Anda di halaman 1dari 134

ANALISIS ENERGI DAN EXERGI KALINA CYCLE

SYSTEM (KCS) 11 DENGAN VARIASI FRAKSI MASSA


CAMPURAN AMMONIA-WATER DAYA 3 MW

SKRIPSI

oleh:

AGUS NOOR SIDIQ


04 03 02 0084

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA
Ganjil 2007/2008

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


ANALISIS ENERGI DAN EXERGI KALINA CYCLE
SYSTEM (KCS) 11 DENGAN VARIASI FRAKSI
MASSA CAMPURAN AMMONIA-WATER DAYA 3 MW

SKRIPSI

oleh:

AGUS NOOR SIDIQ


04 03 02 0084

SKRIPSI INI DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI SEBAGIAN


PERSYARATAN MENJADI SARJANA TEKNIK

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA
Ganjil 2007/2008

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul :

ANALISIS ENERGI DAN EXERGI KALINA CYCLE SYSTEM (KCS) 11


DENGAN VARIASI FRAKSI MASSA CAMPURAN AMMONIA-WATER
DAYA 3 MW

yang dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Sarjana Teknik pada
Program Studi Teknik Mesin Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Indonesia, sejauh yang saya ketahui bukan merupakan tiruan atau
duplikasi dari skripsi yang sudah dipublikasikan dan atau pernah dipakai untuk
mendapatkan gelar kesarjanaan dilingkungan Universitas Indonesia maupun di
Perguruan Tinggi atau instansi manapun, kecuali bagian yang sumber
informasinya dicantumkan sebagaimana mestinya. Skripsi ini dikerjakan oleh dua
mahasiswa : Agus Noor Sidiq ( KCS 11 ) dan Maulana Rifaldi ( KCS 34 )

Depok, 9 Januari 2008

Agus Noor Sidiq


NPM. 04 03 02 0084

ii

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


PENGESAHAN

Skripsi dengan judul :


ANALISIS ENERGI DAN EXERGI KALINA CYCLE SYSTEM (KCS) 11
DENGAN VARIASI FRAKSI MASSA CAMPURAN AMMONIA-WATER
DAYA 3 MW

dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Sarjana Teknik pada


Program Studi Teknik Mesin Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Indonesia. Skripsi ini telah diujikan pada sidang ujian skripsi pada
tanggal 3 Januari 2008 dan dinyatakan memenuhi syarat/sah sebagai skripsi pada
Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia.

Depok, 9 Januari 2008


Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr.-Ing. Ir. Nasruddin, M.Eng Ir. Rama Usvika, MSc.


NIP 132 142 259 PT. Rekayasa Industri

iii

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

Dr.-Ing.Ir. Nasruddin, M.Eng


Ir. Rama Usvika, MSc.
Ir. Harun Al Rosyid, MM MT

selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberi
pengarahan, diskusi dan bimbingan serta persetujuan sehingga skripsi ini dapat
selesai dengan baik.

iv

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


Agus Noor Sidiq Dosen Pembimbing
NPM 04 03 02 0084 I. Dr.-Ing.Ir. Nasruddin, M. Eng
Departemen Teknik Mesin II. Ir. Rama Usvika, MSc.

ANALISIS ENERGI DAN EXERGI KALINA CYCLE SYSTEM (KCS) 11


DENGAN VARIASI FRAKSI MASSA CAMPURAN AMMONIA-WATER
DAYA 3 MW

ABSTRAK

Pemanfaatan hasil panas buang suatu sistem pembangkit dapat


meningkatkan nilai efisiensi sistem. Siklus Kalina dapat menyediakan solusi
untuk membangkitkan daya dari hasil buangan panas pada suatu sistem
pembangkit listrik ataupun dari sumber panas bumi dengan temperatur
rendah. Untuk mempelajari aplikasi dan perancangan sistem termal yang
menggunakan Siklus Kalina digunakan suatu aplikasi pemodelan sistem
energi. Proses studi ini dilakukan dengan pembuatan simulasi sistem yang
dibantu oleh software Cycle Tempo 5.0 untuk mengetahui efisiensi dan energi
yang dapat dibangkitkan dari suatu sumber panas.

Suatu campuran fluida ammonia-water dimanfaatkan sebagai fluida kerja


dalam proses sistem siklus Kalina (KCS) 11. Untuk memperoleh daya dan
efisiensi maksimum yang dihasilkan sistem dilakukan proses optimasi pada
fraksi massa campuran fluida kerja ammonia-water dan tekanan keluar
turbin. Dari hasil pemodelan dan simulasi maka didapatkan suatu sistem
KCS 11 yang memiliki nilai tertinggi pada daya pembangkitan dan efisiensi.

Kata kunci: Exergi, Campuran Ammonia-water, KCS 11 , Optimasi

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


Agus Noor Sidiq Counsellor
NPM 04 03 02 0084 I. Dr.-Ing.Ir. Nasruddin, M. Eng
Mechanical Engineering Departement II. Ir. Rama Usvika, MSc.

ANALISIS ENERGI DAN EXERGI KALINA CYCLE SYSTEM (KCS) 11


DENGAN VARIASI FRAKSI MASSA CAMPURAN AMMONIA-WATER
DAYA 3 MW

ABSTRACT

The utilization of waste heat produced by power plant system will gain the
efficiency value for the system it self. Kalina cylce system gives a solution to
generate power from wasted heat or from geothermal with low temperature.
The modeling application on energy system is use to study the design of
thermal system that using Kalina cycle. The study of this process is done by
using Cycle Tempo 5.0, a simulating software, to get the data of the efficiency
and the energy that could be generated from heat source.

An ammonia-water mixture is used as a working fluid on Kalina cycle


system (KCS) 11. To get maximum power output and maximum efficiency,
the system will be optimize on the mass fraction of working fluid, ammonia-
water, and also the turbine output pressure. The result of the simulation is to
get the best performance of KCS 11 that have high power output and
efficiency.

Keywords: Exergy, Ammonia-water mixture, KCS 11, Optimization

vi

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


DAFTAR ISI

Halaman
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ii
PENGESAHAN iii
UCAPAN TERIMA KASIH iv
ABSTRAK v
ABSTRACT vi
DAFTAR ISI vii
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR LAMPIRAN xiv
DAFTAR SINGKATAN xv
DAFTAR ISTILAH / SIMBOL xvi
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1LATAR BELAKANG 1
1.2 PERUMUSAN MASALAH 2
1.3 TUJUAN PENELITIAN 2
1.4 BATASAN MASALAH 3
1.5 METODOLOGI PENELITIAN 3
1.6 SISTEMATIKA PENULISAN 4
BAB II DASAR TEORI 5
2.1 SIFAT-SIFAT TERMODINAMIKA AMMONIA-WATER
MIXTURE 5
2.2 DESKRIPSI SIKLUS KALINA 7
2.2.1 Proses Penguapan 9
2.2.2 Proses Absorpsi – Kondensasi 10
2.2.3 Proses Termodinamika Siklus Kalina 12

vii

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


2.3 KERJA DAN PRODUKSI ENTROPI 12
2.4 AVAILABILITY (EXERGY) 16
2.4.1 Dead State 16
2.4.2 Exergy untuk Sistem Tertutup 17
2.4.3 Perpindahan Exergy Dikaitkan dengan Perpindahan
Kalor 20
2.4.4 Keseimbangan Exergy untuk Massa Kendali 22
2.5 ANALISIS EXERGY VOLUME-KENDALI 24
2.5.1 Kerja-Reversible untuk Volume Kendali Steady-State 24
2.5.2 Fungsi Exergy untuk Volume Kendali 26
2.5.3 Keseimbangan Exergy untuk Volume Kendali Steady
State 26
2.6 EFISIENSI HUKUM-KEDUA ATAU EFEKTIVITAS 28
2.6.1 Hukum-Kedua Effisiensi 28
2.6.2 Efektivitas untuk Proses Steady-State 29
2.7 RANCANGAN OPTIMISASI 32
2.7.1 Objective Function 32
2.7.2 Constraint 32
2.7.3 Operating Condition v.s.Apparatus 33
2.7.4 Formulasi Matematis 35
2.8 METODE OPTIMASI 35
2.8.1 Metode Kalkulus 34
2.8.2 Metode Penelusuran 36
BAB III PEMBAHASAN TERMODINAMIKA KCS 11 37
3.1 DESKRIPSI KCS 11 37
3.2 APPARATUS SISTEM 39
3.3 PROSES PERHITUNGAN DENGAN CYCLE TEMPO 5.0 41
3.4 KESETIMBANGAN ENERGI PADA CYCLE TEMPO 42
3.4.1 Kesetimbangan Energi pada Heat Exchanger 42
3.4.2 Kesetimbangan Energi pada Kondenser 43
3.4.3 Kesetimbangan Energi pada Turbin 44
3.4.4 Kesetimbangan Energi pada Drain Tank 45

viii

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


3.4.5 Kesetimbangan Energi pada Pompa Cairan 45
3.4.6 Efisiensi Energi Sistem 46
3.5 KESETIMBANGAN EXERGI PADA CYCLE TEMPO 46
3.5.1 Kesetimbangan Exergi pada Heat Exchanger 47
3.5.2 Kesetimbangan Exergi pada Kondenser 49
3.5.3 Kesetimbangan Exergi pada Turbin 49
3.5.4 Kesetimbangan Exergi pada Drain Tank 50
3.5.5 Kesetimbangan Exergi pada Pompa Cairan 50
3.6 PARAMETER INPUT PERHITUNGAN 51
ENERGI DAN EXERGI
3.6.1 Parameter Input Perhitungan Energi dan Exergi pada Heat
exchanger 51
3.6.2 Parameter Input Perhitungan Energi dan Exergi pada pada
Kondenser 53
3.6.3 Parameter Input Perhitungan Energi dan Exergi Turbin 55
3.6.4 Parameter Input Perhitungan Energi dan Exergi Drain Tank57
3.6.5 Parameter Input Perhitungan Energi dan Exergi Pompa 59
BAB IV ANALISIS DAN HASIL SIMULASI KCS 11 60
4.1 SISTEM SIKLUS KALINA KCS 11 60
4.2 HASIL SIMULASI KCS 11 64
4.2.1 Optimasi Sistem KCS 11 64
4.2.2. Rangkuman Proses Optimasi KCS 11 73
4.3 ANALISIS ENERGI DAN EXERGI KCS 11 76
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 84
5.1. KESIMPULAN 84
5.2 SARAN 85
DAFTAR ACUAN 86
DAFTAR PUSTAKA 88
LAMPIRAN

ix

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1. T-x diagram ammonia-water mixture 6
Gambar 2.2. Tipe Siklus Kalina 8
Gambar 2.3. T-Q diagram proses boiling 10
Gambar 2.4. T-x diagram pada proses absopsi-kondensasi 11
Gambar 2.5. Volume kendali 13
Gambar 2.6. Skematik untuk pengembangan kerja-bermanfaat reversible 15
Gambar 2.7. Sistem tertutup 17
Gambar 2.8. Skematik pengembangan kerja reversible 18
Gambar 2.9. Plot T-S menunjukkan area mewakili perpindahan
exergy 21
Gambar 2.10. Plot T-S menunjukkan area dari perpindahan exergy 21
Gambar 2.11. Arah perpindahan kalor Q dan perpindahan exergy Q 22
Gambar 2.12. Kondisi steady-state alat penukar kalor antara 2 fluida tanpa
bercampur 31
Ganbar 2.13. Distribusi objective function, menunjukkan nilai
maksimum dan minimum 35
Gambar 3.1. Pemanfaatan Siklus Kalina Pada Bottoming Cycle
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi. 38
Gambar 3.2. Skema pemodelan KCS 11 40
Gambar 3.3. Diagram Proses Perhitungan Cycle Tempo 41
Gambar 3.4. (a) Skema Evaporator, (b) Preview hasil
perhitungan dengan Cycle Tempo 43
Gambar 3.5. Gambar skematik kondenser 43
Gambar 3.6. Gambar skematik turbin uap 44
Gambar 3.7. Proses ekspansi turbin uap 44
Gambar 3.8. Gambar skematik drain tank 45

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


Gambar 3.9. Gambar skematik pompa 45
Gambar 3.10. Proses penaikan tekanan cairan pada pompa 45
Gambar 3.11. (a) Skema Evaporator, (b) Preview hasil
perhitungan exergi dengan Cycle Tempo ,
(c) Kesetimbangan exergi pada heat exchanger 48
Gambar 3.12. Kesetimbangan exergi pada kondenser 49
Gambar 3.13. Kesetimbangan exergi pada turbin 49
Gambar 3.14. Kesetimbangan exergi pada drain tank 50
Gambar 3.15. Kesetimbangan exergi pada pompa cairan 50
Gambar 3.16. General heat exchanger 52
Gambar 3.17. T-Q diagram heat exchanger 52
Gambar 3.18. Skema model kondenser 53
Gambar 3.19. Gambar skematik drum 58
Gambar 3.20. Skematik model pompa 59
Gambar 4.1. T-x diagram proses pendidihan fluida kerja 61
Gambar 4.2. Grafik efficiency vs power 63
Gambar 4.3. Skematik turbin 64
Gambar 4.4. Grafik perbandingan power output 67
Gambar 4.5. KCS 11 dengan fraksi massa ammonia by weight 83.5%
sebelum optimasi 68
Gambar 4.6. KCS 11 dengan fraksi massa ammonia by weight 83.5%
setelah optimasi 69
Gambar 4.7. Perbandingan Power Output pada konfigurasi
fraksi massa 76
Gambar 4.8. Diagram aliran energi KCS 11 83.5 % ammonia
kondisi optimal 77

Gambar 4.9. Exergi delivered pada turbin 79


Gambar 4.10. Diagram Grassman KCS 11 83.5 % ammonia
kondisi optimal 80
Gambar 4.11. Exergi losses pada turbin 81
Gambar 4.12. Diagram Grassman pada turbin untuk sistem dengan
fraksi massa 83 % pada tekanan optimasi 9.2 bar. 82
Gambar 4.13. Nilai efisiensi exergi sistem terhadap tekanan optimasi 83

xi

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel III.1. Data Sumber Panas Bumi Pada Lahan Eksplorasi
LHD-4 dan LHD-5 37
Tabel III.2. Variabel-variabel pada Kondenser untuk EEQCOD = 1 54
Tabel III.3. Variabel-variabel pada Kondenser untuk EEQCOD = 2 54
Tabel III.4. Tipe-tipe turbin yang tersedia pada pemodelan Cyle Tempo 57
Tabel IV.1. Data energi dan exergi KCS 11 83.5 % sesudah optimasi 70
Tabel IV.2. Data energi dan exergi KCS 11 83.5 % sebelum optimasi 70
Tabel IV.3. Energi dan exergi flow Siklus Kalina 83.5 % 71
sesudah optimasi
Tabel IV.4. Energi dan exergi flow Siklus Kalina 83.5 % 72
sebelum optimasi
Tabel IV.5. Fraksi massa dan tekanan optimasi 73
Tabel IV.6. Optimasi pada tekanan 9.2 bar 73
Tabel IV.7. Optimasi pada tekanan 9.3 bar 74
Tabel IV.8. Optimasi pada tekanan 9.4 bar 74
Tabel IV.9. Optimasi pada tekanan 9.5 bar 74
Tabel IV.10. Optimasi pada tekanan 9.6 bar 74
Tabel IV.11. Optimasi pada tekanan 9.7 bar 75
Tabel IV.12. Optimasi pada tekanan 9.8 bar 75
Tabel IV.13. Optimasi pada tekanan 9.9 bar 75

xii

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Skema Hasil Simulasi


Lampiran 2 Tabel energi dan exergy flow serta exergy transmitted
Lampiran 3 Data Temperatur dan Tekanan Sumur Geotermal pada lahan
geotermal LHD-4 dan LHD-5 Lahendong Sulawesi Utara
Lampiran 4 Enthalpi-Concentration Diagram for Ammonia/Water Solution
from ASHRAE Handbook

xiii

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


DAFTAR SINGKATAN

Singkatan Keterangan Dimensi

AAR Ammonia Absorption Refrigeration -


APK Alat Penukar Kalor -
o
DLTH Delta Temperature High C
o
DLTL Delta Temperature Low C
HHV Higher Heating Value kW
HT Higher Temperature -
KCS Kalina Cycle System -
KE Kinetic Energy kJ
LHV Lower Heating Value kW
o
LMTD Log Mean Temperature Difference C
LT Lower Temperature -
PE Potential Energy kJ

xiv

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


DAFTAR SIMBOL

Simbol Keterangan Dimensi


A Luas perpindahan panas m2
E atau Ex Exergi kJ
e atau ex Exergi spesifik kJ/kg
g Percepatan gravitasi m/s2
h entalpi spesifik kJ/kg
H Entalpi kJ
I Irreversibility/exergi losses kJ
Ic Exergy losses pada kondenser kJ
Id Exergy losses pada drum kJ
Ih Exergy losses pada heat exchanger kJ
Ip Exergy losses pada pompa kJ
It Exergy losses pada turbin kJ
m massa kg
m& mass flow kg/s
P Daya kW
p tekanan bar
Q Kalor kJ
ρ Massa jenis kg/m3
s entropi spesifik kJ/kg
S Entropi kJ/oC
o
T Temperatur C
o
To Temperatur lingkungan C
o
Tj Temperatur boundary C
Po Tekanan lingkungan bar
U Koefisien Perpindahan Panas W/m2oC
W Kerja kJ
efisiensi %
ψ Rational efiiciency
Φ Availability pada sistem tertutup kJ
φ Spesifik availability sistem tertutup kJ
x Fraksi Massa %
z Ketinggian relatif m

xv

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Produksi listrik menjadi hal terpenting dalam kehidupan manusia pada
zaman sekarang. Pada dasarnya kebutuhan akan energi listrik di dunia akan
meningkat sesuai dengan pertumbuhan jumlah manusia. Menjadi hal yang penting
untuk melakukan penelitian pengembangan produksi listrik dengan metode yang
baru serta efektif dan juga efisien dari segi produksi dan dari segi biaya.
Siklus energi yang umumnya diperkenalkan adalah siklus uap /steam atau
siklus Rankine, siklus ini terus menerus dikembangkan untuk memperoleh nilai
efisiensi yang besar. Namun perkembangan dan metode yang digunakan untuk
menghasilkan energi listrik sudah establish atau sudah pada titik mapan. Dari
pemanfaatan siklus Rankine ini akan diperoleh nilai efisiensi kurang lebih sama,
siklus ini memiliki keterbatasan pada nilai temperatur yang tinggi karena fluida
yang digunakan adalah air yang kemudian dibuat menjadi uap /steam melalui
boiler yang memerlukan bahan bakar yang ketersediaannya semakin langka dan
mahal.
Pemanfaatan sumber panas yang dihasilkan oleh beberapa sumber panas
alternatif dapat dimanfaatkan membangkitkan generator untuk menghasilkan
energi listrik. Sumber panas yang rendah seperti panas bumi bertemperatur
rendah, panas buangan pada mesin diesel, pembakaran biomassa, bahkan pada
panas buangan dari power plant yang akan dimanfaatkan sebagai siklus bawaan,
bottoming cycle , untuk membangkitkan energi listrik.
Pengggunaan dari NH3 sudah lama mulai dari sebagai refrigeran untuk
siklus refrigerasi, dan lainnya. NH3 atau ammonia memiliki sifat-sifat
termodinamika yang dapat dimanfaatkan sebagai fluida pada siklus power plant

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


atau pembangkit listrik. Ammonia memiliki titik didih yang rendah sehingga akan
mudah menguap pada temperatur yang rendah, akan dicampurkan dengan air yang
memiliki dew point yang tinggi.
Kalina Cycle atau siklus kalina merupakan siklus tenaga listrik yang akan
memanfaatkan sifat termodinamika dari ammonia dan air atau dapat pula disebut
ammonia-water. Siklus ini secara komersial pertama kali didunia pada tahun 2000
di Islandia dan telah membuktikan keberhasilan dalam operasional dan
mendapatkan efisiensi yang lebih baik ketimbang pembangkit listrik lainnya yang
beroperasi pada temperatur yang rendah [1].
Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah memperoleh konfigurasi siklus
yang optimal dari kondisi awal serta analisis exergi dari sistem siklus kalina.
Dengan mengoptimalkan sistem akan meningkatkan efisiensi dan menghasilkan
daya yang optimal.

PERUMUSAN MASALAH
Pengembangan dari sistem Kalina Cycle masih sangat luas dikarenakan
siklus ini merupakan siklus non-konvensional dan masih dapat di optimalkan
berdasarkan pada sifat termodinamika ammonia-water. Analisis exergi diperlukan
untuk memperoleh optimalisasi sistem untuk menghasilkan energi listrik yang
lebih efisien.

TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian yang berbasis pada ilmu termodinamika dan optimasi
energi ini adalah:
1. mengetahui tingkat keberhasilan dan tingkat pendayaan dari sifat-
sifat termodinamika ammonia-water dalam sistem pembangkit
listrik KCS (Kalina Cycle System) 11.
2. melakukan analisis energi dan exergi dengan bantuan software
pemodelan Cycle Tempo dari TU Delft.
3. Melakukan optimasi sistem termal pada model KCS 11.

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


BATASAN MASALAH
Pada penelitian ini studi dan analisis yang dilakukan menggunakan
perhitungan dan simulasi sistem dengan bantuan software pemodelan sistem
termal CycleTempo. Pada proses perhitungan dan analisis pemodelan terdapat
beberapa batasan masalah dan asumsi yang digunakan yaitu:
1. Pada perhitungan setiap bagian sistem hanya diperhitungkan masalah
perhitungan termal (energi dan exergi) dan tidak memperhitungkan
permasalahan desain dimensional dari tiap bagian sistem.
2. Sistem yang dipakai berdasarkan sistem Kalina Cycle yang cocok
pada sumber panas yang rendah.
3. Pada komponen kondenser temperatur keluar secondary stream dalam
keadaaan cair jenuh.
4. Daya yang dihasilkan bernilai pada kisaran 3 MW.

METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Studi Literatur
Studi literatur merupakan proses pengumpulan bahan-bahan yang
berkaitan dengan materi bahasan yang berasal dari buku-buku dan
internet.
2. Pemahaman software
Pemahaman software sebagai alat bantu sangat penting untuk dapat
menghasilkan simulasi sistem termal pada Kalina Cycle yang tepat.
3. Pemodelan simulasi
Variasi pemodelan simulasi dilakukan pada konfigurasi sistem siklus
akan digunakan untuk mendapatkan hasil-hasil yang dapat
dibandingkan pada setiap konfigurasi tersebut.
4. Analisis dan kesimpulan hasil pengujian optimasi
Analisis yang dikerjakan merupakan hasil optimasi yang bertujuan
mengetahui kerugian /losses dan akan melakukan potential
improvement pada bagian tertentu pada sistem.

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


Hasil simulasi yang diperoleh kemudian diolah dan melakukan analisis
efisiensi kerja dari sistem tersebut. Perbandingan hasil pada setiap konfigurasi
campuran ammonia-water akan menghasilkan kesimpulan dari penelitian.

SISTEMATIKA PENULISAN
Bagian ini berisi latar belakang yang melandasi penulisan skripsi;
perumusan masalah; tujuan penulisan; pembatasan masalah; metodologi
penelitian; serta sistematika penulisan. Pokok bahasan, sasaran, dan ruang
lingkup penelitian yang akan dilakukan dijelaskan secara garis besar pada subbab
perumusan masalah, tujuan penulisan, serta pembatasan masalah. Sedangkan,
subbab metodologi penelitian, dan sistematika penulisan memberikan gambaran
awal tentang proses yang terjadi pada penelitian serta pembahasan isi skripsi
secara singkat.
BAB II. DASAR TEORI
Bagian ini berisi teori-teori termodinamika dan optimasi sistem energi
yang mendasari penelitian ini
BAB III. PEMBAHASAN TERMODINAMIKA KCS 11
Bagian ini berisi model-model komponen, parameter-parameter input yang
harus diberikan pada simulasi, dan metode perhitungan yang dilakukan oleh cycle
tempo 5.0. serta parameter energi dan exergi analisis.
BAB IV. ANALISIS DAN HASIL SIMULASI KCS 11
Bagian ini akan membahas data – data yang terkumpul dari variasi
konfigurasi campuran ammonia-water pada sistem termal yang memiliki efisiensi
exergi terbaik.
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil simulasi dan merefleksikannya
terhadap tujuan awal yang telah ditetapkan. Dan saran untuk pihak lain yang ingin
membahas lebih lanjut analisa exergi pada sistem termal Kalina Cycle.

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


BAB II
DASAR TEORI

2.1 SIFAT-SIFAT TERMODINAMIKA AMMONIA-WATER MIXTURE


Campuran ammonia-water memiliki sifat fisika dan kimia yang tidak
sama dengan fluida murni pembentuknya yaitu air dan amoniak. Jadi
pencampuran keduanya akan menghasilkan fluida dengan sifat fisika dan kimia
yang baru.
Esensi dari kemampuan ammonia-water mixture adalah untuk mendidih
dan mengembun pada temperatur yang bervariasi. Amoniak memiliki titik didih
dan titik embun yang rendah jika dibandingkan dengan air. Oleh karena itu,
pencampuran amoniak dan air akan menjadi lebih volatile (mudah menguap).
Maksudnya adalah ketika ammonia-water dipanaskan maka amoniak akan
terlebih dulu mendidih maka akan terjadi distilasi. Juga sebaliknya ketika
ammonia-water didinginkan maka air yang akan mengembun terlebih dulu.
Sifat unik inilah yang ditunjukkan pada gambar 2.1. Dengan memahami
diagram ini akan menjadi kunci mengenal siklus Kalina. Diagram tersebut
memplot temperatur vs. konsentrasi ammonia-water pada 20.7 bar-a (tekanan ini
ialah tekanan terendah dari kisarannya 20.7 – 31 bar-a)
Pada titik 1, 214 oC ialah titik saturasi (jenuh) air murni. Pada titik ini air
akan mendidih atau uap mulai mengembun. Sama halnya juga pada titik 2, 51 oC
ialah titik saturasi untuk amoniak.
Kurva bagian bawah diantara kedua titik tadi merupakan titik jenuh
(saturate) cairan, atau titik didih konsentrasi berbeda pada ammonia-water.
Disinilah letak awalnya penguapan terjadi ketika dipanaskan atau awal
kondensasi/pengembunan terjadi ketika didinginkan. Kurva bagian atas
merupakan titik jenuh (saturate) uap, atau titik embun (dew) penguapan komplit
atau awal pengembunan terjadi.

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


P = 300 psia (20.7 bar-a)

Gambar 2.1. T-x diagram ammonia-water mixture [2].

Ketika campuran ammonia-water menguap atau mengembun, diagram


fase tersebut akan menjelaskan prosesnya. Sebagai contoh pada titik 3, 84% cairan
campuran ammonia-water, yang merupakan campuran pada umumnya untuk
siklus Kalina. Ketika sumber panas dimasukkan, maka temperatur campuran
tersebut mulai meningkat. Ketika mencapai temperatur 57 oC, titik 4, campuran
mulai mendidih. Ingatlah yang pertama mulai mendidih adalah amoniaknya.
Setelah larutan ini mulai mendidih, tapi sebelum mencapai fully vaporize,
larutan tersebut sebenarnya memiliki dua komponen terpisah – yakni uap dan
cairan. Disebut dengan fase campuran/mix-phase. Sebagai contoh, pada
temperatur 110 oC fase campuran, larutan konsentrasi 84% pada titik 5. komponen
uap ditunjukkan pada titik 6, seperti yang telah dijelaskan fase campuran ini
memiliki 96% uap amoniak. Untuk komponen cairan pada titik 7 mengandung
sedikit konsentrasi amoniak yakni 42%.
Sumber panas memiliki temperatur maksimal yakni 116 oC. Proses
penguapan ammonia-water akan berhenti di sekitar titik 5, dengan masih adanya
cairan didalam uap. Oleh karena inilah digunakan separator (pemisah fase) untuk

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


tipe Siklus Kalina KCS 34 dan 34g yang digunakan pada geotermal temperatur
rendah. Separator ini untuk memastikan bahwa yang masuk kedalam turbin adalah
hanya uap saja pada titik 6.
Untuk penggunaan sumber panas yang tinggi, proses penguapan berlanjut
dari titik 5 menuju kurva uap jenuh bagian atas pada temperatur 143 oC, titik 8.
pada titik tersebut menandakan bahwa seluruh ammonia-water telah menguap,
dan uap ini mengandung 84% amoniak. Dan uap ini akan menjadi superheat atau
uap kering jika sumber panas memang benar-benar tinggi temperaturnya, titik 9.
proses penguapan telah dijelaskan dengan komplit dan pada proses pengembunan
maka prosesnya ammonia-water tinggal dibalik saja yakni didinginkan.
Fluida ammonia-water dapat disesuaikan untuk berbagai pemanfaatannya
dengan merubah tekanannya atau dengan merubah campuran konsentrasi
amoniaknya. Fleksibilitas ini untuk merubah fluida kerja sebagai penyesuaian
dari sumber panas dan temperatur pendinginan adalah kunci dari pemanfaatan
siklus Kalina.

