TUGAS AKHIR
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Ahli Madya
PROGRAM STUDI
DIPLOMA III TEKNOLOGI ELEKTRO PERKERETAAPIAN
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA MADIUN
2021
1. LEMBAR PENGESAHAN
SISTEM PNGENDALIAN PADA PROTOTYPE KERETA MAGLEV
(MAGNETICALLY LEVITATED TRAINS) UNTUK MENGATUR
PERGERAKAN KERETA DENGAN MENGGUNAKAN NODEMCU
ESP8266
TUGAS AKHIR
ADAM SURYA ABIDIN
NIT : 20182003
Tulisan telah dipertahankan di hadapan dewan penguji dan diterima
sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ahli Madya
pada Program Studi D-III Teknologi Elektro Perkeretaapian
Mengetahui,
Ketua Program Studi Diploma III
Teknologi Elektro Perkeretaapian
Menyatakan bahwa tugas akhir ini adalah hasil penelitian, pemikiran dan
pemaparan asli dari saya sendiri, tidak menjiplak atau mencontek karya lain.
Kutipan karya lain ditulis sesuai dengan kaidah penulisan karya ilmiah
Penulis,
NIT: 20182003
3. KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat–Nya, peneliti dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan lancar.
Penelitian Tugas Akhir ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk mencapai gelar Ahli Madya pada program studi Teknologi Elektro
Perkeretaapian di Politeknik Perkeretaapian Indonesia. Peneliti menyadari bahwa
tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai
pada penyusunan Tugas Akhir ini, sangatlah sulit bagi peneliti untuk
menyelesaikan Tugas Akhir ini. Oleh karena itu, peneliti ingin menyampaikan
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1
4. ABSTRAK
2
5. ABSTRACT
3
6. DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN iii
KATA PENGANTAR i
ABSTRAK ii
ABSTRACT iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Masalah 2
1.3 Batasan Masalah 3
1.4 Maksud dan Tujuan 3
1.5 Manfaat 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5
2.1 Penelitian Terdahulu 5
2.2 Dasar Teori 7
BAB III METODE PENELITIAN 17
3.1 Diagram Alir Penelitian 17
3.2 Mengumpulkan Referensi 17
3.3 Mengkaji Pustaka / Literatur 18
3.4 Desain Konsep 18
3.4.1 Blok Diagram Sistem Kendali Running 18
3.4.2 Prinsip Kerja Sistem Kendali Running LIMs 19
3.4.3 Sistem Kendali Running LIMs 21
3.5 Komponen yang Digunakan 23
3.5.1 Node MCU ESP 8266 23
3.5.2 Driver BTS 7960 25
3.5.3 Sensor Hall Effect 27
3.5.4 Modul Stepdown LM2596 28
3.5.5 Software Arduino IDE 29
3.5.6 Baterai Lithium-ion Polymer 29
4
3.6 Desain Sistem Kendali Prototype kereta Maglev 30
3.6.1 Perancangan Perangkat Keras 33
3.6.2 Perancangan Perangkat Lunak 35
3.7 Flowchart Kerja Sistem 41
3.8 Pengujian 42
3.8.1 Pengujian Kendali Platform Blynk 42
3.8.2 Pengujian Jarak Sensor dengan Pengutuban 43
3.8.3 Fungsi Transfer Sensor Hall Effect. (H(s)) 44
3.8.4 Fungsi Transfer Kontroler (Gc(s)) 44
3.8.5 Fungsi Transfer Plant (G(s)) 44
3.8.6 Pengujian Kecepatan Running 45
3.8.7 Pengujian performa prototype kereta Maglev 45
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 46
4.1 Hasil Pengujian Alat 46
4.1.1 Pengujian Kendali Platform Blynk 46
4.1.2 Pengujian Jarak Sensor dengan Pengutuban 47
4.1.3 Fungsi Transfer Sensor Hall Effect (H(s)) 48
4.1.4 Fungsi Transfer Kontroller (Gc(s)) 49
4.1.5 Fungsi Transfer Plant (G(s)) 50
4.1.6 Pengujian Kecepatan Running 51
4.1.7 Uji Performa kendali Prototype Maglev 53
BAB V PENUTUP 54
5.1 Kesimpulan 54
5.2 Saran 54
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
7.
5
8. DAFTAR TABEL
6
9. DAFTAR GAMBAR
7
Gambar 3. 23 Dimensi Penempatan Sensor Hall Effect 32
Gambar 3. 24 Wiring Diagram Prototype Maglev 33
Gambar 3. 25 Schematic Diagram Prototype Maglev 34
Gambar 3. 26 Desain PCB Kendali 34
Gambar 3. 27 Hardware Rangkaian Kontroler Terintegrasi 35
Gambar 3. 28 Tampilan Interface Sistem Kendali 35
Gambar 3. 29 Pembuatan Akun 36
Gambar 3. 30 Pembuatan Tombol Power 36
Gambar 3. 31 Membuat Tombol Running 37
Gambar 3. 32 Membuat Tombol Pengereman 37
Gambar 3. 33 Membuat Tombol Pengatur Kecepatan 38
Gambar 3. 34 Membuat LED Untuk Reverse dan Engine 38
Gambar 3. 35 Membuat Led Untuk Break dan Forward 39
Gambar 3. 36 Membuat Display Kecepatan 39
Gambar 3. 37 Blok Diagram Pemrograman 40
Gambar 3. 38 Flowchart Sistem Kendali 42
Gambar 3. 39 Perbedaan Perubahan Garis Fluks Medan Magnet Terhadap Jarak43
Gambar 3. 40 Fungsi Transfer Sensor Hall Effect 44
Gambar 3. 41 Fungsi Transfer Kontroler 44
Gambar 3. 42 Fungsi Transfer Plant 44
8
1 BAB I
10. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kereta Maglev (Magnetically Levitation) memerlukan sistem kendali agar
efwef fefw
kereta tetap melaju pada jalur. Sistem Maglev selalu tidak stabil dan nonlinier,
sehingga dibutuhkan kendali yang dinamis (Fadlun et al., 2016). Pengendalian
kereta Maglev (plant) dimaksudkan agar kereta dapat berjalan sesuai yang
diinginkan dengan mengurangi steady error.
1
2. Prototype kereta Maglev menggunakan sistem catu daya power supply yang
terpisah dari kereta.
2
Kabel
Sistem catu
daya
Prototype
kereta Maglev
Jalur
1.2 Masalah
3
1.3 Batasan Masalah
Maksud dan tujuan dari tugas akhir sistem kendali pada Prototype kereta
Maglev (Magnetic Levitation) sebagai berikut.
1.4.1 Maksud
1. Pengembangan pembuatan Prototype kereta Maglev sebelumnya yang
ada di PPI Madiun.
2. Membuat sistem pengendalian dari Prototype agar bisa bergerak secara
terkendali.
1.4.2 Tujuan
1. Merancang sistem kendali Prototype kereta Maglev untuk mengatur
pergerakan dari kereta
2. Menguji sistem kendali Prototype kereta Maglev
3. Mengetahui hasil pengujian sistem kendali prototype kereta Maglev
1.5 Manfaat
4
1.5.1 Manfaat Bagi Taruna
5
2 BAB II
(Zong et al., 2019) Prinsip kerja dari kereta Magnetic leviatation (Maglev)
memanfaatkan gaya tolak-menolak dan gaya tarik-menarik antara medan magnet
yang berada pada rel dan kereta. Kereta Maglev dapat bergerak dan terangkat
dengan memanfaatkan hukum Lenz, dimana bila terjadi perubahan fluks magnet
dalam ruang yang dikelilingi sistem kawat yang membentuk kumparan tertutup
(rangkaian sistem tertutup), maka akan mengakibatkan terciptanya medan magnet
yang melawan perubahan fluks magnet dalam sistem itu. Gaya tolak ini terjadi
antara kereta dengan guideway sehingga kereta dapat terangkat beberapa cm dari
lintasan.
Studi Maglev Train dengan kontrol Arduino Ponsa et al., (2018) dibuat
dengan memanfaatkan gaya magnet dari kumparan dan magnet tetap. Fungsi dari
magnet tetap yaitu untuk memberikan gaya angkat pada objek levitasi dan
kumparan berfungsi untuk memberikan gaya secara horizontal untuk
menstabilkan objek levitasi agar selalu berada pada posisi semula. Gaya yang
dihasilkan oleh kumparan dipengaruhi oleh besarnya arus yang melewati kawat
email dan banyaknya lilitan pada kumparan. Semakin besar arus yang melewati
6
kawat email maka gaya yang dihasilkan kumparan akan semakin besar dan
semakin banyak
7
lilitan pada kumparan maka semakin besar pula gaya yang dihasilkan oleh
kumparan.
8
Khemissi (2010) melakukan penelitian yaitu mengendalikan objek Maglev
dengan metode sliding mode control dengan sinyal referensi yang berbeda. Sinyal
referensi yang didapat yaitu sinyal sinusoidal disturbance, random disturbance,
pulse generator, serta builder disturbance. Output menunjukan hasil dari sinyal
referensi yang baik, namun masih terdapat steady state error. Hasil dari kendali
yang ditunjukan terdapat fenomena chattering.
(Post & Ryutov, 2000) mengatakan bahwa kereta Maglev sistem inductrack
menggunakan sistem levitasi dan propulsi terintegrasi menjadi satu sistem
running. Sistem running kereta Maglev memanfaatkan prinsip linear induction
motors (LIMs). Post dan Ryutov menggunakan LIMs sistem alternating current 3
fasa sebagai sistem levitasi dan propulsi. Kelebihan sistem ini hanya
menggunakan magnet permanen pada sarananya dan elektromagnet pada jalur.
