Anda di halaman 1dari 15

Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan

PENGARUH HORMON TERHADAP PEMANJANGAN JARINGAN


PADA TANAMAN JAGUNG ( Zea mays)

Oleh :
Nadya Eka Aristyasari 17030204044
Pedidikan Biologi Unggulan 2017

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
2019
A. Rumusan Masalah
Bagaimana perbandingan pengaruh berbagai hormon tumbuh terhadap pemanjangan
jaringan akar dan batang?
B. Tujuan Percobaan
Membandingkan pengaruh berbagai hormon tumbuh terhadap pemanjangan jaringan
akar dan batang.
C. Hipotesis
H1 : Terdapat perbedaan perbandingan pengaruh berbagai hormon tumbuh
terhadap pemanjangan jaringan akar dan batang.
H0 : Tidak terdapat perbedaan perbandingan pengaruh berbagai hormon tumbuh
terhadap pemanjangan jaringan akar dan batang.
D. Kajian Pustaka
Hormon ialah zat pertumbuhan yang mutlak dimiliki oleh tumbuhan dalam
melakukan aktifitas kehidupannya. Hormon tumbuhan ialah suatu senyawa organik yang
dibuat pada suatu bagian tumbuhan dan kemudian diangkut kebagian lain, pada
konsentrasi rendah menyebabkan dampak fisiologis. Peran hormon merangsang
pertumbuhan, pembelahan sel, pemanjangan sel dan ada yang menghambat pertumbuhan.
Hormon pada tumbuhan sangat beragam dan mempengaruhi penampakan tubuh tumbuhan
sebagaihasil dari aktivitasnya. Auksin adalah salah satu hormon tumbuh yang tidak
terlepas dari pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman. (Yoxi, 2008).
Dari sudut pandang evolusi, hormon tuumbuhan merupakan bagian dari proses
adaptasi dan pertahanan diri tumbuh tumbuhan untuk mempertahankan kelangsungan
hidup jjenisnya. Pemahamann terhadap fitohormon pada masa kini telah membantu
peningkatan hasil pertanian dengan ditemukanya berbagai macam zat sintetis yang
memiliki pengaruh yang sama dengan fitohormon alami. Aplikasi zat pengatur tumbuh
dalam pertanian modern mencakup pengamanan hasil (seperti penggunaan cyccocel untuk
meningkatkan ketahanan tanaman terhadap lingkungan yang kurang mendukung),
memperbesar ukuran dan meningkatkan kualitas produk. Hormon-hormon tersebut antara
lain auksin, giberalin, sitokinin dan asam abisat (Salisbury, 1995).
1. Auksin
Auksin adalah hormon pertumbuhan yang pertama kali ditemukan. Salah satu
jenis auksin yang dapat diekstraksi dari tumbuhan adalah asam indol asetat atau AIA.
Tempat sintesis auksin adalah di meristem apical, misalnya ujung batang (tunas),
daun muda dan kungelas bunga. Auksin didefinisikan sebagai zat tumbuh yang
mendorong elongasi jaringan koleoptil. Asam Indol Asetat (AIA) adalah auksin
endogen atau auksin terdapat pada tanaman (Kadir, 2007).

Sitokinin dan auksin merupakan dua golongan zat pengatur tumbuh yang
sangat penting dalam budidaya jaringan tanaman. Golongan auksin yang lebih sering
digunakan adalah 2,4-D, AIA, NAA, IBA. Auksin yang paling efektif untuk
menginduksi pembelahan sel dan pembentukan kalus adalah 2,4-D dengan
konsentrasi anatar 0,2-2mg/l untuk sebagian jaringan tanaman. NAA dan 2,4 D lebih
stabil dibandingkan dengan AIA, yaitu tidak mudah terurai oleh enzim-enzim yang
dikeluarkan oleh sel atau karena pemanasan pada saat proses sterilisasi. AIA juga
kurang menguntungkan karena cepat rusak oleh cahaya dan oksidasi enzimatik
(Kadir, 2007).

