Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROTEKNIK

PEMBUATAN PREPARAT AKAR BAWANG MERAH


METODE SQUASH

Disusun Oleh:

Nama : Wiji Setyo Utami


NIM : K4312072
Kelas :B
Kelompok :6

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2016
PEMBUATAN PREPARAT AKAR BAWANG MERAH
METODE SQUASH

I. TUJUAN
1. Mengetahui prosedur pembuatan preparat akar bawang merah melalui
metode squash dengan pewarnaan aceto-orsein
2. Menganalisis hasil pengamatan preparat akar bawang merah menggunakan
metode squash dengan pewarnaan aceto-orsein

II. ALAT DAN BAHAN


A. Alat:
1. Mikroskop
2. Beaker glass
3. Object glass
4. Cover glass / deg glass
5. Kertas saring
6. Pipet tetes
7. Botol flakon
8. Stopwatch
9. Kuas
10. Penjepit kayu
11. Bunsen
12. Kaki tiga
13. Termometer
14. Karet penghapus

B. Bahan:
1. Ujung akar bawang merah (Allium cepa)
2. Aquades
3. AAG 45%
4. Orsein
5. Aceto-orsein
6. HCl 1 N
7. Gliserin

III. PRINSIP KERJA


Melakukan penanaman bawang merah sampai tumbuhnya akar, selama 7-10
hari. Akar bawang yang sudah tumbuh dipotong sepanjang 5 mm dari ujung
akar. Pengambilan ujung akar dilakukan pada pukul 10.00 WIB. Ujung akar
bawang merah lalu dimasukkan ke dalam botol flakon. Akar difiksasi dengan
larutan AAG 45% kemudian disimpan di dalam kulkas selama 2 x 24 jam.
Aquades dipanaskan dengan bunsen dan diukur suhunya dengan termometer.
Akar hasil fiksasi dicuci (washing) dengan cara mengganti larutan fiksatif
dengan aquades yang dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan masing-masing
selama 2 menit. Selanjutnya dilakukan hidrolisis dengan menambahkan HCl 1
N sebanyak 1-2 tetes. Botol flakon berisi akar bawang merah ditutup rapat dan
dimasukkan ke dalam air bersuhu 600C selama 2 menit. Kemudian akar dicuci
kembali (washing) dengan cara mengganti larutan HCl dengan aquades yang
dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan masing-masing selama 2 menit. Akar
bawang merah difiksasi dengan pewarna aceto-orsein selama 5 menit.
Squashing dilakukan dengan cara mengambil akar menggunakan kuas dan
meletakkannya di object glass. Preparat akar ditetesi dengan gliserin dan ditutup
cover glass kemudian ditekan dengan karet penghapus. Preparat akar bawang
merah diamati di bawah mikroskop dan hasil pengamatan didokumentasikan.
IV. DATA PENGAMATAN

dinding sel
nukleus

Hasil pengamatan preparat squash akar bawang merah di bawah mikroskop


(perbesaran 10x)

V. PEMBAHASAN
Metode squash merupakan teknik pembuatan preparat dengan cara
menekan bahan yang akan digunakan sampai terbentuk lapisan yang sangat tipis
sehingga bagian sel yang ingin diamati terlihat dengan jelas. Bahan yang sering
digunakan dalam metode ini adalah anther bunga kembang sepatu ataupun akar
dari bawang merah. Metode squash lebih mengarah pada pembelahan sel yang
terjadi pada ujung akar. Ujung akar yang sering digunakan adalah bagian akar
yang baru tumbuh atau bagian apeksnya yaitu bagian yang berwarna putih. Pada
bagian tersebut seringkali terjadi pembelahan mitosis (Santoso, 2002).
Setiap tahapan dalam prosedur metode squash mempunyai tujuan
tertentu. Pengambilan ujung akar dilakukan pada pukul 10.00 WIB karena sel-
sel akar bawang merah melakukan mitosis pada interval waktu tersebut.
Pembuatan preparat metode squash dimulai dengan tahap fiksasi yang
dilakukan dengan larutan AAG 45%. Fiksasi bertujuan untuk mempertahankan
komponen dari sel-sel ujung akar bawang merah sehingga tetap dalam keadaan
hidup. Tahap pencucian (washing) dilakukan dengan cara mengganti larutan
fiksatif dengan aquades sebanyak tiga kali pengulangan. Washing bertujuan
untuk menghilangkan larutan fiksatif di dalam flakon agar memudahkan
praktikan dalam proses selanjutnya. Hidrolisis dengan HCl bertujuan untuk
melisiskan lamella tengah. HCL yang digunakan saat hidrolisis digunakan
sebagai katalisator yang dapat menghilangkan lignin dan hemiselulosa.
Perendaman dalam air yang dipanaskan bertujuan untuk melunakkan sel akar
bawang supaya lebih mudah saat menekan sel akar bawang sehingga mudah
hancur. Tahap pewarnaan dengan aceto-orsein bertujuan untuk mewarnai
kromosom sehingga dapat diamati dengan jelas di bawah mikroskop. Aceto
orcein merupakan pewarna yang dibuat dengan menggunakan bubuk orcein dan
asam asetat 99%. Squashing (pemencetan) bertujuan untuk menipiskan sel agar
sel menyebar sehingga tampak jelas ketika pengamatan preparat. Sebelum
dilakukan squashing, object glass ditetesi dengan gliserin terlebih dahulu.
Pemberian gliserin bertujuan untuk memudahkan proses squashing dan
menjaga kesegaran bahan karena sifat gliserin yang kental dan licin serta sulit
menguap. Pengambilan sampel akar bawang dilakukan di pagi hari dikarenakan
mitosis akar bawang merah terjadi di pagi hari.
Teknis pelaksanaan metode squash harus sesuai dengan prosedur yang
ada karena kesalahan teknis akan mempengaruhi tahapan selanjutnya dan
keberhasilan pembuatan preparat akar bawang merah. Setiap prosedur harus
dicermati dengan baik, demikian pula ketepatan waktu yang diperlukan pada
masing-masing tahapan. Pengambilan ujung akar dari botol flakon ke object
glass dilakukan dengan bantuan kuas agar meminimalisir terjadinya
kontaminasi dari tangan praktikan. Penekanan akar bawang tidak menggunakan
ujung pensil atau pulpen, melainkan karet penghapus. Ujung pensil atau pulpen
terlalu keras sehingga dapat menyebabkan cover glass pecah, sementara karet
penghapus lebih lunak dari ujung pensil sehingga dapat memudahkan squashing
preparat tanpa menyebabkan cover glass pecah.
Mitosis adalah proses pembagian genom yang telah digandakan oleh sel
ke dua sel identik yang dihasilkan oleh pembelahan sel. Mitosis umumnya
diikuti oleh sitokinesis (pembagian sitoplasma dan membran sel). Proses ini
menghasilkan dua sel anak yang identik dan bertujuan untuk mempertahankan
pasangan kromosom yang sama melalui pembelahan inti secara berturut-turut.
Proses mitosis terjadi di dalam sel somatik yang bersifat meristematik, yaitu sel-
sel yang hidup terutama sel-sel yang sedang tumbuh, misalnya di ujung akar
(Muhlisyah, et al, 2014).
Bawang merah (Allium cepa) memiliki komposisi dinding sel yang
tersusun dari lapisan senyawa-senyawa yang relatif mudah ditembus oleh
larutan fiksatif dan pewarna (Sastrosumarjo, 2006). Tanaman bawang merah
bersifat diploid dengan jumlah kromosom sebanyak 2n = 16 yang dapat
dikelompokkan menjadi 8 pasangan kromosom. Hal ini sangat membantu
dalam mempelajari analisis mitosis pada tanaman karena jumlahnya yang tidak
terlalu banyak, ukuran kromosom yang besar dan pembuatan preparat yang
cukup mudah (Stack, 1979). Menurut Sulistyaningsih (2004), berdasarkan
posisi sentromernya kromosom-kromosom tersebut dikelompokkan menjadi 3
macam, yaitu metasentrik (4 pasang kromosom: kromosom nomor 1, 3, 5 dan
7), submetasentrik (3 pasang kromosom: kromosom nomor 2, 4 dan 8) dan
subtelosentrik dengan satelite kecil (1 pasang kromosom: kromosom nomor 6).
Crowder (2006) menyatakan bahwa mitosis pada tanaman terjadi
selama 30 menit sampai beberapa jam. Mitosis pada akar bawang merah terjadi
melalui beberapa fase, yaitu profase, metafase, anafase, dan telofase.
a. Profase, merupakan transisi dari fase G2 ke fase pembelahan inti atau
mitosis (M) dari siklus sel. Tahap profase merupakan tahap awal dalam
mitosis. Fase ini ditandai dengan hilangnya nukleus dan mulai tampak
pilinan-pilinan kromosom yang terlihat tebal. Selaput inti (nukleolus) mulai
berdegenerasi, kemudian perlahan-lahan inti tidak tampak dan terjadilah
pembentukan spindel mikrotubul.
b. Metafase, merupakan fase mitosis dimana kromosom mulai berjajar di
bidang equator. Selama metafase, sentromer dari setiap kromosom
berkumpul pada bagian tengah spindel pada bidang equator. Pada tempat-
tempat ini, sentromer-sentromer diikat oleh benang-benang spindel yang
terpisah, dimana setiap kromatid dilekatkan pada kutub-kutub spindel yang
berbeda. Kadang-kadang benang spindel tidak berasosiasi dengan
kromosom dan merentang secara langsung dari satu kutub ke kutub yang
lain. Pada saat metafase, sentromer-sentromer diduplikasi dan setiap
kromatid menjadi kromosom yang berdiri sendiri (independen).
Penggunaan metode tanpa pra perlakuan (metode sederhana)
mengakibatkan kromosom pada metafase tidak dapat menyebar dengan
baik, sehingga jumlah kromosom tidak dapat dihitung dengan tepat.
c. Anafase, ditandai dengan terjadinya pemisahan sister chromatids
membentuk anak kromosom yang bergerak menuju kutub spindel yang
berlawanan. Kromosom nampak mengalami penebalan sehingga dapat
dilihat secara jelas dengan mikroskop.
d. Telofase, merupakan fase terakhir pada mitosis. Pada fase ini nampak
adanya dinding pemisah yang berupa sekat yang belum sempurna dan
memisahkan kromosom-kromosom yang telah mencapai kutub. Sekat
belum sempurna dan sel belum benar-benar terpisah tetapi tanda akan
terbentuknya dua sel sudah mulai tampak. Penampakan kembali nukleus
merupakan tanda bahwa mitosis sudah berakhir (Schultz-Schaeffer, 1980).
Sitokinesis pada dinding sel tumbuhan tingkat tinggi melibatkan
vesikula-vesikula yang berasal dari badan Golgi dan mikrotubul-miktotubul
yang tersusun paralel dan disebut fragmoplas. Vesikula-vesikula yang berasal
dari badan golgi berasosiasi dengan mikrotubula fragmoplas dan
ditranslokasikan sepanjang mikrotubula ke arah equator. Vesikula-vesikula
tersebut selanjutnya terakumulasi pada daerah dimana mikrotubula fragmoplas
mengalami overlap. Kemudian berfusi satu sama lain membentuk lempeng sel
(cell plate). Lempeng sel meluas secara lateral hingga mencapai membran
plasma dan dua sel baru terpisah secara sempurna dengan terbentuknya dinding
sel baru (Schultz-Schaeffer, 1980).
Pengamatan preparat akar bawang merah metode squash di bawah
mikroskop memperlihatkan bahwa preparat dapat dikatakan berhasil dari segi
anatomis karena bagian-bagian sel ujung akar bawang merah dapat terlihat
dengan jelas. Namun, fase pembelahan mitosis yang terjadi pada akar bawang
merah tidak dapat diketahui. Alasannya karena perbesaran yang digunakan
untuk mengamati preparat terlalu lemah (perbesaran 10x) sehingga keberadaan
kromosom maupun benang-benang kromatin tidak terlihat.

VI. KESIMPULAN
Metode squash merupakan teknik pembuatan preparat dengan cara
menekan bahan yang akan digunakan sampai terbentuk lapisan yang sangat tipis
sehingga bagian sel yang ingin diamati terlihat dengan jelas. Prinsip kerja pada
metode squash secara umum yaitu penanaman akar bawang, fiksasi, washing,
hidrolisis, pewarnaan, pemberian gliserin, dan squashing. Pewarnaan pada
preparat squash menggunakan pewarna aceto-orcein.
Metode squash pada pembuatan preparat akar bawang merah dilakukan
untuk mengetahui terjadinya mitosis. Fase-fase pembelahan mitosis yaitu:
- Interfase
Nukleus tampak keruh dan benang-benang kromatin yang halus terlihat
- Profase
Adanya pemadatan benang-benang kromatin yang sangat halus
membentuk struktur berbentuk batang (kromosom)
- Metafase
Ciri khas fase ini adalah kromosom-kromosom menempatkan diri di bidang
ekuatorial
- Anafase
Terjadi pemisahan sister chromatids membentuk anak kromosom yang
bergerak menuju kutub spindel yang berlawanan
- Telofase
Sel-sel membentuk sekat dan hampir membelah menjadi dua
Pengamatan preparat akar bawang merah metode squash di bawah
mikroskop memperlihatkan bahwa preparat dapat dikatakan berhasil dari segi
anatomis karena bagian-bagian sel ujung akar bawang merah dapat terlihat
dengan jelas. Namun, fase pembelahan mitosis yang terjadi pada akar bawang
merah tidak dapat diketahui. Alasannya karena perbesaran yang digunakan
untuk mengamati preparat terlalu lemah (perbesaran 10x) sehingga keberadaan
kromosom maupun benang-benang kromatin tidak terlihat.

VII. DAFTAR PUSTAKA


Crowder, L. V. (2006). Genetika Tumbuhan. Yoyakarta: Gajah Mada
University Press.
Muhlisyah, N., Muthiadin, C., Wahidah, B. F., Aziz, I. R. (2014). Preparasi
Kromosom Fase Mitosis Markisa Ungu (Passiflora edulis) Varietas
Edulis Sulawesi Selatan. Biogenesis. 2(1): 48-55.
Santoso, H. B. (2002). Bahan Kuliah Teknik Laboratorium. Retrieved from
http://maya.scribd.com/390192.
Sastrosumarjo, S., Yudiwanti, S. I. Aisyah, S. Sujiprihati, M. Syukur, R.
Yunianti. (2006). Panduan Laboratorium. Dalam S. Sastrosumarjo
(Ed.) Sitogenetika Tanaman. Bogor: IPB Press.
Schulz-Schaeffer, J. (1980). Cytogenetics: Plants, Animals, Humans. New
York: Springer-Verlag.
Stack S. M., & D. E. Comings. (1979). The Cromosomes and DNA of Allium
cepa. Chromosoma. 70: 161-181.
Sulistyaningsih, E. (2004). Fertilitas Tanaman Bawang Merah Doubled
Haploid. Jurnal Ilmu Pertanian. 11(1): 1-6.

VIII. LAMPIRAN
1 lembar dokumentasi hasil pengamatan preparat squash
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai