Anda di halaman 1dari 14

Peningkatan Kualitas Hasil Buah Semangka (Citrullus vulgaris) Dari

Berbagai Teknik Budidaya

Andi Husnul Khatimah


Program Studi Agroteknologi, Universitas Hasanuddin
*Correspondence Author: andihusnulkhatimah16.ak@gmail.com

RINGKASAN

Tanaman semangka berasal dari Afrika dan saat ini telah menyebar keseluruh
dunia Beberapa kelebihan usaha tani semangka diantaranya adalah berumur
relative singkat (genjah) hanya sekitar 70-80 hari. Kendala dalam pertanaman
semangka di Indonesia, yaitu rendahnya produksi semangka. oleh karena itu di
buat narrative riview ini untuk mengetahui teknik budidaya yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan produksi semangka. Narrative review ini dibuat dengan
mengumpulkan berbagai literatur di berbagai database seperti EBSCO, Proquest,
PubMed, Scopus, Portal Garuda, dan Google Scholar. Hasil yang diperoleh yaitu
teknik budidaya dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas buah
semangka. beberapa contoh teknik budidaya yang dapat dilakukan yakni
memanipulasi pertumbuhan (pemangkasan), pengaturan jarak tanam, Penerapan
teknologi budidaya sistem “ToPAS” (Toping, Pruning, Arranging and Selection),
penambahan hormon giberelin, dan Penggunaan selang polyethilene (PE) sebagai
jaringan lateral irigasi tetes emiter tali

Kata kunci: Budidaya, Produksi, Semangka.

1. Pendahuluan
Semangka merupakan tanaman buah yang tumbuh merambat. Tanaman
semangka berasal dari Afrika dan saat ini telah menyebar keseluruh dunia, baik di
daerah sub tropis maupun tropis. Semangka termasuk dalam keluarga buah labu-
labuan (Cucurbitaceae). Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan
tanaman hortikultura. Salah satu tanaman hortikultura yang memiliki nilai jual
relative tinggi adalah tanaman semangka (Citrullus vulgaris), sehingga
dibudidayakan secara luas oleh masyarakat (Aziez, et al 2018).
Beberapa kelebihan usaha tani semangka diantaranya adalah berumur relative
singkat (genjah) hanya sekitar 70-80 hari, dapat dijadikan tanaman penyelang di
lahan sawah pada musim kemarau, mudah dipraktikkan petani dengan cara biasa
(konvensional) maupun semi intensif hingga intensif, serta memberikan
keuntungan usaha yang memadai. Kendala dalam pertanaman semangka di
Indonesia, yaitu rendahnya produksi semangka dikarenakan sedikitnya varietas
semangka yang cocok untuk dikembangkan di daerah tertentu (Aziez, et al 2018).
Kendala dalam pertanaman semangka di Indonesia, yaitu rendahnya produksi
semangka dikarenakan sedikitnya varietas semangka yang cocok untuk
dikembangkan di daerah tertentu, untuk itu perlu dilakukan pengembangan
benih semangka unggul dengan melihat kualitas buah yang diinginkan pasar.
Introduksi benih hibrida seringkali menjadi harapan petani dalam upaya
peningkatan produksi buah. Keinginan pasar tersebut dapat dipenuhi dengan
melakukan kegiatan pemuliaan tanaman untuk memperbaiki sifat-sifat tanaman
baik secara kuantitatif maupun kualitatif untuk memperoleh varietas
unggul (Wahyudi dan Ratna, 2017).
Upaya peningkatan produksi terus dilakukan, tindakan yang bisa dilakukan
diantaranya adalah dengan memanipulasi pertumbuhan. Upaya peningkatan
produksi semangka dapat dilakukan dengan cara meningkatkan teknik budidaya,
berbagai teknik budidaya yang dilakukan yaitu memanipulasi pertumbuhan
(pemangkasan), pengaturan jarak tanam, Penerapan teknologi budidaya sistem
“ToPAS” (Toping, Pruning, Arranging and Selection), penambahan hormon
giberelin, dan Penggunaan selang polyethilene (PE) sebagai jaringan lateral irigasi
tetes emiter tali.
Oleh karena itu narrative riview ini bertujuan untuk mengetahui teknik
budidaya apa saja yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan
kuantitas hasil panen tanaman semangka.
2. Metode
Selama pembuatan narrative review ini, kami mengeksplorasi beberapa
database seperti EBSCO, Proquest, DOAj, PubMed, Scimago Journal, Scopus,
Jurnal Garuda, dan Google Scholar untuk memperoleh literatur yang terkait
dengan topik. Kata kunci yang digunakan selama pencarian informasi adalah buah
semangka, teknik budidaya, pemangkasan, kualitas semangka, dan peningkatan
produksi.
Pada tahap awal pengumpulan artikel jurnal diperoleh sekitar 50 artikel dari
2017-2020. Dari jumlah tersebut diseleksi berdasarkan tingkat relevansinya
dengan topik bahasan sehingga diperoleh 5 artikel yang paling relevan. Beberapa
artikel yang digunakan telah mengalami perankingan yaitu, Q1, Q2, dan Sinta.

EBSCO, Proquest, PubMed, Scopus, Scimago Journal, Jurnal


Garuda, dan Google Scholar

± 50 Jurnal
Seleksi Tingkat
Relevansi

5 Jurnal

Gambar 1. Skema penelusuran sumber literatur

Setelah artikel terkumpul, kegiatan selanjutnya yaitu memahami literatur


dengan berbagai teknik membaca berupa scanning, skimmimg, dan detailed
reading. Selanjutnya, melakukan analisis terhadap literatur terkait konsep,
argumen, teori, metodologi, serta kelebihan dan kekurangan topik literatur.
Setelah kegiatan analisis, dilanjutkan dengan kegiatan sintesis dengan menyatukan
materi bahasan yang telah dikumpulkan dan mulai membuat gambaran umum.
Kegiatan terakhir yaitu menjelaskan interpretasi penulis terhadap sumber litertur
yang direview.
3. Budidaya Semangka Menggunakan Selang Poly Ethylene (PE)
Penggunaan selang polyethilene (PE) sebagai jaringan lateral irigasi tetes
emiter tali dapat menghemat biaya investasi alat irigasi 4 kali lebih murah
dibandingkan dengan menggunakan jaringan lateral dari pipa PVC, selain itu, juga
memudahkan pemasangan, pembongkaran, penyimpanan, dan pengangkutan
jaringan irigasi. Rata-rata produksi tanaman semangka dengan cara irigasi tetes
emiter tali tidak berbeda nyata dengan cara irigasi alur yaitu berturut-turut 5,83
dan 5,64 kg/tanaman. Produktivitas air tanaman semangka dengan cara irigasi
tetes emiter tali rata-rata 133 kg/m3 jauh lebih tinggi dibandingkan dengan cara
irigasi alur yaitu hanya 59 kg/m3 dan penghematan air dengan menggunakan
irigasi tetes emiter tali mencapai 54% (Idrus, et al 2017).
Tabel 1. Hasil penelitian Budidaya Semangka Menggunakan Selang Poly
Ethylene (PE)
No. Judul Penelitian Penulis Perlakuan Hasil
Penggunaan Selang Muhammad Pemberian air Rata-rata
Poly Ethylene (PE) Idrus, I Gde irigasi dilakukan produksi
1. Sebagai Jaringan Darmaputra, pada berbagai semangka
Lateral Irigasi Tetes dan Surya selang waktu dengan cara
Emiter Tali untuk pemberian air irigasi tetes
Budidaya Semangka irigasi, yaitu emiter tali pada
selang waktu berbagai selang
irigasi 1 hari waktu irigasi
(irigasi defisit berkisar 4,83-
0%) dengan 5,25
jumlah air 0,628 kg/tanaman.
l/tanaman sebagai Produktivitas
kontrol, selang air tanaman
waktu irigasi 2 semangka
hari (irigasi dengan cara
defisit 20%) irigasi tetes
dengan jumlah air emiter tali yang
1,005 l/tanaman, terendah adalah
selang waktu pada perlakuan
irigasi 4 hari selang waktu
(irigasi defisit pemberian air 1
40%) dengan hari (difisit 0%)
jumlah air 1,507 sebesar 128
l/tanaman, selang kg/m3 dan yang
waktu irigasi 6 tertinggi pada
hari (irigasi perlakuan
defisit 60%) selang waktu
dengan jumlah air irigasi 6 hari
1,507 l/tanaman. (defisit 60%)
sebesar 333
kg/m3.

Dari penelitian yang tersaji di tabel. 1 yakni yang dilakukan oleh Idrus, et al
(2017) terlihat bahwa Rata-rata produksi semangka dengan cara irigasi tetes
emiter tali pada berbagai selang waktu irigasi berkisar 4,83-5,25 kg/tanaman.
Produktivitas air tanaman semangka dengan cara irigasi tetes emiter tali yang
terendah adalah pada perlakuan selang waktu pemberian air 1 hari (difisit 0%)
sebesar 128 kg/m3 dan yang tertinggi pada perlakuan selang waktu irigasi 6 hari
(defisit 60%) sebesar 333 kg/m3. Hal ini menunjukkan bahwa di lahan yang
kering juga dapat di tanamami semangka dengan penggunaan selang poly
ethylene (PE) sebagai jaringan lateral irigasi tetes emiter tali. Dengan teknik
budidaya ini maka kualitas hasil buah semangka di lahan kering dapat
ditingkatkan karena masalah air dapat teratasi.
4. Pemangkasan, dan Pengaturan Jarak Tanam
Upaya peningkatan produksi semangka dapat dilakukan dengan cara
meningkatkan teknik budidaya, salah satunya yaitu memanipulasi pertumbuhan
(pemangkasan). Pemangkasan adalah suatu kegiatan melukai dan membuang
bagian tanaman yaitu bagian pucuk, cabang atau ranting tanaman sehingga terjadi
penimbunan karbohidrat, protein dan hormon yang dapat merangsang keluarnya
bunga dan buah. Pemangkasan adalah salah satu cara dalam memacu
pertumbuhan, dari perombakan timbunan karbohidrat yang dicadangkan untuk
pertumbuhan generatif, namun dipergunakan untuk pembentukan tunas maupun
pembentukan bunga (Azzura, et al 2018).
Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi semangka yaitu
pengaturan jarak tanam dan pemeliharaan tanaman. Hal ini penting dilakukan
karena tanaman semangka tergolong indeterminate yaitu pertumbuhan vegetatif
akan berjalan bersama dengan fase generatif tanaman. Jarak tanam yang
digunakan masyarakat yaitu 6 m x 50 cm, hal ini diduga kurang efektif sehingga
dilakukan penelitian tentang pengaturan jarak tanam yaitu 250 x 40 cm, 250 x 50
cm dan 250 x 60 cm. Pengaturan jarak tanam bertujuan untuk memberikan ruang
tumbuh pada tanaman agar tidak terjadi kompetisi air, unsur hara dan cahaya
matahari. Tanaman dengan kerapatan yang tinggi menyebabkan persaingan
terhadap besarnya intensitas cahaya dan ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan
bagi tanaman (Cindy dan Titin, 2019).
Tabel 2. Hasil penelitian Pemangkasan, dan Pengaturan Jarak Tanam
No. Judul Penelitian Penulis Perlakuan Hasil
Pengaruh Kombinasi Cindy dan Penelitian ini Bobot
Jarak Tanam dan Titin Sumarni merupakan buah/tanaman
1. Pemangkasan pada penelitian terendah
Pertumbuhan dan sederhana terdapat pada
Hasil Tanaman menggunakan jarak tanam
Semangka (Citrullus Rancangan Acak sempit dan
vulgaris Var. Kelompok (RAK) tanpa
Classic) yang terdiri dari 9 pemangkasan,
perlakuan. hal ini diduga
terjadi
kompetisi
seperti air,
unsur hara dan
cahaya
matahari. Selain
itu, hasil
fotosintat tidak
hanya
disalurkan pada
organ generatif
tanaman.
Tetapi,
tersalurkan pada
organ vegetatif
tanaman
ditandai dengan
pemanjangan
tanaman.

Dari penelitian yang tersaji pada tabel 2 yakni yang dilakukan oleh Cindy dan
Titin (2019) terlihat bahwa Bobot buah/tanaman terendah terdapat pada jarak
tanam sempit dan tanpa pemangkasan, hal ini diduga terjadi kompetisi seperti air,
unsur hara dan cahaya matahari. Selain itu, hasil fotosintat tidak hanya disalurkan
pada organ generatif tanaman. Tetapi, tersalurkan pada organ vegetatif tanaman
ditandai dengan pemanjangan tanaman. Jarak tanam 250 x 60 cm dengan
perlakuan pemangkasan ruas ke-5 menghasilkan bobot buah/ha 48,12 ton/ha atau
26,77% nyata lebih tinggi dibandingkan perlakuan yang lain. Jarak tanam ini
merupakan jarak tanam terbaik yang diterapkan untuk peningkatan produksi
tanaman semangka karena menghasilkan bobot buah yang paling berat diantara
perlakuan yang lain.
5. Penerapan Teknologi Budidaya Sistem “ToPAS” (Toping, Pruning,
Arranging and Selection)
Sistem ”ToPAS” adalah paket teknologi Toping, Pruning, Arranging dan
Selection pada pertanaman semangka. Teknik Toping adalah pemangkasan pucuk
pada cabang utama atau primer dari tanaman semangka. Teknik Pruning adalah
perlakuan pemangkasan cabang tersier atau sulur yang tidak produktif pada
pertanaman semangka. Teknik Arranging atau pengaturan cabang adalah teknik
pengaturan cabang tanaman diatas permukaan lahan atau bedengan di areal
pertanaman untuk memudahkan dalam perawatan dan pemeliharaan tanaman
(Wahyudi dan Ratna, 2017).
Tabel 3. Hasil penelitian Penerapan Teknologi Budidaya Sistem “ToPAS”
(Toping, Pruning, Arranging and Selection)
No. Judul Penelitian Penulis Perlakuan Hasil
Upaya Perbaikan Anung Percobaan Hasil percobaan
Kualitas dan Wahyudi dan dilakukan dengan menunjukkan
1. Produksi Buah Ratna Dewi tiga ulangan bahwa
Menggunakan sehingga teknologi
Teknologi Budidaya didapatkan 72 budidaya sistem
Sistem “ToPAS” satuan percobaan. “ToPAS”
Pada 12 Varietas Setiap satuan mampu
Semangka Hibrida percobaan meningkatkan
terdapat 10 produksi buah
tanaman contoh semangka.
(total 720 Teknologi
tanaman). budidaya sistem
Pertanaman “ToPAS”
ditanam dengan menjadi solusi
jarak tanam 3 m x permasalahan
0.5 m. petani, oleh
karenanya
diharapkan
dapat
diterapkan
langsung di
lahan petani
semangka di
berbagai
wilayah di
Indonesia

Dari penelitian yang tersaji pada tabel 3 yakni yang dilakukan oleh Wahyudi
dan Ratna, (2017) dapat dilihat bahwa Hasil percobaan menunjukkan bahwa
produktivitas semangka tipe buah lonjong tanpa lurik (V1, V2, V3, V4, V5, V9,
dan V12) dengan menggunakan teknik “ToPAS” yang diuji berkisar antara 14-18
ton.ha-¹ , lebih tinggi jika dibandingkan dengan penanaman sistem konvensional
yang berkisar antara 10-14 ton.ha-¹. Produktivitas semangka tipe buah oval
dengan lurik (V6, V8, V10, dan V11) dengan menggunakan teknik “ToPAS” yang
diuji berkisar antara 20-26 ton.ha-¹, lebih tinggi jika dibandingkan dengan
penanaman sistem konvensional yang berkisar antara 14-18 ton.ha-¹. Produktivitas
semangka tipe buah bulat dengan lurik (V7) dengan menggunakan teknik
“ToPAS” yang diuji sebesar 19,33 ton.ha-¹, lebih tinggi jika dibandingkan dengan
penanaman sistem konvensional (13,78 ton.ha¹ ). Teknologi budidaya sistem
“ToPAS” mampu meningkatkan produksi buah semangka. Teknologi budidaya
sistem “ToPAS” menjadi solusi permasalahan petani, oleh karenanya diharapkan
dapat diterapkan langsung di lahan petani semangka di berbagai wilayah di
Indonesia.
6. Penambahan Hormon Giberelin
Kurangnya budidaya semangka tanpa biji kebutuhan pasar dalam negeri
belum dapat tercukupi. Beberapa faktor lainnya yaitu karena teknik budidaya yang
tidak tepat, kurangnya hormone pengatur tumbuh dan serangan hama penyakit.
Salah satu hormon yang dapat mengurangi jumlah biji dalam semangka yaitu
gibbereline. Gibberellin adalah jenis hormone tumbuh yang mula-mula
diketemukan di Jepang oleh Kurosawa pada tahun 1926. Hormon tanaman adalah
senyawa-senyawa organik tanaman yang dalam konsentrasi yang rendah
mempengaruhi proses-proses fisiologis. Proses-proses fisiologis ini
terutama antara lain proses pertumbuhan, differensiasi dan perkembangan
tanaman (Aziez, et al 2018).

Tabel 4. Hasil penelitian Penambahan Hormon Giberelin


No. Judul Penelitian Penulis Perlakuan Hasil
Peningkatan Kualitas Achmad Penelitian ini Pemberian
Semangka Dengan Fatchul Aziez, menggunakan konsentrasi
1. Zat Pengatur Agus metode faktorial giberelin pada
Tumbuh Giberelin Budiyono, dan dengan rancangan tanaman
Adi Prasetyo dasar Rancangan semangka
Acak Kelompok sangat efektif
Lengkap untuk
(RAKL). menambah
Penelitian ini berat buah
terdiri dari 10 sehingga dapat
perlakuan yang menambah
terdiri dari 5 diameter daging
konsentrasi GA3 buah. Pada
yaitu: 1. G0: 0 pemberian
ml/1 liter air, 2. konsentrasi
G1: 5 ml/1 liter giberelin
air, 3. G2: 10 dengan dosis
ml/1 liter air, 4. yang tepat dapat
G3: 15 ml/1 liter mengurangi
air, 5. G4 : 20 jumlah biji pada
ml/1 liter air. buah semangka.

Dari penelitian yang tersaji pada tabel 3 yakni yang dilakukan oleh Aziez, et
al (2018) dapat diketahui bahwa Pemberian konsentrasi giberelin pada tanaman
semangka sangat efektif untuk menambah berat buah sehingga dapat menambah
diameter daging buah. Pada pemberian konsentrasi giberelin dengan dosis yang
tepat dapat mengurangi jumlah biji pada buah semangka. Hal ini menunjukkan
bahwa hormone giberelin memang berperan penting dalam peningkatan kualitas
buah semangka agar nilai produktivitasnya juga meningkat.

7. Kesimpulan
Dari studi literatur yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa
berbagai teknik budidaya dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan
kuantitas buah semangka. beberapa contoh teknik budidaya yang dapat dilakukan
yakni memanipulasi pertumbuhan (pemangkasan), pengaturan jarak tanam,
Penerapan teknologi budidaya sistem “ToPAS” (Toping, Pruning, Arranging and
Selection), penambahan hormon giberelin, dan Penggunaan selang polyethilene
(PE) sebagai jaringan lateral irigasi tetes emiter tali. Diharapkan teknik-teknik ini
dapat diterapkan oleh petani agar produktivitas semangka di Indonesia meningkat.
DAFTAR PUSTAKA

Aziez, A. F., Agus B., dan Adi, P. 2018. Peningkatan Kualitas Semangka Dengan
Zat Pengatur Tumbuh Giberelin. Jurnal Ilmiah Agrineca. Vol 18 No. 2 : 1-
11.

Azzura, Bakhtiar dan Nanda, M. 2018. Pengaruh Dosis Pupuk NPK dan
Pemangkasan Tunas Lateral terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
Semangka (Citrullus vulgaris Schard). Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Pertanian Unsyiah. Vol 3 No. 2 : 1-8.

Cindy dan Titin, M. 2019. Pengaruh Kombinasi Jarak Tanam dan Pemangkasan
pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Var.
Classic). Jurnal Produksi Tanaman. Vol 7 No. 5 : 775–782.

Idrus, M., I Gde, D., dan Surya. 2017. Penggunaan Selang Poly Ethylene (PE)
Sebagai Jaringan Lateral Irigasi Tetes Emiter Tali untuk Budidaya
Semangka. Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Teknologi
Pertanian. ISBN 978-602-70530-6-9. Hal : 90-95.

Wahyudi, A., dan Ratna, D. 2017. Upaya Perbaikan Kualitas dan Produksi Buah
Menggunakan Teknologi Budidaya Sistem “ToPAS” Pada 12 Varietas
Semangka Hibrida. Jurnal Penelitian Pertanian. Vol 17 No. 1 : 17-25.
Tabel Daftar Jurnal

Tahun
No Judul Jurnal Nama Jurnal Ringkasan Dan kesimpulan
Jurnal
1. Peningkatan Jurnal Ilmiah 2018 Pemberian konsentrasi
Kualitas Agrineca giberelin pada tanaman
Semangka semangka sangat efektif
Dengan Zat untuk menambah berat buah
Pengatur Tumbuh sehingga dapat menambah
Giberelin diameter daging buah. Pada
pemberian konsentrasi
giberelin dengan dosis yang
tepat dapat mengurangi
jumlah biji pada buah
semangka.
2. Pengaruh Dosis Jurnal Ilmiah 2018 Pemangkasan tunas lateral
Pupuk NPK dan Mahasiswa berpengaruh sangat nyata
Pemangkasan Pertanian terhadap panjang tanaman
Tunas Lateral Unsyiah umur 30 dan 55 HST,
terhadap jumlah daun umur 30, 45
Pertumbuhan dan dan 55 HST, berat buah,
Hasil Tanaman berpengaruh nyata terhadap
Semangka peubah panjang tanaman
(Citrullus umur 45 HST, namun
vulgaris Schard). berpengaruh tidak nyata
terhadap panjang tanaman
15 HST, jumlah daun umur
15 HST dan umur tanaman
berbunga. Pemangkasan
terbaik dijumpai pada
pemangkasan tunas lateral.
3. Pengaruh Jurnal 2019 Jarak tanam 250 x 50 cm
Kombinasi Jarak Produksi dengan perlakuan
Tanam dan Tanaman pemangkasan ruas ke-5
Pemangkasan menghasilkan bobot
pada buah/ha 43,07 ton/ha atau
Pertumbuhan dan 8,19% nyata lebih tinggi
Hasil Tanaman dibandingkan perlakuan
Semangka pemangkasan ruas ke-4
(Citrullus sebesar 39,81 ton/ha. Jarak
vulgaris Var. tanam 250 x 60 cm dengan
Classic). perlakuan pemangkasan
ruas ke-5 menghasilkan
bobot buah/ha 48,12 ton/ha
atau 26,77% nyata lebih
tinggi dibandingkan
perlakuan pemangkasan
ruas ke-4 sebesar 37,96
ton/ha.
4. Penggunaan Prosiding 2017 Selang waktu pemberian air
Selang Poly Seminar irigasi dengan cara irigasi
Ethylene (PE) Nasional tetes emiter tali tidak
Sebagai Jaringan Pengembanga berpengaruh nyata terhadap
Lateral Irigasi n Teknologi produksi semangka dengan
Tetes Emiter Tali Pertanian. rata-rata produksi berkisar
untuk Budidaya 4,83—5,25 kg/tanaman.
Semangka. Dan selang waktu
pemberian air irigasi
dengan cara irigasi tetes
emiter tali berpengaruh
nyata terhadap
produktivitas air tanaman
semangka, produktivitas air
terendah 128 kg/m3 pada
selang waktu pemberian air
irigasi 1 hari dan yang
tertinggi 333 kg/m3 pada
selang waktu pemberian air
irigasi 6 hari.
5. Upaya Perbaikan Jurnal 2017 Produktivitas semangka tipe
Kualitas dan Penelitian buah lonjong tanpa lurik
Produksi Buah Pertanian (V1, V2, V3, V4, V5, V9,
Menggunakan dan V12) dengan
Teknologi menggunakan teknik
Budidaya Sistem “ToPAS” yang diuji
“ToPAS” Pada 12 berkisar antara 14-18
Varietas ton.ha-¹, lebih tinggi jika
Semangka dibandingkan dengan
Hibrida penanaman sistem
konvensional yang berkisar
antara 10-14 ton.ha-¹.
Produktivitas semangka tipe
buah oval dengan lurik (V6,
V8, V10, dan V11) dengan
menggunakan teknik
“ToPAS” yang diuji
berkisar antara 20-26
ton.ha-¹, lebih tinggi jika
dibandingkan dengan
penanaman sistem
konvensional yang berkisar
antara 14-18 ton.ha-¹.

Anda mungkin juga menyukai