Oleh:
JURUSAN BIOLOGI
2019
A. Rumusan masalah
B. Tujuan Percobaan
C. Hipotesis
D. Kajian Pustaka
Hibiscus rosa-sinesis L. adalah tanaman semak dari suku Malvaceae yang berasal
dari Asia Timur. Dan banyak ditanam sebgai tanman hias pada daerah tropis dan sub
tropis. Tanaman ini memiliki mahkota bunga yang besar, berwarna merah dan tidak
berbau. Bunga dari berbagai kultivar dan hibrida ini bisa berupa bunga tinggal
(memiliki dua mahkota selapis) ataupun berbunga ganda (mempunyai dua mahkota
dua lapis).
Tanaman ini Pada umumnya tinggi tanaman sekitar 2 sampai 5 meter. Daun
berbentuk bulat telur yang lebar atau bulat telur yang sempit dengan ujung daun yang
meruncing. Di daerah tropis atau di rumah kaca tanaman berbunga sepanjang tahun,
sedangkan di daerah subtropis berbunga mulai dari musim panas hingga musim
gugur.
b. Klorofil
Klorofil terletak dalam sebuah organel yang bernama kloroplas yang merupakan
pigmen utamanya. Permukaan membran internal yang disebut tilakoid mementuk
kantong pipih dan pada posisi tertentu akan bertumppukan rapi membentuk granum,
sedangkan ruang antar membran, disebut stroma (Campbell, dkk, 2003). Klorofil
akan menyerap energy matahari untuk memfasilitasi berlangsungnya proses
fotosintesis pada tumbuhan. Fungsi utama klorofil pada fotosintesis ada tiga yaitu
memanfaatkan energy matahari, memicu fiksasi CO2 dan menyediakan energy bagi
ekosistem (Bahri, 2010).
Sifat kimia dari klorofil yaitu tidak larut dalam air namun larut dalam pelarut
organik yang lebih polar seperti alkohol dan kloroform. Inti Mg akan tergeser oleh
dua atom H bila dalam suasana asam sehingga membentuk suatu persenyawaan yang
dinamakan feofitin yang akan berwarna coklat (Dwijoseputro, 1994), klorofil juga
bersifat lebih labil dan mudah mengalami proses degradasi yang akan menjadi
molekul-molekul turunannya. Proses degradasi klorofil dapat disebabkan oleh suhu
dan oksigen dalam lingkugan. Perbedaan klorofil total pada tanaman perbedaan
metabolism yang berkaitan dengan usia, morfologi dan faktor genetic daun pada
tanaman (Biber, 2007). Kandungan klorofil pada daun yang berwarna hijau lebih tua
akan mengandung banyak klorofil dibandingkan dengan yang berwarna hijau muda.
Karena daun yang muda kloroplasnya masih aktif membelah, khususnya pada organ
yang mengandung klorofil sedang tertimpa cahaya yang menyebabkan tiap sel daun
dewasa mengandung beberapa ratus kloroplas (Salisbury & Ross, 1995).
Pigmen pada membran tilakoid terdiri atas dua macam yaitu klorofil a dan
klorofil b, terdapat juga pigmen jingga hingga kuning yang dinamakan karotenoid.
Adapun dua jenis karotenooid yaitu karoten hidrokarbon asli dan xantofil yang
didalamnya megandung oksigen. Karotenoid tertentu juga ditemukan di dalam
beberapa kloroplas yang dapat memberi warna kekuningan. , sedangkan klorofil tidak
dijumpai pada selimut tersebut. Beberapa tumbuhan, termasuk ganggang hijau, β-
karoten dan lutein xantofil merupakan karotenoid yang banyak jumlahnya di tilakoid
(Salisbury & Ross, 1995). Rumus kimia dari molekul klorofil a adalah
C55H72O5N4Mg, sedangkan untuk rumus kima klorofil b adalah C55H70O6N4Mg.
Klorofil merupakan pigmen yang berfungsi sebagai sinyal, yaitu mengumpulkan
cahaya serta mntransfer energy ke pusat reaksi pada proses fotosintesis. Klorofil a
berperan sebagai pengubah langsung dari energy cahaya menjadi energy kimia serta
menyerap energy menuju pusat reaksi molekul. Sedangkan klorofil b berperan untuk
menyerap energy radiasi yang selanjutnya diteruskan ke klorofil a. salah satu bentuk
adaptasi fisiologis pada tumbuhan terhadap penyinaran tingkat rendah adalah dengan
penurunan rasio kadar klorofil a melalui peningkatan klorofil b. meningkatnya
klorofil b akan berdampak positif terhadap efektivitas penyerapan energy radiasi pada
kondisi yang ternaungi (Sirait, 2008). Salah satu karakteristik penyinaran rendah
akibat adanya naungan adalah peningkatan kadar klorofil daun. Peningkatan ini
berhubungan dengan bertambahnya kompleks pemanenan cahaya (Light Harvesting
Complex II) sertamembesarnya antenna pada fotosistem II yang mengakibatkan
efisiensi penangkapan cahaya meningkat (Rotundo et al, 1997). Klorofil a berwarna
hijau tua dan klorofil b berwarna hijau muda yang paling menyerap cahaya di
spectrum warna merah (600-700 nm), sedangkan cahaya biri diserap oleh karotenoid.
Menurut Ai dan Banyo, (2011), klorofil a paling banyak terdapat pada fotosistem II
sedangkan klorofil b paling banyak terdapat pada fotosistem I. Pada keadan normal,
proporsi klorofil a jauh lebih banyak daripada klorofil b menurut Suyitno (2008).
Klorofil a hanya sekitar 75% dari jumlah seluruh klorofil.
Korofil a menyerap energy dari cahaya ungu-biru dan merah sedangkan sangat
sedikit menyerap cahaya hijau. Bebrbeda dengan klorofil b yang banyak menyerap
energy untuk fotosintesis (Shibghatallah dkk, 2013). Pada daun yang berwarna merah
daun muda menyerap cahaya hijau dan biru dan memantulkan cahaya merah,
mengindikasikan apabila cahaya yang masuk pada daerah mesofil daun merah yang
mengandung banyak pigmen merah karena foton cahaya hijau dan biru dilemahkan
oleh antosianin yang terletak di sub-epidermal (Karageorgou and Manetas, 2006).
Sebagian besar daun menyerap 90% dari panjang gelombang biru dan ungu yang
mengenainya dan hampir sebesar presentase gelombang jingga dan merah. Semua
penyerapan ini dilakukan oleh kloroplas. Tiap foton dapat mengekstasi sebuah
electron pada karotenoid dan xantofil ataupun klorofil di dalam tilakoid. Klorofil
berwarna hijau karena tidak efektif dalam menyerap panjang gelombang hijau,
melainkan memantulkannya. Pengukuran penyerapan nisbi bebrbagai gelombang
cahaya oleh pigmen yang dimurnikan dapat engunakan spektrofotometer. Spectrum
serap gelombang pada klorofil a dan klorofil b adalah panjang gelombang ungu, bitu,
jingga dan merah (600-700 nm). Dan hanya sedikit menyerap pada gelombang hijau
dan kuning (500-600 nm). Β karoten dan lutein (Xantofil) hanya dapat menyerap
gelombang biru dan ungu in vitro dan memantulkan panjang gelombang hijau,
kuning, jingga dan merah, sehingga dapat berwarna kuning atau jingga. Karotenoid
selain berfungsi sebagai pingen permanen cahaya, juga berfungsi untuk melindungi
klorofil dari kerusakan akibat oksidasi oleh oksigen saat tingkat penyinaran tinggi
(Salisbury & Ross, 1995).
e. Spektrofotometer
E. Variabel Penelitian
Alat
Spektrofotometer
Bahan
Daun setengah tua Hibiscus rosa-sinesis L (Diambil dari nodus ketiga) 1 gram
Hasil
I. Langkah Kerja
1. Timbang msing-masing 1 gram daun dengan usia yang berbeda yang masih segar,
kemudian potong kecil-kecil.
Larutan yang digunakan sebagai pelarut untuk kalibrasi adalah alkohol 96%.
6. Kadar klorofil a, kadar klorofil b dan kadar klorofil total dapat dihitung menggunakan
rumus dari Wintermans dan de Mots sebagai berikut:
Berdasarkan praktikum yang telah maka telah didapatkan data sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Pengaruh Usia Daun terhadap Kadar Klorofil
Nama Tanaman Absorbansi Klorofil mg/L
No. Nodus 649 nm 665 nm A B Total
Daun Bunga Sepatu 1 0,052 0,057 0,48138 0,9027 1,3877
3 0,436 0,728 7,46244 5,6432 13,1608
1. (Hibiscus rosa-sinesis L.)
5 0,690 1,223 12,7807 8,3849 21,2603
Daun Puring Kuning 1 0,230 0,384 3,936 2,9772 6,9424
3 0,201 0,307 3,04814 2,8219 5,8927
2. (Codiaeum variegatum
L.) 5 0,497 0,534 4,453 8,711 13,20
Rumus:
Klorofil a : 13,7 x (OD 665) – 5,76 x (OD 649) (mg/L)
Klorofil b : 25,8 x (OD 649) – 7,7 x (OD 665) (mg/L)
Klorofil total : 20,0 x (OD 649) – 6,1 x (OD 665) (mg/L)
Berdasarkan dari data yang kami peroleh, daun kembang sepatu (Hibiscus rosa-
sinesis L.) memiliki nilai absorbansi yang berbeda yaitu pada panjang gelombang
649 nm, daun muda memiliki nilai absorbansi sebesar 0.052, sedangkkan bunga
setengah tua memiliki nilai absorbansi 0,436 dan daun tua memiliki nilai absorbansi
sebesar 0,690. Lalu pada panjang gelombang 665 nm, daun muda memiliki nilai
abdorbansi sebesar 0.057. Sedangkan daun setenngah tua mmiliki nilai absorbansi
sebesar 0,728 dan daun tua memiliki nilai absorbansi sebesar 1,223.
Dan dari data yang kami peroleh pun, setiap usia daun memiliki kadar klorofil
masing-masing. Daun muda mengandung klorofil a sebesar 0,48138 mg/L.
Sedangkan pada daun setengah tua memiliki kandungan klorofil a sebesar 7,46244
mg/L dan daun tua memiliki kandungan klorofil a sebesar 12,7807 mg/L.
Daun muda memiliki kandungan klorofil b sebesar 0,9027 mg/L. sedangkan daun
setengah tua memiliki kadar klorofil b sebesar 5,6432 dan daun tua memiliki
kandungan klorofil b sebesar 8,3849mg/L.
Sehingga dari jumlah klorofil a dan klorofil b yang didapat pada setiap daun
didapatkan hasil jumlah klorofil totalnya. Daun muda memiliki jumlah klorofil total
sebesar 1,3877 mg/L. Sedangkan daun setengah tua memiliki jumlah klorofil total
sebesar 13,1608 mg/L dan daun tua memiliki kandungan klorofil sebesar 21,2603
mg/L.
Pada pengamatan kali ini hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan pendapat
Suyitno (2008), yang menyatakan bahwa daun pada keadaan normal, proporsi
klorofil a nya jauh lebih besar daripada klororfil b. Karena tanaman membutuhkan
lebih banyak klorofil a pada proses fotosintesis daripada klorofil b (Shibghatallah
dkk, 2013). Klorofil a pada daun kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinesis L.) yang
berusia tua dan setengah tua lebih banyak jumlah klorofil a dibandingkan dengan
jumlah klorfil b nya. Klorofil a berperan langsung dalam pengubahan energy radiasi
menjadi energy kimia serta mengangkut dan menyerap energy ke pusat reaksi
molekul, sedangka klorofil b berperan dalam proses penyerapan energy radiasi yang
selanjutnya diteruskan ke klorofil a (Sirait, 2008). Tetapi tidak dengan daun muda
yang jumlah klorofil b nya lebih banyak dari jumlah klorofil a nya. Hal ini
dikarenakan kesalahn pada praktikan pada saat penggerusan praktikan tidak
menggerus sampai benar-benar halus hingga semua klorofil terlarut. Dan pada saat
penyaringan filtrate, karena ditambahkannya alkohol 96% yang supaya filtrat
menjadi 100 ml kurang hati-hati dalam melakukannya hingga akhirnya ekstrak
sedikit tumpah, sehingga jumlah klorofil berkurang.
Jumlah klorofil total pada daun yang tua pun lebih tinggi daripada daun yang
setengah tua. Dan klorofil total pada daun yang setengah tua juga lebih besar
daripada jumlah klorofil total pada daun muda. Hal ini sesuai dengan yang
dinyatakan oleh Salisbury dan Rose (1995), bahwa kandungan klorofil pada daun
yang lebih muda akan lebih banyak daripada kandungan klorofil pada daun yang
lebih muda dikarenakan daun yang lebih muda kloroplasnya masih aktif membelah
apalagi pada organ yang lebih banyak mengandung kloroplas, maka daun dewasa
akan mengandung banyak kloroplas.
M. Diskusi
1. Jelaskan mengapa kadar klorofil daun pada berbagai umur berbeda. Kemukakan
pendapat saudara dengan memberikan teori-teori yang mendukung !
Jawab: Setiap jenis tanaman memiliki kadar klorofil yang berbeda. Hampir semua
jenis tumbuhan terdapat peningkatan kadar klorofil total seiring dengan
peningkatan umur daun. Klorofil bersifat akumulatif (bertambah banyak
jika semakin lama waktunya) dan memantulkan warna hijau dari sinar
tampak dari sinar matahariuntuk menagkap electron. Hal ini menjadikan
kadar klorofil menjadi lebih banyak.
3. Manakah diantara tumbuhan terdedah dan ternaung (pada spesies yang sama) yang
memiliki jumlah klorofil terbesar? Mengapa demikian?
Jawab: Besar intensitas cahaya yang diterima daun bergantung dari jumlah
klorofil yang dimiliki oleh daun tersebut. Pada jenis tanaman yang sama,
tanaman yang tumbuh di tempat ternaung, kandungan klorofilnya lebih
besar daripada tanaman yang tumbuh di tempat terdedah.
N. Simpulan
Dari pengamatan yang saya lakukan, terdapat pengaruh antara perbedaan usia
daun Hibiscus rosa-sinesis L. terhadap jumlah kandungan klorofilnya, sehingga pada
hipotesis yang saya buat, pengamatan ini menolak H0 dan menerima Ha. Pengaruh
dari usia daun Hibiscus rosa-sinesis L. terhadap jumlah klorofil yaitu semakin tua
usia daun maka semakin banyak jumlah klorofil yang dikandung karena kami
mendapatkan hasil bahwa daun tua memiliki kandungan klorofil (klorofil, klorofil b
dan klorofil total) yang lebih besar daripada yang berusia setengah tua. Dan
begitupula daun yang berusia setengah tua kandungan klorofilnya (klorofil, klorofil b
dan klorofil total) lebih besar daripada daun yang lebih muda.
O. Daftar pustaka
Bahri, S. (2003). “Klorofil.” Diktat Kuliah Kapita Selekta Kimia Organik”. Universitas
Lampung (2010).
Biber, Patrick D. (2007) "Evaluating a chlorophyll content meter on three coastal
wetland plant species." Journal of Agricultural, Food and Environmental
Sciences 1.2: 1-11.
Campbell, N. A., J. B. Reece, and L. G. Mitchell. (2003) “Biologi Jilid 1 (Terjemahan)”;
Erlangga.
Dwijoseputro, G. (1994) "Introduction to plant physiology."; Jakarta [Indonesia];
Gramedia.
Karageorgou, Panagiota, and Yiannis Manetas. (2006) "The importance of being red
when young: anthocyanins and the protection of young leaves of Quercus
coccifera from insect herbivory and excess light." Tree Physiology 26.5: 613-
621.
Li, Rong-hua, et al. (2006) "Evaluation of chlorophyll content and fluorescence
parameters as indicators of drought tolerance in barley." Agricultural
Sciences in China 5.10: 751-757.
Rotundo, A., M. Forlani, and C. Di Vaio. (1997) "Influence of shading net on vegetative
and productive characteristics, gas exchange and chlorophyll content of the
leaves in two blackberry (Rubus ulmifolius Schott.) cultivars." Symposium on
Plant Biotechnology as a tool for the Exploitation of Mountain Lands 457.
Salisbury, Frank B., and Cleon W. Ross. (1995) "Fisiologi tumbuhan jilid 3." Bandung;
ITB.
Shibghatallah, Muhammad Abdul Hakim, et al. (2013) "Measuring leaf chlorophyll
concentration from its color: A way in monitoring environment change to
plantations." AIP Conference Proceedings. Vol. 1554. No. 1. AIP,.
Sirait, Juniar. (2008) "Luas daun, kandungan klorofil dan laju pertumbuhan rumput pada
naungan dan pemupukan yang berbeda." Jitv 13.2: 109-116.
Song, Ai Nio, and Yunia Banyo. (2011) "Konsentrasi klorofil daun sebagai indikator
kekurangan air pada tanaman." Jurnal ilmiah sains 11.2 (2011): 166-173.
Suyitno, (2008). Materi praktikum: Klorofil/pigmen fotosisnteesis, online. Diakses dari
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/suyitno-aloysius-drs-
ms/modul-p pada tanggal 11 maret 2019, pukul 9:13
Wintermans, J. F. G. M., and A. S. De Mots. (1965) "Spectrophotometric characteristics
of chlorophylls a and b and their phenophytins in ethanol." Biochimica et
Biophysica Acta (BBA)-Biophysics including Photosynthesis 109.2: 448-
453.
LAMPIRAN
Persiapan untuk diuji ke Jumlah kadar klorofil a setelah Jumlah kadar klorofil b setelah
spektrofotometer diuji pada spektrofotometer diuji menggunakan
spektrofotometer