Pada penilitian ini, kereta Maglev didesain dalam skala prototype. Prototype
Maglev sistem inductrack kali ini menggunakan sistem steping LIMs yaitu
memanfaatkan sistem induksi yang dibangkitkan dari inverting listrik DC (direct
current). Penggunaan inverting listrik DC disistem Maglev dimaksud untuk
memudahkan pengaturan untuk menghindari faktor daya (cos ϕ) rendah.
Prototype ini mengunakan magnet permanen menimbulkan gaya levitasi
(levitation) pada kereta sedangkan magnet induksi sebagai sistem penggerak
(propultion). Sistem propulsi prototype menggunakan elektromagnet pada rotor
dan magnet permanen pada stator. Inductrack menggunakan catu daya untuk
mempercepat laju kereta saat mengambang. Bila pasokan catu daya mengalami
10
gangguan atau terputus maka kereta akan melambat dan berhenti dengan
sendirinya.
F=m . g (2-1)
Dimana F merupakan massa benda (N), m merupakan berat benda (kg), dan g
merupakan percepatan gravitasi bumi (m/s2).
Dari tabel di atas prototype kereta Maglev memiliki beban total 747 gram atau
0.747 kg, sehingga perhitungan gaya angkat sebagai berikut:
F=m.g
F = 0,747 g x 9,8 m/s²
F = 7,32 N
Gaya angkat yang dibutuhkan yaitu sebesar 7,32 N.
Sistem tenaga yang digunakan pada kereta Maglev yaitu baterai yang ada
pada badan kereta. Lee et al., (2006) dalam penelitiannya tenaga listrik digunakan
untuk menghasilkan gaya levitasi dan penggerak pada kereta serta sebagai suplai
peralatan elektrik yang ada pada kereta. Sehingga kereta menggunakan generator
linear atau kontak mekanik untuk mengambil energi yang dihasilkan disepanjang
jalurnya. Konsep Maglev milik Lee et al dapat di tunjukkan pada Gambar 2.2.
11
Gambar 2. 2 Pemandu Kereta Maglev (Lee et al., 2006)
Kereta Maglev membutuhkan pemandu (guidance) dalam pengoperasiannya
agar kereta tetap berada pada jalurnya (Kusagawa et al., 2004; Lee et al., 2006).
Pemandu jalur bekerja dengan memanfaatkan medan dari elektromagnet, tolak
maupun tarik. Sistem propulsi berfungsi sebagai penggerak kereta yang didapat
dari LIMs maupun elektromagnet yang terpasang di jalur dan di badan kereta
(Kusagawa et al., 2004). Ilustrasi kereta Maglev milik Kusugawa dapat
digambarkan seperti ditunjukkan pada Gambar 2.3 berikut.
12
Desain sistem pengendalian pada prototype kereta Maglev menggunakan
sistem loop terbuka (open loop). Sistem kendali ini keluarannya tidak
berpengaruh pada aksi pengendalian. Keluaran sistem kendali ini tidak diukur atau
diumpan-balikan untuk dibandingkan dengan masukan. Sistem kendali pada
prototype Maglev ini memiliki referensi dari fungsi penundaan (delay) (T) dan
referensi peubah pola polarisasi kutub-kutub rotor dari fungsi arus kemagnetan
(fluks) (φ). Peubah pola polarisasi berdasarkan fluks magnet stator. Sistem kendali
open loop untuk prototype Maglev dapat digambarkan seperti ditunjukkan pada
Gambar 2.4.
Persamaan untuk sistem loop terbuka dinyatakan sebagai berikut (basuki, 2004) :
C (S )=R( S ) . Gc ( S) . G ( S) (2-2)
Keterangan:
C (S ) = Output
R( S ) = Input / referensi
Gc( S ). = kontroller
G ( S) = Plant
dimana
C(s)
=Gc( S ). G( S ), sehingga fungsi transfer Gc( S ) dan G ( S) merupakan fungsi kendali
R( S )
sistem pengatur kecepatan LIMs pada prototype Maglev sistem inductrack.
Gambaran secara umum fungsi transfer (T(s)) atau perbandingan output
terhadap input sistem kendali open loop dinyatakan pada Gambar 2.5 berikut
(Basuki, 2004) :
13
C (s)
T (s )= =G s (2-3)
R(s )
Keterangan:
T (s ) = Transfer
C (S ) = Output
R( S ) = Input / referensi
Gs = Plant
1 120 F
T≡ ≡
F P
Transfer fungsi untuk pengatur kecepatan stepping LIMs untuk pengaturan
pola polarisasi kutub-kutub dilakukan berdasarkan referensi delay (T). Sedangkan
untuk pengubahan pola polarisasi kutub-kutub dilakukan oleh peubah berdasarkan
referensi fluks (φ) menggunakan sensor hall effect. Fungsi transfer pengaturan
terdiri dari fungsi pengatur pada mikrokontroler (Gc(s)) dan fungsi pengatur pada
fungsi plant (G(s)) yaitu fungsi coil sebagai pengubah frekuensi (f) menjadi
kecepatan gerak rotor LIMs (v). Sehingga fungsi transfer mikrokontroler (Gc (s))
dapat diuraikan sebagai berikut:
f (s) s .f
GC ( S )= =
T (s ) s.T
0.5
s∫ ❑ f 1 2 0.5
f ¿0 s
0 2
¿ 0.5 =
1 2 0.5
s ∫ ❑T 2 T ¿ 0.05 s
0.05
0.125 0.125 s
¿ =
1 0.12375 s
0.0025− 0.125
2
14
−2
1.25 x 10 s
¿
1.2375 x 10−4 s
−2
1.25 x 10
¿ −4
s2 (2-4)
1.2375 x 10
120(s)
v (s) P(s)
G(s)= = s2
f (s) 1.25 x 10 −2
−4
1.2375 x 10
120 f (s) 1.2375 x 10− 4 −2
¿ . −2
s
P(s ) 1.25 x 10
−2 2
120 f s+ 1.59375 x 10 s
¿ (2-5)
P
V (s) S.V 1 1
H (s)= = = = 2
∅(s) S . ∅ S . V . 10 . S . ∅ S . V .10− 1 . ∅
−1
1
¿ (2-6)
0.1V . ∅ . S2
Sedangkan output dari pengaturan sistem kendali C (s) pada persamaan (2-2)
sistem kendali open loop equality dengan fungsi G(s), sehingga nilai C(s)
merupakan nilai integral rentang perintah kecepatan yang keluar dari coil.
Deteksi fluks magnet oleh sensor hall effect yang dilakukan Lukmana et al.
(2015) digunakan untuk sinyal referensi pengendali levitasi. Lukmana membaca
15
besar fluks magnet dan mengubahnya menjadi tegangan. Jangkauan yang dapat
dibaca dari sensor ini (Lilienkamp & Lundberg, 2004) yaitu -640 hingga + 640
Gauss serta output tegangan antara 0,4 sampai 4,6 Volt dengan suplai tegangan
5V. Namun pada kasus ini sensor hall effect digunakan untuk deteksi fluks
magnet akibat efek hall untuk mengendalikan sistem propulsi. Sensor efek hall
memanfaatkan perubahan jumlah garis-garis fluks medan magnet melalui jarak
celah.
Sensor efek hall merupakan sistem analog yang dapat memberikan tegangan
keluaran sebanding dengan pembacaan medan magnet (“Hes A,” n.d.,2014).
Sensing medan magnet yang diperoleh mempunyai arah positif (kutub utara) atau
negatif (kutub selatan) sebagai efek hall. Gambaran sensor efek hall analog dapat
ditunjukkan pada Gambar 2.6 berikut.
Gambar 2. 6 Bentuk Sederhana Keluaran Sensor Hall Effect (“Hes A,” n.d.,2014).
Gambar 2. 7 Bentuk Sederhana Keluaran Sensor Hall Effect (“Hes A,” n.d.,2014)
Tegangan Output op-Amp deferensial tidak boleh melebihi batas dari catu
daya. Op-Amp akan mulai jenuh (saturation) sebelum batas catu daya tercapai.
Saturasi ini terjadi di op-Amp dan bukan di elemen hall, medan magnet besar
tidak akan merusak sensor efek hall, melainkan hanya mendorong pada kondisi
saturasi. “Hes A,” n.d.,(2014) menetapkan output sensor analog mempunyai
rentang tegangan 4.5V – 12,6V untuk berbagai keperluan. Tegangan catu daya
disesuaikan untuk mengejar akurasi dan batas rasio operasi untuk offset dan
penguatan.
17
Dengan melihat ilustrasi fungsi transfer fluks (φ) terhadap tegangan pada
Persamaan (2-6), bahwa fluks magnetik adalah hasil perkalian dot antara vektor
medan magnet (B) dan vektor bidang (A) yang ditembus oleh garis-garis medan
magnet tersebut, fungsi transfer ini dapat diturunkan dalam domain laplace, maka
ekspresi persamaan fungsi transfer didapat:
640
V out ( Volt )=( 6.25 x 10 x Vs )
−4
∫ ❑ B+(0,5 .Vs)
− 640
640
V out ( Volt )= ∫ ❑ B ( 6.25 x 10 x Vs ) + ( 0.5 x Vs )
−4
− 640
640
−640
1
¿ (2-8)
S . V out . B −3,125 . Vs−1
2
18
3 BAB III
19
3.3 Mengkaji Pustaka / Literatur
Dari jurnal jurnal yang sudah diunduh lalu dibaca satu persatu dan
memahami apa yang menjadi acuan untuk penelitian ini dan apabila kekurangan
pada jurnal tersebut yang selanjutnya untuk dapat dikembangkan lagi agar
menjadi sebuah penelitian yang dapat memperbaiki penelitian sebelumnya atau
menjadi sebuat penelitian yang baru dan dari beberapa jurnal tersebut juga
didapatkan rumus rumus yang tercantum pada dasar teori.
