Anda di halaman 1dari 73

DISIPASI ENERGI LISTRIK MENJADI ENERGI PANAS PADA

MIKROKONTROLER KALIBRATOR PENGUKUR CURAH


HUJAN BERBASIS WEB

SKRIPSI

AYUB KURNIA SITORUS


160801054

PROGRAM STUDI FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020

Universitas Sumatera Utara


DISIPASI ENERGI LISTRIK MENJADI ENERGI PANAS PADA
KALIBRATOR PENGUKUR CURAH HUJAN BERBASIS WEB

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar


Sarjana Sains

AYUB KURNIA SITORUS


160801054

PROGRAM STUDI FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN ORISINALITAS

DISIPASI ENERGI LISTRIK MENJADI ENERGI PANAS PADA


MIKROKONTROLER KALIBRATOR PENGUKUR CURAH
HUJAN BERBASIS WEB

SKRIPSI

Saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Agustus 2020

Ayub Kurnia Sitorus


160801054

Universitas Sumatera Utara


i
Universitas Sumatera Utara
ii
Universitas Sumatera Utara
DISIPASI ENERGI LISTRIK MENJADI ENERGI PANAS PADA
MIKROKONTROLER KALIBRATOR PENGUKUR CURAH HUJAN
BERBASIS WEB

ABSTRAK

Telah dilakukan pengamatan disipasi panas pada suatu sistem. Dalam


penelitian ini digunakan Arduino Nano sebagai mikrokontroler kalibrator pengukur
curah hujan berbasis web yang akan di teliti disipasinya melalui penerapan pompa
otomatis, sensor DHT 22 sebagai pendeteksi perubahan temperatur mikrokontroler
dalam keadaan standby selama 5 menit dan beroperasi selama 55 menit. Energi lisrik
diperoleh dari pengukuran tegangan dan arus menggunakan multimeter dan Energi
panas diperoleh dari perubahan temperatur yang terdeteksi sensor DHT 22. Hasil
pembacaan sesnsor suhu ditampilkan dari mikrokontroler ke PC ke dalam aplikasi
PLX-DAQ sebagai interface. Dari hasil pengamatan dan perhitungan, diperoleh data
persentase disipasi energi listrik menjadi energi panas mengalami 4 tahap yaitu pada
saat standby 8,9%, akhir standby sampai beroperasi 1,0%, transisi 0,2%, dan stabil
ideal 0,1%-0%. Setelah 20 menit sampai selesai beroperasi menunjukkan keadaan
stabil ideal. Hal ini disebabkan lepasan panas mikrokontroler dan energi yang di
serap ambien sudah sama.

Kata Kunci : Disipasi, Energi Listrik, Energi Panas, Mikrokontroler, PLX-DAQ

iii
Universitas Sumatera Utara
DISSIPATION OF ELECTRICAL ENERGY INTO HEAT ENERGY ON A
MICROCONTROLLER OF WEB BASED RAINFALL GAUGE CALIBRATOR

ABSTRACT

The heat dissipation of a system has been observed. In this study, the
Arduino Nano as a microcontroller of web based rainfall gauge calibrator will be
analyzed through the application of an automatic pump, the DHT 22 sensor as a
detector for temperature changes on the microcontroller on standby for 5 minutes
and operate for 55 minutes. Electrical energy can be obtained from voltage and
current measurements using a multimeter and heat energy can be obtained from
temperature changes detected by the DHT 22 sensor. The temperature sensor
readings are displayed from the microcontroller to the PC into the PLX-DAQ
application as an interface. From the results of observations and calculations, the
data obtained on the percentage of electrical energy dissipation into heat energy has
4 stages, that is on standby 8,9%, from the end of standby to operate at 1,0%,
transition 0,2%, and ideal stable 0,1%-0% . After 20 minutes until finished operating
shows an ideal stable state. This is due to the microcontroller heat dissipation and
energy absorbed by the ambient is the same.

Keywords : Dissipation, Electrical Energy, Heat Energy, Microcontroller, PLX-DAQ

iv
Universitas Sumatera Utara
PENGHARGAAN

Segala Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas
segala berkat, kasih karunia dan penyertaan-Nya selama penulis melaksanakan studi
hingga menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Selama
kuliah sampai penyelesain tugas akhir ini, penulis mendapatkan banyak bantuan
dalam bentuk moral, materi, dorongan, serta bimbingan dari berbagai pihak oleh
karena itu dengan sepenuh hati, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Sensus Wijonarko, M.Sc dan Bapak Drs. Aditya Warman, M.Si
selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing,
mengarahkan dan memberikan kepercayaan kepada penulis dalam penyelesaian
skripsi ini.
2. Bapak Dr. Perdinan Sinuhaji, M.S selaku Ketua Departemen Fisika, dan Awan
Maghfira, S.Si, M.Si selaku Sekretaris Departemen Fisika FMIPA USU, Kak
Tini dan Bang Jo selaku staf Departemen Fisika yang telah membantu penulis
dalam urusan administrasi.
3. Pihak LIPI Serpong yang banyak membantu diantaranya Bapak Dr. Ir. Sensus
Wijonarko, M.Sc selaku pembimbing di P2F LIPI, Ibu Dr. Rike Yudianti selaku
kepala P2F LIPI, Pak Dadang Rustandi, S.T dan Ibu Dr. Tatik Maftukhah, M.T
selaku dosen, dan staff di LIPI Serpong.
4. Bapak Prof. Dr. Nasruddin MN, M.Eng.Sc dan Bapak Junedi Ginting, S.Si. M.Si
selaku Dosen Penguji yang banyak memberikan masukan dan saran untuk
kebaikan penulisan skripsi ini.
5. Kepada kedua orang tua penulis yang tercinta, kepada Bapak Edyson Sitorus dan
Ibu Berliana Simanjuntak yang telah mendidik dan membesarkan penulis hingga
dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini, memberikan inspirasi, dorongan, dana,
perhatian dan doa yang tak henti-hentinya kepada penulis.

v
Universitas Sumatera Utara
6. Buat kakak penulis Irena Nadya Nency Sitorus dan adik penulis Felix Ardydinata
Sitorus yang telah memberikan semangat, doa, dan dukungan serta penghiburan
kepada penulis selama menjalani masa perkuliahan.
7. KTB ku Nathania Emery Juli, Desse, Esda, dan Aryanti terimakasih atas
dukungan dan doa – doanya, terkhusus PKK ku Bang Berkadh Simanjuntak.
8. Teman teman seperjuangan di LIPI serpong Regina, Risty, Erika, Grecia, dan
Fani yang sudah sama-sama berjuang, saling mendukung dan saling
mengingatkan penulis dalam melakukan penelitian.
9. Bapak Drs. Aditya Warman, M.Si dan Abang Muhammadin Hamid, M,Si dan
teman-teman asisten di Laboratorium Fisika Dasar UPT PP LIDA USU untuk
kebersamaan yang baik selama penulis menjadi asisten di laboratorium tersebut.
10. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan dan kelancaran
penelitian ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan
skripsi ini. Akhir kata, semoga tulisan ini bermanfaat bagi para pembaca dan
kepentingan orang banyak.

Medan, Agustus 2020

Ayub Kurnia Sitorus

vi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI

PENGESAHAN SKRIPSI i
ABSTRAK iii
ABSTRACT iv
PENGHARGAAN v
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN xi

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 3
1.3. Batasan Masalah 3
1.4. Tujuan Penelitian 3
1.5. Manfaat Penelitian 3
1.6. Sistematika Penulisan 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Transfer Energi 5
2.1.1. Diagram Sankey 6
2.2. Konversi Energi Listrik menjadi Energi Panas 8
2.3. Kalor Jenis 8
2.4. Mikrokontroler 9
2.4.1 Program Mikrokontroler 9
2.5 Arduino 10
2.6 Arduino Nano 10
2.6.1 Pemetaan Pin Arduino Nano 11
2.6.2 Sumber Daya 12
2.6.3 Memori 13
2.6.4 Input dan Output 13
2.6.5 Komunikasi 14
2.7 Sensor DHT 22 15
2.8 Modul Relay 1 Channel 16
2.9 Pompa Peristaltik 17
2.9.1 Prinsip Kerja Pompa Peristaltik 17
2.10 Kalibrator Pengukur Curah Hujan Berbasis Web 18

BAB 3 METODE PENELITIAN


3.1. Waktu dan Tempat Penelitian 20
3.2. Diagram Blok 20
3.3. Fungsi Tiap Blok 21
3.4. Skematik Rangkaian Keseluruhan 21
3.5. Perancangan Database 22
3.6. Program Arduino 23

vii
Universitas Sumatera Utara
3.6.1 Program pompa otomatis 24
3.6.2 Program sensor suhu DHT 22 24
3.7 Diagram Alir 25
3.8 Perhitungan Persentase Disipasi Energi Listrik menjadi
Energi Panas 26

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Pengamatan Perubahan Temperatur Terhadap Waktu 27
4.2 Hasil Pengamatan Tegangan dan Arus Terhadap Waktu 29
4.3 Hasil Perhitungan Energi Listrik Terhadap Waktu 30
4.4 Hasil Perhitungan Energi Panas Terhadap Waktu 31
4.5 Hasil Perhitungan Persentase Disipasi Energi Listrik menjadi
Energi Panas 33

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan 34
5.2 Saran 34

DAFTAR PUSTAKA 35
LAMPIRAN
Lampiran 1 Tabel Pengamatan Perubahan Temperatur Terhadap Waktu
Lampiran 2 Grafik Perubahan Temperatur Terhadap Waktu
Lampiran 3 Perhitungan Energi Listrik
Lampiran 4 Perhitungan Energi Panas
Lampiran 5 Perhitungan Persentase Energi Listrik Menjadi Energi Panas
Lampiran 6 Gambar Percobaan

viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Judul Halaman


Tabel 2.1 Kalor Jenis Beberapa Zat 9
Tabel 2.2 Pemetaan Pin Arduino Nano dan Port ATMega 328P SMD 12
Tabel 4.1 Perubahan temperatur rata-rata terhadap waktu 28
Tabel 4.2 Hasil pengamatan tegangan dan arus terhadap waktu 29
Tabel 4.3 Hasil perhitungan energi listrik 30
Tabel 4.4 Hasil perhitungan energi panas 31
Tabel 4.5 Hasil perhitungan persentase disipasi energi listrik menjadi
energi panas 33

ix
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman
Gambar 2.1 Bentuk Transfer Energi 5
Gambar 2.2 Diagram Sankey 6
Gambar 2.3 Arduino Nano 11
Gambar 2.4 Sensor DHT 22 15
Gambar 2.5 Modul Relay 16
Gambar 2.6 Pompa Peristaltik 17
Gambar 2.7 Mekanisme Pompa Persitaltik 18
Gambar 3.1 Diagram Blok Sistem 20
Gambar 3.2 Skematik Rangkaian Terhubung Dengan Beban 21
Gambar 3.3 Rangkaian Terhubung Dengan Beban 22
Gambar 3.4 Rangkaian Tidak Terhubung Dengan Beban 22
Gambar 3.5 Interface Database PLX DAQ menggunakan Microsoft Excel 23
Gambar 3.6 Diagram Alir 25
Gambar 4.1 Grafik perubahan temperatur rata-rata terhadap waktu 28
Gambar 4.2 Grafik tegangan dan arus terhadap waktu 29
Gambar 4.3 Grafik hasil perhitungan energi listrik 30
Gambar 4.4 Grafik hasil perhitungan energi panas 31
Gambar 4.5 Grafik perhitungan persentase disipasi energi listrik
menjadi energi panas 33