2.2 DESKRIPSI SIKLUS KALINA


Siklus Kalina merupakan penemuan oleh DR. Kalina seorang ilmuwan
dari Rusia, Siklus Kalina merupakan pendekatan yang benar-benar baru untuk
meningkatkan efisiensi konversi. Keunggulan siklus Kalina berada pada proses
yang terjadi di dalamnya dengan temperatur yang bervariasi dan dapat dicocokkan
dengan temperatur jatuh pada sumber panas dengan kapasitas kalor yang terbatas,
mengurangi pertumbuhan entropi pada alat penukar kalor oleh fluida utama.
Kisaran temperatur pada proses pendidihan dari campuran ammonia-water dalam
proses Kalina pada 100°C.
Kalina cycle dapat pula dijelaskan dengan menyatukan teknologi pada
siklus Rankine dan juga teknologi AAR / ammonia absorption refrigeration.
Karena kedua teknologi ini telah terbukti telah dikembangkan selama bertahun-
tahun, maka siklus Kalina juga menghasilkan rancangan atau disain yang dapat
dipercaya dan terstandarkan.
Sementara itu siklus Kalina bercirikan yang khas yakni memanfaatkan
ammonia-water mixture sebagai fluida kerjanya. Maka setiap sistem didisain

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


untuk mengeksploitasi fluida kerja untuk memperoleh efisiensi yang lebih besar.
Dalam disain ini menghasilkan family pada sistem siklus kalina. Setiap disain
memiliki aplikasi sesuai pemakaiannya.

Gambar 2.2. Tipe Siklus Kalina [2].

Keterangan :
HE-1 dan HE-2 = Evaporator
HE-3 = HT Recuperator
HE-4 = LT Recuperator
HE-5 = Kondenser

Pada gambar 2.2 diatas, menunjukkan disain dari siklus Kalina. Pada
penilitian ini akan difokuskan pada siklus Kalina KCS 11. Cara kerja siklus
Kalina KCS 11 seperti ditunjukkan gambar 2.2 adalah sebagai berikut : kita awali
siklus dari Kondenser (HE-5), cairan jenuh yang keluar dari Kondenser adalah
campuran ammonia-water dengan fraksi massa dasar misalnya 84 % ammonia,
kemudian cairan dipompa oleh sebuah feed pump menuju HE-4, di HE-4 cairan
dipanaskan oleh fluida yang keluar dari turbin, setelah melalui HE-4 cairan
dipisahkan oleh splitter yang akan memisahkan aliran massa cairan menuju HE-2
dan HE-3, di HE-3 cairan dipanaskan kembali hingga hampir menuju titik
penguapan oleh fluida yang keluar dari turbin, demikian juga di HE-2 cairan
dipanaskan oleh brine water / sumber panas yang keluar dari HE-1 hingga
mencapai titik penguapan, kemudian aliran fluida dari HE-2 dan HE-3 dicampur
terlebih dahulu sebelum menuju HE-1, di HE-1 fluida campuran ammonia-water

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


dididihkan hingga mencapai superheat dengan mengambil kalor dari sumber
panas misalnya brine water, aliran uap panas ini kemudian menuju turbin untuk
menghasilkan daya listrik, fluida yang keluar dari turbin ternyata masih cukup
tinggi temperaturnya sehingga fluida ini dapat digunakan pada HE-3 dan HE-4
sebagai pemanas mula cairan yang akan menuju HE-1, selanjutnya fluida masuk
ke Kondenser dan terjadi proses kondensasi hingga mencapai cair jenuh campuran
ammonia-water dan selanjutnya dipompa kembali menuju HE-4 dan demikian
proses berulang terus.
Pada KCS 11 memiliki dua buah Evaporator untuk menguapkan semua
fluida kerja menjadi uap karena energi sumbernya besar sehingga cocok
digunakan pada temperatur geotermal 121-204oC, KCS 34 merupakan modifikasi
dari KCS 34g dengan efisiensi lebih besar (adanya recuperator) dan digunakan
pada temperatur lebih rendah sehingga penguapannya tidak sempurna dan harus
dipisahkan lagi dengan menggunakan separator (uap kaya amoniak menuju turbin,
sedangkan cairan miskin amoniak menuju HT Recuperator), sedangkan KCS 34g
dibuat dengan lebih sedikit heat exchanger, pada KCS 34g tidak ada Recuperator
sehingga fluida kerja yang menuju Evaporator tidak mengalami pemanasan mula
sehingga efisiensinya lebih rendah, fluida kerja yang keluar dari Evaporator
kemudian dipisahkan dengan Separator. Pertimbangan untuk KCS 34g untuk
pembangkit skala kecil dan fluida keluaran turbin dengan temperatur lebih rendah
sehingga langsung masuk ke Kondenser. Untuk KCS 34 cocok digunakan sebagai
combined power production sedangkan KCS 34g digunakan untuk plant yang
lebih kecil [1].
2.2.1 Proses Penguapan
Karena temperatur didih yang bervariasi, temperatur campuran ammonia-
water meningkat. didalam alat penukar kalor (heat exchanger) dengan aliran
berlawanan counterflow, akan mendekati garis lurus jatuh temperatur atas sensible
sumber panas. Hal tersebut di ilustrasikan oleh profil kurva temperatur
perpindahan kalor pada gambar 2.3. Gambar tersebut memperlihatkan proses
perpindahan kalor didalam alat penukar kalor (APK) Evaporator untuk
menguapkan 84% ammonia-water pada 300 psia dengan menggunakan KCS 11.

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


Gambar 2.3. T-Q diagram proses boiling [1].

Jika dibandingkan dengan fluida murni dengan temperatur titik didih yang
konstan membuat perbedaan yang jauh dengan kurva sumber panas. Pada gambar
2.3 fluida ammonia-water memulai prosesnya pada temperatur 680C dan terdapat
pinch point sebesar 40C pada suhu campuran 800C. Dengan demikian hanya
dibutuhkan lebih sedikit kalor untuk menguapkan campuran ammonia-water
dibanding fluida murni, sehingga campuran ini cocok digunakan untuk sistem
dengan low temperature sources.
Dari apa yang telah dibahas sebelumnya bahwa ketika fluida kerja
dipergunakan, nilai kerja pada mesin kalor akan tergantung pada temperatur
fluida, dan tidak lagi pada sumber panas yang sebenarnya. Cara yang paling
sederhana dalam membandingkan efektifitas fluida kerja adalah dengan
menggunakan temperatur fluida rata-rata sewaktu perpindahan kalor/panas untuk
menghitung losses/ kerugian pasa siklus yang diakibatkan oleh fluida.

2.2.2 Proses Absorpsi – Kondensasi

Kembali ke titik 5, 6 dan 7 di diagram fase pada gambar 2.1. asumsikan


pada titik-titik ini pada keadaan fluida ammonia-water akan memasuki separator .
Uap kaya amoniak 96 persen langsung masuk ke turbin, sementara cairan miskin

10

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


amoniak 42 persen tidak melewati turbin. Kedua aliran ini akan kembali menyatu
setelah dari turbin menjadi larutan 84 persen sebelum masuk ke condenser.
0 0
F C

Gambar 2.4. T-x diagram pada proses absopsi-kondensasi [2].

Pemisahan uap/cairan yang berada di turbin KCS 34g dan KCS 34


menjadikan keuntungan dari penyerapan-pengembunan dalam bentuk tekanan
lower relatif turbin. Mengarah pada gambar 2.4 yang menunjukkan diagram fase
untuk dua skenario pengembunan yang mungkin. Titik 1 merupakan keluaran
turbin mendekati kondisi uap jenuh. Jika larutan siklus tetap 96 persen amoniak,
kemudian uap keluaran turbin akan mengembun dari titik 1 ke titik 5, pada 10.1
bar-a garis cairan jenuh. Bagaimanapun juga, jika campuran kaya dan miskin
bersatu dari separator pada titik 4 sebelum masuk ke condenser , kemudian hasil
dari larutan 84 persen akan mengembun pada 8.8 bar-a kurva di titik 3, sehingga
temperatur pengembunan sama pada kedua tekanan tersebut, 27 oC, amoniak 84
persen mengembun pada 1.3 bar-a lower backpressure, menghasilkan ekspansi
lebih besar atas uap yang masuk ke turbin, 6 oC temperatur keluaran lebih dingin,
dan 16 sampai 18 persen kerja bertambah pada turbin.

11

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


2.2.3 Proses Termodinamika Siklus Kalina

Konversi kalor dari sumber panas dengan kapasitas kalor yang terbatas
mempunyai efisiensi yang rendah sehingga untuk pembangkit daya dengan
temperatur rendah akan sangat mahal jika digunakan untuk menangani laju
temperatur yang besar untuk menghasilkan daya yang sesuai.
Sumber panas atau heat sink terbatas dan sensible. Oleh karena itu,
temperatur dari sumber energi medium brine water geotermal mendingin ketika
memberikan energinya. Sama halnya juga medium sink ( Air atau udara) akan
memanas dengan menyerap energi.
Idealnya pemanfaatan sumber panas dan medium heat sink secara
langsung di dalam siklus/tanpa melalui alat penukar kalor lebih memiliki efisiensi
besar karena panas dari sumber langsung termanfaatkan pada turbin.
Bagaimanapun juga hal tersebut tidaklah memungkinkan, setidaknya pada
geotermal bertemperatur rendah. Mesin kalor seperti halnya turbin memerlukan
medium yang bergerak diantara sumber panas dan heat sink, medium tersebut
adalah fluida kerja. Sebuah turbin, di dalam siklus tertutup, melakukan kontak
langsung dengan fluida tersebut. Hal ini berarti kerja dari turbin, tidak hanya
ditentukan dari temperatur sumber panas dan heat sink saja tetapi ditentukan juga
oleh kalor yang dikandung oleh fluida kerja yang kontak langsung dengan turbin
tersebut.
Jika tidak diperoleh nilai temperatur yang mendekati medium sumber
panas dan heat sink maka hal terbaik yang harus dilakukan adalah mencari
medium fluida kerja yang bisa menyerupainya.

2.3 KERJA DAN PRODUKSI ENTROPI


Kerja yang dirubah menjadi tenaga untuk sebuah sistem dihitung dengan
menggunakan keseimbangan energi. Produksi entropi dihitung dari keseimbangan
entropi. Nilai entopi biasanya berhubungan dengan penurunan dari performa
sebuah sistem. Semakin besar produksi entropi, semakin jauh performa dari
sebuah sistem menyimpang dari keadaan ideal. Untuk menjelaskan pengaruh dari
produksi entropi pada kerja yang dipindahkan, akan sangat membantu untuk

12

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


mengembangkan persamaan yang secara langsung berhubungan dengan konsep
tersebut.
Persamaan untuk kerja reversible baik untuk sistem tertutup maupun
sistem terbuka adalah dengan menggabungkan persamaan steady-state untuk
keseimbangan energi dan keseimbangan entropi.

W& comp / exp

m& e
h
 e
s e
m& i  CONTROL VOLUME V
 e
hi  dEcv dS
dan cv  z e
 dt dt
si 
W& act ,out
Vi 
 ( Mechanical power)
z i  ….. …..

Ti , Q& i T j , Q& j Tn , Q& n

Gambar 2.5. Volume kendali terdapat perubahan energi oleh perpindahan kalor
Q& j pada temperatur permukaan Tj sepanjang permukaan kendali.

Gambar diatas ini menunjukkan volume kendali (control valume) yang


merubah energi oleh perpindahan kalor Q& j pada temperatur permukaan Tj

sepanjang permukaan kendali. Maka keseimbangan entropi untuk volume kendali


adalah

dScv n Q &
= ∑ si m& i − ∑ se m& e + ∑ + σ& cv .......................................................... (2.1)
j

dt in out j =1 T j

Dimana Q& j T j merupakan nilai perpindahan entropi oleh perpindahan kalor.

Persamaan keseimbangan energi adalah


 V2   V2 
= Q& + W& + ∑  h +
dEcv
+ gz  .m& i − ∑  h + + gz  .m& e ....................... (2.2)
dt in  2 i out  2 e

13

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


Dimana W& mewakili nilai dari segala bentuk perpindahan kerja, termasuk juga
kompresi dan kerja ekspansi.
Bagaimanapun juga, adalah penting untuk menentukan nilai dari bentuk
transfer kerja yang bermanfaat /useful ( W&u ) yang berhubungan dengan proses.
Useful work transfer didefinisikan sebagai total perpindahan kerja dikurangi kerja
yang dilakukan oleh atmosfer. Jika kita ketahui tekanan lingkungan atau atmosfer
dengan P0, yang akan bernilai konstan, maka kerja yang dilakukan oleh atmosfer
terhadap sistem adalah − P0 dV , dan

δ Wu = δ W − ( − P0 dV ) ..................................................................................... (2.3)
Untuk perubahan pada state terbatas /finite,

W&u = W& + P0 cv ................................................ (2.4)


dV
Wu = W + P0 dV atau
dt
Maka akan membuat hubungan yang dipakai untuk keseimbangan energi:

W& = W&u − P0 cv ............................................................................................ (2.5)


dV
dt
Langkah berkutnya adalah mensubtitusikan persamaan [2.5] ke persamaan
keseimbangan energi [2.2], kemudian persamaan keseimbangan entropi [2.1]
dikalikan dengan temperatur lingkungan T0. maka persamaan ini akan menjadi,

dT0 Scv n Q &


= T0 ∑ si m& i − T0 ∑ se m& e + T0 ∑ + T0σ& cv
j

dt in out j =1 T j

dan membuat keseimbangan entropi secara dimensional konsisten dengan


persamaan energi. Kemudian format baru dari keseimbangan entropi diatas
dikurangi dari format baru atas keseimbangan energi dan disusun kembali. Hasil
akhir untuk nilai kerja bermanfaat W&u adalah

 V2   V2 
W&u = ∑  h + + gz − T0 S  .m& e − ∑  h + + gz − T0 S  .m& i
out  2 e in  2 i
..................... (2.6)
 T  d ( E + PV − T0 S )cv
− ∑ Q& j 1 − 0
n
 + + T0σ& cv
0
 Tj dt
j =1  

Persamaan [2.6] adalah hubungan yang secara langsung berkaitan dengan


tenaga bersih yang bermanfaat dengan nilai produksi entropi di dalam sistem.

14

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


Persamaan umum ini dalam bentuk perpindahan massa, perpindahan kalor yang
berubah dalam volum kendali, dan irreversibility. Persamaan yang seperti inilah
yang akan dirubah menjadi bentuk dimana setiap persamaan dinyatakan dengan
fungsi availability / exergy.
Aplikasi pada persamaan [2.6] pada bagian dalam proses reversible, yang
mana produksi entropi adalah nol. Memberikan persamaan umum untuk nilai dari
kerja bermanfaat reversible W&rev ,u , ketika σ& cv = 0 , persamaan [2.6] berkurang

menjadi
 V2   V2 
W&rev ,u = ∑  h + + gz − T0 S  .m& e − ∑  h + + gz − T0 S  .m& i
out  2 e in  2 i
................. (2.7)
 T  d ( E + PV − T0 S )cv
− ∑ Q& j 1 − 0
n
 +
0
 Tj dt
j =1  
Persamaan ini akan digunakan pada tahap pengembangan berbagai bentuk dari
fungsi exergy.

Gambar 2.6. Skematik untuk pengembangan kerja-bermanfaat reversible

Kesulitan akan ditemui pada term ∑ Q& j 1 − (T0 T j )  pada persamaan [2.6]

dan [2.7], sehingga untuk mengatasi permasalahan ini, akan lebih baik jika T j
digantikan dengan sebuah angka temperatur konstan atau uniform pada batas
daerah aliran. Dalam hal ini persamaan [2.6] dapat dituliskan sebagai berikut
 V2   V2 
W&u = ∑  h + + gz − T0 S  .m& e − ∑  h + + gz − T0 S  .m& i
out  2 e in  2 i
..................... (2.8)
 T  d ( E + PV − T0 S )cv
− Q& j 1 − 0  + + T0σ& cv
0
 Tj dt
 

15

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


Dalam keadaan seperti ini dengan satu daerah temperatur T b dan daerah
lainnya dan termasuk atmosfer pada temperatur T0 diperlihatkan pada gambar 2.6.
Keadaan dimana lingkungan berlaku sebagai satu-satunya penampung atau
sumber dari perpindahan kalor merupakan hal penting dalam pengembangan
konsep dari availability /exergy.

2.4 AVAILABILITY (EXERGY)


Persamaan kerja aktual dan kerja reversibel sering diformulasikan dalam
term fungsi exergy untuk sebuah sistem terbuka dan sistem tertutup. Sampai saat
ini adalah penting untuk menentukan kerja potensial dari sebuah sistem pada state
tertentu menuju state kesetimbangan dengan lingkungan sementara sejumlah kalor
yang dipindahkan merupakan satu-satunya interaksi dengan lingkungan.

2.4.1 Dead State


Ketika sistem dan lingkungan berada pada kesetimbangan, tidak ada
perubahan state pada sistem secara mendadak yang bisa terjadi, dan dengan
demikian tidak ada kerja yang dilakukan. Karena proses yang telah dijelaskan di
atas memberikan kerja reversibel maksimum atau kerja potensial yang
berhubungan dengan state sebuah sistem maka ketika sistem dan lingkungannya
telah mencapai kesetimbangan satu sama lain, sistem dikatakan pada kondisi dead
state. Khususnya, sebuah sistem pada dead state secara termal dan mekanikal
setimbang dengan lingkungan pada T0 dan P0. nilai numerik (T0, P0)
direkomendasikan untuk dead state /kedudukan mati adalah yang berada pada
atmosfer standar, 298.15 K dan 1.01325 bar (1atm)
Syarat tambahan dead state adalah kecepatan dari fluida sistem tertutup
atau arus fluida adalah nol dan energi gravitasi potensial juga nol. Syarat ini akan
dipenuhi dengan merubah pengaturan beberapa ketinggian dari bumi, seperti
ketinggian air laut atau tanah menjadi nol. Pembatasan temperatur, tekanan,
kecepatan, dan karakter ketinggian adalah sebuah pembatasan dead state yang
berhubungan dengan kesetimbangan termomekanikal dengan atmosfer. Dengan
demikian pembatasan pada pengertian keseimbangan kimia dengan lingkungan

16

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


tidak dipertimbangkan. Sehingga, massa-kendali tidak diperbolehkan untuk
melewati atau bereaksi secara kimia dengan lingkungan. Kerja potensial pada
sistem relatif terhadap dead state, yang akan menukar kalor dengan lingkungan
disebut dengan exergy -termomekanikal pada state tersebut.
Metode yang digunakan untuk mengevaluasi exergy dan pertukaran exergy
untuk sistem tertutup dan sistem steady-state terbuka, seperti halnya proses
perpindahan kalor adalah dengan mengevaluasi perpindahan-exergy yang
berhubungan dengan interaksi kerja terhadap lingkungan. Konsekuensinya,
perpindahan-exergy yang berhubungan dengan perpindahan kerja nyata (tidak
termasuk kerja terhadap lingkungan) sama dengan kerja-bermanfaat itu sendiri.

2.4.2 Exergy untuk Sistem Tertutup


Situasi umum untuk sistem tertutup ditunjukkan oleh gambar dibawah ini.

Gambar 2.7. Sistem tertutup


Perpindahan kalor δ Q j melewati batasan sistem pada temperatur T j. Karena tidak

ada aliran arus yang dihubungkan dengan sistem tertutup [control mass (cm)],
sehingga kerja-bermanfaat netto menjadi
d ( E + PV − T0 S )cv  T 
W&u = − ∑ Q& j 1 − 0
n
 + T0σ& cv ........................................ (2.9)
0

dt  Tj
j =1  
Catat bahwa E dapat digantikan dengan U untuk sistem stationery, dan
simbol cv digantikan dengan cm.
Untuk perubahan state kondisi finite,
n  
δ W&u = d ( E + PV  δ Q& j + T0δσ& cv ................................. (2.10)
T
− T0 S )cv − ∑ 1 − 0
0 
j =1  Tj 

Integrasi dari persamaan di atas antara state 1 dan 2 pada sistem tertutup
menghasilkan

17

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


2
 T 
Wu = ∆E + P0 ∆V − T0 ∆S − ∫ 1 − 0  δ Q& + T0σ& cm
&
1
Tb 
.................... (2.11)
2
 T0  &
= E2 − E1 + P0 (V2 − V1 ) − T0 ( S 2 − S1 ) − ∫ 1 −  δ Q + T0σ&
1
Tb 

Terlihat Ti telah digantikan dengan Tb, temperatur batas adalah uniform


ketika perpindahan kalor terjadi. Inilha satu-satunya batasan pada pengembangan
dari persamaan di atas. Dalam basis unit-massa dapat dituliskan menjadi

&
2
 T 
Wu = ∆e + P0 ∆v − T0 ∆s − ∫ 1 − 0  δ q + T0σ& m
1
Tb 
........................ (2.12)
2
 T0 
= e2 − e1 + P0 (v2 − v1 ) − T0 ( s2 − s1 ) − ∫ 1 −  δ q + T0σ& m
1
Tb 
Persamaan ini akan mengevaluasi kerja-bermanfaat reversibel dengan
mengatur σ = 0 . Di dalam kondisi ini, persamaan memprediksi nilai maksimum
output kerja-bermanfaat atau nilai input minimum kerja-bermanfaat yang
berhubungan dengan perubahan kedududkan yang diberikan.
Aplikasi dari persamaan [2.11] dan [2.12] pada dasarnya untuk
menentukan perpindahan kerja-bermanfaat reversibel yang terjadi ketika sistem
tertutup merubah energi sebagai satu-satunya perpindahan kalor dengan
lingkungan pada T0. Keadaan seperti ini ditunjukkan oleh gambar di bawah ini,

Gambar 2.8. Skematik pengembangan kerja reversible

dimana boundary / batasan digambar mengitari sistem tertutup dan wilayah


perpindahan kalor. Perlu dicatat bahwa temperatur boundary Tb dimana
perpindahan kalor yang terjadi adalah seragam dan konstan. Dengan demikian ,
pengintegralan dari persamaan [2.11] dan [2.12] adalah nol jika keseluruhan

18

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


proses adalah reversibel, maka nilai dari juga nol. Sehingga persamaan [2.9]
menjadi
Wrev ,u = E2 − E1 + P0 (V2 − V1 ) − T0 ( S 2 − S1 ) .................................................. (2.13)

Persamaan ini memberikan penjelasan hubungan dari exergy pada sistem tertutup.
Exergy dari sebuah sistem tertutup pada state yang ditentukan
didefinisikan sebagai kerja output maksimum yang bermanfaat yang mungkin
diperoleh dari kombinasi sistem-atmosfer seperti halnya sistem berjalan dari state
setimbang yang diberikan terhadap dead state oleh sebuah proses dimana letak
perpindahan kalor terjadi hanya dengan atmosfer.
Untuk sistem tertutup yang berjalan dari state yang diberikan relatif
terhadap dead state dalam sebuah proses dimana perpindahan kalor terjadi hanya
dengan lingkungan, kerja bermanfaat reversibel diperoleh langsung dari
persamaan [2.13], maka hasilnya adalah
Wrev ,u = E0 − U + P0 (V0 − V ) − T0 ( S0 − S ) ..................................................... (2.14)

Dimana E0, V0 dan S0 merupakan properties dari sistem tertutup pada dead state.
Menurut standar konvensi penandaan, Wu = Wu ,in = −Wu ,out . Oleh karena itu, output

kerja-bermanfaat reversibel diberikan oleh tanda negatif dari persamaan [2.14].


menjadi
Wrev ,u ,out = E − U 0 + P0 (V − V0 ) − T0 ( S − S0 ) ................................................... (2.15)

Dimana ”output reversibel” menyatakan ”output maksimum”. Catat hasil


ini hanya terbatas pada dead state. Persamaan ini kemudian mengukur exergy
pada sistem tertutup. Exergy pada sistem tertutup diberikan simbol dan dapat
dihitung dari hubungan berikut ini
Φ = E − U 0 + P0 (V − V0 ) − T0 ( S − S0 )
..................................................... (2.16)
Φ = ( E + PV
0 − T0 S ) − (U 0 + PV
0 0 − T0 S0 )

Dimana E=U + KE + PE adalah total energi pada sistem tertutup. Dan kemudian
exergy spesifik dapat dituliskan sebagai berikut
Φ
φ= = e − u0 + P0 (v − v0 ) − T0 ( s − s0 ) ........................................................ (2.17)
m

19

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


Dimensi dan unit dari exergy dan exergy spesifik sama seperti energi dan energi
spesifik, secara berurutan. Dengan menggunakan persamaan [2.16] sebagai state
awal dan akhir 1 dan 2 pada sistem tertutup, didapat
∆Φ = ∆U + P0 ∆V − T0 ∆S = m ( ∆u + P0 ∆v − T0 ∆s ) ......................................... (2.18)

Persamaan [2.18] akan digunakan pada pengembangan keseimbangan exergy.

2.4.3 Perpindahan Exergy Dikaitkan dengan Perpindahan Kalor


Perpindahan entropi yang dikaikan dengan perpindahan kalor Q j melintasi
batasan sistem pada Tj digambarkan dengan nilai Qj/Tj. Perpindahan exergy juga
dikaitkan dengan perpindahan kalor. Pada temperatur TR maka
 T 
Wpot = Qηcarnot = Q 1 − 0 
 TR 
Dimana temperatur penampung adalah T0 pada lingkungan dan Wpot bernilai
positif. Tetapi kerja potensial pada kondisi relatif terhadap dead state adalah nilai
exergy-nya. sehingga
 T 
ΦQ , R = Q 1 − 0  ......................................................................................... (2.19)
 TR 
Q,R simbol dari perpindahan exergy yang berkaitan dengan
perpindahan kalor Q masuk atau keluar pada sistem tertutup dengan temperatur T R
konstan.
Persamaan untuk Q,R memilki intepretasi sebagai berikut pada TS diagram
gambar 2.9. Pertama, persamaan [2.19] dapat dituliskan seperti
Q
ΦQ , R = Q − T0   = Q − T0 ∆S R
 TR 
Dimana
tertutup pada temperatur konstan TR. Setiap variabel persamaan diatas diwakili
oleh area kotak pada gambar 2.9 dan perpindahan kalor Q= TR. R.

20

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


T TR

Area = Φ Q , R
Area
=Q
To

Area = To ∆S R

∆S R S
Gambar 2.9. Plot T-S menunjukkan area mewakili perpindahan exergy
dikaitkan dengan perpindahan kalor dari sistem tertutup pada
temperatur konstan TR

Pada situasi umum dimana temperatur sistem tertutup bervariasi selama


proses berlangsung, seperti perubahan temperatur konstan yang ditunjukkan pada
gambar 2.10 (a) dibawah ini.
2
δQ j
T T P=constant
2
Tj
1 1 Total
dS
Area = Φ Q Area = Q

To
To
Area = To ∆S
S
S
(a) (b)
Gambar 2.10. Plot T-S menunjukkan area dari perpindahan exergy

Kita harus mempertimbangkan penambahan perpindahan kalor Qj yang


dipindahkan dari sistem pada temperatur Tj serta kerja reversibel untuk
penambahan pada perpindahan kerja, sehingga persamaannya adalah
 T  T0 .δ Q j
δ Wrev =  1 − 0  δ Q j = δ Q j −
 T Tj
 j 
Pada proses terbatas antar state 1 dan 2, sehingga :
2
 T 
Φ Q = ∫ 1 − 0  δ Q j ..................................................................................... (2.20)
 T
1 j 

21

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


Q didefinisikan sebagai perpindahan exergy yang berkaitan
dengan perpindahan kalor Q ke dan dari sistem tertutup yang uniform pada
temperatur Tj. Temperatur batas adalah uniform ketika perpindahan kalor terjadi,
temperatur batasnya dapat diwakili oleh Tb, sehingga persamaannya menjadi
2
 T 
ΦQ = ∫ 1 − 0  δ Q ...................................................................................... (2.21)
1 
Tb

Untuk perpindahan exergy φQ pada basis unit massa, dapat ditulis dengan
2
 T 
φQ = ∫ 1 − 0  δ q j ....................................................................................... (2.22)
 Tj
1 
Hal penting dari persamaan [2.20] dan [2.22] adalah jika temperatur sistem
(TA) lebih besar dari T0, maka sistem mendapat exergy ketika perpindahan kalor
ke sistem, dan sebaliknya. Bagaimanapun juga, jika temperatur sistem T A lebih
kecil dari T0, kemudian terjadi kerugian exergy sistem ketika perpindahan kalor
ke sistem. Jadi aliran energi dan aliran exergy berlawanan arah, ditunjukkan pada
gambar dibawah ini.

Gambar 2.11. Arah perpindahan kalor Q dan perpindahan exergy Q

2.4.4 Keseimbangan Exergy untuk Massa Kendali


Persamaan [2.9] dikembangkan untuk mencari nilai kerja-bermafaat Wu
yang berkaitan dengan sistem tertutup dimana perpindahan kalor Q j melintasi
permukaan kendali pada temperatur uniform Tb dan hasilnya adalah
 T  d ( E + PV − T0 S )cv
W&u = −∑ Q& j 1 − 0
n

+ + T0σ& cm
0

j =1  Tb  dt

22

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


Untuk sistem tertutup stationery, energy kinetik dan energi potensial tidak
berubah, dan E dapat digantikan dengan U. Untuk perubahan finite pada state
pada kasus ini adalah
2
 T 
W&u = − ∫ 1 − 0 δ Q& + ( ∆U + P0 ∆V − T0 ∆S ) + T0σ& cm ..................................... (2.23)
1 
Tb
Tapi term kedua bagian kanan didefinisikan oleh persamaan [2.20] sebagai Q,

dan term kedua bagaian kanan didefinisikan oleh persamaan [2.18] sebagai
dan yang terakhir didefinisikan sebagai irreversibility Icm didalam sistem tertutup.
Maka persamaan tersebut menjadi
∆Φ cm = ΦQ + Wu − I cm .................................................................................. (2.24)

Disini Icm mengukur exergy (availability) destruction/ penghancuran ketersediaan


didalam sistem tertutup. Dengan kata lain, persemaan tersebut menyatakan bahwa
 availability   availability 
 availability       awailability 
 change of a  =  transfer with  +  transfer with  −  destruction 
   
 controll mass   heat transfer   useful work   within CMs 
  into system  
   into system 

Dengan demikian persamaan [2.23] dan [2.24] menyatakan keseimbangan


exergy untuk massa kendali yang berkaitan dengan perpindahan kalor dan
interaksi kerja.
Semua irreversibility akan menghancurkan exergy dan dapat dievaluasi
langsung dari keseimbangan exergy dengan menuliskan persamaan [2.24] dengan
format
I cm = Wu − ( ∆Φ cm − ΦQ ) ............................................................................... (2.25)

Sebagai tambahan, persamaan diatas dapat ditulis sebagai interaksi kerja. Untuk
proses reversibel, dimana Icm = 0.
Wrev ,u = ( ∆Φ cm − Φ Q )

Subtitusi pada persamaan diatas untuk Wrev,u ke persamaan [2.25] akan


menghasilkan
I cm = Wu − Wrev ,u ............................................................................................. (2.26)

23

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


Kedua hubungan diatas untuk I adalah ekivalen terhadap persamaan
[2.24]. dan juga berguna dalam menghasilkan persamaan spesifik untuk
irreversibility terhadap proses perpindahan kalor yang berasal dari persamaan
[2.24]. Untuk perpindahan panas, baik cm dan Wu adalah bernilai nol. Oleh
sebab itu perpindahan kalor antara dua wilayah dengan temperatur diketahui,
keseimbangan exergy menjadi
I Q = Φ Q ,in − Φ Q ,out ..................................................................................... (2.27)

Perpindahan exergy ini dikaitkan dengan perpindahan kalor pada boundary


perpindahan-kalor adalah semata-mata menentukan irreversibility di dalam
wilayah.
Peningkatan entropi pada sistem terisolasi menyatakan bahwa
∆Sisol = σ isol ≥ 0

Sama halnya, ketika Q dan W adalah nol pada sistem terisolasi, keseimbangan
exergy oleh persamaan [2.24] menjadi
∆Φ isol = − I isol ............................................................................................... (2.28)

Karena Iisol harus selalu bernilai positif pada proses aktualnya, maka nilai exergy
berubah untuk sistem terisolasi menjadi negatif. maka
∆Φisol ≤ 0 .................................................................................................... (2.29)
Ini adalah rumus untuk peningkatan pada prinsip entropi sistem terisolasi

2.5 ANALISIS EXERGY VOLUME-KENDALI


Rumus untuk kerja-reversible dan arus exergy akan menghadirkan
keseimbangan exergy untuk volume kendali pada steady state.
2.5.1 Kerja-Reversible untuk Volume Kendali Steady-State
Pengembangan secara umum pada kerja revrsible untuk volume kendali
steady state berasal dari pengembangan persamaan [2.9] yang menunjukkan
volume kendali yang memiliki perpindahan kalor Qj pada temperatur boundary Tj.
Persamaan umum untuk kerja-bermanfaat pada situasi ini adalah :

24

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


 V2   V2 
W&u = ∑  h + + gz − T0 S  .m& e − ∑  h + + gz − T0 S  .m& i
out  2 e in  2 i
 T  d ( E + PV − T0 S )cv
− ∑ Q& j 1 − 0
n
 + + T0σ& cv
0
 Tj dt
j =1  
Jika situasi menjadi keadaan steady state, proses steady-flow (sf), term terakhir
pada bagian kanan pada perasamaan diatas adalah nol, hal ini dari pengertian
steady state. Konsekuensinya,

 V2   V2 
W&sf = ∑  h + + gz − T0 S  .m& e − ∑  h + + gz − T0 S  .m& i
out  2 e in  2 i
…………. (2.30)
 T 
− ∑ Q& j 1 − 0
n

 Tj  + T0σ& cv
j =1  
Dengan sf menandakan bahwa keadaan yang mewakili ”steady state,
steady flow”. Perlu dicatat kalau kerja-bermafaat dan kerja shaft adalah sama pada
kasus ini, karena P0 V = 0 maka kerja reversible berhubungan dengan proses
reversible internal dengan nilai σ& cv adalah nol. Oleh karena itu volume kendali
dalam keadaan steady state,

 V2   V2 
W&sf ,rev = ∑  h + + gz − T0 S  .m& e − ∑  h + + gz − T0 S  .m& i
out  2 e in  2 i
............. (2.31)
 T 
− ∑ Q& j 1 − 0
n

 Tj 
j =1  
Akhirnya, untuk sistem dimana massa masuk pada state 1 dan meninggalkan
volume kendali pada state 2, persamaan di atas dapat dituliskan dalam basis unit
massa, sbb

 V2   V2 
wsf ,rev = ∑  h + + gz − T0 S  − ∑  h + + gz − T0 S 
out  2 e in  2 i
........................ (2.32)
n  T 
− ∑ q j 1 − 0 
 Tj
j =1  

25

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


Persamaan [2.31] dan persamaan [2.32] mampu untuk mengevaluasi kerja
reversible untuk volume kendali steady state. Persamaan ini akan memberikan
output kerja maksimum atau input kerja minimum seperti fluida-compressible
melalui volume kendali.

2.5.2 Fungsi Exergy untuk Volume Kendali


Pada dead state untuk aliran yang melalui volume kendali menyatakan
tidak hanya keseimbangan termal dan mekanikal fluida pada temperatur T 0 dan P0
tetapi juga energi kenetik pada dead state adalah nol relatif terhadap langkungan
(fluida tidak bergerak). Dengan demikian, energi potensial harus bernilai
minimum. Jadi, nilai ketinggian adalah sama dengan ketinggian tanah
Arus / stream exergy dari fluida dalam aliran steady didefinisikan sebagai
output kerja maksimum yang dapat dicapai fluida pada perubahan reversible dari
kedudukan awal ke dead state dalam proses dimana sejumlah perpindahan-kalor
terjadi semata-mata dengan atmosfer.
Dari dasar persamaan [2.32] arus exergy diukur dengan (h + ke + pe +T0s)
pada kedudukan awal relatif terhadap dead state. Arus exergy memiliki simbol
m
ψ = ( h + ke + pe + T0 s ) − ( h0 + pe0 + T0 s0 )
V2 ................................................. (2.33)
= h − h0 − T0 ( s − s0 ) + + gz
2
Dimana z diukur relatif terhadap z0 dan pe0 = z0.
Volume kendali dengan jumlah inlet dan outlet lebih dari satu, persamaan [2.31]
dapat dituliskan sebagai berikut,
 T 
W&sf ,rev = ∑ψ e .m& e − ∑ψ i .m& i − ∑ Q& j 1 − 0
n

 Tj  .............................................. (2.34)
out in j =1  
Dimana e dan i adalah exit dan inlet pada arus.

2.5.3 Keseimbangan Exergy untuk Volume Kendali Steady State


Persamaan [2.6] dikembangkan untuk mencari nilai kerja-bermanfaat
W&net,u yang dihubungkan dengan volume kendali unsteady-state dimana kalor

yang dipindahkan Qj melewati permukaan kendali pada temparatur Tj dibeberapa

26

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


lokasi. Ketika persamaan ini digunakan untuk situasi steady state, properti di
dalam persamaan ini invariant dengan waktu. Maka hasilnya, persamaan umum
berkurang menjadi,

 V2   V2 
W&act ,u = ∑  h + + gz − T0 S  .m& e − ∑  h + + gz − T0 S  .m& i
out  2 e in  2 i
............. (2.30)
 T 
− ∑ Q& j 1 − 0
n

 Tj  + T0σ& cv (steady state)


j =1  
Penyajian terakhir untuk term inlet dan exit dapat digantikan fungsi arus
exergy. Pada term akhir bagian kanan adalah perpindahan exergy dikaitkan
& Q , dan term akhir T σ& mengukur irreversibility di
dengan perpindahan kalor Φ 0 cv

dalam volume kendali, sehingga hasilnya, setelah disusun,

∑ψ e
& Q − W&act − I&cv
.m& e − ∑ψ i .m& i = Φ (steady state) .................... (2.35)
out in

Dalam kata-kata persamaan ini menyatakan


 Net rate of   rate of   rate of 
 transfer of   availability   availability   rate of 
     
 availability 
 availability out of  =  transfer with  +  transfer with  −  
       destruction within 
 a controll volume   heat transfer   work transfer   a control volume 
 with mass flow   into the CV   into the CV   
     

Baik persamaan [2.30] dan persamaan [2.35] mewakili keseimbangan exergy


untuk volume kendali steady state. Kerja shaft ke volume kendali selalu
meningkatkan nilai exergy terhadap massa yang melintas, sementara internal
irreversibility selalu menurunkan arus exergy. Dalam unit massa untuk volume
kendali dengan satu inlet dan satu exit maka persamaannya menjadi
ψ 2 − ψ 1 = φQ − wact − icv .............................................................................. (2.36)
Dimana φQ = ∑ q j (1 − T0 T j ) . Serupa pada pengembangan sistem tertutup,

persamaan [2.36] dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa


isf = wsf − wref ,sf atau I&sf = W&sf − W&ref ,sf ................................ (2.37)

27

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


Ini merupakan metode untuk menentukan irreversibility dalam keadaan volume
kendali steady-state dengan mengevaluasi perbedaan antara kerja shaft aktual dan
kerja reversible.
Rumus terakhir term ∑ Q (1 − T
j 0 Tj ) pada persamaan [2.30] atau term ekivalen φQ

pada persamaan [2.36] akan sangat sulit untuk dievaluasi jika nilai Q& dan Tj tidak
diketahui pada setiap posisi di boundary dari volume kendali. Untuk
menghindarinya, diasumsikan dengan alasan yang tepat untuk menggantikan
variabel temperatur permukaan Tj dengan temperatur boundary Tb , sehingga
 T   T0 
Φ Q , R = ∑ Q& j  1 − 0  ≈ Q&  1 −  ........................................................... (2.38)
 T
j  j   Tb 
Nilai dari Tb biasanya adalah rata-rata dari temperatur inlet dan outlet.

2.6 EFISIENSI HUKUM-KEDUA ATAU EFEKTIVITAS


Hukum pertama effisiensi , mengekspresikan rasio dari kuantitas energi.
Pada konsep exergy digunakan hukum kedua effisiensi II atau hukum kedua
efektifitas . Pada hukum pertama mengatakan bagaimana energi digunakan
dibandingkan dengan proses ideal sedangkan efektifitas mengindikasikan
bagaimana exergy digunakan.

2.6.1 Hukum-Kedua Effisiensi


Hukum pertama dan kedua dari effisiensi berbeda satu sama lainnya.
Hukum pertama berdasar pada prinsip kekekalan energi. Di lain sisi entropi dan
exergy dari pandangan hukum-kedua adalah sifat yang tidak kekal. Dengan
kehadiran irreversibility, entropi dihasilkan dan exergy dimusnahkan. Efek
pembentukan diukur dengan produksi entropi
irreversibility I. Oleh kerana itu hukum-kedua effisiensi mengukur kerugian /
losses selama proses berlangsung. Definisi umum dari hukum-kedua efektifitas
(atau II) adalah

28

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


useful availability out
ε=
availability in
................................................... (2.39)
availability destruction and losses
=1 −
availability input
Dimana kerugian menyatakan prpindahan nonuseful /tidak-bermanfaat melintasi
boundary. Pendekatan selanjutnya untuk perangkat steady-state, adalah
rate of availability output
ηII = ε = ............................................................. (2.40)
rate of availability input
Hukum kedua menekankan pada fakta bahwa bentuk dari dua kuantitas
energi yang sama bisa memiliki nilai exergy yang berbeda. Energi ini merupakan
nilai ”berat” menurut exergy-nya. Tidak seperti hukum-pertama effisiensi,
efektifitas mengukur kerugian dalam kapasitas kerja selama proses berlangsung.
Sebagai contoh untuk penggunaan konsep exergy pada analisa hukum-kedua,
sebuah mesin kalor yang beroperasi diantara dua reservoir termal pada T H dan TL.
Untuk keadaan siklus aktual (reversible) Wact = th,act.QH . Jika siklusnya adalah
reversible, maka :
 T 
Wref = ηCarnot .QH = 1 − L  QH
 TH 
Karena exergy dikaitkankan dengan kerja shaft, dan nilai dari kerja shaft itu
sendiri dapat didefinisikan dari efektivitas dari siklus power dengan rasio exergy-
nya Wact Wrev . Maka,

Wact ηuh ,act ηuh ,act


ε= = = .................................................................. (2.41)
Wrev ηCarnot 1 − (TL TH )

2.6.2 Efektivitas untuk Proses Steady-State


Pada rumus keseimbangan exergy keadaan steady-state
∆ψ = φQ − wact − icv ....................................................................................... (2.36)

Nilai efektifitas C untuk kompresor atau P untuk pompa didefinisikan sebagai


perubahan (peningkatan) dari exergy fluida dibagi dengan input kerja aktual.
Maka,

29

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


ψ e −ψ i i − φQ
εC = ε P ≡ = 1− ..................................................................... (2.42)
wact ,in wact ,in
Dimana semata-mata perpindahan kalor hanya dengan lingkungan. Ketika
perpindahan kalor diabaikan persamaan diatas menjadi

ψ e − ψ i wact ,in − i
εC = ε P ≡ = (adiabatik) ................................ (2.43)
wact ,in wact ,in
Untuk turbin didefinisikan T berkebalikan dengan C. Maka,
wact ,out i − φQ
εT ≡ = 1− ......................................................................... (2.44)
ψ i −ψ e ψ i −ψ e
Dimana terjadi sejumlah perpindahan kalor dengan lingkungan. Untuk turbin
adiabatik adalah
wact ,out wact ,out
εT ≡ = (adiabatik) .................................... (2.45)
−∆ψ wact ,out + i

Keseimbangan exergy untuk nozzle adalah ψ 1 = ψ 2 + i . Hukum-kedua efektivitas


nozzle N berdasarkan output/input adalah
ψ 2 ψ1 − i
εN ≡ = (adiabatik) ………………………. (2.46)
ψ1 ψ1
Kerugian exergy pada nozzle subsonic biasanya sangat kecil. Persamaan ini juga
dapat digunakan pada proses di throttling, karena sekali lagi q dan w adalah nol.
Maka,
ψ 2 ψ1 − i
ε throttle ≡ = ……………………………………………………... (2.47)
ψ1 ψ1
Dalam hal ini i 1, yang menandakan kerugian
yang besar dalam kerja potensial untuk fluida.
Kategori akhir, simak kalor berpindah diantara dua fluida tanpa
bercampur. Gambar 2.12 menunjukkan kondisi steady-state alat penukar kalor
dengan aliran massa m& h dan m& c untuk aliran panas dan dingin.

30

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


Gambar 2.12. Kondisi steady-state alat penukar kalor antara 2 fluida
tanpa bercampur

Abaikan kalor yang berpindah ke lingkungan, kerugian exergy yang terjadi


di dalam alat adalah (1) kerugian karena perpindahan kalor melintasi perbedaan
temperatur finite (2) kerugian karena gesekan. Nilai persamaan exergy untuk
keadaan ini adalah
0 = m& c (ψ 2 − ψ 1 ) + m& h (ψ 4 − ψ 3 ) + I&cv

Cara mengukur efektivitas dari alat penukar kalor ini ditandai dengan
peningkatkan exergy pada aliran dingin dan menurunnya exergy pada aliran panas.
Maka,
m& c (ψ 2 − ψ 1 )
ε= (heat exchanger) …………………………….. (2.48)
−m& h (ψ 4 − ψ 3 )
Fluida dingin pada keadaan awal 1 dan fluida panas pada keadaan awal 2.
keseimbangan fluidanya adalah
0 = m& 3ψ 3 − m& 1ψ 1 − m& 2ψ 2 + I&cv

Dimana m& c = m& 1 dan m& h = m& 2 . Persamaan ini dapat dituliskan menjadi

m& h (ψ 2 − ψ 3 ) = m& c (ψ 3 − ψ 4 ) + + I&cv

Sama halnya dengan alat penukar kalor diatas, efektivitas untuk


percampuran langsung dapat difinisikan dari kenaikan exergy dari fluida dingin
yang masuk dibagi dengan penurunan exergy dari fluida panas, sehingga
m& c (ψ 3 − ψ 1 )
ε= (mixing) ……………………………… (2.49)
m& h (ψ 2 − ψ 3 )

31

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


2.7 RANCANGAN OPTIMISASI
Proses optimisasi diharapkan akan memperoleh sebuah hasil rancangan
yang optimal atau subdomain dimana hasil optimal berada, dan rancangan akhir
sistem diperoleh pada solusi dasar ini. Sebuah rancangan optimal juga harus
memenuhi persyaratan dan batasan (constraints), sehingga rancangan yang dipilih
adalah yang dapat diterima atau dapat berjalan (workable).

2.7.1 Objective Function


Dalam sebuah proses optimasi diperlukan spesifikasi dari nilai sebuah
besaran atau sebuah fungsi yang akan menjadi bahan untuk dilakukan
maksimalisasi atau minimalisasi. Hal ini disebut sebagai objective function, dan
menggambarkan aspek atau ciri-ciri yang merupakan bagian perhatian utama dari
kondisi yang diberikan. Objective function yang akan dioptimasikan pada sistem
termal biasanya berdasarkan pada sifat-sifat dibawah ini [4]:
1. berat
2. ukuran, volume
3. laju konsumsi energi
4. laju perpindahan kalor
5. efisiensi
6. overall profit
7. cost incured
8. environmental profit
9. durability and dependability
10. safety
11. system performance, output delivered
proses optimisasi mencari nilai variasi rancangan untuk memperoleh objective
function yang minimal atau maiksimal, tanpa melebihi constraint.

2.7.2 Constraint
Nilai constraint diberikan pada permasalahan rancangan yang muncul
dikarenakan adanya pembatasan pada kisaran variabel fisik, dan juga karena
prinsip dasar kesetimbangan energi yang harus terpenuhi. Pembatasan ini bisa

32

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


karena ruang, peralatan, dan material yang digunakan. Akibatnya, terjadi batasan
dimensi dari sistem, temperatur tertinggi yang bisa dicapai untuk keselamatan,
tekanan yang diizinkan, laju aliran material, gaya yang dihasilkan dan lain-lain.
Ada dua tipe constraint, equality dan inequality constraint. Seperti namanya
equality /kesamaan, merupakan persamaan yang mungkin dapat dituliskan seperti
G1 ( x1 , x2 , x3 ,..., xn ) = 0
G2 ( x1 , x2 , x3 ,..., xn ) = 0
.
.
.
Gn ( x1 , x2 , x3 ,..., xn ) = 0
Sama juga halnya dengan inequality constraint mengindikasikan nilai maksimum
dan nilai minimum dari fungsi dan mungkin dapat dituliskan seperti
H1 ( x1 , x2 , x3 ,..., xn ) ≤ C1
H 2 ( x1 , x2 , x3 ,..., xn ) ≥ C2
H 3 ( x1 , x2 , x3 ,..., xn ) ≥ C3
.
.
.
H l ( x1 , x2 , x3 ,..., xn ) ≥ Cl
Untuk itu baik nilai batas atas atau batas bawah dapat diambil sebagai inequality
constraint. Sehingga constraint dapat diberikan dengan seperti Tmin ≤ T ≤ Tmax ,

Pmin ≤ P ≤ Pmax dan seterusnya.

Untuk equality constraint bisanya dapat diproleh dari hukum


kesetimbangan energi, contohnya seperti kondisi keadaan steady-flow didalam
volume kontrol, dapat dituliskan seperti

∑ ( laju aliran massa ) − ∑ ( laju aliran massa )


in out
=0
atau ∑ ( ρVA) − ∑ ( ρVA) = 0
in out

2.7.3 Operating Condition v.s. Apparatus


Optimisasi akan berfokus pada sistem maka yang menyangkut
permasalahan apparatus yang berkorelasi dengan sisi dimensi, material,

33

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


komponen, dan lain-lain divariasikan untuk memperoleh hasil rancangan terbaik
berkaitan dengan objective function.
Kondisi operasional bervariasi dari aplikasi satu dengan lainnya dan dari
satu sistem ke sistem lainnya. Kisaran variasi pada kondisi ini dihasilkan oleh
perangkat keras yang digunakan, seperti pemanas yang digunkan pada furnace
maka panas input dan kisaran temperatur sudah fiks oleh spesifikasi peralatan
pemanas tersebut. Kondisi operasional pada sistem termal biasanya pada variabel
berikut ini:
1. laju kalor masuk
2. temperatur
3. tekanan
4. massa atau jalu aliran volume
5. kecepatan, rpm
6. komposisi kimia

semua variabel diatas yang megkarakteris operasional pada sistem termal


mungkin di set dengan nilai yang berbeda, melebihi kisaran yang telah ditentukan
sistem sehingga mempengaruhi output sistem. Akan sangat bermanfaat untuk
mencari kondisi operasional optimum dan peforma sistem.

2.7.4 Formulasi Matematis


Dasar formulasi matematika untuk optimisasi permasalahan pada objective
function dan constraint. Pertama pertimbangkan formulasi dalam bentuk umum
dan perhatikan contoh dibawah ini. Langkah – langkah yang digunakan dalam
memformulasikan permasalahan sebagai berikut:
1. tentukan variabel rancangan , xi dimana I = 1, 2, 3, …, n
2. pemilihan dan pendefinisian dari objective function, U
3. menentukan constraint kesamaan, Gi = 0, dimana I = 1, 2, 3, …,n
4. menentukan constraint ketidaksamaan,
H i ≤ atau ≥ Ci dimana i = 1, 2, 3,..., l

5. konversi constraint kesamaan menjadi ketidaksamaan, jika diperlukan.

34

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


Penentuan nilai pada tiap variabel diatas sangat penting dalam melakukan
optimasi.
2.8 METODE OPTIMASI
Ada beberapa metode yang dapat dilakukan dalam menyelesaikan
permasalahan optimasi pada sebuah sistem, setiap metode memiliki batasan dan
juga keunggulan dari metode lainnya. Sehingga untuk sebuah permasalahan
optimisasi, satu metode mungkin akan tepat sementara beberapa metode yang
lainnya tidak dapat digunakan. Pemilihan metode bergantung pada sifat dasar
persamaan yang ada dalam objective function dan constraint.
Berikut ini beberapa metode yang digunakan dalam melakukan optimasi:
1. Metode kalkulus.
2. Metode penelusuran, dll.
2.8.1 Metode kalkulus
Menggunkan kalkulus untuk melakukan penentuan optimasi berdasarkan
pada penurunan pada objective function dan constraint. Penurunan dilakukan
untuk mencari daerah maksimal dan minimal.

Ganbar 2.13. Distribusi objective function, menunjukkan nilai maksimum dan


minimum
Metode yang menggunakan perhitungan seperti kalkulus adalah metode
perkalian lagrange (lagrange multiplier). Objective function dan constraint di
kombinasikan menjadi konstanta, yang disebut dengan peng-kali Langrange,
untuk menghasilkan sistem persamaan aljabar. Persamaan ini kemudian
diselesaikan secara analitik atau dengan secara numerik.

35

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


Kisaran pemakaian metode kalkulus untuk optimisasi sistem termal
memiliki batasan karena kompleksitas yang akan muncul pada sistem ini.
Penyelesaian secara numerik harus dilakukan pengenalan pada sifat sistem dan
implisit, persamaan nonlinear yang melibatkan varibel sifat material sering terjadi.
2.8.2 Metode Penelusuran
Metode ini melibatkan pencarian dari solusi terbaik dari beberapa
rancangan dapat dikerjakan. Variabel rancangan hanya mengambil pada nilai
tertentu, kombinasi yang berbeda-beda dari variabel ini akan memperoleh
kemungkinan rancangan yang cocok/ tepat. Jika variabel ini dapat divariasikan
continously pada kiaran yang diperbolehkan, maka akan diperoleh rancangan yang
cocok dengan merubah variabel, sehingga rancangan optimal diantara beberapa
rancangan tersebut.
Beberapa metode penentuan dikembangkan untuk optimisasi yang akan
digunakan untuk optimasi sistem termal. Dikarenakan usaha untuk melibatkan
eksperimental atau simulsi numerik untuk sistem termal, biasanya sistem yang
kompleks, adalah penting untuk meminimalkan angka simulasi yang dijalankan
atau iterasi yang diperlukan untuk memperoleh optimum [3].
Metode ini memiliki beberapa pendekatan tergantung pada permasalahan
yang dihadapi, apakah ada constraint atau tidak dan juga pada apakah
permasalahannya berada pada variabel tunggal atau variabel banyak (multiple).
Metode eliminasi, metode ini merupakan pendekatan dari metode
penelusuran yang akan mengeliminasi region /daerah yang diperkirakan tidak ada
nilai optimum didalamnya. Untuk permasalahan dengan variabel tunggal, metode
penelusuran dengan pendekatan eliminasi adalah:
1. exhaustive search
2. dichotomous search
3. fibonacci search
4. golden section search
dari tiap pendekatan diatas memiliki karakter masing-masing, keunggulan,
penggunaan. Untuk exhaustive search dapat pula digunakan pada permasalahan
multivariabel.

36

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


BAB III

PEMBAHASAN TERMODINAMIKA
KCS 11

3.1 DESKRIPSI KCS 11

Sistem Siklus Kalina yang akan menjadi pokok pembahasan pada


penelitian ini adalah sistem Siklus Kalina yang akan dimanfaatkan sebagai
bottoming cycle untuk menghasilkan listrik pada brine water yang keluar dari
separator sistem pembangkit utama Pembangkit Tenaga Listrik Panas Bumi
(PLTP) di Lahendong Sulawesi Utara. Pada studi ini dimanfaatkan brine water
dari lahan geothermal LHD-5 Lahendong Sulawesi Utara. Sumber panas
geotermal pada lahan geotermal LHD-4 dan LHD-5 Lahendong Sulawesi Utara
dengan spesifikasi sebagai berikut:

Tabel III.1. Data Sumber Panas Bumi Pada Lahan Eksplorasi LHD-4 dan LHD-5
LHD-4 LHD-5
Well Head Pressure (bar) 25 10.7
Enthalpi (kJ/kg) 2050 1160
Temperatur (0C) 180 182
Dryness (%) 61 20
Total flow (kg/s) 20.8 63
Steam flow (kg/s) 12.2 12
Water flow (kg/s) 8.6 51
Sumber : PT. Rekayasa Industri (lampiran 3)

Pada studi ini pemanfaatan energi dari brine water yang keluar dari
separator utama geotermal dengan mass flow 51 kg/s, dan temperatur 1820C dan
asumsi kerugian tekanan pada separator geotermal adalah 0.5 bar dan penurunan
temperatur sebesar 20C. Pemanfaatan brine water dari sistem geotermal utama
untuk menghasilkan daya dipilih sistem Kalina Cycle KCS 11 (range temperatur
1210C-2040C) [2]. Skema pembangkit tenaga geotermal secara utuh seperti

37

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


terlihat pada gambar 3.1 dan garis putus-putus menyatakan sistem dengan Siklus
Kalina.
Geothermal
Turbine
Steam flow Generator

S
Brine
separator
Steam
condenser
Water
flow Geothermal
injection well
Evaporator
Geothermal
source well
Ammonia
turbine
Generator
S

HT
Recuperator

LT Recuperator

Ammonia
condenser

Ammonia pump

Gambar 3.1. Pemanfaatan Siklus Kalina Pada Bottoming Cycle Pembangkit


Listrik Tenaga Panas Bumi.

Pemanfaatan Siklus Kalina bertujuan untuk meningkatkan efisiensi total


Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi dengan cara membangkitkan sejumlah
tenaga dari brine water sebelum diinjeksikan kembali ke dalam bumi. Proses

38

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


perhitungan dan pemodelan bertujuan untuk mencari daya maksimum dan
efisiensi maksimum yang dapat dicapai pada pemanfaatan brine water.

3.2 APPARATUS SISTEM


Dalam memodelkan sistem Siklus Kalina KCS 11 digunakan berbagai
model apparatus yang tersedia dalam software Cycle Tempo 5.0. Model ini
disesuaikan dengan skema tipikal pada sistem Kalina KCS 11 gambar 3.2.
Penambahan drain tank pada sisi masuk kondenser bertujuan untuk membantu
proses kondensasi dengan adanya absorpsi ammonia [5]. Jumlah pipa yang
digunakan ada 22 sambungan dan apparatus yang digunakan berjumlah 9 buah
yaitu :

1. Evaporator 1, tipe heat exchanger nomor 3.


2. Evaporator 2, tipe heat exchanger nomor 4.
3. Vapor turbine terhubung dengan generator, tipe back pressure turbine
nomor 5.
4. Higher Temperature (HT) Recuperator, tipe heat exchanger nomor 7.
5. Lower Temperatur (LT) Recuperator, tipe heat exchanger nomor 6.
6. Drain Tank, tipe drum nomor 16.
7. Condenser, tipe heat exchnager nomor 10.
8. Pompa ammonia / feed pump, tipe liquid pump nomor 14.
9. Pompa cooling water, tipe liquid pump nomor 13.

Aliran brine water ditandai oleh pipa berwarna merah dari heat source
nomor 1 hingga heat sink nomor 2. Aliran cooling water ditandai pipa berwarna
biru dari heat source nomor 12 hingga masuk lagi ke heat sink nomor 11.

Node nomor 9 berfungsi sebagai ammonia-water splitter unit yang akan


membagi aliran ke HT Recuperator dan Evaporator 2. Node nomor 15 berfungsi
sebagai ammonia-water mixer/mixing unit untuk mencampur aliran yang berasal
dari Evaporator 2 dan HT Recuperator yang akan menuju ke evaporator 1 untuk
melanjutkan proses penguapan lebih lanjut.

39

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


5
Evaporator
Vapor Turbine 5
3

H
11
4
HT Recuperator
Evaporator 7
1
22 10 8
H

4
15 20 7 19 9
H
Drain Tank
1
2 11
21
Condenser
14 18
16 13
6
9 8
12 17
H DRUM
13

2 15 10
LT Recuperator 16 12

BRINE WATER
6
BASIC MIXTURE

RICH MIXTURE

LEAN MIXTURE 14 3

COOLING WATER

Gambar 3.2. Skema Pemodelan Siklus Kalina KCS 11

40

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


3.3 PROSES PERHITUNGAN DENGAN CYCLE TEMPO 5.0
Setelah membuat model sistem seperti gambar maka langkah selanjutnya
adalah melakukan perhitungan yang melibatkan perhitungan energi, exergi dan
kesetimbangan massa. Berbagai persamaan yang dipersiapkan antara lain :
Persamaan :
1. Kesetimbangan massa pada Evaporator 1 dan 2.
2. Kesetimbangan massa dan energi pada Turbin.
3. Kesetimbangan massa total pada Kondenser.
4. Kesetimbangan massa air pendingin pada Kondenser.
5. Kesetimbangan massa dan energi pada HT Recuperator, LT Recuperator.
6. Kesetimbangan massa pada Feed Pump.
7. Kesetimbangan massa pada Cooling Water Pump.
Secara garis besar proses perhitungan kalkulasi termodinamik Cycle
Tempo5.0 seperti pada gambar berikut.

Gambar 3.3. Diagram Proses Perhitungan Cycle Tempo

41

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


3.4 KESETIMBANGAN ENERGI PADA CYCLE TEMPO
Proses perhitungan energi melibatkan proses perhitungan energi masuk,
perhitungan energi keluar, perhitungan konsumsi energi, dan perhitungan efisiensi
sistem.

3.4.1 Kesetimbangan Energi pada Heat Exchanger


Persamaan power atau heat transmit adalah
n n
PH ( i ) = ∑ ( hin ( j ) .Φ m,in ( j ) ) − ∑ ( hout ( j ) .Φ m,out ( j ) ) ....................... (3.1)
j =1 j =1

Contoh perhitungan energi pada Evaporator 1 :


Data input :
Brine water
T 1= 1800C
P1 = 10.2 bar, h1= 763.2 kJ/kg, mass flow = 51 kg/s
Data pipa 11
T11= 1000C
P11 = 9.7 bar, h11= 419.75 kJ/kg, mass flow = 51 kg/s
Data pipa 5
T5 = 1750C
P5 = 34 bar, h5 = 1789.1 kJ/kg, mass flow = 19.752 kg/s
Data pipa 22
T22 = 99.80C
P22 = 34 bar, h22 = 902.3 kJ/kg, mass flow = 19.752 kg/s
Heat transmit
Qt = m& 1 ( h1 − h11 )
Qt = 51(763 .2 − 419 .75)
Qt = 17516 kW
Heat absorbed
Qa = m& 5 (h5 − h22 )
Qa = 19.752(1789.1 − 902.3)
Qa = 17516kW

42

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


(a)
(b)

Gambar 3.4. (a) Skema Evaporator, (b) Preview hasil perhitungan


dengan Cycle Tempo

3.4.2 Kesetimbangan Energi pada Kondenser

h1 , m& 1
h5 , m& 5

h2 , m& 2
h4 , m& 4

h3 , m& 3

Gambar 3.5. Gambar skematik kondenser


m& 3 = m& 1 + m& 2 , m& 4 = m& 5 = m& c

Q deliver = Q absorb

m& 1 h1 + m& 2 h2 − m& 3 h3 = m& 5 h5 − m& 4 h4

m& 1 ( h1 − h3 ) + m& 2 ( h2 − h3 ) = m& c ( h5 − h4 ) …………………………………….. (3.2)

43

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


3.4.3 Kesetimbangan Energi pada Turbin

h1 (T1 , P1 ), m&

h2 (T2 , P2 ), m&

Gambar 3.6. Gambar skematik turbin uap

Pturbine = η m m& ( h1 − h2 )
………………………………………………………...(3.3)
Pgenerator = η m ,e Pturbine

η m = efisiensi mekanis turbine


η m ,e = efisiensi mekanikal elektrikal generator

Gambar 3.7. Proses ekspansi turbin uap

h1 − h2
ηi = ……………………………………………………………. (3.4)
h1 − h2 s
ηi = efisiensi isentropik
h2 s = entalpi proses isentropik

44

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


3.4.4 Kesetimbangan Energi pada Drain Tank

m& 3 ,.h3
m& 1 , h1

m& 2 .h2 m& 4 , h4

Gambar 3.8. Gambar skematik drain tank

Perhitungan drain tank adalah perhitungan kesetimbangan energi dan


dianggap tidak ada kerugian kalor pada drain tank.
Perhitungan kesetimbangan energi adalah
m& 1 h1 + m& 2 h2 = m& 3 h3 + m& 4 h4 …………………………………………………(3.5)

3.4.5 Kesetimbangan Energi pada Pompa Cairan

m& 2 ,h2 m& 1 , h1

Gambar 3.9. Gambar skematik pompa


Perhitungan energi pada pompa selalu memperhatikan nilai efisiensi mekanikal
dan efisiensi isentropik, perhatikan gambar.
m& 1 = m& 2 = m&
m& ( h4 − h3 )
Ppump = …………………………………………………………... (3.6)
η m ,e

Gambar 3.10. Proses penaikan tekanan cairan pada pompa

45

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


s3 = s3s

h3 s − h3
ηi = ………………………………………………………………….(3.7)
h4 − h3
η m ,e = efisiensi mekanikal elektrikal pompa
η i = efisiensi isentropis
h3 s = entalpi proses isentropik

3.4.6 Efisiensi Energi Sistem


Total produced electric / mechanical power
Gross thermal efiiciency = ….....(3.8)
Total energy input

Total produced electric − total own consumptio n


Net thermal efiiciency = …(3.9)
Total energy input

Total produced electric/mechanical power = P generator


Total own consumption = jumlah total energi yang digunakan untuk menjalankan
pompa = total Ppump.
Total energi input = total heat absorbed pada Evaporator 1 dan 2

3.5 KESETIMBANGAN EXERGI PADA Cycle Tempo


Dalam analisa exergi dari proses dan sistem termodinamika melibatkan
perhitungan exergi yang diabsorb oleh sistem atau apparatus, exergi yang
dideliver, serta besarnya kerugian (losses) pada proses tersebut. Losses ini dapat
disebabkan oleh drainage dan degradation energi. Besarnya jumlah losses dapat
dihitung dengan menggunakan efisiensi exergi dari proses, komponen, atau
sistem.
Efisiensi exergi dapat digunakan untuk menganalisa dan mengoptimasi
proses dan sistem. Optimasi dapat dilakukan dengan meningkatkan efisiensi
exergi melalui pengurangan kerugian exergi (exergi losses). Efisiensi exergi juga
dapat menunjukkan kualitas dari konversi energi pada sistem pembangkit.
Untuk menghitung nilai exergi, pertama harus ditentukan dahulu referensi
atau kondisi lingkungan ketika perhitungan dilakukan. Misalnya suhu dan tekanan
lingkungan To dan Po.

46

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


3.5.1 Kesetimbangan Exergi pada Heat Exchanger
Persamaan exergi yang mengalir pada sistem adalah

ε ph1 − ε ph 2 = ( h1 − h2 ) − T0 ( s1 − s2 ) ....................................................... (3.10)


Contoh perhitungan exergi pada Evaporator 1, dengan data sama seperti contoh
perhitungan energi sebelumnya.
Data input :
Dengan temperatur dan tekanan lingkungan adalah 30 0C=303.15 K dan 1.01325
bar
T 1= 1800C
P1 = 10.2 bar, h1= 763.2 kJ/kg, s1 =2.1395 kJ/kgK, mass flow = 51 kg/s
Data pipa 11
T11= 1000C
P11 = 9.7 bar, h11= 419.75 kJ/kg, s11 = 1.3063 kJ/kgK, mass flow = 51 kg/s
Data pipa 5
T5 = 1750C
P5 = 34 bar, h5 = 1789.1 kJ/kg, s5 = 5.0955 kJ/kgK, 19.752 kg/s
Data pipa 22
T22 = 99.80C
P22 = 34 bar, h22 = 902.3 kJ/kg, s22 = 2.9183 kJ/kgK, 19.752 kg/s
Exergi absorbed
Ex a = ( h11 − h1 ) − To ( s11 − s1 )
Ex a = ( 419 .75 − 763 .2) − 303 .15(1.3063 − 2.1395 )
Ex a = −90.8654 kJ / kg
Ex a .m& 1 = −90.864 x51 = −4634 .14 kW
Tanda negatif berarti exergi diserap dari brine water
Exergi deliver
Ex d = ( h5 − h22 ) − To ( s 5 − s 22 )
Ex d = (1789 .1 − 902 .3) − 303 .15(5.0955 − 2.9183)
Ex d = 226 .78kJ / kg
Ex d .m& 5 = 226 .78 x19.752 = 4479 .39 kW
Exergi losses
( − Ex a m& 1 − Ex d m& 5 )

47

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


4634.14-4479.39 = 154.76kW
Dari gambar 3.5. terlihat perhitungan exergi losses dengan menggunakan software
didapatkan hasil 154.78 kW.

(a) (b)

e 4 , m& 2

e2 , m& 1

Ih

e1 , m& 1
e3 , m& 2

(c)

Gambar 3.11. (a) Skema Evaporator, (b) Preview hasil perhitungan exergi
dengan Cycle Tempo , (c) Kesetimbangan exergi pada heat
exchanger

(e1 − e 2 ) m& 1 = (e 4 − e3 ) m& 2 + I h ………………………………………………..(3.11)

( h1 − h2 − To ( s1 − s 2 )) m& 1 = ( h4 − h3 − To ( s 4 − s 3 )) m& 2 + I h ……………………(3.12)

Ih = Exergy losses heat exchanger

48

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


3.5.2 Kesetimbangan Exergi pada Kondenser

e1 , m& 1

e5 , m& 5

Ic
e 2 , m& 2
e4 , m& 4

e3 , m& 3

Gambar 3.12. Kesetimbangan exergi pada kondenser


m& 4 = m& 5 = m& c

e1 m& 1 + e 2 m& 2 − e3 m& 3 = e5 m& 5 − e 4 m& 4 + I c

( h1 − To s1 ) m& 1 + ( h2 − To s 2 ) m& 2 − ( h3 − To s 3 ) m& 3 = ( h5 − To s 5 ) m& 5 − ( h4 − To s 4 ) m& 4 + Ic

( h1 − To s1 ) m& 1 + ( h2 − To s 2 ) m& 2 − ( h3 − To s 3 ) m& 3 = h5 − h4 − To ( s 5 − s 4 ) + Ic …..(3.13)

I c = exergi losses pada kondenser

3.5.3 Kesetimbangan Exergi pada Turbin

&1
e1, m
W aktual

It

&2
e2, m

Gambar 3.13. Kesetimbangan exergi pada turbin


m& 1 = m& 2 = m&
(e1 − e 2 ) m& = W aktual + I t …………………………………………………… (3.14)

( h1 − h2 − To ( s1 − s 2 )) m& = ( h1 − h2 ) m& + I t …………………………………..(3.15)

It
( h1 − h2 ) − To ( s1 − s 2 ) = ( h1 − h2 ) + ……………………………………...(3.16)
m&

49

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


I t = m& To ( s 2 − s1 ) ………………………………………………………… (3.17)

It = exergi losses turbin


Nilai efisiensi exergi dari turbin dapat dihitung dengan rumus

...................................................................(3.18)

3.5.4 Kesetimbangan Exergi pada Drain Tank

e1 , m& 1 e3 , m& 3

Id

e 2 , m& 2 e 4 , m& 4

Gambar 3.14. Kesetimbangan exergi pada drain tank

e1 m& 1 + e 2 m& 2 = e3 m& 3 + e 4 m& 4 + I d …………………………………………… (3.19)

( h1 − To s1 ) m& 1 + ( h2 − To s 2 ) m& 2 = ( h3 − To s 3 ) m& 3 + ( h4 − To s 4 ) m& 4 + I d ……….(3.20)

I d = exergi losses pada drum

3.5.5 Kesetimbangan Exergi pada Pompa Cairan

Ip

e2 , m& 2 e1 , m& 1

W aktual

Gambar 3.15. Kesetimbangan exergi pada pompa cairan


m& 1 = m& 2 = m&

e1 m& + W aktual = e 2 m& + I p ………………………………………………… (3.21)

50

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


Ip
( h1 − To s1 ) + ( h2 − h1 ) = ( h2 − To S 2 ) +
m&
Ip
( h1 − h2 ) + To ( s 2 − s1 ) = ( h1 − h2 ) +
m&
I p = m& To ( s 2 − s1 ) ………………………………………………………….. (3.22)

3.6 PARAMETER INPUT PERHITUNGAN ENERGI DAN EXERGI


Perhitungan energi dan exergi pada pemodelan dengan Cycle Tempo 5.0
dilakukan dengan memaasukkan parameter input yang dibutuhkan untuk
melakukan proses perhitungan dan iterasi software. Untuk perhitungan exergi
pertama-tama harus dimasukkan terlebih dahulu environment definition yaitu
kondisi termodinamik lingkungan, temperatur dan tekanan yang akan dimasukkan
sebagai referensi perhitungan exergi.

3.6.1 Parameter Input Perhitungan Energi dan Exergi pada Heat


Exchanger

Gambar 3.16. General heat exchanger [13].

51

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


.
Gambar 3.17. T-Q diagram heat exchanger [13].

Parameter input:
EEQCOD = 1 à menghitung aliran massa
2 à Menghitung nilai entalpi masuk dan keluar
TIN 1 = temperatur masuk sisi primer (bagian yang dipanaskan)
TOUT 2 = temperatur keluar sisi sekunder (bagian yang didinginkan)
DELTL = perbedaan temperatur antara TOUT 2 dan TIN 1
TIN 2 = temperatur masuk sisi sekunder (bagian yang didinginkan)
TOUT 1 = temperatur keluar sisi primer (bagian yang dipanaskan)
DELTH = perbedaan temperatur TOUT 1 dan TIN 2
DELP1 = kerugian tekanan sisi primer aliran
DELP2 = kerugian tekanan sisi sekunder aliran

Dalam pemodelan jenis heat exchanger, default yang dipakai adalah tipe
counter flow.
Perhitungan nilai efisiensi exergi adalah sebagai berikut

Ex primary out − Exp rimary in


η ex = ............................................................... (3.23)
Ex sec ondary in − Ex sec ondary out

52

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


3.6.2 Parameter Input Perhitungan Energi dan Exergi pada Kondenser

Gambar 3.18. Skema model kondenser [13].

Parameter-parameter input :
EEQCOD = 1 à menghitung aliran massa
2 à Menghitung temperatur, nilai entalpi masuk dan keluar
SATCOD = 0 apabila aliran keluar dari secondary flow berada pada titik
saturasi.
RPSM = ratio antara aliran massa primer dan sekunder.
DELTH = perbedaan temperatur antara temperatur saturasi sekunder
dengan aliran keluar primer. (oC)
DELTL = perbedaan temperatur antara aliran keluar sekunder dengan aliran
masuk primer. (oC)
DTSUBC = perbedaan temperatur antara temperatur saturasi sekunder
dengan aliran keluar sekunder. (oC)
DELE = aliran energi ke enviroment (losses) (kW)

Perhitungan pada kondenser melibatkan perhitungan keseimbangan energi


dan keseimbangan massa. Perhitungan ini dapat diperoleh dari perhitungan dalam
software dengan langkah sebagai berikut.

53

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


Persamaan energi untuk kondenser dapat dihitung dengan dua cara :
1. Cara pertama adalah dengan menggunakan EEQCOD (Energy Equation
Code) = 1. Pada cara ini, yang dihitung adalah aliran massa pada
kondenser atau sistem secara keseluruhan dan digunakan untuk
menghitung kuantitas aliran air pendingin yang butuhkan. Persamaan ini
dapat diselesaikan dengan mengetahui entalpi masuk dan keluar dari
kondenser. Entalpi tersebut dihitung jika perbedaan tekanan dan salah satu
dari tekanan masuk/keluar diketahui. Berikut adalah tabel yang
menunjukkan variabel-variabel yang harus diketahui dan tidak harus
diketahui dalam memperhitungkan persamaan jika massa tidak diketahui :

Tabel III.2. Variabel-variabel pada Kondenser untuk EEQCOD = 1 [13]

dimana
U = tidak perlu diketahui
K = perlu diketahui
2. Cara kedua adalah dengan menggunakan EEQCOD = 2, persamaan energi
digunakan untuk menghitung temperatur dan entalpi dari kondenser atau
sistem secara keseluruhan. Tabel untuk menyelesaikan persamaan jika
entalpi tidak diketahui :

Tabel III.3. Variabel-variabel pada Kondenser untuk EEQCOD = 2 [13]

54

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


dimana :
U = tidak perlu diketahui
K = perlu diketahui
Efisiensi exergi pada kondenser dapat dihitung dengan :
EX p ,in − EX p ,out
η Ex ( condenser ) = ..……………………………….…..(3.24)
EX s ,in − EX s ,out
dimana :
EX p ,in / EX p ,out = exergi masuk/keluar dari aliran primer.

EX s ,in / EX s ,out = exergi masuk/keluar dari aliran sekunder.

Perhitungan kesetimbangan energi dan massa juga bisa melibatkan faktor


dimensi dan desain kondenser. Untuk perhitungan dalam studi ini faktor dimensi
dan desain kondenser tidak masuk dalam proses perhitungan

3.6.3 Parameter Input Perhitungan Energi dan Exergi Turbin

Penggunaan berbagai jenis turbin disesuaikan dengan kondisi dan


parameter serta batasan-batasan dalam pemodelannya. Tipe yang akan digunakan
dalam simulasi ini adalah tipe back pressure turbine, berbeda dengan tipe
condensing turbine yang tekanan keluar turbin uap mencapai 0.1 bar yang umum
digunakan pada Siklus Rankine. Back Pressure Turbine memiliki tekanan keluar
turbin masih cukup besar dan berupa campuran dua fase vapor-liquid. Tekanan
yang masih cukup besar ini dimaksudkan agar temperatur kondensasi cairan
ammonia-water di kondenser tidak lebih kecil dari temperatur masuk cooling
water. Hal ini penting supaya cairan ammonia-water yang keluar dari kondenser
benar-benar dalam keadaan saturasi (saturated liquid) dengan quality vapor 0%.
Penggunaan turbin jenis ini serta pengontrolan tekanan yang keluar dari turbin
yang harus benar-benar diperhatikan supaya didapatkan suatu sistem yang
workable dan optimal.

55

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


Parameter input yang digunakan sebagai data input dalam perhitungan
Cycle Tempo untuk apparatus turbin adalah sebagai berikut :

PIN : Tekanan masuk turbin


TIN : Temperatur masuk turbin
TOUT : Temperatur keluar turbin
DELT : Penurunan temperatur antara temperatur masuk dan keluar turbin.
GDCODE : Kode yang mengindikasikan adanya (GDCODE = 2) atau tidak
adanya (GDCODE = 1) governing stage (default 1).
ETHAI : Efisiensi isentropik
ETHAM : Efisiensi mekanik
DIAIN : Pitch diameter dari governing stage
DIAOUT : Pitch diameter dari baris terakhir blades
SLENG : Panjang Blade terakhir
DESMAS : Design inlet mass flow rate (kg/s)
PINCND : Tekanan antara bagian medium dan low
POUTDS : Design value of the outlet pressure
POUTRT : Pressure just downstream of the governing stage; (default =
0.625*PIN) (bar)
DELH : Isentropic enthalpy drop at design conditions (kJ/kg)
TUCODE : 5 Digit kode t1 t2 t3 t4 t5

56

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


Tabel III.4. Tipe-tipe turbin yang tersedia pada pemodelan Cyle Tempo [13]

3.6.4 Parameter Input Perhitungan Energi dan Exergi Drain Tank


Komponen utama dalam sistem drain tank adalah drum. Di dalam drum ini
terjadi pemisahan antara fase uap dan cair dari inlet stream yang akan dipisahkan.
Dalam aplikasi pemisahan ammonia-water, drum berfungsi untuk mengalirkan
fase uap yang kaya ammonia ke atas (vapor stream) yang memiliki massa jenis

57

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


lebih ringan dan fase cair yang kaya akan H 2O terkumpul pada saluran bagian
bawah drum (liquid stream) karena sifatnya yang lebih berat.

Gambar 3.19. Gambar skematik drum [13]

Parameter input:
PIN : tekanan masuk drum (bar)
POUT : tekanan keluar drum (bar)
DELE : kebocoran atau penambahan energi pada sistem. (default = 0) dianggap
energi yang masuk ke drum sama dengan energi yang keluar drum.
CRATIO : rasio sirkulasi antara circulating flow dengan main flow. Nilai
resiprokal CRATIO = 1/CRATIO adalah kualitas uap yang masuk dari
bagian circulating flow.
Dalam simulasi biasanya pipa yang keluar dan masuk ke drum
didefinisikan terlebih dahulu kualitas uapnya, terutama pipa vapor stream dan
liquid stream/down stream.
Perhitungan nilai efisiensi exergi pada drum adalah
Ex out ,main flow − Ex in ,main flow
η ex = ………………………………………….. (3.25)
Ex in ,circ − Ex out ,circ

58

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


3.6.5 Parameter input perhitungan energi dan exergi pompa

Gambar 3.20. skematik model pompa [13]

Parameter input :
ETHAI = efisien isentropik.
ETHAM = efisiensi mekanikal.
ETHAE = efisiensi elektrikal.
Dalam pemodelan digunakan range efisiensi isentropik antara 70-90%, begitu
juga dengan efisiensi isentropik turbin. Untuk efisiensi mekanial, elektrikal
digunakan nilai 99%, begitu juga dalam memodelkan turbin dan generator.

Nilai efisiensi exergi pompa dapat dihitung dengan rumus

........................................................................ (3.26)

Jika losses yang terjadi pada penyaluran listrik dengan electromotor dihitung,
maka efisiensi exergi menjadi :

....................................................................... (3.27)

59

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


BAB IV

ANALISIS DAN HASIL SIMULASI


KCS 11

4.1 SISTEM SIKLUS KALINA KCS 11


Pembangkit daya sistem siklus Kalina yang telah berjalan dan dilakukan
komersialisasi di dunia, yakni yang berada di negara Islandia. Akan dilakukan
perbandingan yang diperlukan untuk mengetahui proses termodinamika di dalam
sistem Siklus Kalina tersebut, dan untuk mencari konfigurasi yang tepat untuk
kondisi di Indonesia. Sistem ini dipakai karena beberapa alasan yang
mendasarinya, diantaranya:
1. Pengembangan Siklus Kalina secara komersil untuk sumber bertemperatur
rendah telah terbukti berhasil dengan efisiensi yang lebih baik.
2. Sistem Siklus Kalina memiliki tingkat fleksibilitas yang baik, hal ini
karena sifat dari fluida kerjanya, ammonia-water, memiliki nilai titik didih
yang bervariasi dengan campuran massa yang berbeda[2], sehingga
memungkinkan didapatkan konfigurasi yang terbaik.
Dalam melakukan penelitian ini diambil jalan dengan simulasi
menggunakan alat bantu berupa software, CycleTempo 5.0 yang dibuat oleh Delft
University of Technology (TU Delft), dalam pemodelan sistem termodinamika
serta melakukan optimasi sistem.
Dalam penelitian ini siklus Kalina yang digunakan adalah KCS 11 karena
nilai temperatur brine water yang tinggi yaitu mencapai 1800C, sehingga fluida
kerja yang keluar dari Evaporator adalah superheat dan tidak perlu dilakukan
pemisahan dengan separator. Berbeda dengan KCS 34 yang menggunakan
separator untuk memisahkan fase uap dan cair pada fluida yang menuju turbin.
Fluida superheat yang berasal dari Evaporator pada sistem KCS 11 langsung
digunakan untuk menggerakkan turbin dalam proses menghasilkan daya. Proses
pendidihan fluida kerja pada Evaporator hingga menjadi superheat seperti
diperlihatkan pada gambar 4.1. di bawah ini.

60

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


Gambar 4.1. T-x diagram proses pendidihan fluida kerja
Proses pendidihan fluida kerja campuran ammonia-water berlangsung dari
titik 1 hingga titik 2. Titik 1 adalah kondisi campuran fluida keluaran dari
Evaporator 2 dan HT Recuperator pada temperatur 990C terlihat pada gambar 4.5
hal 68. Pada Evaporator 1 fluida kerja diuapkan hingga mencapai saturasi dan
superheat pada temperatur 175 0C pada tekanan 34 bar. Fluida pada titik 2
langsung dimanfaatkan menjadi daya kerja di turbin uap.
Parameter-parameter input yang digunakan dalam simulasi dengan
software Cycle Tempo 5.0 :
1. Temperatur dan tekanan udara lingkungan adalah 30 oC dan 1.013 bar1.
2. Komposisi zat-zat yang terkandung pada udara lingkungan (dalam fraksi
mol) :
Ar = 0.91 %
CO2 = 0.03 %
H 2O = 1.68 %
1
Temperatur dan Tekanan lingkungan standard rata-rata di Indonesia. Untuk perhitungan lebih
lanjut diperlukan data ketinggian pembangkit dari permukaan air laut, sehingga untuk penelitian
ini asumsi ketinggian sama dengan ketinggian air laut.

61

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


N2 = 76.78 %
O2 = 20.6 %
3. Efisiensi turbin
Efisiensi isentropis = 70%
Efisiensi mekanis = 99%
4. Efisiensi generator
Efisiensi mekanikal elektrikal = 99%
5. Temperatur air pendingin /cooling water digunakan air dengan temperatur
pegunungan = 23oC
6. Kondisi brine water
Temperatur masuk 1800C
Tekanan masuk = 10.2 bar
Mass flow rate = 51 kg/s
7. Kerugian tekanan (pressure drop) pada kondenser
Kerugian tekanan pada primary stream = 0.5 bar
Kerugian pada secondary stream = 0 bar (proses kondensasi)
8. Kerugian tekanan pada peralatan penukar kalor kecuali kondenser pada
primary dan secondary stream = 0.5 bar
• Data apparatus dan fluida kerja
1. Fluida kerja yang digunakan campuran ammonia-water
2. Kondenser
à Aliran primer :
Air pegunungan dengan temperatur masuk 230C dan temperatur keluar 320
Kerugian tekanan = 0.5 bar
0
Delta TL = 0<DLTL C
à Aliran sekunder :
Temperatur keluar = temperatur saturasi dari campuran ammonia-water.
3. Pompa
Efisiensi mekanikal elektrikal pompa didapat grafik efisiensi (%) – daya
(kW) pada gambar di bawah ini.

62

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


Condensate pump
Efisiensi mekanikal elektrikal pompa = 90%
Cooling water pump
Efisiensi mekanikal elektrikal pompa = 90%

Gambar 4.2. Grafik efficiency vs power [13]

4. LT Recuperator
Aliran primer adalah aliran campuran yang berasal dari kondenser.
Aliran sekunder adalah aliran yang berasal dari ekstraksi turbin.
P in aliran primer = Pout pompa kondensat
T out aliran primer = 600C
5. HT Recuperator
Tin aliran primer = 600C
DLTH = 100C
DLTL = 150C
6. Evaporator 1
Tout aliran primer = 1750C
Tout aliran sekunder = 1000C
7. Evaporator 2
Tin aliran primer = 600C
Tout aliran sekunder = 800C

63

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


8. Mixer (apparatus nomor 15)
Temperatur campuran (mixing) < Tout aliran sekunder Evaporator 1
supaya tidak terjadi crossing temperatur.
9. Proses separasi kandungan vapor dan liquid campuran water-ammonia
menggunakan gravitational separator knockout drum dengan circulation
ratio = 1.

4.2 HASIL SIMULASI KCS 11


Hasil simulasi di bawah ini adalah siklus Kalina tipe KCS 11 yang
menggunakan campuran ammonia-water bervariasi 83.5 %-88.5% dengan
masing-masing dioptimasi pada tekanan sisi keluar turbin. Keadaan sebelum
optimasi (data awal) tekanan keluar turbin adalah 9.9 bar. Hasil optimasi yang
akan dibahas secara energi dan exergi adalah sistem dengan fraksi massa 83.5 %.
Tujuan optimasi adalah menghasilkan power output yang paling besar dengan
memaksimalkan perbedaan entalpi pada turbin. Power output yang bervariasi
pada tiap campuran akan dibandingkan untuk dicari yang paling optimal setelah
dilakukan optimasi (simulasi Cycle Tempo) pada tekanan keluar turbin.
4.2.1 Optimasi Sistem KCS 11
Metode optimasi yang dilakukan adalah untuk mencari nilai Power Output
paling besar.
h in ( P , T ), m&

h out ( P , T ), m&

Gambar 4.3. Skematik turbin

Pturbin = m& ( hin − hout )η m ………………………………………………………..(4.1)

Pgen = Pturbin .η m , gen …………………………………………………………… (4.2)

Keterangan :

64

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


Pturbin = Power turbin ( kW )
Pgen = Power generator ( kW )
η m = efisiensi mekanikal turbin (%)
m& = mass flow ( kg / s )
hin = entalpi masuk ( kJ / kg )
hout = entalpi keluar ( kJ / kg )
Kalor yang dibutuhkan untuk membangkitkan daya dalam hal ini adalah
konstan, karena sumber brine water diasumsikan tidak berfluktuasi terhadap
waktu, maka nilai efisiensi exergi akan maksimum apabila Power Output (Power
yang dihasilkan generator) maksimum.
Optimasi yang dikerjakan pada siklus KCS 11 dilakukan pada beberapa
parameter sebagai variasi dalam mencari nilai optimal power output. Pada
simulasi akan ditentukan variasi konfigurasi dari komposisi ammonia-water.
Penentuan komposisi fraksi massa ammonia ini dapat diperoleh dengan
melakukan penelusuran dengan menjalankan simulasi berulang-ulang hingga
dicapai hasil konvergen dan sistem dengan power output paling besar. Dengan
memberikan input data fraksi massa ammonia tertentu maka simulasi akan
memberikan hasil data output yang benar dengan ditandai oleh tidak adanya pesan
peringatan yang muncul pada simulasi.

Contoh optimasi pada campuran ammonia-water 83.5% dengan kondisi awal


sebelum optimasi:
• Pout turbin = 9.9 bar
• h in =1784.17 kJ/kg pada suhu 1750C dan tekanan 34 bar
• h out = 1630.48 kJ/kg pada suhu 1150C dan tekanan 9.9 bar
• mass flow = 20.1 kg/s
• Delta Entalpi turbin = 1784.17kJ/kg-1630.48kJ/kg = 153.69 kJ/kg
• Suhu kondensat = 26.530C
Didapatkan dari hasil simulasi
Dengan efisiensi isentropik sebesar 70% dan efisiensi mekanikal-elektrikal 99%
Power Output : 3028.44 kW

65

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


Contraint atau batasan-batasan dalam metode optimasi :
• Temperatur dan tekanan masuk brine water adalah 1800C dan 10.2 bar
(Evaporator 1), temperatur dan tekanan keluar brine water adalah 800C
dan 9.2 bar (Evaporator 2) yang merupakan pemanfaatan optimal brine
water .
• Temperatur dan tekanan masuk cooling water adalah 230C dan 3 bar,
kenaikan temperatur cooling water adalah 90C.
• Delta TH Apparatus nomor 3 (Evaporator) DLTH = 50C.
• Fluida secondary stream yang keluar kondenser adalah kondensat dengan
quality vapor 0% atau saturated liquid dengan atau tanpa subcooling
dengan mengacu pada delta TL kondenser.
• Tekanan keluar pompa kondensat = 35 bar.
• Delta TL kondenser 0< DLTL 40C
• Pressure drop pada alat penukar kalor kecuali secondary stream pada
kondenser = 0.5 bar.
• Temperatur campuran (mixing) apparatus nomor 15 adalah kurang dari
Tout aliran sekunder Evaporator 1 supaya tidak terjadi crossing
temperature, dengan perbedaan maksimum sebesar 120C.
Optimasi dilakukan dengan mencari nilai tekanan optimal keluar turbin
sehingga dicapai delta entalpi maksimum pada turbin dengan memperhatikan
batasan-batasan di atas.
Dengan menggunakan penelusuran pada simulasi Cycle Tempo maka
didapatkan nilai optimal (tidak menyalahi constraint) pada proses optimasi sistem
dengan campuran ammonia-water 83.5% sebagai berikut :
• P out turbin = 9.2 bar
• h in = 1784.17 kJ/kg pada suhu 1750C dan tekanan 34 bar
• h out = 1622.05 kJ/kg pada suhu 112.80C dan tekanan 9.2 bar
• mass flow = 19.6 kg/s
• suhu kondensat = 23.460C
• Delta entalpi turbin = 1784.17kJ/kg-1622.05kJ/kg = 162.12 kJ/kg

66

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


Didapatkan dari hasil simulasi
Dengan efisiensi isentropik sebesar 70% dan efisiensi mekanikal-elektrikal 99%
Power Output = 3115.2 kW

Perbandingan Power Output KCS 11 Dengan Mass


Fraction 83.5%

3140
Sebelum Optimasi
3120 Setelah Optimasi
Power Output (kW)
3100
3080
3060
3040
3020
3000
2980

Gambar 4.4. Grafik perbandingan power output

Pada sistem Siklus Kalina setelah optimasi nilai entalpi pada sisi keluar
turbin lebih rendah dari kondisi sebelum optimasi sehingga menyebabkan power
output yang bisa dihasilkan lebih besar (terlihat pada grafik). Hal ini juga
mengakibatkan efisiensi energi dan exergi Siklus Kalina naik Nilai perbandingan
energi dan exergi yang mengalir pada kondisi sebelum dan sesudah optimasi
diberikan pada tabel IV.3. dan IV.4. Dari tabel bisa dilihat bahwa nilai exergi
yang mengalir ke turbin, pipa nomor 5 pada kondisi setelah optimasi lebih besar
daripada kondisi sebelum optimasi meskipun aliran exergi dari brine water, pipa 1
adalah sama untuk kedua kondisi tersebut. Nilai energi dan exergi yang diserap
serta energi dan exergi yang dideliver oleh sistem diberikan pada tabel IV.1. dan
IV.2. Gambar 4.5 dan 4.6 memperlihatkan perbedaan KCS 11 sebelum dan
sesudah optimasi.

67

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


p T
34.00 175.00 Pm = 3059.03 kW h Φm
1784.17 5.0866(s) ηi = 70 % p = Pressure [bar]
34.00 175.00
ΦH,trans = 17516 kW ηm = 99 % T = Temperature [°C]
1784.17 20.105
5 h = Enthalpy [kJ/kg]
Evaporator 1 Φm = Mass flow [kg/s]
9.700 100.00
Pel = 3028.44 kW P = Pow er [kW]
419.75 51.000 Vapor Turbine 5
ηm,e = 99 % ηi = Isentropic efficiency [%]
3
ηm,e = Mechanical*Electrical eff. [%]
9.700 100.00
H 9.900 115.40 ξ = Mass fraction [-]
11 419.75 51.000
4 1630.48 5.2566(s) ΦH,trans = Transmitted heat flow [kW]
Evaporator 2 34.00 105.40
HT Recuperator Pm = Mechanical Pow er [kW]
34.00 99.47
992.36 12.967 34.50 60.00 Pel = Electrical Pow er [kW]
912.94 20.105 7
1
22 10 8 167.79 12.967 X = Vapour quality [%]
H ηm = Mechanical efficiency [%] P = -186.83 kW
8.900 57.72
s = Entropy [kJ/kg.K] ηi = 75 %
4 942.03 20.105 ηm,el = 90 %
15 20 7 19 9 8.900 47.85
H 34.50 60.00 8.900 47.85
9.400 75.00 Drain Tank 100.00(X) 13.989
1 ΦH,trans = 4289.53 kW 167.79 7.138 1357.70 13.989
74.30(X) 20.105 2 11
21
34.50 60.00 ΦH,trans = 3149.51 kW Condenser
18
34.00 91.18 14 16 5.000 32.03
167.79 7.138 6 ΦH,trans = 18864.3 kW 13
768.69 7.138 9 8 134.66 502.000
12 9.200 80.00 17 2.500 32.00
H DRUM
335.64 51.000 9.400 13 134.33 502.000
10.20 180.00 75.00
763.20 51.000 2 1098.68 20.105 8.900 57.72 15 10
LT Recuperator 942.03 20.105 16 12
8.900 52.83
35.00 27.32
-1.10 6.117 3.000 23.00
11.14 20.105 8.900 26.53
96.75 502.000
6 6.03 20.105
P = -114.15 kW
8.900 57.72
ηi = 75 %
BRINE WATER 942.03 0.060 ηm,el = 90 %

BASIC MIXTURE
14 3
35.00 27.32 0.8350( ξ) 26.53
RICH MIXTURE
0.8350(ξ) 20.105 6.03 20.105
LEAN MIXTURE

COOLING WATER

Gambar 4.5. KCS 11 dengan fraksi massa ammonia by weight 83.5% sebelum optimasi

68

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


p T
34.00 175.00 Pm = 3146.69 kW h Φm
1784.17 5.0866(s) ηi = 70 % p = Pressure [bar]
34.00 175.00
ΦH,trans = 17516 kW ηm = 99 % T = Temperature [°C]
1784.17 19.606
5 h = Enthalpy [kJ/kg]
Evaporator 1 Φm = Mass flow [kg/s]
9.700 100.00
Pel = 3115.23 kW P = Pow er [kW]
419.75 51.000 Vapor Turbine 5
ηm,e = 99 % ηi = Isentropic efficiency [%]
3
ηm,e = Mechanical*Electrical eff. [%]
9.700 100.00
H 9.200 112.88 ξ = Mass fraction [-]
11 419.75 51.000
4 1622.05 5.2676(s) ΦH,trans = Transmitted heat flow [kW]
Evaporator 2 34.00 102.88
HT Recuperator Pm = Mechanical Pow er [kW]
34.00 97.98
959.91 12.479 34.50 60.00 Pel = Electrical Pow er [kW]
890.75 19.606 7
1
22 10 8 167.79 12.479 X = Vapour quality [%]
H ηm = Mechanical efficiency [%] P = -186.09 kW
8.200 56.09
s = Entropy [kJ/kg.K] ηi = 75 %
4 947.01 19.606 ηm,el = 90 %
15 20 7 19 9 8.100 45.74
H 34.50 60.00 8.100 45.74
8.700 75.00 Drain Tank 100.00(X) 13.801
1 ΦH,trans = 4289.53 kW 167.79 7.127 1356.64 13.801
75.35(X) 19.606 2 11
21
34.50 60.00 ΦH,trans = 3349.99 kW Condenser
18
34.00 91.23 14 16 5.000 32.03
167.79 7.127 6 ΦH,trans = 18789.2 kW 13
769.66 7.127 9 8 134.66 500.000
12 9.200 80.00 17 2.500 32.00
H DRUM
335.64 51.000 8.700 13 134.33 500.000
10.20 180.00 75.00
763.20 51.000 2 1117.88 19.606 8.200 56.09 15 10
LT Recuperator 947.01 19.606 16 12
8.100 49.43
35.00 24.25
-16.79 5.804 3.000 23.00
-3.08 19.606 8.100 23.46
96.75 500.000
6 -8.31 19.606
P = -113.99 kW
8.200 56.10
ηi = 75 %
BRINE WATER 947.01 0.079 ηm,el = 90 %

BASIC MIXTURE
14 3
35.00 24.25 0.8350(ξ) 23.46
RICH MIXTURE
0.8350(ξ) 19.606 -8.31 19.606
LEAN MIXTURE

COOLING WATER

Gambar 4.6. KCS 11 dengan fraksi massa ammonia by weight 83.5% setelah optimasi

69

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


Tabel IV.1. Data energi dan exergi KCS 11 83.5 % sesudah optimasi
No. Apparatus Type Energy Total (kW) Exergy Total
[kW] [kW] (kW)
Absorbed 3 Evaporator 1 12 17515.99 4634.18
power 4 Evaporator 2 6 4289.53 710.1

21805.52 5344.28
Delivered 1 Generator G 3115.23 3115.23
gross
power 3115.23 3115.23
Aux. power 13 Pump 8 186.09 186.09
consumption 14 Pump 8 113.99 113.99
300 300
Delivered
Net power 2815.23 2815.23
gross
Efisiensi (%) 14.28 58.29
net
(%) 12.9 52.7

Tabel IV.2 Data energi dan exergi KCS 11 83.5 % sebelum optimasi
No. Apparatus Type Energy Total (kW) Exergy Total
[kW] [kW] (kW)
Absorbed 3 Evaporator 1 12 17515.99 4634.18
power 4 Evaporator 2 6 4289.53 710.1

21805.52 5344.28
Delivered 1 Generator G 3028.44 3028.44
gross
power 3028.44 3028.44
Aux. power 13 Pump 8 186.83 186.83
consumption 14 Pump 8 114.55 114.55
301.38 301.38
Delivered
net
power 2727 2727
gross
Efisiensi (%) 13.8 56.6
net (%) 12.5 51

Dari data yang tersaji di atas nilai absorbed power dari brine water antara
siklus sebelum dan sesudah optimasi adalah konstan, tetapi nilai power yang
dihasilkan oleh siklus optimasi lebih besar. Hal ini disebabkan karena nilai exergi
(e5 − e 4 ) setelah optimasi yang ditansfer ke turbin lebih besar dari pada sebelum

optimasi dengan tingkat losses dan efisiensi yang sama pada turbin (lihat tabel
IV.3 dan IV.4).

70

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


Tabel IV. 3. Energi dan exergi flow Siklus Kalina 83.5 % sesudah optimasi
Therm.Mec. Chemical Total Exergy Therm.Mec.
Pipe Total Energy flow Energy flow energy flow Exergy flow
no. [kW] [kW] [kW] [kW] [kW]
1 32505.51 32505.51 0 6179.86 6179.86
32505.51 32505.51 6179.86 6179.86
2 18111.26 18111.26 0 4333.91 4333.91
18111.26 18111.26 4333.91 4333.91
3 21563.84 21563.84 0 4131.35 4131.35
21563.84 21563.84 4131.35 4131.35
4 10400.26 10400.26 0 6639.67 6639.67
10400.26 10400.26 6639.67 6639.67
5 13578.74 13578.74 0 10893.96 10893.96
13578.74 13578.74 10893.96 10893.96
6 21461.25 21461.25 0 4206.76 4206.76
21461.25 21461.25 4206.76 4206.76
7 515.78 515.78 0 4744.48 4744.48
515.78 515.78 4744.48 4744.48
8 11527.47 11527.47 0 2758.45 2758.45
11527.47 11527.47 2758.45 2758.45
9 2834.21 2834.21 0 4277.64 4277.64
2834.21 2834.21 4277.64 4277.64
10 1643 1643 0 4276.36 4276.36
1643 1643 4276.36 4276.36
11 14989.81 14989.81 0 1545.68 1545.68
14989.81 14989.81 1545.68 1545.68
12 10700.28 10700.28 0 835.58 835.58
10700.28 10700.28 835.58 835.58
13 1866.94 1866.94 0 2817.49 2817.49
14208.02 14208.02 2721.97 2721.97
14 966.48 966.48 0 1458.56 1458.56
966.48 966.48 1451.55 1451.55
15 7116.95 7116.95 0 760.6 760.6
7116.95 7116.95 760.6 760.6
16 4944.29 4944.29 0 92.27 92.27
4944.29 4944.29 92.27 92.27
17 1444.03 1444.03 0 30.05 30.05
1444.03 1444.03 30.05 30.05
18 1500.98 1500.98 0 72.85 72.85
1500.98 1500.98 72.85 72.85
19 6583.79 6583.79 0 1575.46 1575.46
6583.79 6583.79 1575.46 1575.46
20 2294.25 2294.25 0 2198.17 2198.17
2294.25 2294.25 2198.17 2198.17
21 17.42 17.42 0 1420.24 1420.24
17.42 17.42 1420.24 1420.24
22 3937.25 3937.25 0 6465.21 6465.21
3937.25 3937.25 6465.21 6465.21

71

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


Tabel IV.4. Energi dan exergi flow Siklus Kalina 83.5 % sebelum optimasi

Therm.Mec. Chemical Total Exergy Therm.Mec.


Pipe Total Energy flow
Energy flow energy flow Exergy flow
no. [kW] [kW] [kW] [kW] [kW]
1 32505.51 32505.51 0 6179.86 6179.86
32505.51 32505.51 6179.86 6179.86
2 18638.29 18638.29 0 4460.03 4460.03
18638.29 18638.29 4460.03 4460.03
3 21902.03 21902.03 0 4249.11 4249.11
21902.03 21902.03 4249.11 4249.11
4 10896.72 10896.72 0 7102.46 7102.46
10896.72 10896.72 7102.46 7102.46
5 13973.87 13973.87 0 11210.97 11210.97
13973.87 13973.87 11210.97 11210.97
6 21798.93 21798.93 0 4325.27 4325.27
21798.93 21798.93 4325.27 4325.27
7 90.1 90.1 0 5010.79 5010.79
90.1 90.1 5010.79 5010.79
8 12042.73 12042.73 0 2881.75 2881.75
12042.73 12042.73 2881.75 2881.75
9 3070.55 3070.55 0 4566.27 4566.27
3070.55 3070.55 4566.27 4566.27
10 1236.1 1236.1 0 4561.92 4561.92
1236.1 1236.1 4561.92 4561.92
11 14989.81 14989.81 0 1545.68 1545.68
14989.81 14989.81 1545.68 1545.68
12 10700.28 10700.28 0 835.58 835.58
10700.28 10700.28 835.58 835.58
13 2028.53 2028.53 0 3017.42 3017.42
14471.46 14471.46 2807.48 2807.48
14 1041.52 1041.52 0 1549.25 1549.25
1041.52 1041.52 1541.85 1541.85
15 7132.77 7132.77 0 805.24 805.24
7132.77 7132.77 805.24 805.24
16 4944.29 4944.29 0 92.27 92.27
4944.29 4944.29 92.27 92.27
17 1444.03 1444.03 0 30.05 30.05
1444.03 1444.03 30.05 30.05
18 1500.98 1500.98 0 72.85 72.85
1500.98 1500.98 72.85 72.85
19 6595.56 6595.56 0 1578.28 1578.28
6595.56 6595.56 1578.28 1578.28
20 2306.03 2306.03 0 2201.06 2201.06
2306.03 2306.03 2201.06 2201.06
21 12.46 12.46 0 1493.01 1493.01
12.46 12.46 1493.01 1493.01
22 3542.13 3542.13 0 6746.89 6746.89
3542.13 3542.13 6746.89 6746.89

72

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


4.2.2. Rangkuman Proses Optimasi KCS 11
Dalam melakukan optimasi dilihat kecenderungan simulasi bahwa sistem
siklus Kalina KCS 11 dapat memenuhi constraint di atas, dengan range sbb:
Fraksi massa : 83.5% - 88.5%
Tekanan optimasi (Pout turbin) : 9.2 bar – 9.9 bar
Dari simulasi Cycle Tempo didapatkan nilai range di atas yang
memberikan hasil konvergen pada simulasi. Sehingga untuk angka di luar range
tersebut akan menghasilkan error/peringatan pada simulasi karena salah satu
konstrainnya tidak terpenuhi. Nilai optimal didapatkan dengan memasukkan range
tekanan pada sistem dengan fraksi massa tertentu yang terdapat pada range fraksi
massa dan dicari nilai yang paling optimal yaitu sistem dengan nilai power output
paling besar. Tiap fraksi massa tertentu didapatkan nilai tekanan optimalnya
dengan nilai tekanan awal sebelum optimasi adalah 9.9 bar.
Tabel IV.5. Fraksi massa dan tekanan optimasi
Fraksi Tekanan Tekanan
Massa awal Optimal
(%) sebelum (bar)
ammonia optimasi
(bar)
83.5 9.9 9.2
84 9.9 9.2
84.5 9.9 9.3
85 9.9 9.3
85.5 9.9 9.4
86 9.9 9.5
86.5 9.9 9.5
87 9.9 9.6
87.5 9.9 9.7
88 9.9 9.7
88.5 9.9 9.8
Berikut adalah data rangkuman hasil simulasi :
Rangkuman ini berisi data hasil simulasi dengan proses optimasi pada tekanan
keluar turbin untuk fraksi massa yang berbeda-beda.
Tabel IV.6. Optimasi pada Pout turbin 9.2 bar
Efisiensi
Mass Fraction Power
Energy Energy Exergy Exergy Power
ammonia netto
gross Gross (kW)
(%) (kW)
(%) net (%) (%) net (%)
83.5 14.29 12.9 58.3 52.7 3115.23 2815
84 14.18 12.75 57.85 52.2 3091.93 2790.93

73

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


Tabel IV.7. Optimasi pada Pout turbin 9.3 bar
Efisiensi
Mass Fraction Power
Energy Energy Exergy Exergy Power
ammonia netto
gross gross (kW)
(%) (kW)
(%) net (%) (%) net (%)
83.5 14.23 12.85 58.05 52.42 3102.65 2802
84 14.12 12.74 57.62 52 3079.65 2778.65
84.5 14.01 12.6 57.18 51.5 3056.11 2755
85 13.9 12.5 56.75 51 3033.03 2732

Tabel IV.8. Optimasi pada Pout turbin 9.4 bar


Efisiensi
Mass Fraction Power
Energy Energy Exergy Exergy Power
ammonia netto
gross gross (kW)
(%) (kW)
(%) net (%) (%) net (%)
83.5 14.17109 12.79071 57.82032 52.18813 3090.08 2789.08
84 14.06217 12.68179 57.37592 51.74373 3066.33 2765.33
84.5 13.95573 12.57535 56.94163 51.30944 3043.12 2742.12
85 13.85145 12.47106 56.51613 50.88394 3020.38 2719.38
85.5 13.74909 12.3687 56.09848 50.46629 2998.06 2697.06

Tabel IV.9. Optimasi pada Pout turbin 9.5 bar


Efisiensi
Mass Fraction Power
Energy Energy Exergy Exergy Power
ammonia netto
gross gross (kW)
(%) (kW)
(%) net (%) (%) net (%)
83.5 14.11344 12.73306 57.58512 51.95293 3077.51 2776.51
84 14.0059 12.62552 57.14633 51.51414 3054.06 2753.06
84.5 13.90084 12.52045 56.71765 51.08546 3031.15 2730.15
85 13.79343 12.41305 56.27942 50.64723 3007.73 2706.73
85.5 13.69048 12.31009 55.85935 50.22716 2985.28 2684.28
86 13.58931 12.20893 55.44657 49.81438 2963.22 2662.22
86.5 13.48769 12.1073 55.03192 49.39973 2941.06 2640.06

Tabel IV.10. Optimasi pada Pout turbin 9.6 bar


Efisiensi
Mass Fraction Power
Energy Energy Exergy Exergy Power
ammonia netto
gross gross (kW)
(%) (kW)
(%) net (%) (%) net (%)
83.5 14.05584 12.67546 57.3501 51.71791 3064.95 2763.95
84 13.94968 12.56929 56.91693 51.28474 3041.8 2740.8
84.5 13.84127 12.46088 56.47459 50.8424 3018.16 2717.16
85 13.73542 12.35504 56.04272 50.41053 2995.08 2694.08

74

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


85.5 13.63182 12.25144 55.62003 49.98784 2972.49 2671.49
86 13.53015 12.14977 55.20519 49.573 2950.32 2649.32
86.5 13.43031 12.04993 54.79784 49.16565 2928.55 2627.55
87 13.33195 11.95156 54.39648 48.76429 2907.1 2606.1

Tabel IV.11. Optimasi pada Pout turbin 9.7 bar


Efisiensi
Mass Fraction Power
Energy Energy Exergy Exergy Power
ammonia netto
gross gross (kW)
(%) (kW)
(%) net (%) (%) net (%)
83.5 14.00081 12.62043 57.12556 51.49337 3052.95 2751.95
84 13.89102 12.51064 56.67761 51.04542 3029.01 2728.01
84.5 13.78169 12.40131 56.23152 50.59933 3005.17 2704.17
85 13.67741 12.29702 55.80602 50.17383 2982.43 2681.43
85.5 13.57532 12.19494 55.3895 49.75731 2960.17 2659.17
86 13.47099 12.09061 54.96381 49.33162 2937.42 2636.42
86.5 13.37079 11.9904 54.55496 48.92277 2915.57 2614.57
87 13.27233 11.89194 54.15323 48.52104 2894.1 2593.1
87.5 13.17345 11.79307 53.7498 48.11761 2872.54 2571.54
88 13.07976 11.69938 53.36753 47.73534 2852.11 2551.11

Tabel IV.12. Optimasi pada Pout turbin 9.8 bar


Efisiensi
Mass Fraction Power
Energy Energy Exergy Exergy Power
ammonia netto
gross gross (kW)
(%) (kW)
(%) net (%) (%) net (%)
83.5 13.9433 12.56292 56.89092 51.25873 3040.41 2739.41
84 13.83241 12.45203 56.43847 50.80628 3016.23 2715.23
84.5 13.72689 12.34651 56.00792 50.37573 2993.22 2692.22
85 13.61935 12.23897 55.56913 49.93694 2969.77 2668.77
85.5 13.51442 12.13404 55.14101 49.50882 2946.89 2645.89
86 13.41179 12.0314 54.72225 49.09006 2924.51 2623.51
86.5 13.31126 11.93088 54.31209 48.6799 2902.59 2601.59
87 13.21262 11.83223 53.9096 48.27741 2881.08 2580.08
87.5 13.11567 11.73529 53.51404 47.88185 2859.94 2558.94
88 13.02024 11.63985 53.12465 47.49246 2839.13 2538.13
88.5 12.92618 11.54579 52.74087 47.10868 2818.62 2517.62

75

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


Tabel IV.13. Optimasi pada Pout turbin 9.9 bar
Efisiensi
Mass Fraction power
Energy Energy Exergy Exergy Power
ammonia netto
gross (kW)
(%) (kW)
(%) net (%) gross (%) net (%)
83.5 13.888 12.50803 56.66 51.03475 3028.44 2727.44
84 13.776 12.3959 56.209 50.57725 3003.99 2702.99
84.5 13.6673 12.28698 55.765 50.13285 2980.24 2679.24
85 13.5613 12.18095 55.332 49.70024 2957.12 2656.12
85.5 13.4579 12.07754 54.91 49.27829 2934.57 2633.57
86 13.3525 11.9722 54.48 48.84849 2911.6 2610.6
86.5 13.253 11.87337 54.077 48.44525 2890.05 2589.05
87 13.1528 11.77248 53.665 48.0336 2868.05 2567.05
87.5 13.0577 11.67741 53.277 47.64571 2847.32 2546.32
88 12.9605 11.58019 52.881 47.24902 2826.12 2525.12
88.5 12.865 11.48471 52.491 46.85945 2805.3 2504.3

4.3 ANALISIS ENERGI DAN EXERGI KCS 11


Dari data yang diperoleh dapat dibuat grafik perpandingan power output
dari berbagai kondisi konfigurasi campuran ammonia-water. Pada konsep energi
yang berlaku hukum kekekalan energi yang mengatakan bahwa energi tidak dapat
dimusnahkan dan diciptakan namun bisa berpindah dari satu bentuk ke bentuk
yang lain. Pada konsep exergi mengatakan bahwa energi memiliki nilai potensi
yang dapat dimanfaatkan (useful) dan dapat habis dipakai. Nilai energi yang tidak
dapat dimanfaatkan ataupun yang tidak mempunyai potensi kerja disebut anergi.

Perbandingan Power Output

3150
Sebelum Optimasi
3100
Setelah Optimasi
3050
Power Output (kW)

3000

2950

2900

2850

2800

2750
83 83.5 84 84.5 85 85.5 86 86.5 87 87.5 88 88.5 89
M a ss Fra cti on Ammoni a by wei ght (%)

Gambar 4.7. Perbandingan Power Output pada konfigurasi fraksi massa

76

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


Keterangan :
I = Evaporator 1
II= Turbin
III= Node (mixer)
IV= Evaporator 2
V= HT Recuperator
VI= Node (splitter)
VII= LT Recuperator
VIII= Pompa Ammonia
IX= Drain Tank
X= Condenser

Satuan dalam kW

Gambar 4.8. Diagram aliran energi KCS 11 83.5 % ammonia kondisi optimal

77

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


Pada diagram aliran energi di atas terdapat nilai energi yang negatif yang
diakibatkan oleh nilai entalpi yang negatif (perhatikan pula skema hasil simulasi
KCS 11). Nilai aliran energi negatif ini muncul disebabkan nilai energi yang
diserap oleh cooling water supply cukup tinggi, sehingga selisih energi yang
dikeluarkan adalah negatif. Hal ini adalah wajar ketika melihat diagram T – X
yang dikeluarkan oleh ASHRAE (lampiran 4).
Daya yang diperoleh dari tiap simulasi yang dijalankan yakni pada fraksi
massa 83.5-88.5% diplot pada grafik 4.7. Hasil simulasi menunjukkan daya
keluaran akan semakin besar jika tekanan keluar turbin semakin kecil untuk mass
fraction tertentu. Tiap fraksi massa mempunyai nilai tekanan optimal yang
berbeda-beda seperti ditunjukkan tabel IV.5.
Sebagai contoh untuk fraksi massa 83.5 % nilai Power Output akan
semakin besar ketika tekanan sisi keluar turbin diperkecil dari 9.9 bar hingga
tekanan optimalnya yaitu 9.2 bar, hal ini terjadi karena perbedaan entalpi pada
turbin (hin-hout) semakin besar untuk tekanan sisi keluar turbin yang semakin
kecil, tentunya nilai range tekanan yang diberikan masih memenuhi konstrainnya.
Jika diperhatikan jumlah nilai energi dan exergi yang diserap oleh sistem
pada semua tingkatan optimasi adalah konstan yaitu 21805.52 kW dan 5344.28
kW, tetapi yang membedakannya adalah jumlah exergi delivernya. Dalam konsep
energi dikatakan bahwa energi yang diserap sama dengan energi yang dideliver,
oleh karena itu konsep energi tidak bisa menjelaskan kenapa untuk energi yang
diserap konstan tetapi nilai power output berbeda-beda. Hal ini bisa dijelaskan
dengan konsep exergi yang menyatakan bahwa exergi adalah maksimum potensial
kerja berguna yang bisa diambil dari sistem yang berinteraksi dengan
lingkungannya. Nilai potensial kerja berguna yang bisa diambil dari sistem adalah
berbeda-beda tergantung dari kondisi relatifnya terhadap lingkungan.
Penetapan nilai tekanan lingkungan dan temperatur lingkungan standar
akan membuat perhitungan exergi dimungkinkan. Sesuai dengan rumusan
umumnya :

78

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


Φ
φ= = E x = e − u0 + P0 (v − v0 ) − T0 ( s − s0 )
m
Pada sistem tertutup, availability yang dilambangkan dengan φ serupa
pengertiannya dengan exergi yang dilabangkan dengan Ex, namun pada kali ini
dead state pada varibel T0 dan P0, adalah sama dengan pada kedua wilayah ini (T0
= 30oC dan P0 = 1.013 bar). Nilai exergi delivered ini bukanlah nilai power yang
sesungguhnya, untuk menghitung nilai power yang sesungguhnya harus dikurangi
terlebih dahulu dengan nilai exergi lossesnya sesuai persamaan 3.14.

Perbandingan Exergi delivered pada turbin

4300
4250 Sebelum optimasi
Exergi delivered (kW)

4200 Setelah optimasi


4150
4100
4050
4000
3950
3900
3850
3800
83 84 85 86 87 88 89
Fraksi Massa ammonia (%)

Gambar 4.9. Exergi delivered pada turbin

Turbin merupakan alat ekspansi yang nilai kerja berada pada keadaan
steady-state dan steady flow [12] dengan rumusan net availability /exergi adalah
ψ 2 − ψ 1 = φQ − wact − icv , didalam rumusan ini hanya ada 1 inlet dan 1 outlet pada
turbin. Turbin pada penelitian ini tidak reversible sehingga kerja yang dihasilkan
adalah kerja aktual. Turbin sebagai alat irreversible ditandai dengan adanya nilai
delta entropi tidak sama dengan nol, artinya nilai efisiensi isentropis (persamaan
3.4) tidak mungkin mencapai 100%, sehingga nilai power aktual turbin lebih
kecil daripada turbin ideal. Konsekuansinya adalah dihasilkan irreversibility atau
disebut dengan losses /kerugian. Aliran exergi pada sistem serta losses yang
terjadi pada tiap apparatus dapat dijelaskan melalui diagram Grassman berikut ini.

79

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


Keterangan :
I = Evaporator 1
II= Turbin
III= Node (mixer)
IV= Evaporator 2
V= HT Recuperator
VI= Node (splitter)
VII= LT Recuperator
VIII= Pompa Ammonia
IX= Drain Tank
X= Condenser

Satuan dalam kW

Gambar 4.10. Diagram Grassman KCS 11 83.5 % ammonia kondisi optimal

80

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


Dari diagram Grassman gambar 4.10 nilai losses paling besar ada pada
turbin, sehingga tepat jika optimasi dilakukan pada turbin karena turbin sangat
berpengaruh pada hasil optimasi (power output) dibandingkan jika optimasi
dilakukan pada apparatus yang lain.
Konsekuensi yang harus diambil adalah dalam menentukan parameter
turbin harus diberikan nilai efisiensi isentropik yang sesuai. Peningkatan nilai
entropi akan meningkatkan irreversibility /kerugian pada turbin. Ketika
menjalankan optimasi pada sistem tidak hanya untuk melihat kemampuan sistem
meningkatkan nilai daya dan optimasi juga melihat letak optimasi dilakukan. Jika
dilihat irreversibility yang dihasilkan oleh turbin, maka selain optimasi pada
tekanan keluar turbin hal penting lainnya adalah menentukan spesifikasi
i , dan nilai
m,e , dari turbin, maka pemilihan turbin juga menjadi cara
untuk melakukan optimasi pada sistem KCS 11 ini.

Exergi losses turbin


Fraksi Massa ammonia 83.5%
1120 Fraksi Massa ammonia 84.5%
Fraksi Massa ammonia 85.5%
Fraksi Massa ammonia 86.5%
1100 Fraksi Massa ammonia 87.5%
Fraksi Massa ammonia 88.5%
Exergi losses (kW)

1080

1060

1040

1020

1000
9.1 9.2 9.3 9.4 9.5 9.6 9.7 9.8 9.9 10

Tekanan optimasi (bar)

Gambar 4.11. Exergi losses pada turbin


Untuk nilai fraksi massa tertentu misalkan 83.5 % dengan nilai tekanan
keluar sisi turbin yang berbeda memiliki nilai exergi yang berbeda-beda. Nilai
exergi ini adalah disebut juga availability yang menentukan jumlah kerja yang
bisa diproduksi pada turbin. Telah disampaikan sebelumnya bahwa nilai energi

81

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


yang dideliver ke sistem adalah konstan tetapi melalui analisis exergi, nilainya
tidak sama, artinya ketersedian pada tiap level tekanan berbeda-beda.
Ketersediaan atau availability adalah jumlah exergi yang mengalir
melewati turbin. Persamaan 3.14 bisa ditulis kembali :
E 5 − E 4 = W aktual + I t
E5 − E 4 = ( H 5 − H 4 ) + I t

Dengan
E = e.m&
H = h.m&
e = exergi ( kJ / kg )
h = entalpi ( kJ / kg )
Pipa yang menghubungkan turbin adalah pipa nomor 5 dan 4. Meskipun
exergi losses dari sistem dengan mass fraction 83.5% lebih besar tetapi nilai
exergi yang mengalir ( E 5 ) ke turbin lebih besar dengan demikian jumlah exergi

yang dapat dimanfaatkan menjadi kerja (W aktual=H5-H4) dapat lebih besar


dibandingkan pada sistem dengan mass fraction yang lain. Nilai exergi per satuan
massa didapatkan dari hubungan entalpi dan entropi serta nilai temperatur
lingkungan.
10893 kW

Losses
1107 kW

3146.7 kW

6639.8 kW

Gambar 4.12. Diagram Grassman pada turbin untuk sistem dengan


fraksi massa 83.5 % pada tekanan optimal 9.2 bar.
Nilai W aktual (W turbin) adalah nilai tenaga yang dihasilkan turbin yaitu
W aktual = m& ( hin − hout ) belum dikalikan kerugian gesekan pada turbin dan kerugian

gesekan pada generator. Untuk menghitung efisiensi sistem keseluruhan yang


diperhitungkan adalah power output yang keluar dari generator.

82

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


Untuk menghitung efisiensi exergi pada sistem keseluruhan maka
digunakan hubungan antara exergi pada turbin dan exergi yang diserap dari brine
water. Nilai exergi yang mengalir pada turbin dikurangi losses adalah Waktual.
Kemudian Waktual dikalikan efisiensi gesekan pada turbin dan generator
didapatkan nilai Pgenerator. Nilai Pgenerator inilah yang akan digunakan untuk
menghitung efisiensi sistem keseluruhan.
Pgen
η ex , gross = .................................................................................(4.2)
E absob1 + E absorb 2

Fraks i Mas s a am m onia 83.5 %


Grafik efisiensi exergi
Fraks i Mas s a am m onia 84.5%

Fraks i Mas s a am m onia 85.5%


59
Fraks i Mas s a am m onia 86.5%

58 Fraks i Mas s a am m onia 87.5%

Fraks i Mas s a am m onia 88.5%

57
Efisiensi exergi (%)

56

55

54

53

52
9.1 9.2 9.3 9.4 9.5 9.6 9.7 9.8 9.9 10

Tekanan Optimasi (bar)

Gambar 4.13. Nilai efisiensi exergi sistem terhadap tekanan optimasi


Sejalan dengan meningkatnya nilai daya dengan penurunan nilai tekanan
keluar turbin berturut-turut akan meningkatkan nilai efisiensi exergi atau
efektivitas sistem.
Analisis exergi pada sistem KCS 11 untuk kondisi lingkungan Indonesia
yang telah dipaparkan menjadi hal penting untuk memberikan panduan dalam
memilih komposisi fraksi massa dan tekanan optimasi yang optimal. Dari hasil
analisis menunjukkan bahwa fraksi massa dan tekanan keluar turbin dengan nilai
II serta kondisi konsekuensi dari sistem
yang diakibatkannya, maka fraksi massa fluida kerja, ammonia-water, 83.5% dan
tekanan optimasi sisi keluar turbin 9.2 bar memberikan nilai yang paling
memuaskan.

83

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN
Dari simulasi dan hasil perhitungan yang dilakukan dapat diperoleh
kesimpulan berupa :
1. Sistem siklus Kalina KCS 11 yang dicoba penerapannya untuk kondisi
suatu lapangan geotermal di Indonesia ternyata dapat menghasilkan daya
listrik di generator sebesar 3 MW.
2. Dari hasil analisis nilai daya listrik tertinggi dan efisiensi exergi tertinggi
diperoleh pada kondisi konfigurasi campuran ammonia-water 83.5% dan
tekanan optimasi 9.2 bar, yakni 3.115 MW.
3. Nilai efisiensi termal sistem KCS 11 dengan sumber brine water 1800C
sekitar 11-14%.
4. Analisis energi dan exergi dapat menjelaskan fenomena termodinamika
yang terjadi pada sistem pembangkit daya.
5. Penggunaan analisis exergi bisa menjelaskan bahwa untuk sumber energi
yang sama dapat dihasilkan nilai kerja berguna yang berbeda.
6. Konsep availability (exergy) atau ketersediaan dapat digunakan untuk
mencari nilai optimal dari suatu sistem termal.

84

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


5.2 SARAN
Dalam pembuatan tugas akhir ini, penulis mengalami beberapa hambatan.
Oleh karena itu, penulis menyarankan beberapa hal dibawah ini agar jika ada
pihak lain yang ingin menulis tentang analisis exergi dapat mengatasi masalahnya
dengan baik.
• Dalam analisis exergi penulis menggunakan bantuan software cycle
tempo. Penguasaan software ini membutuhkan waktu yang relatif lama.
Oleh karena itu, diharapkan agar pembaca terlebih dahulu menguasai
software ini dengan cepat dengan bantuan help pada software atau
bertanya kepada ahlinya
• Mempelajari dan memahami sistem energi dengan baik terkebih dahulu
sebelum melakukan simulasi dengan Cycle Tempo 5.0
• Penguasaan konsep exergi juga sebaiknya dilakukan secepatnya, karena
hal ini merupakan konsep dasar dalam penulisan tugas akhir ini.
Penguasaan konsep ini dapat menggunakan bantuan Dosen, buku-buku
exergi dan internet
• Lakukan studi banding dengan data real dilapangan sehingga hasil
simulasi dapat divalidasi.

85

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


DAFTAR ACUAN

[1] R. Maack and P. Valdimarsson (2002). Operating experience with Kalina power
plants, VDI- Berichte 1703 Geothermische Stromerzeugung, Potsdam 17 – 18.
Oktober 2002, ISBN 3-18-091703-2,

[2] A. Mlcak, Henry (2002)., “Kalina Cycle Concepts for Low Temperature
Geothermal”. Journal of Geothermal Resources Council Transaction vol. 26.
kiriman e-mail dari www.powereng.com, halaman 712, 708

[3] Yogesh Jaluria, Design and Optimization of Thermal System (Singapore:


McGraw-Hill, 1998), halaman 390

[4] Yogesh Jaluria, Design and Optimization of Thermal System (Singapore:


McGraw-Hill, 1998), halaman 448

[5] A. Mlcak, Henry (2001)., “Design and Start-Up of the 2 MW Kalina Cycle®
Orkuveita Húsavíkur Geothermal Power Plant in Iceland”. European Geotherma
Energy Council : 2nd Business Seminar EGEC 2001

[6] A. Mlcak, Henry, et al., Notes from the North: a Report on the Debut Year of
the 2 MW Kalina Cycle® Geothermal Power Plant in Húsavík, Iceland, USA,
April 2002.

[7] Syafaat, Muhammad., “Analisa Exergi pada Penentuan Konfigurasi Feedwater


Heater di PLTU 1 X 25 MW.” Skripsi, Program Sarjana Fakultas Teknik UI,
Depok, 2006/2007, hal 68.

[8] Delft University of Technology (TU Delft)., Cycle-Tempo Operation, halaman


89

86

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


[9] Valdimarsson, Pall, Prof. (2003). Production of electricity from geothermal
heat – efficiency calculation and ideal cycles. International Geothermal
Conference, Reykjavík, Sept. 2003.

[10] Vidal, A., et al. (2006), Analysis of a combined power and refrigeration cycle
by exergy method, journal of ScienceDirect.

Fundamental of Heat Exchanger


Design, (Canada: John Wiley & Son, 2003)

[12] Cengel, Yunus A., dan Boles, Michael A., Thermodynamic: an Engineering
Approach, 2nd Ed. (North America: McGraw-Hill., 1994), halaman 411.

[13] Delft University of Technology (TU Delft)., Reference Guide Cycle Tempo
Manual.

87

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


DAFTAR PUSTAKA
1. A. Mlcak, Henry., Kalina Cycle Concepts for Low Temperature Geothermal,
Geothermal Resources Council Transaction vol. 26. 22-25 September
2002. Exergy Inc.
2. A. Mlcak, Henry., Design and Start-Up of the 2 MW Kalina Cycle® Orkuveita
Húsavíkur Geothermal Power Plant in Iceland. European Geotherma
Energy Council : 2nd Business Seminar EGEC 2001. Exergy Inc.
3. A. Mlcak, Henry, et al., Notes from the North: a Report on the Debut Year of
the 2 MW Kalina Cycle® Geothermal Power Plant in Húsavík, Iceland,
USA, April 2002.
4. Bejan, Adrian., George Tsatsaronis., Michael Moran, Thermal Design &
Optimization (USA : John Willey & Sons.,1996)
5. Jaluria, Yogesh., Design and Optimization of Thermal Systems (Singapore:
McGraw-Hill Int. Ed., 1998)
6. Cengel, Yunus A., dan Boles, Michael A., Thermodynamics: an Engineering
Approach, 2nd Ed. (North America: McGraw-Hill., 1994)
7. Culp, Archie W Jr., Prinsip-Prinsip Konversi Energi, terj Darwin Sitompul
(Jakarta : Erlangga, 1989)
8. El-Wakil,M.M., Power Plant Technology (Singapore : McGraww Hill, 1984)
9. Kotas, TJ., The Exergy Method of Thermal Plant Analysis (Florida : Krieger.
1995)
10. Moran, J. Moran, Availability Analysis : A Guide to Efficient Energy Use
(USA : Prentice Hall, 1982)
11. R. Maack and P. Valdimarsson (2002). Operating experience with Kalina power
plants, VDI- Berichte 1703 Geothermische Stromerzeugung, Potsdam 17 – 18
Oktober 2002, ISBN 3-18-091703-2.
12. Richards, Donald E. Dan Wark,Kenneth JR., Thermodynamics, 6th Ed. (USA :
McGraw-Hill, 1999)
13. Valdimarsson, Pall, Prof. (2003). Production of electricity from geothermal
heat – efficiency calculation and ideal cycles. International Geothermal
Conference, Reykjavík, Sept. 2003.
(sumber : www.massengineers.com diakses tanggal 5 Desember 2007)

88

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


Lampiran 1, Skema Hasil Simulasi
p T
34.00 175.00 Pm = 3146.69 kW h Φm
1784.17 5.0866(s) η i = 70 % p = Pressure [bar]
34.00 175.00
ΦH,trans = 17516 kW η m = 99 % T = Temperature [°C]
1784.17 19.606
5 h = Enthalpy [kJ/kg]
Evaporator 1 Φm = Mass flow [kg/s]
9.700 100.00
Pel = 3115.23 kW P = Pow er [kW]
419.75 51.000 Vapor Turbine 5
η m,e = 99 % η i = Isentropic efficiency [%]
3
η m,e = Mechanical*Electrical eff. [%]
9.700 100.00
H ξ = Mass fraction [-]
11 419.75 51.000
4 9.200 112.88 ΦH,trans = Transmitted heat flow [kW]
Evaporator 2 34.00 102.88 Pm = Mechanical Pow er [kW]
34.00 97.98 HT Recuperator 1622.05 5.2676(s)
959.91 12.479 34.50 60.00 Pel = Electrical Pow er [kW]
890.75 19.606 7
1
22 10 8 167.79 12.479 X = Vapour quality [%]
H η m = Mechanical efficiency [%] P = -186.09 kW
8.200 56.09
s = Entropy [kJ/kg.K] η i = 75 %
4 947.01 19.606 η m,el = 90 %
15 20 7 19 9 8.100 45.74
H 34.50 60.00 8.100 45.74
8.700 75.00 Drain Tank 100.00(X) 13.801
1 ΦH,trans = 4289.53 kW 167.79 7.127 1356.64 13.801
75.35(X) 19.606 2 11
21
34.50 60.00 ΦH,trans = 3349.99 kW Condenser
18
34.00 91.23 14 16 5.000 32.03
167.79 7.127 6 ΦH,trans = 18789.2 kW 13
769.66 7.127 9 8 134.66 500.000
12 9.200 80.00 17 2.500 32.00
H DRUM
335.64 51.000 8.700 13 134.33 500.000
10.20 180.00 75.00
763.20 51.000 2 1117.88 19.606 8.200 56.09 15 10
LT Recuperator 947.01 19.606 16 12
8.100 49.43
35.00 24.25
-16.79 5.804 3.000 23.00
BRINE WATER -3.08 19.606 8.100 23.46
96.75 500.000
6 -8.31 19.606
BASIC MIXTURE P = -113.99 kW
8.200 56.10
η i = 75 %
947.01 0.079 η m,el = 90 %
RICH MIXTURE

LEAN MIXTURE 14 3
35.00 24.25 0.8350( ξ) 23.46
COOLING WATER 0.8350( ξ) 19.606 -8.31 19.606

Skema 1, KCS 11 dengan fraksi massa ammonia 83.5% pada kondisi optimal

89

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


p T
34.00 175.00 Pm = 3059.03 kW h Φm
1784.17 5.0866(s) η i = 70 % p = Pressure [bar]
34.00 175.00
ΦH,trans = 17516 kW η m = 99 % T = Temperature [°C]
1784.17 20.105
5 h = Enthalpy [kJ/kg]
Evaporator 1 Φm = Mass flow [kg/s]
9.700 100.00
Pel = 3028.44 kW P = Pow er [kW]
419.75 51.000 Vapor Turbine 5
η m,e = 99 % η i = Isentropic efficiency [%]
3
η m,e = Mechanical*Electrical eff. [%]
9.700 100.00
H ξ = Mass fraction [-]
11 419.75 51.000
4 9.900 115.40 ΦH,trans = Transmitted heat flow [kW]
Evaporator 2 34.00 105.40 Pm = Mechanical Pow er [kW]
34.00 99.47 HT Recuperator 1630.48 5.2566(s)
992.36 12.967 34.50 60.00 Pel = Electrical Pow er [kW]
912.94 20.105 7
1
22 10 8 167.79 12.967 X = Vapour quality [%]
H η m = Mechanical efficiency [%] P = -186.83 kW
8.900 57.57
s = Entropy [kJ/kg.K] η i = 75 %
4 940.30 20.105 η m,el = 90 %
15 20 7 19 9 8.800 47.60
H 34.50 60.00 8.800 47.60
9.400 75.00 Drain Tank 100.00(X) 13.973
1 ΦH,trans = 4289.53 kW 167.79 7.138 1357.59 13.973
74.30(X) 20.105 2 11
21
34.50 60.00 ΦH,trans = 3184.22 kW Condenser
18
34.00 91.18 14 16 5.000 32.03
167.79 7.138 6 ΦH,trans = 18864.3 kW 13
768.69 7.138 9 8 134.66 502.000
12 9.200 80.00 17 2.500 32.00
H DRUM
335.64 51.000 9.400 13 134.33 502.000
10.20 180.00 75.00
763.20 51.000 2 1098.68 20.105 8.900 57.57 15 10
LT Recuperator 940.30 20.105 16 12
8.800 52.42
35.00 26.95
-3.01 6.132 3.000 23.00
BRINE WATER 9.41 20.105 8.800 26.16
96.75 502.000
6 4.29 20.105
BASIC MIXTURE P = -114.49 kW
8.900 57.57
η i = 75 %
940.30 0.060 η m,el = 90 %
RICH MIXTURE

LEAN MIXTURE 14 3
35.00 26.95 0.8350( ξ) 26.16
COOLING WATER 0.8350( ξ) 20.105 4.29 20.105

Skema 2, KCS 11 dengan fraksi massa ammonia 83.5 % kondisi sebelum optimasi

90

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


p T
34.00 175.00 Pm = 3123.16 kW h Φm
1779.23 5.0776(s) η i = 70 % p = Pressure [bar]
34.00 175.00
ΦH,trans = 17516 kW η m = 99 % T = Temperature [°C]
1779.23 19.949
5 h = Enthalpy [kJ/kg]
Evaporator 1 Φm = Mass flow [kg/s]
9.700 100.00
Pel = 3091.93 kW P = Pow er [kW]
419.75 51.000 Vapor Turbine 5
η m,e = 99 % η i = Isentropic efficiency [%]
3
η m,e = Mechanical*Electrical eff. [%]
9.700 100.00
H ξ = Mass fraction [-]
11 419.75 51.000
4 9.200 112.11 ΦH,trans = Transmitted heat flow [kW]
Evaporator 2 34.00 102.11 Pm = Mechanical Pow er [kW]
34.00 96.19 HT Recuperator 1617.13 5.2586(s)
964.96 11.953 34.50 60.00 Pel = Electrical Pow er [kW]
879.18 19.461 7
1
22 10 8 171.30 11.953 X = Vapour quality [%]
H η m = Mechanical efficiency [%] P = -186.09 kW
8.200 55.76
s = Entropy [kJ/kg.K] η i = 75 %
4 957.67 19.461 η m,el = 90 %
15 20 7 19 9 8.100 45.74
H 34.50 60.00 8.100 45.74
8.700 74.99 Drain Tank 100.00(X) 13.834
1 ΦH,trans = 4289.53 kW 171.30 7.508 1356.64 13.834
76.22(X) 19.461 2 11
21
34.50 60.00 ΦH,trans = 3347.07 kW Condenser
18
34.00 89.20 14 16 5.000 32.03
171.30 7.508 6 ΦH,trans = 18789.2 kW 13
742.63 7.508 9 8 134.66 500.000
12 9.200 80.00 17 2.500 32.00
H DRUM
335.64 51.000 8.700 13 134.33 500.000
10.20 180.00 74.99
763.20 51.000 2 1129.66 19.461 8.200 55.76 15 10
LT Recuperator 957.67 19.461 16 12
8.100 49.43
35.00 24.06
-16.79 5.627 3.000 23.00
BRINE WATER -0.68 19.461 8.100 23.26
96.75 500.000
6 -5.93 19.461
BASIC MIXTURE P = -113.50 kW
8.200 55.77
η i = 75 %
957.67 0.049 η m,el = 90 %
RICH MIXTURE

LEAN MIXTURE 14 3
35.00 24.06 0.8400( ξ) 23.26
COOLING WATER 0.8400( ξ) 19.461 -5.93 19.461

Skema 3, KCS 11 dengan fraksi massa ammonia 84 % kondisi optimal

91

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


p T
34.00 175.00 Pm = 3034.33 kW h Φm
1779.23 5.0776(s) ηi = 70 % p = Pressure [bar]
34.00 175.00
ΦH,trans = 17516 kW ηm = 99 % T = Temperature [°C]
1779.23 19.949
5 h = Enthalpy [kJ/kg]
Evaporator 1 Φm = Mass flow [kg/s]
9.700 100.00
Pel = 3003.99 kW P = Pow er [kW]
419.75 51.000 Vapor Turbine 5
ηm,e = 99 % ηi = Isentropic efficiency [%]
3
ηm,e = Mechanical*Electrical eff. [%]
9.700 100.00
H ξ = Mass fraction [-]
11 419.75 51.000
4 9.900 114.64 ΦH,trans = Transmitted heat flow [kW]
Evaporator 2 34.00 104.63 Pm = Mechanical Pow er [kW]
34.00 97.60 HT Recuperator 1625.59 5.2481(s)
997.50 12.432 34.50 60.00 Pel = Electrical Pow er [kW]
901.21 19.949 7
1
22 10 8 171.30 12.432 X = Vapour quality [%]
H ηm = Mechanical efficiency [%] P = -186.83 kW
8.900 57.24
s = Entropy [kJ/kg.K] ηi = 75 %
4 951.21 19.949 ηm,el = 90 %
15 20 7 19 9 8.800 47.60
H 34.50 60.00 8.800 47.60
9.400 75.01 Drain Tank 100.00(X) 14.006
1 ΦH,trans = 4289.53 kW 171.30 7.517 1357.59 14.006
75.19(X) 19.949 2 11
21
34.50 60.00 ΦH,trans = 3181.99 kW Condenser
18
34.00 89.18 14 16 5.000 32.03
171.30 7.517 6 ΦH,trans = 18864.3 kW 13
741.95 7.517 9 8 134.66 502.000
12 9.200 80.00 17 2.500 32.00
H DRUM
335.64 51.000 9.400 13 134.33 502.000
10.20 180.00 75.01
763.20 51.000 2 1110.71 19.949 8.900 57.24 15 10
LT Recuperator 951.21 19.949 16 12
8.800 52.42
35.00 26.75
-3.01 5.943 3.000 23.00
BRINE WATER 11.80 19.949 8.800 25.96
96.75 502.000
6 6.66 19.949
BASIC MIXTURE P = -113.97 kW
8.900 57.24
ηi = 75 %
951.21 0.028 ηm,el = 90 %
RICH MIXTURE

LEAN MIXTURE 14 3
35.00 26.75 0.8400(ξ) 25.96
COOLING WATER 0.8400(ξ) 19.949 6.66 19.949

Skema 4, KCS 11 dengan fraksi massa ammonia 84 % kondisi sebelum optimasi

92

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


p T
34.00 175.00 Pm = 3086.98 kW h Φm
1774.30 5.0685(s) η i = 70 % p = Pressure [bar]
34.00 175.00
ΦH,trans = 17516 kW η m = 99 % T = Temperature [°C]
1774.30 19.388
5 h = Enthalpy [kJ/kg]
Evaporator 1 Φm = Mass flow [kg/s]
9.700 100.00
Pel = 3056.11 kW P = Pow er [kW]
419.75 51.000 Vapor Turbine 5
η m,e = 99 % η i = Isentropic efficiency [%]
3
η m,e = Mechanical*Electrical eff. [%]
9.700 100.00
H ξ = Mass fraction [-]
11 419.75 51.000
4 9.300 111.71 ΦH,trans = Transmitted heat flow [kW]
Evaporator 2 34.00 101.71 Pm = Mechanical Pow er [kW]
34.00 94.65 HT Recuperator 1613.47 5.2483(s)
974.94 11.505 34.50 60.00 Pel = Electrical Pow er [kW]
870.86 19.388 7
1
22 10 8 174.84 11.505 X = Vapour quality [%]
H η m = Mechanical efficiency [%] P = -186.09 kW
8.300 55.64
s = Entropy [kJ/kg.K] η i = 75 %
4 967.43 19.388 η m,el = 90 %
15 20 7 19 9 8.200 46.02
H 34.50 60.00 8.200 46.02
8.800 75.00 Drain Tank 100.00(X) 13.884
1 ΦH,trans = 4289.53 kW 174.84 7.883 1356.79 13.884
76.95(X) 19.388 2 11
21
34.50 60.00 ΦH,trans = 3320.34 kW Condenser
18
34.00 87.52 14 16 5.000 32.03
174.84 7.883 6 ΦH,trans = 18789.2 kW 13
718.97 7.883 9 8 134.66 500.000
12 9.200 80.00 17 2.500 32.00
H DRUM
335.64 51.000 8.800 13 134.33 500.000
10.20 180.00 75.00
763.20 51.000 2 1138.69 19.388 8.300 55.64 15 10
LT Recuperator 967.43 19.388 16 12
8.200 49.87
35.00 24.27
-14.77 5.504 3.000 23.00
BRINE WATER 3.58 19.388 8.200 23.46
96.75 500.000
6 -1.67 19.388
BASIC MIXTURE P = -113.11 kW
8.300 55.64
η i = 75 %
967.43 0.000 η m,el = 90 %
RICH MIXTURE

LEAN MIXTURE 14 3
35.00 24.27 0.8450( ξ) 23.46
COOLING WATER 0.8450( ξ) 19.388 -1.67 19.388

Skema 5, KCS 11 dengan fraksi massa ammonia 84.5% kondisi optimal

93

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


p T
34.00 175.00 Pm = 3010.34 kW h Φm
1774.30 5.0685(s) η i = 70 % p = Pressure [bar]
34.00 175.00
ΦH,trans = 17516 kW η m = 99 % T = Temperature [°C]
1774.30 19.796
5 h = Enthalpy [kJ/kg]
Evaporator 1 Φm = Mass flow [kg/s]
9.700 100.00
Pel = 2980.24 kW P = Pow er [kW]
419.75 51.000 Vapor Turbine 5
η m,e = 99 % η i = Isentropic efficiency [%]
3
η m,e = Mechanical*Electrical eff. [%]
9.700 100.00
H ξ = Mass fraction [-]
11 419.75 51.000
4 9.900 113.86 ΦH,trans = Transmitted heat flow [kW]
Evaporator 2 34.00 103.86 Pm = Mechanical Pow er [kW]
34.00 95.78 HT Recuperator 1620.69 5.2393(s)
1002.56 11.909 34.50 60.00 Pel = Electrical Pow er [kW]
889.48 19.796 7
1
22 10 8 174.84 11.909 X = Vapour quality [%]
H η m = Mechanical efficiency [%] P = -187.95 kW
8.900 56.93
s = Entropy [kJ/kg.K] η i = 75 %
4 962.13 19.796 η m,el = 90 %
15 20 7 19 9 8.800 47.60
H 34.50 60.00 8.800 47.60
9.400 75.00 Drain Tank 100.00(X) 14.123
1 ΦH,trans = 4289.53 kW 174.84 7.887 1357.59 14.123
76.08(X) 19.796 2 11
21
34.50 60.00 ΦH,trans = 3179.41 kW Condenser
18
34.00 87.51 14 16 5.000 32.03
174.84 7.887 6 ΦH,trans = 18977.1 kW 13
718.73 7.887 9 8 134.66 505.000
12 9.200 80.00 17 2.500 32.00
H DRUM
335.64 51.000 9.400 13 134.33 505.000
10.20 180.00 75.00
763.20 51.000 2 1122.74 19.796 8.900 56.93 15 10
LT Recuperator 962.13 19.796 16 12
8.800 52.42
35.00 26.56
-3.01 5.673 3.000 23.00
BRINE WATER 14.23 19.796 8.800 25.76
96.75 505.000
6 9.07 19.796
BASIC MIXTURE P = -113.46 kW
8.900 56.93
η i = 75 %
962.13 0.151 η m,el = 90 %
RICH MIXTURE

