Anda di halaman 1dari 14

Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan

Pengaruh Kadar Enzim Terhadap Kecepatan Reaksi Pengubahan


Amilum

Oleh :
Rizqy Amalya Sofa 17030204057
Pendidikan Biologi Unggulan 2017

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2019
A. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh kadar enzim terhadap kecepatan reaksi
pengubahan amilum menjadi glukosa ?

A. Tujuan Percobaan
1. Untuk mengamati pengaruh kadar enzim terhadap kecepatan reaksi
pengubahan amilum menjadi glukosa.

B. Hipotesis
H1 : Terdapat pengaruh kadar enzim terhadap kecepatan reaksi
pengubahan amilum menjadi glukosa
H0 : Tidak terdapat pengaruh kadar enzim terhadap kecepatan reaksi
pengubahan amilum menjadi glukosa.

C. Kajian Pustaka
1. Enzim
Enzim merupakan katalisator biologi, sehingga dapat mengkatalis
reaksi kimia pada kondisi yang tidak ekstrim (suhu tubuh dan pH netral).
Sebagian besar enzim-enzim tubuh organisme tersusun atas protein yang
mempunyai struktur tersier (konformasi tiga dimesi). Protein penyusun
enzim adalah makromolekul yang sangat besar, dengan demikian ukuran
enzim jauh lebih besar dibandingkan substratnya. Enzim fungsional
disebut holoenzim (Isnawati, 2009).
Setiap enzim terbentuk dari molekul protein sebagai komponen utama
penyusunannya dan beberapa enzim hanya terbentuk dari molekul protein
dengan tanpa adanya penambahan komponen lain. Enzim berperan secara
lebih spesifik dalam hal menentukan reaksi mana yang akan dipacu
dibandingkan dengan katalisator anorganik, sehingga ribuan reaksi dapat
berlangsung dengan tidak menghasilkan produk sampingan yang beracun.
Enzim juga tanggap terhadap perubahan kondisi lingkungan, sehingga
perubahan dapat dilakukan oleh tumbuhan sesuai dengan perubahan unsur
lingkungan (Lakitan. 2007).
Fungsi utama suatu enzim adalah mengurangi hambatan energi
aktivasi pada suatu reaksi kimia. Energi aktivasi adalah jumlah energi
yang dibutuhkan untuk membawa suatu substansi ke status reaktifnya.
Enzim bergabung dengan substansinya (substrat) membentuk suatu status
transisi yang membutuhkan energi aktivasi lebih kecil untuk
berlangsungnya reaksi kimia tersebut (Pelczar, dkk. 1986).
2. Faktor yang mempengaruhi cara kerja enzim diantaranya yaitu:
a. Suhu
Sampai pada suatu titik, kecepatan suatu reaksi enzimatik
meningkat sejalan dengan meningkatnya suhu, sebagian
disebabkan karena substrat akan bertabrakan dengan tempat aktif
lebih sering ketika molekul itu bergerak lebih cepat. Setiap enzim
memiliki suatu suhu optimum dimana laju reaksinya berjalan
cepat. Suhu ini memungkinkan terjadinya tabrakan molekuler
paling banyak tanpa mendenaturasikan enzim itu (Campbell, dkk.
2002).
b. Konsentrasi enzim
Pengaruh konsentrasi enzim pada laju aktivitas enzim-enzim yang
derajat kemurniannya tinggi, di dalam batas-batas tertentu, terdaat
hubungan linear antara jumlah enzim dan taraf aktivitas (Pelczar,
dkk. 1986).
c. Konsentrasi substrat
Pada konsetrasi substrat yang amat rendah, kecepatan reaksi pun
amat rendah, tetapai, kecepatan ini akan meningkat dengan
meningkatnya konsentrasi substrat. Jika kita menguji pengaruh
konsentrasi substrat yang terus meningkat setiap saat kita
mengukur kecepatan awal reaksi yang dikatalisis ini, kita akan
menemukan bahwa kecepatan ini mungkin dengan nilai yang
semakin kecil. Pada akhirnya, akan tercapai titik batas, dan setelah
titik ini dilampaui, kecepatan reaksi akan segera meningkat
sedemikian kecil dengan bertambahnya konsentrasi substrat. Bagai
manapun tingginya konsentrasi substrat setelah titik ini tercapai,
kecepatan reaksi ini akan mendekati. Tetapi, tidak akan pernah
mencapai garis maksimum (Lehninger, 1982).
d. pH
Setiap enzim memiliki pH optimumnya masing-masing untuk
melakukan kerjanya. . Enzim akan bekerja optimum pada pH
optimalnya. Kerja enzim akan menurun apabila pH kurang dari
atau lebih dari pH optimum (Pelczar, dkk. 1986).

3. Amilum
Amilum merupakan suatu senyawa organik yang tersebar luas pada
kandungan tanaman. Amilum dihasilkan dari dalam daun-daun hijau
sebagai wujud penyimpanan sementara dari produk fotosintesis.
Amilum juga tersimpan dalam bahan makanan cadangan yang
permanen untuk tanaman, dalam biji, jari-jari teras, kulit batang, akar
tanaman menahun, dan umbi. Terdapat 50-65% berat amilum pada biji
gandum kering dan 80% bahan kering umbi kentang (Gunawan,2004).
Amilum terdiri dari dua macam polisakarida yang kedua-duanya
adalah polimer dari glukosa, yaitu amilosa (kira-kira 20 – 28 %) dan
sisanya amilopektin.
a. Amilosa
Terdiri atas 250-300 unit D-glukosa yang berikatan dengan ikatan
α-1,4 glikosidik.Jadi molekulnya menyerupai rantai terbuka.
b. Amilopektin
Terdiri atas molekul D-glukosa yang sebagian besar mempunyai
ikatan 1,4-glikosidik dan sebagian ikatan 1,6-glikosidik. adanya
ikatan 1,6-glikosidik menyebabkan terjadinya cabang, sehingga
molekul amilopektin berbentuk rantai terbuka dan bercabang.
Molekul amilopektin lebih besar dari pada molekul amilosa karena
terdiri atas lebih 1000 unit glukosa (Poedjiadi, A. 2009).
4. Larutan Buffer
Larutan buffer adalah larutan yang tahan terhadap perubahan pH
dengan penambahan asam atau basa. Larutan seperti itu digunakan
dalam berbagai percobaan biokimia dimana dibutuhkannya pH yang
terkontrol dan tepat ( Fardiaz,1992).
Larutan buffer bermanfaat untuk melarutkan kotoran yang masih
terlarut didalam endapan enzim tersebut sekaligus bisa mencegah
enzim dari denaturasi dan kehilangan fungsi biologisnya . Buffer dapat
mempertahankan kondisi enzim presipitat agar tidak terjadi perubahan
pH dan mencegah agar enzim tidak mengalami inaktivasi (Winarno,
1995 ).
5. Larutan KI-I2

D. Variabel Penelitian
1. Variabel kontrol : Berat kecambah kacang hijau, volume larutan
buffer, waktu sentrifuse, kecepatan sentrifuse,
jumlah larutan amilum, jumlah tetesan larutan KI-
I2, waktu penetesan.
2. Variabel manipulasi : Kadar enzim.
3. Variabel respon : Kecepatan reaksi.

E. Definisi Operasional Variabel


Variabel kontrol pada percobaan ini antara lain berat kecambah kacang
hijau sejumlah 30 gram, volume larutan buffer 30 ml, waktu sentrifuse
selama 5 menit, kecepatan sentrifuse adalah 2000 rpm jumlah tetesan larutan
KI-I2 sebanyak 1 tetes pada sekali uji, waktu penetesan setiap 2 menit .
Variabel manipulasi pada percobaan ini adalah kadar enzim yang
digunakan antara lain 0% ; 25% ; 50% dan 100%.
Variabel respon pada percobaan ini adalah kecepatan waktu reaksi
perubahan warna pada saat ditetesi larutan KI-I2.

F. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada percobaan ini antara lain mortar dan penumbuk
porselin sebanyak satu buah, tabung reaksi sebanyak 8 buah, gelas ukur 10
ml sebanyak 1 buah, alat centrifuge (pemusing) 1 unit, cawan tetes , pipet
kecil, lampu spiritus dan pegangan tabung reaksi.
Bahan yang digunakan dalam percobaan iniantara lain biji kacang hijau
yang direndam 24 jam sebanyak 30 gram, larutan amilum 4%, aquades,
larutan KI-I2 dan larutan fosfat sitrat buffer pH = 5,6 sebanyak 10 ml.

G. Rancangan Percobaan

30 gram kacang hijau umur 2 hari

Dibuang kulitnya

Digerus dan ditambahkan buffer 30 ml

Disentrifuse 2000 rpm selama 5 menit

Diambil supernatant, dibuat konsetrasi

100% 50% 25% 0%

Ditambah dengan 4% amilum sebanyak 2 ml


Dicatat waktunya dan dikocok hingga tercampur

100% 50% 25% 0%

Setiap 2 menit diambil 1 tetes campuran + KI-I2


pada lempeng penguji

Catat waktu tiap perubahan warna yang terjadi pada


lempeng penguji

H. Langkah Kerja
1. Buanglah kulit biji kecambah.
2. Geruslah 30 gram kecambah kacang hijau dan tambahkan 30 ml larutan
buffer fosfat sitrat sampai semua kecambah hancur.
3. Masukkan ke dalam tabung reaksi centrifuge dan pusing selama 5 menit
dengan kecepatan 2000 rpm.
4. Ambil cairan bagian atas (supernatant) dan masukkan ke dalam tabung
reaksi. Cairan dianggap sebagai larutan enzim amylase 100%.
5. Buatlah enzim dengan kadar 0%, 25%, 50%, dari enzim yang kadar 100%
dengan cara sebagai berikut: kadar enzim 50% diperoleh dengan cara
mengambil 5 ml enzim 100% dan ditambah aquades sampai volumenya
menjadi 100 ml, kadar enzim 25% diperoleh dengan cara mengambil 5 ml
enzim 50% dan ditambahkan aquades sampai volumenya menjadi 10 ml,
kadar enzim 0% diperoleh cara memanaskan 5 ml enzim 100% sampai
mendidih.
6. Sediakan tabung reaksi dan isilah dengan 5 ml larutan enzim 100%,
ditambahkan 2 ml larutan amilum 4 % catat waktunya. Kemudian kocok
perlahan sampai larutan tercampur benar. Saat mencampur larutan amilum
+ enzim ditetapkan sebagai saat nol.
7. Setiap 2 menit diambil 1 tetes campuran lalu diuji dengan 1 tetes larutan
KI-I2 pada lempeng penguji (cawan tetes).
8. Catat waktu tiap perubahan warna yang terjadi pada lempeng penguji.
9. Lakukan langkah ke 6 sampai 8, masing-masing untuk kadar enzim 50%,
25% dan 0%.

I. Rancangan Tabel Pengamatan


Tabel 1. Kecepatan Waktu Perubahan Warna (amilum menjadi glukosa) pada beberapa
kadar enzim kecambah kacang hijau.

Perubahan Kadar Enzim


Warna
0% 25% 50% 100%
2 menit ke-
1 - - - -
53 - - - Kuning
157 - - Kuning -
337 - Kuning - -
Biru
∞ - - -
Kehitaman

Dari tabel hasil percobaan diatas, maka dapat dibuat grafik sebagai berikut :
400
350
Perubahan 2 menit Ke-

300 337
250
200
150
100 157
50
0 53
0% 25% 50% 100%
Konsentrasi Enzim

Grafik 1. Kecepatan Waktu Perubahan Warna (amilum menjadi glukosa) pada


beberapa kadar enzim kecambah kacang hijau.
J. Rencana Analisis Data
Berdasarkan data pada tabel dan hasil pengamatan pengaruh kadar enzim
terhadap reaksi pengubahan amilum pada kecambah kacang hijau, diperoleh
hasil pada konsentrasi enzim 100% setelah ditambahkan dengan indikator
KI-I2 terjadi perubahan warna dari biru kehitaman menjadi kuning pada 2
menit ke-53 (106 menit atau 1 jam 46 menit). Pada konsentrasi enzim 50%
setelah ditambahkan dengan indikator KI-I2 terjadi perubahan warna dari
biru kehitaman menjadi kuning pada 2 menit ke-157 (314 menit atau 5 jam
14 menit). Konsentrasi enzim 25% setelah ditambahkan dengan indikator
KI-I2 tmengalami perubahan warna dari biru kehitaman menjadi kuning
pada 2 menit ke-337 (674 menit atau 11 jam 14 menit). Konsentrasi 0%
setelah ditambahkan dengan indikator KI-I2 tidak terjadi perubahan warna
sehingga warnanya tetap biru kehitaman.
Dari grafik kecepatan waktu perubahan warna (amilum menjadi glukosa)
pada beberapa kadar enzim kecambah kacang hijau dapat dilihat konsentrasi
enzim 100% mengalami perubahan warna yang paling cepat daripada
konsentrasi enzim yang lain yaitu pada 2 menit ke-53. Konsentrasi 0% tidak
mengalami perubahan warna atau warnanya tetap biru kehitaman. Grafik
menunjukkan penurunan waktu yang digunakan seiring bertambahnya
konsentrasi.
Diskusi :
1. Dari tes KI-I2 pada larutan amilum + enzim 100% warna apa yang
saudara peroleh? Mengapa demikian ?
Jawab : Dari tes KI-I2 pada larutan amilum + enzim 100% warna yang
diperoleh adalah kuning dengan gumpalan hitam dari larutan KI-I2.
Perubahan ini karena sesuai dengan prinsip kerja larutan KI-I2 yaitu
2. Apa fungsi dari Fosfat Sitrat Buffer ?
Jawab : Larutan buffer berfungsi untuk melarutkan kotoran yang masih
terlarut didalam endapan enzim sekaligus bisa mencegah enzim dari
denaturasi dan kehilangan fungsi biologisnya. Buffer dapat
mempertahankan kondisi enzim presipitat agar tidak terjadi perubahan pH
dan mencegah agar enzim tidak mengalami inaktivasi (Winarno, 1995 ).
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kerja enzim?
Jawab :
 Suhu : Enzim akan bekerja optimal pada suhu optimumnya, dan
mengalami penurunan aktivitas kerja ketika suhu kurang atau lebih
dari suhu optimumnya.
 Konsentrasi Enzim : Ketika konsentrasi enzim naik maka aktivitas
kerja enzim akan meningkat hingga batas dimana konsentrasi
enzim sama dengan konsentrasi substrat maka kerja enzim akan
konstan.
 Konsentrasi Substrat : Ketika konsentrasi substat naik maka
aktivitas kerja enzim akan meningkat hingga batas dimana
konsentrasi substrat sama dengan konsentrasi enzim maka kerja
enzim akan konstan.
 pH : Enzim akan bekerja optimal pada pH optimumnya, dan
mengalami penurunan kerja enzim ketika berada pada pH kurang
atau lebih dari pH optimumnya.

K. Hasil Analisis Data


Berdasarkan hasil pengamatan praktikum pengaruh kadar enzim terhadap
reaksi pengubahan amilum pada kecambah kacang hijau didapatkan data yang
signifikan. Terjadi perubahan warna pada setiap konsentrasi kecuali pada
konsentrasi 0% sehingga grafiknya menurun signifikan. Proses perubahan
warna berjalan sangat lambat hingga mencapai belasan jam seiring
berkurangnya konsentrasi, tetapi proses perubahan warna sesuai dengan kajian
teori yang menyatakan semakin tinggi konsentrasi enzim maka reaksi
perubahan warnanya akan semakin cepat.
Reaksi perubahan warna yang paling cepat terjadi pada konsentrasi 100%
yaitu pada 2 menit ke-53 atau pada menit ke 106. Artinya konsentrasi enzim
100% memerlukan waktu 1 jam 46 menit untuk mengubah amilum menjadi
glukosa. Reaksi perubahan warna yang paling lambat terjadi pada konsentrasi
25% yaitu pada 2 menit ke-337 atau pada menit ke 674. Artinya konsentrasi
enzim 25% memerlukan waktu 11 jam 14 menit untuk mengubah amilum
menjadi glukosa. Lamanya reaksi perubahan warna dapat terjadi akibat
beberapa faktor antar lain terlalu tingginya konsentrasi amilum dalam uji
sampel sehingga memerlukan waktu yang banyak untuk mengubahnya
menjadi glukosa, faktor lain dari larutan KI-I2 yang sudah lama sehingga cara
kerjanya kurang efektif selain itu konsentrasi larutan KI-I2 yang terlalu pekat
juga mempengaruhi lama waktu perubahan yang terjadi, hal lain yang
mempengaruhi lamanya reaksi peruahan bisa jadi disebabkan oleh larutan
buffernya telah lama atau sudah rusak.
Pada konsentrasi enzim 0% tidak mengalami perubahan warna karena tidak
ada enzim yang terkandung sehingga tidak dapat mengubah amilum menjadi
glukosa, tidak adanya enzim tersebut akibat pemanasan yang dilakukan
kepada enzim tersebut.

L. Kesimpulan
1. Terdapat pengaruh kadar enzim terhadap kecepatan reaksi pengubahan
amilum menjadi glukosa, semakin tinggi kadar enzim maka semakin cepat
reaksi pengubahan amilum menjadi glukosa.
2. Kadar enzim yang mengalami reaksi perubahan paling cepat adalah 100%
dan kadar enzim yang mengalami reaksi pengubahan paling lambat adalah
25%. Kadar enzim 0% tidak mengalami reaksi pengubahan amilum
menjadi glukosa.

M. DaftarPustaka
Campbell, NA., Reece, JB., Mitchell, LG., 2002. Biologi jilid 1 edisi ke lima.
Jakarta: Erlanga.
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Jakarta: Gramedia Pustaka.
Gunawan,D.,Mulyani,S. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid 1.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Isnawati. 2009.Biokimia. Surabaya: UNESA University Press.
Lakitan, benyamin. 2007. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Lehninger, AL. 1982. Dasar –Dasar Biokimia Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Pelczar, MJ., Chan, ECS. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta:UI Press.
Peodjiaji. 2009. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: University as Indonesia Press.
Winarno, F.G. 1995. Enzim Pangan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
LAMPIRAN

Pengupasan kulit dari kecambah Penimbangan kecambah kacang hijau


kacang hijau

Kecambah kacang hijau dihancurkan Setelah ditambahkan larutan buffer dan


menggunakan mortar alu dimasukkan kedalam tabung sentrifuse

Setelah disentrifuse selama 5 menit, Supernatan konsentrasi 100%, 50%, 25%


diambil supernatannya dan 0%
Pemanasan supernatant konsentrasi Perubahan warna kadar enzim 100%
0% pada 2 menit ke-53

Perubahan warna kadar enzim 50% Perubahan warna kadar enzim 25% pada
pada 2 menit ke-157 2 menit ke-337

Anda mungkin juga menyukai