Anda di halaman 1dari 51

PENAIK TEGANGAN DC 5 VOLT MENJADI TEGANGAN DC 24

VOLT DENGAN METODE SWITCHING POWER SUPPLY

TUGAS AKHIR

FLORENSI PALENTINA PASARIBU


142408040

PROGRAM STUDI D3 FISIKA


DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
MEDAN
2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PENAIK TEGANGAN DC 5 VOLT MENJADI TEGANGAN DC 24 VOLT
DENGAN METODE SWITCHING POWER SUPLLY

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli
Madya

FLORENSI PALENTINA PASARIBU

142408040

PROGRAM STUDI D3 FISIKA


DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
MEDAN
2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PENGHARGAAN

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat TuhanYang Maha Esa,


berkat rahmat dan karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan laporan tugas
akhir ini dengan berjudul Penaik Tegangan DC 5 volt menjadi Tegangan DC
24 volt dengan Metode Switching Power Supply.
Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Drs.Achiruddin,MS
selaku dosen pembimbing penulis dan Ketua Jurusan Program studi D3
Fisika, Bapak Drs. Takdir Tamba, M.Eng.Sc, Dr. Kerista Sebayang, MS,
selaku Dekan FMIPA USU. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu
pengetahuan selama perkuliahan, yang membuka cakrawala berfikir serta
pengawai tata usaha yang ikut mensukseskan proses belajar mengajar. Rekan-
rekan di D3 Fisika 2014, Khususnya Kartini Herawati terima kasih atas
motivasi, kritik dan sarannya terhadap tugas akhir ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Agustina Situmorang,Febry Sitompul,Nisa
Siregar,Monica Siregar yang telah memotivasi penulis dan menyelesaikan
Tugas akhir ini.Akhirnya terima kasih kepada Ayahanda dan Ibunda yang
telah memberikan didikan terbaik bagi penulis. Hanya Tuhan Yang Maha Esa
yang dapat membalas semua jasa dan kebaikan yang penulis terima dari
berbagai pihak yang telah membantu dalam peyelesaian tugas akhir ini.
.

Medan, Juli 2017

Penulis

i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENAIK TEGANGAN DC 5 VOLT MENJADI TEGANGAN DC 24 VOLT
DENGAN METODE SWITCHING

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk merancang dan merealasasikan sebuah alat yang
memudahkan pemakainya dalam memenuhi kebutuhan tegangan beban (motor). Alat
ini berguna untuk menaikkan tegangan yang dibutuhkan beban saat tegangan
masukan tetap (kurang dari yang dibutuhkan beban). Pada alat ini terdapat
mikrokontroler atmega328 yang berfungsi untuk mengatur seluruh komponen agar
dapat bekerja sesuai program yang sudah diatur. Pada alat tersebut terdapat PWM
yang digunakan untuk memperbesar tegangan dengan mengatur siklus kerja
gelombang menggunakan saklar. Pada alat ini terdapat lcd yang berfungsi untuk
menampilkan tegangan yang dapat diubah oleh PWM, dan terdapat juga led yang
berfungsi untuk lampu tanda bahwa alat siap dijalankan.

ii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ABSTRACT

This study aims to design and realixe a tool that allows the wearer in meeting the
needs of the load voltage (motor). This tool is useful to raise the required load
voltage when the insert voltage is fixed (less than the load required). On this tool
there is atmega328 microcontroller that serves to manage all components in order to
work according to a program that is set. In the tool there is a PWM used to magnify
the voltage by regulating the wave cycle of work using a switch. In this tool there is a
lcd that serves to display the voltage that can be changed by PWM , and there is also
a led light for the sign that the tool is ready to run.

iii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI
Persetujuan i
Pernyataan ii
Penghargaan iii
Abstrak iv
Abstract v
Daftar isi vi
Daftar tabel viii
Daftar gambar ix

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan Penulisan 1
1.3 Perumusan Masalah 2
1.4 Batasan Masalah 2
1.5 Manfaat Penelitian 2
1.6 Sistematika Penulisan 2

BAB II LANDASAN TEORI


2.1 DC DC Konverter
2.1.1 System Buck converter 5
2.1.2 System Boost converter 6
2.1.3 System Buckboost converter 7

2.2 Pulse Width Modulation (PWM) 10


2.3 Pulse Frequency Modulation (PFM) 11
2.4 PWM dengan ATMEGA8535
11
2.4.1 Mengaktifkan PWM1 pada Atmega8535 13
2.5 Mikrokontroler ATmega 328 13

BAB III RANCANGAN RANCANGAN DAN PEMBUATAN


3.1 Diagram Blok Rangkaian 18
3.11 Fungsi Tiap Blok 19
3.1.2 Rangkaian Boost Konverter 20
3.1.3 Rangkaian Load 22
3.1.4 Rangkaian Rangkaian PWM generator 23
3.1.5 Rangkaian MikrokontrolerATmega328 24
3.1.6 Rangkaian PI Regulator 25

BAB IV PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN SISTEM


4.1 Pengujian Rangkaian Boost Konverter 35
4.2 Pengujian Mikrokontroler atmega328 36
4.3 Pengujian Hasil Boost Konverter 37

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5.1 Kesimpulan 39
5.1 Saran 39

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL

2.1 Timer/Counter pada Mikrokontroler


16
3.2 Nilai Vout terhadap Vs berdasarkan duty cycle (D) 21
4.3 Tegangan Hasil Percobaan Menggunakan Boost Converter 37

vi UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 : Konverter DC-DC Tipe boost 7
Gambar 2.2 : Buck Boost Konverter 7
Gambar 2.3: Mode CCM 8
Gambar 2.4 : Siklus Kerja Buck Boost Konverter Baik pada Switch on & off 8
Gambar 2.5 : Pulse With Modulation (PWM) 10
Gambar 2.6 : Pulse Frekuensi Modulation (PFM) 11
Gambar 2.7: Konfigurasi Pin ATMega328 14
Gambar 2.8 : Diagram Blok 18
Gambar 2.9 : Rangkaian Buck Bosst Konverter 20
Gambar 2.10 : Rangkaian Load Cell 22
Gambar 3.1 : Rangkaian PWM Generator 23
Gambar 3.2 : Rangkaian Mikrokontroler Atmega328 25
Gambar 3.3 : Rangkaian Pengujian Buck boost Konverter 35
Gambar 3.4 : Pengujian Rangkaian Mikrokontroler Atmega328 36
Gambar 3.5 : Grafik Boost Konverter 37

vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Energi merupakan aspek kehidupan yang kini menjadi sorotan manusia


diseluruh dunia.semakin menipisnya cadangan minyak bumi bahan bakar sebagai
bahan bakar utama menyadarkan manusia untuk segera mencari alternatif pengganti
yang bersifat terbarukan dan juga lebih ramah lingkungan.Pada saat dc to dc menjadi
salah satu sumber alternatif yang potensial untuk membantu memenuhi kebutuhan
energi.Pada sistem ini,penerapan dc to dc konverter telah memungkinkan suatu
perangkat elektronika dapat berfungsi dengan menggunakan sumber energi baterai
yang berukuran kecil dimana tegangan dapat diubah ubah sesuai kebutuhan
pemakaian.
Sistem buckboost konveter merupakan salah satu regulator dc tipe switching
non-isolatep yang dapat menjawab kebutuhan akan sebuah sumber tegangan searah
dengan tengan keluaran yang variabel.Dengan sistem buckboost,konverter ,nilai
tengan dapat diatur untuk lebih besar maupun lebih kecil tengan masukkannya
dengan mengatur besar lebar pulsa (duty cycle) dari PWM (pulse with
modulation).karna itu,dibandingkan dengan regulator dc tipe pensaklaran lainya
,buckboost konverter memiliki range tegangan keluaran yang lebih lebar

1.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari dibuatnya alat ini adalah :

1) Membuat suatu alat yang dapat digunakan menjadi salah satu sumber
alternatif yang potensial untuk membantu memenuhi kebutuhan energi listrik
2) Melakukan pengujian dan analisa rangkaian yang dirancang.