20
pergerakan maju, mundur dan berhenti sesuai perintah yang dimasukkan. Untuk
suplai tegangan mikrokontroler dan driver menggunakan DC 12 V yang
diturunkan menjadi 5V melalui Modul Stepdown LM2596.
3.4.2 Prinsip Kerja Sistem Kendali Running LIMs
Prototype kereta Maglev menggunakan prinsip kerja linear induksi motors
(LIMs) dimana stator terletak pada jalur dan rotor elektromagnet terletak pada
Prototype. Sistem kendali menggunakan model open loop yang mengatur propulsi
pada rotor running dengan referensi medan magnet stator. Pengutuban rotor
running dilakukan oleh mikrokontroler berdasarkan sensing pada medan magnet
stator (jalur). Pada penelitian ini terdapat 3 mode, yaitu:
1. Pergerakan Maju
21
2. Kondisi Berhenti
3. Pergerakan Mundur
22
Ada beberapa jenis / tipe kereta Maglev yang saat ini digunakan yaitu sistem
suspensi elektromagnetik dan suspensi dinamik. Pada prototype ini dipilih jenis
suspensi elektromagnetik. Untuk sistem kendali sarana dibuat berdasarkan prinsip
sederhana dari hasil interaksi dua kutub magnet yang sama dan dua kutub magnet
yang berbeda. Sarana bergerak dengan memanfaatkan gaya tarik dan dorong
magnet antara elektromagnet yang berada di sarana dengan magnet yang berada
pada jalur. Gaya tarik ditimbulkan akibat pertemuan dua kutub magnet yang
berbeda, sedangkan gaya tolak disebabkan oleh dua kutub magnet yang sama.
Kutub elektromagnet pada sarana akan diatur perubahannya dengan bantuan
sensor hall effect. Kutub magnet pada jalus / track dideteksi menggunakan sensor
hall effect, kontroler akan mengatur polarisasi kutub kutub magnet pada sarana
untuk menciptakan gaya tarik-menarik dan tolak-menolak.
Berdasarkan Gambar 3.5 input dimulai dari menekan tombol perintah (maju,
mundur, berhenti) yang terdapat pada smartphone yang sudah terpasang aplikasi
Blynk. Selanjutnya keluaran dari Blynk berupa data perintah yang akan diproses
oleh mikrokontroler yang mengatur perubahan polarisasi pada driver BTS 7960
untuk diteruskan ke coil. Komposisi polarisasi diatur sehingga terjadi pergerakan
maju, mundur dan berhenti sesuai perintah yang dimasukkan.
23
Pembacaan pola kutub-kutub magnet stator pada jalur sebagai referensi
untuk memberikan perintah membalik pola kutub-kutub rotor agar terjadi gaya
tarik-menarik dan tolak menolak berikutnya. Penundaan waktu (T) pergantian
pola pengutuban merupakan fungsi pengaturan frekuensi (f) sehingga pengaturan
kecepatan (v) dapat dilakukan dengan mengatur waktu tunda pada software Blynk.
Pola pengaturan kecepatan dapat dilihat pada Gambar 3.6 berikut.
24
Gambar 3. 8 Diagram Kontrol Pengutuban
Status kutub-kutub magnet dibaca oleh sensor hall effect, sensor membaca arah
kutub magnet stator yang terpasang pada jalur. Hasil pembacaan sensor akan
diolah oleh mikrokontroler NodeMCU ESP 8266 untuk mengatur polarisasi kutub
pada coil melalui driver BTS 7960.
25
NodeMCU telah me-package ESP8266 ke dalam sebuah board yang
kompak dengan berbagai fitur dintaranya kapabilitas akses terhadap Wifi juga
chip komunikasi USB to serial.
26
Tabel 3. 1 Pin Out NodeMCU ESP 8266
ADC Analog Digital Converter. Rentang tegangan masukan 0-1v, dengan skup nilai
digital 0-1024
RST berfungsi mereset modul
EN Chip Enable, Active High
IO16 GPIO16, dapat digunakan untuk membangunkan chipset dari mode deep sleep
IO14 GPIO14; HSPI_CLK
IO12 GPIO12: HSPI_MISO
IO13 GPIO13; HSPI_MOSI; UART0_CTS
VCC Catu daya 3.3V (VDD)
CS0 Chip selection
MISO Slave output, Main input. 5
IO9 GPIO9
IO10 GBIO10
MOSI Main output slave input
SCLK Clock
GND Ground
IO15 GPIO15; MTDO; HSPICS; UART0_RTS
IO2 GPIO2;UART1_TXD
IO0 GPIO0
IO4 GPIO4
IO5 GPIO5
RXD UART0_RXD; GPIO3
TXD UART0_TXD; GPIO1
27
3.5.2 Driver BTS 7960
Pada driver motor DC ini dapat mengeluarkan arus hingga 43A, dengan
memiliki fungsi PWM. Tegangan sumber DC yang dapat diberikan antara
5.5VDC sampai 27VDC, sedangakan tegangan input motor ini menggunakan
rangkaian level antara 3,3VDC – 5VDC, BTS 7960 memiliki IC driver yang
terintegrasi dalam satu paket. IC driver ini digunakan untuk memudahkan
komunikasi ke mikrokontroler sehingga dapat menampilkan input kepada
mikrokontroler seperti penyesuaian laju perubahan tegangan dan perlindungan
terhadap suhu yang berlebih.
Berikut merupakan pin konfigurasi dari driver BTS 7960 dapat dilihat pada tabel
3.3.
Tabel 3. 3 Tabel Pin Konfigurasi BTS 7960 ( Handson Technology,2020)
Pin No Functio Description
n
1 RPWM Forward Level or PWM signal, Active High
2 LPWM Reverse Level or PWM, Active High
3 R_EN Forward Drive Enable Input, active High / Low Disable
4 L_EN Reverse Drive Enable Input, active High / Low Disable
5 R_IS Forward Drive, Side Current alarm output
6 L_IS Reverse Drive, Side Current alarm output
7 Vcc +5V Power Supply microcontroller
8 Gnd Ground Power Suply microcontroller
28
Driver BTS 7960 digunakan pada sistem kendali prototype kereta Maglev
sebagai pengubah polaritas kemagentan pada kumparan yang sebelumnya sudah
diprogram melalui mikrokontroler. spesifikasi dari driver BTS 7690 dapat dilihat
pada tabel 3.4.
Sensor hall effect pada sistem kendali prototype Maglev digunakan untuk
sensing arah medan magnet stator pada jalur. Sensor hall effect mendeteksi
adanya aliran fluxs (φ) magnet stator untuk dengan diubah menjadi tegangan (v)
untuk referensi kontrol. Lukmana et al.,(2015) menggunakan sensor hall effect
untuk membaca besar medan magnet dan mengubahnya menjadi tegangan.
Jangkauan magnetik yang mampu dibaca adalah -670 hingga +670 Gauss (-67 mT
s/d +67 mT) dan output tegangan antara 0,4 hingga 4,6 volt (dengan tegangan
suplay 5v). Komponen sensor hall effect yang digunakan untuk sensing dapat
dilihat pada Gambar 3.12.
Sensor hall effect type KY 024 memiliki pin analog, tegangan masukan DC
5V – 24 V, output berupa sinyal digital 0 – 5 V, serta time respon sebesar 0,2 µs – 2
29
µs yang menjadi alasan digunkan komponen ini. Komponen utama dari sensor
hall effect ini adalah A3144 yang terdiri dari Transistor NPN, Magnet, dan
tranducer
Spesifikasi dari sensor hall effect dapat dilihat pada tabel 3.5.
Tabel 3. 5 Spesifikasi Sensor Hall Effect KY 024 (Switches & Operation, n.d.)
Limits
Characteristic Symbol Test Conditions
Min. Typ. Max. Units
Supply Voltage VCC Operating 4.5 - 24 V
Output Saturation VOUT(SAT) IOUT = 20 mA, B > BOP - 175 400 mV
Voltage
Output Leakage IOFF VOUT = 24 V, B < BRP - <1.0 10 µA
Current
Supply Current ICC B < BRP (Output OFF) - 4.4 9.0 mA
Output Rise Time tr RL = 820 Ω, CL = 20 pF - 0.04 2.0 µs
Output Fall Time tf RL = 820 Ω, CL = 20 pF - 0.18 2.0 µs
30
Gambar 3. 15 Modul Stepdown LM2596 (Robokits.co,2021)
31
3.5.5 Software Arduino IDE
32
Gambar 3. 17 Baterai Lippo (Rightbattery.com,2021)
Baterai jenis ini digunakan pada perancangan sistem kendali prototype kereta
Maglev karena memiliki bentuk kecil serta bobot yang ringan sehingga mudah
untuk memposisikan komponen. Spesifikasi baterai Lipo bisa dilihat pada tabel
3.7 berikut.
Tabel 3. 7 Spesifikasi Baterai Lipo
Kapasitas Normal 850 mAh
Tegangan Normal 12.6 Volt
Discharge Rate 25-50 C
Konfigurasi Sel 3S
3.6 Desain Sistem Kendali Prototype kereta Maglev
Rangkaian sistem kendali pada prototype kereta Maglev dipasang pada body
kereta dengan ukuran 12 cm x 7,6 cm. Desain rangkaian sistem kendali dapat
dilihat pada gambar 3.14.
33
Berdasar Gambar 3.16 rangkaian kontrol prototype kereta Maglev terdiri dari 3
susunan yang terpasang pada body kereta. Berikut susunan dari rangkaian kendali
prototype kereta Maglev.
Baterai Lipo 12 V
NodeMCU ESP
Stepdown 8266
LM2596
Fuse
Switch
34
Sistem kendali menggunakan Sensor hall effect yang berfungsi untuk
sensing fluks (φ) medan magnet stator (jalur) untuk merubah polaritas kumparan.
