Anda di halaman 1dari 6

PEMBUATAN PREPARAT SQUASH AKAR BAWANG MERAH

LAPORAN PRAKTIKUM
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Mikroteknik
Tahun Pelajaran 2014/2015
Dosen pengampu :
Ir. Nur Rahayu Utami, M.Si

Disusun oleh :
Rizqi Amalia (4411412038)
Biologi Rombel 2

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014

PEMBUATAN PREPARAT SQUASH AKAR BAWANG


A. Tujuan
1. Membuat preparat mitosis akar Allium cepa dengan metode squash dan zat warna
Acetocarmin.
2. Menganalisis hasil pembuatan preparat squas akar Allium cepa.
3. Mengetahui fase pembelahan mitosis akar bawang yang teramati pada preparat.
B. Landasan Teori
Preparat squash/ pejetan adalah preparat yang proses pembuatannya dengan metode
squash, yaitu dengan cara menekan obyek yang akan diamati di atas gelas benda sehingga
diperoleh lapisan tipis yang dapat teramati di bawah mikroskop (Rudyatmi 2014). Pemejetan
dilakukan dengan tujuan agar sel-sel penyusun jaringan pada suatu organ yang bersangkutan
terpisah satu dengan yang lainnya, tetapi walaupun terpisah tetap tidak merubah bentuk sel
aslinya, cukup tipis dan transparan, tersebar dalam suatu lapisan di atas gelas benda sehingga
dapat teramati dengan jelas di bawah mikroskop. Pemejetan dapat dilakukan dengan ibu jari
atau benda yang tumpul, misalnya pensil. Untuk mendapatkan sebaran sel yang bagus, sangat
bergantung pada tingkat kelunakan obyek yang dibuat preparat. Dengan demikian, apabila
obyek yang bersangkutan tergolong keras (seperti pada akar bawang), perlu dilakukan
pelunakan terlebih dahulu sebelum dilakukan pemejetan.
Tujuan pembuatan preparat squash ini adalah untuk pengamatan tahap pembelahan
mitosis sel akar bawang merah. Pembelahan sel secara mitosis adalah pembelahan secara
tidak langsung atau dengan istilah lain cytokinesis karena sebelum terjadi pembelahan inti
sel telah didahului dengan terjadinya beberapa perubahan yang sangat penting yaitu
terbentuknya kromosom dalam inti sel selama berlangsungnya proses pembelahan tersebut.
Mulyani (2006) menyatakan bahwa pada pembelahan sel secara mitosis meliputi 4
tahapan yaitu :
1. Profase
Sentroma membelah menjadi mikrotubula aster yang terpisah. Ujungnya memanjang dan
sentroma menjauh. Kromatin menduplikasi dan berkondensasi menjadi kromosom yang
terikat pada sentromer, sentromer diikat kinetokor.
2. Metafase

Selubung nucleus pecah, mikrotubula masuk kedaerah nucleus, mikrotubula kinetokor


mengatur letak dan arah kromosom pada bidang ekuator yang diseimbangkan oleh gaya tarik
menarik sama kuat dari kedua kutub pembelahan.
3. Anafase
Kromosom terbelah menjadi 2 kromatid, setiap kromatid bergerak ke kutub yang
berlawanan, selanjutnya berkumpul di kutub pembelahan.
4. Telofase
Selubung nucleus terakit kembali disekelilingi tiap kromosom baru, kromosom berubah
menjadi kromatin. Serat gelendong hilang, terbentuk karyotheca. Nucleolus muncul, bintang
kutub manjadi sentriol, mengganda menjadi 2, diselaputi sentrosom. Gentingan pada bidang
ekuator sampai ketengah putus terbentuk dua sel anak, masing-masing mengandung
kromosom tetap 2n.
Selesai telofase adalah interfase. Tahapan dalam interfase yaitu : a) Pertumbuhan (G1)
yaitu adanya sintesis protein, karbohidrat, lipid inisiasi, replikasi DNA, duplikasi organela
sangat lama sampai muncul isyarat membelah; b) Fase S yaitu fase dimana terjadi sintesis
DNA dan sintesis satu set lengkap protein kromosomal histon dan nonhiston, duplikasi
kromosom (kurang lebih 9 jam); c) Diikuti dengan pertumbuhan sesudah replikasi (G2)
yaitu sel mempersiapkan diri untuk membelah (kurang lebih 2 jam). Secara umum, langkahlangkah pembuatan preparat squash yaitu: Fiksasi, Pencucian, Hidrolisis, Pencucian,
Pewarnaan, Pemejetan/squashing, penyegelan dan labeling.
C. Prosedur Kerja
Ujung akar bawang dipotong sepanjang 5mm menggunakan silet tajam.
Kemudian difiksasi ke dalam botol flakon yang berisi 2ml asam asetat glacial 45% pada
suhu 4C selama 15 menit. Dicuci dengan aquades sebanyak 3 kali dengan bantuan spet.
Ujung akar dihidrolisis dengan HCl 1 N (di dalam botol flakon) pada panci yang berisi
air panas dengan temperature 60C selama 2 menit (sampai terlihat transparan). Dicuci
kembali menggunakan aquades sebanyak 3 kali. Selanjutnya diwarnai dengan zat warna
acetocarmin 1% selama 2 jam. Dua ujung akar diletakkan di atas gelas benda secara
berjajar dan kelebihan zat warna yang menempel diisap menggunakan spet. Bagian
pangkal ujung akar (bagian yang transparan) dipotong mengguakan silet tajam dan

dibuang. Ditetesi dengan 2 tetes gliserin, ditutup gelas penutup dan dipejet/squash dengan
hati-hati menggunakan ujung jari telunjuk sebelah kanan.
Selanjutnya, gelas penutup disegel secara merata pada bagian tepi gelas penutup
menggunakan kutek transparan. Labeling sesuai identitas preparat, diamati dengan
mikroskop, difoto dan dianalisis hasilnya.
D. Hasil Pengamatan
No

Gambar

Jam 03.00 WIB

Jam 15.00 WIB

E. Pembahasan

Keterangan
1. Dinding sel
2. Sitoplasma

1. Nukleus
1 2. 2Dinding sel
3. Profase

Pada praktikum pembuatan preparat squash akar Allium sativum dan Allium cepa,
dilakukan pemotongan akar dan fiksasi pada pukul 02.00 WIB. Secara umum, langkahlangkah pembuatan preparat squash yaitu: Fiksasi, Hidrolisis, Pencucian, Pewarnaan,
Pencucian, Perekatan/squashing, penyegelan dan labeling.
Pada tahap fiksasi, jenis fiksatif yang digunakan adalah asam asetat glasial 45%
pada suhu 4C. Fiksatif ini merupakan jenis fiksatif sederhana karena didalamnya hanya

mengandung satu macam zat saja. Tahap fiksasi ini bertujuan untuk mempertahankan
struktur sel atau jaringan tumbuhan/hewan yang dijadikan obyek dalam pembuatan
preparat, mengubah indeks bias bagian-bagian sel sehingga bagian-bagian sel tersebut
mudah terlihat di bawah mikroskop, membuat jaringan memiliki kemampuan menyerap
zat warna. Fiksasi ini bertujuan untuk mempertahankan susunan jaringan agar mendekati
seperti sewaktu hidup, menghindari proses pembusukan dan autolysis, mengubah
konsistensi sel yang setengah cair (sol) menjadi lebih padat (gel), mengubah indeks
refraksi berbagai unsur sel dan jaringan sehingga unsur-unsur yang belum terwarnai dapat
dilihat dengan lebih mudah dibandingkan dengan aringan yang belum difiksasi, dan
mempengaruhi reaksi histokimia karena mengikat bagian reaktif jaringan.
Fiksasi memerlukan waktu optimal 15 menit. Apabila kurang dari waktu yang
ditentukan, fiksasi tidak akan sempurna dan dapat merusak sel pada proses selanjutnya.
Begitu pula jika terlalu lama, maka kemungkinan besar sel akan menjadi lebih keras da
justru sulit menjalani proses selanjutnya. Bahan pencuci yang digunakan setelah proses
fiksasi adalah aquades, yang selanjutnya proses diteruskan dengan proses hidrolisis.
Bahan yang digunakan pada proses hidolisis ini menggunakan HCl 1 N, dan dilakukan di
dalam beker glass yang berisi air panas. Hal ini bertujuan untuk melunakkan ujung akar
bawang putih, karena sifat ujung akar bawang merah adalah keras, jadi harus dilunakkan
terlebih dahulu.
Ali (2010) menyatakan bahwa Hidrolisis ini berguna untuk menghidrolisis
lamella tengah paa dinding sel sehingga ketika dilakukan squash sel-sel dapat memisah
dan menyebar satu sama lan. Apabila proses hidrolisis kurang sempurna maka dipastikan
jaringan sulit untuk disquash karena sel-sel masih lekat oleh adanya lamella tengah pada
dinding sel. Apabila proses hidrolisis terlalu lama maka dapat merusak sel dengan
melunakkan sel sehingga sel justru dapat hancur saat di squash. Bentuknya menjadi
transparan merupakan indicator bahwa proses hidorlisis telah seleasi dan lamella tengah
pada dinding sel telah terhidrolisis.
Setelah dilakukan hidrolisis, akar bawang diwarnai menggunakan acetocarmin
selama kurang lebih 60 menit.
Preparat squash akar bawang merah pada pemotonga pukul 03.00 WIBnukleus
tidak terlihat. Preparat tidak terwarnai dengan baik pada nukleus. Zat warna tidak dapat
meresap kedalam nukleus sehingga pada preparat tidak menunjukkan hasil pembelahan

sel secara jelas. Hal ini mungkin terjadi karena pada proses hidrolisis kurang lama,
sehingga zat warna tidak dapat terserap kedalam nucleus.
Sedangkan pada pemotongan akar pada pukul 15.00 WIB menunjukkan bahwa
pembelahan sel sedang pada tahap profase.
Pemberian gliserin pada tahap mounting digunakan sebagai media penutup.
Pemberian gliserin cukup satu tetes saja. Apabila terlalu banyak maka justru dapat
meluber ke luar area desk glass. Langkah selanjutnya pemberian kutek bening pada
daerah tepi desk glass bertujuan agar gliserin tidak menguap sehingga keberadaannya
tetap terjaga menutup preparat.
F. Kesimpulan
1. Preparat akar bawang merah dan bawang putih dapat dibuat menggunakan metode
squash dengan pewarnaan acetocarmin.
2. Dari hasil praktikum acetocarmine tidak dapat mewarnai preparat akar bawang
merah dan bawang putih, dikarenakan adanya kesalahan praktikan
G. Daftar Pustaka
Mulyani, Sri ES. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Kanisius.
Rudyatmi, Eli. 2014. Diktat Mikroteknik. Semarang: Jurusan Biologi FMIPA Unnes.
Suryo. 2001.Genetika. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai