Anda di halaman 1dari 16

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kualitas Air Ranu Unesa


Dalam menguji kualitas air di Ranu Unesa, perlu diperhatikan bebrapa
fakor fisik dan kimia. Faktor fisik meliputi suhu, kedalaman air, kecepatan
arus, dan kecerahan air. Sedangkan faktor kimia meliputi BOD (Biochemical
Oxygen Demand), DO (Dissolved Oxygen), kadar CO2, dan pH.

1. Suhu Ranu Unesa

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, Ranu Unesa memiliki


suhu rata – rata 33,3°C. Sugiharto (2003) dalam Yusuf (2008) menyebutkan
bahwa suhu normal perairan yang memungkinkan berlangsungnya kehidupan
secara normal di dalamnya berkisar 22-25°C. Oleh karena itu suhu pada Ranu
Unesa melebihi suhu normal rata-rata perairan. Suhu yang tinggi
menyebabkan organisme akuatis dalam memnfaatkan oksigen yang tersedia
untuk berlangsungnya proses-proses biologi di dalam air menjadi rendah
(Ain, 2013) sehingga tidak banyak makhluk hidup yang sintas di Ranu Unesa
kecuali organisme dengan kemampuan batas toleransi suhu yang luas.
Kenaikan suhu perairan dapat mengakibatkan keaikan aktivitas biologi dan
memerlukan banyak oksigen dalam perairan tersebut (Ain, 2013). Sehingga
DO (Dissolved Oxygen) di perairan tersebut dalam hal ini Ranu Unesa rendah
sedangkan CO2 yang terlarut di dalam perairan Ranu Unesa meningkat karena
oksigen digunakan organisme akuatik untuk berespirasi sedangkan CO2.

2. Kedalaman Air Ranu Unesa

Kedalaman rata-rata Ranu Unesa 208,67 cm atau ± 2 meter. Kedalaman


Ranu Unesa berhubungan fitoplankton yang hidup di dalamnya (Suryanti,
2013). Semakin banyak fitoplankton yang ditemukan maka kedalaman Ranu
Unesa tergolong dangkal karena fitoplankton dapat tumbuh dengan baik
karena cahaya dapat masuk secara optimal untuk dimanfaatan dalam proses
fotosintesis dan cahaya dapat masuk optimal pada perairan dangkal atau
perairan dengan tingkat kekeruhan yang rendah. Pabila banyak fitoplankton
yang hidup di dalam Ranu Unesa maka kadar CO2 didalamnya rendah
sedangkan kadar DO didalamnya tinggi. Berdasarkan data yang diperoleh
kadar DO pada Ranu Unesa tergolong rendah yakni tergolong pada perairan
kelas empat dengan batas minimu DO sebesar 0 mg/L. Kadar CO2 yang
melebihi 20 mg/L dapat menimbulkan efek toksik bagi biota air (Yusuf, 2008)
sedangkan pada praktikum ini, kadar CO2 rata-rata Ranu Unesa sebesar 30
mg/L dan angka tersebut sangat tinggi untuk kelangsungan hidup Biota air.
Berdasarkan data DO dan kadar CO2 Ranu Unesa jumlah fitoplankton yang
hidup di dalamnya rendah sehingga dapat disimpulkan bahwa Ranu Unesa
memiliki kedalaman yang tinggi atau tingkat kekeruhannya yang tinggi.