1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1.3 Perumusan Masalah

Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana merancang


penerapan dc to dc konverter suatu perangkat elektronika dapat berfungsi dengan
menggunakan sumber energi baterai yang berukuran kecil dimana tegangan dapat
diubah ubah sesuai kebutuhan pemakaian.

1.4 Batasan Masalah

Mengingat pembahasan dalam perancangan alat yang dibuat ini dapat meluas, maka
tulisan ini mempunyai batasan masalah sebagai berikut :

1. Alat ini hanya bersifat menjad sumber energy baterai yang berukuran kecil
dimana tegangan keluarannya dapat diubah ubah sesuai kebutuhan
pemakaianya.
2. Alat ini menggunakan mikrokontroler ATMega328

1.5 Manfaat Penelitian

Alat ini dapat digunakan menjd sumber tegangan dengan menggunakan baterai

dimana tegangan keluaeanya dapat diubah ubah sesuai kebutuhan pemakaianya.

1.6 Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan dan pemahaman, maka penulis membuat proyek


ini sebagai berikut :

BAB 1 PENDAHUILUAN

Meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan,


batasan masalah, manfaat penulisan dan sistemtika penulisan.

2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 2 LANDASAN TEORI

Dalam bab ini akan dijelaskan tentang teori pendukung yang digunakan untuk
pembahasan rencana kerja dari rangkaian, yang meliputi arsitektur dan konstruksi
dari mikrokontroler yang digunakan.

BAB 3 PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM

Meliputi tetang perancangan rangkain dan program yang digunakan

BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISA

Meliputi pengujian alat dan analisanya

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

Mengenai kesimpulan yang didapat setelah membuat proyek ini dan saran
yang diberikan demi pengembangan proyek ini dimasa yang mendatang.

3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DC DC Konverter

Dc-dc converter merupakan rangkaian elektronika power untuk mengubah


suatu masukan tegangan dc menjadi tegangan dc keluaran dengan nilai yang lebih
besar atau kecil dari tegangan masukan. Pada laporan proyek ini rangkaian dc-dc
konverter yang akan dibahas merupakan switched-mode dc-dc converter, atau biasa
disebut dengan switching power supply. Tegangan dc masukkan dari proses dc-dc
konverter tersebut adalah berasal dari sumber tegangan dc yang biasanya memiliki
tegangan masukkan yang tetap. Pada dasarnya, tegangan keluaran dc yang ingin
mencapai adalah dengan cara pengaturan lamanya waktu perhubungan antara sisi
keluaran dan sisi masukan pada rangkaian yang sama.

Switching
Input Dc voltage Element Output Dc voltage

Gambar 2.1 Dc-dc converter

Dasar dari swiching power supply terdiri dari tiga topologi yaitu buck (step-
down), boost (step-up) dan buckboost (step-up/down). Ketiga rangkaian dasar
switching power supply ini merupakan nonisolated dc-dc converter dimana
masukkan dan keluaran dengan grounding yang sama. Pada dasarnya ada dua cara
untuk meregulasi tegangan pada switching power sipply, yaitu dengan Pulse Width
Modulation (PWM) dan Pulse Frequency Modulation (PFM). Pengubah daya DC-
DC (DC-DC Converter) tipe peralihan atau dikenal juga dengan sebutan DC
Chopper dimanfaatkan terutama untuk penyediaan tegangan keluaran DC yang
bervariasi besarannya sesuai dengan permintaan pada beban. Daya masukan dari
proses DC-DC tersebut adalah berasal dari sumber daya DC yang biasanya memiliki

4
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
tegangan masukan yang tetap. Pada dasarnya, penghasilan tegangan keluaran DC
yang ingin dicapai adalah dengan cara pengaturan lamanya waktu penghubungan
antara sisi keluaran dan sisi masukan pada rangkaian yang sama. Komponen yang
digunakan untuk menjalankan fungsi penghubung tersebut tidak lain adalah switch
(solid state electronic switch) seperti misalnya Thyristor, MOSFET, IGBT, GTO.
Secara umum ada dua fungsi pengoperasian dari DC Chopper yaitu penaikan
tegangan dimana tegangan keluaran yang dihasilkan lebih tinggi dari tegangan
masukan, dan penurunan tegangan dimana tegangan keluaran lebih rendah dari
tegangan masukan.

2.1.1 System Buck Konverter


Konverter Buck Konverter jenis buck merupakan jenis konverter yang
banyak digunakan dalamindustri catu-daya. Konverter ini akan mengkonversikan
tegangan dc masukan menjadi tegangan dc lain yang lebih rendah (konverter penurun
tegangan).Rangkaian ini terdiri atas satu saklar aktif (MOSFET) dan satu saklar pasif
(diode). Untuk tegangan kerja yang rendah, saklar pasif sering diganti dengan saklar
aktif sehingga susut daya yang terjadi bisa dikurangi. Kedua saklar ini bekerja
bergantian. Setiap saat hanya ada satu saklar yang menutup. Nilai rata-rata tegangan
keluaran konverter sebanding dengan rasio antara waktu penutupan saklar aktif
terhadap periode penyaklarannya (faktor kerja). Nilai faktor kerja bisa diubah dari
nol sampai satu. Akibatnya, nilai rata-rata tegangan keluaran selalu lebih rendah
dibanding tegangan masukannya.Beberapa konverter buck bisa disusun paralel untuk
menghasilkan arus keluaran yang lebih besar. Jika sinyal ON-OFF masing-masing
konverter berbeda sudut satu sama lainnya sebesar 360o/N, yang mana N
menyatakan jumlah konverter, maka didapat konverter dc-dc N-fasa. Konverter buck
N-fasa inilah yang sekarang banyak digunakan sebagai regulator tegangan
mikroprosesor generasi baru. Dengan memperbanyak jumlah fasa, ukuran tapis yang
diperlukan bisa menjadi jauh lebih kecil dibanding konverter dc-dc satu-fasa. Selain
digunakan sebagai regulator tegangan mikroprosesor, konverter buck multifasa juga
banyak dipakai dalam indusri logam yang memerlukan arus dc yang sangat besar
pada tegangan yang rendah. Perlu dicatat bahwa arus masukan konverter buck selalu
bersifat tak kontinyu dan mengandung riak yang sangat besar. Akibatnya pada sisi