x
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul
1. Perubahan temperatur terhadap waktu pada temperatur ambien 30,00˚C
2. Perubahan temperatur terhadap waktu pada temperatur ambien 29,90˚C
3. Perubahan temperatur terhadap waktu pada temperatur ambien 30,40˚C
4. Perubahan temperatur terhadap waktu pada temperatur ambien 30,50˚C
5. Perubahan temperatur terhadap waktu pada temperatur ambien 30,50˚C
6. Perubahan temperatur terhadap waktu pada temperatur ambien 29,80˚C
7. Perubahan temperatur terhadap waktu pada temperatur ambien 30,10˚C
8. Perubahan temperatur terhadap waktu pada temperatur ambien 30,50˚C
9. Perubahan temperatur terhadap waktu pada temperatur ambien 30,60˚C
10. Perubahan temperatur terhadap waktu pada temperatur ambien 30,40˚C
11. Grafik Perubahan temperatur terhadap waktu pada temperatur ambien
30,00˚C
12. Grafik Perubahan temperatur terhadap waktu pada temperatur ambien
29,90˚C
13. Grafik Perubahan temperatur terhadap waktu pada temperatur ambien
30,40˚C
14. Grafik Perubahan temperatur terhadap waktu pada temperatur ambien
30,50˚C
15. Grafik Perubahan temperatur terhadap waktu pada temperatur ambien
30,50˚C
16. Grafik Perubahan temperatur terhadap waktu pada temperatur ambien
29,80˚C
17. Grafik Perubahan temperatur terhadap waktu pada temperatur ambien
30,10˚C
18. Grafik Perubahan temperatur terhadap waktu pada temperatur ambien
30,50˚C
19. Grafik Perubahan temperatur terhadap waktu pada temperatur ambien
30,60˚C
20. Grafik Perubahan temperatur terhadap waktu pada temperatur ambien
30,40˚C

xi
Universitas Sumatera Utara
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemanasan global terjadi karena suhu permukaan bumi terus meningkat, dikutip dari
Goddard Institue for Space Studies (GISS) NASA, temperatur bumi telah meningkat
hampir 1˚C pada tahun 1880. Peningkatan ini akan terus berlanjut hingga mencapai
lebih dari 2˚C pada tahun 2030. Banyak yang tidak menyadari atau bahkan tidak
menggangap hal ini penting karena peningkatan suhu hanya 1-2˚C. Perubahan iklim
dan pemanasan global tidaklah bersifat sementara, melainkan dapat berpengaruh
pada jangka panjang. Kenaikan temperatur bumi melebihi 2˚C mengakibatkan dunia
akan lebih kering. Kekeringan ini akan berdampak pada banyak bidang yaitu
ekonomi, pertanian, infrastruktur, kerusakan ekosistem hingga cuaca. Banyak hal
yang menjadi penyebab pemanasan global salah satunya adalah Penggunaan energi
listrik yang tidak efisien. Penggunaan energi listrik yang tidak efisien akan
mengakibatkan terjadinya disipasi energi.
Seperti diketahui bahwa di dalam suatu sistem, tidak ada sistem yang sempurna.
Setiap kali ada perubahan dalam suatu sistem, energi ditransfer dan sebagian dari
energi itu terbuang. Disipasi adalah energi yang terbuang dari suatu sistem. Setiap
energi yang tidak ditransfer ke simpanan energi yang bermanfaat dikatakan sia-sia
karena terbuang ke lingkungan. Energi yang terbuang di dalam suatu sistem sering
terjadi dalam bentuk panas. Energi panas yang terbuang begitu saja ke atmosfer akan
menjadi penyebab pemanasan global.
Perkembangan teknologi telah membawa manfaat luar biasa dalam
Perkembangan alat untuk memudahkan aktivitas manusia. Sebelumnya, peralatan
yang digunakan begitu rumit dan berat. Kini digantikan oleh peralatan yang dapat
digunakan dengan mudah. Salah satu bentuk berkembangnya teknologi ini adalah
pada penggunaan mikrokontroler.
Menurut Dharmawan (2017) Mikrokontroler adalah chip yang bentuknya mirip
seperti sebuah IC (Integrated Circuit). Umumnya digunakan dalam sistem yang
kecil, murah, dan tidak membutuhkan perhitungan yang sangat rumit seperti pada
aplikasi di PC. Mikrokontroler memiliki perangkat keras yang digunakan untuk

1
Universitas Sumatera Utara
2

melakukan pencacahan, komunikasi serial, interupsi, dll. Mikrokontroler sebagai


interface antara komputer dengan hardware yang dikendalikan bekerja dengan baik
dengan menggunakan sedikit komponen. Hal inilah yang dimanfaatkan berbagai
vendor untuk membuat alat yang lebih canggih dan mudah digunakan.
Penggunaan mikrokontroler semakin merata di semua bidang salah satunya
adalah bidang kalibrasi. Kalibrasi adalah proses untuk membandingkan alat
pengukur dengan standarnya dengan berbagai metode. Kalibrasi dilakukan pada
berbagai alat pengukuran seperti alat pengukur curah hujan. Alat pengukur curah
hujan penting di kalibrasi minimal dua kali setahun.
Sampai saat ini terdapat empat jenis metode kalibrasi pengukur curah hujan
yang digunakan untuk melakukan kalibrasi alat pengukur curah hujan yaitu The
Static calibration method, The Dynamic calibration method by Calder and Kidd
(1978),The Automated Dynamic Calibration method by Humphrey and Istok (1997),
and The web based calibration method by Wijonarko et al,.(2017). Awalnya, metode
kalibrasi alat pengukur curah hujan yang digunakan adalah metode kalibrasi statis.
Metode kalibrasi statis ditingkatkan oleh Calder and Kidd menjadi Metode kalibrasi
dinamis. Metode kalibrasi dinamis ditingkatkan menjadi metode kalibrasi dinamis
otomatis oleh Humphrey dan Istok. Metode kalibrasi otomatis dikembangkan
menjadi metode kalibrasi berbasis web oleh Wijonarko dkk. (Wijonarko, 2017)
Kalibrator pengukur hujan berbasis web merupakan alat untuk mengalibrasikan
pengukur hujan yang hasilnya dapat di unduh dari web. Kalibrator ini menggunakan
mikrokontroler sebagai sistem pengendali di dalam proses kalibrasinya.
Ketidakpastian alat pengukur hujan yang telah di kalibrasi oleh kalibrator berbasis
web ini sekitar 0,3 %. Oleh karena itu, kalibrator ini cocok untuk mengalibrasikan
alat pengukur hujan. Dengan adanya kalibrasi yang akurat membuat pengukuran
curah hujan dapat diandalkan. Kalibrator pengukur hujan berbasis web dipatenkan
P00201707655 pada tahun 2017 dan dapat melakukan pengkalibrasian di luar
ruangan.
Pada penelitian ini akan diuraikan pengukuran perubahan temperatur, tegangan,
dan arus pada mikrokontroler pada saat standby dan beroperasi dengan menggunakan
sensor DHT 22 dan multimeter melalui program relay sebagai sakelar pada pompa
otomatis. Oleh karena itu pengukuran ini dilakukan untuk menganalisis disipasi

Universitas Sumatera Utara


3

energi listrik menjadi energi panas pada sistem pengendali yang digunakan kalibrator
curah hujan berbasis web.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, perumusan masalah yang diajukan
adalah sebagai berikut:
1. Berapa persentase disipasi energi listik menjadi energi panas pada
mikrokontroler saat standby sampai mulai beroperasi dengan stabil.
2. Pada saat mikrokontroler beroperasi, kapan waktu disipasi energi listrik
menjadi energi panas mengalami kestabilan ?

1 .3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menganalisis persentase disipasi energi listrik menjadi energi panas pada
mikrokontroler saat standby sampai mulai beroperasi dengan stabil.
2. Mengetahui waktu disipasi energi listrik menjadi energi panas mengalami
kestabilan pada saat beroperasi

1.4 Batasan Masalah


Terdapat beberapa batasan masalah dalam melakukan penelitian ini, yakni sebagai
berikut :
1. Mikrokontroler yang digunakan adalah Arduino Nano.
2. Program yang digunakan adalah penerapan pompa otomatis .
3. Sensor suhu yang digunakan adalah DHT 22.
4. Parameter yang diteliti hanya perubahan suhu, tegangan, dan arus.
5. Nilai kalor jenis yang digunakan adalah kalor jenis silikon.
6. Penelitian dilakukan diruangan yang tidak ber AC

1.5 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan mampu menjadi referensi dalam memahami disipasi energi
listrik menjadi energi panas yang terjadi pada beberapa sistem.

Universitas Sumatera Utara


4

1.6 Sistematika Penulisan


Sitematika penulisan pada masing – masing bab adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisikan pendahuluan yang menjelaskan mengenai
latar belakang, perumusan masalah, tujuan penulisan, batasan
masalah, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI


bab ini membahas tentang teori pendukung yang diantara
adalah Transfer energi, Energi listrik dan Energi panas,
Mikrokontroler Arduino Nano, Sensor dht 22, Relay, Pompa
Peristaltik, dan Kalibrator pengukur curah hujan berbasis web.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


Pada bagian ini akan dibahas waktu dan tempat, diagram blok,
sistem kerja dari masing-masing rangkaian, skematik
rangkaian, dan diagram alir, Perhitungan disipasi energi.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


Bab ini berisikan tentang analisa data yang didapatkan dari
proses penyelesaian masalah pada tugas akhir ini.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


Merupakan bab penutup yang berisikan kesimpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA
Berisi referensi-referensi yang telah digunakan dalam pembuatan Tugas Akhir
ini sebagia acuan yang mendukung.

Universitas Sumatera Utara


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Transfer Energi


Menurut Hukum Konservasi Energi, energi itu tidak habis tetapi dipindahkan dari
satu bentuk ke bentuk lainnya. Setiap kali proses berjalan, proses transfer energi
dimulai. Misalnya, ketika bola lampu dinyalakan, energi listrik diubah menjadi panas
(energi termal) dan cahaya (energi elektromagnetik). Ketika sebuah mobil melaju ke
atas bukit, energi kimia (bahan bakar) dikonversi menjadi panas, suara dan energi
kinetik menggerakkan piston di mesin. Energi kinetik kemudian ditransfer ke roda,
dan dari sini dikonversi ke panas (gesekan antara ban dan jalan), suara, dan energi
kinetik mobil. Juga selama proses ini, beberapa energi kinetik mobil adalah
dipindahkan ke memanaskan lingkungan (mobil bekerja pada molekul udara) dan
meningkatnya energi potensial mobil karena sedang berkendara ke atas bukit.
Dari contoh mobil yang melaju di bukit kita melihat bahwa proses transfer
energi itu dapat menjadi rumit, dengan satu bentuk energi yang ditransfer ke berbagai
bentuk. Oleh karena itu, sangat berguna untuk mengetahui proses transfer energi
menggunakan diagram transfer energi. Representasi bergambar ini menunjukkan
aliran aslinya input energi ke output energi yang berguna. Energi yang terbuang
(energi yang dihasilkan yang mungkin tidak dalam bentuk yang bermanfaat)
mungkin juga (tetapi tidak selalu) dilihat. Gambar 2.1 menunjukkan diagram transfer
energi untuk (a) bola lampu dan (b) mobil dalam contoh sebelumnya.