3. Kecepatan Arus Ranu Unesa

Menurut Harahap (1991), kecepatan arus dapat dibedakan menjadi


empat kelompok yakni : 1) Kecepatan arus 0 – 25 cm/det berarus lambat, 2)
kecepatan arus 25 – 50 cm/det berarus sedang, 3) kecepatan arus 50 – 100
cm/det berarus cepat dan 4) kecepatan arus > 100 cm/det sangat cepat.
Berdasarkan hasil pengukuran kecepatan arus yang dilakukan pada tiga
titik yang berdekatan, di dapatkan hasil penulangan pertama jarak tempuh 2,5
meter membutuhkan waktu 0,59 detik maka kecepatan arusnya sebesar 0,04
m/s. Pada pengulangan kedua, untuk jarak tempuh sebesar 2,5 meter waktu
yang diperlukan sebesar 206 menit maka kecepataan airny sebesar 0,012 m/s.
Untuk pengulangan ketiga untuk jrak tempuh 2,5 meter membutuhkan waktu
0,013 m/s maka kecepatnnya sebesar 0,03 m/s. yaitu rata-rata kecepatan arus
pada Danau Unesa pengamatan dibuktikan dari gabus arus adalah 0,021 m/s.
Jadi kecepatan arus yang bergerak sangat lambat sehingga disimpulkan bahwa
pada Danau Unesa tidak memiliki arus atau arusnya terjadi sangat lambat atau
pelan.
Gerakan air yang terjadi di permukaan kolam terutama disebabkan
oleh adanya angin yang bertiup di atasnya tetapi angin adalah salah satu
faktor yang paling bervariasi dalam membangkitkan arus. Gerakan air tersebut
juga dapat diakibatkan oleh perbedaan densitas. Arus pada kolam juga
dipengaruhi oleh keluar masuknya air melalui inlet dan outlet. Pengaruh
kecepatan arus erat juga kaitannya dengan kadar oksigen terlarut (DO). Jika
kecepatan arus tinggi, maka kadar oksigen terlarutnya tinggi dan begitu juga
sebaliknya. Semakin lambat kecepatan air, maka kadar CO2 dalam perairan
akan semakin tinggi begitupun sebaliknya. Kecepatan arus (velocity / flow
rat ) suatu badan air sangat berpengaruh terhadap kemampuan badan air
tersebut untuk mengasimilasi dan mengangkut bahan pencemar. Pengetahuan
akan kecepatan arus digunakan untuk memperkirakan kapan bahan pencemar
akan mencapai suatu lokasi tertentu, apabila bagian hulu suatu badan air
mengalami pencemaran (Effendi, 2003).
4. Kecerahan Ranu Unesa
Dalam pengukuran kecerahan dilakukan dengan menggunakan secchi
disk dengan cara menurunkan secchi disk secara perlahan hingga batas tidak
tampak, yakni warna hitam pada secchi disk tidak lagi terlihat. Kemudian ukur
panjangnya dengan meteran,. Setelah itu, secara perlahan tarik secchi disk
keatas hingga warna hitam pada secchi disk tersebut kembali terlihat lalu ukur
juga berapa panjangnya, ini adalah batas tampak.

Pada praktikum yang dilakukan pengulangan pertama diperoleh


kecerahan sebesar 40 cm. Pengulangan kedua didapat hasil tingkat kecerahan
sebesar 77 cm dan pengulangan ketiga tingkat kecerahan sebesar 88 cm. Jadi,
rata-rata tingkat kecerahan perairan Danau Unesa adalah 68,3 cm.

Kecerahan dan kekeruhan air dalam suatu perairan dipengaruhi oleh


jumlah cahaya matahari yang masuk kedalam perairan atau disebut juga
dengan intensitas cahaya matahari. Cahaya matahari didalam air berfungsi
terutama untuk kegiatan asimilasi fito/tanaman didalam air. Oleh karena itu
daya tembus cahaya kedalam air sangat menentukan tingkat kesuburan air.
Dengan diketahuinya intensitas cahaya pada berbagai kedalaman tertentu, kita
dapat mengetahui sampai dimanakah masih ada kemungkinan terjadinya
proses asimilasi didalam air. Kecerahan adalah parameter fisika yang erat
kaitannya dengan proses fotosintesis pada suatu ekosistem perairan.
Kecerahan yang tinggi menunjukkan daya tembus cahaya matahari yang jauh
kedalam Perairan.Begitu pula sebaliknya.
Kecerahan air merupakan ukuran transparansi perairan dan pengukuran
cahaya sinar matahari didalam air dapat dilakukan dengan menggunakan
lempengan/kepingan Secchi disk. Jumlah cahaya yang diterima oleh
fitoplankton diperairan asli bergantung pada intensitas cahaya matahari yang
masuk kedalam permukaan air dan daya perambatan cahaya didalam air.

` Kedalaman suatu perairan dapat mempengaruhi jumlah cahaya yang akan


masuk ke perairan dan ketersediaan oksigen diperairan tersebut .Masuknya
cahaya matahari kedalam air dipengaruhi juga oleh kekeruhan air (turbidity).
Sedangkan kekeruhan air menggambarkan tentang sifat optik yang ditentukan
berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-
bahan yang terdapat didalam perairan.

Definisi yang sangat mudah adalah kekeruhan merupakan banyaknya zat


yang tersuspensi pada suatu perairan. Hal ini menyebabkan hamburan dan
absorbsi cahaya yang datang sehingga kekeruhan menyebabkan terhalangnya
cahaya yang menembus air. Semakin tinggi angka kecerahan suatu peairan
maka semaikn tinggi kadar DO nya namun semakin keruh suatu periaran maka
semakin tinggi kadar BOD dan berlaku sebaliknya. Faktor-faktor kekeruhan
air ditentukan oleh:

a. Benda-bendahalus yang disuspensikan (seperti lumpur dsb)


b. jasad-jasadrenik yang merupakan plankton.
c. Warna air (yang antara lain ditimbulkan oleh zat-zat koloid berasal
dari daun-daun tumbuhan yang terektrak).
d. Kedalaman, semakin dalam suatu perairan yang dikur maka tingkat
kecerahan akan semakin berkurang.
5. Nilai Ph (Power of Hydrogen) Ranu Unesa
Nilai pH pada ranu unesa berkisar anatara 7,5 – 7,7 termasuk pH yang
belum terlalu rendah dan menunjukkan perairannya yang masih bagus .
Semakin lama pH air akan semakin turun karena bertambahnya bahan-bahan
organik yang memebebaskan CO2. Tinggi rendahnya pH dipengaruhi oleh
tinggi rendahnya oksigen dan karbondioksida. Pada percobaan di Ranu Unesa
ini dihasilkan kandungan oksigen yang rendah yaitu dibawah 2 mg/L hal ini
menyebabkan pH di Ranu Unesa juga menurun selain itu karbondioksiada
yang tinggi di Ranu Unesa juga membuat pH di Ranu Unesa rendah.

pH perairan yang dipengaruhi oleh konsentrasi karbondioksida sifatnya


asam, Fitoplankton akan mengambil CO2 dari air selama proses fotosintesis
sehingga pH air akan meningkat pada siang hari dan menurun pada malam
hari.

6. BOD ( Biological Oxygen Demand) Ranu Unesa

Pengukuran BOD pada praktkum di Ranu Unesa hanya menggunakan


penenetuan perubahan warna di setiap hari percobaan. Dari hasi pengamatan
yang dilakukan didapatakan semakin hari warna larutan semakin pudar.
Pudarnya warna larutan menunjukkan berkurangnya kadar Oksigen pada air
yang diuji. Berkurangnya oksigen dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
salah satunya adalah banyaknya organisme aerobik yang terdapat dalam
sampel air danau dan mengunaka oksigen untuk metabolismenya , sehingga
sampel air danau warnanya semakin lama semakin pudar.

Banyaknya organisme aerobik yang terdapat di sampel air danau dapat


dibuktikan dari ditemukanya beberapa jenis fitoplankton yang jumlahnya
sangat banyak karena sifat hidupnya yang berkoloni contohnya Crhoococcus.

7. Kadar DO (Dissolved Oxygen) Ranu Unesa

Pada praktikum ini pengujian DO dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan


dengan metode titrasi, maka pada ulangan pertama diperoleh volume titrasi
sebesar 2,2 mL dan DO sebesar 1,79 mg/L, pada ulangan kedua diperoleh
volume titrasi sebesar 1,8 mL dan DO sebesar 1,46 mg/L, serta pada ulangan
ketiga diperoleh volume titrasi sebesar 1,8 mL dan DO sebesar 1,46 mg/L
dengan rata-rata DO seluruhnya sebesar 1,46 mg/L. DO (Dissolved Oxygen)
merupakan konsentrasi gas oksigen (O2) yang terlarut dalam air. Oksigen
terlarut dapat berasal dari hasil fotosintesis oleh fitoplankton dan tanaman air
lain serta difusi dari udara (Barus 2001 in Meidiana 2003).
Menurut Peraturan Pemerintah N0.20 Tahun 1990, mengatakan bahwa
minimal oksigen terlarut yang baik untuk kehidupan mikroorganisme yaitu
sebesar 2 mg/L. Sedangkan, kandungan oksigen terlarut maksimal untuk air
yang dapat digunakan yaitu 4 mgr/L, yang ditentukan berdasarkan Standar
Kualitas Air di Perairan Umum. Pada praktikum ini diperoleh nilai DO
sebesar 1,57 mg/L. Rendahnya kandungan oksigen terlarut dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu kedalaman, cahaya matahari, dan suhu. Intensitas cahaya
berbanding lurus dengan suhu, sehingga jika intensitas cahaya tinggi maka
suhu juga akan tinggi. Cahaya dibutuhkan fitoplankton dan tumbuhan air
untuk berfotosintesis dan menghasilkan O2 (oksigen). Zooplabkton
membutuhkan oksigen untuk proses respirasi. Maka dari data diperoleh, dapat
disimpulkan bahwa kadar DO yang rendah disebabkan oleh laju fotosintesis
yang rendah dengan laju respirasi yang tinggi.

