Anda di halaman 1dari 74

ALAT PENGENDALI BEBAN LISTRIK MENGGUNAKAN SENSOR

ARUS ACS712 YANG MAMPU MEMONITORING ARUS DAN


MENCEGAH CUT-OFF

SKRIPSI

EDI SAPUTRA TAMBUNAN


100801034

DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ALAT PENGENDALI BEBAN LISTRIK MENGGUNAKAN SENSOR ARUS ACS712
YANG MAMPU MEMONITORING ARUS DAN MENCEGAH CUT-OFF

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Mencapai Gelar


Sarjana Sains

EDI SAPUTRA TAMBUNAN


100801034

DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ii

PERNYATAAN

ALAT PENGENDALI BEBAN LISTRIK MENGGUNAKAN SENSOR ARUS ACS712


YANG MAMPU MEMONITORING ARUS DAN MENCEGAH CUT-OFF

SKRIPSI

Saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri. Kecuali beberapa kutipan
dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

MEDAN, MEI 2017

EDI SAPUTRA TAMBUNAN


100801034

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


iii

PENGHARGAAN

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha
Penyayang, dengan limpah karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini
dengan judul Alat Pengendali Beban Listrik Menggunakan Sensor Arus ACS712 yang
mampu Memonitoring Arus dan Mencegah Cut-Off.
Terima kasih Penulis sampaikan kepada Dr. Tulus Ikhsan Nasution, S.Si., M.Sc
selaku pembimbing 1 dan Drs. Takdir Tamba, M.Eng.Sc selaku pembimbing 2. Terima kasih
kepada Dr. Perdinan Sinuhaji, MS dan Awan Maghfirah, S.Si., M.Si selaku Ketua
Departemen dan Sekretaris Departemen Fisika S1 FMIPA-USU Medan, Dekan dan
Pembantu Dekan FMIPA-USU, seluruh staf dan dosen Fisika S1 FMIPA-USU, Pegawai
FMIPA-USU dan rekan-rekan kuliah. Akhirnya tidak terlupakan kepada Bapak, Ibu dan
keluarga yang selama ini memberikan bantuan dan dorongan yang diperlukan. Semoga Tuhan
Yang Maha Esa akan membalasnya.

Medan, Mei 2017

Edi Saputra Tambunan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


iv

ALAT PENGENDALI BEBAN LISTRIK MENGGUNAKAN SENSOR ARUS ACS712


YANG MAMPU MEMONITORING ARUS DAN MENCEGAH CUT-OFF

ABSTRAK

Perkembangan teknologi dan gaya hidup saat ini menunjukkan semakin pentingnya
kepraktisan yang menyebabkan kebutuhan untuk mengendalikan berbagai alat listrik rumah
maupun kantor. Dengan berkembangnya alat elektronik, maka permintaan konsumen
terhadap alat elektronik semakin besar sesuai dengan kebutuhan. Namun belakangan ini
sering terjadi pemutusan listrik secara tiba tiba karena kelebihan daya yang digunakan.
Sehingga alat elektronik juga ikut mati. Alat elektronik yang seharusnya hidup tiba tiba mati
tidak sesuai prosedur, dapat mempengaruhi kinerja dan ketahanan alat tersebut. Dengan
alasan inilah penulis membuat alat pengendali beban listrik. Metode yang digunakan ini
bertujuan untuk menghindari cut-off secara tiba tiba karena kelebihan daya yang digunakan.
Metode ini bebasis ATMega8535 dengan sensor arus ACS712. Pada proyek ini alat mampu
menghasilkan arus rata-rata 0,5 A ± 5A.
Kata kunci: Mikrokontroler ATMega8585, Sensor Arus ACS712.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


v

ELECTRICAL LOAD CONTROLLER USING ACS712 TYPE CURRENT SENSOR


CAPABLE OF MONITORING CURRENT AND AVOIDING CUT-OFF

ABSTRACT

Development of technology and life style recently show that how significant and simple in
order to cause need to handle every electronic good of home well in office developly. With
the development of electronic, so demand of consumer toward the electronic good is more
higher. Recently, it’s so often called cut-off suddenly, because too much power used that
make electronic off. The electronic that must be on become off suddenly, affect the
performance and resilience good. With the reason, writer would make electrical load
controller. The methode intend to avoid cut-off suddenly caused of over power used. The
methode based on ATMega8535 with current sensor of ACS712. This project has the average
current 0,5 A ± 5A.
Keywords: Microcontroller of ATMega8535, current sensor ACS712.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


vi

DAFTAR ISI
Halaman
PERSETUJUAN i
PERNYATAAN ii
PENGHARGAAN iii
ABSTRAK iv
ABSTRACT v
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN x
DAFTAR SINGKATAN xi

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Batasan Masalah 2
1.4 Tujuan Penelitian 2
1.5 Manfaat Penelitian 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Meteran Listrik 3
2.2 Daya 3
2.3 Mikrokontroller ATMega8535 4
2.3.1 Konfigurasi PIN ATMega8535 8
2.3.2 Peta Memory ATMega8535 10
2.3.3 Program memory 10
2.3.4 EEPROM Data Memori 10
2.3.5 Pemograman ATMega8535 dengan Bahasa C 11
2.4 Relay 12
2.4.1 Dasar Dasar Relay 13
2.4.2 Prinsip Kerja Relay 14
2.4.3 Cara Kerja Relay 14
2.4.4 Jenis Jenis Dan Simbol Relay 15
2.4.5 Fungsi Relay 19
2.4.6 Aplikasi Relay 21
2.5 Sensor Arus ACS712 21
2.5.1 Karakteristik sensor 22

BAB 3 METODE PENELITIAN


3.1 Diagram blok 24
3.2 Perancangan Sistem dan Realisasi Rangkaian 25
3.2.1 Rangkaian mikrokontroler ATMega8535 25
3.2.2 Rangkaian ACS712 26
3.2.3 Rangkaian pada LCD 26

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Pegujian/ pengukuran sensor arus ACS712 28

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


vii

4.2 Menghitung konstanta konversi arus 29


4.3 Pemrograman Bahasa C Codevision AVR 30
4.4 Pengujian Rangkaian Mikrokontroller ATMega8535 31
4.5 Isi Program Pada Codevision AVR 32

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan 36
5.2 Saran 36

DAFTAR PUSTAKA 37

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


viii

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman


Tabel

4.1 Tabel Percobaan Sensor Arus ACS712 28


4.2 Tabel Persentase Error 29
4.3 Tabel Konstanta Konversi Arus 30

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ix

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


Gambar

2.1 Diagram Blok ATMega8535 7


2.2 Konfigurasi Pin ATMega8535 9
2.3 Peta Memori Program 10
2.4 EEPROM Data Memori 11
2.5 Gambar Relay 13
2.6 Cara Kerja Relay 14
2.7 Relay Segi 15
2.8 Relay SPST 16
2.9 Relay SPDT 16
2.10 Relay DPST 17
2.11 Relay DPDT 17
2.12 Relay QPDT 18
2.13 Timing Relay 18
2.14 Latcing Relay 19
2.15 Gambar Rangkaian Sensor Arus 22
3.1 Diagram Blok Rangkaian 24
3.2 Mikrokontroler ATMega8535 25
3.3 Rangkaian Sensor Arus ACS712 26
3.4 LCD16x2 26
4.1 Tampilan Awal Editor dan Compiler Code Vision AVR 30
4.2 Rangkaian Mikrokontroler ATMega8535 31

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


x

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman


Lampiran

7.1 Data sheet ATMega8535 38


7.2 Data sheet LM324 48
7.3 Data sheet sensor arus ACS712 55

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


xi

DAFTAR SINGKATAN

RISC = Reduce Instruction Set Computing


EEPROM = Electrically Eresable Programmable Read-Only Memory
ADC = Analog to Digital Converter
AVR = Alf and Vegard’s RISC
ACS = Alternating Current Sensor
OP-Amp = Operational Amplifier
IC = Integrated Circuit
NO = Normally Opened
NC = Normally Closed
SPST = Single Pole Single Throw
SPDT = Single Pole Double Throw
DPST = Double Pole Single Throw
DPDT = Double Pole Double Throw
QPDT = Quadruple Pole Double Throw

