Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN AKHIR TAHUN

PENELITIAN HIBAH BERSAING

OPTIMALISASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA


UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS DAYA LISTRIK

Tahun ke 2 (dua) dari rencana 2 (dua) tahun

TIM PENELITI
Rohana, ST, MT (Ketua: 0104027601)
Zulfikar, ST, MT (Anggota: 0118026903)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA


Medan
Oktober, 2016
i
ii
Ringkasan

Kondisi saat ini persediaan energi listrik di kota Medan mengalami defisit, sehingga
sangat memungkinkan dilakukan penelitian yang berkaitan terhadap persediaan energi listrik.
Kebutuhan energi listrik setiap tahun terus meningkat penggunaannya yang akan menunjang
terhadap perkembangan ekonomi nasional. Pasokan energi listrik saat ini tergantung pada
energi konvensional yang suatu saat akan habis digunakan seperti minyak bumi, batubara dan
lainnya. Dengan menggunakan energi listrik alternatif yang ramah lingkungan sangat
diharapkan oleh masyarakat seperti energi angin, solar sel, energi air dan lainnya.
Pemanfaatan energi alternatif yang optimal dapat menambah persediaan energi listrik, apalagi
Indonesia berlimpah sinar matahari (solar sel) yang belum dimanfaatkan secara optimal.
Untuk menambah pasokan energi listrik alternatif diperlukan suatu model untuk
mengoptimalkan suatu pembangkit listrik agar dapat meningkatkan daya keluaran

Metode yang digunakan dalam optimalisasi pembangkit listrik tenaga surya dengan
meningkatkan arus keluaran dari panel surya agar lebih optimal untuk pengisian (charger)
batere, sehingga tidak memerlukan waktu lama dan batere tetap aman. Hal ini karena sinar
matahari yang dapat dimanfaatkan pada waktu cerah sekitar 4-5 jam per hari. Dengan
meningkatkan arus keluaran dari arus yang dihasilkan modul surya dapat mempercepat waktu
pengisian batere tersebut. Hasil penelitian tahun pertama telah dilakukan ujicoba di
laboratorium dan hasilnya memperlihatkan bahwa rangkaian optimasi dapat menaikkan arus
sebesar 2,13% selama 6 jam dan tahap selanjutnya ( tahun ke 2) telah dilakukan desain
tambahan menggunakan penstabil tegangan untuk menghasilkan tegangan keluaran tetap
stabil walaupun tegangan ke luaran dari panel surya cukup kecil (±6 volt), sehingga alat
pengoptimalisasi charger ini tetap bekerja lebih baik. Dengan mengabungkan antara penstabil
tegangan dan penaik arus diperoleh bahwa tegangan yang masuk ke batere sebesar 12,4V
dengan kenaikan arus sebesar 21,5% untuk batere 12V, 7 Ah, sedangkan tegangan yang
masuk ke batere sebesar 12,1V dengan kenaikan arus 10,99% untuk batere 12V, 120Ah.
Penelitian ini memperlihatkan bahwa kenaikan arus sudah di atas 10%.

iii
Prakata

Bismillah hirrohman hirrohim


Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah, Tuhan yang maha Esa karena atas berkat dan
karunia-Nya-lah, akhirnya peneliti dapat menyelesaikan laporan akhir tahun dengan judul "
Optimasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya Untuk Meningkatkan Kapasitas Daya
Listrik ”. Penelitian ini merupakan penelitian yang diajukan sebagai Penelitian Hibah
Bersaing yang didanai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Indonesia.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Direktur Direktorat Pendidikan Tinggi Indonesia beserta stafnya yang telah memberikan
kesempatan dan kepercayaan kepada peneliti untuk melakukan penelitian.
2. Dr. Agussani, MAP, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
3. Dr. Muhammad Said Siregar, S.Si, M.Si, selaku Ketua Lembaga Penelitian dan
Pengabdian pada Masyarakat (LP3M ), Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
4. Rahmatullah, ST, M.Sc, selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah
Sumatera Utara.
5. Zulfikar, ST, MT , selaku anggota peneliti.

Ucapan terimakasih juga peneliti sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu peneliti dalam segala hal yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Tak lupa peneliti mohon masukan yang bersifat konstruktif agar penelitian ini dapat
bermanfaat dan menjadi lebih baik. Akhir kata, semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi
kita semua. Amiin.
Medan, Oktober 2016
Ketua Peneliti

( Rohana, ST, MT)

iv
Daftar Isi
Halaman judul i
Halaman pengesahan ii
Ringkasan iii
Prakata iv
Daftar isi v
Daftar tabel vi
Daftar gambar vii
Daftar lampiran viii

BAB I. PENDAHULUAN 7
1.1. Latar belakang 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 10


2.1. Potensi Solar Sel (Surya Fotovoltaik) 10
2.2. State of the Art dalam bidang yang diteliti 12
2.3. Hasil penelitian terdahulu 13

BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 16


3.1. Tujuan penelitian 16
3.2. Manfaat penelitian 16

BAB IV. METODE PENELITIAN 17

4.1. Langkah penelitian 17

4.2. Alur penelitian 17

4.3. Lokasi penelitian 18

BAB V. HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI 19


5.1. Hasil penelitian 19
5.2. Luaran penelitian 23

BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN 24


7.1. Kesimpulan 24
7.2. Saran 24

DAFTAR PUSTAKA 25

v
Daftar lampiran 26

Lampiran 1. Instrumen Penelitian. 26

Lampiran 2. Personalia Tenaga Pelaksana dan Kualifikasinya 27

Lampiran 3.1. Luaran Tahun Pertama/2015 (Artikel Ilmiah/Publikasi) 28

Lampiran 3.2. Luaran Tahun ke dua/2016 (Artikel Ilmiah/Publikasi) 36

vi
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latarbelakang

Kota Medan merupakan pusat pemerintahan Daerah Tingkat I Sumatera Utara yang
berbatasan langsung dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah utara, selatan, barat dan
timur. Iklim Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum menurut Stasiun
Polonia berkisar antara 23,0-24,1ºC dan suhu maksimum berkisar antara 30,6-33,1ºC serta
menurut Stasiun Sampali suhu minimumnya berkisar antara 23,6-24,4ºC dan suhu
maksimum berkisar antara 30,2-32,5ºC. Selanjutnya mengenai kelembaban udara di wilayah
Kota Medan rata-rata 78-82% , dan kecepatan angin rata-rata sebesar 2 m/s sedangkan rata-
rata total laju penguapan tiap bulannya 100,6 mm.

Indonesia terletak di garis katulistiwa, sehingga Indonesia mempunyai sumber energi


surya yang berlimpah dengan intensitas radiasi matahari rata-rata sekitar 4.8 kWh/m2 per
hari di seluruh wilayah Indonesia. Dengan berlimpahnya sumber energi surya yang belum
dimanfaatkan secara optimal, sedangkan di sisi lain ada sebagian wilayah Indonesia yang
belum terlistriki karena tidak terjangkau oleh jaringan listrik PLN, sehingga Pembangkit
Listrik Tenaga Surya (PLTS) dengan sistemnya yang modular dan mudah dipindahkan
merupakan salah satu solusi yang dapat dipertimbangkan sebagai salah satu pembangkit
listrik alternatif. Sayangnya biaya pembangkitan PLTS masih lebih mahal apabila
dibandingkan dengan biaya pembangkitan pembangkit listrik tenaga konvensional, karena
sampai saat ini piranti utama untuk mengkonversi energi matahari menjadi energi listrik
(modul fotovoltaik) masih merupakan piranti yang didatangkan dari luar negeri.