8. Kadar Karbon Dioksida pada Ranu Unesa

Pada praktikum ini pengujian CO2 dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan,


sehingga pada ulangan pertama diperoleh CO2 sebesar 34 mg/L, pengulangan
kedua diperoleh CO2 sebesar 30 mg/L, pada ulangan ketiga diperoleh CO2
sebesar 26 mg/L dengan rata-rata volume CO2 sebesar 30 mg/L. Volume CO2
tersebut memiliki nilai yang tinggi dari nilai kandungan oksigen terlarut. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Irianto (2005) yang menyatakan bahwa ketika
konsentrasi oksigen dalam perairan rendah, maka konsentrasi karbondioksida
akan tinggi.
Hasil volume CO2 (karbondioksida) yang tinggi dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya cahaya matahari, suhu, dan kedalaman. Cahaya
matahari yang masuk ke dalam perairan mengakibatkan keadaan perairan
tersebut apaakah cerah atau keruh, dengan kedalaman lingkungan perairan
juga dapat mempengaruhi volume CO2 karena semakin dalam permukaan air
maka cahaya yang dibiaskan semakin sedikit. Dengan demikian, semakin
besar kesempatan bagi vegetasi akuatisnya untuk melakukan proses
fotosintesis.
Tetapi, pada hasil data yang diperoleh menyebutkan bahwa volume CO2
sangat tinggi sedangkan kandungan oksigen terlarut rendah. Mackereth et al.,
(1989) mengungkapkan bahwa kondisi pH berkaitan erat dengan
karbondioksida hal ini dikarenakan semakin tinggi pH maka kadar
karbondioksida akan semakin rendah. Karbondioksida bebas yang dilepaskan
akan bereaksi dengan air membentuk asam karbonat yang kemudian direduksi
menjadi bikarbonat dan karbonat menjadikan pH menjadi rendah. Akan tetapi
pada praktikum ini diperoleh pH yang normal dan tidak terlalu tinggi yaitu
7,6.
Maka, dapat disimpulkan bahwa di dalam perairan tersebut terjadi proses
fotosintesis yang rendah dan mengakibatkan meningkatnyaa kadar CO2,
karena pada proses respirasi ini akan menghasilkan karbondioksida dalam
jumlah tinggi sehingga CO2 yang dihasilkan juga tinggi.

B. Keanekaragaman Plankton di Ranu Unesa


a. Genus Gyrosigma
Kingdom : Chromista
Phylum : Bacillariophyta
Class : Bacillariophyceae
Order : Naviculates
Family : Naviculaceae
Genus : Gyrosigma

(Sumber : Reid, 2003 ) (Sumber : Dokumentasi Pribadi)


Gyrosigma memiliki tubuh uniseluler dengan bentuk dasar bilateral
simitris dan mempunyai pigmen yang terletak dalam kromatofora dengan
pigmen warna hijau kekuningan sampai coklat keemasan. Karoten dan
xantofil yang dominan dapat meneybabkan warna Gyrosigma berwarna
hijau kekuningan sampai coklat keemasan (Sulisetiono, 2009).
Gyrosigma dapat ditemukan di perairan dengan salinitas 0%
contoh spesiensya adalah Gyrosigma kuetzingi. Kondisi lingkungan 0%
merupakan periran tawar dan berarus relatif jernih, mengalir serta terdapat
tumbuhan air yang turut mempengaruhi lebih banyak diatom yang
ditemukan. Perairan mengalir merupakan perairan yang baik bagi
perkembangan diatom karena oksigen di udara lebih mudah terdifusi ke
dalam air bila dibandingkan dengan perairan tenang, tercegah dari
penumpukan sampah dan sedimen yang dapat mempengaruhi
perkembangannya (Fitri, 2015). Gyrosigma yang ditemukan pada Ranu
Unesa bisa dipastikan bukan termasuk dalam spesies Gyrosigma kuetzingi
karena kondisi perairan Ranu Unesa tidak memenuhi syarat hidupnya
spesies tersebut sehingga dapat diprediksi Gyrosigma yang hidup di Ranu
Unesa merupakan spesies lain yang dapat hidup di lingkungan lebih
tercemar.
b. Genus Cyanoteche
Kingdom : Bacteria
Phylum : Cyanobacteria
Class : Cyanophyceae
Order : Chroococcales
Family : Cyanobacteriae
Genus : Cyanoteche
Cyanothece adalah makhluk hidup uniseluler yang berbentuk oval
dan panjangnya lebih dari 3 mikrometer yang mmepunyai lapisan dinding
sel yang relatif tebal dan tubuhnya tersusun secara radial dan tubuhnya
berwarna hijau. Nukleotida Cyanothece tersebar di seluruh permukaan sel.
Cyanoteche mengubah energi matahari menjadi energi kimia melalui
fotosintesis. Pada siang hari, mereka menggunakan Cyanoteche
menggunakan energi yang dimanfaatkan dari fotosintesis untuk
menghsilkan glikogen sedangkan pada malam hari memecah glikogen.