Gambar 2.1 Bentuk transfer energi

5
Universitas Sumatera Utara
6

Secara umum untuk diagram transfer energi, energi inputnya berada di


sebelah kiri. Energi input adalah bentuk asli dari energi di dalam proses. Energi yang
bermanfaat didapatkan dari proses (output) berada di sebelah kanan diagram. Energi
yang bermanfaat adalah energi yang dibutuhkan dari perangkat. Diagram transfer
energi menunjukkan aliran energi melalui sistem, dari energi yang kita masukkan ke
energi bermanfaat yang keluar. Dalam kasus bola lampu, energi yang bermanfaat
adalah cahaya. Dalam kasus mobil, energi yang berrmanfaat adalah energi kinetik.
Panah kecil menunjukkan bentuk dari energi yang terbuang. Energi yang terbuang
adalah energi yang ditransfer oleh proses yang tidak berguna bagi proses tujuan
utama. Suara dari knalpot mobil mungkin penting bagi beberapa orang tetapi tidak
membantu pada momentum maju mobil dan karena itu energi yang terbuang.

2.1.1 Diagram Sankey


Sementara diagram transfer energi berguna untuk menunjukkan semua jenis energi
yang berbeda yang terlibat dalam proses transfer energi, Diagram transfer energi
tidak menyediakan informasi mengenai jumlah energi yang terlibat (baik sebagai
input, berguna, atau energi yang terbuang). Diagram Sankey adalah gambaran visual
energi mengalir melalui suatu sistem dan mirip dengan diagram transfer energi,
tetapi lebarnya dari panah sebanding dengan jumlah energi yang terlibat. Diagram
sankey menyediakan gambaran kuantitatif dari distribusi energi input, energi yang
bermanfaat dan energi yang terbuang. Dinamai setelah Kapten Matthew Sankey
menggunakan diagram ini untuk menampilkan efisiensi mesin uap yang digunakan
untuk memompa air dari tambang batubara pada tahun 1898, dan juga terkenal
digunakan untuk memetakan kampanye Napoleon tahun 1812 di Rusia, diagram
Sankey adalah cara yang sangat bermanfaat untuk memvisualisasikan energi transfer
antar proses.

Universitas Sumatera Utara


7

Gambar 2.2 Diagram Sankey


Untuk membuat diagram Sankey, Energi input selalu ditampilkan di sebelah
kiri diagram, dengan energi keluaran yang bermanfaat ditampilkan di sebelah kanan.
Dengan cara ini, Sankey diagram 'mengalir' dari kiri ke kanan. Energi yang terbuang
biasanya ditampilkan sebagai panah vertikal ke bawah. Energi keluaran yang
berguna selalu kurang dari energi input, karena selalu ada energi yang terbuang
dalam suatu proses. Jumlah energi output dan energi yang terbuang harus sama
dengan input energi (jika tidak, kita telah menciptakan atau menghancurkan energi,
tidak diizinkan).
Selama proses transfer energi, baik dengan mesin atau dengan cara lain,
energi diubah menjadi satu bentuk atau lainnya dengan melakukan kerja. Sebuah
mesin mentransfer energi untuk suatu tujuan, dan bentuk energi yang berguna adalah
bentuk yang diperlukan, dikirim ke tempat yang dibutuhkan, untuk melakukan
pekerjaan yg dibutuhkan. Energi yang terbuang tidak ditransfer dengan berguna;
cenderung tidak bisa digunakan untuk tujuan sistem. Namun dalam proses fisik apa
pun, energi yang terbuang selalu merupakan produk sampingan. karena dalam
kehidupan nyata, tidak ada proses fisik efisien 100% (kecuali pemanas). Proses
mengubah energi dari satu bentuk ke bentuk lainnya pada tingkat mendasar
membutuhkan kerja, dan menghasilkan energi yang terbuang. Dalam kasus mesin,
bentuk energi terbuang yang paling umum adalah panas dan suara yang dihasilkan
oleh gesekan.
Selama proses transfer energi, baik dalam menghasilkan listrik, menggunakan
energi keluaran yang berguna, atau mengayunkan ayunan, energi akhirnya
menghilang. Kemana perginya energi itu? Kita ketahui dengan pasti bahwa sebagian
energi digunakan untuk memanaskan tali elastis dan beberapa hilang karena
hambatan udara. Tetapi kemana perginya energi setelah itu? Setelah semuanya,
energi itu masih harus ada karena tidak dapat dibuat, atau dihancurkan. Jawaban
untuk situasi ini, Proses transfer energi lain yang Anda bisa bayangkan, adalah
bahwa energi masuk untuk memanaskan lingkungan. Karena lingkungan, jumlahnya
yang sangat kecil. Energi ini tidak dihancurkan tetapi hilang, karena dalam bentuk
sekarang yang tidak dapat kita akses dengan mudah. Proses kehilangan energi ke
lingkungan (Semesta) dikenal sebagai disipasi energi. Disipasi energi adalah proses

Universitas Sumatera Utara


8

hilangnya energi ke lingkungan, akhirnya dalam bentuk panas.


(B,Strand///www.cimt.org.uk)

2.2 Konversi Energi Listrik menjadi Energi Panas


Energi adalah besaran yang tidak dapat dapat diciptakan atau dimusnahkan, tetapi
dapat diubah menjadi suatu bentuk yang lain tanpa merubah jumlah atau besar
seluruh energi. Konversi energi merupakan keadaan perubahaan bentuk energi dari
suatu bentuk menjadi bentuk yang lain. Contoh konversi energi adalah energi listrik
dapat berubah menjadi energi panas (kalor). Energi listrik adalah energi yang
dihasilkan oleh benda yang bermuatan listrik. Energi listrik adalah energi yang
tersimpan dalam arus listrik yang mengalir tiap waktu dengan satuan Ampere, dan
tegangan listrik yaitu adanya beda potensial listrik dengan satuan Volt yang
dibutuhkan untuk penggunaan peralatan listrik lainnya. Jika beda potensial V, kuat
arus I, dan waktunya t maka persamaan energi listrik adalah
W = V.I.t (2.1)
Kalor merupakan bentuk energi yang dihasilkan karena adanya perbedaan
suhu. Panas bergerak dari bagian bersuhu tinggi ke bagian bersuhu rendah. Ketika
dua benda dengan suhu berbeda bersentuhan, maka akan terjadi pertukaran energi
internal, sampai suhu kedua benda dalam keadaan setimbang.
Q = m.c.ΔT (2.2)
Q = banyaknya kalor (Joule)
m = massa benda (Kg)
c = kalor jenis (Joule/Kg˚C)
ΔT = perubahan suhu (˚C)
Hukum joule merupakan salah satu contoh hukum kekekalan energi, yang
menyatakan bahwa energi listrik yang terjadi dapat di ubah menjadi kalor.
Berdasarakan pernyataan tersebut maka :
W=Q (2.3)

2.3 Kalor Jenis


Kalor jenis dapat diartikan sebagai jumlah kalor yang diperlukan untuk menaikkan
temperatur 1 gram suatu zat sebesar 1 derajat celcius. Kalor jenis menunjukkan

Universitas Sumatera Utara


9

kemampuan suatu benda untuk menyerap kalor. Semakin besar kalor jenis suatu
benda, maka semakin besar juga kemampuan benda tersebut untuk menyerap kalor.
Tabel 2.1 Kalor Jenis Beberapa Zat
Nama Zat Kalor Jenis (c)
J/Kg˚C Kal/g ˚C
Aluminium 900 0,215
Kadium 230 0,055
Tembaga 387 0,092
Emas 129 0,030
Besi 448 0,107
Timah 128 0,030
Silikon 703 0,168
Perak 234 0,056
Kuningan 380 0,092
Kayu 1700 0,41

2.4 Mikrokontroler
Mikrokontroler adalah chip mikrokomputer berupa sebuah IC. Menurut
(Listiyarini,2018) IC (Integrated Circuit) adalah komponen elektronika aktif yang
terdiri dari gabungan ratusan, ribuan, bahkan jutaan transistor, dioda, resistor, dan
kapasitor yang diintegrasikan menjadi rangkaian elektronika dalam sebuah kemasan
kecil. Bahan utama pembentuk sebuah IC adalah bahan semikonduktor. Silikon
merupakan bahan semikonduktor yang paling sering digunakan dalam teknologi
Fabrikasi Integrated Circuit (IC).
Mikrokontroler umumnya digunakan dalam sistem yang kecil, murah, dan
tidak membutuhkan perhitungan yang sangat rumit seperti dalam aplikasi di PC.
Mikrokontroler sering digunakan pada peralatan elektronik rumah tangga. Bagian -
bagian utama mikrokontroler terdiri dari CPU (Central Processing Unit), RAM
(Random-Access Memory), ROM (Read-Only Memory) dan port I/O (Input/Output).
Mikrokontroler memiliki perangkat keras yang digunakan untuk melakukan
pencacahan, melakukan komunikasi serial, melakukan interupsi dll. Mikrokontroler
juga memiliki ADC (Analog-To-Digital Converter), USB Controller, CAN
(Controller Area Network) dll. (Dharmawan,2017)

2.4.1 Program Mikrokontroler


Program pada mikrokontroler berupa instruksi–instruksi dalam bentuk kode-
kode yang menggunakan bahasa pemograman yaitu bahasa tingkat rendah

Universitas Sumatera Utara


10

(Assembly) atau bahasa tingkat tinggi (Basic, Pascal, C, dan lainnya) sesuai dengan
jenis mikrokontroler yang digunakan. Kode program dihasilkan dari program yang
dibuat di komputer akan dituliskan ke mikrokontroler menggunakan perangkat keras.
Program pada mikrokontroler disimpan di memori program. Mikrokontroler bertugas
melakukan pembacaan, penterjemahan, dan pelaksaan kode instruksi demi instruksi
berdasarkan program yang ada pada memori program. Program bekerja secara terus
menerus selama diberikan catu daya pada mikrokontroler. (Dharmawan, 2017)

2.5 Arduino
Arduino merupakan prototyping platform yang bersifat open-source,
menggunakan perangkat keras dan perangkat lunak yang mudah digunakan
(Arduino, 2016). Hardware dan software arduino didesain agar mudah digunakan
oleh pemula yang tidak memiliki pengalaman programming dan pengetahuan tentang
elektronika. Hardware arduino berupa papan pengembangan yang berisi
mikrokontroler AVR buatan Atmel. Software arduino terdiri dari bahasa
pemograman dan Integrated Development Environment (IDE) yang gratis untuk
didownload dan digunakan. IDE ini memungkinkan kita untuk menulis, mengedit
program, dan mengkonversinya menjadi kode-kode instruksi untuk selanjutnya
diprogramkan di papan Arduino (Arduino Board). Berikut adalah beberapa kelebihan
Arduino Massimo B., 2011):
 IDE Arduino bersifat multi-platform (bisa dijalankan di windows,
Macintosh, dan Linux) dan mudah digunakan.
 Papan Arduino dapat diprogram menggunakan kabel USB, bukan
melalui port serial.
 Hardware dan software-nya bersifat open-source, sehingga kita bisa
menggunakan skema rangkaiannya dan membuat sendiri papan
Arduino tanpa membayar pada penciptanya.
Terdapat banyak pilihan perangkat keras Arduino yang bisa berupa: board, modul,
shield maupun kit. (Dharmawan, 2017)
2.6 Arduino Nano
Sesuai dengan namanya, Arduino Nano memiliki ukuran yang relatif kecil
dan sangat sederhana, Dengan ukurannya yang kecil, bukan berarti jenis Arduino ini

Universitas Sumatera Utara


11

tidak mampu menyimpan banyak fasilitas. Hampir sama dengan tipe Arduino UNO.
Arduino Nano dibekali dengan Arduino Nano dibekali dengan prosesor ATMega
328P dengan bentuk SMD dan memiliki 14 pin digital I/O, 8 pin analog input (lebih
banyak dari Uno), dan menggunakan FTDI untuk pemograman lewat Mikro USB.
Selain itu juga da yang menggunakan prosesor ATMega 168.

Gambar 2.3 Arduino Nano

Spesifikasi Arduino Nano


Spesifikasi dari Arduino nano adalah sebagai berikut :
Tegangan Operasi : 5V
Tegangan Input : 7V – 12V
Digital I/O pin : 14 buah, 6 diantaranya menyediakan PWM
Pin Analog Input : 8 buah
Arus DC per pin I/O : 40 mA
Memori Flash : 32 KB, 0,5 KB telah digunakan
untuk bootloader
SRAM : 2 KB
EEPROM : 1 KB
Clock Speed : 16 MHz
Dimensi : 45 mm x 18 mm
Berat :5g

2.6.1 Pemetaan Pin pada Arduino Nano


Pemetaan pin pada Arduino antara pin Arduino Nano dan port ATMega 328P SMD

Universitas Sumatera Utara


12

Tabel 2.2 Pemetaan Pin Arduino Nano dan Port ATMega 328P SMD

Nomor Nama Pin Nomor Pin Nama Pin


Pin Arduino
ATMega Nano
328
1 PD3 (PCINT19/OCB2B/INTI) 6 Digital Pin 3 (PWM)
2 PD4 (PCINT20/XCK/T0) 7 Digital Pin 4
3 GND 4 & 29 GND
4 VCC 27 VCC
5 GND 4 & 29 GND
6 VCC 27 VCC
7 PB6(PCINT6/XTAL1/TOASC1) − −
8 PB7(PCINT7/XTAL2/TOASC2) − −
9 PD5(PCINT21/OC0BTI) 8 Digital pin 5 (PWM)
10 PD6(PCINT22/OC0A/AIN0) 9 Digital pin 6 (PWM)
11 PD7(PCINT23/AIN1) 10 Digital pin 7
12 PB0(PCINT0/CLK0/ICP1) 11 Digital pin 8
13 PB1(PCINT1/OC1A) 13 Digital pin 9 (PWM)
14 PB2(PCINT2/SS/OC1B) 13 Digital pin
10(PWM−SS)
15 PB3(PCINT3/OC2A/MOSI) 14 Digital pin 11(PWM
– MOSI)
16 PB4(PCINT4/MISO) 15 Digital pin 12 (MISO)
17 PB5(PCINT5/SCK) 16 Digital pin 13 (SCK)
18 AVCC 27 VCC
19 ADC6 25 Analog input 6
20 AREF 18 AREF
21 GND 4 & 29 GND
22 ADC7 26 Analog input 7
23 PC0(PCINT8/ADC0) 19 Analog input 0
24 PC1(PCINT9/ADC1) 20 Analog input 1
25 PC2(PCINT10/ADC2) 21 Analog input 2
26 PC3(PCINT11/ADC3) 22 Analog input 3
27 PC4(PCINT12/ADC4/SDA) 24 Analog input 4 (SDA)
28 PC5(PCINT13/ADC5/SCL) 25 Analog input 5(SCL)
29 PC6(PCINT14/RESET) 28 & 3 RESET
30 PD0(PCINT16/RXD) 2 Digital pin 0 (RX)
31 PD1(PCINT17/TXD) 1 Digital pin 1(TX)
32 PD2(PCINT18/INT0) 5 Digital pin 2

2.6.2 Sumber Daya


Arduino Nano dapat diaktifkan melalui koneksi USB Mini-B, atau melalui catu daya
eksternal dengan tegangan belum teregulasi antara 6-20 Volt yang dihubungkan
melalui pin 30 atau pin VIN, atau melalui catu daya eksternal dengan tegangan
teregulasi 5 Volt melalui pin 27 atau pin 5V. Sumber daya akan secara otomatis

Universitas Sumatera Utara


13

dipilih dari sumber tegangan yang lebih tinggi. Chip FTDI FT232L pada Arduino
Nano akan aktif apabila memperoleh daya melalui USB, ketika Arduino Nano
diberikan daya dari luar Non-USB) maka Chip FTDI tidak aktif dan pin 3,3 V pun
tidak tersedia tidak mengeluarkan tegangan), sedangkan LED TX dan RX pun
berkedip apabila pin digital 0 dan 1 berada pada posisi HIGH.

2.6.3 Memori
Atmega 168 memiliki 16 KB flash memory untuk menyimpan kode (2 KB
digunakan untuk bootloader); Sedangkan Atmega 328 memiliki flash memory
sebesar 32 KB, (juga dengan 2KB digunakan untuk bootloader). Atmega 168
memiliki 1 KB memory pada SRAM dan 512 byte pada EEPROM yang dapat dibaca
dan ditulis dengan perpustakaan EEPROM); Sedangkan Atmega 328 memiliki 2 KB
memory pada SRAM dan 1 KB pada EEPROM.

2.6.4 Input dan Output


Masing-masing dari 14 pin digital pada Arduino Nano dapat digunakan sebagai input
atau output, dengan menggunakan fungsi pinMode(), digitalWrite(), dan
digitalRead(). Semua pin beroperasi pada tegangan 5 Volt. Setiap pin dapat
memberikan atau menerima arus maksimum 40Ma dan memiliki resistor pull-up
internal (yang terputus secara default) sebesar 20-50 Kohm. Selain itu beberapa pin
memiliki fungsi khusus, yaitu:
 Serial : 0 (RX) dan 1(TX). Digunakan untuk menerima (RX) dan
mengirimkan (TX) TTL data serial. Pin ini terhubung ke pin yang
sesuai dari chip FTDI USB-to-TTL Serial.
 External Interrupt (Interupsi Eksternal) : Pin 2 dan pin 3 ini dapat
dikonfigurasi untuk memicu sebuah interupsi pada nilai yang rendah,
meningkat atau menurun, atau perubahan nilai.
 PWM : Pin 3, 5, 6, 9, 10, dan 11. Menyediakan output PWM 8-bit
dengan fungsi analogWrite(). Jika pada jenis papan berukuran lebih
besar (misal : Arduino Uno), pin PWM ini diberi simbol tilde atau “~”
sedangkan pada Arduino Nano diberi tanda titik atau strip.

Universitas Sumatera Utara


14

 SPI : Pin 10 (SS), 11 (MOSI), 12 (MISO), 13 (SCK). Pin ini


mendukung komunikasi SPI. Sebenarnya komunikasi SPI ini tersedia
pada hardware, tapi untuk saat belum didukung dalam bahasa Arduino.
 LED : Pin 13. Tersedia secara built-in pada papan Arduino Nano. LED
terhubung ke pin digital 13. Ketika pun diset bernilai HIGH, maka
LED menyala, dan ketika pin diset bernilai LOW, maka LED padam.
Arduino Nano memiliki 8 pin sebagai input analog, diberi label A0 sampai
dengan A7, yang masing-masing menyediakan resolusi 10 bit (yaitu 1024 nilai yang
berbeda). Secara default pin ini dapat diukur/diatur dari mulai Ground sampai
dengan 5 Volt, juga memungkinkan untuk mengubah titik jangkauan tertinggi atau
terendah mereka menggunakan fungsi analog Reference(). Pin analaog 6 dan 7 tidak
dapat digunakan sebagai pin digital. Selain itu juga, beberapa pin memiliki fungsi
yang dikhususkan, yaitu :
 I2C : Pin A4 (SDA) dan pin A5 (SCL). Yang mendukung
komunikasi I2C (TWI) menggunakan perpustakaan Wire.
Masih ada beberapa pin lainnya pada Arduino Nano, yaitu :
 AREF : Referensi tegangan untuk input analog. Digunakan dengan
fungsi analogReference().
 RESET : Jalur LOW ini digunakan untuk me-reset menghidupkan
ulang) mikrokontroler. Biasanya digunakan untuk menambahkan
tombol reset pada shield yang menghalangi papan utama Arduino.

2.6.5 Komunikasi
Arduino nano memiliki sejumlah fasilitas untuk berkomunikasi dengan komputer,
dengan Arduino lain, atau dengan mikrokontroler lainnya. Atmega 168 dan Atmega
328 menyediakan komunikasi serial UART TTL (5 Volt), yang tersedia pada pin
digital 0 (RX) dan pin 1 (TX). Sebuah chip FTDI FT232L yang terdapat pada papan
Arduino Nano digunakan sebuah media komunikasi serial melalui USB dan driver
FTDI (tersedia pada software Arduino IDE) yang menyediakan COM Port Virtual
(pada device komputer) untuk berkomunikasi dengan perangkat lunak pada
komputer. Perangkat lunak Arduino termasuk didalammnya serial monitor
memungkinkan data tekstual sederhana dikirim ke dan dari papan Arduino. LED RX

Universitas Sumatera Utara


15

dan TX yang tersedia pada papan akan berkedip ketikaa data sedang dikirim atau
diterima melalui chip FTDI dan koneksi USB yang terhubung melalui USB
komputer (tetapi tidak untuk komunikasi serial pada pin 0 dan 1).

2.7 Sensor DHT 22


Sensor adalah komponen yang berfungsi untuk mengubah besaran fisik (contoh :
temperatur, cahaya, gaya, kecepatan putaran) menjadi besaran listrik yang
proposional yang dapat dibaca oleh suatu rangkaian elektronika. Sensor merupakan
bagian utama dari suatu tranduser. Tranduser adalah sistem yang membantu sensor
mempunyai output sesuai yang diinginkan dan dapat langsung dibaca pada ouputnya.
(Ekojono dkk, 2018)
Sensor dht 22 juga dikenal dengan AM2302 adalah sensor yang dapat
mendeteksi perubahan suhu dan kelembaban dengan sinyal keluaran berupa sinyal
digital. Sensor dht 22 terhubung dengan MCU 8-bit. Sensor ini memiliki kalibrasi
yang akurat dengan kompensasi suhu ruang. Nilai koefisien disimpan dalam jenis
program di memori OTP. Ketika sensor mendeteksi, sensor akan menyalin koefisien
dari memori. Sensor dht 22 memiliki ukuran yang kecil kecil dan konsumsi daya
rendah. Sensor ini dapat mentransmisikan sinyal hingga 20 meter.

Gambar 2.4 Sensor DHT 22

Spesifikasi
1. Menggunakan tegangan rendah 3,3-6 Volt DC sehingga dapat dihubungkan
langsung pada mikrokontroler.
2. Sinyal keluaran berupa sinyal digital melalui bus tunggal
3. Elemen pendeteksi yaitu Kapasitor polimer
4. Rentang temperatur beroperasi pada -40˚-80˚C dengan ralat < ±0,5˚C

Universitas Sumatera Utara


16

5. Rentang kelembaban beroperasi pada 0-100% RH dengan ralat ± 2%RH (Max ±


5%RH)
6. Memiliki ukuran kecil 14 x 18 x 5,5 mm dan besar 22 x 28 x 5 mm

2.8 Modul Relay 1 Channel


Relay 1 Channel adalah modul relay SPDT (Single Pole Double Throw) yang
memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap arus dan tegangan yang besar dalam
bentuk AC maupun DC. Relay berfungsi sebagai saklar elektronik yang dapat
digunakan untuk mengendalikan ON/OFF peralatan listrik berdaya besar.

Gambar 2.5 Modul Relay

Spesifikasi:
1. Menggunakan relay HKE HRS4HSDC 5V.
2. Menggunakan tegangan rendah +5 volt sehingga dapat langsung dihubungkan
pada sistem mikrokontroler.
3. Tipe Relay SPDT (Single Pole Double Throw): 1 common, 1 NC (Normally
Close), dan 1 NO (Normally Open).
4. Memiliki daya tahan sampai dengan 10 A
5. Pin pengendali dapat dihubungkan dengan pin mikroprosesor mana saja, sehingga
membuat pemogram dapat leluasa menentukan pin mikrokontroler yang
digunakan sebagai pengendali.
6. Dilengkapi rangkaian penggerak (driver) relay dengan level tegangan TTL,
sehingga dapat langsung dikendalikan oleh mikrokontroler.
7. Driver bertipe active High atau kumparan relay akan aktif saat pin pengendali
diberi logika 1.

Universitas Sumatera Utara


17

8. Driver dilengkapi rangkaian peredam GGL induksi sehingga tidak akan membuat
reset sistem mikrokontroler.

2.9 Pompa Peristaltik


Pompa adalah alat yang digunakan untuk memindahkan fluida mengalir karena
adanya perbedaan tekanan. Prinsip kerja pompa dapat digolongkan menjadi tiga
yaitu pompa perpindahan positif, pompa dinamik, dan pompa pengaruh spesial.
Prinsip kerja pompa perpindahan positif dibagi menjadi tiga yaitu pompa
resiprokal, pompa putar, dan pompa tiup. Pompa peristaltik merupakan pompa
perpindahan positif yang bekerja dengan jenis pompa putar yaitu pompa baling
baling. Pompa dapat bekerja memindahkan fluida tanpa bersentuhan langsung
dengan elemen pompa sehingga pompa peristaltik banyak digunakan pada bidang
medis dan industri. (Maryanto.2018)

Gambar 2.6 Pompa Peristaltik

2.9.1 Prinsip Kerja Pompa Peristaltik


Prinsip pompa perpindahan positif menggunakan mekanisme secara berulang
memperluas rongga sehingga cairan mengalir ke dalam rongga, dan kemudian
menutup rongga itu, cairan kemudian bergerak maju. Satu-satunya elemen pompa
peristaltik adalah pipa yang fleksibel. Pompa bekerja dengan menekan pipa dengan
rol atau tapal. ini berarti pompa selalu kering karena tidak bersentuhan langsung
dengan cairan, self prime, dan dapat memompa cairan kental atau kesat, ditambah
lagi karena pipa adalah salah satu unit lengkap yang tidak ada penutup. Ini membuat
pipa bebas bocor dan higienis. Pompa peristaltik tidak memiliki input dan output

Universitas Sumatera Utara


18

yang tetap. Pompa peristaltik dapat memompa cairan kesegala arah dengan
mengubah arah putaran rol yaitu searah atau berlawanan. (Pagar, 2016)

Gambar 2.7 Mekanisme Pompa Peristaltik

2.10 Kalibrator Curah Hujan Berbasis Web


Kalibrator curah hujan berbasis web adalah alat yang digunakan untuk
mengalibrasi ulang pengukur hujan secara exsitu dan insitu dan hasil kalibrasinya
dapat diunduh dari web. Kalibrator ini juga berfungsi sebagai simulator hujan dalam
bentuk yang sederhana. Simulator hujan adalah alat peniru karakteristik curah hujan
yang dapat ditentukan volumenya. Kalibrator curah hujan berbasis web digunakan
untuk mengalibrasi pengukur hujan otomatis tipe tipping bucket. Berdasarkan hasil
seleksi pengukur curah hujan yang dilakukan WMO menunjukkan bahwa pengukur
tipe tipping bucket menghasilkan koreksi yang tepat dalam akurasi pengukuran
intensitas curah hujan. Kalibrator curah hujan berbasis web terdiri dari 3 unit
integritas yaitu unit kalibrasi, unit pemrosesan data, dan unit otentikasi kalibrasi.
Unit kalibrasi dan unit pemrosesan data adalah unit seluler. Unit otentikasi
kalibrasi adalah komputer yang dapat terhubung dengan internet. Unit kalibrasi
terdiri dari bagian standar dan data logger. Inti bagian standar adalah silinder aklirik
Yang digunakan untuk mensimulasikan curah hujan ke pengukur hujan yg diuji.
Untuk kalibrasi pengukur hujan, silinder diisi dengan air dari keran sampai air
mencapai batas atas silinder. Katup air di bagian bawah silinder kemudian dibuka
berdasarkan perintah perangkat lunak. Air mengalir ke mulut alat pengukur hujan.
Pengukur curah hujan merespon air masuk ke inputnya dengan memberikan output
pulsa. Setiap pulsa sama dengan volume air tertentu. Volume ini tergantung pada
resolusi dan luasnya mulut sensor pengukur hujan. Pulsa output terhubung melalui

Universitas Sumatera Utara


19

kabel serial satu arah ke data logger. Data logger kemudian menghitung, menyimpan,
dan mengirimkan data ke perosesan data.
unit pemrosesan data adalah laptop dan software aplikasi yaitu unit yang
menginisialisasi proses kalibrasi, hitung output pulsa alat pengukur hujan yang diuji,
mengukur temperatur ambien, memproses data, menampilkan hasilnya dan mengirim
informasi. Unit otentikasi kalibrasi adalah printer terhubung ke komputer yang
terhubung ke jaringan internet untuk mengambil informasi yang dikirim oleh unit
pemrosesan data. (Wijonarko,2017)

Universitas Sumatera Utara


BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat


Pelaksanaan penelitian dilakukan pada tanggal 3 Februari 2020–4 Juni 2020,
bertempat di Pusat Penelitian Fisika Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2F
LIPI) yang beralamat di Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan, Banten.

3.2 Diagram Blok


Untuk memudahkan dalam memahami cara kerja alat ini, maka perancangan
alat ini dibuat berdasarkan diagram blok. Adapun diagram blok dari perancangan
sistem alat ini adalah seperti gambar 3.1 di bawah ini.

Gambar 3.1 Diagram Blok

Gambar 3.1 Diagram Blok Sistem


Diagram blok sistem yang disajikan pada gambar diatas terdiri dari 2 sistem
yang memiliki input. Input sistem pertama adalah sensor DHT 22 sebagai pendeteksi
perubahan temperatur mikrokontroler dan input sistem kedua adalah relay sebagai
sakelar pompa peristaltik dan beban untuk mikrokontroler yang akan diuji. Bagian
yang memproses data sensor dan kerja relay adalah arduino nano. Data sensor dht 22
akan di baca, dikalibrasikan serta dikonversikan menjadi nilai suhu dengan satuan
Celcius. Relay akan bekerja menghubungkan sumber listrik ke pompa peristaltik.

20
Universitas Sumatera Utara
21

Data hasil perubahan suhu yang diterima akan ditampilkan di Microsoft excel secara
real time.

3.3 Fungsi Tiap Blok


1. Blok Sensor DHT 22 : Sebagai pendeteksi perubahan temperatur
mikrokontroler saat standby dan saat
beroperasi
2. Blok Arduino : Sebagai pusat pengendali sistem
3. Blok Modul Relay : Sebagai sakelar pompa peristaltik
4. Blok Pompa Peristaltik : Sebagai beban yang dikendalikan oleh relay
5. Blok Catu daya 12V dan 5V : Sebagai sumber tegangan
6. Blok PLX DAQ : Sebagai monitoring data perubahan
teperatur dan ditampilkan melalui Microsoft
excel secara real time

3.4. Skematik Rangkaian Keseluruhan

D1 1N4001

Q1

R1 220Ω

Gambar 3.2 Skematik Rangkaian Saat Terhubung Dengan Beban

Pada saat standby, Arduino hanya terhubung dengan catu daya. Saat
terhubung dengan beban, Pada rangkaian sensor Dht 22, Vcc sensor DHT 22
dihubungkan ke pin Vcc 5 V Arduino nano 1, Pin Ground (GND) sensor DHT 22

Universitas Sumatera Utara


22

dihubungkan ke pin Ground (GND) Arduino 1, dan pin data sensor DHT 22
dihubungkan ke pin D2 Arduino 1,
Pada rangkaian Relay, Vcc Relay dihungkan ke pin Vin Arduino nano 2, Pin Ground
(GND) relay dihubungkan ke pin Ground (GND) arduino nano 2, Pin input
dihubungkan ke pin D6 Arduino nano 2, pin Normally Open (NO) dihubungkan ke
pompa peristaltik, pin common relay dihubungkan ke Vcc connector adaptor 12 Volt.
Pada pompa peristaltik dihubungkan ke pin Normally Open (NO) relay dan ground
connector adaptor 12 Volt.

Gambar 3.3 Rangkaian Saat Terhubung Dengan Beban

Gambar 3.4 Rangkaian Saat Tidak Terhubung Dengan Beban

Universitas Sumatera Utara


23

3.5 Perancangan Database


Dalam perancangan program database untuk sistem monitoring perubahan
temperatur merupakan hal yang sangat penting, karena hasil data sensor yaitu
perubahan temperatur dapat dianalisa dan dilakukan secara real time dan dapat
disimpan datanya untuk keperluan rekam data. Program database PLX-DAQ
dikomunikasikan dengan software arduino dan hasil setiap data perubahan
temperatur yang berhasil menjadi output dari program arduino secara otomatis akan
masuk ke dalam microsoft Excel. Cara menggunakan PLX-DAQ adalah dengan
menghubungkan port arduino ke laptop yang sudah terinstal aplikasi PLX-DAQ,
mengatur portnya sesuai input port yang digunakan dan baudrate “9600” kemudian
tekan “connect”.

