UP Paiton, maka dapat mengambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
PLTU Paiton unit 1 dan 2 merupakan pembangkit listrik
tenaga uap yang menggunakan batu bara sebagai bahan
bakar utamanya. Total kapasitas unit 1 dan unit 2 sebesar 2 x
400 MW atau sama dengan 800 MW.
Pemeliharaan peralatan listrik adalah serangkaian proses
tindakan untuk mempertahankan kondisi dan meyakinkan
bahwa peralatan dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Tujuan dari pemeliharaan yaitu untuk menjaga keamanan
peralatan tinggi, keandalan peralatan tinggi, efisiensi dan
daya yang dihasilkan optimal, memperpanjang umur dari
penggunaan instalasi pembangkitan.
Berdasarkan sifatnya, pemeliharaan peralatan terdiri dari
Predictive Maintenance (Conditional Maintenance),
Preventive Maintenance (Time Base Maintenance), Corective
Maintenance, Breakdown Maintenance.
Hal-hal yang dilakukan sebelum memulai pekerjaan yaitu:
menentukan jadwal, mengisi Permit to Work (PTW), mengisi
Work Order (WO), membaca Intruksi Kerja (IK), menggunakan
Alat Pelindung Diri (APD), dan koordinasi dengan operator
terkait.
Preventive Maintenance pada kerja praktik yang kami
lakukan yaitu meliputi pemeliharaan motor dan inspeksi
circuit breaker. Pemeliharaan motor conveyor 3 kV pada PT.
PJB PLTU Paiton Unit 1 dan 2 secara umum meliputi inspeksi
dan cleaning motor, inspeksi greasing, RDC test, IR Test dan
PI (Polarization Index). Pada inspeksi breaker meliputi
Pembersihan mekanik breaker, pemeriksaan/perbaikan
kekencangan baut, Function test, Megger load.
5.2 Saran
Berikut adalah beberapa saran yang kami ajukan dalam
permasalahan yang terjadi saat melakukan kerja praktik:
5
Sebaiknya dari perusahaan memfasilitasi pinjaman alat
pelindung diri (APD) untuk perlindungan selama kerja
praktik.
Sebaiknya untuk sistem kerja praktik selanjutnya,
mahasiswa kerja praktik membuat rencana jadwal
kegiatan harian agar proses pembuatan laporan kerja
praktik lebih optimal.
Mahasiswa yang kerja praktik sebaiknya kritis dan aktif
bertanya kepada pembimbing ataupun teknisi di PLTU
Paiton sehingga memperoleh ilmu yang baru dan semoga
bermanfaat untuk kedepannya.
5
DAFTAR PUSTAKA
6
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
6
LAMPIRAN
6
6
6
6
6
6
6
6