5
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
masukan, konverter buck memerlukan tapis kapasitor yang cukup besar untuk
mencegah terjadinya gangguan interferensi pada rangkaian di sekitarnya. Konverter
dc-dc jenis buck biasanya dioperasikan dengan rasio antara teganan masukan
terhadap keluarannya tidak lebih dari 10. Jika dioperasikan pada rasio tegangan yang
lebih tinggi, saklar akan bekerja terlalu keras sehingga keandalan dan efisiensinya
turun. Untuk rasio yang sangat tinggi, lebih baik kalau kita memilih versi yang
dilengkapi trafo
2.1.2 System Boost Konverter

Konverter boost berfungsi untuk menghasilkan tegangan keluaran yang lebih


tinggi dibanding tegangan masukannya, atau biasa disebut dengan konverter penaik
tegangan. Konverter ini banyak dimanfaatkan untuk aplikasi pembangkit
listrik tenaga surya dan turbin angin.Skema konverter jenis ini dapat dilihat pada
gambar 3 dan gambar 4, dimana komponen utamanya terdiri atas MOSFET, dioda,
induktor, dan kapasitor. Jika saklar MOSFET pada kondisi tertutup, arus akan
mengalir ke induktor sehingga menyebabkan energi yang tersimpan di induktor naik.
Saat saklar MOSFET terbuka, arus induktor ini akan mengalir menuju beban
melewati dioda sehingga energi yang tersimpan di induktor akan turun. Rasio antara
tegangan keluaran dan tegangan masukan konverter sebanding dengan rasio
antara periode penyaklaran dan waktu pembukaan saklar. Keunggulan dari
konverter boostadalah mampu menghasilkan arus masukan yang kontiniu.

Gambar 2.1 . Rangkaian konverter DC-DC tipe boost

2.1.3 System Buckboost Konverter


Buckboost konverter berfungsi untuk mengubah level tegangan DC, baik
kelevel yang lebuh tinggi maupun yang lebih rendah. Namun buckboost konverter
mengubah polaritas mengubah tegangan output terhadap tegangan input. Pada

6
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
gambar 2.6 merupakan rangkaian dasar buckboost konverter yang terdiri dari power
MOSFET sebagai switching komponen. Induktor, dioda, kapasitor filter dan sebagai
beban (RL).

Gambar 2.2 Buckboost converter

Induktor digunakan sebagai filter untuk mengurangi ripple arus. Sedangkan


kapasitor digunakan sebagai filter untuk mengurangi ripple tegangan. Dioda
digunakan sebagai komponen switching yang berkerja pada keadaan switch open,
sehingga arus tetap mengalir ke induktor.
Buckboost konverter dapat dioprasikan dengan dua mode yaitu continuous
current mode (CCM) dan discontinous current mode (DCM). Continous current
mode ditandai oleh arus yang mengalir secara terus-menerus pada induktor selama
switching cycle-nya pada keadaan mantap (steady state). Sehingga pada CCM,
tegangan output dapat diatur dengan mengubah duty cycle pada range 0-0,65. Selain
itu, mode CCM tidak tergantung dari nilai induktor dan kapasitor. Sedangkan
discontinous current mode (DCM) ditandai dengan arus induktor menjadi nol pada
setiap switching cycle-nya. Untuk mode DCM , tegangan output tergantung pada
nilai induktor dan besarnya duty cycle. Pada pembahasan ini, penulis menggunakan
mode CCM. Bentuk sinyal IL, pada mode CCM dan DCM.
Pada rangkaian buckboodt ini, MOSFET power yang digunakan bertipe p-
chanel tegangan (-VDS) dan VGS(ON)untuk men-drive MOSFET sesuai dengan duty
cycle pada PWM. Keuntungan penggunaan MOSFET sebagai komponen utama
switching juga penting, parameter yang harus diperhatikan dalam pemilihan
MOSFET adlah VDS. ID, RDS(ON) dan frekuensi kerja maksimumnyayang harus
memenuhi dari spesifikasi yang kita butuhkan. Sehingga kerja dari rangkaian
buckboost dapat maksimal.Untuk MOSFET tipe p-chanel usahakan RDS(ON) sekecil
mungkin, hal ini untuk mengurangi daya yang hilang pada Q.

7
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 2.3 Mode CCM

2.1.3.1 Prinsip Kerja Buckboost Konverter


Prinsip kerja rangkaian ini dibagi menjadi 2 mode yaitu mode 1 saat switch
di-ON-kan dan mode 2 saat switch di OFF kan. Siklus kerja buckboost konverter
terlihat seperti pada gambar 2.9.

Gambar 2.4 Siklus kerja buckboost konverter baik pada saat switch ON dan OFF
Saat switch on, induktor mendapatkan tegangan dari input dan mengakibatkan
adanya arus yang melewati induktor berdasarkan waktu dan dalam waktu yang sama
kapasitor dalam kondisi membuang (discharge) dan menjadi sumber tegangan dan
arus pada beban.
Saat switch off, tegangan input terputus menyebabkan mulainya penurunan
arus dan menyebabkan ujung dioda bernilai negatif dan induktor mensuplay
kapasitor (charge) dan beban. Jadi pada saat swich on arus beban disuplay oleh
kapasitor, namun pada saat switch off disuplay oleh induktor.
Besar dan kecilnya nilai tegangan output diatur berdasarkan duty cycle (D)
PWM pada switch. Bila D > 0,5 maka output akan lebih dari input. Sedangkan bila D
< 0,5 mak output akan lebh kecil dari input dan Vin = Vout saat D = 0,5.

8
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.1.3.2 Ripple Arus pada Buckboost Konverter
Pada Switching power supply, fungsi dari induktor adalah sebaga
penyimpanan energi dan menentukan nilai ripple arus. Pada Gambar 2.12 merupakan
bentuk elombang arus induktor pada metode CCM dan DCM. Dimana V Imin
merupakan low level dari mode CCM. Arus yang melewati induktor dapat dilihat
dari persamaan berikut:

IL = = = ( ) (2.19)

Lmin = ( )

2.1.3.3 Power Losses dan Efisiensi Buckboost Konverter


Rugi-RUGI pada saat switchkonduksi diasumsikan arus ripple Induktor iL
adalah nol dan arus dc yang mengalir adalah Is + Io. Power losses (PLS)
diperhitungkan untuk memperkirakan berapa nilai efisiensi dari rangkaian buckboost
yang dirancang. Sehingga dari perkiraan ini, dapat ditentukan komponen yang cocok
dengan karakteritik dan spesifikasi rangkaian buckboost. Rangkaian equivalen
buckboost konverter dengan hambatan dalam dari masing-masing komponen terlihat
seperti Gambar 2.13.

2.2 Pulse Width Modulation (PWM)


Merupakan suatu metode pengaturan tegangan dengan mengubah atau mengatur
periode ON (Ton) pada tegangan berfrekuensi dengan periode frekuensi yang tetap
atau sama. Siklus kerja ini didapatkan perbandingan antara lamanya tegangan pada
nilai maksimum (Ton) dengan lamanya tegangan pada nilai minimum atau nol (Toff)
dan biasa disebut duty cycle (D). Untuk menentukkan besarnya duty cycle digunakan
persamaan 2.1:
duty cycle (D) = = = Ton.F (2.1)

9
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Medium D

Ton Toff Time

Small D

Time

Periode
Large D

Gambar 2.5 Pulse Width Modulation (PWM)

2.3 Pulse Frequency Modulation (PFM)


Merupakan suatu metode pengaturan tegangan dengan menjaga Ton tetap konstan
dan periode switching (I) Dibuat variable terlihat seperti pada Gambar 2.3.
Kelemahan menggunakan metode ini salah satunya adalah sulitnya untuk mendesain
LC filter yang tepat.