Pembangkit Listrik Tenaga Surya, adalah pembangkit yang memanfaatkan sinar


matahari sebagai sumber penghasil listrik. Alat utama untuk menangkap, perubah dan
penghasil listrik adalah Photovoltaic atau yang disebut secara umum Panel Solar Cell.
Dengan alat tersebut sinar matahari dirubah menjadi listrik melalui proses aliran-aliran
elektron negatif dan positif didalam cell modul tersebut karena perbedaan electron. Hasil
dari aliran elektron-elektron akan menjadi listrik DC yang dapat langsung dimanfatkan
untuk mengisi battery / aki sesuai tegangan dan ampere yang diperlukan. Rata-rata produk
modul solar cell yang ada dipasaran menghasilkan tegangan 12-18 VDC dan arus antara 0.5-7

7
Amper. Modul juga memiliki kapasitas beraneka ragam mulai kapsitas 10 Watt Peak sampai
dengan 200 Watt Peak juga memiliki type cell monocrystal dan polycrystal.

Komponen inti dari sistem PLTS ini meliputi peralatan : Modul Solar Cell,
Regulator/controller, Batere/Aki, Inverter DC to AC, Beban/Load. PLTS yang digunakan
untuk rumah tangga dengan skala kecil, menengah dan besar. Dengan PLTS tersebut dapat
dimanfaatkan untuk para penduduk di Indonesia untuk solusi akan kebutuhan listrik
didaerahnya yang sulit dijangkau listrik PLN atau di daerah pelosok dan produk PLTS ini
dari waktu ke waktu juga dibutuhkan beberapa konsumen perkotaan dan perusahaan dengan
maksud mengkombinasikan dengan listrik PLN.

Rata-rata produk PLTS ini digunakan untuk lampu-lampu penerangan di rumah,


kantor, tempat ibadah, tempat umum dengan skala kecil, menengah dan hasilnya dari
penggunaan tersebut apabila dihitung secara besar diseluruh Indonesia, maka defisit listrik
PLN dapat teratasi karena PLTS turut membantu dalam program penghematan energi listrik.
Bayangkan bila tiap rumah, kantor, tempat ibadah, tempat umum di seluruh Indonesia
beberapa peralatan lampu penerangannya diganti/dikombinasi dengan sistem PLTS, maka
penghematan energi listrik PLN akan terwujud secara nyata. Apabila dihitung, misalkan 3
lampu 8 Watt (Cool day light, lumen cahanya sama dengan lampu pijar 40 Watt) untuk tiap
rumah menggunakan PLTS maka, (8 Watt x 3 buah) x 20 juta/malam (Perkiraan Pemakai
PLN) = 480.000.000 Watt/malam. Bayangkan berapa besar penghematan dalam satu malam
saja. Hal ini akan membantu terhadap krisis energy listrik di Indonesia.

Pasokan energi listrik secara nasional masih terdapat kekurangan, akibat


keterbatasan pasokan energi ini banyak daerah yang tidak dapat melakukan kegiatan dengan
baik. Banyak potensi energi yang dapat dikonversikan menjadi energi listrik seperti energi
angin, energi solar sel, energi lainnya. Akibat kemampuan dan kemauan sumber daya
manusia yang masih terbatas dan pengalaman yang perlu ditingkatkan menjadi
permasalahan yang utama dalam meningkatkan pasokan energi listrik.

Permasalahan untuk meningkatkan kualitas daya keluaran suatu pembangkit listrik


tenaga surya belum ada, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk dapat meningkatkan arus
keluaran dari modul sel surya agar lebih besar sehingga dapat mengisi batere yang
digunakan sebagai penyimpan energi listrik lebih optimal.

8
Kebijakan dalam pemanfaatan energi alternatif tetap memperhatikan terhadap
lingkungan dan aspek kelestarian. Kajian terhadap energi alternatif sangat diperlukan untuk
dapat mengoptimalkan pembangkit listrik solar sel yang tepat di kota Medan, sehingga
tujuan khusus pada penelitian ini untuk melakukan optimalisasi pembangkit listrik solar sel
yang dipergunakan sebagai pembangkit alternatif. Dengan melakukan optimalisasi
pembangkit listrik yang tepat diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dalam
penyediaan energi listrik di masa depan

Ketidak tersediaannya energi listrik saat ini untuk kepentingan masyarakat penyebab
utama untuk mendapatkan energi alternatif sebagai pasokan energi listrik di masa depan.
Pada kenyataannya di kota Medan masih sering terjadi pemadaman listrik yang tidak dapat
dihindari akibat defisit persediaannya, karena pertambahan penduduk yang tidak sebanding
dengan pertambahan pasokan energi listrik oleh pemerintah, namun pemerintah sendiri terus
untuk meningkatkan pelayanan terhadap kebutuhan listrik oleh masyarakat. Permasalahan
pasokan energi listrik yang belum memenuhi kebutuhan masyarakat secara keseluruhan,
maka sangat penting untuk dilakukan penelitian ini serta perlu didukung agar penyediaan
energi listrik dapat dipenuhi.

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Potensi Solar Sel ( surya fotovoltaik )

PLTS ( Pembangkit Listrik Tenaga Surya ) adalah salah satu pembangkit listrik
alternatif yang sangat sederhana. Pada prinsipnya panel sel surya menyerap energi matahari
dan mengubahnya menjadi energi listrik. Sel silikon (disebut juga solar cell) yang disinari
matahari, membuat photon yang menghasilkan arus listrik.

Selain itu Sel surya menjadi sumber energi terbarukan yang paling penting menawarkan
banyak keuntungan seperti tanpa memerlukan bahan bakar minyak, tidak menghasilkan
polusi dan biaya perawatan rendah. Penerapan sel surya pada sistem mandiri adalah seperti
pada penerangan lampu jalan, kendaraan listrik, militer dan ruang angkasa dan pada
penerapan lainnya adalah PLTS sebagai sumber tenaga listrik untuk perumahan.

Permasalahan utama pada penggunaan PLTS adalah pembangkitan tenaga listrik


yang rendah, terutama pada kondisi radiasi yang rendah. Jumlah daya listrik yang
dibangkitkan berubah secara berkala seiring dengan perubahan cuaca dan tentu saja
mempengaruhi pengisian baterai.

Komponen utama sistem surya fotovoltaik adalah modul yang merupakan unit
rakitan beberapa sel surya fotovoltaik. Untuk membuat modul fotovoltaik secara pabrikasi
bisa menggunakan teknologi kristal dan thin film. Modul fotovoltaik kristal dapat dibuat
dengan teknologi yang relatif sederhana, sedangkan untuk membuat sel fotovoltaik
diperlukan teknologi tinggi. Modul fotovoltaik tersusun dari beberapa sel fotovoltaik yang
dihubungkan secara seri dan paralel.

Solar cell merupakan pembangkit listrik yang mampu mengkonversi sinar matahari
menjadi arus listrik. Energi matahari sesungguhnya merupakan sumber energi yang paling
menjanjikan mengingat sifatnya yang berkelanjutan (sustainable) serta jumlahnya yang
sangat besar. Matahari merupakan sumber energi yang diharapkan dapat mengatasi
permasalahan kebutuhan energi masa depan setelah berbagai sumber energi konvensional
berkurang jumlahnya serta tidak ramah terhadap lingkungan.
10
Jumlah energi yang begitu besar yang dihasilkan dari sinar matahari, membuat solar
cell menjadi alternatif sumber energi masa depan yang sangat menjanjikan. Solar cell juga
memiliki kelebihan menjadi sumber energi yang praktis mengingat tidak membutuhkan
transmisi karena dapat dipasang secara modular di setiap lokasi yang membutuhkan.

Biaya yang dikeluarkan untuk membuat modul sel surya yaitu sebesar 60% dari
biaya total. Apabila modul sel surya itu bisa diproduksi di dalam negeri berarti akan bisa
menghemat biaya pembangunan PLTS. Untuk itulah, modul pembuatan sel surya di
Indonesia tahap pertama adalah membuat bingkai (frame), kemudian membuat laminasi
dengan sel-sel yang masih diimpor. Jika permintaan pasar banyak maka pembuatan sel
dilakukan di dalam negeri. Hal ini karena teknologi pembuatan sel surya dengan bahan
silikon single dan poly cristal secara teoritis sudah dikuasai.

Dalam bidang fotovoltaik yang digunakan pada PLTS, Indonesia ternyata telah
melewati tahapan penelitian dan pengembangan dan sekarang menuju tahapan pelaksanaan
dan instalasi untuk elektrifikasi di pedesaan. Teknologi ini cukup canggih dan
keuntungannya adalah harganya murah, bersih, mudah dipasang dan dioperasikan dan
mudah dirawat. Sedangkan kendala utama yang dihadapi dalam pengembangan energi surya
fotovoltaik adalah investasi awal yang besar dan harga per kWh listrik yang dibangkitkan
relatif tinggi, karena memerlukan subsistem yang terdiri atas baterai, unit pengatur dan
inverter sesuai dengan kebutuhannya.

Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Indonesia, paling populer digunakan


untuk listrik pedesaan (terpencil), system seperti ini populer dengan sebutan SHS (Solar
Home System). SHS umumnya berupa system berskala kecil, dengan menggunakan modul
surya 50-100 Wp (Watt Peak) dan menghasilkan listrik harian sebesar 150-300 Wh. Karena
skalanya yang kecil, system DC (direct current) lebih disukai, untuk menghindari losses dan
self consumption akibat digunakannya inverter. Karena systemnya yang kecil dan dipasang
secara desentralisasi (satu rumah satu pembangkit, sehingga tidak memerlukan jaringan
distribusi) SHS ideal digunakan untuk listrik di pedesaan dimana jarak rumah satu dengan
lainnya berjauhan, dan keperluan listriknya relatif kecil, yakni hanya untuk memenuhi
kebutuhan dasar (lampu).

Meskipun secara pengertian SHS dapat saja berupa system yang besar (sejauh masih
digunakan untuk listrik rumah), namun kebanyakan orang cenderung tidak menggunakan
11
istilah SHS untuk system yang menggunakan modul lebih besar dari 100Wp (atau produksi
energi harian >400Wh). Kecilnya listrik yang dapat disediakan oleh SHS (kecil menurut
definisi orang kota yang sering menggunakan listrik jauh diatas produksi SHS, padahal bagi
orang desa listrik sejumlah itu sangat bermanfaat, karena dibandingkan lampu minyak tanah,
yakni lampu teplok/petromak), ditambah lagi dengan relatif sulitnya mencari peralatan
elektronik rumah tangga (TV, Radio/Tape dll) yang menggunakan system DC, membuat
SHS tidak menarik untuk penggunaan di desa-desa dekat kota atau di perkotaan, dimana
kebutuhan listrik sudah tidak hanya untuk lampu penerangan.

Meskipun belum ada batasan yang jelas, PLTS yang menggunakan modul surya
lebih dari 100Wp (Output energi >400Wh), dan oleh karenanya lebih memungkinkan
digunakan system AC (Alternating current), karena listrik yang dapat digunakan setelah
dikurangi losses dan self consumption inverter masih cukup memadai.

2.2. State of the Art dalam bidang yang diteliti

Sebagai akibat harga energi semakin meningkat, banyak orang beralih ke energi
yang lebih ekonomis dan ramah lingkungan seperti energi alternatif. Penggunaan energi
alternatif semakin berkembang, hal ini akibat persediaan sumber energi listrik yang
kebanyakan terletak jauh dari daerah terpencil sehingga penggunaan energi alternatif
menjadi energi listrik sangat diharapkan oleh masyarakat di masa depan.

Untuk mengetahui besar radiasi sinar matahari dapat dituliskan sebagai berikut:

I tt I bt I dt I rt .....................................................................................(2.1)

Di mana
Itt = radiasi total ;
Ibt = radiasi beam ;
Idt = radiasi diffuse ;
Irt = radiasi atmosphere

12
Gambar 2.1. Radiasi sinar matahari pada atmosfer bumi

2.3. Hasil Penenlitian Terdahulu

Studi pendahuluan telah dilakukan oleh peneliti pada energi sinar matahari (solar sel)
di Indonesia mempunyai potensi energi matahari sangat besar dengan insolasi harian rata-
rata 4,5-4,8 KWh/m²/hari. Penelitian mengenai Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS),
sudah ada beberapa peneliti terdahulu yang hasil penelitiannya sudah dapat memperlihatkan
bahwa potensi untuk membangun PLTS di Indonesia sangat memungkinkan dan memiliki
prospek yang menguntungkan baik dari sisi saving energy maupun dari sisi ekonomis dalam
jangka panjang. Investasi awal yang besar terkadang banyak orang kurang tertarik dan
pabrikasi pembuatan PLTS di Indonesia secara masal salah satu kendala untuk mewujudkan
suatu pembangkit listrik yang ramah lingkungan. Oleh sebab itu peneliti berharap dengan
hasil penelitian yang akan datang optimalisasi PLTS dapat menyumbangkan peminat para
konsumen, terutama di daerah terpencil yang tidak terjangkau oleh PLN.

Intensitas radiasi matahari rata-rata di seluruh wilayah Indonesia sekitar 4,8 kWh/m2
yang berpotensi untuk membangkitkan energi listrik dan dapat digunakan sebagai sumber
energi alternatif. Kendala yang dihadapi pada penerapan PLTS di Indonesia adalah
tingginya biaya investasi, piranti utama PLTS yaitu modul fotovoltaik masih diimpor dari
negara lain dan efisiensi dari modul fotovoltaik hanya sebesar 16% yang menyebabkan
harga PLTS per kW masih sangat tinggi. Oleh karena itu untuk meningkatkan kapasitas
13
terpasang dari PLTS, Pemerintah perlu mengeluarkan regulasi atau menambah kandungan
lokal terhadap pembuatan piranti pendukung PLTS. Penambahan kandungan lokal tersebut
akan menekan biaya pembangkitan PLTS sehingga PLTS menjadi lebih beralasan sebagai
pembangkit listrik alternative.( Irawan Rahardjo dan Ira Fitriana).,

Efisiensi panel surya 10% untuk input sinar matahari tegak lurus permukaan panel
seluas 1 m2 dengan kerapatan 1000 Watt/m2 akan menghasilkan energi listrik sebesar 100
Watt (Chris Timotius ,dkk).

Karakteristik pancaran/radiasi sumber matahari pada cuaca cerah di daerah penelitian


(majalengka) berupa kurva normal dengan nilai puncak didapat antara jam 11.00 sampai jam
12.00 sebesar 1.8 Amper dan dapat melayani beban lampu 8 watt yang dapat dilayani
selama 30 hari ( Anya P. Damastuti ).

Kinerja penjejak matahari dan daya aktual yang dihasilkan oleh penjejak surya
mencapai 10,89 Watt, serta diperoleh kenaikan energi mencapai 4,22 % (Sandos
Simatupang, dkk ).

Pengembangan sistem pengendali panel surya agar posisi permukaan panel surya
selalu mengarah ke sinar datang cahaya matahari melalui pembuatan alat pengendali panel
surya otomatis berbasis mikrokontroller ATmega32. Alat ini dirancang menggunakan timer
(pewaktu) yang dapat menggerakkan 2 buah actuator sehingga mengatur pergerakan panel
surya dari arah timur ke barat maupun dari arah utara menuju selatan. Hasil analisis
penggunan alat ini mampu meningkatkan daya sel surya sebesar 57% ( Heru Wahyudi).

Optimalisasi pembangkit hibrida yang terdiri dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya
(PLTS), Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel
(PLTD) untuk memperoleh biaya produksi energi yang minimum dengan menggunakan
algoritma genetika, semua solusi kontribusi energi masing-masing pembangkit
direpresentasikan ke dalam string sepanjang 30 bit, selanjutnya akan dicari kontribusi energi
yang optimum dari PLTS, PLTB dan PLTD. sesuai dengan kendala-kendala yang diterapkan
(Didik Rostyono).

Energi yang dihasilkan jika menggunakan solar tracker dengan sudut deviasi 5°
menghasilkan energi yang paling besar (M. Rif’an, dkk ).

14
Dibandingkan energi konvensional pada umumnya, energi matahari dengan
menggunakan fotovoltaik terkesan rumit, mahal dan sulit dioperasikan. Namun pengalaman
lebih dari 15 tahun operasional di beberapa kawasan di Indonesia, sistem fotovoltaik
merupakan suatu sistem yang mudah pengoperasiannya, handal serta memerlukan biaya
pemeliharaan dan operasi yang rendah sehingga menjadikan sistem fotovoltaik mampu
bersaing dengan teknologi konvensional pada sebagian besar kondisi Indonesia yang terdiri
atas pulau-pulau yang tidak terjangkau oleh jaringan PLN dan tergolong sebagai kawasan
terpencil.

Disain PLTH ini, menggunakan kontribusi energi antara konservatif dan energi
alternatif, sehingga menghasilkan optimasi yang memungkinkan, baik terhadap penggunaan
fotovoltaik, efisiensi diesel maupun pemakaian BBM. Seperti yang direncanakan maka
kontribusi energi fotovoltaik sekitar 70% dan kontribusi diesel sekitar 30% dengan operasi
diesel sekitar 2 jam per hari. Dengan adanya kapasitas inverter dan diesel yang lebih besar
dari daya puncak beban yang direncanakan semula maka memungkinkan adanya
pertambahan beban tanpa merubah sistem pembangkit ( Nelly Malik Lande ).

15
BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pembangkit listrik tenaga


surya untuk menghasilkan daya keluaran yang lebih optimal. Dengan penelitian ini
diharapkan peneliti dapat berkontribusi dalam mengatasi krisis energy listrik. Target
penelitian ini untuk mengoptimalkan pembangkit listrik tenaga surya agar diperoleh
peningkatan daya keluaran, sehingga dapat meningkatkan kemampuan kapasitas pembangkit
sebagai sumber pembangkit listrik alternatif.

3.2. Manfaat Penelitian

Berdasarkan pada hasil yang diperoleh pada penelitian tahun pertama bahwa, alat
optimasi charger hanya mampu menghasilkan kenaikan arus sebesar 2,13%, sedangkan
penelitian pada tahun ke dua dengan penambahan penstabil tegangan dapat menaikkan arus
charger di atas 10%. Hasil ini memperlihatkan bahwa kombinasi penstabil tegangan dan
penaik arus bermanfaat untuk mengoptimalkan penchargeran batere.

16
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Langkah Penelitian

1. Perancangan ulang alat optimasi charger


Perancangan ini bertujuan untuk memperbaiki alat optimasi awal yang telah dilakukan
uji laboratorium, namun masih diperlukan perbaikan agar dapat menghasilkan alat
optimasi yang lebih baik.

2. Pengujian alat rancangan baru


Perancangan alat yang telah dilakukan dimodifikasi dengan menambahkan alat
penstabil tegangan (buck-boost konverter), akan dilakukan pengujian dilaboratorium
sebelum diimplementasikan/ didesiminasikan pada pembangkit listrik tenaga surya.

3. Ujicoba prototipe
Ujicoba prototipe alat optimasi charger pada panel sel surya dilakukan untuk
mengetahui kemampuan kapasitas daya pada pembangkit listrik tenaga surya.

4.2. Alur Penelitian

Sinar
Panel Penstabil Penguat Batere
Matahari Surya Tegangan arus

Gambar 3.1. Alur penelitian

Penjelasan blok diagram perencangan optimalisasi charger barere sebagai berikut.

Input
Input berasal dari sinar matahari yang kemudian di serap oleh Photopoltaic (Panel
Surya) yang mengubah energi matahari menjadi energi listrik.

17
Penguat Arus
Proses pengoptimalan dengan cara menaikan arus yang memakai rangkaian penguat
arus yang diset sebagai penguat common collector menggunakan komponen utam
transistor TIP2955.

Penstabil Tegangan
Bagian dari blok lain adalah penstabil tegangan dimana tegangan keluaran pada panel
surya distabilkan oleh rangkaian. rangkaian tersebut menggunakan komponen utama
LM7815 sehingga tegangan keluaran dibatasi pada 15V untuk proses pengisian
baterai.

Baterai
Battery berfungsi sebagai media penyimpanan energy listrik.

4.3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di pelataran parkir kampus Universitas


Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU). Lokasi ini dipilih bertujuan untuk mendapatkan
rasa aman dan nyaman pada saat malam hari, karena pada malam hari kampus masih
melaksanakan kuliah dan kegiatan lainnya.

18
BAB V
HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI

5.1. Hasil Penelitian

Hasil uji laboratorium pada penstabil tegangan tanpa diberi beban diperlihatkan pada
tabel 5.1 dan gambar 5.1. serta gambar 5.2.a. s/d 5.2.d.

Tabel 5.1. Hasil pengukuran penstabil tegangan


Vin Vout
1,85 0,65
2,25 0,97
2,31 2,07
2,56 13,96
2,8 14,5
2,93 14,5
3,11 14,5
3,87 14,5
4,9 14,5
5,76 14,5
6,51 14,5
7,28 14,5
8,0 14,5
9,02 14,5
9,96 14,5
10,93 14,5
11,5 14,5
12,0 14,5
12,5 14,5
13,0 14,5
14,0 14,5
15,0 14,5
16,0 14,5
17,27 14,5
18,9 14,5
19,23 14,5
19,65 14,5

19
Gambar 5.1. Perbandingan tegangan input (Vin) dan tegangan output (Vout)

a) b)

c) d)
Gambar 5.2. Data pengukuran tegangan input dan tegangan output

Hasil uji lapangan pada pembebanan batere 7Ah, 12V, DC diperoleh seperti
diperlihatkan pada tabel 5.2 dan gambar 5.3 di bawah ini.
20
Tabel 5.2. Data pengukuran tegangan dan arus disisi masukan (input) dan keluaran (output)

No. Vin(volt) Vo(volt) Iin(A) Io(A) % kenaikan arus Keterangan

1. Saat awal pen-


14,4 12,4 0,07 0,08 12,5
chargeran
2.
14,4 12,5 0,06 0,07 14,3 Proses charger

3. Proses charger
14,4 12,4 0,05 0,06 16,7

4. Proses charger
14,4 12,4 0,04 0,05 20,0

5. Proses charger
14,4 12,4 0,03 0,04 25,0

6. Proses charger
14,4 12,5 0,02 0,03 33,3

7. Proses charger
14,4 12,4 0,01 0,02 50,0

Saat akhir pen-


8.
14,4 12,4 0,01 0,01 0,0 chargeran (Batere
penuh)
Kenaikan rata-rata= 21,5

Gambar. 5.3. Grafik kenaikan arus pada penchargeran batere 12V, 7Ah

21
Hasil uji lapangan pada pembebanan batere 120Ah, 12V, DC diperoleh seperti
diperlihatkan pada tabel 5.3 dan gambar 5.4 di bawah ini.

Tabel 5.3. Data pengukuran tegangan dan arus disisi masukan (input) dan keluaran (output)
No. Vin(volt) Vo(volt) Iin(A) Io(A) % kenaikan Keterangan
arus
14,5 21,1 0,75 0,79 5,1 Saat awal penchargeran
14,5 21,1 0,67 0,68 1,5 Proses charger
14,5 21,1 0,65 0,71 8,5 Proses charger
14,5 21,1 0,55 0,63 12,7 Proses charger
14,5 21,1 0,51 0,52 1,9 Proses charger
14,5 21,1 0,50 0,51 2,0 Proses charger
14,5 21,1 0,35 0,42 16,7 Proses charger
14,5 21,1 0,25 0,32 21,9 Proses charger
14,5 21,1 0,15 0,21 28,6 Proses charger
14,5 21,1 0,1 0,1 0 Saat akhir pen-chargeran
(batere penuh)
Rata-rata kenaikan arus (%)= 10,99

Gambar 5.4. Grafik kenaikan arus pada penchargeran batere 12V, 120 Ah

22
5.2. Luaran Penelitian

Sebagai luaran hasil penelitian pada tahun pertama mengikuti seminar internasional
yaitu International Conference on Power, Energy and Communication Systems
(IPECS) 2015 di Universiti Malaysia Perlis (UniMAP) pada tanggal 24-25 Agustus 2015,
sedangkan pada tahun ke dua sudah mengirimkan ke jurnal Indian Journal of Science &
Technology (IJST) dengan judul “BUCK-BOOST CONVERTER AS A VOLTAGE
STABILIZER ON SOLAR POWER PLANT FOR CHARGING BATTERIES” posisi
jurnal sedang “ In review’.

23
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan data pengujian pada modul PLTS dapat disimpulkan bahwa:

1. Penchargeran pada batere 12V, 7Ah diperoleh bahwa tegangan penchargeran sebesar
12,4 Volt dengan rata rata kenaikan arus penchargeran sebesar 21,5 %.

2. Penchargeran pada batere 12V, 120 Ah diperoleh bahwa tegangan penchargeran sebesar
12,1 Volt dengan rata rata kenaikan arus penchargeran sebesar 10,99 %.

3. Kombinasi antara penstabil tegangan menggunakan buck-bust konverter dan penaik arus
terpasang secara seseri dapat meningkatkan persentase kenaikan arus di atas 10%, hal ini
cukup baik dipergunakan untuk mengoptimalkan penchargeran batere.

7.2. Saran

Untuk perbaikan hasil penelitian ini perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
perbaikan sistem otomatis untuk mengetahui kondisi batere penuh atau kosong, sehingga
cukup mudah untuk melihat kondisi batere tersebut sebelum dikomersilkan agar dapat
dihasilkan charger yang lebih optimal.

24
DAFTAR PUSTAKA

Anya P. Damastuti, PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA, WACANA No. 7 / Maret


- April 1997

Chris Timotius, I Wayan Ratnata, Yadi Mulyadi, Elih Mulyana, 1999;’ Perancangan dan
Pembuatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya,UPI, Bandung.

Didik Rostyono, Optimalisasi Pembangkit hibrida ( Fotovoltaik-Angin-Diesel ) dengan


algoritma Genetika, Tesis, UI, Jakarta.

Hankins, Mark. 1991. Small Solar Electric Systems for Africa. Motif Creative Arts, Ltd.
Kenya.

Heru Wahyudi, 2010,Optimasi PLTS dengan mengembangkan sistem pengendali panel


surya otomatis, Tesis, UGM, Jogjakarta.

Irawan Rahardjo dan Ira Fitriana [1], ANALISIS POTENSI PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SURYA DI INDONESIA, Strategi Penyediaan Listrik Nasional Dalam
Rangka Mengantisipasi Pemanfaatan PLTU Batubara Skala Kecil, PLTN, Dan
Energi Terbarukan.

Lubis, Abubakar dan Adjat Sudrajat. 2006. Listrik Tenaga Surya Fotovoltaik. BPPT Press,
Jakarta.

M. Rif’an, Sholeh HP, Mahfudz Shidiq; Rudy Yuwono;Hadi Suyono dan Fitriana S ,
Optimasi Pemanfaatan Energi Listrik Tenaga Matahari di Jurusan Teknik Elektro
Universitas Brawijaya., Jurnal EECCIS Vol. 6, No. 1, Juni 2012

Nelly Malik Lande, SOLUSI KOMUNIKASI BERTENAGA MATAHARI Aplikasi Fotovoltaik


Pada Base Transceiver Station, Balai Besar Teknologi Energi-Bppt, Jurnal Sains
dan Teknologi Indonesia Vol. 10 No. 3 Desember 2008 Hlm. 177-182

Sandos Simatupang, Bambang Susilo , Mochamad Bagus Hermanto, ; Rancang Bangun dan
Uji Coba Solar Tracker pada Panel Surya Berbasis Mikrokontroler ATMega16,
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol. 1 No. 1, Februari 2013, 55-
59;

Strong, Steven J and William G. Scheller. 1993. The Solar Electric House. Chelsea Green
ISBN 0-9637383-2-1

25
Lampiran 1. Instrumen Penelitian

Lampiran 1.1. Layout rangkaian penstabil tegangan.

Gambar 1.1. Layout rangkaian penstabil tegangan

Lampiran 1.2. Layout pengujian penstabil tegangan dan alat ukur

Rangkaian
Penstabil
Voltmeter

Gambar 1.2. Layout pengujian penstabil tegangan dan alat ukur

Lampiran 1.3. Layout dan pengukuran penaik arus

Gambar 1.3. Layout dan pengukuran penaik arus

26
Lampiran 1.4. Hasil pengukuran kenaikan arus

Gambar 1.4. Pengukuran tegangan dan arus pada sisi input dan output

Lampiran 2. Personalia Tenaga Pelaksana dan Kualifikasinya

No. Personalia Kualifikasi


1 Rohana, ST, MT Teknik elektro

2 Zulfikar, ST, MT Teknik elektro

27
Lampiran 3.1. Luaran Tahun Pertama/2015 (Artikel Ilmiah/Publikasi)

Jurnal
Full Paper
Teknologi
Article history
BATTERY CHARGER ON SOLAR Received
POWER PLANT 2 July 2015
Accepted
Rohana, Zulfikar 31 August 2015

Department of Electrical Engineering, *Corresponding author


Faculty of Technology, rohana_umsu@yahoo.com,
University Muhammadiyah North of Sumatra [UMSU],
Indonesia

28
Abstract

This paper describes about the battery charger used in solar power plants. Solar
panel module used in this study is 2x50 watts. The research model used
experimentally in the laboratory to test the circuit to make it known ability to charge
the battery. The results showed that the circuit works well to raise the charge current
of 2.13% by the time required for 6 hours.

Keywords: solar power, voltage stabilizers, battery chargers

Abstrak

Kertas kerja ini menghuraikan tentang pengecas bateri yang digunakan dalam loji
kuasa solar. Modul panel solar digunakan dalam kajian ini adalah 2x50 watt. Model
kajian yang digunakan secara eksperimen di makmal untuk menguji litar untuk
menjadikannya keupayaan diketahui untuk mengecas bateri. Hasil kajian
menunjukkan bahawa litar berfungsi dengan baik untuk meningkatkan semasa
pertuduhan daripada 2.13 % pada masa yang diperlukan selama 6 jam.

kata kunci: kuasa solar, penstabil voltan , pengecas bateri

1.0 INTRODUCTION market generates a voltage of 12-18 VDC and


amperage between 0.5-7 amperes. The module
Indonesia is located on the equator, so that also has a wide range of capacities ranging
Indonesia has abundant solar energy resources capacity 10 Watt to 200 Watt Peak Peak also
with the intensity of solar radiation on average has a cell type monocrystal and polycrystal.
about 4.8 kWh/m2 per day in all parts of
Indonesia. With an abundance of solar energy The core component of this solar power
sources that have not been used optimally, system includes equipment: Solar Cell Module,
while on the other hand there are some areas of Regulator / controller, Battery, Inverter DC to
Indonesia that has not electrified because it is AC, Expense. PLTS used for households with
not covered by the grid, so the Solar Power to small, medium and large. With the PLTS can be
the system is modular and easy to move is one utilized for the population in Indonesia for a
solution that can be considered as one of the solution to be its region's electricity needs are
alternative power generation. Unfortunately, the difficult to reach the electricity or in rural areas
cost of generating solar power is still more and this solar power products from time to time
expensive when compared with the cost of also takes some urban consumers and
generating conventional power plant, because companies for the purpose of combining the
until now the main tool for converting solar electricity grid.
energy into electrical energy (photovoltaic
modules) is still a device that is imported from On average solar power product is used for
abroad. the lights in the home, office, place of worship,
public places with small and medium scale and
Solar Power, is a plant that uses sunlight as a the results of such use large if calculated across
source of electricity. The main tool to capture, Indonesia, the electricity deficit will be
change and generating electricity is called overcome because the solar power helped the
photovoltaic or generally Panel Solar Cell. With electricity saving program. Imagine if every
these tools sunlight converted into electricity home, office, place of worship, public places
through a process of stream-flow positive and throughout Indonesia some illumination lamp
negative electrons in the cell module due to the equipment is replaced / combined with solar
difference electron. Results from the flow of systems, the savings in electricity will be realized
electrons will be the DC power that can be in practice. When calculated, suppose three
directly used to charge the battery according to lamp 8 Watt (Cool day light, lumen light is equal
the voltage and amperage required. The to 40 Watt incandescent bulbs) for each house
average solar cell module products in the using solar power then, (8 Watts x 3 pieces) x 20

29
million/night (Approximate User) amounted to Characteristics emission / radiation source of
480 million Watt / night. Imagine how much the sun on sunny weather in the area of
savings in a single night. This will help to electrical research (Majalengka) in the form of a normal
energy crisis in Indonesia. curve with a peak value obtained between the
hours of 11 pm to 12 pm hours at 1.8 amperes
The national electricity supply is still a shortage, and can serve load 8 watt lamp that can be
due to limited energy supply, many areas can served for 30 days [3].
not perform activities well. Lots of potential
energy that can be converted into electrical Performance tracking the sun and the actual
energy such as wind energy, solar energy cells, power generated by the solar tracker reached
more energy. Due to the ability and willingness 10.89 Watt, and obtained increase in energy
of human resources are still limited and needs to reached 4.22% [4].
be increased to experience major problems in
increasing the supply of electrical energy. Development of the solar panel control system
in order to position the solar panel surface
The lack of availability of electrical energy is always leads to rays of sunlight coming through
currently the main cause for the public interest the manufacture of solar panels automatic
to obtain alternative energy as electrical energy control device based microcontroller
supply in the future. In fact, in the city of Medan ATmega32. This tool was designed using a timer
still frequent power outages are unavoidable (timer) that can drive two actuators that
due to supply deficit, due to population growth regulate the movement of the solar panel from
is not proportional to the increase of electric east to west and from north to south. Results of
energy supply by the government, but the the analysis of the use of this tool can improve
government itself continues to improve services solar cells by 57% [5].
to the electricity needs of the community.
Electrical energy supply problems that have not Optimization of the hybrid power plant
met the needs of society as a whole, it is consisting of Solar Power, Wind Power and
important to do this research and needs to be Power Diesel to obtain the minimum energy
supported in order to supply electrical energy production costs by using a genetic algorithm,
can be met. all the solutions the energy contribution of each
plant represented in 30-bit string, then will look
The intensity of solar radiation on average in for the optimum energy contribution of solar
all regions of Indonesia around 4.8 kWh/m2 with power, thermal power station and diesel. in
the potential to generate electricity and can be accordance with the constraints that are
used as an alternative energy source. applied [6].
Constraints faced in the implementation of solar
power in Indonesia is the high cost of The energy generated if using solar tracker with
investment, the main tool solar power which a deviation angle of 5° produce the greatest
photovoltaic modules are imported from other energy [7].
countries and the efficiency of photovoltaic
Compared to conventional energy in general,
modules is only 16% which caused the price of
solar energy using photovoltaic sounds a bit
solar power per kW is still very high. Therefore, to
complicated, expensive and difficult to operate.
increase the installed capacity of solar power,
But more than 15 years experience operating in
the Government needs to issue regulations or
several regions in Indonesia, the photovoltaic
add local content to the manufacture of
system is a system that is easy to operate,
devices supporting solar power. The addition of
reliable and require maintenance and
local content will reduce the cost of generating
operating costs low so as to make photovoltaic
solar power is becoming more reasonable so
system capable of competing with conventional
that solar power as an alternative power plant
technologies in most conditions in Indonesia
[1]. 10% efficiency solar panels to sunlight
which consists of island- islands not covered by
perpendicular input panel surface area of 1 m2
the grid and classified as remote region.
with a density of 1000 Watt/m2 will produce
electrical energy equal to 100 Watt [2].

30
The design of this hybrid power plant, using Solar cell is a power plant that is capable of
energy contribution between conservative and converting sunlight into electrical current. Solar
alternative energy, resulting in optimization energy is actually the most promising energy
which enables both the use of photovoltaic, sources given the nature of (sustainable) as well
diesel and fuel consumption efficiency. As as a very large amount. The sun is the energy
planned, the contribution of photovoltaic source that is expected to address the issue of
energy for about 70% and contributed future energy needs after a variety of
approximately 30% diesel with diesel operation conventional energy sources diminish in number
about 2 hours per day. With the capacity of the and are not friendly to the environment.
inverter and diesel power greater than originally
planned peak load then allows the load So a large amount of energy generated from
increase without changing the generating the sun, making the solar cell into alternative
system [8]. energy sources a very promising future. Solar
cells also have advantages into practical
1. Potential Solar Photovoltaics energy source considering not require
transmission because it can be installed on a
solar power is one of the alternative power modular basis in each location that requires.
generation that is very simple. In principle, solar
cell panels absorb the sun's energy and convert Costs incurred to make the solar cell module is
it into electrical energy. Silicon cells (also called equal to 60% of the total cost. If the solar cell
solar cells) are exposed to the sun, making the module can be produced in the country means
photons that produce electrical current. it will be able to save the cost of solar power
development. For this reason, the manufacture
In addition to the solar cells become a of solar cell modules in Indonesia first stage is to
source of the most important renewable energy make the frame (frame), and then create a
offers many advantages such as no need fuel, laminate with cells that are imported. If the
produces no pollution and low maintenance market demands a lot of the cell manufacturing
costs. The application of solar cells on a is done in the country. This is because the solar
standalone system is like the street lamp lighting, cell manufacturing technology with single and
electric vehicles, military and aerospace, and poly silicon material cristal theoretically already
the other is the application of solar power as a mastered.
source of electric power for residential.
In the field of photovoltaic used in solar
The main problem in the use of solar power is power plant, Indonesia appeared to have
a low power generation, especially in conditions passed the stages of research and
of low radiation. The amount of electric power development and is now heading to the stages
generated periodically changed along with of implementation and installations for rural
changes in the weather and of course affect electrification. This technology is quite
battery charging. advanced and the advantage is cheap, clean,
easy to install and operate and easy to
The main components of solar photovoltaic maintain. Whereas the main obstacle in the
system is a module which is an assembly unit development of photovoltaic solar energy is a
several photovoltaic solar cells. To create a large initial investment and the price per kWh of
photovoltaic module can be fabricated using electricity generated is relatively high, because
crystalline and thin film technology. Crystalline it requires a subsystem consisting of a battery,
photovoltaic modules can be made with and inverter control unit in accordance with
relatively simple technology, while for making their needs.
photovoltaic cells required high technology.
Photovoltaic module composed of several Solar Power in Indonesia, the most popularly
photovoltaic cells connected in series and used for rural electrification (remote), as this
parallel. system popularly known as SHS (Solar Home
System). SHS is generally in the form of small-
scale system, using solar modules 50-100 Wp

31
(Watt Peak) and generate electricity at 150-300
Wh daily. Due to its small scale, the system DC
(direct current) is preferred, to avoid losses and
self-consumption due to the use of the inverter.
Because systems in small and decentralized
installed (the home of the plant, so it does not
require the distribution network) SHS ideal for
rural electrification where the distance houses
apart from each other, and electricity
requirements are relatively small, namely only to
meet the basic needs (lamp).
Figure .2. Schematic block diagram of the
As a result of increasing energy prices, many design of the battery charger
people turn to energy more economical and
environmentally friendly alternative energy. The Explanation block diagram perencangan
use of alternative energy is growing, it is due to optimizing charger barere as follows.
supply electrical energy source, mostly located
away from remote areas so that the use of • input
alternative energy into electrical energy highly
expected by the community in the future. Input comes from the sun which is then
absorbed by Fhotopoltaic which converts
To find out large solar radiation can be written sunlight energy into electrical energy.
as follows:
• Strengthening Flow
I tt I bt I dt I rt (1)
Process optimization by increasing the flow
that uses the current amplifier circuit is set up as
where
a common collector amplifier using transistors
I tt = total radiation;
TIP2955 utam components.
I bt = radiation beam;
I dt = diffuse radiation;
• Voltage Stabilizer
I rt = radiation atmosphere
Part voltage stabilizer, wherein the output
voltage is stabilized by a series of solar panels.
2. Prototype design
The circuit uses the main component Ic 7815 so
that the output voltage is limited to 15V for
The design of this research prototype is shown
battery charging process.
in Figure 1, a circuit schematic tool battery
charger solar power as well as the configuration
• Battery
of each of the components of the circuit.
Battery serves as a load or electrical energy
storage media.

2.0 EXPERIMENTAL

1. Data solar modules

Data obtained solar radiation from BMKG city


of Medan that is used to simulate the potential
of solar energy that can be harnessed and
converted into electrical energy. Based on
these simulations, the battery charger will be
Figure .1 Battery charger circuit solar power designed solar power will be used to optimize
the power plant which will be used as a power

32
source in the lighting street lamps. The analysis 5 12:00 15.70 1.92 13.20 1.94
model used in analyzing data using linear
6 12:30 15.50 1.89 13.10 1.91
regression. The data obtained and dioleh into a
7 13:00 15.80 1.61 13.30 1.63
mathematical form that will be used to predict
the power capacity can be raised into electrical 8 13:30 15.80 1.07 13.00 1.09
energy. Solar panel module data used in this 9 14:00 15.30 0.60 13.10 0.62
study is 2x50 watt, 18:50 volts, 2.89 amps and 10 15.50 0.84 13.40 0.86
14:30
polysilicon.
11 15:00 15.50 0.64 13.40 0.66

2. Testing circuit with a battery load 12V, 12Ah 12 15:30 15.30 0.39 13.80 0.41
13 16:00 15.50 0.46 13.40 0.48
Tests and measurements using a battery load 14 15.80 1.98 13.80 2.00
Max.
12V, 12AH aimed at optimizing current during
15 Min. 15.10 0.39 12.10 0.41
battery charging, measurements are made with
voltmeter and ammeter Digital. Testing the
circuit shown in Figure 3.

Figure. 3. The circuit of research testing


Figure 4. Characteristics Vin Vs Vout battery
3.0 RESULT AND DISCUSSION charger

1. result

Measurement data will be analyzed to


determine the performance of the optimization
of electrical power. Preliminary analysis carried
out in the laboratory before the field tests using
a of research module.

Table 1. Data Testing with 12v 12AH battery load

Vin Iin Vout Iout


NO Time
(V) (A) (V) (A)
1 10:00 15.10 1.87 12.60 1.89
2 10:30 15.10 1.79 12.10 1.81
3 11:00 15.40 1.98 13.00 2.00 Figure 5. Characteristics Iin Vs Iout battery
4 11:30 15.50 1.89 13.10 1.91 charger

33
2. Discussion Acknowledgements submitted to the Director
General of Higher Education, which have given
In the analysis circuit voltage stabilizer, a the opportunity for researchers to conduct
component that was instrumental is Ic 7815 Ic research in the field of hybrid plants.
which function is to stabilize the battery
charging voltage is equal to 15 volts. Ic is only REFRENCES
passable by datasheat current of only 500mA so
required resistor can withstand maximum current [1] Irawan Rahardjo dan Ira Fitriana,
of 500mA. ANALYSIS OF THE POTENTIAL FOR SOLAR
POWER PLANT IN INDONESIA, the
In the regulator circuit capacitors are
National Electricity Supply Strategy in the
components elco with 10µf value 50v, which is
recommended from 7815 ic datasheat wear of
Context Anticipating Steam Power Plant
these components so that the output voltage is Utilization of Small Scale Coal, nuclear
more stable. power plants, and Renewable Energy.

[2] Chris Timotius, I Wayan Ratnata, Yadi


Calculating Input Power Mulyadi, Elih Mulyana, 1999;’ Designing
Pin = Vin .I in (2) and Construction Solar Power, UPI,
where:
Bandung.
Pin is the electrical power input (Watt)
Vin is the voltage input (V)
[3] Anya P. Damastuti, SOLAR POWER
Iin is the input current (A)
Calculating Output Power
PLANT, WACANA No. 7 / Maret - April
Pout = Vout. I out (3) 1997
where:
Pout is the electrical power output (Watt) [4] Sandos Simatupang*, Bambang Susilo ,
Vout is the voltage output (V) Mochamad Bagus Hermanto, ; Design
I out is the output current (A) and Testing of Solar Tracker on
ATmega16 Microcontroller-Based Solar
Calculating Percentage Increase in Flow In Panels, Jurnal Keteknikan Pertanian
Charger
Tropis dan Biosistem Vol. 1 No. 1, Februari
2013, 55-59;
iout iin
n x100% 4)
iin [5] Heru Wahyudi, 2010, Optimization of
solar power by developing automated
where:
control system of solar panels, Tesis,
Iout is the output current
Iin is the input current UGM, Jogjakarta.
n is the Data
[6] Didik Rostyono, Plant optimization of
4.0 CONCLUSION hybrid (Photovoltaic-Wind-Diesel) with
Genetic algorithms, Tesis, UI, Jakarta.
In 12V 12Ah battery current optimization
works well, with the increase in battery [7] M. Rif’an, Sholeh HP, Mahfudz Shidiq;
charging reaches 2.13%,
Rudy Yuwono;Hadi Suyono dan Fitriana
In a 12V battery with a capacity of 12 Ah S, Optimization of Power Solar Energy
takes 6 hours to fully charge the battery. Utilization at the Department of Electrical
Engineering, Universitas Brawijaya, Jurnal
Acknowledgement EECCIS Vol. 6, No. 1, Juni 2012.

34
[8] Nelly Malik Lande, COMMUNICATION
SOLUTIONS solar Photovoltaic
Applications On Base Transceiver
Station, Balai Besar Teknologi Energi-
Bppt, Jurnal Sains dan Teknologi
Indonesia Vol. 10 No. 3 Desember 2008
Hlm. 177-182.

35
Lampiran 3.2. Luaran Tahun ke dua/2016 (Artikel Ilmiah/Publikasi)

36
37
BUCK-BOOST CONVERTER AS A VOLTAGE
STABILIZER ON SOLAR POWER PLANT
FOR CHARGING BATTERIES
Rohana1),Zulfikar 2)
Electric Power Systems and Power Electronics, 1),2)Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
(UMSU); Medan, North Sumatra, Indonesia; rohana0511@yahoo.com

Abstrak
In this paper discusses voltage stabilizer using XL6009 main components are used for the battery charger with
the primary energy source is solar radiation. As an energy source for capturing solar radiation using
photovoltaic power capacity of 60 Wp. To generate a stable voltage with large current, then the current
amplifier is placed in parallel to the XL6009. By doing laboratory tests showed that the voltage stabilizer
generates a constant output voltage of 14.5V to the input voltage varies between 2.8-19.65V, while the input
voltage is less than 2.8v, then the output voltage will fluctuations and smaller than 14.5V.

Keywords: voltage stabilizer; buck-boost converter; solar radiation; photovoltaic.

38
I. INTRODUCTION

Medan is the administrative center of North Sumatra. According Polonia stations, minimum and
maximum temperature of Medan between 23.0-24.1ºC and 30.6-33.1ºC, while according
Sampali stations, minimum and maximum temperatures between 23.6-24.4ºC and 30.2-32.5ºC.
While the air humidity of Medan on average 78-82%, and the average wind speed of 2 m/s while
the average monthly total evaporation rate of 100.6 mm.

Indonesia is located on the equator and has a mean solar radiation intensity of 4.8 kWh / m2 per
day, so it needs to conducted in order to optimize the large solar radiation can be used as a
renewable energy source, while the other side there are some parts of Indonesia which had no
electricity because it is not covered by the electricity network the state electricity company, so
that the photovoltaic power plant with a modular system needed to be easy to move from one
location to others and is one of the solutions as a alternative power generation.

The problem as necessary to increase the quality of the output power from photovoltaic plants,
so research must be done to improve the current output of the solar cell modules for charging
batteries used to store electrical energy optimally.

II. LITERATURE REVIEW


As a result of increasing energy prices, many people turn to energy more economical and
environmentally friendly alternative energy. The use of alternative energy is growing, it is due to
the supply of electric energy sources, mostly located away from remote areas so that the use of
alternative energy into electrical energy is expected by the public in the future. The heating due
to solar radiation directly on the surface of the earth resulting in evaporation. Further, an
increase in temperature results in increased evaporation leading to more precipitation [1]. Local
solar radiation is important to know, because it will affect the design of the application, the
potential energy and others [2].

Satisfactory result for hourly solar radiation estimation was obtained by using atmospheric
transmittance model [3] while other authors have used diffuse fraction [4] and clearness index
models [5]. Since the global solar radiation reaching the earth’s surface depends upon the local
meteorological conditions, a study of solar radiation under local climatic conditions is essential
[6].

III. RESEARCH OBJECTIVES


This research aims to obtain a stable voltage on the output side, so that when the voltage of the
solar panel modules fluctuations resulting from changes in solar radiation, the voltage that is
used for charging the battery will produce a constant voltage.

IV. RESEARCH METHODOLOGY


To do a research required understanding of solar radiation, solar panels, voltage stabilizer, a
current amplifier and batteries as shown in Figure 1. In this paper only discusses the voltage
stabilizer which is used to charge the batteries. The basic components using a voltage stabilizer
circuit XL6009.
39
4.1. Block Research

Solar
Solar Voltage Current
radiation panels stabilizer amplifier Battery

Figure 1. Block Research

Explanation block diagram of the design optimization of the battery charger as follows.
• input
Input comes from the sun which is then absorbed by the Photopoltaic (Solar Panels), which
convert solar energy into electrical energy.
• amplifier currents
Process optimization by increasing the flow of a current amplifier circuit that uses the set as a
common collector amplifier using the main components TIP2955 transistor.
• Voltage Stabilizer
Part of another block is a voltage stabilizer that works for stabilizing the output voltage of the
solar panel before use. The main component is the LM7815 voltage stabilizer, so that the
output voltage is limited to 15V for the battery charging process.
• Battery
Battery function as an electrical energy storage media.

4.2. Layout and measuring the voltage stabilizer circuit

Figure .2. Layout testing voltage stabilizer and measuring equipment

40
V. Result and Conclusion

5.1. Result

Results of laboratory tests on no-load voltage stabilizer shown in Table .1 and Figure.2. and
Figure .3.a. to .3.d.

Table .1. The results of the measurement voltage stabilizer


Vin Vout
1.85 0.65
2.25 0.97
2.31 2.07
2.56 13.96
2.80 14.50
2.93 14.50
3.11 14.50
3.87 14.50
4.90 14.50
5.76 14.50
6.51 14.50
7.28 14.50
8.00 14.50
9.02 14.50
9.96 14.50
10.93 14.50
11.50 14.50
12.00 14.50
12.50 14.50
13.00 14.50
14.00 14.50
15.00 14.50
16.00 14.50
17.27 14.50
18.90 14.50
19.23 14.50
19.65 14.50

41
Figure 2. Comperation Vin and Vout

b) b)

d) d)

Figure.3. Data measurement of input voltage and output voltage

42
5.2. Conclusion

Circuit voltage stabilizer using XL6009 main components can work to produce a constant output
voltage, if the minimum input voltage of 2.8V, then produces an output voltage 14.5V, while if the
input voltage is below 2.8V will produce an output voltage that varies.

Reference

[1] SOLOMON S, QIN D, MANNING M, CHEN Z, MARQUIS M, AVERYT K B, TIGNOR M,


MILLER H L (eds.): Climate Change 2007: The Physical ScienceBasis. Contribution of
Working Group I to the Fourth Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate
Change. Cambridge University Press, Cambridge, United Kingdom and New York, NY, USA,
996 p, 2007.

[2] ALMOROX J, HONTORIA C: Global solar radiation estimation using sunshine duration in
Spain. Energy Conversion and Management 45, 1529–1535, 2004.

[3] Campbell G S and Norman J M, “Introduction to Environmental Biophysics. 2nd ed. New York:
Springer-Verlag. Pp. 167–183, 1998.

[4] Reindl DT, Beckman WA, Duffie JA, “Diffuse fraction correlations”, Solar Energy 1990; 45:1-7.

[5] Batlles F J et al, “Empirical modeling of hourly direct irradiance by means of hourly global
irradiance”, Energy 25: 675-688, 2000.

[6] Ahmad F and Ulfat I, Turk. J. Phys., 29, (2005), 63.

Acknowledgements

Researchers would like to thank the Ministry for Research, Technology and Higher Education
(Kemenristek-Dikti), which has given the opportunity to do a research about charging the
battery in a solar power plant, hopefully the results of this research useful and can be used to
optimize the battery charge.

43

Anda mungkin juga menyukai