Habitat Cyanoteche mudah di temui di berbagai jenis habitat yang


biasanya hidup di PH rendah namun juga tetap bisa hidup di PH normal
sama dengan tujuh ataupun diatas tujuh namun masih dalam kadar PH
normal. Cyanoteche mudah ditemukan contohnya di sawah, laut bentik,
rawa asam ataupun gambut dan di danau sesuai dengan tempat
ditemukannya jenis plankton ini di Danau Unesa saat melakukan
praktikum.

c. Oscillatoria sp.
Kingdom : Bacteria
Phylum : Cyanobacteria
Class : Cyanobacteria
Order : Oscillatobactoriaceae
Genus : Oscillatobactoria sp.
Oscillatoria sp merupakan kelompok dari cyanobacteria yang
memiliki filamen. Ia dinamakan Oscillatoria sp, karena gerakannya yang
bersosialisasi. Oscillatoria sp biasanya hidup di air tawar, air laut, air
payau dan tanah yang lembab. Oscillatoria sp berkembang melalui tiga
cara yaitu pembelahan sel, fragmentasi, dan spora. Struktur sel dari
Oscillatoria sp terdiri atas bagian-bagian, yaitu lapisan lendir, dinding sel,
membran plasma, membran fotosintetik, mesosom, sitoplasma, ribosom,
granula penyimpanan, vakuola gas, protein padat, dan nukleoplasma.
Penyebaran dari Oscillatoria sp dapat terjadi dengan dipengaruhi
oleh beberapa faktor diantaranya yaitu suhu, salinitas dan pH. Suhu
merupakan faktor yang penting bagi kehidupan organisme di
lingkungannya karena suhu mempengaruhii baik aktivitas metaabolisme
maupun perkembangan dari organisme. Oscillatoria sp Oscillatoria sp
dapat hidup pada lingkungan yang mempunyai pH netral. Materi pH
dibawah 7 maka menunjukkan bahwa air tersebut bersifat basa. Dari data
yang dihasilkan bahwa rata-rata pH pada danau UNESA tersebut sebesar
7,6 maka Oscillatoria sp dapat hidup pada lingkungan tersebut.

d. Genus Crhoococcus
Kingdom : Eubacteria
Phylum : Cyanophyta
Class : Cyanophytaceae
Ordo : Chroococcales
Genus : Crhoococcus

Ganggang ini biasanya hidup di dasar kolam yang tenang,


tembok yang basah atau cadas. Biasanya sel sel yang muda tetap
bersatu karena ada selubung yang mengikatnya. Pembiakan
berlangsung secara vegetatif, dengan membelah diri. Setelah
pembelahan, sel-sel tetap bergandengan sehingga membentuk koloni.

Habitat Crhoococcus mudah di temui di berbagai jenis habitat yang


biasanya hidup di PH rendah namun juga tetap bisa hidup di PH normal
sama dengan tujuh ataupun diatas tujuh namun masih dalam kadar PH
normal. Crhoococcus mudah ditemukan contohnya di sawah, laut bentik,
rawa asam ataupun gambut dan di danau sesuai dengan tempat
ditemukannya jenis plankton ini di Danau Unesa saat melakukan
praktikum.