Pada dasarnya NAA dan 2,4-D merupakan senyawa yang tidak disintesis oleh
tumbuhan, sehingga seringkali tidak disebut hormon. Namun NAA dan 2,4-D ini
hanya dikelompokkan sebagai zat pengatur tumbuh tanaman. NAA dan 2,4-D
merupakan suatu senyawa lirauksin yang memiliki struktur mirip dengan auksin yaitu
ditandainya dengan adanya gugus karboksil yang menempel pada gugus yang
mengandung karbon (biasanya–CH2–) yan apada akhirnya berhubungan dengan
sebuah cincin aromatik. NAA lebih mirip dengan AIA yaitu memiliki 2 cincin
aromatic sedangkan 2,4-D hanya memiliki satu cincin aromatic (Kadir, 2007).

Asam naftalene (NAA) dan asam 2,4 diklor asetat (2,4-D) adalah senyawa
tanpa ciri-ciri indol tetapi mempunyai aktivitas biologis seperti AIA. NAA
dipergunakan sebagai hormon akar, sedangkan 2,4-D adalah auksin yang paling aktif
dan dipergunakan sebagai herbisida. Pemakaian zat pengatur tumbuh asam 2,4-D
biasanya dipergunakan dalam jumlah kecil dan dalam waktu yang singkat, karena
merupakan auksin yang sangat kuat, artinya auksin ini tidak dapat diuraikan di dalam
tubuh tanaman (Hendaryono, 1994).

Berdasarkan struktur dasar molekulnya, auksin dapat dibagi menjadi indoles,


phenols, dan napthalines.
Struktur Kimia auksin

Gambar 1. Asam Indol Asetat (AIA)

Gambar 2. Alfa Naftalinasetat (NAA)

Gambar 3. Asam 2,4 Diklorofenioksi Asetat (2,4D)


Auksin dalam aktivitasnya, dapat bekerja sendiri atau berkombinasi dengan
hormon lain, dapat merangsang atau menghambat berbagai peristiwa yang berbeda,
dari mulai peristiwa reaksi enzim secar individual sampai pada pembelahan sel dan
pembentukan organ (Salisbury,1995).
2. Giberelin
Fungsi hormon Giberelin :
a. Merangsang pembelahan sel kambium.
b. Merangsang pembungaan lebih awal sebelum waktunya.
c. Merangsang pembentukan buah tanpa biji.
d. Merangsang tanaman tumbuh sangat cepat sehingga mempunyai ukuran raksasa.
(Dwidjoseputro, 1992: 197)

3. Sitokinin
Sitokinin yang paling banyak dideteksi dan secara fisiologi paling aktif pada
berbagai tumbuhan yaitu zeatin, dihidrozeati isopentenil adenine. Zeatin ribose
merupakan sitokinin yang paling banyak dijumpai pada tumbuhan. Sitokinin juga
dijumpai pada lumut, diatomae, ganggang coklat dan ganggang merah. Fungsi utama
sitokinin adalah merangsang pembelahan sel. (Salisbury, 1995).
Penggunaan hormon atau zat tumbuh unntuk mengatur pertumbuhan telah
dimanfaatkan dalam kehidupan manusia. Seperti menghambat pertunasan pada umbi-
umbian, memacu pertumbuhan akar pada prose stek, mempertahankan buah agar tidak
cepat gugur atau masak dengan menggunakan hormonn auksinserta memperbannyak
tumbuhan denga kultur jaringan denngan mennggunkaan kombinasi hormon auuksin
dan sitokinin pada medium penumbuhann. (Soerodikosoemo,1993).
E. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam praktikum ini antara lain:
1. Variabel kontrol : Jenis kecambah jagung, umur kecambah,
volume larutan (larutan IAA, larutan NAA dan larutan 2,4 D dan air suling),
ukuran panjang jaringan yang direndam baik batang maupun akar, media
penyimpanan dan waktu perendaman.
2. Variabel manipulasi : Jenis larutan dan jenis jaringan (akar dan batang) yang
direndam
3. Variabel respon : pertambahan panjang jaringan yang direndam dan
rata-rata pertambahan panjang.
F. Definisi Operasional Variabel
1. Variabel kontrol adalah variabel yang sengaja dibuat sama sebagai acuan untuk
perbandingan variabel respon. Variabel ini berfungsi untuk memengaruhi variabel
respon serta memperjelas hubungan antara variabel manipulasi dengan variabel
respon. Variabel kontrol yang digunakan pada praktikum ini adalah jenis
kecambah yang digunakan yaitu kecambah jagung, umur kecambah jagung yang
berumur 5 hari, volume larutan (larutan IAA, larutan NAA dan larutan 2,4 D serta
air suling) yang digunakan dalam praktikum ini sebanyak 10 ml, ukuran
kecambah panjang baik koleoptil maupun akar 5 mm diukur pada jarak 2 mm dari
kotiledon, waktu perendaman selama 48 jam.
2. Variabel manipulasi adalah variabel yang memengaruhi dan yang menyebabkan
timbulnya atau berubahnya variabel respon. Variabel manipulasi yang digunakan
dalam praktikum ini jenis larutan yang digunakan dalam praktikum ini meliputi
larutan IAA, larutan NAA dan larutan 2,4 D serta air suling
3. Variabel respon adalah variabel yang dipengaruhi karena adanya variabel
manipulasi dan merupakan hasil dari variabel manipulasi dan variabel kontrol.
Variabel respon dalam praktikum ini adalah pertambahan panjang jaringan yang
direndam dan rata-rata pertambahan panjang.
G. Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah kecambah jagung umur 5 hari,
larutan AIA, larutan NAA, larutan 2,4 D, air suling.
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu cawan petri, silet tajam, dan
penggaris.
H. Rancangan Percobaan

Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan

Menyiapkan potongan koleoptil dan akar primer untuk


masing-masing perlakuan sebbanyak 5 potongan

I.
J.Memasukkan Memasukkan Memasukkan Memasukkan
dalam wadah IAA dalam wadah IAA dalam wadah IAA dalam wadah IAA
K.1 ppm (10ml) 1 ppm (10ml) 1 ppm (10ml) 1 ppm (10ml)

Menutup wadah tersebut dan dibiarkan selama48 jam

Mengukur kecambah

Mengamati dan mencatat hasil percobaan


I. Langkah Kerja
1. Menyiapkan bahan dan alat yang diperlukan.
2. Menyediakan potongan koleoptil dan akar primer untuk tiap –tiap perlakuan
sebanyak 5 potongan.
3. Mengisi cawan petri dengan larutan AIA 1 ppm sebanyak 10 ml, kemudian
merendam potongan jaringan tersebut (akar dan batang), melakukan hal yang sama
untuk larutan yang 2,4 D, NAA, dan air suling. Menutup cawan petri dan
membiarkan sampai 48 jam.
4. Melakukan pengukuran kembali terhadap potongan – potongan jaringan tersebut.
5. Membuat tabel hasil pengamatan untuk merekam data.
6. Membuat histogram yang menyatakan hubungan antara macam hormon terhadap
pertambahan panjang jaringan akar dan batang.

J. Rancangan Tabel Pengamatan


Tabel 1. Perbandingan Pertambahan Jaringan Tanaman Jagung
Perlakuan Jaringan P. awal P. akhir Pertambahan X Pertambahan
(mm) (mm) Panjang (mm) Panjang (mm)
Batang I 0,5 0,5 0
Batang II 0,5 0,6 0,1
Batang III 0,5 0,5 0 0,02
Batang IV 0,5 0,5 0
Batang V 0,5 0,5 0
Air Suling
Akar I 0,5 0,5 0
Akar II 0,5 0,5 0
Akar III 0,5 0,5 0 0
Akar IV 0,5 0,5 0
Akar V 0,5 0,5 0
Batang I 0,5 0,6 0,1
Batang II 0,5 0,6 0,1
Batang III 0,5 0,7 0,2 0,18
Batang IV 0,5 0,8 0,3
Batang V 0,5 0,7 0,2
NAA Akar I 0,5 0,8 0,3
Akar II 0,5 0,7 0,2
Akar III 0,5 0,7 0,2 0,18
Akar IV 0,5 0,6 0,1
Akar V 0,5 0,6 0,1
Batang I 0,5 0,6 0,1
Batang II 0,5 0,5 0
Batang III 0,5 0,6 0,1 0,06
Batang IV 0,5 0,6 0,1
Batang V 0,5 0,5 0
AIA Akar I 0,5 0,6 0,1
Akar II 0,5 0,6 0,1
Akar III 0,5 0,7 0,2 0,16
Akar IV 0,5 0,7 0,2
Akar V 0,5 0,7 0,2
Batang I 0,5 0,8 0,3
Batang II 0,5 0,7 0,2
Batang III 0,5 0,7 0,2 0,2
Batang IV 0,5 0,6 0,1
Batang V 0,5 0,7 0,2
2,4 D
Akar I 0,5 0,8 0,3
Akar II 0,5 0,7 0,2
Akar III 0,5 0,7 0,2 0,24
Akar IV 0,5 0,7 0,2
Akar V 0,5 0,8 0,3