10
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Medium D

Time D

Small D

Time (s)
Period T
Gambar 2.6 Pulse Frequency Modulation (PFM)

2.4 PWM dengan ATMEGA8535

Sinyal PWM dapat dibangun dengan banyak cara, bisa menggunakan metode abalog
menggunakan rangkaian op-amp juga bisa dengan menggunakan metode digital.
Dengan metode analog setiap perubahan PWM-nya sangat halus, sedangkan
menggunakan metode digital setiap perubahan PWM dipengaruhi oleh resolusi dari
PWM itu sendiri. Misalkan PWM digital 8 bit berarti PWM tersebut memiliki
resolusi 28 =256, maksudnya nilai keluaran PWM ini memiliki 256. Variasi,
variasinya mulai daro 0-255 yang mewakili duty cycle 0-100% dari keluaran PWM
tersebut. PWM dalam mikrokontroler AVR dibangkitkan oleh timer. Pada
mikrokontroler jeni AVR Atmega 8535 memiliki 3 buah timer di mana 2 timer 8 bit
sebuah timer 16 bit. Proses pembangkitan sinyal PWM pada mikrokontroler AVR.
Terdapat beberapa parameter dimana parameter tersebut mempengaruhi nilai dari
PWM. Parameter ini adalah :

11
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1. Resolusi
Resolusi adalah jumlah variasi perubahan nilai dalam PWM tersebut.
Misalkan suatu PWM memiliki resolusi 8 bit berarti PWM ini memiliki variasi
8
perubahan nilai sebanyak 2 = 256 variasi mulai daro 0-255 perubahan nilai, apabila
diberikan nilai melibihi dari batas resolusi tersebut maka akan terjadi overflow
maksudnya nilai yang diambil adalah sejumlah bit yang disediakan akan diambil
mulai dari bit terendah (LSB). Kebanyakan dalam mikrokontroler 8 bit menggunakan
resolusi timer 8 bit. Pada Gambar 2.12 resolusi PWM digambarkan berawal dari
dasar segitiga dan berakhir pada ujung segitiga.
2. Compare
Compare adalah nilai pembandingyang dijadikan referensi untuk menentukan
besar buty cycle dari PWM. Nilai compare bervariasi sesuai dengan resolusi dari
PWM tersebut. Pada gambar 2.15 nilai compare ditandai dengan garis warna merah,
dimana posisinya diantara dasar segitiga dan ujung segitiga.
3. Clear
Clear digunakan untuk penentuan jenis komporator apakah komporator
inverting atau noninverting. Dari Gambar 2.15 bila PWM ditur pada clear down,
berarti apabila garis segituga berada di bawah garis merah (compare) maka PWM
akan mengeluarkan logika 1. Dan sebaiknya apabila garis segitiga berda di atas garis
merah (compare) maka PWM akan mengeluarkan logika 0. Sehingga lebar
sempitnya logika 1 ditentukan oleh posisi compare, lebar sempitnya logika 1, itulah
yang menjadi nilai keluaran PWM dan kejadian ini terjadi secara harmonik terus-
menerus. Maka dari itu nilai compare inilah yang dijadikan nilai duty cycle PWM.
Clear UP adalah kebalikan (invers) dari Clear Down pada keluaran logikanya. Untuk
lebih jelas silahkan lihat Gambar 2.15 berikut:

4. Prescale
Prescale digunakan untuk menentukan waktu perioda dari pada PWM
tersebu. Prescale bervariasi: 1,8, 32, 64, 128, 256, 1024. Maksud dari prescale adalah
saat prescale 64 di-set berarti timer/PWM akan menghitung 1 kali bila clock di CPU
sudah 64kali, clock CPU adalah clok mikrokontroler itu sendiri (nilai clock

12
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
tergantung dari penggunaan XTAL). Period dari PWM dapat dihitung menggunakan
rumus berikut:
T = (1/Clock CPU ) * Prescale * Resolusi (2.29)

2.4.1 Mengaktifkan PWM1 pada Atmega8535


PWM1 padamikrokontroler ini memiliki 2 keluaran yaitu PWM1a
dikeluarkan pada port OCRIA (PORTD.5) dan PWM1b dikeluarkan dengan
mengubah timer 1 berikut dengan list program berbasis Basic Compiler (BASCOM):
Config Timer1 = Pwm , Pwm = 8/9/10, Compare A Pwm = Clear Down/UP,
Compare B Pwm = Clear Down/Up, Prescale = 1/8/64/256/1024
Pwm1a = 50 :50 adalah compare
Pwm1b = 100 :100 adalah compare
*ket: tanda miring (/) menandakan pilihan,
Pengaturan besar PWM dapat diatur nilai compare pada Pwm1a atau Ocrlal
dan pada PWM1b atau Oclbl. Aplikasi yang sering digunakan untuk PWM pada
mikrokontroler ini adalah untuk kontrl kecepatan motor DC,FAN, mengatur terang
redupnya lampu DC dan sebagainya. Dalam hal ini PWM digunakan sebagai
pembangkit switching pada buckboost konverter.

2.5 Mikrokontroler ATmega 328

Dalam penelitian ini mikrokontroler yang digunakan adalah Mkrokontroler


Atmega328 karena Atmega328 memiliki 32 bytedownloadable flash memory, 1
kByte Electrically Erasable Programmable Read-Only Memory (EERPOM), 2 kByte
iternal Static Random-Acess Memory (SRAM), 2 Timer/Counter 8 bit dan 1
Timer/Counter 16 bit, 6 kanal PWM, serial USART yang dapat diprogram dan
frekuensi kerja dapat mencapai 20 MHz.
ATmega328 memiliki fungsi masing-masing pin yang dapat dilihat pada gambar:

13
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 2.7: Konfigurasi Pin A ATmega328

ATmega328 memiliki 3 buah PORT utama yatu PORTB, PORTC, dan PORTD, dan
PORTD dengan total pin input/output sebanyak 23 pin. PORT tersebut dapat
difungsikan sebagai input/output digital atau difungsikan sebagai periperal lainnya.
1. Port B
Port B merupakan jalur 8 bit yang dapat difungsikan sebagai input/output. Selain itu
PORT B juga dapat memiliki fungsi alternatif seperti di bawah ini:
a. ICPI (PB0), berfungsi sebagai Timer Counter 1 input capture pin.
b. OC1A (PB1), OC1B (PB2) DAN OC2 (PB3) dapat difungsikan sebagai
keluaran PWM (Pulse Width Modulation).
c. MOSI (PB3), MISO (PB4), SCK (PB5), SS (PB2) merupakan jalur
komunikasi SPI.
d. Selain itu pin juga berfungsi sebagai jalur pemograman serial (ISIP).
e. TOSCI (PB6) dan XTAL2 (PB7) merupakan sumber clock utama
mikrokontroler.
2. Port C