LEAN MIXTURE 14 3
35.00 26.56 0.8450( ξ) 25.76
COOLING WATER 0.8450( ξ) 19.796 9.07 19.796

Skema 6, KCS 11 dengan fraksi massa ammonia 84.5 % kondisi sebelum optimasi

94

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


p T
34.00 175.00 Pm = 3063.67 kW h Φm
1769.36 5.0593(s) η i = 70 % p = Pressure [bar]
34.00 175.00
ΦH,trans = 17515.9 kW η m = 99 % T = Temperature [°C]
1769.36 19.248
5 h = Enthalpy [kJ/kg]
Evaporator 1 Φm = Mass flow [kg/s]
9.700 100.00
Pel = 3033.03 kW P = Pow er [kW]
419.75 51.000 Vapor Turbine 5
η m,e = 99 % η i = Isentropic efficiency [%]
3
η m,e = Mechanical*Electrical eff. [%]
9.700 100.00
H ξ = Mass fraction [-]
11 419.75 51.000
4 9.300 110.92 ΦH,trans = Transmitted heat flow [kW]
Evaporator 2 34.00 100.92 Pm = Mechanical Pow er [kW]
34.00 92.97 HT Recuperator 1608.58 5.2397(s)
980.05 10.999 34.50 60.00 Pel = Electrical Pow er [kW]
859.34 19.248 7
1
22 10 8 178.40 10.999 X = Vapour quality [%]
H η m = Mechanical efficiency [%] P = -187.95 kW
8.300 55.28
s = Entropy [kJ/kg.K] η i = 75 %
4 978.17 19.248 η m,el = 90 %
15 20 7 19 9 8.200 46.02
H 34.50 60.00 8.200 46.02
8.800 74.99 Drain Tank 100.00(X) 14.055
1 ΦH,trans = 4289.53 kW 178.40 8.249 1356.79 14.055
77.82(X) 19.248 2 11
21
34.50 60.00 ΦH,trans = 3317.04 kW Condenser
18
34.00 86.09 14 16 5.000 32.03
178.40 8.249 6 ΦH,trans = 18977.1 kW 13
698.40 8.249 9 8 134.66 505.000
12 9.200 80.00 17 2.500 32.00
H DRUM
335.64 51.000 8.800 13 134.33 505.000
10.20 180.00 74.99
763.20 51.000 2 1150.51 19.248 8.300 55.28 15 10
LT Recuperator 978.17 19.248 16 12
8.200 49.87
35.00 24.09
-14.77 5.193 3.000 23.00
BRINE WATER 6.07 19.248 8.200 23.27
96.75 505.000
6 0.80 19.248
BASIC MIXTURE P = -112.65 kW
8.300 55.29
η i = 75 %
978.17 0.235 η m,el = 90 %
RICH MIXTURE

LEAN MIXTURE 14 3
35.00 24.09 0.8500( ξ) 23.27
COOLING WATER 0.8500( ξ) 19.248 0.80 19.248

Skema 7, KCS 11 dengan fraksi massa ammonia 85 % kondisi optimal

95

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


p T
34.00 175.00 Pm = 2986.99 kW h Φm
1769.36 5.0593(s) η i = 70 % p = Pressure [bar]
34.00 175.00
ΦH,trans = 17515.9 kW η m = 99 % T = Temperature [°C]
1769.36 19.646
5 h = Enthalpy [kJ/kg]
Evaporator 1 Φm = Mass flow [kg/s]
9.700 100.00
Pel = 2957.12 kW P = Pow er [kW]
419.75 51.000 Vapor Turbine 5
η m,e = 99 % η i = Isentropic efficiency [%]
3
η m,e = Mechanical*Electrical eff. [%]
9.700 100.00
H ξ = Mass fraction [-]
11 419.75 51.000
4 9.900 113.07 ΦH,trans = Transmitted heat flow [kW]
Evaporator 2 34.00 103.07 Pm = Mechanical Pow er [kW]
34.00 94.02 HT Recuperator 1615.78 5.2306(s)
1007.64 11.396 34.50 60.00 Pel = Electrical Pow er [kW]
877.77 19.646 7
1
22 10 8 178.40 11.396 X = Vapour quality [%]
H η m = Mechanical efficiency [%] P = -187.95 kW
8.900 56.58
s = Entropy [kJ/kg.K] η i = 75 %
4 973.08 19.646 η m,el = 90 %
15 20 7 19 9 8.800 47.60
H 34.50 60.00 8.800 47.60
9.400 75.00 Drain Tank 100.00(X) 14.158
1 ΦH,trans = 4289.53 kW 178.40 8.250 1357.59 14.158
76.98(X) 19.646 2 11
21
34.50 60.00 ΦH,trans = 3176.52 kW Condenser
18
34.00 86.09 14 16 5.000 32.03
178.40 8.250 6 ΦH,trans = 18977.1 kW 13
698.36 8.250 9 8 134.66 505.000
12 9.200 80.00 17 2.500 32.00
H DRUM
335.64 51.000 9.400 13 134.33 505.000
10.20 180.00 75.00
763.20 51.000 2 1134.77 19.646 8.900 56.58 15 10
LT Recuperator 973.08 19.646 16 12
8.800 52.42
35.00 26.38
-3.01 5.488 3.000 23.00
BRINE WATER 16.71 19.646 8.800 25.57
96.75 505.000
6 11.54 19.646
BASIC MIXTURE P = -112.96 kW
8.900 56.58
η i = 75 %
973.08 0.123 η m,el = 90 %
RICH MIXTURE

LEAN MIXTURE 14 3
35.00 26.38 0.8500( ξ) 25.57
COOLING WATER 0.8500( ξ) 19.646 11.54 19.646

Skema 8, KCS 11 dengan fraksi massa 85% kondisi sebelum optimasi

96

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


p T
34.00 175.00 Pm = 2993.15 kW h Φm
1759.49 5.0407(s) η i = 70 % p = Pressure [bar]
34.00 175.00
ΦH,trans = 17515.9 kW η m = 99 % T = Temperature [°C]
1759.49 19.101
5 h = Enthalpy [kJ/kg]
Evaporator 1 Φm = Mass flow [kg/s]
9.700 100.00
Pel = 2963.22 kW P = Pow er [kW]
419.75 51.000 Vapor Turbine 5
η m,e = 99 % η i = Isentropic efficiency [%]
3
η m,e = Mechanical*Electrical eff. [%]
9.700 100.00
H ξ = Mass fraction [-]
11 419.75 51.000
4 9.500 110.01 ΦH,trans = Transmitted heat flow [kW]
Evaporator 2 34.00 100.02 Pm = Mechanical Pow er [kW]
34.00 90.14 HT Recuperator 1601.20 5.2184(s)
999.47 10.145 34.50 60.00 Pel = Electrical Pow er [kW]
842.46 19.101 7
1
22 10 8 185.61 10.145 X = Vapour quality [%]
H η m = Mechanical efficiency [%] P = -187.95 kW
8.500 55.01
s = Entropy [kJ/kg.K] η i = 75 %
4 998.10 19.101 η m,el = 90 %
15 20 7 19 9 8.400 46.55
H 34.50 60.00 8.400 46.55
9.000 75.00 Drain Tank 100.00(X) 14.157
1 ΦH,trans = 4289.53 kW 185.61 8.956 1357.08 14.157
79.31(X) 19.101 2 11
21
34.50 60.00 ΦH,trans = 3262.95 kW Condenser
18
34.00 83.82 14 16 5.000 32.03
185.61 8.956 6 ΦH,trans = 18977.1 kW 13
664.59 8.956 9 8 134.66 505.000
12 9.200 80.00 17 2.500 32.00
H DRUM
335.64 51.000 9.000 13 134.33 505.000
10.20 180.00 75.00
763.20 51.000 2 1168.93 19.101 8.500 55.01 15 10
LT Recuperator 998.10 19.101 16 12
8.400 50.74
35.00 24.51
-10.78 4.944 3.000 23.00
BRINE WATER 14.78 19.101 8.400 23.69
96.75 505.000
6 9.51 19.101
BASIC MIXTURE P = -111.86 kW
8.500 55.00
η i = 75 %
998.10 0.141 η m,el = 90 %
RICH MIXTURE

LEAN MIXTURE 14 3
35.00 24.51 0.8600( ξ) 23.69
COOLING WATER 0.8600( ξ) 19.101 9.51 19.101

Skema 9, KCS 11 dengan fraksi massa ammonia 86% kondisi optimal

97

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


p T
34.00 175.00 Pm = 2941.01 kW h Φm
1759.49 5.0407(s) η i = 70 % p = Pressure [bar]
34.00 175.00
ΦH,trans = 17515.9 kW η m = 99 % T = Temperature [°C]
1759.49 19.353
5 h = Enthalpy [kJ/kg]
Evaporator 1 Φm = Mass flow [kg/s]
9.700 100.00
Pel = 2911.60 kW P = Pow er [kW]
419.75 51.000 Vapor Turbine 5
η m,e = 99 % η i = Isentropic efficiency [%]
3
η m,e = Mechanical*Electrical eff. [%]
9.700 100.00
H ξ = Mass fraction [-]
11 419.75 51.000
4 9.900 111.44 ΦH,trans = Transmitted heat flow [kW]
Evaporator 2 34.00 101.44 Pm = Mechanical Pow er [kW]
34.00 90.74 HT Recuperator 1605.99 5.2126(s)
1017.65 10.401 34.50 60.00 Pel = Electrical Pow er [kW]
854.42 19.353 7
1
22 10 8 185.61 10.401 X = Vapour quality [%]
H η m = Mechanical efficiency [%] P = -187.95 kW
8.900 55.90
s = Entropy [kJ/kg.K] η i = 75 %
4 995.02 19.353 η m,el = 90 %
15 20 7 19 9 8.800 47.60
H 34.50 60.00 8.800 47.60
9.400 74.99 Drain Tank 100.00(X) 14.226
1 ΦH,trans = 4289.53 kW 185.61 8.952 1357.59 14.226
78.76(X) 19.353 2 11
21
34.50 60.00 ΦH,trans = 3170.08 kW Condenser
18
34.00 83.83 14 16 5.000 32.03
185.61 8.952 6 ΦH,trans = 18977.1 kW 13
664.77 8.952 9 8 134.66 505.000
12 9.200 80.00 17 2.500 32.00
H DRUM
335.64 51.000 9.400 13 134.33 505.000
10.20 180.00 74.99
763.20 51.000 2 1158.82 19.353 8.900 55.90 15 10
LT Recuperator 995.02 19.353 16 12
8.800 52.42
35.00 26.02
-3.01 5.127 3.000 23.00
BRINE WATER 21.81 19.353 8.800 25.20
96.75 505.000
6 16.60 19.353
BASIC MIXTURE P = -112.00 kW
8.900 55.90
η i = 75 %
995.02 0.062 η m,el = 90 %
RICH MIXTURE

LEAN MIXTURE 14 3
35.00 26.02 0.8600( ξ) 25.20
COOLING WATER 0.8600( ξ) 19.353 16.60 19.353

Skema 10, KCS 11 dengan fraksi massa ammonia 86% kondisi sebelum optimasi

98

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


p T
34.00 175.00 Pm = 2901.56 kW h Φm
1744.69 5.0120(s) η i = 70 % p = Pressure [bar]
34.00 175.00
ΦH,trans = 17515.9 kW η m = 99 % T = Temperature [°C]
1744.69 18.816
5 h = Enthalpy [kJ/kg]
Evaporator 1 Φm = Mass flow [kg/s]
9.700 100.00
Pel = 2872.54 kW P = Pow er [kW]
419.75 51.000 Vapor Turbine 5
η m,e = 99 % η i = Isentropic efficiency [%]
3
η m,e = Mechanical*Electrical eff. [%]
9.700 100.00
H ξ = Mass fraction [-]
11 419.75 51.000
4 9.700 108.14 ΦH,trans = Transmitted heat flow [kW]
Evaporator 2 34.00 98.14 Pm = Mechanical Pow er [kW]
34.00 86.24 HT Recuperator 1588.92 5.1879(s)
1023.34 8.858 34.50 60.00 Pel = Electrical Pow er [kW]
813.78 18.816 7
1
22 10 8 196.59 8.858 X = Vapour quality [%]
H η m = Mechanical efficiency [%] P = -189.06 kW
8.700 54.32
s = Entropy [kJ/kg.K] η i = 75 %
4 1029.38 18.816 η m,el = 90 %
15 20 7 19 9 8.600 47.08
H 34.50 60.00 8.600 47.08
9.200 75.00 Drain Tank 100.00(X) 14.377
1 ΦH,trans = 4289.53 kW 196.59 9.958 1357.34 14.377
81.70(X) 18.816 2 11
ΦH,trans = 3204.74 kW 21
34.50 60.00 Condenser
18
34.00 81.35 14 16 5.000 32.03
196.59 9.958 6 ΦH,trans = 19089.8 kW 13
627.36 9.958 9 8 134.66 508.000
12 9.200 80.00 17 2.500 32.00
H DRUM
335.64 51.000 9.200 13 134.33 508.000
10.20 180.00 75.00
763.20 51.000 2 1199.70 18.816 8.700 54.32 15 10
LT Recuperator 1029.38 18.816 16 12
8.600 51.59
35.00 24.77
-6.86 4.439 3.000 23.00
BRINE WATER 26.27 18.816 8.600 23.93
96.75 508.000
6 20.98 18.816
BASIC MIXTURE P = -110.64 kW
8.700 54.32
η i = 75 %
1029.38 0.189 η m,el = 90 %
RICH MIXTURE

LEAN MIXTURE 14 3
35.00 24.77 0.8750( ξ) 23.93
COOLING WATER 0.8750( ξ) 18.816 20.98 18.816

Skema 11, KCS 11 dengan fraksi massa ammonia 87.5 % kondisi optimal

99

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


p T
34.00 175.00 Pm = 2876.08 kW h Φm
1744.69 5.0120(s) η i = 70 % p = Pressure [bar]
34.00 175.00
ΦH,trans = 17515.9 kW η m = 99 % T = Temperature [°C]
1744.69 18.932
5 h = Enthalpy [kJ/kg]
Evaporator 1 Φm = Mass flow [kg/s]
9.700 100.00
Pel = 2847.32 kW P = Pow er [kW]
419.75 51.000 Vapor Turbine 5
η m,e = 99 % η i = Isentropic efficiency [%]
3
η m,e = Mechanical*Electrical eff. [%]
9.700 100.00
H ξ = Mass fraction [-]
11 419.75 51.000
4 9.900 108.85 ΦH,trans = Transmitted heat flow [kW]
Evaporator 2 34.00 98.85 Pm = Mechanical Pow er [kW]
34.00 86.46 HT Recuperator 1591.24 5.1851(s)
1032.35 8.978 34.50 60.00 Pel = Electrical Pow er [kW]
819.49 18.932 7
1
22 10 8 196.59 8.978 X = Vapour quality [%]
H η m = Mechanical efficiency [%] P = -189.06 kW
8.900 54.76
s = Entropy [kJ/kg.K] η i = 75 %
4 1028.07 18.932 η m,el = 90 %
15 20 7 19 9 8.800 47.60
H 34.50 60.00 8.800 47.60
9.400 74.99 Drain Tank 100.00(X) 14.413
1 ΦH,trans = 4289.53 kW 196.59 9.954 1357.59 14.413
81.45(X) 18.932 2 11
ΦH,trans = 3158.64 kW 21
34.50 60.00 Condenser
18
34.00 81.35 14 16 5.000 32.03
196.59 9.954 6 ΦH,trans = 19089.8 kW 13
627.51 9.954 9 8 134.66 508.000
12 9.200 80.00 17 2.500 32.00
H DRUM
335.64 51.000 9.400 13 134.33 508.000
10.20 180.00 74.99
763.20 51.000 2 1194.91 18.932 8.900 54.76 15 10
LT Recuperator 1028.07 18.932 16 12
8.800 52.42
35.00 25.51
-3.01 4.519 3.000 23.00
BRINE WATER 29.75 18.932 8.800 24.67
96.75 508.000
6 24.49 18.932
BASIC MIXTURE P = -110.66 kW
8.900 54.77
η i = 75 %
1028.07 0.146 η m,el = 90 %
RICH MIXTURE

LEAN MIXTURE 14 3
35.00 25.51 0.8750( ξ) 24.67
COOLING WATER 0.8750( ξ) 18.932 24.49 18.932

Skema 12, KCS 11 dengan fraksi massa ammonia 87.5% sebelum optimasi

100

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


p T
34.00 175.00 Pm = 2847.12 kW h Φm
1734.82 4.9923(s) η i = 70 % p = Pressure [bar]
34.00 175.00
ΦH,trans = 17516 kW η m = 99 % T = Temperature [°C]
1734.82 18.608
5 h = Enthalpy [kJ/kg]
Evaporator 1 Φm = Mass flow [kg/s]
9.700 100.00
Pel = 2818.65 kW P = Pow er [kW]
419.75 51.000 Vapor Turbine 5
η m,e = 99 % η i = Isentropic efficiency [%]
3
η m,e = Mechanical*Electrical eff. [%]
9.700 100.00
H ξ = Mass fraction [-]
11 419.75 51.000
4 9.800 106.66 ΦH,trans = Transmitted heat flow [kW]
Evaporator 2 34.00 96.66 Pm = Mechanical Pow er [kW]
34.00 83.99 HT Recuperator 1580.27 5.1676(s)
1037.28 8.017 34.50 60.00 Pel = Electrical Pow er [kW]
793.52 18.608 7
1
22 10 8 204.01 8.017 X = Vapour quality [%]
H η m = Mechanical efficiency [%] P = -189.06 kW
8.800 53.72
s = Entropy [kJ/kg.K] η i = 75 %
4 1050.76 18.608 η m,el = 90 %
15 20 7 19 9 8.700 47.34
H 34.50 60.00 8.700 47.34
9.300 75.01 Drain Tank 100.00(X) 14.464
1 ΦH,trans = 4289.53 kW 204.01 10.591 1357.46 14.464
83.36(X) 18.608 2 11
ΦH,trans = 3173.16 kW 21
34.50 60.00 Condenser
18
34.00 80.07 14 16 5.000 32.03
204.01 10.591 6 ΦH,trans = 19089.8 kW 13
609.01 10.591 9 8 134.66 508.000
12 9.200 80.00 17 2.500 32.00
H DRUM
335.64 51.000 9.300 13 134.33 508.000
10.20 180.00 75.01
763.20 51.000 2 1221.28 18.608 8.800 53.72 15 10
LT Recuperator 1050.76 18.608 16 12
8.700 52.00
35.00 24.82
-4.93 4.144 3.000 23.00
BRINE WATER 33.49 18.608 8.700 23.97
96.75 508.000
6 28.18 18.608
BASIC MIXTURE P = -109.83 kW
8.800 53.76
η i = 75 %
1050.76 0.106 η m,el = 90 %
RICH MIXTURE

LEAN MIXTURE 14 3
35.00 24.82 0.8850( ξ) 23.97
COOLING WATER 0.8850( ξ) 18.608 28.18 18.608

Skema 13, KCS 11 dengan fraksi massa ammonia 88.5 % kondisi optimal

101

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


p T
34.00 175.00 Pm = 2833.67 kW h Φm
1734.82 4.9923(s) η i = 70 % p = Pressure [bar]
34.00 175.00
ΦH,trans = 17516 kW η m = 99 % T = Temperature [°C]
1734.82 18.664
5 h = Enthalpy [kJ/kg]
Evaporator 1 Φm = Mass flow [kg/s]
9.700 100.00
Pel = 2805.33 kW P = Pow er [kW]
419.75 51.000 Vapor Turbine 5
η m,e = 99 % η i = Isentropic efficiency [%]
3
η m,e = Mechanical*Electrical eff. [%]
9.700 100.00
H ξ = Mass fraction [-]
11 419.75 51.000
4 9.900 107.02 ΦH,trans = Transmitted heat flow [kW]
Evaporator 2 34.00 97.01 Pm = Mechanical Pow er [kW]
34.00 84.08 HT Recuperator 1581.46 5.1664(s)
1041.84 8.075 34.50 60.00 Pel = Electrical Pow er [kW]
796.33 18.664 7
1
22 10 8 204.01 8.075 X = Vapour quality [%]
H η m = Mechanical efficiency [%] P = -189.06 kW
8.900 53.93
s = Entropy [kJ/kg.K] η i = 75 %
4 1050.17 18.664 η m,el = 90 %
15 20 7 19 9 8.800 47.60
H 34.50 60.00 8.800 47.60
9.400 75.01 Drain Tank 100.00(X) 14.482
1 ΦH,trans = 4289.53 kW 204.01 10.589 1357.59 14.482
83.25(X) 18.664 2 11
ΦH,trans = 3150.37 kW 21
34.50 60.00 Condenser
18
34.00 80.07 14 16 5.000 32.03
204.01 10.589 6 ΦH,trans = 19089.8 kW 13
609.11 10.589 9 8 134.66 508.000
12 9.200 80.00 17 2.500 32.00
H DRUM
335.64 51.000 9.400 13 134.33 508.000
10.20 180.00 75.01
763.20 51.000 2 1218.96 18.664 8.900 53.93 15 10
LT Recuperator 1050.17 18.664 16 12
8.800 52.42
35.00 25.19
-3.01 4.182 3.000 23.00
BRINE WATER 35.22 18.664 8.800 24.34
96.75 508.000
6 29.93 18.664
BASIC MIXTURE P = -109.83 kW
8.900 53.96
η i = 75 %
1050.17 0.083 η m,el = 90 %
RICH MIXTURE

LEAN MIXTURE 14 3
35.00 25.19 0.8850( ξ) 24.34
COOLING WATER 0.8850( ξ) 18.664 29.93 18.664

Skema 14, KCS 11 dengan fraksi massa ammonia 88.5% kondisi sebelum optimasi

102

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


Lampiran 2, Energi dan exergi flow serta exegy transmitted
Tabel energi dan exergi flow KCS 11 83.5 % ammonia kondisi optimal
Therm.Mec. Total Therm.Mec. Exergy
Pipe Total Energy flow Energy flow Exergy flow flow
no. [kW] [kW] [kW] [kW]
1 32505.51 32505.51 6179.86 6179.86
32505.51 32505.51 6179.86 6179.86
2 18111.26 18111.26 4333.91 4333.91
18111.26 18111.26 4333.91 4333.91
3 21563.84 21563.84 4131.35 4131.35
21563.84 21563.84 4131.35 4131.35
4 10400.26 10400.26 6639.67 6639.67
10400.26 10400.26 6639.67 6639.67
5 13578.74 13578.74 10893.96 10893.96
13578.74 13578.74 10893.96 10893.96
6 21461.25 21461.25 4206.76 4206.76
21461.25 21461.25 4206.76 4206.76
7 515.78 515.78 4744.48 4744.48
515.78 515.78 4744.48 4744.48
8 11527.47 11527.47 2758.45 2758.45
11527.47 11527.47 2758.45 2758.45
9 2834.21 2834.21 4277.64 4277.64
2834.21 2834.21 4277.64 4277.64
10 1643 1643 4276.36 4276.36
1643 1643 4276.36 4276.36
11 14989.81 14989.81 1545.68 1545.68
14989.81 14989.81 1545.68 1545.68
12 10700.28 10700.28 835.58 835.58
10700.28 10700.28 835.58 835.58
13 11.41 11.41 17.22 17.22
48.14 48.14 26.7 26.7
14 2822.01 2822.01 4258.83 4258.83
2822.01 2822.01 4238.37 4238.37
15 2784.8 2784.8 297.61 297.61
2784.8 2784.8 297.61 297.61
16 14542.03 14542.03 271.37 271.37
14542.03 14542.03 271.37 271.37
17 4247.16 4247.16 88.39 88.39
4247.16 4247.16 88.39 88.39
18 4414.63 4414.63 214.27 214.27
4414.63 4414.63 214.27 214.27
19 6583.79 6583.79 1575.46 1575.46
6583.79 6583.79 1575.46 1575.46
20 2294.25 2294.25 2198.17 2198.17
2294.25 2294.25 2198.17 2198.17
21 50.38 50.38 4107.23 4107.23
50.38 50.38 4107.23 4107.23
22 3937.25 3937.25 6465.21 6465.21
3937.25 3937.25 6465.21 6465.21

103

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


Tabel energi dan exergi flow KCS 11 83.5 % ammonia kondisi sebelum optimasi

Total
Energy Therm.Mec. Total Therm.Mec. Exergy
Pipe flow Energy flow Exergy flow flow
no. [kW] [kW] [kW] [kW]
1 32505.51 32505.51 6179.86 6179.86
32505.51 32505.51 6179.86 6179.86
2 18572.65 18572.65 4444.32 4444.32
18572.65 18572.65 4444.32 4444.32
3 21859.92 21859.92 4234.28 4234.28
21859.92 21859.92 4234.28 4234.28
4 10834.74 10834.74 7045.59 7045.59
10834.74 10834.74 7045.59 7045.59
5 13924.66 13924.66 11171.49 11171.49
13924.66 13924.66 11171.49 11171.49
6 21756.87 21756.87 4310.36 4310.36
21756.87 21756.87 4310.36 4310.36
7 142.95 142.95 4977.49 4977.49
142.95 142.95 4977.49 4977.49
8 11978.26 11978.26 2866.32 2866.32
11978.26 11978.26 2866.32 2866.32
9 3041.26 3041.26 4529.67 4529.67
3041.26 3041.26 4529.67 4529.67
10 1286.48 1286.48 4526.42 4526.42
1286.48 1286.48 4526.42 4526.42
11 14989.81 14989.81 1545.68 1545.68
14989.81 14989.81 1545.68 1545.68
12 10700.28 10700.28 835.58 835.58
10700.28 10700.28 835.58 835.58
13 9.03 9.03 13.47 13.47
36.66 36.66 20.95 20.95
14 3029.91 3029.91 4518.04 4518.04
3029.91 3029.91 4493.91 4493.91
15 2857.81 2857.81 320.42 320.42
2857.81 2857.81 320.42 320.42
16 14600.2 14600.2 272.46 272.46
14600.2 14600.2 272.46 272.46
17 4264.14 4264.14 88.74 88.74
4264.14 4264.14 88.74 88.74
18 4432.29 4432.29 215.13 215.13
4432.29 4432.29 215.13 215.13
19 6594.39 6594.39 1578 1578
6594.39 6594.39 1578 1578
20 2304.86 2304.86 2201.12 2201.12
2304.86 2304.86 2201.12 2201.12
21 37.85 37.85 4317.79 4317.79
37.85 37.85 4317.79 4317.79
22 3591.34 3591.34 6712.76 6712.76
3591.34 3591.34 6712.76 6712.76

104

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


Tabel energi dan exergi flow KCS 11 84 % ammonia kondisi optimal
Total Total
Energy Therm.Mec. Exergy Therm.Mec.
Pipe flow Energy flow flow Exergy flow
no. [kW] [kW] [kW] [kW]
1 32505.51 32505.51 6179.86 6179.86
32505.51 32505.51 6179.86 6179.86
2 18116.86 18116.86 4371.23 4371.23
18116.86 18116.86 4371.23 4371.23
3 21566.08 21566.08 4170.1 4170.1
21566.08 21566.08 4170.1 4170.1
4 10020.63 10020.63 6574.78 6574.78
10020.63 10020.63 6574.78 6574.78
5 13175.34 13175.34 10797.3 10797.3
13175.34 13175.34 10797.3 10797.3
6 21463.92 21463.92 4245.16 4245.16
21463.92 21463.92 4245.16 4245.16
7 533.94 533.94 4760.35 4760.35
533.94 533.94 4760.35 4760.35
8 11127.5 11127.5 2684.84 2684.84
11127.5 11127.5 2684.84 2684.84
9 2813.13 2813.13 4291.67 4291.67
2813.13 2813.13 4291.67 4291.67
10 1640.81 1640.81 4132.12 4132.12
1640.81 1640.81 4132.12 4132.12
11 14989.81 14989.81 1545.68 1545.68
14989.81 14989.81 1545.68 1545.68
12 10700.28 10700.28 835.58 835.58
10700.28 10700.28 835.58 835.58
13 21.85 21.85 33.37 33.37
89.53 89.53 50.93 50.93
14 2789.18 2789.18 4259.98 4259.98
2789.18 2789.18 4235.15 4235.15
15 2673.52 2673.52 285.72 285.72
2673.52 2673.52 285.72 285.72
16 14600.2 14600.2 272.46 272.46
14600.2 14600.2 272.46 272.46
17 4264.14 4264.14 88.74 88.74
4264.14 4264.14 88.74 88.74
18 4432.29 4432.29 215.13 215.13
4432.29 4432.29 215.13 215.13
19 6989.35 6989.35 1686.39 1686.39
6989.35 6989.35 1686.39 1686.39
20 2699.82 2699.82 2301.53 2301.53
2699.82 2699.82 2301.53 2301.53
21 50.7 50.7 4133.28 4133.28
50.7 50.7 4133.28 4133.28
22 4340.63 4340.63 6418.08 6418.08
4340.63 4340.63 6418.08 6418.08

