Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Konsep PHT muncul sebagai tindakan koreksi terhadap kesalahan
dalam pengendalian hama yang dihasilkan melalui pertemuan panel ahli
FAO di Roma tahun 1965. Di Indonesia, konsep PHT mulai dimasukkan
dalam GBHN III, dan diperkuat dengan Keputusan Presiden No. 3 tahun
1986 dan undang-undang No. 12/1992 tentang sistem budidaya tanaman,
dan dijabarkan dalam paket Supra Insus, PHT menjadi jurus yang
dianjurkan. (Arifin dan Iqbal, 1993; Baco, 1993; Soegiarto, et, al., 1993).
Dari segi substansial, PHT adalah suatu sistem pengendalian
hama dalam konteks hubungan antara dinamika populasi dan lingkungan
suatu jenis hama,  menggunakan berbagai teknik yang kompatibel untuk
menjaga agar populasi hama tetap berada di bawah ambang kerusakan
ekonomi. Dalam konsep PHT, pengendalian hama berorientasi kepada
stabilitas ekosistem dan efisiensi ekonomi serta sosial. Dengan demikian,
pengendalian hama dan penyakit harus memperhatikan keadaan populasi
hama atau patogen dalam keadaan dinamik fluktuasi disekitar kedudukan
kesimbangan umum dan semua biaya pengendalian harus mendatangkan
keuntungan ekonomi yang maksimal (Arifin dan Agus, 1993).
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
PHT tidak lagi dipandang sebagai teknologi, tetapi telah menjadi suatu
konsep dalam penyelesaian masalah lapangan (Kenmore 1996). Waage
(1996) menggolongkan konsep PHT ke dalam dua kelompok, yaitu
konsep PHT teknologi dan PHT ekologi. Konsep PHT teknologi
merupakan pengembangan lebih lanjut dari konsep awal yang dicetuskan
oleh Stern et al. (1959), yang kemudian dikembangkan oleh para ahli
melalui agenda Earth Summit ke-21 di Rio de Janeiro pada tahun 1992
dan FAO. Tujuan dari PHT teknologi adalah untuk membatasi
penggunaan insektisida sintetis dengan memperkenalkan konsep ambang
ekonomi sebagai dasar penetapan pengendalian hama. Pendekatan ini
mendorong penggantian pestisida kimia dengan teknologi pengendalian
alternatif, yang lebih banyak memanfaatkan bahan dan metode hayati,
termasuk musuh alami, pestisida hayati, dan feromon. Dengan cara ini,
dampak negatif penggunaan pestisida terhadap kesehatan dan lingkungan
dapat dikurangi (Untung 2000).
Konsep PHT ekologi berangkat dari perkembangan dan
penerapan PHT dalam sistem pertanian di tempat tertentu. Dalam hal ini,
pengendalian hama didasarkan pada pengetahuan dan informasi tentang
dinamika populasi hama dan musuh alami serta keseimbangan ekosistem.
Berbeda dengan konsep PHT teknologi yang masih menerima teknik
pengendalian hama secara kimiawi berdasarkan ambang ekonomi,
konsep PHT ekologi cenderung menolak pengendalian hama dengan cara
kimiawi.
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) mencegah masyarakat dari
ketergantungan terhadap pestisida kimia dengan mengintegrasikan
pendekatan berkelanjutan untuk mengelola hama dengan memadukan
sedemikian rupa berbagai aspek pengendalian, seperti biologis, kultur
teknis, pengendalian fisik dan kimia, dan lainnya untuk meminimalisasi
resiko ekonomi, kesehatan, dan lingkungan.
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) sangat berkaitan erat dengan
konsep pertanian berkelanjutan. Pertanian berkelanjutan (sustainable
agriculture) adalah pemanfaatan sumberdaya yang dapat diperbaharui
(renewable resources) dan sumberdaya tidak dapat diperbaharui
(unrenewable resources) untuk proses produksi pertanian dengan
menekan dampak negatif terhadap lingkungan seminimal mungkin.
Keberlanjutan yang dimaksud meliputi : penggunaan sumberdaya,
kualitas dan kuantitas produksi, serta lingkungannya. Proses produksi
pertanian yang berkelanjutan akan lebih mengarah pada penggunaan
produk hayati yang ramah terhadap lingkungan (Kasumbogo Untung,
1997).
Sasaran PHT adalah : 1) produktivitas pertanian yang mantap dan
tinggi, 2) penghasilan dan kesejahteraan petani meningkat, 3) populasi
OPT dan kerusakan tanaman karena serangannya tetap berada pada aras
yang secara ekonomis tidak merugikan, dan 4) pengurangan resiko
pencemaran lingkungan akibat penggunaan pestisida. Strategi PHT
adalah memadukan secara kompatibel semua teknik atau metode
pengendalian OPT didasarkan pada asas ekologi dan ekonomi.
Menurut Untung (2002) dalam mengendalikan hama ada tiga dalil
yang perlu diingat, yaitu :
1. Suatu spesies serangga tidak pernah menjadi hama tetapi beberapa
populasinya dapat berstatus hama.
2. Status hama suatu spesies serangga tergantung pada dua faktor: (a)
jenis tanaman inangnya, (b) peningkatan populasinya diatas ambang
toleransi kritisnya.
3. Masalah serangga hama selalu disebabkan karena ulah manusia.
Seringkali perubahan fisiologi tanaman karena “pemuliaan” dan
perubahan cara-cara bercocok tanam mengakibatkan fenomena
biologik. Oleh karena itu pencegahannya harus dengan pemikiran
biologik, bukan secara teknologik (pestisida).
Padi (bahasa latin: Oryza sativa L.) merupakan salah satu
tanaman budidaya terpenting dalam peradaban. Di Indonesia padi
merupakan sumber pangan utama, lebih dari 70% penduduk Indonesia
mengonsumsi olahan padi. Oleh karena itu budidaya tanaman padi
dilakukan secara besar-besaran di berbagai daerah di Indonesia untuk
memenuhi kebutuhan, ketahanan, dan permintaan pangan.
Sehubungan dengan itu pula, akibat dari penanaman secara
monokultur demi penyediaan kebutuhan nasional siklus hidup hama dan
penyakit tanaman padi menjadi semakin meningkat. Hal ini dikarenakan
selalu tersedianya makanan, tempat hidup hama dan penyakit serta
penggunaan pestisida kimia secara tidak bijak yang mengakibatkan
resurjensi hama dan penyakit yang mengakibatkan membludaknya
populasi hama diikuti pula oleh kerugian nyata terhadap produksi padi di
Indonesia.
PHPT adalah suatu konsep pengendalian hama dan penyakit yang
didalamnya menggunakan berbagai macam pengendalian, baik fisik,
mekanik, kimia dan biologi yang dimana pengendaliannya diatur
berdasarkan aras luka ekonomi dan adanya Keseimbangan Umum. PHPT
merupakan jawaban dari segala permasalahan yang kompleks dalam
masalah hama dan penyakit tanaman yang selama ini pengendalian
dengan pestisida kimia yang merusak alam, PHPT adalah suatu sistem
pengendalian yang baik dimana tidak dari segi keampuhan mengusir
OPT saja melainkan pula memperhatikan aspek ekologis.
B. Tujuan
Dapat mengetahui tentang hama dan penyakit pada tanaman padi
serta pengendaliannya secara terpadu.

Anda mungkin juga menyukai