Anda di halaman 1dari 14

1

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM


MIKROTEKNIK

“PREPARASI MASERASI (GOSOK TULANG)”

Disusun oleh :
Nama : Qonita Luthfiyyah
NIM : K4318047
Kelas :B
Kelompok :4

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEBELAS MARET
SURAKARTA
2018
2

LAPORAN RESMI MIKROTEKNIK

I. JUDUL : Preparasi Maserasi (Gosok Tulang)

II. TUJUAN : Untuk membuat preparat bagian-bagian jaringan tulang dengan


metode maserasi.

III. ALAT & BAHAN:


1. Alat : 2. Bahan :
a. Pisau a. Femur Ayam Broiler (Gallus gallus)
b. Cutter b. Aquades
c. Gergaji c. Alkohol Absolut
d. Gelas Arloji d. Xilol
e. Amplas e. Canada Balsam
f. Panci f. Perwarna Buah Naga
g. Pipet Tetes
h. Cover glass
i. Object Glass
j. Mikroskop
k. Botol Flakon
l. Kompor Gas

IV. SKEMA LANGKAH KERJA

Mengambil tulang bagian Merebus tulang selama



femur ayam broiler yang kurang lebih 30 menit
→sudah dibersihkan dari hingga semua otot bersih dan
daging yang menempel mengangkatnya

Menggosok pada amplas Memotong tulang


sambil ditetesi air menggunakan gergaji
secukupnya agar tipisnya sepanjang kurang lebih 0,5
merata cm

Setelah tulang menipis, dan


Gosok berlawanan dengan
bagian-bagiannya sudah
arah jarum jam agar sel yang
terlihat, tulang diletakkan
diamati tidak rusak
pada flakon
3

Buang alcohol, pisahkan Kemudian di fiksasi dengan


alkohol absolut selama 30
potongan tulang di 2 flakon
menit
berbeda

Lalu mewarnai salah Lanjut, mewarnai potongan


satunya dengan pewarna : tulang lainnya dengan
buah naga 1 gr + 5 ml pewarna : buah naga 1 gr +
aquades selama 30 menit 5 ml alkohol selama 1,5 jam

Clearing dengan xilol Membuang cairan lalu


mencuci tulang yang diwarnai
selama overnight
aquades dengan aquades &
yang diwarnai alkohol dengan
alkohol

Melakukan mounting Menutup dengan cover


dengan cara menempelkan glass, lalu mengamatinya di
preparat pada object glass bawah mikroskop
menggunakan Canada
balsam
4

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. DATA PENGAMATAN
Hasil Pengamatan
Tulang ayam broiler  Deskripsi
Gallus gallus Gambar di samping menunjukkan preparat gosok
Pewarna buah naga + Alcohol tulang femur ayam (Gallus gallus), yang diwarnai
dengan 1 gr filtrat kulit buah naga yang dicampur
Perbesaran 4x
dengan 5 ml alcohol, dengan perbesaran 4X.
Preparat yang dihasilkan menunjukkan hasil yang
tidak bagus, dapat dilihat dari jaringan tulang sistem
Havers yang tidak jelas dan buram.
Tulang terdiri dari system-sistem Havers. Sistem
Havers merupakan saluran yang berisi serabut saraf,
pembuluh darah dan aliran limfa. Setiap sistem
Havers terdiri dari saluran Havers Canalis (saluran)
yaitu suatu saluran yang sejajar dengan sumbu
tulang, didalam saluran terdapat pembuluh-pembuluh
darah dan syaraf. Sekeliling sistem Havers terdapat
1 lamela-lamela yang konsentris dan berlapis-lapis.
Keterangan: Lamela adalah suatu zat interseluler yang berkapur.
1. Sistem Havers Pada lamela terdapat rongga-rongga yang disebut
lacuna, didalam lacuna terdapat osteosit, dari lacuna
keluar menuju ke segala arah saluran-saluran kecil
yang disebut canaliculi yang berhubungan dengan
lacuna lain atau canalis Havers. Canaliculi penting
dalam nutrisi osteosit, diantara sistem Havers
terdapat lamella interstitital yang lamellalamelanya
tidak berkaitan dengan sistem Havers.(Finn Geneser,
1992).

 Kekurangan
Sistem Havers nampak tidak jelas dan buram,
sehingga tidak dapat diamati dengan jelas bagian-
bagiannya, seperti lamella-lamella Havers, canalis
Havers, lacuna dan canaliculi-nya.
Ketidakjelasan preparat dapat disebabkan dari
bermacam-macam faktor. Pertama, dikarenakan
penggosokan tulang yang kurang merata sehingga
mengakibatkan bagian – bagian sistem Havers
terlihat kurang jelas, terutama bagian yang terlalu
tebal. Hal ini juga dapat dipengaruhi dan disebabkan
oleh ukuran pembesaran mikroskop yang dipakai
ketika mengamati preparat ini.
5

Selain itu kurang tepatnya proses pembuatan larutan


dan waktu pemberian pewarna pada tulang agar
preparat dapat terwarnai secara sempurna. Hal
tersebut sebagai bahan kajian untuk lebih berhati-hati
dalam memberi perlakuan pada jaringan tulang.

 Kendala
Sulitnya melakukan pengamplasan secara tipis
merata sebab potongan tulang yang rapuh dan rentan
patah.

Tulang ayam broiler  Deskripsi


Gallus gallus Gambar di samping menunjukkan preparat gosok
Pewarna buah naga+ Aquades tulang femur ayam (Gallus gallus), yang diwarnai
dengan 1 gr filtrat kulit buah naga yang dicampur
Perbesaran 4x
dengan 5 ml aquades, dengan perbesaran 4X.
Preparat ini juga menunjukkan hasil yang tidak
1
bagus, dapat dilihat dari jaringan tulang sistem
Havers yang tidak jelas dan buram. Namun, pada
preparat yang diwarnai dengan filtrat kulit buah naga
yang dicampur aquades ini dapat diamati canaliculi-
nya walaupun tidak begitu jelas dan detail.
Tulang terdiri dari system-sistem Havers. Sistem
Havers merupakan saluran yang berisi serabut saraf,
pembuluh darah dan aliran limfa. Setiap sistem
Havers terdiri dari saluran Havers Canalis (saluran)
2
yaitu suatu saluran yang sejajar dengan sumbu
Keterangan:
tulang, didalam saluran terdapat pembuluh-pembuluh
1. Sistem Havers
darah dan syaraf. Sekeliling sistem Havers terdapat
2. Canaliculi (saluran halus) lamela-lamela yang konsentris dan berlapis-lapis.
Lamela adalah suatu zat interseluler yang berkapur.
Pada lamela terdapat rongga-rongga yang disebut
lacuna, didalam lacuna terdapat osteosit, dari lacuna
keluar menuju ke segala arah saluran-saluran kecil
yang disebut canaliculi yang berhubungan dengan
lacuna lain atau canalis Havers. Canaliculi penting
dalam nutrisi osteosit, diantara sistem Havers
terdapat lamella interstitital yang lamellalamelanya
tidak berkaitan dengan sistem Havers.(Finn Geneser,
1992).
Kejelasan preparat dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya pada saat pengasahan dan penggosokan
tulang yang kurang merata mengakibatkan di setiap
jaringan-jaringan tulang tidak terlalu jelas, kurangnya
ketelitian pada saat proses penggosokan
6

mengakibatkan struktur tulang mengalami kerusakan


(Wahyuni, 2009).

 Kekurangan
Sistem Havers nampak tidak jelas dan buram,
sehingga tidak dapat diamati dengan jelas bagian-
bagiannya, seperti lamella-lamella Havers, canalis
Havers, dan lacuna. Ketidakjelasan preparat dapat
disebabkan dari bermacam-macam faktor. Pertama,
dikarenakan penggosokan tulang yang kurang merata
sehingga mengakibatkan bagian – bagian sistem
Havers terlihat kurang jelas, terutama bagian yang
terlalu tebal. Hal ini juga dapat dipengaruhi dan
disebabkan oleh ukuran pembesaran mikroskop yang
dipakai ketika mengamati preparat ini.
Selain itu kurang tepatnya proses pembuatan larutan
dan waktu pemberian pewarna pada tulang agar
preparat dapat terwarnai secara sempurna. Hal
tersebut sebagai bahan kajian untuk lebih berhati-hati
dalam memberi perlakuan pada jaringan tulang.

 Kendala
Sulitnya melakukan pengamplasan secara tipis
merata sebab potongan tulang yang rapuh dan rentan
patah.

B. PEMBAHASAN
1. Teknik Handling Bahan
Maserasi adalah teknik yang digunakan untuk menarik atau mengambil
senyawa yang diinginkan dari suatu larutan atau padatan dengan teknik
perendaman terhadap bahan yang akan diekstraksi. Preparat gosok diperoleh
melalui metode mikroteknik dengan cara merebus dan menggosok tulang
setipis mungkin.
Pada tulang terdapat zat kapur dalam bentuk kalsium karbonat
(CaCO3) dan kalsium fosfat. Bahan-bahan tersebut membentuk tulang yang
bersifat keras dan tidak lentur seperti tulang rawan. Tulang juga memiliki
struktur yang cukup rumit, maka perlu dilakukan preparasi dengan mengacu
pada tahapan-tahapan yang rumit pula. Hal tersebut bertujuan agar preparat
yang akan dibuat menghasilkan tampakkan yang jelas dan dapat diidentifikasi
sesuai yang diharapkan (Gunarso, 1989).
Langkah-langkah dari proses maserasi ini antara lain adalah perebusan
tulang, pemotongan, peng-amplas-an/penggosokan, fiksasi, pewarnaan
7

(staining), pencucian(washing), clearing, penutupan (mounting), dan labelling


(Suntoro, 1983).
Bahan yang digunakan merupakan tulang femur ayam broiler (Gallus
gallus).

2. Pelaksanaan Penggunaan Teknik


Tahap-tahap preparasi ini diawali dengan membersihkan bagian femur
dari otot dan merebusnya selama 30 menit hingga semua otot dan daging yang
menempel bersih serta terlepas dari tulang. Selanjutnya memotong tulang
menggunakan gergaji sepanjang kurang lebih 0,5 cm. Dilanjutkan menggosok
tulang dengan amplas sambil di tetesi air secukupnya agar menghasilkan
amplasan tulang yang tipisnya merata. Menggosok tulang berlawanan dengan
arah jarum jam sehingga sel-sel pada tulang tidak rusak dan tulang tidak patah.
Pada saat pengamplasan juga harus dilakukan dengan hati-hati dan teliti.
Tahapan selanjutnya yaitu melakukan fiksasi dengan alkohol 70% selama 30
menit. Kemudian membuang alkohol serta memisahkan potongan tulang ke
dalam dua botol flakon yang berbeda. Selanjutnya mewarnai salah satu
potongan tulang dengan pewarna buah naga 1 gr yang dicampur dengan 5 ml
alkohol selama 1,5 jam dan mewarnai potongan tulang lainnya dengan pewarna
buah naga 1 gr yang dicampur dengan 5 ml aquades selama 30 menit. Langkah
berikutnya yaitu membuang cairan pewarna dan mencuci tulang yang diwarnai
cairan aquades dengan aquades juga, begitupula sebaliknya, mencuci tulang
yang diwarnai cairan alkohol dengan alkohol. Selanjutnya, melakukan
clearing menggunakan xylol selama overnight. Kemudian melakukan
mounting dengan cara menempelkan preparat pada object glass menggunakan
Canada balsam dan menutupnya dengan cover glass. Lalu memberi label pada
object glass dan mengamati hasilnya dengan mikroskop

3. Alasan Penggunaan Teknik


Metode gosok tulang (bone) digunakan untuk mendapatkan sediaan yang sulit
diris (section) atau sulit mendapat sediaan dengan ketebalan merata. Metode
gosok dapat dipakai untuk pembuatan jaringan yang sifatnya keras seperti
sediaan tulang gigi dan jaringan keras lainnya (Wahyuni, 2016)

4. Alasan Penggunaan Kemikalia


a. Aquades
Aquades digunakan sebagai pelarut yang bersifat netral, yang kerap
ditambahkan dalam kadar dan jumlah tertentu, dalam pengenceran suatu
senyawa. Kekontrasan warna preparat juga dipengaruhi oleh pengenceran
8

masing-masing konsentrasi, oleh karena itu aquades amat berpengaruh


dalam pengenceran ini. Penambahan pelarut itu sendiri dalam suatu senyawa
dapat berakibat pada menurunnya kadar kepekatan atau tingkat konsentrasi
dari senyawa yang dilarutkan atau diencerkan (Brady,1999).
b. Alkohol
Alkohol digunakan karena memiliki efek denaturasi yang paling umum
sebab merupakan suatu dehidran. Alcohol merupaka cairan fiksatif,
pendenaturasi, dan sebagai larutan penetrasi yang baik. Alcohol adalah
fiksatif koagulan yang mendenaturasi protein, selain itu alcohol juga
menggantikan ikatan air pada jaringan sehingga mengganggu ikatan
hidrofobik dan hydrogen kemudian mengekspos bagian hidrofobik internal
protein dan mengganggu struktur tersier dan solubilitas di air (Musyarifah &
Agus, 2018)
c. Xylol
Xylol murni tersebut berfungsi untuk menjernihkan jaringan (clearing),
namun jika terlalu lama direndam dalam larutan xilol maka hal tersebut
akan menyebabkan jaringan menjadi kering, rapuh dan getas sehingga hasil
akhir dari pembuatan sediaan yang telah jadi justru tidak akan bertahan lama
(Suntoro, 1983).
d. Pewarna Kulit Buah Naga
Warna merah yang dihasilkan kulit buah naga merah berasal dari zat warna
antosianin yang dikandung kulit buah naga merah tersebut. Pewarna dari
filtrat kulit buah naga merah dapat menimbulkan kontras warna antar
jaringan tulang sehingga jaringan tulang dapat dibedakan, jadi pewarna ini
telah memenuhi tujuan dari pewarnaan jaringan dalam pembuatan preparat.
Proses pewarnaan pada preparat jaringan tulang oleh filtrat kulit buah naga
merah dikarenakan adanya reaksi ikatan elektrostatik antara muatan ion zat
warna yang bersifat asam akan melepaskan muatan positif dan bagian
jaringan tulang yang bersifat basa akan melepaskan muatan negatif sehingga
jaringan tulang dapat terwarnai menjadi merah. Zat warna basa memiliki
muatan ion negatif sedangkan zat warna asam bermuaran positif (Wahyuni,
2016). Suntoro (1983) menyatakan bahwa zat warna asam mewarnai bagian
sel yang bersifat basa dan sebaliknya, zat warna basa mewarnai bagian sel
yang bersifat asam.

5. Kendala selama kegiatan praktikum


a. Praktikan kesulitan dalam mengamplas karena potongan tulang yang
rapuh dan rentan patah.
b. Praktikan kesulitan untuk mendapatkan hasil amplasan yang tipis merata.
c. Praktikan kesulitan saat menggergaji tulang.
9

d. Suasana laboratorium yang sempit dan kurang kondusif kerap membuat


praktikan kebingungan dan salah paham mengenai urutan langkah kerja
dalam praktikum asetolisis ini.
e. Praktikan kurang terampil dan berhati-hati ketika mengamplas tulang
sehingga menghasilkan amplasan yang kurang bagus.
f. Minimnya jumlah mikroskop membuat praktikan harus mengantri terlebih
dahulu untuk mengamati preparat.

VI. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan, dapat disimpulkan bahwa :


Metode gosok tulang (bone) digunakan untuk mendapatkan sediaan yang sulit diris
(section) atau sulit mendapat sediaan dengan ketebalan merata. Metode gosok dapat
dipakai untuk pembuatan jaringan yang sifatnya keras seperti sediaan tulang gigi dan
jaringan keras lainnya.
Hasil pembuatan preparat dengan metode maserasi (gosok tulang), diantaranya :
1. Tulang ayam broiler (Gallus gallus) Pewarna buah naga + Alcohol, menghasilkan
preparat yang tidak bagus. Bagian-bagian Sistem Havers tidak dapat diamati dengan
jelas.
2. Tulang ayam broiler (Gallus gallus) Pewarna buah naga + Aquades, menghasilkan
preparat yang agak bagus. Walaupun bagian-bagian Sistem Havers tidak dapat diamati
dengan jelas, namun dapat diamati canaliculi-nya.

VII. DAFTAR PUSTAKA

Finn Geneser. (1992). Histologi, Alih Bahasa Yan Tambayong. Bina Rupa Aksara.
Musyarifah, Z., & Agus, S. (2018). Proses Fiksasi pada Pemeriksaan Histopatologik.
Jurnal Kesehatan Andalas, 7(3), 443-453.
Suntoro, Handari. (1983). Metode Pewarnaan (Histologi dan Histokimia). Jakarta :
Bhratara Karya Aksara.
Gunarso, Wisnu. (1989). Bahan Pengajaran Mikroteknik. Bogor : DEPDIKBUD Institut
Pertanian Bogor.
Wahyuni, Sri. (2009). Buku Petunjuk Praktikum Mikroteknik. UMM Press: Malang.
Wahyuni, S. (2016). Identifikasi Preparat Gosok Tulang (Bone) Berdasarkan Teknik
Pewarnaan. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi UMM 2015,
657-666.
Yulianingtyas, A., & Kusmartono, B. (2016). Optimasi Volume Pelarut dan Waktu
Maserasi Pengambilan Flavonoid Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa
bilimbi L.). Jurnal Teknik Kimia, 10(2).
10

VIII. LAMPIRAN
a. Foto ACC Logbook
b. Tangkapan layar Abstract Jurnal (SS)
c. Dokumentasi Praktikum

IX. LEMBAR PENGESAHAN

Surakarta, 28 November 2019

Asisten Praktikum Praktikan

Qonita Luthfiyyah
K4318047
11

ACC Data Pengamatan Praktikum

Dokumentasi Kegiatan Praktikum


12

Abstrak Jurnal
13
14

Anda mungkin juga menyukai