105

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


Tabel energi dan exergi flow KCS 11 84 % ammonia kondisi sebelum optimasi
Total
Energy Therm.Mec. Total Therm.Mec.
Pipe flow Energy flow Exergy flow Exergy flow
no. [kW] [kW] [kW] [kW]
1 32505.51 32505.51 6179.86 6179.86
32505.51 32505.51 6179.86 6179.86
2 18571.27 18571.27 4480.87 4480.87
18571.27 18571.27 4480.87 4480.87
3 21855.83 21855.83 4272.24 4272.24
21855.83 21855.83 4272.24 4272.24
4 10440.83 10440.83 6972.18 6972.18
10440.83 10440.83 6972.18 6972.18
5 13505.8 13505.8 11068.12 11068.12
13505.8 13505.8 11068.12 11068.12
6 21753.26 21753.26 4347.94 4347.94
21753.26 21753.26 4347.94 4347.94
7 169.27 169.27 4990.92 4990.92
169.27 169.27 4990.92 4990.92
8 11573.61 11573.61 2792.48 2792.48
11573.61 11573.61 2792.48 2792.48
9 3012.72 3012.72 4547.02 4547.02
3012.72 3012.72 4547.02 4547.02
10 1302.05 1302.05 4377.73 4377.73
1302.05 1302.05 4377.73 4377.73
11 14989.81 14989.81 1545.68 1545.68
14989.81 14989.81 1545.68 1545.68
12 10700.28 10700.28 835.58 835.58
10700.28 10700.28 835.58 835.58
13 4.3 4.3 6.49 6.49
16.93 16.93 9.93 9.93
14 3008.31 3008.31 4540.62 4540.62
3008.31 3008.31 4516.42 4516.42
15 2769.42 2769.42 310.51 310.51
2769.42 2769.42 310.51 310.51
16 14600.2 14600.2 272.46 272.46
14600.2 14600.2 272.46 272.46
17 4264.14 4264.14 88.74 88.74
4264.14 4264.14 88.74 88.74
18 4432.29 4432.29 215.13 215.13
4432.29 4432.29 215.13 215.13
19 6997.66 6997.66 1688.4 1688.4
6997.66 6997.66 1688.4 1688.4
20 2708.13 2708.13 2303.3 2303.3
2708.13 2708.13 2303.3 2303.3
21 37.94 37.94 4328.26 4328.26
37.94 37.94 4328.26 4328.26
22 4010.18 4010.18 6658.81 6658.81
4010.18 4010.18 6658.81 6658.81

106

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


Tabel energi dan exergi flow KCS 11 84.5 % ammonia kondisi optimal

Total Total
Therm.Mec. Therm.Mec.
Pipe Energy Exergy
Energy flow Exergy flow
no. flow flow
[kW] [kW]
[kW] [kW]
1 32505.51 32505.51 6179.86 6179.86
32505.51 32505.51 6179.86 6179.86
2 18186.89 18186.89 4424.31 4424.31
18186.89 18186.89 4424.31 4424.31
3 21609.03 21609.03 4223.35 4223.35
21609.03 21609.03 4223.35 4223.35
4 9705.54 9705.54 6566.08 6566.08
9705.54 9705.54 6566.08 6566.08
5 12823.7 12823.7 10740.98 10740.98
12823.7 12823.7 10740.98 10740.98
6 21507.23 21507.23 4298.17 4298.17
21507.23 21507.23 4298.17 4298.17
7 500.44 500.44 4807.22 4807.22
500.44 500.44 4807.22 4807.22
8 10792.1 10792.1 2625.39 2625.39
10792.1 10792.1 2625.39 2625.39
9 2819.9 2819.9 4344.58 4344.58
2819.9 2819.9 4344.58 4344.58
10 1587 1587 4022.88 4022.88
1587 1587 4022.88 4022.88
11 14989.81 14989.81 1545.68 1545.68
14989.81 14989.81 1545.68 1545.68
12 10700.28 10700.28 835.58 835.58
10700.28 10700.28 835.58 835.58
13 37.97 37.97 58.55 58.55
149.98 149.98 88 88
14 2780.1 2780.1 4287.52 4287.52
2780.1 2780.1 4262.92 4262.92
15 2564.17 2564.17 275.92 275.92
2564.17 2564.17 275.92 275.92
16 14687.45 14687.45 274.09 274.09
14687.45 14687.45 274.09 274.09
17 4289.63 4289.63 89.27 89.27
4289.63 4289.63 89.27 89.27
18 4458.78 4458.78 216.41 216.41
4458.78 4458.78 216.41 216.41
19 7394.79 7394.79 1798.92 1798.92
7394.79 7394.79 1798.92 1798.92
20 3105.26 3105.26 2405.52 2405.52
3105.26 3105.26 2405.52 2405.52
21 49.1 49.1 4196.42 4196.42
49.1 49.1 4196.42 4196.42
22 4692.25 4692.25 6408.35 6408.35
4692.25 4692.25 6408.35 6408.35

107

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


Tabel energi dan exergi flow KCS 11 84.5 % ammonia kondisi sebelum optimasi

Total Total
Therm.Mec. Therm.Mec.
Pipe Energy Exergy
Energy flow Exergy flow
no. flow flow
[kW] [kW]
[kW] [kW]
1 32505.51 32505.51 6179.86 6179.86
32505.51 32505.51 6179.86 6179.86
2 18569.57 18569.57 4517.41 4517.41
18569.57 18569.57 4517.41 4517.41
3 21851.1 21851.1 4310.15 4310.15
21851.1 21851.1 4310.15 4310.15
4 10052.78 10052.78 6901.49 6901.49
10052.78 10052.78 6901.49 6901.49
5 13093.53 13093.53 10966.99 10966.99
13093.53 13093.53 10966.99 10966.99
6 21748.98 21748.98 4385.49 4385.49
21748.98 21748.98 4385.49 4385.49
7 195.18 195.18 5006.06 5006.06
195.18 195.18 5006.06 5006.06
8 11171.45 11171.45 2717.67 2717.67
11171.45 11171.45 2717.67 2717.67
9 2984.23 2984.23 4560.02 4560.02
2984.23 2984.23 4560.02 4560.02
10 1313.85 1313.85 4228.55 4228.55
1313.85 1313.85 4228.55 4228.55
11 14989.81 14989.81 1545.68 1545.68
14989.81 14989.81 1545.68 1545.68
12 10700.28 10700.28 835.58 835.58
10700.28 10700.28 835.58 835.58
13 22.82 22.82 34.9 34.9
87.39 87.39 52.61 52.61
14 2959.51 2959.51 4526.67 4526.67
2959.51 2959.51 4504.82 4504.82
15 2643.56 2643.56 296.4 296.4
2643.56 2643.56 296.4 296.4
16 14687.45 14687.45 274.09 274.09
14687.45 14687.45 274.09 274.09
17 4289.63 4289.63 89.27 89.27
4289.63 4289.63 89.27 89.27
18 4458.78 4458.78 216.41 216.41
4458.78 4458.78 216.41 216.41
19 7398.12 7398.12 1799.74 1799.74
7398.12 7398.12 1799.74 1799.74
20 3108.59 3108.59 2406.63 2406.63
3108.59 3108.59 2406.63 2406.63
21 38.26 38.26 4364.4 4364.4
38.26 38.26 4364.4 4364.4
22 4422.44 4422.44 6608.49 6608.49
4422.44 4422.44 6608.49 6608.49

108

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


Tabel energi dan exergi flow KCS 11 85 % ammonia kondisi optimal

Total Total
Therm.Mec. Therm.Mec.
Pipe Energy Exergy
Energy flow Exergy flow
no. flow flow
[kW] [kW]
[kW] [kW]
1 32505.51 32505.51 6179.86 6179.86
32505.51 32505.51 6179.86 6179.86
2 18191.65 18191.65 4461.72 4461.72
18191.65 18191.65 4461.72 4461.72
3 21610.08 21610.08 4262.13 4262.13
21610.08 21610.08 4262.13 4262.13
4 9336.17 9336.17 6500.9 6500.9
9336.17 9336.17 6500.9 6500.9
5 12430.79 12430.79 10647.99 10647.99
12430.79 12430.79 10647.99 10647.99
6 21508.69 21508.69 4336.62 4336.62
21508.69 21508.69 4336.62 4336.62
7 519.2 519.2 4822.11 4822.11
519.2 519.2 4822.11 4822.11
8 10395.05 10395.05 2549.51 2549.51
10395.05 10395.05 2549.51 2549.51
9 2797.84 2797.84 4361.41 4361.41
2797.84 2797.84 4361.41 4361.41
10 1578.08 1578.08 3878.37 3878.37
1578.08 1578.08 3878.37 3878.37
11 14989.81 14989.81 1545.68 1545.68
14989.81 14989.81 1545.68 1545.68
12 10700.28 10700.28 835.58 835.58
10700.28 10700.28 835.58 835.58
13 34.16 34.16 53.27 53.27
130.67 130.67 78.83 78.83
14 2763.12 2763.12 4308.6 4308.6
2763.12 2763.12 4283.94 4283.94
15 2481.18 2481.18 266.99 266.99
2481.18 2481.18 266.99 266.99
16 14687.45 14687.45 274.09 274.09
14687.45 14687.45 274.09 274.09
17 4289.63 4289.63 89.27 89.27
4289.63 4289.63 89.27 89.27
18 4458.78 4458.78 216.41 216.41
4458.78 4458.78 216.41 216.41
19 7796.6 7796.6 1912.21 1912.21
7796.6 7796.6 1912.21 1912.21
20 3507.07 3507.07 2512.24 2512.24
3507.07 3507.07 2512.24 2512.24
21 49.22 49.22 4206.39 4206.39
49.22 49.22 4206.39 4206.39
22 5085.15 5085.15 6367.97 6367.97
5085.15 5085.15 6367.97 6367.97

109

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


Tabel energi dan exergi flow KCS 11 85 % ammonia kondisi sebelum optimasi

Total Total
Therm.Mec. Therm.Mec.
Pipe Energy Exergy
Energy flow Exergy flow
no. flow flow
[kW] [kW]
[kW] [kW]
1 32505.51 32505.51 6179.86 6179.86
32505.51 32505.51 6179.86 6179.86
2 18567.62 18567.62 4553.93 4553.93
18567.62 18567.62 4553.93 4553.93
3 21845.8 21845.8 4348.03 4348.03
21845.8 21845.8 4348.03 4348.03
4 9670.53 9670.53 6831.05 6831.05
9670.53 9670.53 6831.05 6831.05
5 12687.7 12687.7 10868.05 10868.05
12687.7 12687.7 10868.05 10868.05
6 21744.14 21744.14 4423.02 4423.02
21744.14 21744.14 4423.02 4423.02
7 220.7 220.7 5020.65 5020.65
220.7 220.7 5020.65 5020.65
8 10770.47 10770.47 2641.59 2641.59
10770.47 10770.47 2641.59 2641.59
9 2955.82 2955.82 4577.64 4577.64
2955.82 2955.82 4577.64 4577.64
10 1320.64 1320.64 4079.22 4079.22
1320.64 1320.64 4079.22 4079.22
11 14989.81 14989.81 1545.68 1545.68
14989.81 14989.81 1545.68 1545.68
12 10700.28 10700.28 835.58 835.58
10700.28 10700.28 835.58 835.58
13 18.48 18.48 28.61 28.61
68.6 68.6 42.47 42.47
14 2938.39 2938.39 4548.17 4548.17
2938.39 2938.39 4526.24 4526.24
15 2557.44 2557.44 286.75 286.75
2557.44 2557.44 286.75 286.75
16 14687.45 14687.45 274.09 274.09
14687.45 14687.45 274.09 274.09
17 4289.63 4289.63 89.27 89.27
4289.63 4289.63 89.27 89.27
18 4458.78 4458.78 216.41 216.41
4458.78 4458.78 216.41 216.41
19 7797.15 7797.15 1912.34 1912.34
7797.15 7797.15 1912.34 1912.34
20 3507.61 3507.61 2512.25 2512.25
3507.61 3507.61 2512.25 2512.25
21 38.35 38.35 4374.98 4374.98
38.35 38.35 4374.98 4374.98
22 4828.25 4828.25 6561.8 6561.8
4828.25 4828.25 6561.8 6561.8

110

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


Tabel energi dan exergi flow KCS 11 86 % ammonia kondisi optimal

Total
Therm.Mec. Total Therm.Mec.
Pipe Energy
Energy flow Exergy flow Exergy flow
no. flow
[kW] [kW] [kW]
[kW]
1 32505.51 32505.51 6179.86 6179.86
32505.51 32505.51 6179.86 6179.86
2 18321.91 18321.91 4566.87 4566.87
18321.91 18321.91 4566.87 4566.87
3 21685.54 21685.54 4367.64 4367.64
21685.54 21685.54 4367.64 4367.64
4 8716.82 8716.82 6485.77 6485.77
8716.82 8716.82 6485.77 6485.77
5 11740.21 11740.21 10537.97 10537.97
11740.21 11740.21 10537.97 10537.97
6 21584.86 21584.86 4441.67 4441.67
21584.86 21584.86 4441.67 4441.67
7 460.14 460.14 4915.77 4915.77
460.14 460.14 4915.77 4915.77
8 9731.45 9731.45 2425.64 2425.64
9731.45 9731.45 2425.64 2425.64
9 2802.81 2802.81 4464.79 4464.79
2802.81 2802.81 4464.79 4464.79
10 1474.77 1474.77 3655.8 3655.8
1474.77 1474.77 3655.8 3655.8
11 14989.81 14989.81 1545.68 1545.68
14989.81 14989.81 1545.68 1545.68
12 10700.28 10700.28 835.58 835.58
10700.28 10700.28 835.58 835.58
13 20.76 20.76 33.06 33.06
73.58 73.58 47.51 47.51
14 2782.75 2782.75 4431.15 4431.15
2782.75 2782.75 4406.58 4406.58
15 2342.28 2342.28 255.52 255.52
2342.28 2342.28 255.52 255.52
16 14687.45 14687.45 274.09 274.09
14687.45 14687.45 274.09 274.09
17 4289.63 4289.63 89.27 89.27
4289.63 4289.63 89.27 89.27
18 4458.78 4458.78 216.41 216.41
4458.78 4458.78 216.41 216.41
19 8590.46 8590.46 2141.23 2141.23
8590.46 8590.46 2141.23 2141.23
20 4300.92 4300.92 2729.62 2729.62
4300.92 4300.92 2729.62 2729.62
21 45.57 45.57 4284.07 4284.07
45.57 45.57 4284.07 4284.07
22 5775.7 5775.7 6356.82 6356.82
5775.7 5775.7 6356.82 6356.82

111

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


Tabel energi dan exergi flow KCS 11 86 % ammonia kondisi sebelum optimasi

Total
Therm.Mec. Total Therm.Mec.
Pipe Energy
Energy flow Exergy flow Exergy flow
no. flow
[kW] [kW] [kW]
[kW]
1 32505.51 32505.51 6179.86 6179.86
32505.51 32505.51 6179.86 6179.86
2 18564.11 18564.11 4627.24 4627.24
18564.11 18564.11 4627.24 4627.24
3 21834.99 21834.99 4423.99 4423.99
21834.99 21834.99 4423.99 4423.99
4 8924.68 8924.68 6697.78 6697.78
8924.68 8924.68 6697.78 6697.78
5 11895.4 11895.4 10677.28 10677.28
11895.4 11895.4 10677.28 10677.28
6 21734.19 21734.19 4498.3 4498.3
21734.19 21734.19 4498.3 4498.3
7 270.62 270.62 5049.03 5049.03
270.62 270.62 5049.03 5049.03
8 9976.98 9976.98 2486.84 2486.84
9976.98 9976.98 2486.84 2486.84
9 2899.46 2899.46 4604.72 4604.72
2899.46 2899.46 4604.72 4604.72
10 1322.92 1322.92 3784.58 3784.58
1322.92 1322.92 3784.58 3784.58
11 14989.81 14989.81 1545.68 1545.68
14989.81 14989.81 1545.68 1545.68
12 10700.28 10700.28 835.58 835.58
10700.28 10700.28 835.58 835.58
13 9.26 9.26 14.71 14.71
32.29 32.29 21.19 21.19
14 2888.25 2888.25 4591.62 4591.62
2888.25 2888.25 4569.54 4569.54
15 2389.05 2389.05 267.87 267.87
2389.05 2389.05 267.87 267.87
16 14687.45 14687.45 274.09 274.09
14687.45 14687.45 274.09 274.09
17 4289.63 4289.63 89.27 89.27
4289.63 4289.63 89.27 89.27
18 4458.78 4458.78 216.41 216.41
4458.78 4458.78 216.41 216.41
19 8587.12 8587.12 2140.4 2140.4
8587.12 8587.12 2140.4 2140.4
20 4297.59 4297.59 2729.43 2729.43
4297.59 4297.59 2729.43 2729.43
21 38.54 38.54 4396.25 4396.25
38.54 38.54 4396.25 4396.25
22 5620.51 5620.51 6478.26 6478.26
5620.51 5620.51 6478.26 6478.26

112

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


Tabel energi dan exergi flow KCS 11 87.5 % ammonia kondisi optimal
Pipe Total Total
Therm.Mec. Therm.Mec.
no. Energy Exergy
Energy flow Exergy flow
flow flow
[kW] [kW]
[kW] [kW]
1 32505.51 32505.51 6179.86 6179.86
32505.51 32505.51 6179.86 6179.86
2 18443.66 18443.66 4708.28 4708.28
18443.66 18443.66 4708.28 4708.28
3 21747.97 21747.97 4510.76 4510.76
21747.97 21747.97 4510.76 4510.76
4 7754.44 7754.44 6408.4 6408.4
7754.44 7754.44 6408.4 6408.4
5 10685.31 10685.31 10342.89 10342.89
10685.31 10685.31 10342.89 10342.89
6 21648.4 21648.4 4584.01 4584.01
21648.4 21648.4 4584.01 4584.01
7 430.86 430.86 5023.25 5023.25
430.86 430.86 5023.25 5023.25
8 8683.02 8683.02 2216.59 2216.59
8683.02 8683.02 2216.59 2216.59
9 2773.88 2773.88 4579.43 4579.43
2773.88 2773.88 4579.43 4579.43
10 1359.44 1359.44 3287.94 3287.94
1359.44 1359.44 3287.94 3287.94
11 14989.81 14989.81 1545.68 1545.68
14989.81 14989.81 1545.68 1545.68
12 10700.28 10700.28 835.58 835.58
10700.28 10700.28 835.58 835.58
13 27.8 27.8 45.92 45.92
87.9 87.9 63.18 63.18
14 2744.77 2744.77 4534.61 4534.61
2744.77 2744.77 4510.31 4510.31
15 2085.57 2085.57 230.65 230.65
2085.57 2085.57 230.65 230.65
16 14774.7 14774.7 275.72 275.72
14774.7 14774.7 275.72 275.72
17 4315.11 4315.11 89.8 89.8
4315.11 4315.11 89.8 89.8
18 4485.27 4485.27 217.7 217.7
4485.27 4485.27 217.7 217.7
19 9760.64 9760.64 2491.69 2491.69
9760.64 9760.64 2491.69 2491.69
20 5471.11 5471.11 3065.83 3065.83
5471.11 5471.11 3065.83 3065.83
21 42.49 42.49 4397.4 4397.4
42.49 42.49 4397.4 4397.4
22 6830.55 6830.55 6321.01 6321.01
6830.55 6830.55 6321.01 6321.01

113

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


Tabel energi dan exergi flow KCS 11 87.5 % ammonia kondisi sebelum optimasi
Total Total
Therm.Mec. Therm.Mec.
Pipe Energy Exergy
Energy flow Exergy flow
no. flow flow
[kW] [kW]
[kW] [kW]
1 32505.51 32505.51 6179.86 6179.86
32505.51 32505.51 6179.86 6179.86
2 18557.45 18557.45 4737.33 4737.33
18557.45 18557.45 4737.33 4737.33
3 21815.69 21815.69 4537.9 4537.9
21815.69 21815.69 4537.9 4537.9
4 7846.11 7846.11 6507.75 6507.75
7846.11 7846.11 6507.75 6507.75
5 10751.24 10751.24 10406.71 10406.71
10751.24 10751.24 10406.71 10406.71
6 21716.09 21716.09 4611.26 4611.26
21716.09 21716.09 4611.26 4611.26
7 342.81 342.81 5089.08 5089.08
342.81 342.81 5089.08 5089.08
8 8800.17 8800.17 2246.5 2246.5
8800.17 8800.17 2246.5 2246.5
9 2815.83 2815.83 4650.21 4650.21
2815.83 2815.83 4650.21 4650.21
10 1296.87 1296.87 3347.26 3347.26
1296.87 1296.87 3347.26 3347.26
11 14989.81 14989.81 1545.68 1545.68
14989.81 14989.81 1545.68 1545.68
12 10700.28 10700.28 835.58 835.58
10700.28 10700.28 835.58 835.58
13 21.72 21.72 35.9 35.9
68.23 68.23 49.44 49.44
14 2792.59 2792.59 4615.58 4615.58
2792.59 2792.59 4591.45 4591.45
15 2105.9 2105.9 236.12 236.12
2105.9 2105.9 236.12 236.12
16 14774.7 14774.7 275.72 275.72
14774.7 14774.7 275.72 275.72
17 4315.11 4315.11 89.8 89.8
4315.11 4315.11 89.8 89.8
18 4485.27 4485.27 217.7 217.7
4485.27 4485.27 217.7 217.7
19 9757.28 9757.28 2490.83 2490.83
9757.28 9757.28 2490.83 2490.83
20 5467.75 5467.75 3065.48 3065.48
5467.75 5467.75 3065.48 3065.48
21 39.04 39.04 4453.91 4453.91
39.04 39.04 4453.91 4453.91
22 6764.62 6764.62 6374.87 6374.87
6764.62 6764.62 6374.87 6374.87

114

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


Tabel energi dan exergi flow KCS 11 88.5 % ammonia kondisi optimal
Total Total
Therm.Mec. Therm.Mec.
Pipe Energy Exergy
Energy flow Exergy flow
no. flow flow
[kW] [kW]
[kW] [kW]
1 32505.51 32505.51 6179.86 6179.86
32505.51 32505.51 6179.86 6179.86
2 18498.54 18498.54 4796.97 4796.97
18498.54 18498.54 4796.97 4796.97
3 21770.55 21770.55 4600.91 4600.91
21770.55 21770.55 4600.91 4600.91
4 7111.42 7111.42 6341.85 6341.85
7111.42 7111.42 6341.85 6341.85
5 9987.3 9987.3 10206.7 10206.7
9987.3 9987.3 10206.7 10206.7
6 21671.7 21671.7 4673.63 4673.63
21671.7 21671.7 4673.63 4673.63
7 431.15 431.15 5080.42 5080.42
431.15 431.15 5080.42 5080.42
8 7969.65 7969.65 2066.66 2066.66
7969.65 7969.65 2066.66 2066.66
9 2742.01 2742.01 4644.29 4644.29
2742.01 2742.01 4644.29 4644.29
10 1289.38 1289.38 3031.23 3031.23
1289.38 1289.38 3031.23 3031.23
11 14989.81 14989.81 1545.68 1545.68
14989.81 14989.81 1545.68 1545.68
12 10700.28 10700.28 835.58 835.58
10700.28 10700.28 835.58 835.58
13 15.63 15.63 26.51 26.51
45.62 45.62 35.47 35.47
14 2722.49 2722.49 4617.17 4617.17
2722.49 2722.49 4596.79 4596.79
15 1939.24 1939.24 215.95 215.95
1939.24 1939.24 215.95 215.95
16 14774.7 14774.7 275.72 275.72
14774.7 14774.7 275.72 275.72
17 4315.11 4315.11 89.8 89.8
4315.11 4315.11 89.8 89.8
18 4485.27 4485.27 217.7 217.7
4485.27 4485.27 217.7 217.7
19 10528.89 10528.89 2730.31 2730.31
10528.89 10528.89 2730.31 2730.31
20 6239.36 6239.36 3295.88 3295.88
6239.36 6239.36 3295.88 3295.88
21 40.93 40.93 4446.97 4446.97
40.93 40.93 4446.97 4446.97
22 7528.74 7528.74 6293.65 6293.65
7528.74 7528.74 6293.65 6293.65

115

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


Tabel energi dan exergi flow KCS 11 88.5 % ammonia kondisi sebelum optimasi

Total Total
Therm.Mec. Therm.Mec.
pipe Energy Exergy
Energy flow Exergy flow
no. flow flow
[kW] [kW]
[kW] [kW]
1 32505.51 32505.51 6179.86 6179.86
32505.51 32505.51 6179.86 6179.86
2 18554.01 18554.01 4811.35 4811.35
18554.01 18554.01 4811.35 4811.35
3 21803.22 21803.22 4614.35 4614.35
21803.22 21803.22 4614.35 4614.35
4 7154.95 7154.95 6390 6390
7154.95 7154.95 6390 6390
5 10017.24 10017.24 10237.3 10237.3
10017.24 10017.24 10237.3 10237.3
6 21704.38 21704.38 4687.12 4687.12
21704.38 21704.38 4687.12 4687.12
7 389.27 389.27 5113.32 5113.32
389.27 389.27 5113.32 5113.32
8 8027.6 8027.6 2081.68 2081.68
8027.6 8027.6 2081.68 2081.68
9 2761.1 2761.1 4682.14 4682.14
2761.1 2761.1 4682.14 4682.14
10 1261.92 1261.92 3059.88 3059.88
1261.92 1261.92 3059.88 3059.88
11 14989.81 14989.81 1545.68 1545.68
14989.81 14989.81 1545.68 1545.68
12 10700.28 10700.28 835.58 835.58
10700.28 10700.28 835.58 835.58
13 12.21 12.21 20.69 20.69
35.46 35.46 27.69 27.69
14 2747.62 2747.62 4658.59 4658.59
2747.62 2747.62 4638.3 4638.3
15 1948.84 1948.84 218.51 218.51
1948.84 1948.84 218.51 218.51
16 14774.7 14774.7 275.72 275.72
14774.7 14774.7 275.72 275.72
17 4315.11 4315.11 89.8 89.8
4315.11 4315.11 89.8 89.8
18 4485.27 4485.27 217.7 217.7
4485.27 4485.27 217.7 217.7
19 10526.41 10526.41 2729.67 2729.67
10526.41 10526.41 2729.67 2729.67
20 6236.88 6236.88 3295.56 3295.56
6236.88 6236.88 3295.56 3295.56
21 39.23 39.23 4475.3 4475.3
39.23 39.23 4475.3 4475.3
22 7498.8 7498.8 6320.74 6320.74
7498.8 7498.8 6320.74 6320.74

116

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


Tabel exergi transmitted KCS 11 fraksi massa ammonia 83.5%
Tekanan Exergy transmitted from system [kW]
Optimasi
(bar)
Total Power/Heat Losses
9.2 4254.29 3146.69 1107.59
9.3 4233.81 3133.99 1099.82
9.4 4216.15 3121.29 1094.85
9.5 4198.53 3108.6 1089.93
9.6 4180.94 3095.91 1085.03
9.7 4163.45 3083.79 1079.66
9.8 4145.96 3071.12 1074.83
9.9 4125.91 3059.03 1066.88

Tabel exergi transmitted KCS 11 fraksi massa ammonia 84.5%

Tekanan Exergy transmitted from system [kW]


Optimasi
(bar)
Total Power/Heat Losses
9.3 4174.9 3086.98 1087.93
9.4 4156.92 3073.86 1083.06
9.6 4121.17 3048.65 1072.52
9.8 4083.24 3023.46 1059.78
9.9 4065.49 3010.34 1055.15

Tabel exergi transmitted fraksi massa ammonia 85.5 %

Tekanan Exergy transmitted from system [kW]


Optimasi
(bar)
Total Power/Heat Losses
9.4 4100.77 3028.35 1072.42
9.6 4064.44 3002.51 1061.93
9.8 4026.23 2976.66 1049.57
9.9 4008.28 2964.22 1044.07

117

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008


Tabel exergi transmitted fraksi massa ammonia 86.5 %

Tekanan Exergy transmitted from system [kW]


Optimasi
(bar)
Total Power/Heat Losses
9.5 4025.03 2970.77 1054.26
9.6 4006.67 2958.13 1048.54
9.7 3988.31 2945.03 1043.29
9.8 3970.01 2931.91 1038.1
9.9 3951.79 2919.25 1032.55

Tabel exergi transmitted fraksi massa ammonia 87.5 %

Tekanan Exergy transmitted from system [kW]


Optimasi
(bar)
Total Power/Heat Losses
9.7 3934.49 2901.56 1032.93
9.8 3917.97 2888.82 1029.15
9.9 3898.96 2876.08 1022.88

Tabel exergi transmitted fraksi massa ammonia 88.5 %

Exergy transmitted from system [kW]


Tekanan
Optimasi
(bar) Total Power/Heat Losses
9.8 3864.85 2847.12 1017.73
9.9 3847.3 2833.67 1013.63

118

Analisis energi..., Agus Noor Sidiq, FT UI, 2008

Anda mungkin juga menyukai