Anda di halaman 1dari 10

1

Prediksi Kandungan Pigmen Klorofil Tanaman Kakao pada Berbagai


Kondisi Naungan dengan Metode Kromatografi dan RGB Color Mode.
Julianti Halik*, Exalt Rivaldo Lewi, Fitya Anggraeni Rusicha, & Abdul Mollah
Program Studi Agroteknologi, Universitas Hasanuddin
*Correspondence Author : juliantihalik@gmail.com

ABSTRAK
Tanaman kakao berfotosintesis pada suhu daun yang rendah karena secara
fisiologis merupakan tanaman C3 sehingga naungan dibutuhkan untuk
mengurangi pencahayaan. Naungan akan mempengaruhi pembentukan klorofil.
Identifikasi klorofil telah diterapkan, seperti kromatografi. Namun metode
tersebut membutuhkan biaya mahal, waktu lama, serta keahlian khusus. Metode
RGB adalah salah satu alternatif yang mungkin digunakan untuk mengidentifikasi
klorofil dengan lebih praktis. Narrative review ini dibuat dengan mengumpulkan
berbagai literatur di berbagai database seperti EBSCO, Proquest, PubMed,
Scopus, Portal Garuda, dan Google Scholar. Hasil yang diperoleh yaitu tanaman
yang berada dibawah naungan memiliki jumlah korofil lebih tinggi. Dalam
identifikasi klorofil penggunaan metode kromatografi tepat untuk uji kualitas
sedangkan metode RGB lebih digunakan untuk mengidentifikasi kuantitas.
Kata Kunci: Kakao, Klorofil, Kromatografi, Naungan, RGB

ABSTRACT
Cocoa plants photosynthesize at low leaf temperatures because
physiologically they are C3 plants so shade is needed to reduce lighting. Shade
will affect chlorophyll order. Chlorophyll identification has been applied, such as
chromatography. However, this method requires high cost, time, and special
skills. The RGB method is an alternative that may be used to identify chlorophyll
more practically. This narrative review was made by collecting various literatures
in various databases such as EBSCO, Proquest, PubMed, Scopus, Portal Garuda,
and Google Scholar. The results obtained were that the plants under the shade
had a higher number of chorophiles. In the application of chlorophyll, the use of
the chromatography method is appropriate for quality testing, while the RGB
method is more used for quantity.
Keyword: Chlorophyll, chromatography, Cocoa, Shade, RGB
2

1. Pendahuluan
Kakao merupakan salah satu komoditi ekspor hasil perkebunan Indonesia
yang cukup potensial. Pada periode 2014-2019 Indonesia menempati urutan
kelima sebagai negara penghasil kakao terbesar di dunia setelah negara Pantai
Gading, Ghana, Ekuador, dan Nigeria dengan memproduksi 13,64% kakao dunia.
Produksi kakao Indonesia cenderung menurun dan dengan rata-rata pertumbuhan
sebesar 2,60% (Foresight, 2020). Di Indonesia, Sulawesi Selatan menjadi salah
satu sentra pertanaman kakao dengan luas areal mencapai 217.020 Ha dan
produksi mencapai 118.775 ton/tahun (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2019).
Tanaman kakao membutuhkan iklim yang tidak terlalu panas sehingga
untuk budidaya tanaman kakao perlu adanya penerapan naungan. Naungan akan
berfungsi untuk mengurangi pencahayaan pada tanaman kakao yang secara
fisiologis merupakan tanaman C3 yang berfotosintesis pada suhu rendah.
Hardwick, et al (2015), menyatakan bahwa iklim mikro sangat mempengaruhi
proses ekologi seperti perumbuhan tanaman maupun siklus nutrisi. Pemberian
naungan adalah salah satu bentuk rekayasa iklim mikro di lahan budidaya.
Penelitian terkait pengaruh naungan terhadap tanaman kakao telah dilakukan
sebelumnya oleh Jaimez et al (2018).
Fotosintesis merupakan fungsi utama dari daun. Pemahaman terkait
aktivitas fisiologi di daun dapat membantu untuk mengarahkan model budidaya
untuk menghadapi iklim global yang terus berubah (Fauzet, et al., 2019). Pada
daun terdapat Klorofil yaitu pigmen dengan ciri warna hijau yang berperan
sebagai pemerangkap cahaya dalam kegiatan fotosintesis. Ketika kondisi
lingkungan kritis serta terjadi penurunan nutrisi maka akan berdampak pada
menurunnya kadar klorofil. Oleh karena itu, penentuan kadar klorofil daun sangat
penting untuk memahami kesehatan tanaman dan pengelolaan tanaman. Selain itu,
kandungan klorofil juga erat kaitannnya dengan salah satu hara esensial yaitu
nitrogen. Nitrogen merupakan komponen utama pembentuk klorofil, sehingga
gejala defisiensi hara nitrogen dapat diamati berdasarkan klorofilnya
(Özreçberoğlu and Kahramanoğlu, 2020)
Beberapa metode identifikasi klorofil telah digunakan, salah satunya yaitu
metode kromatografi. Kromatografi adalah proses pemisahan campuran dalam
jumlah yang kecil. Metode ini didasarkan pada perbedaan distribusi komponen
yang terdapat dalam fasa gerak dan fasa diam (Rizalina, 2018). Penelitian terkait
identifikasi klorofil menggunakan metode kromatografi telah oleh Arifah et al
(2019). Beberapa metode yang digunakan untuk menguji klorofil cenderung
membutuhkan biaya mahal dan waktu yang lama (Yuliantika et al., 2016). Hal
tersebut mendorong penggunaan metode baru yang lebih praktis. Metode berbasis
komputer dapat diterapkan sebagai alternatif, seperti pengolahan citra (Palgunadi
and Almandatya, 2014).
Metode RGB adalah salah satu bentuk pengolahan citra. Prinsip kerjanya
yaitu mendeteksi intensitas cahaya yang terdiri dari tiga warna utama yaitu merah,
3

hijau, dan biru pada gambar yang telah di masukkan kedalam sistem. Metode ini
sangat berguna untuk penelitian tanpa mengamati secara langsung suatu objek
(Ardhianto, 2016).
Hal tersebut menjadi fokus inovasi dalam penelitian ini yaitu, memperoleh
metode yang lebih praktis dalam mengidentifikasi klorofil tanaman kakao. Maka
dalam hal ini akan dibuat narrative review yang berisi analisis prediksi hasil
pigmen klorofil pada tanaman kakao dengan pengaruh naungan menggunakan
metode kromatografi dan RGB Color Mode yang selanjutnya akan dibandingkan
keefektifannya sehingga dapat diperoleh metode uji klorofil yang lebih praktis.
2. Metode
Selama pembuatan narrative review ini, kami mengeksplorasi beberapa
database seperti EBSCO, Proquest, DOAj, PubMed, Scimago Journal, Scopus,
Jurnal Garuda, dan Google Scholar untuk memperoleh literatur yang terkait
dengan topik. Kata kunci yang digunakan selama pencarian informasi adalah:
tanaman kakao, pengaruh naungan, klorofil, metode kromatografi, dan metode
RGB. Pada tahap awal pengumpulan artikel jurnal diperoleh sekitar 100 artikel
dari 2014-2020. Dari jumlah tersebut diseleksi berdasarkan tingkat relevansinya
dengan topik bahasan sehingga diperoleh 20 artikel yang paling relevan. Beberapa
artikel yang digunakan telah mengalami perankingan yaitu, Q1, Q2, dan Sinta.
EBSCO, Proquest, PubMed, Scopus, Scimago Journal, Jurnal
Garuda, dan Google Scholar.

± 100 Jurnal
Seleksi Tingkat
Relevansi
20 Jurnal

Gambar 1. Skema penelusuran sumber literatur

Setelah artikel terkumpul, kegiatan selanjutnya yaitu memahami literatur


dengan berbagai teknik membaca berupa scanning, skimmimg, dan detailed
reading. Selanjutnya, melakukan analisis terhadap literatur terkait konsep,
argumen, teori, metodologi, serta kelebihan dan kekurangan topik literatur.
Setelah kegiatan analisis, dilanjutkan dengan kegiatan sintesis dengan
menyatukan materi bahasan yang telah dikumpulkan dan mulai membuat
gambaran umum. Kegiatan terakhir yaitu menjelaskan interpretasi penulis
terhadap sumber litertur yang direview.
4

3. Pengaruh Naungan Terhadap Pembentukan Klorofil Tanaman Kakao.


Tanaman kakao adalah salah satu tanaman perkebunan yang budidayanya
dilakukan pada kondisi mikroklimat yang berbeda-beda pada tiap fase
pertumbuhannya. Pada penelitian yang dilakukan Hidayati et al (2015),
disebutkan bahwa pada tahap awal budidaya, tanaman kakao ditanam dibawah
naungan hingga umur mencapai 2 tahun. Kakao membutuhkan intensitas cahaya
berkisar 35-40 % pada usia 3-4 bulan.
Tabel 1. Beberapa hasil penelitian pengaruh naungan pada bibit tanaman kakao
No. Judul penelitian Penulis Perlakuan Hasil
1 Pengaruh populasi Saleh. A. R., Tanpa Naungan tidak
naungan terhadap dan Jayanti. naungan, satu berpengaruh nyata
pertumbuhan awal K. D. pohon naungan pada pertumbuhan
tanaman kakao setiap empat awal tanaman
(Theobroma cacao pohon tanaman kakao, tidak
l.) di lapangan. kakao, dan dua memiliki perbedaan
pohon naungan dengan tanaman
setiap empat yang tumbuh pada
pohon tanaman penyinaran
kakao, dan matahari penuh.
empat Pohon
naungan setiap
empat pohon
kakao
2. Respon Amelia, N. Naungan Pengaruh naungan
pertumbuhan bibit K., dan sebagai petak secara dominan
kakao (Theobroma Hariyono, D. utama yang mempengaruhi
cacao l.) terhadap terdiri dari: parameter luas
pemberian atonik N1= 25%; daun tanaman
pada beberapa N2= 50%; dan kakao.
tingkat naungan N3= 75%.
3 Pengaruh Naungan Siregar, E.B Petak utama Pada kondisi
dan Pupuk NPK dan Nurbaiti. terdiri dari: naungan 75%
terhadap Tanpa memberikan hasil
Pertumbuhan Bibit naungan, 50%, yang lebih baik
Kakao (Theobroma dan 75%. pada beberapa
cacao L.) parameter tanaman
yaitu tinggi bibit,
jumlah daun, lilit
batang, luas daun,
volume akar, ratio
tajuk akar serta
berat kering.
5

Dari beberapa penelitian yang tersaji di tabel. 1 terlihat pada penelitian


Saleh dan Jayanti (2017), diperoleh hasil yang berbeda. Dalam penelitiannya
disebutkan bahwa naungan tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan
tanaman kakao dapat disebabkan karena kondisi intensitas hujan yang tinggi saat
penelitian dilakukan. Namun, penelitian yang lain menyatakan naungan
mempengaruhi pertumbuhan awal tanaman kakao. Hal tersebut terjadi karena
tanaman kakao membutuhkan intensitas cahaya yang rendah sesuai dengan
fisiologisnya sebagai tanaman C3 (Amelia dan Hariyono, 2018).
Hal serupa diungkapkan dalam penelitian Siregar dan Nurbaiti (2018),
cahaya mempengaruhi tanaman secara langsung melalui kegiatan fotosintesis dan
secara tidak langsung melalui pertumbuhan dan perkembangan. Selain itu,
penampakan warna daun yang berada dibawah kondisi naungan berwarna lebih
hijau karena proses adaptasi tanaman untuk menyerap cahaya lebih banyak
dengan meningkatkan kadar pigmen klorofil.
Tabel 2. Beberapa penelitian terkait jumlah klorofil
No Judul Penelitian Penulis Perlakuan Hasil
1 Pengaruh Hardiane. K., Pemberian dosis Pemberian dosis
Intensitas Cahaya Maryani. Y., pupuk kascing pupuk kascing
dan Dosis Pupuk & Kusdiarti. dan perlakuan yang tinggi dan
Kascing Terhadap L. intensitas cahaya intensitas
Pertumbuhan Dan matahari terdiri cahaya rendah
Hasil Tanaman dari: 100, 75% menghasilkan
Bayam Merah dan 65%.. jumlah klorofil
(Amaranthus yang paling
Tricolor L.) tinggi.
2. Respon Fisiologis Hidayati, N., Perlakuan dengan Untuk
dan Pertumbuhan Juhaeti, T., paranet hitam pertumbuhan
Kakao dan Syarif, F. terdiri dari: tanpa dan fisiologis
(Thcobroma naungan, 55 %, tanaman,
cacao), Kopi dan 75 %. kondisi paling
(Coffea arabica), baik yaitu
Karet (Hevca dengan naungan
brasiliensis) dan 55%.
Cengkih
(Syzygium
aromaticum) Fase
Bibit Terhadap
Naungan dan
Pemupukan.
Pada tabel 2. Terlihat pemberian naungan berpengaruh pada jumlah klorofil.
Hardiane et al (2019), menyebutkan dalam penelitiannya bahwa pada tempat yang
terbuka artinya cahaya matahari diperoleh secara penuh akan membentuk
6

karatenoid yang dapat menutupi pigmen klorofil sehingga menyebabkan jumlah


pigmen klorofil lebih rendah jika dibandingkan pada tempat yang ternaungi.
Selain itu menurut Hidayati et al (2015) pemberian naungan yang bertujuan
mengatur iklim mikro dengan pengurangan intensitas cahaya dapat meningkatkan
hingga 60-70 % kelembapan udara. Kelembapan udara yang stabil tentu saja akan
melancarkan aktivitas fisiologis dari tanaman. Namun berbeda dengan hasil yang
diperoleh oleh Jaimez et al (2018) kakao yang ditanam tanpa naungan memiliki
tingkat fotosintesis yang lebih tinggi dibandingkan yang diberi naungan. Dalam
penelitiannya disebutkan, hal tersebut dapat dipengaruhi dari jenis klon kakao
yang digunakan dalam penelitian.
Keberadaan naungan pada budidaya tanaman kakao sangat penting. Hal
tersebut mulai disadari para petani. Dalam penelitian Abdulail et al (2018),
menyatakan bahwa para petani kecil di Ghana mulai menerapkan pemberian
naungan pada budidaya kakao untuk menghadapi perubahan iklim dan tetap
mempertahankan produksi kakao. Hal yang biasnya menyebabkan petani yang
belum menggunakan pemberian naungan yaitu pengalokasian dana lebih di
arahakan pada faktor peningkatan produksi yang lain seperti pemupukan
(Denkyirah, et al., 2017).
Dari berbagai hasil penelitian dapat diketahui pengaruh naungan akan
sangat mempengaruhi pembentukan dan jumlah klorofil tanaman kakao. Selain
itu, naungan juga sangat mempengaruhi pertumbuhan awal tanaman kakao yang
membutuhkan sedikit intensitas cahaya. Pemberian naungan dapat menjadi salah
satu solusi meningkatkan kualitas tanaman kakao.
4. Identifikasi Klorofil Dengan Metode Kromatografi
Pada metode kromatografi, identifikasi klorofil dapat ditentukan dari warna
yang muncul pada plat kromatografi dan nilai retadasi faktor (Aisoi, 2019).
Jumlah dan komposisi pigmen memiliki kepekatan yang berbeda, yang
disebabkan konsentrasi pigmen yang terkandung dalam daun. Selain warna, nilai
retadasi faktor digunakan untuk mempertegas kandungan pigmen dalam daun.

Gambar 2. Data sekunder hasil analisis dari ekstrak pigmen total lamun H. Ovalis
Dari gambar 2. Dapat diketahui beberapa warna pigmen yang teridentifikasi
yaitu kuning mencirikan karatenoid, hijau mencirikan klorofil a, dan abu-abu
feofitin (Rosang dan Wagey, 2016). Selain itu, dalam penelitian Aisoi et al (2019)
lebih spesifik menyebutkan bahwa hijau biru mencirikan klorofil a dan hijau
7

kuning mencirikan klorofill b yang dapat dilihat di gambar 3. Selain itu pada
gambar 4, terdapat pigmen feotitin yang merupakan pigmen klorofil yang unsur
Magnesiumnya telah terdegradasi saat proses penggerusan (Doli, et al., 2020).

Gambar 3. Data sekunder Pola pemisahan pigmen daun V. rubescens

Gambar 4. Data sekunder hasil ekstrak pigmen Kappaphycus alvarezii.


Dari beberapa data sekunder yang diperoleh diketahui bahwa pengujian
klorofil dengan metode kromatografi cenderung digunakan sebagai uji lanjut
untuk mengidentifikasi kualitas klorofil. Kualitas klorofil dapat terlihat dari
keragaman warna yang muncul pada plat kromatografi yang mencirikan
konsentrasi pigmen yang dikandung daun tanaman. Terdapat kekurangan dari
metode ini yaitu adanya kegiatan yang dapat merusak sampel.
5. Identifikasi Klorofil Dengan Metode RGB.
Pada penelitian Palgunadi dan Almandatya (2014), pengujian klorofil
dengan metode RGB dibuat dengan mengklasifikasikan data menjadi 4 bagian.
Keempat bagian dicocokkan dengan indeks warna RGB. Dari hasil uji tersebut
diperoleh nilai akurasi sebesar 90 % untuk indeks warna hijau sebagai warna
pokok, 80 % untuk warna pendukung yaitu biru dan merah (Palgunadi dan
Almandatya, 2014).
Tabel 3. Nilai akurasi metode RGB pada beberapa penelitian.
No. Judul Penelitian Penulis Akurasi
1. Klasifikasi Kualitas Palgunadi. S., Hijau: 90%
Kesehatan Daun Mangga dan Biru : 80 %
Berdasarkan Warna Citra Almandatya. Y Merah : 80%
Daun
2. Prediksi Umur Dan Palgunadi. S., Akurasi : 71, 42 %
Kandungan Klorofil Daun dan Pratiwi. N. Error : 0,07 %
Teh Berdasarkan
Image Daun Dengan
Menggunakan Vektor Ciri
Warna Hijau.
8

Tabel 4. Data sekunder hasil prediksi umur daun teh.


Daun Umur
Hasil
Test Sesungguhnya Prediksi
T1 7 7 Sesuai
T2 7 7 Sesuai
T3 8 9 Tidak Sesuai
T4 8 8 Sesuai
T5 9 10 Tidak Sesuai
T6 9 9 Sesuai
T7 10 12 Tidak Sesuai
T8 10 10 Sesuai
T9 11 11 Sesuai
T10 11 11 Sesuai
T11 12 12 Sesuai
T12 12 10 Tidak Sesuai
T13 13 13 Sesuai
T14 13 13 Sesuai
Sumber. Palgunadi dan Pratiwi (2015).
Dari tebel 3. Terlihat bahwa nilai akurasi hasil uji RGB cukup tinggi dan
nilai errornya rendah. Selain itu pada tabel 4. Terlihat bahwa dari 14 sampel uji
hanya 4 sampel yang tidak sesuai prediksi. Hal tersebut dapat diperbaiki dengan
menggunakan perangkat pengambilan gambar yang pixel-nya lebih tinggi serta
kondisi cahaya saat pengambilan gambar. Selain itu, dapat pula dikembangkan
dengan menggunakan alat yang lebih praktis seperti menggunakan smartphone
(Palgunadi dan Pratiwi, 2015).
Pada penelitian yang dilakukan Özreçberoğlu and Kahramanoğlu (2020),
secara keseluruhan menunjukkan bahwa indeks warna dari pencitraan
menggunakan smartphone dapat digunakan untuk memprediksi kandungan
klorofil daun pohon delima. Hasil estimasi paling baik ditunjukkan pada
perlakuan pemberian cahaya LED merah. Hasil estimasi yang diperoleh harus
dibagi dengan berat segar sampel untuk menyatakan hasil dalam satuan mg/g.
Dari beberapa penelitian yang mengunakan metode RGB dapat diketahui
bahwa metode ini sangat mungkin untuk diterapkan dalam pengujian klorofil.
Nilai akurasi dapat lebih tinggi dengan dukungan peralatan dan kondisi
lingkungan saat pengambilan gambar. Selain itu, metode RGB juga dapat dibuat
lebih praktis lagi dengan hanya menggunakan perangkat smartphone.
6. Kesimpulan
Dari studi literatur yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa
naungan akan sangat mempengaruhi pembentukan dan jumlah klorofil. Tanaman
yang berada dibawah naungan, memiliki kandungan klorofil yang lebih tinggi.
Pada pengujian klorofil menggunakan metode kromatografi dan metode RGB
memiliki kelebihan masing-masing. Untuk pengujian kualitas klorofil lebih tepat
menggunakan metode kromatografi sedangkan metode RGB tepat untuk
pengujian kuantitas. Sebagai Metode yang belum banyak digunakan untuk uji
9

klorofil, metode RGB sangat mungkin untuk diterapkan bahkan dapat


dikembangkan kepraktisannya dengan memanfaatkan smartphone sebagai
peragkat pengambilan gambar.

DAFTAR PUSTAKA

Abdulai1, I., Jassogne, L., Graefe, S., Asare4, R., Asten, P. V., LaÈderach, P., &
Vaast, P. 2018. Characterization of cocoa production, income diversification
and shade tree management along a climate gradient in Ghana. PLoS ONE
13(4): e0195777.
Aisoi, L. E. 2019. Analisis Kandungan Klorofil Daun Jilat (Villebruna rubescens,
Bl.) Pada Tingkat Perkembangan Yang Berbeda. Jurnal Simbiosa. Vol 8.
No. 1:50-58
Amelia, N. K., & Hariyono, D. 2018. Respon pertumbuhan bibit kakao
(Theobroma cacao l.) terhadap pemberian atonik pada beberapa tingkat
naungan. Jurnal Produksi Tanaman. Vol. 6. No. 7: 1481-1487.
Ardhianto, E. Wiwien, H & Sudi, B. 2016. Implementasi Metode Image
Subtracting dan Metode Regionprops untuk Mendeteksi Jumlah Objek
Berwarna RGB pada File Video. Jurnal Teknologi Informasi Dinamik. Vol
18. No. 2: 91-100.
Arifah, R. U. Sedjati, S. Supriyantini, E. & Ridho, A. 2019. Kandungan Klorofil
Dan Fukosatin Serta Pertumbuhan Skeletonema costatum Pada Pemberian
Spektrum Cahaya Yang Berbeda. Jurnal Buletin Oseanografi Marina. Vol
8. No. 1: 25-32
Denkyirah, E. K., Okoffo, E. D., Adu, D. T., & Bosompem, O. A. 2017. What Are
The Drivers Of Cocoa Farmers’ Choice Of Climate Change Adaptation
Strategies In Ghana?. Cogent Food & Agriculture. 3: 1334296
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2019. Data Luas Lahan dan Produksi Kakao
Sulawesi Selatan 2010-2019.
Doli, R., Desy M. H. Mantiri., Darus Saadah Paransa., Kurniati Kemer., Rosita
A.J., Lintang., & Sipriana S. 2020. Analisis Pigmen Klorofil Pada Alga
Kappaphycus Alvarezii Yang Dibudidayakan Di Teluk Totok Kabupaten
Minahasa Tenggara. Jurnal Pesisir dan Laut Tropis. Vol 8. No. 1
Fauset, S., Oliveira, B., Buckeridge, M.S., Foyer, Foyer, C.H., Galbraith, D.,
Tiwari, R., & Gloor, M. 2019. Contrasting responses of stomatal
conductance and photosynthetic capacity to warming and elevated CO2 in
the tropical tree species Alchornea glandulosa under heatwave conditions.
Environmental and Experimental Botany. Vol. 158. 28-39.
Foresight Commodity Services. 2020. Cocoa. USA: Suite 300, Lisle, Illinois.
10

Hardiane, K., Maryan, Y., & Kusdiarti, L. 2019. Pengaruh Intensitas Cahaya Dan
Dosis Pupuk Kascing Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Bayam
Merah (Amaranthus Tricolor L.). Vol 1. No. 2.
Hardwick, S. R., Toumi, R., Pfeifer, M., Turner, E.C., Nilus, R., & Ewers, R. M.
2015.
Hidayati, N., Juhaeti, T., & Syarif, F. 2015. Respon Fisiologis dan Pertumbuhan
Kakao (Thcobroma cacao), Kopi (Coffea arabica), Karet (Hevca
brasiliensis) dan Cengkih (Syzygium aromaticum ) Fase Bibit Terhadap
Naungan dan Pemupukan. Jurnal Biologi Indonesia. Vol. 11. No. 1: 31-40.
Jaimez, R.E., Amores Puyutaxi, F., Vasco, A., Loor, R.G., Tarqui, O., Quijano,
G., Jimenez, J.C., & Tezara, W., 2018. Photosynthetic response to low and
high light of cacao growing without shade in an area of low evaporative
demand. Acta biol. Colomb. 23, 95–103.

Özreçberoğlu, N., & Kahramanoğlu, İ., 2020. Mathematical models for the
estimation of leaf chlorophyll content based on RGB colours of contact
imaging with smartphones: A pomegranate example. Folia Horticulturae
32, 57–67.

Palgunadi, S., & Almandatya, Y., 2014. Klasifikasi Kualitas Kesehatan Daun
Mangga Berdasarkan Warna Citra Daun. Prosiding SNST ke-5 Tahun
2014

Palgunadi, S., & Pratiwi, N., 2015. Prediksi Umur Dan Kandungan Klorofil Daun
Teh Berdasarkan Image Daun Dengan Menggunakan Vektor Ciri Warna
Hijau. Prosiding SNST ke-6 Tahun 2015.

Rizalina, H., Cahyono, E., Mursiti, S., Nurcahyo, B., & Supartono. 2018.
Optimasi Penentuan Kadar Metanol dalam Darah Menggunakan Gas
Chromatography. Indonesian Journal of Chemical Science. Vol. 7. no. 3

Rosang, C.I., & Wagey, B.Th., 2016. Penentuan Kandungan Pigmen Klorofil
Pada Lamun Jenis Halophila ovalis Di Perairan Malalayang. JPLT 4, 15.

Saleh, A. R., & Jayanti, K. D. 2017. Pengaruh Populasi Naungan Terhadap


Pertumbuhan Awal Tanaman Kakao (Theobroma Cacao L.) Di Lapangan.
Jurnal AgroPet. Vol. 14. No. 2

Siregar, E. B., & Nurbaiti. 2018. Pengaruh Naungan dan Pupuk NPK terhadap
Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao L.). JOM Faperta
Universitas Riau. Vol. 5
Yuliantika, G., Suprayogi, A., Sukmono, A., 2016. Analisis Penggunaan Saluran
Visibel Untuk Estimasi Kandungan Klorofil Daun Padi Dengan Citra
Hymap. Jurnal Geodesi Undip. Vol 5. No.2: 200-207

Anda mungkin juga menyukai