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Listrik merupakan sumber utama yang yang berperan aktif dalam kehidupan
masyarakat, baik dari segi akademik, sosial, kesehatan dan lain-lain. Masyarakat diberikan
oleh PLN daya sesuai tarif yang telah disepakati bersama. PLN memberikan daya dengan
meletakkan bargainser sebagai pembatas daya. Sehingga masyarakat yang berperan sebagai
konsumen dapat memakai listrik dari PLN. Hal yang paling sering diketahui tetapi tidak
disadari adalah konsumen memakai daya yang berlebih sehingga menyebabkan Cut-Off. Cut-
Off disini dalam artian pemutusan hubungan listrik. Ini bisa terjadi karena pemakaian daya
secara berlebih. Sehingga memungkinkan terjadinya kerusakan pada alat-alat elektronik
seperti komputer, AC, dan lain lain. Selain itu juga dapat menyebabkan pemborosan arus
apabila sering terjadi pemutusan listrik tiba-tiba.
Sebelumnya sudah ada penelitian dari mahasiswa dari perguruan tinggi, yaitu
membuat suatu alat yang bisa menampilkan arus yang terpakai. Dimana arus itu ditampilkan
di LCD. Hanya saja LCD tersebut tidak selalu diperhatikan oleh konsumen, bisa jadi
disebabkan karena kesibukan dalam kerja, sehingga memungkinkan untuk terjadinya cut-off
(pemutusan listrik tiba-tiba).
Dari permasalahan di atas, penulis memberikan gagasan untuk membuat alat yang
berfungsi untuk menampilkan arus dan mengendalikan listrik secara berprioritas. Adapun
judul dari alat ini adalah “ALAT PENGENDALI BEBAN LISTRIK MENGGUNAKAN
SENSOR ARUS ACS712 YANG MAMPU MEMONITORING ARUS DAN MENCEGAH CUT-
OFF”. Alat ini menggunakan sensor di tiap-tiap prioritas beban untuk mendeteksi arus dan
menampilkan data ke LCD melalui mikrokontroler. Selain itu, mikrokontroler akan
mengaktifkan relay dari satu atau sebagian beban ketika akan terjadi kelebihan daya.
Sehingga tidak terjadi cut-off (pemutusan listrik secara tiba-tiba).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2

1.2 Rumusan Masalah


Dari pembahasan di atas, rumusan masalah dari penelitian dan rancangan mencakup :
1. Seberapa besar kemampuan mikrokontroler ATMega8535 membaca keluaran sensor
ACS712.
2. Merancang logika sistematik pengendalian arus berprioritas.
3. Merancang program untuk mengendalikan sistem dengan menggunakan bahasa C.

1.3 Batasan Masalah


Adapun batasan yang dibuat untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas
penulisan dibatasi pada :
1. Pembahasan tentang prinsip kerja dan karakteristik sensor arus ACS712 tipe 5 Ampere.
2. Pembahasan tentang cara kerja rangkaian mikrokontroler ATMega8535 sebagai
pengendali arus.
3. Pembahasan tentang pemrograman bahasa C untuk mengendalikan beban arus
berprioritas.

1.4 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan untuk, yaitu :
1. Merancang suatu suatu sistem pengatur arus beban dengan metode prioritas beban.
2. Menguji alat pengendali arus berprioritas untuk mendapatkan data.
3. Menganalisa data yg didapat dari pengujian.

1.5 Manfaat Penelitian


1. Dapat mengatur penggunaan arus agar tidak terjadi Cut-Off.
2. Mempertahankan beban arus berprioritas tinggi tetap hidup sehingga aktivitas kerja tidak
terganggu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Meteran listrik


Setiap rumah milik penduduk yang berlangganan listrik dengan PLN dipasangkan alat
yang disebut bargainser atau yang biasa dikenal umum meteran listrik. Alat ini adalah batas
antara PLN dengan pelanggan. Lepas dari alat ini adalah tanggung jawab pelanggan. Posisi
pemasangan bargainser di depan rumah akan lebih memudahkan pencatatan pemakaian listrik
oleh petugas PLN. Bargainser memilki fungsi-fungsi, yaitu:
1. Pembatas daya yang digunakan oleh pelanggan
2. Mencatat daya yang dipakai oleh konsumen.
3. Saklar utama pemutusan aliran listrik saat terjadi kelebihan pemakaian daya.
Bargainser sebagai pembatas jumlah daya yang disepakati antara konsumen dengan
PLN. Dalam artian konsumen tidak bisa menggunakan daya yang melebihi dari yang telah
disepakati. Karena ketika menggunakan daya yang melebihi, maka akan terjadi pemutusan
arus secara tiba-tiba (cut-off). Sehingga memungkinkan terjadinya kerusakan pada alat
elektronik.

2.2 Daya
Daya adalah sebuah kuantitas yang penting dalam rangkaian-rangkaian praktis. Daya
merupakan ukuran disipasi energi di dalam sebuah alat. Karena tegangan dan arus dapat
berubah sebagai fungsi dari waktu. Berdasarkan defenisi, daya sesaat adalah perkalian antara
tegangan dan arus sesaat.
𝑝(𝑡) = 𝑣(𝑡)x 𝑖(𝑡) (1)
Dapat menggunakan 𝑝(𝑡) untuk mempelajari intensitas disipasi energi pada setiap saat
waktu tertentu (C.K. Tse,1998).
Daya lisrik dapat didefenisikan sebagai ukuran (rate) pada saat energi listrik
dikonversi. Misalnya bola lampu 150-W merubah energi dua kali dengan ukuran lampu 75-
W. Dapat diingat bahwa watt (W) adalah ukuran dasar dari daya listrik. Kesimpulan rumus
untuk daya pengukuran pada rangkaian dc dan ac adalah sebagai berikut:
Rangkaian DC
𝑃 =𝑉x𝐼 (2)
𝑃 = 𝑉2 / 𝑅 (3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

𝑃 = 𝐼2 𝑥 𝑅 (4)
Rangkaian ac satu-fase
𝑃 = 𝑉 𝑥 𝐼 𝑥 𝑃𝐹 (5)
Rangkaian ac tiga-fase
𝑃 = 𝑉𝑖𝑛 𝑥 𝐼𝑖𝑛 𝑥 1,73 𝑥 𝑃𝐹 (6)
Dengan P = Daya dalam watt (W)
V = Tegangan dalam volt (V)
I = Arus dalam amperer (I)
R = Tahanan dalam ohm (Ω)
PF = Faktor daya
Untuk pemakaian industri kecil, watt adalah satuan yang terlalu kecil sehingga
kilowatt(kW) yaitu 1000 W, digunakan sebagai satuan standar. Untuk pemakaian industri
besar, satuan kilowatt adalah terlalu kecil untuk pengukuran, sehingga megawatt (MW) yaitu
1000 kW atau 1.000.000 W digunakan sebagai satuan pengukuran.
Wattmeter memperhitungkan semua faktor arus, tegangan dan faktor daya pada waktu
yang sama dan menunjukkan daya yang sungguh-sungguh terpakai. Wattmeter ada yang
berupa konfigurasi analog atau digital.
Wattmeter mempunyai empat terminal: dua untuk tegangan dan dua untuk arus.
Terminal tegangan dihubungkan ke Iin dan ujung-ujung arus dihubungkan seri dengan beban.
Meskipun banyak beban diseluruh pabrik adalah satu-fase, daya yang mengoperasikan datang
dari sistem distribusi satu-fase milik sistem distribusi banyak fase. Umumnya wattmeter fase
banyak digunakan untuk mengukur daya pada rangkaian tiga-fase. (Petruzella,2001).