Sensor hall effect diletakkan pada body bawah prototype kereta Maglev diantara 2
kumparan yang terpasang. kumparan 1 menghasilkan dorongan dan kumparan 2
menghasilkan tarikan. Ilustrasi penempatan sensor hall effect bisa dilihat pada
gambar 3.20 dan 3.21 berikut.
Sensor Hall
Effect
Kumparan
Kumparan
Sensor Hall
Effect
2
1
Berdasar gambar 3.21 Sensor hall effect diletakan secara vertikal diantara 2
kumparan dengan jarak antar kumparan 5 cm.
35
3.6.1 Perancangan Perangkat Keras
Wiring diagram secara keseluran komponen dapat dilihat pada gambar 3.22.
3V
Gnd
D5
D6 L_PWM Gnd
D7 R_PWM VCC
D8
Stepdown LM 2596
Gnd
D1 3V
D2
Coil
depan
Driver Baterai
Sensor Multiplexer BTS 7960 Lippo
Hall Effect 4051 850 mAh,
12 V
NodeMCU Coil
ESP8266 belakang
36
Driver ke
Mikrokontrolerer
LED Indikator NodeMCU ESP 8266 IC Multiplexer 4051
37
Gambar 3. 26 Desain PCB Kendali
38
3.6.2.1 Desain Aplikasi Blynk
● Membuat akun
Tahap awal dalam pembuatan platform Blynk yaitu membuat akun
terlebih dahulu dengan memasukan email dan password. Setelah itu akan
mendapatkan kode verifikasi Blynk ke email yang digunakan untuk
komunikasi ke mikrokontroler.
39
Fungsi dari tombol power ini yaitu menghubungkan koneksi platform
Blynk dengan Prototype Maglev.
40
Menambahkan push button pada menu widget kemudian mengganti
nama “button” menjadi “brake” dan mengatur ke input V2. Fungsi dari
tombol ini yaitu sebagai pemberhentian dari Prototype Maglev.
41
a. Engine : Sebagai penanda bahwa sistem telah aktif
b. Break : Sebagai penanda bahwa prototype melakukan
pengereman
c. Reverse : Sebagai penanda bahwa prototype bergerak mundur
d. Forward : Sebagai penanda bahwa prototype bergerak maju
42
Gambar 3. 36 Membuat Display Kecepatan
43
3.6.2.2 Pemrograman Mikrokontroler
44
● Pemrograman untuk kecepatan prototype
Listing 3.3 Program pengatur kecepatan prototype
hallKiriVal = digitalRead(hallKiri);
hallKananVal = digitalRead(hallKanan);
void hitungKecepatan() {
runMillis = millis();
countInterval++;
if (hallKiriVal == 1) {
waktu1 = countInterval;
count = 1;
}
if (hallKananVal == 1) {
waktu2 = countInterval;
count = 2;
}
waktu3 = waktu2 - waktu1;
kec = jarakMagnet / waktu3
45
Gambar 3. 38 Flowchart Sistem Kendali
3.8 Pengujian
46
Langkah – langkah dalam dalam pengujian Platform Blynk:
a. Prototype kereta Maglev diletakkan pada jalur dengan kondisi switch on
pada kendali untuk suplai tegangan yang berasal dari baterai.
b. Menghubungkan smartphone dengan wifi, kemudian membuka platform
blynk dan menekan tombol play pada tampilan awal.
c. Sistem sudah terhubung dan menekan tombol perintah pada interface yang
sudah didesain dan diprogram sebelumnya.
d. Mencatat hasil dari pengujian tersebut pada tabel.
47
Listing 3.5 Pengujian Sensor Hall Effect
void setup () {
// initialize serial communication at 9600 bits per second:
Serial.begin(115200);
Serial.println("CLEARSHEET");
Serial.println("LABEL, NILAI ADC, TEGANGAN");
}
// the loop routine runs over and over again forever:
void loop () {
// read the input on analog pin 0:
int sensorValue = analogRead(A0);
// Convert the analog reading (which goes from 0 - 1023) to a voltage (0 - 5V):
float voltage = sensorValue * (5.0 / 1023.0);
// print out the value you read:
Serial.println((String)"DATA," + sensorValue + "," + voltage + ", AUTOSCROLL_20");
Delay (50);
}
48
Gambar 3. 42 Fungsi Transfer Plant
Pengujian dilakukan untuk mengetahui fungsi coil sebagai pengubah
frekuensi (Hz) menjadi kecepatan gerak rotor LIMs (v). Kecepatan (v) didapat
dari perubahan jarak terhadap perubahan waktu. Fungsi transfer plan didapatkan
dari perbandingan kecepatan terhadap delay (T).
49
c. Pengujian dilakukan 5 kali pada masing-masing kecepatan
50
4 BAB IV
19. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengujian Alat
Berdasarkan gambar 4.1 dapat diketahui bahwa interface yang terdiri dari tombol
dan widget sudah aktif. Widget box pada platform Blynk secara keseluruhan
berhasil dan sesuai antara input dan status indikasinya dapat dilihat pada tabel 4.1.
51
Tabel 4. 1 Tabel Widget Box
TOMBOL DAN
NO INPUT INDIKASI KETERANGAN
WIDGET
1 Display Value Actual speed Kecepatan Sesuai
On Nyala Sesuai
2 Engine
Off Mati Sesuai
Forward Maju Sesuai
3 Accel Direction
Reverse Mundur Sesuai
On Nyala Sesuai
4 Brake
Off Mati Sesuai
5 Speed Slider Time Delay Sesuai
Magnet
Neodymium
Sensor Hall
Effect
52
Jarak sensor dengan pengutuban
35
30
25
20
15
10
5
0
0 1 2 3 4 5
Jarak (mm)
Dari grafik di atas diketahui semakin jauh jarak sensor dengan pengutuban
maka akan semakin kecil nilai ADC, tegangan (Vout), medan magnet (Gauss) yang
dihasilkan.
53
Fungsi Transfer(H(s))
4
3.5
3
2.5
Tegangan (V)
2
1.5
1
0.5
0
18.43 20.81 23.2 25.58 27.97 30.35
Medan Magnet (Gauss)
Grafik di atas mengilustrasikan fungsi transfer sensor hall effect. Masukan medan
magnet stator sebesar 18,43 gauss – 30,35 gauss dan tegangan output 1,71V –
3,42V. Semakin besar gauss medan magnet yang di sensing maka semakin besar
juga tegangan output yang dikeluarkan oleh sensor.
54
Transfer Kontroler (Gc(s))
25.0
15.0
10.0
5.0
0.0
50 100 150 200 250 300 350 400 450 500
Delay (ms)
Grafik di atas menjelaskan semakin besar delay (ms) yang dikeluarkan maka
semakin kecil frekuensi (Hz) yang dihasilkan. Rentang dari delay yaitu 50 ms
sampai 500 ms dan frekuensi yang dihasilkan dari rentang 2 Hz sampai 20 Hz.
55
Transfer Plant (G(s))
25.0
15.0
10.0
5.0
0.0
0.142 0.156 0.16 0.175 0.189 0.203 0.217 0.247 0.264 0.284
kecepatan (m/s)
Grafik di atas menjelaskan semakin besar frekuensi (Hz) yang dikeluarkan maka
semakin besar kecepatan yang dihasilkan (m/s).
56
Kecepatan Jalur Lurus dan Lengkung
0.3
Kecepatan (m/s) 0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
2.0 2.2 2.5 2.9 3.3 4.0 5.0 6.7 10.0 20.0
Frekuensi (Hz)
Deviasi dari kendali kecepatan pada jalur lurus dan jalur lengkung disajikan dalam
Tabel 4.3 berikut.
Deviasi Kecepatan
0.2
0.18
0.16
0.14
0.12
Deviasi
0.1
0.08
0.06
0.04
0.02
0
2.0 2.2 2.5 2.9 3.3 4.0 5.0 6.7 10.0 20.0
Frekuensi (Hz)
57
4.1.7 Uji Performa kendali Prototype Maglev
Uji performa kendali prototype kereta Maglev berjalan lancar dan stabil di
jalur lurus dari pada jalur lengkung. Pada jalur lurus di semua kondisi kecepatan
kereta bergerak dengan lancar, sedangkan pada jalur lengkung mengalamai
hambatan pada saat bergerak karena mengalami benturan dengan spacer dan
sambungan jalur yang terpasang pada jalur lengkung. Hasil uji performa kendali
disajikan dalam Tabel 4.9.
58
5 BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Perancangan sistem kendali prototype kereta Maglev ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu perlu dilakukan pengembangan yang
berkelanjutan, berikut beberapa saran yang diperlukan:
1. Perlu adanya pengembangan terhadap konsep kendali kereta yang lebih
efisien yaitu dengan cara sistem kendali penuh dilakukan dari jalur
kereta berupa elektromagnet sedangkan pada kereta hanya magnet
permanen saja.
2. Penelitian selanjutnya dapat mengubah desain protoype menjadi lebih
ringan agar prototype kereta Maglev bisa melaju dengan stabil.
59
6 DAFTAR PUSTAKA
∫ ❑ B ( 6,25 . 10− 4 .V s )( s)
−640
V out −(0,5 .V s )( s)
¿
1 640
B ¿ (6,25 . 10− 4 . V s)(s)
2 − 640
V out −(0,5 . V s )(s )
¿
1 1 −4
409.600− 409.600 ( B ) (6,25 .10 . V s )(s)
2 2
V out −(0,5 V s )(s )
¿ −4
B( 6,25. 10 .V s)( s)
V out −(0,5. V s )( s)
¿
S ( B ) (6,25 . 10− 4 . V s)(s)