Gambar 3.5 Interface Database PLX DAQ menggunakan Microsoft Excel

Universitas Sumatera Utara


24

3.6 Program Arduino


3.6.1 Program pompa otomatis
int relay = 5; // relay pin 5 arduino
void setup() {
pinMode(relay,OUTPUT); // relay sebagai output
}
void loop() {
digitalWrite(relay,LOW); // diberi sinyal low
delay(198000); // pompa akan hidup selama 55 menit
digitalWrite(relay,HIGH); // diberi sinyal high
delay(5000); // pompa akan mati selama 5 menit
}

3.6.2 Program sensor suhu DHT 22


#include "DHT.h"
#define DHTPIN 2
#define DHTTYPE DHT22
DHT dht(DHTPIN, DHTTYPE);

void setup() {
Serial.begin(9600);
dht.begin();
Serial.println("CLEARDATA");
Serial.println("LABEL,TIME,TEMPERATUR (C)");
}
void loop()
{
Serial.print("DATA,TIME,");
Serial.println(dht.readTemperature());
delay(2000);
}

Universitas Sumatera Utara


25

3.7 Diagram Alir (Flowchart)


Diagram alir diperlukan untuk memudahkan dalam memahami pengerjaan
penelitian.

Mulai

Inisialisasi Arduino1 melalui sensor DHT


22, Arduino 2 melalui relay

Membaca Temperatur

Mikrokontroler 2 “standby” Mikrokontroler 2


selama 5 menit “beroperasi” selama 55 menit

Konversi data

Menampikan
pembacaan sensor suhu
pada PLX -DAQ

Pengamatan tegangan dan arus

Analisa data

Selesai

Gambar 3.6 Diagram Alir (Flowchart)

Universitas Sumatera Utara


26

3.8 Perhitungan Persentase Disipasi Energi Listrik menjadi Energi panas


Untuk mengetahui besarnya nilai persentase disipasi energi listrik menjadi
energi panas pada mikrokontroler dapat diketahui dengan menggunakan persamaan 1
sebagai perhitungan energi listrik, menggunakan persamaan 2 sebagai perhitungan
energi panas, dan menggunakan persamaan 3 sebagai perhitungan persentase disipasi
energi listrik menjadi energi panas.
W = V.I.t (3.1)
Q = m.c.ΔT (3.2)
𝑄
% = x100% (3.3)
𝑊
Keterangan
V = tegangan (Volt)
I = Arus (Ampere)
t = selang waktu (detik)
m = massa mikrokontroler (Kg)
c = Kalor jenis ( J/Kg ˚C )
ΔT = Perubahan temperatur (˚C)

Universitas Sumatera Utara


BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian ini percobaan dilakukan dengan menggunakan mikrokontroler


Arduino nano sebagai objek yang akan diteliti disipasi energi listrik menjadi energi
panas saat standby dan beroperasi. Mikrokontroler Arduino Nano digunakan karena
merupakan mikrokontroler yang digunakan sebagai sistem pengendali pada
kalibrator pengukur curah hujan berbasis web. Pengujian mikrokontroler Arduino
Nano dilakukan dengan melihat perubahan temperatur, tegangan, dan arus.
Perubahan temperatur ditampilkan pada PLX-DAQ kemudian hasil perubahan
temperatur digunakan untuk mendapatkan nilai energi panas. Tegangan dan arus
diukur menggunakan multimeter, kemudian hasil perubahan tegangan dan arus
digunakan untuk mendapatkan nilai energi listrik.

4.1 Hasil Pengamatan Perubahan Temperatur Terhadap Waktu


Dalam mengamati perubahan temperatur mikrokontroler, dilakukan
pengujian mikrokontroler Arduino Nano dengan melihat perubahan temperatur
dalam keadaan standby selama 5 menit dan dalam keadaan beroperasi selama 55
menit sebanyak 10 percobaan dengan menggunakan sensor suhu DHT 22 yang telah
dikalibrasi dengan termometer air raksa. Data awal diambil sesuai dengan temperatur
ambien, dilihat perubahan temperatur yang terjadi lalu membuat grafik ΔT(˚C) – vs –
t (menit).

27
Universitas Sumatera Utara
28

Tabel 4.1 Perubahan temperatur rata-rata terhadap waktu


Δt(menit) Perubahan Temperatur (˚C)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 ̅̅̅̅
𝚫𝐓
0-5 0,7 0,9 0,4 0,7 0,7 1 0,6 0,4 0,4 0,7 0,65
5-10 0,2 0,2 0,4 0,1 0 0,3 0 0,2 0,3 0,2 0,19
10-15 0 0 0,1 0 0,2 0 0,2 0,1 0,1 0 0,07
15-20 0,1 -0,1 0 0,1 -0,1 0,2 0 0,1 0 0 0,03
20-25 0 0,1 -0,1 0 0,1 0 0 0 0 0,1 0,02
25-30 0 0 0,1 0 0 0 0,1 0 0 -0,1 0,01
30-35 0,1 0 0 0 0 0,1 0,1 -0,1 0 0 0,02
35-40 -0,1 0 0 0 0 0 -0,1 0 0 0 -0,02
40-45 0,1 0,1 0 0,1 0 -0,1 -0,1 0,2 0 0,1 0,02
45-50 -0,1 -0,1 0 -0,1 0 -0,1 0,1 0 0 0 -0,01
50-55 0 0,1 0,1 0 0 0 0,1 -0,1 -0,1 0 0,01
55-60 0 -0,1 -0,1 0 0 0 0 0 0 0 -0,02

ΔT vs Δt
0.7

0.6
Perubahan temperatur (˚C)

0.5
ΔT (˚C)
0.4

0.3 ΔT = Perubahan
temperatur
0.2 Δt = Selang waktu

0.1

0
0 10 20 30 40 50 60 70
-0.1
Waktu (menit)

Gambar 4.1 Grafik perubahan temperatur rata-rata terhadap waktu

pada Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa pada saat standby yaitu pada waktu 0-5 menit
perubahan temperatur sebesar 0,65˚C relatif lebih tinggi daripada saat mikrokontroler
beroperasi, pada saat beroperasi perubahan temperatur semakin lebih rendah dan
stabil yaitu 0,02˚C karena lepasan panas mikrokontroler dan energi yang diserap
ambien sudah sama. Adapun tanda (-) pada nilai perubahan temperatur itu
merupakan adanya penurunan temperatur dari keadaan stabil.

Universitas Sumatera Utara


29

4.2. Hasil Pengamatan Tegangan dan Arus Terhadap Waktu


Pengamatan yang dilakukan diantaranya adalah pengamatan tegangan dan
arus terhadap waktu pada saat standby dan pada saat beroperasi. Untuk pengukuran
tegangan mikrokontroler dengan menghubungkan secara pararel kabel positif
multimeter dengan VCC mikrokontroler dan kabel negatif multimeter dengan GND
mikrokontroler, untuk mengukur arus mikrokontroler dengan menghubungkan secara
seri kabel positif multimeter dengan 5V adaptor dan kabel negatif multimeter dengan
VCC mikrokontroler.

Tabel 4.2 Hasil pengamatan tegangan dan arus terhadap waktu


Waktu Tegangan (V) Arus (A)
0-5 5,050 0,017
5-10 4,932 0,089
10-15 4,932 0,089
15-20 4,934 0,089
20-25 4,934 0,089
25-30 4,934 0,089
30-35 4,933 0,089
35-40 4,933 0,089
40-45 4,932 0,089
45-50 4,933 0,089
50-55 4,933 0,089
55-60 4,934 0,088

V dan I vs Δt(menit)
6

3
Tegangan (V)
2 Arus (A)
1

0
0 10 20 30 40 50 60 70
Waktu (menit)

Gambar 4.2 Grafik tegangan dan arus terhadap waktu

Universitas Sumatera Utara


30

4.3 Hasil Perhitungan Energi Listrik Terhadap Waktu


Tabel 4.3 Hasil perhitungan energi listrik
Waktu (menit) Energi Listrik
(Joule)
0-5 25,755
5-10 131,684
10-15 131,684
15-20 131,738
20-25 131,738
25-30 131,738
30-35 131,711
35-40 131,711
40-45 131,684
45-50 131,711
50-55 131,711
55-60 130,258

W vs Δt
140

120
Energi
Energi listrik (Joule)

Listrik
100
(Joule)
80
ΔW = Energi
60 Listrik
Δt = Selang waktu
40

20

0
0 20 40 60 80
Waktu (Menit)
Gambar 4.3 Grafik hasil perhitungan energi listrik

Grafik hasil perhitungan energi listrik terhadap waktu dapat dilihat pada Gambar 4.3
menunjukkan kenaikan energi listrik sampai pada keadaan stabil. Pada interval waktu
0-5 menit menghasilkan energi listrik sebesar 25,755 Joule pada posisi standby yaitu
mikrokontroler tidak diberi beban, pada interval waktu 5-10 menit terjadi kenaikan
energi listrik menjadi 131,684 Joule karena mikrokontroler sudah terhubung dengan
beban sehingga menghasilkan lebih besar arus untuk menjalankan modul relay yang

Universitas Sumatera Utara


31

mempengaruhi besar energi listrik. Selanjutnya energi listrik relatif stabil meskipun
ada penurunan energi lsitrik yang disebabkan oleh beberapa faktor yaitu Human
error, alat ukur, dll.

4.4 Hasil Perhitungan Energi Panas Terhadap Waktu


Tabel 4.4 Hasil perhitungan energi panas
Waktu (menit) Energi panas
(Joule)
0-5 2,3
5-10 0,7
10-15 0,2
15-20 0,1
20-25 0,1
25-30 0
30-35 0,1
35-40 -0,1
40-45 0,1
45-50 0
50-55 0
55-60 -0,1

ΔQ vs Δt
2.5

2
Energi
Energi panas (Joule)

panas
1.5 (Joule)

1 ΔQ = Perubahan
Energi
panas
0.5 Δt = Selang
waktu
0
0 10 20 30 40 50 60 70
-0.5
Waktu (menit)

Gambar 4.4 Grafik hasil perhitungan energi panas

Universitas Sumatera Utara


32

Sebagian energi listrik berubah menjadi energi panas dalam 4 tahap yaitu pada saat
standby, akhir standby sampai beroperasi, keadaan transisi, dan pada saat kestabilan.
Grafik perhitungan energi panas terhadap waktu pada Gambar 4.4 menunjukkan
kenaikan energi panas sampai pada keadaan stabil ideal. Pada interval waktu 0-5
menit menghasilkan energi panas sebesar 2,3 Joule berada pada keadaan standby,
dan pada interval waktu 5-10 menit menghasilkan energi panas yaitu 0,7 Joule
berada pada keadaan akhir standby sampai beroperasi. Energi listrik tidak seutuhnya
menjadi panas karena digunakan untuk mengoperasikan mikrokontroler terhadap
relay sebagai beban untuk menghidupkan pompa sehingga kenaikan temperatur saat
beroperasi lebih kecil daripada saat standby yang mempengaruhi energi panas.
Selanjutnya energi panas relatif stabil karena energi panas mikrokontroler dan energi
yang diserap ambien sudah sama meskipun ada penurunan energi panas. Tanda nilai
(-) pada energi panas menandakan adanya penurunan energi panas dari keadaan
energi panas stabil ideal.