0.3

0.25

0.2

0.15 Koleoptil
Akar Primer

0.1

0.05

0
AIA NAA 2,4D AKUADES

Diagram 1. Perbandingan Pertambahan Jaringan Tanaman Jagung


K. Rencana Analisis Data
Berdasarkan data hasil pengamatan pada tabel diatas tentang perbandingan
pengaruh hormon terhadap pemanjangan jaringan akar dan batang pada tanaman
jagung diperoleh hasil bahwa pada perlakuan perendaman air suling, NAA, AIA, dan
2,4 D terdapat perbedaan pertambahan panjang jaringan. Hasil pengamatan
perbandingan pertambahan panjang tersebut disajikan dalam tabel 1. dimana rata -
rata pertambahan panjang dari yang paling besar ke kecil secara berurutan yakni pada
perlakuan 2,4 D, NAA, AIA, dan air suling.
Pada perlakuan perendaman air suling diperoleh rata - rata pertambahan
panjang pada jaringan batang sebesar 0,02 mm dan pada jaringan akar tidak
mengalami pertambahan panjang atau rata – rata pertambahan panjang sebesar 0 mm.
Pada perlakuan perendaman NAA diperoleh rata - rata pertambahan panjang
pada jaringan batang sebesar 0,18 mm dan pada jaringan akar mengalami
pertambahan panjang dengan rata – rata pertambahan panjang sebesar 0,18 mm.
Pada perlakuan perendaman AIA diperoleh rata - rata pertambahan panjang
pada jaringan batang sebesar 0,06 mm dan pada jaringan akar mengalami
pertambahan panjang dengan rata – rata pertambahan panjang sebesar 0,16 mm.
Pada perlakuan perendaman 2,4 D diperoleh rata - rata pertambahan panjang
pada jaringan batang sebesar 0,2 mm dan pada jaringan akar mengalami pertambahan
panjang dengan rata – rata pertambahan panjang sebesar 0,24 mm.
Pada diagram batang diatas data menunjukkan bahwa rata – rata pertambahan
panjang pada jaringan batang paling besar terdapat pada perlakuan perendaman NAA
dan rata – rata pertambahan panjang pada jaringan batang paling kecil terdapat pada
perlakuan perendaman air suling. Pada jaringan akar diperoleh rata – rata
pertambahan panjang pada jaringan akar paling besar terdapat pada perlakuan
perendaman 2,4 D dan rata – rata pertambahan panjang pada jaringan akar paling
kecil terdapat pada perlakuan perendaman air suling.
Diskusi
1. Jelaskan bagaimana pengaruh berbagai macam hormon tumbuh terhadap
pemanjangan jaringan akar dan batang. Samakah pengaruhnya? Kemukakan teori
pendukung yang dapat menjelaskan terjadinya gejala-gejala tersebut.
Jawab :
Pengaruh berbagai macam hormon tumbuh yang digunakan seperti AIA,
NAA, dan 2,4-D, pada dasarnya sama yaitu mengatur pembesaran sel dan memacu
pemanjangan dan pembesaran sel di daerah meristem ujung serta merangsang
perkembangan akar lateral. Mekanisme pemanjangan selnya juga sama yaitu berperan
terhadap pelonggaran dinding sel dengan melepaskan ikatan hidrogen yang terdapat
pada dinding sel melalui tahapan-tahapan yaitu memacu protein tertentu yang ada di
membran plasma sel tumbuhan untuk memompa ion H+ ke dinding sel. Ion H+ ini
mengaktifkan enzim tertentu sehingga memutuskan beberapa ikatan silang hidrogen
rantai molekul selulosa penyusun dinding sel. Ikatan hidrogen dapat dipengaruhi oleh
suhu, terutama oleh ion proton (H+). Telah diketahui bahwa kation dan anion termasuk
H+ bergerak melalui membran plasma oleh suatu proses yang dikenal sebagai pompa
ion. Peranan AIA, NAA, 2,4-D adalah akan mengaktifkan pompa ion pada plasma
membrane yang menyababkan tertimbunnya ion H+ pada dinding sel, sehingga
terjadilah pelonggaran pada dinding sel (Noggle , 1983). Sel tumbuhan kemudian
memanjang akibat air yang masuk secara osmosis. Setelah pemanjangan ini, sel terus
tumbuh dengan mensintesis kembali material dinding sel dan sitoplasma.
Akan tetapi, laju pemanjangan jaringan akar maupun batang berbeda
termasuk hormon yang mempengaruhinya. Pada jaringan batang, hormon yang dapat
memicu terjadinya pemanjangan jaringan paling tinggi yaitu NAA. Hal tersebut dapat
terjadi karena pada daerah batang terdapat AIA oksidase dengan konsentrasi yang
tinggi dengan fungsinya yaitu dalam pengaturan kadar AIA dalam tanaman dengan
sehingga terkadang dapat bersifat merusak terhadap AIA. Sedangkan NAA tidak
dirusakkan oleh enzim-enzim oksidase karena merupakan auksin sisntetik yang
memiliki struktur berbeda dengan AIA, sehingga jenis auksin ini dapat bertahan lebih
lama di dalam tumbuhan jika dibandingkan dengan AIA. Sedangkan pada jaringan
akar, konsentrasi AIA oksidase lebih rendah jika dibandingkan dengan AIA oksidase
yang ada di batang. Sehingga AIA dapat memicu pertumbuhan akar dengan optimum.

L. Hasil Analisis Data


Berdasarkan hasil pengamatan yang disajikan dalam tabel dan grafik diatas,
dapat diketahui bahwa hormon mempengaruhi pemanjangan jaringan. Berdasarkan
kecepatann pengaruh hormon pada jaringan akar dan batang, yang besarnya dapat
dilihat dari nilai rata - rata pertambahan panjang jaringan setelah dilakukan
perendaman selama 48 jam dapat diketahui bahwa koleoptil atau batang yang
direndam dalam larutan AIA dan NAA memiliki kandungan auksin lebih tinggi
dibandingkan pada jaringan akar. Sedangkan pada batang yang direndam dalam air
suling memiliki kandungan auksin yang sama, dan pada batang yang direndam dalam
larutan 2,4 D memiliki kandungan auksin yang lebih rendah dibandingkan dengan
jaringan akar.
Bertambahnya ukuran panjang pada potongan jaringan yang telah direndam
dalam larutan hormon AIA, 2,4 D , NAA dan air suling sebagai variabel kontrol, hal
ini dikarenakan hormon auksin menginisiasi pemanjangan sel dengan cara memicu
aktivitas enzim yang melonggarkan serat dinding sel sehinngga terjadi pengendoran
dinding sel. Auksin memacu protein tertentu yang ada di membran plasma untuk
memompa ion H+ ke dinding sel. Ion H+ ini menngaktifkan enzim tertentu sehingga
memutuskan beberapa ikatan silang hidrogen rantai molekul selulosa penyusun
dinding sel. Sel tumbuhan kemudian memanjang akibat air yang masuk secara
osmosis. Setelah pemanjangan ini, sel terus tumbuh dengan mensistesis kembali
material dinding sel dan sitoplasma (Dewi, 2008). Hal ini juga terjadi pada jaringan
batang yang di rendam dengan air suling, air masuk ke dalam jaringan atau
mengalami osmosis sehingga terjadi pertambahan panjang jaringan namun
pertambahan panjang tersebut hanya sedikit. Disini air suling berperan hanya sebagai
kontrol.
Perlakuan yang diberikan pada potongan jaringan batang dan akar yang
menyebabkan pertambahan panjang akar paling tinggi yaitu dengan perendaman
dalam larutan 2,4 D, sedangkan pada perendaman dalam larutan AIA dan NAA
jaringan akar mengalami pertambahan panjang lebih kecil jika dibandingkan dengan
jaringan batang. Hal ini sesuai dengan eksperimen Luckwill yang dilakukan pada
tahun 1965 dengan menggunakan zat kimia NAA dan AIA pada kecambah kacang
menunjukkan bahwa ketiga jenis auksin tersebut mampu mendorong pertumbuhan
primordial akar kacang. Berdasarkan hasil pennelitian menunjukkan bahwa
pemberian AIA yang relatif tinggi pada akar menyebabkan terhambatnya
perpanjangan akar tetapi meningkatkan jumlah akar (Salisbury, 1995).
Pada perendaman jaringan akar dengan air suling tidak menunjukkan
pertambahan rata-rata panjang jaringan karena air pada jaringan akar tidak mengalami
osmosis. Perlakuan yang menyebabkan pertambahan panjang batang paling tinggi
adalah dengan perendaman larutan AIA dan NAA.
Berbagai jenis hormon tumbuh seperti AIA, NAA, 2,4 D sebagai zat pengatur
tumbuh yang secara keseluruhan termasuk hormon auksin baik yang sintetis maupun
yang tidak di sintetis tumbuhan itu sendiri. Hormon ini menunjang pertumbuhann
tanaman dengan didukung oleh hormon alami yang sudah diproduksi oleh tumbuhan
itu sendiri. Hormon AIA, NAA, 2,4 D bersama auksin mampu mengatur pembesaran
sel dan memacu pemanjangan di daerah belakang meristem ujung dan merangsang
perkembangan akar lateral. Auksin bersama ketiga hormon tersebut berdifusi secara
maksimal pada ujung koleoptil dan ujung akar. Oleh sebab itu, pengaruh dari berbagai
hormon tumbuh seperti AIA, NAA dan 2,4 D sama, yaitu berpengaruh untuk
pembesaran sel dan memacu pemanjangann sel di daerah belakang meristem ujung.
Pada percobaan ini diberi perlakuan dengan menutup wadah agar terbebas dari
cahaya yang berasal dari lingkungan luar hal ini karena banyaknya cahaya yang
dibutuhkan tidak selalu sama pada setiap tumbuhan, dimana cahaya dapat
menguraikan auksin sehingga menghambat pertumbuhan meninggi (Hendaryono,
1994).
M. Kesimpulan
1. Terdapat perbedaan perbandingan pengaruh hormon terhadap pertambahan
panjang jaringan pada tanaman Jagung (Zea mays)
2. Nilai rata – rata pertambahan panjang jaringan batang paling tinggi terdapat pada
perlakuan perendaman NAA dan AIA, sedangkan nilai rata – rata pertambahan
panjang jaringan akar paling tinggi terdapat pada perlakuan perendaman 2,4 D.

N. Daftar Pustaka
Achmad, D Sediaoetama. (2010). Ilmu Gizi. Jakarta : Dian Rakyat
D. Dseputro.1985. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia
Gardner, 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta: Indonesia University Press
Hendaryono, D.P dan A. Wijayani. 1994. Tehnik Kultur Jaringan: Pengenalan dan
Petunjuk Perbanyakan Tanaman secara Vegetatif-modern . Yogyakarta :
Kanisius.
Kadir. 2007. Indole Acetic-Acid (IAA). Surabaya : Gramedia.
Kamariyani.1984. Fisiologi Pasca Panen. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Lovelles. A. R. 1997. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk daerah Tropik.
Jakarta: PT Gramedia.
Noggle, G.R. and G.J. Fritz. 1983. Introductory Plant Physiology. New Jersey:

Prentice-Hall, Inc.
Putra, Dewantara.2010. Pengaruh suhu terhadap respirasi. Jakarta: Bintang Pustaka

Salisbury, Frank B dan Cleon W Ross. 1995. Fisiologi Tanaman Jilid 2 terjemahan

Lukman dan Sumaryono. Bandung: ITB.


Simbolon, Hubu, dkk. 1989. Biologi Jilid 3. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Tjitrosomo, Siti Sutarmi. 1987. Botani Umum 2. Bandung: Angkasa
Wills Rhh, Lee TH, graham D, Mcglasso,WB & Hall EG, 1981.Physiology of Plants..
Kensington Australia: New South Wales University Press Limited
LAMPIRAN

No. Foto Keterangan

Kecambah jagung yang


akan digunakan untuk
1 perendaman

Penuangan air suling

2 sebanyak 10 ml

Penuangan 2,4 D
3
sebanyak 10 ml
Penuangan NAA sebanyak
4
10 ml

Penuangan AIA sebanyak


5
10 ml

Anda mungkin juga menyukai