Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

Pengaruh Enzim Amilase Terhadap Kecepatan Reaksi


Pengubahan Amilum Menjadi Glukosa Pada Kecambah
Kacang Hijau

( Vigna radiat L. )

Oleh :

Novita Lailatul Zuhriyah

15030204037

Pendidikan Biologi A 2015

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU


PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN BIOLOGI

2017
A. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh kadar enzim terhadap kecepatan reaksi pengubahan


amilum menjadi glukosa?

B. Tujuan

1. Untuk mengamati pengaruh kadar enzim terhadap kecepatan reaksi


pengubahan amilum menjadi glukosa.

C. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka hipotesis nya adalah :


1. Ha : Ada pengaruh kadar enzim terhadap kecepatan reaksi pengubahan
amilum menjadi glukosa.
2. Ho : Tidak ada pengaruh kadar enzim terhadap kecepatan reaksi
pengubahan amilum menjadi glukosa.

D. Kajian Pustaka

I. Pengertian Enzim

Enzim adalah biomolekul berupa protein berbentuk bulat (globular), yang


terdiri atas satu rantai polipeptida atau lebih dari satu rantai polipeptida
(Wirahadikusumah, 1989). Enzim berfungsi sebagai katalis atau senyawa yang
dapat mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi. Dengan adanya
enzim,molekul awal yang disebut substrat akan dipercepat perubahannya menjadi
molekul lain yang disebut produk (Smith, 1997; Grishamet al., 1999).

Fungsi utama suatu enzim adalah mengurangi hambatan energi aktivasi pada
suatu reaksi kimia. Energi aktivasi adalah jumlah energi yang dibutuhkan untuk
membawa suatu substansi ke status reaktifnya. Enzim bergabung dengan
substansinya (substrat) membentuk suatu status transisi yang membutuhkan
energi aktivasi lebih kecil untuk berlangsungnya reaksi kimia tersebut. (Pelczar,
dkk. 1986).

Berikut ini secara singkat, sifat-sifat enzim menurut (Dwidjoseputro. 1992)


1. Berfungsi sebagai biokatalisator
2. Merupakan suatu protein
3. Bersifat khusus atau spesifik
4. Merupakan suatu koloid
5. Jumlah yang dibutuhkan tidak terlalu banyak
6. Tidak tahan panas
Sifat katalitik dari enzim ialah sebagai berikut:

a. Enzim mampu meningkatkan laju reaksi pada kondisi biasa (fisiologik) dari
tekanan, suhu dan pH.
b. Enzim mempunyai selektifitas tinggi terhadap substrat (substansi yang
mengalami perubahan kimia setelah bercampur dengan enzim) dan jenis reaksi
yang dikatalisis

c. Enzim memberikan peningkatan laju reaksi yang tinggi dibanding dengan katalis
biasa.

II. Cara Kerja Enzim

Enzim bekerja dengan dua cara, yaitu menurut Teori Kunci-Gembok (Lock
and Key Theory) dan Teori Kecocokan Induksi (Induced Fit Theory).

1. Menurut teori kunci-gembok, terjadinya reaksi antara substrat dengan enzim


karena adanya kesesuaian bentuk ruang antara substrat dengan situs aktif
(active site) dari enzim, sehingga sisi aktif enzim cenderung kaku. Substrat
berperan sebagai kunci masuk ke dalam situs aktif, yang berperan
sebagai gembok, sehingga terjadi kompleks enzim-substrat. Pada saat ikatan
kompleks enzim-substrat terputus, produk hasil reaksi akan dilepas dan
enzim akan kembali pada konfigurasi semula. Berbeda dengan teori kunci
gembok.

2. Menurut teori kecocokan induksi reaksi antara enzim dengan substrat


berlangsung karena adanya induksi substrat terhadap situs aktif enzim
sedemikian rupa sehingga keduanya merupakan struktur yang komplemen
atau saling melengkapi. Menurut teori ini situs aktif tidak bersifat kaku,
tetapi lebih fleksibel.

III. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim

Faktor faktor yang mempengaruhi kerja enzim menurut (Poedjiaji. 1994):


a. Konsentrasi Enzim
Seperti pada katalis lain, kecepatan suatu reaksi yang menggunakan
enzim tergantung pada konsentrasi enzim tersebut. Pada suatu konsentrasi
substrat tertentu, kecepatan reaksi bertambah dengan bertambahnya
konsentrasi enzim.
b. Konsentrasi Substrat
Hasil eksperimen menunjukkan bahwa dengan konsentrasi enzim yang
tetap, maka pertambahan konsentrasi substrat akan menaikkan kecepatan
reaksi. Akan tetapi pada batas konsentrasi tertentu, tidak terjadi kenaikan
kecepatan reaksi walaupun konsentrasi substrat diperbesar. Keadaan ini telah
diterangkan oleh MichaelisMenten dengan hipotesis mereka tentang
terjadinya kompleks enzim substrat.
c. Suhu
Pada suhu rendah reaksi kimia berlangsung lambat, sedangkan pada
suhu yang lebih tinggi reaksi berlangsung lebih cepat. Disamping itu, karena
enzim adalah suatu protein, maka kenaikan suhu dapat menyebabkan
terjadinya proses denaturasi. Apabila terjadi proses denaturasi, maka bagian
aktif enzim akan terganggu dan dengan demikian konsentrasi efektif enzim
menjadi berkurang dan kecepatan reaksinya pun akan menurun. Kenaikan
suhu sebelum terjadinya proses denaturasi dapat menaikkan kecepatan reaksi.
d. Pengaruh pH
Umumnya enzim efektifitas maksimum pada pH optimum, yang
lazimnya berkisar antara pH 4,5-8. Enzim dapat berbentuk ion positif, ion
negatif atau ion bermuatan ganda (zwitter ion). Dengan demikian perubahan
pH lingkungan akan berpengaruh terhadap efektivitas bagian aktif enzim
dalam membentuk kompleks enzim substrat. Disamping pengaruh terhadap
struktur ion pada enzim, pH rendah atau pH tinggi dapat pula menyebabkan
terjadinya proses denaturasi dan ini akan mengakibatkan menurunnya
aktivitas enzim.

e. Pengaruh Inhibitor
Hambatan yang dilakukan oleh inhibitor dapat berupa hambatan tidak
reversibel. Hambatan tidak reversibel pada umumnya disebabkan oleh
terjadinya proses destruksi atau modifikasi sebuah gugus fungsi atau lebih
yang terdapat pada molekul enzim. Hambatan reversibel dapat berupa
hambatan bersaing atau hambatan tidak bersaing.

IV. Enzim Amilase


Sumber enzim Amilase (alfa, beta dan glukoamilase) merupakan
enzim yang penting dalam bidang pangan dan bioteknologi. Amilase dapat
diperoleh dari berbagai sumber seperti tanaman, binatang dan
mikroorganisme. saat ini sejumlah enzim amilae telah diproduksi secara
komersial. Penggunaan mikrobia dianggap lebih prosepektif karena mudah
tumbuh, cepat menghasilkan dan kondisi lingkungan dapat dikendalikan
( Pujiyanti, 2007 ).
Produksi enzim amilase dapat menggunakan berbagai sumber karbon.
Contoh-contoh sumber karbon yang murah adalah sekam, molase, tepung
jagung, jagung, limbah tapioka dan sebagainya. Jika digunakan limbah
sebagai substrat, maka limbah tadi dapat diperkaya nutrisinya untuk
mengoptimalkan produksi enzim. Sumber karbon yang dapat digunakan
sebagai suplemen antara laian: pati, sukrosa, laktosa, maltosa, dekstyrosa,
fruktosa, dan glukosa. Sumber nitrogen sebagai suplemen antara lain: pepton,
tripton, ekstrak daging, ekstrak khamir, amonium sulfat, tepung kedelai, urea
dan natrium nitrat (Kartasapoetra, 1994).

V. Larutan Buffer

Larutan buffer adalah larutan yang tahan panas terhadap perubahan pH


dengan penambahan asam atau basa. Larutan seperti itu digunakan dalam
berbagai percobaan biokimia dimana dibutuhkan pH yang terkontrol dan
tepat (Fardiaz, 1992). Buffer dapat mempertahankan kondisi enzim presipitat
agar tidak terjadi perubahan pH dan mencegah agar enzim tidak mengalami
inaktivasi. Penambahan ammonium sulfat kering pada enzim cair untuk
mengurangi ketersediaan air sehingga mengendapkan protein. Dengan
adanya pengadukan, ketersediaan air yang berinteraksi dengan protein
berkurang sehingga protein terpresipitasi ( salting out ). Pada saat terjadi
salting out, protein atau enzim mudah dipisahkan. Tujuan pemblenderan
adalah memudahkan dalam pengekstraksian, karena dengan adanya proses
penghalusan bahan, maka luas permukaan bahan tersebut akan menjadi
semakin luas, sehingga enzim yang terdapat dalam bahan tersebut akan
mudah bereaksi dengan buffer, sehingga enzim tidak akan mengalami
inaktivasi ( Winarno, 1995 ).

E. Variabel Penelitian
1. Variabel kontrol:
Berat kecambah kacang hijau 30 gr
Volume larutan amilum
Konsentrasi amilum
Volume larutan enzim
Volume larutan fosfat sitrat buffer
Kecepatan sentrifuge dan waktu sentrifuge,
Jenis kecambah (kecambah kacang hijau).
Umur kecambah
Panjang kotil
Jenis enzim
Waktu untuk penetesan (setiap 2 menit)
Jumlah tetes KI-I2 yaitu 1 tetes
2. Variabel manipulasi:
Kadar enzim amilase (0%, 25%, 50%, 100%)
3. Variabel respons:
Kecepatan reaksi pengubahan amilum
Perubahan warna pada saat penetesan KI-I2

F. Definisi Operasional Variabel

1. Variable Manipulasi : Kadar enzim dapat dilihat dari konsentrasi


supernatant yang dibuat, yaitu dengan konsentrasi supernatant sebesar
100%, 50%, 25% dan 0%.
2. Variabel respon : Kecepatan perubahan warna merupakan indikator
adanya perubahan dari amilum menjadi glukosa. Adanya amilum ditandai
dengan warna biru keunguan, jika menjadi glukosa larutan akan tampak
bening atau warna kuning.
3. Variabel kontrol : Jenis kecambah (kecambah kacang hijau) yang akan
di gerus. Umur kecambah yang masih muda dan panjang kotil yang kecil
terdapat kandungan enzim yang masih banyak. Berat kecambah kacang
hijau 30 gr dengan penambahan buffer 30 ml harus sama, kecepatan
sentrifuge 2000 rpm dengan waktu 5 menit menghasilkan supernatan yang
jernih. Pada pencampuran amilum 2 ml, Waktu untuk penetesan (setiap 2
menit) Jumlah tetes KI-I2 yaitu 1 tetes sehingga yang dihasilkan berwarna
biru keunguan yang akan di amati perubahan warna pada setiap 2 menit.

G. Alat dan bahan

Alat :
1. Mortar dan penumbuk porcelain 1 buah
2. Tabung reaksi 8 buah
3. Tabung centrifuge 1 buah
4. Gelas ukur 10 ml 1 buah
5. Centrifuge (pemusing) 1 buah
6. Cawan tetes 1 buah
7. Pipet kecil 4 buah
8. Lampu spirtus 1 buah
9. Pegangan tabung reaksi 1 buah
Bahan :
1. Kecambah kacang hijau umur 2 hari 30 gr
2. Larutan amilum 1% 2 ml
3. Larutan KI-I2 secukupnya
4. Larutan fosfat sitrat buffer pH = 5,6 30 ml
5. Aquades secukupnya

H. Rancangan Percobaan

Pada percobaan ini yang harus dipersiapkan terlebih dahulu yaitu


merendam biji kecambah kacang hijau selama 2 hari. Setelah 2 hari
buanglah kulit biji kecambah dan timbanglah sebanyak 30 gram. Gerus biji
kecambah menggunakan mortal dan alu, selama penggerusan tambahkan
larutan buffer fosfat sitrat 30 ml sampai tercampur semua sehingga
menghasilkan campuran keduanya. Setelah itu hasil gerusan di masukkan
ke dalam tabung centrifuge dan di centrifuge selama 5 menit dengan
kecepatan 2000 rpm. Ambillah cairan bagian atas (supernatan) dan
masukkan ke dalam tabung reaksi. Cairan yang telah di ambil di anggap
sebagai larutan enzim amilase 100%. Kemudian membuat larutan enzim
dengan kadar 0%, 25%, 50%. Larutan dengan kadar 50 % dengan cara
mengambil 5 ml larutan dari kadar 100% dan ditambahkan aquades sampai
volumenya mecapai 10 ml, kadar enzim 25% di peroleh dengan mengambil
5 ml dari kadar 50% yang sudah tercampur dan di tambhakan aquades
sampai volume 10 ml. Sedangkan kadar 0% diperoleh dari dengan cara
memanaskan 5 ml enzim 100% sampai mendidih. Setelah itu setiap tabung
yang berisi kadar enzim di tambahkan 2 ml larutan amilum 1 % secara
bersamaan. Mencatat waktunya. Kemudian kocok perlahan sampai larutan
tercampur. Saat mencampur larutan amilum + enzim ditetapkan sebagai
saat no. Setiap 2 menit di ambil 1 tetes campuran lalu di uji dengan 1 tetes
larutan KI-I2 pada cawan tetes. Mencatat setiap waktu perubahan warna
yang terjadi pada cawan tetes. Melakukan penetesan KI-I2 pada setiap kadar
enzim sampai tidak terlihat perubahan warna lagi.

I. Langkah Kerja

Kecambah kacang hijau

- merendam
kecambah kacang
hijau selama 2 hari

Kecambah kacang hijau


umur 2 hari

- membuang kulit biji


- menimbang 30 gr
- menggerus sampai halus
- menambahkan larutan buffer fosfat

sitrat 30 ml buffer
Hasil gerusan kecambah
dan buffer

Hasil gerusan kecambah


dan buffer

- memasukkannya ke dalam tabung


sentrifige dan di sentrifuge selama 5 menit
kecepatan 2 rpm
- mengambil supernatan dari gerusan
kecambah dan memasukkan ke dalam
tabung rekasi

- mengambil 5 ml larutan dan taruh


pada tabung lain
Konsentrasi enzim 100%
Konsentrasi
Konsentrasienzim- 50%
enzim 0% menambahkan
25% memanaskannya
5 ml
di atas
aquades
lampu
sampai
spirtus
volume
sampai mendidih
10 ml.
- Menambahkan larutan
amilum 2 ml pada setiap
konsentrasi dan homogenkan
Pencampuran amilum dan penetesan KI-I2
- Mencatat waktu sebagai saat 0
- Meneteeskan setiap konsentrasi
Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi
enzim ke cawan Konsentrasi
tetes dan
enzim 100% enzim 50% enzim 25% 1 tetes
memberi enzim 0%
larutan KI-I2
setiap 2 menit
- Mencatat perubahan warna yang
terjadi
- Melakukan pencampuran setiap
konsentrasi dan larutan larutan
KI-I2 setiap 2 menit sampai
tidak berubah warna biru

HASIL
J. Rancangan Tabel Pengamatan

Dari hasil pengamatan, maka dapat diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 1. Pengaruh Enzim Amilase Terhadap Kecepatan Reaksi Pengubahan


Amilum Menjadi Glukosa Pada Kecambah Kacang Hijau ( Vigna radiat L. )

Konsentrasi Waktu (menit) Total

21 22 23 24 25 26 27 28 29 210

0% >20
menit

25% >20
menit

50% 20
menit

100% - - - - 12
menit

1
2
0
Grafik 1. Hubungan antara pengaruh kadar enzim terhadap kecepatan

8
0
reaksi pengubahan amilum menjadi glukosa.

6
4
0
2 A
Es
i
a
u
r
o
p
e
m
ca
0Ja
nF
e
bM
a
rA
p
r
K. Rencana Analisis Data

Berdasarkan data diatas, maka dapat dianalisis bahwa besarnya konsentrasi


enzim berpengaruh terhadap kecepatan reaksi pengubahan amilum menjadi
glukosa. Bahwa pada konsentrasi supernatan sebesar 0%, ditambahkan amilum
dan penetesan larutan KI-I2 sampai pada 20 menit lebih, tidak di dapatkan
pengubahan reaksi amilum menjadi glukosa, yaitu tetap berwarna biru keunguan.
Hal ini menunjukkan pada konsentrasi supernatan 0% hanya terdapat amilum.
Pada konsentrasi 25% setelah di tambahkan amilum dan ditetesi dengan
larutan KI-I2 tidak terjadi perubahan warna hingga menit ke-20 lebih. Warna yang
di hasilkan pada menit ke-10 yaikni 20 menit yaitu tetap biru pudar. Pada
konsentrasi 50% setelah di tambahkan amilum dan ditetesi dengan larutan KI-I2
berubah warna pada menit ke-10 dari semula berwarna biru keunguan menjadi
warna kuning bening. Pada konsentrasi 100% setelah ditambahkan amilum dan
penetesan larutan KI-I2, didapati perubahan reaksi amilum berwarna biru
keunguan menjadi glukosa tidak berwarna pada menit ke-6.
Dari grafik di atas terlihat bahwa semakin kecil konsentrasi maka waktu
yang diperlukan pengubahan amilum menjadi glukosa semakin lama, sedangkan
semakin besar konsentrasi enzim maka reaksi perubahan akan semakin cepat.

DISKUSI
Pertanyaan :
1. Dari tes KI-I2 pada larutan amilum + enzim 100% warna apa yang saudara
peroleh? Mengapa demikian?
Jawaban :
Larutan amilum + enzim 100% di tetesi KI-I2 warna yang dihasilkan
yaitu biru keunguan. Munculnya warna tersebut karena pada saat enzim
amilase baru bekerja, kemudian lama-kelamaan warna menjadi
memudar. Hal ini dikarenakan enzim amilase sudah aktif bekerja, yaitu
memecah amilum menjadi glukosa sehingga sudah tidak ada amilum.
2. Apa fungsi dari Fosfat Sitrat Buffer?
Jawaban
Fosfat sitrat buffer berfungsi untuk menjaga pH bagi enzim amilase,
sehingga enzim amilase tidak rusak. Fungsi lain yaitu sebagai larutan
penyangga, yakni menjaga enzim tetap bekera aktif dan tidak rusak pada
kondisi asam serta menjaga kondisi agar tidak terlalu basa.

3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kerja enzim?


Jawaban
Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim :
- Suhu
- pH
- Konsentrasi substrat
- Konsentrasi enzim

L. Hasil Analisis Data

Pada praktikum ini kecambah yang digunakan yaitu kecambah kacang hijau
( Vigna radiata L. ). Larutan pati yang berasal dari kecambah kacang hijau
berperan sebagai substrat yang akan direaksikan oleh enzim amilase. Dalam
reaksi yang terjadi, enzim amilase berperan aktif sebagai katalis yang akan
mempercepat laju reaksi penguraian larutan pati (amilum) menjadi amilosa dan
amilopektin.

Berdasarkan hasil analisa di atas, dapat diketahui bahwa kadar enzim


berpengaruh terhadap kecepatan reaksi pengubahan amilum menjadi glukosa ini
didapatkan adanya perubahan warna pada setiap campuran enzim yang ditetesi
larutan KI-I2. Perubahan warna yang terjadi menandakan adanya proses
pengubahan amilum menjadi maltosa (disakarida) dan hingga menjadi senyawa
terakhir yaitu glukosa (monosakarida) yang ditunjukkan oleh warna kekuningan.

Kecepatan reaksi perubahan amilum menjadi glukosa dapat dilihat dari


analisa di atas bahwa pada konsentrasi 0% tidak terjadi perubahan warna sampai
menit ke-10. Hal ini terjadi karena pada pembuatan konsentrasi 0% larutan
dipanaskan di atas lampu spirtus sampai mendidih sehingga hanya terdapat
amilum saja. Pada saat enzim dipanaskan mengakibatkan suhu di dalam enzim meningkat
sehingga enzim akan mengalami denaturasi. Apabila terjadi proses denaturasi, maka
bagian aktif enzim akan terganggu dan dengan demikian konsentrasi efektif
enzim menjadi berkurang dan kecepatan reaksinya pun akan menurun. Jadi pada
konsentrasi enzim 0% enzim sudah mengalami denaturasi sehingga tidak dapat berikatan dengan
substrat menyebabkan tidak adanya proses pengubahan amilum menjadi glukosa.

Pada konsentrasi 25 % pada menit ke-10 warnanya biru kekuningan. Munculnya warna biru
gelap pada saat ditetesi satu tetes KI-I2 menunjukkan adanya amilum. Sedangkan pada

konsentrasi 50% saat di tetesi larutan KI-I2 mengalami perubahan warna kuning bening. Jika
warna biru tersebut setelah ditetesi KI-I2 selama beberapa waktu masih nampak,
berarti masih terdapat amilum yang belum dipecah menjadi glukosa ,dimana
warna biru merupakan indikasi reaksi antara iodine dengan amilum.
Sedangkan pada konsentrasi larutan 100% terjadi perubahan warna yang cepat yaitu menit

ke-6. Hal ini terjadi karena semakin tinggi konsentrasi suatu enzim maka semakin
cepat kerja enzim dalam mengkatalisis reaksi kimia (pengubahan larutan amilum
menjadi glukosa), sehingga waktu yang dibutuhkan untuk mengkatalisis suatu
reaksi kimia juga semakin cepat. Hal ini karena sifat enzim yang merupakan
biokatalisator. Dapat mempercepat reaksi kimia dengan menurunkan energy
aktivasi. Semakin tinggi konsentrasi enzim dalam konsentrasi substrat tertentu
yang tetap, maka kerja enzim semakin cepat dalam mengkatalisis substrat
tersebut.

Konsentrasi substrat adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi


aktivitas enzim amylase yang berkaibat pada gula reduksi yang dihasilkannya.
Jika konsentrasi substrat [S] meningkat sementara semua kondisi lain
dipertahankan tetap konstan, kecepatan awal yang terukur , vi (kecepatan yang
diukur ketika masih sedikit sekali substrat yang sudah bereaksi) akan meiningkat
hinga mencapai nilai maksimum (Vmaks). Kecepatan reaksi akan bertambah
seirng meningkatnya konsentrasi substrat hingga tercapai suatu keadaan yang
enzimnya dikatakan jenuh oleh substrat (Robert K. dkk, 2003 ).

Dalam praktikum ini digunakan larutan KI-I2 sebagai indikator adanya


amilum dalam suatu larutan. Perubahan warna larutan pada konsentrasi amilase
25%, 50%, dan 100% yang mula-mula berwarna putih menjadi biru keunguan
sampai akhirnya menunjukkan warna kuning yang terjadi secara bertahap setelah
ditetesi larutan KI-I2. Masing-masing perubahan warna ini menandakan adanya
proses pengubahan amilum menjadi maltosa (disakarida) dan hingga menjadi
senyawa terakhir yaitu glukosa (monosakarida) yang ditunjukkan oleh warna
kuning.

Larutan buffer yang di gunakan dalam percobaan ini dapat mempertahankan


kondisi enzim presipitat agar tidak terjadi perubahan pH dan mencegah agar
enzim tidak mengalami inaktivasi. Buffer dibutuhkan untuk melindungi enzim
dari sejumlah besar asam yang dilepaskan dari vakuola pada sel yang terputus
dan untuk menyesuaikan serta memantapkan pH makanan dengan pH yang
diinginkan. Daya ionisasi yang tinggi dibutuhkan untuk menyerap enzim dari
dinding sel. Pada tanaman yang mengandung sejumlah besar komponen phenol,
poliethylene glycol atau polivinilpyrolidone mungkin bergabung menjadi ekstrak
cairan untuk perlindungan melawan enzim inaktif melalui reaksi dengan
komponen phenol yang dilepaskan (Whitaker, 1994).

M. Simpulan

Dari percobaan pengaruh kadar enzim terhadap kecepatan reaksi


pengubahan amilum ini, dapat disimpulkan:

1. Semakin tinggi kadar enzim amilase maka semakin cepat reaksi pengubahan
amilum menjadi glukosa

2. Semakin tinggi kadar enzim amilase maka semakin cepat waktu yang
dibutuhkan untuk mengubah amilum menjadi glukosa.

3. Semakin kecil kadar enzim maka wakru yang di butuhkan untuk mengubah
amilum akan semakin lama.

N. Daftar pustaka

Dwidjoseputro, D.1992, Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Gramedia Pustaka


Utama.
Fardiaz, S. (1992). Mikrobiologi Pangan 1. Gramedia Pustaka. Jakarta.

Kartasapoetra,A.G, 1994, Teknologi Penanganan Pasca Panen, Rineka Cipta.


Jakarta.
Murray, Robert K. dkk. 2003. Biokimia Harper. Jakarta: EGC.
Pelczar, MJ., Chan, ECS., 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI-Press. Jakarta.

Poedjiadi, A., 1994, Dasar-dasar Biokimia, UI-Press, Jakarta.

Pujiyanti, Sri, 2007, Menjelajah Dunia Biologi ,Platinum. Jakarta.

Smith, AL. 1997. Oxford dictionary of biochemistry and molecular biology Oxford
University Press. Oxford.

Soewoto, Hafiz, dkk. 2000. Biokimia eksperimen Laboratorium. Widya Medika.


Jakarta
Winarno, F.G., 1995. Enzim Pangan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Wirahadikusumah, M. 1989. Biokimia: Protein, Enzim dan Asam Nukleat. ITB.


Press. Bandung.
Whitaker, J.R. (1994). Principles of Enzymology for the Food Sciences. Marcel
Dekker Inc. California.

LAMPIRAN
1. Alat dan Bahan

Amilum sentrifuge
Larutan buffer Tabung sentrifuge

Larutan KI-I2 Mortal dan alu

Tabung reaksi Cawan tetes


Pipet Gelas ukur

2. Mengkuliti

3. Menimbang
kecambah

Perubahan warna
yang terjadi ketika
bereaksi

Anda mungkin juga menyukai