14

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Port C merupakan jalur data 7 bit yang dapat difungsikan sebagai
input/output digital. Fungsi alternatif PORT C antara lain sebagai berikut:
a. ADC6 chanel (PC0,PC1,PC2,PC3,PC4,PC5) dengan resolusi sebesar 10 bit.
ADC dapat kita gunakan untuk mengubah input yang berupa tegangan analog
menjadi data digital.
b. 12C (SDA dan SDL) merupakan salah satu fitur yang terdapat pada PORTC.
12C diguanakan untuk komunikasi dengan sensor atau device lain yang
memiliki komunikasi data tipe 12C seperti sensor kompas, accelerometer
nunchuck.
3. Port D
Port D merupakan jalur 8 bit yang masing-masing pin-nya juga dapat
difungsikan sebagai input/output. Sama seperti port B dan Port C, Port D juga
memiliki fungsi alternatif dibawah ini.
a. USART (TXD dan RXD) merupakan jalur data komunikais serial dengan
level sinyal TTL. Pin TXD berfungsi untuk mengirimkan data serial,
sedangkan RXD kebalikannya yaitu sebagai pin yang berfungsi untuk
menerima data serial.
b. Interrupt (INT0 dan INTI) merupakan pin dengan fungsi khusus sebagai
interupsi hardware. Interupsi biasanya digunakan sebagai sebagai selaan
dari program, misalkan sat program berjalan kemudian terjadi interupsi
hardware/software maka program utama akan berhebti dan akan
menjalankan program iterupsi.
c. XCK dapat difungsikan sebagai sumber clock external untuk USART,
namun kita juga dapat memanfaatkan clock dari CPU, sehingga tidak
perlu membutuhkan external clock.
d. T0 dan TI berfungsi sebagai masukkan counter external untuk timer 1 da
timer 0.
e. AIN0 dan AIN1 keduanya merupakan masukkan input untuk analog
komputer.

15
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Timer/Counter pada Mikrokontroler
Ada 3 buah timer yang bersedia pada mikrokontroler ATmega328 dan dapat
dikonfirgurasikan untuk memenuhi kebutuhan penggunaanya fungsi dan ketiga timer
tersebut dapat dilihat pada table 2.4 berikut:
Timer Fungsi Pin Output
Timer 0  Waktu delay dengan satuan Pin 5 dan 6
millisecond
 Pengendalian output PWM
Timer 1 Pengendalian output PWM Pin 9 dan 10
Timer 2 Pengendalian output PWM Pin 3 dan 11
Tabel : Timer pada Mikrokontroler

Dari ketiga timer tersebut, hanya 0 yang dilengkapi dengan ISR (Interrupt
Service Rountine) sehingga untuk keperluan PWM (Pulse Width Modulation)
menggunakan timer 1 yang akan mengatur pin 9 dan 10 dan sedangakan timer 2
untuk mengatur pin 3 dan 11.
Hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan timer adalah sebagai
berikut:
1. Inisialisa
Inisialisa dilakukan untuk pertama kali untuk menentukan periode timer
karena secara default bernilai satu detik.
2. Pengatur Periode
Mikrokontroler memiliki periode minimal 1 microdetik atau 1 MHz dan
periode maksimal 8388480 mikrodetil atau 8,3 detik. Pengaturan periode
akan merubah interrupt dan frekuensi kedua output PWM.
3. PWM
Pin output untuk timer 1 adalah pin 9 dan 10 sedangkan timer 2 memiliki
output pin 3 dan 11. Duty cycle yang memiliki adalah 10 bit sehingga dapat
diatur mulai dari 0 sampai 1023.
4. Fungsi Interrupt

16
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pemanggilna fungsi interrupt dalam mikrodetik perlu diperhatikan dalam
penggunaan fungsi interrupt karena akan berjalan pada frekuensi tinggi atau
CPU tidak akan masuk program akan terkunci di fungsi interrupt.
5. Mematikan pin PWM
Dengan mematikan PWM maka pin tersebut dapat digunakan untuk fungsi
yang lain.
Pada pemanfaatan sebagai counter, sinyal input yang dimasukkan dapat
berupa low level atau falling edge trigger. Counter akan mencacah setiap masukkan
yang ada sesuai inisialisasi harga awal dari counter pada nilai hitungan untuk tiap
sampling. Inisialisali harga awal ini berupa nilai preset negatif counter yang diatur
sebelum counter dijalankan. Demikian halnya dengan pemanfaatan timer yang
memerlukan inisialisasi awal berupa konstanta waktu yang menentukan sampai
berapa lama akan terjadi roll over. Penentuan harga preset ini berhubungan dengan
penggunaan frekuensi clock dari sistem penentu waktu sampling dari counter untuk
mencacah suatu pulsa masukan dari luar dengan memanfaatkan kontrol interupsi
yang ada serta pengaturan program.

17

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN

3.1 Diagram Blok Rangkaian


Adapun diagram blom dari rancangan alat yang dibuat adalah sebagai
berikut :

Gambar 3.1 Diagram Blok

18
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.1.1 Fungsi Tiap Blok

1. Buckboost Konverter : Untuk mengubah tegangan DC, baik ke level


yang lebih tinggi maupun ke level yang lebih rendah.

2. Load : Untuk mendeteksi besarnya perubahan dimensi


jarak yang disebabkan oleh suatu elemen gaya.

3. SOFC model : Untuk mengkonversi secara langsung dari energi


kimia menjadi energi listrik.

4. PWM Generator :Untuk pengatur gerak perangkat elektronika.

5. PI regulator :Untuk menentukan sinyal input yang ditentukan

19
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.1.2 Rangkaian Buck boost Konverter

Buckboost Konverter adalah step up konverter atau konverter DC-DC dengan


tegangan input. Konverter ini terdiri dari dua semikonduktor yaitu diode dan
transistor, daya untuk boost konverter bisa datang dari sumber DC yang cocok
seperti baterai, panel surya boost konverter memiliki arus keluaran lebih kecil dari
arus masukan dikarenakan tegangan output yang harus lebih besar sedangkan daya
output = daya input.

Gambar 3.2 Rangkaian Buck Boost Konverter

Buckboost konverter berfungsi untuk mengubah level tegangan DC, baik ke


level yang lebih tinggi maupun ke level yang lebih rendah. Namun buckboost
konverter mengubah polaritas dari tegangan output terhadap tegangan input.
Penggunaan buckboost konverter ini karena tegangan input dari solar cell selalu
berubah berdasarkan perubahan berdasarkan intensitas cahaya yang jatuh pada
permukaan solar cell.
Besar dan kecilnya bilangan output diatur berdasarkan duty cycle (D) PWM
pada switch. Bila D > 0,5 maka output akan lebih besar dari input. Sedangkan bila D
< 0,5 maka output akan lebih kecil dari input dan Vin = Vout saat D = 0,5.

20
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Prisip Kerja Rangkaian
DC DC konverter yang digunakan adalah buckboost konverter dengan
kontrol PWM (Pulse Width Modulation). Buckboost konverter adalah tipe konverter
yang berfungsi meregulasi tegangan input ke tegangan yang lebih rendah atau yang
lebih tinggi levelnya dengan polaritas yang berbeda dengan inputnya. Ada 4
komponen utama yaitu MOSFET sebagai saklar, dioda, induktor, kapasitor sebagai
filter dan resistor yang bisa dianggap sebagai beban. MOSFET digunakan sebagai
power komponen dan kontrol switching yang menggunakan PWM, di mana
switching diaplikasikan dengan perbandingan Ton (waktu saat switch tertutup) dan T
(waktu satu periode pulsa = Ton + Toff), atau diketahui dengan nama Duty cycle
(D).
Perbedaan nilai duty cycle ini akan menyebabkan perubhan juga pada duty
ratio pada komponen lain sehingga menyebabkan perubahan tegangan rata-rata pada
output. Bila D > 0,5 maka nilai tegangan output akan lebih besar dari tegangan input
dan bila D < 0,5 maka tegangan output akan lebih kecil dari tegangan input.

Tabel 3.1 Nilai Vout terhadap Vs berdasarkan duty cycle (D)

Duty cycle PWM (D) Vs, Vout


D > 0,5 Vout > Vs
D < 0,5 Vout < Vs
D = 0,5 Vout = Vs

Saat switch on, induktor mendapat tegangan dari input dan mengakibatkan
adanya arus yang melewati induktor berdasarkan waktu dalam waktu yang sama,
kapasitor dalam kondisi membuang(discharge)dan menjadi sumber tegangan dan
arus pada beban. Saat switch off. Tegangan input yang terputus menyebabkan
mulianya penuruna arus dan menyebabkan ujung dioda bernilai negatif dan induktor
mensuplai capasitor (charge) dan beban. Jadi pada saat swtch on arus beban disuplai
oleh kapasitor, namun pada saat switch off disuplai oleh induktor.

21
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.1.3 Rangkaian Load

Load cell adalah sebuah alat uji perangkat listrik yang dapat mengubah suatu
energi menjadi energi lainnya yang biasa digunakan untuk mengubah suatu gaya
menjadi sinyal listrik.Perubahan dari satu system ke system lainnya ini tidak
langsung terjadi dalam dua tahap saja tetapi harus melalui tahap-tahap pengaturan
mekanikal, kekuatan dan energi dapat merasakan perubahan kondisi dari baik
menjadi kurang baik.Pada strain gauge (load cell) atau biasa disebut dengan
deformasi strain gauge. The strain gauge mengukur perubahan yang berpengaruh
pada strain sebagai sinyal listrik, karena perubahan efektif terjadi pada beban
hambatan kawat listrik.

Gambar 3.3 Rangkaian Load Cell

Prinsip Kerja Rangkaian :


Cara kerja mirip dengan sensor tekanan yaitu mengubah gaya menjadi perpindahan
.Menggunakan rangkaian jembatan untuk pembacaan, kalibrasi dan kompensasi
temperatur Alternatif lain menggunakan kristal piezoelektrik untuk mengukur
perubahan gaya.Aplikasi sensor loadcell pada timbangan paket pos digital, aplikasi
untuk Timbangan, Weigher, Weighing, Weighing System, Scale, dan Weigh

22
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.1.4 Rangkaian PWM Generator
Pulse Width Modulation (PWM) secara umum adalah sebuah cara memanipulasi
lebar sinyal yang dinyatakan dengan pulsa dalam satu periode, untuk mendapatkan
tegangan rata-rata yang berbeda. Bebarapa contoh aplikasi PWM adalah
pemodulasian data untuk telekomunikasi, pengontrolan daya atau tegangan yang
masuk ke beban, regulator tegangan, audio effect dan penguatan, serta aplikasi-
aplikasi lainnya. Aplikasi PWM berbasis mikrokontroller biasanya berupa
pengendalian kecepatan motor DC, pengendalian motor servo, dan pengaturan nyala
terang LED. Oleh karena itu diperlukan pemahaman terhadap konsep PWM itu
sendiri

Gambar 3.4Rangkaian PWM Generator

Prinsip Kerja:
Pulse Width Modulation atau sering di sebut dengan PWM adalah sebuah
teknik yang sering digunakan didalam sistem pengontrolan kecepatan motor dan bisa
mengatasi masalah pada starting motor yang jelek. PWM, bisa di analogikan seperti
kegiatan naik sepeda. Sewaktu mengendarai sepeda, ada saat dimana mengayuh
pedal dan saat relaks atau kondisi santai (tidak mengayuh). Sadar atau tidak, Kita
melakukan dua kondisi tersebut pada saat mengendarai sepeda. Ketika sepeda
melambat, misalkan pada jalan yang agak menanjak atau pada kondisi tertentu
misalkan sewaktu melihat cewek cantik dan ingin mengejarnya, maka kita akan
mengayuh pedal dengan lebih cepat dan kemudian setelah mencapai kondisi yang di

23
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
inginkan atau kita mungkin merasa capek maka kita akan memperlambat ayuhan
pada pedal. Analogi PWM didapat dari perbandingan saat kita mengayuh sepeda dan
melepaskannya. Nilai prosentase kita mengayuh akan berbanding lurus dengan
medan yang kita lalui apakah menanjak, datar, ataukah menurun.Duty cycle adalah
rasio atau perbandingan antara waktu kita mengayuh pedal dan waktu rilek / santai
(waktu ayuh + waktu santai). Duty cycle pada kondisi 100% berarti kita mengayuh
pedal terus saat kita bersepeda / tanpa waktu santai misalkan seperti pembalap
sepeda yang hampir sampai di garis finish, sedangkan kondisi duty cycle 50% berarti
kita mengayuh pedal selama setengah dari waktu total kita mengayuh dalam
bersepeda
3.1.5 Rangkaian MikrokontrolerATmega328
Mikorokntroler adalah sebuah sistem mikroprosesor dimana di dalamnya sudah
terdapat CPU, ROM, RAM, I/O, clock dan peralatan internal lainnya yang sudah
terhubung dan terorganisasi denagn baik oleh pabrik pembuatnya dan dikemas dalam
satu chip yang siap dipakai. Sehingga, dengan demikian kita tinggal memprogram isi
ROM sesuai dengan aturan oleh pabrik pembuatnya. Salah satu controh
mikrokontroler yang banyak beredar di pasaran adalah mikrokontroler ATMega 328.

Gambar 3.5 : Rangkaian Mikrokontroler Atmega328

24
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.1.6 Rangkaian PI Regulator
Konsep dasar penyearah gelombang adalah konsep penyearah gelombang
dalam suatu power supply atau catu daya. Penyearah gelombang (rectifier) adalah
bagian dari power supply / catu daya yang berfungsi untuk mengubah sinyal
tegangan AC (Alternating Current) menjadi tegangan DC (Direct Current).
Komponen utama dalam penyearah gelombang adalah diode yang dikonfiguarsikan
secara forward bias. Dalam sebuah power supply tegangan rendah, sebelum tegangan
AC tersebut di ubah menjadi tegangan DC maka tegangan AC tersebut perlu di
turunkan menggunakan transformator stepdown.

25
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
#include <mega328p.h>

#include <stdio.h>

#include <delay.h>

// Alphanumeric LCD functions

#include <alcd.h>

unsigned char buf[33];

// Declare your global variables here

// External Interrupt 0 service routine

interrupt [EXT_INT0] void ext_int0_isr(void)

// Place your code here

// External Interrupt 1 service routine

interrupt [EXT_INT1] void ext_int1_isr(void)

// Place your code here

// Voltage Reference: AVCC pin

#define ADC_VREF_TYPE ((0<<REFS1) | (1<<REFS0) | (0<<ADLAR))

// Read the AD conversion result

unsigned int read_adc(unsigned char adc_input)

26
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ADMUX=adc_input | ADC_VREF_TYPE;

// Delay needed for the stabilization of the ADC input voltage

delay_us(10);

// Start the AD conversion

ADCSRA|=(1<<ADSC);

// Wait for the AD conversion to complete

while ((ADCSRA & (1<<ADIF))==0);

ADCSRA|=(1<<ADIF);

return ADCW;

int b_volt1 (void)

int vin, cnt;

vin = 0;

for (cnt = 0; cnt < 50; cnt++)

vin = vin + read_adc(0);

vin = vin / 50;

return vin;

int b_volt2 (void)

27
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
{

int vin, cnt;

vin = 0;

for (cnt = 0; cnt < 50; cnt++)

vin = vin + read_adc(1);

vin = vin / 50;

return vin;

void main(void)

// Declare your local variables here

unsigned int teg1, teg2;

// Crystal Oscillator division factor: 1

#pragma optsize-

CLKPR=(1<<CLKPCE);

CLKPR=(0<<CLKPCE) | (0<<CLKPS3) | (0<<CLKPS2) | (0<<CLKPS1) |


(0<<CLKPS0);

#ifdef _OPTIMIZE_SIZE_

#pragma optsize+

#endif

28
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
// Input/Output Ports initialization

// Port B initialization

// Function: Bit7=In Bit6=In Bit5=In Bit4=In Bit3=In Bit2=In Bit1=In Bit0=In

DDRB=(0<<DDB7) | (0<<DDB6) | (0<<DDB5) | (0<<DDB4) | (0<<DDB3) |


(0<<DDB2) | (0<<DDB1) | (0<<DDB0);

// State: Bit7=T Bit6=T Bit5=T Bit4=T Bit3=T Bit2=T Bit1=T Bit0=T

PORTB=(0<<PORTB7) | (0<<PORTB6) | (0<<PORTB5) | (0<<PORTB4) |


(0<<PORTB3) | (0<<PORTB2) | (0<<PORTB1) | (0<<PORTB0);

// Port C initialization

// Function: Bit6=In Bit5=In Bit4=In Bit3=In Bit2=In Bit1=In Bit0=In

DDRC=(0<<DDC6) | (0<<DDC5) | (0<<DDC4) | (0<<DDC3) | (0<<DDC2) |


(0<<DDC1) | (0<<DDC0);

// State: Bit6=T Bit5=T Bit4=T Bit3=T Bit2=T Bit1=T Bit0=T

PORTC=(0<<PORTC6) | (0<<PORTC5) | (0<<PORTC4) | (0<<PORTC3) |


(0<<PORTC2) | (0<<PORTC1) | (0<<PORTC0);

// Port D initialization

// Function: Bit7=In Bit6=In Bit5=In Bit4=In Bit3=In Bit2=In Bit1=In Bit0=In

DDRD=(0<<DDD7) | (0<<DDD6) | (0<<DDD5) | (0<<DDD4) | (0<<DDD3) |


(0<<DDD2) | (0<<DDD1) | (0<<DDD0);

// State: Bit7=T Bit6=T Bit5=T Bit4=T Bit3=T Bit2=T Bit1=T Bit0=T

PORTD=(0<<PORTD7) | (0<<PORTD6) | (0<<PORTD5) | (0<<PORTD4) |


(0<<PORTD3) | (0<<PORTD2) | (0<<PORTD1) | (0<<PORTD0);

// Timer/Counter 0 initialization

// Clock source: System Clock

29
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
// Clock value: Timer 0 Stopped

// Mode: Normal top=0xFF

// OC0A output: Disconnected

// OC0B output: Disconnected

TCCR0A=(0<<COM0A1) | (0<<COM0A0) | (0<<COM0B1) | (0<<COM0B0) |


(0<<WGM01) | (0<<WGM00);

TCCR0B=(0<<WGM02) | (0<<CS02) | (0<<CS01) | (0<<CS00);

TCNT0=0x00;

OCR0A=0x00;

OCR0B=0x00;

// Timer/Counter 1 initialization

// Clock source: System Clock

// Clock value: Timer1 Stopped

// Mode: Normal top=0xFFFF

// OC1A output: Disconnected

// OC1B output: Disconnected

// Noise Canceler: Off

// Input Capture on Falling Edge

// Timer1 Overflow Interrupt: Off

// Input Capture Interrupt: Off

// Compare A Match Interrupt: Off

// Compare B Match Interrupt: Off

30
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
TCCR1A=(0<<COM1A1) | (0<<COM1A0) | (0<<COM1B1) | (0<<COM1B0) |
(0<<WGM11) | (0<<WGM10);

TCCR1B=(0<<ICNC1) | (0<<ICES1) | (0<<WGM13) | (0<<WGM12) | (0<<CS12) |


(0<<CS11) | (0<<CS10);

TCNT1H=0x00;

TCNT1L=0x00;

ICR1H=0x00;

ICR1L=0x00;

OCR1AH=0x00;

OCR1AL=0x00;

OCR1BH=0x00;

OCR1BL=0x00;

// Timer/Counter 2 initialization

// Clock source: System Clock

// Clock value: Timer2 Stopped

// Mode: Normal top=0xFF

// OC2A output: Disconnected

// OC2B output: Disconnected

ASSR=(0<<EXCLK) | (0<<AS2);

TCCR2A=(0<<COM2A1) | (0<<COM2A0) | (0<<COM2B1) | (0<<COM2B0) |


(0<<WGM21) | (0<<WGM20);

TCCR2B=(0<<WGM22) | (0<<CS22) | (0<<CS21) | (0<<CS20);

TCNT2=0x00;

31
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
OCR2A=0x00;

OCR2B=0x00;

// Timer/Counter 0 Interrupt(s) initialization

TIMSK0=(0<<OCIE0B) | (0<<OCIE0A) | (0<<TOIE0);

// Timer/Counter 1 Interrupt(s) initialization

TIMSK1=(0<<ICIE1) | (0<<OCIE1B) | (0<<OCIE1A) | (0<<TOIE1);

// Timer/Counter 2 Interrupt(s) initialization

TIMSK2=(0<<OCIE2B) | (0<<OCIE2A) | (0<<TOIE2);

// External Interrupt(s) initialization

// INT0: On

// INT0 Mode: Falling Edge

// INT1: On

// INT1 Mode: Falling Edge

// Interrupt on any change on pins PCINT0-7: Off

// Interrupt on any change on pins PCINT8-14: Off

// Interrupt on any change on pins PCINT16-23: Off

EICRA=(1<<ISC11) | (0<<ISC10) | (1<<ISC01) | (0<<ISC00);

EIMSK=(1<<INT1) | (1<<INT0);

EIFR=(1<<INTF1) | (1<<INTF0);

PCICR=(0<<PCIE2) | (0<<PCIE1) | (0<<PCIE0);

// USART initialization

// USART disabled

32
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UCSR0B=(0<<RXCIE0) | (0<<TXCIE0) | (0<<UDRIE0) | (0<<RXEN0) |
(0<<TXEN0) | (0<<UCSZ02) | (0<<RXB80) | (0<<TXB80);

// Analog Comparator initialization

// Analog Comparator: Off

// The Analog Comparator's positive input is

// connected to the AIN0 pin

// The Analog Comparator's negative input is

// connected to the AIN1 pin

ACSR=(1<<ACD) | (0<<ACBG) | (0<<ACO) | (0<<ACI) | (0<<ACIE) | (0<<ACIC)


| (0<<ACIS1) | (0<<ACIS0);