Universitas Sumatera Utara


33

4.5 Hasil Perhitungan Persentase Disipasi Energi Listrik menjadi Energi Panas
Tabel 4.5 Hasil perhitungan persentase disipasi energi listrik menjadi energi
panas
Waktu (menit) Δ Q/W (%)
0-5 8,9
5-10 1,0
10-15 0,2
15-20 0,1
20-25 0,1
25-30 0
30-35 0,1
35-40 -0,1
40-45 0,1
45-50 0
50-55 0
55-60 -0,1

%ΔQ/W vs Δt
10
9
Persentase disipasi energi (%)

8 Q/W (%)
7
6 ΔQ/W = Perubahan
5 Disipasi
Δt = Selang waktu
4
3
2
1
0
-1 0 10 20 30 40 50 60 70
Waktu (menit)

Gambar 4.5 Grafik perhitungan persentase disipasi energi listrik menjadi energi
panas

Hasil pada grafik persentase disipasi energi listrik menjadi energi panas pada
Gambar 4.5 menunjukkan bahwa persentase disipasi energi pada keadaan standby
meningkat yaitu 8,9% , pada saat akhir standby sampai beroperasi 1,0%, pada
keadaan transisi 0,2%, dan keadaan stabil yaitu 0,1% - 0%.

Universitas Sumatera Utara


BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dan perhitungan disipasi energi listrik menjadi panas
pada mikrokontroler arduino maka penulis dapat menarik kesimpulan, antara
lain:
1. Persentase disipasi energi listrik menjadi energi panas pada saat standby yaitu
0-5 menit terjadi peningkatan 8,9%, setelah dihubungkan dengan rangkaian
pompa pada waktu 5-10 menit terjadi disipasi 1% lebih kecil dari keadaan
sebelumnya sampai menjadi stabil.
2. Disipasi energi listrik menjadi energi panas menjadi stabil saat mikrokontroler
dalam keadaan beroperasi yaitu setelah 20 menit sampai 60 menit atau selesai
beroperasi.

5.2 Saran
1. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya mengamati peralatan listrik yang
mengalami disipasi energi listrik menjadi energi panas yang besar.
2. Sebaiknya melakukan pengamatan pada temperatur ruangan yang konstan.

34
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA

B, Strand. Energy Transfer And Efficiency Unit 2. www.cimt.org.uk/physicsPDF.


[23 Mei 2020]
Dharmawan, H. A. 2017. Mikrokontroler Konsep Dasar dan Praktik. Malang:
UBMedia.
Ekojono, A. P. 2018. Pemrogaman Spreadsheet untuk Pemodelan Kontrol
Rangkaian Elektronika. Malang: POLINEMA PRESS.
Junaidi. 2018. Project Sistem Kendali Elektronik Berbasis Arduino. Lampung:
AURA.
Khalifah, Angga. 2016. Saklar Otomatis Berbasis Light Dependent Resistor (LDR)
Pada Mikrokontroler Arduino Uno. Seminar Nasional Fisika
Kunlestiowati, H. 2018. Analisis Penyimpanan Konversi Energi Listrik Menjadi
Kalor Pada Perangkat Eksperimen Hukum Joule. JRKPF UAD, Vol 5(1),
34-35
Listiyarini, R. 2018. Dasar Listrik dan Elektronika. Yogyakarta: DEEPUBLISH.
Maryanto, Lutfi Eko. 2018. Pengaruh Diameter Roller Terhadap Debit Pompa
Peristaltik. J. Vol 16(1) 65-66
Pagar, Ganesh J. 2016. International Journal Of Recent Trends In Engineering And
Research. IJRTER. Vol 2 (12)
Wijonarko, et al. 2019. Web Based Rain Gauge Calibrator. J. Instrumen, Vol 43 (1),
26-37

35
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel Pengamatan Perubahan Temperatur Terhadap Waktu


1. Perubahan temperatur terhadap waktu dengan temperatur ambien 30,00˚C
Waktu (menit) Temperatur (˚C)
0 30,00
5 30,70
10 30,90
15 30,90
20 31,00
25 31,00
30 31,00
35 31,10
40 31,00
45 31,10
50 31,00
55 31,00
60 31,00

2. Perubahan temperatur terhadap waktu dengan temperatur ambien 29,90˚C


Waktu (menit) Temperatur (˚C)
0 29,90
5 30,80
10 31,00
15 31,00
20 30,90
25 31,00
30 31,00
35 31,00
40 31,00
45 31,10
50 31,00
55 31,10
60 31,00

36
Universitas Sumatera Utara
37

3. Perubahan temperatur terhadap waktu dengan temperatur ambien 30,40˚C


Waktu (menit) Temperatur (˚C)
0 30,40
5 30,80
10 31,20
15 31,30
20 31,30
25 31,20
30 31,30
35 31,30
40 31,30
45 31,30
50 31,30
55 31,40
60 31,30

4. Perubahan temperatur terhadap waktu dengan temperatur ambien 30,50˚C


Waktu (menit) Temperatur (˚C)
0 30,50
5 31,20
10 31,30
15 31,30
20 31,40
25 31,40
30 31,40
35 31,40
40 31,40
45 31,30
50 31,40
55 31,40
60 31,40

Universitas Sumatera Utara


38

5. Perubahan temperatur terhadap waktu dengan temperatur ambien 30,50˚C


Waktu (menit) Temperatur (˚C)
0 30,50
5 31,20
10 31,20
15 31,40
20 31,30
25 31,40
30 31,40
35 31,40
40 31,40
45 31,40
50 31,40
55 31,40
60 31,40

6. Perubahan temperatur terhadap waktu dengan temperatur ambien 29,80˚C


Waktu (menit) Temperatur (˚C)
0 29,80
5 30,80
10 31,10
15 31,10
20 31,30
25 31,30
30 31,30
35 31,40
40 31,40
45 31,30
50 31,20
55 31,20
60 31,20

Universitas Sumatera Utara


39

7. Perubahan temperatur terhadap waktu dengan temperatur ambien 30,10˚C


Waktu (menit) Temperatur (˚C)
0 30,10
5 30,70
10 30,70
15 30,90
20 30,90
25 30,90
30 31,00
35 31,10
40 31,00
45 30,90
50 31,00
55 31,10
60 31,10

8. Perubahan temperatur terhadap waktu dengan temperatur ambien 30,50˚C


Waktu (menit) Temperatur (˚C)
0 30,50
5 30,90
10 31,10
15 31,20
20 31,30
25 31,30
30 31,30
35 31,20
40 31,20
45 31,40
50 31,40
55 31,30
60 31,30

Universitas Sumatera Utara


40

9. Perubahan temperatur terhadap waktu dengan temperatur ambien 30,60˚C


Waktu (menit) Temperatur (˚C)
0 30,60
5 31,00
10 31,30
15 31,40
20 31,40
25 31,40
30 31,40
35 31,40
40 31,40
45 31,40
50 31,40
55 31,30
60 31,30

10. Perubahan temperatur terhadap waktu dengan temperatur ambien 30,40˚C


Waktu (menit) Temperatur (˚C)
0 30,40
5 31,10
10 31,30
15 31,30
20 31,30
25 31,40
30 31,30
35 31,30
40 31,30
45 31,40
50 31,40
55 31,40
60 31,40

Universitas Sumatera Utara


41

Lampiran 2. Grafik perubahan temperatur terhadap waktu


11. Grafik perubahan temperatur terhadap waktu dengan temperatur ambien 30,00˚C

T(˚C) vs t(menit)
31.2
31
Temperatur (˚C)

30.8
30.6
30.4
Temperatur (˚C)
30.2
30
29.8
0 20 40 60 80
Waktu (menit)

12. Grafik perubahan temperatur terhadap waktu dengan temperatur ambien 29,90˚C

T(˚C) vs t(menit)
31.2
31
Temperatur (˚C)

30.8
30.6
30.4
Temperatur (˚C)
30.2
30
29.8
0 20 40 60 80
Waktu (menit)

Universitas Sumatera Utara


42

13. Grafik perubahan temperatur terhadap waktu dengan temperatur ambien 30,40˚C

T(˚C) vs t(menit)
31.6
31.4
Temperatur (˚C)

31.2
31
30.8
Temperatur (˚C)
30.6
30.4
30.2
0 20 40 60 80
Waktu (menit)

14. Grafik perubahan temperatur terhadap waktu dengan temperatur ambien 30,50˚C

T(˚C) vs t(menit)
31.5
31.4
31.3
Temperatur (˚C)

31.2
31.1
31
30.9
30.8 Temperatur (˚C)
30.7
30.6
30.5
30.4
0 20 40 60 80
Waktu (menit)

Universitas Sumatera Utara


43

15. Grafik perubahan temperatur terhadap waktu dengan temperatur ambien 30,50˚C

T(˚C) vs t(menit)
31.5
31.4
31.3
Temperatur (˚C)

31.2
31.1
31
30.9
Temperatur (˚C)
30.8
30.7
30.6
30.5
30.4
0 20 40 60 80
Waktu (menit)

16. Grafik perubahan temperatur terhadap waktu dengan temperatur ambien 29,80˚C

T(˚C) vs t(menit)
31.6
31.4
31.2
Temperatur (˚C)

31
30.8
30.6
30.4 Temperatur (˚C)
30.2
30
29.8
29.6
0 20 40 60 80
Waktu (menit)

Universitas Sumatera Utara


44

17. Grafik perubahan temperatur terhadap waktu dengan temperatur ambien 30,10˚C

T(˚C) vs t(menit)
31.2

31
Temperatur (˚C)

30.8

30.6
Temperatur (˚C)
30.4

30.2

30
0 20 40 60 80
Waktu (menit)

18. Grafik perubahan temperatur terhadap waktu dengan temperatur ambien 30,50˚C

T(˚C) vs t(menit)
31.5
31.4
31.3
Temperatur (˚C)

31.2
31.1
31
30.9
30.8 Temperatur (˚C)
30.7
30.6
30.5
30.4
0 20 40 60 80
Waktu (menit)

Universitas Sumatera Utara


45

19. Grafik perubahan temperatur terhadap waktu dengan temperatur ambien 30,60˚C

T(˚C) vs t(menit)
31.5
31.4
31.3
Temperatur (˚C)

31.2
31.1
31
30.9 Temperatur (˚C)
30.8
30.7
30.6
30.5
0 20 40 60 80
Waktu (menit)

20. Grafik perubahan temperatur terhadap waktu dengan temperatur ambien 30,40˚C

T(˚C) vs t(menit)
31.6
31.4
Temperatur (˚C)

31.2
31
30.8
Temperatur (˚C)
30.6
30.4
30.2
0 20 40 60 80
Waktu (menit)

Universitas Sumatera Utara


46

Lampiran 3. Perhitungan Energi Listrik (Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Energi


Listrik Terhadap Waktu)

 0-5 (menit)
v = 5,050 V
i = 0,017 A
t = 5 x 60 = 300 detik

Perhitungan Energi listrik


W = v.i.t
W = 5,050 V x 0,017 A x 300 s
W = 25,755 Joule

 5-10 (menit)
v = 4,932 V
i = 0,089 A
t = 5 x 60 = 300 detik

Perhitungan Energi listrik


W = v.i.t
W = 4,932 V x 0,089 A x 300 s
W = 131,684 Joule

 10-15 (menit)
v = 4,932 V
i = 0,089 A
t = 5 x 60 = 300 detik

Perhitungan Energi listrik


W = v.i.t
W = 4,932 V x 0,089 A x 300 s
W = 131,684 Joule

Universitas Sumatera Utara


47

 15-20 (menit)
v = 4,934 V
i = 0,089 A
t = 5 x 60 = 300 detik

Perhitungan Energi listrik


W = v.i.t
W = 4,934 V x 0,089 A x 300 s
W = 131,738 Joule

 20-25 (menit)
v = 4,934 V
i = 0,089 A
t = 5 x 60 = 300 detik

Perhitungan Energi listrik


W = v.i.t
W = 4,934 V x 0,089 A x 300 s
W = 131,738 Joule

 25-30 (menit)
v = 4,934 V
i = 0,089 A
t = 5 x 60 = 300 detik

Perhitungan Energi listrik


W = v.i.t
W = 4,934 V x 0,089 A x 300 s
W = 131,738 Joule

Universitas Sumatera Utara


48

 30-35 (menit)
v = 4,933 V
i = 0,089 A
t = 5 x 60 = 300 detik

Perhitungan Energi listrik


W = v.i.t
W = 4,933 V x 0,089 A x 300 s
W = 131,711 Joule

 35-40 (menit)
v = 4,933 V
i = 0,089 A
t = 5 x 60 = 300 detik

Perhitungan Energi listrik


W = v.i.t
W = 4,933 V x 0,089 A x 300 s
W = 131,711 Joule

 40-45 (menit)
v = 4,932 V
i = 0,089 A
t = 5 x 60 = 300 detik

Perhitungan Energi listrik


W = v.i.t
W = 4,932 V x 0,089 A x 300 s
W = 131,684 Joule

Universitas Sumatera Utara


49

 45-50 (menit)
v = 4,933 V
i = 0,089 A
t = 5 x 60 = 300 detik

Perhitungan Energi listrik


W = v.i.t
W = 4,933 V x 0,089 A x 300 s
W = 131,711 Joule

 50-55 (menit)
v = 4,933 V
i = 0,089 A
t = 5 x 60 = 300 detik

Perhitungan Energi listrik


W = v.i.t
W = 4,933 V x 0,089 A x 300 s
W = 131,711 Joule

 55-60 (menit)
v = 4,934 V
i = 0,088 A
t = 5 x 60 = 300 detik

Perhitungan Energi listrik


W = v.i.t
W = 4,933 V x 0,088 A x 300 s
W = 130,258 Joule

Universitas Sumatera Utara


50

Lampiran 4. Perhitungan Energi Panas (Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Energi Panas
Terhadap Waktu)

 0-5 (menit)
m = 5g = 5 x 10−3 Kg
c = kalor jenis silikon = 703 J/Kg ˚C
̅̅̅̅ = 0,65˚C
ΔT

Perhitungan Energi Panas


Q = m.c.ΔT
Q = 5 x 10−3 Kg x 703 J/Kg ˚C x 0,65˚C
Q = 2,28475 Joule = 2,3 Joule

 5-10 (menit)
m = 5g = 5 x 10−3 Kg
c = kalor jenis silikon = 703 J/Kg ˚C
̅̅̅̅
ΔT = 0,19˚C

Perhitungan Energi Panas


Q = m.c.ΔT
Q = 5 x 10−3 Kg x 703 J/Kg ˚C x 0,19˚C
Q = 0,66785 Joule = 0,7 Joule

 5-10 (menit)
m = 5g = 5 x 10−3 Kg
c = kalor jenis silikon = 703 J/Kg ˚C
̅̅̅̅ = 0,19˚C
ΔT

Perhitungan Energi Panas


Q = m.c.ΔT
Q = 5 x 10−3 Kg x 703 J/Kg ˚C x 0,19˚C
Q = 0,66785 Joule = 0,7 Joule

Universitas Sumatera Utara


51

 10-15 (menit)
m = 5g = 5 x 10−3 Kg
c = kalor jenis silikon = 703 J/Kg ˚C
̅̅̅̅
ΔT = 0,07˚C

Perhitungan Energi Panas


Q = m.c.ΔT
Q = 5 x 10−3 Kg x 703 J/Kg ˚C x 0,07˚C
Q = 0,24605 Joule = 0,2 Joule

 15-20 (menit)
m = 5g = 5 x 10−3 Kg
c = kalor jenis silikon = 703 J/Kg ˚C
̅̅̅̅ = 0,03˚C
ΔT

Perhitungan Energi Panas


Q = m.c.ΔT
Q = 5 x 10−3 Kg x 703 J/Kg ˚C x 0,03˚C
Q = 0,10545 Joule = 0,1 Joule

 20-25 (menit)
m = 5g = 5 x 10−3 Kg
c = kalor jenis silikon = 703 J/Kg ˚C
̅̅̅̅
ΔT = 0,02˚C

Perhitungan Energi Panas


Q = m.c.ΔT
Q = 5 x 10−3 Kg x 703 J/Kg ˚C x 0,02˚C
Q = 0,0703 Joule = 0,1 Joule

Universitas Sumatera Utara


52

 25-30 (menit)
m = 5g = 5 x 10−3 Kg
c = kalor jenis silikon = 703 J/Kg ˚C
̅̅̅̅
ΔT = 0,01˚C

Perhitungan Energi Panas


Q = m.c.ΔT
Q = 5 x 10−3 Kg x 703 J/Kg ˚C x 0,01˚C
Q = 0,03515 Joule = 0 Joule

 30-35 (menit)
m = 5g = 5 x 10−3 Kg
c = kalor jenis silikon = 703 J/Kg ˚C
̅̅̅̅ = 0,02˚C
ΔT

Perhitungan Energi Panas


Q = m.c.ΔT
Q = 5 x 10−3 Kg x 703 J/Kg ˚C x 0,02˚C
Q = 0,0703 Joule = 0,1 Joule

 35-40 (menit)
m = 5g = 5 x 10−3 Kg
c = kalor jenis silikon = 703 J/Kg ˚C
̅̅̅̅
ΔT = -0,02˚C

Perhitungan Energi Panas


Q = m.c.ΔT
Q = 5 x 10−3 Kg x 703 J/Kg ˚C x -0,02˚C
Q = -0,0703 Joule = -0,1 Joule

Universitas Sumatera Utara


53

 40-45 (menit)
m = 5g = 5 x 10−3 Kg
c = kalor jenis silikon = 703 J/Kg ˚C
̅̅̅̅
ΔT = 0,02˚C

Perhitungan Energi Panas


Q = m.c.ΔT
Q = 5 x 10−3 Kg x 703 J/Kg ˚C x 0,02˚C
Q = 0,0703 Joule = 0,1 Joule

 45-50 (menit)
m = 5g = 5 x 10−3 Kg
c = kalor jenis silikon = 703 J/Kg ˚C
̅̅̅̅ = -0,01˚C
ΔT

Perhitungan Energi Panas


Q = m.c.ΔT
Q = 5 x 10−3 Kg x 703 J/Kg ˚C x -0,01˚C
Q = -0,03515 Joule = 0 Joule

 50-55 (menit)
m = 5g = 5 x 10−3 Kg
c = kalor jenis silikon = 703 J/Kg ˚C
̅̅̅̅
ΔT = 0,01˚C

Perhitungan Energi Panas


Q = m.c.ΔT
Q = 5 x 10−3 Kg x 703 J/Kg ˚C x 0,01˚C
Q = 0,03515 Joule = 0 Joule

Universitas Sumatera Utara


54

 55-60 (menit)
m = 5g = 5 x 10−3 Kg
c = kalor jenis silikon = 703 J/Kg ˚C
̅̅̅̅
ΔT = -0,02˚C

Perhitungan Energi Panas


Q = m.c.ΔT
Q = 5 x 10−3 Kg x 703 J/Kg ˚C x -0,02˚C
Q = -0,0703 Joule = -0,1 Joule

Universitas Sumatera Utara


55

Lampiran 5. Perhitungan Persentase Disipasi Energi Listrik Menjadi Energi


Panas (Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Persentase Disipasi Energi Listrik
Menjadi Energi Panas)

 0-5 (menit)
Persentase disipasi energi listrik menjadi energi panas
𝑄
% = x100%
𝑊
2,28475 J
%= x 100% = 0,08871093 x 100% = 8,87% = 8,9%
25,755 J

 5-10 (menit)
Persentase disipasi energi listrik menjadi energi panas
𝑄
% = x100%
𝑊
0,66785 J
% = 131,684 J x 100% = 0,005071611 x 100% = 0,50% = 1,0 %

 5-10 (menit)
Persentase disipasi energi listrik menjadi energi panas
𝑄
% = x100%
𝑊
0,66785 J
% = 131,684 J x 100% = 0,005071611 x 100% = 0,50% = 1,0 %

 10-15 (menit)
Persentase disipasi energi listrik menjadi energi panas
𝑄
% = x100%
𝑊
0,24605 J
% = 131,684 J x 100% = 0,001868488 x 100% = 0,18% = 0,2%

Universitas Sumatera Utara


56

 15-20 (menit)
Persentase disipasi energi listrik menjadi energi panas
𝑄
% = x100%
𝑊
0,10545 J
% = 131,738 J x 100% = 0,00080045 x 100% = 0,08% = 0,1%

 20-25 (menit)
Persentase disipasi energi listrik menjadi energi panas
𝑄
% = x100%
𝑊
0,0703 J
% = 131,738 J x 100% = 0,0005117193 x 100% = 0,05% = 0,1%

 25-30 (menit)
Persentase disipasi energi listrik menjadi energi panas
𝑄
% = x100%
𝑊
0,03515 J
% = 131,738 J x 100% = 0,00026682 x 100% = 0,02% = 0%

 30-35 (menit)
Persentase disipasi energi listrik menjadi energi panas
𝑄
% = x100%
𝑊
0,0703 J
% = 131,711 J x 100% = 0,00053374 x 100% = 0,05% = 0,1%

 35-40 (menit)
Persentase disipasi energi listrik menjadi energi panas
𝑄
% = x100%
𝑊
−0,0703 J
% = 131,711 J x 100% = -0,00053374 x 100% = -0,05% = -0,1%

Universitas Sumatera Utara


57

 40-45 (menit)
Persentase disipasi energi listrik menjadi energi panas
𝑄
% = x100%
𝑊
0,0703 J
% = 131,684 J x 100% = 0,00053385 x 100% = 0,05% = 0,1%

 45-50 (menit)
Persentase disipasi energi listrik menjadi energi panas
𝑄
% = x100%
𝑊
−0,03515 J
%= x 100% = -0,000266972 x 100% = -0,02% = 0%
131,711 J

 50-55 (menit)
Persentase disipasi energi listrik menjadi energi panas
𝑄
% = x100%
𝑊
0,03515 J
% = 131,711 J x 100% = 0,000266972 x 100% = 0,02% = 0%

 55-60 (menit)
Persentase disipasi energi listrik menjadi energi panas
𝑄
% = x100%
𝑊
−0,0703 J
% = 130,258 J x 100% = -0,0005397 x 100% = -0,05% = -0,1%

Universitas Sumatera Utara


58

Lampiran 6. Gambar Percobaan

Gambar : Pengukuran tegangan saat mikrokontroler dalam keadaan standby

Gambar : Pengukuran arus saat mikrokontroler dalam keadaan standby

Universitas Sumatera Utara


59

Gambar : Pengukuran tegangan saat mikrokontroler dalam keadaan beroperasi

Gambar : Pengukuran arus saat mikrokontroler dalam keadaan beroperasi

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai