LAPORAN PRAKTIKUM
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Mikroteknik
Tahun Pelajaran 2014/2015
Dosen pengampu :
Ir. Nur Rahayu Utami, M.Si
Disusun oleh :
Rizqi Amalia (4411412038)
Biologi Rombel 2
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
dibuang. Ditetesi dengan 2 tetes gliserin, ditutup gelas penutup dan dipejet/squash dengan
hati-hati menggunakan ujung jari telunjuk sebelah kanan.
Selanjutnya, gelas penutup disegel secara merata pada bagian tepi gelas penutup
menggunakan kutek transparan. Labeling sesuai identitas preparat, diamati dengan
mikroskop, difoto dan dianalisis hasilnya.
D. Hasil Pengamatan
No
Gambar
E. Pembahasan
Keterangan
1. Dinding sel
2. Sitoplasma
1. Nukleus
1 2. 2Dinding sel
3. Profase
Pada praktikum pembuatan preparat squash akar Allium sativum dan Allium cepa,
dilakukan pemotongan akar dan fiksasi pada pukul 02.00 WIB. Secara umum, langkahlangkah pembuatan preparat squash yaitu: Fiksasi, Hidrolisis, Pencucian, Pewarnaan,
Pencucian, Perekatan/squashing, penyegelan dan labeling.
Pada tahap fiksasi, jenis fiksatif yang digunakan adalah asam asetat glasial 45%
pada suhu 4C. Fiksatif ini merupakan jenis fiksatif sederhana karena didalamnya hanya
mengandung satu macam zat saja. Tahap fiksasi ini bertujuan untuk mempertahankan
struktur sel atau jaringan tumbuhan/hewan yang dijadikan obyek dalam pembuatan
preparat, mengubah indeks bias bagian-bagian sel sehingga bagian-bagian sel tersebut
mudah terlihat di bawah mikroskop, membuat jaringan memiliki kemampuan menyerap
zat warna. Fiksasi ini bertujuan untuk mempertahankan susunan jaringan agar mendekati
seperti sewaktu hidup, menghindari proses pembusukan dan autolysis, mengubah
konsistensi sel yang setengah cair (sol) menjadi lebih padat (gel), mengubah indeks
refraksi berbagai unsur sel dan jaringan sehingga unsur-unsur yang belum terwarnai dapat
dilihat dengan lebih mudah dibandingkan dengan aringan yang belum difiksasi, dan
mempengaruhi reaksi histokimia karena mengikat bagian reaktif jaringan.
Fiksasi memerlukan waktu optimal 15 menit. Apabila kurang dari waktu yang
ditentukan, fiksasi tidak akan sempurna dan dapat merusak sel pada proses selanjutnya.
Begitu pula jika terlalu lama, maka kemungkinan besar sel akan menjadi lebih keras da
justru sulit menjalani proses selanjutnya. Bahan pencuci yang digunakan setelah proses
fiksasi adalah aquades, yang selanjutnya proses diteruskan dengan proses hidrolisis.
Bahan yang digunakan pada proses hidolisis ini menggunakan HCl 1 N, dan dilakukan di
dalam beker glass yang berisi air panas. Hal ini bertujuan untuk melunakkan ujung akar
bawang putih, karena sifat ujung akar bawang merah adalah keras, jadi harus dilunakkan
terlebih dahulu.
Ali (2010) menyatakan bahwa Hidrolisis ini berguna untuk menghidrolisis
lamella tengah paa dinding sel sehingga ketika dilakukan squash sel-sel dapat memisah
dan menyebar satu sama lan. Apabila proses hidrolisis kurang sempurna maka dipastikan
jaringan sulit untuk disquash karena sel-sel masih lekat oleh adanya lamella tengah pada
dinding sel. Apabila proses hidrolisis terlalu lama maka dapat merusak sel dengan
melunakkan sel sehingga sel justru dapat hancur saat di squash. Bentuknya menjadi
transparan merupakan indicator bahwa proses hidorlisis telah seleasi dan lamella tengah
pada dinding sel telah terhidrolisis.
Setelah dilakukan hidrolisis, akar bawang diwarnai menggunakan acetocarmin
selama kurang lebih 60 menit.
Preparat squash akar bawang merah pada pemotonga pukul 03.00 WIBnukleus
tidak terlihat. Preparat tidak terwarnai dengan baik pada nukleus. Zat warna tidak dapat
meresap kedalam nukleus sehingga pada preparat tidak menunjukkan hasil pembelahan
sel secara jelas. Hal ini mungkin terjadi karena pada proses hidrolisis kurang lama,
sehingga zat warna tidak dapat terserap kedalam nucleus.
Sedangkan pada pemotongan akar pada pukul 15.00 WIB menunjukkan bahwa
pembelahan sel sedang pada tahap profase.
Pemberian gliserin pada tahap mounting digunakan sebagai media penutup.
Pemberian gliserin cukup satu tetes saja. Apabila terlalu banyak maka justru dapat
meluber ke luar area desk glass. Langkah selanjutnya pemberian kutek bening pada
daerah tepi desk glass bertujuan agar gliserin tidak menguap sehingga keberadaannya
tetap terjaga menutup preparat.
F. Kesimpulan
1. Preparat akar bawang merah dan bawang putih dapat dibuat menggunakan metode
squash dengan pewarnaan acetocarmin.
2. Dari hasil praktikum acetocarmine tidak dapat mewarnai preparat akar bawang
merah dan bawang putih, dikarenakan adanya kesalahan praktikan
G. Daftar Pustaka
Mulyani, Sri ES. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Kanisius.
Rudyatmi, Eli. 2014. Diktat Mikroteknik. Semarang: Jurusan Biologi FMIPA Unnes.
Suryo. 2001.Genetika. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.