Anda di halaman 1dari 13

UJI REGENERASI EKOR IKAN ZEBRA

Laporan Praktikum

Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Struktur dan Perkembangan Hewan 2


Yang dibina oleh Ibu Dra. Amy Tenzer, M.S. dan Ibu Ajeng Daniarsih, S.Si.,
M.Si.

Disusun oleh

Kelompok 10/Offering B 2020

Aryan Dita Aprillia Putri 200341617247

Retno Selvi Lidyastika 200341617251

Rifda Ahadina Aulia 200341417293

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

Desember 2021
A. Topik
Uji regenerasi ekor pada ikan zebra
B. Tujuan
Untuk mengetahui proses regenerasi sirip ikan serta lamanya waktu untuk
beregenerasi.
C. Dasar Teori
Kemampuan untuk meregenerasi struktur yang hilang atau rusak terdapat
pada hampir semua makhluk hidup, paling tidak dalam suatu derajat tertentu.
Kemampuan regenerasi yang sangat jelas dijumpai pada spons, coelonterata,
cacing, bahkan banyak diantaranya yang mampu membentuk organisme baru
yang dari fragmen tubuhnya saja (Adnan, 2013). Adanya bagian tubuh yang
lepas akibat ketuan atau kecelakaan dengan proses regrenasi bagian tubuh yang
lepas akan diganti kembali dengan jaringan baru kembali dan juga beberapa
organisme proses regenerasi merupakan hal yang sangat penting dalam
reproduksi secara aseksual (Lukman, 2012).
Regenerasi adalah cara memperbaiki bagian tubuh yang rusak atau lepas
kembali seperti semula. Regenarasi berlangsung dalam dua cara, yaitu: 1.
Epimorfis, yaitu perbaikan yang disebabkan oleh proliferasi jaringan baru di
atas jaringan lama, kemudian membentuk tunas regenerasi. 2. Morfalaksis,
yaitu yaitu perbaikan yang disebabkan reorganisasi jaringan lama yang masih
bersifat embrional. Cara ini berlangsung pada cacing pipih planaria (Soesilo,
2009).
Proses yang terjadi secara alami apabila dipahami dengan baik seharusnya
dapat diaplikasikan pada penyembuhan regeneratif pada manusia titik proses
regenarasi sampai terbentuknya sirip ekor seperti keadaan semula melewati
beberapa tahap yaitu;
1. Penyembuhan luka
2. Pembentukan blastema dan pemanjangan blastema
3. Diferensiasi
4. Perkembangan regeneratif.
Dari hasil uji pendahuluan seluruh proses tersebut membutuhkan sekitar 20 hari
baik dengan pemotongan secara diagonal maupun vertikal.
Adanya regenerasi pada organisme dewasa mununjukkan suatu bukti bahwa
medan morfogenesis tetap terdapat setelah periode embrio, umpamanya
regenerasi anggota badan yang hilang, dalam prosesregenerisasi melibatkan
berbagai proses yang serupa dengan yang terjadi pada perkembangan
embrionik, seperti bagaian yang rusak muncul sel-sel, kemudian
memperbanyak diri berhimpun menjadi jaringan dan akhirnya mencapai
keadaan yang berbeda (Lukman, 2012).
D. Alat dan Bahan
➢ Alat
• Wadah ikan
• Alat untuk memotong (silet)
• Penggaris
• Alat tulis,
• Papan (tempat memotong)
➢ Bahan
• 10 ekor ikan zebra
• Air
• Es batu

E. Prosedur Kerja

Mengukur panjang ekor ikan sebelum dipotong

Memasukkan ikan pada air es (sampai ikan lemas atau


tenang)

Memindahkan Ikan pada papan potong

Memotong ekor ikan menggunakan silet secara


vertikal

Mengukur Panjang ekor ikan setelah di potong


Memasukkan kembali ikan pada wadah

Mengamati proses regenerasi ekor ikan setiap 3 hari


sekali

F. Hasil Pengamatan
Berikut adalah tabel hasil pengamatan regenerasi ekor ikan zebra
disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Pengamatan Regenerasi Ekor Ikan Zebra
Hari Ukuran
Ikan Gambar Keterangan
ke- (cm)
-) Terjadi proses
penyembuhan
luka.
A 0,3 cm -) Terjadi proses
penutupan luka
setelah ekor
dipotong secara
vertical.
-) Munculnya
lapisan tipis
transparan di
B 0,3 cm
sepanjang bidang
pemotongan

C 0,4 cm

D 0,6 cm
E 0,5 cm

F 0,1 cm

G 0,1 cm

-) Terjadi
pembentukan
blastema pada
A 0,5 cm hari ke 4
-) Adanya
penebalan pada
lapisan di
sepanjang bidang
pemotongan.
9 B 0,4 cm -) Terlihat
selaput bening
pada bekas luka
dari irisan
-) Terjadi
pembentukan
C 0,5 cm bakal jari-jari

D 0,8 cm
E 0,7 cm

F 0,3 cm

G 0,4 cm

-) Adanya
degenerasi warna
antara bakal jari-
A 0,7 cm jari dengan
membrane di
sepanjang
regenerat.
12 -) Terjadi tahap
diferensiasi yang
ditandai dengan
B 0,7 cm
terjadinya proses
angiogenesis

C 0,7 cm
-) Panjang ekor
iakn terus
bertambah.

D 0,8 cm

E 0,8 cm

F 0,7 cm

G 0,6 cm

-) Ekor ikan terus


mengalami
pertumbuhan
18 A 0,8 cm pemanjangan
-) Membrane
terdapat
degradasi warna.
-) Setelah
terbentuknya
pulau-pulau
B 0,7 cm darah maka tahap
selanjutnya akan
terjadi tahap
perkembangan
regenerative.
-) Jari-jari
regenerat
C 0,8 cm menjadi semakin
panjang.

D 0,8 cm

E 0,9 cm

F 0,9 cm

G 0,7 cm

21 A 1 cm
-) Ekor ikan telah
kembali ke
ukuran dan
bentuk semula

B 0,8 cm

C 1 cm

D 1 cm

E 1,1 cm

F 1 cm

G 0,9 cm
G. Analisis Data
Pengamatan dilakukan selama 21 hari, dan pengukuran dilakukan pada hari
ke 3, 9, 12, 18, dan 21. Pengamatan dilakukan pada tujuh ekor ikan yakni ikan
A, B, C, D, E, F, G. Sebelum dipotong ekor ikan memiliki Panjang 1-1,2 cm,
setelah dipotong Panjang ekor ikan antara 0,1 – 0,4 cm.
Pada pengukuran hari ke-3, ikan A memiliki panjang ekor 0,3cm, ikan B
0,3cm, ikan C ekornya berukuran 0,4cm, ikan D 0,6cm, ikan E 0,5cm, ikan F
0,1cm, dan ikan G 0,1cm. Pada tahap ini terjadi proses penyembuhan luka.
Proses penutupan luka setelah ekor dipotong secara vertical. Ditandai dengan
munculnya lapisan tipis transparan di sepanjang bidang pemotongan.
Pada hari ke 9, ekor ikan bertambah Panjang yakni, pada ikan A menjadi
ekornya berukuran 0,5cm, ikan B 0,4cm, ikan C 0,5cm, ikan D 0,8cm, ikan E
0,7cm, ikan F 0,3cm, dan ikan G 0,4cm. Blastema telah terbentuk, terlihat
adanya penebalan pada lapisan di sepanjang bidang pemotongan, terlihat
selaput bening pada bekas luka dari irisan. Pada proses ini terjadi pembentukan
bakal jari-jari.
Ikan terus mengalami pertumbuhan ekor. Pada hari ke-12 panjang ekor ikan
A 0,7cm, ikan B 0,7cm, ikan C 0,7cm, ikan D 0,8cm, ikan E 0,8cm, ikan F
0,7cm, dan ikan G 0,6cm. Adanya degenerasi warna antara bakal jari-jari
dengan membrane di sepanjang regenerat. Terjadi tahap diferensiasi yang
ditandai dengan terjadinya proses angiogenesis
Pada hari ke 18 panjang ekor ikan terus bertambah hingga mendekati ukuran
semula. Panjang ekor ikan A 0,8cm, ikan B 0,7cm, ikan C 0,8cm, ikan D 0,8cm,
ikan E 0,9cm, ikan F 0,9cm, ikan G 0,7cm. Pulau-pulau sudah terbentuk dan
memasuki tahap tahap perkembangan regenerative. Jari-jari regenerat menjadi
semakin Panjang.
Pada hari ke-21 rata-rata ekor ikan telah Kembali ke bentuk semula yakni,
Panjang ekor ikan A 1cm, ikan B 0,8cm, ikan C 1cm, ikan D 1cm, ikan E 1,1cm,
ikan F 1cm, dan ikan G 0,9cm.
H. Pembahasan
Regenerasi merupakan suatu proses perbaikan struktur yang hilang atau
rusak (Poss et al., 2003). Pengamatan regenerasi sirip kaudal ikan zebra
dilakukan dengan mengamati proses perubahan pada sirip kaudal setelah
dipotong secara vertikal. Pada praktikum, pengamatan regenerasi sirip ikan
hanya dilakukan pada hari ke-3, hari ke-9, hari ke-12, hari ke-18, dan hari ke-
21 sehingga banyak proses regenerasi yang tidak teramati.
Pada minggu pertama pengamatan, ikan dipotong secara vertikal.
Sementara menurut Katogi (2004) pada hari pemotongan sirip (H-0) beberapa
ikan akan mengalami pendarahan pada bagian yang dipotong dari pembuluh
darah. Namun pada praktikum, terjadi atau tidaknya pendarahan pada ikan sepat
tidak dapat diamati karena pengamatan tidak menggunakan mikroskop cahaya.
Selain itu, menurut teori di hari pertama juga terbentuk blastema yaitu
sekelompok sel yang belum terdiferensiasi dan memiliki kemampuan untuk
tumbuh dan berdiferensiasi. Blastema terbentuk dari proliferasi sel-sel
mesenkim (Chablais & Jazwinska, 2010). Setelah tahap pembentukan blastema,
dilanjutkan dengan tahap pertumbuhan regeneratif. Dicirikan dengan terjadinya
proses angiogenesis, pembentukan pulau-pulau darah yang mengumpul di
ujung jari-jari dan berkembang menjadi pembuluh darah. Pada kondisi ini,
blastema pada bagian yang mengalami regenerasi tersusun atas
mesenkim yang telah matang serta terjadi diferensiasi sel-sel disekitarnya
menjadi sel skleroblas dan sel fibroblas. Selain itu juga terbentuk sel-sel saraf
(Poss et al., 2003).

Regenerasi pada ikan termasuk dalam tipe regenerasi epimorfosis yang khas
pada regenerasi membran. Regenerasi epimorfosis merupakan tipe regenerasi
lewat mekanisme yang melibatkan dediferensiasi struktur dewasa untuk
membentuk masa sel yang terdiferensiasi, yang kemudian direspesifikasi
(Sounder, 1982). Proses regenerasi epimorfis, setelah pemotongan proses untuk
sembuh dari luka mulai berlangsung. Dalam waktu satu jam pertama setelah
amputasi, sel epitel mulai berimigrasi sebagai lembar dan mulai menutupi
jaringan mesenchymal. Selama periode ini banyak yang rusak dan sel-sel
terluka menjadi apoptosis dan dihapus dari lokasi amputasi. Setelah itu, lokasi
amputasi menjadi meradang dan proses penyembuhan dimulai (Suresh, et al.
2010).

Menurut Kalthoff (1996), faktor-faktor yang memengaruhi petumbuhan dan


perkembangan hewan dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan
eksternal. Faktor internal meliputi gen dan hormon. Faktor eksternal meliputi
air, makanan dan cahaya. Sementara menurut Sudarwati (1990), regenerasi
dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain :
1. Temperatur, dimana peningkatan temperatur sampai titik tertentu maka
akan meningkatkan regenerasi.
2. Makanan, tingkat regenerasi akan cepat jika memperhatikan aspek
makanan. Makanan yang cukup dapat membantu mempercepat proses
regenerasi.
3. System saraf, sel-sel yang membentuk regenerasi baru berasal dari sel
sekitar luka. Hal ini dapat dibuktikan dengan radiasi seluruh bagian
tubuh terkecuali bagian yang terpotong, maka terjadilah regenerasi dan
faktor yang menentukan macam organ yang diregenerasi.
I. Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan maka dapat diambil
kesimpulan bahwa rata-rata ikan beregenerasi dalam waktu 21 hari, dengan
tahapan penyembuhan luka, pembentukan blastema dan pemanjangan blastema,
diferensiasi sel, dan perkembangan regeneratif.
Regenerasi pada ikan termasuk dalam tipe regenerasi epimorfosis yakni
regenerasi lewat mekanisme yang melibatkan dediferensiasi struktur dewasa
untuk membentuk masa sel yang terdiferensiasi, yang kemudian direspesifikasi.
Faktor-faktor yang memengaruhi petumbuhan dan perkembangan hewan
dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal
meliputi gen dan hormon. Faktor eksternal meliputi air, makanan dan cahaya.
Serta faktor lain seperti temperature, cahaya, dan sistem saraf.
Daftar Pustaka

Chablais, F., & Jazwinska, A. 2010. IGF Signaling Between Blastema And Wound
Epidermis Is Required For Fin Regeneration. Development and stem cells,
137: 871-879.

Iza, N. 2010. Ikan Gatul (poecilia sp.) sebagai Kandidat Hewan Model: Proses
Regenerasi Sirip Kaudal. Skripsi. FMIPA. Malang: Universitas Negeri
Malang.

Kalthoff, Klaus. 1996. Analysis of Biological Development. Mc Graw-Hill Mc,


New York.

Katogi, R. et al. 2004. Large-Scale Analysis of The Genes in Fin Regeneration and
Blastema Formation in The Medaca, Oryzias latipes. Development, 4259:
226-501

Poss, K.D. et al. 2003. Mps Defines a Proximal Blastemal Proliverative


Compartment Essential for Zebrafish Fin Regeneration. Developmental,
129: 5141-5149.

Sounder, J. W. 1982. Developmental Biology. Macmillan Publishing Co. New


York.

Sudarwati, 1990. Struktur Hewan. Bandung : Jurusan Biologi FMIPA ITB

Suresh, B. Yadav, M. And Desai, I. 2010. Influence of FGF-2 on the Antioxidant


Status in Tissues During Various Stages of Tail Regeneration in the
Northern House Gecko, Hemidactylus flaviviridis. Journal of Cell and
Tissue Research Vol. 10(1) 2091-2100.

Anda mungkin juga menyukai