// Digital input buffer on AIN0: On

// Digital input buffer on AIN1: On

DIDR1=(0<<AIN0D) | (0<<AIN1D);

// ADC initialization

// ADC Clock frequency: 62.500 kHz

// ADC Voltage Reference: AVCC pin

// ADC Auto Trigger Source: ADC Stopped

// Digital input buffers on ADC0: On, ADC1: On, ADC2: On, ADC3: On

// ADC4: On, ADC5: On

DIDR0=(0<<ADC5D) | (0<<ADC4D) | (0<<ADC3D) | (0<<ADC2D) |


(0<<ADC1D) | (0<<ADC0D);

ADMUX=ADC_VREF_TYPE;

33
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ADCSRA=(1<<ADEN) | (0<<ADSC) | (0<<ADATE) | (0<<ADIF) | (0<<ADIE) |
(1<<ADPS2) | (1<<ADPS1) | (1<<ADPS0);

ADCSRB=(0<<ADTS2) | (0<<ADTS1) | (0<<ADTS0);

// SPI initialization

// SPI disabled

SPCR=(0<<SPIE) | (0<<SPE) | (0<<DORD) | (0<<MSTR) | (0<<CPOL) |


(0<<CPHA) | (0<<SPR1) | (0<<SPR0);

// TWI initialization

// TWI disabled

TWCR=(0<<TWEA) | (0<<TWSTA) | (0<<TWSTO) | (0<<TWEN) | (0<<TWIE);

// Alphanumeric LCD initialization

// Connections are specified in the

// Project|Configure|C Compiler|Libraries|Alphanumeric LCD menu:

// RS - PORTD Bit 0

// RD - PORTD Bit 1

// EN - PORTB Bit 6

// D4 - PORTD Bit 4

// D5 - PORTD Bit 5

// D6 - PORTD Bit 6

// D7 - PORTD Bit 7

// Characters/line: 16

lcd_init(16);

// Global enable interrupts

34
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
#asm("sei")

lcd_gotoxy(0,0);

lcd_putsf("Volt DC-to-DC");

while (1)

// Place your code here

teg1 = (( b_volt1() * 5) / 9);

teg2 = (( b_volt2() * 13) / 12);

lcd_gotoxy(0,1);sprintf(buf,"V1:%01u.%02u V2:%02u.%01uV", teg1/10, teg1%10,


teg2/10, teg2%10);

lcd_puts(buf);

35
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB IV PENGUJIAN DAN PEMBAHAN SISTEM

4.1 Pengujian Rangkaian Boost Konverter

Gambar 4.1 : Pengujian Boost Konverter

36
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Sebuah rangkaian boost converter yang merupakan DC-DC Converter jenisboost
adalah rangkaian penaik tegangan yang diimplementasikan dalam sistem Pembangkit
Listrik Tenaga Surya sebagai penaik tegangan dari tegangan keluaran panel surya.
Hasil pengujian dari rangkaian boost converter ini adalah merupakan hasil akhir dari
perancangan yang telah direalisasikan. Perancangan awal akan menentukan hasil
akhir dari alat yang dirancang dan dibuat. Jadi hasil percobaan yang telah dilakukan
secara keseluruhan ditentukan oleh hasil dari perancangan. Hasil pengujian ini
meliputi cara kerja sistem rangkaian, hasil pengukuran rangkaian, dan analisa
.
4.2 Pengujian Mikrokontroler atmega328

Gambar 4.1 : Pengujian Rangkaian Mikrokontroler Atmega328


Untuk memastikan rangkaian mikrokontroler dalam keadaan baik, maka
dilakukan pengujian rangkaian. Pengujian dilakukan dngan cara merangkai
rangkaian seperti pengujian rangkaian. Pengujian dengan cara merangkai rangkaian
seperti terlihat pada gambar dan kemudian menginputkan program pada
mikrokontroler tersebut. Berikut merupakan program sederhana yang diinputkan
untuk menguji rangkaian ini :
void setup () {
pinMode(13, OUTPUT);
}
void setup () {
digitalWrite(13, HIGH)
delay(1000)
digitalWrite(13, LOW);

37
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
delay(1000);
}
Ketika program tersebut berjalan, maka LED yang terhubung pada mikrokontroler
akan tampak berkedip dengan jeda waktu ertentu. Jika sudah dalam keadaan
demikian, maka dapat dikatakan rangkaian tersebut sudah beroperasi dengan baik

4.3 Pengujian Hasil Boost Konverter

Vin Vout max


1,5 2,01
3 15,8
5 29,7
9 31,5

Tabel 4.1 Tegangan Hasil Percobaan Menggunakan Boost Converter

35

30

25

20
Vin
15 Vout max

10

0
1 2 3 4 5 6 7

Gambar 4.1 : Grafik Boost Konverter

38
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Analisa Data

Pengujian dilakukan pada, frekuensi yang sama, namun sumber teganan yang
bervariasi, untuk mengetahui perbedaan tegangan keluaran antara Vinput yang satu
dengan yang lain, serta tegangan keluaran puncak yang dihasilkan. Pengujian
dilakukan dengan tegangan masukan baterai 1,5V-9V. Pengujian pada alat boost
converter dilakukan tegangannya tidak lebih dari 9 volt, hal ini dilakukan agar
menghindari kerusakan pada komponen-komponen yang terdapat pada alat tersebut.
Pada pengujian tersebut sumber daya dihubungkan pada LCD dengan
tegangan AC 220V, setelah LCD menyala, maka sumber percobaan dihubungkan
menggunakan kabel konduktor, selanjutnya saklar diputar hingga penuh maka kita
dapat melihat tegangan keluaran puncak pada LCD.

39
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa dan pengujian dapat disimpulkan bahwa :


1. Buckboost dapat menghasilkan tegangan keluaran lebih besar dari tegangan
masukkan. Polaritas tegangan keluaran buckboost berbanding terbalik dengan
tegangan masukan (voltage inverting).
.
2. Dari data analisa dan pengujian pada alat,Nilai Vin dan Nilai Vout tergantung
dengan nilai PWM

5.2 Saran

1. Untuk pembuatan alat selanjutnya dapat dikembangkan dengan menambahkan

alat penaik tegangan dengan menambahkan adaptor

40
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR PUSTAKA

Keng,Cu.1997.Pulse With Modulation Dc-Dc Converter.Jakarta.Library congress


Cataloging

Widodo Budhi Romy, 2009. Embedded System Menggunakan Mikrokontroler dan Pemograman C. Yogyakarta.
Penerbit ANDI

https://www.slideshare.net/sidexabdullah/pulse-width-modulation-38956540
http://robotic-electric.blogspot.co.id/2012/11/pulse-width-modulation-pwm.html

https://budihasian.wordpress.com/2013/10/18/pengenalan-pwm-pulse-width- modulation/

http://jendeladenngabei.blogspot.co.id/2012/11/dc-chopper-konverter-dc-dc.html

https://indone5ia.wordpress.com/2011/09/02/sekilas-mengenai-konverter-dc-dc/

https://globalenergizer.wordpress.com/2014/01/15/tegangan-dc-step/

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


41

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai