Anda di halaman 1dari 116

Beberapa Batasan Hama Tanaman

• NAS ( 1971 ) mengatakan bahwa serangga adalah


hama apabila serangga tersebut mengurangi
kualitas dan kuantitas bahan tanaman, pakan
ternak, tanaman serat, merusak tanaman selama
di pertanaman, pada saat dipanen, diolah,
dipasarkan, penyimpanan, penggunaan,
pemindahkan penyakit ( vektor ) pada tanaman,
manusia dan ternak yang mempunyai nilai
ekonomis, mengganggu hewan yang berguna,
manusia, merusak tanaman hias, lapangan golf,
bunga-bungaan, merusak alat rumah tangga dan
milik pribadi lainnya.
• Hama dalam konsep PHT tidak hanya serangga
disebut hama, tetapi juga spsies mahluk
lainnya seperti vertebrata (contohnya: tikus,
burung, babi danhutang kalong ), tungau ( kaki
8 ), cendawan, bakteri, nematoda, virus dan
gulma.
• Smith ( 1983 ) mengemukakan bahwa hama
adalah semua organisme yang merusak
tanaman dan hasilnya dengan cara yang
bertentangan dengan kepentingan manusia.
Lanjut
• Secara luas Hama adalah mahluk hidup yang
mengurangi kualitas dan kuantitas beberapa
sumberdaya manusia, sumber daya tersebut
dapat berupa tanaman atau binatang yang
dipelihara untuk dimakan atau diambil
seratnya untuk kepentingan manusia.
• Mahluk hidup mana yang digolongkan sebagai hama.
Mengapa mahluk hidup tersebut disebut hama dan kapan
mereka menjadi hama.
• Pertanyaan ini nampaknya sederhana, tetapi pada
hakekatnya menjadi inti pengendalian hama terpadu ( PHT
). Dua situasi pada umumnya menjadi ciri kegagalan
pengendalian hama yaitu :
1. Tanpa alasan yang benar suatu mahluk hidup disebut
hama dan dimusnahkan. Ini akan menimbulkan ketidak
seimbangan ekositem, sehingga menimbulkan masalah
baru.
2. Pengendali hama dengan begitu saja membunuh hama
( pemecahan masalah sementara ) mereka tidak
mencoba mengetahui alasan mengapa mahluk hidup
tersebut menimbulkan masalah dan kemudian
mengubah situasi tersebut ( cara pemecahan masalah ).
Di dalam ekosistem kebanyakan mahluk hidup bukanlah
hama. Banyak mahluk hidup yang sifatnya menguntungkan
misalnya musuh alami ( Predator, Parasitoid dan patogen ),
tetapi kebanyakan mahluk hidup yang ada di dalam ekosistem
tidak pernah diklasifikasikan sebagai hama atau mahluk hidup
yang menguntungkan.
Pada umumnya kita tidak peduli dengan tanaman,
binatang atau mikroorganisme karena kita tidak mengerti
peranan organisme tersebut dalam kehidupan kita, kita harus
mengubah pandangan tersebut, karena semua mahluk hidup
merupakan komponen-komponen penting dalam rantai
makanan yang menjaga keseimbangan alami ekosistem.
SEJARAH PENGENDALIAN HAMA TERPADU

Konsep PHT pada awalnya diperkenalkan


dengan menggunakan istilah Integratet Control (
Pemberantasan Terintegrasi ) yang didefenisikan
oleh Stren at al. ( 1959 ) sebagai pemberantasan
hama terapan yang mengkombinasikan
pemberantasan :
- Hayati dengan
- Pemberantasan Kimia
Jadi disini hanya menekankan pada 2 aspek
pengendalian.
Kemudian defenisi PHT ini dianggap terlalu
sempit sebab belum mengkombinasikan
teknik mengendali yang lain seperti :
- Teknik pengendalian secara phisik/mekanik.
- Teknik bercocok tanam.
- Biologi .
Dan prinsip ekologi belum termasuk di
dalamnya.
Saat ini ada 2 istilah bahasa inggeris yang
sering digunakan secara bergantian untuk
mengendalian hama terpadu ( PHT ) yaitu:
1. Integratet pest control ( IPC ) yang
diterjemahkan pengendalian hama terpadu (
PHT ).
2. Integratet pest management ( IPM ) atau
pengelolaan hama terpadu.
Ke 2 istilah tersebut dapat digunakan untuk
menjelaskan hal yang sama.
Dalam sejarah perkembangannya konsep IPM
merupakan perkembangan dari konsep IPC.
• Saat ini dalam pergaulan ilmiah internasional
IPC ditinggalkan dan digunakan istilah IPM.
• Istilah IPM lebih menekankan pada
pendekatan komprehensif dan berdasarkan
pada prinsip ekologi, juga menekankan
tentang bagaimana memanipulasi alam untuk
kesejahteraan manusia.
• Sama seperti mengelola perikanan dan satwa
liar. Istilah ini lebih menyatu dibandingkan
dengan Integrat control ( IC ).
Lanjutan.
• Juga untuk menghidari pertentangan antara mereka
yang membenarkan populasi hama di bawah ambang
ekonomidengan mereka yang berpendapat bahwa
tindakan eradikasi masih dapat dibenarkan oleh sistem
tersebut ( Nas, 1971 ) .
• Eradikasi : Menghabiskan populasi atau memberantas (
Kontrol ).
IPM : Pengelolaan hama terpadu, ada kalangan para ahli
hama di Indonesia mengusulkan pengelola diganti
dengan pengendalian, sebab istilah pengelolaan
lebih dikenal dalam dunia bisnis.
Contoh Mengelola perusahaan dengan berbagai cara,
mendorong mengawasi, memberikan insentif dll.
Konsep PHT semula hanya mengikut sertakan dua
metode pengendalian hama kemudian dikembangkan
dengan memadukan semua metode atau teknik
pengendalian termasuk di dalamnya metode
pengendalian secara : phisik, mekanik , bercocok
tanam, hayati , kimia dan metode pengendalian hama
lainnya. Dengan cara ini ketergantungan petani pada
penggunaan pestisida dapat dikurangi.
Dari segi operasional PHT menggunakan berbagai
teknik pengendalian agar populasi hama berada di
bawah ambang ekonomi ( AE ), sehingga secara
ekonomi tidak menimbulkan kerugian.
Dari pustaka ditemukan banyak defenisi
tentang PHT yang dikemukakan para ahli, namun
pada prinsipnya dari sekian banyak defenisi PHT
tidak banyak perbedaannya , hanya masing-masing
ahli memberikan penekanan pada aspek tertentu.
Beberapa defenisi PHT antara lain :
1. Smith ( 1978 ) PHT adalah pendekatan ekologi
yang bersifat multidisiplin untuk mengelola
populasi hama dengan memamfaatkan
beraneka ragam teknik pengendalian secara
kompatible dalam suatu kesatuan
pengelolaan.
lanjutan
2. Botrell ( 1979 ) mengemukakan bahwa PHT adalah
pemilihan, perpaduan dan penerapan pengendalian
hama yang didasarkan pada perhitungan dan
penaksiran konsekwensi ekonomi, ekologi dan
sosiologi.
3. Kenmore ( 1980 ) mendefenisikan PHT sebagai perpaduan
yang terbaik. Yang dimaksud dengan perpaduan yang
terbaik disini adalah perpaduan penggunaan
berbagai metode pengendalian hama yang dapat
memperoleh hasil yang terbaik yaitu : stabilitas
produksi pertanian, kerugian seminimal mungkin
pada manusia dan lingkungan serta petani memperoleh
penghasilan maksimum dari usaha taninya.
Lanjut
4. FAO ( 1983 ) PHT adalah pengendalian hama
yang menggunakan semua teknik dan
metode yang sesuai dalam cara-cara yang
seharmonis-harmonisnya dan
mempertahankan populasi hama di
bawah tingkat yang tidak menyebabkan
kerusakan ekonomi di dalam keadaan
lingkungan dan dinamika populasi spesies
hama yang bersangkutan
Dari beberapa defenisi tersebut dapat
diketahui bahwa PHT tidak hanya mencakup
pengertian tentang:
Perpaduan beberapa teknik pengendalian
hama, tetapi dalam penerapan PHT
dampaknya harus diperhitungkan baik yang
bersifat ekologis, ekonomi maupun sosiologis
sehingga secara keseluruhan kita memperoleh
yang terbaik. OKI PHT dalam perencanaan dan
evaluasinya harus mengikuti suatu
pengelolaan yang terkordinasi dengan baik.
Falsafah dan Tujuan PHT
PHT berdasarkan falsfah alam yang
memandang, bahwa semua mahluk hidup
adalah bagian dari alam. Organisme tersebut
haruslah makan dan memerlukan tempat
dalam ekosistem untuk kelangsungan
hidupnya, sama juga halnya dengan manusia.
Sejauh kepentingan manusia tidak diganggu
oleh organisme tersebut tidak ada masalah,
namun kenyataannya, tidak selalu demikian,
manusia seringkali diganggu kepentingannya
oleh organisme itu.
Lanjutan
Pertanyaan yang muncul adalah
bagaimana menerapkan falsafah PHT agar
kedua kepentingan yang bertentangan itu
dapat dipenuhi. Kondisi ini dapat dicapai
dengan cara menurunkan jumlah populasi
hama tersebut dan agar tetap berfluktuasi di
bawah garis ambang ekonomi ( AE ) yang
secara ekonomik tidak menimbulkan
merugikan pada petani.
Lanjutan
Dengan demikian mahluk tersebut tidak lagi
dirasakan mengganggu kepentingan manusia
dan ia tidak lagi berstatus sebagai hama
utama, tetapi disebut sebagai hama potensil,
jumlah hama yang sedikit secara ekonomik
tidak mengurangi hasil dan juga tidak
menambah hasil, tetapi hasil tetap menjadi
mantap.
• Dalam upaya penurunan jumlah populasi
tanaman tersebut tidak dibenarkan dilakukan
secara serampangan tetapi diusahakan agar
sedikit mungkin mengganggu berfungsinya
ekosistem yang normal.
• Jadi dari segi etika lingkungan falsafah PHT
cenderung untuk berpegang pada pola
ekosentrik, yang mengakui harkat dan hak
semua mahluk hidup di alam semesta ini.
Lanjutan
• Manusia harus belajar hidup berdampingan secara
damai, tidak saling mengganggu dengan mereka.
Falsafah seperti ini telah dianjurkan dalam
menghadapi serangan wereng pada tanaman padi
dan setelah mereka tidak lagi banyak diganggu
dengan pestisida dan PHT diterapkan secara
benar, PHT telah terbukti berhasil.
• Bagaimana falsafah PHT hubungannya dengan
eradikasi, ini sulit diterima secara konsepsional,
namun, dalam kondisi tertentu yang sangat
memaksa , eradikasi dapat diterima.
• Lanjutan
Misalnya:
Suatu populasi hama akan memusnahkan sumber
kehidupan manusia atau menyebabkan
penderitaan dan kematian manusia.
Teknik jantan mandul yaitu lalat yang ulat atau
larvanya hidup dalam daging hewan srcew worn (
Cochliomyia hominivorax ) ini dianggap berhasil.
• Lanjutan
• Penyakit kanker pada tanaman jeruk yang
dimasukkan dari china ke Amerika ( Xantomonas citri
) berhasil dieradikasi, sehingga menghasilkan industri
jeruk di Florida. Keberhasilan ini terjadi karena
patogen ini hanya hidup pada tanaman jeruk.
• Jadi pelaksanaannya harus tetap berpegang pada
teknik yang sedikit mengganggu lingkungan dan dari
segi biologi ada kemungkinan dilakukan eradikasi
Tujuan PHT
PHT mempunyai tujuan tertentu yaitu:
1. Memantapkan hasil dalam taraf yang telah
dicapai teknologi pertanian maju.
Teknologi PHT tidak meningkatkan hasil, tetapi
memantapkan hasil artinya dari musim ke
musim hasilnya mantap, tidak berkurang karena
serangan hama. Hasil yang mantap diperoleh
dari penerapan paket teknologi misalnya:
Pemupukan, penggunaan vrietas unggul,
pengelohan tanah dll.
2. Mempertahankan kelestarian lingkungan. Salah
satu masukan dalam teknologi produksi modern
adalah penggunaan pestisida. Resikonya terjadi
pencemaran pada lingkungan. Dalam konsep
PHT gunakanlah pestisida setelah hama
mencapai AE dan pestisida yang digunakan
harus aman pada lingkungan atau dengan kata
lain resikonya tidak lama dalam lingkungan.
3. Melindungi produsen dan konsumen. Dalam
konsep PHT hanya merekomendasikan formulasi
pestisida yang spesifik dan kurang beracun pada
organisme bukan sasaran
4. Meningkatkan efisiensi masukan dalam
produksi dengan berkurangnya penggunaan
pestisida, maka pengeluaran biaya untuk
pembelian pestisida menjadi menurun atau
berkurang sehingga terjadi efisiensi dalam
biaya produksi.
5. Meningkatkan kesejahteraan petani. Dengan
mantapnya produksi dan terjadinya efisiensi
untuk biaya pembelian pestisida, maka
dengan sendirinya petani akan sejahtera.
Ciri-ciri Pengendalian Hama Terpadu
Pengendalian Hama Terpadu mempunyai
beberapa ciri-ciri yang membedakannya dengan
pengendalian hama konvensional.

Ciri-ciri Pengendalian Hama Terpadu antara lain:

1. PHT bukanlah pemusnahan, pembasmian atau


pemberantasan hama, tetapi merupakan
pengendalian populasi hama agar tetap berada
di bawah ambang atau pada tingkat yang tidak
merugikan pada petani secara ekonomik .
Lanjutan
PHT bukanlah eradikasi hama tetapi
pembatasan populasi. Dalam konsep PHT
kita masih dapat mentoleransi tingkat
populasi atau kerusakan yang diakibatkan
oleh hama. Dalam keadaan tertentu, hama
pada pertanaman masih diperlukan untuk
mempertahankan keadaan populasi musuh
alami
2 Dalam pelaksanaan PHT digunakan semua
teknik atau cara pengendalian hama yang
dikenal dengan PHT.
Pengendalian Hama Terpadu tidak
hanya tergantung pada satu teknik
pengendalian hama, misalnya hanya
menggunakan insektisida, atau penggunaan
varietas resisten atau tahan saja, tetapi
menggabungkan atau memadukan beberapa
teknik pengendalian secara harmonis, agar
populasi hama tetap berada di bawah
ambang ekonomik.
3 Untuk mencapai sasaran PHT yaitu
populasi hama tetap berada di bawah
ambang ekonomi, sehingga produktivitas
pertanian tetap tinggi maka perlu
diperhatikan beberapa kendala yaitu :

a. Kendala sosial ekonomi yang berarti


pelaksanaan PHT harus didukung oleh
kelayakan sosial ekonomi masyarakat
setempat.
LANJUTAN
b. Kendala Ekologi
Penerapan PHT secara ekologi harus
dapat dipertanggung jawabkan secara
ekologi dan tidak menyebabkan
goncangan dan kerusakan lingkungan
yang dapat menimbulkan kerugian
organisme bukan sasaran maupun pada
manusia dan lingkungan pada umumnya
baik saat ini maupun di masa yang akan
datang.
Mengapa harus PHT
Ada banyak faktor yang mendorong kita untuk
menerapkan PHT, terutama dalam rangka program
pembangunan pertanian jangka panjang dan
berwawasan lingkungan.
Faktor-faktor tersebut antara lain:
I. Kegagalan Pemberantasan hama secara
konvensional.
Sampai saat ini petani beranggapan bahwa
pengendaian hama sama dengan penggunaan
insektisida, apabila petani melihat tanamannya
rusak karena serangnan hama atau petani melihat
serangga pada pertanamannya , maka petani
langsung mencari insektisida untuk diaplikasikan
pada pertanamannya.
Lanjutan
Akiibatnya muncul muncul dampak negatif
negatif terhadap organisme sasaran itu
sendiri, misalnya :
1. Munculnya resistensi atau ketahanan
hama terhadap insektisida.
2. Terjadinya resurgensi hama .
3. Terjadinya peletupan hama sekunder.
II. Pola Perlindungan Tanaman
Menurut Smith ( 1968 ) apabila kita
melakukan budidaya tanaman dan usaha tani
dalam hubungannya dengan perlindungan
tanaman akan melalui 5 tahap utama yaitu:
1. Tahap Sub Sistem.
2. Tahap eksplotasi.
3. Tahap Kritis.
4. Tahap Bencana.
5. Penerapan Konsep PHT.
III. Kebijakan Pemerintah Tentang PHT
Pemerintah telah menetapkan PHT sebagai
kebijakan dasar. Kebijakan ini merupakan
program pemerintah sejak Pelita III.
Dasar hukum penerapan dan pengembangan
PHT di Indonesia adalah :
1. Instruksi Presiden No. 3/1986.
2. UU No. 12 tahun 1992 tentang sistem
budidaya tanaman.
Beberapa Butir instruksi Penting yang perlu
diperhatikan dalam Inpres No. Tahun 1986
yaitu :
1. PHT sebagai dasar kebijakan dan prinsip
pengendalaian pada tanaman padi.
2. Teknologi pengendalian hama diterapkan
dengan menggunakan beberapa teknik
pengendaian seperti : Penggunaan VUTW,
Rotasi tanam, sanitasi, pertanaman serentak
dan eradikasi.
3. Penggunaan insektisida adalah merupakan
alternatif terakhir.
Lanjutan
4. Jenis dan cara aplikasi insektisida harus
memperhatikan kelestarian musuh alami
wereng coklat.
5. Jenis insektisida yang dapat menimbulkan
resistensi dan resurgensi pada organisme
sasaran serta dampak lain yang tidak
diinginkan dilarang penggunaannya pada
tanaman padi.
6. 57 jenis insektisida dilarang penggunaannya
pada tanaman padi.
Lanjutan
7. Pengamatan hama untuk mengetahui
perkembangan populasinya dan penentuan
keputusan pengendalian hama, perlu
diingkatkan dengan menambah kualitas dan
pengetahuan serta keterampilan pengendali
hama.
8. Dalam rangka penyuluhan pertanian, maka
kepada para penyuluh pertanian dan
kelompok tani serta pada petani perlu
diberikan latihan untuk meningkatkan
keterampilannya.
Inpres No. 3/1986 merupakan bukti
dukungan dan kemauan politik pemerintah
agar PHT sebagai kebijakan, harus diterapkan
untuk program perlindungan tanaman.
Inpres ini juga menekankan sumber daya
manusai yang memiliki pengetahuan dan
keterampilan dalam melaksanakan program
PHT.
Program pelatihan diutamakan untuk
petugas pengamat hama, penyuluh, kelompok
tani dan petani
Butir yang terkandung pada UU No. 12/1992
antara lain :
1. Perlindungan tanaman harus dilaksanakan
dengan sistem PHT.
2. Pelaksanaan perlindungan tanaman
sebagaimana dimaksud dalam point 1
menjadi tanggung jawab masyarakat dan
pemerintah.
Landasan Utama PHT
PHT memamfaatkan mtode pengendalain yang
serasi berdasarkan faktor ekonomi, ekologi, toksilogi
dan faktor sosial.

1. Faktor Ekonomi
Dari segi ekonomi pelaksanaan PHT adalah
berusaha menekan populasi hama sampai berada di
bawah AE. Tujuannya adalah untuk memperoleh
produksi semaksimal mungkin dengan biaya
seminimal mungkin. Dengan mengetahui AE maka
pengendalian dapat dilakukan sebelum populasi
hama mencapai ALE.
2. Faktor Ekologi
Dalam pelaksanaan program PHT perlu
dipelajari hubungan timbal balik antara hama
yang ada dalam agroekosistem dengan faktor
lingkungan seperti faktor: fisik, makanan dan
hayati. Goncangan yang terjadi pada
keseimbangan agroekosistem karena ulah
manusia dapat menyebabkan matinya musuh
alami ,sehingga terjadi peledakan hama sekundar.
Contoh: - Kasus kumbang colorado.
- Pola tanam tanaman padi yang tidak
serentak.
Lanjutan
Dari segi ekologi segala tindakan dalam
pelaksanaan PHT diupayakan agar semua
komponen lingkungan dapat membantu menekan
populasi hama . Komponen tersebut antara lain :
a. Mengupayakan serta memanipulasi agar faktor
lingkungan tidak mendukung peningkatan
populasi hama.
b. Mengupayakan agar cara pengendalian hama
tidak menimbulkan pencemaran pada
lingkungan. Misalnya:
lanjutan
- Memamfaatkan musuh alami.
- Memamfaatkan varietas resisten.
- Menggunakan pupuk yang dianjurkan.
- Melakukan sanitasi.
- Melakukan eradikasi tanaman inang
alternatif.
- Melakukan rotasi tanaman.
lanjutan
c. Meningkatkan kemampuan dan mempertahankan
kelangsungan hidup predator dan parasitoid
dengan cara:
- Mengamankan sarang predotor dan parasitoid
dari gangguan yang merugikan agar musuh
alami tersebut tidak pindah atau mati
- Memamfaatkan kemampuan musuh alami yang
ada di tempat tersebut atau mengintroduksi
dari tempat lain.
- Mengurangi penggunaan insektisida atau yang
aman pada organisme bukan sasaran.
- Berikan penyuluhan pada petani tentang musuh
alami
3. Faktor Toksikologi
Dalam konsep PHT penggunaan
insektisida merupakan pilihan terakhir atau
penggunaannya dapat dilakuan pada saat
populasi hama telah mencapai ambang
ekonomi. Dalam pelaksanaannya, aman
pada lingkungan, pekerja dan tidak
menimbulkan toksisitas dan residu pada
tanaman atau bagian tanaman yang
dikonsumsi oleh manusia.
lanjutan
Untuk menghidari terjadinya residu pada lingkungan
maka dianjurkan agar:
a. Aplikasi pestisida dilakukan apabila cara lain tidak
dapat menekan populasi hama sasaran.
b. Harus digunakan sesuai dengan petunjuk
keselamatan kerja dan keselamatan lingkungan.
Syarat-syarat penggunaan pestisida:
-Harus kompetibel dengan komponen
pengendalian lainnya.
- Efektif terhadap organisme sasaran.
- Tidak prsisten.
- Aman pada pemakai dan lingkungan.
- Zat penawar racun harus tersedia.
4. Faktor sosial
PHT adalah merupakan teknologi
pertanian yang berusaha meningkatkan
kesejahteraan petani dan mencegah
terjadinya pencemaran lingkungan.
Untuk mencapai sasaran tersebut maka
petani harus mempunyai pengetahuan yang
cukup tentang teknik pengendalian hama
pada tanaman yang dibudidayakannya.
Pengetahuan yang cukup tetang teknik
pengendalian hama dapat diperoleh melalui
bimbingan dari petugas pertanian.
lanjutan
Dengan demikian maka petugas pertanian
harus terlebih dahulu mempunyai pengetahuan
tentang pelaksanaan program PHT.
Sebagai sasaran pembangunanpertanian petani
merupakan warga yang paling banyak jumlahnya
dan menempati daerah pemukiman dan lahan
pertanian yang paling luas dibandingkan dengan
kelompok lain dalam masyarakat. Oleh karena itu
petani perlu mendapat dukungan dari semua
pihak yang ada hubungannya dengan produksi
pertanian, yang merupakan faktor yang perlu
diperhitungkan dalam menyampaikan konsep PHT.
Aras Keputusan Ekonomi Pengendalian
Hama
Tujuan usaha pertanian dari segi mikro (
produsen ) ialah mencapai keuntungan bersih
sebesar-besaranya dalam bentuk uang.
Kondisi dapat dicapai kalau ada perencanaan
perbandingan antara keuntungan dan biaya
produksi sebesar-besarnya ( benefit/cost ratio
) . Dengan sendirinya petani akan memilih
masukan produksi yang seefisien mungkin,
namun dapat mendatangkan hasil semaksimal
mungkin baik kualitas maupun kuantitas.
Sebelum penerapn PHT, tanaman
budidaya dilindungi dengan pestisida. Aplikasi
pestisida dilakukan secara berjadwal, tanpa
memperhatikan ada hama atau tidak. Konsep
melingdungi tanaman yang demikian
didasarkan pada kekhawatiran kalau terjadi
ledakan hama. Pendekatan ini menyebabkan
masukan pestisida menjadi mahal.
Sebagai contoh: Untuk melindungi tanaman
kubis dan tanaman bawang merah frekuensi
aplikasi insektisida dapat mencapai 16 -20 kali
dalam 1 Mt. Harga pembelian insektisida dapat
mencapai 30 % dari total biaya produksi, belum
termsuk harga lingkungan dan kesehatan
manusia pelakunya yang terkena dampak dari
penggunaan insektisida.
Sebaliknya dalam konsep PHT, insektisida
digunakan apabila dianggap perlu, yaitu
didasarkan pada tingkat kerusakan yang
diperhitungkan secara ekonomik telah
menimbulkan kerugian yang disebut ALE.
Stern ( 1959 ) dan pakar entomologi
lainnya yang pertama mengemukakan
pengertian ALE untuk menanggulangi Aphids
pada tanaman alfalfa dengan memadukan
penggunaan insektisida dan penggunaan
agens biologi.
Beberapa batasan tentang ALE
Stern dkk ( 1959 ) Aras luka ekonomi adalah
tingkat kerusakn yang disebabkan oleh
serangan hama yang membenarkan
adanya pengeluaran biaya untuk tindakan
pengendalian hama secra buatan misalnya
untuk pembelian insektisida.
ALE: adalah tingkat kepadatan populasi hama
( jumlah hama persatuan luas ) yang
menunjukkan pengendalian buatan yang
dilakukan cukup ekonomis atau dengan
kata lain pada tingkat kepadatan
populasi ini biaya pengendalian lebih
ekonomis dari pada kerugian yang
ditanggung oleh petani karena serangan
hama.
ALE: adalah padat populasi maksimum yang
dapat ditoleransi oleh tanaman.
ALE: adalah padat populasi hama terendah
yang dapat mengakibatkan kerugian
secara eonomik pada petani.

Meskipun demikian ALE tidak dapat


memberitahukan kapan suatu tindakan
pengendalan harus dilakukan untuk
mengatasi masalah hama tanaman.
Tindakan pengendalian hama tanaman harus
dilkukan sebelum populasinya mencapai ALE,
sehingga kehilangan hasil dapat dihindari.
Untuk itu para ahli entomologi
mengemukakan aras kepadatan populasi
berikutnya yaitu: Ambang ekonomi (
Economic threshold ) ambang ini
memberitahukan kepada petani kapan mereka
harus mengambil tindakan pengendalian
untuk mencegah ledakan populasi yang akan
datang.
Ambang ekonomi memiliki beberapa batasan
yang diberikan oleh pakar, namun pada
dasarnya mempunyai tujuan yang sama.
Adapun batasan atau defenisi AE adalah sbb:
Stren ( 1973 ) AE adalah kepadatan populasi
hama yang memerlukan tindakan
pengendalian untuk mencegah
peningkatan populasi berikutnya yang
dapat mencapai ALE.
NAS ( National Academy of Science, 1969)AE
adalah suatu tingkat kerusakan tanaman
akibat serangan hama yang tidak dapat
ditoleransi lagi, oleh karena itu pada
tingkat kerusakan tersebut atau
sebelumnya sudah diperlukan tindakan
pengendalian.
Reynol dkk ( 1975 ) AE adalah rata-rata populasi
hama yang dapat ditoleransikan pada waktu
dan tempat tertentu tanpa mengakibatkan
kehilangan hasil secara ekonomik pada petani.
Gallegher dan Nurhidayati ( 1990 ) AE adalah
populasi hama ( SR/m2 ) yang mengkibatkan
kerugiam ekonomi yang sama besar dengan
biaya pengendalian yang dikeluarkan ( Rp/Ha )
Dari pengertian tersebut di atas bahwa AE
merupakan aras kepuusan tindakan
pengendalian.
Secara konsepsi AE letaknya di bawah ALE.
,hal ini sengaja dibuat demikian dengan
anggapan bahwa bilamana populasi hama
telah mencapai AE. Besar kemungkinannya
populasi hama akan meningkat terus sehingga
dapat melampaui AE. .
Dengan demikian dilihat dari segi
operasional yang digunakan sebagai
penentuan keputusan pengendalian yang
sebenarnya adalah AE sedangkan aras yang
mengandung pertimbangan ekonomi adalah
ALE.
Penggunaan Ambang Ekonomi Dalam
Praktek Pengendalian Hama
Pada saat ini di Indonesia konsep PHT telah
menjadi dasar program perlindungan tanaman,
namun konsep tersebut belum didukung oleh
data yang cukup tentang unsur-unsur dasar dan
komponen PHT termasuk di dalamnya AE.
AE. Sudah mulai dilakukan pada tanaman
pangan seperti pada padi, kedelai sedangkan
pada tanaman perkebunan seperti pada
tanaman: Kelapa , kapas dan tanaman tebu.
AE. Yang secara resmi dikeluarkan
pedomannya oleh Dinas terkait yaitu
Direktorat Bina Perlindungan Tanaman Pangan
dan Direktorat Perlindungan Tanaman
Perkebunan belum dilandasi oleh kegiatan
penelitian yang khusus.
AE. Umumnya ditetapkan secara empirik (
berdasarkan pengalaman ) atau mengambil
ketentuan yang berlaku di negara lain.
Menurut Pedigo ( 1989 ) bahwa saat ini
keputusan tentang penggunaan insektisida
untuk pengendalian hama tanaman terbagi
menjadi 4 kelompok Yaitu :
1. Tanpa Ambang
Keputusan penggunaan insektisida disini
tanpa didasarkan pada suatu ambang
ekonomi. Penggunaan insektisida biasanya
didasarkan pada umur tanaman atau stadia
pertumbuhan tanaman yang dianggap peka
terhadap hama tertentu.
Cara ini disebut penggunaan insektisida
berdasarkan sistem kalender atau berjadwal.
Populasi hama di pertanaman tidak digunakan
sebagai dasar penggunaan insektisida, disini
lebih ditekankan pada sistem pencegahan
atau preventif.
Ada beberapa keadaan di pertanaman yang
memaksa kita untuk tidak menggunakan AE.
Dalam pengendalian hama yaitu :
a. Kerusakan tanaman tidak dapat
disembuhkan, begitu populasi hama
terdeteksi.
b. AE. nya sangat rendah.
Misalnya: populasi serangga vektor virus
tanaman, hama yang pertumbuhan
populasinya sangat cepat, nilai kehilangan
hasilnya sangat tinggi.
c. Pengamatandan monitoring hama tidak
dapat dilksanakan secara ekonomik.
. d. Posisi keseimbangan hama selalu lebih tinggi
dari AE.
e. Cara praktis yang dapat menurunkan
populasi hama dengan cepat belum tersedia
Meskipun demikian tidak berarti bahwa
penggunaan insektisida secara berjadwal atau tindakan
prefentif masih diperlukan oleh PHT, tetapi dengan
melalui pengembangan komponen PHT yang lain
diharapkan ke 5 keadaan di atas dapat diatasi.

2. Ambang Nominal
AE. Telah digunakan sebagai keputusan
penggunaan insektisida untuk pengedalian hama,
tetapi AE, ini msih didasarkan pada pengalaman
petani, peneliti, petugas pertanian dan perkebunan...
Berdasarkan data empirik ( pengalaman ) diperoleh
informasi tentang padat populasi dan intesitas
serangan hama yang dapat menyebabkan kerugian
secara ekonomik pada petani.
Ambang nominal banyak digunakan di
Indonesia dan negara-negara lain. Ambang
nominal inicenderung statik, berlaku pada
semua daerah dan keadaan, tidak
disesuaikan dengan dinamika populasi hama
yang merupakan faktor penentu ALE.
3. Ambang sederhana
AE. Yang digunakan sudah melalui kegiatan
penelitian khusus. Seperti contoh perhitungan 4
input utama untuk perhitungan ALE. Yaitu :
a. Harga produk pertanian yang berlaku
pada saat itu
b. Biaya pengendalian hama yang digunakan (
harga pestisida )
c. Besarnya kehilangan hasil pertanian karena
serangan hama.
d. Jumlah produksi pertanian yang dihasilkan
perhektar.
.
.
Ambang pengendalian sederhana dapat
dikembangkan saat ini namun masih ada
kelemahannya yaitu karena ambang
sederhana ini belum mempertimbangkan
interaksi beberapa spsies hama dengan
komponen ekosistem lainnya misalnya musuh
alami.
4. Ambang komprehensip
Ambang komprehensip pelaksanaanya
telah memperhitungkan seluruh aspek
dinamika populsi hama dan interaksi antara
komponen ekosistem termasuk faktor iklim.
Proses pertumbuhan tanaman sejak fase
vegetatif sampai fase genaratif diamati terus
dan diperhitungkan dalam penilaian ALE.
Kompone-komponen Pengendalian
Hama Terpadu
Konsep PHT berusaha menerapkan
berbagai cara dan komponen pengendalian
hama dalam satu kesatuan sistem dengan
memperhatikan kelestarian lingkungan dan
menetapkan ambang ekonomi.
Beberapa pendapat mengenai susunan
komponen dalam penerapan PHT. Dalam garis
besarnya adalah sebagai berikut :
1. Menurut Apple dan Smith ( 1976 ) beberapa
cara atau komponen yang digunakan dalam
PHT adalah :
a. Penggunaan varietas resisten atau toleran
b. Pengendalian secarabercocok tanam
c. Pengendalian dengan menggunakan agens
hayati.
d. Pemakaian bahan kimia ( pestisida ).
e. Pemakaian teknik lainnya misalnya: teknik
jantan mandul
2. Menurut Bruder ( 1977 ) beberapa
komponen PHT pada tanaman antara lain:
a. Pengendalian secara hayati atau
penggunaan musuh alami.
b. Penggunaan varietas tahan atau
resisten.
c. Pengendalian hama secara bercocok.
d. Pengendalian dengan menggunakan
pestisida.
e. Mengamati tingkat kerusakan tanaman
atau ambang ekonomi ( AE )
3. Menurut Oka ( 1983 )
a. Penggunaan varietas tahan atau
resisten.
b. Pengendalian dengan cara bercocok
tanam.
c. Pengendalian dengan menggunakan
agens hayati atau musuh alami.
d. Pengendalian dengan menggunakan
pestisdida
e. Pengamatan keadaan populasi hama
di pertanaman.
Dari beberapa pendapat tersebut di atas
maka dapat disusun kembali bahwa
komponen PHT adalah:
a. Pengendalian hama dengan
menggunakan agens hayati adalah
penggunaan musuh alami baik yang
diintroduksi maupun yang sudah ada di
suatu daerah yang kemudian dikelola
agar potensi penekanan populasi hama
sasaran menjadi meningkat.
De Bach ( 1979 ) meyatakan bahwa
pengendalian hayati adalah kegiatan
musuh alami dalam mempertahankan
kerapatan populasi organisme sasaran
pada rata-rata populasi yang lebih
rendah apabila musuh alami tidak ada.
Pengendalian hama secara hayati
adalah usaha untuk mempertahankan
atau melestarikan atau mengintroduksi
serta mengatur kemampuan musuh
alami dalam mengatur populasi hama
sasaran.
b. Pengendalian hama dengan memilih berbagai
teknik bercocok tanam yang dapat menekan
atau memutuskan siklus hidup hama seperti :
a. Mengatur pola tanam
b. Melakukan sanitasi
c. Pengaturan sistem pengairan untuk daerah
irigasi teknis sesuai kebutuhan.
d. Pemupukan yang optimum
e. Mengatur jarak tanam dan waktu tanam.
f. Penggunaan varietas resisnten atau tahan.
c. Pengendalian hama dengan
menggunakan bahan kimia atau
pestisida. Penggunaan pestisida
diusahakan seminimal mungkin
sehingga tidak mengganggu
lingkungannya. Penggunaan pestisida
dilaksanakan atas dasar padat populasi
yang menimbulkan kerugian secara
ekonomik pada petani.
d. Pengamatan hama yang dilakukan
dengan cermat terhadap situasi hama
untuk tindakan pengendalian sedini
mungkin serta bahan pedoman
penggunaan pestisida atas dasar
ambang ekonomi ( AE ).
Contoh-contoh Komponen
Pengendalian Hama yang Dipadukan
1. Pengendalian hama tikus ( Rattus
argentiventer ) pada tanaman padi:
a. Sanitasi lingkungan
b. Penanaman serempak dengan kisaran
waktu 10 hari pada suatu lokasi
pertanaman yang tofografinya sama.
c. Melakukan grapyokan.
d. Pengumpanan dengan rodentisida.
e. Pemamfaatan predator.
f. Pengemposan.
2. Pengendalian wereng coklat pada
tanaman padi:
a. Penggunaan varietas tahan
b. Penanaman serempak
c. Pergiliran varietas atau tanaman
d. Penggunaan pestisida
e. Eradikasi pada tanaman yang
terserang berat
f. Pengamatan kepadatan populasi
hama
3. Pengendalian ulat umbi kentang (
Phthorimeae operculella ) :
a. Penggunaan varietas resisten
b. Pergiliran tanaman dengan tanaman
yang bukan famili solanaseae
c. Pembumbunan umbi menjelang
panen
d. Sanitasi umbi yang tererang
e. Penggunaan insektisida di
pertanaman yaitu: Triazofos dan
Carbaril di gudang
4. Pengendalain ulat daun kubis ( plutella xylostella )
:
a. Mengatur waktu tanam yaitu pada saat curah
hujan tinggi
b. Tumpang sari tomat, bawang daun dan jagung
c. Pergiliran tanaman bukan famili Brasssicae
d. Penggunaan parasitoid Diadegma
semiclausum
e. Penggunaan insektisida mikroba seperti
Bacillus thuringiensis dan insektisida sintetik
seperti sipermetrin yang selektif pada D.
semiclausum dan efektif pada P. xyloste
5. Pengendalian Artona catoxanta pada
tanaman kelapa:
a. Pemangkasan daun yang terserang
b. Sanitasi kebun
c. Penggunaan parasitoid Apantales
artonae
d. Penggunaan insektida
6. Pengendlian Oryctes rhinocerus pada
tanaman kelapa:
a. Pemangkasan dan bakar daung yang
terserang
b. Melakukan sanitasi kebun yang
terserang
c. Penggunaan musuh alami misalnya
virus Baculovirus sp dan Metarrhizum
sp.
d. Penggunaan insektisida
Langkah-langkah Pengembangan PHT
Program PHT harus mengembangkan
agroekosistem setempat sehingga program
pengembangan PHT pada suatu daerah
berbeda pengembangannya dengan daerah
lain.
Menurut Smith dan Apple ( 1978 ) langkah-
langkah pokok yang perlu dilakukan untuk
pengembangan PHT adalah sbb:
1. Identifikasi dan analisis status hama
yang harus dikelola.
Hama yang menyerang pada suatu
agroekosistem harus diidentifikasi untuk
mengetahui hama tersebut sebagai hama
utama, hama sewaktu-waktu, hama potensil
atau hama migran dan serangga bukan.
Dengan mengidentifikasi status serangga
atau hama tersebut, kita dapat menerapkan
jenjang toleransi ekonomik untuk masing-
masing spesies hama.
2. Mempelajari komponen atau anasir yang saling
berpengaekosistemruh dalam .
Kita harus mempelajari komponen yang
berpengaruh pada hama utama dalam suatu
agroekosistem. Yang perlu dipelajari disini adalah:
- Musuh alami bagaimana peranannya dalam
menekan populasi hama.
- Studi fenologi antara hama dan tanaman
- Dinamika antara populasi hama dan musuh
alaminya
- interaksi antara faktor biotik dan abiotik
Semua komponen-komponen ini sangat diperlukan
untuk menetapkan strategi pengedalian hama yang
efektif.
3. Penetapan dan pengembangan Ambang ekonomi (
AE )
AE atau ambang pengendalian atau ambang
toleransi ekonomik merupakan ketetapan
pengambilan keputusan kapan pengendalian
dengan menggunakan pestisida dilakukan untuk
menetapkan AE dibutuhkan banyak informasi
misalnya :
- Data biologi dan ekologi hama
- Penetapan kerusakan hubungannya dengan
tingkat populasi hama
- analisa biaya mmfaat.
Meskipun AE. Ditetapkan secara sistematik, namun
ketatapan sementara masih berdasarkan data dapat
digunakan.
4. Pengembangan sistem pengamatan dan
monitoring hama
Untuk mengetahui letak dan keadaan
populasi hama pada suatu tempat dan
waktu terhadap AE. Maka dibutuhkan
program pengamatan dan monitoring
secara rutin dan teroganisir dengan baik.
Metode pengambilan sampel perlu
dikembangkan agar data yang diperoleh
dapat dipercaya secara statistik dan cara
pengambilan data dapat dengan mudah
dulakukan.
5. Pengambilan model deskriptif dan
peramalan
Apabila telah diketahui gejala populasi
hama hubungannya dengan komponen
ekosistem lainnya, maka dapat
dikembangkan model kuantitatif yang
dinamik yang mampu meramal gejolak
popilasi hama dan tingkat kerusakan
tanaman dengan probabilitas tertentu.
6. Mengembangkan strategi pengelolaan
hama
Strategi dasar PHT adalah menggunakan
berbagai metode secara harmonis untuk
menurunkan populasi hama dan
kerusakan tanaman yang ditimbulkan
berada di bawah AE. Sehingga secara
ekonomik tidak menimbulkan kerugian
pada petan.
Strategi dasar PHT adala:
- Memamfaatka musuh alami yang ada di
tempat.
- Mengelola lingkungan dengan cra
bercocok tanam.
- Menggunakan insektisida yang
berspekrum sempit dan tidak
mematikan organisme bukan sasaran
7. Penyuluhan pada petani agar menerima
dan menerapkan PHT
Memberikan penyuluhan pada petani
agar petani memahami tujuan PHT
sehingga PHT dapat diterapkan oleh petani.
Pemahaman tentang pemberantasan perlu
diganti dengan pengendalian.

8. Pengembangan organisasi PHT


Faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap AE.
Menurut Stren (1973) bahwa spesies hama perlu
disesuaikan dengan.
-Keadaan iklim lokal
-Waktu dalam satu tahun
-Tingkat pertumbuhan tanaman
-Jenis tanaman dan varietas
-Cara bercocok tanam
-Keinginan atau penilaian masyarakat terhadap
-Variabel ekonomi yag lain
Dari banyak faktor akan diuraikan secara singkat
Beberapa faktor yang penting.
1. Keadaan Tanaman
Tingkat toleransi tanaman terhadap serangan
suatu spesias hama tergantung pada hubungan
antara pertumbuhan tanaman dengan hama.
faktor yang berpengaruh adalah tingkat
kepekaan atau ketahanan tanaman terhadap
kerusakan yang disebabkan oleh hama
Faktor yang berpengaruh terhadap ketahanan atau
toleransi tanaman adalah:

• Penggunaan varietas tanaman


• Cara bercocok tanam
• Pergiliran tanaman
• Waktu atau musim tanam pada waktu yang
diusahakan
• Pemuukan
• Penggunaan insektisida
• Peggunaan pupuk N dapat menurunkan AE
wereng coklat
• Penggunaan Insektisida. mempunyai ALE yang
lebih rendah
2. Iklim
Keadaan iklim mikro dapat
berpengaruh terhadap hubungan
antara hama dan tanaman. baik dalam
hal kepekaan maupun dalam
kemampuan reproduksi hama dan
kemampuannya menimbuklan
kerusakan
3. Sifat hama dan serangannya
Sifat biologi dan ekologi hama sangat menentukan
kemampuan menimbulkan kerusakan pada tanaman. hama
yang merusak bagian tanaman yang langsung dikonsumsi
atau dipasarkan (direct rest). Pada umumnya mempunyai
ALE yg lebih rendah dibandingkan dengan hama yang
menimbulkan kerusakan pada bagian tanaman yang tidak
langsung dimakan atau dipasarkan hal ini disebabkan pada
kelompok hama indirect (hama tidak langsung) tanamannya
lebih toleransi terhadap tingkat populasi yang tinggi.
Perbedaan kepekaan pada kedua kelompok tanaman lebih
mudah dilihat pada tanaman hortikultura.
4. Peraturan Pemerintah dan Sikap Masyarakat

Peraturan karantina tumbuhan tentang pengiriman


komoditi dari suatu daerah ke daerah lain, sp.
tanaman dapat meliputi toleransi manusia terhadap
hama pada tingkat terendah.
Sikap atau permintaan pembeli atau konsumen
terhadap produksi pertanian seperti buah-buahan,
bunga, sayur-sayuran sangat menentukan ALE.
Toleransi konsumen terhadap adanya kerusakan
disebabkan oleh hama pada buah-buahan semakin
rendah dapat berakibat menurunnya ALE hama-
hama tersebut. ALE hama-hama buah yang diminta
oleh orang-orang kota lebih rendah dari pada
orang-orang hidup di desa
5. Variabel Ekonomi
Variabel-variabel yang menentukan kebijaksanaan
pengendalian hama sangat berpengaruh pada ALE
dan variabel-variabel ini sangat banyak dan
kompleks pengaruhnya. Oleh karena itu ALE dan
AE akan selalu berubah sesuai dengan gejala
perubahan keadaan ekonomi dan ekosistem.
Variabel-variabel ekonomi antara lain :
-Harga pasar produk pertanian
- biaya pengendalian
- kelimpahan produk pertanian
- biaya sarana produksi lainnya.
PEDOMAN UNTUK MENYUSUN PROGRAM PHT
Pedoman untuk menyusun program pht oleh flint dan
Van Den Bosch (1990) :
1. Ketahuilah Tentang Biologi Tanaman Budidaya
Terutama dalam konteks bagaimana tanaman tersebut
dipengaruhi oleh eksistem di sekitarnya. Ini sangat
penting terutama untuk mengevaluasi bagaimana dan
kapan kerusakan tanaman yang cukup berarti dapat
terjadi. Hal yang penting diketahui adalah tipe
pertumbuhan tanaman, apakah tanaman tahunan,
dua tahunan, atau musiman. Faktor-faktor apa yang
mendukung pertumbuhan tanaman diawal musim
apakah suhu, kelembapan, fotoperioditas ataukah
ketiganya.
Pada suhu dan kelembapan berapakah yang
menyebabkan tanaman rusak atau mengalami masa
dormansi, bagaimana respon tanaman terhadap
kekeringan, defesiensi unsur hara dan suhu.
Apabila tanaman yang diusahakan untuk diambil
buahnya, berapa jumlah buah maksimum yang
dapat diproduksi pada setiap tanaman, jika tunas
penghasil buah dapat dibatasi maka tanaman ini
akan menghasilkan buah lebih sedikit dengan
ukuran buah yang lebih besar untuk dipasarkan.
2. Identifikasi Hama Utama
Ketahuilah biologinya dan kerusakan yang
disebabkan, serta pelajarilah status ekonominya.
Hama utama menyebabkan kehilangan hasil
yang sangat berarti apabila tidak dilakukan
pengendalian. hama utama tidak selalu
merupakan sp yang paling banyak dalam suatu
ekosistem sumber daya, tetapi yang paling
menyebabkan kerugian ekonomi pada petani
disetiap wilayah.
Sebagai contoh :
Aphis Gossipi adalah serangga yang jumlahnya lebih banyak
menghisap pada daun kapas, tetapi larva penggerek buah
kapas (Heliothis sp.) yang menjadi hama utama. Atau dengan
kata lain penggologan sp kedalam
- Hama tergantung pada sinkronisasi antara pase yang dirusak
pada tanaman dan stedia yang merusak pada serangga (larva-
buah)
- Tipe kerusakan yang disebabkan oleh hama
- Toleransi tanaman pada kerusakan
- Toleransi manusia pada kerusakan
- Potensi sp hama yang merusak
Hama utama jarang terdapat pada suatu ekosistem budidaya.
Kehadiran dan ancaman selalu dibatasi oleh iklim. Pada
kenyataanya apabila dalam suatu ekosistem pertanian terdapat
beberapa hama utama, seringkalai area tersebut terbebas dari
kerusakan yang berarti.
3. Pertimbangkanlah dan Identifikasilah faktor-faktor utama dari
lingkungan yang menguntungkan dan merugikan, hama utama dan
hama potensial dalam ekosistem secepat mungkin

Faktor-faktor pembatas utama dari suatu sp. hama adalah


alam, faktor pembatas ini bekerjanya lebih kuat pada saat
hama yang merupakan inangnya meningkat.
Ketersediaan bahan makanan dalam jumlah yang cukup juga
dapat berpengaruh pada peningkatan populasi suatu sp.
hama.
Contoh : kemampuan memproduksi ulat jengkil pada
tanaman kedelai meningkat dengan cepat ketika bunga
kapas tersedia dala jumlah yang banyak karna nektar bunga
kapas merupakan bahan makanan serangga betina dewasa
ulat jengkil dan terbukti bahwa apabila bunga kapas tidak
tersedia maka populasi ulat jengkal akan menurun.
4. Pertimbangkanlah konsep, metode dan bahan bahan yang
secara individual atau secara gabungan akan membantu
menekan sp. hama utama dan hama potensial

Kerusakan tanaman karena hama dapat ditekan secara


permanen dengan menurunkan posisi keseimbangan
lemah dari sp. hama tersebut
- Posisi keseimbangan dapat diturunkan melalui
pengenalan dan pemantapan ,usuh alami baru yang
ada dalam ekosistem (introduksi yang asli ditempat
tersebut).
- Mengubah lingkungan fisik hama sehingga dapat
mengurangi tingkat reproduksi hama (misalnya dengan
bercocok tanam seperti rotasi tanam pengaturan jarak
tanam, dan waktu tanam sanitasi) kondisi ini juga dapat
menguntungkan m.alami yang ada di tempat tersebut.
5. Susunlah program pengendalian hama yang
fleksibel sehingga dapat diatur dan diubah
Tidak terdapat dua situasi hama yang sama,
biasanya terdapat dua kondisi yang berbeda
dalam hal populasi pada lahan yang berdekatan.
Pada lahan yang sama tingkat populasi hama
dan kerusakan yang ditimbulkannya akan
berbeda dari tahun ke tahun atau dengan kata
lain program pengendalian hama yang berhasil
pada tahun terakhir mungkin tidak memberikan
hasil yang memuaskan pada tahun berikutnya.
Pertamakali program operasional harus
mendeteksi perubahan dan keragaman, deteksi
yang baik dapat diperoleh lewat sistem
pemantauan yang baik untuk mencatat dan
mengukur pertumbuhan tanaman.
Fluktuasi populasi hama dan m.alaminya kadang
iklim dan variabel lainnya.
Pilihlah komponen pengendalian dan kombinasi
tindakan sesuai dengan level masalah hama
yang diketahui melalui hasil pemantauan.
6. Perkirakanlah dan pertimbangkanlah perkembangan yang
tidak dapat dilihat sebelunya. Waspadalah terhadap
kompleksitas ekosistem sumberdaya dan perubahan-perubahan
yang terjadi didalamnya.
Ahli pht harus memperhatikan ekosistem yang dikelola.
Perubahan yang terjadi didalam ekosistem harus
diketahui misalnya :
- Adanya hama baru (migran)
- adanya predator migran
- Adanya tekanan pada tanaman misalnya kekeringan,
kekurangan unsur hara
- Kerusakan karna serangan hama
Apabila kita melakukan pengendalian hama dengan
insektisida hasilnya harus dievaluasi. Pengendalian hama
yang tidak memberikan hasil yang memuaskan hal ini
menunjukkan masalah lain dalam ekosistem misalnya
terjadi resistensi dan resurgensi hama.
7. Cari bagian paling lemah dari siklus hidup hama
utama dan lakukan tindakan pengendalian pada fase
tersebut
Kapan spesies hama berada pada fase yang paling peka untuk
dikendalikan, para pengendali sudah dapat mengetahui hal ini
misalnya untuk pengendalian heliothis pada tanaman kapas,
maka stadium yang paling peka terhadap insektisida adalah
larvanya, maka pengendalian harus diarahkan pada stadium
tersebut.
- Untuk pengendalian penggerek batang padi putih
(tryporyzainnotata) petani harus melakukan sanitasi areal
persawahannya dengan cara membakar tunggul tunggul
batang padi dipersawahan karna hama ini melakukan
diapause di tempat tersebut sehingga populasi T.innotata
pada musim tanam berikutnya dapat dikurangi
- Rotasi tanam juga dapat dilakukan untuk pangkal hama
tertentu misalnya padi-palawija-padi
- Penggunaan sexpheromon untuk pengendalian lalat buah
8. Jika mungkin pertimbangkanlah dan
kembangkan metode yang dapat melestarikan
faktor mortalitas
Strategi dengan mengatur waktu tanam (lebih awal
atau lambat) dapat menyebabkan hama rentan
terhadap faktor moralitas (makanan tidak tersedia)
penggunaan tanaman perangkap dapat
menyebabkan tumbuhan utama tidak terserang
oleh hama (kapas dan jagung).
Strategi lainnya adalah meningkatkan peranan
musuh alami, jangan terlalu banyak gunakan
insektisida, atau gunakanlah insektisida selektif
9. Jika mungkin usahakanlah disertikasi
ekosistem.
Dibandingkan dengan ekosistem alami, diversitas
(keragaman) hampir semua ekosistem yang dikelola
sudah sangat menurun.
-Keragaman genetik
-keragaman umur tanaman budidaya
-keragaman spesies dalam komunitas
-keragaman lingkungan fisik
Semuanya diturunkan untuk mendapatkan sistem
yang paling efisien untuk memaksimumkan
sumberdaya yang dikelola.
Keadaan ini memang baik dan diperlukan, tetapi
kurangnya keanekaragaman dalam ekosistem
seringkali menyebabkan ketidakstabilan
ekosistem, ini dapat menyebabkan bencana
besar dalam situasi tertentu.
Keanekaragaman ekosistem dapat menjadi
penting untuk mendukung pernan alam.
Penambahan sumber makanan alternatif atau
penambahan areal tempat berlindung dapat
menyebabkan efektifitas pengendalian biologi
10. Buatlah anggapan dan bahkan tegaskanlah terdapat
teknik-teknik survei yang memadai dalam program PHT
(pemantauan)
Pemantauan yang efektif sangat penting dalam
program PHT. Tidak ada jalan lain untuk mengetahui
apa yang sedang terjadi dalam ekosistem yang
dikelola tanpa pengambilan sampel hama dan
m.alami secara teratur, serta penilaian kondisi
ketahanan atau kerusakan tanaman yang
dibudidayakan pada setiap areal sumberdaya.
Pemantauan atau pengamatan yang dilakukan
secara sembarangan tidak akan memberikan hasil
yang memuaskan, oleh karna itu dibutuhkan
pengamat yang berpengalaman untuk memantau
perkembangan ekosistem yang dikelola

Anda mungkin juga menyukai