Anda di halaman 1dari 17

Judul praktikum : Potensial Air

Tanggal praktikum : Senin, 24 September 2018

Tujuan praktikum : Mengukur potensial air dalam jaringan tumbuhan dengan


berbagai konsentrasi larutan gula

A. Dasar Teori

Osmosis sangat ditentukan oleh potensial kimia air atau potensial air, yang
menggambarkan molekul air untuk dapat melakukan difusi. Sejumlah besar volume air
akan memiliki kelebihan energi bebas daripada volume yang sedikit dibawah kondisi
yang sama. energi bebas suatu zat perunit jumlah terutama perberat gram molekul
(energi bebas mol-1) disebut potensial kimia (Sasmitamiharja, 1996 : 147).

Allah SWT berfirman :

‫ونزلنامن السماءماءمباركافا نبتنا به جنت وحب الحصيد‬


‘’Dan dari langit kami turunkan air yang memberi berkah, lalu kami tumbuhkan dengan
(air) itu pepohonan yang rindang dan biji-bijian yang dapat dipanen,’’ (Q.S Qaaf [50]
: 9).
Adalah hukum alam bahwa, semua makhluk hidup membutuhkan air agar
dapat hidup dan berkembang termasuk tumbuh-tumbuhan. Dalam sel tumbuhan, air
diperlukan sebagai pelarut unsur hara sehingga dapat digunakan untuk
mengangkutnya, selain itu air diperlukan juga sebagai substrat atau reaktan untuk
berbagai reaksi biokimia misalnya fotosintesis, dan air dapat menyebabkan
terbentuknya enzim dalam tiga dimensi sehingga dapat digunakan untuk aktifitas
katalisnya. Fungsi air paling vital dalam tumbuhan adalah terkait dengan berbagai
reaksi biokimia yang terjadi dalam protoplasma yang berada di bawah kendali enzim.
Selanjutnya terkait dengan fungsinya sebagai medium penggerak dan pengangkut dari
tempat satu ke tempat yang lain, ada lima mekanisme yang ditempuhnya, yaitu : difusi,
osmosis, tekanan kapiler, tekanan hidrostatik, dan gravitasi (Halim, 2015 : 241).
Status air tanaman umumnya dinyatakan sebagai potensial air dalam suatu
tekanan, misalnya Bar, KPa, dan MPa. Disamping itu kadar suatu jaringan juga dapat
digunakan untuk menyatakan status air tanaman misalnya kadar air relative, kadar air
bebas dsb. Pengaruh langsung dari berkurangnya air tanah dan transpirasi terhadap
status air tanaman adalah turunnya turgor pada sel penjaga karena potensial airnya
menurun dan sel-sel secara osmosis melakukan adaptasi agar potensial turgor dapat
dipertahankan konstan, yaitu dengan menurunkan konsentrasi larutan atau potensial
osmotik (Murdiyarso, 1992 : 42).
Potensial air adalah potensial kimia air dalam suatu sistem atau bagian sistem.
Dinyatakan dalam satuan tekanan dan dibandingkan dengan potensial kimia air
murni(juga dalam satuan tekanan), pada tekanan atmosfir dan pada suhu serta
ketinggian yang sama dari potensial air murni itu ditentukan sama dengan nol. Jika
potensial air lebih tinggi di suatu bagian daripada bagian lain, dan tidak ada penghalang
tak bermeabel yang menghalangi difusi air, maka air bergerak dari daerah berpotensi
tinggi ke daerah berpotensial air rendah. Adapun jika potensial kimia air tertentu
kurang dari potensial kimia air murni (pada suhu sama dan pada tekanan atmosfer),
maka potensial airnya akan bernilai negatif (Salisbury, 1995 : 39).
Besar jumlah potensial air pada tumbuhan dipengaruhi oleh empat macam
komponen potensial, yaitu gravitasi, potensial matriks, osmotic dan tekanan. Potensial
gravitasi berlangsung pada air didalam daerah gravitasi. Potensial matriks bergantung