2.3 Mikrokontroler ATMega8535


Mikrokontroler adalah mikrokomputer chip-tunggal yang dirancang secara spesifik
untuk aplikasi-aplikasi kontrol dan bukan untuk aplikasi-aplikasi serbaguna. Aplikasi-aplikasi
yang tipikal meliputi kontrol perangkat-perangkat peripheral seperti motor, penggerak,
printer, dan komponen-komponen subsistem minor. (Tooley, 2003)
Mikrokontroler sesuai dengan namanya adalah suatu alat atau komponen pengontrol
atau pengendali yang berukuran mikro atau kecil. Bila dibandingkan dengan mikroprosesor,
mikrokontroler jauh lebih unggul karena terdapat berbagai alasan diantaranya :
1. Tersedianya Input/Output
I/O dalam mikrokontroler sudah tersedia, sementara pada mikroprosesor dibutuhkan IC

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5

tambahan untuk menangani I/O tersebut, IC yang dimaksud adalah PPI 8255.
2. Memori Internal
Memori merupakan media untuk menyimpan program dan data sehingga mutlak harus
ada. Mikroprosesor belum memiliki memori internal sehingga memerlukan IC memori
eksternal.
Dengan kelebihan-kelebihan diatas mikroprosesor tetap digunakan sebagai dasar dalam
mempelajari mikrokontroler. Inti kerja dari keduanya adalah sama, yakni sebagai pegendali
suatu sistem.
Dengan menggunakan mikrokontroler maka:
1. Sistem elektronik akan menjadi lebih ringkas.
2. Rancang bangun sistem elektronik akan lebih cepat karena sebagian besar dari sistem
adalah perangkat lunak yang mudah dimodifikasi.
Mikrokontroler adalah versi mini atau mikro dari sebuah komputer karena
mikrokontroler sudah mengandung beberapa bagian yang langsung dimanfaatkan, misalnya
port paralel, port serial, komparator, konversi digital ke analog (DAC), konversi analog ke
digital (ADC), dan sebagainya hanya menggunakan sistem minimum yang tidak rumit.
Mikrokontroler adalah otak dari suatu sistem elektronika seperti halnya mikroprosesor
sebagai otak komputer. Namun mikrokontroler memiliki nilai tambah karena di dalamnya
sudah terdapat memori dan sistem input/output dalam suatu kemasan IC. Mikrokontroler
AVR (Alf and Vegard’s RISC processor) standar memiliki arsitektur 8-bit, dimana semua
instruksi dikemas dalam kode 16-bit dan sebagian besar instruksi dieksekusi dalam satu
siklus clock. Berbeda dengan instruksi MCS-51 yang membutuhkan 12 siklus clock karena
memiliki arsitektur CISC (seperti komputer).
Secara umum, AVR dapat dikelompokkan menjadi 4 kelas, yaitu keluarga ATTiny,
keluarga AT90Sxx, keluarga ATMega dan AT89RFxx. Pada dasarnya yang membedakan
masing-masing kelas adalah memori, peripheral, dan fungsinya. Dari segi arsitektur dan
instruksi yang digunakan, mereka dikatakan hampir sama. Oleh karena itu, dipergunakan
salah satu AVR produk Atmel, yaitu ATMega8535. Selain mudah didapatkan dan lebih
murah ATMega8535 juga memiliki fasilitas yang lebih lengkap. Untuk tipe AVR ada 3 jenis
yaitu ATTiny, AVR klasik, dan ATMega. Perbedaannya hanya pada fasilitas dan I/O yang
tersedia serta fasilitas lainnya seperti ADC, EEPROM, dan lain sebagainya. Salah satu
contohnya adalah ATMega8535. Memiliki teknologi RISC dengan kecepatan maksimal 16
MHz membuat ATMega8535 lebih cepat bila dibandingkan dengan varian MCS51. Dengan
fasilitas yang lengkap tersebut menjadikan ATMega8535 sebagai mikrokontroler yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6

powerfull. Adapun diagram blok ATMega8535 adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Diagram blok ATMega8535

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7

Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa ATMega8535 memiliki bagian sebagai berikut :
1. Saluran I/O sebanyak 32 buah, yaitu Port A, Port B, Port C, Port D.
2. ADC 10 bit sebanyak 8 saluran.
3. Tiga buah Timer/Counter dengan kemampuan pembandingan.
4. CPU yang terdiri atas 32 buah register.
5. Watchdog timer dengan osilator internal.
6. SRAM sebesar 512 byte.
7. Memori Flash sebesar 8 kb dengan kemampuan Read While Write.
8. Unit interupsi internal dan eksternal.
9. Port antarmuka SPI.
10. EEPROM sebesar 512 byte yang dapat diprogram saat operasi.
11. Antarmuka komparator analog.
12. Port USART untuk komunikasi serial
Kapabilitas detail dari ATMega8535 adalah sebagai berikut:
1. Sistem mikroprosesor 8 bit berbasis RISC dengan kecepatan maksimal 16 MHz.
2. Kapasitas memori flash 8 Kb, SRAM sebesar 512 byte, dan EEPROM (Electrically
Erasable Programmable Read Only Memory) sebesar 512 byte.
3. ADC internal dengan fidelitas 10 bit sebanyak 8 channel.
4. Portal komunikasi serial (USART) dengan kecepatan maksimal 2,5 Mbps.
5. Enam pilihan mode sleep menghemat penggunaan daya listrik.

2.3.1 Konfigurasi PIN ATMega8535


Mikrokontroler ATMega8535 mempunyai pin sebanyak 40 buah, dimana 32 pin
diantaranya untuk keperluan port I/O yang dapat menjadi pin input/output sesuai konfigurasi.
Pada 32 tersebut terbagi atas 4 bagian (port), yang masing-masing terdiri dari 8 pin. Pin
lainya digunakan untuk keperluan rangkaian osilator, supplay tegangan, reset, serta tegangan
reverensi untuk ADC. Konfigurasi pin ATMega8535 digambarkan sebagai berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8

Gambar 2.2 Konfigurasi Pin ATMega8535

Dari gambar diatas dapat dijelaskan secara fungsional konfigurasi pin ATMega8535 adalah
sebagai berikut :
• VCC merupakan pin yang berfungsi sebagai pin masukan catu daya.
• GND merupakan pin ground.
• Port A (PA0..PA7) merupakan pin I/O dua arah dan pin masukan ADC
• Port B (PB0..PB7) merupakan pin I/O dua arah dan pin fungsi khusus, yaitu
Timer/Counter, komparator analog dan SPI.
• Port C (PC0..PC7) merupakan pin I/O dua arah dan pin fungsi khusus, yaitu TWI,
komparator analog dan Timer Oscilator.
• Port D (PD0..PD7) merupakan pin I/O dua arah dan pin fungsi khusus, yaitu komparator
analog, interupsi eksternal dan komunikasi serial.
• RESET merupakan pin yang digunakan untuk me-reset mikrokontroler.
• XTAL1 dan XTAL2 merupakan pin masukan clock eksternal.
• AVCC merupakan pin masukan tegangan untuk ADC.
• AREF merupakan pin masukan tegangan referensi ADC.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9

2.3.2 Peta Memori ATMega8535


ATMega memiliki dua jenis memori yaitu Data Memory dan Program Memory
ditambah satu fitur tambahan yaitu EEPROM Memory untuk menyimpan data.
2.3.3 Program Memory
ATMega memiliki On-Chip In-System Reprogrammable Flash Memory untuk
menyimpan program. Untuk alasan keamanan, program memory dibagi menjadi dua bagian,
yaitu Boot Flash Section dan Application Flash Section. Boot Flash Section digunakan untuk
menyampaikan program Boot Loader, yaitu program yang harus dijalankan pada saat AVR
reset atau pertama kali diaktifkan.
Application Flash Section digunakan untuk menyampaikan program aplikasi yang
dibuat user. AVR tidak dapat menjalankan program aplikasi ini sebelum menjalankan
program Boot Loader. Berdasarkan memori Boot Flash Section dapat deprogram dari 128
word sampai 1024 word tergantung setting pada konfigurasi bit di register BOOTSZ. Jika
Boot Loader diproteksi, maka program pada Application Flash Section juga sudah aman.

Gambar 2.3 Peta Memori Program

2.3.4 EEPROM Data Memori


ATMega8535 memiliki EEPROM 8 bit sebesar 512 byte untuk menyimpan data.
Lokasinya terpisah dengan sistem address register, data register dan control register yang
dibuat khusus untuk EEPROM. Alamat EEPROM dimulai dari $000 sampai $1FF.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10

$000

EEPROM

$01FF

Gambar 2.4 EEPROM Data Memori

2.3.5 Pemograman ATMega8535 dengan Bahasa C


Bahasa C adalah bahasa pemograman yang dapat dikatakan berada pada bahasa
pemograman tingkat rendah (bahasa yang berorientasi pada mesin). Pembuat bahasa C adalah
Brian W. Kernighan dan Dennis M. Ritchie pada tahun 1972. C adalah bahasa pemigraman
terstruktur, yang membagi program dalam bentuk blok. Tujuannya adalah untuk
memudahkan dalam pembuatan dan pengembangan program. Program yang ditulis dengan
menggunakan bahasa C mudah sekali dipindahkan dari satu jenis program ke bahasa program
lain. Hal ini karena adanya standarisasi bahasa C yaitu berupa standar ANSI (American
National Standart Institut) yang dijadikan acuan oleh para membuat kompiler.
Pengembangan sebuah sistem menggunakan mikrokontroler AVR buatan ATMEL
menggunkan software AVR STUDIO dan CodeVision AVR. AVR STUDIO merupakan
software yang digunakan untuk bahasa assembly yang mempunyai fungsi yang sangat
lengkap, yaitu digunakan untuk menulis program, kompilasi, simulasi dan download program
ke IC mikrokontroler AVR. Sedangkan CodeVisionAVR merupakan software C-cross
compiler, dimana program dapat ditulis dengan menggunakan bahasa C,CodeVision memiliki
IDE (Integrated Development Environment) yang lengkap, dimana penulisan program,
compile, link, pembuatan code mesin (assembler) dan dowwnload program ke chip AVR
dapat dilakukan dengan CodeVision, selain itu ada fasilitas terminal, yaitu melakukan
komunikasi serial dengan mikrokontroler yang sudah diprogram. Proses download program
ke IC mikrokontroler AVR dapat menggunakan System Programmable Flash on-Chip
mengizinkan memori program untuk diprogram ulang dalam sistem menggunakan hubungan
serial SPI.
Pengembangan sebuah sistem menggunakan mikrokontroler AVR buatan ATMEL
menggunakan software AVR Studio dan Code Vision AVR. AVR Studio merupakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11

software yang digunakan untuk bahasa assembly yang mempunyai fungsi yang sangat
lengkap, yaitu digunakan untuk menulis program, kompilasi, simulasi dan download program
ke IC mikrokontroler AVR.
Sedangkan Code Vision AVR merupakan software C-cross Complier, dimana
program dapat ditulis dalam bahasa C, CodeVision memiliki IDE (Integrated Development
Environment) yang lengkap dimana penulis program, compile, link, pembuatan kode mesin
(assembler) dan download program ke chip AVR dapat dilakukan dengan menggunakan
Code Vision, selain itu ada fasilitas terminal, yaitu melakukan komunikasi serial dengan
mikrokontroler yang sudah diprogram. Proses download program ke IC mikrokontroler AVR
dapat menggunakan System Programmable Flash On. Chip mengizinkan memori program
untuk diprogram ulang dalam sistem menggunakan hubungan serial SPI.

2.4 Relay
Relay adalah suatu peranti yang bekerja berdasarkan elektromagnetik untuk
menggerakan sejumlah kontaktor yang tersusun atau sebuah saklar elektronis yang dapat
dikendalikan dari rangkaian elektronik lainnya dengan memanfaatkan tenaga listrik sebagai
sumber energinya. Kontaktor akan tertutup (menyala) atau terbuka (mati) karena efek induksi
magnet yang dihasilkan kumparan (induktor) ketika dialiri arus listrik. Berbeda dengan
saklar, pergerakan kontaktor (on atau off) dilakukan manual tanpa perlu arus listrik.
Relay yang paling sederhana ialah relay elektromekanis yang memberikan pergerakan
mekanis saat mendapatkan energi listrik. Secara sederhana relay elektromekanis ini
didefinisikan sebagai berikut.
• Alat yang menggunakan gaya elektromagnetik untuk menutup atau membuka kontak
saklar.
• Saklar yang digerakkan secara mekanis oleh daya atau energi listrik.
Sebagai komponen elektronika, relay mempunyai peran penting dalam sebuah sistem
rangkaian elektronika dan rangkaian listrik untuk menggerakan sebuah perangkat yang
memerlukan arus besar tanpa terhubung langsung dengan perangakat pengendali yang
mempunyai arus kecil. Dengan demikian relay dapat berfungsi sebagai pengaman.
Relay terdiri dari 3 bagian utama, yaitu:
1. Common, merupakan bagian yang tersambung dengan Normally Close (dalam keadaan
normal).
2. Koil (kumparan), merupakan komponen utama relay yang digunakan untuk menciptakan
medan magnet.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

3. Kontak, yang terdiri dari Normally Close dan Normally Open.

Gambar 2.5 Gambar Relay

2.4.1 Dasar-Dasar Relay


Penemu relay pertama kali adalah Joseph Henry pada tahun 1835. Dalam
pemakaiannya biasanya relay yang digerakkan dengan arus DC dilengkapi dengan sebuah
dioda yang diparalel dengan lilitannya dan dipasang terbalik yaitu anoda pada tegangan ()
dan katoda pada tegangan (+). Ini bertujuan untuk mengantisipasi sentakan listrik yang terjadi
pada saat relay berganti posisi dari on ke off agar tidak merusak komponen di sekitarnya.
Penggunaan relay perlu memperhatikan tegangan pengontrolnya serta kekuatan relay
men-switch arus/tegangan. Biasanya ukurannya tertera pada body relay. Misalnya relay
12VDC/4 A 220V, artinya tegangan yang diperlukan sebagai pengontrolnya adalah 12Volt
DC dan mampu men-switch arus listrik (maksimal) sebesar 4 ampere pada tegangan 220
Volt. Sebaiknya relay difungsikan 80% saja dari kemampuan maksimalnya agar aman, lebih
rendah lagi lebih aman. Relay jenis lain ada yang namanya reedswitch atau relay lidi. Relay
jenis ini berupa batang kontak terbuat dari besi pada tabung kaca kecil yang dililitin kawat.
Pada saat lilitan kawat dialiri arus, kontak besi tersebut akan menjadi magnet dan saling
menempel sehingga menjadi saklar yang on. Ketika arus pada lilitan dihentikan medan
magnet hilang dan kontak kembali terbuka (off).

2.4.2 Prinsip Kerja Relay


Relay merupakan komponen listrik yang memiliki prinsip kerja magnet dengan
induksi listrik. Relay terdiri atas bagian-bagian utama sebagai berikut.
1. Coil atau kumparan, merupakan gulungan kawat yang mendapat arus listrik. adalah
sejenis saklar yang pergerakannya tergantung dari ada tidaknya arus listrik di coil.
2. Contact atau penghubung, adalah sejenis saklar yang pergerakannya tergantung dari ada
tidaknya arus listrik di coil. Contact ada 2 jenis : Normally Open (kondisi awal sebelum
diaktifkan open), dan Normally Closed (kondisi awal sebelum diaktifkan close).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

Cara kerja relay adalah sebagai berikut :

Gambar 2.6 Cara Kerja Relay

1. Saat coil mendapatkan energi listrik (energized) akan menimbulkan gaya elektromanetik
2. Gaya magnet yang ditimbulkan akan menarik plat/lengan kontak (armature) berpegas
(bersifat berlawanan), sehingga menghubungkan 2 titik kontak.

2.4.3 Cara Kerja Relay


Cara kerja relay sangat sederhana. Di sini kita akan membahas relay pada umumnya.

Gambar 2.7 Relay Segi

Relay terdiri dari 2 terminal trigger, 1 terminal input dan 1 terminal output.
1. Terminal trigger : yaitu terminal yang akan mengaktifkan relay, seperti alat electronik
lainya relay akan aktif apabila di aliri arus (+) dan arus (-). Pada contoh relay yang kita
gunakan terminal trigger ini adalah 85 dan 86.
2. Terminal input : yaitu terminal tempat kita memberikan masukan, pada contoh adalah
terminal 30
3. Terminal output : yaitu tempat keluarnya output pada contoh adalah terminal 87.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

2.4.4 Jenis-Jenis dan Simbol Relay


Ada beberapa jenis relay berdasarkan cara kerjanya yaitu:
1. Normaly On
Kondisi awal kontaktor tertutup (On) dan akan terbuka (Off) jika relay diaktifkan dengan
cara memberi arus yang sesuai pada kumparan atau koil relay. Istilah lain kondisi ini
adalah Normaly Close (NC).
2. Normaly Off
Kondisi awal kontaktor terbuka (Off) dan akan tertutup jika relay diaktifkan dengan cara
memberi arus yang sesuai pada kumparan atau koil relay. Istilah lain kondisi ini adalah
Normaly Open (NO).
3. Change-Over (CO) atau Double-Throw (DT)
Relay jenis ini memiliki dua pasang terminal dengan dua kondisi yaitu Normaly Open
(NO) dan Normaly Close (NC).
Selain itu, seperti saklar, relay juga dibedakan berdasar pole dan throw yang
dimilikinya. Pole adalah banyaknya kontak yang dimiliki oleh relay. Sedangkan throw adalah
banyaknya kondisi (state) yang mungkin dimiliki kontak. Berikut ini penggolongan relay
berdasar jumlah pole dan throw atau disebut juga sebagai simbol relay.
1. SPST (Single Pole Single Throw)
Relay ini memiliki empat terminal yaitu, dua terminal kumparan atau koil dan dua
terminal saklar (A dan B) yang dapat terhubung dan terputus.

Gambar 2.8 Relay SPST

2. SPDT (Single Pole Double Pole)


Relay ini memiliki lima terminal, yaitu dua terminal kumparan atau koil dan tiga terminal
saklar (A,B, dan C) yang dapat terhubung dan terputus dengan satu terminal pusat. Jika
suatu saat terminal (misal A) terputus dengan terminal pusat (C) maka terminal lain (B)
terhubung dengan terminal pusat tersebut (C), demikian juga sebaliknya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

Gambar 2.9 Relay SPDT

3. DPST (Double Pole Single Throw)


Relay ini mempunyai enam terminal, yaitu dua terminal kumparan atau koil dan empat
terminal, merupakan dua pasang saklar yang dapat terhubung dan terputus (A1 dan B1
serta A2 dan B2).

Gambar 2.10 Relay DPST

4. DPDT (Double pole Double Throw)


Relay ini mempunyai delapan terminal, yaitu dua terminal kumparan atau koil, enam
terminal merupakan dua set saklar yang dapat terputus dan terhubung (A1,B1,C1 dan A2,
B2, C2).

Gambar 2.11 Relay DPDT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

5. QPDT (Quadruple Pole Double Throw)


QPDT sering disebut sebagai Quad Pole Double Throw atau 4PDT (Four Pole Double
Throw). Relay ini setara dengan 4 buah saklar atau relay SPDT atau dua buah relay
DPDT dan terdiri dari 14 pin (termasuk 2 buah untuk koil). 6.3PDT (Three Pole Double
Throw)

Gambar 2.12 Relay QPDT

Selain itu terdapat jenis-jenis relay lainnya. Relay juga diaplikasi untuk berbagai
keperluan, sehingga dianggap relay tersebut memiliki fungsi khusus, seperti contoh berikut.
1. Timming Relay
Relay yang bekerja untuk sebuah pewaktuan. Di mana koil relay akan dianggap ON, jika
memenuhi beberapa waktu tertentu (misal 5 detik). Timing relay adalah jenis relay yang
khusus. Cara kerjanya ialah, jika koildari timing relayON, maka beberapa detik
kemudian, baru kontak relayakan ON atau OFF (sesuai jenis NO/NC contact).

Gambar 2.13 Timing Relay

2. Latching Relay
Relay ini dipergunakan untuk menahan atau latch atau jenis relay yang digunakan untuk
latching atau mempertahankan kondisi aktif input sekalipun input sebenarnya sudah mati.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

Cara kerjanya ialah, jika latch coil diaktifkan, ia tidak akan bisa dimatikan kecuali
unlatch coil diaktifkan.

Gambar 2.14 Latcing Relay

3. Reed Relay
Relay ini memiliki seperangkat kontak di dalam vakum atau gas inert untuk mengisi
tabung gelas, yang melindungi kontak terhadap korosi atmosfer. Kontak tertutup oleh
medan magnet yang dihasilkan ketika arus mengalir melalui kumparan di sekeliling
tabung gelas. Reed relay mampu switching kecepatan lebih cepat daripada jenis relay
yang lebih besar, tetapi beralih rendah arus dan tegangan peringkat.

2.4.5 Fungsi Relay


Fungi atau kegunaan relay dalam dunia elektronika sebenarnya juga sama seperti
dalam teknik listrik. Hanya saja kebanyakan relay yang digunakan dalam teknik elektronik
adalah relay dengan voltase kecil seperti 6 Volt, 12 Volt, 24 Volt berbeda dengan teknik
listrik yang memakai relay 220 Volt dan 110 Volt. Namun ada juga dalam teknik elektronik
yang memakai relay dengan voltase tinggi. Walau ada perbedaan pemakaian voltase pada
relay, sebenarnya relay memiliki fungsi atau kegunaan yang sama yakni sebagai alat
pengganti saklar yang bekerja untuk mengontrol atau membagi arus listrik ataupun sinyal lain
ke sirkuit rangkaian lainnya.
Secara garis besar, fungsi relay adalah sebagai berikut.
• Kontrol tegangan tinggi rangkaian dengan sinyal bertegangan rendah, seperti dalam
beberapa jenis modem atau audio amplifier.
• Kontrol sebuah rangkaian arus tinggi dengan sinyal arus rendah, seperti pada solenoid
starter dari sebuah mobil.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

• Mendeteksi dan mengisolasi kesalahan pada jalur transmisi dan distribusi dengan
membuka dan menutup pemutus rangkaian (perlindungan relay).
• Sebuah kumparan relay DPDT AC dengan kemasan “ice cube”.
• Isolasi mengendalikan rangkaian dari rangkaian yang dikontrol ketika kedua berada pada
potensi yang berbeda, misalnya ketika mengendalikan sebuah perangkat bertenaga utama
dari tegangan rendah switch. Yang terakhir ini sering digunakan untuk mengontrol
pencahayaan kantor sebagai kawat tegangan rendah dapat dengan mudah diinstal di
partisi, yang dapat dipindahkan sesuai kebutuhan sering berubah. Mereka mungkin juga
akan dikendalikan oleh hunian kamar detektor dalam upaya untuk menghemat energi.
• Logika fungsi. Sebagai contoh, DAN fungsi boolean direalisasikan dengan
menghubungkan relay normal kontak terbuka secara seri, maka fungsi ATAU dengan
menghubungkan normal kontak terbuka secara paralel. Perubahan atas atau Formulir C
kontak melakukan XOR fungsi. Fungsi yang sama untuk NAND dan NOR yang dicapai
dengan menggunakan kontak normal tertutup. Tangga bahasa pemrograman yang sering
digunakan untuk merancang jaringan logika relay.
• Awal komputasi. Sebelum tabung vakum dan transistor, relay digunakan sebagai unsur-
unsur logis dalam komputer digital.
• Safety logika kritis. Karena relay jauh lebih tahan daripada semikonduktor radiasi nuklir,
mereka banyak digunakan dalam keselamatan logika kritis, seperti panel kontrol
penanganan limbah radioaktif mesin.
• Waktu tunda fungsi. Relay dapat dimodifikasi untuk menunda pembukaan atau penutupan
menunda satu set kontak. Yang sangat singkat (sepersekian detik) penundaan ini akan
menggunakan tembaga disk antara angker dan bergerak blade perakitan. Arus yang
mengalir dalam disk mempertahankan medan magnet untuk waktu yang singkat,
memperpanjang waktu rilis. Untuk sedikit lebih lama (sampai satu menit) keterlambatan,
sebuah dashpot digunakan. Sebuah dashpot adalah sebuah piston diisi dengan cairan yang
diperbolehkan untuk melarikan diri perlahanlahan. Jangka waktu dapat divariasikan
dengan meningkatkan atau menurunkan laju aliran. Untuk jangka waktu lebih lama,
mesin jam mekanik timer diinstal.

2.4.6 Aplikasi Relay


Relay umumnya digunakan untuk hal-hal di bawah ini, yaitu :
1. Untuk mengendalikan rangkaian tegangan tinggi melalui sinyal tegangan rendah.
2. Untuk mengendalikan rangkaian dengan arus yang tinggi melalui sinyal arus kecil.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

3. Untuk mendeteksi dan mengisolasi kegagalan pada jalur transmisi dan distribusi dengan
membuka atau menutup circuit breaker.
4. Untuk mengisolasi rangkaian pengendali dari rangkaian yang dikendalikan jika potensial
yang digunakan berbeda. Misalnya untuk mengendalikan rangkaian daya tegangan tinggi
melalui switch tegangan rendah.
5. Untuk merepresentasikan fungsi-fungsi logika. Misalnya fungsi AND didapat dengan
menserikan dua kontak NO dan sebagainya.
6. Relay juga dapat digabungkan fungsinya dengan sebuah timer untuk mendapatkan fungsi
penunda waktu.

2.5 Sensor Arus ACS712


Sensor adalah peralatan yang digunakan untuk merubah suatu bentuk besaran fisik
menjadi suatu bentuk besaran listrik sehingga dapat dianalisa menggunakan rangkaian listrik
tertentu. Dalam bentuk rangkaian elektronik terdapat tegangan, arus dan hambatan yang
saling berhubungan. Ampere meter adalah alat untuk mengukur arus yang mengalir pada
suatu rangkaian elektronik. Arus listrik yang mengalir pada suatu konduktor menimbulkan
medan magnet. Oleh sebab itu arus listrik dapat diukur dengan besarnya medan magnet.
Untuk pengukuran arus, digunakan IC ACS712-30A. IC tersebut merupakan sensor arus
berkapasitas maksimum 30 Ampere. IC ACS712-30A memiliki rate tegangan yang linier
terhadap arus input. Pada 0 ampere, tegangan output terukur pada setengah dari tegangan
supply. Dari tegangan supply 5v terukur tegangan output ACS sebesar 2,5 DC pada input 0A.
Untuk arus AC. Untuk arus AC, tegangan output ACS memilki output sinyal sinus dengan
DC refference sebesar ½ Vcc. Dengan kondisi tersebut, digunakan rangkaian pengkondisian
sinyal seperti pada gambar di bawah ini.

+5V

AC

ADC AVR
dl

Vcc
R
ACS 712-30A

VI Out

Filter
c
+IP

Ground
0,1 uf

0,1 uf

Gambar 2.15 Gambar Rangkaian Sensor arus

Pada rangakaian di atas terdapat coupling kapasitif yang dapat menghilangkan DC


refrensi dari sinyal output ACS. Selanjutnya sinyal tersebut dikuatkan dengan OP-Amp tanpa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20

catu daya negatif. Sehingga sinyal sinus terpotong pada setiap tegangan negatifnya. Sinyal
outputnya masih memiliki ripple sehingga pembacaan melalui ADC akan sulit dilakukan.
Sinyal tersebut difilter dengan kapasitor sehingga ripple faktor dapat dihilangkan.

2.5.1 Karakteristik Sensor


Dalam suatu instrumentasi atau pengontrol, karakteristik sensor harus diketahui lebih
dahulu. Hal ini bertujuan agar sistem instrumentasi yang digunakan tidak menyimpang dari
karakteristiknya dan hasil yang dicapai benar-benar akurat. Sensor merupakan awal
permulaan dari sistem instrumentasi, sehingga mempunyai peran yang sangat penting.
Apabila terjadi kesalahan pada suatu sensor maka seterusnya sistem instrumentasi akan
terjadi kesalahan. Karakteristik sensor juga menunjukkan kualitas dari sensor tersebut.
(Cooper. 1999)
Dari pemasukan (input) ke pengeluaran (output), sebuah sensor harus sudah
terkonversi sebelum menghasilkan suatu sinyal elektrik. Hubungan antara masukan dengan
keluaran di gambarkan sebagai karakteristik sensor. Salah satu karakteristik sensor adalah
fungsi transfer yaitu suatu fungsi hubungan ideal antara masukan dan keluaran. Fungsi
transfer bergantung pada sinyal listrik (S) yang dihasilkan oleh sensor dan disimulasikan
s:S = f(s). Fungsi tersebut memungkinkan adanya hubungan linier atau tidak linier. Pada
hubungan linier dinyatakan dengan S = a + bs dimana a adalah sinyal keluaran pada
masukan nol (mengintrupsi) dan b adalah gradien yang biasanya disebut sensitivitas. S adalah
suatu Karakteristik keluaran sinyal elektrik yang digunakan untuk data yang diperoleh dari
keluaran sensor. (Fraden. 2003)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Diagram Blok Penelitian

RELAY 1 BEBAN 1

ATMEGA
8535
ACS712 RELAY 2 BEBAN 2

RELAY 3 BEBAN 3

LCD
DISPLAY
RELAY 4 BEBAN 4

RELAY 5 BEBAN 5

Gambar 3.1 Diagram Blok Rangkaian

Gambar di atas merupakan rancang bangun dari konfigurasi sistem input sistem.
Rangkaian bekerja berdasarkan program yang telah diunggah ke ic mikrokontroler
ATMega8535. Pada saat diaktifkan program akan melakukan inisialisasi dan nilai
awal. Setelah itu program mulai membaca input yaitu arus yang mengalir pada beban
melalui sensor arus ACS712. Arus yg terbaca oleh sensor dikonversi menjadi data digital
10bit. Untuk mengetahui arus sebenarnya maka data digital tersebut harus dikalibrasi.
Kalibrasi dilakukan dengan mengalikan sebuah konstanta sehingga sama dengan arus
sebenarnya yang sedang mengalir. Hasil kalibrasi ditampilkan pada display LCD dan
dijadikan pembanding dengan batas arus yang ditentukan. Batas arus pada rancangan ini
ditentukan 5A, sehingga jika arus mendekati 5A yaitu sekitar 4A lebih maka program akan
mulai melakukan pemutusan beban. Mulai dari prioritas rendah. Jika pemutusan beban
rendah telah mengurangi arus sehingga dibawah batas maka pemutusan hanya pada titik itu
saja. Akan tetapi jika setelah pemutusan beban prioritas rendah, arus yang terdeteksi masih
cukup tinggi maka pemutusan prioritas berikutnya dibutuhkan. Demikian seterusnya jika arus

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

masih terus tidak turun, pemutusan akan dilakukan sampai beban prioritas 2. Sedangkan
prioritas 1 tetap dipertahankan. Setelah arus kembali turun dibawah batas maka beban akan
dihidupkan kembali mulai dari prioritas tinggi ke rendah. Demikianlah cara kerja rangkaian
sesuai program yang telah dibuat.

3.2 Perancangan Sistem dan Realisasi Rangkaian


3.2.1 Rangkaian mikrokontroler ATMega8535
ATMega8535 berfungsi sebagai pengontrol kuota untuk pemakaian listrik. Peran
penting ATMega8535 untuk membaca inputan dari sensor arus ACS712 dan mengaktifkan
relay saat terjadi kelebihan arus yg terpakai. Adapun rangkaian ATMega8535 adalah,

1 PB.0 PA.0 40
2 39
PB.1
3 PB.2 38
4 PB.3 37
5 36
6 35
7 34
8 ATMEGA 33
9 8535 32
10 31
11 30
12 29
PC.7
13 PC.6 28
14
PC.5 27
15
PC.4 26
16 PD.2 25
17
PC.2 24
18
PC.1 23
19 PC.0 22
20 21

Gambar 3.2 Mikrokontroler ATMega8535

3.2.2 Rangkaian ACS712


Sebagaimana diketahui fungsi sensor arus ACS712 disini yaitu untuk mendeteksi arus
dari beban yang digunakan. Metode pemasangan dari beban ke sensor ACS712 dipasang
secara seri.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

Arus Beban

Sensor Arus
ACS 712
V out

+ ATMega8535
LM 324
- 10 µF/25V

10K 100K

Gambar 3.3 Rangkaian ACS712

Arus beban dideteksi oleh sensor arus melalui pin 1 dan 2 sebagai sumbu positif. 3 dan 4
dihubungkan ke beban. kemudian outputnya pada pin 7 akan di kuatkan oleh ic lm324
melalui pin 2 dan 3 agar data dapat dibaca oleh ATMega8535. Selanjutnya outputnya pada
pin 1 distabilkan oleh kapasitor sebesar 10 µF/25V. Selanjutnya data dibaca oleh
ATMega8535.

3.2.3 Rangkaian pada LCD


LCD berfungsi sebagai display karakter dari sistem. Agar kuat arus dapat dilihat,
maka mikrokontroler diprogram untuk menampilkan hasilnya di LCD
.

LCD DISPLAY
RS RW GLK
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

+5V PC.1 PC.4 PC.6 +5V


PC.2 PC.0 PC.5 PC.7

Gambar 3.4 LCD16x2


LCD 16×2 adalah salah satu penampil yang sangat populer digunakan sebagai
interface antara mikrokontroler dengan usernya. Dengan penampil LCD 16×2 ini user dapat
melihat/memantau keadaan sensor ataupun keadaan jalannya program. Penampil LCD 16×2
ini bisa dihubungkan dengan mikrokontroler apa saja. Salah satunya dari keluarga AVR

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

ATMega baik ATMega32, ATMega16 ataupun ATMega8535 dan ATMega 8. Adapun


pengkabelan LCD 16×2 adalah sebagai berikut:
1. Kaki 1 dan 16 terhubung dengan Ground (GND)
2. Kaki 2 dan 15 terhubung dengan VCC (+5V)
3. Kaki 3 dari LCD 16×2 adalah pin yang dihubungkan ke ground
4. Pin 4 (RS) dihubungkan dengan PC.2 mikrokontroler
5. Pin 5 (RW) dihubungkan dengan PC.1 mikrokontroler
6. Pin 6 (E) dihubungkan dengan PC.0 mikrokontroler
7. Sedangkan pin 11 hingga 14 dihubungkan dengan pin mikrokontroler sebagai jalur
datanya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada pengujian alat ini dilakukan dengan menghitung arus beban dan tegangan beban
dengan menggunakan multimeter digital dan membandingkannya dengan hasil tampilan pada
LCD dengan menggunakan sensor arus ACS712. Hal ini dilakukan untuk mengetahui error
atau ralat masing-masing lampu pada ketiga parameter yang ditampilkan. Dalam hal ini
lampu yang digunakan adalah lampu Philips dengan daya 100 watt sebanyak sepuluh buah
untuk mendapatkan daya sebanyak 1000 watt.

4.1 Pegujian/ pengukuran sensor arus ACS712

Tabel 4.1 Tabel Percobaan Sensor Arus ACS712

I display
Lampu I teori Voltmeter
ACS712
(W) (A) (V)
(A)
100 0,45 0,23 0,53
200 0,90 0,52 0,91
300 1,36 0,91 1,34
400 1,81 1,30 1,80
500 2,27 1,72 2,26
600 2,72 2,14 2,64
700 3,18 2,64 3,08
800 3,63 2,99 3,54
900 4,09 3,50 3,95
1000 4,54 3,90 4,31

𝐼𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖1 − 𝐼𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘1 0,45 − 0,53


𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 𝐼1 = [ ] 𝑥100% = [ ] 𝑥100% = 1,7%
𝐼𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖1 0,45

𝐼𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖2 − 𝐼𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘2 0,90 − 0,91


𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 𝐼2 = [ ] 𝑥100% = [ ] 𝑥100% = 1,1%
𝐼𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖2 0,90

𝐼𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖3 − 𝐼𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘3 1,36 − 1,34


𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 𝐼1 = [ ] 𝑥100% = [ ] 𝑥100% = 1,4%
𝐼𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖3 1,36

Untuk perhitungan selanjutnya dapat digunakan rumus,

𝐼𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑖 −𝐼𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘𝑖
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 𝐼𝑖 = [ ] 𝑥100%.
𝐼𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑖

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

Tabel 4.2 Tabel Persentase Error

I display
Lampu I teori
ACS712 %Error
(W) (A)
(A)
100 0,45 0,53 1,7
200 0,90 0,91 1,1
300 1,36 1,34 1,4
400 1,81 1,80 0,5
500 2,27 2,26 0,5
600 2,72 2,64 2,9
700 3,18 3,08 3,2
800 3,63 3,54 2,5
900 4,09 3,95 3
1000 4,54 4,31 5

Dari tabel di atas terlihat nilai I yang dihasilkan ACS712 tidak berbeda jauh dari I
teorinya. Kemudian diperoleh % Eror 0,5 % sampai 5%, menunjukkan bahwa penggunaan
ACS712 memiliki persen error yang sangat kecil sehingga ACS712 sangat efektif dalam
artian sangat akurat dalam pembacaan data, respon dari ACS712 sangat cepat, dan sensor ini
bisa digunakan untuk alat pengendali beban listrik berprioritas.

4.2 Menghitung konstanta konversi arus


Penghitungan ini dilakukan untuk mengetahui berapa besar tegangan yang digunakan
dalam 1 ampere.
𝑉𝑠𝑒𝑛𝑠𝑜𝑟1 0,23𝑉
𝐾1 = = = 0,43 𝑉⁄𝐴
𝐼𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘1 0,53𝐴
𝑉𝑠𝑒𝑛𝑠𝑜𝑟2 0,52𝑉
𝐾2 = = = 0,57 𝑉⁄𝐴
𝐼𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘2 0,91𝐴
𝑉𝑠𝑒𝑛𝑠𝑜𝑟3 0,91𝑉
𝐾3 = = = 0,67 𝑉⁄𝐴
𝐼𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘3 1,34𝐴
𝑉𝑠𝑒𝑛𝑠𝑜𝑟4 1,30𝑉
𝐾4 = = = 0,72 𝑉⁄𝐴
𝐼𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘4 1,80𝐴
Untuk satuannya diartikan sebagai berapa banyak tegangan yang dipakai dalam 1 ampere.
𝑉𝑠𝑒𝑛𝑠𝑜𝑟𝑖
Untuk penghitungan selanjutnya, dapat digunakan rumus 𝐾𝑖 = 𝐼 ,
𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘𝑖

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


27

Tabel 4.3 Tabel Konstanta Konversi Arus

V I display
Lampu %Error K
Voltmeter ACS712
(W) (%) (V/A)
(V) (A)
100 0,23 0,53 1,7 0,43
200 0,52 0,91 1,1 0,57
300 0,91 1,34 1,47 0,67
400 1,30 1,80 0,5 0,72
500 1,72 2,26 0,5 0,76
600 2,14 2,64 2,9 0,81
700 2,64 3,08 3,2 0,86
800 2,99 3,54 2,5 0,84
900 3,50 3,95 3 0,89
1000 3,90 4,31 5 0,90
𝑥̅ 𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = 2,18 𝑥̅ 𝐾 = 0,74

Dari perhitungan konstanta konversi arus yang didapat nilai yang diperoleh untuk
konversi arus berkisar dari 0,43 V/A sampai 0,90 V/A. Pada Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa
semakin besar daya beban yang diberikan maka nilai konversi arusnya juga semakin
meningkat. Ini menjelaskan bahwa banyaknya tegangan yang terpakai dalam setiap 1 ampere,
dapat diambil rata-rata konstantanya sebesar 0,74 V/A.

4.3 Pemrograman Bahasa C CodeVision AVR


Untuk membaca besaran arus untuk menampilkannya pada komputer diprogram
aplikasi dengan menggunakan bahasa C Codevision avr.

Gambar 4.1 Tampilan Awal Editor Dan Compiler CodeVision AVR

Sebuah berkas program C terdiri dari beberapa unsur, yaitu dokumentasi program,
pengarah prapengolahan, bagian deklarasi global, sebuah fungsi main (), dan fungsi-fungsi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


28

buatan pemrogram. Masing-masing fungsi ini terdiri dari badan fungsi yang memuat
deklarasi local dan kode program yang dapat dieksekusi.
Dalam mengolah kode-kode program, compiler C melaksanakan beberapa tahapan
yaitu melakukan prapengolahan untuk melakukan persiapan yang diperlukan sebuah berkas
program kompilasi. Di dalam program pengarah prapengolahan diawali oleh karakter # yang
dituliskan pada baris-baris pertama program. Secara garis besar pelayanan prapengolah
dibagi dalam tiga kelompok :
1) Penyisipan berkas (#include),
2) Pendefenisian makro (#define), dan
3) Pengarah kendali compiler (#ifdef, #ifndef, dll)

4.4 Pengujian Rangkaian Mikrokontroler ATMega8535

Gambar 4.2 Rangkaian Mikrokontroler ATMega8535

Tegangan yang dikeluarkan dari catudaya sebesar 5V untuk memperoses kinerja


ATMega8535 (pada kaki 10 ATMega8535) dan LCD display (pada kaki 2 LCD display), dan
12V di hubungkan ke ACS712 (kaki 8), dan relay(kaki 3). ATMega8535 PortB.0, PortB.1,
PortB.2, PortB.3, dan PortD.2 di hubungkan ke Tr BD 139 sebagai kontrol beban. PortA.0
sebagai input dari sensor ACS712 (data analog). PortC.0 sampai PortC.7 di hubungkan ke
LCD display sebagai Output ( data Digital) tampilan digital. Sumber beban di hibungkan
pada PB- dan PB+ ACS712 untuk membaca arus yang melaluinya. Pembacaan arus oleh
ACS712 di kuatkan menggunakan IC LM 324 agar dapat di baca oleh ATMega8535.
ATMega 8525 di program untuk mengontrol Relay dengan ketentuan Arus di batasi sebesar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


29

5A. Ketika Penggunaan Arus melabihi 5A maka ATMega8535 akan menghidupkan relay
prioritas terendah. ATMega8535 akan tetap mempertahankan Arus di bawah 5A.

4.5 Isi Program Pada Codevision avr


Adapun isi program nya sebagai berikut,
#include <io.h>
#include <delay.h>
#include <stdio.h>
// Alphanumeric LCD functions
#include <aLCD.h>
// Voltage Reference: AREF pin
#define ADC_VREF_TYPE ((0<<REFS1) | (0<<REFS0) | (0<<ADLAR))
// Read the AD conversion result
unsigned int read_adc(unsigned char adc_input)
{
ADMUX=adc_input | ADC_VREF_TYPE;
// Delay needed for the stabilization of the ADC input voltage
delay_us(10);
// Start the AD conversion
ADCSRA|=(1<<ADSC);
// Wait for the AD conversion to complete
while ((ADCSRA & (1<<ADIF))==0);
ADCSRA|=(1<<ADIF);
return ADCW;
}
unsigned long I;
unsigned int iRata2,Data[30];
unsigned char Limit,x,k,g,h,j;
char buf[33];
void Display_Current(void)
{
if (I < 100){
LCD_gotoxy(0,1);LCD_putsf(" Current : 0. A");
LCD_gotoxy(13,1);

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


30

LCD_putchar(I/10 %10 + 0x30);


LCD_putchar(I %10 + 0x30);
}
if (I >= 100){
LCD_gotoxy(0,1);LCD_putsf(" Current : A");
LCD_gotoxy(11,1);
LCD_putchar(I/100 %10 + 0x30);
LCD_putchar('.');
LCD_putchar(I/10 %10 + 0x30);
LCD_putchar(I %10 + 0x30);
}
}
void main(void)
{
// Alphanumeric LCD initialization
// Characters/line: 16
LCD_init(16);
LCD_gotoxy(0,0);
LCD_putsf(" PRIORITY");
LCD_gotoxy(0,1);
LCD_putsf("LOADING CONTROL");
delay_ms(2000);
LCD_clear();
Limit = 50;
PORTB = 15 ;PORTD.2 = 1;
while (1)
{
I = read_adc(0);
iRata2 = 0; //nilai awal
for (j=1;j<21;j++){I = read_adc(0);Data[j]=I;delay_ms(10);} //membaca sensor ping
sebanya 10x dan simpan di data array
for (j=1;j<21;j++){iRata2 = iRata2+Data[j];}
I = (iRata2/20);
if (I < 50) {k = 88;}

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


31

if (I >= 50) {if (I < 80){k = 94;}}


if (I >= 80){if (I < 150){k = 130;}}
if (I >= 150){if (I < 220){k = 154;}}
if (I >= 220){if (I < 300){k = 161;}}
if (I >= 300){if (I < 420){k = 166;}}
if (I >= 420) {if (I < 500){k = 174;}}
if (I >= 500){if (I < 560){k = 178;}}
if (I >= 560){if (I < 700){k = 179;}}
if (I >= 700) {if (I < 770){k = 184;}}
if (I >= 770) {if (I < 900){k = 190;}}
if (I >= 900) {k = 200;}
I = (I * 100)/k;
Display_Current();
if (I/10 > (Limit-10)){if (x < 50){x=x+5;}}
if (I/10 < (Limit-40)){if (x > 0){x=x-5;}}
if (x == 0){PORTB = 15 ;PORTD.2 = 1;LCD_gotoxy(0,0);LCD_putsf(" NORMAL
LOADING");}
if (x == 20){PORTB.3 = 0;LCD_gotoxy(0,0);LCD_putsf(" PRIORITY 5 OFF");}
if (x == 30){PORTD.2 = 0;LCD_gotoxy(0,0);LCD_putsf(" PRIORITY 4 OFF");}
if (x == 40){PORTB.2 = 0;LCD_gotoxy(0,0);LCD_putsf(" PRIORITY 3 OFF");}
if (x == 50){PORTB.1 = 0;LCD_gotoxy(0,0);LCD_putsf(" PRIORITY 2 OFF");}
delay_ms(1000);
}
}

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


32

BAB V KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
1. Telah dirancang sebuah alat pengendali arus berbasis mikrokontroler ATMega8535
menggunakan sensor arus ACS712. Arus yang sibaca sensor dikonversi menjadi data
digital 10bit. Untuk mengetahui arus sebenarnya maka data digital harus dikalibrasi. Batas
arus pada rancangan ini ditentukan 5A, Sehingga jika arus mendekati 5A, maka program
akan muulai melakukan pemutusan beban.
2. Pengukuran arus yang menggunakan sensor arus ACS712 memiliki tingkat pengukuran
yang baik. Berdasarkan hasil percobaan terlihat nilai persentase error yang didapat
lumayan kecil.

5.2 Saran
1. Sebaiknya alat ditambahkan dengan rangkaian untuk mengurangi lonjakan arus pada saat
menghidupkan beban pertama kalinya.
2. Sebaiknya alat ditambahkan jalan pintas kalibrasi tanpa harus memprogram ulang lagi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


33

DAFTAR PUSTAKA

Cooper, Willian David. 1999. Instrumentasi Elektronik dan Teknik Pengukuran. Terjemah
oleh Ir. Sahat Pakpahan. Erlangga. Jakarta
Fauzi, Akhwaz, Trainer Mikrokontroler Atmega32 Sebagai Media Pembelajaran Pada Kelas
Xi Program Keahlian Audio Video Di Smk Negeri 3 Yogyakarta. Universitas Negeri
Yogyakarta.
Fraden, Jacob. 2003. Handbook of Modern Sensor, Physics, Designs, and Applications.
Springer. San Diego USA
Petruzella, Frank. 2001. Elektronika Industri. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Sudjadi, Suryawan, 2012. Rancang Bngun Sistem Monitoring Tegangan, Arus Dan
Temperatur Pada Sistem Pencatu Daya Listrik di Teknik Elektro Berbasis
Mikrokontroler Atmega 128. Universitas Diponegoro: Semarang.
Tooley, Mike. 2003. Rangkaian Elektronik Prinsip dan Aplikasi. Edisi Kedua. Penerbit
Erlangga. Jakarta.
http://www.Mengenal Peralatan Utama Instalasi Listrik Rumah.html
http://hgenius-electrical-eng.blogspot.com/2011/03/sensor-arus.html

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


34

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


35

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


36

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


37

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


38

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


39

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


41

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


42

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


43

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


44

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


45

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


46

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


47

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


48

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


49

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


50

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


51

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


52

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


53

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


54

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


55

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


56

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


57

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


58

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


59

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai