Laporan Praktikum
Disusun oleh
Desember 2021
A. Topik
Uji regenerasi ekor pada ikan zebra
B. Tujuan
Untuk mengetahui proses regenerasi sirip ikan serta lamanya waktu untuk
beregenerasi.
C. Dasar Teori
Kemampuan untuk meregenerasi struktur yang hilang atau rusak terdapat
pada hampir semua makhluk hidup, paling tidak dalam suatu derajat tertentu.
Kemampuan regenerasi yang sangat jelas dijumpai pada spons, coelonterata,
cacing, bahkan banyak diantaranya yang mampu membentuk organisme baru
yang dari fragmen tubuhnya saja (Adnan, 2013). Adanya bagian tubuh yang
lepas akibat ketuan atau kecelakaan dengan proses regrenasi bagian tubuh yang
lepas akan diganti kembali dengan jaringan baru kembali dan juga beberapa
organisme proses regenerasi merupakan hal yang sangat penting dalam
reproduksi secara aseksual (Lukman, 2012).
Regenerasi adalah cara memperbaiki bagian tubuh yang rusak atau lepas
kembali seperti semula. Regenarasi berlangsung dalam dua cara, yaitu: 1.
Epimorfis, yaitu perbaikan yang disebabkan oleh proliferasi jaringan baru di
atas jaringan lama, kemudian membentuk tunas regenerasi. 2. Morfalaksis,
yaitu yaitu perbaikan yang disebabkan reorganisasi jaringan lama yang masih
bersifat embrional. Cara ini berlangsung pada cacing pipih planaria (Soesilo,
2009).
Proses yang terjadi secara alami apabila dipahami dengan baik seharusnya
dapat diaplikasikan pada penyembuhan regeneratif pada manusia titik proses
regenarasi sampai terbentuknya sirip ekor seperti keadaan semula melewati
beberapa tahap yaitu;
1. Penyembuhan luka
2. Pembentukan blastema dan pemanjangan blastema
3. Diferensiasi
4. Perkembangan regeneratif.
Dari hasil uji pendahuluan seluruh proses tersebut membutuhkan sekitar 20 hari
baik dengan pemotongan secara diagonal maupun vertikal.
Adanya regenerasi pada organisme dewasa mununjukkan suatu bukti bahwa
medan morfogenesis tetap terdapat setelah periode embrio, umpamanya
regenerasi anggota badan yang hilang, dalam prosesregenerisasi melibatkan
berbagai proses yang serupa dengan yang terjadi pada perkembangan
embrionik, seperti bagaian yang rusak muncul sel-sel, kemudian
memperbanyak diri berhimpun menjadi jaringan dan akhirnya mencapai
keadaan yang berbeda (Lukman, 2012).
D. Alat dan Bahan
➢ Alat
• Wadah ikan
• Alat untuk memotong (silet)
• Penggaris
• Alat tulis,
• Papan (tempat memotong)
➢ Bahan
• 10 ekor ikan zebra
• Air
• Es batu
E. Prosedur Kerja
F. Hasil Pengamatan
Berikut adalah tabel hasil pengamatan regenerasi ekor ikan zebra
disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Pengamatan Regenerasi Ekor Ikan Zebra
Hari Ukuran
Ikan Gambar Keterangan
ke- (cm)
-) Terjadi proses
penyembuhan
luka.
A 0,3 cm -) Terjadi proses
penutupan luka
setelah ekor
dipotong secara
vertical.
-) Munculnya
lapisan tipis
transparan di
B 0,3 cm
sepanjang bidang
pemotongan
C 0,4 cm
D 0,6 cm
E 0,5 cm
F 0,1 cm
G 0,1 cm
-) Terjadi
pembentukan
blastema pada
A 0,5 cm hari ke 4
-) Adanya
penebalan pada
lapisan di
sepanjang bidang
pemotongan.
9 B 0,4 cm -) Terlihat
selaput bening
pada bekas luka
dari irisan
-) Terjadi
pembentukan
C 0,5 cm bakal jari-jari
D 0,8 cm
E 0,7 cm
F 0,3 cm
G 0,4 cm
-) Adanya
degenerasi warna
antara bakal jari-
A 0,7 cm jari dengan
membrane di
sepanjang
regenerat.
12 -) Terjadi tahap
diferensiasi yang
ditandai dengan
B 0,7 cm
terjadinya proses
angiogenesis
C 0,7 cm
-) Panjang ekor
iakn terus
bertambah.
D 0,8 cm
E 0,8 cm
F 0,7 cm
G 0,6 cm
D 0,8 cm
E 0,9 cm
F 0,9 cm
G 0,7 cm
21 A 1 cm
-) Ekor ikan telah
kembali ke
ukuran dan
bentuk semula
B 0,8 cm
C 1 cm
D 1 cm
E 1,1 cm
F 1 cm
G 0,9 cm
G. Analisis Data
Pengamatan dilakukan selama 21 hari, dan pengukuran dilakukan pada hari
ke 3, 9, 12, 18, dan 21. Pengamatan dilakukan pada tujuh ekor ikan yakni ikan
A, B, C, D, E, F, G. Sebelum dipotong ekor ikan memiliki Panjang 1-1,2 cm,
setelah dipotong Panjang ekor ikan antara 0,1 – 0,4 cm.
Pada pengukuran hari ke-3, ikan A memiliki panjang ekor 0,3cm, ikan B
0,3cm, ikan C ekornya berukuran 0,4cm, ikan D 0,6cm, ikan E 0,5cm, ikan F
0,1cm, dan ikan G 0,1cm. Pada tahap ini terjadi proses penyembuhan luka.
Proses penutupan luka setelah ekor dipotong secara vertical. Ditandai dengan
munculnya lapisan tipis transparan di sepanjang bidang pemotongan.
Pada hari ke 9, ekor ikan bertambah Panjang yakni, pada ikan A menjadi
ekornya berukuran 0,5cm, ikan B 0,4cm, ikan C 0,5cm, ikan D 0,8cm, ikan E
0,7cm, ikan F 0,3cm, dan ikan G 0,4cm. Blastema telah terbentuk, terlihat
adanya penebalan pada lapisan di sepanjang bidang pemotongan, terlihat
selaput bening pada bekas luka dari irisan. Pada proses ini terjadi pembentukan
bakal jari-jari.
Ikan terus mengalami pertumbuhan ekor. Pada hari ke-12 panjang ekor ikan
A 0,7cm, ikan B 0,7cm, ikan C 0,7cm, ikan D 0,8cm, ikan E 0,8cm, ikan F
0,7cm, dan ikan G 0,6cm. Adanya degenerasi warna antara bakal jari-jari
dengan membrane di sepanjang regenerat. Terjadi tahap diferensiasi yang
ditandai dengan terjadinya proses angiogenesis
Pada hari ke 18 panjang ekor ikan terus bertambah hingga mendekati ukuran
semula. Panjang ekor ikan A 0,8cm, ikan B 0,7cm, ikan C 0,8cm, ikan D 0,8cm,
ikan E 0,9cm, ikan F 0,9cm, ikan G 0,7cm. Pulau-pulau sudah terbentuk dan
memasuki tahap tahap perkembangan regenerative. Jari-jari regenerat menjadi
semakin Panjang.
Pada hari ke-21 rata-rata ekor ikan telah Kembali ke bentuk semula yakni,
Panjang ekor ikan A 1cm, ikan B 0,8cm, ikan C 1cm, ikan D 1cm, ikan E 1,1cm,
ikan F 1cm, dan ikan G 0,9cm.
H. Pembahasan
Regenerasi merupakan suatu proses perbaikan struktur yang hilang atau
rusak (Poss et al., 2003). Pengamatan regenerasi sirip kaudal ikan zebra
dilakukan dengan mengamati proses perubahan pada sirip kaudal setelah
dipotong secara vertikal. Pada praktikum, pengamatan regenerasi sirip ikan
hanya dilakukan pada hari ke-3, hari ke-9, hari ke-12, hari ke-18, dan hari ke-
21 sehingga banyak proses regenerasi yang tidak teramati.
Pada minggu pertama pengamatan, ikan dipotong secara vertikal.
Sementara menurut Katogi (2004) pada hari pemotongan sirip (H-0) beberapa
ikan akan mengalami pendarahan pada bagian yang dipotong dari pembuluh
darah. Namun pada praktikum, terjadi atau tidaknya pendarahan pada ikan sepat
tidak dapat diamati karena pengamatan tidak menggunakan mikroskop cahaya.
Selain itu, menurut teori di hari pertama juga terbentuk blastema yaitu
sekelompok sel yang belum terdiferensiasi dan memiliki kemampuan untuk
tumbuh dan berdiferensiasi. Blastema terbentuk dari proliferasi sel-sel
mesenkim (Chablais & Jazwinska, 2010). Setelah tahap pembentukan blastema,
dilanjutkan dengan tahap pertumbuhan regeneratif. Dicirikan dengan terjadinya
proses angiogenesis, pembentukan pulau-pulau darah yang mengumpul di
ujung jari-jari dan berkembang menjadi pembuluh darah. Pada kondisi ini,
blastema pada bagian yang mengalami regenerasi tersusun atas
mesenkim yang telah matang serta terjadi diferensiasi sel-sel disekitarnya
menjadi sel skleroblas dan sel fibroblas. Selain itu juga terbentuk sel-sel saraf
(Poss et al., 2003).
Regenerasi pada ikan termasuk dalam tipe regenerasi epimorfosis yang khas
pada regenerasi membran. Regenerasi epimorfosis merupakan tipe regenerasi
lewat mekanisme yang melibatkan dediferensiasi struktur dewasa untuk
membentuk masa sel yang terdiferensiasi, yang kemudian direspesifikasi
(Sounder, 1982). Proses regenerasi epimorfis, setelah pemotongan proses untuk
sembuh dari luka mulai berlangsung. Dalam waktu satu jam pertama setelah
amputasi, sel epitel mulai berimigrasi sebagai lembar dan mulai menutupi
jaringan mesenchymal. Selama periode ini banyak yang rusak dan sel-sel
terluka menjadi apoptosis dan dihapus dari lokasi amputasi. Setelah itu, lokasi
amputasi menjadi meradang dan proses penyembuhan dimulai (Suresh, et al.
2010).
Chablais, F., & Jazwinska, A. 2010. IGF Signaling Between Blastema And Wound
Epidermis Is Required For Fin Regeneration. Development and stem cells,
137: 871-879.
Iza, N. 2010. Ikan Gatul (poecilia sp.) sebagai Kandidat Hewan Model: Proses
Regenerasi Sirip Kaudal. Skripsi. FMIPA. Malang: Universitas Negeri
Malang.
Katogi, R. et al. 2004. Large-Scale Analysis of The Genes in Fin Regeneration and
Blastema Formation in The Medaca, Oryzias latipes. Development, 4259:
226-501