pada hidrostatik atau tekanan angin dalam air (Kimbal, 1983 : 281).
Proses fisiologi yang berlangsung pada tumbuhan banyak berkaitan dengan air
atau bahan-bahan (senyawa atau ion) yabg terlarut di dalam air. Oleh sebab itu, untuk
mempelajari fisiologi perlu dipahami terlebih dahulu sifat fisika dan kimia molekul air.
Air merupakan suatu molekul sederhana, terdiri dari 1 atom oksigen (O) dan 3 atom
hydrogen (H), sehingga berat molekulnya hanya 18,9 /mol. Terlepas dari
kesederhanaan komposisi atom penyusunnyadan ukuran molekulnya yang kecil,
molekul air mempunyai beberapa karakteristik yang unik. Karakteristik tersebut
disebabkan Karena rangkaian kedua atom H pada atom O (yang berada di tengah) tidak
terbentuk garis lurus. Rangkaian ini membentuk sudut 105 derajat. Besarnyasudut ini
selalu sama jika air dalam bentuk padat (es) tetapi agak bervariasi jika air dalam bentuk
cair. Walaupun rata-rata sudutnya tetap 105 derajat (Lakitan, 2015 : 85).
Untuk mengatur potensial air dapat digunakan dua metode . metode pertama
yaitu dengan menggunakan perbahan berat jaringan disetiap larutan. Kekurangan dari
metode ini tidak dapat menggambarkan perubahan potensial. Metode yang kedua yaitu
metode chardakov. metode ini sedikit lebih rumit, metode ini dapat menggambarkan
secara jelas perubahan kepadatan larutan. hal ini terlihat dengan jelas melalui
pergerakan zat warna. Zat warna dapat terlihat tenggelam, mengapung, maupun
melayang jika dimasukkan ke dalam larutan sukrosa dengan konsentrasi yang sama
dengan larutan larutan lain seperti jaringan kentang (Ismail, dkk, 2014 : 34).
Kentang merupakan tanaman semusim yang memiliki potensi untuk di ekspor
ke luar negri. Tanaman ini termasuk tanaman pangan utama ke empat di dunia, setelah
padi, gandum, dan jagung. Kentang dapat digunakan sebagai sayur maupun olahan
dalam bahan baku industri misalnya keripik, pakan dan berpotensi untuk biofarmaka.
Salah satu kentang yang banyak dibudidayakan di Indonesia yakni varietas Granola
yang biasa dimanfaatkan sebagai kentang sayur. Menurut para ahli, kentang varietas
ini memiliki kualitas mutu yang unggul, tahan terhadap serangan penyakit, dapat
dipanen dalam waktu 80 hari (Hidayah, dkk, 2017 : 219).
Ubi jalar merupakan tanaman yang banyak ditemui di Indonesia, ada beberapa
jenis ubi jalar diantaranya ubi jalar ungu, putih, kuning, dan merah. Ubi jalar ungu jenis
Ipomoea batatas memiliki warna ungu yang cukup pekat pada daging ubinya, sehingga
banyak menarik perhatian. Warna ungu pada ubi jalar tersebut disebabkan oleh adanya
pigmen ungu antosianin yang menyebar dari bagian kulit sampai dengan daging
umbinya. Konsentrasi antosianin inilah yang menyebabkan beberapa jenis ubi ungu
memiliki gradiasi yang berbeda (Hardoko, dkk, 2010 : 25).
B. Variabel
1. Variabel bebas :
- Konsentrasi larutan sukrosa yang berbeda yaitu 0,0 M, 0,2 M, 0,4
M, 0,6 M, 0,8 M, dan 1 M.
- Perbedaan perlakuan pada bahan yakni : pada kentang (direbus, dan
mentah) dan pada ubi jalar (rebus dan mentah )
2. Variabel terikat :
- panjang potongan jaringan tumbuhan (kentang dan ubi jalar)

C. Rumusan Masalah
1. Apakah perbedaan konsentrasi larutan sukrosa mempengaruhi perbedaan
panjang kentang dan ubi jalar setelah percobaan ?
2. Adakah perbedaan hasil panjang kentang dan ubi jalar pada keadaan
mentah dan kukus setelah dilakukan percobaan dengan larutan sukrosa ?

D. Hipotesis
Ho : Perbedaan konsentrasi larutan sukrosa tidak mempengaruhi panjang
potongan jaringan tumbuhan (kentang dan ubi jalar) setelah percobaan.
H1 : Perbedaan konsentrasi larutan sukrosa mempengaruhi panjang
potongan jaringan tumbuhan (kentang dan ubi jalar) setelah percobaan.
Ho : Tidak ada perbedaan hasil panjang kentang dan ubi jalar pada keadaan
mentah dan kukus setelah dilakukan percobaan dengan larutan sukrosa.
H1 : Ada perbedaan hasil panjang kentang dan ubi jalar pada keadaan
mentah dan kukus setelah dilakukan percobaan dengan larutan sukrosa.
E. Alat dan Bahan

Tabel Alat

NO ALAT JUMLAH
1. Pengebor gabus diameter 0,6-0,8 cm 1 buah
2. Mistar dengan ukuran mm 1 buah
3. Cutter/pisau tajam 1 buah
4. Botol bermulut besar dengan kapasitas 100 1 buah
ml

Tabel Bahan
NO BAHAN JUMLAH
1. Seri larutan 0,0 M, 0,2 M, 0,4 M, 0,6 M, 0,8 30 ml
M, dan 1 M.
2. Ubi jalar (mentah dan sudah dikukus) Secukupnya
3. Kentang (mentah dan sudah dikukus) Secukupnya
F. Prosedur kerja
Menyiapkan alat dan Memilih ubi jalar Mengupas kentang dan
bahan yang cukup besar cuci dengan bersih

Buat silinder pada Silinder kentang Masukan silinder


kentang dengan mentah dan kukus kentang dalam larutan
pengebor sukrosa

Simpan masing- Sisihkan silinder Hitung rata- rata panjang


masing silinder pada kentang dari dalam silinder tiap konsentrasi
botol yang diisi larutan botol sukrosa
sukrosa dengan
berbagai konsentrasi,
selama 2 jam
G. Hasil dan Pembahasan
a. Hasil pengamatan
Tabel hasil pengamatan
Molarita
H. N Panjang Kentang Kukus Perubahan Rata-rata
s larutan
o Sebelum Sesudah
1 2 3 1 2 3 1 2 3
1. 0,0 M 3 cm 3 cm 3 cm 3,3 cm 3,3 3,1 0,3 0,3 0,1 3,1 cm
cm cm cm cm cm
2. 0,2 M 3 cm 3 cm 3 cm 3 cm 3 cm 3 0 cm 0 cm 0 cm 0 cm
cm
3. 0,4 M 3 cm 3 cm 3 cm 3 cm 3,05 3 0 cm 0,05 0 cm 0,016 cm
cm cm cm
4. 0,6 M 3 cm 3 cm 3 cm 3 cm 3 cm 3 0 cm 0 cm 0 cm 0 cm
cm
5. 0,8 M 3 cm 3 cm 3 cm 2,8 cm 2,7 2,9 0,2 0,3 0,1 0,2 cm
cm cm cm cm cm
6. 1,0 M 3 cm 3 cm 3 cm 2,9 cm 3 cm 2,9 0,1 0 cm 0,1 2,93 cm
cm cm cm

No Molarita Panjang Kentang Mentah Perubahan Rata-rata


s larutan Sebelum Sesudah
1 2 3 1 2 3 1 2 3
1. 0,0 M 3 cm 3 cm 3 cm 3 cm 3,3 3 0 cm 0,3 0 cm 2,76 cm
cm cm cm
2. 0,2 M 3 cm 3 cm 3 cm 3,3 cm 3,1 3,1 0,3 0,1 0,1 0,167
cm cm cm cm cm
3. 0,4 M 3 cm 3 cm 3 cm 2,9 cm 2,8 2,9 -0,1 -0,2 -0,1 -0,13 cm
cm cm cm cm cm
4. 0,6 M 3 cm 3 cm 3 cm 2,7 cm 2,8 2,7 0,3 0,2 0,3 0,27 cm
cm cm cm cm cm
5. 0,8 M 3 cm 3 cm 3 cm 2,8 cm 2,5 2,7 0,2 0,5 0,3 0,33 cm
cm cm cm cm cm
6. 1,0 M 3 cm 3 cm 3 cm 2,7 cm 2,8 2,8 0,3 0,2 0,2 2,76 cm
cm cm cm cm cm
No Molarita Panjang Ubi Jalar Mentah Perubahan Rata-rata
s larutan Sebelum Sesudah
1 2 3 1 2 3 1 2 3
1. 0,0 M 3 cm 3 cm 3 cm 3,1 cm 3,1 3 0,1 0,1 0 cm 3,7 cm
cm cm cm cm
2. 0,2 M 3 cm 3 cm 3 cm 3,2 cm 3 cm 3 0,2 0 cm 0 cm 3,07 cm
cm cm
3. 0,4 M 3 cm 3 cm 3 cm 3,1 cm 3,3 3,2 0,1 0,3 0,2 0,2 cm
cm cm cm cm cm
4. 0,6 M 3 cm 3 cm 3 cm 3,2 cm 3,2 3,1 0,2 0,2 0,1 0,17 cm
cm cm cm cm cm
5. 0,8 M 3 cm 3 cm 3 cm 3 cm 3 cm 3 0 cm 0 cm 0 cm 0 cm
cm
6. 1,0 M 3 cm 3 cm 3 cm 2,9 cm 2,9 2,9 -0,1 -0,1 -0,1 -0,1 cm
cm cm cm cm cm

No Molarita Panjang Ubi Jalar Kukus Perubahan Rata-rata


s larutan Sebelum Sesudah
1 2 3 1 2 3 1 2 3
1. 0,0 M 3 cm 3 cm 3 cm 3 cm 3 cm 3,1 0 cm 0 cm 0,1 3,03 cm
cm cmm

2. 0,2 M 3 cm 3 cm 3 cm 3,3 cm 3,3 3,1 0,3 0,3 0,1 3,23 cm


cm cm cm cm cm
3. 0,4 M 3 cm 3 cm 3 cm 3,1 cm 3 cm 3,1 0,1 0 cm 0,1 0,067 cm
cm cm cm
4. 0,6 M 3 cm 3 cm 3 cm 3 cm 3 cm 3 0 cm 0 cm 0 cm 0 cm
cm
5. 0,8 M 3 cm 3 cm 3 cm 3,2 cm 3,1 3,2 0,2 0,1 0,2 0,17 cm
cm cm cm cm cm
6. 1,0 M 3 cm 3 cm 3 cm 3 cm 3 0 cm 0 cm 0 cm 0 cm
3 cm cm
Konsentrasi Kentang kukus dan mentah Kentang kukus dan mentah sesudah
larutan sebelum
sukrosa
0.0 M

0.2 M

0.4 M

0.6 M

0.8 M

1.0 M
Konsentrasi Ubi jalar kukus dan Ubi jalar mentah Ubi jalar kukus sesudah dan Ubi jalar
larutan sebelum kukus
sukrosa
0.0 M

0.2 M

0.4 M

0.6 M

0.8 M

1.0 M
Grafik Hasil Pengamatan

kentang kukus kentang mentah

7
2.76
0
6 2.76
0

4
3.1
2.93
3

1 0.33
0
0.167
0 0.27
0 0.2
0 0.016
0 0
0
0.0 M 0.2 M 0.4 M 0.6 M 0.8 M 1.0 M

Grafik Hasil Perubahan Ubi Jalar Mentah Dan Ubi Jalar


Kukus
4 3.7

3.5 3.23
3.03 3.07
3
2.5
2
1.5
1
0.5 0.2 0.17 0.17
0.067 0 0 0
0
0.0 M 0.2 M 0.4 M 0.6 M 0.8 M 1.0 M

Ubi jalar kukus Ubi jalar mentah


b. Pembahasan
Potensial air dalam suatu tanaman menentukan proses pertumbuhan
dan perkembangan dari tanaman tersebut, karena selama proses hidupnya
tanaman memerlukan air yang cukup banyak. Air masuk kedalam tanaman
melalui proses difusi dan osmosis dimana adanya perpindahan konsentrasi
didalam maupun diluar tanaman tersebut (Lakitan, 2015 : 85).
Pada hasil praktikum potensial air dengan menggunakan dua objek yaitu
kentang (mentah dan direbus) dan ubi jalar (mentah dan rebus). Pergerakan
air dan larutan sukrosa yang terjadi pada kentang dan ubi jalar dapat
dijadikan acuan untuk mengetahui apakah kentang ataupun ubi jalar
mempunyai daya serap yang tinggi terhadap air atau lauran sukrosa.
Pada kentang (mentah dan kukus), dan ubi jalar (mentah dan kukus)
rata-rata mengalami perubahan panjang yang pesat pada larutan sukrosa
dengan konsentrasi 0,0 dan 1,0 pada kentang dan pada ubi jalar pada
konsentrasi lauran 0,0 dan 0,2. Hal ini disebabkan karena potensial air
potongan silinder kentang dan ubi jalar lebih tinggi dibandingkan potensial
potensial air larutan sukrosa, sehingga air yang berada dalam potongan
kentang/ubi bergerak keluar dan mengakibatkan terjadinya perubahan
panjang potongan selinder tersebut. Karena menurut (Murdiayarso, 1992)
bahwa air bergerak dari potensial air (PA) tinggi ke potensial air (PA)
rendah.
pada kentang kukus (0,2 M dan 0,3 M), pada ubi jalar mentah (0,8 M),
dan pada ubi jalar kukus (0,6 dan 1,0 M) tidak terjadi perubahan berat
panjang maupun panjang. hal ini disebabkan karena sejak awal jaringan dan
larutan sukrosa berada dalam kesetimbangan. tidak ada air yang masuk atau
hilang potensial air jaringan sudah sama dan tidak adanya aliran molekul
air baik didalam maupun diluar kentang. beberapa potongan mengalami
penyusutan disebabkan oleh adanya proses osmosis dan difusi. Kemudian
pada ubi jalar kukus lebih banyak tidak mengalami perubahan sedangkan
pada ubi jalar mentah lebih banyak mengalami perubahan panjang.
Pada praktikum ini terdapat jaringan kentang dan ubi jalar yang tidak
mengalami penambahan maupun pengeluaran air artinya tidak ada
pergerakan molekul air. Menurut (Salisbury, 1995 : 64) tidak ada gradient
konsentrasi larutan yang memiliki konsentrasi yang sama dengan
konsentrasi larutan dalam sel disebut larutan isotoner.

H. Kesimpulan
1. Konsentrasi memengaruhi kepada panjang potongan silinder kentang dan
ubi yang direndam dalam larutan sukrosa. Ini dikarenakan dalam proses
perendaman tersebut terjadi peristiwa difusi dan osmosis, semakin tinggi
konsentrasi maka semakin mengerut alasannya air yang berada di dalam
kentang lebih rendah konsentrasinya dibanding larutan suksrosa.
2. Selain konsentrasi, keadaan kentang dan ubi antara yang masih mentah dan
sudah masak pun memengaruhi kepada perubahan panjang potongan
silinder kentang dan ubi yang direndam dalam larutan sukrosa. Kentang
dan ubi yang sudah dimasak memiliki kandungan air didalamnya.

I. Jawaban dan Pertanyaan


1. Pada konsentrasi berapa molar (M) silinder ubi jalar/ kentang (mentah &
kukus) tidak berubah panjangnya ? jelaskan !
Jawab : pada kentang kukus (0,2 M dan 0,3 M), pada ubi jalar mentah (0,8
M), dan pada ubi jalar kukus (0,6 dan 1,0 M). hal ini disebabkan karena
tidak adanya aliran molekul air baik didalam maupun diluar kentang.
2. Samakah hasilnya antara ubi jalar dengan ubi kentang (mentah & dikukus)
?
Jawab : berbeda, diantara kentang kukus perubahan rata-ratanya lebih
panjang, sedangkan kentang mentah beberapa potongan mengalami
penyusutan disebabkan oleh adanya proses osmosis dan difusi. Kemudian
pada ubi jalar kukus lebih banyak tidak mengalami perubahan sedangkan
pada ubi jalar mentah lebih banyak mengalami perubahan panjang.
3. Berdasarkan grafik, bagaimana pola konsentrasi molaritas terhadap panjang
selinder ubi jalar/kentang ?
Jawab : menggambarkan semakin besar konsentrasi larutan yang digunakan
untuk merendam kentang. Panjang awal lebih kecil dibandingkan dengan
panjang akhir. Ini membuktikan adanya aliran molekul air yang bergerak
dari dalam jaringan kentang ke lingkung yang menunjukan bahwa larutan
perndam bersifat lebih hipertonis dibandingkan jaringan tumbuhan. Adapun
kentang yang tidak mengalami perubahan karena tidak adanya aliran air
dari dalam maupun luar kentang
4. Apabila kentang diuji dengan cara Chordacov, apakah hasilnya akan sama
dengan hasil uji coba pertama ?
Jawab : pada uji coba pertama lebih memfokuskan pada massa jaringan
yang diamati, sedangkan pada metode chardacov lebih difokuskan pada
konsentrasi larutan dan menggunakan metilen blue. Hasilnya akan sama
jika menggunakan metode pertama maupun chardacov.
5. Mengapa dalam mengambil larutan sukrosa dengan molaritas berbeda harus
menggunakan pipet yang berbeda ?
Jawab : karena, apabila pengambilan larutan dengan pipet yang sama
dengan konsentrasi yang berbeda akan mempengaruhi penambahan
konsentrasi pada tiap larutan sukrosa. Karena dalam pipet biasanya tersisa
larutan sebelumnya. Besar kemungkinan akan tercampur dan merubah
konsentrasi awal larutan sukrosa
6. Apa yang dapat anda simpulkan dari kedua percobaan diatas ?
Jawab : dalam percobaan ini, dapat disimpulkan bahwa suatu tanaman jika
direndam dalam suatu larutan, maka potensial air dalam tanaman akan
berubah tergantung pada konsentrasi larutan. Potensial air dalam suatu
tanaman menentukan proses pertumbuhan dan perkembangan dari tanaman
tersebut, karena selama proses hidupnya tanaman memerlukan air yang
cukup banyak. Air masuk kedalam tanaman melalui proses difusi dan
osmosis dimana adanya perpindahan konsentrasi didalam maupun diluar
tanaman tersebut.
J. Daftar Pustaka

Halim, Samir Abdul. 2015. Ensiklopedia Sains Islam. Tangerang : PT.


Kamil Pustaka

Hardoko, dkk. 2010. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan. Volume. XXI.
No. 1 (diakses pada http://e-jurnal.upc.com sabtu, 22 september 2018 pukul
23.29 WIB).

Ismail, dkk. 2014. Practical Guidanee for Plant Physiologi. Makassar :


UNM.

Kimbal, John. 1983. Biologi. Jakarta : Erlangga

Lakitan, Benyamin. 2015. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta :


Rajawali Pers.

Salisbury, Frank, dkk. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1. Bandung : ITB.

Hidayah, dkk. 2017. Bulletin Anatomi Fisiologi.volume 2. No. 2. E. ISSN


2541-0083. P –ISSN 2527-6751. (Diakses pada http://jurnalpcd.co.id sabtu,
22 september 2018 pukul 21.21 WIB).

Murdiyarso, D. 1992. Jurnal Agroment. Vol. VII. No. 1. (diakses


http://googlecendikia.co.id pada tanggal 22 september 2018 pukul 22:00
WIB).

Sasmitamiharja, Drajat. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Bandung : ITB.

Anda mungkin juga menyukai