e. Genus Tabellaria

Kingdom : Chromista
Phylum : Bacillariophyta
Class : Bacillariophyceae
Ordo : Pennales
Genus : Tabellaria
Sel-sel berbentuk batang.Tonjolan-tonjolan pada panser tersusun
menyirip ditengah-tengah panser terdapat celah membujur dinakamakn
rup. Dapat bergerak maju mundur yang disebabkan oleh pergerseran alas
dari arus plasma ekstraseluler pada rafe. Reproduksi seksual dengan
isogami. Hidup berkoloni. Habitatnya di air tawar. Penyebaran dari
Tabellaria dapat terjadi dengan dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya yaitu suhu, salinitas dan pH. Suhu merupakan faktor yang
penting bagi kehidupan organisme di lingkungannya karena suhu
mempengaruhii baik aktivitas metaabolisme maupun perkembangan dari
organisme. Tabellaria dapat hidup pada lingkungan yang mempunyai pH
netral. Materi pH dibawah 7 maka menunjukkan bahwa air tersebut
bersifat basa. Dari data yang dihasilkan bahwa rata-rata pH pada danau
UNESA tersebut sebesar 7,6 maka Tabellaria dapat hidup pada
lingkungan tersebut.
Tabel 1. Identifikasi Plankton di Danau UNESA

No Gambar Klasifikasi Deskripsi Perbesaran Jumlah


1. Kingdom : Chromista Gyrosigma memiliki 100x 2
Phylum: Bacillariophyta tubuh uniseluler dengan
Class : Bacillariophyceae bentuk dasar bilateral
Order : Naviculates simitris dan mempunyai
Family : Naviculaceae pigmen yang terletak
Genus : Gyrosigma dalam kromatofora
dengan pigmen warna
(Sumber : Reid, 2003 ) hijau kekuningan sampai
coklat keemasan.
Karoten dan xantofil
yang dominan dapat
meneybabkan warna
Gyrosigma berwarna
hijau kekuningan sampai
coklat keemasan
(Sumber : Dokumentasi Pribadi) (Sulisetiono, 2009).
2. Kingdom: Bacteria adalah makhluk hidup 100x 1
Phylum: Cyanobacteria uniseluler yang
Class : Cyanophyceae berbentuk oval dan
Order : Chroococcales panjangnya lebih dari 3
Family : Cyanobacteriae mikrometer yang
Genus : Cyanoteche mmepunyai lapisan
dinding sel yang relatif
tebal dan tubuhnya
tersusun secara radial
dan tubuhnya berwarna
hijau. Nukleotida
Cyanothece tersebar di
seluruh permukaan sel.
3. Oscillatoria sp. Oscillatoria sp 100 x 1
Kingdom : Bacteria merupakan kelompok
Phylum : Cyanobacteria dari cyanobacteria yang
Class : Cyanobacteria memiliki filamen.
Order: biasanya hidup di air
Oscillatobactoriaceae tawar, air laut, air payau
Genus : dan tanah yang lembab.
(Dokumentasi Pribadi) Oscillatobactoria sp. Struktur sel dari
Oscillatoria sp terdiri
atas bagian-bagian, yaitu
lapisan lendir, dinding
sel, membran plasma,
membran fotosintetik,
mesosom, sitoplasma,
(Source : Internet)
ribosom, granula
penyimpanan, vakuola
gas, protein padat, dan
nukleoplasma.
4. Genus Crhoococcus Ganggang ini biasanya 100x >30
Kingdom : hidup di dasar kolam
Eubacteria yang tenang, tembok
Phylum : yang basah atau cadas.
Cyanophyta Biasanya sel sel yang
Class : muda tetap bersatu
(dokumen pribadi) Cyanophytaceae karena ada selubung
Ordo : yang mengikatnya.
Chroococcales Pembiakan berlangsung
Genus : secara vegetatif,
Crhoococcus dengan membelah diri.
Setelah pembelahan,
sel-sel tetap
bergandengan sehingga
membentuk koloni
5. Tabellaria Sel-sel berbentuk 100 x 1
Kingdom : batang.Tonjolan-
Chromista tonjolan pada panser
Phylum : tersusun menyirip
Bacillariophyta ditengah-tengah panser
(dokumen pribadi) Class : terdapat celah membujur
Bacillariophyceae dinakamakn rup. Dapat
Ordo : Pennales bergerak maju mundur
Genus : yang disebabkan oleh
Tabellaria pergerseran alas dari
arus plasma
ekstraseluler pada rafe.
Reproduksi seksual
dengan isogami. Hidup
berkoloni. Habitatnya di
air tawar.

Anda mungkin juga menyukai